Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

WACANA

DOSEN PEMBIMBING

Ika Martati

DISUSUN OLEH

Cesaria Maulida (A510190043)

Novita Nur Afifah (A510190049)

Maya Agitha Prabawati (A510190064)

Indah Ayu Kusumawardhani (A510190069)

Muhammad Wahyu Saputra (A510190070)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau
tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya
demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata
yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas
apa pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana
sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan
sebagai pembicaraan. Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan
mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan
sebagainya. Pembahasan wacana berkaitan erat dengan pembahasan keterampilan
berbahasa terutama keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yaitu
berbicara dan menulis. Baik wacana maupun keterampilan berbahasa, sama-sama
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.

Wacana berkaitan dengan unsur intralinguistik (internal bahasa) dan unsur


ekstralinguistik yang berkaitan dengan proses komunikasi seperti interaksi sosial
(konversasi dan pertukaran) dan pengembangan tema (monolog dan paragraf).
Realitas wacana dalam hal ini adalah eksistensi wacana yang berupa verbal dan
nonverbal. Rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran
kebahasaan) dengan kelengkapan struktur bahasa, mengacu pada struktur apa
adanya; nonverbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian
nonbahasa (rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna).

Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran lisan dan
tulis. Sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah
percakapan atau dialog lengkap dan penggalan percakapan. Wacana dengan media
komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks, sebuah alinea, dan sebuah wacana.

B. Rumusan Masalah

Untuk menghindari adanya kesimpangsiuran dalam makalah ini, maka kami


membatasi masalah-masalah yang akan dibahas diantaranya:

1. Pengertian wacana secara umum


2. Pengertian wacana menurut para ahli
3. Ciri-ciri wacana
4. Jenis-jenis wacana
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wacana Secara Umum

Istilah Wacana secara etimologi, “wacana” berasal dari bahasa Sansekerta


wac/wak/vak, artinya ‘berkata’, ‘berucap’ (Douglas, 1976:266). Bila dilihat dari
jenisnya, maka kata wac dalam lingkup morfologi bahasa Sansekerta, termasuk
kata kerja golongan III parasmaepada(m) yang bersifat aktif, yaitu ‘melakukan
tindakan ujaran’. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana.
Bentuk ana yang muncul dibelakang adalah sufiks (akhiran), yang bermakna
‘membedakan’ (nominalisasi). Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai
‘perkataan’ atau ‘tuturan’.

Kata wacana secara umum mengacu pada artikel, percakapan, atau dialog,
karangan, pernyataan. Jika kita membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia maka wacana
adalah bahan bacaan, percakapan atau tuturan. Kata wacana digunakan sebagai istilah
yang merupakan padangan dari istilah discourse dalam bahasa Inggris.

A. Pengertian wacana menurut para ahli

Menurut Alwi dkk (2003: 419) wacana adalah rentetan kalimat yang
berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain
dan membentuk satu kesatuan. Alwi juga menyatakan bahwa untuk
membicarakan sebuah wacana dibutuhkan pengetahuan tentang kalimat dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan kalimat.

Definisi wacana menurut Alwi, wacana hanya tentang hubungan antara


proposisi satu dan proposisi lain. Ia juga berpendapat bahwa wacana terdiri atas
sederetan kalimat yang berkaitan padahal wacana belum tentu terdiri atas kalimat-
kalimat. Wacana bisa juga berupa satuan bahasa bermakna seperti kata yang
memiliki konteks serta menyampaikan suatu gagasan.

Fatimah Djajasudarma (1994:1) mengemukakan bahwa wacana adalah


rentetan kalimat yang berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan
proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai isi konsep yang
masih kasar yang akan melahirkan pernyataan (statement) dalam bentuk kalimat
atau wacana.

James Deese dalam karyanya Thought into Speech: the Psychology of a


Language (1984:72, sebagaimana dikutip ulang oleh Sumarlam, 2009:6)
menyatakan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan
untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau
pembaca. Kohesi atau kepaduan itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi
banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus
muncul dari cara pengutaraan, yaitu pengutaraan wacana itu.

B. Ciri-Ciri Wacana

Ciri-ciri Wacana adalah sebagai berikut :

1. Terdapat tema
2. Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
3. Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
4. Memiliki hubungan koherensi
5. Memiliki hubungan kohesi
6. Medium bisa lisan maupun tulis
7. Sesuai dengan konteks

C. Jenis Wacana

Pengelompokan wacana bergantung pada sudut pandang yang digunakan.


Dilihat dari jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi dikenal ada wacana
monolog, dialog dan poligon. Sedangkan dilihat dari tujuan komunikasi, ada
wacana deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi dan narasi. Sedangkan dari
bentuk saluran yang digunakan, dikenal wacana lisan dan tulisan. Berikut,
penjelasan mengenai jenis-jenis atau ragam wacana yang telah disebutkan tadi.

1. Jenis wacana dilihat berdasarkan jumlah peserta

Dalam wacana ini yang terlibat pembicaraan dalam berkomunikasi. Ada tiga
jenis wacana berdasarkan wacana jumlah peserta yang ikut ambil bagian sebagai
pembicaraan, yaitu monolog, dialog, dan polilog.

 Wacana Monolog

Pada wacana monolog, pendengar tidak memberikan tanggapan secara


langsung atas ucapan pembicara. Pembicara mempunyai kebebasan untuk
menggunakan waktunya, tanpa diselingi oleh mitra tuturnya. Contoh dari wacana
monolog adalah ceramah, pidato.

 Wacana Dialog

Kemudian, apabila peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi
pergantian peran (dari pembicaraan menjadi pendengar atau sebaliknya), wacana
yang dibentuknya disebut dialog. Contoh dari wacana dialog, adalah antara dua
orang yang sedang mengadakan perbincangan di sekolah. Situasinya bisa resmi
dan tidak resmi.
 Wacana Polilog

Adapun apabila peserta dalam komunikasi itu lebih dari dua orang dan terjadi
pergantian peran, wacana yang dihasilkan disebut polilog. Contohnya adalah
perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran pembicaraan dan
pendengar. Situasinya pun bisa resmi dan tidak resmi.

1. Jenis wacana ditinjau dari tujuan berkomunikasi

Wacana berdasarkan tujuan berkomunikasi, diantaranya wacana argumentasi,


persuasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi. Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan
kelima wacana tersebut.

 Wacana Argumentasi

Karangan argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha


mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang
dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logis dan emosional
(Rottenberg, 1988:9). Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang
berusaha membuktikan suatu kebenaran. Lebih jauh sebuah argumentasi berusaha
mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima
suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti mengenai objek yang
diargumentasikan itu. (Gorys Keraf, 1995:10) dilihat dari sudut proses berfikir
adalah suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan menurunkan kesimpulan.
Contoh wacana argumentasi adalah :

Namun, yang menjadi kekawatiran adalah adanya efek negatif akibat dosis
vitamin dan mineral yang dikonsumsi secara berlebihan, terutama oleh mereka
yang memiliki kondisi tubuh yang sehat. Sejumlah penelitian mengungkapkan
bahwa multivitamin tidak terbukti dapat mencegah timbulnya suatu penyakit dan
suplemen vitamin juga tiadak bisa memperbaiki gizi yang buruk akibat pola
makan yang sembarangan. Bahkan meminum jenis vitamin dan mineral dalam
dosis tinggi dalam jangka waktu panjang bisa memicu resiko timbulnya penyakit
tertentu.

 Wacana Eksposisi

Wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima


(pembaca) agar bersangkutan memahaminya. Eksposisi adalah suatu bentuk
wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan
atau pengetahuan pembaca. Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan
hakikat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan, komunikasi,
perkebangan teknologi, pertumbuhan ekonomi kepada pembaca.

Wacana ini juga menyajikan penjelasan yang akurat dan padu mengenai topik-
topik yang rumit, seperti struktur negara atau pemerintahan, teori tentang
timbulnya suatu penyakit. Ia juga digunakan untuk menjelaskan terjadinya
sesuatu, beroprasinya sebuah alat dan sebagainya. Contoh wacana eksposisi:

Agar diperoleh hasil maksimal, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Sebelum melakukan pemutihan gigi, pasien perlu terlebih dahulu


didiagnosis kondisi giginya, seperti enamel gigi harus bagus karena proses
pemutihan berlangsung pada enamel gigi.
2. Selain itu juga diperhatikan apakah gigi tersebut masih aktif atau tidak.
3. Setelah melakukan pembersihan gigi, baru dokter akan mengarahkan
untuk memilih produk yang sesuai untuk dipakai (“Tampilkan Gigi Putih
Berseri”, Majalah Dewi No.5/XIII).

 Wacana Persuasi

Wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur


untuk pembacanya, biasanya digunakan segala daya upaya yang melakukan
perbuatan sesuai yang diharapkan penuturnya. Untuk mempengaruhi membuat
mitra tutur terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang
menggunakan alasan yang tidak rasional. Persuasi sesungguhnya merupakan
penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain
atau para pembaca. Agar pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang
yang mengadakan persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak terlalu
percaya akan apa yang dikatakannya itu. Persuasi lebih mengutamakan untuk
menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek pesikologis untuk mempengaruhi
orang lain. Jenis wacana persuasi yang paling sering kita temui adalah kampanye
dan iklan. Contoh wacana iklan sebagai berikut.

“pakai Daia, lupakan yang lain. Dengan harga yang semurah ini, membersihkan
tumpukan pakaian kotor Anda, menjadi lebih bersih cemerlang”.

 Wacana Deskripsi

Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu


objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu, sepertinya dapat dilihat,
dibayangkan oleh pembaca, seakan-akan pembaca dapar melihat sendiri.
Deskripsi memiliki fungsi membuat para pembacanya seolah melihat barang-
barang atau objeknya. Sebuah diskripsi mengenai rumah diharapkan menyajikan
banyak penampilan individu dan karakteristik dari rumah itu, dan beberapa aspek
yang dapat dianalisis, seperti besarnya, materi konstruksinya, dan rancangan
arsitekturnya.

Secara singkat deskripsi bertujuan membuat para pembaca menyadari apa


yang diserap penulis melalui panca indranya, merangsang perasaan pembaca
mengenai apa yang digambarkan, menyajikan suatu kualitas pengalaman
langsung. Objek yang dideskripsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap
dengan panca indra kita, sebuah hamparan sawah yang hijau dan pemandangan
yang indah, jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan, wajah seorang yang cantik molek
atau seseorang yang bersedih hati, alunan musik atau gelegar guntur dan
sebagainya. Contoh:

Pada jeram pertama perahu besar berbalik arah, lalu memasuki jeram ketiga
dengan bagian buritan terlebih dahulu, sampai akhirnya… brak! Perahu
menghantam batu besar seukuran 4 x 3 meter, dan menempel pada batu dalam
keadaan miring. (“Jeram Maut,” Reader’s Digest Indonesia¸Oktober 2004).

 Wacana Narasi

Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Pada wacana
narasi terdapat unsur-unsur cerita yang penting, seperti waktu, pelaku, peristiwa.
Adanya aspek emosi yang dirasakan oleh pembaca atau penerima. Melalui narasi,
pembaca atau penerima pesan dapat membentuk citra atau imajinasi. Contoh
wacana narasi:

Sewaktu aku duduk di ruang pengadilan yang penuh sesak itu, menunggu
perkaraku disidangkan, dalam hatiku bertanya-tanya berapa banyak orang-orang
hari ini di sini yang merasa, seperti apa yang kurasakan bingung, patah hati, dan
sangat kesepian. Aku merasa seolah-olah aku memikul beban berat seluruh dunia
di pundaku.

 
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau
tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya
demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata
yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas
apa pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana
sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan
sebagai pembicaraan.

Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi
bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya. Wacana
merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian
kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis.

B. SARAN

Mahasiswa di tuntut untuk lebih dalam mempelajari pelajaran Bahasa


Indonesia. Karena dengan itu dapat menambah wawasan kita. Misalnya dalam
pembuatan suatu wacana, kita tidak keliru lagi. Lebih memahami unsur-unsur
yang menyangkut tentang wacana.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/wacana-adalah/

https://ira113blog.wordpress.com/2014/12/26/makalah-wacana-bahasa-indonesia/

https://www.pelajaran.co.id/2017/02/pengertian-wacana-menurut-para-ahli-jenis-
jenis-wacana-dan-contoh-wacana.html

http://blog.unnes.ac.id/meinafebri/2016/04/14/pengertian-wacana-dari-berbagai-
ahli/

http://otaklapar.blogspot.com/2016/03/makalah-bahasa-indonesia-tentang-
wacana.html

Anda mungkin juga menyukai