Anda di halaman 1dari 5

Islam, Ilmu bahasa, dan Sastra Modern

Dalam konteks keislaman, sebagaimana nanti akan di uraikan, agaknya ilmu modern, bahkan
juga ilmu sastra modern, merupakan ilmu modern yang tidak ditemukan (tidak banyak
ditemukan) sisi perbedaanya dengan ilmu dalam islam. Dalam sub islam da ilmu bahasa
dalam bab ini hanya akan fokus membahas islam relasinya dengan teori (kerangka gagasan
mengenai bahasa).

A. Sekilas Linguistik Islam dan Barat Modern

Linguistik atau ilmu bahasa adalah ilmu yang membahas bahasa, baik
intriksikalitasnya maupun ekstrinskalitasnya. Intriksikalitasnya bahasa adalah sisi
internal bahasa sebagai entitas yang berdiri sendiri (dakliyyah al-lughah). Sedangkan
ekstrinsikalitas bahasa adalah sisi eksternal bahasa (khariyyah al-lughah).
Ilmu bahasa merupakan ilmu yang paling cepat mapan bersama ilmu fiqih (hukum
islam), karena liuas wilayah kekuasaan umat islam yang tidak ada preseden
sebelumnya. Yaitu sejak abad ke-7 dari Pakistan di Timur hingga Maroko di Barat,
dan Syria dan belangka Asia tengah di utara hingga Yaman di Selatan. Untuk
memudahkan pembelajaran atas bahasa Arab agar komunikasi bisa bisa berjalan baik
bahkan juga untukkepentingan ilmiah, maka ilmu bahasa menjadi diperlukan yang
bersifat mendesak. Penggunaan hukum dan bahasa untuk mengatur luasnya wilayah
itu sebagaimana telah diterapkan dinasti-dinasti sebelum islam sejak masa peradaban
Babilonia
(lihat buku-buku sejarah dunia).
Sedangkan kajian bahasa dalam struktur kalimat banyak dibahas dalam ilmu nahwu
(sintaksis Arab). Ilmu yang membahas sampainya maksud hati (fikiran) yang ingin
diungkapkan kepada lawan dialog, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa
yang benar, jelas, berpengarus terhadap rasa atau fikiran audiens lewat diksinya yang
tepat, dan juga cocok dengan situasi dan kondisi audiens. Sedangkan wacana
(bangunan/keseluruhan teks beserta konteks teks dan konteks sosial budaya /politik
yang mengitarinya). Dalam linguistic Arab (ilmu-ilmu islam) dibahas dalam ilmu
tafsir, ilmu hadis, dan juga ushul fiqh (metedologi penetapan hukum islam). Dalam
perspektif ilmu-ilmu ini, suatu ayat atau teks Al-Qur’an tidak dilihat sebagai ayat
atau teks yang berdiri sendiri. Ia tidak bermakna hanya karena dirinya sendiri saja.
Semua teks Al-Qur’an sebagai sebuah teks yang koherens, sebagai satu kesatuan
yang tak bisa dipisahkan. Karenanya, penafsiran terhadap ayat atau suatu teks Al-
Qur’an yang benar harus dilakukan dengan menafsirkannya dengan ayat lainnya.
Dengan begitu Al-Qur’an dibiarkan bicara sendiri mengenai suatu tema yang dicari.
Dalam ilmu bahasa modern, teori yang melihat teks sebagai satu kesatuan yang
dicari. Dalam ilmu bahasa modern, teori yang melihat teks sebagai satu kesatuan
yang koherens dikenal dengan teori strukturalisme, sebagaimana nanti akan di
jelaskan. Ushul fiqh dikenal juga kaidah mengenai kemungkinan berubahnya hukum
yang terdapat dalam teks wahyukarena perubahan situasi/kondisi ruang dan waktu
(konteks sosial budaya /politik). Kasus Umar bin Khattab yang tidak menerapkan
hukum poting tangan saat pecelik diatas bisa menjadi bukti. Tentu saja kaidah itu bisa
dipahami karena dalam islam kemasalahatan menjadi pertimbangan utama, maka
kedaruratan disepakati bisa membolehkan hal yang dilarang oleh teks wahyu
sekalipun. Soal ini telah diungkap sebagaian di ba islam dan ilmu Komunikasi
Modern dan juga bab hukum islam.
B. Islam da teori linguistik modern
1. Teori Linguistik Modern Barat
Ada banyak teori bahasa yang dikenal dalam ilmu bahasa/linguistic modern.
1. Bahasa tidak harus dilihat dalam hubungannya dengan fungis tujuan
atau tujuan-tujuan lain di luar dirinya. Kajian bahasa dari lingkungan
ilmu-ilmu lain seperti psikologi, sejarah, filsafat, atau ilmu
kebudayaan lain. Teori historistisas bahasa yang mengkaji perubahan
bahasa sepanjang masa, baik fonologi, morfologi, sintaksis, dan
system sintaktikalnya. Bahasa karenanya tidak bisa berdiri sendiri
sebagaisat bangunan yang independen atau koherens sendiri. Seputar
pengetahuan dengan penggunaanya dengan memahami bentuk-bentuk
kalimat yang lahir karena danya kompetensi dan performance.
Kompotensi adalah kemampuan seseorang dalam mengungkapkan
perasaan dan fikiran kepada lawan biacra/audiensnya. Dimana lawan
bicara/audiensnya bisa memahami. Kompetensi kebahasaa seseorang
ini terkait juga dengan intuisi, yang tampak antara lain dalam bahasa
dan sastra. Kompetensi ini merupakan struktur dalam bahasa, meski
kadang tidak mencerminkan seluruh ide/gagasan. Sedangkan
performance adalah penggunaan real atau perwujudan bebahasa
dalam berragam situasi, yang disebutnya juga sebagai struktur bahasa
yang tampak kasat kesat mata. Antar keduanya bisa ada kesenjangan,
dimana performance berbahasa seseorang bisa lebih buruk ketimbang
kompotensinya. Bentuk-bentuk bahasa/kalimat yang maknanya tidak
bernas/jernih bagian dari bukti kesenjangan antar kompotensi dan
performance. Semantic sintaktikal menekankan bahwa makna leksikal
ditentukan kata dan atau kalimat sebelum dan sesudahnya. Teori ini
menyarankan pengkajian bahasa dengna melihat konteks kata dan
kalimat di sekitarnya. Makna suatu kata ditentukan oleh susunan kata
yang dikaji dengan kata lainnya dalam sebuah susunan kalimat,
bahkan hubungan antar kalimat. Secara konteks bahasa, makna sebuah
bahasa harus dilihat dari sisi konteks leksikal, termasuk di dalamnya
makna cita rasa (konotasinya), makna hubungan antar kata yang
membuat kalimat dan hubungan antar paragraf. Dalam studi semantik
studi atas makna sebuah kata atau leksem disebut dengan jenis
semantic leksikal. Studi ini melahirka banyak kajian makna, dari
mulai perbedaan makna dengna informasi dan maksdu, teori
penanaman dan pendefinisian, jenis-jenis makna (leksikal, dan
gramatkal denotatif dan konotatif, makna kata dan istilah, makna
konsep dan asosiatif, makna ideomatikal, dan makna kias), relasi
makna ( sinonimi, antonimi, homonimi, hiponimi, dan polisimi),
medan makna, perunahan makna sebuah kata karena penambahan
imbuhan/perubahan bentuk disebut dengan jenis semantik
morfologikal. Studi atas hubungan makna antar kata yang membuat
kalimat dan hubungan antar kalimat, terutama dalam kalimat majemuk
disebut jenis semantik sintaktikal. Dan studi hubungan antara paragraf
yang melahirkan wacana (tentang apa yang dikatakana teks [bukam
apa yang dikatakan tkes]) disebut jenis semantik wacana. Sedangkan
studi makna atas penggunaan teks bahasa ujuran sesuai dengan
konteks situasi saat bahasa itu diujarkan disebut jenis semantik
pragramatik/maksud. Teori kontekstual sosial budaya, dibahas
terutama dalam kajian sosiologi bahasa (sosiolinguistik), antara lain
lewat teori tindakan dari Max Weber (1864-1920). Menurutnya,
struktur sosial adalah produk tindakan, produk dari pilihan yang
dimotivasi. Bagaimanapun tindakan manusia sebagai masyarakat,
termasuk di dalamnya tindakan bahasanya, merupakan tindakan
mental. Bagi umat protestan, berdasarkan teks-teks agamanya, tuhan
hanya memberi peluang kepada hamba-Nya yang mau bekerja keras.
Bekerja dalam protestanisme sebagai mentalistik seperti yang tertera
dalam teks keagamaannya merupakan sebuah tugas suci. Bekerja
karenanya sebagai panggilan tuhan yang berada di belakang tindakan
bekerja. Bekerja juga merupakan persyaratan untuk mencapai
keselamatan. Oarng yang tidak mau bekerja dianggap sebagai orang
yang melanggar aturan/teks agama. Mangingkarinya, dan melanggar
peruntah tuhan. Dalam teks-teks agama ini Karena seseorang tidak
mengetahui takdirnya,maka tugas manusia mecari takdir yang terbaik
untuk dirinya. Selain itu, teks-teks keagamaan Calvisnime yang
dibawa John Calvin (1509-1564) yang berada di balik kapitalisme
juga mengibarkan semangat belajar. Juga mengizinkan pengambilan
bunga uang. Sesuatu yang dikutuk oleh moralitas katolik sebelumnya.
Bunga yang dihalalkan dalam reinterpretasi teks keagamaan
Calvinisme inilah salah satu factor penting di balik berkembangnya
kapitalisme di Barat. Berdasarkan penjelasan atas kapitalisme itu,
tindakan bahasa seseorang atau kelompok sosial tertentu harus
diteliti/dibaca sebagaimana tindak kapitalisme. Dengan metode
vesthen. Dengan cara ini, di belakangnya aka nada banyak mentalisme
seperti mentalisme agama protestan di balik kapitalisme yang
berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara sebagai negara-negara
maju. Salah satu teori bahasa yang juga bisa dikemukakan di sub ini
adalah teori bahasa bandingan. Meminjam teori banding Eropa, kajian
bahasa banding adalah kajian keterpengaruhan suatu bahasa oleh
bahasa nasional tertentu. Meski begitu, definisi kajian bahasa banding
yang dikenal adalah kajian bahasa yang masuk dalam satu geneologi
atau rumpuan/keluarga bahasa tertentu. Misalnya kajian bahasa arab
dengan rumpuan bahasa semintik lainnya seperti ibrani dan suryani.
Atau kajian bahasa yang yang masuk kategori rumpuan/keluarga
bahasa eropa seperti bahasa latin dengan yunani da romawi. Atau
kajian eropa-indo antara bahasa india, iran, dan bahasa eropa
sebagaimana yang dilakukan William Jones pada tahun 1786.
Menurutnya bahasa sanskerta ada kemiripan dengan bahasa yunani
dan latin dan keserupaan itu tidak mungkin sebagai suatu keberulan
belaka. Kajiannya bisa saja di tingkat kata (leksem), morfologi,
maupun sintaksis.
2. Teori linguistik modern dalam Perspektif Islam
Sebagai perbandingan dalam tradisi arab/islam, kajian bahasa yang
mainstrim adalah kajian struktualis sebagaimana disarankan De
Sauusure yang berbasis interanguistik yang mandiri dari ilmu lain. Di
pesantren-pesantren di Indonesia sekalipun. Bahasapun dalam tradisi
kelembagaan ilmiah/pendidikan Arab/Islam lebih dipandang sebagai
kajian mandiri dan koherens. Bahasa yang runut da logis, menunjukan
penutur atau penulisnya mempunyai fikiran yang baik. Demikian
sebaliknya. Kemampuan berbahasa yang buruk, meski tidak selalu,
menunjukan kemampuan piker yang tidak baik. Kebudayaan dalam
arti sempit yaitu pola fikir dan pola rasa seseorang atau kelompok
sosial tertentu, karenanya, bisa juga dilihat dari ucapan atau tulisannya
juga. Demikian juga kesebandingan teori bahasa dalam islam dengan
hermeneuetik da semmiotika, sebagaimana telah diungkap di bab
islam dan ilmu komunikasi sebelum bab ini. Terakhir tradisi bahasa
banding dalam ilmu bahasa modern juga sudah dilakukan ilmuan
Muslim lebih awal, yaitu oleh Ibn Hazm (w 406 H) sekitar abad ke-11
M. ia telah mengkaji hubungan bahasa arab dengan suryani da ibrani.
Sebelumnya ada Abu Ubaid al-Qasim bin Salam (w 224 H) yang
mengkaji keterpengaruhan bahasa Arab oleh bahasa Suryani.

Anda mungkin juga menyukai