Kekasih
Betapa dahsyat maknamu
Ku telusuri kata demi kata
Tak kutemui apapun selain cinta dalam bara
Dalam dingin kau serupa selimut yang menghangatkan
Dalam panas kau serupa tetesan embun yang menyejukkan
Indah !
Kau berlagak keras dan menakutkan dalam untaian al-Hadid
Di lain waktu kau luluhkan aku selembut makna ar-rahman
Kau guncang hebat dadaku lewat al-Zalzalah
Namun kau buatku menggigil rindu wasilah Qaf dan Yaasiin
Getar !
Lisan hinaku bergetar disudut-sudut malam
Berbisik rindu akan pencipta kalam indah itu
Tuhan cintakah engkau padaku?
Berbalut kerendahan ku akui betapa aku mencintai-Mu
Alif
Sorak-sorai ku dengar
Hentakan rotan diatas meja ustadzah
Gemericik riak sungai mengalir
Bersenandung riang
Berpayung mega merah tanda Asar hampir usai
Salam Dhuha
Secercah mentari menembus hangat
Tanda sayang Tuhan pada ciptaannya
Sayup dedaunan bertasbih mesra
Memuji syukur pada setiap jengkal semesta-Nya
Tabarruk
Bolehkah kupandangi wajah-Mu wahai Kekasih
Bolehkah kusebut asma-Mu dalam debar cinta
Tergoncang kerinduan di dada-dada kami
Terisak tangis dalam sholawat-sholawat kami
Kekasih
Betapa mulut terbungkam jauh dari kata
Betapa tangan hina ini
Tak mampu menggambarkan keindahan-Mu
Harap
Dalam kehinaan lumpur hitam dan kerongkongan dahaga
Tak sanggup kami bayangkan betapa segarnya meneguk kautsar
Kami nyata-nyata mengais barokah
Berharap syafaat-Mu
Berharap pertolongan-Mu
Yaa abal Hasanain
Sajak Sujud
Hiruk pikuk kebisingan
Gebyar dunia bak panggung perayaan
Sejenak ia lupa, dunia ini fana bukan selamanya
Jangankan kesunnahan
17 maktubah pun ia abaikan
Lalu
Dimanakah sujud dan syukurmu wahai Fulan?
Saat tersungkur kau datang
Berlagak rindu mendesak Tuhan
Bukan sebab cinta
Bukan,
Sujudmu bahkan saat kesusahan saja
Saat gembira kau ingat Dia tapi melupa.
Gemuruh Asa
Tertatih langkah seorang hamba
Meniti jalan mengharap surya
Memang dalam perjalanan
Selamanya tak ada yang lurus-lurus saja