Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya, manusia yang hidup di dunia mempunyai berbagai

macam budaya serta bahasa yang digunakan dalam kesehariannya. Bahasa

adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dan

membangun hubungan dengan orang lain baik lisan ataupun tulisan. Menurut

Walija (1996: 4), bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap serta efektif

untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan serta pendapat kepada

orang lain. Melalui bahasa manusia dapat mengungkapkan apa yang

dipikirkan atau yang ia rasakan.

Ilmu yang mempelajari bahasa disebut linguistik. Menurut Nasr (dalam

Lahama, 2017: 1), “Linguistik berkaitan dengan bahasa manusia sebagai

universal dan dikenali dari perilaku manusia dan kemampuan manusia”.

Dalam linguistik ilmu yang mempelajari makna disebut semantik. Menurut

Dedi Sutedi (2015: 127), semantik (imiron) merupakan salah satu cabang

lingustik (gengogaku) yang mengakaji tentang makna. Semantik memegang

peranan penting, karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi ialah


untuk menyampaikan suatu makna.

Kajian semantik dalam bahasa Jepang biasanya mengkaji objek tentang

makna kata (go no imi kankei), makna frasa (ku no imi), dan makna kalimat

(bun no imi ). Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata

itu mempunyai nilai rasa, baik positif maupun negatif (Chaer, 2013:65). Hal

ini diperkuat oleh Ichiro (1991:1-3), seorang ahli semantik modern, yang

mengemukakan bahwa semantik adalah ilmu yang mempelajari makna dari

kata, frasa, kalimat. Menurutnya, bila melihat sebuah makna dengan sudut

pandang secara objektif maupun secara fisik, banyak hal yang berbeda dan

tidak sesuai. Ada berbagai macam makna dalam semantik. Leech (dalam

Chaer 1989:61) mendefenisikan tujuh jenis makna.

1 Makna konseptual disebut juga makna denotatif atau kognitif, yaitu

menekankan pada makna logis. Pada penelitian ini diasumsikan

bahwa makna konseptual adalah makna yang tertulis pada kamus.

2 Makna konotatif adalah nilai komunikatif dari suatu ungkapan

menurut apa yang di acu.

3 Menurut stilistika adalah makna sebuah kata yang menunjukkan

lingkungan sosial pengunaannya.


4 Makna afektif adalah makna yang mencerminkan perasaan pribadi

penutur, termasuk sikapnya terhadap pendengar, atau sikapnya

terhadap sesuatu yang dikatakannya.

5 Makna reflektif adalah makna yang timbul dalam makna konseptual

ganda. Makna inisering juga di pahami sebagai sugesti yang terdapat

pada suatu pemakaian bahasa.

6 Makna kolokatif adalah makna yang mengandung asosiasi-asosiasi

yang diperoleh suatu kata yang disebabkan oleh makna kata-kata lain

yang cenderung muncul di lingkungannya.

7 Makna tematik adalah makna yang dikomunikasikan menurut cara

penutur atau penulis menata pesannya, dalam arti urutan, fokus dan

penekanan.

Berdasarkan makna-makna tersebut, penulis berfokus pada penelitian

makna konseptual dan makna konotatif.

Menurut Chaer (2009), makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau

makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Sedangkan makna

kontotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang

berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang
menggunakan kata tersebut. Makna konotatif tidak bisa di pisahkan dengan

makna denotatif karena saling mempengaruhi satu sama lain. Makna

konotatif dan denotatif sering ditemukan di dalam cerpen, novel, dan lagu.

Lagu merupakan salah satu bentuk hasil dari sebuah karya sastra yang

menggunakan gaya bahasa dengan penuh makna dan ambigu Anggraini

(dalam Cahyani 2016:2). Lagu merupakan rangkaian kata-kata yang disusun

secara indah yang dinyanyikan dengan iringan (Marsella, 2017:4). Syarat

sebuah lagu harus memiliki lirik, jika tidak ada maka bisa dikatakan sebuah

musik. Lirik memiliki dua pengertian yaitu karya sastra (puisi) yang berisi

curahan perasaan pribadi dan suasana sebuah nyanyian Moeliono (dalam

Cahyani 2016:2). Kebanyakan lirik lagu yang diciptakan merupakan curhatan

perasaan pribadi penulis dengan diksi dan gaya bahasa yang mengandung

unsur estetika di dalamnya. Berikut adalah contoh penggunaan makna

konotatif dalam sebuah lirik lagu.

雨上がりの空のような心が晴れるような

Ameagari no soa no youna kokoro ga hareru youna.

Setelah hujan-PART-langit-PART-seperti-hati-PART-cerah-seperti

‘Seperti langit yang tampak setelah hujan, hatiku pun cerah’

(Lirik lagu Orenji Anggraini dalam Cahyani, 2016:3)


Lirik lagu pada contoh di atas menceritakan tentang sebuah

pengungkapan isi hati yang di rasakan oleh seseorang. Berdasarkan kalimat pada

contoh diatas menunjukkan bahwa hareru 晴 れ る bukanlah artian sebenarnya,

akan tetapi mengandung makna konotatif. Beradasarkan makna konotatif dari kata

hareru 晴れる ‘cerah’ pada contoh di atas yaitu bahagia, makna kata tersebut

dapat dikategorikan dalam jenis makna konotatif positif, karena kata tersebut

memiliki nilai rasa yang baik.

Anda mungkin juga menyukai