Anda di halaman 1dari 26

DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

Nurfadilah, Helmy Thalia, Risdah Damayanti N, dan Utari Ratih Purwaningrum

Pendidikan Kimia ICP A

Abstrak

Dari pengamatan atas dasar pengukuran dan ketidakpastian memiliki tujuan yang dapat
menentukan nilai dari perangkat skala pengukuran terkecil, dapat menggunakan alat ukur benar
dan dapat menentukan nilai pengukuran yang cermat dan akurat. Pengukuran adalah kegiatan
membandingkan jumlah diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai unit. Semua angka yang
diperoleh dari hasil pengukuran disebut angka penting. Angka penting terdiri dari angka yang tepat
dan angka di atas perkiraan (jumlah diragukan) sesuai dengan alat ukur yang digunakan. Tapi ada
juga sesuatu yang menyebabkan pengukuran yang tepat tidak bisa mengatakan yang disebut oleh
ketidakpastian. Ketidakpastian dalam pengukuran obyek disebabkan oleh beberapa hal, antara lain,
karena gesekan pada bagian yang bergerak dari alat ukur yang membuat akurasi pengukuran kecil.

Kata Kunci: Angka Penting, Ketelitian, Ketepatan, Ketidakpastian.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara menentukan nilai skala terkecil suatu alat ukur?


2. Apa yang berbeda antara akurasi dan presisi?

TUJUAN
1. Siswa dapat menentukan nilai skala terkecil alat ukur.
2. Mahasiswa mengetahui perbedaan antara akurasi dan presisi.
3. Siswa dapat menentukan nilai pengukuran yang cermat dan akurat.
METODOLOGI EKSPERIMEN

Teori Singkat

Pengukuran adalah suatu bentuk teknik untuk mengaitkan suatu bilangan dengan
suatu besaran standar yang telah diterima sebagai suatu satuan. Selanjutnya semua
pengukuran sedikit banyak dipengaruhi oleh kesalahan eksperimen karena
ketidaksempurnaan yang tak terelakkan dalam alat ukur atau karena batasan yang
ada pada indera kita (penglihatan dan pendengaran), yang harus merekam
informasi.
Tujuan pengukuran adalah untuk mendapatkan hasil berupa nilai ukur yang tepat
dan benar. Ketepatan pengukuran merupakan hal yang sangat penting didalam
fisika untuk memperoleh hasil atau data yang akurat dan dapat dipercaya.
Dalam melakukan pengukuran, digunakan suatu alat yang disebut alat ukur. Alat
ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut.
Seluruh alat pengukur dapat terkena kesalahan peralatan yang bervariasi.
Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut angka penting. Angka
penting terdiri dari atas angka pasti dan angka taksiran (angka yang diragukan)
sesuai dengan alat ukur yang digunakan.
Aturan angka penting

1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.


Contoh: 836,5 gr memiliki empat angka penting
2. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk angka
penting.
Contoh: 75,006 Kg lima angka penting
3. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, maka angka nol setelah
angka bukan nol termasuk angka penting.
Contoh: 0,0060 m dua angka penting
4. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, maka angka nol
sebelum angka bukan nol tidak termasuk angka penting.
Contoh: 0,006 m memiliki satu angka penting
5. Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya yang memiliki
angka nol harus ditulis dalam notasi ilmiah. Angka-angka pada notasi
ilmiah merupakan angka penting.
Contoh: 8900 gr ditulis menjadi 8,9 x 103 gr memiliki dua angka penting
NST adalah nilai terkecil dari hasil pengukuran masih dapat dibaca dengan
instrumen. NST mikrometer sekrup dapat ditentukan dengan cara yang sama
dengan prinsip Jangka Sorong, yaitu:

1
NST dengan Nonius x NST tidakada Nonius
N

NST SU
Atau : NST alat
N
Dengan N = jumlah skala Nonius.
Sebuah pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian antara lain, nilai skala terkecil, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik
nol, kesalahan musim semi, gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter
pengukuran dan pengaruh lingkungan masing-masing keterampilan pengamatan
lainnya.

Alat dan Bahan


1. Alat
a. Mistar
b. Jangka Sorong
c. Mikrometer Sekrup
d. Neraca Ohauss
e. Termometer
f. Gelas Ukur
g. Stopwatch
h. Kaki Tiga dan Kasa
i. Pembakar Spiritus
2. Bahan
a. Balok
b. Bola Kecil
c. Air
d. Spiritus

Identifikasi Variabel

Kegiatan 1 : Pengukuran panjang


1. Panjang
2. Lebar
3. Tinggi
4. Diameter
Kegiatan 2 : Pengukuran massa
- Massa
Kegiatan 3 :Pengukuran waktu dan suhu
1. Waktu
2. Suhu

Definisi Operasional Variabel

Kegiatan 1 : Pengukuran panjang


1. Panjang, lebar, tinggi : jarak antara titik satu ke titik yang lain dalam suatu
bidang 3 dimensi.
2. Diameter (D) : jarak dari satu sisi ke sisi yang lain melalui titik pusatnya.
Kegiatan 2 : Pengukuran massa
- Massa (m) : beratnya suatu objek yang sedang diukur.
Kegiatan 3 : Pengukuran waktu dan suhu
1. Suhu () : keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.
2. Waktu (s) : cepat atau lambat yang dibutuhkan suatu kegiatan penelitian.

Prosedur Kerja

Kegiatan 1 : Pengukuran panjang


1. Ambil sebuah mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup. Tentukan
NST.
2. Ukur masing-masing untuk panjang, lebar dan tinggi balok yang
disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur sebanyak 3 kali.
Catat hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan disertai
ketidakpastianpengukuran.
3. Ukur masing-masing untuk diameter bola (ditempat berbeda) yang
disediakan denganmenggunakan ketiga alat ukur tersebut sebanyak 3
kali. Catat hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan disertai
ketidakpastianpengukuran.
Kegiatan 2 : Pengukuran massa
1. Tentukan NST masing-masing neraca (310 gram, 311 gram dan 2610
gram).
2. Ukur massa balok kubus dan bola (yang digunakan di pengukuran
panjang) sebanyak 3 kali secara berulang.
3. Catat hasil pengukuran yang disertai ketidakpastian pengukuran.
Kegiatan 3 : Pengukuran waktu dan suhu
1. Siapkan gelas ukur, ebuah termometer, pembakar bunsenbeserta
dengan kaki tiga dan lapisan asbesnya.
2. Isi gelas ukur dengan air hingga bagian dan letakkan di ratas kaki
tiga tanpa pembakar.
3. Ukur temperaturnya sebagai temperatur mula-mula (T0).
4. Nyalakan bunsen pembakar dan tunggu beberapa saat hingga nyalanya
terlihat normal.
5. Letakkan bunsen pembakar tadi tepat di bawah gelas kimia bersamaan
dengan jalannya alat pengatur waktu (stopwatch).
6. Catat perubahan temperatur yang ada pada termometer tiap selang
waktu 1 menit sampai diperoleh 6 hasil pengamatan.

HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA

Hasil Pengamatan

1. PengukuranPanjang
1 cm
NST Mistar : = 0,1 cm = 1 mm
10
NST JangkaSorong: 50 SN = 49 SU
50 SN = 49 mm
49 mm
1 SN = = 0,98 mm
50
NST alat = 1 mm 0,98 mm = 0,02 mm
5 mm
NST MikrometerSekrup : NST SkalaMendatar = 10
= 0,5 mm
0,5 mm
NST Mikrometer = = 0,01 mm
50
Tabel 1. Hasil Pengukuran Panjang
Benda Hasil Pengukuran
Besaran
yang Mistar Jangka Sorong Mikrometer Sekrup
yang diukur
diukur (mm) (mm) (mm)
Balok Panjang |18,00,5| |18,040,02| |18,0800,005|
|18,00,5| |18,020,02| |18,0700,005|
|18,00,5| |18,180,02| |18,0400,005|
Lebar |19,00,5| |19,020,02| |19,0300,005|
|19,00,5| |19,000,02| |19,0100,005|
|19,00,5| |19,020,02| |18,9900,005|
Tinggi |19,00,5| |19,000,02| |19,0800,005|
|19,00,5| |19,040,02| |19,0800,005|
|19,00,5| |19,100,02| |19,0000,005|
Bola Diameter |22,00,5| |24,500,02| |24,3100,005|
|21,00,5| |24,300,02| |24,5900,005|
|22,00,5| |24,260,02| |24,9100,005|

2. Pengukuran Massa
a. Neraca Ohauss 2610 gram
10 g
Nilai Skala Lengan 1 = = 10 g
1
100 g
Nilai Skala Lengan 2 = = 100 g
1
1g
Nilai Skala Lengan 3 = = 0,1 g
10

Mass load suspension = -

Tabel 2. Pengukuran Massa dengan Neraca Ohauss 2610 gram


Penun. Penun. Penun. Beban
Benda Massa Benda (g)
Lengan 1 Lengan 2 Lengan 3 Gantung
Balok 50 g 0g 4,05 g - |54,050,05|
50 g 0g 4,25 g - |54,250,05|
50 g 0g 4,20 g - |54,200,05|
Bola 10 g 0g 9,65 g - |19,650,05|
10 g 0g 9,50 g - |19,500,05|
10 g 0g 9,60 g - |19,600,05|

b. Neraca Ohauss 311 gram


200 g
Nilai Skala Lengan 1 = = 100 g
2
100 g
Nilai Skala Lengan 2 = = 10 g
10
10 g
Nilai Skala Lengan 3 = =1g
10
0,1 g
Nilai Skala Lengan 4 = = 0,01 g
10
Tabel 3. Pengukuran Massa dengan Neraca Ohauss 311 gram
Penun. Penun. Penun. Penun.
Benda Massa Benda (g)
Lengan 1 Lengan 2 Lengan 3 Lengan 4
Balok 0g 50 g 4g 0g |54,0000,005|
0g 50 g 3g 0,99 g |53,9900,005|
0g 50 g 4g 0g |54,0000,005|
Bola 0g 10 g 9g 0,41 g |19,4100,005|
0g 10 g 9g 0,42 g |19,4200,005|
0g 10 g 9g 0,44 g |19,4400,005|

c. Neraca Ohauss 310 gram


100 g
Nilai Skala Lengan 1 = = 100 g
1
10 g
Nilai Skala Lengan 2 = = 10 g
1
1g
Nilai Skala Putar = = 0,1 g
10
Nilai Skala Nonius = 10 SN
NST Neraca Ohauss 310 gram : 10 SN = 1,9 SU
10 SN = 1,9 g
1,9 g
1 SN = = 0,19 g
10
NST Alat = 0,2 g 0,19 g = 0,01 g

Tabel 4. Pengukuran Massa dengan Neraca Ohauss 310 gram


Penun. Penun.
Penun. Penun.
Benda Skala Skala Massa Benda (g)
Lengan 1 Lengan 2
Putar Nonius
Balok 0g 50 g 4,1 5 |54,150,01|
0g 50 g 4,1 6 |54,160,01|
0g 50 g 4,1 5 |54,150,01|
Bola 0g 10 g 10 0 |20,000,01|
0g 10 g 9,9 5 |19,950,01|
0g 10 g 9,9 4 |19,940,01|

3. Pengukuran Waktu dan Temperatur


NST Termometer = 1oC NST Stopwatch = 0,1 s
Temperatur Awal (To) = 29,5oC
Tabel 5. Pengukuran Waktu dan Temperatur
Waktu (s) Temperatur (oC) Perubahan Temperatur (oC)
60 |30,000,50| |0,500,50|
120 |31,750,50| |2,250,50|
180 |33,750,50| |4,250,50|
240 |35,750,50| |6,250,50|
300 |38,000,50| |8,500,50|
360 |40,000,50| |10,500,50|

Analisis Data
1. Pengukuran Panjang
a. Balok
1. Mistar
- Panjang
p1 = |18,0 0,5| mm (18,0 + 18,0 + 18,0) mm
p= = 18,0 mm
p2 = |18,0 0,5| mm 3

p3 = |18,0 0,5| mm

1 = |18,0 - 18,0| mm = 0,0 mm


= |18,0 - 18,0| mm = 0,0 mm p = x = 0,5 mm
3 = |18,0 - 18,0| mm = 0,0 mm

p 0,5 mm
KR = p
x 100 % = 18,0 mm
x 100 % = 2,78 % 3 A.P

PF = |18,0 0,5| mm
- Lebar
l1 = |19,0 0,5| mm (19,0 + 19,0 + 19,0) mm
l = = 19,0 mm
l2 = |19,0 0,5| mm 3

l3 = |19,0 0,5| mm
1 = |19,0 - 19,0| mm = 0,0 mm
= |19,0 - 19,0| mm = 0,0 mm l = x = 0,5 mm
3 = |19,0 - 19,0| mm = 0,0 mm

l 0,5 mm
KR = l
x 100 % = 19,0 mm
x 100 % = 2,63 % 3 A.P

PF = |19,0 0,5| mm
- Tinggi
t1 = |19,0 0,5| mm (19,0 + 19,0 + 19,0) mm
t = = 19,0 mm
t2 = |19,0 0,5| mm 3

t3 = |19,0 0,5| mm

1 = |19,0 - 19,0| mm = 0,0 mm


= |19,0 - 19,0| mm = 0,0 mm t = x = 0,5 mm
3 = |19,0 - 19,0| mm = 0,0 mm

t 0,5 mm
KR = t
x 100 % = 19,0 mm
x 100 % = 2,63 % 3 A.P

PF = |19,0 0,5| mm

2. Jangka Sorong
- Panjang
p1 = |18,04 0,02| mm (18,04 + 18,02 + 18,18) mm
p=
p2 = |18,02 0,02| mm 3
= 18,08 mm
p3 = |18,18 0,02| mm

1 = |18,08 - 18,04| mm = 0,04 mm


= |18,08- 18,02| mm = 0,06 mm p = maks = 0,1 mm
3 = |18,08 - 18,18| mm = 0,1 mm
p 0,1 mm
KR = p
x 100 % = 18,08 mm
x 100 % = 0,55 % 4 A.P

PF = |18,08 0,10| mm
- Lebar
l1 = |19,02 0,02| mm (19,02 + 19,00 + 19,02) mm
l =
l2 = |19,00 0,02| mm 3

l3 = |19,02 0,02| mm = 19,01 mm


1 = |19,01 - 19,02| mm = 0,01 mm
= |19,01 19,00| mm = 0,01 mm l = maks = 0,01
3 = |19,01 - 19,02| mm = 0,01 mm

l 0,01 mm
KR = l
x 100 % = 19,01 mm
x 100 % = 0,05 % 4 A.P

PF = |19,01 0,01| mm
- Tinggi
t1 = |19,00 0,02| mm (19,00 + 19,04 + 19,10) mm
t =
t2 = |19,04 0,02| mm 3

t3 = |19,10 0,02| mm = 19,05 mm

1 = |19,05 - 19,00| mm = 0,05 mm


= |19,05 - 19,04| mm = 0,01 mm t = = 0,05 mm
3 = |19,05 - 19,10| mm = 0,05 mm

t 0,05 mm
KR = t
x 100 % = 19,05 mm
x 100 % = 0,26 % 4 A.P

PF = |19,05 0,05| mm

3. Mikrometer Sekrup
- Panjang
p1 = |18,080 0,005| mm (18,080 + 18,070 + 18,040) mm
p=
p2 = |18,070 0,005| mm 3

p3 = |18,040 0,005| mm = 18,063 mm

1 =|18,063 - 18,080| mm = 0,017 mm


=|18,063 - 18,070| mm = 0,007 mm p = maks = 0,023 mm
3 =|18,063 - 18,040| mm = 0,023 mm
p 0,023 mm
KR = p
x 100 % = 18,063 mm
x 100 % = 0,13 % 4 A.P

PF = |18,06 0,02| mm
- Lebar
l1 = |19,030 0,005| mm (19,030 + 18,990 + 19,080) mm
l =
l2 = |18,990 0,005| mm 3

l3 = |19,080 0,005| mm = 19,033 mm

1 =|19,033 - 19,030| mm = 0,003 mm


=|19,033 - 18,990| mm = 0,043 mm l = maks = 0,047 mm
3 =|19,033 - 19,080| mm = 0,047 mm

l 0,047 mm
KR = l
x 100 % = 19,033 mm
x 100 % = 0,27 % 4 A.P

PF = |19,03 0,05| mm
- Tinggi
t1 = |19,080 0,005| mm
t2 = |19,080 0,005| mm
t3 = |19,000 0,005| mm
(19,080 + 19,080 + 19,000) mm
t = = 19,053 mm
3
1 =|19,053 - 19,080| mm = 0,027 mm
=|19,053 - 19,080| mm = 0,027 mm t = = 0,053 mm
3 =|19,053 - 19,000| mm = 0,053 mm

t 0,053 mm
KR = t
x 100 % = 19,053 mm
x 100 % = 0,28 % 4 A.P

PF = |19,05 0,05| mm
b. Bola
1. Mistar
d1 = |22,0 0,5| mm (22,0 + 21,0 + 22,0) mm
d=
d2 = |21,0 0,5| mm 3

d3 = |22,0 0,5| mm = 21,7 mm

1 = |21,7 - 22,0| mm = 0,3 mm


= |21,7 21,0| mm = 0,7 mm d = maks = 0,7 mm
3 = |21,7 22,0| mm = 0,3 mm

d 0,7 mm
KR = d
x 100 % = 21,7 mm
x 100 % = 3,22 % 3 A.P

PF = |21,7 0,7| mm
2. Jangka Sorong
d1 = |24,50 0,02| mm (24,50 + 24,30 + 24,26) mm
d=
d2 = |24,30 0,02| mm 3

d3 = |24,26 0,02| mm = 24,35 mm

1 = |24,35 - 24,50| mm = 0,15 mm


= |24,35 24,30| mm = 0,05 mm d = maks = 0,15 mm
3 = |24,35 24,26| mm = 0,09 mm

d 0,15 mm
KR = d
x 100 % = 24,35 mm
x 100 % = 0,62 % 4 A.P

PF = |24,35 0,15| mm
3. Mikrometer Sekrup
d1 = |24,310 0,005| mm (24,310 + 24,590 + 24,910) mm
d=
d2 = |24,590 0,005| mm 3

d3 = |24,910 0,005| mm = 24,603 mm

1 =|24,603 - 24,310| mm = 0,293 mm


=|24,603 24,590| mm = 0,013 mm d = maks = 0,317 mm
3 =|24,603 24,910| mm = 0,307 mm
d 0,317 mm
KR = d
x 100 % = 24,603 mm
x 100 % = 1,29 % 3 A.P

PF = |24,6 0,3| mm
2. Pengukuran Massa
a. Balok
1) Neraca Ohauss 2610 gram
m1 = |54,05 0,05| g (54,05 + 54,25 + 54,20) g
m=
m2 = |54,25 0,05| g 3

m3 = |54,20 0,05| g = 54,17

1 = |54,17 54,05| g = 0,12 g


= |54,17 54,25| g = 0,08 g m = maks = 0,12
3 = |54,17 54,20| g = 0,03 g

m 0,12 g
KR = m
x 100 % = 54,17 g
x 100 % = 0,22 % 4 A.P

PF = |54,17 0,12| g
2) Neraca Ohauss 311 gram
m1 = |54,000 0,005| g (54,000 + 53,990 + 54,000) g
m=
m2 = |53,990 0,005| g 3

m3 = |54,000 0,005| g = 53,997 g

1 = |53,997 54,000| g = 0,003 g


= |53,997 53,990| g = 0,007 g m = maks = 0,007 g
3 = |53,997 54,000| g = 0,003 g

m 0,007 g
KR = m
x 100 % = 53,997 g
x 100 % = 0,01 % 4 A.P

PF = |54,00 0,01| g
3) Neraca Ohauss 310 gram
m1 = |54,15 0,01| g (54,15 + 54,16 + 54,15) g
m=
m2 = |54,16 0,01| g 3

m3 = |54,15 0,01| g = 54,15 g

1 = |54,15 54,15| g = 0,00 g


= |54,15 54,16| g = 0,01 g m = maks = 0,01 g
3 = |54,15 54,15| g = 0,00 g

m 0,01 g
KR = m
x 100 % = 54,15 g
x 100 % = 0,02 % 4 A.P

PF = |54,15 0,01| g
b. Bola
1) Neraca Ohauss 2610 gram
m1 = |19,65 0,05| g (19,65 + 19,50 + 19,60) g
m=
m2 = |19,50 0,05| g 3

m3 = |19,60 0,05| g = 19,58 g

1 = |19,58 19,65| g = 0,07 g


= |19,58 19,50| g = 0,08 g m = maks = 0,08 g
3 = |19,58 19,60| g = 0,02 g

m 0,08 g
KR = m
x 100 % = 19,58 g
x 100 % = 0,41 % 4 A.P

PF = |19,58 0,08| g
2) Neraca Ohauss 311 gram
m1 = |19,410 0,005| g (19,410 + 19,420 + 19,440) g
m=
m2 = |19,420 0,005| g 3

m3 = |19,440 0,005| g = 19,423 g


1 = |19,423 19,410| g = 0,013 g
= |19,423 19,420| g = 0,003 g m = maks = 0,017 g
3 = |19,423 19,440| g = 0,017 g

m 0,017 g
KR = m
x 100 % = 19,423 g
x 100 % = 0,09 % 4 A.P

PF = |19,43 0,02| g
3) Neraca Ohauss 310 gram
m1 = |20,00 0,01| g (20,00 + 19,95 + 19,94) g
m=
m2 = |19,95 0,01| g 3

m3 = |19,94 0,01| g = 19,96 g

1 = |19,96 20,00| g = 0,04 g


= |19,96 19,95| g = 0,01 g m = maks = 0,04 g
3 = |19,96 19,94| g = 0,02 g

m 0,04 g
KR = m
x 100 % = 19,96 g
x 100 % = 0,20 % 4 A.P

PF = |19,96 0,04| g
4. Perhitungan Volume (Rambat Ralat Pengukuran Panjang)
a. Balok
1) Mistar
=
= 18,0 19,0 19,0
= 6.498

= + +

= | . . + . . + . . |
. . . . . .
= + +
. . . . . .

= + +

0,5 0,5 0,5


= + + 6.498
18,0 19,0 19,0
= 522,5

,
= 100 % = .
100 % = 8,04 % 2 A.P

PF = |6.498 522,5| mm3


2) Jangka Sorong
=
= 18,08 19,01 19,05
= 6.547,50

= + +

= | . . + . . + . . |
. . . . . .
= + +
. . . . . .

= + +

0,1 0,01 0,05


= + + 6.547,50
18,08 19,01 19,05
= 56,84

,
= 100 % = . ,
100 % = 0,86 % 4 A.P

PF = |6.548 56.84| mm3


3) Mikrometer Sekrup
=
= 18,063 19,033 19,053
= 6.550,290

= + +

= | . . + . . + . . |
. . . . . .
= + +
. . . . . .

= + +

0,023 0,047 0,053


= + + 6.550,290
18,063 19,033 19,053
= 42,737

,
= 100 % = . ,
100 % = 0,65 % 4 A.P

PF = |6.550 43| mm3


b. Bola
1) Mistar
= =
1
= 3.14 2.17
6
1
= 32.09 = 5.35
6

=3
3
= d

3d
=

V = 3

0.05 1
=3 . (3,14). (2.17 )
2.17 6
= 0.06
0.06
= 100% = 1.12 %(3 )
5.35
=100% - 1.12% = 98.88%

V = |5,35 0.05|
2) Jangka Sorong
= =
1
= 3.14 24.35
6
1
= 14437.67 = 2406.2772
6

=3
3
= d

3d
=


V = 3

0.02 1
=3 . (3,14). (24.35 )
2406.2772 6
= 0.06
0.06
= 100% = 0.00249 % (4 )
2406.2772
=100% - 0.00249% = 99.99751%

V = |2406 0.060 |
3) Mikrometer Sekrup
= =
1
= 3.14 24.6
6
1
= 46744.979 = 7790.8298
6

=3
3
= d

3d
=


V = 3

0.005 1
=3 . (3,14). (24.6 )
7790.8298 6
= 0.015
0.015
= 100% = 0.00019 % (4 )
7790.8298
=100% - 0.00019% = 99.99981%

V = |7790 0.015 |
5. Menentukan massa jenis
a. Balok
1) Mistar

= =

54.15
= 8.3
6.498

d = +
= +

= +


= +

0.01 522.5
= + . (8.3)
54.15 6.498
= (80.409541). (8.3)
= 667.39919 g/
667.39919
KR = 100% = 1.13996% (3 AP)
8.3
DK = 100% - 1.13996% = 98.86004%

= |8.30 0,09 |g/


2) Jangka Sorong

= =

54.15
= = 0.0082703
6547.5

d = +

= +

= +


= +

0,01 56.48 54.15


= + .
54.15 6547.5 6547.5
= (0.00088705). (0.0082703)
= 0,0000734 g/
0,0000734
KR = 100% = 0.88751% (3 AP)
0.0082703
DK = 100% - 0.88751% = 99.11249%
= |8.27 0.88| x 10 g/
3) Mikrometer Sekrup

= =

54.15
= = 0.0082668
6.550,290

d = +

= +

= +


= +

0,01 42,737 54.15


= + .
54.15 6.550,290 6.550,290
= (0.0067091). (0.0082668)
= 0,0000555 g/
0,0000555
KR = 100% = 0.67091% (3 AP)
0.0082668
DK = 100% - 0.67091%= 99.32909%
10 g
= |8.26 0,05 | x

b. Bola
1) Mistar

= =

19.96
= = 3.7308411
5.35

d = +
= +

= +


= +

0,01 0.06
= + . (3.7308411)
19.96 5.35
= (0.011716). (3.7308411)
= 0,0437105 g/
0,0437105
KR = 100% = 1.1716% (3 AP)
3.7308411
DK = 100% - 1.1716%= 99,8284%
= |3.73 0,01| g/
2) Jangka Sorong

= =

19.96
= = 0.008295
2406.2772

d = +

= +

= +


= +

0,01 0.06
= + . (0.008295)
19.96 2406.2772
= (0.0005259). (0.008295)
= 0,0000044 g/
0,0000044
KR = 100% = 0.05259% (4 AP)
0.008295
DK = 100% - 0.05259%= 99,94741%
= |8.295 0,004| x 10 g/
3) Mikrometer Sekrup

= =

19.96
= = 0.002562
7790.8298

d = +

= +

= +


= +

0,01 0.015
= + . (0.002562)
19.96 7790.8298
= (0.0005029). (0.002562)
= 0,0000013 g/
0,0000013
KR = 100% = 0.05029% (4 AP)
0.002562
DK = 100.05029%= 99,94971%
= |2.562 0,004 | x 10 g/

PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori. Setelah menentukan nst setiap alat ukur,
diukur dengan menggunakan dua benda, Balok dan Bola. Dan kemudian ada
beberapa hasil pengukuran yang berbeda. Dalam pengamatan, hasil pengukuran
yang diperoleh termasuk dalam karakteristik nilai akurasi untuk nilai rata-rata
mendekati nilai sebenarnya. Masing-masing memiliki karakteristik lain yang nilai
setiap presisi pengukuran tidak memiliki banyak berbeda.

Ketika mengukur, kita biasanya menggunakan Mistar, slide Panjang, mikrometer


Sekrup, neraca ohauss, termometer, stopwatch sebagai laboratorium yang kita
lakukan di atas. ukur memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda serta memiliki
akurasi yang berbeda. Di bar / a Mistar berfungsi untuk mengukur panjang suatu
benda yang memiliki presisi 1 mm. Istilah In- fungsi geser untuk mengukur
ketebalan suatu benda, diameter dalam dan di luar objek yang memiliki presisi 0,1
mmsea memiliki skala dan skala Nonius besar. Mikrometer Sekrup itu sendiri
memiliki fungsi untuk mengukur objek Panjang dengan sangat hati-hati dengan
akurasi 0,01 mm. Mikrometer Sekrup sendiri memiliki skala dan skala rotary
besar. Neraca ohauss berfungsi untuk menghitung massa suatu benda. Neraca
ohauss memiliki berbagai bentuk, yaitu neraca tiga lengan dan neraca empat
lengan. Neraca sendiri memiliki prinsip kerja sama dengan tuas. Ketika kesalahan
pengukuran dapat terjadi atau ketidakpastian, yaitu:

a. Kesalahan kalibrasi.
b. Kesalahan titik nol
c. Komponen alat kelelahan
d. Gesekan selalu muncul antara bagian dari bergerak menuju alat yang lain.

SIMPULAN DAN DISKUSI

Simpulan

Dari percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang telah dilakukan dapat


disimpulkan bahwa Mistar hanya lebih baik digunakan untuk mengukur panjang
suatu benda, slide Panjang digunakan untuk mengukur diameter luar dan dalam
objek, mikrometer Sekrups digunakan untuk mengukur ketebalan dan diameter
luar dari suatu obyek dengan akurasi Tinggier dari slide Panjang, neraca ohauss
digunakan untuk menghitung massa benda, sedangkan termometer dan stopwatch
digunakan untuk menentukan suhu per sehingga waktu. Mikrometer Sekrup
memiliki akurasi Tinggier dari slide Panjang. Serta lebih mudah untuk
menggunakan neraca ohauss 2610 gram dalam menghitung massa benda yang lain
tetapi neraca ohauss 310 gram memiliki presisi Tinggier dibandingkan dengan
keseimbangan yang lain.
Discussion

Sebelum percobaan dan pengukuran disarankan untuk memahami konsep pertama


pengukuran, alat ukur yang digunakan, skala dan unit untuk praktek berjalan
lancar dan mudah dimengerti. Lakukan setiap pengukuran setidaknya tiga kali
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR RUJUKAN

Sumarno, Joko. 2010. Fisika SMA Kelas X. Jakarta:Erlangga.


Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Kedua Jilid 2
(Terjemahan). Jakarta:Erlangga.
http://fisikon.com/kelas3/index.php?option=com_content&view=article&id=16:g
elombang-stationer-pada-ujung-bebas&catid=1:gelombang-mekanik&Itemid=60

Anda mungkin juga menyukai