PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
di Indonesia merupakan wacana yang menarik saat ini.” Pada kesempatan lain, ada
orang yang secara lantang menyatakan, “Ah, itu kan sekadar wacana.” Meskipun tidak
ada konteks yang menyertai dua kalimat tersebut, terasa jelas bagi kita bahwa makna
wacana dalam kedua kalimat tersebut bernuansa. Wacana yang disebutkan dalam
kalimat pertama cenderung bebas dari nilai rasa (konotasi), sedangkan yang kedua
bernilai rasa (berkonotasi) negatif. Jika dinyatakan secara pasti, wacana dalam
pemakaian pertama bermakna ‘topik atau bahasan ringan, yang sepele, yang tidak
penting, yang sambil lalu’. Lalu, mengapa dapat demikian? Apakah kata wacana
mempunyai fonem sebagai objek telaah. Meneliti morfologi mengkaji morf, morfem,
dan alomorf. Ahli sintaksis meneliti kata, frasa, klausa, dan kalimat sebagai satuan
analisisnya. Wacana merupakan satuan yang ditelaah dalam bidang analisis wacana.
Lalu apa itu wacana? Makalah ini menjelaskan batasan, ciri-ciri, jenis, struktur, dan
kepaduan wacana sebagai topik yang umumnya dikaji dalam analisis wacana.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
antarsatuan bahasa secara padu dan terikat pada konteks. Sebagai kesatuan yang
abstrak, wacana dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, tuturan, atau inskripsi, yang
mengacu pada makna yang sama, yaitu ‘wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau
wacana sebagai pemakaian bahasa dalam komunikasi dengan pemakaian bahasa bukan
kesatuan bahasa yang terikat dengan konteks situasi penuturannya. Di pihak lain,
wacana tulis merupakan kesatuan bahasa yang dituliskan, Adapun konteks bagi bahasa
(kalimat) dalam wacana tulis adalah kalimat lain yang sebelum atau sesudahnya, yang
B. Jenis Wacana
diklarifikasikan atas :
• Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau
• Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan
• Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada ditindakan atau reaksi
• Wacana lisan, memiliki ciri antara lain adanya penutur dan mitra tutur,
bahasa yang dituturkan, dan alih tutur (turn taking) yang menandai
• Wacana tulis, ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang
• Wacana naratif, dicirikan oleh adanya alur, peristiwa, dan tokoh, seperti pada
• Wacana deskriptif, dicirikan oleh adanya detail suatu hal, seperti pada profil.
oleh eksplorasi bukti dan prosedur metodologis, seperti pada tesis dan
disertasi.
penutur atau penulis agar mitra tutur atay pembaca mengikuti apa yang
• Wacana monolog, dicirikan oleh adanya satu orang saja yang terlibat dalam
• Wacana dialog, dicirikan oleh adanya dua orang yang terlibat dalam
dan konferensi.
C. Struktur Wacana
kewacanaan. Organisasi inilah yang disebut sebagai struktur wacana. Sebagai sebuah
(semantis) ketimbang sebagai kesatuan bentuk (sintaksis) (lihat Halliday dan Hassan,
1976:2). Suatu rangkaian kalimat dikatakan menjadi struktur wacana bila didalamnya
terdapat ubungan emosional (maknawi) antara bagian yang satu dengan bagian
lainnya. Sebaliknya, suatu rangkaian kalimat belum tentu bisa disebut sebagai wacana
apabila tiap-tiap kalimat dalam rangkaian itu memiliki makna sendiri-sendiri dan tidak
Satuan bahasa secara linguistik mempunyai urutan dari yang terkecil sampai
WACANA
a) Fonem;
b) Morfem; Kalimat
c) Kata; Klausa
d) Frase; Frase
e) Klausa;
Kata
Morfem
Fonem
f) Kalimat;
g) Wacana.
(Tarigan, 1987:26)
D. Kohesi
bahwa wacana yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Kohesi
wacana terbagi ke dalam dua aspek, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.
sedangkan, yang termasuk yang termasuk kohesi leksikal adalah sinonim, repetisi,
unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu
wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Dengan kata lain, kohesi termasuk
dalam aspek internal struktur wacana. Sehubungan dengan hal tersebut, H. G. Tarigan
(1987:96) mengemukakan bahwa penelitian terhadap unsur kohesi menjadi bagian dari
kajian aspek formal bahasa. Oleh karenanya, organisasi dan strukturan kewacanaannya
baik dan utuh, maka kalimat-kalimatnya harus kohesif. Hanya dengan hubungan
kohesif seperti itulah suatu unsur dalamwacana dapat diinterpretasikan, sesuai dengan
unsur kohesi wacana dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal dan
a. Kohesi Gramatikal
gramatikal-alat bahasa yang digunakan dalam kaitannya dengan tata bahasa’. Kohesi
Referensi adalah ‘hubungan antara kata dan objeknya’. Dari sudut analisis
wacana, objek yang diacu oleh sebuah kata dapat di luar bahasa dan di dalam bahasa.
Referensi dengan objek acuan di luar teks disebut referensi eksoforis, sedangkan
referensi dengan objek acuan di dalam teks disebut referensi endoforis. Contoh
referensi eksoforis adalah saya dalam Saya belum sarapan pagi ini. Yang mengacu
pada diri penutur. Contoh referensi endoforis adalah mereka dalam Bapak dan Ibu
sudah berangkat. Mereka naik taksi. Berdasarkan tipe objeknya, referensi digolongkan
(Yuwono, 2005:96)
(Yuwono, 2005:96-97)
Suatu kata dapat digantikan oleh kata lain untuk tujuan tertentu, misalnya untuk
kata (-kata) dan kata (-kata) lain yang digantikannya’. Contoh alat gramatikal yang
(Yuwono, 2005:97)
• Demonstrativa ini, begini, di bawah ini, dan berikut ini untuk menggantikan
(Yuwono, 2005:97)
2005:97)
• Contoh substitusi nominal, Arloji yang saya beli kemarin rusak, tapi,
untungnya itu bisa cepat diiganti. Dalam kalimat tersebut terdapat itu yang
keras.
(Yuwono, 2005:97)
menganggu pemahaman. Dalam hal itu, elipsis atau pelesapan dapat dilakukan untuk
kata) yang dapat dimunculkan kembali dalam pemahamannya. Berikut ini adalah
Wacana]. Dalam kalimat tersebut, yang datang dari bahasa lisan, mengikuti
• Karena [Widya] sakit, Widya tidak dapat mengikuti kuliah hari ini. Demikian
pula dalam kalimat tersebut yang datang dari bahasa tulis, Widya dilesapkan
(Yuwono, 2005:98)
besar pula peranannya dalam mewujudkan kohesi gramatikal- perhatikan bahwa disini
kata konjungsi digunakan sebagai salah satu jenis kohesi gramatikal skaligus alat
tetapi kesempatan itu belum ada. Dalam kalimat tersebut Tetapi disini sebagai
konjungsi intrakalimat.
satu gagasan dengan gagasan lain di dalam kalimat yang berbeda. Contoh :
(Yuwono, 2005:98)
b. Kohesi Leksikal
keserasian struktur secara kohesif. Unsur kohesi leksikal terdiri atas sinonim
(persamaan), antonym (lawan kata), hiponim (hubungan bagian atau isi), repetisi
reiterasi dan kolokasi. Reiterasi adalah pengulangan kata-kata pada kalimat berikutnya
antonimi.
• Hiponimi, adalah hubungan antara kata yang bermakna spesifik dan kata yang
• Metonimi, adalah hubungan antara nama untuk benda lain yang berasosiasi
atau yang menjadi atributnya. Metonimi membuat wacana lebih menarik dan
efisien.
berarti pertalian makna atau isi kalimat (HG Tarigan, 1987:32). Koherensi juga berarti
hubungan timbal balik yang serasi antarunsur dalam kalimat (Gorys Keraf, 1984:38).
koherensi ialah keterkaitqan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya sehingga
suatu kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh. Wacana yang koheren memiliki
dan keterpahaman antarsatuan dalam suatu teks atau tuturan. Dalam struktur wacana,
aspek koherensi sangat diperlukan keberadaannya untuk menata pertalian batin antara
proposisi yang satu dengan lainnya untuk mendapatkan keutuhan. Keutuhan yang
antarunsur (bagian) secara semantis. Hubungan tersebut kadang kala terjadi dengan
alat bantu kohesi, namun kadang-kadang dapat terjadi tanpa bantuan alat kohesi.
Secara keseluruhan hubungan makna yang bersifat koheren menjadi bagian dari
organisasi semantis.
Lebih lanjut Halliday dan Hassan (1976:2) menegaskan bahwa pada dasarnya
kalimat akan menjadi wacana karena adanya hubungan makna (arti) antarkalimat itu
mengisyaratkan bahwa koherensi adalah salah satu aspek wacana paling penting,
Keberadaan unsur koherensi sebenarnya tidak pada satuan teks saja (secara
Jadi kebermaknaan unsur koherensi terletak pada kelengkapannya yang serasi antara
teks (wacana) dengan pemaahaman penutur pembaca (Brown dan Yule, 1986:224).
Lebih jelas Labov (dalam Soeseno Kartomihardjo, 1996:41) menyatakan bahwa suatu
wacana dapat dikatakan bersifat koheren, bukan hanya karena hubungan antarbagian
melainkan juga karena adanya reaksi tindak ujar yang signifikan dari pembaca atau
oendengar. Jadi koherensi pada dasarnya adalah memberi ukuran tentang seberapa
Pada dasarnya, hubungan koherensi adalah suatu rangkaian fakta dan gagasan
yang teratur dan tersusun secara logis. Koherensi dapat terjadi secara implisit
syarat, hubungan cara, hubungan kegunaan, dan hubungan penjelasan. Sementara itu,
sehingga tersusun kesatuan makna yang utuh. Berangkat dari konsep ini, koherensi
sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
salah satu bidang dalam linguistik seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis. Seperti
bidang-bidang linguistik yang lain, wacana juga memiliki satuan analisis. Wacana
dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, tuturan, atau, inskripsi, yang mengacu pada
makna yang sama, yaitu ‘wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar’. Dengan
judul dan isi, antara teras teks (lead) dan tubuh teks (body), pembaca teks itu tentu
B. Saran
bab analisis wacana ini sehingga pembaca dapat meningkatkan kualitasnya dalam
Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RmT Lauder. 2009. Pesona Bahasa.