Anda di halaman 1dari 165

ANTOLOGI PUISI ESAI 1

KISAH TAK WANGI


BELAHAN JIWAKU

Antologi Puisi Esai

Ade Julia Dewi


Catur Adi Wicaksono
Fitrawan Umar
Huzer Apriansyah
Muhammad Syamsul Arifin
Stefanus P Elu

Pengantar
Hanna Fransisca

Editor
Mahwi Air Tawar

ANTOLOGI PUISI ESAI 1


KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
ANTOLOGI PUISI ESAI
@Jurnal Sajak (cetakan)
@Inspirasi.Co. (digital)

Hak cipta dilindungi Undang-undang


All Right Reserved

Penulis
Ade Julia Dewi
Catur Adi Wicaksono
Fitrawan Umar
Huzer Apriansyah
Muhammad Syamsul Arifin
Stefanus P Elu

Pengantar
Hanna Fransisca

Editor
Mahwi Air Tawar

Disain Cover
arsdesign

Desain isi dan Tata letak


Andi Espe

Cetakan Pertama, April 2014

ISBN 978-602-1301-07-4
164 halaman 13 X 18,5 cm

Diterbitkan pertama kali oleh


PT JURNAL SAJAK INDONESIA
Jl. Bhineka Permai Blok T No. 6 Mekarsari, Depok, Indonesia
Telp/Faks. 021-8721244
Email: jurnal.sajak@email.com

2 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Daftar Isi

Catatan Dewan Juri Lomba Menulis Puisi Esai 2013 5

Tiga Tetangga di Rumah Saya


Hanna Fransisca 21

Belahan Jiwaku Bukanlah Suamiku


Ade Julia Dewi 21

Virus! (Kisah Hidup ODHA)


Catur Adi Wicaksono 55

Kisah Tak Wangi Daeng Bunga


Fitrawan Umar 85

Aku Besudut Menolak Tersudut


Huzer Apriansyah 103

Petrus —Tragedi yang Dilupakan


Muhammad Syamsul Arif in 121

Tanya Sumiyarsi dari Platungan


Stefanus P Elu 143

Biograf i Penyair 161

ANTOLOGI PUISI ESAI 3


4 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
CATATAN DEWAN JURI
LOMBA MENULIS PUISI ESAI
2013

S ejak puisi esai ditulis Denny JA dan diterbitkan dalam


buku Atas Nama Cinta, istilah puisi esai pun menjadi
perdebatan dimana-mana, terutama di kalangan para
penulis. Ada f ihak yang menolak dengan keras, ada yang
biasa-biasa saja, dan ada yang menyambut dengan gem-
bira. Alasan penolakan puisi esai bermacam-macam. Tapi,
yang paling ramai adalah alasan bahwa puisi adalah puisi
dan esai adalah esai. Tidak bisa kedua hal itu disatukan
atau dikawinkan.
Yang biasa-biasa pun dapat dibagi dua. Yang pertama,
tidak begitu peduli dan terus menulis saja apa yang mereka
suka dan mereka yakini. Yang kedua, cenderung wait and
see, yaitu menunggu apakah bentuk puisi esai akan muncul

ANTOLOGI PUISI ESAI 5


sebentar lalu hilang atau akan berkembang. Dan kalau
berkembang, berkembang kemanakah kiranya.
Sementara yang menyambut gembira, umumnya adalah
beberapa penulis yang menulis esai, cerpen, atau tulisan
lain tapi jarang atau tidak pernah menulis puisi. Mereka
menganggap bahwa puisi esai adalah sebuah peluang untuk
memanfaatkan kemampuan, pengalaman, dan pengeta-
huannya tentang bidang yang mereka geluti selama ini
untuk ditulis menjadi puisi. Selama ini mereka menganggap
bahwa pengamatan, pengalaman, dan pengetahuan mereka
mengenai bidang nonpuisi tidak bermanfaat untuk puisi
dan tidak dapat dituliskan dalam bentuk puisi. Dengan puisi
esai, mereka melihat bahwa hal itu mungkin dituliskan.
Buku puisi esai yang terbit menyusul terbitnya buku
Atas Nama Cinta karya Denny JA adalah buku kumpulan
puisi esai yang ditulis oleh para penulis dan intelektual
yang bukan penyair. Penulis yang tidak pernah memba-
yangkan bahwa mereka bisa dan boleh menulis puisi. Buku
puisi esai itu adalah: Kutunggu Kamu di Cisadane, karya
Ahmad Gaus (2012); Manusia Gerobak karya Elza Peldi Taher
(2013); Imaji Cinta Halima karya Novriantoni Kahar (2013);
Kuburlah Kami Hidup-hidup karya Anick Hamim Tohari
(2014); dan Sanih, Kamu tidak Perawan karya M.J. Rahardjo
(2014). Mereka adalah pembaca dan pencinta sastra, tapi
selama ini lebih banyak bergelut dalam masalah sosial,
khususnya keagamaan. Maka, dengan puisi esai, mereka

6 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


dapat mengungkapkan berbagai masalah sosial keagamaan
juga sikap mereka tentang itu dalam bentuk puisi esai.
Padahal tidak terbayangkan sebelumnya bahwa bidang yang
mereka geluti ternyata dapat diungkapkan dalam bentuk
puisi. Penulis puisi esai lain adalah Jonminofri. Bertahun-
tahun dia menggeluti dunia pers dan kewartawanan dan
tidak berpikir dapat menulis puisi tentang dunia itu. Dengan
puisi esai, dia dapat menulis puisi panjang mengenai dunia
wartawan berjudul "Kawan Nomor Enam" yang dimuat
dalam Jurnal Sajak edisi 7.
Namun, ternyata selain para peneliti dan intelektual
nonsastra, para penyair pun ada yang mencoba singgah
(sejenak maupun beberapa jenak) di jalan puisi esai. Maka
para penyair yang selama ini cenderung menulis puisi-puisi
liris mencoba menulis puisi esai. Hasilnya bagaimana, tentu
pembaca yang menilainya. Ada kehebohan berkenaan
dengan singgahnya penyair liris ke puisi esai. Apakah
kehebohan tersebut berkaitan dengan pengembangan dan
pertukaran pikiran dalam sastra atau tidak, itu pun biar
pembaca yang menilainya.
Dalam dunia musik persinggahan ke jalan lain adalah
hal biasa dan bahkan menarik. Chris Cornell, penyanyi rock
asal Sound Garden dan Audioslave yang dikenal sebagai
penyanyi cadas, membuat sebuah album solo akustik. Di
sana ia menyanyikan lagu-lagu, mulai lagu Michael Jackson
sampai lagu Whitney Houston, yang kesemuanya di luar

ANTOLOGI PUISI ESAI 7


jalan dia selama ini. Hasilnya? Chris Cornell adalah Chris
Cornell, maka aneka lagu berbeda jalan itu saat dia
nyanyikan tampil memukau dan baru tanpa meniadakan
aslinya. Paul Mc. Cartney, dedengkot The Beatles yang
melahirkan puluhan album super sukses, sempat juga
singgah membuat sebuah album berisi lagu-lagu jazz
standard mulai dari "It's Only the Paper Moon" sampai "One
and Only Love", sambil menyajikan lagu "jazz standard"
ciptaannya "My Valentine". Hal yang sama dilakukan Rod
Steward yang dengan suara seraknya yang khas melan-
tunkan lagu "Blue Moon", "Stardust" dan sejenisnya. Sang
maestro piano jazz Chick Corea bersama Keith Jarret dengan
santai dan meyakinkan singgah ke jalan musik klasik
sembari menunjukkan kepiawaian teknis dalam musik
klasik tanpa kehilangan kepekaan jazz-nya.
Di Indonesia mungkin agak berbeda. Ahmad Albar sang
superstar rock, kala singgah ke dangdut dan melahirkan
hits "Zakia" segera memanen serangan cemoohan, terutama
dari mereka yang bergiat di dunia musik. Sebenarnya lagu
"Zakia" yang dilansir grup rock God Bless itu, dalam
persinggahannya ke dangdut tetaplah masih membawa
spirit rock mereka. Belakangan, Boomerang sebuah grup
rock cadas, menyanyikan "Zakia" dengan "mengembalikan-
nya" ke rock dengan hasil meyakinkan.
Dalam dunia f ilm jelas persinggahan ke genre lain
bukan hanya sering dilakukan, melainkan bahkan sangat

8 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


perlu. Arnold Schwarzenegger yang dikenal dengan f ilm-
f ilm laga dan main otot sempat singgah dengan meyakin-
kan ke f ilm komedi seperti Kindergarten Cop dan Twins.
Tidak mudah memang di Indonesia seorang seniman
singgah mencoba genre lain, karena seorang yang dikenal
sebagai pemeran bencong atau babu akan dituntut untuk
menjadi bencong atau babu seumur hidup.
Persinggahan paling ramai dalam urusan puisi esai adalah
persinggahan yang dilakukan oleh mereka yang menjadi
peserta Lomba Menulis Puisi Esai. Peserta Lomba Menulis
Puisi Esai yang pertama diikuti oleh penyair, cerpenis, novelis,
peneliti, guru dan dosen, aktivis, mahasiswa, anak sekolah,
pegawai pemerintah, dan sebagainya. Ternyata, jumlah
peserta Lomba Menulis Puisi Esai yang kedua mengalami
ledakan jumlah peserta. Tidak kurang dari 1.000 naskah puisi
esai masuk ke panitia. Setelah dipindai dan disortir
berdasarkan kelengkapan teknis lomba, yang memenuhi
ketentuan teknis ada 888 buah puisi esai. Ke 888 puisi esai
peserta lomba tersebut kemudian dinilai oleh 5 orang juri,
yakni: Ahmad Gaus, Ahmad Subhanuddin Alwy, Elza Peldi
Taher, Jonminofri, dan Novriantoni Kahar. 5 juri tersebut
masing-masing memilih puisi esai yang lolos babak
penyisihan untuk dinilai oleh juri f inal. Juri Final Lomba
Menulis Puisi Esai 2013 yang terdiri dari Agus R. Sarjono,
Acep Zamzam Noor, dan Jamal D. Rahman menilai puisi-
puisi esai yang lolos babak penyisihan untuk menghasilkan

ANTOLOGI PUISI ESAI 9


Juara 1, Juara 2, Juara 3 dan 10 Puisi Esai Terbaik. Juri Final
juga memilih 12 Puisi Esai Menarik.
12 Puisi Esai Menarik adalah 12 puisi esai yang tidak
memenangkan kejuaraan namun menarik hati juri baik
karena pokok permasalahan yang ditulis maupun segi-segi
lainnya. 12 puisi esai menarik akan diterbitkan ke dalam 2
buku antologi puisi esai, masing-masing buku terdiri dari 6
puisi esai menarik. 12 Puisi Esai Menarik yang dipilih Juri
Final adalah puisi esai karya Ade Julia Dewi, Ake Nera
Atakiwang, Catur Adi Wicaksono, Fitrawan Umar, Husnatul
Hasnah, Huzer Apriansyah, Lephen Purwaraharja,
Muhammad Syamsul Arif in, Nevatuhela, Nihayatul Husna,
Stefanus P. Elu, dan Sugiri. Puisi esai mereka diterbitkan
dalam buku Tanjung Mata Bulan dan Kisah Tak Wangi Belahan
Jiwaku. Masing-masing buku berisi 6 puisi esai menarik.
Juri Final memilih sejumlah puisi esai untuk dinomi-
nasikan sebagai juara lomba. Yang dinominasikan adalah:
Ahmad Ijazi ("Pasca Gestapu"), Angga Trio Sanjaya
("Tembang"), Beni Setia ("Menatap Langit Kosong"), Burhan
Shiddiq ("Konspirasi Suci"), Damiri Mahmud ("Akulah
Melayu Itu, Kau Halau Itu"), Faried Januar ("Pengakuan
Jendral Madrictsch"), Isbedy Stiawan ZS ("Cerita Duka dari
'Negeri Keratuan Darah Putih'"), Mashuri ("Syarif Tambak
Lumpur"), Nun Urnoto El Banbary ("Dendang Bujang Tanah
Seberang"), Rinduan Situmorang ("Balada Cinta Upiak dan

10 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Togar"), Sri Wintala Achmad ("Elegi Cinta Putri Pem-
bayun"), Wendoko ("Ni Hoekong di Muka Raad van
Justitie"), dan Zubaidah Johar ("Siti Khalwat").
Dari 13 nominator, Juri setelah melewati perdebatan
keras memilih para pemenang sebagai berikut:
1. Juara Pertama, Burhan Shiddiq dengan karyanya
"Konspirasi Suci";
2. Juara Kedua, Rinduan Situmorang dengan karyanya
"Balada Cinta Upiak dan Togar";
3. Juara ketiga, Isbedy Stiawan ZS dengan karyanya
"Cerita Duka dari "Negeri Keratuan Darah Putih".

10 Nominator lainnya otomatis menjadi 10 Puisi Esai


Terbaik. Puisi esai ketiga juara tersebut terbit dalam
Antologi Puisi Esai dengan judul Konspirasi Suci yang
menjadi juara pertama selain diterbitkan dalam Jurnal Sajak
edisi 8. Para nominator yang karya puisi esainya tidak terpilih
menjadi Juara Pertama, Juara Kedua, atau Juara Ketiga,
otomatis menjadi 10 Puisi Esai Terbaik. Selain mendapat
hadiah sesuai ketentuan, 10 Puisi Esai Terbaik tersebut
diterbitkan dalam buku Lumpur-lumpur Ingatan dan Rantau
Cinta Rantau Sejarah. Masing-masing buku berisi 5 puisi
esai terbaik.
Demikianlah hasil penjurian Lomba Puisi Esai. Kami
mengucapkan terima kasih pada Ahmad Gaus, Ahmad

ANTOLOGI PUISI ESAI 11


Subhanuddin Alwy, Elza Peldi Taher, Jonminofri, dan
Novriantoni Kahar yang dengan sungguh-sungguh telah
menilai puisi esai yang masuk berdasar penilaian dan selera
mereka dan menghasilkan para f inalis yang beragam. Terima
kasih kami ucapkan juga pada semua peserta Lomba
Menulis Puisi Esai yang meski tidak lolos telah mencoba
mengungkapkan berbagai sisi kehidupan Indonesia.
Semoga di masa depan berbagai suara dari berbagai bagian
Indonesia yang membisu dan/atau dibisukan diberi suara
dengan menyentuh, mendalam, dan kaya hingga berhasil
menggugah kesadaran kita akan keberagaman dan keluasan
Indonesia Raya yang kita cinta dan hidupi ini.

Juri Final Lomba Menulis Puisi Esai


Agus R. Sarjono
Acep Zamzam Noor
Jamal D. Rahman

12 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


TIGA TETANGGA DI RUMAH SAYA

Hanna Fransisca

I ncest, kusta, HIV, adalah tetangga dekat sekaligus jauh,


yang sangat akrab dengan keseharian saya. Ia ada, tapi
sekaligus tak ada. Kadang-kadang ia merayap diam-diam,
mengendus, bahkan menjilat ingatan; tapi kadang-kadang
juga ia berlari di kejauhan sana, bersembunyi di balik kabut,
dan menunggu saya untuk memanggilnya kembali –
meskipun dalam sunyi.
Saya sering membaca berita tentang mereka, dan saya
sedikit senang dengan sekepal informasi. Kadangkala saya
juga membuka teori (tentu saja tidak secara khusus), untuk
sekedar memuaskan nafsu keingintahuan saya yang serba
sedikit. Saya juga pernah secara tak sengaja membaca puisi
soal itu, tapi tampaknya puisi masih terlalu rumit dan
samar-samar. Incest, kusta, HIV, memang sungguh-sungguh
tetangga dekat sekaligus jauh. Tapi dari kesimpulan sesaat
berdasarkan ingatan yang serba khawatir, pastilah ketiganya
adalah tetangga yang buruk dan tak pantas untuk didekati.
Pastilah tak ada cinta di sana.

ANTOLOGI PUISI ESAI 13


Saya membuka buku ini, dan menemukan ketiga
tetangga itu, dengan pikiran awal bahwa semua puisi
pastilah sama: ia tak pernah memberi detail yang lengkap
untuk sebuah jawaban. Puisi, sejauh pemahaman saya,
memang tidak bertugas untuk itu. Puisi hanya serupa
tantangan untuk menyelam pada kedalaman, melewati
kata-kata yang diasah sedemikian rupa hingga ketaja-
mannya bisa saja melukai. Atau serupa passion, yang bisa
membuat hati tiba-tiba menjadi lega. Menjadi bahagia,
menjadi sedih, menjadi indah.
Maka kata-kata bukanlah semata rangkaian peristiwa,
bukan juga cerita, dan bahkan bisa juga bukan apa-apa.
Tapi pikiran awal yang umum menghinggapi setiap kali
saya menghadapi puisi, tiba-tiba menjadi berubah karena
di hadapan saya kini terbentang sebuah dunia yang berbeda.
Dunia cair dari puisi-puisi panjang yang gampang dibaca,
dipenuhi cerita, dan juga berita yang diisi beragam
informasi. Ada kata-kata yang dirangkaikan menjadi bunyi,
membentuk irama, dan sekaligus ada cerita yang lengkap
disertai data-data tentang fakta, —bahkan teori. Saya harus
mengesampingkan sementara pandangan khusus yang
rumit tentang puisi yang selama ini saya pahami.
Seringkali saya dihinggapi rasa bersalah, jika meng-
hadapi puisi panjang, dan saya tidak menyiapkan diri
dengan baik. Puisi panjang adalah jalanan menanjak
menaiki sebuah puncak gunung yang berbatu, berkelok,
kadang melewati jurang dan lembah. Seringkali saya harus

14 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


bergelantung pada akar supaya tidak tergelincir dan jatuh,
seringkali pula harus merangkak atau bahkan mencungkil
batu untuk menemukan pegangan. Saya harus benar-benar
siap untuk sampai ke puncak, dan menikmati segala
ketidakmungkinan dari keindahan yang bakal menghampiri.
Sebab, setiap puncak bagi para pendaki, adalah petualangan
berbeda dengan tantangan berbeda. Tapi untuk sampai ke
puncak, lebih-lebih bagi puncak yang tidak memiliki jalan
setapak, semua pendaki harus menyiapkan diri secara
matang. Harus memiliki pengetahuan yang memadai, serta
keberanian menduga, mengukur, dan menerabas untuk
membuka jalan.
Tapi bayangkanlah, sebuah puisi yang mudah diduga
dan dibaca, dengan pembuka semacam ini:

Sudah berulangkali
Mawar memejamkan mata
Mengusir rasa gusar dalam hati
Agar segera mimpi datang menjelma
Namun matanya tak dapat bekerjasama
Hati dan f ikirannya terus berkelana
Jauh, mengarungi malam pekat yang tak bertuan....

Setiap pembaca yang terbiasa menghadapi konsep puisi


secara umum, pastilah akan bertanya-tanya: di manakah
letak puisinya? Bukankah pembuka puisi semacam ini, tak
lebih hanyalah prosa yang dipenggal setiap kalimatnya,
menjadi masing-masing sebuah baris, hingga menyerupai

ANTOLOGI PUISI ESAI 15


bentuk puisi? Tak ada tantangan dari kata-kata berkilau
yang diasah ketajamannya hingga bisa melukai. Tak ada
misteri yang yang harus dipecahkan, tak ada batu yang harus
dicungkil, akar yang harus dipegang, untuk dijadikan
sebuah pegangan agar tidak tergelincir. Semua kalimat
terang dan jelas, dan melulu hanyalah deskripsi sebuah
pembuka cerita.
Saya mengalami goncangan awal dengan penuh curiga.
Tapi tunggu dulu, bukankah menghadapi puisi-puisi
panjang khusus ini, memang sejak awal harus menyiapkan
sebuah perspektif yang berbeda? Sebagai seorang pendaki
yang terbiasa memiliki pandangan rumit tentang puisi, ada
baiknya untuk membuka diri terhadap pendakian lain yang
mungkin saja akan membuka cakrawala lain tentang konsep
sebuah gunung yang akan didaki. Dan dugaan saya benar,
daya tarik cerita yang memikat dari awal sampai akhir,
adalah petualangan yang sungguh berharga untuk
dilewatkan. Petualangan saya menjadi penuh duri ketika
perlahan saya masuk ke dalam tokoh-tokoh yang bermain
di dalamnya. Ada deskripsi, ada dialog, ada informasi, ada
data yang bisa dibaca, serta ada perjalanan panjang yang
mengalir seperti sungai dalam yang berombak menuju
muara. Kisah tentang incest yang dituliskan sepanjang 31
halaman oleh Ade Julia Dewi dengan judul Belahan Jiwaku
Bukanlah Suamiku, telah membuka tabir —setidaknya bagi
saya— tentang satu tetangga yang diduga buruk rupa,
ternyata memiliki cinta. Tetangga dekat sekaligus jauh itu,

16 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


yang disimpulkan dengan penuh kekhawatiran sebagai
monster yang patut dijauhi, ternyata adalah manusia yang
layak untuk disapa. Ada data, ada fakta, ada teori, ada infor-
masi, yang membuat petualangan cerita sepanjang 31
halaman ini begitu lengkap.
Tidak setiap yang gampang dibaca selalu mudah.
Begitupun pada tetangga lain yang saya baca, tentang HIV
yang diriwayatkan oleh Catur Adi Wicaksono dalam puisi
sepanjang 28 halaman dengan judul Virus (Kisah Hidup
Odha). Lebih-lebih pada puisi “Kisah Tak Wangi Daeng
Bunga”, yang ditulis sepanjang 16 halaman oleh Fitrawan
Umar. Kisah tentang kusta yang selalu dinista.
Membayangkan kusta yang buruk rupa, lalu membaca
kusta yang didasarkan pada fakta yang dilengkapi catatan-
catatan peristiwa secara rinci yang dituliskan dalam catatan
kaki, adalah betul-betul membaca manusia nyata yang
hidup di sekitar kita. Puisi menjadi bungkus yang cantik
untuk mengantarkan kisah dramatik dengan tokoh yang
dihidupkan dengan segala kesedihannya, kegembiraannya,
keinginan dan harapan-harapannya. Setidaknya saya
menjadi rindu untuk berkunjung pada sebuah sanatorium,
dan melihat mereka di sana. Mungkin saya tidak takut lagi
untuk memeluknya. Setidaknya saya semakin tidak bisa
memahami, kenapa ada orang-orang yang begitu kejam
ketika melihat seorang pengemis kusta di jalan raya. Puisi
Fitrawan Umar memang sangat gampang dibaca, tapi efek
petualangannya bagi saya, sama menghentaknya dengan

ANTOLOGI PUISI ESAI 17


ketika saya mengalami passion dalam membaca puisi yang
rumit. Jadi apakah puisi yang rumit, atau puisi yang
gampang dibaca, menjadi perbedaan yang begitu
dipersoalkan?
Saya bukan seorang kritikus, dan tidak selalu memiliki
perangkat untuk menilai baik atau buruk secara objektif.
Maka saya tidak hendak menilai. Saya hanya membaca dan
merasakan, bahwa tiga puisi ini, yang saya anggap tetangga
dekat sekaligus jauh, telah membuat pandangan saya
terhadap mereka semakin bertambah peka.
Tiga puisi panjang berikutnya, masing-masing ditulis
oleh Huzer Apriansyah yang mengisahkan tentang
perjuangan Orang Rimba di Jambi untuk bersekolah —puisi
yang didasarkan pada perjuangan Irman Jalil (Besudut)—
yakni Orang Rimba pertama yang berhasil lulus SMU dan
menjadi mahasiswa pertama di FKIP Universitas Jambi.
Kemudian puisi yang berisi ingatan sejarah tentang petrus
(penembak misterius) di masa Orde Baru yang menelan
korban jiwa ratusan preman yang ditembak tanpa
pengadilan, yang ditulis oleh Muhammad Syamsul Arif in;
serta ingatan sejarah tentang anggota Gerwani yang menjadi
korban catatan hitam politik Orde Baru (berdasarkan kisah
nyata Dr Sumiyarsi Siwirini Caropeboka) yang ditulis oleh
Stefanus P Elu. Saya membayangkan, memang sungguh
tidak mudah menulis berdasarkan riset yang betul-betul
cermat, dan menyertakan sekaligus hasil penelusuran
risetnya dalam bentuk catatan kaki yang bisa ditelusuri

18 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


sumbernya. Terlepas apakah hasilnya akan menimbulkan
goresan luka seperti tergores tajamnya bahasa, atau sejenis
passion yang menimbulkan rasa empati; tentu semua
berpulang pada kemampuan setiap penyairnya.
Sebagai pembaca, saya cukup merasa bahagia. Buku ini,
bagi saya adalah pendakian berbeda dari apa yang selama
ini saya pahami tentang puisi.

Jakarta, 2014

ANTOLOGI PUISI ESAI 19


20 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
BELAHAN JIWAKU
BUKANLAH SUAMIKU

Puisi Esai
Ade Julia Dewi

ANTOLOGI PUISI ESAI 21


22 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
BELAHAN JIWAKU BUKANLAH SUAMIKU

1/

Sudah berulangkali
Mawar memejamkan mata
Mengusir rasa gusar dalam hati
Agar segera mimpi datang menjelma.
Namun matanya tak dapat bekerjasama
Hati dan f ikirannya terus berkelana,
Jauh, mengarungi malam pekat yang tak bertuan.
Duh, telah lama ku berbaring
Tak jua mau mataku terpicing
Ya Allah, tolonglah aku!1
Hapus semua resah di hatiku
Hanya Engkaulah satu-satunya penolongku.
Perlahan air mata jatuh di pipinya,
Sesak dadanya
Hampa hatinya
Memikirkan semua yang tengah dihadapinya.

1
Katakanlah, “Ialah Allah yang Maha Esa, Allah yang kekal tempat meminta,
Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada sekutu bagi-
Nya” (QS. Al-Ikhlas: 1-4).

ANTOLOGI PUISI ESAI 23


Terbayang wajah seorang pria yang sangat disayanginya-
Dengan segenap jiwaraga
Bayu, kekasihnya tercinta.
Ya Allah, mengapa ini terjadi padaku? Rintih mawar
Tak ku menghendaki semua ini
Tak ku ingin laknat dan murkamu
Tak jua ku mau menyakiti hati ayah dan ibu,
Apalagi mempermalukan keluarga dan diri sendiri2
Tapi aku pun tak bisa mendustai hati
Aku mencintainya-
Mencintai Bayu, pamanku
Adik kandung ayahku sendiri!
Kembali dalam malam yang sepi
Untuk kesekian ratus kali
Air mata yang mengalir di pipi
Menjadi saksi bisu
Semua keresahan dan dilema yang terjadi.

2
Meski hubungan incest (hubungan sedarah), telah terjadi sejak zaman dahulu
kala, namun sampai kehidupan modern seperti sekarang, masyarakat
umumnya masih menganggap hal ini tabu. Masyarakat bertambah ‘jijik’
jika incest terjadi karena adanya hubungan cinta di antara keduanya. Masya-
rakat barat maupun timur, sepertinya mempunyai kesamaan sikap dalam
hal ini. Sumber: http://uniqpost.com/21098/6-kasus-incest-pernikahan-
sedarah-yang-menggemparkan-dunia//.

24 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


2/

Tiga bulan sudah


Mawar berpisah
Dan tak pernah bertemu
Dengan kekasihnya lagi, Bayu.
Ditatapnya cermin dalam kamar
Terlihat jelas olehnya
kalung berliontin itu,
Melingkar dengan indah
Di lehernya yang jenjang.
Kalung liontin berbentuk hati,
Perlambang cinta yang tulus murni
Yang Bayu berikan ketika melamar Mawar
Di taman bunga yang indah,
Ketika langit menjelang senja.
Masih terngiang di telinganya
Kata-kata Bayu yang mesra
Dan membuatnya serasa menjadi bidadari surga
Bunga di taman ini mekar dan mewangi
Tampak sedap dipandang mata
Baik siang maupun malam,
Namun semua tiada arti
Jika kau, sang pujaan hati
Tak bisa menemaniku setiap hari
Tak bisa berada di sisiku-
Setiap waktu.

ANTOLOGI PUISI ESAI 25


Bayu mengeluarkan sebuah kotak
Berwarna merah memikat,
Mawar tertegun
Dadanya berdegup kencang
Bayu yang romantis
Selalu penuh dengan kejutan
Yang membuat hari-hari Mawar
Penuh dengan warna warni kehidupan.
Dengan senyum mengembang
Bayu mengatakan hal yang sangat dinanti
Oleh semua wanita di dunia ini.
Menikahlah denganku, Mawar
Jadilah bunga yang selalu mekar dan mewangi,
Yang menceriakan hari-hariku
Dengan indahnya warnamu.
Maukah kau menikah denganku?
Mawar senang sekaligus terkejut
Hatinya mengharu biru
Tentu saja ia mau
Ia sangat mencintai Bayu.
Bayu membuka kotak itu,
Diambilnya kalung emas berwarna putih-
Berliontin hati

26 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Dipakaikannya kalung itu keleher Mawar
Dikecupnya kening Mawar
Terimakasih, sayang...
Mawar memeluk Bayu
Ia menangis haru.

3/

Mawar menangis dalam diam


Memegang kalung pemberian orang yang paling dia sayang,
Kekasihnya tercinta
Pujaan hatinya.
Pernikahannya dengan Bayu hanya tinggal mimpi
Semua itu takkan terjadi
Karena ternyata mereka bersaudara.
Haram hukumnya! begitu kata Ayah
Agama kita melarang perbuatan itu3
Maafkan ayah, Nak,

3
Dengan tegas Allah mengatakan dalam Surat An- Nisa ayat 23. “Terlarang
bagimu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-
saudaramu yang perempuan, saudara-saudara perempuan ayahmu, saudara-
saudara perempuan ibumu, anak-anak perempuan saudaramu laki-laki, dan
anak-anak perempuan saudaramu perempuan. Ibu-ibumu yang menyusui
kamu, saudara-saudaramu perempuan sepesusuan, dan ibu-ibu istri-istri
kamu, anak-anak tirimu perempuan yang dibawah perlindunganmu, (yang
lahir) dari istri-istrimu yang telah kau campuri. Tapi jika belum kau campuri,
maka tiada (larangan). (selanjutnya), istri-istri dari anak-anak kandungmu.
Dan terlarang bagimu mengumpulkan dua bersaudara perempuan (dalam
perkawinan), kecuali jika hal itu sudah terjadi (sebelum ayat ini turun).

ANTOLOGI PUISI ESAI 27


Yang tak pernah memberitahukanmu
Tentang saudara-saudara ayah yang lain.
Mata ayahnya berkaca-kaca
Menahan sakit yang membara.
Mawar tak bisa berkata apa-apa
Hatinya hampa,
Orangtuanya adalah muslim sejati
Yang taat pada perintah Illahi
Dengan berat hati
Pernikahan yang sudah didepan mata,
Akhirnya dibatalkan.

Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”


Dari ‘Uqbah ibn Harits berkata, bahwa dia menikahi anak perempuan Ihab
ibn ‘Azis. Maka datang kepadanya seorang perempuan maka (dia) berkata,
“Sesungguhnya saya telah menyusui ‘Uqbahdan (perempuan) yang dia
nikahi.” Maka berkata kepadanya ‘Uqbah, “Aku tidak tahu kalau engkau
telah menyusuiku dan engkau tidak pula memberitahuku.” Maka (‘Uqbah)
berkendara menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam di Madinah, maka
dia bertanya kepada beliau. Maka bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi-
wasallam, “Bagaimana (lagi) padahal sudah dikatakan (bahwa kalian adalah
bersaudara susuan)?” Maka ‘Uqbah menceraikannya (istri) dan menikahi istri
(perempuan) selainnya. (HR Bukhari).
Pada dasarnya semua agama tanpa dikomando menganggap praktek incest
sebagai sesuatu yang terlarang, sekalipun argumen dan pendekatannya berbeda-
beda, pembahasan incest dari sudut pandang agama-agama selalu berujung pada
kesimpulan yang sama : Haram. Di dalam Al kitab Kristen ( Imamat 18),
tertulis larangan hubungan sedarah antara kekerabatan tertentu. Lihat “ Akibat
pernikahan sedarah atau menikah dengan saudara sepersusuan”. Sumber: http:/
/aspal-putih.blogspot.com//html, http://id.wikipedia.org//

28 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


4/

Siapakah yang patut disalahkan?


Akan cinta yang terjalin antara paman dan keponakan?4
Semua terjadi begitu saja
Tanpa rencana,
Tanpa sandiwara.
Ketika Bayu melamar Mawar
Secara resmi di hadapan orangtua Mawar,
Pertemuan dua keluarga besar diatur
Untuk menentukan
Hari dan tanggal yang baik untuk pernikahan.
Datanglah Bayu
Bersama keluarga besarnya
Ke desa Mawar
Dengan penuh suka cita.
Orangtua Mawar dan Bayu akhirnya bertemu

4
Faktor utama mengapa incest bisa terjadi adalah perpisahan semenjak kecil
dan ketidaktahuannya akan saudara-saudara masa kecilnya, kemudian ber-
temu setelah masing-masing beranjak dewasa antara saudara kandung (kakak/
adik), ayah dan anak, atau ibu dan anak. Bisa juga terjadi akibat jarang
bertemu/ bahkan tidak pernah bertemu dalam waktu yang cukup lama
(bertahun-tahun) dengan saudara-saudara dari ayah/ibu dan anak-anak dari
paman/bibi, sehingga ketika pertemuan terjadi setelah dewasa, maka tak
jarang perasaan yang sesungguhnya terlarang timbul di antara mereka.
Sumber: http://uniqpost.com//6-kasus-incest-pernikahan-sedarah-yang-
menggemparkan-dunia/, lihat juga di http://showbiz.liputan6.com//.

ANTOLOGI PUISI ESAI 29


Mereka pun membisu,
Langit menjadi beku
Dunia menangis pilu.
Mawar dan Bayu tersengat jiwanya
Manakala mendengar penuturan dari kedua orangtua
mereka,
Orangtua Bayu adalah orangtua ayahnya Mawar
Bayu adalah adik kandung ayahnya
Artinya Mawar adalah keponakannya!
Tak dapat menerima kenyataan
Mawar pun pingsan.

5/

Mawar tak pernah tahu


Akan keberadaan saudara ayahnya yang lain
Ayahnya pun tak punya fotonya.
Sekian puluh tahun berlalu
Hanya mendengar dari ayah dan ibu
Tentang saudara-saudara ayah yang jauh di kota,
Tapi mereka tak pernah jumpa
Dengan ibu atau ayah.
Pernah sekali, Mawar tinggal di kota
Bersama orangtua ayahnya.
Ketika itu, umur Mawar baru satu tahun
Entah apa yang membuat orangtuanya

30 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Memutuskan pergi dari rumah
Dan tinggal di desa kelahiran ibunya.
Setelah beranjak dewasa
SMA kala itu,
Mawar menanyakan pada ibunya
Mengapa mereka pindah dari rumah kakek dan nenek
Serta tak pernah menjenguk keduanya.
Ibunya nampak sedih, dengan lembut ia berkata
Ayahmu berselisih paham dengan kakek dan nenek
Akhirnya, ketika ayahmu merasa sudah tak sanggup lagi
Ia memutuskan untuk pergi dari rumah
Dan berjanji takkan menginjakkan kakinya lagi.
Sebagai istri, ibu harus setia pada suami
Ikut kemanapun dia pergi
Sampai sekarang, ayahmu tak pernah sekalipun datang ke kota
Menjenguk mereka,
Walau ibu rindu pada kakek dan nenekmu
Tapi ibu tak mau membuat ayahmu terluka
Dengan menanyakan hal ini padanya
Ibu harap, kau pun tak menanyakan hal ini padanya.
Ibu ingin sekali
Agar ayahmu bisa berdamai
Dengan orang tuanya sendiri-
Dan menghapus rasa sakit di hatinya
Kepada orangtuanya.

ANTOLOGI PUISI ESAI 31


6/

Mawar memutuskan untuk kuliah di kota


Meraih impiannya
Menjadi dokter ternama dan bersahaja
Seperti ayahnya,
Juga untuk mencari tahu
Keberadaan orangtua
Dan saudara-saudara ayahnya,
Dengan berbekal pengetahuan seadanya
Yang diperoleh dari ibu-
Mengenai alamat kakek dan neneknya.
Sambil kuliah,
Mawar mulai mencari tahu
Alamat yang dicari akhirnya ketemu
Tapi Mawar menemui jalan buntu,
Keluarga ayahnya telah pindah rumah dua tahun yang lalu.
Sampai kini
Tak ada yang mengetahui
Kemana mereka pergi.
Mawar adalah gadis yang tak pernah menyerah
Dan tak pernah putus asa
Suatu hari nanti, aku pasti akan menemukan kalian
Wahai kakek, nenek
Aku rindu kalian!
Aku yakin, Allah akan menolongku.
Tekad Mawar bulat,
Kuat.

32 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


7/

Semakin digenggamnya erat kalung itu


Semakin Mawar teringat akan Bayu,
Ooh Bayu, Mengapa kita harus mengalami hal seperti ini?
Pertama kali berjumpa
Lima tahun yang lalu
Di sebuah rumah sakit besar milik swasta.
Mawar yang saat itu magang menjadi asisten dokter,
Memperoleh pasien laki-laki
Untuk ditangani
Si pasien mendapatkan perawatan insentif.
Setelah sembuh dari koma,
Dokter meminta Mawar mengawasi perkembangan
pasiennya
Dengan telaten, Mawar merawat dan memantau
Perkembangan kesehatan pasiennya,
Seminggu
Dua minggu
Tiga minggu berlalu,
Mereka menjadi akrab
Selayaknya sahabat
Berbagi cerita dan tertawa bersama.
Bayu Pratama
Itulah namanya,
Ia bekerja di sebuah perusahaan swasta ternama
Di Jakarta.

ANTOLOGI PUISI ESAI 33


Bayu, lelaki dewasa yang matang
Terpaut jauh usianya dengan Mawar,
Kenyang akan pahit manisnya kehidupan
Wawasannya luas
Teguh pendiriannya
Dan pandai bicaranya,
Ia juga pintar dalam bergaul- sehingga banyak temannya
Namun jika tak suka akan sesuatu, keras sikapnya.
Tak sedikit wanita yang terpikat padanya
Anehnya, dia masih sendiri.
Dua bulan di rumah sakit
Bayu dapat kembali bangkit
Kepada Mawar dia pamit.
Namun mereka tetap bertemu
Hari berikutnya
Minggu berikutnya
Bulan berikutnya.
Sampai akhirnya
Keduanya menyadari:
Cuaca terlihat lebih cerah
Semua orang tersenyum lebih ramah
Hati menjadi lebih riang dari biasanya,
Ya..ya..ya..
Itulah kekuatan cinta,
Mampu mengubah dunia dan isinya
Menjadi lebih indah.
Dewi Amor telah menancapkan panahnya

34 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Kepada dua anak manusia,
Yang berjanji untuk hidup bersama
Dalam suka dan duka.

8/

Di suatu sore yang indah


Ketika mereka berjalan
Menikmati pemandangan alam,
Pernah Mawar bertanya
Kenapa diusianya yang matang
Bayu belum juga menikah
Sambil tersenyum ia berkata:
Aku belum menemukan wanita yang cocok, Mawar
Belum ada wanita yang bisa meluluhkan hatiku
Meskipun seperti yang pernah aku ceritakan padamu
Bahwa aku pernah mempunyai kekasih dimasa lalu
Namun semua itu bagiku semu,
Tak ada satupun yang benar-benar bisa merebut hatiku.
Kau tahu,
Dulu aku pernah berjanji
Akan kunikahi, Siapapun wanita
Yang bisa membuatku jatuh cinta.
Terperangahlah ia
Mendengar ucapan Bayu.
Geli mawar bertanya,

ANTOLOGI PUISI ESAI 35


Meskipun wanita itu sudah tua, atau janda?
Dengan mantap Bayu menjawab,
Iya Mawar, meskipun wanita itu sudah tua-
Dan beruban
Atau janda beranak banyak-
Asalkan hartanya banyak. Tersenyum simpul,
Bayu menambahkan kalimatnya yang terakhir.
Tak percaya
Mawar menatap kekasihnya
Matanya menyelidik,
Hatinya terusik
Untungnya saja
Aku telah menemukan wanita yang membuatku jatuh cinta
Diusianya yang masih terbilang muda.
Ujar Bayu sambil meliriknya
Jadi, aku tak perlu merasa khawatir
Ketika berf ikir
Mungkin saja aku akan jatuh cinta
Pada nenek-nenek atau janda kaya beranak banyak.
Benarkah? Batin Mawar
Melihat wajah Mawar yang begitu serius menanggapi
pernyataannya
Bayu tak dapat menahan gelak tawanya,
Seketika Mawar pun tahu
Bahwa ia telah ditipu
Meronalah wajahnya
Panaslah dirasa pipinya

36 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Bayu memang terkadang agak jahil,
Sangat usil.
Gemas Mawar dibuatnya
Dicubitnya pinggang kekasihnya
Yang seketika meringis-ringis,
Mawar tak peduli
Tanpa ampun ia cubit kembali
Bayu langsung berlari-
Dan tertawa
Menghindari cubitannya.

9/

Mawar menghela nafasnya


Betapa ia merasakan rindu
Pada kekasihnya, Bayu.
Rindu akan gelak tawanya
Rindu akan suaranya
Dan rindu akan sifat jahilnya.
Sejak minggu yang kelabu
Seminggu berlalu, dengan perasaan pilu.
Kala itu,
Malam pekat tak berbintang
Hanya separuh sinar bulan yang menemani.
Di bangku taman,
Mawar menyuarakan kepedihan hatinya
Kepada Bayu, kekasihnya

ANTOLOGI PUISI ESAI 37


Mengapa ini harus terjadi padaku?
Mengapa orang yang kucintai dengan sepenuh hati
Adalah pamanku sendiri?
Air mata meleleh di pipinya
Bayu tampak berkaca-kaca
Cepat ia usap matanya,
Tak ingin Mawar melihat kepedihan
Yang dirasakan juga oleh hatinya.
Kita harus kuat, Mawar
Kita harus tegar
Semua pasti ada jalan keluarnya.
Lirih Mawar berkata,
Apa yang dapat kita lakukan?
Kita ini saudara!
Tak bisa diubah dengan cara apapun.
Bayu tak putus asa
Diyakinkannya Mawar, akan keinginannya yang kuat
untuk tetap memperistrinya.
Apa yang aku katakan kepadamu dulu
Ketika aku berjanji, akan menikahi siapapun wanita
Yang bisa membuatku jatuh cinta
Itu bukanlah bualan semata!

5
Pada abad ke-19, kasus incest banyak terjadi pada masyarakat miskin di
Irlandia. Sementara di masa lalu di kalangan bangsawan eropa, pernikahan
antara saudara sepupu dekat, dianggap legal dan menjadi alasan memperkuat
dinasti. Konon, penyair terkenal, Byron, telah tidur dengan adiknya, Augusta
Leigh. Duke of Cumberland berhubungan cinta dengan adiknya, Sophia.

38 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Lagi pula, zaman dahulu kala itu kerap terjadi5
Dengan alasan yang kuat
Dan itu dianggap sah!
Sekarangpun hal itu masih ada.6
Lihatlah di sebagian pulau negara kita,
Masih banyak yang melaksanakan pernikahan sedarah
Lalu, mengapa hal seperti ini menjadi masalah?
Ditatapnya Mawar dengan mesra,
Diyakinkannya Mawar, akan ketulusan cinta dan sayangnya

Napoleon. Di kalangan bangsawan Mesir Kuna, khususnya pasca invasi,


Alexander Agung, melakukan perkawinan dengan saudara kandung dengan
maksud untuk mendapatkan keturunan berdarah murni dan melanggengkan
kekuasaan. Contoh yang terdokumentasi adalah perkawinan Ptolemeus II
dengan saudara perempuannya, Elsinoé. Beberapa ahli berpendapat,
tindakan seperti ini juga biasa dilakukan kalangan orang biasa. Toleransi ini
didasarkan pada mitologi Mesir Kuno tentang perkawinan Dewa Osiris
dengan saudaranya, Dewa Isis. Dalam mitologi Yunani Kuno, Dewa Zeus
kawin dengan Hera, yang merupakan kakak kandungnya sendiri. Foklor
Indonesia juga mengenal hubungan incest. Hubungan antara Sangkuriang
dan ibunya sendiri (Dayang Sumbi) dalam dongeng masyarakat Sunda atau
antara Prabu Watagunung dan ibunya (Sinta), yang menghasilkan 28 anak
(Kisahnya diabadikan dalam Pawukon). Sumber: http://uniqpost.com//6-
kasus-incest-pernikahan-sedarah-yang-menggemparkan-dunia/, http://
id.wikipedia.org//Hubungan_sedarah, lihat juga “Famous Couples” di
http://www.cousincouples.com//.
6
Contoh paling jelas mungkin bisa dilihat pada kehidupan di pulau Tristan
de Cunha, pulau terisolir yang masih masuk wilayah Inggris. Di sini kawin-
mawin antara saudara adalah biasa karena memang, selain lokasi pulau
yang sangat terisolir dan sulit diakses orang di luar, juga adanya larangan
keras bagi pendatang untuk tinggal di pulau itu. Tak heran kalau di pulau
yang berpenduduk 270 jiwa itu, banyak dijumpai kasus kelainan genetik,

ANTOLOGI PUISI ESAI 39


Ia tak akan mundur sedikitpun.
Mawar tertunduk lesu; Tapi kau tahu,
Negara kita tak memperbolehkan hal itu
Dimata hukum kita tidak sah!7
Dan apa yang kita lakukan,
Dianggap suatu tindak kejahatan yang nyata

juga cacat pada bayi yang lahir. Contoh lain adalah pernikahan yang terjadi
di pedalaman hutan Boliyohato tepatnya di daerah Gorontalo, yang
dilakukan oleh Suku Polahi yang masih tradisional. Sumber: http://
uniqpost.com//6-kasus-incest-pernikahan-sedarah-yang-menggemparkan-
dunia/, http://mraddin.wordpress.com//perkawinan-sedarah-suku-polahi-
pedalaman-hutan-boliyohato-gorontalo/
7
Di negara Indonesia terdapat beberapa hal yang menjadikan pernikahan
tidak sah di mata hukum. Di antaranya, jika syarat sah nikah tidak terpenuhi.
Hubungan sedarah juga merupakan alasan dapat dibatalkannya suatu ikatan
pernikahan, karena melanggar ketentuan KUHP pasal 30 - 31, UU No.1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan pada Bab II pasal 8, yaitu larangan
perkawinan yang: (1) berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke-
bawah atau ke atas; (2) berhubungan darah dalam garis keturunan
menyamping yaitu antara seorang saudara dengan saudara orang tua dan
antara seorang dengan saudara neneknya. (3) berhubungan semenda yaitu
mertua, anak tiri, menantu, ibu atau bapak tiri. (4) sehubungan susuan,
yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan bibi/paman susuan.
(5) sehubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenekan dari
isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang. (6) Mempunyai
hubungan yang oleh agamanya atau peraturan yang berlaku, dilarang kawin,
Dan Pasal 39 Kompilasi Hukum Islam. Jika seseorang baru mengetahui
status hubungannya sebagai saudara sekandung atau sepersusuan, maka
wajib bagi keduanya untuk berpisah, dengan kata lain pernikahannya dapat
dibatalkan secara hukum (fasakh), Hal ini sesuai dengan ketentuan UU
No.1 Tahun 1974 Pasal 22 Bahwa Perkawinan dapat dibatalkan, apabila
para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk melakukan perkawinan.
Kalaupun terjadi pembatalan perkawinan maka akibat hukum terhadap
hubungan suami isteri maka semua hak dan kewajiban antara suami isteri

40 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Lalu, bagaimana nasib anak-anak kita nanti?
Bayu mengangkat wajah Mawar
Mawar, lihat aku!
Tatap mataku!
Kita tak minta semua ini terjadi.
Apakah saling mencintai bisa dianggap sebagai suatu
kejahatan?
Kita bisa pergi ke negara lain8
Dimana kita bisa hidup dengan tenang

tersebut menjadi tidak ada, sehingga pembatalan tersebut mengakibatkan


seolah-olah tidak terjadi perkawinan antara mereka yang perkawinannya
dibatalkan.
Mengenai status anak dan hak waris anak yang dihasilkan dari hubungan/
pernikahan sedarah, adalah sah dimata hukum dan memiliki hak waris yang
sama dengan anak lainnya, jika pernikahan itu diketahui setelah si anak
lahir, tapi jika orangtuanya telah mengetahui persaudaraan mereka sebelum
si anak lahir, maka nasabnya hanya jatuh kepada ibunya dan si anak tidak
mempunyai hak waris apapun dari ayahnya. Sumber: http://www.hukum-
online.com//ketentuan-waris-anak-hasil-incest-menurut-hukum-islam//.
8
Sejumlah negara menganggap incest sebagai suatu kejahatan pidana dan
pelakunya mendapatkan hukuman. Amerika misalnya. Incest dinyatakan
illegal dengan hukuman bervariasi ditiap negara bagian. Massachusetts
adalah negara bagian yang paling keras hukumannya, yakni bisa mencapai
20 tahun penjara. Sedang di Hawaii hanya 5 tahun. Walaupun lama hukuman-
nya berbeda-beda, tapi yang pasti incest adalah suatu kejahatan pidana dan
berlaku di seluruh AS. Di Inggris hukumannya adalah 12 tahun penjara.
Scotlandia pun menganggap incest sebagai sesuatu yang illegal.
Namun ada juga negara yang “bebas”, Perancis misalnya. Di sana incest
bukanlah suatu kejahatan. Tak heran kalau para pelaku incest lebih suka
‘lari’ ke negara itu.

ANTOLOGI PUISI ESAI 41


Dan memperoleh perlindungan hukum.
Mawar pun terdiam,
Lidahnya kelu
Hatinya tak menentu.
Dalam hatinya, tak ada niat sedikitpun untuk melukai
hati ayah ibunya
Dan pergi meninggalkan mereka
Ia mencintai ayah ibunya
Dan ia mencintai Bayu.

Banyak negara yang melarang dan bahkan menjatuhkan hukuman bagi para
pelaku incest bukan hanya berdasarkan pandangan dari segi sosial saja,
tetapi juga dilihat berdasarkan risiko yang ditimbulkan. Penelitian-penelitian
secara populasional menunjukkan bahwa anak-anak hasil perkawinan
sedarah ini memiliki risiko lebih besar menderita penyakit-penyakit genetik
tertentu. Terutama yang sifat penurunannya autosomal recessive (lihat
‘Apakah anak bisa normal jika menikahi keluarga albino?’ dan ‘Risiko
menikahi pasangan dari keluarga pengidap Thalassemia’). Anak yang
dihasilkan dari perkawinan (sedarah maupun tidak) dimana kedua orang
tuanya adalah pembawa suatu penyakit genetik autosomal recessive dapat
menderita penyakit tersebut (dengan kemungkinan 25%), dapat menjadi
carrier juga (dengan kemungkinan 50%) atau sama sekali sehat dan bukan
carrier (dengan kemungkinan 25%). Contoh: Kasus Harlequin baby di
Ende, Flores. Bayi yang lahir mengalami kelainan pada mata, hidung dan
mulut. Di mata bayi, pada bagian kelopak mata dalam posisi terbalik atau
melipat ke arah luar (ectropion).Bentuk bibir bayi tebal atau besar dan
terbuka, serta kulitnya mengering dan mengeras, bahkan beberapa bagian
mengelupas karena kuatnya kerutan. Juga pada kasus ‘Fenomena Kampung
Idiot di Ponorogo’. Sumber: http://uniqpost.com//6-kasus-incest-perni-
kahan-sedarah-yang-menggemparkan-dunia/,http://aspal-putih.blog-
spot.com//akibat-pernikahan-sedarah-atau-menikah.html, http://
regional.kompas.com//Kasus.Harlequin. Di Ende.Diperkirakan.karena.
Perkawinan.Sedarah, http://www.infospesial.net//fenomena-kampung-idiot-
di-ponorogo.html//.

42 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Tapi aku perempuan Bayu, tersekat dalam tangisnya
Mawar berkata
Aku tak bisa menikah tanpa restu orang tua
Itu hukum sah menurut agama.
Keduanya pun terpaku
Membisu.
Jalan buntu membentang lebar.
Mungkin kita memang harus berpisah.Mawar memecah
keheningan, air matanya kembali bercucuran.
Ikhlaskan saja aku,
Biarkan aku pergi.
Kumohon. Bayu berbisik lirih
Jangan menangis lagi.
Tangis Mawar semakin pilu
Dalam pelukan Bayu.

10/

Ayah dan ibu Mawar berusaha mencari cara


Agar anak semata wayangnya
Tak terjerat cinta buta,
Dan bisa sepenuhnya melupakan Bayu, pamannya.
Maka dicarikanlah jodoh baru untuk Mawar
Elang namanya,
Pemuda dari desa
Yang telah lama mencintainya.
Pria dari keturunan baik-baik, saleh

ANTOLOGI PUISI ESAI 43


Dan mapan.
Meskipun Mawar tak cinta, ia terima saja
Demi bakti pada orangtua.
Tanggal dan bulan sudah ditentukan
Penghulu telah disiapkan,
Mawar hanya bisa tertunduk pasrah.

11/

Bayu merasa sakit di kepalanya


Semakin hari semakin menjadi.
Kepalanya sering pusing mendadak, nafasnya naik turun
Hidungnya terasa sakit, matanya memerah
Bayu menyeka hidungnya
Darah kental menempel dijarinya
Ya Allah..
Jangan sampai penyakit itu datang lagi!
Izinkan aku untuk hidup lebih lama
Izinkan aku melihat orang yang aku sayangi bahagia,
Walaupun seandainya kebahagiaan itu
Datangnya bukan bersamaku...
Bayu terduduk lemas di bangku taman
Tak terasa air mata mengalir di pipinya
Sebagai seorang lelaki, pantang untuk merasakan derita
dalam tangis
Tapi ia tak dapat menahan gejolak perasaannya,
Dengan tulus ia sangat mencintai Mawar.

44 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Ayah dan ibunya,
Telah berdamai dengan orangtua Mawar
Yang tak lain adalah kakak kandungnya.
Meskipun begitu, Mawar dan Bayu tetap tak dapat bersatu
Mereka tak merestui, semua ini terjadi.
Sungguh pilu
Bagai tersayat sembilu
Ketika ia benar-benar menemukan apa arti cinta
Ketika ia benar-benar merasakan bagaimana jatuh cinta
Orang yang dicintainya, dirasakan takkan mampu
untuk seutuhnya menjadi miliknya.
Walapun di depan Mawar, ia berlagak kuat dan tenang
Namun sesungguhnya batinnya terguncang
Ia berusaha memandang jauh kedepan
Tak ingin menuruti ego semata
Meskipun ia yakin, ia bisa membahagiakan Mawar
Ia akan menyerahkan semua keputusan pada Mawar
Apapun itu, akan diterimanya
Dengan tulus dan ikhlas
Firasatnya sangat kuat
Perpisahan itu
Tinggal menunggu waktu.
Walaupun ia takut,
Saat ini yang bisa ia lakukan-
Adalah terus merasakan kebahagiaan
Bersama orang yang dia sayang.

ANTOLOGI PUISI ESAI 45


12/

Sejak perjodohan itu


Mawar dilarang untuk bertemu dengan Bayu.
Hatinya gelisah tak menentu
Pernikahannya dengan Elang tinggal seminggu.
Ia genggam erat, kalung berliontin itu.
Kembali Mawar teringat-
Akan pertemuannya yang terakhir dengan Bayu.
Bayu,
Aku telah dijodohkan dengan Elang.
Dengan perlahan, Mawar menceritakan
Semua yang telah direncanakan
Oleh ayah dan ibunya.
Empat bulan lagi aku akan menikah, Mawar putus asa.
Untuk pertama kali dalam hidupnya
Ia merasa sangat tak berdaya.
Meskipun apa yang didengarnya
Membuat lubang di hatinya,
Semakin lebar terbuka
Bayu tetap tersenyum.
Perlahan, diusapnya kepala Mawar
Jika memang itu sudah menjadi keputusanmu
Aku tak bisa menghalangimu.
Aku hanya bisa berdoa
Semoga kau bahagia hidup bersamanya.
Air mata Mawar mengalir deras,

46 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Maafkan aku Bayu.
Ditatapnya wajah kekasihnya itu
Nampak sangat pucat,
Ia khawatir, penyakit Bayu kambuh lagi.
Bayu mengerti apa yang dif ikirkan Mawar
Sambil tersenyum ia berkata:
Aku baik-baik saja, Mawar
Tak usah kau risaukan aku.
Biarkanlah aku menikmati
Sore yang indah ini
Dengan tenang dan bahagia bersamamu.
Jadikanlah perpisahan ini
Sebagai sesuatu yang indah untuk dikenang
Aku tak mau ada air mata
Yang akan menambah pedihnya luka.
Bayu menghapus air mata
Yang mengalir diwajah kekasihnya.
Aku mencintaimu. Mawar berbisik lirih.
Aku juga, sangat... sangat mencintaimu... Bayu berkata
perlahan
Lalu, diciumnya kening Mawar.
Mawar tertawa dalam tangisnya,
Aku akan hadir, dipesta pernikahanmu nanti.
Bayu melanjutkan ucapannya.
Mawar hanya bisa tersenyum pedih.
Langit sore itu, menjadi saksi bisu
Akan cinta yang tak bisa menyatu

ANTOLOGI PUISI ESAI 47


Tangan mereka bertautan
Hati mereka berpelukan,
Semuanya terasa indah, namun perih
Tak terperi.

13/

Malam ini
Pukul 03.00 dini hari
Mawar bersimpuh di atas sajadahnya,
Memohon petunjuk dari yang Maha Kuasa
Ya Allah..
Aku tahu cinta ini terlarang
Aku pun akan segera menikah
Namun aku mohon ya Allah,
Bagaimana aku harus menghadapi semua ini?
Aku takut kehilangannya-
Dan aku tak bisa hidup tanpanya.
Malam yang sunyi
Terkunci suara hati
Hanyalah kepada illahi
Segala resah hati ia curahkan.
Ia mencintai pamannya,
Tapi ia pun mencintai ayah dan ibunya.
Tak ingin mempermalukan keluarga besarnya,
Ia menuruti saja
Kemauan ayah ibunya

48 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Untuk menikah dengan Elang
Meskipun ia tak cinta.
Diingatnya perkataan terakhir pamannya
Saat perpisahan itu;
Seandainya kau tak mampu
Dan tak bisa untuk menikah dengan pilihan orangtuamu
Datanglah kepadaku,
Kita pergi dari sini, Mawar
Kita tinggalkan semuanya
Dan memulai hidup baru, di negeri lain.

14/

Sudah seminggu lebih,


Bayu tak membalas smsnya, tak mengangkat teleponnya
Padahal sebelumnya telah berjanji
Akan selalu mengirimi kabar, apapun yang terjadi!
Ingin ia pergi dari rumah untuk menemuinya
Mencari tahu apa yang terjadi
Pada pria yang dicintainya ini.
Tapi ia bimbang, tak mungkin ia pergi
Pernikahannya tinggal sehari lagi.
Keresahan mengusik relung hatinya
Kecemasan melanda jiwanya,
Antara siap dan tidak
Untuk menghadapi pernikahan
Yang tidak ia inginkan.

ANTOLOGI PUISI ESAI 49


Seminggu lebih Bayu
Menghilang tanpa kabar
Jantung Mawar semakin berdebar
Haruskah aku pergi?
Aku tahu ini salah,
Aku telah keras berusaha
Tapi cinta tak bisa dipaksa!
Ya...ya...
Biarkan saja,
Ikuti naluri yang ada.
Malamnya,
Saat semua masih terlelap dalam tidurnya
Mawar pergi meninggalkan rumah,
Meninggalkan ibu dan ayah
Meninggalkan semua kenangan masa kecilnya
Meninggalkan Elang, calon suaminya
Maafkan aku ibu, ayah..
Sudah kupaksa hatiku untuk mencintai pria lain
Segala cara telah kutempuh untuk bisa menerima
pernikahan ini
Tapi, hatiku tak mau menyatu
Fikiranku tetap pada Bayu.
Maafkan aku, yang masih belum bisa
Menjadi anak yang berbakti.
Elang, Maafkan aku...
Tak ada niat untuk menyakitimu
Tak ada niat untuk mempermalukanmu dan keluargamu

50 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Namun aku tak bisa
Membagi cintaku padamu
Maafkan aku...
Sambil menangis,
Mawar berlari menembus kabut tipis
Bayangan Bayu menari-nari di pelupuk matanya
Rasa rindu yang sejak tiga bulan lalu ditahannya
Terasa sesak memenuhi rongga dadanya
Bayu,
Tunggu aku!
Aku datang padamu..

15/

Manusia boleh berencana


Tapi Tuhan jualah yang menentukan.
Langit pagi itu mendung,
Seperti mendukung
Suasana hatinya yang tersayat, perih
Pedih.
Pusara itu masih merah,
Basah.
Kemboja dan kenanga masih harum tercium.
Mawar meletakkan
Sekuntum bunga mawar merah
Didekat kepala nisan
Kau kan slalu tersimpan di hatiku

ANTOLOGI PUISI ESAI 51


Meski ragamu tak dapat kumiliki
Jiwaku kan slalu bersamamu
Meski kau tercipta bukan untukku9
Mawar menangis pilu
Bibirnya bergetar hebat, menahan luka yang dalam.
Terngiang di telinganya
Suara neneknya-
Ibunya Bayu, kekasihnya.
Mengabarkan berita yang tak pernah ia sangka.
Seminggu yang lalu
Bayu masuk rumah sakit, mesti diopname
Penyakitnya kambuh, Mawar
Kanker otak itu menyebar dengan cepat
Sudah masuk stadium akhir.
Empat hari di rumah sakit,
Bayu tak dapat bertahan
Ia meninggalkan kita untuk selamanya.
Bayu melarang nenek untuk memberitahumu
Agar kau tak khawatir menjelang pernikahanmu..
Maafkan nenek,
Maafkan Bayu, Mawar...
Mawar menjerit histeris

9
Dikutip dari lagu yang berjudul ‘Cinta Terlarang’, yang dipopulerkan oleh
dua wanita cantik dengan nama Band ‘The Virgin’. Contoh lain lagu yang
terinspirasi oleh hubungan terlarang adalah: Kangen Band ‘Cinta Terlarang’
dan Mahkota Band dengan judul yang sama.

52 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Tak kuasa menahan tangis
Dipeluknya sang nenek,
Sambil beruraian air mata.
Angin dipemakaman seperti ribuan jarum
yang menusuk kulitnya.
Selembar surat tergenggam erat di tangan,
Kembali Mawar terngiang ucapan neneknya:
Surat ini untukmu, Mawar.
Nenek menyerahkan sepucuk surat pada Mawar.
Ia menulisnya, sesaat sebelum ajal datang menjemputnya.
Terlihat jelas sang nenek berusaha menahan air matanya.
Ia memintaku untuk memberikannya kepadamu,
Jika kau datang kemari.
Sekali lagi,
Dibacanya surat itu-
Dengan gemetar dan tangis yang membisu.
Mawarku,
Bungaku tersayang...
Jika engkau membaca surat ini
Mungkin aku sudah tak ada di dunia ini lagi,
Maafkan aku, yang tak bisa memenuhi janji
Untuk tetap setia mendampingimu
Sampai kau beranak cucu.
Tetaplah menjadi bunga yang indah dan berseri
Menyebarkan wanginya setiap hari.
Seandainya, Tuhan memberikan aku kesempatan hidup
lebih lama

ANTOLOGI PUISI ESAI 53


Ingin aku melihat kau bahagia
Meski itu bukan denganku,
Menggendong anak-anakmu yang lucu
Dan membacakan mereka dongeng.
Aku tetap bersyukur
Telah dipertemukan denganmu
Tak ada sesal di hatiku,
Ketika aku jatuh cinta padamu.
Hanya saja jika aku boleh meminta,
Aku ingin dipertemukan denganmu
Sebagai orang lain
Yang tetap mencinta satu sama lain.
Tetaplah bersemi, Bungaku...
Merekahlah...
Meski tanpa hadirnya diriku...

54 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


VIRUS!
(Kisah Hidup ODHA)

Puisi Esai
Catur Adi Wicaksono

ANTOLOGI PUISI ESAI 55


56 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
VIRUS!
(KISAH HIDUP ODHA)

Sari menyuapi ibunya


Tergolek lemah tak berdaya
Biaya menjadi kendala
Terpaksa pulang ke rumah
Tak ada dokter atau pun suster
Hanya Sari setia menemani

Bu, jamunya diminum ya


Seteguk, dua teguk, tiga teguk, habis
Begitu seterusnya
Tiga kali sehari seperti kata Pak Basri

Sudah lima bulan Liana tak kunjung sembuh


Dokter pun geleng-geleng
Tak ada obatnya
Virus semakin merajalela
Menyebar, mematikan

Wajahnya pucat
Matanya cekung
Tubuhnya susut
Hanya tinggal kulit dan tulang

ANTOLOGI PUISI ESAI 57


Sari... Sari...
Maafkan Ibu ya, Nak...
Ini dosa Ibu
Dosa Ibu...

Liana terisak
Batinnya terkoyak
Menjerit tanpa suara
Menangis tanpa air mata
Terlalu dalam
Luka akan masa lalu
Perih...
Merintih...
Seperti sakit ini...

Kenapa Bu?
Ibu salah apa?

Liana diam
Bibirnya bergetar
Ia tak sanggup bercerita
Ditatapnya Sari dengan mata berkaca-kaca

Ya, dialah putri satu-satunya


Benih cinta yang berdosa
Ibunya seorang pramuria
Bapaknya pria hidung belang

58 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Sepuluh tahun yang lalu...
Ketika mereka bertemu
Liana dan Sardi

Usiaku masih belia


Meninggalkan desa tercinta
Hijrah ke kota
Membawa bekal seadanya

Aku Liana
Gadis desa sederhana
Ijazah tak punya
Orang tua telah tiada

Di kota inilah
Kota Surabaya
Aku memulai hidup
Sebagai seorang pramuria

Malam seakan menjadi nafasku


Pagi adalah lelahku
Bersolek bak seorang ratu

ANTOLOGI PUISI ESAI 59


Terang bulan aku dimanja
Mentari datang aku dicela

Ini nafkahku
Dua tahun menjadi kupu-kupu
Bermodal paras ayu
Di bawah cahaya lampu, memikat para tamu

Februari 1999
Malam itu dia datang padaku
Menjemputku di tempat biasa
Ya, tempat yang tak pernah sepi
Gemerlap lampu menghiasi
Hingar bingar suara diskotik
Lantunan lagu para biduan cantik

Dia tamu pertamaku


Pria tinggi berkulit putih
Hidung mancung, senyumnya manis
Kutaksir usianya tiga lima
Dari semua pria yang pernah datang padaku, hanya dia
yang paling tampan
Ah, apa peduliku?
Yang penting adalah uang

60 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Kami berkenalan
Sardi namanya
Dia pria yang ramah
Ku diajak ke sebuah wisma
Bukan tempat penginapan keluarga

Aku sudah terbiasa


Seperti pria-pria sebelumnya
Awalnya bercengkerama
Negosiasi harga
Atau sekedar karaoke dan makan malam bersama
Kemudian lanjut malam pertama

Kita mau kemana, Om?

Om?
Hahahaha
Panggil saja aku Sardi
Yuk, ke mobil! Aku mau mengajakmu makan malam

Sepanjang jalan kami bercerita


Mas Sardi sangat dewasa
Sopan tingkah lakunya
Tak ada sentuhan mesum
Atau kata-kata nakal yang menggoda

ANTOLOGI PUISI ESAI 61


Aku menduga dia pria berada
Mobilnya merk ternama
Cara berpakaian sangat bersahaja
Rasanya tak percaya
Jika dia belum berumah tangga

Aku terkesan
Menaruh hati padanya
Ya...
Lebih tepatnya jatuh cinta

Pucuk dicinta, ulam pun tiba


Dia mengajakku nikah
Benarkah?
Atau hanya pura-pura?

Aku bukan manusia munaf ik


Aku memang hina
Tapi masih punya harapan yang mulia
Kelak aku ingin hidup bahagia
Berumah tangga
Berkeluarga
Bersama orang yang kucinta
Itulah doaku

62 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Bagaimana dengan Mas Sardi?
Apakah dia jawaban atas doaku selama ini?
Entahlah
Tuhan, jika memang ini yang terbaik, tunjukkan jalanMu...

Hari berganti hari


Siang bertemu malam
Hubungan kami semakin mesra
Dunia serasa milik bedua
Sampai akhirnya kami menikah

Aku ingin harapanku terwujud


Meninggalkan duniaku, dunia malam

Bulan demi bulan kita lalui


Aku mengandung jabang bayi Mas Sardi
Bahagia...
Perlahan impianku semakin nyata

Tapi...
Siapa yang menyangka bahwa kebahagiaan
itu hanya sementara

ANTOLOGI PUISI ESAI 63


Mas Sardi jatuh sakit
Awalnya sariawan biasa
Diare dan muntah-muntah
Tapi tak kunjung reda
Malah semakin parah
Muncul gejala lainnya

Sayang...
Aku ingin mengatakan sesuatu
Maafkan aku karena merahasiakan ini padamu

Rahasia?
Perasaanku gelisah
Gusar
Apa yang akan dia katakan?

Ya, Mas, katakan saja

Aku suami yang berdosa


Mungkin ini hukuman Tuhan, akibat perbuatan bejatku
Sebelum aku mati, jaga buah hati kita

Apa maksudnya?
Liana bertanya dalam hati

Sardi berlinangan air mata


Sembari tangannya mengusap perut Liana
Janin yang dikandung istrinya
Darah daging mereka

64 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Ada apa, Mas?
Kuusap air matanya
Aku harus siap
Apapun yang terjadi

Dokter...
Kata dokter...
Aku positif... Positif...
Aku AIDS, Li’
Tangisnya pecah

Kata-kata itu seperti memekakkan telingaku


Merasuk menghentikan detak jantungku
Nafas seakan berhenti
Sesak terbungkam

Aku mematung
Bibirku kaku
AIDS?

Diserahkannya beberapa lembar kertas


Hasil pemeriksaan dokter

Maafkan aku, Li’


Usiaku tinggal menghitung hari
Berjanjilah kau akan melahirkan buah cinta kita

ANTOLOGI PUISI ESAI 65


Benar!
Liana dengan jelas membaca surat itu
Bukan mimpi
Nyata!
Positif!

Tuhan... Apakah aku memang tak pantas bahagia?


Baru saja aku merasakan cinta
Tapi mendadak menjadi sebuah bencana

Tiga bulan berikutnya


Sardi menghembuskan nafas terakhirnya
Innalillahi wainnailaihi roji’un

Liana sendiri
Suami yang dicintainya telah pergi
Bukan sementara
Tapi untuk selamanya
AIDS merenggutnya
Membutakan harapan
Menghapus impian

Malang sekali Liana


Entah siapa yang terinfeksi
Entah darimana virus itu bermula
Mungkin saja Liana

66 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Mengingat dia pramuria
Berkencan dengan berbagai pria

Atau mungkin Sardi?


Pria hidung belang
Menghambur-hamburkan uang
Memikat wanita untuk tidur bersama

Liana dan Sardi sama saja


Mereka dipertemukan karena CINTA
Bukan di tempat biasa
Melainkan di tempat berdosa
Hingga virus mendatanginya
HIV/AIDS
Akibat dari perbuatannya
Bebas karena kenikmatan semata

Derita Liana tak pernah berhenti


Malah ia ingin bunuh diri
Bayangkan saja
Suaminya mati
Mati karena AIDS
Aib! Najis!

Belum lagi cibiran dimana-mana


Dugaan dari tetangga
Buruk tertuju padanya

ANTOLOGI PUISI ESAI 67


Mungkin Sardi tertular Liana. Dia kan pelacur!
Kasihan Sardi
Bayinya pasti juga kena AIDS
Kita harus hati-hati
Jangan dekat-dekat Liana. Salah-salah kita tertular
Begitulah kata mereka

Ckckck...
Astagf irullahaladzim
Namanya manusia
Suka mencari masalah
Menduga seenaknya
Tak ingat dosa

Tuhan...
Apa sebaiknya aku mati saja?
Buat apa aku hidup kalau hanya sengsara?
Percuma...
AIDS juga akan membunuhku
Membunuh bayiku

Dalam keheningan malam


Liana berdoa
Bersujud pada Sang Khalik
Bersimpuh dalam tangis

68 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Ia sadar
Bunuh diri bukan solusi
Yang ada neraka menanti
Ya, dia punya bayi
Titipan Ilahi
Jika ia sengaja mati
Sama saja dia membunuh darah dagingnya sendiri

Ampun Tuhan...
Ampun...

Bismillahirohmanirohim
Ia mengusap air matanya

Aku akan tepati janjimu mas


Melahirkan dan membesarkan anak kita
Sekalipun virus terus menghantui
Ia takkan berani menyerangku
Ia hanya menang ketika aku lemah
Aku harus sehat
Harus kuat sampai anakku lahir
Berjuang sampai mati

Alhamdulillah...
HIV/AIDS tak menjadi kendala
Cinta Liana masih tetap menyala

ANTOLOGI PUISI ESAI 69


Sembilan bulan...
Bayi itu lahir
Seorang putri cantik
Diana Permata Sari

(Oekk...oeekk...oeek)

#
Nak... anakku Sari...
Kamu harus ingat pesan Ibu
Jadilah anak yang jujur dan soleha

Ya, Bu...
Sudah, sekarang Ibu istirahat
Ibu tidak boleh nangis lagi
Sari sholat dulu ya Bu

Laa...i...

Sembari membentangkan sajadah


Di samping Ibunya
Sayup-sayup terdengar suara

...la...

Suara Ibunya

70 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Parau...
Lirih tertahan...

ha...il...

Sari mendekat
Mencoba mendengar

...lallah...

Bu?
Ibu?
Buu?
Sari menepuk-nepuk lengan Ibunya
Sekali lagi
Dua kali
Berkali-kali
Tidak, belum, Ibu tidur kan?
Hatinya seakan menghibur, berusaha membuatnya
tenang
Tapi mata tak dapat ditipu

Ya Allah
Sari cemas
Ia berlari ke rumah Pak Basri

Pak Basri!
Pak, Ibu...

ANTOLOGI PUISI ESAI 71


Tanpa ba bi bu, Pak Basri menghampiri Liana
Dipegangnya tangan Liana
Denyut nadinya tak ada
Hembus nafasnya tak terasa
Sekali lagi
Ya benar, Pak Basri tak mendengar detak jantungnya
Innalillahi wainnailaihi roji’un

Ibuuuu...Ibuuuu...
Air mata pun tumpah
Sari menangis sejadinya
Ia memeluk Ibunya yang tak bernyawa

Ibuuuu...
Ibuuuuuuu...

#
Angin berhembus lirih
Mengabarkan berita duka
Burung-burung enggan berkicau
Hening dalam doa
Daun-daun tinggalkan tangkainya
Tanda belasungkawa

Liana telah pergi


HIV/AIDS mengakhiri
Itu sudah pasti

72 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Dia hanyalah seorang manusia
Dari debu dan tanah
Banting tulang mencari nafkah
Lelah...
Sakit...
Hingga HIV/AIDS siap melumpuhkannya
Pelan...
Menyakitkan

Tidak mudah hidup dengan HIV/AIDS


Sama seperti menyimpan bom waktu
Siap meledak kapan saja

Namun Liana perempuan yang hebat


Tak pernah putus asa
Cintanya tak pernah padam
Virus tak mampu menghalanginya

Ya, cinta bukan sekedar untuk bahagia


Cinta adalah sebuah kekuatan
Kekuatan untuk berjuang mencapai kemenangan

Memang benar adanya


Kekuatan cinta itu nyata
Liana membuktikannya

ANTOLOGI PUISI ESAI 73


Ia bertobat karena CINTA
Cinta dia kepada Tuhan

Ia menepati janji Sardi karena CINTA


Cinta seorang istri kepada suaminya

Ia melahirkan dan membesarkan Sari karena CINTA


Cinta seorang Ibu kepada anaknya

Cerita Sardi dan Liana sudah berakhir


Hilang, kembali ke pangkuan-Nya
Tapi...
Virus itu masih meninggalkan cerita
Membuat jejak pada anak manusia
Sari, gadis kecil tak berdosa

Virus itu seakan marah


Terkalahkan oleh kekuatan cinta
Ia mengalir lewat darah
Meneteskan nila ke air susu
Merasuk ke bayi mungil itu
Seperti jembatan yang menghubungkan keduanya
Menyeberang dengan mudah

74 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Dasar virus!
Salah apa dia?
Mau kamu apakan, ha?

Sari... Sari...
Malang sekali nasibmu, Nak
Menanggung dosa Bapak Ibumu
Menderita karena mereka

Tapi semua orang ingin tahu


Bagaimana akhir cerita virus itu?

Dalam sebuah catatan kecil


Dengan bahasa sederhana
Sari bercerita...

Namaku Sari
Umurku sepuluh tahun
Bapak Ibuku sudah mati
Untung ada Pak Basri
Beliau sangat baik hati
Anggap aku anak sendiri

Pak Basri itu tabib


Ahli pengobatan tradisional

ANTOLOGI PUISI ESAI 75


Beliau banyak bercerita tentang Ibuku
Tentang penyakit Ibuku
Katanya tak bisa sembuh
Hanya mukjizat Tuhan yang sanggup membantu

Sekarang aku ngerti


Kenapa teman-temanku menjauh
Bukan mereka tak mau dekat denganku
Tapi Ibu mereka yang melarang
Aku dikatakan virus
Virus! Virus!

Aku hanya bisa nangis


Memeluk Ibuku
Mendekapnya

Ibuku ngerti
Ia melarangku keluar rumah
Tak ingin aku dihina
Tak ingin aku sedih

Kadang aku murung


Kecewa
Tak seberuntung teman-temanku
Namun Ibu satu-satunya penolongku
Ia tau bagaimana membuatku bahagia
Cinta Ibu sangat besar kepadaku

76 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Ibu...
Aku kangen Ibu...
Aku akan selalu ingat pesan Ibu
Aku akan jadi anak yang jujur dan sholeha

Ayah...
Aku tak pernah liat Ayah
Seperti apa wajah Ayahku?

Meskipun mereka sudah tiada, aku masih punya Tuhan


Aku cinta Tuhan
Kata Pak Basri, Tuhan akan mempertemukan aku dengan
mereka

Ya Allah, Sari...
Itu artinya hidupmu tinggal menghitung hari

Virus itu benar-benar keji


Tak hanya membuat orang mati
Tapi juga membentuk opini
Melahirkan sebuah diskriminasi

Jika Sari diberi usia dewasa, siapa yang mau bercinta


dengan wanita AIDS?
Siapa yang mau jadi istrinya?

ANTOLOGI PUISI ESAI 77


Jelas!
Ia akan kesulitan
Tidak ada laki-laki yang mau menikahi

Mungkin banyak pria yang mendekati


Tapi ia harus ingat pesan Ibunya
Jujur!
Ya, jujur!
Ia harus mengakui bahwa ia AIDS
Memang menyakitkan tapi akan lebih sakit jika ia
berbohong
Sama saja ia membunuh kekasihnya
Dosa besar!

Kalian!
Siapa saja tak terkecuali
Tak sepantasnya menjauhi Sari
Atau yang bernasib seperti Sari
Tak selayaknya dibenci

Kalian bisa saja bercinta dengan pasangan pilihan


Menikmati indahnya bertali kasih
Tapi Sari?
Dia tak punya banyak pilihan
Hidupnya tak lama lagi
Apa kalian masih mengintimidasi?

78 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Mereka butuh disayangi
Mereka harus dihargai
Bukan untuk ditakuti

Viruslah yang perlu diwaspadai!


Patut dihindari
Bukan Sari!

Ingat Liana?
Tak banyak warga yang datang
ke rumah duka
Bahkan memandikan jenazah pun mereka berunding
lama
Saling melempar amanah
Takut virus itu berpindah

Mereka pikir virus itu akan terbang ke udara?


Hinggap ke tubuh manusia
Lantas tertular dengan mudah?

Salah besar!
Virus itu hanya hidup dalam darah, sperma atau sel
lainnya
Ia tak tersentuh udara

Pahami...
Resapi...

ANTOLOGI PUISI ESAI 79


Jangan perlakukan Sari seperti Ibunya dulu
Dia anak kecil yang tak tau apa-apa

Sekarang, virus itu masih bersemayam dalam tubuh Sari


Membangun tembok penghalang
Memberikan batas cinta

Kita harus peduli!


Jangan turut meninggikan tembok itu!
Justru kita harus merobohkannya
Memberi cinta pada mereka
Cinta kepada sesama
Bukan berarti asmara
Tapi sebagai saudara

Sari belum mati...


Hanya Tuhan yang berhak mengakhiri cerita ini...

80 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Catatan*

1. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel
darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan
tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak
sehat dan belum membutuhkan pengobatan. Namun orang tersebut dapat
menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko
dan berbagi alat suntik dengan orang lain.
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala
penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan
oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka
orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis,
berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker. Stadium
AIDS membutuhkan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan
jumlah virus HIV di dalam tubuh sehingga bisa sehat kembali. Sumber: http:/
/www.aidsindonesia.or.id//

2. WHO telah membuat kriteria gejala yang dapat dipakai sebagai pegangan
dalam mendiagnosis AIDS, ada yang disebut gejala mayor dan gejala minor.
Gejala minor atau ringan antara lain: batuk kronis lebih dari satu bulan,
bercak-bercak merah dan gatal dipermukaan kulit pada beberapa bagian
tubuh, Herpes Zorter (infeksi yang disebabkan virus yang mengganggu saraf)
yang muncul berulang-ulang, infeksi semacam sariawan pada mulut dan teng-
gorokan yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, dan pembengkakan
kelenjar getah bening yang menetap di sekujur tubuh. Gejala-gejala mayor
antara lain: demam yang berkepanjangan lebih dari tiga bulan, diare kronis
lebih dari satu bulan berulang-ulang maupun terus-menerus dan penurunan
berat badan lebih 10 persen dalam kurun waktu tiga bulan. Sumber: http://
promkes.depkes.go.id/site/akubanggaakutahu/kenali-tahap-dan-gejala-
hivaids//
3. HIV/AIDS dapat menyerang siapa saja. Salah satu yang paling rentan terjangkit
virus mematikan ini adalah pramuria.
Pramuria bagi masyarakat lebih dikenal dengan sebutan WTS (Wanita Tuna
Susila), PSK (Pekerja Seks Komersial), atau pelacur, bahkan anak muda
sekarang sering menjulukinya dengan nama “jablay”. Istilah Pramuria itu

* Penulis puisi esai ini tidak mencantumkan angka pada tubuh puisi.
Karenanya, catatan atas puisi esai tersebut dicantumkan sebagai Catatan
setelah puisi esai itu sendiri.

ANTOLOGI PUISI ESAI 81


sendiri dapat diartikan sebagai pelayan kepuasan, dimana kepuasan ini hanya
dibatasi oleh kepuasan seksual semata.Sumber: http://greenboydiary. word-
press.com/2008/09/11/mereka-ada-di-sekitar-kita-pramuria./htm.
Kepala Puskesmas Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Hartati,
mengatakan bahwa 10 persen pekerja seks komersial di lokalisasi Dolly
Surabaya mengidap virus HIV/AIDS.
Sesuai data yang ada, mulai Januari–September 2013 sebanyak 73 orang
positif terjangkit HIV/ AIDS serta IMS (Infeksi Menular Seksual). Satu di
antaranya masih balita, sementara yang lainnya pekerja seks di Lokalisasi
Dolly dan Jarak. Pada 2012, sebanyak 118 orang pekerja seks dan para
pelanggan terjangkit HIV/AIDS dan IMS. Sumber: http://m.poskotanews.com/
2013/10/17/waspada-psk-dolly-terjangkit-hiv-aids/
5. Kaum perempuan lebih rentan tertular virus HIV dibandingkan laki-laki
dilihat dari sisi biologis dan hubungan sosial. Hal ini disampaikan Ketua
Pokja CST Komisi Penanggulangan AIDS Bali, Tuti Parwati Merati.
“Pada banyak kasus, sering ditemukan seorang istri yang hanya diam di
rumah dan pada saat gadis tidak melakukan perilaku berisiko ternyata terkena
HIV. Mereka tertular dari suaminya yang melakukan hubungan seksual
bergonta-ganti pasangan,” kata Tuti di Denpasar.
Menurutnya, yang membidangi pokja Pengobatan, Perawatan dan Dukungan
(CST) bagi penderita HIV/AIDS, kaum laki-laki posisinya jauh lebih bisa
menentukan nasib dirinya untuk tertular atau tidak, serta mencari cara supaya
tidak menularkan dibandingkan kaum perempuan. Sumber: http://www.
republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/13/08/20/mrtlx0-perempuan-
lebih-rentan-tertular-hiv
6. Bagaimana Bayi Tertular HIV? HIV, virus penyebab AIDS, dapat menular
dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya yang baru lahir. Menurut WHO,
sampai 30% bayi lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan tertular HIV kalau
ibunya tidak memakai terapi antiretroviral (ART). Antara 5-20% lagi dapat
tertular melalui air susu ibu (ASI).
Ibu dengan viral load HIV yang tinggi lebih mungkin menularkan infeksi
pada bayinya. Kebanyakan ahli menganggap bahwa resiko penularan pada
bayi sangat amat rendah bila viral load ibu di bawah 1000 waktu melahirkan.
Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi, sebagian besar penularan
terjadi waktu melahirkan atau melalui menyusui. Bayi lebih mungkin tertular
jika persalinan berlanjut lama. Selama proses kelahiran, bayi dalam keadaan
berisiko tertular oleh darah ibunya.
Harus diketahui bahwa seorang laki-laki dengan HIV tidak bisa menularkan
virusnya langsung pada bayi. Namun laki-laki tersebut dapat menularkan
pasangan perempuan waktu berhubungan seks untuk membuat anak.

82 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Bila ibu baru tertular HIV pada akhir masa kehamilan, viral loadnya akan
sangat tinggi waktu melahirkan anak, yang berarti risiko bayi terinfeksi
HIV waktu lahir paling tinggi. Oleh karena itu pasangan laki-laki terinfeksi
HIV harus menghindari hubungan seks tanpa kondom dengan pasangan
perempuan yang HIV-negatif waktu dia hamil. Sumber: http://spiritia.or.id/
li/bacali.php?lino=611
Sebagian besar anak di bawah usia sepuluh tahun yang terinfeksi HIV tertular
dari ibunya. Penularan dapat terjadi dalam kandungan, waktu melahirkan
atau melalui menyusui. Belum pernah dilaporkan kasus anak yang terinfeksi
akibat kegiatan sehari-hari di rumah, walaupun ibu atau anggota keluarga
lain terinfeksi HIV. Sebaliknya, HIV tidak dapat menular melalui hubungan
langsung dengan anak. Misalnya memeluk, mencium, memandikan, mengganti
popok, atau waktu bermain. Sebagian besar anak yang terinfeksi HIV di
negara berkembang didiagnosis berdasarkan gejala penyakit terkait HIV,
diikuti oleh tes HIV dengan hasilnya positif. Diagnosis HIV pada anak hampir
pasti berarti bahwa ibunya dan mungkin pasangan ibu juga terinfeksi HIV.
Jadi keluarga membutuhkan banyak dukungan setelah diagnosis HIV pada
anaknya. Lagi pula, sebelum anak dites HIV, sedikitnya ibunya harus diberi
konseling prates dan memberi persetujuan agar anak dites. Sumber: http://
www. odhaberhaksehat.org/2013/pengobatan-anak-yang-hidup-dengan-
hiv/
7. ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) adalah sebutan untuk orang-orang yang
telah mengidap HIV/AIDS. Keluarga merupakan pihak pertama yang berhak
dan berkewajiban atas kondisi ODHA. Jika dalam keluarga saja ODHA sudah
dikucilkan bagaimana dengan dunia di luar keluarga. Sudah seharusnya keluarga
yang menjadi pendamping, pendukung, dan pelindung bagi ODHA. Untuk
menjadi pendamping ODHA, seseorang harus mengutarakan kejujuran terlebih
dahulu, paham seluk beluk HIV/AIDS, mengenali watak dari ODHA sehingga
sebagai pendamping, orang tersebut bisa memahami ODHA.
Respon masyarakat terhadap virus HIV merupakan pengaruh bagi ODHA.
Mungkin beberapa lapisan masyarakat belum bisa menerima ODHA di ling-
kungan mereka karena mereka menganggap ODHA itu membahayakan.
Sebenarnya dukungan dan respon yang positif dari orang-orang disekitar ODHA
adalah orang-orang yang sebenarnya bisa memberikan semangat untuk berpikir
positif untuk hidupnya dan juga bisa memberikan hal-hal yang berguna bagi
masyarakat disekitar ODHA tersebut. Sumber: http://pitamerah.tripod.com/
odha.htm

ANTOLOGI PUISI ESAI 83


84 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
KISAH TAK WANGI
DAENG BUNGA

Puisi Esai
Fitrawan Umar

ANTOLOGI PUISI ESAI 85


86 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
KISAH TAK WANGI DAENG BUNGA

1/

Hal tersulit untuk kita terka


adalah tanda tanya buram: lembah atau igir apakah saja
yang terbaik dalam bentangan hidup?
tiada yang tahu, tiada yang tahu
apa itu misteri di balik suatu mala, suatu derita
Daeng Bunga mengamin-aminkan doa sendiri
yang panjang, yang syahdu
: semoga apa yang ia kirim ke langit
atau apa-apa kejadian di dalam hidupnya
adalah suatu hal terbaik dalam semesta Tuhan

kesendirian selalu menghampiri perempuan itu


teman terbaiknya saat ini adalah sepi, sunyi yang meriap
adalah kepasrahan hanya bisa Daeng Bunga perturutkan
sesungguhnya, sebenar-benarnya terasing itu
ketika kita telah menjauh dari diri sendiri, batinnya teguh

meski sering pula ia tetap dihantui


apa Tuhan tetap memperkenankan doa
dari tangan cacat yang bertengadah pada-Nya?

ANTOLOGI PUISI ESAI 87


tapi Daeng Bunga tidak ingin mengubur harapnya
ia berdoa saja
sebagai penyemangat hidup, minimal itu

2/

Saban pagi Daeng Bunga menelusuri jalan sendiri


menantang mentari
seharusnya ia bisa menumpangi pete-pete” angkutan kota
seharusnya itu
sinar matahari di kota terlalu gerah untuknya
apalagi di kota ini, pohon-pohon ditebang untuk
menumbuhkan gedung-gedung
sayang betul
semua sopir tahu, semua supir enggan menerimanya
mungkin ada satu dua supir menaruh prihatin
tapi sayang betul
sang supir memperturutkan kehendak penumpang lain
jijik betul masyarakat kota dengan penyakit Daeng Bunga
Kusta. Lepra. Kandala’1

1
Kandala’ merupakan istilah Bugis-Makassar untuk penyakit kusta,
penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium leprae. Di tengah
masyarakat, para penderita kusta mendapat perlakuan diskriminatif karena
dianggap penyakit yang menjijikkan dan menular ke orang lain. Kisah-
kisah di balik perlakuan diskriminatif penderita kusta dapat dibaca”salah
satunya”, melalui blog aktivis Permata (Perhimpunan Mandiri Kusta)
Makassar. www.calingcapri. blogspot.com). Adapun gerakan penghapusan
diskriminatif selengkapnya terhadap penyakit kusta dapat disimak melalui
portal resmi Permata Indonesia. Sumber: www.permata.or.id

88 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


jijik betul orang-orang mendengarnya
“Nanti dia tulari kita”
maka saban hari Daeng Bunga menyeret langkah sendiri
lusuh baju, keringat peluh
tidak sempat lagi terpikirkan
demi merajut benang hidup,
ia mengharap belas kasih di pinggiran jalan
di pertigaan lampu merah, di depan pintu satu kawasan
kampus paling bergengsi di Makassar
ia hanya menunggu warna lampu menyala merah
lalu menyapa pemilik kendaraan yang menanti
lampu menyala hijau
begitu selalu
selalu begitu

apabila orang merelakan sumbangan padanya


Daeng Bunga mengirim doa senantiasa
bukankah Tuhan Maha Pengabul doa-doa orang tersakiti?
dan doa adalah barang paling mahal yang ia bisa beri
kepada orang-orang baik
Daeng Bunga hanya punya itu

di seberang jalan terpampang iklan layanan masyarakat


katanya, peduli tidak sama dengan memberi
Daeng Bunga berlalu saja
makan sehari tidak pernah cukup baginya jika orang-
orang percaya ajaran sesat reklame itu

ANTOLOGI PUISI ESAI 89


pula, ia masih perlu obat-obatan
ke mana uang diharap bisa berjatuhan?

“Lihat itu, Nak, jangan suka bohong, nanti bisa kandala’.”2


pesan seorang ibu di balik jendela mobil
adapun sang anak buru-buru membuka jendela
Daeng Bunga tersenyum saja lalu menepi
lampu merah sudah padam

3/

Jika saja amal ibadah bisa dihitung


tidak cukup-lah semua alat hitung menjumlah bilangan
kebajikan Daeng Bunga

2
Di Bugis-Makassar, berkembang bahasa atau istilah sumpah semisal
“kandala-kandala ka kalo bohong” (artinya kalau saya dusta, saya akan
terkena penyakit kusta). Sumpah seperti ini, secara bahasa, sangat diskrimi-
natif terhadap para penderita kusta. Seolah-seolah kusta adalah penyakit
terlaknat yang pernah ada. Ulasan penggunaan bahasa seperti ini pernah
diulas dalam tulisan “kandalaka’, Kusta Bila Dusta”. www.panyingkul.com.
www.apanyamakassar. blogspot.com.
Lebih lanjut, Uztad Maulana, Dai kondang asal Makassar pernah mendapat
protes keras akibat penggunaan bahasa yang diskriminatif. Dalam cera-
mahnya tentang Keluarga Berencana tanggal 13 Mei 2013, Uztad Maulana
berkata, “Siapa laki-laki yang mendatangi istrinya dalam keadaan halangan,
melahirkan anak yang berpenyakit kusta. Karena dalam keadaan kotor dibuahi
maka akan menghasilkan anak yang kotor dalam artian penyakitan. Padahal
Islam mengatur itu demi kebaikan kita.” Ini merupakan suatu refleksi betapa
sangat sering pendera kusta menjadi barang cemohan http://health.liputan6.c
om/read/591730/penderita-kusta-tak-terima-ucapan-ustaz-jamaah.

90 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


sejak dulu, sejak kusta belum menyerang ganas
tapi tidak ada guna menghitung-hitung amal
Daeng Bunga meyakinkan dirinya saja
bahwa segala perbuatan kutukan ia tidak pernah lakukan
biar, biar ia redamkan saja cemohan
hatinya laut, mampu menampung semua angkara
bila hatinya tidak cukup asin menjernihkan luka
sesekali air asin dari mata memurnikan segala

malang betul Daeng Bunga


ia punya anak sebetulnya
entah setan apa si anak itu menjadi batu
ditinggalkannya ibu kandungnya sendiri
sedang suami Daeng Bunga sudah lama mati
bagaimana jika mata hitam terpisah dari mata putih?
begitulah perasaan Daeng Bunga3

Ia tak putus menyusun doa


seperti menyusun anak tangga menuju langit,
mengetuk pintu-Nya
memohonkan ampun darah dagingnya

3
Kisah anak meninggalkan ibunya karena menderita kusta tidak sedikit terjadi
dan menjadi fakta di masyarakat. Penderita kusta banyak yang terbuang
dari keluarga sendiri. Banyak pula yang mengasingkan penderita kusta di
leprosaria atau perkampungan-perkampungan kusta yang ada di suatu
daerah. Sumber: http://www.demotix.com/photo//leprosy-sufferer-daeng-
pati-indonesia.

ANTOLOGI PUISI ESAI 91


biar durhaka, Daeng Bunga mahfum,
anaknya tidak boleh tertular penyakit serupa
biar ia sendiri saja
biar sepi saja senang bercakap dengannya

4/

Yang tidak terlupa oleh Daeng Bunga


adalah merawat harapan
sudah lama ia membunuh makhluk bernama
keputusasaan
ia tetap tegak hidup
apabila tiba waktunya,
Daeng Bunga berkunjung lagi ke rumah sakit Daya4
tidak begitu jauh dari terminal sohor Makassar
ia masih setia mendengar petuah-petuah dokter
dan senyum ramah para perawat
Daeng Bunga menyisih banyak receh untuk tetap
melanjutkan harapan

4
Rumah Sakit Kusta Daya adalah salah satu rumah sakit kusta yang dibangun
di Makassar. Sampai Tahun 2013 ini, rumah sakit khusus kusta yang dulu
berjumlah 22, kini menjadi hanya 10 unit di Indonesia. Hal ini, menurut
pengakuan Menteri Kesehatan RI, jumlah penderita kusta semakin menurun
di Indonesia. Info selengkapnya dapat dilihat pada berita TEMPO
(Penderita Kusta Indonesia Tertinggi Ketiga Dunia, 14 Februari 2013).

92 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


selalu di saban berkunjung rumah sakit,
Daeng Bunga tidak pernah merasa sendiri
ia menggandakan terus rasa syukur
banyak lebih buruk darinya

selalu, Daeng Bunga membisikkan


harapan kepada lainnya
“kita memang orang-orang terbuang,
tapi jangan pernah membuang dirimu sendiri.”
hidup harus terus berlanjut, yakin Daeng Bunga
ia tidak ingin patah oleh mikrobakteria ganas
manusia tetap sebaik-baik makhluk hidup ciptaan Tuhan

kala semangat telah kalah,


Daeng Bunga mengingat-ingat selalu kisah Nabi Ayub5
bahwa manusia suci saja tidak luput dari mala,
tidak alpa dari luka
dan barangkali duka itu adalah isyarat menjadikannya suci
siapa kenal Nabi Ayub jika tak dari kisah tentang
penyakit kulit yang mendera?

5
Kisah Nabi Ayub As terekam dalam Al-Quran Surah As-Shad ayat 41-44.
Dikisahkan, Nabi Ayub As menderita penyakit kulit (ada riwayat yang
menyebutkan bahwa penyakit yang dimaksud adalah kusta) yang sangat menji-
jikkan sehingga dijauhi oleh keluarga dan kerabatnya. Dari kisah ini kita juga
dapat mengambil kesimpulan bahwa masyarakat sudah memperlakukan diskri-
minasi terhadap para penderita kusta jauh sebelum masehi.

ANTOLOGI PUISI ESAI 93


Daeng Bunga membisik-bisikkan hatinya
setiap orang punya masalah
setiap orang punya nikmat
meski, entah kenapa, tidak ada makhluk bernama peduli
datang menghampirinya

5/

Suatu hari kala bayang-bayang masih lebih panjang


dari biasanya
serombongan aparat turun dari kendaraan di pertigaan
berdebar-debar hati Daeng Bunga
gelisah ia
lampu merah, hijau, kuning menyala silih berganti
tidak ambil pusing
sehari sebelum itu ia dengar kabar adanya operasi
tidak boleh lagi ada pengemis di kota dunia6
mau robek hati Daeng Bunga
mencari makan, kenapa dilarang? Tanyanya
berbatin-batin
tapi tiada yang sempat menjawab,
pun langkah-langkah kakinya sendiri

6
Kota Makassar di masa Walikota Ilham Arief Sirajuddin (2008-2013)
menggembor-gemborkan diri sebagai Kota Dunia; istilah untuk gerak
kemajuan kota termaju di Indonesia Timur tersebut.

94 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


maka berlari-lah Daeng Bunga
ditahannya beban air di kantung mata
biar tidak jatuh dulu
ia genggam dadanya
sakit betul sesuatu di dalam rongga dada itu
sesak sekali
segerombolan aparat itu liar mencari
beberapa anak kecil sukses diraihnya
anak-anak kecil itu menangis berteriak
entah punya-kah mereka orang tua?
tapi Daeng Bunga sibuk dengan dirinya sendiri
ia terus berlari
mengambil jalan setapak di belokan kiri
permukiman Jalan Bung
hela nafasnya cepat sekali, tidak beratur-aturan

dan hari itu Daeng Bunga lolos dari kejaran


bersyukur ia
kendati pulang dengan lapar dan rasa hampa
gagal serupiah pun hari itu dimilikinya
tentang mengemis, Daeng Bunga
bukannya tidak percaya ajaran Sang Nabi7
hanya saja dunia memang tidak adil

7
Nabi Muhammad SAW melarang ummatnya untuk meminta-minta dan
mengemis, sebagaimana hadits Al-Bukhari dan Muslim, “Terus-menerus
seseorang itu suka meminta-minta kepada orang lain hingga pada hari kiamat
dia datang dalam keadaan di wajahnya tidak ada sepotong dagingpun.”

ANTOLOGI PUISI ESAI 95


“Ingat ya, yang saya maksud adalah dunia. Kalau Tuhan
tetap Maha Adil,” tegasnya suatu ketika kala kerabatnya
di rumah sakit Daya hendak berbagi rasa

dunia itu tidak adil


dunia itu tidak adil
dunia itu tidak adil

pernah Daeng Bunga menuruti pelatihan keterampilan


Dinas Sosial
apa hasil? Daeng Bunga masih begitu saja
ia berkerajinan, memproduksi barang-barang
tapi bangkrut juga jadinya
kata orang, siapa mau beli hasil kerjaan pengidap kusta?
mau dapat tular?8
Daeng Bunga pasrah saja

pernah pula ia menawar diri jadi juru cuci salah satu


laundry di tengah perkampungan
pemilik laundry baik hati menerima,
kebetulan penganut agama taat

8
Stigma negatif dari penyakit kusta membuat para penderita sulit untuk
memenuhi aktivitas ekonominya. Masyarakat masih ragu dan menganggap
penyakit kusta sangat mudah tertular. Padahal kusta adalah penyakit
menular yang paling sulit tertular. Sumber: www.permata.or.id. www.kusta.-
wordpress.com

96 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


hanya sayang betul
kabar-kabar tak wangi beredar terus di perkampungan
memang tidak ada sambungan yang lebih cepat dari
mulut-mulut para pencerita
kabar itu berkembang bebas
sampai akhirnya pemilik laundry menyerah kalah
pelanggannya sudah hampir habis
“Masa pakaian kita dicuci sama orang kandala?
Nanti kalau tertular bagaimana?”
Seru orang-orang pemilik mulut besar
Daeng Bunga mundur juga jadinya

pilihan akhir adalah mengemis


meski kadang orang memasang dan menutup mata sebelah
selalu saja saban hari Daeng Bunga bisa mengepulkan
asap dapur
bisa merawat dirinya di rumah sakit
tidak lebih dari itu
tidak lebih dari orang-orang yang mengaku
dirinya paripurna, bermewah-mewah,
tapi menghabiskan masa tua di bui
tidak lebih dari itu

maka pada suatu hari


berkumpul-lah para penderita kusta di Makassar
mereka berbagi geram, berbagi air mata
mereka bosan dikejar

ANTOLOGI PUISI ESAI 97


siapa mau menghidupi diri mereka jika mengemis
adalah perbuatan layak ditangkapi?
para penderita kusta menyusuri terik mentari
menembus jalan-jalan
mengadu-lah mereka kepada wakil rakyat yang terhormat
di gedung yang tak jauh dari fly-over, tak jauh dari
gedung sebentuk pena yang menjulang tinggi mencakar
langit Makassar
mereka berorasi
mereka cukup pandai sebab mungkin sudah terlalu sering
menyaksikan demonstrasi ala mahasiswa di kota ini

sayang betul
butuh banyak waktu hingga satu dua anggota dewan
menemui mereka
lalu terjadi-lah peristiwa legenda basa-basi
wakil rakyat manggut-manggut saja
dengan gaya seperti biasanya mereka berjanji
menyalurkan aspirasi ke pejabat eksekutif gubernuran
dan atau meneruskan ke walikota
ya ya
selain menerima janji, apalagi yang bisa diminta dari
rakyat semisal para pengidap kusta?
Mereka pun berlalu

98 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


6/

Hari-hari berlanjut seperti biasa


rupanya berhasil betul demonstrasi tempo hari
Daeng Bunga kembali di pertigaan
aparat sudah tak nampak ujung hidungnya lagi
ternyata di kota ini rakyat harus marah sebelum didengar
meski ada juga bisik-bisik sampai beredar,
bukan demonstrasi menghentikan operasi aparat
tapi memang sudah tabiat, peraturan hanya tegak
di awal-awal saja
mungkin hanya cari muka kepala dinas itu tempo hari
biar diakui pandai menuntaskan masalah sosial
biar kota dapat gelar nol pengemis
biar dipuji walikota; biar walikota dipuji gubernur; biar
gubernur dipuji menteri; biar menteri dipuji presiden;
biar presiden dipuji rakyat dan terpilih lagi
sedang sedih, luka, hanya bertambah-tambah
pada pendera kusta

sebetulnya, seharusnya, yang dirazia itu orang-orang


berpikiran dangkal, gerutu seorang kawan
kepada Daeng Bunga
benar saja
pikiran orang-orang mesti digembalakan
ke arah yang benar; sebenar-benarnya jalan

ANTOLOGI PUISI ESAI 99


bila saja mereka, para pengaku paripurna itu
memanusiakan pandangannya sendiri
pendera kusta tentu sudah tidak terasing
tentu sudah jadi manusia selayaknya, seutuhnya
barangkali itu jalan setapak satu-satunya biar pendera
kusta dapat meniti jalan ke mata air
biar tidak memposisikan tangan
ke bawah lagi di khalayak
Daeng Bunga dan rekan-rekannya ingin hidup biasa,
apa adanya, walau seadanya saja

akan tetapi selalu ada permata di balik erangan kerang


semenjak berita razia pengemis disiarluaskan
Tulip, putera satu-satunya Daeng Bunga,
mampir juga di beranda
ruah air mata perempuan lara itu
ia segera ingin menghamburkan diri memeluk
sang putera
namun, urung akhirnya
ia tidak ingin si Tulip ketakutan
entah kapan terakhir mereka bertemu
masing-masingnya telah menanam lupa
seharusnya Daeng Bunga menumpahkan amarah
terlupakan anak sendiri adalah sesakit-sakitnya perih
namun, tidak
hatinya hujan, meluluhkan dendam pada apa saja

100 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Tulip rupanya masih mengingat cara menitikkan air mata
sedih juga ternyata ia pada ibunya
“Saya khawatir Ibu kenapa-kenapa.
Saya mendengar tentang razia itu.”
Daeng Bunga menatap dalam mata anaknya
sadar ia bahwa Tulip tidak pernah benar lupa pada ibunya
Tulip tahu apa yang ibunya lakukan selama ini

Tulip bercerita, ia sudah menikah di Samarinda


hanya kerja serabutan, maka tak bisa memberi apa-apa
selama ini sebetulnya istri melarang tuk berjumpa
dengan ibu
istrinya tahu ibu kusta
istrinya tak ingin kena tular sial dan kutukan
Daeng Bunga mengangguk saja
menyunggingkan senyum kecil saja
telinganya tahan omongan serupa itu
ia sudah kuatkan semen penyusun jiwanya

Daeng Bunga membiarkan anaknya undur diri


berjumpa saja, dan tahu anaknya masih punya hati
kapas, lebih dari cukup
semangat Daeng Bunga mekar lagi

ANTOLOGI PUISI ESAI 101


7/

Daeng Bunga tidak seharum namanya


tapi ia senang merawat kebun-kebun hidupnya
ditaburkannya benih, disiraminya
dipupuknya, dijaganya
hidup itu serupa bianglala
suatu saat ada yang menukik ke atas, ada yang meraung
ke bawah

Yogyakarta-Ubud Oktober 2013

102 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


AKU BESUDUT
MENOLAK TERSUDUT

Puisi Esai
Huzer Apriansyah

ANTOLOGI PUISI ESAI 103


104 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
AKU BESUDUT MENOLAK TERSUDUT1

Saat guru pertama itu datang2


Banyak rerayo3 tak senang
Bukan karena guru itu jahat pada kami, tapi
Karena buku dan pena yang ia bawa itu utusan setan
Kami berlari tiap kali perempuan bertubuh kurus itu datang

Guru kurus dengan rambut bergelombang


Tak kunjung pergi menghilang
Ia justru terus datang dengan senang
Walau tak satu pun anak-anak menjelang

1
Puisi esai ini terinspirasi dari perjalanan hidup Besudut, anak orang rimba
pertama di Bukit Dua Belas Jambi yang berhasil masuk ke Perguruan
Tinggi setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya. Sebagian
isi puisi adalah hasil percakapan dan interaksi langsung dengan Besudut.
2
Orang Rimba Bukit Dua Belas pertama kali mendapat pengetahuan baca,
tulis dan hitung ketika Yusak Adrian Hutapea bersama beberapa rekannya
datang. Namun, sayang belum sempat lama menjalankan perjuangannya, ia
meninggal karena malaria. Kemudian semeninggal Yusak, Butet Manurung
masuk meneruskan usaha Yusak, hingga ke daerah orang rimba rombong
Bernai. Saat pertama masuk Butet ditolak untuk mengajar.
3
Rerayo adalah orang dewasa yang sudah memiliki pengalaman hidup yang
panjang dan telah menikah.

ANTOLOGI PUISI ESAI 105


Sampai pada suatu masa dimana kami mulai menyadari
Baca tulis dan hitung itu penting
agar kami tak selalu dicurangi
Mulailah kami mengeja aksara
Dan melafalkan angka-angka

Aku sama sekali tak tahu alih-alih mengerti


Aku hanya senang melihat bentuk angka
Ada yang seperti burung belatuk
Ada yang seperti kursi
Bahkan ada yang seperti betong totogok4
Tapi, sulitnya alang kepalang
kalau sudah harus mengeja aksara
Ba bi bu be bo
Ca ci cu ce co
Da di du de do

Ka ki ku ke ko
….
Za zi zu ze zo
Kalau sudah begitu kepalaku pening

Sudah begitu ada lagi kesulitanku


Kami orang rimba jarang sekali menggunakan huruf “S”
di ujung kalimat

4
Betong totogok artinya batang yang berdiri lurus, ini untuk menunjukkan
angka satu.

106 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Sebelas kami baca sebelay
Tiga belas jadi tiga belay
Untung saja guru kurus itu segera tahu kesulitan kami
Ia tak marah kalau kami salah-salah

Kalau sudah pening sekali kepalaku


Biasanya aku hanya berlari-lari mencari perhatian
Sesekali aku langsung mencebur ke sungai
Sembari berteriak… kepalo ke panay5
Hari-hari awal mengenal angka dan aksara
Adalah hari-hari penuh kenangan
Rasa ingin tahu bertubi-tubi menjalari kepalaku

Si guru kurus yang tubuhnya tak terlalu terurus


Hanya dua minggu saja dalam sebulan mengajar
Selebihnya ia pulang ke kota
Hari-hari menunggu guru kembali dari kota
Adalah hari-hari panjang bagi kami
Ada keinginan untuk segera menambah ilmu
Tapi kadang kala kami rindu kekulum6 yang ia bawa

Hari-hari belajar adalah keceriaan


Meski kadang ada juga kesedihan

5
Berati kepalaku panas. Maka dengan menceburkan kepala ke sungai akan
terasa sejuk
6
Kekulum bermakna permen

ANTOLOGI PUISI ESAI 107


Kalau kami sedang melangun7
Maka kami akan semakin lama bertemu guru kurus
Ia harus mencari tahu dimana kami berada
Ketika itu komunikasi bukan perkara mudah

Berhari
Berminggu
Bahkan berbulan
Kami tak belajar
Karena kami terus bergerak
dari satu wilayah ke wilayah lain
Bukan dengan motor tapi berjalan kaki

Angka dan aksara yang berlahan kami eja


Telah membentangkan sebuah impian.

Aku berhak punya masa depan!

Guru kurus itu sering bercerita


Tentang negeri-negeri yang jauh
Yang namanya saja aku tak pernah bisa ingat

Aku bermimpi menggapai tanah-tanah yang jauh itu!

Tapi kapan? Entahlah….

***
7
Melangun adalah kebiasaan orang rimba melakukan perjalanan jauh berhari-
hari, sebagia ekspresi kesedihan dan melupakan luka hati karena ditinggal
mati oleh anggota keluarga atau kelompok. Biasanya sepanjang jalan orang
rimba akan meratap.

108 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Tiga tahunan guru kurus itu bersama kami
Sampai pada suatu hari ia pergi
Ia tidak pernah lagi kembali untuk mengajar
Ia memang kembali pada suatu masa
Tapi bukan lagi sebagai guru kami
Aku tak tahu, sudah menjadi apakah guru kurus itu…

Sepeninggal bu guru
Kami kehilangan sosok yang telah menjadi lilin
Penerang dalam gulita langkah
Guru kurus itu membukakan dunia baru
Dunia yang kami belum pernah tahu

Entah surga
Entah neraka
Yang ia tawarkan

Tapi aku merasa menikmati tiap aksara yang kutuliskan


Dan tiap angka yang kami lafalkan

Sebuah petang
Saat langit berkilat
Dan tubuhku masih berkeringat
Aku mendapati buku lusuh di pondok
Ada rindu ada amarah
Rindu saat belajar dulu
Marah karena mengapa guru itu datang
Kalau pada akhirnya hanya membuatku meradang

ANTOLOGI PUISI ESAI 109


Ku ayun-ayunkan parang
Kukapak anak-anak tangga
Terbersit olehku untuk pergi dari rimba

Aku ingin belajar


Aku ingin menjamah tanah-tanah nan jauh

Ku buntal8 beberapa helai kain dan baju


Kusisipkan daging pelandok9 untuk bekal
Dusun Tanah Garo kutuju

Kugegas langkah
Meski resah terus bergema
Aku tak ingin patah
Walau arah belumlah nyata

Entah surga
Entah neraka
Semua masih samar

Tapi aku ingin belajar


Ingin kujamah tanah-tanah nan jauh

8
Buntal berarti mengumpulkan barang bawaan menjadi satu dalam sebuah
“tas” yang dibuat dari kain panjang. Hal ini adalah kebiasaan orang rimba
jika hendak pergi, selain menggunakan ambung (Keranjang) mereka juga
akan menggunakan kain panjang sebagai ganti tas mereka dalam membawa
benda bawaan mereka.
9
Pelandok adalah sebutan untuk daging kijang.

110 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Gelap mulai merapati langit
Gerimis pun makin sengit
Hatiku makin resah
Maju terus atau memutar langkah

Kuputuskan bermalam di belukar tua


Kupatahkan satu dua ranting-ranting besar
Kususun sebagai sangga atap sementara
Kujajarkan daun-daun lebar
Berteduh aku menanti pagi

Aku memang orang rimba


yang akrab dengan tiap jengkal hutan ini
Tapi aku belum genap dua belas tahun
Tetaplah kakiku gentar
Gerimis membuat tubuhku serasa rapuh

Ranting berderak
Langkah-langkah cepat terdengar kian pasat
Sorot senter berayun-ayun di pekatnya malam
Aku bergidik
Akankah orang dusun itu membunuhku?

Aku memadamkan api dengan cepat


Aku menyelinap diantara belukar
Derap langkah itu makin merapat
Sorot senter terus mendakat
Gemetar tubuhku

ANTOLOGI PUISI ESAI 111


Tiba-tiba
Sorot senter menerpa mataku
Terhentak
Nafasku berhenti sejenak
Tamatlah aku..

Hoi … ngapo awak disiko10?


Kau nak maling apo11?
Seorang lain menudingkan parang ke arahku
Ingin aku belecup12, tapi apa daya kakiku kaku

Aku hanya bisa melempar satu kalimat


pada ketiga orang dusun itu..
Ake ndok belajo13
Sesaat setelah itu kuceritakan semua impianku
Dan mengapa aku ada di hutan malam-malam
tanpa ada teman

Satu di antara mereka iba melihat keinginanku


untuk belajar
Ia menawarkan untuk ikut dia pulang ke rumah.

10
Bahasa Melayu Jambi yang berarti mengapa kau disini?
11
Kamu mau mencuri apa? Biasanya jika berjumpa dengan orang rimba,
terutama di era 90-an yang sedang berada tak jauh dari pondok mereka,
langsung pikiran orang dusun mengarah pada tuduhan bahwa orang rimba
akan mencuri sesuatu dari dapur mereka. Kalau tak gula mungkin garam
atau apa sajalah..
12
Belecup bermakna melarikan diri dengan cepat lantas menghilang
13
Aku ingin belajar

112 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Ah dewa-dewa selalu punya cara memberi jalan…
Aku membatin, sembari menyeruput teh
hangat di gelas kaleng

Malam itu aku bermalam di pondok tiga orang dusun


Yang sedang menggasak kayu dari hutan kami
Kami menyebut pekerjaan mereka bebalok.

***

Berbulan-bulan sudah aku tinggal bersama orang dusun


Meski sesekali aku mendapat perlakuan kasar
Tapi aku menganggap itu tak sebanding dengan kebaikan
yang telah aku peroleh
Aku menahan tiap sakit dan luka
Tujuanku hanya satu; SEKOLAH
Itu saja !

Tiap hari aku ke sekolah


Bukan untuk belajar layaknya anak-anak kebanyakan
di dusun
Aku datang hanya untuk menyaksikan anak-anak belajar
Dari luar pagar aku menyaksikan anak-anak berseragam
merah putih
Buku lusuh dari ibu guru kurusku dulu selalu kubawa
Saat anak-anak pulang, aku pun pulang
Aku memang bukan anak sekolah

ANTOLOGI PUISI ESAI 113


Tapi aku merasa sudah belajar
Cukuplah bagiku.

Sampailah pada suatu siang


Seorang guru menghampiriku
Singkat cerita,
Guru itu memberiku kesempatan untuk diuji kemampuan
Mereka terkejut,
Orang Kubu14 ada yang bisa baca tulis dan hitung
Mendengar sebutan kubu aku terluka
Tapi aku tak peduli,
karena pada akhirnya aku ingin dipandang
Bukan karena latar belakangku tapi karena
kemampuanku...

Aku resmi menjadi anak sekolah


Langsung duduk di kelas empat...

Ah, hidup selalu penuh kejutan!

***

14
Sebutan kubu adalah sebutan yang berasal dari luar orang rimba, terutama
dari orang Melayu. Orang kubu bermakna sangat buruk; tak beradab. Orang
rimba akan sangat tersinggung jika dipanggil kubu. Bahkan biasanya orang
Melayu, di Sumatera Selatan, Jambi bahkan Riau, kalau memarahi orang
sering sekali menghardik dengan sebutan “Dasar Kubu!” atau “Kubu nian
kau nih!”

114 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Lama aku kehilangan kontak dengan rombongku
Ada rindu yang menggebu

Aku mulai bertanya-tanya,


“Jangan-jangan benar apa kata rerayo dulu,
sekolah hanya akan membuat orang rimba
mencampok adat..”15

Jelang ujian kelas enam


Aku semakin meragu,
Benarkah langkahku?
Atau aku ini hanya anak durhaka…

Impian untuk menjamah tanah-tanah nan jauh


Harapan untuk belajar sampai tinggi
Seolah membentur tembok bernama realitas
Semua seolah kandas…

Terlalu lama rasanya sekolah di luar


Terlalu sulit rasanya menjelaskan pada rombong kami

15
Para penghulu dan orang tua di rimba sering beranggapan bahwa sekolah atau
pendidikan luar hanya akan membuat orang rimba melupakan bahkan
meninggalkan sepenuhnya adat mereka. Maka, pada masa awal inisiasi proses
BTH (Baca, tulis, hitung) pada orang rimba pada tahun 1997, terjadi resistensi
yang besar dari orang rimba. Perintis pendidikan bagi orang rimba, Yusan
Adrean Hutapea (Alm) beberapa kali diusir oleh orang rimba karena mencoba
mengajarkan anak-anak orang rimba baca tulis dan hitung.

ANTOLOGI PUISI ESAI 115


Entah surga
Entah neraka…
Langkahku kembali gemulai

Kuputuskan kembali ke rimba..

***

Sekian lama berada kembali di rimba


Membuatku merasa sangat bersalah
Banyak hal yang terjadi tanpa aku tahu...
Indukku begitu membenciku
Rombongku menjauhiku
Karena dianggap membawa penyakit dari luar

Aku tak peduli meski tertolak


Aku akan sepenuhnya kembali ke rimba
Hidup dan mati dengan adat orang rimba

Impian untuk sekolah tinggi


Dan menjamah tanah-tanah nan jauh
Biarlah kusimpan sebagai teman tidur
Teman-temanku yang dulu belajar bersama guru kurus itu
Sebagian besar sudah menikah
Hanya aku yang bujang lapuk16
Mungkin memang sudah jalan hidup kami
Ada, mengada dan akhirnya mati di dalam rimba

116 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Duniaku, untuk ku!
Duniamu, untuk mu!

Entah surga
Entah neraka

Aku mengubur mimpi sekolahku.

Sampai suatu malam induk berkata ;


Kalu ndok bepelajoron, bobonor17
Terkejut aku mendengar kalimat itu dari induk
Orang yang menghardikiku karena aku sekolah
Kali itu memberi semacam restu.

Harapan kembali tumbuh


Impian ingin kembali kukayuh

***

Kurapat-rapatkan niat
Kukuat-kuatkan tekad
Meski kadang dikucilkan
Kalaupun kerap dihinakan

16
Orang rimba kerap memberi gelar bujang lapuk bagi para pemuda yang
menikah terlmbat, biasanya lelaki orang rimba sudah menikah di usia 16 –
22 tahun. Selebih itu biasanya sudah akan dianggap sebagai bujang lapuk
17
Kalau mau sekolah yang benar. Kalimat itu bisa bermakna restu.

ANTOLOGI PUISI ESAI 117


Aku tak peduli
Aku hanya ingin sekolah
Itu saja!

Entah surga
Entah neraka

Aku kembali ke bangku sekolah

Dengan bantuan dari sekolah dan juga orang-orang


yang bersimpati pada mimpiku
Aku bisa menamatkan SD dan SMP
meskipun dengan ujian persamaan

Masa-masa SMA, adalah hari-hari panjang


Karena pada masa inilah aku mulai mengenal persahabatan
Pada masa-masa ini aku makin paham
betapa orang rimba dinistakan
Pada masa ini pula aku melihat
betapa perusahaan mengancam kehidupan
Hutan hanya masalah waktu saja menjadi kenangan18
Entah surga
Entah neraka

18
Pada era 90an-2000an begitu banyak izin konsensi perusahaan sawit dan juga
tanaman industri yang dikeluarkan pemerintah di sekitar Taman Nasional
Bukit 12, Jambi, tak kurang dari 10 perusahaan mendapatkan izin tersebut.

118 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Hutan kami berlahan semakin bergerak menjadi
kenangan.

***

Hari penentuan itu datang


Orang-orang menyebutnya ujian nasional
Aku tak terlalu paham
Yang kutahu bahwa aku harus menjawab soal-soal
Dengan cara menghitamkan lingkaran yang disediakan

Wartawan dari berbagai media menunggui selama ujian


Aku diwawancara, aku juga di foto.
Serasa bintang jadinya.
Mereka hanya berkata; aku adalah orang rimba pertama
yang ikut ujian nasional tingkat SMA
Ini sebuah sejarah, kata mereka.19

Entah surga
Entah neraka

19
Pada Mei 2013, Besudut (Irman jalil) menjadi orang rimba pertama yang lulus
Ujian Nasional tingkat SMU melalui jalur umum bukan ujian persamaan.
Langkah ini diikuti dengan keberhasilannya lulus dari ujian masuk perguruan
tinggi negeri. Kini Besudut menjadi mahasiswa di jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD), FKIP, Universitas Jambi. Impian Besudut untuk
menjamah tanah-tanah nan jauh satu persatu mulai tercapai; ia pernah diun-
dang ke Jakarta oleh metro tv dalam acara Kick Andy, lalu diundang AUSAID
ke Makassar, pernah pula mengikuti pelatihan di Padang.

ANTOLOGI PUISI ESAI 119


Langkahku makin jauh…

Tapi aku belumlah tahu


Benarkah adat rimba telah kucampakkan
Atau mungkin aku akan membawa kebaikan

Namaku Besudut, tapi aku menolak tersudut


Di dunia yang tak ramah ini…

120 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


PETRUS
Tragedi yang Dilupakan

Puisi Esai
Muhammad Syamsul Arifin

ANTOLOGI PUISI ESAI 121


122 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
PETRUS1
—Tragedi yang Dilupakan

1/

Tiba-tiba tercium bau mesiu,


Terngiang deru jip yang membumbungkan debu,
Karung yang merah,
Bau anyir darah,
dan tinggallah onggokan tubuh mencium tanah.
Ada apa gerangan?

2/

Ingatanku berloncatan seperti katak


Ketika cucuku yang mungil itu,
yang begitu lucu dan lugu

1
Tragedi tentang Petrus sangatlah langka dalam literatur sastra. Penulis baru
menemukan satu cerpen berjudul “Bunyi Hujan di Atas Genting”, karya
Seno Gumira Ajidarma. Kelangkaan inilah yang mendorong penulis untuk
menyumbangkan sesuatu karya sastra yang merekam terjadinya tragedi
mengerikan ini. Sesuai dengan tujuan sastra yang ingin menjadi perekam
segala peristiwa, dalam segala hal, sastra berbicara dan menyuara.

ANTOLOGI PUISI ESAI 123


berkata padaku: ‘Kakek, Ade ingin jadi tentara
yang bisa nembak-nembak’
Aku tersenyum kecut
Menahan rasa kalut
yang kini meminta bangkit dari rasa takut
Dengan tersenyum aku berkata pada sang cucu:
‘Apa Ade tidak ingin jadi presiden?’
Dia menjawab: ‘Presiden tidak punya tembak, Kek’
Ah, cucuku!
Kau membangkitkan ingatanku.:

3/

19832, tiada hari tanpa resah


Aku, ratusan bromocorah,
Preman pasar, perampok dan penjahat
Menghitung tak.tik.tok detik-detik jam

Kabar-kabar penembakan misterius terus menjalar


Seperti api membakar keringnya belukar
Dari mulut ke mulut
Dari telinga ke telinga

2
Pada tahun 1983 tercatat 532 orang tewas, 367 orang di antaranya tewas
akibat luka tembakan. Pada Tahun 1984 ada 107 orang tewas, di antaranya
15 orang tewas ditembak. Tahun 1985 tercatat 74 orang tewas, 28 di
antaranya tewas ditembak.Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Penem-
bakan_misterius

124 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Di warung, di pasar, di terminal,
Di pedesaan, di perkotaan

Di gang-gang kecil kota kecil ini


Aku seperti menanti datang pati

Tersiar kabar: Presiden menggelar operasi clurit3


Digadang-gadang, tingkat premanisme meningkat
Kejahatan, pembunuhan, pemerkosaan di mana-mana
Maka diperlukan pemusnahan massal

Ah, apa itu pemusnahan massal?

Petrus; ya Penembak Misterius


Sebuah operasi membekuk berkembangnya aksi
kriminalisasi4

3
Operasi Clurit adalah suatu operasi rahasia dari Pemerintahan Soeharto
pada tahun 1980-an untuk menanggulangi tingkat kejahatan yang begitu
tinggi pada saat itu. Operasi ini secara umum adalah operasi penangkapan
dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap mengganggu
keamanan dan ketentraman masyarakat khususnya di Jakarta dan Jawa
Tengah. Pelakunya tak jelas dan tak pernah tertangkap, karena itu muncul
istilah “petrus”, penembak misterius. http://id.wikipedia.org/wiki/
Penembakan_misterius
4
Pada Maret tahun 1982, di hadapan Rapim ABRI (sekarang TNI), Soeharto
meminta polisi dan ABRI mengambil langkah pemberantasan yang efektif
menekan angka kriminalitas. Hal yang sama diulangi Soeharto dalam
pidatonya tanggal 16 Agustus 1982. Permintaannya ini disambut oleh
Pangkopkamtib Laksamana Soedomo dalam rapat koordinasi dengan
Pangdam Jaya, Kapolri, Kapolda Metro Jaya dan Wagub DKI Jakarta di
Markas Kodak Metro Jaya tanggal 19 Januari 1983. Dalam rapat itu

ANTOLOGI PUISI ESAI 125


Presiden menyiapkan tim khusus
untuk meringkus
orang-orang ‘yang dianggap’ sarat kasus
Siapa saja yang bertato5
Jadi sasaran utama
Sebab tato adalah cermin negatif
Nyatakah?
Atau sekedar motif?

4/

Seseorang terengah-engah sehabis berlari


Menghampiri aku yang duduk sendiri
Di beranda rumah, di saat mentari membakar tanah
Namanya Supratmo, seorang teman sebaya
Ia duduk di sampingku, menyeimbangkan nafasnya

diputuskan untuk melakukan Operasi Clurit di Jakarta, langkah ini kemudian


diikuti oleh kepolisian dan ABRI di masing-masing kota dan provinsi
lainnya. Sumber: http://keranjangbesar.com//mengenal-petrus-penembak-
misterius-jaman-pak-harto.html
5
Tato merupakan suatu indikasi negatif pada waktu itu. Para preman dan
siapa saja yang bertato menjadi incaran Petrus meski bahkan sebagian dari
mereka ada yang sudah bertobat. Atas dasar inilah, mereka menghapus tato
mereka dengan cara apapun, bahkan ada yang menyetrikanya. Pada masa
itu, diceritakan pula bahwa rumah sakit-rumah sakit kebanjiran pasien
yang ingin menghapus tatonya.

126 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


‘Gawat!’ Ia berkata
Kulihat kilatan matanya yang seperti kaca
‘Ada apa?’ tanyaku
‘Kita musti menghapus tato ini’
Ia menyisingkan lengan baju kirinya
Menunjukkan tato bergambar botol Wisky
‘Dengan apa?’ aku bertanya
‘Setrika’

Dan beginilah,
Cara yang paling murah
Untuk menghapus kenangan yang merah
Kunyalakan Setrika
Kunaikkan suhunya hingga sekian derajat celcius

Aku giris!
Ketika kuletakkan barang panas ini di kulit Supratmo
Begitu merebak bau daging gosong
Seperti kulit kerbau yang dipanggang

Namun tiba juga giliranku


Tato di punggungku besar nian!
Sebuah gambar wanita telanjang
Supratmo berdehem
Aku tahu ia memberi aba-aba

ANTOLOGI PUISI ESAI 127


‘Aku sudah siap!’ kataku
Aku membatin, ketika ia menggosokkan setrika
Oh, beginikah rasanya panas neraka?

Setrika maju-mundur
Panas menghambur
Kutahan perih dengan menggigit mulut
Kutahu, lusa hariku akan tambah kemelut

5/

Malam melarut
Pintu kamar berderit
Angin berlari terbirit-birit
Agaknya hujan akan turun

Ranting-ranting pohon samping rumah


Bercumbu satu sama lain
Seperti saling bercakap
Dan bertukar cerita

Aku sendiri di sini


Di kamar yang sempit

Kuambil sebatang rokok


Kusulut dan kuhisap
Kuhempaskan itu asap
Di udara yang mulai pengap

128 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Jika begini
Hanya rasa pahit yang berdiam diri
Di tenggorokan ini
Aku teringat masa silam
Masa suram

Aku seorang preman pasar


Berwajah sangar
Berpawakan kekar

Semua orang takut padaku


Mereka gentar menghadapiku
Setiap mereka adalah pundi-pundi uang
yang menyumpal di mulutku setiap bulan

Aku pernah membunuh nenek tua


Ketika ia enggan menyerahkan kalung emasnya
Mayatnya aku mutilasi
Kubuang ke kali

Aku pernah memotong tangan seorang pegawai sipil


Ia hendak melawan, ketika motornya aku ambil
Begitululah.

Akhirnya, hujan turun dengan lebat


Mengirim kesumat
Membikin hati jadi lekat mengingat

ANTOLOGI PUISI ESAI 129


Ia; ibu yang telah megusirku
Tak mengakui aku anaknya
Aku pergi, membawa luka

Barangkali aku tak seperti lain anaknya


yang jadi pengusaha—kakakku!
yang jadi tentara—adikku!
yang ia banggakan kesuksesannya

Tiba-tiba aku teringat ia


yang merawatku dalam cinta
yang aku dalam kandungannya sembilan bulan lamanya

Ah, ibu!
Sebening air membasahi pipiku.

6/

Petrus semakin mengepakkan sayap6


Semakin mendekat saja
Dua kecamatan sebelah telah selesai dijamah
Lima preman mati mengenaskan
Dua di antaranya di geletakkan di badan jalan
Tiga lainnya ditemukan di perempatan atau pertigaan

6
Tercatat ada 11 Provinsi yang menerapkan petrus, seperti Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan,
Sumatera Utara, Bali, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Sumber:
http://keranjangbesar.com//mengenal-petrus-jaman-pak-harto.htm

130 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Suasana semakin mencekam
Malam adalah persinggahan yang karam
Kuharap, hari-hari tetap jadi siang
Sebab, telah begitu lelah aku mengasuh resah

Kabar-kabar itu jadi buah bibir


Katanya; begitu malam telah merambah
Sebuah jip masuk ke perkampungan
Meringkus, mengambil paksa preman-preman
Atau bahkan yang telah jadi mantan

‘Restu, preman kecamatan sebelah telah mati!’


Kata seorang pedagang nasi
Matanya melirik padaku, aku tahu
Ia mengaharapkan kejadian itu pun menimpaku

‘Mayat Si Restu dimasukkan ke dalam karung goni,


Darahnya mengucur, dan masih amis!’
Pedagang itu melanjutkan ceritanya
Sekali lagi, ia melirik ke arahku

Dan cerita-cerita lain, dari preman-preman lain


Menjadi menu utama tiap harinya
Aku semakin gemetar
Kurasa hatiku pilu, menahan gentar

Semakin hari, semakin banyak korban


Semakin banyak mayat bergelempangan

ANTOLOGI PUISI ESAI 131


Aku pasrah
Jikalau pistol mengambil nyawaku yang payah
Toh, semua orang akan mati
Hanya caranya saja yang berganti

7/

Aku sebal jika datang malam


Selalu saja, ia adalah situasi di mana keberanian
Tak ubahnya seperti kapal yang karam

Tak. Tik. Tok.


Detik-detik melarung harap
Di setiap sengal hapasku yang mulai kalap

Datanglah Supratmo
Menemuiku.
Wajahnya pucat pasi
Barangkali ia ketakutan setengah mati
Matanya, ah, aku tak tega menatapnya!

‘Aku benar-benar takut!’ bisiknya


‘Sudah, tenangkan dirimu.’ aku menasehati.
‘Bagaimana bisa tenang,
kalau suasana sedemikian mencekam’
‘Aku tahu. Namun, jika kamu terus panik,
mereka akan mudah menemukan kita’

132 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Supratmo benar-benar takut
Ia menyarankanku untuk lari dan sembunyi bersamanya
Entah kemanapun tempatnya

Namun aku menolak


Ia sedikit kecewa, dan memalingkan muka
‘Kalau begitu, aku yang akan lari. Sendiri!’ tandasnya

‘Maaf, kawan. Aku berniat untuk berubah. Aku pasrah!’


Dan ia melompat membelah semak belukar
Berlari. Berlari. Berlari.
Entah kemana!
‘Semoga kau selamat, sobat,’ gumamku lirih.

8/

Penyesalan menjangkiti relung hati


Kudengar, Supratman mati
Ditembak dua kali
Mayatnya dibungkus karung goni
Dan ditinggal di pinggir kali
Tangannya terikat
Pun lehernya7

7
Para korban Petrus saat ditemukan masyarakat dalam kondisi tangan dan
lehernya terikat. Kebanyakan korban juga dimasukkan ke dalam karung
yang ditinggal di pinggir jalan, di depan rumah, dibuang ke sungai, laut,
hutan dan kebun. Sumber: http://id.wikipedia.org//Penembakan_misterius

ANTOLOGI PUISI ESAI 133


Kabar itu begitu menohok
Mencaplok
Dan melalap habis akal sehatku

Kabar lain bertebaran pula


Petrus salah tangkap!8

Di desa sebelah
Terdapat dua orang bernama Sarman
Satu preman pasar
Satu lagi penjual cendol

Ceritanya:
Begitu malam melarut
Kira-kira pukul satu
Atau dua
Sebuah jip kembali membelah kampung

8
Menurut cerita dari saksi mata. Di suatu kota di Jawa Tengah yakni di Pati,
pernah terjadi peristiwa salah tangkap oleh petrus. Dalam satu desa, sebut
saja ada dua orang yang bernama Sarman. Sarman pertama adalah seorang
preman dan Sarman yang kedua adalah tukang cendol. Pada suatu malam,
terjadilah salah tangkap. Pada mulanya, Petrus akan meringkus Sarman
sang preman namun yang ditangkap bukanlah Sarman preman tapi Sarman
tukang cendol. Peristiwa salah tangkap ini sontak membuat gempar. Sebagian
orang yang merasa namanya sama dengan seorang preman merasa cemas,
kalau-kalau bakal terjadi lagi peristiwa salah tangkap yang serupa. Sumber:
penuturan Bapak Su’udi Ramli, salah seorang saksi mata, pada hari
Selasa, 05 April 2010.

134 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Derunya begitu kentara
Membuat orang meringkuk di bawah selimutnya

Di depan sebuah rumah yang reot


Jip itu berhenti mendadak
Orang-orang dalam jip saling berbisik
Entah apa!
Tiba-tiba dua orang keluar
Mendobrak pintu rumah itu
Menyeret Sarman cendol

Sarman kalang-kabut
Istrinya menjerit-jerit
Anak-anaknya menangis keras

Dengan sekuat tenaga


Sarman cendol melawan dua orang itu
Namun apa daya
Tenaganya tak cukup kuat untuk beradu

Dimasukannya ia ke dalam jip


Jip berjalan
Membelah perkampungan
Membelah malam!

Di dalam jip, Sarman cendol diberondong pertanyaan


‘Namamu Sarman kan?’

ANTOLOGI PUISI ESAI 135


Seseorang dengan mata sangar itu menanyainya
‘Iya, tapi aku bukan preman!’
jawabnya dengan nada meninggi
‘Hah! Jangan bohong kamu!’
‘Aku tidak bohong! Aku hanya tukang cendol!’

Orang-orang dalam jip itu saling bertatapan


Salah satu dari mereka memberi isyarat
Kepada satu sama lainnya

‘Buka bajumu!’
Sarman membuka bajunya
Setiap bagian tubuhnya diperiksa
Ia tahu, orang-orang itu mencari tato
Atau mungkin bekas tato

Jip terus melaju menyingkap kabut


Pintu jip terbuka
Dan Sarman cendol dilempar keluar
Ia selamat dari Petrus yang sangar

Begitulah cerita itu beredar


Merambat dan merambah dari satu bibir
Ke bibir yang lainnya

136 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


9/

Aku tak tahu apa yang merasuk


Dan membesuk hatiku yang busuk
Tiba-tiba aku tertarik pergi ke mushola
Setelah lamat-lamat suara azan mengaung dari toa

Subuh ini mempesiang jiwaku


Malam berlalu. Biarlah begitu

Dingin.
Air wudhu ini membikin
Pikir terpental mencari ladang zikir

Barangkali, aku memang lelah


Berpancang di dunia yang kelam
Aku ingin sepenuhnya pasrah
Menjadi hamba yang ittifak dengan Tuhan

Tuhan, aku mengadu


Memburu lembut kasihmu
Biarpun Engkau tahu
Betapa hinanya aku

Dan hari-hariku berlalu


Tertanam sudah semua ajaib doaku
Dalam lembut kasih tuhanku
Kini aku salik, pencari jalan bagi jiwaku

ANTOLOGI PUISI ESAI 137


10/

Setahun berlalu
Dan aku masih bernafas
Dengan nafas baru
Seperti baru membuka putih kertas

Petrus masih berkeliaran


Masih memburu preman-preman

Kuharap aku bukanlah termasuk


Ke dalam daftar orang yang mereka keruk
Aku sepenuhnya berubah
Menjadi abid, hamba sang maha rahmah

Hari-hari aku jalani


Begitu mengalir
Mengalir

Saat-saat damai seperti demikian


Aku teringat lagi akan ibu

Bagaimana kabarnya?
Apakah kusut rambutnya bertambah?
Apakah keriput kulitnya makin merambah?

Ah, ibu!
Dalam bening kasihmu
Akankah masih kau anggap aku anakmu?

138 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


11/

Suatu malam
Gelap ditikam temaram rembulan
Aku merapikan sebagian bajuku
Bersiap menghampiri ibuku esok hari

Aku benar telah rindu


Matanya yang sayu
Belainya yang lembut penuh restu

‘Ibu, aku akan pulang!’

Setelah selesai merapikan baju


Aku bersiap mapan
Berharap aku bermimpi ibu
yang setiap pagi menghidangkan sarapan

Namun, sebelum benar aku terpulas


Kudengar deru jip yang menganiaya bebatuan
Aku kalap!
Aku segera berlari lewat pintu belakang
Membelah ilalang

Tapi sial!
Jip itu menguntitku dari belakang
Kupercepat lariku
Kubelah kebun tebu

ANTOLOGI PUISI ESAI 139


Sekuat tenaga aku berlari
Sampai berdarah kaki ini

Tapi sial!
Jip itu masih menguntitku
Beberapa meter di belakangku
Aku menyadarkan diri
Aku pasrah jika demikian takdir ini
Berbicara kapan, dimana serta bagaimana datang mati

Di suatu perkebunan
Aku tertangkap dan dibekuk

Empat orang mengelilingiku


Menyandang bedil kesemuanya

Satu di antara mereka mendekatiku


Dalam gelap, siapa tak tahu siapa

Aku ditanya:
‘Kamu yang bernama Parman?’
Aku diam, tak menjawab
Kelihatanya aku kenal suaranya

Angin menyibak reranting pohon


Temaram bulan memperkenalkanku
Pada siapa yang di hadapanku

140 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Ya, ia adikku, Suwondo
Seorang tentara yang ditugaskan pula
Menjadi Penembak Misterius

Ia menatapku lama
Mencoba mengenali lekuk wajahku

Barangkali, ia berusaha menggali ingatan


Mencuatkan kenangan

Tanpa disangka
Ia mendekatkan mulutnya ke telingaku
Seraya berkata lirih:
‘Pulanglah, Kak, Ibu merindukanmu!’

Airmataku penuh berlinang


Adikku Suwondo masih menyimpan sayang

Dalam hati aku ikrar:


Aku akan berubah
Menjadi manusia yang anfa’ dan penuh rahmah

Suwondo berkata pada kesekian kawannya


yang menyandang bedil itu
‘Mari, pergi, ia hanya seorang penyuluh kodok!’

ANTOLOGI PUISI ESAI 141


Dan jip itu melenggang
Membelah perkebunan

Aku terdiam lama


Masih berlinang airmata

‘Ibu, aku akan pulang!’

11/

‘Kenapa kakek menangis?’


Suara cucuku membuyarkan lamunan panjangku
Kuusap airmata di pipiku
Kemudian kupeluk ia erat-erat
Dan kukatakan padanya:
‘Jadilah apa yang engkau suka, cucuku!’

2013

142 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


TANYA SUMIYARSI
DARI PLATUNGAN

Puisi Esai
Stefanus P Elu

ANTOLOGI PUISI ESAI 143


144 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
TANYA SUMIYARSI DARI PLATUNGAN

aku Sumiyarsi1,
yang terjamah narasi hitam Orde Baru
ingin lantunkan nyanyian tanya
yang masih tersisa dari beranda kematianku

awali dengan tanya


senja yang tiba di tiga belas oktober enam lima
terlukis memerah di tepi barat
dan aku rengkuh biasnya di kaca mobil
ingin kubenamkan di beranda rumah
dan tiga anakku adalah saksi matanya

1
Nama lengkapnya Dr Sumiyarsi Siwirini Caropeboka. Ia lahir di Solo, 20
November 1925. Pendidikan terakhir di Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada (UGM), lulus pada 19 November 1959. Tahun 1956-1959
sebagai asisten dosen pada Fakultas Kedokteran UGM, bagian Penyakit
Anak-anak. Selepas lulus kuliah, Dr Sumiyarsi bekerja sebagai dokter di
Rumah Sakit Kotapraja Jakarta. Dr Sumiyarasi kemudian bergabung juga
menjadi aktivis Himpunan Sarjana Indonesia (HSI). Sebelum Peristiwa 30
September 1965, Dr Sumiyarsi baru saja terpilih sebagai anggota Dewan
Eksekutif HSI. Amurwani Dwi Lestariningsih, 2011, GERWANI. Kisah
Tapol Wanita di Kamp Platungan, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hal.
99. Sejak 11 Oktober 1965, penguasa militer mulai melancarkan propaganda

ANTOLOGI PUISI ESAI 145


namun tiba-tiba aku terperanjat
saat mata temui rumah di jauh
porakporanda di genggaman segerombolan orang2
bajubaju berkejaran di halaman
disaksikan perabot rumah yang letih di tangan kecamuk
seonggok kebencian hampa memaksa
mereka untuk berdiam
di tempat yang seharusnya tak mereka tinggali

hitam terhadap Gerwani melalui surat-surat kabar yang dikelolanya (sejak 1


Oktober, hanya Pepelrada Jaya melarang terbit media massa kecuali seizin
mereka). Mereka menyatakan bahwa aktivis-aktivis Gerwani menyiksa –
melakukan ritual cabul, mencungkil mata, dan memotong kemaluan – para
perwira AD yang diculik sebelum membunuh mereka. Pernyataan itu
bertentangan dengan hasil otopsi para dokter RSPAD Gatot Soebroto yang
dilakukan pada 4 dan 5 Oktober, yang menyatakan bahwa tubuh para perwira
tersebut utuh, dan bahwa mereka seluruhnya tewas akibat tembakan. Selama
berbulan-bulan sesudahnya, seluruh surat-surat kabar yang masih boleh terbit
dipenuhi berita-berita bohong tentang kebejatan dan kekejaman Gerwani. Sejak
saat itulah pengejaran dan penangkapan terhadap anggota Gerwani dan semua
perempuan yang terlibat dalam aktivitas PKI dimulai. Sejumlah litetarur sejarah
menyebut sekitar satu juta nyawa melayang dan sekitar 1,6 juta orang lagi
ditahan tanpa proses pengadilan. Sumber: http://spirit-indonesia.blogspot.com/
/ plantungan-potongan-tragedi-1965.html. (Berita ini diakses pada Selasa, 13
Agustus 2013, pukul 13.25 WIB.)
2
Saat mengobrak-abrik rumahnya, para gerombolan orang itu menemukan
secarik dokumen dari Sekretarsi Comite Seski (CS) PKI setempat. Dokumen
itu berisi permintaan Sekretaris Comite kepada Dr Sumiyarsi untuk menuliskan
surat keterangan libur bagi orang-orang PKI yang akan berlatih dalam rangka
Dwikora. Temuan atas dokumen itu kiranya cukup bagi pihak militer untuk
mengecapnya sebagai “dokter Lubang Buaya”. Hal. 100. Ia juda dianggap
sebagai dokter Committee Central Partai Komunis Indonesia pada zaman
Orde Baru. Sumber: http://www.goodreads.com/book/show/10801178-
plantungan. (Berita ini diakses pada tanggal 25 Agustus 2013, pukul
19.00WIB.)

146 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


rupanya para kekasih Suharto sedang mencariku
mengendus jejak-jejak keterlibatanku
dalam narasi kelam PKI ciptaannya

niat mengubur senja terkurung sudah


bersamaan dengan haluan mobilku
yang bergegas mencari persembunyian
untuk tenangkan takut yang kian meninggi

daun jendela tetangga membuka diri


memanggilku untuk sembunyikan tubuh di situ
meski harus kuakui getar dada masih mendebar
hingga kubawa lari ke rumah Suprapto3

lalu angin memberiku kabar


bahwa rumah Suprapto sedang diincar pasukan Orde Baru
aku segera berkemas sembari memacu waktu lariku
yang kian singkat

di Hotel Indonesia
Konferensi Asia, Afrika, Oceania sedang berlangsung
aku putuskan bertandang ke situ4

3
Suprapto, seorang profesor, pengacara, dan anggota pimpinan HIS Pusat,
dimasukkan di Inrehab Pulau Buru. Ibid., hal. 101.
4
Ketika itu Sumiyarsi menjabat Bendahara Pimpinan Pusat Himpunan Sarjana
Indonesia HSI. Karena itu ketika ia datang ke situ ia mendapat akses masuk
dengan cukup mudah. Bahkan seorang ketua departemen dari panitia di HSI

ANTOLOGI PUISI ESAI 147


untuk berlindung dari kejaran maut itu
meski hanya dalam hitungan waktu

setelahnya, aku memasuki kisah petualanganku


sebagai seorang buron. ya buronan polisi enam lima5
meski belum sempat kuingat
kapan dan di mana aku membunuh,
atau mengambil uang rakyat untuk menangkan
proyek ini-itu?

: apa salahku sehingga aku hendak ditangkap?

berpindahpindah
tiba-tiba pagi membangunkanku
dengan gebrakan pintu di muka ranjang
segerombolan orang yang tergabung dalam
Operasi Djaring AKRI Jawa Barat, berasimilasi dengan
Komando Reserse AKRI Sukabumi, menghampiriku
: aku ditangkap6

kemudian menyerahkan kamarnya kepadanya. Suasana begitu mencekam


karena saat itu banyak orang yang tidak tahu tempat yang nyaman untuk
berlindung. Banyak intel yang berseliweran di dalam dan sekitar hotel.
Ibid.
5
Hal serupa juga dialami oleh Putmainah, Ketua Gerakan Wanita Indonesia
(Gerwani) Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Ia juga anggota Fraksi Partai
Komunis Indonesia. Sumber: http://news.okezone.com/read/2011/10/01/
340/509376 /ini-kisah-ketua-gerwani-kabupaten-blitar, (berita ini adiakses,
Selasa, 13 Agustus 2013, pukul 13.15 WIB).

148 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


buron yang selama ini kupanggul lecut di situ
rontok bersama yakinku akan tak bersalah

takut bergetar di segala penjuru nadi


saat lukisan halaman penjara dan penyiksaannya
mengintai imajiku
penjara yang selama ini dinarasikan surat kabar
kugenggam kini di pelupuk mata

ingin rasanya menjerit pada waktu


untuk tunjukkan kapan dan di mana
aku memanjatkan hujatan pada Garuda atau Merah-Putih

atau kisahkan bukti tarian erotis harum bunga


di hadapan para jenderal di Lubang Buaya

6
Setelah kegiatan konferensi selesai, Sumiyarsi segera berkemas. Berbekal uang
honor sebagai panitia konferensi, ia memulai petualangannya sebagai buron.
Dalam kebingungannya, seorang temannya menawarkan tempat persem-
bunyian di Kota Semarang. Ia pun berangkat ke sana dan menginap di Hotel
Du Pavillion. Namun di situ hanya dua minggu. Lalu ia berpindah ke Salatiga
selama satu bulan. Karena situasi mulai memanas di Salatiga, ia balik ke
Semarang, lalu ke Surabaya, dan akhirnya ke Bandung berkat kebaikan seorang
temannya. Selama ia bersembunyi di Bandung, keluarganya sempat mengun-
junginya sehingga ia mendapatkan tambahan bekal untuk dapat menghindar
dari kejarang petugas. Sumiyarsi akhirnya pindah ke Sukabumi atas ajakan
seorang temannya pada Februari 1967. Menurut pengakuannya, ia tinggal di
rumah seorang mantri kesehatan yang jauh dari keramaian. Namun, di tempat
itulah ia ditangkap. Op.Cit., hal.101-104.

ANTOLOGI PUISI ESAI 149


seperti yang dituduhkan kepada Gerwani
dan para aktivis perempuan7

tapi percuma. ruang kantor polisi itu


memijit-mijit tangisku
yang jatuh ke pangkuan sendiri
ketika bayangan akan anak-anak dan suami
mengendap-endap di sudut pikiran

asaku terkungkung di rumah tahanan Sukabumi


entah untuk asalan apa, dan mengapa begitu,

mei enam tujuh,


aku dibawa ke markas polisi di Jalan Braga, Bandung

tubuhku menjerit ketika di mobil itu


kutemui suamiku, yang juga diborgol
kulayangkan desah padanya,
“anak-anak?”

ia merangkulku dengan diam, tak sepatah kata pun


jatuh dari bibirnya. hanya urat wajahnya tak putus-putus
mendaraskan doa: ‘semoga anak-anak selalu sehat
dalam rangkulan keluaga’

7
Sumber: www.merdeka.com//gerwani-dan-propaganda-tari-harum-bunga-
yang-erotis.html, (berita ini diakses pada Jumat, 23 Agusutus 2013, pukul
00.30 WIB).

150 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


dan narasi perjumpaan lara itu pun berakhir di Bandung8
setelah dua bulan di Bandung,
aku dipulangkan ke Jakarta
sebuah rumah tahanan di jalan Panglima Polim
Kebayoran Baru
jadi rumah berikutku, hingga ke Rumah Tahanan Pesing,
dan berikutnya lagi ...9

di bukit duri10
tiga hari menjelang ulang tahun kemerdekaan RI, 1968
aku memasuki gerbang Penjara Bukit Duri
sebuah rumah yang terkenal
sebagai pusat mendekamnya para tahanan politik
di sekitar Jakarta.

8
Pada Mei 1967, Sumiyarsi dibawa dari Sukabumi ke Bandung. Ia dibawa
bersama suaminya yang juga ditangkap di Sukabumi dalam satu mobil. Ketika
di Bandung, kedua suami istri itu berpisah. Sumiyarsi dibawa ke Jl Braga,
sementara suaminya dibawa ke stasiun. Sumiyarsi kemudian dimasukan ke
dalam kamar berukuran 3x4 meter bersama tahanan lain. Ibid.
9
Pada 27 Juli 1967, Sumiyarsi dipindahkan dari Kebayoran Baru ke Rumah
Tahanan Pesing. Sepuluh bulan ia tinggal di situ. Pada April 1968, Sumiyarsi
dipindahkan lagi ke sebuah rumah tahanan di Gunung Sahari. dan sepulang dari
situ, ia kembali dipindahkan ke Lidikus, Lapangan Banteng Selatan. Kemudian,
pada 14 Agustus 1968, Sumiyarsi menuju Penjara Bukit Duri. Tempat ini
menjadi rumah terakhir petualangannya selama masa tahanan di Jakarta.
Ibid., hal. 107-108.
10
Sejak 1984, Penjara Wanita Bukit Duri sudah dibongkar. Penjara ini dulu sesak
dengan tahanan politik tahun 1968 hingga 1979. Para anggota Gerakan Wanita
Indonesia (Gerwani) dan tokoh-tokoh PKI pernah dipenjara di sini. Lokasi
ini dulu merupakan benteng pertahanan kolonial Belanda tahun 1600-an.

ANTOLOGI PUISI ESAI 151


hari-hariku yang bergelimang rindu akan anak-anak
juga suami
kuceritakan lewat merawat sesama tahanan
meski dalam dada selalu kugendong derita
“apa salahku sehingga Bukit Duri mengungkungku?”

aku biasakan raga dan imaji


untuk akui tempat ini sebagai rumah terindah
perjumpaan dengan sesama tahanan sebagai kesempatan
untuk berkebajikan. tiada kesempatan terindah
selain sekarang
untuk tunjukkan pada negara bahwa aku layak
diperlakukan baik dan adil di tanah pertiwi
yang aku kasihi di setiap pembuluh darah
juga hembusan napasku

Pagar berduri dibangun di sepanjang tepi sungai Ciliwung. Letak benteng itu
memang agak tinggi sehingga menyerupai sebuah bukit kecil jika dilihat dari
seberang sungai. Inilah asal nama Bukit Duri. Kini, bangunan penjara sudah
berganti dengan Ruko Bukit Duri Plaza. Sementara bengkel senjata di
sampingnya menjadi Komplek Bukit Duri Permai. Wartawan merdeka.com,
Ramadhian Fadillah dan Islahudin mendatangi lokasi ini pekan lalu. Sri
Sulistyawati (71), seorang wartawati Warta Buana yang sebelas tahun dipenjara
di Bukit Duri. Sri menjadi tahanan politik karena dianggap pembela Soekarno.
Alasan lain, Sri pernah membantu mendirikan Gerwani cabang Jakarta. Alasan
lain, Sri pernah membantu mendirikan Gerwani cabang Jakarta. selain itu
suami Sri adalah Ketua Pemuda Rakyat Sukanto yang menjadi underbouw
PKI. Tanpa pengadilan Sri dijebloskan ke penjara. Sumber: www.merdeka.com/
/kisahh-pelarian-tiga-gerwani-dari-penjara-bukit-duri.html.

152 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


perempuan terbuang
suatu hari di bulan April sembilan belas tujuh satu
kabar menemuiku di kamar bahwa
para tahanan wanita akan dikirim ke Platungan11

sebuah protes keras mendobrak-dobrak pikiranku


nama tempat itu yang selalu mengondisikan orang
untuk terima nasib sebagai orang terbuang,
tak layak ada di tengah dengan khalayak12

11.
Platungan adalah nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Platungan,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Desa ini berada di bawah kaki Gunung
Prahu yang diapit oleh Gunung Butak dan Kemulan di jajaran Pegunungan
Dieng, yang terkenal dengan Plateau (Dataran Tinggi) Dieng dengan gas
belerangnya. Secara administratif, Desa Platungan merupakan daerah
perbatasan yang berada di ujung paling selatan kota Kendal. Sebelah utara
dan timur Platungan berbatasan dengan Kabupaten Batang yang dipisahkan
oleh Kali Lampir. Bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan.
Jarak Desa Platungan dengan kota kecamatan kurang lebih dua kilometer
ke arah barat daya. Kota kecamatan terdekat adalah Sukarejo berjarak
sekitar 15 kilometer dari Kamp Platungan. Nama “Platungan” atau
“Pelatungan” berasal dari kata latung atau lantung karena di daerah ini
terdapat tanah liat hitam yang oleh orang Jawa disebut lantung. Amurwani
Dwi Lestariningsih, ibid., hal. 2-4.
12.
Dulunya, di Platungan ini dibangun sebuah rumah sakit khusus untuk orang-
orang yang menderita penyakit kusta. Para penderita penyakit menular ini
memang sengaja ‘dibuang’ ke tempat ini agar tidak menular ke masyarakat.
Kompleks Rumah Sakit Lepra ini dibangun pada 1848 oleh pemerintah Hindia
Belanda untuk rumah sakit militer. Sekitar Maret 1886, penyakit lepra mulai
melanda penduduk Eropa. Orang-orang Eropa yang saat itu terserang
penyakit lepra mulai dirawat di Rumah Sakit Militer Platungan. Dengan
berjalannya waktu, jumlah pasien semakin bertambah. Maka, pada 1871,
saat bengunan semua sudah diganti dengan bangunan parmanen, rumah
sakit ini beralih menjadi Rumah Sakit Lepratorium. Ibid., hal. 6-25

ANTOLOGI PUISI ESAI 153


dasah deritaku kian bergairah
di hadapan pembuanganku yang berdiri tegak
seutas senang yang kemarin kusematkan di tubuh
putus di muka kabar itu
sementara di beranda telinga bermainmain desah:
“aku perempuan yang terbuang di negeri yang merdeka”

jelang detik-detik ‘pembuangan’ ke Platungan


waktu mengizinkanku menemui keluarga
getar dadaku memandang anak pertamaku

saat jemarinya menjamah kedua lenganku,


tegar keibuanku runtuh berantakan dalam
tangis yang bercakap-cakap mesra

sebungkus kado rindu yang mereka bawa dengan bulat hati


kusambut dengan sehelai saputangan ibu
yang kusulam dari hatiku

lalu ibu yang datang membawa pincang di kakinya


tuturkan desah di rangkulannya:
“jangan menangis”
tubuhku kian berdebar oleh tangis yang meronta
sementara baris-baris duka muncrat dari kelopak mata

dalam tatapan lirihnya ia memesan waktuku:


“di mana pun kita berada,
selalu ada di tangan Yang Maha Kuasa,
jangan pernah putus asa.

154 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


jika sekiranya aku tidak mendapatkan kesempatan dari-Nya
sampai pada pembebasanmu, aku ikhlas.
aku selalu berdoa untukmu,
mudah-mudahan kamu diberi kesabaran”.13

rintihanku kian menganak sungai


basahi waktu besut yang tiba di titik akhir
dengan mata yang kuyup oleh sedih
kupandangi mereka yang perlahan disembunyikan senja

pukul 24.00, aku bersama tahanan lain


meninggalkan bilik tahanan
berbaris menggenggam perpisahan yang tertera
di telapak tangan kami
sekali lagi isak bergelayut di tepian mata
tempiaskan malam dingin yang berkunangkunang gelisah

pukul empat dini hari,


dua bus beriringan meninggalkan Bukit Duri
keluarga yang masih betahkan rindu di muka Lapas
lambaikan doa yang dicatat di telapak tangan

di Platungan
gerbang Platungan menganga
di beranda unit jauh itu para tahahan bariskan mata

13.
Ibid., hal. 170

ANTOLOGI PUISI ESAI 155


iringi petualangan baru yang coba aku sematkan
di mata kaki
sembari rayui hati agar tak kehabisan asa
seperti ibuku yang tak kehilangan rindu
nantikan pulanganku

kantukku di malam pertama


dicumbui nyanyian hantu di seberang sepi
sementara dingin bercepakcepak di ranting pohon
bisikan kalut yang buncahkan nurani

pukul empat pagi sadarku temui fajar


bersama kabut yang berkejaran di pucuk-pucuk rumput
lalu retetan aktivitas temani waktuku
jinakkan duka yang tak lelah menghukum raga
untuk ilusi kebebasan
sebagai warga Indonesia yang merdeka

kujerang tangis jadi tawa di kamarku


kueram derita jadi senyum di beranda perjumpaan
agar aku dan sesama tahanan menjauhkan mati
yang kadang datang membesuk

obati warga
di penjara racikan para tahanan kaum hawa itu14
aku dipercaya sebagai kepala poliklinik
untuk mengusir sakit para tahanan dengan naluri ibu

156 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


yang kukumpulkan dari sajaksajak rindu akan keluarga
sebab alatalat rawat jauh dari layak

suatu ketika, di pertengahan sembilan belas tujuh empat


kolera dan tifus menyerang para tahanan
nalar dan kreativitas keibuanku buntu
saksikan derita para tahanan yang tak jua reda

restu pimpinan tahanan kupinta


agar ia ajukan permohonan ke Rumah Sakit Sukarejo
untuk imunisasi penghuni kamp

syukur kebaikan masih berpihak


sehingga banyak nyawa menjauhi ajal15

lambat laun kreativitasku menangani pasien


terbawa angin hingga ke seberang tembok
banyak warga menemuiku sembari menggenggam keluh
agar aku rela mengusir derita mereka
meski aku hampir kehabisan akal
untuk berdamai dengan daritaku sendiri

14.
Taman itu selalu dikagumi oleh para tahanan politik. Selain tampak indah,
juga menambah pemandangan. Taman itu kemudian diberi nama Agusta
oleh pemimpin kamp, Mayor Pr. Pemberian nama itu berkaitan dengan
pembuatan taman pada bulan Agustus. Untuk memperindah taman,
beberapa batu diletakkan untuk menghindarkan rumput agar tidak diinjak.
Ibid., hal. 202.
15.
Ibid

ANTOLOGI PUISI ESAI 157


bahkan, suatu hari, entah yang keberapa
dalam niat baik yang masih tersisa di hati
aku menemui seorang pasien:
“Dokter, saya minta tolong,
Saya hanya mau ditolong oleh dokter Sumiyarsi”16

air putih segelas yang kuberi


sanggup bangkitkan sehatnya
seuntai senyum yang terbit di balik peluhnya
sirami kering yang lama mengungkung hati ini

perlahan keyakinan bangkit


bahwa aku masih berguna, mampu berbuat baik
-dan memang aku seperti itu dari dulu-
meski terkadang oleh niatku yang baik
aku harus berpindah ke unit “tahanan babi”
karena dianggap memberontak17

akhiri dengan tanya


tiga belas tahun masa pembuangan itu pun berakhir
kutinggalkan ‘rumah Orde Baru’ itu dengan kepala tegak

16
Ibid., hal. 103.
17
Dalam bukunya Platungan: Pembuangan Tapol Perempuan, Sumiyarsi
melukiskan sambutan teman-temannya di “tahanan babi” demikian: “Selamat
datang di pig pen, maksudnya kandang babi. Mba Karti nyeletuk, “Dari
kandang ternak ke kandang babi. Terima kasih untuk nama yang artistik
itu.” Semua tertawa dan bertepuk”.

158 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


meski aku tahu bahwa kapasitas kewarganegaraanku
tetap minus oleh ET yang merias akhir namaku18

kugantung keping-keping harapanku pada waktu


bagai fatamorgana yang kukejar dengan gairah memuncak
di sisa usiaku yang beranjak uzur

pemakaman sebagian waktu hidupku berakhir di situ


meski akalku tak pernah lelah ajukan tanya
: apa salahku sehingga aku dibuang ke penjara?19

(tanya yang sama masih kunyanyikan di beranda


kematianku)

18
ET adalah akronim dari ‘Eks Tapol’ (Tahanan Politik). Semasa Orde Baru
akronim ini selalu tertera di akhir nama mereka yang menjadi tahanan politik.
Meski sudah bebas dari penjara, mereka diwajibkan terus melaporkan diri
kepada pihak yang berwajib. Selain itu juga akses mereka untuk mencari
pekerjaan sangat dibatasi oleh karena perlakuan diskriminatif warga atau
pemerintah. Baru pada 2003, stempel di belakang nama itu dihapus. Dengan
bagitu, mereka yang merupakan eks tahanan politik lebih bisa bebas. Kemudian,
lambat laun perlakuan diskrimintif itu perlahan-lahan berkurang, meski belum
hilang secara total. http://news.okezone.com/read/2011/10/01/340/509376/
ini-kisah-ketua-gerwani-kabupaten-blitar, (berita ini diakses, Selasa, 13 Agustus
2013, pukul 13.15 WIB).
19
Sumiyarsi meninggal pada 17 Juli 2003 di Rumah Sakit Pertamina Jakarta
Selatan karena sakit stroke. Op.Cit., hal. 99.

ANTOLOGI PUISI ESAI 159


160 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU
BIODATA PENYAIR

ANTOLOGI PUISI ESAI 161


Ade Julia Dewi, lahir di Serang, tanggal 22 juli sekitar 24 tahun
silam. Kini ia tinggal di Cinanggung Serang Banten. Sejak kecil,
ia bercita-cita menjadi seorang penulis. Ia gemar membaca, trav-
eling dan makan makanan enak. Di dunia Maya ia lebih dikenal
dengan nama Noi Bonita. Ade Julia Dewi merupakan perempuan
tertua dalam keluarganya.
Ia terlahir dari keluarga sederhana, tapi itu tak membuatnya patah
arang untuk tetap mewujudkan mimpinya dibidang tulis menulis.
Harapannya yang belum terwujud adalah membuat sebuah cerpen/
novel yang bisa dibukukan dan di baca oleh semua pecinta buku.
Ia berharap puisi esai ini membuatnya lebih termotivasi lagi dalam
berkarya.

Catur Adi Wicaksono, lahir di Surabaya tanggal 1 April 1989.


Hingga kini masih tinggal di Surabaya. Sejak kecil ia memang
hobi menulis. Sewaktu sekolah ia sering mengirimkan esai dalam
bentuk puisi atau cerpen ke surat kabar harian Jawa Pos. Sampai
sekarang ia masih intens mengirimkan karya-karyanya ke media.
Salah satu puisi esainya yang berjudul Jejak Cinta Madun di Kota
Sampit masuk dalam 10 pemenang hadiah hiburan, dan terkumpul
dalam buku Dari Singkawang ke Sampit, (kumpulan puisi esai-
JurnalSajak, 2013).

Fitrawan Umar, kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan, 27


Desember 1989. Beberapa karyanya pernah termuat di media cetak
dan sejumlah antologi, seperti antologi puisi bersama penyair 13
kota dalam, Merentang Pelukan (Motion, 2012), Wasiat Cinta-
(Mimbar Penyair Makassar -Nala, 2013). Tahun ia terpilih sebagai
penulis undangan dalam perhelatan sastra Ubud Writers and Read-
ers Festival, (UWRF 2013).

162 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU


Huzer Apriansyah, Tinggal di Pematang Sulur, Telanai Pura,
Jambi. Penulis telah dua tahun menjadi fasilitator pendidikan
untuk orang rimba di Provinsi Jambi. Sebelumnya sempat
berkegiatan bersama komunitas lokal di Jambi dalam upaya
konservasi. Karya puisi esai Huzer Apriansyah, yang berjudul
Jangan Paggil Kami Kubu menjadi pemenang “puisi terbaik”
lomba puisi esai tahun 2012. selain menulis ia juga senang meracau
di www.kibas-ilalang.blogspot.com.

M.S. Arifin (nama pena dari Muhammad Samsul Arif in), lahir di
Demak 25 Desember 1991. Menamatkan Madrasah Tsanawiyah di
kampung halamannya. Kemudian menuntut ilmu di Perguruan
Islam Mathali’ul Falah, Kajen, Pati. Saat ini ia menjadi mahasiswa
Tafsir Hadits di IAIN Walisongo Semarang. Beberapa kali
menjuarai perlombaan menulis cerpen, di antaranya: Juara satu
sayembara menulis cerpen se-eks karisidenan Pati oleh FLP Pati
(2010); Juara harapan satu lomba menulis cerpen oleh Rabithoh
Ma’ahid Islamiyyah (2011). Karyanya tergabung dalam kumpulan
cerpen pesantren berjudul Surat Cinta untuk Bapak Presidenku
(cerpen-Divapress, 2011); kumpulan puisi buat Gus Dur berjudul
Dari Dam Sengon ke Jembatan Panengel (puisi-Dewan Kesenian
Kudus, 2013). Buku kumpulan cerpennya yang sudah terbit berjudul,
Arina, dan kumpulan puisi berjudul Repoeblik Koebah Putih.

Stefanus P Elu, Lahir di Oepoli-Kupang, 30 September 1985. Alum-


nus Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta. Sejak 2011,
aktif menulis puisi dan cerpen, dan bergiat di berbagai grup
kepenulisan sastra di Facebook. Pada Mei 2013, terpilih menjadi
Ketua Wilayah DKI Jakarta Komunitas Cinta BAKMI (Baca
Apresiasi Kreativitas Menulis Inspirasi). Bebeberapa puisi dan
cerpen saya sudah diterbitkan dalam berbagai antologi bersama.

ANTOLOGI PUISI ESAI 163


164 KISAH TAK WANGI BELAHAN JIWAKU

Anda mungkin juga menyukai