Anda di halaman 1dari 4

NAMA : FAJAR FARHANI AKHMAD

NIM : 856979634
POKJAR : POKJAR BARADATU, WAY KANAN
UPBJJ : BANDAR LAMPUNG
Mata Kuliah : Bahasa dan Sastra Indonesia di SD - PDGK4109

Jawaban

1. Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh pemeran dalam komunikasi sesuai
dengan asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki. Makna terbagi ke dalam dua kelompok besar: speaker-
sense dan linguistic-sense. Yang disebut pertama merujuk pada tujuan atau niat pembicara ketika
mengatakan sesuatu.Sedangkan yang disebut terakhir merujuk pada makna linguistik yakni yang lazim
dipersepsi penutur bahasa. Yakni makna secara literal, dan ini merupakan bagian dari semantik. Berikut
adalah sejumlah sifat-sifat dan relasi makna yang lazim dibahas oleh semantik: ambiguitas leksikal,
sinonimi, hiponimi, overlap dan antonimi.
Makna leksikal disebut juga makna yang terdapat dalam kamus. Makna leksikal ialah makna lambang
kebahasaan yang bersifat dasar. Makna jenis ini merujuk pada arti sebenarnya dari suatu bentuk
kebahasaan, yang dapat berdiri sendiri tanpa melihat konteks.
Prosedur pemaknaan atau komponen makna leksikal adalah sebagai berikut: Penamaan (naming) atau
penyebutan (labeling): menggunakan lambang yang berwujud satu kata berdasrkan pengalaman dan
pengetahuan seseorang. Parafrasa: menganalisis komponen makna lebih terperinci dengan melihat
deskripsinya. Mendefinisikan (definition): pengembangan dari parafrasa untuk menjelaskan makna agar
lebih rinci. Mengklasifikasikan (classified): menhubungkan dengan kelas kata. Kelas tersebut dapat berupa
cirinya. Para ahli bahasa meyakini bahwa makna kata tidaklah tunggal. Satu simbol dapat mewakili lebih
dari satu bahkan memiliki padanan kata yang sangat beragam. Maka, makna leksikal dibagi menjadi lima
jenis, yaitu: Sinonim Sinonim disebut juga persamaan kata. Kata yang secara leksikon (yang tertera dalam
kamus) berbeda tetapi memiliki kedekatan atau persamaan makna. Contohnya: Laki-laki – pria – cowok –
jantan – jaka, Perempuan – wanita – gadis – betina – dara, Rendah – pendek – bawah Tinggi – jangkung –
atas – luhur

2. Kamus adalah sebuah buku berisi kata-kata dari sebuah bahasa, biasanya disusun secara alfabetis,
disertai keterangan akan artinya ucapannya, ejaannya, dan sebagainya. Di dalam sebuah kamus yang ideal
sepatutnya diberikan juga keterangan tentang pemenggalan kata, informasi tentang asal-usul kata,
informasi tentang baku dan tidaknya sebuah kata, informasi tentang kata-kata arkhais dan juga klasik,
informasi tentang area penggunaan kata, informasi tentang status sebuah kata, dan berbagai informasi
lainnya.Berdasarkan rentang waktu
1) Kamus linguistik sinkronis
Kamus linguistik diakronis berhubungan dengan sejarah dan perkembangan kata-kata (unit leksikal) dan
fungsi utama kamus ini adalah untuk menangani pengembangan leksikon. Kamus linguistik diakronis dibagi
menjadi dua jenis, yakni kamus historikal dan etimologikal. Kamus Historikal fokus pada perubahan yang
terjadi dalam bentuk dan arti kata (unit leksikal) dalam periode waktu yang ada bukti sejarah. Adapun
kamus etimologikal fokus pada asal usul kata (unit leksikal). Kamus ini dianggap kamus yang menangani
prasejarah dari kata-kata.
2) Kamus linguistik sinkronis
Kamus linguisti sinkronis fungsinya adalah untuk menangani stok leksikal suatu bahasa pada satu tahap
perkembangannya. Istilah sinkronis ini seolah-olah dihubungkan dengan keadaan bahasa pada satu titik
pada waktunya.
Berdasarkan isinya
1) Kamus Umum

ini menampung seluruh bidang keilmuan yang beraneka ragam. Kamus Umum Bahasa Indonesia karya
W.J.S. Poerwadarminta adalah salah satu bentuk kamus umum. Kata-kata yang agak khas atau spesifik
tidak dimuat dalam kamus tersebut.
2) Kamus Khusus
Kamus khusus adalah kamus yang lemanya terbatas mengenai satu bidang ilmu atau bidang kegiatan.
Dalam hal ini kekhususan itu dapat dibagi dua, yaitu berkenaan dengan bahasa itu sendiri dan berkenaan
dengan bidang kegiatan atau keilmuan. Kamus yang berkaitan dengan bidang kebahasaan mencakup
kamus lafal, kamus ejaan, kamus sinonim, kamus antonim, kamus homonim, kamus idiom/ungkapan, kamus
kata serapan, dan kamus peribahasa. Lalu, yang berkaitan dengan kegiatan atau keilmuan, misalnya
kamus istilah olehraga, pertanian, kimia, perdagangan, keamanan, dan komputer. Pembatasan jenis kamus
umum dan kamus khusus dapat didasarkan pada variasi bahasa yang dipahami, pada klasifikasi teks,
atau pada prinsip-prinsip yang ditentukan oleh peneliti kamus. Kamus khusus atau terbatas berdasarkan
variasi bahasa dapat dicontohkan seperti kamus dialek. Kamus dialek dapat bekerja dalam dua cara yang
berbeda, yaitu sebagai berikut. Kamus menawarkan informasi lengkap tentang leksikon dialek masing-
masing atau bentuk lokal bahasa tanpa referensi ke dialek lain. Kamus hanya mendaftar dan menjelaskan
apa yang berbeda dari dialek lain.
Dalam kamus khusus juga terdapat indeks dan konkordansi. Indeks merupakan kutipan dari awal mula
sebuah kata muncul dalam teks, biasanya disertai dengan informasi yang tidak ada di kamus lainnya.
Sedangkan konkordansi adalah kutipan dari semua ayat di mana kata terjadi. Alasan lain penulis kamus
membatasi dalam penulisan kamus adalah dari etimologi kata, apakah kata-kata tersebut dari kata-kata
pinjaman, akronim, dan singkatan. Alasan pembatasan juga dapat menjadi properti semantik, misalnya
dalam kamus sinonim.

3. Pengertian Sastra adalah ungkapan ekspresi manusia berupa karya tulisan atau lisan berdasarkan
pemikiran, pendapat, pengalaman, hingga ke perasaan dalam bentuk yang imajinatif, cerminan kenyataan
atau data asli yang dibalut dalam kemasan estetis melalui media bahasa. Pengertian diatas jika
diperhatikan banyak yang mengacu pada karya imajinatif yang bersifat estetis. Itu karena bidang ini
sering diidentikan dengan jenis imajinatifnya seperti prosa fiksi dan puisi. Padahal tulisan non imajinatif
dan non-fiksi juga banyak diciptakan, hanya saja ketika kita menikmatinya kita tidak merasa sedang
membaca karya Sastra.
- Pengertian sastra anak menurut beberapa ahli : Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus
dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang
berusia antara 3-12 tahun. (Puryanto, 2008 : 2), Hunt berpendapat sastra anak sebagai buku bacaan
yang dibaca oleh,yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus pulamemuaskan sekelompok
anggota yang kini disebut anak. ( Witakania, 2008 : 8) Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan
perasaan dan pengalaman anak-anak melalui padangan anak-anak ( Norton,1993) Sastra anak adalah
karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnys dominan yang bermediumkan bahasa baik lisan maupun
tertulis yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan tentang dunia yang akrab dengan anak.
(Santoso, 2003 , 8.3)

4. Pada dasarnya karya sastra dibangun oleh dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur
intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Yang termasuk dalam unsur intrinsik
adalah tema, alur, tokoh, penokohan, latar/setting, sudut pandang dan amanah.
1. Tema
Setiap fiksi haruslah mempunyai dasar atau tema yang merupakan sasaran tujuan. Penulis menuliskan
watak para tokoh dalam karyanya dengan dasar tersebut. Dengan demikian tidaklah berlebihan kalau
dikatakan bahwa tema merupakan hal yang paling penting dalam seluruh cerita. Tema adalah pandangan
hidup yang tertentu atau perasaan mengenai kehidupan yang membentuk gagasan utama dari suatu
karya sastra . Scharbach (dalam Nurasiah, 2006: 11), mengatakan bahwa istilah tema berasal dari
bahasa latin yaitu tempat untuk meletakkan suatu perangkat. Jadi tema adalah ide sebuah cerita atau
sesuatu yang menjadi pengarang yang dibeberkan melalui tindakan-tindakan tokoh cerita itu terutama
tokoh utama. Tema yang baik harus bersama di dalam unsur cerita.
2. Alur
Alur adalah rangkaian cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin 2002: 83).
Menurut Sukade ( 1987: 3), alur mula-mula dikaitkan dengan unsure cerita atau pencerita, kemudian
berkembang sebagai akibat logis dari berbagai unsur secara kompleks. Menurut Hayati dan Winarno
(1990: 10), alur adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang sambung menyambung dalam suatu
cerita. Dengan demukian alur merupakan suatu jalur lintasan atau urutan suat peristiwa yang berangkai
sehingga menghasilkan suatu cerita.
3. Tokoh
Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya dalam peristiwa dalam kehidupan sehari-hari selalu diembang
oleh tokoh-tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mengembang peristiwa dalam cerita fiksi
sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh
atau disebut penokohan.
4. Penokohan
Penokohan yang ditemukan dalam cerita fiksi adalah pelaku imajinatif, pelaku yang ada dalam benak
pengarang. Pelaku imajinatif itu tidak akan dijumpai sekalipun dicari di seluruh dunia. Pelaku imajinatif
tidak dapat ditangkap oleh alat indera. Ia hanya dapat ditangkap oleh daya imajinasi seseorang melalui
raut muka, bentuk tubuh dan perilakunya. Karakter tokoh atau pelaku dapat dikenal lewat
penggambaran baik yang dilakukan pengarang pencerita maupun oleh pelaku.
5. Latar/setting
Latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya suatu kejadian. Menurut Suroto
(1989: 94), latar adalah penggambaran situasi, tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa.
6. Sudut Pandang (Point of view)
Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan pelaku dalam cerita termasuk diri pengarang itu
sendiri. Sudut pandang cerita itu menyatakan bagaiman fungsi pengisah (pengarang) dalam sebuah
cerita, apakah ia mengambil seluruh bagian langsung dalam seluruh peristiwa atau sebagai pengamat
terhadap objek dari seluruh tindakan-tindakan dalam cerita itu. Pengarang dapat bertindak sebagai tokoh
utama yaitu mengisahkan adegan dengan menggunakan kata ganti orang pertama (aku, kami).
Pengarang dapat juga sebagai pengamat dengan menggunakan kata ganti orang kedua (kau, kamu).
7. Amanah
Amanah adalah gagasan yang mendasari karya sastra atau pesan yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembaca atau pendengar. Menurut Sudjiman (1992: 57), amanah adalah suatu ajaran moral atau pesan
yang ingin disampaikan pengarang yang diangkat dari sebuah karya sasrta.

5. Sastra anak memiliki berbagai macam jenis atau genre. Genre sendiri adalah suatu macam atau tipe
kesastraan yang memiliki karakteristik umum atau pengkategorian suatu teks sastra berdasarkan gaya, bentuk,
atau isi. Karakteristik tersebut dapat menyebabkan suatu karya teks termasuk ekdalam
beberapa genre, atau terjadinya tumpang tindih. Meski begitu, kita harus tetap mengetahui beberapa
genre pada suatu karya. Menurut Lukens, secara garis besar genre sastra anak terbagi menjadi enam
macam, yakni realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi, dan nonfiksi dengan masing-masing
mempunyai beberapa jenis lagi.
1. Realisme
Pristiwa did dalam cerita ini logis dan masuk akal. Akan tetapi, cerita ini bisa saja ada dan benar-benar
bisa juga tidak. Ada beberapa cerita yang dapat dikategorikan realism, meskipun terjadi adanya tumpang
tindih, yakni cerita realistic, realism binatang, realism historis, dan cerita olahraga.
2. Fiksi formula
Genre ini memiliki pola-pola tertentu sehingga berbeda dari yang lain. . Walaupun hal itu tidak mengurangi
orisinalitas cerita yang dikreasikan oleh penulis, keadaan itu mau-tidak mau merupa- kan sesuatu yang
bersifat membatasi . Jenis sastra anak yang dapat dikategorikan ke dalam fiksi formula adalah cerita
misted dan detektif, cerita romantis, dan novel serial.
3. Fantasi
Cerita fantasi adalah cerita yang tidak nyata. Cerita ini berlandaskan imajinasi penulis yang mencoba
menghadirkan dunia lain di samping dunia realitas. Jenis sastra anak yang dapat dikategorikan fantasi
adalah cerita fantasi, fantasi tingkat tinggi, dan fiksi sains.
4. Sastra tradisional
Kata “tradisional” disini menunjukkan bahwa cerita ini didapat secara turun temurun dan tidak diketahui
secara jelas siapa penulis atau pencipta cerita tersebut. Cerita ini hanya disampaikan dari lisan ke lisan
secara turun temurun dan tidak diketahui awal mulanya. Cerita ini banyak ditemukan di masyarakat.
Bahkan cerita-cerita tersebut juga dibukukan agar tidak hilang dan terlupakan,karena memiliki nilai yang
bermakna. Beberapa cerita yang dapat dikategorikan sastra tradisional adalah fable, dongeng rakyat,
mitologi (mitos), legenda, epos.
5. Puisi
Puisi adalah suatu bentuk sastra yang memiliki pendayagunaan berbagai unsur bahasa untuk mencapai
aspek keindahan. Bahasa yang digukanan di dalam puisi tentunya singkat, akan tetapi dapat
mendeskripsikan sesuatu lebih banyak. Jika dituliskan, puisi memiliki format yang berbeda dengan fiksi,
dan yang utama adalah bprisnya umumnya relatif pendek-pendek . Format puisi adakalanya juga dipakai
untuk memperoleh efek keindahan secara visual. Contoh puisi anak adalah lirik lagu-lagu anak tradisional,
puisi naratif, dan puisi tradisional. Contoh puisi lirik lagu-lagu anak tradisional tersebut tidak penah
diketahui siapa penulisnya, akan tetapi disampaikan secara turun temurun.

Anda mungkin juga menyukai