Kau ditinggalkan?
Kau dicampakkan?
Kau diacuhkan?
atau kau dihancurkan dengan rasa kecewa yang melahirkan sakit tak tertahankan?
Dengar, Kau tidak salah.
Angkat dagumu
Bukalah matamu
Lihatlah siapa yang selalu setia di sampingmu
Saat bahkan dunia enggan melihat ke arahmu.
mengagumkan.
LUKA DAN AKSARA
Saya lelah.
Saya jengah.
Memapah rindu yang kehilangan arah.
Saya berdarah.
Saya menyerah.
Menggapai hati yang tak tahu caranya melangkah.
Saya tertawa.
Sebab air mata telah habis tak tersisa.
Saya bahagia.
Sebab luka membuat mata saya terbuka.
Sambangi sesekali
Do'akan berkali-kali
Bilamana Tuan tiada di hati
Esok lusa pasti-lah Tuhan ganti.
Bogor
Isnin , April 23
LABUHAN
Duhai ,Nyonya..
Tiadalah syair ku cipta berharapkan tatap maya
Sebab rasa mustahil menyampai dusta
Ku tempuh jemah dengan ragam bahasa
meski pelik sekali ku rasa.
Ku sambangi petang
Ku jelajahi terang
Demi Nyonya yang inshaaAllah kan daku jelang
April 22 , 2018
SEHARUSNYA
Seseorang menemukan rumah baru.
Seseorang masih memangku dagu.
Disinilah kita..
Sebuah tempat dimana dirimu pernah berada
Pernah bersandar
Pernah berlindung
Bahkan pernah menyimpan rahasia
Bagimanakah kabarmu?
Masihkah Engkau selembut dahulu?
Memintaku menyanyikan lagu syahdu dan membacakan do’a - do’a untuk membuat indah
tidur lelapmu
Sungguh
Aku masih ingat raut wajahmu pada saat itu
Sungguh...
Dan Sungguh
Namun
Sejujurnya
Aku tak pernah mengerti
Atas apa yang Kau yakini
Hingga dirimu pergi
dan semua janjimu hilang arti
Untuk apa Kau mengobati luka Jika pada akhirnya Kau adalah sumber luka
Untuk apa Kau mengajariku terbang Jika pada akhirnya Kau berharap Aku merangkak lebih
buruk dari seorang bayi
Sungguh...
Aku memaafkanmu
namun
Aku tak akan pernah melupakanmu
Lalu di titik ini aku terdiam dalam bait sajak yang bertuliskan namamu.
yang entah bagaimana caranya Tuhan membuatmu berdiri tegap kembali di atas setiap do'a dan air
mata.
Dan entah harus ku beri nama apa.
Sebab bila hanya kebetulan , tak akan se-istimewa ini.
Lalu diantara sekian pilihan jalan pulang , menujumu adalah jalan yang ku pilih.
Sebab aku yakin , bukan kebetulan aku dan kau kembali berjumpa.
Mungkin Tuhan punya rencana.
yang didalam nya ada kita yang pernah berdosa lalu dipersatukan untuk bersuiud bersama.
Minggu , 15 Maret
MENGAPUNG
Detak detik waktu melambai tangan
Termangu saya pada ketiadaan
Timang-timang mesra memelihara sebuah nama
Yang entah hatinya sedang tertuju pada siapa.
Tapi , Nyonya...
Ah , mudah-mudahan darimu!
Yang selalu ku do'akan , namun tak pernah kau tahu.
Demi membasuh luka hati , ia akan selalu kembali , meski tahu harus jatuh berkali-kali.
Apalah aku?
Menyapa duluan saja tak mampu.
Menjadi badut penghibur pun , aku tak lucu.
Apalagi bertingkah seperti pangeran-pangeran hebat itu.
Aku tahu , dikala kau tengah bersedih , aku takkan bisa membuatmu selalu tersenyum dan tertawa ,
Namun , ku pastikan , telingaku selalu mendengarkan.
Aku tahu , dikala kau tengah diuji , aku memang takkan bisa menghadang semua masalah-
masalahmu.
Namun , ku pastikan , kau takkan pernah sendirian.
Dan untuk segala do'a di sepertiga malamku , ku pastikan , namamu adalah pintaku dihadapan
Tuhan.
TAK APA
Aku melihatmu di sana;
Kau tertawa;
Atau kau merasa terlalu lama menahan dan mulai mempertanyakan berapa harga
sebuah pelukan?
atau kau telah berjuang untuk tidak mundur namun malah dilempar hina pada titik
kelam?
Tak apa. Dunia hanya sedang tidak paham.
Atau kau telah berusaha sekuat nurani namun yang kaudapat hanyalah tusukan
yang mengarah tepat ke ulu hati?
atau kau rela memaksakan tawa hanya untuk membuat sepi tidak terasa
menakutkan sekali?
Kau adalah hujan Jatuh di hatiku dan aku tidak bisa menghindarinya
Aku luruh dalam derasmu
Aku damai dalam sejukmu
Aku adalah hati yang penuh dengan luka
Kau membasuhnya hingga tiada
Aku adalah jiwa yang tercipta penuh dengan derita
Kau menepisnya hingga membuatku lupa
Kau memutar balik realita hingga aku percaya pada akhirnya
Lihatlah Manisku..
Awan berkumpul menyaksikanmu dengan wajah yang tersipu malu
Wahai Manisku..
Suatu hari nanti Aku akan melepas bumi dan menyongsong langit
Sebelum itu terjadi Aku ingin kehadiranku ber arti
SETANGKAI RASA
Terkadang rasa tak sopan berpendar
Entah karna senyuman elok yang terbias atau karna imaji yang menjadi jadi
Bagaimana semua ini bisa menjadi?
Tak ada yang mengerti
TAMAN-TAMAN CINTA
“wahai yang bersemayam di dalam rasa dan diriku
engkau jauh dari penglihatan dan pandangan
engkau adalah ruhku jika aku tak memandangmu
dia lebih dekat denganku dari segala pendekatan”
Ya RABBI…..
PEREMPUAN ITU
Di sela-sela jemari malam
atau pada bibir rembulan yang kian suram
Saya menatap lebih jauh dari biasanya
Tersesat lebih jauh dari semestinya
Jauh...
Jauh...
Dan tak ada yang menetes tangis..
Pergi...
Sendiri...
Menyulam benci di atas hati yang miris..
Hai , Nona...
Saya Zhafir K Akalanka.
IDENTITAS.
Aku membias perlahan memudar.
Angin berhembus menyapu bilur.
Luka yang tertancap masih melekat.
Sesakkan dada menghisap asa.
Maka Nyonya ,
biar kata kita telah berbeda dunia ,
sudi-lah sekiranya untuk sekedar membuka telinga ,
agar kemudian juang saya tidak sia-sia
dan hati saya tidak lagi tersenyum setengah muka.
Apa kabar engkau disana duhai pemilik mata sayu mustika lukisan hati saya?
Adakah air mata yang mesti saya seka?
Adakah peluh yang mesti saya basuh?
Adakah luka yang mesti saya kecup dengan penuh mesra?
Atau
Adakah lelah yang sudah barang tentu pasti akan saya izinkan untuk rebah?
Senja ini , saya ingin bercerita kepada Nyonya , tentang rindu saya yang nakal tiada dua,
Tentang layur lara seorang anak manusia yang kehilangan timurnya,
Atau tentang rupa sewujud nyawa yang pernah kita bentuk atas cinta dan percaya.
Kemarin , saat Nyonya tertidur di malam sepertiga , diam-diam rindu saya terbang mengecup kening
Nyonya , membelai mesra jelita wajah Nyonya , dan melukisnya pada langit semesta dengan pena
milik hati saya.
Saat fajar tiba , gemetar hebat saya dimarahi hati saya tentang pena yang mana saya tahu tintanya
hilang kemana.
Jadi-lah hati saya tak bisa lagi melukis seorang-pun wanita.
Duh.
MENGAPUNG
Detak detik waktu melambai tangan
Termangu saya pada ketiadaan
Timang-timang mesra memelihara sebuah nama
Yang entah hatinya sedang tertuju pada siapa.
Maju mundur pula jadinya langkah dikau Nyonya
Hilang tak bisa , ada pun tak nampak rupa
Mustahil cinta saya men-derita-kan Nyonya
Tiada-lah katak melahirkan ular.
Tapi , Nyonya...
TEMU
Aku tak memaksa rindu tuk bersua , tuk merebah di suatu tempat milikmu , tuk merangkai
kalimat yang teruntai padamu.
Jika kau yang merasa dituju , itu kehendak lain.
Kau bisa belajar dari angin , ia berhembus tak pandang siapa ,kapan atau bagaimana.
Menelisik masuk jauh kedalam indera, menyusuri rongga-rongga hingga menembus
seonggok daging yang bernama hati.
Sungguh , bukan suatu kebetulan jika akhirnya aku melihatmu ,hingga menarik bahtera
pencarianku untuk berlabuh. Bukankah sebelum ini kita adalah orang asing?
Dan jika akhirnya kau menjadi pernjanjian antara aku dengan Tuhan , tentu itu bukan suatu
kekeliruan.
Usahlah bibirmu berucap "mengapa" , karna pasti "entah"yang akan menggema di
telingamu.
Sejujurnya ini bukan mengenai pertanyaan yang tak kunjung melahirkan pernyataan.
Jauh lebih dari itu, sesuatu yang tak akan mampu di-logika-kan oleh nalar.
Ku yakin Ibu dan Ayahmu tak pernah terfikir untuk melahirkan seorang bidadari pengeja rasa
, sebuah magnet yang membuatku melekat erat pada binarnya , semakin erat hingga akhirnya
aku menyerah dalam dekapnya.
Aku tahu aku tidak terlalu mengenalmu , begitupun dirimu.
Namun Tuhan mengetahui pasti siapa kita dan untuk apa kita tercipta.
Jika bukan untuk saling melengkapi , lantas apa alasan Tuhan mempertemukan dua aksara?
Beberapa hal memang tak bisa dipaksakan , namun banyak hal bisa di upayakan.
Mengapa kau gemar memvonis dirimu sebuah do'a yang terombang-ambing?
Semua aksaramu menyudutkanku mengiba rasa sedemikian rupa.
Berhentilah , kau bukan nama yang kesepian.
Berbaliklah , ribuan do'a menyebut namamu , dan yang berada di garis paling depan adalah
kata kedua yang kau baca setelah judul.
Jika kau telah sadar , buatlah angan dan hati ini bergetar lagi dari kematian karna harapan.
Kau benar , tak ada temu yang dipercepat atau diperlama. Ia menunggu dalam kesetiaan
penantian yang berpangan ketulusan.
Sampai berjumpa di pertemuan itu.
Bogor , 2 Februari , 2017
SELAMANYA
Sejuta syair telah termaktub , namun rahangmu tetap saja tertutup.
Hening..
Tak bergeming..
Kau...
Benar-benar wanita...
Yang pandai mengemudi rasa...
selamanya.
SERDADU SEMESTA
Kita sampai pada hari ini
Mencoba tetap berdiri menyongsong mentari
Beberapa dari kita ada yang mati
Terbunuh waktu yang enggan berhenti.
Sedari gelap mencekam , hingga cahaya membakar malam , ia tetap setia berpangku kaki dalam
diam.
Lingkar matanya redup , namun tak pernah benar-benar tertutup.
Sabtu , 21 April
SADAR YANG TERLUPA
Kertas itu kosong.
Gelisah ini penuh.
Begitupun harapan.
Atau mungkin kau memang bahagia yang tak akan sanggup aku rasa.
10 Maret
PULANG
Saya pernah menari-nari di atas lantai kebodohan yang megah beratapkan dosa ,
Tertawa buta bertingkah semaunya, seolah bumi tiada pernah ada pemiliknya.
Berbangga diri mengais dosa yang selalu saya anggap kenikmatan tiada tara ,
Hingga urat sadar saya terputus menjuntai diantara bayang-bayang neraka.
Kepalsuan yang saya pelihara , atau kekosongan arah yang tiada pernah sudi saya raba ,
Telah menyeret saya hina ke tepian bimbang antara logika , rasa dan agama.
Saya terdampar penuh luka lantaran dibunuh tanya , yang kokoh menjulang tak terlampaui
mata.
Tentang apa-apa yang membuat saya sedemikian hampa, merenungi hidup manusia yang tak
satu kepala-pun tahu tujuannya.
Di puncak kegelapan mata , saya melihat cahaya kecil yang sedikit malu-malu untuk
menyapa ,
Yang indah berbinar tatkala saya kidungkan sembilan puluh sembilan Nama kepunyaan Yang
Maha Esa.
Ia sesekali tersenyum menggemaskan , Seolah mengajak saya berjalan , menapaki kerasnya
hati pada lembutnya Kasih sayang Tuhan.
Waktu-pun diam.
Pelita berbinar di langit temaram.
Kelam menjelma tenteram.
Gelora bimbang padam.
dan saya tersungkur menangis sangat dalam pada pelukan islam.
Tapi..
Celaka-lah saya bila di SisiNya tak ada lagi ruang untuk manusia khilaf yang ber-sandalkan
bimbang , yang pernah mengambang remang-remang berpeluh kesah menyulam langkah
demi mencari jalan pulang , Jalan pulang yang ber-Tuhankan Ar-Rahmaan dan ber-pintukan
ampunan untuk kesalahan yang jumlahnya tiada sanggup saya lukiskan.
Maka...
atau biar-lah saya binasa ,
Terkubur hina membawa segenggam percaya ,
Bahwa kasih sayang Engkau , melebihi segala murka.
Duhai Allah
Di bawah NamaMu, do’a mencapai palung.
Di atas JalanMu , saya inginkan pulang.
Bogor , 09/Juni/2018
(25 Ramadhan)
ASMARA LARA
Sepucuk saja padahal rasanya cukup
Usah-lah Nyonya tebar menyeluruh untuk hasrat yang telah bergemuruh
Nanti Nyonya lelah
Nanti Saya patah
Tapi kemudian malah Nyonya ludahi saya dengan acuh seolah saya bukan manusia
Seolah saya kebal akan luka
Seolah suara saya tak akan habis oleh jerit angkara
Seolah saya memiliki dua nyawa
Seolah saya binatang hina yang tak sudi Nyonya raba.
Bogor ,
21 May 2018