Anda di halaman 1dari 20

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

Pada bagian ini akan mendeskripsikan teori-teori atau pendapat

para ahli yang mendukung penelitian ini. Adapun landasan teori yang

akan penulis uraikan yaitu : Bahasa, Linguistik, Semantik, teori teori

tentang relasi makna leksikal disertai dengan Penelitian yang Relevan

dan Kerangka Berpikir.

1. Bahasa

Bahasa (dari bahasa Sanskerta भाषा, bhāṣā) adalah

kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia

lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Kajian ilmiah

bahasa disebut ilmu linguistik.

Menurut Soetjiningsih (2012 : 168) bahasa mencakup setiap

sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dengan perasaan untuk

menyampaikan makna kepada orang lain. Jadi bahasa terdiri dari kata-

kata yang digunakan oleh masyarakat beserta aturan-aturan untuk

menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya. Bahasa sangat

penting dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang perlu bahasa untuk

berbicara dan mendengarkan orang lain.


Menurut Jahja (2011 : 53) bahasa merupakan kemampuan

untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa adalah suatu bentuk

komunikasi baik itu lisan, tertulis, isyarat yang berdasarkan pada suatu

sistem dari simbol-simbol. Maksud dari teori tersebut adalah, bahwa

Bahasa memiliki banyak bentuk yang dapat diterapkan dalam kehidupan

manusia, seperti berbicara, menulis pesan, serta isyarat lainnya.

Perkiraan jumlah bahasa di dunia beragam antara 6.000–7.000

bahasa. Namun, perkiraan tepatnya bergantung pada suatu perubahan

sembarang yang mungkin terjadi antara bahasa dan dialek. Bahasa

alami adalah bicara atau bahasa isyarat, tetapi setiap bahasa

dapat disandikan ke dalam media kedua menggunakan stimulus audio,

visual, atau taktil, sebagai contohnya, tulisan grafis, braille, atau siulan.

Hal ini karena bahasa manusia bersifat independen terhadap modalitas.

Sebagai konsep umum, "bahasa" bisa mengacu pada

kemampuan kognitif untuk dapat mempelajari dan menggunakan sistem

komunikasi yang kompleks, atau untuk menjelaskan sekumpulan aturan

yang membentuk sistem tersebut atau sekumpulan pengucapan yang

dapat dihasilkan dari aturan-aturan tersebut.

Dengan bahasa mempermudah komunikasi. Apakah yang

dimaksud bahasa? Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam

Chaer, 2014:32) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang

digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,

berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.


Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi antar

manusia. Jadi sangat jelas bahwa Bahasa memiliki fungsi utama sebagai

alat komunikasi untuk manusia dari berbagai jenis bentuk Bahasa itu

sendiri.

(Crystal dalam Chaer, 2014:33). Bahasa sebagai alat perantara

antar anggota masyarakat dalam satu kelompok dan alat interaksi secara

individu maupun kelompok. Dengan singkat kata bahasa adalah alat

komunikasi. Oleh karena itu, bahasa itu tidak pernah lepas dari manusia.

Kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa akan rumit menentukan

palrole bahasa atau bukan. Belum pernah ada angka yang pasti berapa

jumlah bahasa yang ada di dunia ini,. Begitu juga dengan jumlah bahasa

yang ada di Indonesia. Definisi bahasa dari Kridalaksana sejalan dengan

pakar-pakar yang lain. Pada dasarnya berupaya mengungkapkan hakikat

bahasa.

Berbicara mengenai hakikat bahasa Anderson (dalam Tarigan,

2015:2-3) mengemukakan ada delapan prinsip dasar, yaitu: bahasa adalah

suatu sistem, bahasa adalah vokal (bunyi ujaran), bahasa tersususn dari

lambang-lambang mana suka (arbitary symbols), setiap bahasa bersifat

unik dan bersifat khas, bahasa dibangun dari kebiasaankebiasaan, bahasa

adalah alat komunikasi, bahasa berhubungan erat dengan budaya

tempatnya berada, dan bahasa itu berubah-ubah.


Suwarna (2002: 4) bahasa merupakan alat utama untuk

berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun

kolektif sosial. Kridalaksana (dalam Aminuddin, 1985: 28-29)

mengartikan bahasa sebagai suatu sistem lambang arbitrer yang

menggunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan

mengidentifikasikan diri. Dapat dilihat bahwa bahasa digunakan untuk

berkomunikasi. Oleh karena itu, bahasa adalah linguistik dalam

pemakaiannya jelas banyak ditentukan oleh faktor - faktor non -

linguistik. Faktor - faktor linguistik seperti kata - kata, kalimat kalimat

saja tidak cukup untuk melancarkan komunikasi. Pendidikan, tingkat

ekonomi, jenis kelamin turut menentukan pemakaian bahasa itu. Bahasa

juga faktor situasi, siapa pembicara, pendengar, dimana juga menjadi

faktor dalam penentuan pemakaian bahasa.

2. Leksikal

(Wijana dan Rohmadi, 2011:3) menyatakan bahwa Linguistik

secara umum merupakan ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil

bahasa sebagai objek kajiannya, terdiri atas beberapa cabang yaitu:

fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik. Jika dikatakan

bahwa linguistik adalah ilmu yang objek kajiannya adalah bahasa.

Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan fenomena yang hadir dalam

segala aktivitas manusia. Topik ‘pragmatik’ sangat dikenal dalam

linguistik.
Padahal hampir lima belas tahun yang lalu para linguis hampir

tidak pernah menyebutnya. Pada waktu iti pragmatik lebih banyak

diperlakukan sebagai tempat penyimpanan data yang tidak jelas dan

boleh dilupakan dengan mudah. Namun sekarang, banyak yang

berpendapat dengan peneliti bahwa manusia dapat mengerti benar sifat

bahasa itu sendiri tidak mengerti pragmatik, yaitu bagaimana bahasa

digunakan dalam komunikasi.

Makna Leksikal dan Contohnya dalam Bahasa Indonesia –

Makna leksikal merupakan salah satu diantara jenis-jenis makna kata.

Adapun makna kata sendiri terdiri atas makna metaforis, contoh makna

refleksi, makna struktural, contoh makna kolokatif, contoh makna

stilistik, contoh makna kias, contoh makna afektif, makna kontekstual

dan konseptual, serta makna referensial dan non referensial.

Menurut Waridah, 2008:292, makna leksikal adalah

makna jenis-jenis kata yang belum mengalami proses perubahan

bentuk, bersifat konkret dan denotatif (mempunyai makna yang

sebenarnya/tidak bisa atau ambigu). Nama lain dari makna ini adalah

makna kamus. Dikatakan makna kamus karena semua makna kata

leksikal merupakan makna yang berasal dari kamus, terutama Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Untuk lebih memahami makna leksikal,

berikut ini disajikan contoh makna kata leksikal

dalam Bahasa Indonesia.


(Leech, 1993:1) Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang

mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan

kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi.

Menurut (Yule,kz 2014:5) pragmatik adalah studi tentang

hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk itu.

Adapun manfaat mempelajari pragmatik adalah bahwa seseorang dapat

bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka,

maksud atau tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan.

Levinson (dalam Tarigan, 1986:33) mengungkapkan, bahwa

pragmatik merupakan telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks

yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman

bahasa, dengan kata lain telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa

menghubungkan serta penyerasian kalimat-kalimat dan konteks secara

tepat. Berarti pragmatik adalah bidang linguistik yang mengkaji telaah

tuturan bahasa dari segi makna.

Tanpa adanya makna, manusia tidak dapat memahami apa pun

di dunia ini. Sesungguhnya persoalan makna memang sangat sulit dan

ruwet, karena walaupun makna ini adalah persoalan bahasa, tetapi

keterkaitan dan keterikatannya dengan segala segi kehidupan manusia

sangat erat (Chaer, 2009:27).


Konsep leksikal pertama kali dicetuskan oleh Vyvyan Evans

dalam sebuah teori yang berjudul “Lexical Concepts, Cognitive Models

and Meaning Construction” (2006). Konsep leksikal adalah konstruksi

teoretis dalam LCCM Theory (Evans 2006, 2009a, 2009b, 2010), yang

memberikan gambaran tentang struktur semantik.

Teori LCCM (atau Teori Konsep Leksikal dan Model

Kognitif), adalah pendekatan yang digunakan untuk menunjukkan

representasi leksikal dan semantik komposisionalitas. Lexical

representation adalah sebuah container yang diaplikasikan guna melihat

keberadaan konsep leksikal, sebagaimana dinyatakan oleh Evans bahwa

pengetahuan representasi leksikal bahasa, secara tidak langsung,

mencakup konsep leksikal. Selain itu, konsep leksikal dapat dipahami

sebagai konsep yang “embodied” (terikat), dimana satu konsep dapat

mewakili makna dengan jelas serta memasukkannya sebagai bagian dari

sebuah fitur.

Pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-

situasi khusus dan memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang

merupakan wadah aneka konteks sosial. Dengan demikian pragmatik

sangat erat dengan tindak tutur. Tuturan tersebut memiliki makna,

maksud atau tujuan, sehingga perlu dikaji dengan bidang pragmatik.


Tindak tutur merupakan gejala individual yang bersifat

psikologi. Keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si

pentutur dalam menghadapi situasi tertentu. Penutur adalah orang yang

bertutur. Petutur adalah orang yang diajak bertutur.

(Prayitno, 2011:15) menyatakan bahwa Tipologi tindak tutur

yaitu menyuruh, meminta, mengharap, memohon, menyilakan,

mengajak, menasehati melarang dan lain-lain. Terjadinya sebuah tindak

ujar atau tuturan tentu karena adanya situasi ujaran. Kita ketahui bahwa

selain unsur waktu dan tempat yang mutlak dituntut oleh suatu ujaran,

ada beberapa aspek situasi ujaran, diantaranya pembicara atau penulis

dan pendengar atau pembaca, konteks ujaran, tujuan ujaran, dan ucapan

sebagai produk verbal. Dalam keberhasilan berkomunikasi masyarakat

jawa harus mengetahuai kesantunan berbahasa.

Baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolahan. Salah

satu bentuk realisasi kesantunan positif berbahasa adalah ketika

mewujudkannya melalui tindak bahasa (speech act). Setiap pertuturan

pastilah mengemban maksud, yakni menghendakinya suatu tindakan.

Salah satu tindak bahasa itu adalah tindak derektif ‘memerintah’. Tindak

bahasa ini merupakan salah satu tindak tutur yang memainkan peran

penting dalam aktivitas berbahasa. Termasuk ke dalam tipologi tindak

tutur adalah menyuruh, meminta, mengharap, memohon, menyilahkan,

mengajak, menasihati, termasuk melarang.


Prayitno berpendapat (2015:25), bahwa anak didik di tingkat

SD dan SMP/SMA/SMK/MA/MAK berkencenderungan merealisasikan

tindak bahasa direktif meminta, mengharap, dan memohon. Fenomena

pemakaian bahwa siswa SD dan SMP/SMA/SMK/MA/MAK tersebut

ketika bermaksud meminta kepada guru di sekolah seringkali

direalisasikan menjadi memerintah, mengharuskan, atau bahkan

memaksa.

Di lingkungan sekolah ada aturan tertentu untuk bertutur. Guru

dengan peserta didik, guru dengan guru, peserta didik dengan sebayanya.

Apa lagi peserta didik bertutur dengan guru harus mengetahui kesantunan

berbicara. Berdasarkan latar belakang di atas penulis mencoba meneliti

dan menganalisis tindak kesantunan meminta dalam berinteraksi di

kalangan siswa SMP Klambu.Sastra berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu

shastra. Sastra mengandung arti “instruksi”.

Menurut Fananie (dalam Damariswara 2018: 2), “kata sastra

berasal dari bahasa sansekerta. Kata sas mempunyai arti mengarahkan,

atau memberi petunjuk dan kata tra mempunyai arti alat atau sarana”.

Berdasarkan pendapat Fannie, penulis dapat menyimpulkan bahwa sastra

berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya alat atau sarana untuk

mengarahkan dan memberi petunjuk.


3. Semantik

Menurut Verharr (2001: 384) Dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu semantik gramatikal dan semantik leksikal. Istilah semantik ini

digunakan para ahli bahasa untuk menyebut salah satu cabang ilmu

bahsa yang bergerak pada tataran makna atau ilmu bahasa yang

mempelajari makna. Penulis menyimpulkan bahwa semantic yang

dibagi menjadi 2 jenis dan penulis mengambil semantic leksikal untuk

dijadikan topik utama dalam pembuatan skripsi.

Menurut Chaer (2009: 6-11) Semantik berdasarkan tataran atau

bagian dari bahasa yang menjadi objek penyelidikan dapat dibedakan

menjadi empat, yaitu:

a. semantik leksikal yang merupakan jenis semantik yang objek

penelitiannya adalah leksikon dari suatu bahasa,

b. semantik gramatikal yang merupakan jenis semantik yang objek

penelitiannya adalah makna-makna gramatikal dari tataran

morfologi,

c. semantik sintaksikal yang merupakan jenis semantik yang sasaran

penyelidikannya bertumpu pada hal-hal yang berkaitan dengan

sintaksis,

d. semantik maksud yang merupakan jenis semantik yang berkenaan

dengan pemakaian bentuk-bentuk gaya bahsa, seperti metafora,

ironi, litotes, dan sebagainya.


Menurut Griffiths (2006:1) Semantik adalah studi tentang

"toolkit" untuk makna: pengetahuan yang dikodekan dalam kosakata

bahasa dan polanya untuk membangun makna yang lebih rumit, hingga

tingkat makna kalimat

Menurut Palmer (dalam Mongi, 2015) “bahwa Relasi leksikal

mencakup antonimi, sinonimi, homonimi, hiponimi, dan

polisemi”.Penulis menggunakan teori Palmer sebagai teori utama pada

gaya bahasa karena sudah banyak penelitian tentang gaya bahasa yang

memakai teori Palmer sebagai teori utamanya.

Pada teori Palmer mempunyai keunggulan yaitu lebih terperinci dalam

pembagian jenis relasi leksikal. Penulis membatasi penelitian ini

dengan memilih lima Relasi leksikal mencakup antonimi, sinonimi,

homonimi, hiponimi, dan polisemi menurut teori Palmer (dalam Mongi,

2015)
4. Genre

Genre musik adalah label yang digunakan oleh manusia untuk

mengelompokkan dan mendekripsikan dunia musik yang luas. Hal

tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Tzanetakis Cook (2002)

bahwa genre musik tidak memiliki definisi dan batasan yang tegas

karena genre muncul melalui interaksi yang kompleks antara

masyarakat, pemasaran, sejarah, dan faktor budaya.

Genre adalah pengelompokan musik sesuai dengan

kemiripannya satu sama lain. Musik juga dapat dikelompokan sesuai

dengan kriteria lain, misalnya geografi. Sebuah genre dapat

didefinisikan oleh teknik musik, gaya, konteks, dan tema musik. Jenis

aliran musik sangat berfariasi hal ini dapat kita lihat baik dari instrumen

yang digunakan, ritme lagu, serta tempo lagu yang dimainkan. Hal ini

senada dengan yang diungkapkan oleh Irafan (2014:2)

Genre musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan

kemiripannya satu sama lain, musik juga dapat dikelompokan sesuai

dengan kriteria lain, misalnya geografi. Sebuah genre dapat

didefinisikan oleh teknik musik, gaya, konteks, dan tema musik.

Tzanetakis Cook (2002) juga mengungkapkan bahwa Musik

yang berada pada genre yang sama biasanya memiliki kemiripan

karakteristik tertentu yang terkait dengan instrumendasi, struktur ritmis,

dan pitch musik. Dalam beberapa dasawarsa terakhir, dunia musik


mengalami banyak perkembangan. Banyak jenis musik baru yang lahir

dan berkembang. Contohnya musik triphop yang merupakan perpaduan

antara beat-beat elektronik dengan musik pop yang ringan dan enak

didengar serta dapat dibagi menjadi beberapa lagu yang hits dijaman

sekarang.

Lagu merupakan gubahan seni atau suara dalam urutan,

kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan gubahan musik.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 624), “Lagu adalah

ragam suara yang berirama, nyanyian, ragam, nyanyi, dan tingkah

laku”.

Lagu merupakan unsur-unsur dari bunyi bahasa yang

dilantunkan oleh penyanyi berdasarkan tinggi rendahnya nada sehingga

menghasilkan bunyi bahasa yang enak didengar. Pada lagu terdapat

lirik, yaitu merupakan barisan kata-kata yang dirangkai secara baik

dengan gaya bahasa yang menarik. Lirik lagu juga dapat dimasukkan ke

dalam jenis puisi pada karya sastra. Menurut Pradopo (2009 :11) di

dalam puisi terdapat kadar kepadatan dan konsentrasi yang lebih tinggi

bila dibandingkan dengan prosa. Bahasa yang digunakan pada lirik

lagu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bahasa puisi.


Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, penulis menyimpulkan

bahwa gaya bahasa adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan

bahasa untuk membuat suatu karya sastra yang melibatkan pemikiran,

perasaan hingga imajinasi sehingga menghasilkan bahasa yang khas

dan menimbulkan efek tertentu bagi para pembaca.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang relevan biasanya digunakan untuk mencari

persamaan dan perbedaan antara penelitian orang lain dengan

penelitian yang sedang penulis lakukan atau membandingkan

penelitian yang satu dengan yang lainnya. Ada beberapa hasil

penelitian yang relevan dengan judul yang penulis analisis yaitu

mengenai gaya bahasa, antara lain ditulis oleh beberapa orang sebagai

berikut:

1. “Kohesi Leksikal Pada Lirik Lagu Gary Moore Album Still

Got The Blues” oleh Akbar dari Universitas Indonesia, 2013.

Membahas tentang penggunaan aspek kohesi leksikal pada

lirik lagu tersebut. Metode yang digunakan adalah metode

kualitatif yang menghasilkan analisis data secara deskriptif.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis aspek kohesi leksikal yang terdapat pada lirik

lagu tersebut.
Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif, metode

yang terdiri dari mengumpulkan, mengatur, membagi,

menganalisis dan interprestasikan data yang diambil dari

seluruh lirik lagu Gary Moore album Still Got The Blues.

Dari pembahasan tersebut, ditemukan bahwa Gary Moore

banyak menggunakan aspek kohesi leksikal. Secara

keseluruhan, aspek kohesi leksikal terdapat dalam album

tersebut terdiri atas 95% kasus repetisi, 1.5% kasus antonimi,

1.5% kasus kolokasi, 0.8% kasus meronimi, 0.6% kasus

sinonimi, , 0.6% kasus hiponimi dan. Secara semantis, makna

yang terdapat dalam data harus dimaknai secara kontekstual

karena makna setiap kata yang terkandung dalam konteks

kalimat tidak selalu sama. Penelitian di atas, apabila

dibandingkan dengan penelitian ini memiliki persamaan dan

perbedaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis yakni menganalisis gaya bahasa

menggunakan metode deskriptif kualitatif serta membahas

gaya bahasa leksikal. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian penulis terletak pada teori yang digunakan, sumber

data penelitian yang digunakan, jenis leksikal dan fokus

penelitian.
Penulis menggunakan teori Palmer (dalam Mongi, 2015)

yang menyatakan bahwa “Relasi leksikal mencakup

antonimi, sinonimi, homonimi, hiponimi, dan polisemi”

sementara peneliti menggunakan teori Halliday dan Hasan

(1976) adalah “a group of words which is lexically cohesive

when all of the words are semantically relate; for example,

when they all concern the same topic” artinya suatu

kelompok katasecara kohesif leksikal atau ketika semua kata

berhubungan dengan semantik, misalnya, ketika semuanya

berkaitan dengan topik yang sama. Kohesi leksikal

merupakan keterikatan semantik yang direalisasikan ke

dalam sistem leksikal. Menurutnya, di dalam kohesi leksikal

tidak ada satu kasus pun khususnya butir leksikal dapat

memiliki relasi kohesif, tetapi tidak dapat membawa

indikasi apakah butir itu dapat berfungsi kohesif atau tidak.

Sedangkan menurut Yuwono (2005: 98) didefinisikan bahwa

kohesi leksikal adalah hubungan semantis antar unsur

pembentuk wacana dengan memanfaatkan unsur leksikal atau

kata, sebagai contoh, jika kata itu menyangkut topik yang

sama. Kohesi leksikal dapat juga membentuk aspek

relasional dalam teks yang menghubungkan kalimat untuk

membuat semua fitur berhubungan dengan pendengar.


Kohesi leksikal kadang mencakup beberapa aspek-aspek

kohesi lainnya. Kohesi leksikal membantu memahami isi

kalimat yang dihubungkan untuk menganalisis makna dalam

teks secara singkatakan.

2. “Ketaksaan Leksikal dalam Lagu Glow Like Dat dan See

Me Karya Rich Brian” Oleh Angga Ilham Perdana dari

Universitas Syarif Hidayatullah, 2019. Membahas tentang

penggunaan ketaksaan leksikal pada lagu tersebut. Metode

yang digunakan adalah metode kualitatif yang menghasilkan

analisis data secara deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis aspek kohesi leksikal

yang terdapat pada lirik lagu tersebut. Peneliti menggunakan

metode deskriptif kualitatif, metode yang terdiri dari

mengumpulkan, mengatur, membagi, menganalisis dan

interprestasikan data yang diambil dari lirik lagu glow like

that dan see me karya Rich Brian. Dari pembahasan tersebut

ditemukan bahwa Rich Brian banyak menggunakan aspek

ketaksaan leksikal. Metode yang digunakan untuk menyusun

penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut

Creswell, metode penelitian kualitatif adalah sebuah metode

yang digunakan peneliti untuk meneliti sebuah konsep atau

fenomena yang sifatnya dapat ditelusuri atau dieksplor serta

dideskripsikan secara mendalam.


Sumber data yang ada pada penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan metode pengumpulan data secara tidak

langsung atau Nonpartcitipant Observation. Menurut Kothari

(2004), metode pengumpulan data non-participant

observation adalah kegiatan pengumpulan data dengan cara

mengamati sumber tanpa adanya upaya melibatkan diri

terhadap sumber terkait. Unit yang dibahas dalam penelitian

ini berupa kata dan frasa yang terdapat pada lagu yang

menjadi bahan penelitian penulis. Setelah data terkumpul,

data tersebut dianalisis dengan sudut pandang secara

semantik yaitu dari sisi ketaksaan leksikal. Analisis

ketaksaan leksikal dalam penelitian ini berfokus pada

pembahasan polisemi, homonimi, dan kata slang. Penelitian

ini dilakukan dengan tujuan untuk meluruskan ketaksaan

makna yang terkadang dihadapi oleh pendengar, khususnya

pada lagu ini. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

yang dilakukan oleh penulis yakni menganalisis gaya bahasa

menggunakan metode deskriptif kualitatif serta membahas

gaya bahasa leksikal. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian penulis terletak pada teori yang digunakan, sumber

data penelitian yang digunakan, jenis leksikal dan fokus

penelitian.
Penulis menggunakan teori Palmer (dalam Mongi, 2015)

yang menyatakan bahwa “Relasi leksikal mencakup

antonimi, sinonimi, homonimi, hiponimi, dan polisemi”

sementara peneliti menggunakan teori AL-Ghazali (2013)

pada artikelnya memberikan contoh dari ketaksaan dalam

bentuk homonimi dalam frasa “I’ll meet you by the bank”

yang merujuk pada arti yang berbeda, yaitu: (a) Aku akan

menemuimu di dekat lembaga keuangan (bank) dan (b) Aku

akan menemuimu di dekat tepi sungai. Pada kedua parameter

tersebut kata ‘bank’ memiliki dua makna yaitu (a) ‘bank’

sebagai lembaga keuangan; (b) ‘bank’ sebagai tepian sungai.

Al Ghazali selanjutnya menjelaskan perbedaan makna dari

keduanya dapat berakibat pada kesalahan pemaknaan sebuah

informasi. Al-Ghazali juga berpendapat bahwa ketaksaan

dapat diatasi dengan adanya penambahan konteks yang dapat

memperjelas sebuah frasa ataupun kalimat, seperti: Aku akan

menemuimu di dekat lembaga keuangan (bank), di depan

mesin teller otomatis. Aku akan menemuimu di dekat tepi

sungai, kita dapat berenang bersama.


B. Kerangka Berfikir

Karya sastra terbagi dalam beberapa jenis, yaitu; film, prosa,

puisi, lagu, dan sebagainya. Lagu menjadi salah satu karya sastra yang

paling banyak digemari oleh masyarakat tanpa memandang batasan.

Lagu merupakan bentuk karya sastra yang efektif menarik perhatian

banyak orang melalui lirik-lirik lagunya yang indah. Setiap lagu pasti

memiliki relasi makna leksikal tersendiri sesuai dengan ciri khas sang

penyair.

Relasi makna leksikal menjadi salah satu peranan dalam sebuah

lagu. Relasi makna leksikal dapat menjadikan suatu lagu menjadi lebih

berwarna. Permainan kata demi menciptakan lagu menjadi lebih

berwarna dan bermakna membuat lagu memiliki daya tarik tersendiri.

Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk menganalisis relasi leksikal

yang terdapat dalam album Ed Sheeran “Divide”

Dalam penelitian ini penulis menganalisis relasi leksikal yang

terdapat dalam album Ed Sheeran “Divide” , penulis menggunakan

teori Palmer dalam bukunya yang berjudul “SEMANTICS” yang

menyatakan mengenai 5 relasi leksikal, yaitu antonimi, sinonimi,

polisemi, hiponimi, dan homonimi. Pada akhir penelitian, penulis

mampu menyimpulkan apa saja relasi leksikal yang terdapat pada lirik

lagu Ed Sheeran pada album “Divide”.

Anda mungkin juga menyukai