Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat,
Telaah Syair Hasan Bin Tsabit (Sebuah Syair Tentang Pujian kepada Rasulullah)
ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami
berterima kasih pada Ust. Dr. Syamsul Bahri, Lc., M.Ag. selaku Dosen mata kuliah
Telaah Puisi Arab 1 yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
membacanya serta berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
Page |1
Telaah Syair Hasan Bin Tsabit (Sebuah Syair Tentang Pujian kepada
Rasulullah)
A. Tentang Hasan Bin Tsabit
Nama lengkapnya adalah Abu Walid Hasan Bin Tsabit al Anshary, penyair
Rasulullah, pujangga Hadramain dan termasuk Bani Najjar penduduk Madinah. Dia
termasuk sahabat yang mempunyai kemampuan dalam berpuisi, karena berasal dari
kaum yang dikenal sebagai kaum yang mempunyai cita rasa puisi yang bagus. Maka
tidak megherankan Hasan Bin Tsabit mempunyai bakat itu, karena dia hidup pada
Hasan Bin Tsabit dibesarkan di zaman jahiliyyah, dan mempunyai nama pada
sebagian besar dari mereka, memuji raja-raja Manadhirah dan Ghasaniah di masa
keluarga Jafrah dari raja Ghasan karena antara penduduk Yatsrib (Madinah) dan
Ghasaniyah ada hubungan kerabat dan tetangga. Maka dia terus-menerus menerima
Setelah hijrahnya Rasulullah ke Madinah dan orang-orang anshar masuk Islam, dia
masuk islam bersama mereka dan membela agama dengan lisan sebagaimana
khalifah dan terus menerus mendapat pemberian yang mencukupi dari baitul mal.
Usianya cukup panjang yakni mencapai 120 tahun. Hasan Bin Tasbit meninggal
kota(hadhar) pada masa jahiliyah dan penyair Yamani pada masa Islam. Tidak ada
masanya. Dulu pada masa jahiliyah puisi Hasan ini dikenal cukup keras bahasanya
asing dan sukar dipahami. Setelah masuk Islam puisinya menjadi halus, baik
susunan maupun artinya. Kebanyakan puisi yang dibuat adalah berupa satire, pujian
dan kebanggan terhadap dirinya dan kaumnya. Di bawah ini penulis mencoba
menganalisis salah satu dari sekian banyak puisi Hasan Bin Tsabit, yaitu sebuah
#
.1
# .2
Dan tampak jelas tanda-tanda dan keabadian seorang mualim, Dan tempat
#
.4
Dalam daerah di mana tempat turunnya berada, Dari Allah, cahaya yang bersinar
berkilauan
#
.5
Seorang Mualim yang tak lekang oleh masa, wahai, Ketika dia telah tiada cahaya
#
.6
#
.7
Ku berdiam di sana, menangisi Rasul dan mengalirlah, Air mata dari pelupuk mata
begitu derasnya
#
.8
Mengingat kebaikan Rasul, dan apa yang aku kenang, Yang dengannya dia
.9
#
Merasakan sakit, dan sembuh oleh seorang Ahmad yang telah tiada, Senantiasa
# .10
Tak dapat tersampaikan seluruh perilaku beliau, Akan tetapi hatiku di dalam dirinya
bersyukur
#
.11
Telah lama dia bersemayam sedangkan air mata ini tak henti, Di atas puing kubur,
Maka diberkahilah wahai makam Rasul, dan diberkahilah dia, Negeri yang di
Syair ini adalah penggambaran kecintaan seorang Hasan Bin Tsabit kepada
Rasulullah dengan mengenang kebaikan beliau yang terhitung, dan perilaku beliau
yang mulia dan tak dapat untuk disebutkan satu persatu seluruhnya.
Dalam bait pertama dimulai dengan menyebutkan tempat di mana tempat itu
sebagai tempat tinggal Rasulullah. Allah telah memilihnya sebagai utusan dan
tinggal di kota Madinah, dan di sanalah terlihat cahaya Islam yang terang, bersinar
meliputi seluruh penjuru dan pudarlah pesona-pesona selain dari beliau. Hal inilah
yang dirasakan oleh Hasan Bin Tsabit sebagai penduduk asli kota Madinah yang
beliau takkan terhapus oleh waktu yang senantiasa terus berjalan di tempat yang tak
bersinar, meliputinya sebagai simbol pusat petunjuk dan hidayah bagi umat
manusia.
Tanda-tanda itu menunjukkan secara jelas tanda sebuah tempat Rasulullah berada,
baik tempat tinggal beliau, masjid dan keseluruhan tempat-tempat sholat beliau
tersebarnya cahaya iman dan hidayah bagi manusia agar mendekat pada kebaikan
telah dimakamkan akan tetapi cahaya keimanan yang dibawanya akan tetap ada di
setiap waktu dari segala penjuru akan terus berganti dari generasi ke generasi dan
Maka di Madinah inilah jejak Rasul yang membimbing kita pada kebaikan, kita
mengetahui bahwa Rasulullah telah tiada. Dan di Madinah ini disusuri jejak-jejak
dan tempat tinggal beliau seraya menjadikan sabda beliau sebagai pengingat dalam
kehidupan ini.
qaumnya,mengalirlah air mata, air mata sebagai symbol penghormatan atas segala
yang menyakitinya.
Bagaimana mungkin air mata ini tak mengalir deras kepada seorang Rasul yang
dicintai Allah. Dari beliau anugrah Allah mengalir dan tak terhitung jumlahnya,
baginya dari segala jenis musibah yang lain, beliau datang untuk mendoakan
kepada Allah agar mengangkat masalah/rasa sakit yang diderita, dan inilah salah
satu hal yang takkan terlupakan oleh umatnya, terlebih bagi mereka yang pernah
Jika kita ingin menghitung segala kebaikan Rasulullah takkan pernah sanggup
dirasakan oleh seluruh umat manusia, dan hanya bisa menyebutkan sebagian saja
Telah lama Rasulullah wafat dan air mata orang-orang yang mencintai beliau tak
henti-hentinya mengalir dari pelupuk mata, tak henti pula menyebut nama beliau
selalu dan selamanya beliaulah menjadi sosok yang palimg diingat oleh seluruh
Dan ini adalah doa teruntuk maqam Rasulullah dan negeri yang di tempatinya.
kenikmatan tanpa putus serta keberkahan yang abadi di bumi tempat Rasulullah
D. Kecermatan Penyair
Pada bait pertama ditemukan titik kecermatan dari penyair yaitu tempat yang
disebut Madinah Al-Munawwarah serta tanda yang digambarkan dengan jejak serta
sebagai jejak atau peninggalan dan petunjuk seperti pada bait sebelumnya. Penyair
Pada bait ketiga masih berkaitan erat dengan dua bait sebelumnya dan masih
Pada bait selanjutnya masih merujuk kepada tempat dengan sifat-sifat yang
Pada bait selanjutnya ada kecermatan nama yaitu seorang muallim yang
yakin mengetahui tempat itu dan apa yang terjadi pada masa itu.
Pada bait selanjutnya terlihat kecermatan nama yang menunjuk kepada rasul yang
berada tempat yang digambarkan pada bait sebelumnya yaitu Rasulullah SAW.
Pada bait selanjutnya kecermatan penyair terlihat pada penyebutan nama yaitu rasul
dan diikuti dengan sifat dan sikap yang dilakukan olehnya kepada penyair.
Pada bait selanjutnya penyair kembali menyebutkan nama yaitu seorang Ahmad
yang merujuk kepada Rasulullah SAW dan sifat-sifat yang disebutkan setelahnya,
Pada bait selanjutnya titik kecermatan dari penyair yaitu nama dan tempat. Nama
yang disebutkan yaitu dia dan Ahmad yang keduanya merujuk kepada orang yang
sama, Rasulullah SAW. dan tempat yaitu diatas puing kubur yaitu makan
Rasulullah.
Pada bait akhir titik kecermatan penyair juga sama pada bait sebelumnya yang
2. Rasa syukur Hassan kepada Allah SWT yang telah mengutus Nabi
3. Rasa kerinduan yang mendalam terhadap Rasulullah SAW yang telah wafat
5. Pengharapan penyair kepada Allah SWT. untuk Rasulullah SAW dan kota
F. Tanya-Jawab
Setelah mempresentasikan hasil diskusi kami mengenai syair Hassan Bin Tsabit ini
ada beberapa pertanyaan yang diajukan dan akan dilampirkan beserta jawabannya
sebagai berikut.
Sesi I
Jawab : Kategori dari syair ini yaitu al-Madah atau puji-pujian. Dan ini
telah wafat begitu lamanya. Kami tidak menemukan kekurangan dari syair
ini karena syair ini memiliki rima yang berat dan hanya orang yang ahli
3. Indah Maulida : Apa ciri khas dari syair-syair Hassan Bin Tsabit?
Jawab : Ciri khas dari syair-syair Hassan Bin Tsabit salah satunya ia dalam
lain terutama suku Aus yang menjadi rival abadi sukunya. Syair-syair
Hasan bin Tsabit pada masa jahili sangatlah kering, kasar, keras dan asing
bahasanya, diksinya sangat rumit dan sukar untuk dipahami. Tetapi setelah
madh/ghazal.
Sesi II
1. Ahmad Ramli : Apa kategori Syair Hassan Bin Tsabit pada masa Jahiliyah?
Jawab : Pada masa Jahiliyah puisi-puisi Hassan Bin Tsabit banyak yang
(Celaan), dan Al-Ghazal (Wanita). Hanya saja letak perbedaan pujian pada
masa jahiliyah dan pada masa kedatangan Islam itu terletak pada objek
syairnya. Pada zaman jahiliyah Hassan memuji raja-raja atau penguasa pada
saat itu. Namun pada masa kedatangan Islam objek syair pujian Hassan
Jawab : Syair yang kami telaah dalam makalah ini tergolong dalam syair
bahwa penyair membuat syair ini dengan tujuan memuji Rasulullah SAW