Anda di halaman 1dari 72

 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 1

Fina Af’idatussofa – Upik Lestari


(Fi – U)

mempersembahkan

Sebatas Angan Rindu


 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 2

Judul Buku
SEBATAS ANGAN RINDU
Bukan Cinta Biasa

Penulis
Fina Af’idatussofa
&
Upik Lestari

Lay Out
Bahruddin

Desain Sampul
Fina Af’idatussofa & Bahruddin

Penerbit
Pustaka Millennials QT

Cetakan I, Nopember 2006

(buku format pdf ; cover, foto, layout, created by :


doniriadi@yahoo.com with permission from the writers ©2008)
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 3

Ucapan Terima Kasih

Teruntuk Allah SWT yang selalu menemani dan


membantu kami.
Teruntuk Orang Tua kami yang selalu menyayangi
kami.
Teruntuk guru-guru kami
Teruntuk teman-teman semuanya
Thanks All ...
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 4

Sebatas Angan

Dalam rasa yang tak kuketahui hadirnya


Di setiap tepi yang penuh rona sendu
Meredam tiap emosi yang mengalun dalam nafas ini
Sebuah luka masih mengalir
dalam renungan jiwa
Kuhirup dalam-dalam tiap perih
yang tak seharusnya kurasakan
Sentuhan rindu masih membekas tajam
di antara gundahku
Masih kucoba untuk meredam rasaku
Menahan asaku atasmu
Mungkin, kau tak biarkan aku untuk selalu menantimu,
Keterpurukanku dalam angan-angan,
sungguh tak kau ketahui
Lelah hatiku, sungguh semuanya
terasa letih
Aku menanti sesuatu yang tak pasti
Jika memang bisa,
Kukan alihkan hati ini untuk yang lain,
Tapi, hatiku begitu sulit tuk lepas
dari penantianku untukmu
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 5

Biar kutahu, kau memiliki seseorang lain di hatimu


Ingin sekali kunyatakan
semua rasa ini lewat senyumku.
Tapi kutahu, kau pasti sulit untuk mengartikannya.
Sebenarnya, ingin kukubur dalam-dalam tiap rasa ini.
Ingin sekali kubuang jauh-jauh agar tak ada yang tahu.
Tapi, kenapa begitu sulit ?
Kenapa semuanya terasa makin membekas ?
Kau telah mengetukku, lebih keras
hingga mengenai dasar batinku
Tapi kuselami semua ini tuk jadi sebatas angan
dan khayalku.
Yang kubiarkan adanya tanpa
memaksakan hati tuk memilikimu.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 6

Siang Itu

Siang telah membisu,


Kuterka hadirmu di sela waktuku.
Detak jam mengalun lambat tak senada
dengan detak jantungku.
Arah waktu mengalun tak sejalan dengan pola pikirku.
Siang itu,
Aku sendiri dalam penantian kelabu.
Menukik tiap kata yang menerka tiap lambaian hati.
Jauh dari pandangan, kau datang menemani
sepiku.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 7

Hanya Sebuah Nama

Dalam sekejab waktu,


kuberhasil memahat sebuah nama di dasar hatiku.
Lantas, kubiarkan bersemi lebih dalam di relung jiwaku.
Merekah tanpa ada mentari yang menyinarinya.
Hingar kudiperdengarkan seruan namanya.
Sekedar berbisik ditengah-tengah
lamunan tiada kata.
Seketika, kurasakan namanya begitu lekat dibenakku
Terdiam kurasakan getirnya waktu
mengawali sebuah ingatan.
Menerka tiap ujung batin yang kunjung mencair.
Seakan kurasakan untaian nama itu
berkerumun memenuhi denyut nadiku.
Merengkuh tiap rasa dalam penuh pesona kasih.
Sambut alunan tawa merekah dalam satu nada.
Kemudian, mulai menafsirkan tiap nama
yang hadir dihatiku.
Diantara huruf-huruf yang bergeliat di benakku.
Kurangkai tuk jadikan nama terindah penuh arti.
Mengejutkan tiap seruan atas nama terindah dari jiwa.
Lantas, berbalik menemukan selembar rahasia
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 8

dalam tiap penggalan huruf yang telah terangkai


menjadi sebuah nama.
Ya...kutegaskan sekali lagi.
Sebuah nama, hanya sebuah nama.
Yang berabad-abad singgah di hati,
membekas dan tak mau pergi.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 9

Kesan Pertama

Entah apa yang terjadi padaku,


Begitu sulitnya melupakan bayangmu
Tertegunkah hatiku sejak pertemuan itu ?
Aku tak tahu,
Benar-benar sulit tuk kumengerti.
Hari itu merupakan hari yang paling sulit kupahami.
Ketika jantungku serasa berhenti sejenak,
Ketika hatiku serasa luluh.
Ketika nafasku tiba-tiba terdiam
Saat itulah kurasakan kesan pertama pada dirimu.
Begitu kuperhatikan tiap kata yang kau ucap.
Begitu yakinnya diriku akan datangnya rasa itu
Lantas, haruskah kuungkap rasa itu padamu ?
TIDAK !!!
Aku sungguh malu dengan adanya rasa ini
Aku tak mau kau tahu,
Beiarkan rasa ini terpendam
Aku tak mau tunjukkan rasa ini,
Biarkan indahnya tetap kurasakan,
Tanpa kau ketahui.
Semenjak kehadiranmu,
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 10

kurasakan hari-hariku lebih ceria.


Kobar semangat pada jiwaku semakin terlihat nyata.
Tapi tetap saja, bayangmu selalu mengusikku.
Ingin rasanya kusempatkan waktuku
Untuk bertemu denganmu, setiap hari.
Walau hanya sekedar melepas rindu,
atau meredakan perasaanku.
Tapi sampai sat ini, aku tak tahu
akan rasa yang kau mililki untukku.
Apa kau juga memiliki rasa yang sama terhadapku ??
Entahlah ...

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 11

Siapakah Dirimu ?

Hanya ada seulas senyum


Kibidik dirimu dari tatapan mataku
Mengalir menembus logikaku
Kemudian mengalir dari hatiku
Kau ...
Siapakah dirimu yang hendak terukir di hatiku ?
Siapakah dirimu yang hendak membuat keindahan
dalam hidupku ?
Siapa dirimu yang mungkin kan bisa membuatku
selalu menangis ?
Siapakah dirimu yang siap untuk memasuki hidupku ?
Siapakah dirimu yang siap menerimaku ?
Dari hati dan dari logika ?

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 12

Suara Hati

Aku kembali melangkah dari arah diam


Membisikkan seulas kata yang hanya mampu dirasa.
Logikaku berontak untuk tak lagi mendengar
kata-kata palsu yang nyaris tak bermakna
Entahlah ... aku merasa tenggelam
dalam sesuatu yang kelabu
Tenggelam dalam sesuatu tanpa kepastian
Aku khilaf, Aku tak berdaya,
Aku lunglai, Aku menyesal ...
Haruskah kuulang semuanya ?
Yah, semuanya, tanpa terkecuali
Aku tak mau lagi tenggelam dalam bidikan atas
kekalutan yang tak kunjung reda.
Aku ingin tenang,
merasakan kedamaian dalam hidup,
merasakan hal terindah
dalam tiap episode perjalananku ...
Hidup...
Sulit memaknai tiap jengkal
langkah perjalanan yang kuambah.
Meniti tiap mimpi dengan penuh khayalan dan cita-cita.
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 13

Aku ingin diam, mencoba memaknai kehidupan


dengan seindah-indahnya.
Aku ingin berikan yang terbaik untuk semuanya
sebelum aku benar-benar pergi….

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 14

Walau Sebatas Rasa

Kini semua baru kumengerti


Kau sama sekali tak memilihku
Kini, kupahami semua tentang perasaanmu
Bukan aku yang menjadi dambaanmu
Seutuhnya kuresapi tiap pahaman hati.
Lantas bersama bayang-bayang,
Kurasakan dekatnya khayalku
Ketika semua hanyut dalam pandangan matamu
Aku hanya berhenti berkabung
Kemudian, diam-diam menelusuri tiap sudut hatimu
Mencoba mencari tiap apa yang menjadi asamu
Lantas kutemukan serpihan hatimu
Ternyata memang, hanya dirinya
yang sanggup mengerti dirimu
Hanya dirinya yang tahu
tentang apa yang menjadi harapmu
Tapi haruskah kau sakiti aku ?
Secepat inikah kau hancurkah hati?
Sedikitpun, tak kah kau pahami diriku ?
Begitu pahit kutelan tiap kata-kata sadismu.
Begitu getir kurasakan sorot matamu
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 15

yang tak kuinginkan kehadirannya


Aku juga manusia normal,
Yang juga mampu menilai kedalaman rasamu
terhadapnya
Kusadari betul bahwa dialah yang terbaik untukmu
Tapi, aku hanya berharap
Agar kau benarr-benar mengerti dan memahami
rasa yang ku miliki
Sebatas memberikan sedikit perhatianmu
Hingga kau bisa lebih menghargaiku
Walau sekedar menjadi seorang ”TEMAN”

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 16

Teruntuk Sepenggal Hati

Ketika sebuah pintu diam-diam terbuka


Kusandarkan lentera hati dalam berkas cahaya nyata
Jika ruang semu hadirkan kemebutan penuh rasa,
Pantaskah aku duduk di sini, menikmati keceriaan,
tanpa kehadiranmu?
Hari ini, relung rahasia di dalam batinku
masih membekas namamu.
Sulit bagiku untuk menghapus tiap penggal huruf
pada untaian nama sederhana yang kau miliki.
Kutahan habis gelora rindu yang membias
dalam anganku
Kusimpan dalam-dalam rahasia hati
yang tak boleh terungkap
Biar bayangmu telah pudar dibenakku,
Tapi rangkaian namamu masih sangat jelas tergores
di batin dan jiwaku.
Entah untuk yang kesekian kalinya, aku berusaha
melupakanmu.
Tapi, kehadiranmu tak pernah henti mengusikku.
Aku tak mau menyayangimu, sungguh aku sangat
membencimu.
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 17

Kenapa harus kau yang tega mengambil hatiku ?


Yang telah berlalu, memang semestinya tak untuk
diingat.
Tapi semuanya semakin jelas dan terlihat makin
membekas.
Aku tak sudi menangisimu, aku benar-benar tak pernah
mau merelakan hatiku untukmu.
Tapi, semua hingar berbisik,
Semua dugaan meraung-raung di hatiku
Semua rasa meronta-ronta di tiap nafasku
Kenapa aku masih menyayangimu ?

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 18

Saksi Hati

Kupetik satu-persatu dawai di gitarku


Mencoba mendalami tiap nada yang tersentuh
di tiap melodinya.
Dengan hati yang tenang, kucoba melantunkan
tiap nyanyian-nyanyian hatiku.
Begitu sendu, begitu syahdu, dan begitu indah.
Tapi, tiba-tiba, aku terdiam.
Kurasakan bayangmu melintas dalam anganku
Kupejamkan mataku dan berusaha mengusirnya
Tapi, kau malah tersenyum seindah mungkin
dalam anganku.
Kutarik gitarku dan kembali kupersembahkan
sebuah melody,
Kali ini, kunyanyikan melodi untukmu.
Biar bisik hati kecilku yang menyapamu dari jauh,
Menyelami tiap nafasmu, dimanapun kau berada.
Biarlah gitar ini yang menjadi saksi,
Akan adanya rasa yang kini singgah di hatiku.
Hanya khyalanku kah semua ini?
Kuharap begitu ...
Sekalipun, aku tak mau terlalu dalam
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 19

menyelami rasa ini,


Sungguh... aku hanya ingin biarkan hatiku
merasakannya,
Entah sesaat, entah sampai kapan.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 20

Mengertilah Diriku

Haruskah kembali kugoreskan selembar kasih


untukmu?
Tiadakah sedikit hatimu terpaut untukku?
Kau ...
Kau yang selalu ada dalam celah pikirku,
Kau yang selalu mengusik keberadaanku,
Kau yang selalu hadir ditiap mimpiku,
Kau yang telah hadir dalam hidupku,
Tapi kenapa ?
Kau tak pernah menghiraukanku
Kau tak pernah tahu tentang hatiku
Kau, kau, dan kau ...
Kuingin dirimu bahagiakan hatiku
Biarpun sekedar dengan senyummu
Atau sekedar dengan kata-katamu.
Jangan biarkan aku meredam sakit hati karena kau
Jangan biarkan aku sedih karena kau
Karena kutahu, kau juga tahu tentang perasaanku
Terlalu sulit aku mengerti dirimu
Terlalu sulit tuk dapatkan hatimu
Tapi sekali lagi, aku memintamu,
Pahami perasaanku.
[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 21

Bergeming diantara Rindu

Sungguh indah malam ini,


Ketika kusapa bintang menari diperaduan malam,
Di tengah-tengah lelapan insan,
langit setia menjadi selimutnya.
Ketika galau rindu mulai merasuk,
Ketika itu pula tidurku kembali terusik olehmu.
Begitu sulit kukatupkan kelopak mataku,
Untuk sekedar berkelana di alam bawah sadar.
Tapi, sekali lagi, kau datang dan menggangu tidurku.
Kugerakkan jemariku agar tak enggan untuk kembali
menggoreskan pena.
Tepat di atas kertas putih tak berdosa itu,
Penaku pelan-pelan menari.
Tiap kata berusaha terungkap.
Rahasia hatiku mulai mengalir di setiap goresan.
Segala indahnya berusaha kutuangkan di dalamnya.
Ini kegiatan rutinku sebelum kuterbawa di alam mimpi.
Mungkin hanya ini yang bisa kulakukan
untukbmeredam rinduku.
Kau ...
Entah untuk kesekian kalinya namamu terukir
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 22

di atas kertas putih milikku,


Entah untuk yang keberapa kalinya kau selalu melintas
di setiap kesibukanku.
Jika angin bisa bicara, dia akan lantang
memberitahukanmu akan perasaanku,
Jika langit mampu membawakan senyum,
Kukan memintanya untuk selalu tesenyum
mengganti senyumku.
Jika bintang mampu bernyanyi dengan merdu,
Kukan memintanya untuk selalu bersenandung
tuk temani tidur lelapmu.
Jika bulan mampu berpijar, kukan memintanya
untuk terangi malammu.
Tapi, biarpun angin bisa bicara,
Biarpun langit mampu tersenyum,
Biarpun bintang mampu bernyanyi,
Biarpun bulan mampu berpijar,
Aku tetap seperti ini,
Tak berani mengungkap perasaanku di depanmu.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 23

Keangkuhan Jiwa Penuh Luka

Kutorehkan biasan batin di goresan pena


pada selembar kertas biru
Seberkas pandang menyatu bersama lirik suara
memerdu rindu
Di dalam cakra lirikan mata yang tak kuasa
menahan sorot kepiluan.
Seakan hampa oleh tangisan yang tiada terpekik suara
Laksana petir bertalu menggantikan cahaya mentari
Dahsyatnya ketukan rasa yang teramat dalam
menggores di jiwa
Seakan tiada lagi yang bisa mengintai dasar hati
yang penuh luka
Semua serba tak bisa dimengerti
Laut membisu menatap pilu paras
yang seharusnya bahagia
Bersama ombaknya yang hanya mendesau pelan
mengiringi kegetiranku
Mentari enggan tersenyum walau hanya seberkas
dalam satu pandang
Seperti ada gertakan penuh berontak
di celah awan yang mulai mendung
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 24

Hamparan hati tiada pernah sanggup berkata


Tiada harapan untuk sekedar merasakan kebahagiaan
Langit sekan ingin bergolak dan menampakkan
sedemikian besarnya peluh laraku
Diam ... kembali kurasakan kehampaan
pada batin yang tak pernah tenang
Diam penuh kegelisahan tak pernah absen
dari relung perasaanku
Kehampaan membayang dalam tiap ingatan yang
membelai sukma
Setiap jengkal langkah seakan penuh kesedihan
Gelap menyeluruh di rongga hatiku,
Sungguh, kuingin datangnya sebuah cahaya itu
Biar sorotnya memancar remang-remang
di celah sudut hatiku
Meski hanya sedikit demi sedikit,
Tapi, biarkan aku menikmati ketenangan
dalam hidupku.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 25

Bahasa Lentera Hati

Pelan-pelan, kucoba tuk buka relung rahasianya


Ketika secercah harap diam-diam tersirat
Kala itu setiap sudut hati hanya mampu terdiam
Menyaksikan kegagahan air mata
yang menerobos celah batin
Dalam penat yang tak terkira
Kucoba memasuki sorotan mimpi diantara khayalku
Berjalan beriringan membawa lentera hati
Untuk sekedar berbagi dan memberikan secercah mimpi
Kuungkap kegalauan jiwa yang tak pasti
Menyalami tiap tepi hatiku dalam hening
dan dalam diamku
Lantas, aku mulai membaca tiap tafsiran kata hatiku
Dalam benakku hanya ada seulas perasaan atas batin
yang tak enggan
Tuk berubah di tiap musim dan tiap masa
Kuterka dan kutelusuri misteri yang mungkin
kurang kumengerti
Sekali lagi kumerangkak tuk mewujudkan anganku, dan
menggapai harapku
Seperti rekahan alam yang selalu temaniku
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 26

Membuka tiap sudut lamunan jiwa


Menemukan celahnya dalam tiap nadi-nadi rindu
Merasakan getarannya dalam tiap nafas kasih
Membentangkan harunya dalam setiap mimpi-mimpi
Kemudian, kupinta rahasianya tuk tafsirkan
bahasa lentera hati.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 27

Semakin Nyata

Langit-langit kamar tersenyum mengiringi senyumku


Lantai kamarku ikut tertawa menyalami tiap ceriaku
Aku bernyanyi-nyanyi kecil sambil kembali menulis
puisi untukmu.
Sepi berkabung, semburat merah jambu meronai hatiku.
Perasaanku kian menjadi-jadi mengingat senyummu.
Dugaan demi dugaan berkecamuk di benakku.
Aku kah yang telah mengisi hatimu ?
Yah ... aku sangat yakin.
Di belantara malam itu lah,
Kukumpulkan serpihan hatiku.
Mencoba mengingat-ingat senyummu.
Anganku melayang-layang tanpa tujuan.
Tatapan lain bintang meluluhkan mata hatiku.
Udara malam kian membidik senyumku.
Kurasakan hangatnya hati yang tengah
memekarkan bunga.
Kulintasi tiap cakrawala yang mengindah
merangkai mimpiku
Teriakan debu-debu kecil kian keras
menyuarakan namamu.
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 28

Kabut-kabut rindu menyeret seruan kata hatiku


Kau semakin mengusikku
Kau semakin sering mendatangi mimpiku.
Namamu semakin dekat di hati.
Kuarahkan hatiku menuju cermin,
Kupandangi seraut wajah sederhana yang kini
penuh senyuman
Binarnya mataku nampakkan sejuta kebahagiaan
Ingin rasanya kutebarkan bunga-binga indah tuk
tampakkan hatiku.
Kembali terbuai dalam khayalan
dalam kerumunan rindu.
Sekali lagi, kuhanya biarkan rasa ini bersemi.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 29

Alunan Luka Hati

Tak kudapati lagi senyum itu


Tak kutemukan lagi ketulusan hatimu
Tak kurasakan lagi keceriaanku semalam
Kini, semuanya hambar, kau telah kecewakanku
Begitu luruhnya aku ketika kutatap dirimu bersamanya
Puisi yang kuberikan padamu, kau serahkan padanya
Senyum indah itu ternyata juga kau berikan untuknya,
Bukan untukku,
Mungknkah, kau beranggapan berbeda ?
Mungkin kau mengira itu adalah puisinya ?
Kejam !!!
Kau sungguh angkuh tuk memaknai kata hatiku
Kurasakan jantungku meledak seketika
Kurasakan gelap menyelinap dalam hatiku
Ingin rasanya aku berteriak, aku ingin berontak
Berbias goresan perih memang tak sanggup
tuk ungkapkan rasa ini
Luka yang teramat dalam membekas penuh
di dasar hatiku
Kenapa harus dia yang ada di hatimu ?
Kenapa bukan diriku ?
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 30

Kurentaskan segala resah dihati


Mencoba mencari tiap relung rahasia
antara kau dan dirinya
Sungguh , aku ingin kau sekedar ahu tentang rasaku ini
Kau yang telah lama menciptakan segala mimpiku
Begitu lama, sampai namamu turut membekas
bersama khayalku
Hadirkan tiap kepingan luka di batinku
Tutut mengalun bersama sepiku
Memadu kisah dalam cara pandang yang sangat berbeda
antara kita
Aku masih tak bisa ungkapkan rasaku,
Maaf jika aku turut menyayangimu.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 31

Sekedar Kata Maaf

Kuselimuti hariku dengan sejuta ketakutan


Seribu peluh menghadirkan dirimu
Selalu hadir menghantuiku
Kucoba merasakan apa yaag kau rasa saat itu
Sakit hati yang teramat sangat meghujam, karenaku.
Sungguh tak kusadari sebelumnya,
betapa kejamnya diriku.
Ketika kusadar, tak ada yang bisa kulakukan
selain mengucap
kata maaf...
Tapi... itu tak cukup tuk gantikan kecewamu
Itu tak cukup tuk gantikan hatimu yang telah
tergores perih.
Itu tak cukup tuk hilangkan kebencianmu...
Apa yang harus kulakukan, sobat ???
Agar kau lebih mengerti, agar kau lebih percaya.
Sudikah dirimu tuk sekedar memberi maaf untukku ?
Sudikah dirimu, tuk sekedar mengangguk
atas maafku untukmu ?
Sudikah dirimu, sobat ???
Harapan demi harapan berusaha kucekal
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 32

dari tatapanmu.
Kucari tiap rahasia pada relung jiwamu.
Untuk melihat dan mengetahui kenapa kau tak mau
memaafkanku,
Seandainya langit dan bumi ini milikku,
Kan kuberikan semuanya untukmu.
Seandainya, bintang-bintang di langit adalah milikku,
Kan kuberikan kepadamu tuk selalu menerangi
keberadaanmu.
Tapi... itu semua milik-Nya,
aku tak berhak atas semua itu.
Sobat...
Sakiti aku, hukum aku, cambuklah diriku.
Jika itu yang kau mau...
Tapi kumohon, maafkan aku...

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 33

Kenapa Harus Diriku

Perasaan, aku tak pernah menebar pesonaku untukmu


Perasaan, aku tak pernah mencari perhatianmu
Tapi kenapa harus aku yang kini singgah dihatimu ?
Tak tahu, isyarat apa yang selalu kau berikan untukku
Ketajaman matamu begitu mudah untuk diterka
Tentang adanya perasaan yang kau miliki terhadapku
Kesantunanmu dan segala perubahanmu begitu
membuat semuanya terpandang lebih nyata.
Entah sejauh mana aku mampu menyusup ke dasar
hatimu
Tapi kutahu, aku tak tahu apa-apa tentang kau
Lantaran perasaan tak sanggup merasa
Lantaran logika tak mampu menerka
Sungguh, aku kurang mengerti tentang tingkahmu
Perhatianmu selama ini,
Pengorbananmu selama ini,
Kebaikanmu selama ini
Aku tak menyadarinya sama sekali, bahwa semua itu
adalah karena adanya perasaan yang benar-benar
terselip di hatimu
Sekali lagi,
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 34

kuucapkan maaf ternyata bukan kau yang kini berada di


hatiku
Bukan kau juga yang telah mencuri penggalan hatiku
Maaf ...

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 35

Salam Akhir

Biasanya, kau selalu hadir ketika kusedih,


Biasanya kau selalu ada ketika kubahagia,
Biasanya kaulah orang pertama diantara orang lain,
yang sanggup mengerti diriku,
Mengenai perhatianmu, mengenai simpaimu,
mengenai kebaikanmu,
Semua masih kuingat dalam celah ingatku.
Ketika kesantunanmu bernar-benar bisa kurasakan,
Ketika lembut tutur katamu mendamaikan hatiku,
Aku masih sangat mengingat jelas semuanya.
Tapi begitu sekejab saja aku memejamkan mata,
Dirimu telah pergi.
Begitu jelas kuingat salam terakhirmu,
Salam perpisahan, entah untuk sekejab
atau untuk selamanya.
Kini, kau telah pergi.
Semuanya seakan menghilang,
Kulewati hari tanpamu, kulewati mimpi tanpa
kehadiranmu,
Seperti ada yang hilang dalam penggal hidupku,
Seperti ada yang telah sirna dari tiap harapku,
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 36

Hatiku terasa hampa tanpa adanya dirimu,


Jiwaku terasa sepi tanpa adanya hadirmu,
Sampai kapan kau akan pergi ?
Sampai kapan celah hati ini akan hampa ?
Sampai kapan ?

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 37

Tinggal Hari Ini

Hari ini, kusuguhkan sepenggal cerita


yang sebenarnya tak bermakna.
Tapi cukup dalam untuk terus dikenang,
sampai kelak kita tak bersama.
Hari ini, kulantunkan sedikit lagu
untuk kebersaman kita.
Yang mungkin akan terkenang atau
hanya sesaat mampu diingat.
Mungkin, hari ini kita masih bisa berbagi cerita,
masih bisa berbagi senyuman,
masih bisa menikmati kebersamaan.
Kita masih sanggup mengutarakan cita-cita bersama,
Juga masih bisa berkarya bersama
Seperti hari-hari yang telah lalu,
Hari ini, kita masih bisa bahagia bersama,
bersedih bersama, tertawa bersama.
Kita juga masih bisa menagis bersama.
Kita masih sanggup melakukan hal-hal terindah
seperti hari kemarin.
Tapi entah di hari esok,
Jika satu diantara kita ada yang pergi,
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 38

atau jika semua meninggalkan kebersamaan ini,


Mungkinkah masih ada hari seindah hari ini ?
Coba renungkan walalu hanya sesaat.
Hanya hari ini yang kan menjadi saksi
atas akhir dari perjuangan kita.
Lantaran esok kita akan kembali berkelana pada
jalan masing-masing.
Esok menjadi hari yang mungkin terlalu sulit
untuk kita jalani.
Sudah kuduga sebelumnya,
sudah kupikirkan sebelumnya.
Bahwa hari itu pasti akan datang.
Dimana kita semua akan kembali
di kehidupan kita masing-masing.
Memiliki persoalan hidup sendiri-sendiri.
Memiliki kesibukan yang berbeda.
Berpisah. Itu lebih tepatnya.
Entah apa lagi yang ingin kuberikan
untuk melepas perpisahan kita.
Mampukah selama ini aku bisa membuat keceriaan ?
Mampukah aku memberikankenangan berharga
di kebersamaan kita ?
Selamat tinggal sobat,
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 39

Waktu yang kita bina selama ini,


sudah cukup membekas di hati.
Kukan selalu mengingat segala cerita tentang
kebersamaan kita.
Tiada puisi terindah yang pantas kuberikan
untuk semuanya.
Tiada kata terindah yang pantas kuucap.
Mungkin dengan senyumku,
kalian akan selalu mengingat akan adanya aku
yang dulu pernah hadir
di kehidupan kalian ”S.E.M.U.A”

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 40

Kuberanjak Remaja

Jalan setapak menuju kebahagiaan


memang tak mudah.
Terlalu sulit bagiku untuk mengerti kehidupan
yang sebenarnya.
Mampukah kuukir cahaya mentari yang akan meronai
hati ini ?
Jika tidak, izinkan tuk meniti bintang
hingga terangnya terpahat di jiwaku.
Alam raya kan tersenyum
seiring dengan hembusan nafasku.
Turut mengikuti ceriaku
meski tak mengerti arah tujuanku.
Pasang surut kuarungi sandiwara nyata di sini.
Kesedihan tak pernah luput di sela kebahagiaan.
Namun, tak kan kubiarkan sedihku membekukan
harapan yang membahana di relung jiwaku.
Tiap jengkal waktu yang kuhayati,
terdapat begitu banyak makna kehidupan yang berpadu
pada garis-garis keikhlasan.
Sketsa kehidupan masih kujalani.
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 41

Kulintasi nuansa indahnya yang kan menghadirkan


kemilau mentari yang bergolak menelusuri imaginasiku.
Hingga pelangi turut mewarnai bias-bias doa
yang tak kunjung padam.
Kini.... kuberanjak remaja.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 42

Bicara Tentang Hati

Batu bata tertata rapi seakan mengharap perdamaian


Menggugah tirai-tirai perjuangan untuk selalu terbuka
Deru pepohonan rancak berbicara lantang
Seruan alam memadu doa penuh keikhlasan.
Selaksa alunan mimpi yang datang menggairahkan
Letih dan lesu berangsur-angsur menggebu
Segunung rahasia tak juga terungkap
Aku hanya pasrah dan penuh harap
Begitu laut terbuka lebar,
melarikan ombak menderu di atas hamparan pasir pekat
Semilir angin menerpa tiap kepingan haru
Merasakan sesak yang semakin meronta-ronta
Aku masih saja merangkak di antara hijau
Masih saja mengais meski di peraduan emas berlian
Sesaat sore mendadak menyentak
Matahari siap mengucap salam akhir
Bintang-bintang mulai mengincar cakrawala langit
Kemudian diam-diam menampakkan diri
meski sedikit malu,
Dan malam kemudian datang,
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 43

Kabut pekat dari arah pegunungan rela membagi


dinginnya.
Tapi api unggun didepanku terus-terusan berontak
Lantaran terlalu sulit tuk mengusir dingin
yang kian menyusup tulang-tulangku
Darahku terasa semakin membeku
Kulit-kulitku makin kaku
Jemariku kembali terkulai
Kemudian mulai membelai-belai derai air mataku
Kesedihan apa lagi yang akan datang di Tanah Airku ?

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 44

Biarkan Dia Tetap Bersinar

Penuh peluh, dirinya terkapar di pinggir jalan.


Sorotan cahaya lampu, remang-remang mengintip
kegelisahannya.
Ia menangis tersedu bersama tangisan tubuh kurusnya.
Bajunya sudah lusuh.
Rambutnya yang ikal tak lagi terurus
Wajahnya begitu sayu
Tragedi dua hari yang lalu telah mrenggut
kedua orang tuanya.
Keluarganya tewas di tangan manusia-manusia
tak berperasaan.
Hartanya terenggut dan tak tersisa.
Hanya baju lusuh dan dekapan boneka kecil
yang masih setia menemani hidupnya, kini.
Ratapan dan rintihan sudah menjadi kegiatan rutinnya.
Sambil sesekali, dia bertengadah meminta ketegaran
dan kekuatan kepada Tuhan.
Berhari-hari dia berada di pinggir jalan.
Tak pernah ada sesuap nasi pun yang mengisi
perut kempisnya.
Gadis itu menjadi sangat tak berdaya.
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 45

Mungkin, tinggal menunggu mati, pikirnya.


Sampai suatu ketika,
Dia tiba-tiba tersontak, melihat seorang kakek yang
sudah membelai rambutnya.
Dia mendongak pelan dan memandang mata kakek
yang sudah hampir kabur.
”K akek,”rengeknya pelan.
Seketika, dia mendekapnya.
Air matanya semakinmenderas hingga tetesnya
membasahi punggung sang kakek.
Sungguh senyum merekah kembali membalutnya.
Dirasainya kehidupan selanjutnya
telah menantinya kembali.
Pelan-pelan keduanya menyusuri jalan setapak
menuju sebuah rumah.
Begitu sampai, ternyata semua keluarga sudah menanti
kedatangannya.
Meski kedua orang tuanya telah tiada,
Dia berusaha untuk tetap bersinar dengan
apa yang ia miliki saat ini.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 46

Cahaya Mata Hati Ibu

Di belantara malam dan pagi,


Begitu hari mulai berganti.
Kau memulai kesibukanmu
seperti hari-hari yang telah lalu.
Membawa sejumlah sayuran segar dari ladang.
Untuk sekedar kau jajakan di pasar.
Kala pagi itu
Melangkah dengan niat pasti
Meski fajar belum juga terlihat, meski langit masih setia
meninabobokan insan manusia di balutan selimut tebal.
Di antara kabut gunung yang semakin pekat,
kaki mulaimu tak henti menyusuri detak-detak nadi
perjuangan.
Ketegaranmu melawan riuh getirnya kehidupan.
Ketenanganmu seakan telah siap tuk meraih
masa depan lebih baik untuk putra-putrimu.
Sorot matamu yang tenang begitu menjanjikan
harapan demi harapan.
Meski kadang, harus kau rasakan pahitnya episode
demi episode yang kau jalani demi penempuhan hidup.
Masih saja kau langkahkan niat tulusmu,
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 47

untuk mencari keberkahan atas pengorbananmu.


Begitu sampai di pasar, kau gelar tikar sederhana
tuk letakkkan semua daganganmu.
Lantas, kau kembali mengharap rizqi yang kan
menemuimu hari ini.
Kau setia menanti dan menunggu datangnya rizqi
hingga lantangnya adzan subuh berkumandang.
Kau bergegas beranjak, menuju masjid terdekat.
Tak peduli seberapa rizqi yang kau peroleh hari ini.
Lantas, kau mulai melakukan kegiatan rutin tuk
menghadap Sang Khaliq.
Kau bedoa penuh peluh.
Hingga air matamu turut mengiringi doa dan harapmu.
Kau berkabung, mengingat urutan peristiwa dalam
hidupmu.
Perjuangan demi perjuangan telah terpahat di jiwamu.
Keriput tulang pipimu tunjukkan kepiawaian dalam
mengarungi bahtera hidup.
Namun, kau tetap bertahan demi sebuah harapan.
Sebentar kemudian, mentari telah berlaga di celah awan.
Senyum manisnya berhasil mengusir tetesan embun
di dedaunan.
Pagi benar-benar menjelang.
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 48

Kau melangkah pulang, meski hanya dengan sedikit


rizki yang kau bawa.
Tapi semua penuh keberkahan abadi.
Sampai rumah, kecupan di tanganmu mulai kau
raksakan begitu anak-anakmu menyambutmu
dengan salam kasih.
Kemudian, mereka berajak untuk kembali
menggali pengetahuan.
Mereka telah disiapkan menjadi orang-orang
yang berkeadaban,
yang akan membuat perubahan demi perubahan.
Yang selalu dinanti bangsa.
Dan disiapkan untuk terus berjuang meraih mimpi
dan harapan.
Untukmu ... IBU.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 49

Menyentuh Tirai ramadhan

Dalam indahya bayang-bayang malam


Kuarahkan hatiku untuk menghadap-Mu.
Merasakan hadur-Mu semakin dekat denganku.
Untaian tasbih menemaniku berdzikir untuk-Mu.
Kudengarkan lentera sunyi melelapkan getaran rinduku.
Deru nafas Ramadhan telah terasa begitu indah.
Dalam hati yang suci, selalu menanti syahdunya
malam Laitul Qadar
Dalam setiap lirikan mata yang telah menerima nikmat
yang teramat sangat indah dari-Mu.
Dalam detak jantung yang selalu bersyukur.
Dalam bibirku yang selalu tersenyum.
Kuselalu menanti jawaban atas rahasia kasih-Mu
Ya Robby...
Dari celah mutiara dalam kalbuku,
Kuungkap segala syukur atas karunia-Mu
Untuk-Mu yang Maha Tinggi.
Cahaya terang Ramadhan telah Kau pancarkan
Bulan suci yang dinanti telah kunjung datang.
Tirai-tirai terbuka lebar menyambut doa-doa seluruh
insan.
Terima kasih ya Robby...
[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 50

Dalam Nafasku

Tabir malam terbuka lebar untukku membuka hati


Risalah kalbu telah sampai pada angan-angan yang
hingar berbisik.
Sampailah aku pada saat-saat kumenunggu seuntai hati
yang terdiam.
Kala itu, kutengadahkan pintaku untuk sekedar berdoa.
Serangkaian nafas rindu menderu dalam jantung hatiku.
Detak mimpi terungkap dalam jajaran imajinasiku yang
membumbung tinggi.
Lafadz doa-doaku merantai menghiasi
langkah-langkahku.
Sampailah aku pada nafas cinta.
Seketika, kularikan jiwa dan hatiku untuk mengejar
sebuah cahaya.
Kala kilaunya menampakkan secercah embun di hati,
Kala sorotnya nampakkan kehangatan dalam jiwa ini.
Ketika itu aku mulai merasakan damai dalam halauan
nafasku.
Kupeluk semua kemuliaan yang tengah berpadu pada
relung hatiku,
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 51

Kurentaskan seluruh gundah yang lantang meronta di


dadaku.
Kusibak semua haru yang gontai menyetrum segala urat
nadiku.
Kurasakan indah dalam setiap langkahku.
Kurasakan damai dalam setiap nafasku
Kuhempaskan kelembutan dalam setiap gerakku
Aku mulai membaca tiap bahasa hati yang menyapaku.
Ketika kudatang menemukan nafas sejati untuk sekedar
mengucap syukur teruntuk Sandaran Hatiku.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 52

Bila Tak Ada hari Esok Lagi

Demi detik yang setia menanti


Sebuah kepastian dari hari-hari yang kujalani saat ini.
Entah apa yang kucari, tapi hidup ini adalah untuk
berbagi.
Bila tak ada hari esok lagi,
Selagi aku masih ada disini,
menemani tiap kepingan waktu yang masih berjalan.
Dalam setiap hembusan nafas yang terhempas,
dalam tiap kedipan hati yang mengartikan sejumlah
kenangan,
dalam setiap angan yang menafsirkan khayalan,
dalam setiap bahagia yang selalu menyejukkan
perasaan,
dalam setiap batin yang selalu tegar.
Bila tak ada hari esok lagi.
Sekarang, aku masih mampu melihat, masih mampu
mendengar, masih mampu berpikir,
dan masih mampu merasa.
Tapi entah untuk hari esok....
Apakah aku masih bisa merasakan hembusan nafas
yang seindah ini ?
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 53

Masihkah aku sanggup menghayati tiap waktu ?


Masihkah aku bisa tersenyum setulus ini ?
Bila tak ada hari esok lagi
Tuhan, selagi masih ada waktu,
selagi hari ini belum berakhir,
sebelum aku benar-benar pergi.
Izinkan aku untuk memberikan
apa yang terbaik untuk-Mu,
untuk orang terdekatku, dan untuk semuanya ...
Ku Mohon ...

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 54

Rindu

Tanpa dirimu yang kurindu, kasih


Melayang kubersama dirimu
Tanpa hadirmu kasih
Hati serasa rindu dan tak berdaya
Anganku untukmu tak henti-hentinya
Tapi kenapa kau pergi tinggalkanku?
Saatku bisa menyayangimu, duhai kasih
Kucoba untuk melupakanmu
Tapi semakin aku mencoba melupakanmu
Hati dan jiwaku semakin rindu
Duhai kasih...
Kenapa kau pergi meninggalkan
rasa sakit dan kerinduan
yang membuatku tak kuasa dengan semua sakit yang
kau tinggalkan
sudah terlalu banyak kenangan yang kau tinggalkan

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 55

Takdir

Di dalam mengarungi hidup


Kita harus sabar
Walaupun hidup yang begitu getir dan pahit
Kita tak akan bisa menghadiri takdir
Walau takdir itu sedih
Bahagia, kita harus menjalananinya
Dengan penuh ketabahan dan kesabaran
Mungkin dengan hidup yang liku-liku
Kita bisa belajar ketabahan dan kesabaran

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 56

Bulan

Waktu itu aku merenung


Di keheningan di suatu tempat yang ada hanya aku
Dan kesunyian
Tapi aku menyadari
Apa yang selama ini aku lakukan itu salah
Oh bulan...
Kini kau menjadi saksi bisu
Kalau kini aku mneyesali segalanya
Oh bulan...
Walau kau hanya sebatas saksi bisu
Tapi aku yakin,
Kau mendengarkanku.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 57

Rintih Hujan

Kudengar rintih hujan


Kubuka jendela kamarku
Sepertinya ku melihat bayangan yang tak begitu jelas
Aku melihat bayangan itu menangis
Aku ingin sekali menghampiri bayangan itu
Tapi apa daya
Itu hanya sebatas bayangan
Yang hanya bisa kulihat dan kutangisi
Untuk sekejap saja

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 58

Yakin

Aku ini bisa dikatakan hidup sebatang kara


Karena aku mencoba untuk merantau dan
menggapai cinta yang lebih indah.
Aku pun sadar tanpa doa orang tuaku,
Ak tak bisa melakukannya
Tapi itu juga karena aku kuat dan aku harus yakin
Kalau suatu hari nanti aku bisa meraih cita-citaku.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 59

Sebuah Kesalahan

Kini aku sendiri,


Tiada yang menemaniku
Semua terjadi karena keegoisanku
Yang selalu tak pernah mau mengalah
Sekarang semua pergi dariku
Oh Tuhan... apa ini sebuah jawaban dari keegoisanku?
Selama ini yang tak mau peduli dengan orang lain
Kini aku menyesali apa yang sudah terjadi
Oh Tuhan...
Apakah yang sebenarnya terjadi padaku?

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 60

Mohon Ampun

Ya Allah ... Ya Robby...


Apakah Kau masih mau mengampuni hamba-Mu ini ?
Kini jiwa dan ragaku yang hanya berlumuran dosa
Apakah diriku ini masih pantas
untuk menjadi hamba-Mu
Apakah Kau masih mengampuni diriku ini ?
Aku merasa jijik dengan diriku sendiri
Ya Allah ... ampunilah hamba-Mu ini

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 61

Duhai Pujangga

Duhai pujangga
Apakah kau merasakan sesuatu
Seperti apa yang kini kurasakan ?
Duhai Pujangga
Kini diriku terlena dengan buaianmu
Merasakan kehangatanmu
Apakah kau merasakan itu ?
Duhai pujangga ...
Apakah kau tak terlena dengan buaian panah asmara
cinta ?

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 62

Soulmate

Duhai kasih ...


Cobalah untuk mengerti keadaan
Cobalah untuk menghargai waktu
Duhai kasih,
Kau memang belahan jiwaku
Yang selama ini mengisi ruang rinduku
Duhai aku masih disini
Untuk menunggu cintamu
Walalu kutahu, kau tak akan pernah mencintaiku
Setulus hatimu

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 63

Hidupku

Masa laluku begitu bahagia


Masa depanku pun juga begitu
Tapi walau masa depanku bahagia,
Bukan berarti aku harus bahagia
Karena aku belum bisa membahagiakan orang tuaku
Setiap saat, setiap detik, dan setiap hari
Sampai saat ini,
Aku belum juga membahagiakan kedua orang tuaku

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 64

Kata Hati

Tak seorang pun di dunia ini


Yang tak mengenal kata cinta
Tanpa kata cinta,
Dunia terasa hampa dan sunyi
Tapi cintaku kini hanya
Membawaku dalam penderitaan dan penyesalan
Tapi aku harus sabar dan tabah
Karena siapapun yang berani jatuh cinta,
Dia juga harus siap untuk patah hati
Di kemudian hari

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 65

Sebuah Penantian

Malam begitu dingin


Tapi kalau hanya selimut kain
Tak bisa menghangatkan tubuhku
Hanya ketuluisan cintamu yang akan menenangkan
pikiranku dan jiwaku
Tapi kini kau tak berdaya
Kini kau terbaring di rumah sakit
dan koma meninggalkanku
Aku takut, kalau kau benar-benar pergi dariku
Bagiku, koma saja sudah terlalu berat
Apalagi, kalau kau meniggalkanku
Aku tak kuasa untuk menjalani itu semua

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 66

Luka

Luka yang hanya membuatku


Pilu dan tak berdaya
Luka dihatiku yang tak bisa terobati lagi
dan hanya membuat penderitaan
kini luka itu mengenai batin dan jiwaku
kini batin dan jiwaku harus merasakan goresan
yang begitu pahit
luka, luka , dan hanya luka.

[\
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 67

Fina Af’idatussofa

Anaknya aneh dan suka senyum-


senyum sendiri. Tapi nggak nyesel kok
kenalan sama dia. Meski agak ’gila’
karena suka terbang dengan pikirannya
sendiri , yang penting dia produktif dan
semangatnya tinggi. Cita-citanya
seabreg, bikin kita yang ngeliat kadang
malah suka pesismis sendiri. Tapi itulah
Fina. Meski kadang obsesinya agak
tinggi tapi dia konsekuensinya juga
nggak maen-maen.

Jadi penulis ternyata nggak ngurangin


kemilikan tentang jiwa sosialisnya sama
orang-orang sekitar. Dia tetep jadi Fina
yang kemaren-kemaren. Familiar,
kadang cerewet, kadang heboh sendiri,
dan satu hal yang bikin kita jadi agak
bebas ngomong dan sharing banyak hal
sma dia. Fina punya personality yang
cukup dewasa daripada usianya. Anaknya asik dan nggak gampang
sensitif seperti kebanyakan remaja seusianya.

Tampilan karyanya bisa diintip lewat blog pribadinya di internet.


Sebagian juga sudah wara-wiri di media KOMPAS. Banyak juga
yang sampe sekarang masih ngumpet di komputer bututnya. Karena
Fina memang tak perlu komputer mahal untuk mengkreasikan
seluruh imajinya yang suka melayang-layang setiap saat itu.

Kesederhanaan semakin melekat ketika sampe hari ini, detik ini,


dan jam ini, Fina masih terus bertahan untuk tetap bersekolah di
desa mungilnya. Desa kalibening yang indah dan berhawa. SMU
Alternatif Qaryah Thayyibah.
 Antologi Puisi : Sebatas Angan Rindu 68

Upik Lestari

Upik Lestari, cewek mungil


yang jebol di dunia ini pada
tahun 1993. Kenalan sama
cewek semungil dan secentil dia
memang kadang bikin kita jadi
agak sebel. Tapi kecentilannya
ternyata nggak hanya berujung
pada satu hal.meski kecil tapi
diam-diam dia suka ’makan’
cabe yang pedes banget.

Anaknya cerewet tapi agak


diem sama angan-angannya
sendiri. Tulisannya mungkin
sampe sekarang masih suka
bersembunyi di bawah lemari
dan termakan kecoa, kalo
seandainya nggak ada manusia
baik bernama Fina yang mengajaknya kerja secara kolektif.

Upik kecil yang punya koleksi-koleksi karya besar semacam


Pramodya Ananta Toer ini, kini mulai kelihatan jelas dengan
keinginannya yang terpendam selama ini. Tapi masih agak
misterius karena kita nggak tau apa sebenernya maunya dia, yang
penting dia tetep centil. Dia masih tetep nari-nari nggak jelas
bereng temen-temen sekelasnya dimanapun kapan ada musik R&B.

Anda mungkin juga menyukai