Anda di halaman 1dari 21

MEMAHAMI PUISI

• Puisi: karya sastra dg bhs yg dipadatkan,


dipersingkat, dan diberi irama dg bunyi yg
padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
• Kata-kata dlm puisi betul-betul terpilih agar
memiliki kekuatan pengucapan.
• Kata-kata dlm puisi mewakili makna yg lebih
luas dan lebih banyak.
• Kata-kata dlm puisi dicarikan konotasi atau
makna tambahannya dan dibuat bergaya dg
bhs figuratif.
CIRI-CIRI KEBAHASAAN PUISI
1.Pemadatan Bahasa
Jika puisi itu dibaca, deretan kata-kata tidak membentuk
kalimat dan alinea, tetapi membentuk larik dan bait yg
sama sekali berbeda hakikatnya.

Doa (Chairil Anwar)


Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
2. Pemilihan Kata Khas
a. Makna Kias
Puisi adalah genre sastra yg paling banyak
menggunakan makna kias.
Menyesal (Ali Hasjmy)
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku telah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
miskin ilmu, miskin harta.
Aku (Chairil Anwar)
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
……………………. .
Luka dan bisa kubawa berlari
berlari
Hingga hilang pedih peri(h).

b. Lambang
Dalam puisi, banyak digunakan lambang yang bersifat
lokal, kedaerahan, dan nasional. Ada juga yang bersifat
universal (berlaku untuk sumua manusia). Misalnya,
bendera adalah lambang identitas negara. Bersalaman
adalah lambang persahabatan, pertemuan, atau
perpisahan.
Surat Kepada Bunda
Tentang Calon Menantunya
(Rendra)
.................. .
Dan sepatu yang berat serta nakal
yang dulu biasa menempuh
jalan-jalan yang mengkhawatirkan
dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara
Kini telah aku lepaskan
dan berganti dengan sandal rumah
yang tenteram, jinak dan sederhana
.................. .
Lambang Warna
Hitam (kesedihan), putih (kesucian), kuning (kesetiaan),
biru (harapan), merah (keberanian/kemarahan?), dsb.

Ballada Sumilah (Rendra)


………….. .
Tubuhnya lilin tersimpan di keranda
tapi halusnya putih pergi kembara
………….. .
Bulan keramik putih tanpa darah
warna jingga adalah mata Samijo
menatap ia, menatap amat tajamnya.
Padamkan jingga apimu. Padamkan!
Demi selaput sutraku putih: padamkan!
Lambang Bunyi
Seruling (Pasundan/Priangan), gamelan (Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali), dsb.

Lambang Suasana
Surat Cinta (Rendra)
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur mainan
Anak-anak peri dunia gaib.
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah.
Wahai, Dik Narti,
aku cinta kepadamu!
c. Persamaan Bunyi (Rima)
Sepisaupi
(Sutardji Calzoum Bachri)
sepisau luka sepisau duri
sepikul dosa sepikan sepi
sepisau duka serisau diri
sepisau sepi sepisau nyanyi
sepisaupa sepisaupi
sepisapunya sepikan sepi
sepisaupa sepisaupi
sepikul diri keranjang duri
3. Kata Konkret
Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih
konkret. Dengan kata konkret, penyair mungkin
merasa lebih jelas, namun bagi pembaca sering
lebih sulit menafsirkan maknanya.

Ballada Terbunuhnya Atmo Karpo


(Rendra)

Dengan kuku-kuku besi, kuda menebah perut bumi


Bulan berkhianat, gosokkan tubuhnya pada pucuk- pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang.
4. Pengimajian/Pencitraan
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang
dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang
dinyatakan oleh penyair.
a. Imaji visual (penglihatan): apa yang digambarkan
seolah-olah dapat dilihat oleh pembaca.

Cipasung (Acep Zamzam Noor)


…………… .
Dengan ketam kupanen terus kesabaran hatimu
Cangkulku iman dan sajadahku lumpur yang kental
Langit yang menguji ibadahku meneteskan cahaya redup,
………….. .
Mendekatlah padaku dan dengarkan kasidah ikan-ikan
Kini hatiku kolam yang menyimpan kemurnian-Mu.
b. Imaji auditif (pendengaran): penciptaan
ungkapan oleh penyair, sehingga
pembaca seolah-olah mendengarkan
suara seperti yang digambarkan oleh
penyair.
Asmaradana (Goenawan Mohamad)
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur hujan
dari daun
Karena angin pada kemuning.
Ia dengar resah kuda
serta
langkah pedati. Ketika langit bersih menampakkan
bima sakti.
………………….. .
c. Imaji taktil (perasaan): penciptaan ungkapan oleh
penyair yang mampu mempengaruhi perasaan
pembaca.
Putih, Putih, Putih (Emha Ainun Nadjib)
Meratap bagai bayi
Terkapar bagai si tua renta
Di padang Mahsyar
Di padang penantian
Di depan pintu gerbang janji keabadian
Saksikan beribu-ribu jilbab
Hai! Bermilyar-milyar jilbab!
Samudera putih
Lautan cinta kasih
Gelombang sejarah
Pengembaraan amat panjang
Di padang Mahsyar
………………. .
5. Irama (Ritme)
Irama berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata,
frasa, dan kalimat yang dapat menimbulkan
gelombang yang dapat menciptakan keindahan.

Doa (Chairil Anwar)


Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Tuhanku
Aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling.
6. Tata Wajah
Trgedi Winka dan Sihka (Sutardji C.B.)
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
winka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
ku
Tuhan Sembilan Senti
Oleh Taufik Ismail
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat
merujuk kitab kuning dan
mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisab.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisab rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah
mereka terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih
99 butirnya.
Mengintip kita dari balik jendela
ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka
memegang rokok
dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang
dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang
terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus
?syimaal
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di
ruangan AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiim, ya ustadz. Laa tasyrabud
dukhan, ya ustadz.
Kiai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihil ghurfati malii'atun bi mukayyafil
hawwa'i.
Kalau tak tahan, di luar sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.
Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr
diharamkan.
.15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi)
Daging khinzir diharamkan.
4.000 zat kimia beracun ada pada
sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu 'alaihimul khabaaits.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dulu,
sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi
.belum ada rokok
Jadi, ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan
rokok,
lantas hukumnya jadi dimakruh-
makruhkan, jangan!
....
Berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di
negeri kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan
celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan
berwarna,
.diiklankan dengan indah dan cerdasnya
Tidak perlu wudhu atau tayamum
menyucikan diri,
tidak perlu ruku' dan sujud untuk
taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana
dalam nikmat lewat upacara menyalakan
api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini.
Rabbana, beri kami kekuatan
menghadapi berhala-berhala ini.

*******

Anda mungkin juga menyukai