Anda di halaman 1dari 15

Sajak Orang Lapar

Ws. Rendra

kelaparan adalah burung gagak


yang licik dan hitam
jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam
o Allah !
burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak
selalu menakutkan
kelaparan adalah pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
Sebuah Jaket Berlumur Darah

Sebuah jaket berlumur darah

Kami semua telah menatapmu

Telah berbagi duka yang agung

Dalam kepedihan bertahun‐tahun

Sebuah sungai membatasi kita

Di bawah terik matahari Jakarta

Antara kebebasan dan penindasan

Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang

Seraya mengucapkan 'Selamat tinggal perjuangan'

Berikrar setia kepada tirani

Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu

Kami semua telah menatapmu

Dan di atas bangunan‐bangunan

Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai kemana‐mana

Melalui kendaraan yang melintas

Abang‐abang beca, kuli‐kuli pelabuhan

teriakan‐teriakan di atas bis kota, pawai‐pawai perkasa

Prosesi jenazah ke pemakaman

Mereka berkata

Semuanya berkata

LANJUTKAN PERJUANGAN
Dengan Puisi Aku

Taufiq Ismail

Dengan Puisi, aku bernyanyi


Sampai senja umurku nanti

Dengan puisi, aku bercinta


Berbatas cakrawala

Dengan puisi, aku mengenang


Keabadian yang akan datang

Dengan puisi, aku menangis


Jarum waktu bila kejam mengiris

Dengan puisi, aku mengutuk


Nafas zaman yang busuk

Dengan puisi, aku berdoa


Perkenankanlah kiranya.
Puisi Sajak Bulan Purnama
W.S. Rendra

Bulan terbit dari lautan.


Rambutnya yang tergerai ia kibaskan.
Dan menjelang malam,
wajahnya yang bundar,
menyinari gubug-gubug kaum gelandangan
kota Jakarta.
Langit sangat cerah.
Para pencuri bermain gitar.
dan kaum pelacur naik penghasilannya.
Malam yang permai
anugerah bagi sopir taksi.
Pertanda nasib baik
bagi tukang kopi di kaki lima.
Bulan purnama duduk di sanggul babu.
Dan cahayanya yang kemilau
membuat tuannya gemetaran.
kemari, kamu ! kata tuannya
Tidak, tuan, aku takut nyonya !
Karena sudah penasaran,
oleh cahaya rembulan,
maka tuannya bertindak masuk dapur
dan langsung menerkamnya
Bulan purnama raya masuk ke perut babu.
Lalu naik ke ubun-ubun
menjadi mimpi yang gemilang.
Menjelang pukul dua,
rembulan turun di jalan raya,
dengan rok satin putih,
dan parfum yang tajam baunya.
Ia disambar petugas keamanan,
lalu disuguhkan pada tamu negara
yang haus akan hiburan.
Ibu

Chiril Anwar

Pernah aku ditegur


Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai

Ibu...

Pernah aku merajuk


Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah

Ibu...

Setiap kali aku tersilap


Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan Bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Kerendahan Hati

Oleh: Taufik Ismail

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit

Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik, yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,

Jadi saja rumput, tetapi rumput

yang memperkuat tanggul pinggiran jalan.

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya

Jadilah saja jalan kecil,

Tetapi jalan setapak yang

Membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten

tentu ada awak kapalnya....

Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi

rendahnya nilai dirimu

Jadilah saja dirimu....

Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri


Andai Kata

Andai kata kupunya

tak hanya lengan lunglai tempat kita meletakkan kalah.

Andai kata kupunya

tak hanya pangkuan landai tempat kita merebahkan resah.

Andai kata kupunya

tak hanyadada luka tempat kita menyandarkan duka.

Andai kata kupunya

tak hanya

tangan kelu

tempat kita menggenggam pilu.

Andai kata kupunya

tak hanya

kata-kata dusta

penyeka air mata.

Andai kata kupunya

tak hanya

telinga renta penampung derita.

Andai kata

Kupunya tak hanya Andai kata.


Rumahku

Karya: Chairil Anwar

Rumahku dari unggun-timbun sajak

Kaca jernih dari luar segala nampak

Kulari dari gedong lebar halaman

Aku tersesat tak dapat jalan

Kemah kudirikan ketika senjakala

Di pagi entah terbang ke mana

Rumahku dari unggun-timbun sajak

Di sini aku berbini dan beranak

Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang

Aku tidak lagi meraih petang

Biar berleleran kata manis madu

Jika menagih yang satu


Sajak Matahari

Karya: W.S. Rendra

Matahari bangkit dari sanubariku.

Menyentuh permukaan samodra raya.

Matahari keluar dari mulutku,

menjadi pelangi di cakrawala.

Wajahmu keluar dari jidatku,

wahai kamu, wanita miskin !

Kakimu terbenam di dalam lumpur.

Kamu harapkan beras seperempat gantang,

dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !

Satu juta lelaki gundul

keluar dari hutan belantara,

tubuh mereka terbalut lumpur

dan kepala mereka berkilatan

memantulkan cahaya matahari.

Mata mereka menyala

tubuh mereka menjadi bara

dan mereka membakar dunia.

Matahari adalah cakra jingga

yang dilepas tangan Sang Krishna.

Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,

ya, umat manusia !


Putra-Putra Ibu Pertiwi

Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja

Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya

Pahlawan-pahlawan bangsa

Dan patriot-patriot negara

(Bunga-bunga

kalian mengenalnya

Atau hanya mencium semerbaknya)

Ada yang gugur gagah dalam gigih perlawanan

Merebut dan mempertahankan kemerdekaan

(Beberapa kuntum

dipetik bidadari sambil senyum

Membawanya ke sorga tinggalkan harum)

Ada yang mujur menyaksikan hasil perjuangan

Tapi malang tak tahan godaan jadi bajingan

(Beberapa kelopak bunga

di tenung angin kala

Berubah jadi duri-duri mala)

Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja

Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya

Pahlawan-pahlawan dan bajingan-bajingan bangsa

(di Taman Sari

bunga-bunga dan duri-duri

Sama-sama diasuh mentari)

Anehnya yang mati tak takut mati justru abadi

Yang hidup senang hidup kehilangan jiwa

(Mentari tertawa sedih memandang pedih

Duri-duri yang membuat bunga-bunga tersisih)


Sajak Atas Nama
Oleh Gus Mus

Ada yang atas nama Tuhan melecehkan Tuhan

Ada yang atas nama negara merampok negara

Ada yang atas nama rakyat menindas rakyat

Ada yang atas nama kemanusiaan memangsa manusia

Ada yang atas nama keadilan meruntuhkan keadilan

Ada yang atas nama persatuan merusak persatuan

Ada yang atas nama perdamaian mengusik perdamaian

Ada yang atas nama kemerdekaan memasung kemerdekaan

Maka atas nama siapa saja atau siapa saja

Kirimlah laknat kalian

Atau atas namaku perangilah mereka

Dengan kasih sayang…

Kembalikan Indonesia Padaku (Paris, 1971)

Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,

Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,

Sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,

Yang menyala bergantian,

Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam

Dengan bolayang bentuknya seperti telur angsa,

Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam

Karena seratus juta penduduknya,


DUA GUNUNG KEPADAKU BICARA

Kepada Singgalang bertanya aku


Wahai gunung masa kanakku di lututmu kampung ibuku
Kenapa indahmu dari dahulu tak habis-habis jadi rinduku
kepada Merapi berkata aku
Wahai gunung masa bayiku di telapakmu kampung ayahku
Kenapa gagahmu dari dahulu tak habis-habis dari ingatanku
Kedua gunung tentu saja
Cuaca dingin bahasanya
Kabut putih kosa katanya
Rintik hujan ungkapnnya
Senyap biru bisikannya
Kepada dua gunung kuulang tanya
Berjawab lewat desahan jutaan daun rimba raya
Bergema begitu indahnya lewat margasatwa
Ombak nyanyian insekta betapa merdunya
Bertanyalah pada Yang Di Atas Sana
Aku

Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku


Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Tuhan, Aku Cinta Padamu

Ws.Rendra

Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal

Aku pengin makan tajin


Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar

Aku pengin membersihkan tubuhku


dari racun kimiawi

Aku ingin kembali pada jalan alam


Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah

Tuhan, aku cinta padamu


Pilihan

Antara kaya dan miskin tentu kau memilih miskin

Lihatlah kau seumur hidup tak pernah merasa kaya.

Antara hidup dan mati tentu kau memilih mati

Lihatlah kau seumur hidup mati-matian mempertahankan kematian.

Antara perang dan damai tentu kau memilih damai

Lihatlah kau habiskan umurmu berperang demi perdamaian.

Antara beradab dan biadab tentu kau memilih beradab

Lihatlah kau habiskan umurmu menyembunyikan kebiadaban dalam peradaban.

Antara nafsu dan nurani tentu kau memilih nurani

Lihatlah kau sampai menyimpannya rapi jauh dari kegalauan dunia ini.

Antara dunia dan akhirat tentu kau memilih akhirat

Lihatlah kau sampai menamakan amal-dunia sebagai amal akhirat.

Antara ini dan itu

Benarkah kau memilih itu?

Anda mungkin juga menyukai