Anda di halaman 1dari 18

Menatap Merah Putih

Oleh: Chairil Anwar

Menatap merah putih


melambai dan menari–nari di angkasa

kibarannya telah banyak menelan korban


nyawa dan harta benda

berkibarnya merah putih


yang menjulang tinggi di angkasa

selalu teriring senandung lagu Indonesia Raya


dan tetesan air mata
dulu, ketika masa perjuangan pergerakan kemerdekaan
untuk mengibarkan merah putih
harus diawali dengan pertumpahan darah
pejuang yang tak pernah merasa lelah
untuk berteriak : Merdeka!

menatap
merah putih adalah perlawanan melawan angkara murka
membinasakan penindas dari negeri tercinta
Indonesia

menatap
merah putih adalah bergolaknya darah
demi membela kebenaran dan azasi manusia
menumpas segala penjajahan
di atas bumi pertiwi

menatap
merah putih adalah kebebasan
yang musti dijaga dan dibela
kibarannya di angkasa raya

berkibarlah terus merah putihku


dalam kemenangan dan kedamaian
Hujan Bulan Juni
Sapardi Djoko Damono
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni


dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni


dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
SAJAK PUTIH
Chairil Anwar
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah..
Aku Ada
Dee Lestari
Melukiskanmu saat senja
memanggil namamu ke ujung dunia
tiada yang lebih pilu, tiada yang menjawabku
selain hatiku dan ombak berderu

Di pantai ini kau selalu sendiri


tak ada jejakku di sisimu
namun saat ku tiba, suaraku memanggilmu
akulah lautan ke mana kau selalu pulang

Jingga di bahuku, malam di depanku


dan bulan siaga, sinari langkahku
ku terus berjalan, ku terus melangkah
ku ingin ku tahu, engkau ada

Memandangimu saat senja


berjalan di batas dua dunia
tiada yang lebih indah, tiada yang lebih rindu
selain hatiku andai engkau tahu

Di pantai itu kau tampak sendiri


tak ada jejakku di sisimu
namun saat kau rasa, pasir yang kau pijak pergi
akulah lautan memeluk pantaimu erat

Jingga di bahumu, malam di depanmu


dan bulan siaga, sinari langkahmu
teruslah berjalan, teruslah melangkah
ku tahu kau tahu, aku ada
Aku Ingin
Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana


dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Doa

Chairil Anwar

Tuhanku Dalam termangu

Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh

Mengingat Kau penuh seluruh

CayaMu panas suci

Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

Aku hilang bentuk

Remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku

Di pintumu aku mengetuk

Aku tidak bisa berpaling


Gerilya
Ws.Rendra
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling di jalan

Angin tergantung
terkecap pahitnya tembakau
bendungan keluh dan bencana

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan

Dengan tujuh lubang pelor


diketuk gerbang langit
dan menyala mentari muda
melepas kesumatnya

Gadis berjalan di subuh merah


dengan sayur-mayur di punggung
melihatnya pertama

Ia beri jeritan manis


dan duka daun wortel

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan

Orang-orang kampung mengenalnya


anak janda berambut ombak
ditimba air bergantang-gantang
disiram atas tubuhnya

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan

Lewat gardu Belanda dengan berani


berlindung warna malam
sendiri masuk kota
ingin ikut ngubur ibunya.
Doa

Chairil Anwar

Tuhanku Dalam termangu

Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh

Mengingat Kau penuh seluruh

CayaMu panas suci

Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

Aku hilang bentuk

Remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku

Di pintumu aku mengetuk

Aku tidak bisa berpaling


Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini
oleh Taufiq Ismail

Tidak ada pilihan lain


Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur

Apakah akan kita jual keyakinan kita


Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu

Dalam setiap kalimat yang berakhiran


"Duli Tuanku?"
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan


Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama


Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada lagi pilihan lain


Kita harus
Berjalan terus.
Kesadaran

Armijn Pane

Pada kepalaku sudah direka,


Mahkota bunga kekal belaka,
Aku sudah jadi merdeka,
Sudah mendapat bahagia baka.

Aku melayang kelangit bintang,


Dengan mata yang bercaya-caya,
Punah sudah apa melintang,
Apa yang dulu mengikat saya.
Mari kekasih, jangan ragu
Mencari jalan; aku mendahului,
Adinda kini
Mari, kekasih, turut daku
Terbang kesana, dengan melalui,
Hati sendiri
Aku Bertanya

Oleh WS Rendra

Aku bertanya…

tetapi pertanyaan-pertanyaanku

membentur jidat penyair-penyair salon,

yang bersajak tentang anggur dan rembulan,

sementara ketidakadilan terjadi

di sampingnya,

dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,

termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian.


Jangan Ganggu Kesetiaanku

Oleh: Iringan Bayu Senja

Jangan hunuskan senyum manismu untukku..

Sebab kutahu itu hanya bernilai semu..

Jangan hujamkan lirikan mata elangmu padaku..

Sebab ku tau itu juga bernilai palsu..

Jangan pula kau lebarkan tawamu untukku..

Sebab kutahu itu juga hanya basa basimu..

Jangan kau tawarkan apapun padaku..

Sebab itu hanya kan sakiti orang terkasihmu..

Sedang aku, jikapun yang kau tawarkan berasal dari hatimu.

Maka tetap saja aku tak akan mau..

Aku menjadikan kehidupan kasihku atas dirimu..

Berlalulah dan biarkan peradaban waktu..

Menjawab semua maumu..

Aku sudah setia tapi kau masih selingkuh juga


Bunga Gugur
Ws.Rendra
Bunga gugur

di atas nyawa yang gugur

gugurlah semua yang bersamanya

Kekasihku.

Bunga gugur

di atas tempatmu terkubur

gugurlah segala hal ikhwal antara kita.

Baiklah kita ikhlaskan saja

tiada janji ‘kan jumpa di sorga

karena di sorga tiada kita ‘kan perlu asmara.

Asmara cuma lahir di bumi

(di mana segala berujung di tanah mati)

ia mengikuti hidup manusia

dan kalau hidup sendiri telah gugur

gugur pula ia bersama sama.

Ada tertinggal sedikit kenangan

tapi semata tiada lebih dari penipuan

atau semacam pencegah bunuh diri.

Mungkin ada pula kesedihan

itu baginya semacam harga atau kehormatan

yang sebentar akan pula berantakan.

Kekasihku.

Gugur, ya, gugur

semua gugur

hidup, asmara, embun di bunga –

yang kita ambil cuma yang berguna


LARUT MALAM SUARA SEBUAH TRUK
Taufiq Ismail

Sebuah Lasykar truk


Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'

Di jalan Tuntang seorang anak kecil


Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'
Kumpulan Kambing
Oleh: Gus Mus

Kumpulan kambing merdeka


makin rakus makannya
makin banyak keinginannya
makin menggila pestanya
seperti kumpulan serigala

Kumpulan kambing merdeka


makin muluk-muluk bicaranya
makin tidak-tidak mimpinya
melebihi kumpulan serigala

Kumpulan kambing merdeka


makin tertutup matanya
makin seperti kumpulan serigala

Kumpulan kambing merdeka


makin merdeka meniru serigala

Tapi, kumpulan kambing merdeka


yang tak mau mengembik lagi
tetap saja melolong pun tak bisa
seperti kumpulan serigala
terus saja hanya menari-nari
dan menyanyi gembira:
wekwekwek, wekwekwek, wekwekwek!
Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang
karya WS Rendra:

Mimbar Indonesia 18 Juni 1960.


Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
Jika Hari Rembang Petang
Sobagyo Sastrowarsoyo
Jika hari rembang petang
tidak berarti permainan bakal selesai
dan boleh tinggalkan gelanggang

hanya peranan bertukar


dari pemain di dalam
menjadi penonton di luar

kita lantas memasuki ruang penuh cahaya


dan melihat bayang
terlempar di layar

kita bisa jaga dan menatap semalam suntuk

hari sudah tinggi


kau tak berbenah?

di bawah bayang senja


setiap barang nampak indah

muka-muka yang lelah


berbinar di redup sinar

di antara kita berdua, kekasih


siapa dulu akan terkapar?
Sajadah Panjang
Taufiq Ismail
Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekedar interupsi
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya.

Anda mungkin juga menyukai