Penerjemah:
Usman Arrumy
Apakah besok aku akan menemuimu? Betapa takut hatiku pada hari esok
Betapa kerinduan telah membakarku dalam penantianku atas perjanjian
Betapa aku takut akan hari esokku, dan betapa aku berharap untuk dapat berdekatan
Aku ingin mendekatinya tapi kini mengapa aku takut akan hal itu?
Dan kebahagiaan memancar padaku ketika ia menyepakatinya.
Begitulah aku dapat membawa kehidupan atas kebahagiaan dan penderitaan
Jiwa dan hati meleleh begitu disentuh oleh cintaku!
Datanglah atau tidak sama sekali—atau lakukan semaumu asal dengan hatiku
O, malam.. mereka menjadikanmu terasa singkat ketika mereka bahagia dan bersuka-cita
Setelah malam berlangsung, matahari melemparkan cahaya kepada mereka
Dan mereka bertanya kepadamu: “O, Malam.. kapan kau kembali hadir?”
O, malam.. orang-orang berkata di hatinya
Sambil memainkan “Arghoul”, O, malam.. (Arghoul: sejenis instrumental di Arab, padanan
katanya Mizmar: nyanyian keagamaan dari kitab Zabur)
: “Kita terbit bersama purnama di Lailatul Qodar
Sebab di dalamnya ada Kekasih yang setia menepati janji-Nya’’
Dia berkata: ‘’ O, Malam… kita sama-sama berkata O, malamku.’’
Dan kita semua mengatakan di antara para pecinta itu : ‘’o, malam.’’
Puing-puing
Ibrahim Najy
(Judul asli:)االطالل
O, kekasihku. Apa yang lebih indah dari malam bagi sepasang kekasih
Yang masing-masing merasa kehilangan?
Kita tak merasa bahwa hidup adalah detik atau tahun
Kita hanya merasa bahwa cuma kita saja yang saling mencintai
Kita hidup hanya untuk malam dan cinta
O, kekasih. Cinta adalah kehidupan kita, rumah dan makanan kita
Orang-orang punya dunianya sendiri dan kita juga punya dunia sendiri
Jika mereka mengatakan tentang kerinduannya,
Niscaya mereka akan meleleh dalam api kerinduan
Akankah apinya akan membakar kita?
Bahwa cinta tak pernah melukai siapapun
Taman kehidupan tak menghasilkan apa-apa
Kecuali suka-cita dan kebahagiaan
Marilah kita hidup di mata malam dan memberitahu pada matahari
Untuk tak terbit kecuali setelah satu tahun. Inilah malam cinta yang elok
Di seribu satu malam dalam seluruh kehidupan. Apa yang lebih hidup
Kecuali di malam seperti ini?
O Tuhan…
Tak ada kehidupan ketika kita reguk cawan pahit perpisahan
Bahwa kesedihan tak mengetahui alamat kita, dan tak hadir kepada kita
Bila lilin kebahagiaan tak menyala, niscaya kita tak dapat melihat malam-malam kita
Saat mata kita beradu, aku tahu ada jalan cinta di antara kita
Dan ketika hatiku bertanya padamu,
Tersebutlah bahwa api cintamu pun berbentuk sorga
Aku percaya apa yang dikatakan hatiku
O, Kekasih.
jika kau berada di tempatku
Apa yang hendak kau lakukan?
Tanyalah jiwamu.
Mereka Mengingatkanku
Abdul Wahab Muhammad
O cintaku
Tak sekali pun aku bisa hidup tanpamu
Bahwa hidup ini terlalu singkat
Mengapa kita menyia-nyiakan hidup kita hanya untuk berselisih dan berpisah?
Sementara kita mampu menciptakan dunia yang indah
Dengan kebaikan juga kedekatan
Hidup kita akan senantiasa diperbaharui dengan kasih sayang
Dan cinta akan menggantikan nafas kita
Dan kelak, kita akan hidup lebih indah dari yang silam
Lalu malam
Denting jam telah membangunkan malam
Ada kegetiran di tengah malam
Desah kesakitan, kesendirian, juga kepedihan
Masih saja belum pergi
Bagaimana kau menginginkan kita sebagaimana dulu?
Katakanlah kepada waktu untuk kembali
Dan bawakan aku sebongkah hati yang belum pernah jatuh cinta
Karena ia—bongkah hati tersebut, belum pernah menyakiti atau dirampas
Bagaimana kau dapat memberi faidah, O penyesalan?
Apa yang hendak kau lakukan, O aib?
Malam-malam paling menyakitkan terasa menjadi panjang
Ketika para kekasih itu telah berpisah
Betapa cukup penderitaan dan kesengsaraan
Airmata perpisahan dan airmata pertemuan
Mengapa kau menyalahkan aku? Apa yang harus aku lakukan?
Sudah terlambat. Perjanjian hanya tingal perjanjian
Kemarilah, malam ini kita akan membiarkan cinta mengakhiri seluruh hidup
Kemarilah, malam ini kita akan menghidupkan kerinduan di hati
Jangan biarkan kerinduan kita berlangsung sampai besok
Jangan biarkan kebahagiaan kita berlangsung sampai besok
Seolah-olah inilah malam pertama bagi cinta. Malam ini
O, kau telah memberiku malam yang elok dan kenangan yang indah
Dengan kerinduanmu, harapanku yang sekarat kembali hidup
Kau bersamaku—dalam pikiranku, malam ini dan sepanjang malam
Di tempat ini, kekasih. Berapa kali kita datang,
dan berapa kali malam memeluk kita
Di tempat ini, tempat yang sama
Berapa kali kita melayang di lorong-lorong ini
Di sini, di malam ini, O, Kekasih jiwaku. Di tempat yang sama
Aku datang dengan kerinduan, dengan hati, juga dengan kasih sayang
Aku datang demi menunggumu
Aku datang demi mengharapkanmu
Aku datang dengan memanggul harapan—seturut langkah-langkahmu
Dan manakala kau tidak hadir, aku akan datang sekali lagi, setelah beberapa saat
Aku akan menggandeng tanganmu dan mataku akan memeluk matamu
Dan kita akan hidup semalaman. Dengan seluruh kehidupan yang ada di dunia ini
Demi Matamu
Al-Amir Abdullah Faisol
Ingatlah aku setiap kali burung-burung mengirim kicauan di sarangnya yang bersih
Aku mendengarkan baik-baik sekuntum kembang bercakap dengan hormat dengan manusia
Aku membayangi hari –aku menangisi kepedihan masa tua dan dirimu
--kicau burung, nyanyian, pengembaraan dan menidurkan
Aku mengingat sesuatu yang meluap di pendengaranku,
tiba-tiba arak tergenang dalam hujan airmataku
Hatiku merindukan sesuatu yang bersumber dari panjangnya rintihanku
Maka kasihanilah airmataku, kerinduanku, juga kenanganku
Kenangan menyeberang,
ia terjaga sembari mengembarai khayalanku---
berkilat-kilat sayapnya di malamku
Kenangan membangunkan hatiku dari tidur
dan menutupiku dengan tirai hari tuaku
Bagaimana aku bisa melupakannya
sementara ia masih semayam di dalam hatiku?
Inilah kisah cintaku.