Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS WACANA

A. Pendahuluan
Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau
tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya
demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata
yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas
apa pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana
sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan
sebagai pembicaraan. Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan
mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan
sebagainya. Pembahasan wacana berkaitan erat dengan pembahasan keterampilan
berbahasa terutama keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yaitu
berbicara dan menulis. Baik wacana maupun keterampilan berbahasa, sama-sama
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.

Wacana berkaitan dengan unsur intralinguistik (internal bahasa) dan unsur


ekstralinguistik yang berkaitan dengan proses komunikasi seperti interaksi sosial
(konversasi dan pertukaran) dan pengembangan tema (monolog dan paragraf).
Realitas wacana dalam hal ini adalah eksistensi wacana yang berupa verbal dan
nonverbal. Rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran
kebahasaan) dengan kelengkapan struktur bahasa, mengacu pada struktur apa
adanya; nonverbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian
nonbahasa (rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna).

Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran lisan dan
tulis. Sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah
percakapan atau dialog lengkap dan penggalan percakapan. Wacana dengan media
komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks, sebuah alinea, dan sebuah wacana.
Berdasarkan uraian di atas, betapa pentingnya apa itu wacana dan
memahaminya supaya tidak terjadinya kesalah pahaman dalam pengertian
wacana, maka dari itu kami menbahas topik wacana.

B. Pengertian Wacana
Istilah Wacana secara etimologi, “wacana” berasal dari bahasa Sansekerta
wac/wak/vak, artinya ‘berkata’, ‘berucap’ (Douglas, 1976:266). Bila dilihat dari
jenisnya, maka kata wac dalam lingkup morfologi bahasa Sansekerta, termasuk
kata kerja golongan III parasmaepada (m) yang bersifat aktif, yaitu ‘melakukan
tindakan ujaran’. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana.
Bentuk ana yang muncul dibelakang adalah sufiks (akhiran), yang bermakna
‘membedakan’ (nominalisasi). Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai
‘perkataan’ atau ‘tuturan’.
C. Ragam Wacana
Pengelompokan wacana bergantung pada sudut pandang yang digunakan.
Dilihat dari jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi dikenal ada wacana
monolog, dialog dan poligon. Sedangkan dilihat dari tujuan komunikasi, ada
wacana deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi dan narasi. Sedangkan dari
bentuk saluran yang digunakan, dikenal wacana lisan dan tulisan. Berikut,
penjelasan mengenai jenis-jenis atau ragam wacana yang telah disebutkan tadi.
1. Jenis wacana dilihat berdasarkan jumlah peserta
Dalam wacana ini yang terlibat pembicaraan dalam berkomunikasi.
Ada tiga jenis wacana berdasarkan wacana jumlah peserta yang ikut ambil
bagian sebagai pembicaraan, yaitu monolog, dialog, dan polilog.
a) Wacana Monolog
Pada wacana monolog, pendengar tidak memberikan tanggapan secara
langsung atas ucapan pembicara. Pembicara mempunyai kebebasan
untuk menggunakan waktunya, tanpa diselingi oleh mitra tuturnya.
Contoh dari wacana monolog adalah ceramah, pidato.
b) Wacana Dialog
Kemudian, apabila peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan
terjadi pergantian peran (dari pembicaraan menjadi pendengar atau
sebaliknya), wacana yang dibentuknya disebut dialog. Contoh dari
wacana dialog, adalah antara dua orang yang sedang mengadakan
perbincangan di sekolah. Situasinya bisa resmi dan tidak resmi.
c) Wacana Polilog
Adapun apabila peserta dalam komunikasi itu lebih dari dua orang dan
terjadi pergantian peran, wacana yang dihasilkan disebut polilog.
Contohnya adalah perbincangan antara beberapa orang dan mereka
memiliki peran pembicaraan dan pendengar. Situasinya pun bisa resmi
dan tidak resmi.
2. Jenis wacana ditinjau dari tujuan berkomunikasi
Wacana berdasarkan tujuan berkomunikasi, diantaranya wacana
argumentasi, persuasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi. Untuk lebih jelasnya,
berikut penjelasan kelima wacana tersebut.
a) Wacana Argumentasi
Karangan argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang
berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima
pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada
pertimbangan logis dan emosional (Rottenberg, 1988:9). Argumentasi
adalah semacam bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu
kebenaran. Lebih jauh sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi
serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu
kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti mengenai objek yang
diargumentasikan itu. (Gorys Keraf, 1995:10) dilihat dari sudut proses
berfikir adalah suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan
menurunkan kesimpulan. Contoh wacana argumentasi adalah :
 Namun, yang menjadi kekawatiran adalah adanya efek negatif
akibat dosis vitamin dan mineral yang dikonsumsi secara
berlebihan, terutama oleh mereka yang memiliki kondisi tubuh
yang sehat. Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa
multivitamin tidak terbukti dapat mencegah timbulnya suatu
penyakit dan suplemen vitamin juga tidak bisa memperbaiki gizi
yang buruk akibat pola makan yang sembarangan. Bahkan
meminum jenis vitamin dan mineral dalam dosis tinggi dalam
jangka waktu panjang bisa memicu resiko timbulnya penyakit
tertentu. (Reader’s Digest Indonesia, Oktober 2004).
b) Wacana Eksposisi
Wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada
penerima (pembaca) agar bersangkutan memahaminya. Eksposisi
adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek
sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Wacana
ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek,
misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan, komunikasi,
perkembangan teknologi, pertumbuhan ekonomi kepada pembaca.
Wacana ini juga menyajikan penjelasan yang akurat dan padu mengenai
topik-topik yang rumit, seperti struktur negara atau pemerintahan, teori
tentang timbulnya suatu penyakit. Ia juga digunakan untuk menjelaskan
terjadinya sesuatu, beroprasinya sebuah alat dan sebagainya. Contoh
wacana eksposisi:
 Agar diperoleh hasil maksimal, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan pemutihan gigi, pasien perlu terlebih
dahulu didiagnosis kondisi giginya, seperti enamel gigi harus
bagus karena proses pemutihan berlangsung pada enamel
gigi.
2. Selain itu juga diperhatikan apakah gigi tersebut masih aktif
atau tidak.
3. Setelah melakukan pembersihan gigi, baru dokter akan
mengarahkan untuk memilih produk yang sesuai untuk
dipakai (“Tampilkan Gigi Putih Berseri”, Majalah Dewi
No.5/XIII).
c) Wacana Persuasi
Wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra
tutur untuk melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan penuturnya.
Untuk mempengaruhi pembacanya, biasanya digunakan segala daya
upaya yang membuat mitra tutur terpengaruh. Untuk mencapai tujuan
tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak
rasional. Persuasi sesungguhnya merupakan penyimpangan dari
argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para
pembaca. Agar pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang
yang mengadakan persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak
terlalu percaya akan apa yang dikatakannya itu. Persuasi lebih
mengutamakan untuk menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek
pesikologis untuk mempengaruhi orang lain. Jenis wacana persuasi
yang paling sering kita temui adalah kampanye dan iklan. Contoh
wacana iklan sebagai berikut.
 “pakai Daia, lupakan yang lain. Dengan harga yang semurah ini,
membersihkan tumpukan pakaian kotor Anda, menjadi lebih
bersih cemerlang”.
d) Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan
suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu,
sepertinya dapat dilihat, dibayangkan oleh pembaca, seakan-akan
pembaca dapat melihat sendiri. Deskripsi memiliki fungsi membuat
para pembacanya seolah melihat barang-barang atau objeknya. Sebuah
diskripsi mengenai rumah diharapkan menyajikan banyak penampilan
individu dan karakteristik dari rumah itu, dan beberapa aspek yang
dapat dianalisis, seperti besarnya, materi konstruksinya, dan rancangan
arsitekturnya. Secara singkat deskripsi bertujuan membuat para
pembaca menyadari apa yang diserap penulis melalui panca indranya,
merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkan,
menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objek yang
dideskripsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan panca
indra kita, sebuah hamparan sawah yang hijau dan pemandangan yang
indah, jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan, wajah seorang yang cantik
molek atau seseorang yang bersedih hati, alunan musik atau gelegar
guntur dan sebagainya. Contoh:
 Pada jeram pertama perahu besar berbalik arah, lalu memasuki
jeram ketiga dengan bagian buritan terlebih dahulu, sampai
akhirnya… brak! Perahu menghantam batu besar seukuran 4 x 3
meter, dan menempel pada batu dalam keadaan miring. (“Jeram
Maut,” Reader’s Digest Indonesia¸Oktober 2004).
e) Wacana Narasi
Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Pada
wacana narasi terdapat unsur-unsur cerita yang penting, seperti waktu,
pelaku, peristiwa. Adanya aspek emosi yang dirasakan oleh pembaca
atau penerima. Melalui narasi, pembaca atau penerima pesan dapat
membentuk citra atau imajinasi. Contoh wacana narasi:
 Sewaktu aku duduk di ruang pengadilan yang penuh sesak itu,
menunggu perkaraku disidangkan, dalam hatiku bertanya-tanya
berapa banyak orang-orang hari ini di sini yang merasa, seperti
apa yang kurasakan bingung, patah hati, dan sangat kesepian.
Aku merasa seolah-olah aku memikul beban berat seluruh dunia
di pundaku.
3. Jenis wacana dilihat dari bentuk saluran yang digunakan
Saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, bisa dibedakan
menjadi wacana lisan dan wacana tulisan. Wacana tulisan adalah rangkaian
kalimat yang ditranskripkan dari rekaman bahasa lisan. Adapun wacana
tulis adalah teks yang berupa rangkaian kalimat yang menggunakan ragam
tulis. Adapun contoh wacana lisan.
 misalnya percakapan, khotbah (spontan), dan siaran langsung di radio
atau TV. Sedangkan wacana tulis dapat kita temukan dalam bentuk
buku, berita koran, artikel, makalah.
D. Alat-Alat Pembentuk Wacana
Alat-alat pembentuk wacana merupakan unsur-unsur yang membangun atau
membentuk wacana. Alat-alat pembentuk wacana itu juga disebut elemen-elemen
wacana. Perhatikan contoh wacana berikut.
Cara Mudah Melawan Stres
1. Kalau pikiran sedang jenuh, cobalah berjalan-jalan di taman. Jika anda suka,
berkebunlah. Hasil penelitian menunjukan bahwa bercengkraman dengan
bunga-bunga dan tanaman akan mampu meredam stres, rasa cemas, dan
kegelisahan, serta membangkitkan rasa bahagia.
2. Tidur, merupakan kesempatan terbaik bagi otak dan tubuh untuk
beristirahat. Pastikan anda cukup tidur malam, apabila tidak bisa coba
penuhi dengan tidur siang atau sekedar beristirahat di meja kerja anda.
Tutup pintu, matikan lampu, dan pejamkan mata, bayangkan anda berada di
tempat yang tenang, damai, dan indah.
3. Setelah itu hadapi setres dengan belajar dan belajar. Mungkin saat sekolah
kita sering merasa pusing belajar, tetapi ternyata jika Anda sudah bekerja,
kegiatan belajar bisa jadi “pelarian” yang menyenangkan. Menurut
American Jurnal of Health Promotion, mengambil kursus-kursus selain
memperluas wawasan berfikir juga meningkatkan kesehatan jiwa.
4. Dari pada mengeluh, lebih baik Anda melihat segala sesuatu dari sisi
positifnya. Mereka yang percaya pada kekuatan yang lebih besar dari
kekuatan manusia, biasanya mampu melewati badai dalam hidupnya dengan
lebih baik (diambil dari Majalah Fit9/VII/September 2003).

Elemen-elemen yang terdapat dalam teks wacana contoh diatas, elemen


yang pertama adalah judul teks. Elemen kedua adalah tubuh teks. Tubuh teks
terdiri dari 4 elemen, yaitu paragraf 1, paragraf 2, paragraf 3, dan paragraf 4.
Adapun persyaratan gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi atau dalam
wacana itu sudah terbina yang di sebut adanya keserasian hubungan antara unsur-
unsur yang ada dalam wacana tersebut. Bila wacana itu kohesif, akan terciptalah
kekoherensian yaitu isi wacana yang apik dan benar.
Kekohensifan wacana itu dilakukan dengan mengulang kata pembaruan
pada kalimat (1) dengan kata pembaruan pada kalimat (2); serta mengulang frase
perubahan jiwa pada kalimat (2) perubahan kalimat (3). Adanya pengulangan
unsur yang sama itu menyebabkan wacana itu menjadi koherens dan apik. Namun,
pengulangan-pengulangan seperti di atas yang tampak kohesif, belum tentu
menjamin terciptanya kekoherensian. Jadi syarat terbentuknya wacana apabila
adanya kohesif dan koherensi.
Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana
menjadi kohesif antara lain.
1. Konjungsi, yakni alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat
atau menghubungkan paragraf dengan paragraf. Dengan penggunaan
konjungsi ini, hubungan itu menjadi lebih eksplisit, dan akan menjadi lebih
jelas bila dibandingkan dengan hubungan yang tanpa konjungsi. Contohnya:
Raja sakit. Permaisuri meninggal.
Pada contoh diatas, hubungan antar kalimat pertama dengan kalimat
kedua itu tidak jelas: apakah hubungan penambahan, apakah hubungan
sebab dan akibat, atau hubungan kewaktuan. Hubungan menjadi jelas, misal
diberi konjungsi, dan menjadi kalimat sebagai berikut:
1. Raja sakit dan permaisuri meninggal.
2. Raja sakit karena permaisuri meninggal.
3. Raja sakit ketika permaisuri meninggal.
4. Raja sakit sebelum permaisuri meninggal.
5. Raja sakit. Oleh karena itu, permaisuri meninggal.
6. Raja sakit, sedangkan permaisuri meninggal
7. Mengunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan
anaforsis. Dengan menggunakan kata ganti sebagai rujukan anaforsis,
maka bagian kalimat yang sama tidak perlu di ulang, melainkan
diganti dengan kata ganti itu. Maka oleh karena itu juga, kalimat-
kalimat tersebut saling berhubungan.
8. Mengunakan ellipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama
yang terdapat kalimat yang lain. Dengan ellipsis, karena tidak di
ulangnya bagian yang sama, maka wacana itu tampak menjadi lebih
efektif, dan penghilangan itu sendiri menjadi alat penghubung kalimat
di dalam wacana itu.
Selain dengan upaya gramatikal, sebuah wacana yang kohesif dan
koherens dapat juga dibuat dengan baebagai aspek semantik. Caranya,
antara lain:
a) Menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat
yang terdapat dalam wacana. Misalnya:
b) Kemarin hujan turun lebat sekali. Hari ini cerahnya bukan main.
c) Saya datang anda pergi. Saya hadir, anda absen. Maka, mana
mungkin kita bisa berbicara.
d) Menggunakan hubungan generik – spesifik; atau sebaliknya
spesifik – generik. Misalnya:
e) Pemerintah berusaha menyediakan kendaraan umum sebanyak-
banyaknya dan akan berupaya mengurangi mobil-mobil pribadi.
f) Kuda itu jangan kau pacu terus. Binatang juga perlu istirahat.
g) Menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian
kalimat; atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana.
Misalnya:
h) Dengan cepat di sambarnya tas wanita pejalan kaki itu. Bagai
elang menyambar anak ayam.
i) Lahap benar makanannya. Seperti orang yang sudah satu minggu
tidak ketemu nasi.
j) Menggunakan hubungan sebab-akibat di antara kedua bagian
kalimat; atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana.
Misalnya:
k) Dia malas, dan sering kali bolos sekolah. Wajarlah kalau tidak
naik kelas.
l) Pada pagi hari bus selalu penuh sesak. Bernafas pun susah di
dalam bus itu.
m) Menggunakan hubungan tujuan di dalam isi sebuah wacana.
Misalnya:
n) Semua anaknya disekolahkan. Agar kelak tidak seperti dirinya.
o) Banyak jembatan layang di bangun di Jakarta. Supaya kemacetan
lalu lintas teratasi.
p) Menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian
kalimat atau pada dua kalimat dalam satu wacana. Misalnya:
q) Becak sudah tidak ada lagi di Jakarta. Kendaraan roda tiga itu
sering di tuduh memacetkan lalulintas.
r) Kebakaran sering melanda Jakarta. Kalau dia datang si jago
merah itu tidak kenal waktu, siang atau pun malam.

E. Analisis Wacana
Seperti dikatakan Stubbs (1983:1), analisis wacana merupakan suatu kajian
yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik
dalam bentuk tulis maupun lisan. Penggunaan bahasa secara alamiah adalah
bahwa penggunaan bahasa, seperti dalam komunikasi sehari-hari. Data dalam
wacana dapat berupa teks, baik teks lisan, maupun teks tulis. Teks merujuk pada
bentuk rangkaian kalimat atau ujaran. Istilah kalimat digunakan dalam ragam
bahasa tulis, sedangkan ujara digunakan untuk mangacu pada kalimat dalam
ragam bahasa lisan.
Dalam analisis wacana berlaku dua prinsip, yakni prinsip interpretasi lokal
dan prinsip analogi. Prinsip interpretasi lokal adalah interpretasi berdasarkan
konteks, baik konteks linguistik maupun konteks nonlinguistik. Konteks non
linguistik yang merupakan konteks lokal tidak hanya berupa tempat, tetapi juga
dapat berupa waktu, ranah penggunaan wacana, dan partisipan.
Prinsip interpretasi analogi adalah prinsip interpretasi suatu wacana
berdasarkan pengalaman terdahulu yang sama atau yang sesuai. Konteks yang
diperhatikan adalah yang paling relevan saja dengan situasi yang sedang
berlangsung karena pengalaman terdahulu sudah cukup membantu untuk
memahami wacana.
Dalam analisis wacana juga terdapat istilah kohesi dan koherensi. Istilah
tersebut telah dibahas secara sekilas di awal. Kohesi mengacu pada hubungan
antar bagian dalam sebuah teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa
sebagai pengikatnya. Untuk menghubungkan informasi antar kalimat. Contoh kata
yang digunakan, seperti kata selain, sebab, ini, itu, dan. Koherensi adalah
kepaduan gagasan antar bagian dalam wacana. Dalam sebuah wacana pada tiap
kalimatnya terdapat gagasan.
F. Penyusunan Wacana Sederhana Dengan Memperhatikan Kaidah Bahasa
Perhatikan contoh wacana berikut ini!
1. Di negara-negara maju, makanan untuk kebutuhan-kebutuhan khusus,
seperti untuk diet penurunan berat badan atau diet diabetes, sudah lazim
dan bisa dengan mudah diperoleh sehingga mereka yang tidak berdiet,
tetapi sudah peduli pada kesehatannya pun bisa memanfaatkan produk
semacam ini. Mungkin sekarang ini sudah saatnya pula anda
memanfaatkan dengan cara mengkonsumsi produk sejenis. Anda ingin
sehat, bukan ? (diambil dari Majalah Fit No.9/VII/September 2003).
Dalam wacana tersebut, terdapat hubungan kohesi, misalnya terdapat kata
makanan untuk kebutuhan khusus seperti diet (kalimat 1). Pada kalimat-
kalimat berikutnya juga terdapat pengulangan-pengulangan kata tersebut,
dengan mengunakan kata produk macam ini (kalimat 3) atau produk
sejenis (kalimat 4). Pada wacana ini pun terdapat hubungan koherensi,
yaitu terdapat kaitan makna atau ide antara kalimat pertama dengan
kalimat-kalimat berikutnya. Kalimat (2), merupakan penjelasan dari
kalimat (1), dan kalimat (3), merupakan penjelasan dari kalimat (2).
Begitu seterusnya.
Pada wacana tersebut, juga terdapat prinsip interpretasi lokal, misalnya
terdapat kata, negara-negara maju, sekarang. Sedangkan untuk prinsip
interpretasi analogi, pembaca wacana tersebut tentunya dapat meng
interpretasi isi wacana tersebut sesuai dengan pengalamannya dalam
mengetahui tentang baiknya mengonsumsi makanan berkalori rendah demi
kesehatanya.
Demikianlah contoh wacana yang memiliki kohesi, koherensi, prinsip
interpretasi lokal dan prinsip interpretasi analogi didalamnya. Semoga
anda dapat membuat sebuah wacana yang memiliki kaidah-kaidah yang
telah di jelaskan sebelumnya.
G. Kesimpulan
Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau
tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya
demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata
yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas
apa pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana
sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan
sebagai pembicaraan.
Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi
bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya. Wacana
merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian
kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis.

Anda mungkin juga menyukai