PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bangsa arab merupakan salah satu bangsa yang terkenal akan ilmu sesusastraannya,
salah satunya menciptakan syi’ir (puisi), kemampuan mereka yang tinggi dalam
menciptakan syi’ir merupakan tingkat kemajuan peradabannya. Syi’ir merupakan
kebudayaan yang sangat melekat pada setiap individu bangsa arab, bahkan syi’ir
merupakan salah satu kebanggaan yang dimiliki oleh bangsa arab.
Puisi arab sendiri sudah terlahir sejak Masa pra islam (jahiliyah), masa ini bagi
orang awam mungkin saja akan dipahami sebagai suatu masa yang meliputi seluruh masa
sebelum datangnya agama islam atau masa kenabian Rasulullah SAW, pendapat seperti itu
tentu ada benarnya akan tetapi para sejarawan arab membatasi masa pra islamnya sekitar
150 tahun sebelum kedatangan agama islam, hal itu disebabkan minimnya referensi yang
dapat dijadikan rujukan oleh para sejarawan. Diyakini bahwa kemampuan puitik bangsa
arab awal adalah anugrah dan bukan peniruan terhadap bangsa bangsa lain. Puisi arab
kuno selain diakui keindahan penyusunan isi dan diksinya, juga memiliki pola ritmik dan
musikal yang baku. Banyak para muaddib (sastrawan ) yang terlahir baik pada masa jahili
maupun modern. Mereka banyak menciptakan syi’ir syi’ir yang sangat terkenal hingga
diterjemahkan kedalam beberapa bahasa, dan dipelajari oleh para sastrawan dunia.
1
A. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan syi’ir ?
2. Sebutkan macam macam syi’ir arabi !
3. Apa saja unsur sebuah syi’ir baik intrinsik maupun ekstrinsiknya?
4. Bagaimana perkembangan sejarah syi’ir di arab?
5. Sebutkan para penyair arab dan karyanya, ( klasik dan kontemporer ) !
B. Tujuan
1. Untuk memenuhi kurikulum mata kuliah Nazariah Al adab
2. Dapat memahami pengertian syi’ir
3. Untuk mengetahui macam macam syi’ir arab
4. Untuk mengetahui unsuk intrinsik dan ekstrinsik syi’ir arab
5. Untuk mengetahui perkembangan sejarah syi’ir arab
6. Untuk mengetahui penyair arab dan karyanya baik klasik maupun kontemporer
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian syi’ir
Menurut etimologi kata syi’ir berasal dari bahasa Arab, yaitu sya’ara atau sya’ura,
yang artinya mengetahui dan merasakannya. Sedangkan secara terminology ada beberapa
ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian syi’ir sebagai berikut :
1.)IbnuRasyiq
Ibnu Rasyiq lebih mempertegas adanya unsur kesengajaan, sebagaimana ia berkata :
“Sesungguhnya syi’r terdiri dari empat hal, yaitu lafadz, wazan, makna dan qafiah. Ini
batasan syi’ir, karena ada sebuah ungkapan yang berirama dan berqafiah tetapi tidak dapat
dikatakan syi’r, karena tidak dibuat-buat dan tidak dimaksud syi’ir seperti Al-Qur’an dan
Hadits,nabi.”1
2.)AliBadri
Mengatakan bahwa : ي
ّ عرب بوزن قصدا موزون كالم هو ّ ال
شعر
“syi’ir adalah suatu kalimat yang sengaja disusun dengan menggunakan irama atau wazan
Arab”2.
3.) Menurut Stadmon (Penyair Barat) :
Yang artinya Syi’ir adalah bahasa yang mengandung khayalan dan berirama yang
mengungkapkan tentang suatu arti dan perasaan serta ide yang timbul dari dalam jiwa
seoranpenyair.3
4.)Menurutahmad Asy-sayib
Syi’ir atu puisi arab adalah ucapan atau tulisan yang memiliki wazan atau bahr
(mengikuti prosodi atau ritme gaya lama) dan qafiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir
baris atau sater) serta unsur ekspresi rasa dari imajinasi yang harus lebih dominan
dibanding prosa. Definisi ini lebih baik dibanding para ahli sastra arab lainnya semisal
qudamah bin jafar, meskipun qudamah menyebut keharusan puisi mengandung makna,
tetappi defini yang lainnya hanya berhenti pada keharusan adanya bahr dan qafiyah,
sebuah definisi yang hanya menekankan pada bentuk luar.4
5.) Muhammad al-Kuttani
1 Ahmad as-Syaib, ushul an-naqdu al adabi, (kairo: maktabah alnahdhah al mishriyah : 1964), hal :295
2 Ali Badri, Muhaadlaraatun Fi ‘Ilmai Al-Aruudl Wal-Qafiyah, (Cairo : Al-Jaami’ah Al-Azhar, 1984), hal: 4.
3 Drs. Mas’an Hamid, Ilmu Arudl dan Qawafi, (Surabaya:Al Ikhlas,1599), hlm. 10
4 Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab : Klasik Dan Modern, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada : 2012), hal : 10
3
Namun definisi yang lebih menyeluruh tampaknya adalah definisi puisi arab yang di
munculkan Muhammad al-Kuttani dengan mengutip pendapat Al-Aqqad, yaitu ekspresi
bahasa yang indah yang lahir dari gejolak jiwa yang benar.
Berdasarkan definisi yang sudah di kemukakan oleh para ahli diatas maka bisa di
katakan bahwa puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan
di susun dengan mengosentrasikan semua kekuatan bahasa, baik dalam struktur fisik
maupun struktur luarnya.5 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa syi'ir adalah
tuturan yang berisi perasaan-perasaan, gagasan-gagasan, dan rahasia ruhani manusia yang
berwazandan berqa:fiyah, sebagaimana dalam penger-tiannya yang lama, maupun yang
tidak lagi terikat pada wazan dan qa:fiyah, sebagaimana puisi-puisi bebas yang muncul
pada awal abad ke-19.
2. Jenis syiir
Pembagian atau kategorisasi puisi biasanya didasarkan pada bentuk dan isi.
1. jenis syiir dari segi bentuk,
puisi Arab dibagi ke dalam lima bagian : puisi tradisional, puisi mursal, muwasyahat, dan
puisi bebas.
a.Puisi tradisional, puisi ini adalah puisi yang terikat prosodi/matra gaya lama atau arud
(wazan/bahr) dan qafiyah yang susunan barisnya secara umum berbentuk qasidah(dua
baris sejajar). Berikut adalah contoh puisi tradisional arab yang terkenal karya Hassan bin
sabit, salah seorang sahabat nabi..
من الرسل و األوثان في األرض تعبد # نبي أتانا بعد يأس و فترة
يلوح كما الح الصقيل المهند # فأمسي سرلجا مستنيرا و هاديا
(Muhammad adalah nabibyang datang/setelah masa susah dan putus dari kerasulan/saat
dimana diatas bumi patung-patung disembah/pelita yang memberi petunjuk dan
terang/yang bersinar sebagaimana kilauan pedang)
b.Puisi mursal, puisi yang terikat dengan satuan irama atau ta’filah, dan tidak terikat oleh
wazan dan qafiyah tertentu.
c. Puisi muwsyahat, puisi yang berisi yang menggabungkan model qasidah (baris pertama
dan kedua disimpan sejajar) dan terkadang modelnya mirip rubaiyyah (puisi empat baris
5 Ibid hal.11-12
4
yang antarbarisnya tidak sejajar) tetapi dengan tiga baris tersusun ke bawah pada bagian
selanjutnya.
d. Puisi Bebas,yaitu puisi yang tidak terikat oleh wazan dan qafiyah, yang secara bentuk
terkadang mendekati gaya prosa sastra dan susunan barisnya tidak dalam bentuk qasidah,
tetapi tersusun kebawah.6
Berikut adalah salah satu Contoh Puisi bebas berjudul “al-fannaan” karya Abu Syadzi:
تفتش في لب الوجود معبرا عن الفكرة العظمي به أللباء
تترجم أسمي معاني البقاء
و تثبت بالفن سر الحياة:
Berdasarkan waktu atau zamannya,syi’ir dibagi menjadi dua, yaitu syi’ir jahiliy atau pra-
Islam, dan syi’ir pada pertengahan Islam.
6
Sukron Kamil, teori kritik sastra arab klasik dan modern (Jakarta:Rajawali press,2012) hlm.12
7
Sukron Kamil, teori kritik sastra arab klasik dan modern (Jakarta:Rajawali press,2012) hlm. 15-16
8
Bagian kurikulum sekolah, tarikh adabil arabiy(Ponorogo:Darussalam press,2004) hlm 20
5
A. Karakteristik Syi’ir syi;ir jahiliyah :
1. Penggambaran yang tepat, sajak-sajak nya menandakan kehidupan bangsa arab yang
bermasyarakat.
2. Dalam penggunaannya tidak berlebihan, puisi yang ditulis singkat.
3. Kepadatan struktur, jauh dari kata-kata yang berlebihan, sesuai dengan tabiat mereka
yang hidup di gurun dengan kehidupan yang sederhana.
4. wazan dan qafiyah, keduanya adalah andalan puisi pada umumnya, terutama syi’ir
jahili. Keduanya memiliki pengaruh besar pada penerima nya secara emosional dan
menaruh simpati
5. Puisi jahili adalah catatan tentang kebiasaan orang-orang pada zaman jahiliyah. Tentang
berita-berita mereka, kematian, dan perang dimana para penyair menulis berdasarkan apa
yang dilihat, didengar, dan dirasakannya. Dan kemudian memadukan kehidupan di sekitar
dengan dan perintah
6. Bahasanya kadang jelas, kadang tidak jelas. Dan ada lafadz yang sesuai dengan
kehidupan kita saat ini dan ada juga yang sangat tidak sesuai9
Berdasarkan waktu atau zamannya,syi’ir dibagi menjadi dua, yaitu syi’ir jahiliy atau pra-
Islam, dan syi’ir pada pertengahan Islam.
9
Bagian kurikulum sekolah, tarukh adabil arabi (Ponorogo: Darussalam press,2004) hlm 20
6
antar suatu kabilah. Bukan hanya berperang di lapangan tetapi juga perang lisan. Mereka
menggunakan syi’ir ini untuk menyebutkan aib musuhnya.
f. I’tidzar, jenis puisi ini digunakan untuk menunjukkan udzur dan alasan dalam suatu perkara
dengan jalan meminta maaf dan mengakui kesalahannya.
g. wasfun, syi’ir ini biasa digunakan untuk menggambarkan suatu kejadian. Ataupun hal-hal
yang menarik seperti menggambarkan peperangan,keindahan alam, dsb.
h. Hikmah, Mereka menyusun pengalaman mereka dalamkehidupan, dan pandangan dunia
mereka, dan akhlak orang-orang di sekitar mereka.
i. Hamasah,, syi’ir yang didalamnya terdapat kejadian-kejadian peperangan dengan bangga
dengan sikap para pahlawan didalamnya, atau deskripsi lokasi mereka, alat perang yang
bagus, atau percakapan mereka untukmendesak mereka dan bertahan disana atau merayu
mereka.
j. Syakawi, yaitu syi’ir yang diceritakan oleh penyair tentang rasa lapar, dan rasa sakitnya
terhadap sesuatu yang telah berlalu dan tidak bisa ditolaknya10
Tema puisi syair pada masa pra-Islam secara umum menggambarkan keadaan hidup
masyarakat yang kecenderungannya sangat fanatik dengan kabilah atau sukunya. Sehingga
tidak mengherankan jika sebagian syair yang muncul pada masa tersebut tidak jauh dari
tema-tema tersebut
10
Bagian kurikulum sekolah, tarikh adabil arabiy(Ponorogo:Darussalam press,2004) hlm 22-24
7
lain seperti Al-Huthaiah, Jariir, Al-Farasdak dan Akhtal, mereka selalu menggubah syair
yang tujuannya mengejek orang-orang Arab yang kafir.
d. Al-Madh (pujian), terutama untuk mengokohkan dasar-dasar pemerintahan Islam dan
mengagungkan kedudukan para khalifah serta para pemimpin pemerintahan mereka.11
Muallaqat
Muallaqat adalah nama yang diberikan untuk puisi-puisi jahili yang isinya panjang. Dan
sebab penamaannya menurut riwayat yaitu kaum arab membaptis tujuh puisi yang dipilih dari
penyair arab. dan ditulisnya dengan tinta emas kemudian ditempel di dinding ka’bah.
Muallaqat berisi puisi-puisi terbaik dari orang-orang arab sebagai bukti dari bahasa mereka,
kefasihan, dan deskripsi kehidupan social mereka , dan posisi mereka yang berbeda-beda
dalam kehidupan.12
Pada zaman pra-Islam muallaqat sebagian besar ditulis dalambentuk qasidah. Oleh karena
itu, puisi muallaqat sering disebut sebagai qasidah emas yang dalam pembukaannnya sering
diawali dengan kata nasib, yang maknanya berhubungan dengan rasa cinta dan kasih saying
atau menaruh iba pada dirinya dan kekasihnya.13
Salah satu karya terbaik yang termasuk muallaqat adalah karya Zuhair ibn Abi Sulma.
Di dalamnya mengandung nilai-nilai moralitas universal yang tinggi. Syair-syair Zuhair
banyak memberikan pesan moralitas kepada masyarakat Arab saat itu, untuk itu ia juga
dikenal sebagai penyair hikmah. Berdasarkan hal tersebut, syair Mu’allaqât Zuhair termasuk
satu dari 7 (tujuh) syair terbaik yang lahir dari 7 penyair terbaik masa Jahiliyah. 14
11
Ibid.hal 51-52
12
Bagian kurikulum sekolah, tarikh adabil arabiy(Ponorogo:Darussalam press,2004) hlm 24
13
Dr.Fadlil Munawwar Manshur, Perkembangan Sasra Arab dan Teori Sastra Islam (Yogyakarta:Pustaka
Belajar,2011) hlm 6
14
Cahya Buana, Nilai-nilai moralitas dalam syair jahiliyah karya Zuhair ibn Abi Sulma,(jakarta:Buletin al-Turas)
januari 2017
8
narsis (fakhr), pujian (madh), ratapan (ritsa), ejekan (hija’), permohonan maaf (I’tidzar),
penggambaran sesuat (washf), dan nasihat (hikmah).
b. Ma’ani wa akhilah. Ma’ani adalah makna, sedangkan akhilah atau khayal adalah
imajinasi. Ma’ani dalam puisi sama dengan kandungan atau amanat yang ingin
disampaikan oleh penyair. Sedangkan khayal erat hubungannya dengan unsur yang ketiga
yaitu gaya Bahasa.
c. Uslub wa alfazh. Uslub adalah gaya bahasa, sedangkan alfazh adalah diksi atau
pilihan kata. Gaya Bahasa dan diksi erat kaitannya dengan imajinasi. Imajinasi dalam syair
biasanya disampaikan dengan gaya bahasa khas, seperti menggunakan isti’arah (metafora),
tasybih (perumpamaan), majas dan kinayah. Pemilihan kata yang tepat dan juga gaya
Bahasa yang indah dalam syair, mampu mempengaruhi emosi dan perasaan pendengarnya.
d. Wazan dan qâfiyah. Wazan yaitu kumpulan taf’ilah yang terdapat pada bait syair
yang telah ditentukan oleh kaidah-kaidah ilmu Arudh. Wazan dinamakan juga dengan
bahar atau al-buhûr al-syi’riyah, yakni bentuk-bentuk pola irama yang membentuk corak
musik yang beranekaragam dalam syair Arab. Macam macam bahr ada 10 : Bahar Thawiil
Bahar Madiid Bahar Basiith Bahar WafiirBahar Kamiil Bahar Hajaz Bahar Rajaz Bahar
Ramal Bahar Sarii’ Bahar Munsarih Bahar Khafiif Bahar Mudlaraa’ Bahar Muqthadab
Bahar Mujtats,Bahar Muraqaaraab, Bahar Mutadaarak
15
Cahya Buana, Nilai-nilai moralitas dalam syair jahiliyah karya Zuhair ibn Abi Sulma,(jakarta:Buletin al-Turas)
januari 2017
9
4. Sejarah perkembangan
Pada abad pertama hijriah atau abad ke-6 masehi, ketika kaum muslimin masih
disibukkan oleh ekspansi dan pembangkangan, seperti perang riddah(632 M) pada masa
Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq, penulisan karya sastra belum berkembang. Sampai abad
ke-7 baru ada penulisan al Quran. Pengumpulan karya sastra baru dilakukan pada akhir
abad ke-8.16 Secara konvensional , para penelaah sejarah kesusastraan Arab
mempriodisasikan perkembangan kesusastraan arab sebagai berikut:
Masa Arab pra-Islam dipandang sebagai fondasi puisi Arab yang sesungguhnya.
Dilihat dari sudut pandang prosodic (ilmu persajakan), secara praktik, semua puisi Arab
memang merujuk pada masa tersebut. Model puisi yang lazim pada masa itu adalah puisi
dengan enam belas metrum dengan struktur bergabung, tanpa rima, yang penggunaannya
hanya dalam puisi-puisi serius saja. Itu pun dengan rima tunggal (monorhym). Akan tetapi,
kemudian terdapat sedikit inovasi, khususnya yang terjadi di wilayah Spanyol Islam pada
abad ke-11 Masehi, dengan model puisi strophic atau stanzaic yang di wilayah itu lebih
dikenal dengan nama muwashshah. Puisi-puisi dengan tema cinta dan kasih sayang, yang
penuh dengan imagery gurun banyak disukai oleh sebagian besar penyair dan hal ini terus
berlangsung sampai pada dekade pertama abad ke-20 Masehi. Genre atau topik yang
sering ditulis dan menjadi puisi-puisi dengan tema cinta pra-Islam adalah: puji-pujian
(fakhr), madich, satire (hija'), elegi (ritsa’), deskripsi (washf) dan puisi- puisi cinta
(ghazal). Puisi religius atau puisi asketik (zuhd) adalah satu pengecualian walaupun
sebenarnya terdapat banyak puisi yang berbicara tentang moralitas seperti yang ditulis
oleh Ka'ab bin Zuhayr pada zaman pra dan awal kelahiran Islam.17 Kasidah yang dinilai
sebagai puisi serius dengan rima tunggal, metrum tunggal, dan majâz-majâz gurunnya
tetap menjadi model puisi ideal bagi banyak penyair. Apakah demi alasan yang lebih baik
ataukah sebaliknya, para penyair pada satu kecenderungan bahwa mereka meniru dan
terpengaruh dengan model puisi zaman pra-Islam, yang di dalamnya banyak berisi tentang
16
Taufik Abdullah,(Ed),Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Jilid 4,(Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,2002)
hal, 343
17
Fadlil Munawwar Manshur, Pekembangan sastra arab dan teori sastra islam (Yogyakarta:Pustaka
Pelajar,2011) hal,7
10
pujian dan sanjungan atas patron merek,Beberapa nama penyair besar yang muncul di
masa-masa awal itu antara lain Adiy bin Rabiah at-Taghlabi atau yang dijuluki Muhalhil
yang disebut-sebut sebagai orang yang mula-mula melantunkan puisinya yang terdiri dari
30 bait,18
Qays ibnu al-Mulawwich adalah penyair arab yang di kenal dengan sebutan majnun
18
Mustafa Shadiq Al Rofi'i,. Tarikh Adab Al-Aab. Juz I , (Beirut: Darul Kitab Al-Arabi,1974) hal,27
19
Ahmad Al-Iskandari, Al-Wasit. Mesir : darul al-ma’arif
11
laila atau populer juga dengan nama laila majnun, kemudian dalam perkembangannya di
resepsi oleh sastra persia. Kisah laila majnun sebagai karya sastra arab populer mendapat
sambutan besar di dunia timur dan barat.20
para sastrawan arab pada zaman ini banyak membawa perubahan dalam kehidupan
kesusastraan Arab, khususnya puisi yang sangat digemari oleh para bangsawan Arab
Dinasti Umayyah. Dalam hal ini, para bangsawan Arab dinasti ini menyambut dengan
senang hati setiap perubahan dalam model dan gaya berpuisi. Untuk itu, pada penyair
istana (pourt of court) adalah menggubah puisi yang berkisah tentang prestasi yang telah
dicapai oleh para pembesar kerajaan dan mengabadikan nama mereka di dalamnya. 21
C. Periode Abbasiyah
Setelah kekuatan politik dinasti ummayah mulai goyah kekuatan baru (abbasiyah)
mulai mempersiapkan langkah, menciptakan aliran alira baru dalam puisi dengan sentuhan
dan konsep yang lebih modern dari pada sebelumnya, bassar ibnu burdin berada di garda
paling depan gerakan ini. Dalam hal ini bassar berusaha keras menemukan cara cara baru
dalam penulisan puisi, puisi bassar terkadang menggunakan kata kiasan yang terlalu
tinggi. Sebagian puisi bassar juga tetap menggunakan gaya kuno, yaitu satu kata di pakai
untuk menggambarkan beragam citraan.
pengembangan bahasa arab paling awal dimasa abbasiyah adalah adanya lembaga
bahasa arab standar dan modern. Hal yang menarik pad masa dinasti abasiyah ini adalah
berkembangnya sastra arab kristen yang di pelopori oleh para pendeta nestorian.
Penguasaan mereka dalam sastra arab dimaksudkan untk menerjemahkan bibel dalam
bahasa nestoria kedalam bahasa arab sehingga gereja gereja di wilayah kekuasaan
abbasiyah juga berpern mengembangkan bahasa dan sastra arab. Teks teks puisi sejak
dahulu telah menjadi basis bagi studi terkait dengan ilmu ilmu bahasa arab. Puisi bahasa
arab telah menjadi basis linguistik dan intelektualitas bangsa arab sepanjang sejarah
kebudayaan dan peradabannya, baik bagi orang arab asli maupun non arab yang berada
dalam pengaruh kekuasaan islam selama perluasan wilayah pemerintaan islam. Penyair
20
Fadlil Munawwar Manshur, Pekembangan sastra arab dan teori sastra islam (Yogyakarta:Pustaka
Pelajar,2011) hal, 10
21
Ibid, hal,11
12
yang tekenal pada masa ini adalah ibnu Quttaibah dengan karyanya yang berjudul uyunul-
akbar .22
pandangan panyair Abbasiyyah, seperti Abu Nuwas (yang terkenal dengan sebutan
'si penyair udik') yang cenderung ingin melepaskan diri dari kaidah puisi pra-Islam yang
tradisional. Menurut pendapatnya, pembukaan puisi dengan mengeksploitasi kenikmatan
anggur dapat saja diterapkan sebagai pengganti pembukaan puisi yang selalu dimulai
dengan kata-kata perkabungan. Akan tetapi, reaksi melawan kecenderungan umum
(konvensional) ini tampaknya hanya berjalan setengah hati. Ironisnya, Abů Nuwas sendiri
tetap mengikuti praktik tradisional dalam banyak karya puisinya.23
D. Periode turki
sejumlah sejarawan sastra bersepakat bahwa sastra arab pada masa turki utsmani,
periode yang dimulai dengan penaklukan utsmani atas suriah (1510 M) dan mesir (1517
M) sampai pada masa ekspedisi napoleon ke mesir (1798 M) dicatat sebagai kemunduran
sastrarab.24
pada masa ini kebudayaan arab mengalami kelumpuhan termasuk dalam hal sastra.
Tidak banyak karya sastra yang mampu dihasilkan. Semua terjebak dalam romantika
kejayaan masa lalu, sebagai akibatnya keputusan generasi.
kondisi sastra arab yang memprihatinkan tersebut di sebut sebagai kitsch, seni semu,
yang oleh Eco seorang linguis Itallia, disebut “Sebuah dusta struktural”, Upaya
penegakkan kembali sastra arab dilakukan dengan gerakan yang secar luas dikenal dengan
al-Inbi’ats (Reanissance) , yang untuk pertamakalinya dimulai di Lebanon, Suriah, dan
Messir. Dari ketiga negara tersebut gerakan ini menyebar luas ke belahan dunia arab
lainnya.
E. Periode kebangkitan dan modern
Sejarah kesusastraan Arab Modern dimulai dari akhir Perang Dunia Pertama, khususnya mulai dari
tahun 1920, yaitu ketika lepasnya beberapa Negara Arab dari pemerintahan kolonialisme. Pertama-tama
adalah Irak yang merdeka menjadi sebuah kerajaan pada tahun 1921, kemudian Mesir yang berhasil
memproklamasikan sebuah konstitusi baru, yaitu pada tahun 1923, setelah pemerintah Inggris
berakhir pada tahun 1922, lalu Libanon yang berhasil mendeklarasikan dirinya sebagai Negara
22
Ibid hal,19-22
23
Fadlil Munawwar Manshur, Pekembangan sastra arab dan teori sastra islam (Yogyakarta:Pustaka
Pelajar,2011 hlm 17-20
24
Ibid hlm 14
13
Republik pada tahun 1926, dan setelah itu, negara-negara Arab lainnya. Kesusastraan Arab pada
masa Modern lebih kaya, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya dibandingkan dengan masa
Kebangkitan.Tema-temanya lebih bervariasi dan pada masa Modern dan orang Arab lebih
terbuka terhadap pengaruh-pengaruh eksternal, baik dari Timur maupun dari Barat.
Terjemahan karya-karya sastra dari para pengarang dan penyair besar masa klasik dan modern dapat
diperoleh orang-orang Arab dalam kemasan yang bagus dan kuat. Minat universitas-universitas di Eropa
dan Amerika terhadap kesusastraan Arab modern sama baiknya dengan universitas-universitas
Arab25.
Tidak diragukan lagi bahwa kesusastraan pada masa modern ini lebih kaya, baik dari
segi kualitas maupun kuantitasnya dibanding dengan masa kebangkitan. Tema lebih
bervariasi dan pada masa modern orang-orang arab lebih terbuka terhadap pengaruh
eksternal, baik dari timur maupun barat. Di universitas-universitas telah diselenggarakan
kuliah-kuliah atau penelitian- penelitian dalam bahasa arab dan para sastrawan tidak
terbatas dari golongan kelas atas tapi juga dari semua golongan di masyarakat26
adapun penyair penyair yang terkenal yaitu : Ali Ahmad Bakatsir al-Kindi, Taha Husen,
Gibran Kahlil Gibran, Najib Mahfudz, Nawal El-Sa‟dawi,
25
Males Sutisumarga, Kasusastraan Arab Asal Mula dan Perkembangannya, ( Jakarta: Zikrul Hakim:2001)
hal,113
26
Ibid, 114
14
10. Ummayyah ibn Abi al-Shalt (tokoh Quraisy)
11. Hassan ibn Tsabit (penyair Islam). 27
Adapun di bawah ini beberapa penyair muallaqat dan karyanya :
a. Amr al-Qais,
“Marilah kita berhenti sejenak, dan meratapi kekasih di daerah Syiqtulliwa, yaitu kota
yang terletak antara kota Dakhul dan Haula. Karena kota tersebut dalam benakku
mengandung makna khusus untuk mengenang peristiwa penting dan kenangan abadi yang
terjadi antara saya dan kekasih saya.
Hai tempat yang dahulu, lamakah masa pagimu, apakah si penghuni sekarang juga masih
tetap seperti penghuni dahulu sebagaimana saya ketahui itu.
Kekasihku dulu bernama Umi Jundub, marilah kita semua berhenti sejenak di bekas
tempat tinggalnya itu sebagai pelipur lara dan penghibur hatiku yang sedang duka.”
c.Nabighah al-Dzubyani,
إذا طلعت لو يبد منهنّ كوكب¤ فإنك شمس والملوك كواكب
“Sesungguhnya kamu adalah matahari dan raja-raja selainmu adalah bintang-bintangnya,
yang mana bila matahari terbit, maka bintang-bintang itupun akan hilang dari penglihatan”
27
Prof. Dr. Moh. Matsna, Kajian Semantik Arab. klasik dan kontemporer, (jakarta, kencana : 2016) hal,104
28
Bagian kurikulum sekolah, tarikh adabil arabiy(Ponorogo:Darussalam press,2004) hlm,25
15
d.Tharafah bin Abd al-Bakri,
حتى تظل له الدماء تصبب¤ قد يبعث األمر الصغير كبيره
”Kadang kala persoalan kecil tumbuh menjadi besar, hingga karenanya darah pun terus
mengucur”
h. al-Asya. 29
وال من حفى حتّى تالقى محمدا¤ فآليت ال ارثى لها من كاللة
تراخى وتلقى من فواضله ندى¤ متى ما تناخى عند باب ابن هاشم
”Demi Allah, onta ini tidak akan aku kasihani dari keletihannya, dan dari sakit kakinya
sebelum dapat bertemu dengan Muhammad”
“Nanti jika kau telah sampai ke pintu Ibnu Hasyim, kau akan dapat beristirahat dan akan
mendapatkan pemberiannya yang berlimpah-limpah”
“Seorang Nabi yang dapat mengetahui sesuatu yang tak dapat dilihat oleh mereka, dan
namanya telah tersiar di seluruh negeri dan di daerah Nejed”
“Pemberiannya tidak akan terputus selamanya, dan pemberiaannya sekarang tidak akan
mencegah pemberiannya di hari esok”
29
Taufik Abdullah,(Ed),Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Jilid 4,(Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,2002)
hal, 347
16
selain itu ada pula Para penyair yang hidup pada dua masa (Jahili dan Islam) atau yang
terkenal dengan sebutan الشعراء المخضرمؤن, Mereka itu antara lain:
1. Hasan ibn Tsabit
2. al-Nabighah al-Jadiy
3. Ka'ab ibn Zuhair 30
Ia lahir di Mughaghah, sebuah desa di Mesir, namun ia mengalami buta mata sejaumu2
tahun. Taha husen menulis buku lebih dari 20 buku, seperti novel dan autobiografi. Dan
adapun karyanya antara lain Qodah al-Fikr (1925), Fi asy-Syi 'ri al-Jaahih (1926) dll.
2. Khalil gibran
Gibran Khalil Gibran dilahirkan dalam keluarga Kristiani pada tanggal 6 Desember 1883
di kota kecil Bisharri di kaki Gunung Cedar di Libanon Utara. Menurut Wolf, tulisan-tulisan
Gibran dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni tulisannya yang berbahasa Arab dan tulisan yang
berbahasa Inggris. Karya-karya Gibran antara lain adalah: Nabadzab fi Fan al-Musiiqa (1905), Al-
'Arais al-Muruj (1906), -Ajnihah al-Mutakassirah"Sayap-Sayap Patah" (1912), Dam’ahwa
Ibtisama "Air mata dan Senyuman" (1914) dan lain sebagainya.
3. Najib Mahfudz
Mahfudz telah menulis sekitar 70 cerita pendek, 46 karya fiksi, serta sekitar 30 naskah
drama. Hingga saat ini, karyanya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia termasuk
Indonesia. Karya pertama Mahfudz diterbitkan pada tahun 1932, diusia 21 tahun, dalam
bentuk terjemahan berjudul al-Misr al-Qadimah.
4. Nawal el shadawi
Dilahirkan pada tahun 1931 di desa Kafr Tahla di daerah Delta Mesir. Adapun karyanya
Mudhakkirati fi sijin an-nisa(Riwayat hidup seorang wanita dalam penjara) (1958), Imra’ah ‘inda
nuqtat as-sifr (Perempuan di titik nol) (1973), Al- Mar’ah wa Al –Jins (Perempuan dan Seks).
30 Prof. Dr. Moh. Matsna, Kajian Semantik Arab. klasik dan kontemporer, (jakarta, kencana : 2016) hal,105
17
BAB III
KESIMPULAN
syi'ir adalah tuturan yang berisi perasaan-perasaan, gagasan-gagasan, dan rahasia
ruhani manusia yang berwazandan berqa:fiyah, sebagaimana dalam penger-tiannya
yang lama, maupun yang tidak lagi terikat pada wazan dan qa:fiyah, sebagaimana
puisi-puisi bebas yang muncul pada awal abad ke-19.
Secara bentuk, puisi Arab dibagi ke dalam lima bagian : puisi tradisional, puisi
mursal, muwasyahat, dan puisi bebas.
Jenis-jenis puisi pra-Islam : segi isinya menjadi tiga macam: 1) syair cerita (syi`r
qishashi), 2) syair lirik (syi`r ghina`i), dan 3) syair drama (syi`r tamtsili).
Muallaqat adalah nama yang diberikan untuk puisi-puisi jahili yang isinya panjang.
dan ditulisnya dengan tinta emas kemudian ditempel di dinding ka’bah. Muallaqat
berisi puisi-puisi terbaik dari orang-orang arab sebagai bukti dari bahasa mereka,
Unsur intrinsik puisi arab : Agradh (Tujuan), Ma’ani wa akhilah (makna dan
khayal), Uslub wa alfazh (gaya bahasa dan diksi atau pilihan kata), Wazan dan
qâfiyah Unsur ekstrinsik puisi Arab: yaitu: unsur ekstrinsik utama dan unsur
ekstrinsik penunjang.
Sejarah perkembangan syiir terbagi menjadi beberapa periode : periode pra-Islam,
awal Islam dan Umayyah, Abbasiyah, Turki Utmani, dan kebangkitan modern
18