PENDAHULUAN
Pada bab ini berturut-turut dipaparkan (a) Latar belakang (b) Rumusan Masalah
(c) Tujuan Masalah (d) Manfaat Penelitian (e) Penelitian Terdahulu (f) Sistematika
Pembahasan. Penjelasan selanjutnya dijelaskan sebagai berikut :
A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya, manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan bahasa untuk
berkomunikasi, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
segala macam informasi yang sedemikian penting dalam kehidupan manusia, baik dalam
aktivitasnya yang mana manusia menyatakan keinginannya lewat bahasa baik secara
verbal maupun non verbal. Bahasa dapat berbentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa
gerak tubuh dan ekspresi wajah. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional atau
sebagai bahasa persatuan warga Indonesia.
Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan secara dialog ataupun monolog.
Bahasa merupakan pengetahuan hasil dari manusia untuk mengetahui, memahami
informasi yang didengar melalui interakasi, sehingga bahasa sebagai sarana untuk
menyampaikan pesan yang berisi sebuah kata, suara, dan gerak yang memiliki makna
tersendiri. Kegiatan komunikasi bagi kita sebagai manusia merupakan bagian yang hakiki
dalam hidup dan kehidupan. Dinamika hidup dan kehidupan masyarakat senantiasa
bersumber dari kegiatan komunikasi dengan pihak lain dan kelompok.
Proses komunikasi dikenal adanya unsur komunikan dan komunikator. Hubungan
antara komunikator dengan komunikan karena menginteraksikan sesuatu yang dinamakan
pesan (message). Kemudian untuk menyampaikan pesan itu diperlukan adanya saluran
(channel), dalam komunikasi pembelajaran disebut media. Jadi, unsur-unsur yang terlibat
dalam komunikasi adalah komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif, dengan bahasa pembicara
dapat menyampaikan maksudnya kepada pendengar dan penulis dapat menyampaikan
maksudnya kepada pembaca. Penutur bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari
1
2
sudah seharusnya dapat menggunakan bahasa Indonesia tersebut dengan baik dan benar,
mulai kalimat per kalimat hingga kata per kata, bahkan dalam setiap satu kata atau
kosakata tersebut masih bisa dipelajari lagi. Pada satu kata bisa mengalami perubahan
bentuk, misalnya dengan menambahkan imbuhan pada kata tersebut, karena adanya
perubahan itu suatu kata bisa menjadi berubah arti atau maknanya. Pada penelitian kali
ini, penulis akan meneliti proses morfologi dari suatu kata.1
Morfologis ialah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk
kata, serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan arti kata, atau
dengan kata lain bahwa morfologis mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi
perubahan bentuk kata itu sendiri, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik menurut
ramlan dalam jurnal aly,b. Bila dikatakan morfologi membicarakan masalah bentuk-
bentuk dan pembentukan kata, maka semua satuan bentuk sebelum menjadi kata, yakni
morfem dengan segala bentuk jenisnya perlu dibicarakan. Lalu, pembicaraan mengenai
pembentukan kata akan melibatkan pembicaraan mengenai komponen atau unsur
pembentukan kata, yaitu morfem, baik morfem dasar maupun morfem afiks, dengan
berbagai alat proses pembentukan kata itu.
Karya sastra tidak terlepas dari sebuah morfologi, Proses dalam morfologi pada
dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan
afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan
(dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan
(dalam proses konvenisi. Terciptanya karya sastra berdasarkan imajinasi pengarang.
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah suatu kenyataan bahwa pengarang
senantiasa hidup dalam suatu ruang dan waktu tertentu. Di dalam kehidupannya
pengarang senantiasa terlibat dalam suatu permasalahan.
Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang terhadap realitas
kehidupan sosial pengarangnya. Karya sastra merupakan kehidupan buatan atau rekaan
sastrawan. Kehidupan di dalam karya sastra merupakan kehidupan yang telah diwarnai
dengan sikap penulisnya, latar belakang pendidikannya, keyakinannya dan sebagainya.
1
Aly, B. Komunikasi Pembangunan dengan Aksentuasi Komunikasi Politik. Jurnal Komunikasi
Pembangunan, 8(2).
3
Karena itu kenyataan atau kebenaran dalam karya sastra tidak mungkin disamakan
dengan kenyataan atau kebenaran yang ada di sekitar kita sehingga menjadi sebuah hasil
yang dapat dirasakan oleh seseorang. Bentuk karya sastra salah satunya adalah berupa
novel.2
Novel merupakan salah satu bentuk dari sebuah karya sastra memiliki sarana
dalam komunikasi merupakan ragam lisan. Novel dapat dikatakan sebagai cerita fiksi
yang didalamnya memiliki bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instristik
dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan mengenai sebuah kehidupan
manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan maupun sesamanya.
Dalam novel, pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan
pembaca kepada gambaran-gambaran yang berhubungan dengan realita kehidupan
melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Novel merupakan sebuah karya
sastra yang memiliki sebuah ketentuan sehingga harus menarik, menghibur, berkesan,
sehinga dapat mendatangkan rasa puas bagi orang yang telah membacanya. Pada
dasarnya, dalam sebuah karya sastra khususnya sebuah novel, dapat ditemukan suatu
proses morfologis di dalamnya yang merupakan kajian tentang pembentukan kata.
Hal tersebut ialah afiks dalam proses pembentukan kata melalui proses afiksasi,
duplikasi atau pengulangan dalam proses pembentukan kata melalui proses reduplikasi,
penggabungan dalam proses pembentukan kata melalui komposisi, dan sebagainya. Jadi
ujung dari proses morfologi adalah terbentuknya kata dalam bentuk dan makna yang
terbentuk dari satu proses morfologi sesuai dengan yang diperlukan dalam pengaturan,
maka bentuknya dapat dikatakan diterima, tetapi jika tidak sesuai dengan yang
diperlukan, maka bentuk itu dikatakan tidak diterima. 3
Proses morfologis atau proses pembentukan kata dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi dalam tiga macam proses yaitu, bentuk afiksasi, pengulangan atau reduplikasi, dan
komposisi atau kemajemukan. Salah satu cara untuk membuat sebuah cerita lebih
menarik adalah dengan menggunakan bahasa gaya tertentu dan reduplikasi.
2
Purnamasari, A., Hudiyono, Y., & Rijal, S.(“Analisis Sosiologi Sastra dalam Novel Bekisar Merah Karya
Ahmad Tohari, 2017), Ilmu Budaya” Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya, 1(2).
3
Mulawarman, W. G., & Iswanto, Y, (“Penerapan Teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) pada Identifikasi Afiks
Bahasa Dayak Benuaq 2018”), Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 1(1), 13-18.
4
4
Simpen, I. W. (2021). (“Morfologi: Kajian proses pembentukan kata 2021”), Bumi Aksara.
5
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah. Bagaimana proses morfologis reduplikasi pada Novel Suluh Rindu karya dari
Habiburrahman El Shirazy?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah, untuk Mengetahui bagaimana proses
morfologis reduplikasi pada Novel Suluh Rindu karya dari Habiburrahman El Shirazy?
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya peristiwa yang terjadi secara ilmiah dapat memberikan manfaat
secara teoretis maupun praktis. Diantara manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis
a. Menambah pengetahuan serta wawasan tentang teori pengunaan reduplikasi
pada sebuah Novel.
b. Menambah kepustakaan dalam bidang pendidikan khususnya penggunaan
reduplikasi pada sebuah Novel.
6
2. Manfaat praktis
a. Pembaca dapat mengetahui dan mengerti bentuk serta makna reduplikasi
dengan benar dalam Novel
b. Dapat digunakan untuk memhami reduplikasi yang terdapat di buku-buku
maupun novel
c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai
proses morfologis reduplikasi pada buku
E. PENELITIAN TERDAHULU
Jenis penelitian penulisan skripsi ini adalah penelitian kajian pustaka (library
research). Penelitian kepustakaan merupakan telaah yang dilakukan untuk memecahkan
suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaah kritis dan mendalam terhadap
bahan-bahan pustaka yang relevan.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan
kategorikan yang kemudian data diinterprestasikan secara deksriptif analisis
(menggambarkan terhadap data yang terkumpul kemudian memilih dan memilah data
yang diperlukan sesuai dengan pembahasan penelitian).
Peneltian mengenai proses reduplikasi bukanlah kali pertama yang dilakukan
karena sudah ada penelitian terdahulu mengenai masalah itu. Adapun penelitian yang
relevan dengan penlitian ini sebagai berikut:
Nafiah rafiuddin (Makassar 2018) dalam skripsi Proses Morfologis Reduplikasi
pada buku kumpulan sajak hujan bulan juni karya Sapardi Djoko Damono. Penelitian
dari skripsi tersebut merupakan jenis penelitian kualitatif. Hal yang dikaji dalam skripsi
ini adalah pengunaan reduplikasi yang menggunakan objek yang dikaji berupa makna
dan reduplikasi dalam buku kumpulan sajak hujan bulan juni karya Sapardi Djoko
Damono. Sumber data dalam penelitian tersebut dengan pengumpulan data tertulis
berupa kata-kata yang mengalami proses reduplikasi. Teknik Pengumpulan data yang
digunakan adalah metode simak dan catat. Metode penelitian tersebut dengan cara
mendeskripsikan proses reduplikasi.
7
Maniara (2014) dengan jurnal Reduplikasi Bahasa Inggris dan Bahasa Talaud,
Penelitian dari skripsi tersebut merupakan jenis penelitian kualitatif dengan hasil analisis
bentuk reduplikasi bahasa Inggris mencakup, reduplikasi utuh (reduplikasi utuh dengan
bentuk dasar kata benda dan kata sifat) dan bentuk redulikasi bahasa Talaud mencakup,
5
Rofiq, A., & Nuzula, K. A. (“Proses morfologis reduplikasi dalam buku generasi optimis karya Ahmad
Rifa’ i Rif’ an, 2021”). Jurnal PENEROKA: Kajian Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, 1(01), 42-58.
8
reduplikasi utuh pada bentuk dasar kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan,
reduplikasi parsial pada bentuk dasar kata sifat, kata kerja, reduplikasi dengan prefiks
pada bentuk dasar kata kerja, kata sifat.
Muhamad Ichsan Nurjam’an, Tri Mahajani, & Sandi Budiana (2015) dengan
jurnal yang berjudul Analisis Proses Morfologis Afiksasi pada Teks Deskriptif Peserta
Didik Kelas VII, Penelitian dari skripsi tersebut merupakan jenis penelitian kualitatif
dengan hasil analisis dari 93 data yang dianalisis terdapat 142 kata yang mengandung
afiks ber, meN-, peN-, di-, -an, dan –kan. Kata yang sesuai dengan kaidah proses
morfologis ada 115 kata dan kata yang tidak sesuai dengan kaidah proses morfologis ada
27 kata.
Persamaan kelima penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah jenis penelitian yang
kami gunakan adalah penelitian deskriptif kualitaif serta mengkaji didalamnya sebuah
proses morfologis yang berbentuk reduplikasi. sedangkan, perbedaan ketiga penelitian
tersebut dengan penelitian ini adalah pada penelitian dalam mendapatkan sumber data
yang pertama dalam mendapatkan sumber data dengan cara mengkaji reduplikasi dalam
buku kumpulan sajak, selanjutnya pada penelitian yang kedua berupa penelitian yang
lebih mengacu dalam makna dan reduplikasi dalam Novel Suluh Rindu Karya
Habiburrahman El Shirazy, selanjutnya dalam penelitian yang ketiga perbedaan dalam
mendapatkan sumber data dengan mengkaji sebuah buku yang berjudul Optimis karya
Ahmad Rifa’i Rif’an
Tabel 1.1
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
11
BAB I PENDAHULULAN
Pada bagian bab ini merupakan pola dari keseluruhan yang mendeskripsikan latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah hasil
penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
LANDASAN TEORI
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan landasan yang
mengandung teori-teori sebagai penunjang dalam penelitian guna mendapatkan data yang
akurat dan menarik sebuah kesimpulan. pandangan atau pendapat menurut para ahli yang
telah di paparkan yang disusun dan pemaduan dengan penelitian ini. Penelitian ini
membahas konsep dalam proses morfologis reduplikasi pada karya sastra berupa novel
Suluh Rindu.
A. Teori Sastra
Dalam mendefinisikan teori sastra, Jan Van Luxembung dengan Wellek Warren,
teori sastra adalah salah satu bidang studi dalam sastra yang secara sistematis mengkaji
teks-teks sastra dengan memperhatikan fungsinya dalam masyarakat. Peran utama ilmu
sastra adalah sebagai peneliti dan perumus yang bekerja secara sistematis. Teori sastra
mengembangkan peraturan dan kesepakatan umum dalam memahami dan menganalisis
karya sastra6. Studi sastra secara umum dibagi dalam beberapa bidang, yaitu teori sastra,
sejarah sastra, kritik sastra, bandingan dan kajian budaya. Teori sastra mempelajari
paradigma-paradigma, kaidah-kaidah serta pemikiran masyarakat atau kelompok
teoritikus terhadap satra. Dari pengertian tersebut disimpulkan bahwa teori sastra
merupakan studi yang mempelajari paradigma masyrakat terhadap sastra.
Acap kali dianggap bahwa teori sastra berfungsi sebagai alat untuk memahami
dan menginterpretasikan karya sastra. Teori sastra menyediakan kerangka
12
13
Teori sastra digunakan sebagai alat oleh para ilmuwan dalam bidang sastra untuk
menganalisis dan mempelajari karya sastra. Pada awalnya, kritik sastra memiliki
7
Jan Van Luxemburg et.al., Pengantar Ilmu Sastra. Teiterjemahan oleh Dick Hartono. (Jakarta:
Gramedia, 1986)
14
karakteristik yang berbeda dalam lingkungan masyarakat. Kritik sastra merupakan bentuk
penilaian terhadap karya sastra atau fenomena kesusastraan. Kritik sastra melibatkan
analisis, penilaian, dan penafsiran karya sastra berdasarkan teori- teori kritik sastra yang
ada. Tujuan dari kritik sastra adalah untuk memahami, mengevaluasi, dan menghargai
karya sastra serta mengungkapkan pandangan subjektif terkait kualitas dan nilai
estetiknya. Namun seiring dengan perkembangan zaman, pendekatan dalam kritik sastra
mengalami perubahan. Kritik sastra tidak hanya berfokus pada penilaian nilai estetika
karya sastra, tetapi juga melibatkan interpretasi dan pemahaman yang lebih mendalam
terhadap karya sastra itu sendiri. Kritik sastra menjadi lebih holistik dalam
pendekatannya, melibatkan analisis dan interpretasi terhadap aspek tekstual maupun
nontekstual dalam karya sastra. Dengan menggunakan teori-teori sastra yang ada, kritik
sastra dapat melihat dan menganalisis aspek-aspek seperti tema, struktur naratif,
karakterisasi, gaya penulisan, konteks historis, serta pengaruh sosial dan budaya dalam
karya sastra. Kritik sastra berperan penting dalam memahami dan mengapresiasi
kekayaan sastra serta dalam memperluas pemahaman kita tentang karya sastra itu sendiri.
Sejarah sastra merupakan bagian dari proses sejarah intelektual dalam suatu
masyarakat, studi ini brusaha menyusun dan mempelajari sastra. Sejarah sastra dianggap
seperti bagian dari nilai sejarah intelektual yang terpisah dari sejarah umum. Sejarah
sastra melibatkan studi tentang perkembangan karya sastra dari masa ke masa, termasuk
penulis, aliran sastra, genre sastra, dan perubahan gaya dan tema dalam karya
sastra.Sejarah sastra berfokus pada perkembangan dan evolusi karya sastra dari masa ke
masa, serta pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran dan budaya
dalam konteks intelektual. Sejarah sastra menelusuri perubahan dalam gaya, tema,
dan konvensi sastra dari waktu ke waktu, serta mengidentifikasi aliran atau gerakan sastra
yang muncul. Dalam teori resepsi, sejarah sastra menjadi pusat perhatian terhadap
respons pembaca terhadap karya sastra. karya sastra dianggap bukan hanya sebagai benda
mati atau artefak karena memiliki makna dan kehidupan yang aktif ketika dibaca dan
ditanggapi oleh pembaca.
15
Morfologi berasal dari bahasa Yunani morf yang berarti bentuk dan kata logi
yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk. Di
dalam kajian linguistik, “morfologis” berarti ilmu mengenai bentukbentuk dan
pembentukan kata. Sedangkan di dalam kajian biologi “morfologi” berarti ilmu
mengenai bentuk-bentuk sel-sel tumbuhan atau jasad-jasad hidup. Memang selain
bidang kajian linguistik, di dalam kajian biologi ada juga digunakan istilah morfologi.
Kesamaannya, sama-sama mengkaji tentang bentuk. Morfologis adalah salah satu
cabang dari ilmu bahasa atau linguistik yang secara khusus mempelajari seluk-beluk
morfem serta gabungan antara morfem-morfem.
8
Fitri Rahma, Nilai-Nilai pendidikan karakter dalam Foklor Masyarakat Bugis (2017) hal.13
16
meupakan suatu ilmu linguistik dalam mengkaji bahasa dilihat dari segi seluk-beluk
bentuk kata yang dengan berbagai cara pembentukannya.9
2. Proses morfologis
9
Gani, S, (“Kajian teoritis struktur internal bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik). A Jamiy: Jurnal
Bahasa dan Sastra Arab, 2017”), 7(1), hal 1-20.
17
Kata ulang memiliki bentuk dasar yang diulang. Bentuk dasar tersebut
merupakan bentuk linguistik yang menjadi bentuk dasar dari setiap kata ulang,
karena bentuk dasar kata ulang merupakan bentuk linguistik maka bentuk dasar
tersebut harus dapat dipakai dalam penggunaan bahasa sehari-hari dalam berbagai
bentuk kata atau kalimat yang lain.
1. Pengertian Reduplikasi
Kata ulang atau reduplikasi adalah kata yang mengalami proses pengulangan
satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem
maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang
diulang merupakan bentuk dasar. Pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata
dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik
bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak.
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar,
berupa bentuk berafiks, dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa
pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi, dan pengulangan sebagian.
Reduplikasi adalah perulangan suatu dasar kata, baik dengan penambahan afiks
maupun tidak. Dari beberapa pengertian reduplikasi yang dikemukakan oleh beberapa
ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa reduplikasi atau pengulangan kata ialah
proses pengulangan kata yang dapat berupa utuh dan sebagian serta dapat
berkombinasi dengan perubahan afiks maupun perubahan fonem.10
Sebagaimna pada proses pembubuhan afiks, proses pengulangan ini pun
bertujuan membentuk kata. Apabila proses pembubuhan afiks merupakan suatu
peristiwa pembentukan kata dengan jalan membubuhkan afiks pada bentuk dasar,
maka proses pengulangan atau reduplikasi tidak demikian. Proses pengulangan
merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik
seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi
dengan afiks maupun tidak. Menurut Muslich dalam jurnal Nuraizah Berbeda dengan
10
Nuraiza, V. W.(“ Proses Pemakaian Kata Serapan Dan Istilah Asing Dalam Opini Pada Harian Serambi Indonesia,
2020”). Jurnal Sains Riset, 10(1), hal 57-66.
18
kata temu, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ramlan (2001: 64), sekalipun satuan
ini tidak pernah bertemu dalam bentuk temu saja, namun dalam deretan morfologik
dapat dipastikan bahwa satuan ini ada. Deretan morfologiknya:
pertemuan
penemuan
bertemu
ketemu
menemukan
dipertemukan
temu duga
temu
11
Listiyorini, A.(“ Wacana humor dalam meme di media online sebagai potret kehidupan sebagian masyarakat
Indonesia, 2017”). Jurnal Litera, 16(1),hal 64-77.
19
pengamatan yang pernah dilakukan oleh beberapa pengamat bahasa Indonesia sebagai
berikut:
1. Kelas Kata Bentuk Dasar Kata Ulang sama dengan Kelas Kata-kata Ulangnya.
Dikemukakan bahwa apabila suatu kata ulang berkelas kata benda (nomina),
bentuk dasarnya pun berkelas kata benda. Begitu juga apa bila kata ulang tersebut
berkelas kata kerja (verba), bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja. Contoh:
Tabel 2.1 Kelas Kata Bentuk Dasar kata Ulang Sama Dengan Kata Kelas
Kata–kata Ulang
Kata Ulang Kata Dasar
Mobil-mobil (kata benda) Mobil (kata benda)
kursi- kursi (kata benda) Kursi (kata benda)
Makan-makan (kata kerja) makan (kata kerja)
Tidur-tiduran (kata kerja) Tidur (kata kerja)
Dua-dua (kata bilangan) Dua (kata bilangan)
Putih-putih (kata sifat) Putih (kata sifat)
Ganteng-ganteng (kata sifat) Ganteng (kata sifat)
Berdasarkan ciri kedua ini beberapa contoh kata ulang serta bentuk dasarnya
dapat terligat dari tabel berikut:
3. Arti Bentuk Dasar Kata Ulang Selalu Berhubungan dengan Arti Kata Ulangnya
Ciri ketiga ini sebenarnya untuk menjawab persoalan bentuk kata yang secara
fonemis berulang, tetapi bukan merupakan hasil proses pengulangan. Berdasarkan ciri
ini, jelaslah bahwa bentuk alun bukan merupakan bentuk dasar dari kata alun-alun,
bentuk undang bukan berasal dari kata dasar undang-undang, bentuk agar bukan
merupakan bentuk dasar dari kata agar-agar, dan masih banyak lagi. Perhatikan bentuk
jangan-jangan, misalnya dalam kalimat “waduh, jangan-jangan nanti ulangan, padahal
tadi malam aku tidur melulu sejak tadi sore!” agaknya jelas arti antara jangan dengan
jangan-jangan, antara tangga dengan tetangga tidaklah berhubungan. Maka dilihat dari
ciri ketiga ini, kedua kata itu bukanlah kata ulang.
tentang ciri bentuk dasar kata ulang. Setiap kata ulang memiliki satuan yang
diulang. Satuan yang diulang itu disebut bentuk dasar. Sebagian kata ulang dengan
mudah dapat ditentukan bentuk dasarnya.
Misalnya:
rumah-rumah : bentuk dasarnya rumah
perumahan-perumahan : bentuk dasarnya perumahan
sakit-sakit : bentuk dasarnya sakit
dua-dua : bentuk dasarnya dua
pemikiran-pemikiran : bentuk dasarnya pemikiran
kebaikan-kebaikan : bentuk dasarnya kebaikan
21
jelek : sejelek-jeleknya
12
Ibid 21
23
1) Pengulangan Seluruh
Penglangan seluruh ialah pengulangan bentk dasar secara keseluruhan, tanpa
berkombinasi dengan pembubuhan afiks dan tanpa pembubuhan fonem.
Misalnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. 3 Contoh pengulangan seluruh
Bentuk dasar Hasil pengulangan seluruh
Batu Batu-batu
Sembilan Sembilan-sembilan
Persatuan Persatuan-persatuan
Pembangunan Pembangunan-pembangunan
Satuan Satuan-satuan
bersama-sama pula mendukung satu arti. Didalam Bahasa Indonesia ada beberapa
imbuhan yang dapat bergabung secara bersama-sama dengan pengulangan bentuk
membentuk satu arti, yaitu (-an), (ke-an), dan (se- nya). Misalnya terlihat pada table
berikut:
Tabel 2. 5 Contoh pengulangan yang berkombinasi dengan
Penggunaan Afiks
Bentuk dasar Pengulangan dan Hasil Pengulangan
Pembubuhan Afiks
Rumah (pengulangan)-an Rumah-rumahan
Kuda (pengulangan)-an Kuda-kudaan
Kuning ke-(pengulangan)-an Kuning-kuningan
Baik se-(pengulangan)-nya Sebaik-baiknya
1) Kata ulang dasar (dwilingga), disebut juga pengulangan utuh. Istilah bentuk ulang utuh
yang mengacu kemiripan dapat dilihat pada contoh berikut:
ubun-ubun anak-anak
langit-langit kuda-kuda
buku-buku sekali-sekali
2) Kata ulang berimbuhan (berafiks), yaitu bentuk pengulangan yang disertaidengan proses
pengimbuhan, contoh: lelaki, pertama-tama, membaca- baca.
3) Kata ulang berubah bunyi (salin suara), yaitu bentuk pengulangan yang disertai dengan
perubahan bunyi. Dari segi makna pengulangan dengan cara ini mengandung makna
bermacam-macam. Contohnya sebagai berikut:
Sayur : sayur-mayur
Warna : warna-warni
Balik : bolak-balik
Gerak : gerak-gerik
4) Kata ulang sebagian yaitu bentuk pengulangan yang terjadi hanya pada sebagian bentuk
dasar, seperti pepohonan, tali temali, dan sebagainya.
5) Kata ulang semu, yaitu kata yang bentuknya menyerupai imbuhan, tetapi bukan kata
ulang, seperti kupu-kupu, kura-kura, dan laba-laba.
adapun sebuah pembagian dalam penurunan verba intransitif dengan reduplikasi atau
perulangan mempunyai enam macam bentuk diantaranya:
1) Dasar + Dasar
makan-makan mandi-mandi
batuk-batuk minum-minum
duduk-duduk
2) Dasar + (Prefiks +Dasar)
Memukul : pukul-memukul
Membantu : bantu-membantu
Menolong : tolong-menolong
Membahu : bahu-membahu
26
Berbalas : balas-membalas
3) Dasar + (Prefiks + Dasar + Sufiks)
Menghormati : hormat-menghormati
Menutupi : tutup-menutupi
4) (Prefiks + Dasar) + Dasar
berjalan-jalan : melompat-lompat
berteriak-teriak :bersenang-senang
menjadi-jadi :ermenung-menung
terkencing-kencing
5) Prefiks + (Dasar + Dasar) + Sufiks
Bersalaman : bersalam-salaman
Berpelukan : berpeluk-pelukan
Berdekatan : berdekat-dekatan
Keheranan : keheran-heranan
Berlarian : berlari-larian
6) Perulangan dengan salin bunyi
bolak-balik :cerai-berai
lalu-lalang :compang-camping
kelap-kelip :mondar-mandir
Perlu dicatat bahwa dua bentuk yang termasuk dalam satu kelompok yang
sama belum tentu diturunkan melalui proses yang sama pula. Perhatikan misalnya,
verba berlari-lari dan bersenang-senang pada kelompok (4). Berlari-lari diturunkan
dari verba berlari yang kemudian diikuti oleh kata dasar lari sehingga formulanya
adalah (Prefiks + Dasar) + Dasar. Sebaliknya, bersenang-senang diturunkan dari
senang-senang yang kemudian ditambah ber-. Dngan demikian, formulanya adalah
Prefiks + (Dasar + Dasar). Penurunan seperti yang terakhir ini tampak pula pada dasar
kata yang merupakan bentuk reduplikasi leksikal.
27
Contoh:
cita-cita : ber + (cita-cita)
angan-angan : ber + (angan-angan)
pura-pura : ber + (pura-pura)
d. Makna Kata Ulang atau Reduplikasi
Menurut Ramlan dalam jurnal romadhan ridwan, menyatakan bahwa
makna reduplikasi atau pengulangan kata terbagi menjadi 11 bagian yaitu:
a) Menyatakan makna banyak, misalnya: bintang-bintang : ‘banyak
bintang’ pembangunan-pembangunan : ‘banyak pembangunan’
b) Menyatakan makna banyak yang berhubungan dengan kata yang
diterangkan, misalnya: Mahasiswa yang pandai-pandai mandapat
beasiswa
c) Menyatakan makna tak bersyarat atau meskipun, misalnya: jambu-
jambu mentah dimakannya. Pengulangan pada jambu dapat diganti
dengan kata meskipun, menjadi Meskipun jambu mentah dimakannya.
Contoh-contoh lain, misalnya: duri-duri diterjang : ‘meskipun duri
diterjang’ darah-darah diminum : ‘meskipun darah diminum’
d) Menyatakan makna yang menyarupai apa yang tersebut pada bentuk
dasar, misalnya: kuda-kudaan : ‘yang menyerupai kuda’ gunung-
gunungan : ‘yang menyarupai gunung’
e) Menyatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya
dilakukan berulang-ulang, misalnya: berteriak-teriak : ‘berteriak
berkali-kali’ menyobek-nyobek : ‘ menyobek berkali-kali’
f) Menyatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya
dilakukan dengan enaknya,dengan santainya, atau dengan senangnya,
misalnya: berjalan-jalan : ‘berjalan dengan santainya’ makan-makan :
‘makan dengan santainya’
g) Menyatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar itu
dilakukan oleh dua pihak dan saling mengenai. Dengan kata lain,
28
13
Romadhon ridwan ( reduplikasi dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas x sekolah menengah atas SMA)
dalam jurnal tesis) tahun 2018
29
Dalam kamus istilah sastra dikemukakan bahwa novel adalah prosa rekaan
yang paling panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menerapkan
serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Dalam novel sebagai karya fiksi
terbangun oleh struktur pembangunnya yaitu intrinsik dan ekstrinsik, memberikan
sebuah dunia yang berisi model kehidupan ideal dan dunia imajiner. Novel adalah
bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral,
dan pendidikan.
Dari berbagai pengertian novel menurut para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa, novel adalah salah satu karya prosa fiksi yang dibentuk oleh struktur
pembangunannya Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih
kompleks dari cerpen. Novel tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal
sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan
kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitikberatkan pada sisi-
sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a) Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu lebih
banyak, lebih terinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai
permasalahan yang lebih kompleks.
b) Kelebihan novel yang khas adalah kemampuannya menyampaikan permasalahan
yang kompleks secara penuh, mengkreasikan sebuah dunia yang “jadi”.
c) Unsur-unsur pembangunan sebuah novel, seperti plot, tema, penokohan, dan latar
secara umum dapat dikatakan bersifat lebihrinci dan kompleks.
d) Novel memiliki lebih dari satu flot: terdiri dari satu plot utama dan sub-sub plot.
Plot utama berisi konflik utama yang menjadi inti persoalan yang diceritakan
sepanjang karya itu. Sedangkan sub-sub plot berupa konflik tambahan yang
bersifat menopang, mempertegas dan mengintensifkan konflik utama untuk
sampai ke klimaks. Sub-sub plot berjalan sendiri-sendiri, bahkan sekaligus
dengan “penyelesaian” sendiri pula, namun harus tetap berkaitan dengan yang
lain, dan tetap dengan hubungannya dengan plot utama.
30
6. Kerangka Pikir
Bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan sebagai landasan
berpikir selanjutnya. Landasan berpikir yang dimaksud untuk mengarahkan
menentukan data dan informasi dalam penelitian ini guna memecahkan masalah
yang telah dipaparkan, untuk itu akan diuraikan secara rinci landasan berpikir
yang dijadikan pegangan dalam penelitian ini.
Morfologis merupakan salah satu bidang linguistik yang membahas
tentang seluk beluk kata. Dalam proses morfologis terbagi atas tiga bagian yaitu
afiksasi, komposisi, dan reduplikasi. Reduplikasi adalah proses pengulangan kata
yang dapat berupa utuh, sebagian, berkombinasi dengan perubahan afiks, maupun
perubahan fonem. Penggunaan kata ulang dimmanfaatkan untuk mempermudah
pembaca dalam memahami isi dari novel.
Salah satu karya sastra novel yang di dalamnya menyajikan banyak
perpaduan cerita yang menyentuh dan tidak jarang sebagai cerminan jiwa bagi
seseorang yang pernah mengalami sebuah perjodohan maka tertera sebuah kisah
penuh pelajaran dalam sebuah novel penuh inspirasi dalam novel suluh cinta
Karya Habiburrahman El Shirazy. Novel suluh cinta Karya Habiburrahman El
Shirazy, dipilih untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Untuk mengetahui hal-
hal yang mencakup jenis-jenis reduplikasi dalam novel tersebut.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu (a) Jenis dan pendekatan penelitian, (b) data, (c) sumber data, (d)
teknik pengumpulan data, (e) instrumen penelitian, (f) teknik analisis data, (g) Teknik
pengecekan keabsahan data
14
Farida Nugrahani, metode penelitian kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa, (Solo: Cakra
Books, 2014), hal 8.
33
B. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder.
1. Data primer yang digunakan bersumber dari Novel Suluh Rinta Karya
Habiburrahman El Shirazy yang mana peneliti melakukan dengan membaca
sehingga mendapatkan data yang sesuai dan akurat.
2. Data sekunder yang digunakan untuk mendukung teori dan informasi didapat
dari buku-buku, jurnal, skripsi, maupun artikel dari internet. 15 Yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
D. Instrumen Data
Instrumen merupakan alat dalam menjaring data. Dalam penelitian ini,
penelitian sendiri sebagai instrumen utama. Baik dalam pengumpulan data maupun
dalam analisis data, penjaringan data dengan cara mendeskripsikan setiap variabel
yang ada dan dibantu tabel dengan sebagai petunjuk untuk menjawab permasalahan
yang akan dikaji, yaitu data yang berkaitan dengan pengunaan reduplikasi dalam
sebuah novel.
No Aspek Indikator
.
1. Pengulangan utuh pengulangan bentk dasar secara keseluruhan,
tanpa berkombinasi dengan pembubuhan afiks
dan tanpa pembubuhan fonem
2. Pengulangan Sebagian pengulangan bentuk dasar secara sebagian,
tanpa perubahan fonem.
3. Pengulangan dengan pengulangan bentuk dasar disertai dengan
kombinasi afiks penambahan afiks secara bersama-sama
15
ROFIQ, Asngadi; NUZULA, Khisbiya Ayatuna. PROSES MORFOLOGIS REDUPLIKASI DALAM BUKU
GENERASI OPTIMIS KARYA AHMAD RIFA’ I RIF’ AN. Jurnal PENEROKA: Kajian Ilmu
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2021, 1.01: hal 42-58.
34
Tabel 3.2 Kartu Data Morfologis Reduplikasi Novel Suluh Rindu Karya
Habiburrahman El Shirazy
No Pembagian Kutipan Keterangan No
. Reduplikasi Kartu Data
1 Pengulangan 1. Tujuh orang itu 1. Hati-hati 1. (hal.1)
utuh berjalan hati – hati 2. Pohon – 2. (hal.1)
menerobos hutan pohon
yang temaram.
2. Pohon – pohon
2 Pengulangan 1. Perlahan- 1. Perlahan- 1. ( hal.17)
Sebagian lahan lahan 2. (hal.13)
muncul 2. Terburu-
warna buru
jingga
2. Nggak.
Saya
terburu-
buru.
3 Pengulangan 1. Kami tau, kami 1. Segala- 2. (hal.
bekombinasi punya bagian, galanya 49)
dengan afiks tapi bagian itu
bukan dari
segala-galanya.
4 Pengulangan 2. 3. 4.
perubahan
fonem
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif karena data memerlukan penjelasan secara deskriptif. Teknik pendeskripsian
dipergunakan untuk mengetahui semua tujuan diadakan penelitian. Sugiono
mengungkapkan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data dalam periode tertentu.17
Teknik analisis data merupakan data dari hasil pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti. Data yang telah dikumpulkan tersebut, kemudian di analisis dan
16
Sugionio, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2017), halaman 308.
17
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: ALFABETA, 2016), halaman 246.
36
diolah sehingga, pengolahan data tersebut dapat menghasilkan data yang akurat dan
terpercaya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Membaca isi dari novel dan menandai isi dari tulisan yang mengandung unsur
dalam redupliksi.
2. Mengidentifikasi data yang di dalamnya mengandung unsur proses reduplikasi.
3. Menganalisis data atau mendiskripksikan data yang ada dalam novel tersebut.
4. Menyimpulkan analisis data.
G. Keabsahan Data
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas intrarater, yakni
dengan cara menonton, membaca, dan meneliti subjek penelitian secara berulang-ulang
sampai mendapatkan data yang dimaksud. Selain itu interrater melakukan pengecekan
sejawat dengan mendiskusikan hasil sementara yang diperoleh dalam bentuk diskusi
dengan rekan seperjuangan yang dianggap tahu dengan masalah yang diangkat oleh
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tabel Klarifikasi Kerpus Data
Jenis-jenis Reduplikasi
Novel Suluh Rindu Karaya Habiburrahman El Shirazy
Pengulangan Pura-pura
Kau pura-pura tidak kenal
Utuh
aku (hal. 135)
Pengulangan Saran-saran
Mendapatkan saran-saran -
Utuh
yang berharga (hal.137)
42
B. Pembahasan
Agar sistematis dan konkrit, maka dalam penyajian analisis data, penulis
menguraikan fokus penelitian proses morfologis reduplikasi yaitu pengulangan
seluruh, pengulangan Sebagian dan pengulanan yang berkombinasi dengan proses
pembubuhan dengan afiks yang digunakan pengaran dalam Novel Suluh Rindu karya
habiburrahman el sirazy. Pengulangan seluruh ialah pengulangan bentuk dasar secara
keseluruhan tanpa berkombinasi dengan pembubuhan fonem. Pengulangan Sebagian
ialah pengulangan bentuk dasar secara Sebagian, tanpa ada perubahan fonem.
Pengulangan yang berkombinasi dengan afiks ialah pengulangan bentuk dasar disertai
dengan penambahan secara bersama sama atau serentak dalam mendukung satu arti.
Di dalam Bahasa Indonesia ada beberapa imbuhan yang dapat bergabung secara
bersama -sama dengan pengulangan kata yang membentuk dalam satu arti, yaitu (-
an), (ke-an), dan (se-nya).
Di dalam menguraikan hasil penelitian ini, penulis menguraikan secara
sistematis sesuai dengan fokus penelitian, yaitu pengulangan seluruh, pengulangan
Sebagian, dan pengulanan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan dengan
afiks yang digunakan pengaran dalam Novel Suluh Rindu karya Habiburrahman el
shirazy.
1. Pengulangan Seluruh
Menurut Ramlan dalam jurnal Sinta Prihatiningrum Simatupang pengulangan
seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak
berkombinasi dengan proses pembubuhan afiksasi dalam kutipan Novel yang
59
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
pelan-pelan sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar pelan.
Kata pelan merupakan bentuk dasar yang bermakna bergerak, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata pelan-pelan yang bermakna perlahan.
Mbak lina ngak apa-apa ( hal. 4)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata apa-apa. Dalam kata apa-apa merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata apa-apa
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar apa. Kata apa merupakan
bentuk dasar yang bermakna kata tanya, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi
kata apa-apa yang bermakna sesuatu.
Ia memilih menyewa tas itu sekedar untuk jaga-jaga. (hal. 5)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata jaga-jaga. Dalam kata jaga-jaga merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata jaga-jaga
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar jaga
Kata jaga merupakan bentuk dasar yang bermakna kata bangun, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata jaga-jaga yang bermakna tidak tidur.
Lina merasakan lapis-lapis bahagia yang belum pernah ia rasakan
sebelumnya. (hal.6 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata lapis-lapis. Dalam kata lapis-lapis merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata lapis-lapis
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar lapis. Kata lapis merupakan
bentuk dasar yang bermakna kata bagian, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi
kata lapis-lapis yang bermakna banyak bagian
Masing-masing berkapasitas enam orang. ( hal. 8 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata masing-masing. Dalam kata masing-masing merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
Masing-masing sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar masing
Kata masing merupakan bentuk dasar yang bermakna tiap, terjadi proses reduplikasi
berubah menjadi kata masing-masing yang bermakna sendiri-sendiri.
Tiba-tiba ia terisak lirih. ( hal. 8 )
61
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata tiba-tiba. Dalam kata tiba-tiba merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata tiba-tiba
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar tiba
Kata tiba merupakan bentuk dasar yang bermakna datang terjadi proses reduplikasi
berubah menjadi kata tiba-tiba yang bermakna dengan mendadak.
Jadi semuanya, setelah bersih-bersih dan rapi-rapi, kita shalat berjamaah disini
( hal. 9 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata bersih-bersih. Dalam kata bersih-bersih merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
bersih-bersih sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar bersih
Kata bersih merupakan bentuk dasar yang bermakna kata bebas dari kotoran, terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata bersih-bersih yang bermakna membersihkan
dari kotoran
Jadi semuanya, setelah bersih-bersih dan rapi-rapi, kita shalat berjamaah
disini ( hal. 9 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata rapi-rapi. Dalam kata rapi-rapi merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata rapi-rapi
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar rapi
Kata rapi merupakan bentuk dasar yang bermakna kata teratur, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata rapi-rapi yang bermakna teratur
Santi telah menyiapkan bahan-bahan ayam rica rica. ( hal. 9 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata bahan-bahan. Dalam kata bahan-bahan merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
bahan-bahan sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar bahan
Kata bahan merupakan bentuk dasar yang bermakna katapecahan kayu, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata bahan-bahan yang bermakna komposisi
Hujan rintik-rintik menyapu puncak. ( hal. 10 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata rintik-rintik. Dalam kata rintik-rintik merupakan morfem bebas karena bisa
62
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
rintik-rintik sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar rintik
Kata rintik merupakan bentuk dasar yang bermakna kata bangun, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata rintik-rintik yang bermakna gerimis
Ia sangat menyukai kopi yang dihasilkan dari kebun-kebun di kampungnya.
(hal10)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata kebun-kebun. Dalam kata kebun-kebun merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
kebun-kebun sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar kebun
Kata kebun merupakan bentuk dasar yang bermakna kata titik (kurik) pada dasar
warna yang lain, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata kebun-kebun yang
bermakna
Mula-mula kopi adalah minuman penduduk Yaman. ( hal. 11 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata mula-mula. Dalam kata mula-mula merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata mula-mula
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar mula
Kata mula merupakan bentuk dasar yang bermakna kata awal, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata mula-mula yang bermakna pertama-tama
Aku ingin bareng-bareng di sini. ( hal. 11 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata bareng-bareng. Dalam kata bareng-bareng merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
bareng-bareng sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar bareng
Kata bareng merupakan bentuk dasar yang bermakna kata bareng-bareng, terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata bareng-bareng yang bermakna ikut bersama
Bunga-bunga Edelweis begitu tegar bertasbih dalam hujan. ( hal. 14 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata bunga-bunga. Dalam kata bunga-bunga merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
bunga-bunga sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar bunga
63
Kata bunga merupakan bentuk dasar yang bermakna katabagian tumbuhan yang akan
menjadi buah, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata bunga-bunga yang
bermakna banyak macam bunga
Sayup-sayup terdengar suara adzan timbul tenggelam di kejauhan. ( hal. 17 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata sayup-sayup. Dalam kata sayup-sayup merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
sayup-sayup sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar sayup
Kata sayup merupakan bentuk dasar yang bermakna katahampir sampai pada sasaran,
terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata sayup-sayup yang bermakna hanya
hampir cukup.
Saya hanya bawa barang-barang paling penting. ( hal. 19 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata barang-barang. Dalam kata barang-barang merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna.Kata
barang-barang sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar barang
Kata barang merupakan bentuk dasar yang bermakna kata bangun, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata barang-barang yang bermakna
Mengikat kencang-kencang. ( hal. 24 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata kencang-kencang. Dalam kata kencang-kencang merupakan morfem bebas
karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan
makna.Kata kencang-kencang sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar
kencang
Kata kencang merupakan bentuk dasar yang bermakna kata tidak kendur, terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata kencang-kencang yang bermakna sangat
kencang.
Jika otot-otot itu bergerak. ( hal. 24 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata otot-otot. Dalam kata otot-otot merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata otot-otot
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar otot.
64
Kata otot merupakan bentuk dasar yang bermakna kata jaringan kenyal dalam tubuh
manusia, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata otot-otot yang bermakna
bagian dari tubuh
Kalau saja aku tidak mengajakmu foto-foto di daerah itu. ( hal. 25 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata foto-foto. Dalam kata foto-foto merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata foto-foto
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar foto
Kata foto merupakan bentuk dasar yang bermakna kata potret, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata foto-foto yang bermakna banyak foto.
Terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. ( hal. 28 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata hal-hal. Dalam kata hal-hal merupakan morfem bebas karena bisa berdiri sendiri
tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata hal-hal sebagai
hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar hal
Kata hal merupakan bentuk dasar yang bermakna kata keadaan, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata hal-hal yang bermakna saesuatu
Pucuk-pucuk pepohonan. ( hal. 35 )
kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata pucuk-pucuk. Dalam kata pucuk-pucuk merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
pucuk-pucuk sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar pucuk
Kata pucuk merupakan bentuk dasar yang bermakna kata daun muda, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata pucuk-pucuk yang bermakna paling ujung ranting
Bahkan shalat dan amal-amal ibadah ( hal.37 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata amal-amal. Dalam kata amal-amal merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata berkaca-
kaca sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar amal
Kata amal merupakan bentuk dasar yang bermakna kata perbuatan, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata amal-amal yang bermakna semua amal
Seorang ibu-ibu muda mengangguk-angguk mendengar uraian Ridho yang
jelas. ( hal. 37)
65
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata mengangguk-angguk. Dalam kata mengagguk- angguk merupakan morfem bebas
karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan
makna. Kata mengangguk-angguk sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk
dasar angguk
Kata angguk merupakan bentuk dasar yang bermakna kata gerakan menundukkan
kepala, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata mengangguk-angguk yang
bermakna berkali-kali mengangguk (karena sangat setuju)
Mereka berdua itu adik-adik kita. ( hal. 39 )
Kutipani atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata adik-adik. Dalam kata adik-adik merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata adik-adik
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar adik
Itu sama seperti kau menusuk-nusuk belati ke jantung mamamu ini. ( hal. 40 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata menusuk-nusuk. Dalam kata menusuk-nusuk merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
menusuk-nusuk sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar tusuk
Kata tusuk merupakan bentuk dasar yang bermakna kata mencocok dengan barang
yang runcing, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata menusuk-nusuk yang
bermakna memanaskan hati orang menghasut.
Tapi jika berhasil melewati riyadhoh ini, kata senior-senior saya. (hal. 47)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata senior-senior. Dalam kata senior-senior merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
senior-senior sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar senior
Kata masing merupakan bentuk dasar yang bermakna kata lebih tinggi dalam pangkat
dan jabatan kedinasan, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata senior-senior
yang bermakna paling tinggi pangkatnya.
Gadis-gadis way meranti secara umum baik. (hal. 53)
Kutipandi atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata gadis-gadis. Dalam kata gadis-gadis merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
66
gadis-gadis bgai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar gadis. Kata masing
merupakan bentuk dasar yang bermakna kata anak perempuan yang sudah akil balig,
terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata gadis yang bermakna banyak gadis.
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata butir-butir. Dalam kata butir-butir merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata butir-butir
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar butir
Kata butir merupakan bentuk dasar yang bermakna kata barang yang kecil-kecil
seperti beras, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi butir-butir yang bermakna
banyak butir.
Sedang belanja oleh-oleh. ( hal. 61 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata oleh-oleh. Dalam kata oleh-oleh merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata oleh-oleh
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar tokoh
Kata tokoh merupakan bentuk dasar yang bermakna kata kata penghubung untuk
menandai, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata oleh-oleh yang bermakna
sesuatu yang dibawa dari bepergian.
Aset-aset ayahmu. ( hal. 65 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata asset-aset.Dalam kata asset-aset merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata Aset-aset
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar aset Kata aset merupakan
bentuk dasar yang bermakna kata sesuatu yang mempunyai nilai tukar, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata Aset-aset yang bermakna barang yang memiliki
harga.
kita nanti bisa mengembangkan ke bisnis-bisnis level yang raksasa. ( hal. 65 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata bisnis-bisnis.Dalam kata bisnis-bisnis merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
bisnis-bisnis sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar bisnis
67
Kata bisnis merupakan bentuk dasar yang bermakna kata usaha komersial dalam
dunia perdagangan, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata bisnis-bisnis yang
bermakna banyak bisnis
Naimah digadang-gadang akan dibuatkan pesantren Al Quran oleh calon
mertuanya. (hal 66)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata digadang-gadang. Dalam kata digadang-gadang merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
digadang-gadang sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar bisnis
Kata bisnis merupakan bentuk dasar yang bermakna kata besar, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata digadang-gadang yang bermakna diharapkan.
Besok ikan-ikan ini dipuaskan ya, Nus. ( hal. 69 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata ikan-ikan. Dalam kata ikan-ikan merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata ikan-ikan
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar ikan
Kata ikan merupakan bentuk dasar yang bermakna kata binatang bertulang belakang
yang hidup dalam air, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata ikan-ikan yang
bermakna alat untuk mengukur kecepatan jalan kapal
Kolam-kolam tambahan itu berbentuk bulat... ( hal. 70 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata kolam-kolam. Dalam kata kolam-kolam merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
kolam-kolam sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar kolam
Kata kolam merupakan bentuk dasar yang bermakna ceruk di tanah yang agak luas
dan dalam berisi air, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata kolam-kolam
yang bermakna tempat pemandian.
mikir dengan sungguh-sungguh berhari-hari. ( hal. 77 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata berhari-hari. Dalam kata berhari-hari merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
berhari-hari sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar hari
68
Kata tengah merupakan bentuk dasar yang bermakna kata waktu dari pagi sampai
pagi lagi, terjadi proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa afiks prefiks ber-
berubah menjadi kata berhari-hari yang bermakna beberapa hari
Ia merasa belum mendapatkan peluang-peluang yang ia cari. ( hal. 81 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata peluang-peluang. Dalam kata peluang-peluang merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
peluang-peluang sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar peluang
Kata peluang merupakan bentuk dasar yang bermakna kata kesempatan, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata peluang-peluang yang bermakna banyak peluang
Kau juga bisa mengambil sanad dari ulama-ulama Al-Azhar
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata ulama-ulama. Dalam kata ulama-ulama merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
ulama-ulama sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar ulamaKata
ulama merupakan bentuk dasar yang bermakna kata orang yang ahli dalam hal atau
dalam pengetahuan agama Islam, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata
ulama-ulama yang bermakna banyak ulama.
Sementara Lina menekuri teks-teks pada layar tabnya. ( hal. 91 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata teks-teks. Dalam kata teks-teks merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata teks-teks
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar teks
Kata teks merupakan bentuk dasar yang bermakna kata naskah, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata teks-teks yang bermakna banayak teks.
Untung lilin-lilin itu agak besar. ( hal. 95)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata lilin-lilin. Dalam kata lilin-lilin merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata lilin-lilin
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar lilin
Kata lilin merupakan bentuk dasar yang bermakna kata bahan terbuat dari parafin,
terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata lilin-lilin yang bermakna banyak lilin
Majalah yang ada gambarnya artis-artis. ( hal. 96 )
69
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata artis-artis. Dalam kata artis-artis merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata artis-artis
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar artis
Kata artis merupakan bentuk dasar yang bermakna kata seniman, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata artis-artis yang bermakna banyak artis.
Istri Pak kamilin dari shaf ibu-ibu. ( hal. 101 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata ibu-ibu. Dalam kata ibu-ibu merupakan morfem bebas karena bisa berdiri sendiri
tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata ibu-ibu sebagai
hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk ibu
Kata ibu merupakan bentuk dasar yang bermakna wanita yang telah melahirkan
seseorang, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata ibu-ibu yang bermakna
banyak ibu.
Rata-rata 20 menit per juz. ( hal. 105 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata rata-rata. Dalam kata rata-rata merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata rata-rata
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk rata
Kata rata merupakan bentuk dasar yang bermakna kata bangun, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata rata-rata yang bermakna.
Ia bukan siapa-siapa. ( hal. 113 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata siapa-siapa. Dalam kata siapa-siapa merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata siapa-siapa
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk siapa
Kata siapa merupakan bentuk dasar yang bermakna kata bangun, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata siapa-siapa yang bermakna
Tapi aku lihat dulu pembagian-pembagian asetnya ya. ( hal. 116 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata pembagian-pembagian. Dalam kata pembagian-pembagian merupakan morfem
bebas karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk
menghasilkan makna. Kata pembagian-pembagian sebagai hasil reduplikasi
kesuluruhan dari bentuk bagian
70
Kata bagian merupakan bentuk dasar yang bermakna kata perolehan, terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa afiks prefiks pem-, berubah menjadi kata
pembagian-pembagian yang bermakna banyak bagian
Tapi aku lihat dulu pembagian-pembagian asetnya ya. ( hal. 116 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata pembagian-pembagian. Dalam kata pembagian-pembagian merupakan morfem
bebas karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk
menghasilkan makna. Kata pembagian-pembagian sebagai hasil reduplikasi
kesuluruhan dari bentuk bagian. Kata bagian merupakan bentuk dasar yang bermakna
kata perolehan, terjadi proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa afiks prefiks
pem-, berubah menjadi kata pembagian-pembagian yang bermakna banyak bagian
Tapi jangan lama-lama. ( hal. 118 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata lama-lama. Dalam kata lama-lama merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata lama-lama
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk lama. Kata lama merupakan bentuk
dasar yang bermakna kata bangun, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata
lama-lama yang bermakna lambat laun
Memperjuangkan hak-hak (hal. 134)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata hak-hak. Dalam kata hak-hak merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata hak-hak
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar hak
Kata hak merupakan bentuk dasar yang bermakna kata benar, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata hak-hak yang bermakna kewenangan.
Pak Purnomo melihat berkas-berkas (hal. 134)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata berkas-berkas. Dalam kata berkas-berkas merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
berkas-berkas sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar berkas
Kata berkas merupakan bentuk dasar yang bermakna kata banyak, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata berkas-berkas yang bermakna banyak berkas.
71
Kata coba merupakan bentuk dasar yang bermakna silakan, terjadi proses reduplikasi
berubah menjadi kata saran-saran yang bermakna mencoba-coba.
Kapan-kapan kita harus menengok beliau (hal. 144)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata kapan-kapan. Dalam kata kapan-kapan merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
kapan-kapan sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar kapan
Kata kapan merupakan bentuk dasar yang bermakna kata tanya, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata kapan-kapan yang bermakna sewaktu-waktu.
Aset-aset yang lina pernah ada kenangan dengan ayah (hal. 149)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata asset-aset. Dalam kata asset-aset merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata aset-aset
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar aset
Kata aset merupakan bentuk dasar yang bermakna yang mempunyai nilai tukar,
terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata asset-aset yang bermakna banyak aset.
Sama-sama penthouse (hal. 152)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata sama-sama. Dalam kata sama-sama merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata sama-sama
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar sama. Kata sama merupakan
bentuk dasar yang bermakna serupa, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata
sama-sama yang bermakna tidak berbeda.
Mbak sewenang-wenang memaksa kehendak (hal. 153)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata sewenang-wenang. Dalam kata sewenang-wenang merupakan morfem bebas
karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan
makna. Kata sewenang-wenang sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk
dasar kewenangan
Kata kewenangan merupakan bentuk dasar yang bermakna hak dan kekuasaan, terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata sewenang-wenang yang bermakna
semaunya.
Nggak perlu ribut-ribut ke meja hijau (hal. 156)
73
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata rebut-ribut. Dalam kata rebut-ribut merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata ribut-ribut
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar ribut
Kata ribut merupakan bentuk dasar yang bermakna gaduh, terjadi proses reduplikasi
berubah menjadi kata ribut-ribut yang bermakna keramaian
Jika Lina benar-benar bertarung di meja pengadilan (hal. 157)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata benar-benar. Dalam kata benar-benar merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
benar-benar sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar benar
Kata benar merupakan bentuk dasar yang bermakna sesuai, terjadi proses reduplikasi
berubah menjadi kata benar-benar yang bermakna sungguh-sungguh
Lina hanya ingin memiliki barang-barang yang memiliki niai sejarah (hal.
158)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
katabarang-barang. Dalam kata barang-barang merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
barang-barang sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar barang
Kata barang merupakan bentuk dasar yang bermakna benda umum, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata barang-barang yang bermakna banyak barang
Tetapi lagi-lagi kalua jujur, bu sita sudah mendapatkan bagian yang banyak
(hal. 158)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata lagi-lagi. Dalam kata lagi-lagi merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata lagi-lagi
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar lagi
Kata lagi merupakan bentuk dasar yang bermakna sedang atau masih, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata lagi-lagi yang bermakna berulang lagi.
Sesekali tampak umbul-umbul dengan lambang pesantren (hal. 161)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata umbul-umbul. Dalam kata umbul-umbul merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
umbul-umbul sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar umbul
74
Kata umbul merupakan bentuk dasar yang bermakna bendera, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata umbul-umbul yang bermakna bendera beraneka
warna yang dipasang memanjang ke atas dan meruncing ke ujungnya
Lomba menyanyi lagu anak-anak Islami (hal. 162)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata anak-anak. Dalam kata anak-anak merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata anak-anak
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar anak. Kata anak merupakan
bentuk dasar yang bermakna keturunan kedua, terjadi proses reduplikasi berubah
menjadi kata anak-anak yang bermakna banyak anak
Tokoh-tokoh yang semuanya perempuan. (hal. 163)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata tokoh-tokoh. Dalam kata tokoh-tokoh merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
anak-anak sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar anak
Kata anak merupakan bentuk dasar yang bermakna keturunan kedua, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata anak-anak yang bermakna
Akan saya jaga baik-baik, bang. (hal. 164)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata baik-baik. Dalam kata baik-baik merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata baik-baik
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar baik. Kata baik-baik
merupakan bentuk dasar yang bermakna elok, terjadi proses reduplikasi berubah
menjadi kata baik-baik yang bermakna tidak jahat.
Jangan pelit-pelit lah (hal. 164)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata pelit-pelit. Dalam kata pelit-pelit merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata pelit-pelit
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar pelit Kata pelit merupakan
bentuk dasar yang bermakna kikir, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata
pelit-pelit yang bermakna sangat kikir.
Nggak lihat-lihat tempat! (hal. 165)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata lihat-lihat. Dalam kata lihat-lihat merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
75
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata lihat-lihat
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar lihat
Kata lihat merupakan bentuk dasar yang bermakna melihat, terjadi proses reduplikasi
berubah menjadi kata lihat-lihat yang bermakna hati-hati.
Jangan keras-keras (hal.166)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata keras-keras. Dalam kata keras-keras merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
keras-keras sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar keras.
Kata keras merupakan bentuk dasar yang bermakna nyaring, karena terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata keras-keras yang bermakna sangat keras.
Saya akan dibantu teman-teman (hal.169)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata teman-teman. Dalam kata teman-teman merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
teman-teman sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar teman.
Kata teman merupakan bentuk dasar yang bermakna kawan, karena terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata teman-teman yang bermakna banyak teman.
Alat-alat perkusi rebana (hal.169)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata alat-alat. Dalam kata alat-alat merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata alat-alat
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar alat.
Kata alat merupakan bentuk dasar yang bermakna perkakas, karena terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata alat-alat yang bermakna banyak alat.
Bidadari-bidadari pilihan
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata bidadari-bidadari. Dalam kata bidadari-bidadari merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
bidadari-bidadari sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar bidadari.
Kata bidadari merupakan bentuk dasar yang bermakna dewi dari kayangan, karena
terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata bidadari yang bermakna banyak
bidadari.
Ibu-ibu wali santri (hal. 167)
76
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata ibu-ibu. Dalam kata ibu-ibu merupakan morfem bebas karena bisa berdiri sendiri
tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata ibu-ibu sebagai
hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar ibu
Kata ibu merupakan bentuk dasar yang bermakna orang tua perempuan, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata ibu-ibu yang bermakna banyak ibu.
Menggunakan nada-nada indah (hal.181)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata nada-nada. Dalam kata nada-nada merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata nada-nada
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar nada
Kata nada merupakan bentuk dasar yang bermakna tinggi rendahnya suara, terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata nada-nada yang bermakna banyak nada
Sama-sama enak didengar (hal. 189)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata sama-sama. Dalam kata sama-sama merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna.Kata sama
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar sama.Kata sama merupakan
bentuk dasar yang bermakna serupa, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata
sama-sama yang bermakna tidak berbeda.
Ia harus pandai-pandai mencuri waktu (hal.189)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata pandai-pandai. Dalam kata pandai-pandai merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
pandai-pandai sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar pandai.
Kata pandai merupakan bentuk dasar yang bermakna mahir, karena terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata pandai-pandai yang bermakna lebih pandai.
Semua ingin mendengar kata-kata (hal.190)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata kata-kata. Dalam kata kata-kata merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata kata-kata
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar kata.
Kata kata merupakan bentuk dasar yang bermakna unsur bicara, karena terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata kata-kata yang bermakna banyak kata.
77
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
tahun-tahun sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar tahun.
Kata tahun merupakan bentuk dasar yang bermakna masa dua belas bulan, karena
terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata tahun-tahun yang bermakna banyak
tahun.
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata repot-repot. Dalam kata repot-repot merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata repot-repot
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar repot.
Kata repot merupakan bentuk dasar yang bermakna sibuk, terjadi proses reduplikasi
berubah menjadi kata repot-repot yang bermakna repot.
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
santri-santri sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar santri.
Kata santri merupakan bentuk dasar yang bermakna orang yang mendalami agama
islam, karena terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata santri yang bermakna
banyak santri.
Pernikahan ini tidak main-main (hal.240)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata main-main. Dalam kata main-main merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata main-main
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar main.
Kata main merupakan bentuk dasar yang bermakna permainan, karena terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata main-main yang bermakna bersenang-senang.
Aku timbang-timbang (hal.240)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata timbang-timbang. Dalam kata timbang-timbang merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
timbang-timbang sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar timbang.
Kata timbang merupakan bentuk dasar yang bermakna tidak berat sebelah, karena
terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata timbang-timbang yang bermakna
sama berat.
Membuat syarat-syarat (hal. 240-241)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata syarat-syarat. Dalam kata syarat-syarat merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
syarat-syarat sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar syarat
Kata syarat merupakan bentuk dasar yang bermakna ketentuan, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata syarat-syarat yang bermakna banyak syarat
Dia berasal keluarga biasa-biasa saja (hal. 246)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata biasa-biasa. Dalam kata biasa-biasa merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata biasa-biasa
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar biasa
Kata biasa merupakan bentuk dasar yang bermakna umum, terjadi proses reduplikasi
berubah menjadi kata biasa-biasa yang bermakna sangat biasa
81
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
Wanita-wanita sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar wanita
Kata wanita merupakan bentuk dasar yang bermakna perempuan dewasa, terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata wanita-wanita yang bermakna banyak Wanita
Truk-truk yang mengangkut (hal. 279)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata truk-truk. Dalam kata truk-truk merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata truk-truk
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar truk. Kata truk merupakan
bentuk dasar yang bermakna mobil besar dengan bak besar di belakang, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata truk-truk yang bermakna banyak truk.
Kontainer-kontainer besar (hal.279)
kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata kontainer-kontainer. Dalam kata kotainer-kontainer merupakan morfem bebas
karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan
makna. Kata kontainer-kontainer sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk
dasar kontainer.
Kata kontainer merupakan bentuk dasar yang bermakna kotak kargo, karena terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata kontainer-kontaier yang bermakna banyak
kontainer.
Daun-daun masih basah (hal.285)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata daun-daun. Dalam kata daun-daun merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata daun-daun
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar daun.
Kata daun merupakan bentuk dasar yang bermakna bagian tanaman, karena terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata daun-daun yang bermakna banyak daun.
Akhir-akhir ini (hal.297)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata akhir-akhir. Dalam kata akhir-akhir merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata akhir-akhir
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar akhir.
Kata akhir merupakan bentuk dasar yang bermakna belakang, karena terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata akhir-akhir yang bermakna belakang sekali.
83
kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata kitab-kitab. Dalam kata kitab-kitab merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata kitab-kitab
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar kitab.
Kata kitab merupakan bentuk dasar yang bermakna buku, karena terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata kitab-kitab yang bermakna banyak kitab.
Ulama-ulama besar (hal. 301)
kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata ulama-ulama. Dalam kata ulama-ulama merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
ulama-ulama sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar ulama
Kata ulama merupakan bentuk dasar yang bermakna orang yang ahli dalam
pengetahuan agama islam, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata ulama-
ulama yang bermakna banyak ulama.
Isinya macam-macam (hal. 306)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata macam-macam. Dalam kata macam-macam merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
macam-macam sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar macam
Kata macam merupakan bentuk dasar yang bermakna jenis, terjadi proses reduplikasi
berubah menjadi kata macam-macam yang bermakna berbagai
Cepat-cepat ia mengusir (hal.312)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata cepat-cepat. Dalam kata cepat-cepat merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
cepat-cepat sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar cepat.
Kata cepat merupakan bentuk dasar yang bermakna waktu, karena terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata cepat-cepat yang bermakna segera.
Kata kira merupakan bentuk dasar yang bermakna pendapat berdasarkan dugaan,
terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata kira-kira yang bermakna mungkin
Gosip yang tiak-tidak (hal. 314)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh d
alam kata tidak-tidak. Dalam kata tidak-tidak merupakan morfem bebas
karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan
makna. Kata tidak-tidak sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar tidak
Kata tidak merupakan bentuk dasar yang bermakna penolakan, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata tidak-tidak yang bermakna yang bukan-bukan
Menunggu detik-detik pernikahannya (hal.320)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata detik-detik. Dalam kata detik-detik merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata detik
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar detik.
Kata detik merupakan bentuk dasar yang bermakna waktu, karena terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata detik-detik yang bermakna waktu yang singkat.
Untuk sementara bagian-bagian yang akan aku beikan padamu (hal.323)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata bagian-bagian. Dalam kata bagian-bagian merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
bagian-bagian sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar bagian.
Kata bagian merupakan bentuk dasar yang bermakna jatah, karena terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata bagian-bagian yang bermakna membagi.
Sakit sampai muntah-muntah (hal. 325)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata muntah-muntah. Dalam kata muntah-muntah merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
muntah-muntah sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar muntah
Kata muntah merupakan bentuk dasar yang bermakna keluar Kembali makanan,
terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata muntah-muntah yang bermakna
banyak muntah.
Jangan lama-lama (hal.326)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata lama-lama. Dalam kata lama-lama merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
86
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata lama-lama
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar lama.Kata lama merupakan
bentuk dasar yang bermakna waktu, karena terjadi proses reduplikasi berubah menjadi
kata lama-lama yang bermakna waktu yang Panjang.
Ia menemui tetamu-tetamu itu. (hal. 328)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata tetamu-tetamu. Dalam kata tetamu-tetamu merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
tetamu-tetamu sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar tamu
Kata tamu merupakan bentuk dasar yang bermakna orang datang berkunjung, terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata tetamu-tetamu yang bermakna banyaknya
tamu
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata apartemen-apartemen. Dalam kata aparemen-apartemen merupakan morfem
bebas karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk
menghasilkan makna. Kata apartemen-apartemen sebagai hasil reduplikasi
kesuluruhan dari bentuk dasar apartemen. Kata apartemen merupakan bentuk dasar
yang bermakna tempat tinggal, karena terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata
apartemen-apartemen yang bermakna banyak apartemen.
Aman-aman saja. (hal. 417)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata aman-aman. Dalam kata aman-aman merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
aman-aman sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar aman. Kata aman
merupakan bentuk dasar yang bermakna bebas dari bahaya, terjadi proses reduplikasi
berubah menjadi kata aman-aman yang bermakna sangat aman.
Rapat-rapat oleh Syifa. (hal. 424)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata rapat-rapat. Dalam kata rapat-rapat merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata rapat-rapat
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar rapat
Kata rapat merupakan bentuk dasar yang bermakna pertemuan, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata rapat-rapat yang bermakna banyak rapat.
Dalam sujud-sujud panjang di malam hari (hal.424)
kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh
dalam kata sujud-sujud. Dalam kata sujud-sujud merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna.
Kata sujud-sujud sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk sujud.
Kata sujud merupakan bentuk dasar yang bermakna berlutut, karena terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata sujud-sujud yang bermakna banyak sujud.
Sisa-sisa umurnya. (hal. 426)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata sisa-sisa. Dalam kata sisa-sisa merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata sisa-sisa
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar sisa. Kata sisa merupakan
90
bentuk dasar yang bermakna apa yang tertinggal, terjadi proses reduplikasi berubah
menjadi kata sisa-sisa yang bermakna banyak sisa.
Yang ada hanya marah-marah kepadanya (hal.437)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata marah-marah. Dalam kata marah-marah merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
marah-marah sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar marah.
Kata marah merupakan bentuk dasar yang bermakna tidak senang, karena terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata marah-marahyang bermakna sangat tidak
senang.
Kata doa merupakan bentuk dasar yang bermakna permohonan kepada tuhan, terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata doa-doa yang bermakna banyak doa
Menara-menara masjid (hal. 479)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata menara-menara. Dalam kata Menara-menara merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
Menara-menara sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar menara
Kata menara merupakan bentuk dasar yang bermakna bangunan yang tinggi, terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata Menara-menara yang bermakna banyak
Menara
Jejak-jejak para nabi (hal. 487)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pen. gulangan seluruh
dalam kata jejak-jejak. Dalam kata jejak-jejak merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan maknaKata
jejak-jejak sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar jejak
Kata jejak merupakan bentuk dasar yang bermakna bekas, terjadi proses reduplikasi
berubah menjadi kata jejak-jejak yang bermakna banyak jejak
Pemuda-pemuda dari Malaysia (hal.491)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata pemuda-pemuda. Dalam kata pemuda-pemuda merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
pemuda-pemuda sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar pemuda.
Kata pemuda merupakan bentuk dasar yang bermakna orang yang masih muda,
karena terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata sebesar-besarnya yang
bermakna banyak pemuda.
Catatan-catatan Profesor Thalhah, (hal. 497)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata catatan-catatan. Dalam kata catatan-catatan merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
catatan-catatan sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar catatan
Kata catatan merupakan bentuk dasar yang bermakna hasil mencatat, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata catatan-catatan yang bermakna banyak catatan
Masukan-masukan dari para penguji (hal.499)
93
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata masukan-masukan. Dalam kata masukan-masukan merupakan morfem bebas
karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan
makna.
Kata masukan-masukan sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar
masuk.
Kata masuk merupakan bentuk dasar yang bermakna datang, karena terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa sufiks an-, berubah menjadi kata masukan-
masukan yang bermakna saran.
Referensi-referensi penting (hal, 503)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata referensi-referensi. Dalam kata referensi-referensi merupakan morfem bebas
karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan
makna. Kata referensi-referensi sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk
dasar referensi
Kata referensi merupakan bentuk dasar yang bermakna mengusap sumber acuan,
terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata referensi-referensi yang bermakna
benyak sumber acuan.
Buku-buku itu sejatinya bukan benda mati (hal.503)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata buku-buku. Dalam kata buku-buku merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata buku-buku
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar buku.
Kata buku merupakan bentuk dasar yang bermakna lembar kertas, karena terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata buku-buku yang bermakna banyak buku.
Bayi-bayi generasi penerus (hal. 507)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata bayi-bayi. Dalam kata bayi-bayi merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata bayi-bayi
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar bayi
Kata bayi merupakan bentuk dasar yang bermakna anak yang belum lahir, terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata bayi-bayi yang bermakna banyak bayi
Tulang-tulang di bandannya (hal.527)
94
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata tulang-tulang. Dalam kata tulang-tulang merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
tulang-tulang sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar tulang.
Kata tulang merupakan bentuk dasar yang bermakna rangka, karena terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata tulang-tulang yang bermakna banyak tulang.
Membaca teks-teks Arab (hal. 548)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata teks-teks. Dalam kata teks-teks merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata teks-teks
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar teks.
Kata teks merupakan bentuk dasar yang bermakna wacana tertulis, terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata teks-teks yang bermakna banyak wacana tertulis
Jenis-jenis nazar, (hal.549)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata jenis-jenis. Dalam kata jenis-jenis merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata jenis-jenis
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar jenis
Kata jenis merupakan bentuk dasar yang bermakna macam, terjadi proses reduplikasi
berubah menjadi kata jenis-jenis yang bermakna banyak macam
Meronta-ronta sekuat tenaga (hal.552)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata meronta-ronta. Dalam kata meronta-ronta merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
meronta-ronta sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar meronta.
Kata meronta merupakan bentuk dasar yang bermakna melawan, karena terjadi proses
reduplikasi berubah menjadi kata meronta-ronta yang bermakna sangat melawan.
Nak Lina dan yang lain-lain (hal. 561)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata lain-lain. Dalam kata lain-lain merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata lain-lain
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar lain
Kata lain merupakan bentuk dasar yang bermakna beda, terjadi proses reduplikasi
berubah menjadi kata lain-lain yang bermakna tidak semacam
95
2. Pengulangan Sebagian
96
Kata kaca merupakan bentuk dasar yang bermakna kata benda yang keras, biasanya
bening dan mudah pecah, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata berkaca-
kaca yang bermakna berkilau seperti kaca.
Kata berkaca-kaca merupakan bentuk reduplikasi keseluruhan dan mendapatkan
imbuhan sufiks berupa ber-, afiks ber- merupakan morfem terbagi yang tidak dapat
berdiri sendiri sehingga membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna.
Ridho mewanti-wanti kepada Yunus. ( hal. 27 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata mewanti-wanti. Dalam kata mewanti-wanti merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
mewanti-wanti sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar wanti-wanti
Kata wanti-wanti merupakan bentuk dasar yang bermakna kata pesan yang
disampaikan dengan sungguh-sungguh agar dilaksanakan oleh yang dipesani, pesan
sungguh-sungguh, terjadi proses reduplikasi yang mendapatkan imbuhan sufiks
berupa me- berubah menjadi kata mewanti-wanti yang bermakna memberi pesan yang
disampaikan dengan sungguh-sungguh agar dilaksanakan oleh yang dipesani
Seseorang meraih cita-citanya. ( hal. 30 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata cita-cita. Dalam kata kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi
pengulangan seluruh dalam kata cita-cita. Dalam kata cita-cita merupakan morfem
bebas karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk
menghasilkan makna. Merupakan morfem bebas karena bisa berdiri sendiri tidak
membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata cita-cita sebagai hasil
reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar cita
Kata cita merupakan bentuk dasar yang bermakna kata asa; perasaan hati, terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata cita-cita yang bermakna keinginan yang
selalu ada di dalam pikiran
Gurih dan ada manis-manisnya. ( hal. 32 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata manis-manisnya. Dalam kata manis-manisanya merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
manis-manisnya sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar manis. Kata
manis merupakan bentuk dasar yang mengalami proses reduplikasi dan mendapatkan
98
imbuhan sufiks -nya berubah menjadi kata manis-manisnya yang bermakna manisan
seperti rasa gula.
Kami tau, kami punya bagian, tapi bagian itu bukan dari segala-galanya. (hal.
49)
kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata segala-segalanya. Dalam kata segala-galanya merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
segala-galanya sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar segala kata
segala merupakan bentuk dasar yang bermakna kata sekalian, terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa sufiks berubah menjadi kata segala-
galanya yang bermakna semuanya.
Kata asal merupakan bentuk dasar yang bermakna kata keadaan, terjadi proses
reduplikasi berubah dan mengalami afiksasi berupa afiks sufiks-an menjadi kata asal-
asalan yang bermakna seenaknya.
Diana mencari-cari di titik mana bisa menerimanya. ( hal. 77 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata mencari-cari.Dalam kata mencari-cari merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
mencari-cari sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar cari
Kata cari merupakan bentuk dasar yang bermakna kata sesuatu yang telah dijanjikan,
terjadi proses reduplikasi dan mendapatkan afiks men- maka berubah menjadi kata
mencari-cari yang bermakna mengada-adakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada
Masyarakat yang terus jadi bulan-bulanan penghakiman. ( hal. 83 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata bulan-bulanan. Dalam kata bulan-bulanan merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
bulan-bulanan sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar peluang. Kata
peluang merupakan bentuk dasar yang bermakna kata benda langit yang mengitari
bumi, terjadi proses reduplikasi dan terjadi proses afiksasi yang berimbuhan an-
berubah menjadi kata bulan-bulanan yang bermakna benda buatan menyerupai bulan
Adzan zhuhur bersahut-sahutan di seantero Kota Liwa. ( hal. 91 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata bersahut-sahutan. Dalam kata bersahut-sahutan merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
bersahut-sahutan sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar sahut
Kata sahut merupakan bentuk dasar yang bermakna kata jawab, terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa afiks prefiks ber- berubah menjadi kata
bersahut-sahutan yang bermakna berbalas-balasan
Masak kita dipanggil Allah terus malas-malasan. ( hal.93 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata malas-malasan. Dalam kata malas-malasan merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
malas-malasan sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar malas
Kata malas merupakan bentuk dasar yang bermakna kata tidak mau bekerja, terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata malas-malasan yang bermakna bermalas-
100
malas. Kata malas – malasan mengalami reduplikasi dan mendapatkan afiks konfiks
berupa an, yang bermakna bermalas – malas.
Ah, bisa saja kamu Lin mengait-ngaitkan listrik mati dengan kematia. ( hal.
94)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata mengait-gaitkan. Dalam kata mengait-gaitkan merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
mengait-ngaitkan sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar kait
Kata kait merupakan bentuk dasar yang bermakna kata menarik, terjadi proses
reduplikasi dan terjadinya proses afiksasi berupa afiks konfiks me- kan berubah
menjadi kata mengait-ngaitkan yang bermakna mengikut sertakan
Listrik itu padam berjam-jam. ( hal. 94)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata berjam-jam. Dalam kata berjam-jam merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
berjam-jam sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar jam
Kata jam merupakan bentuk dasar yang bermakna kata alat untuk mengukur waktu,
terjadi proses reduplikasi dan mengalamai afiksasi berupa afiks prefiks ber- berubah
menjadi kata berjam-jam yang bermakna beberapa jam lamanya.
Diingat-ingat oleh mamanya. ( hal. 98 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata diingat-ingat. Dalam kata diingat-ingat merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
diingat-ingat sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar ingat
Kata ingat merupakan bentuk dasar yang bermakna kata berada dalam pikiran, terjadi
proses reduplikasi dan terjadi afiksasi berupa afiks prefiks di-, berubah menjadi kata
diingat-ingat yang bermakna tidak lengah
Dalam doa-doanya. ( hal. 99 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata doa-doa. Dalam kata doa-doa merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata doa-doa
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar doa.Kata doa merupakan
bentuk dasar yang bermakna kata permohonan, terjadi proses reduplikasi dan terjadi
101
afiksasi berupa afiks sufiks nya-, berubah menjadi doa-doa yang bermakna banyak
doa
Bersama-sama meminta kepada Allah. ( hal. 100 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata Bersama-sama. Dalam kata Bersama-sama merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
bersama-sama sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk sama.Kata sama
merupakan bentuk dasar yang bermakna kata serupa, terjadi proses reduplikasi dan
mengalami afiksasi berupa afiks prefiks ber-, berubah menjadi kata bersama-sama
yang bermakna bersama
selama 41 hari berturut-turut. ( hal. 101)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata berturut-turut. Dalam kata berturut-turut merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
berturut-turut sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk urut
Kata urut merupakan bentuk dasar yang bermakna kata bersama di dalam, terjadi
proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa afiks prefiks ber-, berubah menjadi
kata berturut-turut yang bermakna beruntun
Bu Nyai Harun sangat menekankan murid-muridnya untuk riyadhohnya
seperti itu. ( hal. 101 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata murid-murid. Dalam kata murid-murid merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
murid-murid sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk murid. Kata murid
merupakan bentuk dasar yang bermakna orang (anak) yang sedang berguru, terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata murid-murid yang bermakna banyak murid
Ridho membacakan kitab Fathul Qorib kepada santri-santrinya. ( hal. 106 )
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata santri-santri. Dalam kata santri-santri merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
santri-santri sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk santri
Kata santri merupakan bentuk dasar yang bermakna ang yang mendalami agama
Islam, terjadi proses reduplikasi berubah menjadi kata santri-santri yang bermakna
banyak santri
102
kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata potongan-potongan. Dalam kata potongan-potongan merupakan morfem bebas
karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan
makna. Kata potongan-potongan sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk
potong. Kata potong merupakan bentuk dasar yang bermakna kata penggal, terjadi
proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa afiks sufiks an-, berubah menjadi
kata potongan-potongan yang bermakna beberapa pengalan
Satu-satunya yang Lina punya kenangan adalah tanah kebun kosong (hal. 150)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata satu-satunya. Dalam kata satu-satunya merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
satu-satunya sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar satu
Kata satu merupakan bentuk dasar yang bermakna angka, terjadi proses reduplikasi
dan mengalami afiksasi berupa afiks sufiks nya-, berubah menjadi kata satu-satunya
yang bermakna satu demi satu.
Tidak! Jagan sekali-kali kamu punya pikiran untuk menghabisi adikku ya!
(hal.157)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata sekali-kali. Dalam kata sekali-kali merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata sekali-kali
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar sekali
Kata sekali merupakan bentuk dasar yang bermakna satu kali, terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa afiks prefiks se-, berubah menjadi kata
sekali-kali yang bermakna sama sekali
Dia satu-satunya saudara kandungku di dunia ini! (hal.157)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata satu-satunya. Dalam kata satu-satunya merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
satu-satunya sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar satu
Kata satu merupakan bentuk dasar yang bermakna bilangan yang dilambangkan
dengan angka 1, terjadi proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa sufiks nya-,
berubah menjadi kata satu-satunya yang bermakna hanya satu, tiada yang lain.
Aku ingin mengambil bagian sebanyak-banyaknya (hal. 157)
104
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata sebanyak-banyaknya. Dalam kata sebanyak-banyaknya merupakan morfem
bebas karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk
menghasilkan makna. Kata sebanyak-banyaknya sebagai hasil reduplikasi
kesuluruhan dari bentuk dasar banyak. Kata banyak merupakan bentuk dasar yang
bermakna tidak sedikit, terjadi proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa afiks
prefiks ber-, berubah menjadi kata sebanyak-banyaknya yang bermakna sebanyak
mungkin.
Jual pakaian, mainan, obat-obatan dan lain sebagainnya. (hal.162)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata obat-obatan. Dalam kata obat-obatan merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
obat-obatan sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar obat
Kata obat merupakan bentuk dasar yang bermakna bahan untuk mengurangi penyakit,
terjadi proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa sufiks an-, berubah menjadi
kata obat-obatan yang bermakna berbagai macam obat.
Didalamnya ada bemacam-macam wahana permainan (hal. 162)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata bermacam-macam. Dalam kata bermacam-macam merupakan morfem bebas
karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan
makna. Kata bemacam-macam sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk
dasar macam. Kata macam merupakan bentuk dasar yang bermakna barang yang
seperti ini ada dua, terjadi proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks
ber-, berubah menjadi kata bemacam-macam yang bermakna berupa-rupa.
Ibunya minta dibelikan mobil-mobilan (hal. 165)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata mobil-mobilan. Dalam kata mobil-mobilan merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
mobil-mobilan sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar mobil.
Kata mobil merupakan bentuk dasar yang bermakna kendaraan darat, karena terjadi
proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa sufiks an-, berubah menjadi kata
mobil-mobilan yang bermakna mainan.
Ia membuang pecinya dan menangis berguling-guling (hal.165)
105
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata berguling-guling. Dalam kata berguling-guling merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
berguling-guling sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar guling.
Kata guling merupakan bentuk dasar yang bermakna berbolak-balik, terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks ber-, berubah menjadi kata
berguling-guling yang bermakna berputar bolak-balik.
Sejengkel-jengkelnya pada anak ya tetap sayang. (hal. 166)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata sejengkel-jengkelnya. Dalam kata sejengkel-jengkelnya merupakan morfem
bebas karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk
menghasilkan makna. Kata sejengkel-jengkelnya sebagai hasil reduplikasi
kesuluruhan dari bentuk dasar jengkel
Kata jengkel merupakan bentuk dasar yang bermakna kessal terjadi proses reduplikasi
dan mengalami afiksasi berupa konfiks se- dan nya-, berubah menjadi kata sejengkel-
jengkelnya yang bermakna sangat jengkel.
Dalam kegiatan sehari-hari aula itu adalah ruang multifungsi (hal.167)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata sehari-hari. Dalam kata sehari-hari merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata sehari-hari
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar hari.
Kata hari merupakan bentuk dasar yang bermakna waktu, karena terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks se-, berubah menjadi kata sehari-
hari yang bermakna setiap hari.
Saya harus Bersiap-siap. (hal. 169)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata Bersiap-siap. Dalam kata Bersiap-siap merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
Bersiap-siap sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar siap. Kata siap
merupakan bentuk dasar yang bermakna sudah, terjadi proses reduplikasi dan
mengalami afiksasi berupa prefiks ber-, berubah menjadi kata Bersiap-siap yang
bermakna akan siap.
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata henti-hentinya. Dalam kata henti-hentinya merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
henti-hentinya sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar henti
Kata henti merupakan bentuk dasar yang bermakna keadaan tanpa gerak, terjadi
proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa sufiks nya-, berubah menjadi kata
henti-hentinya yang bermakna banyak henti.
Lina seketika terisak-isak bahagia (hal. 179)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata terisak-isak. Dalam kata terisak-isak merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
Terisak-isak sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar isak
Kata isak merupakan bentuk dasar yang bermakna suara tangis yang tertahan-tahan,
terjadi proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks ter-, berubah menjadi
kata terisak-isak yang bermakna tersedu-sedu.
Dengan suara terputus-putus (hal.180)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata terputus-putus. Dalam kata terputus-putus merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
terputus-putus sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar putus.
Kata putus merupakan bentuk dasar yang bermakna tidak berhubungan, karena terjadi
proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks ter-, berubah menjadi kata
terputus-putus yang bermakna tersendat-sendat.
Berbincang-bincang dengannya. (hal. 192)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata berbincang-bincang. Dalam kata berbincang-bincang merupakan morfem bebas
karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan
makna. Kata berbincang-bincang sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk
dasar berbincang
Kata berbincang merupakan bentuk dasar yang bermakna bercakap-cakap, terjadi
proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks ber-, berubah menjadi kata
berbincang-bincang yang bermakna berbincang
Tidak bosan-bosannya ia mengulangi lagi. (hal. 203)
107
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata bosan-bosannya. Dalam kata bosan-bosannya merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
bosan-bosannya sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar bosan
Kata bosan merupakan bentuk dasar yang bermakna jemu, terjadi proses reduplikasi
dan mengalami afiksasi berupa sufiks nya-, berubah menjadi kata bosan-bosannya
yang bermakna sangat bosan
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata mengada-ada. Dalam kata mengada-ada merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
mengada-ada sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar ada
Kata ada merupakan bentuk dasar yang bermakna sungguh, terjadi proses reduplikasi
dan mengalami afiksasi berupa prefiks meng-, berubah menjadi kata mengada-ada
yang bermakna melebih-lebihkan
Mendekat-dekat pada suamimu. (hal. 236)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata mendekat-dekat. Dalam kata mendekat-dekat merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
mendekat-dekat sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar dekat
Kata dekat merupakan bentuk dasar yang bermakna akrab, terjadi proses reduplikasi
dan mengalami afiksasi berupa prefiks men-, berubah menjadi kata mendekat-dekat
yang bermakna lebih dekat
Tidak mau berfoya-foya tanpa tujuan (hal.248)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata berfoya-foya. Dalam kata berfoya-berfoya merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
berfoya-foya sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar foya.
Kata foya merupakan bentuk dasar yang bermakna menghamburkan uang, karena ,
terjadi proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks ber-, berubah
menjadi kata berfoya-foya yang bermakna menghambur-hamburkan uang.
Sambut Syifa berbinar-binar (hal.261)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata berbinar-binar. Dalam kata be merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata berbinar-
binar sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar binar.
Kata binar merupakan bentuk dasar yang bermakna bersinar, karena terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks ber-, berubah menjadi kata
berbinar-binar yang bermakna bersinar-sinar.
Putra-putranya para kyai besar (hal. 281)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata putra-putra. Dalam kata putra-putra merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
109
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata putra-
putranya sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar putra. Kata putra
merupakan bentuk dasar yang bermakna anak laki-laki, karena terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks sufiks-, berubah menjadi kata
putra-putra yang bermakna banyak putra.
Sering-seringlah itikaf dan mengaji (hal. 301)
kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata sering-seringlah. Dalam kata sering-seringlah merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
sering-sering sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar sering
Kata sering merupakan bentuk dasar yang bermakna kerap kali, terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa sufiks lah-, berubah menjadi kata sering-
sering yang bermakna sering kali.
Pemuda itu sangat hormat pada guru-gurunya (hal.308)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata guru-gurunya. Dalam kata guru-gurunya merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
guru-gurunya sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar guru.
Kata guru merupakan bentuk dasar yang bermakna orang yang mengajar, karena
terjadi proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa sufiks nya-, berubah menjadi
kata guru-gurunya yang bermakna banyak guru.
Nuraninya seperti berbicara dan bertubi-tubi mencerna dirinya (hal.325)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata bertubi-tubi. Dalam kata bertubi-tubi merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
bertubi-tubi sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar tubi.
Kata tubi merupakan bentuk dasar yang bermakna berulang, karena karena terjadi
proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks ber-, berubah menjadi kata
bertubi-tubi yang bermakna berulang-ulang
Hamba-hambanya yang saleh (hal. 338)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata hamba-hambanya. Dalam kata hamba-hambanya merupakan morfem bebas
karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan
makna. Kata hamba sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar hamba
110
Kata hamba merupakan bentuk dasar yang bermakna abdi, terjadi proses reduplikasi
dan mengalami afiksasi berupa konfiks nya-, berubah menjadi kata hamba-hamba,
yang bermakna banyak hamba.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga besar kyai (hal.361)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata sebesar-besarnya. Dalam kata sebesar-besarnya merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
sebesar-besarnya sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar besar.
Kata besar merupakan bentuk dasar yang bermakna lebih dari setengah, terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa konfiks se- dan nya-, berubah menjadi kata
sebesar-besarnya yang bermakna lawan dari kecil.
Mengelus-elus kepalanya. (hal. 362)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata mengelus-elus. Dalam kata mengelus-elus merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
mengelus-elus sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar elus
Kata elus merupakan bentuk dasar yang bermakna mengusap dengan rasa sayang,
terjadi proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks meng-, berubah
menjadi kata mengelus-elus yang bermakna mengelus
Berlama-lama di situ (hal. 376)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata berlama-lama. Dalam kata berlama-lama merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
berlama-lama sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar lama
Kata lama merupakan bentuk dasar yang bermakna panjangnya waktu, terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks ber-, berubah menjadi kata
berlama-lama yang bermakna lamban
Memanggil-manggil dirinya (hal. 386)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata memanggil-manggil. Dalam kata memanggil-manggil merupakan morfem bebas
karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan
makna. Kata memanggil-manggil sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk
dasar panggil
111
Kata panggil merupakan bentuk dasar yang bermakna menyerukan nama dengan rasa
sayang, terjadi proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks mem-,
berubah menjadi kata memanggil-manggil yang bermakna berulang-ulang menyebut
nama
Dan buah-buahan (hal.388)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata buah-buahan. Dalam kata buah-buahan merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
buah-buahan sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar buah.
Kata buah merupakan bentuk dasar yang bermakna bagian tumbuhan, karena terjadi
proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa sufiks an-, berubah menjadi kata
buah-buahan yang bermakna berbagai-bagai buah
Ujung-ujungnya adalah tawaran (hal. 397)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata ujung-ujungnya. Dalam kata ujung-ujungnya merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
ujung-ujungnya sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar ujung
Kata ujung merupakan bentuk dasar yang bermakna akhir, terjadi proses reduplikasi
berubah menjadi kata ujung-ujungnya yang bermakna akhirnya.
Jangan disia-siakan (hal.397)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata disia-siakan. Dalam kata disia-siakan merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
disia-siakan sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar sia-sia.
Kata sia merupakan bentuk dasar yang bermakna terbuang-buang saja, karena terjadi
proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa konfiks di- dan kan-, berubah
menjadi kata disia-siakan yang bermakna tidak ada gunanya.
Dipikir-pikir dengan kepala dingin (hal. 399)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata dipikir-pikir. Dalam kata dipikir-pikir merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
dipikir-pikir sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar pikir
112
Kata pikir merupakan bentuk dasar yang bermakna akal budi terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks di-, berubah menjadi kata dipikir-
pikir yang bermakna menimbang-nimbang.
Dengan anak dan menantu-menantunya (hal. 409)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata menantu-menantunya. Dalam kata menantu-menantunya merupakan morfem
bebas karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk
menghasilkan makna. Kata menantu-menantunya sebagai hasil reduplikasi
kesuluruhan dari bentuk dasar menantu
Kata menantu merupakan bentuk dasar yang bermakna istri atau suami dari anak kita,
terjadi proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa sufiks nya-, berubah menjadi
kata menantu-menantunya yang bermakna banyak menantu.
Bermimpi-mimpi untuk umroh (hal.418)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh
dalam kata bermimpi-mimpi. Dalam kata bermimpi-mimpi merupakan morfem bebas
karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan
makna. Kata bermimpi-mimpi sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk
dasar mimpi.
Kata mimpi merupakan bentuk dasar yang bermakna angan-angan, terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks ber-, berubah menjadi kata
bermimpi-mimpi yang bermakna banyak berangan-angan.
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
mati-matian sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar mati
Kata mati merupakan bentuk dasar yang bermakna sudah hilang nyawanya, terjadi
proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa sufiks an-, berubah menjadi kata
mati-matian yang bermakna bersungguh-sungguh.
Yang habis-habisan mbak Sita, (hal. 434)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata habis-habisan. Dalam kata habis-habisan merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
habis-habisan sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar habis
Kata habis merupakan bentuk dasar yang bermakna tidak bersisa, terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa sufiks an-, berubah menjadi kata habis-
habisan yang bermakna terlampau sangat.
Tidak mau ikut-ikutan hancur (hal.435)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata ikut-ikutan. Dalam kata ikut-ikutan merupakan morfem bebas karena bisa berdiri
sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata ikut-ikutan
sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar ikut.
Kata ikut merupakan bentuk dasar yang bermakna turut, karena terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa sufiks an-, maka berubah menjadi kata
ikut-ikutan yang bermakna turut serta.
Ceritakan berulang-ulang (hal.456)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata berulang-ulang. Dalam kata berulang-ulang merupakan morfem bebas karena
bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
berulang-ulang sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk dasar ulang.
Kata ulang merupakan bentuk dasar yang bermakna lakukan lagi, karena terjadi
proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks ber-, berulang-ulang yang
bermakna lagi dan lagi.
Menyesal sedalam-dalamnya (hal.472)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata sedalam-dalamnya. Dalam kata sedalam-dalamnya merupakan morfem bebas
karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan
114
Kata sebut merupakan bentuk dasar yang bermakna mengucapkan, karena terjadi
proses reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa prefiks di-, berubah menjadi kata
disebut-sebut yang bermakna melisankan
Saling nasihat-menasihati (hal. 584)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata nasihat-menasihati. Dalam kata nasihat-menasihati merupakan morfem bebas
karena bisa berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan
makna. Kata nasihat-menasihati sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan dari bentuk
dasar nasihat
Kata nasihat merupakan bentuk dasar yang bermakna pelajaran baik terjadi proses
reduplikasi dan mengalami afiksasi berupa konfiks me- dan i-, berubah menjadi kata
nasihat-menasihati yang bermakna memberi nasihat
4. Pengulangan Fonem
Menurut Ramlan jurnal Sinta Prihatiningrum Simatupang pengulangan dengan
perubahan fonem, yaitu pengulangan bentuk dasar yang disertai perubahan fonem. Kata
ulang ini termasuk golongan yang sangat sedikit ditemukan, dalam kutipan Novel yang
menggunakan pengulangan perubahan fonem yang digunakan pengarang dalam Novel
Suluh Rindu karya Habiburrahman el shirazy:
Langit masih terang dan lampu warna-warni masih menyala. (hal. 161)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata warna-warni. Dalam kata warna-warni merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
warna-warni sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan yang bentuk katanya disertai
dengan perubahan bunyi, kata warna – warni berasal dari kata dasar warna.
Kata warna merupakan bentuk dasar yang bermakna sedang atau corak rupa, terjadi
proses reduplikasi berubah menjadi kata warna-warni yang bermakna mempunyai
bermacam-macam warna.
Di telpon bolak-balik nggak diangkat. (hal. 176)
Kutipan di atas termasuk pengulangan utuh, karena terjadi pengulangan seluruh dalam
kata bolak-balik. Dalam kata bolak-balik merupakan morfem bebas karena bisa
berdiri sendiri tidak membutuhkan morfem lain untuk menghasilkan makna. Kata
bolak-balik sebagai hasil reduplikasi kesuluruhan yang bentuk katanya disertai
dengan perubahan bunyi, kata bolak-balik berasal dari kata dasar bolak.
116
Kata balik merupakan bentuk dasar yang bermakna kembali, terjadi proses reduplikasi
berubah menjadi kata bolak-balik yang bermakna mempunyai berulang-aling.
BAB V
A. SIMPULAN
Berdsarkan hasil penelitian dari pembahasan disimpulkan bahwa Proses
Morfologis Reduplikasi dalam Novel Suluh Rindu karya Habiburrahman el shirazy
dapat simpulkan sebagai berikut:
Dari ketiga jenis reduplikasi dalam hal ini menyangkut tentang proses
morfologi reduplikasi dalam novel Suluh Rindu karya Habiburrahman el shirazy
yaitu terdapat 242 kata dasar yang diulang menjadi pengulangan seluruh, pengulangan
Sebagian, dan pengulangan yang berkombinasi dengan afiks. Didalam novel Suluh
Rindu terdapat pengulangan utuh (seluruh) yang terdapat sebanyak 172. Pengulangan
Sebagian tidak terdapat dalam buku novel ini. Pengulangan berkombinasi dengan
afiks terbagi menjadi 3 bagian di antaranya pengulangan berkombinasi dengan
afiksasi prefiks sebanyak 33 kata. Pengulangan berkombinasi dengan afiksasi sufiks
sebanyak 20 kata. Pengulangan berkombinasi dengan konfiks sebanyak 15 kata. Dan
didalam pengulangan perubahan fonem terdapat sebanyak 2 kata.
Maka Jenis reduplikasi yang paling sering digunakan pengarang dalam novel
Suluh Rindu karya Habiburrahman el shirazy adalah jenis reduplikasi pengulangan
seluruh dengan jumlah 172 kata yang diulang dan dari morfem bebas yang
berkombinasi dengan afiksasi yang digunakan dalam proses morfologis pada
reduplikasi dalam novel Suluh Rindu karya Habiburrahman El Shirazy tersebut
terdapat 68 morfem.
B. Saran
117
1. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, seorang peniliti harus sabar dan
teliti dalam menganalisis sebuah karya sastra yang menjadi sumber penelitian.
2. Mengangkut hal reduplikasi atau kata ulang seorang peneliti harus mampu
menentukan kata dasar dari kata yang diulang, tentunya dengan memahami
materi apa yang menjadi fokua penelitian.
3. Untuk ke depannya para peneliti khususnya di bidang pendidikan bahasa dan
sastra Indonesia dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan rujukan
untuk melakukan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rifa’ i Rif’ an. Jurnal PENEROKA: Kajian Ilmu Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, 1(01),
Aly, B. (2010). Komunikasi Pembangunan dengan Aksentuasi Komunikasi
Politik. Jurnal Komunikasi Pembangunan, 8(2).
Candra, B. Proses Morfologis Reduplikasi Dalam Novel Catatan Pendek Untuk Cinta
Yang Panjang Karya.
Gani, S. (2019). Kajian teoritis struktur internal bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis,
dan semantik). A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 7(1).
Listiyorini, A. (2017). Wacana humor dalam meme di media online sebagai potret
kehidupan sebagian masyarakat Indonesia. Jurnal Litera, 16(1).
Romadhon ridwan: jurnal tesis : reduplikasi dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas x
sekolah menengah atas SMA) dalam jurnal tesis 2018
Mulawarman, W. G., & Iswanto, Y. (2018). Penerapan Teknik Bagi Unsur Langsung
(BUL) pada Identifikasi Afiks Bahasa Dayak Benuaq. Diglosia: Jurnal Kajian
Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 1(1).
Nugrahani, F., & Hum, M. (2014). Metode penelitian kualitatif. Solo: Cakra Books, 1(1).
Nuraiza, V. W. (2020). Proses Pemakaian Kata Serapan Dan Istilah Asing Dalam Opini
Pada Harian Serambi Indonesia. Jurnal Sains Riset, 10(1).
Nuraiza, V. W. (2020). Proses Pemakaian Kata Serapan Dan Istilah Asing Dalam Opini
Pada Harian Serambi Indonesia. Jurnal Sains Riset, 10(1).
118
Purnamasari, A., Hudiyono, Y., & Rijal, S. (2017). Analisis Sosiologi Sastra dalam Novel
Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari. Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan
Budaya, 1(2).
Rafiuddin, N. (2021). Proses Morfologis Reduplikasi pada Buku Kumpulan Sajak Hujan
Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 6(02).
Rofiq, A., & Nuzula, K. A. (2021). Proses morfologis reduplikasi dalam buku generasi
optimis karya
Rofiq, A., & Nuzula, K. A. (2021). Proses morfologis reduplikasi dalam buku generasi
optimis karya Ahmad Rifa’ i Rif’ an. Jurnal PENEROKA: Kajian Ilmu
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(01).
Simpen, I. W. (2021). Morfologi: Kajian proses pembentukan kata. Bumi Aksara.
Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R&D.