Anda di halaman 1dari 6

HARAPAN

Dewi Aprika Kartini

Selembar kertas ku raih; pena ku genggam erat


Ku goreskan tinta ungkapan hati; tertuai sebuah kata “Aku rindu Ayah, Ibu”
Ayah telah lama pergi, tinggalkan aku dan sosok wanita yang amat ia cintai; ialah ibu

Ibu kini harus berjuang


Lewati cobaan, kesepian dalam kesendirian
Derai keringat, letih dan lelah; seakan menjadi teman dalam keseharian
Engkau lakukan itu semua, untuk jalankan amanah pesan seorang Ayah
Demi lanjutkan harapan anak-anakmu
Iba aku melihatnya, bodohnya aku tak bisa berbuat apa-apa

Bertahun-tahun sudah aku hidup di sebuah penjara suci; hidup jauh dari orang tuaku
Ayah, terkadang ku rindu tegur sapamu; Ibu, akupun rindu usapan halus jemarimu
Hanya doa yang senantiasa terucap dalam sepertiga malamku
Hingga tetesan air mata membasahi lembah pipi

Aku berdoa kepada Tuhan; Ya Allah, tempatkanlah Ayah di sisi-Mu


Sayangi ibu, beri ia kesehatan dan umur panjang;
Sehingga ia bisa merasakan indahnya kebahagiaan
Dan kumohon doa restumu Ayah, Ibu; kini aku sedang berjuang
Berusaha menggali kelemahan ilmu, tuk menjelajahi luasnya samudera pengetahuan
Walau terkadang perih, letih ku rasa menjadi penghalang
Namun ku yakin; Ayah, Ibu, dengan doa restu kalianlah
Anakmu kelak akan sukses; membuat kalian bangga
Dan terbayang olehku, Ayah Ibu tersenyum bahagia
Karena sebuah benih yang mereka tanam dulu, kini telah tumbuh menjadi sebuah intan permata
Berbanggalah di akhirat sana, Ayah;
Ibu, sudahi kesedihan atas cobaanmu
Dan aku, tidak akan berhenti berusaha; sampai ayah ibu berkata
“Itu anakku…”
SANTRI RAHMATAN LIL ALAMIN
Azza Nuraida

Dulu… kau di hina-hinakan


Dulu… kau dimarjinalkan
Hanya karena kau klombrat-klombrot sarungan
Kaupun… dipandang sebelah mata

Tak dianggap, bukan siapa-siapa


Mereka lupa fakta sejarah
Perjuanganmu mengusir para penjajah
Pengorbananmu, harta, nyawa dan darah

Kau begitu gigih


Menolak pasrah
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Ini adalah kalimat sakral dan suci
Titah puji ilahi Robby

Namun di mulut-mulut tak terkendali


Kalimat suci ini beralih fungsi
Untuk nafsu keji dan konspirasi

Dengar-dengar, ada yang mengklaim sebagai bapak reformasi


Namun ternyata dia adalah rainkarnasi sengkuni
Kami para santri
Berjanji untuk selalu berbakti dan mengabdi

Untuk Allah Ilahi Rabby


Untuk sang Ibu Pertiwi
Dengan setulus hati
Karena kami Haqqul Yaqiin
Santri adalah Rahmatan Lil ‘Alamiin
ZIARAH
Sapardi Djoko Damono

Kita berjingkat lewat; jalan kecil ini


Dengan kaki telanjang; kita berziarah
Ke kubur orang-orang yang telah melahirkan kita
Jangan sampai terjaga mereka! ; kita tak membawa apa-apa
Kita tak membawa kemenyan ataupun bunga;
kecuali seberkas rencana-rencana kecil (yang senantiasa tertunda-tunda)
untuk kita sombongkan kepada mereka

Apakah akan kita jumpai wajah-wajah bengis? Atau tulang-belulang, atau sisa-sisa jasad mereka disana?
Tidak, mereka hanya kenangan
Hanya batang-batang cemara yang menusuk langit yang akar-akarnya pada bumi keras
Sebenarnya kita belum pernah mengenal mereka;
Ibu Bapak kita yang mendongeng tentang tokoh-tokoh itu,
Nenek moyang kita itu; tanpa menyebut-nyebut nama.
Mereka hanyalah mimpi-mimpi kita,
Kenangan yang membuat kita merasa pernah ada
Kita berziarah; berjingkatlah sesampai di ujung jalan kecil ini;
Sebuah lapangan terbuka; batang-batang cemara, angin.

Tak ada bau kemenyan, tak ada bunga-bunga;


Mereka telah tidur sejak abad pertama
Semenjak Hari Pertama itu,
Tak ada tulang-belulang; taka da sisa-sisa jasad mereka
Ibu-Bapak kita sungguh bijaksana,
Terjebak kita dalam dongengan nina-bobok
Di tangan kita berkas-berkas rencana,
Di atas kepala
Sang Surya
MERDEKA ATAU MATI
Anonim
Genangan darah tumpah di atas tanah tak bertuan
Beratus-ratus nyawa melayang
Bergelimpangan di atas tanah tak bertuan
Sebuah tanah lapang yang dahulu
Menjadi medan perang

Seorang pejuang berteriak lantang


Mengangkat tinggi panji kemenangan
Gagah berani memegang senjata
Melawan penjajah hina dan nista

Dua kata menjadi pilihan


Merdeka atau mati
Taka da lain selain itu
Kecuali merdeka atau mati

Hujan peluru memberondong tubuh kekarnya


Tetap tegak meski tubuh berlubang
Tertembak peluru tajan
Darah bercucuran membanjiri medan perang

Meski namamu tak kami kenal


Meski jasadmu tertimbun bersama gundukan tanah
Atau ragamu berserakan hancur lebur
Terkena ledakan senjata penghancur
Namun kau lah pahlawan sejati kami
Yang telah mengorbankan jiwa dan ragamu

Demi sebuah hak kebebasan


Yakni kemerdekaan
Sekali lagi lantangkan dua pilihan
MERDEKA! Atau MATI!
CINTA DAN BENCI
Chairil Anwar

Aku tidak pernah mengerti


Banyak orang menghembuskan cinta dan benci
Dalam satu nafas

Tapi sekarang aku tahu


Bahwa cinta dan benci adalah saudara
Yang membodohi kita, memisahkan kita

Sekarang aku tahu bahwa


Cinta harus siap merasakan sakit
Cinta harus siap untuk kehilangan
Cinta harus siap untuk terluka
Cinta harus siap untuk membenci

Kerana itu hanya cinta yang sungguh-sungguh mengizinkan kita


Untuk mengatur semua emosi dalam perasaan

Setiap emosi jatuh… keluarlah cinta

Sekarang aku mengetahui implikasi dari cinta


Cinta tidak berasal dari hati
Tapi cinta berasal dari jiwa
Dari zat dasar manusia

Ya, aku senang telah mencintai


Karena dengan melakukan itu aku merasa hidup
Dan tidak ada orang yang dapat merebutnya dariku
SAJAK CINTA
Gus Mus

Cintaku kepadamu belum pernah ada contohnya


Cinta Romeo kepada Juliet, si Majnun Qais kepada Laila belum apa-apa
Temu pisah kita bermakna
Dibandingkan temu-pisah Yusuf dan Zulaikha
Rindu-dendam kita melebihi rindu-dendam Adam dan Hawa

Aku adalah ombak samuderamu


Yang lari datang bagimu
Hujan yang berkilat dan berguruh
Mendung

Aku adalah wangi bungamu


Luka berdarah-darah durimu
Semilir angina bagai badai anginmu

Aku adalah kicau burungmu


Kabut puncak gunungmu
Tuah tenungmu

Aku adalah titik-titik hurufmu


Kata-kata maknamu

Aku adalah sinar silau panasmu


Dan baying-bayang hangat mentarimu
Bumi pasrah langitmu

Aku adalah ruhmu


Fayakunmu kunmu

Aku adalah a-k-u


k-a-u
mu

Anda mungkin juga menyukai