Anda di halaman 1dari 6

KONSEP DASAR WACANA BAHASA INDONESIA

Cantika Fildzah Farhana 22001071063


Universitas Islam Malang
2022

Abstrak
Wacana dapat dikatakan sebagai satuan tertinggi dalam linguistik.Dalam penggunaannya
yang semakin meluas, selain dari para ahli bahasa, definisi wacana semakin bertambah. Dari
berbagai macam wacana, wacana dapat dikatakan baik apabila dalam penggunaan
hubungan antarkalimat dapat memelihara keterkaitan serta keruntunan antarkalimat.
Wacana dapat dikatakan sebagai satuan bahasa tertinggi yang lengkap dan kompleks karena
dibentuk dari kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal (kohesi dan koherensi) yang
didalamnya mengandung konsep, gagasan, ide, yang utuh yang dapat dipahami oleh para
pembaca atau para pendengarnya, sehingga disebut sebagai wacana tulis dan wacana lisan.
Sebagai satuan tertinggi wacana selalu berkaitan dengan unsur-unsur kebahasaan dari
tingkatan terkecil hingga tingkatkan tertinggi,yaitu fonem, morfem, kata, frasa, klausa,
kalimat.
Kata kunci : Hakikat, wacana, kedudukan

Pendahuluan
Wacana merupakan salah satu kajian dalam ilmu Linguistik yakni bagian dari kajian
pragmatik.Wacana memiliki kedudukan yang lebih luas dari klausa dan kalimat, karena
mencakup suatu gagasan dan konsep suatu teks. Wacana dalam bahasa Inggris disebut
discourse yang diartikan sebagai ungkapan dalam suatu interaksi komunikasi.
Thomas Aquinas Pertama kali menggunakan istilah discursive di dalam filsafat.Bagi
Thomas discursive berarti sesuatu seperti penalaran Intelektual, pengenalan melalui konsep
dan berpikir dalam konsep. Vass dalam Titscher et. Al (2000: 25). Busri: 2010 dalam jurnal
UMM mengungkapkan bahwa wacana ialah unit kebahasaan yang lebih besar dari pada
kalimat dan klausa yang mempunyai hubungan antara unit kebahasaan yang satu dengan
yang lain. Menurut Alwi dkk (2003: 419) yang ditulis dalam jurnal UMM wacana ialah
rentatan kalimat yang berkaitan dan berhubungan proporsisi yang satu dengan proporsisi
yang lain dan membentuk satu kesatuan.
Walaupun telah banyak diketahui pengertian wacana yang diungkapkan oleh para
ahli,inti dari wacana itu sendiri adalah “satuan bagasa yang terlengkap dan memiliki
gramatikal terbesar dan tertinggi”. Wacana dapat berbentuk lisan dan tulis. Pada peristiwa
komunikasi yang dilakukan secara lisan,wacana berperan sebagai proses komunikasi antara
penyapa atau penutur.Sedangkan,pada komunikasi yang dilakukan secara tertulis,wacana
berperan sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan dari penyapa atau
penutur.Seseorang saat membicarakan mengenai wacana harus mengerti unsur-unsur
kalimat yakni dari sintaksis, morfologi,dan sPembahasan

Pembahasan
Wacana
Menurut Eti Setiawati dan Roosi Rusmawati dalam buku Analisis Wacana (Konsep,
Teori, dan Aplikasi) (2019), wacana diartikan sebagai satuan bahasa yang paling lengkap
dalam hierarki gramatikal tertinggi atau terbesar.
Secara etimologis istilah “wacana” berasal dari bahasa Sanskerta yaitu wac/wak/vak
yang artinya “berkata” atau “berucap”. Dalam dunia linguistik kata wacana digunakan
sebagai bentuk terjemahan dari istilah bahasa Inggris “discourse”, kata “Dis” artinya
dari/dalam arah yang berbeda sedangkan kata “Course” artinya “lari”. Kata “discourse”
berarti yang berarti “lari ke sana ke mari, lari bolak balik” (Dougles, 1976).
Selain itu,jika mengutip dari buku Keutuhan Wacana (2010) karya Junaiyah H. M. Dan
E. Zaenal Arifin, wacana diartikan sebagai unsur bahasa terlengkap dan menjadi satuan
tertinggi dalam sebuah hierarki gramatikal, direalisasikan dalam karangan utuh dengan
kelengkapan amanat, karena ada hubungan isi (koherensi) dan hubungan bahasa (kohesi)
yang erat dan serasi.
Wacana dibedakan menjadi dua bentuk yaitu wacana lisan dan wacana tulis. Wacana
lisan yaitu wacana yang berupa ujaran baik dalam bentuk teks lisan yang diucapkan. Contoh
wacana lisan yakni pada monolog, dialog, pidato, percapan, Wawancara, khotbah,dan
ujaran lainya yang dapat didengar oleh penerima.Sedangkan wacana tulis berupa teks
tertulis yang dapat dibaca.Contoh wacana tulis dapat kita jumpai pada selebaran, poster,
koran, majalah, buku dan teks tertulis lain yang mengandung unsur-unsur dari kebahasaan.

Kedudukan Wacana Dalam Linguistik


Para tata bahasawan struktural,lazim memandang satuan bahasa yang paling tinggi
adalah kalimat. Namun, kenyataan bahwa hasil kajian linguistik menunjukkan ada satuan di
atas kalimat yang masih dipandang sebagai satuan gramatikal, yaitu paragraf dan wacana.
Wacana memiliki kedudukan tertinggi dalam tataran bahasa.Wacana memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dari kalimat dan klausa.Wacana juga memiliki kohesi dan
koherensi yang baik serta memiliki awal dan akhir yang jelas yang dapat disampaikan secara
lisan maupun tulis. ( tarigan (1987: 27)).
Sebagai satuan gramatikal sekaligus suatu objek kajian linguistik tertinggi,wacana
mengandung semua unsur dalam tataran kebahasaan yang diperlukan dalam segala bentuk
komunikasi.Kajian hierarki wacana berkaitan dengan unsur bahasa dibawahnya, yaitu
fonem,morfem,kata,frasa, klausa,dan kalimat.Dalam Linguistik, satuan kebahasaan yang
berada pada tingkat terkecil adalah fonem(bunyi) yang kemudian membentuk
morfem(makna/makna kata) ,lalu morfem akan membentuk kata,kemudian kata akan
membentuk frasa (gabungan dua kata atau lebih), kemudian frasa akan membentuk
klausa(satuan gramatikal yang berupa kelompok kata), selanjutnya klausa akan membentuk
kalimat yang akhirnya dari kalimat akan membentuk wacana (Chaer, 1994:274).
Dalam hubungan itu, Kridalaksana (1990:32) menjabarkan satuan gramatikal menjadi
sembilan level dan menempatkan wacana sebagai satuan gramatikal yang tertinggi. Susunan
satuan gramatikal dari yang terbesar hingga terkecil beserta cabang linguistik yang
mengkajinya dapat dilihat di bawah ini :

Gambar 1 (Kedudukan Wacana Dalam Hierarki Kebahasaan)

Sumber :

Susunan hierarki linguistik di atas menggambarkan bahwa satuan gramatikal terkecil


adalah Fonem dan satuan tertinggi dan terbesar adalah wacana. Susunan itu membuktikan
bahwa kajian wacana akan mengaitkan satuan gramatikal di bawahnya.
Wacana merupakan satuan bahasa tertinggi dan terlengkap serta terbesar di atas
kalimat atau klausa yang memiliki kohesi dan koherensi yang berkesinambungan. Tarigan
(2009:26).

Perbedaan Wacana Dengan Satuan Linguistik Lain


Satuan lingual atau satuan Linguistik merupakan satuan dalam struktur bahasa.
Satuan lingual itu antara lain berwujud kata dan kalimat. Adapun perbedaan wacana dengan
satuan Linguistik lain sebagai berikut:
1. Wacana dengan Fonologi
Fonologi dapat diartikan sebagai kajian bahasa yang mengkaji tentang bunyi-
bunyi bahasa atau bunyi ujar yang diproduksi oleh alat ucap manusia (Muslich, 2008:
1). Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran
dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata. Menurut Chaer (2009: 102),
fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari dan menganalisis serta
membicarakan bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk lisan. Sedangkan wacana mengkaji
bahasa di luar struktur atau kaidah kaidah baik dalam bentuk lisan maupun tulis.
Hubungan antara wacana dengan Fonologi adalah sebagai berikut : (1) Fonologi
dan Wacana sama-sama menggunakan bahasa sebagai objek kajiannya. (2) Dalam
mengkaji wacana,teori tentang bunyi-bunyi bahasa sangat diperlukan sebab Fonologi
merupakan dasar dari ilmu bahasa lainnya. (3) Fonologi dan Wacana sama-sama
mengkaji bahasa dalam bentuk lisan. Fonologi tidak mengkaji bahasa dalam bentuk
tulisan sebab yang menjadi objeknya hanyalah bunyi-bunyi bahasa yang dikeluarkan
oleh alat ucap manusia, sedangkan wacana mengkaji naskah-naskah yang berbentuk
tulisan.
2. Wacana dengan Morfologi
Morfologi dalam ilmu bahasa diartikan sebagai salah satu cabang linguistik atau
ilmu bahasa yang mengkaji morfem dan kata, yaitu dua satuan kebahasaan dari
sepuluh satuan kebahasaan yang dikenal secara umum.
Menurut pandangan Wijana (2007:1) menjelaskan bahwa morfologi mengkaji
struktur bahasa khususnya dalam pembentukan kata yang mempelajari mengenai
seluk-beluk morfem dan penggabungannya untuk membentuk satuan lingual yang
disebut kata. Secara Hierarki, Morfologi merupakan tataran terkecil kedua dalam
Wacana. Dalam mengkaji wacana, teori tentang pembentukan kata sangat
dibutuhkan sebab Wacana yang berbentuk naskah itu terbentuk dari susunan kata
demi kata yang memiliki makna.
Adapun hubungan antara Wacana dengan Morfologi antara lain adalah: (1)
Morfologi dan Wacana sama-sama menggunakan bahasa sebagai objek kajiannya.(2)
Dalam mempelajari seluk beluk pembentukan kata Morfologi memiliki Hubungan
dengan Wacana,karena di dalam pembentukan kata harus tepat dalam memilih
kata-kata yang sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan seperti dalam wacana.
3. Wacana dengan Sintaksis.
Secara Hierarki, Sintaksis merupakan tataran terkecil ketiga dalam Wacana.
Sintaksis dalam ilmu bahasa mengkaji mengenai struktur bahasa khususnya pada
pembentukan kalimat atau menguraikan hubungan antar unsur bahasa untuk
membentuk sebuah kalimat. Sintaksis juga diartikan sebagai cabang dari ilmu bahasa
yang membicarakan mengenai seluk-beluk wacana,kalimat,klausa, dan frasa Ramlan
(1996:21).
Adapun hubungan antara sintaksi dan wacana adalah sebagai berikut: (1)
Sintaksis dan Wacana sama-sama menggunakan bahasa sebagai objek dalam
kajiannya. (2) Dalam mempelajari seluk-beluk kalimat, Sintaksis sangat berhubungan
dengan Wacana karena dalam kajian wacana terdapat teori tentang pembentukan
kalimat.Di dalam sebuah Wacana dapat dikatakan baik apabila hubungan antara
kalimat satu dengan lainnya kohesi dan koheren.
4. Wacana dengan Semantik
Semantik merupakan cabang linguistik yang mengkaji tentang makna bahasa
yang mempelajari tentang makna atau arti yang terkandung dalam suatu
bahasa.Seperti Kata bisa dan dapat memiliki persamaan arti sama. Pipis memiliki arti
dalam bahasa Sunda sebagai air kencing, pada bahasa Bali sebagai uang jajan.
George dalam Tarigan (1964:1) berpendapat bahwa semantik adalah telaah
mengenai makna. Adapun hubungan antara Semantik dan Wacana adalah sebagi
berikut: (1) Semantik dan Wacana sama-sama mengkaji makna bahasa sebagai objek
dalam kajiannya. Hanya saja perbedaannya bahwa semantik mengkaji makna leksikal
bahasa (makna Linguistik), Sedangkan wacana mengkaji makna kontekstual (makna
yang didasarkan atas hubungan antara ujaran dan situasi pemakaian ujaran itu
(Depdiknas,2008:864)) atau implikatur (maksud, keinginan, atau ungkapan-
ungkapan hati yang tersembunyi (Achmad dan Abdullah, 2013:137)) dari ujarannya.
5. Wacana dengan Pragmatik
Pragmatik sebagai cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara konteks
luar bahasa dan maksud tuturan melalui penafsiran terhadap situasi penuturannya.
Pragmatik ialah berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya
bahasa dalam komunikasi (KBBI, 1993: 177). Pragmatik juga diartikan sebagai makna
penutur (maksud), atau makna dalam penutur. Contohnya seperti: sugeng enjing!
Maksud: tergantung siapa yang berbicara atau maksud lain, misalnya menyindir atau
memarahi.
Levinson (1983) dalam bukunya yang berjudul Pragmatics, memberikan
beberapa batasan tentang pragmatik. Beberapa batasan yang dikemukakan Levinson
antara lain mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dan
konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa,maksut dari batasan ini
untuk memahami pemakaian bahasa kita dituntut memahami pula konteks yang
mewadahi bahasa tersebut. Batasan lain yang dikemukakan Levinson mengatakan
bahwa pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa untuk
mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu.
Adapun hubungan antara Pragmatik dan Wacana adalah sebagai berikut: (1)
Pragmatik dan Wacana sama-sama mengkaji makna bahsa yang ditimbulkan oleh
konteks.

Kesimpulan
Istilah Wacana telah banyak digunakan dalam pengertian yang luas dan bervariasi.
Wacana mengkaji unsur-unsur tatanan bahasa yang kompleks dan melauas ke bidang
linguistik, sosiolinguistik,dan pragmatis.
Dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan tatanan bahasa tertinggi.Wacana bukan
saja dalam bentuk kalimat dan paragraf,namun wacana dapat berupa satuan lingual dari
yang terkecil seperti kata,frasa,dan klausa.

Daftar Rujukan
Rohanna&Syamsudin , ISBN 978-602-73810-1-3 “ANALISIS WACANA”
Ratna Agustin,2018,Hakikat Wacana Dan Kedudukan Wacana Dalam Linguistik
Drs. Teguh Setiawan, M.Hum, Hakikat Wacana Bahasa Indonesia
Chaer,Abdul.2007.linguistik umum. Jakarta :Rineka Cipta.
Nadya inda Syartanti ,2022 Fonologi
Kompas.com, 2021, Wacana: Definisi, Ciri, Jenis, dan Syaratnya
Levinson, Stephen C. 1985. Pragmatics. Cambridge University Press.
Ramlan,M. 1996. Sintaksis-Cetakan ketujuh.Yogyakarta: CV.Karyono.

Anda mungkin juga menyukai