ANALISIS ASPEK GRAMATIKAL PADA CERKAK ‘SORE ING TAMAN
KUTHA’ DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT
Oleh Reforma Pandu Waskito (2601417064)
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia menurut kodrat yang gramatikal tertinggi atau terbesar ditetapkan oleh Tuhan sebagaimana (Kridalaksana, 1983). Wacana tulis makhluk hidup yang paling sempurna secara garis besar direalisasikan diantara makhluk hidup lainnya dalam bentuk sebuah karangan yang memang tidak dapat terlepas dari utuh seperti novel, cerpen, buku-buku yang namanya komunikasi. teks dan sebagainya. Sedangkan Komunikasi yang dilakukan manusia wacana lisan biasanya direalisasikan tidak semata-mata hanya komunikai dalam bentuk pidato, iklan, siaran belaka, namun dalam sebuah berita, serta khutbah yang komunikasi manusia membutuhkan disampaikan secara lisan. Wacana sarana untuk menyampaikan ide, dapat dikatakan baik apabila memiliki gagasan, pendapat, maksud, dan ciri kalimat-kalimat yang digunakan sebagainya. Sarana yang paling memiliki kohesi dan koherensi yang utama digunakan untuk memenuhi berkesinambungan dari awal hingga kebutuhan komunikasi adalah bahasa. akhir wacana. Artinya kalimat yang Dengan kata lain bahasa menjadi dibentuk harus behubungan secara sarat utama utama sebagai sarana runtut dan padu. Hubungan komunikasi verbal. antarbagian dari sebuah wacana Sarana komunikasi verbal dibedakan menjadi dua jenis yaitu secara garis besar dibagi menjadi dua kohesi atau hubungan bentuk serta jenis, antara lain sarana komunikasi koherensi atau hubungan makna verbal yang berupa bahasa lisan dan semantis dalam sebuah wacana. sarana komunikasi verbal yang Kohesi dibagi menjadi dua jenis yatu berupa bahasa tulis (Sumarlam, kohesi gramatikal dan kohesi 2003:1). Maka dari itu wcana atau leksikal. Kohesi gramatikal secara tuturan juga dibagi menjadi dua jenis, rinci teridiri atas aspek pengacuan yaitu wacana lisan dan wacana tulis. (referensi), penyulihan (substitusi), Wacana (discourse) adalah satuan pelepasan (elipsis), perangkaian bahasa terlengkap. Dalam hierarki (konjungsi). Sedangkan aspek gramatikal merupakan satuan leksikal terdiri dari repetisi (pengulangan), sinonim (persamaan), bahasa terlengkap dan tertinggi atau kolokasi (sanding kata), hiponim terbesar diatas kalimat atau klausa (hubungan bagian atau isi), antonym dengan koherensi dan kohesi tinggi (lawan kata), dan ekuivalensi yang berkesinambungan yang (kesepadanan). mempunyai awal dan akhir nyata Dalam mengkaji sebuah disampaikan secara lisan atau tertulis. wacana dalam karya sastra berbentuk Senada dengan Tarigan, prosa memiliki tantangan tersendiri. Kridalaksana juga berpendapat Dalam sebuah karya sastra prosa bahwa wacana (discourse) adalah bahasa yang digunakan kadang kala satuan bahasa terlengkap; dalam bersfiat abstrak dan sulit dimengerti hierarki gramatikal merupakan satuan bagi pembacanya. Dalam memahami gramatikal tertinggi atau terbesar. suatu karya sastra tidak hanya cukup Wacana ini direalisasikan dalam memahami kata-kata yang digunakan bentuk sebuah karangan yang utuh namun juga harus memahami maksud (novel, buku, seri ensiklopedia, dan dan tujuan yang disampaikan dalam sebagainya.), paragraph, kalimat atau sebuah karya sastra. Dari latar kata yang membawa amanat yang belakang yang telah diuraikan, tujuan lengkap. Dalam hal ini yang dari penelitian ini adalah untuk dipentingkan dalam wacana adalah mendeskripsikan aspek-aspek keutuhan atau kelengkapan gramatikal dalam cerkak Sore Ing maknanya yang penting makna, isi, Taman Kutha dalam majalan panjebar dan amanatnya lengkap. semangat. Dengan demikian penulis (Chaer, 1994:267) juga ingin lebih mengerti dalam mengkaji berpendapat bahwa wacana adalah bentuk dan struktur antar kalimat satuan bahasa yang lengkap, sehingga yang ada pada cerkak Sore Ing Taman dalam hierarki gramatikal merupakan Kutha. satuan gramatikal tertinggi atau KAJIAN PUSTAKA terbesar. Wacana dikatakan lengkap Pengertian Wacana dan Analisis karena didalamnya berisi konsep, Wacana gagasan, pikiran, atau ide yang utuh. Menurut (Guntur Tarigan, Sama seperti pendapat Kridalaksana, 1987: 23). Wacana adalah satuan bahwa wacana adalah satuan bahasa teringgi dan terlengkap secara dibeut koherensi (Sumarlam, 2005). gramatikalnya. Berkaitan dengan hal ini, Halliday Menurut para ahli bahasa ada dan Hasan (1997:6) membagi kohesi beberapa definisi dari analisis menjadi dua jenis, yaitu kohesi wacana. Menurut (soeseno gramatikal dan kohesi leksikal. Kartomihardjo, 1993:21) analisis Bentuk atau struktur lahir wacana wacana merupakan cabang ilmu disebut aspek gramatikal wacana, bahasa yang dikembngkan untuk sedangkan dari segi makna atau menganaliss suatu unit bahasa yang secara struktur batin disebut aspek lebih besar daripada kalimat dan leksikal wacana. Asek gramatikal lazim disebut wacana. Senada dengan teridiri atas aspek pengacuan Kartomihardjo, Stubbs menyatakan (referensi), penyulihan (substitusi), bahwa analisis wacana merujuk pada pelepasan (elipsis), perangkaian upaya mengkaji pengaturan bahasa (konjungsi). Sedangkan aspek diatas kalimat atau klausa, dan leksikal terdiri dari repetisi karenanya mengkaji satuan-satuan (pengulangan), sinonim (persamaan), kebahasaan yang lebih luas, seperti kolokasi (sanding kata), hiponim pertukaran perakapan atau teks tulis. (hubungan bagian atau isi), antonym Dari beberapa pendapat para ahli (lawan kata), dan ekuivalensi bahasa diatas, dapat disimpulkan (kesepadanan). Dibawah ini akan bahwa analisis wacana merupakan dijelaskan lebih rinci mengenai salah satu kegiatan dalam rangka keempat aspek gramatikal tersebut. mengkaji dan meneliti bahasa diatas a. Pengacuan (Referensi) kalimat atau klausa yang Pengacuan atau referensi memungkinkan aspek lain terlibat merupakan salah satu kohesi dalam memberi makna terhadap suatu gramatikal yang berbentuk satuan bahasa yang digunakan. lingual tertentu yang mengacu pada Aspek Gramatikal satuan lingual lain yang Hubungan antarbagian mendahuluinya atau mengkutinya. wacana dibagi atas dua jenis, yaitu Maka dari itu pengacuan dibedakan hubungan bentuk atau kohesi dan menjadi dua jenis yaitu pengacuan hubungan makna semantis atau yang endofora dan pengacuan eksofora. Pengacuan endofora apabila wacana yang bertujuan memperoleh acuannya terdapat di dalam teks unsur-unsur pembeda. Dari segi wacana tersebut, sedangkan pengacan satuan lingualnya, substitusi eksofora apabila acuannya terdapat dibedakan menjadi substitusi pada luar teks wacana tersebut. nominal, substitusi verbal, substitusi Pengacuan endofora dibagi lagi frasa, dan substitusi klausa. menjadi dua jenis berdasarkan arah c. Pelepasan (ellipsis) pengacuannya, yaitu pengacuan Pelepasan adalah jenis kohesi anaforis dan pengacuan kataforis. gramatikal yang berupa sebuah Pengacuan anaforis merupakan salah penghilangan atau pelepasan satuan satu kohesi gramatikal yang berupa lingual tertentu yang telah disebutkan satuan lingual tertentu yang mengacu sebelumnya. Unsur-unsur satuan pada satuan lingual lain yang lingual yang dilepaskan yaitu berupa mendahului. Semenar itu pengacuan kata, frasa, klausa, dan kalimat. kataforis adalah salah satu kohesi d. Perangkaian (Konjungsi) yang berupa satuan lingual yang Perangkaian atau konjungsi mengacu pada satuan lingual lain adalah salah satu jeni kohesi yang mengikutinya. Satuan lingual gramatikal yang dilakukan dengan tertentu dapat berupa kata ganti orang cara menghubungkan unsur yang satu (persona), kata ganti penunjuk dengan unsur lainnya dalam sebuah (demonstratif), dan komparatif atau wacana. Unsur yang dirangkai dapat satuan lingual yang membandingkan berupa satuan lingual yang berbentuk unsur satu dengan lainnya. kata, frasa, klausa, atau kalimat. b. Penyulihan (Substitusi) Selain itu dapat berupa unsur lain Penyulihan atau substitusi yang lebih besar seperti alinea merupakan salah satu dari jenis dengan pemarkah lanjutan dan juga kohesi gramatkal yang merupakan topik pembicaraan dengan pemarkah penggantian satuan lingual tertentu alih topik atau pemarkah disjungtif. dengan satuan lingual lainnya dalam