Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

BAB I
1.1. Latar Belakang

Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Kata
wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi, hak asasi manusia,
dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata yang digunakan, kadang-kadang pemakai
bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang
mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan
sebagai pembicaraan. Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi
bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya.
Realitas wacana dalam hal ini adalah eksistensi wacana yang berupa verbal dan nonverbal.
Rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan
struktur bahasa, mengacu pada struktur apa adanya; nonverbal ataulanguage likes mengacu pada
wacana sebagai rangkaian nonbahasa (rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna). Wujud
wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran lisan dan tulis. Sebagai media
komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap dan
penggalan percakapan. Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks,
sebuah alinea, dan sebuah wacana.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Untuk menghindari adanya kesimpangsiuran dalam makalah ini,maka kami membatasi masalah-
masalah yang akan dibahas diantaranya :
1. Apa itu wacana?
2. Karakteristik wacana dalam berkomunikasi.
3. Jenis wacana dalam berkomunikasi.
4. Contoh-contoh wacana.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN WACANA

Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam konteks sosial.Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau
ujaran.Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis .
Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses
komunikasi antarpenyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat
sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa. Disiplin ilmu yang mempelajari wacana
disebut dengan analisis wacana.Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau
menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.
Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Menurut
Alwi, dkk (2003:42), wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna
yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1994:5), wacana
adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan
koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir
yang nyata. Lebih lanjut, Syamsuddin (1992:5) menjelaskan pengertian wacana sebagai rangkaian
ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara
teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk dari unsur segmental maupun
nonsegmental bahasa.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang
lengkap yang disajikan secara teratur dan membentuk suatu makna.

2.2. WACANA DAN FUNGSI BAHASA DALAM BERKOMUNIKASI

Wacana dengan unit konversasi memerlukan unsur komunikasi yang berupa sumber
(pembicara san penulis) dan penerima (pendengar dan pembaca). Semua unsur komunikasi
berhubungan dengan fungsi bahasa (Djajasudarma, 1994:15). Fungsi bahasa meliputi (1) fungsi
ekspresif yang menghasilkan jenis wacana berdasarkan pemaparan secara ekspositoris, (2) fungsi
fatik (pembuka konversasi) yang menghasilkan dialog pembuka, (3) fungsi estetik, yang
menyangkut unsur pesan sebagai unsur komunikasi, dan (4) fungsi direktif yang berhubungan
dengan pembaca atau pendengar sebagai penerima isi wacana secara langsung dari sumber.

2.3.WACANA DAN KAJIAN DALAM BIDANG ILMU LAINYA

Kajian tentang wacana tidak bisa dipisahkan dengan kajian bahasa lainnya, baik pragmatik
maupun keterampilan berbahas
Wacana dan Pragmatik
Pragmatik berhubungan dengan wacana melalui bahasa dan konteks. Dalam hal ini dapat
dibedakan tiga hal yang selalu berhubungan yaitu sintaksis, semantik dan pragmatik. Sintaksis
merupakan hubungan antar unsur, semantik adalah makna, baik dari setiap unsur maupun makna
antar hubungan (pertimbangan makan leksikal dan gramatikal), dan pragmatik berhubungan
dengan hasil ujaran (pembicara dan pendengar atau penulis dan pembaca)

2.4 HUBUNGAN GRAMATIKAL DAN SEMANTIK DALAM

Hubungan antarproposisi yang terdapat pada wacana (kalimat) dapat dipertimbangkan dari
segi gramatika (memiliki hubungan gramatikal) dan dari segi semantik (hubungan makna dalam
setiap proposisi)
Hubungan Gramatikal
Unsur-unsur gramatikal yang mendukung wacana dapat berupa.
a) Unsur yang berfungsi sebagai konjungsi (penghubung) kalimat atau satuan yang lebih besar,
seperti dengan demikian, maka itu, sebabnya, dan misalnya.
b) Unsur kosong yang dilesapkan mengulangi apa yang telah diungkapkan pada bagian terdahulu
(yang lain) misalnya: Pekerjaanku salah melulu, yang benar rupanya yang terbawa arus.
c) Kesejajaran antarbagian, misalnya: Orang mujur belum tentu jujur. Orang jujur belum tentu
mujur.
d) Referensi, baik endofora (anafora dan katafora) maupun eksofora. Referensi (acuan) meliputi
persona, demonstratif, dan komparatif.
e) Kohesi leksikal dapat terjadi melalui diksi (pilihan kata) yang memiliki hubungan tertentu dengan
kata yang digunakan terdahulu. Kohesi leksikal dapat berupa pengulangan, sinonimi dan hiponimi,
serta kolokasi
f) Konjungsi merupakan unsur yang menghubungkan konjoin (klausa/kalimat) di dalam wacana.

Hubungan semantik
Hubungan semantik merupakan hubungan antarproposisi dari bagian-bagian wacana.
Hubungan antarproposisi dapat berupa hubungan antar klausa yang dapat ditinjau dari segi jenis
kebergantungan dan dari hubungan logika semantik. Hubungan logika semantik dapat dikaitkan
dengan fungsi semantik konjungsi yang berupa (1) ekspansi (perluasan), yang meliputi elaborasi,
penjelasan/penambahan, dan (2) proyeksi, berupa ujaran dan gagasan

Wacana dan Keterampilan Berbahasa


Pembahasan wacana berkaitan erat dengan pembahasan keterampilan berbahasa terutama
keterampilan berbahasa yang bersifat produktif , yaitu berbicara dan menulis. Baik wacana
maupun keterampilan berbahasa, sama-sama menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.

2.5. KAREKTERISTIK WACANA

Wacana merupakan medium komunikasi verbal yang bisa diasumsikan dengan adanya penyapa
(pembicara dan penulis) dan pesapa (penyimak dan pembaca).
1) Ciri-ciri Wacana
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diperoleh ciri atau karakterisitik sebuah wacana. Ciri-
ciri wacana adalah sebagai berikut:
o Satuan gramatikal
o Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
o Untaian kalimat-kalimat
o Memiliki hubungan proposisi
o Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
o Memiliki hubungan koherensi
o Memiliki hubungan kohesi
o Rekaman kebahasaan utuh dari peristiwa komunikasi
o Bisa transaksional juga interaksional
o Medium bisa lisan maupun tulis
o Sesuai dengan konteks
o Syamsuddin (1992:5) menjelaskan ciri dan sifat sebuah wacana sebagai berikut.
o Wacana dapat berupa rangkaian kalimat ujar secara lisan dan tulis atau rangkaian tindak tutur
o Wacana mengungkap suatu hal (subjek)
o Penyajian teratur, sistematis, koheren, lengkap dengan semua situasi pendukungnya
o Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu
o Dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental
2) Unsur Pembentuk Wacana
Wacana berkaitan dengan unsur intralinguistik (internal bahasa) dan unsur ekstralinguistik
yang berkaitan dengan proses komunikasi seperti interaksi sosial (konversasi dan pertukaran) dan
pengembangan tema (monolog dan paragraf).
3) Konteks dan Ko-teks
Wacana merupakan bangunan semantis yang terbentuk dari hubungan semantis
antarsatuan bahasa secara padu dan terikat pada konteks. Ada bermacam-macam konteks dalam
wacana. Wacana lisan merupakan kesatuan bahasa yang terikat dengan konteks situasi penuturnya.
Konteks bagi bahasa (kalimat) dalam wacana tulis adalah kalimat lain yang sebelum dan
sesudahnya, yang sering disebut ko-teks.
4) Teks
Fairdough (dalam Eriyanto, 2008:289) melihat teks dalam berbagai tingkatan. Sebuah teks
bukan hanya menampilkan bagaimana suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan
antarobjek didefinisikan. Setiap teks pada dasarnya, menurut Firdough dapat diuraikan dan
dianalisis dari ketiga unsur tersebut.

Unsur Yang ingin dilihat


Representasi Bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi, keadaan, atau
apapun ditampilkan dan digambarkan dalam teks.
Relasi Bagaimana hubungan antara wartawan, khalayak, dan partisipan
berita ditampilkan dan digambarkan dalam teks.
Identitas Bagaimana identitas wartawan, khalayak, dan partisipan berita
2.6.JENIS-
ditampilkan dan digambarkan dalam teks.
JENIS
WACANA BAHASA INDONESIA

Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi empat yaitu sbb:
1. Wacana Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi
dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif.Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi
adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan
suasana.

2. Wacana Deskripsi
Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan/suatu objek berdasarkan hasil pengamatan,
perasaan, dan pengalaman penulisnya.Untuk mencapai kesan yang sempurna bagi pembaca,
penulis merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi
dibedakan atas 2 macam, yaitu deskripsi Imajinatif/Impresionis dan deskripsi faktual/ekspositoris.

3. Wacana Eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci
(memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada
pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel
ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.Tahapan menulis karangan
eksposisi, yaitu menentukan objek pengamatan, menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi,
mengumpulkan data atau bahan, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka
menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian
urutan topik yang ada dan urutan klimaks dan antiklimaks.

4. Wacana Argumentasi
Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap
suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan
karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat
pengarang.Tahapan menulis karangan argumentasi, yaitu menentukan tema atau topik
permasalahan, merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti,
fakta, atau pernyataan yang mendukung, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan
kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-
akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.

2.7. MENURUT DJAJASUDARMA (1994:6), JENIS WACANA DAPAT DIKAJI DARI SEGI
EKSISTENSINYA (REALITASNYA), MEDIA KOMUNIKASI, CARA PEMAPARAN, DAN
JENIS PEMAKAIAN

A. Realitas Wacana
Realitas wacana dalam hal ini adalah eksistensi wacana yang berupa verbal dan nonverbal.
Rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan
struktur bahasa, mengacu pada struktur apa adanya; nonverbal atau language likes mengacu pada
wacana sebagai rangkaian nonbahasa (rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna)

B. Media Komunikasi Wacana


Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran lisan dan tulis. Sebagai
media komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap
dan penggalan percakapan. Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks,
sebuah alinea, dan sebuah wacana.

C. Pemaparan Wacana
Pemaparan wacana sama dengan tinjauan isi, cara penyusunan, dan sifatnya. Berdasarkan
pemaparan, wacana meliputi naratif, prosedural, hortatori, ekspositori, dan deskriptif.

D. Jenis Pemakaian Wacana


Jenis pemakaian wacana berwujud monolog, dialog, dan polilog. Wacana monolog
merupakan wacana yang tidak melibatkan bentuk tutur percakapan atau pembicaraan antara dua
pihak yang berkepentingan. Wacana yang berwujud dialog berupa percakapan atau pembicaraan
antara dua pihak. Wacana polilog melibatkan partisipan pembicaraan di dalam konservasi.

2.8 CONTOH WACANA

A. WACANA NARASI
Biasanya orang singgah ke restoran ingin mencari makanan enak, mereka ingin mengenyangkan
perut yang lapar dengan menyantap hidangan yang tersedia.
Namun demikian, pengunjung sekarang mulai datang ke restoran dengan tujuan lebih variatif.
Mereka ke restoran tak lagi sekedar mengenyangkan perut tapi juga berusaha mengenyangkan
mata.
Di tengah hiruk pikuk bisnis restoran, ada sebagian orang yang menjadikan pergi ke tempat makan
sebagai gaya hidup. Para pebisnis makanan pun rupanya jeli dengan adanya kalangan tertentu ini.
Pengusaha restorans tak lagi sekedar menyediakan menu makanan enak bagi pengunjung. Akan
tetapi menyediakan fasilitas lain seperti arena untuk bernyanyi, panggung hiburan yang
menampilkan acara live music. Hingga menggelar program-program acara tertentu yang diadakan
sewaktu-waktu untuk menghibur pengunjung.
Dengan adanya inovasi tadi maka jumlah pengunjung pun dapat terdongkrak. Sehingga roda usaha
bisnis restoran terus bergerak.
Salah satu cara agar pengunjung mendapatkan sesuatu yang baru ialah dengan mendesain inding
restoran agak berbeda misalnya dengan memajang berbagai lukisan di dinding restoran.
Memajang lukisan sebagai salah satu bagian dari interior restoran, kini menjadi tren baru beberapa
restoran. Kalau dulu untuk menikmati sebuah karya seni orang perlu mengunjungi sebuah galeri
lukisan, sekarang seiring dengan perubahan zaman, cukup datang ke restoran, duduk santai dan
rileks orang bisa enjoy menikmati karya seni.
Ternyata adanya restoran yang mengakomodasi karya seniman lokal menjadi inspirasi
B. WACANA DESKRIPSI

SMA ku Masa Depanku

SMA Negeri 1 Kota Sukabumi merupakan SMA tertua di Kota Sukabumi. SMA Negeri 1
Kota Sukabumi lahir pada bulan Oktober 1961.
SMA Negeri 1 mempunyai jumlah murid kurang lebih 1.500 siswa dan
mempunyai 4 lapangan, yaitu lapangan basket, lapangan volly, lapangan sepak bola, dan
lapangan badminton. Luas Smansa kuarng lebih 3 hektare dan memiliki 37 kelas serta 71 guru
mata pelajaran. Smansa juga memiliki kantin yang begitu banyak.
Ketika bel istirahat berbunyi, kanti di Smansa sangatlah ramai hingga siswa-siswi pun
harus berdesak-desakan untuk membeli makanan. kantin Smansa menjual bermacam-macam
makanan seperti gorengan, mie ayam, bas juice, dan masih banyak lagi Ketika kantin ini ramai,
suasaana pun menjadi sangat panas, berisik dan kotor. Kantin di Smansa sungguh sempit
sedangkan muridnya sangatlah banyak, sehingga kantin ini pun menjadi hiruk-pikuk.

C. WACANA EKSPOSISI
Yang Kedua bagi American Airlines
Jatuhnya pesawat berkapasitas 266 penumpang airbus A300- 600 merupakan peristiwa
kedua bagi American Airlines beberapa detik lepas landas dari bandar udara internasional OHare
Chicago, tiba-tiba mesin kiri lepas dari dudukannya. Pilot tidak bisa mengendalikan pesawat akibat
keseimbangan pesawat mendadak berubah dengan jatuhnya mesin berbobot sekitar 5 ton. Pesawat
mendarat dan menghujam tempat parkir kendaraan 31 detik kemudian dan 271 penumpang plus
awak tewas seketika. Kecelakaan lain menyangkut mesin copot dialami oleh pesawat kargo El-Al
milik flag carier Israel, 4 Oktober 1992. Mesin nomor empat atau yang paling ujung pada sayap
kanan, tiba-tiba lepas akibat dua fuse-pin (baut kedudukan mesin) lepas. Disusul kemudian oleh
mesin nomor tiga. Mendadak kehilangan dua mesin, pilot tidak dapat mengendalikan pesawat dan
menabrak gedung bertingkat di Amsterdam, Belanda. Empat awak tewas berikut 47 penghuni flat
yang ditabrak.
Sumber: Kompas, 15 November 2001

D. WACANA ARGUMENTASI

PENGARUH NARKOBA TERHADAP PERKEMBANGAN GENERASI BANGSA

Dewasa ini narkoba menjadi masalah serius di belahan dunia manapun. Banyak kasus narkoba
yang susah diselesaikan. Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya)
adalah zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia, baik secara diminum, dihirup, maupun
disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atu perasaan, dan perilaku seseorang. Menurut
UU No. 22 Tahun 1997 tentang narkoba yaitu, zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis. Zat tersebut menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, menghilangkan rasa, mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Seperti namanya, narkoba terdiri atas tiga macam, yaitu :
1. Narkotika. Yang termasuk narkotika, yaitu : Tanaman papaver, opium mentah, opium masak
(candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgoniana, tanaman ganja, dan damar
ganja. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran
dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
2. Psikotropika, antara lain: Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium,
Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbitol, Flunitrazepam,
Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb.
3. Adiktif berbahaya lainnya, yaitu : Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing
(bahan pelarut) berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang
dihasilkan oleh minuman beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh :
lem/perekat, aceton, ether, dsb.
Adapun narkoba menurut efeknya dibagi menjadi tiga, yakni :
1. Depresan, yaitu menekan sistem syaraf pust. Contohnya : opioda dan berbagai turunannya seperti
morphin dan heroin, serta putaw.
2. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Contoh :
Kafein, Kokain, Amphetamin, Shabu-shabu dan ekstasi.
3. Halusinogen, mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Contoh: mescaline dari
kaktus, psilocybin dari jamur-jamuran, LSD, dan ganja.

Saat ini, narkoba telah menjamur pada lingkungan remaja. Hal ini sungguh menjadi ancaman yang
berbahaya bagi bangsa Indonesia. Sianipar (2004) mengatakan bahwa berdasarkan survey nasional
penyalahgunaan narkoba yang dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) terhadap
13.710 responden yang terdiri dari pelajar SLTP, SLTA dan mahasiswa diperoleh data bahwa
dalam setahun terakhir terdapat 3,9% responden yang menyalahgunakan narkoba. Terdapat
banyak motivasi dan penyebab orang mengonsumsi narko antara lain:
1. Untuk merasakan kesenangan, menimbulkan percaya diri, merasakan kepuasan dan relaksasi.
2. Untuk merasa lebih baik, menghilangkan stress dan depresi.
3. Meningkatkan kinerja tubuh
4. Rasa ingin tahu.
5. Gengsi kepada teman
6. Lari dari masalah.
Namun pada hakikatnya, bila narkoba digunakan terus-menerus maka akan mengakibatkan
ketergantungan. Hal ini akan mengakibatkan gangguan fisik, seperti : gangguan pada system
syaraf, gangguan pada jantung dan pembuluh darah, gangguan pada kulit, gangguan pada paru-
paru, sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan
hati dan sulit tidur, penurunan fungsi hormon reproduksi dan gangguan fungsi seksual, perubahan
periode dan ketidakteraturan menstruasi, amenorhoe (tidak haid), hepatitis B dan C, HIV, dan
terakhir kematian. Adapun gangguan psikis, seperti : lamban kerja, ceroboh, tegang dan gelisah,
pesimis, apatis, pengkhayal, penuh curiga, menjadi berutal/ganas, sullit konsentrasi, perasaan kesal
dan tertekan, dan sering menyakiti diri sendiri. Selain itu ada pula dampak sosial, seperti :
gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan, menjadi beban keluarga, dan masa depan
menjadi suram.
Sulit bagi seseorang untuk melepaskan diri dari ketergantungan akan narkoba. Hal itu harus
dimulai dari kesadaran si pemakai dan kemauan yang kuat, serta didukung dari orang yang ada
disekitarnya.
Sedangkan untuk menghindari narkoba kita disarankan untuk lebih mendekati diri kepada Tuhan
dan menyadari akibat yang akan diterima jika memakai narkoba.
Dari uraian diatas, penyalahgunaan narkoba sanyat berbahaya bagi fisik, psikis, maupun hubungan
sosial kita. Sebagai remaja kita harus menjauhkan diri dari narkoba demi kebaikan kita dan negara
kita tercinta, karena masa depan bangsa kita ada dipundak kita.
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Kata
wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi, hak asasi manusia,
dan lingkungan hidup. . Seperti halnya banyak kata yang digunakan, kadang-kadang pemakai
bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang
mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang
mengartikan sebagai pembicaraan. Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan
mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya.
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam konteks sosial.Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau
ujaran.Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis .

3.2. SARAN

Mahasiswa di tuntut untuk lebih dalam mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia. Karena
dengan itu dapat menambah wawasan kita. Misalnya dalam pembuatan suatu wacana, kita
tidak keliru lagi. Lebih memahami unsur-unsur yang menyangkut tentang wacana.
DAFTAR PUSTAKA

Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung:


Eresko.

Eriyanto. 2009. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS Printing
Cemerlang.

Kushartanti, Multamia dan Lauder, Untung Yuwono. 2008. Pesona Bahasa: Langkah Awal
Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Syamsuddin A.R. 1992. Studi Wacana: Teori-Analisis Pengajaran. Bandung: FPBS IKIP
Bandung.

http://ohbaru.blogspot.com/2013/04/contoh-karangan-narasi-karangan.html

http://pendidikanmencerdaskanbangsa.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-wacana-bahasa-
indonesia.html

http://kangbull.blogspot.com/2013/05/paragraf-persuasif-pengertian-ciri-jenis-contoh.html

Anda mungkin juga menyukai