Rosail merupakan genre prosa yang ada sejak lama dalam prosa arab arab.
Namun di masa modern ini Rosail mengalami beberapa perkembangan yang
terjadi pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, banyak terdapat kitab rosail
terkenal karangan para sastrawan pada masa ini seperti Abdullah Fikry, Syeikh
Muhammad Abduh, Ibrahim Al-Bazaji, Hifni Na’shif, Adib Ishaq, Ahmad Miftah,
Abdul Aziz jäwiz, dan bahitah al badiyah. Karangan mereka terkenal dengan
sebutan Rasail Al-Ikhwaniyah yang mana penjelasan didalamnya menjelaskan
tentang sebagian hubungan kemanusiaan (hubungan sosial) diantaranya adalah
ucapan selamat, ucapan bela sungkawa, rindu, harapan, celaan, dan sifat yang
menggambarkan tentang permasalahan kehidupan, dan hubungan antara antara
manusia (Dasuqi, 2007, h. 99).
2. Maqolah
Kisah adalah cerita tentang berbagai hal, baik yang bersifat realistis
maupun fiktif, yang disusun menurut urutan penyajian yang logis dan menarik,
perkembangan Qishshah pada masa sastra Arab modern terbagi dalam 3 tahapan
(Mansyur Ahmad dkk, 1972: 178), yaitu:
1. Fase pertama ialah fase penerjemahan Qishshah sastra Barat kedalam bahasa
Arab, Rifah Athohtowi merupakan sastrawan pertama penerjemah Qishashah pada
fase ini.
2. Fase yang kedua adalah fase untuk Qishah bahasa Arab, Qishah ini muncul
dikarenakan munculnya kisah-kisah tentang sejarah. George zaedan merupakan
orang yang pertama kali menulis 18 kisah yang disandarkan pada sejarah Arab
Islam.
3. Fase yang ketiga adalah Qishshah bahasa Arab yang muncul dikarenakan
adanya kisah sosial.
Kitabah Diwaniyah adalah prosa yang ditulis dengan pena para kuttab
diwan dan editor di sebuah lembaga pemerintahan dan umum. Kitabah diwaniyah
terdapat di Mesir dan Syam (Syria) pada permulaan masa modern. Prosa jenis ini
menggunakan bahasa ‘amiyah yang bercampur dengan bahasa Turki, sedangkan
bahasa fushahnya ditiadakan. Hal itu membuat prosa ini menjadi lemah. Jenis
prosa ini hanya ada di dua negara tersebut (Mesir dan Syam) dan negara-negara
disekitarnya, seperti Irak kira-kira hingga tahun 1325 H. Kemudian para pemikir
muda di Mesir mulai mengadopsi reformasi metode-metode kitabah diwaniyah.
Hal itu mengalami kemajuan dalam perkembangannya dari waktu ke waktu
hingga pertengahan abad keempat belas dan sangat bagus dalam hal kefasihan
lafaz, kontinuitas gaya bahasa dan menjaganya dengan mudah.
Kitabah adabiyah adalah prosa yang dihasilkan oleh rasa dan perasaan
insan yang menggambarkan keburukan dan kecantikan serta kejadian-kejadian
dalam kehidupan manusia. Yang mana ketika sastrawan mulai merangkai kata-
kata mereka dipengaruhi intuisi dan perasaan dalam suatu kejadian yang berbeda
dengan kecenderungan dan orientasi sang sastrawan pada tema-tema dan seni
sastra. Begitu pula perbedaan kemampuan sastrawan dalam bidang bahasa dan
penggambaran sastra.
Daftar Pustaka
Dasuqi, Umar. 2007. Nays’atu Natsr Al-Hadist Watatawwuruhu. Darul Fikri Al-
Arabi: Kairo.