Anda di halaman 1dari 7

Pragmatik dalam Percakapan

Pragmatik merupakan salah satu unit cabang linguistik yang mempelajari mengenai

konteks dan fungsi dari sebuah teks maupun ujaran seorang pembicara atau penulis.

Menurut Levinson (1983: 9) pragmatik “… is the study of those relations between language

and context that are grammaticalized, or encoded in the structures of language” atau dapat

diartikan bahwa pragmatic adalah bidang studi yang menelaah hubungan antar bahasa dan

konteksnya yang digramatisasikan atau disandikan dalam struktur suatu bahasa.

Yule (1996: 3) menyatakan bahwa ada 4 definisi pragmatik:

1. Bidang yang mengkaji makna pembicara.

2. Bidang yang mengkaji makna menurut konteks.

3. Bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang

dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara.

4. Bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi

partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.

Menurut Kridalaksana (1982: 137) pragmatik sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan

serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi.

McManis, et al. menyatakan bahwa “… we can see that pragmatics does more than just “fill

in the details”. Pragmatics concerns itself with how people use language within context and

why they use language in particular ways.” Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa

pragmatik dapat menganalisis ujaran dalam pemaknaan yang lebih luas dan pragmatik juga

memperhatikan cara yang digunakan orang-orang dalam konteksnya dan cara tertentu dalam

penggunaan bahasa. Ia mendefinisikan pragmatik sebagai ilmu yang mempelajari kontribusi

konteks pada sebuah makna.


Manfaat dari mempelajari bahasa melalui pragmatik adalah bahwa seseorang dapat berbicara

mengenai makna yang dimaksudkan oleh orang lain, asumsi mereka, tujuan mereka, dan jenis

tindakan yang mereka melakukan ketika mereka berbicara. (Yule 1996: 4)

Secara garis besar, pragmatik mempelajari tentang maksud dibalik setiap ujaran maupun teks.

Bahkan bahasa tubuh atau gerak gerik seorang pembicara saat menyampaikan ujarannya

dapat mengungkap semua maksud dan makna dari apa yang ia sampaikan.

Pragmatik dapat mendeskripsikan maksud tersirat dari sebuah percakapan yang dapat

menjadikan pembicara lebih bisa diterima masyarakat dengan apa yang ia maksudkan dalam

percakapannya.

Meskipun kita telah mempelajari bagaimana kata secara gramatikal dan leksikal

saling berpadu satu sama lain, kita tidak berfokus pada bagaimana ujaran sempurna saling

terkait dengan ujaran lainnya melalui fungsinya masing-masing, dan memang bagian

keseluruhan dari percakapan berhubungan dengan bagian lain disekitarnya dalam suatu

struktur percakapan. Sebuah percakapan cenderung terjadi dalam rangkaian ujaran yang

terkait dan terkombinasikan. Percakapan biasa sangatlah berbeda dengan bahasa tertulis,

tidak hanya dikarenakan lebih dari satu orang yang terlibat, tapi juga karena percakapan

dibangun “ditempat” dan karena hal tersebut penuh dengan keragu-raguan dan diskontinuitas

lainnya.

Percakapan adalah kumpulan ujaran yang memiliki makna yang termasuk dalam

sebuah wacana karena adanya konteks, koherensi dan kepaduan pada ujaran satu ke ujaran

yang lainnya. Ada dua cara untuk menguji struktur dari sebuah wacana percakapan, yaitu

Exchange Structure (struktur pertukaran) dan Conversation Analysis (analisis percakapan).

Exchange Structure dapat dilakukan dengan membuat model kemudian menjadikannya data

untuk dianalisis. Adanya ketidakseimbangan kekuasaan dalam Exchange Structure, karena

hal ini membutuhkan IRF atau tiga gerakan dasar, yaitu Initiation, Response, and Follow up.
Contoh dari Exchange Structure adalah kegiatan di kelas yang masih teacher centered

dimana guru memiliki kuasa yang lebih besar terhadap murid-muridnya karena ia memiliki

kekuasaan untuk melempar pertanyaan pada murid, mereka harus memberi respon pada

pertanyaan tersebut, lalu si guru akan menanggapi respon dari muridnya tersebut.

Conversation Analysis sebaliknya berawal dari sebuah data kemudian model dapat dibuat.

Conversation Analysis memandang percakapan sebagai peristiwa yang berlangsung secara

berhubungan, yang membuka sedikit demi sedikit dan menyiratkan sebuah negosiasi

kerjasama antar pembicara yang menunjukkan bahwa percakapan merupakan suatu proses.

Ada tiga strategi interaksi dalam sebuah percakapan, yaitu Taking the Floor (pengambilalihan

giliran berbicara), Holding the Floor (penguasaan giliran berbicara), dan Yielding the Floor

(memberikan giliran bicara). Maka saya akan membahas salah satu strategi interaksi

mengenai Taking the Floor.

Taking the Floor (pengambilalihan giliran berbicara) dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

Starting Up (memulai), Taking Over (mengambil alih), dan Interrupting/Overlapping

(interupsi). Ada dua jenis Starting Up atau cara memulai sebuah percakapan, yaitu Hesitant

Start (adanya jeda) yang merupaklan ketidaksiapan untuk memulai percakapan sehingga

membutuhkan waktu untuk berpikir dulu. Clean Start (tanpa jeda) yang merupakan kebalikan

dari Hesitant start, tidak adanya jeda dalam memulai percakapan, tidak siap untuk memulai

percakapan tetapi tidak memberi banyak waktu untuk jeda . Contoh Hesitant Start:

A: Would you like to accompany me to go to the book store?

B: Uhmm.. I would love to go there too. I need to find a new grammar book.

Clean Start:

A: Would you like to accompany me to go to the book store?


B: Of course, I would love to go there too. I need to find a new grammar book.

Ada beberapa kata yang berfungsi untuk mengisi jeda. Diantaranya adalah Filled Pauses dan

Verbal Filler. Semakin banyak Filled Pauses yang ditunjukkan oleh pembicara

membukitikan bahwa ia belum siap untuk melanjutkan giliran berbicara. Contoh Filled

Pauses: Uhmm… ; Hemm…; Mmm…

Verbal Filler juga berfungsi sama seperti Filled pauses, tetapi lebih menggunakan kata yang

jelas daripada hanya bergumam. Contoh: Well...; So...; I see…

Taking over atau mengambil alih giliran berbicara, yaitu mengambil giliran berbicara ketika

pembicara sebelumnya telah selesai menyampaikan apa yang ingin ia ujarkan, member

respon pada ujaran tersebut.

Interrupting dan Overlaping atau interupsi dan tumpang tindihnya ujaran. Interupsi dilakukan

saat lawan bicara menganggap pesan yang perlu disampaikan pembicara sudah cukup,

sehingga lawan bicara merasa perlu memotong ujaran yang sedang disampaikan tanpa

menunggu pembicara selesai mengutarakan ujarannya. Contoh dari Gumperz (1982: 175):

B: yes. Tell, tell me what it // is you want

A: // umm. Um, may I first of all request the introduction please?

Overlap dilakukan saat lawan bicara memprediksi bahwa pembicara akan segera member

giliran bicara kepadanya. Contoh dari Schiffrin (1994: 240):

B: But not no more. Yeah =

A: = What happened to them?

Ada strategi untuk menghindari orang lain menginterupsi saat terjadinya percakapan, yaitu

dengan melakukan strategi repetisi sehingga lawan bicara bisa menahan diri untuk tidak
menginterupsi ketika repetisi dilakukan. Repetisi atau pengulangan ini bisa bersifat leksikal,

phrasal, clausal atau partial clausal.

Interupsi dan overlap merupakan mekanisme turn taking sehingga terpengaruhi dengan

pirantinya, yaitu Transition Relevance Place (TRP) atau tempat terjadinya giliran berbicara.

Interupsi merupakan TRP, karena pembicara tidak menunggu hingga TRP. Identifikasi

terhadap TRP yaitu melalui prosedur pemilihan penutur selanjutnya (next speaker) dan unsur-

unsur prosodik atau naik turunnya intonasi dan gestur tubuh.

Jadi, percakapan juga merupakan sarana bagi seseorang untuk dapat berinteraksi dengan

orang lain dalam konteks berorganisasi dengan kehidupan sosial. Pragmatik dalam

percakapan dapat mengungkap maksud dari apa yang dituturkan pembicara untuk mendapat

respon dari lawan bicaranya.


DAFTAR PUSTAKA

Cutting, Joan. 2002. Pragmatics and Discourse: A Resource Book for Student. New York:
Routledge.

Have, Paul ten. 2007. Doing Conversation Analysiss A Practical Guide. London: SAGE
Publications Ltd.

Hutchby, Ian., Wooffitt, Robin. 2008. Conversation Analysis. Cambridge: Polity Press.

Liddicoat, A. J. 2007. Introduction to Conversation Analysis. London: Continuum.

Schegloff, E. A. 2007. Sequence Organization in Interaction A Primer in Conversation


Analysis I. Cambridge: Cambridge University Press.

Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.

Journal

Heldner, Mattias., Edlund, jens. 2010. Pauses, gaps and overlaps in conversation. Journal of
Phonetic. Stockholm: Elsevier.
Pragmatik dalam Percakapan

Strategi Interaksi Taking the Floor

Makalah

Febriani Nur Rahmah

180410100018/ Lx 2

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS ILMU BUDAYA

SASTRA INGGRIS

JATINANGOR

2012

Anda mungkin juga menyukai