Anda di halaman 1dari 110

RIHLAH JIWA

Penulis
Guru MGMP Bahasa Indonesia SMK Kab. Gresik

Editor
Khusnul Khuluq, S.Pd.

Desain Sampul & Lay out


Putri Aprilia Dora

Penerbit
Graniti
Anggota IKAPI (181/JTI/2017)
Perum. Kota Baru Driyorejo, Jln. Granit Kumala 1/12, Gresik 61177
website: www.penerbitgraniti.com.
fb: Penerbit Graniti
ig: @penerbit_graniti
email: penerbitgraniti@gmail.com.
telp. 0813 5782 7429 / 0813 5782 7430

Hak cipta dilindungi undang-undang


All rights reserved

Cetakan pertama, Maret 2020

ISBN: 978-602-5811-55-5

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak isi buku ini dengan bentuk dan dengan cara
apapun tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi buku di luar tanggung
jawab penerbit dan percetakan.

II
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji Syukur Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT,


atas terbitnya buku Antologi Puisi “Rihlah Jiwa” oleh MGMP Bahasa
Indonesia Jenjang SMK Kabupaten Gresik.

Pasca pemberian support sekaligus tantangan dari


Narasumber pada bimbingan peningkatan mutu pendidik yang
diadakan oleh Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Gresik
bekerja sama dengan FK MGMP SMA, SMK, dan PKLK Kab. Gresik
akhir Desember silam, kelompok guru yang tergabung dalam MGMP
Bahasa Indonesia SMK Kab. Gresik merasa terlecut semangatnya
untuk berkarya. Salah satu wujud konkretnya yakni dengan
diterbitkannya antologi puisi karya 26 guru bahasa Indonesia jenjang
SMK Kabupaten Gresik.

Tentu hal ini perlu diapresiasi. Sebuah langkah awal yang


positif ini diharapkan dapat menjadi stimulus agar guru
SMA/SMK/PKLK semakin meningkatkan produktivitasnya dalam
berkarya, terutama di bidang tulis menulis. Hal tersebut sejalan
dengan upaya penyediaan bahan bacaan yang mendukung gerakan
literasi nasional yang sudah diamanahkan oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan kita. Antologi puisi ini juga diharapkan
dapat menjadi alternatif bacaan pendamping ketika pembelajaran
bahasa Indonesia untuk kompetensi dasar “Puisi” diberikan.

Akhirnya, saya mengucapkan selamat atas diterbitkannya buku


Antologi Puisi “Rihlah Jiwa”. Semoga buku ini memberikan dampak
signifikan bagi peningkatan mutu literasi sekolah. Khusus guru

III
anggota MGMP bahasa Indonesia SMK, teruslah berkarya demi
kemajuan dunia pendidikan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Gresik, 13 Maret 2020


Kepala Cabang Dinas Pendidikan
Wilayah Kabupaten Gresik

Dra Puji Hastuti, M.Si.


NIP. 19630212 199003 2 006

IV
DAFTAR ISI

HAL
KATA PENGANTAR III
DAFTAR ISI V
1. Khusnul Khuluq 1-4
2. Uun Undarti Septiani 5-8
3. Suhermin Ningtias 9 - 12
4. Zaidatul Rokhmah 13 - 16
5. Hanik Mardiyah 17 - 20
6. Ika Agustin Rahmawati 21 - 24
7. Risalatul Muazizah 25 - 28
8. Waliati Lailatul Ilmi 29 - 32
9. Devi Agustina 33 - 36
10. Hari Subagyo 37 - 40
11. Nuraini Setianingsih 41 - 44
12. Ali Machsun 45 - 48
13. Umu Jaziyah 49 - 52
14. Meta Amalia Yuslien 53 - 56
15. Hendra Ristanto 57 - 60
16. Ahmad Shofi 61 - 64
17. Sugianto 65 - 68
18. Ratna Iriyanti R. 69 - 72
19. Luluk Dianah 73 - 76
20. Machsunah 77 - 80
21. Novitasari 81 - 84
22. Husniah Maghfiroh 85 - 88
23. Amalia Nofita Sari 89 - 92
24. Andik Widodo 93 - 96
25. Emma Rosalina 97 - 100
26. Fajar Sandi Adiyatma 101 - 104

V
VI
TENTANG HUJAN (1)

Hujan masih air,


datangnya dinanti, efeknya dibenci
Hujan tetap air,
perginya bikin rindu, rintiknya bawa sendu

Hujan,
datangnya menggenang, rindunya terkenang
lalunya sisakan basah, dinginnya ciptakan gelisah

Hujan masih air,


dikirimkannya dingin, juga ingin
Hujan tetap air,
dilahirkannya mata air, bukan air mata

Tetaplah melangkah!
karena tak semua basah lahirkan gelisah.
Tetaplah berjalan!
karena tak semua genangan membawa kenangan

Aluk, 10 Januari 2020

1
RASA ITU KAMU

Rasa itu,
tidak dilihat tapi dirasa.
karena rasa tak pernah bisa dilihat
karena yang terlihat tak selalu berasa

karena rasa itu di dalam,


ia mendalam dalam silam, juga kelam
rasa itu hantu, datang setiap waktu,
tak ada gerutu, tak ada celatu

Rasa itu kamu,


kamu yang ada dan tiada tetap sama
selalu berada di singgasana sukma
selalu jadi warnaku melihat

Rasa itu sungguh kamu,


tanpa jemu bertamu,
tanpa keluh berlapis peluh

Rasa itu sungguh kamu,


biarlah tetap singgah menetap lebih lama
mengukir waktu, menyiram hari dengan cerita,
sampai tiba saatnya maut memisahkan kita

*) untuk wanitaku 31/1/2020

2
TENTANG HUJAN (2)

Tenang, hujan masih air,


Jangan takut hanyut dalam ketidakjelasan,
cukuplah nikmati airnya, hanyutlah dalam kenyataan
Kebersamaan yang tak nyaman itu biasa,
Sebiasa kita temukan air dengan minyak,
Sebiasa kita pertemukan -
perempuan dengan pelaminan
Akan nyaman jika dibiasakan.
Tenang, hujan tetap air.
Jangan takut tenggelam dalam genangan,
cukuplah nikmati kenangan,
tenggelamlah dalam kebermanfaatan.
Rutinitas tiba-tiba berkalung suasa,
Disandarkannya asa beda rasa,
Lalu waktu menyiratkan perbedaan cara dan arah.
Keluh, resah, dan gelisah,
Menyatu dalam ruang berlabel telaah.
Menyeret ego untuk segera tuntaskan hari ini juga nanti.
Tenang, hujan masih dan tetap air,
Jangan berhenti berpikir karena ini bukan akhir.
Jangan berhenti ikhtiar karena jalan esok
kita yang ukir, bukan mereka.

inspirasi galau peserta bimtek 16/1/2020

3
AKU DAN EGO

Akulah ego yang coba untuk diredam


Dengan semilir harapan yang tetap berhembus
Dengan setetes embun yang tetap mengalir
Mereka ada dalam jejak jejak kecil
Bernama kenyataan

Akulah ego yang coba merendah


Meniarapkan diri dalam sajadah waktu
Menenggelamkan diri dalam bingkai ruang
Mereka ada dalam detak detak lirih
Bernama keinginan

Akulah ego yang tak mau padam


Meski ada dentum yang coba meredam
Meski ada bunyi yang terus bernyanyi
Mereka ada dalam hela nafas kecilku
Bernama harapan

Akulah ego yang tak mau bego


Meski kadang kenyataan, keinginan, dan harapan
Tak berbanding lurus dalam ruang dan waktu (2019)

Biodata Penulis
Nama : Khusnul Khuluq
Nama Pena : Aluk Al Ahsani
Unit Kerja : SMKN 1 Cerme
Alasan Ikut : Berbagi jejak hati dan menjadikannya berarti

4
DEBU RERUMPUTAN

Rumput di padang savana


Rumput tertunduk tersapu angin
Rumput berdebu
Rumput gersang kerontang
Rumput berbisik
berbisik pelan
Pelan
Pelan
Pelan
Pelan
menderu pelan menderu pelan menderu
melengking
melengking
TINGGI, TINGGI, TINGGI
jauh

5
KERONCONGAN

Perut ini mulai mengetuk-ngetuk


Kulit tipis dan legam
Sebutir nasi dan ikan asin
Sisa kemarin malam
Itupun dimakan si meong

Melodi itu datang


Terdengar dengan keras
dari rongga perut
bernyanyi rock n roll
berjinggat-jinggat
dan berontak
berontak
berontak
berontak
berontak
berontak, berontak, berontak

6
TERIAK

Berteriak
Tanpa kata
Berteriak
tanpa rima
berteriak
tapi tak bergema
berteriak
tanpa parade
teriak hanya teriak
tanpa
ada nada bengis

7
BUSUR SENJA IRAMA

Busur senja berirama


Menyulam gumpalan awan hitam
Membidik di persimpangan
melesap berbagai arah
Hingga di ujung samudra

Busur senja berirama


Kini letih bernyanyi
Bersua sebagai penghuni pelabuhan
Hujan angkuh pada ranting
Meranggas rumput dipelukan awan

Biodata Penulis
Nama : Uun Undarti Septiani
Nama Pena : Tiani
Unit Kerja : SMK Ma’arif NU Driyorejo
Alasan Ikut : Suka sastra

8
POTRET UJIAN

Ruang ujian
Sepi…
Bisu…
Beku…
Hanya desah nafas panjang sesekali terdengar
Ruang ujian….
Dahi berkerut
Bibir cemberut
Wajah kusut
Ruang ujian…
Tatapan mata kosong
Lembar jawaban kosong
Wajah bengong
Ruang ujian…
Mata menyipit
Dahi mengernyit
Mulut komat-kamit
Soalnya teramat sulit
Ruang ujian…
Tengok kiri, tengok kanan
Mata jalang mencari sasaran
Sesekali tangan mengepal
Bak ancaman
Ruang ujian…..
Mata bersinar
Wajah berbinar
Jawaban terpapar
Senyum melebar
Ujian kelar!?!
Yang manakah potret dirimu???

9
UNTUK AYN

Semua hanya soal waktu


Maka nikmatilah indah masa kecilmu, sayang
Bercanda dengan air, pasir, dan riak gelombang
Tanpa beban
Hanya bahagia yang bersandar di kalbu
Biarlah kami menjagamu
Karena semua hanya soal waktu
Sebelum pelukan menjadi tak nyaman di depan teman
Sebelum ciuman menjadi simbol kekanak-kanakan
Dan sebelum langkahmu jauh menuju masa depan
Hingga yang tertinggal hanya kenangan
Sebingkai potret masa kecil dalam sebuah senyuman
SN

10
DESKRIPSI CINTA

Beningnya tatapanmu menentramkan duniaku


Manisnya senyummu menyejukkan jiwaku
Lembutnya tutur katamu terukir di sanubariku

Kau ajari aku mengenal Rob-ku


Kau sebut namaku dalam lantunan doa-doa di setiap sujudmu
Kau rela menahan lapar dan dahaga demi aku
Bahkan kau rela bertaruh nyawa demi hadirku di sisimu

Bila aku bersalah atau dipersalahkan


Engkaulah yang paling dahulu membelaku
Berdiri paling depan menentang setiap hujatan
Dan bila engkau marah padaku
Hanya air mata mengalir deras di pipimu

Tak terhitung lagi peluh karenaku


Tak terhingga pula pengorbananmu untukku
Kasihmu tak lekang dimakan zaman
Lebih luas dari dunia dan seisinya
Bahagiaku adalah tujuan hidupmu
Cintamu abadi, Ibu
Dengan apa kan kubalas semua cinta dan pengorbananmu?

11
MEMOAR KITA

Kala itu ada semburat merah di ujung cakrawala


Pertanda fajar akan segera datang
Diiringi senyum merekah sang mentari
Wajah berbinar, harapan bersinar
Itulah kiranya gambaran saat bermula bersama kalian

Lalu waktupun berjalan


Kusaksikan kalian beranjak dewasa
Bersamamu sangatlah menyenangkan
Terpahat kisah indah masa remaja

Kini saatnya kita berpisah


Engkau tentukan langkah menuju masa depan
Teriring doaku semoga kesuksesan senantiasa menyertai kalian
Kisah yang terukir takkan pernah berakhir
Terbanglah sebebas merpati tuk menggapai mimpi
Anak-anakku tersayang

Biodata Penulis
Nama : Suhermin Ningtias
Nama Pena : Hermin
Unit Kerja : SMKN 1 Sidayu Gresik
Alasan Ikut : Sebagai kenangan yang menyenangkan

12
ANGAN YANG TERGADAI

Anganku tak setinggi langit, hanya


Seperempat meter saja
Tapi pandangannya sungguh tak terduga

Tak boleh bicara


Bekerja sesuai perintah
Anganku jadi terbelenggu dalam
Kepatuhan
Tak lagi mampu membebaskan dari
Kekuasaan
Tak mampu terbebas dari ketamakan
Menyeret ke dalam kebinasaan

Manakalah semua terlelap


Jangan berhenti berharap
Tatkala semua terlena
Jangan lupa tuk bermunajat

Jelmakan niat pada yang membuat


Terangkat dari segala penat

13
TAK LAGI BERPURA-PURA

Tak lagi berpura-pura


Wajah mengharap
Jiwa menghujat

Tak lagi berpura-pura


Bibir tertawa
Hati terluka

Tak lagi berpura-pura


Terlihat gembira
Meski berduka

Tak lagi berpura-pura


Seolah peduli
Nyatanya benci

Tak lagi berpura-pura


Dan janganlah banyak mengira
Lenyaplah segala rasa prasangka
Pandanglah segala apa adanya
Nampakan segala keagungannya
Dalam diri yang sempurna

Biarkan cahaya
Mencapai lorong pikiran
Yang terbatas

Biarkan cahayanya
Menjadi penerang tak berpenghalang

14
EPISODE PERJALANAN (2)

Setapak demi setapak


Aku masih tetap melangkah
Dan tak akan pernah diam
Menerobos tabir penghalang

Setapak demi setapak


Aku tetap melangkah
Walau kaki terantai besi
Meski tapaknya tertusuk duri
Tak akan pernah goyah
Mencari puncak kemenangan

Setapak demi setapak


Ku kikis rasa lelah demi cinta
Ku gapai pelukmu meski hampa
Demi asa yang tersisa

Setapak demi setapak


Aku tetap melangkah
Sambil kugenggam bintang meski,
Cahayanya temaram

Setapak demi setapak


Aku terus melangkah
Mencari hilangnya cahaya
Penawar segala rasa
Karena semua akan tiba sesuai janjinya

15
BUMIKU MENANGIS

Bumiku menangis karena rindu


rindu aroma humusnya
yang hilang ditelan sejuta
kepentingan

Bumiku merintih tersakiti


tubuhnya bopeng dan berlubang
jantungnya tak lagi berdenyut
dipenuhi air bah yang melimpah

Bumiku kini telah mati


tak lagi bisa dibenih
Bumiku kini telah musnah
tak lagi memberi rasa

Bumiku tak lagi berkualitas


kini terhempas dengan naas
Bumiku tak lagi berkelas
kini tak lagi bisa bernapas

Bumiku kini telah...


Virusnya menyebar keseluruh
Melebur dengan udara berjelaga

Biodata Penulis
Nama : Zaidatul Rokhmah
Nama Pena : Ida
Unit Kerja : SMKN 1 Sidayu Gresik
Alasan Ikut : Menggembalakan hati dalam dunia imaji untuk
dinikmati

16
KOTA PAHLAWAN

Terlanggar sudah sumpah terucap


Tergiur mangsa nan sedap
Berenang mengendap
Jauh rasa berharap
Tiada dia tertangkap

Harap tinggal harap


Sumpah terucap pantang silap

Air berkecipak
Beriak
Diantara teriak

Dua penguasa tirta berebut kuasa


Tempat memangsa
Bukan penguasa muara bila tak kuasa
Menoreh luka pada pemaksa
Merah permukaan muara
Sura terluka
Membawa luka ke dasar samudra
Gresik, 28 Januari 2020

17
USAI

Harum wangi menyeruak


Melerai murka memuncak
Keris jatuh tergeletak

Surai berguguran
Bersimbah air mata tak tertahan
Semua tak bisa terbalikkan

Kesetiaan telah terbayar


Bukan dengan cara yang wajar
Namun dengan amarah liar
Tanpa bisa mendengar

Segala kisah penjelasan


Telah diputarbalikkan
Tepat sasaran
Menyulut kecemburuan
Gresik, 29 Januari 2020

18
LUKA

Kau tak pernah tahu


Anjing itu ayahmu
Dengan kepala berdarah
Berlari tanpa tahu arah
Menuruni lembah
Menyibak belantara
Menyeberangi samudra
Membawa langkah
Pada dara manis mengundang gairah

Panas nanar pandang luka


Cari seribu cara
Tapi kau telah menjelma
Pemuda perkasa dan digdaya

Kau tak pernah tahu


Gairahmu melukai jiwa seorang ibu
Wanita yang melahirkanmu
Pemberi luka di antara surai hitammu
Gresik, 29 Januari 2020

19
SUMPAH SANG AYAH

Laut tumpah ruah


Seolah marah
Tenggelamkan semua rumah

Sumpah tinggal sumpah


Hanya karena bekal ke sawah
Semua musnah

Tangis yang mengiba


Rasa terhina
Menghantam perasaan bunda
Segera ucapkan pinta
Naik ke bukit selamatkan nyawa

Lebur wujud raga


Bebaur tumpahan samudra
Berenang mengembara
Seperti semula
Gresik, 29 Januari 2020

Biodata Penulis
Nama : Hanik Mardiyah
Nama Pena : Ariestya
Unit Kerja : SMK PGRI 1 Gresik
Alasan Ikut : Meninggalkan jejak

20
KASIH SANG MATAHARI

Raut wajahmu terbingkai tetes peluh


Memahat setiap letih langkahmu
Kerut garis keningmu
Lirih suara batinmu

Kau peneduh dari segala riuh


Pembuat jalan atas gelombang hidupmu
Nasihatmu, pujianmu, do’amu, selalu menyeruak dalam langkahku
Bersama senyum dan tawa yang mengalun di matamu

Kini kau berada di kejauhan sana


Izinkan aku mewarisi kedamaianmu
Melanjutkan tegas lakumu
Seperti dulu yang kau ajarkan padaku

Wahai matahariku
Maafkan aku yang belum mampu
Melukiskan dengan sempurna jalanmu
Kau bukan hanya sosok penjagaku
Melainkan peluru yang siap menembus siapapun, di kala tangisanku
mengalun

Beribu kasih ku sampaikan pada matahariku


Untuk melebur rindu, ku tuangkan dalam setiap sujudku
Tak perlu kau risaukan bidadari kecilmu
Kini tumbuh menjadi sosok pintamu

21
SEUNTAI KISAH TENTANG KITA

Aku mulai mengenalmu pada Juli-Juli yang lalu


Kau datang ke sebuah tempat, yang kita sebut sebagai rumah kedua
Tempat melukis prestasi dan menyusun prasasti
Yang di dalamnya berisi peradaban anak-anak bangsa
Untuk menimba ilmu, memperkaya iman, dan memperluas
cakrawala

Inilah sekolah kita, tempat yang memiliki aturan dan tata karma
Di sana tampak guru dan siswa, yang keduanya berpadu belajar
bersama
Membuka gerbang pengetahuan, mempelajari berbagai keilmuan,
hingga menjadikan diri untuk siap menghadapi kemajuan zaman
Bemula dari tempat singgah ini dan bermuara merangkul cita-cita

Ya ini Sekolah, tempat yang sederhana tapi penuh dengan makna


Kau mengenal dia tak hanya sebatas muara
Melebur bersama karena satu asa
Mangukir kisah pada lara yang sama
Hingga pada akhirnya, aku kamu dia dan kita
Terbentuk menjadi satu harmoni, hingga menyeruak di ujung
semesta

22
ANTARA RASA DAN ISYARAT

Kau adalah keabu-abuan yang sangat sulit dibedakan


Dari sisi gelap namun terpancar warna terangnya
Menggempalkan beribu makna
Menjelajah rasa antara temu dan pisah

Kau adalah hujan yang tak pernah berhenti berjatuhan


Yang datang lalu pergi membawa kedamaian
Gemuruh dan kilat mencoba terus bersautan
Hinga semilir angin tak mampu lagi membawa kesejukan

Kau adalah rumah teduh


Yang menaungi rindu kala gundah bertemu
Harum lisanmu menyeruak penuh dalam imajiku
Mengubah arah dalam separuh kisahku

Kau adalah kicauan burung


Menggema di telinga namun tak siap untuk menyanjung
Merebut paksa waktu yang terhimpun
Hanya demi secuil asa yang tak terbendung
Tanpa peduli, sejuta peluh yang terus mengayun

Kau adalah tetesan embun di kala fajar terjaga


Melembutkan raga dan menyejukkan dahaga
Jangan biarkan dinginmu menjadi lara
Mengagungkan cinta tanpa tahu kapan bermuara

23
SENJA DI RELUNG FANA

Kau teduh namun kadang memilukan


Merekahkan senyuman di tengah gemuruh hujan
Semerbak rindu menyengat begitu tajam
Hempas lalu menghela nafas panjang

Ku peluk erat asa yang menjelma


Perlahan melahap dinding kekosongan
Tersirat melewati masa
Lalu menjelma menjadi fana

Masih saja tentangmu


Menggulir rasa dunia maya
Merajut ilusi hingga tak bermuara
Melihatmu jauh samar, bagai bulan yang terdampar

Sekilas senyuman yang menawan


Berpijak kokoh pada tumpuan
Ditemani lentera temaram
Menyeruak lamunan hingga fajar menjelang

Biodata Penulis
Nama : Ika Agustin Rahmawati
Nama Pena : Kai Agura
Unit Kerja : SMK Islamic Qon Gresik
Alasan Ikut : ingin menambah pengalaman dalam menulis puisi
dan mendapat ilmu dari penulis yang lain.

24
SECANGKIR KOPI

Kopi itu sebuah harta


Orang dulu bilang, secangkir kopi pengantar pagi
Piring berisi pisang goreng jadi pasangannya
Itu norma bukan kewajiban negara

Hitam warnanya
Ingin Ku cicipi kopi itu hari ini
Tak mungkin rasanya sepahit hidup
Atau mungkin rasa khas itu …
Manis akhirnya

25
RONGSOKAN

Hari membosankan seperti biasa, Ku kayuh sepeda tua itu lewati jalan
desa menuju sawah menemui orang tua
Melihat kenalan lama bergesas meninggalkan rumah beserta
keluarga menuju semak-semak untuk berkendara
Di depan empat mobil penghalang jiwa memaksa putar arah, Kereta
hijau berubah jadi merah dan berjalan menjadi dua
rasa penasaran menghantam akal manusia, mencoba bereksperimen
dengan lemparkan sepeda tua
sepeda hancur jadi rongsokan tak berharga
penyesalan muncul pada akhirnya

26
WABAH JIWA

Berada di sekolah untuk kemah


Hawa dingin menyengat jiwa satu berganti lainnya
Wabah itu menyebar dan gempar
Orang kocar-kacir saling injak
Mantra panatua hambar
Tinggallah seorang gadis yang pudar matanya
Keretanya hilang tertinggal sendirian
Kebingungan tutut ia ingat Tuhan
Ia bertobat takut mati
Doa-doa dinyayikan
Doa arab
Doa jawa
Doa biasa
Doa yang ia bisa

27
COBAAN

Jalan itu tidak selalu lurus


Arus itu punya penghalang juga
Pohon tinggi sulit saat mudanya
Cobaan pasti ada

Cobaan sakit, Cobaan anak, Cobaan kerja


Di rumah, Di kantor, Di halte

Cobaan membuat dekat


Dekat dengan siapa?
Cobaan itu membuat teman
Siapa yang membantumu?
Cobaan itu mengajari kita sebuah arti
KESABARAN

Biodata Penulis
Nama : Risalatul Muazizah
Nama Pena : rm
Unit Kerja : SMK Ma’arif NU Driyorejo
Alasan Ikut : partisipasi dalam MGMP Bahasa Indonesia SMK
Gresik

28
MENUA

Wajah yang dulu rupawan, kini penuh kerutan


Tubuh yang dulu gagah, kini terbaring lemah
Mata yang dulu menjadi sorot dunia, kini sudah tak berwarna
Tangan yang dulu lihai bekerja, kini sudah menyerah
Kaki yang dulu lari cepat, kini tersendat
Rambut hitammu tak lagi berkilap
Bahumu yang kuat tak lagi semangat
Melihat seperti tak melihat
Hitam, gelap, dan pekat
Mendengar seperti tak mendengar
Sunyi dan senyap
Hanya bisa
Mengerjap
Mengecap
Berharap
Tanpa sanggup berucap
Menua…
Hadirmu begitu cepat
Tak seorangpun dapat mencegat
Pada siapa menua berharap?
Pada siapa menua mengharap?
Berharap, mengharap
Menua pasti terjadi
Terjadi kepada semua insan yang hidup
Semua pasti merasakan, menua
Semoga menua dapat berkah

29
POTRET KENANGAN

Jalanan itu aku potret


Kala musim gugur tiba
Dan daun-daun pepohonan yang tinggi
menjulang di sepanjang tepi jalanan itu
Berangsur-angsur rontok dengan anggun
Matahari dengan guyuran sinarnya
Pancarkan semburat bayangan dahan-dahan yang terserak
Angin musim gugur menyibak debu-debu tanah
Menghambur melintasi jalanan yang sunyi
Dari deru kendaraan
Jalanan itu aku potret
Saat semerbak wewangian
Bunga-bunga melati menguar segar
Aroma sisa-sisa hujan menyengat pekat
Dan rintik-rintik gerimis basahi jalanan
Lekas menguap ke angkasa
Membentuk gumpalan kabut yang perlahan memudar.
Jalanan itu aku potret
Dan kini bersebelahan dengan gedung-gedung
Yang mencengkeram langit
Ku potret
Kini jalanan itu kian bising oleh deru kendaraan
Ku potret
Kini bunga-bunga melati yang menguarkan wangi
Hilang tertelan gedung-gedung
Di sepanjang tepi jalanan dan menjadi kenangan
Ku potret
Ku sadari masa itu
Saat kau telah menjadi kenangan

30
RINDU

Tak pernah ku mengerti rasa yang ku alami


Begitu dalam, membuncah angan – angan
Rasa sedih menggambarkan jiwa
Rasa bahagia menguggah raga
Semakin dalam semakin sesak di dalam dada
Jika tanpa ada arah melintang
Yang tak tahu arah jalan pulang
Aku tak sanggup untuk memendam sesak jantung
Resah, marah
Tanpa aba – aba terus menghantui hidup
Perasaan tak mengenal logika
Dalam diam, dalam hening
Rindu ini
Rindu yang kau buat dengan goresan
Rindu yang kau buat tangisan
Rindu yang kau buat tanpa pertanggungjawaban
Sesakkan dada, sesakkan jiawa raga
Rindu ini
Terus menghantui sepanjang malam sunyi
Tanpa mengenal kondisi
Selamanya akan begini, Rinduku tolong segera kau obati

31
BERSAMAMU

Waktu itu…
Tepat pukul enam lebih sepuluh
Hari sabtu
Kau datang padaku
Meminangku pada ibu bapakku
Memintaku untuk hidup berdua denganmu
Menua bersama
Bahagia selalu, kau pastikan itu
Waktu itu…
Selepas salat subuh
Pukul tujuh
Kau berjalan melangkah ke rumahku
Mengucapkan rangkaian alunan merdu
Nan syahdu
Terngiang di telingaku
Hingga merasuk ke relung dasar hatiku
Menetes deras air mataku
Sedih bahagia campur jadi satu
Tuhanku…
Ridhoi jalan bahagiaku
Menuju surgamu
“Ya Allah, kami mohon ampunan kepada-Mu serta limpahkan
kesejahteraan agama dunia serta akhirat”

Biodata Penulis
Nama : Waliati Lailatul Ilmi
Nama Pena : liliy
Unit Kerja : SMK Nurul Islam
Alasan Ikut : ingin menambah wawasan serta menyalurkan
keinginan menulis

32
RENGKUH

Masih mendambamu di batas kota


Merongrong rindu yang tak berkesudahan
Menunggu renjana
Letih bersimbah duka

Aku memunguti jejak


Kau menghamburkan tapak
Kemarin, aku menemukanmu di sudut 90 derajat
Ku kejar kau, namun tak nampak

Kembalimu adalah sesak,


Aku menyesaki luka yang kau gores
Melepasmu adalah peluh
Logikaku sudah tak dapat di belenggu

Aku ingin berteriak lantang


Menendang gendang telinga setiap orang
“Aku menginginkanmu”,
Itu saja cukup menyesakkan penat.
30 Desember 2019
Mengenang Rindu

33
CINCIN ITU BERSEMAT

Hebat...!
Seseorang yang menggerus hati telah menyematkannya
Seseorang yang tak ingin ku jumpai
Namun ingin ku miliki selamanya

Ya aku memang kalah


Perasaan adalah perasaan yang tak dapat dibelenggu
Kebencian telah kalah dengan kerinduan
Aku merindukanmu hingga lekat

Pintu itu terbuka


Selangkah lagi kita memasukinya
Aku tak pernah lupa tentang luka
Bahkan dirimu, manusia penggetar hati
Sedahsyat itu.

Hari ini, aku menerima penerimaan


29 Januari 2020
Mengenang momen

34
DERETAN BUNGA

Gaun putih yang tergantung


Suara musik tak kunjung henti
Lalu lalang orang dan bunga bermekaran
Akhir cerita ini menduduki babak baru

Duduk di depan penghulu dan saksi


Akad menjadi kunci
Kita telah menepaki resah yang carut cemarut
Memberondong luka yang saling diletakkan

Hari ini, aku akan mengabdi padamu


Lelaki yang menggiringku menuju babak baru
Maka, aku akan membahagia bersamamu
Menyimpan duka dipelukmu,
menggendong asa di pundakmu
Selalu
29 Januari 2020
Mengenang momen pernikahan

35
MENUNGGU KELAHIRAN

Dua jantung yang berdetak


Anugrah yang tak henti disyukuri
Aku dan kamu bergerak bersama
Bernapas bersama dalam satu tubuh

Berenanglah kesana kemari dalam ketuban yang gelap


Bebantal plasenta dalam rahim
Menunggu pergerakanmu adalah hobi
Kini ku geluti sepanjang hari

Menantimu dalam doa dan harap


Malaikat kecil yang dititipkan untuk menujuku
Melewati aliran darahku
Menuju dekapanku
29 Januari 2020

Biodata Penulis
Nama : Devi Agustina
Nama Pena : Dhe
Unit Kerja : SMK Taruna Jaya Gresik
Alasan Ikut : Ingin belajar menulis puisi

36
AKU MALU

Jangan silau kata indah kalau duka dan galau tak berubah

Aku malu hidup di negeri yang kaya raya


tapi kulihat rakyat hidup sengsara sarat derita,
penghasilan tak seberapa, semua di bawah rerata.
Aku malu hidup di negeri yang tanahnya luas dan subur
tapi kulihat rakyat masih banyak nganggur,
ada yang kerja nasibnya maju mundur,
dapat duitnya dikit tak teratur.

Aku malu hidup di negeri yang katanya demokratis


tapi kulihat penguasanya sangat otoriter dan sadis
mendzalimi rakyat kritis,
mempersekusi para oposan yang kasih solusi strategis.

Aku malu hidup di negeri yang sarat dengan problematika umat


tapi kulihat tak banyak solusi hebat dari pejabat - aparat
bahkan mereka saling hujat,
rakyat makin melarat tak terawat.

Aku malu hidup di negeri yang mayoritas muslim


tapi kulihat para kyai n tokohnya tak tunjukkan sikap alim,
pejabat n aparatnya justru dzalim.

Yaa Muqalibul Qulub, istiqamahkan kami dalam qalbun salim.


Aamiin!

37
AKU TAKUT

Jujurlah berucap walau mayat bisa jadi datang lebih cepat!

Aku takut rakyat negeri ini jadi jongos di negerinya sendiri


saat penguasa buka pintu menganga untuk orang manca
tanpa permisi apalagi seleksi.
Aku takut warga bangsa ini lupa jati diri
saat semua bi’ah dan budaya luar negeri boleh masuk
tanpa kisi-kisi.
Aku takut nasib para guru dan pemimpin negeri ini makin ngeri
saat mereka abai atas ucapan dan amalan mereka yang tak terpuji,
salah dan tak islami.
Aku takut masa depan umat ini makin tergadai
dan dikebiri
saat semua merasa benar sendiri,
melakukan transaksi sesuka diri tanpa bersendikan firman Allah,
Sang Rabbul Izzati.

Aku takut rekayasa busuk di negeri ini terus terjadi


tanpa perlawanan berarti dari para tokoh yang ngaku kyai, ulama
pewaris nabi,
pengontrol penguasa tirani.
Aku takut Allah Azza wa Jala kasih azab cepat dunia akhirat
kalau perilaku biadab ini tak dihadang kuat semua umat.
Yaa Hayu Yaa Qoyum, kuatkan kami, selamatkan kami! Aamiin!

38
AYO!

Tugas kita adalah amar ma’ruf nahi munkar watukminuna billah


Ayo, setiap kita rumuskan niat benar dan mulia
jangan hidup bagai air asal mengalir
entah ke mana.
Ayo, setiap generasi muda belajar banyak hal kebaikan
jangan turuti nafsu setan yang selalu bermunculan
menyelinap di darah dan nadi kita.
Ayo, setiap guru dan ulama berkata dan bertindak benar
jangan munafik demi sepotong kue jabatan
yang sungguh tak seberapa.
Ayo, setiap aparat berlaku hormat dan kesatria kepada siapa saja
jangan pilih-pilih upeti dan banyaknya uang
yang disangka diterima.
Ayo, setiap pejabat tunaikan amanah yang adil dan beradab
jangan pakai kacamata kuda,
jangan berlagak kayak katak dalam kotak
buta realita dunia.
Ayo, para politikus tunjukkan nyali dan aksimu untuk berjaga
sepanjang hari
agar tak ada ruang dan inspirasi untuk korupsi.
Ayo, semuanya buka mata dan telinga,
buka pikiran dan hati
untuk terus gagah berani mengabdi kepada Allah Rabbul ‘alamin
agar ada hujah kita yang kuat di hadapan-Nya.
Ya Allah, Ya Hakim, jadikan kami pejuang syariat Islam kaffah, yang
militan di hadapan-Mu. Amin.

39
JANGAN BIARKAN

La tahzan, innallaha ma’ana!


Jangan biarkan diri ini bersedih tanpa alasan pasti
saat semuanya berjalan biasa.
Jangan biarkan anak muda bangsa ini larut dalam gemerlap dunia
saat gelombang kehidupan bergerak dasyat ke neraka.
Jangan biarkan peradaban bangsa ini hancur porak- poranda
saat tamu manca negara dating rakus menggusur eksistensi kita.
Jangan biarkan pejabat negeri ini terlena manja
saat harta wanita dan kuasa memeluk mereka.
Jangan biarkan aparat semena-mena pada rakyat jelata
saat mereka disanjung puja para kapitalis durjana.
Jangan biarkan akidah warga bangsa ini tergadai murah
saat penguasa tidak amanah dan lalai azab neraka.
Jangan biarkan diri ini sunyi tak berbuat apapun
saat Allah menanti kiprah maksimal kita
dalam ibadah dan dakwah syariah Islam kaffah bagi semesta raya.
Ya Allah Ya Rasyid, bimbing kami
untuk selalu di jalan-Mu! Amin!

Biodata Penulis
Nama : Hari Subagyo
Nama Pena : Hari EKS Bagyo
Unit Kerja : SMKN 1 Driyorejo Gresik
Alasan Ikut : Berbagi kisah hikmah berdasar perasaan dan
pemikiran hasil perenungan.

40
USAI KAU PERGI

Malam ini langit mengeja gerimis,


manakala ia tahu mata mengalirkan tangis
di sudut kamar ini
aku sendiri
menghitung hari usai kau pergi
tepat malam empat puluh hari
jantung kita tak lagi beradu degup
dansa yang kerap kita ayunkan harus terhenti
usai salam perpisahanmu tengah malam itu
dunia sempat beku

Malam ini langit mengeja gerimis,


manakala ia tahu rinduku tak tertepis
bisakah kau menemuiku dengan egois?
ingin ku lihat sekali lagi wajahmu yang manis
dan tentu menciumimu dengan ritmis
meski setelahnya aku terus menangis

*Teruntuk Ananda Bisma di surga.


Gresik, Mei 2019

41
SEBUKET LAMARAN

Pada semburat luka yang masih mengakar di jejak-jejak musim lalu,


malam itu kau membabatnya habis
seraya berkata:
Tak ada lagi luka, sebab luka hanyalah mitos.
Biarkan aku menjadi bunga-bunga
di sisa musimmu berikutnya.

Lantas aku tertegun, sebab sungguh engkaulah bunga, matahari,


hujan, dan malam
maka dalam dirimu, aku ingin terus hidup.
Gresik, 21 Mei 2017

42
ENDEMI

Sakit
yang kerap menjangkit
mengkrikiti bilik jantung yang kian menyempit
adakah obatnya?
sudah ku tanggalkan seluruh pakaianku
ku gadaikan di tiap ruko pegadaian
dari ujung barat dan timur kotaku
yang terjamah hanyalah gunjingan dan guyonan
umpatan dan ledekan
tak ada sembuh yang berkunjung dengan iba

Di sinikah rumahku?
muara kelabang-tikus-laba-laba
menikmati luka yang kian menganga
usai ku telan racun dan dagingnya mentah-mentah
toh, akhirnya nanti aku mati jua
biar ku tamatkan saja sisa usia

Di rumah ini,
Sakit ini cukup menjadi endemi
Hingga melepuh, luruh saat aku kau temui
Gresik, 30 Januari 2020

43
PERAPIAN TERAKHIR

Aku khawatir kau akan berlari mendapati tubuhku yang hangus oleh
api. Bagaimana bisa ku ceritakan kepadamu bahwa dingin dan pekat
justru membakarku dalam perapian?
Sementara kau adalah jiwa yang lahir dari rumah pegunungan yang
dingin. Kelak kau justru menjelaskan bahwa malam yang membawa
kepekatan adalah istana perenungan. Sembari kau nyalakan obor di
tanganmu sebagai upacara persembahan.
Pada saat itu aku hanya ingin menjadi nyala pada obormu. Namun
jika nyalaku tak terbaca pekat yang kau bawa, cukuplah aku menjadi
minyak tanah yang tetap menjaga nyala apimu.
Kubiarkan tubuhku hangus pada pengorbanan terakhir seorang
pecinta. Agar kelak bisa ku ceritakan kepadamu tentang pernikahan
yang belum sempat kita ritualkan.
Gresik, Februari 2014.

Biodata Penulis
Nama : Nuraini Setianingsih
Nama Pena : Aini
Unit Kerja : SMK YPI Darussalam 1 Cerme
Alasan Ikut : Daripada hangus dimakan kenangan, mending
dipublikasi biar dinikmati orang.

44
HAKIKAT GELANDANGAN

Aku ....
Aku ini memang gelandangan
Yang kesana kemari hanya bisa berpangku tangan
Yang dimana-man akan selalu disia-siakan

Semua ciptaanya tak mau menerimaku


Menganggapku seorang gelandangan
Semua ciptaan-Nya mencampakkanku
Menganggapku sebuah kotoran

Tapi ... ingat suatu hari kau akan mencariku


Seakan – akan aku barang teristimewamu
Aku ... akan jadi gelandangan kaya
Gelandangan kaya penuh makna.

45
KESENGSARAAN SESAAT

Aku menolakmu
Tapi kau mengikutiku
Aku menolakmu
Tapi kau masih saja masuk dalam jiwaku

Kau menyeretku dalam kesengsaraan


Dan hanya sebagian orang yang merasakan
Kenapa kau tak adil padaku
Seolah – olah kau dengki padaku

Santai sajalah semua ini akan berlalu


Mungkin ini pertanda kau menyayangiku
Aku hanya bisa pasrah menerimamu
Meskipun diriku sengsara karena ulahmu.

46
NALURI AIR

Kedatanganmu telah dinanti


Menjawab semua kehausan hati
Tidak hanya insan duniawi
Tetapi juga semua makhluk illahi

Kau berikan kesejukkan di bumi


Tetapi juga kesejukkan di permadani putih
Namun semua itu akan sirna dan sia-sia
Bila semua tak dianggap sebuah berkah

Ini adalah titah sang pencipta


Yang diutuskan pada para hamba bersayap yang mulia
Inilah dia yang dinanti-nanti
Ciptaan illahi yang terindah lagi bijaksana

47
PENGUASA MUSIM

Kini engkau telah berkuasa


Merajalelah disetiap jalanan Desa
Bukan hanya rumah warga
Tapi engkau juga menghalanginya untuk berkarya

Sungguh teristimewah dirimu


Semua takut akan kedatanganmu
Ada yang menyambutmu dengan syahdu
Ada pula yang menangisimu

Engkau tinggalkan jejal ulahmu


Seakan – akan engkau tunjukkan betapa hebatnya dirimu
Ah ... itulah istimewanya dirimu
Sampai tak ada yang akan mampu menendingimu.

Biodata Penulis
Nama : Ali Machsun
Nama Pena : Acun
Unit Kerja : SMK PGRI Nurul Ihsan
Alasan Ikut : Hasrat Ingin Menulis

48
3265 MDPL

Saat rinainya renyah menghampiri


Memeluk bersama dingin semesta
Berbisik dengan manja merayu pilu
Menitipkan rindu kepada dia yang tiba-tiba sirna

Kutuntut lidahku mengucapkan kata dengan seribu jeda


Seperti aku mengulur waktu ketika berbincang denganmu
Menangkap gelisah di sudut mata yang tak pernah mengalah

Seringkali,
Rindu meringkuk dalam bulu
Menguping angin menampar batang-batang pinus tua
Seringkali,
Angan menyapa mengharap hadirnya diterima
Namun seketika sirna bersama dingin yang menyusup senyap

Hargo Dalem,
Masih berdiri angkuh penuh misteri
Dan engkau tak lagi seirama menapak diantara perdu

49
RENJANA

Gerah di seberang waktu yang tak kunjung temu


Dan pancaindera pun tuna seketika
Segala yang melintas di mata dan telinga,
Yang beraroma dan berasa menjelma seketika punah
Aku dan kamu tak lagi menjadi kita
Bersilang pandang serta beralih langkah
Tak lagi saling menggenggam angan
Pun melukis rona di kanvas yang sama
Seperti biasa,
Aku kalah.
Dari amukan rindumu yang merayap kalap
Hinggap, terkesiap
Dan, bayangmu menetap
Aku tiarap dijajah namamu yang gemerlap
Abaikan saja waktu yang bersikukuh angkuh
Biar terbawa di ujung perahu rindu

50
DAN

Banyak sudah yang hilang meninggalkan jejak rasa dan luka


Terpendam jauh di palung luka
Terpendar oleh bias pelangi yang menyisipkan warna
Namun seketika juga hampa menerpa
Jalan ini masih sama merangkai cerita
Terjal berliku dan berperdu
Pernah dan mampu terlewati meski sering tertatih
Meninggalkan peluh yang mengeluh
Dan..
Sampai pula pada titik lelah dan jengah
Mencoba berhenti menghela
Menyamakan nada nafas yang mulai meronta
Menguatkan jejak di setapak yang basah
Dan..
Kembali menyerah
Merintih di pelukan malam yang tak kunjung tenggelam

51
BIAS

Gelap malam kian pekat


Sinar rembulan enggan menembus kegelapan
Serangga malam pun bersembunyi di balik sunyi
Semesta seakan memberi ruang
Pada diri untuk menghibah hati
Semua tanya melintas tak berbatas
Ingin segera menemui jawab
Entah melalui gelap malam
Atau dingin yang menyelinap
Entah…
Biarkan saja waktu yang jawab
Biarkan pula ia meredam hasrat
Mengusaikan pelik yang melentik
Menamatkan gelisah tanpa arah
Biar…
Biarkan…

Biodata Penulis
Nama : Umu Jaziyah
Nama Pena : Zadiza
Unit Kerja : SMKN 1 Duduksampeyan Gresik
Alasan Ikut : Belajar menyamakan persepsi antara suara alam,
hati serta pikiran ke dalam larik-larik yang
sederhana

52
MAINAN KECIL

Ketika tangan mungilnya terlepas dari genggaman


Tak dapat melihat wajah yang lucu
Tak bisa mendengar suara merdu yang melengking secara langsung
Semua itu karena waktu
Waktu yang selalu terhiraukan karena kebutuhan
Aku rindu ketika itu
Aku rindu tingkah itu
Aku rindu celotehan malam
Iya kamu….
Kamu yang ukuran semakin besar, pintar, cantik
Sampai kapan waktu…
Sampai kapan keadaan…
Aku rindu sentuhan itu
Rindu jeritanmu
Rindu serindu-rindunya dari segala rindu alam
Seperti melihat harapan yang berada di tengah jauhnya pulau, Yang
harus mendayung-dayung mengikuti arah mata angin
Sampai aku bisa melewati
Kau bukan cinta
Tapi kau sayang
Kau bukan
Kau bukan hati dan jantung
Tapi kau bagian dari tubuh dan darahku
Dia periku
Buah hatiku
Yang selalu dan akan terus mekar di duniaku

53
HARAPAN

Mengering sudah daun berguguran


Tak ada harap berarah
Tak ada janji ditepati
Bak gunung menjulang tinggi
Menanti harap tak pasti
Aku pemuda yang menanti hari
Hari indah penuh cerita
Cerita yang akan dituangkan dimasa tua

Terlihat dari sudut gelap satu titik kecil bercayaha


Menerangi ruang

Raga kekar terselimut cemas


Menunggu kabar dari sang pengantar bertas coklat
Sssttsss… siuur…
Sssttsss… siuuur…
Terdengar suara daun kering terseret angin

Aku lelaki malang berjuang mencari masa waktu


Melihat jarum jam berdetak dan berputar
Aku lelaki malang menunggu kepastian
Masih menunggu dan berharap

Aku lelaki malang


Yaa itu aku lelaki malang
Tak apalah malang karna aku tak ingin hilang
Tak juga ingin dihalang
Dan sekali lagi
Aku lelaki malang

54
CERITA HIDUP

Engkau datang sebagai cerita


Menjadi keluh kesah hamba Tuhan
Tanpa memilih sebuah perasaan
Cinta dan kasih sayang
bahkan perbedaan

Karenamu hamba menggenggam hati


Karenamu hamba berikhtiar serta doa menjadi kekuatan
Walaupun dengan kaki tertatih tatih
Demi menyentuh bibit elok yang meyakinkan

Darimu kutahu garis dunia yang sulit


Perjalanan indah juga cerita penuh ke ajaiban
Sungguh amat berat jika menaklukanmu
Tak ada dan tak kan tertandingi kuasa itu
Kamu sebuah cobaan dari sang kuasa
Kamu jawaban dari semua doa
Tentang rasa syukur dan usaha
Tak ada alasan lagi bagiku untuk menuang kata-kata
Dan cerita dikertas putih

Yang kutau hanya


Kenyataan antara kata dan tuhan
Aku rindu keajaiban
Aku rindu tuhan
Tuhan yang tahu jawaban doa
Dari semua doa

55
PENCERITA ALAM

Sedang bersyukur akan senantiasa


Membawa kita pada jalan kemudahan

Tentang kehidupan
hujan berhenti tapi membuat kita tetap berjalan
belajar dari pengalaman, loyalitas dan kegigihan
aku akan bilang hidup, dan kau akan pergi tanpa tahu
bahwa kau hidup
sebab perjalan bukan sebuah pertandingan
masa kini dunia yang kau lihat
layaknya fatamorgana yang nampak ditengah sahara

kita hanya setitik senja yang kadang indah


seperti pelangi muncul setelah hujan
aku ingin berteduh dalam senja
menembus untuk kebahagian

temui dimasa depan, jika itu memang milik kita


bahkan jika ada ratusan alasan untuk menyerah
kau hanya hidup sekali
sekarang hiduplah seolah engkau mati esok
kau hanya hidup sekali,
tapi jika kau melakukannya dengan benar

perjuangan hidup terbesar adalah meraih mimpi


jalani tanpa adanya satu penyesalan
aku si pencerita alam

Biodata Penulis
Nama : Meta Amalia Yuslien
Nama Pena : Meta
Unit Kerja : SMK YPI Darussalam 2 Cerme
Alasan Ikut : Mengerti hidup dalam dunia gila tanpa batas waktu

56
GEJOLAK

Gelap tanpa bulan


Bintang malu tersenyum
Malam yang bisu
Tanpa suara hembusan angin

Aku bersandar pada pohon


Yang bermanja dalam lelapnya
Terdiam seorang
Tanpa pertanyaan perhatian

Entah...
Apa aku menipu?
Ataukah jujur?
Tak tau pasti faktanya

Tangan kanan tak mampu berkata


Tangan kiri menggigil ketakutan
Bergerak dalam ketidaksadaran
Atas sebuah pelarian

Aku terpasung kuat


Dicambuk keras
Tanpa ampunan
Dan hati tak mampu menjerit

Tersenyum aku menangis


Bersedih aku meringis
Dalam jalan bercabang dua
Aku tak mampu melangkah
Gresik, 16 Desember 2018

57
KEMALUANKU

Gelap malam meredam hati


Dingin merayap merambah diri
Merenungkan nikmat Ilahi
Yang terkubur dan terkufuri
Ku pandang rupa seorang manusia
Berwajah kotor akan dosa
Bermulut sampah
Berbau busuk dan mewabah
Oh Tuhan... Hatiku tersentak
Tersengat berat
Melihat dia yang bejat
Menyuapi lelaki tuanya
Mataku berlinang air
Perlahan terjun mengalir
Wajahku rata seketika
Malu akan raga
Senyum tawa bahkan kata bernanah
Hanya benteng baja tak tembus panah
Penutup pintu dari runcing kesedihan
Yang selalu menancap dalam hatinya
Andai nasib itu bertamu padaku
Mampukah aku menemuinya?
Menyuguhkan jajan padanya?
Dan memberikan seteguk minuman?
Gresik, 11 Desember 2018

58
SUSU KOPI

Susu ditambah kopi


Kopi ditambah susu
Putih bersih susunya
Hitam pekat kopinya
Terlahir dari puting
Kental bagai ingus
Manis legit
Oh... Susu
Tercipta dari biji
Dibakar menjadi arang
Digilas lembut
Lidah menjerit pahit
Kau suka yang mana?
Susu kopi?
ATAU
Kopi susu?
Sebuah tabiat
Hati manusia
Ada susu kopi
Ada kopi susu
Dua Frasa yang sama
Duduk berbalik membuat keputusan
Kau suka manis
Atau yang pahit
Gresik, 10 Desember 2018

59
RASA ITU RESAH

Mata terpejam dalam senja malam


Memandang sebuah lorong masa kelam
Terucap manis pada sebuah hati
Terbalik sudah telapak tangan yang suci

Rasa itu resah...


Legitnya gula mampu membunuh lidah
Meracuni tubuh dengan sebuah kata
Hingga lumpuh tak berdaya

Lupa dengan apa yang dilakukan


Tanpa ragu bertindak memalukan
Kaki melangkah membawa paku
Ditancapkan pada raga hingga kaku

Rasa itu resah...


Karya Tuhan sebagai pelindung diri
Berlayar pada kepentingan pribadi
Melelehkan perjalanan yang tersakiti

Rasa itu resah...


Mengunyah renyah
Dan Jatuhlah segumpal ludah
Ketika hilangnya sebuah amanah
Gresik, 21 Desember 2018

Biodata Penulis
Nama : Hendra Ristanto
Nama Pena : Boker
Unit Kerja : SMK Yasmu Manyar
Alasan Ikut : Belajar berkarya

60
MERDEKA . .
BELAJAR . .

Tugas guru tentunya mengabdi


Mencerahkan yang kosong menjadi bermimpi

Buatlah mereka menabung harapan


Mengerti apa masa depan

Inovasi tak harus setumpuk berkas


Bisa juga dengan secarik kertas
Mendidik dan memotivasi
lebih berarti
daripada sekadar mengajar
tanpa visi bermodal sensasi

Tugas pak mentri


Jadikan guru lebih berarti
Buatlah merdeka
agar anak didik tak sering ditinggali
Jadikan beban menjadi hiburan
Yang terkekang menjadi bebas

Semoga semangat untuk memudahkan pak mentri


tidak disalah arti

Merdeka . .
Belajar . .

61
SERAGAM INDONESIA

Seragamku Indonesia,
Memakai sarung dan peci

Seragamku Indonesia,
Memakai kebaya sanggul di kepala

Seragamku Indonesia,
Memakai batik warisan budaya

Seragamku Indonesia,
Memakai baju adat bangga rasanya

Seragamku Indonesia,
Memakai jubah tanpa memandang agama

Seragamku Indonesia,
Warna kulit adalah anugrah

Seragamku Indonesia,
Pancasila dasar negara
Ringan sama dijinjing berat sama dipukul
Menjunjung tinggi nilai kesatuan dan persatuan bangsa

Seragamku Indonesia,
Gemah ripah loh jinawi
Bahasa Indonesia pemersatunya
Bhinneka Tunggal Ika semboyannya

Seragamku Indonesia,
Memandang manusia bukan SARA
Memandang manusia sebagai manusia
Memandang manusia makhluk terbaik ciptaanNya

62
WANITAKU

Nafas yang berhembus langit


Bermekaran menjadi awan putih
Wanitaku menjajakkan kemuliaan yang tak pernah bermuara
Dihimpitnya kegelapan menjadi sekoci kehidupan
Rasa ingin menjadikan manusia yang hakiki terus bergelora di hati
Semuanya dicurahkan
Bak air terjun yang melaju tanpa henti
Langit hitam ciut menjadi putih manis karena malu
Auranya membuka cakrawala

Wanita satunya lagi menjadi separuh ruh dalam jiwa


Dia menemaniku, menjagaku,
tak pernah letih
Tak perlu ku gambarkan lagi

Sementara si manis ini membuat hidupku menjadi lebih berarti


Penuh warna
melengkapi
Sedari dini hingga masa kini
Senyumnya terus menemani
TIGA BIDADARI
28 Januari 2020

63
AYAH

Memberiku inspirasi meski pedih perih


Tak jemu menasihati meski kadang disunguti
Suka ku lupa
Duka ku sapa

Bibirmu seolah tak pernah padam


Engkau selalu menyapaku dengan lembut
Menenangkanku di saat gundah
Mengajakku solat berjamaah supaya bertemu di surgaNya
Kakimu terus bergelayut mengajak kebajikan

Ayah..
Bercengkarama lepaslah denganku suatu saat
Kan ku ceritakan perjuanganmu kepada cucu cicitmu
Bahwa bahagianya adalah karenamu

Ku ingin bahagiamu
Memeluk hari tuamu
Darimu yang tak peduli arti
Ahmad Shofi
03.00 25 Januari 2020

Biodata Penulis
Nama : Ahmad Shofi
Nama Pena : shofi
Unit Kerja : SMKN 1 Sidayu
Alasan Ikut : ingin Menulis saja

64
MENTARIKU BERSEMI LAGI

Kehidupan ini tidaklah abadi


Segala keresahan menjadi selimut dalam hidup ini
Duka dan Lara adalah yang mengiringimu
Gundah gulana yang selimut hidupmu
Jangan terlena dengan kesenangan
Jangan bersedih karena kesakitan
Semuanya sudah sesuai dengan takdirnya
Wahai manusia kekuatan pijakan kakimu tak kan
selamanya
Rangkulan tubuhmu tak kan erat selamanya
Jabatan tanganmu hanya sementara
Bisikan suaramu kan menghilang
Denyut-denyut isyarat nadimu tak bergetar lagi
Semua lambaianmu akan menghilang
Kemanakah?
Dirimu pergi
Pastinya pergimu ke arah bukit yang tinggi
Tinggi di sana
Yang sangat jauh
Menantiku di ujung timur
Bersama Mentariku di pagi hari
Kan menyapa dengan senyuman
Senyuman indahnya bersemi lagi
Karena sang Mentari baru di rundung lara
Lara hati yang menyakiti
Tapi lara itu sudah pergi, sang Mentari ingin menyendiri

65
JANUARI TERLUKA

Pergantian masa adalah harapan semua orang


Dengan harapan manusia bisa berpikir
Arti dari kehidupan
Kehidupan yang penuh fatamorgana ini
Namun kebahagiaan itu terkikis oleh angin
Karena angin menerpa apa yang ada
Dia laksana Topan yang menerjang
Menerjang segala kebahagiaan

Waktu berganti
Masa pun turut berganti
Berharap masa memberi keberuntungan
Tapi, apa kata?
Masa sangat angkuh
Hari-harinya diliputi rasa duka
Merindunya akan kebahagiaan tak kunjung datang

Tahun telah berganti dengan harapan keberuntungan menyelimuti


Untaian-untaian doa terpanjatkan
Di siang dan malam
Berharap anugerah Tuhan memberkahi
Namun anugerah itu menjadi sandungan
Sandungan yang menyedihkan
Januari selalu terluka
Luka dalam lara
Padahal masa itu adalah harapan baru
Bagi kehidupan insan…….

66
NEGERI BERUANG

Saat berkecamuk barisan-barisan semut pudak


Karena di Astana giribangun ada gula-gula
Gula-gula manis rasanya
Namun saat dicicipi pahit rasanya
Mana? manisnya gulaku yang dulu
Ketika secangkir kopi kau taburkan dengan gula-gula
Semut-semut itu malu
Karena dia tak bisa ambil gula-gula
Gula-gula hanya terdiam
Menunggu kopi atau jahe yang jadi seduhan
Tahukah engkau? bahwa negeri ini manis rasanya
Semuanya ada di dalam perut buminya
Emas, perak, perunggu, minyak bumi
Ada di dalam bumi Negeri ini
Tapi sekali lagi…gula-gula sudah pahit rasanya
Di manakah? manisnya gula-gulaku
Yang siap kuseduh menjadi kopi dan Jahe
Saat ku tahu bahwa gula-gulaku di ganggu
Ku usir pemburu itu biar tidak merampas gula-gulaku
Kini gula-gulaku semakin menipis atau bahkan akan menghilang
Ingin menjerit hati ini melihatnya
Negeriku bukan lagi Negeri gula-gula
Tapi menjadi Negeri Beruang
Setiap kali mencari gula-gula Beruang pun di usir
Kemana ? Beruang harus pergi, kini Beruang menangis pilu……..

67
DIA-NYA

Dia datang saat ku merenunginya


Bidadari-bidadari menjadi molek
Putih merona……..
Gemulai lunglai geraknya……
Lukisan senyuman menggetarkan urat nadi
Nadi bergetar karena cakapnya….
Aduhai…..milik siapakah Dia- nya?
Dia-nya Diana
Hadirmu kan selalu ku Nanti
Di untaian panjatan doa-doaku……
Ku Amini…setiap kusebut Namamu
Dengan jamaahku…..
Karena ku tahu kau-lah peri kecilku
Lama sekali ku menantimu………..
Menanti sang pujaan hati…
Saat kau datang kusambut Namamu
Dengan penuh suka cita….
Bahagiamu adalah bahagiaku
Susahmu adalah susahku
Ku dekap erat hatimu di pelupukku
Namun hatiku teriris pisau yang tajam dari sanubarimu
Hatiku tertusuk pisau asmaramu
Ku tak bisa mencuri hatimu yang ku cinta
Cinta telah lama ku tanamkan di kebun kalbumu
Namun yang ku dapat hanya lesu, ku cinta platonik

Biodata Penulis
Nama : Sugianto
Nama Pena : Sugik
Unit Kerja : SMK Sunan Giri Menganti
Alasan Ikut : Berbagi karya sastra

68
PERUBAHAN JAMAN

Wahai kau yang berdasi


Dengarlah cuitan hati manusiamu ini
Jangan kau seolah pekak dan tuli
Dalam rupa setengah jadi
Gelayut kami yang akan mati
Wahai kau yang kikuk
Kami usaha kamu meringkuk
Hingar bingar campur aduk
Penuh sesak hiruk pikuk
Muak denganmu yang sok khusuk
Wahai kau pendikte a a a a
Benci dendam antar sesama
Banyak juntaian air mata
Permasalahan jadi silang sengketa
Sedangkan kamu ”Ah…itu tak masalah”
Wahai kau di atas dewa
Mendengar tanpa telinga
Berdiri tanpa menerpa
Tunjuk sana sini oke lah semua
Tanpa pikir buruhmu tak sejahtera
Wahai kau semena-mena
Bosan dengar rencanamu membabi buta
Logatmu hanya itu-itu saja
Dongengmu hebat tapi rekayasa
Membongkar kedok kepalsuan jiwa
“Gebrakan….!”
“Perubahan…!”
“Ikuti jaman…!”
Seruanmu kian meninggi
Tapi itu hanya ekspektasi
Tak bisa seenak jilat ujung jari
SMK Semen Gresik, 22 Januari 2020

69
MUTIARA KECILKU

Anakku,
Doa malamku selalu tertoreh namamu
Tumbuh besarlah
Seiring bertumbuhnya dewasamu
Tumbuh tegarlah
Seiring pengalaman dan rasamu

Maaf,
Terkadang aku sibuk siapkan bekalmu
Hingga aku sering lupa
Berbagai kisah dan kasih denganmu

Berdiri tegaklah dengan kakimu


Berjalan semangat lintasi asamu
Titihlah inginmu
Raihlah tujuan hidupmu

Semangat mengais jati diri


Diantara seribu teka teki
Demi kehidupan yang hakiki
Putri kecilku, mutiara jiwaku
22 Januari 2020

70
TEMAN SEPENDERITAAN

Aku berdiri menatap selayang lepas pandang


Tanah gemertak berlatar gersang
Tempatku merebah sepanjang malam linang
Tanpa atap, aku terlelap, dalam hati kalut dan gelap

Di sini, beralas tikar di antara semak belukar


Beringin tua memagar liar
Riuh angin menyapu nalar
Raga menggelepar, menanti bahagia yang tak kunjung menjalar

Ku tatap ruang kosong diujung sunyi


Terdengar samar suara lirih
Sekujur tubuh peluh tak berarti
Membuat hati mengiba penuh arti
Kini aku mengerti, dia menanti, kebahagiaan yang tak kunjung
menepi

Aku gusar dan beringsut datang


Merengkuh tubuh yang kering kerontang
Aku bertitah berjanji di hadapan mata terawang
Limbang dan terhalang oleh angan

Dia lekas mengadah muka menatapku


Wajahnya peluh dan haru
Lidahnya terasa kaku dan ngilu
Aku balas tatapan itu dengan senyum beku
Seraya berkata “Ku mohon tetap di sini temani aku!”
8 Januari 2020

71
AKU PAHAM

Aku sadar, aku jelata


Aku paham, aku ini siapa
Aku sadar, aku tak banyak harta
Namun, bukan hakmu untuk menghina
Kamu memang punya segalanya
Kemilau emas dan permata
Gemilang harta dan tinggi tahta
Namun kamu lupa itu hanya titipan sang kuasa
Muak rasanya aku melihat semua itu
Kamu kritik apa yang ada dalam hidupku
Kamu jahat, mengejek aku dengan mulutmu
Selalu mengusik dan mengganguku
Kini hingga waktunya tiba
Berkat doa dan usaha
Aku tegar untuk melangkah
Menuju aral yang penuh asa
Suatu saat nanti ludahmu akan tertelan
Karena usaha yang selalu kamu patahkan
Kutebus angkuhmu dengan kesuksesan
Lewat kehidupan yang telah kuperjuangkan

SMK Semen Gresik, 8 Januari 2020

Biodata Penulis
Nama : Ratna Iriyanti R.
Nama Pena : Ratna
Unit Kerja : SMK Semen Gresik
Alasan Ikut :-

72
SELEMBAR KISAH

Dalam selembar kisah


Menjadi rebutan penulisnya
Menjadi riuh pembacanya
Menjadikan amarah pemiliknya
Dan, menjadikan cinta sang penciptanya

Gresik, 20 Januari 2020

73
TANPA JEJAK, TANPA PESAN

Tak perlu lari terlalu jauh


Semakin kau kejar semakin hilang
Hilang, meninggalkanmu
Tanpa jejak, tanpa pesan

Tak perlu memperkuat talinya


Semakin kau tali, semakin rapuh
Rapuh, tak tersisa
Tanpa jejak, tanpa pesan

Tak perlu menyembunyikan langkahnya


Semakin kau sembunyikan
Semakin kau diajak main petak umpet
Hingga kau kalah
Dan dibuat merana

Gresik, 21 Januari 2020

74
MENGEJA MAKNA

Menyairkan lagu rindu


Menyembunyikan sajak-sajak mesra
Tertahan dalam setiap jeda
Menyelinap dalam dinding cermin

Masih mengeja makna rindu


Terbungkam deburan ombak
Terapung menjadi serpihan frasa
Menghilang dalam keheningan

Gresik, 22 Januari 2020

75
MENANTI MENTARI

Masih berjubah malam


Daun yg gugur
Tanah yg kering
Hujan kian mengguyur
Banjir kian menerjang
Menepi pada titik sadar
Menelusuri jejak
Menanti mentari menata mahkotanya

Gresik, 23 Januari 2020

Biodata Penulis
Nama : Luluk Dianah
Nama Pena :-
Unit Kerja : SMK Al Hadi Dukun Gresik
Alasan Ikut : Mengabadikan peristiwa dalam sebuah aksara

76
BIRU

Terlalu indah untuk berduka


Terlalu indah buat bisa terluka
Sukma meraja tiada terkira
Amboi, adakah kian kan dirasa?

Tenggelamku dalam syahdu kasih-Mu


Meranaku dalam hujat cintamu
Hanyut aku dalam rengkuh-Mu
Lelap dalam sangkamu

Lidahku kelu dalam derum bertalu-talu


Mengharu biru
Membisu
Dalam buai rasamu

Gresik, 17 September 2016

77
MENITI ASA

Berenang dalam lautan kata


Menyisir buih dan ombaknya
Akankah derunya
sampai di batas kota

Jauh jarak telah terbentang


Menyapu rasa
kian bimbang
Masihkah berita menuai asa

Alangkah damainya jiwa


bila kabar masih setia

Gresik, 5 Maret 2017

78
RINDUKU

Walau kini hukuman masih berlaku


Berita hati tetap tertuju
Melukis lembar kehidupanku
Andai kau baca itu

Serasa tak cukup waktu


Mengungkap semua senandungku
Perputaran waktu telah mengubahku
Menyatu dalam kepasrahanku

Wahai angin senja di batas kereta


Tiup rindu membuncah penuh cinta
Menyiksa raga
Membelenggu jiwa

Jakarta, 21 Oktober 2017

79
BISU

Sinar jingga meteor agak meredup


Bersembunyi di balik terangnya pantulan cahaya rembulan
Ada yang perlu dinikmati lebih dalam
Tentang indahnya luka
Tentang nano-nanonya rasa
Tentang cahaya kemilau singgasana
terpapar menyatu dalam masa
adakah yang hendak dikata?

Gresik, 26 Januari 2019

Biodata Penulis
Nama : Machsunah, M.Pd.
Nama Pena : Cun
Unit Kerja : SMK NU Gresik
Alasan Ikut : Berpartisipasi dalam menggiatkan gairah menulis

80
MENYELAMI MIMPI

Bingkisan kenangan
Menghirup waktu sampai ujung mata
Menyambut fatamorgana

Kupeluk erat senandung luka berduri


Kuhalangi luka keringkan dunia ini
Demi segersang keegoisan diri

Kurangkai serpihan perjalanan hati


Terjaga letih didalam sepi
Sejenak bergeming hilang bagai buih

Kuturuti senduku menyelami mimpi


Dan kucari nama yang terpatri
Namun tetap tergores luka dalam sanubari

Kini belaian mesra embun pagi


Membuka mata sejukkan hari
Menyadarkan akan sandaran surgawi
Selamanya menemani

81
SANG PAKAIAN LUSUH

Saat fajar bergurau dengan embun


Bersahutan tetesan air riuh memanggil
Gerombolan pakaian lusuh mulai berjalan
Menyerbu air yang tertahan di perantauan
Indah dipandang hati
Harum dirasa wewangian

Kala surya mulai mencekam


Lantunan suara mulai mabuk kepayang
Gerombolan pakaian lusuh kembali berjalan
Menapaki kehidupan

Kali kedua menjeburkan ke peraduan


Hitam terbungkus tanah bergerombolan
Segenggam harapan sudah ditangan
Demi sebuah masa depan

82
DALAM JIWA

Gadis...
Perempuan...
Wanita...
Istri...
Tumbuh dari lembayung senja yang indah
Harum disaat mawar menyentuh dunia

Kini bak rumput liar yang tetap tumbuh


Sekalipun ia terinjak oleh langkah
Tapi, perhiasan duniamu itu
Selayaknya ingin tetap bahagia
Sekalipun jeratan tertancap di hatinya

Kembali... hanya ingin kembali


Mencium fajar dan merasakan senja
Karena sejatinya takdir tak akan menghianati
Kala doa kepada-Nya selalu terjaga dalam jiwa

83
BUKAN PILIHAN

Pikiran dan debu


Terbebas dan terbang
Kemudian menghilang
Terlupakan ketika suara anak-anak berilmu bersahutan
Datang dan menyapa saat waktu kembali memainkan angka

Menyerah atau bangkit


Fajar akan tetap tersenyum walau kabut menutupi
Malam akan tetap tertidur walau bintang bernyanyi
Berjalan kemudian berlari
Diiringi doa kepada Illahi
Sampai di titik kau akan lebih percayai
Semua akan berubah saat waktu berganti

Biodata Penulis
Nama : Novitasari
Nama Pena : Hidupku
Unit Kerja : SMK Ma’arif NU Benjeng
Alasan Ikut : Belajar mendalami pembuatan puisi

84
MAMA

Ma….
Sapaan itu begitu merdu
Menggelitik hati yang kaku
Mencairkan harapan yang semakin pilu
Membawa sejuta bahagia untukku

Ma….
Sapaan itu lama ku rindu
Kehausan perempuan dewasa
Yang ingin mencurahkan
Lewat buaian kelembutan

Ma….
Panggilan itu yang selalu ku rindu
Ku nanti bertahun-tahun
Berjuta cara jitu ku tempuh
Sebagai jalan ikhtiyar menyambutmu

Nak…
Hadirmu membawa sejuta cerita
Membawah tawa yang renyah
Meski hadirmu tak berlindung
Hangat sentuhan rahimku

85
CEMBURU

Cemburu ini sakit


Kala kalian bercerita
Hamil itu asyik

Cemburu ini sakit


Kala kalian bergurau
Perut semakin buncit

Hatiku teriris
Mendengar kalian mengeluh
Makan minum rasanya pahit

Diamlah!!!
Inginku berseru dengan rusuh
Berhentilah!!!
Dihadapanku bercerita tentang kebuntinganmu

Inilah jeritan hatiku


Melawan cemburu yang menyiksaku
Perempuan yang cemburu
Pada seorang ibu
Yang mampu melahirkan kehidupan baru

86
KARMA

Pernah sayang tapi ditinggalkan


Pernah merindukan tapi diacuhkan
Pernah berjuang tapi diabaikan
Pernah mengalah tapi dibuang

Hidup itu tak seindah khayalan


Hanya saja hidup itu balasan
Dan itu hukum alam
Janji Tuhan yang tak pernah ingkar

Tersenyumlah
Dengan jalan yang kau pilih
Karena esok aku akan tertawah
Atas hancurnya cinta yang kau puja

Berbanggalah
Atas kehidupan mewahnya dunia
Karena esok akanku tegakan kepala
Memandang hancurnya jiwa yang larah

Berdoalah
Tuhan akan menghadirkan
Karma yang lebih indah
Atas semua doaku
Dariku yang pernah kau cinta

87
KISAH

Andai waktu diputar kembali


Inginku kembali merindui kisah
Kisah yang tak pernah jadi nyata
Menghapus sakit yang teramat sadis
Menyelami kenangan bersama senyuman
Menghapusi dendam yang tak hilang
Biarkan kisah itu menjadi cerita
Biarkan kisah itu terjaga
Menjadi harapan dan impian
Menjadi kenangan yang tak terlupakan
Yang pernah sakit dan tertatih
Pernah bahagia karena harapan
Semuanya tentang kisah
Kisah kau dan aku
Yang tak pernah bersatu

Biodata Penulis
Nama : Husniah Maghfiroh
Nama Pena : ivi
Unit Kerja : SMK Darul Qalam
Alasan Ikut : Goresan Emosi Lewat Puisi

88
SURAT KODE POS 61162

Ini sebuah surat


yang remah aksaranya tereja bersama rindu yang semburat
Bersamaan dengan surat ini
Dengan kode pos 61162
Tampak olehku matahari yang mematung dengan jingga berserakan.
Lalu,
Ku memungut sinarnya di pangkuan mata
dan sisa hangatnya ku kirimkan padamu.
Bersamaan dengan surat ini
Dengan kode pos 61162
Terselip keping-keping air hujan yang menggantung di dahan
Sisa hujan kemarin malam
Lalu,
Ku pintal airnya menjadi sebuah genangan di tangan
kemudian terjelma menjadi air mata yang terbengkalai di antara titik
surat.
Bersamaan dengan surat ini
Ku sampaikan padamu
Ku lipat awan menjadi sampul agar kau tau ada harapan
yang membumbung tinggi bersamanya.
Terakhir,
Ku kirimkan surat ini dengan kode pos 61162.

89
SUBADRA

Terjelma dari perempuan tanah Jawa


Dengan balutan jarik dan kesederhanaan sanggul kepala
Terapit bengkung adat dan tradisi
Juga kepiawaian bersolek dan barisan hitung siji, loro, telu
Anakku...
Sejajar dengan kekukuhan Drupadi akan sumpahnya di hadapan
kurawa
Sebagai Ibu, aku menyelipkan harapan disela-sela doa
Jadilah engkau Subadra
Yang beruntung bersanding dengan Arjuna dan berkawan dengan
batara Kresna
Anakku...
Terjelma dari perempuan asal gubuk di sudut jalan pinggiran kota
Sebagai Ibu, aku ingin
Jadilah engkau Subadra dengan hati dan pikir yang lurus
Lentik bertutur kata tapi keras akan kesetiaan dan kemauan
Anakku...
Terjelma dari perempuan berambut ikal mata setengah bulat
Sebagai ibu, aku bersimpuh
Jadilah engkau Subadra dengan perilaku yang murni dan kasih
Sebagai ganti sisa-sisa napas hasil rampasan Tuhan
Serta sisa-sisa darah dan air asin yang mengucur dari pelipis hasil
merayu Tuhan

90
HIDUP DI ATAS RUBIK

Bak sebuah rubik


Hidup adalah keberagaman
Terdiri atas untaian warna rasa yang berbeda
dan takdirnya tersekat di masing-masing bagian
Bak hidup di atas rubik
Nasib adalah rotasi yang hanya perlu menunggu waktu berjalan
merangkak
Ke atas, bawah, kanan, dan kiri
Bila semesta adalah rubik
tak cukup sekali dua kali melangkah mencapai tujuan
setiap keputusan diperlukan pemikiran yang dalam
Andai sebuah rubik
Hidup adalah permainan yang akan sampai pada ujungnya
Hanya menunggu giliran dari pemainnya
rubik
Dengan volume sisi × sisi yang sama
Hidup akan selalu seimbang satu dengan lainnya

91
NEGERI DALAM KANTUNG

Di sebuah negeri
Yang dekat dengan sanubari
Tanpa kota dan petakan rumah-rumah
Tak ada kerumunan warga ataupun sekolah-sekolah
Di negeri yang hanya sebuah kantung
Dijadikannya sejuta rasian bagi mereka
Perempuan
Juga para orang tua dan anak-anak
Di negeri sebuah kantung tanpa lampu ataupun jalanan
Di berkahilah negeri itu dengan cinta, doa, dan kemakmuran
“Kau adalah pilihan”, kata Tuhan kepadanya.
Tinggal di sebuah negeri tanpa batas mimpi dan suara
Di sebuah negeri kantung yang di bawa ke mana pun dengan
praktisnya
Kau bebas melangkah melihat semesta
Dan tertawa tanpa mengenal mereka
Dengan kedua jari-jari kecil yang mencucup aneka rasa
Kau belajar memilah yang kau suka dan tidak
Mana ada negeri sebebas itu?
Selain di negeri yang hanya sebuah kantung
Yang mungkin terlihat murah harganya

Biodata Penulis
Nama : Amalia Nofita Sari
Nama Pena :
Unit Kerja : SMKN 1 Duduksampeyan
Alasan Ikut :-

92
AKU GURU HONORER

10 tahun berlalu
Aku telah menjadi guru
Biarpun gaji hanya 200 ribu
Tetap semangat mendidik anak didikku
Karena guru adalah impian dan cita citaku
Bagiku guru bukanlah mata pencaharian
Tapi guru adalah pengabdian
Senyum ceria anak didikku
Adalah secercah harapan bagiku
Memberi semangat dan harapan bagiku
Setidaknya saya terus bersabar
Menunggu kejelasan status guru honorer yang melekat pada diriku
Yang tak membuatku malu
Untuk terus mengabdi untuk negeriku
Aku guru honorer
Hampir 10-12 jam dalam sehari
Mengajar dan mendidik anak negeri
Terima kasih atas status guru honorer ini
Mengajarkanku makna kesabaran

93
SYUKUR...

Tiada kata yang terucap


Selain puji syukur kita kehadirat Tuhan Semesta Alam
Syukur kami lahir di indonesia
Bertumpah darah indonesia
Mencari makan di indonesia
Mengais rezeki di indonesia
Minum pun dari air indonesia
Udara pun kami hirup gratis di indonesia
Sampai ajal mendekat
Sampai tubuh berkalang tanah
Terkubur lemah di tanah indonesia

Terima kasih Tuhan Semesta Alam


Terima kasih Indonesia
Terima kasih para pahlawan
Terima kasih bapak Jokowi
Terima kasih bupatiku
Terima kasih camatku
Terima kasih Kepala desaku
Terima kasih rakyat indonesia
Di usia emasmu ini
Di usia yang tak mudah lagi
Selayaknya berbenah diri
Menatap masa depan yang lebih indah
Tak jadi kuli di negeri sendiri
Tak jadi pengemis di negeri sendiri
Tak lagi menjadi babu di negeri sendiri
Tak lagi jadi tikus di negeri sendiri
Tak jadi penghianat di negeri sendiri

94
HAPUS KATA LAPO YO...

Hapus air mata kekecewaan


Hapus air mata kesedihan
Ayo bangkit dan berlari
Satu Kalimat:
Aku Harus Sekolah
Demi masa depan yang lebih indah
Demi membanggakan ayah dan ibu yang melahirkan dan merawat kita
Tunjukkan pada kedua orang tua kita
Angkat derajat mereka tunjukkan pada mereka
Inilah anak yang kau lahirkan
Anak yang kaurawat
Anak yang kaubesarkan
Anak yang kaudidik
Anak yang kau beri kasih sayang

Mari kawanku
Mari kita isi kemerdekaan ini
Mencetak generasi yang berbudi
Bermoral
Berakhlak
Berkarakter
Berevolusi mental
Bermental baja
Berkarakter Pancasila

Mari kita dedikasikan diri ini untuk negeri ini


Mari kita kerahkan semua tenaga biaya dan pemikiran kita
Kita sumbangsihkan untuk Indonesia Raya ini
Sampai Tuhan memanggil kita saatnya untuk kembali
Ke pangkuaan ibu pertiwi

95
TITIK NOL

SEMUA BERAWAL DARI TITIK NOL


DARI TITIK NOL KUTAHU MASA DEPAN DAN MASA LALU
KARENA SEMUA ADA MASANYA

Biodata Penulis
Nama : Andik Widodo
Nama Pena : Andik Chelsea Widodo
Unit Kerja : SMK YPI Darussalam 1 Cerme
Alasan Ikut : Manusia Dikenang Karena Karyanya

96
KALUNG EMAS

Anakku, Aku bangga padamu


Diantara semua sedarahmu
Kaulah yang paling bersinar

Anakku, Sungguh ku amat tersanjung padamu


Lelahku tak berarti
Penatku tak terpatri
Melihatmu di ujung bianglala menari

Namun anakku, Seonggok pilu tersembur di lubukku


Peluhku mengucur
Sesakku sekujur
Kau iris luka hingga menganga saat kau tepis begitu saja

Aku sadar putriku


Secuil kilau yang kuberikan tak berarti bagimu
Tak sedikitpun mengundang hasratmu

Namun putriku
Rantai itu kudapat penuh haru
Membatik pengorbanan, memetik kemenangan
Harusnya kau genggam
Hingga sesakku meredam

Anakku Wajib sekali untukmu tau


Aku hanya ingin adil untuk semua anak – anakku!

97
IBU

Ibu
Aku memang tak melihat
Saat kau berjuang menuju dunia kala itu
Ibu
Aku memang tak mendengar
Ketika tangisan pertamamu terseruak detik itu
Daun menari, ranting melompat
Awanpun berdesakan hendak turun
Bahagia teramat mereka
Menyambut suka wanita mulia

Ibu
Aku juga tak mampu melihat
Hari saat pertama kalinya telingaku terbisik
Kata orang, Kau tersenyum merona
Lelaki disampingmu bersuka cita
Sedangkan aku menangis meronta
Dadaku sesak, nafasku terengah
Bercucur peluh teringat janji pusaka
Janji balas budi
Janji balas bakti
Janji – janji lain yang tak sanggup kupenuhi
Ibu, Ini aku ibu
Lihatlah
Anakmu ini semakin dewasa semakin penuh dosa
Tubuhku tebal dengan keangkuyhan
Badanku kekar dengan kebodohan
Kulitku legam dengan kesombongan
Bantu aku ibu
Tuntun aku
Jika bisa memilih
Aku ingin kembali pulang ke rumahmu!

98
BAPAK

Lelaki yang berbaring pulas itu


Beliau bapakku
Meski suaranya tak semerdu dendang ibu
Namun kutahu, doanya membuka kalbu
Hingga damailah batinku

Lelaki yang berbaring pulas itu


Beliau bapakku
Meski sentuhannya tak selembut belaian ibu
Namun dalam dekapannya, terobati segala peluh

Lihatlah, betapa pulasnya bapakku


Sejenak beliau terjaga
Setelah bergelut dengan kerasnya dunia
Sesekali terdengar lirih dengkuraannya

Lihatlah pula, garis parasnya tak beraturan


Kerut pipinya berdesakan
Rambut putihnya mendominan
Lambang perjuangan agar putrinya setiap hari bisa makan

Bapak
Peluhmu, ragamu, semangat juangmu
Tak mungkin dapat kuganti
Dengan hati yang terurai juga air mata berderai
Kurangkai isi hatiku dengan pena jingga ungu

Hanya selembar bait puisi


Terkhusus untuk pahlawanku
Bapak…. terimakasih

99
BIANGLALA

Hati merana terselip duka


Mawar kau bawa sebagai hadiah
Namun pilu sungguhlah pilu
Nyatanya mawar merah itu bukan untukku

Marah, aku ingin sekali marah


Tiga tahun yang kita lukis
Berakhir dengan hatiku yang teriris
Sungguh teramat tragis

Setelahnya, lamunanku amatlah sering


Logikaku tak lagi bening
Terpuruk dalam kenyataan berkeping
Seperti ringkihnya mencari lili kuning

Ya… begitulah jika cinta telah beradu


Ada senang, sedih, gundah juga rindu
Kecewa, merana, terluka itu biasa
Wajar saja dalam weahana cinta

Namun bagaimanapun kecewa


Usah berduka terlalu lama
Mari kembali pada cita – cita
Hingga menembus arti dunia

Biodata Penulis
Nama : Emma Rosalina
Nama Pena :
Unit Kerja : SMK YPI Darussalam 1 Cerme
Alasan Ikut :

100
BANGSAKU

Hai bung,
Kau bilang minta 10 pemuda akan kau guncang dunia
Pemudamu sekarang merana mempertahankan negaranya
Dari pendosa yang berbaju mewah di istana
Dari penerka durjana berparas merah merona

Hai bung,
Kau bilang 1000 orang tua bisa mencabut semeru dari akar
Tua-tua menyelipkan bibitnya disela-sela mimbar
Mempertahankan bejatnya, biarkan masyarakat terkapar
Sesunyi tengah malam kau gerilyakan seruan makar

Hai bung,
Bangunlah!

101
MASIH

masih tentang hujan,


terkadang beriringan namun tak tegur sapa
terkadang berpandangan namun tak mendengar
tapi masih menyisihkan

masih tentang rintiknya,


mengulas perjuangan akan harapan
pedih terjalnya sebuah kata restu
ditengah bidadari yang menawarkan impian
tapi kau sibuk menanya "kapan jadi satu"

hujan kini berbadai,


munculnya kekhawatiran diiringi desus amarah
kita ikuti amarah, kita jadi remah
setitik muncul secercah
kayuhan doa diijabah Allah

102
KEHIDUPAN

gesekan kawanan besi


seakan pertanda tuntutan dari manusia
memaksa memecah bulan dan matahari
embun menonton ternganga

wanita bertudung
yang harusnya menyusui
kini bersenang-senang dengan pecok dan padi

wanita bertudung itu


sudah tidak punya pemikiran
hanya ingin anak cucunya berpendidikan

sedang aku
pecundang yang mencari rizki
disela tangan penguasa semesta
harapan tanpa pemutusan

sedang aku
bergulat dengan emosi diantara mereka
mereka yang berwajah semu
dan bermanis ucap
berharap menaklukan dunia

Cipeundeuy ,15-2-18

103
MALAIKAT KECIL

mengalun indah hentakan kaki mereka


wajah datar hati yang suci
dan mungkin firasat tanpa dosa
beban yang mereka bawa
tak seberat harapannya
bagai coretan bolpoin
mengambarkan mereka masih meraba
untuk masa depan sendiri

mengalun indah ayunan tangannya


laksana raksasa
dunia ini ingin digengamnya
gambaran dan rayuan orang tua mereka
seketika memecut
tapi ini kuda tak tentu arah
memungkinkan keluar arah

Biodata Penulis
Nama : Fajar Sandi Adiyatma
Nama Pena : Adiyatma
Unit Kerja : SMK Dharma Wanita Gresik
Alasan Ikut : Ketika sebuah masukan tak dihiraukan disitulah
jemari berorasi

104

Anda mungkin juga menyukai