*****
Pengertian wacana secara umum yaitu rangkaian ujaran lisan maupun tulisan
yang mengungkapkan suatu hal, disajikan secara teratur (memiliki kohesi dan
koherensi), dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental bahasa. Dalam studi
linguistik, wacana menunjuk suatu kesatuan bahasa yang lengkap, yang umumnya
lebih besar dari kalimat, baik disampaikan secara lisan atau tertulis. Wacana
adalah rangkaian kalimat yang serasi yang menghubungkan proporsi satu dan
yang lain, kaliat satu dengan yang lain, membentuk satu kesatuan. Kesatuan
bahasa itu bisa panjang, bisa pendek. Sebagai sebuah teks, wacana bukan urutan
kalimat yang tidak mempunyai ikatan sesamanya, bukan kalimat yang dideretkan
begitu saja.
Jika ditilik lebih dalam lagi, sebenarnya, ada banyak pengertian tentang
wacana. Pengertian tersebut ada yang sejalan dan ada juga yang tidak sejalan.
Adanya pengertian wacana yang beragam, itu disebabkan oleh pandangan,
paradigma, atau pendekatan yang digunakan para ahli berbeda-beda. Pandangan
atau paradigma yang dimaksud pada prinsipnya dapat dibedakan atas tiga macam,
yaitu pandangan atau paradigma formal (menonjolkan struktur), fungsional
(menonjolkan penggunaan bahasa dalam konteks), dan dialektika, yaitu gabungan
paradigma formal dan fungsional.
Bahasa bersifat sistemis dan sistematis. Artinya, bahasa terdiri dari beberapa
subsistem, yaitu subsistem fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon, dan semantik
yang dikombinasikan oleh kaidah-kaidah yang dapat diramalkan. Berdasarkan
asumsi tersebut, deskripsi bahasa yang dihasilkan berupa ciri-ciri formal bahasa,
yakni unsur-unsur bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis) dan kaidah-kaidah
bahasa atau struktur bahasa. Pandangan kaum strukturalis ini yang menjadi
pandangan dasar atau paradigma yang melahirkan pengertian wacana secara
formal.
Lebih dari itu, analisis wacana dalam menganalisis tuturan berupa bahasa,
agar sampai pada suatu makna yang persis sama atau paling tidak sangat dekat
dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan atau penulis
dalam wacana tulisan, banyak menggunakan pula sosiolinguistik, yaitu cabang
linguistik yang berupaya menelaah penggunaan bahasa dalam konteksnya. Oleh
karena itu, analisis wacana berupaya menginterpretasikan suatu tuturan yang tidak
terjangkau oleh semantik tertentu, sintaktis, maupun cabang ilmu bahasa lainnya.
Lingkup yang berkaitan dengan aspek tekstual antara lain meliputi (1) ciri
pengembangan topik dan tematisasi, (2) ciri struktur informasi, (3) analisis ciri
sekuensi, (4) keastuan unit struktur dan keselarasan relasi semantisnya, (5)
prediksi tingkat keterterimaan untaian kalimat dalam teks, dalam suatu peristiwa
komunikasi.
Pada situasi yang sama, dengan informasi yang sama (yakni, perintah
menyuruh pulang tamu pria yang sudah waktunya meninggalkan rumah pondokan
putri itu), alih-alih kalimat Sudah jam sembilan, dapat pulasang ibu rumah
pondokanitu menggunakan Sudah jam berapa sekarang ? Sudah barang tentu
pemilihan mengenai yang mana di antara kedua kalimat tersebut yang diucapkan
akan memberikan dampak yang berbeda pada sipembicaradanpada si lawan
bicara. Jika dapat memilih yang mana di antara kedua kalimat itu yang diucapkan
oleh sang ibu rumah pondokan, tentu saja si mahasiswa itu akan merasa lebih
enak ditegor dengan kalimat deklaratif itu daripada dengan kalimat interogatif.
(1) Ibu : Ati, itu air yang sedang direbus barang kali sudah mendidih
Lebih dari itu, analisis wacana dalam menganalisis tuturan berupa bahasa,
agar sampai pada suatu makna yang persis sama atau paling tidak sangat dekat
dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan atau penulis
dalam wacana tulisan, banyak menggunakan pula sosiolinguistik, yaitu cabang
linguistik yang berupaya menelaah penggunaan bahasa dalam konteksnya. Oleh
karena itu, analisis wacana berupaya menginterpretasikan suatu tuturan yang tidak
terjangkau oleh semantik tertentu, sintaktis, maupun cabang ilmu bahasa lainnya.