Anda di halaman 1dari 7

A.

Biografi Ibrahim Najiy


Ibrahim Najiy merupakan penyair dari Mesir, beliau lahir pada tanggal 31
Desember 1898 M di Hay Shubro Kairo Mesir. Beliau wafat pada tanggal 27
Maret 1953 M pada usia 55 tahun. Nama lengkapnya adalah Ibrahim Naji ibnu
Ahmad ibnu Ibrahim Al Qushbuhiy
Ibrahim Najiy tumbuh sebagai seorang dokter, pada tahun 1922 M beliau
lulus dari Sekolah Kedokteran. Setelah lulus beliau diangkat menjadi dokter di
Dinas Perhubungan, kemudian beliau juga menjadi dokter di Dinas Kesehatan, dan
menjadi ketua di Dinas Perwakafan. Meskipun beliau seorang dokter, beliau lebih
dikenal sebagai seorang penyair, karena beliau senang membaca puisi salah satunya
puisi al-Mutannabi.
Pada tahun 1926 M ia mulai menerjemahkan beberapa puisi karya Afred de
Mossih dan Thomas Moore yang dimuat dalam majalah mingguan As-Siyasiyah.
Kemudian beliau bergabung dengan madrasah Apollo pada tahun 1932 M.
madrasah Apollo merupakan sekolah yang menghasilkan sejumlah penyair Mesir
terkenal, salah satunya yaitu Ahmad Syauqi (Amiru al-Syuara). Beliau juga
pernah menjadi wakil kepala di madrasah Apollo.
Ibrahim Naji memiliki banyak karya-karya indah berupa puisi, diantaranya
yaitu Wara al Ghamam, Layaaly Al-Qahirah, Al Kamil, dan lain-lain.
B. Syiir Ibrahim Najiy

#

#

#

Kekasih, jangan kau Tanya cinta dimana, ia sudah menjadi reruntuhan benteng
imajinasi
Tuangkan dan minumlah dari puing-puingnya, berkisahlah atas namaku selama air
mata masih meleleh
Bagaimana cinta telah menjadi cerita masa lalu, dan sekarang menjadi cerita duka
yang mendalam

#
#

Aku tak melupakanmu, sebab rayuan mulut manismu yang telah memanggilku
dengan lembut
Tanganmu yang panjang menjulur seperti tangan dari balik ombak yang nyaris
tenggelam
Ludah ciumanmu menyirap pengembara malam, tapi di mana pancaran cahaya
matamu?

#
#

Wahai kekasih, itu hari ketika aku mengunjungi sarangmu, sebagai burung rindu
yang menyanyikan kepedihan
Kau sudah sok penting, menuding, menghakimi seperti penguasa
Sementara rinduku padamu menekan hatiku, penantian seperti bara dalam darahku

#

Beri aku kebebasan, lepaskan tanganku. Sesungguhnya telah kuberikan milikku


kepadamu, tak ada lagi yang tersisa
Ah, rantaimu telah membelengguku hingga melukai lenganku.Tak ada lagi yang
tersisa, tak ada yang kusimpan
Aku tak akan menepati janji yang tak kau hormati. Penjara telah usai, dan dunia
menjadi milikku lagi.

#
#

Ia telah menjauh dari mataku, cinta penuh pukau, penuh keagungan dan anggun
Tegap melangkah seperti malaikat indah yang menindas kerakusan
Wangi memukau seperti angin bukit di tepi mimpi malam itu.
C.





.

.

.

.
.
.
D.
: / : / : + / : "" /:
" / : " / : "" . "
:+ / : /
+ "" / :
:+= / : / :
"".
: / : / : "-" / : /:

"".
: ""
E. Analisis Balaghoh
Ilmu Maani
1. Kalam insyai
Kalam insyai dapat berupa perintah (amar), larangan (nahi),
panggilan (nida) dan pertanyaan (istifham).
a. Nida
Bait pertama
, karena terdapat huruf nida yaitu
Bait ketujuh
, karena terdapat huruf nida yaitu
b. Amar
Bait Kedua

) (berkisahlah (minumlah), (tuangkan),
Bait Kesepuluh
) (lepaskan (berikan aku),
c. Nahi
Bait pertama
(jangan kau tanya), karena merupakan kalimat
larangan.
d. Istifham
Bait ketiga
, karena terdapat huruf istifham
yaitu ( bagaimana).
Bait keenam
, karena terdapat huruf istifham
yaitu ( dimana).

2. Kalam khobari
Bait pertama
, karena mengandung kabar.
Bait kesepuluh

, karena mengandung kabar.
Bait keempat

# ,
karena mengandung kabar.
Ilmu Bayan
1. Istiarah Makniyah
Istiarah makniyah adalah gaya bahasa yang menganggap benda-benda
mati, tidak bernyawa memiliki keinginan, maksud, aktifitas seperti manusia.
Bait ketujuh
, artinya: sebagai burung rindu yang
menyanyikan kepedihan. Kalimat tersebut bermajaz istiarah
makniyah karena menganggap burung bisa bernyanyi
sebagaimana manusia.
Bait kesembilan
, artinya: Sementara rinduku padamu

menekan hatiku. Kata rinduku padamu dianggap sebagai benda


hidup karena bisa menekan hati. Oleh karena itu kalimat tersebut
termasuk dalam istiarah makniyah.
Bait kesebelas
, artinya: Rantaimu telah membelengguku
hingga melukai lenganku. Dalam kalimat tersebut rantai
dianggap sebagai benda hidup yang bisa membelenggu sehingga
menyakiti lengannya.
2. Tasybih
Tasybih berusaha untuk membangun ungkapan dengan cara
membandingkan suatu hal dengan hal lain yang lebih kuat. Dalam
perbandingan ini dapat dinyatakan dengan kata (seperti, laksana dan
sejenisnya) bisa dengan tidak menggunakan kata-kata tersebut yang penting
kedua sisinya, yang dibandingkan dan dibandingi dikemukakan atau
disebutkan dalam ungkapan.
Bait kelima
#
Kalimat tersebut disebut tasybih karena dalam satu kalimat
terdapat perumpamaan.
Bait kelima belas
, kalimat tersebut disebut tasybih karena
terdapat perumpamaan.

Ilmu Badi
1. Sajak mutawazi
Bait satu tiga
, , ,, karena fashilah dan qofiyah
mereka sama, yakni -
Bait keempat keenam
, ,, karena fashilah dan qofiyah sama,
yaitu -
2. Sajak Muthoraf
Bait kesepuluh

,, karena fashilah berbeda dan qofiyahnya sama,
yakni ,
Bait sepuluh dua belas

,
,, karena fashilah berbeda, dan qofiyahnya
sama.
Bait tiga belas lima belas
, ,, karena fashilah berbeda, dan
qofiyahnya sama.
3. Jinas Ghairu Taam
Bait kedua
karena berbeda dari segi macam huruf
Bait kesepuluh
,, karena berbeda pada macam huruf.

Anda mungkin juga menyukai