Anda di halaman 1dari 28

PUISI HATI

Biarkan tubuhku bersetubuh dengan angin malam, biar dibalutku dalam

kedinginan

Biarkan telingaku mendengar alunan suara hati, biarku terlena sampai ke

hati.

Kan kujadikan bulan sebagai jala, tuk menjaring bintang-bintang

Membuat yang bertebaran jadi terperangkap

Biar merasakan kekejaman sang dimensi.

Cinta

Kan kujadikan ia laksana tujuh tangga nada, nan indah dan tersusun

sedemikian rupa

Sayang

Kan kujadikan ia suara seruling, biar merdu di tengah belukar yang semilir.

Sukma

Katakan padanya bahwa raga telah lelah.

Raga

Katakan padanya bahwa sukma telah jerah

Menatap rembulan yang takkan pernah tersenyum dengan ramah.+

Biarkan semua kembali

Biarkan puan kembali pada tuannya Biarkan permaisuri kembali pada

rajanya Biarkan tuan puteri kembali pada pangerannya.+

Jangan lagi, jangan biarkan ada lagi Biarkan hitam dan putih membentuk

kelabu
Supaya tak tertebak oleh sang waktu.+

Jangan lagi.

Biarkan minyak dan air juga menyatu seiring sang waktu

Mustahil.

Seperti alkisah yang tak akan pernah berakhir

Biarkan seperti ini.

Aku tak menjauh, atau pun pernah mendekat, tapi aku tetap disini.

Disini.

Ya, di dalam sukma berbalut cinta.

CINTA BUTAMU

Seperti kupu-kupu yang terus terbang, aku juga ingin melihatmu

melayang. Seperti mawar yang kian kembang, aku juga ingin melihat

senyummu mengembang.

Aku hanya tak ingin membuatmu gundah. Lalu pergi dan menambah masalah.

Lihatlah dibalik kelopak mataku, tersirat rindu mendalam menatap

rupamu. Lihatlah dalam hatiku, tersimpan rasa yang tak akan hilang

karena waktu.

Sakit dan senang, aku seperti buta perihal kamu. Mataku tertutup karena

butanya cintamu. Hatiku tertipu karena sayang palsumu.

Semua perihal kamu membuatku mati. Mati semenjak kau tinggal pergi.
KITA
Kita, ya kita. Duduk di kelas yang sama dengan canda juga tawa.

Melihatmu dengannya sungguh membuatku mati rasa.

Tidakkah kau melihat senyuman yang kuberikan padamu saat bersamanya?

Hambar. Pahit. Sakit. Dia tertawa karena dirimu. Dia tersenyum karena

kau.

Dan aku? Aku sakit karena dirimu. Aku meringis karena kau.

Untuk apa? Untuk apa kita duduk bersama, kau buatku tertawa dan lepas

bercerita. Dan pada akhirnya terputus oleh panggilannya.

Kau pergi. Lagi. Meninggalkan aku sendiri dengan tawa yang kau buat.

Menyisakan luka mendalam karena suka. Mendekatkan duka menjadi nyata.

Kata yang tak terucap, cinta yang tak terbalas, kasih tak sampai, apa

lagi namanya ini?

Menjauhnya dirimu, mendekatnya dirinya. Jadikan semua ini jadi memori.

Supaya kulupa dengan tawamu.

Jauhlah sana! Janganlah mendekatkan suka //lalu//pergi meninggalkan luka.

BOSAN
Jika bintang saja mau menemani bulan tuk bersama menerangi malam,
kenapa kamu tidak?

Bulan dan bintang tak dekat, tapi selalu bersama menerangi malam, tapi

kita dekat. Dapat bersua juga saling bicara.

Saat sayang berubah jadi cinta, saat cinta melupakan tuannya. Inilah

saat-saat yang menyesakkan.

Kamu pergi tanpa mengikutsertakan aku. Kamu tak acuh tanpa

mempedulikanku.

Sejenak keterima, sekejap kumenyadarinya. Rasa itu, ya, bosan.

Intinya kamu mulai bosan dengan kisah kasih kita.

Cinta Butuh Jarak


Jika mencintaimu adalah imajinasi, maka biarkan semua itu dalam

pikiranku. Jika mengharapkan kehadiranmu adalah halusinasi, maka biarkan

aku tetap berhalusinasi.

Meski berharap, mengharapkan yang tak ingin diharap, kau akan tetap

melekat. Berharap kau selalu ada di hati juga jiwa ini.

Berharap, jika kau akan kembali suatu saat nanti. Memberikan senyum

yang sama merekahnya, memberikan pelukan yang sama hangatnya. Memberikan

cinta yang sama kekalnya.


Meski waktu menghalang semua, meski jarak melintang di antara cinta,

membuat raga menjauh tak bersua.

Terkadang, kita butuh jarak untuk mengukur seberapa dekat hati kita.

Juga jarak tak diukur oleh kedekatan atau kejauhan fisik, tapi sedekat

mana hati akan tetap di tempatnya.

Rindu
Menenangkan berjuta gejolak yang menggerogoti hati. Tak semudah

mengedipkan mata. Sama halnya melupakan semua kenangan tentang kita.

Semua yang berkelebat semua yang selalu teringat. Tersisip di sela-sela

bilik hati. Terbesit tiap kali menghela napas.

Apakah ini rindu? Rasa ini memanipulasi pikiran untuk selalu mengingat

tiap inci raut wajahmu. Ini membuatku terperangkap dalam jebakan rinduku.

Yang bisa kukatakan, hai mantan, aku merindumu di setiap detak jantungku.

Pengorbanan Untuk Cinta


Ku tak mengerti cinta, yang hanya aku membuat terluka.

Ku tak paham akan sayangmu, yang selalu tak mengindahkanku. Ku selalu

menyanyimu, disetiap waktu.

Ku selalu menginginkan, perhatian dan kasih sayang.

Tapi apa, yang kudapatkan? Penolakan setelah ku berjuang. Hidupku untuk

kamu, membuat tiap detik dalam hidupmu menjadi jalinan kebahagiaan.


Matiku karenamu, membuat lumpuh dan mati rasa karena cinta. Cinta yang

aku perjuangkan hanya untuk kamu, hanya untuk bahagiamu.

Dan kini, semuanya telah berlalu tanpa kenangan indah. Mengalir membawa

sejuta kenangan, menyisakan luka di dalam hati.

Oh kasih, tak pernahkah kamu sadar ini? Hanya aku yang berjuang, hanya

aku telah terkorbankan. Demi cinta yang senantiasa tersenandung di dalam

sukma.

Dan apa pengorbananmu? Perjuanganmu? Untuk diriku? Untuk cintaku? Apa

semua ini hanya untuk dia...?

Gemingkan Saja

Dingin itu menusuk hati.

Kebaikanmu menghujam diri. Kataku jangan,

Katanya ayo,

Katamu mari,

Dan aku hanya bergeming.

Kegemilangan tampak hanya fatamorgana

Yang selalu disabotase oleh elegi senantiasa

Ujung jalan hanya buntuan

Mengharuskan bertolak ke masa depan.


Kuberikan kau musnahkan

Kusenyumkan kau deciskan

Kubintangkan kau gelapkan

Kutarikan kau hentikan.

Dan lagi-lagi aku bungkam, bergeming dalam ironi malam.

JANGAN PERGI

Katakan padaku bahwa ini mimpi. Katakan padaku ini masih belum pagi.

Katakan padaku bahwa esok kau tak akan pergi.

Demi angan kau kejar harapan

Meninggalkan segenap cinta dan kenangan

Kau bilang setia, aku enggan percaya.

Bukan karena meragukan tapi tak ingin melepaskan

Jangan berlari sementara aku masih berdir

Jangan menjauh sementara aku masih tertinggal jauh

Jangan melambaikan tangan sementara aku masih menengadahkan.

Jangan pergi sementara aku masih sulit berdiri sendiri.

TENTANG CINTA
Jika dunia menuntutku memberi alasan untuk mencintaimu,

Maka kan kuberikan dia gemingku.

Dan jika dunia bertanya kenapa aku jatuh di hatimu,

Maka kan kukatakan bahwa kau adalah sebaik-baiknya tempat terjatuh.+

Dan sekarang, jika dunia bertanya kenapa aku di sini sendiri,

Maka kan kujawab bahwa kumenantimu.

Serta jika bumi dan seisinya mengizinkan,

Kan kutegaskan bahwa mencintaimu tidak perlu alasan.

PELABUHAN TERAKHIR

Saat mataku menjelajah, kutemukan dia

Hatiku langsung terpaut, terkunci kuat di senyum manisnya

Aku tak bisa lagi beralih pandang, kurasa sudah dapat apa yang kucari

Dia

Aku ingin memilikinya

Tapi entah kenapa nyaliku ciut, saat akan berhadapan dengannya

Berulangkali kucoba memberanikan diri dan berulangkali aku gagal.

Sungguh, inu bukan perihal sulit tapi tak juga mudah

Padahal kau tak memegang senjata apapun, namun aku takut mendekat

takut pesona cantikmu lagi-lagi menusuk relung terdalam hatiku.

Tapi aku juga takit menjauh, takut kau menghilang, direnggut orang

Sungguh aku jatuh hati, tepat pada pandangan pertama

Dan masalahku? Aku tak mampu mengutarakannya.


/Wahai cinta, meski lama tunggulah aku

Aku relakan kau berkelana ke hati mana yang engkau mau

Tapi jadikanlah hatiku menjadi pelabuhan terakhirmu

Berlabuhlah di sini setelah kau lelah berkelana. Mencari yang menurutmu

yang terbaik, dan di sini aku menantimu.

GELIBAT RASA

Kan kuminta hujan tuk membasahi hati.

Hati yang selalu memuja, menginginkan angan yang tak sampai.

Kan kupanggilkan bintang,

Tuk menerangi gelapnya hati.

Kan kuambil belati,

Tuk membunuh waktu ini.

Waktu yang selalu menciptakan jurang,

Membuat jiwa ini berjengit nyeri.

Di sini aku melihat ragamu,

Di sini aku melihat sambil memujimu,

Di sini aku menangis dalam hatiku,

Dan di sana

Kau tersenyum untuk dia.

Ikatan apa yang membuatku terjerat?

Terbelenggu erat sampai sulit untuk menjerit-jerat.

Rasa apa yang lancang merasuki sukma?

Sehingga menyisakan luka dan air mata.


Luka,

Luka ini tanpa darah dan begitu menyakitkan.

Sakit,

Sakit ini membuatku terlilit dengan jiwa yang makin menyipit.

Duka,

Duka ini membawaku pada nestapa diri.

Memujamu,

Memujamu membuat ku sakit dan tergores luka yang entah apa obatnya.

Pergi, pergilah...

Bawa kepingan hatiku yang telah hancur dalam bungkamku.

Mengertilah,

Mengertilah jika hati ini selalu berseru memujamu yang selalu menampar

hati.

Biarkanlah,

Biarkan hanya aku yang menyimpan dengan kehormatan, hingga akhir nanti.

KAU DAN RINDU


Rindu yang tak kunjung berujung,

Tak tahu kapan harus berhenti

Setiap hari hanya terbendung

Rindu yang tak kunjung berujung

Tak pernah melihat kondisi

Yang ia tahu hanya hasrat hati,yang tak pernah terbalas kembali

Rindu pada siapa aku ini?

Pada manusia itu lagi?


Yang sudah bertahun tak pernah berjumpa lagi

Bahkan sepertinya tak pernah peduli

Rindu yang tak berujung ini,

semakin dalam kunikmati

sedikit rasa sakit sudah tak berarti

Melihat kau bahagia bersamanya saja ku nikmati

walau rasanya ingin mati

Tak bisakah kau kembali lagi?

Tak bisakah kau rasakan rindu ini?

Tak dengarkah kau saat aku memanggilmu?

Di atas tanganku yang menengadah

berharap diijabah.

Melihatmu dari sini

aku tersenyum diiringi sunyi

yang menambah penderitaan ini

Dengan menikmati rasa gejolak dalam hati

entah pertanda apa ini

rinduku yang terobati?

Atau rindu yang perlahan membuatku mati?

Aku merindukanmu, sayang.

Sangat-sangat merindukanmu

Aku juga ingin dicintai,sama sepertimu yang selalu kucintai


Aku, masa lalumu bertahun-tahu lalu

Yang mengecewakanmu dan

melukai hatimu

Namun memaksamu tetap disitu

Atau mungkin disini?

Bersembunyi

entah di ruang apa ini?

Ruang hati?

Bisa jadi.

MIMPI SANG PECINTA

Tidurku ini selalu dikunjungi mimpi,

Hati ini selalu dikunjungi perih,

Otak ini selalu dikunjungi inchi demi inchi wajahmu.

Benci, aku memang benci saat kau pergi.

Kecewa, aku memang kecewa saat kau tak ucapkan selamat tinggal.

Cinta, aku memang cinta tanpa kau menyadari semua itu.

Memang menyakitkan, jika kau pergi ketika belum tahu isi hati ini. Hati

yang selalu memuja dan kini ditinggali.

Adakah sampai rinduku yang tertitip?

Adakah balasan dari cintaku yang terselip?

Adakah kau sadar bahwa aku di sini?


Adakah sadar kau aku ingin mati menahan rasa ini?

Tapi aku tak berani, tak berani jika kau pergi lebih jauh lagi.

Dan aku lebih tak berani lagi, menyimpan lebih lama rasa yang tak

pernah berbalas kembali.

MELEPASMU BAHAGIA

Sesaat kubiarkan angin menyapu kalbu

Sejenak kubiarkan hati menyeru namamu

Sekejap kubiarkan sakit menyerbu diriku.

Tentang kau dan aku,

Tentang cinta yang selalu melukiskan suka,

Tentang cinta yang mengusirkan lara dan air mata.

Tentang bagaimana aku menahan rasa, untuk rela melepas semuanya.

Tak bisa diriku membuatmu tak bahagia.

Berdusta jika kau selalu mencinta.

Merangkulku dengan lara, dan memandang dia dengan cinta.

Aku cinta, hasratku bergejolak untuk memiliki cinta dan ragamu.

Aku sayang, ketulusanku menggebu untuk mempertahanmu bersamaku.

Aku setia, hingga kesetian membunuhku tiada ampun.

Sampai cinta dan air mata menjadi kematian yang selalu menjerat jiwa

ini.
Sekali lagi karena kucinta,

Kucinta senyuman dan tatapanmu untuk dia.

Kucinta belaian dan rangkulanmu kepada dia.

Kucinta, kucinta, kucinta tetapi kau malah menginginkannya.

Aku mencintai, tapi ingin membuatmu bahagia.

Aku menyayangi, tapi ingin melihatmu tersenyum suka.

Dan aku pun rela, melepasmu bersama dia.

Karena aku pun tahu, jika cinta tak menuntut untuk memiliki. Dan cinta,

hanya menuntut hak untuk bahagia.

RETAK

Rasanya baru kemarin kubahagia

Dan sekarang aku menangis

Luka ini tak berdarah, namun perih membunuhku

Ingin rasanya aku mati

Mengubur luka bersama kenangan

Kau berubah,

Kau lancang,

Kau pecundang,

Kau egois.

Rasanya baru kemarin kau berucap cinta, sekarang berucap benci

Rasanya baru kemarin kau mengecup rasa, sekarang malah mendecih

Rasanya baru kemarin kau tersenyum memuja, sekarang memandang jijik.


Kurekatkan kauretakkan

Kusatukan kaupisahkan

Kucintakan kaubencikan.

Kucinta dalam bencimu

Kusetia dalam dustamu

Kugenggam dalam hentakmu.

Dan kini kusadari,

Mungkin kita memang tak untuk bersama.

TENTANG KEPERCAYAAN

Berlalunya waktu menjawab semua tanyaku

Berlarinya hari menampik semua curigaku

Hanyutnya dimensi membuat hati selalu menanggung sesal.

Kan kupecahkan tiap montase tentang dirimu

Kan kuhancurkan tiap pagar yang membatasi semua tentangmu

Kan kuenyahkan semua batas antara kau dan aku

Tapi,

Bagaimana jika kau sendiri yang menghancurkannya?

Sanggupkah aku tetap mempertahankannya?

Tetapkah aku akan menghancurkan batas itu?

Tidak.

Kau dan aku tidak lagi jadi kita.

Sayangku bencimu tak lagi jadi cinta.


Itu aku, bukan anggapmu.

Kau bilang aku tak berhati

Kau bilang aku tak lagi hargai

Kau bilang aku selalu tak peduli

Kau bilang aku menyelingkuhi, tanpa tahu kenyataannya.

Aku masih mencintai,

Tanpa sedikit pun rasa tuk menduakan dirimu yang mutlak menjadi pemilik

hati.

HARUSKAH

Haruskah aku menyalahkan takdir, yang menyuratkan bahwa kau bukan

untukku

Haruskah aku menyalahkan cinta yang telah lancang mencintaimu

Haruskah aku menyalahkan hati karena telah jatuh dalam lubuk pesonamu?

Haruskah kuhancurkan diriku untuk menghilangkan rasa itu?

Sungguh, semua telah melekat. Satu cara untuk menghilangkannya; mati.

Mati bagimu, mati rasaku.

DULU DAN KINI

Hari ini tiga hari yang lalu,kita masih bergandengan tangan,

Hari ini tiga hari yang lalu, kita masih saling melempar gurauan,

Hari ini tiga hari yang lalu, kita masih saling bertatapan,
Hari ini tiga hari yang lalu,kita masih saling mencintai.

Hari ini dua hari yang lalu, kita masih beriringan,

Hari ini dua hari yang lalu, kita masih saling melempar senyuman,

Hari ini dua hari yang lalu, kita masih menyayangi,

Dan hari ini dan waktu ini kau melepaskan tanganku,

Membiarkan aku terlepas tanpa kendali,

Membiarkan yang tersisa menjadi saksi,

Membayangkan halnya kau masih berada di sini.

Hari ini kenyataan telah merenggut hariku bersamamu.

Takdir yang telah menyiksaku sampai ke hati.

Fakta yang bukan lagi sebuah opini.

Tapi ini nyata, bahkan mengerikan dari pada buruknya mimpi.

Kenyataan bahwa kau telah pergi,

Membawa hatiku bersamamu yang takkan pernah kembali,

Menyisipkan rindu di tiap memori,

Meneguhkan hati bahwa kau selalu ada di hati.

Dulu, aku punya raga dan juga hatimu,

Dulu aku punya cinta dan perhatianmu,

Dulu aku punya dirimu.

Kini, aku hanya punya cintaku,

Kini aku hanya punya memori tentangmu,

Kini kutak lagi punya ragamu,


Kini kuhanya bisa melihat batu nisanmu.

PENGHIAS TAKDIRMU

Hari di mana waktunya berbahagia telah tiba,

Hari yang kau nantikan hadirnya telah di depan mata,

Hari yang mana kau impikan telah ada,

Hanya saja kau tak menyadarinya.

Aku tersenyum,

Melihatmu tersenyum di depan kue ulang tahun bersamanya,

Berbahagia asal kau juga bahagia.

Merasa senang jika kau juga merasakannya.

Aku hanya aksesoris, penghias takdir yang tak pasti,

Aku akan pergi dan berlari meninggalkan kenangan,

Aku tak akan kembali sampai aku merasa terkendali,

Aku akan kembali jika kau telah benar-benar lupa.

Aku, sang aksesoris takdirmu.

Kan selalu menghiasi setiap angan dan harapanmu,

Menyisipkan doa di sela detak jantungmu,

Menenggelamkan angan dalam kedipan matamu.

Dan kau yang pernah ada,

Tetaplah ada walau bukan untuk aku dan hatiku.


BAHAGIAKU ADALAH KAMU

Aku teringat saat kau tersenyum,

Aku teringat saat kau tertawa,

Aku teringat saat kau menari di depanku,

Aku teringat kau bernyanyi dengan merdu.

Aku ingat semua tentang kamu,

Hanya kamu yang selalu menyematkan rindu,

Aku ingat dengan kamu yang membawa bahagiaku,

Aku ingat kaulah alasanku kembali merasakan rindu.

/Aku selalu beranggapan akulah yang beruntung,

/Mendoakanmu selalu ada disisiku,

/Berharap kau akan selalu berbahagia,/

/Berharap kau akan selalu menggenggam tanganku,/

/Biar nanti takkan tersesat ke lain hati./

DENGAN ATAU TANPAMU

/Kemerahan langit mengantar pada malam yang sendu/

/Membawa hujan dan badai setelahnya/

/Gelap gempita yang aku rasa/

/Tanpa cinta dan air mata./+

/Dingin, menusuk kulit sampai ke tulang/

/Membuat tubuh rasa terkekang/

/Padahal ini hanya rasa yang tak kunjung berbalas pandang./+

/Kelabu, /
/Seperti hati yang tak lagi diwarnai/

/Aku hanya tahu tentang diriku/

/Tanpa kamu dan juga cintamu/

/Aku hanya tahu bahwa hidupku/

/Sangat bahagia tanpa hadirmu./+

/Kungkungan yang terlepas/

/Hingga kukepakkan sayap sampai membentang/

/Kubiarkan terbang sampai ke awan/

/Kukatakan pada dunia aku sedang bersenang./+

/Hidupku berjalan,/

/Dengan atau tanpa ada dirimu/

/Cintaku tetap bertahan,/

/Meski tak teruntuk lagi padamu/

/Senyumku tetap mengembang,/

/Tanpa kamu buatku bersuka ria/+

/Dan aku tetap senang,/

/Tanpa kamu yang selalu jadi bayangan dalam sinarku./

GADIS ITU

/Aku senang melihatmu tersenyum/

/Untuk hal kecil yang bahkan tak kusadari/

/Aku senang melihatmu tertawa/

/Menghilangkan duka yang membalut jiwa./+


/Ketegaran yang membuatku luluh/

/Kerasnya pondasi hati seperti batu karang/

/Terhempas ombak dan tetap bertahan/

/Memberikan harapan agar tetap menjalani kerasnya kehidupan./+

/Aku kagum kau tidak peduli/

/Dengan hinaan yang silih berganti/

/Dengan cacian menyayat diri/

/Namun kau tetap mantapkan hati/

/Untuk bersorak pada dunia, bahwa kau adalah gadis berhati besi./+

/Tak habis pikirku melihat cintamu/

/Yang tak lekang walau waktu silih berganti/

/Kau bilang, itu abadi/

/Tanpa memudar, tapi tetap bersemi./+

BERJUANG DALAM HARAP

Kala itu ia berlari/

/Menyusuri tiap sisi persada ini/

/Saat itu ia terisak sendu/

/Menatap hamparan lautan yang kelabu/

/Ketika itu ia tenggelam/

/Terbenam dalam angan dan harapan/+

/Menggapai ia tak sampai/

/Tak bisa karena tak piawai/

/Memahami tapi tak kunjung mengerti/


/Menanam tapi tak menuai./+

/Ia terlilit,/

/Di balik seulas senyuman pahit/

/Tetapi ia tetap mencoba bangkit/

/Walau pusaran gelap makin menyipit./+

/Jemarinya ingin menyeruak/

/Mengoyak langit bertabir perak/

/Kakinya hendak berpijak/

/Menapak di permadani dari merak/

/Sampai ia kembali merangkak/

/Meraung tertegun dalam sejenak./

KUMUARA

Sesaat hanyut biarkanlah/

/Tenggelam terbawa arus/

/Deras terbentur batu/

/Licin berlumut/

/Terkadang tajam dekat/

/Melukai hati nurani./+

/Lenyap di pandangan mata/

/Sedetik muncul/

/Goresan sekujur tubuh/

/Berdarah, patah sana-sini./+


/Keinginan tuk hidup/

/Menggapai, merangkak/

/Harapnya tak pernah redup/+

/Arus menuju sempurna/

/Terus dia raih/

/Walau tak pernah ada/

/Hingga batas yang teraih berakhir./

KENANGAN BERHARGA

Jadikan hari ini istimewa,/

/Biar kukenang saat kau tiada nanti/

/Jadikan waktu ini berharga/

/Biar kuingat saat kurindu nanti/

/Jadikan detik ini penuh cinta/

/Biar kurasa sampai ke sukma./+

/Aku tak meminta apa-apa/

/Hanya sesuatu yang terasa/

/Ada sebuah gejolak yang meletup/

/Menyesak keluar dari hatiku./+

/Ada sebuah kecamuk membuatku resah/

/Supaya jangan meninggalkanmu di saat susah/

/Tapi kau tetap saja membuatku gundah/

/Dengan kepergian yang takkan kembali./


TERBAIK

Saat kurasakan sentuhan angin membelai tubuhku,/

/Kurasa sukma mulai meronta/

/Saat kubayangkan wajah dirimu/

/Kurasa hati kian mengamuk./+

/Kepiluan yang tertinggal,/

/Mengingat dirimu yang selalu menghantuiku./

/Dirimu yang selalu hadir dalam mimpiku,/

/Selalu muncul dalam nyataku,/

/Dan terus meyakinkanku bahwa kau masih mencintaiku./+

/Tapi aku tidak./

/Tidak lagi setelah segala perlakuanmu padaku./

/Tidak lagi setelah hinaan yang terlontar dari bibirmu./

/Tidak lagi setelah berulangkali kau menolakku./

/Mengusir dan mencecarku./+

/Dan kini aku merasa dunia telah terbalik/

/Semesta seakan membuktikan,/

/Siapa yang harus menolak dan ditolak?/

/Maafmu menguap dalam dinginnya pagi/

/Sesalmu melesap dalam fananya mimpi./+

/Dan aku hanya bisa mengatakan,/

/Menjauh dan pergi dari hidupku./


TETAP BERSAMAMU

/Hari ini aku tinggal bersama kenangan/

/Tentang dirimu yang tulus mencintaiku/

/Hari ini aku menyimpan segala memori/

/Tentang masa yang telah kita lalui bersama./+

/Aku hanya ingin di sini,/

/Tak mau pergi dan meninggalkanmu sendiri/

/Aku tidak mau pergi,/

/Melepaskan dan menyisakan luka mendalam dalam hatimu./+

/Cukup sudah luka yang telah tergores,/

/Cukup sakit yang telah kaurasakan,/

/Cukup sudah perpisahan yang kian menghantui,/

/Cukup sudah jembatan yang akan tercipta memisahkan hubungan kita./+

/Dulu aku meninggalkanmu/

/Kini tidak lagi./

/Dulu aku membencimu/

/Sekarang tak akan lagi/

/Dulu aku menganggapmu kesialanku/

/Sekarang adalah cintaku./+

/Cinta yang tak ingin kulepas begitu saja/

/Setelah perjuangan mengemis maaf dari dirimu/

/Sampai kau berbaik hati memberiku kesempatan/

/Hingga aku dapat kembali mencintaimu./+


/Tak lagi./

/Tak akan kusia-siakan lagi./

/Tak akan kusia-siakan cintamu lagi./

SADARILAH

/Sorot mata yang selalu kupandangi/

/Tutur kata yang selalu menggema di telinga ini/

/Suara yang menghangatkan hati ini/

/Perlakuan dan kenyamanan ini./

/Rasa ini, rasa yang kulupa kapan mulanya/

/Kagum ini, mencuat ketika kau tersenyum ke arahku/

/Cinta ini, hadir disaat aku benar-benar tak sadar./+

/Bahwa kau memikatku/

/Bahwa kau yang menjebakku/

/Bahwa kau yang membawaku/

/Bahwa kau yang mendorongku, dalam lubuk pesonamu./+

/Katakan,/

/Bagaimana aku menghilangkannya?/

/Bagaimana aku bisa menyadarinya?/

/Bahwa senyummu, tawamu, bahagiamu, bukan untukku./

/Kapan aku bisa menyadari bahwa aku bukan siapa-siapa bagimu?/+

/Nyatanya, aku tidak bisa./

/Kau yang bersalah./


/Aku hanya mengikuti kata hati./

/Yang mana berkata, bahwa bahagiamu ditakdirkan untukku./

CUAP CUAP

Aku cuma mau bilang, mohon maaf lahir dan bathin buat kalian semua para

/readers/-ku tersayang. Yang sangat setia membaca, /vote/, apalagi

komen-komen. Percaya atau enggak komen kalian semua aku baca dan bikin

senyum-senyum najis kek gitu. +

Ga nyangka udah 100k lebih, padahal waktu itu cuma coba-coba terus

ketagihan deh (kok kek narkoba ya?) Makasih untuk support kalian selama

ini, dan jangan lupa aku masih bersenang hati menerima karya kalian di

kumpulan puisi abal-ku ini.+

Sekali lagi, mohon maaf apabila ada kata-kata aku yang menyinggung

perasaan kalian, sengaja atau tidak. Ntar aku mau nanya, kalo ngebaperin

kalian itu termasuk dosa ga sih? Kalo iya, aku minta maaf ya hehe.

Kapan-kapan aku baperin lagi.+

Oke, sekian cuap-cuap ga penting dari aku yang sudah menyita beberapa

menit berharga kalian.+

Selama menunaikan ibadah puasa bagi saudara-saudariku yang

menjalankannya. Semoga puasanya lancar dan penuh. Ga pake bolong-bolong

ya. Emang anak ESDE apa?

+
Haha makin panjang, sekian, makasih, dan /bye/.

Anda mungkin juga menyukai