fiktif)
Wacana deskriptif, wacana yang dicirikan oleh
adanya pemaparan secara detail dalam suatu hal,
seperti profil.
Wacana ekspositoris, wacana yang dicirikan oleh
kuatnya paparan informasi, seperti pada karangan
khas (feature).
Wacana argumentatif, wacana yang dicirikan oleh
seperangkat argumentasi yang kuat berdasarkan
bukti dan prosedur metodologis, seperti tesis dan
disertasi.
Wacana persuasive, wacana ini dicirikan dengan
adanya dorongan atau rangsangan dari mitra tutur
agar dapat mengikuti penutur, seperti pada sebuah
iklan.
Wacana hortatoris, wacana ini dicirikan pada
kuatnya amanat yamg dikandung dalam sebuah
yang sama.
3. Unsur perbuatan bersama
Yang dimaksud dengan perbuatan bersama adalah bahwa
baik pembicara maupun interlokutornya melakukan
perbuatan yang pada dasarnya mempunyai aturan yang
mereka ketahui bersama. Dalam hal ini seperti, ketika si
pembicara mengucapkan salam dalam sebuah percakapan
via telepon, dengan sendirinya interlocutor akan menjawab
salam dan seterusnya. Singkatnya, perbuatan bersama ini
artiny antara pembicra dan interlocutor mengetahui urutan
pembicaraan dimuali dari pembukaan, isi dan penutup.
4. Unsur Kontribusi
Kontribusi pada umumnya mempunyai dua tahap, tahap
presentasi dimana si pembicara menyampaikan sesuatu
untuk difahami oleh interlocutor dan tahap pemahaman di
mana interlocutor telah memahami apa yang disampaikan
oleh pembicara. Suatu percakapan hanya akan dapat
berlanjut bila perlataran seperti ini terbentuk. Perlataran juga
tumbuh secara akumulatif. Artinya, perlataran itu
berkembang dan juga bisa berubah dari satu kalimat ke
kalimat lain tergantung pada isi pembicaraan.
Wacana dialog secara sepintas serupa dengan percakapan.
Karena harus ada empat unsure-unsur diatas. Selanjutnya,
terkadang orang mengira bahwa percakapan itu adalah
10
11
12
13
14
15
16
2. Kohesi Elipsis
Dalam konteks tertentu,beberapa perkataan dan frasa dalam
teks boleh ditiadakan atau dihilangkan tanpa perlu diulang.
Kaedah penghilangan seperti ini dinamakan elipsis. Dalam
analisis wacana, elipsis bermaksud menggantikan perkataan
atau bagian tertentu ayat dalam teks dan dengan sifat iaitu
dengan sesuatu yang pada hakikatnya ada tetapi tidak
dizahirkan dalam bentuk ucapan maupun tulisan. Harinurmukti
17
18
19
, ,
< >
Dalam contoh a, jawaban yang diberi kepada soalan
sebelum nya menyaksikan penghilangan mubtada' yaitu ().
Elipsis seperti ini diharuskan karena pendengar atau pembaca
boleh mengetahui perkataan mana yang menduduki mubtada'
dengan membuat rujukan kepada soalan yang dilontarkan
Dalam contoh b pula, jawaban yang diberi kepada soalan
sebelumnya menyaksikan penghilangan khabar yaitu ( .).
Pendengar atau pembaca boleh mengetahui perkataan mana
yang menduduki gatra khabar dengan membuat soalan yang
dilontarkan. Ini membuat pembaca membuat andaian terhadap
jawaban yang penuh iaitu ( ) . Begitu juga dalam
contoh c yang memperlihatkan penghilangan satu klausa penuh
yang terdiri daripada mubtada dan khabar secera serentak yaitu
( ) . Pendengar atau pembaca boleh mengetahui unsurunsur yang menduduki gatra yang dihilangkan dengan membuat
rujukan kepada klausa-klausa sebelumnya.20
c. Elipsis Mubtada' dan khabar secara wajib
Penghilangan secara wajib ini boleh melibatkan mubtada
ataupun khabar. Elipsis mubtada wajib berlaku dalam keadaan20 Mohd azidan abdul jaba hal :71
20
keadaan berikut:
1. Perkataan yang pada asalnya adalah na't atau adjektif
yang dipotomg daripada klausa asalnya untuk dijadikan
khabar bagi mubtada yang dihilangkan, contohnya:
. > <
Perkataan ( )pada contoh diatas pada asalnya adalah
adjektif majrur bagi perkataan ( )akan tetapi ia
dipotong daripada klausa asalnya untuk dijadikan khabar
marfu mubtada yang telah dihilangkan yaitu ().
2. Khabar bagi mubtada yang dihilangkan dikhususkan
(makhsus) bagi atau contohnya:
. > <
Dalam contoh tersebut, perkataan ( ) yang
dikhususkan dalam pujian ( )menjadi khabar bagi
mubtada yang telah dihilangkan yaitu ().
3. Dalam ayat qasam. Contohnya:
.
> <
Khabar dalam contoh diatas ialah (
)
manakala
21
22
Contoh b:
.
Dalam contoh a, fa'il al-mukhatabat yang merupakan damir
bariz muttasil dihilangkan untuk mengelakkan kecacatan
morfologi yaitu karena iltiqa al-sakinayn. Ungkapan asalnya ialah
(
) . Begitu juga dalam contoh b yang menyaksikan
penghilangan fa'il yaitu, al-jama'at daripada ungkapan asal (
) .
3. Apabila amilnya dalam bentuk masdar atau kata nama
perbuatan. Dalam keadaan ini elipsis fa'il adalah secara
pilihan. Contohnya:
. > <
Dalam contoh ini, fa'il ( )yang merupakan damir mustatir
dihilangkan selepas masdar ( )yang berfungsi sebagai
amil.
4. Apabila fa'il dan amilnya ditiadakan atas tujuan balaghat
dengan syarat terdapat petunjuk yang jelas terhadap
maksud ayat. Dalam keadaan ini elipsis fa'il adalah secara
pilihan, contohnya:
> <
Dalam contoh diatas, fa'il ( )yang merupakan damir bariz
muttasil dihilangkan bersama kata kerjanya yaitu ().
23
f. Elipsis Maf'ul
Maf'ul termasuk dalam kategori fadlat yang bukan merupakan
unsur yang asas dalam pembinaan ayat. Walaupun
bagaimanapun,dalam kebanyakan keadaan maf'ul dinyatakan
dalam ayat bagi menjelaskan makna sesuatu ungkapan. Dalam
keadaan nahwu Arab, maf'ul boleh dihilangkan daripada ayat
atas sebab-sebab tertentu setelah memenuhi syarat-starat yang
akan dinyatakan. Pengguguran maf'ul boleh berlaku dalam
beberapa keadaan berikut:
1. Penghilangan maf'ul bih boleh dilakukan secara pilihan
karena memelihara lafaz seperti memelihara wazan syair
atau perkataan di akhir ayat-ayat yang mempunyai
pertalian semantik ataupun sebab-sebab makna.
Contohnya:
Contoh a:
< >
23 Mohd azidan abdul jaba hal : 79
24
Contoh b:
,< > , < >
< >
Dalam contoh a yang dipetik daripada surah ad duha, ayat
1-3, maf'ul bih ( )dihilangkan supaya wazan atau bentuk
kata kerja ( )bersesuaian dengan wazan kata kerja ()
yang terdapat dalam ayat sebelumnya. Dalam contoh b,
maf'ul bih dalam bagian ayat pertama yaitu (),
bahagian ayat yang kedua yaitu (). Dan yang ketiga
yaitu ( )dihilangkan supaya tidak wujud pergantungan
maksud diantara satu bahagian ayat dengan bahagian ayat
yang lain.
2. Penghilangan kedua-dua maf'ul bih dalam ayat atau salah
satu daripadanya boleh dilakukan secara pilihan dalam
situasi jawaban.
3. Penghilangan maf'ul li ajlih boleh dilakukan secara oulihan
jika ia terdapat sebelum masdar mu'awwal. Seperti contoh:
. > <
Dalam contoh diatas yang dipetik dari surah an-nisa ayat
176, maf'ul li ajlih yang mengalami elipsis ialah ().24
g. Elipsis mustatsna
Penghilangan musthana boleh dilakuan secara pilihan dalam ayat
sekiranya memenuhi tiga syarat. Pertama adat istishna mesti
terdiri dari & kedua adat istisna mesti didahului oleh
perkataan dan ketiga makna ungkapan dapat difahami
dengan jelas. Contohnya
24
25
Dalam contoh diatas,mustasna dihilangkan selepas adat istisna
dan . Ayat diatas sebenarnya bermaksud __
25
h. Ellipsis hal
Penghilangan hal boleh dilakukan secara pilihan dalam ayat
sekiranya lafadz hal itu berasil dari perkataan contohnya
,
....
Dalam contoh ini perkataan yang menduduki gatra hal
yaitu ( )dihilangkan karena ia boleh difahami berdasrkan
qorinat ungkapan
i. Ellipsis naat
Ellipsis naat atau adjektif dan manutnya boleh dilakukan salh
satu atau keduanya. Contoh :
Pada contoh tersebut kedua naat da manutnya dihilangkan yaitu
25 Mohd azidan abdul jaba hal : 81
26
( ) .26
3. Kohesi subtitusi
Kohesi subtitusi atau penggantian pada asasnya sama dengan
khesi ellipsis karena keduanya melibatkan peniadaan unsure
tertentu dalamm teks. Perbedaanya ialah unsure yang ditiadkan
digantikan dengan unsur lain dalam kohesi subtitusi.
Selanjutnya, hubungan dalam kohesi dapat dikalsifikasikan
dengan berbagai pendekatan;
Hubungan sebab akibat, jenis hubungan ini bersifat
mantiki, alami, pengalaman, dan urutan waktu.
Hubungan antar kata
Hubungan pemarkah-pemarkah ( seperti konjungsi)
Pengulangan kata atau frasa (seperti kolokasi)
Sedangkan dalam tataran makna (semantic) dalam sebuah
wacana dinamakan dengan koherensi.27 Koherensi merupakan
keberterimaan suatu tuturan atau teks karena kepaduan
semantisnya atau sebagai hubungan antara teks dan factor di
luar teks berdasarkan pengetahuan seseorang. Artinya,
pengetahuan seseorang yang berada di luar teks itu sering di
sebut konteks bersama (shared-konteks) atau penetahuan
bersama (shared-knowledge). Misalnya dalam sebuah
26 Mohd azidan abdul jaba hal : 86
27 Kushartanti, Untung Yuwono, Multamina RMT Lauder (Penyunting).: 101
27
percakapan;
Istri: Ada telepon dari Joko! (sang istri sembari mengetruk
pintu kamar mandi)
Suami: lagi tanggung, nih! Lima belas menit lagi, deh!
(sang suami sedang mencuci pakaian di kamar mandi)
Istri: Oke!
Kata tanggung dalam percakapan di atas harus dihubungkan
dengan konteks di luar teks, yakni kegiatan suami sedang
mencuci baju. Maka dengan demikian orang lain atau istri dapat
memahami bahwa kegiatan suami hampir selesai. Dan pada
contoh dialog;
Roni: Saya lapar sekali.
Asti: Tunggu sebentar, ada nasi dan lauk di dapur (seraya
bergegas menuju ke dapur)
Dari dialog di atas merupakan dialog yang koheren. Karena
wacana terbentuk dengan adanya tanggapan atau jawaban dari
Asti. Yang walaupun Roni tidak ada unsure memerintah atau
menyuruh.
Kedua unsure inilah yang tidak bisa dipisahkan dalam
28
29
Kohesi
Kohesi merujuk kepada hubungan yang wujud diantara
unsur-unsur dalam suatu teks. Hubungan berkenaan terhasil
apabila interpretasi terhadap suatu unsur bergantung kepada
unsur yang lain.
Koheren
Koheren merujuk kepada hubungan diantara teks dengan
pengetahuan di luar teks yang diamdaikan dimiliki oleh penerima
sama ada pendengar atau pembaca.
Tujuan
Tujuan bermaksud penutur atau penulis mesti mempunyai
niat dan tujuan untuk mencapai matlamat yang khusus daripada
wacana yang dihasilkannya seperti menyampaikan maklumat,
memberi pandangan, menyatakan hujah, memujuk penerima
terhadap suatu perkara dan sebagainya.
Kebolehterimaan
Kebolehterimaan bermakna struktur dan format kohesi dan
koheren dalam teks mestilah mendapat pengiktirafan penerima
yaiitu pendengar dan pembaca. Ia bermakna unsur yang
terkandung dalam teks mestilah dirasakan logik dan boleh
30
Intertekstualiti
Intertekstualiti memerlukan setiap rangkaian teks berkeupayaan
31
membawa penerima kepada pengetahuan terhadap rangkaianrangkaian teks yang lain sebelumnya sama ada melalui bentuk
dan makna.29
32
33
PENUTUP
A. Kesimpulan
Para ahli bahasa dan pakar linguistik dalam menganalisa
sebuah wacana menggunakan pelbagai pedekatan, tentunya
argumentasi-argumentasi yang dikemukakan dapat
dipertanggungjawabkan secara teoritis, metodologis dan
ontologis. Analisis wacana merupakan bagian dari kajian dari
linguisti (ilmu lughah) yang mecoba mendobrak suatu makna
yang tersimpan dalam rentetan kata, kalimat, dan paragraf.
Sehingga melahirkan penafsiran yang koheren sesuai dengan
konteks yang peristiwa yang terjadi dan sekaligus didukung dan
diperkuat dengan kohesi. Dan pada konklusinya tercipta suatu
penafsiran yang utuh, apik, dan sempurna. Wacana tidak bersifat
isolatif (berdiri sendiri) melainkan ada dengan disertai tinjauan
fenomena yang terjadi yang kemudian di namakan dengan
konteks, dan dengan tinjauan strukjtuk pada kalimat maka
lahirlah kohesi. Dan tinjauan semantis, maka koherensi lahir
sebagai penyeimbang dalam menafsirkan sebuah wacana.
Analisis wacana tidak terlepas dari kajian kebahasaan yang
merupakan objek dari linguistik itu sendiri. Dalam sebuah kalimat
apapun bentuknya, itu terikat dengan struktur SPO (subjek,
predicat, dan objek). Begitupun dalam analisis wacana terdapat
34
35
DAFTAR PUSTAKA
36