Anda di halaman 1dari 3

Bentuk Prosa Modern

Dalam sejarah kesusastraan Arab modern, sastra prosa telah berhasil


mengekspresikan suasana yang kontemporer dan menyebarkan isu-isu individu,
keluarga, dan masyarakat. Ciri-ciri kebangkitan sastra prosa pada masa ini dapat
dilihat dengan adanya perhatian yang besar terhadap bangkitnya kembali karya-
karya Arab klasik, baik dalam bentuk kesusastraan, filsafat, dan disiplin ilmu
lainnya (Bahruddin, 2011, h. 45).

Ciri-ciri prosa pada masa ini adalah lebih memperhatikan pemikrian


daripada unsur gayanya, tidak banyak menggunakan kata-kata retoris seperti saja’,
tibaq, seperti pada masa sebelumnya(Al-Maliji, h.235). Pemikirannya runtun dan
sistematis, penulis tidak keluar dari satu gagasan ke gagasan yang lain, kecuali
gagasan yang satu telah selesai, pendahuluannya tidak terlalu panjang, temanya
cenderung pada tema yang sedang terjadi pada masyarakat, seperti masalah
politik, sosial, dan agama. Perkembangan bahasa pun mengalami perubahan dari
gaya tradisional, kalimat yang panjang-panjang, dan penggunaan kosakata klasik
berganti dengan gaya yang sejalan dengan zaman, serba singkat, dan serba
cepat.(Bahruddin, 2011, h. 46-47).

Genre Prosa Modern

1. Rosail atau Risalah

Rosail merupakan genre prosa yang ada sejak lama dalam prosa arab arab.
Namun di masa modern ini Rosail mengalami beberapa perkembangan yang
terjadi pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, banyak terdapat kitab rosail
terkenal karangan para sastrawan pada masa ini seperti Abdullah Fikry, Syeikh
Muhammad Abduh, Ibrahim Al-Bazaji, Hifni Na’shif, Adib Ishaq, Ahmad Miftah,
Abdul Aziz jäwiz, dan bahitah al badiyah. Karangan mereka terkenal dengan
sebutan Rasail Al-Ikhwaniyah yang mana penjelasan didalamnya menjelaskan
tentang sebagian hubungan kemanusiaan (hubungan sosial) diantaranya adalah
ucapan selamat, ucapan bela sungkawa, rindu, harapan, celaan, dan sifat yang
menggambarkan tentang permasalahan kehidupan, dan hubungan antara antara
manusia (Dasuqi, 2007, h. 99).

2. Maqolah

Maqolah merupakan suatu tulisan yang menggambarkan sebuah opini


tentang subyek maupun obyek tertentu. Dalam masa modern maqolah mengalami
beberapa perubahan diantaranya penggunaan kata yang lebih jelas dan mudah
difaham sesuai dengan tuntutan zaman, memperhatikan kaidah penulisan bahasa
arab dan lebih mememtingkan hal-hal yang bersifat sosial (Dasuqi, 2007, h. 96).
Oleh karena itu, dalam masa ini maqolah dibagi menjadi tiga, maqolah adabi,
maqolah sosial, maqolah politik (Dasuqi, 2007, h. 96-98).
3. Kisah (Qishshah)

Kisah adalah cerita tentang berbagai hal, baik yang bersifat realistis
maupun fiktif, yang disusun menurut urutan penyajian yang logis dan menarik,
perkembangan Qishshah pada masa sastra Arab modern terbagi dalam 3 tahapan
(Mansyur Ahmad dkk, 1972: 178), yaitu:

1. Fase pertama ialah fase penerjemahan Qishshah sastra Barat kedalam bahasa
Arab, Rifah Athohtowi merupakan sastrawan pertama penerjemah Qishashah pada
fase ini.

2. Fase yang kedua adalah fase untuk Qishah bahasa Arab, Qishah ini muncul
dikarenakan munculnya kisah-kisah tentang sejarah. George zaedan merupakan
orang yang pertama kali menulis 18 kisah yang disandarkan pada sejarah Arab
Islam.

3. Fase yang ketiga adalah Qishshah bahasa Arab yang muncul dikarenakan
adanya kisah sosial.

Jenis Prosa Modern

1. Kitabah Diwaniyah (‫)الكتابة الديوانية‬

Kitabah Diwaniyah adalah prosa yang ditulis dengan pena para kuttab
diwan dan editor di sebuah lembaga pemerintahan dan umum. Kitabah diwaniyah
terdapat di Mesir dan Syam (Syria) pada permulaan masa modern. Prosa jenis ini
menggunakan bahasa ‘amiyah yang bercampur dengan bahasa Turki, sedangkan
bahasa fushahnya ditiadakan. Hal itu membuat prosa ini menjadi lemah. Jenis
prosa ini hanya ada di dua negara tersebut (Mesir dan Syam) dan negara-negara
disekitarnya, seperti Irak kira-kira hingga tahun 1325 H. Kemudian para pemikir
muda di Mesir mulai mengadopsi reformasi metode-metode kitabah diwaniyah.
Hal itu mengalami kemajuan dalam perkembangannya dari waktu ke waktu
hingga pertengahan abad keempat belas dan sangat bagus dalam hal kefasihan
lafaz, kontinuitas gaya bahasa dan menjaganya dengan mudah.

2. Kitabah at-Ta’lif (‫)كتابة التأليف‬

Kitabah at-Ta’lif adalah metode yang dirumuskan/disusun dari realitas


ilmiah dalam segala bidang ilmu seperti fiqh, sastra, kedokteran, dan lain-lain.
Prosa ini menggunakan bahasa fushah yaitu gaya bahasa yang jelas, beda dengan
kitabah diwaniyah.

Dalam prosa ini tidak diperbolehkan menggunakan majaz serta jenis-


jenisnya, seperti majaz aqli, mursal, isti’aroh, kinayah dan tasybih dimni.
Sedangkan tasybih wadih boleh digunakan ketika dibutuhkan untuk menjelaskan
beberapa masalah. Pada permulaan masa modern bahasa karangan merupakan
kelemahan seni badi’, seperti halnya bahasa ‘amiyah pada gaya bahasa sebagian
para pengarang, termasuk al-Gibrani dan Ibnu Ghanam. Ketika koran mulai
bermunculan, percetakan mencetak buku-buku tersebut. Para pengarang mulai
menyusun gaya bahasa baru seperti al-Jahith dan Ibnu Kholdun. Maka kitabah
ta’lif mengalami kemajuan hingga mendapat tempat di dunia percetakan. Gaya
bahasa pengarang yang ilmiah menjadi percontohan bahasa arab asli baik secara
lafad maupun gaya bahasa.

3. Kitabah Adabiyah (‫)الكتابة األدبية‬

Kitabah adabiyah adalah prosa yang dihasilkan oleh rasa dan perasaan
insan yang menggambarkan keburukan dan kecantikan serta kejadian-kejadian
dalam kehidupan manusia. Yang mana ketika sastrawan mulai merangkai kata-
kata mereka dipengaruhi intuisi dan perasaan dalam suatu kejadian yang berbeda
dengan kecenderungan dan orientasi sang sastrawan pada tema-tema dan seni
sastra. Begitu pula perbedaan kemampuan sastrawan dalam bidang bahasa dan
penggambaran sastra.

Daftar Pustaka

Achmad, Bahruddin. Sastrawan Arab Modern. Guepedia.

Dasuqi, Umar. 2007. Nays’atu Natsr Al-Hadist Watatawwuruhu. Darul Fikri Al-
Arabi: Kairo.

Al-maliji, Hasan Khamis. Al-Adab Wa Nushuh Lighairi Nathiqin Bil Arabiyah.


Jami’ah Malik Su’udiyah: Al-Mamlakah Al-Arabiyah As-Su’udiyah.

Anda mungkin juga menyukai