Anda di halaman 1dari 620

The World until Yesterday

(DUN IA H I NGGA KEMARI N)

Apa yang Dapat Kita Pelajari dari Masyarakat Tradisional?

Jared Diamond ialah profesor geograi di UCLA. Anugerah yang pernah dia dapatkan antara lain
National Medal of Science, Tyler Prize for Environmental Achievement, Cosmos Prize (Jepang),
Fellowship dari MacArthur Foundation, dan Lewis Thomas Prize honoring the Scientist as Poet
yang diberikan oleh Rockefeller University. Buku-bukunya yang terdahulu antara lain

2007),
(terjemahan bahasa Indonesia diterbitkan KPG dengan judul
(terjemahan bahasa Indonesia diterbitkan KPG, 2014),
Jared
(terjemahan bahasa Indonesia berjudul

http://facebook.com/indonesiapustaka
diterbitkan KPG, 2013)

Jared
diamond
http://facebook.com/indonesiapustaka
The World
until Yesterday
(DUN IA H I NGGA KEMARI N)

A p a y a n g D a p a t K it a Pe la ja r i d a r i M a s y a r a k a t T r a d is io n a l?
http://facebook.com/indonesiapustaka
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta


Pasal 1
Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan Pidana
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/
http://facebook.com/indonesiapustaka

atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).


(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pe-
langgaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau
huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pe-
langgaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau
huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pem-
bajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
The World
until Yesterday
(DUN IA H I NGGA KEMARI N)

A p a y a n g D a p a t K it a Pe la ja r i d a r i M a s y a r a k a t T r a d is io n a l?

Jared
diamond
http://facebook.com/indonesiapustaka

J akarta:
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Dunia Hingga Kemarin
Jared Diamond

Hak terjemahan bahasa Indonesia pada KPG


(Kepustakaan Populer Gramedia)

KPG 591500989

Cetakan pertama, Juni 2015

Judul asli
The World until Yesterday
Copyright © Jared Diamond, 2012. All rights reserved

Penerjemah
Damaring Tyas Wulandari Palar

Penyunting
Andya Primanda

Penataletak
Dadang Kusmana

Perancang sampul
Boy Bayu Anggara

DIAMOND, Jared
The World until Yesterday
Jakarta; KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2015
x + 604 hlm.; 15 cm x 23 cm
ISBN: 978-979-91-0875-3
http://facebook.com/indonesiapustaka

Dicet ak oleh PT Gramedia


Isi di luar t anggung j awab percet akan
Dipersem bahkan kepada
Meg Tay lor,
sebagai penghargaan bagi persahabatan
berdasaw arsa-dasaw arsa,
dan w aw asan y ang kam u bagi m engenai kedua dunia kita.
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka
Daftar Isi

D aftar Pe ta, Tabe l, Ilu s tras i x

Pembukaan: Di banDara 1

Pemandangan di bandara ▪ Mengapa mempelajari masyarakat-


masyarakat tradisional? ▪ Negara ▪ Tipe-tipe masyarakat
tradisional ▪ Pendekatan, penyebab, dan sumber ▪ Buku kecil
mengenai subjek besar ▪ Susunan buku ini

baGian SaTu: membanGun LaTar DenGan membaGi ruanG 39

bab 1: kaWan, LaWan, OranG aSinG, Dan SauDaGar 41


Batas ▪ Wilayah yang saling tidak boleh dimasuki ▪ Penggunaan
lahan non-eksklusif ▪ Kawan, lawan, dan orang asing ▪ Kontak
pertama ▪ Perdagangan dan pedagang ▪ Ekonomi pasar ▪ Bentuk-
bentuk tradisional perdagangan ▪ Dagangan tradisional ▪ Siapa
http://facebook.com/indonesiapustaka

berdagang apa? ▪ Negara-negara mungil

baGian Dua: Damai Dan PeranG 89

bab 2: kOmPenSaSi aTaS kemaTian SeOranG anak 91


Kecelakaan ▪ Upacara ▪ Bagaimana jika...? ▪ Apa yang negara
lakukan ▪ Kompensasi di Papua ▪ Hubungan seumur hidup ▪
Masyarakat-masyarakat bukan-negara lainnya ▪ Kewenangan
viii ● DAFTAR ISI

negara ▪ Peradilan perdata negara ▪ Cacat-cacat dalam peradilan


perdata negara ▪ Peradilan pidana negara ▪ Peradilan restoratif ▪
Keunggulan-keunggulan dan harga y ang harus dibay arkan

bab 3: SaTu bab PenDek, menGenai SuaTu


PeranG keciL 138
Perang Dani ▪ Urutan kejadian perang ▪ Korban tewas dalam
perang

bab 4: bab YanG Lebih PanjanG, menGenai banYak


PeranG 150
Deinisi perang ▪ Sumber-sumber informasi ▪ Bentuk-bentuk
peperangan tradisional ▪ Tingkat kematian ▪ Kemiripan dan
perbedaan ▪ Mengakhiri perang ▪ Efek kontak dengan orang-orang
Eropa ▪ Hewan yang gemar berperang, manusia yang pecinta
damai ▪ Motif perang tradisional ▪ Penyebab mendasar ▪ Siapa
yang diperangi? ▪ Melupakan Pearl Harbor

baGian TiGa: muDa Dan Tua 217

bab 5: membeSarkan anak-anak 219


Pembandingan cara membesarkan anak ▪ Kelahiran anak
▪ Infantisida ▪ Penyapihan dan jarak kelahiran ▪ Menyusui
sekeinginan anak ▪ Kontak anak dan dewasa ▪ Ayah dan
orangtua-damping ▪ Tanggapan terhadap anak yang menangis
▪ Hukuman isik ▪ Otonomi anak ▪ Kelompok bermain multi-usia ▪
Permainan dan pendidikan anak ▪ Anak-anak mereka dan anak-
anak kita

bab 6: PerLakuan TerhaDaP OranG LanjuT uSia:


hOrmaTi, abaikan, aTau habiSi? 262
Orang lanjut usia ▪ Harapan mengenai perawatan lansia ▪
Mengapa meninggalkan atau membunuh? ▪ Kegunaan lansia ▪
Nilai-nilai masyarakat ▪ Aturan-aturan masyarakat ▪ Sekarang
lebih baik atau lebih buruk? ▪ Apa yang harus dilakukan kepada
lansia?

baGian emPaT: bahaYa Dan TanGGaPan 299


http://facebook.com/indonesiapustaka

bab 7: ParanOia kOnSTrukTif 301


Sikap terhadap bahaya ▪ Kunjungan malam ▪ Kecelakaan kapal ▪
Hanya sebatang tongkat di tanah ▪ Mengambil risiko ▪ Risiko dan
kegem aran m engobrol

bab 8: SinGa Dan bahaYa-bahaYa LainnYa 340


Bahaya-bahaya dalam kehidupan tradisional ▪ Kecelakaan ▪
Kewaspadaan ▪ Kekerasan oleh manusia ▪ Penyakit ▪ Tanggapan
DAFTAR ISI ● ix

terhadap penyakit ▪ Kelaparan ▪ Kekurangan makanan yang


tidak terperkirakan ▪ Memanfaatkan lahan yang terpencar-
pencar ▪ Musim dan cadangan makanan ▪ Perluasan ragam
makanan ▪ Mengumpul dan menyebar ▪ Tanggapan terhadap
bahay a

baGian Lima: aGama, bahaSa, Dan keSehaTan 409

bab 9: aPa YanG DiberiTahukan beLuT LiSTrik kePaDa


kiTa menGenai evOLuSi aGama 411
Pertanyaan-pertanyaan mengenai agama ▪ Deinisi agama ▪
Fungsi dan belut listrik ▪ Pencarian penjelasan sebab ▪ Keyakinan
supranatural ▪ Fungsi penjelasan agama ▪ Meredakan kecemasan
▪ Menyediakan penghiburan ▪ Organisasi dan kepatuhan ▪
Kode perilaku terhadap orang asing ▪ Menjustiikasi perang
▪ Perlambang komitmen ▪ Ukuran keberhasilan religius ▪
Perubahan fungsi agam a

bab 10: berTuTur DenGan banYak bahaSa 466


Multilingualisme ▪ Total bahasa di dunia ▪ Bagaimana
bahasa ber-evolusi ▪ Geograi keanekaragaman bahasa ▪
Multilingualisme tradisional ▪ Manfaat bilingualisme ▪ Penyakit
Alzheimer ▪ Bahasa-bahasa yang menghilang ▪ Bagaimana
bahasa menghilang ▪ Apakah bahasa minoritas berbahaya?
▪ Untuk apa melestarikan bahasa? ▪ Bagaimana kita bisa
m elindungi bahasa?

bab 11: Garam, GuLa, Lemak, Dan PemaLaS 514


Penyakit-penyakit tidak menular ▪ Asupan garam kita ▪ Garam
dan tekanan darah ▪ Penyebab hipertensi ▪ Sumber garam pada
makanan ▪ Diabetes ▪ Jenis-jenis diabetes ▪ Gen, lingkungan,
dan diabetes ▪ Orang-orang Indian Pima dan Penduduk Nauru
▪ Diabetes di India ▪ Manfaat-manfaat gen pemicu diabetes ▪
Mengapa diabetes rendah di antara orang-orang Eropa? ▪ Masa
depan peny akit-peny akit tidak m enular

PenuTuP: Di banDara Lain 563


Dari rimba ke 405 ▪ Keunggulan dunia modern ▪ Keunggulan
dunia tradisional ▪ Apa yang bisa kita pelajari?
http://facebook.com/indonesiapustaka

U cap an Te rim a Kas ih 58 1


Bacaan Le bih Lan ju t 58 5
Kre d it Ilu s tras i 60 2
Te n tan g Pe n u lis 60 4
D AF TAR PE TA , TABE L , I LU STR AS I

Pe ta 1. Lokasi 39 m asyarakat yang akan sering dibahas dalam buku ini 30


Tabe l 1.1. Barang-barang yang diperdagangkan oleh sejum lah
m asyarakat tradisional 77
Tabe l 3 .1. Keanggotaan dua persekutuan Dani yang berperang 141
Tabe l 8 .1. Kecelakaan penyebab kem atian dan cedera 343
Tabe l 8 .2 . Sim panan m akanan tradisional di seluruh dunia 395
Tabe l 9 .1. Sejumlah deinisi agama yang diajukan 415
Tabe l 9 .2 . Contoh-contoh kepercayaan supranatural yang terbatas pada
agam a-agam a tertentu 432
Ilu s tras i 9 .1. Fungsi-fungsi agam a berubah seiring waktu 464
Tabe l 11.1. Prevalensi diabetes Tipe-2 di seluruh dunia 546
http://facebook.com/indonesiapustaka

Tabe l 11.2 . Contoh-contoh sikap kem aruk ketika m akanan tersedia


secara m elim pah 552
PE M BUK A AN

Di Bandara

Pemandangan di bandara ▪ Mengapa mempelajari masyarakat


tradisional? ▪ Negara ▪ Tipe-tipe masyarakat tradisional ▪ Pendekatan,
penyebab, dan sumber ▪ Buku kecil mengenai subjek besar ▪ Susunan
buku ini

Pe m an d an gan d i ban d ara


30 April 20 0 6, pukul 7 pagi. Saya berada di aula check-in suatu ban-
dara, m encengkeram kereta dorong saya, seraya terdesak-desak oleh
banyak orang lain yang juga sedang check-in untuk penerbangan per-
tam a pagi itu. Adegan tersebut sungguh akrab: ratusan calon pe num -
pang yang m em bawa koper, kardus, ransel, dan bayi, m em bentuk
ba risan-barisan sejajar m endekati satu gerai panjang, dengan pega-
wai-pegawai m askapai penerbangan yang berseragam berdiri di bela-
kangnya, m engha dapi kom puter. Orang-orang lain yang juga berse -
ra gam tersebar di an tara kerum unan: pilot dan pram ugari, pem eriksa
bagasi, serta dua pe tu gas polisi yang dikerubungi oleh kerum unan dan
http://facebook.com/indonesiapustaka

ber diri tanpa m e la kukan apa-apa selain hadir di sana. Para pem eriksa
bagasi sibuk m e m erik sa bawaan penum pang dengan sinar X, pegawai
m askapai m e labeli koper, dan portir m eletakkan koper-koper di atas
sabuk berjalan yang m em bawa koper-koper itu pergi, m oga-m oga
sam pai ke pe sawat yang benar. Di sepanjang dinding di seberang gerai
check-in, terdapat toko-toko yang m enjual surat kabar dan hidangan
cepat saji. Benda-benda lain di sekitar saya adalah jam dinding biasa,
2 ● DI BANDARA

telepon, ATM, tangga berjalan ke lantai atas, dan tentu saja pesawat-
pesawat di landas pacu yang bisa terlihat dari jendela-jendela term inal.
Para petugas m askapai m enggerakkan jari-jem ari m ereka di atas
papan ketik kom puter dan m enatap ke layar, terkadang m encetak
resi kartu kredit di term inal kartu kredit. Kerum unan orang di situ
m e nunjuk kan cam puran um um rasa hum or, ke sa baran, kegusaran,
antre dengan sabar, dan tegur sapa dengan te m an. Sewaktu saya
m encapai ujung antrean, saya m enunjukkan selem bar kertas (berkas
penerbangan saya) kepada seseorang yang be lum pernah saya lihat
sebelum nya dan m ungkin tidak akan pernah saya jum pai lagi (seorang
petugas check-in). Dia lantas m enyerahkan ke pada saya sehelai kertas
yang m em beri saya izin untuk terbang ra tusan kilom eter m enuju
tem pat yang belum pernah saya kunjungi, yang penduduknya tidak
m engenal saya nam un tidak akan berke be rat an bila saya datang
berkunjung.
Bagi para pelancong dari AS, Eropa, atau Asia, ciri pertam a yang
akan m ereka anggap berbeda dari pem andangan yang tam pak bia sa
saja itu adalah bahwa sem ua orang dalam aula itu selain saya dan se-
ge lin tir wisatawan lain m erupakan orang Papua. Perbedaan-per be da an
lain yang akan disadari oleh pelancong dari luar negeri adalah bahwa
ben dera nasional yang dipajang di atas gerai check-in adalah bendera
hitam, merah, dan emas milik negara Papua Nugini, menampilkan
burung cendrawasih dan rasi bintang Layang-layang; sim bol m as kapai
di gerai bukan m ilik Am erican Airlines atau British Airways m e lainkan
Air Niugini; dan nama-nama tujuan terbang di layar terdengar eksotik:
Wapenam anda, Goroka, Kikori, Kundiawa, dan Wewak.
Bandara tem pat saya check-in pagi itu adalah bandara Port
Moresby, ibukota Papua Nugini. Bagi orang yang mengetahui sejarah
Papua—termasuk saya, yang pertama kali datang ke Papua Nugini
pada 1964 ketika negara tersebut m asih berada di bawah pem erintahan
Australia—pem andangan itu akrab, m em ukau, sekaligus m engharukan.
Dalam benak, saya m em bandingkan pem andangan itu dengan foto-
http://facebook.com/indonesiapustaka

foto yang diam bil oleh orang-orang Australia pertam a yang m em asuki
dan "m e nem ukan" Dataran Tinggi Papua pada 1931, yang dipadati satu
juta pen duduk desa-desa Papua yang kala itu m asih m enggunakan
peralatan batu. Dalam foto-foto itu, para penduduk Dataran Tinggi,
yang telah hidup beribu-ribu tahun relatif terisolasi dengan penge-
tahuan ter ba tas m engenai dunia luar, m enatap orang-orang Eropa
per tam a yang m ereka lihat (Gam bar 30 , 31) dengan ketakutan. Saya
PEMANDANGAN DI BANDARA ● 3

m enatap wajah-wajah para pe num pang, petugas gerai, dan pilot


Papua Nugini di bandara Port Moresby pada tahun 2006 itu, dan
terbayanglah wajah-wajah orang-orang Papua Nugini yang dipotret
pada 1931. Orang-orang yang ber diri di sekitar saya di bandara ketika
itu tentu saja bukan orang-orang yang ada di foto-foto tahun 1931,
nam un wajah-wajah m ereka m irip, dan sebagian di antaranya m ungkin
m erupakan anak-cucu orang-orang di foto-foto itu.
Perbedaan paling jelas antara pem andangan check-in tahun 20 0 6
yang terpatri di ingatan saya, dan foto-foto "kontak pertam a" dari
tahun 1931, adalah bahwa para penduduk Dataran Tinggi Papua pada
1931 tidak m engenakan banyak pakaian selain rok rum put, noken yang
dise lem pangkan di bahu, dan hiasan kepala dari bulu burung, nam un
pa da 20 0 6 m ereka m engenakan pakaian standar internasional berupa
ke m eja, celana panjang, rok, celana pendek, dan topi bisbol. Dalam satu
atau dua generasi, dan dalam kehidupan individual banyak orang di
aula bandara itu, para penduduk Dataran Tinggi Papua belajar m enulis,
m enggunakan kom puter, dan m enerbangkan pesawat. Sebagian orang
di aula itu m ungkin m erupakan orang-orang pertam a dalam suku m e-
reka yang belajar m em baca dan m enulis. J urang generasi itu bagi
saya disim bolkan oleh pem andangan berupa dua laki-laki Papua di
antara ke ru m un an di bandara, laki-laki yang lebih m uda m enggandeng
yang lebih tua: yang lebih m uda m engenakan seragam pilot, dan dia
m enjelaskan ke pada saya bahwa dia m em bawa laki-laki yang lebih
tua, kakeknya, untuk terbang pertam a kali dengan pesawat terbang;
sem entara sang kakek yang beruban terlihat nyaris sam a kebingungan
dan panik nya dengan orang-orang dalam foto-foto tahun 1931.
Namun seorang pengamat yang akrab dengan sejarah Papua
akan m e ngenali perbedaan-perbedaan yang lebih besar di antara pe-
m andangan tahun 1931 dan 20 0 6, selain bahwa orang-orang di tahun
1931 m engenakan rok rum put sem entara orang-orang di tahun 20 0 6
mengenakan pakaian Barat. Masyarakat-masyarakat Dataran Tinggi
Papua pa da 1931 bukan hanya tidak m em iliki pakaian produksi pabrik,
http://facebook.com/indonesiapustaka

m elain kan juga sem ua teknologi m odern, m ulai dari arloji, telepon, dan
kartu kredit sam pai kom puter, tangga berjalan, dan pesawat terbang.
Secara lebih m endasar, di Dataran Tinggi Papua pada 1931 tidak ada
tulisan, logam , uang, sekolah, dan pem erintahan terpusat. Seandainya
tidak pernah terjadi dalam kurun waktu belum lam a ini, kita m ungkin
ber tanya-tanya: bisakah m asyarakat tanpa tulisan benar-benar m e-
nguasai tulisan dalam waktu satu generasi?
4 ● DI BANDARA

Seorang pengam at teliti yang akrab dengan sejarah Papua akan


m e nyadari lebih banyak lagi ciri-ciri lain pem andangan tahun 20 0 6
yang bisa ditem ukan juga pada pem andangan di bandara-bandara
m odern lain nya, nam un berbeda dengan pem andangan Dataran Tinggi
tahun 1931 yang tertangkap oleh foto-foto yang dibuat ketika kontak
per tam a. Pada pem andangan 20 0 6 terdapat lebih banyak orang tua
beruban, sem entara relatif lebih sedikit orang yang bertahan hidup
sam pai tua dalam m asyarakat Dataran Tinggi tra disional. Kerum unan
di bandara, m eskipun pada awalnya bagi orang Barat yang belum
pernah bertem u orang-orang Papua akan tam pak "hom ogen"—m ereka
sem ua m irip karena sam a-sam a berkulit ge lap dan beram but keriting
(Gam bar 1, 13, 26, 30 , 31, 32)—sebenarnya he te rogen dalam segi-
segi lain penam pakan m ereka: penduduk dataran ren dah dari pesisir
selatan yang jangkung, dengan janggut jarang dan wa jah yang lebih
sem pit; penduduk Dataran Tinggi yang lebih pendek, ber janggut lebat,
dan berwajah lebar; serta penduduk pulau dan dataran rendah pesisir
utara yang m em iliki ciri-ciri wajah yang agak m irip orang Asia. Pada
1931, m ustahil m enjum pai penduduk Dataran Tinggi, penduduk da-
taran rendah pesisir selatan, dan penduduk dataran rendah pesisir
utara bersam a-sam a; kum pulan orang m ana pun di Papua jauh lebih
ho m ogen pada 1931 dibandingkan dengan kerum unan di bandara
pada 20 0 6 itu. Seorang ahli linguistik yang m endengarkan kerum unan
itu bercakap-cakap akan bisa m em bedakan lusinan bahasa, yang
tergolong ke dalam kelom pok yang am at berbeda-beda; bahasa-
bahasa tonal dengan kata-kata yang dibedakan oleh tinggi-rendah
nada seperti bahasa Mandarin, bahasa-bahasa Austronesia dengan
suku kata dan konsonan yang relatif sederhana, serta bahasa-bahasa
tanpa-tonal Papua. Pada 1931, kita bisa m enjum pai individu-individu
yang berbicara beberapa bahasa ber beda bersam a-sam a, nam un tidak
pernah ada kum pulan orang yang ber bicara lusinan bahasa berbeda.
Dua bahasa yang banyak digunakan, ba hasa Inggris dan Tok Pisin
(dikenal juga sebagai bahasa Inggris Melanesia atau bahasa Inggris
http://facebook.com/indonesiapustaka

Pidgin), m erupakan bahasa-bahasa yang digu nakan pada 20 0 6 di gerai


check-in dan juga dalam percakapan di antara banyak penum pang,
nam un pada 1931 sem ua percakapan di seluruh Dataran Tinggi Papua
dilangsungkan dengan bahasa-bahasa lokal, yang m asing-m asing
terbatas di area yang sem pit.
Satu lagi perbedaan halus antara pem andangan 1931 dan 20 0 6 ada-
lah bahwa di antara kerum unan 20 0 6 terdapat sejum lah orang Papua
PEMANDANGAN DI BANDARA ● 5

de ngan tipe tubuh yang sayangnya um um di Am erika: orang-orang


ke le bih an berat badan dengan "perut bir" m enggelam bir di atas ikat
pinggang. Foto-foto dari 75 tahun lalu tidak m enunjukkan seorang
pun penduduk Papua Nugini yang kelebihan berat; semua orang lang-
sing dan berotot (Gam bar 30 ). Bila saya bisa m ewawancarai dokter
yang m e rawat para penum pang itu, m aka (jika m enilik dari statistika
kesehatan masyarakat Papua Nugini modern) saya pasti akan diberi
tahu m e ngenai peningkatan jum lah kasus diabetes yang terkait dengan
kelebihan berat badan, plus kasus-kasus hipertensi, penyakit jantung,
stroke, dan kanker yang tidak dikenal satu generasi silam .
Satu lagi perbedaan kerum unan 20 0 6 dibandingkan dengan keru-
m un an 1931 adalah satu ciri yang kita anggap biasa saja di dunia
m odern: sebagian besar orang yang berjejalan dalam aula bandara itu
m e rupakan orang-orang asing yang tak pernah berjum pa sebelum nya,
na m un tidak ada di antara m ereka yang berkelahi. Itu tak ter ba-
yangkan pada 1931, kala perjum paan dengan orang asing jarang ter-
jadi, berbahaya, dan berkem ungkinan besar berubah m enjadi perta-
rungan. Ya, m e m ang ada dua orang petugas polisi dalam aula ban-
dara itu, guna m en jaga ketertiban, nam un pada kenyataannya keru -
m unan itu m enjaga ke tertiban sendiri, sem ata karena para penum -
pang tahu bahwa tidak ada di antara orang asing itu yang akan
m e nyerang m ereka, dan bah wa m ereka hidup dalam m asyarakat
dengan petugas polisi dan pra ju rit yang siap dipanggil seandainya
ada per kelahian yang kelewat batas. Pada 1931, tidak ada yang nam a-
nya polisi atau pemerintah di Papua Nugini. Penumpang di aula
ban dara itu m enikm ati hak untuk terbang ataupun m enggu nakan
sarana transportasi lain m enuju Wapenam anda atau ke m ana pun di
Papua Nugini tanpa perlu izin. Di dunia Barat modern, kami anggap
kebebasan m elanglang itu biasa saja, nam un sebelum nya keadaan itu
sungguh luar biasa. Pada 1931, tidak ada orang Papua yang terlahir di
Goroka pernah m engunjungi Wapenam anda yang hanya 172 kilom eter
ke arah barat; tak terpikirkan gagasan untuk m elanglang dari Goroka
http://facebook.com/indonesiapustaka

ke Wapenam anda, tanpa terbunuh gara-gara dianggap orang asing


tak dikenal dalam 10 kilometer pertama dari Goroka. Namun saya
baru saja m elanglang se jauh 11.0 0 0 kilom eter dari Los Angeles ke
Port Moresby, jarak yang ratusan kali lipat lebih besar daripada jarak
kum ulatif yang pernah ditem puh se orang penduduk Dataran Tinggi
Papua tradisional selam a m asa hidup nya dari tem pat kelahirannya.
6 ● DI BANDARA

Sem ua perbedaan antara kerum unan 20 0 6 dan 1931 itu bisa di-
rangkum dengan m engatakan bahwa, dalam 75 tahun terakhir,
populasi Da taran Tinggi Papua telah m elesat m elalui perubahan-per-
ubahan yang butuh waktu ribuan tahun untuk berlangsung di sebagian
besar tem pat lain di dunia. Bagi orang-orang Dataran Tinggi, per ubah -
an itu bahkan lebih cepat lagi: sejumlah teman saya dari Papua Nugini
m en ceritakan kepada saya bahwa m ereka m asih m em buat beliung batu
terakhir dan am bil bagian dalam perang-perang suku tradisional ter ak-
hir, hanya satu dasawarsa sebelum bertem u saya. Kini, warga negara-
negara industri m enganggap wajar saja ciri-ciri pem andangan 20 0 6
yang saya sebutkan: logam , tulisan, m esin, pesawat terbang, po lisi dan
pem erintah, orang-orang kelebihan berat badan, berjum pa orang asing
tanpa rasa takut, populasi yang heterogen, dan lain sebagainya. Namun
se m ua ciri m asyarakat m anusia m odern itu relatif baru dalam seja rah
m a nusia. Selam a nyaris 6.0 0 0 .0 0 0 tahun sejak garis keturunan evolu-
sio ner proto-m anusia dan proto-sim panse saling m em isah, sem ua m a-
sya ra kat m anusia tidak m em iliki logam dan segala hal lainnya itu. Ciri-
ciri m odern itu baru m uncul dalam 11.0 0 0 tahun terakhir, di beberapa
daerah saja di dunia.
Dengan dem ikian, Papua * dalam beberapa segi m erupakan jendela
bagi dunia m anusia seperti adanya sam pai kem arin, bila diukur dengan
skala waktu 6.0 0 0 .0 0 0 tahun evolusi m anusia. (Saya m enekankan
"da lam beberapa segi"—tentu saja Dataran Tinggi Papua pada 1931
bu kan lah dunia kem arin dulu yang belum pernah berubah.) Sem ua
perubahan yang tiba di Dataran Tinggi selam a 75 tahun terakhir juga
telah terjadi pada m asyarakat-m asyarakat lain di seluruh dunia, nam un

* Peristilahan yang digunakan bagi Papua sungguh m em bingungkan. Sepanjang buku ini,
saya m enggunakan istilah "Papua" untuk m engacu kepada pulau Papua, pulau terbesar
ke dua di dunia setelah Tanah Hijau, yang terletak dekat khatulistiwa di sebelah utara
Australia (halam an 26). Saya m engacu kepada penduduk asli pulau itu yang beraneka-
ragam sebagai "orang-orang Papua". Sebagai akibat kecelakaan sejarah kolonial abad
http://facebook.com/indonesiapustaka

ke-19, pulau itu sekarang terbagi secara politis di antara dua negara. Bagian tim ur pulau
tersebut, beserta banyak pulau kecil di sekitarnya, m em bentuk negara m erdeka Papua
Nugini, yang awalnya merupakan koloni Jerman di timur laut dan koloni Britania di
tenggara, serta diperintah oleh Australia sam pai kem erdekaannya pada 1975. Orang-
orang Australia menyebut bekas koloni Jerman sebagai Nugini sementara bekas koloni
Britania sebagai Papua. Paroan barat pulau tersebut, tadinya bagian dari Hindia Belanda,
sejak 1969 m erupakan provinsi Indonesia (dahulu Irian J aya, kem udian diganti nam anya
m enjadi provinsi Papua dan Papua Barat). Kerja lapangan saya di Papua berlangsung
nyaris sam a lam anya di kedua belahan po litis pulau tersebut.
MENGAPA MEMPELAJARI MASYARAKAT-MASYARAKAT TRADISIONAL? ● 7

di sebagian besar tem pat lain di dunia, perubahan-perubahan itu


terjadi lebih da hulu dan secara jauh lebih bertahap daripada di Papua.
Tapi, "ber tahap" itu relatif: bahkan pada m asyarakat-m asyarakat di
m ana perubahan-perubahan itu terjadi lebih dahulu, waktu kurang
daripada 11.0 0 0 tahun hanyalah sebentar dibandingkan dengan
6.0 0 0 .0 0 0 tahun. Pada dasarnya, m asyarakat-m asyarakat m anusia
m engalam i perubahan-perubahan besar baru-baru ini saja secara cepat.

Me n gap a m e m p e lajari m as yarakat-m as yarakat


trad is io n al?
Mengapa masyarakat "tradisional" sebegitu menarik bagi kita?** Seba-
gian alasannya adalah ketertarikan m anusiawi; rasa girang m engenal
orang-orang yang sedem ikian m irip dengan kita dan m udah dipaham i
da lam beberapa segi, sekaligus sedem ikian berbeda dengan kita dan
su kar dipaham i dalam beberapa segi lain. Sewaktu saya tiba untuk
per tam a kali di Papua, pada 1964 ketika saya berusia 26 tahun, saya
terpukau oleh keeksotikan orang-orang Papua: m ereka terlihat ber-
beda dari orang-orang Am erika, berbicara dengan bahasa-bahasa yang
berbeda, berpakaian secara berbeda, dan berperilaku secara ber beda.
Namun dalam dasawarsa-dasawarsa berikutnya, selama lusinan kun-
jungan yang saya lakukan selam a satu sam pai lim a bulan setiap kali ke
banyak bagian Papua dan pulau-pulau tetangganya, rasa ke eksotikan
yang tadinya m endom inasi luntur m enjadi rasa kesam aan se iring
saya m engenali orang-orang Papua secara individual: kam i ber cakap-

** Yang saya m aksudkan dengan istilah m asyarakat "tradisional" dan "berskala kecil",
yang akan saya gunakan sepanjang buku ini, adalah m asyarakat m asa lalu m aupun m a-
sa kini yang hidup dalam kepadatan populasi rendah, berkisar dari beberapa lusin
sam pai beberapa ribu orang, bertahan hidup dengan berburu-m engum pul atau dengan
ber cocok-tanam atau m enggem bala, dan berubah secara terbatas akibat kontak dengan
m asyarakat-m asyarakat industrial yang besar dan terwesternisasi. Pada kenyataannya,
se m ua m asyarakat tradisional sem acam itu yang m asih ada sekarang telah berubah se-
tidaknya sebagian akibat kontak dengan m asyarakat industrial, dan sebagai gantinya da-
http://facebook.com/indonesiapustaka

pat dijabarkan sebagai m asyarakat "transisional" alih-alih "tradisional", nam un m ereka


se ring kali m asih m em pertahankan banyak ciri dan proses sosial m asyarakat kecil
seperti pada m asa lalu. Saya m engkontraskan m asyarakat tradisional bersakala kecil
dengan m a sya ra kat "terwesternisasi", yang saya artikan sebagai m asyarakat industrial
m odern besar yang dijalankan oleh pem erintahan negara, akrab bagi para pem baca buku
ini sebagai masyarakat di mana sebagian besar pembaca saya kini hidup. Masyarakat
dem ikian diistilahkan "ter westernisasi" karena ciri-ciri penting m asyarakat-m asyarakat
itu (m isalnya Revolusi In dus tri dan kesehatan m asyarakat) pertam a kali m uncul di Eropa
Barat pada 170 0 -an dan 180 0 -an, dan m enyebar dari situ ke banyak negara lain.
8 ● DI BANDARA

cakap untuk waktu lam a, m enertawakan candaan yang sa m a, saling


m enceritakan ketertarikan tentang anak-anak dan seks dan m akanan
dan olahraga, serta m endapati diri kam i m arah, takut, ber duka, lega,
dan bersukacita bersam a-sam a. Bahkan bahasa-bahasa m e re ka m eru-
pakan variasi tem a-tem a linguistik yang fam iliar di se luruh dunia:
walau pun bahasa Papua pertam a yang saya pelajari (Fore) tidak terkait
dengan bahasa-bahasa Indo-Eropa sehingga kosa katanya sam a sekali
tidak akrab dengan saya, bahasa Fore tetap m en kon jugasikan kata kerja
secara rum it seperti bahasa J erm an, dan m em iliki pro nom ina ganda
seperti bahasa Slovenia, pascaposisi seperti bahasa Finlandia, dan tiga
kata depan dem onstratif ("di sini", "dekat di sana", dan "jauh di sana")
seperti bahasa Latin.
Sem ua kem iripan itu m enyesatkan saya, setelah perasaan awal saya
m engenai keeksotikan Papua, sehingga saya berpikir, “Orang di m ana
saja pada dasar nya sam a.” Tidak, akhirnya saya pun m enyadari, kita
sem ua berbeda dalam banyak hal yang m endasar: banyak tem an-tem an
Papua saya m enghitung secara berbeda (dengan pem etaan visual,
bukan dengan angka abstrak), m em ilih istri atau suam i se cara berbeda,
m em perlakukan orangtua dan anak-anak se cara berbeda, m em andang
bahaya secara berbeda, dan m em iliki kon sep persahabatan yang
berbeda. Cam puran m em bingungkan antara kem iripan dan perbedaan
itu m erupakan salah satu hal yang m en ja dikan m asyarakat-m asyarakat
tradisional m enarik bagi orang luar.
Satu lagi alasan m engapa m asyarakat tradisional m enarik dan pen-
ting adalah m ereka m em pertahankan ciri-ciri cara hidup nenek m oyang
kita selam a puluhan ribu tahun, sam pai kurang lebih kem arin. Gaya hi-
dup tradisional-lah yang m em bentuk kita dan m enjadikan kita seperti
se karang. Pergeseran dari berburu-m engum pul m enjadi pertanian
baru dim ulai sekitar 11.0 0 0 tahun lalu; alat-alat logam pertam a dan
tulisan pertam a baru m uncul sekitar 5.40 0 tahun lalu. Kondisi-kondisi
"m odern" baru berkem bang, bahkan secara lokal saja, dalam secuil dari
pentangan sejarah m anusia; sem ua m asyarakat m anusia pernah m en-
http://facebook.com/indonesiapustaka

jadi tradisional jauh lebih lam a daripada m enjadi m odern. Kini, para
pem baca buku ini m enganggap wajar saja m a kanan hasil pertanian
yang dibeli di toko, bukannya m akanan dari alam yang diburu dan
dikum pulkan setiap hari, peralatan logam bukannya peralatan kayu,
batu, dan tulang, pem erintahan negara dan pengadilan hukum dan
polisi dan tentara yang terkait dengannya, serta baca-tulis. Namun
segala hal yang kelihatannya m erupakan kebutuhan dasar itu relatif
MENGAPA MEMPELAJARI MASYARAKAT-MASYARAKAT TRADISIONAL? ● 9

baru, dan m iliaran orang di seluruh dunia saat ini m asih hidup dalam
cara-cara yang sebagian tradisional.
Di dalam m asyarakat-m asyarakat industrial yang m odern pun
m asih tertanam berbagai ranah di m ana banyak m ekanism e tradisio-
nal m asih beroperasi. Di banyak daerah perdesaan Dunia Pertam a,
misalnya lembah Montana tempat saya beserta istri dan anak-anak
saya berlibur m usim panas setiap tahun, banyak persengketaan m asih
dipe cahkan m elalui m ekanism e-m ekanism e inform al tradisional, bu-
kan m elalui pengadilan. Geng-geng perkotaan di kota-kota besar ti-
dak m em anggil polisi untuk m enyelesaikan perselisihan m ereka, m e-
lain kan m engandalkan m etode-m etode tradisional berupa negosiasi,
kom pensasi, intim idasi, dan perang. Tem an-tem an saya yang berasal
dari Eropa dan tum buh besar di desa-desa kecil Eropa pada 1950 -an
m enggam barkan m asa kanak-kanak seperti yang ada di desa Pa pua
tradisional: sem ua orang di desa saling m engenal, sem ua orang ta hu
apa yang orang lain lakukan dan m engem ukakan opini m ereka m e-
nge nai hal itu, orang-orang m enikahi pasangan yang terlahir hanya
satu atau dua kilom eter jauhnya, orang-orang tinggal seum ur hidup di
dalam atau di dekat desa kecuali para pem uda yang am bil bagian da-
lam Perang Dunia, dan persengketaan dalam desa harus diselesaikan
de ngan cara yang m em ulihkan hubungan atau m enjadikannya bisa
dito leransi, sebab m ereka akan hidup dekat orang yang bersengketa
dengannya seum ur hidup. Dengan kata lain, dunia kem arin tidak
dihapus dan digantikan oleh dunia hari ini yang baru: banyak hal dari
dunia kem arin m asih bersam a kita. Itulah satu alasan lain kita ingin
m em aham i dunia kem arin.
Seperti yang akan kita lihat dalam bab-bab buku ini, m asyarakat-
m a sya rakat tradisional jauh lebih beragam dalam banyak praktik bu-
daya daripada m asyarakat-m asyarakat industrial m odern. Dalam
kisaran keanekaragam an itu, banyak norm a budaya m a syarakat ne-
gara m odern yang jauh sekali perbedaannya dengan norm a-norm a
tra disional dan terletak lebih dekat ke ekstrem -ekstrem kisaran ke-
http://facebook.com/indonesiapustaka

anekaragaman tradisional tersebut. Misalnya, dibandingkan dengan


m asyarakat industrial m odern m ana pun, sejum lah m asyarakat tra-
disional m em perlakukan orang lanjut usia secara jauh lebih ke jam ,
sem entara yang lain m enawarkan kehidupan yang jauh lebih m e m uas-
kan bagi orang lanjut usia; m asyarakat industrial m odern lebih dekat
ke ekstrem yang disebutkan terdahulu daripada yang belakangan. Tapi
para ahli psikologi m endasarkan sebagian besar generalisasi m e reka
10 ● DI BANDARA

m engenai hakikat m anusia pada penelitian-penelitian m engenai irisan


keanekaragam an m anusia kita sendiri yang sem pit dan tak tipikal. Di
antara subjek-subjek m anusia yang dipelajari dalam sam pel m akalah
dalam jurnal-jurnal psikologi top yang disurvei pada 20 0 8, 96%
berasal dari negara-negara industrial terwesternisasi (Am erika Utara,
Eropa, Australia, Selandia Baru, dan Israel), 68% khususnya berasal
dari Am e rika Serikat, dan sam pai 80 % m erupakan m ahasiswa S1
psikologi, alias tidak tipikal bahkan untuk m asyarakat bangsa m ereka
sen diri. Dengan kata lain, seperti yang dikatakan oleh para ilm uwan
sosial Joseph Henrich, Steven Heine, dan Ara Norenzayan, sebagian
be sar pem aham an kita m engenai psikologi m anusia didasarkan pada
subjek-subjek yang dapat dideskripsikan dengan singkatan WEIRD:
dari m asyarakat yang Western, educated, industrialized, rich, and
democratic—Barat, berpendidikan, terindustrialisasi, kaya, dan dem o-
kratik. Kebanyakan subjek juga tam paknya m em ang "w eird" alias
"aneh" berdasarkan standar-standar variasi budaya dunia, sebab
m ereka ter bukti sebagai pencilan luar di dalam banyak penelitian m e-
ngenai fe no m e na budaya yang m engam bil sam pel variasi dunia secara
lebih luas. Fenom ena-fenom ena yang disam pel itu m encakup persepsi
visual, keadilan, kerjasam a, hukum an, penalaran biologis, orientasi
ruang, pe nalaran analitik versus holistik, penalaran m oral, m otivasi
un tuk m e nyela ras kan diri, m em buat pilihan, dan konsep diri. Oleh
ka rena itu bila kita hendak m enggeneralisasi hakikat m anusia, kita
perlu sangat m em perluas sam pel penelitian kita dari subjek-subjek
WEIRD yang biasa (biasanya m ahasiswa S1 psikologi Am erika) hingga
m encakup ke se lu ruhan kisaran m asyarakat tradisional.
Sementara para ilmuwan sosial tentu bisa mena rik kesimpulan-ke-
sim pulan bernilai akademik dari penelitian-penelitian ter hadap masya-
rakat-masyarakat tradisional, kita semua juga mungkin bisa mem pelajari
berbagai hal yang bernilai praktis. Masyarakat tradisional pada dasarnya
merepresentasikan ribuan tahun percobaan alam ten tang ba gaimana
membangun masyarakat manusia. Masyarakat-masyarakat tradisional
http://facebook.com/indonesiapustaka

telah menghasilkan ribuan pemecahan terhadap ber bagai ma salah


manusia, pemecahan-pemecahan yang berbeda dengan yang diterapkan
oleh masyarakat-masyarakat WEIRD modern kita. Kita akan lihat bahwa
sebagian pemecahan itu—misalnya, sebagian ca ra ma syarakat tradisional
mem besarkan anak, mem per la ku kan orang lan jut usia, menjaga
kesehatan, berbicara, menghabiskan waktu senggang, dan menyelesaikan
perselisihan—mungkin akan Anda, seperti juga saya, anggap sebagai
NEGARA ● 11

superior dibandingkan praktik-praktik yang nor mal dijalankan di


Dunia Pertama. Barangkali kita bisa mem peroleh keun tungan dari
mengadopsi secara selektif sejumlah praktik tra disional itu. Sebagian di
antara kita sudah melakukannya, dengan manfaat nya ta bagi kesehatan
dan kebahagiaan. Dalam beberapa segi, kita orang modern me rupakan
penyimpangan; tubuh dan praktik-praktik kita kini menghadapi kondisi-
kondisi yang berbeda dengan sewaktu mereka ber-evolusi dulu, padahal
terhadap kondisi-kondisi yang dulu itulah mereka beradaptasi.
Namun kita juga tidak boleh melakukan ekstrem yang satu lagi, yai-
tu m erom antisasi m asa lalu dan m endam bakan m asa-m asa yang lebih
sederhana. Banyak praktik tradisional yang sudah kita buang, dan kita
bersyukur karenanya—m isalnya infantisida, m engabaikan atau m em -
bunuh orang yang lanjut usia, m enghadapi risiko kelaparan ber kala,
berisiko lebih tinggi terkena bahaya dari lingkungan atau penyakit m e-
nular, kerap kali m elihat anak sendiri m eninggal, dan terus-m enerus
hidup dalam ketakutan akan diserang. Masyarakat-masyarakat tradi-
sio nal bu kan hanya bisa m em berikan saran kepada kita m engenai
praktik-praktik kehidupan yang lebih baik, m elainkan juga m em bantu
kita m enghargai sejum lah keunggulan m asyarakat kita yang selam a ini
kita anggap wajar saja.

N e gara
Masyarakat tradisional lebih bervariasi dalam hal organisasi dibanding
m asyarakat dengan pem erintahan negara.*** Sebagai titik awal un tuk
m em bantu kita m em aham i ciri-ciri yang tidak kita akrabi di m a sya-
ra kat tradisional, m ari kita ingat-ingat lagi ciri-ciri yang kita akrabi di
negara-bangsa tem pat kita hidup sekarang.
Kebanyakan bangsa m odern m em iliki populasi ratusan ribu atau
ju taan orang, berkisar sam pai lebih dari satu m iliar di India dan Tiong-
kok, dua negara m odern berpenduduk paling banyak. Bahkan negara-
bangsa m odern berdaulat yang paling kecil, negara-negara pulau
Nauru dan Tuvalu di pasiik, berpenduduk lebih daripada 10.000 jiwa.
http://facebook.com/indonesiapustaka

(Vatikan, dengan populasi hanya 1.000 orang, juga diklasiikasikan se-


bagai negara, nam un m erupakan kekecualian karena m erupakan kan-

*** Sepanjang buku ini, saya akan m enggunakan kata "state" ("negara") bukan hanya
dengan m ak na nya yang biasa yaitu "kondisi" (m isalnya, "he was reduced to a state of
poverty "), m e lain kan juga dengan m akna politis teknisnya, yaitu m asyarakat besar
dengan pem erintahan biro kratik tersentralisasi, seperti yang dideskripsikan di bawah.
12 ● DI BANDARA

tong m ungil di dalam kota Rom a, tem pat asal sem ua kebutuhan yang
Vatikan im por.) Pada m asa lalu pun, negara-negara m em iliki populasi
yang berkisar dari puluhan ribu sam pai jutaan orang. Populasi yang
besar itu sudah cukup untuk m em beritahu kita bagaim ana ne ga-
ra m encukupi kebutuhan m akannya, bagaim ana negara harus dior-
ganisasi, dan m engapa negara sam pai ada. Sem ua negara m en cu-
kupi m a kan warganya terutam a m elalui produksi m akanan (pertanian
dan penggem balaan), bukan berburu dan m engum pulkan. Kita bisa
m em per oleh lebih banyak m akanan dengan bercocok-tanam atau
m em elihara ter nak dalam sehektar kebun, ladang, atau padang
penggem balaan yang telah kita isi dengan spesies-spesies tum buhan
dan hewan yang paling berm anfaat bagi kita, daripada berburu dan
m engum pulkan spesies hewan dan tum buhan liar apa pun (yang
sebagian besar tidak bisa dim a kan) yang kebetulan hidup dalam se-
hektar hutan. Oleh karena alas an itu saja, tidak ada m asyarakat pem -
buru-pengum pul yang per nah m am pu m em enuhi kebutuhan m akan
populasi yang cukup pa dat untuk m endukung pem erintahan negara.
Di negara m ana pun, ha nya sekian persen populasi—sam pai serendah
2% di m asyarakat-m a sya rakat m odern dengan pertanian yang sangat
term ekanisasi—yang m enum buhkan pangan. Anggota-anggota lain
populasi sibuk m e la ku kan berbagai hal lain (m isalnya m em erintah atau
m em produksi barang atau berdagang), tidak m enum buhkan pangan
sendiri, dan sebagai gan tinya bertahan hidup dari kelebihan pangan
yang dihasilkan oleh para petani.
Populasi besar negara juga m em astikan bahwa sebagian besar
orang dalam suatu negara tak saling kenal. Mustahil bagi warga ne-
gara Tuvalu yang kecil sekalipun untuk m engenal ke-10 .0 0 0 rekan s e-
ne gara nya, dan bagi ke-1,4 m iliar warga negara Tiongkok tantangan itu
bahkan le bih m ustahil lagi. Oleh karena itu negara m em erlukan polisi,
hukum , dan kode m oralitas untuk m em astikan bahwa perjum paan
terus-m e ne rus yang tak terhindarkan antara orang-orang asing tidak
secara rutin berubah m enjadi perkelahian. Kebutuhan akan polisi dan
http://facebook.com/indonesiapustaka

hukum dan perintah m oral untuk berlaku ram ah terhadap orang asing
itu tidak hadir dalam m asyarakat kecil, di m ana sem ua orang saling
m engenal.
Terakhir, begitu suatu m asyarakat m elebihi 10 .0 0 0 orang, m us ta-
hil m encapai, m elaksanakan, dan m engelola keputusan dengan m e-
ngum pulkan sem ua warga untuk berdiskusi tatap m uka, di m ana se tiap
orang m enyam paikan pikirannya m asing-m asing. Populasi besar tidak
NEGARA ● 13

bisa berfungsi tanpa para pem im pin yang m engam bil keputusan, ekse-
ku tif yang m elaksanakan keputusan, serta birokrasi yang m engelola
keputusan dan hukum. Malang bagi Anda yang berpaham anarkis dan
berm im pi hidup tanpa pem erintahan negara, itulah alasan-alasan
m engapa m im pi Anda tidak realistik: Anda harus m encari kum pulan
atau suku kecil yang bersedia m enerim a Anda, di m ana tidak ada
seorang pun yang asing, dan di m ana raja, presiden, m aupun birokrat
tidak dibutuhkan.
Akan kita lihat sebentar lagi bahwa sejum lah m asyarakat tra-
disional m e m iliki populasi yang cukup besar untuk m em butuhkan
birokrat serbaguna. Tapi negara-negara m em iliki populasi yang lebih
be sar lagi dan m em butuhkan birokrat-birokrat terspesialisasi dan
terdiferensiasi secara vertikal m aupun horisontal. Bagi kita, warga ne-
gara, para birokrat itu m engesalkan: lagi-lagi sayangnya, m ereka di-
butuhkan. Negara memiliki sedemikian banyak hukum dan warga
negara se hingga satu tipe birokrat saja tidak dapat m elaksanakan
sem ua hu kum sang raja: harus ada penarik pajak tersendiri, juga
pem eriksa kendaraan berm otor, polisi, hakim , pem eriksa kebersihan
restoran, dan lain sebagainya. Dalam satu lem baga negara yang
m engandung hanya satu jenis birokrat sem acam itu pun, kita terbiasa
dengan fakta bahwa ada banyak pejabat dalam tiap jenis, tersusun
dalam hierarki dengan tingkat berbeda-beda: lem baga pajak m em iliki
petugas pajak yang secara langsung m engaudit laporan pajak Anda,
dan bekerja di bawah penyelia, orang yang Anda protes bila Anda
tidak setuju dengan laporan sang agen, dan si penyelia sendiri bekerja
di bawah m anajer kantor, yang bekerja di bawah m anajer distrik atau
negara bagian, yang bekerja di bawah kom isioner pendapatan dalam
negeri bagi seluruh Am erika Serikat. (Pada kenyataannya hierarki
itu bahkan lebih rum it lagi: saya tidak sertakan beberapa tingkatan
lain demi mempersingkatnya.) Novel Franz Kafka, Das Schloss (Puri),
menjabarkan birokrasi khayalan semacam itu, yang terilhami oleh
birokrasi sungguhan di Kekaisaran Habsburg, tempat Kafka menjadi
http://facebook.com/indonesiapustaka

warga negara. Bila saya baca sebelum tidur, tulisan Kafka mengenai
perasaan frustrasi yang dihadapi protagonisnya kala ber urusan dengan
birokrasi puri khayalan itu dijamin membuat saya ber mimpi buruk,
namun Anda pembaca sekalian pasti punya mimpi buruk dan perasaan
frustrasi Anda sendiri, buah dari berurusan dengan birokrasi betulan.
Itulah harga yang kita bayar untuk hidup di bawah pemerintahan
14 ● DI BANDARA

negara: tak pernah ada pendamba utopia yang pernah menemukan cara
menjalankan bangsa tanpa setidaknya sejumlah birokrat.
Satu lagi ciri yang terlalu kita akrabi dari negara adalah bahwa,
bah kan di negara-negara dem okrasi Skandinavia yang paling egaliter,
warga negara tidaklah setara secara politis, ekonom is, m aupun sosial.
Tak pelak, negara m ana pun pastilah m em iliki segelintir pem im pin
politik yang m em berikan perintah dan m em buat hukum , serta banyak
orang biasa yang m em atuhi perintah dan hukum tersebut. Warga ne-
gara m em iliki peran ekonom i berbeda-beda (sebagai petani, pesuruh,
pengacara, politikus, penjaga toko, dsb) dan sejum lah peran tersebut
digaji lebih tinggi daripada peran yang lain. Sejum lah warga negara m e-
nikm ati status sosial yang lebih tinggi daripada warga negara lainnya.
Se m ua upaya idealistik untuk m em inim alisasi ketidaksetaraan di dalam
negara—misalnya perumusan gambaran ideal komunis oleh Karl Marx,
“Dari m asing-m asing sesuai kem am puannya, bagi m asing-m asing se-
suai kebutuhannya”—telah gagal.
Negara tidak bisa ada sebelum ada produksi makanan (baru di-
mulai sekitar 9000 SM), dan negara belum juga ada sebelum pro-
duksi m akanan telah beroperasi selam a beberapa ribu tahun se-
hingga terbentuklah populasi yang besar, padat, dan m em butuhkan
pemerintahan negara. Negara pertama muncul di Bulan Sabit Subur
pada sekitar 3400 SM, dan negara-negara lain lantas bermunculan
di Tiongkok, Meksiko, Andes, Madagaskar, dan daerah-daerah lain
selam a beberapa ribu tahun berikutnya, sam pai hari ini peta dunia
m enunjukkan kese lu ruh an daratan di planet ini kecuali Antartika
terbagi-bagi m enjadi ber bagai negara. Bahkan di Antartika pun terjadi
klaim teritorial yang ber tum pang-tindih sebagian oleh tujuh negara.

Tip e -tip e m as yarakat trad is io n al


Dengan demikian, sebelum 3400 SM tidak ada negara di mana pun,
dan kini masih ada daerah-daerah luas yang tidak terkontrol oleh
negara, beroperasi di bawah sistem-sistem politik tradisional yang
http://facebook.com/indonesiapustaka

lebih sederhana. Perbedaan-perbedaan antara masyarakat-ma sya rakat


tradisional itu dan masyarakat-masyarakat negara yang kita akrabi ada-
lah pokok bahasan buku ini. Bagaimana seharusnya kita menggo long-
kan dan membicarakan keanekaragaman masyarakat tradisional itu
sendiri?
Meskipun setiap masyarakat manusia bersifat unik, tetap ada pola-
pola lintas budaya yang m em ungkinkan sejum lah generalisasi. Ter-
TIPE-TIPE MASYARAKAT TRADISIONAL ● 15

uta m a, ada kecenderungan korelasi antara setidaknya em pat aspek


m asyarakat: ukuran populasi, cara m em peroleh m akanan, sentrali-
sasi politik, dan stratiikasi sosial. Seiring peningkatan ukuran dan ke-
padatan populasi, pem erolehan m akanan dan segala keperluan lain
cenderung terintensiikasi. Dengan kata lain, ada lebih banyak makan-
an yang diperoleh per hektar oleh petani subsistensi yang hidup di
desa-desa dibanding oleh kelom pok-kelom pok nom aden kecil yang
ter diri atas pem buru-pengum pul, dan m akin banyak lagi yang di-
per oleh per hektar di petak-petak beririgasi intensif yang dita nam i
oleh m asyakat berpopulasi padat dan di pertanian-pertanian ter-
m ekanisasi di negara-negara m odern. Pengam bilan keputusan politis
m enjadi sem akin tersentralisasi, dari diskusi kelom pok tatap m u ka
pada kelom pok-kelom pok pem buru-pengum pul kecil m enjadi hierarki
politis dan pengam bilan keputusan oleh pem im pin di negara-ne gara
modern. Stratiikasi sosial meningkat, dari egalitarianisme relatif pada
kelom pok-kelom pok pem buru-pengum pul kecil m enjadi ketidak se ta ra-
an antara orang-orang dalam m asyarakat besar yang ter sen tralisasi.
Korelasi antara berbagai aspek suatu m asyarakat itu tidaklah
kaku: sejum lah m asyarakat berukuran tertentu m em iliki cara m em -
peroleh makanan yang semakin terintensiikasi, atau lebih banyak
sentralisasi politik, atau lebih banyak stratiikasi sosial, daripada
masyarakat-masyarakat lain. Namun kita membutuhkan sebutan
prak tis untuk m engacu kepada beragam tipe m asyarakat yang m un-
cul dari kecenderungan-kecenderungan luas itu, seraya m engakui ke-
aneka ragam an di dalam kecenderungan-kecenderungan tersebut.
Masalah praktis kita mirip dengan masalah yang dihadapi para ahli
psikologi tum buh kem bang yang m em bahas perbedaan di antara
individu manusia. Meskipun setiap manusia bersifat unik, tetap
ada kecenderungan-kecenderungan luas yang terkait usia, m isalnya
bahwa orang berusia 3 tahun secara rata-rata berbeda dalam banyak
segi yang berkorelasi dari orang yang berusia 24 tahun. Namun usia
m em bentuk kesinam bungan tanpa batas-ba tas yang tegas: tidak ada
http://facebook.com/indonesiapustaka

transisi m endadak dari m enjadi "seperti orang berusia 3 tahun" ke


m enjadi "seperti orang berusia 6 tahun". Dan ada per bedaan di antara
orang-orang yang berusia sama. Meskipun menghadapi kerumitan-
kerum itan itu, para ahli psikologi tum buh kem bang m asih m enganggap
ada gunanya m enggunakan kategori-kategori ber se but an praktis seperti
"bayi", "balita", "anak", "rem aja", "dewasa m uda", dan lain se bagainya,
seraya m engakui ketidaksem purnaan kategori-kategori itu.
16 ● DI BANDARA

Para ilm uwan sosial juga beranggapan bahwa ada gunanya


m enggunakan kategori-kategori yang ketidaksem purnaannya m ereka
pahami. Mereka menghadapi kerumitan tambahan bahwa perubahan-
per ubahan di antara m asyarakat bisa berbalik ke kondisi terdahulu,
sem entara perubahan-perubahan pada kelom pok usia tidak bisa.
Desa tani m ungkin kem bali m enjadi kawanan pem buru-pengum pul
kecil bila terjadi kekeringan, sem entara orang berusia 4 tahun tidak
akan pernah kembali menjadi orang berusia 3 tahun. Meskipun se-
bagian besar ahli psikologi tum buh-kem bang setuju m engakui dan
m enam ai kategori-ka tegori terluas berupa bayi/ anak/ rem aja/ dewasa,
para ilm uwan sosial m enggunakan berbagai perangkat berbeda dari
kategori-kategori ber sebutan praktis untuk m enjabarkan variasi di
antara m asyarakat-m a syarakat tradisional, dan sebagian ilm uwan
m en jadi tidak senang m enggu na kan kategori sam a sekali. Dalam buku
ini saya akan terkadang m enggunakan pem bagian m asyarakat m a-
nusia m enurut Elm an Service m enjadi em pat kategori berdasarkan
peningkatan ukuran populasi, sentralisasi politik, dan stratiikasi sosial:
kawanan (band), suku (tribe), kedatuan (chiefdom), dan negara (state).
Meskipun istilah-istilah itu telah berusia 50 tahun dan istilah-istilah lain
telah diajukan sesudahnya, istilah-istilah Service me miliki keunggulan
yaitu kesederhanaan: cukup empat istilah untuk diingat, bukan tujuh
istilah; dan kata-kata tunggal, bukan frase panjang. Namun tolong ingat
bahwa istilah-istilah tersebut hanyalah se butan praktis yang berguna
untuk m em bahas keanekaragam an luar biasa m asyarakat m anusia,
tanpa perlu m engulang-ulangi ketidak sem pur naan dalam istilah-istilah
praktis dan variasi-variasi penting dalam setiap kategori setiap kali
istilah-istilah itu digunakan dalam naskah buku ini.
J enis m asyarakat paling kecil dan sederhana (diistilahkan Service
sebagai kawanan) terdiri atas beberapa lusin individu saja, banyak di
an ta ranya yang m erupakan anggota satu atau beberapa keluarga besar
(yaitu suam i-istri dewasa, anak-anak m ereka, dan sejum lah orangtua,
sau dara kandung, dan sepupu m ereka). Sebagian besar pem buru-
http://facebook.com/indonesiapustaka

pengum pul nom aden, dan sejum lah petani kebun, secara tradisional
hidup dengan kepadatan populasi rendah dalam kelom pok-kelom pok
ke cil sem acam itu. Anggota-anggota kawanan cukup sedikit jum lahnya
se hingga setiap orang saling m engenal dengan baik, keputusan
kelom pok dapat tercapai m elalui diskusi tatap m uka, dan tidak ada
kepem im pinan politik form al ataupun spesialisasi ekonom i yang
tegas. Seorang ilm uwan sosial akan m endeskripsikan kawanan sebagai
TIPE-TIPE MASYARAKAT TRADISIONAL ● 17

relatif egalitarian dan dem okratik: anggota-anggota kawanan tidak


m em iliki perbedaan besar dalam hal "kekayaan" (toh hanya ada sedikit
harta pribadi) dan ke kuatan politik, kecuali sebagai akibat perbedaan
individual da lam hal ke m am puan atau kepribadian, dan perbedaan-
perbedaan itu diper halus oleh pem bagian sum ber daya secara ekstensif
di antara anggota-anggota kawanan.
Sejauh yang bisa kita nilai dari bukti arkeologis m engenai orga-
nisasi m a syarakat m asa silam , barangkali seluruh m anusia hidup da-
lam ka wan an-kawanan sem acam itu sam pai setidaknya beberapa
puluh ribu tahun lalu, dan sebagian besar bahkan m asih hidup seperti
itu 11.0 0 0 ta hun lalu. Ketika orang-orang Eropa m ulai m enyebar ke
seluruh du nia, ter utam a setelah pelayaran pertam a Kolom bus pada
1492 M, dan menjumpai orang-orang non-Eropa yang hidup dalam
m asyarakat-m a sya ra kat bukan-negara, kawanan-kawanan m asih
m enghuni sem ua atau se bagian besar Australia dan Artik, plus ling-
kungan gurun dan hutan ber pro duktivitas-rendah di Am erika dan
Afrika sub-Sahara. Masyarakat kawanan yang akan sering dibahas
dalam buku ini m encakup !Kung dari Gurun Kalahari Afrika, Indian
Ache dan Siriono dari Am erika Se lat an, penduduk Kepulauan Andam an
di Teluk Benggala, Pigm i dari hutan-hutan khatulistiwa Afrika, dan
Indian pekebun Machiguenga dari Peru. Semua contoh yang disebut-
kan dalam kalimat sebelumnya, kecuali Indian Machiguenga, pernah
atau m asih m erupakan pem buru-pengum pul.
Kawanan beralih m enjadi tipe m asyarakat berikutnya yang lebih
besar dan lebih rum it (diistilahkan sebagai suku oleh Service), yang
terdiri atas satu kelom pok lokal beranggotakan ratusan individu. J um -
lah itu m asih dalam batas ukuran kelom pok di m ana setiap orang bisa
m engenali orang lain secara pribadi dan tidak ada yang nam anya orang
asing. Misalnya, di SMA saya yang memiliki 200 murid, semua mu-
rid dan guru kenal nama satu sama lain, namun itu mustahil di SMA
istri saya yang memiliki ribuan murid. Masyarakat yang terdiri atas
ratusan orang berarti lusinan keluarga, kerap kali terbagi-bagi m en-
http://facebook.com/indonesiapustaka

jadi kelom pok-kelom pok sedarah yang disebut klan, yang m ungkin
bertukar pasangan nikah dengan klan lain. Populasi suku yang le bih
tinggi daripada populasi kawanan karenanya m em butuhkan lebih ba-
nyak m akanan untuk m enyokong lebih banyak orang di area yang
kecil, m aka suku biasanya m erupakan petani atau penggem bala atau-
pun keduanya sekaligus, nam un segelintir di antaranya m erupakan
pem buru-pengum pul di lingkungan yang am at produktif (m isalnya
18 ● DI BANDARA

orang-orang Ainu di Jepang dan Indian Pasiik Barat Laut di Amerika


Utara). Suku cenderung m enetap, dan m enghabiskan sebagian be sar
ataupun seluruh waktu dalam setahun di desa-desa yang terletak de-
kat kebun, ladang penggem balaan, atau tem pat penangkapan ikan.
Tapi suku penggem bala di Asia Tengah dan beberapa suku lain m em -
praktikkan transhum ans (transhumance)—yaitu m em indahkan ternak
secara m u sim an ke tem pat berketinggian berbeda-beda guna m engikuti
per tum buh an rum put di tem pat yang lebih tinggi seiring perubahan
m usim .
Dalam segi-segi lain, suku m asih m enyerupai kawanan besar—
m isalnya, dari segi egalitarianism e relatif, spesialisasi ekonom i yang
tidak tegas, kurangnya kepem im pinan politik, tidak adanya biro-
krat, dan pengam bilan keputusan secara tatap m uka. Saya pernah
m enyaksikan m u sya warah di desa-desa Papua di m ana ratusan orang
duduk di ta nah, m engungkapkan pendapat m ereka, dan m encapai
kesim pulan. Se jum lah suku m em iliki "orang besar" yang berfungsi
sebagai pem im pin le m ah, nam un dia hanya m em im pin dengan ke-
m am puan m em bujuk dan kepribadian, bukan kewenangan yang diakui.
Sebagai contoh batas kekuatan "orang besar", akan kita lihat di Bab
3 bagaim ana orang-orang yang tam paknya m erupakan pengikut se-
orang pe m im pin bernam a Gutelu dalam suku Dani di Papua berhasil
m enggagalkan keinginan Gutelu dan m eluncurkan serangan genosida
yang m e m e cah alian si politik Gutelu. Bukti arkeologis organisasi suku,
m isalnya sisa-sisa struk tur hunian dan perm ukim an yang cukup besar,
m e nun juk kan bah wa tam paknya suku-suku m uncul di beberapa daerah
pada se tidak nya 13.0 0 0 tahun silam . Kini, suku-suku m asih ter sebar
luas di berbagai bagian Papua dan Amazonia. Masyarakat-masyarakat
ke su ku an yang akan saya bahas dalam buku ini m encakup Iñupiat dari
Alaska, Indian Yanom am o dari Am erika Selatan, Kirghiz dari Afganis-
tan, Kaulong dari Britania Baru, serta Dani, Daribi, dan Fore dari
Papua.
Suku-suku kem udian berkem bang m enjadi tahapan berikutnya da-
http://facebook.com/indonesiapustaka

lam kerum itan organisasi, disebut kedatuan, yang terdiri atas ribuan
orang. Populasi sebesar itu, dan spesialisasi ekonom i yang m u lai m un-
cul dalam kedatuan, m em butuhkan produktivitas m a kan an yang
tinggi dan kem am puan m enghasilkan serta m enyim pan ke le bih an
pangan untuk m em beri m akan para spesialis yang tidak m enghasilkan
pangan, m isalnya para datu beserta kerabat m ereka dan para biro krat.
Oleh karena itu, kedatuan telah m em bangun desa-de sa dan dusun-
TIPE-TIPE MASYARAKAT TRADISIONAL ● 19

dusun m enetap dengan fasilitas penyim panan dan se ba gian besar


telah m erupakan m asyarakat penghasil pangan (bertani dan m eng-
gem bala), terkecuali di daerah-daerah paling produktif yang ter sedia
bagi pem buru-pengum pul, sem isal kedatuan Calusa di Florida dan
kedatuan-kedatuan Chum ash di pesisir California Selatan.
Dalam m asyarakat yang terdiri atas ribuan orang, m ustahil
bagi setiap orang untuk m engenali setiap orang lain ataupun m e-
nyelenggarakan diskusi tatap m uka yang m enyertakan sem ua orang.
Se bagai akibatnya, kedatuan m enghadapi dua m asalah baru yang tidak
dikenal oleh kawanan atau suku. Pertam a-tam a, orang-orang yang ti-
dak saling m engenal dalam kedatuan harus bisa berjum pa satu sam a
lain, m enyadari satu sam a lain sebagai sesam a anggota kedatuan yang
sam a m eskipun tidak saling kenal secara pribadi, dan m enghindari per-
gesekan ketika ada pelanggaran wilayah serta perkelahian. Oleh ka-
rena itu kedatuan m engem bangkan ideologi dan identitas politik dan
religius bersam a yang kerap kali bersum ber dari status sang datu yang
konon titisan dewa atau ditunjuk tuhan. Kedua, kini ada pem im pin
yang diakui, sang datu, yang m engam bil keputusan, m em iliki ke-
we nangan yang diakui, m engklaim m onopoli hak m enggunakan ke -
ke rasan terhadap anggota m asyarakatnya bila perlu, sehingga m e-
m as tikan bahwa orang-orang yang tak saling m engenal dalam ke-
datuan yang sam a tidak saling bertarung. Sang datu dibantu oleh pe-
jabat-pejabat serbaguna yang tidak terspesialisasi (proto-birokrat),
yang m engum pulkan upeti dan m endam aikan perselisihan serta m e-
laksanakan tugas-tugas adm inis tratif lainnya; belum ada penarik pajak,
hakim , dan pem e rik sa restoran ter sendiri seperti yang ada dalam
negara. (Sum ber kebingungan di sini adalah bahwa sejum lah m asya-
rakat tradisional yang m em iliki datu dan dijabarkan secara benar
sebagai kedatuan dalam kepustakaan ilm iah dan dalam buku ini, tetap
saja disebut sebagai "suku" dalam sebagian besar tulisan populer:
m isalnya, "suku-suku" Indian di Am erika Utara bagian tim ur, yang
sebenarnya terdiri atas kedatuan-kedatuan.)
http://facebook.com/indonesiapustaka

Salah satu inovasi kedatuan di bidang ekonom i diistilahkan sebagai


eko nom i redistributif: bukannya sekadar pertukaran langsung antar-
individu, datu m engum pulkan upeti berupa m akanan dan kerja rodi,
yang se ba gian besar di antaranya diredistribusikan ke para pejuang,
pendeta, dan pengrajin yang m elayani sang datu. Oleh karena itu
redistribusi m eru pa kan bentuk paling awal pajak untuk m enyokong
institusi-institusi baru. Datu m em iliki tanggung jawab m oral kala
20 ● DI BANDARA

terjadi kelaparan untuk m enyokong rakyat jelata yang bekerja bagi


sang datu dalam aktivitas-aktivitas seperti m em bangun m onum en dan
sistem irigasi, dan ke pada rakyat pula datu m engem balikan sebagian
upeti m akanan. Selain inovasi-inovasi politik dan ekonom i yang
m elam paui praktik-praktik kawanan dan suku, kedatuan m erintis
inovasi sosial berupa ketidaksetaraan yang terlem bagakan. Sem entara
sejum lah suku telah m e m iliki garis keturunan yang terpisah-pisah,
garis keturunan dalam kedatuan disusun secara hierarkis, dengan
datu dan keluarganya di puncak, rakyat jelata atau budak di dasar, dan
(seperti di Hawaii, Polinesia) sam pai delapan tingkat kasta di antara
keduanya. Bagi anggota-anggota garis keturunan atau kasta tingkat
lebih tinggi, upeti yang dikum pulkan oleh datu m endanai gaya hidup
yang lebih ba gus dari segi pangan, kediam an, dan pakaian serta hiasan
khusus.
Oleh karena itu, kedatuan zam an dulu dapat dikenali secara arkeo-
logis (terkadang) m elalui bangunan m onum ental, dan m elalui bukti-
bukti sem isal persebaran tidak m erata bekal kubur di pem akam an: se-
jum lah jenazah (datu beserta kerabatnya dan para birokrat) dikubur -
kan dalam m akam -m akam besar yang sarat benda m ewah se per ti pirus
dan kurban kuda, kontras dengan m akam -m akam kecil tak ber hiasan
tem pat rakyat jelata dikuburkan. Berdasarkan bukti se m a cam itu, ahli
arkeologi m enyim pulkan bahwa kedatuan m ulai m uncul secara lokal
pada sekitar 5500 SM. Pada zaman modern, tepat sebelum penerapan
kekuasaan pem erintahan negara yang nyaris m erata di seluruh dunia,
ke da tuan m asih tersebar luas di Polinesia, banyak bagian Afrika sub-
Sa hara, dan daerah-daerah yang lebih produktif di Am erika Utara se-
belah tim ur dan barat daya, Am erika Tengah, dan Am erika Selatan di
luar daerah-daerah yang dikontrol negara-negara Meksiko dan Andes.
Ke datuan yang akan dibahas dalam buku ini m encakup Penduduk
Pulau Mailu dan Penduduk Kepulauan Trobriand di wilayah Papua,
serta In dian Calusa dan Chum ash di Am erika Utara. Dari kedatuan,
negara bermunculan (sejak sekitar 3400 SM) melalui penaklukan
http://facebook.com/indonesiapustaka

atau pengga bungan di bawah tekanan, m enghasilkan populasi yang


lebih besar, po pulasi yang kerap kali beraneka ragam dalam segi etnis,
lingkup dan la pis an birokrat yang terspesialisasi, tentara perm anen,
spesialisasi eko nom i yang jauh lebih besar, urbanisasi, dan perubahan-
perubahan lain, se hingga m enghasilkan tipe-tipe m asyarakat yang
m eram aikan dunia m odern.
TIPE-TIPE MASYARAKAT TRADISIONAL ● 21

Dengan dem ikian, bila ilm uwan sosial yang punya m e sin waktu
bisa mengamati dunia kapan pun sebelum sekitar 9000 SM, mereka
akan m endapati sem ua orang di sem ua tem pat bertahan hidup se-
bagai pem buru-pengum pul, hidup dalam kawanan dan barangkali
sebagian sudah ada yang hidup sebagai suku, tanpa peralatan logam ,
tulisan, pem erintahan tersentralisasi, ataupun spesialisasi ekonom i.
Bila para ilm uwan sosial itu bisa m undur ke periode 140 0 -an, ketika
eks pansi orang-orang Eropa ke benua-benua lain baru saja dim ulai,
m ereka akan m endapati Australia sebagai satu-satunya benua yang m a-
sih sepenuhnya dihuni oleh pem buru-pengum pul, yang sebagian besar
m asih hidup dalam kawanan dan barangkali sebagai beberapa suku.
Sem entara itu, negara sudah hadir di sebagian besar Erasia, Afrika
utara, pulau-pulau terbesar di Indonesia barat, sebagian besar Andes,
dan beberapa bagian Meksiko dan Afrika Barat. Tapi masih ada ba-
nyak kawanan, suku, dan kedatuan di Am erika Selatan di luar Andes, di
seluruh Amerika Utara, Papua, Artika, dan pulau-pulau di Pasiik. Kini,
seluruh dunia terkecuali Antartika terbagi-bagi setidaknya secara no-
m inal m enjadi berbagai negara, walaupun pem erintahan negara tetap
tidak efektif di beberapa bagian dunia. Wilayah-wilayah dengan m a-
sya rakat di luar kontrol efektif negara dalam jum lah terbanyak sam pai
abad ke-20 adalah Papua dan Am azon.
Kesinam bungan dalam peningkatan ukuran populasi, organisasi
politik, dan intensitas produksi m akanan yang m em bentang dari
kawanan sam pai negara disejajari oleh kecenderungan-kecenderungan
lain seperti pem akaian peralatan logam , kecanggihan teknologi,
spesialisasi ekonom i dan ketidaksetaraan individu, serta tulisan, plus
perubahan dalam pepe rangan dan agam a yang akan saya bahas dalam
Bab 3 dan 4 serta dalam Bab 9. (Ingatlah lagi: perkem bangan dari
kawanan sam pai negara tidak lah terjadi di sem ua tem pat, ataupun
tidak dapat balik, tidak juga linier.) Kecenderungan-kecenderungan
itu, terutam a populasi besar dan sentralisasi politik serta teknologi
dan persenjataan yang lebih baik m ilik negara dibandingkan dengan
http://facebook.com/indonesiapustaka

m asyarakat-m asyarakat yang lebih se derhana, adalah yang telah


m em ungkinkan negara m enaklukkan tipe-tipe m asyarakat tradisional
itu dan m enundukkan, m em perbudak, m enggabungkan, m engusir,
atau pun m em usnahkan para penghuni daerah-daerah yang dicaplok
oleh negara. Itu m enyebabkan kawanan-kawanan dan suku-suku
zam an m odern terbatas di daerah-daerah yang tidak m enarik atau sulit
dijangkau warga negara yang m e netap (m isalnya Gurun Kalahari yang
22 ● DI BANDARA

dihuni oleh !Kung, hutan-hutan khatulistiwa di Afrika yang dihuni oleh


Pigm i, daerah-daerah terpencil di Cekungan Am azon yang disisakan
bagi Penduduk Asli Am erika, dan Papua yang disisakan bagi orang-
orang Papua.
Mengapa, pada 1492 ketika Kolombus melaksanakan pelayaran
lintas-Atlantik pertam anya, m anusia hidup dalam tipe-tipe m a sya rakat
berbeda di bagian-bagian dunia yang berbeda? Ketika itu, sebagian
m asyarakat (terutam a orang-orang Erasia) sudah hidup di bawah
pem erintahan negara dengan tulisan, peralatan logam , agrikultur in-
tensif, dan tentara perm anen. Banyak m asyarakat lain yang waktu
itu belum m em iliki bagian-bagian peradaban itu, dan orang-orang
Aborigin Australia serta !Kung dan Pigm i Afrika kala itu m asih m em -
per tahankan banyak cara hidup yang dijalani m asyarakat di seluruh
dunia sampai 9000 SM. Bagaimana kita bisa menjelaskan perbedaan-
perbedaan geograik yang mencolok semacam itu?
Kepercayaan yang dahulu m endom inasi, dan m asih dipegang
oleh banyak orang saat ini, adalah bahwa perbedaan antar wilayah itu
m encerm inkan perbedaan bawaan dalam hal kecer das an, kem ajuan
biologis, dan etos kerja m anusia penghuni berbagai wilayah. Konon,
m enurut ke per cayaan itu, orang-orang Eropa lebih cerdas, lebih m aju
secara biologis, dan bekerja keras, sem entara orang-orang Aborigin
Australia dan Papua serta kawanan dan suku m odern lainnya kalah
cerdas, lebih prim itif, dan kalah am bisius. Tapi, tidak ada bukti yang
m en dukung perbedaan-perbedaan biologis yang diduga itu, ter ke-
cuali penalaran m elingkar bahwa kawanan dan suku m odern m e-
m ang m eneruskan penggunaan teknologi, organisasi politik, dan cara
subsistensi yang lebih prim itif dan karenanya diasum sikan sebagai le-
bih prim itif secara biologis.
J ustru penjelasan bagi perbedaan-perbedaan di antara berbagai
tipe m a syarakat yang hadir bersam a-sam a di dunia m odern bergantung
ke pada perbedaan-perbedaan lingkungan. Peningkatan sentralisasi
politik dan stratiikasi sosial didorong oleh peningkatan kepadatan
http://facebook.com/indonesiapustaka

populasi m a nusia, yang sendirinya didorong oleh kem unculan dan


intensiikasi produksi pangan (agrikultur dan penggembalaan). Namun
secara m enge jut kan, hanya segelintir spesies tum buhan dan hewan
liar yang ter sedia bagi dom estikasi untuk m enjadi tanam an pangan
dan hewan ter nak. Segelintir spesies liar itu terkonsentrasi di sekitar
selusin daerah kecil di dunia, yang m asyarakat m anusianya karenanya
m enikm ati start ter lebih dahulu yang m enguntungkan m ereka dalam
PENDEKATAN, PENYEBAB, DAN SUMBER ● 23

pengem bangan pro duksi pangan, surplus pangan, populasi yang


berkem bang, tek no logi m aju, dan pem erintahan negara. Seperti yang
saya bahas secara terperinci dalam buku saya yang lebih dahulu, Bedil,
Kuman, dan Baja, perbedaan-perbedaan itu m enjelaskan m engapa
orang-orang Eropa, yang hidup di dekat wilayah dunia (Bulan Sabit
Subur) dengan spesies-spesies tum buhan dan hewan liar paling
berharga yang bisa didom estikasi, akhirnya m enyebar ke seluruh
dunia, sem entara orang-orang !Kung dan Aborigin Australia tidak.
Dem i tujuan buku ini, hal itu berarti bahwa orang-orang yang sekarang
ataupun sam pai belum lam a ini m asih hidup dalam m asyarakat-m a-
syarakat tradisional ada lah orang-orang yang m odern secara biologis,
yang kebetulan saja m enghuni daerah-daerah dengan sedikit spesies
tum buhan dan hewan liar yang bisa didom estikasi, dan yang gaya
hidupnya dari segi lain relevan ba gi para pem baca buku ini.

Pe n d e katan , p e n ye bab, d an s u m be r
Dalam bagian sebelum nya, kita m em bahas perbedaan-perbedaan
di an tara m asyarakat-m asyarakat tradisional yang kita bisa kaitkan
secara sis tem atik dengan perbedaan dalam hal ukuran populasi dan
kepadatan populasi, cara m em peroleh m akanan, dan lingkungan.
Meskipun kecenderungan-kecenderungan umum yang kita bahas
m em ang ada, keliru kiranya bila kita bayangkan bahwa segala sesuatu
m engenai suatu m asya rakat dapat diprediksi dari kondisi-kondisi
m aterial. Sebagai contoh, coba pikirkan tentang perbedaan-perbedaan
budaya dan politik antara orang-orang Prancis dan J erm an, yang tidak
terkait secara jelas de ngan perbedaan-perbedaan antara lingkungan
Prancis dan J erm an, yang ba gaim anapun juga terhitung sedikit
m enurut standar variasi lingkungan di seluruh dunia.
Cendekiawan m engam bil berbagai pendekatan berbeda untuk m e-
m a ham i perbedaan di antara m asyarakat. Setiap pendekatan berguna
untuk m em aham i sejum lah perbedaan di antara sejum lah m asyarakat,
nam un tidak sesuai untuk m em aham i fenom ena-fenom ena lain. Salah
http://facebook.com/indonesiapustaka

satunya adalah pendekatan evolusioner yang dibahas dan digam barkan


dalam bagian sebelum nya: m engenali ciri-ciri luas yang berbeda antara
m a syarakat dengan ukuran populasi dan kepadatan populasi berbeda-
beda, nam un sam a-sam a dim iliki oleh m asyarakat-m asyarakat dengan
ukur an dan kepadatan populasi yang serupa; dan m enyim pulkan, serta
ter kadang m engam ati secara langsung, perubahan-perubahan da lam
suatu m asyarakat seiring dia bertam bah besar atau kecil. Terkait de -
24 ● DI BANDARA

ngan pendekatan evolusioner itu adalah apa yang diistilahkan se bagai


pen dekatan adaptasionis: gagasan bahwa sejum lah ciri suatu m a-
sya ra kat bersifat adaptif, dan m em ungkinkan m asyarakat berfungsi
secara lebih efektif dalam kondisi-kondisi material, lingkungan isik
dan so sial, serta ukuran dan kepadatannya. Contoh-contohnya m en-
cakup ke bu tuh an sem ua m asyarakat yang terdiri atas lebih daripada
beberapa ribu orang untuk m em iliki pem im pin, dan potensi m asya-
rakat-m asyarakat yang besar itu untuk m enghasilkan surplus pangan
yang dibutuhkan guna m e nyokong para pem im pin. Pendekatan itu
m endorong kita m eru m us kan generalisasi, dan m engartikan per-
ubahan-perubahan m asyarakat seiring waktu dari segi kondisi dan
lingkungan tem pat m asyarakat hidup.
Pendekatan kedua, yang berada di kutub berlawanan dari pen-
dekat an pertam a, m em andang setiap m asyarakat sebagai unik karena
se ja rah nya m asing-m asing, dan m enganggap kepercayaan dan praktik
bu daya bergantung sebagian besar kepada variabel-variabel bebas yang
tidak ditentukan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Di antara contoh-
contoh yang jum lahnya sepertinya tidak terbatas, izinkan saya m e-
nyebutkan salah satu kasus ekstrem dari salah satu m asyarakat yang
dibahas dalam buku ini, karena contoh tersebut sangat dram atik dan
secara sangat m eyakinkan tidak berkaitan dengan kondisi-kon disi
m aterial. Orang-orang Kaulong, satu dari beberapa lusin po pu lasi kecil
yang hidup di sepanjang daerah aliran sungai sebelah se latan di pulau
Britania Baru, tepat di sebelah tim ur Papua, dulu m em praktikkan ritual
m encekik janda. Ketika seorang laki-laki m eninggal, janda nya m e-
m anggil saudara-saudara laki-lakinya untuk m encekiknya. Dia bu kan
dicekik sam pai m ati di luar keinginannya, juga tak ditekan m e la ku -
kan bunuh diri teritualisasi oleh anggota-anggota lain m a sya rakatnya.
J ustru ketika tum buh dia m engam atinya sebagai suatu adat, m engikuti
adat tersebut ketika dia sendiri m enjadi janda, dan m endesak saudara-
saudara laki-lakinya (atau putranya bila dia tidak punya saudara laki-
laki) guna m em enuhi kewajiban khidm at m ereka untuk m encekiknya
http://facebook.com/indonesiapustaka

m eskipun secara alam iah m ereka ragu-ragu, dan duduk tidak m elawan
sewaktu m ereka m encekiknya.
Tidak ada cendekiawan yang telah m engklaim bahwa adat m en-
cekik janda oleh orang-orang Kaulong ada m anfaatnya bagi m asyarakat
Kaulong ataupun kepentingan genetik jangka panjang (anum erta) sang
janda yang dicekik ataupun kerabat-kerabatnya. Tidak ada ahli ling-
kungan yang telah m engenali ciri apa pun pada lingkungan Kaulong
PENDEKATAN, PENYEBAB, DAN SUMBER ● 25

yang cenderung m em buat adat m encekik janda lebih m enguntungkan


atau pun bisa dipaham i dibandingkan daerah aliran sungai sebelah
utara Britania Baru, ataupun lebih jauh ke tim ur atau selatan di se-
pan jang daerah aliran sungai selatan Britania Baru. Saya tidak m e nge-
tahui m asyarakat lain yang m em praktikkan ritual m encekik janda di
Britania Baru atau Papua, terkecuali tetangga orang-orang Kaulong,
yaitu orang-orang Sengseng yang m asih berkerabat dengan m ereka.
Sebaliknya, tam paknya kita perlu m em andang adat m encekik janda
orang Kaulong sebagai sifat budaya historis m an diri yang m uncul
karena alas an yang tidak diketahui di area tertentu Britania Baru itu,
dan ba rangkali akhirnya telah dilenyapkan oleh se leksi alam di antara
m a syarakat (yakni, m elalui m asyarakat-m asya rakat Britania Baru lain
yang tidak m em praktikkan adat m encekik janda sehingga m em peroleh
ke unggulan dari orang-orang Kaulong), nam un tetap ada selam a be-
be rapa waktu sam pai tekanan dan kontak dari luar m enyebabkan adat
itu ditinggalkan setelah sekitar 1957. Siapa pun yang akrab dengan m a-
syarakat lain m ana pun akan m am pu m em ikirkan sifat-sifat yang tidak
sebegitu ekstrim yang m enjadi ciri m asyarakat tersebut, yang m ung-
kin tidak m em iliki m anfaat jelas atau tam pak m em bahayakan bagi
m asyarakat tersebut, dan yang tidak langsung kelihatan diakibatkan
kondisi lokal.
Satu lagi pendekatan untuk m em aham i perbedaan di antara m a-
sya ra kat adalah m engenali kepercayaan dan praktik budaya yang m e-
m iliki sebaran regional yang luas, dan yang dalam sejarah m enyebar
di wilayah itu tanpa terkait secara jelas dengan kondisi-kondisi lo-
kal. Contoh-contoh yang akrab dengan kita adalah agam a-agam a m o-
no teistik dan bahasa-bahasa non-tonal yang tersebar nyaris di se gala
penjuru Eropa, dibanding dengan frekuensi agam a-agam a non-m o no-
teistik dan bahasa-bahasa tonal di Tiongkok dan bagian-bagian Asia
Tenggara yang bersebelahan dengannya. Kita tahu banyak m engenai
asal-m uasal dan sejarah penyebaran m asnig-m asing jenis agam a
dan ba hasa di setiap wilayah. Tapi saya tidak m engetahui alasan m e-
http://facebook.com/indonesiapustaka

yakinkan apa pun m engenai m engapa bahasa tonal bakal kalah


berm anfaat di lingkungan Eropa, ataupun m engapa agam a-agam a
m onoteistik tidak cocok secara intrinsik di lingkungan Tiongkok dan
Asia Tenggara. Agam a, bahasa, serta kepercayaan dan praktik lain
dapat m enyebar dalam satu di antara dua cara. Salah satunya adalah
m elalui orang-orang yang m enyebar dan m em bawa serta budaya
m ereka, seperti yang dilakukan oleh em igran Eropa ke Am erika dan
26 ● DI BANDARA

Australia, yang m em bawa bahasa-bahasa Eropa dan m asyarakat-


m asyarakat serupa Eropa ke sana. Cara satu lagi adalah sebagai akibat
orang-orang yang m engadop si ke per cayaan dan praktik kebudayaan-
kebudayaan lain: m isalnya, orang-orang J epang m odern m engadopsi
gaya pakaian Barat, m es kipun J epang tidak ditundukkan oleh em igran
Barat ataupun A.S. ditun duk kan oleh em igran J epang.
Satu perm asalahan berbeda m engenai penjelasan yang akan m un-
cul berulang-ulang sepanjang buku ini adalah perbedaan antara pen-
carian atas penjelasan proksim at (penjelasan langsung) dan pen carian
atas penjelasan ultim at (penjelasan m endasar). Guna m em aham i
perbedaan ini, anggaplah ada sepasang suam i-istri yang ber konsultasi
kepada seorang psikoterapis setelah m enikah 20 tahun, dan berniat
bercerai. Terhadap pertanyaan sang terapis, “Apa yang m en dadak
m em buat Anda m enem ui saya dan ingin bercerai setelah 20 tahun
m enikah?”, sang suam i m enjawab, “Karena dia m em ukul keras-keras
wajah saya dengan botol kaca yang berat: saya tak bisa hidup dengan
pe rem puan yang m elakukan itu.” Sang istri m engakui bah wa dia
m em ang m em ukul suam inya dengan botol kaca, dan bahwa itu lah
"penyebab" (alias alasan proksimat) keretakan mereka. Namun sang
terapis tahu bahwa serangan dengan botol jarang terjadi dalam per-
nikahan yang bahagia dan m em inta m ereka m em berikan penjelasan
dari sudut pandang m asing-m asing. Sang istri m enjawab, “Saya tidak
tahan lagi dengan perselingkuhannya dengan perem puan-perem puan
lain, m aka itu saya pukul dia—perselingkuhannya itulah alasan nyata
[alias ultim at] keretakan hubungan kam i.” Sang suam i m engakui
bahwa dia ber selingkuh, nam un lagi-lagi sang terapis bertanya-tanya
m engapa suam i ini, tidak seperti suam i-suam i yang pernikahannya
bahagia, ber selingkuh. Sang suam i m enjawab, “Istri saya orang yang
dingin dan egois, dan saya jadi m enginginkan hubungan cinta seperti
orang norm al m ana pun—itulah yang saya cari dalam perselingkuhan-
perselingkuhan saya, dan itulah penyebab m endasar keretakan hu-
bungan kam i.”
http://facebook.com/indonesiapustaka

Dalam terapi jangka panjang, sang terapis akan m endalam i lebih


lanjut bagaim ana m asa kecil sang istri untuk m engetahui m engapa
sang istri m enjadi dingin dan egois (bila m em ang hal itu benar). Tapi,
bahkan versi pendek cerita ini cukup untuk m enunjukkan bahwa ke-
banyakan sebab dan akibat sebenarnya terdiri atas rantai penyebab,
sebagian di antaranya lebih proksim at sem entara yang lainnya lebih
ultim at. Dalam buku ini kita akan jum pai banyak rantai sem acam itu.
PENDEKATAN, PENYEBAB, DAN SUMBER ● 27

Misalnya, penyebab proksimat perang suku (Bab 4) mungkin karena


si A dari satu suku m encuri babi m ilik si B yang anggota suku lain; A
m em benarkan pencurian itu dengan alasan yang lebih dalam lagi (se-
pupu B telah sepakat untuk m em beli babi itu dari ayah A nam un
belum m em bayar harga yang disetujui untuk babi itu); dan penyebab
ultim at perang itu adalah kekeringan dan kelangkaan sum ber daya
serta tekanan populasi, yang m enyebabkan tidak ada cu kup babi untuk
m em beri m akan orang-orang dari kedua suku.
Dem ikianlah pendekatan-pendekatan luas yang digunakan para
cen dekiawan untuk m encoba m em aham i perbedaan-perbedaan di
antara m a sya rakat-m asyarakat m anusia. Sedangkan m engenai bagai-
m ana cen dekiawan m endapatkan pengetahuan yang kita m iliki m e-
ngenai m asyarakat-m asyarakat tradisional, sum ber-sum ber infor-
m asi kita da pat dibagi secara agak m anasuka m enjadi em pat kategori,
m asing-m asing dengan keunggulan dan kekurangannya sendiri, dan
keempatnya bisa saling berbaur. Metode yang paling jelas, sumber se-
bagian besar inform asi dalam buku ini, adalah m engirim kan ilm uwan-
ilm uwan sosial atau biologi guna m engunjungi atau hidup di antara
m a syarakat tradisional, dan m elakukan penelitian yang berfokus pada
topik yang spesiik. Satu keterbatasan besar pendekatan itu adalah
bawa ilm uwan biasanya tidak bisa berdiam di antara m asyarakat
tradisional kecuali m asyarakat itu telah "didam aikan", berkurang aki-
bat penyakit dari luar, ditaklukkan dan ditundukkan di bawah kontrol
pem erintah negara, dan karenanya sangat berubah dari kondisi
m asyarakat itu se belum nya.
Metode kedua adalah mencoba menelusuri ke belakang perubahan-
per ubahan baru dalam m asyarakat tradisional m odern itu, dengan
m e wa wan carai orang-orang tuna-aksara yang m asih hidup m engenai
sejarah m ereka yang diteruskan dari m ulut ke m ulut, dan dengan
dem ikian m e rekonstruksi m asyarakat m ereka sebagaim ana adanya
beberapa generasi sebelumnya. Metode ketiga sama tujuannya dengan
rekonstruksi lisan, da lam pengertian ingin m eneliti m asyarakat-
http://facebook.com/indonesiapustaka

m asyarakat tradisional se belum m ereka dikunjungi ilm uwan-ilm uwan


m odern. Tapi pen dekatan ketiga m enggunakan catatan para penjelajah,
pedagang, petugas patroli pem erintah, dan ahli bahasa m isionaris yang
biasanya m endahului para ilm uwan dalam m engontak m asyarakat-
m asyarakat tradisional itu. Walaupun cenderung kurang sistem atik,
kurang kuantitatif, dan kurang kuat secara saintiik daripada catatan
yang dibuat oleh pekerja lapangan yang terlatih secara saintiik,
28 ● DI BANDARA

catatan-catatan yang m ereka buat m e na war kan keunggulan tersendiri,


yaitu m enjabarkan m asyarakat kesukuan yang belum banyak berubah,
dibandingkan ketika m asyarakat itu dipelajari kem udian oleh para
ilm uwan yang berkunjung. Terakhir, satu-satunya sum ber inform asi
m engenai m asyarakat pada m asa yang sangat silam , tanpa tulisan, dan
tanpa kontak dengan para pengam at m elek aksara, adalah penggalian
arkeologis. Penggalian arkeolohis m enawarkan rekonstruksi suatu ke-
budayaan jauh sebelum dikontak dan diubah oleh dunia m odern—
dengan kerugian berupa hilangnya rincian halus (m isalnya nam a
dan niat orang-orang), dan m enghadapi lebih banyak ketidakpastian
dan kesulitan dalam m enarik kesim pulan-kesim pulan sosial dari
perwujudan-perwujudan isik yang terawetkan dalam peninggalan-
peninggalan arkeologis.
Bagi pem baca (terutam a cendekiawan) yang tertarik m em pelajari
lebih lanjut berbagai sum ber inform asi m engenai m asyarakat-m asya-
rakat tradisional, saya m enyediakan diskusi tam bahan di halam an 476–
481 di bagian Bacaan Lebih Lanjut di buntut buku ini.

Bu ku ke cil m e n ge n ai s u bje k be s ar
Pokok bahasan buku ini berpotensi m encakup sem ua aspek kebu-
dayaan m anusia, dari sem ua m asyarakat di seluruh dunia, selam a
setidaknya 11.0 0 0 tahun terakhir. Tapi, lingkup itu akan m em butuhkan
buku setebal 2.397 halam an yang tidak akan dibaca seorang pun.
J adi, untuk alasan praktis, saya telah m em ilih sejum lah topik dan
m asyarakat untuk dibahas, guna m enghasilkan buku dengan pan jang
yang layak baca. Dengan itu, saya harap untuk m erangsang para pem -
baca saya agar m em pelajari topik-topik dan m asyarakat-m a sya ra kat
yang tidak saya cakup, dengan m enengok buku-buku luar biasa lain
yang banyak tersedia (banyak di antaranya saya kutip di bagian Bacaan
Le bih Lanjut buku saya ini).
Soal pilihan topik, saya m em ilih sem bilan bidang untuk dibahas da-
lam 11 bab, guna m enggam barkan keanekaragam an cara yang bisa kita
http://facebook.com/indonesiapustaka

gu nakan untuk m em aham i m asyarakat-m asyarakat tradisional. Dua


topik—bahaya dan perawatan anak—m elibatkan area-area di m ana kita
se bagai individu bisa m em pertim bangkan sejum lah praktik m asyarakat
tradisional untuk kita pakai dalam kehidupan pribadi kita sendiri. Ini
adalah dua area di m ana praktik-praktik sejum lah m asyarakat tra-
disional yang pernah m enjadi tuan rum ah saya telah sangat m em -
pengaruhi gaya hidup dan keputusan saya pribadi. Tiga topik—perla-
BUKU KECIL MENGENAI SUBJEK BESAR ● 29

kuan ter ha dap orang lanjut usia, bahasa dan m ultilingualism e, serta
gaya hidup yang m endukung kesehatan—m elibatkan area-area di m ana
se jum lah praktik tradisional dapat m enawarkan kepada kita m odel bagi
keputusan-keputusan pribadi kita, nam un juga bisa m enawarkan m o-
del bagi kebijakan yang bisa diadopsi m asyarakat kita sebagai suatu
ke satuan. Satu topik—resolusi persengketaan secara dam ai—bisa le bih
berguna dalam m enyarankan kebijakan bagi m asyarakat kita se ba gai
suatu kesatuan daripada m em andu kehidupan pribadi kita. Ber kenaan
dengan sem ua topik ini, kita harus paham bahwa tidaklah m udah untuk
m em injam atau m engadaptasi praktik-praktik dari suatu m asyarakat ke
masyarakat lainnya. Misalnya, bahkan bila Anda mengagumi praktik-
praktik perawatan anak tertentu dari suatu m a sya rakat tradisional, bisa
jadi sulit bagi Anda untuk m engadopsi praktik tersebut dalam m erawat
anak-anak Anda sendiri bila sem ua orangtua lain di se kitar Anda
m erawat anak dengan cara-cara yang dijalankan oleh se bagian besar
orangtua m odern.
Berkenaan dengan topik m engenai agam a, saya tidak m engha rap-
kan individu pem baca atau m asyarakat untuk m em eluk agam a tribal
ter tentu sebagai akibat diskusi saya m engenai agam a di Bab 9. Tapi,
sebagian besar orang dalam hidupnya m elalui fase atau fase-fase di
m ana kita m encari-cari pem ecahan bagi pertanyaan-pertanyaan kita
sendiri m engenai agam a. Dalam fase hidup sem acam itu, m ungkin ada
m anfaatnya bagi pem baca bila dia m erenungkan kisaran luas m akna
agam a bagi berbagai m asyarakat sepanjang sejarah um at m anusia.
Terakhir, dua bab m engenai peperangan m enggam barkan suatu area
di m ana, saya percaya, m em aham i praktik-praktik tradisional dapat
m em bantu kita m enghargai sejum lah faedah yang telah didatangkan
oleh pem erintah negara, dibandingkan dengan m asyarakat tradisional.
(J angan langsung bereaksi dengan m arah-m arah berlebihan karena
terpikirkan soal Hiroshim a atau peperangan parit dan m enutup benak
Anda terhadap diskusi m engenai "faedah" peperangan negara; pokok
bahasan ini jauh lebih rum it daripada seperti yang terlihat awalnya.)
http://facebook.com/indonesiapustaka

Tentu saja, pem ilihan topik ini tidak m engikutkan banyak pokok
bahasan yang paling sentral bagi penelitian-penelitian sosial m engenai
m anusia—m isalnya seni, kognisi, perilaku kooperatif, m a sakan, tarian,
hubungan antar jenis kelam in, sistem kekerabatan, per debatan penga-
ruh bahasa terhadap persepsi dan pikiran (hipotesis Sapir-Whorf),
sastra, pernikahan, m usik, praktik seksual, dan lain seba gainya. Se-
bagai pem belaan diri, saya ulangi lagi bahwa buku ini tidak dim ak -
30 ● DI BANDARA

Pe ta 1. Lo kasi 39 m asyarakat yan g akan se rin g dibahas dalam buku in i.

Pap u a d an p u lau -p u lau te tan ggan ya. 1 = Dani. 2 = Fayu. 3 = Daribi. 4 = Enga.
5 = Fore. 6 = Tsembaga Maring. 7 = Hinihon. 8 = Kepulauan Mailu. 9 = Kepulauan
http://facebook.com/indonesiapustaka

Trobriand. 10 = Kaulong.
Au s tralia. 11 = Ngarinyin. 12 = Yolngu. 13 = Sandbeach. 14 = Yuwaaliyaay. 15 =
Kunai. 16 = Pitjantjatjara. 17 = Wiil and Minong.
Eras ia. 18 = Agta. 19 = Ainu. 20 = Kepulauan Andam an. 21 = Kirghiz. 22 =
Nganasan.
BUKU KECIL MENGENAI SUBJEK BESAR ● 31

Afrika. 23 = Hadza. 24 = !Kung. 25 = Nuer. 26 = Pigmi Afrika (Mbuti, Aka). 27 =


Turkana.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Am e rika U tara. 28 = Calusa. 29 = Chum ash daratan. 30 = Chum ash pulau. 31


= Iñupiat. 32 = Inuit North Slope Alaska. 33 = Shoshone Great Basin. 34 = Indian
Pantai Barat Laut.
Am e rika Se latan . 35 = Ache. 36 = Machiguenga. 37 = Piraha. 38 = Siriono. 39 =
Yanom am o.
32 ● DI BANDARA

sud kan sebagai pem bahasan kom prehensif m asyarakat m anu sia, m e-
lainkan m em bahas beberapa topik yang dipilih berdasarkan alasan-
alasan yang dibahas di atas, dan bahwa ada buku-buku yang sangat
bagus yang m em bahas topik-topik lain itu dari perspektif kerangka
kerja lain.
Soal m asyarakat-m asyarakat yang saya pilih, dalam buku yang
pendek tidaklah m ungkin m engam bil contoh dari sem ua m asyarakat
m a nusia tradisional berskala kecil di seluruh dunia. Saya m em utuskan
untuk berkonsentrasi ke kawanan dan suku yang terdiri atas petani
berskala kecil dan pem buru-pengum pul, dan m enyertakan lebih sedikit
kedatuan, lebih sedikit lagi negara-negara yang baru m uncul—karena
m asyarakat kawanan dan suku lebih berbeda dengan m asyarakat
m odern kita, sehingga dapat m engajari kita lebih banyak dari per-
bedaan itu. Saya berulang-ulang m engutip contoh-contoh dari bebe-
rapa lusin m a syarakat tradisional sem acam itu di seluruh dunia
(Gam bar 1—12). De ngan cara dem ikian, saya berharap pem baca bisa
m em bangun gam baran yang lebih lengkap dan berwarna m engenai
beberapa lusin m asyarakat ter sebut, dan bisa m elihat betapa aspek-
aspek berbeda m asyarakat ter nyata saling bertautan: m isalnya,
bagaim ana suatu m asyarakat m e m an dang cara m erawat anak, usia
lanjut, bahaya, dan penyelesaian persengke taan.
Sejum lah pem baca m ungkin m erasa ada terlalu banyak con toh
yang saya ambil dari pulau Papua dan pulau-pulau Pasiik di seki-
tarnya. Salah satu alasannya adalah karena itulah area yang paling
saya kenal, dan di m ana saya m enghabiskan paling banyak waktu.
Namun alasan lainnya adalah karena Papua memang menyumbangkan
persentase kenaekaragam an budaya m anusia yang besar sekali. Seribu
dari kira-kira 7.0 0 0 bahasa di dunia ditem ukan hanya di Papua. Di
pulau tersebut pula terdapat paling banyak m asyarakat yang bahkan
pada zam an m odern m asih berada di luar kontrol pem erintah negara
atau baru belum lam a ini dipengaruhi oleh pem erintah negara. Po-
pulasinya m enjalankan berm acam -m acam gaya hidup tradisional, m u-
http://facebook.com/indonesiapustaka

lai dari pem buru-pengum pul nom aden, pengarung laut, dan petani
sagu dataran rendah sam pai ke petani m enetap di Dataran Tinggi,
terdiri atas kelom pok-kelom pok yang berkisar dari beberapa lusin sam -
pai 20 0 .0 0 0 jiwa. Terlepas dari itu, saya secara ekstensif m em bahas
hasil-hasil pengam atan para cendekiawan lain m engenai m asyarakat-
m asyarakat dari sem ua benua yang berpenghuni.
SUSUNAN BUKU INI ● 33

Agar tidak m enciutkan niat calon pem baca untuk m em baca buku
ini gara-gara panjang dan harganya, saya tidak sertakan catatan kaki
dan referensi bagi pernyataan-pernyataan individual yang disisipkan
ke dalam naskah. Saya kum pulkan referensi dalam bagian Ba caan
Lebih Lanjut yang disusun per bab. Beberapa penggalan bagian ter-
sebut m enyediakan referensi bagi keseluruhan buku ini, sem entara
re ferensi bagi Kata Pem buka ini dicetak di ujung naskah. Penggalan-
penggalan yang m enyediakan referensi bagi Bab 1– 11 dan Kata Penutup
tidak dicetak, m elainkan dipajang di situs Web yang bebas diakses,
http:/ / www.jareddiam ondbooks.com . Walaupun jauh lebih panjang
daripada yang diinginkan kebanyakan pem baca, bagian Bacaan Lebih
Lanjut tetap saja bukan daftar acuan yang lengkap bagi setiap bab.
Saya m em ilih karya-karya terbaru yang m enawarkan daftar acuan bagi
m ateri bab tersebut kepada pem baca dengan m inat tertentu, ditam bah
beberapa penelitian klasik yang bisa pem baca nikm ati.

Su s u n an bu ku in i
Buku ini m engandung 11 bab yang dikelom pokkan m enjadi lim a
bagian, plus kata penutup. Bagian 1, yang terdiri atas Bab 1 sem ata
wayang, m em bangun latar bagi topik-topik yang akan dipentaskan
dalam bab-bab berikutnya, dengan m enjelaskan bagaim ana m asya-
rakat-m a sya rakat tradisional m em bagi ruang—entah itu dengan per-
batasan jelas yang m em isahkan wilayah-wilayah yang sepenuhnya
eksklusif, seperti pada negara-negara m odern, atau dengan tatanan
yang lebih cair di m ana kelom pok-kelom pok yang bertetangga
m enikm ati hak tim bal-balik untuk m enggunakan wilayah pangkal
satu sama lain demi tujuan-tujuan tertentu. Namun tak pernah ada
kebebasan penuh bagi siapa pun untuk bepergian ke m ana saja,
sehingga m asyarakat tradisional cen derung m em andang orang-orang
lain sebagai terbagi ke dalam tiga m acam : orang-orang yang dikenal
dan m erupakan tem an, orang-orang yang dikenal dan m erupakan
m usuh, dan orang-orang asing tak dikenal yang harus dianggap sebagai
http://facebook.com/indonesiapustaka

calon m usuh. Sebagai akibatnya, m a syarakat tradisional tidak bisa


m engetahui dunia luar yang jauh dari wilayah pangkal m ereka.
Sesudahnya, bagian 2 terdiri atas tiga bab m engenai penyelesaian
sengketa. Dalam ketiadaan pem erintah negara yang tersentralisasi be-
serta lem baga pengadilannya, m asyarakat tradisional berskala kecil
m enyelesaikan persengketaan dalam satu di antara dua cara, salah
satunya lebih bersifat m endam aikan, sedangkan yang satu lagi lebih
34 ● DI BANDARA

bengis, daripada penyelesaian persengketaan dalam m asyarakat ne-


gara. Saya m enggam barkan penyelesaian persengketaan secara da-
m ai (Bab 2) dengan satu peristiwa ketika seorang anak Papua ter bu-
nuh secara tidak disengaja, lalu orangtua si anak dan rekan-re kan sang
pem bunuh m encapai kesepakatan m engenai kom pensasi dan rekon-
siliasi em osional dalam beberapa hari. Tujuan proses kom pen sasi
tradisional sem acam itu bukan untuk m enentukan benar atau salah,
m elain kan m em ulihkan hubungan atau non-hubungan antara anggota-
anggota m asyarakat kecil yang akan terus-m enerus saling ber jum pa
sepanjang hayat m ereka. Saya m em bandingkan bentuk penyelesaian
sengketa tradisional yang dam ai itu dengan kerja hukum di m a sya rakat
negara, yang berlangsung lam bat dan bersifat saling m e nye rang, pihak-
pihak yang terlibat sering kali m erupakan orang-orang asing yang tidak
akan pernah berjum pa lagi, fokusnya adalah m e nen tukan benar atau
salah bukan m em ulihkan hubungan, dan negara m e m iliki kepentingan-
kepentingan sendiri yang m ungkin tidak sejalan de ngan kepentingan-
kepentingan korban. Bagi negara, sistem pengadilan pem erintah
adalah suatu kebutuhan. Tapi m ungkin ada be berapa ciri penyelesaian
sengketa dam ai tradisional yang ada gunanya bila kita ser takan ke
dalam sistem pengadilan negara.
Bila sengketa dalam m asyarakat berskala kecil tidak diselesaikan
se cara dam ai antara pihak-pihak yang terlibat, pilihan lainnya adalah
ke kerasan atau perang, sebab tidak ada pengadilan negara untuk m e-
ne ngahi. Tanpa pem im pin politik yang kuat dan klaim m o nopoli
negara atas penggunaan kekuatan, kekerasan cenderung m engarah
kepada siklus pem bunuhan balas dendam . Bab 3 yang pendek m eng-
ilustrasikan peperangan tradisional dengan m enjabarkan perang yang
tam pak kecil di antara orang-orang Dani di Dataran Tinggi Papua
barat. Bab 4 yang lebih panjang kem udian m engulas peperangan tradi-
sional di seluruh dunia, guna m em aham i apakah m em ang peperangan
tradisional cocok dideinisikan sebagai perang, mengapa proporsi kor-
ban jiwanya kerap kali tinggi sekali, apa bedanya dengan peperangan
http://facebook.com/indonesiapustaka

ne gara, dan m engapa perang lebih sering terjadi di antara sebagian m a-


sya rakat dibandingkan m asyarakat lainnya.
Bagian ketiga buku ini terdiri atas dua bab m engenai dua ujung
siklus hidup m anusia: m asa kanak-kanak (Bab 5) dan usia lanjut
(Bab 6). Kisaran praktik perawatan anak tradisional sungguh luas,
dari m asyarakat dengan praktik-praktik yang lebih re presif sam pai
m asyarakat dengan praktik-praktik yang lebih lepas tangan (laissez-
SUSUNAN BUKU INI ● 35

faire) daripada yang ditoleransi di sebagian besar m asyarakat negara.


Terlepas dari itu, sejum lah tem a berulang-ulang m uncul dari survei
m e ngenai perawatan anak tradisional. Pem baca bab ini m ungkin bakal
m engagum i sebagian di antaranya nam un m erasa ngeri terhadap
praktik-praktik perawatan anak tradisional lainnya, dan bertanya-tanya
apakah sebagian praktik yang kita kagum i bisa kita gabungkan dengan
kum pulan praktik perawatan anak kita sendiri.
Sedangkan m engenai perlakuan terhadap orang lanjut usia (Bab 6),
sejum lah m asyarakat tradisional, terutam a yang nom aden atau yang
hidup di lingkungan yang keras, terpaksa m engabaikan, m eninggalkan,
ataupun m em bunuh orang-orang lanjut usia. Yang lain m enyediakan
ke hidupan yang jauh lebih m em uaskan dan produktif bagi orang-orang
lanjut usia dibandingkan kebanyakan m asyarakat yang terwesternisasi.
Faktor-faktor di belakang variasi ini m encakup kondisi lingkungan,
m an faat dan kuasa orang lanjut usia, serta nilai-nilai dan aturan-aturan
m a syarakat. Harapan hidup yang sangat m em anjang dan m anfaat
lansia yang tam paknya berkurang di m asyarakat-m asyarakat m odern
telah m enciptakan tragedi bagi kita, yang dapat kita ringankan dengan
contoh-contoh yang bisa ditawarkan oleh m asyarakat-m a syarakat
tradisional yang m enyediakan kehidupan m em uaskan dan ber m anfaat
bagi orang lanjut usia.
Bagian 4 terdiri atas dua bab m engenai bahaya dan tanggapan kita
ter ha dapnya. Saya m ulai (Bab 7) dengan m enjabarkan tiga pengalam an
yang betul-betul atau kelihatan berbahaya yang saya alam i di Papua,
dan apa yang saya pelajari dari kejadian-kejadian itu m engenai sikap
yang tersebar luas di kalangan m asyarakat tradisional yang saya
kagumi dan istilahkan "paranoia konstruktif". Melalui ekspresi para-
doks itu, yang saya m aksudkan adalah secara rutin m erenungkan arti
penting kejadian-kejadian atau tanda-tanda kecil yang setiap kali
berisiko rendah, nam un m ungkin terjadi berulang-ulang ribuan kali
selam a hidup seseorang, sehingga pada akhirnya berkem ungkinan
ter buk ti m elum puhkan atau fatal bila diabaikan. "Kecelakaan" tidak
http://facebook.com/indonesiapustaka

terjadi secara acak atau gara-gara nasib sial: secara tradisional segala
sesuatu dipandang sebagai terjadi karena suatu alasan, sehingga kita
harus tetap waspada terhadap hal-hal yang bisa m enjadi penyebabnya
dan berhati-hati. Bab 8 kem udian m enjabarkan jenis-jenis bahaya
yang m erupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan tradisional,
dan beraneka ragam cara orang m enanggapi bahaya-bahaya tersebut.
36 ● DI BANDARA

Ternyata persepsi kita m engenai bahaya, dan reaksi-reaksi kita ter-


hadapnya, secara sistem atis tidak irasional dalam beberapa segi.
Bagian 5 yang m erupakan penutup terdiri atas tiga bab m engenai
tiga topik yang sentral bagi kehidupan m anusia dan berubah secara
ce pat pada zam an m odern: agam a, keanekaragam an bahasa, dan
kese hatan. Bab 9, m engenai fenom ena yang hanya ditem ukan pada
m anusia yaitu agam a, m elanjutkan bahasan Bab 7 dan 8 m engenai ba-
haya, sebab pen carian tradisional kita secara terus-m enerus terhadap
penyebab bahaya m ungkin bersum bangsih terhadap kelahiran agam a.
Keberadaan aga m a di ham pir sem ua m asyarakat m anusia m enun-
jukkan bahwa tam pak nya agam a m enjalankan fungsi-fungsi penting,
terlepas dari apakah klaim-klaim agama betul atau tidak. Namun
agam a telah m en jalankan berbagai fungsi yang arti penting relatifnya
telah ber ubah se iring berevolusinya m asyarakat-m asyarakat m anusia.
Menarik untuk berspekulasi mengenai fungsi-fungsi mana yang
akan m enjadi paling kuat ba gi agam a dalam dasawarsa-dasawarsa
m endatang.
Bahasa (Bab 10 ), sebagaim ana agam a, hanya ditem ukan pada m a-
nusia; bahkan, kerap kali bahasa dianggap sebagai ciri paling penting
yang membedakan manusia dari hewan-hewan (lain). Meskipun jumlah
m e dian penutur bahasa hanya beberapa ratus sam pai beberapa ribu
individu bagi kebanyakan m asyarakat pem buru-pengum pul berskala
kecil, anggota-anggota banyak m asyarakat sem acam itu biasanya
m ultilingual. Orang Am erika m odern kerap beranggapan bahwa m ulti-
lingualism e tidak sepatutnya didorong, karena m ultilingualism e konon
m engham bat penguasaan bahasa oleh anak dan asim ilasi im igran. Tapi,
penelitian terbaru m enunjukkan bahwa tam paknya orang-orang yang
m ultilingual m em peroleh m anfaat-m anfaat kognitif penting seum ur
hidup. Terlepas dari itu, berbagai bahasa kini m enghilang de ngan
sedem ikian cepat sehingga 95% bahasa dunia akan punah atau nyaris
m ati dalam seabad bila tren yang sekarang ini berlanjut. Kon sekuensi-
konsekuensi fakta yang tidak diragukan itu sam a kontro ver sialnya
http://facebook.com/indonesiapustaka

dengan konsekuensi-konsekuensi m ultilingualism e: banyak orang yang


akan m enyam but dunia yang telah tereduksi m enjadi ha nya beberapa
bahasa yang tersebar luas, sem entara orang-orang lain m enyoroti
m anfaat-m anfaat keanekaragam an bahasa bagi m a syarakat m aupun
individu.
Bab terakhir (Bab 11) juga m erupakan bab dengan relevansi praktis
paling langsung dengan kita sekarang. Kebanyakan warga negara-
SUSUNAN BUKU INI ● 37

negara m odern akan m ati akibat penyakit-penyakit tidak m enular—


diabetes, hipertensi, stroke, serangan jantung, berbagai kanker, dan
lain se ba gainya—yang jarang atau tidak dikenal di kalangan m asya-
rakat tra disional, yang terlepas dari itu kerap kali ikut terserang
penyakit-pe nyakit itu dalam satu atau dua dasawarsa setelah m ulai
m enjalankan gaya hidup terwesternisasi. J elaslah bahwa gaya hidup
terwesternisasi m em bawa penyakit-penyakit itu, dan kita dapat m e-
m inim alkan risiko kita m eninggal akibat penyebab-penyebab paling
um um kem atian tersebut bila kita dapat m em inim alkan faktor-
faktor risiko gaya hidup itu. Saya m engilustrasikan kenyataan suram
itu m elalui dua contoh, yaitu hipertensi dan diabetes Tipe-2. Kedua
penyakit tersebut m elibatkan gen-gen yang pastilah tadinya m eng-
untungkan bagi kita dalam kondisi-kondisi gaya hidup tradisional,
nam un lantas m enjadi m em atikan dalam kondisi-kon disi gaya hidup
terwesternisasi. Banyak individu m odern telah m erenungkan fakta-
fakta itu, sehingga memodiikasi gaya hidup mereka, dan dengan
dem ikian m em perpanjang rentang hidup dan m em perbaiki kualitas
hidup m ereka. J adi, bila penyakit-penyakit tersebut m em bunuh kita,
itu karena kita m em biarkan m ereka m e la ku kannya.
Terakhir, Penutup pun m enutup perjalanan kita yang diawali
dengan adegan bandara Port Moresby yang saya tampilkan di Kata
Pem buka. Baru setelah saya tiba di bandara Los Angeles saya m ulai
terlibat kem bali secara em osional dengan m asyarakat Am erika yang
m erupakan ru m ah saya, setelah berbulan-bulan di Papua. Terlepas
dari perbedaan-per be daan drastis antara Los Angeles dan rim ba
Papua, banyak hal dari dunia sam pai kem arin m asih hidup dalam
tubuh dan dalam m a sya ra kat kita. Perubahan-perubahan besar terbaru
baru dim ulai 11.0 0 0 tahun silam , bahkan di wilayah dunia di m ana
m ereka pertam a kali m uncul, baru dim ulai beberapa dasawarsa lalu di
daerah-daerah ber pen duduk paling padat di Papua, dan nyaris belum
dim ulai di segelintir daerah yang belum berhubungan dengan dunia
luar di Papua dan Amazon. Namun bagi kita yang tumbuh besar di
http://facebook.com/indonesiapustaka

m asyarakat-m a sya rakat negara m odern, kondisi-kondisi kehidupan


m odern sede m ikian m erasuk, dan kita terim a begitu saja, sehingga
sulit bagi kita untuk m engam ati perbedaan-perbedaan m endasar
m asyarakat-m a sya rakat tradisional dalam kunjungan singkat kita ke
m ereka. Oleh karena itu Kata Penutup dim ulai dengan m engingat-
ingat lagi sejum lah perbedaan itu, yang m encengangkan saya sewaktu
saya tiba di bandara Los Angeles, dan yang m encengangkan anak-anak
38 ● DI BANDARA

Am erika, atau penduduk desa Papua dan Afrika, yang tum buh besar
dalam m a syarakat tradisional dan kem udian pindah ke Barat saat
rem aja atau de wasa. Saya persem bahkan buku ini bagi salah seorang
teman saya yang mengalami itu, Meg Taylor (Dame Meg Taylor), yang
tum buh di Dataran Tinggi Papua Papua dan m enghabiskan bertahun-
tahun di Am erika Serikat sebagai Duta Besar bagi negaranya dan Wakil
Pre siden Grup Bank Dunia. Halam an 468 secara ringkas m erangkum
pengalaman-pengalaman Meg.
Masyarakat-masyarakat tradisional mewakili ribuan percobaan
alam selam a beribu-ribu tahun dalam penataan kehidupan m a nusia.
Kita tidak dapat m engulangi percobaan-percobaan itu de ngan m e ran-
cang-ulang ribuan m asyarakat sekarang lalu m enanti ber puluh-puluh
tahun dan m engam ati hasilnya; kita harus belajar dari m asyarakat-
m asya rakat yang telah m enjalankan percobaan-percobaan itu. Sewaktu
kita m em pelajari tentang ciri-ciri kehidupan tradisional, se ba gian
di antaranya m erupakan ciri yang untungnya telah kita singkir kan,
dan yang m em buat kita sem akin m enghargai m asyarakat kita sendiri.
Ciri-ciri lain adalah yang m ungkin m em buat kita iri, atau kita sesali
karena telah lenyap, atau kita pertanyakan m engenai bisa-tidak nya
kita gunakan atau sesuaikan secara selektif. Misalnya, kita tentunya iri
akan ketiadaan penyakit-penyakit tidak m enular yang terkait dengan
gaya hidup terwesternisasi di kalangan m asyarakat tradsional. Se waktu
kita m em pelajari m engenai penyelesaian sengketa, perawatan anak,
perlakuan terhadap orang lanjut usia, kewaspadaan akan bahaya, dan
m ultilingualism e yang um um pada m asyarakat tradisional, kita juga
m ungkin m em utuskan bahwa kita ingin dan bisa m erengkuh se jum lah
ciri tradisional itu.
Setidak-tidaknya, saya berharap Anda akan m enjadi berm inat se-
perti saya terhadap aneka cara m asyarakat-m asyarakat lain m engor-
ganisasi hidup. Bukan hanya sekadar berm inat, Anda m ungkin m e-
m utuskan bahwa sejum lah cara yang sangat berm anfaat bagi m e reka
barangkali juga berm anfaat bagi Anda sebagai individu, dan bagi kita
http://facebook.com/indonesiapustaka

sebagai m asyarakat.
BAG IAN SATU

MEMBANGUN L ATAR
DENGAN MEMBAGI
RUANG
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka
BAB 1

Kawan, Lawan, Orang Asing, dan Saudagar

Batas ▪ Wilayah yang saling tidak boleh dimasuki ▪ Penggunaan lahan


non-eksklusif ▪ Kawan, lawan, dan orang asing ▪ Kontak pertama
▪ Perdagangan dan pedagang ▪ Ekonomi pasar ▪ Bentuk-bentuk
tradisional perdagangan ▪ Dagangan tradisional ▪ Siapa berdagang apa?
▪ Negara-negara mungil

Batas
Di sebagian besar dunia sekarang, warga banyak negara dapat m elang-
lang de ngan bebas. Kita tidak m enghadapi batasan untuk m elanglang
di da lam negara kita sendiri. Untuk m enyeberangi perbatasan ke ne-
gara lain, kita boleh datang tanpa bilang-bilang dulu dan cukup m e-
nun juk kan paspor kita (Gam bar 34), atau m em peroleh visa dulu
nam un ke m udian boleh m elanglang tanpa dibatasi di dalam negara itu.
Kita tidak perlu m inta izin untuk m elanglang di jalanan atau di tanah
m ilik rakyat. Hukum sejum lah negara bahkan m enjam in akses ke
sejumlah tanah milik pribadi. Misalnya, di Swedia, pemilik tanah boleh
m enutup ladang dan kebunnya untuk um um , tapi hutannya tidak bo leh
http://facebook.com/indonesiapustaka

ditutup. Kita m enjum pai ribuan orang asing setiap hari dan tidak m e-
m usingkannya. Sem ua hak ini kita terim a begitu saja, tanpa m e renung-
kan bahwa hak tersebut tidak terpikirkan nyaris di sem ua tem pat di
dunia sepanjang sejarah m anusia, dan keadaannya m asih seperti itu
di beberapa bagian dunia saat ini. Saya akan beri ilustrasi kondisi-kon-
disi tradisional akses tanah berdasarkan pengalam an-pengalam an
saya bertandang ke satu desa di pegunungan Papua. Kondisi-kondisi
42 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

tradisional itu m em bangun latar bagi pem aham an m engenai perang


dan dam ai, m asa kanak-kanak dan lanjut usia, bahaya, dan segala ciri
lain m asyarakat-m asyarakat tradisional yang akan kita dalam i di buku
ini.
Saya datang ke desa itu dalam rangka m ensurvei burung di bukit
yang m enjulang tepat di sebelah selatannya. Pada hari kedua setelah
saya tiba, beberapa penduduk desa m enawarkan untuk m em andu saya
m enyusuri jalur setapak yang lazim m ereka gunakan ke punggung
bukit tersebut, di m ana saya akan m em ilih tem pat berkem ah untuk
survei-survei saya. J alur itu m endaki m elalui kebun-kebun di atas desa,
kem udian m em asuki hutan prim er yang tinggi. Setelah satu se tengah
jam pendakian yang curam , kam i m elewati pondok yang ditinggalkan
di tengah kebun kecil yang telah tum buh liar tepat di bawah puncak
bukit, dan di situlah jalur pendakian kam i berakhir di satu pertigaan.
Ke sebelah kanan dari pertigaan itu, satu jalur yang bagus berlanjut di
sepanjang punggung bukit.
Beberapa ratus m eter jauhnya di jalur tersebut, saya m em ilih tem -
pat berkem ah tepat di sebelah utara garis punggung bukit, di sisi yang
m engha dap desa pegunungan tem an-tem an saya. Di arah sebaliknya,
ke arah selatan jalur dan punggung bukit, lereng m enukik landai ke
arah bawah, m e le wati hutan lebat yang dibelah oleh ngarai yang dari
dalam nya terdengar bunyi aliran air. Saya girang m enem ukan tem pat
yang se de m ikian indah dan nyam an, di lokasi setem pat yang paling
tinggi, sehingga m em beri kesem patan terbaik m enem ukan spesies-
spesies dataran tinggi, m enawarkan kem udahan m engakses m edan
landai yang bagus untuk pengam atan burung, juga dekat dengan
sumber air untuk minum, memasak, mencuci, dan mandi. Maka saya
m engajukan kepada pendam ping-pendam ping saya bahwa keesokan
harinya saya akan pindah ke tem pat berkem ah itu dan m enghabiskan
beberapa m alam di sana bersam a dua orang yang akan m enunjukkan
burung-burung yang ada dan m erawat perkem ahan.
Teman-teman saya mengangguk setuju sampai saya menyebutkan
http://facebook.com/indonesiapustaka

bah wa saya hanya butuh dua orang untuk tinggal di kemah bersama
saya. Mereka lantas menggeleng-geleng dan bersikeras bahwa daerah
itu berbahaya, dan bahwa kemah saya harus dilindungi oleh ba nyak laki-
laki bersenjata. Situasinya mengerikan benar bagi seorang pengamat bu-
rung! Bila ada banyak orang, mereka pastilah membuat keributan, terus-
menerus mengobrol, dan membuat burung-burung menjauh ke ta kutan.
Saya bertanya, mengapa saya perlu kelompok pendamping se besar itu,
BATAS ● 43

dan apanya yang sedemikian berbahaya di hutan yang cantik dan terlihat
damai?
Mereka cepat menjawab: di dasar sisi jauh punggung bukit (sisi
selatannya) ada desa-desa orang jahat yang disebut sebagai orang-
orang sungai, m u suh orang-orang pegunungan tem an-tem an saya.
Orang-orang sungai m em bunuh ba nyak orang pegunungan terutam a
dengan racun dan tenung, bukan m e lalui pertarungan terbuka dengan
senjata. Namun kakek buyut salah seorangg pemuda pegunungan
dipanah sam pai tewas sewaktu dia tidur di pondok kebunnya yang
terletak agak jauh dari desa pegunungan itu. Laki-laki paling tua yang
hadir dalam percakapan kam i itu ingat, sewaktu anak-anak, m elihat
jenazah sang kakek-buyut yang m asih ditancapi anak-anak panah
dibawa kem bali ke desa, dan dia pun ingat orang-orang m enangisi
jenazah itu, juga ingat akan rasa takutnya sen diri.
Kalau begitu, saya bertanya-tanya, apakah kita punya "hak" untuk
ber kem ah di bukit itu? Orang-orang pegunungan m enjawab bahwa
garis punggung bukit itu sendiri m em bentuk perbatasan antara wilayah
m ereka di lereng utara dan wilayah orang-orang sungai yang jahat di
lereng selatan. Namun orang-orang sungai mengklaim sebagian tanah
orang-orang pegunungan di sebelah utara punggung bukit. Ingatkah
saya akan pon dok yang ditinggalkan dan kebun yang tum buh liar tepat
di ba wah garis punggung bukit? tem an-tem an saya bertanya. Pondok
dan kebun itu dibuat oleh orang-orang sungai yang jahat, sebagai
cara m enegaskan klaim m ereka atas tanah di sisi utara m aupun di sisi
selatan punggung bukit.
Dari pengalam an-pengalam an tak m enyenangkan sebelum nya
gara-gara dikira m enerobos wilayah orang di Papua, saya sadar bahwa
saya harus m enanggapi situasi itu dengan serius. Bagaim anapun
juga, ter lepas dari penilaian saya sendiri m engenai bahaya itu, orang-
orang pegunungan tidak m au m em biarkan saya berkem ah di bukit
itu tanpa pengawalan banyak orang. Mereka bersikeras saya disertai
oleh 12 laki-laki, dan saya m enanggapi dengan usulan 7 laki-laki. Ka-
http://facebook.com/indonesiapustaka

m i akhirnya "berkom prom i" antara 12 dan 7: nam un ketika kam p ka-
m i telah berdiri, saya hitung ada kira-kira 20 laki-laki ikut tinggal di
kam p, sem uanya dipersenjatai dengan busur dan anak panah, belum
lagi kaum perem puan yang datang untuk m em asak dan m encarikan
air serta kayu bakar. Selain itu, saya dilarang m eninggalkan jalur m e -
nuju hutan yang terlihat cantik di lereng selatan yang landai. Hutan itu
jelas-jelas m ilik orang-orang sungai, dan akan tim bul m asalah besar,
44 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

sangat-sangat besar, bila saya tertangkap m enerobos di sana, m eskipun


hanya untuk m engam ati burung. Perem puan-perem puan pegunungan
di kam p kam i juga tidak bisa m engam bil air dari sungai kecil di lereng
selatan de kat situ, sebab itu berarti bukan hanya m enerobos, m elainkan
juga m engam bil sum ber daya berharga, yang harus dibayar dengan
ganti rugi, itu juga kalau m asalahnya bisa diselesaikan baik-baik.
Para perem puan m alah harus setiap hari berjalan turun ke desa dan
m em bawa wadah-wadah air berukuran 20 liter naik-turun ketinggian
450 m eter ke dan dari kam p kam i.
Pada hari kedua saya di kam p, ada hal m enarik yang m em buat
deg-degan dan m engajarkan kepada saya bahwa hubungan teritorial
an tara orang-orang gunung dan orang-orang sungai jauh lebih rum it
daripada sem ata klaim hitam -putih bahwa wilayah m asing-m asing
tidak boleh dim asuki oleh yang lain. Dengan salah seorang laki-laki
gunung saya kem bali ke pertigaan jalur setapak dan terus m enyusuri
punggung bukit guna m em bersihkan jalur setapak tua yang telah
tertutup tum buhan liar. Laki-laki gunung pendam ping saya itu tidak
tam pak khawatir kam i ada di sana, dan saya pikir, kalau orang-orang
su ngai m enem ukan kam i di sini, m ereka tidak akan keberatan kam i
ber diri di punggung bukit asalkan kam i tidak m elewati batas wilayah
mereka. Namun kemudian kami mendengar suara-suara mendekat dari
arah ba wah di sisi selatan. Waduh! Orang-orang sungai!! Bila m ereka
terus m en daki sam pai ke punggung bukit dan pertigaan, m ereka akan
m elihat tanda-tanda jalur setapak yang baru dibersihkan dan m elacak
kam i, kam i akan terperangkap di sini, m ereka bisa jadi m enganggap
kam i m e ne ro bos wilayah m ereka, dan entah apa yang akan m ereka
lakukan.
Saya m endengarkan dengan cem as dan m encoba m engikuti per-
pindahan suara-suara itu sam bil m em perkirakan lokasi m ereka. Ya,
m ereka m em ang m endaki ke arah punggung bukit dari sisi m ereka.
Mereka pastilah sudah berada di pertigaan, dan di situ pasti mereka
m enyadari tanda-tanda jalur setapak yang baru kam i buka. Apakah
http://facebook.com/indonesiapustaka

m ereka m engejar kam i? Saya terus m engikuti suara-suara itu, yang


seolah bertam bah nya ring, bercam pur dengan detak jantung saya yang
bergemuruh di telinga saya. Namun suara-suara itu tidak mendekat;
m alah jelas se m a kin bertam bah pelan. Apakah m ereka kem bali ke
sisi selatan, ke desa orang-orang sungai? Tidak! Mereka menuruni
sisi utara ke arah desa gunung kam i! Tidak bisa dipercaya! Apakah
itu serbuan? Namun kedengarannya hanya ada dua atau tiga suara,
BATAS ● 45

dan m ereka m engobrol keras-keras: bukan apa yang kita duga dari
kelom pok yang m e nyerbu diam -diam .
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kata laki-laki gunung pen-
dam ping saya untuk m enenangkan; sem uanya baik-baik saja. Kam i
orang-orang gu nung (kata dia) m engakui hak orang-orang sungai
untuk m enuruni jalur setapak kam i dengan dam ai m enuju desa kam i,
dan dari situ ber ja lan ke pesisir guna berniaga. Orang-orang sungai
tidak boleh m e ninggalkan jalur setapak untuk m engum pulkan m akan-
an atau m enebang kayu, nam un sekadar m enyusuri jalur setapak tidak
apa-apa. Terlebih lagi, dua laki-laki sungai bahkan telah m enikahi pe-
rem puan gunung dan pindah ke desa gunung. Dengan kata lain, tidak
ada perm usuhan m ur ni di antara kedua kelom pok itu, m elainkan gen-
catan senjata yang te gang. Ada hal yang dibolehkan dan ada hal yang
dilarang berdasarkan ke se pa kat an bersam a, sem entara sejum lah
hal lain (m isalnya kepem ilikan tanah di pondok dan kebun yang
ditinggalkan) m asih diperdebatkan de ngan sengit.
Dua hari kem udian, saya belum m endengar lagi suara orang-orang
su ngai di dekat-dekat kam i. Saya m asih belum pernah m elihat satu
pun orang sungai dan sam a sekali tidak tahu seperti apa penam pilan
dan pakaian mereka. Namun desa mereka cukup dekat sehingga satu
kali terdengar oleh saya genderang ditabuh di desa m ereka dari daerah
aliran su ngai selatan ketika pada waktu bersam aan sam ar-sam ar
terdengar suara-suara teriakan di desa gunung jauh di bawah, di daerah
aliran su ngai utara. Sewaktu saya dan laki-laki gunung pem andu saya
berjalan kem bali ke arah situs kam p kam i, kam i saling m elem par canda
konyol ten tang apa yang akan kam i lakukan terhadap orang sungai bila
kami tangkap salah satunya di situ. Mendadak, sewaktu kami berbelok
di jalur setapak dan ham pir m em asuki kam p kam i, pem andu saya
berhenti ber canda, m engangkat tangannya ke m ulut, dan m em beri
peringatan ke pada saya dengan berbisik, “Ssst! Orang-orang sungai!”
Di kam p kam i, ada sekelom pok orang gunung pendam ping yang
kam i kenali, sedang berbicara dengan enam orang yang belum pernah
http://facebook.com/indonesiapustaka

saya lihat: tiga laki-laki, dua perem puan, dan satu anak. Akhirnya
di sanalah saya lihat orang-orang sungai yang mengerkan! Mereka
bukanlah m onster-m onster berbahaya yang telah secara tidak sadar
saya bayangkan, m elainkan orang-orang Papua yang terlihat nor-
m al, tidak berbeda dari orang-orang gunung yang m erupakan tuan
ru m ah saya. Anak dan kedua perem puan sungai itu sam a sekali tidak
terlihat m engancam . Ketiga laki-laki sungai m em bawa busur dan anak
46 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

panah (seperti juga sem ua laki-laki gunung) nam un m engenakan kaos


oblong dan tidak terlihat seolah-olah berpenam pilan un tuk berperang.
Percakapan antara orang-orang sungai dan orang-orang gunung
tam pak akrab dan tidak tegang. Ternyata kelom pok orang sungai itu
sedang berjalan turun ke pesisir dan m erasa perlu m engun jungi kam p
kam i, barangkali sekadar untuk m em astikan bahwa niat da m ai m ereka
tidak disalahartikan dan kam i tidak m enyerang m ereka.
Bagi orang-orang gunung dan orang-orang sungai, kunjungan itu
jelas m erupakan bagian norm al hubungan kom pleks m ereka yang m e-
libatkan aneka perilaku: pem bunuhan sem bunyi-sem bunyi, jarang;
pem bunuhan dengan racun dan tenung, konon lebih sering; hak
tim bal-balik yang diakui untuk m elakukan beberapa hal (m isalnya
singgah dalam perjalanan ke pesisir dan m elakukan kunjungan sosial)
na m un beberapa hal lain tetap terlarang (m isalnya m engum pulkan
m akanan, kayu, dan air selagi singgah); perselisihan m engenai hal-
hal lain (m isalnya pondok dan kebun) yang terkadang m eledak m en-
jadi kekerasan; dan pernikahan cam pur yang terkadang terjadi de-
ngan frekuensi yang kira-kira sam a dengan pem bunuhan sem bunyi-
sem bunyi (setiap beberapa generasi sekali). Sem ua itu berlangsung
di antara dua kelom pok orang yang terlihat sam a bagi saya, berbicara
ba hasa yang berbeda nam un berkerabat, m em aham i bahasa satu
sam a lain, m enjabarkan satu sam a lain dengan istilah-istilah yang
sebenarnya ditujukan untuk m anusia kelas rendah yang jahat, dan
saling m em andang sebagai m usuh bebuyutan.

W ilayah yan g s alin g tid ak bo le h d im as u ki


Secara teori, hubungan ruang antara m asyarakat-m asyarakat tra di-
sional yang bertetangga bisa m encakup segala m acam hasil, berkisar
dari satu ekstrem berupa wilayah yang saling tidak bertum pukan de-
ngan per batasan jelas yang dijaga dan tidak digunakan secara ber sam a,
sam pai ke ekstrem satu lagi berupa akses bebas bagi sem ua orang ke
se lu ruh daerah dan tanpa wilayah yang ditetapkan. Barangkali tidak
http://facebook.com/indonesiapustaka

ada m asyarakat yang berpegang secara ketat ke ekstrem yang m ana


pun, nam un sejum lah m asyarakat dekat dengan ekstrem yang per ta m a.
Misalnya, teman-teman saya dari gunung yang baru saya saja jabar-
kan tidak jauh dari ekstrem tersebut: m ereka m em ang m em iliki wila-
yah dengan perbatasan tegas yang m ereka jaga, m ereka m em ang m e-
ne gas kan klaim ekslusif atas sum ber daya dalam wilayah m ereka, dan
WILAYAH YANG SALING TIDAK BOLEH DIMASUKI ● 47

m ereka m engizinkan akses bagi orang luar hanya untuk berjalan lewat
dan per nikahan cam pur yang jarang terjadi.
Masyarakat-masyarakat lain yang mendekati ekstrem berupa wila-
yah eksklusif itu antara lain Dani (Gam bar 1) dari Lem bah Baliem di
Dataran Tinggi Papua sebelah barat, Iñupiat (satu kelom pok Inuit) * di
Alaska barat laut, Ainu di J epang utara, Yolngu (kelom pok Aborigin
di Arnhem Land di Australia Barat Laut), Indian Shoshone di Lem bah
Owens California, dan Indian Yanom am o di Brazil dan Venezuela.
Misalnya, orang Dani mengairi dan menggemburkan tanah yang di-
pisahkan oleh lahan tak bertuan tanpa kebun dari kebun-kebun m ilik
kelom pok Dani di sebelahnya. Setiap kelom pok m em bangun jejeran
m enara pengawas dari kayu yang tingginya bisa m encapai 9 m eter di
wilayahnya di sebelah lahan tak bertuan, dengan pela taran di puncak
yang cukup besar untuk diduduki satu orang (Gambar 13). Nyaris
sepanjang hari, para laki-laki bergantian m engawasi dari m asing-
m asing m enara, sem entara para pendam pingnya duduk di dasar
m enara untuk m elindungi m enara dan sang pengawas, yang m e -
m indai daerah itu guna m engawasi apakah ada m usuh yang diam -
diam m endekat dan m em berikan peringatan seandainya ada serangan
kejutan.
Sebagai contoh lain, orang Iñupiat dari Alaska (Gam bar 9) terdiri
atas 10 ke lom pok dengan wilayah yang sam a-sam a eksklusif. Orang-
orang dari satu wilayah yang kedapatan m enerobos wilayah lain biasa
dibunuh, kecuali kalau m ereka terbukti berkerabat dengan pem ilik
wilayah yang m e nangkap m ereka saat m enerobos. Dua penyebab
paling um um pe ne ro bosan wilayah adalah pem buru yang m elintasi
batas sewaktu se dang asyik m engejar rusa kutub, dan pem buru
anjing laut yang ber buru di bongkah es yang patah dan hanyut m en-
jauhi daratan. Bila yang terakhirlah yang terjadi, bila es lantas
hanyut kem bali ke pesisir dan para pem buru itu m endarat di wilayah
kelom pok lain, m ereka dibu nuh. Bagi kita yang bukan orang Iñupiat,
itu tam paknya sangat ke jam dan tidak adil: para pem buru m alang itu
http://facebook.com/indonesiapustaka

sudah m engam bil risiko tinggi untuk pergi berburu di bongkahan es


yang m engam bang, nasib m e reka sial karena bongkahan es itu patah,
m ereka kem udian berisiko m ati akibat tenggelam atau hanyut ke laut,
lalu m ereka m endapat keberun tungan besar karena akhirnya bisa

* Orang-orang Artika Am erika Utara m enyebut diri m ereka sendiri Inuit, dan istilah
itulah yang digunakan dalam buku ini. Istilah awam yang lebih diakrabi adalah Eskim o.
48 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

m engam bang kem bali ke pesisir, m ereka tidak punya niat m enerobos
m elainkan hanya tidak sengaja ter bawa secara pasif oleh arus laut—
nam un m ereka m alahan dibunuh te pat ketika m ereka selam at dari
tenggelam atau hanyut ke laut. Tapi be gitulah aturan kehidupan
Iñupiat. Terlepas dari itu, eksklusivitas wilayah Iñupiat tidaklah sem -
purna: orang luar terkadang diberi izin m engunjungi suatu wilayah
untuk tujuan spesiik lain semisal pekan dagang musim panas,
atau singgah ke suatu wilayah untuk alasan spesiik lain, misalnya
berkunjung atau m enyerang kelom pok jauh yang hidup di seberang
wilayah yang disinggahi.
Sewaktu kita kum pulkan contoh-contoh m asyarakat (seperti orang-
orang gunung tem an saya, Dani, dan Iñupiat) yang m endekati eks-
trem berupa wilayah yang saling dipertahankan secara eksklusif, kita
tem ukan bahwa hasil itu m uncul dari kom binasi em pat kondisi. Per-
tam a-tam a, wilayah yang dipertahankan m em iliki populasi yang cu-
kup besar dan padat sehingga sebagian orang bisa ditugaskan untuk
m enghabiskan waktu berpatroli di perbatasan, sehingga populasi tidak
harus m engandalkan setiap orang untuk sesekali m engawasi kalau-
kalau ada penerobos sam bil tetap m encari m akanan seperti biasa. Ke-
dua, wilayah eksklusif m em butuhkan lingkungan yang produktif, stabil,
dan bisa diperkirakan, di m ana pem ilik wilayah biasanya dapat m e-
nem u kan sebagian besar atau sem ua sum ber daya yang dibutuh kan,
sehingga jarang atau tak pernah perlu pergi ke luar wila yah. Ketiga,
wilayah itu harus m engandung sejum lah sum ber daya tetap yang
berharga atau pem anfaatan m odal yang pantas diper ta han kan bahkan
sam pai m ati, m isalnya ladang yang produktif, kebun pohon buah,
bendungan tam bak ikan, atau parit irigasi yang m em bu tuh kan banyak
upaya untuk pem bangunan dan perawatannya. Terakhir, ke anggotaan
kelom pok harus cukup konstan, dan kelom pok-kelom pok yang ber te-
tangga harus cukup berbeda, dengan sedikit m igrasi di antara kelom -
pok-kelom pok itu—kekecualian utam a berupa perpindahan orang-
orang m uda yang belum m enikah (lebih sering perem puan daripada
http://facebook.com/indonesiapustaka

laki-laki) m eninggalkan kelom pok tem pat m ereka lahir guna m e nikahi
anggota kelom pok lain.
Kita bisa am ati bagaim ana keem pat kondisi itu dipenuhi oleh ke-
lom pok-kelom pok yang baru saja saya sebutkan sebagai m endekati
ekstrem berupa wilayah eksklusif dan perbatasan yang dipertahankan.
Tem an-tem an saya dari pegunungan Papua m em iliki investasi cukup
besar dalam kebun sepanjang tahun, babi, dan hutan m ereka, yang
WILAYAH YANG SALING TIDAK BOLEH DIMASUKI ● 49

secara tradisional memberikan segala yang mereka butuhkan. Mem-


buka hutan dan m engem bangkan kebun adalah kerja keras bagi
m ereka, dan bahkan lebih keras lagi bagi orang-orang Dani di Papua
barat, yang m enggali dan m em pertahankan sistem parit rum it guna
m engalirkan air ke dan dari kebun-kebun m ereka. Orang Iñupiat dan
Ainu m enem pati wilayah yang sepanjang tahun kaya akan sum ber
daya laut berlim pah berupa ikan laut, anjing laut, paus, dan burung
laut, perikanan air tawar dan unggas air, serta wilayah daratan dengan
m am alia darat untuk diburu. Orang Yolngu dari Arnhem Land juga
hidup da lam populasi-populasi padat yang bisa terbentuk berkat
kom binasi sum ber daya pesisir dan daratan yang produktif. Indian
Shoshone di Lem bah Owens m erupakan pem buru-pengum pul yang
hidup dalam ke padatan relatif tinggi di area dengan cukup air yang
m em ungkinkan m e reka m engairi lahan guna m eningkatkan hasil
panen berupa biji rum put liar yang bisa dim akan, dan m enyediakan
panenan kacang pinus yang bisa disim pan. Cadangan m akanan, kebun
pinus, dan sistem irigasi itu layak dipertahankan, dan ada cukup
banyak orang Shoshone Lem bah Owens untuk m em pertahankan se-
m ua itu. Terakhir, Indian Yanom am o m em pertahankan perkebunan
pohon palem pejibaye (Bactris gasipaes) dan pisang tanduk yang
m em produksi m akanan pokok m ereka selam a bertahun-tahun dan juga
berharga untuk dipertahankan.
Di daerah-daerah dengan populasi yang sangat besar dan pa-
dat, misalnya daerah orang-orang Dani dan Nuer di Sudan, tidak ha-
nya ada kelom pok-kelom pok terpisah dengan wilayah m asing-m asing,
nam un kelom pok-kelom pok teritorial itu juga tertata lebih lan jut
m en jadi hierarki dengan tiga atau lebih tingkatan. Hierarki ter se-
but m engingatkan kita kepada tatanan hierarkis lahan, rakyat, dan
kendali politik yang akrab dengan kita di m asyarakat-m asyakat m odern
kita, dim ulai dari petak-petak rum ah individu, dan terus naik tingkat-
an m enjadi kota, kabupaten, dan provinsi sam pai ke pe m e rintah an
nasonal. Misalnya, orang Nuer (Gambar 7), yang berjumlah 200.000
http://facebook.com/indonesiapustaka

orang dan bertem pat tinggal dalam daerah seluas 77.0 0 0 kilom eter
persegi, terbagi m enjadi suku-suku yang m asing-m asing beranggotakan
antara 7.0 0 0 dan 42.0 0 0 orang, setiap suku terbagi-bagi lagi m enjadi
sub-suku prim er, sekunder, dan tersier, terus sam pai ke desa-desa
dengan 50 sam pai 70 0 orang dan dipisahkan oleh jarak 8 sam pai 30
kilom eter. Se m akin kecil dan rendah suatu satuan dalam hierarki,
sem akin sedikit terjadi perselisihan m engenai perbatasan dan berbagai
50 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

m asalah lain, sem akin kuat tekanan dari kerabat dan tem an terhadap
pihak-pihak yang berselisih agar segera berdam ai tanpa kekerasan, dan
kalaupun terjadi pertarungan, lingkupnya semakin terbatas. Misalnya,
orang-orang Nuer bisa bertindak apa saja terhadap suku-suku Dinka
yang bertetangga dengan m ereka: secara rutin m ereka m enjarah harta
orang Dinka, m en curi ternak Dinka, m em bunuhi laki-laki Dinka, dan
m enculik sejum lah perem puan dan anak-anak Dinka sebagai tahanan
dan membunuh yang lainnya. Namun kekejian orang-orang Nuer
terhadap suku-suku Nuer lain hanya terdiri atas penjarahan ternak
sesekali, pem bunuhan be berapa laki-laki saja, dan tidak ada pem -
bunuhan atau penculikan ter hadap perem puan dan anak-anak.

Pe n ggu n aan lah an n o n -e ks klu s if


Ekstrem seberangnya berupa kurang atau tidak adanya eksklusivitas
tercapai dengan kondisi-kondisi yang m erupakan kebalikan kondisi-
kondisi yang m endorong eksklusivitas. Salah satu kondisi ter se but
adalah populasi yang jarang dan kecil, yang tidak m em ungkin kan
patroli (selain sesekali m engawasi kalau-kalau ada penerobos se raya
melakukan hal-hal lain). Misalnya, masyarakat yang hanya terdiri
atas satu keluarga tidak bisa m engkhususkan anggota keluarga hanya
untuk berpatroli, sebab tidak m ungkin laki-laki dewasa satu-satunya
da lam keluarga m enghabiskan waktu seharian bertengger di puncak
m enara pengawas. Kondisi kedua m elibatkan lingkungan yang tidak
pro duktif, m arjinal, dan berubah-ubah dengan sum ber daya yang ber-
jarak berjauhan dan tidak bisa diperkirakan, sedem ikian rupa se hing-
ga wilayah m ana pun yang bisa diklaim seseorang kerap kali (pa da
beberapa m usim atau tahun yang buruk) tidak m engandung sum ber
daya yang dibutuhkan, sehingga orang itu harus sesekali m encari
sum ber daya dalam wilayah kelom pok lain dan sebaliknya. Ketiga,
wilayah yang tidak m engan dung apa-apa itu kurang pantas dibela
sam pai m ati: bila wilayah dise rang, lebih baik pindah saja ke daerah
lain. Terakhir, lebih besar ke m ungkinan wilayah bersifat non-eksklusif
http://facebook.com/indonesiapustaka

bila keanggotan kelom pok bersifat cair, dan bila anggota-anggota


kelom pok sering berkunjung atau pindah ke kelom pok-kelom pok lain.
Toh tidak m asuk akal m enjaga jarak dari kelom pok lain bila separo
anggotanya m erupakan pengunjung atau pin dahan dari kelom pok kita
sendiri.
Tapi bentuk pem bagian lahan yang biasa dalam kondisi-kondisi
yang m endorong non-eksklusivitas bukanlah ekstrem berupa keadaan
PENGGUNAAN LAHAN NON-EKSKLUSIF ● 51

"bebas untuk sem ua" di m ana setiap orang bisa m elakukan apa pun
di m ana pun. Tetap saja setiap kelom pok m em iliki daerah inti yang
spesiik. Satu lagi perbedaan masyarakat non-eksklusif dengan ma-
sya ra kat eksklusif adalah kelom pok-kelom pok tetangga m enerim a
izin untuk m engunjungi wilayah non-eksklusif secara lebih sering dan
untuk lebih banyak alasan berbeda—terutam a untuk m em peroleh
m akanan dan air pada m usim -m usim tertentu atau pada tahun-tahun
tertentu. Se jalan dengan itu, kita bisa dengan m udah m em peroleh
izin untuk m engun jungi wilayah tetangga kita ketika kita yang
berkebutuhan, sehingga tatanan itu m enjadi pertukaran berdasarkan
asas tim bal-balik dan saling m enguntungkan.
Contoh kepem ilikan lahan non-eksklusif yang telah dijabarkan
se cara terperinci adalah para pem buru-pengum pul !Kung (Gam bar
6) dari daerah Nyae Nyae di Gurun Kalahari. Ketika dipelajari pada
1950 -an, m e reka terdiri atas 19 kawanan, m asing-m asing terdiri atas
8 sam pai 42 orang, m asing-m asing kawanan dengan "wilayah" m ereka
sendiri (istilahnya n!ore) dengan luas antara 250 dan 650 kilom eter
persegi. Namun perbatasan antara n!ore satu dengan lainnya tidaklah
jelas: ketika para ahli antropologi dan inform an !Kung berjalan
bersam a-sam a dari kam p para inform an m enuju n!ore berikutnya, para
infor m an m enjadi sem akin tidak yakin, atau sem akin sering berdebat,
m engenai di n!ore m ana m e reka sekarang berada, sem akin jauh m ereka
dari pusat n!ore m ereka sen diri. Tidak ada m enara pengawas atau jalan
setapak yang m e nandai perbatasan n!ore.
N!ore !Kung dihuni secara non-eksklusif sebab penggunaan ber-
sam a sum ber daya n!ore bersifat perlu sekaligus m em ungkinkan.
Penggunaan bersam a sum ber daya dibutuhkan karena air langka
di Gurun Kalahari, dan setiap kawanan perlu m enghabiskan seba-
gian besar waktunya di dekat sumber air. Namun ada variasi yang tak
bisa diper kira kan dalam hal curah hujan dari tahun ke tahun. Banyak
sum ber air di daerah itu m engering saat m usim kem arau. Hanya 2
sum ber air yang tidak pernah kering selam a periode yang dipelajari; 3
http://facebook.com/indonesiapustaka

lagi biasanya ada sepanjang tahun nam un kering pada beberapa tahun;
5 lagi hanya kadang-kadang ada waktu m usim kem arau; sem entara 50
ber sifat m usim an dan selalu m engering pada waktu-waktu tertentu da-
lam setahun. Oleh karena itu pada m usim kem arau, sam pai 20 0 orang
dari berbagai kawanan berkum pul di sum ber air perm anen dengan se-
izin para pem iliknya, yang sebagai gantinya diizinkan berkunjung dan
m enggunakan sum ber daya yang sedang berlim pah di n!ore-n!ore
52 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

lain. Dengan dem ikian, pertim bangan m engenai air m eng ha rus kan
!Kung m em iliki wilayah non-eksklusif: tidak ada gunanya m engklaim
penggunaan eksklusif suatu daerah bila daerah itu bisa ke habisan air
sehingga m enjadi tidak berguna. Sebaliknya, kelim pahan m usim an
luar biasa sejum lah sum ber daya m em ungkinkan non-eksklusivitas:
tidak ada gunanya m enyinggung sekutu yang berpotensi ber m anfaat
dengan cara m encegah m ereka m em asuki wilayah kita sewaktu wilayah
tersebut sedang m em produksi jauh lebih banyak m a kanan daripada
yang kita bisa m akan sendiri. Itu terutam a benar adanya bagi m akanan
pokok berupa kacang m ongongo (Schinziophyton rautanenii) yang
secara m u sim an tersedia dalam jum lah besar, dan juga berlaku bagi
tanam an pangan m usim an berupa kacang liar dan m elon.
Seharusnya, siapa pun dari kawanan mana pun di daerah Nyae
Nyae boleh berburu di mana pun, termasuk di luar n!ore kawanannya
sendiri. Tapi, bila kita m em bunuh hewan di luar n!ore kita, kita harus
m em berikan sebagian dagingnya sebagai hadiah bila kita ke m u dian
berjum pa dengan anggota kawanan yang m em iliki n!ore tersebut.
Namun kebebasan akses untuk berburu itu tidak berlaku bagi para
pem buru !Kung dari daerah-daerah yang lebih jauh. Secara le bih
um um , kawanan-kawanan !Kung yang bertetangga dapat dengan m u-
dah m em peroleh izin untuk saling m enggunakan n!ore dem i tujuan-
tujuan lain, m isalnya m engam bil air, kacang-kacangan, polong-po-
longan, dan m elon—nam un pertam a-tam a m ereka harus m em inta izin,
dan m ereka m enjadi berkewajiban untuk m em balas budi nantinya de-
ngan m engizinkan kawanan tuan rum ah untuk berkunjung ke n!ore
kawanan pengunjung. Perkelahian bisa pecah bila m ereka tidak m e-
m in ta izin. Kawanan-kawanan yang lebih jauh harus sangat berhati-
hati dalam m em inta izin, dan harus m em batasi lam a kunjungan m e-
reka serta jum lah orang yang berkunjung. Orang luar yang tidak punya
hu bungan yang diakui, entah itu hubungan darah atau pernikahan, de-
ngan para pem ilik n!ore tidak bisa berkunjung sam a sekali. Dengan de-
m ikian, wilayah non-eksklusif jelas bukan berarti bebas untuk sem ua.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Hak untuk m enggunakan lahan dan sum ber daya, entah itu secara
eks klusif ataupun tidak, m enyiratkan konsep kepem ilikan. Siapa yang
m e m iliki n!ore kawanan !Kung? J awabannya: k’ausi kawanan tersebut,
yaitu kelom pok inti yang terdiri atas sekelom pok orang tua atau se-
orang tua yang m erupakan keturunan orang-orang yang telah pa ling
lama menghuni daerah tersebut. Namun komposisi kawanan bersifat
cair dan berubah dari hari ke hari, karena orang-orang se ring pergi
PENGGUNAAN LAHAN NON-EKSKLUSIF ● 53

m engunjungi kerabat m ereka di n!ore lain, orang-orang m elakukan


kunjungan m usim an ke n!ore lain untuk m engam bil air atau m akanan
yang sedang sangat berlim pah, sejum lah orang ber pindah kawanan
secara perm anen karena berbagai alasan, dan seorang pengan tin laki-
laki baru beserta para tanggungannya (orangtuanya yang sudah lanjut
usia, juga istri pertam a dan anak-anaknya bila sekarang dia m enikahi
istri m uda) m ungkin hidup dengan kawanan istri barunya selam a
sekitar satu dasawarsa sam pai dia dan istri barunya telah m e m iliki
beberapa anak. Sebagai akibatnya, banyak orang !Kung m engha bis kan
lebih banyak waktu di luar daripada di dalam n!ore m ereka. Dalam satu
tahun rata-rata, 13% populasi berpindah kediam an secara perm anen
dari satu kam p ke kam p lain, sem entara 35% populasi m em bagi waktu
huniannya secara setara antara dua atau tiga kam p. Dalam kondisi-
kondisi itu, kawanan di n!ore yang bertetangga terdiri sebagian atas
anggota n!ore kita sendiri; m ereka bukanlah m anusia ren dahan jahat
yang dalam beberapa generasi hanya m elangsungkan per pindahan
antar-kelom pok berupa dua pernikahan cam pur, seperti yang terjadi
pada orang-orang gunung tem an-tem an saya dari Papua. Kita tidak
akan m engam bil pendekatan eksklusif garis keras terhadap sum ber
daya-sum ber daya kita ketika banyak "penyusup" itu sebenarnya m e-
ru pa kan saudara kandung dan sepupu kita, anak-anak kita yang sudah
dewasa, dan orangtua kita yang telah berusia lanjut.
Satu lagi ilustrasi m enarik m engenai wilayah non-eksklusif m eli-
batkan orang Shoshone dari Great Basin, Amerika Utara. Mereka
adalah pen du duk asli Am erika yang tergolong ke dalam kelom pok
bahasa yang sam a dengan Shoshone Lem bah Owens yang sudah saya
sebutkan sebagai ilustrasi wilayah eksklusif. Sepupu-sepupu m ereka
di Great Basin ber beda dalam hal penggunaan lahan akibat perbedaan
lingkungan. Se m entara tanah Lem bah Owens m em iliki air yang m en-
cukupi, cocok un tuk pengairan, dan pantas dipertahankan, Great Basin
m erupakan gu run kering yang berkondisi keras, sangat m enggigit pada
m usim dingin, dengan sum ber daya yang jarang-jarang dan tak bisa di-
http://facebook.com/indonesiapustaka

per kirakan, serta kem ungkinan kecil m enum puk cadangan m akanan.
Kepadatan populasi m anusia di Great Basin hanya sekitar satu orang
per 40 kilom eter persegi. Shoshone Great Basin hidup dalam keluarga-
keluarga terpisah nyaris sepanjang tahun, berkum pul di m usim dingin
m en jadi kam p-kam p yang terdiri atas 5 atau 10 keluarga di dekat m ata
air dan daerah penghasil kacang pinus, serta sekali-sekali berkum pul
m enjadi kelom pok-kelom pok yang lebih besar yang terdiri atas sam pai
54 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

15 keluarga demi perburuan bersama antelop dan kelinci. Mereka


tidak m em pertahankan wilayah yang berbatas jelas. Keluarga-ke luarga
memiliki tempat-tempat spesiik, misalnya daerah yang ditumbuhi
pinus, yang bisa dim anfaatkan bersam a dengan keluarga-keluarga
lain nam un hanya berdasarkan perjanjian: penerobos yang berupaya
m em anen kacang pinus tanpa perjanjian akan diusir de ngan tim pukan
batu. Sum ber daya nabati dan hewani lain nya dim anfaatkan bersam a-
sam a dengan hak-hak non-eksklusif yang lentur.
Terakhir, penetapan dan patroli wilayah secara m inim al dilang-
sungkan oleh orang-orang Indian Machiguenga Peru dan Indian
Siriono Bolivia di daerah-daerah berhutan tropis. Sewaktu kelom pok-
ke lom pok itu dipelajari oleh para ahli antropologi, orang-orang
Machiguenga merupakan pekebun yang hidup dengan kepadatan
populasi se dang, barangkali karena populasi yang sebelum nya lebih
padat telah m engecil akibat penyakit-penyakit yang dibawa orang-
orang Eropa atau pem bantaian selam a boom karet, dan juga karena
agrikultur di dae rah m ereka hanya m em berikan hasil panen yang
sedikit. Orang-orang Machiguenga melakukan perpindahan musiman
dem i m en cari sum ber m akanan liar dan m em buka kebun tebang-
bakar yang m enghasilkan m akanan hanya beberapa tahun dan tidak
layak dipere but kan dengan kekerasan. Tidak ada wilayah: dalam teori,
sem ua sum ber daya di hutan dan sungai bebas dim anfaatkan oleh
semua orang Machiguenga. Pada praktiknya, kelompok-kelompok
m ulti-keluarga m en jaga jarak dari daerah pangkalan kelom pok lain.
Serupa dengan itu, Indian Siriono yang dipelajari oleh Allan Holm berg
hidup dengan berburu-m engum pul dan kadang-kadang agrikultur
dalam kawanan 60 sam pai 80 orang yang tidak m em iliki wilayah yang
berbatas jelas. Namun bila ada satu kawanan yang menemukan jejak
perburuan yang ditinggalkan oleh kawanan lain, m ereka m em ilih untuk
tidak berburu di daerah kawanan lain tersebut. Dengan kata lain, ada
saling m enghindar yang inform al.
Dengan dem ikian, pem anfaatan lahan tradisional berkisar pada
http://facebook.com/indonesiapustaka

suatu kisaran, dari wilayah berbatas jelas yang dijaga patroli, diper-
tahan kan, dan dijaga dari orang luar dengan ancam an kem atian; dae-
rah pangkalan yang tidak jelas tanpa perbatasan tegas dan yang da-
pat dim anfaatkan oleh orang luar m elalui perjanjian bersam a; sam -
pai daerah pangkalan yang dijaga terpisah sem ata m elalui saling
m enghindar yang inform al. Tidak ada m asyarakat tradisional yang
m enenggang akses relatif terbuka yang dinikm ati oleh orang-orang
KAWAN, LAWAN, DAN ORANG ASING ● 55

Am erika m odern atau warga Uni Eropa, yang sebagian besar di


antaranya bisa ber kelana ke m ana pun di dalam Am erika Serikat atau
Uni Eropa, dan bisa berkelana ke banyak negara lain m ana pun sem ata
dengan m enunjukkan paspor dan visa yang berlaku ke petugas im igrasi
di perbatasan. (Tentu saja serangan ke World Trade Center pada 11
Septem ber 20 0 1 telah m enjebloskan orang-orang Am erika kem bali
ke dalam kecurigaan tradisional terhadap orang asing dan telah m e-
nye babkan pem batasan terhadap perjalanan bebas, m isalnya daftar
larangan terbang dan pemeriksaan keamanan di bandara.) Namun kita
juga bisa berargum en bahwa sistem m odern kita berupa akses yang
relatif terbuka m erupakan perluasan skala hak-hak dan pem batasan
akses tradisional. Orang-orang tradisional, yang hidup dalam m a sya-
rakat yang terdiri atas beberapa ratus jiwa, m em peroleh akses ke tanah
orang lain dengan cara dikenali secara individual, m em iliki hubungan
individual di wilayah itu, atau m em inta izin secara individual.
Dalam masyarakat kita yang terdiri atas ratusan juta orang, deinisi
"hubungan" kita diperluas ke sem ua warga negara kita atau negara
sahabat, dan perm intaan izin diform alisasi serta dikabulkan secara
m assal m e lalui paspor dan visa.

Kaw an , law an , d an o ran g as in g


Sem ua pem batasan terhadap perpindahan bebas itu m enyebabkan ang-
gota m asyarakat-m asyarakat berskala kecil m enggolong-golongkan
orang m enjadi tiga kategori: kawan, lawan, dan orang asing. "Kawan"
adalah anggota-anggota kawanan atau desa kita sendiri, juga anggota-
anggota kawanan atau desa tetangga yang kebetulan sedang berdam ai
de ngan kawanan kita kini. "Lawan" adalah anggota-anggota kawanan
dan desa tetangga yang kebetulan sedang berm usuhan dengan
kawanan kita kini. Terlepas dari itu, kita barangkali tahu setidaknya
nam a dan hubungan, serta barangkali sosok, banyak atau sebagian be-
sar individu dalam kawanan-kawanan tak bersahabat itu, sebab kita
pernah m endengar tentang m ereka atau bertem u m ereka sewaktu ber-
http://facebook.com/indonesiapustaka

ne gosiasi dem i ganti rugi, pada m asa-m asa dam ai yang disebabkan oleh
pergeseran aliansi, dan pertukaran pengantin perem puan (atau terka-
dang pengantin laki-laki) selam a gencatan senjata sem acam itu. Salah
satu contohnya adalah kedua laki-laki desa sungai yang pindah ke desa
tem an-tem an saya di gunung karena pernikahan.
Kategori yang tersisa adalah "orang asing": individu-individu tak
dikenal yang m erupakan anggota kawanan-kawanan jauh yang hanya
56 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

pernah berkontak sedikit dengan kawanan Anda, atau m alahan tidak


per nah sam a sekali. Anggota m asyarakat berskala kecil jarang atau
tidak pernah berjum pa dengan orang asing, karena berkelana ke daerah
yang tidak diakrabi yang penduduknya tidak kenal dan sam a sekali
tidak berkerabat dengan kita sam a saja bunuh diri. J ika kita kebetulan
ber jum pa dengan orang asing di wilayah kita, kita harus m enganggap
bahwa orang itu berbahaya, karena (m engingat bahayanya berkelana
ke daerah yang tidak diakrabi) orang asing itu sangat m ungkin sedang
m em ata-m atai guna m enyerbu atau m enghabisi kelom pok kita, atau
m ungkin m enerobos m asuk guna berburu atau m encuri sum ber daya
atau m enculik perem puan yang bisa dinikahi.
Dalam populasi lokal berskala kecil yang terdiri atas beberapa ratus
jiwa, kita tentunya tahu nam a dan wajah sem ua anggota, rincian se m ua
kekerabatan m ereka m elalui keturunan, pernikahan, dan adopsi, dan
seperti apa kekerabatan m ereka dengan kita. Bila kepada ka wan an kita
sendiri kita tam bahkan beberapa kawanan tetangga yang ber sahabat,
sem esta potensial "kawan" kita m ungkin berjum lah lebih daripa da
seribu orang, term asuk banyak orang yang kita pernah dengar na m un
belum pernah lihat. Oleh karena itu anggaplah bahwa, sewaktu berada
sendirian jauh dari daerah inti atau di dekat perbatasan teritori kita,
kita berjum pa seseorang atau beberapa orang yang tidak kita kenali.
Bila m ereka berjum lah lebih daripada satu sem entara kita sen dirian,
kita akan lari, dan sebaliknya. Bila kita sendirian dan orang lain itu juga
sendirian, dan bila kita dan dia m elihat satu sam a lain dari kejauhan,
kita dan dia akan sam a-sam a kabur bila sepintas tam paknya ke kuatan
kita seim bang (m isalnya, dua laki-laki dewasa, bukan seorang laki-laki
yang berhadapan dengan seorang perempuan atau anak-anak). Namun
bila kita kebetulan sedang berbelok dan m endadak berpapasan dengan
orang lain tanpa diduga-duga, dan kita tidak sem pat kabur, akan ter-
jadi situasi yang m enegangkan. Situasi tersebut bisa dipecahkan bila
kita dan dia bersam a-sam a duduk, m enyebutkan nam a dan kerabat
m asing-m asing dan bagaim ana kekerabatan kita dengan m ereka, dan
http://facebook.com/indonesiapustaka

terus berlanjut dalam upaya mengidentiikasi kerabat bersama, sampai


dite m u kan hubungan kekerabatan antara kita dan dia sehingga tidak
ada alasan untuk saling menyerang. Namun bila sampai beberapa jam
bercakap-cakap namun kita belum juga bisa mengidentiikasi kerabat
yang sam a, m aka kita tidak bisa hanya m em balikkan badan dan ber-
kata, “Senang berjum pa denganm u, sam pai jum pa.” Kita atau dia atau
keduanya harus m enganggap yang satu lagi sebagai penerobos tanpa
KAWAN, LAWAN, DAN ORANG ASING ● 57

kekerabatan yang m enjadi alasan untuk berkunjung, dan kem ungkinan


terjadi pengusiran atau pertarungan.
Para penutur dialek !Kung Pusat di dalam daerah Nyae Nyae
m e nyebut sesam a penutur bahasa itu sebagai jù/ w ãsi, dengan jù
berarti "orang", si adalah akhiran jam ak, sem entara w ã kira-kira
berarti "tulus, baik, jujur, bersih, tidak m em bahayakan". Kunjungan
bolak-balik antar-kerabat di dalam daerah Nyae Nyae menciptakan
keakraban pribadi yang m enyatukan ke-19 kawanan dan seluruh
anggota kawanan yang berjum lah kurang lebih seribu orang di daerah
tersebut, dan m enjadikan m ereka sem ua jù/ w ãsi terhadap satu sam a
lain. Istilah yang berlawanan, jù/ dole (dengan dole berm akna "buruk,
asing, m em bahayakan"), diber la kukan kepada sem ua orang kulit
putih, sem ua orang Bantu yang ber kulit hitam , dan bahkan orang-
orang !Kung yang m erupakan pe nu tur dialek yang sam a nam un m eru-
pakan anggota kelom pok jauh tanpa kerabat atau kenalan m ereka
di dalam nya. Seperti anggota sem ua m a sya rakat berskala kecil lain,
orang-orang !Kung bersikap curiga terha dap orang asing. Pada prak-
tiknya, m ereka berhasil m enem ukan istilah ke kerabatan yang digu-
nakan bagi hampir setiap orang !Kung yang mereka temui. Namun
bila m ereka berjum pa seorang !Kung asing dan tidak bisa m enem ukan
kekerabatan apa pun dengannya setelah m ereka m e nelusuri seluruh
kekerabatan m ereka dan orang asing itu juga telah m enelusuri seluruh
kekerabatannya, m aka dia m erupakan penerobos yang harus m ereka
usir atau bunuh.
Misalnya, seorang laki-laki !Kung bernama Gao, atas permintaan
ahli antropologi Lorna Marshall, pergi ke tempat bernama Khadum,
yang terletak di luar namun tidak jauh di sebelah utara daerah Nyae
Nyae. Gao tidak pernah mengunjungi Khadum, dan sedikit sekali
orang !Kung lain dari Nyae Nyae yang pernah ke sana. Orang-orang
!Kung di Khadum pada awalnya m enyebut Gao seorang jù/ dole, yang
berarti setidaknya penerim aan yang dingin dan barangkali ber arti
masalah. Namun Gao dengan cepat mengatakan bahwa dia pernah
http://facebook.com/indonesiapustaka

dengar bahwa ayah seseorang yang tinggal di Khadum m em iliki nam a


yang sam a dengan ayah Gao sendiri, dan bahwa seseorang lain di
Khadum m em iliki saudara laki-laki bernam a Gao, seperti Gao sendiri.
Orang-orang !Kung di Khadum lantas berkata kepada Gao, “J adi, kam u
adalah !gun!a si Gao (m aksudnya Gao m ereka).” (!gun!a adalah istilah
kekerabatan.) Mereka lalu menerima Gao di api unggun mereka dan
m enghadiahinya m akanan.
58 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

Kategorisasi serupa atas orang-orang berlaku di antara orang-orang


Indian Ache di Paraguay (Gam bar 10 ). Pada m asa kontak dam ai de-
ngan orang Eropa, orang Ache berjum lah sekitar 70 0 jiwa, hidup dalam
kawanan yang m asing-m asing beranggotakan 15 sam pai 70 orang, dan
beberapa kawanan yang berailiasi dekat membentuk satu kelompok
kawanan. Ada em pat kelom pok sem acam itu, dengan jum lah anggota
total pada m asa kontak berkisar antara 30 sam pai 550 orang. Orang
Ache m enyebut anggota-anggota lain kelom pok m ereka sen diri sebagai
irondy (yang berarti orang-orang yang berdasarkan adat m e ru pakan
kaum atau saudara kita), dan m engacu kepada orang-orang Ache dari
ketiga kelom pok lainnya sebagai irolla (yang berarti orang-orang Ache
yang bukan kaum kita).
Dalam m asyarakat m odern berskala besar yang warga-warganya
ber kelana ke sana-ke m ari di dalam negara m ereka sendiri dan ke se-
keliling dunia, kita m endapat banyak kawan berdasarkan "ke co cokan"
individual, bukan ailiasi kelompok. Sejumlah kawan lama kita adalah
orang-orang yang tum buh besar atau bersekolah bersam a-sam a kita,
nam un yang lainnya adalah orang-orang yang kita jum pai da lam
perjalanan kita. Yang penting dalam perkawanan adalah apakah orang-
orang saling m enyukai dan punya kesam aan m inat, bukan apa kah
kelom pok seseorang bersekutu secara politik dengan kelom pok orang
lain. Kita terim a begitu saja konsep perkawanan pribadi ini se bagai
kewajaran, sehingga baru setelah bertahun-tahun bekerja di Papua-
lah saya m em aham i konsep berbeda m engenai perkawanan yang ada
di m asyarakat-m asyarakat tradisional berskala kecil di Papua m e lalui
suatu insiden.
Insiden itu m elibatkan seorang Papua bernam a Yabu, yang desa-
nya di Dataran Tinggi Tengah telah m enjalankan gaya hidup tradi-
sional sam pai pem erintah m enancapkan kendali di daerah m ereka
dan m engakhiri peperangan antarsuku kira-kira satu dasawarsa sebe-
lum nya. Selam a penelitian terhadap burung yang saya lakukan, saya
m em bawa serta Yabu sebagai salah satu asisten lapangan saya ke per-
http://facebook.com/indonesiapustaka

kem ah an di Dataran Tinggi Tenggara, dan di sana kam i dikunjungi


selam a be berapa hari oleh seorang guru dari Britania bernam a J im .
Yabu dan J im m enghabiskan banyak waktu m engobrol dan bercanda
dengan satu sam a lain, m engingat-ingat cerita panjang-lebar bersam a,
dan tam pak jelas saling m enikm ati keberadaan satu sam a lain. Kota
Dataran Tinggi Tengah tem pat J im m engajar sekolah terletak hanya
beberapa lusin kilom eter dari desa Yabu. Ketika kerja lapangannya
KAWAN, LAWAN, DAN ORANG ASING ● 59

dengan saya sudah selesai, Yabu akan kem bali ke desanya dengan pe-
sawat terbang ke bandara di kota J im dan kem udian pulang ke desa-
nya dengan berjalan kaki. Oleh karena itu, sewaktu J im m e ninggalkan
perkem ahan kam i dan m engucap kan selam at tinggal kepada Yabu dan
saya, J im m elakukan hal yang tam pak sepe nuhnya wajar bagi saya: dia
m engundang Yabu untuk m am pir dan m engunjunginya sewaktu Yabu
pulang m elalui kota J im .
Beberapa hari setelah J im pergi, saya bertanya kepada Yabu apakah
dia berencana m engunjungi J im dalam perjalanannya pulang. Yabu
bereaksi dengan terkejut dan agak tersinggung gara-gara saran saya
yang buang-buang waktu itu: “Mengunjungi dia? Buat apa? Kalau dia
punya tawaran kerja berupah buat aku, aku akan kunjungi dia. Tapi
dia tidak punya kerjaan buatku. Untuk apa aku m am pir ke kotanya dan
m en cari dia hanya dem i ‘perkawanan’!” (Percakapan ini berlangsung
dalam lingua franca Papua Nugini, Tok Pisin; ungkapan Tok Pisin
yang saya terjem ahkan di sini sebagai "hanya dem i perkawanan" adalah
"bilong pren nating".) Saya terkesim a m enyadari bahwa sebelum nya
saya m em buat asum si keliru m engenai hal-hal yang sepertinya uni-
versal bagi m anusia sehingga tidak terpikir sedikit pun oleh saya untuk
m em per ta nyakannya.
Sewajarnya, baru sadarnya saya itu tidak perlu dibesar-besarkan.
Tentu saja, anggota-anggota m asyarakat berskala kecil m enyenangi
se ba gian orang lebih daripada orang-orang lain dalam m asyarakat
m ereka sendiri. Seiring sem akin besar atau terpaparnya m asyarakat
ber skala kecil kepada pengaruh-pengaruh luar yang non-tradisional,
pem ikiran-pem ikiran tradisional berubah, term asuk pandangan m e-
ngenai perkawanan. Terlepas dari itu, saya pikir perbedaan antara
kon sep perkawanan dalam m asyarakat berskala besar (terungkapkan
dalam undangan J im ) dan berskala kecil (terungkapkan dalam reaksi
Yabu) secara rata-rata m erupakan hal nyata. Itu bukan hanya sekadar
perbedaan tanggapan Yabu terhadap orang Eropa dan terhadap orang
Papua. Seperti yang diterangkan kepada saya oleh seorang ka wan
http://facebook.com/indonesiapustaka

Papua yang akrab dengan cara-cara Barat sekaligus cara-cara tra di-
sional Papua, “Di Papua kam i tidak m ain datang m engunjungi orang
tanpa tujuan. Bila kita baru bertem u dan m enghabiskan waktu se-
m inggu bersam a seseorang, bukan berarti kita lantas punya hubungan
atau perkawanan dengan orang itu.” Kontras dengan itu, sedem ikian
ba nyak nya pilihan dalam m asyarakat terwesternisasi berskala besar,
dan seringnya perpindahan geograis kita, memberi kita lingkup yang
60 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

lebih luas—dan kebutuhan yang lebih besar—akan hubungan yang


didasari oleh ikatan perkawanan pribadi, bukan kekerabatan, per ni-
kahan, dan kedekatan geograis yang tidak disengaja di masa kanak-
kanak.
Dalam m asyarakat hierarkis besar di m ana ribuan atau jutaan
orang hidup bersam a di bawah payung kedatuan atau negara, norm al
saja bila bertem u orang asing, dan kejadian itu am an lagi tidak m em -
bahayakan. Misalnya, setiap saat saya berjalan melintasi kampus
University of California tem pat saya bekerja atau di jalan-jalan Los
Angeles, tanpa m erasa takut atau terancam ketika berpapasan dengan
ratusan orang yang belum per nah saya lihat, dan m ungkin tak akan
per nah saya lihat lagi, yang tidak punya kekerabatan apa pun yang bisa
ter lacak, entah itu dari keturunan ataupun pernikahan. Tahap awal
perubahan sikap terhadap orang asing itu ditunjukkan oleh orang-
orang Nuer di Sudan, yang sudah saya sebutkan sebagai masyarakat
beranggota se kitar 20 0 .0 0 0 jiwa dan tersusun dalam hierarki beberapa
tingkat mulai dari desa sampai suku. Jelaslah, tidak ada seorang Nuer
pun yang m e ngenal atau pernah m endengar tentang sem ua 199.999
orang Nuer lainnya. Organisasi politik Nuer lemah: setiap desa me-
m iliki seorang datu bergelar kosong dengan hanya sedikit kekuasaan
sungguhan, nanti saya jabarkan di Bab 2. Terlepas dari itu (dalam
kata-kata ahli antropologi E.E. Evans-Pritchard), “Di antara orang-
orang Nuer, dari mana pun asal mereka, dan walaupun mereka asing
bagi satu sam a lain, hubungan ber sahabat dengan segera term antapkan
sewaktu mereka bertemu di luar negara mereka, sebab seorang Nuer
tidak pernah merupakan seorang asing terhadap sesama orang Nuer
seperti dia terhadap seorang Dinka atau seorang Shilluk. Perasaan
superioritas m ereka dan rasa jijik yang m ereka tunjukkan kepada
sem ua orang asing serta kesediaan m ereka untuk m em erangi orang
asing m erupakan ikatan yang m enya tu kan m ereka sem ua, dan bahasa
serta nilai-nilai m ereka yang sam a m e m ungkinkan kom unikasi yang
m udah.”
http://facebook.com/indonesiapustaka

Dengan dem ikian, dibandingkan dengan m asyarakat-m asyarakat


berskala lebih kecil, orang-orang Nuer tidak lagi menganggap orang
asing sebagai m engancam , m elainkan netral atau bahkan berpotensi
menjadi sahabat—asalkan mereka sama-sama orang Nuer. Orang-orang
asing yang bukan orang Nuer bisa jadi diserang (apabila mereka orang
Dinka) atau sem ata dipandang rendah (apabila m ereka tergolong jenis
orang lain m ana pun). Dalam m asyarakat yang lebih besar lagi dengan
KONTAK PERTAMA ● 61

ekonom i pasar, orang asing m em iliki nilai positif potensial sebagai


calon m itra bisnis, pelanggan, pem asok, dan pem beri pekerjaan.

Ko n tak p e rtam a
Bagi m asyarakat-m asyarakat tradisional berskala kecil, pem bagian du-
nia m enjadi kawan dari kelom pok sendiri m aupun kelom pok tetangga,
lawan yang bertetangga, dan orang asing dari tem pat yang lebih jauh
m enyebabkan pengetahuan m ereka tentang dunia bersifat sangat lokal.
Orang-orang m engetahui daerah atau teritori inti m ereka sendiri, dan
m ereka tahu banyak m engenai lingkungan lingkar terdekat di teritori
te tangga berkat kunjungan berdasarkan hak penggunaan tim bal-balik
atau selam a gencatan senjata yang terjadi berselang-seling de ngan per-
musuhan. Namun kecil kemungkinan mereka mengetahui lingkungan
lingkar berikutnya (yang kedua) berupa teritori-teritori di dekat teritori
m ereka sendiri; ketika sedang terjadi perm usuhan dengan orang-orang
di lingkar pertama, mereka tidak bisa menyeberangi lingkar pertama
kala perang guna mencapai lingkar kedua; dan ketika mereka berdamai
de ngan orang-orang di lingkar pertama, orang-orang tersebut mungkin
jus tru sedang bermusuhan dengan tetangga-tetangga di lingkar kedua,
se hingga lagi-lagi mereka tidak bisa mengunjungi tetangga-tetangga itu.
Bahkan berkelana ke teritori-teritori tetangga langsung m ereka
(lingkar pertam a) pada m asa yang dianggap dam ai dapat m enda tang-
kan bahaya. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa tetangga-te-
tangga itu baru saja m em ulai perang dengan sekutu lain kelom pok
m e reka, sehingga m ereka pun dianggap sebagai m usuh. Tuan ru-
m ah dan kerabat m ereka di m asyarakat tetangga itu pun m enjadi
tidak bersedia atau tidak mampu melindungi mereka. Misalnya, Karl
Heider, Jan Broekhuijse, dan Peter Matthiessen menjabarkan suatu
insiden yang terjadi pada 25 Agustus 1961, di antara orang-orang Dani
Dugum di Lem bah Baliem . Orang-orang Dani terbagi m enjadi be -
berapa lusin konfederasi, di m ana dua di antaranya, Aliansi Gutelu
dan Aliansi Widaia, bertarung m em perebutkan wilayah Dugum . Di de -
http://facebook.com/indonesiapustaka

kat situ ada konfederasi tersendiri bernam a Asuk-Balek, didirikan oleh


kelom pok pecahan Gutelu yang telah m eninggalkan tanah asal m e reka
dan m engungsi ke sepanjang Sungai Baliem setelah terjadi se jum lah
pertem puran. Em pat laki-laki Asuk-Balek yang bersekutu dengan
Aliansi Widaia m engunjungi dusun Gutelu bernam a Abulopak, di m ana
terdapat dua kerabat dari dua di antara laki-laki Asuk-Balek itu. Na-
m un para pengunjung tidak m enyadari bahwa belum lam a Widaia
62 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

m em bunuh dua orang Gutelu, bahwa upaya-upaya terbaru orang-orang


Gutelu gagal m em balas im pas dengan m em bunuh seorang Widaia, dan
bahwa ketegangan di antara orang-orang Gutelu sedang tinggi.
Tibanya orang-orang Asuk-Balek, sekutu Widaia, yang tidak
m enaruh curiga, m em berikan orang-orang Gutelu Abulopak kesem -
patan ter baik kedua untuk m em balas dendam , hanya kalah dari
m em bunuh orang Widaia. Kedua orang Asuk-Balek yang punya
kerabat di Abulopak tidak diapa-apakan, nam un dua laki-laki yang
tidak punya kerabat diserang. Seorang berhasil m eloloskan diri. Yang
satu lagi berlindung di dalam bilik tidur satu pondok, nam un diseret
turun dan ditom bak. Se rangan itu m em icu ledakan suka-ria beram ai-
ram ai di antara orang-orang Abulopak, yang m enyeret tubuh orang
Asuk-Balek yang sebenarnya m a sih hidup itu di sepanjang jalur
berlum pur ke lapangan tari m ereka. Orang-orang Abulopak kem udian
m enari-nari girang m alam itu di sekeliling jenazah laki-laki itu dan
akhirnya m em buangnya ke dalam sa luran irigasi, m endorongnya ke
dalam air, dan m enutupinya dengan rum put. Pagi berikutnya, kedua
orang Asuk-Balek yang m em punyai kerabat orang Abulopak diizinkan
m engam bil jenazah tersebut. Insiden itu m enggam barkan kebutuhan
untuk berhati-hati pada tingkat nyaris paranoia sewaktu m elakukan
perjalanan. Bab 7 akan m enjabarkan lebih lanjut tentang kebutuhan
yang saya istilahkan "paranoia konstruktif" ini.
J arak tradisional perjalanan dan pengetahuan lokal adalah dekat
di daerah-daerah berkepadatan penduduk tinggi dan lingkungan yang
konstan, dan jauh di daerah-daerah dengan kepadatan penduduk
rendah dan lingkungan yang berubah-ubah. Pengetahuan geograis
sangat lokal di Dataran Tinggi Papua, karena kepadatan penduduknya
yang tinggi dan lingkungannya yang relatif stabil. Perjalanan dan pe-
ngetahuan bersifat lebih luas di daerah-daerah dengan lingkungan
stabil na m un dengan populasi yang lebih rendah (m isalnya dataran
rendah Papua dan hutan hujan Afrika yang dihuni oleh orang-orang
Pigm i Afrika), dan lebih luas lagi di daerah-daerah dengan lingkungan
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang ber ubah-ubah dan berpopulasi rendah (m isalnya gurun dan


daratan pedalaman Artika). Misalnya, penduduk kepulauan Andaman
tidak tahu apa-apa tentang suku-suku Andam an yang hidup lebih
daripada 30 kilom eter jauhnya dari m ereka. Sebagian besar dunia yang
diketahui orang-orang Dani Dugum terbatas di Lem bah Baliem , yang
sebagian besarnya bisa m ereka lihat dari puncak-puncak bukit, nam un
m ereka hanya bisa m engunjungi sebagian lem bah itu karena Baliem
KONTAK PERTAMA ● 63

terbagi-bagi oleh garis-garis batas pe rang yang bila dilintasi sam a saja
dengan bunuh diri. Orang-orang Pigm i Aka, yang diberi daftar berisi
nam a sam pai 70 tem pat dan ditanyai tem pat m ana saja yang pernah
m ereka kunjungi, tahu hanya separo dari tem pat-tem pat yang terletak
dalam radius 30 kilom eter dan hanya seperem pat dari tem pat-tem pat
yang terletak dalam radius 60 m il. Se benarnya, sewaktu saya tinggal di
Inggris pada 1950 -an dan 1960 -an, banyak orang Inggris yang hidup
di perdesaan dan sepanjang hayat tak pernah keluar dari desa m ereka
atau wilayah sekitarnya, kecuali barangkali pergi ke luar negeri sebagai
prajurit sem asa Perang Dunia I atau II.
Dengan dem ikian, di dalam m asyarakat tradisional berskala kecil,
pengetahuan m engenai dunia di luar tetangga lingkar pertam a atau
lingkar kedua tidak ada atau hanya diperoleh dari orang lain. Misal-
nya, tidak ada penduduk lem bah-lem bah pegunungan yang ber populasi
padat di tengah Papua yang pernah m elihat atau bahkan m en dengar
soal laut, yang terletak dalam jarak hanya 80 sam pai 190 kilom eter.
Dalam perdagangan, penduduk Dataran Tinggi Papua m em ang per-
nah m enerim a cangkang hewan laut dan (setelah tibanya orang-orang
Eropa di pesisir) beberapa kapak baja, yang m ereka hargai sangat
tinggi. Namun cangkang dan kapak itu diperdagangkan dari satu ke-
lom pok ke kelom pok lain, dan dioper-oper m elalui banyak tangan se-
waktu m enem puh perjalanan dari pesisir ke Dataran Tinggi. Seperti
per m ainan telepon anak-anak, berupa anak-anak duduk m em bentuk
barisan atau lingkaran, satu anak m em bisikkan sesuatu ke anak di se-
be lahnya, dan apa yang didengar anak terakhir benar-benar berbeda
daripada apa yang dikatakan anak pertam a, sem ua pengetahuan
m engenai lingkungan dan orang-orang yang m em asok cangkang
dan kapak itu telah lenyap sewaktu benda-benda tersebut m encapai
Dataran Tinggi.
Bagi banyak m asyarakat berskala kecil, keterbatasan-keterbatasan
tradisional m engenai pengetahuan akan dunia itu berakhir secara
tiba-tiba oleh apa yang disebut kontak pertam a, ketika kedatangan
http://facebook.com/indonesiapustaka

kolonialis, penjelajah, pedagang, dan m isionaris Eropa m em buktikan


keberadaan du nia luar yang sebelum nya tidak diketahui. Kelom pok-
kelom pok orang terakhir yang "belum m engalam i kontak" sekarang
adalah beberapa ke lom pok terpencil di Papua dan Am erika Selatan
tropis, nam un kini kelom pok-kelom pok yang tersisa itu setidaknya tahu
m engenai keberadaan dunia luar, sebab m ereka telah m elihat pesawat
yang ter bang di atas m ereka dan telah m endengar soal orang-orang
64 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

luar dari kelom pok-kelom pok tetangga m ereka yang telah m engalam i
kontak dengan dunia luar. ("Mengalami kontak" yang saya maksudkan
di sini adalah orang-orang luar yang datang dari jauh, m isalnya orang-
orang Eropa dan Indonesia; tentu saja kelom pok-kelom pok yang
"belum m engalam i kontak" itu telah m engalam i kontak dengan orang-
orang Papua atau Indian Am erika Selatan lain selam a ribuan tahun.)
Misalnya, sewaktu saya berada di pegunungan Papua barat pada 1990-
an, tuan-tuan rum ah saya, yang m engalam i kontak pertam a kali dengan
orang-orang Belanda beberapa dasa warsa sebelum nya, m enceritakan
kepada saya tentang satu kelom pok di sebelah utara m ereka yang
belum m engalam i kontak, dalam pengertian bahwa m ereka belum
pernah dikunjungi oleh misionaris atau orang luar lainnya. (Misionaris
biasanya bersikap hati-hati dengan m engirim kan utusan dari kelom pok
tetangga yang telah m engalam i kontak guna m e na nyakan apakah
m ereka m au m enerim a seorang m isionaris, bukan m enem patkan
diri dalam posisi berbahaya dengan datang tanpa pengum um an.)
Namun orang-orang gunung yang "belum mengalami kontak" itu pas-
tilah telah m engetahui tentang orang-orang Eropa dan orang-orang
Indonesia dari kelom pok-kelom pok tetangga yang "telah m engalam i
kontak" dan m em ang punya kontak dengan kelom pok-kelom pok yang
belum m engalam i kontak. Sebagai tam bahan, kelom pok yang belum
m engalam i kontak telah selam a bertahun-tahun m elihat pesawat
terbang di atas m ereka, m isalnya pesawat yang saya tum pangi sewaktu
tiba di desa tetangga-tetangga m e reka yang telah m engalam i kontak.
Oleh karena itu, kelom pok-kelom pok ter akhir yang belum m engalam i
kontak di dunia sebenarnya tahu bahwa dunia luar itu ada.
Terdapat perbedaan kondisi ketika orang-orang Eropa m ulai m e-
nyebar ke seluruh dunia sejak 1492 M dan "menemukan" orang-orang
jauh sebelum ada pesawat yang bisa terbang di atas kepala m ereka dan
m em buat m ereka m enyadari soal keberadaan dunia luar. Kelak akan
ter bukti bahwa kontak-kontak pertam a berskala besar yang terakhir
ter jadi dalam sejarah dunia adalah yang berlangsung di Dataran Tinggi
http://facebook.com/indonesiapustaka

Papua, di m ana sejak 1930 -an sam pai 1950 -an patroli oleh pem erintah
Australia dan Belanda, serta ekspedisi-ekspedisi peninjauan oleh ten-
tara, perjalanan-perjalanan penjajakan oleh para penam bang, dan
ekspedisi-ekspedisi biologi "m enem ukan" sejuta penduduk Da tar an
Tinggi yang keberadaannya belum diketahui oleh dunia luar dan se-
ba lik nya—walaupun orang-orang Eropa ketika itu telah m engun jungi
dan m endiam i pesisir Papua selam a 40 0 tahun. Sam pai 1930 -an,
KONTAK PERTAMA ● 65

kontak-kontak pertam a di Papua dilakukan oleh orang-orang Eropa


yang m enjelajah m enem bus daratan atau m elalui sungai, dan bukti per-
tam a keberadaan orang Eropa bagi penduduk Dataran Tinggi adalah
kedatangan orang-orang Eropa secara isik. Sejak 1930, semakin sering
pesawat terbang yang m engangkasa m endahului kedatangan kelom pok
yang m elalui jalan darat dan m em peringatkan orang-orang Dataran
Tinggi bahwa ada sesuatu di luar sana. Misalnya, populasi Dataran
Tinggi terpadat di Papua Barat, kira-kira 10 0 .0 0 0 orang di Lem bah
Baliem , "ditem ukan" pada 23 J uni 1938, ketika pesawat terbang
ekspedisi gabungan American Museum of Natural History New York
dan pem erintah kolonial Belanda, dibiayai oleh pewaris raja m inyak
Richard Archbold dan m enjelajahi Papua guna m encari hewan dan
tum buhan, terbang di atas m edan pegunungan yang tadinya dikira
terjal, tertutup hutan, dan tak berpenghuni. Archbold dan tim nya
m alah terkaget-kaget m elihat di bawah m ereka ada lem bah luas,
datar, tak berhutan yang berguratkan jejaring rapat parit irigasi dan
m enyerupai daerah-daerah Belanda yang berpopulasi padat.
Situs-situs terakhir tem pat terjadinya kontak-kontak pertam a ber-
skala besar antara penduduk Dataran Tinggi Papua dan orang-orang
Eropa itu dijabarkan dalam tiga buku yang luar biasa. Yang pertam a,
berjudul First Contact oleh Bob Connolly dan Robin Anderson, m en-
jabarkan tentang patroli oleh para penambang Michael Leahy, Michael
Dwyer, dan Daniel Leahy, orang-orang Eropa per tam a yang m em asuki
sejum lah lem bah Dataran Tinggi berpopulasi pa dat di Papua Tim ur
antara 1930 dan 1935. (Kaum m isionaris Lutheran telah m encapai
tepi tim ur Dataran Tinggi pada 1920 -an). Yang kedua adalah catatan
Michael Leahy sendiri, Explorations into Highland New Guinea, 1930–
1935. Buku yang terakhir adalah The Sky Travelers oleh Bill Gam m age,
yang m enjabarkan patroli pem erintah Australia yang dipim pin oleh J im
Taylor dan J ohn Black yang m en jelajahi bagian barat Dataran Tinggi
Papua Nugini pada 1938 dan 1939. Kedua ekspedisi itu mengambil
banyak foto, dan Michael Leahy juga merekam ilm. Ekspresi ketakutan
http://facebook.com/indonesiapustaka

di wajah orang-orang Papua yang difoto pada saat kontak pertam a itu
m enyam paikan syok kontak per tam a secara lebih baik daripada yang
bisa dilakukan kata-kata m anapun (Gam bar 30 , 31).
Keunggulan buku pertam a dan ketiga yang saya sebutkan tadi
ada lah keduanya m em bahas tentang kesan-kesan yang ditim bulkan
oleh kontak pertam a pada orang-orang Papua dan orang-orang Eropa
yang terlibat. Kedua penulis m ewawancarai orang-orang Papua yang
66 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

terlibat dalam peristiwa-peristiwa itu 50 tahun kem udian. Seperti


juga orang-orang lanjut usia di Am erika akan selam anya m engingat
apa yang m ereka lakukan saat berlangsungnya tiga peristiwa paling
traum atis dalam sejarah Am erika m odern—serangan J epang ter hadap
Pearl Harbor pada 7 Desem ber 1941, pem bunuhan Presiden Kennedy
pada 22 November 1963, dan serangan World Trade Center pada 11
Septem ber 20 0 1—dem ikian pula orang-orang Papua berusia lebih
daripada 60 tahun pada 1980 -an m engingat dengan je las bagaim ana
m ereka sewaktu anak-anak untuk pertam a kalinya m e lihat orang-orang
kulit putih yang m erupakan anggota patroli Leahy-Dwyer pada 1930 .
Inilah kisah salah seorang Papua itu: “Laki-laki yang lebih besar ini
[m enunjuk ke dua laki-laki lanjut usia]—m e reka sudah tua sekarang—
saat itu mereka masih muda, dan belum menikah. Mereka belum
bercukur. Itulah saat orang-orang kulit pu tih datang... Aku begitu
ketakutan, aku tidak bisa berpikir dengan lan car, dan aku m enangis
tidak karuan. Ayahku m enarik tanganku dan kam i bersem bunyi di
belakang rum put kunai yang tinggi. Lalu dia m e ne gak kan tubuh dan
m engintip ke arah orang-orang kulit putih itu... Begitu m ereka lenyap,
orang-orang [kam i, orang-orang Papua] duduk dan m engarang-
ngarang cerita. Mereka tidak tahu apa-apa soal orang berkulit putih.
Kam i belum pernah pergi ke tem pat-tem pat yang jauh. Kam i hanya
tahu sisi pegunungan yang ini, dan kam i pikir hanya kam ilah m a nusia
yang ada di dunia. Kam i percaya bahwa ketika seseorang m e ninggal,
kulitnya berubah m enjadi putih, dan dia pergi ke perbatasan ‘tem pat
itu’—tempatnya orang-orang mati. Maka ketika orang-orang asing itu
datang kam i berkata: ‘Ah, orang-orang ini bukan penghuni dunia ini
lagi. Jangan bunuh mereka—mereka kerabat kita sendiri. Mereka yang
telah m ati akan berubah m enjadi putih, dan pulang.”
Sewaktu m elihat orang-orang Eropa untuk pertam a kali, para
pen duduk Dataran Tinggi Papua berusaha m encocokkan m akhluk-
m akhluk yang terlihat aneh itu dengan kategori-kategori yang m ereka
ke tahui dalam pandangan m ereka sendiri m engenai dunia. Pertanyaan-
http://facebook.com/indonesiapustaka

per tanyaan yang m ereka ajukan kepada diri sendiri m encakup: Apa-
kah makhluk-makhluk ini manusia? Mengapa mereka datang ke
sini? Mereka mau apa? Sering kali, orang-orang Papua menganggap
orang-orang kulit putih sebagai "orang-orang langit": m anusia seperti
orang-orang Papua juga, tapi konon m enghuni langit, yang berniaga,
ber kasih-sayang, dan berperang dengan orang-orang Papua nam un
hidup abadi, yang m erupakan roh atau arwah nenek m oyang, dan
PERDAGANGAN DAN PEDAGANG ● 67

yang kadang-kadang m engam bil wujud m anusia berkulit m e rah atau


putih dan turun ke Bum i. Pada kontak pertam a, orang-orang Papua
dengan saksam a dan penuh selidik m em perhatikan orang-orang Eropa,
perilaku m ereka, dan sisa-sisa yang m ereka tinggalkan di perkem ahan
m ereka, dem i m encari-cari bukti m engenai apa se be nar nya m ereka.
Dua tem uan yang sangat m eyakinkan orang-orang Papua bahwa
orang-orang Eropa sebenarnya m anusia adalah tahi yang dikum pulkan
dari jam ban perkem ahan ternyata m irip dengan tahi m anusia biasa
(alias tahi orang-orang Papua); dan bahwa gadis-gadis m uda Papua
yang ditawarkan kepada orang-orang Eropa itu sebagai m itra seks
m elaporkan bahwa orang-orang Eropa m em iliki organ-organ ke lam in
dan m elakukan seks secara m irip dengan laki-laki Papua.

Pe rd agan gan d an p e d agan g


Satu lagi hubungan antara m asyarakat-m asyarakat yang bertetangga,
se lain m em pertahankan perbatasan, berbagi sum ber daya, dan ber-
perang, adalah perdagangan. Saya jadi m enghargai canggihnya per-
dagangan di antara m asyarakat-m asyarakat tradisional ketika saya m e-
la ku kan survei terhadap burung di 16 pulau di Selat Vitiaz, lepas pantai
tim ur laut Papua. Kebanyakan pulau itu sebagian besarnya m asih ter-
tu tup hutan, hanya dengan beberapa desa, yang m asing-m asing terdiri
atas rum ah-rum ah yang berjarak beberapa puluh m eter satu sam a
lain, dan m enghadap ke ruang terbuka publik yang luas. Oleh karena
itu sewaktu saya mendarat di satu pulau bernama Malai, saya terpana
ka rena kekontrasannya. Saya m erasa seolah-olah saya m endadak di-
terjunkan dengan parasut ke Manhattan versi skala kecil. Rumah-
rum ah kayu tinggi berlantai dua, berdem petan rapat satu sam a lain,
nyaris bersisi-sisian bagaikan sederetan rumah perkotaan di New York;
m ereka laksana pencakar langit dibandingkan dengan pondok-pondok
berlantai satu yang m endom inasi desa-desa lain di pulau-pulau Selat
Vitiaz. Sam pan-sam pan kayu besar yang ditarik ke atas pantai m eng-
ingatkan kepada m arina di Dunia Pertam a yang seluruh derm aganya
http://facebook.com/indonesiapustaka

habis disewakan. Di depan rum ah-rum ah itu, terlihat orang-orang yang


jauh lebih banyak jum lahnya daripada yang pernah saya lihat di area
kecil di m ana pun di Selat Vitiaz. Sensus tahun 1963 m enghitung po-
pulasi Malai sebanyak 448 jiwa, yang kemudian dibagi dengan luas
daerah Malai sebesar 0,83 kilometer persegi, menghasilkan kepadatan
po pu lasi sebesar 540 jiwa per kilom eter persegi, lebih tinggi daripada
negara Eropa m ana pun. Sebagai perbandingan, bahkan Belanda,
68 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

negara ber pen duduk paling padat di Eropa, hanya m enyokong 497 jiwa
per kilom eter persegi.
Hunian yang luar biasa itu dim iliki oleh para pedagang jarak jauh
Siassi yang terkenal, yang m enjelajah dalam sam pan-sam pan m ereka
sam pai 480 kilom eter jauhnya m elalui lautan yang ganas, m em bawa
babi, an jing, kuali, m anik-m anik, obsidian, dan berbagai barang
lain. Mereka memberikan layanan kepada masyarakat-masyarakat
yang m ereka kunjungi, berupa pasokan barang-barang kebutuhan
dan m ewah itu. Seraya ber buat baik bagi orang-orang lain, m ereka
juga m enjadi m akm ur, m en da patkan sebagian m akanan m ereka
sen diri dan m enjadi luar biasa kaya m e nurut standar Papua, yang
m engukur kekayaan dengan patokan jum lah babi. Satu kali pelayaran
dapat m enghasilkan keuntungan 90 0 %, dengan cara m enukar setiap
ekor babi di perhentian pertam a (Pu lau Um boi) dengan 10 bungkus
sagu, m enukar 10 bungkus sagu itu di perhentian kedua (Desa Sio,
daratan utam a Papua) dengan 10 0 kuali, dan m enukar 10 0 kuali itu
di per hentian berikutnya di Britania Baru dengan 10 ekor babi, yang
dibawa pulang ke Malai dan disantap dalam jamuan upacara. Secara
tradisional, tidak ada pertukaran uang tunai, sebab sem ua m asyarakat
itu tidak m em iliki uang tunai. Sam pan bertiang dua m ilik Siassi, yang
bisa m encapai panjang 18 m eter dan kedalam an badan 1,5 m eter,
serta berdaya angkut kira-kira dua ton, m e ru pa kan adikarya teknologi
perahu layar kayu (Gam bar 32).
Bukti arkeologis m enunjukkan bahwa nenek m oyang kita pada
Zam an Es telah berdagang sejak puluhan ribu tahun lalu. Situs-situs
Cro-Magnon di pedalaman Eropa Kala Pleistosen mengandung ambar
Laut Baltik dan cangkang kerang Laut Tengah yang diangkut ribuan
kilom eter ke daratan pedalam an, ditam bah obsidian, batu api, jasper,
dan bebatuan keras lain yang sangat cocok untuk pem buatan per-
kakas batu dan diangkut ratusan kilom eter jauhnya dari situs-situs
per tam bangan aslinya. Hanya segelintir m asyarakat tradisional m o-
dern yang dilaporkan sebagai m asyarakat yang secara garis besar
http://facebook.com/indonesiapustaka

berswasem bada dan hanya sedikit berdagang atau bahkan tidak sam a
sekali, termasuk orang-orang Nganasan penggembala rusa kutub
di Siberia dan orang-orang Indian Siriono di Bolivia seperti yang
dipelajari oleh Allan Holm berg. Kebanayakan m asyarakat tradisional,
seperti sem ua m a syarakat m aju, m engim por sebagian barang. Se-
perti yang kita akan lihat, m asyarakat-m asyarakat tradisional yang
sebe narnya bisa berswasem bada pun biasanya m em ilih untuk tidak
PERDAGANGAN DAN PEDAGANG ● 69

m elakukan itu dan se ba lik nya m alah m em ilih untuk m em anfaatkan


perdagangan guna m em peroleh sejum lah barang yang sebenarnya bisa
m ereka peroleh atau buat sendiri.
Sebagian besar perdagangan dalam masyarakat-masyarakat tra-
disional berskala kecil adalah perdagangan jarak pendek antara ke-
lompok-kelompok yang bertetangga, sebab peperangan yang seben-
tar-sebentar terjadi m enyebabkan perjalanan dagang m elalui be berapa
populasi yang berbeda berbahaya. Bahkan para pedagang jarak jauh
Siassi yang m enggunakan sam pan berhati-hati agar m endarat hanya di
desa-desa yang telah m em antapkan hubungan dagang dengan m ereka.
Bila m e reka terbawa arus atau m engalam i patah tiang layar dan
terpaksa m en darat di pesisir yang dihuni orang-orang yang tidak punya
hubungan se m acam itu dengan m ereka, kem ungkinan m ereka akan
dibunuh karena dianggap penerobos, dan barang-barang m ereka disita
oleh penduduk desa yang tidak peduli soal berbaik-baik dan ingin
kunjungan lebih lanjut.
Perdagangan tradisional berbeda dalam beberapa segi dengan
m etode m odern kita untuk m endapat barang dari orang lain, seperti
membeli dengan uang di toko. Misalnya, zaman sekarang tak mungkin
terpikir oleh seorang pelanggan yang m em beli m obil baru di distributor
untuk langsung m em bawa pergi m obil tersebut tanpa m em bayar apa-
apa atau m enandatangani kontrak, m e ninggalkan si penjual hanya
dengan kepercayaan bahwa pada suatu waktu kelak sang pelanggan
akan m em utuskan untuk m em berinya barang dengan nilai setara.
Namun modus operandi yang mengejutkan itu umum ditemukan di
kalangan m asyarakat tradisional. Tapi, be berapa ciri perdagangan
tradisional pastilah akrab dengan para pem belanja m odern, terutam a
besarnya proporsi belanjaan yang dim aksudkan sebagai sim bol status
yang tidak punya kegunaan fungsional ataupun keterlaluan m ahalnya,
m isalnya perhiasan dan pakaian karya perancang. Oleh karena itu
m arilah kita m ulai dengan m enggam barkan apa yang dengan segera
dirasakan aneh oleh orang-orang tradisional yang sebelum nya tidak
http://facebook.com/indonesiapustaka

pernah terlibat dalam ekonom i pasar kita yang m em anfaatkan uang.


Sejum lah penduduk Dataran Tinggi Papua yang baru saja berkontak
dengan dunia luar diterbangkan ke kota-kota pe sisir di Papua untuk
m engalam i gegar budaya. Apa yang dipikirkan oleh para penduduk
Dataran Tinggi itu sewaktu m ereka berkenalan dengan cara kerja
ekonom i pasar kita?
70 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

Eko n o m i p as ar
Kejutan pertam a bagi para penduduk Dataran Tinggi adalah m e nem u-
kan bahwa m etode paling utam a kita dalam m em peroleh suatu ben-
da bukanlah m elalui barter, m elainkan m em bayarnya dengan uang
(Gam bar 33). Tidak seperti kebanyakan barang yang dipertukarkan
da lam perdagangan tradisional, uang tidak punya nilai intrinsik, tidak
juga dianggap benda m ewah yang cantik seperti perhiasan kita atau
m angkuk dagangan Siassi, yang bernilai untuk dipertukarkan atau
disim pan dan dikagum i sebagai sim bol status. Satu-satunya kegu-
naan uang adalah untuk dibelanjakan dan ditukar dengan benda-
benda lain. Selain itu, tak seperti m angkuk dagang Siassi, yang boleh
dibuat oleh siapapun yang m enghuni desa-desa tertentu asalkan m e-
m iliki ketram pilan yang m en cukupi, uang diterbitkan hanya oleh
pem erintah: bila seorang warga negara Dunia Pertam a yang m e m iliki
ketram pilan yang dibutuhkan plus alat percetakan, m encoba m em an-
faatkan ketram pilannya untuk m e ner bitkan uang sendiri, dia akan
dipenjarakan sebagai pem alsu uang.
Metode barter tradisional yang sebelumnya umum, dua orang
m em pertukarkan barang-barang yang diinginkan satu sam a lain tan-
pa langkah perantara berupa m em bayar uang kepada pihak ketiga,
kini lebih jarang ditem ukan di antara m asyarakat m odern. Sebalik-
nya, se jum lah m asyarakat tradisional m enggunakan objek-objek ber-
nilai m anasuka dalam cara yang terkadang nyaris m enyam ai cara pe-
m an faatan uang. Contohnya antara lain penggunaan cangkang kerang
m u tiara bibir em as oleh orang-orang Kaulong di Britania Baru, dan
cakram-cakram batu besar oleh penduduk Pulau Yap di Mikronesia.
Para penduduk Dataran Tinggi Papua m enggunakan cangkang bilalu,
se m entara orang-orang di Selat Vitiaz m enggunakan m angkuk kayu
ber ukir, sebagai alat pertukaran, term asuk m em bayar sebagian m as
kawin dengan tarif tertentu: sekian cangkang atau m angkuk, plus
barang-barang lain, untuk satu pengantin perempuan. Namun benda-
ben da itu tetap berbeda dengan uang, sebab m ereka hanya digunakan
http://facebook.com/indonesiapustaka

untuk m em bayar barang-barang tertentu (bukan untuk sekadar


m em beli ubi untuk m akan siang), dan m ereka juga m erupakan ben-
da m ewah m enarik untuk disim pan dan dipam erkan. Tak seperti pen-
du duk Dataran Tinggi Papua, orang-orang Am erika yang punya uang
$ 10 0 m enyim pan uang secara tersem bunyi dalam dom pet sam pai tiba
wak tunya digunakan, dan tidak berkeliaran berkalungkan uang kertas
yang dironce agar bisa dilihat sem ua orang.
EKONOMI PASAR ● 71

Ciri kedua ekonom i pasar kita yang akan m engejutkan banyak m a-


syarakat tradisonal adalah bahwa proses kita m em beli sesuatu dipan-
dang secara eksplisit sebagai suatu pertukaran, di m ana penyerahan
suatu barang lain oleh pem beli (biasanya uang), dianggap sebagai pem -
bayaran, bukan hadiah timbal-balik. Nyaris selalu, si pembeli langsung
m em bayar saat m em peroleh barang, atau setidaknya m e nyetujui harga
bila pem bayaran akan dilakukan nantinya secara m en cicil. Bila penjual
setuju untuk m enunggu pem bayaran yang dila ku kan kelak entah itu
secara sebagian atau lunas, seperti dalam ba nyak pem belian m obil
baru, pem bayaran itu tetap saja m erupakan ke wajiban yang ditentukan
sebelum nya, bukan hadiah tim bal-balik yang dilakukan nantinya
sesuka si pem beli. Kontras dengan prosedur ini adalah kasus im ajiner
berupa seorang penjual m obil "m em berikan" m obil kepada seorang
pelanggan dan m engharapkan untuk suatu hari nanti m em peroleh
hadiah yang tidak ditentukan sebelum nya: kita akan anggap transaksi
semacam itu absurd. Namun kita akan lihat bahwa memang begitulah
caranya perdagangan dilangsungkan oleh banyak m a sya rakat
tradisional.
Ciri ketiga adalah bahwa sebagian besar transaksi pasar kita ber-
langsung di antara pem beli dan seorang perantara profesional khusus
("salesm an") dalam fasilitas profesional khusus ("toko"), bukan an-
tara pem beli dan pem asok aslinya di dekat rum ah salah satu di an tara
mereka. Model lebih sederhana yang bekerja di tingkat terendah hie-
rarki ekonom i kita terdiri atas transaksi langsung beli-putus di m ana
seorang penjual m engiklankan dagangannya (dengan tanda di de pan
rum ahnya, iklan koran, atau pengum um an di eBay) dan m enjual rum ah
atau m obilnya secara langsung kepada pem beli yang telah m em pe lajari
iklan. Berkebalikan dengan itu, m odel rum it pada tingkat ter tinggi
hierarki ekonom i kita terdiri atas penjualan antar-pem erintah, seperti
kontrak antar-pem erintah tentang ekspor-im por m inyak, atau pen jual-
an senjata oleh negara-negara Dunia Pertam a ke negara-negara lain.
Sem entara bentuk transaksi pasar kita m em ang berm acam -m acam ,
http://facebook.com/indonesiapustaka

dalam sem ua variasi sang pem beli dan sang penjual biasanya hanya
m e m iliki sedikit hubungan pribadi yang berlangsung di luar transaksi,
atau malah tidak sama sekali. Mereka mungkin sebelumnya tidak per-
nah m elihat atau berurusan dengan satu sam a lain, m ereka m ungkin ti-
dak akan pernah saling berurusan lagi, dan hal yang m ereka pedulikan
paling-paling adalah barang-barang yang dipertukarkan (belanjaan dan
uang), bukan soal hubungan m ereka. Bahkan dalam kasus-kasus di
72 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

m ana pem beli dan penjual berulang-ulang m elakukan transaksi dengan


satu sam a lain, seperti m isalnya pem beli yang m engunjungi kios pasar
se orang petani tertentu setiap m inggunya, yang nom or satu adalah
tran saksinya, hubungan hanyalah nom or dua. Kita akan lihat bahwa
fakta dasar ekonom i pasar, yang diterim a oleh para pem baca buku ini
se bagai hal yang sewajarnya, kerap kali tidak berlaku bagi m asyarakat
tra disional berskala kecil, di m ana pihak-pihak yang terlibat bukanlah
penjual atau pem beli profesional, hubungan antara kedua pihak itu
terus berlangsung, dan m ereka m ungkin m enganggap barang yang
diper tukarkan sebagai tidak ada artinya dibandingkan dengan hu bung-
an pribadi yang diperkuat oleh pertukaran itu.
Ciri keem pat ekonom i pasar berkaitan dengan ciri ketiga: keba-
nyakan pasar profesional beroperasi baik secara terus-m enerus m au-
pun secara teratur dan sering. Um um nya, satu toko buka setiap hari
kecuali hari Minggu, sementara pasar petani beroperasi mingguan (mi-
salnya pada Rabu pagi). Kontras dengan itu, banyak perdagangan tra di-
sional berskala kecil m em pertem ukan pihak-pihak yang berbeda se cara
jarang, paling-paling hanya sekali setahun atau bahkan sekali se tiap
beberapa tahun.
Ciri pasar berikutnya sebenarnya sam a, bukan beda, dengan per-
dagangan oleh m asyarakat tradisional ber skala kecil. Dalam kedua
jenis perdagangan, benda-benda yang diper da gangkan berkisar dari
yang secara m aterial penting ("ke bu tuhan") sam pai yang secara
m aterial tidak berguna ("barang m ewah"). Di satu ekstrem adalah
benda-benda yang m em fasilitasi atau m utlak dibu tuhkan untuk ke-
langsungan hidup, m isalnya m akanan, pakaian hangat, serta per-
kakas dan m esin. Di ekstrem yang berseberangan ada benda-benda
yang tidak berkaitan dengan kelangsungan hidup nam un dihargai
sebagai barang m ewah, sebagai hiasan, untuk hiburan, atau untuk
m elam bangkan status, m isalnya perhiasan dan perangkat televisi. Di
daerah abu-abu ter dapat benda-benda yang berguna secara m aterial,
nam un yang ter sedia baik sebagai barang fungsional bergengsi rendah
http://facebook.com/indonesiapustaka

berharga m u rah atau sebagai barang bergengsi tinggi berharga m ahal


dengan fungsi yang sama. Misalnya, tas jinjing sintetis berharga $10
dan tas jinjing Gucci dari kulit berharga $ 2.0 0 0 yang sam a-sam a bisa
dipakai un tuk m em bawa barang, nam un tas Gucci m elam bangkan
status se m entara tas sintetis tidak. Contoh ini sudah m em berikan
petunjuk bah wa kita tidak boleh m em berikan cap tidak berguna bagi
benda-benda m ewah yang secara m aterial "tidak berguna": status yang
EKONOMI PASAR ● 73

dilam bangkannya m ungkin m endatangkan m anfaat m aterial yang


besar, m isalnya kesem patan bisnis atau m erayu calon pasangan yang
berkualitas. Kisaran "ketidakbergunaan" yang sam a telah ada da lam
perdagangan terawal yang ada bukti arkeologisnya: orang-orang Cro-
Magnon berpuluh-puluh ribu tahun lalu melakukan pertukaran mata
tom bak dari obsidian yang dibutuhkan untuk berburu hewan, cangkang
kerang dan am bar yang berm anfaat hanya untuk hiasan, serta m ata
tom bak dari kwarsa bening yang cantik dan diasah halus. Orang-orang
Cro-Magnon barangkali tidak menggunakan mata tombak kwarsa
untuk berburu sehingga berisiko patah, seperti tidak terpikir oleh kita
untuk m enggunakan tas jinjing Gucci guna m em bawa pulang belanjaan
berupa ikan yang m asih berbau am is dari pasar.
Ciri terakhir pasar m odern adalah ciri yang sering kali dite m u kan
juga dalam perdagangan tradisional, nam un dalam kasus-kasus lain
digantikan oleh m asyarakat tradisional dengan perilaku yang nya ris
tidak pernah terjadi sebelum nya di antara orang-orang m odern. Kita
m em beli sesuatu terutam a sem ata karena kita m enginginkan ben da itu
(bukan untuk m em perkokoh hubungan pribadi dengan penjual), dan
kita m em belinya dari seseorang yang m elengkapi kita secara ekonom is
dan dapat m enjual sesuatu kepada kita yang tidak bisa kita peroleh atau
buat sendiri. Misalnya, konsumen biasa yang bukan petani tidak bisa
m em peroleh apel sendiri: m ereka harus m em beli apel dari petani apel
atau dari toko grosir. Petani apel pun m em beli jasa m edis dan hu kum
dari dokter dan petani yang m em iliki pengetahuan m edis dan hu kum
yang tidak dim iliki oleh petani apel. Tidak ada petani apel yang m en-
jual apel kepada dan m em beli apel dari pedagang lain sem ata un tuk
m em pertahankan hubungan baik dengan para petani apel lain. Kita
akan lihat bahwa m asyarakat-m asyarakat tradisional berskala kecil,
seperti konsum en dan penyalur m odern, sering kali m em ang m em -
per dagangkan benda-benda yang dapat diperoleh salah satu pihak se-
m entara pihak lain tidak punya akses terhadapnya (m isalnya, jenis batu
yang hanya tersedia di daerah tertentu), dan m ereka m em per dagang-
http://facebook.com/indonesiapustaka

kan benda-benda yang cara pem buatannya dipaham i salah satu pihak
nam un tidak dipaham i oleh pihak yang lain (m isalnya, sam pan dari
batang pohon yang canggih untuk berlayar di laut). Namun mereka
juga banyak m em perdagangkan benda-benda yang sam a-sam a tersedia
bagi kedua pihak, dan m ereka m elangsungkan perdagangan itu guna
m em pertahankan hubungan dem i alasan-alasan politik dan sosial.
74 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

Be n tu k-be n tu k trad is io n al p e rd agan gan


Sejauh ini, kita telah m em pelajari perdagangan dari sudut pandang
anggota-anggota m asyarakat tradisional, dan apa yang akan m ereka
anggap berbeda dan m engejutkan, atau m alah akrab dengan m ereka,
dalam ekonomi pasar. Mari kita kaji mekanisme-mekanisme yang
ber ke se suaian dalam perdagangan tradisional. Saya sudah sebutkan
sebelum nya bagaim ana, bukannya perdagangan dengan uang seperti
kita, m e reka berdagang m elalui pertukaran barang, dan terkadang
dengan m enggunakan benda-benda berharga seperti cangkang bilalu
dalam cara yang agak serupa dengan uang. Sekarang, m ari kita kaji
hal-hal tra disional yang setara dengan ciri-ciri lain ekonom i pasar yang
sudah kita bahas.
Meskipun dalam sebagian kasus masyarakat tradisional mene-
go siasikan pertukaran-pertukaran eksplisit, dan benda-benda itu di-
per tukarkan pada waktu bersam aan, dalam kasus-kasus lain satu
pihak m enghaturkan hadiah, sehingga sang penerim a m en jadi ber-
ke wa jiban m em berikan hadiah dengan nilai sebanding, suatu saat
yang tidak ditentukan pada m asa depan. Bentuk paling se der hana
pem berian hadiah secara tim bal-balik dilangsungkan oleh para pen-
duduk Kepulauan Andam an (Gam bar 4), dengan hanya sedikit selang
waktu antara kedua sisi transaksi. Salah satu kelom pok lokal m eng-
undang satu atau beberapa kelom pok lokal lainnya untuk jam uan
yang berlangsung beberapa hari, dan tam u yang hadir akan m em bawa
hadiah-hadiah seperti busur, anak panah, beliung, keranjang, dan
tanah liat. Tam u m enyerahkan suatu benda kepada tuan rum ah,
yang tidak bisa m enolak hadiah itu nam un kem udian diharapkan un-
tuk m em berikan sesuatu yang setara nilainya. Bila hadiah kedua ti-
dak m em enuhi harapan sang tam u, sang tam u bisa m enjadi m arah.
Ter kadang si pem beri, sewaktu m enyerahkan hadiah, m enyebutkan
hadiah yang dia inginkan sebagai balasannya, nam un itu tidak um um
terjadi. Di antara orang-orang Indian Yanom am o di Am erika Selatan,
pem berian hadiah tim bal-balik juga dikaitkan dengan jam uan di m ana
http://facebook.com/indonesiapustaka

satu kelom pok m engundang kelom pok tetangganya. Pem berian hadiah
tim bal-balik ala Yanom am o berbeda dari adat Andam an dalam hal
hadiah kedua, yang harus berupa barang yang berbeda jenisnya dari
hadiah pertam a, diberikan pada jam uan berikutnya. Setiap hadiah
Yanom am o diingat lam a sesudahnya. Selang waktu antara hadiah per-
tam a dan kedua berarti bahwa kewajiban yang terkum pul berperan
sebagai alasan terus-m enerus bagi desa-desa yang bertetangga untuk
BENTUK-BENTUK TRADISIONAL PERDAGANGAN ● 75

saling berkunjung dem i m enghadiri jam uan, karena sebagian pendu-


duk di satu desa selalu berutang hadiah kepada sebagian penduduk
desa lain sejak pertem uan terakhir m ereka.
Di antara orang-orang Inuit di Alaska barat laut, orang-orang
Agta di Filipina (Gam bar 3), penduduk Kepulauan Trobriand, dan
orang-orang !Kung, m asing-m asing orang telah m engenali m itra-
m itra dagang untuk ber tukar hadiah. Setiap orang Inuit punya antara
satu sam pai enam m itra sem acam itu. Para pem buru-pengum pul
Agta m em iliki hubungan de ngan keluarga-keluarga petani Filipina,
sem entara pem buru-pengum pul Pigm i Afrika dengan petani Bantu,
dan hubungan-hu bungan itu diwariskan dari generasi ke generasi.
Setiap penduduk Ke pu lauan Trobriand yang berlayar dengan kano
untuk berdagang m e m iliki seorang m itra dagang di setiap pulau
yang dikunjungi. Kepada si m itra, dia m em berikan hadiah, dan dia
lantas m engharapkan hadiah yang setara dari orang tersebut dalam
kunjungan berikutnya setahun ke m udian. Sistem dagang jarak-jauh
orang-orang !Kung yang disebut hxaro bersifat khas karena setiap
orang m em iliki lusinan m itra dagang, dan juga khas karena selang
waktu yang lam a antara pem berian hadiah dan penerim aan hadiah
yang setara ketika kedua pihak bertem u kali berikutnya, biasanya
berbulan-bulan atau bertahun-tahun kem udian.
Siapakah para pedagang, dan dalam kondisi-kondisi apa serta se-
be rapa sering m ereka bertem u? Dalam m asyarakat berskala kecil,
se tiap orang berdagang. Tapi, dalam kedatuan-kedatuan besar dan
negara-negara awal dengan spesialisasi peran ekonom i, m un cullah
para pedagang profesional seperti para pedagang m odern kita, se-
suai dengan yang terdokum entasikan oleh catatan-catatan sejak ke-
m unculan tulisan 4.0 0 0 atau 5.0 0 0 tahun lalu di Tim ur Dekat. Satu
lagi fenom ena m odern dengan pendahulu di m asyarakat-m a sya ra-
kat yang lebih sederhana adalah m asyarakat yang seluruhnya ter spe-
sialisasi berdagang. Penduduk Pulau Malai yang "pencakar langit"-nya
m engejutkan saya hidup di pulau yang terlalu kecil untuk m enyediakan
http://facebook.com/indonesiapustaka

segala makanan yang mereka butuhkan. Mereka pun menjadi


perantara, produsen barang, dan pedagang antarpulau, sehingga bisa
m em peroleh m akanan yang m ereka butuhkan. De ngan dem ikian Pulau
Malai adalah model bagi Singapura modern.
Form at dan frekuensi perdagangan tradisional berm acam -m acam .
Pada tingkat paling sederhana ada perjalanan yang ter kadang-kadang
dilakukan oleh individu-individu !Kung dan Dani guna m engunjungi
76 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

individu mitra dagang mereka di kawanan atau dusun lain. Mirip


dengan pasar luar ruang dan pasar loak kita, ada pasar m usim an yang
m en jadi ajang pertem uan penduduk desa Sio di pesisir Papua tim ur
laut de ngan orang-orang Papua dari desa-desa yang jauh dari pesisir.
Sam pai beberapa lusin orang dari m asing-m asing pihak duduk berjejer
ber hadap-hadapan. Seorang penduduk desa yang jauh dari pesisir
m en dorong m aju noken yang berisi antara 5 sam pai 15 kilogram talas
dan ubi jalar, sem entara penduduk Sio yang duduk di hadapannya
m e nanggapi dengan m enawarkan sejum lah kuali dan kelapa yang
dianggap setara nilainya dengan sekantong m akanan itu. Para peda-
gang ber sam pan dari Kepulauan Trobriand m enyelenggarakan pasar-
pasar serupa di pulau-pulau yang m ereka kunjungi, bertukar barang-
barang kebutuhan (m akanan, kuali, m angkuk, dan batu) m elalui barter,
dan pada waktu yang sam a m ereka dan m itra-m itra dagang individual
m ereka saling bertukar hadiah berupa barang m ewah (kalung dan
gelang dari cangkang kerang).
Kawanan-kawanan Pulau Andaman dan desa-desa Indian Yanomamo
mengatur pertemuan dengan selang waktu tidak teratur un tuk jam uan
berhari-hari yang berperan sebagai ajang bertukar hadiah. Orang-
orang Inuit Alaska barat laut m enyelenggarakan pekan da gang m u sim
panas dan pekan duta m usim dingin di m ana kelom pok-ke lom pok yang
tadinya m erupakan m usuh pada waktu lain da lam setahun bisa duduk
dam ai bersam a-sam a selam a satu atau dua pekan untuk berdagang
dan berpesta. Masyarakat-masyarakat dengan spesialisasi sebagai pe-
dagang bersam pan, m isalnya penduduk Ke pu lauan Siassi, Kepulauan
Trobriand, Pulau Mailu di Papua tenggara, dan orang-orang Indonesia
(Makassar) yang mengunjungi Australia utara untuk memperoleh
teripang dem i m em enuhi kebutuhan pasar sup Tiongkok, m engirim kan
kelom pok-kelom pok saudagar sejauh ratusan atau bahkan ribuan
kilom eter untuk m enyeberangi lautan dalam perjalanan-per ja lan an
dagang tahunan.
http://facebook.com/indonesiapustaka

D agan gan trad is io n al


Dalam hal barang-barang yang dipertukarkan dalam perdagangan,
kita bisa saja m em ulai m em bahasnya dengan m em bagi m enjadi dua
ka te gori: barang-barang kebutuhan (seperti m akanan dan perkakas)
ver sus barang-barang m ewah (seperti cangkang bilalu dan cincin ber-
lian). Namun dikotomi ini menjadi abu-abu begitu kita mencoba me-
nerapkannya. Seperti yang ditulis oleh ahli ekonom i Frank Knight,
DAGANGAN TRADISIONAL ● 77

“Di antara sem ua kesalahpaham an keliru dan absurd yang sedem ikian
m erusak diskusi ekonom i dan sosial, barangkali yang paling parah
adalah pe m ikiran... bahwa penafsiran m engenai m anfaat, atau kegu-
naan, dari segi kelestarian biologis atau isik memiliki arti penting yang
besar pada tingkat manusia.” Misalnya, mobil BMW tak diragukan lagi
m erupakan kem ewahan dan sim bol status, nam un tetap bisa digunakan
untuk pergi ke pasar, dan citra yang ditam pilkannya m ungkin penting
bagi pem iliknya guna m em peroleh uang dengan m elancarkan bisnis
atau m erayu calon pasangan. Itu juga berlaku bagi m angkuk kayu
berukir yang cantik buatan orang-orang Siassi, yang digunakan untuk
m enam pung sayur-m ayur dalam jam uan nam un juga m erupakan
sim bol status yang wajib ada ketika m em beli istri di wilayah Selat
Vitiaz. Sedangkan babi sejauh ini m e ru pa kan sim bol status paling
berharga di Papua. Ini m engilham i ucapan Thom as Harding, “Soal
babi, kita juga bisa katakan bahwa hal paling tidak penting yang bisa
dilakukan seseorang terhadapnya adalah sem ata-m ata m enyantapnya.”

Tabe l 1.1. Baran g-baran g yan g d ip e rd agan gkan o le h s e ju m lah


m as yarakat trad is io n al

“BARAN G
“KEBU TU H AN ” “ABU -ABU ”
MEW AH ”

Bahan m entah Produk jadi

Cro - batu cangkang


Magn o n kerang,
( Ero p a oker, am ber
Zam an Es )
http://facebook.com/indonesiapustaka

D aribi garam kapak batu asah bulu burung


( Pap u a)

D an i garam , batu, bilah kapak dan jala berwarna- cangkang


( Pap u a) kayu beliung, serat warni, anak kerang
kulit kayu panah berhiasan
78 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

“BARAN G
“KEBU TU H AN ” “ABU -ABU ”
MEW AH ”

En ga garam , batu, tali kulit kayu babi cangkang


( Pap u a) kayu, bam bu kerang, bulu
burung,
tebu,
m inyak
pohon, oker,
genderang

Ke p u lau an batu, ikan, ubi sagu kuali, m angkuk kalung dan


Tro brian d ungu berukir gelang dari
( Pap u a) cangkang
kerang

Ke p u lau an obsidian, talas sagu, noken, kuali, m angkuk, gigi babi dan
Sias s i busur dan anak babi, anjing, anjing, cat,
( Pap u a) panah, sam pan tikar oker, m anik-
m anik, sirih,
tem bakau

Calu s a kuali, daging cangkang


( Am e rika anjing laut dan kerang, gigi
U tara) paus hiu

Kam ch atka daging, jam ur,


( Sibe ria) bulu, urat, kulit
hewan

Pigm i daging, jam ur, jala, busur, kuali tem bakau,


Afrika besi, m adu, m ata tom bak alkohol
hasil panen logam
kebun
http://facebook.com/indonesiapustaka

!Ku n g daging, besi, kuali logam , anak panah, tem bakau,


( Afrika) m adu, bulu, kuali tanah liat pakaian kalung,
kulit hewan pipa, m anik-
m anik
DAGANGAN TRADISIONAL ● 79

“BARAN G
“KEBU TU H AN ” “ABU -ABU ”
MEW AH ”

Ke p u lau an besi, kayu, beliung, tali, cangkang


An d am an m adu, tanah liat busur dan kerang, cat,
( As ia) untuk kuali anak panah, sirih
keranjang

Yo ln gu kapak logam , teripang cangkang


( Au s tralia) pisau, kail ikan, kerang,
paku, tom bak, cangkang
sam pan, kura-kura,
pakaian, roti biji tem bakau,
pakis alkohol

In u it N o rth batu, bulu, wadah kayu, produk kayu, gading


Slo p e kayu hanyutan, rangka perahu, produk batu, tas
m inyak anjing pemmican
laut, kulit dan
lem ak paus, ter

Terlepas dari segala kritik itu, bila kita disodori daftar yang berisi
59 barang dagangan, tetap lebih baik bila kita m enggolong-go longkan
m ereka daripada m enum pukkan m ereka m enjadi satu da lam daftar
yang berantakan. Oleh karena itu Tabe l 1.1. m em berikan contoh-
contoh barang-barang dagangan dalam 13 m asyarakat berskala kecil,
dibagi-bagi m enjadi em pat kategori: barang-barang yang ber m an faat
langsung untuk m em pertahankan hidup, m em peroleh m akanan, dan
kebutuhan sehari-hari, dibagi lagi m enjadi bahan m entah versus pro-
duk jadi; benda-benda m ewah atau hiasan yang tidak berm anfaat lang-
sung bagi kelangsungan hidup; dan kategori antara bagi barang-barang
yang berkegunaan m aterial nam un juga m enjadi lam bang status yang
m e naik kan nilai barang jauh di atas nilai m aterial benda dengan ke-
http://facebook.com/indonesiapustaka

gunaan sam a nam un bukan m erupakan lam bang status (m isalnya jaket
kasm ir bila dibandingkan dengan jaket sintetis m urah dengan ukuran
dan kehangatan yang serupa).
Tabel 1.1 m enunjukkan bahwa jenis-jenis tertentu bahan-bahan
m en tah berguna telah diperdagangkan oleh banyak m asyarakat di se-
lu ruh dunia: terutam a batu, dan yang lebih baru lagi logam , untuk
m em buat perkakas dan senjata; ditam bah garam , m akanan, kayu,
80 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

kulit dan bulu hewan, ter untuk m enam bal kebocoran, dan tanah liat
untuk m em buat kuali. Produk-produk jadi berguna yang um um di-
per dagangkan antara lain perkakas dan senjata jadi, keranjang dan
m acam -m acam wadah lain, serat untuk anyam an, tas dan jala dan
tali, kain dan pakaian, serta m akanan olahan seperti roti, sagu, dan
pemmican (daging awetan). Daftar panjang barang-barang m ewah
dan hiasan, terkadang diperdagangkan sebagai bahan m entah, tapi
lebih sering lagi berupa produk jadi, berisi antara lain bulu burung;
cangkang m oluska dan kura-kura, baik sebagai bahan m entah m aupun
dibuat m enjadi kalung dan gelang; am ber; gigi anjing, babi, dan hiu;
gading gajah dan walrus; m anik-m a nik; cat dan bahan cat, m isalnya
oker m erah dan oksida m angan hitam ; m inyak pohon; serta stim ulan
seperti tembakau, alkohol, dan sirih. Misalnya, pada 2.000 tahun
silam para pedagang spesialis jarak jauh dari Asia sudah m em bawa
bulu cendrawasih dari Papua ke Tiongkok, dan bulu-bulu itu dari sana
diperdagangkan sam pai sejauh Persia dan Turki. Terakhir, barang-
barang dagangan yang berguna sekaligus m e wah antara lain babi,
teripang, rem pah-rem pah, dan berbagai m akanan bergengsi lainnya
(versi tradisional kaviar bagi orang m odern); serta produk-produk
jadi yang cantik nam un juga berguna sem isal ge ra bah, busur dan anak
panah berukiran, serta tas, pakaian, dan tikar ber hiasan.
Tabel 1.1 dan pem bahasan sebelum nya tidak m enyertakan dua ka-
te gori hal penting lainnya yang m ungkin ditawarkan oleh seseorang ke-
pada orang lain nam un yang biasanya tidak kita hitung sebagai barang
da gangan: tenaga kerja dan pasangan nikah. Orang-orang pigm i di hu-
tan hujan Afrika terkadang bekerja untuk para petani Bantu tetangga
mereka, demikian pula orang-orang Negrito di hutan Agta yang bekerja
untuk para petani Filipina, serta sejak baru-baru ini sebagian orang
!Kung terkadang bekerja untuk para penggem bala Bantu. Itu ada lah
bagian besar tatanan quid pro quo yang m engatur bahwa kelom pok-
kelom pok pelanja itu m enerim a besi plus hasil kebun atau susu dari
tetangga-tetangga m ereka yang m em produksi m akanan, se ba gai ba-
http://facebook.com/indonesiapustaka

lasan bagi produk-produk hasil berburu-m engum pul plus te na ga kerja.


Kebanyakan m asyarakat yang bertetangga betukar pasangan nikah,
terkadang sebagai pertukaran berbarengan secara langsung (kam u beri
aku saudarim u, kuberi kam u saudariku), lebih sering lagi sebagai tin-
dakan terpisah (kam u beri aku saudarim u sekarang, nanti kuberi kam u
adik perem puanku setelah dia m ulai m enstruasi). Di antara orang-
orang Pigm i di hutan hujan Afrika (foto 8) dan petani-petani Bantu
SIAPA BERDAGANG APA? ● 81

tetangga m ereka, perpindahan pasangan nikah sem acam itu sepertinya


hanya searah, dengan perem puan-perem puan diperistri oleh laki-laki
Bantu tapi tidak sebaliknya.
Itulah kategori-kategori utam a barang-barang yang dipertukarkan.
Kalau soal siapa yang m em perdagangkan apa kepada siapa, orang-
orang Daribi di Papua, yang hidup dalam kepadatan penduduk rendah
di daerah yang m asih sangat berhutan di tepi lem bah-lem bah Dataran
Tinggi yang berpopulasi padat dan telah gundul, m engirim kan ekspor
ke pada orang-orang Dataran Tinggi berupa bulu burung cendrawasih,
yang berlim pah di hutan-hutan Daribi, ditukar dengan garam dan ka-
pak batu berasah yang diim por dari Dataran Tinggi. Kelom pok-ke lom -
pok Pigm i di hutan hujan Afrika m engekspor produk-produk hu tan
seperti m adu, daging hewan buruan, dan jam ur ke para petani Bantu
tetangga m ereka, yang m enyediakan m akanan hasil kebun, kuali, besi,
tem bakau, dan alkohol yang m ereka im por. Di wilayah Selat Vitiaz,
para penghuni pulau m engekspor gigi babi, anjing, sagu, sirih, tikar,
m anik-m anik, obsidian, dan oker m erah kepada penghuni daratan
utam a, yang m enyediakan babi, gigi anjing, talas, tem bakau, kuali,
noken, busur dan anak panah, serta cat hitam yang m ereka im por.
Dalam perdagangan antara orang-orang Inuit Alaska yang hidup di
pesisir dan pedalam an lereng utara Alaska, orang-orang pesisir bisa
m enawarkan produk-produk m am alia laut seperti m inyak anjing laut
untuk bahan bakar dan m akanan, kulit anjing laut dan walrus, lem ak
paus, dan gading walrus, plus kayu hanyutan yang ditem ukan di pantai
dan wadah kayu, serta gerabah dan tas yang m ereka buat. Penghuni
pedalam an sebagai balasannya dapat m enyediakan kulit, kaki, dan
tanduk karibu, kulit bulu serigala dan m am alia darat lainnya, ter untuk
m enam bal kebocoran, serta pemmican dan beri-berian.

Siap a be rd agan g ap a?
Contoh-contoh barang-barang yang diperdagangkan ini menggam bar-
kan suatu pola yang kita, orang-orang modern, terima sebagai suatu
http://facebook.com/indonesiapustaka

ke wajaran, sebab merupakan ciri dari nyaris semua perdagangan ma sa


kini: masing-masing mitra menyediakan barang-barang yang dia miliki
atau dapat buat dengan mudah, namun tidak dimiliki oleh mitra yang
satu lagi. Bahan mentah, dan ketrampilan yang dibutuhkan un tuk mem-
buat produk jadi, sama-sama tersebar secara tidak merata di se lu ruh
dunia. Misalnya, Amerika Serikat merupakan eksportir utama makanan
mentah dan pesawat pabrikan di dunia, sebab kami dapat mengha sil-
82 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

kan makanan dan membuat pesawat dalam jumlah melebihi ke butuh -


an kami sendiri. Tapi, AS merupakan importir minyak, sebab kami tidak
menghasilkan cukup minyak untuk memenuhi ke bu tuhan kami sendiri,
se mentara sejumlah negara lain (misalnya Arab Saudi) mengha silkan
minyak dalam jumlah melebihi yang mereka bu tuh kan. Ke tidak se im-
bangan bahan mentah dan ketrampilan se ma cam itu juga men cirikan
banyak, bila bukan semua, perdagangan tra disional.
Kalau soal bahan m entah yang tersebar secara tidak m erata, pola
yang um um adalah m asing-m asing kelom pok orang yang bertetangga
na m un m enem pati habitat yang berbeda-beda m em asok kelom pok
lainnya dengan bahan m entah yang hanya ditem ukan atau lebih ber-
lim pah di habitat sang eksportir. Banyak contoh m encakup per da-
gangan antara orang-orang pesisir dan pedalam an. Dalam m asing-
m asing ka sus, seperti yang saya jabarkan di dua paragraf di atas
m engenai orang-orang Inuit Alaska, m itra dari pesisir m em iliki akses
preferensial atau satu-satunya terhadap sum ber daya laut atau pesisir,
seperti m am alia laut, ikan, dan cangkang kerang, sem entara m itra dari
pedalam an m em iliki akses preferensial atau satu-satunya terhadap
sum ber daya darat seperti binatang buruan, kebun, dan hutan.
Satu lagi pola yang um um adalah perdagangan bahan-bahan m en-
tah yang sangat lokal namun tidak terikat pada tipe habitat spesiik,
ter utam a garam dan batu. Orang-orang Dani Dugum m em peroleh se-
m ua garam m ereka dari kolam air asin Iluekaim a, dan sem ua batu un-
tuk kapak dan beliung dari satu pertambangan di Cekungan Nogolo,
sementara untuk sebagian besar Pasiik Barat Daya, sumber utama
obsidian (gelas vulkanik yang digunakan untuk m em buat artifak-artifak
batu paling tajam ) adalah tam bang-tam bang di dekat Talasea di pulau
Britania Baru. Obsidian Talasea pun diperdagangkan di wilayah yang
m em bentang lebih daripada 6.0 0 0 kilom eter, dari Kalim antan, 3.0 0 0
kilom eter di sebelah barat Talasea sam pai Fiji, 3.0 0 0 kilom eter di
sebelah tim ur Talasea.
Pola terakhir yang um um dalam perdagangan berbagai jenis bahan
http://facebook.com/indonesiapustaka

m entah berbeda m elibatkan kelom pok-kelom pok bertetangga dengan


strategi-strategi bertahan hidup yang berbeda-beda, m em beri m ereka
akses ke bahan yang berbeda-beda. Di banyak tem pat di berbagai pen-
juru dunia, pem buru-pengum pul m enawarkan daging, m adu, resin,
dan produk-produk hutan lainnya yang m ereka buru dan kum pulkan
ke para petani di desa-desa dekat m ereka, ditukar dengan bahan pa-
ngan yang dibudidayakan penduduk desa. Contoh-contohnya antara
SIAPA BERDAGANG APA? ● 83

lain para pem buru bison di padang rum put dan para petani Pueblo di
AS Barat daya, para pemburu Semang dan petani Melayu di Malaysia
Barat, dan berbagai hubungan pem buru-pengum pul di India, juga para
Pigm i pem buru di Afrika dan petani Bantu, serta orang-orang Agta
pem buru dan para petani Fillipina seperti yang sudah saya jabarkan.
Ada hubungan-hubungan dagang serupa antara penggem bala dan pe-
tani di banyak bagian Asia dan Afrika, serta antara penggem bala dan
pem buru-pengum pul di Afrika.
Perdagangan tradisional, seperti perdagangan m odern, kerap
kali juga m elibatkan ketram pilan yang tidak tersebar secara m erata.
Satu contohnya adalah m onopoli lokal atas gerabah dan sam pan laut
yang dinikmati oleh para penghuni Pulau Mailu di lepas pantai Papua
tenggara, yang dipelajari oleh ahli etnograi Bronislaw Malinowski.
Meskipun gerabah awalnya juga diproduksi oleh para penduduk
daratan utama Papua di dekat situ, orang-orang Mailu meraih mono-
poli ekspor karena m enem ukan cara m em produksi m assal kuali-kuali
yang lebih halus, tipis, dan bergaya baku. Kuali-kuali sem acam itu
menguntungkan para pembuat kuali Mailu maupun para pelanggan
pengguna kuali m ereka. Kuali yang tipis m em ungkinkan pem buat kuali
m enghasilkan lebih banyak kuali dari tanah liat berjum lah tertentu,
m e ngeringkan kuali dengan lebih cepat, dan m engurangi risiko ke-
rusakan sewaktu kuali sedang dibakar. Sedangkan bagi pelanggan
pengguna kuali, mereka lebih menyukai kuali Mailu yang tipis karena
m em butuhkan lebih sedikit bahan bakar sewaktu dipakai m em asak,
dan isi kuali pun m endidih lebih cepat. Secara serupa, pen duduk
Pulau Mailu memperoleh monopoli dalam pembuatan dan peng-
operasian sam pan laut jarak jauh, yang lebih rum it dan m em butuh-
kan lebih banyak ketram pilan dalam pem buatannya diban dingkan
sam pan sederhana yang m em buat penduduk daratan utam a hanya
dapat m elakukan perjalanan pendek di perairan pesisir yang lebih
aman. Monopoli produksi yang sebanding dengan itu dinikmati se-
ribu tahun lalu oleh para pem buat porselin dan kertas dari Tiongkok,
http://facebook.com/indonesiapustaka

sam pai rahasia-rahasia produksi m ereka bocor atau ditiru. Dalam za-
m an m odern yang penuh m ata-m ata industri dan penyebaran pe nge -
ta huan, sulit untuk m em pertahankan m onopoli dalam waktu lam a.
Tapi, Am erika Serikat untuk waktu singkat (em pat tahun) m e nik m ati
m onopoli pem buatan bom atom (yang tidak kam i ekspor), dan Am erika
Serikat dan Eropa kini m endom inasi pasar dunia dalam pem buatan
pesawat jet kom ersial yang sangat besar (kalau yang ini, kam i ekspor).
84 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

J enis perdagangan tradisional terakhir, yang jarang ada paralelnya


kini, disebut "m onopoli konvensional". Istilah ini m engacu kepada per-
dagangan suatu barang yang dapat diperoleh atau dibuat oleh kedua
pihak, nam un salah satu di antara m ereka m em utuskan untuk ber-
gantung kepada pasokan dari m itra yang satu lagi, sebagai alasan un-
tuk mempertahankan hubungan dagang. Misalnya, barang-barang
yang diterim a Dani Dugum dari daerah J alem o antara lain adalah anak
panah kayu dengan kait dan dekorasi rum it, ditam bah noken de ngan
serat anggrek berwarna cerah dianyam di sekeliling talinya. Orang-
orang Dani sendiri m em buat anak panah dan tas sederhana yang tidak
berhiasan. Bila di depan m ereka ada anak panah atau tas J alem o, orang
Dani bisa dengan sem purna m enirunya, sebab tingkat ke tram pilan
mengukir atau menganyam yang dibutuhkan tidaklah tinggi. Namun
orang-orang Dani m alah terus bergantung kepada daerah J alem o de-
m i m em peroleh im por anak panah dan tas, m aupun bahan-bahan
dari hutan yang dim iliki daerah secara J alem o dalam jum lah lebih
berlim pah daripada di wilayah Dani. Pengakuan Dani akan "m onopoli
konvensional" J alem o atas anak panah dan tas berhiasan m engun-
tungkan bagi kedua pihak karena m em bantu m enyeim bangkan efek-
efek luktuasi penawaran dan permintaan. Orang-orang Jalemo bisa
terus m em peroleh garam dari Dani m eskipun hasil panen produk hutan
J alem o sedang turun, sedangkan orang-orang Dani bisa terus m enjual
garam ke orang-orang J alem o m eskipun perm intaan Dani akan produk
hutan sedang berlebihan.
Monopoli konvensional yang lebih rumit ditemukan di antara
orang-orang Indian Yanom am o Brazil dan Venezuela, serta di antara
orang-orang Indian Xingu Brazil. Masing-masing desa Yanomamo
bisa ber swasem bada, nam un tidak m elakukannya. Tiap desa justru
m enjadi spesialis m enghasilkan suatu produk yang m ereka tawarkan
kepada sekutu-sekutu m ereka, antara lain m ata anak panah, batang
anak panah, keranjang, busur, kuali tanah liat, benang katun, anjing,
obat-obatan halusinogenik, ataupun ranjang gantung. Serupa dengan
http://facebook.com/indonesiapustaka

itu, m asing-m asing desa Xingu m enjadi spesialis m enghasilkan dan


m engekspor busur, gerabah, garam , sabuk cangkang kerang, atau
tom bak. Bila Anda pikir bahwa kebanyakan de sa Yanom am o betul-
betul tidak bisa m em buat gerabah Yanom am o yang kasar dan tak
berhiasan, tengoklah perubahan belum lam a ini da lam cara desa
Mömariböwei-teri memperoleh kuali. Pada awalnya, Mömariböwei-
teri m engim por kuali dari desa lain yang m erupakan se kutu politik
SIAPA BERDAGANG APA? ● 85

mereka, Möwaraöba-teri. Sebagai penjelasan, para penduduk desa


Mömariböwei-teri dulu dengan berapi-api bersikeras bahwa mereka
tidak tahu cara m em buat kuali, bahwa dulu m ereka m e m ang m em buat
kuali nam un sudah lupa cara m elakukannya, bahwa tanah liat di daerah
m ereka toh tidak bagus untuk m em buat kuali, dan bahwa m ereka
memperoleh semua kuali yang mereka butuhkan dari Möwaraöba-
teri. Namun kemudian perang memutuskan persekutuan antara
Mömariböwei-teri dan Möwaraöba-teri, sehingga Mömariböwei-teri
tidak lagi bisa mengimpor kuali dari Möwaraöba-teri. Secara ajaib,
para penduduk desa Mömariböwei-teri mendadak "ingat" bagaimana
m e reka dahulu kala m em buat kuali, m endadak "m enem ukan" bahwa
tanah liat di daerah m ereka yang tadinya dijelek-jelekkan ternyata
bagus sekali untuk m em buat kuali, dan kem bali m em buat kuali sendiri.
Dengan demikian, jelaslah bahwa penduduk desa Mömariböwei-teri se-
belumnya mengimpor kuali dari Möwaraöba-teri karena pilihan (men-
jalin persekutuan politik), bukan karena kebutuhan.
Bahkan lebih jelas lagi bahwa orang-orang !Kung terlibat dalam
per da gangan ekstensif anak panah sebagai pilihan, karena sem ua orang
!Kung m em buat anak panah yang serupa, yang tetap saja m ereka saling
per dagangkan bolak-balik. Ahli antropologi Richard Lee m em inta
em pat laki-laki !Kung untuk m em beritahunya siapa pem ilik asli m a-
sing-m asing anak panah yang berjum lah 13 sam pai 19 batang dalam
tem pat anak panah m ereka. Di antara keem pat laki-laki itu, hanya satu
(Kopela Maswe) yang tidak memiliki anak panah dari orang lain. Satu
laki-laki (/N!au) memiliki 11 anak panah dari total empat orang laki-
laki lain, dan hanya 2 anak panah m ilik nya sendiri. Kedua laki-laki
lain (/Gaske dan N!eishi) tidak memiliki anak panah sendiri: alih-alih,
m asing-m asing m em bawa anak panah dari enam laki-laki lain.
Apa arti penting m onopoli konvensional dan perdagangan anak
pa nah itu, yang tam paknya tidak berm akna bagi kam i orang-orang
Barat yang terbiasa berjual-beli hanya dem i barang-barang yang ti-
dak bisa kam i peroleh sendiri? Terbukti, perdagangan tradisional m e -
http://facebook.com/indonesiapustaka

m iliki fungsi sosial dan politik, selain ekonom i: bukan hanya un tuk
m em peroleh barang-barang itu sem ata, m elainkan juga untuk "m en-
ciptakan" perdagangan dem i tujuan-tujuan sosial dan politik. Barang-
kali tujuan yang paling utam a adalah m em perkuat persekutuan atau
ikatan yang bisa dimintai tolong bila dibutuhkan. Mitra-mitra dagang
di antara orang-orang Inuit Alaska barat laut m em iliki kewajiban untuk
s aling m endukung bila dibutuhkan: seandainya di wilayah kita terjadi
86 ● KAWAN, LAWAN, ORANG ASING, DAN SAUDAGAR

ke laparan, kita berhak m endatangi m itra dagang kita di wilayah lain


un tuk tinggal bersam anya. Para Agta pem buru yang "berdagang" di
antara m ereka sendiri atau dengan para petani Filipina m enganggap
per tukaran yang m ereka lakukan sebagai didasari oleh kebutuhan, bu-
kan penawaran dan perm intaan: m ereka m engganggap bahwa m itra-
m itra yang berbeda kem ungkinan m em iliki kelebihan atau kekurangan
pada waktu yang berbeda-beda, dan hasil akhirnya dalam jangka pan-
jang akan seim bang, sehingga m ereka tidak m em buat catatan secara
ter perinci. Setiap pihak dalam pertukaran yang dilakukan orang-orang
Agta m em berikan pengorbanan besar pada waktu m itranya m engalam i
krisis, m isalnya ketika ada upacara pernikahan atau pem akam an,
topan, ataupun kegagalan panen atau per buruan. Bagi orang-orang
Yanom am o, yang terlibat dalam pepe rangan terus-m enerus, per se ku-
tuan yang berkem bang m elalui perda gangan secara teratur m enya tu -
kan tetangga-tetangga dalam sua sana bersahabat; itu jauh lebih pen-
ting bagi kelangsungan hidup daripada kuali dan ranjang gantung yang
diper dagangkan—m eskipun tidak ada orang Yanom am o yang akan ber-
kata terang-terangan bahwa fungsi sesungguhnya perdagangan adalah
m em pertahankan persekutuan.
Sejum lah jejaring dan upacara perdagangan—m isalnya cincin Kula
para penduduk Kepulauan Trobriand, siklus pertukaran serem onial Tee
di antara orang-orang Enga di Dataran Tinggi Papua, dan jejaring per-
dagangan Siassi yang saya jumpai secara tak sengaja di Pulau Malai—
m enjadi cara-cara utam a untuk m em peroleh dan m enam pilkan status
di m asyarakat m ereka m asing-m asing. Barangkali terlihat konyol bagi
kita bahwa penduduk Kepulauan Siassi m enghabiskan berbulan-bu lan
m em bawa kargo dengan sam pan m elalui lautan yang berbahaya se mata
agar bisa berpesta besar-besaran pada akhir tahun dengan menyantap
sebanyak mungkin babi—sampai kita merenungkan apa yang penduduk
Ke pulauan Siassi mungkin katakan mengenai orang-orang Amerika
modern yang kerja keras banting tulang demi memamerkan permata dan
mobil sport.
http://facebook.com/indonesiapustaka

N e gara-n e gara m u n gil


Dengan dem ikian, m asyarakat tradisional m asa lalu, dan yang bertahan
sampai zaman modern, berperilaku seperti negara mungil. Mereka
m em pertahankan teritori atau daerah inti m ilik sendiri, m engunjungi
dan m enerim a tam u dari sebagian negara lain nam un m enolak keda-
tangan negara lain,dan dalam beberapa kasus m enetapkan, m em per -
NEGARA-NEGARA MUNGIL ● 87

tahankan, dan berpatroli di perbatasan seketat negara-negara m odern.


Masyarakat tradisional memiliki pengetahuan yang jauh lebih terba-
tas m engenai dunia luar daripada warga negara m odern, yang sem a-
kin banyak m enggunakan televisi, telepon genggam , dan Inter net
guna m em pelajari bagian-bagian lain dunia m eskipun m e reka tidak
pernah meninggalkan kampung halaman mereka sendiri. Masya-
rakat tradisional m enggolong-golongkan kelom pok-kelom pok lain
secara lebih tajam sebagai lawan, kawan, dan orang asing, lebih dari-
pada yang dilakukan Korea Utara sekalipun kini. Terkadang m e reka
saling mengawini dengan orang-orang dari negara lain. Mereka ber-
dagang dengan satu sam a lain, seperti juga negara-negara m odern, dan
dorongan politik m aupun sosial m em ainkan peran yang bah kan lebih
besar lagi dalam hubungan dagang m ereka daripada yang kita lakukan
dalam perdagangan. Dalam tiga bab berikutnya, kita akan pelajari ba-
gaim ana negara-negara tradisional m ungil ini m em per ta han kan per-
dam aian, dan bagaim ana m ereka berperang.
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka

BAG IAN

PERANG
DUA

DAMAI DAN
http://facebook.com/indonesiapustaka
BAB 2

Kompensasi atas Kematian Seorang Anak

Kecelakaan ▪ Upacara ▪ Bagaimana jika...? ▪ Apa yang negara lakukan


▪ Kompensasi di Papua ▪ Hubungan seumur hidup ▪ Masyarakat-
masyarakat bukan-negara lainnya ▪ Kewenangan negara ▪ Peradilan
perdata negara ▪ Cacat-cacat dalam peradilan perdata negara
▪ Peradilan pidana negara ▪ Peradilan restoratif ▪ Keunggulan-
keunggulan dan harga yang harus dibayarkan

Ke ce lakaan
Suatu petang m enjelang akhir m usim kem arau, m obil yang dikendarai
seorang laki-laki bernama Malo secara tidak sengaja menabrak dan
m enewaskan seorang anak sekolah, Billy, di satu jalan di Papua
Nugini. Billy sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah dalam
m inibus um um (bukan bis sekolah khusus), dan pam annya Genjim p
sedang menunggu di seberang jalan untuk menjemputnya. Malo, supir
perusahaan kecil setem pat, sedang m em bawa pu lang staf kantor yang
pulang kerja dan sedang berkendara ke arah yang berlawanan dengan
m inibus yang m engangkut Billy. Ketika Billy m e lom pat turun dari
m inibus, dia m elihat Pam an Genjim p dan m ulai ber lari m enyeberangi
http://facebook.com/indonesiapustaka

jalan untuk m endekatinya. Tapi ketika m e nye be rangi jalan, Billy bukan
berjalan di depan m inibus, yang akan m em buatnya bisa terlihat dari
mobil Malo dan para pengemudi lain. Billy malah berlari di belakang
minibus sehingga tidak terlihat, dan baru tampak oleh Malo sewaktu
Billy melesat ke tengah jalan. Malo tidak bisa menginjak rem tepat pada
waktunya, dan m oncong m obilnya m enghantam kepala Billy sam pai
anak itu terlem par ke udara. Pam an Genjim p langsung m em bawa
92 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

Billy ke ruang gawat darurat rum ah sakit, na m un Billy m engem buskan


napas terakhir beberapa jam kem udian akibat cedera kepala parah.
Di Am erika Serikat, pengem udi yang terlibat dalam kecelakaan se-
rius diharapkan tetap berada di tem pat kejadian perkara sam pai po-
lisi tiba: bila dia angkat kaki dan tidak m elapor ke polisi, dia dianggap
m e la rikan diri, dan itu dianggap sebagai kejahatan. Tapi, di Papua
Nugini, juga di beberapa negara lain, hukum membolehkan, dan polisi
serta akal sehat juga m endesak, agar pengem udi tidak tetap ber ada di
TKP m elainkan langsung m enuju ke kantor polisi terdekat. Itu karena
orang-orang di sekitar yang m arah m ungkin m enyeret sang pengem udi
yang m enabrak dari m obilnya dan m em ukulinya sam pai m ati di
tem pat itu juga, bahkan kalaupun kecelakaan itu adalah ke salahan si
pejalan kaki. Risiko bagi Malo dan para penumpangnya semakin besar,
karena Malo dan Billy berasal dari dua kelompok etnis yang berbeda,
yang di Papua Nugini sering kali merupakan sumber ketegangan.
Malo adalah penduduk setempat dari desa di dekat situ, sementara
Billy adalah penduduk dataran rendah yang kam pung halam annya
terletak berkilo-kilom eter jauhnya. Banyak pen du duk dataran rendah
yang telah berm igrasi ke daerah itu untuk bekerja, hidup di sekitar
tempat kecelakaan itu terjadi. Bila Malo berhenti dan keluar dari
m obilnya untuk m enolong anak itu, dia m ungkin diha bisi oleh orang-
orang dataran rendah yang ada di sekitar situ, dan ba rangkali para
penumpangnya juga akan diseret keluar dan dibunuh. Namun Malo
m asih cukup waras sehingga dia m enuju ke kantor polisi terdekat
dan m enyerahkan diri. Polisi m engurung para penum pangnya untuk
sem entara di kantor itu dem i keselam atan m ereka sendiri, dan m eng-
antarkan Malo demi keselamatannya ke desanya, dan dia pun tetap di
situ selam a beberapa bulan setelahnya.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi berikutnya m enunjukkan bagai-
m ana orang-orang Papua, seperti banyak kelom pok m anusia tradi-
sional yang hidup nyaris sepenuhnya di luar kontrol efektif sistem per-
adilan yang ditetapkan oleh pem erintahan negara, tetap saja m ene-
http://facebook.com/indonesiapustaka

tapkan ke adilan dan secara dam ai m enyelesaikan perselisihan m elalui


mekanisme-mekanisme tradisional mereka sendiri. Mekanisme-me-
ka n ism e pe nyelesaian perselisihan itu barangkali bekerja sepanjang
prasejarah m anusia, sam pai m uncul negara-negara dengan hukum
tertulis, pengadilan, hakim , dan polisi sejak 5.40 0 tahun lalu. Kasus
Billy dan Malo kontras dengan kasus yang akan saya bahas di bab
berikutnya, ka sus yang juga dipecahkan m elalui cara tradisional,
UPACARA ● 93

nam un berlawanan de ngan cara yang digunakan dalam kasus Billy


dan Malo: melalui pembunuhan untuk balas dendam dan perang.
Bergantung pada kondisi dan pihak-pihak yang terlibat, perselisihan
dalam m asyarakat tradisional bisa diselesaikan entah itu secara dam ai,
atau m elalui perang bila pro ses dam ai buyar atau tidak diupayakan.
Proses dam ai m elibatkan apa yang disebut "kom pensasi". (Seperti
yang akan kita lihat, terjem ahan ke dalam Bahasa Inggris yang biasa
digunakan untuk istilah Papua itu m enyesatkan; m ustahil m engom -
pen sasi kem atian seorang anak, dan bukan itu tujuannya. Istilah da-
lam lingua franca Nugini, Tok Pisin, adalah sori m oney , berarti
"uang penyesalan", dan terjem ahan itu lebih sesuai, sebab secara pas
m enggam barkan uang yang dibayarkan sebagai wujud duka atau per-
m intaan m aaf yang juga dirasakan atas apa yang telah terjadi.) Kasus
m e ngenai kom pensasi tradisional setelah tewasnya Billy diceritakan
ke pa da saya oleh seorang laki-laki bernam a Gideon, yang ketika itu
m erupakan m anajer kantor setem pat perusahaan yang m em pekerja-
kan Malo sebagai supir, dan peserta dalam proses yang terjadi sesudah-
nya. Ternyata mekanisme peradilan tradisional Nugini memiliki
tujuan-tujuan yang secara m endasar berbeda dengan tujuan-tujuan
sistem peradilan negara. Meskipun saya setuju bahwa peradilan ne-
ga ra m em berikan m anfaat besar dan m utlak diperlukan untuk m e-
nyele saikan banyak perselisihan di antara warga negara, terutam a
per se lisihan antara orang-orang yang tidak saling m engenal, saya kini
m erasakan bahwa m ekanism e-m ekanism e peradilan tradisional da pat
m engajari kita banyak hal tentang perselisihan bila pihak-pihak yang
terlibat bukanlah orang yang sam a sekali asing, m elainkan akan tetap
terkunci dalam suatu hubungan yang terus berlangsung setelah per-
selisihan itu diselesaikan: m isalnya tetangga, orang-orang yang ber-
hubungan bisnis, orangtua yang bercerai, dan kakak-adik yang ber-
selisih soal harta warisan.

U p acara
http://facebook.com/indonesiapustaka

Karena ada risiko anggota-anggota klan Billy akan m encoba m em balas


dendam terhadap Malo, Gideon, dan para pegawai lain di perusahaan
m e reka, Gideon m em beritahu staf agar tidak m asuk kerja keesokan
hari setelah kecelakaan. Gideon sendiri tetap berada sendirian di
kantornya, dalam kom pleks gedung yang berpagar dan berpenjaga,
hanya beberapa ratus m eter dari rum ah tem pat Gideon dan ke-
luarganya tinggal. Dia m em erintahkan para penjaga keam anan agar
94 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

tetap waspada, tidak m em biarkan orang asing m asuk, dan terutam a


m engawasi apakah ada orang dataran rendah yang datang dan m enjaga
agar m ereka tidak bisa m asuk. Terlepas dari itu, saat hari m asih pagi,
Gideon m engangkat ke pala dari m ejanya dan dengan ketakutan
m elihat tiga laki-laki bertubuh besar, yang bisa dikenali sebagai orang
dataran rendah berdasarkan perawakan m ereka, berdiri di luar jendela
belakang kantornya.
Yang pertam a terpikir oleh Gideon adalah: aku harus tersenyum
kepada mereka, kalau tidak ya aku lari. Namun kemudian terpikir
olehnya bahwa istri dan anak-anaknya yang m asih kecil ada di dekat-
dekat situ, dan lari hanya akan m enyelam atkan nyawanya sendiri.
Dia berhasil ter se nyum , dan ketiga laki-laki itu pun balas tersenyum .
Gideon m en de kati jendela belakang kantornya dan m em bukanya,
m enyadari bah wa tindakan itu bisa jadi langsung terbukti fatal, nam un
dia tidak punya pilih an sebab alternatifnya lebih buruk lagi. Salah
satu laki-laki, yang ternyata adalah Peti, ayah si anak yang tewas,
bertanya kepada Gideon, “Bolehkah aku m asuk ke kantorm u dan
berbicara denganm u?” (Ini dan sebagian besar percakapan yang akan
saya tuturkan bukan dilangsungkan dalam bahasa Inggris, m elainkan
bahasa Tok Pisin. Kata-kata Peti ke pada Gideon sebenarnya “Inap m i
kam insait long opis bilong you na yum i tok-tok?”)
Gideon m engangguk, pergi ke bagian depan kantornya, m em buka
pintu, dan m em persilakan Peti m asuk sendirian dan duduk. Sebagai
laki-laki yang putranya baru saja tewas, dan sedang berhadapan dengan
atas an sang pem bunuh, perilaku Peti sungguh m engesankan: jelas dia
m asih syok, nam un dia tetap tenang, penuh horm at, dan tidak ber-
basa-basi. Peti duduk diam beberapa lam a, dan akhirnya berkata ke-
pa da Gideon, “Kam i paham ini adalah kecelakaan, dan kalian tidak
m elakukannya dengan sengaja. Kam i tidak ingin m em buat m asalah.
Kam i hanya ingin kalian m em bantu pem akam annya. Kam i m em inta
dari kalian sedikit uang dan m akanan, agar kam i bisa m em beri m akan
ke ra bat kam i saat upacara.” Gideon m em balas dengan m engungkapkan
http://facebook.com/indonesiapustaka

bela sungkawanya m ewakili perusahaan dan staf, dan m em buat janji


seadanya. Segera sore itu juga, dia m endatangi superm arket setem pat
dan m ulai m em beli bahan-bahan m akanan standar seperti beras,
daging kalengan, gula, dan kopi. Selagi berada di toko itu, dia kebetulan
bertem u lagi dengan Peti, dan lagi-lagi tidak ada m asalah.
Pada hari kedua itu, sehari setelah kejadian, Gideon pun ber-
bicara dengan anggota senior stafnya, seorang laki-laki Papua tua ber-
UPACARA ● 95

na m a Yaghean, yang m erupakan penduduk asli distrik lain nam un


ber pengalam an dalam negosiasi kom pensasi ala Papua. Yaghean
m enawarkan diri untuk m enangani negosiasi. Pada hari berikutnya
(hari ketiga), Gideon m engadakan rapat staf perusahaan guna
m em bahas langkah se lan jutnya. Ketakutan utam a setiap orang adalah
keluarga besar anak yang tewas itu (kerabat-kerabat yang lebih
jauh dan anggota-anggota lain klainnya) m ungkin bersikap bengis,
m eskipun sang ayah telah m en jam in bahwa keluarga dekatnya tidak
akan m enyebabkan m asalah. Ter do rong oleh perilaku tenang Peti
selam a dua perjum paan m ereka, pada awalnya Gideon ingin langsung
m endatangi pem ukim an dataran ren dah sendiri, m encari keluarga
Billy, dan "bilang m aaf" (m em inta m aaf secara resm i), dan berupaya
memadamkan ancaman dari keluarga besarnya. Namun Yaghean
bersikeras bahwa Gideon tidak boleh m ela ku kan itu. “Bila kam u
sendiri, Gideon, pergi ke sana terlalu cepat, aku kha wa tir keluarga
besarnya dan keseluruhan kom unitas dataran ren dah m ungkin
m asih berkepala panas. Kita tetap harus m elalui proses kom pensasi
yang benar. Kita akan kirim kan seorang utusan, yaitu aku. Aku akan
berbicara dengan anggota dewan daerah yang m encakup pe m ukim an
dataran rendah itu, dan dia kem udian akan berbicara dengan ko-
m unitas dataran rendah. Dia dan aku sam a-sam a tahu bagaim ana
proses kom pensasi harus dilangsungkan. Baru setelah proses itu dise-
le saikan kam u dan stafm u boleh adakan upacara bilang m aaf [tok-sori
dalam Tok Pisin] ke keluarga itu.”
Yaghean pun m endatangi dan berbicara dengan si anggota de wan,
yang pada hari berikutnya (hari keem pat) m engatur pertem uan yang
m elibatkan Yaghean, sang anggota dewan, dan keluarga Billy (term asuk
ke luarga besarnya). Gideon tidak tahu banyak soal apa yang terjadi
dalam per tem uan itu, selain laporan Yaghean bahwa m ereka berbicara
panjang lebar m engenai bagaim ana m engatasi m asalah tersebut, bahwa
keluarga itu sendiri tidak berniat m enggunakan kekerasan, nam un
beberapa laki-laki di pem ukim an itu sangat berduka atas kem atian
http://facebook.com/indonesiapustaka

Billy dan m a sih geram . Yaghean m em beritahu Gideon bahwa dia


harus m em beli le bih banyak m akanan untuk upacara kom pensasi dan
pem akam an, dan bahwa telah disepakati pem bayaran kom pensasi
sebesar 1.0 0 0 kina (setara dengan kira-kira $ 30 0 ) dari perusahaan
Gideon kepada ke luar ga Billy. (Kina adalah m ata uang nasional Papua
Nugini.)
96 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

Upacara kom pensasi itu sendiri berlangsung hari berikutnya,


hari kelim a, dengan tatanan resm i dan terstruktur. Upacara tersebut
dim ulai de ngan Gideon, Yaghean, dan sem ua staf lain kantor kecuali
Malo, menumpangi mobil perusahaan ke pemukiman dataran rendah.
Mereka memarkir mobil itu, berjalan melalui pemukiman, dan
m em asuki halam an di belakang rum ah keluarga Billy. Upacara duka
tradisional Papua Nugini dilangsungkan di bawah semacam atap, guna
m enaungi kepala para pe la yat; dalam kasus ini, atap yang didirikan
oleh keluarga itu adalah se lem bar terpal, dan di bawahnya sem ua
orang—keluarga m aupun tam u—ber kum pul. Ketika para tam u datang,
salah satu pam an bocah yang tewas m enunjukkan tem pat m ereka
duduk dan m em beri tanda kepada keluarga untuk duduk di bagian lain.
Upacara dim ulai dengan ucapan dari seorang pam an, yang ber-
terim a kasih kepada pelayat yang datang, dan m enyatakan betapa
sedih nya karena Billy telah tiada. Kem udian Gideon, Yaghean, dan
seorang staf kantor lain berbicara. Dalam m enjabarkan peristiwa itu
kepada saya, Gideon m enjelaskan, “Tidak enak sekali, tidak enak sekali
rasanya ha rus m enyam paikan ucapan itu. Aku m enangis. Waktu itu
anak-anakku juga m asih kecil. Kusam paikan kepada keluarga itu bah-
wa aku m encoba m em bayangkan dalam nya duka m ereka. Aku ka ta-
kan bahwa aku m encoba m em aham inya dengan m engandaikan ke-
celakaan itu terjadi pada anakku sendiri. Duka itu pastilah tidak terperi.
Kukatakan kepada m ereka bahwa m akanan dan uang yang kuberikan
kepada m ereka tidak ada apa-apanya, sem ata sam pah, dibandingkan
de ngan nyawa anak m ereka.”
Gideon m elanjutkan tuturannya kepada saya, “Kem udian giliran
ayah Billy, Peti, yang berbicara. Kata-katanya sangat sederhana. Dia
m en cucurkan air m ata. Dia m engakui bahwa kem atian Billy adalah ke-
ce la kaan, dan bukan karena keteledoran kam i. Dia berterim akasih atas
ke ha diran kam i, dan m engatakan bahwa kaum nya tidak akan m encari-
cari m asalah dengan kam i. Dia kem udian berbicara tentang Billy,
m engangkat foto putranya, dan berkata, 'Kam i m erindukannya.' Ibu
http://facebook.com/indonesiapustaka

Billy duduk diam di belakang sang ayah yang sedang berbicara. Be be-
ra pa pam an Billy yang lain berdiri dan m enegaskan, “Kalian tidak akan
punya m asalah dengan kam i, kam i puas dengan tanggapan kalian dan
kom pensasi yang diberikan.” Sem ua orang—rekan-rekan kerjaku dan
aku, serta seluruh keluarga Billy—m enangis.”
Serah-terim a m akanan dilakukan oleh Gideon dan rekan-rekannya
untuk "bilang maaf", diiringi kata-kata “Makanan ini untuk membantu
BAGAIMANA JIKA...? ● 97

kalian pada m asa sulit ini.” Setelah pem bicaraan, keluarga dan pelayat
pun ber sam a-sam a m enyantap hidangan sederhana berupa ubi
(makanan pokok tradisional Nugini) dan sayur-mayur lain. Banyak
yang berjabat tangan pada akhir upacara. Saya bertanya kepada Gideon
apakah ada yang saling berpelukan, dan apakah m isalnya dia dan sang
ayah berpelukan seraya menangis. Namun jawaban Gideon adalah
“Tidak, upacara itu ter stuktur, dan sangat resm i.” Tetap saja, sulit
bagi saya m em bayangkan di AS ataupun m asyarakat Barat lainnya
ada pertem uan rekonsiliasi sem acam itu, di m ana keluarga anak yang
tewas dan orang-orang yang tidak sengaja m enewaskan anak itu, yang
tadinya asing satu sam a lain, du duk dan m enangis bersam a-sam a
serta berbagi m akanan hanya be berapa hari setelah anak tersebut
tewas. J ustru keluarga si anak akan m erencanakan tuntutan hukum
pidana, dan keluarga pelaku yang tidak sengaja akan berkonsultasi
dengan pengacara dan agen asuransi guna bersiap-siap m em bela diri
dari tuntutan hukum itu plus kem ungkinan hukum an yang m ungkin
dijatuhkan.

Bagaim an a jika...?
Seperti yang disepakati ayah dan kerabat Billy, Malo tidak sengaja me-
newaskan Billy. Saya bertanya kepada Malo dan Gideon, apa yang akan
terjadi seandainya Malo betul-betul membunuh Billy secara sengaja,
atau seandainya Malo setidak-tidaknya bersikap tidak peduli.
Malo dan Gideon menjawab bahwa, bila seperti itu kejadiannya,
m a salah itu m asih tetap dapat diselesaikan m elalui proses kom pensasi
yang sam a. Hanya saja hasilnya lebih tidak pasti, situasinya lebih ber-
ba haya, dan uang kom pensasi yang dim inta akan lebih besar. Ada
risiko lebih besar bahwa kerabat-kerabat Billy ogah m enanti hasil nego-
siasi kom pensasi, atau akan m enolak pem bayaran dan m alah m elak-
sanakan yang disebut pem bunuhan bayar nyawa; sebagus-bagusnya
dengan membunuh Malo sendiri, kalau tidak ya salah seorang keluarga
dekatnya bila mereka tidak berhasil membunuh Malo, kalau tidak ya
http://facebook.com/indonesiapustaka

anggota klannya yang berkerabat lebih jauh dengan Malo bila mereka
tidak bisa m em bunuh anggota keluarga dekatnya. Tapi, jika kerabat-
kera bat Billy ternyata m au m enunggu hasil proses kom pensasi,
mereka akan menuntut kompensasi yang jauh lebih tinggi. Malo
m em perkirakan untuk saya bahwa kom pensasi yang dim inta (bila betul
dia bertanggung jawab atas tewasnya Billy) kira-kira berupa lim a ekor
babi, plus 10 .0 0 0 kina (setara dengan kira-kira $ 3.0 0 0 ), plus sejum lah
98 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

m akanan se tem pat antara lain bertandan-tandan pisang, talas, ubi,


sagu, sayur-sayuran kebun, dan ikan asin.
Saya juga bertanya-tanya apa yang akan terjadi seandainya Malo
bukan supir perusahaan, m elainkan hanya supir pribadi seorang
Papua, sehingga perusahaan itu tidak terlibat. Malo menjawab bahwa
negosiasi kom pensasi dari pihaknya tidak akan ditangani oleh kolega
se kantornya, Yaghean, m elainkan oleh sejum lah pam an dan tetua dari
desanya. Kom pensasi itu sendiri tidak akan dibayar oleh perusahaan,
melainkan oleh seluruh penduduk desa Malo, termasuk keluarganya,
orang-orang satu klannya, dan penduduk desa yang m erupakan
anggota klan-klain lain yang mungkin Malo terpaksa mintai tolong
dalam mengumpulkan dana pembayaran. Kalau begitu Malo akan ber-
utang budi kepada sem ua orang yang m em berikan sum bangan. Pada
suatu waktu kelak, Malo harus membayar utang budinya kepada orang-
orang yang telah m enyum bang itu, dan kepada pam an-pam annya
yang bekerja keras menangani negosiasi. Seandainya Malo berpulang
sebelum tuntas m em bayar utang budi, para penyum bang dan pam an-
pamannya akan meminta pelunasan dari keluarga dan klan Malo. Tapi,
selain perbedaan berupa siapa yang m enangani negosiasi dan siapa
yang m em bayar, proses kom pensasi seandainya perusahaan tidak
terlibat akan berlangsung sangat m irip dengan apa yang sungguh-
sungguh dilangsungkan dalam kasus tewasnya Billy.

Ap a yan g n e gara laku kan


Rangkaian peristiwa yang saya tuturkan m erupakan contoh bagaim ana
m ekanism e-m ekanism e tradisional Papua m enangani secara dam ai
kerugian yang diderita oleh seseorang akibat perbuatan orang lain.
Itu kontras dengan cara sistem peradilan negara Barat m enangani
kerugian semacam itu. Dalam kasus Billy dan Malo, tanggapan negara
Papua Nugini adalah polisi tidak peduli perasaan berduka atau ingin
membalas dendam kerabat-kerabat Billy, namun menuntut Malo
kare na m enyetir dengan tidak berhati-hati. Walaupun keluarga Billy,
http://facebook.com/indonesiapustaka

term asuk pam annya Genjim p, yang sebenarnya ada di tem pat ke-
jadian perkara, tidak menyalahkan cara Malo menyetir, polisi tetap saja
mengklaim bahwa Malo mengebut. Selama berbulan-bulan Malo tetap
di desanya, kecuali ketika dia pergi ke kota untuk berbicara dengan
polisi. Itu karena Malo masih takut akan pembalasan dendam oleh
pem uda-pem uda dataran rendah yang berkepala panas. Rekan-rekan
KOMPENSASI DI PAPUA ● 99

sedesa Malo tetap waspada dan siap melindunginya kalau-kalau terjadi


se rangan sem acam itu.
Setelah interogasi awal oleh polisi, beberapa bulan berlalu sebelum
interogasi kedua, yang menghasilkan perintah untuk Malo agar datang
ke kota dua kali sem inggu guna m elapor ke petugas lalu lintas seraya
menanti kasusnya masuk ke pengadilan. Setiap kali melapor, Malo
harus m enunggu di kantor polisi lalu lintas selam a setengah hari
sampai seharian penuh. SIM Malo dicabut sesudah interogasi kedua.
Karena Malo bekerja sebagai supir perusahaan, pencabutan SIM-nya
menyebabkan pekerjaan Malo pun melayang.
Kasus Malo yang dianggap menyetir dengan tidak berhati-hati
akhirnya disidangkan satu setengah tahun kemudian. Selama itu, Malo
terus hidup terkatung-katung di desanya, menganggur. Sewaktu Malo
akhir nya m uncul di pengadilan pada tanggal yang ditetapkan untuk
sidang, ternyata hakim yang bertanggung jawab sedang sibuk dengan
ke wajiban lain yang berbenturan waktunya, dan tanggal sidang harus
dijadwalkan ulang tiga bulan kem udian. Lagi-lagi pada tanggal kedua
hasil penjadwalan ulang itu, sang hakim tidak bisa datang, dan tanggal
sidang lain ditetapkan tiga bulan kem udian. Tanggal ketiga itu dan
satu lagi tanggal sidang lain harus ditunda karena m asalah-m asalah
lebih lanjut yang m elibatkan si hakim . Akhirnya, pada tanggal kelim a
yang ditetapkan untuk sidang, kini sudah dua setengah tahun setelah
ke celakaan itu, sang hakim akhirnya m uncul, dan sidang pun digelar.
Namun polisi yang dipanggil oleh jaksa tidak muncul, dan sang hakim
pun harus m engakhiri kasus itu. Dem ikianlah akhir keterlibatan negara
dalam kasus Billy dan Malo. Apabila Anda pikir ketidakhadiran dan pe-
nundaan semacam itu adalah ciri khas sistem pengadilan Papua Nugini
yang sangat tidak eisien, seorang teman karib saya yang belum lama ini
m enjalani sidang di Chicago m engalam i urutan peristiwa dan hasil per-
sidangan pidana yang serupa.

Ko m p e n s as i d i Pap u a
http://facebook.com/indonesiapustaka

Proses kom pensasi tradisional, yang digam barkan oleh cerita Billy dan
Malo, bertujuan memecahkan perselisihan secara damai dan cepat,
re konsiliasi em osional antara kedua pihak, dan pem ulihan hubung-
an m ereka sebelum nya. Itu terdengar sederhana, wajar, dan m em ikat
bagi kita, sam pai kita renungkan betapa m endasar perbedaan nya
de ngan tujuan-tujuan sistem peradilan negara kita. Papua se cara
100 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

tradisional tidak m em iliki sistem peradilan negara, pe m e rin tahan


negara, sistem politik tersentralisasi, atau pem im pin, biro krat, dan
hakim profesional yang berkuasa m em buat keputusan dan m eng-
klaim monopoli atas hak penggunaan kekerasan. Negara memiliki
kepentingan tersendiri dalam m enyelesaikan perselisihan dan m e-
laksanakan peradilan di antara warganya. Kepentingan-kepentingan
negara itu tidak harus sam a dengan kepentingan-kepentingan pihak-
pihak yang terlibat perselisihan. Peradilan tradisional Papua justru
m e ru pakan jenis peradilan yang dilaksanakan sendiri, direncanakan
oleh pihak-pihak yang berselisih dan para pendukung m asing-m asing.
Proses kom pensasi m erupakan satu cabang, yang dam ai, dalam sistem
resolusi perselisihan tradisional yang bercabang dua. Cabang yang satu
lagi (Bab 3 dan 4) adalah m encari pem balasan dendam pribadi m e la-
lui kekerasan, yang berkecenderungan m eningkat m enjadi siklus pem -
balasan dendam dan akhirnya m enjadi perang.
Fakta penting yang m em bentuk proses kom pensasi tradisional
Papua, dan m em bedakannya dari perselisihan ala Barat, adalah pihak-
pihak yang terlibat dalam nyaris sem ua perselisihan tradisional Papua
sebelum nya saling m engenal, entah karena pernah terlibat dalam suatu
hubungan pribadi, atau setidaknya saling kenal nam a, nam a ayah,
atau ailiasi kelompok. Misalnya, meskipun sebagai seorang Papua kita
tidak secara pribadi m engenal laki-laki dari desa beberapa kilom eter
jauhnya yang m em bunuh babi kita yang sedang berkeliaran di hutan,
kita pastilah per nah m endengar nam anya, kita tahu klannya, dan kita
secara pribadi kenal beberapa anggota klan tersebut. Itu karena Papua
tradisional ter diri atas m asyarakat-m asyarakat lokal berskala kecil
yang terdiri atas be berapa lusin sam pai beberapa ratus jiwa. Orang-
orang yang secara tradisional tetap tinggal di daerah berm ukim yang
sam a seum ur hidup atau pindah dekat-dekat saja karena alasan-alasan
tertentu, m isalnya karena pernikahan atau ikut dengan kerabat. Orang-
orang Papua tradisio nal jarang ataupun tak pernah berjum pa dengan
"orang asing" sepenuhnya, tidak seperti kita, warga m asyarakat negara
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang modern. Namun kita, warga negara-negara yang terwesternisasi,


tidak seperti orang-orang Papua, hidup dalam m asyarakat berjum lah
jutaan jiwa, se hingga tentu saja kita setiap hari berjum pa dan harus
berurusan de ngan anggota-anggota m asyarakat kita sendiri yang
sebelum nya tidak kita kenal. Bahkan di daerah perdesaan berpenduduk
jarang yang pen duduknya saling m engenal, m isalnya Big Hole Basin di
Montana, di mana saya menghabiskan musim panas sewaktu remaja,
KOMPENSASI DI PAPUA ● 101

orang asing m un cul secara teratur—m isalnya, orang yang berkendara


m elewati kota dan berhenti untuk m em beli bensin. Terlebih lagi, kita
m enem puh jarak jauh untuk bekerja, berlibur, atau sem ata karena suka
sehingga ber ulang-ulang m engalam i perubahan-perubahan besar yang
nyaris se pe nuhnya dalam hal lingkaran perkenalan kita.
Sebagai akibatnya, sem entara dalam m asyarakat-m asyarakat ne ga-
ra sebagian besar perselisihan kita m uncul dari kecelakaan m obil atau
transaksi bisnis dengan orang asing yang sebelum nya tidak kita kenal
dan yang tidak akan pernah berurusan dengan kita lagi, dalam m a-
syarakat tradisional Nugini, perselisihan terjadi dengan orang yang
akan terus m em iliki hubungan sungguhan atau potensial dengan kita
di m asa depan. Paling pol, perselisihan kita adalah dengan seseorang,
m isalnya sesam a penduduk desa, yang kita jum pai berulang-ulang dan
tidak bisa kita hindari dalam urusan sehari-hari. Setidak-tidaknya,
pihak yang satu lagi dalam perselisihan adalah orang yang tidak akan
kita jum pai berulang-ulang pada m asa depan (m isalnya, pem bunuh
babi kita yang berasal dari desa yang beberapa kilom eter jauhnya),
nam un tetap saja orang itu tinggal dalam jarak yang terjangkau oleh
kita, dan kita se tidaknya ingin m em astikan bahwa kita tidak akan lagi
berm asalah de ngan dia. Itulah m engapa tujuan utam a kom pensasi
tradisional Nugini adalah memulihkan hubungan sebelumnya, bahkan
m eskipun yang ada sebenarnya adalah "non-hubungan" yang hanya
berupa tidak saling m engganggu m eskipun ada potensi untk m elakukan
itu. Namun tujuan itu, dan fakta-fakta esensial yang mendasarinya,
m ewakili satu perbedaan besar dengan sistem pem ecahan per se lisihan
negara Barat, yang biasanya tidak m em entingkan pem ulihan hubungan
karena m em ang sebelum nya tidak ada hubungan apa-apa dan tidak
akan ada hubungan apa pun lagi di masa depan. Misalnya, dalam
hidup saya, saya pernah terlibat tiga perselisihan sipil—dengan seorang
tukang lem ari, seorang kontraktor kolam renang,dan seorang agen real
estat—dan dalam m asing-m asing kasus, saya tidak m engenal pihak
lawan yang terlibat sebelum terjadi transaksi tentang lem ari, kolam ,
http://facebook.com/indonesiapustaka

atau real estat yang kam i ributkan, dan saya tidak lagi berhubungan
atau bahkan m endengar soal m ereka setelah perselisihan kam i
diselesaikan atau diakhiri.
Bagi orang-orang Papua, unsur kunci dalam m em ulihkan hubungan
yang rusak adalah m engakui dan m enghorm ati perasaan satu sam a
lain, sehingga kedua pihak itu dapat m em buang jauh-jauh am arah
m ereka sebisa m ungkin dalam kondisi tersebut, dan m elanjutkan
102 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

hubungan atau non-hubungan m ereka. Walaupun pem bayaran yang


m engukuhkan hu bungan yang dipulihkan kini secara um um disebut
di Papua Nugini dengan kata bahasa Inggris "kompensasi", istilah
itu m enyesatkan. Pem ba yaran itu sebenarnya cara sim bolik untuk
m em antapkan kem bali hu bungan m ereka sebelum nya: pihak A "bilang
m aaf" ke pihak B dan m engakui perasaan B dengan m erugikan diri
sendiri, dengan cara membayar kompensasi. Misalnya, dalam kasus
Billy dan Malo, apa yang sebenarnya ayah Billy inginkan adalah
pengakuan oleh Malo dan atasan-atasannya atas kehilangan dan duka
dahsyat yang dia derita. Seperti yang Gideon katakan secara eksplisit
kepada ayah Billy sewaktu m enyerahkan kom pensasi kepadanya,
uang itu hanyalah sam pah tak bernilai bila dibandingkan dengan
nyawa Billy; uang tersebut hanyalah cara untuk bilang m aaf dan turut
m erasakan kehilangan yang diderita keluarga Billy.
Memantapkan ulang hubungan adalah segalanya di masyarakat
tradisional Papua, sem entara m enetapkan siapa yang bersalah, siapa
yang teledor, atau hukum an apa yang dijatuhkan m enurut konsep-kon-
sep Barat bukanlah perm asalahan yang utam a. Perspektif itu m em -
bantu m enjelaskan penyelesaian—yang m engejutkan sewaktu saya per-
tam a kali m endengar tentangnya—suatu perselisihan yang telah ber-
langsung lam a antara beberapa klan di pegunungan Papua, salah satu-
nya adalah klan tem an-tem an saya di Desa Goti. Tem an-tem an saya
dari Goti terlibat serangkaian panjang penyerbuan dan pem bunuhan
balas dendam dengan em pat klan lainnya. Selam a m asa itu, ayah dan
abang salah seorang tem an saya dari Goti, Pius, terbunuh. Situasi
m en jadi sedem ikian berbahaya sam pai-sam pai sebagian besar tem an
saya dari Goti kabur dari tanah nenek m oyang m ereka dan m engungsi
di antara sekutu-sekutu m ereka di desa tetangga guna m enghindari
serangan-serangan lebih lanjut. Baru 33 tahun kem u dian orang-
orang Goti m erasa cukup am an untuk pulang ke tanah nenek m oyang
m ereka. Tiga tahun kem udian, supaya tak lagi terus-m enerus dibayangi
ketakutan diserbu, di Goti m ereka m enyelenggarakan upacara
http://facebook.com/indonesiapustaka

rekonsiliasi, di m ana orang-orang Goti m em bayar kom pensasi berupa


babi dan barang-barang lain kepada pihak-pihak yang dulu m enyerang
m ereka.
Sewaktu Pius m enceritakan hal itu kepada saya, saya terkejut luar
biasa dan yakin saya salah m em aham i kata-katanya. “Kam u m em bayar
kom pensasi kepada m ereka?” Saya bertanya kepadanya. “Tapi kan
m ereka m em bunuh ayah dan kerabat-kerabatm u, m engapa bukan
HUBUNGAN SEUMUR HIDUP ● 103

m ereka yang m em bayarm u?” Tidak, Pius m enjelaskan, bukan seperti


itu caranya; tujuannya bukannya m em peroleh bayaran sem ata-m ata,
bu kan pula berpura-pura m em buat segala urusan im pas dengan cara
B m em beri X ekor babi kepada A setelah B m enyebabkan kem atian
seba nyak Y jiwa di pihak A. Tujuannya justru m em antapkan kem bali
hubungan dam ai antara pihak-pihak yang tadinya m erupakan m usuh,
dan m em ungkinkan penduduk hidup dengan am an kem bali di Desa
Goti. Klan-klan m usuh punya keluhan m ereka sendiri-sendiri m e-
ngenai perebutan tanah m ereka dan pem bunuhan atas beberapa
anggota m ereka oleh orang-orang Goti. Setelah negosiasi, kedua pihak
m enyatakan diri puas dan bersedia m enyingkirkan segala perasaan
sakit hati; berdasarkan perjanjian yang m enyatakan klan-klan
m usuh m enerim a babi dan barang-barang lain, orang-orang Goti pun
m em peroleh kem bali tanah m ereka dahulu, dan kedua pihak pun bisa
terbebas dari serangan-serangan lebih lanjut.

H u bu n gan s e u m u r h id u p
Dalam masyarakat tradisional Nugini, karena jejaring hubungan
sosial cenderung lebih penting dan bertahan lebih lam a daripada da-
lam m asyarakat negara Barat, konsekuensi perselisihan rawan m e-
nyebar ke pihak-pihak lain yang tidak terlibat langsung, dalam ting-
kat yang sulit dipaham i orang-orang Barat. Bagi kam i orang-orang
Barat, rasanya absurd bahwa rusaknya kebun m ilik anggota salah satu
klan gara-gara babi yang dim iliki anggota klan lain bisa m em icu pe-
rang antara dua klan; bagi penduduk Dataran Tinggi Papua, akibat
itu tidaklah m engejutkan. Orang-orang Papua cenderung sepanjang
hayat m em pertahankan hubungan-hubungan penting yang m ereka
per oleh sejak lahir. Hubungan-hubungan itu m em beri setiap orang
Papua dukungan dari banyak orang lain, nam un juga m endatangkan
ke wa jiban bagi banyak orang lain. Tentu saja kam i orang-orang Barat
m odern juga punya hubungan sosial yang bertahan lam a, nam un
kam i m em peroleh dan m em utuskan hubungan sepanjang hayat kam i
http://facebook.com/indonesiapustaka

secara jauh lebih sering daripada orang-orang Papua, dan kam i hidup
dalam m a sya rakat yang m em berikan penghargaan kepada individu-
individu yang berupaya m aju. Oleh karena itu, dalam perselisihan
di Nugini, pihak-pihak yang menerima atau membayar kompensasi
bukan hanya yang terlibat langsung, misalnya Malo dan orangtua
Billy, nam un juga orang-orang yang berkerabat lebih jauh dari kedua
pihak: anggota-anggota klan Billy, yang dikhawatirkan m elakukan
104 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

pembunuhan balas dendam; rekan-rekan kerja Malo, yang merupakan


sasaran potensial pem balasan den dam , dan yang atasannya betul-
betul m em bayar kom pensasi; dan sem ua anggota keluarga besar atau
klan Malo, yang merupakan sasaran pembalasan dendam sekaligus
sumber pembayaran kompensasi seandainya Malo tidak bekerja di
suatu perusahaan. Serupa dengan itu, bila di Nugini ada pasangan
suam i-istri yang m em pertim bangkan untuk bercerai, m aka orang-
orang lain juga terkena dam paknya dan terlibat dalam perdebatan-
perdebatan m engenai perceraian, jauh m elebihi di Barat. Orang-orang
lain itu m encakup kerabat-kerabat sang suam i, yang m em bayar m as
kawin dan m enuntut uang m ereka dikem balikan; kerabat-kerabat sang
istri, yang m enerim a m as kawin dan harus m enghadapi tuntutan untuk
m engem balikannya; dan kedua klan, yang m ungkin m erupakan sekutu
politik penting dengan pernikahan itu sebagai bagiannya, dan yang
persekutuannya bisa jadi terancam akibat perceraian tersebut.
Kebalikan pengutam aan berlebihan terhadap jejaring sosial dalam
m asyarakat-m asyarakat tradisional adalah pengutam aan kita terhadap
individu dalam m asyarakat negara m odern, terutam a di Am erika
Serikat. Kam i tidak hanya m engizinkan, m alahan m endorong individu-
individu untuk m em ajukan diri, m enang, dan m em peroleh ke un tungan
dengan m engorbankan orang lain. Dalam banyak transaksi bis nis,
kam i berupaya m em aksim alkan keuntungan kam i sendiri, dan tidak
m enghiraukan perasaan orang lain yang berdiri di pihak lain yang ka-
m i berhasil rugikan. Bahkan perm ainan anak-anak di AS um um nya
m e rupakan pertandingan m enang dan kalah. Tidak dem ikian adanya
di m asyarakat tradisional Papua, di m ana perm ainan anak-anak m e-
libatkan kerjasam a, bukan m enang dan kalah.
Misalnya, ahli antropologi Jane Goodale mengamati sekelompok
anak (m asyarakat Kaulong di Britania Baru) yang diberi setandan
pisang, dalam jum lah yang m encukupi sehingga setiap anak dapat
m em peroleh satu buah. Anak-anak itu lantas m elakukan suatu per -
m ainan. Bukannya pertandingan di m ana setiap anak berupaya m e m e-
http://facebook.com/indonesiapustaka

nangkan pisang ter besar, m asing-m asing anak m em otong pisangnya


m enjadi dua bagian yang sam a besar, m em akan separonya, m ena-
warkan paroan yang satu lagi kepada anak lain, dan sebagai balasan
m enerim a paroan pisang anak itu. Kem udian m asing-m asing anak
m em otong lagi paroan pisang yang belum dim akan itu m enjadi dua
perem patan yang sam a be sar, m akan satu perem patnya, m enawarkan
perem pat yang satu lagi ke pada anak lain, dan m enerim a perem pat
HUBUNGAN SEUMUR HIDUP ● 105

yang belum dim akan dari anak lain itu sebagai balasannya. Perm ainan
itu berlangsung sebanyak lim a putaran, seiring dibelahnya potongan
pisang yang tersisa m enjadi per delapanan yang sam a besar, kem udian
perenam belasan yang sam a besar, sam pai akhirnya setiap anak
m em akan cuilan terakhir yang m e ru pa kan sepertigapuluhdua dari
pisang awal, m em berikan seper tiga puluhdua yang satu lagi ke anak
lain untuk dim akan, dan m enerim a serta m elahap sepertigapuluhdua
terakhir dari pisang lain dari anak yang lain lagi. Keseluruhan ritual
perm ainan itu m erupakan bagian latihan bagi anak-anak Papua agar
belajar berbagi, bukan untuk m en cari keuntungan dem i diri sendiri.
Satu lagi contoh bagaim ana m asyarakat tradisional Papua tidak m e-
nekankan keuntungan individu adalah seorang rem aja pekerja keras
dan ambisius bernama Mafuk yang bekerja untuk saya selama beberapa
bulan. Sewaktu saya m em bayarkan gaji kepadanya dan m enanyainya
apa yang hendak dia lakukan dengan uang itu, dia m enjawab bahwa
dia akan m em beli m esin jahit yang akan dia gunakan untuk m em -
betulkan pa kaian orang-orang yang robek. Dia akan m em inta bayaran
jahit dari m ereka, sehingga dia bisa m em peroleh kem bali dan m eli-
pat gandakan inves tasi awalnya, dan m ulai m engum pulkan uang un-
tuk meningkatkan taraf hidupnya. Namun kerabat-kerabat Mafuk
m ur ka akibat apa yang m ereka anggap sebagai keegoisannya. Wajar
saja kalau dalam m a sya ra kat yang anggotanya tak banyak berpindah
tempat itu, orang-orang pemilik pakaian yang Mafuk akan perbaiki
adalah orang-orang yang telah dia kenal, sebagian besar di an taranya
merupakan kerabat dekat atau jauhnya. Mafuk melanggar norma-
norma masyarakat Nugini karena berupaya memajukan dirinya
dengan m engam bil uang dari m ereka. J ustru dia diharapkan untuk
m em perbaiki pakaian m ereka secara gratis, dan sebagai balasannya
m ereka akan m enyokongnya dengan cara-cara lain sepanjang hidup-
nya, m isalnya turut m enyum bangkan m as kawin yang m enjadi
kewajibannya saat dia m enikah. Serupa dengan itu, para penam bang
em as di Gabon yang tidak berbagi em as dan uang dengan tem an dan
http://facebook.com/indonesiapustaka

kerabat yang cem buru pun m enjadi sasaran tukang tenung yang
dipercaya ber tanggungjawab m enyebabkan korban-korban m ereka
terserang dem am ber darah Ebola yang biasanya m em atikan.
Ketika para m isionaris Barat yang pernah tinggal di Papua ber-
sam a anak-anak m ereka yang m asih kecil kem bali ke Australia atau
Am erika Serikat, atau ketika m ereka m engirim kan anak-anak m ereka
kem bali ke Australia atau Am erika Serikat untuk m em asuki sekolah
106 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

ber asram a, anak-anak m ereka bercerita kepada saya bahwa m asalah


ter besar penyesuaian diri adalah m enghadapi dan m enuruti cara-cara
individualistik egois ala Barat, dan m enyingkirkan pengutam aan ker-
ja sam a dan berbagi yang m ereka pelajari di antara anak-anak Papua.
Mereka mengaku merasa malu bila mereka memainkan permainan
kom petitif dem i m em peroleh kem enangan, atau bila m ereka m en-
coba m em peroleh nilai bagus di sekolah, atau bila m ereka m encari
keuntungan atau kesem patan yang tidak rekan-rekan m ereka peroleh.

Mas yarakat-m as yarakat bu kan -n e gara lain n ya


Bagaim ana dengan perbedaan dalam hal pem ecahan perselisihan da-
lam masyarakat-masyarakat bukan negara? Meski penggunaan me-
diasi, seperti dalam kasus Billy dan Malo, dapat bekerja dengan baik
di desa-desa Papua tradisional, m ungkin m ediasi tidak diperlukan
atau pun tidak efektif dalam m asyarakat-m asyarakat jenis lainnya. Ter-
nyata tam paknya ada suatu kisaran, dari m asyarakat kecil tanpa ke-
wenangan terpusat ataupun sistem pengadilan, m enuju kedatuan de-
ngan datu yang m enyelesaikan banyak perselisihan, terus ke negara-
ne gara lem ah di m ana individu kerap kali m asih m ain hakim sendiri,
dan berujung pada negara-negara kuat yang m enerapkan kewenangan
efektif. Marilah kita kaji pemecahan perselisihan secara damai di lima
m a syarakat bukan-negara yang berbeda, dim ulai dari m asyarakat yang
lebih kecil daripada desa-desa Papua sam pai ke m asyarakat yang besar
dan telah m enunjukkan tanda-tanda awal sentralisasi politik (Gam bar
15).
Kita m ulai dengan perselisihan dalam m asyarakat terkecil, yang
terdiri atas kelom pok-kelom pok lokal beranggotakan hanya bebe rapa
lusin orang. Orang-orang !Kung (Gam bar 6) m em buat seorang ahli
antropologi yang m engunjungi m ereka terkesan karena m ereka m eru-
pakan m asya ra kat yang terdiri atas orang-orang yang terus-m enerus
berbicara, per se lisihan dilangsungkan secara terbuka, dan setiap
orang dalam ka wan an m enjadi terlibat dalam perselisihan antara dua
http://facebook.com/indonesiapustaka

anggota kawanan yang m ana pun. Sang ahli antropologi kebetulan


berkunjung selam a sebulan ke tika sepasang suam i-istri sedang ram ai
bertengkar, dan ketika anggota-anggota lain kawanan (sem uanya m asih
berhubungan darah de ngan sang suam i, sang istri, ataupun keduanya)
terus-m enerus ikut am bil bagian dalam pertengkaran pasangan
tersebut. Setahun kem u dian, sang ahli antropologi kem bali berkunjung,
m endapati pasangan itu m a sih bersam a, m asih juga bertengkar, dan
MASYARAKAT-MASYARAKAT BUKAN-NEGARA LAINNYA ● 107

anggota-anggota lain ka wan an m asih saja terlibat dalam perang m ulut


antara m ereka.
Orang-orang Siriono di Bolivia, yang juga hidup dalam kelom pok-
ke lom pok kecil, juga digam barkan terus-m enerus bertengkar, ter-
utam a antara suam i dan istri, antara istri-istri satu suam i, antara m e-
nantu dan m ertua, dan antara anak-anak dalam satu keluarga besar.
Dari 75 perselisihan Siriono yang disaksikan, 44 dise babkan oleh
m a kanan (ada yang tidak m au berbagi, m enim bun, m encuri, m e-
nyan tap m akanan diam -diam di perkam pungan, atau m e nye linap ke
hutan untuk diam -diam m akan di sana); 19 gara-gara seks, ter utam a
akibat perselingkuhan; dan hanya 12 perselisihan disebabkan oleh
hal selain m akanan atau seks. Tanpa penengah, kebanyakan perse-
lisihan Siriono diselesaikan antara pihak-pihak yang berselisih, ter-
kadang dengan keterlibatan seorang kerabat yang bergabung untuk
m endukung salah satu pihak. Bila perm usuhan di antara dua ke luarga
di dalam kam pung yang sam a sem akin sengit, salah satu ke luarga
m ungkin pindah dari kam pung itu untuk hidup terpisah di hutan sam -
pai perasaan perm usuhan itu lenyap. Bila perm usuhan te rus ada, satu
keluarga m em isahkan diri untuk bergabung dengan ka wanan lain
atau m em bentuk kawanan baru. Itu m enggam barkan satu generalisasi
penting: di antara kelom pok-kelom pok pem buru-pengum pul nom aden
dan kelom pok-kelom pok berpindah-pindah lainnya, per selisihan da lam
suatu kelom pok dapat diselesaikan hanya dengan m em belahnya ke-
lom pok itu sehingga pihak-pihak yang berselisih pun pindah ke tem pat
berjauhan. Itu pilihan sulit bagi petani desa yang berm ukim dengan
investasi besar pada kebun-kebun m ereka, dan bahkan lebih sulit lagi
bagi kam i warga negara Barat yang terikat pekerjaan dan rum ah kam i.
Di satu lagi kelom pok kecil lain, orang-orang Indian Piraha di
Brazil (Gam bar 11), tekanan sosial untuk berperilaku sesuai nor-
m a m asyarakat dan m enyelesaikan perselisihan diterapkan m e la-
lui pengucilan ber tingkat. Pengucilan itu dim ulai dengan tidak m e-
nyertakan seseorang dalam pem bagian m akanan selam a sehari,
http://facebook.com/indonesiapustaka

kem udian selam a beberapa hari, kem udian m em aksa orang itu
hidup agak jauh di dalam hutan, tanpa pertukaran dagang dan sosial
yang norm al. Sanksi ter berat di kalangan Piraha adalah pengucilan
sepenuhnya. Misalnya, seorang remaja Piraha bernama Tukaaga
m em bunuh seorang Indian Apurina bernam a J oaquim yang hidup
di dekat m ereka, sehingga m e nye babkan Piraha berisiko diserang
sebagai balasan. Tukaaga ke m udian dipaksa hidup terpisah dari
108 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

sem ua desa Piraha lain, dan se bulan kem udian dia ditem ukan m ati
secara m isterius, konon karena ter serang selesm a, nam un barangkali
sebenarnya dibunuh oleh orang Piraha lain yang m erasa terancam
akibat kelakuan Tukaaga.
Contoh keem pat saya adalah orang-orang Fore, kelom pok Dataran
Tinggi Papua. Saya tinggal dan bekerja bersam a m ereka pada 1960 -
an. Mereka hidup dengan kepadatan populasi yang jauh lebih tinggi,
sehingga tam pak lebih agresif daripada orang-orang !Kung, Siriono,
atau Piraha. Orang-orang Fore dipelajari antara 1951 dan 1953 oleh
sepasang suam i-istri ahli antropologi, Ronald dan Catherine Berndt,
pada m asa ketika pertarungan m asih um um terjadi di daerah ter-
sebut. Tanpa kewenangan pusat atau m ekanism e form al untuk ber-
urusan dengan pelanggaran, perselisihan di dalam suatu klan atau se-
ke turunan di antara orang-orang Fore dipecahkan secara m andiri.
Misalnya, tanggung jawab mempertahankan milik seseorang dari
pencurian ada di tangan sang pemilik. Meskipun pencurian dianggap
hina m enurut standar m asyarakat, terserah pem ilik untuk m em inta
kom pen sasi berupa babi ataupun hal lain. Besarnya kom pensasi tidak
dibakukan sesuai nilai barang yang dicuri, m elainkan bergantung ke pa-
da kekuatan relatif si pelanggar dan korbannya, dendam m asa lalu, dan
bagaim ana kerabat si pencuri m em andangnya dan apakah m ereka ber-
ke m ungkinan m endukungnya.
Perselisihan Fore berkem ungkinan m enyeret-nyeret orang-orang
lain selain dua orang yang awalnya berselisih. Dalam kasus cekcok an-
tara suam i dan istri, kerabat keduanya akan m enjadi terlibat nam un
mereka sendiri pun bisa mengalami konlik kepentingan. Meskipun se-
orang laki-laki yang m erupakan anggota klan yang sam a dengan sang
suam i m ungkin m endukung sesam a anggota klannya (sang suam i)
dalam cekcok dengan sang istri, dia m ungkin m alah m endukung sang
istri m e lawan sang suam i karena dia ikut m enyum bangkan m as kawin
untuk m em per oleh sang istri dem i klan m ereka. Oleh karena itu
perselisihan di antara orang-orang seketurunan biasanya m endapat
http://facebook.com/indonesiapustaka

tekanan besar agar lekas-lekas diselesaikan, m elalui pem bayaran kom -


pensasi, per tu karan hadiah, atau penyelenggaraan jam uan sebagai
pertanda pe m an tap an ulang hubungan yang bersahabat. Perselisihan
antara orang-orang dari dua garis keturunan berbeda di distrik
yang sam a juga bisa dise lesaikan m elalui pem bayaran kom pensasi,
nam un (seperti yang akan kita lihat dalam dua bab berikutnya) risiko
penggunaan kekerasan lebih tinggi daripada bila perselisihan itu
MASYARAKAT-MASYARAKAT BUKAN-NEGARA LAINNYA ● 109

berlangsung di antara orang-orang seketurunan, karena tekanan yang


lebih kecil dari orang-orang lain untuk m enyelesaikannya.
Masyarakat bukan-negara terakhir yang saya bandingkan di sini
adalah orang-orang Nuer di Sudan (Gambar 7), yang beranggota sekitar
20 0 .0 0 0 jiwa (terbagi-bagi m enjadi banyak suku) sewaktu dipelajari
oleh ahli antropologi E.E. Evans-Pritchard pada 1930 -an. Di antara
lima masyarakat yang saya jabarkan, orang-orang Nuer adalah yang
paling besar populasinya, m enunjukkan prevalensi kekerasan terfor-
m alisasi yang paling tinggi, dan satu-satunya yang m em iliki pem im pin
politik yang diakui secara form al, diistilahkan "datu kulit-m acan"
(leopard-skin chief). Orang-orang Nuer bersifat cepat tersinggung,
dan cara yang m ereka pandang terhorm at bagi laki-laki untuk
m enyelesaikan perselisihan dalam satu desa adalah berkelahi de ngan
gada sam pai salah satu di antara m ereka terluka parah, atau (biasa nya)
sam pai warga lain m enengahi dan m em isahkan m ereka yang ber tarung.
Pelanggaran paling berat di antara orang-orang Nuer adalah pem-
bu nuhan, yang m em icu balas nyawa untuk nyawa: bila X m em bunuh
Y, kerabat-kerabat Y wajib m em balas dendam dengan m em bunuh
X dan/ atau salah satu kerabat dekat X. Oleh karena itu pem bunuhan
m e nandai perselisihan bukan hanya antara yang pem bunuh dan kor-
bannya m elainkan juga antara sem ua kerabat dekat keduanya, dan
an tara seluruh m asyarakat m ereka. Segera setelah terjadi suatu pem -
bunuhan, si pem bunuh, yang tahu bahwa dia kini m erupakan sasaran
ba las dendam , berlindung di rum ah sang datu, di m ana dia am an
dari se rangan—nam un m usuh-m usuhnya terus m engawasi, siap m e-
nom bak nya kalau-kalau dia khilaf m eninggalkan rum ah sang datu.
Datu m e nunggu beberapa m inggu sam pai am arah m ereka reda (m irip
dengan jangka waktu dalam kasus kematian Billy di Nugini yang saya
ceritakan, m eski dalam kasus Billy waktunya lebih pendek), kem udian
dia pun m em buka negosiasi m engenai kom pensasi antara kerabat-
kerabat sang pem bunuh dan kerabat-kerabat sang korban. Kom pensasi
untuk ke m a tian biasanya 40 atau 50 ekor sapi.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Tapi kita perlu pahami bahwa seorang datu Nuer tidak punya
kewenangan m em erintah, m engam bil keputusan bila terjadi per-
selisihan, atau m enetapkan penyelesaian. Sang datu hanyalah pe-
rantara yang dim anfaatkan jika dan hanya jika kedua pihak ingin m en-
ca pai penyelesaian atau kem bali ke kondisi sebelum nya. Sang datu
m em inta usul dari satu pihak, yang biasanya ditolak pihak yang satu
lagi. Pada akhirnya, sang datu m endesak satu pihak un tuk m enerim a
110 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

tawaran pihak yang satu lagi, dan pihak pertam a pun m ela kukannya
tanpa m enyem bunyikan keengganan m ereka, dan ber sikeras bahwa
m ereka m elakukan itu hanya untuk m enghorm ati sang datu. Dengan
kata lain, sang datu m enyediakan cara yang tidak m en datangkan
m alu untuk m enerim a kom prom i yang dibutuhkan dem i ke baikan
m asyarakat. Suatu sengketa tidak bisa ditenggang di dalam satu desa,
dan sulit dipertahankan untuk waktu lam a di antara desa-desa yang
berdekatan. Namun semakin jauh jarak antara dua garis keturunan
yang terlibat, sem akin sulit m enyelesaikan sengketa itu (karena se-
m akin kecil niat untuk m em ulihkan hubungan norm al), dan sem akin
besar kem ungkinan pem bunuhan awal m eningkat m enjadi kekerasan
lebih lanjut.
Datu kulit-macan Nuer juga mungkin dimanfaatkan untuk me-
ne ngahi perselisihan yang lebih ringan, m isalnya gara-gara pencurian
ter nak, ada yang m ain gebuk, atau keluarga pengantin perem puan
yang setelah perceraian tidak m engem balikan sapi yang m erupakan
m as ka win yang m ereka terim a di saat pernikahan. Tapi, per se lisih-
an Nuer bukanlah masalah menentukan siapa yang benar dan salah.
J ika m isalnya perselisihan itu adalah m engenai pencurian ter nak, si
m aling tidak m em bantah pencurian itu, m elainkan dengan bangga
m em benarkannya dengan m enyebut-nyebut m asalah yang belum se-
le sai: pencurian ternak sebelum nya oleh si pem ilik ternak yang seka-
rang atau kerabatnya, atau utang (m isalnya sebagai kom pensasi atas
per se lingkuhan, cedera, berhubungan seks dengan gadis yang be lum
m e nikah, perceraian, m as kawin yang belum lunas atau belum di-
kem balikan, atau kem atian seorang istri saat m elahirkan yang dianggap
sebagai tanggung jawab si suami). Seperti juga kompensasi Nuer
tidak m e libatkan benar atau salah, pihak yang m enjadi korban tidak
akan ber hasil m em inta kom pensasi kecuali dia siap m enggunakan
kekerasan, dan kecuali ditakutkan bahwa dia dan kerabat-kerabatnya
akan m engam uk bila tidak dikom pensasi. Seperti juga dengan orang-
orang Fore, dasar penyelesaian perselisihan orang-orang Nuer bersifat
http://facebook.com/indonesiapustaka

swa-bantuan atau m andiri.


Dibandingkan dengan keempat masyarakat bukan-negara lainnya
yang dibahas di sini, peran datu Nuer tampaknya merupakan langkah
pertama menuju penghakiman perselisihan. Namun ada baiknya
menegaskan kembali ciri-ciri penghakiman perselisihan oleh negara
yang tidak ditemukan di antara orang-orang Nuer, seperti juga di antara
ke ba nyakan masyarakat bukan-negara lain kecuali kedatuan-kedatuan
KEWENANGAN NEGARA ● 111

yang kuat. Datu Nuer tidak punya kewenangan untuk menyelesaikan


per selisihan, dan hanya bertindak sebagai penengah, cara mencegah
agar jangan sampai ada pihak yang malu dan untuk mendorong periode
pen dinginan bila kedua pihak menginginkannya, seperti halnya peran
Yaghean dalam perselisihan antara keluarga Billy dan atasan Malo. Datu
Nuer tidak punya monopoli atas kekuatan, tidak pula punya cara apa
pun untuk menggunakan kekuatan; yang dapat menggunakan ke kuat -
an tetaplah pihak-pihak yang bertikai. Tujuan pe mecahan per se lisih an
di antara orang-orang Nuer bukanlah untuk memutuskan benar atau
salah, melainkan me mantapkan-kembali hubungan normal da lam ma-
syarakat di mana setiap orang mengenal atau setidaknya ta hu ten tang
semua orang lain, dan di mana rasa benci berlarut-larut an tara dua ang-
gota masyarakat membahayakan stabilitas masyarakat ter se but. Se mua
keterbatasan datu tribal Nuer ini berubah ketika kita tengok kedatuan
yang berpenduduk lebih besar (misalnya kedatuan di pulau-pulau besar
Polinesia dan masyarakat Pribumi Amerika), yang datu-datu nya betul-
betul memiliki kekuasaan politik dan judisial, me megang mono poli
penggunaan kekuatan, dan mewakili ta hap yang mungkin merupakan
tahap antara menuju kemunculan pe me rin tah an negara.

Ke w e n an gan n e gara
Sekarang m ari bandingkan sistem -sistem pem ecahan m asalah bukan-
negara itu dengan sistem -sistem negara. Sebagaim ana berbagai sistem
bukan-negara yang kita bahas m em iliki kesam aan ciri sekaligus
perbedaan di segi lain, sistem -sistem negara juga m em iliki ke sam aan
di antara keanekaragam an. Sebagian besar kom entar saya m engenai
pem ecahan perselisihan akan didasarkan kepada sistem yang paling
saya akrabi, yaitu sistem Am erika Serikat, nam un saya akan sebutkan
sejum lah perbedaan dalam sistem -sistem negara lain.
Pem ecahan perselisihan oleh negara dan pem ecahan perselisihan
oleh bukan-negara m em iliki dua prosedur alternatif: m ekanism e-
m ekan ism e untuk m encapai persetujuan bersam a antara pihak-pihak
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang berselisih, dan kem udian (bila m ekanism e-m ekanism e itu gagal)
m ekanism e-m ekanism e untuk m encapai pem ecahan yang diributkan.
Da lam m asyarakat bukan-negara, kebalikan proses kom pensasi untuk
m en capai persetujuan bersam a adalah peningkatan kekerasan (Bab 3,
4). Masyarakat-masyarakat bukan negara tidak memiliki mekanisme
ne gara yang terpusat dan form al guna m encegah orang-orang yang ti-
dak puas m encapai tujuan m ereka dengan m enggunakan kekerasan.
112 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

Karena satu aksi kekerasan cenderung m em icu aksi kekerasan lain-


nya, kekerasan bertam bah parah dan m enjadi ancam an endem ik bagi
perdam aian di m asyarakat bukan-negara. Oleh sebab itu, kepentingan
utam a pem erintahan negara yang efektif adalah m enjam in atau
setidaknya m eningkatkan keam anan publik dengan m encegah warga
negara m enggunakan kekerasan terhadap satu sam a lain. Guna m em -
per tahankan perdam aian dan keselam atan internal, kewenangan
politik pusat dalam negara m engklaim m onopoli nyaris penuh terha-
dap penggunaan kekerasan sebagai pem balasan: hanya negara dan
polisinya yang diizinkan (dengan alasan kuat) untuk m enggunakan
tindakan-tindakan pem balasan dengan kekerasan terhadap warga
negaranya sendiri. Tapi negara m engizinkan warganya untuk m eng-
gunakan kekerasan guna m em pertahankan diri: m isalnya, bila warga
diserang terlebih da hulu, atau bila m ereka secara m asuk akal percaya
bahwa m ereka atau m ilik m ereka terancam bahaya gawat.
Warga dibujuk dengan dua cara untuk tidak m enggunakan ke ke ras-
an pribadi: dengan rasa takut terhadap kekuasaan negara yang unggul;
dan de ngan keyakinan bahwa kekerasan pribadi tidaklah diperlukan,
se bab negara telah m em antapkan suatu sistem peradilan yang dianggap
tidak m em ihak (setidaknya dalam teori), yang m enjam in keselam atan
diri warga dan hartanya, dan yang m enetapkan pelaku kesalahan serta
m enghukum orang-orang yang m em bahayakan keselam atan orang
lain. Bila negara m elakukan hal-hal itu secara efektif, m aka warga
yang dirugikan tidak akan m erasa perlu m elaksanakan peradilan
sendiri, seperti orang-orang Papua atau Nuer. (Namun di negara-
negara lem ah yang warganya tidak m em iliki keyakinan bahwa negara
akan menanggapi secara efektif, seperti Papua Nugini kini, warga
negara m ungkin m eneruskan praktik-praktik tribal tradisional berupa
kekerasan pribadi.) Pem eliharaan perdam aian di dalam m asyarakat
adalah salah satu jasa terpenting yang dapat disediakan negara. J asa itu
sangat m en jelaskan apa yang tam paknya m erupakan suatu paradoks,
yaitu sejak kem unculan pem erintahan-pem erintahan negara pertam a
http://facebook.com/indonesiapustaka

di Bulan Sabit Subur sekitar 5.40 0 tahun silam , orang-orang secara


kurang lebih suka rela (tidak hanya di bawah ancam an) m enyerahkan
sebagian ke be bas an pribadi m ereka, m enerim a kewenangan pem e rin-
tahan negara, m em bayar pajak, dan m endukung gaya hidup individual
yang nyam an bagi para pem im pin dan pejabat negara.
Salah satu contoh perilaku yang pem erintahan negara ingin cegah
dengan segala daya-upaya adalah kasus Ellie Nesler di kota kecil
KEWENANGAN NEGARA ● 113

J am estown, California, seratus enam puluh kilom eter sebelah tim ur


San Francisco. Ellie (Gam bar 35) adalah ibu seorang anak laki-laki
berusia enam tahun, William . Penasihat perkem ahan bernam a Daniel
Driver dicurigai m e la ku kan pelecehan seksual terhadap William di
satu perkem ahan m u sim panas bagi anak-anak Kristen. Dalam pra-
sidang pada 2 April 1993, ketika sedang dilakukan pem bacaan tun-
tutan terhadap Daniel yaitu pelecehan seksual atas William dan tiga
anak laki-laki lain, Ellie m enem bak kepala Daniel lim a kali dalam
jarak dekat sehingga Daniel pun tewas seketika. Itu adalah keke-
rasan sebagai pem balasan: Ellie tidak sedang m em bela anaknya
yang tengah diserang, bukan juga karena ada ancam an serangan,
m elainkan dia m em balas setelah peristiwa yang dicurigai terjadi.
Dalam pem belaannya, Ellie m enyatakan bahwa putranya sedem ikian
m enderita akibat dile cehkan sehingga dia m untah-m untah dan tidak
m am pu bersaksi m e la wan Daniel. Ellie takut Daniel akan dibebaskan,
dan tidak cukup per caya pada sistem peradilan payah yang telah
m em ungkinkan predator seksual yang m em iliki riwayat kejahatan
serupa tetap bebas dan m e lanjutkan kejahatannya.
Kasus Ellie m em icu perdebatan nasional m engenai m ain hakim
sendiri: para pem belanya m em uji Ellie karena m ain hakim sendiri,
dan yang m engkritiknya m engutuk Ellie karena m e la kukan hal itu.
Setiap orangtua pasti paham am arah Ellie dan m erasa ber sim pati
dengannya, dan barangkali kebanyakan orangtua yang anaknya pernah
dilecehkan pastilah berkhayal m elakukan hal yang Ellie lakukan.
Namun pandangan negara bagian California adalah hanya negara
yang punya wewenang untuk m enghakim i dan m enghukum pelaku
pelecehan seksual, dan bahwa (m eskipun ke m ur kaan Ellie dapat dipa-
ham i) pem erintahan negara akan runtuh bila war ga negara m ain
hakim sendiri, seperti yang Ellie lakukan. Ellie diadili dan dinyatakan
bersalah atas pem bunuhan dan m enjalani 3 tahun dari hu kum an 10
tahun penjara sebelum dilepaskan atas perm ohonan yang didasari oleh
perbuatan keliru juri.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Dengan dem ikian, tujuan peradilan negara yang paling utam a ada-
lah m em elihara stabilitas m asyarakat dengan m enyediakan alter natif
wajib bagi peradilan yang dilakukan sendiri. Seluruh tujuan lain per-
adilan negara hanyalah sekunder dibandingkan tujuan utam a itu. Yang
paling utam a, negara hanya punya kepentingan kecil, atau bahkan tidak
berkepentingan sam a sekali, terhadap tujuan paling utam a peradilan
m asyarakat bukan-ne gara berskala kecil: m em ulihkan hubungan
114 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

atau non-hubungan yang se be lum nya sudah ada (m isalnya dengan


m endorong kedua pihak untuk m e num pahkan uneg-uneg) antara
pihak-pihak yang berselisih yang sudah kenal atau tahu soal satu sam a
lain dan harus terus berurusan de ngan satu sam a lain. Oleh karena
itu pem ecahan perselisihan bukan-ne gara bukanlah sistem peradilan
dalam pengertian negara: sistem untuk m enentukan siapa yang benar
dan salah, m enurut hukum -hukum suatu negara. Dengan m engingat
tujuan-tujuan utam a yang berbeda itu, seberapa m iripkah sistem -
sistem pem ecahan perselisihan oleh negara dan bukan-negara pada
praktiknya?

Pe rad ilan p e rd ata n e gara


Titik awalnya adalah m enyadari bahwa peradilan negara dibagi m en-
jadi dua sistem , yang kerap kali m elibatkan pengadilan, hakim , peng-
acara, dan lem baga-lem baga hukum yang berbeda-beda: peradilan pi-
dana dan peradilan perdata. Peradilan pidana berurusan dengan kri-
m inalitas yang m elanggar hukum -hukum negara, dan bisa dihukum
oleh negara. Per adilan perdata berurusan dengan cedera bukan-kri-
m inalitas yang dise babkan oleh satu individual (atau kelom pok)
terhadap individual lain, dan terbagi lebih lanjut m enjadi dua jenis
tindakan: kasus kontrak, akibat pelanggaran suatu kontrak, dan sering
kali atau biasanya m elibat kan uang; dan kasus gugatan, yang di-
akibatkan oleh cedera yang diakibatkan kepada diri seseorang atau
m iliknya gara-gara perbuatan orang lain. Pem bedaan oleh negara
antara tindakan pidana dan perdata bersifat abu-abu dalam m asya-
rakat bukan-negara, yang m em iliki norm a perilaku m asyarakat
antara individu namun tidak memiliki hukum terkodiikasi yang men-
deinisikan kriminalitas melawan institusi yang terdeinisikan secara
form al, negara. Selain bersifat abu-abu, ce dera terhadap seorang indi-
vidu berkem ungkinan m em pengaruhi individu-individu lain juga,
dan m asyarakat kecil lebih peduli efek terhadap orang lain itu diban-
dingkan m asyarakat negara—seperti dicon tohkan oleh kasus yang saya
http://facebook.com/indonesiapustaka

tuturkan tentang setiap orang dalam kawanan !Kung yang terpengaruh


dan turut cam pur dalam percekcokan antara suam i-istri yang tidak
akur. (Bayangkan bila seorang hakim pengadilan perceraian California
harus m em inta kesaksian m engenai bagaim ana perceraian itu akan
m em pengaruhi sem ua penduduk kota) Di Papua, sistem negosiasi
kom pensasi yang pada dasarnya sam a digu nakan untuk m enangani
pem bunuhan secara sengaja terhadap se se orang oleh orang lain (di
PERADILAN PERDATA NEGARA ● 115

pengadilan Barat disebut krim inalitas), pengem balian m as kawin


setelah perceraian (kontrak), dan rusaknya ke bun seseorang akibat babi
orang lain (gugatan).
Mari mulai dengan membandingkan sistem negara dan bukan-
negara untuk perselisihan perdata. Salah satu kem iripan adalah ke dua-
nya m em anfaatkan pihak ketiga untuk m enengahi, m em isahkan pihak-
pihak yang berselisih, dan karenanya m endorong redanya am arah.
Para penengah itu m erupakan juru runding berpengalam an seperti
Yaghean di Nugini, datu kulit-macan di antara orang-orang Nuer, dan
pengacara di pengadilan negara. Bahkan, negara m em iliki banyak jenis
pe nengah lain selain pengacara: banyak perselisihan ditangani di luar
sistem pengadilan oleh pihak-pihak ketiga seperti arbitrator, m ediator,
dan penaksir asuransi. Terlepas dari reputasi orang-orang Am erika
yang terkenal suka beperkara di pengadilan, m ayoritas sangat besar
per selisihan perdata di Am erika Serikat diselesaikan di luar pengadilan
atau sebelum sidang. Sejum lah profesi terdiri atas segelintir anggota
yang m em onopoli suatu sum ber daya—m isalnya nelayan lobster di
Maine, peternak sapi, dan pedagang berlian—biasa menyelesaikan sen-
diri perselisihan antar-anggota tanpa keterlibatan negara. Baru ke tika
negosiasi pihak ketiga gagal m enghasilkan penyelesaian yang dise tujui
oleh sem ua pihak yang berselisih, m ereka akan berpaling ke m etode
m asyarakat m ereka untuk m enangani perselisihan bila tidak tercapai
kesepakatan bersam a: kekerasan atau perang dalam m a sya ra kat bukan-
negara, dan pengadilan atau pengam bilan keputusan form al dalam
m asyarakat negara.
Kem iripan berikutnya adalah bahwa m asyarakat negara m aupun
bukan-negara sering kali m em buat banyak pihak harus turut m e nang-
gung biaya yang ditim bulkan oleh pihak yang m elakukan pelanggaran.
Dalam m asyarakat negara, kita m em beli polis asuransi m obil dan ru-
m ah yang akan m enanggung biaya bila m obil kita m enabrak orang atau
m obil lain, atau bila seseorang jatuh akibat terpeleset di tangga kita
yang licin akibat kita teledor. Kita dan banyak orang lain m em bayar
http://facebook.com/indonesiapustaka

pre m i asuransi yang m em ungkinkan perusahaan asuransi m em bayar


se m ua biaya itu, sehingga pada dasarnya para pem egang polis lain tu-
rut m em bayari kewajiban kita dan sebaliknya. Serupa dengan itu,
dalam m asyarakat-m asyarakat bukan-negara, para kerabat dan se-
sam a anggota klan turut m em bayar kewajiban seorang individu: m i-
salnya, Malo mengatakan kepada saya bahwa rekan-rekan sedesanya
akan terpaksa ikut m enyum bang untuk pem bayaran kom pensasi bagi
116 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

kematian Billy seandainya saja Malo tidak bekerja untuk perusahaan


yang m am pu m elakukan pem bayaran itu.
Dalam m asyarakat negara, kasus-kasus perdata yang alurnya pa-
ling mirip dengan negosiasi kompensasi Nugini adalah perselisihan
bis nis antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan bisnis jangka
pan jang. Ketika m uncul perm asalahan yang tidak bisa diselesaikan sen-
diri oleh pihak-pihak yang berbisnis, satu pihak m ungkin m enjadi m a-
rah dan berkonsultasi ke pengacara. (Hal ini jauh lebih m ungkin ter-
jadi di AS daripada di J epang dan negara-negara lain.) Terutam a da lam
hubungan jangka panjang dengan kepercayaan yang telah ter pu puk,
pihak yang tersinggung m erasa dim anfaatkan, dikhianati, dan jauh
lebih m arah daripada bila hubungan itu hanya bersifat "sekali putus"
(m isalnya, perjum paan bisnis pertam a antara pihak-pihak itu). Seperti
dalam negosiasi kom pensasi Papua, penyaluran diskusi per selisihan
bisnis m elalui pengacara dapat m eredakan perselisihan dengan
m engganti tuduh-m enuduh secara pribadi yang penuh am arah m enjadi
pernyataan-pernyataan tenang yang didukung alasan oleh pengacara,
dan m engurangi risiko bahwa pihak-pihak yang berseberangan akan
ngotot. Bila pihak-pihak yang berselisih m em iliki prospek m elanjutkan
hubungan bisnis yang m enguntungkan di m asa depan, m ereka ter m o-
tivasi untuk m enerim a penyelesaian yang m encegah m alu—seperti juga
orang-orang Papua di desa yang sam a atau desa-desa yang bertetangga,
yang m erasa akan terus berjum pa satu sam a lain sepanjang hidup
m ereka, term otivasi untuk m enem ukan penyelesaian. Terlepas dari itu,
tem an-tem an pengacara saya m em beritahu saya bahwa perm intaan
m aaf yang tulus dan pem adam an em osi ala Papua jarang ada bahkan
dalam perselisihan bisnis, dan biasanya yang bisa diharapkan paling-
paling hanyalah perm intaan m aaf yang sudah dirancang sebelum nya
sebagai taktik penyelesaian pada tahap akhir. Tapi, bila pihak-pihak
bisnis terlibat dalam hubungan sekali-putus dan tidak pernah m erasa
akan berurusan dengan satu sam a lain lagi, m aka m otivasi m e reka
untuk penyelesaian yang bersahabat pun m enciut (seperti juga halnya
http://facebook.com/indonesiapustaka

perselisihan di Papua atau Nuer yang terjadi antara anggota suku-suku


yang berjauhan), dan terjadi peningkatan risiko bahwa perselisihan itu
akan berlanjut ke apa yang m erupakan padanan perang dalam sistem
peradilan negara: persidangan. Terlepas dari itu, persidangan dan
putusan hukum m enguras uang, hasilnya tidak bisa diperkirakan, dan
bahkan pihak-pihak bisnis sekali putus yang berselisih pun m e ra sa kan
tekanan untuk m enyudahinya.
PERADILAN PERDATA NEGARA ● 117

Satu lagi paralel antara pem ecahan perselisihan di negara dan bu-
kan-negara m elibatkan perselisihan internasional antar-negara (kon-
tras dengan perselisihan antara sesam a warga dari negara yang sam a).
Meskipun sebagian perselisihan internasional kini diselesaikan oleh
Mahkamah Internasional melalui persetujuan dari pemerintahan-pe-
m e rintahan yang terlibat, yang lain ditangani dengan apa yang pada
da sarnya m erupakan pendekatan tradisional yang bekerja pada skala
besar: negosiasi langsung atau negosiasi berperantara di antara pihak-
pihak yang terlibat, dengan kesadaran bahwa kegagalan bernegosiasi
da pat m em icu m ekanism e alternatif yang tidak diinginkan, yaitu pe-
rang. Contoh bagus adalah perselisihan tahun 1938 antara J erm an di
bawah Hitler dan Cekoslowakia m engenai wilayah perbatasan Ceko,
Sudetenland, yang m ayoritas penduduknya beretnis J erm an. Per-
selisihan itu diselesaikan m elalui m ediasi Britania dan Prancis (yang
m e nekan sekutu m ereka, Ceko, untuk m enyudahi perselisihan); dan
serangkaian krisis Eropa dalam tahun-tahun sebelum Perang Dunia I,
yang m asing-m asing diselesaikan untuk sem entara m elalui negosiasi
sam pai krisis 1914 yang dipicu oleh pem bunuhan Erzherzog Franz
Ferdinand betul-betul berbuntut perang.
Itulah beberapa kesam aan antara penyelesaian perselisihan dalam
bukan-negara dan peradilan perdata negara. Sedangkan m engenai per-
be daannya, yang paling dasar adalah bila suatu kasus perdata akhirnya
m e lewati tahap negosiasi dan m asuk ke pengadilan, m aka kepedulian
utam a negara saat pengadilan bukanlah m engenyahkan perasaan yang
tidak enak, m em ulihkan hubungan baik, ataupun m endorong pihak-
pihak yang terlibat agar saling m em aham i perasaan—bah kan m es-
kipun pihak-pihak yang terlibat itu m erupakan kakak-adik, suam i-istri
yang sedang cekcok, orangtua dan anak, atau tetangga yang sam a-
sam a m em iliki investasi em osional besar terhadap satu sam a lain dan
m ungkin harus berurusan dengan satu sam a lain sepanjang hayat m e-
reka. Tentu saja, dalam banyak atau bahkan sebagian besar kasus da-
lam m asyarakat negara berpenduduk banyak, yang terdiri atas jutaan
http://facebook.com/indonesiapustaka

warga negara yang asing terhadap satu sam a lain, orang-orang yang
terlibat tidak punya hubungan apa-apa sebelum nya, tidak m erasa akan
punya hubungan apa-apa di m asa depan, dan dipertem ukan sekali
putus oleh peristiwa yang m enyebabkan kasus itu: seorang pelanggan
dan seorang pedagang, dua pengem udi yang terlibat dalam kecelakaan
lalu lintas, seorang penjahat dan korbannya, dan seterusnya. Tetap saja
peristiwa penyebab dan proses hukum selanjutnya m eninggalkan jejak
118 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

perasaan pada kedua orang asing itu, dan negara tidak atau hanya se-
dikit m em bantu m eredakan perasaan-perasaan itu.
Dalam sidang, kepentingan pertam a negara adalah m e nentukan
benar atau salah (Gam bar 16). Bila kasus itu m elibatkan kon trak, betul-
kah pihak tergugat m elanggar kontrak, atau tidak? Bila kasus itu m eli-
batkan kerugian, betulkah pihak tergugat teledor sehingga kerugian
terjadi, atau betulkah ter gugat setidak-tidaknya m enyebabkan kerugian
itu? Perhatikan perbedaan antara pertanyaan pertam a yang diajukan
oleh negara dan kasus Malo dan Billy. Kerabat-kerabat Billy setuju
bahwa Malo tidak teledor, namun mereka tetap meminta kompensasi,
dan atasan Malo dengan segera setuju untuk membayar kompensasi—
sebab tujuan kedua pihak ada lah m em antapkan kem bali hubungan
sebelum nya (dalam kasus ini, non-hubungan sebelum nya), bukan
m endebatkan benar atau salah. Ciri pencapaian perdam aian ala Papia
ini juga berlaku pada banyak masyarakat tradisional lain. Misalnya,
dalam kata-kata Hakim Agung Robert Yazzie dari Bangsa Navajo, salah
satu dari dua m asyarakat Pribum i Am erika berpenduduk paling banyak
di Am erika Utara, “Pe ne tapan hukum ala Barat adalah penyelidikan
m engenai apa yang terjadi dan siapa yang m elakukannya; pencapaian
perdamaian ala Navajo adalah tentang akibat peristiwa yang terjadi.
Siapa yang terluka? Apa pe ra saan m ereka m engenai hal itu? Apa yang
dapat dilakukan untuk m em per baiki akibat buruk itu?”
Begitu negara telah m enuntaskan langkah pertam a yaitu m e nen-
tu kan apakah tergugat m em ang berkem ungkinan bersalah secara hu-
kum dalam suatu perselisihan perdata, negara kem udian m eneruskan
ke langkah kedua, yaitu m enghitung kerusakan yang disebabkan oleh
si ter gugat bila tergugat didapati m elanggar kontrak, teledor, atau ber-
tanggungjawab. Tujuan perhitungan itu dijabarkan sebagai "m em buat
penggugat kem bali utuh"—dengan kata lain, sebisa m ungkin, m e -
ngem balikan si penggugat ke kondisinya seharusnya seandainya saja
tidak ada pelanggaran atau keteledoran itu. Misalnya, anggaplah se-
orang pen jual m enandatangani kontrak untuk m enjual ke si pem beli
http://facebook.com/indonesiapustaka

10 0 ekor ayam dengan harga $ 7 per ekornya. Si penjual kem udian m e-


langgar kontrak itu dengan tidak m engantarkan ayam yang dipesan,
dan sebagai akibatnya si pem beli harus m em beli 10 0 ekor ayam pada
harga yang lebih m ahal, $ 10 per ekor, di pasar, sehingga pem beli ter-
pak sa m enghabiskan ekstra $ 30 0 di luar jum lah yang tercantum da lam
kontrak. Dalam kasus pengadilan, si penjual akan diperintahkan m em -
bayar kerugian si pem beli sebesar $ 30 0 , ditam bah biaya-biaya yang
CACAT-CACAT DALAM PERADILAN PERDATA NEGARA ● 119

tim bul dem i m em buat kontrak baru, plus ditam bah barangkali bunga
atas kegunaan yang hilang dari $ 30 0 , sehingga m em ulihkan sang pem -
beli (setidaknya secara nom inal) ke posisi tem pat dia seharusnya ber-
ada seandainya si penjual tidak m elanggar kontrak tersebut. Serupa
dengan itu, dalam kasus gugatan, pengadilan akan m encoba m eng-
hitung kerugian, walaupun cedera isik atau emosional terhadap sese-
orang lebih sulit dihitung daripada kerusakan terhadap barang. (Saya
ingat tem an saya, seorang pengacara, yang m em bela seorang pe-
m ilik perahu m otor yang baling-balingnya m em utuskan kaki seorang
perenang lanjut usia, dan yang berargum en kepada juri bahwa nilai
kaki yang putus itu tidak besar karena usia si korban sudah tua dan
harapan hidupnya tidak akan lam a lagi bahkan sebelum kecelakaan itu
terjadi.)
Sekilas, perhitungan kerugian oleh negara tam paknya m irip de ngan
kom pensasi yang dinegosiasikan di antara orang-orang Papua atau
Nuer. Namun bukan artinya keduanya memang mirip. Walaupun kom-
pensasi ter standardisasi bagi sebagian pelanggaran oleh orang Papua
dan Nuer (misalnya, 40 sampai 50 ekor sapi di Nuer bagi pembunuhan)
dapat dipa ham i sebagai kerugian, dalam kasus-kasus lain kom pensasi
bukan-negara dihitung sebagai berapa pun jum lah yang disepakati
pihak-pihak yang berselisih sebagai dasar bagi m ereka untuk m enying-
kirkan pera saan-perasaan yang tersakiti dan m engem balikan hubung-
an m ereka: m isalnya, babi dan barang-barang lain yang tem an-tem an
saya di Desa Goti setuju untuk bayarkan kepada klan-klan yang telah
m em bunuh ayah tem an saya dari Goti, Pius.

Cacat-cacat d alam p e rad ilan p e rd ata n e gara


Cacat-cacat dalam sistem peradilan perdata negara kita banyak dibahas
oleh para pengacara, hakim , penggugat, m aupun tergugat. Cacat-cacat
pada sistem Am erika ada yang lebih m endingan, tapi ada juga yang
lebih parah dibanding sistem m asyarakat-m asyarakat negara lain-
nya. Salah satunya adalah pem ecahan sengketa perdata m elalui peng-
http://facebook.com/indonesiapustaka

adilan cenderung m em akan banyak waktu, sering kali sam pai lim a
tahun, karena kasus-kasus krim inal lebih dipentingkan daripada
kasus-kasus perdata, dan hakim m ungkin dipindahtugaskan dari peng-
adilan perdata ke pengadilan pidana guna m engadili kasus-kasus kri-
minal. Misalnya, pada waktu saya menyusun paragraf ini, tidak ada
ka sus perdata yang sedang disidangkan di Riverside County, tepat di
sebelah tim ur kota tem pat tinggal saya Los Angeles, karena ada ba-
120 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

nyak nya kasus krim inal yang belum diselesaikan. Itu berarti lim a tahun
tanpa pem ecahan apa-apa, hidup terom bang-am bing dan tersiksa se-
cara em osional, dibandingkan dengan lim a hari yang dibutuhkan un-
tuk m enyelesaikan kasus tewasnya Billy secara tidak sengaja dalam ke-
celakaan yang melibatkan Malo. (Tapi, perang antar klan yang mung-
kin terjadi seandainya kasus Malo dan Billy gagal diselesaikan melalui
negosiasi bisa berlangsung jauh lebih lam a daripada lim a tahun.)
Klaim cacat kedua dari peradilan perdata negara di AS adalah, da-
lam kebanyakan kasus, pengadilan gagal m ewajibkan pihak yang kalah
untuk m em bayar biaya pengacara pihak yang m enang, kecuali hal itu
diperinci sejak awal dalam kontrak yang diperselisihkan. Kegagalan
itu, seperti yang sering kali diperdebatkan, m enciptakan asim etri yang
berat sebelah ke pihak yang lebih kaya (entah itu penggugat atau pun
tergugat), dan m em berikan tekanan kepada penggugat yang kalah
kaya untuk m enyetujui ganti rugi yang lebih sedikit daripada ke ru-
gian yang sesungguhnya, dan kepada tergugat yang kalah kaya untuk
m em bayar klaim yang tidak m asuk akal. Itu karena pihak yang lebih
kaya m engancam akan m enyebabkan proses hukum yang m enguras
banyak uang, m enggunakan taktik m enunda-nunda, dan terus-m e-
nerus m engajukan m osi sehingga pihak yang satu lagi tergerus secara
inansial. Tidak logis kalau tujuan peradilan perdata adalah mem-
buat pihak yang dirugikan kem bali utuh, nam un yang kalah tidak
diwajibkan m em bayar biaya pengacara pihak yang dim enangkan di
AS. Kontras dengan itu, sistem hukum di Britania dan beberapa negara
lain m ewajibkan pihak yang dikalahkan untuk m em bayar setidaknya
sebagian biaya dan ongkos yang dikeluarkan pihak pem enang.
Cacat terakhir sistem peradilan negara adalah yang paling m en -
dasar: bahwa peradilan berurusan dengan kerugian, nam un pem a-
dam an em osi dan rekonsiliasi hanya nom or dua atau tidak relevan.
Bagi per selisihan perdata yang m engadu orang-orang yang saling
asing dan tidak akan pernah berjum pa lagi (m isalnya, dua orang yang
m o bilnya saling bertabrakan), dalam beberapa kasus ada yang dapat
http://facebook.com/indonesiapustaka

dilakukan untuk m endorong pem adam an em osi dan m enghindarkan


warisan se pan jang-hayat berupa non-resolusi, bahkan m eskipun hal
itu sekadar berupa m enawarkan kepada kedua pihak kesem patan (bila
m ereka setuju) untuk saling m engungkapkan perasaan terhadap satu
sam a lain, dan m em andang orang lain sebagai m anusia dengan ber-
bagai alasan dan penderitaan m ereka sendiri. Itu m ungkin dilakukan
bahkan da lam kondisi-kondisi ekstrem seperti bila salah satu pihak
CACAT-CACAT DALAM PERADILAN PERDATA NEGARA ● 121

m em bunuh seorang kerabat dekat pihak yang lain. Yang lebih bagus
daripada tidak adanya pertukaran em osi sam a sekali adalah pertukaran
yang betul-betul terjadi antara Gideon dan ayah Billy—atau pertukaran
antara Senator Edward Kennedy dan orang tua Mary Jo Kopechne,
ketika Kennedy atas inisiatifnya sendiri dengan berani m engunjungi
dan m e m andang wajah orangtua sang gadis yang tewas akibat kete-
ledoran luar biasa sang senator.
Yang paling parah adalah banyak sekali kasus perdata dengan
pihak-pihak berselisih yang m em ang ber kem ungkinan m em iliki hu-
bungan yang terus berlanjut: terutam a, suam i-istri yang sudah punya
anak nam un hendak bercerai, kakak-adik yang m em perebutkan
warisan, m itra-m itra bisnis, dan tetangga. Bukannya m em bantu m e-
nyingkirkan perasaan tidak enak, proses pengadilan sering kali m em -
buat perasaan sem akin tidak enak. Kita sem ua punya kenalan yang
hubungannya m em buruk untuk seum ur hidup setelah ber selisih di
pengadilan. Yang terbaru dalam daftar panjang cerita se m acam itu
terjadi di antara kenalan-kenalan saya sendiri, salah seorang tem an
akrab saya dan saudarinya dipanggil sebagai saksi dalam sebuah kasus
warisan di pengadilan antara saudara laki-laki dan ayahnya, yang
saling m enggugat. Kegetiran yang ditinggalkan oleh proses hukum itu
sedem ikian dalam nya sam pai-sam pai tem an saya dan saudarinya kini
digugat oleh ibu tiri m ereka sendiri, dan tem an saya beserta saudarinya
pikir m ereka tidak akan lagi m au berbicara kepada saudara laki-laki
m ereka seum ur hidup.
Satu saran yang kerap kali diajukan m engenai cara m engurangi
cacat m endasar sistem peradilan perdata kam i adalah m eningkatkan
pem anfaatan program m ediasi. Program m ediasi m em ang ada, dan
sering kali bermanfaat. Namun kami tidak punya cukup mediator dan
hakim hukum -keluarga, m ediator-m ediator kam i kurang terlatih, dan
pengadilan keluarga kam i kekurangan pegawai m aupun dana. Se-
bagai akibatnya, suam i-istri yang sedang bercerai sering kali akhir nya
berbicara dengan satu sam a lain hanya m elalui pengacara-pengacara
http://facebook.com/indonesiapustaka

m ereka. Siapa pun yang pernah m engunjungi pengadilan hukum -


keluarga berkali-kali tahu betapa pem andangan di sana bisa sa ngat
m engenaskan. Pihak-pihak berseberangan dalam suatu kasus per-
ceraian, pengacara-pengacara m ereka, dan anak-anak m ereka m ungkin
harus m enunggu di dalam ruang tunggu yang sam a, dan dengan pihak-
pihak yang berselisih dalam kasus-kasus wa ris an. Guna m em ediasi
secara efektif, kita harus pertam a-tam a m em buat pihak-pihak yang
122 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

terlibat m erasa nyam an: itu m ustahil bila m ereka saling m elotot selam a
berjam -jam di dalam ruang tunggu yang sam a. Anak-anak terjebak di
tengah-tengah perang m ulut antara orangtua yang hendak bercerai.
Seorang hakim bisa dan sering kali m em ang m ensyaratkan pihak-
pihak yang berselisih untuk am bil bagian dalam pertem uan m eng-
upayakan penyelesaian sebelum kasus dibiarkan berlanjut sam pai
pengadilan. Namun cara itu membutuhkan waktu dan keahlian agar
se orang m ediator bisa m enjadikan m ediasi atau pertem uan penye-
lesaian itu berhasil. Mediasi biasanya membutuhkan jauh lebih banyak
waktu daripada yang dibutuhkan untuk pertem uan penyelesaian
yang wajib. Bahkan ketika pihak-pihak dalam perselisihan itu tidak
akan punya hubungan apa-apa di m asa depan, m ediasi yang berhasil
akan m engurangi beban yang akan tim bul berikutnya bagi sistem
pengadilan: beban yang m uncul akibat pihak-pihak yang m au berlelah-
lelah di pengadilan, atau justru tidak puas dengan keputusan yang
dijatuhkan dan kem bali lagi ke pengadilan dengan keluhan-keluhan
lebih lanjut, atau setuju berdam ai baru setelah pertarungan yang lam a
dan m ahal.
Bila m asyarakat negara kam i m au m em berikan dana lebih besar
un tuk m ediasi dan hakim hukum -keluarga, barangkali banyak kasus
per ceraian dan harta warisan yang bisa diselesaikan secara jauh le bih
m urah, dengan lebih sedikit perasaan yang terluka, dan secara lebih
cepat, karena uang, energi em osional, dan waktu ekstra yang dibutuh-
kan untuk m ediasi kem ungkinan lebih kecil daripada uang, energi,
dan waktu ekstra yang dibutuhkan untuk proses pengadilan yang getir
tanpa m ediasi. Bila suam i istri yang bercerai setuju dan dapat m en-
danainya, m ereka dapat m em peroleh keuntungan-keuntungan itu
de ngan m em ilih sistem pengadilan hukum -keluarga, dengan cara
m em pe kerja kan hakim yang sudah pensiun untuk m enyelesaikan per-
selisihan m e reka. Hakim yang sudah pensiun m elakukan sidang-sem u
dan m e na rik bayaran per jam yang tinggi, nam un tarifnya itu tidak ada
apa-apa nya dibandingkan dengan tarif pengacara berm inggu-m inggu.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Ha kim akan m engesahkan keputusan untuk sem ua orang dan tidak


terburu-buru seperti hakim -hakim di pengadilan keluarga. Pra-sidang
dijad walkan dengan persis: pihak-pihak yang berselisih tahu bahwa
pra-sidang itu akan berlangsung pada jam tertentu, dan m ereka tidak
perlu m uncul berjam -jam sebelum nya hanya karena m ereka tidak bisa
m em perkirakan apakah sang hakim akan terlam bat gara-gara harus
CACAT-CACAT DALAM PERADILAN PERDATA NEGARA ● 123

m enyelesaikan kasus yang dijadwalkan terlebih dahulu, seperti yang


sering terjadi di pengadilan perceraian.
Saya tidak m au m elebih-lebihkan pernyataan tentang nilai m e-
diasi, tidak juga bermaksud bahwa mediasi adalah obat sapujagad. Me-
diasi juga punya m asalah-m asalahnya sendiri. Hasil akhirnya bisa jadi
dirahasiakan sehingga tidak bisa m enjadi preseden hukum atau m em -
berikan m anfaat edukasional yang lebih luas. Pihak-pihak yang m e-
nerim a m ediasi tahu bahwa, seandainya m ediasi gagal, kasus itu akan
m enjalani proses penetapan hukum m enurut kriteria hukum yang
biasa berupa benar, salah, bersalah, dan tanggung jawab, sehingga
para m ediator tidak m erasa bebas sepenuhnya untuk m enggunakan
kriteria yang berbeda. Banyak pihak yang berselisih ingin didengar di
pengadilan, tidak m enginginkan m ediasi, dan kesal bila ditekan atau
dipaksa un tuk m enjalani m ediasi.
Sebagai contoh, dalam satu kasus terkenal yang didasarkan pa-
da insiden di New York City pada 22 Desember 1984, seorang laki-
laki bernam a Bernhard Goetz didekati oleh em pat orang pe m uda yang
dia kira penodong. Dia m engeluarkan pistol, m e nem bak keem pat-
em patnya dengan alasan m em pertahankan diri, dan karena nya
ditetapkan oleh grand jury bersalah atas percobaan pem bu nuhan. Ka-
sus nya m em icu diskusi publik yang berapi-api dan diram aikan per be-
daan pendapat. Sebagian orang m em ujinya karena berani m e lawan
balik, yang lainnya m engutuknya karena vigilantism e dan reak sinya
yang berlebihan. Baru setelahnya latar insiden itu diketahui: Goetz
sebenarnya pernah ditodong em pat tahun sebelum nya oleh tiga pe-
m uda yang m engejarnya dan m em ukulinya sam pai babak-belur. Ke-
tika para penyerang itu tertangkap, si penyerang yang licik m engaju kan
tuntutan bahwa sebenarnya ialah yang diserang oleh Goetz. Oleh ka-
rena itu pengadilan m engajak Goetz m engikuti sidang m e diasi bersam a
si penodong. Goetz m enolak undangan itu dan tidak per nah diberi
tahu bah wa si penodong akhirnya dipen ja rakan setelah m e lakukan
penodongan lagi. Goetz m em utuskan untuk m em beli pistol, ka rena
http://facebook.com/indonesiapustaka

dia tak lagi m em percayai sistem hukum yang tam paknya hanya m e na-
warkan mediasi antara penodong dan korban. Meskipun kasus Goetz
tidaklah lazim , tetap saja m enyedihkan karena pengadilan-penga dilan
kam i sedem ikian terbebani sehingga sering kali m em ang m enyarankan
atau m ewajibkan m ediasi kepada pihak-pihak yang bersikeras
menolak kasus mereka dimediasi. Namun fakta-fakta ini tidak boleh
124 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

m em butakan kita terhadap nilai potensial m ediasi dalam banyak kasus,


dan dalam kurangnya investasi kita ke pa da jalur ini.
Saya akan sudahi pem bahasan m engenai m ediasi dan pem adam an
em osi dengan m engutip kom entar m engenai pro dan kontra oleh se-
orang rekan saya yang merupakan pengacara, Profesor Mark Grady
dari UCLA Law School: “Banyak orang yang m enolak anggapan bah-
wa negara harus m engurusi hubungan pribadi dan perasaan yang ter-
luka. Mereka berargumen bahwa hanya ‘negara pengasuh bayi’ yang
m elakukan tugas itu, dan m enyatakan bahwa bila suatu negara m en-
coba m em perbaiki hubungan pribadi dan perasaan yang terluka, itu
ancaman terhadap kebebasan namanya. Mereka juga berargumen bah-
wa adalah suatu pelanggaran terhadap kebebasan orang bila m ereka
dipaksa untuk berdam ai dengan pelaku kesalahan. Korban justru harus
punya hak untuk m em inta negara m enetapkan pihak-pihak lawan m e-
reka sebagai yang bersalah, dan, setelah m enerim a keputusan itu, kor-
ban cukup m enjauhi orang-orang yang telah berbuat salah kepada
m ereka.
“Salah satu tanggapan untuk ini adalah bahwa negara m em elihara
sistem peradilan m ahal yang dim aksudkan untuk m em enuhi tujuan-
tu juan khas dan telah sangat berubah dalam m asyarakat m assal tanpa
tatap wajah langsung. Terlepas dari itu, kita bisa m engam bil pelajaran
berharga dari orang-orang Papua tanpa m engkom prom ikan tujuan-
tujuan khas sistem peradilan kita. Begitu negara m em bawa suatu
perselisihan ke ranah hukum , negara telah terbebani biaya un tuk pe-
nyelesaian perselisihan itu. Mengapa tidak setidak-tidaknya mem-
berikan pihak-pihak yang berselisih pilihan untuk m enyelesaikan per-
selisihan pada tingkat pribadi selain tingkat hukum ? Tidak ada yang
perlu m ewajibkan pihak-pihak yang berselisih untuk m enerim a sistem
m ediasi yang negara m ungkin tawarkan kepada m ereka, dan bukan
ber arti sistem m ediasi m enggantikan sistem form al penetapan hukum
ke cuali pihak-pihak yang berselisih bersepakat untuk m elakukan itu.
Sistem m ediasi justru seharusnya m enjadi pelengkap dan ba rang-
http://facebook.com/indonesiapustaka

kali alternatif bagi sistem hukum yang lebih form al, yang akan tetap
tersedia. Tidak ada salahnya m enawarkan kesem patan ini ke pada
orang-orang, dan banyak hal baik yang bisa diperoleh darinya. Ba-
ha yanya adalah, seperti yang digam barkan dengan baik oleh sistem
Papua, orang-orang bisa dipaksa m engikuti m ediasi dalam kondisi-
kon disi yang m engancam m artabat dan kem erdekaan m ereka, dan itu
m ungkin m alah m em perparah ketidakadilan pada kesalahan aslinya.
PERADILAN PIDANA NEGARA ● 125

Sistem hasil reform asi harus punya penangkal terhadap pelencengan


itu, nam un kem ungkinan adanya pelencengan bukanlah alasan untuk
sepenuhnya m engabaikan kem ungkinan bahwa kekhilafan m a nusia
bisa diselesaikan pada tingkat m anusia.”

Pe rad ilan p id an a n e gara


Setelah m em badingkan sistem pem ecahan perselisihan oleh negara
dan bukan-negara dalam hal peradilan perdata, sekarang m arilah kita
tengok peradilan pidana. Di sini langsung kita tem ui dua perbedaan
dasar antara sistem negara dan bukan-negara. Pertam a-tam a, peradilan
pidana negara berurusan degan penjatuhan hukum an terhadap ke-
ja hatan yang m elanggar hukum -hukum negara. Tujuan hukum an
yang dijatuhkan oleh negara adalah m em elihara kepatuhan terhadap
hukum -hukum negara dan m em pertahankan kedam aian dalam negara.
Hukum an penjara yang dijatuhkan terhadap seorang penjahat oleh
negara bukan dan tidak dim aksudkan sebagai kom pensasi kepada kor-
ban atas kerugiannya. Kedua, sebagai akibatnya, peradilan pidana dan
peradilan perdata oleh negara m erupakan dua sistem berbeda, se-
m en tara sistem -sistem itu tidak dibedakan di m asyarakat-m asyarakat
bukan-negara, yang um um nya m engurusi kom pensasi kepada individu
atau kelom pok atas cedera—terlepas dari apakah cedera itu di m a sya-
rakat negara dianggap sebagai tindak pidana, gugatan, ataupun pe-
langgaran kontrak.
Seperti juga dalam kasus perdata negara, kasus pidana negara ber-
langsung dalam dua tahap. Dalam tahap pertam a, pengadilan m eng-
kaji apakah tertuduh bersalah atau tidak atas satu atau beberapa tun-
tutan. Itu terdengar hitam dan putih dan jawabannya cukup ya atau
tidak. Pada kenyataannya, keputusan tidak selalu m utlak, sebab bisa
ada tuntutan alternatif yang berbeda-beda tingkatannya: pem bunuh
m ungkin diputuskan bersalah atas pem bunuhan berencana, pem bu-
nuhan terhadap perwira polisi yang sedang bertugas, pem bu nuh an
da lam upaya penculikan, pem bunuhan spontan akibat am arah, pem -
http://facebook.com/indonesiapustaka

bu nuhan karena alasan yang benar nam un tak berdasar yaitu m em -


percayai bahwa kor ban sedang m engancam untuk m encelakainya
secara isik, atau pembunuhan akibat kegilaan sementara atau dalam
kondisi tidak sadar—de ngan hukum an yang berbeda-beda, tergantung
tuntutannya. Pada ke nya taannya, banyak kasus pidana diselesaikan
m elalui perundingan-pengakuan (plea-bargain) sebelum m asuk ke
pengadilan. Namun, bila toh kasus itu sampai ke pengadilan, tuntutan
126 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

tetap m em butuhkan keputusan bersalah atau tidak bersalah: Ellie


Nessler diputuskan bersalah membunuh Daniel Driver, walaupun
alasannya yaitu m em balas dendam atas pelecehan ter hadap putranya
m em buat dia m erebut sim pati publik. Berbeda de ngan itu, dalam
m asyarakat bukan-negara, cedera yang disebabkan biasa dipandang
sebagai sesuatu yang abu-abu: iya, aku m em ang m em bunuhnya tapi—
ada alasan yang m em benarkan tindakanku, sebab dia m e ne nung
anakku, atau sepupu jauhnya m em bunuh kakak ayahku, atau babinya
m erusak kebunku dan dia m enolak m em bayar ganti rugi, jadi aku tidak
berutang kom pensasi apa-apa pada kerabatnya, atau setidak nya sedikit
saja. (Namun kondisi-kondisi meringankan semacam itu memang
sangat berperan dalam tahap penjatuhan hukum an di pengadilan
pidana ala Barat.)
Bila tertuduh diputuskan bersalah, negara kem udian m elanjutkan
ke tahap kedua yaitu penjatuhan hukum an, m isalnya hukum an penjara.
Tu juan hukum an m encakup tiga m acam , dengan penekanan berbeda-
beda pada sistem peradilan nasional yang berbeda-beda: pencegahan,
pem balasan atas kesalahan, dan rehabilitasi. Ketiga tujuan ini berbeda
dari tujuan utam a penyelesaian perselisihan oleh bukan-negara, yaitu
m engkom pensasi korban. Bahkan m eskipun Daniel Driver dihukum
penjara, itu tidak akan mengkompensasi Ellie Nessler dan putranya
atas traum a yang disebabkan oleh pelecehan seksual terhadap sang
anak.
Satu tujuan utam a hukum an atas tindak pidana adalah pence-
gah an: m en cegah warga lain m elanggar hukum negara dan m enim -
bulkan korban-korban baru. Harapan korban yang sekarang beserta
keluarganya, atau sang pelaku kejahatan dan keluarganya, sa ngat tidak
relevan: hukum an justru berperan m em enuhi tujuan ne gara, sebagai
perwakilan warga negara lainnya. Paling m aksim al, kor ban, pelaku
kejahatan, beserta keluarga dan tem an m ereka m ungkin diizin kan
m em bacakan pledoi pada saat penjatuhan hukum an, dan m e nyata kan
keinginan m ereka sendiri m engenai penjatuhan hukum an itu, nam un
http://facebook.com/indonesiapustaka

hakim boleh-boleh saja m engabaikan keinginan-keinginan itu.


Kepentingan berbeda antara negara dan korban diilustrasikan
oleh kasus pidana yang diajukan oleh negara bagian California dan
mendapat banyak sorotan media. Sutradara ilm Roman Polanski
dituduh m em bius, m em perkosa, dan m enyodom i seorang gadis ber-
usia 13 tahun (Sam antha Geim er) pada 1977, m enyatakan diri ber-
salah pada 1978 atas kejahatan yaitu berhubungan seks dengan anak
PERADILAN PIDANA NEGARA ● 127

di bawah um ur, na m un kem udian kabur ke Eropa sebelum dia bisa


dijatuhi hukum an. Kor ban Polanski, kini seorang perem puan berusia
40 -an, telah m engatakan bahwa dia telah m em aafkan Polanski
dan tidak ingin dia dihukum atau dipenjara. Dia telah m engajukan
pernyataan ke pengadilan agar kasus itu dihentikan. Meskipun pada
awalnya m ungkin bagi kita sungguh aneh bila negara bagian California
akan m em enjarakan seorang penjahat m eskipun korbannya telah
m enyatakan secara terbuka agar hal itu tidak dilakukan, alasan-alasan
untuk tetap m elakukan hal itu dinyatakan secara tegas dalam sebuah
editorial dalam Los Angeles Tim es: “Kasus Polanski diproses bukan
untuk m em uaskan ke ingin annya [korban] atas keadilan ataupun
kebutuhannya untuk m enyu dahi hal ini. Kasus itu diajukan oleh
negara bagian California atas na m a m a syarakat California. Bahkan
m eskipun Geim er tidak lagi m e nyim pan dendam terhadap Polanski,
itu bukan artinya Polanski tidak lagi m em ba hayakan orang-orang
lain... Kejahatan bukan hanya dilakukan ter hadap individu m elainkan
terhadap m asyarakat... Orang-orang yang ditu duh m elakukan keja-
hatan serius harus ditahan dan diadili dan, bila dinya takan bersalah,
m enjalani hukum an m ereka.”
Tujuan hukum an yang kedua, selain pencegahan, adalah pem balas-
an terhadap kejahatan: untuk m em ungkinkan negara m enyatakan,
“Kam i, negara, m enghukum pelaku kejahatan, agar kalian, korban,
tidak punya alasan untuk m enghukum sendiri.” Oleh karena alasan-
alasan yang ram ai diperdebatkan, tingkat pem enjaraan lebih tinggi,
dan hukum an lebih berat, di AS daripada di negara-ne gara Barat
lainnya. AS adalah satu-satunya negara Barat yang m asih m e nerapkan
hukuman mati. Negara saya kerap kali menjatuhkan hukuman pen-
jara jangka panjang ataupun seum ur hidup, yang di J erm an hanya
dijatuhkan kepada pelaku kejahatan-kejahatan paling berat (m isalnya,
kasus pem bunuhan berantai paling parah di J erm an pasca-Perang
Dunia II, yaitu seorang perawat dinyatakan bersalah m em bunuh 28
pa sien di saru rum ah sakit di J erm an dengan cara m enyuntikkan
http://facebook.com/indonesiapustaka

campuran obat mematikan kepada mereka.) Meskipun hukuman


penjara jangka pan jang di AS tadinya hanya dijatuhkan kepada para
pelaku kejahatan gawat, kebijakan "three strikes" yang kini diterapkan
oleh negara bagian tem pat saya tinggal, California, m ew ajibkan hakim
m en jatuhkan hukum an jangka panjang kepada pelaku kejahatan yang
dinya takan bersalah untuk ketiga kalinya setelah dua kali dinyatakan
ber salah atas kejahatan berat—m eskipun kejahatan yang ketiga sepele
128 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

saja, m isalnya m encuri pizza. Sebagai akibatnya, jum lah uang yang di-
ke luarkan California untuk sistem penjaranya kini sudah m endekati
pengeluarannya untuk pendidikan tinggi di kolese dan universitas.
Orang-orang California yang m enentang alokasi dana itu m enganggap
bukan hanya alokasi tersebut m erupakan pem balikan terhadap prio-
ritas manusia melainkan juga kebijakan ekonomi yang buruk. Mereka
ber ar gu m en bahwa kem erosotan ekonom i California yang banyak diso-
rot sekarang sebaiknya dikurangi dengan m em angkas dana yang diberi-
kan untuk m em enjarakan pelaku kejahatan untuk waktu lam a akibat
kesalahan-kesalahan kecil, m em berikan lebih banyak dana untuk m e-
re ha bilitasi pelaku kejahatan, dan lekas-lekas m engem balikan m ereka
ke pe kerjaan yang produktif, serta menghabiskan lebih banyak uang
untuk men didik orang-orang California yang tidak dipenjara agar mam-
pu mengisi posisi-posisi kerja bergaji tinggi. Tidak jelas apakah hukuman
yang keras di AS efektif dalam mencegah orang melakukan ke ja hatan.
Tujuan terakhir yang m endasari penjatuhan hukum an terhadap
pe laku kejahatan yang diputus bersalah adalah m erehabilitasi m e-
reka, se hingga m ereka bisa kem bali ke m asyarakat, hidup norm al se-
perti se m ula, dan m em berikan sum bangsih ekonom i kepada m asya-
rakat, bukannya m enim bulkan biaya ekonom i yang berat terhadap
m asyarakat se bagai narapidana dalam sistem penjara kita yang
m ahal. Rehabilitasi, bukan pem balasan atas kejahatan, adalah fokus
pendekatan Eropa terhadap hukuman kriminal. Misalnya, satu kasus
pengadilan di Jerman melarang penayangan ilm dokumenter yang
secara aku rat m enggam barkan peran seorang pelaku kejahatan dalam
satu ke ja hatan yang banyak dibicarakan—sebab hak sang pelaku
kejahatan un tuk m enunjukkan hasil rehabilitasinya, dan untuk
m em peroleh ke sem patan yang adil agar bisa kem bali secara sehat ke
m asyarakat setelah m enjalani hukum an penjaranya, dianggap lebih
penting daripada kebebasan pers atau hak m asyarakat untuk tahu.
Apakah pandangan itu m en cerm inkan kepedulian yang lebih besar di
Eropa terhadap m artabat m anusia, pem bim bingan, dan kasih sayang,
http://facebook.com/indonesiapustaka

dan kepedulian yang lebih rendah di Eropa terhadap pem balasan atas
kejahatan ala Perjanjian Lam a, dan terhadap kebebasan berbicara,
dibandingkan dengan di AS? Dan seberapa efektif sih rehabilitasi itu?
Misalnya, keefektifannya sepertinya terbatas dalam kasus pedoilia.
PERADILAN RESTORATIF ● 129

Pe rad ilan re s to ratif


Yang sejauh ini belum m asuk dalam pem bahasan kita m engenai
hukum an pidana oleh negara adalah kita belum m enyinggung soal
tujuan uta m a peradilan perdata oleh negara (m enjadikan pihak yang
cedera kem bali utuh) dan penyelesaian perselisihan oleh bukan-negara
(m e m u lihkan hubungan dan m em adam kan em osi). Kedua tujuan itu,
yang sam a-sam a m em berikan perhatian terhadap kebutuhan korban
ke jahatan, bukanlah tujuan utam a dalam sistem peradilan pidana kam i,
walaupun ada sedikit aturan m engenai itu. Selain m em berikan ke -
saksian yang m em bantu dalam m em utuskan apakah seorang ter tuduh
betul bersalah atau tidak, korban atau kerabat korban m ungkin saat
penjatuhan penghukum an diizinkan berbicara di ha dap an pengadilan
yang m enghadirkan sang pelaku kejahatan, dan m en ja barkan dam pak
em osional kejahatan itu. Kalau soal m enjadikan korban kem bali utuh,
ada sejum lah negara yang m em berikan dana kom pensasi bagi korban,
nam un jum lahnya biasanya kecil.
Misalnya, kasus kejahatan yang paling banyak dipublikasikan da-
lam sejarah Am erika belakangan ini adalah pengadilan m antan bin-
tang futbol O.J. Simpson atas pembunuhan terhadap istrinya Nicole
dan tem an sang istri, Ron Goldm an. Setelah pengadilan pidana
yang berlangsung selam a delapan bulan. Sim pson dinyatakan tidak
bersalah. Namun keluarga Nicole dan Ron kemudian menang dalam
gugatan perdata terhadap Sim pson atas nam a anak-anak Sim pson dan
Nicole serta kedua keluarga, dan memenangi (namun tidak berhasil
m enagih) ganti rugi bernilai total sekitar $ 43.0 0 0 .0 0 0 . Sayangnya,
kasus-kasus kom pensasi yang diperoleh dari gugatan perdata sungguh
jarang terjadi, sebab kebanyakan pelaku kejahatan tidak kaya dan
tidak punya aset yang cukup besar untuk dianggap berharga. Dalam
m asyarakat tradisional, kem ungkinan korban m em peroleh kom pensasi
ditingkatkan oleh ilosoi tradisional berupa tanggung jawab bersama:
seperti dalam kasus Malo, bukan hanya pelaku, melainkan juga
kerabat, sesam a anggota klan, dan rekan kerja pelaku pun wajib
http://facebook.com/indonesiapustaka

membayar kompensasi. Masyarakat Amerika justru menekankan


tanggung jawab individual m e lebihi tanggung jawab bersam a. Di
Papua, bila sepupu laki-laki saya dicam pakkan oleh istrinya, saya akan
dengan m arah m enuntut klan si istri agar m engem balikan sebagian
m as kawinnya yang saya bayarkan dem i m em peroleh dia untuk sepupu
saya; sebagai seorang Am erika, saya lega karena tidak perlu ikut
bertanggungjawab atas keberhasilan per nikahan sepupu-sepupu saya.
130 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

Satu pendekatan m enjanjikan untuk m em adam kan em osi da-


lam beberapa kasus, bagi pelaku kejahatan yang tidak dihukum m ati
m au pun bagi korban yang selam at atau kerabat terdekat korban yang
tewas, adalah program yang disebut peradilan restoratif. Peradilan ter-
sebut m em andang kejahatan sebagai pelanggaran terhadap korban atau
m asyarakat sekaligus juga terhadap negara; m em pertem ukan pelaku
ke ja hat an dan korban untuk berbicara secara langsung (asalkan kedua-
nya bersedia m elakukan itu), bukan m em isahkan m ereka dan m em -
biar kan pengacara berbicara atas nam a m ereka; dan m endorong pelaku
kejahatan untuk m enerim a tanggung jawab, dan korban untuk m eng-
ungkap kan seberapa besar m ereka telah terluka, bukan m en ce gah atau
hanya m em berikan sedikit kesem patan m elakukan hal-hal tersebut.
Pe laku kejahatan dan korban (atau kerabat korban) bertem u dengan
didam pingi m ediator terlatih, yang m enetapkan aturan-aturan dasar
bah wa tidak boleh m enyela pem bicaraan dan m enggunakan bahasa
kasar. Korban dan pelaku kejahatan duduk berhadap-hadapan, saling
m e m an dang, dan bergantian m enuturkan kisah hidup m ereka, pera sa-
an m ereka, alasan-alasan m ereka, dan pengaruh kejahatan itu terhadap
hidup m ereka sesudahnya. Pelaku kejahatan bisa m elihat langsung luka
yang telah m ereka akibatkan; korban bisa m elihat si pelaku se bagai
seorang m anusia dengan latar belakang dan alasan, bukan m onster
yang tidak bisa dipaham i; dan sang pelaku m ungkin bisa m e ne laah
riwa yat nya sendiri, dan m em aham i apa yang m enyebabkan dia m eng-
am bil jalan yang keliru.
Misalnya, satu perjumpaan semacam itu di California memper-
tem u kan seorang janda berusia 41 tahun, Patty O’Reilly, dan sau-
darinya Mary, dengan seorang narapidana berusia 49 tahun, Mike
Albertson. Mike sedang menjalani hukuman penjara 14 tahun karena
m enewaskan suam i Patty, Danny, dua setengah tahun sebelum nya.
Danny tertabrak oleh truk Mike dari belakang ketika Danny sedang
bersepeda. Selama empat jam, Patty mencurahkan kepada Mike
perasaan benci yang awalnya dia rasakan terhadap Mike, kata-
http://facebook.com/indonesiapustaka

kata terakhir suam inya kepadanya secara rinci, bagaim ana dia dan
kedua putrinya yang m asih m u da m enerim a kabar tentang kem atian
Danny dari wakil sheriff, dan ba gaim ana dia setiap hari teringat akan
Danny gara-gara hal-hal yang sepertinya sepele seperti m endengar
lagu di radio atau melihat seorang pesepeda. Mike menuturkan
kepada Patty kisah hidupnya yang m engalam i pelecehan seksual oleh
ayahnya, kecanduan obatnya, punggungnya yang patah, kehabisan
PERADILAN RESTORATIF ● 131

pil penghilang rasa sakit pada m alam peristiwa naas itu terjadi,
bagaim ana dia m enelepon dan ditolak oleh pa carnya, berangkat dalam
keadaan m abuk dengan truknya untuk m e m e riksakan diri ke rum ah
sakit, m elihat seorang pesepeda—dan m engakui bahwa dia m ungkin
m enabrak Danny dengan sengaja, dalam am arah ter hadap sang ayah,
yang telah m em perkosanya berulang kali, dan ter hadap sang ibu,
yang tidak m enghentikan sang ayah. Pada akhir em pat jam itu, Patty
menutup proses itu dengan kata-kata, “Memaafkan sungguh sulit,
nam un tidak m em aafkan lebih sulit lagi.” Selam a se m inggu berikutnya
Patty m erasa terlepas dari bebannya, m em peroleh ke kuatan, dan
tabah setelah m elihat bahwa orang yang m enewaskan suam inya di
seberang m eja sana telah m elihat kepedihan m acam apa yang telah dia
sebabkan. Setelahnya, Mike silih berganti merasa lemas, depresi, dan
lega karena kesediaan Patty untuk m enjum pai dan m e m aafkaannya.
Di nakas samping tempat tidurnya, Mike meletakkan sepucuk kartu
yang Patty bawa untuknya dari putrinya Siobhan: “Yang terhorm at
Bapak Albertson, hari ini 16 Agustus dan saya akan berulangtahun ke-
10 pada 1 Septem ber. Saya hanya ingin Bapak tahu bahwa saya sudah
m em aafkan Bapak. Saya m asih m e rin du kan Ayah saya, saya rasa untuk
seum ur hidup. Saya harap Bapak baik-baik saja. Dadah, Siobhan.”
Program -program peradilan restoratif sem acam itu telah beroperasi
selam a 20 tahun-an di Australia, Kanada, Selandia Baru, Britania, dan
berbagai negara bagian Amerika. Masih banyak coba-coba yang ter-
jadi—m isalnya, apakah pertem uan itu harus m elibatkan hanya pelaku
dan korban ataukah juga harus m elibatkan kerabat, tem an, dan guru;
apa kah pertem uan itu harus dilangsungkan pada tahap awal (segera
setelah penahanan) atau tahap lanjut (di penjara, seperti dalam
kasus Patty dan Mike); dan apakah ada upaya penggantian kerugian
oleh pelaku kepada korban. Ada banyak kisah anekdotal m engenai
hasilnya, dan sejum lah uji kontrol yang secara acak m em asukkan
pelaku kejahatan ke dalam sa lah satu dari beberapa program alternatif
atau ke dalam kelom pok kontrol tanpa program sem acam itu, dan
http://facebook.com/indonesiapustaka

kem udian m engevaluasi ha sil yang diperoleh secara statistik. Hasil


baik yang dilaporkan dalam analisis statistik kum ulatif kasus dari
beberapa program antara lain lebih rendahnya tingkat kejahatan
lanjutan yang dilakukan oleh si pelaku, dan kalaupun dilakukan lagi
kejahatannya lebih ringan, ber ku ran gnya perasaan m arah dan takut
korban, dan m eningkatnya perasaan am an dan lega korban. Secara
tidak m engejutkan, hasil lebih baik diper oleh dalam kasus-kasus di
132 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

m ana pelaku bersedia bertem u korban, am bil bagian secara aktif dalam
pertem uan, dan m enyadari luka yang telah dia akibatkan, daripada
dalam kasus-kasus di m ana pelaku tidak berniat m engikuti pertem uan
yang diwajibkan oleh pengadilan.
Tentu saja, peradilan restoratif bukanlah obat sapujagad untuk
sem ua pelaku kejahatan dan korban. Peradilan restoratif m em bu-
tuhkan fasilitator terlatih. Sejum lah pelaku kejahatan tidak m erasa
m enyesal, dan sejum lah korban akan m erasa traum a, bukan terbantu,
karena ha rus m engingat-ingat lagi kejahatan itu di hadapan sang
pelaku. Per adilan restoratif sebaiknya hanya m erupakan tam bahan,
bukan pengganti, sistem peradilan pidana kita. Namun peradilan
restoratif sungguh m enjanjikan.

Ke u n ggu lan -ke u n ggu lan d an h arga yan g h aru s


d ibayarkan
Kesim pulan-kesim pulan apa yang bisa kita tarik dari perbandingan
penyelesaian perselisihan di negara dan di m a syarakat berskala kecil?
Di satu sisi, dalam bidang penyelesaian per se lisihan, seperti juga dalam
bidang-bidang lain yang akan dibahas di bab-bab berikutnya dalam
buku ini, kita tidak boleh secara naif m engidealisasikan m asyarakat
berskala kecil, m em andangnya serba m engagum kan, m elebih-lebihkan
keunggulan-keunggulannya, dan m engkritik pem erintahan negara
m eskipun hanya sebagai hal buruk yang diperlukan. Di sisi lain, banyak
m asyarakat berskala kecil yang m em ang m em iliki sejum lah ciri-ciri
yang bisa kita terapkan juga dalam m asyarakat negara kita secara
berm anfaat.
Sedari awal, izinkan saya m encegah kesalahpaham an dan m e-
ne gaskan lagi bahwa penyelesaian perselisihan di negara industri
m odern pun sudah m engandung wilayah-wilayah yang m em anfaatkan
m ekanism e-m ekanism e penyelesaian perselisihan bergaya tribal. Se-
waktu kita berselisih dengan seorang pedagang, sebagian besar orang
tidak langsung m enyewa pengacara atau m enggugat; kita m ulai de-
http://facebook.com/indonesiapustaka

ngan berdiskusi dan bernegosiasi dengan si pedagang, barangkali bah-


kan m em inta tem an untuk m enghubungi si pedagang m ewakili kita
bila kita m erasa terlalu m arah atau tidak berdaya. Sebelum nya saya
sudah sebutkan bahwa banyak profesi dan kelom pok dalam m a sya-
rakat industri yang m em iliki prosedur rutin m ereka sendiri untuk m e-
nye lesaikan perselisihan. Di daerah-daerah perdesaan dan daerah-
daerah kantong kecil di m ana setiap orang m engenal satu sam a lain
KEUNGGULAN-KEUNGGULAN DAN HARGA YANG HARUS DIBAYARKAN ● 133

dan m erasa bahwa hubungan di antara m ereka akan berlangsung lam a,


m otivasi dan tekanan untuk m endam aikan perselisihan secara inform al
sungguh kuat. Bahkan m eskipun kita akhirnya berpaling kepada peng-
acara, sejum lah pihak yang berselisih m engharapkan hubungan yang
terlus berlangsung—m isalnya seperti sejum lah suam i-istri yang ber-
cerai dan sudah m em iliki anak, ataupun m itra bisnis atau pasangan
kerja—akhirnya m enggunakan pengacara untuk m em antapkan kem bali
hubungan yang tidak bermusuhan. Banyak negara selain Papua Nugini
m asih cukup baru atau lem ah sehingga sebagian besar m asyarakat
terus berfungsi dalam cara-cara tradisional.
Dengan m engingat hal tersebut, kini m arilah kita kenali tiga ke-
unggulan bawaan peradilan negara, bila peradilan tersebut berfungsi
secara efektif. Pertam a dan paling utam a, satu m asalah m endasar
yang sepertinya dim iliki oleh sem ua m asyarakat berskala kecil ada-
lah, ka rena tidak m em iliki kewenangan politik pusat yang m e m e gang
m onopoli kekuatan pem balasan, m ereka tidak m am pu m encegah ang-
gota m asyarakat yang m em bandel untuk m elukai anggota lainnya,
dan juga tidak m am pu m encegah anggota m asyarakat yang m erasa
diperlakukan tidak adil untuk m ain hakim sendiri dan berupaya
mencapai tujuan melalui kekerasan. Namun kekerasan mengundang
ke kerasan balasan. Seperti yang akan kita lihat di dua bab berikutnya,
kebanyakan m asyarakat berskala kecil terperangkap dalam siklus
kekerasan dan peperangan. Pem erintahan negara dan ke datuan yang
kuat berjasa sangat besar karena m em utus siklus-siklus se m acam itu
dan m em egang m onopoli kekuatan. Tentu saja, saya tidak m engklaim
bahwa ada negara yang sepenuhnya berhasil m eredam kekerasan, dan
saya m engakui bahwa negara pun m enggunakan kekerasan dengan
derajat berbeda-beda terhadap warganya sendiri. J ustru saya per-
hatikan bahwa, sem akin efektif kontrol yang diberlakukan oleh negara,
se m akin terbatas kekerasan oleh bukan-negara.
Itulah keunggulan bawaan pem erintahan negara, dan alasan utam a
m engapa m asyarakat besar di m ana orang-orang asing biasa berjum pa
http://facebook.com/indonesiapustaka

satu sam a lain selam a ini cenderung m enghasilkan datu yang kuat dan
kem udian pem erintahan negara. Kapan pun kita m endapati diri kita
cenderung m engagum i penyelesaian perselisihan dalam m asyarakat
ber skala kecil, kita harus m engingatkan diri sendiri bahwa penyelesaian
per selisihan m ereka m em iliki dua cabang, dengan satu cabang berupa
ne gosiasi dam ai yang m engagum kan sem entara cabang yang satu lagi
adalah kekerasan dan perang yang harus disesali. Penyelesaian per-
134 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

selisihan oleh negara juga m em iliki dua cabang, satu di an taranya


berupa negosiasi dam ai, nam un cabang konfrontasional yang ke dua
hanyalah sidang. Bahkan sidang yang paling m erepotkan sekali pun
m a sih lebih bagus daripada perang saudara atau siklus pem bunuhan
balas dendam . Fakta itu m ungkin m em buat anggota-anggota m a sya-
rakat berskala kecil lebih bersedia daripada anggota-anggota m a sya ra-
kat negara untuk m enyelesaikan perselisihan pribadi m elalui negosiasi,
dan m em fokuskan negosiasi kepada keseim bangan em osional dan pe-
m ulihan hubungan, bukan berdebat benar-salah.
Keunggulan atau potensi keunggulan kedua peradilan yang di-
laksanakan oleh negara dibandingkan peradilan tradisional m andiri
m e libatkan hubungan kuasa. Pihak yang berselisih dalam m asyarakat
berskala kecil perlu m em iliki sekutu agar posisi tawarnya kuat, dan bila
dia betul-betul ingin m enagih ternak yang telah disarankan oleh datu
kulit-macan Nuer sebagai kompensasi yang patut. Itu mengingatkan
saya akan satu artikel sangat berpengaruh m engenai peradilan negara
ala Barat, berjudul “Bargaining in the Shadow of the Law” atau “Tawar-
m enawar di bawah Bayang-bayang Hukum ”—yang berarti m e diasi
di negara berlangsung dengan kedua pihak m enyadari bahwa, bila
m ediasi gagal, perselisihan itu akan diselesaikan di pengadilan m e -
lalui penerapan hukum . Untuk alasan-alasan yang sam a, negosiasi
kom pensasi dalam m asyarakat berskala kecil berlangsung "dalam
bayang-bayang perang"—yang berarti kedua pihak tahu bahwa, bila ne-
gosiasi tidak berhasil, alternatifnya adalah perang atau kekerasan. Pe-
ngetahuan itu m enciptakan kondisi yang berat sebelah dalam m a sya-
rakat berskala kecil dan m em berikan daya tawar yang kuat bagi pihak
yang diduga bisa m enggalang lebih banyak sekutu seandainya perang
pecah.
Secara teoretis, peradilan negara bertujuan m enciptakan kondisi
yang tidak berat sebelah, m enawarkan keadilan yang m erata bagi se-
m ua, dan m encegah pihak yang berkuasa atau kaya m e nya lah gu na-
kan kekuatannya sehingga tercapailah penyelesaian yang tidak adil.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Tentu saja, saya dan setiap pem baca akan langsung m em protes “Se cara
teori iya sih, tapi...!” Pada kenyataannya, seorang penggugat yang kaya
m enikm ati keunggulan dalam kasus-kasus perdata m aupun pidana. Dia
bisa m enyewa pengacara yang m ahal dan saksi ahli. Dia bisa m e nekan
lawan yang kalah kaya agar m enyetujui penyelesaian yang ditawarkan,
dengan m engajukan peninjauan kem bali berkali-kali guna m em buat
ongkos hukum lawannya bengkak, dan dengan m engajukan tun tutan
KEUNGGULAN-KEUNGGULAN DAN HARGA YANG HARUS DIBAYARKAN ● 135

yang tidak ada artinya nam un akan m enguras kantong pihak yang satu
lagi untuk m enghadapinya. Sejum lah sistem peradilan negara bersifat
korup dan m em bela pihak-pihak yang kaya atau m em iliki koneksi
politik yang baik.
Ya, sayangnya m em ang benar bahwa pihak yang lebih kuat dalam
perselisihan m enikm ati keunggulan yang tidak adil dalam sistem per-
adilan negara, seperti juga dalam masyarakat berskala kecil. Namun
setidak-tidaknya ada perlindungan yang disediakan oleh negara ke pa-
da pihak yang lem ah, sem entara m asyarakat berskala kecil tidak m e -
nye diakan perlindungan sem acam itu, paling-paling sedikit saja. Da-
lam negara yang dikelola dengan baik, korban yang lem ah tetap bisa
m e laporkan kejahatan ke polisi dan sering kali atau biasanya akan
didengarkan; orang m iskin yang m em ulai bisnis bisa m em inta bantuan
ne gara untuk m em astikan pelaksanaan kontrak; pengacara yang
dibayar oleh pengadilan disediakan bagi tergugat yang m iskin dalam
kasus pidana; dan penggugat yang m iskin dengan kasus yang kuat
m ungkin bisa m enem ukan pengacara pribadi yang bersedia m enerim a
kasus itu de ngan asas kontingensi (alias pengacara bersedia dibayar
sekian per sen dari uang yang diperoleh penggugat seandainya kasusnya
m enang).
Keunggulan ketiga peradilan negara m elibatkan tujuannya yaitu
m enetapkan benar dan salah, serta m enjatuhkan hukum an dan m eng-
kaji penalti perdata terhadap pelaku kesalahan, sehingga m en cegah
anggota-anggota lain m asyarakat m elakukan kejahatan atau ke salahan.
Pencegahan m erupakan tujuan eksplisit sistem peradilan pidana
kita. Pada kenyataannya, pencegahan juga m erupakan tujuan sis tem
peradilan gugatan perdata kita, yang m engkaji penyebab dan tanggung
jawab atas kerugian, sehingga berupaya m encegah perilaku penyebab
kerugian dengan m em buat setiap orang m enyadari hu kum an perdata
yang m ungkin harus m ereka bayarkan bila m ereka m e lakukan perilaku
semacam itu. Misalnya, seandainya Malo dituntut bersalah di dalam
sistem peradilan negara yang efektif atas kerugian per data karena
http://facebook.com/indonesiapustaka

menewaskan Billy, para pengacara Malo pastilah berargumen (dengan


kem ungkinan berhasil yang baik) bahwa tanggung jawab atas kem atian
Billy bukan berada pada Malo, yang menyetir dengan aman, melainkan
pada pengem udi m inibus yang m em biarkan Billy turun m eskipun lalu-
lintas sedang ram ai, dan pada pam an Billy, Genjim p, yang m enunggu
untuk m enjem put Billy di sisi seberang jalanan yang ram ai. Satu kasus
sungguhan di Los Angeles yang sepadan dengan kasus Billy dan Malo
136 ● KOMPENSASI ATAS KEMATIAN SEORANG ANAK

adalah Schwartz vs Helms Bakery. Seorang anak laki-laki kecil tewas


tertabrak m obil sewaktu sedang berlari m enyeberangi jalanan yang
ram ai guna m em beli donat coklat dari truk Helm s Bakery; bocah itu
m em inta supir m enunggu se m en tara dia lari m enyeberangi jalan ke
rum ahnya untuk m engam bil uang; sang supir setuju dan tetap m e-
m arkir m obilnya sam bil m enunggu si bocah di jalan yang ram ai itu;
dan pengadilan m em inta juri m e m u tus kan apakah Helm s Bakery turut
bertanggungjawab atas kem atian si bocah, akibat keteledoran sang
pengem udi.
Kasus-kasus gugatan sem acam itu m em berikan tekanan kepada
warga m asyarakat negara untuk terus-m enerus m ewaspadai ke-
m ungkinan bahwa keteledoran m ereka m ungkin ikut m e nye bab kan
kecelakaan. Sem entara itu, penyelesaian yang dirundingkan secara
pribadi antara klan Billy dan kolega-kolega Malo tidak memberikan
insentif bagi orang-orang dewasa dan pengemudi minibus di Nugini
untuk m erenungkan risiko yang ada bila anak sekolah berlari-lari
m enyeberangi jalan. Terlepas dari jutaan m obil yang m ondar-m andir
setiap hari di jalanan Los Angeles, dan terlepas dari segelintir m obil
polisi yang berpatroli di jalan-jalan kam i, kebanyakan orang Los
Angeles berkendara dengan am an nyaris sepanjang waktu, dan ha-
nya sekian kecil persentase dari jutaan perjalanan harian itu yang
m enyebabkan kecelakaan atau cedera. Salah satu alasannya adalah
kuasa pencegahan sistem peradilan perdata dan pidana kam i.
Namun izinkan saya mencegah kesalahpahaman lagi: saya tidak se-
dang m em uji-m uji peradilan negara sebagai selalu unggul. Ada harga
yang harus dibayarkan negara dem i m em peroleh ketiga ke unggulan
itu. Sistem peradilan pidana negara ada terutam a untuk m en dorong
tercapainya tujuan-tujuan negara: m engurangi kekerasan pribadi,
m em upuk ketaatan terhadap hukum -hukum negara, m elindungi
m asyarakat sebagai keseluruhan, m erehabilitasi pelaku ke ja hat an,
serta m enghukum dan m encegah kejahatan. Fokus negara kepada
tujuan-tujuan itu cenderung m engurangi perhatian negara terhadap
http://facebook.com/indonesiapustaka

tujuan-tujuan warga-warga individual yang terlibat dalam pem ecahan


perselisihan dalam m asyarakat berskala kecil: pem ulihan hubungan
(atau non-hubungan), dan m em adam kan em osi. Bukan berarti negara
se nantiasa m engabaikan tujuan-tujuan itu, m elainkan negara kerap
kali m engabaikannya karena terfokus pada tujuan-tujuan lain. Sebagai
tam bahan, ada cacat-cacat lain di sistem peradilan negara yang bukan
m erupakan bawaan aslinya, nam un tetap saja ditem ukan di m ana-
KEUNGGULAN-KEUNGGULAN DAN HARGA YANG HARUS DIBAYARKAN ● 137

m ana: kom pensasi yang terbatas atau bahkan tidak diberikan oleh
sistem peradilan pidana terhadap korban kejahatan (kecuali m e-
lalui gugatan perdata terpisah); dan, dalam gugatan perdata, lam -
bat nya pem ecahan perselisihan, sulitnya m enghitung cedera pribadi
dan em osional dalam takaran uang, kurangnya aturan (di AS) yang
m e m erintahkan penggugat yang sukses untuk m enanggung biaya
pengacara, dan kurangnya rekonsiliasi (atau yang lebih parah,
seringkali ter jadi peningkatan perm usuhan) antara pihak-pihak yang
berselisih.
Kita telah lihat bahwa m asyarakat negara dapat m engurangi m asa-
lah-m asalah itu dengan turut m enerapkan praktik-praktik yang di-
ilham i oleh prosedur-prosedur di m asyarakat berskala kecil. Da lam
sistem peradilan perdata kita, kita bisa m enginvestasikan lebih ba-
nyak uang untuk m elatih dan m enyewa m ediator dan m em astikan ke-
ter sediaan hakim . Kita bisa m encurahkan lebih banyak upaya untuk
m ediasi. Kita bisa m elim pahkan biaya pengacara kepada penggugat
yang berhasil dalam kondisi-kondisi tertentu. Dalam sistem peradilan
pidana Am erika, kita bisa kaji kem bali apakah m odel-m odel Eropa
yang lebih m enekankan rehabilitasi dan tidak m engutam akan
pem balasan atas kejahatan akan lebih berm anfaat bagi pelaku keja-
hatan, bagi m a sya rakat secara keseluruhan, dan bagi ekonom i.
Sem ua saran tersebut telah banyak didiskusikan. Saran-saran itu
m e m iliki kesulitannya sendiri-sendiri. Saya berharap bahwa, dengan
pe nge tahuan yang lebih m endalam tentang bagaim ana m asyarakat
ber skala kecil m enyelesaikan perselisihan, para ahli hukum dapat
m enyadari betapa baiknya bila kita m em asukkan prosedur-prosedur
yang m engagum kan dari m asyarakat berskala kecil ke dalam sistem
kita sendiri.
http://facebook.com/indonesiapustaka
BAB 3

Satu Bab Pendek,


Mengenai Suatu Perang Kecil

Perang Dani ▪ Urutan kejadian perang ▪ Korban tewas dalam perang

Pe ran g D an i
Bab ini akan m em perkenalkan peperangan tradisional dengan m e-
nuturkan serangkaian pertem puran dan serbuan yang cukup lazim
terjadi di antara orang-orang Dani di Papua, yang m enjadi tidak biasa
hanya karena betul-betul diamati dan diilmkan oleh ahli antropologi.
Orang-orang Dani adalah salah satu populasi beranggota paling
banyak dan padat di Papua, berpusat di Lem bah Besar Sungai Baliem
(Papua Indonesia). Antara 190 9 dan 1937, delapan ekspedisi Barat
m engadakan kontak dan m enyam bangi sejenak kelom pok-kelom pok
Dani yang tinggal di tepi luar lem bah ataupun tetangga-tetangga
m ereka tanpa m em asuki lem bah itu sendiri. Seperti yang disebutkan
http://facebook.com/indonesiapustaka

di Bab 1, lem bah itu dan populasinya yang berlim pah "ditem ukan"—
m aksudnya, pertam a kali dilihat oleh orang-orang Eropa, sekitar
46.0 0 0 tahun setelah tibanya nenek m oyang orang-orang Papua—pada
23 J uni 1938, oleh pesawat terbang yang m e la kukan peninjauan untuk
Ekspedisi Archbold. Kontak pertam a ber hadap-hadapan m enyusul
pada 4 Agustus, ketika patroli eks pedisi yang dipim pin oleh Kapten
Teerink berjalan ke dalam lem bah itu. Setelah Ekspedisi Archbold
PERANG DANI ● 139

m eninggalkan lem bah itu pada Desem ber 1938, kontak lebih lanjut
orang-orang Dani Baliem dengan orang-orang Eropa (selain upaya
penyelam atan singkat oleh Angkatan Darat AS terhadap awak pesawat
terbang yang jatuh pada 1945) ditunda sam pai 1954 dan tahun-
tahun berikutnya, ketika beberapa stasiun m isionaris dan pos patroli
pem erintah Belanda didirikan di lem bah itu.
Pada 1961, ekspedisi dari Museum Peabody, Universitas Harvard,
tiba untuk melakukan penelitian antropologi dan perekaman ilm.
Tem pat perkem ahan yang dipilih berada di kawasan Dani Dugum ,
sebab di daerah itu tidak ada stasiun pem erintah atau m isionaris serta
relatif hanya berkontak sedikit dengan dunia luar. Ter nyata peperangan
tradisional m asih berlangsung. Catatan-catatan ten tang pertarungan
di sana antara April dan Septem ber 1961 telah m un cul dalam beberapa
bentuk: terutam a, disertasi doktoral (dalam ba hasa Belanda) oleh ahli
ilm u sosial J an Broekhuijse dari Universitas Utrecht; dua buku oleh
ahli antropologi Karl Heider, berdasarkan disertasi doktoral Heider di
Harvard; satu buku populer, Under the Mountain Wall, oleh penulis
Peter Matthiessen; dan satu ilm dokumenter, Dead Birds, diproduseri
oleh Robert Gardner dan m encakup rekam an video luar biasa
pertarungan antara anggota-anggota suku yang m enghunus tom bak.
Rangkum an singkat berikut ini, m engenai peperangan Dani Dugum
selam a beberapa bulan pada tahun 1961, terutam a berasal dari tesis
Broekhuijse karena tesisnya m erupakan catatan yang paling rinci,
dilengkapi dengan inform asi dari Heider ditam bah beberapa rincian
dari Mathiessen. Broekhuijse mewawancarai peserta pertempuran,
yang m enjabarkan kepadanya pandangan m ereka atas setiap per-
tem puran, suasana hati yang tim bul akibat pertem puran, dan perincian
m engenai luka setiap orang. Ada beberapa ketidaksesuaian kecil di
antara ketiga catatan ini, terutam a dalam ejaan nam a-nam a Dani
(Broekhuijse menggunakan ortograi Belanda sementara Heider meng-
gunakan ortograi Amerika), dan dalam beberapa perincian seperti
perbedaan satu hari dalam hal tanggal salah satu pertem puran. Tapi,
http://facebook.com/indonesiapustaka

banyak ke sa m a an inform asi yang dituliskan oleh ketiga penulis ini dan
juga oleh Gardner, dan catatan-catatan m ereka secara garis besar saling
cocok.
Sewaktu Anda m em baca catatan gabungan ini, saya pikir Anda
akan kaget, seperti juga saya, oleh banyaknya ciri peperangan Dani
yang ternyata m irip dengan peperangan di banyak m asyarakat tradi-
sio nal lain yang akan disebutkan di Bab 4. Ciri-ciri yang sam a itu m en-
140 ● SATU BAB PENDEK, MENGENAI SUATU PERANG KECIL

ca kup yang berikut ini. Penyergapan diam -diam dan pertem puran ter-
buka yang sering terjadi (Gam bar 36), m asing-m asing m enyebabkan
se dikit kem atian, disela oleh pem bantaian yang jarang terjadi, yang
m e m us nahkan seluruh populasi atau m em bunuh sebagian besarnya.
Yang disebut peperangan tribal itu sering kali atau biasanya sebenarnya
ber langsung intrasuku, antara kelom pok-kelom pok yang m enggunakan
bahasa yang sam a dan m em iliki kesam aan budaya, bukan antarsuku.
Terlepas dari kem iripan atau identitas budaya yang sam a-sam a di-
m iliki pihak-pihak yang berperang, m ereka sering m enistakan satu
sam a lain sebagai bukan m anusia. Anak laki-laki sejak kanak-kanak
su dah dilatih bertarung, dan m ewaspadai serangan. Penting untuk
m enggalang persekutuan, nam un persekutuan sering berubah. Balas
dendam berperan dom inan sebagai alasan bagi siklus kekerasan. (Karl
Heider m alah m enjabarkan alasan tersebut sebagai kebutuhan untuk
m e nenangkan arwah kawan-kawan yang belum lam a terbunuh.) Pe-
perangan m elibatkan keseluruhan populasi, bukan hanya balatentara
pro fesional yang terdiri atas laki-laki dewasa yang tidak banyak jum -
lahnya: ada pem bunuhan sengaja terhadap perem puan dan anak-
anak "sipil" m au pun terhadap "prajurit" laki-laki. Desa dibakar dan
dijarah. Eisiensi militer rendah bila dipandang dengan standar pe-
pe rangan m odern, sebagai akibat ketersediaan senjata jarak-pen dek
sem ata, kepem im pinan yang lem ah, rencana yang sederhana, kurang-
nya pelatihan m iliter ke lom pok, dan kurangnya serangan yang ter-
sin kronisasi. Tapi, ka rena bersifat kronis, peperangan pun m em iliki
akibat pada segala segi perilaku m anusia. Terakhir, jum lah korban jiwa
m utlak tak pelak ren dah sebab ukuran populasi-populasi yang terlibat
m em ang kecil (diban dingkan dengan populasi nyaris sem ua negara
m odern), nam un jum lah korban jiwa relatif sebagai persentase dari
populasi yang terlibat ter hitung tinggi.

U ru tan ke jad ian p e ran g


Perang Dani digam barkan sebagai berlangsung antara dua perse-
http://facebook.com/indonesiapustaka

kutuan, yang m asing-m asing berjum lah sam pai 5.0 0 0 jiwa. Guna
m em bantu pem baca m engingat nam a-nam a Dani yang tidak diakrabi
dan akan m uncul berulang-ulang di beberapa halam an berikut, saya
m erangkum sem ua kom posisi persekutuan dalam Tabe l 3 .1. Satu
persekutuan, disebut Persekutuan Gutelu m engikuti nam a pem im -
pinnya Gutelu, terdiri atas beberapa konfederasi yang m asing-m asing
berjum lah sekitar 1.0 0 0 orang, term asuk Konfederasi Willihim an-
URUTAN KEJADIAN PERANG ● 141

Walalua yang m encakup ka wasan Dugum Dani, ditam bah sekutu-


sekutu mereka Gosi-Alua, Dloko-Mabel, dan konfederasi-konfederasi
lain. Persekutuan lain, yang hidup di sebelah selatan Persekutuan
Gutelu, m encakup Widaia dan sekutu-sekutu m ereka sem isal konfe-
derasi-konfederasi Siep-Eloktak, Hubu-Gosi, dan Asuk-Balek. Perse-
kutuan Gutelu pada saat bersam aan juga berperang dengan tetangga
m ereka di sebelah utara, yang tidak dibahas di dalam catatan berikut
ini. Beberapa dasawarsa sebelum peristiwa-peristiwa tahun 1961,
Wilihim an-Walalua dan Gosi-Alua tadinya bersekutu dengan Siep-
Eloktak dan merupakan lawan Dloko-Mabel, sampai pencurian babi
dan perselisihan m engenai perem puan m e nyebabkan Wilihim an-
Walalua dan Gosi-Alua bersekutu dengan Dloko-Mabel, membentuk
persekutuan di bawah pim pinan Gutelu, dan m enyerang serta m engusir
Siep-Eloktak, yang lantas m enjadi sekutu Widaia. Setelah peristiwa-
peristiwa tahun 1961, Dloko-Mabel lagi-lagi menyerang dan menjadi
m usuh Wilihim an-Walalua dan Gosi-Alua.
Sem ua kelom pok ini m erupakan penutur bahasa Dani dan m e-
m iliki kem iripan dalam hal budaya dan cara hidup. Dalam paragraf-
paragraf berikut, saya akan secara singkat m enyebut kedua pihak yang
berseberangan sebagai Wilihim an dan Widaia, nam un harus diingat
bahwa m asing-m asing dari kedua konfederasi itu biasanya didam pingi
da lam pertem puran oleh satu atau beberapa konfederasi sekutunya.

Tabe l 3 .1. Ke an ggo taan d u a p e rs e ku tu an D an i yan g be rp e ran g

PERSEKU TU AN GU TELU PERSEKU TU AN W ID AIA

Konfederasi Wilihim an-Walalua Konfederasi Widaia


Konfederasi Gosi-Alua Konfederasi Siep-Eloktak
Konfederasi Dloko-Mabel Konfederasi Hubu-Gosi
Konfederasi-konfederasi lain Konfederasi Asuk-Balek
Konfederasi-konfederasi lain

Pada Februari 1961, sebelum catatan-catatan utam a Broekhuijse,


http://facebook.com/indonesiapustaka

Heider, dan Matthiessen bermula, empat perempuan dan satu laki-


laki dari Persekutuan Gutelu dibunuh oleh orang-orang Widaia se-
wak tu m ereka sedang m engunjungi kerabat satu klan m ereka di suku
tetangga un tuk berjam u babi, sehingga Gutelu pun m urka. Sebelum nya
juga ada pem bunuhan-pem bunuhan lain. Oleh karena itu, kita harus
m e nyebutnya peperangan kronis, bukan perang dengan awal dan
penyebab yang bisa disebutkan dengan pasti.
142 ● SATU BAB PENDEK, MENGENAI SUATU PERANG KECIL

Pada 3 April, seorang laki-laki Widaia yang terluka dalam per-


tem pur an sebelum nya m eninggal dunia. Bagi Wilihim an, kem atian
itu m em ba las kan kem atian seorang laki-laki Wilihim an pada bulan
J anuari dan m e nunjukkan betapa m urah-hatinya nenek m oyang m e-
reka, nam un bagi Widaia, kem atian anggota Widaia yang baru ter-
jadi itu harus dibalaskan guna m em ulihkan hubungan m ereka dengan
nenek m oyang m ereka sendiri. Pada fajar 10 April, orang-orang Widaia
m e neriakkan tantangan un tuk berperang secara terbuka, yang diterim a
orang-orang Wilihiman. Mereka pun bertarung sampai hujan meng-
akhiri pertem puran itu pada pukul 5 sore *. Sepuluh orang Wilihim an
terluka ringan, salah seorang sekutu Gosi-Alua (seorang laki-laki ber-
nam a Ekitam elek) cedera parah (ujung sebatang anak panah patah
dalam paru-paru kirinya, dan dia m e ninggal dunia 17 hari kem udian),
dan orang Widaia dalam jum lah yang tidak diperinci terluka. Hasil itu
m enyebabkan kedua belah pihak ingin ber tarung lagi.
Pada 15 April, lagi-lagi tantangan pertem puran dilayangkan dan
diterim a, dan sekitar 40 0 prajurit bertarung sam pai turunnya m a lam

* Di sini dan di beberapa paragraf berikutnya, kita menjumpai satu ciri peperangan Dani
yang pada awalnya membingungkan kita: pertempuran sesuai perjanjian. Dengan kata
lain, satu pihak menantang pihak yang satu lagi untuk berjanji bertemu di tempat ter-
tentu pada hari tertentu untuk bertempur. Pihak yang satu lagi bebas untuk menerima
atau mengabaikan tantangan itu. Ketika pertempuran telah dimulai, salah satu pihak bo-
leh meminta mengakhirinya bila hujan mulai turun. Fakta-fakta ini telah menyesatkan
sejum lah komentator sehingga menyatakan bahwa peperangan Dani teritualisasi, ti-
dak dimaksudkan untuk membunuh, dan hanyalah sebentuk pertandingan olahraga.
Pandangan itu ditentang oleh fakta-fakta yang tidak bisa diragukan bahwa orang-
orang Dani ternyata terluka dan terbunh dalam pertempuran-pertempuran demikian,
bahwa orang-orang Dani lain terbunuh dalam serbuan dan penyergapan, dan banyak
yang terbunuh dalam pem bantaian yang jarang terjadi. Ahli antropologi Paul Roscoe
berargumen bahwa apa yang tam paknya merupakan ritualisasi pertempuran Dani tidak
bisa terhindarkan akibat medan yang berawa-rawa dan berkubangan, dengan hanya dua
bukit kering sempit di mana kelompok-kelompok besar petarung bisa bermanuver dan
bertarung dengan aman. Bertempur dalam kelompok-kelompok besar di tempat-tempat
lain sangat berisiko ketika mengejar atau menjauhi lawan melalui rawa-rawa dengan
http://facebook.com/indonesiapustaka

jembatan-jem bat an bawah air tersembunyi yang diakrabi oleh lawan. Sebagai dukungan
terhadap tafsir Roscoe, apa yang tampaknya merupakan ritualisasi pada peperangan Dani
tidak ditemukan di banyak kelompok Dataran Tinggi Papua lain yang bertarung di me-
dan kering dan keras. Ada rumor-rumor yang beredar, tampaknya dipicu oleh kaum mi-
sionaris, bahwa Ekspedisi Harvard itu sendiri, yang sangat ingin memperoleh rekaman ilm
yang dramatis, entah bagaimana memprovokasi orang-orang Dani untuk bertarung dan
saling membunuh. Tapi, orang-orang Dani bertarung sebelum ekspedisi itu tiba dan setelah
ekspedisi itu pergi, dan penyelidikan pemerintah tidak menemukan dasar ba gi rumor
tersebut.
URUTAN KEJADIAN PERANG ● 143

m em aksa sem ua orang pergi pulang. Sekitar 20 laki-laki pada m asing-


m asing pihak terluka. Tiga sekutu Widaia yang berasal dari Hubikiak
harus dibopong pergi, diiringi tawa dan ledekan keji dari Wilihim an,
yang m eneriakkan ucapan-ucapan seperti, “Biarkan saja bajingan-
bajingan itu jalan sendiri, m ereka bukan babi! ... Pulang sana, biar
istrim u m asakkan ubi buatm u.” Salah satu orang Hubikiak yang ter luka
itu tewas enam m inggu kem udian.
Pada 27 April Ekitam alek, laki-laki Gosi-Alua yang terluka pada 10
April, m eninggal dunia dan dikrem asi. Widaia m enyadari bahwa tidak
ada orang Gosi-Alua dan hanya sedikit orang Wilihim an yang berada di
per kebunan, sehingga 30 orang Widaia m enyeberangi sungai m enuju
wilayah Wilihim an dan m enunggu untuk m enyergap. Ketika tidak
ada yang m uncul, Widaia m erubuhkan salah satu m enara pengawas
Wilihim an dan beranjak pulang (Gam bar 13).
Pada 4 Mei, Wilihiman dan sekutu-sekutunya melayangkan tan-
tangan pertem puran dan m enanti di m edan pertem puran yang dipilih,
nam un tidak ada orang Widaia yang m uncul, sehingga m ereka pun
pulang.
Pada 10 Mei atau 11 Mei, ayah Ekitamalek memimpin serbuan
yang m elibatkan Gosi-Alua, Walalua, dan banyak laki-laki Wilihim an
ke kebun-kebun Widaia sem entara para laki-laki Wilihim an sisanya
dan kaum pe rem puan terus bekerja di kebun dan berlaku seolah-
olah segala se sua tunya biasa-biasa saja, sehingga Widaia tidak akan
m encurigai ada nya penyergapan. Para penyerbu m elihat dua orang
laki-laki Widaia se dang bekerja di kebun Widaia, sem entara orang
ketiga ber diri m enjaga di atas m enara pengawas. Selam a berjam -jam ,
para penyerbu m erayap sem akin dekat sam pai laki-laki Widaia yang
berjaga-jaga m elihat m ereka pada jarak 50 m eter. Ketiga orang Widaia
m e larikan diri, nam un para penyerang berhasil m enangkap salah
seorang yang bernam a Huwai, m enusuknya berulang-ulang dengan
tom bak, lalu kabur. Penyergapan balasan yang dilakukan Widaia di
wilayah Wilihim an tidak m em buahkan apa-apa. Huwai m engem buskan
http://facebook.com/indonesiapustaka

napas terakhir pada hari yang sam a. Tiga orang Wilihim an terluka
ringan dalam aksi hari itu. Wilihim an kini m erasa bahwa m ereka
telah m em balaskan dendam kem atian sekutu Gosi-Alua m ereka, dan
m erayakannya dengan m enari sam pai m alam .
Pada 25 Mei, para prajurit Gutelu di garis depan utara persekutuan
m e reka m enewaskan seorang laki-laki dari Konfederasi Asuk-Balek,
144 ● SATU BAB PENDEK, MENGENAI SUATU PERANG KECIL

yang bersekutu dengan Widaia dan berperan dalam kem atian tanggal
25 Agustus yang akan dijabarkan berikut ini.
Pada 26 Mei, kedua pihak melayangkan tantangan, melakukan
serbuan, dan berperang sam pai jauh petang, dan sesudahnya m ereka
pu lang. Dua belas orang Wilihim an terluka, tapi tidak ada yang serus.
Pada 29 Mei, Widaia melaporkan bahwa prajurit mereka yang ter-
luka pada 15 April baru saja m eninggal, m enyebabkan Wilihim an m e-
m ulai tarian perayaan yang terpaksa dihentikan karena ada laporan
ten tang serbuan Widaia di garis depan utara.
Orang-orang Widaia m erasa gelisah karena m ereka telah m en-
derita dua kem atian tanpa m am pu m em balas dendam . Pada 4 J uni
m e reka m engirim kan kelom pok penyergap yang berkem bang m enjadi
per tem puran yang m elibatkan sekitar 80 0 laki-laki, yang bubar karena
m alam turun. Tiga orang Wilihim an terluka ringan.
Pertem puran besar terjadi pada 7 J uni, m elibatkan 40 0 atau 50 0
pra jurit di m asing-m asnig pihak. Di antara hujan tom bak dan anak
panah dari kelom pok-kelom pok yang terpisah 20 m eter jauh nya,
orang-orang yang berkepala panas m elesat sam pai berjarak kurang
lebih 5 m eter dari m usuh, terus-m enerus m enghindar agar tidak ter-
kena hantam an. Sekitar 20 orang terluka.
J ejak kaki m enunjukkan bahwa Widaia m encoba m enyerang pada 8
J uni, nam un m ereka tidak terlihat.
Pada 10 J uni, Wilihim an sibuk m elaksanakan upacara, dan tidak
ada yang berkebun atau berjaga di m enara pengawas. Pada petang hari
yang panas, seorang laki-laki Wilihim an dan tiga anak laki-laki pergi
un tuk m eneguk air dingin di sungai, di m ana m ereka dikejutkan oleh
30 orang Widaia yang terbagi m enjadi dua kelom pok. Sewaktu ke lom -
pok pertam a m uncul, keem pat orang Wilihim an m elarikan diri, dan
kelom pok Widaia kedua yang bersem bunyi berupaya m em otong pe-
larian m ereka. Si laki-laki Wilihim an dan dua anak laki-laki berhasil
ka bur, nam un Wejakhe, anak laki-laki yang satu lagi, tidak bisa lari
cepat ka rena kakinya yang cedera, tertangkap, dilukai secara parah
http://facebook.com/indonesiapustaka

dengan tom bak, dan m eninggal m alam itu.


Pada 15 J uni, kerabat-kerabat Wejakhe dari Wilihim an m elak sa na-
kan serbuan yang gagal.
Pada 22 J uni, orang-orang Widaia m eneriakkan tantangan, dan
terjadi pertem puran yang m elibatkan kira-kira 30 0 laki-laki di m asing-
m asing pihak, disertai satu penyergapan. Em pat laki-laki terluka ri-
ngan. Seorang laki-laki Dloko-Mabel terluka parah akibat ujung panah
URUTAN KEJADIAN PERANG ● 145

yang patah dalam bahunya. Rekan-rekannya m encoba m engeluarkan


ujung panah itu, pertam a-tam a dengan m enggigit dan m enariknya de-
ngan gigi, kem udian dengan m engoperasinya (tanpa obat bius) dengan
pisau bam bu.
Pada 5 J uli, setelah 2 m inggu tanpa pertarungan, Wilihim an m e-
nyer bu sepetak kebun Widaia. Seorang laki-laki Wilihim an bernam a
J enokm a, yang lebih cepat daripada rekan-rekannya, dengan ge gabah
m elesat di depan tem an-tem annya m engejar enam orang Widaia yang
m elarikan diri, dicegat, dan ditom bak. Rekan-rekannya ka bur, dan
orang-orang Widaia m em bawa pergi jenazah J enokm a nam un m e-
ngem balikannya m alam itu dan m eletakkannya di lahan tidak bertuan
agar bisa diam bil oleh orang-orang Wilihim an. Tiga sekutu Wilihim an
dari Gosi-Alua terluka ringan. Orang-orang Wilihim an m erasa de presi:
m ereka berharap bisa m em bunuh, nam un kem atian justru terjadi
lagi di pihak m ereka. Seorang perem puan tua Wilihim an m eratap,
“Mengapa kalian coba bunuh orang-orang Widaia itu?” Seorang laki-
laki Wilihiman menyahut, “Orang-orang itu musuh kita. Mengapa kita
tidak boleh bunuh m ereka?—m ereka bukan m anusia.”
Pada 12 J uli, orang-orang Wilihim an m enghabiskan waktu seharian
m enanti di persem bunyian sam pai m ereka m engeluarkan tantangan
ter buka pada sekitar pukul 5 sore. Tapi pada hari itu turun hujan,
sehingga orang-orang Widaia tidak m enerim a tantangan itu ataupun
pergi berkebun.
Pada 28 J uli, orang-orang Widaia m elaksanakan serbuan yang ter-
deteksi oleh delapan laki-laki Wilihim an di m enara pengawas. Orang-
orang Wilihim an bersem bunyi dekat-dekat situ. Tidak m enyadari bah-
wa di sekitar m ereka ada orang-orang Wilihim an, orang-orang Wi-
daia m endekati m enara itu, dan salah seorang di antara m ereka m e-
m anjatnya untuk m elihat-lihat. Pada saat itu, orang-orang Wilihim an
yang bersem bunyi m elom pat keluar. Orang-orang Widaia yang berada
di atas tanah m elarikan diri, sedangkan laki-laki yang berada di atas
m enara m en coba m elom pat turun nam un tidak cukup cepat. Dia
http://facebook.com/indonesiapustaka

pun tertangkap dan dibunuh. Malam itu, orang-orang Wilihiman


m engem balikan jena zah nya ke orang-orang Widaia.
Pada 2 Agustus, satu pertem puran kecil terjadi ketika se ekor babi
Widaia entah dicuri oleh Wilihim an atau tersasar dari wilayah Widaia.
Pada 6 Agustus, pertem puran besar pecah di antara orang-orang
Wilihim an, Widaia, dan sekutu kedua belah pihak. J uga ter jadi per-
tem puran paralel antara para anak laki-laki Widaia dan Wilihim an,
146 ● SATU BAB PENDEK, MENGENAI SUATU PERANG KECIL

bahkan yang baru berusia enam tahun. Mereka berdiri berhadap-


hadapan di sisi sungai yang berseberang-seberangan, sa ling m enem -
bakkan anak panah, dipanas-panasi oleh laki-laki yang lebih tua. Hanya
lim a orang yang terluka ringan, sebab pertem puran itu m enyusut
sehingga lebih menjadi saling ejek, bukan pertarungan isik. Sejumlah
contoh makian: “Kalian perempuan, kalian pengecut.” “Mengapa kalian
punya begitu banyak perem puan padahal status kalian begitu rendah?”
“Aku punya lim a istri, dan aku akan kawini lim a lagi, sebab aku hidup
di tanahku sendiri. Kalian buronan yang tak punya ta nah, m aka itu
kalian tak punya istri.”
Pada 16 Agustus, berlangsung satu lagi pertem puran besar yang
m enyeret-nyeret sekutu kedua pihak. Setidaknya 20 laki-laki ter luka,
salah satunya barangkali m engalam i luka serius akibat anak pa nah
yang kena perutnya. Orang-orang Wilihim an m e rasa tegang, tertekan
oleh ketidakm am puan m ereka m em balas dua ke m a tian yang belum
lam a terjadi, dan terobsesi untuk lekas-le kas m em bunuh m usuh. Arwah
nenek m oyang m enginginkan balas den dam , yang belum berhasil
mereka laksanakan sendiri. Mereka merasakan bahwa arwah nenek
m oyang tidak lagi m endukung m ereka, dan bahwa m ereka hanya bisa
bergantung kepada diri sendiri; rasa takut itu m enurunkan gairah
m ereka bertarung.
Pada 24 Agustus, seorang perem puan Widaia yang kesal kepada
suam inya kabur ke tanah Wilihim an guna m encari perlindungan.
Seke lom pok Wilihim an ingin m em bunuhnya sebagai pem balasan atas
kem atian J enokm a pada 5 J uli, nam un m ereka berhasil dibujuk untuk
tidak m e la ku kannya.
Pada 25 Agustus, seperti yang saya tuturkan di Bab 2, em pat laki-
laki Asuk-Balek dari sisi seberang Sungai Baliem datang m engunjungi
kerabat dua orang di antara mereka di daerah Dloko-Mabel. Mereka
tidak se ngaja bertem u sekelom pok Wilihim an, yang langsung m e-
nyadari bahwa orang-orang Asuk-Balek m erupakan sekutu m usuh, dan
dua orang yang tidak punya kerabat di tem pat itu pun harus dibunuh.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Satu di an tara dua orang itu berhasil kabur, nam un yang satu lagi
ditaklukkan dan dibunuh. Sewaktu para laki-laki Wilihim an m enyeret
laki-laki Asuk-Balek yang sekarat itu, anak-anak laki-laki kecil berlarian
di sisinya, m enusuk-nusuk tubuhnya dengan tom bak-tom bak kecil.
Pem bunuhan itu m em icu sorak-sorai dan nyanyian liar di m ana-m ana
di antara orang-orang Wilihim an, diikuti oleh tarian perayaan. Orang
Wilihim an m e nyim pulkan bahwa orang Asuk-Balek itu telah diarahkan
URUTAN KEJADIAN PERANG ● 147

ke m ereka oleh arwah-arwah nenek m oyang m ereka, atau kalau tidak


oleh roh J enokm a. Walaupun pem bunuhan itu belum im pas (ke-
m atian hanya satu m usuh sebagai pem balasan atas kem atian dua orang
Wilihim an sebelum nya), ketegangan berkurang. Pem bunuhan bahkan
satu m usuh saja pun m erupakan pertanda jelas bahwa arwah-arwah
nenek m oyang m em bantu m ereka lagi.
Pada awal Septem ber, serbuan Widaia m enewaskan seorang anak
laki-laki bernam a Digiliak, sem entara serbuan oleh Gutelu m em bunuh
dua orang Widaia. Hari berikutnya, peperangan m endadak ber akhir di
garis depan selatan Gutelu karena didirikannya pos patroli Belanda di
sana, nam un peperangan berlanjut di garis depan Gutelu lainnya.
Setiap tindakan yang dijabarkan hanya m enghasilkan akibat-
akibat kentara yang terbatas, sebab hanya sedikit sekali orang yang
tewas dan tidak ada populasi yang terusir dari tanahnya. Lim a
tahun kem u dian, pada 4 J uni 1966, terjadi pem ban taian berskala
besar. Akar penyebabnya adalah ketegangan dalam Per sekutuan
Gutelu, antara pem im pin persekutuan itu, Gutelu dari Konfederasi
Dloko-Mabel, dan para pemimpin yang cemburu dari Konfederasi
Wilihim an-Walalua dan Konfederasi Gosi-Alua yang ber sekutu.
Bebe rapa dasawarsa sebelum nya, kedua konfederasi yang dise but-
kan terakhir tadinya berperang dengan Konfederasi Dloko-Mabel
sam pai terjadi pergantian persekutuan. Tidak jelas apakah Gutelu
sendiri yang m eren canakan serangan terhadap m antan-m antan m u-
suhnya, ataukah dia tidak m am pu m enahan anggota-anggota kon-
federasinya sendiri yang berkepala panas. Bila yang benar adalah ke-
m ungkinan kedua, m aka kejadian itu m enggam barkan satu tem a yang
sering berulang di antara m asyarakat-m asyarakat tribal yang tidak
m em iliki kepem im pinan kuat dan m onopoli kekuatan seperti yang
ada pada kedatuan dan m asyarakat negara. Serangan itu dijadwalkan
secara berhati-hati pada hari ketika m isionaris setem pat dan polisi
Indonesia (yang m engam bil alih kendali atas Papua sebelah barat
dari Belanda pada 1962) kebetulan sedang pergi. Para prajurit Dloko-
http://facebook.com/indonesiapustaka

Mabel dan anggota-anggota Persekutuan Gutelu lainnya dari utara me-


nyelinap m enyeberangi Sungai Elogeta ketika fajar, tersem bunyi oleh
kabut, guna m enyerang anggota-anggota Persekutuan Gutelu sebelah
selatan. Dalam sejam , 125 orang dewasa dan anak-anak, laki-laki m au-
pun perem puan, dari sebelah selatan tewas atau sekarat, lusinan pe-
m u kim an dibum ihanguskan, dan persekutuan-persekutuan lain yang
su dah diberitahu soal serangan yang akan dilakukan pun ikut datang
148 ● SATU BAB PENDEK, MENGENAI SUATU PERANG KECIL

untuk m encuri babi. Orang-orang selatan nyaris saja tum pas se an-
dainya saja m ereka tidak m enerim a bantuan dari persekutuan lain
yang terletak lebih ke selatan dan tadinya m erupakan sekutu m ereka.
Hasilnya, selain sem ua kem atian itu, adalah kaburnya orang-orang
selatan sem akin jauh ke selatan, dan perpecahan dalam Perse kutuan
Gutelu antara orang-orang selatan dan orang-orang utara. Pem -
bantaian sem acam itu adalah peristiwa yang jarang terjadi dengan
akibat-akibat besar. Karl Heider diberitahu m engenai em pat pem -
bantaian, pem ba kar an desa, penjarahan babi, dan perpindahan
populasi lain sem acam itu antara 1930 -an dan 1962.

Ko rban te w as d alam p e ran g


Seluruh pertarungan yang berlangsung antara April dan awal Sep-
tem ber 1961 m enghasilkan hanya sekitar 11 kem atian di garis depan
selatan. Bahkan pem bantaian pada 4 J uni 1966 m enim bulkan korban
tewas se banyak 125 saja. Bagi kita yang telah m elewati abad ke-20
dan dua perang du nia, angka itu sedem ikian rendah sehingga tidak
pantas disem ati nam a perang. Coba pikirkan jum lah korban tewas yang
jauh lebih tinggi dalam sejarah perang m odern: 2.996 orang Am erika
terbunuh da lam waktu sejam dalam serangan ke World Trade Center
pada 11 Septem ber 20 0 1; 20 .0 0 0 prajurit Britania terbunuh dalam
satu hari, 1 J uli 1916, dalam Pertem puran Som m e saat Perang Dunia
I, terbantai se waktu m ereka m aju m enyerang m elintasi lahan terbuka
m enuju garis pertahanan J erm an yang bersenjatakan banyak senapan
m esin; sekitar 10 0 .0 0 0 orang J epang terbunuh pada atau setelah 6
Agustus 1945, oleh bom atom Am erika yang dijatuhkan di Hiroshim a
(Gam bar 37); dan total korban jiwa m elebihi 50 .0 0 0 .0 0 0 akibat Perang
Dunia II. Bila dibandingkan dengan itu sem ua, pertarungan Dani yang
baru saja saya rangkum hanyalah perang kecil, itu juga kalau bisa
dianggap perang.
Iya, bila diukur dari jum lah m utlak orang yang terbunuh, Perang
Dani memang kecil. Namun negara-negara yang terlibat dalam Perang
http://facebook.com/indonesiapustaka

Dunia II berpenduduk jauh lebih banyak, dan m enawarkan jauh


lebih banyak calon korban, daripada kedua persekutuan yang ter-
libat dalam perang Wilihim an-Widaia. Kedua persekutuan itu ba-
rangkali berjum lah total 8.0 0 0 jiwa, sem entara peserta-peserta utam a
Perang Dunia II berpenduduk pada kisaran puluhan juta sam pai nya-
ris satu m iliar. J um lah korban tewas relatif Perang Dani—jum lah
orang Dani yang terbunuh sebagai persentase total penduduk yang ter-
KORBAN TEWAS DALAM PERANG ● 149

libat—m enyaingi atau bahkan m engalahkan jum lah korban tewas yang
dialam i oleh AS, negara-negara Eropa, J epang, atau Tiongkok dalam
kedua perang dunia. Misalnya, ke-11 kematian yang diderita oleh kedua
persekutuan Dani di garis depan selatan Gutelu saja, dalam enam
bulan antara April dan Septem ber 1961, m erupakan sekitar 0 ,14% dari
populasi kedua persekutuan itu. Itu lebih tinggi daripada persentase
angka kem atian (0 ,10 %) dari pertem puran paling m em akan korban
di garis depan Pasiik selama Perang Dunia II: perebutan Okinawa
selam a tiga bulan, yang m enggunakan pesawat pem bom , pesawat
kam ikaze, artileri, dan penyem bur api, dengan korban tewas 264.0 0 0
jiwa (23.0 0 0 prajurit Am erika, 91.0 0 0 prajurit J epang, dan 150 .0 0 0
orang Okinawa), dari total populasi Am erika/ J epang/ Okinawa saat itu
yang berjum lah kira-kira 250 .0 0 0 .0 0 0 . Ke-125 laki-laki, perem puan,
dan anak-anak yang terbunuh dalam waktu sejam dalam pem bantaian
Dani pada 4 J uni 1966 m erupakan sekitar 5% populasi sasaran
(sekitar 2.50 0 ), konfederasi-konfederasi selatan dalam Persekutuan
Gutelu. Untuk m enyam ai persentase itu, bom atom Hiroshim a harus
m em bunuh 4.0 0 0 .0 0 0 , bukan 10 0 .0 0 0 orang J epang, dan serangan
World Trade Center harus m em bunuh 15.0 0 0 .0 0 0 , bukan 2.996 orang
Am erika.
Menurut standar dunia, Perang Dani kecil hanya karena populasi
Dani yang berisiko terbunuh juga kecil. Menurut standar populasi se-
tem pat yang terlibat, Perang Dani itu besar. Dalam bab berikutnya kita
akan lihat bahwa kesim pulan itu juga berlaku bagi peperangan tra disio-
nal secara um um .
http://facebook.com/indonesiapustaka
BAB 4

Bab yang Lebih Panjang,


Mengenai Banyak Perang

Deinisi perang ▪ Sumber-sumber informasi ▪ Bentuk-bentuk


peperangan tradisional ▪ Tingkat kematian ▪ Kemiripan dan perbedaan
▪ Mengakhiri perang ▪ Efek kontak dengan orang-orang Eropa ▪ Hewan
yang gemar berperang, manusia yang pecinta damai ▪ Motif perang
tradisional ▪ Penyebab mendasar ▪ Siapa yang diperangi? ▪ Melupakan
Pearl Harbor

Deinisi perang
Peperangan tradisional, seperti yang digam barkan oleh Perang Dani
yang dijabarkan dalam bab sebelum nya, banyak ditem ukan di m ana-
m ana nam un tidak selalu ada di antara m asyarakat-m asyarakat ber -
ska la kecil. Itu m enim bulkan banyak pertanyaan yang telah diper-
debatkan dengan sengit. Misalnya, bagaimana seharusnya perang di-
deinisikan, dan apakah yang disebut perang tribal itu memang betul-
betul perang? Bagaim anakah jum lah korban tewas dalam peperangan
m asyarakat kecil dibandingkan dengan jum lah korban tewas dalam
pe perangan negara? Apakah peperangan m eningkat atau berkurang ke-
tika m asyarakat berskala kecil m enjalin kontak dan dipengaruhi oleh
http://facebook.com/indonesiapustaka

orang-orang Eropa dan m asyarakat-m asyarakat lain yang lebih ter sen -
tralisasi? Apabila pertarungan antara kelom pok sim panse, singa, se ri-
gala, dan hewan-hewan sosial lain m erupakan pendahulu pe pe rangan
m anusia, apakah itu m enunjukkan bahwa tam paknya ada dasar genetis
bagi peperangan? Di antara berbagai m asyarakat m a nu sia, ada kah m a-
syarakat yang sangat dam ai? Bila iya, m engapa? Dan: apa m otif serta
penyebab peperangan tradisional?
DEFINISI PERANG ● 151

Mari kita mulai dengan pertanyaan berupa bagaimana mendei-


nisikan peperangan. Kekejam an m anusia berm acam -m acam ben tuk-
nya, hanya sebagian yang biasanya dianggap m erupakan perang. Siapa
pun akan setuju bahwa pertem puran antara pasukan-pasukan besar
yang terdiri atas prajurit-prajurit profesional yang m engabdi kepada
pe m e rintah negara-negara yang bersaing yang telah m engeluarkan per-
nyataan perang resm i m erupakan perang. Keba nyakan orang juga akan
setuju bahwa ada bentuk-bentuk kekejam an m anusia yang bukan m e-
ru pakan perang, m isalnya pem bunuhan individu (direnggutnya nyawa
seorang individu oleh individu lain yang m erupakan anggota unit po-
litik yang sam a), atau perseteruan keluarga dalam unit politik yang
sama (misalnya perseteruan antara keluarga Hatield dan keluarga
McCoy di Amerika Serikat bagian timur yang dimulai sekitar 1880).
Kasus-kasus yang m engam bang di perbatasan antara lain kekejam an
yang berlangsung berulang-ulang antara kelom pok-kelom pok rival da-
lam unit politik yang sam a, m isalnya pertarungan antara geng-geng di
per kotaan (biasa disebut "perang geng"), antara kartel-kartel narkoba,
atau faksi-faksi politik yang pertarungannya belum lagi m encapai tahap
perang saudara yang dim aklum atkan (m isalnya pertarungan antara
m ilisi-m ilisi bersenjata kaum fasis dan kaum sosialis di Italia dan
Jerman yang mengarah ke pengambilalihan kekuasaan oleh Mussolini
dan Hitler). Di m ana harus kita tarik garis batasnya?
J awaban bagi pertanyaan itu m ungkin bergantung kepada tujuan
pe nelitian. Bagi para calon prajurit yang sedang berlatih di aka-
dem i m iliter yang disponsori negara, m ungkin sepatutnya kisah-kisah
kekejam an antara persekutuan-persekutuan Dani yang dituturkan
di Bab 3 tidak disertakan dalam deinisi peperangan. Tapi, untuk
tujuan-tujuan kita dalam buku ini, yang m em bahas tentang ke se lu -
ruh an kisaran fenom ena yang diam ati dari kawanan m anusia ter-
ke cil berjum lah 20 jiwa sam pai negara terbesar yang berpenduduk
lebih daripada semiliar jiwa, kita harus mendeinisikan peperangan
dalam cara yang tidak m engabaikan peperangan tradisional an tara
http://facebook.com/indonesiapustaka

kawanan-kawanan kecil. Seperti argumen Steven LeBlanc, “Deinisi


perang tidak boleh digantungkan kepada ukuran kelom pok atau m e-
tode pertarungan bila kita ingin deinisi itu bermanfaat dalam mem-
pelajari peperangan masa lalu... Banyak cendekiawan mendeinisikan
peperangan sedem ikian rupa sehingga kata tersebut m engacu ke -
pada sesuatu yang hanya bisa terjadi pada m asyarakat kom pleks yang
m enggunakan perkakas logam [yaitu pertem puran yang dirancang dan
152 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

prajurit profesional]. Mereka percaya segala hal lainnya—taruhlah satu


atau dua serbuan yang kadang-kadang dilangsungkan—bukanlah pe-
perangan "sungguhan", m elainkan sesuatu yang lebih m irip dengan
per m ainan dan bukan hal yang perlu terlalu dipedulikan. Tapi, pen-
dekatan atau sikap sem acam itu m encam pur-adukkan m etode pe-
rang dengan akibat perang... Apakah konlik antara unit-unit politik
yang m andiri m enyebabkan kem atian dalam jum lah cukup besar dan
hilangnya teritori, sekaligus m enyebabkan sebagian teritori m enjadi
tidak berguna karena terlalu berbahaya untuk ditinggali? Apakah
orang-orang m enghabiskan banyak sekali waktu dan energi untuk
m em pertahankan diri?... Bila pertarungan m enyebabkan dam pak-
dampak signiikan terhadap manusia, maka itulah yang disebut
perang, terlepas dari ba gaim ana pertarungan itu dilangsungkan.” Dari
perspektif itu, perang harus dideinisikan secara cukup luas agar men-
cakup juga pertarungan Dani yang dijabarkan di Bab 3.
Coba kita tengok satu deinisi perang yang cukup tipikal, dari
Encyclopaedia Britannica edisi ke-15: “Suatu negara biasanya m em -
buka dan menyatakan konlik bermusuhan bersenjata antara unit-unit
politik, m isalnya negara atau bangsa atau antara faksi-faksi politik yang
bersaing dalam negara atau bangsa yang sam a. Perang dicirikan oleh
kekejam an yang disengaja oleh kum pulan banyak individu yang dengan
sengaja diorganisasi dan dilatih untuk am bil bagian dalam kekejam an
sem acam itu... Perang um um nya dipaham i sebagai hanya m elibatkan
konlik bersenjata dalam skala cukup besar, biasanya tidak mencakup
konlik-konlik yang melibatkan kurang daripada 50.000 kombatan.”
Seperti banyak deinisi perang yang sekilas tampak masuk akal, yang
ini terlalu sem pit bagi tujuan-tujuan kita, karena m ensyaratkan
"kum pulan banyak individu yang dengan sengaja diorganisasi dan
dilatih", sehingga deinisi tersebut menolak kemungkinan bahwa pe-
perangan dapat terjadi dalam m asyarakat kawanan kecil. Persyaratan
m anasukanya berupa setidaknya 50 .0 0 0 kom batan, lebih daripada
enam kali lipat populasi total (prajurit laki-laki, perem puan, dan anak-
http://facebook.com/indonesiapustaka

anak) yang terlibat dalam Perang Dani di Bab 3, dan jauh lebih besar
daripada sebagian besar m asyarakat berskala kecil yang dibahas dalam
bab ini.
Oleh karena itu, para cendekiawan yang m em pelajari m asyarakat-
masyarakat berskala kecil telah merumuskan berbagai deinisi alter-
natif yang lebih luas untuk perang, yang m irip satu sam a lain dan
biasa nya m em butuhkan tiga unsur. Unsur pertam a adalah kekejam an
SUMBER-SUMBER INFORMASI ● 153

yang dilakukan oleh kelom pok berukuran berapa pun, tapi tidak oleh
individu yang sendirian saja. (Pem bunuhan yang dilakukan oleh satu
individu dianggap sebagai pem bunuhan, bukan perang.) Satu lagi
unsur adalah kekejam an itu berlangsung antara kelom pok-kelom pok
yang m e rupakan bagian dua unit politik berbeda, bukan bagian satu
unit politik yang sam a. Unsur yang terakhir adalah kekejam an itu harus
disetujui oleh seluruh unit politik, bahkan m eskipun hanya se bagian
anggota unit itu yang m elaksanakan kekejam an tersebut. Dengan
demikian, pembunuhan antara keluarga Hatield dan keluarga McCoy
bukan m erupakan perang, sebab kedua keluarga m erupakan bagian
unit politik yang sam a (Am erika Serikat) sem entara AS sebagai ke-
seluruhan tidak m enyetujui perseteruan keluarga itu. Unsur-unsur ini
bisa digabungkan menjadi deinisi pendek perang yang akan saya gu-
nakan dalam buku ini, yang mirip dengan deinisi-deinisi yang di-
rum uskan oleh cendekiawan-cendekiawan lain yang m em pelajari
m a sya rakat berskala kecil m aupun m asyarakat negara: “Perang ada-
lah kekejam an yang berlangsung berulang-ulang antara kelom pok-ke-
lom pok yang m erupakan bagian unit-unit politik yang bersaing, dan
disetujui oleh unit-unit m ereka.”

Su m be r-s u m be r in fo rm as i
Tuturan dalam Bab 3 m engenai peperangan Dani m ungkin m e nun juk-
kan bahwa tam paknya m em pelajari perang tradisional sungguh m udah:
kirim mahasiswa S2 dan kru ilm, amati dan rekam pertempuran, hitung
berapa prajurit terluka dan tewas yang dibawa pulang, dan wawancara
orang-orang yang am bil bagian dalam perang untuk m engetahui lebih
banyak perincian. Itulah bukti yang tersedia bagi kita m engenai pe-
perangan Dani. Bila kita punya ratusan penelitian sem acam itu, tidak
akan ada perdebatan m engenai ada-tidaknya perang tradisional.
Tapi sebenarnya, untuk beberapa alasan yang gam blang, peng-
am atan langsung terhadap perang tradisional oleh cendekiawan yang
m em bawa kam era sungguh jarang, dan ada sejum lah kontroversi m e-
http://facebook.com/indonesiapustaka

ngenai seperti apa perang tradisional bila tidak ada pengaruh Eropa.
Selagi orang-orang Eropa menyebar ke seluruh dunia sejak 1492 M
dan m enjum pai serta m enaklukkan bangsa-bangsa non-Eropa, salah
satu hal pertam a yang pem erintahan Eropa lakukan adalah m enekan
pe perangan tradisional: dem i keam anan orang-orang Eropa sendiri,
dan dem i m engelola daerah-daerah yang ditaklukkan, serta bagian
m isi m em buat bangsa-bangsa lain itu lebih beradab. Pada waktu sains
154 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

antropologi m em asuki era kelim pahan penelitian lapangan dan m a ha-


siswa S2 yang berdana baik setelah Perang Dunia II, sebagian sa ngat
besar peperangan di antara m asyarakat tradisional berskala kecil hanya
berlangsung terbatas di Papua dan beberapa bagian Am erika Selatan.
Peperangan sem acam itu telah berakhir jauh lebih dulu di pulau-pulau
Pasiik lain, Amerika Utara, Australia Aboriginal, Afrika, dan Erasia,
walaupun bentuk-bentuk m odern-nya belum lam a ini m uncul kem bali
di sejum lah wilayah, terutam a Afrika dan Papua.
Bahkan di Papua dan Am erika Selatan, akhir-akhir ini kesem patan
bagi ahli antropologi untuk m engam ati langsung peperangan tra-
disional telah m enjadi terbatas. Pem erintah tidak m enginginkan
m asalah dan sorotan m edia yang tim bul kalau ada orang luar yang
rentan dan tidak bersenjata diserang oleh suku-suku yang sedang
berperang. Pem e rin tah juga tidak ingin ahli antropologi dipersenjatai,
m enjadi wakil pertam a m a syarakat negara untuk m em asuki daerah
kesukuan yang belum dida m aikan, dan m encoba sendiri untuk
m engakhiri peperangan de ngan kekuatan. Oleh karena itu di Papua
dan Am erika Selatan ada pem batasan-pem batasan perjalanan yang
dikeluarkan pem erintah sam pai suatu daerah dianggap telah didam ai-
kan dan am an bagi sem ua orang untuk berkunjung. Terlepas dari
itu, sejum lah cendekiawan dan m isionaris telah berhasil bekerja di
daerah-daerah di m ana pertarungan m asih berlangsung. Contoh-
contoh yang m enonjol adalah para pengam at pada tahun 1961 di
daerah Dani, di m ana sudah ada pos patroli Belanda yang didirikan
di Lem bah Baliem , nam un Ekspedisi Harvard diizinkan beroperasi di
luar daerah yang dikontrol pem erintah; penelitian keluarga Kuegler
di antara orang-orang Fayu di Papua Indonesia yang dim ulai pada
1979; dan penelitian Napoleon Chagnon di antara orang-orang Indian
Yanom am o di Venezuela dan Brazil. Tapi, bahkan dalam penelitian-
penelitian yang m em ang m enghasilkan sejum lah pengam atan langsung
atas peperangan, banyak atau sebagian besar perincian tetap bu kan
m erupakan hasil pengam atan langsung oleh orang Barat yang m enu-
http://facebook.com/indonesiapustaka

liskannya, m elainkan m e ru pa kan tuturan orang-kedua dari inform an


setem pat: m isalnya, catatan terperinci J an Broekhuijse m engenai siapa
yang terluka dalam setiap pertem puran Dani, dalam kondisi apa, dan di
bagian tubuh se belah m ana.
Sebagian besar inform asi kita m engenai peperangan tradisional se-
pe nuhnya berasal dari orang kedua dan didasarkan kepada penuturan
yang diberikan oleh orang-orang am bil bagian dalam peperangan
SUMBER-SUMBER INFORMASI ● 155

kepada para pengunjung dari Barat, ataupun berdasarkan pengam atan


sendiri oleh orang-orang Eropa (m isalnya pejabat pem erintah, pen-
je la jah, dan pedagang) yang bukan m erupakan ilm uwan terlatih yang
mengumpulkan data untuk disertasi doktoral. Misalnya, banyak orang
Papua telah m elaporkan pengalam an m ereka sendiri dalam peperangan
tradisional kepada saya. Tapi, dalam sem ua kunjungan saya ke Papua
timur yang dikendalikan Australia (sekarang Papua Nugini mer-
deka) m aupun Papua barat yang dikendalikan Indonesia, saya tidak
pernah secara pribadi m elihat orang-orang Papua m enyerang orang-
orang Papua lain. Pem erintah Australia m aupun Indonesia tidak akan
pernah m engizinkan saya m em asuki daerah di m ana pertarungan m a-
sih berlangsung, bahkan m eskipun saya ingin m elakukannya, dan saya
m em ang tidak punya niat m elakukan itu.
Kebanyakan orang Barat yang m engam ati dan m enjabarkan pe-
perangan tradisional bukanlah cendekiawan profeisonal. Misalnya,
Sabine Kuegler, putri pasangan m isionaris Klaus dan Doris Kuegler,
m enjabarkan dalam bukunya yang terkenal Child of the Jungle ba-
gaim ana, sewaktu dia m asih berusia enam tahun, pertarungan m eng-
gunakan busur dan anak panah pecah di antara orang-orang Fayu dari
klan Tigre (keluarga Kuegler hidup bersam a m ereka) dan para pela-
wat dari klan Sefoidi, dan bagaim ana dia m elihat anak-anak panah
be ter bangan di sekelilingnya dan orang-orang terluka dibawa pergi
m enggunakan sam pan. Serupa dengan itu, pastor Spanyol J uan Crespí,
salah seorang anggota Ekspedisi Gaspar de Portolá, yang m erupakan
ekspedisi darat orang-orang Eropa pertam a yang m encapai orang-
orang Indian Chum ash di pesisir selatan California, pada 1769– 1770 ,
m e nuliskan secara terperinci tentang kelom pok-kelom pok Chum ash
yang saling m em anah.
Satu m asalah yang berkaitan dengan sem ua tuturan tentang pe-
perangan tradisional oleh pengam at luar (biasanya orang Eropa), en-
tah itu ahli antropologi atau orang awam , m engingatkan kepada Asas
Ketidakpastian Heisenberg dalam isika: pengamatan itu sendiri meng-
http://facebook.com/indonesiapustaka

ganggu fenom ena yang diam ati. Dalam antropologi, ini berarti bahwa
se m ata keberadaan orang luar pun tak pelak berefek besar terhadap
m a syarakat yang tadinya "belum tersentuh". Pem erintah negara secara
rutin m enerapkan kebijakan sadar untuk m enyudahi peperangan tra-
disional: m isalnya, tujuan pertam a para perwira patroli Australia pada
abad ke-20 di Teritori Papua dan Nugini, sewaktu memasuki area baru,
ada lah m enghentikan peperangan dan kanibalism e. Orang luar bukan-
156 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

pem erintah m ungkin m encapai hasil yang sam a dengan cara-cara yang
berbeda. Misalnya, Klaus Kuegler pada akhirnya harus mendesak agar
klan Fayu yang m enjadi tuan rum ahnya berhenti bertarung di se kitar
rum ahnya dan pergi ke tem pat lain bila m au saling m em anah, kalau
tidak dia dan keluarganya terpaksa angkat kaki dem i ke se la m at an
dan kedam aian m ereka sendiri. Orang-orang Fayu setuju, dan secara
perlahan-lahan berhenti bertarung sepenuhnya.
Itu adalah contoh-contoh orang Eropa yang secara sengaja m eng-
akhiri atau m engurangi pertarungan kesukuan, nam un ada juga se-
jum lah klaim bahwa orang-orang Eropa secara sengaja m em provokasi
per tarungan kesukuan. Ada juga banyak cara orang luar, m elalui
aktivitas atau pun sekadar keberadaan m ereka, m ungkin secara tidak
sengaja m e ningkatkan atau m engurangi pertarungan. Dengan dem i-
kian, setiap kali se orang pengunjung dari luar m elaporkan hasil peng-
am atan tentang pe pe rangan (atau tidak adanya peperangan) tradi-
sional, tak pelak ada ketidakpastian m engenai seperti apa pertarungan
yang m ungkin ter jadi seandainya tidak ada pengam at dari luar. Saya
akan kem bali ke per ta nyaan tersebut nanti dalam bab ini.
Salah satu pendekatan alternatif adalah m em pelajari bukti-buk ti
pertarungan kesukuan yang tercatat dalam bukti arkeologis yang dibuat
sebelum kedatangan orang luar. Pendekatan ini m em iliki keunggul-
an yaitu m enyingkirkan sepenuhnya pengaruh pengam at luar se m en-
tara. Tapi, dalam analogi dengan Asas Ketidakpastian Heisenberg, kita
m endapatkan keunggulan nam un juga m em peroleh kekurangan: fakta-
fakta sem akin tidak pasti, karena pertarungan tidak diam ati langsung
m aupun dijabarkan sesuai laporan dari saksi setem pat, m elainkan
disim pulkan dari bukti arkeologis, yang juga dapat dipengaruhi ber-
bagai ketidakpastian. Salah satu jenis bukti tidak terbantahkan tentang
per tarungan adalah tum pukan kerangka, dikuburkan bersam a-sam a
tan pa tanda-tanda yang biasanya terlihat pada pem akam an secara pa-
tut yang disengaja, dengan bekas-bekas irisan atau patahan pada tulang
yang dapat dikenali sebagai akibat senjata atau perkakas. Bekas-bekas
http://facebook.com/indonesiapustaka

se m acam itu m encakup tulang yang ditancapi m ata panah, tulang de-
ngan bekas irisan akibat senjata tajam sem isal kapak, tengkorak de-
ngan bekas irisan lurus m em anjang yang m erupakan indikasi kulit
ke pa la dikuliti, atau tengkorak dengan dua ruas tulang be la kang
pertam a yang m asih m elekat, biasanya m erupakan akibat pe m enggalan
kepala (misalnya untuk adat mengayau). Misalnya, di Talheim di
Jerman baratdaya, Joachim Wahl dan Hans König mempelajari 34
SUMBER-SUMBER INFORMASI ● 157

kerangka yang ternyata bisa diidentiikasi sebagai 18 orang dewasa


(sem bilan laki-laki, tujuh perem puan, dan dua dengan jenis kelam in
tidak diketahui) dan 16 anak-anak. Mereka ditumpukkan secara
sembarangan pada sekitar 5000 SM dalam satu lubang tanpa bekal ku-
bur yang biasanya diasosiasikan dengan pem akam an penuh horm at
oleh kerabat. Bekas-bekas irisan yang tidak sem buh di perm ukaan
belakang kanan 18 tengkorak m enunjukkan bahwa orang-orang itu te-
was akibat hantam an dari belakang m enggunakan setidaknya enam
ka pak berbeda, yang jelas diayunkan oleh penyerang bertangan kanan.
Korban-korban itu usianya berm acam -m ucam , m ulai dari kanak-
kanak sam pai seorang laki-laki berusia sekitar 60 tahun. J elaslah, ke-
seluruhan kelom pok yang terdiri dari setengah lusin keluarga dibantai
secara ber sa m aan oleh kelom pok penyerang yang jauh lebih besar.
J enis-jenis lain bukti arkeologis tentang peperangan mencakup
temuan senjata, baju zirah, dan perisai, serta perbentengan. Meskipun
keberadaan senjata bukanlah tanda-tanda perang yang jelas, karena
tombak, busur, dan anak panah bisa digunakan untuk memburu hewan
maupun membunuh manusia, kapak tempur dan tumpukan peluru
ketapel besar me mang merupakan bukti perang, sebab hanya atau
terutama digunakan untuk membunuh manusia, bukan hewan. Peng-
gunaan senjata dalam perang telah dijabarkan secara etnograis di
antara ba nyak masyarakat tradisional yang masih ada, termasuk orang-
orang Papua, Aborigin Australia, dan Inuit. Oleh karena itu, temuan
berupa baju zirah dan perisai yang serupa di situs-situs arkeologis
merupakan buk ti pertarungan pada masa lalu. Tanda-tanda arkeologis
pe perangan lainnya adalah perbentengan, misalnya tembok, parit,
gerbang per ta han an, dan menara untuk meluncurkan senjata lempar ke
musuh yang mencoba memanjat tembok. Misalnya, ketika orang-orang
Eropa mulai ber mu kim di Selandia Baru pada awal 180 0 -an, populasi
Maori pribumi memiliki benteng-benteng bukit, disebut pa, yang pada
awalnya digu nakan untuk memerangi satu sama lain dan akhirnya juga
untuk meme rangi orang-orang Eropa. Ada sekitar seribu pa Maori
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang dike tahui, banyak di antaranya diekskavasi secara arkeologis dan


berasal dari berabad-abad sebelum kedatangan orang-orang Eropa,
namun serupa dengan yang digunakan oleh orang-orang Maori abad
ke-19 se perti yang disaksikan oleh orang-orang Eropa. Oleh karena
itu tidak diragukan bahwa orang-orang Maori saling berperang lama
sebelum orang-orang Eropa tiba.
158 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

Terakhir, situs-situs pem ukim an arkeologis lain terletak di lokasi-


lokasi di puncak bukit, puncak tebing, atau lereng tebing yang tidak
m asuk akal kecuali sebagai pertahanan terhadap serangan m usuh.
Contoh-contoh yang akrab antara lain pem ukim an Indian Anasazi
di Mesa Verde dan tempat-tempat lain di AS Barat Daya, di langkan
dan tonjolan tebing yang hanya bisa dicapai dengan tangga. Posisi pe-
m ukim an yang terletak jauh di atas dasar lem bah berarti air dan segala
pasokan lain harus diangkat ke sana sejauh ratusan m eter. Ketika
orang-orang Eropa tiba di AS Barat Daya, orang-orang Indian m eng-
gunakan situs-situs sem acam itu sebagai tem pat pelarian untuk ber-
sem bunyi atau berlindung dari orang-orang Eropa yang m enyerang.
Oleh karena itu dianggap bahwa pem ukim an-pem ukim an di te bing
yang secara arkeologis dijabarkan berasal dari berabad-abad se-
be lum tibanya orang-orang Eropa juga digunakan sebagai per ta-
hanan terhadap orang-orang Indian yang m enyerang; pe m anfaatan
situs-situs sem acam itu sem akin m eningkat seiring m e ningkatnya
juga kepadatan penduduk dan bukti kekejam an. Bila sem ua bukti
arkeologis itu belum cukup, lukisan-lukisan batu yang berasal dari Kala
Pleistosen Atas m enunjukkan pertarungan antara kelom pok-kelom -
pok yang berlawanan, m enggam barkan orang-orang yang ditom bak,
dan m enggam barkan kelom pok-kelom pok orang yang saling ber tarung
dengan busur, anak panah, perisai, tom bak, dan gada. Karya seni
canggih dalam tradisi itu dari m asa sesudahnya nam un tetap se belum
kedatangan orang-orang Eropa adalah lukisan Maya yang terkenal di
Bonampak, dari suatu masyarakat pada sekitar 800 M, yang meng-
gam barkan pertem puran dan siksaan terhadap tawanan dalam rincian
m engerikan yang realistik.
Dengan dem ikian, kita punya tiga kum pulan ekstensif inform asi—
dari pengam at m odern, dari ahli arkeologi, dan dari sejarah seni—m e-
ngenai peperangan tradisional, dalam m asyarakat-m asyarakat berskala
kecil dengan beraneka ragam ukuran, m ulai dari kawanan kecil sam pai
ke datuan besar dan negara awal.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Be n tu k-be n tu k p e p e ran gan trad is io n al


Ada berbagai m acam bentuk peperangan, baik pada m asa lalu m aupun
se ka rang. Peperangan tradisional m enggunakan sem ua taktik dasar
yang kini digunakan oleh negara-negara m odern dan yang dari sisi tek-
nologi m em ungkinkan bagi m asyarakat-m asyarakat tribal. (Tentu saja,
alat-alat peperangan udara tidak tersedia bagi m asyarakat tradisional,
BENTUK-BENTUK PEPERANGAN TRADISIONAL ● 159

dan peperangan laut dengan kapal perang khusus baru tercatat sejak
munculnya pemerintah negara setelah 3000 SM). Salah satu taktik
yang akrab dengan kita dan m asih dipraktikkan adalah pertem puran
teratur (pitched battle), dengan kom batan dari pihak-pihak yang
berseberangan da lam jum lah besar berhadap-hadapan dan bertarung
secara terbuka. Inilah taktik pertam a yang teringat oleh kita bila kita
m em ikirkan soal pe perangan negara m odern—contoh-contoh yang
terkenal antara lain Per tem puran Stalingrad, Pertem puran Gettysburg,
dan Pertem puran Waterloo. Kecuali soal skala dan persenjataannya,
pertem puran-per tem puran sem acam itu pastilah akrab dengan orang-
orang Dani, yang pertem puran-pertem purannya terjadi secara spontan
pada 7 J uni, 2 Agustus, dan 6 Agustus 1961, seperti yang saya jabarkan
di Bab 3.
Taktik akrab berikutnya adalah serbuan m endadak, di m ana seke-
lom pok prajurit yang berjum lah cukup sedikit untuk m e nyem bunyikan
diri, m aju dalam kegelapan m alam , m elakukan serbuan m e nge jutkan
di teritori m usuh dengan tujuan terbatas berupa m em bunuh be berapa
m usuh atau m enghancurkan properti m usuh dan lantas m undur,
tanpa m engharapkan bisa m enghancurkan keseluruhan bala ten tara
lawan atau secara perm anen m enduduki teritori m usuh. Ini ba rangkali
m erupakan bentuk peperangan tradisional yang paling ter sebar luas,
tercatat di sebagian besar m asyarakat tradisional, m isalnya serbuan
mendadak yang dilakukan orang-orang Nuer terhadap orang-orang
Dinka, atau serbuan m endadak orang-orang Yanom am o terhadap
sesam a. Saya telah m enjabarkan serbuan m endadak oleh orang-orang
Dani yang terjadi pada 10 Mei, 26 Mei, 29 Mei, 8 Juni, 15 Juni, 5 Juli,
dan 28 J uli 1961. Contoh-contoh penyergapan, oleh infanteri dan
sekarang juga oleh kapal dan pesawat terbang, juga berlim pah dalam
peperangan negara.
Berkaitan dengan serbuan m endadak, dan juga tersebar luas dalam
peperangan tradisional, adalah penyergapan, satu lagi bentuk serangan
m engagetkan dengan para penyerbu, bukannya bergerak diam -diam ,
http://facebook.com/indonesiapustaka

m e nyem bunyikan diri dan m enanti di suatu tem pat yang kem ungkinan
akan didatangi oleh m usuh-m usuh yang tidak m enduga akan disergap.
Saya m enjabarkan sergapan-sergapan oleh orang-orang Dani yang ter-
jadi pada 27 April, 10 Mei, 4 Juni, 10 Juni, 12 Juli, dan 28 Juli 1961. Pe-
nyergapan juga tetap populer dalam peperangan m odern, dibantu oleh
radar dan m etode-m etode pem ecahan sandi yang m em bantu m em baca
gerakan lawan supaya ke lom pok penyergap m akin sulit terdeteksi.
160 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

Taktik tradisional yang tidak ada paralelnya dalam peperangan ne-


gara m odern adalah jam uan m engecoh yang terdokum entasikan di
antara orang-orang Yanomamo dan di Nugini: mengundang tetangga
un tuk berpesta, kem udian m engejutkan dan m em bunuh m ereka
setelah m e reka m eletakkan senjata dan m em usatkan perhatian pada
m akan-m a kan dan m inum . Kita orang-orang m odern wajar bertanya-
tanya m engapa ada kelom pok Yanom am o yang m em biarkan diri ter-
perosok ke dalam perangkap itu, padahal pernah m endengar cerita-
cerita m e nge nai pengecohan sem acam itu. Penjelasannya m ungkin
adalah bah wa jam uan kehorm atan um um diselenggarakan, bahwa
m e nerim a undangan biasanya m endatangkan keuntungan besar da-
lam segi penjalinan persekutuan dan berbagi m akanan, dan bahwa
para tuan rum ah ber usaha keras m em buat diri m ereka tam pak
berniat bersahabat. Satu-satu nya contoh m odern yang m elibatkan
pem erintahan negara yang saya bisa pikirkan adalah pem bantaian
terhadap panglim a Boer, Piet Retief, dan seluruh rom bongannya yang
berjum lah seratus orang oleh raja Zulu, Dingane, pada 6 Februari
1838, sewaktu orang-orang Boer se dang m enjadi tam u Dingane dalam
ja m uan di kam pnya. Contoh ini m ungkin bisa dianggap sebagai keke-
cualian yang m em buktikan suatu aturan: orang-orang Zulu hanyalah
satu di antara ratusan kedatuan yang saling berperang sam pai terjadi
penyatuan dan pendirian negara Zulu beberapa dasawarsa sebelum nya.
Pengecohan keji sem acam itu sebagian besar telah ditinggalkan di
dalam aturan-aturan diplom asi yang dituruti negara-negara m odern
sekarang. Bahkan Hitler dan J epang m engeluarkan pernyataan perang
m elawan Uni Soviet dan Am erika Serikat se cara bersam aan dengan
(nam un bukan sebelum ) dilancarkannya se rangan terhadap negara-
negara itu. Tapi, negara m em ang m e m anfaatkan kecohan m elawan
para pem berontak yang m ereka anggap tidak terikat aturan-aturan
diplomasi yang biasa dipegang di antara negara-negara. Misalnya,
jen deral Prancis Charles Leclerc tidak segan-segan m engundang pe-
m im pin gerakan kem er de kaan Haiti, Toussaint-Louverture, untuk
http://facebook.com/indonesiapustaka

be runding pada 7 J uni 180 2, m enangkapnya di situ, dan m engirim -


kannya ke penjara Prancis, sam pai Toussaint-Louverture m enutup
usia. Dalam negara-negara m odern, pem bunuhan disertai kecohan
m asih dilakukan oleh geng-geng perkotaan, kartel-kartel narkoba, dan
kelom pok-kelom pok teroris, yang tidak beroperasi dengan aturan-
aturan diplom asi negara.
BENTUK-BENTUK PEPERANGAN TRADISIONAL ● 161

Satu lagi bentuk peperangan tradisional yang tidak ada paralel


m odern nya yang m irip adalah pertem uan bukan kecohan yang m alah
ber kem bang m enjadi pertarungan. Bentuk ini jauh lebih um um dari-
pada jam uan kecohan, dan m elibatkan kelom pok-kelom pok yang ber te-
tangga dan bertemu untuk suatu upacara tanpa niat berkelahi. Namun
kekerasan tetap m ungkin pecah karena individu-individu yang punya
dendam yang belum tuntas dan jarang saling berjum pa jadi bertatap
m uka, tidak bisa m enahan diri, dan m ulai berkelahi, dan kerabat-
kerabat mereka pun ikut turun tangan. Misalnya, seorang teman
saya dari Am erika hadir dalam sebuah kum pul-kum pul yang jarang
terjadi antara beberapa lusin orang Fayu. Dia m enceritakan tentang
ketegangan yang m em buncah ketika orang-orang terkadang saling
m elontarkan m akian dan ledakan am arah, m em ukul tanah dengan
kapak m ereka, dan satu kali saling m enerjang sam bil m engacung-
acungkan kapak. Risiko pe cah nya pertarungan yang tak direncanakan
sem acam itu dalam kum pul-kum pul yang dim aksudkan untuk tujuan
dam ai sungguh tinggi bagi m asyarakat-m asyarakat tradisional de-
ngan kelom pok-kelom pok ber te tangga yang jarang bertem u, balas
den dam diserahkan kepada individu, dan tidak ada pem im pin atau
"pem erintah" yang m am pu m em onopoli ke kuatan dan m enahan orang-
orang yang berkepala panas.
Eskalasi pertarungan spontan antar-individu m enjadi peperangan
dengan bala tentara terorganisasi jarang ditem ukan dalam m asyarakat
negara tersentralisasi, nam un m em ang terkadang terjadi. Salah
satu contohnya adalah apa yang dinam akan Perang Sepakbola J uni-
J uli 1969 antara El Salvador dan Honduras. Pada waktu ketegangan
antara kedua negara itu sedang tinggi akibat kesenjangan ekonom i
dan im igran perebut ta nah, tim sepakbola kedua negara itu bertem u
untuk tiga pertandingan dalam babak kualiikasi Piala Dunia 1970. Para
pendukung kedua tim nasional yang bersaing m ulai berkelahi pada
pertandingan pertam a pada 8 J uni di ibukota Honduras (dim enangi
1-0 oleh Honduras), dan para pendukung sem akin ganas pada pertan-
http://facebook.com/indonesiapustaka

dingan kedua pada 15 J uni di ibukota El Salvador (dim enangi 3-0 oleh
El Salvador). Ke tika El Salvador m em enangi pertandingan penentuan
3-2 dengan perpanjangan waktu pada 26 Juni di Mexico City, kedua
negara itu m e m u tuskan hubungan diplom atik, dan pada 14 J uli ang-
katan darat dan angkatan udara El Salvador m ulai m engebom dan
m enyerbu Honduras.
162 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

Tin gkat ke m atian


Seberapa tinggikah tingkat kem atian akibat peperangan tribal tradisio-
nal? Bagaim ana jika dibandingkan dengan tingkat kem atian akibat pe-
perangan antara pem erintah negara?
Ahli sejarah m iliter secara rutin m engum pulkan angka total korban
nasional untuk setiap perang m odern: m isalnya, angka kem atian
J erm an saat Perang Dunia II. Itu m em ungkinkan kita m enghitung
tingkat kem atian nasional terkait-perang rata-rata dalam satu abad
se ja rah negara yang diwarnai perang dan dam ai berselang-seling:
m isalnya, angka kem atian J erm an sepanjang abad ke-20 . Tingkat-
tingkat se m a cam itu juga telah dihitung atau diperkirakan dalam
lusinan penelitian m engenai berbagai m asyarakat tradisional m odern.
Em pat survei—oleh Lawrence Keeley, oleh Sam uel Bowles, oleh Steven
Pinker, dan oleh Richard Wrangham, Michael Wilson, dan Martin
Muller—merangkum evaluasi-evaluasi semacam itu untuk antara
23 dan 32 m asyarakat tradisional. Tidaklah m engejutkan, ternyata
banyak variasi antara m a syarakat yang berbeda-beda. Tingkat kem atian
tahunan terkait-perang dengan rata-rata-waktu paling tinggi adalah
1% per tahun (dengan kata lain, 1 orang terbunuh setiap tahunnya per
10 0 anggota populasi) atau le bih di antara orang-orang Dani, Dinka
di Sudan, dan dua kelom pok Indian Am erika Utara, berkisar sam pai
yang paling rendah 0 ,0 2% per tahun atau kurang di antara penduduk
Kepulauan Andaman dan orang-orang Semang di Malaysia. Sejumlah
perbedaan itu terkait dengan cara m enyam bung hidup, dengan tingkat
rata-rata bagi petani nyaris em pat kali lipat daripada bagi pem buru-
pengumpul dalam analisis Wrangham, Wilson, dan Muller. Salah satu
alternatif pengukur an dam pak perang adalah persentase total kem atian
yang terkait de ngan perang. Pengukuran itu berkisar dari 56% bagi
orang-orang Indian Waorani di Ekuador sam pai hanya 3%– 7% untuk
enam populasi tradisional yang tersebar di sekeliling dunia.
Sebagai pem banding dengan pengukuran-pengukuran tingkat ke-
m a tian terkait perang dalam m asyarakat-m asyarakat berskala kecil
http://facebook.com/indonesiapustaka

itu, Keeley m engekstraksi 10 angka bagi m asyarakat-m asyarakat ber-


pem e rin tahan negara: salah satunya adalah Swedia abad ke-20 , yang
tidak m engalam i perang sehingga tingkat kem atian terkait-perang-
nya nol. Sem bilan nilai lainnya diperoleh dari negara-negara dan
periode-periode waktu yang dipilih karena tercatat m engalam i pen-
deritaan hebat akibat perang. Persentase tingkat kem atian jangka pan-
TINGKAT KEMATIAN ● 163

jang paling tinggi setelah dirata-ratakan dalam seabad pada zam an


m odern adalah J erm an (0 ,16%) dan Rusia (0 ,15%) abad ke-20 (yaitu
16 atau 15 orang terbunuh setiap tahunnya per 10 .0 0 0 anggota po-
pulasi) akibat gabungan kekejam an selam a Perang Dunia I dan II.
Tingkat yang lebih rendah, 0 ,0 7% per tahun, dipegang oleh Prancis
pada abad yang mencakup Perang-perang Napoleon dan mundurnya
balatentara Napoleon dari Rusia pada musim dingin. Terlepas dari
jum lah kem atian yang dipicu oleh dua bom atom di Hiroshim a dan
Nagasaki, pemboman api, dan pemboman konvensional di banyak
kota besar J epang lainnya, juga kem atian akibat tem bakan senjata,
kelaparan, bunuh diri, dan tenggelam nya ratusan ribu prajurit J epang
di luar negeri selam a Perang Dunia II, ditam bah korban jiwa dalam
serangan J epang ke Tiongkok pada 1930 -an dan perang Rusia-J epang
pada 190 4– 190 5, persentase tingkat kem atian terkait-perang yang
dirata-ratakan se lam a abad ke-20 m asih lebih rendah untuk J epang
dibandingkan untuk J erm an atau Rusia, "hanya" 0 ,0 3% per tahun.
Estim asi jangka pan jang paling tinggi untuk negara m ana pun adalah
0 ,35% per tahun untuk Kekaisaran Aztek yang terkenal haus darah,
dalam waktu seabad se belum kekaisaran itu sendiri dihancurkan oleh
Spanyol.
Sekarang m arilah kita bandingkan tingkat-tingkat kem atian terkait-
perang ini (lagi-lagi dinyatakan sebagai persentase populasi yang tewas
tiap tahun karena sebab-sebab yang terkait-perang, dirata-ratakan
untuk waktu lam a yang diwarnai perang dan dam ai berselang-seling)
untuk m asyarakat-m asyarakat tradisional berskala kecil dan untuk
m asyarakat-m asyarakat m odern berpenduduk banyak dengan pe m e-
rin tahan negara. Ternyata nilai-nilai tertinggi untuk negara m odern
m a na pun (J erm an dan Rusia abad ke-20 ) hanyalah sepertiga dari nilai
rata-rata untuk m asyarakat-m asyarakat tradisional berskala kecil, dan
hanya seperenam nilai untuk masyarakat Dani. Nilai rata-rata untuk
negara-negara m odern sekitar sepersepuluh nilai-nilai tradisional rata-
rata.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Mungkin, pembaca, Anda pun terkejut, seperti saya awalnya ter-


ke jut, sewaktu m engetahui bahwa peperangan parit, senjata m esin,
napalm , bom b atom , artileri, dan torpedo kapal selam m enim bulkan
tingkat kem atian terkait-perang dengan rata-rata-waktu yang jauh
lebih ren dah daripada yang disebabkan oleh tom bak, anak panah,
dan gada. Alas annya m enjadi jelas bila kita renungkan perbedaan-
164 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

perbedaan an tara peperangan tradisional dan peperangan negara


m odern yang akan kita bahas secara lebih terperinci di bawah. Per-
tam a-tam a, pepe rangan negara m erupakan kondisi luar biasa yang
tidak selalu terjadi, se m en tara peperangan kesukuan tam pak nyaris
tidak pernah berakhir. Selam a abad ke-20 , J erm an berperang hanya
selam a 10 tahun (1914– 1918 dan 1939– 1945), dan kem atian akibat
perang selam a 90 tahun sisanya nyaris tidak ada, sem entara orang-
orang Dani secara tradisional ber pe rang setiap bulan dalam setiap
tahunnya. Kedua, korban tewas dalam perang negara um um nya ha-
nya terjadi di antara prajurit-prajurit laki-laki berusia 18 sam pai 40
tahun; bahkan dalam kisaran usia itu, ke ba nyakan perang negara
hanya m enggunakan balatentara profesional ber jum lah sedikit, dengan
wajib m iliter m assal dalam Perang Dunia II sebagai kekecualian; dan
penduduk sipil tidak berada dalam risiko langsung dalam jum lah
besar sam pai pem bom an udara pukul-rata m ulai dijalankan dalam
Perang Dunia II. Kontras dengan itu, da lam m asyarakat tradisional,
sem ua orang—laki-laki dan perem puan, de wasa usia produktif m aupun
dewasa lanjut usia, anak-anak dan bayi—m erupakan sasaran. Ketiga,
dalam peperangan negara, prajurit yang m enyerah atau ditangkap
biasanya dibiarkan hidup, sem entara dalam peperangan tradisional
sem ua biasanya dihabisi. Alasan yang ter akhir tidak terjadi dalam
peperangan negara nam un terjadi dalam pe perangan tradisional.
Peperangan tradisional secara periodik disela oleh pem bantaian di
m ana sebagian besar atau seluruh populasi salah satu pihak dikepung
dan ditum pas, seperti dalam pem bantaian-pem bantaian di antara
orang-orang Dani pada 4 J uni 1966, akhir 1930 -an, 1952, J uni 1962,
dan Septem ber 1962. Sem entara itu, negara-negara yang m enang
sekarang biasanya m em biarkan populasi yang ditaklukkan tetap hidup
untuk dieksploitasi, bukan dibantai.

Ke m irip an d an p e rbe d aan


Dalam segi apa peperangan tradisional m irip dengan peperangan ne-
http://facebook.com/indonesiapustaka

gara, dan dalam segi apa keduanya berbeda? Sebelum m enjawab per-
tanyaan ini, kita harus tentu saja m enyadari bahwa kedua jenis pepe-
rangan bukanlah m erupakan dua hal yang sepenuhnya bertolak
bela kang, tan pa bentuk-bentuk antara. Peperangan sesungguhnya
berubah di se pan jang suatu kisaran m ulai dari m asyarakat terkecil
sam pai m asyarakat terbesar. Sem akin besar m asyarakatnya, sem akin
besar angkatan ber sen jata yang bisa digalang, sehingga lebih kecil
KEMIRIPAN DAN PERBEDAAN ● 165

ke m ungkinannya m e nyem bunyikan balatentara, sem akin kecil ke-


m ungkinannya m e la kukan serbuan m endadak dan penyergapan
oleh kelom pok-kelom pok ter sem bunyi kecil yang hanya terdiri atas
beberapa orang, dan sem akin besar penekanannya terhadap per-
tem puran terbuka antara kekuatan-kekuatan besar. Kepem im pinan
m en jadi lebih kuat, lebih tersentralisasi, dan lebih hierarkis dalam
m asya rakat yang lebih besar: angkatan ber senjata nasional m em iliki
perwira dengan berbagai pangkat, dewan perang, dan panglim a ter-
tinggi, sem entara kawanan-kawanan kecil ha nya m em iliki petarung-
petarung berkedudukan sam a, sedangkan kelom pok-kelom pok ber-
ukuran sedang (m isalnya Persekutuan Gutelu di antara orang-orang
Dani) m em iliki pem im pin lem ah yang m engarah kan anggota-anggo-
tanya dengan bujukan, bukan dengan ke we nangan untuk m em berikan
perintah. Terlepas dari kisaran ukuran m asyarakat ini, kita m asih
tetap bisa m em bandingkan m a sya ra kat besar dan kecil dalam hal cara
m ereka bertarung.
Salah satu kem iripan di antara keduanya adalah arti penting m en-
jalin persekutuan. Sebagaim ana Konfederasi Wilihim an-Walalua di
antara orang-orang Dani m encari sekutu dari konfederasi-konfederasi
lain dalam bertarung m elawan Widaia dan sekutu-sekutu m ereka, Pe-
rang Dunia II m em buat dua persekutuan berhadap-hadapan; salah
satu persekutuan itu beranggota Britania, AS, dan Rusia, sedangkan di
sisi yang berseberangan ada J erm an, Italia, dan J epang. Persekutuan
bahkan lebih penting lagi bagi m asyarakat-m asyarakat tradisional yang
berperang daripada bangsa-bangsa yang berperang. Negara-negara
m odern sangat berbeda-beda dalam hal teknologi m iliter, sehingga
bangsa kecil m ungkin bisa m engan dalkan teknologi dan kepem im pinan
yang superior alih-alih sekutu untuk m em enangi perang. (Coba
pikirkan keberhasilan angkatan ber sen jata Israel m elawan persekutuan
Arab yang berjumlah jauh lebih besar.) Namun peperangan tradisional
cenderung berlangsung antara lawan-lawan dengan teknologi yang
m irip dan kepem im pinan yang m irip, sehingga pihak yang m em iliki
http://facebook.com/indonesiapustaka

keunggulan jum lah berkat ke ber hasilan m enggalang sekutu yang lebih
banyak, berkem ungkinan lebih besar akan m enang.
Kem iripan satu lagi adalah m asyarakat berukuran berapa pun
sam a-sam a m engandalkan pertarungan jarak dekat dan senjata jarak
jauh. Bahkan kawanan-kawanan Fayu yang bertarung di sekeliling
rum ah Kuegler m em iliki busur dan anak panah, sem entara orang-
orang Dani m elontarkan tom bak sekaligus m em bunuh Wijakhe dan
166 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

J enokm a dari jarak dekat dengan tikam an tom bak. J arak yang bisa
ditem puh senjata m eningkat seiring m eningkatnya jum lah anggota
dan tingkat teknologi suatu m asyarakat. Walaupun para prajurit
Rom awi terus m enggunakan pedang dan belati untuk pertarungan
jarak dekat, m ereka juga m enggunakan senjata jarak jauh seperti
panah, lem bing, pelontar batu, dan ketapel dengan jangkauan jarak
m encapai 80 0 m eter. Dalam Perang Dunia I, balatentara J erm an
telah m engem bangkan m eriam (dijuluki si Besar Bertha) untuk m em -
bom bardir Paris dari jarak 10 0 kilom eter, sem entara ridal balistik
antarbenua m odern m em iliki jangkauan sam pai setengah keliling
dunia. Namun prajurit modern tetap harus siap menggunakan pistol
atau bayonet untuk m em bunuh dalam jarak dekat.
Konsekuensi psikologis m eningkatnya jangkauan senjata jarak
jauh m odern adalah bahwa sebagian besar pem bunuhan oleh m iliter
adalah m elalui teknologi "tekan tom bol" (bom , artileri, dan rudal),
m e m ungkinkan prajurit untuk m em bunuh lawan yang tidak terlihat
dan tidak perlu m engatasi kebim bangan untuk m em bunuh sam bil
m e natap lawan (Gam bar 37). Dalam sem ua pertarungan tradisional,
orang per orang m em ilih sasaran dan m elihat wajah sasarannya,
entah saat m enikam si sasaran dari jarak dekat atau m enem bakkan
anak panah kepadanya dari jarak puluhan m eter (Gam bar 36). Laki-
laki dalam m asyarakat tradisional sejak anak-anak dibesarkan sam bil
diajari untuk m em bunuh, atau setidak-tidaknya tahu cara m em bunuh,
nam un kebanyakan warga negara m odern tum buh sam bil terus-m e-
nerus diajari bahwa m em bunuh itu buruk, sam pai ketika berusia lewat
18 tahun m ereka m endadak dikenai wajib m iliter atau m em asuki
angkatan bersenjata, diberi sepucuk senjata, dan diperintahkan untuk
m em bidik m usuh dan m enem baknya. Tidaklah m engejutkan, cukup
besar persentase pra ju rit dalam Perang Dunia I dan II—sejum lah
perkiraan m enyatakan sam pai separonya—tidak bisa m enggerakkan
diri untuk m enem bak se orang m usuh yang m ereka anggap sebagai
sesam a m anusia. De ngan dem ikian, m eskipun m asyarakat tradisional
http://facebook.com/indonesiapustaka

tidak m em iliki ke bim bangan m oral m engenai m em bunuh m usuh yang


berhadap-ha dapan dengannya, dan tidak juga m em iliki teknologi yang
dibutuhkan un tuk m engatasi kebim bangan itu dengan m em bunuh
m usuh yang tidak terlihat dari jarak jauh, m asyarakat-m asyarakat
negara m odern cen de rung m engem bangkan kebim bangan itu sekaligus
juga teknologi yang dibutuhkan untuk m engatasi kebim bangan itu.
Gam bar 1. Laki-laki
Dani dari Lem bah
Baliem , Dataran
Tinggi Papua.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 2 . Laki-


laki Aborigin
Australia.
Gam bar 3 . Perem puan Agta, dari
hutan pegunungan Pulau Luzon,
Filipina.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 4 . Penduduk Kepulauan


Andam an, Teluk Benggala.
Gam bar 5. Laki-laki Hadza, dari
Tanzania.

Gam bar 6 . Pem buru !Kung, dari Gurun Kalahari, Afrika


http://facebook.com/indonesiapustaka
Gam bar 7. Perempuan Nuer,
dari Sudan

Gam bar 8 . Ayah dan anak Aka, dari hutan khatulistiwa Afrika
http://facebook.com/indonesiapustaka
Gam bar 9 .
Perem puan Inuit
(Iñupiaq) dari
Alaska.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 10 . Laki-laki Indian Ache,


dari hutan Paraguay.
Gam bar 11. Pasangan dan bayi Indian Piraha, dari hutan hujan tropis Am azon Brazil.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 12 . Gadis Indian Yanom am o,


dari hutan Venezuela.
Gam bar 13 . Perbatasan tradisional
antarsuku, dijaga seorang Dani di atas
m enara pengawas, di Lem bah Baliem ,
Dataran Tinggi Papua.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 14 . Perbatasan m odern


antarnegara, dijaga kam era berpengendali
jarak jauh di m enara pengawas Patroli
Perbatasan & Im igrasi AS, di perbatasan
antara Amerika Serikat dan Meksiko.
Gam bar 15. Penyelesaian perselisihan tradisional, di satu desa Uganda. Pihak-pihak
yang berselisih saling m engenal, dan berkum pul untuk m encari penyelkesaian, dengan
cara yang m em ungkinkan m ereka m engungkapkan perasaan dan bisa terus saling
bertem u dengan dam ai. (Bab 2)
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 16 . Penyelesaian perselisihan m odern, di pengadilan Am erika. Pengacara (kiri)


dan jaksa (kanan) beradu pendapat di depan hakim (tengah). Terdakwa, korban, dan
keluarga terdakwa sebelum nya tak saling kenal dan barangkali tak akan pernah saling
bertem u lagi. (Bab 2)
Gam bar 17. Mainan tradisional:
anak-anak laki-laki Mozambik
dengan m obil-m obilan yang
m ereka buat sendiri, sam bil
m em pelajari cara as roda dan
bagian m obil lain dirancang.
Mainan tradisional itu sedikit,
sederhana, dibuat oleh anak atau
orangtuanya, sehingga sangat
m endidik.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 18 . Mainan modern:


anak perem puan Am erika
dikelilingi lusinan m ainan
pabrikan yang dibeli di toko,
yang tak m em beri dia nilai
pendidikan yang didapat
anak-anak tradisional dengan
m erancang dan m em buat
m ainan sendiri.
Gam bar 19 . Kebebasan anak tradisional: bayi Indian Pum e
berm ain dengan pisau besar yang tajam . Anak-anak di banyak
m asyarakat tradisional diizinkan m em buat keputusan sendiri,
term asuk m elakukan tindakan berbahaya yang tak bakal dibiarkan
orangtua m odern.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 2 0 . Mainan tradisional: bayi Aka membawa keranjang


m ainan di kepala, m irip keranjang yang dibawa orang dewasa di
kepala.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 2 1. Seorang nenek Hadza m encari m akanan sam bil


m enggendong cucu. Satu alasan orang lanjut usia dianggap berharga
dalam m asyarakat tradisional adalah karena m ereka bisa berguna sebagai
perawat dan penyedia m akanan bagi cucu.
Gam bar 2 2 . Laki-laki tua Indian Pum e m em buat m ata panah. Alasan lain orang
lanjut usia dianggap berharga di m asyarakat tradisional adalah karena m ereka m enjadi
pem buat perkakas, senjata, keranjang, kuali, dan kain yang terbaik.
http://facebook.com/indonesiapustaka
Gam bar 2 3 . Iklan Coca-Cola di Tiongkok. Kultus pem uda Am erika dan rendahnya
status lansia, yang sekarang m enyebar di Riongkok, tecerm in bahkan dalam pilihan
m odel untuk iklan. Orang m uda dan lansia sam a-sam a m inum m inum an ringan, tapi
siapa yang pernah lihat iklan m enggam barkan orang lansia m inum Coca-Cola?

Gam bar 2 4 . Iklan untuk jasa konsultasi


http://facebook.com/indonesiapustaka

kehidupan lansia. Bukannya m uncul dalam


iklan m inum an, pakaian, dan m obil baru, lansia
m uncul di iklan untuk rum ah jom po, obat
artritis, dan popok dewasa.
Gam bar 2 5. Agama purba?: lukisan dinding gua terkenal di dalam gua Lascaux, Prancis,
m asih m enim bulkan kekagum an bagi pengunjung m odern. Lukisan itu m em beri kesan
bahwa agam a m anusia sudah ada sejak Zam an Es 15.0 0 0 tahun lalu.
http://facebook.com/indonesiapustaka
Gam bar 2 6 . Pesta tradisional orang Dani di Lem bah Baliem , Dataran Tinggi Papua.
Pesta tradisional sangat jarang terjadi, m akanan yang disantap tak m enggem ukkan
(dalam contoh ini, ubi), dan orang-orang yang berpesta tidak jadi kegem ukan atau kena
diabetes. (Bab 11)
http://facebook.com/indonesiapustaka
Gam bar 2 7. Makan besar
m odern. Orang Am erika dan
anggota m asyarakat m odern
kaya lainnya "m akan besar"
(m engonsum si lebih banyak
daripada kebutuhan harian)
tiga kali sehari, m enyantap
m akanan m enggem ukkan
(dalam foto ini, ayam
goreng), m engalam i
obesitas, dan bisa kena
diabetes. (Bab 11)

Gam bar 2 8 . Korban


diabetes: kom ponis
J ohann Sebastian Bach.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Wajah dan tangannya


yang m enggem bung di
satu-satunya potret diri
Bach yang otentik ini, juga
m em buruknya tulisan
tangan dan penglihatannya
pada tahun-tahun terakhir
hidupnya, konsisten dengan
diagnosis diabetes.
KEMIRIPAN DAN PERBEDAAN ● 183

Sedangkan m engenai perbedaan yang banyak sekali antara pe-


perangan tradisional dan peperangan negara, salah satu perbedaannya
m e ru pakan kelanjutan pem bahasan barusan tentang psikologi pem -
bunuhan. Bahkan m eskipun prajurit m odern bertatap-tatapan de-
ngan m usuhnya, m usuhnya nyaris selalu m erupakan seseorang yang
na m anya tak m ereka kenal, yang belum pernah m ereka tem ui, tanpa
dendam pribadi dengannya sam a sekali. Sem entara itu, dalam m asya-
rakat tradisional berskala kecil, orang kenal dan tahu nam a bukan
hanya setiap anggota m asyarakatnya sendiri, m e lain kan juga banyak
atau sebagian besar prajurit m usuh yang dia coba bunuh—sebab
persekutuan yang berubah-ubah dan pernikahan cam pur yang kadang
terjadi m enyebabkan tetangga-tetangga pun diakrabi se ba gai individu.
Sum pah-serapah yang diteriakkan prajurit Dani satu sam a lain dalam
pertem puran-pertem puran yang dijabarkan di Bab 3 m en cakup hinaan
pribadi. Para pem baca Ilias tentu ingat bagaim ana para pem im pin
Yunani dan Troya yang berseberangan pihak saling m em anggil nam a
sebelum berupaya saling m em bunuh dalam per tem puran—salah satu
contohnya yang terkenal adalah pidato Hektor dan Akhilles kepada satu
sam a lain tepat sebelum Akhilles m elukai dan m enewaskan Hektor.
Balas dendam pribadi terhadap m usuh individual yang diketahui telah
m em bunuh kerabat atau tem an kita berperan besar dalam peperangan
tradisional, nam un berperan jauh lebih kecil atau bahkan tidak sam a
sekali dalam perang negara m odern.
Satu lagi perbedaan psikologis m encakup pengorbanan diri, yang
dipuja-puja dalam peperangan m odern nam un tidak dikenal da lam
pe pe rangan tradisional. Prajurit negara m odern kerap kali diperin tah-
kan, dem i negara, m elakukan hal-hal yang berkem ungkinan sangat
besar m enyebabkan dia terbunuh, m isalnya m enerjang m e lin tasi
lahan terbuka ke arah pertahanan yang dikelilingi pagar kawat. Pra-
jurit-prajurit lain m em utuskan sendiri untuk m engorbankan nyawa
m e reka (m isalnya, m enjatuhkan diri ke atas granat tangan yang su-
dah ditarik picunya) guna m enyelam atkan nyawa rekan-rekan m e-
http://facebook.com/indonesiapustaka

reka. Selam a Perang Dunia II ribuan prajurit J epang, awalnya secara


suka rela nam un kem udian dengan paksaan, m elakukan serangan-
serangan bunuh diri, dengan m em iloti pesawat-pesawat kam i-
kaze, bom -bom luncur baka yang bertenaga roket, dan torpedo m a-
nusia kaiten ke kapal-kapal perang Am erika. Perilaku sem acam itu
m ensyaratkan calon-calon prajurit diprogram sejak m asa kanak-kanak
untuk m engagum i kepatuhan setia dan pengorbanan bagi negara atau
184 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

agam a. Saya belum pernah m endengar perilaku sem acam itu dalam
peperangan tra disional Papua: tujuan setiap pejuang adalah m em -
bunuh m usuh dan bertahan hidup. Misalnya, ketika para penyerbu
Wilihim an m e nangkap dan m em bunuh laki-laki Widaia ber nam a
Huwai pada 11 Mei 1961, dua rekan Huwai yang kalah jumlah kabur
tanpa m encoba m enyelam atkan Huwai; dan ketika para penyerbu
Widaia m elakukan pe nyergapan dan m enangkap serta m em bunuh
bocah Wilihim an, Wejakhe, yang sebelum nya sudah cedera pada 10
J uni, ketiga orang Wilihim an lainnya yang sedang bersam a Wejakhe
dan kalah jum lah dari penyerang juga kabur.
Masyarakat tradisional dan negara berbeda dalam hal siapa yang
m enjadi prajurit. Sem ua balatentara negara m en cakup prajurit-
prajurit profesional purnawaktu yang bisa tetap bertugas di m edan
sela m a bertahun-tahun, disokong oleh orang-orang sipil yang m em -
budidayakan m akanan untuk diri sendiri dan juga untuk para prajurit.
Balatentara bisa jadi sepenuhnya terdiri atas profesional (seperti
yang kini berlaku di AS), atau bisa ditam bah (ter utam a saat perang)
oleh para sukarelawan atau peserta wajib m iliter non-profesional.
Sem entara itu, sem ua prajurit kawanan dan suku, seperti prajurit-
pr ajurit Dani yang dijabarkan di Bab 3, dan se m ua atau sebagian
besar prajurit kedatuan, bukanlah profesional. Mereka adalah laki-
laki yang biasanya sibuk berburu, bertani, atau m enggem bala, yang
m enghentikan sem entara aktivitas-aktivitas m e nyam bung hidup itu
untuk periode yang berkisar dari beberapa jam sam pai beberapa m ing-
gu dem i ikut bertarung, dan kem udian pulang lagi sebab m ereka dibu-
tuhkan untuk berburu, bercocok-tanam , atau m em anen. Oleh karena
itu m ustahil bagi "balatentara" tradisional untuk tetap bertahan di
m edan dalam waktu yang lam a. Kenyataan dasar itu m em berikan ke-
unggulan m enentukan bagi para prajurit kolonial Eropa dalam pepe-
rangan m ereka dem i m enaklukkan suku-suku dan kedatuan-kedatuan
di seluruh dunia. Sejum lah orang-orang non-Eropa, sem isal orang-
orang Maori di Selandia Baru, Indian Araucania di Argentina, serta
http://facebook.com/indonesiapustaka

Indian Sioux dan Apache di Amerika Utara, merupakan petarung yang


teguh dan lihai, yang dapat m enggalang kekuatan besar untuk waktu
singkat dan m eraih sejum lah kem enangan m enakjubkan atas bala-
tentara Eropa. Namun tak pelak mereka melemah dan pada akhirnya
takluk karena m ereka harus berhenti bertarung guna kem bali m engum -
pulkan dan m em budidayakan m akanan, sem entara para pra jurit
profesional Eropa bisa terus bertarung.
KEMIRIPAN DAN PERBEDAAN ● 185

Ahli-ahli sejarah m iliter m odern biasa m engom entari apa yang


menurut mereka merupakan "ketidakeisienan" peperangan tradisio-
nal: ratusan orang bisa bertarung selam a seharian, dan buntut-bun-
tutnya tidak ada yang tewas, paling-paling satu atau dua orang. Se-
bagian alasannya, tentu saja, adalah m asyarakat tradisional tidak
m em iliki artileri, bom , dan persenjataan lain yang bisa m em bunuh
banyak orang sekaligus. Namun alasan-alasan lainnya terkait dengan
balatentara suku yang non-profesional dan kurangnya ke pem im -
pinan yang kuat. Prajurit tradisional tidak m enjalani pelatihan ke-
lom pok yang m em ungkinkan m ereka m enjadi lebih m em atikan de ngan
m elaksanakan rencana-rencana rum it atau bahkan sekadar m eng-
koordinasikan tem bakan. Anak panah akan lebih efektif bila ditem -
bakkan serentak, bukan satu per satu; m usuh yang m enjadi sasaran
bisa m enghindari satu anak panah na m un tidak bisa m enghindari
hujan anak panah. Terlepas dari itu, orang-orang Dani, seperti keba-
nyakan pem anah tradisional lainnya, tidak pernah m elatih penem -
bakan anak panah secara tersinkronisasi. (Orang-orang Inuit Alaska
Barat Daya m erupakan kekecualian dalam hal ini.) Disiplin dan form asi
terorganisasi bersifat m inim al: bahkan m es kipun satuan-satuan tarung
terbentuk dengan baik sebelum per tem puran, satuan-satuan itu dengan
segera m enjadi berantakan, dan per tem puran pun buyar m enjadi huru-
hara tak terkoordinasi. Para pem im pin perang tradisional tidak bisa
m engeluarkan perintah yang bila tidak dituruti akan m em buahkan
pengadilan m iliter. Pem bantaian tahun 1966 yang m enghancurkan
persekutuan Dani yang dipim pin Gutelu m ungkin disebabkan oleh
ketidakm am puan Gutelu m encegah para prajuritnya sendiri dari utara
yang berkepala panas agar tidak m em bantai sekutu-sekutunya dari
selatan.
Salah satu di antara dua perbedaan terbesar antara peperangan tra-
disio nal dan negara m elibatkan pem bedaan antara perang total dan
perang terbatas. Kam i orang-orang Am erika terbiasa berpikir bahwa
perang total m erupakan konsep baru yang diperkenalkan oleh jenderal
http://facebook.com/indonesiapustaka

utara William Tecum seh Sherm an dalam Perang Saudara Am erika


(1861– 1865). Peperangan oleh negara dan kedatuan besar cenderung
m em iliki tujuan terbatas: m enghancurkan angkatan bersenjata m usuh
dan kem am puan m ereka untuk bertarung, nam un jangan sentuh
tanah, sum ber daya, dan populasi sipil m usuh karena hal-hal itulah
yang hendak dikuasai sang calon penakluk. J enderal Sherm an, dalam
m em im pin pasukannya ber gerak ke arah laut (dari Atlanta, pangkalan
186 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

di pedalam an, m enuju Sam udra Atlantik) m elalui jantung Konfederasi


dan kem udian ke utara m elalui South Carolina, m enjadi terkenal
karena kebijakan perang totalnya yang eksplisit: m enghancurkan segala
sesuatu yang m ungkin ber nilai m iliter, dan m enciutkan nyali Selatan,
dengan m enjarah m a kanan, m em bakar ladang, m em bunuh ternak,
m enghancurkan m esin-m esin pertanian, m em bakar kapas dan m esin
pem intal kapas, m em bakar jalur-jalur rel dan m em bengkokkan rel-
relnya agar tidak bisa diperbaiki, serta m em bakar atau m eledakkan
jem batan, depo kereta, pabrik, penggilingan, dan bangunan. Tin dak-
an-tindakan Sherman adalah buah ilosoi perang yang telah diper-
hitungkan, yang dia jabar kan sebagai berikut: “Perang adalah keke-
jam an dan kita tidak bisa m em perindahnya... Kita bukan hanya m e-
m erangi balatentara yang berm usuhan, m elainkan juga rakyat yang
berm usuhan, dan harus m em buat yang m uda m aupun yang tua, yang
kaya m aupun yang m iskin, m erasakan kerasnya hantam an perang...
Kita tidak bisa m engubah hati orang-orang Selatan, nam un kita bisa
m em buat perang se de m ikian m engerikan... m em buat m ereka se de-
m ikian m uak akan pe rang sehingga baru bergenerasi-generasi kem u-
dian mereka merasa ingin berperang lagi.” Namun Sherman tidak
m enghabisi orang-orang sipil Selatan ataupun m em bunuh prajurit-pra-
jurit Konfederasi yang m e nyerah atau tertangkap.
Meskipun perilaku Sherman memang sungguh di luar kebiasaan
m enurut standar peperangan negara, dia bukan orang pertam a yang
m en ciptakan peperangan total. Dia sekadar m em praktikkan bentuk
ringan apa yang telah dipraktikkan oleh kawanan dan suku selam a
ber puluh-puluh ribu tahun, seperti yang terdokum entasikan oleh
sisa-sisa kerangka pem bantaian Talheim yang dijabarkan di ha-
lam an 134. Balatentara negara m enawan orang dalam keadaan hidup
karena m ereka m am pu m em beri m akan tawanan, m enjaga ta wan-
an, m em pekerjakan tawanan, dan m encegah tawanan m elarikan diri.
"Balatentara" tradisional tidak m enawan prajurit m usuh, sebab m e-
reka tidak bisa m elakukan hal-hal itu sehingga tawanan tidak ada gu-
http://facebook.com/indonesiapustaka

nanya. Prajurit tradisional yang terkepung atau dikalahkan tidak


akan m enyerah, sebab m ereka tahu toh m ereka akan dibunuh juga.
Bukti sejarah atau arkeologis tertua negara m elakukan penawanan
baru muncul pada masa negara-negara Mesopotamia sekitar 5.000
tahun silam , yang m em ecahkan m asalah praktis yaitu bagaim ana m e-
m anfaat kan tawanan dengan cara m encungkil m ata m ereka agar buta
dan tidak bisa m elarikan diri, lalu m em pekerjakan m ereka untuk m e la-
KEMIRIPAN DAN PERBEDAAN ● 187

kukan tugas-tugas yang bisa dilakukan hanya dengan indera sen tuhan,
m isalnya m em intal dan sejum lah pekerjaan berkebun. Sejum lah suku
dan kedatuan pem buru-pengum pul yang berukuran besar, m e netap,
dan terspesialisasi secara ekonom i, m isalnya orang-orang Indian di
pesisir Pasiik Baratlaut dan orang-orang Indian Calusa di Florida,
secara rutin m am pu m em perbudak, m em pertahankan, dan m e m an-
faatkan tawanan.
Tapi, bagi m asyarakat-m asyarakat yang lebih sederhana daripada
negara-negara Mesopotamia, Indian Pasiik Baratlaut, dan orang-orang
Calusa, m usuh yang dikalahkan tidak ada gunanya bila hidup. Tujuan
perang orang-orang Dani, Fore, Inuit Alaska Barat Laut, Penduduk
Kepulauan Andam an, dan banyak suku-suku lain ada lah m engam bil
alih tanah m usuh dan m em usnahkan m usuh m ereka apa pun jenis
kelam innya dan berapa pun usianya, term asuk lusinan pe rem puan
dan anak-anak Dani yang dibunuh dalam pem bantaian 4 J uni 1966.
Masyarakat tradisional lainnya, misalnya orang-orang Nuer yang
m enyerbu orang-orang Dinka, kini lebih selek tif, dalam artian m ereka
m em bunuh laki-laki Dinka dan m enggebuk bayi dan perem puan tua
Dinka sam pai m ati, nam un m em bawa pulang perem puan-perem puan
Dinka yang m asih cukup usia untuk dinikahi guna dinikahkan paksa
dengan laki-laki Nuer, dan juga membawa pulang balita Dinka untuk
dibesarkan sebagai orang Nuer. Orang-orang Yanomamo juga juga
tidak m em bunuh perem puan-perem puan dari pihak m usuh yang bisa
dikawini.
Peperangan total di antara m asyarakat tradisional juga berarti m e-
m obilisasi sem ua laki-laki, term asuk bocah-bocah Dani berusia enam
tahun sekalipun yang bertarung dalam pertem puran 6 Agustus 1961.
Tapi, perang negara biasanya dilangsungkan dengan balatentara pro-
fesional yang terdiri atas laki-laki dewasa dan hanya m erupakan per-
sentase kecil dari keseluruhan populasi. Grande Armée Napoleon
yang diboyongnya m enyerbu Rusia pada 1812 berjum lah 60 0 .0 0 0
orang dan karenanya terhitung besar sekali untuk standar peperangan
http://facebook.com/indonesiapustaka

negara abad ke-19, nam un jum lah itu m erepresentasikan kurang


daripada 10 % total populasi Prancis saat itu (sebenarnya bahkan lebih
sedikit lagi, karena se jum lah prajurit itu adalah sekutu yang bukan
m erupakan orang Prancis). Bahkan dalam balatentara negara m odern,
pasukan tem pur biasa nya kalah jum lah dari pasukan pendukung:
perbandingannya kini 1 banding 11 di Angkatan Darat AS. Orang-orang
Dani pasti mencibir ketidakmampuan balatentara Napoleon dan AS
188 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

untuk m enggalang pa sukan tem pur, yang diukur sebagai persentase


dari keseluruhan populasi masyarakat. Namun orang-orang Dani
akan m erasa akrab de ngan perilaku Sherm an dalam pergerakannya
m enuju ke laut, yang m engingatkan akan perilaku orang-orang Dani
saat penyerbuan fajar 4 J uni 1966, ketika m ereka m em bakar lusinan
pem ukim an dan m encuri babi.

Me n gakh iri p e ran g


Perbedaan besar yang tersisa antara peperangan suku dan negara,
setelah pem bedaan antara perang total dan perang terbatas, m elibatkan
perbedaan dalam kem udahan m engakhiri perang dan m enjaga per-
dam aian. Seperti yang ditunjukkan oleh Perang Dani di Bab 3, perang
yang dilangsungkan m asyarakat berskala kecil kerap kali m elibatkan
siklus pem bunuhan balas dendam . Kem atian yang diderita pihak
A m enuntut pihak A m em balas dendam dengan cara m em bunuh
seseorang dari pihak B, yang anggota-anggotanya lalu m enuntut pem -
ba lasan dendam kem atian di pihak m ereka terhadap pihak A. Siklus
itu baru berakhir ketika salah satu pihak berhasil dim usnahkan atau
diusir, atau ketika kedua pihak sam a-sam a letih, sam a-sam a m enderita
banyak ke m atian, dan tidak satu pun yang m erasa bisa m em usnahkan
atau m engusir pihak yang satu lagi. Walaupun pertim bangan-pertim -
bangan serupa berlaku bagi penuntasan peperangan negara, negara dan
ke datuan besar berperang dengan tujuan yang jauh lebih terbatas dari-
pada kawanan dan suku: paling-paling hanya untuk m enaklukkan se lu-
ruh teritori m usuh.
Namun lebih sulit bagi suku daripada bagi negara (dan kedatuan
besar yang tersentralisasi) untuk m encapai keputusan m engakhiri
pertarungan, dan m erundingkan gencatan senjata dengan m usuh—
karena negara m em iliki pengam bilan keputusan tersentralisasi dan
juru runding, sem entara suku tidak m em iliki kepem im pinan ter pu sat
dan sem ua orang bebas berpendapat. Lebih sulit lagi bagi suku dari-
pada bagi negara untuk m em pertahankan perdam aian, begitu gencatan
http://facebook.com/indonesiapustaka

sen jata berhasil dirundingkan. Dalam m asyarakat apa pun, entah itu
suku ataupun negara, pasti ada orang-orang yang tidak puas dengan
suatu perjanjian dam ai, dan yang ingin m enyerang m usuh karena
alasan-alasan pribadi, dan ingin m em provokasi pecahnya pertarungan
yang baru. Pem erintah negara yang m em egang m onopoli tersentralisasi
atas penggunaan kekuasaan dan kekuatan biasanya dapat m enahan
orang-orang berkepala panas itu; pem im pin suku yang lem ah tidak
MENGAKHIRI PERANG ● 189

bisa. Oleh karena itu perdam aian antarsuku biasanya rapuh dan
dengan cepat runtuh m enjadi siklus perang yang baru.
Perbedaan antara negara dan m asyarakat kecil tersentralisasi itu
m erupakan alasan utam a m engapa negara ada. Sejak lam a ada per-
de batan di antara para ilm uwan politik m engenai bagaim ana negara
m uncul, dan m engapa m assa yang diperintah m enoleransi raja, anggota
kongres, dan para birokrat. Pem im pin politik purnawaktu tidak m em -
bu didayakan m akanan sendiri, tapi m alah hidup dari m akanan yang
dibu didayakan oleh kaum tani. Bagaim ana bisa para pem im pin kita
m e yakinkan atau m em aksa kita untuk m em beri m ereka m akan, dan
m engapa kita biarkan m ereka tetap berkuasa? Filsuf Prancis J ean-
J acques Rousseau berspekulasi, tanpa bukti apa pun untuk m endukung
spe kulasinya, bahwa pem erintah m uncul sebagai hasil keputusan ra-
sional oleh m assa yang m enyadari bahwa kepentingan m ereka sen diri
akan terpenuhi dengan lebih baik di bawah seorang pem im pin dan
birokrat. Dalam sem ua kasus pem bentukan negara yang kini telah di-
ketahui oleh ahli sejarah, tidak ada perhitungan berpikiran jauh ke
depan seperti itu yang teramati. Negara justru muncul dari kedatuan
m e lalui persaingan, penaklukan, atau tekanan luar: kedatuan dengan
pengam bilan keputusan yang paling efektif lebih m am pu m enaklukkan
atau mengalahkan kedatuan lain dalam persaingan. Misalnya, antara
180 7 dan 1817, lusinan kedatuan yang terdiri atas orang-orang Zulu
di Afrika tenggara, yang secara tradisional berperang satu sam a lain,
m enjadi tergabung ke dalam satu negara di bawah salah seorang datu,
bernam a Dingiswayo, yang m enaklukkan sem ua datu pesaingnya
karena terbukti lebih sukses dalam m enem ukan cara terbaik untuk
m erekrut balatentara, m enyelesaikan perselisihan, m engga bungkan
kedatuan-kedatuan yang dikalahkan, dan m engelola teritorinya.
Terlepas dari keseruan dan gengsi pertarungan antarsuku, suku-
suku itu sendiri paling paham dibandingkan siapa pun tentang ke-
sengsaraan yang berkaitan dengan perang, bahaya yang terus-m enerus
ada, dan kedukaan akibat terbunuhnya orang-orang yang disayangi.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Ke tika peperangan antarsuku akhirnya berakhir berkat intervensi paksa


pem erintahan kolonial, suku-suku biasanya berkom entar m engenai
buah yang m ereka peroleh, yaitu peningkatan kualitas hidup yang tidak
bisa m ereka wujudkan sendiri sebelum nya, karena tanpa pem erintah
yang tersentralisasi m ereka tidak m am pu m em utuskan siklus pem -
bunuhan balas dendam . Ahli antropologi Sterling Robbins diberi tahu
oleh orang-orang Auyana di Dataran Tinggi Papua, “Hidup lebih baik
190 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

sejak pem erintah datang karena sekarang m ereka bisa m akan tanpa
perlu m ewaspadai apa yang ada di belakang m ereka, dan bisa pagi-pa gi
keluar rum ah untuk buang air kecil tanpa takut ditem bak. Sem ua orang
m engakui bahwa m ereka takut ketika bertarung. Bahkan, m ereka m e-
m andang aku seolah-olah aku sedem ikian dungunya sam pai-sam pai
yang begitu saja ditanyakan. Mereka mengaku bermimpi buruk berupa
ter pisah dari kawan-kawan sekelom poknya ketika bertarung dan tidak
bisa m elihat jalan pulang.”
Reaksi itu m enjelaskan m engapa secara m engejutkan perwira
patroli Australia dan polisi pribum i dalam jum lah kecil dapat dengan
m u dahnya m engakhiri peperangan antarsuku di apa yang saat itu m e-
rupakan teritori Papua Nugini. Mereka menyambangi satu desa yang
sedang berperang, m em beli seekor babi, m enem bak babi itu un tuk
m enunjukkan kekuatan senjata api, m erubuhkan perbentengan desa
dan m enyita perisai perang kelom pok-kelom pok yang berperang agar
akan lebih m em atikan bila ada yang berani-berani m em ulai pe rang,
dan terkadang m enem bak orang-orang Papua yang berani m e nye rang
m ereka. Tentu saja, orang-orang Papua bersifat pragm atik dan bisa
mengenali kekuatan senjata api. Namun kita mungkin tidak mem-
perkirakan betapa m udahnya m ereka m eninggalkan peperangan yang
telah m ereka lakukan selam a ribuan tahun, padahal pencapaian dalam
perang telah dipuji-puji sejak m asa kanak-kanak dan dianggap sebagai
har ga diri laki-laki.
Penjelasan atas hasil yang m engejutkan itu adalah orang-orang
Papua m enghargai m anfaat perdam aian yang dijam in oleh negara
yang tidak m am pu m ereka capai sendiri tanpa pem erintahan negara.
Misalnya, pada 1960-an saya menghabiskan waktu sebulan di satu
daerah yang baru saja didam aikan di Dataran Tinggi Papua, di m ana
20 .0 0 0 penduduk Dataran Tinggi yang sam pai kira-kira satu da sa-
warsa sebelum nya m asih terus berperang satu sam a lain, kini hidup
dam ai bersam a satu orang perwira patroli Australia dan sege lintir polisi
Papua Nugini. Ya, perwira patroli dan para polisi itu punya senjata
http://facebook.com/indonesiapustaka

api, dan orang-orang Papua tidak. Namun bila orang-orang Papua


itu benar-benar ingin kem bali bertarung, m udah sekali bagi m ereka
untuk m em bunuh si perwira patroli dan polisi-polisinya di m alam hari,
atau menyergap mereka di siang hari. Mereka bahkan tidak mencoba
m elakukan itu. Artinya m ereka telah m e m aham i keuntungan terbesar
pem erintahan negara: terwujudnya per da m aian.
EFEK KONTAK DENGAN ORANG-ORANG EROPA ● 191

Efe k ko n tak d e n gan o ran g-o ran g Ero p a


Apakah peperangan tradisional m eningkat, m enurun, atau tidak ber-
ubah setelah ada kontak dengan orang-orang Eropa? Ini bukan per-
ta nyaan yang m udah dijawab, sebab bila kita percaya bahwa kontak
m e m ang m em pengaruhi intensitas peperangan tradisional, m aka kita
secara otom atis tidak akan m em percayai catatan m engenai perang
yang dibuat oleh pengam at luar karena telah dipengaruhi oleh si
pengam at dan tidak m enggam barkan kondisinya yang asli. Lawrence
Keeley m enggunakan analogi yaitu m enganggap bahwa bagian dalam
sem angka berwarna putih dan m enjadi m erah hanya setelah dipotong
dengan pisau: ba gaim ana kita bisa m enunjukkan bahwa sem angka
m em ang benar-benar m e rah sebelum dipotong terbuka untuk m e-
m eriksa warnanya?
Tapi, berlim pahnya bukti arkeologis dan catatan lisan m e ngenai
perang sebelum kontak dengan orang Eropa seperti yang dibahas
sebelum nya m em buat kita sem akin tidak m ungkin saja bersikeras
bahwa orang-orang tradisional pada awalnya cinta dam ai, sam pai
kem u dian orang-orang Eropa yang jahat itu m uncul dan m engacaukan
segalanya. Tidak diragukan bahwa kontak dengan orang Eropa atau
bentuk-ben tuk lain pem erintahan negara dalam jangka panjang nyaris
selalu m engakhiri atau m engurangi peperangan, sebab sem ua pe m e-
rintahan negara tidak ingin perang m engganggu pengelolaan teri-
torinya. Berbagai pe ne litian terhadap kasus-kasus yang diam ati secara
etnograis membuat jelas bahwa, dalam jangka pendek, dimulai-
nya kontak dengan orang-orang Eropa dapat m eningkatkan ataupun
m engurangi pertarungan, karena alasan-alasan yang m encakup per-
senjataan yang diper ke nalkan oleh orang-orang Eropa, penyakit, ke-
sem patan dagang, dan pe ningkatan atau penurunan persediaan
m akanan.
Salah satu contoh yang dim engerti dengan baik m engenai pe ning-
katan pertarungan jangka pendek sebagai akibat kontak de ngan orang-
orang Eropa adalah yang terjadi pada penduduk asli Selandia Baru
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang berdarah Polinesia, orang-orang Maori, yang mulai bermukim di


Selandia Baru sejak sekitar 1200 M. Penggalian-penggalian arkeologis
terhadap benteng-benteng Maori memberikan bukti akan adanya
peperangan Maori yang terjadi di mana-mana lama sebelum orang-
orang Eropa tiba. Catatan-catatan buatan para penjelajah pertam a
dari Eropa sejak 1642, dan buatan para pem ukim Eropa pertam a
sejak 1790-an, menjabarkan pembunuhan oleh orang Maori terhadap
192 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

orang-orang Eropa m au pun terhadap satu sam a lain. Sejak sekitar


1818 sam pai 1835, dua produk yang diperkenalkan oleh orang-orang
Eropa m em icu lon jakan sem entara dalam hal tingkat kem atian yang
disebabkan oleh peperangan Maori, dalam sebuah episode yang
dalam sejarah Selandia Baru dikenal sebagai Perang Bedil. Salah satu
faktornya tentu saja ada lah diperkenalkannya bedil, yang digunakan
orang-orang Maori untuk saling membunuh secara jauh lebih eisien
daripada yang bisa m e reka lakukan sebelum nya hanya dengan gada.
Faktor lain m ungkin pada awalnya m em buat Anda terkejut: kentang,
yang biasanya tidak kita anggap sebagai pendorong utam a perang.
Namun ternyata durasi dan ukuran ekspedisi Maori untuk menyerang
kelompok-kelompok Maori lain sebelumnya dibatasi oleh jumlah
makanan yang bisa dibawa sebagai bekal para prajurit. Makanan pokok
asli Maori adalah ubi. Kentang yang diperkenalkan oleh orang-orang
Eropa (walaupun ber asal dari Am erika Selatan) jauh lebih produktif
di Selandia Baru daripada ubi, m enghasilkan lebih banyak surplus
m akanan, dan m e m ungkinkan pengirim an ekspedisi penyerbuan
yang lebih besar untuk waktu yang lebih lam a daripada yang bisa
dilakukan orang-orang Maori tradisional yang bergantung kepada
ubi. Setelah tibanya kentang, ekspedisi-ekspedisi sampan Maori yang
bertujuan memperbudak atau membunuh orang-orang Maori lain
pun memecahkan semua rekor jarak Maori dengan menempuh jarak
m encapai ribuan kilom eter. Pada awalnya ha nya segelintir suku yang
hidup di daerah-daerah tem pat saudagar Eropa berm ukim yang bisa
m em peroleh bedil, yang m ereka gunakan untuk m enghancurkan suku-
suku yang tak m em iliki bedil. Seiring m e nyebarnya bedil, Perang Bedil
pun m encapai puncaknya ketika se m ua suku yang m asih ada m em iliki
bedil, sehingga tidak ada lagi suku tanpa bedil yang bisa m enjadi
sasaran em puk, dan Perang Bedil pun lam a-kelam aan reda.
Di Fiji, diperkenalkannya bedil Eropa pada sekitar 180 8 m em -
buat orang-orang Fiji bisa m em bunuh lebih banyak orang daripada
yang secara tradisional bisa m ereka lakukan dengan gada, tom bak,
http://facebook.com/indonesiapustaka

dan anak panah. Senjata api, kapal, dan kapak baja Eropa untuk
sem entara m em fasilitasi perang antar-pulau di Ke pu lauan Solom on
pada abad ke-19: tidak seperti kapak batu, kapak baja bisa m em enggal
banyak orang tanpa m enjadi tum pul. Serupa dengan itu, senjata api
dan kuda Eropa m erangsang peperangan di Great Plains Am erika
Utara, sedangkan senjata api dan pem beli budak dari Eropa m em icu
perang di Afrika Tengah. Untuk m asing-m asing m a sya rakat yang baru
EFEK KONTAK DENGAN ORANG-ORANG EROPA ● 193

saja saya sebutkan, peperangan telah m arak lam a se belum orang-


orang Eropa tiba, nam un efek orang Eropa m e nyebabkan peperangan
m enjadi sem akin parah untuk beberapa dasa warsa (Selandia Baru, Fiji,
Kepulauan Solom on) atau beberapa abad (Great Plains, Afrika Tengah)
sebelum akhirnya reda.
Dalam kasus-kasus lain, tibanya orang-orang Eropa atau orang-
orang luar lainnya justru m enyebabkan perang berakhir tanpa bukti
pe ningkatan awal apa pun. Di banyak bagian Dataran Tinggi Papua,
orang-orang Eropa pertam a yang tiba m erupakan patroli pem erintah
yang segera m engakhiri peperangan sebelum para saudagar dan
m isionaris dari Eropa, atau bahkan barang-barang dagangan Eropa
yang diteruskan secara tidak langsung bisa m uncul. Sewaktu pertam a
kali dipelajari oleh para ahli antropologi pada 1950 -an, kawanan
!Kung Afrika tidak lagi saling m enyerbu, walaupun frekuensi pem -
bunuhan individual di dalam kawanan atau antara kawanan-ka-
wanan yang bertetangga tetap tinggi sam pai 1955. Em pat dari lim a
pem bu nuhan terakhir (pada 1946, 1952, 1952, dan 1955) berbuntut
pada diseretnya para pem bunuh itu ke penjara oleh pem erintahan
Tswana, dan hal itu ditam bah tersedianya pengadilan Tswana untuk
m e nyelesaikan perselisihan m em buat orang-orang !Kung pun m e-
ninggalkan pembunuhan sebagai cara memecahkan konlik setelah
1955. Tapi, sejarah lisan !Kung m elaporkan serbuan-serbuan antar-
kawanan beberapa generasi sebelum nya, sam pai m asa ketika kontak
dengan Tswana yang sem akin m eningkat m em perkenalkan besi untuk
m ata panah dan perubahan-perubahan lainnya. Entah bagaim ana,
kontak tersebut m enyebabkan berakhirnya penyerbuan lam a sebelum
polisi Tswana m engintervensi untuk m enangkap pem bunuh.
Contoh saya yang terakhir berasal dari Alaska barat laut, tem pat
orang-orang Inuit Yupik dan Iñupiaq bertarung dan saling m enum pas,
sam pai satu dasawarsa atau satu generasi setelah kontak dengan orang-
orang Eropa—bukan karena perwira pa troli, polisi, dan pengadilan
m elarang perang, m elainkan karena akibat-akibat lain kontak tersebut.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Berakhirnya peperangan Yupik dika ta kan disebabkan oleh wabah cacar


api tahun 1838 yang sa ngat m engurangi populasi sejum lah kelom pok.
Berakhirnya pe pe rangan Iñupiaq tam paknya disebabkan oleh obsesi
kronik Iñupiaq ter ha dap per da gangan, dan terhadap kesem patan-
kesem patan baru yang jauh m e ningkat untuk berdagang bulu dengan
orang-orang Eropa yang m en jalin kontak teratur dengan m ereka secara
194 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

sem akin intensif setelah 1848: peperangan terus-m enerus jelas akan
m enghalangi kesepatan itu.
Dengan dem ikian, efek jangka panjang orang-orang Eropa, Tswana,
ataupun kontak luar lainnya dengan negara atau kedatuan nyaris selalu
berupa diredam nya peperangan antarsuku. Efek jangka pendeknya
berm acam -m acam , bisa berupa langsung teredam nya peperangan
atau pun m alah peningkatan sem entara yang kem udian diikuti oleh
pengekangan. Tidak bisa dikatakan bahwa peperangan tradisional
m erupakan akibat kontak dengan orang-orang Eropa.
Terlepas dari itu, ada sejarah panjang penyangkalan terhadap pe-
pe rangan tradisional oleh cendekiawan Barat. J ean-J acques Rousseau,
yang sudah disebutkan sebelum nya berkaitan de ngan teori spe-
kulatifnya m engenai pem bentukan negara yang tidak dida sarkan pada
bukti em piris apa pun, m engajukan teori yang sam a spekulatif dan
tidak berdasarnya m engenai peperangan: dia m engklaim bahwa secara
kodrati m anusia bersifat penuh kasih sayang, dan perang baru dim ulai
seiring kemunculan negara. Sebagian besar ahli etnograi terlatih yang
m em pelajari m asyarakat-m asyarakat tradisional pada abad ke-20
m endapati kawanan dan suku yang telah didam aikan oleh pem erintah
kolonial, sam pai sejum lah ahli antropologi m am pu m enyaksikan con-
toh-contoh terakhir peperangan tradisional pada 1950 -an dan 1960 -
an di Dataran Tinggi Papua dan Am azonia. Para ahli arkeologi yang
m enggali perbentengan yang dikaitkan dengan peperangan kuno telah
kerap kali m elewatkan, m engabaikan, atau m en cari-cari penjelasan
bagi hal-hal yang m ereka tem ukan, m isalnya m enganggap parit-parit
dan tiang-tiang pertahanan yang m engelilingi suatu desa hanya sebagai
"pembatas" atau "simbol eksklusi". Namun bukti mengenai peperangan
tradisional, entah itu berdasarkan pengam at an langsung, sejarah lisan,
ataupun bukti arkeologis, sede m ikian ber lim pah sehingga kita harus
bertanya-tanya: m engapa m asih saja ada per debatan m engenai arti
pentingnya?
Salah satu alasannya adalah kesulitan-kesulitan yang nyata, seperti
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang sudah kita bahas sebelum nya, dalam m engevaluasi peperangan


tra disional dalam kondisi-kondisi sebelum kontak atau pada awal
kontak. Para prajurit dengan cepat m em aham i bahwa para ahli antro-
pologi yang ber kun jung tidak m enyukai perang, dan para prajurit
cenderung tidak m em bawa serta para ahli antropologi kala m enyerbu
atau m em biarkan m e reka m em otret pertem puran tanpa diganggu:
kesempatan merekam ilm yang diperoleh Ekspedisi Peabody Harvard
EFEK KONTAK DENGAN ORANG-ORANG EROPA ● 195

di antara orang-orang Dani sungguh unik. Alasan lain adalah bahwa


efek jangka pen dek kontak orang-orang Eropa terhadap peperangan
antarsuku da pat berupa peningkatan ataupun penurunan dan harus
dievaluasi kasus demi kasus dengan pikiran terbuka. Namun penyang-
kalan luas m e ngenai peperangan tradisional tam paknya tidak berkaitan
dengan m asalah-m asalah itu dan ketidakpastian bukti itu sendiri,
m elainkan m elibatkan keengganan m enerim a keberadaan m aupun arti
penting bukti. Mengapa?
Bisa jadi ada beberapa alasan yang m enyebabkannya. Para cende-
kiawan cenderung menyukai, mengidentiikasi diri, atau bersimpati
de ngan m asyarakat tradisional yang m enjadi tem an hidup m ereka
selam a be berapa tahun. Para cendekiawan m enganggap perang itu
buruk, tahu bahwa sebagian besar pem baca m onograf m ereka juga
akan m enganggap perang buruk, dan tidak ingin "kawan-kawan" tra-
disional m ereka dipandang buruk. Satu alasan lagi m elibatkan klaim -
klaim tidak ber dasar (akan dibahas di bawah) bahwa peperangan
m anusia m em iliki dasar genetik yang tidak bisa diubah. Anggapan
itu m em bim bing kepada asum si keliru bahwa perang tidak akan bisa
dihentikan, sehingga tim bul ke engganan m engakui kesim pulan yang
tam pak m enyedihkan bahwa perang m em ang secara tradisional ter-
sebar luas. Satu alasan lagi adalah bahwa sejum lah pem erintah negara
atau kolonial ingin m engusir pen du duk asli dengan cara m e naklukkan
atau m erebut tanah m ereka, atau tidak m em pedulikan pem bantaian
terhadap mereka. Mengecap masyarakat tradisional sebagai suka
berperang digunakan sebagai alasan untuk m em benarkan per lakuan
buruk itu, sehingga para cendekiawan berusaha m enyingkirkan alasan
itu dengan m encoba m em bersihkan penduduk asli dari tuduhan
sebagai penyuka perang.
Saya bersim pati dengan para cendekiawan yang m urka akibat
perlakuan buruk terhadap penduduk asli. Namun penyangkalan ter-
hadap ke nyataan peperangan tradisional akibat penyalahgunaan
politik atas ke nyataan itu m erupakan strategi yang buruk, untuk alasan
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang sam a yang m enyebabkan penyangkalan terhadap kenyataan lain


m ana pun untuk tujuan politik terpuji apa pun m erupakan strategi
yang buruk. Alasan untuk tidak m em perlakukan penduduk asli secara
buruk bu kan lah karena m ereka telah dituduh secara keliru sebagai
penyuka perang, m e lainkan karena m em perlakukan m ereka dengan
buruk adalah suatu ketidakadilan. Fakta-fakta m engenai peperangan
tradisional, seperti juga fakta-fakta m engenai fenom ena kontroversial
196 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

lainnya yang bisa diam ati dan diteliti, pada akhirnya m ungkin terkuak.
Sewaktu fakta-fakta itu terkuak, bila para cendekiawan selam a ini
m enyangkal ke nya taan peperangan tradisional untuk tujuan politik
yang terpuji, ditem ukannya fakta-fakta itu akan m eruntuhkan tujuan
politik yang terpuji. Hak-hak penduduk pribum i harus ditegakkan
berdasarkan alasan m oral, bukan dengan m em buat-buat klaim -klaim
palsu yang rawan dibantah.

H e w an yan g ge m ar be rp e ran g, m an u s ia yan g p e cin ta


d am ai
Bila kita mendeinisikan perang seperti yang saya deinisikan di
halam an 131—”kekerasan berulang-ulang antara kelom pok-kelom pok
yang m erupakan anggota unit politik yang bersaing, dan disetujui oleh
unit-unit tersebut”—dan bila kita m em andang "unit politik" dan "di-
setujui" dalam pengertian luas, m aka perang bukan hanya dilakukan
m anusia, m elainkan juga sejum lah spesies hewan. Spesies yang paling
sering disebutkan dalam pem bahasan m engenai perang m anusia ada-
lah sim panse biasa, sebab sim panse m erupakan salah satu dari dua he-
wan kerabat terdekat kita yang m asih ada. Perang di antara sim panse
m e nyerupai peperangan di antara kawanan dan suku m anusia, karena
terdiri atas pertem uan kebetulan atau kalau tidak serbuan yang seperti-
nya disengaja dan m elibatkan pejantan dewasa. Kalkulasi tingkat ke m a-
tian terkait perang pada sim panse, 0 ,36% per tahun (alias 36 sim panse
per tahun dalam populasi berjum lah 10 .0 0 0 ), m irip dengan kalkulasi
untuk m asyarakat-m asyarakat tradisional m anusia. Apakah ini berarti
bahwa peperangan diwariskan kepada m anusia dalam garis keturunan
dari sim panse nenek m oyang kita, jadi peperangan m e m iliki dasar
genetik, dan kita sudah dari sananya terprogram untuk berperang,
sehingga perang tak ter hindarkan dan tak bisa dicegah?
J awaban untuk keem pat pertanyaan itu adalah tidak. Sim panse
bu kan nenek m oyang m anusia; sim panse dan m anusia sam a-sam a
keturunan nenek m oyang bersam a yang hidup sekitar 6.0 0 0 .0 0 0
http://facebook.com/indonesiapustaka

tahun lalu, dan sesudahnya sim panse m odern m ungkin m engalam i


lebih banyak perubahan daripada m anusia m odern. Tidak sem ua ke-
turunan nenek m oyang bersam a itu suka berperang: bonobo (ta dinya
disebut sim panse kerdil), yang secara genetis berjarak sa m a dengan
kita sebagaim ana sim panse dengan kita, sehingga m erupakan satu
lagi dari kedua hewan kerabat terdekat kita, juga berasal dari nenek
m oyang yang sam a itu nam un belum pernah diam ati berperang; dan
HEWAN YANG GEMAR BERPERANG, MANUSIA YANG PECINTA DAMAI ● 197

sejum lah m asyarakat tradisional m anusia juga tidak berperang. Di an-


tara spesies-spesies hewan sosial selain sim panse, beberapa di antara-
nya (m isalnya singa, serigala, hyena, dan sejum lah spesies sem ut) di-
ke tahui m elaksanakan pertarungan m em atikan antar-kelom pok, se-
m entara spesies-spesies lain tidak diketahui m elakukan itu. Terbukti,
pe rang m uncul secara berulang-ulang dan sendiri-sendiri, nam un
bu kan berarti tidak terhindarkan di antara hewan-hewan sosial pada
um um nya, tidak juga di dalam garis evolusioner m anusia-sim panse
khususnya, tidak juga di antara m asyarakat-m asyarakat m anusia
m odern lebih khususnya lagi. Richard Wrangham berargum en bahwa
dua ciri m em bedakan spesies-spesies sosial yang berperang de ngan
yang tidak: kom petisi sengit m em perebutkan sum ber daya, dan ada-
nya kelom pok-kelom pok berbeda ukuran yang m em buat kelom pok
besar kadang-kadang berjum pa dengan kelom pok-kelom pok kecil atau
hewan-hewan individual yang bisa dengan am an m ereka serang dan
kalahkan berkat keunggulan jum lah dengan risiko kecil bagi para pe-
nyerang.
Sedangkan m engenai dasar genetik peperangan m anusia, tentu saja
dasar genetik itu ada, dalam pengertian yang sam a luas dan jauhnya
de ngan dasar genetik bagi kerjasam a dan berbagai perilaku m anusia
yang sungguh beranekaragam itu. Dengan kata lain, otak, horm on,
dan naluri m anusia pada dasarnya dibangun oleh gen, m isalnya gen-
gen yang m engendalikan sintesis horm on testosteron yang berkaitan
dengan perilaku agresif. Tapi, kisaran norm al perilaku agresif, seperti
kisaran norm al tinggi badan, dipengaruhi oleh berbagai gen serta oleh
faktor-faktor lingkungan dan sosial (m isalnya efek gizi pada m asa
kanak-kanak terhadap tinggi badan). Itu tidak seperti sifat-sifat gen-
tunggal sem isal hem oglobin sel sabit, yang diproduksi oleh pem bawa
gen tersebut tak peduli seperti apa gizi yang dim akan pada m asa kanak-
kanak, gen-gen lain, ataupun persaingan lingkungan yang dialam i.
Seperti peperangan, kerja sam a yang m erupakan kebalikan peperangan
pun tersebar luas nam un diekspresikan secara berbeda-beda oleh
http://facebook.com/indonesiapustaka

m asya rakat-m asyarakat m anusia. Kita sudah lihat di Bab 1 bahwa ker-
ja sam a antara m asyarakat-m asyarakat m anusia yang bertetangga
didorong oleh kondisi-kondisi lingkungan tertentu, m isalnya naik
turunnya jum lah sum ber daya pada atau antara tahun-tahun tertentu,
dan apakah suatu teritori m engandung sem ua sum ber daya yang
dibutuhkan untuk hidup berswasem bada atau tidak. Kerja sam a antara
m asyarakat-m asyarakat berskala kecil yang bertetangga bukanlah
198 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

tidak ter hin dar kan atau terprogam secara genetis; ada alasan-alasan
m engapa sejum lah m asyarakat lebih banyak bekerja sam a sem entara
sejum lah m asyarakat lain kurang bekerja sam a.
Serupa dengan itu, ada alasan-alasan eksternal m engapa sejum lah
m a syarakat m anusia bersifat dam ai, sem entara yang lain tidak. Ke-
banyakan m asyarakat negara m odern pernah terlibat dalam berbagai
perang yang terjadi belum lam a ini, nam un segelintir di antaranya tidak
pernah, untuk alasan-alasan yang bisa dipahami. Negara di Amerika
Tengah, Kosta Rika, sudah lam a tidak berperang, dan bahkan m em -
bubarkan angkatan bersenjatanya pada 1949, sebab populasi dan
kondisi-kondisi sosial m asa lalunya m enghasilkan tradisi yang rela-
tif egaliter dan demokratik, dan kedua tetangganya (Nikaragua dan
Panam a) tidaklah m engancam dan tidak m enawarkan sasaran apa pun
yang sangat berharga untuk ditaklukkan terkecuali Terusan Panam a,
yang akan dipertahankan oleh Angkatan Darat AS seandainya saja
Kosta Rika cukup dungu untuk berinvestasi m em persiapkan bala-
tentara guna m enyerang terusan tersebut. Swedia dan Swiss sudah
lam a tidak berperang (walaupun dulu Swedia pernah berperang), sebab
kini m ereka m em iliki tetangga-tetangga yang agresif serta berkekuatan
dan berpenduduk jauh lebih besar (J erm an, Prancis, dan Rusia) yang
tidak bisa m ereka kalahkan sendiri, dan karena m ereka telah berhasil
m en ce gah tetangga-tetangga itu m enyerang m ereka dengan cara m em -
persenjatai diri selengkap-lengkapnya.
Seperti negara-negara m odern yang tidak pernah terlibat perang
be la kangan ini, sejum lah kecil m asyarakat tradisional juga tidak ber-
pe rang karena alasan-alasan yang bisa dipaham i. Orang-orang Eskim o
Kutub di Tanah Hijau sedem ikian terisolasi sehingga m ereka tidak
punya tetangga, tidak punya kontak dengan dunia luar, dan tidak ber-
kem ungkinan berperang m eskipun m ereka m enginginkannya. Ke tiada-
an perang juga telah dilaporkan dari segelintir kawanan kecil pem buru-
pengum pul nom aden yang hidup dalam kepadatan populasi yang am at
rendah, dalam lingkungan keras yang tidak produktif, de ngan wilayah
http://facebook.com/indonesiapustaka

jelajah yang luas, dengan sedikit atau m alahan tidak ada harta benda
yang layak dipertahankan atau direbut, dan relatif ter isolasi dari
kawanan-kawanan lain. Kawanan yang seperti itu antara lain adalah
orang-orang Indian Shoshone di Great Basin AS, orang-orang Indian
Siriono di Bolivia, sejum lah suku gurun di Aus tralia, dan orang-orang
Nganasan di Siberia utara. Masyarakat petani tanpa sejarah perang
antara lain orang-orang Indian Machiguenga di Peru, yang hidup di
MOTIF PERANG TRADISIONAL ● 199

lingkungan hutan m arjinal yang tidak diinginkan orang lain, tanpa


kantong-kantong lahan subur yang cukup padat atau bisa diandalkan
sehingga m engundang perang atau usaha m em pertahankannya, dan
dengan kepadatan populasi yang saat ini rendah, ba rangkali akibat
penurunan drastis populasi belum lam a ini pada m asa lon jakan
perm intaan karet.
Dengan dem ikian, kita tidak bisa m engklaim bahwa sejum lah m a-
sya rakat m em iliki sifat bawaan atau dasar genetik sebagai pencinta
dam ai, sem entara yang lain terlahir sebagai pencinta perang. Seba-
liknya, tam paknya m asyarakat bisa berperang ataupun tidak, bergan-
tung pada apakah ada m anfaat bagi m ereka untuk m em ulai perang
dan/ atau apakah perlu m ereka m em pertahankan diri dari perang yang
dim ulai oleh orang lain. Kebanyakan m asyarakat m em ang pernah am -
bil bagian dalam perang, nam un segelintir lainnya tidak pernah, untuk
alasan-alasan yang bagus. Meskipun masyarakat-masyarakat yang
be lum pernah terlibat perang itu terkadang diklaim m em iliki pem -
ba waan lem but (m isalnya orang-orang Sem ang, !Kung, dan Pigm i
Afrika), orang-orang yang lem but itu tetap m em iliki kekejam an dalam
kelom pok ("pem bunuhan"); m ereka hanya punya alasan untuk tidak
m ela ku kan kekejam an terorganisasi antar-kelom pok yang sesuai de-
ngan deinisi perang. Ketika orang-orang Semang yang biasanya lem-
but dire krut angkatan darat Britania pada 1950 -an untuk m encari
dan membunuh para pemberontak Komunis di Malaya, orang-orang
Sem ang pun m em bunuh dengan antusias. J uga tidak ada gunanya
berdebat m e ngenai apakah m anusia m em iliki sifat bawaan kejam atau
m alah m em iliki sifat bawaan senang bekerja sam a. Sem ua m asyarakat
m anusia m elakukan kekejam an dan juga kerja sam a; sifat m ana yang
m uncul m endom inasi bergantung pada situasi.

Mo tif p e ran g trad is io n al


Mengapa masyarakat tradisional berperang? Kita dapat mencoba men-
jawab pertanyaan ini dalam beberapa cara. Metode yang paling mudah
http://facebook.com/indonesiapustaka

adalah tidak m encoba m enafsirkan m otif-m otif yang dikatakan atau


dipikirkan orang, nam un sem ata m engam ati keuntungan-keuntungan
apa yang diperoleh masyarakat yang menang perang. Metode kedua
adalah m enanyai orang-orang m e ngenai m otif m ereka ("penyebab
langsung perang"). Metode yang satu lagi adalah mencoba mencari
tahu apa sebenarnya m otif yang m en da sari perang ("penyebab dasar
perang").
200 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

Masyarakat-masyarakat tradisional yang menang perang diamati


m em peroleh banyak keuntungan. Sejum lah keuntungan terbesar, yang
disebutkan sesuai urutan abjad tanpa upaya m engurutkan sesuai arti
penting, adalah anak-anak yang ditangkap, babi, budak, gengsi, hak
berdagang, istri, kepala (bagi pengayau), kuda, m akanan, protein, sapi,
sum ber daya tanah (m isalnya daerah m em ancing, kebun buah, la dang,
kolam garam , dan tam bang batu), tanah, tubuh m anusia untuk di-
m akan (bagi kanibal).
Namun motif berperang yang diakui oleh orang-orang, seperti juga
m otif-m otif yang m ereka akui untuk keputusan penting lain apa pun,
m ungkin tidak ada hubungannya dengan keuntungan yang teram ati.
Dalam segi ini seperti juga dalam segi-segi kehidupan lain nya, orang
m ungkin tidak sadar atau tidak jujur m engenai hal yang m en do rong
m ereka. Apa yang m enurut orang-orang m erupakan m otif m ereka
berperang?
J awaban paling um um adalah "balas dendam " atas pem bunuhan
rekan sesuku atau sekawanan, karena sebagian besar pertem puran
antar suku didahului oleh pertem puran lain, bukan oleh periode per-
dam aian yang lam a. Contoh-contoh dari Perang Dani di Bab 3 adalah
keinginan balas dendam yang dirasakan oleh orang-orang Wilihim an
se telah pertem puran atau kem atian pada J anuari, 10 dan 27 April, 10
J uni, 5 J uli, dan 16 Agustus 1961, dan oleh orang-orang Widaia setelah
3 dan 10 April serta 29 Mei.
Bila pem balasan dendam m erupakan m otif utam a yang disebutkan
untuk m elanjutkan perang, m otif-m otif apa yang m em ulai perang? Di
Dataran Tinggi Papua, jawaban yang um um adalah "perem puan" dan
"babi". Bagi laki-laki Papua, sebagaim ana laki-laki dari bagian-bagian
lain dunia, perem puan m em unculkan perselisihan yang sem akin m e-
m anas ka rena perselingkuhan, m engabaikan suam i, diculik, diper kosa,
atau terlibat perselisihan soal m as ka win. Orang-orang Yanom am o
dan banyak kelom pok lain juga m enyebut perem puan sebagai pe-
nyebab utama perang. Ketika ahli antropologi Napoleon Chagnon
http://facebook.com/indonesiapustaka

berkesem patan m em beritahu salah seorang pem im pin Yanom am o m e-


ngenai orang-orang "kelom pok" Chagnon (m aksudnya orang-orang
Am erika dan Britania) "m enyerang" m usuh (orang-orang J erm an),
sang pem im pin m enebak, “Kalian barangkali m enyerang gara-gara
pencurian perempuan, ya?” Motif itu tidak lagi berlaku bagi masyarakat
negara m odern berskala besar. Tapi, asal-m ula Perang Troya yaitu
dirayunya istri Raja Menelaos, Helene, oleh putra Raja Priamos, Paris,
MOTIF PERANG TRADISIONAL ● 201

m erupakan kesaksian bahwa perem puan tetap m erupakan casus belli


setidaknya sam pai m asa m unculnya negara-negara kecil kuno.
Sedangkan m engenai ditem patkannya babi oleh orang-orang
Papua pada peringkat yang sam a dengan perem puan sebagai penyebab
perang, ingatlah bahwa babi bagi orang Papua bukan hanya sekadar
m akan an dan sum ber protein terbesar yang tersedia: babi adalah
m ata uang utam a yang m ewakili kekayaan dan gengsi, dan bisa ditu-
kar dengan perem puan se bagai kom ponen teram at penting dalam
m as kawin. Seperti perem puan, babi juga rawan berkeliaran dan
m eninggalkan "pem ilik", m u dah diculik atau dicuri, sehingga m em icu
perse lisihan tidak berkesudahan.
Bagi kelom pok-kelom pok m anusia selain orang-orang Papua,
spesies-spesies hewan peliharaan lain, terutam a sapi dan kuda, m eng-
gan tikan babi sebagai takaran kekayaan yang am at dihargai tinggi dan
penyebab perselisihan. Orang-orang Nuer terobsesi dengan sapi seperti
orang-orang Papua terobsesi dengan babi, dan tujuan utam a orang-
orang Nuer menyerbu orang-orang Dinka dan suku-suku Nuer lain
adalah untuk mencuri sapi. Sapi-sapi Nuer juga menjadi sumber per-
selisihan m engenai perdagangan dan kom pensasi (”Kam u tidak m em -
ba yar sapi-sapiku seperti yang kam u janjikan”). Seperti yang dirang-
kum oleh seorang laki-laki Nuer (dikutip oleh Evans-Pritchard), “Lebih
banyak orang yang telah tewas gara-gara sapi daripada gara-gara hal
lain nya.” Kuda dan pencurian kuda berperan seperti sapi dan babi
dalam m em icu perang di antara orang-orang Indian di Great Basin,
Am erika Serikat dan di antara kelom pok-kelom pok m a nusia di stepa-
stepa Asia. Banyak jenis benda selain perem puan dan hewan yang telah
m enyebabkan perang akibat diperebutkan, dicuri, atau diperselisihkan
di antara kelom pok-kelom pok m anusia.
Masyarakat berskala kecil berperang bukan hanya untuk mem-
peroleh perem puan sebagai istri, m elainkan juga untuk m em peroleh
individu-individu lain untuk tujuan-tujuan lain. Orang-orang Nuer
menangkap anak-anak Dinka untuk dibesarkan sebagai orang Nuer
http://facebook.com/indonesiapustaka

dan m em perbesar jum lah m ereka sendiri. Daftar panjang kelom pok-
ke lom pok m anusia pengayau yang berperang guna m enangkap dan
m em bunuh m usuh dem i m em peroleh kepala antara lain ada lah orang-
orang Asmat dan Marind di Papua, orang-orang Roviana di Kepulauan
Solom on, dan berbagai kelom pok m anusia lain di Asia, Indonesia,
Kepulauan Pasiik, Irlandia, Skotlandia, Afrika, dan Amerika Selatan.
Orang-orang kanibal yang m em akan m usuh yang tertangkap atau
202 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

tewas antara lain orang-orang Karib, beberapa kelom pok m anusia


di Afrika dan Am erika, sejum lah orang Papua, dan banyak penduduk
pulau-pulau di Pasiik. Menangkap musuh untuk memanfaatkan me-
reka sebagai budak dilakukan oleh sejum lah kedatuan dan suku yang
kom pleks seperti orang-orang Papua barat daya, penduduk Kepulauan
Solom on sebelah barat, Penduduk Pribum i Am erika di Am erika Serikat
Barat Laut dan Florida, serta orang-orang Afrika Barat. Perbudakan di-
jalankan dalam skala besar oleh banyak atau barangkali kebanyakan
m a syarakat negara, term asuk Yunani kuno, Kekaisaran Rom awi,
Tiongkok, Kesultanan Turki Osm ani, dan koloni-koloni Eropa di Dunia
Baru.
Ada setidaknya dua alasan lain yang kerap kali diajukan oleh orang-
orang tradisional sendiri sebagai m otif perang. Salah satunya ada-
lah sihir: di Papua dan banyak m asyarakat berskala kecil lain, sihir
m enjadi alasan bagi hal buruk apa pun yang terjadi (m isalnya penya-
kit atau kem atian yang akan kita anggap sebagai alam iah), akibatnya
seorang tukang tenung yang m erupakan m usuh yang harus ditem ukan
dan dibunuh. Motif satu lagi adalah pandangan umum bahwa te-
tangga m ereka pada dasarnya bersifat buruk, jahat, bukan m anusia,
khianat sehingga layak diserang, tak peduli apakah m ereka baru saja
m elakukan suatu hal jahat tertentu atau tidak. Saya telah m enyebutkan
satu contoh dari Papua di Bab 3: jawaban seorang laki-laki Dani
Wilihim an kepada seorang perem puan Dani m engenai m engapa
dia m encoba m em bunuh seorang Dani Widaia. ("Orang-orang itu
musuh kita. Mengapa kita tidak boleh bunuh mereka?—mereka bukan
m anusia.")
Sebagai tambahan bagi semua konlik gara-gara manusia dan he-
wan yang dijadikan motif perang, konlik tanah sering disebutkan
sebagai m otif. Salah satu contoh tipikal adalah perselisihan soal tanah
yang saya jabarkan di Bab I, antara tem an-tem an saya dari pegunungan
Papua dan orang-orang sungai tetangga m ereka dalam m em perebutkan
punggung bukit antara desa-desa m ereka.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Pe n ye bab m e n d as ar
Penyebutan satu per satu m otif yang diajukan oleh anggota m asyarakat
berskala kecil m engenai m engapa m ereka ber pe rang—perem puan,
anak-anak, kepala, dan lain sebagainya—bukan ber arti daftar itu
sudah lengkap. Tapi, dari situ sudah cukup jelas bahwa m otif-m otif
yang dise butkan itu saja bukan m erupakan pen jelasan m em uaskan
PENYEBAB MENDASAR ● 203

bagi peperangan tradisional. Tetangga setiap orang punya perem puan,


anak-anak, kepala, dan bagian tubuh yang bisa dim akan, dan banyak
ataupun sebagian besar tetangga tradisional m e m iliki hewan peli-
haraan, m em praktikkan tenung, dan dapat dipandang sebagai jahat.
Perebutan atau perselisihan atas orang-orang dan benda-benda itu ti-
dak senantiasa m em icu perang. Bahkan dalam m asyarakat-m asya rakat
yang sangat gem ar berperang, tanggapan yang biasa diberikan terhadap
perselisihan yang m uncul adalah berupaya m e nyelesaikannya secara
dam ai, m isalnya m elalui pem bayaran kom pensasi (Bab 2). Baru setelah
upaya-upaya penyelesaian secara dam ai gagal, pihak yang tersakiti
pun berpaling ke perang. Kalau begitu, m engapa negosiasi kom pensasi
lebih berkem ungkinan gagal di antara kelom pok-kelom pok m anusia
tertentu namun tidak di antara kelompok-kelompok lain? Mengapa ada
perbedaan-perbedaan sem acam itu, pa dahal perem puan dan m otif-
m otif lain yang didaku sebagai pem icu perang ada di m ana-m ana?
Faktor-faktor dasar di balik perang tidak selalu m erupakan fak-
tor-faktor yang langsung dipaham i atau dinyatakan sendiri oleh para
peserta perang. Misalnya, salah satu teori mengenai peperangan
Yanom am o yang diperdebatkan oleh para ahli antropologi m enganggap
bah wa tujuan dasarnya adalah m em peroleh protein yang jarang de ngan
cara m em astikan ketersediaan berlim pah hewan-hewan buruan. Tapi,
orang Yanom am o tradisional tidak tahu apa itu protein, dan m ereka
terus bersikeras m enyebutkan perem puan, bukan ke ter sediaan hewan
buruan, sebagai m otif m ereka berperang. Oleh karena itu, m eskipun
bila ternyata teori protein di balik peperangan Yanom am o itu benar
(dan barangkali sebenarnya tidak benar), kita tidak akan pernah
m engetahuinya dari orang-orang Yanom am o sendiri.
Sayangnya, m em aham i faktor-faktor dasar yang tidak bisa kita
tanyakan kepada orang jauh lebih sulit daripada m em aham i m otif-
m otif langsung yang orang bisa jabarkan kepada kita. Coba saja
renungkan kesulitan kita dalam m enentukan penyebab(-penyebab)
dasar Perang Dunia I, terlepas dari tersedianya banyak sekali dokum en
http://facebook.com/indonesiapustaka

relevan yang dipelajari oleh ratusan ahli sejarah yang m encurahkan


hidup m ereka de m i pekerjaan itu. Sem ua orang tahu bahwa penyebab
proksim at Perang Dunia I adalah pem bunuhan Erzherzog Franz Fer-
dinand, pewaris takhta Kekaisaran Habsburg, oleh nasionalis Serbia
Gavrilo Princip di Sarajevo pada 28 J uni 1914. Tapi, banyak kepala
negara dan pewaris takhta lain yang dibunuh tanpa m enyebabkan
konsekuensi-konsekuensi segawat itu, jadi apakah alasan-alasan dasar
204 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

yang m enyebabkan pem bunuhan yang satu itu m em icu Perang Dunia
I? Teori-teori yang diper debatkan m engenai penyebab(-penyebab)
ultim at Perang Dunia I m encakup sistem persekutuan pra-perang,
na sionalism e, ancam an ter hadap stabilitas dua kekaisaran m ulti-
etnik besar (Kekaisaran Habsburg dan Osm ani), bertam bah parahnya
perselisihan teritorial m em perebutkan Alsace-Lorraine dan pelayaran
m elalui Selat Dardanella, serta m eningkatnya kekuatan ekonom i
J erm an. Karena kita saja m asih belum bisa m enyepakati penyebab-
penyebab dasar Perang Dunia I, m aka kita tidak bisa harapkan bahwa
m em aham i penyebab-penyebab ultim at peperangan tradisional m eru-
pakan pekerjaan mudah. Namun orang-orang yang mempelajari pepe-
rangan tradisional m enikm ati satu keunggulan besar daripada yang
m em pelajari kedua perang dunia, da lam pengertian kam i m em iliki
pepe rangan tradisional dalam jum lah nyaris tak terbatas untuk
dibandingkan.
Faktor dasar yang paling sering diajukan sebagai penyebab pe-
perangan tradisional adalah perebutan lahan atau sum ber daya langka
lainnya seperti perikanan, sum ber garam , tam bang batu, atau tenaga
kerja m anusia. Terkecuali di lingkungan-lingkungan tak ram ah yang
selalu berubah dan kondisinya m enyebabkan po pulasi m anusia secara
periodis ataupun perm anen rendah, kelom pok-kelom pok m anusia ber-
tam bah besar guna m em anfaatkan lahan dan segala sum ber dayanya,
dan kem udian dapat sem akin m em besar hanya dengan cara yang
m erugikan kelom pok-kelom pok lain. Oleh karena itu m asyarakat ber-
perang guna m em perebutkan lahan atau sum ber daya m ilik kelom pok-
kelom pok lain, ataupun m em pertahankan lahan dan sum ber daya
yang hendak direbut kelompok-kelompok lain. Motif ini kerap kali
dinyatakan secara terang-terangan oleh pem e rintahan negara yang
berperang demi memperoleh lahan dan tenaga kerja. Misalnya, Hitler
m enulis dan berpidato tentang kebutuhan J erm an akan Lebensraum
(ruang hidup di sebelah tim ur), nam un orang-orang Rusia dan bangsa-
bangsa Slav lain hidup di sebelah tim ur J erm an, sehingga tujuan Hitler
http://facebook.com/indonesiapustaka

m em peroleh ruang hidup di sebelah tim ur untuk J erm an m enyebabkan


dia m enyerbu Polandia dan kem udian Rusia guna m enaklukkan,
m em perbudak, atau m enghabisi orang-orang Slav yang hidup di sana.
Teori bahwa kurangnya lahan dan sum ber daya m enyebabkan
perang diuji secara paling ekstensif oleh Carol dan Melvin Ember,
m enggunakan sam pel lintas-budaya sebanyak 186 m asyarakat. Dari in-
formasi etnograik mengenai masyarakat-masyarakat itu yang dirang-
PENYEBAB MENDASAR ● 205

kum dalam Hum an Relations Area Files (survei lintas-budaya besar),


Em ber dan Em ber m elakukan penghitungan m engenai beberapa
pe nyebab kekurangan sum ber daya: frekuensi kelaparan, bencana
alam sem isal kekeringan atau m usim dingin parah, dan kelangkaan
m akanan. Ternyata hasil-hasil penghitungan itu m erupakan alat pre-
diksi terkuat akan frekuensi perang. Kesim pulan para peneliti berda-
sarkan tem uan itu: orang ber perang guna m erebut sum ber daya (ter-
utam a lahan) dari m usuh, untuk m elindungi diri sendiri dari kelang-
kaan sum ber daya yang tidak bisa diperkirakan pada m asa depan.
Walaupun m asuk akal, tafsiran itu tidak beroperasi de ngan sede-
m ikian sederhana sam pai-sam pai sem ua cendekiawan m enerim anya.
Meskipun sejumlah perang tradisional memang berbuntut kabur-
nya pihak yang kalah dan didudukinya lahan m ereka oleh pihak yang
m enang, ada juga kasus-kasus ketika lahan yang ditinggalkan dibiarkan
tanpa penghuni selam a beberapa lam a. Perang tradisional tidak selalu
lebih sengit di daerah-daerah yang berpopulasi lebih padat, sebab
sejum lah habitat dan cara m enyam bung hidup dapat tanpa kesulitan
m enyokong kepadatan populasi yang jauh lebih tinggi daripada yang
bisa dilakukan habitat dan cara menyambung hidup lainnya. Misal-
nya, pem buru-pengum pul yang hidup dalam kepadatan 5 jiwa per
m il persegi di gurun lebih m erasakan kekurangan sum ber daya dan
tertekan untuk m engem bangkan wilayah jelajah dibandingkan petani
yang hidup dengan kepadatan 10 0 jiwa per m il persegi di lahan
pertanian yang subur, hangat, dan berair cukup. Dengan kata lain, yang
penting bukanlah kepadatan populasi itu sendiri, m elainkan kepadatan
populasi dalam kaitannya dengan kepadatan sum ber daya, yang m eng-
hasilkan kekurangan sum ber daya aktual ataupun potensial. Bila kita
m em bandingkan m asyarakat-m asyarakat tradisional dengan cara
hidup yang serupa dan hidup di habitat yang serupa dengan sum ber
daya yang serupa, frekuensi peperangan m em ang m eningkat se iring
peningkatan kepadatan populasi.
Faktor-faktor dasar lain yang diajukan untuk m enjelaskan pepe-
http://facebook.com/indonesiapustaka

rangan tradisional adalah faktor-faktor sosial. Manusia mungkin ber-


perang guna m encegah tetangga-tetangga m ereka yang m erepotkan
m e m asuki wilayah m ereka, m enyingkirkan tetangga-tetangga m ereka
se kalian, atau dem i m em peroleh reputasi garang dan karenanya m em -
per kecil kem ungkinan serangan oleh tetangga-tetangga yang tidak akan
ragu m enyerang kelom pok yang tidak punya reputasi suka m em per-
tahankan diri. Tafsiran sosial ini tidaklah bertentangan dengan teori
206 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

sebelum nya yang m enilai dari segi lahan dan sum ber daya: alasan dasar
m encegah tetangga tidak m em asuki wilayah m ungkin adalah m em -
pertahankan kendali ketat atas lahan dan sumber daya sendiri. Namun
pertim bangan-pertim bangan sosial patut disebutkan sebagai faktor
terpisah dari pertim bangan-pertim bangan sum ber daya, karena ke-
inginan untuk m enjaga jarak dengan tetangga dapat m enyebabkan m a-
syarakat m engam bil tindakan yang jauh lebih ekstrem daripada yang
dianggap diperlukan oleh m asyarakat lain yang hanya ingin m eng-
am ankan sum ber daya.
Misalnya, sampai sekitar 500 tahun lalu, populasi Finlandia ter-
pusat di pesisir laut, sem entara pedalam an Finlandia yang berhutan
ber penghuni jarang. Ketika keluarga-keluarga dan kelom pok-kelom pok
kecil m ulai berpindah sebagai kolonis ke pedalam an, m ereka m encoba
hidup sejauh m ungkin dari satu sam a lain. Tem an-tem an Finlandia
saya m enceritakan kisah untuk m engilustrasikan betapa para kolonis
itu benci hidup berdekatan. Seorang laki-laki m em buka lahan per-
tanian kecil untuk dirinya dan keluarganya di tepi sungai, dan dia
senang karena tidak ada tanda-tanda tetangga di sekitar situ. Namun
suatu hari dia terperanjat m elihat sebatang kayu m engam bang terbawa
arus sungai. Pasti ada orang lain yang hidup di suatu tem pat di arah
hulu! Laki-laki yang m urka itu m ulai berjalan ke hulu m e lalui hutan
liar guna m elacak si penerobos itu. Pada hari pertam anya ber jalan dia
tidak bertem u siapa-siapa; pada hari kedua, lagi-lagi tidak ada siapa-
apa. Akhirnya, pada hari ketiga, dia m enem ukan lahan yang baru di-
buka, di m ana dia m enem ukan seorang kolonis lain. Dia bunuh kolonis
itu dan kem udian berjalan pulang tiga hari ke lahan dan keluarganya
sen diri, lega karena dia telah m engam ankan kem bali privasi keluar-
ganya. Meskipun mungkin tidak benar, cerita itu menunjukkan faktor-
faktor sosial yang m enyebabkan m asyarakat-m asyarakat ber skala kecil
m engkhawatirkan "tetangga" jauh yang bahkan tidak terlihat oleh m ata.
Faktor-faktor dasar lain yang diajukan m elibatkan keuntungan,
bagi individu bukan bagi kelom pok sosial, m enjadi penyuka perang.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Individu atau pem im pin perang yang garang kem ungkinan akan di-
takuti dan m em peroleh gengsi dari tindakan-tindakannya dalam pe-
rang. Itu dapat berarti dia m am pu m em peroleh lebih banyak istri dan
membesarkan lebih banyak anak. Misalnya, ahli antropologi Napoleon
Chagnon m enghitung, dari silsilah Yanom am o yang dia kum pulkan,
bah wa bila kita bandingkan laki-laki Yanom am o yang pernah dan
belum pernah m em bunuh orang, para pem bunuh m em iliki rata-rata
SIAPA YANG DIPERANGI? ● 207

lebih daripada dua setengah kali lipat lebih banyak istri dan lebih
daripada tiga kali lipat lebih banyak anak. Tentu saja para pem bunuh
juga ber ke m ungkinan lebih besar tewas atau dibunuh pada usia yang
lebih m uda daripada yang bukan pem bunuh, nam un dalam rentang
hidup m ereka yang lebih pendek m ereka m endapat lebih banyak
gengsi dan ganjaran sosial sehingga bisa m em peroleh lebih banyak
istri dan lebih banyak anak. Tentu saja, bahkan m eskipun korelasi itu
m em ang benar adanya untuk orang-orang Yanom am o, saya tidak m e-
rekom endasikannya bagi Anda pem baca sekalian, dan korelasi ter sebut
juga tidak bisa digeneralisasi untuk sem ua m asyarakat tra disional.
Dalam sejum lah m asyarakat, rentang hidup yang lebih pendek bagi
laki-laki yang gem ar berperang berkem ungkinan kecil dikom pensasi
oleh kem am puan m em ikat lebih banyak istri per da sawarsa dalam
hidup m ereka yang lebih pendek. Itulah yang terjadi pada Indian
Waorani di Ekuador, yang bahkan lebih gem ar lagi ber pe rang daripada
Yanom am o. Terlepas dari itu, para prajurit Waorani yang lebih ganas
tidak m em iliki lebih banyak istri daripada laki-laki yang tidak seberapa
ganas, dan m ereka m em iliki lebih sedikit, bukan lebih banyak, anak
yang bertahan hidup sam pai usia reproduktif.

Siap a yan g d ip e ran gi?


Setelah m engulik pertanyaan m engapa m asyarakat berskala kecil ber-
tarung, sekarang mari kita tanya: siapa yang mereka perangi? Misalnya,
apakah suatu suku lebih berkem ungkinan m em erangi suku yang m e-
ru pakan penutur bahasa lain dibandingkan suku yang m eru pakan pe-
nutur bahasa yang sam a dengan m ereka? Apakah m ereka m e m e rangi,
atau kah justru m enghindari pertarungan dengan, suku-suku yang
m eru pa kan rekan dagang atau terikat tali pernikahan dengan m ereka?
Kita bisa m enem patkan jawaban-jawabannya dalam konteks yang
lebih akrab, dengan cara pertam a-tam a m engajukan pertanyaan-per-
tanyaan yang sam a m engenai negara-negara m odern yang berperang.
Seorang ahli m eteorologi kenam aan Britania, Lewis Richardson, yang
http://facebook.com/indonesiapustaka

karier resm inya berfokus pada analisis m atem atis terhadap pola-pola
kom pleks angin atm osfer, m enghabiskan dua tahun selam a Perang
Dunia I m engangkut para prajurit yang sakit dan terluka dengan am -
bulans. Dua dari tiga saudara laki-laki istrinya terbunuh selam a
perang itu. Barangkali tergerak oleh pengalam annya itu dan oleh latar
keluarganya sendiri yang m erupakan pengikut Quaker, Richardson
m engem bangkan karier kedua yaitu m eneliti secara m atem atis penye-
208 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

bab-penyebab perang, dengan harapan m em etik pelajaran m engenai


bagaimana menghindari perang. Metodenya terdiri atas tabulasi semua
perang yang bisa dia pelajari antara 1820 dan 1949, m encatat angka
kem atian, m em bagi tabelnya m enjadi lim a sub-tabel berdasarkan
angka-angka itu, dan kem udian m enguji pertanyaan-pertanyaan m e-
ngenai kapan dan m engapa berbagai bangsa berperang.
Selam a periode 1820 – 1949, jum lah perang yang diikuti oleh ber-
bagai negara sangat berbeda-beda, dari m elebihi 20 untuk Prancis
dan Britania sam pai 1 untuk Swiss dan 0 untuk Swedia. Sum ber utam a
variasi itu sem ata adalah jum lah negara lain yang berbatasan dengan
suatu negara: sem akin banyak tetangga, sem akin banyak jum lah rata-
rata perang da lam jangka panjang; jum lah perang kira-kira berbanding
lurus de ngan jum lah negara tetangga langsung. Apakah negara-negara
yang ber tetangga itu m enggunakan bahasa yang sam a atau berbeda
tidak berefek besar. Satu-satunya kekecualian pola ini adalah ada lebih
sedikit pe rang di antara negara-negara yang sam a-sam a m erupakan
penutur ba hasa Tiongkok, dan lebih banyak perang di antara negara-
negara yang sam a-sam a m erupakan penutur bahasa Spanyol, daripada
yang secara statistik diharapkan dari jum lah total penutur bahasa-
bahasa Tiongkok atau Spanyol di dunia. Richardson berspekulasi
m engenai faktor-faktor budaya apa yang tam paknya m em buat penutur
bahasa Spanyol lebih rentan, sem entara para penutur bahasa Tiongkok
berkem ungkinan lebih kecil, untuk berperang. Spekulasi-spekulasinya
sungguh m enggelitik, nam un saya serahkan kepada pem baca yang
tertarik untuk m em baca sendiri analisis Richardson, pada halam an
223– 230 dan 240 – 242 dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1960 ,
Statistics of Deadly Quarrels.
Richardson tidak m enguji statistik efek perdagangan antarnegara
ter hadap kem ungkinan perang. Tapi, karena kem ungkinan pe rang
sangat besar antara negara-negara yang bertetangga, yang juga ber-
ke m ungkinan sangat besar m erupakan m itra dagang, kita bisa jadi
menduga hubungan dagang dan perang cenderung saling terkait. Me-
http://facebook.com/indonesiapustaka

m ang tam paknya, setidaknya dari kesan anekdotal, negara-negara


m odern yang m erupakan m itra dagang bertarung jauh lebih sering
daripada yang bukan m erupakan m itra dagang. Barangkali hal itu
seba gian karena korelasi yang seolah ada antara perdagangan dengan
pertarungan sebenarnya hanyalah karena perdagangan dan perta-
rungan sam a-sam a terkait dengan kedekatan jarak; dan sebagian
juga karena per dagangan kerap m em icu perselisihan. Bahkan bagi
SIAPA YANG DIPERANGI? ● 209

bangsa-bangsa yang bukan m erupakan tetangga, perang-perang m o-


dern terbesar m enghadap-hadapkan m itra-m itra dagang dalam perang.
Misalnya, dalam Perang Dunia II, dua sasaran utama serangan Jepang
adalah sum ber utam a barang im pornya (AS) dan pasar ekspor utam a
bagi produk-produknya (Tiongkok). Serupa dengan itu, Jerman Nazi
dan Rusia m eru pakan m itra dagang sam pai m alam dilancarkannya
serbuan J erm an ke Rusia pada 22 J uni 1941.
Dengan pem bahasan m engenai negara-negara itu sebagai latar be-
la kang, sekarang m ari kita pertim bangkan pertanyaan-pertanyaan yang
sam a bagi m asyarakat-m asyarakat tradisional berskala kecil. Kita tidak
m em iliki tabulasi yang bisa dianalisis dari sem ua perang tradisional
be la kangan ini, yang sepadan dengan tabel perang negara m odern
m ilik Richardson. Kita harus puas hanya de ngan anekdot. Anekdot-
anekdot itu m enunjukkan bahwa tam paknya m asyarakat-m asyarakat
berskala kecil lebih sering m em erangi tetangga daripada negara-
negara, sebab tidak m em iliki kem am puan transportasi jarak jauh
yang m em ungkinkan Britania m engirim kan para prajuritnya m elintasi
separo dunia pada pertengahan 180 0 -an guna m em erangi orang-
orang Maori di Selandia Baru. Tidak banyak bukti bahwa masyarakat
berskala kecil m em beda-bedakan tetangganya ber da sarkan kesam aan
atau perbedaan bahasa dalam hal perang. Sem ua orang yang terlibat
dalam Perang Dani di Bab 3 berbicara bahasa Dani. Daftar panjang
m asyarakat lain yang m em erangi m asyarakat yang m erupakan penutur
bahasa yang sama mencakup Enga, Fayu, Fore, Hinihon, Inuit, Mailu,
Nuer, dan Yanomamo; daftar itu bisa diperpanjang tanpa ujung. Tapi,
ada satu kekecualian sebagian, yaitu meeskipun suku-suku Nuer me-
merangi suku-suku Nuer lain maupun orang-orang Dinka, mereka
lebih sering m em erangi orang-orang Dinka, dan m ereka m em iliki
batasan-batasan dalam memerangi orang-orang Nuer yang tidak
mereka pedulikan dalam memerangi orang-orang Dinka. Misalnya,
mereka tidak membunuhi perempuan dan anak-anak Nuer, mereka
tidak membawa orang-orang Nuer sebagai tawanan, dan mereka tidak
http://facebook.com/indonesiapustaka

membakar pondok-pondok Nuer; mereka membatasi diri dengan


membunuhi laki-laki Nuer dan mencuri ternak Nuer.
Sedangkan m engenai efek perdagangan dan perkawinan cam pur,
bukti anekdotal lagi-lagi m enunjukkan bahwa tam paknya m usuh-
m u suh m asyarakat tradisional seringkali juga m erupakan m itra da-
gang dan pernikahan m ereka. Seperti yang dikatakan Lawrence
Keeley, “Ba nyak m asyarakat cenderung m em erangi orang-orang
210 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

yang m e reka nikahi dan m enikahi orang-orang yang m ereka perangi,


m enyerang orang-orang yang berdagang dengan m ereka dan ber da-
gang dengan m usuh-m usuh m ereka.” Alasannya sam a dengan alasan
yang m enim bulkan hasil itu pada negara: kedekatan jarak m en do-
rong perdagangan dan pernikahan, juga perang; selain itu, per da-
gangan dan pernikahan m em unculkan perselisihan di antara anggota-
anggota m asyarakat berskala kecil, seperti juga di antara negara-
negara m odern. Di dalam apa yang disebut hubungan dagang, m a-
syarakat-m asyarakat yang bertetangga m ungkin sebenarnya m em per-
tukarkan barang dengan harga dan tingkat pertukaran yang ber variasi
di sepanjang suatu kisaran, dari perdagangan sungguhan (per tukaran
yang sam a-sam a sukarela antara pihak-pihak yang sam a-sam a kuat
dengan harga yang adil), ke "pem erasan" (pertukaran tidak setara de-
ngan harga yang tidak adil antara satu pihak yang kuat dengan satu
pihak yang lem ah, yaitu pihak yang lem ah m enyerahkan barang dengan
har ga m urah dem i m em beli perdam aian), sam pai ke penjarahan (sa-
lah satu pihak "m enyediakan" barang-barang sem entara pihak yang
satu lagi tidak m em berikan apa-apa sebagai gantinya, setiap kali kele-
m ah an pihak pertam a m em ungkinkan pihak kedua m enjarah sehingga
m em peroleh barang-barang tanpa m em bayar apa-apa sam a sekali).
"Penjarah" terkenal, m isalnya orang-orang Apache di Am erika Serikat
Barat Daya dan orang-orang Tuareg di gurun Afrika utara, sebenarnya
m em praktikkan cam puran rum it perdagangan adil, pem erasan, dan
penjarahan sem acam itu, tergantung kem am puan m itra-m itra m ereka
untuk m em pertahankan diri.
Sedangkan pernikahan antara kawanan dan suku seringkali m em -
percepat terjadinya perang karena alasan-alasan yang juga m e nye-
babkan terjadinya perang akibat hubungan perdagangan yang rusak.
Misalnya, ketika terlahir, seorang bayi perempuan dari satu suku di-
janjikan untuk dinikahkan dengan seorang laki-laki yang lebih tua
dari suku lain, dan m as kawin sudah dibayarkan, nam un si anak pe-
rem puan tidak diserahkan saat telah m encapai pubertas. Satu pihak
http://facebook.com/indonesiapustaka

berutang dan m encicil m as ka win, lalu berhenti m em bayar cicilan.


Per selisihan m engenai kualitas "barang" (m isalnya perselingkuhan,
pengabaian suam i/ istri, perceraian, atau pun ketidakm am puan atau pe-
nolakan untuk m em asak, berkebun, atau m engum pulkan kayu bakar)
m enim bulkan tuntutan pengem balian m as kawin, nam un tuntutan
itu ditolak karena perdebatan m engenai apa betul ada cacat kualitas
yang diklaim itu, atau karena alat pem ba yar annya sudah dijual atau
MELUPAKAN PEARL HARBOR ● 211

dim akan (bila berupa babi). Konsum en, pe m ilik bisnis, eksportir,
ataupun im portir yang m em baca paragraf ini pasti m engenali analogi-
analoginya dengan m asalah-m asalah yang dihadapi para pedagang di
negara-negara m odern.
Hasil yang kerap tim bul akibat m em erangi orang-orang yang m e-
la kukan pernikahan cam pur dengan kelom pok kita adalah terpecah-
belah nya kesetiaan saat terjadi perang. Sebagian m usuh kita adalah
ipar dan kerabat sedarah kita. Sewaktu m enem bakkan anak panah atau
m e lon tarkan tom bak, seorang prajurit harus sebisa m ungkin m em -
bidik agar tidak m engenai kerabat yang ada di pihak lawan. Ketika
seorang perem puan Inuit m enikah dan pindah ke kelom pok suam inya,
bila kerabat se darah dari m asyarakat kelahirannya kem udian m eren-
canakan ser buan terhadap kelom pok suam inya, kerabat-kerabatnya
m ungkin m em berinya peringatan terlebih dahulu agar m enyingkir
saat serbuan dilangsungkan sehingga dia tidak terbunuh. Berkebalikan
dengan itu, bila dia m engetahui bahwa kelom pok suam inya sedang
bersiap-siap untuk m e nyerbu kerabat-kerabat sedarahnya, dia m ungkin
m em beri m ereka peringatan—atau m ungkin tidak; dia m ungkin ber-
pihak pada ipar-ipar nya ataupun pada kerabat-kerabat sedarahnya.
Serupa dengan itu, se orang Fore yang m endengar bahwa klannya
sendiri m erencanakan untuk m enyerang desa tem pat saudarinya
kini tinggal setelah m enikah, m ungkin m em berinya peringatan dan
kem udian m engharapkan balas jasa dari suam inya. Sebaliknya, dia
m ungkin m en dengar dari saudarinya bahwa desa tem patnya sekarang
tinggal akan m e nye rang desa asalnya dulu. Sang laki-laki Fore pun
bisa m em peringatkan anggota-anggota sedesanya, dan dia pun diberi
hadiah sebagai wujud terim a kasih.

Me lu p akan Pe arl H arbo r


Terakhir, m arilah kita kem bali ke tem a pem balasan dendam , yang bagi
kita m ungkin tam paknya m erupakan sem acam obsesi bagi m a sya ra kat-
m asyarakat berskala kecil, karena itulah penjelasan yang paling sering
http://facebook.com/indonesiapustaka

m ereka berikan m engenai m engapa m ereka berperang. Kita, warga


negara m odern, biasa m engabaikan betapa rasa haus akan pem balasan
dendam bisa jadi sangat kuat. Di antara em osi-em osi m a nusia, hasrat
balas dendam m erupakan salah satu em osi yang kita bicarakan tanpa
putus selain cinta, marah, duka, dan takut. Masyarakat-masyarakat
negara m odern m em bolehkan dan m endorong kita m engekspresikan
rasa cinta, m arah, duka, dan takut, nam un hasrat balas dendam tidak
212 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

dibolehkan m aupun didorong. Ketika tum buh kita diajari bahwa


perasaan ingin m em balas den dam adalah sesuatu yang prim itif,
memalukan, dan seharusnya kita tinggalkan jauh-jauh. Masyarakat
kita m enanam kan kepercayaan itu agar kita tidak berupaya m em balas
dendam secara pribadi.
Tidak ada keraguan: m ustahil bagi kita untuk hidup bersam a secara
dam ai sebagai sesam a warga satu negara, bila kita tidak bersum pah
m enanggalkan hak m em balas dendam secara pribadi, dan bila kita
tidak m enyerahkan hak m enghukum kepada negara. Kalau tidak, kita
pun akan hidup dalam kondisi berupa peperangan terus-m e nerus
seperti yang m endom inasi di sebagian besar m asyarakat bukan-negara.
Namun bahkan bagi kami orang-orang Barat yang menjadi korban
perlakuan keliru dan yang puas karena negara m enjatuhkan hukum an
setim pal pada pelaku, kam i tetap m erasa tersiksa karena ku rangnya
kepuasan pribadi. Seorang tem an saya yang saudarinya dibu nuh oleh
peram pok m asih m arah, berdasawarsa-dasawarsa kem udian, wa laupun
negara berhasil m enangkap, m engadili, dan m em enjarakan para
peram pok itu.
Oleh karena itu, kita sebagai warga negara terbelit ikatan yang
tidak mampu kita terima. Negara bersikeras memegang hak tunggal
m enjatuhkan hu kum an, dan itu penting agar kita hidup dam ai dan
aman. Namun keuntungan yang kita peroleh itu mendatangkan
kerugian pribadi yang am at besar. Perbincangan-perbincangan saya
dengan orang-orang Papua telah m em buat saya paham apa yang kita
lepaskan dengan m e nyerahkan hak m enghukum kepada negara. Agar
m em buat kita m e nyerahkan hak itu, m asyarakat negara beserta agam a
dan kode m oral yang terkait terus-m enerus m enanam kan kepada kita
pesan bahwa berupaya membalas dendam itu buruk. Namun, meskipun
bertindak atas perasaan ingin m em balas dendam harus dicegah,
m engakui perasaan itu seharusnya bukan hanya dibolehkan m elainkan
juga didorong. Bagi kerabat dekat atau tem an seseorang yang baru
saja terbunuh atau m enjadi korban perlakuan keliru yang am at parah,
http://facebook.com/indonesiapustaka

dan bagi para kor ban sendiri, perasaan itu alam iah dan kuat. Banyak
pem erintahan negara m em ang berupaya m em berikan kepuasan pribadi
bagi kerabat korban kejahatan: dengan m engizinkan m ereka hadir
saat pengadilan tertuduh; dalam sejum lah kasus, berbicara di hadapan
hakim atau juri (Bab 2); bertem u secara privat dengan sang pelaku
kejahatan, m elalui sistem peradilan restoratif (Bab 2); atau bahkan
m enyaksikan eksekusi terhadap pem bunuh orang yang m ereka kasihi.
MELUPAKAN PEARL HARBOR ● 213

Para pem baca yang belum pernah bertahun-tahun m engobrol de-


ngan Penduduk Dataran Tinggi Papua m ungkin m asih bertanya-tanya:
Bagaim ana bisa m asyarakat-m asyarakat ini m enjadi sedem ikian ber-
beda dari kita, dan m enikm ati serta m enghargai pem bunuhan? Setan
sinting m acam apa m ereka itu, tanpa m alu-m alu bicara soal betapa
nikm atnya m em bunuh m usuh?
Sebenarnya, penelitian-penelitian etnograik terhadap masyarakat-
m a syarakat m anusia tradisional yang sebagian besar berada di luar
ken dali pem erintahan negara telah m enunjukkan bahwa perang, pem -
bu nuhan, dan dem onisasi terhadap tetangga m erupakan norm a, bukan
kekecualian, dan bahwa anggota-anggota m asyarakat yang m endorong
norm a-norm a tersebut kerap kali m erupakan orang-orang norm al,
ba hagia, lurus akal, bukan setan. Apa yang berbeda pada banyak m a-
syarakat tingkat-negara adalah kita diajari untuk m ulai m em eluk
norm a-norm a tradisional itu secara m endadak dan hanya pada saat
ter tentu (saat perang dim aklum atkan), kem udian m encam pakkannya
se cara m endadak nantinya (saat perjanjian dam ai diteken). Hasil-
nya m em bingungkan: sekali tertanam , kebencian tidak m udah dicam -
pak kan. Banyak tem an saya dari Eropa, yang seperti saya terlahir
pada 1930 -an—orang-orang J erm an, Polandia, Rusia, Serbia, Kroasia,
Britania, Belanda, dan Yahudi—sedari lahir diajari untuk m erasakan
benci atau takut terhadap kelom pok-kelom pok tertentu, m enjalani
pengalam an-pengalam an yang m em beri m ereka alasan yang bagus
untuk terus m erasakan hal itu, dan hingga kini m asih m em bawa
perasaan-perasaan itu lebih daripada 65 tahun kem udian, walaupun
tem an-tem an saya telah diajari bahwa perasaan-perasaan itu tidak lagi
dianggap baik dan sebaiknya tidak diutarakan kecuali kita m erasa yakin
bahwa pendengar kita juga m enyetujuinya.
Dalam m asyarakat-m asyarakat negara Barat kini, kam i tum buh
sam bil m em pelajari kode m oralitas universal yang disebarkan setiap
minggu di rumah-rumah ibadah kami, dan dikodiikasikan dalam
hukum -hukum kam i. Perintah Allah keenam sem ata m engatakan, “J a-
http://facebook.com/indonesiapustaka

ngan m em bunuh”—tanpa m em bedakan seperti apa kam i harus ber peri-


laku terhadap warga negara kam i sendiri dan terhadap warga negara
lain. Kem udian, setelah kira-kira 18 tahun pelatihan m oral sem acam
itu, kam i am bil para pem uda, latih m ereka m enjadi prajurit, beri
m ereka senjata api, dan perintahkan m ereka untuk m elupakan sem ua
ajaran m asa kecil bahwa m em bunuh itu salah.
214 ● BAB YANG LEBIH PANJANG, MENGENAI BANYAK PERANG

Tidak m engherankan kalau banyak prajurit m odern tidak tega


m em bidik dan m enem bak m usuh ketika bertem pur. Yang akhirnya
m em bunuh sering kali m enderita gangguan stres pasca-traum a jangka
pan jang (m isalnya, kira-kira sepertiga prajurit Am erika yang turun
ber perang di Irak atau Afganistan). Ketika m ereka pulang, bukannya
berbangga pernah m em bunuh, m ereka m alah berm im pi buruk dan
tidak m em bicarakan soal itu sam a sekali, terkecuali kepada sesam a
veteran. (Bayangkan bagaim ana perasaan Anda, jika Anda sendiri
bukan veteran perang, bila seorang prajurit Am erika m enceritakan ke-
pada Anda dengan bangga pengalam an pribadi tentang bagaim ana dia
m em bunuh orang Irak, atau bahkan bagaim ana dia m em bunuh se orang
prajurit Nazi dalam Perang Dunia II.) Selama hidup saya telah ratusan
kali berbincang-bincang dengan veteran Am erika dan Eropa, se bagian
di antara m ereka m erupakan tem an karib atau kerabat dekat, na m un
tak seorang pun yang pernah m enceritakan bagaim ana dia m em bunuh,
tidak seperti banyak tem an-tem an Papua saya.
Sem entara itu, orang-orang Papua tradisional sejak m asih kanak-
kanak sekali telah m elihat prajurit pergi dan pulang dari per ta rungan,
m elihat jenazah dan luka para kerabat serta sesam a anggota klan yang
terbunuh oleh lawan, m endengar cerita-cerita ten tang pem bunuhan,
m en dengar pertarungan dibicarakan sebagai ideal ter tinggi, dan m e-
nyak sikan prajurit-prajurit yang berhasil m em bica ra kan dengan bang-
ga m engenai pem bunuhan-pem bunuhan yang m e reka lakukan dan
dipuji-puji karenanya. Ingatlah soal bocah-bocah Dani Wilihim an yang
de ngan penuh sem angat m enusuk-nusukkan tom bak kecil m ereka ke
laki-laki Asuk Balek yang sekarat, dan bocah-bocah Dani Wilihim an
ber usia enam tahun yang m enem bakkan anak panah ke arah bocah-
bocah Dani Widaia berusia enam tahun di bawah bim bingan ayah-ayah
m ereka (Bab 3). Tentu saja orang-orang Papua jadi tidak m erasakan
konlik soal membunuh musuh: mereka tidak punya ajaran berlawanan
yang harus dilupakan.
Bila direnungkan, bagi orang-orang Am erika yang cukup tua untuk
http://facebook.com/indonesiapustaka

m engingat pem bom an tahun 1941 oleh J epang terhadap pangkalan


angkatan laut kam i di Pearl Harbor (yang kam i anggap sebagai se-
rangan penuh khianat, sebab tidak didahului oleh m aklum at perang),
rasa benci yang sengit terhadap bangsa lawan, dan rasa haus akan
pem ba lasan dendam , yang dipelajari oleh orang-orang tradisional
dari tetua m ereka pastilah tidak terasa sedem ikian asing. Kam i orang-
orang Am erika yang tum buh besar pada 1940 -an m erasakan at m osfer
MELUPAKAN PEARL HARBOR ● 215

yang disesaki dem onisasi terhadap orang-orang J epang, yang m e-


m ang m elakukan hal-hal yang luar biasa kejam terhadap kam i dan
bangsa-bangsa lain (ingatlah soal Barisan Maut Bataan, Barisan Maut
Sandakan, Pralaya Nanking, dan peristiwa-peristiwa lain semacam
itu). Ke bencian hebat dan rasa takut terhadap orang-orang J epang
m enjadi tersebar luas di antara penduduk sipil Am erika yang tidak per-
nah m elihat prajurit J epang yang m asih hidup ataupun jenazah kerabat
se sam a orang Am erika yang terbunuh oleh orang-orang J epang; te-
m an-tem an Papua saya justru betul-betul m elihat jenazah kera bat-
kerabat m ereka. Ratusan ribu laki-laki Am erika sukarela m engaju kan
diri untuk m em bunuh ratusan ribu orang J epang, kerap kali dalam
pertem puran satu lawan satu, m elalui m etode-m etode brutal yang
m encakup bayonet dan penyem bur api. Prajurit-prajurit yang m em -
bunuh orang-orang J epang dalam jum lah banyak dan dengan kebe-
ranian luar biasa pun secara terbuka dianugerahi m edali, sem en tara
yang tewas dalam per tem puran pun diingat sebagai pahlawan yang
gugur dengan m ulia.
Kem udian, kurang daripada em pat tahun setelah Pearl Harbor,
kam i orang-orang Am erika diperintahkan untuk berhenti m em benci
dan m em bunuh orang-orang J epang, dan m elupakan slogan yang per -
nah m en dom inasi kehidupan Am erika: “Ingat Pearl Harbor!” Banyak
orang Am erika yang hidup selam a tahun-tahun itu bergelut se pan-
jang hidup m ereka dengan apa yang diajarkan kepada m ereka dan
lantas diperintahkan untuk dilupakan—teutam a bila m ereka saat itu
m erasakan efeknya secara langsung, m isalnya sebagai orang yang
selamat dari Barisan Maut Bataan, atau memiliki teman-teman dan ke-
rabat dekat yang tidak pulang dari perang. Terlepas dari itu, warisan-
warisan sikap Am erika itu adalah buah pengalam an em pat tahun saja,
dan bagi sebagian besar kam i bukan pengalam an langsung. Seba-
gai orang yang tum buh besar pada m asa histeria anti-J epang sela-
m a Perang Dunia II, saya tidak terkejut m elihat orang-orang Dani
Wilihim an sedem ikian berapi-api tentang m em bunuh orang-orang
http://facebook.com/indonesiapustaka

Dani Widaia, karena sikap-sikap itu ditanam kan kepada m ereka selam a
berdasawarsa-dasawarsa m elalui ajaran m aupun pengalam an langsung
yang ekstensif. Haus akan pem balasan dendam tidaklah bagus,
nam un tidak bisa diabaikan. Perasaan itu harus dipaham i, diakui, dan
ditangani—dalam cara-cara selain betul-betul m elakukan pem balasan
dendam .
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka

BAG I AN
TIG A

MUDA DAN TUA


http://facebook.com/indonesiapustaka
BAB 5

Membesarkan Anak-anak

Pembandingan cara membesarkan anak ▪ Kelahiran anak ▪ Infantisida ▪


Penyapihan dan jarak kelahiran ▪ Menyusui sekeinginan anak ▪ Kontak
anak dan dewasa ▪ Ayah dan orangtua-damping ▪ Tanggapan terhadap
anak yang menangis ▪ Hukuman isik ▪ Otonomi anak ▪ Kelompok
bermain multi-usia ▪ Permainan dan pendidikan anak ▪ Anak-anak
m ereka dan anak-anak kita

Pe rban d in gan cara m e m be s arkan an ak


Dalam salah satu kunjungan saya ke Papua saya berjum pa dengan se-
orang pem uda bernam a Enu, yang kisah hidupnya saat itu bagi saya
terasa luar biasa. Enu tum buh di daerah di m ana anak dibesarkan
dengan cara yang sangat represif, dan anak-anak sa ngat dibebani oleh
berbagai kewajiban dan perasaan bersalah. Ketika dia berusia lim a
tahun, Enu m em utuskan bahwa dia sudah m uak de ngan gaya hidup
seperti itu. Dia m eninggalkan orangtua dan sebagian be sar kerabatnya
dan pindah ke suku dan desa lain, di m ana dia punya ke ra bat yang
bersedia m engurusnya. Di sana, Enu m endapati diri da lam m asyarakat
adoptif dengan praktik-praktik laissez-faire dalam m em be sar kan anak
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang berseberangan 180 derajat dengan praktik-praktik di m asyarakat


tem patnya lahir. Anak-anak kecil dianggap bertanggungjawab atas
tindakannya sendiri, dan dibiarkan m elakukan apa saja yang m ereka
suka. Misalnya, bila seorang bayi bermain-main dei dekat api, orang-
orang dewasa tidak turut cam pur. Sebagai akibat nya, banyak orang
dewasa di m asyarakat itu yang m em iliki bekas luka ba kar, akibat
perilaku m ereka sewaktu kanak-kanak.
220 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

Kedua gaya m em besarkan anak itu akan ditolak dengan ngeri oleh
masyarakat-masyarakat industri Barat zaman sekarang. Namun gaya
laissez-faire m asyarakat adoptif Enu bukan hal langka m enurut standar
m a syarakat-m asyarakat pem buru-pengum pul di dunia, yang banyak di
antaranya m enganggap anak-anak kecil sebagai individu-individu oto-
nom yang keinginannya tidak boleh dilarang-larang, dan yang dibiar-
kan berm ain-m ain dengan benda-benda berbahaya seperti pisau tajam ,
kuali panas, dan api (Gam bar 19).
Mengapa kita harus menaruh perhatian kepada praktik-praktik
m em be sarkan anak m asyarakat-m asyarakat pem buru-pengum pul, pe -
tani, dan penggem bala tradisional? Salah satu jawabannya adalah alas-
an akadem ik: sam pai separo dari populasi m asyarakat adalah anak-
anak. Seorang ahli sosiologi yang m engabaikan separo anggota m asya -
rakat tidak bisa m engklaim bahwa dia m em aham i anak-anak. Satu lagi
alasan yang bersifat akadem ik adalah setiap ciri kehidupan de wasa
m em iliki kom ponen perkem bangan. Kita tidak bisa m em aham i praktik-
praktik pe nye le saian perselisihan dan pernikahan dalam suatu m asya-
rakat tanpa m e nge tahui bagaim ana anak-anak m em peroleh sosialisasi
praktik-praktik tersebut.
Terlepas dari alasan-alasan bagus itu untuk m enaruh perhatian ke-
pada praktik-praktik m em besarkan anak dalam m asyarakat-m a sya-
ra kat non-Barat, belum banyak yang m eneliti m engenainya. Seba gian
m asa lah nya adalah banyak cendekiawan yang pergi m eneliti kebu-
dayaan-ke budayaan lain m asih berusia m uda, belum punya anak sen-
diri, tidak berpengalam an berbicara dan m engam ati anak-anak, serta
ter uta m a m en jabarkan dan m ewawancarai orang dewasa. Antro po-
logi, pen didikan, psikologi, dan bidang-bidang akadem ik lain m e m iliki
ideologi sendiri-sendiri, yang setiap saat berfokus pada kisar an ter tentu
topik pe nelitian, dan yang m enyebabkan para peneliti se olah m e nge na-
kan ka ca m ata kuda sehingga hanya m elihat fenom ena-fenom ena ter-
tentu saja sebagai yang pantas dipelajari.
Bahkan penelitian-penelitian perkem bangan anak yang m engklaim
http://facebook.com/indonesiapustaka

ber sifat sangat lintas-budaya—m isalnya m em bandingkan anak-anak


J erm an, Am erika, J epang, dan Tiongkok—sebenarnya m engam bil sam -
pel m asyarakat yang sem uanya berada dalam irisan sem pit keaneka-
ragam an budaya m anusia yang sam a. Sem ua kebudayaan yang baru
saja disebutkan itu m irip dalam hal m em iliki pem erintahan terpusat,
spe sialisasi ekonom i, dan ketim pangan sosioekonom i, dan sangat tak
tipikal dalam kisaran luas keanekaragam an budaya m anusia. Sebagai
PERBANDINGAN CARA MEMBESARKAN ANAK ● 221

akibatnya, m asyarakat-m asyarakat itu dan m asyarakat-m asyarakat


m o dern tingkat-negara lainnya telah m enjadi cenderung seragam , m e-
nerapkan praktik-praktik m em besarkan anak yang m enurut standar
seja rah tidaklah biasa. Praktik-praktik itu m encakup sistem pen didikan
yang dilaksanakan oleh negara (berlawanan dengan be lajar sebagai
bagian kehidupan dan perm ainan sehari-hari), per lindungan anak-anak
oleh polisi dan bukan hanya oleh orangtua, ke lom pok berm ain berusia
sam a (bukan kelom pok anak segala usia yang biasa berm ain bersam a-
sam a), anak-anak dan orangtua tidur di ruang tidur yang terpisah
(berlawanan dengan tidur bersam a-sa m a di ranjang yang sam a), dan
ibu m enyusui bayi (itu juga kalau bayinya disusui) berdasarkan jadwal
yang kerap kali ditentukan oleh ibu, bukan oleh bayi.
Akibatnya, generalisasi m engenai anak-anak oleh J ean Piaget, Erik
Erikson, Sigm und Freud, dokter anak, dan ahli psikologi anak sa ngat
banyak didasari penelitian-penelitian terhadap m asyarakat-m asyara-
kat WEIRD (Western, educated, industrial, rich, democratic—Barat,
berpendidikan, industrial, kaya, dem okratik), terutam a penelitian-pe-
nelitian terhadap m ahasiswa-m ahasiswi S1 dan anak-anak profesor
universitas, dan telah secara tidak layak dipakai untuk m enggene-
ralisasi seluruh dunia. Misalnya, Freud menekankan dorongan seks
dan frustrasi yang kerap dirasakan karenanya. Namun pandangan
psiko analitik itu tidak berlaku bagi orang-orang Indian Siriono di
Bolivia, tidak juga bagi banyak m asyarakat tradisional lain, di m ana
m itra seks yang bersedia nyaris selalu ada, nam un rasa lapar, dan do-
rongan lapar yang m endom inasi beserta frustrasi yang kerap dira sa-
kan karenanya, sangatlah um um . Teori-teori m em besarkan anak yang
tadinya populer di Barat m enekankan pentingnya cinta dan dukungan
em osional bagi bayi m em andang praktik m enyusui bayi kapan pun si
bayi ingin, yang tersebar luas di berbagai m asyarakat lain, sebagai
"ter lalu m em anjakan", dan m enjabarkannya dengan istilah-istilah
Freudan seperti "gratiikasi berlebihan pada tahap oral perkembangan
psikoseksual". Tapi, kita akan lihat bahwa m enyusui bayi kapan pun si
http://facebook.com/indonesiapustaka

bayi ingin tadinya bersifat nyaris universal, bahwa praktik itu ba nyak
m anfaatnya, dan bahwa praktik m odern yang um um dilakukan berupa
m enyusui bayi dengan selang waktu jarang dem i kenyam anan si ibu,
dari perspektif sejarah, m erupakan kekecualian langka.
Itulah alasan-alasan akadem ik bagi kita untuk m enaruh perhatian
kepada praktik-praktik tradisional dalam membesarkan anak. Namun
ada alasan-alasan praktik m endesak bagi kita sem ua yang bukan aka-
222 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

demika untuk menaruh perhatian juga. Masyarakat-masyarakat ber-


skala kecil m enawari kita kum pulan data yang sangat luas dalam
hal membesarkan anak. Mereka mengungkapkan hasil ribuan tahun
percobaan alam mengenai bagaimana membesarkan anak. Masyarakat-
m asyarakat negara Barat tidak akan m engizinkan kita m e lak sanakan
percobaan-percobaan yang m enjadi bagian hidup Enu, baik itu represi
ekstrem m aupun laissez-faire ekstrem. Meskipun hanya segelintir
pem baca buku ini yang akan m enganggap bahwa m em biarkan anak-
anak kena api adalah per buatan yang patut dikagum i, kita akan
lihat bahwa banyak praktik tradisional lain dalam hal m em besarkan
anak sungguh pantas untuk kita pertim bangkan. Dengan dem ikian,
alasan lain untuk m em pelajari praktik-praktik itu adalah agar kita
dapat m enim bang-nim bang dengan lebih baik sebelum m em buat
pilihan. Praktik-praktik itu m ungkin berbeda dari apa yang kini biasa
dilaksanakan di Barat, nam un kita m ungkin m erasa praktik-praktik itu
m enarik setelah kita m engetahui apa akibat-akibatnya bagi anak-anak.
Dalam beberapa dasawarsa terakhir, akhirnya ada peningkatan
m inat terhadap penelitian kom paratif m engenai cara m em besarkan
anak oleh masyarakat-masyarakat berskala kecil. Misalnya, ada se-
tengah lusin penelitian yang dikhususkan m engenai anak-anak, bukan
se kadar hasil pengam atan ikutan dalam penelitian-penelitian antro-
po lo gi lainnya, di antara sejum lah kelom pok m anusia terakhir di du-
nia yang m asih m enyam bung hidup terutam a dengan berburu dan
m engum pul: orang-orang Pigm i Efe dan Aka di hutan hujan Afrika,
orang-orang !Kung di gurun Afrika selatan, orang-orang Hadza di
Afrika Tim ur, orang-orang Indian Ache di Paraguay, dan orang-orang
Agta di Filipina. Dalam bab ini saya akan m em bahas apa yang telah
ditunjukkan kepada kita oleh penelitian-penelitian terhadap m asya-
rakat-m asyarakat berskala kecil m engenai kelahiran anak dan in fan-
tisida, menyusui dan menyapih, kontak isik anak dan dewasa, peran
ayah dan para perawat anak selain orangtua, tanggapan terhadap anak
yang m enangis, hukum an terhadap anak-anak, kebebasan anak untuk
http://facebook.com/indonesiapustaka

m engeksplorasi, serta perm ainan dan pendidikan anak-anak.

Ke lah iran an ak
Sekarang, kelahiran anak di m asyarakat-m asyarakat terwesternisasi
biasa nya berlangsung di rum ah sakit, dengan bantuan pro fe sio nal
terlatih: dokter, bidan, dan perawat. Tingkat kem atian anak dan ibu
yang terkait proses melahirkan rendah. Namun proses melahirkan anak
KELAHIRAN ANAK ● 223

secara tradisional berbeda. Sebelum atau tanpa ketiadaan kedokteran


m odern, kem atian anak dan/ atau ibu saat proses m elahirkan jauh lebih
um um terjadi daripada sekarang.
Situasi proses kelahiran berbeda-beda di antara m asyarakat-m a-
syarakat tradisional. Dalam kasus paling sederhana, yang sangat
langka, yang dipandang ideal dalam budaya adalah si ibu m elahirkan
sendiri tanpa dibantu. Misalnya, di antara orang-orang !Kung di gurun
Afrika selatan, perem puan yang nyaris m elahirkan diharapkan berjalan
m enjauh beberapa ratus m eter dari perkam pungan dan m elahirkan
sendiri. Pada kenyataannya, terutam a bagi ibu-ibu !Kung yang baru
per tam a kali m elahirkan, si ibu m ungkin didam pingi oleh perem puan-
perem puan lain yang akan m em bantunya, nam un sem akin sering dia
m ela hir kan, sem akin m ungkin si ibu m encapai ideal berupa m elahirkan
sendiri. Tapi, bahkan m eskipun dia m elakukannya sendiri, dia tetap
dekat dengan perkam pungan sehingga perem puan-perem puan lain
bisa m en dengar tangisan pertam a bayinya dan kem udian m endatangi
si ibu un tuk m em bantunya m em otong tali pusar, m em bersihkan bayi,
dan m enggendongnya kem bali ke perkam pungan.
Orang-orang Indian Piraha di Brazil (Gam bar 11) adalah satu lagi
ke lom pok yang kaum perem puannya m elahirkan tanpa dibantu. Ko-
m it m en orang-orang Piraha terhadap ideal itu digam barkan oleh peng-
alam an ahli linguistik Steve Sheldon, yang dituturkan oleh Daniel
Everett: “Steve Sheldon m enceritakan bahwa suatu ketika seorang
pe rem puan m e la hirkan sendiri di pantai. Ada yang salah. Kelahiran
sungsang. Perem puan itu kesakitan sekali. ‘Tolong aku! Bayinya tidak
m au keluar,’ dia m enjerit. Orang-orang Piraha duduk tak bereaksi, se-
ba gian tam pak tegang, sebagian berbincang-bincang dengan biasa-
biasa saja. ‘Sakit sekali! Sakit. Bayinya tidak m au keluar!’ dia m enjerit.
Tak ada yang m e nyahut. Saat itu hari sudah petang. Steve ber gerak
m endekatinya. ‘J a ngan! Dia tidak m enginginkanm u. Dia m engingin-
kan orangtuanya,’ kata orang-orang Piraha kepadanya, jelas-jelas
berarti dia tidak boleh mendekati si perempuan. Namun orangtua si
http://facebook.com/indonesiapustaka

perem puan sedang tidak ada dan tidak seorang pun yang datang m em -
bantunya. Malam turun dan jeritannya terus terdengar, namun sema-
kin lam a sem akin lem ah. Akhir nya, jeritannya berhenti. Di pagi hari
Steve diberitahu bahwa si perem puan dan bayinya m eninggal di pantai
itu, tanpa pertolongan... [Insiden m enyedihkan] ini m em beritahu kita
bahwa orang-orang Piraha m em biarkan seorang perem puan m uda m e-
ninggal, sendirian dan tanpa m em peroleh bantuan, karena kepercayaan
224 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

m ereka bahwa orang haruslah kuat dan m enjalani berbagai kesulitan


sendiri.”
Yang jauh lebih um um , proses m elahirkan anak secara tradisional
berlangsung dengan bantuan dari perempuan-perempuan lain. Misal-
nya, di antara orang-orang Kaulong di Britania Baru, yang kaum laki-
lakinya sangat takut terhadap efek cem ar perem puan yang sedang
m enstruasi atau m elahirkan, perem puan yang nyaris m elahirkan pergi
ke pon dok dalam hutan, ditem ani beberapa perem puan yang lebih tua.
Pada ekstrem yang berseberangan terdapat m asyarakat-m asyarakat
yang tam paknya m enganggap kelahiran anak sebagai peristiwa publik.
Di antara orang-orang Agta di Filipina, perem puan m elahirkan dalam
ru m ah di perkam pungan, dan sem ua orang di perkam pungan itu
m ungkin berbondong-bondong m em adati rum ah itu dan m eneriakkan
ber bagai instruksi kepada si ibu dan bidan (”dorong”, “tarik”, “jangan
begitu”).

In fan tis id a
Infantisida—pem bunuhan anak yang disengaja dan diakui—adalah per-
buatan m elanggar hukum di sebagian besar m asyarakat negara kini.
Tapi, dalam banyak m asyarakat tradisional, infantisida bisa diterim a
dalam situasi-situasi tertentu. Meskipun praktik tersebut menakutkan
bagi kita, sulit m elihat hal lain apa yang bisa dilakukan m asyarakat-
m a syarakat itu dalam beberapa keadaan yang dikaitkan dengan infan-
tisida. Salah satu keadaan itu adalah bila bayi terlahir cacat atau lem ah.
Banyak m asyarakat tradisional m engalam i m usim paceklik dengan
per sediaan m akanan terbatas, ketika orang dewasa produktif yang
ber jum lah sedikit kesulitan m enyediakan m akanan bagi anak-anak
dan lansia yang berjum lah lebih banyak. Satu m ulut tam bahan yang
m engon sum si nam un tidak produktif m erupakan beban yang sulit
ditanggung oleh m asyarakat.
Satu lagi situasi yang dikaitkan dengan infantisida adalah selang
waktu m elahirkan yang pendek: yaitu seorang bayi terlahir dalam ku-
http://facebook.com/indonesiapustaka

run waktu dua tahun setelah kelahiran anak sebelum nya, sehingga anak
yang pertam a m asih disusui dan digendong-gendong sang ibu. Sulit
atau m ustahil bagi seorang perem puan untuk m enghasilkan cukup susu
bagi seorang anak berusia dua tahun dan bagi bayi yang baru lahir, dan
m enggendong tak hanya satu m elainkan dua anak selagi sedang ber-
pindah-pindah. Untuk alasan yang sam a, bila perem puan pem buru-
pengum pul m elahirkan anak kem bar, setidaknya salah satu anak itu
INFANTISIDA ● 225

m ungkin dibunuh atau diabaikan. Inilah wawancara dengan seorang


laki-laki Indian Ache, Kuchingi, seperti yang dilaporkan oleh Kim Hill
dan A. Magdalena Hurtado: “Satu lagi [saudaranya] yang menyusulku
[lahir setelah dia] dibunuh. J arak usiaku dan dia terlalu dekat. Ibuku
m em bunuhnya karena aku m asih kecil. ‘Kam u tidak akan punya cukup
susu untuk yang lebih tua [m aksudnya Kuchingi],’ kata orang-orang
kepada ibuku. ‘Kam u harus m enyusui yang besar.’ Dia lantas bu nuh
saudaraku, yang terlahir sesudah aku.”
Satu lagi faktor yang m endorong ke arah infantisida saat anak di-
la hir kan adalah bila ayahnya tidak ada atau telah m eninggal, sehingga
tidak ada yang m enafkahi si ibu dan m elindungi si anak. Bagi ibu
tunggal, hidup sungguh sulit, bahkan hingga kini. Menjadi ibu tunggal
lebih sulit lagi pada m asa lalu, terutam a dalam m asyarakat-m asyarakat
di m ana ketiadaan ayah cenderung m eningkatkan kem ungkinan si
anak m eninggal dunia, m isalnya karena ayah-lah yang m enye dia-
kan sebagian besar kalori atau m elindungi anak-anak m ereka dari ke-
kerasan oleh laki-laki lain.
Terakhir, dalam sejum lah m asyarakat tradisional, perbandingan
jum lah anak laki-laki terhadap anak perem puan m eningkat sejak lahir
sam pai m asa re m aja, sebagai akibat m atinya anak-anak perem puan
akibat pengabaian pasif, atau (dalam kasus-kasus luar biasa) bahkan
secara sengaja dibunuh dengan cara dicekik, dibiarkan kedinginan,
atau dikubur hidup-hidup—sebab banyak m asyarakat lebih m enghargai
anak laki-laki daripada anak perempuan. Misalnya, di antara orang-
orang Indian Ache, 14% anak laki-laki terbunuh sebelum m encapai
usia 10 , nam un angka itu sebesar 23% untuk anak-anak perem puan.
Ketiadaan ayah atau ibu m eningkatkan sam pai em pat kali lipat ke-
m ungkinan seorang anak Ache dibunuh secara sengaja, nam un risiko
itu lebih tinggi bagi anak-anak perem puan daripada anak laki-laki.
Di Tiongkok dan India m odern, pandangan yang tersebar luas bahwa
anak laki-laki bernilai lebih tinggi daripada anak perem puan itu telah
m enyebabkan kelebihan anak laki-laki m elalui m ekanism e baru:
http://facebook.com/indonesiapustaka

m encari tahu jenis ke lam in sebelum kelahiran, yang m em ungkinkan


aborsi selektif ter ha dap janin perem puan.
Orang-orang !Kung m enganggap ibu wajib m em ikirkan apakah in-
fantisida harus dilakukan atau tidak pada saat kelahiran. Ahli so sio-
logi Nancy Howell menulis, “Adat berupa ibu harus dan bisa melahir-
kan sendiri m em beri ibu hak tak terbantahkan un tuk m e ngendalikan
infantisida. Di tem pat m elahirkan, biasanya se belum bayi dinam ai dan
226 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

tentunya sebelum bayi dibawa kem bali ke desa, ibu bertanggungjawab


m em eriksa bayinya secara sek sam a untuk m engetahui apakah ada
cacat bawaan atau tidak. Bila bayinya cacat, ibu wajib m em bekapnya
sam pai m ati. Ba nyak inform an !Kung m em beritahu saya bahwa
pem eriksaan dan pengam bilan keputusan itu adalah bagian biasa dan
diperlukan dalam proses m e lahirkan. Infantisida !Kung tidak sam a
dengan pem bunuhan di m ata m ereka, sebab m ereka tidak m enganggap
kelahiran sebagai awal ke hidupan seorang zun/ wa (seorang !Kung).
Kehidupan baru dim ulai se telah bayi diberi nam a dan diterim a
sebagai seorang sosial di desanya se telah dilahirkan. Sebelum saat itu,
infantisida m erupakan bagian hak dan tanggung jawab si ibu, bagian
tata cara budaya yang ditu ju kan bagi bayi yang cacat dan bagi salah
satu dari anak kem bar yang lahir. Tidak ada pasangan kem bar yang
bertahan dalam populasi itu...”
Tapi infantisida tentu saja tidak bersifat universal dalam m a-
syarakat tradisional dan jauh lebih jarang daripada kem atian anak aki-
bat "pengabaian ringan". (Eufem ism e itu berarti anak tidak dibunuh se-
cara aktif m elainkan m eninggal karena diabaikan, m isalnya karena ibu
berhenti m enyusuinya, atau lebih jarang m enyusui anaknya, ataupun
jarang membersihkan atau memandikan si bayi.) Misalnya, sewaktu
Allan Holm berg hidup di antara sekelom pok orang Indian Siriono di
Bolivia, dia m endapati bahwa m ereka tidak m engenal infantisida dan
aborsi. Walaupun 15% anak-anak Siriono terlahir dengan kaki cacat,
dan hanya satu di antara lim a anak itu yang akan bertahan sam pai de-
wasa dan m em iliki keluarga sendiri, anak-anak itu tidak m enerim a per-
bedaan dalam hal lim pahan kasih sayang dan m akanan.

Pe n yap ih an d an jarak ke lah iran


Di AS, persentase bayi yang disusui oleh ibunya, dan usia penyapihan
bagi bayi-bayi yang disusui itu, m enurun selam a sebagian besar abad
ke-20. Misalnya, pada 1970-an hanya 5% anak Amerika yang masih
disusui pada usia enam bulan. Berbeda dengan itu, di antara para
http://facebook.com/indonesiapustaka

pem buru-pengum pul yang tidak berkontak dengan petani dan tanpa
akses ke m a kanan hasil pertanian, bayi disusui sam pai jauh m elebihi
enam bulan, karena satu-satunya m akanan yang cocok bagi bayi
dan tersedia adalah susu ibu: m ereka tidak punya akses ke susu sapi,
susu form ula, atau m a kanan lunak pengganti susu. Usia penyapihan
yang dirata-rata dari tu juh kelom pok pem buru-pengum pul adalah
sekitar tiga tahun, usia ketika anak akhirnya m am pu m akan sendiri
PENYAPIHAN DAN JARAK KELAHIRAN ● 227

dengan cara mengunyah cukup banyak makanan padat. Meskipun


sejum lah m akanan padat yang sudah dikunyah sebelum nya m ungkin
diperkenalkan pada sekitar usia enam bulan, seorang anak pem buru-
pengum pul m ungkin tidak disapih sepenuhnya sam pai ibunya ham il
anak berikutnya. Ada sebagian anak !Kung yang terus m enyusu sam pai
lewat usia em pat tahun bila adiknya belum lagi terlahir. Berbagai
penelitian m enunjukkan bahwa, sem akin tua usia anak !Kung ketika
dia disapih, sem akin besar kem ungkinan anak itu bertahan sam pai usia
dewasa. Namun dalam populasi agrikultural yang bermukim dan di
antara para pem buru-pengum pul yang berdagang de ngan petani, usia
penyapihan dan jarak kelahiran yang berkisar dua se tengah sam pai
em pat tahun bagi pem buru-pengum pul nom aden turun m enjadi usia
rata-rata dua tahun, sebab petani m em iliki susu ter nak dan bubur
padi-padian halus untuk dipakai menyapih anak kecil. Misalnya, ketika
orang-orang !Kung berm ukim untuk m enjadi petani, seperti yang
sem akin sering terjadi dalam beberapa dasawarsa be la kangan, selang
kela hiran yang tadinya tiga setengah tahun dengan cepat m e rosot
m enjadi dua tahun, angka tipikal petani.
Penyebab-penyebab evolusioner m endasar dan m ekanism e-m eka-
nisme isiologis langsung yang bertanggungjawab atas panjangnya
selang wak tu kelahiran pada pem buru-pengum pul nom aden telah
banyak didis kusikan. Tam paknya ada dua alasan dasar. Pertam a-tam a,
ibu yang tidak punya akses ke susu sapi atau bubur padi-padian, dan
karenanya m ungkin m enyusui anak sam pai usia tiga tahun atau lebih,
tidak bisa m enghasilkan cukup susu untuk bayi yang baru lahir dan
kakaknya yang belum lagi disapih. Bila ibu m encoba m em besarkan
dua anak seperti itu sekaligus, salah satu anaknya kem ungkinan akan
kelaparan ka rena kekurangan susu ibu.
Alasan lain adalah anak baru m am pu m am pu berjalan cukup cepat
untuk m engikuti orangtuanya ketika berpindah perkam pungan kalau
berusia sekitar em pat tahun atau lebih. Anak-anak yang lebih m uda
harus digendong. Selagi berjalan, seorang perem puan !Kung dengan
http://facebook.com/indonesiapustaka

berat 45 kg harus m enggendong anak berusia kurang daripada em pat


tahun dengan berat sam pai 14 kg, bawaan berupa sayuran liar seberat
antara 7,5 kg sam pai 20 kg atau bahkan lebih, juga beberapa liter air,
ditam bah ber bagai peralatan. Itu saja sudah m erupakan beban berat,
dan akan lebih berat lagi bila ada anak yang lebih kecil yang harus
digendong juga. Dengan dem ikian kita pun punya faktor m endasar
evolusioner ke dua yang bersum bangsih terhadap penurunan cepat
228 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

selang waktu ke la hir an ketika pem buru-pengum pul nom aden m enetap
dan m enjadi petani: kebanyakan petani hidup di desa perm anen dan
tidak harus m enggendong-gendong sem ua anak yang berusia kurang
daripada em pat tahun setiap kali perkam pungan m ereka berpindah.
Usia penyapihan yang cukup besar berarti, bagi seorang ibu pem -
buru-pengumpul, sebagian besar energi isik dan emosinya dilimpah-
kan untuk m em besarkan satu anak. Para pengam at Barat m em per-
oleh kesan bahwa hubungan yang am at dekat antara anak !Kung dan
ibunya, dan perhatian eksklusif yang dinikm atinya selam a beberapa ta-
hun tanpa adanya adik, m enyediakan rasa am an em osional pada m asa
kanak-kanak yang berlanjut m enjadi rasa am an em osional pada usia
dewasa. Namun ketika seorang anak pemburu-pengumpul akhirnya
betul-betul disapih, hasilnya bisa jadi traum atik. Dalam waktu yang
singkat, anak itu m enerim a jauh lebih sedikit perhatian ibu, m enjadi
lapar tanpa air susu ibu, harus m enyerahkan tem patnya tidur di sam -
ping ibunya kepada si adik, dan m ungkin dia sem akin diharapkan m e-
m a suki dunia orang dewasa. Anak-anak !Kung yang sedang disapih m e-
ra sa sedih luar biasa dan m enunjukkan tantrum . Orang-orang !Kung
yang hidup sam pai usia lanjut m asih m engingat-ingat penyapihan
70 ta hun sebelum nya sebagai pengalam an yang m enyakitkan. Di
per kam pungan orang-orang Indian Piraha kala m alam , kita sering
m endengar jeritan anak-anak, nyaris selalu karena m ereka sedang
disapih. Terlepas dari itu, m eskipun m asyarakat-m asyarakat tradisional
m enyapih anak pada usia yang lebih besar daripada orang-orang
Amerika modern, pola spesiiknya berbeda-beda. Misalnya, anak-anak
Pigmi Boi dan Aka disapih secara bertahap, bukan mendadak, jarang
m enunjukkan tantrum , dan penya pih an kerap kali dim ulai oleh si anak,
bukan oleh ibunya.

Me n yu s u i s e ke in gin an an ak
Dua penyebab m endasar selang waktu kelahiran yang lam a pada kaum
pem buru-pengum pul itu m enyisakan pertanyaan m e ngenai m ekanism e
http://facebook.com/indonesiapustaka

isiologis langsung yang memastikan bahwa tidak ada dua anak yang
m asih sam a-sam a kecil dan harus dirawat secara ber sam aan. Salah satu
m ekanism enya adalah berpaling kepada pengabaian atau (yang lebih
jarang) infantisida, seperti yang sudah kita se butkan: bila seorang ibu
pem buru-pengum pul ham il lagi padahal usia anak sebelum nya m asih
kurang daripada dua setengah tahun, dia lantas m ungkin m engabaikan
atau bahkan m em bunuh anak yang baru lahir, karena dia tahu bahwa
MENYUSUI SEKEINGINAN ANAK ● 229

dia tidak bisa m engurusnya sebaik dia m engurus si kakak. Faktor


langsung yang satu lagi adalah mekanisme-mekanisme isiologis yang
beroperasi pada ibu yang m enyusui se sering keinginan anak, khas bayi
pem buru-pengum pul (berlawanan de ngan waktu m enyusui terjadwal
yang disesuaikan dengan ke nyam anan si ibu di m asyarakat Barat),
m em perkecil kem ungkinan ibu yang sedang m enyusui untuk ham il
lagi, bahkan m eskipun dia tetap berhubungan seks di m asa m enyusui.
Dalam kelom pok-kelom pok pem buru-pengum pul yang telah di-
pe lajari dari segi penyusuan anak, anak sering kali disusui "seke-
ingin annya". Dengan kata lain, anak m em iliki akses terus-m enerus ke
payu dara ibu, digendong bersentuhan dengan ibunya pada siang hari,
tidur bersam a ibunya pada m alam hari, dan dapat m enyusui kapan
pun dia mau, terlepas dari ibunya sedang terjaga atau tidak. Misalnya,
pengukuran di antara orang-orang !Kung telah m enunjukkan bahwa
seorang bayi m e nyusui rata-rata em pat kali per jam di siang hari,
2 m enit setiap kali dia m e nyusui, dengan selang rata-rata hanya 14
m enit di antara tiap waktu m e nyusui. Ibu bangun untuk m enyusui
bayi setidaknya dua kali dalam se m alam , dan anak m enyusu tanpa
m em bangunkan si ibu beberapa kali per m alam . Kesem patan untuk
terus-m enerus m enyusu sem aunya ini biasanya berlanjut selam a
setidaknya tiga tahun dalam kehidupan anak !Kung. Sem entara itu,
banyak ataupun sebagian besar ibu dalam m asyarakat m odern m en-
jadwalkan waktu m enyusui pada saat-saat yang dim ungkinkan oleh
aktivitas ibu. Penataan kerja ibu, baik pekerjaan itu di luar rum ah
m aupun pekerjaan dom estik di rum ah, sering kali m elibatkan
keterpisahan ibu-anak selam a beberapa jam . Hasilnya adalah waktu
m enyusui setiap hari yang jauh lebih sedikit daripada lusinan waktu
m enyusui oleh ibu pem buru-pengum pul, setiap waktu m enyusui
m enjadi lebih lam a, sem entara selang antara dua wak tu m enyusui pun
m enjadi lebih lam a.
Frekuensi m enyusui yang tinggi oleh para ibu pem buru-pengum pul
memiliki akibat-akibat isiologis. Seperti yang disebutkan di atas, ibu
http://facebook.com/indonesiapustaka

pem buru-pengum pul yang m enyusui biasanya tidak ham il selam a be-
berapa tahun setelah m elahirkan seorang anak, bahkan m eskipun sang
ibu terus m elakukan aktivitas seksual. Terbukti, ada sesuatu m e nge-
nai penyusuan tradisional sekeinginan anak yang bertindak sebagai
kontrasepsi. Salah satu hipotesis m engenai hal itu diistilahkan se-
ba gai "am enorrhea laktasional": m enyusui m enyebabkan pelepasan
horm on-horm on m aternal yang tak hanya m erangsang sekresi susu
230 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

ibu nam un juga m ungkin m engham bat ovulasi (pelepasan sel telur
perempuan). Namun penghambatan ovulasi itu baru bisa terjadi bila
ibu terus-m enerus dan sering-sering m enyusui; m enyusui hanya be-
berapa kali dalam sehari tidaklah m encukupi. Hipotesis satu lagi di-
istilahkan "hipotesis lem ak-kritis": ovulasi bisa terjadi bila kadar lem ak
ibu m elewati am bang kritis tertentu. Pada perem puan m enyusui dalam
m a sya rakat tradisional tanpa m akanan berlim pah, produksi susu ibu
yang m enyedot banyak energi m enjaga tingkat lem ak ibu di bawah nilai
kritis tersebut. Dengan dem ikian, ibu yang m enyusui dan aktif secara
sek sual di m asyarakat industri Barat m odern, tidak seperti ibu-ibu se-
rupa di m asyarakat pem buru-pengum pul, m asih bisa tetap ham il (yang
m em buat m ereka terkejut) karena salah satu atau kedua alasan berikut
ini: frekuensi m enyusui m ereka jauh terlalu rendah bagi am enorrhea
laktasional yang dipicu oleh horm on; dan m ereka m em peroleh cukup
gizi sehingga kadar lem ak tubuh m ereka tetap di atas am bang kritis
untuk ovulasi, bahkan m eskipun m ereka m enghabiskan banyak kalori
untuk laktasi. Banyak ibu Barat berpendidikan pernah m en dengar
tentang am enorrhea laktasional, nam un hanya sedikit yang pernah
m endengar bahwa am enorrhea itu hanya efektif bila fre kuensi ibu
m enyusui tinggi. Seorang tem an saya yang baru-baru ini ke cewa m en-
dapati bahwa dia ham il lagi hanya beberapa bulan setelah m e la hir kan
anaknya yang sebelum nya, bergabung dengan daftar panjang pe rem -
puan m odern yang berseru, “Tapi kukira kalau aku m enyusui aku tidak
bakalan ham il!”
Frekuensi m enyusui berbeda-beda di antara berbagai spesies m a-
m alia. Sejum lah m am alia, term asuk sim panse dan ke banyakan spesies
primata lain, kelelawar, kangguru, terus-menerus menyusui. Mamalia
lain, dengan contoh utam a kelinci dan antelop, ber henti m enyusui
sebentar-sebentar: induk kelinci atau antelop m e ninggalkan anaknya
tersem bunyi di antara rerum putan atau dalam sa rang sem entara
dia pergi m encari m akan, kem udian kem bali setelah selang waktu
lama dan menyusui bayinya hanya beberapa kali dalam sehari. Ma-
http://facebook.com/indonesiapustaka

nusia pem buru-pengum pul m enyerupai sim panse dan m onyet Dunia
Lama karena menyusui terus-menerus. Namun pola itu, yang kita
warisi dari prim ata nenek m oyang kita dan barangkali diper ta han kan
selam a jutaan tahun evolusi m anusia yang terpisah dari evolusi sim -
panse, berubah hanya dalam beberapa ribu tahun setelah m un culnya
pertanian, sewaktu kita m engem bangkan gaya hidup yang m elibat-
kan keterpisahan ibu dan anak. Ibu m anusia m odern kini m em iliki
KONTAK ANAK DAN DEWASA ● 231

pola menyusui seperti kelinci, meskipun mempertahankan isiologi


laktasional sim panse dan m onyet.

Ko n tak an ak d an d e w as a
Berkaitan dengan perbedaan antar spesies m am alia dalam hal fre-
kuensi m enyusui, ada perbedaan dalam hal persentase waktu yang di-
habiskan anak dalam kontak dengan orang dewasa (terutam a dengan
ibu. Dalam spesies yang m enyusui terputus-putus, anak berkontak
de ngan induknya hanya dalam periode-periode singkat penyusuan
dan pe rawatan. Dalam spesies-spesies yang m enyusui terus-m enerus,
induk m em bawa-bawa anaknya selagi m encari m akan: induk kangguru
m em bawa bayinya dalam kantong, induk kelelawar m em egang
bayinya di pe rut bahkan sewaktu dia sedang terbang, sem entara induk
sim panse dan m onyet Dunia Lam a m enggendong bayi m ereka di
punggung.
Dalam m asyarakat-m asyarakat industri m odern, kita m engikuti
pola kelinci-antelop: ibu atau orang lain terkadang m engangkat dan
m enggendong bayi guna m em berinya m akan atau berm ain dengannya,
na m un tidak terus-m enerus m enggendong si bayi; bayi m enghabiskan
banyak atau sebagian besar waktu siang hari dalam boks bayi; dan
waktu m alam si bayi tidur sendiri, biasanya dalam ruangan terpisah
dari orangtuanya. Tapi, kita barangkali terus m engikuti m odel kera-
m onyet seperti nenek m oyang kita sepanjang nyaris seluruh sejarah
m anusia, sam pai beberapa ribu tahun terakhir. Penelitian-penelitian
ter hadap pem buru-pengum pul m odern m enunjukkan bahwa bayi di-
gen dong nyaris terus-m enerus pada siang hari, entah itu oleh ibunya
atau oleh orang lain. Ketika ibu berjalan, bayi digendong dalam per-
alatan m enggendong, m isalnya selendang seperti yang dipakai
orang-orang !Kung, noken di Papua, dan papan gendongan di zona-
zona beriklim sedang di utara. Kebanyakan bayi dan perawatnya
dalam m asyarakat pem buru-pengum pul, terutam a di iklim sedang,
m elakukan kontak kulit terus-m enerus. Dalam setiap m asyarakat
http://facebook.com/indonesiapustaka

m anu sia pem buru-pengum pul yang telah dike ta hui dan prim ata tinggi,
ibu dan anak tidur berdekat-dekatan, biasa nya di tem pat tidur atau
tikar yang sam a. Sam pel lintas-budaya dari 90 m asyarakat m anusia
tradisional mengidentiikasi bahwa ibu dan anak tidur di ruang yang
sam a dalam sem ua m asyarakat tersebut: prak tik yang um um berlaku di
Barat sekarang itu adalah ciptaan baru yang m enim bulkan pergelutan
saat hendak m enidurkan anak, yang m e nyiksa orangtua-orangtua
232 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

Barat m odern. Dokter anak Am erika kini m e re kom endasikan agar


bayi tidak tidur di tem pat tidur yang sam a de ngan orangtua, karena
kadang-kadang ada kasus anak tertindih atau ke panasan; nam un
tam paknya sem ua bayi dalam sejarah m anusia sam pai beberapa ribu
tahun terakhir ternyata tidur di tem pat tidur yang sam a dengan ibunya
dan biasanya juga bersam a ayahnya, tanpa ada banyak laporan tentang
akibat-akibat suram yang ditakutkan oleh dokter anak. Hal itu m ungkin
karena pem buru-pengum pul tidur di atas tanah yang keras atau di
tikar yang keras; orangtua lebih m ungkin bergulir m e nindih bayinya di
tem pat tidur m odern kita yang em puk.
Misalnya, bayi !Kung menghabiskan tahun pertama kehidupannya
ber sentuhan kulit dengan ibu atau perawat lainnya selam a 90 % waktu-
nya. Bayi !Kung digendong oleh ibunya ke m ana pun sang ibu pergi,
ha nya tersela ketika si bayi diserahkan ibunya kepada perawat lain.
Anak !Kung m ulai lebih sering m em isah dari ibunya setelah usia satu
tahun se tengah, nam un pem isahan itu nyaris sepenuhnya dim ulai oleh
si anak sen diri, guna berm ain dengan anak-anak lain. Waktu kontak
ha rian an tara anak !Kung dan para perawatnya selain ibu m elebihi
seluruh wak tu kontak (term asuk kontak dengan ibu) bagi anak-anak
Ba rat m odern.
Salah satu alat paling um um yang digunakan untuk m em bawa anak
di Barat adalah kereta dorong, yang tidak memberikan kontak isik an-
tara bayi dan perawatnya (Gam bar 39). Pada banyak kereta dorong,
bayi nyaris horisontal, dan terkadang m enghadap ke belakang. Oleh
karena itu, bayi tidak m elihat dunia seperti perawatnya m elihat dunia.
Dalam be berapa dasawarsa belakangan di Am erika Serikat, alat-alat
untuk m em bawa bayi dalam posisi vertikal (tegak) telah m enjadi
sem akin um um , m isalnya gendongan bayi, gendongan di punggung,
dan kantong dada, nam un banyak alat itu yang m enyebabkan anak
m enghadap ke be lakang. Sem entara itu, cara m enggendong tradisional,
m isalnya dengan selendang atau m enggendong anak di bahu, biasanya
m enem patkan anak secara tegak vertikal, m enghadap ke depan, dan
http://facebook.com/indonesiapustaka

m elihat dunia yang sam a dengan yang dilihat oleh perawatnya (Gam bar
21, 38). Kontak terus-m enerus bahkan ketika si perawat sedang
berjalan, m edan pandang yang terus-m enerus sam a dengan si perawat,
dan digendong dalam po sisi vertikal m ungkin bersum bangsih dalam
m em buat bayi-bayi !Kung lebih m aju (dibandingkan dengan bayi-bayi
Am erika) dari segi per kem bangan neurom otorik.
KONTAK ANAK DAN DEWASA ● 233

Di iklim yang hangat, m udah saja bagi bayi yang telanjang dan ibu
yang nyaris telanjang untuk bersentuhan kulit terus-m enerus. Hal itu
lebih sulit dilakukan di iklim yang dingin. Oleh karena itu sekitar se-
paro m asyarakat tradisional, terutam a yang berada di zona beriklim
sedang, m em bedong bayi m ereka, alias m elilitkan kain hangat di se-
keliling tubuh bayi. Bayi yang dibedong sering kali diikat ke papan yang
disebut papan gendong. Praktik itu tadinya tersebar luas di sekeliling
dunia, terutam a di m asyarakat-m asyarakat yang hidup di tem pat-tem -
pat tinggi. Gagasan dasar m em bedong dan m em bawa bayi dengan pa-
pan gendongan adalah m enyelim uti bayi agar tidak kedinginan, dan
m em batasi kem am puan bayi m enggerakkan tubuh dan tungkainya.
Ibu-ibu Indian Navajo yang menggunakan papan gendong menjelaskan
bahwa tujuannya adalah m em buat anak cepat tertidur, atau m enjaga
anak tetap tertidur bila sewaktu ditem patkan di papan gendong dia
sudah tertidur. Ibu Navajo biasanya menambahkan bahwa papan
gen dong m encegah anak tahu-tahu bergerak m enyentak-nyentak
ketika tidur sehingga malah terbangun. Bayi Navajo menghabiskan
60 %– 70 % wak tu nya di papan gendong selam a enam bulan pertam a
kehidupannya. Papan gendong tadinya juga lazim digunakan di Eropa,
nam un m ulai m enghilang dari benua itu beberapa abad lalu.
Bagi banyak orang m odern seperti kita, gagasan m engenai papan
gen dong atau m em bedong sungguh m engerikan—atau tadinya m e-
nge rikan, sam pai sekarang m em bedong kem bali m enjadi m ode. Ga-
gas an m engenai kebebasan pribadi sangat berarti bagi kita, dan pa pan
gendong atau m em bedong jelas-jelas m em batasi kebebasan pribadi
bayi. Kita cenderung m enganggap bahwa papan gendong atau m em -
bedong m enghalangi perkem bangan anak dan m enim bulkan gangguan
psikologis yang bertahan lam a. Kenyataannya, tidak ada perbedaan
ke pribadian ataupun m otorik, ataupun perbedaan usia m ulai berjalan
sendiri, antara anak-anak Navajo yang dibawa-bawa dengan papan
gendong dengan yang tidak, ataupun antara anak-anak Navajo yang
dibawa-bawa dengan papan gendong dan anak-anak Anglo-Am erika
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang hidup dekat m ereka. Penjelasan yang m ungkin adalah, pada usia
bayi m ulai m erangkak, anak m em ang m enghabiskan separo waktunya
di luar papan gendong, dan sebagian besar waktu yang dia habiskan
di papan gendong adalah ketika dia tertidur. Sebenarnya, m em buat
bayi tidak bisa bergerak di papan gendong m enjaga bayi tetap berada
dekat ibu nya, dan dibawa ke m ana pun ibunya pergi. Oleh karena itu
ada yang ber argum en bahwa m enyingkirkan papan gendong tidak
234 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

m em bawa ke untungan apa-apa dalam hal kebebasan, stim ulasi, atau-


pun per kem bangan neurom otorik anak. Anak-anak Barat tipikal yang
tidur di kam ar terpisah, dibawa dalam kereta bayi, dan ditinggalkan
dalam boks di siang hari sering kali lebih terisolasi secara sosial
daripada anak-anak Navajo yang dibawa-bawa dengan papan gendong.

Ayah d an o ran gtu a-d am p in g


Investasi ayah dalam perawatan anak-anak m ereka sangat berbeda-
beda di antara spesies-spesies hewan. Di satu ekstrem ada beberapa
spesies, seperti burung unta dan kuda laut, di m ana setelah pejantan
m em buahi betina dan betina m enghasilkan telur, si betina pergi dan
m e ninggalkan urusan m engeram i telur dan m erawat anak-anak yang
m e netas sepenuhnya kepada pejantan. Di ekstrem yang satu lagi ter-
da pat banyak spesies m am alia dan sejum lah spesies burung: setelah
pejantan m em buahi betina, pejantan m eninggalkannya guna m engejar
betina-betina lain, dan seluruh beban sebagai induk jatuh kepada
betina. Kebanyakan spesies m onyet dan kera berada di antara kedua
ekstrem itu nam un lebih dekat dengan yang disebutkan terakhir:
induk jantan hidup bersam a-sam a induk betina dan anak-anaknya, ba-
rangkali se ba gai bagian kawanan yang lebih besar, nam un tidak m e nye-
dia kan banyak hal bagi anak-anak selain perlindungan.
Pada m anusia, perawatan oleh ayah terhitung rendah bila diban-
dingkan dengan burung unta, tinggi bila dibandingkan dengan kera
dan ke banyakan spesies prim ata lainnya, nam un keterlibatan ayah
dalam m e ra wat bayi lebih sedikit daripada keterlibatan ibu dalam
sem ua m a sya rakat m anusia yang telah diketahui. Terlepas dari itu,
ayah berperan penting dalam penyediaan m akanan, perlindungan, dan
pendidikan pada sebagian besar m asyarakat m anusia, dengan hasil
bahwa kem atian ayah biologis seorang anak m enurunkan ke m ungkin-
an anak untuk bertahan hidup di beberapa m asyarakat. Keterlibatan
ayah cenderung lebih besar untuk anak-anak yang sudah lebih besar
(ter utam a anak laki-laki) daripada untuk bayi, dan ayah di m asyarakat
http://facebook.com/indonesiapustaka

m odern biasanya berhasil m enghindari banyak aspek perawatan anak,


m isalnya m engganti popok, m em bersihkan bokong dan hidung, serta
m e m andikan anak.
Di antara m asyarakat-m asyarakat m anusia, ada banyak variasi da-
lam hal keterlibatan ayah, berkaitan sebagian dengan ekologi cara
hidup m asyarakat tersebut. Keterlibatan ayah lebih tinggi pada m asya-
rakat-m asyarakat di m ana perem puan m enghabiskan waktu m em -
AYAH DAN ORANGTUA-DAMPING ● 235

peroleh sebagian besar makanan. Misalnya, para ayah Pigmi Aka mem-
berikan lebih banyak perawatan langsung kepada bayi-bayi m ereka
daripada para ayah di populasi m anusia m ana pun yang dipela jari
(Gam bar 8), barangkali terkait fakta bahwa para ibu Pigm i Aka tak
hanya m engum pulkan m akanan nabati m elainkan juga am bil bagian
dalam perburuan dengan jala. Secara rata-rata, perawatan anak oleh
ayah, dan juga sum bangan perem puan terhadap persediaan m akanan,
lebih tinggi pada m asyarakat-m asyarakat pem buru-pengum pul
daripada pada m asyarakat-m asyarakat penggem bala. Perawatan
langsung ayah ter hadap anaknya cenderung rendah pada m asyarakat-
m asyarakat de ngan laki-laki yang m encurahkan banyak waktu dan
identitas m ereka sebagai prajurit, dan m elindungi keluarga m ereka
dari laki-laki lain yang agresif, seperti m isalnya penduduk Dataran
Tinggi Papua dan kelom pok-kelom pok Bantu di Afrika. Di banyak
bagian Dataran Tinggi Papua, laki-laki bahkan secara tradisional hidup
di rum ah-rum ah ber sam a khusus laki-laki, bersam a-sam a putra-putra
m ereka yang berusia enam tahun ke atas, sem entara m asing-m asing
istri hidup di pondok ter pisah bersam a putri-putri dan putra-putra
yang m asih kecil. Para laki-laki dewasa dan anak-anak laki-laki m akan
sendiri, m elahap m akanan yang dibawakan istri seorang laki-laki dan
ibu seorang anak laki-laki ke rum ah khusus laki-laki.
Bagaim ana dengan sum bangsih para perawat selain ibu dan ayah
dalam m em besarkan anak? Dalam m asyarakat Barat m odern, orangtua
seorang anak secara tipikal m erupakan perawat yang paling dom inan.
Peran "orangtua-dam ping" (allo-parents)—alias individu-individu
yang bu kan m e ru pa kan orangtua biologis nam un turut m erawat anak—
terus m e nurun selam a beberapa dasawarsa terakhir, seiring keluarga-
keluarga pindah berpencar-pencar sem akin jauh, dan tidak ada lagi
kakek-nenek dan pam an-bibi yang selalu hidup dekat-dekat anak-anak
seperti dulu. Ini tentu saja bukan artinya m em bantah bahwa pengasuh
anak, guru se kolah, kakek-nenek, dan kakak seorang anak m ungkin
merupakan perawat anak dengan pengaruh signiikan. Namun orang-
http://facebook.com/indonesiapustaka

tua-dam ping jauh lebih penting, sem entara orangtua berperan tidak
terlalu dom inan, dalam m asyarakat-m asyarakat tradisional.
Dalam kawanan-kawanan pem buru-pengum pul, orangtua-dam -
ping m ulai bertugas dalam beberapa jam pertam a setelah anak dila-
hirkan. Bayi-bayi Aka dan Efe yang baru dilahirkan dioper-oper
di se keliling api unggun, dari tangan satu orang dewasa atau anak
yang lebih tua ke tangan orang yang lainnya, dicium i, dilam bung-
236 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

lam bungkan, didendangi, dan diajak bicara dengan kata-kata yang


belum dipaham inya. Ahli antropologi bahkan telah m engukur frekuensi
rata-rata bayi dipindahtangankan: rata-ratanya adalah delapan kali per
jam untuk bayi-bayi Pigm i Efe dan Aka. Para ibu pem buru-pengum -
pul berbagi tugas perawatan bayi dengan ayah dan orangtua-dam ping,
term asuk kakek-nenek, bibi, saudara-saudari kakek-nenek, dan
kakak-kakak si bayi. Lagi-lagi, hal ini telah dikuantiikasi oleh ahli
antropologi, yang m engukur jum lah rata-rata perawat bayi: 14 bagi
bayi Efe berusia em pat bulan, 7 atau 8 bagi bayi Aka, selam a periode
pengam atan yang berlangsung beberapa jam .
Pada banyak m asyarakat pem buru-pengum pul, kakek-nenek yang
sudah lanjut usia kerap kali tinggal di perkam pungan bersam a anak-
anak, sehingga orangtua bisa pergi m encari m akanan tanpa beban.
Anak-anak m ungkin ditinggalkan dalam perawatan kakek-nenek
selam a beberapa hari atau beberapa m inggu sekaligus. Anak-anak
Hadza yang m em iliki nenek yang ikut m erawatnya m engalam i kenaik-
an berat badan lebih cepat daripada anak-anak yang tidak dirawat oleh
nenek (Gam bar 21). Bibi dan pam an juga berperan penting sebagai
orangtua-damping dalam banyak masyarakat tradisional. Misalnya, di
antara orang-orang Bantu di Delta Okavango, Afrika Selatan, pengaruh
terbesar dari laki-laki yang lebih tua terhadap seorang anak laki-laki
bukan berasal dari ayahnya, m elainkan dari pam annya dari keluarga
ibunya, saudara laki-laki tertua ibunya. Pada banyak m asyarakat,
saudara-saudari sedarah m e rawat anak satu sam a lain. Anak-anak
yang lebih besar, terutam a anak-anak perem puan dan terutam a dalam
m asyarakat petani dan penggem bala, seringkali berperan besar sebagai
perawat adik (Gam bar 38).
Daniel Everett, yang hidup selam a bertahun-tahun di antara orang-
orang Indian Piraha di Brazil, berkom entar, “Perbedaan terbesar [an-
tara kehidupan anak Piraha dari kehidupan anak Am erika] adalah
bah wa anak-anak Piraha berkeliaran di sekeliling desa serta dianggap
ber kerabat dengan setiap orang, yang m asing-m asing m em egang se-
http://facebook.com/indonesiapustaka

ba gian tanggung jawab atas m ereka.” Anak-anak Indian Yora di Peru


bersantap bersam a anggota-anggota lain keluarga besar m ereka
nyaris sam a se ringnya dengan bersantap bersam a orangtua m ereka.
Putra kawan-ka wan saya yang m erupakan m isionaris dari Am erika,
setelah ber tum buh besar di satu desa Papua di m ana dia m enganggap
sem ua orang de wasa sebagai "bibi" atau "pam an"-nya, terkejut sekali
m endapati bahwa di Am erika Serikat sedikit sekali ada orangtua-
AYAH DAN ORANGTUA-DAMPING ● 237

dam ping sem acam itu ketika orangtuanya m em bawanya pulang untuk
bersekolah m enengah.
Seiring bertam bah besarnya anak-anak di m asyarakat berskala
kecil, m ereka m enghabiskan lebih banyak waktu untuk berkunjung
lebih lam a dan tinggal bersam a anggota-anggota lain keluarga besar
m e reka. Saya m engalam i satu kasus sem acam itu sewaktu saya sedang
m em pelajari burung di Papua dan m enyewa penduduk setem pat se-
bagai portir untuk m engangkut barang-barang saya dari satu desa ke
desa berikutnya. Sewaktu saya tiba di satu desa, sebagian be sar portir
saya dari desa sebelum nya yang telah m em bawa saya sam pai ke situ
pun pergi, dan saya m encari pertolongan dari siapa saja yang berusia
berapa saja yang m am pu m em bawa barang dan ingin m em peroleh
uang. Orang term uda yang m engajukan diri adalah se orang bocah
laki-laki berusia sekitar 10 tahun, bernam a Talu. Dia ber gabung
dengan saya, berharap untuk pergi dari desanya selam a be berapa
hari. Namun sewaktu kami mencapai tujuan kami setelah tertun-
da sem inggu akibat terhalanginya jalur kam i oleh sungai yang banjir,
saya m encari seseorang untuk tinggal dan bekerja bersam a saya, dan
Talu lagi-lagi m engajukan diri. Ternyata, Talu tetap bersam a saya se-
lam a sebulan sam pai saya selesai m eneliti dan dia berjalan pulang ke-
rum ahnya. Ketika dia berangkat untuk pertam a kalinya bersam a saya,
orangtuanya sedang tidak ada di desa, jadi Talu pergi begitu saja, tahu
bahwa orang-orang lain di desanya akan m em beritahu orangtuanya
bahwa dia sudah pergi beberapa hari. Tem an-tem an desanya yang
juga ikut sebagai portir dan kem udian kem bali ke desa pastilah m em -
beritahu orangtuanya lebih daripada sem inggu kem udian bahwa dia
tidak akan pulang untuk beberapa lam a lagi tapi tidak jelas sam pai
kapan. Rupanya m ereka m enganggap norm al saja bila seorang bocah
berusia 10 tahun m em utuskan sendiri untuk pergi dengan lam a waktu
yang tidak jelas.
Pada beberapa m asyarakat, perjalanan lam a yang dilakukan anak-
anak tanpa orangtua berlangsung lebih lam a lagi sam pai-sam pai
http://facebook.com/indonesiapustaka

menjadi adopsi yang diakui. Misalnya, setelah usia 9 tau 10 tahun,


anak-anak Pulau Andam an jarang yang terus hidup bersam a orangtua
m e reka sendiri m elainkan diadopsi oleh orangtua angkat, seringkali
dari kelom pok tetangga, sehingga m em bantu m em pertahankan hu-
bungan bersahabat antara kedua kelom pok. Di antara orang-orang
Iñupiat di Alaska, adopsi anak um um dilangsungkan, terutam a di da-
lam kelom pok-kelom pok Iñupiaq. Adopsi di Dunia Pertam a m odern
238 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

utam anya m erupakan ikatan antara anak yang diadopsi dan orangtua
yang m engadopsinya, yang bahkan sam pai belum lam a ini tanpa
m enyertakan identitas orangtua biologis si anak, sehingga m encegah
ber langsungnya hubungan antara orangtua biologis dengan si anak
atau dengan orangtua yang m engadopsi. Tapi, bagi orang-orang
Iñupiat, adopsi berperan sebagai tautan antara kedua pasang orangtua
dan antara kelom pok-kelom pok m ereka.
Dengan dem ikian, perbedaan utam a antara m asyarakat-m asyarakat
berskala kecil dan m asyarakat-m asyarakat berskala besar adalah bahwa
tanggung jawab atas anak m enjadi tersebar luas, tidak hanya di tangan
orangtua si anak dalam m asyarakat berskala kecil. Para orangtua-
dam ping sam a pentingnya secara m aterial sebagai penyedia m akanan
dan per lindungan tam bahan. Oleh karena itu, berbagai penelitian di
seluruh dunia sam a-sam a m enunjukkan bahwa keberadaan orangtua-
dam ping m e ningkatkan kem ungkinan anak untuk bertahan hidup.
Namun orangtua-damping juga penting secara psikologis, sebagai
pengaruh sosial tam bah an dan panutan selain orangtua sendiri. Para
ahli antropologi yang m e neliti m asyarakat-m asyarakat berskala kecil
sering kali berkom entar m e ngenai apa yang di m ata m ereka tam pak
sebagai perkem bangan dini sejum lah ketram pilan sosial di antara
anak-anak pada m asyarakat-m asyarakat itu, dan m ereka berspekulasi
bahwa hubungan-hubungan orangtua-dam ping yang kaya m ungkin
m erupakan sebagian penje lasannya.
Manfaat-manfaat perawatan oleh orangtua-damping juga ada di
m asyarakat-m asyarakat industri. Para pekerja sosial di Am erika Serikat
m engam ati bahwa anak-anak m em peroleh m anfaat dari hidup dalam
keluarga-keluarga besar m ulti-generasi yang m enyediakan perawatan
oleh orangtua-dam ping. Bayi yang lahir dari rem aja-rem aja Am erika
yang tidak m enikah dan berpenghasilan rendah, yang m ungkin tidak
berpengalam an atau tidak becus sebagai ibu, berkem bang lebih cepat
dan m em peroleh lebih banyak ketram pilan kognitif bila ada ne nek
atau kakaknya, atau bahkan bila seorang m ahasiswa yang terlatih
http://facebook.com/indonesiapustaka

rajin berkunjung untuk berm ain dengan si bayi. Banyaknya perawat


di kibbutz Israel atau di pusat penitipan bayi berkualitas juga m em iliki
fungsi yang sam a. Saya pernah m endengar banyak kisah anekdotal, di
an tara tem an-tem an saya sendiri, tentang anak-anak yang dibesarkan
oleh orangtua yang payah nam un tetap saja m enjadi orang dewasa yang
piawai secara sosial m aupun kognitif, dan m ereka m engatakan kepada
saya bahwa yang m enjaga m ereka tetap waras adalah kontak teratur
TANGGAPAN TERHADAP ANAK YANG MENANGIS ● 239

de ngan orang dewasa yang suportif selain orangtua m ereka, bahkan


m eskipun orang dewasa itu hanyalah seorang guru piano yang m ereka
tem ui sem inggu sekali untuk les piano.

Tan ggap an te rh ad ap an ak yan g m e n an gis


Perdebatan panjang telah berlangsung antara para dokter anak dan ahli
psikologi anak m engenai bagaim ana sebaiknya m enanggapi tangisan
anak. Tentu saja, orangtua pertam a-tam a m em eriksa apakah si anak
kesakitan atau betul-betul membutuhkan pertolongan. Namun bila
tam paknya tidak ada yang salah, apakah lebih baik m enggendong dan
m e nenangkan anak yang m enangis, atau haruskah kita turunkan dia
dan biarkan saja m enangis sam pai berhenti sendiri, berapa pun lam a-
nya wak tu yang dibutuhkan? Apakah tangisan anak sem akin m enjadi
bila orangtua m enurunkannya dan berjalan keluar dari ruangan, atau-
kah bila orangtua terus m enggendongnya?
Filosoi terkait pertanyaan ini berbeda-beda di antara negara-
negara Barat, dan berbeda dari generasi ke generasi dalam negara yang
sam a. Sewaktu saya hidup di J erm an lebih daripada 50 tahun lalu, pan-
dangan yang m endom inasi adalah bahwa anak-anak harus dibiarkan
m enangis, dan jelek pengaruhnya bila kita m em berikan perhatian
kepada anak yang m enangis "tanpa alasan". Penelitian m enun jukkan
bahwa, ketika se orang bayi J erm an m enangis, tangis annya diabaikan
rata-rata satu di antara tiga kali, atau orangtua baru m enanggapinya
setelah selang waktu antara 10 dan 30 m enit. Bayi J erm an dibiarkan
sendirian di boks untuk waktu lam a, sem entara si ibu pergi berbelanja
atau bekerja di ruangan lain. Kata-kata ajaib bagi orangtua J erm an
adalah bahwa anak-anak m ereka harus m em peroleh Selbständigkeit
(kira-kira berarti "m engandalkan diri sendiri") dan Ordnungsliebe
(secara hariah berarti "kecintaan akan keteraturan", termasuk pengen-
dalian diri dan m enuruti ha rapan orang lain) secepat m ungkin.
Orangtua J erm an m enganggap anak-anak Am erika m anja, karena
orangtua Am erika lekas-lekas m em be rikan perhatian bila anaknya
http://facebook.com/indonesiapustaka

m enangis. Orangtua J erm an takut bahwa terlalu banyak perhatian


akan m enjadikan anak verw öhnt—kata yang penting dan sangat, sangat
buruk dalam kosakata J erm an m engenai anak-anak, yang berarti
"m anja".
Sikap orangtua-orangtua di perkotaan Am erika dan Britania pada
dasawarsa 1920 -an sam pai 1950 -an m irip dengan sikap J erm an kini.
Ibu-ibu Am erika diberitahu oleh dokter anak dan ahli-ahli lain bahwa
240 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

jadwal yang teratur dan kebersihan sangatlah penting bagi bayi, bahwa
tanggapan yang cepat akan m em buat anak m anja, dan bahwa penting
bagi bayi untuk belajar berm ain sendiri dan m engendalikan diri sedini
m ungkin. Ahli antropologi Sarah Blaffer Hrdy m enjabarkan sebagai
berikut ilosoi yang mendominasi di Amerika Serikat pertengahan
abad ke-20 m engenai bagaim ana harus m enanggapi tangisan anak:
“Da hulu ketika ibu saya m uda, perem puan berpendidikan dibuat per-
caya bahwa bila bayi m enangis dan ibu buru-buru m enggendongnya,
ibu akan m enjadikannya m anja, m em buat si bayi m enangis sem akin
menjadi-jadi.” Pada 1980-an, ketika istri saya Marie dan saya sedang
membesarkan putra kembar kami, ilosoi itu masih dipercaya luas da-
lam hal apa yang harus dilakukan sewaktu bayi m enangis bila hen dak
ditidurkan. Kam i disarankan untuk m em beri bayi-bayi kam i cium an
selam at m alam , berjingkat-jingkat keluar dari kam ar m ereka, m eng-
abaikan rengekan m ereka yang m engibakan hati ketika m ereka m en-
dengar kam i pergi, kem bali 10 m enit kem udian, m enanti m ereka
tenang, berjingkat-jingkat keluar lagi, dan lagi-lagi m engabaikan re-
ngek an yang ditim bulkan. Sangat m enyesakkan rasanya. Banyak orang-
tua m odern lain yang telah, dan m asih, m erasakan siksaan yang sam a.
Sem entara itu, para pengam at anak dalam m asyarakat-m a sya-
rakat pem buru-pengum pul um um nya m elaporkan bahwa, bila bayi
mulai menangis, orangtua akan cepat-cepat menanggapinya. Misalnya,
bila seorang bayi Pigm i Efe m ulai m erengek, ibu atau seorang perawat
lain m encoba m enenangkan si bayi dalam waktu 10 detik. Bila seorang
bayi !Kung m enangis, 88% episode tangisan m enerim a tanggapan (be-
ru pa sentuhan atau pem berian air susu kepada si bayi) dalam 3 detik,
dan nyaris sem ua episode tangisan m enerim a tanggapan dalam 10
detik. Ibu m enanggapi bayi !Kung dengan m enyusui, nam un banyak
tanggapan diberikan oleh orang bukan ibu (terutam a perem puan
dewasa lain), yang bereaksi dengan m enyentuh atau m enggendong si
bayi. Ha silnya adalah bayi-bayi !Kung m enghabiskan paling banyak
sem enit dalam setiap jam nya untuk m enangis, terutam a dalam
http://facebook.com/indonesiapustaka

episode-episode tangisan yang berlangsung kurang daripada 10 detik.


Oleh karena tanggapan para perawat !Kung terhadap tangisan bayi-
bayi m ereka cepat dan bisa diandalkan, waktu total yang dihabiskan
bayi-bayi !Kung un tuk m enangis setiap jam nya hanya separo dari
waktu yang diukur pada bayi-bayi Belanda. Banyak penelitian lain
m enunjukkan bahwa bayi-bayi berusia setahun yang tangisannya
HUKUMAN FISIK ● 241

diabaikan m enghabiskan lebih banyak waktunya untuk m enangis


dibandingkan bayi-bayi yang ta ngisannya ditanggapi.
Untuk m enuntaskan perdebatan m engenai apakah anak yang
tangis annya diabaikan ternyata m enjadi orang dewasa yang lebih sehat
daripada anak yang tangisannya ditanggapi dengan cepat, kita harus
m e lakukan percobaan terkontrol. Peneliti yang serba-berkuasa itu akan
secara m anasuka m em bagi keluarga-keluarga dalam m asyarakat m en-
jadi dua kelom pok, dan para orangtua di satu kelom pok diharuskan
m engabaikan tangisan anak m ereka "yang tidak ada alasannya", se-
m entara kelom pok orangtua yang satu lagi harus m enanggapi tangis-
an anak dalam tiga detik. Dua puluh tahun kem udian, ketika bayi-bayi
itu sudah dewasa, kita bisa m engkaji kelom pok anak m ana yang lebih
otonom , m erasa am an dalam hubungan m ereka, bisa m engandalkan
diri sendiri, m em iliki kendali diri, tidak m anja, dan m em iliki sifat-sifat
baik lainnya yang ditekankan oleh sejum lah pendidik dan dokter anak
m odern.
Tentu saja, percobaan yang terancang baik dan pengkajian yang
teliti itu tidak pernah dilaksanakan. Kita justru terpaksa m engandalkan
per cobaan alam yang berantakan dan anekdot yang tidak teliti untuk
m em bandingkan m asyarakat-m asyarakat dengan praktik-prak tik m em -
be sar kan anak yang berbeda-beda. Setidaknya, kita bisa m e nyim pul-
kan bahwa tanggapan yang cepat diberikan oleh orangtua pem buru-
pengum pul terhadap tangisan bayi m ereka tidak selalu m enye bab kan
anak m enjadi tam pak tak m em iliki otonom i, kem am puan m engandal-
kan diri sendiri, dan sifat-sifat baik lainnya. Kita akan kem bali bahas
soal jawaban-jawaban im presionistik yang para cendekiawan telah coba
tawarkan bagi pertanyaan m engenai hasil-hasil jangka panjang ini.

Hukuman isik
Yang berkaitan dengan perdebatan m engenai m em anjakan anak
dengan secara cepat m enanggapi tangisan adalah per de bat an yang
kerap terjadi m engenai m em anjakan anak dengan tidak m en jatuhinya
http://facebook.com/indonesiapustaka

hukum an. Ada variasi yang sangat besar di antara m asyarakat-m asya-
rakat m anusia dalam hal sikap terkait m enghukum anak-anak:
variasi dalam satu m asyarakat tertentu dari generasi ke generasi, dan
variasi antara m asyarakat-m asyarakat bertetangga yang m irip dalam
generasi yang sam a. Kalau soal variasi di dalam m asyarakat yang sam a
antargenerasi yang berbeda, m em ukul pantat anak jauh lebih um um
dilakukan di Am erika Serikat pada generasi orangtua saya diban-
242 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

dingkan m asa kini. Kanselir J erm an, Bism arck, berkom entar bahwa,
bahkan dalam satu keluarga tertentu, generasi yang diberi hukum an
pukul cenderung berselang-seling dengan generasi yang tidak dipukul.
Itu sesuai dengan pengalam an banyak tem an Am erika saya: yang pan-
tatnya dipukul sewaktu anak-anak bersum pah bahwa m ereka tidak
akan m elakukan kekejam an barbar sem acam itu kepada anak-anak
m e reka sendiri, sem entara yang tidak dipukul sewaktu kanak-kanak
ber sum pah bahwa lebih sehat bila kita m em ukul pantat anak sedikit
daripada m em praktikkan m anipulasi rasa bersalah dan cara kendali
perilaku lain yang m enggantikan pukulan, atau m em anjakan anak
sepenuhnya.
Sem entara m engenai variasi antara m asyarakat sezam an yang
ber tetangga, cobalah pikirkan Eropa Barat zam an sekarang. Swedia
m elarang pe m u kulan; orangtua Swedia yang m em ukul pantat anak-
nya bisa dituntut sebagai pelaku tindak pidana penganiayaan
anak. Sem entara itu, banyak tem an-tem an saya yang liberal dan
berpendidikan dari J erm an dan Britania serta tem an-tem an Kristen
evangelis dari Am erika yang percaya m em ukul pantat anak lebih baik
daripada tidak m em ukul. Orangtua yang m em benarkan pem ukulan
pantat anak senang m engutip penyair Inggris abad ke-17, Sam uel
Butler (”Tanggalkan rotan dan ja dikan anak m anja”) dan penulis dram a
Athena, Menandros (”Dia yang belum pernah dipukul belum pernah
diajari”). Serupa dengan itu, orang-orang Pigm i Aka di Afrika m odern
tidak pernah m em ukul atau bahkan m e m arahi anak-anak m ereka,
dan m ereka m enganggap praktik-praktik m em besarkan anak oleh
petani-petani Ngandu tetangga mereka, yang memukul anak, sebagai
penganiayaan m e nge rikan.
Variasi hukuman isik bukan hanya terjadi di Eropa dan Afrika
m odern, m elainkan juga pada m asa-m asa dan di bagian-bagian lain
dunia. Di Yunani kuno, anak-anak Athena (terlepas dari kata-kata
Menandros) lari berkeliaran dengan bebas, sementara pada saat
yang sam a di Sparta, siapa saja, tidak hanya orangtua si anak, boleh
http://facebook.com/indonesiapustaka

m em ukul anak. Di Papua, m eskipun sejum lah suku bahkan tidak


m enghukum bayi yang m ain-m ain dengan pisau tajam , saya m en-
jum pai ekstrem berlawanan di satu desa kecil (Gasten) yang terdiri atas
selusin pondok di sekeliling tanah terbuka, di m ana kehidupan desa
berlangsung sepenuhnya di ba wah tatapan m ata para penghuni lain.
Satu pagi, saya m endengar jeritan m arah, dan saya m enengok keluar
untuk m elihat apa yang se dang terjadi. Seorang ibu sedang m engam uk
HUKUMAN FISIK ● 243

kepada putrinya yang ber usia sekitar delapan tahun, m e neriakinya dan
m em ukulinya, sem entara putrinya itu terisak-isak dan m engangkat
lengannya di depan wajah untuk m elindungi diri dari pukulan-
pukulan itu. Orang-orang dewasa lain m enonton, dan tidak ada yang
m enengahi. Si ibu sem akin m urka. Akhir nya, si ibu pergi ke tepi tanah
terbuka, m em bungkuk untuk m e m u ngut sesuatu, kem bali ke anaknya,
dan m enggosok kuat-kuat benda itu ke wajah anaknya, m enyebabkan
putrinya itu m enjerit kesakitan sejadi-jadinya. Ternyata benda itu
adalah segenggam daun jelatang yang gatal. Saya tidak tahu apa yang
telah dilakukan putrinya sehingga m e m an cing hukum an itu, nam un
perilaku si ibu jelas dianggap bisa diterim a oleh sem ua yang m enonton.
Bagaim ana kita bisa m enjelaskan m engapa sejum lah m asyarakat
mempraktikkan hukuman isik anak-anak, sementara yang lain tidak?
Banyak variasi itu jelas bersifat budaya dan tidak terkait dengan
perbedaan dalam hal ekonomi menyambung hidup. Misalnya, saya
tidak m e lihat adanya perbedaan antara ekonom i Swedia, J erm an, dan
Britania (yang sem uanya m erupakan m asyarakat industri berbasis
perta nian yang m erupakan penutur bahasa-bahasa J erm anik) yang da-
pat m en je las kan m engapa banyak orang-orang J erm an dan Britania
m odern yang m em ukul pantat anak m ereka tapi orang-orang Swedia
tidak. Orang-orang Papua di Gasten dan yang m erupakan suku angkat
Enu m e ru pakan peladang dan penggem bala babi, lagi-lagi tanpa per-
bedaan jelas mengapa hukuman isik dengan jelatang bisa diterima di
Gasten sementara hukuman isik ringan sekalipun jarang ditemukan di
suku yang m engangkat Enu.
Tapi, tam paknya m em ang ada suatu kecenderungan luas: ke-
banyakan kawanan pem buru-pengum pul hanya m em berikan hukum -
an isik ringan kepada anak-anak kecil, banyak masyarakat petani
m em berikan sejenis hukum an, dan para penggem bala sangat m ungkin
m em berikan hukum an. Salah satu penjelasan yang diajukan adalah
perilaku keliru anak pem buru-pengum pul barangkali hanya akan m e-
lukai si anak nam un tidak m elukai siapa pun atau apa pun lainnya,
http://facebook.com/indonesiapustaka

sebab pem buru-pengum pul cenderung tidak m em iliki banyak harta


benda berharga. Namun banyak petani, dan terutama penggembala,
m e m iliki harta benda berharga, terutam a hewan ternak yang ber harga,
sehingga penggem bala m enghukum anak-anak m ereka untuk m en-
cegah akibat gawat bagi kseluruh keluarga—m isalnya, bila anak lalai
m enutup gerbang kandang, sehingga sapi dan dom ba yang berharga
bisa m elarikan diri. Secara lebih um um , dibandingkan m asyarakat
244 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

pem buru-pengum pul egaliter yang berpindah-pindah, m asyarakat


yang m enetap (m isalnya, se bagian besar petani dan penggem bala)
m em iliki perbedaan kuasa yang lebih besar, ketidaksetaraan individual
berdasarkan jenis kelam in dan ber dasarkan usia yang lebih besar, lebih
banyak penekanan terhadap pem belajaran rasa tunduk dan horm at—
sehingga lebih banyak hu kum an bagi anak-anak.
Ini beberapa contohnya. Di antara pem buru-pengum pul, orang-
orang Piraha, Penduduk Kepulauan Andam an, Pigm i Aka, dan !Kung
memberikan hanya sedikit hukuman isik, atau bahkan tidak sama se-
kali. Daniel Everett m enuturkan cerita berikut yang m erupakan peng-
alam annya hidup bertahun-tahun di antara orang-orang Piraha.
Everett m enjadi ayah pada usia 19 tahun, dan dia berasal dari keluarga
Kristen yang mempraktikkan hukuman isik. Suatu hari, putrinya
Shannon m e lakukan sesuatu yang dia anggap pantas dihukum dengan
pukulan di pantat. Dia m enyam bar sebatang tongkat, m enyuruhnya
untuk pergi ke kam ar sebelah untuk dipukul di sana, dan Shannon
pun m ulai m en je rit bahwa dia tidak perlu dipukul. Orang-orang Piraha
datang berlarian m endengar suara-suara m arah itu dan m enanyai
Everett apa yang se dang dia lakukan. Dia tidak punya jawaban bagus
untuk m ereka, nam un dia m asih m engingat aturan-aturan Alkitab soal
m em ukul anak, jadi dia katakan kepada Shannon bahwa dia tidak akan
m em ukul putrinya di situ di depan orang-orang Piraha. Tapi, Shannon
harus pergi ke ujung lapangan terbang dan cari tongkat lain untuk
digunakan m e m u kulnya, dan Everett akan m enjum painya di sana
lim a m enit lagi. Se waktu Shannon m ulai beranjak, orang-orang Piraha
m enanyainya tentang dia m au pergi ke m ana. Sadar sepenuhnya apa
yang akan dipikir kan oleh orang-orang Piraha m engenai jawabannya,
dengan riang dia m enjawab, “Ayahku akan m em ukulku di lapangan
terbang!” Ber bondong-bondonglah anak-anak dan orang-orang dewasa
Piraha m engikuti Daniel Everett sewaktu dia akan m elaksanakan
perilakunya yang luar biasa barbar berupa m em ukul anak itu. Dia
m enyerah kalah, m em biarkan putrinya yang sum ringah m erayakan
http://facebook.com/indonesiapustaka

kem enangannya itu. Orangtua Piraha justru berbicara dengan horm at


kepada anak-anak, jarang m endisiplinkan m ereka, dan tidak m eng-
guna kan kekerasan.
Sikap serupa m endom inasi pada sebagian besar kelom pok pem -
buru-pengum pul yang dipelajari. Bila seorang Pigm i Aka m em ukul
anak nya yang m asih kecil, suam i atau istrinya m enganggap itu alasan
untuk bercerai. Orang-orang !Kung m enjelaskan kebijakan m ereka
HUKUMAN FISIK ● 245

untuk tidak m enghukum anak-anak dengan m engatakan bahwa anak-


anak belum punya akal dan tidak bertanggungjawab atas tindakan-
tindakan m ereka. Anak-anak !Kung dan Aka justru dibolehkan m e m u-
kul dan m enghina orangtua m ereka. Orang-orang Siriono m enjatuhkan
hu kum an ringan kepada anak yang m em akan kotoran atau hewan yang
tabu, dengan cara m engangkat anak dengan kasar, nam un m ereka tidak
pernah m em ukul anak, sedangkan anak dibiarkan m engekspresikan
tem per tantrum , saat m ereka bebas m em ukul ayah atau ibu sekeras
m ungkin.
Di antara kelom pok-kelom pok petani ada variasi, dengan yang pa-
ling sering m enghukum adalah para penggem bala yang berisiko ke-
hilangan ternak berharga bila anak yang m enjaga ternak berperilaku
se ram pangan. Pada beberapa kom unitas petani, disiplin anak sa-
ngatlah longgar, dan m ereka m em iliki sedikit sekali tanggung jawab
dan juga se dikit kesem patan untuk m erusak harta benda berharga,
sebelum mereka mencapai pubertas. Misalnya, di antara penduduk
Kepulauan Trobriand dekat Nugini, yang merupakan petani tanpa
ternak kecuali babi, anak-anak tidak dihukum ataupun diwajibkan
patuh. Ahli etnograi Bronislaw Malinowski menulis soal Penduduk
Kepulauan Trobriand, “Sering kali... saya m endengar seorang anak
disuruh begini atau begitu, dan um um nya hal itu, apa pun itu, akan
diajukan sebagai perm intaan tolong, walaupun terkadang perm intaan
itu m ungkin dibarengi an cam an kekerasan. Orangtua akan m em bujuk,
m em arahi, atau m em inta kepada anak seolah kepada orang yang setara
dengannya. Perintah se der hana, yang m enyiratkan harapan bahwa
anak akan secara alam iah patuh, tak pernah terdengar dari orangtua
ke anak di Trobriand... Se waktu terjadi suatu kenakalan m engejutkan
oleh seorang anak, saya m enyarankan bahwa akan baik akibatnya
untuk m asa depan bila anak itu dipukul atau dihukum dengan tega,
gagasan itu tam pak tidak alam i dan tidak berm oral bagi tem an-tem an
[Trobriand] saya.”
Seorang tem an yang pernah hidup bertahun-tahun di antara
http://facebook.com/indonesiapustaka

kaum penggem bala di Afrika Tim ur m em beritahu saya bahwa anak-


anak penggem bala di sana berperilaku seperti bengal-bengal cilik
sam pai usia sunat laki-laki, saat m ereka diharapkan m enjadi ber-
tanggungjawab. Kem udian, setelah upacara inisiasi, anak laki-laki
m u lai m enggem balakan sapi yang berharga, anak perem puan m ulai
m engurusi adik-adiknya, dan keduanya m ulai didisplinkan. Di antara
orang-orang Tallensi di Ghana, Afrika Barat, tidak ada yang ragu-ragu
246 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

m enghukum anak yang tam paknya pantas m em perolehnya, m isalnya


ber lam a-lam a sewaktu m enggem bala ternak. Seorang laki-laki
Tallensi m e nunjukkan ke pada seorang ahli antropologi Britania yang
bertandang bekas luka yang diper olehnya akibat dicam buki keras-keras
sewaktu m asih bocah. Seorang tetua Tallensi m enjelaskan, “Bila kam u
tidak sakiti anak m u, dia tidak akan pernah belajar tanggung jawab”—
m irip dengan diktum Butler “Tanggalkan rotan dan jadikan anak
m anja”.

Oto n o m i an ak
Seberapa besar kebebasan atau dorongan yang didapat anak untuk
m engeksplorasi lingkungannya? Apakah anak diizinkan m elakukan
hal-hal berbahaya, dengan harapan bahwa m ereka harus belajar dari
ke salahan? Atau apakah orangtua bersifat protektif akan ke se lam atan
anak, dan apakah orangtua m em batasi eksplorasi dan m e narik anak
m enjauh bila m ereka m ulai m elakukan sesuatu yang bisa m em -
bahayakan?
J awaban untuk pertanyaan ini berbeda-beda di antara m asyarakat.
Tapi, generalisasi tentatifnya adalah otonom i individual, bahkan
pada anak-anak, m erupakan ideal yang lebih dihargai pada kawanan
pem buru-pengum pul daripada m asyarakat negara, karena negara
m enganggap m em iliki kepentingan atas anak-anak warga negaranya,
tidak ingin anak-anak terluka karena berperilaku sesuka hati, dan
m elarang m em biarkan anak m elukai diri sendiri. Saya m e nulis baris-
baris ini tepat setelah saya m enyewa m obil di bandara. Re kam an
suara yang disiarkan kepada penum pang di bis ulang-alik dari tem pat
pengam bilan bagasi di bandara m enuju tem pat penyewaan m o bil
m em peringatkan kam i, “Hukum federal m ensyaratkan anak-anak ber-
usia di bawah lim a tahun atau berberat kurang daripada 40 kilogram
un tuk didudukkan pada kursi m obil yang sesuai standar federal.” Para
pem buru-pengum pul akan m enganggap peringatan itu sebagai sem ata
urusan si anak, juga barangkali orangtuanya dan anggota kawanannya,
http://facebook.com/indonesiapustaka

na m un yang jelas sam a sekali bukan urusan birokrat yang tidak m ereka
kenal. Dengan risiko generalisasi berlebihan, kita bisa katakan bahwa
pem buru-pengum pul sangatlah egaliter, dan m ereka tidak m enyuruh
siapa pun, tidak juga seorang anak, untuk m elakukan apa pun. Ge-
neralisasi atau generalisasi berlebihan lebih lanjut, m asyarakat-
m asyara kat berskala kecil tam paknya tidak sedem ikian yakin seperti
kam i, orang-orang WEIRD m odern, dengan gagasan bahwa orangtua
OTONOMI ANAK ● 247

ber tanggungjawab atas perkem bangan anak, dan bahwa m ereka bisa
m em pengaruhi anak akan m enjadi seperti apa nantinya.
Tem a otonom i itu telah ditegaskan oleh para pengam at banyak
masyarakat pemburu-pengumpul. Misalnya, anak-anak Pigmi Aka
m e m iliki akses ke sum ber daya yang sam a dengan orang dewasa, se-
m entara di AS ada banyak sum ber daya khusus dewasa yang tidak
boleh disentuh anak-anak, m isalnya senjata, alkohol, dan barang-
barang yang mudah pecah. Di antara orang-orang Martu di gurun
Australia Barat, kesalahan paling parah adalah m em aksa anak m e-
la kukan sesuatu, bahkan m eskipun si anak baru berusia tiga tahun.
Orang-orang Piraha m enganggap anak-anak sebagai m anusia biasa
saja, tidak butuh kelewat disayang-sayang atau diberi perlindungan
khusus. Dalam kata-kata Daniel Everett, “Mereka [anak-anak Piraha]
diper lakukan dengan adil dan orang dewasa m em aham i kekurangan
mereka karena ukuran mereka yang kecil dan isik mereka yang relatif
m asih lem ah, nam un pada dasarnya m ereka tidak dianggap berbeda
secara kualitatif dari orang-orang dewasa... Darwinism e m engalir di
dalam ilosoi orang-orang Piraha mengenai perawatan anak. Gaya
perawatan anak ini m enghasilkan orang-orang dewasa yang sangat
tangguh dan tabah yang tidak percaya bahwa hidup m ereka bergantung
kepada orang-orang lain. Warga bangsa Piraha tahu bahwa kehidupan
setiap harinya bergantung kepada ketram pilan dan ketangguhan
individual... Pan dangan Piraha bahwa anak-anak m erupakan warga
m asyarakat yang setara berarti tidak ada larangan yang berlaku bagi
anak-anak na m un tidak berlaku bagi orang dewasa dan sebaliknya...
Mereka harus memutuskan untuk diri mereka sendiri apakah mereka
harus m e la ku kan atau tidak m elakukan apa yang m asyarakat harapkan
dari m e reka. Pada akhirnya m ereka belajar bahwa dem i kepentingan
m ereka sendiri ada baiknya m endengarkan orangtua m ereka sedikit.”
Sejum lah m asyarakat pem buru-pengum pul dan m asyarakat petani
ber skala kecil tidak turut cam pur ketika anak-anak atau bahkan bayi
m ereka m elakukan hal-hal berbahaya yang m em ang m ungkin m em -
http://facebook.com/indonesiapustaka

bahayakan m ereka, yang bisa m enyebabkan orangtua di Barat di-


tuntut sebagai pelaku pidana. Saya sebelum nya m enyebutkan tentang
keterkejutan saya, di Dataran Tinggi Papua, ketika m engetahui bah wa
bekas-bekas luka bakar yang dim iliki oleh sedem ikian banyak orang
dewasa pada suku yang m engangkat Enu kerap kali diperoleh kala
kanak-kanak, ketika bayi berm ain-m ain di sebelah api, dan orangtua-
nya m enganggap otonom i anak berlaku juga bagi bayi, yang ber hak
248 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

m enyentuh atau m endekati api dan m enderita akibatnya. Bayi-bayi


Hadza dibolehkan m em egang dan m engisap-isap pisau tajam (Gam bar
19). Inilah insiden yang diam ati Daniel Everett di antara orang-orang
Indian Piraha: “Kam i m engam ati bahwa seorang balita [Piraha] ber usia
sekitar dua tahun sedang duduk-duduk di dalam pondok, di be la kang
laki-laki yang sedang kam i wawancarai. Anak itu sedang berm ain-m ain
dengan sebatang pisau dapur tajam , sepanjang sekitar 20 sentim eter.
Dia m engayun-ayunkan bilah pisau itu di sekeliling tubuhnya, sering
kali dekat dengan m atanya, dadanya, lengannya, dan bagian-bagian
tubuh lain yang tidak kita kehendaki untuk terpotong atau berlubang.
Tapi, yang benar-benar m enyita perhatian kam i adalah ketika dia m en-
jatuhkan pisau itu, ibunya—yang sedang berbincang dengan orang
lain—dengan tidak acuh m eraih ke belakang tanpa berhenti bercakap-
cakap, m engangkat pisau itu, dan m enyerahkannya kem bali ke si balita.
Tidak ada yang m elarangnya agar jangan sam pai m em otong atau m e-
lukai dirinya sendiri. Dia tidak kenapa-kenapa, nam un saya pernah m e-
lihat anak-anak Piraha lain terluka parah gara-gara berm ain-m ain de-
ngan pisau.”
Terlepas dari itu, tidak sem ua m asyarakat berskala kecil m em biar-
kan anak m engeksplorasi secara bebas dan m elakukan hal-hal ber-
bahaya. Variasi dalam kebebasan yang dinikm ati anak bagi saya
tam pak nya bisa dipaham i sebagian berdasarkan beberapa pertim -
bangan. Dua di an taranya adalah pertim bangan-pertim bangan yang
sudah saya bahas sebagai penyebab lebih banyaknya hukuman isik
pada m asyarakat penggem bala dan petani daripada pada m asyarakat
pem buru-pengum pul. Se m entara m asyarakat pem buru-pengum pul
cenderung egaliter, ba nyak m asyarakat petani dan penggem bala
m enga kui perbedaan hak laki-laki dan perem puan, atau hak orang
yang lebih muda dan yang lebih tua. Masyarakat pemburu-pengumpul
juga cenderung m e m iliki lebih sedikit harta benda berharga yang bisa
dirusak anak daripada petani dan penggem bala. Kedua pertim bangan
itu m ungkin ikut m enyebabkan anak-anak pem buru-pengum pul
http://facebook.com/indonesiapustaka

m enik m ati kebebasan lebih besar untuk m engeksplorasi.


Sebagai tam bahan, seberapa besar kebebasan yang dinikm ati anak-
anak tam paknya bergantung sebagian kepada seberapa berbahayanya,
atau seberapa dianggap berbahayanya, lingkungannya. Sejum lah
lingkungan relatif am an bagi anak-anak, nam un yang lainnya ber-
bahaya ka rena ada bahaya lingkungan ataupun bahaya akibat m anu-
sia. Coba pikir kan spektrum lingkungan berikut ini, dari yang
OTONOMI ANAK ● 249

paling berbahaya ke yang paling tidak berbahaya, dijejerkan dengan


kisaran praktik-prak tik m em besarkan anak dari orang dewasa yang
sangat m em batasi kebe basan anak kecil sam pai orang dewasa yang
m em biarkan anak kecil ber keliaran sendirian.
Salah satu ingkungan yang paling berbahaya adalah hu tan hujan
tropis Dunia Baru, yang disarati serangga yang m enggigit, m enyengat,
beracun (sem ut m arabunta, lebah, kalajengking, laba-laba, dan tawon),
m am alia berbahaya (jaguar, peccary, dan pum a), ular besar beracun
(fer-de-lance dan bushm aster), serta tum buhan beracun. Bayi atau
anak kecil yang dibiarkan sen dirian tak akan bertahan lam a di hutan
hujan Amazon. Oleh karena itu, tulis Kim Hill dan A. Magdalena
Hurtado, “Bayi-bayi [Ache] berusia kurang daripada setahun m eng-
habiskan sekitar 93% m asa siang hari ber sentuhan langsung dengan
ibu atau ayahnya, dan m ereka tidak pernah diturunkan ke tanah
ataupun dibiarkan sendirian selam a lebih daripada beberapa detik...
Baru setelah berusia sekitar tiga tahun anak-anak Ache m ulai m eng-
habiskan cukup banyak waktu dalam jarak lebih daripada sem ter dari
ibu m ereka. Tetap saja, anak-anak Ache berusia antara tiga dan em pat
tahun m enghabiskan 76% m asa siang hari berjarak kurang daripada
sem eter dari ibu m ereka dan nyaris selalu diawasi.” Sebagai akibat-
nya, kom entar Hill dan Hurtado, anak-anak Ache baru m ulai ber jalan
sendiri saat telah berusia 21 sam pai 23 bulan, 9 bulan lebih lam bat
daripada anak-anak Am erika. Anak-anak Ache berusia antara tiga dan
lim a tahun seringkali digendong di punggung oleh seorang de wasa di
dalam hutan, tak dibiarkan berjalan sendiri. Baru ketika anak Ache
berusia lim a tahun dia m ulai m engeksplorasi hutan dengan kakinya
sendiri, nam un bahkan saat itu anak-anak Ache berada dalam jarak 50
m eter dari seorang dewasa nyaris sepanjang waktu.
Lingkungan lain yang berbahaya, nam un tidak seberbahaya hutan
hujan Am erika, ada lah Gurun Kalahari, Artika, dan rawa-rawa Delta
Okavango. Anak-anak !Kung berm ain dalam kelom pok-kelom pok yang
diawasi secara longgar nam un efektif oleh orang-orang dewasa; anak-
http://facebook.com/indonesiapustaka

anak biasanya berada dalam jarak pandang atau jarak dengar orang-
orang dewasa di per kam pungan. Di Artika, kita tidak bisa m em biarkan
anak-anak berlari ke sana kem ari dengan bebas, karena ada bahaya
kecelakaan yang da pat m enyebabkan m ereka kedinginan atau m em -
beku. Anak-anak pe rem puan di Delta Okavango Afrika Selatan dibo-
lehkan m enangkap ikan de ngan keranjang, nam un m ereka harus
tetap di dekat-dekat pesisir karena bahaya buaya, kuda nil, gajah, dan
250 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

kerbau. Tapi, contoh-contoh ini harus diperingan dengan m enyebutkan


bahwa anak-anak Pigm i Aka berusia 4 tahun, m eskipun tidak m asuk-
m asuk sendirian ke da lam hutan hujan Afrika Tengah, boleh pergi
bersam a anak-anak yang ber usia 10 tahun m eskipun ada bahaya m acan
dan gajah.
Lingkungan yang tidak begitu berbahaya, di m ana anak-anak
bisa diberi lebih banyak kebebasan, adalah lingkungan orang-orang
Hadza di Afrika Tim ur. Di situ ada m acan dan predator-predator
berbahaya lain nya, seperti juga lingkungan orang-orang !Kung,
nam un bedanya dari lingkungan !Kung adalah lingkungan Hadza
berbukit-bukit, sehingga di sana kita bisa m elihat ke jarak yang lebih
jauh, dan orangtua dapat m engawasi anak-anak yang sedang berm ain
di tem pat lebih jauh dari per kam pungan Hadza dibandingkan dari
perkam pungan !Kung. Hutan hujan Papua juga cukup am an: tidak
ada m am alia berbahaya, banyak ular yang berbisa nam un jarang
dijum pai, dan bahaya utam a berasal dari orang lain. Oleh karena itu
sayang seing kali menjumpai anak-anak Nugini bermain, berjalan, atau
bersam pan tanpa didam pingi orang de wasa, dan tem an-tem an Papua
saya m engatakan bahwa m ereka m engha biskan banyak waktu di hutan
sendirian sewaktu anak-anak.
Sejum lah lingkungan yang tergolong paling am an adalah gurun
Australia dan hutan Madagaskar. Pada masa kini, di gurun Australia
tidak ada m am alia yang berbahaya bagi m anusia. Se perti Papua,
Australia terkenal m em iliki m acam -m acam ular berbisa, na m un kita
jarang m enjum pai ular-ular itu kecuali kita sengaja m en cari. Oleh
karena itu anak-anak Martu di gurun Australia biasa pergi mencari
m akanan tanpa diawasi oleh orangtua. Serupa dengan itu, di hutan
Madagaskar tidak ada predator besar dan hanya sedikit tumbuhan
dan hewan berbisa, sehingga anak-anak bisa dengan am an pergi ber-
kelom pok tanpa orang dewasa guna m enggali ubi.

Ke lo m p o k be rm ain m u lti-u s ia
http://facebook.com/indonesiapustaka

Di garis depan Am erika Serikat sebelah barat, di m ana dulu populasi


jarang, sekolah dengan hanya satu kelas m erupakan fenom ena um um .
Dengan sedem ikian sedikitnya anak-anak yang hidup dalam jarak
yang bisa m en jangkau sekolah setiap hari, sekolah-sekolah hanya
bisa m em iliki satu ruang kelas dan seorang guru, dan sem ua anak
dari berbagai usia harus didik bersam a-sam a dalam satu ruangan itu.
Namun sekolah berkelas tunggal seperti itu kini hanyalah kemangan
KELOMPOK BERMAIN MULTI-USIA ● 251

rom antis m asa lalu di Am erika Serikat, kecuali di daerah-daerah


perdesaan yang ber pen duduk jarang. Di sem ua kota, dan di daerah-
daerah perdesaan yang berpenduduk cukup padat, anak-anak belajar
dan berm ain dalam kelom pok-kelom pok usia. Ruang-ruang kelas di
sekolah diperingkat sesuai usia, sedem ikian rupa sehingga sebagian
besar tem an sekelas ber usia kira-kira sam a. Walaupun kelom pok-
kelom pok berm ain di lingkungan tem pat tinggal tidaklah sedem ikian
terbagi-bagi sesuai usia se perti itu, di daerah-daerah yang berpenduduk
padat pada m asyarakat-m a syarakat yang besar, ada cukup anak dalam
jarak yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki dari satu sam a lain
sehingga anak-anak berusia 12 tahun biasanya tidak berm ain bersam a
anak-anak berusia 3 tahun. Norma kelompok usia itu berlaku tak
hanya untuk m asyarakat-m asyarakat m odern dengan pem erintah
negara dan sekolah, m elainkan juga untuk m asyarakat-m asyarakat pra-
negara, karena fakta demograi dasar yang sama: banyak anak-anak
yang berusia dekat dan hidup berdekatan. Misalnya, banyak kedatuan
Am erika sekarang atau per nah m em iliki kelom pok usia, di m ana anak-
anak yang berusia sam a diinisiasi dan disunat pada saat bersam aan,
dan pada bangsa Zulu, anak laki-laki ber usia sam a m em bentuk
kelom pok m iliter seusia.
Namun kenyataan demograi memberikan hasil berbeda pada
m asya rakat-m asyarakat berskala kecil, yang m enyerupai sekolah ber-
kelas tunggal. Satu kawanan pem buru-pengum pul tipikal berjum lah
se kitar 30 orang m ungkin secara rata-rata hanya m em iliki sekitar
selu sin anak pra-rem aja, laki-laki m aupun perem puan dengan usia
berm acam -m acam . Oleh karena itu m ustahil m enyusun kelom pok-ke-
lom pok berm ain seusia yang terpisah-pisah dan m asing-m asing terdiri
atas banyak anak, seperti yang ditem ukan di m asyarakat besar. Sem ua
anak dalam kawanan m em bentuk satu kelom pok ber m ain m ulti-usia
cam puran laki-laki dan perem puan. Hasil pengam atan itu didapati
di sem ua m asyarakat pem buru-pengum pul berskala kecil yang telah
dipelajari.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Dalam kelom pok-kelom pok berm ain m ulti-usia sem acam itu, anak-
anak yang lebih besar m aupun m asih kecil sam a-sam a m em peroleh
m anfaat dari berm ain bersam a-sam a. Anak-anak yang lebih kecil
m em peroleh m anfaat dari bersosialisasi tidak hanya dengan orang de-
wasa m elainkan juga dengan anak-anak yang lebih besar, sem entara
anak-anak yang lebih besar m em peroleh pengalam an m erawat anak-
anak yang lebih kecil. Pengalam an yang diperoleh anak-anak yang
252 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

lebih besar itu turut m enjelaskan m engapa para pem buru-pengum pul
yang m asih rem aja sudah bisa m enjadi orangtua yang percaya diri.
Walaupun di m asyarakat-m asyarakat Barat terdapat cukup banyak
orangtua berusia rem aja, terutam a rem aja yang belum m enikah,
rem aja-rem aja di Barat m erupakan orangtua yang tidak optim al karena
tidak berpengalam an. Tapi, dalam m asyarakat berskala kecil, rem aja-
rem aja yang m enjadi orangtua sudah pernah m engurus anak-anak
selam a bertahun-tahun (Gam bar 38).
Misalnya, sewaktu saya menghabiskan waktu beberapa lama di satu
desa Papua terpencil, seorang anak perem puan berusia 12 tahun ber-
nama Morcy diperintahkan memasak untuk saya. Sewaktu saya kem-
bali ke desa itu dua tahun kemudian, saya mendapati bahwa Morcy
telah dinikahkan dan dalam usia 14 tahun telah m enggendong anak
pertam anya. Pada awalnya saya berpikir: pasti usianya bukan m asih
semuda itu, dan dia sebenarnya berusia 16 atau 17? Namun ayah Morcy
adalah orang yang m em egang buku catatan kelahiran dan ke m a tian di
desa itu, dan dia sendirilah yang mencatat tanggal kelahiran Morcy.
Saya kem udian berpikir: kok bisa-bisanya anak perem puan ber usia
14 tahun sudah m enjadi ibu yang piawai? Di Am erika Serikat, hukum
bahkan m elarang laki-laki m enikahi anak perem puan se m uda itu.
Namun Morcy tampaknya mengurusi anaknya dengan penuh percaya
diri, tidak berbeda dari ibu-ibu yang berusia lebih tua di desanya. Saya
akhirnya merenungkan bahwa Morcy sudah memiliki pengalaman
bertahun-tahun m engurusi anak-anak kecil. Pada usia 14 tahun, dia
sudah lebih pantas m enjadi orangtua daripada saya ketika m enjadi
ayah pada usia 49.
Satu lagi fenom ena yang dipengaruhi oleh kelom pok berm ain
m ulti-usia adalah hubungan seks pranikah, yang dilaporkan ditem ukan
pada se m ua m asyarakat pem buru-pengum pul kecil yang telah dipe-
lajari. Ke ba nyakan m asyarakat besar m enganggap sejum lah akti-
vitas sebagai cocok untuk anak laki-laki, sem entara aktivitas lain
cocok untuk anak perempuan. Mereka mendorong anak laki-laki
http://facebook.com/indonesiapustaka

dan pe rem puan untuk berm ain secara terpisah, dan ada anak laki-
laki dan perem puan dalam jum lah cukup untuk m em bentuk kelom -
pok-kelompok bermain khusus setiap jenis kelamin. Namun itu
m ustahil dalam kawanan yang hanya m em iliki selusin anak dari
berbagai usia. Oleh karena anak-anak pem buru-pengum pul tidur
bersam a orangtua m ereka, entah itu di ranjang atau pondok yang
sam a, tidak ada privasi. Anak-anak m elihat orangtua m ereka berhu-
PERMAINAN DAN PENDIDIKAN ANAK ● 253

bungan seks. Di Kepulauan Trobriand, Malinowski diberitahu bahwa


orangtua tidak m elakukan tin dakan khusus untuk m encegah anak-
anak m ereka m elihat m ereka ber hubungan seks: m ereka hanya
m em bentak si anak dan m enyuruhnya m e nutupi kepalanya dengan
tikar. Begitu anak-anak sudah cukup besar untuk bergabung dengan
kelom pok berm ain bersam a anak-anak lain, m ereka m em buat-buat
perm ainan yang m eniru-niru berbagai aktivitas orang dewasa yang
m ereka saksikan, sehingga tentu saja m ereka punya per m ainan seks,
m eniru-niru hubungan seks. Orang dewasa m ungkin sam a sekali
tidak m engganggu perm ainan seks oleh anak-anak, atau orangtua
!Kung akan m elarangnya bila perm ainan itu m enjadi betulan, nam un
m ereka m enganggap coba-coba seksual oleh anak-anak sebagai hal
yang wajar dan norm al. Para orangtua !Kung dulu juga m elakukannya
sewaktu anak-anak, dan anak-anak sering kali berm ain-m ain di luar
pengawasan orangtua, di tem pat orangtua tidak m elihat perm ainan
seks m ereka. Banyak m asyarakat, m isalnya orang-orang Siriono,
Piraha, dan Penduduk Dataran Tinggi Papua, m e no leransi perm ainan
seks terbuka antara anak-anak dan dewasa.

Pe rm ain an d an p e n d id ikan an ak
Setelah m alam pertam a saya di satu desa Dataran Tinggi Papua, saya
terbangun pada pagi hari karena m endengar teriakan-teriakan anak-
anak laki-laki di desa itu yang berm ain-m ain di luar pondok saya.
Bukannya ber m ain engklek atau m enarik-narik m obil m ainan, m ereka
berm ain perang-perangan antarsuku. Setiap anak laki-laki m em iliki
busur kecil, lengkap dengan tabung anak panah berujung rum put
liar, yang terasa sakit kalau m engenai orang yang ditem bak nam un
tidak m enim bulkan cedera. Anak-anak itu m em bagi diri m enjadi dua
kelom pok yang saling m e nem bakkan panah, satu anak di m asing-
m asing kelom pok m aju m en dekati anak yanag m erupakan "lawan"-nya
sebelum m enem bakkan anak panah ke arahnya, nam un m erunduk dan
m elesat dari sisi ke sisi agar dia sendiri tidak tertem bak, dan dengan
http://facebook.com/indonesiapustaka

cepat lari kem bali ke ke lom poknya untuk m em asang anak panah baru.
Perm ainan m ereka itu m e rupakan peniruan realistik perang Dataran
Tinggi sungguhan, hanya anak panah m ereka tidak m em atikan,
pesertanya adalah anak-anak kecil bukan laki-laki dewasa, dan m ereka
berasal dari desa yang sam a serta tertawa-tawa.
"Perm ainan" itu. yang m em perkenalkan saya kepada kehidupan di
Dataran Tinggi Papua. adalah khas sesuatu yang disebut perm ainan
254 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

m endidik anak-anak di seluruh dunia. Banyak perm ainan anak yang


m erupakan tiruan aktivitas orang dewasa yang anak lihat, atau dengar
dari cerita orang dewasa. Anak-anak berm ain untuk bersenang-senang,
nam un perm ainan m ereka berfungsi m elatih m ereka m elakukan hal-
hal yang nantinya harus mereka lakukan saat dewasa. Misalnya, di
antara orang-orang Dani di Dataran Tinggi Papua, ahli antropologi
Karl Heider m engam ati bahwa perm ainan anak-anak m eniru se gala
sesuatu yang berlangsung di dunia orang dewasa Dani, kecuali ritual-
ritual khusus dewasa. Perm ainan-perm ainan Dani yang m eniru ke-
hidupan dewasa antara lain pertem puran pura-pura dengan tom bak
dari rum put; m enggunakan tom bak atau tongkat untuk "m em bunuh"
"pasukan" buah beri; betul-betul berguling-guling m aju-m undur
untuk m eniru prajurit yang m aju m enyerang dan m undur; berlatih
m enem bak lum ut yang m enggantung dan sarang sem ut; berburu
burung untuk senang-senang; m em bangun pondok tiruan dan kebun
tiruan dengan parit; m enarik-narik sebatang bunga yang terikat
seutas tali, seolah-olah bunga itu seekor babi, dan m enyebut bunga itu
dengan kata-kata Dani yang berarti "babi"; dan berkum pul kala m alam
di sekeliling api unggun, m engam ati sebatang tongkat yang terbakar
jatuh, dan berpura-pura bahwa orang yang ditunjuk oleh tongkat itu
akan m enjadi ipar nya suatu hari nanti.
Sem entara kehidupan dewasa dan perm ainan anak-anak di Da tar an
Tinggi Papua berkisar di sekitar perang dan babi, kehidupan de wa sa di
antara orang-orang Nuer di Sudan berkisar di sekitar sapi. Oleh karena
itu, permainan anak-anak Nuer juga berpusat di sekitar sapi: anak-
anak m em bangun kraal (kandang sapi) m ainan dari pasir, de ngan sapi
m ainan dari lum pur, yang kem udian m ereka pura-pura gem ba lakan.
Di antara orang-orang Mailu yang hidup di pesisir Papua dan meng-
guna kan sam pan berlayar serta m enangkap ikan, perm ainan anak-anak
m en cakup sam pan m ainan, m enggunakan jala m ainan, dan m eng-
guna kan tom bak ikan m ainan. Anak-anak Indian Yanom am o di Brazil
dan Venezuela berm ain-m ain m engeksplorasi tum buhan dan hewan di
http://facebook.com/indonesiapustaka

hutan hujan Am azon tem pat m ereka tinggal. Sebagai akibatnya, m ereka
pun m enjadi ahli alam yang cakap sejak dini.
Di antara orang-orang Indian Siriono di Bolivia, bayi laki-laki ber-
usia tiga bulan sudah m enerim a busur kecil dan anak panah dari ayah-
nya, walaupun dia belum akan m am pu m enggunakannya selam a be-
berapa tahun. Pada saat bocah itu berusia tiga tahun, dia m ulai m e-
m anah sasaran-sasaran yang tidak hidup, kem udian serangga, ber ikut-
PERMAINAN DAN PENDIDIKAN ANAK ● 255

nya burung, lalu pada usia 8 tahun si bocah m ulai m enem ani ayah nya
pergi berburu, dan pada usia 12 tahun anak itu sudah m enjadi pem -
buru yang cakap. Pada usia 3 tahun, anak-anak perem puan Siriono
m ulai berm ain-m ain dengan alat pintal m iniatur, m em intal, m em buat
ke ranjang dan kuali, serta m em bantu ibu m ereka m elakukan tugas-
tugas rum ah tangga. Busur dan anak panah anak laki-laki m aupun
alat pintal anak perem puan adalah m ainan bagi orang-orang Siriono.
Mereka tidak punya permainan terorganisasi yang sebanding dengan
perm ainan kita seperti kejar-kejaran atau petak um pet, tapi anak laki-
laki juga berm ain gulat.
Selain sem ua "perm ainan m endidik" yang m eniru aktivitas dewasa
dan m em persiapkan anak-anak untuk aktivitas-aktivitas itu, ada
perm ainan-perm ainan Dani lain yang Karl Heider anggap tidak bersifat
m endidik, dalam artian tidak secara jelas m elatih anak-anak untuk m e-
la kukan aktivitas dewasa versi anak kecil. Perm ainan-perm ainan itu
m encakup m em buat orang-orangan dari benang, m em buat m acam -
m acam desain dari rum put yang disim pul, jungkir-balik m enuruni
bukit, dan m enarik-narik kum bang badak dengan tali kekang dari
batang rum put yang ditem buskan ke dalam lubang yang dibuat dengan
m e m atahkan tanduk si kum bang. Inilah contoh-contoh apa yang di-
istilahkan "kebudayaan anak-anak": anak-anak belajar bertem an
de ngan anak-anak lain, dan m elakukan perm ainan yang tidak ada
hubungannya dengan m enjadi orang dewasa. Tapi, garis batas antara
permainan mendidik dan bukan mendidik bisa jadi kabur. Misalnya,
salah satu perm ainan orang-orangan dari benang yang dila ku kan anak-
anak Dani terdiri atas m em buat dua lengkungan yang m ewakili laki-
laki dan perem puan yang bertem u di m asing-m asing sisi dan "kawin",
sem entara m enarik-narik kum bang badak de ngan tali kekang dapat
dianggap latihan untuk m enarik babi dengan tali kekang.
Satu ciri yang biasa m uncul pada perm ainan m asyarakat pem -
buru-pengum pul dan m asyarakat petani terkecil adalah ketiadaan per-
saingan atau pertandingan. Sem entara banyak perm ainan Am erika
http://facebook.com/indonesiapustaka

m e libatkan kejar-kejaran skor dan m erupakan urusan m enang-kalah,


jarang ada perm ainan m asyarakat pem buru-pengum pul yang berupa
kejar-kejaran skor atau harus ada pem enangnya. Perm ainan m a sya-
rakat berskala kecil justru kerap kali m elibatkan berbagi, guna m em -
per siap kan anak-anak bagi kehidupan dewasa yang m enekankan ber-
bagi dan tidak m endorong pertandingan. Salah satu contohnya ada-
lah perm ainan m em otong dan berbagi pisang orang-orang Kaulong di
256 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

Britania Baru yang J ane Goodale jabarkan dan saya tuturkan ulang di
ha lam an 91.
Masyarakat Amerika modern berbeda dengan masyarakat tradi-
sional dalam segi jum lah, sum ber, dan klaim fungsi m ainan. Pabrik-
pabrik m ainan Am erika sangat m em prom osikan m ainan-m ainan yang
katanya m en didik guna m engem bangkan perm ainan yang katanya
kreatif (Gam bar 18). Orangtua Am erika diajari untuk percaya bahwa
m ainan pabrikan yang dibeli di toko penting bagi perkem bangan anak-
anak m ereka. Sem entara itu, m asyarakat-m asyarakat tradisional tidak
punya, atau hanya punya, sedikit m ainan, dan m ainan apa pun yang
ada pun dibuat oleh anak itu sendiri atau oleh orangtuanya. Seorang
tem an dari Am erika yang m enghabiskan m asa kanak-kanaknya di
perdesaan Kenya m em beritahu saya bahwa sebagian tem an Kenya-
nya sangat inventif, serta m enggunakan tongkat dan benang untuk
m em buat m obil-m obilan m ereka sendiri dengan roda dan as (Gam bar
17). Suatu hari, tem an Am erika saya dan tem annya dari Kenya m encoba
m em asang tali kekang pada sepasang kum bang Goliat raksasa agar
m ereka m enarik gerobak m ainan yang telah m ereka buat. Kedua
anak itu m enghabiskan sesorean m elakukan perm ainan itu, nam un
m eskipun berupaya berjam -jam , m ereka tidak bisa m em buat kedua
ekor kum bang itu m enarik secara bersam a-sam a. Ketika tem an saya
kem bali ke Am erika Serikat saat sudah rem aja dan m engam ati anak-
anak Am erika berm ain-m ain de ngan m ainan plastik yang dibeli jadi di
toko, dia m em peroleh kesan bahwa anak-anak Am erika kalah kreatif
daripada anak-anak Kenya.
Dalam m asyarakat negara m odern, ada pendidikan form al: sekolah
dan kelas tam bahan, di m ana instruktur-instruktur yang dilatih khu-
sus m engajarkan m ateri yang ditetapkan oleh dewan sekolah kepada
anak-anak, sebagai aktivitas yang teprisah dari permainan. Namun
pendidikan dalam m asyarakat berskala kecil bukanlah aktivitas
tersendiri. Anak-anak belajar sem bari m enyertai orangtua dan
orang-orang dewasa lain, dan dengan m endengar cerita-cerita yang
http://facebook.com/indonesiapustaka

dituturkan oleh orang dewasa dan anak-anak lain di sekeliling api


unggun. Misalnya, Nurit Bird-David menulis yang berikut ini mengenai
orang-orang Nayaka di India selatan: “Ketika anak-anak masyarakat
modern mulai bersekolah, taruhlah usia 6 tahun, anak-anak Nayaka
secara m andiri per gi berburu hewan kecil, berkunjung dan tinggal
bersam a keluarga-keluarga lain, bebas dari pengawasan oleh orangtua
m ereka sendiri, wa laupun bukan berarti tidak diawasi oleh orang
PERMAINAN DAN PENDIDIKAN ANAK ● 257

dewasa lain... Sebagai tam bahan, pengajaran dilakukan dengan cara


yang sangat sam ar. Tidak ada arahan form al dan m enghapal di sini,
tidak ada kelas, tidak ada ujian, tidak ada situs budaya [sekolah] di
m ana kem asan pengetahuan, ditarik keluar dari konteksnya, diteruskan
dari satu orang ke orang lain. Pengetahuan tidak terpisahkan dari
kehidupan sosial.”
Sebagai satu contoh lain, di antara orang-orang Pigmi Mbuti di
Afrika yang dipelajari oleh Colin Turnbull, anak-anak m eniru orangtua
dengan cara berm ain-m ain dengan busur dan anak panah kecil, jala
berburu, atau keranjang m iniatur (Gam bar 20 ), dan dengan cara
m em bangun rum ah m iniatur, m enangkap katak, dan m engejar-ngejar
kakek atau nenek yang bersedia berpura-pura m enjadi antelop. “Bagi
anak-anak, kehidupan adalah satu m asa senda-gurau yang pan jang
yang terkadang disela oleh taburan m enyehatkan pukulan dan tam -
paran... Dan suatu hari m ereka m endapati bahwa perm ainan yang
m ereka m ainkan bukan lagi perm ainan, m elainkan sungguhan, sebab
m ereka telah m enjadi orang dewasa. Perburuan m enjadi per buruan
sungguhan; m ereka m em anjat pohon untuk sungguh-sungguh m encari
m adu yang sulit diraih; gerak-gerik akrobatik m ereka di ayunan
diulangi nyaris setiap hari, dalam bentuk-bentuk lain, saat m engejar
buruan yang susah ditangkap, atau ketika m enghindari kerbau hutan
yang ganas. Hal itu terjadi sedem ikian perlahan-lahan sehingga pada
awalnya m ereka nyaris tidak m enyadari adanya perubahan, sebab
walaupun m ereka telah m enjadi pem buru yang bangga dan terkenal,
hidup m ereka tetap penuh canda dan tawa.”
Sem entara bagi m asyarakat berskala kecil pendidikan terjadi se-
cara alam iah sebagai bagian kehidupan sosial, di sejum lah m a sya rakat
m odern, kehidupan sosial paling dasar pun m em butuhkan pendidikan
eksplisit. Misalnya, di bagian-bagian kota-kota Amerika modern di
m ana orang-orang tidak m engenal tetangga, dan di m ana lalu-lintas
m obil, orang-orang yang m ungkin m erupakan pen culik, dan kurangnya
trotoar berarti anak-anak tidak bisa berjalan de ngan am an untuk
http://facebook.com/indonesiapustaka

berm ain dengan anak-anak lain, anak-anak harus diajari secara form al
m engenai bagaim ana cara berm ain dengan anak-anak lain dalam
kelas-kelas yang diistilahkan "kelas m am a dan aku". Di sana, ibu atau
perawat lain m em bawa anak ke ruang kelas de ngan guru terlatih dan
selusin anak lain beserta ibu m ereka. Anak-anak itu duduk m em bentuk
lingkaran sebelah dalam , orangtua dan para perawat duduk di
lingkaran sebelah luar dan m em peroleh pengalam an per m ainan anak-
258 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

anak, sem entara anak-anak diajari bagaim ana ber giliran berbicara,
m endengarkan, dan m enyerahkan benda dari satu anak ke anak lain.
Ada banyak ciri m asyarakat Am erika m odern yang dianggap janggal
oleh tem an-tem an saya dari Papua, nam un yang paling m engejutkan
m ereka adalah diberitahu bahwa anak-anak Am erika m em butuhkan
tem pat, waktu, dan arahan tertentu guna m em pelajari bagaim ana
bertem u dan berm ain-m ain dengan anak-anak lain.

An ak-an ak m e re ka d an an ak-an ak kita


Terakhir, m arilah kita renungkan perbedaan-perbedaan dalam praktik-
praktik m em besarkan anak antara m asyarakat berskala kecil dan m a-
syarakat negara. Tentu saja, ada banyak variasi di antara m asyarakat-
m a syarakat negara industri saat ini di dunia m odern. Ideal dan praktik
m em besarkan anak berbeda-beda di Am erika Serikat, J erm an, Swedia,
J epang, dan kibbutz Israel. Dalam m asyarakat negara yang m ana pun
itu, ada perbedaan antara petani, orang-orang perkotaan yang m iskin,
dan kelas m enengah perkotaan. J uga ada perbedaan-perbedaan dari
ge nerasi ke generasi di m asyarakat suatu negara: praktik-praktik m em -
besarkan anak di AS kini tidak sam a dengan yang m endom inasi pada
1930 -an.
Terlepas dari itu, tetap m asih ada sejum lah kem iripan dasar di
an ta ra sem ua m asyarakat negara itu, dan sejum lah perbedaan m en-
dasar antara m asyarakat negara dan bukan-negara. Pem erintahan ne-
gara m em iliki kepentingan sendiri atas anak-anak negara tersebut,
dan kepentingan-kepentingan itu tidak selalu se jalan dengan kepen-
tingan orangtua anak. Mayarakat-masyarakat bukan-negara berskala
kecil juga m em iliki kepentingan sendiri, nam un kepentingan-
kepentingan m asyarakat negara ber sifat lebih eksplisit, dijalankan
oleh kepem im pinan dari atas yang lebih tersentralisasi, dan didukung
oleh kekuatan pemaksa yang terdeinisikan dengan baik. Semua
negara m enginginkan anak-anak yang, ketika dewasa, akan m enjadi
warga negara, prajurit, dan pekerja yang berguna dan patuh. Negara-
http://facebook.com/indonesiapustaka

negara cenderung m enolak warga ne gara m ereka pada m asa depan


dibunuh saat lahir, atau dibiarkan mengalami luka bakar. Negara
juga cenderung m em iliki pandangan tentang pen didikan warga
negara m asa depan m ereka, dan m engenai ke la kuan seksual warga
negaranya. Tujuan-tujuan yang sam a-sam a dim iliki oleh berbagai
negara itu m endorong adanya kesam aan antara negara-negara dalam
hal kebijakan terkait anak-anak; praktik-praktik m em besarkan anak
ANAK-ANAK MEREKA DAN ANAK-ANAK KITA ● 259

di m asyarakat-m asyarakat bukan-negara ber variasi dalam kisaran


yang jauh lebih luas daripada praktik-praktik m asyarakat-m asyarakat
negara. Di m asyarakat bukan-negara, m a syarakat pem buru-pengum pul
juga m engalam i tekanan untuk seragam : m ereka sam a-sam a m em iliki
sejum lah kem iripan m en dasar dalam hal m em besarkan anak, nam un
sebagai satu kelom pok m e reka berbeda dari negara sebagai satu
kelom pok.
Negara memang memiliki keunggulan militer dan teknologi, serta
ke unggulan berupa populasi yang jauh lebih besar, dibandingkan pem -
buru-pengum pul. Selam a beberapa ribu tahun terakhir, keunggulan-ke-
unggulan itu telah m em ungkinkan negara-negara m enaklukkan para
pem buru-pengum pul, sehingga peta dunia m odern kini terbagi-bagi
se pe nuh nya di antara negara-negara, dan hanya segelintir kelom pok
pemburu-pengumpul yang masih ada. Namun walaupun negara jauh
lebih berkuasa daripada kawanan pem buru-pengum pul, bukan arti-
nya negara m em iliki cara-cara yang lebih baik dalam m em besarkan
anak. Sejum lah praktik m em besarkan anak pada kawanan pem buru-
pengum pul m ungkin bisa kita pertim bangkan untuk tiru.
Tentu saja, saya bukannya m engatakan bahwa kita sebaiknya m e-
niru sem ua praktik m em besarkan anak oleh pem buru-pengum pul.
Saya tidak m enyarankan kita kem bali ke praktik-praktik pem buru-
pengum pul berupa infantisida selektif, risiko kem atian tinggi saat
proses kelahiran anak, dan m em biarkan balita berm ain-m ain dengan
pisau serta terkena luka bakar. Sejum lah ciri lain kehidupan kanak-
kanak pem buru-pengum pul, seperti perm ainan seks anak-anak
yang perm isif, terasa tidak nyam an bagi banyak orang di antara kita,
walaupun sulit m enunjukkan apakah praktik-praktik itu benar-benar
berbahaya bagi anak-anak. Praktik-praktik lain yang kini dijalankan
oleh sejum lah warga m asyarakat negara, nam un m em buat warga
negara lainnya tidak nyam an—m isalnya bayi tidur di ruang tidur yang
sam a atau tem pat tidur yang sam a dengan orangtua, m enyusui anak
sampai usia tiga atau empat tahun, dan menghindari hukuman isik
http://facebook.com/indonesiapustaka

bagi anak-anak.
Namun sejumlah praktik membesarkan anak oleh pemburu-
pengum pul m ungkin bisa cocok dengan m asyarakat negara m odern.
Mudah sekali bagi kita untuk membawa bayi secara tegak vertikal
dan m enghadap ke depan, bukan secara horisontal dalam kereta bayi
atau tegak vertikal nam un m enghadap ke belakang dengan gendongan
bayi. Kita dapat m em berikan tanggapan cepat dan konsisten terhadap
260 ● MEMBESARKAN ANAK-ANAK

tangisan bayi, m elibatkan orangtua-dam ping secara lebih eks tensif,


dan melakukan jauh lebih banyak kontak isik antara bayi dan pera-
watnya. Kita dapat m endorong anak-anak m enciptakan perm ainan
sendiri, bukan berusaha m encegahnya dengan terus m enyediakan
m ainan rum it yang katanya m endidik. Kita bisa m engatur agar anak-
anak berm ain dalam kelom pok m ulti-usia, bukan kelom pok berm ain
yang terdiri atas anak-anak seum ur saja. Kita bisa m em aksim alkan ke-
be basan anak untuk m engeksplorasi, asal am an.
Saya banyak m em ikirkan tentang orang-orang Papua yang be kerja
sam a dengan saya selam a 49 tahun terakhir, dan tentang kom entar-
kom entar orang-orang Barat yang pernah hidup bertahun-tahun ber-
sam a m asyarakat pem buru-pengum pul dan m enyaksikan anak-anak
tum buh besar di sana. Tem a yang terus-m enerus m uncul adalah
bahwa saya dan orang-orang Barat lain terkesim a oleh rasa am an
em o sional, kepercayaan diri, keingintahuan, dan otonom i anggota-
anggota m asyarakat berskala kecil, bukan hanya sebagai orang dewasa
m e lainkan juga sejak anak-anak. Kam i m elihat bahwa orang-orang
da lam m asyarakat berskala kecil m enghabiskan jauh lebih banyak
waktu m engobrol dengan satu sam a lain dibandingkan kam i, dan m e-
reka sam a-sekali tidak m enghabiskan waktu dengan hiburan pasif
yang disediakan orang luar, seperti televisi, perm ainan video, dan bu-
ku. Kam i terkesim a m elihat perkem bangan cepat ketram pilan so sial
pada anak-anak m ereka. Ini adalah kualitas yang dikagum i sebagian
besar kam i, dan kam i ingin lihat pada anak-anak kam i sendiri, nam un
kam i m enghalangi perkem bangan kualitas-kualitas tersebut dengan
m em beri peringkat dan m enggolong-golongkan anak-anak kam i serta
terus-m enerus m em beritahu m ereka apa yang harus dilakukan. Krisis
identitas rem aja yang m enghantui rem aja Am erika bukanlah per-
m asalahan bagi anak-anak pem buru-pengum pul. Orang-orang Barat
yang pernah hidup bersam a pem buru-pengum pul dan m asyarakat-
m asyarakat berskala kecil lainnya berspekulasi bahwa kualitas-kuali-
tas m engagum kan itu berkem bang karena cara anak-anak m ereka
http://facebook.com/indonesiapustaka

dibesarkan: dengan rasa am an dan stim ulasi terus-m enerus, sebagai


akibat periode m enyusui yang lam a, tidur di dekat orangtua se lam a
beberapa tahun, panutan sosial yang jauh lebih banyak tersedia bagi
anak-anak m elalui orangtua-dam ping, stim ulasi sosial yang jauh lebih
banyak melalui kontak isik terus-menerus dan kedekatan perawat,
tanggapan cepat perawat terhadap tangisan anak, dan jum lah hukum an
isik yang minimal.
ANAK-ANAK MEREKA DAN ANAK-ANAK KITA ● 261

Namun kesan kami mengenai rasa aman, otonomi, dan ketrampilan


sosial yang lebih besar pada orang dewasa di m asyarakat berskala
kecil hanyalah kesan: sulit diukur dan dibuktikan. Bahkan m eskipun
kesan-kesan ini benar, sulit m em astikan bahwa kesan tersebut adalah
hasil periode m enyusui yang panjang, orangtua-dam ping, dan lain se-
ba gainya. Tapi setidaknya kita bisa katakan bahwa praktik-praktik
pem buru-pengum pul yang tam pak asing bagi kita tidaklah ber-
akibat buruk, dan tidak m enghasilkan m asyarakat yang terdiri atas
orang-orang yang jelas-jelas sosiopat. Praktik-praktik itu justru
m enghasilkan individu-individu yang m am pu m enghadapi tantangan
dan bahaya besar seraya tetap m enikm ati kehidupan. Gaya hidup
pem buru-pengum pul bekerja secara setidaknya cukup baik selam a
nyaris 10 0 .0 0 0 tahun sejarah m anusia yang berperilaku m odern.
Sem ua orang di dunia m erupakan pem buru-pengum pul sam pai
pertanian m uncul di berbagai daerah sektiar 11.0 0 0 tahun lalu, dan tak
seorang pun di dunia hidup di bawah pem erintahan negara sebelum
5.40 0 tahun lalu. Pelajaran-pe lajaran dari seluruh percobaan dalam
m em besarkan anak yang telah ber langsung selam a itu layak untuk
dipertim bangkan secara serius.
http://facebook.com/indonesiapustaka
BAB 6

Perlakuan terhadap Orang Lanjut Usia:


Hormati, Abaikan, atau Habisi?

Orang lanjut usia ▪ Harapan mengenai perawatan lansia ▪ Mengapa


meninggalkan atau membunuh? ▪ Kegunaan lansia ▪ Nilai-nilai
masyarakat ▪ Aturan-aturan masyarakat ▪ Sekarang lebih baik atau
lebih buruk? ▪ Apa yang harus dilakukan kepada lansia?

Oran g lan ju t u s ia
Sewaktu saya sedang m engunjungi satu desa di Pulau Viti Levu di Fiji,
saya terlibat perbincangan dengan seorang laki-laki lokal yang pernah
m engunjungi Am erika Serikat dan m em beritahu saya m engenai kesan-
kesannya. Ada beberapa ciri kehidupan Am erika yang dia kagum i
atau cem burui, nam un ciri-ciri lain m em buat dia jijik. Yang paling
parah ada lah perlakuan kam i terhadap orang lanjut usia (lansia). Di
perdesaan Fiji, lansia terus hidup di desa tem patnya hidup sepanjang
hayat, dikelilingi oleh kerabat dan tem an-tem an seum ur-hidup m ereka.
Mereka sering kali tinggal di rumah anak-anak mereka, yang mengurus
m ereka, bahkan sam pai m engunyahkan dan m elunakkan m akanan un-
tuk orangtua lanjut usia yang sudah tidak punya gigi. Tapi, di Am erika
http://facebook.com/indonesiapustaka

Serikat, kenalan Fiji saya m urka m elihat banyak orangtua lansia di-
kirim kan ke panti jom po di m ana m ereka hanya kadang-kadang
dijenguk oleh anak-anak m ereka. Dia m enyem burkan tuduhan kepada
saya, “Ka lian buang orang-orang lansia kalian dan orangtua kalian
sendiri!”
Sebagian m asyarakat tradisional m enghargai orang lanjut usia bah-
kan lebih tinggi lagi daripada orang-orang Fiji. Mereka membiarkan
ORANG LANJUT USIA ● 263

orang lanjut usia m enindas anak-anak m ereka yang sudah dewasa,


m engen dalikan harta benda m asyarakat, dan bahkan m encegah
pem uda-pem uda untuk m enikah sebelum berusia 40 -an. Yang lain
m em berikan status yang lebih rendah lagi kepada orang-orang lansia
m ereka dibandingkan orang-orang Am erika: m em biarkan m ereka ke-
laparan, m eninggalkan m ereka, atau secara aktif m em bunuh m ereka.
Ten tu saja, ada banyak variasi individual di dalam m asyarakat m ana
pun: saya punya beberapa tem an Am erika yang m enem patkan orangtua
m e reka di panti jom po dan m engunjungi m ereka setahun sekali atau
bah kan tidak pernah, sem entara seorang tem an lain yang m enerbitkan
buku ke-22nya pada ulang tahunnya yang ke-10 0 dan m erayakan
peristiwa itu ditem ani sem ua anak, cucu, dan cicitnya, yang juga dia
jumpai secara teratur sepanjang tahun. Namun kisaran variasi di
antara m asyarakat-m a syarakat tradisional dalam hal praktik-praktik
norm al perawatan lansia bahkan m elebihi variasi individual di Am erika
Serikat. Saya tidak m engenal orang Am erika yang saking m engabdinya
kepada orangtua nya yang sudah lansia, m engunyahkan dulu m akanan
orangtuanya, atau pun yang m encekik orangtuanya yang sudah lansia
dan dipuji secara ter buka sebagai anak yang baik karena m elakukan
itu. Sebagian besar lansia di Am erika Serikat diakui sering kali m erasa
sengsara. Adakah yang bisa kita pelajari dari sem ua variasi di antara
m asyarakat-m a sya ra kat tradisional, baik yang bisa kita tiru m aupun
yang harus kita hindari?
Sebelum saya m elanjutkan, izinkan saya bahas dulu dua keberatan
yang kerap diajukan. Satu di antaranya adalah bahwa tidak ada deinisi
universal tentang usia yang term asuk "lanjut usia": itu juga bervariasi
di antara m asyarakat-m asyarakat berbeda dan berdasarkan perspektif
pribadi orang. Di Am erika Serikat, pem erintah federal pada dasarnya
mendeinisikan lanjut usia sebagai dimulai pada usia 65, ketika orang
m en jadi berhak m em peroleh J am inan Sosial. Sewaktu saya m asih
rem aja, saya m enganggap orang-orang yang berusia akhir 20 -an
tam pak berada pada puncak kehidupan dan kebijakan, orang-orang
http://facebook.com/indonesiapustaka

di usia 30 -an se ba gai sudah paro baya, dan siapa pun yang berusia
sekitar 60 tahun le bih sebagai lanjut usia. Sekarang saya sudah berusia
75 tahun, saya m enganggap usia 60 -an dan awal 70 -an sebagai puncak
kehidupan saya sen diri, dan lanjut usia barangkali dim ulai pada sekitar
usia 85 atau 90 , ter gan tung kesehatan saya. Tapi, di perdesaan Papua,
di m ana relatif sedikit orang yang m encapai usia 60 , orang yang berusia
50 tahun sekalipun dianggap sebagai lanjut usia. Saya ingat tiba di
264 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

satu desa di provinsi Papua, Indonesia, di m ana penduduk setem pat,


sewaktu m engetahui bahwa usia saya (saat itu) 46 tahun, m em ekik “se-
tengah m ati!”, dan m ereka m enyuruh seorang rem aja laki-laki untuk
terus berjalan di sam ping saya guna m em astikan saya tidak akan
kenapa-kenapa. Oleh karena itu "lanjut usia" harus dideinisikan sesuai
standar-standar m asyarakat setem pat, bukan sesuai hitungan tahun
universal m anasuka.
Keberatan kedua berkaitan dengan keberatan yang pertam a itu. Di
negara-negara dengan harapan hidup kurang daripada 40 tahun, kita
m ungkin bayangkan bahwa nyaris tak ada orang yang m encapai lan-
jut usia seperti yang dideinisikan di Amerika Serikat. Sebenarnya, di
nyaris setiap desa Papua di m ana saya m elakukan penelitian, bahkan
m es kipun segelintir orang hidup sam pai berusia 50 tahun dan siapa
pun yang berusia di atas 50 tahun dianggap sebagai lapun (orang
sepuh), saya m asih diperlihatkan satu atau dua orang yang usianya bisa
diper kirakan m elebihi 70 tahun, berdasarkan ingatan m ereka m engenai
peristiwa-peristiwa yang bisa dilacak terjadinya (m isalnya, apakah m e-
reka sudah ada ketika terjadi badai besar tahun 1910). Mereka mungkin
pin cang, rabun, atau buta, dan bergantung kepada kerabat dem i m em -
per oleh m akanan, nam un m ereka tetap saja (seperti yang akan kita
lihat) ber peran penting sekali dalam kehidupan desa. Tem uan-tem uan
serupa berlaku bagi m asyarakat-m asyarakat tradisional lainnya: Kim
Hill dan A. Magdalena Hurtado menyusun ulang silsilah lima orang
Indian Ache penghuni hutan di Paraguay yang m eninggal dunia pada
usia yang diperkirakan 70, 72, 75, 77, dan 78 tahun, sementara Nancy
Howell m e m otret seorang laki-laki !Kung yang dia perkirakan berusia
82 tahun nam un m asih bisa berjalan jauh sewaktu kelom poknya
berpindah per kam pungan, dan m asih m engum pulkan sebagian besar
m akanannya sendiri serta m em bangun pondoknya sendiri.
Bagaim ana kita bisa m enjelaskan variasi luas di antara m asyarakat
dalam hal norm a m em perlakukan lansia? Kita akan lihat bahwa
sebagian penjelasannya m elibatkan variasi di antara m asyarakat dalam
http://facebook.com/indonesiapustaka

hal faktor m ateri yang m en ja dikan orang lansia lebih atau kurang
berguna bagi m asyarakat, dan yang m enjadikan orang m uda lebih
atau kurang bisa m enyokong orang lansia. Sebagian lain penjelasan
m elibatkan variasi di antara m asya rakat dalam hal nilai budaya, seperti
rasa hor m at terhadap lansia, rasa horm at terhadap privasi, penekanan
terhadap keluarga versus individual, dan sikap berdikari. Nilai-nilai
HARAPAN MENGENAI PERAWATAN LANSIA ● 265

itu hanya bisa diperkirakan sebagian dari faktor-faktor m aterial yang


m enjadikan orang lansia berguna ataukah sem ata beban.

H arap an m e n ge n ai p e raw atan lan s ia


Marilah kita mulai dengan satu harapan naif mengenai perawatan
lansia. Walaupun harapan itu jelas tidak lengkap, tetap saja m eru-
m uskannya akan m em bantu kita dengan m em aksa kita bertanya
m engapa dan dalam segi apa harapan itu runtuh. Seorang awam
dengan pandangan hidup yang indah m ungkin m enalar: orangtua
dan anak-anak m ereka m e m ang dan harus m encintai satu sam a lain.
Orangtua m em beri upaya terbaik dem i anak-anak dan berkorban untuk
anak-anak. Anak-anak m enghorm ati dan bersyukur kepada orangtua
yang m em besarkan m ereka. Oleh karena itu kita m engharapkan bahwa
di seluruh dunia orang-orang m erawat orangtua m ereka yang sudah
lan jut usia dengan baik.
Seorang ahli biologi evolusioner yang naif m ungkin m encapai
kesim pulan m enyentuh hati yang sam a m elalui rantai penalaran yang
berbeda. Seleksi alam adalah m engenai pewarisan gen. Cara paling
langsung bagi orang-orang untuk m ewariskan gen adalah m elalui anak-
anak m ereka. Oleh karena itu seleksi alam pastilah m em ilih orangtua
yang gen nya m enyebabkan m ereka berperilaku dalam cara-cara yang
m endukung kelestarian dan reproduksi anak-anak m ereka. Serupa
dengan itu, seleksi alam adalah m engenai pewarisan perilaku yang
dipelajari, dan orangtua berperan sebagai teladan perilaku bagi anak-
anak m e re ka. Oleh karena itu, m asuk akal bila orangtua berkorban
untuk anak-anak m ereka, bahkan m engorbankan nyawa m ereka
sendiri, bila de ngan dem ikian m ereka m eningkatkan kelestarian dan
keberhasilan re pro duksi anak-anak m ereka. Sebaliknya, orangtua yang
sudah lanjut usia ke m ungkinan m em iliki akum ulasi sum ber daya,
status, pengetahuan, dan ketram pilan yang belum didapat anak-anak.
Anak-anak tahu bahwa orangtua bisa m em bantu m ereka dengan cara
m e wariskan segala sum ber daya, status, pengetahuan, dan ketram pilan
http://facebook.com/indonesiapustaka

itu dem i kepentingan genetik dan budaya. Oleh karena itu, anak-anak
m e nalar, anak juga berkepentingan untuk m erawat orangtua yang
sudah lanjut usia agar orangtua bisa terus m em bantu. Secara lebih
um um , dalam m asyarakat yang terdiri atas individu-individu yang
saling terkait, kita duga generasi m uda sebagai keseluruhan akan m e-
rawat sesepuh m ereka, yang m em iliki kesam aan budaya dan banyak
gen dengan anggota-anggota generasi yang lebih m uda.
266 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

Tapi kita tahu bahwa prediksi-prediksi yang indah itu hanya benar
sebagian. Iya, orangtua biasanya m em ang m erawat anak-anak m e-
reka, yang nantinya sering kali berganti m erawat orangtua m ereka, dan
generasi muda secara keseluruhan merawat sesepuh mereka. Namun
kesim pulan-kesim pulan itu tidak berlaku bagi setidaknya sejum lah
anak di sebagian besar m asyarakat, m aupun bagi sebagian besar anak
di sejumlah masyarakat. Mengapa tidak? Apa yang salah dengan
penalar an kita?
Kesalahan naif kita (yang sekarang dihindari oleh para ahli biologi
evolusioner) adalah kita gagal mempertimbangkan konlik kepentingan
an tar generasi. Orangtua tidak harus selalu m elakukan pengorbanan
tanpa batas, anak-anak tidak harus selalu bersyukur, cinta ada
batasnya, dan orang-orang bukanlah m esin hitung Darwinan yang
terus-m enerus m engevaluasi pewarisan optim al gen-gen dan budaya
m ereka serta ber perilaku sesuai itu. Sem ua orang, term asuk orang
lanjut usia, m enginginkan hidup yang nyam an bagi diri sendiri, tidak
hanya bagi anak-anak m ereka. Sering kali ada batas pengorbanan yang
orangtua bersedia derita dem i anak-anak m ereka. Sebaliknya, anak-
anak kerap kali tidak sabar untuk m enikm ati hidup yang nyam an.
Mereka menalar, dengan cukup akurat, bahwa semakin banyak sumber
daya m ilik orangtua yang dikon sum si oleh orangtua sendiri, sem akin
sedikit sum ber daya yang akan tersisa untuk dinikm ati anak-anak.
Bahkan kalau anak-anak ber tin dak secara naluriah sebagai m esin
hitung Darwinan, seleksi alam m engajari kita bahwa anak-anak tidak
boleh selalu m erawat orangtua m ereka yang sudah lanjut usia. Ada
banyak situasi di m ana anak-anak dapat m eningkatkan pewarisan gen
ataupun budaya m ereka sendiri de ngan m enjadi pelit, m eninggalkan,
atau bahkan m em bunuh orangtua m ereka.

Me n gap a m e n in ggalkan atau m e m bu n u h ?


Dalam m asyarakat jenis apa "seharusnya" (m enurut penalaran
tersebut) dan pada kenyataannya anak-anak (dan generasi m uda secara
http://facebook.com/indonesiapustaka

um um ) m engabaikan, m eninggalkan, ataupun m em bunuh orangtua


m ereka (dan generasi tua secara um um )? Kasus-kasus yang banyak
dilaporkan m e libatkan m asyarakat-m asyarakat yang orang lansianya
m enjadi be ban berat yang m em bahayakan keselam atan seluruh
kelom pok. Situasi ini m uncul di bawah dua perangkat kondisi berbeda.
Satu perangkat ber laku bagi para pem buru-pengum pul nom aden yang
harus ber pin dah per kam pungan dari waktu ke waktu. Tanpa hewan
MENGAPA MENINGGALKAN ATAU MEMBUNUH? ● 267

pem bawa beban, kaum nom aden harus m em bawa segala sesuatu di
punggung m ereka: bayi, anak-anak berusia di bawah em pat tahun
yang tidak m am pu ber jalan secepat anggota lain kelom pok, senjata,
perkakas, sem ua harta benda lainnya, serta m akanan dan air untuk
perjalanan. Menambahkan orang lanjut usia atau sakit yang tidak
m am pu berjalan sam a sekali kepada m uatan itu sungguh sulit atau
m ustahil.
Seperangkat kondisi lain tim bul di lingkungan di m ana kekurangan
m a kanan parah terjadi secara berkala, di m ana tidak bisa dikum -
pulkan kelebihan m akanan yang cukup besar untuk m em astikan ke-
lom pok itu bertahan m elalui periode tersebut, terutam a di wilayah
Artika dan gurun. Bila tidak ada cukup m akanan untuk m enjaga sem ua
orang tetap bugar atau setidak-tidaknya tetap hidup, m asyarakat harus
m engor ban kan anggota-anggotanya yang paling tidak berharga dan
paling tidak produktif; bila tidak, sem ua orang akan berada dalam ba-
haya.
Tapi, bukan berarti sem ua m asyarakat nom aden, Artika, dan
penghuni gurun m engorbankan sem ua orang lansia m ereka. Se jum lah
kelom pok (m isalnya orang-orang !Kung dan Pigm i Afrika) tam pak-
nya lebih ragu-ragu m elakukannya daripada kelom pok-kelom pok lain
(m isalnya orang-orang Ache, Siriono, dan Inuit). Di satu m a sya rakat,
perlakuan terhadap seorang lanjut usia tertentu m ungkin ber gan tung
kepada apakah dia m asih m em iliki kerabat dekat untuk m engurus dan
m em belanya.
Bagaim ana caranya m encam pakkan orang lanjut usia yang m em -
bebani? Dengan risiko penggunaan bahasa yang m ungkin tam pak ber-
hati dingin atau keji, ada lim a m etode yang dapat disusun dalam urut-
an berdasarkan semakin langsungnya tindakan tersebut. Metode paling
pa sif adalah sem ata m engabaikan orang lanjut usia sam pai m e ninggal:
tidak m em berikan perhatian, m em beri sedikit m a kan an, m em biarkan
kelaparan, m em biarkan berkeliaran sen dirian, atau m em biarkan lansia
mati berkubang kotoran sendiri. Misalnya, metode ini telah dilaporkan
http://facebook.com/indonesiapustaka

terjadi di antara orang-orang Inuit di Artik, orang-orang Hopi di gurun


Am erika Utara, orang-orang Witoto di Am erika Selatan tropis, dan
Aborigin Australia.
Metode berikutnya, yang dijalankan dalam berbagai bentuk oleh
orang-orang Lapp (Saam i) di Skandinavia utara, orang-orang San di
Gurun Kalahari, Indian Om aha dan Kutenai di Am erika Utara, dan
orang-orang Indian Ache di Am erika Selatan tropis, adalah secara
268 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

sengaja m engabaikan orang yang lanjut usia atau sakit sewaktu seluruh
kelom pok itu berpindah perkam pungan. Variasi m etode ini di antara
orang-orang Ache, yang dikhususkan untuk laki-laki lansia (tapi tidak
pe rem puan lansia, yang dibunuh begitu saja) adalah m em bawa laki-
laki ter sebut ke hutan m enuju "jalan orang putih" dan m em biarkan
m ereka ber jalan pergi sendiri sam pai tidak pernah terdengar lagi. Le bih
sering lagi, orang yang lem ah ditinggalkan di tem pat berlindung atau
perkam pungan yang dikosongkan, dan diberi sejum lah kayu ba kar,
m akanan, dan air, sehingga bila orang yang ditinggalkan itu bisa kem -
bali kuat, dia bisa m encoba m enyusul seluruh anggota lain ke lom pok.
Ahli antropologi Allan Holm berg kebetulan berada bersam a
sekelom pok Indian Siriono di Bolivia ketika peristiwa sem acam itu
terjadi. Inilah ca tatannya tentang apa yang terjadi: “Kawanan itu
m em utuskan un tuk bergerak ke arah Rio Blanco. Sewaktu m ereka
sedang bersiap-siap berangkat, perhatian saya tersita kepada
seorang perem puan paro baya yang sedang terbaring sakit di ranjang
gantungnya, terlalu sakit se hingga tidak m am pu bicara. Saya bertanya
kepada kepala suku m e nge nai rencana m ereka baginya. Dia m enyuruh
saya bicara kepada suam inya, yang m engatakan bahwa perem puan itu
akan ditinggalkan untuk m ati ka rena dia terlalu sakit untuk berjalan
dan karena toh dia akan m ati juga. Ke berangkatan dijadwalkan
pagi berkutnya. Saya ada di situ untuk m engam ati peristiwa itu.
Keseluruhan kawanan berjalan m eninggalkan perkam pungan bahkan
tanpa berpam itan kepada perem puan yang sakit itu. Suam inya
bahkan bertolak tanpa m engucapkan selam at tinggal. Dia ditinggalkan
hanya bersam a api, air dalam kulit labu kering, dan barang-barang
pribadinya. Dia terlalu sakit untuk protes.” Holm berg sendiri juga
sedang sakit dan pergi ke stasiun m isionaris untuk diobati. Sewaktu
dia kem bali ke situs perkam pungan itu tiga m inggu kem udian,
perem puan itu tidak ada di sana, sehingga dia m engikuti jejak m enuju
situs per kam pungan berkutnya kelom pok itu, di m ana dia m enem ukan
perem puan itu tinggal tulang yang telah digerogoti sem ut dan burung
http://facebook.com/indonesiapustaka

nasar. “Dia m en coba sem am punya m engikuti kawanannya, nam un


gagal dan m engalam i nasib sam a dengan yang m enim pa sem ua orang
Siriono yang hari-hari kegunaannya sudah usai.”
Metode ketiga untuk menyingkirkan orang lanjut usia, dilaporkan
dari orang-orang Chukchi dan Yakut di Siberia, orang-orang Indian
Crow di Amerika Utara, orang-orang Inuit, dan orang-orang Nors, me-
libatkan sang lansia m em ilih atau didorong untuk m elakukan bunuh
MENGAPA MENINGGALKAN ATAU MEMBUNUH? ● 269

diri, dengan m elom pat dari tebing, berlayar ke laut, atau berusaha m ati
da lam pertem puran. Dokter dan pelaut Selandia Baru, David Lewis,
m e nuturkan bagaim ana tem annya yang telah lanjut usia, navigator
Tevake dari Kepulauan Reef di Samudra Pasiik Baratdaya, berpamitan
secara res m i dan kem udian bertolak sendiri ke laut dengan perahu. Dia
tidak kem bali dan jelas tidak berniat kem bali.
Sem entara m etode ketiga itu terdiri atas bunuh diri tanpa dibantu,
m e tode keem pat dapat dijabarkan sebagai bunuh diri dengan dibantu
atau bisa juga pem bunuhan dengan kerjasam a si korban, m isalnya di-
cekik, ditikam , atau dikubur hidup-hidup. Orang-orang Chukchi lan jut
usia yang m em ilih m ati sukarela m enerim a pujian dan dijam in akan
m e nerim a salah satu tem pat berdiam terbaik di alam baka. Istri sang
korban m em angku kepalanya sem entara dua laki-laki di dua sisi ber se -
be rangan m enarik kuat-kuat seutas tali yang m elilit lehernya. Di antara
orang-orang Kaulong di Britania Baru baratdaya, pencekikan janda
oleh saudara laki-laki atau putranya segera setelah suam inya m e ninggal
adalah hal rutin sam pai 1950 -an. Tindakan itu m erupakan ke wajiban
sehingga, walaupun sungguh m enyiksa si penjagal secara em o sional,
dianggap m em alukan untuk dihindari. Seorang laki-laki Kaulong
m enuturkan kepada J ane Goodale bagaim ana ibunya m em per m alukan
dia agar dia tega m elakukannya: “Sewaktu aku ragu-ragu, ibuku berdiri
dan berbicara sedem ikian keras sehingga sem ua orang bisa de ngar.
Dia m engatakan bahwa alasanku ragu-ragu adalah karena aku ingin
berhubungan seks dengannya.” Orang-orang sakit dan lanjut usia di
Kepulauan Banks m em ohon tem an-tem an m ereka untuk m engakhiri
pen deritaan m ereka dengan cara m engubur m ereka hidup-hidup,
dan tem an-tem an m ereka m elakukan itu sebagai wujud kebaikan
hati: “seorang laki-laki di Mota mengubur saudara laki-lakinya, yang
sedang lemah sekali akibat inluenza; namun dia [yang mengubur]
m enum pukkan tanah secara longgar di atas kepala saudaranya [yang
sakit], dan m enangis, dan dari waktu ke waktu m enanyainya apakah si
saudara m asih hidup.”
http://facebook.com/indonesiapustaka

Metode terakhir yang tersebar luas adalah membunuh korban de-


ngan kekerasan tanpa kerjasam a atau persetujuan korban, lagi-lagi
de ngan cara m encekik atau m engubur hidup-hidup, atau kalau tidak
de ngan cara m em bekap, m enikam , m engam pak kepala, ataupun m e-
m atah kan leher atau punggung korban. Seorang laki-laki Indian
Ache yang diwawancara oleh Kim Hill dan A. Magdalena Hurtado
m enjabarkan m etode-m etodenya dalam m em bunuh perem puan tua
270 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

(seperti yang dise but kan di atas, laki-laki tua biasanya dibiarkan
berjalan pergi): “Sesuai adat, aku biasa m em bunuh perem puan tua.
Aku biasa m em bunuh bibi-bibiku [perem puan-perem puan sekawanan
yang lebih tua] sewaktu m ereka m asih bergerak-gerak (hidup)... Aku
injak-injak m ereka, lalu m ereka sem ua m ati, di sana di sisi sungai
besar... Aku tidak biasa m enunggu sam pai m e reka benar-benar m ati
sebelum m engubur m ereka. Kalau m ereka m a sih bergerak kupatahkan
m ereka [punggung atau leher m ereka]... Aku tidak m au m engurus
perem puan tua; aku sendiri yang akan m enusuk m e reka [dengan
busurnya].”
Reaksi kita terhadap tuturan-tuturan ini m engenai suam i atau istri,
anak, saudara atau saudari, ataupun sesam a anggota kawanan yang
m em bunuh atau m eninggalkan orang yang lanjut usia atau sakit, ke-
m ungkinan besar adalah perasaan ngeri—seperti reaksi kita terhadap
tuturan di Bab 5 m engenai ibu yang m em bunuh bayinya yang baru
lahir jika bayi itu anak kembar atau terlahir cacat. Namun, seperti
juga dalam kasus-kasus infantisida itu, kita harus tanyakan pada diri
sendiri: apa lagi yang bisa dilakukan suatu kawanan nom aden, atau
kawanan tanpa cukup m akanan untuk seluruh kelom pok, terhadap
orang-orang lansianya? Sepanjang hidup m ereka, korban telah m elihat
orang-orang tua atau sakit ditinggalkan atau dibunuh, dan barangkali
pernah m elakukannya sendiri kepada orangtua-orangtua m ereka. Itu
adalah bentuk kem atian yang m ereka duga akan m enim pa m ereka,
dan dalam banyak kasus m ereka bekerja sam a untuk m encapainya.
Kita beruntung bahwa kita tidak m enghadapi siksaan yang sam a se-
ba gai korban, pem bantu bunuh diri, ataupun pem bunuh, sebab kita
ber untung hidup dalam m asyarakat dengan m akanan berlebih dan
pera watan m edis. Seperti yang Winston Churchill tulis m engenai lak-
sa m ana J epang, Kurita, yang harus m em ilih dua m acam tindakan
yang sam a m engerikannya kala perang, “Yang boleh m enghakim inya
hanyalah orang-orang yang pernah m elalui siksaan yang sam a.” Pada
ke nyataannya, banyak di antara Anda, pem baca buku ini pernah atau
http://facebook.com/indonesiapustaka

akan m enanggung siksaan yang sam a, ketika Anda m endapati diri


terpaksa m e m utuskan untuk m em beritahu dokter yang m erawat
orangtua Anda yang telah lansia atau sakit dengan kondisi kesehatan
yang terus-m e nerus apakah sudah saatnya m enghentikan intervensi
m edis agresif lebih lanjut, ataukah hanya perlu m em berikan penghilang
nyeri, obat pe ne nang, dan perawatan paliatif.
KEGUNAAN LANSIA ● 271

Ke gu n aan lan s ia
J asa berguna apa yang bisa dilakukan orang-orang lansia bagi
m asyarakat-m asyarakat tradisional? Dari perspektif adaptif berdarah
dingin, m asyarakat-m asyarakat di m ana orang-orang tua m em ang
tetap ber guna cenderung akan m akm ur bila m asyarakat-m asyarakat
itu m erawat orang-orang lansia m ereka. Tentu saja, orang m uda yang
m erawat orang-orang sepuh lebih sering m engungkapkan alasan
m ereka bukan dari segi keuntungan evolusioner m elainkan dari segi
cinta, horm at, dan kewajiban. Tapi, ketika sekelom pok pem buru-
pengum pul ke la paran dan berdebat siapa yang m ereka sanggup
beri m akan, per tim bangan-pertim bangan berdarah dingin m ungkin
disuarakan secara eksplisit. Di antara jasa-jasa yang diberikan oleh
orang-orang lanjut usia, yang pertam a-tam a akan saya sebutkan
dilakukan juga oleh orang-orang m uda nam un m asih bisa dilakukan
oleh orang-orang lansia. Se dangkan jasa-jasa lainnya m elibatkan
ketram pilan-ketram pilan yang disem purnakan oleh pengalam an
panjang, sehingga cocok bagi orang-orang lansia.
Orang pada akhirnya akan m encapai usia ketika laki-laki tak lagi
bisa m enom bak singa sam pai m ati, dan perem puan tak lagi bisa ber-
jalan berkilo-kilom eter m em bawa beban berat pulang-balik dari ladang
ka cang. Terlepas dari itu, ada cara-cara lain di m ana orang-orang
lansia dapat terus m em peroleh m akanan bagi cucu-cucu m ereka dan
turut m eringankan beban m em beri m akan yang ditanggung oleh anak-
anak dan m enantu-m enantu m ereka. Laki-laki Ache terus ber buru dan
m engum pulkan m akanan sam pai usia 60 -an dengan cara m em usatkan
per hatian ke hewan kecil, buah, dan produk-produk palem , serta
m em buka jalan ketika kawanan berpindah perkam pungan. Laki-laki
tua !Kung m em asang perangkap hewan, m engum pulkan m akanan
nabati, dan bergabung dengan laki-laki m uda dalam perburuan
guna m em baca jejak hewan dan m engajukan strategi. Di antara para
perem puan pem buru-pengum pul Hadza di Tanzania, kelom pok usia
yang bekerja paling keras terdiri atas para nenek yang telah m engalam i
http://facebook.com/indonesiapustaka

m enopause (Gam bar 21), yang m enghabiskan rata-rata tujuh jam


sehari m encari um bi dan buah—walaupun anak-anak m ereka tidak
lagi bergantung kepada mereka demi memperoleh makanan. Namun
m ereka m em iliki cucu-cucu yang kelaparan, dan sem akin banyak waktu
yang dihabiskan seorang nenek Hadza m elanja m encari m akanan, se-
makin cepat cucu-cucunya bertambah berat sebagai hasilnya. Manfaat-
m anfaat serupa telah dijabarkan m engenai para petani Finlandia dan
272 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

Kanada abad ke-18 dan ke-19: analisis terhadap catatan gereja dan
silsilah m enunjukkan bahwa lebih banyak anak yang bertahan hidup
sam pai de wa sa bila m ereka m em iliki satu nenek yang m asih hidup di-
ban dingkan bila kedua nenek m ereka telah tiada, dan bahwa setiap
dasawarsa dengan perem puan pasca-m enopause yang hidup m elewati
usia 50 tahun dikaitkan dengan anak-anaknya m enghasilkan rata-rata
dua anak tam bahan (barangkali berkat bantuan sang nenek).
Satu lagi jasa yang bisa diberikan orang-orang lanjut usia m eskipun
sudah tidak bisa m enggali um bi tujuh jam sehari sekalipun adalah
m e rawat bayi. J asa itu m em bebaskan anak dan m enantu m ereka
sehingga bisa m enghabiskan lebih banyak waktu m encari m akanan
tanpa dibebani anak-anak m ereka sendiri, cucu dari si lansia. Kakek-
nenek !Kung kerap kali m erawat cucu-cucu m ereka terus-m enerus
selam a beberapa hari ber turut-turut, sehingga m em ungkinkan anak-
anak m ereka pergi ber buru dan m engum pul tanpa pulang selam a
beberapa hari dan tanpa dibe bani oleh para cucu. Alasan utam a
yang diungkapkan orang-orang lansia Sam oa yang berm igrasi ke
Am erika Serikat m asa kini adalah agar bisa m e rawat cucu-cucu
m ereka, sehingga anak-anak m ereka bisa bekerja di luar rum ah dan
m enghadapi lebih sedikit beban di rum ah.
Orang-orang lansia dapat m em buat barang-barang yang bisa di-
gu nakan anak-anak m ereka yang sudah dewasa, m isalnya perkakas,
senjata, keranjang, kuali, dan kain anyaman (Gambar 22). Misalnya,
para pem buru-pengum pul Sem ang yang sudah lansia di Sem enanjung
Malaya terkenal karena keahlian mereka membuat sumpit. Ini adalah
bidang di m ana orang lansia tidak hanya m encoba m engandalkan sisa-
sisa ke tram pilan m ereka di m asa m uda, m elainkan justru m enjadi
sem akin ahli: pem buat keranjang dan pengrajin gerabah terbaik kerap
kali m e ru pa kan orang lansia.
Bidang-bidang lain di m ana orang m enjadi sem akin ahli seiring
ber tam bahnya usia m ereka antara lain pengobatan, agam a, hiburan,
relasi, dan politik. Bidan dan tabib tradisional sering kali berusia lanjut,
http://facebook.com/indonesiapustaka

dem ikian juga penyihir dan pendeta, peram al dan tukang tenung, serta
pe m im pin nyanyian, perm ainan, tarian dan upacara inisiasi. Orang-
orang lansia m enikm ati keunggulan sosial yang besar, karena m ereka
telah m enghabiskan seum ur hidup m enjalin jejaring hubungan, dan
m e reka dapat m em perkenalkan anak-anak m ereka ke dalam jejaring
ter sebut. Para pem im pin politik biasanya m erupakan orang lansia,
sam pai-sam pai istilah "tetua suku" sudah nyaris sinonim dengan
KEGUNAAN LANSIA ● 273

pe m im pin suku. Itu pada um um nya tetap berlaku bahkan dalam


m asyarakat-m asyarakat negara m odern: m isalnya, usia rata-rata ketika
disum pah adalah 54 tahun bagi presiden Am erika dan 53 tahun bagi
hakim-hakim Mahkamah Agung Amerika.
Namun barangkali fungsi terpenting orang lansia dalam masya-
rakat tra disional adalah sesuatu yang tidak terpikirkan oleh para
pem baca buku ini. Dalam m asyarakat m elek aksara, penyim panan
inform asi uta m a adalah sum ber-sum ber tertulis atau digital:
ensiklopedia, buku, m a jalah, peta, buku harian, catatan, surat, dan
sekarang Internet. Bila kita ingin m em astikan tentang suatu fakta,
kita m encarinya di sum ber tertulis atau kalau tidak ya sum ber daring.
Namun pilihan itu tidak ada bagi masyarakat pra-aksara, yang harus
m engan dalkan ingatan m anusia. Oleh karena itu benak orang lansia
adalah en siklo pedia dan perpustakaan bagi m asyarakat. Berkali-kali
di Papua, se waktu saya sedang m ewawancarai orang-orang setem pat
dan m engajukan pertanyaan yang m ereka tidak yakin soal jawabannya,
para inform an saya berhenti sejenak dan berkata, “Coba saya tanya
dulu ke tetua.” Orang-orang lansia m engetahui m itos-m itos dan lagu-
lagu suku, hubungan kekerabatan antar-anggota, siapa yang m ela ku-
kan apa kepada siapa, nam a, kebiasaan, dan kegunaan ratusan spe sies
tum buh an dan hewansetem pat, dan di m ana harus m encari m a kanan
bila kon disi sedang buruk. Oleh karena itu m erawat orang lansia m en -
jadi urusan hidup atau mati, seperti juga merawat catatan hidrograik
m erupakan urusan hidup atau m ati bagi kapten kapal m odern. Sa ya
akan ilustrasikan nilai orang lansia m elalui cerita tentang satu kasus
yang m elibatkan pengetahuan yang teram at penting bagi kelestarian
suatu suku.
Episode ini saya alami pada 1976, di satu pulau Pasiik Barat
Daya yang bernam a Rennell. Karena saya dikirim ke Rennell untuk
m enyusun laporan dam pak lingkungan bagi tam bang bauksit yang
sedianya akan dibuka di pulau itu, saya ingin m encari tahu seberapa
cepat hutan bisa tum buh kem bali setelah dibuka untuk per tam bangan,
http://facebook.com/indonesiapustaka

dan spesies pohon m ana yang berguna sebagai sum ber kayu, buah yang
bisa dim akan, ataupun tujuan-tujuan lainnya. Para pen duduk pulau
yang berusia paro-baya lantas m em beritahu saya nam a 126 spesies
tum buhan Rennell dalam bahasa Rennell (anu, gangotoba, ghai-gha-
ghea, kagaa-loghu-loghu, dan lain sebagainya). Untuk setiap spesies,
m ereka m enjelaskan apakah biji dan buahnya bisa dim akan hewan
m aupun m anusia, ataupun dim akan oleh burung dan kelelawar tapi
274 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

tidak oleh m anusia (sam bil m enyebutkan setiap spesies burung dan ke-
lelawar yang dim aksud), ataupun yang bisa dim akan oleh m anusia. Di
antara spesies-spesies yang dim akan oleh m anusia, sebagian di an ta ra-
nya dibedakan lagi sebagai "yang dim akan hanya setelah hungi kengi".
Oleh karena tidak pernah m endengar soal hungi kengi, saya m e-
na nya kan apa itu dan bagaim ana bisa hungi kengi m engubah buah
yang biasanya tidak bisa dim akan m enjadi bisa dim akan. Sebagai pen-
jelasan, para inform an m em bawa saya ke pondok di m ana m ereka
m em perkenalkan saya kepada sum ber inform asi itu, seorang perem -
puan yang sangat tua dan tidak m am pu berjalan tanpa bantuan.
Ternyata hungi kengi adalah nam a Rennell bagi badai terbesar yang
per nah m enghantam pulau itu sepanjang sejarah yang m asih teringat,
tam paknya sekitar 1910 kalau ditengok dari catatan-catatan kolonial
Eropa. Pada saat itu, perem puan tua itu m asih anak-anak yang belum
siap dinikahkan, sehingga dia barangkali berusia akhir 70 -an atau
awal 80 -an sewaktu saya berjum pa dia pada tahun 1976. Siklon itu
m enum bangkan pe pohonan di hutan Rennell, m enghancurkan kebun-
kebun, dan m e nim bulkan ancam an kelaparan bagi penduduk pulau
yang m asih hidup. Sam pai kebun-kebun baru bisa ditanam i dan m ulai
m em berikan hasil, orang-orang terpaksa m em akan apa pun yang
bisa dim akan, tidak hanya spesies-spesies buah liar yang biasa dipilih
m elainkan juga buah-buahan yang biasanya diabaikan—m isalnya,
buah yang diidentiikasi kepada saya sebagai "dimakan hanya setelah
hungi kengi". Itu m em butuhkan pengetahuan m engenai buah-
buahan pilihan ke dua m ana yang tidak beracun dan am an dim akan,
ataupun yang m engan dung racun nam un bisa dibersihkan m elalui
m etode pengolahan m a ka nan tertentu. Untungnya, ketika hungi kengi
terjadi, m asih ada pen duduk-penduduk pulau yang ingat tentang
badai sebelum nya dan ba gaim ana m ereka bertahan hidup ketika itu.
Kini, perem puan tua itu adalah orang terakhir di desanya yang m asih
hidup dengan pengalam an dan penge tahuan warisan itu. Seandainya
badai besar lain m enghantam Rennell, ingatan ensiklopediknya
http://facebook.com/indonesiapustaka

m engenai buah liar m ana yang bisa dim akan adalah yang bisa
m encegah rekan-rekan sedesanya agar tidak kelaparan. Cerita-cerita
sem acam itu, m engenai pentingnya nilai ingatan orang-orang lansia
bagi kelangsungan hidup kerabat-kerabat m ere ka, berlim pah di antara
m asyarakat-m asyarakat pra-aksara.
NILAI-NILAI MASYARAKAT ● 275

N ilai-n ilai m as yarakat


Dengan dem ikian, salah satu alasan utam a m asyarakat m engurus atau
tidak m engurus lansia bergantung kepada seberapa bergunanya orang
lansia. Sebagian alasan lain bergantung kepada nilai-nilai m a sya ra kat:
apakah orang lansia dihorm ati atau dicela. Tentu saja, kedua alas an
itu berkaitan: sem akin berguna orang lanjut usia, sem akin besar ke-
mungkinan mereka dihormati. Namun, seperti juga pada banyak bi-
dang lain kebudayaan m anusia, kegunaan dan nilai tidak selalu rapat
seiring sejalan: sejum lah m asyarakat m enekankan horm at kepada
orang lanjut usia lebih daripada m asyarakat-m asyarakat lain yang dari
segi ekonom i tam paknya m irip.
Setidaknya rasa horm at terhadap orang lanjut usia tam paknya ter-
sebar luas di antara m asyarakat-m asyarakat m anusia. Di Am erika Seri-
kat m odern, bentuk horm at yang relatif ringan hadir bersam a-sam a
sejum lah sikap yang m erendahkan nilai m ereka: anak-anak Am erika
sering kali diberitahu untuk m enghorm ati orang tua, tidak m em bantah,
dan harus m em berikan tem pat duduk di bis jika m ereka m elihat ada
orang lanjut usia yang berdiri. Rasa horm at kepada orang lanjut usia
lebih besar lagi di antara orang-orang !Kung, sebagian ka rena dari segi
persentase ada jauh lebih sedikit orang !Kung lanjut usia dibandingkan
orang Am erika lanjut usia: tak sam pai 20 % orang !Kung m encapai
usia 60 , dan m ereka pantas dikagum i karena berhasil sintas dari
singa, kecelakaan, penyakit, serbuan, dan berbagai bahaya lain yang
m erupakan bagian dari gaya hidup !Kung.
Satu bentuk rasa horm at yang luar biasa kuat adalah ajaran bakti
ke pada orangtua yang dikaitkan dengan Kong Fuzi (Kong Hu Cu), yang
secara tra disio nal dom inan di Tiongkok, Korea, J epang, dan Taiwan.
Sebelum nya ajaran itu bahkan m enjadi bagian hukum tertulis sam pai
hukum diubah oleh konstitusi J epang tahun 1948 dan undang-undang
pernikahan di Tiongkok tahun 1950. Menurut ajaran Kong Fuzi, anak-
anak wajib patuh m ut lak kepada orangtua, dan ketidakpatuhan atau
sikap tidak horm at dianggap sebagai sesuatu yang sangat buruk. Secara
http://facebook.com/indonesiapustaka

kongkret, anak-anak (terutam a putra paling tua) m em iliki tugas m ulia


yaitu m e nyo kong kehidupan orangtua yang berusia lanjut. Bahkan
hingga kini, rasa horm at kepada orangtua tetap dipegang teguh di Asia
Tim ur, di m ana (setidaknya sam pai baru-baru ini) nyaris sem ua orang
lansia di Tiongkok dan tiga perem pat orang lansia di J epang tinggal
bersam a anak-anak atau keluarga m ereka.
276 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

Bentuk lain rasa horm at yang kuat adalah pengutam aan ke luarga
di Italia selatan, Meksiko, dan banyak masyarakat lain. Seperti yang
dijabarkan oleh Donald Cowgill, “Keluarga digam barkan sebagai inti
struktur sosial dan sum ber pengaruh ke segala sisi kehidupan anggota-
anggotanya... Harga diri keluarga teram at penting, dan setiap anggota
keluarga diharapkan m enyokong otoritas laki-laki, berkorban dem i
keluarga, m enghorm ati orangtua, dan m enghindari m em buat m alu
nam a keluarga... [Laki-laki yang tertua dalam keluarga m engam bil pe-
ran godfather sebagai] otoritas dom inan yang m em aksakan ketaatan
ter hadap tujuan-tujuan keluarga dan tidak m engizinkan kesetiaan
kepada pihak lain... dalam bingkai kerja ini, hanya ada peluang ter-
batas bagi ekspresi diri individual, yang bagaim ana pun juga harus
tunduk kepada kepentingan keluarga... Anak-anak berusia paro baya
m e nyertakan orangtua yang sudah lanjut usia dalam aktivitas-aktivitas
keluarga batih m ereka, dan m ayoritas m enolak m entah-m entah
gagasan m enem patkan orangtua m ereka di panti jom po.”
Orang-orang Tiongkok pengikut Kong Fuzi, orang-orang Italia
selatan, dan rumah tangga Meksiko merupakan contoh suatu feno-
m ena yang tersebar luas, yang disebut keluarga "patriarkal", yang
otoritas utam anya berada di tangan laki-laki tertua yang m asih hi-
dup dalam keluarga itu. Contoh-contoh lain yang akrab dengan kita
m en cakup banyak atau sebagian besar m asyarakat penggem bala
dan perdesaan lain m asa kini, serta orang-orang Rom awi dan Ibrani
kuno. Guna m em aham i bagaim ana keluarga patriarkal teror ganisasi,
pikirkan tatanan hidup Am erika m odern yang selam a ini dianggap
sebagai suatu kewajaran oleh banyak pem baca buku ini, dan yang
oleh ahli antropologi diistilahkan "neolokal". Istilah itu berarti bahwa
pasangan yang baru m enikah m endirikan rum ah tangga baru (oleh
karena itu disebut "neolokal") yang terpisah dari rum ah tangga orang
tua pengantin laki-laki m aupun perem puan. Rum ah tangga baru itu
m engandung satu keluarga batih, yang terdiri atas pa sangan suam i-
istri itu saja dan (nantinya) anak-anak yang m asih ber gantung kepada
http://facebook.com/indonesiapustaka

m ereka.
Meskipun tampaknya normal dan alami bagi kami, sebenarnya
tatanan demikian bukan hal yang umum menurut standar geograik
dan sejarah: hanya sekitar 5% m asyarakat tradisional m em iliki
rum ah tangga neo lokal. Tatanan tradisional paling um um adalah
rum ah tangga "patrilokal", yang berarti pasangan yang baru m enikah
tinggal bersam a orangtua atau keluarga pengantin laki-laki. Dalam
NILAI-NILAI MASYARAKAT ● 277

kasus itu, satuan rum ah tangga terdiri bukan hanya atas keluarga
batih m elainkan juga keluarga besar yang lebih luas secara horisontal
m aupun vertikal. Per luasan horisontal (dengan kata lain dalam
generasi yang sam a dengan sang kepala keluarga) m ungkin m encakup
istri-istri sang kepala ke luar ga yang berpoligam i yang tinggal dalam
tem pat tinggal keluarga yang sam a, ditam bah saudari-saudari sang
kepala ke luarga yang belum m enikah dan barangkali juga beberapa
adiknya yang sudah m enikah. Perluasan vertikal ke generasi-generasi
lain m engum pulkan sang ke pa la keluarga dan istrinya, satu atau
beberapa anak m ereka yang sudah m e nikah, dan anak-anak yang
m erupakan cucu sang kepala keluarga di da lam satu rum ah atau
kom pleks bangunan m ilik keluarga. Terlepas dari apakah perluasan itu
horisontal, vertikal, atau keduanya, seluruh rum ah tangga m erupakan
satu satuan ekonomi, inansial, sosial, dan politik, semua anggotanya
m enjalani hidup harian yang terkoordinasi, dan sang kepala keluarga
m erupakan otoritas paling utam a.
Wajarlah, rum ah tangga patrilokal m erawat anggota-anggota yang
lansia: m ereka hidup dalam rum ah tangga yang sam a dengan anak-
anak m ereka, m ereka m em iliki dan m engendalikan rum ah atau rum ah-
ru m ah m ilik keluarga, dan m ereka m enikm ati jam inan ekonom i dan
isik. Tentu saja, tatanan itu tidak menjamin bahwa anak yang sudah
dewasa mencintai orangtuanya yang sudah lansia; perasaan m ereka
m ungkin m en dua atau didom inasi oleh rasa takut dan horm at kepada
otoritas, dan anak m ungkin hanya m enanti waktu sam pai m ereka
nantinya bisa m e nindas anak-anak m ereka sendiri yang sudah dewasa.
Rum ah tangga neo lokal m em persulit perawatan terhadap lansia, apa
pun perasaan anak terhadap orangtuanya yang sudah lanjut usia,
karena orangtua dan anak-anak terpisah secara isik.
Kebalikan status kuat yang dipegang oleh orang lansia dalam
m asyarakat patriarkis tradisional adalah status lansia di sebagian
besar m asyarakat Am erika m odern (dengan kekecualian m en co lok di
antara sejum lah kom unitas im igran yang m em pertahankan nilai-nilai
http://facebook.com/indonesiapustaka

tradisional). Mengutip daftar atribut yang mengenaskan dari Cowgill,


“Kam i m enyangkutpautkan usia lanjut dengan hilangnya ke gunaan,
kelem ahan, penyakit, kepikunan, kem iskinan, hilangnya sek sualitas,
ketidaksuburan, dan kem atian.” Pandangan-pandangan itu m e m iliki
konsekuensi-konsekuensi praktis bagi kesem patan kerja dan perawatan
m edis orang lansia. Usia pensiun wajib sam pai belum lam a ini
diberlakukan secara luas di Am erika Serikat, dan m asih diberlakukan
278 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

secara luas di Eropa. Pem beri kerja cenderung m enganggap orang


lansia sebagai penghalang serta lebih sulit dikelola dan diajari, sehingga
lebih m em ilih ber in ves tasi pada pegawai m uda yang dianggap lebih
luwes dan lebih m u dah dilatih. Dalam penelitian percobaan yang
dilakukan oleh J oanna Lahey untuk Boston College’s Center for
Retirem ent Research, tanggapan-tanggapan terhadap resum e-resum e
palsu yang dikirim kan ke pada calon m ajikan dan hanya berbeda dalam
hal nam a serta usia pe la m ar m engungkapkan bahwa perem puan
berusia 35– 45 tahun yang m elam ar pekerjaan tingkat awal 43% lebih
m ungkin dipanggil untuk wawancara daripada pelam ar berusia 50 -
62 tahun. Kebijakan eks plisit rum ahsakit yang diistilahkan "alokasi
sum ber daya perawatan ke sehatan berdasar-usia" adalah m em beri
prioritas kepada pasien yang lebih m uda daripada pasien yang lebih tua
setiap kali sum ber daya perawatan kesehatan terbatas, dengan alasan
bahwa waktu, energi, dan uang m edis tidak seharusnya diinvestasikan
guna m enyelam atkan nyawa orang lansia yang dinyatakan sebagai
"rapuh dan lem ah". Tidak heran bukan bila orang-orang Am erika dan
Eropa, bahkan sejak berusia 30 -an, m enanggapi dengan m enanam kan
banyak uang dalam tindakan-tindakan yang m enjaga penam pilan
m uda, sem isal m engecat ram but dan bedah plastik?
Setidaknya tiga perangkat nilai, sebagian di antaranya dim iliki
juga oleh m asyarakat Eropa, m enyebabkan status rendah orang lansia
di Am erika m odern. Salah satunya, ditekankan oleh ahli sosiologi
Max Weber, adalah etika kerja, yang Weber tekankan dalam hubung-
annya dengan bentuk Revolusi Protestan J ean Calvin, dan yang Weber
rum uskan terutam a dalam kaitannya dengan J erm an, nam un relevan
dengan m asyarakat Barat m odern yang lebih luas. Dengan risiko m e-
re duksi buku-buku dan artikel-artikelnya yang panjang dan kom pleks
m en jadi satu kalim at, Weber dapat dikatakan sebagai m em andang
kerja sebagai urusan utam a kehidupan seseorang, sum ber status dan
identitas seseorang, dan baik untuk karakter seseorang. Itu berarti
pensiunan lansia yang tidak lagi bekerja kehilangan status sosial
http://facebook.com/indonesiapustaka

m ereka.
Seperangkat nilai Amerika yang lebih spesiik adalah gugusan
nilai yang berkaitan dengan pengutam aan kam i terhadap individu.
Individualism e itu adalah kebalikan pengutam aan keluarga besar
di banyak m asyarakat lain yang dibahas di atas. Harga diri seorang
Am e rika diukur berdasarkan prestasinya sendiri, bukan oleh pres-
tasi kolektif keluarga besarnya. Kam i diajari untuk m andiri dan
NILAI-NILAI MASYARAKAT ● 279

m engandalkan diri sendiri. Kem andirian, individualism e, m aupun


m engandalkan diri sendiri dipuji-puji sebagai nilai m ulia, sem entara
sifat-sifat berseberangan yaitu ketergantungan, ketidakm am puan ber-
dikari, dan ketidakm am puan m engurus diri sendiri pun dipandang
ren dah. Bahkan, bagi orang-orang Am erika, kepribadian yang berke-
ter gantungan adalah diagnosis klinis yang digunakan oleh psikiater
dan ahli psikologi, dan dilabeli sebagai Gangguan Mental nomor 301.6
oleh Asosiasi Psikiatrik Amerika, untuk mengidentiikasi kondisi yang
m em bu tuhkan terapi, yang tujuannya adalah m em bantu individu yang
sayangnya berketergantungan itu agar m encapai nilai m ulia Am erika
berupa kem andirian.
Yang juga term asuk gugus nilai Am erika itu adalah pengutam aan
kam i terhadap privasi individual, konsep yang tidak biasa m enurut
standar ber bagai kebudayaan dunia, yang kebanyakan m enyediakan
sedikit privasi individual dan tidak m enganggapnya sebagai hal ideal
yang diinginkan. Tatanan hidup tradisional yang um um terdiri atas
keluarga besar yang hidup dalam satu hunian tunggal, atau sekelom pok
pondok atau tem pat bernaung di sekeliling satu tanah terbuka, atau se-
lu ruh kawanan tidur di satu tem pat bernaung. Kondisi dem ikian sulit
terbayang bagi kebanyakan orang Am erika m odern: bahkan hubungan
seks yang dilakukan sepasang orang pun secara tradisional berlangsung
de ngan privasi m inim um . Ranjang gantung atau tikar pasangan itu bisa
dilihat oleh pasangan-pasangan lain, dan anak-anak pasangan itu yang
m a sih kecil m ungkin tidur di tikar yang sam a nam un paling-pa ling
ha nya dim inta m em ejam kan m ata. Pola hunian neolokal kam i, yaitu
anak-anak yang m encapai usia pernikahan diharapkan m en dirikan
rum ah tangga pribadi sendiri, m erepresentasikan ekstrem ber se be rang-
an dari tatanan tradisional dengan privasi m inim al.
Perawatan terhadap orang lansia bertentangan dengan nilai-
nilai Am erika berupa kem andirian, individualism e, m engandalkan
diri sendiri, dan privasi yang saling berjalin itu. Kam i m enerim a
ketergantungan bayi, karena bayi tidak pernah m andiri, nam un kam i
http://facebook.com/indonesiapustaka

bergelut m elawan ketergantungan lansia yang pernah m andiri selam a


berdasawarsa-dasawarsa. Namun kenyataan kejamnya adalah bahwa
orang lansia pa da akhirnya m encapai suatu kondisi ketika m ereka
tidak lagi m am pu hidup secara m andiri, tidak bisa m engandalkan
kem am puan m ereka sendiri, dan tak punya pilihan selain m enjadi
bergantung kepada orang lain serta m em buang privasi yang lam a
m ereka agung-agungkan. Ke ter gan tungan setidak-tidaknya sam a
280 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

m enyakitkan bagi orang lansia yang terlibat, seperti juga bagi anaknya
yang berusia paro baya dan m elihat hal itu terjadi pada orangtuanya
yang tadinya tidak tergantung ke pada siapa-siapa. Berapa banyak
pem baca bab ini yang kenal dengan orang lansia yang karena harga
diri bersikeras untuk m encoba terus hidup sendiri secara m andiri,
sam pai suatu kecelakaan (m isalnya jatuh dan pinggulnya patah, atau
tidak bisa bangun dari tem pat tidur) m em buat kem andirian m ustahil
dilanjutkan? Gagasan-gagasan ideal Am erika m endorong orang-orang
lansia Am erika kehilangan harga diri, dan m em buat para perawat
m ereka yang lebih m uda kehilangan rasa horm at kepada m ereka.
Nilai khas Amerika yang terakhir yang menciptakan praduga ter-
hadap orang lansia adalah kultus usia m uda kam i. Tentu saja, itu bu-
kan lah nilai sepenuhnya m anasuka yang kebetulan kam i adopsi seba-
gai pilihan budaya tanpa alasan bagus. Memang betul bahwa, di dunia
m odern dengan perubahan teknologi yang cepat, m asih barunya
pendidikan yang diterim a dewasa m uda m em buat pengetahuan m ereka
lebih baru dan berguna bagi hal-hal penting seperti pekerjaan, dan bagi
tantangan-tantangan duniawi kehidupan sehari-hari. Saya yang ber-
usia 75, dan istri saya yang berusia 64, diingatkan akan kenyataan di
balik kultus usia m uda kam i ini setiap kali kam i m encoba m enyalakan
televisi kam i. Saya dan istri terbiasa dengan televisi yang m em iliki tiga
tom bol saja, sem uanya terletak di perangkat itu sendiri: tom bol untuk
m enghidupkan dan m em atikan, tom bol pengatur volu m e, dan tom bol
pem ilih saluran. Saya dan istri tidak bisa m em aham i remote control
bertom bol 41 yang sekarang diperlukan hanya untuk m enyalakan
perangkat televisi m odern kam i, dan kam i harus m enelepon putra-
putra kam i yang berusia 25 tahun untuk m e m inta petunjuk bila
m ereka kebetulan tidak sedang di rum ah bersam a kam i. Satu lagi
faktor eksternal yang m enyuburkan kultus usia m uda ada lah tingginya
tingkat persaingan dalam m asyarakat Am erika m odern, yang m em beri
keunggulan bagi orang-orang berusia m uda yang dikaruniai kecepatan,
daya tahan, kekuatan, kegesitan, dan releks yang cepat. Satu lagi
http://facebook.com/indonesiapustaka

faktor lain adalah bahwa banyak orang Am erika m e ru pakan anak-


anak im igran baru yang lahir dan tum buh besar di negara lain. Anak-
anak itu m elihat bahwa orangtua m e reka tidak bisa berbicara bahasa
Inggris tanpa logat asli dan se benarnya tidak tahu-m enahu m engenai
bagaim ana m a sya rakat Am erika berfungsi.
Dengan kata lain, saya tidak m em bantah bahwa ada alasan-alasan
sah bagi orang-orang Am erika m odern untuk m enghargai usia m uda.
NILAI-NILAI MASYARAKAT ● 281

Tapi, kultus usia m uda kam i m erasuk juga ke bidang-bidang yang


tam pak tak berhubungan, dan dalam beberapa kasus benar-benar tidak
adil. Kam i cenderung m enganggap orang m uda cantik atau tam pan, na-
m un m engapa ram but pirang, coklat, atau hitam lebih dikagum i dari-
pada ram but perak atau putih? Iklan pakaian di televisi, m ajalah, dan
surat kabar tanpa kecuali m enunjukkan m odel-m odel m uda; gagasan
m engiklankan kem eja laki-laki atau gaun perem puan dengan m odel
berusia 70 tahun terasa aneh—tapi m engapa? Seorang ahli ekonom i
m ungkin m enjawab bahwa orang m uda m engganti dan m em beli
pakaian le bih sering, dan belum m engem bangkan kesetiaan terhadap
m erk se per ti orang-orang lansia. Berdasarkan tafsiran ekonom i
itu, rasio m o del pakaian berusia 70 tahun terhadap m odel pakaian
berusia 20 ta hun seharusnya kira-kira sam a dengan rasio pem belian
pakaian dan per ubahan m erk oleh orang-orang berusia 70 tahun
dibandingkan dengan pem belian pakaian dan perubahan m erk oleh
orang-orang berusia 20 tahun. Namun persentase pembelian pakaian
dan perubahan m erk oleh orang-orang berusia 70 tahun tentunya tidak
dekat dengan nol se perti persentase m odel pakaian berusia 70 tahun.
Serupa dengan itu, iklan untuk m inum an ringan, bir, dan m obil baru
senantiasa m e nam pilkan m odel-m odel m uda (Gam bar 23), walaupun
orang lansia juga m engon sum si m inum an ringan dan bir serta m em beli
m obil. Gam bar-gam bar orang lansia lebih banyak digunakan untuk
m enjual popok dewasa, obat radang sendi, dan asuransi pensiunan
(Gam bar 24).
Contoh-contoh dari dunia periklanan itu m ungkin tam pak lucu,
sam pai kita renungkan bahwa contoh-contoh itu hanyalah salah satu
ekspresi diskrim inasi usia di Am erika: kultus usia m uda kam i, dan
pandangan negatif kam i terhadap penuaan. Bukan m asalah serius
bahwa m odel ber usia 70 tahun tidak dipekerjakan untuk m engiklankan
m inum an ringan, nam un adalah m asalah serius bila pelam ar kerja
yang ber usia lebih tua biasa tidak diberi kesem patan wawancara
kerja, dan bah wa pasien yang lebih tua m enerim a prioritas yang lebih
http://facebook.com/indonesiapustaka

rendah un tuk sum ber daya perawatan m edis yang terbatas. Iklan
m inum an ringan dan bir yang ditujukan bagi pem irsa tua m aupun
m uda juga m engilustrasikan bahwa pandangan negatif m engenai usia
tidak hanya dim iliki oleh orang-orang m uda Am erika m elainkan juga
terinternalisasi dalam diri orang-orang tua Am erika sendiri. Survei oleh
Louis Harris and Associates m enunjukkan bahwa orang-orang Am erika
per caya bahwa orang lansia m erasa bosan, berpikiran tertutup,
282 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

berketer gantungan, terisolasi, kesepian, berpikiran sem pit, terabaikan,


ber selera kuno, pasif, m iskin, tidak banyak gerak, tidak aktif secara
sek sual, sakit, tidak waspada, tidak produktif, sangat takut m ati, se-
lalu takut akan kejahatan, m enjalani tahun-tahun terburuk dalam
hidup—dan m enghabiskan banyak waktu m ereka untuk tidur, duduk,
dan tidak m elakukan apa-apa, atau sibuk bernostalgia soal m asa lalu.
Pandangan-pandangan ini dipegang secara seim bang oleh orang-orang
lansia m aupun orang-orang m uda yang dim intai pendapat, walaupun
orang-orang lansia dalam jajak pendapat itu m engklaim bahwa m ereka
sendiri tidak cocok dengan stereotipe yang berlaku pada rata-rata orang
lansia lain.

Atu ran -atu ran m as yarakat


Kita kini telah m em pertim bangkan beberapa perangkat faktor yang
m em pengaruhi m engapa m asyarakat yang berbeda m enjalankan
perlakuan yang berbeda juga bagi lansia: kem am puan m a syarakat
untuk m em bawa atau m em beri m ereka m akan, kegunaan m ereka,
dan nilai-nilai m asyarakat, yang cenderung m encerm inkan ke gunaan
itu nam un juga sam pai tingkat tertentu tidak bergantung ke pada
kegunaan. Namun semua ini adalah faktor penjelasan dasar yang
kecil kem ungkinan m uncul dalam diskusi untuk pengam bilan ke-
putusan praktis sehari-hari m engenai orang lansia, seperti apa kah kita
seharusnya m enyisihkan potongan daging terbaik dari antelop tang-
kapan hari ini untuk Kakek, walaupun dia sudah tidak m am pu berburu
sendiri. Cucu yang m enjagal antelop itu karenanya tidak m engacu ke
asas um um nilai dasar, m isalnya “Kakek ingat m a kanan apa yang bisa
dim akan setelah hungi kengi, jadi kam i ganjar ke gu na an Kakek dengan
m em beri Kakek potongan daging ini.” Keputusan-keputusan praktis
itu dibuat sesuai aturan-aturan m asya ra kat, yang m enyebutkan apa
yang harus dilakukan dalam situasi-situasi tertentu dan pada akhirnya
m encerm inkan kegunaan dan nilai, nam un yang m em ungkinkan kita
cepat-cepat membagi-bagi daging antelop tanpa berdiskusi ilosois
http://facebook.com/indonesiapustaka

m engenai hungi kengi.


Ada beraneka ragam aturan sem acam itu, berbeda-beda di
antara m a syarakat, yang m engatur beraneka ragam pilihan. Aturan-
aturan itu m em berikan kuasa kepada orang lansia untuk m em egang
kendali atas sum ber daya tertentu, nam un tidak untuk sum ber daya
lainnya. Aturan-aturan itu diterim a oleh orang-orang m uda, yang
tunduk kepada orang-orang lansia dan m em biarkan m ereka m eng-
ATURAN-ATURAN MASYARAKAT ● 283

ambil sumber daya tersebut, walaupun jelas ada konlik kepentingan


antara orang tua dan orang m uda m em perebutkan sum ber daya itu,
dan walaupun orang m uda cukup kuat untuk m erebut sum ber daya
tersebut. Namun orang muda tidak melakukannya, dan mereka justru
setuju untuk m enunggu sam pai m ereka juga tua dan dihorm ati oleh
yang lebih m uda. Dari sede m ikian banyak perangkat contoh yang ada,
saya akan beri tiga saja.
Contoh sederhana m elibatkan tabu m akanan, yang m em astikan
bah wa m akanan-m akanan tertentu dikhususkan untuk orang lansia,
de ngan kepercayaan (yang didukung oleh orang m uda m aupun tua)
bahwa m akanan-m akanan itu akan m em bahayakan orang m uda
nam un orang lansia telah m em peroleh kekebalan dapatan terhadap
bahaya itu berkat usia m ereka. Setiap m asyarakat m em iliki tabu
m akanan tertentunya sen diri, yang tam pak m anasuka bagi m asyarakat-
m asyarakat lain, na m un tabu tersebar luas di antara m asyarakat-
masyarakat tradisional. Misalnya, orang-orang Indian Omaha muda
yang ingin m em buka tulang hewan guna m em akan sum sum nya yang
kaya diberi peringatan oleh tetua-tetua m ereka yang cerdik bahwa
pergelangan kaki m ereka akan ke seleo gara-gara hal itu, nam un orang
tua bisa m akan sum sum dengan am an. Di antara orang-orang Iban di
Borneo, orang tua m enikm ati san tapan daging kijang, nam un orang
m uda dilarang m elakukannya karena m ereka bisa m enjadi m alu-m alu
seperti kijang. Orang-orang tua Chukchi di Siberia m em inum susu rusa
kutub nam un m enetapkannya se bagai tabu bagi orang-orang m uda,
dengan alasan bahwa hal itu adalah dem i m elindungi orang m uda,
sebab susu akan m em buat laki-laki m uda im poten dan m enyebabkan
payudara perem puan m uda kendor.
Seperangkat tabu m akanan yang am at rum it dilaporkan dari orang-
orang Aborigin Aranda (alias Arunta) di dekat Alice Springs di gurun
Australia tengah. Makanan-makanan terbaik dikhususkan untuk orang-
orang tua, terutam a laki-laki tua, yang m enjabarkan konsekuensi-
konse kuensi m engerikan yang akan m enim pa orang-orang m uda bila
http://facebook.com/indonesiapustaka

m e reka dengan bodohnya m enyantap m akanan-m akanan terlarang itu.


Konon, m em akan bandicoot betina m em buat laki-laki m uda berdarah
sam pai m ati sewaktu dia disunat; lem ak burung em u m enyebabkan
per kem bangan abnorm al penis; m em akan burung nuri m enim bulkan
rongga di puncak kepala, dan lubang di dagu; sem entara m em akan
kucing liar m e nye babkan tim bulnya bisul-bisul nyeri berbau busuk di
kepala dan leher. Perem puan m uda diberi peringatan akan bahaya-
284 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

bahaya lainnya: m e m akan bandicoot betina m erangsang aliran darah


m enstruasi terus-m enerus, ekor kangguru m enyebabkan penuaan
dan kebotakan dini, burung puyuh m encegah payudara berkem bang,
sem entara rajawali coklat justru m enyebabkan payudara m em bengkak
dan m eletus tanpa m enghasilkan susu.
Satu lagi sum ber daya lain yang orang-orang lansia di banyak
m a sya rakat berhasil m onopoli untuk diri sendiri dan jadikan tabu
untuk orang-orang m uda adalah—perem puan m uda. Aturan-aturan
m engatakan bahwa laki-laki yang lebih tua harus m enikahi perem puan
yang jauh lebih m uda dan m em iliki banyak istri, dan bahwa laki-laki
m uda tidak boleh m engharapkan m enikah sebelum m encapai usia
40 atau bahkan lebih tua lagi. Daftar panjang m asyarakat tradisional
dengan praktik-praktik sem acam itu m encakup orang-orang Akam ba di
Afrika Tim ur, Indian Araucania di Am erika Selatan, Bakong di Afrika
Barat, Penduduk Kepulauan Banks di Pasiik Barat Daya, Berber di
Afrika Utara, Chukchi di Siberia, Iban di Kalim antan, Inuit Labrador di
Kanada, Xhosa di Afrika Selatan, dan banyak suku Aborigin Australia
lainnya. Saya m enjum pai kasus sem acam itu di satu suku di dataran
rendah Papua utara, ketika seorang laki-laki tua pincang bernam a
Yono m enunjukkan ke pada saya seorang anak perem puan yang
sepertinya berusia kurang dari 10 tahun, yang m enurutnya sudah dia
"tandai" sebagai calon istrinya. Dia telah m em bayar panjar untuk anak
perem puan ketika anak itu baru lahir, telah secara berkala m em bayar
cicilan berikutnya kepada orangtuanya, dan berharap akan m enikahi
si anak perem puan segera setelah payu da ranya berkem bang dan dia
m ulai m engalam i m enstruasi.
Seperti juga dengan tabu m akanan dan hak-hak istim ewa lainnya
orang lansia, kita harus m enanyakan m engapa orang-orang m uda tun-
duk pada aturan-aturan sem acam itu dan tunduk kepada otoritas orang
lansia. Bagi laki-laki m uda, sebagian alasannya adalah bahwa m ereka
m elakukan itu dengan harapan nantinya giliran m ereka akan tiba. Se-
m en tara itu, m ereka bersantai-santai di sekeliling api unggun dan
http://facebook.com/indonesiapustaka

m encari-cari kesem patan untuk kepuasan seksual ketika si suam i tua


se dang tidak ada.
Kedua set contoh aturan ini, yang digunakan orang lansia di ba-
nyak m asyarakat tradisional untuk m em astikan bahwa m e re ka akan
dirawat—m elalui tabu m akanan, dan dengan secara ketat m eng-
khususkan istri-istri m uda untuk laki-laki tua—tidak berlaku di
m asyarakat-m asyarakat industri m odern. Oleh karena itu kita bingung
ATURAN-ATURAN MASYARAKAT ● 285

m engapa orang-orang m uda di m asyarakat-m a sya rakat tradisional


m enoleransi aturan-aturan sem acam itu. Perangkat contoh saya yang
tersisa akan jauh lebih akrab bagi para pem baca buku ini: ditahannya
hak properti oleh orang lansia. Dalam m a syarakat m odern m asa
kini, seperti juga dalam banyak m asyarakat tra disional, kebanyakan
orang lansia m elepaskan kepem ilikan properti m e reka hanya m elalui
pewarisan ketika m ereka m eninggal. Oleh karena itu ancam an yang
m em bayang-bayangi bahwa orang lansia akan m engubah surat wasiat
m ereka turut berperan dalam m em otivasi orang m u da untuk m erawat
sesepuh m ereka.
Contoh ringan fenom ena ini berlaku bagi kawanan !Kung, yang
hak kepem ilikan tanahnya (n!ore) dianggap berkaitan dengan anggota-
anggota kawanan tertua, bukan dengan kawanan sebagai keseluruhan.
Contoh-contoh yang lebih bersifat m em aksa dapat ditem ukan nyaris
di sem ua m asyarakat penggem bala dan petani: generasi senior,
biasanya dalam bentuk laki-laki kepala keluarganya, terus m em iliki
lahan, ternak, dan harta benda berharga sam pai dia lanjut usia,
dan paling sering sam pai m eninggal dunia. Oleh karena itu kepala
keluarga m enikm ati po sisi kuat untuk m em bujuk anak-anaknya agar
m em biarkan dia tetap tinggal di rum ah keluarga dan m erawatnya.
Misalnya, Perjanjian Lama menjabarkan Ibrahim dan para kepala
keluarga Ibrani lainnya se ba gai pe m ilik banyak ternak pada usia
lanjut. Laki-laki tua Chukchi memiliki rusa kutub; laki-laki tua Mongol
memiliki kuda; orang-orang tua Navajo memiliki kuda, domba, sapi,
dan kam bing; sem entara orang-orang tua Kazakh m em iliki em pat
spesies ternak itu plus unta. Dengan m engen dalikan ternak, lahan
pertanian, dan (sekarang) properti serta aset inansial lainnya, orang-
orang tua m em iliki posisi tawar yang kuat atas ge ne rasi yang lebih
m uda.
Pada banyak m asyarakat, kekuasaan yang dipegang generasi tua
sedem ikian kuat sehingga pem erintahan m asyarakat itu m enjadi apa
yang disebut sebagai "gerontokrasi"—tirani oleh orang-orang lan jut
http://facebook.com/indonesiapustaka

usia. Contoh-contohnya lagi-lagi m encakup Ibrani kuno, banyak m a-


sya ra kat penggem bala Afrika, banyak suku Aborigin Australia, dan
(lebih dekat dengan para pem baca buku saya) perdesaan Irlandia.
Seperti yang dirangkum oleh Donald Cowgill, “Di sini [di Irlandia]
sudah biasa kalau seorang laki-laki tua m em pertahankan kepem ilikan
dan kendali atas peternakan keluarga sam pai sangat lanjut dalam
hidupnya. Sem entara putra-putranya terus bekerja sebagai buruh
286 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

keluarga yang tidak digaji, sepenuhnya bergantung kepada si petani tua


dem i m em peroleh du kungan ekonom i dan tidak bisa m enikah karena
tidak punya cara m an diri untuk m enopang keluarga. Dengan ketiadaan
sistem pewarisan yang jelas dan tidak am bigu, sang ayah m ungkin
m engadu dom ba anak-anaknya, m em anfaatkan prospek harta warisan
sebagai "pe m e rasan" guna m enjaga agar anak-anaknya (yang berusia
30 -an atau 40 -an) tetap tunduk terhadapnya. Pada akhirnya dia
m ungkin m enyerahkan peter nakannya kepada salah seorang putranya,
secara berhati-hati m engkhu sus kan "kam ar barat"—yang paling luas
dan berperabotan paling bagus—untuk dirinya sendiri dan istrinya dan
menyediakan topangan inansial sepanjang hayat mereka.”
Mengingat keakraban kita sendiri dengan kekuasaan yang dinik-
m ati orang lanjut usia dalam m asyarakat kita m elalui hak properti,
kita sekarang bisa m em aham i dengan lebih baik kesalahan kita ka-
rena awalnya terkejut gara-gara fakta bahwa orang lanjut usia di m a-
sya rakat tradisional berhasil m em aksakan tabu m akanan dan akses
kepada istri-istri m uda. Sewaktu saya pertam a kali m endengar m engeni
adat itu, saya sendiri bertanya-tanya, “Mengapa pemuda anggota
suku tidak rebut dan m akan saja m akanan enak-enak seperti sum sum
dan daging kijang, dan nikahi perem puan m uda cantik pilihannya
tanpa harus m enunggu sam pai usia 40 ?” J awabannya: m ereka tidak
akan m elakukannya, untuk alasan yang sam a dewasa m uda dalam
m asya ra kat kita jarang berhasil m erebut properti dari orangtuanya
di luar ke hen dak orangtuanya. Dewasa m uda kita tidak m elakukan
hal itu, karena m ereka akan ditentang bukan hanya oleh orangtuanya
yang lem ah, m elainkan juga keseluruhan m asyarakat kita yang
m elaksanakan aturan itu. Kalau begitu m engapa tidak sem ua pem uda
anggota suku bangkit bersam aan m em berontak dan m engatakan,
“Kam i ubah aturan-aturan yang ada, sehingga sekarang kam i para
pem uda bisa m em akan sum sum ?” Para pem uda anggota suku tidak
m elakukannya, untuk alasan yang sam a m engapa sem ua pem uda
Am erika tidak bangkit m em beron tak dan m enantang peraturan-
http://facebook.com/indonesiapustaka

peraturan pewarisan sifat: dalam m asyarakat m ana pun, m engubah


aturan-aturan dasar adalah proses panjang dan sulit, orang-orang tua
m em iliki posisi tawar kuat untuk m e nentang perubahan aturan, dan
sikap tunduk dan horm at kepada orang tua yang tertanam selam a ini
tidak hilang dalam sekejap m ata.
SEKARANG LEBIH BAIK ATAU LEBIH BURUK? ● 287

Se karan g le bih baik atau le bih bu ru k?


Dibandingkan dengan status orang lansia dalam m asyarakat
tradisional, apa yang kini sudah berubah? Salah satu perangkat faktor
telah sangat ber ubah ke arah yang lebih baik, nam un banyak faktor lain
yang telah ber ubah m enjadi sem akin buruk.
Kabar baiknya adalah bahwa orang lanjut usia secara rata-rata
m e nikm ati hidup yang lebih panjang, kesehatan yang jauh lebih baik,
kesem patan rekreasi yang jauh lebih banyak, dan jauh lebih se di-
kit duka akibat kem atian anak-anak m ereka daripada kapan pun se-
be lum nya dalam sejarah m anusia. Harapan hidup rata-rata di 26
negara Du nia Pertam a adalah 79 tahun, dnegan harapan hidup
tertinggi adalah 84 tahun, di J epang—rata-rata dua kali lipat angka
di m asyarakat-m a sya rakat tradisional. Alasan-alasan yang banyak
diketahui bagi peningk atan rentang hidup ini adalah tindakan-tindakan
kesehatan m a syarakat (m isalnya penyediaan air m inum yang bersih,
pem asangan kasa di jendela, dan im unisasi) guna m em erangi penyakit
m enular—ditam bah obat-obatan m odern, pem bagian m akanan yang
lebih eisien guna memerangi kelaparan (Bab 8 dan 11), dan (percaya
atau tidak, m es kipun ada dua perang dunia) tingkat kem atian yang
relatif m enurun akibat perang dalam m asyarakat-m asyarakat dengan
pem erintahan ne gara dibandingkan dengan m asyarakat-m asyarakat
tradisional (Bab 4). Berkat pengobatan dan transportasi m odern,
orang-orang lanjut usia sekarang bisa m enikm ati kualitas kehidupan
yang jauh lebih tinggi daripada di masa lalu. Misalnya, saya baru saja
kem bali dari safari di Afrika di m ana 3 di antara 14 peserta berusia
di antara 86 dan 90 tahun dan m asih m am pu berjalan dalam jarak
sedang. J auh lebih banyak orang yang bisa bertahan hidup sam pai
m elihat cicit-cicit m ereka—57% dari laki-laki Am erika dan 68% dari
perem puan Am erika yang hidup m elewati usia 80 —daripada dulu.
Lebih daripada 98% bayi Dunia Pertam a berhasil m elewati m asa
bayi dan kanak-kanak, se m entara persentasenya bisa serendah 50 %
di m asyarakat-m asyarakat tradisional. Oleh karena itu, pengalam an
http://facebook.com/indonesiapustaka

berduka atas kem atian anak sendiri yang um um pada m asa lalu, kini
jarang ditem ui di Dunia Pertam a.
Kabar baik itu digugurkan oleh berita yang jauh lebih buruk, se-
bagian di antaranya merupakan akibat langsung demograi. Rasio
orang lanjut usia terhadap anak-anak dan pekerja m uda yang produktif
telah m elonjak, sebab tingkat kelahiran telah m erosot sem entara
tingkat ke sintasan orang lanjut usia naik. Dengan kata lain, piram ida
288 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

populasi m enjadi terbalik: dulu kam i m em iliki banyak orang m uda


dan sedikit orang tua, nam un kini kam i m em iliki banyak orang tua
dan lebih se dikit bayi. Bukanlah hal m enghibur bagi generasi m asa
kini untuk m e renungkan bahwa keadaan 80 tahun dari sekarang tidak
akan terlalu buruk, ketika kelom pok bayi seusia saat ini yang m engerut
nantinya menjadi kelompok orang lansia seusia. Misalnya, persentase
seluruh populasi yang berusia setidaknya 65 tahun kini hanya 2% di
negara-ne gara term iskin, nam un 10 kali lebih besar di sejum lah negara
Dunia Pertam a. Belum pernah m asyarakat m anusia m ana pun m e m iliki
sedem ikian besar persentase lansia yang harus ditangani.
Salah satu konsekuensi negatif yang gam blang dari fakta-fakta
demograi itu adalah bahwa beban masyarakat yang menyokong
orang lansia lebih berat, oleh karena lebih banyak orang tua yang per-
lu disokong oleh pekerja produktif yang berjum lah lebih sedikit. Ke-
nyataan kejam itu m erupakan akar krisis yang siap m enerjang dan
ba nyak dibahas tentang pendanaan sistem J am inan Sosial Am erika
(serta sistem -sistem serupa di Eropa dan J epang) yang m enyediakan
dana pensiun bagi pekerja yang sudah pensiun. Bila kam i orang-orang
tua terus bekerja, kam i m encegah generasi anak dan cucu kam i m em -
peroleh pekerjaan, seperti yang terjadi sekarang. Tapi bila kam i orang-
orang tua pensiun dan m engharapkan pendapatan dari ke lom pok
usia lebih m uda yang terus m enyusut untuk tetap m endanai sistem
J aringan Sosial dan m em bayar kehidupan santai kam i, m aka beban
inansial kelompok usia muda jauh lebih besar daripada yang pernah
terjadi sebelum nya. Dan bila kam i m engharapkan untuk pindah dan
tinggal bersam a m ereka dan m em biarkan m ereka secara pribadi m e-
nyo kong dan m erawat kam i di rum ah m ereka, m ereka berbeda pen-
dapat. Saya jadi bertanya-tanya apakah kita kem bali ke dunia di m ana
kita akan m em pertim bangkan kem bali pilihan-pilihan m engenai m eng-
akhiri kehidupan yang dilakukan oleh m asyarakat-m asyarakat tra di-
sional—m isalnya bunuh diri berbantuan, bunuh diri yang disarankan,
dan eutanasia. Sewaktu m enuliskan kata-kata ini, saya jelas tidak
http://facebook.com/indonesiapustaka

m e re kom endasikan pilihan-pilihan itu; saya sem ata m engam ati m e-


ningkatnya frekuensi pem bahasan, pelaksanaan, dan perdebatan
oleh anggota parlem en dan pengadilan m engenai tindakan-tindakan
tersebut.
Satu lagi akibat terbaliknya piram ida populasi adalah, sejauh m e-
nyangkut terus bernilainya orang lansia bagi m asyarakat (m isalnya ber-
kat pengalam an m ereka yang panjang dan bervariasi), individu lansia
SEKARANG LEBIH BAIK ATAU LEBIH BURUK? ● 289

m ana pun m enjadi kurang berharga karena banyak individu lansia


lain yang m enawarkan nilai yang sam a. Perem puan berusia 80 tahun
di Pulau Rennell yang m engingat hungi kengi itu akan m enjadi kurang
ber guna seandainya ada seratus saksi m ata hungi kengi lain yang m asih
hidup.
Penuaan berlangsung secara berbeda bagi laki-laki dan perem puan.
Walaupun perem puan di Dunia Pertam a m enikm ati rata-rata hidup
yang lebih lam a daripada laki-laki, itu tentu saja berarti lebih besar
ke m ungkinan seorang perem puan m enjadi janda daripada seorang
laki-laki menjadi duda. Misalnya, di AS 80% laki-laki lansia berstatus
m enikah dan hanya 12% di antaranya m erupakan duda, se m en tara
kurang daripada 40 % perem puan lansia berstatus m enikah dan le bih
daripada separo m erupakan janda. Itu sebagian karena harapan hidup
perem puan yang lebih panjang, nam un juga karena laki-laki cenderung
berusia lebih tua daripada istrinya sewaktu m ereka m e nikah, dan
karena laki-laki yang m enduda lebih m ungkin m enikah lagi (dengan
istri baru yang jauh lebih m uda) daripada perem puan yang m en janda.
Secara tradisional, orang-orang lanjut usia m enghabiskan tahun-
tahun terakhir m ereka hidup bersam a kelom pok yang sam a, atau (da-
lam m asyarakat yang m enetap) di pem ukim an yang sam a atau bahkan
di rum ah yang sam a, di m ana m ereka telah m enghabiskan hidup
sebagai orang dewasa atau bahkan seum ur hidup. Di sana, m e reka
m em pertahankan ikatan-ikatan sosial yang telah m endukung m e reka
sepanjang hayat, term asuk ikatan-ikatan dengan tem an-tem an seum ur-
hidup yang m asih hidup dan dengan setidaknya sebagian anak m ereka.
Mereka pada umumnya punya anak laki-laki, anak perempuan, atau
kedua-duanya yang hidup di dekat m ereka, tergantung kepada apa-
kah adat m asyarakat m engharuskan pengantin perem puan pindah
ke tem pat tinggal orangtua pengantin laki-laki atau sebaliknya ketika
pasangan itu m enikah.
Di Dunia Pertam a yang m odern, keberlanjutan ikatan-ikatan sosial
itu sam pai usia lanjut telah m enurun atau m enghilang. Dalam adat
http://facebook.com/indonesiapustaka

hunian neolokal kam i sendiri, pasangan suam i-istri baru tidak tinggal
di dekat orangtua pengantin laki-laki m aupun pengantin perem puan,
m e lain kan pindah ke hunian baru terpisah m ilik m ereka sendiri. Hal
itu m em unculkan fenom ena m odern yang dikenal sebagai sindrom a
sarang kosong. Di AS pada awal 190 0 -an, setidaknya satu orangtua
pasangan suam i-istri sering kali m eninggal sebelum anak term uda
m eninggalkan rum ah, sehingga tidak pernah m erasakan "sarang yang
290 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

kosong", dan lam a sarang kosong bagi satu orangtua rata-rata kurang
daripada dua tahun. Kini, kebanyakan orangtua Am erika bertahan
hidup untuk m engalam i sarang kosong selam a lebih daripada satu
dasawarsa, seringkali selam a berdasawarsa-dasawarsa.
Orangtua yang sudah lanjut usia dan ditinggalkan sendirian dalam
m a syarakat sarang kosong kam i kecil kem ungkinan m endapati diri
m asih hidup dekat tem an-tem an lam a. Sekitar 20 % populasi Am erika
ber pindah hunian setiap tahun, sehingga baik itu orangtua yang lanjut
usia, tem an-tem an m ereka, atau barangkali kedua-duanya telah ber-
pindah berkali-kali sejak m asa anak-anak. Situasi hidup yang um um
bagi orang-orang lansia adalah m ereka pindah untuk tinggal bersam a
salah satu anak m ereka, nam un m alah m enjadi terpisah dari tem an-
tem an m ereka karena anak m ereka telah pindah dari rum ah keluarga
yang awalnya m ereka tem pati; atau m ereka hidup sendiri selam a
m ungkin, dengan beberapa tem an di dekat m ereka nam un m ungkin
tanpa anak-anak m ereka di dekat m ereka; atau m ereka hidup terpisah
dari tem an-tem an lam a m aupun dari anak-anak m ereka, dalam panti
jom po, di m ana m ereka m ungkin dikunjungi oleh anak-anak m ereka,
m ungkin juga tidak. Inilah situasi yang m enyebabkan kenalan Fiji yang
saya kutip di paragraf pertam a m encela kam i dengan tuduhan, “Kalian
buang orang-orang lansia kalian dan orangtua kalian sendiri!”
Satu lagi faktor yang turut bersum bangsih terhadap isolasi sosial
orang-orang lansia m odern selain hunian neolokal dan seringnya
ber pindah hunian adalah pensiun resm i dari pekerjaan. Fenom ena
ini baru m enjadi um um pada akhir abad ke-19. Sebelum itu, orang-
orang bekerja sam pai tubuh atau benak m ereka sudah tidak sanggup
lagi. Sekarang, pen siun m erupakan kebijakan yang nyaris universal
di negara-negara industri, pada usia berkisar dari 50 sam pai 70 ,
tergantung ne ga ra nya (m isalnya, lebih dini di J epang daripada di
Norwegia) dan profesinya (misalnya, lebih dini bagi pilot maskapai
kom ersial daripada bagi dosen). Tiga kecenderungan m asyarakat
industri m odern ber satu padu m endukung pensiun sebagai kebijakan
http://facebook.com/indonesiapustaka

resm i. Satu ke cenderungan adalah peningkatan rentang hidup,


sedem ikian rupa se hingga banyak orang yang hidup pada usia ketika
m ereka tidak lagi bisa m elanjutkan bekerja. Tidak ada perlunya
m em iliki kebijakan resm i yang m ewajibkan pensiun pada usia 60
atau 70 dalam era ketika rentang hidup rata-rata toh kurang daripada
50 tahun. Kecenderungan kedua adalah peningkatan produktivitas
ekonom i, sedem ikian rupa sehingga angkatan kerja yang terdiri atas
SEKARANG LEBIH BAIK ATAU LEBIH BURUK? ● 291

persentase yang lebih kecil dalam populasi kini m am pu m enyokong


persentase besar populasi yang tidak lagi bekerja.
Kecenderungan m odern terakhir yang m endorong pensiun adalah
ber bagai bentuk asuransi sosial yang m enyediakan dukungan ekonom i
bagi orang lansia yang telah pensiun. Pensiun yang diwajibkan pe-
m erintah atau didukung pem erintah m uncul di J erm an dalam m asa
pem e rin tahan Kanselir Bism arck pada 1880 -an, m enyebar dalam
dasawarsa-dasa warsa berikutnya ke negara-negara Eropa barat dan
utara serta Selandia Baru, dan m encapai Am erika Serikat pada 1935
dengan disah kannya Undang-undang J am inan Sosial. Ini bukan berarti
m engklaim bahwa pensiun wajib m erupakan berkah seluruhnya:
banyak orang diwajibkan pensiun pada usia m anasuka (m isalnya, 65
atau 60 ) pa da hal m ereka ingin terus bekerja, m asih m am pu bekerja,
dan bahkan mungkin sedang berada di puncak produktivitas. Na-
m un tam paknya tidak ada alasan untuk m enolak adanya pilihan untuk
pensiun, dan disediakannya m ekanism e oleh pem erintah untuk m en-
du kung m ereka secara ekonom i (berdasarkan pendapatan m ereka
sendiri selam a bekerja) bila m ereka m em ang m em ilih untuk pensiun.
Tapi, kita harus m engenali dan m em ecahkan satu m asalah baru yang
ditim bulkan oleh pensiun: m asalah berupa m em utuskan hubungan-
hubungan kerja seum ur hidup seseorang, sehingga m enyebabkan dia
jatuh lebih dalam ke isolasi sosial yang sudah m uncul akibat hunian
neo lokal dan perpindahan hunian.
Satu lagi institusi m odern yang m em ecahkan m asalah lam a m e-
nyangkut orang lansia sekaligus m enciptakan m asalah-m asalah baru
adalah fasilitas-fasilitas khusus di m ana orang lansia berdiam dan
dirawat secara terpisah dari keluarga m ereka. Walaupun dulu biara-
biara sudah m engurus sejum lah orang lansia, panti jom po publik
pertam a yang diketahui didirikan di Austria dalam m asa pem erintahan
Kaisar Maria Theresa pada 1740. Fasilitas-fasilitas semacam itu ada
ba nyak tipenya dan sebutannya juga berbeda-beda, entah itu rum ah
pen siunan, kom unitas pensiunan, rum ah rawat, dan rum ah rawat
http://facebook.com/indonesiapustaka

akhir. Semua fasilitas itu berperan menangani kenyataan demograik


m odern yaitu lebih banyak orang lanjut usia yang m asih hidup, le-
bih sedikit anak dewasa yang berpotensi tersedia untuk m erawat m e-
re ka, dan kebanyakan anak yang sudah dewasa itu bekerja di luar ru-
m ah dan tidak m am pu m engurusi orang lansia pada siang hari. Ketika
fasilitas-fasilitas bagi orang lansia bekerja dengan baik, m ereka dapat
m e nyediakan seperangkat hubungan sosial baru guna m enggantikan
292 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

hubungan-hubungan lam a yang hilang ketika seorang lansia pindah ke


fasilitas tersebut. Tapi, dalam banyak kasus, fasilitas perawatan lansia
jus tru bersum bangsih kepada isolasi sosial orang lanjut usia dengan
m e nye diakan tem pat di m ana orangtua lanjut usia bisa ditinggalkan
oleh anak-anak m ereka, nam un kebutuhan sosial lansia tidak terpenuhi
ka re na anak-anak m ereka yang sudah dewasa (yang tahu bahwa
kebutuh an m aterial lansia sudah terpenuhi) m engunjungi m ereka
entah itu sekali sehari, sekali sem inggu, sekali setahun, atau bahkan
tidak pernah, berdasarkan contoh da lam lingkaran pertem anan saya.
Menjulang di balik isolasi sosial yang semakin parah terhadap
orang lansia m odern ini adalah anggapan bahwa lansia sekarang
sem akin kurang ber guna dibandingkan dengan lansia m asa lalu, untuk
tiga alasan: m e lek aksara m odern, pendidikan form al, dan perubahan
teknologi yang cepat. Kita kini m enyim pan pengetahuan dalam tulisan,
dan dengan de m ikian m elek aksara telah nyaris m em usnahkan peran
ingatan orang lansia sebagai cara penyim panan pengetahuan yang
tadinya m en do m inasi. Sem ua m asyarakat negara yang berfungsi
m endukung sistem pendidikan, dan kehadiran anak-anak di sekolah di
Dunia Pertam a nyaris diwajibkan, sehingga orang lansia sebagai satu
kelom pok tidak lagi m erupakan guru m aupun ingatan suatu m asya-
ra kat. Sem entara m engenai ketertinggalan teknologi, perubahan
teknologi yang berjalan sangat lam bat pada m asa lalu berarti bahwa
teknologi yang dipelajari seseorang pada m asa anak-anak m asih
diterapkan tanpa per ubahan 70 tahun kem udian, sehingga ketram pilan
teknologi orang lansia tetap berguna. Dengan inovasi teknologi yang
berlangsung cepat sekarang, teknologi m enjadi kuno dalam beberapa
tahun, dan pe latihan yang diterim a orang lansia 70 tahun lalu pun
m enjadi tidak ber guna. Satu contoh saja dari pengalam an saya sendiri,
sewaktu saya bersekolah pada 1940 -an dan awal 1950 -an, kam i
m enggunakan em pat m etode untuk m engalikan angka: m enghapal
tabel perkalian, yang kam i gunakan untuk m engalikan angka-angka
kecil dua digit dan m em peroleh jawaban yang pasti; perkalian yang
http://facebook.com/indonesiapustaka

ditulis di kertas untuk m em peroleh jawaban yang pasti, nam un


m erepotkan untuk angka yang lebih besar daripada em pat digit;
m istar hitung, untuk m em peroleh jawaban cepat yang akurat sam pai
kira-kira tiga tem pat desim al; dan tabel logaritm a, guna m em peroleh
jawaban akurat sam pai em pat atau lim a tem pat desim al secara cukup
cepat. Saya m enjadi ahli dalam ke em pat m etode itu, nam un sem ua
ketram pilan saya itu kini tidak ber guna, sebab generasi putra-putra
APA YANG HARUS DILAKUKAN KEPADA LANSIA? ● 293

saya m enggunakan kalkulator saku yang m em berikan jawaban akurat


sam pai tujuh tem pat desim al dalam be berapa detik saja. Kem am puan
saya m em buat radio tabung-vakum dan m engendarai m obil
berpersneling m anual juga telah m enjadi kuno. Banyak hal lain yang
saya dan rekan-rekan sezam an saya pelajari kala m uda telah m enjadi
sam a tidak bergunanya, dan banyak hal lain yang tidak pernah kam i
pelajari telah m enjadi sangat diperlukan.

Ap a yan g h aru s d ilaku kan ke p ad a lan s ia?


Singkatnya, status orang-orang lansia di m asyarakat Barat m odern
telah berubah secara drastis dan paradoks dalam seabad terakhir.
Kita m asih bergulat dengan m asalah-m asalah yang ditim bulkannya,
yang m erupakan bencana dalam kehidupan m odern. Di satu sisi,
orang hidup lebih lama, orang lansia menikmati kesehatan isik yang
lebih baik, dan anggota-anggota lain m asyarakat dapat m em berikan
perawatan yang lebih baik bagi m ereka dibandingkan kapan pun
sebelum nya dalam sejarah m a nusia. Di sisi lain, orang-orang lansia
telah kehilangan sebagian besar ke gu naan tradisional yang m ereka
dulu tawarkan kepada m asyarakat, dan m ereka sering kali m enjadi
lebih menyedihkan secara sosial meskipun lebih sehat secara isik.
Kebanyakan Anda, pem baca buku ini, akan atau sudah m enghadapi
m asalah-m asalah ini, entah Anda harus m e m ikirkan apa yang harus
dilakukan kepada orangtua Anda sendiri yang sudah berusia lanjut,
atau ketika Anda sendiri m enjadi berusia lanjut. Apa yang bisa kita
lakukan? Saya akan tawarkan beberapa saran dari pengam atan pribadi
saya, tanpa berlagak bahwa saran-saran itu akan m em ecahkan m asalah
besar ini.
Satu saran saya m elibatkan dikem balikannya nilai penting peran
tra disional orang lansia sebagai kakek-nenek. Sam pai Perang Dunia II,
sebagian besar perem puan Am erika dan Eropa dalam usia m elahirkan
anak tetap tinggal di rum ah dan m erawat anak-anak m ereka. Dalam
beberapa dasawarsa terakhir, sem akin banyak perem puan m uda yang
http://facebook.com/indonesiapustaka

ber gabung dengan angkatan kerja di luar rum ah, term otivasi oleh
m inat, kebutuhan ekonom i, atuapun keduanya. Hal itu m enciptakan
m a salah perawatan anak yang diakrabi oleh sedem ikian banyak orang-
tua m uda. Sem entara m ereka berusaha m engatasinya dengan berbagai
kom binasi pengasuh-anak dan fasilitas penitipan anak, um um tim bul
kesulitan-kesulitan dengan keterandalan dan kualitas dari pem ecahan-
pem ecahan m asalah itu.
294 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

Kakek-nenek m enawarkan keuntungan dalam pem ecahan m asalah


tentang pengasuh anak bagi pasangan m odern yang bekerja. Kakek-
nenek sangat term otivasi untuk m erawat cucu m ereka sendiri, ber-
pengalam an karena pernah m em besarkan anak-anak m ereka sendiri,
m am pu m em berikan perhatian satu-per-satu yang berkualitas dan tak
terpecah kepada seorang anak, kecil kem ungkinan m endadak berhenti
karena m endapatkan pekerjaan yang lebih bagus, bersedia bekerja tan -
pa dibayar, dan biasanya tidak m engeluh soal gaji atau bonus. Di da-
lam lingkaran pertem anan saya sendiri, terdapat kakek-nenek yang
m e ru pakan pensiunan berbagai bidang pekerjaan—dokter, peng-
acara, profesor, eksekutif bisnis, insinyur, dan lain sebagainya—yang
senang sekali m enjadi perawat teratur bagi cucu-cucu m ereka, sem en-
tara putri, putra, dan m enantu m ereka m enjalankan pekerjaan di luar
rum ah. Tem an-tem an lanjut usia saya ini telah m engam bil peran yang
setara dengan kakek-nenek !Kung yang m enjaga cucu-cucu m ereka di
perkam pungan, sehingga anak-anak m ereka bebas berburu antelop
dan m engum pulkan kacang m ongongo. Itu adalah situasi sam a-sam a
m enang bagi sem ua orang yang terlibat: bagi kakek-nenek, orangtua,
dan anak. Namun saya perlu menambahkan catatan peringatan: karena
se ka rang banyak pasangan suam i-istri m enunggu sam pai usia 30 -an
atau bahkan awal 40 -an untuk m em iliki anak, kakek-nenek m ungkin
sudah berusia akhir 70 -an atau awal 80 -an, dan tak lagi m em iliki sta-
m ina yang diperlukan untuk m engurusi seorang anak kecil sepanjang
hari.
Saran kedua m elibatkan sisi baik perubahan teknologi dan so sial
yang cepat. Meskipun cenderung menyebabkan ketrampilan orang
lanjut usia m enjadi ketinggalan zam an dalam penger tian sem pit,
perubahan itu juga m enjadikan pengalam an m ereka berharga dalam
pengertian yang luas, karena pengalam an itu m encakup kondisi-
kondisi yang berbeda dengan yang m endom inasi kini. Bila kondisi-
kondisi serupa m uncul lagi pada m asa depan, dewasa-m uda m asa kini
tidak m em iliki pengetahuan pribadi tentang bagaim ana m enangani
http://facebook.com/indonesiapustaka

kondisi-kondisi itu. J ustru orang-orang dengan pengalam an yang


paling relevan bisa jadi adalah orang-orang lansia. Orang-orang
lansia kita ba gaikan perem puan berusia 80 tahun yang saya jum pai
di Pulau Rennell, yang selam at dari hungi kengi di pulau itu, yang
pengetahuannya m engenai buah-buahan yang bisa dim akan dalam
kondisi kelaparan m ungkin tam pak tak berguna dan kuno—sam pai
APA YANG HARUS DILAKUKAN KEPADA LANSIA? ● 295

hungi kengi m enghantam lagi, ketika ialah satu-satunya yang tahu apa
yang harus dilakukan untuk bertahan hidup.
Dari tak terhingga banyaknya kem ungkinan contoh lain yang
m enggam barkan nilai ingatan orang-orang lanjut usia, saya akan
sebutkan dua kisah pendek dari pengalam an saya sendiri. Pertam a,
profesor yang m erupakan tutor di kolese saya terlahir pada 190 2. Saya
ingat dia m em beritahukan kepada saya pada 1956 bagaim ana rasanya
bertum buh besar di kota Am erika ketika transportasi bertenaga kuda
sedang m engalam i proses pergantian m enjadi kendaraan berm otor.
Tutor saya dan rekan-rekan sezam annya kala itu m erasa senang akan
per gantian itu, karena m ereka m enganggap bahwa m obil m enjadikan
kota lebih bersih (!) dan tidak berisik (!!), sebab kotoran kuda dan
bunyi ketipak-ketipuk kuku kuda di trotoar m enghilang dari jalanan.
Kini, ketika kita m engaitkan kendaraan berm otor dengan polusi dan
bunyi berisik, ingatan tutor saya tam pak absurd, sam pai kita pikirkan
pesan yang lebih luas: perubahan teknologi biasa m enim bulkan
m asalah-m asalah yang tidak terperkirakan sebagai tam bahan bagi
m anfaat-m an faatnya yang diperkirakan.
Kisah pendek saya yang satu lagi berlangsung ketika saya dan
putra saya, J oshua, yang waktu itu berusia 22 tahun, m endapati
bahwa rekan m a kan m alam kam i di sebuah hotel pada suatu m alam
adalah seorang m antan m arinir berusia 86 tahun yang am bil bagian
dalam (dan bersedia m engobrol tentang) serangan Am erika di pantai-
pantai Atol Tarawa di Samudra Pasiik Barat Daya pada 20 November
1943, m elawan pasukan bertahan J epang yang gigih. Dalam salah
satu pendaratan amibi yang menimbulkan pertempuran paling sengit
dalam Perang Dunia II, dalam tiga hari dan dalam area kurang dari
satu kilom eter persegi, 1.115 prajurit Am erika dan sem ua kecuali 19 dari
4.60 1 prajurit J epang terbunuh. Saya belum pernah m endengar secara
langsung kisah tentang kengerian Tarawa, dan saya berharap bahwa
Joshua tidak akan pernah mengalami kengerian semacam itu. Namun
barangkali dia dan generasinya akan m engam bil pilihan-pilihan yang
http://facebook.com/indonesiapustaka

lebih baik bagi negara kam i bila m ereka belajar dari orang-orang yang
m elalui perang dunia terakhir yang berlangsung lebih dari 65 tahun
silam m engenai seperti apa perang tersebut. Kedua kisah pendek ini
m enunjukkan m engapa ada berbagai program yang m engum pulkan
orang-orang lanjut usia dan m urid-m urid sekolah m e ne ngah, agar
m urid-m urid m endengar dan belajar dari kisah-kisah m enggugah
296 ● PERLAKUAN TERHADAP ORANG LANJUT USIA: HORMATI, ABAIKAN, ATAU HABISI?

tentang berbagai peristiwa yang m ungkin m engandung hikm ah bagi


m ereka.
Saran saya yang terakhir adalah m em aham i dan m em anfaatkan
perubahan-perubahan dalam hal kekuatan dan kelem ahan orang
seiring pertam bahan usia. Dengan risiko m enggeneralisasi secara
berlebihan tentang subjek yang luas dan kom pleks tanpa m enyajikan
bukti pen du kung, kita bisa katakan bahwa sifat berm anfaat yang
cenderung m e nurun seiring pertam bahan usia antara lain am bisi,
gairah untuk bersaing, kekuatan dan daya tahan isik, kemampuan
berkonsentrasi m ental berlam a-lam a, dan daya penalaran baru guna
memecahkan masalah yang terbatas (misalnya struktur DNA dan
banyak persoalan m ate m atika m urni, yang paling bagus diserahkan
kepada para cendekiawan berusia di bawah 40 ). Sebaliknya, sifat
berm anfaat yang cen derung m eningkat seiring pertam bahan usia
antara lain pengalam an di bidang yang digeluti, pem aham an m engenai
m anusia dan hubungan, ke m am puan m em bantu orang lain tanpa
m em entingkan diri sendiri, dan daya pem ikiran antardisiplin sintetik
guna m em ecahkan m asalah-m asalah kom pleks yang m elibatkan
basis data bersisi banyak (m isalnya asal-m ula spesies, persebaran
biogeograik, dan sejarah komparatif, paling bagus diserahkan
kepada para cendekiawan berusia di atas 40 ). Pergeseran kekuatan
itu m enyebabkan banyak pekerja yang lebih tua m em ilih untuk lebih
m encurahkan upaya m ereka dalam m e nyelia, m engelola, m em berikan
nasihat, mengajar, menyusun strategi, dan menyintesis. Misalnya,
tem an-tem an petani saya yang berusia 80 -an m enghabiskan lebih
sedikit waktu di punggung kuda dan di traktor, lebih banyak waktu
m em buat keputusan-keputusan strategis tentang bisnis pertanian;
tem an-tem an pengacara saya yang sudah lanjut usia m enghabiskan
lebih sedikit waktu di pengadilan, lebih banyak m em bim bing para
pengacara m uda; sem entara tem an-tem an dokter bedah saya yang
sudah lanjut usia m enghabiskan lebih sedikit waktu m elak sa na kan
operasi yang panjang atau rum it, dan lebih banyak waktu m elatih
http://facebook.com/indonesiapustaka

dokter-dokter m uda.
Masalah bagi masyarakat secara keseluruhan adalah memanfaatkan
orang lanjut usia untuk hal-hal yang m ereka piawai dan suka lakukan,
bukan m em inta m ereka terus bekerja 60 jam per m inggu seperti para
pekerja m uda yang am bisius, atau m alah m elakukan ekstrem yang
berseberangan berupa dengan bodohnya m ewajibkan kebijakan pen-
siun pada usia m anasuka (seperti yang sayangnya m asih tersebar luas
APA YANG HARUS DILAKUKAN KEPADA LANSIA? ● 297

di Eropa). Tantangan bagi orang lanjut usia sendiri adalah m enjadi in-
trospektif, m enyadari perubahan-perubahan dalam diri m ereka sen-
diri, dan m encari pekerjaan yang m em anfaatkan bakat-bakat yang
kini m e reka m iliki. Tengoklah dua contoh yang m elibatkan dua m usisi
hebat, yang sam a-sam a m erupakan pribadi yang introspektif dan
jujur yang secara terbuka m em bicarakan tentang jenis-jenis m usik
yang m ereka bisa tulis ataupun tidak pada usia tua m ereka (Gam bar
40 , 41). Stefan Zweig, librettist (penulis lirik) opera bagi penggubah
Richard Strauss, m en jabarkan pertem uan pertam a m ereka, ketika
Strauss telah berusia 67 tahun: “Strauss dengan jujur m engaku kepada
saya dalam jam per tam a pertem uan kam i bahwa dia tahu sesudah
berusia 70 tahun, inspirasi m usik seorang penggubah tidak lagi segar.
Susah sekali baginya untuk m enggubah karya-karya sim foni lagi
seperti Till Eulenspiegel dan Tod und Verklärung [adikarya-adikarya
yang dia gubah saat berusia 20 -an dan 30 -an] karena m usik m urni
membutuhkan tindakan ekstrem kesegaran kreatif.” Namun Strauss
m enjelaskan bahwa dia m asih m erasa terilham i oleh situasi dan kata-
kata, yang dia m asih bisa ilus trasikan secara dram atis dalam m usik,
sebab m ereka secara spontan m engilham inya dengan tem a-tem a
m usik. Oleh karena itu kom posisi terakhirnya, yang diselesaikan saat
usianya 84, dan m erupakan salah satu pencapaian terbesarnya, adalah
Four Last Songs for Soprano and Orchestra, dengan nuansa redup
m usim gugur yang m engantisipasi kem atian, orkestrasi kaya yang tidak
gegap-gem pita, dan kutipan dari m u siknya sendiri yang dia gubah 58
tahun sebelum nya. Penggubah Giuseppe Verdi berniat m engakhiri
karier m usiknya dengan opera-opera akbarnya yang centang-
perenang, Don Carlos (ditulis saat dia berusia 54) dan Aida (58). Tapi,
Verdi dibujuk oleh penerbitnya untuk m enggubah dua opera lagi,
Otello saat dia berusia 74 dan Falstaff pada usia 80 , yang sering kali
dianggap sebagai karya-karya terakbarnya, na m un dalam gaya yang
jauh lebih padat, ekonom is, dan halus daripada m usik yang dia gubah
sebelum nya.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Merancang kondisi-kondisi hidup baru bagi orang-orang lansia


kita, yang sesuai dengan dunia m odern yang terus berubah, tetap
m erupakan tan tangan besar bagi m asyarakat kita. Banyak m asyarakat
m asa lalu yang m em anfaatkan lansia secara lebih baik, dan m em beri
m ereka kehidupan yang lebih baik, daripada kita kini. Kita ten tu nya
dapat m encari pem ecahan-pem ecahan yang lebih baik.
http://facebook.com/indonesiapustaka
BAG IAN E MPAT

B A H AYA D A N
TA N G G A PA N
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka
BAB 7

Paranoia Konstruktif

Sikap terhadap bahaya ▪ Kunjungan malam ▪ Kecelakaan kapal ▪ Hanya


sebatang tongkat di tanah ▪ Mengambil risiko ▪ Risiko dan kegemaran
m engobrol

Sikap te rh ad ap bah aya


Dalam salah satu perjalanan pertam a saya ke Papua, sewaktu saya m a-
sih belum berpengalam an dan tidak berhati-hati, saya m enghabiskan
sebulan bersam a sekelom pok orang Papua, m em pelajari burung di satu
gunung yang ditum buhi hutan. Setelah sem inggu berkem ah di tem pat
rendah dan m enginventarisasi burung-burung di sana, saya ingin
mengidentiikasi spesies-spesies burung yang hidup di tempat yang
lebih tinggi, jadi kam i pun m em indahkan perlengkapan kam i be be rapa
ribu m eter ke atas gunung. Untuk tem pat berkem ah yang akan m en jadi
pangkalan kam i selam a sem inggu berikutnya, saya m em ilih satu lokasi
yang cantik di dalam hutan berpepohonan tinggi. Tem pat itu terletak
di punggung bukit panjang yang m enanjak, nam un di titik tem pat
http://facebook.com/indonesiapustaka

punggung itu m endatar dan m enjadi lebih lebar, m enawarkan banyak


m e dan landai di sekeliling di m ana saya bisa dengan nyam an berjalan
ber ke liling dan m engam ati burung. Dari sungai di dekat situ, kam i
bisa m em peroleh air tanpa harus pergi jauh-jauh. Situs perkem ahan
itu ber ada di satu sisi punggung bukit yang datar, m enjulang di atas
te bing curam m enuju lem bah dalam yang di atasnya saya bisa m eng-
am ati rajawali, layang-layang, dan nuri yang beterbangan. Sebagai
302 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

tem pat kam i m endirikan tenda, saya m em ilih dasar sebatang pohon
hu tan yang sungguh raksasa, dengan batang lurus tebal yang berlapis
lu m ut. Saya, yang kegirangan karena prospek m enghabiskan sem inggu
di lingkungan yang sedem ikian indah itu, m em inta rekan-rekan Papua
saya untuk m em bangun pelataran bagi tenda-tenda kam i.
Saya terkejut karena m ereka m enjadi gelisah dan m enolak tidur
di situ. Mereka menjelaskan bahwa pohon tinggi itu sudah mati, se-
hingga bisa tum bang ke perkem ahan kam i dan m em bunuh kam i. Ya,
saya m em ang lihat bahwa pohon itu sudah m ati, nam un saya m a sih
terkejut karena reaksi berlebihan m ereka dan m enolak, “Itu po hon
yang besar. Masih tampak kokoh. Tidak busuk. Angin tidak bisa me-
num bangkannya, lagipula di sini kan tidak ada angin. Baru ber tahun-
tahun lagi pohon ini akan tumbang!” Namun teman-teman Papua
saya tetap ke takutan. Bukannya tidur dalam naungan tenda di bawah
pohon itu, m e reka m enyatakan bahwa m ereka lebih baik tidur di udara
terbuka, cukup jauh sehingga pohon itu tidak akan m enghantam dan
m em bunuh m e reka seandainya tum bang.
Kala itu saya pikir rasa takut m ereka sungguh dibesar-besarkan
dan nyaris menjadi paranoia. Namun seiring bulan demi bulan berlalu
selam a saya berkem ah di hutan Papua, saya m enyadari bahwa, se tidak -
nya sekali ham pir setiap hari, saya m endengar bunyi pohon tum bang
entah di m ana di dalam hutan. Saya m endengar cerita-cerita tentang
orang-orang Papua yang tewas terkena pohon tum bang. Saya m e-
renungkan bahwa orang-orang Papua ini m enghabiskan banyak waktu
m ereka berkem ah di dalam hutan itu—barangkali seratus m alam per
hari, atau sekitar 4.0 0 0 m alam selam a harapan hidup m ereka yang 40
tahun itu. Saya akhirnya m enghitung-hitung. Bila kita m elakukan se-
suatu yang m elibatkan probabilitas sangat kecil tewasnya seseorang—
ta ruh lah, hanya sekali dalam seribu kali kita m elakukan hal itu—nam un
kita m elakukannya seratus kali per tahun, m aka ada kem ungkinan kita
akan m ati dalam sekitar 10 tahun, bukan 40 tahun seperti harapan hi-
dup kita. Risiko pohon tum bang itu tidak m enyurutkan niat orang-
http://facebook.com/indonesiapustaka

orang Papua memasuki hutan. Namun mereka memang mengurangi


risiko itu dengan berhati-hati untuk tidak tidur di bawah pohon m ati.
Paranoia m ereka sungguh m asuk akal. Sekarang saya m enyebutnya
"paranoia konstruktif".
Pilihan istilah saya yang oksim oronik dan terdengar tidak m e-
nyenangkan untuk sifat yang saya kagum i ini m em ang saya sengaja.
Kita um um nya m enggunakan kata "paranoia" secara peyoratif, untuk
SIKAP TERHADAP BAHAYA ● 303

m en cakup rasa takut yang sangat dibesar-besarkan dan tidak berdasar.


Be gitulah bagaim ana pada awalnya saya m em andang reaksi orang-
orang Papua m engenai berkem ah di bawah pohon m ati, dan m em ang
benar bah wa biasanya pohon m ati tertentu tidak akan tum bang
pada m alam ter tentu ketika seseorang m em ilih untuk berkem ah
di bawahnya. Namun, dalam jangka panjang, yang tampak seperti
paranoia itu bersifat konstruktif: paranoia itu penting sekali untuk
bertahan hidup dalam kondisi-kon disi tradisional.
Tidak ada hal lain yang saya pelajari di Papua yang m em pengaruhi
saya sedem ikian dalam seperti sikap tersebut. Sikap itu banyak ditem u-
kan di Papua, dan dilaporkan dari banyak m asyarakat tradisional lain
di seluruh dunia. Bila ada suatu tindakan yang berisiko rendah setiap
kali dilakukan, nam un kita lakukan sering-sering, kita sebaiknya
belajar un tuk terus-m enerus berhati-hati bila kita tidak ingin m ati atau
m enjadi cacat pada usia m uda. Itulah sikap yang telah saya pelajari
dan laksanakan ter hadap bahaya-bahaya berisiko rendah nam un
kerap m uncul dalam ke hidupan Am erika, seperti m engem udikan
m obil, m andi dengan show er, m em anjat tangga untuk m engganti bola
lam pu, berjalan naik-tu run tangga, dan berjalan di trotoar yang licin.
Perilaku berhati-hati saya m em buat sejum lah tem an Am erika saya
gem as, karena m ereka m enganggap hal itu konyol. Orang-orang Barat
yang seperti saya juga m e m iliki paranoia konstruksif adalah tiga tem an
yang gaya hidup m e reka juga m enjadikan m ereka waspada terhadap
bahaya kum ulatif dari peristiwa-peristiwa berisiko-rendah yang
berulang-ulang: seorang te m an yang m erupakan pilot pesawat terbang
kecil, tem an lain yang m eru pa kan polisi tak bersenjata di jalan-jalan
London, dan tem an ke tiga yang m engarungi sungai-sungai di gunung
dengan perahu karet se ba gai pem andu m em ancing. Ketiganya belajar
dari contoh-contoh yaitu tem an-tem an m ereka yang kurang berhati-
hati yang pada akhirnya tewas sete lah bertahun-tahun m elakukan
pekerjaan atau aktivitas itu.
Tentu saja, bahaya tak hanya ada di kehidupan Papua; kehidupan
http://facebook.com/indonesiapustaka

Barat pun m em iliki bahaya, bahkan m eskipun kita bukan pilot, polisi,
atau pemandu di sungai. Namun ada sejumlah perbedaan antara ba-
haya di kehidupan Barat m odern dan kehidupan tradisional. J elaslah,
jenis-jenis bahaya itu berbeda-beda: m obil, teroris, dan serangan jan-
tung bagi kita, singa, m usuh, dan pohon tum bang bagi m ereka. Secara
lebih signiikan, tingkat bahaya keseluruhan bagi kita jauh lebih ren-
dah daripada bagi m ereka: rentang hidup rata-rata kita dua kali li-
304 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

pat daripada m ereka, yang berarti bahwa risiko rata-rata per tahun
yang kita hadapi hanya separo besarnya dari yang m ereka hadapi.
Perbedaan signiikan lain adalah bahwa dampak sebagian besar
kecelakaan yang kam i, orang-orang Am erika, derita da pat diperbaiki,
sem entara kecelakaan di Papua jauh lebih m ungkin m enyebabkan
cacat atau kem atian. Dalam satu-satunya kejadian ke tika saya m enjadi
tidak berdaya dan tidak m am pu berjalan di Am erika Serikat (akibat
terpeleset di trotoar berlapis es di Boston dan kaki saya patah), saya
m elom pat-lom pat ke telepon um um terdekat un tuk m enelepon ayah
saya yang m erupakan seorang dokter, yang m en jem put saya dan
membawa saya ke rumah sakit. Namun ketika lutut saya terluka di
pedalaman Pulau Bougainville, Papua Nugini, dan tidak mampu
berjalan, saya m endapati diri terdam par 30 kilom eter jauhnya dari
pesisir, tanpa cara apa pun untuk m em inta pertolongan dari pihak lain.
Orang-orang Papua yang m engalam i patah tulang tidak dapat m em -
peroleh bantuan dari ahli bedah dan berkem ungkinan cacat perm anen
akibat tulang yang tidak diobati dengan benar.
Dalam bab ini saya akan menjabarkan tiga kejadian yang menimpa
saya di Papua, dan yang mengilustrasikan ada atau tidaknya paranoia
kons truktif. Pada kejadian pertama, saya masih sangat belum ber-
pengalaman bahkan untuk mengenali tanda-tanda bahaya mematikan
di sekeliling saya: saya bertindak sebagai seorang Barat pada umumnya,
na mun dalam dunia tradisional yang membutuhkan pemikiran berbeda.
Dalam kejadian berikutnya, lebih daripada satu dasawarsa berikutnya—
kejadian yang akhirnya mengajari saya untuk merengkuh paranoia
kons truktif—saya terpaksa mengakui bahwa saya telah berbuat ke-
salahan yang nyaris merenggut nyawa saya, sementara seorang laki-laki
lain yang lebih berhati-hati yang menghadapi pilihan yang sama pada
waktu yang sama tidak membuat kesalahan yang sama sehingga tidak
mengalami trauma nyaris mati. Dalam peristiwa yang terakhir, satu
dasa warsa setelah yang kedua, saya sedang bersama seorang teman
Papua yang bereak si dengan paranoia konstruktif kepada perincian yang
http://facebook.com/indonesiapustaka

tam pak nya sepele dan terlewatkan oleh saya. Dia dan saya tidak per-
nah mam pu me mutuskan apakah tongkat yang teman saya lihat dan
tampak nya ter ge letak begitu saja di tanah, betul-betul me ru pakan per-
tanda ada orang-orang tidak bersahabat (seperti yang ditakut kan teman
saya), namun saya terkesan oleh perhatian cermat dia ter hadap hal-hal
kecil. Dalam bab berikutnya, saya akan mem bahas jenis-jenis ba haya
yang dihadapi oleh masyarakat-masyarakat tra disional, dan cara-cara
KUNJUNGAN MALAM ● 305

orang-orang mem per kira kan, salah mem perkirakan, dan ber urus an
dengan bahaya.

Ku n ju n gan m alam
Suatu pagi, saya berangkat dari satu desa besar bersam a sekelom pok
Penduduk Dataran Tinggi Papua yang terdiri atas 13 orang untuk m en-
capai satu desa kecil terisolasi yang beberapa hari jalan kaki jauhnya.
Wilayah itu terletak di zona ketinggian kaki pegunungan dengan ke pa-
datan populasi terendah di Nugini, di bawah ketinggian lembah-lembah
Dataran Tinggi yang berpenduduk padat yang cocok bagi budidaya
intensif ubi dan talas, di atas ketinggian dataran rendah di m ana palem
sagu bertum buh dengan baik dan ikan air tawar banyak terdapat, serta
di kisaran ketinggian dengan tingkat kejadian m alaria serebral ter-
tinggi. Saya diberitahu sebelum berangkat bahwa perjalanan kam i
akan berlangsung selam a kira-kira tiga hari, dan bahwa kam i akan
terus berada dalam hutan yang sam a sekali tidak berpenghuni. Ke-
seluruhan wilayah itu m em iliki penduduk yang sangat jarang dan baru
beberapa tahun sebelum nya m enjadi berada di bawah kendali pe-
m e rin tah. Peperangan m asih terjadi sam pai beberapa lam a sebelum
baru-baru itu, dan endokanibalism e (m em akan bagian tubuh kerabat
yang m eninggal) dilaporkan m asih dilaksanakan. Sejum lah orang
Papua pen dam ping saya adalah penduduk setem pat, nam un sebagian
besar ber asal dari distrik lain di Dataran Tinggi dan tidak tahu apa-apa
m enge nai distrik tersebut.
Hari pertam a tidak jelek. Rute kam i m engular di sekeliling lereng-
lereng gunung, secara bertahap sem akin tinggi sam pai m e nye berangi
punggung bukit, dan kem udian m ulai turun lagi di sepanjang sungai.
Namun hari kedua adalah perjalanan paling menyiksa sepanjang
karier saya di Papua. Gerim is sudah turun sewaktu kam i m e ninggalkan
tem pat berkem ah pada pukul 8 pagi. Tidak ada jalan setapak: kam i
harus tertatih-tatih m enyusuri tepi sungai yang deras di gunung,
m em anjat dan m enuruni batu-batu besar yang licin. Bahkan bagi
http://facebook.com/indonesiapustaka

tem an-tem an Papua saya, yang terbiasa dengan m edan Dataran Tinggi
yang tidak rata, rute itu m erupakan m im pi buruk. Pada pukul 4 sore
kam i telah m em anjat sejauh 60 0 m eter ver tikal di sepanjang sungai itu
dan kam i kelelahan. Kam i m em ilih tem pat ber kem ah di bawah siram an
hujan, m endirikan tenda-tenda kam i, m e nanak nasi dan ikan kalengan
untuk m akan m alam , dan pergi tidur diiringi hujan yang terus turun.
306 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

Perincian m engenai susunan kedua tenda kam i relevan untuk m e-


m aham i apa yang terjadi m alam itu. Tem an-tem an Papua saya tidur
di bawah selem bar terpal besar yang digantungkan di sebatang tiang
tengah yang diletakkan secara horisontal, dan ditarik ketat ke tanah di
sepanjang kedua sisi yang paralel dengan tiang tersebut, de ngan irisan
m elintang seperti huruf V terbalik. Kedua ujung terpal itu terbuka; kita
bisa berjalan keluar-m asuk tenda terpal itu dari ujung de pan m aupun
belakangnya, dan tiang tengah diletakkan cukup tinggi sehingga kita
bisa berdiri di tengah-tengah tenda. Tenda saya sen diri m erupakan
kem ah Eureka sederhana berwarna hijau terang de ngan rangka logam
ringan, dengan kelepak pintu depan be sar dan kelepak jendela kecil di
bagian belakang yang saya ritsleting agar tertutup. Pintu depan kem ah
saya m enghadap ke salah satu ujung terbuka ("bagian depan") tenda
terpal besar tem an-tem an saya, dan hanya beberapa m eter jauhnya.
Siapa pun yang berjalan keluar dari ujung depan tenda terpal m ereka
pertam a-tam a akan berhadapan de ngan pintu depan kem ah saya
yang saya tutup, kem udian berjalan di sepanjang sisi kem ah saya,
dan terakhir m elewati bagian belakang ke m ah saya dengan kelepak
jendelanya yang tertutup. Namun bagi seseorang yang tidak akrab
dengan kem ah Eureka sederhana, tidak jelas apa kah pintu m asuk yang
sebenarnya setelah kelepak dibuka adalah ba gian depan dengan pintu
yang tertutup atau bagian belakang dengan jendela yang tertutup. Saya
tidur dengan kepala saya di dekat bagian belakang dan kaki saya di
bagian depan, nam un saya tidak terlihat dari luar karena kem ah saya
tidak tem bus pandang. Tem an-tem an saya m enjaga api unggun yang
m enyala di dalam terpal m ereka dem i m em per oleh kehangatan.
Kam i sem ua dengan cepat jatuh tertidur, lelah akibat hari panjang
yang m enyiksa. Saya tidak tahu seberapa lam a setelah itu ketika saya
terbangun oleh bunyi pelan langkah kaki dan getaran tanah akibat
ada yang berjalan di dekat situ. Bunyi dan gerakan itu berhenti, jelas
karena orang yang tidak diketahui itu sedang berdiri di dekat bagian
belakang ten da saya, dekat kepala saya. Saya m enduga bahwa salah
http://facebook.com/indonesiapustaka

seorang dari 13 pendam ping saya baru saja keluar dari tenda terpal
besar un tuk buang air kecil. Tapi m em ang tam paknya aneh bahwa
bukannya ke luar dari sisi belakang terpal yang jauh dari kem ah saya
untuk m e la ku kan itu, dia m alah m engarah ke kem ah saya, m enyusuri
sisinya, dan berdiri di belakang tenda saya, dekat kepala saya. Namun
saya m engantuk, m enganggap tak penting di m ana dia m em ilih untuk
buang air kecil, dan terlelap lagi. Dalam waktu singkat saya terbangun
KUNJUNGAN MALAM ● 307

lagi, karena suara-suara dari tenda tem an-tem an saya yang se dang
berbicara, dan sinar terang api m ereka, yang telah m e reka kobarkan
lagi. Kejadian itu lazim ; orang-orang Papua terkadang ter bangun pada
m alam hari dan m engobrol. Saya berseru m e m inta m ereka lebih tenang
sedikit, dan kem bali tidur. Dan itulah selu ruh kejadian di m alam itu
yang tam paknya tak berarti apa-apa, seperti yang saya alam i.
Sewaktu saya terjaga keesokan paginya, saya m em buka kelepak
pin tu depan kem ah saya dan m enyapa tem an-tem an saya yang m ulai
m e m a sak sarapan di bawah tenda terpal beberapa m eter jauhnya.
Mereka memberitahu bahwa suara-suara mereka dan api yang mereka
kobarkan lagi sem alam disebabkan oleh beberapa orang di antara
m ereka terjaga akibat keberadaan seorang laki-laki asing yang berdiri
di bagian depan tenda terpal m ereka yang terbuka. Sewaktu orang
asing itu m enyadari bahwa dia diawasi, dia m elakukan gerakan, yang
dapat terlihat berkat terangnya api, yaitu m erentangkan satu lengan
secara horisontal dan m em biarkan lenganya tertekuk ke bawah di
bagian pergelangan. Melihat gerakan itu, sejumlah teman Papua
saya m em ekik ketakutan (oleh alasan-alasan yang akan segera saya
sebutkan). Pekikan m ereka itu lah yang salah diduga oleh saya yang
terkantuk-kantuk sebagai suara m e reka m engobrol di m alam itu.
Mendengar pekikan mereka, orang-orang Papua lain terbangun dan
m enegakkan tubuh. Laki-laki asing itu ke m udian lari m enjauh di
m alam yang berhujan itu. Tem an-tem an Papua saya m enunjukkan
sejum lah jejak kaki telanjang di lum pur basah di m ana laki-laki itu
sempat berdiri. Namun saya tidak ingat teman-teman saya mengatakan
apa pun yang m em buat saya waspada.
Memang mengejutkan bagi saya bahwa ada yang datang malam-
m a lam di tengah hujan ke perkem ahan kam i di tengah bentangan
hu tan tak berpenghuni itu. Tapi, saya telah terbiasa dengan fakta
bahwa hal-hal yang tak terduga bagi saya m em ang sering terjadi di
Papua, dan saya tak pernah m erasakan bahwa ada orang Papua yang
akan m em bahayakan saya secara pribadi. Setelah kam i tuntas m e-
http://facebook.com/indonesiapustaka

nyantap sarapan dan m elipat tenda-tenda kam i, kam i m elanjutkan


per jalanan, hari ketiga. Rute kam i m em anjat keluar dari dasar sungai
yang m enyiksa itu dan m enyusuri jalur lebar terbuka m e lalui hutan
tinggi cantik di sepanjang tepi sungai. Saya m erasa se olah sedang
berjalan terkagum -kagum di dalam katedral tinggi ber gaya Gothik.
Saya berjalan sendirian di depan tem an-tem an Papua saya, guna
mengidentiikasi burung-burung yang belum lagi terganggu oleh
308 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

m ereka, dan guna m enikm ati sendirian hutan m agis yang bagaikan
katedral itu. Barulah ketika akhirnya m encapai sungai yang lebih lebar
di bawah desa yang m erupakan tem pat tujuan terakhir kam i, saya
duduk m enanti tem an-tem an saya yang m enyusul saya. Ternyata saya
berjalan jauh sekali di depan m ereka.
Sepuluh hari yang kam i habiskan di desa kecil terisolasi itu
sedem ikian m enarik sehingga saya lupa soal kejadian penyelundup
m alam itu. Ketika akhirnya sudah waktunya kam i kem bali ke desa
besar tem pat kam i bertolak sebelum nya, penduduk setem pat di antara
ke-13 te m an Papua saya m enyarankan kam i pulang m elalui rute yang
ber beda, yang m enurut m ereka tidak m em buat kam i harus repot-repot
ber jalan dalam sungai. Rute baru itu ternyata m erupakan jalan setapak
bagus dan kering yang m em belah hutan. Hanya perlu dua hari bagi
kam i untuk tiba lagi di desa besar, bukan tiga hari m enyiksa ketika
kam i berangkat. Saya m asih tidak tahu m engapa para pem andu lokal
kam i telah m em ilih rute m enyiksa berupa berjalan dalam sungai untuk
diri m ereka sendiri, juga untuk kam i sem ua.
Setelahnya, saya m enuturkan pengalam an-pengalam an kam i ke-
pada seorang m isionaris yang telah tinggal di daerah itu selam a be-
berapa tahun, dan yang juga pernah m engunjungi desa kecil terisolasi
itu. Selam a tahun-tahun berikutnya, saya m enjadi m engenal dengan
lebih baik kedua laki-laki setem pat yang m enjadi pem andu kam i dalam
perjalanan itu. Dari cerita-cerita sang m isionaris dan kedua orang
Papua itu, saya jadi tahu bahwa si penyelundup m alam ternyata sangat
dikenal di distrik itu—sebagai seorang tukang tenung yang sinting,
berbahaya, dan kuat. Dia pernah m engancam akan m em bunuh sang
m isionaris de ngan busur dan anak panahnya, dan bahkan pernah
benar-benar m en coba m elakukan itu dengan tom bak di desa terisolasi
yang pernah saya kunjungi, tertawa-tawa sam bil m enikam kan
tom baknya de ngan sungguh-sungguh. Dia dilaporkan telah m em bunuh
banyak orang se tem pat, term asuk dua istrinya, dan juga putranya
yang berusia delapan tahun karena bocah itu m enyantap pisang tanpa
http://facebook.com/indonesiapustaka

izin ayahnya. Dia berperilaku seperti seorang paranoid sejati, tidak


m am pu m em bedakan kenyataan dari khayalan. Terkadang dia tinggal
di satu desa bersam a orang-orang lain, nam un pada waktu lain dia hi-
dup sendirian di daerah hutan tem pat kam i berkem ah m alam itu, dan
di sana dia pernah m em bunuh beberapa perem puan yang keliru m en-
datangi daerah itu.
KUNJUNGAN MALAM ● 309

Terlepas dari kenyataan bahwa laki-laki itu jelas-jelas gila dan ber-
ba haya, orang-orang setempat tidak berani mengganggunya, karena
me re ka ta kut terhadap dirinya yang merupakan tukang tenung hebat.
Gerakan yang dia lakukan malam itu ketika terpergok oleh teman-teman
Papua saya—lengan yang direntangkan dengan pergelangan tangan di-
turunkan—se cara konvensional merupakan perlambang kasuari bagi
orang-orang Papua di daerah itu. Kasuari adalah burung terbesar di Pa-
pua, yang dipercaya sebenarnya merupakan penyihir hebat yang bisa
ber ubah wu jud menjadi burung. Kasuari adalah burung tuna-terbang,
ke rabat jauh burung unta dan emu, dengan berat 25 sampai 50 kg, dan
dita kuti orang-orang Papua karena kakinya yang kuat dengan cakar se-
tajam pisau cu kur yang digunakannya untuk merobek perut anjing atau
orang bila dia diserang. Gerak merentangkan lengan, menurunkan per-
ge langan yang dilakukan oleh si tukang tenung malam itu dipercaya
me nye bar kan sihir yang kuat, dan gerak itu meniru bentuk leher dan
ke pala ka suari yang me rupakan kuda-kuda ketika burung itu akan me-
nyerang.
Apa yang si tukang tenung ingin lakukan sewaktu dia m endatangi
per kem ahan kam i m alam itu? Saya m aupun Anda sam a-sam a tidak
bisa m enebaknya, tapi tujuan-tujuannya barangkali tidak berniat baik.
Dia tahu atau bisa m enyim pulkan bahwa di dalam kem ah hijau itu ada
se orang Eropa. Soal m engapa dia m endatangi bagian belakang dan bu-
kan bagian depan tenda saya, saya duga hal itu karena dia tidak ingin
terpergok oleh tem an-tem an Papua saya yang tidur di dalam ten da
yang m enghadap pintu depan kem ah saya sewaktu dia m encoba m e-
m a suki kem ah saya, atau karena dia bingung akibat struktur kem ah
saya dan salah m enduga bagian belakangnya (dengan jendela kecilnya
diritsleting sam pai tertutup) sebagai bagian depan dengan pintu yang
besar. Seandainya saya sudah punya pengalam an tentang Papua seperti
se karang, saya pastilah akan m enerapkan paranoia konstruktif dan
berteriak ke tem an-tem an Papua yang ada di dekat saya begitu saya
m en dengar dan m erasakan langkah kaki di dekat bagian belakang
http://facebook.com/indonesiapustaka

kem ah saya. Saya tentunya tidak akan berjalan sendirian, jauh di


depan tem an-tem an Papua saya, pada hari berikutnya. Bila saya
tengok kem bali, perilaku saya bodoh dan m enem patkan diri saya
dalam bahaya. Namun saya belum tahu banyak saat itu sehingga tidak
bisa m em baca tanda-tanda peringatan dan m enerapkan paranoia
konstruktif.
310 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

Ke ce lakaan kap al
Dalam kejadian kedua, saya dan teman Papua saya, Malik, sedang ber-
ada di pulau lepas pantai Papua Indonesia dan ingin m e nye berangkan
diri serta perlengkapan kam i ke pulau utam a Papua, yang ter pisahkan
dari pulau itu oleh selat selebar 20 kilom eter. Sekitar pukul 4 sore pada
hari yang cerah, dua jam lebih sedikit sebelum m atahari ter benam ,
kam i bergabung dengan em pat penum pang lain dalam perahu kayu
sepanjang kira-kira 9 m eter, digerakkan oleh dua m otor tem pel yang
dipasang di buritan dan diawaki oleh tiga laki-laki m uda. Keem pat
penum pang lain bukan orang Papua: m ereka adalah seorang nelayan
Tionghoa yang bekerja di Pulau Papua, ditam bah tiga laki-laki dari
pulau-pulau Indonesia lainnya, yaitu Am bon, Seram , dan J awa. Ruang
kargo dan penum pang perahu itu ditutupi oleh tenda plastik setinggi
kira-kira 1,2 m eter, dibentangkan di sem acam kerangka, yang dipasang
dengan longgar di m asing-m asing sisi perahu, m em bentang dari kira-
kira 1 m eter di depan buritan ke arah depan, sam pai kira-kira 3 m eter
di belakang haluan perahu tersebut. Ke tiga awak duduk di buritan di
samping motor-motor penggerak, sementara saya dan Malik duduk
tepat di depan m ereka, m enghadap ke bela kang. Dengan tenda di atas
kam i dan di kedua sisi kam i, hanya se dikit pem andangan di luar yang
bisa kam i lihat. Keem pat penum pang lain duduk di belakang kam i,
m enghadap haluan perahu.
Perahu itu berangkat, dan para awaknya dengan segera m em acu
m e sin ke kecepatan penuh, m enerjang gelom bang yang bertinggi be be-
rapa m eter. Sedikit air terciprat ke dalam perahu di bawah tenda, ke-
m udian sedikit lagi, dan para penum pang lain m ulai m engeluh dengan
ber canda. Seiring sem akin banyaknya air yang m enciprat m asuk, salah
satu awak m ulai m em buang air tepat di depan saya m elalui sisi-sisi
tenda yang longgar. Sem akin banyak air yang m asuk, m erendam ba gasi
yang disim pan di dekat bagian depan perahu. Saya m eletakkan tero-
pong m edan saya agar terlindung dalam ransel kuning kecil yang saya
pangku. Dalam ransel itu juga ada paspor, uang, dan sem ua ca tatan
http://facebook.com/indonesiapustaka

lapangan saya, terbungkus dalam kantong plastik. Melawan deru mesin


dan debur ombak, Malik dan para penumpang lain mulai berteriak
keras, tidak lagi dengan nada bercanda, kepada sang pengem udi,
m em beritahunya agar m em perlam bat laju kapal atau ber pu tar balik.
(Seluruh percakapan yang terjadi dalam kejadian ini dilangsungkan
dalam bahasa Indonesia, bahasa resm i dan lingua franca di Papua
Indonesia.) Namun dia tidak memperlambat perahunya, dan sema-
KECELAKAAN KAPAL ● 311

kin banyak air yang m asuk. Bobot air yang terkum pul m enyebabkan
perahu terbenam sedem ikian rendah dalam air dan air pun m ulai
m engalir m asuk m elalui tepian perahu.
Beberapa detik berikutnya, seiring sem akin terbenam nya perahu
dalam laut, hanya sam ar-sam ar teringat oleh saya. Saya ketakutan
bahwa saya akan terjebak di bawah tenda plastik itu ketika perahu
tenggelam . Entah bagaim ana, saya dan sem ua orang lain berhasil ke-
luar dari perahu itu ke laut; saya tidak tahu apakah sebagian di antara
kam i di dekat bagian belakang kapal m elom pat keluar m elalui ba gian
belakang yang terbuka dan tidak tertutupi oleh tenda, ataukah kam i
m erayap keluar m elalui bagian bawah sisi tenda, dan apakah para
penum pang di hadapan kam i m erayap keluar m elalui bagian bawah
tenda, atau m engham bur ke ruang terbuka di bagian depan atau bela-
kang tenda. Malik belakangan memberitahu saya bahwa para awak ka-
pal meninggalkan perahu terlebih dahulu, baru saya, baru Malik.
Menit berikutnya semakin samar-samar dan diwarnai kepanikan
bagi saya. Saya sedang m engenakan bot hiking yang berat, kem eja ber-
le ngan panjang, dan celana pendek, dan m endapati diri saya dalam air
be be rapa m eter jauhnya dari perahu, yang telah terguling dengan ba-
gian bawahnya m enghadap ke atas. Berat bot hiking saya m enarik
saya ke bawah air. Pikiran awal saya penuh ketakutan nam un jelas:
“Apa yang bisa kupegang agar tetap m engam bang?” Di dekat saya,
seseorang berpegangan ke pelam pung berwarna kuning, yang saya coba
raih dengan panik, nam un orang lain itu m endorong saya m enjauh.
Dari posisi saya yang m engam bang di air, om bak tam pak tinggi. Saya
telah menelan sejumlah air. Meskipun saya bisa berenang menempuh
jarak pendek di kolam renang yang tenang, saya tidak akan m am pu
berenang atau m engam bang berm enit-m enit lam anya di antara
om bak. Saya dicengkeram ketakutan bahwa tidak ada apa pun yang
bisa m enjaga saya tetap m engam bang: bagasi dan tangki bahan ba-
kar perahu yang m engam bang di dekat saya tidak cukup punya daya
apung untuk m enopang berat saya, lam bung perahu yang terbalik juga
http://facebook.com/indonesiapustaka

m ulai terbenam dalam air, dan saya takut bahkan perahu itu pun akan
tenggelam . Pulau yang m erupakan tem pat kam i bertolak tam pak be-
berapa kilom eter jauhnya, satu pulau lain tam pak sam a jauhnya, dan
tidak ada perahu lain yang terlihat.
Malik berenang mendekati saya, menyambar kerah kemeja
saya, dan m enarik saya kem bali ke perahu. Selam a setengah jam
berikutnya dia berdiri di atas m esin yang tenggelam dan terbalik serta
312 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

berpegangan ke buritan, sem entara saya berpegangan di dekatnya


di sisi kiri belakang perahu, dengan Malik terus memegangi kerah
saya. Saya m erentangkan le ngan saya di atas sisi luar lam bung yang
m em bulat dan m ulus, se m ata untuk m enjaga posisi saya, karena
di lam bung perahu tidak apa-apa untuk dipegang. Terkadang saya
m enggapaikan tangan kanan saya untuk m enggenggam bagian m esin
yang terbenam , nam un itu m em buat kepala saya hanya berada sedikit
di atas perm ukaan air, yang m enciprat-ciprat ke m uka saya. Satu-
satunya pegangan yang m e nyangkutkan saya ke perahu lebih banyak
dilakukan oleh kaki saya, yang entah bagaim ana m enyisip atau terkait
ke bibir perahu se belah kiri yang berada dalam air. Karena perahu
itu terbalik dan kaki saya berada di bibir perahu, bibir perahu berada
di bawah air pada kedalam an yang sedem ikian rupa sehingga kepala
saya berada tidak jauh di atas perm ukaan air, dan terkadang om bak
m enghantam saya. Ada pecahan kayu atau tenda di bibir perahu yang
m enggesek dan m e lukai lutut saya setiap kali ada om bak m enghantam .
Saya meminta Malik memegangi saya selagi saya melepaskan tali bot
saya dengan satu tangan, dan kem udian m elepaskan serta m em buang
bot berat yang m enarik saya ke bawah.
Dari waktu ke waktu saya m engedarkan pandangan ke sekeliling
untuk m elihat arah om bak yang m endekati saya, dan bersiap terhantam
oleh om bak yang sangat besar. Sering kali, salah satu kaki saya terlepas
dari bibir perahu, sehingga saya berputar-putar tak berdaya dengan
satu kaki yang m asih berada di bibir perahu sebagai poros. Beberapa
kali kedua kaki saya terlepas, dan saya pun tersapu om bak m enjauh,
sehingga harus berenang atau ditarik kembali oleh Malik, dan dengan
panik m encoba kem bali m encengkeram kan kaki saya di bibir perahu.
Sejak terbaliknya perahu, perjuangan untuk bertahan dari satu om bak
ke om bak lain sungguh m enguras tenaga. Saya rasa tidak sejenak
pun per juangan kam i itu ada berhentinya. Saya terancam terlepas
setiap kali ada om bak datang. Setiap kali saya m em ang terlepas, ada
perjuangan panik untuk kem bali ke perahu dan berpegangan lagi.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Sering sekali air ter hirup oleh saya.


Oleh karena posisi Malik di mesin tampaknya lebih aman daripada
cengkeram an kaki saya di bibir perahu, saya akhirnya berpindah dari
sisi perahu ke buritannya dan berdiri dengan satu kaki pada m esin
yang tenggelam di sebelah Malik, menyenderkan badan ke depan dan
m eletakkan lengan-lengan saya pada lam bung yang m em bulat. Ke-
m u dian saya m enem ukan dan m encengkeram be bera pa batang kayu
KECELAKAAN KAPAL ● 313

yang tertancap ke lam bung, barangkali pecahan bibir perahu. Itulah


kali pertam a saya berpegangan m antap dengan tangan sejak perahu itu
terbalik. Berdiri di m esin dan m enyenderkan badan ke depan di atas
lam bung m em iliki keuntungan bahwa kepala saya berada lebih tinggi di
atas om bak daripada ketika saya berdiri di bibir perahu yang terbenam
lebih dalam , nam un kerugiannya adalah beban kaki saya lebih berat
dan lebih m elelahkan bagi saya.
Kam i rasanya tidak juga terbawa m endekat ke kedua pulau yang
terlihat di kejauhan. Saya tahu saya tidak akan m am pu tetap m eng-
am bang selam a lebih daripada sem enit seandainya perahu itu, yang su-
dah terbenam dalam, tenggelam. Saya menanyai Malik apakah perahu
itu tetap m engam bang hanya karena udara yang terperangkap di bawah
lam bung dan berisiko tenggelam bila udara itu entah bagaim ana keluar,
na m un dia m enjawab bahwa kayu perahu sendiri akan m engam bang.
Tidak ada apa pun yang bisa saya lakukan kecuali berpegangan,
bereaksi ter hadap setiap om bak, m enunggu (m enunggu apa?), dan
mengamati. Saya berkali-kali menanyai Malik apakah dia baik-baik
saja—barangkali un tuk m em astikan diri sendiri bahwa saya baik-baik
saja.
Bagasi m engam bang keluar dari sebelah bawah perahu. Sebagian
di antaranya terikat ke perahu dan tetap m engam bang di dekat haluan,
termasuk tiga koper saya sendiri. Namun bagasi yang lain terlepas dan
ha nyut m enjauh, term asuk ransel m erah saya, tas-tas barang berwarna
hijau milik saya, dan bagasi Malik. Terlintas dalam pikiran saya bahwa
hal terpenting adalah m enyelam atkan nyawa saya, dan apa yang terjadi
ter hadap bagasi saya adalah hal rem eh bila dibandingkan dengan itu.
Terlepas dari itu, saya m endapati diri m em bayang-bayangkan berbagai
hal seperti biasa, seperti m isalnya bagaim ana saya harus m engatasi
m asalah-m asalah yang akan tim bul selam a perjalanan saya. Saya
pikir, bila saya kehilangan paspor, saya akan selalu bisa m em peroleh
yang baru, walaupun akan sulit sekali untuk pergi ke kedutaan besar
Am erika terdekat di ibukota Indonesia yang 2.50 0 kilom eter jauhnya
http://facebook.com/indonesiapustaka

dari situ. Bila saya kehilangan sem ua uang dan cek pelawat saya, saya
tidak yakin saya punya catatan sem ua nom or cek pelawat saya, dan
catatan itu toh bakalan berada dalam bagasi saya yang hanyut atau
m engam bang. Bila kam i diselam atkan, saya harus m em injam banyak
uang agar bisa terbang ke ibukota Indonesia dan m em peroleh paspor
baru: bagaim ana dan dari siapa saya bisa m em injam uang? Benda-
benda saya yang paling berharga—paspor itu, uang, dan cek pelawat,
314 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

ditam bah catatan-catatan saya tentang burung dari seluruh perjalanan


saya—berada dalam ransel kuning saya, yang tadinya saya pangku di
dalam perahu dan tidak saya lihat sekarang. Bila saya tidak berhasil
m em peroleh kem bali ransel saya, barangkali saya setidaknya bisa ber-
dasarkan ingatan m enyusun kem bali daftar burung dari situs-situs
uta m a yang telah saya kunjungi. Kem udian saya m enyadari bahwa
absurd sekali m em usingkan soal paspor, uang, dan daftar burung saya,
padahal saya tidak tahu apakah saya m asih hidup sejam dari sekarang.
Pem andangan perjuangan kam i secara paradoks sungguh indah.
Ada langit biru tidak berawan di atas kepala, pulau-pulau tropis yang
can tik terlihat dari kejauhan, dan burung-burung beterbangan. Bahkan
se waktu perhatian saya sedang tercurah untuk usaha perjuangan agar
bisa tetap hidup, saya terus mengidentiikasi burung-burung itu: ada
dara laut Benggala (ataukah dara laut jam bul?), barangkali satu spe-
sies dara laut yang lebih kecil, dan satu kokokan laut. Namun, untuk
per tam a kalinya dalam hidup saya, saya berada dalam situasi di m ana
saya tidak tahu apakah saya akan bisa bertahan hidup. Saya tidak bisa
m engakui perasaan saya sendiri m engenai prospek kem atian. Saya
m e renungkan betapa sedihnya ibu dan tunangan saya bila saya m e-
ninggal. Saya m em bacakan kepada diri sendiri telegram yang saya
bayangkan akan ibu saya terim a: “Sangat disesalkan bahwa kam i ha rus
m em beri tahu Ibu bahwa putra Ibu, J ared, tenggelam di Sam udra Pa-
siik kemarin.”
Pada satu titik saya berkata kepada diri sendiri, kalau saya bisa
selamat, saya harus berhenti terlalu memikirkan tentang hal-hal dalam
ke hidupan yang kalah penting dari kelangsungan hidup. Apa yang akan
saya la kukan secara berbeda dengan sisa hidup saya seandainya saya
selamat dari kecelakaan ini? Salah satu yang terpikir adalah berupaya
memiliki anak, padahal saya tadinya ragu-ragu. (Setelahnya, saya
memang me mu tuskan untuk memiliki anak.) Akankah saya kembali
ke Papua bila saya selamat? Risiko-risiko di Papua—risiko-risiko yang
terkait dengan pera hu seperti ini, dengan jatuhnya pesawat-pesawat
http://facebook.com/indonesiapustaka

kecil yang men jadi andalan saya untuk melakukan perjalanan, dan
dengan cedera atau penyakit yang dapat menyebabkan saya tak berdaya
secara isik di sebuah pegunungan terpencil—semua risiko itu tidak
sebanding hanya un tuk memperoleh daftar burung dari gunung lain
yang belum pernah dijelajahi. Barangkali inilah akhir karier saya di
Papua, bahkan meskipun saya selamat.
KECELAKAAN KAPAL ● 315

Namun kemudian saya mengingatkan diri bahwa saya memiliki


m asalah-m asalah yang lebih m endesak daripada m em ikirkan apa yang
akan saya lakukan bila saya selam at. Saya ingat bahwa salah satu ko per
saya yang terkunci dan m engam bang dalam keadaan terikat ke ha luan
pe ra hu berisi dua kasur udara dan dua bantal udara yang terlipat, yang
akan m enjadi pelam pung yang sangat bagus seandainya digelem bung-
kan. Saya meminta Malik untuk meminta salah seorang yang ber-
tengger di haluan perahu untuk m em buka koper itu dan m enge luar kan
kasur-kasur serta bantal-bantal itu. Saya rogoh kantong saya dan m e-
ngeluarkan kunci koper yang saya lantas berikan kepada Malik, untuk
diserahkan ke salah seorang di haluan perahu. Namun tidak ada yang
m em bu ka koper saya, untuk alasan-alasan yang tidak pernah saya
ketahui.
Ketujuh orang lain selain saya dan Malik yang tadinya berada di pe-
rahu itu—keem pat penum pang lain dan ketiga awak—sekarang se m ua-
nya duduk atau m enggelayut di bagian depan lam bung perahu yang
terbalik. Si penum pang dari Seram beberapa kali m enyelam ke bawah
perahu untuk m encari-cari benda berguna, dan dia berhasil m e narik
keluar tiga pelam pung perahu, yang dia berikan kepada ketujuh orang
di sebelah depan. Tidak ada yang m elakukan hal apa pun untuk m e-
nolong saya dan Malik. Si penumpang dari Ambon tersedu-sedan dan
m engulang-ulang, “Saya tidak bisa berenang, kita akan m ati!” Si pe-
num pang dari J awa sibuk berdoa. Si nelayan Tiongjoa berkata bahwa
dia takut akan terjadi hujan dan om bak besar seandainya kam i m asih
m engam bang dan hidup setelah m atahari tenggelam ; “Tuhan saja yang
bisa tolong kita nanti!” dia menambahkan. Malik mengatakan bahwa,
se andainya kam i tidak diselam atkan dalam waktu kira-kira sejam
yang ter sisa sebelum m atahari tenggelam , tidak akan ada harapan bagi
kam i, sebab arah arus sam udra m em bawa kam i ke laut lepas, m enjauh
dari daratan, dan kam i tidak akan bisa bertahan m elalui m alam . Saya
tidak m e m ikirkan dengan serius apa yang akan terjadi kepada kam i
bila kam i belum diselam atkan sebelum m atahari tenggelam , kecuali
http://facebook.com/indonesiapustaka

m erenungkan bahwa kam i sudah kesusahan betul karena basah,


m enggigil, dan ber ge layutan ke lam bung perahu yang licin selam a
sejam yang m asih terang, dan betapa akan sem akin susah untuk terus
begitu selama 12 jam di tengah gelap malam. Namun ketiga awak
perahu dan laki-laki dari Seram tam pak santai dan tenang. Salah satu
di antara m ereka berdendang, satu atau dua orang terkadang berenang
di dekat lam bung perahu, dan si orang Seram duduk di atas lam bung
316 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

sam bil m enyantap satu butir buah besar yang disebut durian, yang
tadinya dibawa beberapa butir oleh para pe num pang dan sekarang
m engam bang-ngam bang lepas.
Kam i terus m enengok ke sekeliling kam i, m encari-cari perahu lain.
Tidak ada yang terlihat, kecuali sejum lah layar jauh di dekat daratan
uta m a Papua. Setelah sekitar pukul 5.30 sore, sejam sebelum m atahari
tenggelam , kam i m elihat tiga layar kecil perahu layar yang datang dari
arah daratan utam a dalam rute yang akan m em bawa m ereka m elewati
kam i nam un agak di kejauhan. Salah satu rekan penum pang saya
m engam bil sebatang tongkat, m engikat selem bar kem eja di tongkat itu,
ber diri di atas lam bung perahu, dan m elam bai-lam baikan tongkat dan
ke m eja itu guna m enarik perhatian siapa pun yang berada di perahu-
pe rahu layar itu. Si orang Seram m em inta saya m elepaskan kem eja biru
saya, yang kemudian Malik ikat pada sebatang tongkat lain dan lambai-
lam baikan seraya dia juga berdiri. Kam i sem ua berteriak “Tolong!”
(bahasa Indonesia-nya "help"), nam un kam i berada di luar jangkauan
de ngar perahu-perahu layar di kejauhan itu.
Saya m asih berdiri di atas m esin yang terbalik di bawah perm ukaan
air di sebelah buritan. Setidaknya ada pelataran yang m antap bagi
kaki saya, sedangkan ketujuh orang lainnya yang duduk atau berdiri di
lambung perahu yang mulus dan membulat, dan juga Malik yang ber-
gabung berama mereka, tidak punya pegangan apa-apa. Namun saya
tahu bahwa saya tidak akan m am pu berdiri dengan tidak nyam an di
atas m esin itu sepanjang m alam , sebab kaki saya sudah m ulai kram .
Saya berteriak kepada Malik untuk bertanya apakah menurutnya
saya akan lebih am an duduk di sebelah depan lam bung bersam anya
dan para penum pang lain daripada berdiri di atas m esin, dan dia
m enjawab, “Ya.” Bagi saya untuk m endatangi bagian depan kapal
dari buritan berarti m e lewati daerah lam bung yang jauh lebih tidak
am an daripada buritan ataupun bagian depan: saya harus berjalan di
sepanjang lam bung m em bulat perahu yang terom bang-am bing hebat
itu. Saya m e m anjat dari m esin ke lam bung, berdiri, dan m encoba
http://facebook.com/indonesiapustaka

berjalan ke depan. Saya kontan jatuh ke dalam laut, bergegas naik lagi
ke atas lam bung, dan pada akhirnya m encapai posisi tepat di belakang
si nelayan Tionghoa, dan duduk m engangkangi lam bung tepat di
belakangnya. Posisi itu ada be berapa kerugiannya: tidak ada sesuatu
pun yang bisa dicengkeram de ngan tangan ataupun kaki saya, saya
harus m enggeser badan seiring per gerakan lam bung, beberapa kali
saya jatuh ke laut dan harus ber gegas naik, dan saya m ulai gem etaran
KECELAKAAN KAPAL ● 317

karena tubuh saya sekarang se pe nuhnya berada di udara, bukan berada


sebagian di dalam laut yang hangat. Sungguh ironis m enghadapi risiko
hipoterm ia di dataran rendah tropis: sem entara saya bakal m erasa
panas seandainya tubuh saya kering, saya justru m enggigil karena
terus-menerus kecipratan air, kebasahan, dan terkena angin. Namun
kepala saya jadi berada jauh di atas om bak, saya tidak berdiri di atas
m esin dengan kaki kram , dan saya pikir saya bisa m em pertahankan
posisi baru saya untuk waktu yang lebih lam a daripada posisi saya
sebelum nya yang berdiri di buritan.
Seiring sem akin rendahnya m atahari di cakrawala, dua di antara
ketiga awak kapal m engam bil dua dari tiga pelam pung yang ada dan
bere nang ke arah pulau tem pat kam i bertolak, beberapa kilom eter
jauhnya. Kata mereka, mereka akan mencari pertolongan. Masih
tidak jelas apa kah ketiga perahu layar di kejauhan berada di jalur
yang akan lewat jauh di depan kam i, sehingga m ereka tidak bisa
m elihat atau m en dengar kam i, atau apakah ada di antara m ereka yang
m endekat. Orang-orang yang tersisa di atas lam bung perahu m enunjuk
ke m atahari, m engkha watirkan berapa m enit yang tersisa sebelum
matahari tenggelam. Mereka juga khawatir apakah kami akan terlihat
oleh orang-orang di perahu-perahu layar itu berkat sinar m atahari atau
m alah tam pak se perti bayangan akibat sinar m atahari dari belakang.
Selain perahu-perahu layar itu, kam i m elihat satu perahu m otor dan
barangkali satu perahu lain, nam un sem uanya jauh sekali.
Kini, layar perahu yang paling dekat tam pak sem akin besar.
Cukup banyak bagian perahu itu yang terlihat, sehingga ada ke m ung-
kinan bahwa perahu itu m em ang telah m elihat kam i dan sedang m en-
coba m endekat. Ketika perahu itu berjarak sekitar 10 0 m eter jauhnya
dari kam i, perahu itu berhenti dan m enurunkan layar. Dalam perahu
itu hanya ada satu orang, yang m endayung perahu itu ke arah kam i.
Kini kam i bisa lihat bahwa perahunya kecil, hanya sepanjang kira-
kira 9 m eter, ren dah sekali di dalam air, dengan barangkali hanya 15
sentim eter bagian perahu yang berada di atas perm ukaan laut. Ketika
http://facebook.com/indonesiapustaka

perahu kecil itu tiba di sisi kam i, tanpa ba-bi-bu kedua orang yang
berada di atas lam bung pe rahu yang terbalik di sisi paling dekat dengan
perahu itu, yaitu si orang Am bon yang tidak bisa berenang dan si orang
J awa, m elom pat ke dalam perahu tersebut. Perahu tersebut tidak
bisa dengan am an m e ne rim a tam bahan penum pang lain, dan sang
pelaut pun m endayung pe rahunya pergi. Sewaktu perahu itu m ulai
m enjauh, jelaslah bahwa perahu kedua sedang m endekat, dan perahu
318 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

itu pun m enurunkan layar pada jarak 10 0 m eter. Perahu itu lebih besar
daripada perahu yang per tam a, dan di dalam nya ada dua laki-laki, yang
m endayung ke arah ka m i. Sewaktu perahu tersebut m endekat, terjadi
diskusi antara kedua laki-laki itu dan kelom pok kam i, dan di antara
kelom pok kam i sendiri, m engenai berapa orang dan siapa yang bisa
ditam pung perahu layar itu. Pada awalnya, kedua laki-laki di perahu
layar itu m engajukan untuk hanya m em bawa dua atau tiga orang di
antara kam i, sebab m e reka m engkhawatirkan soal perahu m ereka
yang juga sudah rendah di bawah air dan adanya risiko terendam air,
nam un akhirnya m ereka se tuju untuk m em bawa em pat orang dari
kam i berlim a yang tertinggal di lam bung perahu itu. Kam i m enyepakati
bahwa orang yang akan tetap tinggal di perahu yang terbalik adalah
awak kapal yang ketiga, yang tetap m em egang pelam pung yang tersisa.
Sewaktu saya melangkah ke perahu layar itu, Malik menanyakan
di m ana paspor saya berada. Saya m enjawab bahwa paspor saya ada
di dalam ransel kuning saya, yang barangkali m asih berada di da lam
rongga udara di bawah lam bung perahu kam i. Laki-laki Seram yang
sudah berulangkali m enyelam ke bawah lam bung untuk m engam bil pe-
lam pung pun m enyelam lagi, m uncul bersam a ransel kuning saya, dan
m enyerahkannya kepada saya. Perahu layar itu kem udian bertolak m e-
ninggalkan perahu kam i yang terbalik, dengan enam orang di da lam -
nya: salah satu awaknya di bagian depan sem entara yang satu lagi di
bela kang, dan di belakang awak yang berada di depan secara berturut-
turut ada si nelayan Tionghoa, saya, Malik, dan si orang Seram. Saya
terka dang m enengok ke arloji saya, yang secara m engejutkan ternyata
m asih bekerja m eskipun sem pat terendam dalam air laut. Saat itu
pukul 6.15 petang, 15 m enit sebelum m atahari tenggelam . Kam i telah
berada di da lam air atau di atas perahu kam i yang terbalik selam a dua
jam .
Dengan segera hari m enjadi gelap. Kedua penyelam at kam i
m endayung ke arah daratan terdekat di kejauhan, yang kebetulan m e-
ru pa kan pulau tem pat kam i bertolak siang hari tadi. Perahu layar itu
http://facebook.com/indonesiapustaka

berada sangat rendah di dalam air, dengan hanya beberapa sentim eter
bagian perahu berada di atas perm ukaan laut, dan salah satu orang di
belakang saya m e nim ba air keluar terus-m enerus. Saya m erenungkan
bahwa perahu kecil yang kelebihan beban itu juga bisa terbalik, nam un
barangkali kam i am an sekarang. Saya tidak m erasakan lega ataupun
perasaan yang kuat; itu terjadi begitu saja kepada saya, seolah-olah
saya seorang pengam at yang tidak punya em osi.
KECELAKAAN KAPAL ● 319

Seiring perahu kam i m aju terus, kam i m endengar suara-suara di


laut dari sebelah kiri kam i. Saya pikir m ungkin itu adalah suara-sua-
ra kedua awak perahu m otor kam i yang tadi berenang m enjauh de-
ngan m enggunakan pelam pung. Tapi, salah seorang rekan saya bisa
m em aham i dengan lebih baik daripada saya tentang apa isi teriakan-
teriakan dalam bahasa Indonesia itu. Ternyata teriakan-teriakan
tersebut berasal dari ketiga orang dalam perahu penyelam at ka m i yang
pertam a (pengem udinya, si penum pang Am bon, dan si pe num pang
J awa), yang sedang tenggelam , karena telah kem asukan terlam pau
banyak air akibat kelebihan beban. Perahu penyelam at kam i sendiri
sudah terlalu rendah dalam air sehingga tidak bisa m engangkut siapa-
siapa lagi. Seseorang di perahu kam i m eneriakkan sesuatu seba gai
balasan kepada ketiga laki-laki yang berada dalam air itu, dan para pe-
nye lam at kam i pun terus m endayung, m enyerahkan ketiganya kepada
nasib.
Saya tidak tahu berapa lam a waktu yang kam i butuhkan untuk
kem bali ke pulau itu: barangkali sejam . Sewaktu kam i m endekati pulau
tersebut, kam i m elihat om bak besar pecah dan api unggun di pantai,
dan kam i bertanya-tanya apa artinya api itu. Di depan saya, saya m en-
dengar percakapan dalam bahasa Indonesia antara si nelayan Tionghoa
dan si pendayung perahu di haluan, term asuk kata bahasa Indonesia
em pat puluh ribu (berarti "40 .0 0 0 ") yang diulang-ulang. Si nelayan
Tionghoa, yang sem pat m engam bil tas kecilnya dari perahu kam i yang
terbalik, m em buka tasnya, m engam bil uang, dan m enyerahkannya
kepada si pen dayung. Ketika itu saya duga si pendayung sudah lelah
dan ingin m en daratkan kam i di pantai tem pat api unggun itu terlihat,
dan si nelayan m enawarkan 40 .0 0 0 rupiah kepadanya sebagai bujukan
un tuk m em bawa kam i lebih jauh sam pai ke derm aga utam a pulau itu.
Namun Malik belakangan memberitahu saya bahwa sebenarnya yang si
pendayung itu katakan adalah ini: “J ika kalian tidak kasih saya 10 .0 0 0
rupiah untuk m asing-m asing kalian sekarang, akan saya bawa kalian
kem bali dan tinggalkan di perahu kalian yang terbalik.”
http://facebook.com/indonesiapustaka

Perahu penyelam at kam i m engelilingi salah satu sudut pulau dan


tiba di teluk terlindung di m ana ada api-api unggun yang berkobar di
pantai. Di belakang kam i dalam kegelapan, kam i m en de ngar bunyi
m otor dan m elihat perahu m otor dengan lam pu yang terang perlahan
m enyusul kam i. Perahu kecil kam i berhenti di per airan dangkal;
saya, Malik, si nelayan Tionghoa, dan si orang Seram melangkah
keluar, berjalan di air, dan m em anjat ke dalam perahu m otor itu,
320 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

yang kebetulan m erupakan perahu penangkap ikan yang dim iliki oleh
keluarga si nelayan Tionghoa. Perahu tersebut sedang keluar m encari
ikan, kebetulan m elihat kedua awak yang tadi berenang m enjauh de-
ngan pelam pung, m engangkat m ereka, m encari dan m enem ukan pe-
ra hu kam i yang terbalik, dan m engangkati bagasi m engam bang yang
masih terikat ke perahu (termasuk koper-koper saya, tapi bagasi Malik
tidak ada yang terangkut). Kam i tetap berada dalam perahu m otor itu
selagi perahu tersebut bergerak pelan ke arah daratan utam a Papua.
Kam i m em beritahu para pengem udi perahu m otor m engenai tiga
orang laki-laki dari perahu penyelam at pertam a yang terbalik yang
sem pat kam i dengar berteriak-teriak di dalam air. Tapi, sewaktu kam i
m en capai letak kira-kira di m ana kam i m endengar m ereka, perahu
m otor itu berjalan terus begitu saja dan tidak bergerak m elingkar atau
berteriak-teriak. Belakangan Malik memberitahu saya bahwa para
pengem udi m en je laskan kalau ketiga orang dari perahu penyelam at
yang terbalik itu ba rangkali telah m encapai daratan, entah bagaim ana.
Perjalanan dengan perahu m otor ke daratan utam a berlangsung
se lam a sekitar satu setengah jam . Saya tidak m engenakan kem eja dan
ge m etaran. Kam i m endarat pada sekitar pukul 10 m alam , disam but
oleh kerum unan yang m enanti kam i di derm aga daratan utam a. Kabar
tentang kecelakaan kam i entah bagaim ana telah m endahului kam i.
Di antara kerum unan itu, perhatian saya kontan tersita oleh seorang
perem puan tua bertubuh kecil, dari penam pilannya tam paknya orang
J awa. Da lam hidup saya, tak pernah saya m elihat ekspresi em osi
ekstrem se m acam itu di wajah siapa pun, kecuali di wajah aktor-aktor
dalam ilm. Dia tampak begitu terhanyut oleh campuran duka, rasa
takut, dan tidak percaya m engenai terjadinya sesuatu yang sedem ikian
buruk, serta oleh ke lelahan yang sangat. Perem puan itu m elangkah
keluar dari kerum unan dan m ulai m enanya-nanyai kam i. Ternyata dia
adalah ibu orang J awa yang ada di dalam perahu layar pertam a yang
terbalik.
Saya m enghabiskan hari berikutnya di wism a tam u kecil, m em -
http://facebook.com/indonesiapustaka

bersihkan koper-koper saya beserta isinya dari air laut. Meskipun per-
lengkapan saya—teropong m edan, perekam pita, altim eter, buku-buku,
dan kantong tidur—rusak dan tidak bisa diselam atkan, saya m am pu
menyelamatkan pakaian-pakaian saya. Malik kehilangan segalanya
yang dia bawa. Dalam kondisi-kondisi setem pat, kam i tidak bisa m e-
nuntut awak perahu yang telah secara ceroboh m engoperasikan m otor
kapal sehingga m enyebabkan terjadinya kecelakaan.
KECELAKAAN KAPAL ● 321

Malam berikutnya, saya memanjat ke atas atap bangunan di dekat


wis m a tam u pada sekitar pukul 6 petang guna m erasakan kem bali be-
tapa cepatnya terang hari m em udar saat m atahari tenggelam . Di de kat
khatulistiwa, terang hari m em udar jauh lebih cepat daripada di zona
beriklim sedang, sebab m atahari tenggelam secara vertikal, bukan de-
ngan m em bentuk sudut dengan cakrawala. Pada pukul 6.15 petang,
pada waktu yang sam a ketika kam i diselam atkan hari sebelum nya,
m ata hari tepat berada di atas cakrawala, dan sinarnya sem akin te m a-
ram. Matahari tenggelam pada pukul 6.30, dan pada pukul 6.40 sudah
terlalu gelap bagi siapa pun di perahu lain untuk bisa m elihat kam i dan
perahu kam i yang terbalik m eskipun pada jarak beberapa ratus m eter
saja. Kam i nyaris saja tidak selam at, dan m em peroleh bantuan tepat
pada waktunya.
Sewaktu saya turun dari atap dalam kegelapan, saya m erasa tidak
ber daya dan m asih tidak m am pu m em aham i apa yang telah dilakukan
awak kapal yang gegabah itu kepada saya. Saya telah kehilangan per-
lengkapan saya yang berharga, dan saya nyaris kehilangan nyawa.
Tunangan, orang tua, saudari, dan tem an-tem an saya nyaris kehilangan
saya. Lutut saya lecet-lecet dan tergores-gores akibat tergesek ke bibir
perahu yang saya cengkeram setiap kali saya terhantam om bak. Sem ua
itu gara-gara tiga pem uda gegabah yang seharusnya bersikap lebih hati-
hati, m engem udikan perahu terlalu cepat dalam om bak yang tinggi,
m engabaikan air yang bercipratan m asuk ke dalam perahu, m e nolak
untuk m enurunkan kecepatan atau berhenti m eskipun kam i ber ulang
kali m em inta m ereka, berenang m enjauh dengan dua dari tiga pe-
lam pung yang ada, tidak pernah m inta m aaf, dan tidak sekali pun m e-
nunjuk kan rasa m enyesal sedikit saja atas derita dan kerugian yang
m e reka tim bulkan pada kam i, ataupun atas betapa nyarisnya m ereka
m em bu nuh kam i. Dasar bajingan!
Selagi bergelim ang dengan segala pikiran itu, saya berjum pa de-
ngan seorang laki-laki di lantai dasar bangunan yang atapnya saya
panjati untuk m em andangi m atahari tenggelam . Saya bercakap-cakap
http://facebook.com/indonesiapustaka

dengannya dan m enceritakan kepadanya m engapa saya naik ke atap


dan apa yang terjadi pada kam i hari sebelum nya. Dia m enjawab bahwa,
ke betulan, dia juga berada di pulau yang sam a kem arin, dan juga ingin
pergi ke daratan utam a. Dia sem pat m elihat-lihat perahu yang kam i
sewa, dengan m esin-m esinnya yang besar, m engam ati awaknya yang
m a sih m uda-m uda serta perilaku m ereka yang sok dan tertawa-tawa,
serta m em perhatikan bagaim ana m ereka m enyalakan m esin sam pai
322 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

m e raung-raung dan m enangani perahu itu yang m erapat ke pesisir


untuk m enunggu penum pang. Laki-laki itu punya banyak pengalam an
dengan perahu. Dia m em utuskan bahwa dia tidak ingin berisiko
m em bahayakan nya wanya dengan awak dan perahu tersebut, sehingga
dia pun m enunggu pe rahu yang lebih besar dan lam bat untuk pergi ke
daratan utam a.
Reaksinya itu m enyentak saya. J adi, sebenarnya saya bukannya
tidak berdaya sam a sekali! Ketiga awak perahu yang sok itu bukan
satu-satunya orang yang nyaris m enyebabkan nyawa saya terenggut.
Sayalah yang m elangkah ke dalam perahu m ereka; tidak ada yang
m em aksa saya m elakukannya. Kecelakaan itu pada dasarnya adalah
tanggungjawab saya. Saya punya kuasa sepenuhnya untuk m encegah
hal itu terjadi pada sya. Bukannya bertanya-tanya m engapa para
awak perahu itu se de m ikian bodoh, saya seharusnya m enanyai diri
sendiri kenapa saya se de m ikian bodoh. Laki-laki yang m em ilih untuk
m enunggu perahu yang lebih besar telah m enerapkan paranoia
konstruktif ala Papua, sehingga dia selam at dari pengalam an yang
m em buat traum a dan nya ris m em bunuh saya. Saya seharusnya
m enerapkan paranoia konstruk tif saat itu, dan sesudahnya saya
m enerapkannya sepanjang hidup.

H an ya s e batan g to n gkat d i tan ah


Yang paling baru di antara ketiga kejadian yang saya tuturkan di bab
ini terjadi bertahun-tahun setelah kecelakaan perahu yang telah m e-
yakin kan saya akan pentingnya paranoia konstruktif. Dari dataran
rendah Papua, m enjulang banyak pegunungan terpisah yang terisolasi,
yang m e narik bagi para ahli biologi karena m enyerupai "pulau-pulau"
habitat pe gunungan yang dikelilingi oleh "lautan" dataran rendah,
sejauh m e nyangkut persebaran spesies yang terbatas di habitat
pegunungan. Daerah-daerah tinggi di sebagian besar pegunungan
terisolasi tidak dihuni oleh m anusia. Ada dua cara yang m ungkin untuk
m encapai daerah-daerah tinggi itu guna m enyurvei burung dan hewan
http://facebook.com/indonesiapustaka

lain serta tum buhan. Salah satunya adalah terbang langsung dengan
helikopter ke daerah tinggi, nam un sulit m em peroleh helikopter
sewaan di Papua, dan lebih sulit lagi m encari daerah terbuka untuk
m endaratkan helikopter di gunung Papua yang berselubung hutan.
Metode satu lagi adalah mencari desa yang cukup dekat dengan
gunung itu, dan ke desa itulah peralatan kita dibawa dengan pesawat,
helikopter, atau perahu. Dari desa itu, kita pun berjalan kaki guna
HANYA SEBATANG TONGKAT DI TANAH ● 323

mendaki gunung. Medan Papua sedemikian berat sehingga tidak


praktis untuk m em bawa per alatan ke perkem ahan di gunung yang
lebih jauh daripada delapan kilom eter dari suatu desa. Satu m asalah
praktis lebih lanjut adalah, bagi banyak puncak yang terisolasi, peta
yang tersedia tidak m enunjukkan letak dan ketinggian puncak tertinggi
ataupun desa yang terdekat; kita harus memperoleh informasi geograi
m elalui penerbangan survei.
Satu pegunungan tertentu m em ikat saya karena, walaupun m e-
nu rut laporan tidak terlalu tinggi, pegunungan itu terisolasi. Oleh
karena itu, pada ujung salah satu perjalanan saya ke Papua, sewaktu
saya sedang m ulai m e rencanakan perjalanan tahun berikutnya, saya
m enyewa pesawat kecil untuk m elakukan penerbangan survei di
sepanjang pegunungan tersebut, dan saya mengidentiikasi puncak
tertingginya. Tidak ada desa dalam jarak setidaknya 40 kilom eter dari
puncak itu ke arah m ana pun, dan tidak ada ladang terbuka atau tanda-
tanda lain apa pun keberadaan m anusia di dekat-dekatnya. Oleh karena
itu saya tidak bisa m encapai puncak dari suatu desa, sehingga saya
harus m elaksanakan ope rasi berbasis helikopter, yang m engharuskan
kam i m encari lahan ter buka alam i yang bisa didarati helikopter.
(Sejum lah helikopter bisa m e layang di atas kanopi hutan sem entara
penum pang dan kargo ditu run kan dengan kerekan m enem bus kanopi
ke atas tanah, nam un cara itu m em erlukan helikopter dan pelatihan
khusus.) Meskipun kesan pertama kita mengenai hutan-hutan Papua
adalah bentangan pe po honan hijau tanpa putus, kita kadang-kadang
bisa m enjum pai lahan terbuka alam i di tem pat terjadinya longsor.
Longsor itu m ungkin terjadi ketika gem pa m engguncang sepetak hutan,
atau paya-paya, kolam yang m engering, tepian sungai atau kolam ,
ataupun gunung api lum pur yang m engering. Dalam penerbangan
survei, saya girang karena m elihat lahan terbuka yang luas akibat
longsor, sekitar tiga kilom eter dari puncak dan beberapa ribu m eter
lebih rendah. Menurut standar Papua, jarak itu terlalu jauh untuk
m endirikan perkem ahan di lokasi tanah longsor dan berjalan setiap
http://facebook.com/indonesiapustaka

hari bolak-balik ke puncak untuk m engam ati burung. Kam i perlu


m enerbangkan peralatan kam i dengan helikopter ke perkem ahan
pertam a di lokasi tanah longsor, kem udian m em buka jalan dan
m em bawa sendiri peralatan kam i ke tem pat perkem ahan kedua di
hutan yang dekat dengan puncak: kerja berat, nam un tetap saja tidak
m ustahil.
324 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

Karena m asalah m enem ukan tem pat pendaratan helikopter se-


pertinya sudah terpecahkan, m asalah lain adalah m em inta izin dan
bantuan dari para pemilik tanah setempat. Namun bagaimana saya
m ela ku kannya, bila tidak ada tanda-tanda m anusia sedikit pun di
sekitar puncak itu? Siapa yang harus saya hubungi? Saya tahu dari
pengalam an pribadi bahwa ada kaum nom aden yang berpindah-
pindah di sekeliling daerah rendah di sebelah tim ur pegunungan itu.
Ada sejum lah laporan, tapi tidak ada inform asi jelas, bahwa kaum
nom aden yang dim aksud m ungkin m encari m akanan lebih jauh ke
sebelah barat di dekat puncak, nam un saya tidak m elihat tanda-tanda
keberadaan m ereka dari pesawat. Saya juga tahu dari pengalam an
bahwa kaum nom aden yang hidup di ka wasan pegunungan terisolasi
selalu atau nyaris selalu bertahan di dae rah rendah, di m ana m akanan
pokok m ereka, sagu, bertum buh. Di dae rah yang lebih tinggi, tidak ada
cukup m akanan untuk m enyokong po pulasi m anusia yang m enetap.
Paling-paling, nom aden m ungkin ter kadang berburu ke daerah yang
lebih tinggi di atas batas ketinggian tum buhnya palem sagu, nam un
saya pernah berada di beberapa ka was an pegunungan di m ana kaum
nom aden tidak m elakukan hal itu se kalipun, dan di m ana hewan-
hewan yang hidup di daerah tinggi bersifat jinak karena m ereka tidak
pernah m elihat m anusia dan tidak pernah diburu.
Kegagalan saya m enem ukan tanda-tanda kaum nom aden di dekat
puncak yang hendak saya tuju m em iliki dua konsekuensi. Pertam a, itu
berarti saya belum m enem ukan orang-orang Papua yang m engklaim
sebagai pe m ilik gunung tersebut dan harus saya m intai izin. Kedua,
dalam kerja lapangan saya di Papua saya m em butuhkan penduduk
setem pat un tuk m endirikan dan m engelola perkem ahan, m em buka
jalan, serta membantu saya menemukan dan mengidentiikasi burung,
tapi di sini tidak ada penduduk setempat yang tersedia. Masalah
yang kedua itu bisa saya pecahkan hanya dengan m em bawa orang-
orang Papua yang sudah saya kenal dari bagian Papua lainnya.
Yang berpotensi m enjadi m asalah besar adalah m asalah pertam a
http://facebook.com/indonesiapustaka

m enyangkut izin.
Di Papua, setiap cuil tanah diklaim oleh suatu kelom pok, bahkan
m eskipun m ereka tidak pernah m engunjungi tanah tersebut. Di
Papua m utlak terlarang untuk m enerobos tanah orang tanpa izin.
Konsekuensi tertangkap m enerobos adalah diram pok, dibunuh, dan/
atau diperkosa. Saya pernah berada dalam beberapa situasi tidak
m enyenangkan ketika saya sudah m em inta izin dari sebagian besar
HANYA SEBATANG TONGKAT DI TANAH ● 325

m asyarakat di dekat suatu daerah, yang m em ang m engklaim sebagai


pem ilik daerah yang ingin saya kunjungi dan telah m em berikan izin.
Tahu-tahu, sewaktu per gi ke sana, ada kelom pok lain yang m engklaim
sebagai pem ilik daerah itu dan m urka karena saya ada di sana tanpa
izin m ereka. Yang m em buat bahaya m enjadi berlipat ganda adalah,
dalam kasus ini, saya tidak akan datang sendirian, m elainkan juga
m em bawa serta beberapa orang Papua dari bagian lain Papua. Hal
itu akan m em buat pem ilik ta nah setem pat sem akin m urka: orang-
orang Papua, tidak seperti saya, m ungkin ada di sana untuk m encuri
perem puan dan babi dan m erebut tanah.
Apa yang harus saya lakukan bila, setelah diturunkan oleh heli-
kopter di lokasi tanah longsor, dan setelah helikopter terbang m e-
ninggalkan saya untuk tiga m inggu ke depan, saya m em ang m enjum pai
kaum nom aden? Helikopter saya harus terbang bolak-balik beberapa
kali untuk m em bawa seluruh bawaan dan rekan kerja saya ke lokasi
ta nah longsor itu, sehingga m enyiarkan soal keberadaan saya. Bila
ada kaum nom aden dalam jarak beberapa kilom eter, m ereka pastilah
m endengar dan m elihat helikopter itu, m enjadi tahu bahwa helikopter
tersebut m en darat di situ, dan datang m elacak kam i. Yang m enjadikan
situasi itu sem akin buruk: kaum nom aden di daerah tersebut, kalau
m em ang ada, m ungkin "belum pernah m engalam i kontak", alias
belum pernah m elihat orang kulit putih, m isionaris, ataupun pegawai
pem erintah. Kontak per tam a dengan suku-suku yang belum pernah
m engalam i kontak sungguh m enakutkan. Kedua pihak tidak tahu apa
yang pihak satunya hen dak atau akan lakukan. Sulit atau m ustahil
m enyam paikan niat da m ai dengan bahasa isyarat kepada orang-orang
yang belum pernah m engalam i kontak, yang bahasanya tidak kita
ketahui, bahkan bila m ereka m enunggu cukup lam a untuk m em biarkan
kita m encoba ber ko m unikasi. Risikonya adalah m ereka tidak m au
m enunggu; m ereka m ungkin ketakutan atau geram , panik, dan
langsung m ulai m enem bak dengan busur dan anak panah. Apa yang
harus saya lakukan bila saya ditem ukan oleh kaum nom aden?
http://facebook.com/indonesiapustaka

Setelah penerbangan survei itu, saya pulang ke AS guna m e-


rencana kan ekspedisi berbasis helikopter ke lokasi tanah longsor dan
puncak itu tahun berikutnya. Dapat dikatakan setiap m alam selam a
setahun berikutnya, selagi hendak tidur, dalam benak saya ulik-ulik
berbagai skenario yang bisa saya lakukan bila saya m em ang berjum pa
dengan kaum nom aden di hutan itu. Dalam satu skenario, saya akan
duduk dan m enjulurkan tangan saya untuk m enunjukkan bahwa saya
326 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

tidak m em bawa senjata dan tidak m em bahayakan, m e m aksa diri


tersenyum , m e rogoh ke dalam ransel saya untuk m engam bil sebatang
coklat dan m e m akannya sepotong untuk m enunjukkan bahwa coklat
itu tidak bera cun dan bisa dim akan, lalu m enawarkan kepada m ereka
seluruh coklat yang tersisa. Namun—mereka mungkin langsung marah,
atau langsung panik sewaktu m elihat saya m erogoh-rogoh ke dalam
ransel saya, seolah-olah hendak m engam bil senjata api. Atau, dalam
skenario lain, saya akan m ulai m enirukan seruan m em anggil burung
yang biasa dilakukan penduduk setem pat, untuk m enunjukkan bahwa
saya ada di sana hanya untuk m em pelajari burung. Cara itu terkadang
m erupakan pem ecah kekakuan yang baik dengan orang-orang Papua.
Namun mereka mungkin berpikir saya hanya gila, atau mencoba
m enim pakan tenung terkait burung kepada m ereka. Atau, bila saya
sedang bersam a orang-orang Papua yang saya terbangkan ke situ, dan
bersam a-sam a kam i berjum pa seorang nom aden, barangkali entah
bagaim ana kam i bisa m em bujuknya untuk tinggal di perkem ahan
kam i, kam i m enjadi ber tem an dengannya, saya m ulai m em pelajari
bahasanya, dan kam i m em bujuknya untuk tidak pergi dan kem bali
bersam a rekan-rekan nom adennya sebelum kam i dijem put dan
bertolak dengan helikopter kami beberapa minggu kemudian. Namun—
bagaim ana kam i m em bujuk se orang nom aden yang ketakutan untuk
tinggal di perkem ahan kam i selam a beberapa m inggu, bersam a orang-
orang Papua lain yang m e ne robos tanahnya?
Saya harus m engakui bahwa tidak satu pun skenario berakhiran
ba hagia yang saya bayangkan itu m asuk akal secuil pun. Ke sa dar an itu
tidak m em buat saya m engabaikan keseluruhan proyek itu. Tam paknya
kem ungkinan paling besar m asih kam i tidak akan ber jum pa kaum
nom aden, sebab kam i tidak m elihat tanda-tanda pon dok apa pun dari
udara, dan karena pengalam an saya sebelum nya ada lah kaum nom aden
dataran rendah biasanya tidak m engunjungi puncak-puncak gunung.
Namun ketika saya akhirnya kembali ke Papua setahun kemudian
untuk m elaksanakan penjelajahan ke puncak yang telah direncanakan
http://facebook.com/indonesiapustaka

itu, saya m asih belum punya rencana m eyakinkan m engenai apa yang
harus saya lakukan bila kam i betul-betul berjum pa nom aden.
Akhirnya datanglah hari itu, setahun kem udian, ketika proyek
saya akan dim ulai. Saya m engum pulkan em pat tem an Papua dari pe-
gu nungan beberapa ratus kilom eter jauhnya, serta setengah ton per-
lengkap an, untuk diterbangkan dengan pesawat terbang kecil sewaan
ke landasan terdekat yang tersedia, yaitu landasan tanah kecil di desa
HANYA SEBATANG TONGKAT DI TANAH ● 327

60 kilom eter sebelah selatan puncak yang m erupakan sasaran kam i.


Sewaktu kam i terbang di sepanjang kaki kawasan pegunungan itu, kam i
m elihat delapan pondok tersebar di sepanjang sungai-sungai di dasar
bukit di bagian tim ur pegunungan itu, nam un pondok yang terdekat
tetap saja jaraknya 37 kilom eter di sebelah tim ur puncak tujuan kam i.
Hari berikutnya, helikopter kecil sewaan kam i tiba di jalur pendaratan
itu untuk bolak-balik m engangkut kam i sebanyak em pat kali ke
lokasi tanah longsor luas yang pernah kam i lihat dalam per jalanan
sebelum nya. Penerbangan pertam a m em bawa dua orang Papua,
ditam bah satu kem ah dan beberapa kapak serta sejum lah m akanan
untuk berjaga-jaga seandainya terjadi kecelakaan sehingga helikopter
tidak bisa kem bali untuk sem entara. Setelah sejam lebih sedikit,
helikopter kem bali ke jalur pendaratan kam i dengan catatan dari m e-
reka yang m elaporkan kabar m enggem birakan. Sewaktu terbang ber-
keliling puncak, m ereka m enem ukan lokasi perkem ahan yang jauh
lebih baik daripada lokasi longsor yang luas itu: bekas longsor kecil
hanya satu kilom eter dari puncak, dan di tem pat yang lebih tinggi
daripada lokasi longsor yang lebih besar. Itu berarti kam i akan m am pu
berjalan bolak-balik antara perkem ahan kam i dan puncak dalam
beberapa jam saja, tanpa perlu m em bawa-bawa peralatan kam i dari
lokasi longsor besar dan m endirikan perkem ahan yang lebih dekat. Dua
kali penerbangan helikopter berikutnya m em bawa dua orang Papua
yang lain dan lebih banyak lagi perlengkapan dari jalur pendaratan ke
situs perkem ahan yang dipilih.
Penerbangan helikopter terakhir m em bawa saya dan sisa per-
lengkap an kam i ke situs perkem ahan. Selam a penerbangan, saya m e-
lihat ke bawah dengan cerm at dari helikopter guna m encari tanda-
tanda m a nusia. Sekitar 16 kilom eter di sebelah utara jalur pendaratan
dan m asih 43 kilom eter di sebelah selatan puncak ada desa lain di
tepi sungai ke cil. Begitu kam i m encapai punggung bukit, tidak ada
lagi tanda-tanda m anusia apa pun: tidak ada pondok, tidak ada
kebun, tidak ada apa pun juga. Di Papua, jarak 43 kilom eter dari situs
http://facebook.com/indonesiapustaka

perkem ahan kam i di m edan yang berat bisa dianggap sam a dengan
seberang lautan, sejauh m enyangkut risiko kedatangan pengunjung
yang tidak diinginkan. Barangkali kam i m em ang beruntung, dan
barangkali pegunungan itu m em ang tidak dihuni dan dikunjungi!
Helikopter m elingkari situs perkem ahan yang kam i rencanakan,
di m ana saya bisa m elihat keem pat orang Papua m elam bai-lam bai di
bawah sana. Lahan terbuka itu ternyata parit kering kecil bersisi cu-
328 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

ram dengan lereng yang tam paknya runtuh akibat tanah longsor (ba-
rangkali dipicu oleh salah satu gem pa yang sering terjadi di wilayah
itu), sedem ikian rupa sehingga dasar parit itu benar-benar gun dul,
cocok untuk pendaratan helikopter. Selain lokasi longsor kecil dan
lokasi longsor besar yang lebih jauh yang m erupakan sasaran awal
kam i, segala sesuatu yang terlihat tertutupi oleh hutan. Saya dan pi-
lot m endarat dan m enurunkan m uatan terakhir kam i, kem udian saya
naik lagi ke helikopter dan m em inta pilot m engarah ke puncak yang
ada di dekat situ agar kam i bisa m erencanakan harus m em buka ja lur
di sebelah m ana. Dari hulu parit kam i, kam i bisa m elihat punggung
bukit yang m engarah langsung ke puncak, nam un tidak terlalu curam
se hingga bukan m asalah. Puncak itu sendiri sangat curam di 60 m eter
teratas dan mungkin agak sulit untuk dipanjat. Namun tetap tidak ada
tanda-tanda m anusia, pondok, ataupun kebun. Helikop ter kem udian
m enurunkan saya di situs perkem ahan kam i dan terbang m en jauh,
setuju untuk m enjem put kam i 19 hari kem udian.
Tindakan kam i sungguh berani m ati: dari yang kam i lihat m engenai
m edan tersebut, nyaris m ustahil untuk berjalan kem bali ke landasan
yang 60 kilometer jauhnya. Meskipun saya membawa radio kecil, di
m edan berbukit-bukit itu radio saya tidak bisa m enerim a atau m e m an-
carkan pesan dari atau ke pangkalan helikopter yang 240 kilom eter
jauh nya. Sebagai tindakan jaga-jaga kalau-kalau terjadi kecelakaan atau
penyakit yang m engharuskan evakuasi darurat, saya telah m engatur
agar satu pesawat terbang kecil yang jalur penerbangannya terjadwal
lewat tidak jauh dari situs perkem ahan kam i untuk m elenceng dari
jalurnya dan m elingkari perkem ahan kam i setiap lim a hari. Kam i bisa
mencoba berbicara dengan pilot melalui radio untuk mengkonirmasi
bahwa kam i baik-baik saja, dan kam i sepakat untuk m enem patkan
kasur udara m erah terang di lokasi longsor bila ternyata m em ang ada
situasi darurat.
Kam i m enghabiskan seluruh hari kedua m em bangun perkem ahan
kam i. Tem uan kam i yang paling m enggem birakan adalah bahwa
http://facebook.com/indonesiapustaka

tetap saja tidak ada tanda-tanda m anusia: bila orang-orang nom aden
telah m e nyadari keberadaan kam i gara-gara helikopter dan m encoba
m elacak kam i, hal itu belum lagi terjadi. Burung-burung besar
beter bangan keluar-m asuk parit, tak terganggu oleh keberadaan
kam i beberapa pu luh m eter dari m ereka. Itu m enunjukkan bahwa
tam paknya burung-bu rung itu tidak takut m anusia, dan m em berikan
bukti lanjutan bahwa kaum nom aden tidak m engunjungi daerah itu.
HANYA SEBATANG TONGKAT DI TANAH ● 329

Pada hari ketiga akhirnya saya siap untuk m endaki ke puncak,


m engikuti tem an-tem an Papua saya Gum ini dan Paia, yang m em buka
jalan. Pada awalnya, kam i m endaki 150 m eter dari lokasi bekas longsor
ke atas bukit, di m ana terdapat sepetak kecil rum put dan sesem akan
dengan pepohonan rendah. Saya duga petak itu dibentuk tanah longsor
yang lebih tua, yang sekarang telah kem bali ditum buhi tum buhan.
Kam i m endaki sepanjang punggung bukit, dan dengan se gera m e-
nem ukan sepetak hutan tertutup. Kam i terus bergerak ke atas de-
ngan m udah. Pengam atan burung m ulai m enarik, sebab saya m ulai
m elihat dan m endengar spesies-spesies pegunungan, term asuk se-
jum lah spesies yang tidak um um dan hanya sedikit diketahui, sem isal
Perplexing Scrub-Wren (Sericornis virgatus) dan isap m adu daun
(Lichenostomus obscurus). Ketika kam i akhirnya m encapai piram ida
puncak, ternyata piram ida tersebut m em ang sangat curam , seperti
yang terlihat dari udara. Namun kami mampu menarik diri kami
ke atas dengan berpegangan ke akar pepohonan. Di atasnya, saya
m elihat walik dada putih (Ptilinopus rivoli) dan pitohui berkerudung
(Pitohui dichrous), dua spesies pegunungan yang tidak ada di sebelah
bawah. Tam paknya puncak itu cukup tinggi untuk m enyokong
beberapa individu dari masing-masing spesies. Namun saya tidak
m elihat sejum lah spesies pegunungan lain yang um um dan berisik
pada ketinggian itu di tem pat-tem pat lain di Papua: barangkali
m ereka m em ang tidak ada karena luas gunungnya terlalu kecil untuk
m endukung populasi m ereka dalam jum lah yang bisa bertahan. Saya
m engirim kan Paia kem bali ke perkem ahan, se m en tara Gum ini dan
saya berjalan perlahan m enuruni jalur kam i, seraya m engam ati burung.
Sejauh ini, saya gem bira dan lega. Segala sesuatunya berjalan lan-
car. Masalah-masalah yang saya takutkan belum terwujud. Kami telah
berhasil m enem ukan tem pat pendaratan untuk helikopter kam i di da-
lam hutan, m em buat perkem ahan yang nyam an, dan m em buka ja lur
pendek yang m udah ke puncak. Yang paling bagus, kam i tidak m e-
nem ukan tanda-tanda kunjungan oleh kaum nom aden. Tujuh belas
http://facebook.com/indonesiapustaka

hari yang tersisa bagi kam i itu cukup untuk m encari tahu spesies-
spesies burung pegunungan m ana yang ada dan m ana yang tidak.
Gum ini dan saya m enuruni jalur baru kam i dengan hati riang dan
m uncul dari hutan di petak kecil terbuka yang saya duga m erupakan
lokasi longsor lam a di bukit di atas perkem ahan kam i.
Mendadak, Gumini berhenti, membungkuk, dan menatap lekat-
lekat sesuatu di tanah. Sewaktu saya tanyakan hal m enarik apa yang
330 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

dia te m u kan, dia hanya berkata “Lihat,” dan m enunjuk. Yang dia hanya
satu batang kecil atau sem aian pohon yang bertinggi kira-kira sem eter,
dengan sedikit daun. Saya berkata kepadanya. “Itu hanya pohon yang
m asih m uda sekali. Lihat, ada banyak pohon m uda lain yang tum buh di
sekitar tem pat ini. Apa istim ewanya yang satu ini?”
Gum ini m enjawab, “Bukan, ini bukan pohon m uda. Ini tongkat
yang ditancapkan ke tanah.” Saya tidak setuju: “Mengapa kamu
berpikir begitu? Itu kan hanya sem aian pohon yang tum buh dari
tanah.” Sebagai jawaban, Gum ini m encengkeram dan m enariknya.
Sem aian pohon itu tercerabut dengan m udah, tanpa butuh upaya
m em atahkan atau m e na rik keluar akar. Ketika dia telah m enarik keluar
seluruh tongkat itu, kam i lihat bahwa tidak ada akar di dasarnya, yang
m enunjukkan bekas patahan yang rapi. Saya pikir barangkali tarikan
Gum ini telah m e m u tuskan akarnya, nam un dia m enggali di sekeliling
lubang yang ditinggalkan tongkat itu dan m enunjukkan kepada saya
bahwa tidak ada akar yang putus. Tongkat itu pastilah ranting kecil
yang dipatahkan dari pohon lain dan ditancapkan ke tanah, seperti
yang dia katakan. Bagaim a na tongkat itu bisa ada dan ditancapkan di
situ?
Kam i berdua m elihat ke atas kepala, ke arah pepohonan kecil yang
m enjulang 5 m eter di atas kam i. Saya m engajukan, “Cabang itu pasti-
lah patah dari pohon di atas sana, jatuh, dan tertancap di tanah.”
Namun Gumini membantah, “Bila cabang itu patah dan jatuh, kecil
ke m ungkinan m endarat dengan ujung bekas patahan m enghadap
tepat ke bawah sem entara daun-daunnya m enghadap ke atas. Dan
tongkat itu ringan, tidak cukup berat untuk m enancap sendiri ke
dalam tanah. Bagiku sepertinya ada orang yang m em atahkannya dan
m enancapkannya dengan ujung patah yang tajam ke dalam tanah dan
daunnya di atas, sebagai tanda.”
Saya m erinding dan bulu rom a saya m enegang, sam bil m em ikirkan
Robinson Crusoe yang terdam par di pulau yang dia kira tak
berpenghuni, dan m endadak m enem ukan jejak kaki m anusia. Saya
http://facebook.com/indonesiapustaka

dan Gum ini duduk, m engangkat dan m em egang tongkat itu, serta
m em andang ke sekeliling kam i. Selam a sejam kam i duduk di sana,
berbincang-bincang tentang kem ungkinan-kem ungkinan yang ada.
Bila m em ang ada orang m e lakukan ini, m engapa tidak ada tanda-
tanda lain aktivitas m anusia, hanya tongkat yang patah ini? Bila ada
orang yang m enancapkannya, berapa lam a lalu dia m elakukannya?
Bukan hari itu, karena dedaunannya sudah agak layu. Namun juga
HANYA SEBATANG TONGKAT DI TANAH ● 331

belum terlalu lam a, karena daun-daunnya m asih hijau, tidak m engerut


dan kering. Apakah daerah terbuka itu benar m erupakan lokasi
longsor yang telah ditum buhi tum buhan lagi seperti yang saya duga
sebelum nya? Barangkali sebenarnya daerah itu adalah kebun tua yang
telah ditum buhi tum buhan lagi. Saya terus m engutarakan kepercayaan
saya bahwa tidak m ungkin ada orang no m aden yang berjalan ke situ
beberapa hari lalu dari pondok sejauh 43 kilom eter, m em atahkan dan
m enancapkan ranting, dan pergi lagi tan pa m eninggalkan tanda apa
pun. Gum ini terus bersikeras bahwa ranting patah itu tidak m ungkin
m enancapkan dirinya sendiri ke tanah, se olah m eniru perbuatan
m annusia..
Kam i tem puh perjalanan balik yang singkat ke perkem ahan, di
m ana tem an-tem an Papua yang lain berada, dan m em beritahu m ereka
apa yang kam i tem ukan. Tidak ada lagi yang m elihat bukti keberadaan
m anusia apa pun. Saya sudah terlanjur sam pai di surga yang telah saya
im pi-im pikan selam a setahun; saya tidak m au m eletakkan kasur m erah
sebagai tanda darurat untuk evakuasi bagi penerbangan pem eriksaan
pertam a tiga hari kem udian, hanya gara-gara ada tongkat yang tidak
bisa dijelaskan di tanah. Itu artinya kelewatan m enanggapi paranoia
konstruktif. Barangkali ada penjelasan alam i untuk tongkat itu, kata
saya kepada diri sendiri. Mungkin memang tongkat itu kebetulan jatuh
secara vertikal dengan cukup gaya sehingga bisa tertancap sendiri, atau
m ungkin kam i kebetulan tidak m elihat akarnya yang putus sewaktu
kami mencerabutnya. Namun Gumini adalah seorang tukang kayu ber-
pengalam an, salah seorang yang paling hebat yang pernah saya te m ui
di Papua, dan kecil kem ungkinan dia salah m em baca tanda.
Yang bisa kam i lakukan hanyalah sangat berhati-hati, tetap
waspada terhadap tanda-tanda lain keberadaan m anusia, dan tidak
m elakukan hal lain apa pun yang m em bocorkan keberadaan kam i
kepada nom aden m ana pun yang m ungkin bersem bunyi di dekat kam i.
Em pat kali pe nerbangan helikopter yang berisik untuk m endirikan
perkem ahan kam i dapat diduga m enyadarkan nom aden m ana pun
http://facebook.com/indonesiapustaka

dalam jarak lusinan kilom eter. Kam i barangkali akan segera tahu
bila m em ang ada nom aden di dekat kam i. Sebagai jaga-jaga, kam i
tidak saling berteriak dari jarak jauh. Saya terutam a sangat berhati-
hati untuk tidak berisik ketika saya turun dari situs perkem ahan
guna m engam ati burung di daerah yang lebih rendah di m ana
nom aden paling m ungkin berada. Agar asap api unggun kam i tidak
m em beritahukan keberadaan kam i dari jauh, ka m i hanya m enyalakan
332 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

api besar untuk m asakan utam a kam i setelah gelap. Pada akhirnya,
setelah kam i m enem ukan sejum lah biawak besar berkeliaran di sekitar
perkem ahan kam i, saya m em inta tem an-tem an Papua saya untuk
membuat busur dan anak panah sebagai pertahanan. Mereka menurut,
nam un hanya setengah hati—barangkali karena kayu hijau yang baru
dipotong tidak bisa dipakai m em buat busur dan anak panah yang
bagus, atau karena em pat busur dan anak panah hijau di tangan hanya
em pat tem an Papua saya tidak akan banyak gunanya bila m em ang
betul ada kawanan nom aden m arah di dekat kam i.
Seiring berlalunya hari, tidak ada lagi tongkat patah m isterius yang
kam i tem ukan, dan tidak ada tanda-tanda m encurigakan keberadaan
m anusia. Kam i justru m elihat kangguru pohon pada siang hari, yang
tidak takut dan tidak kabur m elihat kam i. Kangguru pohon adalah m a-
m alia asli terbesar Papua dan m erupakan sasaran pertam a pribum i
pem buru, sehingga di daerah berpenghuni m ereka dengan segera
habis diburu. Individu-individu kanguru pohon yang m asih ada belajar
untuk aktif hanya pada m alam hari, sangat pem alu, dan kabur bila
terlihat. Kam i juga m en jum pai kasuari, burung tuna terbang terbesar di
Papua, yang tidak takut-takut. Kasuari juga m erupakan sasaran utam a
pem buru, dan juga sangat jarang ditem ukan serta sangat pem alu di
daerah-daerah ber penghuni m anusia. Burung dara dan nuri besar di
daerah itu juga tidak takut-takut. Segala sesuatu m enunjukkan bahwa
di lokasi ini hewan-hewan tidak pernah m engalam i perjum paan dengan
m anusia pem buru atau pengunjung.
Sewaktu helikopter kam i kem bali dan m engevakuasi kam i sesuai
jadwal, 19 hari setelah kam i tiba, m isteri tongkat patah itu m asih be lum
terpecahkan. Kam i tidak m elihat tanda-tanda lain keberadaan m a nusia
selain tongkat yang satu itu. Bila diingat-ingat lagi, saya pikir tidak
m ungkin kaum nom aden dari dataran rendah berkilo-kilom eter jauh-
nya m em anjat ribuan m eter, m em buat kebun, kem bali satu atau dua
tahun kem udian, m enancapkan satu tongkat secara kebetulan beberapa
hari sebelum kam i tiba sehingga daunnya m asih hijau, dan tidak
http://facebook.com/indonesiapustaka

meninggalkan tanda-tanda lain apa pun. Meskipun saya tidak bisa


m en jelaskan bagaim ana tongkat itu bisa ada di sana, saya kira para noia
konstruktif Gum ini tidak ada pem benarannya.
Namun saya jelas bisa paham bagaimana Gumini memperoleh si-
kap itu. Daerah asalnya baru berada di bawah kendali pem erintahan
be lum lam a itu. Sebelum nya, berlangsung perang tradisional. Paia,
10 tahun lebih tua daripada Gum ini, tum buh besar sam bil belajar
MENGAMBIL RISIKO ● 333

m em buat per ka kas batu. Dalam m asyarakat Gum ini dan Paia, orang-
orang yang tidak berhati-hati betul terhadap tanda-tanda orang asing
di hutan tidak akan bisa hidup lam a. Tidak ada salahnya m encurigai
tongkat-tongkat yang tidak m udah dijelaskan secara alam iah, m eng-
habiskan sejam m em eriksa dan m em bahas setiap tongkat yang
ditem ukan, dan kem udian terus-m enerus m ewaspadai keberadaan
tongkat-tongkat lainnya. Sebelum kecelakaan perahu yang saya
alam i, saya akan m e m an dang rem eh reaksi Gum ini sebagai dibesar-
besarkan, seperti juga saya m em andang reaksi orang-orang Papua
terhadap pohon m ati tem pat saya berkem ah sebelum nya di awal karier
saya di Papua sebagai hal yang dibesar-besarkan. Namun saya telah
m enghabiskan cu kup banyak waktu di Papua sehingga bisa m em aham i
reaksi Gum ini. Lebih baik m em berikan perhatian 1.0 0 0 kali kepada
tongkat-tongkat yang ternyata jatuh secara alam iah ke posisi yang
terlihat tidak ala m iah, daripada m em buat kesalahan fatal berupa
m engabaikan satu tongkat yang ternyata m em ang ditem patkan oleh
m anusia. Paranoia konstruktif Gum ini m erupakan reaksi wajar seorang
Papua berpengalam an yang berhati-hati.

Me n gam bil ris iko


Meskipun kehati-hatian terus-menerus yang saya istilahkan paranoia
konstruktif sering saya tem ukan di antara orang-orang Papua, saya
tidak ingin m eninggalkan kesan keliru bahwa m ereka m enjadi lum -
puh dan ragu-ragu bertindak. Pertam a, ada orang-orang Papua yang
berhati-hati dan tidak berhati-hati, seperti juga ada orang-orang
Am erika yang berhati-hati dan tidak berhati-hati. Selain itu, orang
yang berhati-hati sepenuhnya m am pu m enim bang-nim bang risiko dan
bertindak. Mereka melakukan sejumlah hal yang mereka tahu berisiko,
nam un m ereka tetap m em ilih untuk m elakukannya se cara berulang-
ulang dan dengan berhati-hati seperlunya. Itu karena m e la kukan hal-
hal tersebut penting sekali bagi m ereka untuk m em peroleh m akanan
dan berhasil dalam hidup, atau karena m ereka m enganggap m e la kukan
http://facebook.com/indonesiapustaka

hal itu ada nilai pentingnya. Saya teringat akan kutipan yang berasal
dari pem ain hoki hebat Wayne Gretzky, m engenai risiko m encoba
m enem bak ke gawang m eskipun berisiko tidak m asuk: “Tem bakan
yang tidak kita lakukan ya 10 0 % tidak m asuk!”
Kawan-kawan Papua saya akan m em aham i ucapan Gretzky itu,
dan akan m enam bahkan dua catatan kaki. Pertam a, analogi yang le bih
dekat dengan kehidupan tradisional adalah bila kita sebenarnya m en-
334 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

dapat hukum an bila tem bakan kita tidak m asuk—nam un kita akan
tetap m enem bak, m eskipun secara lebih berhati-hati. Kedua, pe m ain
hoki tidak bisa m enunggu selam anya sam pai ada kesem patan sem -
purna untuk m enem bak, sebab perm ainan hoki punya batas waktu se-
jam . Serupa dengan itu, kehidupan tradisional m em iliki batas waktu:
kita akan m ati kehausan dalam beberapa hari bila tidak m engam bil
risiko m encari air, kita akan m ati dalam beberapa m inggu bila tidak
m engam bil risiko m encari m akanan, dan kita akan m ati dalam waktu
kurang daripada seabad tak peduli apa pun yang kita lakukan. Bahkan,
rentang hidup tradisional secara rata-rata jauh lebih pendek daripada
orang-orang Dunia Pertam a yang m odern, akibat faktor-faktor yang
tidak bisa dikendalikan seperti penyakit, kekeringan, dan serangan
m usuh. Tidak peduli seberapa hati-hatinya seseorang di m asyarakat
tradisional, dia toh ber kem ungkinan m eninggal sebelum usia 55 tahun,
dan itu m ungkin berarti harus m enolerasi tingkat risiko yang lebih
tinggi daripada di m asyarakat-m asyarakat Dunia Pertam a dengan
rentang hidup rata-rata 80 —seperti juga Wayne Gretzky pastilah akan
m encoba m enem bak lebih banyak seandainya perm ainan hoki hanya
berlangsung tiga puluh m enit, bukan sejam . Ini adalah tiga contoh
risiko diperhitungkan yang orang-orang tradisional terim a nam un
m enakutkan bagi kita:
Pem buru !Kung, yang tidak bersenjatakan apa-apa selain busur
kecil dan anak panah beracun, m elam bai-lam baikan tongkat dan
berteriak-teriak guna m engusir kelom pok singa atau hyena dari
bangkai hewan. Sewaktu seorang pem buru berhasil m elukai antelop,
anak panah kecil itu tidak langsung m em bunuh si an telop: buruan
itu m elarikan diri, pem buru m engejarnya, dan ketika buruan telah
rubuh m ati akibat efek racun yang be kerja lam a setelah berjam -jam
atau sehari berikutnya, singa atau du buk m ungkin telah m enem ukan
bangkainya duluan. Pem buru yang tidak siap m engusir para predator
itu dari bangkai buruan dija m in akan kelaparan. Tidak banyak hal lain
yang tam pak seperti bu nuh diri bagi saya selain pikiran berjalan ke
http://facebook.com/indonesiapustaka

sekelom pok singa yang se dang berpesta seraya m elam bai-lam baikan
tongkat untuk m engusik m e reka. Terlepas dari itu, orang-orang
!Kung pem buru m elakukannya pu luhan kali setiap tahun, selam a
berdasawarsa-dasawarsa. Mereka mencoba meminimalkan risiko
dengan m enantang singa yang tam pak ke ke nyangan dengan perut
m enonjol dan lebih m ungkin m au m undur, daripada m enantang singa
MENGAMBIL RISIKO ● 335

lapar atau kurus yang jelas baru m enem ukan bangkai itu dan m ungkin
m em pertahankannya.
Perem puan daerah Fore, Dataran Tinggi Papua Tim ur, berpindah
dari desa kelahiran m ereka ke desa suam i m ereka ketika m enikah.
Kalau perem puan yang sudah m enikah nan tinya pulang ke desa
kelahiran m ereka untuk m engunjungi orangtua atau kerabat sedarah,
m ereka m ungkin berangkat bersam a suam i m e reka atau sendirian.
Pada m asa-m asa tradisional yang penuh pe pe rangan kronis, perjalanan
sendirian oleh seorang perem puan m elibat kan risiko dia diperkosa
atau dibunuh sewaktu m elintasi teritori m u suh. Perem puan m encoba
m em inim alkan risiko-risiko itu dengan m en cari perlindungan dari
kerabat-kerabat lain yang hidup di teritori yang dilintasi. Tapi, bahaya
dan perlindungan sam a-sam a sulit diper kirakan. Seorang perem puan
m ungkin diserang sebagai balas dendam terhadap pem bunuhan yang
dilangsungkan satu generasi lalu; atau para pelindungnya m ungkin
kalah jum lah dari orang-orang yang ingin m em balas dendam , atau
m engabulkan keinginan m ereka m em balas dendam .
Misalnya, ahli antropologi Ronald Berndt menuturkan sebuah
kisah ten tang seorang perem puan m uda bernam a J um u, dari desa
Ofaina, yang menikahi seorang laki-laki di Jasuvi. Untuk pulang
nantinya bersam a anaknya guna m engunjungi orangtua dan saudara-
saudaranya di Ofaina, Jumu harus melintasi distrik Ora, di mana
belum lam a itu seorang perem puan bernam a Inusa dibunuh oleh laki-
laki Ofaina. Oleh karena itu ipar-ipar Jumu di Jasuvi menasihatinya
untuk m em inta perlindungan dari seorang kerabat laki-laki di Ora
bernam a Asiwa, yang juga kebetulan m erupakan putra dari saudara
laki-laki Inusa yang terbunuh. Sa yangnya, setelah m enem ukan Asiwa di
kebunnya, J um u kepergok oleh sejum lah laki-laki Ora, yang m engerjai
dan m em aksa Asiwa agar m em biar kan salah seorang di antara m ereka
m em perkosa J um u padahal ada Asiwa, dan kem udian m em bunuh
J um u dan anaknya. Asiwa tam paknya hanya setengah hati berusaha
m elindungi J um u, sebab dia m erasa pem bunuhan terhadap J um u dan
http://facebook.com/indonesiapustaka

anaknya m erupakan balas dendam yang sah atas pem bunuhan Inusa.
Soal m engapa J um u m elakukan kesalahan yang ternyata fatal yaitu
m em percayakan dirinya agar dilindungi Asiwa, Berndt berkom entar,
“Pertarungan, balas dendam , dan balas dendam balik sedem ikian
sering sehingga orang-orang m enjadi terbiasa de ngan keadaan
ini.” Dengan kata lain, J um u tidak ingin selam anya m e nanggalkan
336 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

harapan berjum pa orangtunaya lagi, dan dia m enerim a serta m encoba


m em inim alkan risiko yang terlibat.
Contoh terakhir keseim bangan rapuh antara paranoia konstruktif
dan m enerim a risiko secara sadar m elibatkan orang-orang Inuit
pem buru. Satu m etode penting perburuan an jing laut oleh orang-
orang Inuit pada m usim dingin adalah ber diri, terkadang berjam -
jam lam anya, di atas salah satu lubang napas an jing laut di paparan
es laut, dengan harapan anjing laut akan m uncul di lubang itu untuk
m enarik napas sebentar sehingga bisa diharpun. Teknik itu m elibatkan
risiko yaitu paparan es m ungkin patah dan hanyut ke laut, sehingga si
pem buru terdam par di atas es dan m ungkin tewas akibat tenggelam ,
kedinginan, atau kelaparan. J auh lebih am an bagi pem buru untuk
tetap berada di ta nah dan tidak m enem patkan diri m ereka dalam
risiko sem acam itu. Tapi hal itu sendiri akan m enim bulkan risiko
m ati akibat kelaparan, sebab perburuan darat tidak m em berikan
ganjaran yang setara dengan pe nangkapan anjing laut di lubang
napas. Walaupun para Inuit pem buru m en coba m em ilih paparan
es yang kecil kem ungkinannya patah, bahkan pem buru yang paling
berhati-hati pun tidak bisa m em perkirakan soal patahan paparan es
dengan penuh keyakinan, dan berbagai bahaya lain dari kehidupan
Artik m enyebabkan rentang hidup Inuit pem buru tra disional rata-rata
pendek. Begitulah, seandainya pertandingan hoki hanya berlangsung
20 m enit, kita harus berisiko m enem bak ke gawang bahkan m eskipun
tem bakan yang tidak m asuk akan dijatuhi hukum an.

Ris iko d an ke ge m aran m e n go bro l


Terakhir, saya hendak berspekulasi m engenai kem ungkinan hubungan
antara dua ciri kehidupan tradisional: risiko-risikonya, dan apa
yang telah saya alam i sebagai kegem aran m engobrol orang-orang
tradisional. Sejak perjalanan pertam a saya ke Papua, saya telah
terkesan oleh be tapa banyaknya waktu yang dihabiskan orang-orang
Papua untuk m engobrol dengan sesam a dibandingkan kam i, orang-
http://facebook.com/indonesiapustaka

orang Amerika dan Eropa. Mereka terus mengomentari apa yang


sedang terjadi seka rang, apa yang terjadi pagi tadi dan kem arin,
siapa yang m akan apa dan kapan, siapa yang buang air kecil dan
di m ana serta kapan, serta ber bagai tetek-bengek tentang siapa
mengatakan apa soal siapa atau melakukan apa kepada siapa. Mereka
tidak hanya m engisi hari dengan obrolan: dari waktu ke waktu pada
m alam hari, m ereka terbangun dan kem bali m engobrol. J adinya
RISIKO DAN KEGEMARAN MENGOBROL ● 337

sulit bagi seorang Barat seperti saya, yang terbiasa dengan m alam -
m alam yang dihabiskan dengan tidur tanpa gangguan dan tanpa
tersela oleh percakapan, untuk bisa cukup tidur m alam di pondok
yang saya tinggali bersam a banyak orang Papua. Orang-orang Barat
telah m em berikan kom entar serupa m engenai kege m aran m engobrol
orang-orang !Kung, orang-orang Pigm i Afrika, dan banyak kelom pok
tradisional lainnya.
Dari banyak contoh, yang satu ini m elekat di ingatan saya. Satu
pagi dalam perjalanan kedua saya ke Papua, saya ber ada dalam
tenda bersam a dua laki-laki Dataran Tinggi Papua, se m entara orang-
orang lain dari perkem ahan sedang berada di hutan. Kedua laki-
laki itu berasal dari suku Fore dan m engobrol dengan bahasa Fore.
Saya m enikm ati belajar bahasa Fore, dan percakapan keduanya cu-
kup repetitif dan m engenai suatu topik yang saya sudah cukup kuasai
kosakatanya, sehingga saya bisa m engikuti sebagian besar obrolan
mereka. Mereka sedang membicarakan tentang makanan pokok
Dataran Tinggi, yaitu ubi, yang dalam bahasa Fore disebut isa-aw e.
Salah seorang laki-laki itu m engam ati tum pukan ubi di sudut tenda,
m e m asang tam pang sedih, dan berkata kepada laki-laki yang satu lagi,
“Isa-awe kampai.” (”Tidak ada ubi.”) Mereka lantas menghitung berapa
banyak isa-awe yang sebenarnya ada di tum pukan itu, m enggunakan
sistem m enghitung Fore yang m em etakan barang dengan 10 jari pada
kedua tangan, kem udian dengan kesepuluh jari kaki, dan terakhir de-
ngan serangkaian titik di sepanjang lengan. Mereka masing-masing
menuturkan berapa banyak isa-awe yang dia makan pagi itu. Mereka
ke m udian m em bandingkan ingatan tentang berapa banyak isa-awe
yang si "orang m erah" m akan tadi pagi (m aksudnya, saya: orang-orang
Fore m enyebut orang-orang Eropa sebagai tetekine, arti hariahnya
"orang m erah", bukan "orang putih"). Laki-laki yang pertam a berbicara
m engatakan bahwa dia lapar dan ingin m akan isa-awe, walapun baru
sejam lalu dia m enyantap sarapan. Percakapan itu berlangsung te rus
untuk m em perkirakan berapa lam a lagi tum pukan isa-awe itu akan
http://facebook.com/indonesiapustaka

bertahan, dan kapan si orang m erah (saya lagi) akan m em beli isa-awe
lagi. Tidak ada sesuatu yang janggal m engenai percakapan itu: ingatan
tentangnya m elekat di benak saya sem ata karena m em buat saya jadi
tidak bisa m elupakan kata Fore isa-aw e, dan karena saya saat itu
terkesim a oleh betapa lam a kedua laki-laki itu bisa terus bercakap-
cakap soal berbagai hal dari satu tem a saja, yaitu isa-awe.
338 ● PARANOIA KONSTRUKTIF

Kita m ungkin cenderung m em andang rem eh pem bicaraan se m a-


cam itu sebagai "gosip semata". Namun gosip memiliki berbagai fungsi
bagi kita, dan juga bagi orang-orang Papua. Salah satu fungsinya di
Papua ada lah orang-orang tradisional tidak m em iliki alat hiburan pasif
yang kita curahi waktu secara berlebihan, seperti televisi, radio, ilm,
buku, per m ainan video, dan Internet. Bercakap-cakap adalah ben-
tuk hiburan utam a di Papua. Satu lagi fungsi bercakap-cakap di Papua
ada lah m em pertahankan dan m engem bangkan hubungan sosial, yang
setidak-tidaknya sam a pentingnya bagi orang-orang Papua seperti juga
bagi orang-orang Barat.
Sebagai tam bahan, saya pikir m engalirnya percakapan m ereka
terus-m enerus m em bantu orang-orang Papua m enghadapi kehidupan
di dunia yang berbahaya di sekeliling m ereka. Segala seesuatu dibahas:
perincian kecil m engenai peristiwa, apa yang telah berubah di-
bandingkan kem arin, apa yang m ungkin terjadi berikutnya, siapa m e-
lakukan apa, dan m engapa m ereka m elakukan itu. Kita m em peroleh
se bagian besar inform asi m engenai dunia di sekeliling kita dari m e-
dia; orang-orang tradisional Papua m em peroleh sem ua inform asi m e-
reka dari hasil pengam atan m ereka sendiri dan dari satu sam a lain. Ke-
hidupan lebih berbahaya bagi m ereka daripada bagi kita. Dengan terus-
m enerus bercakap-cakap dan m em peroleh inform asi sebanyak m ung-
kin, orang-orang Papua m encoba m em aham i dunia m ereka, dan m em -
persiapkan diri secara lebih baik untuk m enundukkan bahaya-bahaya
k ehidupan.
Tentu saja, percakapan pun m em iliki fungsi yang sam a, yaitu
m enghindari risiko, bagi kita. Kita juga bercakap-cakap, nam un kebu-
tuhan kita bercakap-cakap tidak begitu besar, sebab kita m enghadapi
lebih se dikit bahaya dan lebih banyak sum ber inform asi. Saya teringat
seorang tem an dari Am erika yang akan saya sebut Sara, dan yang saya
ka gum i karena upaya-upayanya dalam m enghadapi dunia berbahaya
di se kelilingnya. Sara seorang ibu tunggal, bekerja purnawaktu, hidup
dengan gaji pas-pasan, dan berjuang untuk m enanggung segala ke bu-
http://facebook.com/indonesiapustaka

tuhan putranya yang m asih kecil dan kebutuhannya sendiri. Sebagai


seseorang yang cerdas dan senang bergaul, dia ingin bertem u laki-laki
yang tepat untuk m enjadi m itra hidup baginya, ayah bagi putranya, pe-
lin dung, dan kontributor ekonom i.
Bagi seorang ibu tunggal, dunia yang dikuasai laki-laki Am erika
pe nuh bahaya yang sulit dikaji secara akurat. Sara pernah bertem u
laki-laki yang ternyata tidak jujur atau jahat. Itu tidak m enyurutkan
RISIKO DAN KEGEMARAN MENGOBROL ● 339

sem angatnya untuk terus berkencan. Tapi, seperti pem buru !Kung yang
tidak m enyerah sewaktu m enem ukan singa sedang m e nyantap bangkai
buruannya, dan m enggunakan sem ua pengalam an untuk secara cepat
m engkaji bahaya yang dise bab kan oleh singa, Sara telah belajar untuk
m enilai laki-laki dengan cepat dan m ewaspadai tanda-tanda kecil
bahaya. Dia se ring m enghabiskan banyak waktu m engobrol bersam a
tem an-tem an pe rem puan dalam situasi yang serupa, guna berbagi
pengalam an m engenai laki-laki dan berbagai kesem patan serta risiko
kehidupan, sehingga m e reka pun bisa saling m em bantu m em aham i
hasil-hasil pengam atan.
Wayne Gretzky akan m engerti m engapa Sara terus berupaya
m enem u kan pendam ping, terlepas dari banyaknya tem bakan yang
m eleset. (Dengan senang hati saya laporkan bahwa Sara akhirnya
berhasil m e m iliki pernikahan kedua yang berbahagia, dengan seorang
laki-laki baik yang dia tem ui dan m erupakan seorang ayah tunggal
sewaktu m ereka ber tem u.) Sedangkan tem an-tem an Papua saya akan
m em aham i paranoia kons truktif Sara, dan seluruh waktu yang dia
curahkan untuk bercakap-ca kap dengan tem an-tem annya m engenai
perincian kehidupan sehari-hari m ereka.
http://facebook.com/indonesiapustaka
BAB 8

Singa dan Bahaya-bahaya Lainnya

Bahaya-bahaya dalam kehidupan tradisional ▪ Kecelakaan ▪


Kewaspadaan ▪ Kekerasan oleh manusia ▪ Penyakit ▪ Tanggapan
terhadap penyakit ▪ Kelaparan ▪ Kekurangan makanan yang tidak
terperkirakan ▪ Memanfaatkan lahan yang terpencar-pencar ▪ Musim
dan cadangan makanan ▪ Perluasan ragam makanan ▪ Mengumpul dan
menyebar ▪ Tanggapan terhadap bahaya

Bah aya-bah aya d alam ke h id u p an trad is io n al


Ahli antropologi Melvin Konner menghabiskan dua tahun hidup
bersam a para pem buru-pengum pul !Kung di daerah terpencil di Gurun
Kalahari, Botswana, jauh dari jalan m aupun kota. Kota terdekat adalah
kota kecil dengan segelintir kendaraan berm otor, sedem ikian rupa
sehingga jalan di kota itu hanya dilewati m obil rata-rata setiap satu
m enit sekali. Tetap saja ketika Konner m em bawa seorang !Kung te m an-
nya bernam a !Khom a ke kota itu, laki-laki itu ketakutan karena harus
m enyeberangi jalan, m eskipun tidak ada m obil yang terlihat da tang
dari arah m ana pun. Padahal gaya hidup laki-laki ini di Kalahari m e-
libat kan m engusir singa dan hyena dari bangkai hewan buruan.
Sabine Kuegler, putri pasangan m isionaris J erm an yang tum buh
http://facebook.com/indonesiapustaka

besar bersam a orangtuanya di antara suku Fayu di hutan-hutan rawa


Papua Indonesia, di m ana juga tidak ada jalanan, kendaraan ber m otor,
ataupun kota, m enuturkan tentang reaksi serupa. Saat berusia 17
tahun, dia akhirnya m eninggalkan Papua untuk bersekolah asram a di
Swiss. “Ada begitu banyak m obil di sini, dan sem uanya m elaju de ngan
begitu cepat! ...Setiap kali kam i harus m enyeberangi jalanan tan pa
lam pu lalu lintas, saya m ulai berkeringat dingin. Saya tidak bisa m em -
BAHAYA-BAHAYA DALAM KEHIDUPAN TRADISIONAL ● 341

perkirakan kecepatan mobil, dan saya panik akan tertabrak... Mobil


m elaju dari kedua arah, dan ketika ada celah kecil di antara m obil-
m obil yang berlalu-lalang, tem an-tem an saya berlari m enyeberangi
jalan. Namun saya tetap di tempat, seolah-olah berubah menjadi batu...
Se lam a lim a m enit saya tetap berdiri di tem pat yang sam a. Rasa takut
saya terlalu besar. Saya berjalan m em utar jauh sekali sam pai saya
akhir nya m enem ukan tem pat penyeberangan jalan dengan lam pu lalu
lintas. Sejak saat itu, sem ua tem an saya tahu sehingga m ereka harus
m e ren canakan jauh sebelum nya untuk m enyeberangi jalan bersam a
saya. Sam pai saat ini, saya m asih takut akan lalu lintas yang m elaju di
kota-kota.” Padahal Sabine Kuegler telah terbiasa berhati-hati terhadap
celeng dan buaya di hutan-hutan rawa Papua.
Kedua kisah yang serupa itu menggambarkan beberapa poin.
Orang-orang dalam masyarakat mana pun menghadapi bahaya, namun
bahayanya berbeda-beda di masyarakat yang berbeda-beda. Persepsi
kita mengenai risiko yang tidak kita akrabi maupun risiko yang kita
akrabi sering kali tidak realistik. Orang !Kung teman Konner dan Sabine
Kuegler sama-sama benar, dalam arti mobil sebe nar nya merupakan
bahaya nomor satu dalam kehidupan Amerika. Namun para mahasiswa
kolese Amerika maupun pemilih perempuan, yang dimin ta untuk
membuat peringkat berbagai bahaya dalam kehidupan, menempatkan
te naga nuklir sebagai lebih berbahaya daripada mobil, meskipun tenaga
nuklir (bahkan bila kita sertakan jumlah korban tewas akibat dua bom
atom yang dijatuhkan pada akhir Perang Dunia II) sebenarnya ha nya
pernah membunuh lebih sedikit orang dibanding yang te was akibat
mobil. Mahasiswa-mahasiswa kolese di Amerika juga menganggap
pestisida sebagai sangat berisiko (tak jauh setelah senjata api dan me-
rokok, menurut pendapat mereka), dan pembedahan sebagai re latif
aman, padahal kenyataannya pembedahan lebih berbahaya daripada
pestisida.
Kita bisa tam bahkan bahwa gaya hidup tradisional secara kese-
luruh an lebih berbahaya daripada gaya hidup Barat, seperti yang ditun-
http://facebook.com/indonesiapustaka

juk kan oleh rentang hidup yang jauh lebih pendek. Tapi sebagian besar
perbedaan itu belum lam a tim bul. Sebelum pem erintahan negara
yang efektif dim ulai sekitar 40 0 tahun lalu guna m engurangi dam pak
kelaparan, dan terutam a sebelum tindakan-tindakan kesehatan m a sya-
ra kat dan kem udian antibiotika yang berhasil m engatasi sebagian besar
pe nyakit m enular kurang daripada 20 0 tahun lalu, rentang hidup di
342 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

m asyarakat-m asyarakat negara di Eropa dan Am erika tidak lebih tinggi


daripada m asyarakat tradisional.
Apa, sebenarnya, yang m erupakan bahaya utam a dalam kehidupan
tra disional? Kita akan lihat bahwa singa dan buaya hanyalah sebagian
ja wabannya. Sedangkan m engenai reaksi terhadap bahaya, kita orang-
orang m odern terkadang m enanggapinya secara rasional dengan
cara m engam bil tindakan-tindakan yang efektif untuk m em ini-
m alkan bahaya tersebut, nam un dalam kasus-kasus lain kita m enang-
gapi secara "tidak rasional" dan tidak efektif, m isalnya dengan m e-
nyangkalnya, atau dengan doa dan praktik-praktik religius lainnya.
Bagaim ana orang-orang tradisional m enanggapi bahaya? Saya akan
bahas apa yang bagi saya tam paknya m erupakan em pat kelom pok
utam a bahaya yang dihadapi oleh orang-orang tradisional: bahaya ling-
kungan, keke ras an oleh m anusia, penyakit m enular dan parasit, serta
kelaparan. Dua ke lom pok yang pertam a m asih m erupakan m asa lah
utam a di m asyarakat-m asyarakat Barat m odern, nam un yang ketiga
dan ter uta m a yang keem pat tidak terlalu (walaupun m asih penting
di bagian-ba gian lain dunia m odern). Kem udian saya akan sebutkan
dengan ringkas ba gaim ana cara-cara kita m engkaji risiko m enjadi
terdistorsi, sede m ikian rupa sehingga kita bereaksi berlebihan terhadap
pestisida nam un m e re m ehkan pem bedahan.

Ke ce lakaan
Sewaktu kita m em bayangkan bahaya-bahaya yang dihadapi m asyarakat
tradisional, hal pertam a yang teringat oleh kita m ungkin adalah singa
dan berbagai bahaya lingkungan lainnya. Pada kenyataannya, bagi ke-
banyakan bahaya tradisional, bahaya lingkungan hanya berada di
peringkat ketiga sebagai penyebab kem atian, setelah penyakit dan ke-
kerasan oleh manusia. Namun bahaya lingkungan memberikan efek
yang lebih besar kepada perilaku m anusia daripada penyakit, kare na
hu bungan antara penyebab dan akibat bahaya lingkungan bisa ditang-
kap dan dipaham i secara jauh lebih cepat dan m udah.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Tabe l 8 .1 m encantum kan penyebab-penyebab utam a yang dila-


por kan m engenai kem atian atau cedera yang tidak disengaja bagi tujuh
m asyarakat tradisional dengan rangkum an bagi m asing-m asingnya.
Ke tujuh m asyarakat itu hidup di atau dekat wilayah tropis dan m e la-
kukan berburu-m engum pul, nam un dua di antaranya (Penduduk Da-
taran Tinggi Papua dan Kaulong) m em peroleh sebagian besar kalori
m e reka dari pertanian. Tentunya, m asyarakat tradisional yang berbeda
KECELAKAAN ● 343

harus m enghadapi bahaya yang berbeda terkait dengan lingkungan


yang berbeda. Misalnya, tenggelam dan hanyut terbawa patahan es ke
laut adalah risiko bagi orang-orang Inuit di pesisir Artika, nam un tidak
bagi orang-orang !Kung di Gurun Kalahari. Sedangkan terhantam po-
hon yang rubuh dan digigit ular berbisa adalah risiko bagi orang-orang
Pigm i Aka dan orang-orang Ache nam un tidak bagi orang-orang Inuit.
Ter jerum us ke dalam gua bawah tanah yang runtuh adalah risiko
bagi orang-orang Kaulong nam un tidak bagi kelom pok lain dalam
tabel tersebut, sebab hanya orang-orang Kaulong yang hidup dalam
lingkungan dengan banyak rongga tanah yang beratap tipis. J elas
juga bahwa Tabel 8.1 m encakup sem ua jenis kelam in dan kelas usia
dalam suatu m asyarakat: kecelakaan m em bunuh lebih banyak laki-
laki daripada pe rem puan di antara orang-orang Ache, !Kung, dan
banyak m asyarakat lainnya, bukan hanya karena perburuan hewan
oleh laki-laki lebih ber ba haya daripada pengum pulan tum buhan oleh
perem puan, nam un juga karena laki-laki lebih cenderung m encari
risiko daripada perem puan. Tapi Tabel 8.1 m asih m em adai untuk
pengam bilan beberapa ke sim pulan.

Tabe l 8 .1. Ke ce lakaan p e n ye bab ke m atian d an ce d e ra


Ach e ( Paragu ay) 1. Ular berbisa. 2. J aguar, petir, tersesat. 3. Pohon
rubuh, jatuh dari pohon, gigitan serangga dan
goresan duri yang terinfeksi, api, tenggelam ,
kedinginan, terbacok kapak.
!Ku n g ( Afrika Se latan ) 1. Anak panah beracun. 2. Api, hewan besar, ular
berbisa, jatuh dari pohon, goresan duri yang
terinfeksi, kedinginan. 3. Tersesat, petir.
Pigm i Aka ( Afrika J atuh dari pohon, pohon rubuh, hewan besar, ular
Te n gah ) berbisa, tenggelam .
D ataran Tin ggi Pap u a 1. Api, pohon rubuh, gigitan serangga dan goresan
duri yang terinfeksi.
2. Kedinginan, tersesat.
Fayu ( d ataran re n d ah Kalajengking dan laba-laba, ular berbisa, babi dan
http://facebook.com/indonesiapustaka

Pap u a) buaya, api, tenggelam .


Kau lo n g ( Britan ia 1. Pohon rubuh. 2. J atuh dari pohon, tenggelam ,
Baru ) terluka oleh kapak atau pisau, runtuhnya gua bawah
tanah.
Agta ( Filip in a) Pohon rubuh, jatuh dari pohon, tenggelam ,
kecelakaan berburu dan m em ancing.
344 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

Pertam a-tam a kita perhatikan bahwa dalam Tabel 8.1 tidak disebut-
sebut soal penyebab-penyebab utam a kem atian akibat kecelakaan
di m asyarakat-m asyarakat m odern terwesternisasi: dalam urutan
dari yang paling besar angka kem atiannya, anggota m asyarakat m o-
dern m eninggal karena m obil (Gam bar 44), alkohol, senjata api,
pem bedahan, dan sepeda m otor; tidak satu pun yang m erupakan
bahaya bagi m a sya rakat tradisional, kecuali kadang-kadang alkohol.
Kita m ungkin bertanya-tanya apakah kita hanya m enukar bahaya
lam a berupa singa dan pohon rubuh m enjadi bahaya baru kita
berupa mobil dan alkohol. Namun ada dua perbedaan besar lain-
nya antara bahaya-bahaya lingkungan di m asyarakat m odern dan di
m asyarakat tradisional selain jenis-jenis bahaya yang terlibat. Salah
satu perbedaannya adalah bahwa risiko kum ulatif kem atian akibat
kecelakaan barangkali lebih rendah pada m asyarakat m odern, sebab
kita jauh lebih m engendalikan lingkungan kita walaupun m em ang ada
bahaya-bahaya baru yang kita buat sendiri seperti m obil. Perbedaan
lainnya adalah bahwa, berkat kedokteran m odern, kerugian yang kita
derita akibat kecelakaan jauh lebih sering tertangani sebelum kita ter-
bunuh atau cacat perm anen karenanya. Sewaktu tendon tangan saya
putus, seorang dokter bedah m em asang belat di tangan saya, yang sem -
buh dan kem bali berfungsi penuh dalam enam bulan, nam un sejum lah
tem an di Papua yang m engalam i patah tendon atau tulang, sam a sekali
tidak sem buh atau hanya sem buh sebagian dan m enjadi cacat seum ur
hidup.
Kedua perbedaan itu adalah bagian alasan m engapa orang-orang
tradisional sedem ikian bersem angat m eninggalkan gaya hidup m ereka
di hutan, yang secara abstrak dikagum i oleh orang-orang Barat, yang
tidak harus menjalani gaya hidup itu sendiri. Misalnya, perbedaan-
perbedaan itu m em bantu m enjelaskan m engapa sedem ikian banyak
Indian Ache m enyerahkan kehidupan yang bebas sebagai pem buru dan
berdiam di reservasi, m eskipun bagi orang luar tam paknya hal itu se-
dem ikian m erendahkan. Serupa dengan itu, seorang tem an saya dari
http://facebook.com/indonesiapustaka

Am erika berkelana separo dunia dem i m enem ui satu kawanan pem -


buru-pengum pul di hutan Papua yang baru ditem ukan, hanya untuk
m endapati bahwa separo dari m ereka telah m em ilih untuk berpindah
ke satu desa Indonesia dan m engenakan kaos, karena hidup di sana
lebih am an dan lebih nyam an. “Ada beras buat m akan, dan tidak ada
lagi nyam uk!” adalah penjelasan singkat m ereka.
KECELAKAAN ● 345

Sewaktu Anda m em baca ketujuh perangkat isi Tabel 8.1, Anda akan
m elihat sejum lah kesam aan tem a bahaya yang bersifat serius bagi ba-
nyak atau sebagian besar m asyarakat tradisional, nam un jarang atau
m e ngejutkan bagi kita orang-orang m odern. Hewan liar m em ang m e-
rupa kan ancam an besar bagi orang-orang tradisional (Gam bar 43).
Misalnya, jaguar menyebabkan 8% kematian pada laki-laki Ache
dewasa. Singa, m acan tutul, hyena, gajah, kerbau, dan buaya m em ang
m em bunuh orang-orang Afrika, nam un hewan yang paling banyak
m em bunuh orang Afrika adalah kuda nil. Orang-orang !Kung dan
Pigm i Afrika ter bunuh, tergigit, tergores, dan terluka bukan hanya
oleh karnivora besar m elainkan juga oleh antelop dan buruan m eeka
lainnya yang cedera. Meskipun kita ngeri memikirkan pemburu !Kung
pem buru m engusir kawanan singa dari bangkai, orang-orang !Kung
m enyadari bahwa singa yang paling berbahaya adalah singa yang
sendirian dan sudah ter lalu tua, sakit, atau terluka untuk m enangkap
m angsa yang gesit dan terpaksa m enyerang m anusia saja.
Ular berbisa juga berada di peringkat tinggi sebagai bahaya bagi
m asyarakat-m asyarakat di Tabel 8.1 yang hidup di daerah tropis. Ular
berbisa m enyebabkan 14% kem atian di antara laki-laki Ache dewasa
(alias lebih banyak daripada jaguar), dan m enyebabkan lebih banyak
lagi hilangnya tungkai. Ham pir sem ua laki-laki dewasa Yanom am o
dan Ache pernah digigit ular setidaknya sekali. Yang lebih sering lagi
terhitung se bagai bahaya adalah pohon, baik sebagai pohon atau ca-
bang yang m enim pa orang di hutan (ingatlah pengalam an saya sendiri
yang saya jabarkan di awal Bab 7), m aupun orang-orang yang jatuh
ketika m em anjat pohon guna berburu atau m engum pulkan buah atau
m a du (Gam bar 42). Api yang m em beri kehangatan di rum ah m eru-
pa kan risiko yang lebih besar daripada kebakaran sem ak, sedem ikian
rupa sehingga sebagian besar penduduk Dataran Tinggi Papua dan
orang !Kung m em iliki bekas luka bakar akibat tidur di sebelah api
sewaktu sudah dewasa atau berm ain-m ain di dekat api sewaktu m asih
bayi.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Mati akibat terpapar cuaca dingin dan/atau basah adalah bahaya


di luar daerah tropis, nam un tetap m erupakan bahaya di dataran
tinggi Papua dan daerah-daerah lain di wilayah tropis. Bahkan bagi
orang-orang Ache yang hidup di Paraguay dekat garis balik selatan,
suhu m usim dingin dapat m erosot ke bawah titik beku, dan seorang
Ache yang terjebak dalam hutan kala m alam tanpa api berisiko m ati.
Di salah satu gunung tertinggi di Papua, sewaktu saya sedang hiking
346 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

dengan persiapan baik dan berpakaian hangat dalam hujan yang m em -


bekukan dan angin ribut di ketinggian 3.0 0 0 m eter, saya berjum pa
tujuh anak sekolah Papua yang dengan gegabah berangkat pagi hari
itu ketika cuaca cerah, dengan celana pendek dan kaos, untuk m e-
nyeberangi gunung tersebut. Waktu saya berjum pa m ereka be berapa
jam kem udian, m ereka gem etaran tak terkendali, terseok-seok, dan
nyaris tak bisa bicara. Laki-laki setem pat yang bersam a saya m eng-
antar m ereka ke tem pat bernaung, dan m enunjukkan kepada saya
satu tum pukan batu di dekat situ, di m ana sekelom pok orang yang
terdiri atas 23 laki-laki berlindung di situ ketika cuaca buruk tahun
sebelum nya, dan m ati di sana akibat kedinginan. Tenggelam dan ter-
sam bar petir adalah bahaya-bahaya lingkungan lainnya, baik bagi
orang tradisional m aupun m odern.
Orang-orang !Kung, Papua, Ache, dan banyak m asyarakat pelanja
lain nya legendaris karena kem am puan m ereka m engikuti jejak, m em -
baca petunjuk di lingkungan, dan m endeteksi jalur yang nyaris tidak
ada tandanya. Terlepas dari itu, m ereka sekalipun, dan terutam a anak-
anak m ereka, terkadang berbuat kesalahan, tersesat, dan tidak dapat
m e nem ukan jalan pulang ke perkam pungan sebelum m alam turun,
dengan berbagai konsekuensi fatal. Tem an-tem an saya terlibat dalam
dua tragedi sem acam itu di Papua, salah satunya seorang anak laki-
laki yang sedang berjalan bersam a sekelom pok orang dewasa m alah
m elipir dan tidak pernah ditem ukan lagi m eskipun dilakukan pencarian
besar-besaran pada hari yang sam a dan pada hari-hari berikutnya. Ke-
jadian satu lagi adalah seorang laki-laki kuat berpengalam an tersesat
di gunung pada petang hari, tidak bisa m encapai desanya, dan m ati ke-
dinginan di hutan pada m alam nya.
Penyebab lain lagi kecelakaan adalah senjata dan perkakas kita sen-
diri. Anak panah yang digunakan oleh para !Kung pem buru dilum uri
racun yang kuat, akibatnya tergores anak panah secara tidak sengaja
m erupakan penyebab paling serius kecelakaan berburu bagi orang-
orang !Kung. Orang-orang tradisional di seluruh dunia secara tidak
http://facebook.com/indonesiapustaka

sengaja m engalam i luka akibat pisau dan ka pak, seperti juga koki dan
tukang kayu m odern.
Yang tidak begitu heroik dan jauh lebih um um daripada singa
atau petir sebagai penyebab kem atian atau cedera akibat kecelakaan
adalah gigitan serangga kecil dan luka gores akibat duri. Di wilayah
tropis yang lem bap, luka gigitan atau goresan apa pun—bahkan sekadar
akibat lintah, kutu, nyam uk, atau tungau—berkem ungkinan terinfeksi,
KECELAKAAN ● 347

dan bila tidak ditangani bisa berkem bang m enjadi pem bengkakan
yang melumpuhkan. Misalnya, sekali waktu saya mengunjungi se-
orang tem an Papua bernam a Delba yang pernah beberapa m inggu
hiking bersam a saya m enem bus hutan dua tahun sebelum nya, saya
ter peranjat m endapati dia tidak bisa m eninggalkan rum ah dan tidak
m am pu berjalan sam a sekali, akibat goresan sederhana yang terinfeksi,
kem udian cepat sem buh berkat antibiotika yang saya bawa nam un
tidak dim iliki oleh penduduk desa Papua. Sem ut, lebah, kela bang,
kalajengking, laba-laba, dan tawon tidak hanya m enggigit atau m eng-
gores m elainkan juga m enyuntikkan bisa yang terkadang m e m atikan.
Selain pohon rubuh, tawon penyengat dan sem ut penggigit adalah
bahaya-bahaya yang paling ditakuti oleh tem an-tem an Papua saya di
hu tan. Sejum lah serangga bertelur di bawah kulit, dan dari telur itu
m e netas larva yang m enyebabkan pem bengkakan besar dan cacat per-
m anen.
Meskipun penyebab-penyebab kecelakaan pada masyarakat tradi-
sio nal berm acam -m acam , ada beberapa generalisasi yang bisa ditarik.
Akibat-akibat serius kecelakaan tidak hanya m encakup kem atian itu
sen diri m elainkan juga, bila orang yang terkena kecelakaan itu selam at,
kemungkinan berkurangnya keefektifan isik secara sementara ataupun
selam anya, m engakibatkan orang tersebut tidak m am pu sepenuhnya
m engurusi anak-anaknya dan kerabat-kerabat lainnya, daya tahannya
ter hadap penyakit turun, cacat, dan kehilangan anggota tubuh. Akibat-
akibat "kecil" itulah, bukannya risiko kem atian, yang m enjadikan saya
dan tem an-tem an Papua saya sedem ikian takut pada sem ut, tawon,
dan goresan duri yang terinfeksi. Meskipun seseorang bertahan hidup
setelah digigit ular berbisa, gigitannya m ungkin m enyebabkan gangren
dan kor ban pun m enjadi lum puh, cacat, atau kehilangan lengan atau
kaki yang digigit.
Seperti juga risiko kelaparan yang ada di m ana-m ana dan akan di-
bahas nanti dalam bab ini, bahaya-bahaya lingkungan m em pengaruhi
perilaku orang jauh lebih daripada yang bisa kita duga dari jum lah ke-
http://facebook.com/indonesiapustaka

m atian atau cedera yang disebabkan. Bahkan, angka kem atian m ungkin
rendah justru karena sedem ikian banyak perilaku yang diinvestasikan
dalam menghadapi bahaya-bahaya ini. Misalnya, singa dan karnivora
besar lainnya m enyebabkan hanya 5 dari 1.0 0 0 kem atian orang
!Kung, dan ini m ungkin m enyesatkan kita sehingga berkesim pulan
keliru bahwa singa bukanlah faktor besar dalam kehidupan !Kung.
Pada kenyataannya, angka kem atian yang rendah itu m encerm inkan
348 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

pengaruh besar singa terhadap kehidupan !Kung. Orang-orang Papua,


yang hidup dalam lingkungan tanpa karnivora berbahaya, berburu pada
m a lam hari; orang-orang !Kung tidak begitu, karena pada m alam sulit
m en de teksi hewan yang berbahaya beserta jejaknya, dan karnivora
ber bahaya lebih aktif pada m alam hari. Perem puan-perem puan
!Kung selalu pergi m encari m akanan berkelom pok, terus-m enerus
m em buat bunyi berisik dan berbicara keras-keras guna m em astikan
bahwa m ereka tidak berpapasan dengan hewan secara m engejutkan,
m ewaspadai keberadaan jejak, dan m enghindari lari (sebab lari
justru m em ancing predator untuk m enyerang). Bila di dekat-dekat
m ereka terlihat ada pre dator, orang-orang !Kung m ungkin m em batasi
perjalanan m ereka keluar dari perkam pungan selam a satu atau dua
hari.
Sebagian besar kecelakaan—yang disebabkan oleh hewan, ular, po-
hon rubuh, jatuh dari pohon, kebakaran sem ak, kedinginan, tersesat,
tenggelam , gigitan serangga, dan goresan duri—terkait dengan pergi
m encari atau m enghasilkan m akanan. Karena itu sebagian besar
kece lakaan bisa dihindari dengan tetap tinggal di rum ah atau di
perkam pungan, nam un akibatnya adalah kita tidak m em peroleh
m akanan. Oleh karena itu, bahaya lingkungan m engilustrasikan
asas Wayne Gretzky yang termodiikasi: Bila kita tidak menembak,
m aka kita tidak akan pernah m eleset dari gawang nam un dijam in
juga tidak akan pernah m encetak gol. Para pencari m akanan dan
petani tradisional, bahkan lebih daripada Wayne Gretzky, harus
m enyeim bangkan bahaya dengan kebutuhan m endesak untuk terus-
m enerus m encetak "gol". Serupa dengan itu, kita para penghuni kota
m odern dapat m enghindari bahaya utam a kehidupan per kotaan,
yaitu kecelakaan m obil, dengan cara tinggal di rum ah dan tidak
m enghadapi ribuan pengem udi yang m elesat tak ter perkirakan dengan
kecepatan sampai 100 kilometer per jam atau lebih di jalan tol. Namun
sebagian besar kita bergantung kepada kendaraan guna pergi bekerja
atau berbelanja. Wayne Gretzky akan berkata: Bila tidak ada yang
http://facebook.com/indonesiapustaka

mengemudi, tidak ada yang dapat slip gaji dan dapat ma kanan.

Ke w as p ad aan
Bagaim ana orang-orang tradisional m enanggapi kenyataan hidup m e-
reka yaitu selalu berhadapan dengan bahaya lingkungan? Tanggapan
m ereka m encakup paranoia konstruktif yang saya jelaskan di Bab 7,
KEWASPADAAN ● 349

tanggapan religius yang akan saya bahas di Bab 9, serta beberapa prak-
tik dan sikap lain.
Orang-orang !Kung senantiasa waspada. Sewaktu pergi m encari
m akanan atau berjalan m elalui sesem akan, m ereka m engam ati dan
m en de ngar kan kalau-kalau ada bunyi hewan dan m anusia, dan
m ereka m e la cak jejak di pasir untuk m enyim pulkan hewan apa atau
siapa yang m em buat jejak tersebut, ke arah m ana pergerakannya,
dengan ke cepatan berapa, berapa lam a yang lalu, dan apakah
m ereka harus m engubah rencana m ereka karenanya. Bahkan di
dalam per kam pungan pun m ereka harus tetap waspada, terlepas
dari kem am puan orang, bunyi berisik, dan api m engusir hewan. Itu
karena hewan terkadang m em asuki perkam pungan, terutam a ular.
Bila ular berbisa besar yang dikenal sebagai m am ba hitam terlihat
di perkam pungan, orang-orang !Kung lebih m ungkin m eninggalkan
perkam pungan itu daripada m en coba m em bunuh si ular. Bagi kita
itu m ungkin terlihat seperti reaksi ber lebihan, nam un m am ba hitam
adalah salah satu ular paling ber bahaya di Afrika karena ukurannya
yang besar (bisa m encapai dua m eter), gerakannya yang cepat,
taringnya yang panjang, dan bisanya yang kuat serta m eracuni saraf;
sebagian besar gigitan bersifat m em atikan.
Dalam lingkungan berbahaya apa pun, kum pulan pengalam an
m engajarkan kita aturan-aturan perilaku guna m em inim alkan risiko.
Aturan-aturan itu pantas kita ikuti, m eskipun bagi orang luar, epertinya
aturan-aturan itu berlebihan. Apa yang J ane Goodale tulis m engenai
pandangan orang-orang Kaulong di hutan-hutan hujan Britania Baru
dapat berlaku secara sam a baiknya dengan orang-orang tradisional di
mana pun, cukup dengan mengganti contoh-contoh spesiiknya: “Pen-
ce gahan kecelakaan adalah hal penting, dan pengetahuan m engenai
ba gaim ana, kapan, dan dalam situasi apa upaya tertentu harus atau
tidak boleh dilakukan, adalah penting bagi keberhasilan dan kesintasan
pribadi. Secara signiikan, mencoba-coba hal baru dalam teknik atau
perilaku apa pun yang berkaitan dengan lingkungan alam dianggap se-
http://facebook.com/indonesiapustaka

bagai sangat berbahaya. Ada kisaran yang cukup sem pit bagi perilaku
yang benar, dan di luar itu ada bahaya nyata dan yang sering disebut-
sebut berupa runtuhnya tanah yang sedang dipijak secara m endadak,
rubuhnya pohon saat kita sedang berjalan di bawahnya, atau datangnya
air bah secara m endadak sewaktu kita sedang m encoba m enyeberang
ke sisi lain sungai. Misalnya, saya diberitahu agar tidak melompati
be ba tuan di perm ukaan sungai kam i ("air bah akan datang"), agar
350 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

tidak berm ain-m ain dengan api ("tanah akan m em belah", atau "api
akan m em bakarm u, bukannya m em asak m akananm u"); agar tidak
m enyebut nam a kelelawar gua sewaktu berburu m ereka ("guanya akan
runtuh"); dan banyak "pam ali" lainnya dengan sanksi-sanksi yang
dijatuhkan oleh lingkungan alam.” Sikap yang sama mendasari ilsafat
kehidupan yang dirangkum kan oleh seorang tem an dari Papua untuk
saya: “Segala se suatu terjadi karena ada alasannya, jadi kita harus
berhati-hati.”
Reaksi um um di Barat terhadap bahaya yang tidak pernah se ka-
lipun saya jum pai di antara orang-orang Papua yang berpe ngalam an
adalah berlagak m acho, m encari-cari atau m enikm ati situasi ber-
bahaya, atau berpura-pura tidak takut dan m encoba m enyem bunyikan
rasa takut diri. Marjorie Shostak mengamati ketiadaan sikap macho
ala Barat yang sam a di antara orang-orang !Kung: “Berburu kerap kali
berbahaya. Orang-orang !Kung m enghadapi bahaya dengan berani,
nam un m ereka tidak m encari-cari bahaya atau m engam bil risiko dem i
m em buktikan ke be ranian m ereka. Aktif m enghadiri situasi berbahaya
dianggap bijak, bukan pengecut atau tidak jantan. Tapi anak laki-laki
dianggap wajar bila belum bisa m enaklukkan rasa takut dan bertindak
seperti laki-laki dewasa. Terhadap risiko-risiko yang tidak diperlukan,
orang-orang !Kung berkata, ‘Tapi kita kan bisa m ati!’”
Shostak terus m enjabarkan bagaim ana seorang anak laki-laki
!Kung berusia 12 tahun bernam a Kashe bersam a sepupu dan ayahnya
m e nutur kan kisah tentang perburuan yang berhasil, ketika sang ayah
berhasil m enom bak gem sbok, antelop yang m em iliki tanduk panjang
setajam pisau cukur. Ketika Shostak m enanyai Kashe apakah dia
m em bantu ayahnya m enangkap bu ruan tersebut, Kashe tertawa dan
dengan bangga m enjawab, “Tidak, aku ada di atas pohon!” “Senyum nya
m enjadi tawa yang ringan. Saya bingung, dan bertanya sekali lagi;
dan dia m engulangi bahwa dia dan se pu punya langsung m em anjat
pohonn begitu hewan itu berhenti berlari dan m em asang kuda-kuda.
Saya m enggodanya, m engatakan bahwa sem ua orang bakal kelaparan
http://facebook.com/indonesiapustaka

seandainya dia dan sepupunya yang diserahi tugas m enangkap hewan


tersebut. Dia tertawa lagi dan berkata, “Iya, tapi kam i takut betul!”
Tidak ada setitik pun rasa m alu atau rasa perlu m enjelaskan apa
yang m ungkin dipandang, dalam kebudayaan kita, sebagai perilaku
pengecut... Akan ada banyak waktu baginya untuk belajar cara m eng-
hadapi dan m em bunuh hewan berbahaya, dan tidak ada keraguan
dalam benaknya (ataupun ayahnya, bila dinilai dari m im ik sang ay ah),
KEWASPADAAN ● 351

bahwa nanti dia akan m enguasainya, suatu hari nanti. Sewaktu saya
m enanyai ayahnya, dia m enjawab riang, “Di atas pohon? Tentu saja.
Mereka kan masih anak-anak. Mereka bisa terluka.”
Orang-orang Papua, !Kung, dan m asyarakat tradisional lainnya sa-
ling m enuturkan kisah-kisah panjang tentang bahaya-bahaya yang di-
jum pai, bukan hanya untuk hiburan karena tidak ada televisi dan buku,
melainkan juga karena nilai pendidikannya. Kim Hill dan A. Magdalena
Hurtado m em beri beberapa contoh percakapan di sekitar api unggun
Ache: “Kisah-kisah kem atian akibat kecelakaan terkadang dituturkan
pada m alam hari sewaktu anggta-anggota kawanan m engait-kaitkan
peristiwa-peristiwa hari ini dengan hal-hal yang terjadi pada m asa
lalu. Anak-anak terkesim a oleh kisah-kisah itu dan barangkali m em -
pelajari hikm ah-hikm ah berharga m engenai bahaya-bahaya di hutan,
yang m em bantu kelangsungan hidup m ereka sendiri. Satu anak laki-
laki tewas sewaktu dia lupa m em encet kepala ulat palem sebelum
m enelannya. Rahang ulat itu m encengkeram tekaknya dan dia tercekik
sam pai m ati. Beberapa kali seorang rem aja laki-laki terpisah terlalu
jauh dari para laki-laki dewasa sewaktu berburu, dan tidak pernah
terlihat lagi atau ditem ukan m ati beberapa hari kem udian. Seorang
pem buru yang sedang m enggali liang arm adilo jatuh ke dalam lubang
itu kepala duluan dan m ati sesak napas. Pem buru lain lagi m ati
jatuh dari pohon setinggi nyaris 40 m eter sewaktu sedang berusaha
m engam bil kem bali anak panah yang dia tem bakkan ke arah m onyet.
Seorang gadis kecil jatuh ke dalam lubang bekas sebatang pohon yang
telah m em busuk dan lehernya patah. Beberapa laki-laki diserang oleh
jaguar. Sisa tubuh sebagian di antara m ereka ditem ukan, sem entara
yang lain nya tidak bersisa. Kepala seorang anak laki-laki digigit
ular ber bisa di perkam pungan kala dia tidur m alam . Dia m ati hari
berikutnya. Se orang perem puan tua tewas tertim pa pohon rubuh
yang ditebang oleh seorang rem aja perem puan dem i m em peroleh
kayu bakar. Sejak saat itu, gadis tersebut dikenal sebagai "Kayu Bakar
Rubuh", julukan yang m engingatkannya setiap hari akan perbuatan
http://facebook.com/indonesiapustaka

kelirunya. Seorang laki-laki digigit coati dan m ati kem udian akibat
lukanya. Da lam kejadian serupa, seorang pem buru digigit pergelangan
ta ngan nya pada 1985. Pem buluh arteri dan vena utam anya bolong, dan
dia pastilah sudah m ati seandainya dia tidak m enerim a pengobatan
m odern. Seorang gadis kecil jatuh ke sungai sewaktu sedang m e-
nyeberangi jem batan batang pohon dan hanyut... Terakhir, dalam suatu
peristiwa yang tam paknya m urni m erupakan hantam an nasib buruk
352 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

yang acak, enam orang dalam satu kawanan terbunuh ketika petir m e-
nyam bar perkam pungan m ereka saat badai.”

Ke ke ras an o le h m an u s ia
Masyarakat-masyarakat tradisional menunjukkan banyak variasi dalam
hal frekuensi dan bentuk kem atian akibat kekerasan oleh m anusia,
yang biasa nya duduk di peringkat pertam a atau (setelah penyakit)
peringkat kedua penyebab kematian. Faktor signiikan yang mendasari
variasi ini adalah tingkat pengaruh negara atau pengaruh luar lainnya
dalam m enekan atau m enyurutkan kekerasan. J enis-jenis kekerasan
bisa secara agak m a nasuka digolongkan m enjadi perang (dibahas di
Bab 3 dan 4) atau hom isida. Perang dalam bentuknya yang paling
jelas dideinisikan sebagai pertarungan ramai-ramai antara kelompok-
kelompok yang berbeda, sementara homisida dideinisikan sebagai
pengam bilan nya wa in dividual di dalam satu kelom pok. Tapi, dikotom i
ini m en jadi kabur ketika kita harus m em utuskan apakah pem bunuhan
antara kelom pok-kelom pok yang bertetangga dan biasanya dam ai
harus dihitung sebagai hom isida dalam kelom pok atau perang antar-
kelom pok. Am biguitas lain m elibatkan jenis-jenis pem bunuhan yang
harus dihitung: m isalnya, tabulasi yang diterbitkan m engenai keke-
rasan Ache m en cakup infantisida dan senilisida, nam un tabulasi
m engenai orang-orang !Kung tidak m enyertakannya, dan penulis
yang berbeda-beda m e m iliki opini yang berbeda-beda pula m engenai
frekuensi infan tisida di kalangan orang !Kung. Pilihan korban, dan
hubungan antara korban dan pem bunuh, juga sangat bervariasi di
antara masyarakat-masyarakat. Misalnya, korban kekerasan di ka-
langan Ache terutam a m eru pakan bayi dan anak-anak, sem entara
korban-korban !Kung ter utam a m erupakan laki-laki dewasa.
Penelitian-penelitian m engenai kekerasan di kalangan !Kung ber-
sifat instruktif karena beberapa alasan. Catatan-catatan awal m engenai
orang-orang !Kung oleh sejum lah ahli antropologi m enjabarkan m ereka
se bagai cinta dam ai dan tidak m elakukan kekerasan, sam pai-sam pai
http://facebook.com/indonesiapustaka

satu buku populer yang diterbitkan pada 1959, awal sejarah pe nelitian
!Kung m odern, dijuduli The Harmless People—Orang-orang yang Tidak
Berbahaya. Selam a tiga tahun berm ukim di antara orang-orang !Kung
pada 1960 -an, Richard Lee m engam ati 34 pertarungan yang berujung
pada pukul-pukulan tapi tidak ada pem bunuhan, dan para inform an
m em beritahunya bahwa tidak ada pem bunuhan selam a tahun-
tahun itu. Setelah Lee telah berada di daerah itu selam a 14 bulan dan
KEKERASAN OLEH MANUSIA ● 353

m engenal inform an-inform annya dengan lebih baik, baru lah m ereka
bersedia bercerita kepadanya tentang pem bunuhan-pem bunuhan
pada m asa lalu. Sewaktu m ereka m ulai angkat bicara, dengan m e-
m eriksa silang tuturan dari inform an yang berbeda-beda, Lee m am -
pu m enyusun daftar nam a, jenis ke lam in, dan usia para pem bunuh
dan korban m ereka, hubungan antara pem bu nuh dan korban, serta
situasi, m otif, m usim , waktu, dan senjata yang digunakan dalam 22
pem bunuhan antara 1920 dan 1969. Daftar itu tidak m enyertakan
kasus-kasus infantisida dan senilisida, yang Lee percayai jarang terjadi,
namun wawancara Nancy Howell dengan perempuan-perempuan
!Kung m enunjukkan bahwa tam paknya infan tisida m em ang terjadi. Lee
m enyim pulkan bahwa ke-22 kasus itu m enggam barkan jum lah total
kem atian akibat kekerasan di daerah yang dia teliti antara 1920 dan
1969.
Ke-22 pem bunuhan !Kung itu tentunya harus dianggap sebagai ho-
m isida, bukan perang. Dalam beberapa kasus, korban dan pem bunuh
ber asal dari perkam pungan yang sam a, sem entara dalam kasus-ka sus
lain m ereka berasal dari perkam pungan yang berbeda, nam un tidak
ada pem bunuhan yang m elibatkan sekelom pok orang dari satu per-
kam pungan yang berupaya m em bunuh sekelom pok orang dari per-
kam pungan lain (alias "perang"). Bahkan, tidak ada laporan sam a
sekali m e nge nai peristiwa yang dapat dianggap perang di antara
orang-orang !Kung di daerah yang dipelajari Lee selam a periode
1920–1969. Namun orang-orang !Kung memang mengatakan bahwa
dulu m ereka biasa m elancarkan ekspedisi serbuan, yang tam paknya
m irip dengan "perang" m asyarakat tradisional lain yang diam ati saksi,
dalam generasi kakek-nenek !Kung tertua yang m asih hidup—de ngan
kata lain, sebelum para penggem bala Tswana m ulai m elakukan kun -
jungan tahunan ke orang-orang !Kung dan berniaga dengan m ereka
pada abad ke-19. Kita lihat di Bab 4 bahwa kunjungan pedagang ke
orang-orang Inuit juga berefek m enekan perang Inuit, walaupun pe-
da gang yang berbisnis dengan orang-orang Inuit m aupun orang-orang
http://facebook.com/indonesiapustaka

!Kung m enekan perang dengan sengaja. Orang Inuit sendiri yang


m eninggalkan perang dem i kepentingan m ereka sendiri agar pu nya
lebih banyak kesem patan untuk m em peroleh keuntungan dari ber -
dagang. Orang-orang !Kung m ungkin m elakukan hal yang sam a.
Soal tingkat hom isida !Kung, 22 pem bunuhan dalam waktu 49 ta-
hun berarti kurang daripada 1 hom isida setiap 2 tahun. Angka itu se-
per tinya kecil sekali bagi pem baca surat kabar perkotaan Am erika,
354 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

yang bisa m em buka surat kabar pada hari apa pun dan m em baca ten-
tang sem ua pem bunuhan yang dilakukan di kota m ereka dalam 24 jam
terakhir. Penjelasan utam a bagi perbedaan itu tentu saja bahwa po pu-
lasi dasar di m ana pem bunuhan dapat terjadi adalah jutaan orang bagi
satu kota Am erika, nam un hanya sekitar 1.50 0 orang bagi populasi
!Kung yang disurvei Lee. Bila ditilik dari populasi dasar itu, tingkat
ho m isida bagi orang-orang !Kung adalah 29 hom isida per 10 0 .0 0 0
orang per tahun, tiga kali lipat tingkat pem bunuhan di Am erika
Serikat dan 10 sam pai 30 kali tingkat di Kanada, Britania, Prancis, dan
Jerman. Mungkin ada yang membantah dengan mengatakan bahwa
perhitungan untuk Am erika Serikat tidak m encakup kem atian akibat
kekerasan dalam perang, yang akan m enghasilkan tingkat hom isida
lebih tinggi bagi Am erika Serikat. Tapi, tingkat hom isida !Kung juga
tidak m en cakup kem atian dalam "perang" !Kung (alias ekspedisi-
eks pedisi serbuan yang berakhir lebih daripada seabad lalu), yang
angkanya sam a sekali tidak diketahui bagi orang-orang !Kung nam un
diketahui tinggi bagi banyak m asyarakat tradisional lainnya.
Angka 22 hom isida !Kung dalam 49 tahun juga instruktif untuk
alasan lain. Satu hom isida setiap 27 bulan berarti bahwa, bagi
seorang ahli antropologi yang m elaksanakan studi lapangan terha-
dap satu m asyarakat selam a setahun, kem ungkinan tidak ada hom i-
sida yang terjadi selam a m asa itu, dan sang ahli antropologi pun
m enganggap m asyarakat itu sebagai cinta dam ai. Bahkan bila sang
ahli antropologi m enetap di sana selam a 5 tahun, periode yang cukup
lam a bagi terjadinya satu pem bunuhan bila m enilik tingkat hom i-
sida !Kung, kecil kem ungkinan pem bunuhan itu terjadi di depan
m ata sang ahli antropologi, yang pengkajiannya terhadap fre kuensi
kekerasan bergantung kepada apakah dia diberitahu m engenai ke-
jadian tersebut oleh para inform annya atau tidak. Serupa dengan itu,
walaupun Am erika Serikat duduk di peringkat pertam a m asyarakat
paling hom isidal di Dunia Pertam a, saya secara pribadi tidak pernah
m enyaksikan hom isida, dan saya hanya pernah m endengar beberapa
http://facebook.com/indonesiapustaka

kesaksian langsung m engenai hom isida dalam lingkaran kenalan saya.


Perhitungan Nancy Howell menunjukkan bahwa tampaknya kekerasan
m erupakan penyebab kedua kem atian !Kung, setelah penyakit m enular
dan parasitik, nam un di atas penyakit degeneratif dan kecelakaan.
Ada gunanya juga untuk m em pertim bangkan m engapa kem atian
akibat kekerasan berakhir belum lam a ini di antara orang-orang
!Kung. Hom isida terakhir yang dilaporkan kepada Lee terjadi pada
KEKERASAN OLEH MANUSIA ● 355

m usim sem i 1955, ketika dua laki-laki !Kung m em bunuh seorang laki-
laki !Kung lain. Kedua pem bunuh itu ditahan oleh polisi, diadili, di-
pen jarakan, serta tidak kem bali ke wilayah asal m ereka. Peristiwa itu
terjadi hanya tiga tahun setelah kejadian pertam a polisi cam pur ta-
ngan guna m em enjarakan seorang !Kung yang m em bunuh orang. Sejak
1955 sam pai saat Lee m enerbitkan analisisnya pada 1979, tidak ada
lagi hom isida lebih lanjut di daerah yang dia pelajari. Urut-urutan pe-
ris tiwa ini m enunjukkan peran kendali pem erintahan negara yang kuat
dalam m engurangi kekerasan. Peran yang sam a juga m enjadi jelas dari
fakta-fakta sentral sejarah kolonial dan pasca-kolonial Papua dalam 50
tahun terakhir: dengan kata lain, penurunan tajam kekerasan setelah
dim antapkannya kekuasaan Australia dan Indonesia atas daerah-
daerah terpencil di Papua tim ur dan barat, yang tadinya tidak m em iliki
pem erintahan negara; terus rendahnya tingkat kekerasan di Papua
Indonesia di bawah kendali ketat pem erintahan yang dipertahankan di
sana; dan kembali munculnya kekerasan di Papua Nugini setelah pe-
m erintahan kolonial Australia secara bertahap m enyerahkan ke kuasaan
kepada pem erintahan m andiri yang tidak begitu kuat. Ke cende rungan
penurunan kekerasan di bawah kendali pem erintahan negara bukan-
lah penyangkalan fakta bahwa m asyarakat tradisional m e m iliki cara-
cara tanpa kekerasan untuk berhasil m enyelesaikan sebagian besar
per selisihan m ereka sebelum perselisihan berubah m enjadi kekerasan
(Bab 2).
Perincian ke-22 hom isida !Kung adalah sebagai berikut. Sem ua
pem bunuh, dan 19 dari ke-22 korban, adalah laki-laki dewasa berusia
20 sam pai 55; hanya 3 korban berjenis kelam in perem puan. Dalam
se m ua kasus, si pem bunuh m engenal korbannya, yang m erupakan se-
orang kerabat jauh; orang-orang !Kung sam a sekali tidak m elakukan
pem bunuhan orang asing yang um um terjadi di Am erika Serikat kalau
terjadi peram pokan atau perkelahian antara pengem udi kendaraan.
Sem ua pem bunuhan terjadi secara terbuka dalam perkam pungan, ke-
tika ada orang-orang lain. Hanya 5 dari 22 pem bunuhan !Kung itu yang
http://facebook.com/indonesiapustaka

direncanakan sebelumnya. Misalnya, dalam salah satu kasus dramatik


pada sekitar 1948, seorang pem bunuh terkenal dan barangkali psikotik
bernam a / Twi, yang telah m em bunuh dua laki-laki, disergap dan
dipanah dengan anak panah beracun oleh seorang laki-laki bernam a /
Xashe. / Twi yang terluka m asih berhasil m enikam seorang perem puan
ber nam a / / Kushe di m ulut dengan sebatang tom bak dan m em anah
punggung suami //Kushe, N!eishi, dengan anak panah beracun, sebe-
356 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

lum banyak orang berkum pul dan ram ai-ram ai m em anah / Twi de-
ngan anak panah beracun sam pai-sam pai dia terlihat seperti landak,
kem udian m enikam jenazahnya dengan beberapa batang tom bak.
Tapi, ke-17 pem bunuhan !Kung lainnya terjadi dalam perkelahian
spontan. Misalnya, sebuah perkelahian pecah di N≠wama ketika se-
orang laki-laki m enolak m engizinkan seorang laki-laki lain m enikahi
adik perem puan istrinya. Dalam adu m ulut besar yang terjadi secara
se ngit, sang suam i m em anah adik iparnya; calon suam i si adik ipar
beserta ayah dan saudara laki-lakinya, saling m elayangkan anak panah
dan tom bak dengan si suam i dan sekutu-sekutunya; dan, di tengah be-
berapa perkelahian yang berlangsung sekaligus, ayah si calon suam i
tewas akibat luka-luka yang dideritanya akibat sebatang anak panah
beracun di pahanya plus sebatang tom bak di rusuknya.
Sebagian besar pem bunuhan !Kung (15 dari 22) adalah bagian
persengketaan di m ana satu pem bunuhan m enyebabkan pem bunuhan
lain yang kem udian dibalas lagi selam a sam pai 24 tahun lam anya;
siklus pem bunuhan balas dendam sem acam itu juga biasa ada dalam
pe rang tra disional (Bab 3 dan 4). Di antara m otif-m otif pem bunuhan
!Kung selain m otif balas dendam atas pem bunuhan sebelum nya, per-
selingkuhan adalah yang paling sering disebutkan. Misalnya, seorang
suam i yang istrinya tidur dengan laki-laki lain m enyerang dan m elukai
selingkuhan istrinya, yang kem udian m alah berhasil m em bunuh si
suam i. Seorang suam i lain yang diselingkuhi m enikam dan m em bunuh
istrinya dengan anak panah beracun, kem udian kabur dari wilayah itu
dan tidak pernah kem bali.
Sedangkan di antara m asyarakat-m asyarakat berskala kecil
lainnya, sebagian lebih rendah tingkat kekerasannya daripada orang-
orang !Kung (m isalnya orang-orang Pigm i Aka, Siriono), sem entara
yang lainnya dulu ataupun sekarang diwarnai lebih banyak kekerasan
(misalnya orang-orang Ache, Yanomamo, Tanah Hijau, dan Nors
Eslandia). Ketika orang-orang Ache m asih hidup di hutan sebagai
pem buru-pengum pul sebelum 1971, kekerasan m erupakan penyebab
http://facebook.com/indonesiapustaka

kem a tian paling um um , bahkan m elebihi penyakit. Lebih daripada


separo kem atian orang Ache akibat kekerasan terjadi di tangan orang-
orang Paraguay bukan Ache, nam un pem bunuhan orang Ache oleh
orang Ache lainnya tetap m enyebabkan 22% kem atian di kalangan
Ache. Sangat kontras dengan pola kekerasan !Kung yang diarahkan
sem ata terhadap orang dewasa !Kung, sebagian besar (81%) korban
hom isida Ache adalah anak-anak atau bayi—m isalnya anak-anak (ter-
KEKERASAN OLEH MANUSIA ● 357

uta m a anak perem puan) yang dibunuh untuk m enyertai se orang de-
wasa yang m eninggal dunia ke dalam kubur, anak-anak yang dibu nuh
atau m ati akibat diabaikan setelah ayah m ereka m ati atau m e ninggal-
kan m ereka, atau bayi yang dibunuh karena terlahir hanya dengan se-
lang kelahiran pendek dari kakak tepat di atasnya. Kontras dengan
!Kung pula, bentuk paling um um pem bunuhan intra-kelom pok orang
Ache dewasa bukanlah perkelahian spontan dengan senjata apa pun
yang tersedia, m elainkan pertarungan teritualisasi dan direncanakan
se be lum nya, dengan gada yang dibaut khusus untuk peristiwa itu.
Seperti juga pada orang-orang !Kung, cam pur tangan negara telah
sangat m e nurunkan tingkat kekerasan di antara orang-orang Ache:
sejak m ereka m ulai hidup dalam reservasi setelah 1977 dan berada di
bawah pengaruh langsung ataupun tidak langung dari negara Paraguay,
pem bunuhan orang dewasa Ache oleh orang Ache lainnya te lah
berhenti, dan pem bunuhan oleh orang Ache terhadap anak dan bayi
m e reka juga berkurang.
Bagaim anakah orang-orang dalam m asyarakat tradisional tanpa
pe m erintahan negara dan polisi m elindungi diri m ereka sendiri dari
bahaya kekerasan terus-m enerus? Sebagian besar jawabannya adalah
m e reka m enerapkan beraneka ragam bentuk paranoia konstruktif.
Salah satu aturan yang tersebar luas adalah m ewaspadai orang asing:
secara rutin berupaya m em bunuh atau m engusir orang asing yang
terdeteksi di teritori kita, karena orang asing m ungkin datang untuk
m engintai teritori kita atau untuk m em bunuh anggota suku kita.
Satu aturan lain adalah m ewaspadai kem ungkinan pengkhianatan
pihak-pihak yang kita anggap sekutu, atau (kebalikannya) m elakukan
pengkhianatan pre-em tif terhadap sekutu yang berpotensi berubah
haluan. Misalnya, salah satu taktik peperangan Yanomamo adalah
m engundang orang-orang dari desa tetangga untuk jam uan di desa
m ereka sendiri, dan ke m u dian m em bunuh para tetangga yang telah
m eletakkan senjata dan sedang m akan. Don Richardson m ela-
porkan bahwa orang-orang Sawi di Papua barat daya m enghargai
http://facebook.com/indonesiapustaka

pengkhianatan sebagai suatu ideal: daripada m em bunuh m usuh


langsung, lebih baik m eyakinkan m usuh bahwa kita bertem an de-
ngannya, m engundang m usuh berkali-kali sela m a berbulan-bulan
untuk m engunjungi kita dan ikut m akan ber sam a kita, dan kem udian
m enyaksikan ketakutannya ketika kita m enya takan, tepat sebeum
m em bunuhnya, “Tuwi asonai m akaerin!” (Kam i telah ge m uk kan kam u
dengan pertem anan untuk dibantai!)
358 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

Taktik lain lagi guna m engurangi risiko serangan adalah letak


desa biasanya dipilih dem i tujuan pertahanan atau m em peroleh
sudut pandang yang bagus atas sekelilingnya. Misalnya, desa-desa
di pegunungan Papua biasanya terletak di atas bukit, dan banyak pe-
m ukim an Anasazi fase akhir di Am erika Serikat terletak di situs-
situs yang hanya bisa diakses de ngan tangga yang bisa ditarik ke atas
sehingga tidak ada yang bisa masuk. Meskipun lokasi-lokasi itu meng-
haruskan para penghuni m em bawa air m enem puh jarak jauh ke atas
bukit dari sungai di dasar lem bah di bawah, upaya itu dianggap lebih
disukai dibandingkan risiko dikejutkan oleh serangan di lokasi lem bah
sam ping sungai. Seiring m e ningkat nya kepadatan populasi atau
pertarungan, orang cenderung ber geser dari hidup dalam pondok-
pondok yang terpencar-pencar tanpa per lindungan m enjadi berkum pul
dem i pertahanan dalam desa-desa besar berpagar.
Kelom pok-kelom pok m elindungi diri dengan m em bangun jejaring
persekutuan dengan kelom pok-kelom pok lain, sem entara individu-
individu bersekutu dengan individu-individu lain. Salah satu fungsi
ber bicara terus-m enerus yang m engejutkan saya di Papua, dan yang
m engejutkan para pengunjung lain ke m asyarakat-m asyarakat tradi-
sio nal lainnya, adalah m em pelajari sebanyak m ungkin m engenai se-
tiap individu dalam sem esta kontak seseorang, dan m em onitor akti-
vitas orang secara terus-m enerus. Sum ber inform asi yang terutam a ba-
gus adalah perem puan-perem puan yang terlahir dalam kelom pok kita
sendiri dan kem udian dikirim kan untuk m enikahi anggota kelom pok
lain, dalam pola um um hidup tradisional yang dikenal sebagai hunian
patrilokal (dengan kata lain, pengantin perem puan pindah untuk
bergabung dengan kelom pok suam inya, bukannya suam i yang pindah
untuk bergabung dengan kelom pok istri yang baru m e reka nikahi). Pe-
rem puan yang sudah m enikah sem acam itu sering kali m em per ingat-
kan para kerabat sedarah m ereka di m asyarakat tem pat kelahiran
bah wa suam inya dan kerabat-kerabat suam inya m erencanakan sua-
tu se rangan. Terakhir, seperti juga percakapan m alam hari tak ber-
http://facebook.com/indonesiapustaka

kesudahan di sekeliling api unggun m engenai kecelakaan berperan tak


ha nya untuk m enghibur m elainkan juga untuk m endidik anak-anak
(dan sem ua orang lain) m engenai risiko lingkungan, percakapan tak
ber ke sudahan m engenai serbuan dan orang-orang, m em peringatkan
para pen dengar m engenai bahaya yang dim unculkan oleh m anusia,
selain juga m enyediakan hiburan yang m enegangkan.
PENYAKIT ● 359

Pe n yakit
Bergantung kepada m asyarakat tradisional yang m ana, secara bersam a-
sam a penyakit duduk di peringkat pertam a bahaya bagi kehidupan m a-
nusia (m isalnya di kalangan orang-orang Agta, di m ana penyakit di-
laporkan m enyebabkan kira-kira 50 – 86% kem atian, dan orang-orang
!Kung, 70 – 80 % kem atian) ataupun di peringkat kedua bahaya paling
penting di bawah kekerasan (m isalnya di kalangan orang-orang Ache,
di m ana "hanya" seperem pat kem atian dalam kondisi kehidupan di
hu tan disebabkan oleh penyakit). Tapi, harus ditam bahkan bahwa
orang-orang yang kekurangan gizi lebih rentan terhadap infeksi, dan
bahwa karenanya kekurangan m akanan m erupakan faktor yang ber-
sum bangsih terhadap banyak kem atian yang penyebabnya tercatat se-
bagai penyakit m enular.
Dari sem ua penyakit, arti penting relatif berbagai kategori pe-
nyakit bagi m asyarakat-m asyarakat tradisional sangat ber variasi,
bergantung pada gaya hidup, lokasi geograi, dan usia. Secara umum,
pe nyakit m enular paling berpengaruh di antara bayi dan anak-anak
kecil, serta tetap berpengaruh di segala usia. Penyakit parasitik sam a
berpengaruhnya dengan penyakit m enular pada m asa kanak-kanak.
Penyakit-penyakit yang terkait dengan parasit cacing (m isalnya cacing
tam bang dan cacing pita) serta parasit-parasit protozoa yang m enyebar
lewat serangga (m isalnya m alaria dan agen penyebab penyakit tidur)
m e rupakan m asalah yang lebih besar bagi m asyarakat yang hidup di
iklim tropis yang hangat dibandingkan bagi m asyarakat yang hidup
di Artika, gurun, dan puncak gunung yang dingin, lingkungan tem -
pat cacing dan serangga vektor protozoa sendiri sulit hidup. Kalau
seseorang sem akin tua, penyakit-penyakit degeneratif tulang, sendi,
dan jaringan lunak—m isalnya artritis, osteoartritis, osteoporosis, patah
tulang, dan gigi aus—berpengaruh sem akin besar. Gaya hidup m a-
syarakat tradisional yang jauh lebih menuntut ketangguhan isik di-
bandingkan orang-orang m odern yang kerjanya duduk m elulu m en-
jadikan m asyarakat tradisional lebih rentan terhadap penyakit-penyakit
http://facebook.com/indonesiapustaka

dege ne ratif pada usia berapa pun. Yang secara m encolok langka atau
tidak ada di antara m asyarakat tradisional adalah penyakit-penyakit
yang pa ling bertanggungjawab atas kem atian di Dunia Pertam a m asa
kini: pe nyakit arteri koroner dan bentuk-bentuk aterosklerosis lainnya,
stroke dan berbagai akibat hipertensi lainnya, diabetes yang m uncul
saat de wasa, dan sebagian besar kanker. Saya akan bahas alasan-alasan
360 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

bagi perbedaan m encolok antara pola kesehatan Dunia Pertam a dan


tra disional ini di Bab 11.
Baru dalam dua abad terakhir pengaruh penyakit m enular sebagai
penyebab kem atian m anusia m enyusut di Dunia Pertam a. Alasan-
alasan bagi perubahan-perubahan yang belum lam a terjadi itu antara
lain dijunjungnya arti penting sanitasi; pem asangan pasokan air bersih
oleh pe m erintah negara, diperkenalkannya vaksinasi, dan berbagai
tindakan ke sehatan m asyarakat lainnya; tum buhnya pengetahuan sains
m e ngenai m ikroba sebagai agen penyakit m enular, m em ungkinkan
ran cangan rasional bagi tindakan m elawan penyakit yang efektif; dan
penem uan serta perancangan antibiotika. Tingkat higiene yang rendah
m e m ungkinkan (bahkan sam pai kini) penularan penyakit m enular
dan parasitik di kalangan m asyarakat tradisional, yang sering kali
m enggunakan pasokan air yang sam a untuk m inum , m em asak, m andi,
dan m encuci, buang air di dekat sum ber air, dan tidak m em aham i arti
penting m encuci tangan sebelum m engolah m akanan.
Hanya untuk menyebutkan satu contoh mengenai higiene dan pe-
nyakit yang meninggalkan kesan pada saya secara pribadi, dalam salah
satu perjalanan ke Indonesia ketika saya menghabiskan sebagian besar
waktu tiap hari untuk mengamati burung di jalur-jalur dalam hutan
yang menyebar dari situs perkemahan tempat saya berpangkalan ber-
sa ma rekan-rekan Indonesia saya, saya gemas mendapati saya ter-
serang diare mendadak pada waktu-waktu yang tidak bisa diduga
setiap harinya. Saya berpikir keras guna menemukan kesalahan apa
yang saya lakukan, dan apa yang mungkin menyebabkan perbedaan
wak tu kambuhnya diare. Akhirnya, saya menemukan alasannya. Se-
tiap hari, se orang rekan Indonesia yang luar biasa baiknya, yang me-
rasa ber tanggungjawab atas kesejahteraan saya, keluar dari per ke mah-
an dan mengikuti jalur saya hari itu sampai dia berjumpa saya, un tuk
me mas tikan saya tidak mengalami kecelakaan atau tersesat. Dia me-
nye rahkan kepada saya sejumlah biskuit yang dengan penuh perhatian
dia bawa dari per kemahan sebagai kudapan, mengobrol dengan saya
http://facebook.com/indonesiapustaka

se la ma beberapa menit untuk memastikan bahwa semuanya baik-baik


saja, lalu kembal ke perkemahan. Suatu malam, saya mendadak sadar
bah wa serangan diare saya setiap hari dimulai sekitar setengah jam
setelah teman saya yang baik hati berjumpa dengan saya dan saya telah
me nyantap biskuit yang dia bawa hari itu: bila dia bertemu saya pada
pukul 10 pagi, saya terserang diare pada 10 .30 , dan bila dia berjumpa
saya pada pukul 2.30 sore, diare saya dimulai pada pukul 3 sore. Sejak
PENYAKIT ● 361

hari ber ikut nya, saya menerima biskuit darinya dengan berterima ka-
sih, diam-diam membuangnya saat teman saya sudah kembali ke per-
kemahan, dan tidak pernah lagi terserang diare. Masalahnya ada di
cara teman saya me megang biskuit itu, bukan di biskuitnya, yang kami
simpan ma sih da lam kondisi terbungkus plastik seperti aslinya di per-
kemahan ka mi, dan yang tidak pernah membuat saya sakit bila saya
sendiri yang mem buka kemasannya. Penyebab serangan diare saya
pastilah kuman usus yang pindah dari jari-jari teman saya ke biskuit
tersebut.
J enis-jenis penyakit m enular yang m endom inasi sangat berbeda
antara populasi-populasi kecil pem buru-pengum pul nom aden dan
m a sya rakat-m asyarakat keluarga petani di satu sisi, dan populasi-
populasi besar m asyarakat m odern dan baru terwesternisasi plus m a-
syarakat petani tradisional berpopulasi padat Dunia Lam a di sisi yang
satu lagi. Penyakit-penyakit khas pem buru-pengum pul adalah m a laria
dan dem am yang ditularkan artropoda lainnya, disentri dan penyakit-
penyakit pencernaan lainnya, penyakit-penyakit pernapasan, dan
infeksi kulit. Penyakit yang tidak ditem ukan di kalangan pem buru-
pengum pul, kecuali bila m ereka baru ditulari oleh pengunjung Barat,
adalah penyakit-penyakit m enular yang ditakuti oleh populasi-populasi
menetap: difteri, lu, campak, gondongan, batuk rejan, rubela, cacar
api, dan tifoid. Tidak seperti penyakit-penyakit m enular para pem buru-
pengum pul, yang ada secara kronis atau m elesat naik-turun, penyakit-
penyakit pada populasi padat itu m erupakan epidem i akut: banyak
orang di satu daerah jatuh sakit dalam waktu yang singkat dan dengan
cepat pulih atau m ati, dan kem udian penyakit itu m enghilang di daerah
tersebut selam a setahun atau lebih.
Alasan-alasan m engapa penyakit-penyakit epidem i itu bisa m un-
cul dan bertahan hanya dalam populasi m anusia yang besar telah di-
ke tahui dari penelitian-penelitian epidem iologi dan m ikrobiologi da-
lam dasawarsa-dasawarsa terakhir. Alasan-alasan itu adalah bahwa
penyakit-penyakit tersebut ditularkan secara eisien, berkembang
http://facebook.com/indonesiapustaka

secara akut, m enim bulkan kekebalan seum ur hidup pada korban-


korban yang sintas, dan terbatas pada spesies m anusia. Penyakit-
penyakit itu ditularkan secara eisien dari orang yang sakit ke orang-
orang sehat di sekitarnya oleh m ikroba yang pasien keluarkan
ke kulitnya dari bisul yang pecah, yang pasien sem burkan ke
udara m elalui batuk dan bersin, atau yang m em asuki badan air di
dekatnya ketika pasien buang air. Orang-orang yang sehat tertular
362 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

ketika m enyentuh pasien atau ben da yang disentuh oleh pasien,


m enghirup udara yang diem buskan oleh pasien, atau m em inum air
yang terkontam inasi. Perkem bangan akut suatu penyakit berarti,
dalam beberapa m inggu infeksi, pasien te was atau pulih. Kom binasi
penularan eisien dan perkembangan akut berarti bahwa, dalam
waktu singkat, sem ua orang dalam populasi se tem pat telah terpapar
penyakit tersebut dan kem udian m enjadi berstatus alm ar hum atau
sem buh. Kekebalan seum ur hidup yang diperoleh orang-orang
yang sem buh berarti tidak ada lagi orang yang m asih hidup dalam
populasi itu yang bisa terserang penyakit tersebut sam pai suatu hari
nanti, ketika telah lahir bayi-bayi baru yang belum pernah terpapar
penyakit itu. Terbatasnya penyakit itu pada m anusia ber arti tidak
ada hewan atau reservoar tanah di m ana penyakit itu dapat bertahan:
penyakit itu m ati di daerah tersebut dan baru bisa kem bali ketika
infeksi m enyebar lagi dari sum ber yang jauh. Sem ua ciri itu, ketika
berkom binasi, berarti bahwa penyakit-penyakit m enular terbatas di
populasi m anusia yang besar, yang berjum lah m encukupi se hingga
penyakit itu dapat m em pertahankan diri dalam populasi de ngan cara
terus-m enerus berpindah dari satu daerah ke daerah lain, pu nah di
satu tem pat nam un m asih ada di bagian populasi yang le bih jauh.
Bagi cam pak, ukuran populasi m inim um yang dibutuhkan dike tahui
sebesar beberapa ratus ribu orang. Oleh karena itu penyakit-pe nyakit
tersebut dapat dirangkum sebagai "penyakit m enular epidem ik akut
yang m em buat kebal kerum unan m anusia"—atau, singkatnya, penyakit
kerum unan (crowd diseases).
Penyakit kerum unan tidak m ungkin ada sebelum kem unculan
agrikultur pada sekitar 11.0 0 0 tahun lalu. Baru setelah terjadi le dakan
pertum buhan populasi yang dim ungkinkan oleh agrikultur, po pu-
lasi m anusia m encapai jum lah besar yang dibutuhkan bagi penyakit
kerumunan untuk bertahan. Mulai diterapkannya agrikultur me-
m ungkin kan pem buru-pengum pul yang awalnya nom aden untuk
m enetap di desa-desa perm anen yang ram ai dan tidak sehat, dihu-
http://facebook.com/indonesiapustaka

bungkan oleh per da gangan dengan desa-desa lainnya, dan m enye-


diakan kondisi-kon disi ideal bagi penularan m ikroba secara cepat.
Penelitian-penelitian terbaru oleh ahli-ahli biologi m olekuler telah
m enunjukkan bahwa m ikroba yang m enyebabkan banyak dan
barangkali sebagian besar pe nya kit kerum unan yang kini terbatas pada
m anusia, pada awalnya m un cul dari penyakit-penyakit kerum unan
PENYAKIT ● 363

hewan-hewan dom estik kita seperti babi dan sapi. Dengan hewan-
hewan inilah kita m enjadi sering ber hu bungan dekat secara teratur,
ideal bagi perpindahan m ikroba dari hewan ke m anusia. Itu baru
dim ulai sejak hewan didom estikasi se kitar 11.0 0 0 tahun silam .
Tentu saja, ketiadaan penyakit-penyakit kerum unan di populasi
kecil pem buru-pengum pul bukan berarti pem buru-pengum pul bebas
penyakit menular. Mereka juga memiliki penyakit menular, namun
penyakit-penyakit m ereka berbeda dari penya kit ke ru m unan dalam
em pat hal. Pertam a-tam a, m ikroba yang m e nye bab kan penyakit-
penyakit m ereka tidak terbatas pada spesies m anusia, nam un juga
ditem ukan pada hewan (m isalnya kum an dem am kuning, yang juga
m enghuni tubuh m onyet) atau kalau tidak yang m am pu sintas di tanah
(m isalnya kum an penyebab botulism e dan tetanus). Kedua, banyak
penyakit m ereka tidak bersifat akut m elainkan kronis, m isalnya lepra
dan puru. Ketiga, sejumlah penyakit ditularkan secara tidak eisien
antar-m anusia, lagi-lagi m isalnya lepra dan puru. Terakhir, kebanyakan
penyakit m ereka tidak m em berikan kekebalan perm anen: orang yang
telah pulih dari satu serangan penyakit bisa terserang penyakit yang
sam a lagi. Keem pat fakta ini berarti bahwa penyakit-penyakit tersebut
dapat ber tahan hidup dalam populasi m anusia yang kecil, m enginfeksi
dan m enginfeksi lagi korban-korban dari reservoar hewan dan tanah
serta dari orang-orang yang sakit secara kronis.
Para pem buru-pengum pul dan populasi-populasi pertanian yang
kecil tidak kebal terhadap penyakit kerum unan; m ereka hanya tidak
m encukupi bagi penyakit kerum unan untuk bertahan hidup. Bah-
kan, secara tragis populasi-populasi kecil kerap sangat rentan ter-
ha dap penyakit-penyakit kerum unan ketika m ereka terinfeksi oleh
pengunjung dari dunia luar. Kerentanan tinggi m ereka disebabkan
oleh fakta bah wa setidaknya sebagian penyakit kerum unan m em iliki
tingkat fa talitas yang lebih tinggi pada dewasa daripada pada anak-
anak. Dalam populasi-populasi perkotaan Dunia Pertam a yang padat,
sem ua orang (sam pai belum lam a ini) telah terpapar cam pak sewaktu
http://facebook.com/indonesiapustaka

kanak-kanak, na m un dalam populasi pem buru-pengum pul yang kecil


dan terisolasi, orang-orang dewasa belum pernah terpapar cam pak
dan ber kem ungkinan besar tewas bila cam pak tiba. Ada banyak kisah
m enge rikan m engenai populasi-populasi Inuit, Penduduk Asli Am erika,
dan Aborigin Australia yang nyaris tum pas gara-gara berbagai penyakit
epide m ik yang dibawa oleh orang-orang Eropa.
364 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

Tan ggap an te rh ad ap p e n yakit


Bagi m asyarakat-m asyarakat tradisional, penyakit berbeda dari ketiga
jenis bahaya utam a lainnya dalam segi pem aham an orang m e ngenai
m ekanism e yang m endasarinya, dan karenanya m engenai pengobatan
atau tindakan pencegahan yang efektif. Ketika seseorang terluka atau
m ati akibat kecelakaan, kekerasan, atau kelaparan, penyebab dan
proses yang m endasarinya jelas: korban tertim pa pohon rubuh, ter-
sam bar anak panah m usuh, atau kelaparan gara-gara kekurangan
m akanan. Pengobatan atau tindakan pencegahan yang sesuai sam a
jelas nya: jangan tidur di bawah pohon m ati, waspadalah terhadap
m usuh atau bunuh m ereka duluan, dan pastikan ada cukup persediaan
m a kanan. Tapi, kalau soal penyakit, pem aham an em piris yang m an tap
m engenai penyebabnya, dan tindakan pencegahan serta pengobatan
yang berbasis sains, baru ditem ukan dalam dua abad terakhir. Sebe-
lum nya, m asyarakat-m asyarakat negara m aupun m asyarakat-m asya-
rakat tradisional berskala kecil m enderita korban tewas dalam jum lah
besar akibat penyakit.
Bukan berarti m asyarakat tradisional sepenuhnya tidak ber-
daya m encegah atau m engobati penyakit. Orang-orang Siriono ter-
buk ti m em aham i bahwa ada hubungan antara kotoran m anusia dan
penyakit-penyakit seperti disentri dan cacing tam bang. Ibu-ibu Siriono
lekas-lekas m em bersihkan kotoran bayinya saat si bayi buang air besar,
m enyim pan kotoran itu di dalam keranjang, dan akhirnya m em buang
isi keranjang itu jauh di hutan. Namun orang-orang Siriono sekalipun
tidak ketat m enerapkan higiene. Ahli antropologi Allan Holm berg m e-
nu turkan bagaim ana dia m engam ati seorang bayi Siriono, yang sedang
tidak diawasi ibunya, buang air besar, tidur-tiduran di atas kotorannya,
m elum uri tubuhnya dengan kotoran, dan m em asukkan kotoran ke
m ulut nya. Ketika ibunya akhirnya m enyadari apa yang terjadi, dia
m e m a sukkan jari ke dalam m ulut bayinya, m engeluarkan kotoran
di da lam m ulut, m engelap nam un tidak m em andikan si bayi, dan
m eneruskan m a kan tanpa m encuci tangan. Orang-orang Indian Piraha
http://facebook.com/indonesiapustaka

m em biarkan anjing m ereka m akan dari piring yang sedang m ereka


guna kan untuk m a kan sendiri: itu cara yang bagus untuk m em peroleh
kum an dan pa rasit anjing.
Melalui coba-coba, banyak masyarakat tradisional yang mengenali
tum buh-tum buhan setem pat yang m ereka percaya m em bantu m e-
nyem buhkan penyakit tertentu. Tem an-tem an saya dari Papua sering
kali m enunjukkan kepada saya tum buh-tum buhan tertentu yang
TANGGAPAN TERHADAP PENYAKIT ● 365

m enurut m ereka digunakan untuk m engobati m alaria, berbagai dem am


lain, atau disentri, atau untuk m em icu keguguran. Para ahli etnobotani
Barat telah m em pelajari pengetahuan farm akologi tradisional itu,
dan perusahaan-perusahaan farm asi Barat telah m engekstraksi obat-
obatan dari tum buh-tum buhan tersebut. Terlepas dari itu, keefektifan
keseluruhan pengetahuan m edis tradisional, m eskipun m enarik,
cenderung terbatas. Malaria masih tetap merupakan salah satu
penyebab paling um um pe nyakit dan kem atian di dataran rendah dan
perbukitan Papua. Setelah para ilm uwan m enem ukan bahwa m alaria
disebabkan oleh protozoa genus Plasm odium yang disebarkan oleh
nyam uk genus Anopheles, dan bahwa penyakit itu bisa disem buhkan
dengan berbagai obat, barulah persentase penduduk dataran rendah
Papua yang m enderita serangan m alaria bisa dikurangi dari sekitar
50 % m enjadi di bawah 1%.
Pandangan m engenai penyebab penyakit, dan tindakan pencegahan
serta penyem buhan yang diupayakan sebagai akibatnya, berbeda-beda
di antara m asyarakat-m asyarakat tradasional. Sebagian, nam un tidak
se m ua m asyarakat, m em iliki dukun khusus, disebut "sham an" oleh
orang-orang Barat, dan m em peroleh gelar tertentu dari m asyarakatnya.
Orang-orang !Kung dan Ache kerap m em andang penyakit secara
fatalis tik, sebagai sesuatu yang disebabkan oleh kebetulan dan
tidak bisa disem buhkan. Dalam kasus-kasus lain, orang-orang Ache
m enawarakan pen jelasan biologis: m isalnya, penyakit usus m em atikan
pada anak-anak disebabkan oleh penyapihan dan m elahap m akanan
padat, dan bahwa dem am disebabkan oleh m enyantap daging busuk,
terlalu ba nyak m adu, m adu yang tidak dicam pur dengan air, terlalu
banyak larva serangga, atau m akanan berbahaya lainnya, atau karena
paparan da rah m anusia. Setiap penjelasan ini m ungkin terkadang
benar, nam un tidak m elindungi orang-orang Ache dari tingkat
kem atian yang tinggi akibat penyakit. Orang-orang Daribi, Fayu,
Kaulong, Yanom am o, dan banyak m asyarakat lainnya m enyalahkan
kutukan, sihir, atau tukang tenung sebagai penyebab penyakit, dan
http://facebook.com/indonesiapustaka

penyebab-penyebab itu harus dilawan dengan cara m enyerbu, m em -


bunuh, atau m em bayar tukang te nung yang bertanggungjawab.
Orang-orang Dani, Daribi, dan !Kung m engatakan bahwa penyakit-
pe nyakit lain disebabkan oleh hantu atau arwah, yang para dukun
!Kung coba ajak bicara m elalui kesurupan. Orang-orang Kaulong,
Siriono, dan banyak m asyarakat lainnya m encari penje lasan m oral
dan religius tentang penyakit: m isalnya, korban m e nye bab kan dirinya
366 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

sendiri terkena penyakit itu karena m elakukan suatu ke keliruan,


menjahati alam, atau melanggar tabu. Misalnya, orang-orang Kaulong
m engatakan bahwa penyakit-penyakit pernapasan pada laki-laki
disebabkan oleh pencem aran oleh perem puan, ketika seorang laki-
laki m elakukan kesalahan berbahaya yaitu bersentuhan dengan benda
yang dicem ari oleh perem puan yang sedang datang bulan atau m e-
lahirkan, atau ketika seorang laki-laki berjalan di bawah pohon rubuh,
atau jem batan, atau m inum dari sungai (karena perem puan m ung-
kin berjalan di atas pohon itu, di atas jem batan, atau m elalui su ngai).
Sebelum kam i, orang-orang Barat, m em andang rem eh teori-teori
penyakit pernapasan laki-laki orang-orang Kaulong itu, kam i harus
m e renungkan tentang betapa seringnya penderita-penderita kanker di
Barat berupaya m engenali tanggung jawab m oral atau penyebab kanker
mereka, yang penyebab spesiiknya sama kaburnya dengan kita seperti
juga penyebab penyakit pernapasan laki-laki bagi orang-orang Kaulong.

Ke lap aran
Pada Februari 1913, seorang penjelajah Britania, A.F.R. Wollaston,
sedang berjalan turun dengan hati riang m elalui hutan pe gu nungan
Papua setelah berhasil m encapai batas salju di gunung tertinggi Papua.
Dia ketakutan karena m enem ukan dua jenazah yang m asih baru di
jalur yang sedang dia telusuri. Selam a dua hari berikutnya, dalam apa
yang dia jabarkan sebagai sejum lah hari paling m engerikan dalam
hidupnya, dia m enjum pai 30 lebih jenazah orang pegunungan Papua
lainnya, kebanyakan perem puan dan anak-anak, sendiri-sendiri atau
berkelom pok-kelom pok sam pai lim a orang banyaknya, terbaring di
tem pat-tem pat bernaung seadanya di sepanjang jalur itu. Satu ke lom -
pok terdiri atas jenazah seorang perem puan dan jenazah dua anak,
term asuk seorang gadis kecil berusia sekitar tiga tahun yang m a-
sih hidup. Wollaston gendong anak itu ke perkem ahannya dan dia
beri susu, nam un anak itu m eninggal beberapa jam kem udian. Di
http://facebook.com/indonesiapustaka

perkem ahannya, datanglah sekelom pok lain yang terdiri atas satu
laki-laki, satu perem puan, dan dua anak-anak; kesem uanya kecuali
se orang anak m eninggal dunia. Keseluruhan kelom pok itu, yang
sudah kekurangan gizi kronis, telah kehabisan persediaan ubi dan
babi m ereka serta tidak m enem ukan m akanan liar di hutan kecuali
jantung sejum lah pohon palem , dan yang lem ah sepertinya m ati akibat
kelaparan.
KELAPARAN ● 367

Dibandingkan kecelakaan, kekerasan, dan penyakit, yang kerap di-


sadari dan disebutkan sebagai penyebab kem atian dalam m asyarakat-
m a syarakat tradisional, kem atian akibat kelaparan seperti yang di-
saksikan oleh Wollaston jauh lebih jarang disebutkan. Ketika terjadi,
ke laparan kem ungkinan m elibatkan kem atian m assal, sebab orang-
orang dalam m asyarakat berskala kecil berbagi m akanan, sehingga
ke m ungkinannya adalah tidak ada yang m ati kelaparan atau sem ua
orang tewas bersamaan. Namun kelaparan sangat kurang dihargai
seba gai faktor penyum bang yang m enyebabkan kem atian. Dalam se-
bagian besar situasi, ketika orang-orang m enjadi sangat kekurangan
gizi, sesuatu hal lain terjadi dan m enewaskan m ereka sebelum m ereka
m ati sem ata karena kelaparan. Ketahanan tubuh m ereka m erosot, m e-
reka m enjadi rentan terhadap penyakit, dan m ereka tercatat sebagai
m e ninggal akibat penyakit yang padahal bisa sem buh seandainya saja
ke tahanan tubuh m ereka bagus. Ketika m ereka m enjadi lem ah secara
isik, mereka pun menjadi lebih rentan terhadap kecelakaan, semisal
jatuh dari pohon atau tenggelam , atau terbunuh oleh m usuh yang
sehat-walaiat. Sedemikian tersitanya perhatian masyarakat berskala
kecil oleh m akanan, serta berbagai tindakan rum it yang m ereka
lakukan guna m em astikan persediaan m akanan yang m encukupi dan
yang akan saya jelaskan pada halam an-halam an berikutnya, m en-
jadi saksi bagi ke khawatiran yang senantiasa m em bayangi m ereka
akan kelaparan yang m erupakan salah satu risiko utam a kehidupan
tradisional.
Terlebih lagi, kekurangan makanan tak hanya berupa ke la-
paran dalam pengertian kalori yang tidak mencukupi, melainkan juga
kekurangan vitamin-vitamin spesiik (yang menyebabkan beraneka
ma cam penyakit seperti beriberi, pelagra, anemia pernisiosa, rakitis,
dan skorbut), mineral-mineral spesiik (yang menyebabkan gondok en-
demik dan anemia karena kekurangan zat besi), serta protein (yang me-
nyebabkan kwasiorkor). Penyakit-penyakit deisiensi spesiik itu jauh
lebih umum di antara para petani daripada di antara para pemburu-
http://facebook.com/indonesiapustaka

pengumpul, yang jenis makanannya cenderung lebih bervariasi daripada


petani. Seperti juga kekurangan kalori, penyakit-penyakit deisiensi
spesiik berkemungkinan menjadi faktor penyumbang yang menyebab-
kan se se orang tercatat sebagai mati karena kecelakaan, ke ke rasan,
atau pe nyakit menular sebelum orang itu mati semata karena pe nyakit
deisiensi.
368 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

Kelaparan adalah risiko yang bahkan tidak dipikirkan oleh warga


Dunia Pertam a yang m akm ur, sebab akses kita terhadap m akanan tetap
sam a, dari hari ke hari, dari m usim ke m usim , dan dari tahun ke tahun.
Tentu saja, ada sejum lah m akanan tertentu yang bersifat m usim an dan
tersedia hanya beberapa m inggu dalam setahun, m isalnya ceri lokal
yang dipanen langsung, nam un jum lah total m akanan yang tersedia
pada dasarnya konstan. Tapi, bagi m asyarakat berskala kecil, ada hari-
hari baik dan buruk yang tidak bisa diperkirakan, suatu m usim setiap
tahunnya ketika bisa diperkirakan ada kekurangan m akanan dan
orang-orang tunggu dengan irasat buruk, dan tahun-tahun baik dan
buruk yang tidak bisa diperkirakan. Sebagai akibatnya, m akanan m e-
rupakan topik percakapan utam a dan nyaris tiada henti. Saya pada
awalnya terkejut karena orang-orang Fore tem an saya m enghabiskan
se de m ikian banyak waktu m em bicarakan soal ubi, m eskipun m ereka
baru saja m akan sam pai kenyang. Bagi orang-orang Indian Siriono di
Bolivia, perhatian m ereka sangat tersita oleh m akanan, sedem ikian
rupa sehingga dua ungkapan paling um um di Siriono adalah “Perutku
kosong” dan “Beri aku m akanan”. Arti penting seks dan m akanan ber-
be da seratus delapan puluh derajat bagi orang-orang Siriono dan kam i
orang-orang barat: kecem asan terkuat orang-orang Siriono adalah m e-
ngenai m akanan, m ereka berhubungan seks nyaris kapan saja m ereka
m au, dan seks m engom pensasi rasa lapar terhadap m akanan; se m en-
tara kecem asan terkuat kam i adalah m engenai seks, kam i m akan nyaris
kapan saja kam i m au, dan m akan m engom pensasi frustrasi seksual.
Tidak seperti kita, banyak m asyarakat tradisional, terutam a
yang ber ada di lingkungan kering atau Artika, kerap m enghadapi
kekurangan m akanan yang terperkirakan m aupun tidak terperkirakan,
dan risiko m ereka m enderita kelaparan jauh lebih tinggi daripada
kita. Alasan-alasan perbedaan ini jelas. Banyak m asyarakat tradisional
hanya m e m iliki sedikit kelebihan m akanan yang disim pan, atau bahkan
tidak pu nya cadangan apa-apa yang bisa diandalkan, entah itu karena
m ereka tidak bisa m enghasilkan kelebihan untuk disim pan, atau
http://facebook.com/indonesiapustaka

karena iklim panas basah m enyebabkan m akanan busuk dengan cepat,


atau ka re na gaya hidup m ereka nom aden. Kelom pok-kelom pok yang
bisa m e nyim pan kelebihan m akanan berisiko m engalam i penjarahan.
Masyarakat-masyarakat tradisional terancam oleh kegagalan pangan
setem pat ka rena m ereka hanya bisa m engintegrasikan sum ber daya
m a kanan di daerah kecil, sem entara warga negara Dunia Pertam a
m engirim kan m akanan ke seluruh negara dan m engim pornya dari
KEKURANGAN MAKANAN YANG TIDAK TERPERKIRAKAN ● 369

negara-negara yang sangat jauh sekalipun. Tanpa kendaraan berm otor,


ja lanan, rel kereta, dan kapal seperti kita, m asyarakat-m asyarakat tra-
disio nal tidak bisa m engangkut m akanan m enem puh jarak panjang
dan hanya dapat m em peroleh m akanan dari tetangga-tetangga m ereka.
Masyarakat-masyarakat tradisional tidak memiliki pemerintahan nega-
ra yang m engorganisasi penyim panan, pengangkutan, dan pertu kar an
m akanan di daerah yang luas. Terlepas dari itu, kita akan lihat bahwa
m asyarakat tradisional m em iliki banyak cara lain untuk m engatasi
risiko kelaparan.

Ke ku ran gan m akan an yan g tid ak te rp e rkirakan


Skala waktu terpendek dan skala ruang terkecil dalam hal variasi
per se diaan m akanan m asyarakat tradisional m elibatkan variasi
hari-dem i-hari dalam hal keberhasilan setiap perburuan. Tum buh-
tum buhan tidak berpindah-pindah dan dapat dikum pulkan secara
kurang lebih ter perkirakan dari hari ke hari, nam un hewan berpindah-
pindah, se hingga setiap hari ada risiko pem buru tidak m em peroleh
hewan buruan. Pem ecahan bagi ketidakpastian itu yang diterapkan
secara universal oleh para pem buru-pengum pul ada lah hidup dalam
kawanan yang m encakup beberapa pem buru yang m engum pulkan
dan membagi-bagi tangkapan mereka agar luktuasi besar hari-ke-hari
bagi setiap pem buru individual bisa dicegah. Richard Lee m enjabarkan
pem ecahan itu dari pengalam annya sendiri de ngan orang-orang !Kung
di Gurun Kalahari Afrika, nam un dia m engge neralisasi pem buru-
pengum pul di sem ua benua dan seluruh lingkungan ketika dia m enulis:
“Makanan tidak pernah dikonsumsi sendiri oleh satu keluarga;
m akanan selalu (secara aktual ataupun potensial) diba gi bersam a-
sam a anggota-anggota kelom pok atau kawanan hidup yang terdiri
atas sam pai 30 anggota (atau lebih). Walaupun hanya seper se kian
kecil pencari makanan sehat-walaiat yang berangkat setiap hari, per-
olehan m akanan dan daging setiap hari dibagi-bagi sedem ikian rupa
sehingga setiap anggota perkam pungan m enerim a bagian yang setara.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Ka wanan atau perkam pungan pem buru adalah unit pem ba gian.” Asas-
nya m engenai pengum pulan dan pem bagian-rata di ka langan pem -
buru-pengum pul juga berlaku bagi banyak m asyarakat penggem bala
dan petani berskala kecil, misalnya orang-orang Nuer di Sudan yang
dipe lajari oleh E.E. Evans-Pritchard, yang berbagi daging, susu, ikan,
padi-padian, dan bir: “Walaupun satu rum ah tangga m em iliki m akanan
sendiri, m em asak sendiri, dan m encukupi kebutuhan anggota-
370 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

anggotanya secara m andiri, laki-laki, dan yang jauh lebih ja rang pe-
rem puan dan anak-anak, m akan di rum ah satu sam a lain se de m ikian
ru pa sehingga, bila dilihat dari luar, keseluruhan kom unitas terlihat
se perti berbagi persediaan bersam a. Aturan-aturan keram ah-tam ahan
dan konvensi-konvensi m engenai pem bagian daging dan ikan m e-
m unculkan pem bagian m akanan secara jauh lebih luas daripada yang
sepertinya ditunjukkan oleh sekadar pernyataan m engenai asas ke-
pem ilikan.”
Skala berikutnya yang lebih lam a dan lebih besar dalam variasi
per se diaan m akanan m elibatkan variasi tidak terperkirakan dalam hal
ke ter sediaan m akanan yang m em pengaruhi keseluruhan kelom pok
setem pat. Serangan cuaca dingin dan basah yang bertahan selam a
beberapa hari m enyebabkan kondisi terlalu berbahaya dan tidak
m em berikan gan jaran sepadan bagi orang-orang Indian Ache untuk
pergi berburu, dan m enyebabkan m ereka tak hanya kelaparan
m elainkan juga berisiko terpapar dingin dan terserang infeksi
pernapasan. Tibanya wak tu panen pisang tanduk dan buah palem
persik, yang m erupakan m a kanan pokok nabati bagi orang-orang
Indian Yanom am o, terjadi secara tidak terperkirakan: m akanan-
m akanan itu entah tidak ada sam a se kali, ataupun m elim pah-lim pah
secara lokal. Panen millet orang-orang Nuer mungkin gagal akibat
kekeringan, gajah, hujan lebat, bela lang, atau burung m anyar.
Kekeringan parah yang m enyebabkan kela par an m em pengaruhi para
pem buru-pengum pul !Kung secara tidak ter per kirakan dalam kira-kira
satu di antara em pat tahun, dan tidak um um ter jadi nam un ditakuti di
kalangan petani Pulau Trobriand. Salju m em bunuh tum buhan ubi yang
m erupakan m akanan pokok para petani di Dataran Tinggi Papua dalam
kira-kira 1 di antara 10 tahun di daerah yang tinggi. Badai perusak
m enyerang Kepulauan Solom on dengan se lang waktu tidak teratur
dalam satu di antara beberapa dasawarsa.
Masyarakat-masyarakat berskala kecil berupaya mengatasi kegagal-
an m akanan setem pat yang tidak terperkirakan ini dalam beberapa
http://facebook.com/indonesiapustaka

cara yang m encakup berpindah perkam pungan, m enyim pan m akanan


dalam tubuh m ereka sendiri, kesepakatan di antara kelom pok-
kelom pok lokal yang berbeda-beda, dan m em budidayakan m akanan
di tem pat yang terpencar-pencar. Pem ecahan paling sederhana bagi
pem buru-pengum pul nom aden yang tidak terikat pada kebun-kebun
tertentu, dan yang berhadapan dengan kelangkaan m akanan lokal,
adalah ber pin dah ke lokasi baru di m ana ketersediaan m akanan
KEKURANGAN MAKANAN YANG TIDAK TERPERKIRAKAN ● 371

pada saat itu lebih tinggi. Sedangkan m engenai m enggem ukkan diri
kapan saja m ungkin, bila m asalah berupa pem busukan m akanan atau
penjarah m en cegah kita m enyim pan m akanan dalam lem ari atau
wadah, kita bisa setidak-tidaknya m enyim pannya sebagai lem ak tubuh
sendiri, yang tidak akan m em busuk dan tidak bisa dicuri. Dalam Bab
11 saya akan berikan contoh-contoh berupa m asyarakat-m asyarakat
berskala kecil yang, ke tika m akanan berlim pah, m elahap m akanan
secara gila-gilaan, de ngan tingkat yang bahkan tidak bisa dipercaya
oleh orang-orang Barat, kecuali bagi segelintir orang yang pernah
am bil bagian dalam per tan dingan m akan hotdog. Orang-orang itu
m enggem ukkan diri sen diri dan m enjadi lebih m am pu bertahan
m elalui m asa-m asa kelangkaan m a kanan yang terjadi kem udian.
Meskipun bersantap gila-gilaan dapat membuat kita selamat
m elalui kelangkaan m akanan yang berlangsung selam a beberapa
m inggu, kita tetap tidak akan terlindungi dari m asa kelaparan setahun.
Salah satu pe m e cahan jangka panjang adalah m em buat kesepakatan
tim bal-balik de ngan kelom pok-kelom pok tetangga m engenai berbagi
m akanan ketika ada cukup m akanan di daerah salah satu kelom pok
sem entara terjadi kelangkaan m akanan di daerah kelom pok lain.
Ketersediaan makanan lokal berluktuasi seiring waktu di daerah mana
pun. Namun dua daerah yang terletak cukup berjauhan kemungkinan
mengalami luktuasi ketersediaan makanan yang tidak berjalan
bersam aan. Hal tersebut m em buka kesem patan bagi kelom pok kita
untuk m encapai ke se pakatan yang saling m enguntungkan dengan
kelom pok lain, se dem ikian rupa sehingga m ereka m engizinkan kita
m em asuki tanah m e reka atau m engirim i kita m akanan ketika m ereka
punya cukup m a kanan tapi kita tidak, dan kelom pok kita m em balas
kebaikan itu bila ke lom pok lain tersebut kekurangan m akanan.
Misalnya, di daerah Gurun Kalahari yang dihuni oleh orang-orang
!Kung San, curah hujan selam a bulan apa saja bisa berbeda-beda sam -
pai 10 kali lipat antara tem pat yang berbeda-beda. Dalam kata-kata
Richard Lee, hasilnya adalah "gurun itu m ungkin disem arakkan be-
http://facebook.com/indonesiapustaka

bungaan di satu daerah sem entara hanya beberapa jam jauhnya de-
ngan berjalan kaki, tanahnya m asih kering-kerontang". Sebagai satu
contoh, Lee m em bandingkan curah hujan bulanan di lim a lokasi di
dis trik Ghanzi selam a 12 bulan dari J uli 1966 sam pai J uni 1967. Curah
hujan total selam a tahun tersebut bervariasi sebesar kurang daripada
dua kali lipat di antara lokasi yang berbeda-beda, nam un curah hujan
da lam bulan apa saja bervariasi di antara lokasi yang berbeda-beda
372 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

dari tidak ada hujan sam a sekali sam pai 10 inci. Lokasi Cum e m em iliki
curah hujan tahunan tertinggi, namun tetap saja pada Mei 1967
m erupakan lokasi terkering di antara kelim a lokasi yang dipelajari dan
yang terkering nomor dua pada November 1966 dan Februari 1967. Se-
baliknya, Kalkfontein m em iliki curah hujan tahunan terendah, nam un
merupakan lokasi terbasah nomor dua pada Maret 1967, dan pada
Mei 1967. Oleh karena itu untuk lokasi mana pun, kelompok yang ter-
batas di lokasi tersebut tentunya akan m engalam i kekeringan dan
kekurangan m akanan pada waktu-waktu tertentu, nam un biasanya da-
pat m enem ukan kelom pok lain yang lokasinya sedang basah dan ber-
lim pah m akanan—asalkan kedua kelom pok itu telah bersepakat untuk
saling m em bantu kala ada yang butuh. Bahkan, tim bal-balik um um
se m acam itu teram at penting bagi kem am puan !Kung untuk sintas di
lingkungan gurun m ereka, yang tidak terperkirakan secara lokal.
Hubungan tim bal-balik (terkadang berselang-seling dengan per-
m u suhan) tersebar luas di antara m asyarakat-m asyarakat tradisional.
Desa-desa di Pulau Trobriand m engedarkan m akanan antar-desa
secara rata guna m engatasi kekurangan m akanan lokal. Di antara
orang-orang Iñupiat di Alaska utara, ketika terjadi kelaparan lokal,
keluarga-keluarga pindah ke distrik lain untuk tinggal bersam a kerabat
atau m itra. Buah-buahan terpenting yang dikonsum si oleh Indian
Yanom am o di Am erika Selatan berasal dari kebun-kebun pohon palem
per sik dan pohon pisang tanduk, keduanya (terutam a yang disebutkan
per tam a) m enghasilkan panenan yang lebih berlim pah daripada yang
dapat dikonsum si sendiri oleh kelom pok lokal. Buah-buahan itu busuk
setelah m atang dan tidak bisa disim pan, sehingga harus dim akan saat
m atang. Ketika suatu kelom pok lokal m endapati diri kelebihan m a kan-
an, m ereka m engundang tetangga-tetangga untuk ikut berjam u, dengan
ha rapan bahwa tetangga-tetangga itu akan m em balas budi sewakatu
nan tinya m ereka-lah yang kelebihan m akanan.

Me m an faatkan lah an yan g te rp e n car-p e n car


http://facebook.com/indonesiapustaka

Satu lagi pem ecahan jangka-panjang yang um um bagi risiko ke-


kurangan m akanan setem pat yang tidak terperkirakan adalah m e-
m anfaat kan lahan secara terpencar-pencar. Saya m enjum pai fenom ena
ini di Papua ketika, sewaktu sedang pergi m engam ati burung suatu
hari, saya tak sengaja m enem ukan kebun yang tem an saya buka di
tengah-tengah hutan satu setengah kilom eter di sebelah tim ur laut
desanya, dan beberapa kilom eter dari kebun-kebun lain m iliknya
MEMANFAATKAN LAHAN YANG TERPENCAR-PENCAR ● 373

yang tersebar di sebelah selatan dan barat desanya. Apa sih yang dia
pikirkan, tanya saya kepada diri sendiri, sam pai-sam pai dia m em ilih
lokasi terpencil seperti itu untuk kebun barunya? Rasanya tidak eisien
sekali sibuk buang-buang wak tu untuk m endatangi kebunnya yang jauh
ini, dan letak kebun yang jauh m em buatnya sulit dilindungi dari babi
perusak dan maling. Namun orang-orang Papua merupakan pekebun
yang cerdas dan ber pengalam an. Bila kita m elihat m ereka m elakukan
sesuatu yang awalnya tidak kita paham i, biasanya ternyata ada
alasannya. Apa kira-kira m otif tem an saya yang satu ini?
Para cendekiawan dan ahli perkem bangan Barat lain sam a-sam a
dibingungkan oleh kasus-kasus lain pem encaran lahan di berbagai
tem pat lain di seluruh penjuru dunia. Contoh yang paling sering di-
bahas m elibatkan kaum tani Inggris zam an pertengahan, yang m eng-
garap lusinan petak tanah m ungil yang terpencar-pencar. Bagi ahli
sejarah ekonom i m odern, hal itu "jelas-jelas" gagasan buruk karena
m e nyebabkan terbuang-buangnya waktu perjalanan dan peng-
angkutan, ser ta rentang-rentang tanah yang jadi tidak tergarap di
antara petak-pe tak lahan tersebut. Kasus m odern pem encaran ladang
oleh kaum tani Andes di dekat Danau Titicaca, dipelajari oleh Carol
Goland, m em ancing para ahli perkem bangan untuk m enulis de ngan
kebingungan, “Eisiensi agrikultural kumulatif kaum tani sedemikian
m engenaskan... sehingga kam i terheran-heran bagaim ana bisa orang-
orang ini bertahan... Oleh karena tradisi-tradisi pewarisan harta dan
pernikahan terus-m enerus m em bagi-bagi dan m em encarkan ladang-
ladang petani ke banyak desa, seorang petani rata-rata m enghabiskan
tiga perem pat harinya berjalan dari satu la dang ke ladang lainnya.
Ladang-ladangnya itu terkadang berukuran ku rang daripada beberapa
m eter persegi.” Para ahli itu m enyarankan per tukaran lahan di antara
para petani guna m engonsolidasi tanah hak m ilik m ereka m asing-
m asing.
Namun penelitian kuantitatif Goland di Andes Peru menunjukkan
bah wa sebenarnya m em ang ada alasan di balik hal yang tam paknya
http://facebook.com/indonesiapustaka

gila itu. Di distrik Cuyo Cuyo, kaum tani yang Goland pelajari
m em budidayakan kentang dan tanam an pangan lainnya di ladang yang
tersebar-sebar: rata-rata 17 ladang, sam pai m aksim al 26 ladang, per pe-
tani, m asing-m asing ladang berukuran rata-rata hanya 15 kali 15 m eter.
Oleh karena para petani terkadang m enyewakan atau m em beli la dang,
sangat m ungkin bagi m ereka untuk m engonsolidasi tanah hak m ilik
masing-masing, namun mereka tidak melakukannya. Mengapa tidak?
374 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

Satu petunjuk yang disadari oleh Goland adalah variasi jumlah hasil
panen dari ladang ke ladang, dan dari tahun ke tahun. Hanya seba gi-
an kecil variasi itu yang terperkirakan dari faktor-faktor lingkungan
berupa ketinggian, kemiringan, dan paparan ladang, dan dari faktor-
faktor terkait kerja yang berada di bawah kendali petani (misalnya
upaya mereka dalam memupuk dan menyiangi ladang, kerapatan be-
nih, dan tanggal penanaman). Sebagian besar variasi itu justru tidak ter-
perkirakan, tidak terkendalikan, dan ada kaitannya dengan jum lah dan
waktu turunnya hujan secara lokal untuk tahun tersebut, salju, pe nyakit
tanaman, hama, dan pencurian oleh manusia. Pada sembarang ta hun,
ada perbedaan-perbedaan besar antara hasil panen ladang-ladang yang
berbeda-beda, namun seorang petani tidak bisa mem per kira kan ladang
mana yang akan memberikan panen yang baik pada tahun ter tentu.
Yang m utlak harus dihindari oleh keluarga tani Cuyo Cuyo adalah
m em peroleh hasil panen yang rendah pada akhir tahun kapan saja
yang akan m enyebabkan keluarga itu kelaparan. Di daerah Cuyo Cuyo,
petani tidak bisa m enghasilkan cukup kelebihan m akanan yang bisa
disim pan pada tahun yang baik guna m em bantu m ereka bertahan
hidup m elalui tahun berikutnya yang buruk. Oleh karena itu, tujuan
petani bukanlah m enghasilkan panen rata-rata sepanjang waktu
yang setinggi m ungkin selam a bertahun-tahun. Bila panen rata-rata
sepanjang waktu luar biasa tinggi akibat gabungan sem bilan tahun
yang luar biasa bagus dan satu tahun gagal panen, tetap saja kita akan
m ati kelaparan pada tahun gagal panen itu sebelum kita bisa m em beri
selam at kepada diri sendiri karena m em peroleh panen rata-rata
sepanjang waktu yang bagus sekali. Tujuan petani adalah m em astikan
untuk m em per oleh panen di atas batas kelaparan setiap tahunnya,
walaupun pa nen rata-rata sepanjang tahun tidak tinggi sekali. Itulah
m engapa pe m encaran ladang m enjadi m asuk akal. Bila kita hanya
punya satu la dang besar, tak peduli seberapa bagus rata-ratanya, kita
akan kela par an ketika terkadang secara tak terhindarkan tiba tahun
ketika ladang kita yang hanya satu itu m em berikan panen yang buruk.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Namun bila kita punya banyak ladang, yang sangat bervariasi satu
sam a lain, m a ka pada tahun kapan saja sebagian ladang kita akan
m em berikan ha sil panen yang bagus m eskipun ladang-ladang kita yang
lain sedang paceklik.
Guna m enguji hipotesis itu, Goland m engukur hasil panen dari
se m ua ladang m ilik 20 keluarga—totalnya 488 ladang—pada setiap
tahunnya selam a dua tahun yang berturutan. Dia kem udian m eng-
MEMANFAATKAN LAHAN YANG TERPENCAR-PENCAR ● 375

hitung akan sebesar apa hasil panen total setiap keluarga, yang di-
kum pulkan dari sem ua ladang m ereka, seandainya saja m ereka m e-
m usatkan ladang m ereka di satu lokasi sungguhan saja dengan luas
total yang sam a, atau seandainya m ereka m em encarkan ladang m ereka
di 2, 3, 4, dan seterusnya sam pai ke 14 lokasi sungguhan yang berbeda-
beda. Ternyata, sem akin banyak jum lah lokasi yang terpencar-pencar,
sem akin rendah hasil hitungan panen rata-rata sepanjang tahun, na-
m un sem akin rendah pula risiko panen jatuh di bawah am bang batas
kelaparan. Misalnya, satu keluarga yang Goland labeli keluarga Q, yang
terdiri atas sepasang suam i-istri paro baya dan putri berusia 15 tahun,
diperkirakan m em butuhkan 1,35 ton kentang per ekar tanah per tahun
guna m enghindari kelaparan. Bagi keluarga itu, bercocok-tanam di
satu lokasi saja berarti risiko tinggi (37%!) m enderita kelaparan se-
tiap tahunnya. Keluarga Q tidak akan terhibur bila m erenungkan
bah wa pilihan lokasi itu m em beri m ereka panen rata-rata se panjang
tahun tertinggi sebesar 3,4 ton per ekar, lebih daripada am bang batas
kelaparan, sem entara m ereka duduk kelaparan sam pai m ati pada tahun
paceklik yang tiba kira-kira setiap tiga tahun sekali. Kom binasi sam pai
enam lokasi juga m em buat m ereka m enghadapi risiko m enderita
kelaparan kadang-kadang. Baru bila m ereka m enggarap tujuh lokasi
atau lebih, risiko kelaparan mereka merosot sampai nol. Memang,
panen rata-rata untuk tujuh atau lebih lokasi m erosot sam pai 1,9
ton per ekar, nam un tidak pernah m erosot di bawah 1,5 ton per ekar,
sehingga m ereka tidak pernah kelaparan.
Secara rata-rata, ke-20 keluarga yang Goland pelajari sebenarnya
ber cocok-tanam di ladang yang berjum lah dua-tiga buah lebih ba-
nyak daripada jum lah ladang yang harus m ereka garap guna m eng-
hindari kelaparan m enurut hasil hitungan Goland. Tentu saja, pe-
nyebaran ladang itu m em aksa m ereka m em bakar lebih banyak kalori
untuk berjalan dan m engangkut barang-barang di antara ladang-ladang
m ereka yang terpencar-pencar. Tapi, Goland m enghitung bahwa kalori
ekstra yang terbakar karena m elakukan itu hanyalah 7% dari perolehan
http://facebook.com/indonesiapustaka

kalori dalam pangan m ereka, harga yang bisa diterim a dalam rangka
m enghindari kelaparan.
Singkatnya, m elalui pengalam an yang panjang, dan tanpa m eng-
guna kan statistika atau analisis m atem atika, kaum tani Andes yang
Goland pelajari telah m enem ukan bagaim ana m em encarkan lahan
m ereka se cu kupnya guna m enghindari risiko kelaparan akibat variasi
lokal yang tak terperkirakan dalam hasil panen pangan. Strategi kaum
376 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

tani itu cocok dengan peribahasa “J angan letakkan sem ua telur-


m u dalam satu keranjang”. Pertim bangan-pertim bangan serupa juga
m ungkin m enjadi penjelasan bagi pem encaran ladang oleh kaum tani
Inggris pada zam an pertengahan. Pertim bangan-pertim bangan yang
sam a m ungkin m enjelaskan m engapa kaum tani Danau Titicaca, yang
dikritik dengan dem ikian keras oleh para peneliti perkem bangan
agrikultural yang kebingungan karena m etode m ereka kelihatannya
payah dan tidak eisien, sebenarnya cerdas, dan mengapa sebenarnya
nasihat para pe neliti untuk bertukar-lahan itulah yang payah.
Sem entara soal tem an saya dari Papua, yang kebunnya yang terisolasi
beberapa kilom eter jauhnya dari kebun-kebunnya yang lain dan pada
awalnya m em buat saya bingung, m asyarakatnya m enyebutkan lim a
alasan untuk m em encarkan letak kebun: m engurangi risiko sem ua
kebun se cara bersam aan hancur akibat angin badai, penyakit tanam an
pangan, babi, atau tikus, dan guna m em peroleh lebih banyak ragam
tanam an pa ngan dengan bercocok-tanam di tiga ketinggian berbeda
di zona iklim yang berbeda-beda. Para petani Papua itu serupa dengan
para petani Andes yang dipelajari Goland, hanya saja m ereka bercocok-
tanam di kebun yang berjum lah lebih sedikit nam un berukuran lebih
besar (rata-ratanya, 7 kebun dengan kisaran dari 5 sam pai 11 bagi
orang-orang Papua, bukan 17 ladang dengan kisaran dari 9 sam pai 26
bagi para petani Andes).
J auh terlalu banyak investor Am erika yang m elupakan per be daan
itu, yang disadari oleh kaum tani di seluruh dunia, antara m em ak-
sim alkan panen rata-rata sepanjang waktu dan m em astikan bahwa
hasil panen tidak pernah m erosot ke bawah tingkat kritis. Bila kita
m enginvestasikan uang yang kita yakin tidak akan kita butuhkan
segera, hanya untuk dihabiskan suatu hari kelak atau untuk barang-
barang m ewah, cocok saja bila tujuan kita adalah m em aksim alkan
hasil rata-rata sepanjang waktu, tak peduli apakah hasil itu m enjadi
nol atau negatif pada tahun-tahun buruk yang terkadang terjadi. Na-
m un bila kita m engandalkan pendapatan investasi untuk m em bayar
http://facebook.com/indonesiapustaka

pengeluaran-pengeluaran saat ini, kita harus m enerapkan strategi


kaum tani: pastikan pendapatan tahunan kita selalu berada di
atas tingkat yang dibutuhkan untuk m enjaga kelangsungan hidup,
m eskipun itu ber arti kita harus m enerim a hasil rata-rata sepanjang
waktu yang lebih rendah. Sewaktu saya m enuliskan baris-baris ini,
sejum lah investor tercerdas di Am erika Serikat sedang m enderita
akibat m engabaikan perbedaan itu. Harvard University m em iliki dana
MUSIM DAN CADANGAN MAKANAN ● 377

abadi pa ling besar, dan tadinya m em iliki tingkat pendapatan dana


abadi rata-rata sepanjang waktu tertinggi, dibandingkan universitas
Am erika lain m ana pun. Para pengelola dana abadinya m enjadi
legendaris karena ke ahlian, keberhasilan, dan kebersediaan m ereka
m engeksplorasi jenis-jenis investasi m enguntungkan yang tadinya
ditolak m entah-m en tah oleh para pengelola investasi universitas
yang konservatif. Gaji seorang pengelola Harvard terkait dengan
tingkat pertum buhan rata-rata jangka panjang dari bagian portofolio
Harvard yang dikelola oleh nya. Sayangnya, pendapatan investasi
Harvard tidak ditujukan untuk bersenang-senang atau untuk saat-
saat susah, m elainkan bersum bangsih kepada sekitar separo dana
operasional Kolese Harvard. Sewaktu terjadi krisis inansial di seluruh
dunia pada 20 0 8– 20 0 9, pen dapatan dan cicilan dana abadi Harvard
m erosot tajam , begitu pula banyak investasi lain yang ditujukan untuk
m em aksim alkan hasil jangka panjang, sehingga Harvard terpaksa
m em bekukan perekrutan orang baru dan m enunda tanpa batas rencana
untuk m em bangun kam pus sains baru bernilai sem iliar dolar. Bila
ditilik lagi, para pengelola Harvard seharusnya m engikuti strategi yang
dilakukan oleh sedem ikian banyak kaum tani (Gam bar 45).

Mu s im d an cad an gan m akan an


Kita telah m em bahas bagaim ana m asyarakat-m asyarakat tradisional
mengatasi bahaya kelaparan yang muncul akibat luktuasi tak
terperkirakan dalam hal pasokan m akanan. Tentu saja, juga ada
luktuasi musiman yang bisa diperkirakan. Para penduduk zona ber-
iklim se dang akrab dengan perbedaan-perbedaan antara m usim sem i,
panas, gugur, dan dingin. Bahkan hingga kini, ketika penyim panan
m akanan dan pengangkutan m akanan jarak jauh telah m em buat sem ua
variasi m usim an dalam hal ketersediaan m akanan di superm arket
dapat teratasi, tetap saja buah dan sayuran lokal yang segar hanya
tersedia pada jadwal yang dapat diprediksi. Misalnya, dekat rumah
saya di Los Angeles, ada pasar petani yang hanya m enjual hasil tani
http://facebook.com/indonesiapustaka

m usim an yang ditum buhkan secara lokal, m isalnya asparagus pada


bulan April dan Mei, ceri dan arbei pada bulan Mei dan Juni, persik
dan aprikot pada bulan J uni dan J uli, labu dari J uli sam pai J anuari,
serta kesem ek dari Oktober sam pai J anuari. Di zona-zona beriklim
sedang di Am erika Utara dan Erasia, ketersediaan m akanan selain
buah-buahan dan sayuran segar juga tadinya berluktuasi sesuai
m usim , sam pai penyim panan dan pengangkutan m odern m elenyapkan
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 2 9 . Kontak pertam a: Ishi, orang Indian Yahi terakhir


dari California, pada 29 Agustus 1911, hari ketika dia m uncul dari
persem bunyian dan m em asukin m asyarakat Eropa-Am erika. Dia
ketakutan, lelah, dan m engira akan dibunuh.
Gam bar 3 0 . Kontak pertam a antara penduduk Dataran Tinggi Papua, yang belum
pernah bertem u orang Eropa, dan penam bang Australia Dan Leahy, di daerah Chuave,
1933.
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 3 1. Kontak pertam a: seorang penduduk Dataran Tinggi Papua m enangis
ketakutan ketika pertam a kali m elihat orang Eropa, dalam Ekspedisi Leahy 1933.
Gam bar 3 2 . Perdagangan tradisional: perahu dagang Papua, m em bawa barang kepada
m itra dagang tradisional untuk ditukar dengan barang lain.
http://facebook.com/indonesiapustaka
Gam bar 3 3 . Perdagangan m odern: penjaga toko profesional, m enjual barang pabrikan
ke siapapun yang m asuk ke toko, dengan bayaran uang pem erintah.
http://facebook.com/indonesiapustaka
Gam bar 3 4 . Perbatasan m odern antarnegara: seorang pedagang asal Tiongkok
m enunjukkan paspor dan visanya ke polisi Rusia dekat perbatasan Rusia-Tiongkok.
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 3 5. Ellie Nesler, seorang perempuan California yang diadili karena
m em bunuh laki-laki yang didakwa m elakukan pelecehan seksual terhadap
putranya. Orangtua m ana pun akan m engerti kem arahan Ellie. Tapi esensi
keadilan negara adalah bahwa negara bakal am bruk kalau warga negara m ain
hakim sendiri.
Gam bar 3 6 . Perang tradisional: anggota-anggota suku Dani bertem pur dengan tom bak
di Lem bah Baliem , Dataran Tinggi Papua. J um lah korban terbesar dalam perang suku
sem acam ini terjadi pada 4 J uni 1966, ketika orang Dani utara m em bunuh 125 orang
Dani selatan dalam pertarungan berhadapan; di antara yang terbunuh, kiranya banyak
yang dikenal langsung atau tak langsung oleh para penyerang. J um lah korban itu
m encapai 5% populasi orang Dani selatan. (Bab 3)
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 3 7. Perang m odern: awan bom atom Hiroshim a, 6 Agustus 1945. Para prajurit
Am erika yang m enjatuhkan bom tidak kenal langsung korban-korbannya dan tak
berhadapan dengan korban-korban ketika m em bunuh. Seratus ribu orang J epang yang
tewas di Hiroshim a m erupakan jum lah korban terbesar dalam satu hari perang m odern,
dan m encakup 0 ,1% populasi J epang waktu itu. Populasi m odern terkait dengan jum lah
korban tewas absolut yang tinggi, tapi perang tradisional bisa m enyebabkan jum lah
korban proporsional yang jauh lebih besar.
Gam bar 3 8 . Cara m em bawa
anak tradisional biasanya
m em buat anak berada dalam
kontak isik langsung dengan
pem bawanya, berposisi
tegak vertikal, m enghadap
ke depan, sehingga m elihat
dengan sudut pandang sam a
dengan pem bawanya. Bayi
Indian Pum e dari Venezuela
ini digendong kakak
perem puannya.

Gam bar 3 9 . Cara m em bawa


anak m odern sering
http://facebook.com/indonesiapustaka

m enjauhkan anak dari


kontak isik langsung dengan
pem bawanya, m em buat anak
m em andang ke belakang dan
berposisi berbaring horisontal,
bukan tegak vertikal. Bayi
Am erika ini dibawa dengan
kereta bayi yang didorong
ibunya.
Gam bar 4 0 d an 4 1. Kom ponis
Richard Strauss (kiri) dan
Giuseppe Verdi (bawah) belajar
bagaim ana m em anfaatkan bakat
m usik sebaik m ungkin selagi
http://facebook.com/indonesiapustaka

m ereka m enua. Hasilnya adalah


karya-karya terbesar m ereka:
Four Last Songs karya Strauss
yang dibuat ketika dia berum ur
84, serta opera Verdi Otello
(dibuat pada um ur 74) dan
Falstaff (dibuat pada um ur 80 ).
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 4 2 . Bahaya tradisional: seorang laki-laki m em anjat pohon untuk m em etik buah
açaí. J atuh dari pohon, atau tertim pa pohon tum bang, adalah bahaya besar di banyak
m asyarakat tradisional.
Gam bar 4 3 . Bahaya tradisional: buaya besar dibunuh sesudah m enewaskan beberapa
orang di Indonesia. Hewan liar adalah bahaya besar di kebanyakan m asyarakat
tradisional.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 4 4 . Bahaya m odern: tabrakan m obil adalah bahaya besar dalam kehidupan
m odern.
Gam bar 4 5. Manajemen risiko: modal dan pendapatan dari dana abadi Harvard
University berkurang banyak selam a krisis keuangan dunia 20 0 8– 20 0 9. Para m anajer
investasi Harvard seharusnya m engikuti strategi m anajem en risiko petani kecil, yang
m em aksim alkan hasil panen rata-rata jangka panjang untuk sekadar m enjaga agar hasil
panen selalu ada di atas batas kritis tertentu.
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 4 6 . Seorang dow ser, yang m engklaim bahwa gerakan ranting bercabang bisa
m enunjukkan posisi air tanah yang tersem bunyi bagi pem ilik lahan yang ingin tahu di
m ana harus m enggali sum ur. Dow ser m enunjukkan kecenderungan kita m engandalkan
ritual dalam situasi ketika hasil susah diperkirakan.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gam bar 4 7. Bahasa-bahasa yang m enghilang: Sophie Borodkin (m eninggal J anuari


20 0 8), penutur terakhir bahasa Eyak, suatu bahasa khas Pribum i Am erika yang dulu
dipakai di Alaska.
394 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

luktuasi tersebut. Tadinya daging berlimpah pada musim gugur, ketika


hewan-hewan ternak dikurangi jum lahnya dan dijagal; susu pada
m usim sem i dan m usim panas, ketika sapi dan dom ba m elahirkan;
ikan seperti salm on dan hering, yang pada waktu-waktu yang bisa
diperkirakan m erenangi sungai kem bali ke hulu dan di sepanjang
pesisir; serta hewan buruan liar yang berm igrasi pada m usim -m usim
tertentu, m isalnya rusa kutub dan bison.
Sebagai akibatnya, beberapa bulan dalam setahun di zona beriklim
sedang m erupakan m asa m akm ur, sem entara bulan-bulan lain adalah
m asa paceklik ketika orang-orang tahu bahwa sim panan m akanan
m ungkin akan habis dan bahwa m ereka setidak-tidaknya harus
m engencangkan ikat pinggang m ereka dan paling parah berisiko
kelaparan. Bagi orang-orang Nors Tanah Hijau, musim paceklik tiba
se tiap tahun pada akhir m usim dingin, ketika m ereka sudah ham pir
ha bis m enyantap keju, m entega, dan daging kering yang disim pan
dari tahun berikutnya, nam un sapi, dom ba, dan kam bing belum lagi
m e lahirkan sehingga belum m enghasilkan susu, kawanan anjing laut
harpa yang berm igrasi belum tiba di sepanjang pesisir, dan anjing laut
biasa yang m enetap di kawasan m ereka belum m endarat di pantai
untuk m elahirkan. Tam paknya sem ua penghuni satu di antara dua
pemukiman orang Nors di Tanah Hijau mati kelaparan pada akhir
salah satu m usim dingin sem acam itu pada sekitar 1360 .
Orang-orang Am erika, Eropa, dan penduduk zona beriklim sedang
lainnya cenderung m enduga bahwa wilayah tropis, terutam a di dekat
khatulistiwa, tidak memiliki pergantian musim seperti itu. Meskipun
suhu m em ang kalah jauh variasinya dari bulan ke bulan di wilayah
tropis daripada di zona beriklim sedang, sebagian besar daerah tropis
pada kenyataannya m em iliki m usim hujan dan m usim kering yang
sangat berbeda. Misalnya, kota Pomio di Papua Nugini terletak hanya
beberapa ratus m il di sebelah selatan khatulistiwa, sangatlah basah
(curah hujan 660 cm dalam setahun), dan m enerim a curah hujan 6 cm
bah kan pada bulan yang paling kering. Tapi, bulan-bulan terbasah di
http://facebook.com/indonesiapustaka

Pom io (J uli dan Agustus) 7 kali lipat lebih basah daripada bulan-bulan
terkeringnya (Februari dan Maret), dan itu berkonsekuensi sangat
besar terhadap ketersediaan m akanan dan kondisi-kondisi hidup di
Pom io. Oleh karena itu, para penduduk garis lintang rendah atau
bah kan di khatulistiwa m enghadapi m usim paceklik yang bisa diper-
kirakan, seperti juga orang-orang tradisional di zona beriklim sedang.
Dalam banyak kasus, m usim paceklik itu jatuh pada m usim kering
MUSIM DAN CADANGAN MAKANAN ● 395

setem pat, yang secara berbeda-beda tiba pada bulan Septem ber dan
Oktober bagi orang-orang !Kung di Kalahari dan orang-orang Daribi
di perbukitan Papua Nugini, Desember sampai Februari bagi Pigmi
Mbuti di Hutan Ituri, Kongo, serta Januari bagi orang-orang Kaulong
di Britania Baru. Namun sejumlah masyarakat penghuni garis lin-
tang rendah justru m engalam i m usim paceklik pada bulan-bulan yang
paling basah bagi mereka, yaitu Desember sampai Maret bagi Aborigin
Ngarinyin di Australia Baratlaut, dan Juni sampai Agustus bagi orang-
orang Nuer di Sudan.

Tabe l 8 .2 . Sim p an an m akan an trad is io n al d i s e lu ru h d u n ia


ERASIA
Pe n gge m bala Eras ia Produk-produk susu; m entega, keju, sky r, susu
ferm entasi.
Pe tan i Ero p a Gandum dan jelai, ikan asin atau kering, produk-
produk susu, kentang dan um bi-um bian lainnya,
acar sayuran, bir, m inyak.
Ko re a Kim chi: acar kubis, lobak, ketim un yang
diferm entasi. Ikan dan udang yang dibuat acar,
diasinkan, atau diferm entasi.
Ain u ( Je p an g) Kacang-kacangan, ikan kering dan beku, daging
rusa kering, tepung um bi-um bian.
N gan as an ( Sibe ria) Daging rusa kutub yang diasap, dikeringkan, atau
dibekukan. Lem ak angsa yang dilelehkan.
Ite n m ’i ( Kam ch atka) Ikan yang dikeringkan dan diferm entasi.
AMERIKA
Ke ban yakan p e tan i As li J agung kering.
Am e rika
Oran g-o ran g In d ian Pemmican: daging bison yang dikeringkan, lem ak
N o rth e rn Plain s yang dilelehkan, dan buah beri yang dikeringkan.
An d e s Daging yang dibekukan hingga kering, um bi-
um bian, dan ikan.
In u it Daging paus yang dibekukan, daging karibu yang
http://facebook.com/indonesiapustaka

dibekukan atau didinginkan, m inyak anjing laut.


In d ian Pe s is ir Baratlau t Salm on yang dikeringkan dan diasap, m inyak ikan
yang dilelehkan, buah beri yang dikeringkan.
Sh o s h o n e Gre at Bas in Tepung polong m esquite, kacang pinus, daging
yang dikeringkan.
In d ian Pe d alam an Tepung buah ek, salm on kering.
Califo rn ia U tara
396 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

AFRIKA
Nuer Millet, bir.
PASIFIK
Po lin e s ia Tim u r Talas dan sukun yang diferm entasi. Pisang kering
dan pati.
Mao ri ( Se lan d ia Baru ) Daging burung, dipanaskan dan disegel dengan
lem ak. Um bi-um bian.
Ke p u lau an Tro brian d Ubi jalar.
( Pap u a)
D ataran re n d ah Pap u a Tepung sagu dan ikan kering.
D ataran Tin ggi Pap u a Um bi-um bian. Ubi yang disim pan sebagai babi
hidup.
Abo rigin Au s tralia Kue batangan dari biji rum put liar.

Masyarakat-masyarakat tradisional menangani kekurangan makan-


an m usim an yang terperkirakan dalam tiga cara utam a: m enyim pan
m a kanan, m enam bah keragam an m akanan, serta m enyebar dan
berkumpul. Metode yang pertama biasa dilakukan masyarakat mo-
dern: kita m enyim pan m akanan dalam kulkas, m esin pem beku, kaleng,
botol, dan kem asan kering. Banyak m asyarakat tradisional juga m e-
nyisihkan kelebihan m akanan yang terkum pul selam a satu m usim
yang berkelim pahan m akanan (m isalnya ketika panen m usim gugur di
zona beriklim sedang), dan m engonsum si m akanan itu selam a m usim
pa ceklik m akanan (m isalnya m usim dingin di zona beriklim sedang).
Masyarakat-masyarakat menetap yang hidup di lingkungan dengan
per bedaan m usim yang am at jelas, dengan m usim kelim pahan dan
paceklik m akanan yang berselang-seling, juga m enyim pan m akanan.
Namun penyimpanan makanan tidak umum di kalangan pemburu-
pengum pul nom aden yang sering berpindah-pindah perkam pungan,
sebab m e reka tidak bisa m em bawa serta banyak m akanan (kecuali
m ereka pu nya kapal atau gerobak yang ditarik anjing), dan risiko
pencurian oleh hewan atau m anusia lain m enjadikan tidak am an bagi
http://facebook.com/indonesiapustaka

m ereka un tuk m eninggalkan m akanan tanpa dijaga di satu perkem ahan


dan be ren cana untuk kem bali nantinya. (Tapi, sejum lah pem buru-
pengum pul, m isalnya orang-orang Ainu di J epang, Indian di Pesisir
Pasiik Baratlaut, Shoshone Great Basin, dan sejumlah masyarakat
Artik, bersifat m enetap perm anen atau m usim an, dan m enyim pan
m akanan dalam jum lah besar.) Bahkan di antara m asyarakat-
m asyarakat yang m enetap, ada yang tinggal dalam kelom pok-kelom pok
MUSIM DAN CADANGAN MAKANAN ● 397

kecil ke luar ga nam un tidak m enyim pan banyak m akanan karena


jum lah m e reka terlalu sedikit untuk m em pertahankan lum bung dari
penjarah. Pe nyim panan m akanan lebih banyak dilakukan di wilayah-
wilayah ber iklim sedang dan dingin daripada di wilayah-wilayah
tropis yang basah, tem pat m akanan rusak dengan cepat. Tabe l 8 .2
m em berikan sejum lah contoh.
Masalah praktis utama yang harus ditangani dalam penyimpanan
m a kanan adalah m encegah m akanan m em busuk akibat penguraian
oleh m ikroorganism e. Karena m ikroba, seperti sem ua m akhluk hi-
dup lainnya, m em butuhkan suhu yang sedang dan air, banyak m e-
tode penyim panan m akanan m elibatkan m enjaga suhu m akanan
agar dingin (bukan pilihan di wilayah tropis sebelum ada kulkas)
atau m engeringkan m akanan. Sejum lah m akanan sudah rendah
kandungan airnya dalam bentuk alam inya sehingga bisa disim pan
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, seperti apa adanya atau
setelah dikeringkan sedikit saja. Makanan semacam itu antara lain
banyak jenis kacang-ka cangan, padi-padian, sejum lah akar-akaran
dan um bi-um bian seperti kentang dan lobak, serta m adu. Sebagian
besar m akanan ini disim pan dalam wadah atau lum bung yang
dibangun untuk tujuan itu, nam un banyak m akanan um bi-um bian bisa
"ditim bun" atau ditum puk secara se derhana dengan m eninggalkan saja
um bi-um bian tersebut di dalam tanah selam a berbulan-bulan sam pai
saatnya diperlukan.
Tapi, banyak m akanan lain, seperti daging, ikan, dan buah-buahan
yang m engandung banyak air, m em iliki kandungan air yang cukup
tinggi sehingga butuh pengeringan besar-besaran de ngan cara seperti
m enjem ur berjejer-jejer di bawah sinar m a ta hari atau m engasapi
di atas api. Misalnya, salmon asap, yang kini merupakan makanan
m ewah, tadinya m erupakan m akanan pokok yang disiapkan dalam
jumlah besar oleh orang-orang Indian Pesisir Pasiik Barat Laut.
Daging bison kering, dikom binasikan dengan lem ak dan beri kering
untuk disim pan sebagai cam puran yang dikenal sebagai pemmican,
http://facebook.com/indonesiapustaka

tadinya juga m erupakan m akanan pokok di Great Plains Am erika


Utara. Orang-orang Indian Andes m engeringkan daging, ikan, kentang,
dan oca dalam jum lah besar dengan cara pengeringan beku (dibe kukan
dan dijem ur bergonta-ganti).
Makanan-makanan kering lainnya dibuat dengan cara mengambil
bahan m entah yang m engandung banyak air dan m engekstraksi kom -
ponen yang bergizi tanpa sebagian besar kandungan air aslinya.
398 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

Contoh-contoh m odern yang kita akrabi dari m akanan sem acam itu an-
tara lain m inyak zaitun yang dibuat dari buah zaitun, keju yang dibuat
dari susu, dan tepung terigu yang dibuat dari gandum. Masyarakat-
masyarakat Mediterania tradisional, penggembala Erasia, dan petani
Erasia telah m em buat dan m enyim pan produk-produk itu selam a
ribuan tahun. Melelehkan lemak untuk mengekstraksinya dalam
bentuk yang ber kandungan air rendah banyak dipraktikkan oleh orang-
orang Maori pemburu burung di Selandia Baru, Penduduk Asli Amerika
yang berburu bison, dan orang-orang Artik yang berburu m am alia laut.
Orang-orang Indian Pesisir Pasiik Baratlaut melelehkan lemak dari se-
jenis ikan yang sedem ikian berm inyak sehingga nam anya dalam bahasa
Inggris adalah candleish alias ikan lilin, karena bila kering ikan itu bisa
dibakar seperti lilin. Makanan pokok dataran rendah Papua adalah te-
pung sagu, diperoleh dengan cara m engekstraksi tepung dari em pulur
palem sagu. Orang-orang Polinesia dan Ainu di J epang m engekstraksi
tepung dari um bi-um bian, dem ikian juga orang-orang Indian Shoshone
Great Basin dari polong m esquite.
Banyak m etode lain pengawetan m akanan tidak m elibatkan
pengeringan. Satu m etode sederhana di daerah Artika dan Eropa
utara dengan suhu m usim dingin di bawah nol adalah m em bekukan
m akanan pada m usim dingin dan m enguburnya dalam tanah atau
rongga bawah-tanah berisi es, tem pat m akanan akan tetap beku sam pai
m u sim panas berikutnya. Saya tak sengaja m enem ukan sisa-sisa prak-
tik tersebut ketika, sewaktu m asih m enjadi m ahasiswa universitas
Cam bridge, Inggris, saya berkendara m elihat-lihat di daerah perdesaan
East Anglia bersam a tem an-tem an dari Britania yang sam a-sam a ber-
hobi spelunking (m enjelajahi gua). Sewaktu kam i sedang bercakap-ca-
kap dengan seorang tuan tanah setem pat, dia m engundang kam i un tuk
m elihat satu bangunan di lahannya yang gunanya tidak dipa ham i siapa
pun. Ternyata bangunan itu adalah kubah bata yang diba ngun dari bata
tua yang tersusun rapat dengan cantik, dengan pintu terkunci yang
dibukakan oleh kenalan baru kam i. Di da lam , kam i m elihat di hadapan
http://facebook.com/indonesiapustaka

kam i lubang vertikal berlapis bata berdiam eter 3 m eter, dengan tangga
kayu m enghilang ke da lam nya, dan sedem ikian dalam sehingga kam i
tidak dapat m elihat dasarnya.
Akhir m inggu berikutnya, kam i kem bali dengan tali pengam an un-
tuk m enjelajahi gua, senter asetilen, helm , dan celana m onyet. Tentu
saja, kam i berharap m enem ukan gua vertikal yang dalam , lorong-
lorong sam ping, dan tum pukan harta yang terlupakan. Sebagai satu-
MUSIM DAN CADANGAN MAKANAN ● 399

satunya orang Am erika dan anggota bertubuh paling ringan dalam


kelom pok kam i, sayalah yang dipilih oleh tem an-tem an Britania
saya se ba gai orang pertam a yang m engam bil risiko m enuruni tangga
kayu yang lapuk. Saya kecewa m endapati tangga itu m encapai dasar
di ke da lam an hanya 9 m eter, tanpa lorong sam ping, harta karun,
ataupun pe tunjuk apa pun m engenai fungsi lubang tersebut. Saya
hanya m enem ukan lebih banyak lagi tum pukan cantik bata tua.
Sewaktu saya kem bali ke Cam bridge m alam itu, ketika m akan m alam
saya m enuturkan ten tang tem uan m isterius kam i. Salah satu rekan
m akan yang sem eja de ngan saya, seorang insinyur lanjut usia yang
m enghabiskan akhir m inggunya berjalan-jalan di daerah perdesaan,
m encetus, “Itu jelas gudang es!” Dia m em beri tahu saya bahwa
bangunan-bangunan sem acam itu m erupakan ciri-ciri um um rum ah-
rum ah pertanian besar di Britania sebelum m ulai digantikan oleh
kulkas pada akhir abad ke-19. Gudang-gudang sem acam itu digali
sam pai jauh di bawah lapisan tanah perm ukaan yang hangat, diisi
dengan m akanan dan balok-balok es pada m usim dingin, dan m akanan
pun tetap beku sam pai m usim panas berikutnya. J um lah m akanan
yang bisa ditam pung gudang es yang kam i tem ukan kem bali itu
pastilah besar sekali.
Satu lagi m etode tradisional untuk m engawetkan m akanan adalah
m erebus m akanan guna m em bunuh m ikroba, kem udian m enyegel
wadah nya selagi m akanan m asih panas dan steril. Bahkan sam pai
Pe rang Dunia II, para penghuni kota di Am erika Serikat didesak
oleh pe m e rintah AS untuk m enyisihkan cadangan m akanan bagi
para prajurit ka m i dengan cara bercocok-tanam penuh sem angat
patriotism e di "ke bun kem enangan" di belakang rum ah kam i dan
m enyim pan hasil kebun yang telah direbus dalam toples kedap
udara. Di rum ah di Boston tem pat saya bertum buh besar, orangtua
saya m em iliki ruang bawah tanah yang ibu saya isi dengan bertoples-
toples tom at dan ketim un yang dipanen pada m usim gugur, dan yang
saya beserta orangtua dan saudari saya kon sum si selam a m usim
http://facebook.com/indonesiapustaka

dingin. Masa kanak-kanak saya berulang-ulang disela ledakan panci


bertekanan antik yang ibu saya gunakan untuk m erebus hasil kebun
sebelum m eletakkannya dalam toples. Langit-langit dapur kam i pun
kotor terciprat sayuran benyek. Orang-orang Maori di Selandia Baru
secara serupa m engawetkan daging dengan cara m em asaknya dan
m em indahkan daging yang m asih panas ke dalam wadah yang disegel
dengan lem ak leleh yang m encegah m ikroba m asuk. Tanpa m engetahui
400 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

soal mikroba, orang-orang Maori entah bagaimana menemukan


m etode ini.
J enis m etode yang terakhir m engawetkan m akanan tanpa m enge-
ringkan, m em bekukan, ataupun m erebusnya, yaitu dengan m em buat
acar dan/ atau m em ferm entasi m akanan dengan zat-zat yang m en-
cegah pertum buhan m ikroba. Zat-zat ini m encakup garam atau cuka
yang ditam bahkan ke m akanan, atau kalau tidak alkohol, cuka, atau
asam laktat yang berkem bang selam a ferm entasi m akanan itu sendiri.
Contoh-contoh lain m encakup bir, anggur, dan berbagai m inum an
beralkohol lainnya; m akanan pokok Korea, kim chi, yang disajikan
pada setiap waktu m akan di Korea, dan um um nya m encakup kubis,
lobak, dan ketim un yang diferm entasi dalam air garam ; susu kuda
yang diferm entasi oleh para penggem bala Asia; talas dan sukun yang
diferm entasi oleh orang-orang Polinesia; serta ikan yang diferm en tasi
oleh orang-orang Itenm ’i di Kam chatka.
Terakhir, m akanan yang berlebih dapat disim pan dengan cara
m engubahnya m enjadi benda bukan-m akanan yang dapat diubah kem -
bali m enjadi m akanan selam a m usim paceklik yang ter jadi kem udian.
Para petani dalam ekonom i tunai m odern kita m e la ku kan nya dengan
m en jual hasil tani m ereka guna m em peroleh uang sewaktu tiba m usim
pa nen atau penjagalan, m enabung uangnya di bank, dan akhirnya
m engubah uang itu kem bali m enjadi m akanan di superm arket. Pe-
m eliharaan babi oleh Penduduk Dataran Tinggi Papua pada dasarnya
ba gaikan m enabung m akanan di bank, karena tanam an pangan pokok
Dataran Tinggi berupa ubi hanya dapat disim pan sebagaim ana adanya
se lam a beberapa bulan. Tapi, dengan m em berikan ubi kepada babi dan
m enanti beberapa tahun sebelum m enjagal babi-babi itu, orang-orang
Dataran Tinggi m enabung ubi, m engubahnya m enjadi daging babi, dan
secara efektif m engawetkan m akanan untuk waktu yang lebih lam a
daripada beberapa bulan.

Pe rlu as an ragam m akan an


http://facebook.com/indonesiapustaka

Strategi lain selain m enyim pan m akanan untuk m engatasi kelangkaan


m a kanan m usim an adalah m em perluas ragam m akanan dan
m engonsum si m akanan yang biasanya dijauhi sewaktu sedang m usim
m akanan ber lim pah. Di Bab 6 saya m enyebutkan contoh dari Pulau
Rennell, di m ana orang-orang m enggolongkan tum buhan liar yang bi-
sa dim akan dalam dua kategori: tum buhan yang biasa dim akan, dan
tum buhan yang dim akan dalam keputusasaan setelah badai m eng-
PERLUASAN RAGAM MAKANAN ● 401

hancurkan kebun-kebun mereka. Namun penduduk Pulau Rennell


biasa nya m em peroleh sebagian besar m akanan nabati m ereka dari ke-
bun, dan penggolongan tum buh-tum buhan liar yang m ereka lakukan
tidaklah rum it. Preferensi bagi m akanan dari tum buhan liar digolong-
go longkan secara jauh lebih rinci di antara orang-orang !Kung, sebab
secara tradisional m ereka m erupakan pem buru-pengum pul, bu-
kan petani. Mereka menamai setidaknya 200 spesies tumbuhan liar
lokal, setidaknya 10 5 di antaranya m ereka anggap bisa dim akan, dan
yang m ereka bagi-bagi dalam jenjang preferensi dengan setidaknya
enam kategori. Yang paling disukai adalah tum buh-tum buhan yang
sangat berlim pah, tersebar luas, tersedia sepanjang tahun, m udah di-
kum pulkan, enak, dan dianggap bergizi. Yang berada di posisi puncak
dalam jenjang itu, karena m em enuhi sem ua kriteria tersebut, adalah
kacang m ongongo, yang m enyediakan nyaris separo dari sem ua kalori
nabati yang dikonsum si oleh orang-orang !Kung dan kepopulerannya
ha nya tersaingi oleh daging. Yang tidak begitu disukai adalah tum buh-
tum buhan yang jarang, ditem ukan hanya secara lokal, tersedia hanya
pada bulan-bulan tertentu, rasanya tidak enak, susah dicerna, atau
dianggap tidak bergizi. Ketika orang-orang !Kung berpindah ke
perkam pungan baru, m ereka m ulai dengan m ngum pulkan kacang
m ongongo dan 13 spesies tum buhan lain favorit m ereka, sam pai
sem uanya habis di sekitar situ. Orang-orang !Kung kem udian harus
bergerak turun dalam jenjang preferensi m akanan m ereka dan
m em uaskan diri dengan m a kanan yang sem akin tidak disukai. Di
bulan-bulan kering dan panas yaitu Septem ber dan Oktober, ketika
paling sedikit m akanan tersedia, orang-orang !Kung sam pai-sam pai
harus m engum pulkan akar serat yang tidak ada rasanya yang m ereka
tidak acuhkan pada waktu-waktu lain, dan sekarang m ereka gali
dan m akan tanpa sem angat. Sekitar 10 spesies pohon m eneteskan
resin yang bisa dim akan yang dipandang ren dah, dianggap sulit
dicerna, dan hanya dikum pulkan kadang-kadang bila terpaksa. Di
dasar jenjang preferensi ada m akanan-m akanan yang disantap hanya
http://facebook.com/indonesiapustaka

beberapa kali dalam setahun, m isalnya satu buah berlim pah yang
dianggap m enyebabkan m ual hebat dan halusinasi, serta daging dari
sapi yang m ati akibat m em akan daun beracun. Apabila Anda pikir
jenjang preferensi m akanan orang-orang !Kung tidak relevan terhadap
kehidupan warga negara Dunia Pertam a m odern, ketahuilah bahwa ba-
nyak orang Eropa yang m enjalankan praktik-praktik serupa saat terjadi
kekurangan m akanan dalam Perang Dunia II: m isalnya, tem an-tem an
402 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

Britania saya bercerita bahwa saat itu m ereka m enyantap tikus, yang
m ereka hidangkan sebagai tikus berkrim .
Dalam jarak 480 kilom eter di sebelah tim ur orang-orang !Kung,
dengan ke padatan populasi 10 0 kali lipat kepadatan populasi !Kung,
hiduplah petani-petani Gwem be Tonga. Ketika panen para petani itu
gagal, jum lah m ereka yang besar m em berikan tekanan yang jauh lebih
besar terhadap tum buh-tum buhan liar di lingkungan itu dibandingkan
orang-orang !Kung yang relatif sedikit, sehingga orang-orang Tonga
harus m enuruni jenjang preferensi jauh lebih rendah lagi daripada
orang-orang !Kung. Mereka lantas mengonsumsi 21 spesies tumbuhan
yang ditem ukan di daerah !Kung nam un bahkan tidak dianggap bisa
dim akan oleh orang-orang !Kung. Salah satu tum buhan itu adalah
pohon akasia yang polong bijinya berlim pah nam un m engandung
racun. Orang-orang !Kung bisa m engum pulkan berton-ton polong itu
setiap tahun, nam un m ereka m em ilih untuk tidak m elakukannya. Tapi,
pada m asa terjadi kelaparan, orang-orang Tonga m engum pulkan po-
long akasia yang m ereka rendam , rebus, dan lesapkan selam a sehari
agar racun-racunnya terbilas, kem udian m ereka santap.
Contoh terakhir saya m engenai perluasan ragam m akanan berasal
dari orang-orang Kaulong di Pulau Britania Baru. Bagi orang-orang
Kaulong, talas yang ditum buhkan di kebun m erupakan m akanan
pokok, sem entara daging babi penting untuk keperluan upacara. Yang
disebut orang-orang Kaulong taim bilong hanggiri dalam bahasa Tok
Pisin (m ak sudnya "tim e belong hunger") adalah m usim kering lokal
dari bulan Oktober sam pai J anuari, ketika hanya sedikit m akanan
tersedia dari kebun-kebun. Pada m asa itu orang-orang Kaulong
pergi ke hutan un tuk berburu, m engum pulkan serangga, bekicot, dan
hewan-hewan kecil, serta m engum pulkan tum buh-tum buhan liar yang
wajar saja bila m ereka m akan dengan tidak bersem angat. Salah satu
tum buhan itu adalah kacang liar beracun yang harus dipersiapkan
dengan cara m e ren dam nya selam a beberapa hari agar racunnya
terlesap keluar. Satu lagi tum buhan pilihan kedua adalah sejenis pohon
http://facebook.com/indonesiapustaka

palem liar yang batangnya dibakar dan dim akan, yang pada m asa lain
dianggap rendah sebagai pakan babi.

Me n gu m p u l d an m e n ye bar
Selain penyim panan m akanan dan perluasan ragam m akanan, pe-
m ecahan tradisional yang terakhir bagi m asalah yang ditim bulkan oleh
m usim kelangkaan m akanan yang terperkirakan adalah m engikuti
MENGUMPUL DAN MENYEBAR ● 403

siklus tahunan perpindahan, pengum pulan, dan penyebaran populasi.


Ke tika sum ber daya m akanan hanya sedikit dan terpusat di sedikit
daerah, orang-orang berkum pul untuk hidup di daerah-daerah itu.
Pada m asa lain dengan kondisi baik ketika sum ber daya tersebar luas
dan m erata, orang-orang pun m enyebar ke berbagai penjuru.
Salah satu contoh yang akrab dari Eropa adalah petani-petani di
Alpen m enghabiskan m usim dingin di rum ah-rum ah pertanian di
lem bah. Pada m usim sem i dan m usim panas m ereka m engikuti per-
tum buh an rum put baru dan m encairnya tutupan salju di lereng-
lereng pe gu nungan, guna m enggiring kawanan sapi dan dom ba
m ereka ke padang penggem balaan di gunung. Siklus pengum pulan
dan penyebaran m usim an serupa terjadi di antara banyak m asyarakat
bertani lain di seluruh dunia, dan di antara banyak m asyarakat
pem buru-pengum pul term asuk orang-orang Aborigin Australia, Inuit,
Indian Pesisir Pasiik Barat Laut, Shoshone Great Basin, !Kung, dan
Pigmi Afrika. Masa berkumpulnya populasi selama musim paceklik
m em berikan ke sem patan bagi upacara tahunan, tari-tarian, upacara
pendewasaan, negosiasi pernikahan, dan berbagai peristiwa lain dalam
kehidupan sosial berkelom pok. Dua contoh berikut m engilustrasikan
bagaim ana siklus-siklus ini berlangsung bagi orang-orang Shoshone
dan !Kung.
Indian Shoshone Great Basin di Am erika Serikat bagian barat hidup
dalam lingkungan gurun yang sangat m usim an, dengan m usim panas
yang kering dan panas (suhu siang hari m elebihi 32° atau bahkan 37°
Celsius), m usim dingin yang m enggigit (suhu sering kali di bawah
titik beku sepanjang hari), dan sebagian besar curah hujan yang ren-
dah (kurang daripada 25 cm per tahun) tercurah sebagai salju pada
musim dingin. Makanan utama yang dikonsumsi selama musim dingin,
yang m erupakan m usim langka m akanan, adalah sim panan kacang
pinus dan tepung m esquite. Pada m usim gugur, m ereka m em usatkan
perhatian kepada kebun-kebun pinus guna m em anen, m engolah,
dan m enyim pan kacang-kacangan dengan jum lah banyak dalam
http://facebook.com/indonesiapustaka

waktu yang singkat. Kelom pok-kelom pok yang terdiri atas 2 sam pai
10 keluarga yang m asih berkerabat kem udian m enghabiskan m usim
dingin di perkam pungan pada salah satu kebun kacang dengan sum ber
air. Di m usim sem i, se iring suhu yang m enghangat m engem balikan
pertum buhan tanam an dan aktivitas hewan, perkam pungan pecah-
pecah lagi m enjadi keluarga-ke luarga inti yang m enyebar di wilayah
tersebut m enuju daerah tinggi m aupun rendah. Sum ber daya m akanan
404 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

yang tersebar luas dan ber variasi selam a m usim panas m em ungkinkan
orang-orang Shoshone sa ngat m em perluas ragam m akanan m ereka;
m ereka m engum pulkan biji-bijian, akar-akaran, um bi-um bian, beri,
kacang-kacangan, dan berbagai m a kanan nabati lainnya; m ereka
m engum pulkan belalang, larva lalat, dan berbagai m akanan dari
serangga lainnya; m ereka berburu kelinci, he wan pengerat, reptil, dan
hewan-hewan kecil lainnya, ditam bah kijang, dom ba gunung, antelop,
elk, dan bison; m ereka juga m enangkap ikan. Pada akhir m usim panas
m ereka berkum pul lagi di kebun-kebun pinus dan perkam pungan-
perkam pungan berkelom pok di m usim dingin. Dalam lingkungan
gurun lain, kali ini di Afrika selatan, orang-orang !Kung juga m engikuti
suatu siklus tahunan yang didikte oleh ketersediaan air dan sum ber
daya m akanan yang ber gan tung kepada air. Orang-orang !Kung
m em usat di beberapa sum ber air perm anen selam a m usim kering, dan
m enyebar ke 30 8 sum ber air yang tidak terlalu bisa diandalkan atau
bersifat m usim an selam a m usim hujan.

Tan ggap an te rh ad ap bah aya


Terakhir, setelah kita bahas bahaya-bahaya tradisional dan tanggapan-
tanggapan terhadap bahaya-bahaya itu, m arilah kita bandingkan
seberapa besarnya suatu bahaya (dengan cara bagaim ana pun besaran
itu diukur) dengan tanggapan kita (alias seberapa khawatir kita akan
ba haya, dan seberapa ekstensif kita m em pertahankan diri dari bahaya).
Du gaan yang naif m ungkin m enyatakan bahwa kita sepenuhnya rasio-
nal dan berpengetahuan cukup, dan bahwa reaksi-reaksi kita terhadap
ba haya proporsional dengan kegawatan bahaya seperti yang terukur
dari jum lah orang yang betul-betul terbunuh atau cedera akibat jenis
bahaya itu setiap tahunnya. Dugaan naif ini tidak terbukti, untuk se-
tidaknya lim a perangkat alasan.
Pertam a, jum lah orang yang tewas atau cedera setiap tahunnya
akibat jenis bahaya tertentu m ungkin rendah justru karena kita
sedem ikian m ewaspadainya dan berupaya keras m em inim alkan risiko.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Bila kita m em ang sepenuhnya rasional, barangkali ukuran bahaya


yang lebih baik daripada angka kem atian tahunan sungguhan yang
ditim bulkan (m udah dihitung) adalah angka kem atian tahunan yang
ditim bulkan seandainya saja kita tidak m engam bil tindakan-tindakan
pen cegahan (lebih susah dihitung). Ada dua contoh m enonjol di antara
sem ua contoh yang telah kita bahas dalam bab ini. Hanya sedikit orang
dalam m asyarakat tradisional yang biasanya m ati akibat kelaparan,
TANGGAPAN TERHADAP BAHAYA ● 405

justru karena sedem ikian banyak praktik suatu m asyarakat yang diatur
agar m e ngurangi risiko m ati akibat kelaparan. Hanya sedikit orang
!Kung yang terbunuh oleh singa setiap tahunnya, bukan karena singa
tidak ber bahaya, m elainkan justru karena singa sedem ikian berbahaya
se hingga orang-orang !Kung m elakukan tindakan-tindakan rum it
untuk m elindungi diri dari singa: tidak m eninggalkan perkam pungan
pada m a lam hari, terus-m enerus m engawasi lingkungan guna m elihat
jejak dan tanda-tanda singa sewaktu orang-orang !Kung sedang keluar
per kam pungan di siang hari, senantiasa berbicara keras-keras dan
m elakukan perjalanan berkelom pok sewaktu perem puan-perem puan
!Kung sedang ke luar dari perkam pungan, m ewaspadai singa yang tua,
cedera, lapar, atau sendirian, dan lain sebagainya.
Alasan kedua bagi ketidakcocokan antara bahaya yang sebenarnya
dan penerimaan kita akan risiko adalah versi termodiikasi asas Wayne
Gretzky: kesediaan kita m enghadapi bahaya m e ningkat tajam seiring
dengan potensi keuntungan yang bisa diper oleh dari situasi berbahaya
itu. Orang-orang !Kung m engusir singa dari bangkai yang m asih
m engandung banyak daging, nam un m e re ka tidak m engusir singa dari
tem pat peristirahatan di m ana tidak ada bangkai. Kebanyakan orang
tidak akan m em asuki rum ah yang ter bakar hanya untuk bersenang-
senang, nam un kita akan m e la ku kan nya dem i m enyelam atkan anak
kita yang terperangkap di dalam rum ah itu. Banyak orang Am erika,
Eropa, dan J epang kini kebingunga n m enim bang-nim bang apakah
m em bangun pem bangkit lis trik tenaga nuklir m erupakan tindakan
bijak, sebab m eskipun di satu sisi kecelakaan pem bangkit listrik tenaga
nuklir Fukushim a m ilik J epang m enekankan bahaya tenaga nuklir, di
sisi lain bahaya-bahaya itu diim bangi oleh m anfaat-m anfaat berupa
pengurangan pem anasan global dengan m engurangi pem bangkitan
listrik m enggunakan tenaga batu bara, m inyak, dan gas.
Ketiga, kita secara sistem atis salah m engukur risiko—setidaknya di
dunia Barat, di m ana para ahli psikologi telah m elakukan penelitian-
pe nelitian ekstensif terhadap fenom ena tersebut. Ketika orang-orang
http://facebook.com/indonesiapustaka

Am erika ditanyai m engenai bahaya m asa kini, m ereka kem ungkinan


akan terlebih dahulu m enyebutkan teroris, kecelakaan pesawat, dan
ke celakaan nuklir, walaupun ketiga bahaya itu bila digabungkan baru
m em bunuh jauh lebih sedikit orang Am erika selam a em pat dasawarsa
terakhir dibandingkan dengan m obil, alkohol, atau rokok pada tahun
berapa saja. Ketika peringkat risiko orang-orang Am erika dibandingkan
dengan jum lah kem atian tahunan sungguhan yang disebabkan (atau
406 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

dengan probabilitas kem atian per jam dari aktivitas yang berisiko),
ternyata m ereka sangat m elebih-lebihkan risiko kecelakaan reaktor
nuklir (ditem patkan sebagai bahaya nom or satu oleh para m ahasiswa
kolese Am erika dan pem ilih perem puan), dan juga m elebih-lebihkan
risiko teknologi berbasis DNA, berbagai teknologi kimiawi baru, dan
ka leng sem prot. Orang-orang Am erika m erem ehkan risiko alkohol,
m obil, dan rokok, juga (m eski dengan derajat yang lebih rendah)
pem bedahan, per alatan rum ah tangga, dan pengawet m akanan. Yang
m endasari bias kam i ini adalah kam i sangat takut akan peristiwa-
peristiwa di luar kendali kam i, peristiwa-peristiwa yang berpotensi
m em bunuh banyak orang, dan situasi-situasi yang m elibatkan risiko-
risiko yang baru, tidak kam i akrabi, atau sulit dikaji (oleh karena itu
kam i takut akan teroris, ke celakaan pesawat, dan kecelakaan reaktor
nuklir). Sebaliknya, dengan tidak wajar kam i m enerim a risiko-risiko
lam a yang kam i akrabi yang tam paknya berada dalam kendali kam i,
yang kam i terim a secara sukarela, dan yang m em bunuh individual,
bukan kelom pok orang. Itulah m engapa kam i m erem ehkan risiko
m engem udikan kendaraan, alkohol, m erokok, dan berdiri di tangga
lipat: kam i m em ilih untuk m elakukan hal-hal tersebut, kam i m erasa
kam i m engendalikan bahaya-bahaya tersebut, dan kam i tahu bahwa
bahaya-bahaya itu m em bunuh orang lain, nam un kam i pikir m ereka
tidak akan m em bunuh kam i karena kam i m enganggap diri kam i
berhati-hati dan kuat. Seperti yang dinyatakan oleh Chauncey Starr,
“Kita benci orang lain m elakukan pada kita hal-hal yang dengan senang
hati kita lakukan pada diri sendiri.”
Keem pat, sejum lah individu m enerim a, atau bahkan m encari dan
m enikm ati, bahaya lebih daripada individu-individu lain. Orang-orang
sem acam itu antara lain adalah penerjun bebas untuk tujuan rekreasi,
peloncat bungee, penjudi kom pulsif, dan pebalap. Basis data yang
dikumpulkan oleh perusahaan-perusahaan asuransi mengonirmasi
intuisi kita bahwa laki-laki lebih m encari-cari bahaya daripada
perem puan, dan bahwa pencarian risiko oleh laki-laki m em uncak pada
http://facebook.com/indonesiapustaka

usia duapuluhan dan kem udian m enurun seturut usia. Saya belum
lam a ini kem bali dari kunjungan ke Air Terjun Victoria di Afrika, di
m ana sungai raksasa Zam bezi yang selebar satu setengah kilom eter
terjun 10 8 m eter ke dalam celah sem pit yang isinya dialirkan oleh
ngarai yang lebih sem pit lagi ke dalam satu kolam (yang dengan pas
diberi nam a Boiling Pot) yang m enam pung curahan seluruh volum e
air sungai. Deru air terjun, hitam nya dinding-dinding batu, kabut yang
TANGGAPAN TERHADAP BAHAYA ● 407

m engisi seluruh celah dan ngarai, dan bergolaknya air di bawah air
terjun itu bagaikan m enunjukkan pintu neraka, bila neraka m em ang
ada. Tepat di atas Boiling Pot, ngarai itu dilintasi oleh jem batan yang
dapat diseberangi pejalan kaki antara Zam bia dan Zim babwe, yang
perbatasannya adalah sungai tersebut. Dari jem batan itu, wisatawan
yang sedem ikian tertarik bisa m elom pat bungee ke dalam ngarai
yang hitam berderu, dan penuh sem buran air itu. Selagi m engam ati
pem andangan itu, saya bahkan tidak bisa m enyeret diri untuk berjalan
ke arah jem batan itu, dan saya m erenung bahwa saya tidak m ungkin
m elom pat bungee m eskipun seandainya saya diberitahu bahwa
itulah satu-satunya cara untuk m enyelam atkan nyawa istri dan anak-
anak saya. Namun kemudian kami dikunjungi oleh salah seorang
tem an sekelas putra saya, seorang laki-laki m uda berusia 22 tahun
bernam a Lee, yang telah m elom pat bungee ke dalam ngarai itu, terjun
kepala duluan dari jem batan itu dengan tali terikat di pergelangan
kakinya. Saya terkesim a karena Lee sukarela m elakukan hal yang
sedem ikian m enakutkan sam pai-sam pai saya berkenan m em bayar
dengan tabungan seum ur hidup saya agar ter hindar dari m elakukan
itu—sam pai saya m erenungkan sejum lah pengalam an yang sam a
m engerikannya yang saya pilih untuk jalani sebagai seorang m ahasiswa
yang gem ar m enjelajahi gua sewaktu ber usia sam a dengan Lee, 22
tahun, ketika saya sedang sam a-sam a senang-senangnya m encari
risiko.
Terakhir, sejum lah m asyarakat lebih toleran dalam m enerim a ri-
siko daripada m asyarakat lain yang lebih konservatif. Perbedaan-
perbedaan sem acam itu bukan hal asing bagi m asyarakat-m asyarakat
Dunia Pertam a dan telah teram ati juga di antara suku-suku Am erika
Utara dan suku-suku Papua. Untuk m enyebutkan satu contoh saja:
se lam a operasi-operasi m iliter belum lam a ini di Irak, para prajurit
Am erika dijabarkan sebagai lebih berani m engam bil risiko daripada
para prajurit Prancis dan J erm an. Penjelasan spekulatif bagi perbedaan
itu m encakup hikm ah yang dipelajari oleh Prancis dan J erm an dari
http://facebook.com/indonesiapustaka

ter bantainya nyaris 7.0 0 0 .0 0 0 warga negara m ereka selam a kedua


pe rang dunia dalam operasi-operasi m iliter yang sering kali secara
konyol berisiko tinggi; dan pem bentukan m asyarakat Am erika Serikat
m odern oleh em igran dari negara-negara lain yang bersedia m enerim a
risiko m en cerabut diri sendiri dari akar dan pindah ke negeri baru yang
aneh, m eninggalkan rekan-rekan senegara yang m enghindari risiko di
negeri asal. Dengan dem ikian, sem ua m asyarakat m anusia m enghadapi
408 ● SINGA DAN BAHAYA-BAHAYA LAINNYA

bahaya, m eskipun ada jenis bahaya yang ber beda-beda di daerah atau
dalam gaya hidup yang berbeda-beda. Saya m engkhawatirkan soal
m obil dan tangga lipat, tem an-tem an saya di dataran rendah Papua
m engkhawatirkan buaya, siklon, dan m usuh, sem entara orang-orang
!Kung m engkhawatirkan soal singa dan kekeringan. Setiap m asyarakat
telah m enjalankan berbagai tindakan untuk m em perkecil bahaya-
bahaya tertentu yang mereka sadari. Namun kami warga masyarakat
WEIRD tidak selalu berpikir dengan jelas seperti se harusnya m engenai
bahaya-bahaya yang kam i hadapi. Obsesi kam i ter hadap bahaya berupa
teknologi DNA dan kaleng semprot seharusnya difokuskan saja kepada
bahaya-bahaya sehari-hari seperti rokok dan ber sepeda tanpa helm .
Masih harus dipelajari apakah masyarakat-masyarakat tradisional
m elakukan kekeliruan perkiraan yang serupa m e ngenai bahaya-bahaya
dalam hidup m ereka. Apakah kam i orang-orang WEIRD m odern sangat
rentan m elakukan kekeliruan perkiraan risiko sebab kam i m em peroleh
sebagian besar inform asi kam i secara tidak langsung dari televisi dan
m edia m assa lain yang m enekankan soal kecelakaan dan kem atian
m assal yang sensasional nam un sebe nar nya jarang terjadi? Apakah
m asyarakat-m asyarakat tradisional m em per kirakan risiko secara
lebih akurat karena m ereka hanya belajar dari pengalam an langsung,
kerabat, dan tetangga? Dapatkah kita belajar un tuk berpikir secara
lebih realistis m engenai bahaya?
http://facebook.com/indonesiapustaka
BAG I AN L IMA

AGAMA, BAHASA, DAN


KESEHATAN
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka
BAB 9

Apa yang Diberitahukan Belut Listrik


kepada Kita Mengenai Evolusi Agama

Pertanyaan-pertanyaan mengenai agama ▪ Deinisi agama ▪ Fungsi dan


belut listrik ▪ Pencarian penjelasan sebab ▪ Keyakinan supranatural
▪ Fungsi penjelasan agama ▪ Meredakan kecemasan ▪ Menyediakan
penghiburan ▪ Organisasi dan kepatuhan ▪ Kode perilaku terhadap
orang asing ▪ Menjustiikasi perang ▪ Perlambang komitmen ▪ Ukuran
keberhasilan religius ▪ Perubahan fungsi agama

Pe rtan yaan -p e rtan yaan m e n ge n ai agam a


“Pada awalnya, sem ua m anusia hidup di sekeliling sebatang pohon
m er bau raksasa di dalam hutan, berbicara bahasa yang sam a. Seorang
laki-laki yang testisnya m em bengkak sangat besar akibat infeksi cacing
para sit m enghabiskan waktunya duduk di salah satu cabang pohon itu,
agar testisnya yang berat bisa diletakkan di tanah. Oleh karena ke ingin-
tahuan, hewan-hewan di hutan itu m endekat dan m engendus-endus
tes tis nya. Para pem buru kem udian m endapati bahwa hewan-hewan itu
m u dah dibunuh, dan sem ua orang pun m em peroleh banyak m akanan
dan m erasa bahagia.
“Kemudian, suatu hari, seorang laki-laki jahat membunuh suami
http://facebook.com/indonesiapustaka

se orang perempuan cantik, agar bisa mendapatkan perempuan itu un-


tuk dirinya sendiri. Kerabat-kerabat suami yang tewas menyerang pem -
bunuh itu, yang juga dibela oleh kerabat-kerabatnya sendiri, sampai si
pem bunuh dan kerabat-kerabatnya memanjat pohon merbau itu guna
me nyelamatkan diri. Para penyerang menyentak-nyetak tumbuhan
men jalar yang menggantung di satu sisi pohon itu, guna menarik pun cak
po hon ke bawah agar mereka bisa menangkap musuh-musuh mereka.
412 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

“Akhirnya, sulur-suluran m eram bat itu putus, m enyebabkan pohon


ter lontar balik dengan kekuatan teram at besar. Si pem bunuh dan para
kerabatnya terlempar dari pohon itu ke berbagai arah. Mereka men-
darat jauh, di sedem ikian banyak tem pat, sehingga m ereka tidak per-
nah lagi bertem u satu sam a lain. Lam a-kelam aan, bahasa-bahasa m e-
reka m enjadi sem akin berbeda. Itulah m engapa orang-orang kini m e-
nu turkan sedem ikian banyak bahasa terpisah dan tidak bisa saling
m e m aham i satu sam a lain, dan m engapa para pem buru harus bekerja
ke ras guna m enangkap hewan dem i m em peroleh m akanan.”
Itu adalah kisah yang dituturkan anggota satu suku di Papua utara.
Cerita itu m encontohkan segolongan m itos yang tersebar luas yang
disebut m itos asal-usul, akrab dengan kita m elalui tuturan-tu tur-
an tentang Taman Eden dan Menara Babel di Kitab Kejadian dalam
Alkitab. Terlepas dari kem iripan-kem iripan itu dengan agam a-aga m a
Yahudi-Kristen, m asyarakat-m asyarakat tradisional Papua, seperti se -
m ua m asyarakat berskala kecil lainnya, tidak m em iliki ge reja, pen-
deta, dan kitab suci. Mengapa sistem kepercayaan tribal itu sedemikian
m engingatkan akan agam a-agam a Yudeo-Kristen dari segi m itos asal-
usulnya, nam un sedem ikian berbeda dari segi-segi lain?
Tam paknya sem ua m asyarakat m anusia yang telah diketahui m e-
m iliki "agam a", atau sesuatu yang m irip dengan itu. Ini m enunjukkan
bah wa tam paknya agam a m em enuhi suatu kebutuhan universal m a-
nusia, atau setidaknya tim bul dari satu bagian kodrat m anusia yang
kita sem ua m iliki. Bila m em ang begitu, kebutuhan apa itu, atau bagian
kodrat manusia yang mana? Dan apa sebenarnya deinisi "agama"?
Para cendekiawan telah berdebat m engenai pertanyaan-pertanyaan
itu dan lainnya selam a berabad-abad. Agar suatu sistem kepercayaan
bisa disebut agam a, haruskah sistem tersebut m encakup suatu
kepercayaan akan tuhan, dewa-dewi, atau suatu kekuatan supranatural,
dan haruskah sistem itu m encakup hal lain apa pun? Di m ana, dalam
sejarah evolusi manusia, agama muncul? Nenek moyang manusia
m em isah dari nenek m oyang sim panse sekitar 6 juta tahun silam . Apa
http://facebook.com/indonesiapustaka

pun agam a itu, kita bisa bersepakat bahwa sim panse tidak m em ilikinya,
namun apakah sudah ada agama di antara nenek moyang Cro-Magnon
kita dan kerabat-kerabat Neandertal kita 40.000 tahun lalu? Apakah
ada tahap-tahap historis berbeda dalam perkem bangan agam a, dengan
kredo-kredo seperti Kristen dan Buddha m erepresentasikan tahap
yang lebih baru daripada sistem kepercayaan tribal? Kita cenderung
m engaitkan aga m a dengan sisi m ulia um at m anusia, bukan dengan
PERTANYAAN-PERTANYAAN MENGENAI AGAMA ● 413

sisi jahatnya: kalau begitu, m engapa ada agam a yang terkadang


m engajarkan pem bunuhan dan bunuh diri?
Pertanyaan-pertanyaan yang ditim bulkan oleh agam a sangat
m enarik dalam konteks buku ini, yang ditujukan untuk m enelisik se-
lu ruh kisaran m asyarakat m anusia, dari yang berskala kecil atau
kuno sam pai yang berpenduduk banyak atau m odern. Agam a adalah
satu bidang di m ana lem baga-lem baga tradisional m asih bertahan
dalam m a sya rakat yang sudah m odern dari segi-segi lain: agam a-
agam a utam a di dunia m asa kini m uncul antara 1.40 0 dan lebih
daripada 3.0 0 0 tahun lalu, dalam m asyarakat-m asyarakat yang jauh
lebih kecil dan lebih tra disional daripada yang m asih m enjalankan
agam a-agam a itu kini. Terlepas dari itu, agam a-agam a m em ang
bervariasi di berbagai skala m a syarakat, dan variasi itu m enuntut
penjelasan. Sebagai tam bahan, se ba gian besar pem baca buku ini,
dan saya, m em pertanyakan kepercayaan-kepercayaan religius (atau
ketidakpercayaan) kam i pada satu titik da lam hidup kam i. Sewaktu
kam i m em pertanyakannya, pem aham an m e ngenai berbagai arti agam a
bagi berbagai orang m ungkin bisa m em bantu kita m enem ukan jawaban
yang sesuai bagai kita se ba gai individu.
Bagi individu dan bagi m asyarakat, agam a kerap kali m elibatkan in-
vestasi waktu dan sum ber daya yang besar. Untuk m enyebutkan bebe-
rapa contoh saja, orang-orang Mormon diminta menyumbangkan 10%
pendapatan m ereka ke gereja. Diperkirakan bahwa Indian Hopi tra di-
sional m engabdikan rata-rata satu dari tiga hari untuk upacara-upacara
agam a, dan bahwa seperem pat populasi tradisional Tibet terdiri atas
rahib. Pastilah besar persentase sum ber daya di Eropa Kristen za-
m an pertengahan diabdikan untuk m em bangun dan m em bayar staf
gereja dan katedral, m enyokong berbagai m acam ordo biarawan dan
biarawati, serta mengongkosi perang salib. Meminjam istilah para
ahli ekonom i, aga m a m enim bulkan "biaya peluang": investasi waktu
dan sum ber daya untuk agam a, yang sebenarnya bisa ditanam kan ke
aktivitas-aktivitas yang jelas-jelas m enguntungkan, m isalnya lebih ba-
http://facebook.com/indonesiapustaka

nyak bercocok-tanam , m em bangun bendungan, dan m em beri m akan


bala tentara penakluk yang lebih besar. Bila agam a tidak m em berikan
m anfaat sungguhan yang besar m elebihi biaya-biaya peluang itu, m a-
sya rakat ateistik m ana pun yang kebetulan tim bul berkem ungkinan
m enga lahkan m asyarakat-m asyarakat religius dan m enguasai dunia.
J adi m engapa dunia tidak m enjadi ateistik, dan m anfaat-m anfaat apa
yang terbukti diberikan oleh agam a? Apa "fungsi-fungsi" agam a?
414 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

Bagi seorang penganut agama, pertanyaan-pertanyaan mengenai


fungsi agama mungkin tampak tidak masuk akal atau bah kan
menyinggung. Seorang penganut agama mungkin mem berikan
tanggapan bahwa agama nyaris universal di antara ma sya ra kat-
masyarakat manusia semata karena Tuhan betul-betul ada, dan adanya
agama di mana-mana tidak perlu dicari-cari fungsi dan man faatnya
seperti juga batu ada di mana-mana. Bila Anda ada lah se orang penganut
keyakinan sema cam itu, izinkanlah saya mengajak Anda membayangkan,
sebentar saja, suatu makhluk hidup maju dari galaksi Andromeda,
yang melesat berkeliling alam semesta de ngan kecepatan jauh melebihi
kecepatan cahaya (yang kita manusia anggap mustahil), mengunjungi
triliunan bintang dan planet di alam semesta, dan mempelajari
keanekaragaman kehidupan di alam semesta, dengan metabolisme yang
digerakkan oleh cahaya, bentuk-ben tuk radiasi elektromagnetik lain,
panas, angin, reaksi nuklir, serta reaksi-reaksi kimiawi anorganik atau
organik. Secara berkala, makhluk Andromeda itu mengunjungi Planet
Bumi, di mana kehidupan berevolusi se hingga bisa memanfaatkan energi
hanya dari cahaya dan reaksi-reaksi kimiawi anor ganik dan organik.
Untuk masa yang singkat antara sekitar 11.000 SM dan 11 September
2051 M, Bumi didominasi oleh suatu bentuk kehidupan yang menyebut
dirinya sendiri manusia dan yang mempercayai sejumlah gagasan
yang aneh. Salah satu gagasan itu: bahwa ada suatu so sok mahakuasa,
bernama Tuhan, yang memiliki minat khusus pada spesies manusia
melebihi jutaan trilyun spesies lain di alam semesta, menciptakan alam
semesta, dan manusia seringkali gam bar kan mirip dengan manusia
hanya saja mahakuasa. Tentu saja makh luk Andromeda itu menyadari
bahwa kepercayaan-kepercayaan itu me ru pa kan waham yang menarik
dipelajari namun sebenarnya nol besar, ka rena makhluk Andromeda
dan banyak makhluk hidup lainnya telah menemu kan bagaimana alam
semesta sebenarnya terbentuk, dan sungguh absurd bayangan bahwa
suatu sosok mahakuasa berminat khusus terhadap atau menyerupai
spesies manusia, yang jauh kalah me narik dan kalah maju dibandingkan
http://facebook.com/indonesiapustaka

miliaran bentuk hidupan lain nya yang ada di bagian-bagian lain semesta.
Makhluk Andromeda itu juga mengamati bahwa ada ribuan agama
manusia yang berbeda, de ngan sebagian besar penganut mem per cayai
bahwa agama mereka sen dirilah yang benar dan semua agama lain
keliru, dan bagi si makhluk Andromeda itu menunjukkan bahwa se mua
agama sebenarnya keliru.
DEFINISI AGAMA ● 415

Namun kepercayaan mengenai adanya tuhan semacam itu tersebar


luas di antara m asyarakat m anusia. Si m akhluk Androm eda m em aham i
asas-asas sosiologi sem esta, yang harus m em berikan penjelasan
m engapa m asyarakat-m asyarakat m anusia bisa tetap bertahan m es ki-
pun m enghabiskan sedem ikian banyak waktu dan sum ber daya yang
ditun tut oleh agam a dari individu dan m asyarakat, serta m eskipun
agam a m endorong individu untuk m elakukan perilaku-perilaku
m enyakit kan atau m em bahayakan nyawa sendiri. J elaslah, dem ikian si
m akh luk Androm eda m enalar, agam a pastilah m em berikan m anfaat-
m an faat yang m engom pensasi pencurahan waktu dan sum ber daya itu;
kalau tidak, m asyarakat-m asyarakat ateistik yang tidak dibebani oleh
pengurasan waktu dan sum ber daya serta dorongan-dorongan m em -
baha ya kan diri itu pastilah telah m enggantikan m asyarakat-m asyarakat
religius. Oleh karena itu bila Anda, pem baca, berpendapat bahwa
bertanya-tanya m engenai fungsi-fungsi agam a Anda sendiri m erupakan
suatu hal yang m enyinggung, barangkali Anda bersedia m undur
sejenak dan bertanya-tanya tentang fungsi-fungsi agam a tribal Papua,
atau m enem patkan diri Anda dalam bingkai pem ikiran sang tam u dari
Androm eda dan bertanya-tanya m engenai agam a-agam a m anusia se-
cara um um .

Deinisi agama
Marilah mulai dengan mendeinisikan agama, sehingga kita setidak-
tidaknya bisa bersepakat tentang fenom ena apa yang sedang kita bahas.
Ciri-ciri m ana yang dim iliki oleh sem ua agam a, term asuk oleh agam a
Kristen dan agam a-agam a tribal, juga keyakinan politeism e Yunani dan
Romawi klasik, serta diperlukan dan mencukupi untuk mengidentiikasi
suatu fenom ena se bagai agam a, dan bukan suatu fenom ena terkait na-
m un berbeda (m isalnya sihir, patriotism e, atau falsafah kehidupan)?

Tabel 9.1. Sejumlah deinisi agama yang diajukan


1. “Pengakuan manusia akan adanya kekuatan pengontrol adimanusia dan
http://facebook.com/indonesiapustaka

ter utama adanya Tuhan personal yang wajib dipatuhi.” (Concise Oxford
Dictionary)
2. “Sistem kepercayaan dan pemujaan spesiik mana pun, yang kerap kali me-
libatkan kode etika dan falsafah.” (Webster’s New World Dictionary)
416 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

3. “Sistem koherensi sosial yang didasarkan pada sekelom pok keyakinan atau
sikap bersam a m engenai suatu benda, orang, sosok tak terlihat, atau sis -
tem pem ikiran yang dianggap bersifat supranatural, keram at, ilahiah, atau
m e rupakan kebenaran tertinggi, juga berbagai kode m oral, praktik, nilai,
lem baga, tradisi, dan ritual yang terkait dengan kepercayaan atau sistem
pem ikiran sem acam itu.” (Wikipedia)
4. “Agam a, dalam pengertian paling luas dan paling um um yang bisa di-
terapkan,... terdiri atas kepercayaan bahwa ada suatu tatanan tidak terlihat,
dan bahwa kem uliaan tertinggi kita adalah bila kita bisa m enyesuaikan diri
dengan harm onis terhadap tatanan itu.” (William J am es)
5. “Sistem -sistem sosial yang para pesertanya bersum pah m em percayai adanya
agen atau agen-agen supranatural yang restunya harus didapatkan.” (Daniel
Dennett)
6. “Upaya m eredakan am arah atau m enyenangkan kekuatan-kekuatan
adim anusia yang dipercaya m engendalikan alam dan m anusia.” (Sir J am es
Frazer)
7. “Seperangkat bentuk-bentuk dan tindakan-tindakan sim bolik yang m eng-
hu bungkan m anusia dengan kondisi-kondisi pam ungkas keberadaannya.”
(Robert Bellah)
8. “Suatu sistem kepercayaan dan praktik yang ditujukan kepada ‘kepedulian
pam ungkas’ suatu m asyarakat.” (William Lessa dan Evon Vogt)
9. “Kepercayaan akan sosok-sosok adim anusia dan kekuatan m ereka yang
m em bantu atau m em bahayakan m anusia tersebar secara nyaris universal,
dan kepercayaan ini—saya bersikeras—adalah variabel inti yang harus
ditetapkan oleh deinisi agama yang mana pun... Saya deinisikan ‘agama’
sebagai ‘suatu lem baga yang terdiri atas interaksi berpola budaya yang secara
budaya mempostulasikan sosok-sosok adimanusia.’” (Melford Spiro)
10 . ”Unsur bersam a lintas-budaya di agam a adalah kepercayaan bahwa ke -
baikan tertinggi dideinisikan oleh suatu tatanan tak terlihat yang di-
kom binasikan dengan serangkaian sim bol yang m em bantu individu-individu
dan kelom pok-kelom pok dalam m enata hidup m ereka secara harm onis
dengan tatanan ini dan kom itm en em osional guna m encapai harm oni
tersebut.” (William Irons)
11. ”Agama adalah suatu sistem uniikasi kepercayaan-kepercayaan dan praktik-
praktik yang berkaitan dengan hal-hal keram at, dengan kata lain, hal-hal
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang diistim ewakan dan terlarang—kepercayaan-kepercayaan dan praktik-


praktik yang m enyatu m enjadi satu kom unitas m oral tunggal yang disebut
Gereja, sem ua yang m enganut berbagai kepercayaan dan praktik tersebut.”
(Ém ile Durkheim )
12. ”Secara kasar, agam a adalah (1) kom itm en suatu kom unitas yang m enyita
biaya dan sulit dipalsukan, (2) terhadap suatu dunia agen supranatural yang
bertentangan dengan fakta dan intuisi (3) yang m enguasai kecem asan eksis -
tensial orang-orang, m isalnya kem atian dan m uslihat.” (Scott Atran)
DEFINISI AGAMA ● 417

13. ”Agam a adalah: (1) suatu sistem sim bol-sim bol yang bertindak untuk (2) m e -
m antapkan suasana hati dan m otivasi yang berkuasa, pervasif, dan bertahan
lam a pada m anusia dengan cara (3) m erum uskan konsepsi-konsepsi m e -
ngenai suatu tatanan um um keberadaan dan (4) m em bungkus konsepsi-
kon sepsi ini dengan aura faktualitas sedem ikian rupa sehingga (5) suasana
hati dan m otivasi itu tam pak teram at realistik.” (Clifford Geertz)
14. ”Agam a adalah suatu institusi sosial yang berevolusi sebagai m ekanism e
integral kebudayaan m anusia untuk m enciptakan dan m em prom osikan
m itos, guna m endorong altruism e dan altruism e-resiprokal, dan guna m eng-
ungkapkan tingkat kom itm en untuk bekerjasam a dan bertim bal-balik di
antara anggota-anggota komunitas.” (Michael Shermer)
15. ”Kita akan deinisikan agama sebagai seperangkat kepercayaan, parktik, dan
lem baga yang telah m anusia evolusikan dalam berbagai m asyarakat, sejauh
yang bisa dipaham i, sebagai tanggapan terhadap aspek-aspek kehidupan
dan situasi m ereka yang dipercaya tidak berada dalam ranah em piris-
instrum ental sehingga bisa dipaham i dan/ atau dikontrol secara rasional,
dan yang m ereka lekati m akna penting yang m encakup suatu acuan kepada
tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa yang relevan dengan konsepsi
m anusia m engenai keberadaan suatu tatanan ‘supranatural’ yang dipercaya
dan dirasakan m em iliki pengaruh m endasar terhadap posisi m anusia di
alam sem esta dan nilai-nilai yang m em berikan m akna terhadap takdir
m anusia sebagai seorang individu dan hubungan-hubungannya dengan
sesam anya.” (Talcott Parsons)
16. ”Agam a adalah desahan m akhluk yang tertekan, hati dari dunia yang tak
berhati, dan jiwa dari kondisi yang tak berjiwa. Agam a adalah candu m a -
syarakat.” (Karl Marx)

Tabe l 9 .1 mencantumkan 16 deinisi yang diajukan oleh para peneliti


agama. Deinisi nomor 11 oleh Émile Durkheim dan nomor 13 oleh
Clifford Geertz adalah yang paling sering dikutip oleh cendekiawan-
cendekiawan lain. J elaslah bahwa kita bahkan jauh dari m e nyepakati
satu deinisi. Banyak deinisi yang ditulis dengan gaya memutar-mutar
m irip dengan bahasa yang digunakan para pengacara dalam m enyusun
kontrak, dan m em peringatkan kita bahwa kita m elangkah dalam ranah
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang ram ai diperdebatkan.


Sebagai rencana darurat, bisakah kita hindari m asalah m en-
deinisikan agama dengan cara yang sama seperti kita sering
menghindari masalah mendeinisikan pornograi, dengan mengatakan,
“Saya tidak bisa mendeinisikan pornograi, namun saya tahu yang
mana pornograi sewaktu saya melihatnya!”? Tidak, sayangnya
bahkan rencana da ru rat seperti itu pun tidak bisa diterapkan; para
418 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

cendekiawan tidak ber se pa kat m engenai apakah sejum lah pergerakan


yang tersebar luas dan terkenal bisa dianggap sebagai agam a atau
bukan. Misalnya, ada perebatan panjang oleh para cendekiawan
agam a m engenai apakah Buddhism e, Konfusianism e, dan Shinto
harus dianggap sebagai agam a; ke cenderungan saat ini adalah
m enganggap Buddhism e agam a nam un Kon fusianism e tidak, walaupun
Konfusianism e biasa dianggap agam a satu atau dua dasawarsa lalu;
Konfusianism e kini biasanya diistilahkan sebagai suatu jalan hidup
atau falsafah sekuler.
Kesulitan-kesulitan dalam mendeinisikan agama ada hikmahnya.
Mereka memperingatkan kita bahwa fenomena yang kita kelompok-
kan bersam a sebagai agam a sebenarnya m engandung bebera pa
kom ponen berbeda, yang bisa jadi kuat, lem ah, atau dapat dikatakan
tidak ada di agam a yang berm acam -m acam , m asyarakat yang berbeda-
be da, dan berbagai tahap evolusi agam a. Agam a m em baur de ngan
fenom ena-fenom ena lain, yang m em iliki sebagian nam un tidak se -
m ua sifat yang biasanya dikaitkan dengan agam a. Itulah m engapa
ada ketidaksepakatan m engenai apakah Buddhism e, yang biasa di-
anggap sebagai salah satu dari keem pat agam a paling besar di dunia,
benar-benar satu agam a atau "hanya" falsafah kehidupan. Kom ponen-
kom ponen yang biasanya dinyatakan sebagai bagian aga m a tergolong
m enjadi lim a perangkat: kepercayaan supranatural, keanggo ta an da-
lam pergerakan sosial yang sam a, bukti kom itm en yang m em a kan
biaya dan kasat m ata, aturan-aturan praktis bagi perilaku orang (alias
"m oralitas"), dan kepercayaan bahwa sosok-sosok dan kekuatan-
kekuatan supranatural bisa dipicu (m isalnya dengan doa) untuk cam -
pur ta ngan dalam kehidupan duniawi. Tapi, seperti yang akan kita
lihat, tidak masuk akal mendeinisikan agama melalui kombinasi
kelim a sifat itu, m aupun m engecap suatu fenom ena yang tidak
m em iliki satu atau beberapa sifat tersebut sebagai bukan agam a,
sebab dengan dem ikian kita tidak akan m enyertakan sejum lah cabang
pergerakan yang secara luas diakui sebagai agam a.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Yang pertama dari kelima sifat itu adalah dasar deinisi agama yang
saya tawarkan kepada m urid-m urid S1 saya di University of California
ketika saya pertama kali mengajarkan mata kuliah geograi budaya.
Saya m engajukan, “Agam a adalah kepercayaan akan agen supranatural
yang dipostulasikan yang keberadaannya tidak bisa dibuktikan dengan
indera-indera kita, nam un yang dinyatakan sebagai pem beri penjelasan
bagi hal-hal yang m em ang dibuktikan oleh indera-indera kita.” Ada dua
DEFINISI AGAMA ● 419

sisi bagus di deinisi itu: kepercayaan akan agen supranatural yang me-
m ang m erupakan salah satu ciri agam a yang paling tersebar luas; dan
pem beri penjelasan, yang akan kita bahas nanti, m erupakan salah satu
asal utam a dan fungsi awal agam a. Sebagian besar agam a m e m ang
m endalilkan keberadaan dewa-dewi, arwah, dan agen-agen lain yang
kita istilahkan "supranatural" karena m ereka ataupun konsekuensi-
konsekuensi yang bisa dibuktikan dari adanya m ereka tidak bisa
dipersepsikan secara langsung di dunia alam i. (Sepanjang bab ini, saya
akan berulang-ulang m enggunakan kata "supranatural" dalam pe-
ngertian netral itu, tanpa konotasi peyoratif apa pun yang terkadang
dilekatkan dengan kata tersebut.) Banyak agam a m elangkah lebih jauh
dan m endalilkan keberadaan suatu dunia supranatural paralel yang
utuh—sering kali, surga, neraka, atau alam baka ke m ana kita akan di-
pindahkan setelah kem atian kita di dunia alam i. Sejum lah pem eluk
agam a sedem ikian yakin akan keberadaan agen-agen supranatural
sam pai-sam pai m ereka bersikeras bahwa m ereka pernah m elihat,
m endengar, atau m erasakan arwah atau hantu.
Namun saya dengan segera menyadari bahwa deinisi saya tidak
m en cukupi, karena alasan-alasan yang juga instruktif. Kepercayaan
akan agen-agen supranatural bukan hanya berupa agam a, m elainkan
juga fenom ena yang tidak seorang pun anggap sebagai agam a—
m isalnya ke percayaan akan peri, hantu, orang bajang, dan alien
yang naik UFO. Mengapa kepercayaan terhadap dewa-dewi disebut
religius, nam un kepercayaan terhadap peri tidak disebut religius?
(Petunjuk: orang-orang yang percaya peri tidak berkum pul pada hari
tertentu setiap m inggu guna m elakukan ritual-ritual tertentu, tidak
mengidentiikasi diri sebagai komunitas percaya peri yang terpisah
dari orang-orang yang skeptis terhadap peri, dan tidak bersedia
m ati dem i m em bela kepercayaan m ereka akan peri.) Sebaliknya,
sejum lah pergerakan yang sem ua orang anggap sebagai agam a tidak
m ensyaratkan kepercayaan akan agen-agen supranatural. Banyak orang
Yahudi (term asuk rabbi), Unitarian, orang-orang J epang, dan orang-
http://facebook.com/indonesiapustaka

orang lain adalah agnostik atau ateis nam un tetap m enganggap diri,
dan dianggap oleh orang-orang lain, sebagai bagian um at beragam a.
Buddha tidak m engaitkan dirinya sendiri dengan dewa apa pun dan
m engklaim bahwa dirinya "hanyalah" m engajarkan ja lur m enuju
pencerahan yang telah dia tem ukan.
Kegagalan besar dalam deinisi saya adalah deinisi itu tidak men-
ca kup sifat agam a yang kedua: agam a juga m erupakan pergerakan
420 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

sosial orang-orang yang mengidentiikasi diri sebagai memegang


kepercayaan-ke per cayaan m endalam yang sam a. Seseorang yang
m em percayai se sosok tuhan dan daftar panjang doktrin-doktrin
lain yang dia ciptakan sendiri, dan yang m engabdikan sebagian hari
Sabat-nya untuk du duk sendirian dalam ruangan, berdoa kepada
tuhannya itu, dan m em baca kitab yang dia tulis sendiri nam un tidak
tunjukkan ke pada orang lain, tidak terhitung sebagai m enjalankan
agam a. Hal sungguh an yang paling m irip dengan orang sem acam itu
adalah petapa yang hidup dalam kesendirian dan m engabdikan diri
untuk berdoa. Namun para petapa itu lahir dari komunitas pemeluk
kepercayaan yang m enyediakan kepercayaan bagi para petapa itu, dan
yang m ungkin terus m enyokong serta m engunjungi para petapa. Saya
tidak pernah dengar ada petapa yang m enciptakan sendiri agam anya
dari nol, bertolak ke gu run untuk hidup sendirian, dan m enolak
tawaran m akanan serta m e la rang orang-orang berkunjung. Bila
ada yang m enunjukkan kepada saya petapa sem acam itu, saya akan
mendeinisikannya sebagai petapa non-religius atau sebagai seorang
yang m isantropik, sem entara orang lain m ungkin m enganggapnya
sebagai petapa religius tipikal yang gagal ujian kehidupan sosial.
Sifat ketiga banyak agam a adalah bahwa para pem eluknya m e-
la kukan pengorbanan yang m enelan biaya atau m enyakitkan, yang
secara m eyakinkan m enunjukkan kepada orang-orang lain kom itm en
para pem eluk agam a tersebut terhadap kelom poknya. Pengorbanan
itu m ungkin berupa waktu: m isalnya, m enyela aktivitas-aktivitas lain
lima kali setiap hari guna salat menghadap Mekah, atau menghabiskan
sebagian hari Minggu di gereja, atau menghabiskan waktu bertahun-
tahun m enghapal ritual, doa, dan kidung yang kom pleks (barangkali
m engha ruskan orang tersebut belajar bahasa lain), atau m engabdikan
dua tahun untuk aktivitas-aktivitas m isionaris sebagai seorang
dewasa muda (yang disyaratkan bagi orang-orang Mormon), atau
bergabung dengan pasukan perang salib, atau berziarah, atau naik
haji ke Mekah dengan biaya sendiri. Pengorbanan itu mungkin
http://facebook.com/indonesiapustaka

berupa uang atau harta ben da yang disum bangkan ke gereja.


Mungkin ada yang menawarkan hewan ternaknya yang berharga:
m em persem bahkan anak dom ba yang dipelihara sendiri untuk Tuhan,
bukan hewan liar hasil tangkapan yang tidak ada harga nya. Atau
yang dikorbankan itu m ungkin berupa kenyam anan atau inte gritas
tubuh, dengan cara berpuasa, m em otong satu sendi jari, sunat m e-
lebar atau m em anjang, ataupun m enum pahkan darah sendiri de ngan
DEFINISI AGAMA ● 421

cara m em otong hidung, lidah, penis, bagian dalam tekak, atau ba-
gian tubuh lain m ilik sendiri. Sem ua pam eran terbuka yang m enelan
biaya atau m enyakitkan itu berperan m eyakinkan para penganut lain
bahwa seseorang serius berkom itm en terhadap agam anya dan bah kan
akan m engurbankan nyawanya sendiri bila diperlukan. Kalau tidak,
saya bisa saja sem ata berteriak “Saya orang Kristen!” padahal saya
berbohong dem i keuntungan diri sendiri (seperti yang dilakukan se-
jum lah narapidana dengan harapan diberi keringanan hukum an), atau
demi menyelamatkan nyawa saya. Meskipun sifat kedua dan ketiga
(yaitu pergerakan sosial dan pengurbanan yang m enelan biaya) bagi
saya tam paknya m erupakan kondisi-kondisi yang dibutuhkan bagi
suatu pergerakan agar dianggap sebagai agam a, kondisi-kondisi itu saja
tidak m encukupi. Ada juga pergerakan-pergerakan sosial non-religius
yang sam a-sam a m em egang kepercayaan m endalam dan m enuntut
pengor banan yang m enelan biaya bagi para pengikutnya, m isalnya
patriotism e.
Sifat nom or em pat agam a adalah bahwa kepercayaan akan dewa-
dewi dan berbagai agen supranatural hasil postulasi lainnya m em iliki
konsekuensi-konsekuensi praktis terhadap bagaim ana seseorang harus
ber pe rilaku. Aturan-aturan perilaku itu bisa berm acam -m acam bentuk-
nya, m ungkin berupa hukum , kode m oral, tabu, atau kewajiban, ter-
gantung jenis masyarakatnya. Meskipun tampaknya semua agama
m em iliki aturan berperilaku sem acam itu, bukan artinya aturan-
aturan berperilaku berpangkal hanya dari agam a: pem erintahan-
pem erintahan negara sekuler m odern, kelom pok-kelom pok non-
religius yang tak ter hitung banyaknya, dan warga negara yang ateistik
ataupun agnostik juga m em iliki aturan-aturan m ereka sendiri.
Terakhir, banyak agam a m engajarkan bahwa agen-agen
supranatural tidak hanya m engganjar orang-orang baik yang m em atuhi
aturan dan m enghukum para pelaku kejahatan dan pelanggar
aturan, m elainkan juga bisa dibujuk m elalui doa, sum bangan, dan
pengurbanan untuk ikut cam pur secara m enguntungkan bagi m anusia
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang m engajukan per m ohonan.


Dengan dem ikian, agam a m elibatkan gugusan kelim a perangkat
sifat itu, yang berbeda-beda tarafnya di antara agam a-agam a di dunia
(term asuk agam a-agam a tradisional). Kita dapat m enggunakan gu gus-
an itu untuk m em aham i perbedaan antara agam a dan beberapa fe no-
m ena terkait yang m em iliki beberapa, nam un tidak sem ua, sifat yang
dim iliki agam a. Patriotism e dan kebanggaan etnik m enyerupai aga-
422 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

m a karena m erupakan pergerakan sosial yang m em bedakan para


pengikut nya dari orang luar, m enuntut pengorbanan (bahkan nya-
wa) se ba gai pam eran kom itm en, serta dirayakan dalam ber ba gai
ritual dan upacara seperti (bagi orang-orang Am erika) Hari Ke m er-
dekaan, Hari Thanksgiving, dan Hari Memorial. Tidak seperti agama,
patriotism e dan kebanggaan etnik tidak m engajarkan keperca ya an
akan agen-agen supranatural. Penggem ar olahraga, seperti penganut
aga m a, m em bentuk kelom pok-kelom pok sosial yang terdiri atas para
pengikut (misalnya, penggemar Boston Red Sox) yang berbeda dengan
pengikut kelom pok-kelom pok sosial lainnya (m isalnya, penggem ar
New York Yankees) namun tidak mendukung agen supranatural, tidak
menuntut pengorbanan besar sebagai bukti ailiasi, dan tidak mengatur
terlalu banyak perilaku moral. Marxisme, sosialisme, dan pergerakan-
pergerakan politik lain m em ang m enarik kelom pok-kelom p ok
pengikut yang berkom itm en (seperti agam a), m em otivasi para pe-
ngikut untuk m ati dem i idealism e, dan banyak yang m em iliki kode
m oral yang luas, nam un tidak bersandar kepada yang supranatural.
Sihir, te nung, takhayul, dan ram alan air (kepercayaan bahwa air ba-
wah tanah bisa ditem ukan lokasinya dengan tongkat pencari air) m e-
m ang m elibatkan kepercayaan akan agen-agen supranatural dengan
kon se kuensi-konsekuensi terhadap perilaku sehari-hari. Tapi, sihir,
takhayul, dan fenom ena-fenom ena terkait tidak berperan sebagai
sifat pendeinisi kelompok-kelompok sosial berkomitmen yang mi-
rip dengan penganut agam a: tidak ada kelom pok penganut ke per-
cayaan terhadap bahaya kucing hitam yang bertemu setiap Minggu
untuk m enegaskan keterpisahan m ereka dari orang-orang yang tidak
m em percayai bahaya kucing hitam . Barangkali daerah perbatasan
paling abu-abu m elibatkan pergerakan-pergerakan seperti Buddhism e,
Konfusianism e, dan Shintoism e, yang pada tingkat berbeda-beda sulit
dipastikan apakah m erupakan agam a ataukah falsafah kehidupan.

Fu n gs i d an be lu t lis trik
http://facebook.com/indonesiapustaka

Agam a bersifat nyaris universal pada m anusia, nam un tidak ada yang
m enyerupainya bahkan secuil pun yang telah dideskripsikan pada
he wan. Terlepas dari itu, kita dapat m enyelidiki—bahkan, kita m e-
m ang harus bertanya-tanya—tentang asal-m uasal agam a, seperti juga
kita bertanya-tanya m engenai asal-m uasal sifat-sifat lain yang ha-
nya dim iliki m anusia, seperti seni dan bahasa lisan. Enam juta ta hun
lalu, nenek m oyang kita m erupakan kera yang tentunya tidak m e m iliki
FUNGSI DAN BELUT LISTRIK ● 423

agam a; kala dokum en-dokum en tertulis pertam a m uncul sekitar 5.0 0 0


tahun silam , agam a sudah ada. Apa yang terjadi selam a 5.995.0 0 0
tahun di antara kedua waktu itu? Apa pendahulu agam a pada hewan
dan nenek m oyang m anusia, serta kapan dan m engapa agam a m uncul?
Suatu m etode yang diistilahkan pendekatan fungsional m erupakan
kerangka kerja paling um um yang digunakan oleh para peneliti agam a
sejak mereka mulai mempelajarinya secara saintiik nyaris 150 tahun
lalu. Mereka bertanya: fungsi-fungsi apa yang dipenuhi oleh agama?
Mereka memperhatikan bahwa agama kerap kali membebankan
biaya yang berat kepada individu m aupun m asyarakat, m isalnya
m em aksa banyak orang untuk hidup selibat dan tidak m em iliki anak,
bersusah-payah dan m engeluarkan banyak biaya dem i m em bangun
piram ida raksasa, m em bunuh hewan ternak yang berharga dan
terkadang bahkan m engam bil nyawa anak dan diri sendiri, serta m eng-
habiskan banyak waktu m erapal berulang-ulang kata-kata yang sam a.
Agam a pastilah m em iliki fungsi dan m endatangkan m anfaat yang
m engalahkan biaya-biaya yang berat itu; kalau tidak, agam a tidak
mungkin muncul dan tidak bisa dipertahankan. Masalah-masalah
m anusia apa yang dipecahkan oleh terciptanya agam a? Rangkum -
an ringkas pendekatan fungsional m ungkin m enegaskan sesuatu yang
seperti ini: agam a diciptakan guna m elakukan fungsi-fungsi ter tentu
dan m em ecahkan m asalah-m asalah tertentu, m isalnya m em per tahan-
kan ketertiban sosial, m enenangkan orang-orang yang cem as, dan
m engajarkan kepatuhan politik.
Satu pendekatan lain, yang m uncul belum lam a ini dari bidang psi-
kologi evolusioner, berkeberatan: agam a tentunya tidak berevolusi
dan tidak diciptakan secara sadar untuk tujuan spesiik apa pun atau
untuk memecahkan masalah spesiik apa pun. Tidak benar bahwa
ada seorang kepala suku yang sedang naik daun m em peroleh suatu
gagas an cem erlang suatu hari dan m enciptakan agam a dari nol, ka-
rena sebelum nya m elihat keuntungan bahwa dia bisa dengan m udah
m enggiring pengikut-pengikutnya bila dia bisa m em buat m ereka
http://facebook.com/indonesiapustaka

meyakini alasan-alasan religius untuk membangun piramida. Mustahil


pula seorang pem buru-pengum pul dengan kesadaran psikologis, yang
khawatir rekan-rekan satu sukunya terlalu depresi akibat kem atian
yang terjadi belum lam a itu sehingga tidak m au pergi berburu,
m engarang kisah tentang kehidupan sesudah m ati guna m e nenangkan
m ereka dan m em beri m ereka harapan baru. Agam a justru m ungkin
m uncul sebagai produk sam pingan kapasitas lain nenek m oyang kita
424 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

dan hewan nenek m oyang m ereka, dan kapasitas-kapasitas itu m em iliki


konsekuensi-konsekuensi yang tidak ter per kira kan sebelum nya dan
secara perlahan-lahan m em peroleh fungsi-fungsi baru seiring perkem -
bangannya.
Bagi seorang ahli biologi evolusioner seperti saya, tidak ada kon-
tradiksi antara kedua pendekatan berbeda itu terhadap asal-usul aga-
m a, yang pa da dasarnya m enggam barkan dua tahap. Evolusi bio logis
sendiri juga berlangsung dalam dua tahap. Pertam a-tam a, va riasi
antara individu-individu dim unculkan oleh m utasi dan re kom binasi
gen. Kedua, akibat seleksi alam dan seleksi seksual, ada perbedaan-per-
be daan di antara individu-individu varian yang diha silkan dalam segi
kem ungkinan m ereka bertahan hidup, bere pro duksi, dan m ewariskan
gen-gen ke generasi berikutnya. Dengan kata lain, sejum lah individu
varian itu ternyata m elaksanakan fungsi dan m e m ecahkan m asalah-
m a salah kehidupan secara lebih baik daripada individu-individu varian
lainnya. Suatu m asalah fungsional (m isalnya, bertahan hidup di iklim
dingin) tidak dipecahkan oleh hewan dengan cara m enyadari bahwa
dia m em butuhkan ram but yang lebih tebal, bukan pula oleh iklim
dingin yang m e rangsang m utasi yang m em unculkan ram but yang lebih
tebal. Sebaliknya, sesuatu (dalam kasus evolusi biologis, m ekanism e
genetis m olekulsr) m enciptakan sesuatu yang lain (dalam kasus ini,
hewan de ngan ram but lebih tebal atau lebih tipis), sem entara sejum lah
kondisi hidup atau m asalah lingkungan (dalam kasus ini, suhu dingin)
m em berikan fungsi ber guna bagi sebagian nam un tidak sem ua hewan
varian ter sebut. De ngan dem ikian, m utasi dan rekom binasi gen
m enyediakan m uasal keanekaragam an hayati, sem entara seleksi alam
dan seleksi seksual m enyaring bahan awal itu m elalui kriteria fungsi.
Serupa dengan itu, para ahli psikologi evolusioner m enyatakan bah-
wa aga m a m erupakan produk sam pingan dari ciri-ciri otak m anusia
yang tim bul karena alasan-alasan selain m em bangun piram ida atau
m enghibur kerabat yang berduka. Bagi seorang ahli biologi evolusioner,
hal itu m asuk akal dan tidak m engejutkan. Sejarah evolusi disarati oleh
http://facebook.com/indonesiapustaka

produk-produk sam pingan dan m utasi-m utasi yang awalnya diseleksi


untuk suatu fungsi dan kem udian berkem bang lebih lanjut serta
menjadi terseleksi untuk memenuhi suatu fungsi lain. Misalnya, kaum
kreasionis yang skeptis terhadap kenyataan evolusi biasa m enunjuk
belut listrik yang m enyetrum m angsa m ereka dengan sengatan listrik
60 0 volt, dan kem udian berargum en bahwa belut 60 0 volt m ustahil
m un cul dari belut biasa yang tidak m enghasilkan listrik m elalui seleksi
FUNGSI DAN BELUT LISTRIK ● 425

alam , sebab tidak ada tahap-tahap antara yang seharusnya ada berupa
belut bervoltase rendah yang tidak bisa m enyetrum m angsa apa pun
sehingga tidak ada gunanya. Ternyata, belut 60 0 volt berevolusi m elalui
perubahan-perubahan fungsi, sebagai produk sam pingan deteksi
m edan listrik dan pem bangkitan listrik pada ikan norm al.
Banyak ikan m em iliki organ-organ indera kulit yang peka terhadap
medan listrik di lingkungan. Medan-medan itu bisa jadi bermuasal
isik (misalnya dari arus laut atau dari percampuran air dengan kadar
garam berbeda-beda), ataupun berm uasal biologis (dari terpicunya
kon traksi otot hewan secara elektrik). Ikan yang m em iliki organ-organ
indera yang peka listrik sem acam itu dapat m em anfaatkan organ-organ
tersebut untuk dua fungsi: m endeteksi m angsa, dan m encari jalan
dalam lingkungan, terutam a dalam air berlum pur dan dalam kondisi
malam ketika mata tidak banyak gunanya. Mangsa bisa ditemukan
dengan detektor m edan listrik hewan karena m em iliki konduktivitas
listrik yang jauh lebih tinggi daripada air tawar. Deteksi m edan listrik
di lingkungan itu dapat diistilahkan deteksi listrik pasif, yang tidak
m em butuhkan organ pem bangkit listrik khusus apa pun.
Namun sejumlah spesies ikan melangkah lebih jauh dan mem-
bangkitkan sendiri m edan listrik bervoltase rendah, yang m em ungkin-
kan m ereka m endeteksi benda bukan hanya m elalui m edan listrik ben-
da itu sendiri, m elainkan juga karena m em pengaruhi m e dan listrik
yang dibangkitkan oleh si ikan. Organ-organ yang dikhu sus kan untuk
m em bangkitkan listrik berevolusi secara m andiri pada setidaknya
enam garis keturunan ikan yang terpisah. Sebagian besar organ listrik
berasal dari m em bran pem bangkit listrik di otot, na m un satu spesies
ikan m engem bangkan organ-organ listriknya dari sa raf. Ahli zoologi
Hans Lissm ann m enyajikan bukti m eyakinkan pertam a deteksi listrik
aktif sem acam itu, setelah banyak spekulasi tidak tegas oleh peneliti-
peneliti lain. Lissm ann m engkondisikan ikan listrik, m em anfaatkan
im balan m akanan, untuk m em bedakan ben da penghan tar listrik dari
benda bukan penghantar listrik yang tam pilannya m irip, m isalnya
http://facebook.com/indonesiapustaka

cakram logam penghantar listrik versus cakram ber tam pilan identik
nam un terbuat dari plastik atau gelas yang tidak m enghantarkan listrik.
Sewaktu saya bekerja di salah satu laboratorium Cam bridge University
dekat bangunan tem pat Lissm ann sedang m e lak sanakan penelitiannya,
seorang tem an Lissm ann m enuturkan ke pada saya cerita tentang
kepekaan deteksi listrik oleh ikan listrik. Lissm ann m enyadari bahwa
salah seekor ikan listrik kurungan yang dia pelihara di laboratoriumnya
426 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

jadi gelisah pada sekitar waktu yang sama, sore hari setiap hari kerja. Dia
akhirnya menyadari bahwa itu disebab kan oleh teknisi perem puannya
yang bersiap-siap pulang pa da se kitar jam itu, melangkah ke balik sehelai
layar, dan menyisir ram but nya, menim bulkan medan listrik yang dapat
dideteksi ikan tersebut.
Ikan bervoltase rendah m enggunakan organ-organ pem bangkit
listrik dan pendeteksi listrik di kulit untuk eisiensi yang lebih baik
dalam dua fungsi berbeda, yang sam a-sam a ditem ukan di banyak
jenis ikan yang m em iliki pendeteksi listrik nam un tidak m em iliki
organ pem bangkit listrik: deteksi m angsa dan m encari jalan. Ikan
bervoltase rendah juga m enggunakan m edan listrik satu sam a lain
untuk fungsi ketiga, yaitu berkom unikasi dengan satu sam a lain.
Tergantung pola im puls listrik, yang bervariasi di antara spesies dan
individu, ikan dapat m em peroleh inform asi dan karenanya m e nge-
nali spesies, jenis kelam in, ukuran, dan individu (asing ataupun akrab)
ikan yang m em bangkitkan im puls tersebut. Ikan bervoltase rendah
juga m enyam paikan pesan-pesan sosial kepada ikan-ikan lain spesies
yang sam a: pada dasarnya, ikan dapat m engatakan m elalui listrik,
“Ini teritoriku, enyah kam u,” atau “Aku Tarzan, kam u J ane, kam u
m em buatku bergairah, waktunya berhubungan seks.”
Ikan yang m em bangkitkan beberapa volt bukan hanya bisa m en-
deteksi m angsa m elainkan juga m em anfaatkan sengatan listrik m ereka
untuk fungsi keem pat: m em bunuh m angsa kecil, m isalnya ikan
m innow . Voltase yang sem akin besar m em ungkinkan ikan m em bunuh
m angsa yang juga sem akin besar, sam pai akhirnya tibalah kita pada
belut 60 0 volt sepanjang 1,8 m eter yang bisa m elum puhkan seekor ku-
da dalam sungai. (Saya m engingat sejarah evolusi ini dengan jelas se-
kali, karena saya m ulai m engerjakan tesis Ph.D. saya dengan topik
pem bangkitan listrik oleh belut listrik. Perhatian saya sedem ikian
terserap oleh perincian m olekuler pem bangkitan listrik sam pai-sam -
pai saya lupa m engenai hasil akhirnya, dan tanpa pikir panjang m en-
cengkeram belut listrik saya untuk m em ulai percobaan pertam a
http://facebook.com/indonesiapustaka

saya—dengan hasil yang m engejutkan.) Ikan bervoltase tinggi juga


dapat m e m anfaatkan sengatan listrik yang kuat untuk dua fungsi lain:
m em pertahankan diri dari calon predator, dengan cara m enyetrum si
penyerang; dan berburu dengan "pancingan listrik", yaitu m em ikat
m angsa ke ujung berm uatan listrik positif di ikan (anoda), teknik yang
juga digunakan oleh nelayan kom ersial yang bagaim ana pun juga harus
PENCARIAN PENJELASAN SEBAB ● 427

m em bangkitkan listrik dengan aki atau generator, bukan dengan tubuh


sendiri.
Sekarang, m ari kita kem bali lagi ke para kreasionis skeptis yang
m em bantah bahwa seleksi alam bisa m enghasilkan belut 60 0 -volt
dari belut norm al tidak bervoltase, sebab konon sem ua tahap antara
yang seharusnya ada dari organ-organ listrik bervoltase rendah
pastilah tidak ada gunanya dan tidak akan m em bantu pem iliknya
ber tahan hidup. J awaban bagi para kreasonis adalah m em bunuh
m angsa dengan sengatan 60 0 volt bukanlah fungsi asli organ listrik,
m elainkan m uncul sebagai produk sam pingan suatu organ yang
awalnya diseleksi untuk fungsi-fungsi lain. Kita telah lihat bahwa
organ-organ listrik m em peroleh enam fungsi berturutan seiring seleksi
alam m eningkatkan keluaran m ereka dari nol m enjadi 60 0 volt.
Ikan tanpa voltase dapat m elakukan deteksi listrik pasif m angsa dan
m encari jalan; ikan bervoltase rendah dapat m elakukan kedua fungsi
yang sama secara lebih eisien, dan juga bisa melakukan komunikasi
listrik; sem entara ikan bervoltase tinggi bisa m e nyetrum m angsa,
m em pertahankan diri, dan m em ancing dengan listrik. Kita akan lihat
bahwa agam a m anusia m engalahkan belut listrik dengan m elewati
bukan hanya enam m elainkan tujuh fungsi.

Pe n carian p e n je las an s e bab


Dari sifat m anusia yang m ana agam a m ungkin m uncul se bagai produk
sam pingan? Pandangan yang m asuk akal adalah aga m a m erupakan
produk sam pingan kem am puan otak kita yang sem akin canggih untuk
m enyim pulkan penyebab, pelaku, dan niat, untuk m engantisipasi
bahaya, dan karenanya m erum uskan penjelasan pe nyebab nilai
prediktif yang m em bantu kita bertahan hidup. Tentu saja he wan
juga memiliki otak dan karenanya bisa menyimpulkan niat. Misal-
nya, burung hantu lum bung yang m endeteksi tikus m elalui bunyi
dalam kegelapan total dapat m endengar bunyi langkah kaki tikus,
m em perhitungkan arah dan kecepatan si tikus, dan karenanya m e-
http://facebook.com/indonesiapustaka

nyim pulkan niat si m encit untuk berlari terus ke arah itu dengan
ke ce patan itu, dan m enyergap tepat waktu dan tem pat guna m e-
motong jalur mencit tersebut dan menangkapnya. Namun hewan ke-
rabat terdekat kita sekalipun m em iliki jauh lebih sedikit kem am puan
menalar daripada manusia. Misalnya, bagi monyet Afrika yang
dikenal sebagai m onyet vervet, ular sanca tanah adalah predator
428 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

utama. Monyet-monyet itu memiliki panggilan peringatan khusus


yang m ereka keluarkan bila m elihat sanca, dan m ereka cukup paham
untuk m elom pat ke atas pohon bila m endengar panggilan peringatan
adanya sanca dari monyet lain di dekat mereka. Namun, yang
m encengangkan bagi kita, m onyet-m onyet cerdas itu tidak m engaitkan
terlihatnya jejak sanca di rum put dengan bahaya bahwa ada sanca di
dekat m ereka. Bandingkan ke m am puan nalar m onyet yang lem ah itu
dengan kem am puan nalar m anusia: kita telah diasah oleh seleksi alam
agar otak kita m enarik in form asi m aksim al dari petunjuk-petunjuk
rem eh, dan agar bahasa kita m enyam paikan inform asi itu secara tepat,
m eskipun dengan risiko tidak terhindarkan bahwa kita sering m em buat
kesim pulan yang keliru.
Misalnya, kita sering menyalahkan orang lain sebagai penyebab se-
suatu. Kita paham bahwa orang lain punya niat seperti juga kita, dan
bahwa individu berbeda-beda. Oleh karena itu kita m enujukan ba-
nyak aktivitas otak harian kita guna m em aham i individu-individu
lain dan m engawasi tanda-tanda dari m ereka (m isalnya m im ik wajah,
nada suara, dan apa yang m ereka lakukan atau katakan atau tidak),
guna m em prediksi apa yang m ungkin dilakukan individu tertentu
ter se but, dan m encari tahu bagaim ana kita bisa m em pengaruhinya
un tuk berperilaku dalam cara yang kita inginkan. Kita juga m e nya-
takan hewan sebagai pelaku sesuatu: para !Kung pem buru yang
m endekati bangkai buruan yang sedang digerogoti singa akan m enga-
m ati perut dan perilaku singa guna m enyim pulkan apakah singa-singa
itu kenyang dan m au diusir, atau apakah m ereka m asih lapar dan
tidak akan m au diusir. Kita m enyatakan diri sendiri sebagai pelaku:
kita m enyadari bahwa tindakan-tindakan kita m em iliki akibat, dan
bila kita lihat bahwa berperilaku dalam satu cara m endatangkan ke-
berhasilan sem entara cara yang lain tidak, kita belajar m engulangi
tindakan yang dikaitkan dengan keberhasilan. Kem am puan otak kita
m e nem u kan penjelasan penyebab sem acam itu m erupakan alasan
utam a keberhasilan kita sebagai spesies. Itulah m engapa 12.0 0 0 tahun
http://facebook.com/indonesiapustaka

lalu pun, sebelum kita punya agrikultur, logam , atau tulisan dan m asih
berburu-m engum pul, kita sudah m enjadi spesies m am alia dengan per-
se baran paling luas, m enyebar dari Artika ke khatulistiwa, ke sem ua be-
nua kecuali Antartika.
Kita terus m encari-cari penjelasan penyebab. Sejum lah penjelasan
tradisional kita m em buat prediksi yang tepat untuk alasan yang kem u-
dian terbukti benar secara saintiik; sebagian lainnya membuat prediksi
PENCARIAN PENJELASAN SEBAB ● 429

yang tepat untuk alasan yang salah (m isalnya, "hin dari m akan spesies
ikan itu karena tabu", tanpa m em aham i peran zat-zat kim iawi beracun
di dalam ikan itu); sem entara sejum lah penjelasan m em buat prediksi
yang salah. Misalnya, pemburu-pengumpul menggeneralisasi pelaku
sadar secara berlebihan dan m em perluasnya kepada hal-hal lain yang
bisa bergerak selain manusia dan hewan, misalnya sungai, Matahari,
dan Bulan. Masyarakat tradisional kerap mempercayai benda-benda
tak hidup yang bergerak itu sebagai, atau digerakkan oleh, m akhluk
hidup. Mereka juga mungkin menyatakan benda-benda tidak bergerak,
seperti bunga, gunung, atau batu, sebagai pelaku sadar. Sekarang kita
m enyebutnya sebagai kepercayaan akan hal supranatural, berbeda dari
yang natural (alam i), nam un m asyarakat-m asyarakat tradisional kerap
kali tidak membedakan seperti itu. Mereka menduga-guga penjelasan
penyebab yang nilai prediktifnya m ereka am ati: teori m ereka bahwa
m atahari (atau dewa yang m em bawa m atahari di keretanya) m elintas
setiap hari di langit, cocok dengan fakta-fakta yang teramati. Mereka
tidak m em iliki pengetahuan astronom i m andiri yang bisa m eyakinkan
m ereka bahwa kepercayaan akan m atahari sebagai pelaku hidup itu
m erupakan kesalahan supranatural. Itu bukan artinya m ereka ber-
pikiran konyol: itu adalah perluasan logis pem ikiran m ereka m engenai
hal-hal yang tidak diragukan lagi alam i.
Dengan dem ikian, salah satu bentuk generalisasi berlebihan pen-
ca rian kita terhadap penjelasan penyebab yang m engarah langsung
ke pada apa yang kini kita istilahkan kepercayaan supranatural, terdiri
atas m e nyatakan tum buhan dan benda-benda tak hidup sebagai
pelaku sadar. Satu bentuk lain adalah pencarian kita atas akibat peri-
laku kita sendiri. Seorang petani bertanya-tanya hal apa yang dia
lakukan secara berbeda yang m enyebabkan ladangnya yang tadinya
m enghasilkan panen yang bagus, tahun ini m enghasilkan panen yang
buruk. Sem entara, orang-orang Kaulong pem buru m ungkin bertanya-
tanya apa yang dilakukan seorang pem buru sehingga dia terperosok
ke dalam lubang gua runtuh yang tersem bunyi di hutan. Seperti
http://facebook.com/indonesiapustaka

m asyarakat-m asyarakat tradisional lainnya, para petani dan pem buru


itu berpikir keras m encari penjelasan. Sejum lah penjelasan m ereka
kini kita ketahui benar secara saintiik, sementara yang lainnya kita
anggap sebagai tabu tidak saintiik. Misalnya, kaum tani Andes yang
tidak memahami soal koeisien variasi, namun tetap saja memencarkan
tanam an pangan m ereka di antara 8 sam pai 22 ladang (Bab 8); m ereka
m ungkin secara tradisional berdoa kepada dewa hujan; dan orang-
430 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

orang Kaulong pem buru berhati-hati untuk tidak m eneriakkan nam a-


nam a kelelawar gua selagi berburu kelelawar di daerah-daerah tem pat
banyak lubang gua runtuh. Kita sekarang yakin bahwa pem encaran
ladang adalah metode yang secara saintiik valid untuk memastikan
panen di atas suatu nilai m inim al, dan bahwa berdoa kepada dewa hu-
jan dan tabu m em anggil nam a kelelawar adalah takhayul religius yang
tidak valid secara saintiik, namun kita bisa melakukan itu karena telah
m e m iliki pengetahuan yang lebih baik. Bagi para petani dan pem buru
sendiri, tidak ada beda antara sains yang valid dan takhayul religius.
Satu lagi ajang pencarian berlebihan terhadap penjelasan penyebab
adalah teori-teori penyakit. Bila seseorang jatuh sakit, korban beserta
para tem an dan kerabatnya m encari-cari penjelasan bagi penyakit
itu, seperti juga yang akan m ereka lakukan bagi kejadian penting apa
pun. Apa kah penyakit itu disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh
orang yang jatuh sakit (m isalnya, m inum dari sum ber air tertentu),
atau tak dila kukan (m isalnya, m encuci tangan sebelum m akan, atau
m em inta tolong arwah)? Ataukah karena sesuatu yang dilakukan
oleh seseorang lain (m isalnya, orang sakit lain bersin di depannya,
atau tukang te nung m engutuknya)? Seperti m asyarakat tradisional,
kami warga negara Dunia Pertama pada era kedokteran saintiik terus
m encari-cari penjelasan yang m em uaskan bagi penyakit. Kam i kini
percaya bahwa m em inum air dari sum ber tertentu atau tidak m encuci
tangan sebelum m akan m erupakan penjelasan valid bagi penyakit,
sem entara lupa m e m inta tolong kepada arwah bukan penjelasan
valid. Tidaklah cukup diberi penjelasan bahwa kita m em peroleh
kanker lam bung karena kita m ewarisi varian 211 gen PX2R; itu tidak
m em uaskan dan m em buat kita m erasa tidak berdaya; m ungkin se-
benarnya kanker itu disebabkan oleh pola makan. Masyarakat tra-
disional m encari-cari cara m e nyem buhkan penyakit, seperti juga yang
kita lakukan kini ketika cara-cara penyem buhan oleh dokter gagal.
Cara-cara penyem buhan tra disional itu m em ang tam paknya m eng-
untungkan karena banyak alasan yang m ungkin: sebagian besar
http://facebook.com/indonesiapustaka

penyakit toh akan sem buh sendiri; ba nyak obat tum buhan tradisional
m em ang terbukti m em iliki nilai far m a kologis; pendam pingan oleh
dukun m eredakan ketakutan pasien dan m ungkin m em berikan
pengobatan berdasar plasebo; m enyatakan se suatu sebagai penyebab
penyakit, m eskipun bukan penyebab yang benar, m enjadikan
pasien m erasa lebih baik dengan m em biarkan dia m elakukan suatu
tindakan, bukan m enanti dengan tidak berdaya; dan apabila si sakit
PENCARIAN PENJELASAN SEBAB ● 431

akhirnya m eninggal juga, m ungkin itu artinya dia telah ber dosa
karena m elanggar suatu tabu, atau ada tukang tenung kuat yang ber-
tanggungjawab, sehingga harus dicari dan dibunuh.
Satu lagi bentuk lain pencarian kita akan penjelasan penyebab
ada lah m encari-cari penjelasan bagi peristiwa-peristiwa yang sains
m odern sekalipun hanya berikan jawaban tidak m em uaskan, “Tidak
ada penjelasannya, berhentilah mencari penjelasan.” Misalnya, masa-
lah sentral dalam agam a-agam a yang paling terorganisasi adalah m a-
sa lah teodisi, tem a Kitab Ayub: bila ada Tuhan yang baik dan m aha-
kuasa, mengapa di dunia ini terjadi kejahatan? Masyarakat-masyarakat
tradisional, yang bersedia m em bahas selam a sejam tentang pen-
jelasan tongkat patah yang terancap di tanah, tentunya tidak akan alpa
m em bahas m engapa seseorang baik yang tam paknya m em atuhi aturan-
aturan m asyarakat tetap saja terluka, kalah, atau terbunuh. Apa kah
dia m elanggar tabu, ataukah arwah jahat itu ada, ataukah dewa-dewi
sedang marah? Mereka juga pasti tidak akan alpa mencoba menjelas-
kan m engapa orang yang sejam lalu m asih bernapas, bergerak, dan
hangat, kini dingin dan tidak bernapas ataupun bergerak, bagaikan
batu: adakah bagian orang tersebut, yang disebut arwah, yang telah
m elepaskan diri dan m em asuki seekor burung atau kini hidup di
tem pat lain? Sekarang, m ungkin kita m em bantah dan m engatakan
bahwa yang m ereka lakukan itu adalah pencarian "m akna", bukan
penjelasan, dan bahwa sains m enyediakan penjelasan sem ata, dan
bahwa kita ha rus berpaling kepada agam a guna m encari m akna atau
kalau tidak m engakui bahwa dahaga kita akan m akna sebenarnya
tidak bermakna. Namun semua orang pada masa lalu, dan sebagian
besar orang pada m asa kini, tetap ingin tuntutan m ereka akan "m akna"
terjawab.
Singkatnya, apa yang kini kita sebut agam a m ungkin m uncul se-
bagai produk sam pingan sem akin m eningkatnya kecanggihan otak
m anusia dalam m engenali penjelasan penyebab dan dalam m em buat
prediksi. Untuk waktu yang lam a, tidak ada pem bedaan yang disadari
http://facebook.com/indonesiapustaka

antara yang natural dan supranatural, ataupun antara agam a dan


bagian-bagian lain kehidupan. Sem entara m engenai kapan "agam a"
m uncul dalam perjalanan evolusi m anusia, inilah tebakan saya:
secara sangat bertahap, seiring sem akin canggihnya otak kita. Lebih
daripada 15.000 tahun lalu, orang-orang Cro-Magnon sudah menjahit
pakaian, m en ciptakan perkakas baru, dan m em buat lukisan-lukisan
luar biasa berupa hewan dan m anusia berwarna-warni di dinding
432 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

gua-gua di Lascaux, Altamira, dan Chauvets, di pelosok dalam gua


di m ana lukisan-lukisan itu hanya bisa dilihat dengan cahaya lilin,
dan yang m em buat banyak pengun jung m odern terkesim a secara
religius (Gam bar 25). Terlepas dari apakah m em buat terkesim a
m erupakan niat asli para pelukis pra sejarah itu atau tidak, m ereka
itu tentunya punya otak yang cukup m odern untuk m am pu m em iliki
kepercayaan-kepercayaan yang bisa digolongkan religius. Sem entara
bagi kerabat-kerabat Neandertal kita, yang meninggalkan bukti
bahwa m ereka m endekorasi dengan pigm en oker dan m em akam kan
jenazah—m ungkin. Bagi saya tam paknya am an untuk m engasum sikan
bahwa nenek m oyang kita telah m em iliki ke per cayaan religius selam a
setidaknya sejarah Homo sapiens yang secara perilaku m odern
sepanjang 60 .0 0 0 tahun lebih, dan barangkali sejak jauh lebih dulu
daripada itu.

Tabe l 9 .2 . Co n to h -co n to h ke p e rcayaan s u p ran atu ral yan g te rbatas p ad a


agam a-agam a te rte n tu
1. Ada dewa m onyet yang bisa berpindah ribuan kilom eter dengan satu kali
lom pat. (Hindu)
2. Kita dapat m em peroleh bantuan dari para arwah dengan cara m eng-
habis kan em pat hari di tem pat yang sepi tanpa m akanan dan air serta
m e m o tong satu sendi jari tangan kiri. (Indian Crow)
3. Seorang perem puan yang belum pernah dibuahi oleh laki-laki, m enjadi
ham il dan m elahirkan seorang bayi laki-laki, yang setelah dia m ati di-
angkat secara lahiriah ke tem pat yang disebut surga, sering kali di-
tam pilkan sebagai terletak di langit. (Katolik)
4. Seorang dukun, yang dibayar untuk upayanya, duduk dalam satu ru m ah
dengan cahaya redup bersam a-sam a orang dewasa sedesa, yang m e -
m ejam kan m ata m ereka. Sang dukun pergi ke dasar lautan, di m ana dia
m e ne nangkan dewi laut yang telah m enim bulkan kesialan. (Inuit)
5. Guna m enentukan apakah seseorang yang dituduh berzina betul-betul
ber salah atau tidak, paksa seekor ayam m enelan cam puran beracun. Bila
ayam itu tidak m ati, berarti orang yang dituduh tidak bersalah. (Azande)
6. Laki-laki yang m engorbankan nyawanya dalam pertem puran dem i aga -
http://facebook.com/indonesiapustaka

m a akan m asuk surga yang dihuni oleh perawan-perawan cantik. (Islam )


7. Di Bukit Tepeyac, sebelah utara Mexico City pada 1531, Perawan Maria
m enam pakkan diri di hadapan seorang Indian yang telah m asuk Kristen,
ber bicara dengannya dalam bahasa Nahuatl (bahasa Aztec yang kala itu
m asih banyak digunakan di sana) dan m em ungkinkan dia m em etik m a -
war di daerah gurun tem pat m awar biasanya tidak bisa tum buh. (Katolik
Meksiko)
KEYAKINAN SUPRANATURAL ● 433

8. Di puncak bukit dekat Desa Manchester di Negara Bagian New York se-
belah barat pada 21 September 1823, Malaikat Moroni menampakkan diri
di hadapan seorang laki-laki bernama J oseph Smith dan menunjukkan
ke pa danya lempeng-lempeng emas terkubur yang menanti terjemahan
se bagai salah satu kitab yang hilang dari Alkitab, Kitab Mormon.
(Mormon)
9. Sosok supranatural m em berikan sepotong gurun di Tim ur Tengah bagi
ke lom pok orang kesayangan sosok tersebut, sebagai rum ah m ereka
untuk selam a-lam anya. (Yahudi)
10 . Pada 1880 -an, Dewa m enam pakkan diri di hadapan seorang Indian
Paiute bernam a Wovoka saat gerhana m atahari, dan m em beritahunya
bah wa dalam dua tahun bison akan kem bali m engisi padang-padang
rum put dan orang-orang kulit putih akan lenyap, asalkan orang-orang
Indian am bil bagian dalam ritual yang disebut Tarian Arwah.

Ke yakin an s u p ran atu ral


Tam paknya sem ua agam a m em iliki kepercayaan-kepercayaan supra-
natural yang spesiik bagi agama tersebut. Dengan kata lain, para
pengikut agam a itu dengan teguh m eyakini kepercayaan-kepercayaan
yang bertentangan dengan dan tidak bisa dikonirmasi melalui peng-
alam an kita akan dunia alam i, dan yang tam pak m ustahil bagi orang-
orang selain pengikut agam a yang bersangkutan. Tabe l 9 .2 m e-
nawarkan sejum lah contoh kepercayaan sem acam itu, dan kita m asih
bisa tam bahkan banyak contoh lain. Tidak ada lagi ciri agam a yang
m enciptakan jurang lebih besar antara para penganut agam a dan
orang-orang sekuler m odern, yang sungguh-sungguh bingung m engapa
ada orang yang bisa m eyakini kepercayaan-kepercayaan sem acam itu.
Tidak ada ciri lain yang m enciptakan jurang yang lebih besar antara
para penganut agam a yang berbeda, yang m asing-m asing m eyakini de-
ngan teguh kepercayaan-kepercayaannya sendiri nam un m enganggap
absurd bahwa para penganut agam a lain m eyakini kepercayaan-ke-
percayaan lain itu. Terlepas dari itu, m engapa kepercayaan supra-
http://facebook.com/indonesiapustaka

natural m e rupakan ciri agam a yang sedem ikian universal?


Salah satu jawaban yang diajukan adalah bahwa kepercayaan su-
pra natural dalam agam a adalah takhayul awam yang m irip dengan
kepercayaan supranatural non-agam a, yang sem ata m enggam bar-
kan bahwa otak m anusia m am pu m enipu diri sendiri se hingga m em -
percayai apa pun. Kita sem ua bisa m em ikirkan tentang keper ca yaan-
kepercayaan takhayul non-agam a yang kem ustahilannya pastilah
434 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

m udah terlihat. Banyak orang Eropa percaya bahwa m elihat kucing


hitam berarti akan m endapat kesialan, nam un kucing hitam sebe-
narnya cukup m udah ditem ukan. Dengan berulang-ulang m encatat
apakah dalam waktu satu jam setelah m elihat atau tidak m elihat kucing
hitam di daerah yang banyak kucingnya, kita m endapatkan kesialan
pada tingkat tertentu atau tidak, dan dengan m elakukan uji statistik
chi-square, kita dapat dengan cepat m eyakinkan diri bahwa hipotesis
kucing hitam m em iliki peluang benar kurang daripada 1 per 1.0 0 0 .
Sejum lah kelom pok penduduk dataran rendah Papua percaya bahwa
m endengar nyanyian siulan m erdu burung kecil yang dikenal sebagai
tepus tikus m erah (Crateroscelis murina) adalah pertanda bagi kita
bahwa seseorang baru saja m eninggal, nam un spesies itu m erupakan
salah satu spesies paling um um dan paling sering berkicau di hutan-
hutan dataran rendah Pa pua. Bila kepercayaan itu benar, populasi
m anusia setem pat akan habis da lam waktu beberapa hari, nam un
tem an-tem an Papua saya sam a yakinnya soal pertanda buruk yang
disam paikan burung itu, seperti orang-orang Eropa takut akan kucing
hitam .
Satu takhayul non-agam a yang lebih m engejutkan, karena orang-
orang sekarang m asih m enanam kan uang dalam kepercayaan yang
keliru itu, adalah m eram al air (water-witching), dikenal juga sebagai
dow sing, divining, atau rhabdomancy. Kepercayaan ini sudah ada di
Eropa le bih daripada 40 0 tahun lalu dan barangkali juga sudah ada se-
jak sebelum masa Kristus. Menurut kepercayaan tersebut, berdasarkan
per m intaan pem ilik tanah yang ingin tahu harus m enggali sum ur di
m ana, praktisi yang disebut dow ser, berjalan m elintasi tanah tersebut
m em bawa sebatang tongkat bercabang. Pergerakan tongkat bercabang
itu m engindikasikan letak dan terkadang kedalam an pasokan air bawah
tanah yang tidak terlihat (Gam bar 46). Uji terkontrol m enunjukkan
bahwa keberhasilan dow ser m enentukan letak air bawah tanah se-
benar nya bersifat acak, nam un tetap saja banyak pem ilik tanah di
daerah-dae rah tem pat para ahli geologi juga kesulitan m em perkirakan
http://facebook.com/indonesiapustaka

letak air bawah tanah, m em bayar para dow ser untuk m elakukan
pencarian, ke m u dian m enghabiskan lebih banyak lagi uang untuk
m enggali sum ur yang kecil kem ungkinannya m engeluarkan air.
Psikologi di balik keperca yaan sem acam itu adalah kita m engingat yang
kena dan m elupakan yang m eleset, sehingga kepercayaan takhayul apa
pun yang kita yakini menjadi terkonirmasi oleh bukti sekabur apa pun
KEYAKINAN SUPRANATURAL ● 435

m elalui ingatan kita akan yang kena tersebut. Pem ikiran anekdotal
sem acam itu terjadi secara alam iah; percobaan terkontrol dan m etode
saintiik untuk membedakan antara fenomena acak dan tidak-acak
bersifat kon traintuitif dan tidak-alam i, dan karenanya tidak ditem ukan
dalam m a sya rakat-m asyarakat tradisional.
Dengan dem ikian, barangkali takhayul-takhayul dalam agam a
ha nyalah tam bahan bukti kekeliruan m anusia, seperti kepercayaan
akan kucing hitam dan takhayul-takhayul non-agama lainnya. Namun
sungguh m encurigakan bahwa kom itm en yang m enelan biaya ter hadap
kepercayaan akan takhayul agam a yang tidak m asuk akal bagi orang
lain, ternyata m erupakan ciri agam a yang sekonsisten itu. In vestasi
yang dilakukan ke-10 kelom pok penganut keyakinan yang ter can-
tum di Tabel 9.2 terhadap hal-hal yang m ereka percayai itu jauh lebih
m enyusahkan, m enyita waktu, dan berakibat berat bagi m ereka diban-
dingkan tindakan-tindakan orang-orang yang percaya kucing hitam
m em bawa sial se waktu terkadang m enghindari kucing hitam . Itu
m enunjukkan bahwa takhayul agam a bukan sekadar produk sam pingan
tak disengaja dari kekuatan nalar m anusia, m elainkan m em iliki m akna
yang lebih dalam . Apa kira-kira m akna tersebut?
Satu tafsir terbaru di antara sebagian cendekiawan aga m a adalah
bahwa kepercayaan akan takhayul agam a berperan m e nun jukkan
kom itm en seseorang terhadap agam anya. Sem ua kelom pok m anusia
yang bertahan lama—penggemar Boston Red Sox (misalnya saya),
orang-orang Katolik yang taat, orang-orang J epang yang pa triotik,
dan lain sebagainya—m enghadapi m asalah dasar yang sam a, yaitu
m engenali siapa yang bisa dipercaya sebagai anggota kelom pok. Se-
m akin terlibat seseorang dengan kelom poknya, sem akin penting untuk
m am pu m engenali anggota-anggota kelom poknya dengan benar, dan
tidak tertipu oleh seseorang yang hanya m encari keuntungan se m en-
tara dengan m engaku-aku m em iliki idealism e yang sam a dengan kita
padahal tidak. Bila laki-laki yang membawa panji-panji Boston Red Sox
itu, yang telah kita terima sebagai sesama penggemar Red Sox, tahu-
http://facebook.com/indonesiapustaka

tahu bersorak ketika New York Yankees mencetak hom e run, kita akan
menganggap hal itu memalukan namun tidak mengancam nyawa. Na-
m un bila laki-laki itu adalah seorang prajurit di sam ping kita di garis
depan dan dia m enjatuhkan senjatanya (atau m alah m engarahkannya
ke kita) se waktu m usuh m enyerang, kesalahan kita m engenalinya
m ungkin ha rus kita bayar dengan nyawa.
436 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

Itulah mengapa ailiasi agama melibatkan sedemikian banyak pa-


m er an yang m enyita biaya guna m enunjukkan kesungguhan seseorang
ter hadap kom itm ennya: pengorbanan waktu dan sum ber daya, m e-
nanggung penderitaan, dan berbagai pam eran yang m enyita biaya
yang akan saya bahas nanti. Salah satu pam eran sem acam itu m ungkin
berupa m endukung suatu kepercayaan irasional yang ber tentangan
dengan bukti-bukti yang diperoleh indera kita, dan yang tidak akan
pernah dipercayai oleh orang di luar agam a kita. Bila kita m endaku
bahwa pendiri gereja kita lahir dari hubungan seksual antara ibu dan
ayahnya, orang lain juga akan percaya, dan kita pun tidak m elakukan
apa-apa untuk menunjukkan komitmen kita terhadap gereja. Namun
bila kita ber sikeras, m eskipun sem ua bukti m enunjukkan hal yang
bertentangan, bahwa sang pendiri gereja ter lahir dari perawan, dan
tidak ada seorang pun yang m am pu m enggoyahkan kepercayaan
irasional itu selam a ber dasawarsa-dasawarsa dalam kehidupan kita,
m aka sesam a penganut aga m a pun akan m erasa jauh lebih yakin bahwa
kita akan m em egang teguh kepercayaan kita dan bisa dipercaya tidak
akan m eninggalkan ke lom pok kita.
Terlepas dari itu, bukan artinya tidak ada batas terhadap apa yang
bisa diterim a sebagai kepercayaan supranatural dalam agam a. Scott
Atran dan Pascal Boyer secara terpisah telah m enunjukkan bahwa
takhayul aga m a aktual di seluruh dunia berada dalam satu kisaran
sem pit dari sem ua takhayul m anasuka acak yang secara teoretis bisa
kita ciptakan. Mengutip Pascal Boyer, tidak ada agama yang menya-
takan sesuatu se perti yang berikut ini: “Hanya ada satu Tuhan! Dia
Mahakuasa. Namun Dia hanya ada pada hari Rabu.” Sosok-sosok
supra natural dalam agam a yang kita percayai secara m engejutkan
m irip dengan m anusia, hewan, atau objek-objek alam i lainnya, hanya
saja memiliki kekuatan-kekuatan lebih. Mereka berpandangan lebih
jauh, hidup lebih lam a, dan lebih kuat, berpindah tem pat lebih cepat,
dapat m em perkirakan m asa depan, dapat berubah bentuk, dapat
m enem bus dinding, dan lain sebagainya. Dalam segi-segi lain, para
http://facebook.com/indonesiapustaka

dewa dan arwah berperilaku seperti m anusia. Tuhan dalam Perjanjian


Lam a bisa m arah-m arah, sem entara dewa-dewi Yunani m erasa cem -
buru, m akan, m inum , dan berhubungan seksual. Kekuatan m ereka
yang m elebihi kekuatan m anusia adalah proyeksi khayalan kita sendiri
m engenai kekuatan; m ereka bisa m e lakukan hal-hal yang kita ingin
bisa lakukan sendiri. Saya m em ang ber khayal bisa m elontarkan kilat
FUNGSI PENJELASAN AGAMA ● 437

yang m enghancurkan orang jahat, dan barangkali banyak orang lain


yang m em iliki khayalan-khayalan yang sam a dengan saya, nam un saya
tidak pernah berkhayal hanya ada pada hari Rabu. Oleh karena itu
saya tidak heran kalau dewa-dewi da lam banyak agam a digam barkan
m enghukum para pelaku kejahatan, na m un tidak ada agam a yang
percaya tuhan hanya hadir pada hari Rabu. Dengan dem ikian, keper-
cayaan-kepercayaan supranatural agam a m em ang ira sional, nam un
secara em osional m asuk akal dan m em uaskan. Itulah m engapa ke-
percayaan-kepercayaan tersebut dem ikian bisa dipercaya, m eskipun
pada saat yang sam a tidak m asuk akal secara rasional.

Fu n gs i p e n je las an agam a
Fungsi agam a telah berubah seiring waktu selam a sejarah m asyarakat
m a nusia. Dua fungsi tertuanya telah berkurang atau nyaris hilang de-
ngan tingkat berbeda-beda di antara warga m asyarakat-m asyarakat ter-
westernisasi sekarang. Sebaliknya, beberapa fungsi m odern utam anya
nyaris tidak ada dalam m asyarakat-m asyarakat pem buru-pengum pul
dan petani berskala kecil. Em pat fungsi yang tadinya lem ah atau tidak
ada, pernah m enjadi yang paling penting dan kini telah m e nyusut lagi.
Perubahan-perubahan fungsi agam a selam a evolusinya m irip dengan
perubahan fungsi banyak struktur biologis (m isalnya organ listrik ikan)
dan bentuk-bentuk organisasi sosial selam a evolusi biologis.
Sekarang saya akan diskusikan apa yang diajukan oleh berbagai
cen dekiawan sebagai tujuh fungsi utam a agam a, lalu m engakhirinya
de ngan m enanyakan apakah agam a akan m enjadi ketinggalan zam an
atau kah berkem ungkinan bertahan dan, bila bertahan, fungsi-fungsi
m ana yang akan m em pertahankan keberadaannya. Saya akan bahas
ketujuh fungsi itu kira-kira berdasarkan hasil kesim pulan urutan
m uncul dan le nyapnya fungsi-fungsi tersebut selam a sejarah evolusi
m asyarakat, dim ulai dari fungsi-fungsi yang m enonjol pada awal
sejarah m anusia nam un tidak lagi begitu penting kini, dan diakhiri
dengan fungsi-fungsi yang tadinya tidak ada nam un belakangan ini
http://facebook.com/indonesiapustaka

atau kini m enjadi m e nonjol.


Salah satu fungsi asli agama adalah penjelasan. Masyarakat tradi-
sional pra-sains m encoba m em berikan penjelasan tentang segala se-
suatu yang m ereka jum pai, tentu saja tanpa kem am puan nubuat un tuk
m em bedakan antara penjelasan-penjelasan yang kini dianggap pa ra
ilmuwan sebagai alami dan saintiik, dan penjelasan-penjelasan lain
438 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

yang kini dianggap para ilm uwan sebagai supranatural dan religius. Ba-
gi m a syarakat tradisional, sem uanya m erupakan penjelasan, dan penje-
las an-penjelasan yang kem udian dipandang sebagai religius bukan lah
hal yang berbeda. Misalnya, masyarakat-masyarakat Papua di mana
saya pernah hidup m enawarkan banyak penjelasan m engenai perilaku
burung yang oleh ahli ornitologi m odern dianggap tajam dan m asih
akurat (m isalnya, berbagai fungsi kicauan burung), beserta penjelasan-
penjelasan lain yang oleh para ahli ornitologi tidak lagi diterim a dan
kini dianggap sebagai supranatural (m isalnya, kicauan spesies burung
ter tentu m erupakan suara orang yang telah berubah m enjadi burung).
Mitos asal-usul, seperti mitos orang-orang tribal dan kitab Kejadian,
tersebar luas untuk m enjelaskan keberadaan alam sem esta, m anusia,
dan keanekaragam an bahasa. Orang-orang Yunani kuno, yang berhasil
mengetahui penjelasan saintiik yang benar bagi banyak fenomena,
secara keliru m enyatakan dewa-dewi sebagai agen-agen supranatural
untuk m en jelaskan m atahari terbit, m atahari tenggelam , pasang surut,
angin, dan hujan. Kaum kreasonis, dan m ayoritas orang Am erika kini,
m asih m e nyebutkan Tuhan sebagai "Penyebab Awal" yang m enciptakan
alam se m esta dan hukum -hukum nya dan karena itu m enjelaskan
m engapa m e reka bisa ada, dan yang juga m enciptakan setiap spesies
tumbuhan dan hewan, termasuk spesies manusia. Namun saya tidak
tahu apakah ada kreasionis yang terus m enyebutkan Tuhan sebagai
penjelasan bagi m atahari terbit, pasang surut, dan angin. Banyak orang
sekuler m asa kini, m eskipun m enyatakan Tuhan sebagai pencipta
alam sem esta dan hukum -hukum nya, m enerim a bahwa alam sem esta,
setelah diciptakan, ber jalan sendiri hanya dengan sedikit cam pur
tangan Tuhan atau bah kan tidak sam a sekali.
Dalam masyarakat Barat modern, peran asli agama sebagai pemberi
penjelasan semakin direbut oleh sains. Kelahiran alam semesta seperti
yang kita ketahui kini dinyatakan sebagai akibat Ledakan Besar dan
bekerjanya hukum-hukum isika sesudahnya. Keanekaragaman bahasa
modern tidak lagi dijelaskan melalui mitos asal-usul, semisal Menara
http://facebook.com/indonesiapustaka

Babel atau putusnya sulur-sulur merambat yang menahan pohon mer-


bau di Papua, namun dianggap cukup dijelaskan oleh pro ses-proses
historis perubahan bahasa yang teramati, seperti yang akan saya bahas
di Bab 10 . Penjelasan-penjelasan mengenai mata hari terbit, matahari
tenggelam, dan pasang surut kini diserahkan ke pa da astro nomi,
sementara penjelasan-penjelasan mengenai angin dan hujan dise rahkan
MEREDAKAN KECEMASAN ● 439

kepada meteorologi. Kicauan burung dijelaskan oleh etologi, semen-


tara asal-usul setiap spesies tumbuhan dan hewan, ter ma suk spesies
manusia, diserahkan kepada ahli biologi evolusioner untuk ditafsirkan.
Bagi banyak ilm uwan m odern, benteng terakhir penjelasan agam a
ada lah Tuhan sebagai Penyebab Pertam a: sains tam paknya tidak bisa
bicara apa-apa m engenai m engapa alam sem esta ada. Dari tahun
pertam a saya sebagai m ahasiswa baru di Harvard College pada 1955,
saya ter ingat ahli teologi m asyhur Paul Tillich m enantang kelas yang
dia ajar, yang ter diri atas m ahasiswa-m ahasiswa S1 hiper-rasional
untuk memberikan jawaban saintiik bagi pertanyaan sederhananya:
“Mengapa segala sesuatu ada, padahal bisa saja tidak ada apa-apa?”
Tidak ada seorang pun tem an sekelas saya dari jurusan sains yang
bisa memberikan jawaban apa pun kepada Tillich. Namun mereka
sendiri lantas m engajukan ke beratan, yaitu jawaban Tillich sendiri
yaitu "Tuhan", sebenarnya ha nyalah m em berikan nam a pada ketiadaan
jawaban. Bahkan, sekarang para ilm uwan kini sedang m engulik-ulik
pertanyaan Tillich dan telah m engajukan sejum lah jawaban.

Me re d akan ke ce m as an
Fungsi agam a berikutnya yang akan saya bahas adalah satu lagi fungsi
yang barangkali paling kuat pada m asa awal m asyarakat: peran agam a
dalam m eredakan kecem asan kita m engenai m asalah-m asalah dan
bahaya-bahaya yang berada di luar kendali kita. Ketika orang-orang
telah m elakukan segala sesuatu yang secara realistis berada dalam
ke m am puan m ereka, saat itulah m ereka paling m ungkin berpaling
ke pada doa, ritual, upacara, persem bahan kepada dewa, bertanya
kepada peramal dan dukun, membaca irasat, tidak melanggar tabu,
dan melakukan sihir. Semua tindakan itu secara saintiik tidak efek-
tif m em berikan hasil yang diinginkan. Tapi, dengan m em per ta hankan
gagasan itu dan m eyakinkan diri sendiri bahwa kita sedang m e la-
kukan sesuatu, tidak tak berdaya, dan belum m enyerah, kita setidaknya
m erasa m em egang kendali, tidak terlalu cem as, dan m am pu terus m e-
http://facebook.com/indonesiapustaka

lak sanakan upaya terbaik kita.


Keinginan kita untuk terbebas dari perasaan tidak berdaya digam -
barkan oleh satu penelitian terhadap perem puan-perem puan Israel
yang religius, dilaksanakan oleh ahli antropologi Richard Sosis dan
W. Penn Handwerker. Selam a Perang Lebanon tahun 20 0 6, Hizbullah
m e luncurkan roket-roket Katyusha ke wilayah Galilea di Israel utara,
440 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

ter utam a kota Tzfat serta daerah sekitarnya yang dihantam lusinan
roket setiap hari. Walaupun sirine peringatan sewaktu roket-roket se-
dang m elayang ke arah m ereka m em peringatkan para penghuni Tzfat
agar m engungsi ke tem pat perlindungan dem i nyawa m ereka, m e-
reka tidak bisa m elakukan hal apa pun untuk m elindungi rum ah m e-
reka. Secara realistis, ancam an-ancam an dari roket itu tidak bisa di-
pre diksi dan tidak bisa dikendalikan. Terlepas dari itu, sekitar dua
pertiga dari perem puan-perem puan yang diwawancarai oleh Sosis dan
Handwerker membaca Mazmur setiap hari guna mengatasi stres akibat
serangan-serangan roket. Sewaktu ditanya m engapa m ereka m e lakukan
itu, jawaban um um yang m ereka berikan adalah m ereka m erasa ter-
dorong "untuk m elakukan sesuatu" daripada tidak m elakukan apa-
apa. Walaupun tidak betul-betul menangkis roket, membaca Mazmur
setiap hari m em berikan rasa m em egang kendali kepada para pem -
bacanya sewaktu m ereka m enjalani hal yang seolah-olah m irip dengan
m engam bil tindakan sungguhan itu. (Tentu saja, m ereka sendiri tidak
m em berikan penjelasan itu; m ereka benar-benar percaya bahwa m em -
baca Mazmur dapat melindungi rumah mereka sehingga tidak hancur
ter kena roket.) Dibandingkan dengan perem puan-perem puan dalam
komunitas yang sama yang tidak membaca Mazmur, para pembaca
Mazmur lebih mudah tidur, lebih mudah berkonsentrasi, tidak mudah
m e ledak m arah, dan tidak m erasa terlam pau cem as, gelisah, tegang,
dan de presi. Dengan dem ikian, m ereka m em ang m em peroleh m anfaat,
de ngan m enurunkan risiko bahwa kecem asan alam i akan bahaya yang
tidak bisa dikendalikan akan m enyebabkan m ereka m em bahayakan diri
sendiri dalam cara lain dengan cara m elakukan suatu hal konyol. Kita
sem ua yang pernah berada dalam situasi bahaya yang tak terperkirakan
dan tak terkendalikan m engetahui bahwa kita m em ang rentan
m enam bah m asalah karena bertindak tanpa pikir panjang apabila kita
tidak bisa m enguasai ke cem asan.
Fungsi agam a ini, yang sudah m em uncak pada m asyarakat-m asya-
rakat religius awal, tentunya telah m enurun seiring sem akin m e-
http://facebook.com/indonesiapustaka

ningkatnya kendali m asyarakat atas perjalanan hidup m ereka, m elalui


pe m erintah negara yang sem akin kuat dan m enurunkan frekuensi ke-
ke rasan dan bahaya-bahaya lain, negara m enjadi sem akin bisa m eng-
hin dari kelaparan dengan m em bagikan cadangan m akanan, dan (dalam
dua abad terakhir) berkembangnya sains dan teknologi. Namun bukan
artinya masyarakat tradisional sangat tidak berdaya. Mereka justru
MEREDAKAN KECEMASAN ● 441

m em buat kita terkesan dengan kem am puan m ereka m em anfaatkan


ha sil pengam atan dan pengalam an m ereka sehingga kem ungkinan ter-
jadinya kegagalan akibat kebetulan semata sangatlah kecil. Misalnya,
orang-orang Papua dan para petani tradisional lainnya m engetahui
lusinan varietas ubi atau tanam an pangan lain, di m ana dan bagaim ana
cara paling baik m enum buhkan setiap varietas itu, dan bagaim ana cara
m enyiangi, m em upuk, m enggem burkan tanah, m engeringkan ta nah,
dan m engairi ladang. Ketika laki-laki !Kung dan para pem buru lain
pergi berburu, m ereka m em pelajari dan m engartikan jejak hewan, se-
hingga m em perkirakan jum lah, jarak, kecepatan, dan arah gerakan
buruan m ereka, serta m engam ati perilaku spesies-spesies hewan lain
yang m em berikan petunjuk akan keberadaan buruan. Para nelayan
dan pelaut tanpa kom pas ataupun peralatan lainnya tetap bisa m encari
jalan dengan m em aham i pergerakan m atahari dan bintang, angin,
arus laut, pantulan di awan, burung laut, pendaran m akhluk laut, dan
berbagai indikator posisi lainnya. Sem ua m asyarakat m enyiagakan
per tahanan dan tetap m ewaspadai serangan m usuh, serta m em bentuk
per sekutuan dan m erencanakan sergapan m endadak guna m enyerang
m usuh terlebih dahulu.
Bagi m asyarakat tradisional, bahkan lebih daripada bagi kita orang-
orang m odern, ada batasan bagi keefektifan m ereka, dan ada wilayah
luas yang berada di luar kendali m ereka. Hasil panen dipengaruhi
oleh kekeringan, curah hujan, hujan es, badai angin, suhu dingin,
dan ham a serangga yang tidak bisa diperkirakan. Ada peran besar
kebetulan dalam pergerakan hewan-hewan individual. Sebagian
besar penyakit berada di luar kendali tradisional akibat keterbatasan
penge tahuan m edis tradisional. Seperti perem puan-perem puan
Israel yang membaca Mazmur namun tidak bisa mengendalikan jalur
roket, banyak hal juga berada di luar kendali m asyarakat tradisional
setelah mereka melakukan yang terbaik yang mereka bisa. Mereka,
dan kita, m em berontak karena tidak m au m enjadi tidak aktif dan
tidak m elakukan apa-apa. Hal itu m enjadikan m ereka dan kita cem as,
http://facebook.com/indonesiapustaka

m erasa tidak berdaya, rentan berbuat kesalahan, dan tidak m am pu


m elakukan hal terbaik yang bisa dilakukan. Di situlah m asyarakat
tradisional, dan sering kali kita juga kini, berpaling ke doa, ritual,
irasat, sihir, tabu, takhayul, dan dukun. Dengan mempercayai kalau
tindakan-tindakan itu efektif, m ereka dan kita pun m enjadi tidak
terlalu cem as, lebih tenang, dan lebih fokus.
442 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

Satu contoh, yang dipelajari oleh ahli etnograi Bronislaw


Malinowski, berasal dari Kepulauan Trobriand di dekat Papua, di mana
para pen duduk desa m enangkap ikan di dua jenis lokasi yang m em -
butuhkan m e tode penangkapan ikan yang berbeda: di laguna sebelah
dalam yang terlindung dan tenang, tem pat m ereka m enjatuhkan
racun ke dalam sepetak air dan kem udian cukup m em ungut ikan yang
lum puh atau m ati; dan di laut terbuka, dengan cara m enom bak atau
m enjala ikan seraya m endayung sam pan m elalui om bak dan ge lom -
bang. Pe nangkapan ikan di laguna am an, m udah, dan m enawarkan
hasil yang dapat diperkirakan; penangkapan ikan di laut terbuka
berbahaya dan tidak bisa diperkirakan, dengan panen raya besar-
besaran bila se kawanan ikan kebetulan sedang berada pada waktu
dan di tem pat ter sebut, nam un dengan keuntungan sedikit dan risiko
pribadi yang besar bila nelayan kebetulan tidak berjum pa kawanan
ikan pada hari itu. Para penduduk Kepulauan Trobriand m elakukan
ritual-ritual sihir yang rum it sebelum berangkat m enangkap ikan di
laut terbuka guna m e m astikan keselam atan dan keberhasilan, sebab
banyak keraguan yang tersisa bahkan setelah m ereka m enyusun
rencana-rencana terbaik berdasarkan pengalaman. Namun tidak ada
sihir yang dikaitkan de ngan penangkapan ikan di laguna: m ereka cukup
berangkat dan m e la ku kannya, tanpa ketidakpastian atau kecem asan
m engenai hasil yang da pat diperkirakan itu.
Satu contoh lagi diperoleh dari para !Kung pem buru, yang ke-
ahliannya seolah tidak m enyisakan ruang bagi kebetulan. Anak-anak
laki-laki !Kung m ulai berm ain-m ain dengan busur dan anak panah
kecil sejak m ereka m ulai bisa berjalan, dan m ulai berburu bersam a
ayah m e reka ketika m ereka m encapai usia rem aja. Di sekitar api
unggun kala m alam , laki-laki !Kung berulang-ulang m enceritakan
aksi-aksi per buruan m ereka sebelum nya, m endengarkan kisah satu
sam a lain tentang hewan apa yang m ereka lihat akhir-akhir ini, dan
m erencanakan per buruan berikutnya dengan inform asi itu. Selam a
perburuan itu sendiri, m ereka tetap m ewaspadai kalau-kalau m elihat
http://facebook.com/indonesiapustaka

atau m endengar hewan dan burung yang perilakunya m ungkin


m em beritahukan soal keberadaan hewan, selain juga m engam ati jejak
guna m engetahui hewan apa yang telah lewat, dan di m ana hewan
itu m ungkin bisa dite m u kan dan ke m ana hewan itu m engarah. Kita
m ungkin m enduga bahwa para jagoan berburu di gurun ini tidak perlu
sihir. Tapi, pada kenyataannya, ketika pem buru berangkat pada pagi
MEREDAKAN KECEMASAN ● 443

hari, selalu ada unsur besar ketidakpastian yang m em icu kecem asan
m engenai di m ana buruan kebetulan berada pada pagi itu.
Sejum lah laki-laki !Kung m engatasi kecem asan m ereka dengan
cara m e ngecek cakram ram al yang konon m eram alkan arah m ana yang
paling m enjanjikan, dan buruan apa yang bisa m ereka harapkan hari
itu. Cakram -cakram itu m erupakan perangkat-perangkat yang ter diri
atas lim a atau enam lingkaran kulit antelop tipis yang m em iliki gra dasi
diam eter dari lim a sam pai delapan sentim eter, m asing-m asing dengan
nam anya sendiri dan dengan bagian atas dan bawah yang bisa dikenali.
Setiap laki-laki m em iliki satu perangkat cakram tersebut. Pem iliknya
m ele takkan cakram -cakram tersebut di atas telapak tangan kirinya de-
ngan cakram terbesar di sebelah atas, m engguncang-guncang dan m e-
niup-niup cakram -cakram tersebut, m engajukan pertanyaan dengan
suara nyaring teritualisasi, kem udian m elem parkan cakram -cakram itu
ke atas sehelai kain yang dibentangkan di atas tanah. Seorang peram al
m engartikan pola-pola cakram di tanah m enurut ciri-ciri seperti apa-
kah m ereka bertum pang-tindih atau tidak, dan cakram -cakram m ana
yang m en darat dengan tegak atau dengan terbalik. Tidak banyak aturan
tetap yang diikuti oleh tafsir pola itu, selain bahwa bila cakram 1 sam -
pai 4 m endarat terbalik, m aka artinya perburuan hewan akan ber hasil.
Tentu saja cakram -cakram itu tidak m em beritahukan orang !Kung
hal apa pun yang belum m ereka tahu. Orang !Kung sangat m e m aham i
perilaku hewan sehingga rencana perburuan m ereka ber ke m ungkinan
bagus akan berhasil, apa pun pola cakram -cakram itu. Pola cakram
itu tam paknya diartikan secara im aginatif bagaikan uji Rorschach,
dan berperan m em buat para laki-laki !Kung bersem angat untuk
pergi berburu hari itu. Ritual cakram itu berguna m em bantu m ereka
m encapai kesepakatan untuk berburu ke satu arah; m em ilih satu arah,
arah apa pun, dan bertahan dengan arah tersebut lebih bagus daripada
sibuk adu pendapat.
Bagi kita kini, doa, ritual, dan sihir tidak tersebar begitu luas, ka-
re na sains dan pengetahuan berperan lebih besar dalam keberhasilan
http://facebook.com/indonesiapustaka

upaya-upaya kita. Namun tetap banyak hal yang tidak bisa kita
kendalikan, dan banyak upaya dan bahaya di m ana sains dan teknologi
tidak bisa m enjanjikan keberhasilan. Di situlah kita juga ber paling
ke doa, persem bahan, dan ritual. Contoh-contoh bagus dari m asa
lalu yang belum begitu lam a adalah doa dem i pelayaran yang am an,
panen yang m elim pah, keberhasilan dalam perang, dan terutam a
kesem buhan dari penyakit. Ketika dokter tidak bisa m em prediksi de-
444 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

ngan probabilitas tinggi akan seperti apa nasib pasien, dan terutam a
ke tika para dokter pun m engakui bahwa m ereka tidak berdaya, di situ-
lah ketika orang-orang sangat berkem ungkinan berdoa.
Dua contoh spesiik menggambarkan bagi kita hubungan antara
ritual atau doa di satu sisi, dan hasil yang tidak pasti di sisi lain. Para
pen judi yang bertaruh kerap kali m enjalankan ritual pribadi m ereka
sendiri sebelum m elem par dadu, nam un pem ain catur tidak m e m iliki
ritual sem acam itu sebelum m enggerakkan biji. Itu karena per m ain an
dadu dikenal m engandalkan keberuntungan, nam un tidak ada peran
kebetulan dalam catur: bila langkah kita m em buat kita kalah, kita tidak
bisa berkelit; itu sem ua salah kita sendiri karena salah m em perkirakan
tanggapan lawan. Serupa dengan itu, para petani yang ingin m engebor
sum ur guna m encari air bawah tanah seringkali ber tanya kepada
dow ser di New Mexico barat, di mana kerumitan geologis lokal daerah
tersebut m enyebabkan variasi yang sangat sulit diperkirakan dalam hal
kedalam an dan kuantitas air bawah tanah, sede m ikian rupa sehingga
bahkan ahli geologi profesional sekalipun tidak bisa m em prediksi
secara akurat letak dan kedalam an tem pat air tanah berada dari ciri-
ciri permukaan. Tapi di Texas Panhandle (Texas utara), di mana kolom
air terletak pada kedalam an seragam yaitu 38 m eter, para petani
cukup m engebor sum ur sam pai kedalam an itu di titik paling de kat
dengan lokasi yang m em butuhkan air; tidak ada yang m em inta tolong
dow ser, walaupun orang-orang di sana akrab dengan m etode tersebut.
Dengan kata lain, para petani New Mexico dan pemain dadu mengatasi
ketidakterperkiraan dengan berpaling ke ritual, seperti juga para
nelayan laut Trobriand dan !Kung pem buru, sem entara para petani
Texas Panhandle dan pemain catur tidak memerlukan ritual seperti
juga para nelayan laguna Trobriand.
Singkatnya, ritual religius (dan juga non-religius) m asih tetap ada
bersam a kita guna m em bantu kita m engatasi kecem asan di hadapan
ke tidakpasitan dan bahaya. Tapi, fungsi agam a ini jauh lebih pen ting
pada m asyarakat tradisional yang m enghadapi ketidakpastian dan
http://facebook.com/indonesiapustaka

bahaya yang lebih besar daripada m asyarakat m odern yang ter wester-
nisasi.

Me n ye d iakan p e n gh ibu ran


Sekarang m arilah kita beralih ke fungsi agam a yang pastilah telah ber-
kem bang selam a 10 .0 0 0 tahun terakhir: m enyediakan penghiburan,
harapan, dan makna ketika kehidupan berat. Salah satu contoh spesiik
MENYEDIAKAN PENGHIBURAN ● 445

adalah m enenangkan kita m engenai prospek akan kem atian kita sendiri
dan kem atian orang yang kita sayangi. Sejum lah m am alia—contoh pa-
ling m enonjol adalah gajah—tam paknya m enyadari dan berduka aki-
bat kematian kawan karibnya. Namun kita tidak punya alasan untuk
m en duga bahwa ada hewan selain m anusia yang paham bahwa, suatu
hari, kita pun akan mati. Manusia pastilah tak pelak menyadari nasib
yang m enanti kita itu sewaktu m anusia m em peroleh kesadaran diri
dan ke m am puan nalar yang lebih baik, dan m ulai m enggeneralisasi
sesudah mengamati anggota kawanan yang meninggal. Nyaris se-
m ua kelom pok m anusia yang telah diam ati dan terbukti secara ar-
keo logis m enunjukkan pem aham an akan m akna penting kem atian
de ngan cara tidak sekadar m em buang jenazah orang m eninggal, m e-
lain kan m enunjukkan rasa horm at m elalui pem akam an, krem asi, pem -
bungkusan dengan kafan, mumiikasi, memasak, ataupun cara-cara
lainnya.
Menakutkan melihat seseorang yang tadinya hangat, bergerak, ber-
bicara, dan m am pu m em pertahankan diri berubah m enjadi dingin,
tidak bergerak, diam saja, dan tidak berdaya. Menakutkan pula mem-
bayangkan hal itu terjadi pada kita. Sebagian besar agam a m e nye-
diakan penghiburan dengan pada dasarnya m em bantah kenyataan
ke m atian, dan dengan m endalilkan adanya sem acam alam baka bagi
jiwa yang dianggap terkait dengan tubuh. J iwa seseorang bersam a
tiruan tubuh nya m ungkin pergi ke tem pat supranatural yang disebut
surga atau nam a lainnya; atau jiwa seseorang m ungkin ber ubah
m enjadi burung atau orang lain di Bum i ini. Agam a-agam a yang
m enya takan adanya alam baka seringkali bertindak lebih jauh dan
m enggunakannya bukan hanya untuk m em bantah kem atian m elainkan
juga untuk m enggadang ha rapan bahwa ada sesuatu yang lebih baik
m enanti kita setelah ke m atian, m isalnya kehidupan abadi, perjum paan
kem bali dengan orang-orang yang disayang, terbebasnya kita dari
kekhawatiran, m akanan lezat, dan perawan cantik.
Selain derita yang kita rasakan akibat prospek kem atian, ada ba-
http://facebook.com/indonesiapustaka

nyak derita lain dalam kehidupan yang agam a coba tenangkan dalam
ber bagai cara. Salah satunya adalah "m enjelaskan" penderitaan de-
ngan cara m enyatakannya bukan sebagai peristiwa acak tak ber-
m akna, m e lainkan m em iliki m akna yang lebih dalam : m isalnya,
penderitaan adalah ujian bagi kita apakah kita pantas m asuk surga,
atau hukum an karena dosa kita, atau kutukan yang ditim bulkan oleh
seorang jahat yang harus kita kenali dengan bantuan dukun dan lantas
446 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

kita bunuh. Satu cara lain adalah m enjanjikan bahwa di alam baka
nanti penderitaan-penderitaan kita akan berbuah m anis: ya, engkau
m enderita di alam fana ini, tapi janganlah takut, setelah m ati engkau
akan m em peroleh ganjarannya. Cara ketiga adalah m enjanjikan tak
hanya penderitaan kita akan dibalas de ngan kebahagiaan di alam baka,
m elainkan juga bahwa orang-orang yang berperilaku jahat terhadap
kita akan m em peroleh hukum an berat di alam baka. Sem entara
m enghukum m usuh-m usuh kita di Bu m i hanya m em beri kita rasa
keberhasilan m em balas dendam dan puas yang terbatas, m acam -
m acam siksaan abadi yang akan m ereka derita setelah kem atian
dalam Inferno ala Dante akan m enjam in kita se gala pem balasan den-
dam dan kepuasan yang bisa kita harapkan. Neraka memiliki fungsi
ganda: m enenangkan kita dengan m enghukum m usuh-m usuh yang
tidak bisa kita hukum sendiri di alam fana; dan m endorong kita
untuk m enaati perintah-perintah m oral agam a, dengan m engancam
bahwa kita pun akan m asuk neraka bila berperilaku buruk. Dengan
dem ikian, alam baka yang dipostulasikan itu m em ecahkan paradoks
teodisi (keberadaan bersam a kejahatan dan Tuhan yang baik) dengan
m eyakinkan Anda agar tidak khawatir; segala perhitungan akan
diselesaikan nanti.
Fungsi agam a yang m enenangkan itu pastilah m uncul pada awal
se ja rah evolusi kita, begitu kita cukup cerdas untuk m enyadari bah-
wa kita akan m ati, dan bertanya-tanya m engapa kehidupan kerap kali
m endatangkan penderitaan. Pem buru-pengum pul kerap kali m em -
percayai hidup setelah kematian sebagai arwah. Namun fungsi ini
sangat berkem bang nantinya dengan bangkitnya apa yang disebut
agam a-agam a penolak-keduniawian, yang m enegaskan bukan hanya
ada alam baka, m elainkan juga bahwa alam baka lebih penting dan
lebih ta han lam a daripada alam fana, dan bahwa tujuan paling utam a
ke hidup an fana adalah m em peroleh keselam atan dan m em persiapkan
kita untuk kehidupan di alam baka. Meskipun kuat dalam agama Kris-
ten, Islam , dan beberapa bentuk Buddhism e, penolakan terhadap ke-
http://facebook.com/indonesiapustaka

duniawian juga ada di sejum lah falsafah sekuler (alias non-religius),


seperti falsafah Plato. Kepercayaan-kepercayaan sem acam itu dapat
se de m ikian kuatnya sam pai-sam pai sejum lah orang yang religius
betul-betul m enolak kehidupan duniawi. Biarawan dan biarawati yang
bergabung dengan ordo residensial bahkan hidup, tidur, dan m a-
kan secara terpisah dari dunia sekuler, walaupun m ereka m ungkin
setiap hari keluar ke dunia itu guna m enolong orang, m engajar, dan
MENYEDIAKAN PENGHIBURAN ● 447

berkhotbah. Namun ada ordo-ordo lain yang mengisolasi diri mereka


se penuhnya sebisa m ungkin dari dunia sekuler. Di antaranya adalah
ordo Sistersian, pemilik biara-biara besar di Rievaulx, Fountains Abbey,
dan Jerveaulx di Inggris. Biara-biara mereka itu menjadi reruntuhan
biara yang terawat paling baik karena didirikan jauh dari kota-kota dan
ka renanya berkem ungkinan lebih kecil m enjadi korban penjarahan
m au pun digunakan kem bali setelah ditinggalkan. Yang lebih ekstrem
lagi adalah penolakan keduniawian yang dilakukan oleh segelintir
biarawan Irlandia yang m enetap sebagai petapa di Eslandia yang dulu
belum dihuni oleh orang lain.
Masyarakat berskala kecil lebih sedikit mementingkan penolakan
terhadap keduniawian, keselam atan jiwa, dan alam baka daripada
m asyarakat berskala besar, lebih kom pleks, dan lebih baru. Ada
setidaknya tiga alasan bagi kecenderungan ini. Pertama, stratiikasi dan
ketidaksetaraan sosial telah m eningkat, dari m a sya rakat berskala kecil
yang egaliter m enjadi m asyarakat besar yang kom pleks dengan raja,
bangsawan, kaum elit, kaum kaya, dan anggota-anggota klan berstatus
tinggi m ereka, kontras dengan m assa kaum tani dan buruh yang
m iskin. Bila sem ua orang di sekeliling kita sam a m enderitanya dengan
kita, m aka tidak ada ketidakadilan yang perlu dijelaskan, dan tidak ada
contoh kasat mata akan kehidupan nyaman yang perlu dikejar. Namun
m elihat sebagian orang lain m e m iliki kehidupan yang jauh lebih
nyam an dan dapat m enindas kita m em butuhkan banyak penjelasan
dan penghiburan, yang ditawarkan oleh agam a.
Alasan kedua m engapa m asyarakat besar yang kom pleks m e ne kan-
kan penghiburan dan alam baka m elebihi m asyarakat berskala kecil
adalah bahwa bukti arkeologis dan etnograik menunjukkan bahwa ke-
hidupan m em ang m enjadi lebih sulit ketika pem buru-pengum pul m en-
jadi petani dan berkum pul dalam m asyarakat-m asyarakat yang lebih
besar. Seiring transisi ke agrikultur, jum lah jam kerja harian rata-rata
m eningkat, nutrisi m em buruk, penyakit infeksi dan kerusakan tubuh
m eningkat, rentang hidup pun m em endek. Kondisi-kondisi sem akin
http://facebook.com/indonesiapustaka

m em buruk bagi kaum proletar perkotaan selam a Revolusi Industri,


seiring m em anjangnya jam kerja, dan seiring m erosotnya higiene, ke-
se hatan, dan kebahagiaan. Terakhir, seperti yang akan kita bahas di
bawah, m asyarakat kom pleks berpenduduk banyak m em iliki lebih ba-
nyak kode m oral yang terform alisasi, penekanan yang lebih hitam -
putih terhadap kebaikan dan kejahatan, serta tim bulnya m asalah-
m asalah teodisi yang lebih besar: kita sudah berperilaku dengan baik
448 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

dan m enaati hukum , tapi m engapa para pelanggar hukum dan orang-
orang lain bisa-bisanya tetap kejam kepada kita?
Ketiga alasan itu m enunjukkan m engapa tam paknya fungsi peng-
hiburan oleh agam a telah m eningkat dalam m asyarakat-m asyarakat
yang berpenduduk lebih besar dan lebih baru: sem ata karena m asya-
rakat-m asyarakat sem acam itu m endatangkan lebih banyak hal
buruk bagi kita sehingga kita m akin haus akan penghiburan. Peran
penghiburan oleh aga m a m em bantu m enjelaskan hasil pengam atan
yang kerap diperoleh, yaitu ketidakberuntungan m enyebabkan orang
m enjadi lebih religius, dan strata sosial, wilayah, dan negara yang
lebih m iskin cenderung le bih religius daripada yang kaya: m ereka
m em butuhkan penghiburan. Di antara negara-negara di dunia kini,
persentase warga negara yang m enyatakan bahwa agam a m erupakan
bagian penting dalam ke hidupan m ereka adalah 80 – 99% pada
sebagian besar negara dengan pen dapatan dom estik bruto (PDB) per
kapita di bawah $ 10 .0 0 0 , nam un hanya 17– 43% pada sebagian besar
negara dengan PDB per kapita di atas $ 30 .0 0 0 . (Itu tidak m enjelaskan
tingginya kom itm en religius di AS yang kaya, yang akan saya bahas di
paragraf berikutnya.) Bah kan di dalam AS saja, tam paknya ada lebih
banyak gereja dan lebih banyak orang yang ke gereja di daerah-daerah
yang lebih m iskin daripada daerah-daerah yang lebih kaya, terlepas
dari lebih banyaknya sum ber daya dan waktu luang yang tersedia untuk
m em bangun dan m endatangi gereja di daerah-daerah yang lebih kaya.
Di dalam m a syarakat Am erika, kom itm en religius tertinggi dan cabang-
cabang aga m a Kristen paling radikal ditem ukan di antara kelom pok-
kelom pok sosial paling term arjinalisasi dan paling berkekurangan.
Pada awalnya m ungkin tam pak m engejutkan bahwa agam a te-
lah m em pertahankan keberadaannya atau bahkan tum buh di du-
nia m odern, terlepas dari m eningkatnya dua faktor yang sudah dise-
but kan sebagai m elem ahkan agam a: diam bil-alihnya peran pem beri
pen jelasan yang tadinya dipegang agam a oleh sains baru-baru ini;
dan m eningkatnya keefektifan teknologi dan m asyarakat kita dalam
http://facebook.com/indonesiapustaka

m engurangi bahaya-bahaya yang berada di luar kendali kita sehingga


m e m ancing doa. Bahwa agam a tetap saja tidak m enunjukkan tanda-
tanda akan punah m ungkin disebabkan oleh pencarian kita terus-
m enerus akan "m akna". Kita m anusia selalu m encari m akna dalam
ke hidupan kita yang bila tidak begitu tam pak tidak berm akna, tidak
ber tujuan, dan sedem ikian sem entara, dalam dunia yang pe nuh peris-
tiwa naas yang tak terperkirakan. Kini datanglah sains, yang se olah
ORGANISASI DAN KEPATUHAN ● 449

berkata bahwa "m akna" tidaklah berm akna, dan bahwa ke hidup-
an individual kita m em ang tidak berm akna, tidak bertujuan, dan
sedem ikian sem entara selain sebagai kem asan-kem asan gen yang
ukuran keberhasilannya hanyalah perbanyakan diri. Sejum lah ateis
akan bersikeras bahwa m asalah teodisi tidaklah ada; baik dan jahat
hanyalah deinisi manusia; bila kanker atau tabrakan mobil membunuh
X dan Y nam un bukan A dan B, itu hanyalah bencana acak; tidak ada
alam baka; dan bila kita telah m enderita atau disiksa di sini di Bu m i,
hal itu tidak akan diperbaiki di alam baka. Bila Anda m enanggapi para
ateis itu, “Aku tidak suka m endengar itu, katakanlah itu tidak be nar,
tunjukkanlah cara sains m em berikan m akna dengan caranya sen diri,”
tanggapan kaum ateis itu adalah “Perm intaanm u sia-sia saja, lupa kan
saja, berhentilah m encari m akna, tidak ada yang nam anya m akna—
yang ada hanya, seperti kata Donald Rum sfeld soal penjarahan yang
terjadi selama perang di Irak, ‘Kejadian ya ada saja!’” Namun kita
m asih m em iliki otak yang itu-itu juga, yang haus akan m akna. Kita m e-
m iliki sejarah evolusi beberapa juta tahun yang m engatakan kepada
kita, “Bahkan m eskipun hal itu benar, aku tidak suka dan aku tidak
akan m em percayainya: bila sains tidak bisa m em beriku m akna, aku
akan ber paling kepada agam a guna m enem ukan m akna.” Itu barangkali
merupakan faktor signiikan yang menyebabkan agama bertahan dan
bahkan tum buh dalam abad pertum buhan sains dan teknologi ini.
Faktor itu m ungkin berkontribusi sebagian—tentunya tidak sem ua,
na m un barangkali sebagian—penjelasan m engapa Am erika Serikat,
negara dengan sains dan teknologi paling berkem bang, juga m erupakan
yang paling religius di antara negara-negara Dunia Pertam a yang
m akm ur. J urang yang lebih lebar antara orang kaya dan orang m iskin
di AS dibanding di Eropa m ungkin m erupakan sebagian penjelasan
yang lain.

Organ is as i d an ke p atu h an
Em pat ciri agam a lainnya yang akan saya bahas—organisasi ter-
http://facebook.com/indonesiapustaka

standardisasi, m engajarkan kepatuhan politik, m engatur perilaku ke-


pada orang asing melalui kode-kode moral formal, dan menjustiikasi
pe rang—tidak ditem ukan di m asyarakat-m asyarakat berskala kecil.
Ke em pat ciri itu m uncul seiring bangkitnya kedatuan dan negara, dan
telah m enurun lagi di negara-negara sekuler m odern. Ciri utam a aga-
m a m odern yang kita terim a tanpa tanya-tanya adalah organisasi ter -
standardisasi. Kebanyakan agam a m odern m em iliki pastor purna-
450 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

waktu, atau rabbi, pendeta, im am , atau apa pun sebutan yang digu na-
kan untuk m ereka, yang m enerim a gaji atau keperluan hidup. Agam a-
agam a m odern juga m em iliki gereja (alias kuil, sinagoga, m asjid,
dll). Dalam sekte apa pun, sem ua gerejanya m enggunakan kitab suci
(Alkitab, Taurat, Qur'an, dsb.), ritual, seni, m usik, arsitektur, dan pa-
kaian terstandardisasi. Seorang penganut Katolik yang tum buh di Los
Angeles dan mengunjungi New York City dapat ikut misa Minggu di
gereja Katolik New York dan mendapati semua cirinya serupa. Di sisi
lain, dalam agam a-agam a m asyarakat berskala kecil, se m ua ciri itu
entah tidak terstandardisasi (ritual, seni, m usik, pakaian) atau tidak
ada sam a sekali (pendeta purnawaktu, gereja khusus, kitab suci).
Walaupun m asyarakat berskala kecil m ungkin punya dukun, dan
sejum lah dukun itu m ungkin m enerim a bayaran atau hadiah, dukun-
dukun itu bukan m erupakan profesional purna waktu: m ereka harus
ber buru dan m engum pulkan atau m enum buhkan pangan seperti
setiap orang dewasa lain yang sehat-walaiat dalam kawanan atau suku
m ereka.
Dalam sejarah, ciri-ciri organisasional agam a itu m uncul untuk
m e m ecahkan m asalah baru yang tim bul ketika m asyarakat m anusia
zam an dahulu m enjadi sem akin kaya, berpenduduk sem akin banyak,
dan harus sekaligus bisa menjadi lebih tersentralisasi. Masyarakat
kawanan dan suku terlalu kecil dan tidak produktif sehingga tidak bisa
m enghasilkan kelebihan m akanan yang dapat m em beri m akan pendeta
purnawak tu, datu, penarik pajak, tukang gerabah, dukun, atau spesialis
jenis apa saja. Setiap orang dewasa harus m em peroleh sendiri m a kan-
annya dengan cara berburu, m engum pul, atau bertani sendiri. Hanya
m asyarakat yang lebih besar dan lebih produktif yang bisa m eng-
ha silkan kelebihan m akanan yang dapat digunakan untuk m em beri
m akan datu dan para pem im pin lain atau spesialis kriya, yang tidak
bercocok-tanam atau berburu dem i m em peroleh m akanan.
Bagaim ana bisa ada pengalihan pangan sem acam itu? Ada sua tu
dilem a dari bergabungnya tiga fakta yang tak terbantahkan: m a sya ra kat
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang berpenduduk lebih banyak lebih m ungkin m engalahkan m asya-


rakat berskala kecil; m asyarakat berpenduduk banyak m em butuhkan
pem im pin dan birokrat penuh-waktu, sebab 20 orang bisa duduk m e-
nge lilingi api unggun dan berm ufakat, nam un 20 .0 0 0 .0 0 0 orang tidak
bisa; dan pem im pin serta birokrat penuh-waktu harus diberi m akan.
Namun bagaimana datu atau raja membuat kaum tani menoleransi apa
yang pada dasarnya m erupakan pencurian m akanan m ereka oleh kelas-
ORGANISASI DAN KEPATUHAN ● 451

kelas parasit sosial? Masalah ini akrab bagi warga negara demokrasi
m ana pun, yang m engajukan pertanyaan yang sam a kepada diri sendiri
setiap kali berlangsung pem ilihan um um : apa yang telah dilakukan
para petahana sejak pem ilu terakhir yang m em buat m ereka pantas
m em peroleh gaji tinggi yang m ereka bayarkan kepada diri sendiri dari
pundi-pundi rakyat?
Pem ecahan yang dirancang oleh setiap kedatuan dan m asyarakat
negara awal yang telah dipahami dengan baik—dari Mesir Kuno dan
Mesopotamia, ke Hawaii Polinesia, sampai Kekaisaran Inca—ada-
lah m engadakan suatu agam a terorganisasi dengan prinsip-prinsip
berikut: datu atau raja m em iliki keterkaitan dengan dewa, atau bahkan
m e ru pakan seorang dewa; dan dia dapat berbicara dengan dewa-
dewi lain atas nam a kaum tani, m isalnya untuk m engirim kan hujan
atau m em astikan panen yang baik. Datu atau raja juga m em berikan
jasa-jasa berharga dengan cara m engorganisasi kaum tani guna
m em bangun fasilitas publik, m isalnya jalan, sistem irigasi, dan gudang
yang m enguntungkan setiap orang. Sebagai balas jasa, kaum tani
m em beri m akan datu be serta para pendeta dan penarik pajaknya.
Ritual terstandardisasi, yang digelar di kuil-kuil terstandardisasi,
berperan m engajarkan prinsip-prinsip religius tersebut kepada kaum
tani sehingga m ereka akan m e m atuhi datu dan para kaki-tangannya.
Yang juga diberi m akan dengan pa ngan yang dikum pulkan dari kaum
tani adalah balatentara yang patuh terhadap datu atau raja, yang
dapat digunakan datu untuk m e naklukkan negeri-negeri tetangganya
sehingga m em peroleh wilayah yang lebih besar dem i keuntungan
kaum taninya. Balatentara itu m endatangkan dua keuntungan lebih
lanjut bagi sang datu: perang m elawan tetangga m ungkin m enyita
energi bangsawan m uda am bisius yang kalau tidak begitu m alah akan
m erancang-rancang siasat untuk m enjungkalkan sang datu; dan
balatentara siap untuk m enundukkan pem berontakan oleh kaum tani
itu sendiri. Seiring negara-negara teo kratik awal berevolusi m enjadi
kekaisaran Babilonia dan Rom awi kuno dan m enguasai sem akin
http://facebook.com/indonesiapustaka

banyak m akanan dan tenaga kerja, ciri-ciri arsitektur agam a-agam a


negara menjadi semakin rumit. Itulah mengapa Karl Marx menganggap
agam a sebagai candu m asyarakat (Tabel 9.1), dan alat penindasan
kelas.
Tentu saja, dalam abad-abad terakhir di dunia Yahudi-Kristen, ke-
cen derungan itu telah berbalik, dan agam a tidak lagi m enjadi penyo-
kong negara seperti sebelum nya. Para politikus dan kelas atas kini
452 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

m engandalkan cara-cara selain kepercayaan akan ilahi guna m em bujuk


atau memaksa kita-kita yang merupakan rakyat kecil ini. Namun pe-
nya tuan agam a dan negara tetap ada di sejum lah negara Islam , Israel,
dan (sam pai belum lam a ini) J epang dan Italia. Bahkan pem erintah
Am erika Serikat m enyebut-nyebut Tuhan di uangnya, m enem patkan
pem uka agam a resm i di Kongres dan angkatan bersenjata, dan setiap
pre siden Am erika (entah dia dari Partai Dem o krat ataupun Repu-
blikan) m engucapkan “God bless America” pada penutupan pidato.
Ko d e p e rilaku te rh ad ap o ran g as in g
Satu lagi ciri agam a yang m enjadi penting dalam m asyarakat negara
na m un tidak ada dalam m asyarakat-m asyarakat terkecil adalah m en-
diktekan konsep-konsep m oral m engenai perilaku terhadap orang
asing. Sem ua agam a utam a dunia m engajarkan apa yang benar, apa
yang salah, dan seperti apa kita harus berperilaku. Namun tautan an-
tara agam a dan m oralitas ini lebih lem ah atau tidak ada, terutam a da-
lam kaitannya dengan perilaku terhadap orang asing, dalam m a sya-
rakat-m asyarakat Papua yang saya akrabi. Kewajiban sosial di sana
sangat bergantung kepada hubungan. Oleh karena suatu kawanan
hanya terdiri atas beberapa lusin orang se m en tara suatu suku hanya
terdiri atas beberapa ratus orang, sem ua orang saling m engenal dan
m engetahui hubungan m ereka. Setiap individu m em iliki kewajiban
terhadap kerabat sedarah yang berbeda, terhadap kerabat m elalui
pernikahan, terhadap anggota-anggota klan sendiri, dan terhadap
rekan-rekan sedesa yang m erupakan anggota klan berbeda.
Hubungan-hubungan itu m enentukan, m isalnya, apakah kita bo-
leh m enyebut orang lain dengan nam a saja, m enikahi m ereka, atau m e-
nuntut m ereka berbagi m akanan dan tem pat tinggal dengan kita. Bila
kita berkelahi dengan seorang rekan sesuku, sem ua orang lain dalam
suku itu berkerabat ataupun kenal kita m aupun dia, dan akan m elerai.
Tidak m uncul m asalah berperilaku secara dam ai terhadap individu-
individu yang tidak akrab dengan kita, karena individu-individu yang
tidak kita akrabi hanyalah anggota suku-suku m usuh. Seandainya kita
http://facebook.com/indonesiapustaka

bertem u seseorang yang tidak akrab dengan kita di hutan, tentu saja
kita akan m encoba m em bunuhnya atau m elarikan diri; istiadat m odern
kita yaitu sekadar bertegur-sapa dan m ulai m engobrol dengan ram ah
sam a saja bunuh diri dalam situasi tersebut.
Dengan dem ikian, tim bul suatu m asalah baru sekitar 7.50 0 tahun
lalu, ketika sejum lah m asyarakat suku ber-evolusi m enjadi kedatuan
yang terdiri atas ribuan individu—jum lah yang jauh terlalu besar untuk
KODE PERILAKU TERHADAP ORANG ASING ● 453

dikenali berdasarkan nam a dan hubungan oleh satu orang. Kedatuan


dan negara yang baru m uncul m enghadapi m asalah-m asalah besar
be rupa potensi ketidakstabilan, sebab aturan-aturan kesukuan lam a
yang m engatur perilaku tidak lagi m encukupi. Bila kita berjum pa se-
sam a anggota kedatuan yang tidak akrab dengan kita dan berkelahi
de ngannya berdasarkan aturan-aturan perilaku kesukuan, akan ter-
jadi tawuran karena kerabat-kerabat kita akan turun m em bela kita se-
m en tara kerabat-kerabat dia akan turun m em belanya. Kem atian dalam
tawuran sem acam itu akan m em icu upaya pem bunuhan oleh kerabat
korban terhadap kerabat si pem bunuh sebagai balas dendam . Apa yang
bisa m enyelam atkan m asyarakat agar tidak runtuh dalam lingkaran
tawuran dan pem bunuhan balas dendam yang tiada putus?
Pem ecahan bagi dilem a m asyarakat besar ini adalah pem ecahan
yang digunakan dalam m asyarakat kita sendiri, dan terdokum entasikan
da lam sem ua kedatuan dan negara awal yang inform asi tentangnya
kita m iliki. Aturan-aturan perilaku dam ai berlaku antara sem ua
anggota m a syarakat, terlepas dari apakah orang yang kita jum pai
adalah orang yang akrab dengan kita atau orang asing. Aturan-aturan
itu ditegakkan oleh para pem im pin politik (datu atau raja) dan agen-
agen mereka, yang menjustiikasi aturan-aturan itu melalui fungsi baru
agam a. Dewa-dewi atau agen-agen supranatural dianggap sebagai para
pembuat aturan-aturan itu, yang dikodiikasikan dalam kode-kode
form al m oralitas. Orang-orang diajari sejak kecil agar m enaati aturan-
aturan itu, dan takut akan hukum an berat bila m ereka m elanggar
aturan (sebab kini se rangan terhadap orang lain juga m erupakan
pelanggaran aturan dewa-dewi). Contoh yang akrab bagi orang-orang
Yahudi dan Kristen adalah Sepuluh Perintah Allah.
Dalam m asyarakat-m asyarakat yang tersekulerisasi belum lam a ini,
aturan-aturan perilaku m oral sem acam itu di dalam m asyarakat telah
m elam paui m uasalnya yang bersum ber pada agam a. Alasan m engapa
kaum ateis, juga banyak penganut agam a, kini tidak m em bunuh
m ereka berasal dari nilai-nilai yang ditanam kan oleh m asyarakat, dan
http://facebook.com/indonesiapustaka

dari rasa takut akan kerasnya hukum , bukan rasa takut akan am arah
Tuhan. Namun sejak munculnya kedatuan sampai munculnya negara-
negara sekuler belakangan ini, agama menjustiikasi kode perilaku dan
karenanya m em ungkinkan m anusia hidup secara harm onis dalam m a-
syarakat besar di m ana m anusia kerap berjum pa dengan orang asing.
Fungsi agam a dalam m em ungkinkan orang-orang asing untuk hidup
se cara dam ai bersam a-sam a, dan fungsinya dalam m engajarkan m assa
454 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

agar patuh kepada para pem im pin politik, m erupakan aspek kem bar
peran agam a yang sering dibahas dalam m enjaga ketertiban so sial.
Seperti yang diutarakan Voltaire secara sinis, “Bila Tuhan tidak ada,
m aka Dia harus diciptakan.” Bergantung kepada perspektif sese orang,
ada yang m enganggap peran-peran agam a ini sebagai positif (m en do-
rong harm oni sosial) ataupun negatif (m endorong eksploitasi m assa
oleh kaum elit yang opresif).

Menjustiikasi perang
Satu lagi m asalah baru yang dihadapi oleh kedatuan dan negara yang
m ulai berm unculan, nam un tidak oleh kawanan dan suku dalam
sejarah se belum nya, m elibatkan perang. Oleh karena suku-suku ter-
utam a m enggu nakan kekerabatan berdasarkan darah atau per ni-
kahan, bukan agama, untuk menjustiikasi aturan-aturan berperilaku,
m ereka tidak m enghadapi dilem a m oral dalam m em bunuh anggota
suku-suku lain yang tidak punya kekerabatan dengan mereka. Namun
begitu negara m enggunakan agam a untuk m ensyaratkan perilaku
dam ai kepada sesam a warga negara yang tidak berkerabat, bagaim ana
negara m eyakin kan warga negaranya untuk m engabaikan ajaran-ajaran
yang sama kala perang? Negara mengizinkan, bahkan memerintahkan,
warga ne gara m ereka m em bunuh dan m encuri dari warga negara lain
yang telah dim aklum atkan sebagai m usuh dalam perang. Setelah
satu ne gara m enghabiskan 18 tahun m engajari seorang anak laki-
laki “J angan m em bunuh”, bagaim ana negara itu bisa berbalik dan
m engatakan “Kam u harus m em bunuh, dalam kondisi-kondisi berikut,”
tanpa m em buat para prajuritnya bingung tak berdaya dan rentan
m em bunuh orang yang salah (m isalnya, sesam a warga negara)?
Lagi-lagi, dalam sejarah belakangan ini m aupun dahulu kala,
agam a datang m enyelam atkan dengan fungsi barunya. Sepuluh Perin-
tah Allah berlaku hanya bagi perilaku seseorang terhadap sesam a
warga ne gara dalam kedatuan atau negara yang sam a. Kebanyakan
agam a m en daku bahwa hanya m erekalah yang benar, dan bahwa
http://facebook.com/indonesiapustaka

sem ua agam a lain salah. Dahulu sudah biasa, dan kini sayangnya juga
m asih terlalu sering, warga negara diajari bahwa bukan hanya m ereka
diizinkan, nam un bahkan diwajibkan, untuk m em bunuh dan m encuri
dari penganut agam a yang salah. Itulah sisi gelap sem ua pernyataan
patriotik yang m ulia: for God and country, por Dios y por España, Gott
m it uns, dan lain sebagainya. J elaslah m engakui bahwa m ereka m e-
MENJUSTIFIKASI PERANG ● 455

rupakan pewaris tradisi keji yang telah bersejarah panjang dan tersebar
luas, tidak m engurangi dosa gerom bolan fanatik religius haus darah
belakangan ini.
Alitab Perjanjian Lam a sedem ikian penuh dengan desakan untuk
bersikap kejam terhadap orang kair. Ulangan 20:10-18, misalnya,
m en jelaskan kewajiban orang Israel untuk m elaksanakan geno sida:
apabila prajuritm u m endekati suatu kota untuk berperang m ela wan-
nya, kam u harus m enjadikan seluruh penduduknya ham bam u bila kota
itu m enyerah, dan m em bunuh sem ua laki-laki serta m em perbudak pe-
rem puan dan anak-anak serta m enjarah ternak dan segala sesuatunya
bila kota itu tidak menyerah. Namun bila kota itu adalah kota orang-
orang Kanaan, orang-orang Het, atau para pem uja tuhan-tuhan palsu
yang m em uakkan, m aka Tuhan yang sejati m em erintahkanm u untuk
m enum pas segala sesuatu yang bernapas dalam kota itu. Kitab Yosua
m enjabarkan dengan penuh persetujuan bagaim ana Yosua m enjadi
pahlawan dengan m elaksanakan perintah-perintah itu, m em bantai
sem ua penduduk 40 0 lebih kota. Kitab diskusi para rabi yang dikenal
sebagai Talm ud m enganalisis potensi am biguitas yang m uncul dari
konlik antara dua prinsip yaitu “Jangan membunuh [orang-orang yang
m e yakini Tuhan yang sam a denganm u]” dan “Kam u harus m em bunuh
[orang-orang yang meyakini tuhan yang berbeda].” Misalnya, menu-
rut sejum lah kom entator Talm ud, seorang Israel bersalah atas pem -
bu nuhan bila dia secara sengaja m em bunuh sesam a orang Israel;
tidak bersalah bila dia secara sengaja m em bunuh orang non-Israel;
dan ju ga tidak bersalah bila dia m em bunuh seorang Israel sewaktu
sedang m e lem par batu ke dalam sekelom pok orang yang terdiri atas
sembilan orang Israel plus satu orang kair (karena dia mungkin sedang
membidik si orang kair yang satu itu).
Sebenarnya, pandangan ini lebih khas Perjanjian Lam a daripada
Perjanjian Baru, yang prinsip-prinsip m oralnya telah jauh m aju ke arah
pendeinisian cara seseorang berurusan dengan setiap orang—setidak-
nya dalam teori. Namun tentu saja pada praktiknya, sejumlah genosida
http://facebook.com/indonesiapustaka

paling besar-besaran dalam sejarah dilakukan oleh para kolonialis


Kristen Eropa terhadap orang-orang non-Eropa, dengan m engandalkan
justiikasi moral di Perjanjian Baru maupun Lama.
Yang m enarik, di antara orang-orang Papua, agam a tidak pernah
digunakan sebagai alasan untuk menjustiikasi pembunuhan atau per-
ta rungan dengan orang-orang yang bukan anggota kelom pok yang
456 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

sam a. Banyak tem an-tem an Papua saya telah m enjabarkan kepada


saya tentang keikutsertaan m ereka dalam serangan genosida terhadap
suku-suku tetangga. Dalam sem ua tuturan itu, saya tidak pernah m en-
dengar sedikit pun m ereka m enyebut-nyebut soal m otif agam a, m ati
dem i Tuhan atau agam a yang benar, atau m engorbankan diri sendiri
dem i alasan idealistik apa pun. Sem entara itu, ideologi-ideologi yang
didukung agam a dan m enyertai kebangkitan negara-negara m e-
nanam kan kepada warga negara m ereka kewajiban untuk m em atuhi
penguasa yang diberi m andat oleh Tuhan, m enaati aturan-aturan
m oral seperti Sepuluh Perintah Allah hanya dalam kaitannya dengan
sesam a warga negara, dan bersiap m engorbankan jiwa m ereka seraya
bertarug dengan negara-negara lain (alias orang kair). Itulah yang
m enyebabkan m asyarakat fanatik religius sedem ikian berbahaya:
segelintir m inoritas pengikut m ereka (m isalnya, 19 orang dalam
peristiwa 11 Septem ber 20 11) m ati dem i ideologi itu, dan seluruh
m asyarakat yang terdiri atas orang-orang fanatik itu karenanya berhasil
m em bunuh jauh lebih banyak orang di pihak yang m ereka anggap
m usuh (m isalnya, 2.996 orang pada 11 Septem ber 20 11). Aturan-aturan
untuk berperilaku buruk ter hadap orang-orang yang tidak sekelom pok
m encapai titik puncak da lam 1.50 0 tahun terakhir, seiring orang-
orang Kristen dan Islam fa natik m enyebabkan kem atian, perbudakan,
ataupun perpindahan agam a se cara paksa terhadap satu sam a lain
dan terhadap orang-orang kair. Pada abad ke-20, negara-negara
Eropa menambahkan alasan-alasan sekuler untuk menjustiikasi pem-
bunuhan jutaan warga negara-negara Eropa lain nya, nam un fanatism e
religius m asih kuat di sejum lah m a sya rakat lain.

Pe rlam ban g ko m itm e n


Orang-orang sekuler tetap bingung dan terganggu oleh beberapa ciri
agam a. Yang paling utam a adalah keterkaitan yang biasanya ada an-
tara agam a dengan kepercayaan-kepercayaan supranatural irasional,
se de m ikian rupa sehingga setiap agam a m em iliki seperangkat keper-
http://facebook.com/indonesiapustaka

cayaan sem acam itu yang berbeda-beda dan berpegang teguh kepa-
da nya nam un m em bantah kebenaran sebagian besar kepercayaan
se m acam itu yang dipegang oleh agam a-agam a lainnya; seringnya
aga m a m endorong perilaku yang m enelan biaya besar, atau bahkan
m en cederai diri ataupun bunuh diri, yang seharusnya m em buat orang-
orang lebih enggan beragam a, bukan sem akin religius; dan kem u-
naikan dasarnya yaitu menganjurkan kode moral dan kerapkali
PERLAMBANG KOMITMEN ● 457

m engaku sebagai bersifat universal, nam un pada waktu yang sam a


m enge cu alikan banyak atau sebagian besar orang dari penerapan kode
itu dan m endesak agar m ereka dibunuh saja. Bagaim ana bisa paradoks-
para doks yang m engganggu ini dijelaskan? Ada dua pem ecahan yang
bagi saya berguna.
Salah satu pem ecahan itu adalah m engakui perlunya para penganut
suatu agam a tertentu untuk m em am erkan suatu "perlam bang"
kom itm en terhadap agam a itu yang dapat diandalkan. Para penganut
aga m a m enjalani hidup bersam a sesam anya dan terus-m enerus saling
m engandalkan untuk m em peroleh dukungan, dalam dunia di m ana
banyak atau sebagian besar orang lain m em eluk agam a yang berbeda,
m ungkin berm usuhan terhadap agam a m ereka, atau m ungkin skeptis
terhadap sem ua agam a. Keam anan, kem akm uran, dan hidup seorang
penganut agam a akan bergantung kepada bisa-tidaknya dia m engenali
sesam a penganut agam a, atau m eyakinkan sesam a penganut agam a
bah wa dia bisa dipercaya seperti juga dia m em percayai m ereka. Bukti
apa darinya dan kom itm ennya yang bisa dipercaya?
Agar bisa dipercaya, bukti-bukti itu haruslah hal-hal yang bisa
dilihat dan tidak bisa dipalsukan oleh siapa pun yang hendak m eng-
am bil keuntungan sem entara dengan licik. Oleh karena itulah "per-
lam bang" agam a selalu berbiaya besar: kom itm en tinggi berupa waktu
untuk m em pelajari dan secara teratur m em praktikkan ritual, doa, dan
kidung serta berziarah; kom itm en tinggi berupa sum ber daya, ter m a suk
uang, upeti, dan hewan kurban; secara terbuka m enyatakan dukungan
terhadap kepercayaan-kepercayaan yang tidak m asuk akal rasional
yang akan diolok-olok orang lain sebagai konyol; dan secara ter buka
m enjalani atau m enam pilkan tanda-tanda m utilasi tubuh perm anen
yang m enyakitkan, term asuk m em otong dan m enyebabkan perdarahan
bagian-bagian sensitif di tubuh, operasi terhadap alat kelam in, dan
am putasi sendi-sendi jari yang dilakukan sen diri. Bila kita m elihat
bahwa seseorang telah m elakukan kom itm en-ko m itm en m ahal dengan
akibat-akibat seum ur hidup tersebut, m aka dia telah m eyakinkan
http://facebook.com/indonesiapustaka

kita secara jauh lebih efektif daripada bila dia hanya m em beritahu
kita, “Percayalah, aku sekelom pok denganm u, aku m e nge nakan jenis
topi yang benar (nam un m ungkin sebenarnya kubeli de ngan m urah
kem arin dan kubuang esok hari).” Untuk alasan yang pada dasarnya
sam a, para ahli biologi evolusioner m engenali bahwa banyak sinyal
hewan (m isalnya ekor m erak) juga telah berevolusi m enjadi m enelan
biaya, justru karena itu m em buat sinyal-sinyal tersebut m enjadi bisa
458 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

dipercaya. Ketika seekor m erak betina m elihat m erak jantan dengan


ekor besar yang dipam erkan kepadanya, dia bisa yakin bahwa jantan
sem acam itu, yang m am pu tum buh dan bertahan hidup dengan ekor
sebesar itu, pastilah m em iliki gen-gen yang lebih baik dan m em peroleh
gizi yang lebih baik daripada jantan yang pura-pura jago nam un
ekornya kecil.
Satu contoh m enarik m engenai bagaim ana agam a m em bina ker-
ja sam a kelom pok dan kom itm en berasal dari tingkat kelestarian
kom une-kom une Am erika. Selam a sejarah Am erika Serikat yang terus
ber lanjut sam pai ke zam an m odern, orang-orang telah m encoba-coba
m em bentuk kom une-kom une di m ana orang bisa hidup bersam a-sam a
dengan orang-orang lain yang terpilih karena m em iliki gagasan ideal
yang sam a. Sejum lah kom une itu m em iliki kesam aan gagasan ideal
religius, sem entara yang lainnya tidak term otivasi secara religius; ba-
nyak kom une non-religius terbentuk di Am erika Serikat pada 1960 -an
dan 1970-an. Namun semua komune itu menghadapi tekanan inansial,
praktis, sosial, seksual, dan lain sebagainya, dan juga persaingan dari
daya tarik dunia luar. Mayoritas sangat besar komune itu bubar, baik
secara perlahan-lahan ataupun secara m enggegerkan, dalam m asa hi-
dup para pendirinya. Misalnya, pada 1960-an seorang teman saya me-
ru pakan salah satu pendiri suatu kom une di daerah cantik, dam ai, na-
m un terpencil di California. Tapi, perlahan-lahan, para anggota pen-
diri lainnya berangsur-angsur pergi akibat keterkucilan, kebosanan,
ketegangan sosial, dan alasan-alasan lainnya, sam pai tem an saya m en-
jadi satu-satunya orang yang tersisa. Dia m asih tinggal di sana, nam un
sekarang hanya sebagai seorang individu, bukan lagi anggota suatu
kom une.
Richard Sosis m em bandingkan nasib beberapa ratus kom une re-
ligius dan sekuler Am erika yang didirikan pada abad ke-19 dan awal
abad ke-20. Nyaris semuanya akhirnya bubar, kecuali koloni-koloni
yang luar biasa sukses m ilik kelom pok agam a yang dikenal sebagai
orang-orang Hutterit: ke-20 koloni Hutterit yang ada dalam sam pel
http://facebook.com/indonesiapustaka

Sosis sintas. Dengan m engesam pingkan koloni-koloni Hutterit itu, 199


ko loni yang disam pel akhirnya bubar atau m ati, selalu didahului oleh
hilangnya keyakinan akan ideologi kelom pok itu, dan terkadang juga
oleh bencana alam , kem atian pem im pin yang karism atik, atau sikap
ber m u suhan orang-orang luar. Tapi, probabilitas tahunan bubarnya
kom une sekuler lebih tinggi em pat kali lipat daripada kom une religius.
Terbukti, ideologi agam a lebih efektif daripada ideologi sekuler dalam
UKURAN KEBERHASILAN RELIGIUS ● 459

m em bujuk anggota untuk m em pertahankan kom itm en yang barangkali


tidak rasional, m encegah anggota angkat kaki m eskipun hal itu m asuk
akal rasional, dan berurusan dengan tantangan terus-m enerus dari
ke hidupan dalam kom unitas yang m em iliki harta-benda bersam a-
sam a dan yang berisiko tinggi disalahgunakan oleh anggota yang se-
ka dar m enum pang tanpa kom itm en. Di Israel pun, di m ana selam a
berdasawarsa-dasawarsa telah ada kibbutz religius dan kibbutz sekuler
yang berjum lah jauh lebih besar, kibbutz religius lebih sukses daripada
kibbutz sekuler setiap tahunnya, terlepas dari tingginya biaya yang di-
wa jibkan kibbutz religius m elalui praktik-praktik keagam aan m ereka
(m isalnya, tidak bekerja sam a sekali satu hari dalam sem inggu).

U ku ran ke be rh as ilan re ligiu s


Pem ecahan lain yang bagi saya berm anfaat untuk m em ecahkan pa-
radoks agam a adalah pendekatan ahli biologi evolusioner David
Sloan Wilson. Dia menyadari bahwa agama berperan mendeinisikan
kelom pok m a nusia yang bersaing dengan kelom pok-kelom pok m anusia
lain yang m enjalankan agam a yang berbeda. Ukuran paling langsung
dari ke suksesan relatif suatu agam a adalah jum lah pengikutnya.
Mengapa sekarang di dunia ini ada lebih daripada semiliar orang
Katolik, sekitar 14.0 0 0 .0 0 0 orang Yahudi, nam un tidak ada orang
Manikea Albigens (anggota sekte Kristen yang tadinya berjumlah besar
dan m em per cayai keberadaan ganda kekuatan-kekuatan supranatural
jahat dan baik yang terkunci dalam pergelutan abadi)?
Wilson m elanjutkan dengan m enyadari bahwa jum lah pengikut
suatu agam a bergantung kepada keseim bangan antara beberapa pro-
ses yang cenderung m eningkatkan jum lah pengikut dan beberapa pro-
ses yang cenderung m enurunkan jum lah tersebut. J um lah pengikut
ditingkatkan oleh penganut keyakinan yang m elahirkan anak-anak
dan berhasil m em besarkan anak-anak dalam keyakinan tersebut, dan
m asuknya pengikut agam a lain atau orang yang tadinya tidak beragam a
ke dalam agam a tersebut. J um lah pengikut agam a berkurang karena
http://facebook.com/indonesiapustaka

ke m atian, dan hilangnya pengikut agam a yang berpindah ke agam a


lain. Kita m ungkin berhenti sejenak di titik ini dan berkata, “Ya iyalah,
hal itu kan jelas, terus kenapa?—bagaim ana hal itu bisa m em bantuku
m e m aham i m engapa orang-orang Katolik yang m em percayai ke bang-
kitan kem bali Kristus jum lahnya lebih banyak daripada orang-orang
Yahudi yang tidak m em percayainya?” Kekuatan pendekatan Wilson
adalah pen dekatan tersebut m enyediakan kerangka kerja untuk m eng-
460 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

kaji secara sendiri-sendiri efek-efek kepercayaan atau praktik dalam


suatu agam a terhadap berbagai proses yang m eningkatkan atau
m enurunkan jum lah pengikut. Sejum lah hasilnya m em ang langsung
ter lihat, nam un yang lainnya lebih sam ar. Ternyata agam a-agam a
m em praktikkan ber ba gai strategi yang am at berbeda dem i m encapai
kesuksesan.
Misalnya, agama Amerika yang dikenal sebagai gerakan Shaker un-
tuk satu m asa pada abad ke-19 sangatlah sukses, terlepas dari tuntutan
ke pada para pengikutnya untuk selibat dan karenanya tidak m em iliki
m e tode paling um um bagi agam a-agam a untuk m em perbanyak diri
(m e m iliki anak). Kaum Shaker m encapai kesuksesan sem ata dengan
m endapat pengikut yang m asuk agam anya selam a berdasawarsa-
dasa warsa. Di ekstrem yang ber seberangan, agam a Yahudi telah
bertahan selam a beberapa ribu tahun m eskipun tidak m encari-cari
orang untuk m asuk ke dalam agam anya. Tidak m engejutkan, agam a
Kristen dan Islam , yang m em ang m engusahakan agar orang lain m asuk
ke agam a tersebut, m em iliki jauh lebih banyak pengikut daripada
Yahudi, nam un Yahudi tetap saja bertahan karena faktor-faktor lain
yang bersumbangsih terhadap pertumbuhan demograiknya: laju
kelahiran yang relatif tinggi, laju kem atian yang rendah kecuali saat
m ereka ditindas, pendekatan terhadap pendidikan untuk m e lahirkan
kesem patan-kesem patan ekonom i, tolong-m enolong yang kuat, dan
sedikitnya jum lah orang Yahudi yang pindah ke agam a-agam a lain.
Sementara lenyapnya orang-orang Manikea Albigens secara tidak
langsung disebabkan oleh kepercayaan m ereka bahwa ke kuat an
jahat dan baik terkunci dalam pergelutan abadi. Bukan m aksudnya
kepercayaan itu m elarang orang-orang Albigens m em iliki anak, atau
bahwa kepercayaan itu sedem ikian sulit dipercaya sehingga tidak ada
yang mau pindah ke agama mereka. Kepercayaan Manikea Albigens
bertentangan dengan Katolik arus utam a, yang m em aklum atkan pe-
rang suci m elawan orang-orang Albigens, pada akhirnya m engepung
dan m erebut benteng terakhir m ereka, dan m em bakar sem ua orang
http://facebook.com/indonesiapustaka

Albigens yang tersisa di sana sam pai m ati.


Alasan-alasan yang lebih sam ar m uncul dari bingkai-kerja Wilson
guna m enjawab salah satu pertanyaan terbesar dalam sejarah agam a
Barat. Mengapa, di antara sekte-sekte Yahudi kecil yang tak terhitung
jum lahnya dan bersaing dengan satu sam a lain dan dengan kelom pok-
kelom pok non-Yahudi di dalam Kekaisaran Rom awi di abad pertam a
UKURAN KEBERHASILAN RELIGIUS ● 461

Masehi, salah satu di antaranya yang menjadi agama Kristen muncul


se bagai agam a dom inan tiga abad kem udian? Pada m asa-m asa akhir
Rom awi, ciri-ciri khas agam a Kristen yang bersum bangsih terhadap
hasil ini antara lain penyebaran aktifnya (tidak seperti Yahudi arus
utam a), praktik-praktiknya yang m endorong agar pengikutnya m e m i-
liki lebih banyak anak dan m em ungkinkan m ereka bertahan (tidak se-
perti m asyarakat Rom awi di m asa itu), kesem patan-kesem patan yang
diberikannya kepada perem puan (berbeda dengan Yahudi dan pa gan-
ism e Rom awi saat itu, dan dengan agam a Kristen sendiri sesudahnya),
lem baga-lem baga sosialnya yang m enghasilkan laju kem atian orang-
orang Kristen yang lebih rendah daripada orang-orang Rom awi akibat
wabah pe nya kit, dan doktrin pengam punan dalam agam a Kristen.
Doktrin tersebut, yang kerap kali disalahpaham i sebagai gagasan
sim plistik untuk se nan tiasa m em berikan pipi yang satu lagi, sebe-
nar nya m erupakan bagian sistem tanggapan yang kom pleks dan ber-
gantung kepada kon teks yang berkisar dari pengam punan sam pai
pem balasan. Dalam kondisi-kondisi tertentu, uji-uji eksperim ental
yang dilakukan dengan m elakukan perm ainan-perm ainan sim ulasi
m enunjukkan bahwa m engam puni seseorang yang pernah berbuat
salah kepada kita m ungkin m em ang m erupakan tanggapan yang paling
m ungkin m em berikan kita keuntungan pada m asa depan.
Satu lagi contoh penggunaan kerangka kerja Wilson m elibatkan
kesuksesan Mormonisme, yang merupakan salah satu agama yang
ber kem bang paling cepat dalam dua abad terakhir. Orang-orang yang
bukan penganut Mormonisme cenderung meragukan klaim yang saya
kutip sebelumnya, klaim pendiri Mormonisme, Joseph Smith, bahwa
malaikat Moroni menampakkan diri di hadapannya pada 21 September
1823, guna m enunjukkan kepadanya lem pengan-lem pengan em as yang
terkubur di puncak bukit dekat desa Manchester, di Negara Bagian New
York sebelah barat dan m enanti untuk diterjem ahkan (Tabel 9.2). Yang
bukan pengikut Mormonisme juga meragukan pernyataan tersumpah
11 orang saksi (Oliver Cowdery, Christian Witm er, Hiram Page, dan 8
http://facebook.com/indonesiapustaka

orang lain) yang m engklaim telah m elihat dan m em egang lem pengan-
lem pengan itu. Oleh karena itu orang-orang yang bukan penganut
Mormonisme mungkin bertanya-tanya: bagaimana bisa klaim-klaim
yang tam paknya tidak m asuk akal itu m enyebabkan pertum buhan eks-
plosif Mormonisme?
462 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

Pendekatan Wilson m elibatkan kesadaran bahwa keberhasilan


suatu agam a dalam m eningkatkan jum lah pengikutnya tidak bergan-
tung ke pada apakah prinsip-prinsipnya benar atau tidak, m elainkan
apakah prinsip-prinsip itu dan praktik-praktik terkaitnya m endorong
para pengikut agam a itu untuk m em iliki dan m em besarkan anak-anak
secara berhasil, m em peroleh pengikut baru, m em bentuk m asyarakat
yang berfungsi secara m ulus, atau m elakukan sem uanya sekaligus.
Da lam kata-kata Wilson, “Bahkan kepercayaan-kepercayaan yang
luar biasa iktif dapat bersifat adaptif, asalkan mendorong perilaku
yang adaptif di dunia nyata... Pengetahuan faktual saja tidak selalu
m encukupi untuk m endorong perilaku adaptif. Terkadang suatu sistem
kepercayaan sim bolik yang sangat jauh dari kenyataan faktual justru
lebih bernas.”
Dalam kasus Mormonisme, prinsip-prinsip dan praktik-praktiknya
selam a ini luar biasa berhasil dalam m endorong pertum buhan dem o-
graik. Pengikut Mormonisme cenderung memiliki banyak anak. Me-
reka m em bentuk m asyarakat yang sangat saling m endukung dan
ketergan tungan yang m enawarkan kehidupan sosial yang penuh dan
memuaskan serta insentif untuk berkarya. Mereka menggalakkan
promosi agama; pemuda-pemuda Mormon diminta mengabdikan
sam pai dua tahun dalam kehidupan m ereka untuk m enggaet pengikut
baru, entah itu di luar negeri ataupun di dekat tem pat tinggal m ereka.
Pengikut Mormonisme diminta membayar sedekah tahunan ke gereja
sebesar 10 % dari pendapatan m ereka (selain m em bayar pajak Am erika
Serikat tingkat federal, negara bagian, dan lokal seperti warga ne gara
lainnya). Tuntutan tinggi yang m enghendaki kom itm en waktu dan
sum ber daya ini m enjam in bahwa orang-orang yang m em ilih untuk
mengikuti atau tetap menjadi pengikut Mormonisme akan menganggap
serius keyakinan m ereka. Sem entara m engenai tidak m asuk akalnya
pernyataan-pernyataan J oseph Sm ith dan ke-11 saksinya m engenai
wahyu-wahyu ilahi m elalui lem peng-lem peng em as—apa sebenarnya
per bedaan antara pernyataan-pernyataan itu dengan catatan-catatan
http://facebook.com/indonesiapustaka

alkitabiah mengenai wahyu ilahi kepada Yesus dan Musa, selain ada
selisih waktu ribuan tahun dan perbedaan skeptisism e kita karena latar
bela kang kita yang berbeda-beda?
Apa kata Wilson mengenai kemunaikan mendasar yang umum di-
tem ukan di agam a-agam a, yaitu m engajarkan prinsip-prinsip m oral
m ulia seraya m endesak pem bunuhan para penganut agam a lain? Tang-
gapan Wilson adalah bahwa kesuksesan (atau "kesesuaian", bila kita
PERUBAHAN FUNGSI AGAMA ● 463

m enggunakan bahasa biologi evolusioner) suatu agam a ber sifat relatif


dan hanya bisa dideinisikan melalui perbandingan dengan kesuksesan
agam a-agam a lain. Terlepas dari kita suka atau tidak, agam a bisa m e-
ningkatkan, dan sering kali telah m eningkatkan, "kesuksesan" (dide-
inisikan sebagai jumlah pengikut) dengan membunuh atau memaksa
pengikut agam a lain pindah ke agam a tersebut. Seperti yang ditulis
Wilson, “Setiap kali saya m encoba berbicara tentang aga m a, saya nya-
ris pasti diceram ahi soal kejahatan yang dilaku kan atas nam a Tuhan.
Dalam kebanyakan kasus, kejahatan-keja hatan ini adalah hal-hal
m engerikan yang dilakukan oleh kelom pok-kelom pok agam a ter-
hadap kelom pok-kelom pok lain. Bagaim ana saya bisa m enyebut aga-
m a adaptif kala dihadapkan dengan bukti sem acam itu? J awabannya
adalah ‘gam pang saja’, asalkan kita m em aham i kesesuaian dalam
peristilahan relatif. Penting untuk m enekankan bah wa perilaku bisa
dijelaskan dari perspektif evolusi m eskipun tidak bisa diterim a dari segi
m oral.”

Pe ru bah an fu n gs i agam a
Marilah kita kembali ke pertanyaan awal saya mengenai fungsi dan de-
inisi agama. Sekarang kita lihat mengapa agama sedemikian sulit un-
tuk dideinisikan: karena agama telah mengalami perubahan fungsi
selam a evolusinya, seperti juga organ-organ listrik. Bahkan, agam a
telah berubah fungsi jauh lebih sering daripada organ listrik, yang telah
m enjalankan enam fungsi saja, dibandingkan tujuh fungsi yang secara
berbeda-beda m enjadi ciri agam a-agam a (Ilu s tras i 9 .1). Di antara
ketujuh fungsi tersebut, em pat di antaranya sam a se kali tidak ada pada
satu tahapan sejarah agam a, dan lim a m asih ada na m un m enurun pada
tahapan lainnya. Dua fungsi telah m uncul dan ber ada pada puncaknya
pada waktu kem unculan m anusia cerdas yang dapat bertanya-tanya
sebelum 50.000 SM, dan terus menurun selama beberapa ribu tahun
terakhir: penjelasan supranatural (m enurun secara lebih tajam ) dan
m elenyapkan kecem asan m engenai bahaya-bahaya yang tidak dapat
http://facebook.com/indonesiapustaka

dikendalikan m elalui ritual (m enurun secara lebih lam bat). Di antara


lim a fungsi lain, em pat di antaranya tidak ada se m en tara satu lagi
lem ah pada m anusia cerdas yang awal, tiga di anta ranya m em uncak
pada zam an kedatuan dan negara-negara awal se m entara dua lainnya
pada zam an negara-negara Renaisans akhir, dan te lah m enurun baik
sedikit m aupun tajam sejak m asa puncak tersebut.
464 ● APA YANG DIBERITAHUKAN BELUT LISTRIK KEPADA KITA MENGENAI EVOLUSI AGAMA

Ilu s tras i 9 .1. Fu n gs i-fu n gs i agam a be ru bah s e irin g w aktu

Kawanan Kedatuan Negara- Negara-


dan suku dan negara negara negara
pada 50 0 0 yang m uncul religius sekuler
SM pada 50 0 0 – Eropa 160 0 m odern kini
1 SM M

1. Pe n je las an
s u p ran atu ral

2 . Me re d akan
ke ce m as an
m e lalu i ritu al

3 . Me n ye d iakan
p e n gh ibu ran
m e n ge n ai
p e n d e ritaan
d an ke m atian

4 . Organ is as i te r -
s tan d ard is as i

5. Me n gajarkan
ke p atu h an
p o litik

6 . Ko d e m o ral
p e rilaku
te rh ad ap
o ran g as in g

7. Justiikasi
p e ran g
http://facebook.com/indonesiapustaka

Pergeseran-pergeseran fungsi itu m em buat agam a lebih sulit di-


deinisikan daripada organ listrik, karena setidaknya organ-organ
listrik sam a-sam a m em iliki sifat berupa m em asang m edan listrik yang
bisa ter deteksi di m edium sekeliling, sem entara tidak ada satu ciri
tunggal yang dim iliki oleh sem ua agam a. Dengan risiko m enam bahkan
deinisi baru lagi ke Tabel 9.1, saya sekarang mengajukan: “Agama
PERUBAHAN FUNGSI AGAMA ● 465

adalah se per angkat sifat yang m em bedakan suatu kelom pok sosial
m anusia yang sam a-sam a m em iliki sifat-sifat tersebut dari kelom pok-
kelom pok lain yang tidak m em iliki sifat-sifat tersebut dalam bentuk
yang identik. Di antara sifat-sifat yang sam a-sam a dim iliki itu selalu
ada satu atau le bih, atau bahkan kesem uanya sekaligus, dari tiga
sifat berikut ini: pen jelasan supranatural, m eredakan kecem asan
m engenai bahaya-bahaya yang tidak terkendalikan m elalui ritual,
dan m enawarkan penghiburan atas penderitaan hidup dan prospek
kem atian. Agam a-agam a selain agam a-agam a awal m enjadi terkooptasi
untuk m endorong organisasi ter standardisasi, kepatuhan politik,
toleransi terhadap orang-orang asing yang m erupakan anggota agam a
yang sama, dan justiikasi perang terhadap kelompok-kelompok lain
yang beragama berbeda.” Deinisi saya itu setidaknya sama payahnya
dengan deinisi-deinisi paling payah yang sudah ada di Tabel 9.1,
namun saya pikir deinisi saya itu sesuai dengan kenyataan.
Bagaim ana dengan m asa depan agam a? Itu bergantung kepada se-
perti apa dunia kita 30 tahun dari sekarang. Bila standar kehidupan
m e ningkat di seluruh dunia, m aka fungsi-fungsi agam a nom or 1
dan 4 sam pai 7 di Ilustrasi 9.1 akan terus m enurun, nam un bagi saya
fungsi nom or 2 dan 3 sepertinya akan terus bertahan. Agam a sangat
m ungkin terus didukung karena m engaku m enawarkan m akna
terhadap kehidupan dan kem atian orang per orang yang m aknanya
m ungkin tidak tam pak pen ting dari perspektif sains. Bahkan kalaupun
jawaban sains terhadap pen carian m akna ternyata benar, dan bahwa
m akna agam a hanyalah ilusi, banyak orang yang akan tetap tidak suka
terhadap jawaban sains. Di sisi lain, apabila sebagian besar dunia
tetap terbenam dalam ke m is kinan, atau apabila (yang lebih parah lagi)
ekonom i dan standar hidup serta perdam aian dunia m em buruk, m aka
sem ua fungsi agam a, barangkali bahkan penjelasan supranatural,
dapat m engalam i kebangkitan kem bali. Generasi anak-anak saya
akan m engalam i jawaban-jawaban ter ha dap pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
http://facebook.com/indonesiapustaka
BAB 1 0

Bertutur dengan Banyak Bahasa

Multilingualisme ▪ Total bahasa di dunia ▪ Bagaimana bahasa ber-


evolusi ▪ Geograi keanekaragaman bahasa ▪ Multilingualisme
tradisional ▪ Manfaat bilingualisme ▪ Penyakit Alzheimer ▪ Bahasa-
bahasa yang menghilang ▪ Bagaimana bahasa menghilang ▪ Apakah
bahasa minoritas berbahaya? ▪ Untuk apa melestarikan bahasa? ▪
Bagaim ana kita bisa m elindungi bahasa?

Mu ltilin gu alis m e
Suatu m alam , sewaktu sedang m elewatkan sem inggu di situs per-
ke m ah an hutan pegunungan bersam a 20 orang Dataran Tinggi Pa-
pua Nugini, percakapan di sekeliling api unggun berlangsung seca-
ra serentak dalam beberapa bahasa lokal berbeda ditam bah dua
lingua franca Tok Pisin dan Motu, seperti yang biasa terjadi sewaktu
sekelom pok orang Papua dari suku yang berbeda-beda kebetulan
berkum pul. Saya sudah terbiasa m enjum pai bahasa baru setiap
kali saya berjalan tau berkendara sejauh kira-kira setiap 10 atau 20
kilom eter m elalui Dataran Tinggi Papua. Saya baru saja datang dari
dataran rendah, di m ana seorang tem an asal Papua m em beritahu saya
http://facebook.com/indonesiapustaka

bahwa ada lim a bahasa lokal berbeda yang digu nakan dalam beberapa
kilom eter dari desanya, bagaim ana dia m em pelajari ke lim a bahasa itu
sewaktu m asih kanak-kanak sem ata hanya dengan ber m ain bersam a
anak-anak lain, dan bagaim ana dia m em pelajari tiga bahasa lain
setelah dia mulai bersekolah. Maka, karena rasa keingintahuan malam
itu, saya berkeliling api unggun dan m em inta setiap orang untuk
MULTILINGUALISME ● 467

m enyebutkan setiap bahasa yang dia "tuturkan", alias cukup dia kuasai
untuk digunakan bercakap-cakap.
Di antara ke-20 orang Papua itu, jum lah terkecil ba hasa yang
dituturkan seseorang adalah 5. Beberapa orang m e nu turkan antara 8
dan 12 bahasa, dan juaranya ialah seorang yang m enguasai 15 bahasa.
Selain bahasa Inggris, yang kerap kali dipelajari orang-orang Papua
Nugini di sekolah dengan belajar dari buku, semua orang mempelajari
bahasa-bahasa lain yang m ereka kuasai m elalui pergaulan sosial tanpa
buku. Sebelum Anda m ungkin m enanyakannya—ya, bahasa-bahasa
lokal yang dihitung pada m alam itu benar-benar m erupakan bahasa
yang tidak bisa saling bercam pur, bukan sekadar dialek. Sebagian
di an taranya bersifat tonal seperti bahasa Tiongkok, bahasa-bahasa
lainnya tidak tonal, dan m ereka tergolong ke dalam beberapa fam ili
bahasa berbeda.
Di sisi lain, di Am erika Serikat, kebanyakan orang Am erika yang
la hir di negara tersebut bersifat m onolingual (berbahasa tunggal).
Orang-orang Eropa yang terdidik um um nya m enguasai dua atau tiga
ba hasa, terkadang lebih, karena m em pelajari bahasa-bahasa lain di se-
kolah selain bahasa ibu m ereka. Kontras linguistik antara kelom pok
api unggun di Papua itu dan pengalam an Am erika atau Eropa m odern
m enggam barkan perbedaan-perbedaan yang tersebar luas antara
penggunaan bahasa dalam m asyarakat-m asyarakat berskala kecil dan
dalam m asyarakat-m asyarakat negara m odern—perbedaan-perbedaan
yang akan m eningkat dalam beberapa dasawarsa m endatang. Dalam
m asa lalu tradisional kita, seperti juga yang m asih berlaku di Papua
m odern, setiap bahasa m em iliki jauh lebih sedikit penutur daripada
bahasa-ba hasa negara m odern; barangkali persentase populasi yang
bersifat m ultilingual lebih tinggi; dan bahasa-bahasa kedua dipelajari
m elalui pergaulan sosial yang dim ulai kala anak-anak, bukan m elalui
pem belajaran form al di sekolah.
Yang m enyedihkan, bahasa-bahasa kini m enghilang secara jauh
lebih cepat daripada kapan pun sebelum nya dalam sejarah m anusia.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Bila kecenderungan saat ini berlanjut, 95% bahasa yang diwariskan


kepada kita selam a puluhan ribu tahun sejarah m anusia ber perilaku
m odern, akan punah atau sekarat pada 210 0 . Separo dari bahasa-
bahasa kita akan telah punah pada saat itu, sebagian besar yang tersisa
akan m erupakan bahasa-bahasa sekarat yang ditu tur kan hanya oleh
orang-orang tua, dan hanya m inoritas kecil yang m eru pa kan bahasa
"hidup" yang m asih diwariskan dari orangtua ke anak. Bahasa-bahasa
468 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

m enghilang dengan sedem ikian cepat (sekitar satu hilang setiap


sem bilan hari), dan ada sedem ikian sedikit ahli linguistik yang m em -
pe lajari bahasa, sehingga waktu nyaris habis bahkan sekadar un tuk
m en jabarkan dan m encatat kebanyakan bahasa sebelum m enghilang.
Para ahli linguistik berlom ba m elawan waktu, seperti para ahli biologi,
yang kini m enyadari bahwa sebagian besar spesies tum buhan dan he-
wan berada dalam bahaya kepunahan dan m usnah sebelum bahkan
da pat dideskripsikan. Kita m em ang banyak m endengar diskusi penuh
kesedihan m engenai sem akin cepatnya burung, katak, dan berbagai
spe sies hidup lain m enghilang, seiring m enyebarnya peradaban Coca-
Cola kita ke seluruh dunia. J auh lebih sedikit perhatian yang diberikan
kepada hilangnya bahasa-bahasa kita, dan terhadap peran teram at pen-
ting bahasa-bahasa tersebut bagi kesintasan budaya-budaya pribum i.
Setiap bahasa m erupakan wahana bagi satu cara berpikir dan berbicara
yang unik, literatur yang unik, dan pandangan unik m engenai dunia.
Oleh karena itu, kini kita dibayang-bayangi oleh tragedi berupa akan
segera le nyapnya sebagian besar warisan budaya kita, yang terpaut
dengan hilangnya sebagian besar bahasa kita.
Mengapa bahasa-bahasa menghilang dengan laju sedemikian me-
ngerikan? Memangnya apa pentingnya? Apakah jumlah bahasa kita
yang sekarang m elim pah itu bagus atau jelek bagi dunia secara ke-
seluruhan, dan bagi sem ua m asyarakat tradisional yang m asih m e-
nutur kan bahasa-bahasa yang kini berisiko punah? Banyak pem baca
m ungkin kini tidak setuju dengan apa yang saya katakan, bahwa hilang-
nya bahasa adalah suatu tragedi. Barangkali Anda justru berpikir
bahwa bahasa yang beraneka-ragam m endorong perang saudara dan
m enghalangi pendidikan, bahwa dunia akan lebih baik dengan jauh
lebih se dikit bahasa, dan bahwa keanekaragam an bahasa yang terlalu
tinggi adalah salah satu ciri-ciri dunia m asa lalu yang seharusnya
m em buat kita senang karena berhasil kita buang—seperti peperangan
antarsuku kronis, infantisida, pengabaian terhadap orang lansia, dan
kelaparan yang kerap terjadi.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Bagi kita m asing-m asing sebagai individu, baik atau burukkah


m em pelajari banyak bahasa? J elaslah butuh banyak waktu dan upaya
untuk m em pelajari dan m enguasai suatu bahasa dengan fasih; tidakkah
akan lebih baik bila kita curahkan segala waktu dan upaya itu untuk
m em pelajari ketram pilan-ketram pilan yang jelas-jelas lebih berguna?
Saya pikir jawaban-jawaban yang m uncul dari pertanyaan-pertanyaan
m e ngenai nilai m ultilingualism e tradisional, baik bagi m asyarakat
TOTAL BAHASA DI DUNIA ● 469

m au pun individu, akan m engusik Anda para pem baca, seperti juga
m ereka m engusik saya. Akankah bab ini m eyakinkan Anda untuk m em -
besarkan anak Anda nantinya sebagai bilingual, ataukah m alah m e-
yakin kan Anda bahwa seluruh dunia harus sesegera m ungkin beralih ke
ba hasa Inggris?

To tal bah as a d i d u n ia
Sebelum kita bisa m engurusi pertanyaan-pertanyaan besar itu, m arilah
kita m ulai dengan pem bukaan m engenai berapa banyak bahasa yang
m asih ada sekarang, bagaim ana bahasa-bahasa itu berkem bang,
dan di bagian dunia m ana m ereka dituturkan. J um lah bahasa yang
diketahui m asih dituturkan sekarang ataupun belum lam a ini di dunia
m odern adalah sekitar 7.0 0 0 . J um lah total yang besar itu m ungkin
m em buat banyak pem baca terkesim a, sebab sebagian besar kita hanya
bisa m enyebutkan beberapa lusin bahasa, dan m ayoritas sangat besar
bahasa tidaklah kita akrabi. Sebagian besar bahasa tidaklah tertulis,
dituturkan hanya oleh beberapa orang, dan dituturkan jauh dari
negara-negara industri. Misalnya, seluruh Eropa di sebelah barat Rusia
m em iliki lebih sedikit daripada 10 0 bahasa setem pat, nam un benua
Afrika dan anak-benua India m asing-m asing m em iliki lebih dari-
pada 1.000 bahasa setempat, negara Nigeria di Afrika memiliki 527
bahasa sem entara Kam erun di benua yang sam a m em iliki 286 bahasa,
sedangkan negara pulau kecil di Pasiik, Vanuatu (luasnya kurang dari-
pada 13.0 0 0 kilom eter persegi) m em iliki 110 bahasa. Keanekaragam an
bahasa tertinggi di dunia adalah di pulau Papua, dengan sekitar 1.0 0 0
bahasa dan fam ili bahasa berbeda dalam jum lah yang tidak diketahui
nam un tam paknya besar, bersesakan di daerah yang hanya sedikit lebih
luas daripada Texas.
Dari ke-7.0 0 0 bahasa itu, 9 "raksasa", yaitu bahasa prim er yang di-
gunakan oleh 10 0 juta orang atau lebih, digunakan oleh lebih daripada
se pertiga populasi dunia. Di tem pat pertam a tidak diragukan lagi ada-
lah Mandarin, bahasa utama setidaknya 700 juta orang Tiongkok,
http://facebook.com/indonesiapustaka

diikuti oleh bahasa Spanyol, Inggris, Arab, Hindi, Benggala, Portugis,


Rusia, dan J epang dalam urutan kira-kira seperti itu. Bila kita
longgarkan deinisi "bahasa besar" kita sehingga mencakup ke-70
bahasa teratas—alias 1% teratas dari sem ua bahasa—m aka kita telah
m encakup bahasa-bahasa prim er nyaris 80 % penduduk dunia.
Namun kebanyakan bahasa dunia merupakan bahasa "kecil"
dengan segelintir penutur. Bila kita bagi penduduk dunia yang ber-
470 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

jum lah nyaris 7 m iliar dengan 7.0 0 0 bahasa, kita peroleh rata-rata 1
juta orang sebagai jum lah rata-rata penutur satu bahasa. Oleh karena
rata-rata itu terdistorsi oleh 10 0 juta lebih penutur ke-9 bahasa raksasa
saja, ukuran yang lebih baik untuk bahasa "tipikal" adalah "m edian"
jum lah penuturnya—alias, bahasa yang sedem ikian rupa sehingga se-
paro bahasa di dunia m em iliki lebih banyak penutur, sem entara yang
se paro lagi m em iliki lebih sedikit penutur. Angka m edian itu hanyalah
be berapa ribu penutur. Oleh karena itu separo bahasa dunia m em iliki
ku rang daripada beberapa ribu penutur, dan banyak di antaranya
hanya m e m iliki antara 60 dan 20 0 penutur.
Namun pembahasan-pembahasan mengenai jumlah bahasa sema-
cam itu, dan jum lah penutur bahasa, m em aksa kita m enghadapi per-
ta nyaan yang saya antisipasi sewaktu m enjabarkan penghitungan ba-
hasa di sekeliling api unggun saya di Papua di awal bab ini. Apa beda-
nya antara bahasa tersendiri dan sekadar dialek dalam satu bahasa?
Perbedaan-perbedaan bahasa antara populasi-populasi yang ber te-
tangga saling bergradasi sepenuhnya; sesam a tetangga m ungkin m e-
m a ham i 10 0 %, atau 92%, atau 75%, atau 42%, atau tidak paham sam a
sekali apa yang diucapkan tetangganya. Perbedaan antara bahasa dan
dia lek kerap kali ditentukan secara m anasuka di tingkat saling m e-
ngerti sebesar 70 %: bila populasi-populasi yang bertetangga dengan
cara berbicara yang berbeda-beda dapat m em aham i lebih daripada 70 %
pembicaraan satu sama lain, maka (berdasarkan deinisi tersebut) me-
reka dianggap hanya m enuturkan dialek-dialek berbeda dalam bahasa
yang sam a, sem entara m ereka dianggap m enuturkan bahasa yang
berbeda bila m ereka m em aham i kurang daripada 70 %.
Namun bahkan deinisi linguistik ketat yang sederhana dan mana-
suka dialek dan bahasa itu m ungkin m enjum pai am biguitas se waktu
kita m encoba m em praktikkannya. Satu kesulitan praktis dise bab-
kan oleh rantai dialek: dalam serangkaian desa ABCDEFGH yang ber-
tetangga, setiap desa m ungkin m em aham i kedua desa di kedua sisinya,
na m un desa A dan desa H di ujung-ujung rantai tersebut m ungkin
http://facebook.com/indonesiapustaka

tidak saling m em aham i sam a sekali. Satu lagi kesulitan adalah bahwa
beberapa pasangan kom unitas penutur m ungkin asim etris dalam
hal kesaling-m engertian: A dapat m em aham i sebagian besar yang B
katakan, namun B kesulitan memahami A. Misalnya, teman-teman saya
yang m erupakan penutur bahasa Portugis m engatakan bahwa m ereka
m e m aham i penutur bahasa Spanyol dengan baik, nam un tem an-tem an
TOTAL BAHASA DI DUNIA ● 471

saya yang m erupakan penutur bahasa Spanyol m enghadapi lebih ba-


nyak kesulitan m em aham i bahasa Portugis.
Itulah kedua jenis m asalah dalam m enarik garis antara dialek dan
bahasa berdasarkan dasar-dasar linguistik semata. Masalah yang le-
bih besar adalah bahwa bahasa dideinisikan sebagai terpisah bukan
ha nya berdasarkan perbedaan-perbedaan linguistik, m elainkan juga
perbedaan-perbedaan politik dan etnik yang dideinisikan sendiri.
Fakta ini dinyatakan dalam satu lawakan yang sering terdengar di ka-
langan para ahli linguistik: “Bahasa adalah dialek yang didukung
oleh angkatan darat dan angkatan lautnya sendiri.” Misalnya, baha-
sa Spanyol dan bahasa Italia m ungkin tidak lulus uji 70 % untuk di-
nyata kan sebagai bahasa terpisah, bukan sekadar dialek: tem an-tem an
Spanyol dan Italia saya m engatakan kepada saya bahwa m ereka bisa
m e m aham i sebagian besar yang dikatakan oleh orang-orang dari bang-
sa yang satu lagi, terutama setelah berlatih sedikit. Namun terlepas
dari apa yang m ungkin dikatakan oleh ahli linguistik yang m enerapkan
uji 70 % ini, setiap orang Spanyol dan setiap orang Italia, juga setiap
orang lain, akan tanpa ragu m enyatakan bahwa bahasa Spanyol dan
Italia itu ber beda—sebab kedua negara itu m em iliki angkatan darat dan
angkatan laut sen diri, ditam bah pem erintahan dan sistem sekolah yang
nyaris selalu ter pisah, selam a lebih daripada seribu tahun.
Sebaliknya, banyak bahasa Eropa m em iliki bentuk-bentuk regional
yang sangat terdiferensiasi yang oleh pem erintah negara m ereka secara
em patis anggap sebagai sekadar dialek, walaupun para penutur bahasa
dari wilayah yang berbeda-beda sam a sekali tidak bisa m em aham i satu
sam a lain. Tem an-tem an saya dari J erm an utara tidak paham sam a
sekali om ongan orang-orang perdesaan Bavaria, sem entara tem an-
teman saya dari Italia utara sama kebingungannya di Sisilia. Namun
pem erintahan nasional m ereka bersikeras bahwa wilayah-wila yah
tersebut tidak boleh m em iliki angkatan darat dan angkatan laut ter-
sen diri, sehingga bentuk-bentuk bahasa lisan m ereka dilabeli sebagai
dialek. J angan coba-coba m enyebut-nyebut soal kriteria saling m e-
http://facebook.com/indonesiapustaka

ngerti.
Perbedaan-perbedaan regional di dalam negara-negara Eropa itu
bahkan lebih besar lagi 60 tahun lalu, sebelum televisi dan m igrasi in-
ter nal m ulai m em atahkan perbedaan-perbedaan "dialek" yang telah
ada sejak lama. Misalnya, dalam kunjungan pertama saya ke Britania
pada 1950 , orangtua saya m em bawa saya dan saudari saya Susan untuk
m e ngun jungi tem an-tem an keluarga bernam a Grantham -Hill di rum ah
472 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

m e reka di kota kecil bernam a Beccles, East Anglia. Sewaktu orang-


tua saya dan tem an-tem an m ereka m engobrol, saya dan saudari saya
m enjadi bosan dengan percakapan orang-orang dewasa itu dan pergi
ke luar untuk berjalan-jalan di sekitar pusat kota tua yang indah itu.
Setelah beberapa kali m elewati belokan yang lupa kam i hitung, kam i
m enyadari bahwa kam i tersesat, dan kam i m enanyai seorang laki-laki
di jalan tentang arah kem bali ke rum ah tem an kam i. Laki-laki itu jelas-
jelas tidak m em aham i aksen Am erika kam i, bahkan m eskipun kam i
berbicara secara perlahan dan (menurut kami) dengan jelas. Namun
dia m enyadari bahwa kam i m asih anak-anak dan tersesat, dan dia
tam pak terpikat se waktu kam i m engulang-ulangi kata-kata "Grantham -
Hill, Grantham -Hill". Dia m enjawab dengan banyak kalim at yang
m enunjukkan arah, yang tidak satu pun katanya bisa saya dan Susan
paham i; kam i sam a sekali tidak bisa tahu bahwa dia m enganggap
dirinya berbicara bahasa Inggris. Untungnya bagi kam i, dia m enunjuk
ke satu arah, dan kam i pun bertolak ke arah tersebut sam pai kam i
m engenali sebuah bangunan di dekat rum ah Grantham -Hill. "Dialek"
lokal di Beccles dahulu itu dan di distrik-distrik Inggris lain telah
m engalam i hom ogenisasi dan ber geser ke arah Bahasa Inggris BBC,
seiring sem akin m eratanya akses televisi di Britania dalam dasawarsa-
dasawarsa belakangan.
Melalui deinisi linguistik semata berupa 70% saling mengerti—
deinisi yang harus kita gunakan di Papua, di mana tidak ada suku yang
m em iliki angkatan darat ataupun angkatan laut sendiri—cu kup banyak
"dialek" Italia yang akan berubah statusnya menjadi bahasa. Deinisi
ulang sejum lah dialek Italia itu sebagai bahasa akan m engurangi lebar
jurang keanekaragam an linguistik antara Italia dan Papua sedikit,
nam un tidak banyak. Bila rata-rata jum lah penutur satu "dialek"
Italia telah m enyam ai rata-rata sebanyak 4.0 0 0 penutur un tuk setiap
bahasa Papua, Italia akan m em iliki 10 .0 0 0 bahasa. Para pen dukung
keterpisahan dialek-dialek Italia m ungkin m enyatakan Italia m em iliki
lusinan bahasa, nam un tidak akan ada yang m engklaim bahwa ada
http://facebook.com/indonesiapustaka

10.000 bahasa berbeda di Italia. Memang benar bahwa secara li-


nguistik, Papua jauh lebih beranekaragam daripada Italia.

Bagaim an a bah as a be r-e vo lu s i


Bagaim ana bisa di dunia ini akhirnya ada 7.0 0 0 bahasa, bukannya
kita sem ua m em iliki bahasa yang sam a? Sejak puluhan ribu tahun
sebelum bahasa disebarkan oleh Internet dan Facebook, ada cukup
BAGAIMANA BAHASA BER-EVOLUSI ● 473

kesem patan bagi m enghilangnya perbedaan-perbedaan bahasa, sebab


sebagian besar m asyarakat tradisional telah m engalam i kontak dengan
m asyarakat-m a sya rakat tetangganya. Dengan tetangga-tetangga itulah
m ereka m en coba saling m engawini dan berniaga, dan dari tetangga-
tetangga itulah m ereka m em injam kata-kata, gagasan, dan perilaku.
Sesuatu pastilah telah m enyebabkan bahasa-bahasa, bahkan pada m asa
lalu dan di bawah kondisi-kondisi tradisional, untuk m em isah dan
tetap terpisah, terlepas dari segala kontak tersebut.
Beginilah terjadinya. Siapa pun di antara kita yang berusia di atas
40 tahun telah m engam ati bahwa bahasa-bahasa berubah bahkan
dalam jangka waktu beberapa dasawarsa saja, dengan kata-kata yang
tidak lagi digunakan, kata-kata baru yang dim unculkan, dan pergeseran
cara baca. Misalnya, setiap kali saya berkunjung lagi ke Jerman, di
m ana saya pernah tinggal pada 1961, para pem uda J erm an m enyadari
bahwa m ereka harus m enjelaskan kepada saya sejum lah kata J erm an
baru (m isalnya, kata baru Händi untuk telepon genggam , yang belum
ada pada 1961), dan saya m asih m enggunakan beberapa kata J erm an
kuno yang sudah tidak lagi digunakan setelah 1961 (m isalnya jener/
jene untuk "itu" tunggal dan jamak). Namun pemuda Jerman dan
saya secara garis besar m asih bisa saling m em aham i dengan baik.
Serupa dengan itu, para pem baca yang berasal dari Am erika dan
berusia kurang daripada 40 tahun m ungkin tidak m engenali sejum lah
kata bahasa Inggris yang tadinya populer seperti "bally hoo", nam un
sebagai kom pensasinya m ereka sehari-hari m enggunakan kata kerja "to
Google" dan "Googling", yang tidak ada pada m asa kanak-kanak saya.
Setelah beberapa abad terjadi perubahan-perubahan m andiri se-
macam itu pada dua masyarakat penutur yang terpisah secara geograis
m eskipun berasal dari m asyarakat penutur asli yang sam a, kedua
m asyarakat itu m engem bangkan dialek-dialek yang m enyebabkan satu
sam a lain susah saling m em aham i: m isalnya, perbedaan-perbedaan
kecil antara bahasa Inggris di Am erika dan Britania, perbedaan-
perbedaan yang lebih besar antara bahasa Prancis di Quebec dan di
http://facebook.com/indonesiapustaka

Prancis m etropolitan, dan perbedaan-perbedaan yang lebih besar lagi


antara ba hasa Afrikaans dan bahasa Belanda. Setelah proses pem isahan
2.0 0 0 tahun, m asyarakat-m asyarakat penutur itu telah m em isah
sedem ikian rupa sehingga tidak lagi bisa saling m em aham i, walaupun
bagi para ahli linguistik kedua m asyarakat itu jelas m asih berkerabat—
seperti m isalnya bahasa-bahasa Prancis, Spanyol, dan Rum ania yang
berasal dari bahasa Latin, atau bahasa Inggris, J erm an, dan bahasa-
474 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

bahasa J erm anik lain, yang berasal dari bahasa proto-J erm anik.
Terakhir, setelah sekitar 10 .0 0 0 tahun, perbedaan-perbedaan itu
sedem ikian besar sehingga se bagian besar ahli linguistik akan
m enggolongkan bahasa-bahasa ke dalam fam ili-fam ili bahasa yang
berbeda-beda tanpa hubungan apa-apa yang bisa terdeteksi.
Dengan dem ikian, bahasa-bahasa m engalam i evolusi perbedaan-
perbedaan karena kelom pok-kelom pok m anusia yang berbeda-beda
se cara sendiri-sendiri m engem bangkan kata-kata berbeda dan cara-
cara pengucapan berbeda seiring berlalunya waktu. Namun tetap ter-
sisa pertanyaan, yaitu m engapa bahasa-bahasa yang m em isah itu tidak
m enyatu lagi ketika m asyarakat yang tadinya terpisah m enjadi m e-
nyebar dan kem bali saling berhubungan di wilayah-wilayah perbatasan
bahasa. Misalnya di perbatasan modern antara Jerman dan Polandia,
ada desa-desa Polandia di dekat desa-desa J erm an, nam un para pen-
duduk desa tetap m enuturkan variasi lokal bahasa J erm an atau
Polandia, bukan campuran Jerman-Polandia. Mengapa demikian?
Barangkali kerugian utam a m enuturkan bahasa cam puran m e-
libatkan satu fungsi dasar bahasa m anusia: begitu kita m ulai berbicara
ke seseorang lain, bahasa kita berperan sebagai lam bang identitas
kelom pok kita yang langsung bisa dikenali. J auh lebih m udah bagi
m ata-m a ta pada m asa perang untuk m engenakan seragam m usuh
daripada se cara m eyakinkan m eniru bahasa dan cara pengucapan
m usuh. Orang-orang yang m enuturkan bahasa kita adalah orang-orang
kita: m e reka akan m engenali kita sebagai rekan sebangsa, dan m ereka
akan m en dukung kita atau setidak-tidaknya tidak langsung m encurigai
kita, sem entara seseorang yang m enuturkan bahasa berbeda pantas di-
pan dang sebagai orang asing yang berpotensi berbahaya. Pem bedaan
langsung antara kawan dan orang asing itu m asih berlaku hingga kini:
coba lihat saja bagaim ana pem baca saya dari Am erika, ketika berada
di Uzbekistan, m erasa sedem ikian lega ketika akhirnya m endengar
sese orang di belakang m ereka berbicara bahasa Inggris dengan aksen
Am erika. Pem bedaan antara kawan dan orang asing itu bahkan
http://facebook.com/indonesiapustaka

jauh lebih penting lagi pada m asa lalu (Bab 1), kerap kali m erupakan
m asalah hidup dan m ati. Penting untuk m enuturkan bahasa m ilik
setidaknya salah satu m asyarakat, sehingga setidaknya akan ada
kelom pok yang m enganggap kita "bagian m ereka". Bila kita justru
berbicara cam pur-cam pur di dekat perbatasan wilayah bahasa, kedua
kelom pok m ungkin m em aham i sebagian besar hal yang kita katakan,
nam un tidak satu pun kelom pok akan m enganggap kita "salah satu
GEOGRAFI KEANEKARAGAMAN BAHASA ● 475

dari m ereka", dan kita tidak bisa m engandalkan kelom pok yang m ana
pun untuk menerima dan melindungi kita. Mungkin itulah mengapa
m asyarakat-m a sya rakat penutur bahasa di dunia cenderung tetap
m enjadi ribuan bahasa terpisah, bukannya seluruh dunia m enggunakan
satu bahasa atau m em bentuk satu rantai dialek.

Geograi keanekaragaman bahasa


Bahasa-bahasa tersebar secara tidak m erata di seluruh dunia: sekitar
10 % luas wilayah dunia m engandung separo bahasa yang ada.
Misalnya, di ekstrem terendah keanekaragaman bahasa, ketiga negara
terbesar di dunia—Rusia, Kanada, dan Tiongkok, m asing-m asing
dengan wilayah se luas jutaan kilom eter persegi—secara berturut-
turut hanya memiliki sekitar 100, 80, dan 300 bahasa asli. Namun
di ekstrem tertinggi ke ane ka ra gam an bahasa, Papua dengan luas
wilayah hanya 780 .0 0 0 kilom eter persegi m e m iliki sekitar 1.0 0 0
bahasa asli, dan Vanuatu yang seluas hanya 12.0 0 0 kilom eter persegi
m em iliki sekitar 110 bahasa asli. Itu berarti satu bahasa dituturkan
di daerah rata-rata seluas 170 .0 0 0 kilom eter persegi (di Rusia),
126.0 0 0 kilom eter persegi (di Kanada), dan 31.0 0 0 kilom eter persegi
(di Tiongkok), nam un ada satu bahasa per 780 kilom eter persegi (di
Papua) dan 109 kilometer persegi (di Vanuatu). Mengapa ada variasi
geograi sebesar itu dalam hal keanekaragaman bahasa?
Para ahli linguistik m enyadari faktor-faktor ekologi, sosio-ekonom i,
dan historis yang tam paknya bersum bangsih terhadap jawaban
bagi perta nya an itu. Keanekaragam an bahasa—m isalnya, jum lah
bahasa asli per 1.0 0 0 kilom eter persegi wilayah—berkorelasi dengan
banyak faktor-fak tor yang berpotensi m enjelaskan, nam un faktor-
faktor itu sendiri sa ling ber korelasi. Oleh karena itu kita harus ber pa-
ling ke m etode-m etode statistika, seperti analisis regresi jam ak, guna
m enelaah faktor-faktor m ana yang m em iliki efek utam a yang benar-
benar m enyebabkan keanekaragam an bahasa tinggi atau ren dah,
dan faktor-faktor lain m ana yang punya efek yang tidak begitu kuat,
http://facebook.com/indonesiapustaka

dimediasi oleh korelasi mereka dengan faktor-faktor primer. Misalnya,


ada korelasi positif antara kepem ilikan m obil Rolls-Royce dan rentang
hidup: pem ilik Rolls-Royce rata-rata cen derung hidup lebih lam a
daripada orang-orang yang tidak m em iliki Rolls-Royce. Itu bukan
karena m em iliki Rolls-Royce secara langsung m em buat panjang um ur,
m elainkan karena pem ilik Rolls-Royce cenderung m em iliki banyak
uang, yang m em ungkinkan m ereka m em bayar perawatan kesehatan
476 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

yang lebih baik, yang m erupakan penye bab sejati rentang hidup
m ereka yang lebih panjang. Tapi, dalam hal korelasi keanekaragam an
linguistik, belum ada kesepakatan sem acam itu m engenai penyebab-
penyebab sejati yang m endasari keanekaragam an tersebut.
Keem pat korelasi ekologi terdekat dengan keanekaragam an bahasa
ada lah dengan letak di garis lintang, kestabilan iklim , produktivitas
biolo gis, dan keanekaragam an ekologis setem pat. Pertam a-tam a,
keane ka ra gam an bahasa m enurun dari khatulistiwa ke arah kutub:
bila sem ua hal lainnya dianggap sam a, daerah-daerah tropis m em iliki
lebih banyak bahasa daripada daerah-daerah setara di garis lintang
yang lebih tinggi. Kedua, pada di lintang m ana pun, keanekaragam an
bahasa ber kurang seiring kestabilan atau ketidakstabilan iklim ,
entah itu berupa variasi m usim an teratur dalam setahun atau variasi
tak terperkirakan dari tahun ke tahun. Misalnya, keanekaragaman
bahasa lebih tinggi di hutan hujan tropis yang basah sepanjang tahun
daripada di sabana tropis di dekatnya yang bersifat lebih m usim an.
(Faktor perubahan m u sim an itu bisa jadi m enjadi penyebab sebagian,
m elalui korelasi antara letak lintang dan perubahan m usim an, sebab
keanekaragam an bahasa le bih tinggi di wilayah tropis yang tidak
m engalam i banyak perubahan m usim daripada di dae rah lintang tinggi
yang m engalam i perubahan m usim kentara.) Ketiga, keanekaragam an
ba hasa cenderung lebih tinggi di lingkungan yang lebih produktif
(m isalnya, lebih tinggi di hutan hujan daripada di gurun), walau-
pun lagi-lagi setidaknya sebagian efek itu bisa jadi disebabkan ke-
cenderungan gurun dan banyak lingkungan tak-produktif lainnya
bersifat sa ngat m usim an. Terakhir, keanekaragam an bahasa tinggi
di daerah-daerah yang beranekaragam secara ekologi dan cenderung
sangat tinggi di daerah-daerah tak rata yang berpegunungan daripada
di daerah-daerah yang rata.
Keem pat hubungan ekologi itu hanyalah korelasi, bukan penje-
lasan. Penjelasan-penjelasan m endasar yang diajukan antara lain
ukuran po pulasi m anusia, m obilitas, dan strategi ekonom i. Pertam a-
http://facebook.com/indonesiapustaka

tam a, ke m am puan bertahan suatu m asyarakat penutur bahasa m e-


ningkat se iring jum lah anggotanya: bahasa yang dituturkan hanya
oleh 50 orang lebih m ungkin m enghilang, gara-gara sem ua penu-
turnya m eninggal atau m eninggalkan bahasa m ereka, daripada bahasa
yang dituturkan oleh 5.0 0 0 orang. Oleh karena itu daerah-daerah
dengan produktivitas bio logis rendah (m enyokong lebih sedikit orang)
cenderung m enyokong lebih sedikit bahasa, dan m em butuhkan
GEOGRAFI KEANEKARAGAMAN BAHASA ● 477

wilayah yang lebih luas bagi penutur-penutur setiap bahasa. Satu


populasi yang m am pu bertahan di wilayah Artika atau gurun cenderung
m em butuhkan puluhan ribu kilom eter persegi untuk m enyokong
dirinya sendiri, sem entara beberapa ratus kilom eter persegi sudah
cukup di bentang alam yang produktif. Kedua, se m akin konstan
lingkungan dari m usim ke m usim dan dari tahun ke tahun, sem akin
berswasem bada dan m enetap suatu m asyarakat penutur bahasa di
dalam satu wilayah kecil, tanpa perlu berpindah dari waktu ke waktu
atau berniaga dem i m encukupi kebutuhan dengan m asyarakat-
m asyarakat lain. Terakhir, wilayah yang beranekaragam secara ekologis
dapat m enyokong banyak m asyarakat bahasa yng berbeda, m asing-
m asing dengan ekonom i bertahan hidup tersendiri yang teradaptasi
bagi ekologi setem pat yang berbeda: m isalnya, daerah pegunungan da-
pat m enyokong penggem bala di gunung, petani di perbukitan, nelayan
sungai dataran rendah, dan peternak sabana dataran rendah di ke-
tinggian dan habitat berbeda-beda.
Dengan dem ikian, faktor-faktor ekologis telah m em beritahu
kita beberapa alasan m engapa Papua yang kecil m em iliki bahasa
5– 10 kali lipat lebih banyak daripada Rusia, Kanada, atau Tiongkok.
Papua terletak be berapa derajat di sekitar khatulistiwa, sehingga
penduduknya m engalam i hanya sedikit variasi iklim . Bentang alam
Papua basah, subur, dan produktif. Orang-orang Papua tidak banyak
berpindah, atau bah kan tidak berpindahan sam a sekali, dari m usim
ke m usim ataupun dari tahun ke tahun; m e reka bisa m em enuhi segala
kebutuhan untuk bertahan hidup dalam wilayah yang kecil; dan
m ereka tidak harus berniaga kecuali dem i m em peroleh garam , batu
untuk perkakas, dan benda-benda m e wah seperti cangkang dan bulu.
Papua bergunung-gunung dan ber ane karagam secara ekologis, dengan
gunung-gunung yang m encapai ke tinggian 5.0 0 0 m eter, sungai, danau,
pesisir laut, sabana, dan hutan. Kita bisa m enyatakan keberatan karena
Tiongkok dan Kanada m em iliki gunung-gunung yang lebih tinggi
dan variasi ketinggian yang bah kan lebih besar lagi daripada Papua.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Namun letak Papua yang tropis berarti orang-orang Papua dapat hidup
sepanjang tahun dan bercocok-ta nam dalam kepadatan populasi tinggi
sam pai ketinggian 2.40 0 m eter, sem entara tem pat-tem pat tinggi di
Tiongkok dan Kanada m em beku pada m usim -m usim tertentu dan
m enyokong hanya kepadatan populasi m a nusia yang rendah (di Tibet)
atau bahkan tidak dihuni m anusia sam a sekali.
478 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

Selain faktor-faktor ekologis tersebut, juga ada faktor-faktor sosio-


ekonom i dan historis yang bersum bangsih terhadap perbedaan-perbe-
daan keanekaragam an di seluruh dunia. Salah satu faktor sem acam itu
adalah m asyarakat penutur bahasa pem buru-pengum pul terdiri atas
lebih sedikit individu nam un m ungkin hidup di wilayah yang le bih
luas daripada masyarakat penutur bahasa petani. Misalnya, Australia
Aboriginal secara tradisional dihuni seluruhnya oleh para pem buru-
pengum pul yang m enem pati rata-rata 41.0 0 0 kilom eter persegi per
bahasa, sem entara Papua yang m erupakan pulau tetangganya m e nyo-
kong penduduk yang sebagian besar m erupakan petani yang m e nem -
pati hanya 780 kilom eter persegi per bahasa. Di Papua Indonesia, saya
bekerja di wilayah-wilayah yang m enyokong baik petani (di Dataran
Tinggi Tengah) m aupun pem buru-pengum pul (di wilayah danau) di
sekitarnya, dengan kira-kira dua lusin bahasa untuk m asing-m asing
gaya hidup. Rata-rata bahasa pem buru pengum pul di situ hanya m e-
m iliki 388 penutur, sem entara rata-rata bahasa petani m em iliki 18.241
pe nutur. Alasan utam a kecilnya m asyarakat penutur bahasa pem buru-
pengum pul adalah ketersediaan m akanan yang rendah, sehingga ke-
padatan populasi m anusia pun rendah. Di dalam lingkungan yang
sam a, kepadatan populasi pem buru-pengum pul lebih rendah 10
sam pai 10 0 kali daripada kepadatan populasi petani, sebab lebih
sedikit m akanan yang tersedia bagi pem buru-pengum pul, yang m am pu
m em akan hanya sepersekian persen spesies tum buhan liar yang bisa
dim akan, daripada bagi petani, yang m engubah bentang alam m enjadi
kebun dan ladang tum buhan yang bisa dim akan.
Faktor sosio-ekonom i kedua yang berkaitan dengan keaneka-
ragam an bahasa adalah organisasi politik: keanekaragam an m enurun,
se m en tara populasi dan luas wilayah m asyarakat bahasa m eningkat,
seiring m eningkatnya kom pleksitas politik dari kawanan m enjadi
negara. Misalnya, Amerika Serikat masa kini, negara dengan satu
bahasa tunggal dom inan dari ujung ke ujung, m em iliki po pulasi kira-
kira 30 kali daripada populasi seluruh dunia pada waktu dunia m asih
http://facebook.com/indonesiapustaka

terdiri sepenuhnya atas kawanan dan suku pem buru-pengum pul


yang m em iliki ribuan bahasa. Bahasa dom inan AS, bahasa Inggris,
telah banyak m enggantikan ratusan bahasa lokal yang tadinya
dituturkan lim a ratus tahun lalu di wilayah yang kini m e rupakan
teritori nasional AS ketika wilayah tersebut terbagi-bagi di antara
berbagai kawanan, suku, dan kedatuan penduduk Asli Am erika. Yang
m endasari kecenderungan ini adalah fakta, yang dibahas di Pem -
GEOGRAFI KEANEKARAGAMAN BAHASA ● 479

bukaan, bahwa peningkatan kom pleksitas politik m enjadi hal yang


diperlukan seiring m eningkatnya populasi m asyarakat—sebab m a sya-
rakat yang terdiri atas beberapa lusin orang dapat m em buat keputusan
dalam m usyawarah tanpa pem im pin, nam un m asyarakat yang terdiri
atas jutaan orang m em butuhkan pem im pin dan birokrat agar bisa ber-
jalan. Negara-negara meluaskan cakupan bahasa-bahasa mereka sen-
diri dengan m enyingkirkan bahasa-bahasa kelom pok yang ditaklukkan
atau dicaplok. Ekspansi bahasa tersebut sebagian m e ru pakan m asalah
kebijakan negara dem i tujuan adm inistrasi dan ke satuan nasional, dan
sebagian sebagai m asalah spontan berupa individu-individu warga
negara m engadopsi bahasa nasional guna m e raih kesem patan ekonom i
dan sosial dem i diri sendiri.
Faktor terakhir adalah faktor historis, yang berbagai hasilnya m en-
cakup penurunan keanekaragam an bahasa seturut peningkatan kom -
plek sitas politik seperti yang baru saja disebutkan. Wilayah-wilayah
dunia telah berulang-ulang disapu oleh "m esin giling bahasa", di m ana
satu kelom pok yang m enikm ati suatu keunggulan dalam hal jum lah
po pulasi, basis m akanan, atau teknologi, m engeksploitasi keunggulan
itu untuk m engem bang dengan m engalahkan kelom pok-kelom pok
tetangganya, m ewajibkan penggunaan bahasanya sendiri di wilayah
itu, dan m enggantikan bahasa-bahasa lokal yang tadinya ada dengan
m engusir atau m em bunuh para penuturnya, atau m engubah m ereka
menjadi penutur bahasa sang penyerbu. Mesin giling bahasa paling
akrab de ngan kita adalah yang dikaitkan dengan ekspansi negara-
negara kuat ter hadap m asyarakat-m asyarakat yang tidak bernegara.
Contoh-contoh ter baru m encakup ekspansi Eropa yang m enggantikan
bahasa-bahasa asli di benua-benua Am erika, penaklukan Britania
atas Australia yang m enggantikan bahasa-bahasa Aborigin Australia,
dan ekspansi Rusia atas Pegunungan Ural sampai ke Samudra Pasiik,
m enggantikan bahasa-bahasa asli Siberia. Pada m asa lalu pun ada
m esin giling yang didorong oleh negara dan tercatat secara historis.
Ekspansi Ke kaisaran Rom awi di seputar Laut Tengah dan sebagian
http://facebook.com/indonesiapustaka

besar Eropa Barat m em unahkan bahasa Etruska, bahasa-bahasa Kelt


Eropa Da rat an, dan banyak bahasa lainnya. Ekspansi Kekaisaran Inca
dan pendahulu-pendahulunya m enyebarkan bahasa Quechua dan
Aym ara di Andes.
Yang kurang diakrabi oleh orang-orang yang bukan ahli linguistik
adalah m esin giling yang didorong oleh ekspansi petani pra-aksara ke
wilayah-wilayah pem buru-pengum pul, dan disim pulkan dari bukti
480 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

linguistik dan arkeologis, bukan bukti historis. Yang dipaham i dengan


baik an tara lain ekspansi petani Bantu, yang m enggantikan sebagian
besar bahasa-bahasa yang tadinya dituturkan oleh para pem buru-
pengum pul di Afrika sebelah selatan khatulistiwa, dan ekspansi petani
Austronesia yang m e la kukan hal serupa di kepulauan Asia Tenggara.
J uga ada m esin giling pem buru-pengum pul yang m enggilas pem buru-
pengum pul lain, dido rong oleh peningkatan teknologi: m isalnya,
ekspansi Inuit 1.0 0 0 tahun lalu ke arah tim ur m elintasi Artika Kanada,
berkat kem ajuan teknologi seperti kereta yang dihela anjing dan kayak.
Satu konsekuensi beberapa jenis ekspansi historis itu adalah bah-
wa sejum lah wilayah di dunia yang m engandung sedikit rintangan
geograis telah berulang-ulang digilas oleh mesin giling linguistik. Hasil
yang langsung kelihatan adalah keanekaragam an linguistik yang ren-
dah, sebab bahasa penyerbu m enyapu bersih keanekaragam an linguis-
tik yang tadinya ada. Seiring waktu, bahasa penyerbu itu ber diferensiasi
m enjadi dialek-dialek lokal, dan kem udian m em isah m en jadi bahasa-
bahasa berbeda, nam un sem uanya m asih berkerabat de kat satu sam a
lain. Satu tahap awal dalam proses itu ditunjukkan oleh ekspansi
Inuit 1.0 0 0 tahun silam ; sem ua m asyarakat Inuit tim ur dari Alaska
sam pai Tanah Hijau m asih m enuturkan dialek-dialek yang bisa saling
dim engerti dalam satu bahasa tunggal. Ekspansi Rom awi dan Bantu
2.0 0 0 tahun silam m ewakili tahapan yang sedikit lebih lanjut: berbagai
bahasa Italik (seperti Prancis, Spanyol, dan Rum ania) sa ngatlah m irip
nam un tidak lagi bisa saling dim engerti, seperti juga halnya bagi
ratusan bahasa Bantu yang berkerabat dekat. Pada tahapan yang lebih
lanjut lagi, ekspansi Austronesia yang dim ulai sekitar 6.0 0 0 tahun
silam sam pai kini telah m enghasilkan seribu bahasa yang tergolong ke
dalam delapan cabang, nam un m asih cukup serupa sehingga tidak ada
keraguan m engenai kekerabatan m ereka.
Berbeda dengan daerah-daerah yang dengan mudah digilas itu, yang
diistilahkan oleh Johanna Nichols "zona penyebaran bahasa", adalah
apa yang dia istilahkan "zona residual" atau refugia: daerah bergunung-
http://facebook.com/indonesiapustaka

gu nung dan daerah-daerah lain yang sulit digilas oleh negara-negara


dan orang-orang luar, di mana bahasa-bahasa bertahan dan ber-
diferensiasi untuk waktu yang lama, sehingga merupakan tempat les-
tarinya kelompok-kelompok bahasa yang unik. Contoh-contoh yang
ter kenal adalah Pegunungan Kaukasus, dengan 3 famili bahasa yang
unik ditambah segelintir bahasa yang baru menyerbu belum lama ini
dan tergolong ke dalam tiga famili lain yang tersebar luas; Australia
MULTILINGUALISME TRADISIONAL ● 481

uta ra, tempat satu-satunya di mana terdapat 26 dari 27 famili bahasa


Aborigin Australia; California Indian, dengan sekitar 80 bahasa yang se-
cara berbeda-beda diklasiikasikan ke dalam antara 6 dan 22 famili; dan
tentu saja Papua, dengan 1.000 bahasanya yang diklasiikasikan ke da-
lam lusinan famili.
Oleh karena itu kita m em iliki beberapa alasan lagi m engapa Papua
m erupakan yang terdepan di dunia dalam hal jum lah bahasa dan
fam ili bahasa. Selain alasan-alasan ekologis yang telah disebutkan se-
belum nya—variasi m usim an yang rendah, populasi yang m enetap,
lingkungan produktif yang m enyokong kepadatan populasi m anusia
yang tinggi, dan keanekaragam an ekologis yang m enyokong banyak
ke lom pok m anusia yang ada bersam a-sam a dengan strategi bertahan
hidup yang berbeda-beda—kita kini juga m em iliki beberapa faktor
sosio-ekonom i dan historis. Hal itu m encakup fakta-fakta bahwa Papua
tradisional tidak pernah m engem bangkan pem erintahan negara, se-
hingga tidak pernah ada m esin giling negara yang m enghilangkan ke-
anekaragam an linguistik; dan bahwa, akibat m edan Papua yang sa ngat
terbagi-bagi oleh pegunungan, m esin giling yang barangkali dise bab-
kan oleh penyebaran pertanian Dataran Tinggi (yang berasosiasi de-
ngan apa yang disebut ilum bahasa Trans-Papua) tidak mampu me-
lenyapkan lusinan ilum bahasa Papua yang lebih tua.

Mu ltilin gu alis m e trad is io n al


Itulah alasan-alasan m engapa dunia m odern m ewarisi 7.0 0 0 bahasa
dari dunia tradisional sam pai kem arin, dan m engapa m asyarakat-
m asya rakat bahasa pem buru-pengum pul dan petani berskala kecil
tanpa pem erintahan negara terdiri atas jauh lebih sedikit penutur
bahasa daripada m asyarakat-m asyarakat negara m odern. Bagaim ana
dengan bilingualism e dan m ultilingualism e? Apakah m asyarakat tra-
disional lebih, kurang, atau sam a seringnya bersifat bilingual di-
bandingkan m asyarakat negara m odern?
Pem bedaan antara bilingualism e (atau m ultilingualism e) dan m o-
http://facebook.com/indonesiapustaka

nolingualisme terbukti lebih sulit lagi untuk dideinisikan dan lebih


m a nasuka daripada pem bedaan antara bahasa dan dialek. Haruskah
kita m enganggap diri bilingual hanya bila kita bisa bercakap-cakap
dengan fasih dalam bahasa kedua selain bahasa ibu? Haruskah kita
m enghitung bahasa-bahasa yang dapat kita gunakan bercakap-cakap
dengan kikuk? Bagaim ana dengan bahasa-bahasa yang bisa kita
baca nam un tidak kita gunakan secara lisan—m isalnya, bahasa Latin
482 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

dan Yunani klasik bagi kita yang m em pelajarinya di sekolah? Dan


bagaim ana dengan bahasa-bahasa yang tidak bisa kita gunakan secara
lisan, nam un dapat kita paham i sewaktu dituturkan oleh orang lain?
Anak-anak yang terlahir di Am erika dari orangtua im igran kerap kali
bisa m engerti nam un tidak bisa m enuturkan bahasa orangtua m ereka,
dan orang-orang Pa pua kerap kali m em bedakan antara bahasa-bahasa
yang bisa m ereka tu tur kan dan paham i, dan bahasa-bahasa yang
m enurut m ereka hanya bisa m ereka "dengar" nam un tidak bisa m ereka
gunakan berbicara. Sebagian karena tidak adanya kesepakatan soal
bilingualism e ini, kita tidak m e m iliki data pem bandingan frekuensi
bilingualism e di seluruh dunia.
Terlepas dari itu, kita tidak harus lem par handuk dengan putus
asa dan m engabaikan subjek tersebut, karena ada banyak inform asi
anekdotal m engenai bilingualism e. Kebanyakan orang Am erika yang
terlahir di Am erika dari orangtua yang m enuturkan bahasa Inggris
pada dasarnya m erupakan m onolingual karena alasan yang gam blang:
di Am erika Serikat bahasa kedua tidaklah begitu dibutuhkan, dan bagi
sebagian orang Am erika tidak ada kesem patan teratur untuk m eng-
gu nakannya; kebanyakan im igran ke AS m em pelajari bahasa Inggris;
dan kebanyakan orang Am erika yang m enuturkan bahasa Inggris
m enikahi pasangan yang juga m enuturkan bahasa Inggris. Kebanyakan
negara Eropa m em iliki hanya satu bahasa nasional resm i, dan sebagian
besar orang Eropa yang terlahir di negaranya m asing-m asing dengan
orangtua yang juga asli dari negara tersebut hanya m em pelajari
bahasa nasional itu di prasekolah. Tapi, karena sem ua negara Eropa
berukuran jauh lebih kecil dan (kini) tidak lagi berswasem bada secara
ekonom i, politik, m aupun budaya dibandingkan Am erika Serikat, ke-
banyakan orang Eropa terdidik sekarang m em pelajari bahasa-bahasa
tam bahan di sekolah m elalui pengajaran form al dan kerap kali m enjadi
fasih. Pram uniaga-pram uniaga di banyak toko serba ada Skandinavia
m engenakan bros di jas m ereka, yang m enunjukkan bendera berbagai
bahasa yang m ereka kuasai sehingga bisa m em bantu konsum en
http://facebook.com/indonesiapustaka

asing. Terlepas dari itu, m ultilingualism e yang tersebar luas di Eropa


m erupakan fenom ena baru yang lahir dari pendidikan m assal yang
lebih tinggi, integrasi ekonom i dan politik pasca-Perang Dunia II,
serta tersebarnya m edia m assa berbahasa Inggris. Sebelum nya, m o no-
lingualism e tersebar luas di negara-negara bangsa Eropa, seperti juga
di m asyarakat-m asyarakat negara lainnya. Alasan-alasannya jelas: m a-
sya rakat bahasa negara berukuran besar, sering kali terdiri atas jutaan
MULTILINGUALISME TRADISIONAL ● 483

pe nutur; m asyarakat negara lebih m em ilih bahasa negara itu sen diri
un tuk digunakan di pem erintahan, pendidikan, perdagangan, angkatan
ber senjata, dan hiburan; dan (seperti yang akan saya bahas di bawah)
ne gara m em iliki cara-cara hebat yang disengaja m aupun tidak untuk
m e nyebarkan bahasa negara tersebut dengan m engorbankan bahasa-
bahasa lainnya.
Sem entara itu, m ultilingualism e tersebar luas atau m erupakan hal
rutin dalam m asyarakat-m asyarakat tradisional bukan-negara ber-
skala kecil. Lagi-lagi alasan-alasannya sederhana. Kita telah lihat
bahwa m asyarakat-m asyarakat bahasa tradisional berukuran kecil
(be be rapa ribu penutur atau kurang) dan m enem pati wilayah yang
kecil. Masyarakat-masyarakat yang bertetangga langsung kerap kali
m em iliki bahasa yang berbeda. Orang-orang biasa bertem u dan harus
ber urusan dengan penutur bahasa-bahasa lain. Untuk berdagang, un-
tuk m erundingkan persekutuan dan akses ke sum ber daya, dan (bagi
banyak m asyarakat tradisional) bahkan untuk m em peroleh pa sang-
an dan berkom unikasi dengan pasangan m em butuhkan bukan ha-
nya bilingualism e, m elainkan m ultilingualism e. Bahasa kedua dan
seterusnya dipelajari saat anak-anak dan di rum ah atau m elalui per-
gaulan sosial, bukan m elalui pengajaran form al. Berdasarkan peng-
alam an saya, kefasihan dalam lim a bahasa atau lebih adalah hal lazim
di antara orang-orang Papua tradisional. Sekarang akan saya lengkapi
kesan-kesan saya di Papua itu dengan catatan-catatan pendek dari dua
benua: Australia Aborigin dan Am erika Selatan tropis.
Australia Aborigin ditem pati oleh sekitar 250 kelom pok bahasa
yang ber beda, sem uanya bertahan hidup dengan berburu-m engum pul,
de ngan rata-rata sekitar seribu penutur per bahasa. Sem ua laporan
yang dapat dipercaya m enjabarkan sebagian besar orang Aborigin
tradisional se bagai bersifat setidak-tidaknya bilingual, dan sebagian
besar m e ngetahui banyak bahasa. Satu penelitian sem acam itu dilak-
sanakan oleh ahli antropologi Peter Sutton di daerah Cape Keerweer
di Sem enanjung York, di m ana populasi lokal berjum lah 683 orang
http://facebook.com/indonesiapustaka

terbagi ke dalam 21 klan, m asing-m asing dengan bentuk lisan sendiri


dan rata-rata ber jum lah 33 orang per klan. Bentuk-bentuk lisan itu
diklasiikasikan menjadi lima bahasa plus sekitar tujuh dialek, sehingga
jum lah rata-rata penutur adalah sekitar 53 per bentuk lisan, atau 140
per bahasa. Orang-orang Aborigin tradisional di daerah tersebut m e-
nuturkan atau m e m aham i setidaknya lim a bahasa atau dialek berbeda.
Sebagian karena m asyarakat-m asyarakat lisan sedem ikian kecil, dan
484 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

sebagian ka re na kesukaan m ereka m elakukan eksogam i linguistik (m e-


nikahi orang yang bahasa utam anya tidak sam a dengan bahasa m ereka
sen diri), 60 % pernikahan dilangsungkan antara pasangan-pasangan
yang m e nuturkan bahasa berbeda, 16% lainnya antara pe nu tur dialek
ber beda dalam bahasa yang sam a, dan hanya 24% antara pengguna
dialek yang sam a. Ini terlepas dari fakta bahwa klan-klan yang ber te-
tangga cen de rung m irip secara linguistik, sehingga kedekatan saja akan
m e nye bab kan pernikahan dilangsungkan dalam dialek yang sam a,
seandainya saja tidak ada kesukaan untuk m encari pasangan yang lebih
jauh secara geograis maupun linguistik.
Oleh karena banyak kelom pok sosial di Cape Keerweer m elibat -
kan penutur bahasa yang berbeda-beda, percakapan sering kali m ulti-
lingual. Adatnya adalah m em ulai percakapan dengan baha sa atau
dialek orang yang kita ajak bicara, atau (bila kita seorang pengunjung)
dengan bahasa tuan rum ah. Kita kem udian boleh berganti kem bali
ke bahasa kita sendiri, sem entara rekan-rekan kita m enjawab da-
lam bahasa-bahasa m ereka sendiri, atau kita m ungkin m engajak bi-
cara setiap orang dengan bahasanya sendiri, sehingga pilihan bahasa
kita m e nunjukkan siapa yang kita ajak bicara pada saat itu. Kita
juga m ungkin bertukar bahasa bergantung pada pesan im plisit yang
hendak kita sam paikan: m isalnya, pilihan satu bahasa berarti “Ti-
dak ada perselisihan di antara aku dan kam u”, pilihan bahasa yang
lain berarti “Aku dan kam u berselisih tapi aku ingin m eredakannya”,
pilih an yang lain lagi berarti “Aku orang yang baik dan berkelakuan
pan tas secara sosial”, sem entara pilihan yang lain lagi berarti “Aku
akan m enghinam u dengan berbicara kepadam u secara tidak horm at.”
Mungkin multilingualisme semacam itu adalah hal rutin dalam masa
lalu m anusia sebagai pem buru-pengum pul, seperti halnya hari ini di
daerah-daerah tradisional di Papua, dan untuk alasan-alasan yang
sam a: m asyarakat penutur bahasa yang kecil, dan karenanya seringnya
dilangsungkan eksogam i linguistik, serta perjum paan dan percakapan
sehari-hari dengan penutur bahasa-bahasa lain.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Pasangan penelitian lain, oleh Arthur Sorensen dan J ean J ackson,


dilangsungkan di daerah Sungai Vaupés di perbatasan antara Kolom bia
dan Brazil di Cekungan Am azon barat laut. Sekitar 10 .0 0 0 orang
Indian, yang m enuturkan sekitar 21 bahasa dari em pat fam ili bahasa
ber beda, secara budaya bersifat m irip dalam hal m ata pencaharian
yaitu bercocok-tanam , m enangkap ikan, dan berburu di sepanjang
sungai-sungai hutan hujan tropis. Seperti orang-orang Aborigin Cape
MULTILINGUALISME TRADISIONAL ● 485

Keerweer, Indian Sungai Vaupés m elakukan eksogam i linguistik


nam un jauh lebih ketat: dalam lebih daripada seribu pernikahan yang
dipelajari oleh J ackson, hanya satu yang m ungkin dilangsungkan
dalam kelom pok bahasa yang sam a. Sem entara anak-anak laki-laki
yang sudah dewasa tetap tinggal di rum ah panjang m ilik orangtua
m ereka tem pat m ereka dibesarkan, anak-anak perem puan dari rum ah-
rum ah pan jang dan kelom pok-kelom pok bahasa pindah ke rum ah-
panjang suam i saat m enikah. Dalam setiap rum ah panjang ter dapat
perem puan-perem puan dari beberapa kelom pok bahasa yang berbeda,
yang tinggal di situ setelah m enikah: tiga orang, dalam kasus rum ah
panjang yang dipelajari secara intensif oleh Sorensen. Sem ua anak
m em pelajari bahasa ayah m aupun ibu m ereka sejak kanak-kanak, ke-
m udian m em pelajari bahasa perem puan-perem puan lain di rum ah
panjang itu. Oleh karena itu setiap orang di rum ah panjang m engenal
keem pat bahasa di rum ah panjang itu (bahasa ibu para laki-laki, dan
ketiga kelom pok bahasa asal kaum perem puannya), dan kebanyakan
juga m em pelajari bahasa-bahasa lain dari pengunjung.
Orang-orang Indian Sungai Vaupés baru m ulai m enuturkan sua-
tu bahasa setelah m ereka m enguasainya m elalui m endengar dan se-
cara pasif mendapatkan kosakata dan cara pengucapan. Mereka se-
cara berhati-hati m enjaga bahasa-bahasa itu agar tetap terpisah dan
berupaya keras mengucapkan setiap bahasa dengan benar. Mereka
m e ngata kan kepada Sorensen bahwa m ereka butuh satu sam pai dua
tahun untuk mempelajari satu bahasa baru sampai fasih. Nilai tinggi
diberikan kepada berbicara dengan benar, dan m em biarkan kata-kata
dari bahasa-bahasa lain m em asuki percakapan dianggap sebagai m e-
m a lu kan.
Anekdot-anekdot dari m asyarakat-m asyarakat berskala kecil di
dua benua dan di Papua itu m enunjukkan bahwa tam paknya m ulti-
lingualism e yang diperoleh m elalui pergaulan sosial adalah hal rutin
pada m asa lalu, dan m onolingualism e atau m ultilingualism e berbasis
se kolah di m asyarakat-m asyarakat negara m odern adalah fenom ena
http://facebook.com/indonesiapustaka

baru. Namun generalisasi ini bersifat tentatif dan menghadapi sejumlah


keterbatasan. Monolingualisme mungkin merupakan ciri masyarakat-
m asyarakat berskala kecil di beberapa daerah dengan ke anekaragam an
bahasa rendah atau tem pat ekspansi bahasa belum lam a berlangsung,
seperti di daerah lintang tinggi atau di antara orang-orang Inuit di
sebelah tim ur Alaska. Generalisasi itu tetap didasarkan pada anekdot
dan ekspektasi yang berasal dari m asyuarakat-m a sya rakat bahasa
486 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

tradisional kecil. Dibutuhkan survei sistem atik yang m e ne rapkan suatu


deinisi standar mengenai multilingualisme guna memberikan dasar
yang lebih kuat terhadap kesim pulan tersebut.

Man faat bilin gu alis m e


Kini m arilah kita ulik apakah m ultilingualism e atau bilingualism e
tra disional m em bawa keuntungan netto, bahaya netto, atau tidak
keduanya terhadap individu-individu bilingual dibandingkan dengan
individu-individu m onolingual. Saya akan jabarkan beberapa keung-
gulan praktis bilingualism e yang m enarik dan belum lam a ditem ukan
yang m ungkin m em buat Anda terkesan lebih daripada klaim yang
biasa kita dengar bahwa m em pelajari bahasa asing m em perkaya hidup
kita. Saya akan ba has di sini hanya efek-efek bilingualism e terhadap
individu: saya akan tunda pertanyaan bersangkutan m engenai apakah
bilingualism e baik atau buruk bagi m asyarakat secara keseluruhan
untuk bagian lain nanti.
Di antara negara-negara industri m odern, bilingualism e ada-
lah bahan perdebatan terutam a di Am erika Serikat, yang telah m eng-
ga bungkan persentase yang cukup besar dari im igran-im igran yang
bukan penutur bahasa Inggris ke dalam populasinya selam a 250 tahun
terakhir. Pandangan yang kerap dikem ukakan di AS adalah bilingual-
ism e berbahaya, terutam a bagi anak-anak im igran, yang terkendala
da lam m enghadapi budaya yang didom inasi penutur bahasa Inggris di
AS dan akan lebih baik bila m ereka tidak pernah m em pelajari bahasa
orangtua m ereka. Pandangan ini diterim a luas bukan hanya oleh orang-
orang Am erika kelahiran negara itu m elainkan juga oleh orangtua
im igran ge nerasi pertam a: m isalnya, kakek-nenek saya (penutur bahasa
Yiddish) dan orangtua istri saya (penutur bahasa Polandia), yang de-
ngan tekun m enghindari bercakap-cakap dalam bahasa asli m ereka
di hadapan anak-anak m ereka, guna m eyakinkan bahwa orangtua sa-
ya dan istri saya hanya m em pelajari bahasa Inggris. Dasar-dasar tam -
bah an bagi pandangan ini bagi orang-orang Am erika kelahiran negara
http://facebook.com/indonesiapustaka

itu m encakup rasa takut dan kecurigaan terhadap hal-hal asing, ter-
m a suk bahasa-bahasa asing; dan kekhawatiran orangtua ke lahiran
Am erika m aupun im igran bahwa m ungkin anak-anak akan ke-
bingungan bila terpapar dua bahasa secara bersam aan, dan bahwa pe-
nguasaan bahasa m ereka akan lebih cepat bila m ereka terpapar satu
ba hasa saja. Penalaran itu m erupakan kekhawatiran yang sah: anak
yang m em pelajari dua bahasa harus m em pelajari dua kali lebih banyak
MANFAAT BILINGUALISME ● 487

bu nyi suara, kata, dan struktur tata bahasa dibandingkan dengan anak
yang m onolingual; anak bilingual hanya m em iliki separo waktu un-
tuk dicurahkan bagi m asing-m asing bahasa; m aka anak bilingual
(dikhawatirkan) m ungkin m enuturkan dua bahasa secara buruk,
bukannya m e nuturkan satu bahasa dengan baik.
Memang, penelitian-penelitian yang dilakukan di AS, Irlandia,
dan Wales sam pai 1960 -an m em ang m elaporkan bahwa anak-anak
bilingual m e m ang secara linguistik kalah jauh dari anak-anak m ono-
lingual, m e nguasai bahasa secara lebih lam bat, dan akhirnya m em iliki
kosakata yang lebih kecil bagi masing-masing bahasa. Namun pada
akhirnya disadari bahwa tafsiran itu digugurkan oleh variabel-variabel
lain yang berkorelasi dengan bilingualism e dalam penelitian-penelitian
ter sebut. Di AS, lebih daripada di negara-negara lain, bilingualism e
ter kait dengan kem iskinan. Ketika anak-anak Am erika bilingual di-
ban dingkan dengan anak-anak Am erika m onolingual penutur bahasa
Inggris, anak-anak kelom pok kedua cenderung berasal dari kom unitas
yang lebih berada, m enuntut ilm u di sekolah-sekolah yang lebih baik,
dan cenderung m em iliki orangtua yang lebih terdidik dan kaya yang
be kerja pada tingkat pekerjaan lebih tinggi dan dengan kosakata yang
lebih besar. Korelasi-korelasi dengan bilingualism e itu saja m ung-
kin m erupakan penyebab m engapa anak-anak bilingual m em iliki
ketram pilan bahasa yang lebih rendah.
Penelitian-penelitian yang lebih baru di AS, Kanada, dan Eropa
m elakukan kontrol terhadap variabel-variabel itu, dengan m em ban-
dingkan anak-anak bilingual dan m onolingual yang m enghadiri sekolah
yang sam a dan dengan status sosio-ekonom i orangtua yang sederajat.
Ter nyata anak-anak bilingual dan anak-anak m onolingual yang setara
dalam hal-hal lainya, m elewati titik-titik penting pem e rolehan bahasa
(m isalnya, usia m engucapkan kata pertam a, kalim at pertam a, atau
m em peroleh kosakata 50 kata) pada usia yang sam a. Tergantung pe-
nelitiannya, anak-anak bilingual m aupun m onolingual akhirnya m en-
jadi orang dewasa dengan ukuran kosakata dan laju m engingat kata
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang pada dasarnya sam a, atau anak-anak m onolingual akhirnya m e-


m iliki keunggulan sedikit saja (kosakata lebih besar sam pai 10 persen
dalam bahasa m ereka satu-satunya). Tapi, keliru kiranya bila kita
rangkum hasil ini dengan m engatakan, “Anak-anak m onolingual akhir-
nya m em iliki kosakata yang sedikit lebih besar: 3.30 0 lawan hanya
3.0 0 0 kata.” J ustru hasil itu seharusnya disim pulkan, m isalnya, “Anak-
anak bilingual akhirnya m e m iliki kosakata yang jauh lebih besar: total
488 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

6.0 0 0 kata, terdiri atas 3.0 0 0 kata bahasa Inggris ditam bah 3.0 0 0 kata
bahasa Mandarin, bukannya 3.300 kata bahasa Inggris dan nol kata
bahasa Mandarin.”
Penelitian-penelitian sejauh ini belum m enunjukkan perbedaan
kognitif tergeneralisasi antara orang-orang bilingual dan m onolingual.
Bu kan artinya satu kelom pok secara rata-rata lebih cerdas atau
berpikir lebih cepat daripada kelom pok yang satu lagi. Tam paknya
ada perbedaan-perbedaan spesiik, seperti misalnya (barangkali) ke-
m am puan m engingat kata dan m enyebutkan nam a benda secara sedi-
kit lebih cepat pada orang-orang m onolingual (karena m ereka tidak
m enghadapi m asalah berupa keharusan m em ilih di antara beberapa
nam a, sem uanya benar nam un dalam bahasa berbeda-beda yang m e-
reka akrabi). Di antara perbedaan-perbedaan spesiik itu, yang paling
konsisten diakui sejauh ini adalah apa yang oleh para ilm uwan kognitif
diistilahkan sebagai "fungsi eksekutif", dan perbedaan itu m engunggul-
kan orang-orang bilingual.
Guna m em aham i m akna fungsi eksekutif, bayangkan seseorang
yang m elakukan sesuatu hal apa saja, m isalnya m enyeberangi jalanan.
Re nungkan bahwa kita terus-m enerus dibom bardir oleh inform asi
inderawi dalam banyak m odalitas, term asuk pem andangan, suara,
bau, sentuhan, dan kecapan, ditam bah pem ikiran kita sendiri. Ke da-
lam indera-indera sang pejalan kaki, m em banjirlah pem andangan be-
rupa papan reklam e dan awan di langit sana, suara orang-orang yang
berbicara dan burung-burung yang berkicau, bebauan perkotaan,
sensasi sentuhan kaki sang pejalan kaki di trotoar dan lengan-
lengannya yang berayun-ayun di sam ping tubuhnya, dan pikirannya
m engenai apa yang dikatakan istrinya kepadanya tadi pagi saat
sarapan. Bila dia tidak sedang m enyeberang jalan, si pejalan kaki akan
ber konsentrasi pada obrolan orang-orang atau pada pem andangan
pa pan reklam e atau pada kata-kata terbaru istrinya. Tapi sewaktu
m enyeberangi jalan, kebutuhan keselam atan m engharuskan dia ber-
konsentrasi ke pem andangan dan bunyi m obil-m obil yang m endekat
http://facebook.com/indonesiapustaka

dengan ke cepatan berbeda-beda dari kedua arah, dan m erasakan


kakinya yang m elangkah turun dari trotoar. Dengan kata lain, m e-
lakukan apa pun dalam hidup m engharuskan pengham batan 99%
m a sukan inderawi dan pikiran orang setiap saat, dan m em berikan
per hatian kepada 1% m asukan yang relevan terhadap tugas yang se-
dang dilaksanakan. Proses otak berupa fungsi eksekutif, dikenal juga
sebagai kontrol kognitif, dipercaya berada di daerah otak yang dikenal
MANFAAT BILINGUALISME ● 489

sebagai korteks pra-frontal. Fungsi eksekutif-lah yang m em ungkinkan


kita m em berikan perhatian selektif, m encegah perhatian kita teralih,
m em u satkan perhatian m em ecahkan suatu m asalah, bergonta-
ganti tugas, serta m engingat serta m enggunakan kata atau po tongan
inform asi yang dibutuhkan pada suatu saat dari sim panan kata dan
inform asi kita yang sedem ikian banyak. Begitulah, kontrol eksekutif
adalah hal yang teram at penting: sifatnya krusial bagi kita agar bisa
ber fungsi dengan kom peten. Pada anak-anak, kontrol eksekutif ber-
kem bang terutam a selam a kira-kira lim a tahun pertam a kehidupan.
Orang-orang bilingual m em iliki perm asalahan khusus yang ber-
kaitan dengan kontrol eksekutif. Orang-orang m onolingual yang m en-
de ngar suatu kata m em bandingkannya dengan kum pulan kata m ereka
yang hanya ada satu, dan ketika m engucapkan suatu kata m ereka
mengambilnya dari kumpulan kata satu-satunya milik mereka itu. Na-
m un orang-orang bilingual harus dan m em ang m enjaga bahasa-ba-
hasa yang dikuasainya tetap terpisah. Setiap kali m ereka m endengar
suatu kata diucapkan, m ereka harus dengan segera m engetahui
dengan perangkat atur an m anasuka m ana m ereka harus m engartikan
m akna bebunyian itu: m isalnya, seorang bilingual Spanyol/ Italia
m em pelajari bahwa bu nyi b-u-rr-o berarti "keledai" dalam bahasa
Spanyol, nam un berarti "m en tega" dalam bahasa Italia. Setiap kali
orang bilingual hendak m e ngatakan sesuatu, m ereka harus m engingat
kata-kata bahasa yang sedang digunakan dalam percakapan yang
sedang berlangsung, dan bu kan kata-kata bahasa lain yang m ereka
kuasai. Orang-orang m ultilingual yang turut serta dalam percakapan
kelom pok bilingual, atau pra m u niaga Skandinavia, harus berganti
aturan m anasuka itu setiap be be ra pa m enit sekali atau bahkan lebih
sering lagi.
Saya m enjadi m enyadari arti penting kontrol eksekutif pada orang-
orang m ultilingual setelah saya sendiri m elakukan kesalahan m e-
m alukan. Sewaktu saya pergi ke Indonesia untuk bekerja pada 1979
dan m ulai m em pelajari bahasa Indonesia, saya sudah pernah hidup
http://facebook.com/indonesiapustaka

untuk waktu lama di Jerman, Peru, dan Papua Nugini, dan saya telah
bisa berbicara dengan lancar dalam bahasa J erm an, Spanyol, atau
Tok Pisin tanpa kebingungan m em bedakan bahasa-bahasa itu satu sa-
m a lain atau dengan bahasa Inggris. Saya juga telah m em pelajari be-
be ra pa bahasa lain (terutam a Rusia) nam un belum pernah tinggal di
negara-negara itu dalam waktu cukup lam a untuk m em peroleh peng-
alam an m enuturkan bahasa-bahasa itu secara terus-m enerus. Sewaktu
490 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

saya pertam a berbicara dengan tem an-tem an Indonesia saya, saya ter-
peranjat m endapati bahwa niat saya m engucapkan sebuah kata bahasa
Indonesia seringkali berakhir dengan saya m engucapkan sebuah kata
Rusia dengan m akna yang sam a, m eskipun bahasa Indonesia dan
Rusia sam a sekali tidak berkaitan! Saya terbukti telah belajar m e-
m isah kan bahasa Inggris, J erm an, Spanyol, dan Tok Pisin m enjadi em -
pat kotak yang terkontrol dengan baik, nam un m asih tersisa kotak ke-
lim a yang belum terdiferensiasi, setara dengan "bahasa selain Inggris,
Spanyol, J erm an, dan Tok Pisin". Barulah setelah beberapa lam a lagi di
Indonesia saya m am pu m engham bat sim panan kata-kata bahasa Rusia
yang m eringkuk di luar kendali dalam benak saya dan siap m erayap ke
dalam percakapan bahasa Indonesia saya.
Singkatnya, orang-orang yang bilingual atau m ultilingual m em -
peroleh latihan bawah sadar terus-m enerus untuk m enggunakan kon-
trol eksekutif. Mereka terpaksa melatihnya setiap kali mereka ber-
bicara, ber pikir, atau m endengarkan orang-orang lain berbicara—
alias, terus-m enerus selagi m ereka terjaga. Dalam olahraga, penam -
pilan seni, dan bidang-bidang lain kehidupan, kita tahu bahwa ke-
trampilan meningkat bila dilatih terus-menerus. Namun: ketrampil-
an-ketram pilan m ana yang ditingkatkan oleh latihan bilingualism e?
Apakah bilingualisme hanya mengembangkan ketrampilan spesiik
orang bilingual dalam ber gonta-ganti bahasa, ataukah bilingualism e
secara um um lebih ber m an faat bagi m ereka?
Penelitian-penelitian terbaru telah m erancang tes untuk m enjawab
pertanyaan itu dengan m em bandingkan pem ecahan m asalah oleh
orang-orang bilingual dan m onolingual yang berkisar dari anak ber usia
3 tahun sam pai orang dewasa berusia 80 tahun. Kesim pulan m e nye-
luruh adalah orang-orang bilingual dari sem ua kelom pok usia m e m iliki
keunggulan hanya dalam memecahkan satu jenis masalah spesiik.
Namun masalah spesiik itu sungguhlah luas: memecahkan tugas-tugas
yang m em bingungkan karena aturan-aturan tugas tersebut berubah
secara tidak terperkirakan, atau karena ada petunjuk-petunjuk m e-
http://facebook.com/indonesiapustaka

nye satkan dan tidak relevan nam un sungguh m encolok yang harus di-
abaikan. Misalnya, anak-anak yang ditunjuki serangkaian kartu yang
m enggam barkan kelinci atau perahu yang berwarna m erah atau biru,
dan yang m em iliki atau tidak m em iliki bintang em as. Bila bintang em as
itu ada, anak harus m engingat untuk m em ilah-m ilah kartu berdasarkan
warna; bila bintang em as itu tidak ada, m ereka harus m engingat untuk
m em ilah-m ilah kartu berdasarkan benda yang digam barkan. Subjek-
MANFAAT BILINGUALISME ● 491

subjek m onolingual dan bilingual sam a berhasilnya dalam perm ainan-


per m ainan sem acam itu asalkan aturannya tetap sam a dari percobaan
ke percobaan (m isalnya "pilah berdasarkan warna"), nam un orang-
orang m onolingual m engalam i jauh lebih banyak kesulitan daripada
bilingual dalam m enerim a pergantian aturan.
Sebagai contoh tes lain, anak-anak duduk di depan layar kom puter.
Kotak m erah m endadak berkelebat di kiri layar, atau kalau tidak kotak
biru berkelebat di kanan layar. Papan tuts di bawah layar m encakup
tuts m erah dan juga tuts biru, dan anak harus m enekan tuts dengan
warna yang sam a dengan kotak yang berkelebat. Bila tuts m erah
ada di sebelah kiri papan tuts se m en tara tuts biru di sebelah kanan—
alias di posisi relatif yang sam a dengan kotak berwarna sam a yang
berkelebat di layar—m aka orang-orang bilingual m aupun m onolingual
menunjukkan kinerja yang sama baiknya. Namun bila posisi tuts merah
dan biru dibalik guna m en cip ta kan kebingungan—alias, tuts m erah ada
di sisi kiri papan tuts nam un kotak biru yang berkelebat ada di sisi kiri
layar—m aka orang-orang bilingual m enunjukkan kinerja yang lebih
baik daripada orang-orang m o nolingual.
Pada awalnya diduga keunggulan orang bilingual dalam tes yang
m elibatkan perubahan aturan atau inform asi yang m em bingungkan ha-
nya akan berlaku bagi tugas-tugas yang m elibatkan petunjuk-petunjuk
verbal. Tapi, keunggulan itu ternyata lebih luas, dan berlaku juga bagi
petunjuk-petunjuk non-verbal berupa ruang, warna, dan kuantitas
(seperti dalam dua contoh yang baru saja saya jabarkan). Namun itu
bukan berarti orang-orang bilingual lebih baik daripada orang-orang
m onolingual dalam hal apa pun: kedua kelom pok itu cenderung ber-
kinerja sam a baiknya pada tugas-tugas tanpa perubahan aturan
yang ha rus diikuti, dan tanpa petunjuk-petunjuk m enyesatkan yang
harus diabaikan. Terlepas dari itu, kehidupan penuh inform asi yang
m enyesatkan dan aturan yang berganti. Bila keunggulan orang-orang
bilingual atas orang-orang m onolingual dalam perm ainan-perm ainan
rem eh juga berlaku bagi situasi-situasi m em bingungkan atau bergonta-
http://facebook.com/indonesiapustaka

ganti yang m e lim pah dalam kehidupan nyata, itu akan berarti
keunggulan signiikan bagi orang-orang bilingual.
Satu perluasan m enarik yang belum lam a ini dilakukan dalam tes
pem bandingan ini adalah yang diberikan kepada bayi. Kita m ungkin
berpikir bahwa tidak ada artinya atau m ustahil m enguji "bayi
bilingual": bayi tidak bisa bicara sam a sekali, tidak bisa dideskripsikan
sebagai bilingual atau m onolingual, dan tidak bisa dim inta m e lakukan
492 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

tes berupa m em ilah kartu dan m enekan tuts. Kenyataannya, bayi


m engem bangkan kem am puan m em bedakan pem bicaraan yang m e-
reka dengar lam a sebelum m ereka sendiri bisa berbicara. Kita bisa
m enguji kem am puan m ereka m em bedakan dengan m engam ati apakah
m ereka bisa belajar m engorientasikan diri secara berbeda terhadap dua
bunyi yang berbeda. Ternyata bayi yang baru lahir, yang belum ter-
papar bahasa dunia apa pun, dapat m em bedakan antara banyak kon-
sonan dan vokal berbeda yang digunakan dalam bahasa-bahasa du nia,
terlepas dari apakah bahasa itu m erupakan bahasa "asli" (yang belum
m ereka dengar kecuali dari dalam rahim ). Selam a tahun pertam a
kehidupan, sam bil m endengar pem bicaraan di sekeliling, bayi pun
kehilangan kem am puan awal untuk m em bedakan bebunyian dalam
bahasa asing yang tidak m ereka dengar di sekeliling m ereka, dan
m ereka m em pertajam kem am puan m ereka m em bedakan bebunyian
dalam bahasa asli mereka. Misalnya, bahasa Inggris membedakan
antara dua konsonan cair l dan r, sem entara ba hasa J epang tidak;
itulah m engapa orang-orang asli J epang yang ber bicara bahasa
Inggris terdengar seolah salah m engucapkan "lots of luck" m en jadi
"rots of ruck" bagi penutur asli bahasa Inggris. Sebaliknya, ba hasa
J epang m em bedakan antara bunyi vokal pendek dan panjang, se-
m entara bahasa Inggris tidak. Tapi, bayi J epang yang baru lahir bisa
m em bedakan antara l dan r, sem entara bayi Inggris yang baru lahir
bisa m em bedakan antara vokal pendek dan panjang, nam un m ereka
ke hilangan kem am puan itu selam a tahun pertam a kehidupan m ereka
se bab perbedaan-perbedaan itu tidak berm akna dalam bahasa m ereka
m asing-m asing.
Penelitian-penelitian terbaru m eneliti apa yang dijuluki crib
bilingual (bilingual dalam buaian), alias bayi yang ibu dan ayahnya m e-
m iliki bahasa asli yang berbeda, nam un ibu dan ayahnya sam a-sam a
m em utuskan untuk berbicara dalam bahasa m ereka m asing-m asing
kepada si bayi sejak hari pertam a, sehingga bayi itu bertum buh besar
m en dengar dua bahasa, bukan hanya satu. Apakah crib bilingual sudah
http://facebook.com/indonesiapustaka

m em peroleh keunggulan berupa fungsi eksekutif dibandingkan m ono-


lingual, sehingga m em ungkinkan m ereka m enangani pergantian aturan
dan inform asi m em bingungkan secara lebih baik, yang m uncul setelah
si anak benar-benar bisa berbicara? Dan bagaim ana kita m enguji fungsi
ekse kutif pada bayi yang belum bisa berbicara?
Satu penelitian cerdik belum lam a ini, oleh Ágnes Kovács dan
Jacques Mehler, dilangsungkan di kota Trieste di Italia, memban-
PENYAKIT ALZHEIMER ● 493

dingkan bayi tujuh bulan "m onolingual" dengan bayi "bilingual"


yang dibesarkan dengan bahasa Italia ditam bah entah itu bahasa
Slovenia, Spanyol, Inggris, Arab, Denm ark, Prancis, atau Rusia (alias
m endengar satu bahasa dari ibu m ereka dan satu bahasa lain dari
ayah m ereka). Bayi-bayi itu dilatih, dikondisikan, dan diberi gan jaran
bila berperilaku dengan benar, dengan cara ditunjuki gam bar lucu
boneka yang m uncul di sebelah kiri layar kom puter; bayi-bayi itu be-
lajar m elihat ke arah boneka itu dan terbukti m enyenanginya. Uji itu
ter diri atas m engucapkan kepada si bayi tiga sukukata tanpa m akna
dengan struktur AAB, ABA, atau ABB (m isalnya, lo-lo-vu, lo-vu-lo, lo-
vu-vu). Hanya untuk satu di antara ketiga struktur itu (m isalnya lo-lo-
vu) boneka akan m uncul di layar. Dalam 6 percobaan, sewaktu m en-
dengar lo-lo-vu, bayi "m onolingual" m aupun "bilingual" sam a-sam a
belajar m enengok ke arah kiri layar guna m engantisipasi kem unculan
boneka yang lucu. Kem udian para peneliti m engubah aturan itu dan
m em buat si boneka m uncul di sebelah kanan (bukan di sebelah kiri)
layar, sebagai tanggapan bukan terhadap kata tak-berm akna lo-lo-vu
m e lainkan terhadap lo-vu-lo. Dalam 6 percobaan, bayi-bayi "bilingual"
telah m elupakan hasil pelajaran sebelum nya dan telah m em pe la jari
tanggapan benar yang baru, nam un bayi-bayi "m onolingual" bahkan se-
te lah 10 percobaan tetap saja m enengok ke arah sisi layar yang kini ke-
liru sewaktu m endengar kata tak-berm akna yang kini keliru.

Pe n yakit Alzh e im e r
Kita dapat m elakukan ekstrapolasi dari hasil-hasil itu, dan berspekulasi
bahwa orang-orang bilingual m ungkin m em iliki keunggulan dibanding-
kan orang-orang m onolingual dalam m enghadapi dunia kita yang
m em bingungkan dengan aturan-aturan yang berubah, dan bukan ha-
nya dalam tugas-tugas rem eh seperti m em bedakan lo-lo-vu dari lo-
vu-lo. Tapi, Anda para pem baca m em butuhkan bukti m anfaat yang
lebih nyata sebelum Anda berkom itm en untuk terus berceloteh dalam
dua bahasa berbeda kepada anak dan cucu Anda yang m asih bayi.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Oleh karena itu Anda akan lebih tertarik kepada laporan m engenai
keunggulan-keunggulan bilingualism e di ujung lain rentang hidup:
usia lanjut, ketika tragedi m enyedihkan berupa penyakit Alzheim er dan
dem ensia-dem ensia pikun lainnya m enanti sedem ikian banyak orang di
antara kita.
Penyakit Alzheim er adalah bentuk dem ensia lanjut usia yang paling
um um , m enyerang sekitar 5% orang berusia di atas 75 tahun, dan 17%
494 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

orang yang berusia di atas 85 tahun. Penyakit Alzheim er dim ulai de-
ngan sering lupa dan penurunan ingatan jangka pendek, lantas ber-
lanjut tanpa dapat balik dan tanpa dapat disem buhkan m enuju ke-
m atian dalam sekitar 5 sam pai 10 tahun. Penyakit tersebut terkait
de ngan lesi di otak, terdeteksi m elalui otopsi atau (sewaktu hidup)
m elalui m etode-m etode pencitraan otak, antara lain penyusutan otak
dan penumpukan protein-protein spesiik. Semua terapi obat dan vak-
sin sejauh ini gagal. Orang-orang dengan kehidupan yang secara m en-
tal dan isik menantang—pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan yang
lebih kom pleks, aktivitas sosial dan santai yang lebih m enantang dan
latihan isik yang lebih sering—menderita tingkat demensia yang lebih
rendah. Tapi, periode latensi yang panjang, m encapai 20 ta hun, antara
m ulai m enum puknya protein dan m unculnya gejala-ge ja la Alzheim er
nantinya, m em unculkan pertanyaan-pertanyaan m e nge nai penyebab
dan efek tentang tafsiran tem uan-tem uan m e ngenai kehidupan yang
m enantang ini: apakah tantangan itu sen diri m enurunkan gejala-gejala
Alzheim er, atau apakah orang-orang itu m am pu m enjalani kehidupan
yang m enantang justru karena m e reka tidak m enderita tahap-tahap
awal penum pukan protein, atau ka rena keunggulan-keunggulan gene-
tik yang juga m elindungi m ereka dari penyakit Alzheim er? Dengan
harapan bahwa kehidupan yang m e nantang m ungkin m erupakan
penyebab dan bukan hasil dari pengu rangan proses penyakit, orang-
orang lanjut usia yang takut ter kena penyakit Alzheim er terkadang
didorong untuk berm ain catur, per m ainan daring yang m enantang,
atau teka-teki Sudoku.
Hasil-hasil m engusik yang diperoleh dalam beberapa tahun ter-
akhir m enunjukkan bahwa tam paknya ada efek m elindungi yang
diberikan oleh bilingualism e seum ur hidup terhadap gejala-gejala
Alzheim er. Di antara 40 0 pasien yang dipelajari di klinik-klinik di
Toronto, Kanada, se bagian besar berusia 70 -an, dan dengan diagnosis
yang m ungkin m e rupakan penyakit Alzheim er (atau dem ensia-dem en-
sia lain dalam be berapa kasus), pasien-pasien bilingual m enunjuk-
http://facebook.com/indonesiapustaka

kan gejala-gejala per tam a m ereka saat berusia 4 atau 5 tahun lebih
tua daripada pasien-pasien m onolingual. Harapan hidup di Kanada
adalah 79, oleh karena itu penundaan 4– 5 tahun bagi orang-orang
berusia 70 -an berarti pe nurunan probabilitas orang kanada terserang
gejala Alzheim er sebelum m eninggal sebanyak 47%. Pasien-pasien
bilingual dan m onolingual tersebut setara dalam hal sta tus pekerjaan,
nam un pasien-pasien bilingual m em peroleh tingkat pen didikan rata-
PENYAKIT ALZHEIMER ● 495

rata yang lebih rendah (bukan lebih tinggi). Oleh karena pendidikan
dikaitkan dengan tingkat kejadian gejala-gejala Alzheim er yang lebih
rendah, ini berarti bahwa perbedaan dalam hal pendidikan tidak bisa
m enjelaskan tingkat kejadian gejala yang lebih rendah pada pasien-
pasien bilingual: tingkat kejadian m ereka lebih rendah m eskipun
pendidikan yang m ereka terim a lebih rendah. Satu lagi tem uan yang
m engusik adalah, untuk tingkat gangguan kognitif m ana pun, pasien-
pa sien bilingual m em iliki lebih bany ak atroi otak yang terungkap oleh
m etode-m etode pencitraan otak dibandingkan pasien-pasien m o no-
lingual. Bila dinyatakan dengan kata-kata lain, pasien-pasien bilingual
m en derita lebih sedikit gangguan kognitif daripada pasien-pasien m o-
nolingual dengan derajat atroi otak yang sama: bilingualisme mena-
warkan perlindungan parsial terhadap akibat-akibat atroi otak.
Perlindungan yang diberikan oleh bilingualism e tidak m em un-
culkan ketidakpastian tafsir yang sam a tentang penyebab lawan akibat
seperti yang dim unculkan oleh perlindungan yang tam pkanya di-
berikan oleh pendidikan dan aktivitas sosial m enantang. Yang dise-
but kan be la kangan itu m ungkin m erupakan akibat, bukan penyebab
tahap-ta hap awal lesi Alzheim er; dan faktor-faktor genetik yang m em -
buat se se orang cenderung m encari pendidikan dan aktivitas sosial juga
mungkin melindungi seseorang dari penyakit Alzheimer. Namun apa-
kah seseorang m enjadi bilingual atau tidak ditentukan di m asa kanak-
kanak, puluhan tahun sebelum lesi-lesi otak Alzheim er pertam a ber-
kem bang, dan tak berkaitan dengan gen-gen seseorang. Kebanyakan
orang bilingual m enjadi bilingual bukan karena keputusan ataupun gen
m ereka sendiri, m elainkan karena kebetulan bertum buh besar dalam
m asyarakat bilingual, atau karena orangtua m ereka berem igrasi dari
negeri asal m ereka ke negeri yang m enggunakan bahasa berbeda. Oleh
karena itu, gejala-gejala Alzheim er yang lebih rendah pada orang-orang
bilingual m enunjukkan bahwa tam paknya bilingualism e itu sendiri
m elindungi dari gejala-gejala Alzheim er.
Mengapa bisa begitu? Satu jawaban pendeknya adalah ungkapan
http://facebook.com/indonesiapustaka

"Bila tidak digunakan, nanti hilang". Berolahraga m eningkatkan fungsi


sebagian besar sistem tubuh; tidak berolahraga m enyebabkan fungsi
sistem -sistem itu m enurun. Inilah alasan m engapa atlet dan senim an
berlatih. Ini juga alasan m engapa pasien-pasien Alzheim er didorong
un tuk berm ain catur atau perm ainan daring, atau m em ecahkan teka-
teki Sudoku. Namun bilingualisme adalah latihan paling konstan yang
bisa dilakukan kepada otak. Sem entara pem ain catur atau Sudoku yang
496 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

fanatik sekalipun paling-paling hanya berm ain catur atau m em ecahkan


teka-teki Sudoku selam a beberapa jam dalam sehari, seorang bilingual
m em berikan latihan ekstra kepada otak m ereka setiap detik selagi m e-
reka terjaga. Sadar ataupun tidak, otak m ereka terus-m enerus harus
m e m u tuskan, “Haruskah aku berbicara, berpikir, atau m engartikan
bu nyi yang diucapkan kepadaku m enurut aturan m anasuka bahasa A,
atau kah bahasa B?”
Para pem baca juga akan tertarik seperti saya terhadap sejum lah
per tanyaan lebih lanjut yang m encolok nam un belum terjawab. Bila
satu bahasa tam bahan m enawarkan perlindungan, apakah dua bahasa
tam bahan m enawarkan lebih banyak perlindungan? Bila ya, apakah
perlindungan m eningkat berbanding lurus dengan jum lah bahasa,
ataukah secara lebih tajam atau kurang tajam? Misalnya, bila orang-
orang bilingual m em peroleh em pat tahun perlindungan dari satu
bahasa tam bahan, apakah seorang Papua, seorang Aborigin Australia,
seorang Indian Sungai Vaupés, atau seorang pram uniaga Skandinavia
yang m enuturkan lim a bahasa (em pat bahasa selain bahasa ibunya)
tetap hanya m em peroleh 4 tahun perlindungan, ataukah dia m em -
peroleh 4 × 4 = 16 tahun perlindungan, ataukah (bila bergonta-ganti
antara em pat bahasa tam bahan m enyulitkan jauh lebih daripada
em pat kali lipat diban dingkan hanya bergonta-ganti dengan satu
bahasa tam bahan) dia bah kan m em peroleh 50 tahun perlindungan?
Bila kita tidak sial ka rena orangtua kita tidak m em besarkan kita
sebagai crib bilingual, dan kita baru m ulai m em pelajari bahasa kedua
sewaktu m em asuki se kolah m enengah di usia 14 tahun, dapatkah
kita m engejar para crib bilingual dalam hal m anfaat yang diperoleh?
Kedua pertanyaan ini akan m em unculkan m inat teoretis bagi para
ahli linguistik, dan m inat praktis bagi orangtua yang bertanya-tanya
bagaim ana sebaiknya m em besarkan anak-anak m ereka. Sem ua ini
m enunjukkan bahwa tam paknya bilingualism e atau m ultilingualism e
m ungkin m em berikan keunggulan-keunggulan praktis besar kepada
individu-individu bilingual, tak hanya keunggulan kurang praktis
http://facebook.com/indonesiapustaka

berupa hidup yang kaya secara budaya, dan terlepas dari apakah
keanekaragam an bahasa bersifat baik atau buruk bagi dunia secara
keseluruhan.

Bah as a-bah as a yan g m e n gh ilan g


Ke-7.0 0 0 bahasa di dunia sangat beranekaragam dalam berbagai
macam segi. Misalnya, suatu hari sewaktu saya sedang mensurvei bu-
BAHASA-BAHASA YANG MENGHILANG ● 497

rung di rim ba di sekeliling desa Rotokas di pegunungan di pulau


Bougainville, Pasiik, penduduk desa yang memandu dan menyebutkan
na m a-nam a burung lokal kepada saya dalam bahasa Rotokas tahu-tahu
berseru “Kópipi!” seraya m engarahkan perhatian saya kepada kicauan
burung terindah yang pernah saya dengar. Kicauan itu terdiri atas nada
dan lengkingan yang disiulkan sejernih kaca, m engelom pok dalam
frasa dua-tiga nada yang perlahan-lahan m em uncak, m asing-m asing
frasa berbeda dari yang sebelum nya, dan m enghasilkan efek seperti sa-
lah satu lagu Franz Schubert yang tam pak sederhana padahal tidak. Si
pengicau ternyata spesies prenjak berkaki-panjang bersayap-pendek
yang sebelum nya tidak diketahui sains Barat.
Sewaktu berbincang-bincang dengan pem andu saya, perlahan-
lahan saya m enyadari bahwa m usik di pegunungan Bougainville m en-
ca kup tidak hanya lagu kópipi m elainkan juga bebunyian bahasa
Rotokas. Pem andu saya m enyebutkan nam a burung satu per satu
kepada saya: kópipi, vokupi, kopikau, kororo, keravo, kurue, vikuroi...
Satu-satunya bunyi konsonan dari nam a-nam a itu adalah k, p, r, dan
v. Nantinya, saya jadi tahu bahwa bahasa Rotokas hanya memiliki 6
bunyi konsonan, yang paling sedikit di antara bahasa-bahasa dunia
yang telah diketahui. Sebagai perbandingan, bahasa Inggris m em iliki
24, sem entara baha sa Ubykh yang telah punah di Turki m em iliki kira-
kira 80 . Entah ba gaim ana, orang-orang Rotokas, yang hidup di hutan
hujan tropis di gunung tertinggi di Samudra Pasiik Barat Daya di
sebelah tim ur Papua, telah berhasil m em bangun kosakata yang kaya
dan berkom unikasi de ngan jelas dengan m engandalkan bunyi dasar
yang lebih sedikit daripada m asyarakat m ana pun di dunia.
Namun musik bahasa mereka kini mulai menghilang dari pegu-
nungan Bougainville, dan dari dunia ini. Bahasa Rotokas hanyalah 1
di antara 18 bahasa yang dituturkan di pulau yang berukuran kira-kira
tiga perem pat negara bagian Connecticut di Am erika Serikat. Da lam
penghitungan terakhir, bahasa Rotokas dituturkan hanya oleh 4.320
orang, dan jum lah itu terus berkurang. Bila bahasa tersebut m eng-
http://facebook.com/indonesiapustaka

hilang, satu percobaan selam a 30 .0 0 0 tahun dalam kom unikasi dan


perkem bangan budaya m anusia pun akan tam at. Kepunahan itu m en-
jadi contoh bukan hanya tragedi yang akan segera m enim pa, bukan
hanya berupa hilangnya bahasa Rotokas, m elainkan juga sebagian
besar bahasa lain di dunia. Baru sekarang para ahli linguistik m ulai
secara se rius m em perkirakan laju hilangnya bahasa-bahasa di dunia,
dan m en de batkan apa yang harus dilakukan terhadap hal tersebut.
498 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

Bila laju hilangnya bahasa saat ini berlanjut, m aka pada 210 0 sebagian
besar bahasa yang ada di dunia saat ini akan telah punah, atau m enjadi
bahasa sekarat yang hanya dituturkan oleh orang-orang lanjut usia dan
tidak lagi diwariskan dari orangtua kepada anak.
Tentu saja, kepunahan bahasa bukanlah fenom ena anyar yang
baru dim ulai 70 tahun lalu. Kita tahu dari catatan tertulis kuno, dan
kita m enyim pulkan dari persebaran bahasa dan m asyarakat, bahwa
bahasa-bahasa telah punah satu per satu selam a ribuan tahun. Dari pa-
ra penulis Rom awi dan dari potongan-potongan tulisan di m onum en-
m onum en dan koin-koin kuno di wilayah yang tadinya m erupakan
Ke kaisaran Rom awi, kita tahu bahwa bahasa Latin m enggantikan
bahasa-bahasa Kelt yang tadinya dituturkan di Prancis dan Spanyol,
juga m enggantikan bahasa Etruska, Um bria, Oska, Faliska, dan
bahasa-bahasa lain di dalam Italia sendiri. Naskah-naskah kuno yang
terawetkan dalam bahasa Sum eria, Hurria, dan Hitti m erupakan bukti
bahasa-bahasa yang kini m enghilang nam un beberapa ribu tahun lalu
digunakan di Bulan Sabit Subur. Penyebaran fam ili bahasa Indo-Eropa
ke Eropa barat, yang dim ulai dalam 9.0 0 0 tahun terakhir, m elenyapkan
sem ua bahasa asli Eropa kecuali bahasa Basque di Pegunungan
Pirenea. Kita m e nyim pulkan bahwa para pem buru-pengum pul Pigm i
Afrika, Filipina, dan Indonesia, juga orang-orang J epang kuno, dulu
m enggunakan bahasa-bahasa yang kini telah punah, digantikan oleh
entah itu bahasa Bantu, bahasa Austronesia, dan bahasa J epang
m odern. J auh lebih banyak lagi bahasa yang telah lenyap tanpa jejak.
Terlepas dari sem ua bukti bahwa dahulu pun bahasa-bahasa m eng-
alam i kepunahan, kepunahan bahasa m odern berbeda karena lajunya
yang sangat m eningkat. Kepunahan selam a 10 .0 0 0 tahun ter akhir
m eninggalkan 7.0 0 0 bahasa untuk kita kini, nam un kepunahan da-
lam kira-kira seabad berikut akan m eninggalkan beberapa ratus saja
untuk kita. Laju kepunahan bahasa yang m em ecahkan rekor itu dise-
bab kan oleh pengaruh hom ogenisasi akibat tersebarnya glo balisasi dan
pem erintahan negara ke seluruh dunia.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Sebagai ilustrasi nasib kebanyakan bahasa, pikirkanlah ke-20


bahasa Inuit dan Indian asli Alaska. Bahasa Eyak, yang tadinya ditutur-
kan oleh beberapa ratus orang Indian di pesisir selatan Alaska, pada
1982 telah merosot sampai hanya menyisakan dua penutur asli, Marie
Sm ith J ones dan saudarinya Sophie Borodkin (Gam bar 47). Anak-anak
m ereka hanya bisa berbahasa Inggris. Dengan m eninggalnya Sophie
tahun 1992 pada usia 80 tahun, dan meninggalnya Marie tahun 2008
BAHASA-BAHASA YANG MENGHILANG ● 499

pada usia 93 tahun, dunia bahasa m asyarakat Eyak pun terbungkam


untuk selam anya. Tujuh belas bahasa asli Alaska lain nya kini sekarat,
dalam pengertian tidak satu anak pun yang sedang m em pelajari
m ereka. Walaupun m asih dituturkan oleh beberapa orang lanjut
usia, bahasa-bahasa itu pun akan terpentok takdir yang sam a de ngan
bahasa Eyak ketika para penutur terakhir m ereka m eninggal dunia,
dan nyaris sem uanya dituturkan oleh m asing-m asing kurang daripada
seribu orang. Dengan dem ikian hanya dua bahasa asli Alaska yang
m a sih dipelajari oleh anak-anak sehingga belum m enghadapi bahaya
kepunahan: bahasa Yupik Siberia, dengan 1.0 0 0 penutur, dan bahasa
Yupik Tengah, dengan total jenderal 10 .0 0 0 penutur.
Dalam m onograf-m onograf yang m erangkum status terbaru
bahasa-bahasa, kita m enjum pai jenis-jenis frasa yang diulang-ulang
secara m onoton. “Ubykh [bahasa Turki yang m em iliki 80 konsonan]...
penutur kompeten penuh terakhir, Tevik Esen, dari Haci Osman,
m eninggal di Istam bul 10 / 92. Seabad lalu ada 50 .0 0 0 penuturnya
di lem bah-lem bah Kaukasus di sebelah tim ur Laut Hitam .” “Cupeño
[bahasa Indian di California selatan]... sem bilan penutur dari populasi
total 150 ... sem uanya berusia lebih daripada 50 tahun... nyaris punah.”
“Yam ana [bahasa Indian yang tadinya dituturkan di Chile selatan dan
Argentina]... tiga penutur perem puan [di Chile], yang m enikahi laki-
laki Spanyol dan m em besarkan anak-anak m ereka sebagai penutur
Spanyol... punah di Argentina.”
Derajat bahaya yang dihadapi bahasa berbeda-beda di seluruh
dunia. Benua yang secara linguistik berada dalam kesulitan paling ga-
wat adalah Australia Aboriginal, di m ana tadinya ada sekitar 250 ba-
hasa yang dituturkan, sem uanya dengan kurang daripada 5.0 0 0 pe-
nutur. Kini, separo di antara bahasa-bahasa Australia itu telah punah;
ke banyakan yang m asih bertahan dituturkan oleh kurang daripada
10 0 orang; kurang daripada 20 yang m asih diteruskan ke anak-anak;
dan paling-paling hanya segelintir yang m ungkin m asih dituturkan
pada akhir abad ke-21. Yang nyaris sam a gawatnya adalah tragedi yang
http://facebook.com/indonesiapustaka

m enim pa bahasa-bahasa asli di Am erika. Dari ratusan bahasa Pribum i


Am erika yang tadinya ada di Am erika Utara, sepertiga sudah punah,
sepertiga lagi hanya dituturkan oleh segelintir orang lanjut usia, dan
hanya dua (Navajo dan Eskimo Yupik) yang masih digunakan untuk
siaran di stasiun-stasiun radio setem pat—pertanda m asalah dalam
dunia zam an kom unikasi m assal kini. Di antara kira-kira seribu bahasa
pribum i yang tadinya dituturkan di Am erika Tengah dan Selatan, satu-
500 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

satunya dengan m asa depan yang am an adalah Guarani, yang bersam a-


sam a bahasa Spanyol m erupakan bahasa nasional Paraguay. Satu-
satunya benua dengan ratusan bahasa asli yang belum berada dalam
jurang kehancuran adalah Afrika, di m ana sebagian besar bahasa asli
yang bertahan m em iliki puluhan ribu atau bahkan jutaan penutur, dan
di m ana populasi kecil petani-petani m e netap kini tam paknya bertahan
m enggunakan bahasa-bahasa m e reka sendiri.

Bagaim an a bah as a m e n gh ilan g


Bagaim anakah bahasa m enghilang? Seperti juga ada banyak cara
untuk m em bunuh orang—m em ukul kepala, m encekik pelan-pelan,
atau m engabaikan berlam a-lam a—dem ikian pula ada banyak cara
untuk m elenyapkan bahasa. Cara paling langsung adalah m em bunuh
nyaris sem ua penuturnya. Begitulah bagaim ana orang-orang kulit putih
California m elenyapkan bahasa orang Indian "liar" terakhir di Am erika
Serikat, seorang laki-laki bernam a Ishi (Gam bar 29) yang m erupakan
anggota suku Yahi yang terdiri atas kira-kira 40 0 jiwa, hidup di dekat
Gunung Lassen. Dalam serangkaian pem bantaian antara 1853 dan
1870 setelah dem am em as California m em ikat bergerom bol-gerom bol
pem ukim Eropa ke California, para pem ukim itu m em bunuh sebagian
besar orang Yahi, m enyisakan Ishi dan keluarganya, dan kem udian
Ishi sendirian, yang bertahan dalam persem bunyian sam pai 1911. Para
kolonis Britania m elenyapkan sem ua bahasa asli Tasm ania pada awal
180 0 -an dengan m em bunuh atau m enangkap sebagian besar orang
Tasm ania, terdorong oleh ganjaran lim a poundsterling untuk setiap
orang Tasm ania dewasa dan dua poundsterling untuk setiap anak.
Cara-cara kem atian yang tidak seberapa kejam m em berikan hasil
serupa. Misalnya, tadinya ada ribuan pribumi Amerika suku Mandan
di Great Plains, Am erika Serikat, nam un pada 1992 jum lah penutur
fasih bahasa Mandan telah merosot sampai enam orang saja, terutama
akibat epidem i kolera dan cacar api antara 1750 dan 1837.
Cara paling langsung berikutnya untuk m elenyapkan bahasa
http://facebook.com/indonesiapustaka

bukanlah m em bunuh para penuturnya, m elainkan m elarang m ereka


m enggunakan bahasa m ereka, dan m enghukum m ereka bila kepergok
m elakukannya. Kalau-kalau Anda bertanya-tanya m engapa sebagian
besar bahasa Indian di Am erika Utara kini punah atau sekarat,
pikirkan saja kebijakan yang dipraktikkan sam pai belum lam a ini oleh
pe m erintah Am erika Serikat berkenaan dengan bahasa-bahasa itu.
Selam a beberapa abad kam i bersikeras bahwa orang-orang Indian
BAGAIMANA BAHASA MENGHILANG ● 501

harus "dibuat beradab" dan diajari bahasa Inggris sem ata dengan
m engam bil anak-anak Indian dari suasana "barbar" di rum ah orangtua
m e reka dan m enem patkan m ereka di sekolah-sekolah berasram a yang
ha nya m enggunakan bahasa Inggris, di m ana penggunaan bahasa-
bahasa Indian dilarang mutlak dan dijatuhi siksaan isik dan hukum-
an memalukan. Guna menjustiikasi kebijakan itu, J.D.C. Atkins, ko-
m isioner AS untuk urusan Indian sejak 1885 sam pai 1888, m en jelas-
kan, “Mengajari orang-orang Indian dalam bahasa daerah mereka
[m aksudnya dalam bahasa Indian] bukan hanya tidak ada m anfaatnya
bagi m ereka, nam un juga m erusak bagi usaha m em buat m ereka
terdidik dan beradab, dan tidak boleh diizinkan di sekolah Indian
m ana pun yang dikendalikan oleh Pem erintah... Bahasa [Inggris] ini,
yang cukup bagus untuk orang kulit putih m aupun orang kulit hitam ,
pastilah cukup bagus juga untuk orang kulit m erah. Dipercaya juga
bahwa m engajari pem uda Indian dalam dialeknya yang barbar sungguh
m erusaknya. Langkah pertam a untuk m em bawa m ereka ke peradaban,
ke arah m engajari orang-orang Indian m engenai keburukan dan
kebodohan dalam m elanjutkan praktik-praktik barbar m ereka, adalah
m engajari m ereka bahasa Inggris.”
Setelah J epang m encaplok Okinawa pada 1879, pem erintah J epang
m enerapkan solusi yang dijabarkan sebagai "satu bangsa, satu ras, satu
bahasa". Itu berarti m endidik anak-anak Okinawa untuk berbicara
bahasa J epang dan tidak lagi m em bolehkan m ereka m enuturkan ba-
hasa asli Okinawa m ana pun yang berjum lah lusinan. Serupa dengan
itu, ketika J epang m encaplok Korea pada 1910 , J epang m elarang ba-
hasa Korea di sekolah-sekolah Korea, m enggantikannya dengan bahasa
J epang. Ketika Rusia m encaplok kem bali republik-republik Baltik pada
1939, Rusia m enggantikan bahasa-bahasa Estonia, Latvia, dan Lituania
di sekolah-sekolah dengan bahasa Rusia, nam un bahasa-bahasa Baltik
itu terus dituturkan di rum ah-rum ah dan m em peroleh kem bali status
se bagai bahasa nasional ketika republik-republik tersebut kem bali m er-
deka pada 1991. Satu-satunya bahasa Kelt yang m asih ada di daratan
http://facebook.com/indonesiapustaka

utam a Eropa adalah Breton, yang m asih m erupakan bahasa utam a


setengah juta warga negara Prancis. Tapi, kebijakan resm i pe m erintah
Prancis yang m asih berlaku adalah tidak m enyertakan bahasa Breton
di sekolah dasar dan m enengah, dan penggunaan bahasa Breton pun
berkurang.
Namun dalam kebanyakan kasus, hilangnya bahasa berlangsung
m e lalui proses yang lebih berangsur-angsur seperti yang kini ber-
502 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

langsung di Rotokas. Seiring uniikasi politik di daerah yang tadinya


diduduki oleh suku-suku m enetap yang saling berperang, datanglah
per dam aian, m obilitas, dan pernikahan cam pur yang sem akin sering
dilangsungkan. Pem uda-pem udi yang m encari kesem patan ekonom i
m e ninggalkan desa-desa m ereka yang m enuturkan bahasa asli dan
ber pindah ke pusat-pusat perkotaan, di m ana para penutur bahasa
suku m ereka sendiri kalah jauh dalam hal jum lah dibandingkan
orang-orang dari suku-suku lain, dan di sana orang-orang yang butuh
ber kom unikasi dengan satu sam a lain tidak punya pilihan kecuali
berbicara dengan bahasa m ayoritas. Sem akin banyak pasangan dari
kelom pok ba hasa berbeda-beda yang m enikah dan harus berpaling
kepada bahasa m ayoritas agar bisa berbicara dengan satu sam a lain;
oleh karena itu m ereka pun m ewariskan bahasa m ayoritas itu kepada
anak-anak m e reka. Bahkan m eskipun anak-anak itu juga m em pelajari
bahasa orangtua m ereka, m ereka harus m enggunakan bahasa m ayo-
ritas di sekolah. Orang-orang yang tetap tinggal di desa kelahiran
m ereka, m em pelajari bahasa m ayoritas dem i akses kepada gengsi,
kekuasaan, perdagangan, dan dunia luar. Pekerjaan, surat kabar, radio,
dan televisi sangat dido m inasi oleh bahasa m ayoritas yang sam a-sam a
digunakan oleh sebagian be sar pekerja, konsum en, pengiklan, dan
pelanggan.
Akibat yang biasanya m uncul adalah m inoritas m uda-dewasa cen-
derung m enjadi bilingual, dan kem udian anak-anak m ereka m enjadi
m o nolingual, dalam bahasa m ayoritas. Pewarisan bahasa-bahasa m i-
no ritas dari orangtua ke anak terputus karena salah satu ataupun
kedua alasan ini: orangtua ingin anak-anak m ereka m em pelajari ba-
ha sa m ayoritas, bukan bahasa suku orangtua, sehingga anak-anak
m e reka bisa berhasil di sekolah dan dalam pekerjaan; dan anak-anak
tidak ingin m em pelajari bahasa orangtua m ereka dan hanya ingin
m em pe lajari bahasa m ayoritas, agar bisa m em aham i televisi, sekolah,
dan tem an-tem an seperm ainan m ereka. Saya telah m elihat proses itu
ber langsung di Am erika Serikat pada keluarga-keluarga im igran dari
http://facebook.com/indonesiapustaka

Polandia, Korea, Etiopia, Meksiko, dan banyak negara lain, dengan


hasil yang sam a yaitu anak-anak m em pelajari bahasa Inggris nam un
tidak m em pelajari bahasa orangtua m ereka. Pada akhirnya, bahasa-
bahasa m inoritas hanya dituturkan oleh orang-orang lanjut usia, sam -
pai yang terakhir di antara m ereka m eninggal dunia. Lam a sebelum
akhir itu tercapai, bahasa m inoritas telah m erosot m elalui hilangnya
BAGAIMANA BAHASA MENGHILANG ● 503

kerum itan tata bahasanya, hilangnya kata-kata asli yang terlupakan,


dan m e rasuknya kosakata dan ciri-ciri tata bahasa asing.
Di antara 7.0 0 0 bahasa dunia, sebagian di antaranya berada dalam
bahaya yang jauh lebih besar daripada yang lain. Yang krusial dalam
m e nentukan derajat bahaya yang dihadapi bahasa adalah apakah
bahasa itu m asih diwariskan di rum ah dari orangtua ke anak: ketika pe-
warisan itu berhenti, tam atlah sudah bahasa itu, m eskipun m asih 90
tahun lagi akan berlalu sebelum anak terakhir yang m asih fasih m eng-
gu nakan bahasa tersebut m eninggal, m em bawa serta bahasanya ke
alam kubur. Faktor-faktor yang m em ungkinkan berlanjutnya pewarisan
ba hasa dari orangtua ke anak antara lain: jum lah besar penutur bahasa
itu; persentase tinggi penutur bahasa itu dalam populasi; pengakuan
pem erintah terhadap bahasa itu sebagai bahasa resm i nasional atau
pro vinsi; sikap penutur terhadap bahasa m ereka sendiri (bangga atau
m encela); dan ketiadaan banyak im igran yang m enuturkan bahasa
lain dan m engalahkan bahasa-bahasa asli (seperti yang terjadi dengan
aliran masuk bahasa Rusia ke Siberia, aliran masuk bahasa Nepal ke
Sikkim , dan aliran m asuk bahasa Indonesia ke Papua Indonesia).
Barangkali bahasa-bahasa dengan m asa depan paling am an m en-
cakup bahasa-bahasa resm i nasional di negara-negara berdaulat di
dunia, yang kini berjum lah sekitar 192. Tapi, sebagian besar ne gara
telah secara resm i m enetapkan bahasa Inggris, Spanyol, Arab, Portugis,
atau Prancis sebagai bahasa nasional, m enyisakan hanya sekitar 70
negara yang m em ilih bahasa-bahasa lain. Bahkan bila kita m eng-
hitung bahasa-bahasa regional, seperti 22 bahasa yang disebut dalam
undang-undang dasar India, hasilnya paling-paling hanya bebe rapa
ratus bahasa yang dilindungi secara resm i di seluruh dunia. Alter-
natifnya, kita m ungkin m enganggap bahasa-bahasa dengan penutur
berjum lah lebih daripada sejuta orang sebagai am an, terlepas dari sta-
tus resmi mereka, namun deinisi itu menghasilkan hanya kira-kira 200
bahasa yang am an, banyak di antaranya m erupakan duplikat daftar
bahasa resm i. Sejum lah bahasa kecil bersifat am an karena dukungan
http://facebook.com/indonesiapustaka

pem erintah, m isalnya bahasa Faroe, yang dituturkan oleh 50 .0 0 0


penghuni Kepulauan Faroe yang dim iliki Denm ark nam un m em iliki
pe m e rin tahan sendiri, dan bahasa Eslandia, dituturkan sebagai ba-
hasa resm i oleh 30 0 .0 0 0 orang Eslandia. Sebaliknya, beberapa ba-
hasa dengan sejuta lebih penutur nam un tanpa atau hanya m em -
peroleh dukungan terbatas sam pai belum lam a ini dari negara, m eng-
hadapi ancaman, seperti bahasa Nahuatl (1,4 juta lebih penutur di
504 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

Meksiko) dan Quechua (sekitar 9 juta penutur di Andes). Namun du-


kungan pem erintah tidak m enjam in keam anan suatu bahasa, se perti
yang diilustrasikan oleh bahasa Irlandia yang m em udar dan digantikan
bahasa Inggris di Irlandia, terlepas dari dukungan kuat pe m e rin tah
Irlandia terhadap bahasa Irlandia dan diajarkannya bahasa Irlandia
sebagai bahasa resm i di sekolah-sekolah Irlandia. Berdasarkan hal-hal
itulah para ahli linguistik m em perkirakan bahwa sem ua kecuali be be-
rapa ratus dari 7.0 0 0 bahasa yang kini ada di dunia akan punah atau
terancam pada akhir abad ini—bila kecenderungan sekarang ber lanjut.

Ap akah bah as a m in o ritas be rbah aya?


Itulah fakta-fakta yang m encengangkan m engenai kepunahan bahasa di
seluruh dunia. Tapi sekarang m arilah kita bertanya, seperti juga yang
dilakukan banyak atau sebagian besar orang: terus kenapa? Apakah
hilangnya bahasa benar-benar hal yang buruk? Tidakkah keber ada an
ribuan bahasa m em ang m em bahayakan, sebab m enghalangi kom u ni-
kasi dan mendorong perselisihan? Barangkali kita sebenarnya ha rus
m endorong hilangnya bahasa. Pandangan itu diungkapkan oleh banyak
sekali komentar pendengar yang dikirimkan ke British Broadcasting
Corporation setelah BBC menayangkan program yang m en coba m em -
bela nilai penting bahasa-bahasa yang m enghilang. Inilah be berapa
contoh kutipannya:
“Ini sih nam anya banjir sam pah sentim ental! Alasan bahasa-baha-
sa m ati adalah karena m ereka m erupakan ekspresi m asyarakat-m asya-
rakat sekarat yang tidak m am pu m engkom unikasikan dinam ika in te-
lek tual, budaya, dan sosial yang m erupakan syarat bagi keselam atan
tahan lam a dan evolusi.”
“Konyol. Tujuan bahasa adalah untuk berkom unikasi. Bila tidak
ada yang m enuturkan suatu bahasa, ya bahasa itu tidak ada tujuannya.
Sekalian saja belajar bahasa Klingon.”
“Satu-satunya kelom pok orang yang m em peroleh m anfaat dari
7.0 0 0 bahasa adalah para ahli linguistik. Bahasa yang berbeda m em i-
http://facebook.com/indonesiapustaka

sahkan m a nusia, sem entara bahasa yang sam a m enyatukan m ereka.


Sem akin se dikit bahasa yang hidup, sem akin baik.”
“Um at m anusia harus dipersatukan, begitulah caranya kita m aju,
bukan dalam suku-suku terbatas yang tidak m am pu berkom unikasi
de ngan satu sam a lain. Lagipula apa untungnya tahu lim a bahasa?
Dokum entasikan saja sem uanya, pelajari apa yang bisa kita pelajari,
nam un tem patkan bahasa-bahasa itu dalam sejarah, tem pat m e reka
APAKAH BAHASA MINORITAS BERBAHAYA? ● 505

seharusnya berada. Satu dunia, satu m asyarakat, satu bahasa ber sam a,
satu tujuan bersam a, pada saat itu barangkali kita sem ua bisa hidup
dam ai.”
“Menurutku sih 7.000 bahasa itu sama dengan kelebihan 6.990 ba-
hasa. Biarkan saja m ereka lenyap.”
Ada dua alasan utam a yang diberikan orang-orang seperti yang
menulis ke BBC itu guna menjustiikasi penyingkiran sebagian besar
bahasa dunia. Salah satu keberatan dapat dirangkum dalam satu kali-
m at “Kita butuh bahasa bersam a agar bisa berkom unikasi dengan satu
sam a lain.” Iya, itu m em ang benar; m asyarakat yang berbeda-beda
m e m ang m em butuhkan bahasa bersam a agar bisa berkom unikasi de-
ngan satu sama lain. Namun hal itu tidak mengharuskan pelenyapan
bahasa-bahasa m inoritas; yang dibutuhkan hanyalah para penutur
bahasa m inoritas m enjadi bilingual dengan bahasa m ayoritas sebagai
salah satu bahasa mereka. Misalnya, Denmark adalah negara terkaya
tertujuh di dunia, walaupun tam paknya m asyarakat satu-satunya yang
m enggunakan bahasa Denm ark adalah kelim a juta orang Denm ark.
Itu karena nyaris sem ua orang Denm ark juga fasih bertutur bahasa
Inggris dan beberapa bahasa Eropa lainnya, yang m ereka gunakan
dalam berbisnis. Orang-orang Denm ark m akm ur dan berbahagia se-
ba gai orang-orang Denm ark, sebab m ereka bertutur bahasa Denm ark.
Bila orang-orang Denm ark bersedia berupaya m enjadi bilingual dalam
bahasa Denm ark dan Inggris, itu urusan m ereka sendiri. Serupa
dengan itu, bila orang-orang Indian Navajo bersedia berupaya menjadi
bilingual dalam bahasa Navajo dan Inggris, itu urusan mereka. Orang-
orang Navajo tidak meminta dan bahkan tidak mau orang-orang
Amerika lain mempelajari bahasa Navajo.
Satu lagi alasan utam a yang diberikan oleh orang-orang seperti
yang menulis ke BBC guna menjustiikasi penyingkiran bahasa-
bahasa ada lah kepercayaan bahwa banyak bahasa m enyebabkan pe-
rang sipil dan perselisihan etnis, dengan m endorong orang untuk
m enganggap m asyarakat-m asyarakat lain sebagai berbeda. Perang
http://facebook.com/indonesiapustaka

saudara yang m erobek-robek sedem ikian banyak negara m asa kini


disebabkan oleh garis-garis batas linguistik—dem ikianlah katanya.
Apa pun nilai penting banyak bahasa, m enyingkirkan m ereka m ungkin
m erupakan harga yang harus kita bayar bila kita hendak m enghentikan
pem bunuhan m anusia di seluruh dunia. Tidakkah dunia akan m enjadi
tem pat yang jauh lebih dam ai seandainya orang-orang Kurdi beralih
saja m enjadi penutur bahasa Turki atau Arab, atau bila orang-orang
506 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

Tam il di Sri Lanka setuju untuk m enggunakan bahasa Sinhala, dan bila
orang-orang Prancis di Quebec dan orang-orang Hispanik di AS beralih
saja ke bahasa Ingris?
Sepertinya argumen itu kuat. Namun asumsi tersiratnya mengenai
utopia m onolingual salah: perbedaan bahasa bukanlah penyebab ter-
penting perselisihan. Orang-orang yang berprasangka akan m enyam bar
per bedaan apa pun sebagai alasan untuk tidak m enyukai orang lain,
term asuk perbedaan-perbedaan agam a, politik, etnis, dan pakaian.
Pem bunuhan m assal terparah di Eropa sejak akhir Perang Dunia II m e-
libatkan saling bantai antara orang-orang Serbia dan Montenegro yang
Kristen Ortodoks (dan nantinya berpisah), orang-orang Kroasia yang
Katolik, dan orang-orang Bosnia yang Muslim di bekas Yugoslavia,
yang sem uanya m enggunakan bahasa yang sam a, Serbo-Kroasia.
Pem bunuhan m assal terparah di Afrika sejak akhir Perang Dunia II
terjadi di Rwanda pada 1994, ketika orang-orang Hutu m em bunuh
nyaris sejuta orang Tutsi dan sebagian besar orang-orang Twa di
Rwanda, yang sem uanya m enggunakan bahasa Rwanda. Pem bunuhan
m assal terparah di tem pat-tem pat lain di dunia sejak akhir Perang
Dunia II terjadi di Kam boja, di m ana orang-orang Kam boja pengguna
bahasa Khm er di bawah diktator m ereka Pol Pot m em bunuh sekitar
dua juta orang Kam boja lain yang juga pengguna bahasa Khm er.
Pem bunuhan m assal terparah di m ana pun di dunia, kapan pun dalam
sejarah, berlangsung di Rusia di bawah Stalin, ketika orang-orang
Rusia m em bunuh puluhan juta orang, sebagian besarnya juga ber-
bahasa Rusia, gara-gara apa yang dianggap sebagai perbedaan politik.
Bila Anda percaya bahwa kaum m inoritas harus m em buang bahasa-
bahasa m ereka dan m engadopsi bahasa m ayoritas guna m endorong
per dam aian, tanyakan kepada diri sendiri apakah Anda juga percaya
bah wa kaum m inoritas harus m endorong perdam aian dengan m em -
buang agam a, etnisitas, dan pandangan politik m ereka. Bila Anda
m em percayai bahwa kem erdekaan beragam a, etnisitas, dan pandangan
po litik m erupakan hak asasi m anusia yang tidak dapat disangkal na-
http://facebook.com/indonesiapustaka

m un kebebasan berbahasa tidak, bagaim ana Anda akan m enjelaskan


ketidakkonsistenan Anda kepada seorang Kurdi atau seorang Prancis
Kanada? Dem ikian banyak contoh tak terhitung selain Stalin, Pol Pot,
Rwanda, dan bekas Yugoslavia yang m em peringatkan kita bahwa m o-
no lingualism e bukanlah penjam in perdam aian.
Mengingat bahwa manusia berbeda-beda dalam hal bahasa, agama,
etnisitas, dan pandangan politik, satu-satunya alternatif terhadap tira-
UNTUK APA MELESTARIKAN BAHASA? ● 507

ni atau pem bunuhan m assal adalah agar orang-orang hidup bersam a-


sam a dengan saling m enoleransi. Itu bukan harapan kosong. Terlepas
dari segala perang m asa lalu gara-gara agam a, orang-orang yang ber-
agam a berbeda-beda hidup bersam a-sam a dengan dam ai di Am erika
Serikat, J erm an, Indonesia, dan banyak negara lainnya. Serupa dengan
itu, banyak negara yang m em praktikkan toleransi linguistik m endapati
bahwa m ereka bisa m engakom odasi orang-orang dengan bahasa ber-
beda-beda secara harm onis: m isalnya, 2 bahasa asli di Belanda (bahasa
Belanda dan Vries), 2 di Selandia Baru (bahasa Inggris dan Maori), 3
di Finlandia (bahasa Finlandia, Swedia, dan Lapp), 4 di Swiss (bahasa
J erm an, Prancis, Italia, dan Rom ansh), 43 di Zam bia, 85 di Etiopia,
128 di Tanzania, dan 286 di Kam erun. Dalam perjalanan ke Zam bia
se waktu saya m engunjungi satu kelas sekolah m enengah atas, saya
ingat seorang m urid bertanya kepada saya, “Bapak berasal dari suku
apa di Am erika Serikat?” Kem udian m asing-m asing m urid m em beri
tahu saya, sam bil tersenyum , apa bahasa suku m ereka m asing-m asing.
Dalam ruang kelas yang kecil itu ada tujuh bahasa yang terwakili, dan
tak seorang pun tam pak m alu, takut, atau berniat saling m em bunuh.

U n tu k ap a m e le s tarikan bah as a?
Oke, jadi tidak ada yang pasti membahayakan atau merepotkan dalam
melestarikan bahasa kecuali upaya bilingualisme oleh para penutur
minoritas itu sendiri, dan mereka bisa memutuskan sendiri apa -
kah mereka bersedia untuk menempuh upaya tersebut. Apakah ada
keunggulan-keunggulan positif dalam pelestarian keanekaragaman baha-
sa? Mengapa kita tidak biarkan saja dunia menyatu ke arah kelima
bahasa teratasnya, yaitu bahasa Mandarin, Spanyol, Inggris, Arab, dan
Hindi? Atau ma rilah kita dorong argumen itu selangkah lebih jauh,
sebelum para pem baca saya yang merupakan penutur bahasa Inggris
men ja wab de ngan antusias, “Ya!” Bila Anda berpikir bahwa bahasa-
bahasa ke cil ha rus mengalah kepada bahasa-bahasa besar, kesimpulan
paling lo gis ada lah kita semua harus mengadopsi bahasa terbesar di
http://facebook.com/indonesiapustaka

dunia, Mandarin, dan biarkan saja bahasa Inggris mati. Apa gunanya
me les tarikan bahasa Inggris? Di antara banyak jawaban, saya akan
sebutkan tiga.
Pertam a-tam a, dengan dua bahasa atau lebih, kita sebagai individu
bisa m enjadi bilingual atau m ultilingual. Saya bahas sebelum nya di
bab ini bukti keunggulan kognitif yang dim iliki oleh individu-individu
bilingual. Bahkan m eskipun Anda skeptis m engenai laporan bahwa bi-
508 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

lingualism e m elindungi dari gejala-gejala penyakit Alzheim er, sem ua


yang fasih dalam lebih daripada satu bahasa tahu bahwa pengetahuan
akan bahasa yang berbeda-beda m em perkaya kehidupan seseorang, se-
perti juga kosakata besar dalam bahasa ibu seseorang m em ungkinkan
ke hidupan yang lebih kaya daripada kosakata yang kecil. Bahasa yang
ber beda-beda m em iliki keunggulan yang berbeda-beda, sehingga
lebih m udah m engekspresikan beberapa hal, atau m erasakan dalam
cara-cara tertentu, dalam satu bahasa dibandingkan bahasa lain. Bila
hipotesis Sapir-Whorf yang banyak diperdebatkan ternyata benar,
struktur suatu bahasa m em bentuk cara penutur bahasa tersebut ber-
pikir, dengan hasil bahwa seseorang m em andang dunia dan berpikir
secara berbeda sewaktu berganti bahasa. Oleh karena itu hilangnya
bahasa tidak hanya m em batasi kebebasan m inoritas, m elainkan juga
m em batasi pilihan-pilihan m ayoritas.
Kedua, bahasa m erupakan produk paling kom pleks akalbudi m a-
nusia, m asing-m asing dengan bunyi, struktur, dan pola pem ikiran
tersendiri. Namun bukan hanya bahasa itu sendiri yang hilang ketika
suatu bahasa punah. Kesusastraan, budaya, dan banyak pengetahuan
disim pan dalam bahasa: bila bahasa itu hilang, hilang pula sebagian
besar kesusastraan, budaya, dan pengetahuan itu. Bahasa yang ber-
beda-beda m em iliki sistem bilangan, sarana pengingat, dan sistem
orien tasi ruang yang berbeda-beda: m isalnya, lebih m udah berhitung
dalam bahasa Wales atau Mandarin daripada dalam bahasa Inggris.
Masyarakat-masyarakat tradisional memiliki nama-nama dalam bahasa
lokal bagi ratusan spesies hewan dan tum buhan di sekeliling m ereka:
ensiklopedia inform asi etnobiologis itu lenyap ketika bahasa-bahasa
mereka lenyap. Meskipun Shakespeare dapat diterjemahkan ke dalam
bahasa Mandarin, kami penutur bahasa Inggris akan menganggap
suatu kerugian bagi um at m anusia bila ucapan Ham let “To be or not to
be, that is the question” hanya tersedia dalam bahasa Mandarin. Ma-
syarakat-m asyarakat tradisional juga m em iliki sastra lisan sendiri, dan
hilangnya kesusastraan tersebut juga m erupakan kerugian bagi um at
http://facebook.com/indonesiapustaka

m anusia.
Namun barangkali Anda masih berpikir, “Cukuplah segala omong-
an tak jelas soal kebebasan linguistik, warisan budaya unik, dan pi-
lihan berbeda dalam berpikir dan berekspresi ini. Sem ua itu adalah ke-
m ewahan dengan tingkat prioritas rendah di antara krisis-krisis dunia
m odern. Sam pai kita m em ecahkan m asalah-m asalah sosio-ekonom i
du nia yang m endesak, kita tidak bisa m em buang-buang waktu dengan
UNTUK APA MELESTARIKAN BAHASA? ● 509

tetek-bengek seperti bahasa-bahasa Penduduk Asli Am erika yang tidak


penting.”
Kalau dem ikian, pikirkanlah lagi m engenai m asalah-m asalah sosio-
ekonom i yang dihadapi orang-orang yang m enuturkan bahasa-bahasa
Pen duduk Asli Am erika yang tidak penting itu (dan ribuan bahasa tidak
penting lainnya di sekeliling dunia). Mereka adalah segmen termiskin
dalam masyarakat Amerika. Masalah-masalah mereka bukanlah ha-
nya m asalah-m asalah sem pit seperti soal pekerjaan, m elainkan juga
m asalah-m asalah luas seperti kehancuran budaya. Kelom pok-ke lom -
pok yang bahasa dan budayanya hancur cenderung kehilangan ke-
banggaan dan kem am puan m enyokong diri, dan terjatuh ke dalam
masalah-masalah sosio-ekonomi. Mereka telah sedemikian lama diberi-
tahu bah wa ba hasa dan segala sesuatu mengenai kebudayaan mereka
tidak ada har ga nya sehingga mereka mempercayainya. Sungguh besar
ongkos yang ditim bulkannya terhadap pem erintahan nasional be-
ru pa tun jangan ke se jah teraan, pengeluaran tunjangan kesehatan,
m asalah-m asalah yang terkait alkohol dan narkoba, serta pengurasan
terhadap ekonom i nasional. Pada waktu yang sam a, m inoritas-m i-
noritas lain dengan budaya utuh dan pelestarian bahasa yang kuat—
seperti sejum lah kelom pok im igran belakangan ini ke AS—sudah ba-
nyak bersum bangsih kepada ekonom i, bukan ha nya m engurasnya.
Di antara kaum m inoritas asli Am erika pun, m e reka yang budaya dan
bahasanya utuh cenderung lebih kuat secara eko nom i dan m em bu tuh-
kan lebih sedikit bantuan sosial. Orang-orang Indian Cherokee yang
m enyelesaikan sekolah bahasa Cherokee dan tetap bilingual da lam
bahasa Cherokee dan bahasa Inggris lebih m ungkin m e nun tut ilm u,
m em peroleh pekerjaan, dan m endapatkan gaji yang lebih tinggi dari-
pada orang-orang Cherokee yang tidak bisa ber bicara bahasa Cherokee.
Orang-orang Aborigin Australia yang m em pe lajari bahasa dan budaya
suku tradisional m ereka lebih am an dari pe nya lahgunaan obat-obatan
dibandingkan orang-orang Aborigin yang ter asing secara budaya.
Program -program untuk m em ulihkan budaya Penduduk Asli Am e-
http://facebook.com/indonesiapustaka

rika dari kehancuran akan lebih efektif dan lebih m urah daripada pem -
bayaran tunjangan kesejahteraan, bagi m inoritas Penduduk Asli Am e-
rika m au pun m ayoritas pem bayar pajak. Program -program sem acam
itu ber tu juan m em berikan pem ecahan jangka panjang; pem bayaran
tun jangan kesejahteraan tidak. Serupa dengan itu, akan lebih m urah
bagi negara-negara yang kini diam uk perang saudara berdasar garis-
garis batas linguistik untuk m eniru negara-negara yang didasarkan
510 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

pada ke m itraan antara kelom pok-kelom pok utuh yang bangga (sem isal
Swiss, Tanzania, dan banyak negara lainnya) daripada m encoba m eng-
han curkan bahasa dan budaya m inoritas.
Bahasa sebagai fokus identitas nasional dapat m enentukan
bertahan atau hilangnya suatu kelom pok, tidak hanya bagi m inoritas
dalam satu ne gara nam un juga bagi seluruh bangsa. Pertim bangkanlah
situasi di Britania pada awal Perang Dunia II, pada Mei dan Juni 1940,
ketika perlawanan Prancis terhadap balatentara Nazi yang menyerbu
m ulai runtuh, ketika Hitler telah m enduduki Austria, Cekoslowakia,
Polandia, Norwegia, Denmark, dan Negara-negara Rendah, ketika
Italia, J epang, dan Rusia telah m enandatangani persekutuan atau
pakta dengan Hitler, dan ketika Am erika Serikat m asih berniat untuk
tetap netral. Prospek Britania m enang m elawan serbuan J erm an yang
m em bayang-bayangi tam pak suram . Suara-suara di dalam pem e-
rintahan Britania berargum en bahwa Britania harus m encoba m en-
capai kesepakatan de ngan Hitler, bukan berupaya m elawan dengan sia-
sia.
Winston Churchill m enanggapi di House of Com m ons pada 13
Mei dan 4 Juni 1940, dengan dua pidato paling banyak dikutip dan
paling efektif dalam bahasa Inggris pada abad ke-20 . Dia antara lain
m engatakan, “Aku tak punya apa-apa untuk ditawarkan selain darah,
kerja keras, air m ata, dan keringat... Kalian bertanya, apa kebijakan
kita? Akan saya beritahu. Kebijakan kita adalah m elangsungkan pe-
rang, di laut, darat, dan udara, dengan segenap kem am puan kita
dan dengan segala kekuatan yang diberikan Tuhan kepada kita: m e-
langsungkan perang m elawan tirani m engerikan, yang tak ter ka lahkan
dalam riwayat ke ja hatan m anusia yang gelap dan m engibakan... Kita
tidak akan m enyerah atau gagal. Kita akan berupaya sam pai akhir, kita
akan bertarung di Prancis, kita akan bertarung di laut dan sam udra,
kita akan ber ta rung dengan keyakinan yang bertam bah-tam bah dan
kekuatan yang bertam bah-tam bah di udara, kita akan pertahankan
pulau kita, apa pun pengorbanannya, kita akan bertarung di pantai-
http://facebook.com/indonesiapustaka

pantai, kita akan ber tarung di tem pat-tem pat pendaratan, kita akan
bertarung di ladang-ladang dan di jalanan, kita akan bertarung di
perbukitan; kita tidak akan pernah m enyerah.”
Kita sekarang tahu bahwa Britania m em ang tidak pernah m e-
nyerah, tidak pernah m encoba m encapai kesepakatan dengan J erm an,
terus ber tarung, setelah setahun berhasil m enggandeng Rusia dan
kem udian Am erika Serikat sebagai sekutu, dan setelah lim a tahun
BAGAIMANA KITA BISA MELINDUNGI BAHASA? ● 511

mengalahkan Hitler. Namun hasil itu tidaklah ditakdirkan sebelumnya.


Anggaplah pe nyerapan bahasa-bahasa kecil Eropa oleh bahasa-bahasa
besar telah m encapai satu titik pada 1940 ketika Britania dan sem ua
negara Eropa Barat lain telah m engadopsi bahasa terbesar di Eropa
Barat, yaitu bahasa J erm an. Apa yang akan terjadi pada J uni 1940
seandainya Churchill berpidato di hadapan House of Com m ons dalam
bahasa J erm an, alih-alih bahasa Inggris?
Poin saya bukanlah kata-kata Churcill tidak bisa diterjem ahkan;
kata-katanya sam a kuatnya dalam bahasa J erm an (”Anbieten kann
ich nur blut, Müh, Schweiss, und Träne...”) seperti juga dalam bahasa
Inggris (”I have nothing to offer but blood, toil, tears and sweat...”).
Poin saya justru bahwa bahasa Inggris m erupakan perlam bang se-
gala sesuatu yang m em buat orang-orang Britania tetap bertarung
m es kipun harapan m ereka tam paknya sangat kecil. Berbicara bahasa
Inggris berarti m enjadi pewaris ribuan tahun riwayat kebudayaan
yang m andiri, sejarah, dem okrasi yang terus m em baik, dan identitas
ke pulauan. Itu berarti m enjadi pewaris Chaucer, Shakespeare,
Tennyson, dan m onum en-m onum en kesusastraan lainnya dalam ba-
hasa Inggris. Itu berarti m em iliki gagasan-gagasan politik ideal yang
ber beda dengan orang-orang J erm an dan orang-orang Eropa daratan
lainnya. Pada J uni 1940 , berbicara bahasa Inggris berarti m em iliki se-
suatu yang pantas diperjuangkan m eskipun m engorbankan nyawa.
Pe les tarian identitas linguistik seseorang bukanlah tetek-bengek
rem eh. Pelestarian itu m enjaga orang-orang Denm ark tetap m akm ur
dan bahagia, dan sejum lah m inoritas penduduk asli m aupun im igran
sejahtera, dan m em pertahankan kem erdekaan Britania.

Bagaim an a kita bis a m e lin d u n gi bah as a?


Bila sekarang Anda akhirnya setuju bahwa keanekaragam an linguistik
tidak berbahaya dan justru m alah m ungkin bagus, apa yang bisa di-
lakukan guna m em perlam bat kecenderungan m asa kini berupa m e-
rosot nya keanekaragam an linguistik? Apakah kita tidak berdaya di
http://facebook.com/indonesiapustaka

hadapan kekuatan-kekuatan yang tam paknya tak terkalahkan, yang


cenderung m elenyapkan sem ua kecuali segelintir bahasa besar dari
dunia m odern?
Tidak, kita bukannya tidak berdaya. Pertam a-tam a, para ahli
linguistik pro fesional saja bisa m elakukan jauh lebih banyak hal dari-
pada apa yang kini dilakukan oleh sebagian besar mereka. Mayoritas
besar ahli linguistik tidak m enganggap penelitian m engenai bahasa-
512 ● BERTUTUR DENGAN BANYAK BAHASA

bahasa yang ham pir lenyap sebagai suatu prioritas. Baru belakangan
ini sejum lah ahli linguistik telah m encoba m enarik perhatian terhadap
kehilangan yang nya ris m enim pa kita. Ironis bahwa sedem ikian
banyak ahli linguistik m asih juga belum terlibat ketika bahasa-bahasa,
subjek bidang ilm u m ereka, m enghilang satu per satu. Pem erintah dan
m asyarakat dapat m elatih dan m enyokong lebih banyak ahli linguistik
untuk m eneliti dan m erekam para pem bicara terakhir bahasa-bahasa
yang sekarat, sehingga m em ungkinkan anggota-anggota populasi ter -
sebut yang m asih ada m em bangkitkan kem bali bahasa tersebut bah-
kan setelah pe nutur terakhir yang lanjut usia m eninggal—seperti
yang terjadi de ngan bahasa Cornwall di Britania, dan yang sekarang
m ungkin terjadi de ngan bahasa Eyak di Alaska. Satu kisah sukses pem -
bangkitan kem bali bahasa adalah pem antapan bahasa Ibrani pada
zam an m odern sebagai bahasa sehari-hari, dan kini Ibrani dituturkan
oleh 5.0 0 0 .0 0 0 orang.
Kedua, pem erintah dapat m enyokong bahasa-bahasa m inoritas
m e lalui kebijakan dan alokasi dana. Contoh m encakup sokongan yang
diberikan pem erintah Belanda bagi bahasa Vries (dituturkan oleh kira-
kira 5% populasi Belanda), dan yang diberikan pem erintah Selandia
Baru bagi bahasa Maori (dituturkan oleh kurang daripada 2% populasi
Selandia Baru). Setelah dua abad m enentang bahasa-bahasa Penduduk
Asli Am erika, pada 1990 pem erintah AS m engesahkan undang-undang
yang m endorong penggunaan bahasa-bahasa tersebut, dan kem udian
m engalokasikan sejum lah kecil dana (sekitar $ 2 juta per tahun)
bagi studi bahasa-bahasa Penduduk Asli Am erika. Tapi, seperti yang
digam barkan jum lah itu, sokongan pem erintah bagi bahasa-bahasa
yang terancam punah m asih jauh dari ideal. Uang yang digelontorkan
pe m erintah AS untuk m elestarikan spesies hewan dan tum buhan
yang terancam punah jauh m elebihi pengeluarannya bagi pelestarian
bahasa-bahasa yang terancam punah, dan uang yang disalurkan untuk
satu spesies burung saja (kondor California) lebih besar daripada yang
disalurkan untuk keseratus lebih bahasa Penduduk Asli Am erika bila
http://facebook.com/indonesiapustaka

digabungkan. Sebagai seorang ahli ornitologi yang berapi-api, saya sa-


ngat m endukung m engeluarkan uang untuk burung-burung kondor itu,
dan saya tidak ingin m elihat ada dana yang dipindahkan dari program
kondor ke program bahasa Eyak. Saya m enyebutkan per bandingan itu
sebagai gam baran apa yang bagi saya m erupakan ketidakkonsistenan
m em edihkan dalam hal prioritas kita. Bila kita m enghargai burung-
burung yang terancam punah, m engapa kita tidak setidak-tidaknya
BAGAIMANA KITA BISA MELINDUNGI BAHASA? ● 513

m em berikan nilai yang sam a bagi bahasa-bahasa yang terancam punah,


yang nilai pentingnya seharusnya lebih m udah dipaham i oleh kita
m anusia?
Ketiga, ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh penutur m inoritas
sendiri guna m em prom osikan bahasa-bahasa m ereka, seperti yang
te lah dilakukan dengan cukup berhasil belakangan ini oleh orang-
orang Wales, Prancis Quebec, dan berbagai kelom pok Penduduk Asli
Amerika. Mereka adalah penjaga-penjaga hidup bahasa mereka—
orang-orang yang berada dalam posisi paling bagus untuk m ewariskan
bahasa m e reka kepada anak-anak m ereka dan kepada anggota-anggota
lain ke lom pok m ereka, dan m elobi pem erintahan m ereka dem i
m em peroleh so kongan.
Namun upaya-upaya minoritas semacam itu akan terus meng-
hadapi perjuangan berat bila ditentang keras oleh m ayoritas, seperti
yang telah terlalu sering terjadi. Kita, para penutur m ayoritas, dan
wakil-wakil kita di pem erintahan yang tidak secara aktif m em ilih untuk
m em prom osikan bahasa-bahasa m inoritas, bisa setidak-tidaknya tetap
netral dan menghindari menghancurkan bahasa-bahasa itu. Motif kita
un tuk m elakukan hal itu pada dasarnya m encakup m otif yang egois
m au pun kepentingan bagi kelom pok-kelom pok m inoritas itu sendiri:
m e wariskan dunia yang kaya dan kuat, bukan dunia yang sangat di-
m iskin kan dan lem ah secara kronis, kepada anak-anak kita.
http://facebook.com/indonesiapustaka
BAB 1 1

Garam, Gula, Lemak, dan Pemalas

Penyakit-penyakit tidak menular ▪ Asupan garam kita ▪ Garam dan


tekanan darah ▪ Penyebab hipertensi ▪ Sumber garam pada makanan ▪
Diabetes ▪ Jenis-jenis diabetes ▪ Gen, lingkungan, dan diabetes ▪ Orang-
orang Indian Pima dan Penduduk Nauru ▪ Diabetes di India ▪ Manfaat-
manfaat gen pemicu diabetes ▪ Mengapa diabetes rendah di antara
orang-orang Eropa? ▪ Masa depan penyakit-penyakit tidak menular

Pe n yakit-p e n yakit tid ak m e n u lar


Sewaktu saya mulai bekerja di Papua Nugini pada 1964, mayoritas sa-
ngat besar orang-orang Papua m asih m enjalankan gaya hidup yang se-
ba gian besar bersifat tradisional di desa-desa m ereka, m enum buhkan
m a kanan m ereka sendiri, dan m engonsum si diet yang rendah garam ,
rendah gula. Makanan pokok di Dataran Tinggi Papua adalah tanaman
um bi-um bian (ubi dan talas), yang m enyediakan kira-kira 90 % asupan
kalori penduduk Dataran Tinggi, sem entara m akanan po kok di dataran
rendah adalah sagu. Orang-orang yang punya uang m em beli sedikit
m akanan yang dijual di toko sebagai barang m ewah: biskuit, ikan
kalengan, serta sedikit garam dan gula.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Salah satu hal yang m em buat saya terkesan m engenai orang-orang


Papua adalah kondisi isik mereka: ramping, berotot, aktif secara isik,
sem uanya m enyerupai binaragawan Barat yang langsing. Ketika tidak
sedang m engangkut bawaan, m ereka berlari di sepanjang jalur-jalur
pegunungan yang curam dengan ringannya, dan ketika m engangkut
ba waan berat m ereka berjalan sepanjang hari seperti saya yang ber-
jalan tanpa m em bawa beban seperti m ereka. Saya ingat seorang pe-
PENYAKIT-PENYAKIT TIDAK MENULAR ● 515

rem puan bertubuh kecil yang beratnya tam paknya tidak m elebihi 50
kg, m em bawa kantong beras seberat 35 kg di punggungnya dan diikat
de ngan tali ke sekeliling dahinya, m enyusuri tepi sungai berbatu-batu
besar dan pegunungan. Selam a tahun-tahun awal di Papua itu, saya
tak pernah m elihat satu pun orang Papua yang m enderita obesitas atau
bahkan sekadar kelebihan berat.
Catatan rum ah sakit Papua, dan pem eriksaan m edis terhadap
orang-orang Papua oleh para dokter, mengonirmasi tampilan kesehat-
an yang baik itu—setidaknya sebagian. Penyakit tidak m enular yang
m enewaskan sebagian besar warga negara Dunia Pertam a kini—dia-
be tes, hipertensi, stroke, serangan jantung, aterosklerosis, penyakit-
pe nyakit kardiovaskular secara um um , dan kanker—langka atau tidak
dikenal di antara penduduk-penduduk tradisional Papua yang hidup
di perdesaan. Ketiadaan penyakit-penyakit itu bukan hanya karena
rentang hidup rata-rata m ereka yang pendek: penyakit-penyakit itu
tetap saja tidak m uncul di antara orang-orang Papua yang m encapai
usia 60 -an, 70 -an, dan 80 -an. Sebuah ulasan awal 1960 -an terhadap
2.0 0 0 pasien yang dirawat di bangsal m edis rum ah sakit um um di Port
Moresby (ibukota dan kota terbesar) tidak mendeteksi satu pun kasus
penyakit arteri koroner, dan hanya em pat kasus hipertensi, dan ke-
em pat pasien itu ber darah cam puran, bukan orang Papua m urni.
Bukan artinya orang-orang Papua tradisional m enikm ati utopia
kesehatan yang bebas kekhawatiran: sam a sekali bukan. Rentang hidup
sebagian besar orang Papua dulu, dan sam pai sekarang, lebih pendek
daripada di Barat. Penyakit-penyakit yang m em bunuh m ereka, selain
ke ce lakaan dan kekerasan antarpribadi, adalah penyakit-penyakit yang
sebagian besar sudah tidak m enjadi penyebab kem atian di Dunia Per-
ta m a saat ini: infeksi saluran pencernaan yang m enim bulkan diare, in-
feksi saluran pernapasan, m alaria, parasit, m alnutrisi, dan gangguan-
gangguan sekunder yang m em angsa orang-orang yang m elem ah akibat
gangguan-gangguan prim er itu. Dengan kata lain, kam i orang-orang
Barat, m eskipun telah m enukar perangkat penyakit m anusia tradisional
http://facebook.com/indonesiapustaka

kam i dengan perangkat baru penyakit m odern, rata-rata m enikm ati ke-
sehatan yang lebih baik dan hidup yang lebih panjang.
Sejak 1964 pun pem bunuh-pem bunuh baru warga negara Dunia
Pertam a m ulai berm unculan di Papua, di antara populasi-populasi
yang telah m elakukan kontak paling lam a dengan orang-orang
Eropa dan telah m ulai m enerapkan diet dan gaya hidup Barat. Kini,
Westernisasi dalam diet, gaya hidup, dan m asalah kesehatan Papua itu
516 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

berada da lam fase pertum buhan eksplosif. Puluhan ribu, barangkali


ratusan ribu, orang Papua kini bekerja sebagai pebisnis, politikus,
pilot pe sawat, dan pem rogram kom puter, m em peroleh m akanan
m ereka di su per m arket dan restoran, dan hanya sedikit berolahraga.
Di kota besar, kota kecil, dan lingkungan yang terwesternisasi,
sudah um um bila kita m elihat orang Papua yang kelebihan berat
atau m enderita obesitas. Sa lah satu prevalensi tertinggi diabetes di
dunia (diperkirakan 37%) ada lah di kalangan orang-orang Wanigela,
yang m erupakan populasi per tam a di Papua yang m enjadi sangat
terwesternisasi. Serangan jantung kini dilaporkan terjadi pada
para penghuni perkotaan. Sejak 1998 saya bekerja di satu lapangan
m inyak Papua yang para pegawainya m a kan tiga kali sehari di kantin
prasm anan di m ana m ereka m engam bil m akanan sendiri, dan di
setiap m eja m akan ada tem pat garam dan gula. Orang-orang Papua
yang tum buh dengan gaya hidup desa tradisional dengan ketersediaan
m akanan yang terbatas dan tidak terperkirakan bereaksi terhadap
m akanan harian m elim pah yang ter perkirakan itu dengan m enum puk
m akanan setinggi m ungkin di piring m ereka pada setiap waktu m akan,
dan m engham bur-ham burkan garam dan gula di atas bistik dan salad
m ereka. Oleh karena itu perusahaan m inyak tersebut m em pekerjakan
pekerja kesehatan Papua terlatih guna m endidik staf m engenai
arti penting makan dengan sehat. Namun bahkan sebagian pekerja
kesehatan itu pun dengan segera terserang gangguan-gangguan
kesehatan Barat.
Perubahan-perubahan ini, yang saya am ati proses kem unculannya
di Papua, hanyalah satu contoh gelom bang epidem i penyakit-penyakit
tak menular (NCD, non-communicable disease) yang berkaitan de-
ngan gaya hidup Barat dan kini m enyapu ke seluruh dunia. Penyakit-
pe nyakit sem acam itu berbeda dari penyakit-penyakit infeksi (m enular)
dan parasitik, yang disebabkan oleh agen penginfeksi (m isalnya bakteri
atau virus) atau parasit, dan karenanya diteruskan ("ditularkan") dari
orang ke orang m elalui agen penyebaran tersebut. Banyak penyakit in-
http://facebook.com/indonesiapustaka

feksi berkem bang secara cepat pada seseorang setelah infeksi oleh agen
ter sebut, sedem ikian rupa sehingga dalam beberapa m inggu korban
akan mati atau sembuh. Sementara itu, semua NCD (juga penyakit-
pe nyakit parasitik dan sejum lah penyakit m enular, sem isal AIDS,
m alaria, dan tuberkulosis) berkem bang lam bat dan bertahan selam a
bertahun-tahun atau berdasawarsa-dasawarsa sam pai m encapai akhir
m em atikan ataupun sem buh atau berhenti, atau sam pai korban m ati
PENYAKIT-PENYAKIT TIDAK MENULAR ● 517

karena suatu hal lain terlebih dahulu. NCD utama dalam gelombang
yang sekarang m encakup berbagai penyakit kardiovaskular (serangan
jantung, stroke, dan penyakit pem buluh tepi), bentuk diabetes yang
um um , be be rapa bentuk penyakit ginjal, dan sejum lah kanker seperti
kanker lambung, payudara, dan paru-paru. Mayoritas sangat besar
pem baca buku ini—contohnya, nyaris 90 % dari sem ua orang Eropa,
Amerika, dan Jepang—akan meninggal karena salah satu NCD ini,
sem entara m a yoritas orang di negara-negara berpenghasilan rendah
m eninggal akibat penyakit m enular.
Semua NCD ini langka atau tidak ada di antara masyarakat-
masyarakat berskala kecil dengan gaya hidup tradisional. Meskipun
ke ber adaan sejum lah penyakit ini telah tercatat dalam naskah-naskah
kuno, penyakit-penyakit tersebut baru m enjadi um um di Barat dalam
be bera pa abad terakhir. Keterkaitan penyakit-penyakit tersebut dengan
pe nye baran eksplosif gaya hidup Barat m odern ke seluruh dunia pada
m asa kini m enjadi jelas dari epidem i yang tim bul di em pat jenis popu-
lasi. Dalam kasus negara-negara yang m enjadi kaya baru-baru ini dan
secara m endadak, dan yang sebagian besar penduduknya kini "m e-
nikm ati" gaya hidup Barat—Arab Saudi dan negara-negara Arab peng-
hasil m inyak lainnya, ditam bah beberapa negara pulau m akm ur se-
perti Nauru dan Mauritius—seluruh populasi berada dalam risiko.
(Misalnya, dari delapan negara di dunia dengan prevalensi diabetes
nasio nal di atas 15%, sem uanya m erupakan negara Arab produsen
m inyak atau negara pulau yang m akm ur itu.) Epidem i-epidem i lain
m e nyerang warga negara berkem bang yang berem igrasi ke Dunia
Pertam a, m endadak m engubah gaya hidup m ereka yang tadinya
spartan menjadi gaya hidup Barat, sehingga terkena prevalensi NCD
yang lebih tinggi daripada rekan-rekan sebangsa m ereka yang tetap
tinggal di negeri m ereka dan terus m enjalankan gaya hidup tra-
disional, ataupun dibanding penduduk lam a negara-negara inang baru
m ereka. (Contohnya m encakup orang-orang Tiongkok dan India yang
beremigrasi ke luar negeri [ke Britania, AS, Mauritius, dan tujuan-
http://facebook.com/indonesiapustaka

tujuan lain yang lebih m akm ur daripada Tiongkok atau India], dan
orang-orang Yahudi Yam an dan Ethiopia yang berem igrasi ke Israel.)
Epidem i perkotaan tercatat di banyak negara berkem bang, seperti
Papua Nugini, Tiongkok, dan berbagai negara Afrika, di antara orang-
orang yang berem igrasi dari desa ke kota sehingga m engadopsi gaya
hidup tak banyak gerak dan m engonsum si lebih banyak m akanan yang
dibeli di toko. Terakhir, epidem i-epidem i yang lain lagi m elibatkan
518 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

kelompok-kelompok non-Eropa spesiik yang telah mengadopsi gaya


hidup Barat tanpa berm igrasi, sehingga secara m enyedihkan telah
m enjadi terkenal karena m em iliki pre valensi tertinggi diabetes dan
NCD lain di dunia. Contoh-contoh yang sering dikutip buku-buku daras
antara lain orang-orang Indian Pim a di Am erika Serikat, orang-orang
Wanigela di Papua, dan berbagai kelom pok Aborigin Australia.
Keem pat perangkat percobaan alam itu m enggam barkan
bagaim ana adopsi gaya hidup Barat, tak peduli apa pun penyebabnya,
oleh orang-orang yang tadinya m engikuti gaya hidup tradisional,
mengakibatkan epidemi NCD. Yang tidak diberitahukan oleh
percobaan-percobaan alam itu kepada kita, tanpa analisis lebih lanjut,
adalah kom ponen atau kom ponen-kom ponen m ana tepatnya dalam
gaya hidup Barat yang m e m icu epidem i tersebut. Gaya hidup itu
m encakup banyak kom ponen yang terdapat bersam a-sam a: aktivitas
isik yang rendah, asupan kalori yang tinggi, kenaikan berat badan
atau obesitas, m erokok, konsum si alko hol yang tinggi, dan konsum si
garam yang tinggi. Kom posisi diet biasa nya bergeser ke asupan serat
yang rendah serta asupan gula se der hana (terutam a fruktosa), lem ak
jenuh, dan lem ak trans tak jenuh yang tinggi. Sebagian besar atau
sem ua perubahan ini terjadi secara ber sam aan sewaktu satu populasi
mengalami westernisasi, sehingga sulit untuk mengidentiikasi
arti penting relatif perubahan-perubahan individual itu dalam
menyebabkan epidemi NCD. Untuk segelintir penyakit buktinya jelas:
m erokok sangat berpengaruh sebagai penyebab kanker paru-paru,
dan asupan garam sangat berpengaruh sebagai penyebab hipertensi
dan stroke. Namun untuk penyakit-penyakit lain, termasuk diabetes
dan beberapa jenis penyakit kar dio vaskular, kita m asih belum tahu
m ana yang paling relevan di antara faktor-faktor risiko yang terdapat
bersam a-sam a itu.
Pem aham an kita m engenai bidang ini terutam a dirangsang oleh
karya perintis oleh S. Boyd Eaton, Melvin Konner, dan Marjorie
Shostak. Para penulis ini m erangkai inform asi m engenai "diet
http://facebook.com/indonesiapustaka

Paleolitik"—alias diet dan gaya hidup nenek m oyang kita yang


m erupakan pem buru-pengum pul, dan juga pem buru-pengum pul yang
m asih ada pada zam an m odern—dan m engenai perbedaan-perbedaan
antara penyakit-pe nyakit utam a yang m enyerang nenek m oyang kita
dan populasi modern terwesternisasi. Mereka menalar bahwa penyakit-
penyakit tak m enular di peradaban kita m uncul dari ketidakcocokan
antara su sun an genetik tubuh kita, yang m asih sangat teradaptasi
ASUPAN GARAM KITA ● 519

untuk diet dan gaya hidup Paleolitik, dengan diet dan gaya hidup kita
sekarang. Mereka mengajukan pengujian terhadap hipotesis mereka
dan m enawarkan sejum lah rekom endasi terkait diet dan gaya hidup
guna m engurangi paparan kita terhadap penyakit-penyakit peradaban
yang baru. Acuan-acuan ke artikel-artikel dan buku asli dapat
ditem ukan di bagian Bacaan Lebih Lanjut untuk bab ini.
Penyakit-penyakit tak m enular yang dikaitkan dengan gaya hidup
Barat barangkali m enawarkan contoh paling praktis dalam buku ini
m engenai pelajaran-pelajaran yang bisa ditarik dari gaya hidup tra-
disional. Secara garis besar, m asyarakat tradisional tidak terserang
NCD yang baru saja saya bahas, sementara secara garis besar sebagian
besar m asyarakat yang terwesternisasi akan m eninggal gara-gara
penyakit-penyakit ini. Tentu saja, saya tidak m enyarankan kita untuk
m engadopsi gaya hidup tradisional secara m enyeluruh, m enggulingkan
pem erintahan negara, dan kem bali saling m em bunuh, m elakukan in-
fantisida, m engobarkan perang agam a, dan m engalam i kelaparan
berkala. Tujuan kita adalah m engenali dan m engadopsi kom ponen-
kom ponen tertentu gaya hidup tradisional yang m elindungi kita
dari NCD. Meskipun jawaban penuhnya harus menanti penelitian
lebih lanjut, kita bisa taruhan bahwa jawabannya akan m encakup
asupan garam yang rendah oleh m asyarakat tradisional dan tidak
akan m encakup tidak adanya pe m e rin tahan negara pada m asyarakat
tradisional. Puluhan juta orang di seluruh dunia sudah secara sadar
m enggunakan pem aham an kita saat ini m engenai faktor-faktor risiko
penyakit tak m enular guna m enjalani kehidupan yang lebih sehat.
Dalam sisa bab ini saya akan membahas dua epidemi NCD secara lebih
rinci: akibat asupan ga ram yang tinggi dan diabetes.

As u p an garam kita
Meskipun ada banyak zat kimiawi yang tergolong dalam kategori yang
disebut "garam " oleh ahli kim ia, bagi orang awam "garam " berarti
natrium klorida. Itulah garam yang kita kehendaki, yang kita gu-
http://facebook.com/indonesiapustaka

nakan m em bum bui m asakan, yang kita konsum si terlalu banyak, dan
yang m em buat kita sakit. Sekarang, garam berasal dari tem pat ga ram
di atas setiap m eja m akan dan dibeli di superm arket, ber harga m urah,
dan tersedia dalam jumlah yang pada dasarnya tidak terbatas. Masalah
utam a tubuh kita dengan garam adalah bagaim ana m em buangnya,
yang kita lakukan dalam jum lah besar m elalui air kencing dan keringat
kita. Konsum si garam harian rata-rata di seluruh dunia adalah sekitar 9
520 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

sam pai 12 gram , dengan kisaran terutam a antara 6 dan 20 gram (lebih
tinggi di Asia daripada di m ana pun).
Tapi, secara tradisional garam tidak berasal dari tem pat garam
m elainkan harus diam bil dari lingkungan dengan suatu cara.
Bayangkan seperti apa dunia tadinya sebelum tem pat garam tersebar di
mana-mana. Masalah utama kita dengan garam dahulu adalah bagai-
m ana m em perolehnya, bukan bagaim ana m em buangnya. Itu karena
sebagian besar tum buhan m engandung sedikit sekali natrium , pa-
dahal hewan m em butuhkan natrium dalam kadar tinggi dalam sem ua
cairan ekstraselular m ereka. Sebagai akibatnya, m eskipun kar nivora
dengan m udah m em peroleh natrium yang m ereka butuhkan de ngan
cara m em akan herbivora yang penuh natrium ekstraselular, her bivora
sendiri m enghadapi m asalah dalam m em peroleh natrium ter sebut.
Itulah m engapa hewan-hewan yang kita lihat m endatangi padang-
padang garam adalah kijang dan antelop, bukan singa dan harim au.
Manusia pemburu-pengumpul yang mengonsumsi banyak daging,
m isalnya orang-orang Inuit dan San, m em enuhi ke bu tuhan garam
m ereka dengan m udah, walaupun asupan garam total m ereka hanyalah
1 atau 2 gram per hari karena banyak darah dan cairan ekstraselular
lain yang kaya natrium dari m angsa m ereka hilang dalam proses
penjagalan dan pem asakan. Di antara pem buru-pengum pul dan petani
tradisional yang m engonsum si diet yang kaya m akanan nabati dan
dengan daging terbatas, yang hidup di pesisir laut atau dekat deposit
garam di pedalam an juga m em iliki akses m udah ke garam . Sebagai
contoh, konsum si garam harian rata-rata adalah sekitar 10 gram di
kalangan orang-orang Lau di Kepulauan Solom on, yang hidup di pesisir
dan m enggunakan air laut untuk m em asak, dan juga di ka langan
penggem bala nom aden Qashqa’i di Iran, yang wilayah asalnya m e m iliki
deposit garam alam i di perm ukaan.
Tapi, untuk lusinan m asyarakat pem buru-petani dan petani tra-
disional lainnya yang asupan garam hariannya telah dihitung, angka
tersebut jatuh di bawah 3 gram . Angka terendah yang tercatat adalah
http://facebook.com/indonesiapustaka

dari orang-orang Indian Yanom am o di Brazil, yang m akanan pokoknya


adalah pisang yang bernatrium rendah, dan m engekskresikan rata-
rata hanya 50 m iligram garam per harinya: sekitar 1/ 20 0 ekskresi
garam seorang Amerika pada umumnya. Satu hamburger Big Mac yang
dianalisis oleh Consumer Reports m engandung 1,5 gram (1.50 0 m ili-
gram ) gram , setara dengan asupan garam seorang Yanom am o dalam
sebulan, sem entara sekaleng sop m i ayam (m engandung 2,8 gram
ASUPAN GARAM KITA ● 521

garam ) setara dengan ham pir dua bulan konsum si garam Yanom am o.
Barangkali rekor dicetak oleh satu restoran Tiongkok-Am erika dekat
rum ah saya di Los Angeles. Hasil analisis terhadap hidangan kom bo m i
goreng dobelnya m elaporkan bahwa hidangan tersebut m engandung
garam dalam jum lah setara dengan asupan garam Yanom am o dalam
seta hun tiga hari: 18,4 gram .
Oleh karena itu, m asyarakat tradisional sangat m enginginkan ga-
ram dan berupaya keras untuk m em perolehnya. (Kita pun m eng-
inginkan garam : coba saja m akan hanya m akanan segar yang tidak
diolah dan tidak digaram i selam a satu hari, dan kem udian perhatikan
bagaim ana lezatnya rasa garam ketika akhirnya Anda m enaburkannya
di atas m akanan Anda.) Penduduk Dataran Tinggi Papua Tim ur yang
pernah bekerja dengan saya, dan yang 90 % dietnya terdiri atas ubi
yang ren dah natrium , m em beritahu saya tentang upaya-upaya yang
dulu m e reka lakukan guna m em buat garam beberapa dasawarsa lalu,
sebe lum orang-orang Eropa m em bawanya sebagai kom oditi dagang.
Mereka mengumpulkan dedaunan spesies tumbuhan tertentu, mem-
ba kar nya, m engum pulkan abunya, m eneteskan air m elaluinya guna
m e la rut kan bagian-bagian padatnya, dan akhirnya m enguapkan air itu
guna m em peroleh sejum lah kecil garam yang pahit. Orang-orang Dani
Dugum di Dataran Tinggi Papua Barat m em buat garam dari kolam air
garam alam i yang hanya berjum lah dua buah di lem bah m ereka, de-
ngan cara m encelupkan sepotong batang pisang yang seperti spons ke
dalam kolam itu guna m enyerap air garam , m engangkat potongan itu
dan m enjem urnya sam pai kering, m em bakarnya sam pai m enjadi abu,
dan kem udian m encipratkan air pada abunya dan m enguleni adon-
an yang lem bap itu m enjadi blok-blok yang m ereka konsum si atau
per dagangkan. Setelah segala upaya tradisional dem i m em peroleh se-
jum lah kecil garam tak m urni yang berasa pahit itu, tak heran orang-
orang Papua yang bersantap di kantin-kantin ala Barat tidak bisa m e-
nolak dorongan untuk m enyam bar tem pat garam di m eja m akan dan
m em biarkan garam m urni m em banjir keluar ke atas stik dan salad
http://facebook.com/indonesiapustaka

m ereka pada setiap waktu m akan.


Dengan m unculnya pem erintahan negara, garam m enjadi m udah
tersedia dan diproduksi dalam skala industri (seperti sekarang) dari
petak-petak pengering air laut, tam bang garam , atau deposit per-
m ukaan. Selain sebagai bum bu, garam dipakai sebagai pengawet
m akanan untuk disim pan selam a m usim dingin; bukti praktik ini
dilaporkan ditem ukan di Tiongkok sekitar 5.0 0 0 tahun silam . Ikan
522 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

asin kod dan hering m enjadi m akanan tetap diet Eropa, dan garam
m enjadi kom oditas paling banyak diperdagangkan dan paling banyak
dipajak di dunia. Prajurit Rom awi dibayar dengan garam , sehingga kata
bahasa Inggris "salary " untuk gaji berasal dari akar kata Latin yang
berarti "garam " ("sal"), bukan yang berarti "uang" atau "koin". Manusia
berperang gara-gara garam ; revolusi pecah gara-gara pajak garam ;
dan Mahatma Gandhi menggalang orang-orang India untuk melawan
aturan kolonial Britania yang m ereka anggap tidak adil, dengan cara
berjalan selam a sebulan m enuju lautan, m e langgar hukum -hukum
Britania dengan secara ilegal m em buat garam untuk diri sendiri di
pantai dari air garam yang tersedia gratis, dan m enolak m em bayar
pajak garam Britania.
Sebagai akibat diet tinggi garam yang relatif baru kepada tubuh-
tubuh kita yang m asih sangat tradisional dan teradaptasi ter-
hadap diet rendah garam , asupan garam tinggi adalah faktor risiko
bagi nyaris sem ua penyakit tak m enular m odern kita. Banyak efek
m erusak garam diperantarai oleh perannya dalam m eningkatkan te-
kanan darah, yang akan saya bahas di bawah. Tekanan darah tinggi
(alias hipertensi) tergolong faktor risiko utam a bagi penyakit-penyakit
kardiovaskular secara um um , dan untuk stroke, pe nyakit sum batan
jantung, penyakit arteri koroner, dan serangan jan tung secara um um ,
juga diabetes Tipe-2 dan penyakit ginjal. Asupan garam juga punya efek
tidak m enyehatkan yang terlepas dari perannya dalam m eningkatkan
tekanan darah, dengan m em buat arteri kita m enjadi tebal dan kaku,
m eningkatkan penggum palan keping da rah, dan m eningkatkan
m assa ventrikel kiri jantung, yang sem uanya ber sum bangsih kepada
risiko penyakit-penyakit kardiovaskular. Efek-efek lain asupan garam
yang terlepas dari tekanan darah adalah terha dap risiko stroke dan
kanker lam bung. Terakhir, asupan garam bersum bangsih secara
tidak langsung namun signiikan terhadap obesitas (yang sendirinya
m erupakan faktor risiko lebih lanjut bagi banyak pe nyakit tidak
m enular) dengan cara m eningkatkan dahaga kita, yang dipuaskan
http://facebook.com/indonesiapustaka

banyak orang antara lain dengan m engonsum si m inum an ringan


bergula yang berkalori tinggi.

Garam d an te kan an d arah


Sebagai selingan, m ari kita kaji dulu sebentar yang nam anya tekanan
darah dan hipertensi, guna m em bantu Anda m em aham i apa artinya
angka-angka yang m uncul ketika dokter Anda m enggelem bungkan be-
GARAM DAN TEKANAN DARAH ● 523

bat karet di sekeliling lengan Anda, m endengarkan, m enggem boskan


bebat tersebut, dan akhirnya m engum um kan, “Tekanan darah Anda
120 / 80 .” Tekanan darah dinyatakan dalam satuan m ilim eter air
raksa: tinggi kolom air raksa yang terdorong tekanan darah Anda
seandainya, am it-am it, darah Anda m endadak terhubung ke kolom
air raksa vertikal. Secara alam i, tekanan darah Anda berubah selam a
setiap siklus debaran jantung: tekanan darah naik sewaktu jantung
m em om pa, dan turun sewaktu jantung rileks. Oleh karena itu dokter
Anda m engukur angka pertam a dan kem udian angka kedua (m isalnya
120 dan 80 m ilim eter air raksa), yang secara berturut-turut m engacu
kepada te kan an puncak pada setiap detak jantung (disebut tekanan
sistolik) dan ke pada tekanan m inim um di antara dua detak jantung
(disebut tekanan diastolik). Tekanan darah agak bervariasi tergantung
posisi, aktivitas, dan tingkat kecem asan kita, sehingga pengukuran
biasanya dilakukan ke tika kita berbaring lurus dan dalam kondisi
tenang. Dalam kondisi-kondisi ini, 120 / 80 adalah bacaan rata-rata
untuk orang Am erika. Tidak ada batasan tegas antara tekanan darah
norm al dan tekanan darah tinggi. Sem akin tinggi tekanan darah kita,
sem akin m ungkin kita m e ninggal gara-gara serangan jantung, stroke,
gagal ginjal, atau aorta yang pecah. Biasanya, hasil bacaan tekanan
yang lebih tinggi daripada 140/90 secara manasuka dideinisikan
sebagai hipertensi, nam un sebagian orang dengan hasil bacaan yang
lebih rendah akan m eninggal gara-gara stroke pada usia 50 , sem entara
orang-orang lain dengan ha sil bacaan yang lebih tinggi akan m eninggal
akibat kecelakaan m obil pa dahal berada dalam kondisi sehat pada usia
90 .
Dalam jangka pendek, tekanan darah kita m eningkat seiring
tingkat kecemasan kita dan seiring aktivitas isik yang berat. Tapi,
dalam jangka panjang, tekanan darah m eningkat karena faktor-faktor
lain, terutam a asupan garam (untuk alasan-alasan yang dibahas di
bawah) dan usia (pada kita orang-orang m odern term odernisasi, na-
m un tidak pada orang-orang tradisional). Hubungan antara asupan
http://facebook.com/indonesiapustaka

garam dan tekanan darah sudah dicatat lebih daripada 2.0 0 0 tahun
lalu dalam naskah kedokteran Tiongkok Huangdi neijing suwen, yang
m e ngatakan, “Oleh karena itu bila garam banyak dikonsum si, denyut
nadi akan m enjadi kaku dan keras.” Dalam percobaan-percobaan ter-
baru di penangkaran terhadap sim panse, kerabat hewan terdekat kita,
tekanan darah mereka sewaktu mengonsumsi diet Purina Monkey
Chow yang m enyediakan 6 sam pai 12 gram per hari (seperti sebagian
524 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

besar m anusia m odern yang m enyantap diet ala Barat) berada dalam
kon disi m enyehatkan yaitu 120 / 50 , nam un tekanan darah m eningkat
seiring bertam bahnya usia (lagi-lagi seperti m anusia m odern yang
m enyantap diet ala Barat). Setelah setahun tujuh bulan m enyantap diet
tinggi garam yang m en capai 25 gram per hari, tekanan darah sim panse-
sim panse itu naik m enjadi sekitar 155/ 60 , sehingga m ereka bisa
dikatakan hipertensi m e nurut standar m anusia, setidaknya bila dinilai
dari tekanan darah sistolik.
Bagi kita m anusia, jelaslah asupan garam m em ang m em pengaruhi
te kanan darah, setidaknya di ekstrem berseberangan berupa asupan ga-
ram sangat rendah dan sangat tinggi. Proyek internasional INTERSALT
pada 1980 -an m enggunakan m etodologi seragam guna m engukur
asupan garam dan tekanan darah di 52 populasi di seluruh dunia. Po-
pulasi yang sudah saya sebutkan sebagai pem egang rekor asupan ga-
ram terendah, orang-orang Indian Yanom am o di Brazil, juga m e-
m iliki tekanan darah rata-rata terendah di dunia, 96/ 61 yang secara
m enge jutkan sungguh rendah. Kedua populasi yang berada pada dua
urutan asupan garam terendah berikutnya, Indian Xingu di Brazil dan
Penduduk Dataran Tinggi Papua di Lem bah Asaro, m enduduki dua
peringkat tekanan darah terendah berikutnya (10 0 / 62, dan 10 8/ 62).
Ketiga populasi ini, dan beberapa lusin populasi lain di seluruh dunia
dengan gaya hidup tradisional dan asupan garam rendah, tidak m e-
nunjukkan peningkatan tekanan darah seiring usia, berbeda dengan
m e ningkatnya tekanan darah seiring bertam bahnya usia pada orang-
orang Am erika dan se m ua populasi terwesternisasi lainnya.
Di ujung yang berseberangan, dokter-dokter m enganggap
J epang se bagai "negeri apopleksi" gara-gara tingginya tingkat stroke
m em atikan (penyebab utam a kem atian di J epang, lim a kali lebih sering
daripada di Am erika Serikat), terkait dengan tekanan darah tinggi dan
m akanan yang terkenal sangat asin. Di dalam J epang, faktor-faktor
itu m encapai tingkat ekstrem di Prefektur Akita di utara J epang, yang
terkenal ka re na nasinya yang lezat, yang dibum bui garam oleh para
http://facebook.com/indonesiapustaka

petani Akita, disantap bersam a-sam a sup m iso yang asin, dan diselang-
selingi dengan acar asin di antara waktu-waktu m akan. Dari 30 0 orang
dewasa Akita yang dipelajari, tidak seorang pun m engonsum si garam
di bawah 5 gram setiap harinya (tiga bulan konsum si oleh Indian
Yanom am o), rata-rata konsum si di Akita adalah 27 gram , dan individu
yang paling m e nyenangi garam m engonsum sinya dalam jum lah luar
biasa, 61 gram —cukup untuk m enghabiskan isi wadah garam yang
GARAM DAN TEKANAN DARAH ● 525

dijual di su perm arket dan biasa berisi 26 ons dalam 12 hari saja. Laki-
laki Akita yang m e m ecahkan rekor itu setiap hari m engonsum si garam
sebanyak yang dikonsum si rata-rata orang Indian Yanom am o dalam
tiga tahun tiga bulan. Tekanan darah rata-rata di Akita pada usia 50
tahun adalah 151/ 93, sehingga hipertensi justru m enjadi hal yang
um um . Tidaklah m engejutkan bahwa frekuensi kem atian akibat stroke
di Akita lebih daripada dua kali lipat rata-rata J epang yang padahal
sudah tinggi, dan di beberapa desa Akita, 99% populasi m eninggal
sebelum berusia 70 .
J adi, bukti bahwa variasi ekstrem asupan garam m em iliki efek
besar terhadap tekanan darah sangatlah m encolok: asupan ga ram
yang sangat rendah m enghasilkan tekanan darah yang sangat ren-
dah, sem entara asupan garam yang sangat tinggi m enghasilkan
tekanan darah yang sangat tinggi. Tapi, sebagian besar orang tidak
akan m enjalankan diet yang seekstrem orang Indian Yanom am o
atau petani Akita. Kita ingin tahu apakah variasi asupan garam yang
sedang, dalam kisaran tengah asupan garam di dunia, m em iliki
efek yang setidak-tidaknya sedang terhadap tekanan darah. Untuk
beberapa alasan, tidaklah benar-benar m engejutkan bahwa m asih ada
kon troversi m engenai efek variasi di kisaran tengah. Kisaran tengah
m encakup hanya penyebaran sem pit asupan garam : m isalnya, 48
dari 52 populasi dalam studi INTERSALT (semua populasi kecuali
Yanom am o dan ketiga pencilan luar lainnya yang m engonsum si diet
rendah-garam ) m em iliki rerata asupan garam di antara 6 dan 14 gram
per hari. Di dalam sebagian besar populasi, variasi individu dalam
hal asupan garam dan tekanan darah adalah besar dan cenderung
m engaburkan perbedaan rata-rata antara populasi. Asupan garam
sendiri terkenal sulit diukur secara konsisten, kecuali orang-orang
yang hendak diteliti ditahan di bangsal m etabolism e rum ah sakit se-
lam a sem inggu dan kadar garam dalam sem ua m akanan yang m ereka
konsum si dan air kencing yang m ereka produksi diukur. Itu jelas-jelas
m ustahil dilakukan terhadap orang-orang Indian Yanom am o di rim ba,
http://facebook.com/indonesiapustaka

m aupun sebagian besar penghuni kota yang ingin m enjalani hidup nor-
m al di luar bangsal m etabolism e. Asupan garam biasanya diukur dari
pengum pulan air kencing selam a 24 jam , nam un nilai-nilai itu dapat
m engalam i variasi besar dari hari ke hari, bergantung pada ap akah kita
kebetulan memakan Big Mac atau sop mi ayam pada hari tertentu.
Terlepas dari penyebab-penyebab ketidakpastian itu, banyak per-
cobaan alam m aupun percobaan m anipulatif m enunjukkan kepada
526 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

saya bahwa variasi asupan garam dalam kisaran norm al m em ang


m em pengaruhi tekanan darah. Variasi regional, m igrasi, dan variasi in-
dividu m enyediakan percobaan-percobaan alam . Asupan garam lebih
tinggi bagi orang-orang yang tinggal di pesisir daripada orang-orang
yang tinggal di pedalaman di Newfoundland dan Kepulauan Solomon,
dan lebih tinggi bagi penduduk perdesaan Nigeria yang hidup di dekat
danau garam daripada penduduk perdesaan Nigeria yang tidak hidup
di dekat danau garam ; dalam setiap kasus, populasi dengan asupan
garam yang lebih tinggi m em iliki tekanan darah rata-rata yang lebih
tinggi. Ketika orang-orang desa Kenya atau Tiongkok pindah ke kota,
asupan garam m ereka kerap kali m eningkat, dem ikian pula tekanan
darah m ereka. Asupan garam di J epang nyaris berlipat dua kali
kalau kita bergerak dari selatan ke utara dan m encapai m aksim um
di Prefektur Akita di utara yang sudah disebutkan sebelum nya, dan
kecenderungan garam itu paralel dengan kecenderungan hipertensi dan
kem atian akibat stroke. Di antara individu-individu J epang di satu kota
(Takayam a), hipertensi dan kem atian akibat stroke m eningkat seiring
asupan garam .
Sem entara soal percobaan m anipulatif, orang-orang Am erika yang
m e nyantap diet (cukup) rendah garam selam a 30 hari, orang-orang
Papua yang m enyantap diet (cukup) tinggi garam selam a 10 hari, m au-
pun orang-orang Tiongkok yang m enyantap diet (cukup) rendah garam
atau tinggi garam selam a 7 hari, m engalam i peningkatan ataupun
penurunan tekanan darah yang sejalan dengan peningkatan ataupun
penurunan asupan garam dalam eksperim en. Ahli-ahli epidem iologi
di daerah suburban kota Belanda, Den Haag, dengan kerja sam a
dari para ibu dari 476 bayi yang baru lahir, secara acak m em berikan
kepada bayi (yang sebagian besar disusui oleh ibunya) selam a enam
bulan salah satu dari dua jenis diet suplem en m akanan, yang berbeda
kandungan garam nya sebesar 2,6 kali. Tekanan darah bayi-bayi yang
diberi kandungan garam sedikit lebih tinggi m eningkat secara progresif
m elebihi tekanan darah bayi-bayi yang diberi kandungan garam
http://facebook.com/indonesiapustaka

sedikit lebih rendah selam a enam bulan berikutnya, ketika intervensi


percobaan berakhir dan bayi-bayi itu diperbolehkan m em akan apa
pun yang m ereka m au selam a 15 tahun berikutnya. Yang m enarik, efek
enam bulan asupan garam se m asa bayi itu terbukti perm anen: sewaktu
rem aja, bayi-bayi yang tadinya diberi kandungan garam sedikit lebih
tinggi tetap m em iliki tekanan darah m elebihi bayi-bayi yang diberi
kandungan garam sedikit lebih rendah (barangkali karena m ereka telah
PENYEBAB HIPERTENSI ● 527

dikondisikan secara per m anen untuk m em ilih m akanan bergaram ).


Terakhir, di setidaknya em pat negara yang tenar karena kadar tinggi
rata-rata konsum si garam dan tingkat kem atian akibat stroke yang
juga tinggi—Tiongkok, Finlandia, J epang, dan Portugal—kam panye-
kam panye kesehatan m asyarakat oleh pem erintah yang berlangsung
selam a bertahun-tahun atau ber da sawarsa-dasawarsa m em buahkan
pengurangan tekanan darah dan kem atian akibat stroke secara
lokal ataupun nasional. Contohnya, kam panye sepanjang 20 tahun
di Finlandia guna m engurangi asupan ga ram berhasil m enurunkan
tekanan darah rata-rata, dan m e m angkas 75% sam pai 80 % kem atian
akibat stroke dan penyakit jan tung koroner, serta m enam bahkan 5 atau
6 tahun ke harapan hidup Finlandia.

Pe n ye bab h ip e rte n s i
Agar kita bisa m enangani m asalah tekanan darah tinggi, kita harus
paham i apa lagi selain asupan garam tinggi yang m enyebabkannya,
dan m engapa asupan garam yang tinggi dapat m enyebabkan hipertensi
pada sebagian orang nam un tidak pada orang-orang lainnya.
Mengapa sebagian orang memiliki tekanan darah jauh lebih tinggi
daripada orang-orang lainnya? Pada 5% pasien hipertensi, terbukti
ada penyebab tunggal yang bisa diidentiikasi dengan jelas, misalnya
ketidakseim bangan horm on atau penggunaan kontrasepsi oral. Tapi,
pada 95% pasien tidak ada penyebab jelas sem acam itu. Eufem ism e
klinis bagi ketidakpaham an kita dalam kasus-kasus sem acam itu adalah
"hipertensi esensial".
Kita bisa m engkaji peran faktor-faktor genetik dalam hipertensi
esen sial dengan cara m em bandingkan seberapa m irip tekanan darah
kita dengan kerabat yang lebih dekat atau lebih jauh. Di antara orang-
orang yang hidup dalam rum ah tangga yang sam a, kem bar identik,
yang m em iliki gen seratus persen sam a, m em iliki tekanan darah
yang cukup mirip; kemiripan itu lebih rendah namun tetap signiikan
pada kem bar fraternal, kakak-beradik biasa, ataupun pada orangtua
http://facebook.com/indonesiapustaka

dan anak kan dung, yang m em iliki kesam aan gen kira-kira separo.
Kem iripan itu lebih rendah lagi pada kakak-adik angkat, atau orangtua
dengan anak angkat, yang tidak m em iliki hubungan genetik langsung
nam un hidup dalam lingkungan rum ah tangga yang sam a. (Bagi Anda
yang akrab dengan statistika dan koeisien korelasi, koeisien korelasi
bagi tekanan darah adalah 0 ,63 antara kem bar identik, 0 ,25 antara
kem bar fraternal atau orangtua dan anak kandung, dan 0 ,0 5 antara
528 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

kakak-beradik angkat atau orangtua dan anak angkat. Koeisien 1,00


antara kem bar identik berarti tekanan darah nyaris sepenuhnya
ditentukan oleh gen, dan apa pun yang bisa kita lakukan [setelah
terbentuk akibat pem buahan] tak berpengaruh terhadap tekanan darah
kita.) Terbukti, gen-gen kita m em iliki efek besar terhadap tekanan
darah kita, nam un faktor-faktor lingkungan juga berperan, sebab
kem bar identik m e m iliki tekanan darah yang sangat m irip nam un tidak
identik.
Guna m enem patkan hasil-hasil itu dalam perspektif, m ari ban-
ingkan hipertensi dengan penyakit genetik sederhana seperti penyakit
Tay-Sachs. Penyakit Tay-Sachs disebabkan oleh satu cacat di satu
gen; setiap pasien Tay-Sachs m em iliki cacat gen yang sam a. Sem ua
orang yang m em iliki gen cacat tersebut pasti m eninggal dunia aki-
bat penyakit Tay-Sachs, terlepas dari apapun gaya hidup atau
lingkungan sang korban. Sem entara itu, hipertensi biasanya m e-
libatkan banyak gen, yang m asing-m asing secara individual m em iliki
efek kecil terhadap tekanan darah. Oleh karena itu, pasien hipertensi
yang berbeda kem ungkinan terserang gangguan itu akibat kom binasi
gen yang berbeda-beda. Terlebih lagi, apakah seseorang yang m e-
m iliki kecenderungan genetik akan terserang hipertensi atau tidak,
sebenarnya bergantung sekali kepada gaya hidup. Dengan dem ikian,
hipertensi bukanlah salah satu penyakit langka, hom ogen, dan elegan
se cara intelektual yang para ahli genetika senang pelajari. Sebaliknya,
se perti diabetes dan m aag, hipertensi adalah serangkaian gejala yang
ditim bulkan oleh berbagai sebab, sem uanya m e libatkan interaksi
antara agen-agen lingkungan dan latar belakang ge netik yang rentan.
Banyak faktor lingkungan atau gaya hidup yang bersum bangsih
terhadap risiko hipertensi telah diidentiikasi oleh penelitian-penelitian
yang m em bandingkan frekuensi hipertensi di kelom pok-kelom pok
orang yang hidup dalam kondisi yang berbeda-beda. Ternyata, selain
asupan garam, faktor-faktor risiko signiikan lainnya mencakup obe-
sitas, olahraga, asupan tinggi alkohol atau lem ak jenuh, serta asupan
http://facebook.com/indonesiapustaka

rendah kalsium . Bukti pendekatan ini adalah pasien-pasien hipertensi


yang m engubah gaya hidup m ereka sehingga m em inim alkan faktor-
faktor risiko yang diperkirakan itu sering kali berhasil m engurangi
tekanan darah. Kita sem ua akrab dengan m antra dokter kita: ku rangi
asupan garam dan stres, kurangi asupan kolesterol, lem ak jenuh, dan
alkohol, kurangi berat, berhenti m erokok, dan berolah ra galah se cara
teratur.
PENYEBAB HIPERTENSI ● 529

J adi, apa hubungan antara garam dan tekanan darah? Dengan


kata lain, melalui mekanisme-mekanisme isiologis apa asupan ga-
ram yang m eningkat m enyebabkan peningkatan tekanan darah, pa-
da banyak nam un tidak sem ua orang? Sebagian besar penjelasan m e-
libatkan m em besarnya volum e cairan ekstraselular tubuh. Bagi orang
norm al, bila kita m eningkatkan asupan garam kita, garam tam bahan
itu diekskresikan oleh ginjal kita ke dalam air kencing. Namun pada
individu-individu yang m ekanism e ekskresi garam oleh ginjalnya
m engalam i gangguan, ekskresi tidak bisa m engikuti laju asupan garam
yang m e ningkat. Kelebihan garam yang tertanam dalam tubuh orang-
orang tersebut m em icu rasa haus dan m enyebabkan m ereka m eneguk
air, yang m enyebabkan peningkatan volum e darah. Sebagai tanggapan,
jantung m em om pa lebih sering, dan tekanan darah naik, m enyebabkan
ginjal m enyaring dan m engekskresikan lebih banyak garam dan air
pada tekanan yang lebih tinggi itu. Hasilnya adalah kondisi tunak
yang baru, di m ana ekskresi garam dan air lagi-lagi m enyam ai asupan,
nam un lebih banyak garam dan air yang tersim pan dalam tubuh, dan
tekanan darah pun m eninggi.
Namun mengapa kenaikan tekanan darah seiring peningkatan
asup an garam tim bul pada sebagian orang nam un tidak pada sebagian
besar orang? Toh sebagian besar orang bisa m em pertahankan tekanan
darah "norm al" m eskipun m engonsum si lebih daripada 6 gram garam
per hari. (Paling tidak dokter Barat akan m enganggap tekanan darah
m ereka norm al, nam un dokter Yanom am o tidak akan beranggapan
dem ikian.) Oleh karena itu asupan garam yang tinggi itu sendiri
tidak otom atis m enyebabkan hipertensi pada setiap orang; hipertensi
terjadi hanya pada beberapa individu. Apa yang m enyebabkan m ereka
berbeda?
Para dokter punya nam a untuk individu-individu yang tekanan
darah nya m erespon perubahan asupan garam : m ereka diistilahkan
"peka-garam ". Ternyata sekitar dua kali lipat individu yang hiper-
tensi ber sifat peka-garam , dibandingkan individu-individu yang nor-
http://facebook.com/indonesiapustaka

m o tensif (ber tekanan darah norm al). Terlepas dari itu, sebagian
besar kem atian akibat tekanan darah yang naik bukanlah di antara
penderita hipertensi, yang dideinisikan sebagai orang-orang yang
m em iliki tekanan darah yang sangat tinggi (140 / 90 ), nam un di
antara individu-individu nor m otensif dengan tekanan darah yang
hanya naik sedang—karena jum lah orang-orang norm otensif jauh
m elebihi penderita hipertensi, dan risiko kem atian individu yang lebih
530 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

besar pada penderita hipertensi bu kanlah faktor yang cukup besar


untuk m engalahkan faktor yang lebih besar berupa jum lah orang
norm otensif yang jauh m elebihi pen derita hipertensi. Sedangkan
mengenai perbedaan isiologis yang spesiik antara orang hipertensif
dan norm otensif, ada banyak bukti bah wa m asalah utam a orang
hipertensif terletak di suatu tem pat di ginjal. Bila kita m encangkokkan
ginjal dari tikus norm otensif ke tikus hipertensif sebagai percobaan,
atau dari m anusia donor ginjal nor m otensif ke m anusia hipertensif
yang sakit parah guna m em bantu pasien hipertensi tersebut, tekanan
darah sang penerim a cangkokan turun. Sebaliknya, bila kita cangkok
ginjal dari tikus hipertensif ke tikus norm otensif, tekanan darah si tikus
norm otensif pun naik.
Bukti lain yang m enunjuk ke ginjal orang hipertensif sebagai tem -
pat asal hipertensi adalah bahwa sebagian besar dari banyak gen
m anusia yang diketahui m em pengaruhi tekanan darah ternyata m eng-
ko dekan protein-protein yang terlibat dalam pengolahan natrium di
ginjal. (Ingatlah bahwa garam adalah natrium klorida.) Ginjal kita
sebenarnya m engekskresikan natrium dalam dua tahap: pertam a-
tam a, saringan yang disebut glom erulus di awal setiap tubulus
ginjal m enyaring plas m a darah (yang m engandung garam ) ke dalam
tubulus tersebut; dan kedua, sebagian besar natrium hasil saringan
itu kem u dian diserap lagi ke dalam darah oleh bagian-bagian tubulus
selanjutnya setelah glom erulus; natrium hasil saringan yang tidak
diserap kem bali akhirnya dieksresikan ke dalam air seni. Perubahan
dalam salah satu dari kedua langkah itu dapat m enim bulkan tekanan
darah tinggi: orang lanjut usia cen derung bertekanan darah tinggi
karena penyaringan oleh glom erulus m ereka lebih sedikit, dan orang
hipertensif cenderung bertekanan darah tinggi karena penyerapan
natrium oleh tubulus m ereka lebih tinggi. Hasil kedua kasus itu—lebih
sedikit penyaringan natrium , atau lebih banyak penyerapan ulang
natrium —adalah lebih banyak natrium dan air yang tertahan dalam
tubuh dan tekanan darah yang lebih tinggi.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Dokter um um nya m enyebut penyerapan ulang natrium yang tinggi


oleh tubulus yang dipostulasikan terjadi pada orang-orang hipertensi
se bagai "cacat": m isalnya, dokter berkata, “Ginjal penderita hipertensi
m e m iliki cacat genetik dalam m engekskresikan natrium ” Tapi, se bagai
seorang ahli biologi evolusioner, saya m endengar alarm peringatan
PENYEBAB HIPERTENSI ● 531

ber dering di dalam diri saya setiap kali saya m endengar suatu ciri
yang se pertinya berbahaya dan kerap m uncul dalam populasi m anusia
yang telah ada sejak lam a dan berukuran besar dianggap sebagai
sekadar "cacat". Mengingat telah ada cukup banyak generasi, gen-gen
yang sangat m engham bat kelestarian berkem ungkinan sangat kecil
disebarkan, ke cuali bila efek nettonya entah bagaim ana m eningkatkan
kelestarian dan ke berhasilan reproduksi. Kedokteran m anusia telah
m em berikan con toh terbaik gen-gen yang tam paknya cacat nam un
terdongkrak fre kuensinya m enjadi tinggi karena m anfaatnya yang
mengimbangi kerugiannya. Misalnya, hemoglobin sel sabit disebabkan
gen m utan yang cen de rung m enim bulkan anem ia, yang tidak diragukan
lagi berbahaya. Namun gen itu juga menawarkan perlindungan terha-
dap m alaria, dan ka re na nya efek netto gen tersebut di daerah-daerah
berjangkitnya m a laria di Afrika dan Laut Tengah bersifat m eng-
untungkan. Oleh ka rena itu, gu na m em aham i m engapa orang-orang
hipertensi yang tidak diobati ren tan m eninggal kini akibat ginjal
m ereka yang m enahan ga ram , kita ha rus m enanyakan dalam kondisi-
kondisi m acam apa m a nu sia m ungkin m em peroleh keuntungan dari
ginjal yang bagus dalam m e nahan garam .
J awabannya sederhana. Dalam kondisi-kondisi ketersediaan ren-
dah garam yang dialam i oleh sebagian besar m anusia sepanjang
nyaris seluruh sejarah m anusia sam pai m unculnya industri garam
belum lam a ini, m anusia dengan ginjal yang m enahan garam secara
efektif lebih m am pu bertahan m elewati m asa-m asa ketika kita ke-
hilangan banyak garam dari keringat atau akibat serangan diare. Ginjal
tipe itu baru m enjadi sandungan ketika garam m enjadi banyak ter-
sedia, m enyebabkan penahanan garam berlebihan dan hipertensi de-
ngan akibat-akibat m em atikannya. Itulah m engapa tekanan darah dan
prevalensi hipertensi telah m elonjak naik belakangan ini di ba nyak
populasi di seluruh dunia, yang telah m engalam i transisi dari gaya
hidup tradisional dengan ketersediaan garam terbatas m enjadi pe-
langgan superm arket. Perhatikanlah ironi evolusioner itu: kita, yang
http://facebook.com/indonesiapustaka

nenek m oyangnya m engatasi m asalah-m asalah kekurangan garam


secara paling bagus di sabana-sabana Afrika puluhan ribu tahun lalu,
kini ada lah yang m em iliki risiko paling tinggi m ati akibat m asalah-
m asa lah ke le bihan garam m asa kini di jalanan Los Angeles.
532 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

Su m be r garam p ad a m akan an
Bila kini Anda telah yakin bahwa m enurunkan asupan garam itu
m enyehatkan, apa yang bisa Anda lakukan? Saya dulu berpikir saya
telah m elakukannya, dan bahwa kebiasaan-kebiasaan saya dengan
garam sudah bagus, karena saya tidak pernah m enaburkan garam
ke makanan saya. Meskipun saya tidak pernah mengukur asupan
ataupun keluaran garam saya, secara naif saya m enduga angka-angka
itu rendah. Sayangnya, kini saya m enyadari bahwa, bila saya m em ang
m engukurnya, saya akan m endapati bahwa angka-angka itu jauh di
atas kadar Yanom am o, dan tidak begitu jauh di bawah kadar orang-
orang Am erika yang gem ar m enaburkan garam ke m akanan.
Alasan bagi kesadaran m enyedihkan itu ada hubungannya dengan
sum ber-sum ber garam dalam m akanan yang kita telan. Di Am erika
Utara dan Eropa, hanya sekitar 12% asupan garam kita ditam bahkan di
rum ah dan dengan sepengetahuan kita, entah itu oleh siapa pun yang
m em asak atau oleh sang pengonsum si di m eja. Hanya 12% itu yang
dengan bangga berhasil saya lenyapkan. 12% lainnya adalah garam
yang secara alam i ada dalam asupan m akanan kita ketika m akanan
itu m asih segar. Sayangnya, 75% asupan garam kita sisanya bersifat
"tersem bunyi": garam tersebut sudah ditam bahkan oleh orang-orang
lain ke dalam m akanan yang kita beli, entah itu m akanan olahan atau
m akanan restoran, yang ditam bahi garam oleh pem buatnya atau
kokinya. Sebagai akibatnya, orang-orang Am erika dan Eropa (ter-
m asuk saya) tidak tahu seberapa tinggi asupan garam harian kita ke-
cuali m ereka m enjalani pengum pulan air seni selam a 24 jam . Tidak
m enam bahkan sendiri ga ram ke m akanan tidak cukup untuk m enu-
runkan asupan garam kita: kita juga harus m engerti soal m em ilih
m akanan yang Anda beli, dan res toran tem pat Anda m akan.
Makanan olahan mengandung garam dalam jumlah yang luar bia-
sa lebih besar daripada jum lah m akanan serupa yang bukan hasil
olahan. Misalnya, dibandingkan dengan salmon kukus segar yang
tidak diga ram i, salm on kalengan m engandung 5 kali lebih banyak
http://facebook.com/indonesiapustaka

garam per pon nya, dan salm on asap yang dibeli di toko m engandung
12 kali lebih banyak. Hidangan cepat-saji populer berupa burger keju
dan ken tang goreng untuk dibawa pulang m engandung sekitar 3 gram
garam (sepertiga asupan garam total rata-rata dalam sehari bagi orang
Am erika), 12 kali kandungan garam stik dan kentang goreng buatan
rum ah yang tidak digaram i. Sejum lah m akanan olahan lain dengan
kan dungan garam yang sangat tinggi adalah kornet sapi kalengan, keju
SUMBER GARAM PADA MAKANAN ● 533

olahan, dan kacang panggang. Yang m engejutkan bagi saya, sum ber
ter besar garam dalam m akanan di AS dan BR adalah produk sereal—
roti, kue-kue hasil panggangan, dan sereal sarapan pagi—yang biasanya
tidak kita anggap asin.
Mengapa pembuat makanan olahan menambahkan sedemikian
ba nyak garam ? Salah satunya adalah itu adalah cara yang nyaris
tidak m e nelan biaya guna m em buat m akanan m urah yang tidak ada
rasanya m en jadi bisa dim akan. Alasan lain adalah m eningkatkan kan -
dungan ga ram daging m eningkatkan bobot air yang terikat dalam
daging, sehingga bobot akhir produk dapat dengan m urah diting-
katkan sebanyak 20 % oleh air yang terikat. Sebagai hasilnya, pem buat
m akanan olahan m e nye diakan lebih sedikit daging dan tetap m en-
dapatkan harga yang sam a untuk satu "pon" daging, yang sebenarnya
terdiri hanya atas 83% daging betulan ditam bah 17% air yang terikat.
Satu lagi alasan m engapa garam m erupakan penentu utam a haus:
sem akin banyak garam yang kita konsum si, sem akin banyak cairan
yang kita m inum , nam un orang Am erika atau orang Eropa banyak
m eneguk m inum an ringan dan air botolan, sebagian di antaranya
dijual oleh perusahaan-perusahaan yang sam a dengan yang m enjual
cam ilan asin dan m akanan olahan yang m em buat Anda haus. Terakhir,
m asyarakat telah kecanduan garam dan lebih m em ilih m akanan
bergaram daripada yang tidak digaram i.
Gam baran berbeda bagi uraian sum ber garam yang dikonsum si
m un cul di Asia Tim ur, Asia Selatan, dan sebagian besar negara ber-
kem bang, di m ana sebagian besar garam yang ditelan bukan berasal
dari m akanan olahan atau restoran, m elainkan dari garam yang di-
tambahkan di rumah sang konsumen sendiri. Misalnya, di Tiongkok
72% garam yang ditelan ditam bahkan saat pem asakan atau saat m akan,
dan 8% lagi dalam kecap asin. Di J epang, sum ber-sum ber utam a garam
yang ditelan adalah kecap (20 %), sup m iso yang asin (10 %), sayur dan
buah yang diasinkan (10 %), ikan segar dan ikan asin (10 %), serta ga-
ram yang ditam bahkan di restoran, gerai cepat saji, dan di rum ah
http://facebook.com/indonesiapustaka

(10 %). Itulah m engapa asupan garam di banyak negara Asia m elebihi
12 gram per hari. Di negara-negara berkem bang, garam dalam kecap,
bum bu, dan m akanan yang diacar bersum bangsih bersam a garam yang
ditam bah kan dalam m asukan.
Ongkos kesehatan nasional yang tinggi yang ditim bulkan oleh hi-
per tensi, stroke, dan penyakit-penyakit lain yang terkait garam dalam
ben tuk pengeluaran m edis dan rum ah sakit, serta hilangnya tenaga
534 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

kerja produktif, kini telah m em otivasi sejum lah pem erintah untuk
m e lancarkan kam panye-kam panye nasional jangka panjang guna
membantu warga negara mereka mengurangi asupan garam. Namun
pem erintah-pem erintah itu dengan cepat m enyadari bahwa m ereka
tidak bisa m encapai tujuan itu tanpa kerjasam a industri m akanan
guna m engurangi jum lah garam yang ditam bahkan ke industri ke da-
lam m akanan olahan. Pengurangan itu dilakukan secara bertahap, ha-
nya 10 % atau 20 % lebih sedikit garam yang ditam bahkan ke m akanan
setiap satu atau dua tahun—pengurangan yang terlalu kecil untuk di-
sa dari m asyarakat. Inggris, J epang, Finlandia, dan Portugal telah
m enjalankan kam panye-kam panye sem acam itu selam a antara dua dan
em pat dasawarsa, dengan hasil penurunan asupan garam yang disertai
penurunan biaya m edis nasional dan perbaikan statistika kesehatan
nasional yang sudah saya sebutkan sebelum nya.
Apakah kam i warga negara industri m erupakan pion tak berdaya
di tangan para pem buat m akanan, dan hanya sedikit yang bisa
kam i lakukan guna m engurangi asupan garam dan tekanan darah
kam i kecuali berdoa bahwa kam panye anti-garam pem erintah ber-
jalan efektif? Sebenarnya, ada langkah besar yang bisa kita lakukan
selain m enghindari penam bahan sendiri garam ke m akanan: kita bisa
m enyantap diet m enyehatkan yang kaya m akanan segar dan ren dah
m akanan olahan—teutam a, diet yang kaya sayur, buah, serat, kar-
bo hidrat kom pleks, produk susu-rendah yang m encakup keju, padi-
padian utuh, daging unggas, ikan (ya, kita boleh m em akan ikan ber-
lem ak), m inyak sayuran, dan kacang-kacangan, nam un rendah daging
m erah, m anis-m anisan, m inum an yang m engandung gula, m en-
tega, krim , ko lesterol, dan lem ak jenuh. Dalam percobaan-per coba an
terkontrol ter hadap sukarelawan, diet sem acam itu, diistilah kan diet
DASH—Dietary Approaches to Stop Hypertension, Pendekatan Makan
untuk Mengurangi Hipertensi—sangat menurunkan tekanan darah.
Barangkali Anda keburu berpikir: “Tak m ungkin aku beralih ke diet
rendah lem ak yang tidak enak dan m enghancurkan kesenangan saya
http://facebook.com/indonesiapustaka

makan, cuma untuk hidup 10 tahun lebih lama! Mendingan menikmati


70 tahun penuh m akanan lezat dan anggur daripada 80 tahun biskuit
rendah garam dan air yang tidak ada rasanya.” Sebenarnya, diet DASH
mencontoh apa yang disebut diet Mediterania, dengan kandungan le-
m ak m elim pah sebesar 38%, yang nam anya berasal dari fakta bahwa
itulah yang secara tradisional disantap oleh orang-orang Italia,
Spanyol, Yunani, dan banyak orang Prancis. (Kandungan tinggi lem ak
DIABETES ● 535

pada diet DASH dan Mediterania berasal dari jenis lemak mono tak
jenuh, jenis lem ak yang baik bagi kita.) Orang-orang ini tidak m akan
biskuit dan air: m ereka m enikm ati hidangan-hidangan terlezat dalam
peradaban Ba rat. Orang-orang Italia, yang m enghabiskan beberapa jam
per hari m engonsum si pasta m ereka yang nikm at, roti, keju, m inyak
zaitun, dan berbagai andalan dapur dan pertanian Italia lainnya, secara
rata-rata m asih m erupakan m asyarakat paling ram ping di dunia Barat.
Pada waktu yang sam a, kam i orang-orang Am erika, yang dietnya sangat
berbeda dengan diet Mediterania, memiliki lingkar pinggang rata-rata
terbesar di du nia Barat. Sepertiga orang dewasa Am erika m engalam i
obesitas, dan sepertiga lagi dari kam i "hanya" kelebihan berat, nam un
hidangan kam i pun tidak ada bandingannya dengan kelezatan hidangan
Italia. Anda pun bisa m enikm ati m akanan lezat dan hidup sehat.

D iabe te s
Bagi diabetes, diet Barat yang tinggi gula dan karbohidrat penghasil
gula adalah bagaikan garam bagi hipertensi. Ketika putra kem bar sa-
ya m asih terlalu kecil untuk m em pelajari kebiasaan m akan yang se-
hat, m em bawa m ereka ke superm arket bagaikan m elintasi ladang ran-
jau m anis bagi istri dan saya. Di antara m akanan sarapan, anak-anak
saya tergoda oleh pilihan antara Apple Cinnam on Cheerios (85% kar-
bo hidrat m enurut pem buatnya) dan Fruit Loops (89% karbohidrat),
dengan sekitar separo karbohidratnya dikandung dalam bentuk gula.
Kotak-kotak yang m enggam barkan kura-kura berkekuatan ninja yang
tenar membujuk anak-anak untuk meminta Teenage Mutant Ninja
Turtles Cheese Pasta Dinner, 81% karbohidrat. Pilihan cam ilan m en-
cakup Fruit Bears (92% karbohidrat, nol protein) dan kue coklat de-
ngan krim vanila Teddy Graham ’s Bearwich (71% karbohidrat); ke-
duanya m en cantum kan sirup jagung, juga gula, sebagai salah satu
bahannya.
Sem ua m akanan itu m engandung hanya sedikit serat, atau bah-
kan tidak sam a sekali. Dibandingkan dengan diet yang sesuai dengan
http://facebook.com/indonesiapustaka

sejarah evolusioner kita, sem ua m akanan itu berbeda karena kan-


dungan gula dan karbohidrat lain yang jauh lebih tinggi (71%
sam pai 95% dibandingkan sekitar 15% sam pai 55%) dan kandungan
protein serta serat yang jauh lebih rendah. Saya m enyebutkan m erk-
m erk tertentu ini, bukan karena tidak lazim , nam un justru karena
kandungannya lazim di antara yang tersedia. Sekitar tahun 170 0 ,
asupan gula hanya sekitar 1,8 kilogram per tahun per orang di Inggris
536 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

dan AS (waktu itu m asih m erupakan koloni), nam un angka itu kini
m elebihi 68 kilogram per tahun per orang kini. Seperem pat populasi
m odern AS m enyantap lebih daripada 90 kilogram gula per tahun.
Penelitian terhadap anak-anak kelas delapan di AS m enunjukkan
bahwa 40 % diet m ereka terdiri atas gula dan karbohidrat penghasil
gula. Dengan m akanan-m akanan yang baru saja saya sebutkan m e-
ringkuk di superm arket-superm arket guna m enggoda anak-anak dan
orangtua m ereka, tak heran bahwa akibat-akibat diabetes, penyakit
m etabolism e karbohidrat paling um um , akan m enjadi penyebab
kem atian banyak pem baca buku ini. Tidak heran kalau para pem baca
buku ini m enderita pem busukan dan lubang gigi, yang sangat langka
di kalangan orang-orang !Kung. Se waktu hidup di Skotlandia pada
1970 -an, di m ana konsum si roti-rotian dan m anis-m anisan sungguh
luar biasa, saya diberitahu bahwa sebagian orang Skotlandia yang
m asih rem aja sudah kehilangan sebagian besar gigi m ereka akibat
pem busukan.
Penyebab pam ungkas banyak jenis kerusakan yang disebabkan dia-
betes kepada tubuh kita adalah kandungan gula glukosa yang tinggi di
darah. Kerusakan-kerusakan itu m enyebabkan glukosa m elim pah ke
da lam air kencing: perwujudan yang m enjadi m uasal nam a lengkap
penyakit itu, diabetes m elitus, yang berarti "m em banjirnya m adu".
Diabetes tidak m e nular ataupun m em atikan secara cepat, sehingga
tidak ditem patkan sebagai berita utam a di m edia, tidak seperti AIDS.
Terlepas dari itu, epidem i diabetes di dunia m asa kini jauh m elebihi
epidem i AIDS dari segi tingkat kem atian dan penderitaan. Diabetes
m elum puhkan korban-kor bannya secara perlahan dan m engurangi
kualitas hidup m ereka. Oleh karena sel-sel dalam tubuh kita terpapar
gula dari aliran darah, diabetes dapat m em pengaruhi nyaris sem ua
sistem organ. Akibat-akibat se kundernya antara lain adalah diabetes
m erupakan penyebab utam a ke butaan dewasa di AS; penyebab terbesar
nom or dua am putasi kaki yang bukan disebabkan oleh kecelakaan;
penyebab sepertiga kasus kegagalan ginjal; faktor risiko utam a stroke,
http://facebook.com/indonesiapustaka

serangan jantung, pe nya kit pem buluh tepi, dan kehancuran saraf;
dan penyebab lebih daripada $ 10 0 m iliar biaya kesehatan tahunan
di Am erika (15% dari seluruh biaya untuk sem ua penyakit bila
digabungkan). Mengutip Wilfrid Oakley, “Manusia mungkin penentu
takdirnya, nam un dia juga korban gula darahnya.”
Pada 20 10 , jum lah penderita diabetes di dunia diperkirakan
sekitar 30 0 juta. Angka ini m ungkin m erupakan perkiraan yang terlalu
JENIS-JENIS DIABETES ● 537

rendah, karena m ungkin ada kasus-kasus yang tidak terdiagnosis,


ter utam a di negara-negara yang kurang disurvei secara m edis. Laju
pertum buhan jum lah penderita diabetes se kitar 2,2% per tahun, atau
nyaris dua kali lipat laju pertum buhan po pulasi dewasa dunia: dengan
kata lain, persentase populasi yang m enderita diabetes m eningkat.
Bila tidak ada hal lain yang berubah di dunia kecuali bahwa populasi
dunia terus bertum buh, m enua, dan ber pindah ke perkotaan (terkait
dengan gaya hidup yang lebih m enetap dan karenanya m eningkatkan
prevalensi diabetes), m aka jum lah kasus dia betes diperkirakan sekitar
50 0 juta untuk tahun 20 30 , yang akan m en jadikan diabetes salah satu
penyakit paling um um di dunia dan m a salah kesehatan m asyarakat
terbesar. Namun prognosisnya bahkan lebih buruk lagi dari itu, sebab
faktor-faktor risiko lain bagi diabetes (ter utam a kem akm uran dan
obesitas di perdesaan) juga m eningkat, se hingga jum lah kasus pada
20 30 m ungkin akan lebih tinggi lagi. Le dakan prevalensi diabetes kini
terutam a terjadi di Dunia Ketiga, di m ana epidem i tersebut m asih
berada pada tahap-tahap awalnya di India dan Tiongkok, dua negara
berpenduduk paling banyak di dunia. Dia betes, yang dulu dianggap
penyakit yang hanya m enyerang orang-orang Eropa dan Am erika
Utara yang kaya, m elangkahi dua titik pen ting pada 20 10 : separo lebih
penderita diabetes di dunia kini m erupakan orang Asia ,dan dua negara
dengan jum lah penderita dia betes terbanyak sekarang adalah India dan
Tiongkok.

Je n is -je n is d iabe te s
Apa yang norm alnya terjadi ketika kita m engonsum si glukosa (atau
karbohidrat lain yang m engandung glukosa)? Seiring diserapnya gula
di usus kita, kadar gula dalam darah m eningkat, m em berikan sinyal
ke pada pankreas untuk m elepaskan horm on insulin. Horm on itu ke-
m u dian m em berikan sinyal kepada hati untuk m engurangi produksi
glukosa, dan kepada otot dan sel-sel lem ak untuk m engam bil glukosa
ter sebut (sehingga m enghentikan naiknya kadar gula darah) dan
http://facebook.com/indonesiapustaka

m enyim pannya sebagai glikogen atau lem ak, untuk digunakan sebagai
energi di antara waktu-waktu makan. Nutrien-nutrien lainnya, misal-
nya asam am ino, juga m em icu pelepasan insulin, dan insulin berpe-
ngaruh terhadap kom ponen m akanan selain gula (m isalnya m encegah
penguraian lem ak).
Banyak m acam hal yang dapat berlangsung secara keliru dalam
urut-urutan peristiwa yang norm al, sehingga istilah "diabetes m eli-
538 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

tus" m encakup berbagai m asalah penye bab nya, yang dihubungkan


oleh kesam aan gejala-gejala yang tim bul akibat kadar gula darah yang
tinggi. Keanekaragam an itu dapat se cara kasar dibagi m enjadi dua
kelom pok penyakit: diabetes m elitus tidak-tergantung-insulin atau
Tipe-2 (dikenal juga sebagai "diabetes yang m uncul pada dewasa"),
dan dia betes m elitus tergantung-insulin atau Tipe-1 yang jauh kurang
um um (dikenal juga sebagai "diabetes yang m uncul pada anak-anak").
Diabetes Tipe-1 adalah penyakit ke kebalan-diri, ketika antibodi se-
seorang m enghancurkan sel-sel pankreas penghasil insulin pada tubuh
orang itu sendiri. Penderita Diabetes Tipe-1 cenderung kurus, tidak
m enghasilkan insulin, dan m em bu tuhkan suntikan insulin ber kali-kali
dalam sehari. Banyak di antara m ereka m em bawa gen-gen tertentu
(yang disebut alel-alel HLA) yang m engkodekan unsur-unsur sistem
kekebalan tubuh. Diabetes Tipe-2 justru m elibatkan peningkatan
penolakan sel-sel tubuh ter hadap insulin yang diproduksi tubuh itu
sendiri, sehingga sel-sel ga gal m engam bil glukosa dengan laju nor-
m al. Selam a pankreas dapat m e res pon dengan m elepaskan lebih
banyak insulin, penolakan sel-sel itu bisa diatasi, dan glukosa darah
tetap berada dalam kisaran normal. Namun pada akhirnya pankreas
akan kelelahan, m ungkin tidak lagi bisa m enghasilkan cukup insulin
untuk m engatasi penolakan itu, kadar glukosa darah naik, dan pasien
pun terserang diabetes. Pasien-pasien diabetes Tipe-2 ini cenderung
m enderita obesitas. Pada tahap-tahap awal penyakit itu, m ereka
senig kali bisa m engendalikan gejala-gejala m e reka dengan berdiet,
berolahraga, dan m enurunkan berat, tanpa m em butuhkan tablet atau
suntikan insulin.
Tapi, m em bedakan diabetes Tipe-2 dan Tipe-1 bisa jadi sulit,
sebab diabetes Tipe-2 kini sem akin sering m uncul pada rem aja, se-
m entara diabetes Tipe-1 m ungkin baru m uncul pertam a kali pada m asa
dewasa. Bahkan diabetes Tipe-2 (seperti yang dideinisikan oleh pe-
no lakan insulin) terkait dengan banyak gen dan m ewujud dalam ber-
bagai gejala. Sem ua pem bahasan saya berikutnya dalam bab ini akan
http://facebook.com/indonesiapustaka

m erujuk ke diabetes Tipe-2 yang jauh lebih um um (sekitar 10 kali lipat


lebih um um ), yang sesudah ini akan saya sebut dengan "diabetes" saja.

Ge n , lin gku n gan , d an d iabe te s


Lebih daripada 2.0 0 0 tahun silam , dokter-dokter Hindu yang m e-
nyebutkan kasus-kasus "kencing m adu" berkom entar bahwa kasus-
kasus sem acam itu "diwariskan dari generasi ke generasi dalam benih"
GEN, LINGKUNGAN, DAN DIABETES ● 539

dan juga disebabkan "m akan dengan tidak bijak". Kini dokter-dokter
m enem ukan kem bali wawasan-wawasan tajam itu, yang kini kita ung-
kapkan ulang dengan m engatakan bahwa diabetes m elibatkan faktor-
faktor genetik m aupun lingkungan, dan barangkali faktor-faktor dalam
rahim juga m em pengaruhi janin saat keham ilan. Bukti peran gen
m encakup risiko sepuluh kali lebih besar terserang diabetes bila ada
kerabat derajat pertam a (orangtua atau saudara kandung) kita yang
juga m enderita diabetes dibanding bila tidak ada kerabat derajat-per-
tama kita yang begitu. Namun diabetes, seperti hipertensi, bukanlah
penyakit genetik sederhana (seperti anem ia sel-sabit) di m ana satu
m utasi dalam gen yang sam a m enim bulkan penyakit itu di setiap
pasien. J ustru berlusin-lusin faktor kerentanan genetik yang berbeda
bagi diabetes telah diidentiikasi, banyak di antaranya disatukan hanya
oleh kesam aan ciri bahwa satu m utasi di yang m ana pun di antara gen-
gen itu dapat m engakibatkan kadar glukosa darah yang tinggi akibat
penolakan terhadap insulin. (Saya sebutkan lagi bahwa pernyataan-
pernyataan ini berlaku bagi diabetes Tipe-2; diabetes Tipe-1 m elibatkan
faktor-faktor kerentanan genetik tersendiri yang berbeda.)
Selain faktor-faktor genetik dalam diabetes itu, diabetes juga ber-
gantung kepada faktor-faktor lingkungan dan gaya hidup. Meskipun
kita secara genetis m em iliki kecenderungan diabetes, bukan berarti kita
pasti terserang penyakit itu, seperti yang terjadi bila kita m em iliki se-
pasang gen penyebab distroi otot atau penyakit Tay-Sachs. Risiko ter-
serang diabetes m eningkat seiring bertam bahnya usia, dan dengan
m em iliki kerabat derajat pertam a yang m enderita diabetes, dan
dengan terlahir dari ibu yang m enderita diabetes, hal-hal yang tidak
bisa kita apa-apakan. Namun faktor-faktor risiko lain yang dapat
m e nyebabkan diabetes adalah faktor-faktor yang berada di bawah
kendali kita, term asuk ke lebihan berat badan, tidak berolahraga, m e-
nyantap diet berkalori tinggi, dan m engon sum si banyak gula dan
lem ak. Kebanyakan penderita diabetes (saya tekankan lagi, seba-
gian besar penderita diabetes Tipe-2) dapat m engurangi gejala-gejala
http://facebook.com/indonesiapustaka

mereka dengan mengurangi faktor-faktor risiko itu. Misalnya, pre-


valensi diabetes 5 sam pai 10 kali lebih tinggi pada pengidap obesitas
dibanding pada orang-orang berbobot norm al, sehingga pasien-pasien
diabetes sering kali dapat kem bali sehat dengan berdiet, berolahraga,
dan m enurunkan berat, dan tindakan-tindakan yang sam a juga dapat
m elindungi orang-orang yang berkecenderungan dia betes agar tidak
terserang penyakit tersebut.
540 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

Banyak jenis percobaan alam , term asuk yang saya sebutkan di


awal bab ini sebagai contoh hubungan antara gaya hidup Barat dan
penyakit-penyakit tak menular secara umum, secara spesiik menun-
jukkan peran faktor-faktor lingkungan dalam diabetes. Peningkatan
faktor-faktor tersebut di seluruh dunia m endasari epidem i diabetes
yang kini ber jangkit di seluruh dunia. Salah satu jenis percobaan
alam sem acam itu m elibatkan naik-turunnya prevalensi diabetes
yang m enyertai naik-turunnya gaya hidup Barat dan kem akm uran
di populasi yang sama. Di Jepang, graik prevalensi diabetes dan
indikator-indikator eko nom i terhadap waktu ternyata sejajar, bahkan
sam pai perincian naik-turun tahun ke tahun. Itu karena orang m akan
lebih banyak, sehingga berisiko lebih besar terserang diabetes,
sewaktu m ereka pu nya uang. Diabetes dan gejala-gejalanya m enurun
atau lenyap pada populasi-populasi yang m engalam i kondisi-kondisi
kelaparan, m isalnya pasien-pasien diabetes Prancis yang m em peroleh
penjatahan m akanan yang am at ketat selam a pengepungan Paris
pada 1870 – 1871. Kelom pok-kelom pok Aborigin Australia yang untuk
sem entara m engabaikan gaya hidup tak banyak gerak ala Barat yang
tadinya m ereka jalani dan kem bali ke kehidupan tradisional yang
penuh aktivitas, m engalam i kem unduran gejala-gejala diabetes; satu
kelom pok sem acam itu kehilangan rata-rata berat tubuh 9 kg dalam
tujuh m inggu. (Ingatlah bahwa obesitas adalah salah satu faktor
risiko paling utam a bagi dia betes.) Penurunan gejala-gejala diabetes
dan lingkar pinggang juga ter catat pada orang-orang Swedia yang
selam a tiga bulan m eninggalkan diet Swedia m ereka yang sangat tidak
Mediterania (lebih daripada 70% kalori dari gula, margarin, produk
susu, alkohol, m inyak, dan sereal) dan sebagai gantinya m engadopsi
diet Mediterania yang tipikal bagi orang-orang Italia yang ramping.
Orang-orang Swedia pelaku "diet Paleolitik" yang dirancang agar
m enyerupai diet pem buru-pengum pul m enjadi lebih sehat lagi dan
m em iliki lingkar pinggang yang bahkan lebih ram ping lagi.
Satu lagi percobaan alam disediakan oleh lonjakan luar biasa tajam
http://facebook.com/indonesiapustaka

dalam kasus diabetes di antara kelom pok-kelom pok yang berem igrasi
sehingga berhenti m enjalani gaya hidup spartan yang penuh aktivitas
dan m engadopsi gaya hidup tak banyak gerak, tinggi kalori, kurang
olahraga yang didasarkan pada m akanan superm arket yang m e lim pah.
Satu contoh dram atis m elibatkan orang-orang Yahudi dari Yam an yang
dibawa dengan pesawat ke Israel dalam Operasi Perm adani Ajaib pada
1949 dan 1950 , dan karenanya secara m endadak dijebloskan ke dalam
GEN, LINGKUNGAN, DAN DIABETES ● 541

kondisi-kondisi abad ke-20 dari kondisi-kondisi yang sebelum nya


bagaikan zam an pertengahan. Walaupun orang-orang Yahudi Yam an
nyaris bebas diabetes sewaktu m encapai Israel, 13% di antara m ereka
menjadi pengidap diabetes dalam dua dasawarsa. Migran-migran
lain yang m encari kesem patan dan m alah m endapatkan dia betes
antara lain orang-orang Yahudi Etiopia yang pindah ke Israel, orang-
orang Meksiko dan Jepang yang pindah ke AS, orang-orang Polinesia
yang pindah ke Selandia Baru, orang-orang Tiongkok yang pindah
ke Mauritius dan Singapura, dan orang-orang India yang pindah ke
Mauritius, Singapura, Fiji, Afrika Selatan, AS, dan Britania.
Negara-negara berkembang yang belakangan ini semakin makmur
dan terwesternisasi juga sejalan dengan itu m engalam i peningkatan
pre valensi diabetes. Di tem pat pertam a adalah kedelapan negara Arab
penghasil m inyak dan negara-negara pulau yang baru m akm ur yang
kini m em im pin dunia dalam hal prevalensi diabetes nasional (se-
m ua nya di atas 15%). Sem ua negara Am erika Latin dan Karibia kini
m e m iliki prevalensi diabetes di atas 5%. Sem ua negara Asia Tim ur
dan Asia Selatan m e m iliki prevalensi di atas 4% kecuali lim a negara
term iskin, di m ana pre valensinya tetap serendah 1,6%. Prevalensi tinggi
pada negara-negara yang berkem bang lebih cepat adalah fenom ena
baru: prevalensi India m asih di bawah 1% bahkan pada 1959, nam un
kini sudah 8%. Se baliknya, kebanyakan negara Afrika sub-Sahara
m asih m iskin dan m asih m em iliki prevalensi di bawah 5%.
Rata-rata nasional itu m enyem bunyikan perbedaan-perbedaan in-
ternal besar yang m erupakan percobaan-percobaan alam berikutnya.
Di seluruh dunia, urbanisasi m enyebabkan lebih sedikit olahraga dan
le bih banyak m akanan superm arket, obesitas, dan diabetes. Populasi-
po pulasi perkotaan individual yang karenanya m encapai prevalensi dia-
betes yang luar biasa tinggi antara lain adalah orang-orang Wanigela di
ibukota Papua Nugini yang sudah disebutkan sebelumnya (prevalensi
37%) dan beberapa kelom pok Aborigin Australia di perkotaan (sam pai
33%). Kedua kasus itu sem akin m engejutkan karena diabetes tidak di-
http://facebook.com/indonesiapustaka

kenal di kalangan orang-orang Papua dan Australia yang hidup dalam


kondisi-kondisi tradisional.
Dengan dem ikian, gaya hidup Barat entah bagaim ana m eningkat-
kan risiko para pelakunya menjadi penderita diabetes. Namun gaya
hidup Barat terdiri atas banyak kom ponen yang saling berkaitan:
kom ponen-kom ponen m ana yang paling berpengaruh terhadap
risiko diabetes? Meskipun tidak mudah memilah-milah efek berbagai
542 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

pengaruh yang berkorelasi, tam paknya tiga faktor risiko terkuat adalah
obesitas dan gaya hidup tak banyak gerak (yang bisa kita ubah) dan
riwayat diabetes dalam keluarga (yang tidak bisa kita apa-apakan).
Faktor-faktor risiko lain yang tidak bisa kita kendalikan adalah bobot
lahir yang tinggi atau rendah. Mesipun komposisi diet jelas berperan
setidaknya sebagian dalam kaitannya dengan obesitas, tam paknya
kom posisi diet juga m em iliki pengaruh m andiri: di antara orang-
orang yang sam a-sam a m enderita obesitas, yang m engonsum si diet
Mediterania tampaknya berisiko lebih rendah daripada orang-orang
dengan asupan tinggi gula, asam lem ak jenuh, kolesterol, dan trigli-
serida. Tidak berolahraga m ungkin m enciptakan risiko terutam a ka-
rena m enim bulkan kecenderungan ke arah obesitas, sem entara m e ro-
kok, peradangan, dan konsum si tinggi alkohol tam paknya m erupakan
faktor-faktor risiko m andiri. Singkatnya, diabetes Tipe-2 berm ula
dengan faktor-faktor genetik dan barangkali faktor-faktor dalam rahim ,
yang nantinya tersingkap oleh faktor-faktor gaya hidup yang m eng-
akibatkan gejala-gejala penyakit.

Oran g-o ran g In d ian Pim a d an Pe n d u d u k N au ru


Bukti peran lingkungan dalam diabetes digam barkan oleh tragedi
yang m enim pa dua m asyarakat dengan tingkat diabetes ter tinggi di
dunia: orang-orang Indian Pima dan penduduk Nauru. Marilah kita
bicarakan orang-orang Pima terlebih dahulu. Mereka bertahan selama
lebih daripada 2.0 0 0 tahun di gurun Arizona selatan, m enggunakan
m etode-m etode bercocok-tanam yang dida sarkan kepada sistem
pengairan yang rum it, dilengkapi dengan berburu dan m engum pul.
Oleh karena curah hujan di gurun sangat bervariasi dari tahun ke
tahun, panen gagal dalam kira-kira satu di antara se tiap lim a tahun,
m em aksa orang-orang Pim a untuk bertahan hidup se pe nuhnya dengan
m akanan yang diperoleh dari alam , terutam a terwelu liar dan kacang
m esquite. Banyak tum buhan liar yang m ereka sukai m engandung
banyak serat, sedikit lem ak, dan m elepaskan glukosa de ngan lam bat,
http://facebook.com/indonesiapustaka

sehingga m erupakan diet antidiabetes yang ideal. Se te lah sejarah


panjang kelaparan yang berkala nam un singkat, orang-orang Pim a
m engalam i serangan kelaparan yang lebih lam a pada akhir abad ke-
19, ketika orang-orang kulit putih m engalihkan aliran sungai-sungai
yang diandalkan orang-orang Pim a untuk m em peroleh air irigasi.
Akibatnya adalah gagal panen dan kelaparan yang terjadi di m ana-
m ana. Kini orang-orang Pim a m enyantap m akanan yang dibeli di
ORANG-ORANG INDIAN PIMA DAN PENDUDUK NAURU ● 543

toko. Para pengam at yang m engunjungi orang-orang Pim a pada awal


190 0 -an m elaporkan obesitas jarang terjadi dan diabetes nyaris tidak
ada. Sejak 1960 -an, obesitas telah tersebar luas di antara orang-orang
Pim a, sebagian di antaranya kini berbobot m elebihi 150 kg. Separo di
antara m ereka m elebihi persentil ke-90 di Am erika bagi be rat badan
dalam kaitannya dengan tinggi badan. Perem puan-perem puan Pim a
m engonsum si sekitar 3.160 kalori per hari (50 % lebih tinggi dari-
pada rata-rata AS), 40 % di antaranya m erupakan lem ak. Terkait de-
ngan obesitas itu, orang-orang Pim a m enjadi terkenal dalam literatur
dia betes karena kini m em iliki frekuensi diabetes tertinggi di dunia.
Separo dari sem ua orang Pim a yang berusia lebih daripada 35, dan 70 %
orang Pim a yang berusia di antara 55 sam pai 64, m engidap diabetes,
yang secara tragis m enim bulkan tingginya tingkat kebutaan, am putasi
tungkai, dan kegagalan ginjal.
Contoh kedua saya adalah Nauru, pulau Pasiik tropis yang kecil
dan terpencil, dikolonisasi oleh orang-orang Mikronesia pada masa
prasejarah. Nauru dicaplok oleh Jerman pada 1888, diduduki oleh
Australia pada 1914, dan akhirnya m encapai ke m er dekaan pada 1968
sebagai republik terkecil di dunia. Tapi, Nauru juga memiliki kekhasan
yang sayangnya tidak sebegitu bagus, yaitu sebagai tem pat contoh
suram fenom ena yang jarang ter do kum entasi: epidem i penyakit
genetik. Epidem i penyakit-penyakit m e nular yang akrab dengan kita
m eningkat tajam ketika terjadi peningkat an penularan agen infeksi,
dan kem udian m enurun ketika jum lah kor ban yang berpotensi rentan
pun turun, disebabkan oleh kekebalan yang didapat oleh orang-orang
yang bertahan hidup m aupun perbedaan tingkat kem atian pada orang-
orang yang rentan secara genetik. Epidem i penyakit gene tik justru
m eningkat karena peningkatan faktor-faktor risiko di lingkungan, dan
kem udian m enurun ketika jum lah calon korban yang rentan juga turun
(nam un hanya karena kem atian yang lebih m ungkin terjadi kepada
orang-orang yang rentan secara genetis, bukan karena ke kebalan
dapatan; kita tidak m endapatkan kekebalan terhadap dia betes.)
http://facebook.com/indonesiapustaka

Gaya hidup tradisional orang-orang Nauru didasarkan pada ber-


cocok-tanam dan m enangkap ikan, dan m elibatkan episode kelaparan
yang kerap terjadi karena kekeringan dan tanah pulau itu yang tidak
subur. Para pengunjung awal dari Eropa tetap saja m em perhatikan
bahwa orang-orang Nauru montok-montok; penduduk Nauru
m engagum i orang-orang yang besar-gem uk dan m em beri gadis-gadis
diet untuk m enggem ukkan m ereka sehingga m enjadi lebih m enarik.
544 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

Pada 1906 ditemukan bahwa di bawah tanah Nauru yang tidak subur
itu ada batuan dengan kadar fosfat ter tinggi di dunia. Fosfat adalah
salah satu bahan utam a pupuk. Pada 1922, perusahaan tam bang yang
m engekstraksi bebatuan itu akhirnya m ulai m em bayarkan royalti
kepada penduduk pulau. Sebagai akibat kem akm uran baru, konsum si
gula rata-rata orang-orang Nauru mencapai setengah kilo per hari pada
1927, dan buruh harus diimpor karena orang-orang Nauru tidak senang
bekerja sebagai penam bang.
Selama Perang Dunia II, Nauru diduduki oleh pasukan militer
J epang, yang m engharuskan kerja paksa, m engurangi ransum m akanan
m enjadi seperem pat kilo labu per hari, dan kem udian m en deportasi
sebagian besar populasi ke Pulau Truk, di m ana separo di antara
mereka mati kelaparan. Ketika yang selamat dikembalikan ke Nauru
setelah perang, m ereka m em peroleh kem bali royalti fosfat, m eng-
abaikan ber cocok-tanam nyaris sepenuhnya, dan kem bali berbelanja di
su perm arket, m enum puk kantong-kantong besar gula dalam keranjang
belanja m ereka dan m elahap dua kali lipat daripada asupan kalori yang
disarankan. Mereka menjadi tidak banyak gerak dan mengandalkan
ken daraan berm otor untuk berkeliling pulau kecil m ereka (dengan
radius rata-rata dua setengah kilom eter). Setelah kem erdekaan pada
1968, royalti fosfat tahunan per kapita naik m enjadi $ 23.0 0 0 , m en-
jadikan orang-orang Nauru salah satu masyarakat paling kaya di
dunia. Kini m ereka m erupakan populasi yang paling banyak m enderita
obesitas di Pasiik, dan populasi dengan tekanan darah rata-rata paling
tinggi. Bobot tubuh rata-rata m ereka 50 % lebih besar daripada bobot
tubuh orang kulit putih Australia dengan tinggi tubuh sam a.
Walaupun dokter-dokter kolonial Eropa di Nauru tahu bagaimana
m engenali diabetes dan m endiagnosisnya di sana pada buruh-buruh
yang bukan berasal dari Nauru, kasus pertama pada orang Nauru
baru tercatat pada 1925. Kasus kedua tercatat pada 1934. Tapi, setelah
1954, prevalensi penyakit itu m elonjak tajam , dan m enjadi penyebab
paling um um kem atian bukan akibat kecelakaan. Sepertiga dari sem ua
http://facebook.com/indonesiapustaka

orang Nauru yang berusia di atas 20, dua pertiga orang Nauru berusia
di atas 55, dan 70% dari orang Nauru yang hidup sampai usia 70
m erupakan penderita diabetes. Dalam dasawarsa terakhir, prevalensi
penyakit tersebut m ulai turun, bukan karena m itigasi faktor-faktor
risiko lingkungan (obesitas dan gaya hidup tak banyak gerak m asih
juga um um terdapat), nam un barangkali karena orang-orang yang se-
cara genetis paling rentan telah m eninggal dunia. Bila tafsir ini terbukti
DIABETES DI INDIA ● 545

benar, maka Nauru akan menjadi kasus paling cepat yang saya ketahui
m engenai seleksi alam dalam populasi m anusia: terjadinya seleksi yang
dapat terdeteksi di seluruh populasi dalam waktu ku rang daripada 40
tahun.

D iabe te s d i In d ia
Tabe l 11.1 m erangkum perbandingan prevalensi dia betes di seluruh
dunia. J elaslah bahwa ada perbedaan-perbedaan besar antara negara-
negara dalam hal prevalensi rata-rata nasional, berkisar dari angka
rendah 1,6% di Mongolia dan Rwanda sampai angka tinggi sebesar 19%
di Uni Emirat Arab dan 31% di Nauru. Namun Tabel 11.1 juga meng-
gam barkan bahwa rata-rata nasional itu m enyem bunyikan perbedaan-
perbedaan yang sam a besarnya di dalam negara m ana pun yang
berkaitan dengan perbedaan gaya hidup: setidaknya di negara-ne gara
berkem bang, populasi yang m akm ur, terwesternisasi, atau per kotaan
cenderung m em iliki prevalensi yang lebih tinggi daripada po pulasi yang
m iskin, tradisional, atau perdesaan.
India m em berikan contoh yang sangat bagus bagi perbedaan dalam
satu negara. (Untuk inform asi ini saya berterim akasih ke pada Profesor
V. Mohan, dari Madras Diabetes Research Foundation.) Prevalensi
diabetes rata-rata di India pada 2010 adalah 8%. Namun diabetes
tidak banyak terjadi di India sam pai beberapa dasawarsa lalu. Survei-
survei pada 1938 dan 1959, di kota-kota besar (Kalkuta dan Mumbai)
yang kini m erupakan tem pat banyak ter dapat penderita diabetes,
m enghasilkan angka prevalensi hanya 1% atau kurang. Baru pada
1980 -an angka-angka itu m ulai naik, pertam a-tam a secara lam bat dan
kini secara eksplosif, sam pai satu titik di m ana di India kini terdapat
lebih banyak penderita diabetes (m elebihi 40 juta) dibandingkan
negara lain m ana pun. Alasan-alasannya pada dasarnya sam a dengan
yang m elatari epidem i diabetes di seluruh dunia: urbanisasi, naiknya
standar kehidupan, m enyebarnya m akanan m anis dan berlem ak kaya
kalori yang tersedia dengan harga m urah di per kotaan bagi orang
http://facebook.com/indonesiapustaka

kaya m aupun m iskin, dan sem akin tidak aktifnya m asyarakat seiring
sem akin banyaknya pekerjaan buruh m anual digan tikan dengan
pekerjaan di bidang jasa, serta perm ainan video, tele visi, dan kom puter
yang m enjadikan anak-anak (dan orang dewasa) tetap duduk m alas
m engam ati layar selam a berjam -jam dalam sehari. Wa laupun peran
spesiik TV belum dikuantiikasi di India, satu penelitian di Australia
m enem ukan bahwa setiap jam yang dihabiskan m e nonton TV setiap
546 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

harinya terkait dengan peningkatan 18% kem atian akibat penyakit


kardiovaskular (banyak di antaranya berhubungan de ngan diabetes),
bahkan setelah m engontrol faktor-faktor risiko lain se perti lingkar
pinggang, merokok, asupan alkohol, dan diet. Namun faktor-faktor itu
m eningkat seiring peningkatan waktu yang dihabiskan m e nonton TV,
sehingga angka aslinya pastilah lebih besar lagi daripada per kiraan
sebesar 18% itu.

Tabe l 11.1. Pre vale n s i d iabe te s Tip e -2 d i s e lu ru h d u n ia

POPU LASI PERSEN TASE


PREVALEN SI
"Oran g ku lit p u tih " Ero p a d an Tim u r Te n gah
41 negara Eropa Barat 6 (kisaran 2– 10 )
4 negara Eropa Barat di seberang lautan (Australia, Kanada, 8 (kisaran 5– 10 )
Selandia Baru, AS)
1 negara Arab yang sangat m iskin (Yam an) 3
2 negara Arab yang m iskin (Yordania, Suriah) 10
6 negara Arab yang m akm ur 16 (kisaran 13– 19)
Yahudi Yam an, tradisional ~0
Yahudi Yam an, terwesternisasi 13
Afrika
Tanzania perdesaan 1
Rwanda 2
Afrika Selatan perkotaan 9
Afrika-Am erika di AS 13
In d ia
India perkotaan, 1938– 1959 ~1
India perdesaan m asa kini 0 ,7
Singapura perkotaan 17
Mauritius perkotaan 17
Kerala perkotaan 20
http://facebook.com/indonesiapustaka

Fiji perkotaan 22
Tio n gko k
Tiongkok perdesaan ~0
Hong Kong perkotaan 9
Singapura perkotaan 10
DIABETES DI INDIA ● 547

POPU LASI PERSEN TASE


PREVALEN SI
Taiwan perkotaan 12
Mauritius perkotaan 13
Kepulauan Pasiik
Nauru, 1952 0
Nauru, 2002 41
Nauru, 2010 31
Papua Nugini, tradisional ~0
Papua Nugini, Wanigela perkotaan 37
Abo rigin Au s tralia
tradisional ~0
terwesternisasi 25-35
Pe n d u d u k As li Am e rika
Mapuche Chile 1
Pim a AS 50

Angka-angka di kolom sebelah kanan adalah prevalensi diabetes dalam persen:


de ngan kata lain, persentase populasi yang m enderita diabetes Tipe-2. Angka-
angka ini disebut prevalensi terstandardisasi usia, yang begini artinya. Oleh
karena prevalensi Tipe-2 dalam populasi m ana pun m eningkat seturut usia, akan
m enyesatkan bila kita m em bandingkan angka-angka m entah prevalensi antara
dua populasi yang ber be da distribusi usianya: angka-angka m entah bisa diduga
akan berbeda sem ata se ba gai akibat persebaran usia yang berbeda (prevalensi akan
lebih tinggi pada po pulasi yang lebih tua), bahkan bila prevalensi pada usia tertentu
identik antara dua populasi. Oleh karena itu kita m engukur prevalensi dalam
populasi sebagai fungsi usia, kem udian m engukur besar prevalensinya bagi seluruh
populasi bila populasi tersebut m em iliki persebaran usia terstandardisasi tertentu.
Perhatikan prevalensi yang lebih tinggi pada populasi yang m akm ur, ter-
westernisasi, atau perkotaan dibandingkan populasi m iskin, tradisional, atau
perdesaan dalam bangsa yang sam a. Perhatikan juga bahwa perbedaan gaya
hidup itu m e nim bulkan populasi-populasi prevalensi rendah dan prevalensi tinggi
(m elebihi 12%) yang kontras dalam setiap kelom pok m anusia yang dikaji kecuali
http://facebook.com/indonesiapustaka

orang-orang Eropa Barat. Di Eropa Barat, tidak ada populasi prevalensi tinggi
m enurut standar dunia, untuk alasan-alasan yang akan dibahas. Tabel tersebut
juga menunjukkan naik dan kemudian turunnya prevalensi di Pulau Nauru, yang
disebabkan oleh westernisasi yang cepat dan kem udian oleh bekerjanya seleksi alam
terhadap korban-korban diabetes.
548 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

Terkubur di dalam prevalensi rata-rata nasional sebesar 8% itu


ada lah kisaran luas hasil yang diperoleh dari berbagai kelom pok
orang India. Di ekstrem yang rendah, prevalensi itu ha nya 0 ,7% untuk
orang-orang India perdesaan yang tidak m enderita obe sitas dan secara
isik aktif. Prevalensi diabetes mencapai 11% untuk orang-orang India
perkotaan yang menderita obesitas dan tidak aktif secara isik dan
m em uncak sam pai 20 % di distrik Ernakulam di negara bagian Kerala
di sebelah barat daya India, salah satu negara bagian yang paling
terurbanisasi. Angka yang lebih tinggi lagi adalah prevalensi na sio nal
diabetes tertinggi kedua di dunia, 24% di pulau Mauritius di Samudra
Hindia, di m ana kom unitas im igran India yang m endom inasi pulau
tersebut telah m endekati standar hidup Barat secara lebih cepat
daripada populasi m ana pun di dalam India sendiri.
Di antara faktor-faktor gaya hidup yang m erupakan pem rediksi dia-
betes di India, sebagian di antaranya juga akrab sebagai pem rediksi di
Barat, sem entara faktor-faktor lain berbeda 180 derajat dengan yang
diduga di Barat. Seperti juga di Barat, diabetes di India terkait de-
ngan obesitas, tekanan darah tinggi, dan gaya hidup yang tidak aktif.
Namun ahli-ahli diabetologi Eropa dan Amerika akan terperanjat
m en da pati bahwa prevalensi diabetes lebih tinggi di antara orang-
orang India perkotaan yang m akm ur dan terdidik, dibandingkan
orang-orang perdesaan yang m iskin dan tak terdidik: tepat kebalikan
kecenderungan-kecenderungan di Barat, walaupun kecenderungan-
kecenderungan serupa teram ati di negara-negara berkem bang lain ter-
masuk Tiongkok, Bangladesh, dan Malaysia. Misalnya, pasien-pasien
dia betes India lebih m ungkin bergelar sarjana dan berpen didikan
tinggi, dan lebih kecil kem ungkinannya buta aksara, daripada orang-
orang yang tidak m engidap diabetes. Pada 20 0 4, prevalensi dia betes
rata-rata 16% di India perkotaan dan hanya 3% di India perdesaan;
itu berkebalikan dengan kecenderungan di Barat. Penjelasan yang
m ungkin bagi paradoks-paradoks itu berkaitan dengan dua segi
gaya hidup Barat telah m enyebar lebih jauh di populasi dan telah di-
http://facebook.com/indonesiapustaka

praktikkan selam a lebih lam a di Barat daripada di India. Pertam a-


tam a, m asyarakat Barat jauh lebih m akm ur daripada m asyarakat India,
sehingga m asyarakat pedesaaan yang m iskin di Barat jauh lebih bisa
m em beli m akanan cepat saji yang m endorong para konsum ennya ke
arah diabetes, daripada di India. Kedua, orang-orang Barat terdidik
de ngan akses ke m akanan cepat saji dan kerja tak banyak gerak kini
telah sering m endengar bahwa m akanan cepat saji tidak m enyehatkan
DIABETES DI INDIA ● 549

dan bah wa kita harus berolahraga, sedangkan nasihat itu belum


lagi tersebar luas di kalangan orang India yang terdidik. Nyaris 25%
penghuni per kotaan di India (subpopulasi yang paling berisiko) bahkan
belum per nah m endengar soal diabetes.
Di India seperti juga di Barat, diabetes pada akhirnya disebabkan
oleh kadar glukosa darah yang tinggi secara kronis, dan sejum lah aki-
bat klinisnya juga mirip. Namun dari segi-segi lain—entah itu karena
faktor-faktor gaya hidup atau gen-gen yang berbeda di India dan
di Barat—diabetes di India berbeda dengan diabetes yang dike nal
di Barat. Sem entara orang-orang Barat m enganggap diabetes Tipe-
2 sebagai penyakit yang m uncul di saat dewasa, terutam a pada usia
m elebihi 50 , para pengidap diabetes di India m enunjukkan gejala-ge-
jala pada usia satu atau dua dasawarsa lebih m uda daripada orang-
orang Eropa, dan usia kem unculan gejala di India (seperti juga di
banyak populasi lain) terus bergeser ke arah orang-orang yang lebih
m uda bahkan dalam dasawarsa terakhir. Di antara orang-orang India
pada akhir usia rem aja, diabetes "yang m uncul pada de wasa" (Tipe-
2 atau tidak tergantung insulin) sudah m uncul lebih se ring daripada
diabetes "yang m uncul pada anak-anak" (Tipe-1 atau tergantung
insulin). Meskipun obesitas adalah faktor risiko diabetes di India
m aupun di Barat, diabetes m uncul di nilai am bang batas obesitas
yang lebih rendah di India dan di negara-negara Asia lainnya. Gejala-
gejalanya juga berbeda di antara pasien diabetes di India dan di Barat:
orang-orang India berkem ungkinan lebih kecil terserang kebu taan
dan gagal ginjal, nam un berkem ungkinan jauh lebih besar m en derita
penyakit arteri koroner pada usia yang relatif m uda.
Walaupun orang-orang India m iskin sekarang berisiko lebih
rendah daripada orang-orang India kaya, penyebaran m akanan ce pat
saji m em aparkan risiko diabetes kepada penghuni daerah kum uh per-
kotaan di ibukota India, New Delhi. Dr. S. Sandeep, Mr A. Ganesan,
dan Profesor Mohan dari Madras Diabetes Research Foundation
m erangkum situasi sekarang sebagai berikut: “Ini m e nun jukkan
http://facebook.com/indonesiapustaka

bahwa diabetes [di India] bukan lagi penyakit kalangan berada atau
penyakitnya orang kaya. Diabetes m enjadi m asalah bahkan di antara
bagian-bagian m asyarakat berpenghasilan m enengah dan m is kin.
Berbagai penelitian telah m enunjukkan bahwa subjek-subjek pen derita
diabetes yang m iskin lebih rentan terhadap kom plikasi karena m ereka
m em iliki lebih sedikit akses ke perawatan kesehatan ber kualitas.”
550 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

Man faat-m an faat ge n p e m icu d iabe te s


Bukti kom ponen genetik yang kuat bagi diabetes m enghadirkan teka-
teki evolusioner. Mengapa penyakit yang melumpuhkan semacam itu
sedemikian umum di antara banyak populasi manusia, padahal kita
men duga bahwa penyakit itu akan hilang secara perlahan-lahan sebab
orang-orang yang rentan secara genetis akan tersingkir oleh seleksi alam
dan tidak menghasilkan anak-anak yang membawa gen-gen me reka?
Dua penjelasan yang berlaku bagi sejum lah penyakit genetik lain—
m utasi yang m uncul berulang-ulang dan kurangnya efek seleksi—dapat
dengan cepat disingkirkan dalam kasus diabetes. Pertam a-tam a, bila
prevalensi diabetes sama rendahnya dengan distroi otot (sekitar 1
dalam 10 .0 0 0 ), prevalensi gen-gen itu dapat dijelaskan sebagai sekadar
produk m utasi berulang-ulang: dengan kata lain, bayi-bayi dengan
m utasi baru terlahir dengan tingkat yang sam a dengan m eninggalnya
para pem bawa m utasi itu yang telah berusia lebih tua akibat penyakit
tersebut. Tapi, tidak ada m utasi yang terjadi sedem ikian seringnya
hingga m uncul berulang-ulang pada 3% sam pai 50 % bayi, kisaran
frekuensi diabetes sungguhan pada m asyarakat-m asyarakat ter wes tern-
isasi.
Kedua, ahli-ahli genetika secara teratur m em berikan jawaban ter-
ha dap teka-teki evolusioner itu dengan m engklaim bahwa diabetes
hanya m em bunuh individu-individu yang lebih tua, yang sudah
m elewati m asa-m asa m elahirkan atau m em besarkan anak, sehingga
ke m atian penderita diabetes yang sudah tua seharusnya tidak
m em berikan ke rugian selektif terhadap gen-gen yang m em berikan
kecenderungan diabetes. Terlepas dari kepopulerannya, klaim ini
salah karena dua alasan yang jelas. Meskipun diabetes Tipe-2 muncul
terutam a setelah usia 50 di antara orang-orang Eropa, di antara orang-
orang Nauru, India, dan non-Eropa lainnya, Tipe-2 menyerang orang-
orang usia re pro duktif yaitu 20 -an dan 30 -an, terutam a perem puan-
perem puan ham il, yang janin dan bayi yang baru lahirnya juga
semakin berisiko. Misalnya, di Jepang kini ada lebih banyak anak yang
http://facebook.com/indonesiapustaka

m enderita diabetes Tipe-2 dibandingkan Tipe-1, terlepas dari julukan


"diabetes yang m uncul pada anak-anak" untuk Tipe-1. Ditambah lagi
(seperti yang dibahas di Bab 6), dalam masyarakat-masyarakat manusia
tradisional, tidak seperti masyarakat-masyarakat Dunia Pertama
modern, tidak ada orang lanjut usia yang betul-betul "pasca-reproduktif"
dan tidak penting secara selektif, sebab kakek-nenek memberikan
MANFAAT-MANFAAT GEN PEMICU DIABETES ● 551

sumbangsih sangat penting ter ha dap pasokan makanan, status sosial,


dan kelangsungan hidup anak-cucu me reka.
Oleh karena itu kita harus m engasum sikan bahwa gen-gen yang
sekarang m enim bulkan kecenderungan diabetes dahulu justru diung-
gulkan oleh seleksi alam , sebelum pergeseran m endadak kita m e nuju
gaya hidup terwesternisasi. Bahkan, gen-gen sem acam itu pastilah te-
lah diunggulkan dan dilestarikan secara m andiri lusinan kali oleh se-
lek si alam , sebab ada lusinan kelainan genetik berbeda yang telah di-
identiikasi sebagai penyebab diabetes (Tipe-2). Apa bagusnya gen-gen
terkait diabetes tadinya bagi kita, dan m engapa sekarang gen-gen itu
m en datangkan kesulitan bagi kita?
Ingatlah lagi bahwa efek netto horm on insulin adalah m em ungkin-
kan kita m enyim pan, sebagai lem ak, m akanan yang kita lahap, dan
m em buat kita tidak perlu m enguraikan cadangan lem ak yang su-
dah terkum pul. Tiga puluh tahun lalu, fakta-fakta ini m engilham i ahli
genetika James Neel untuk berspekulasi bahwa diabetes berakar dari
"genotipe hemat" yang membuat para pembawanya sangat eisien da-
lam menyimpan glukosa dari makanan sebagai lemak. Misalnya, ba-
rangkali sebagian kita m em iliki pelepasan insulin yang sedem ikian
m udah terpicu sebagai tanggapan cepat terhadap kenaikan sedikit
kadar gula glukosa. Pelepasan cepat yang ditentukan secara genetis
itu akan m em ungkinkan orang yang m em iliki gen sem acam itu un-
tuk m enyim pan glukosa dari m akanan sebagai lem ak, tanpa kadar
glu kosa darah naik cukup tinggi sehingga tem bus ke air seni. Pada
m asa-m asa kelim pahan m akanan yang terkadang terjadi, para pem -
bawa gen semacam itu dapat menggunakan makanan secara lebih ei-
sien, m e num puk lem ak, dan m enggem uk dengan cepat, sehingga
m e m ungkinkan m ereka lebih m am pu bertahan m elalui m asa
kelaparan yang ke m u dian terjadi. Gen-gen sem acam itu akan bersifat
m enguntungkan dalam kondisi-kondisi foya-foya dan kelaparan yang
silih berganti tanpa terperkirakan, yang sering terjadi dalam kehidupan
m anusia tradisional (Gam bar 26), nam un akan m enyebabkan obesitas
http://facebook.com/indonesiapustaka

dan diabetes di dunia m odern, ketika individu-individu yang sam a


berhenti berolahraga, m ulai m encari m akanan hanya di superm arket,
dan m engonsum si m akanan berkalori tinggi siang dan m alam (Gam bar
27). Kini, ketika banyak orang se cara teratur m enyantap hidangan
tinggi gula dan jarang berolahraga, gen hem at niscaya berarti bencana.
Oleh karena itu kita m enjadi ge m uk; kita tidak pernah m engalam i
kelaparan yang m em bakar sim pan an lemak kita; pankreas kita
552 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

melepaskan insulin secara terus-me nerus sampai pankreas kehilangan


kemampuannya untuk mengikuti ka dar gula, atau sampai sel-sel
otot dan lemak kita menjadi resisten; dan ujung-ujungnya kita pun
menderita diabetes. Mengikuti Arthur Koestler, Paul Zimmet menyebut
penyebaran gaya hidup Dunia Per tama yang memicu diabetes ke Dunia
Ketiga sebagai "coca-colanisasi".
Sedem ikian terbiasa kam i di Dunia Pertam a terhadap jum lah m a-
kanan yang terperkirakan pada waktu-waktu yang terperkirakan setiap
harinya sehingga kami sulit membayangkan luktuasi-luktuasi yang
kerap tak terperkirakan antara kekurangan m akanan yang kerap terjadi
dan kelim pahan m akanan yang tidak sering terjadi dalam kehidupan
nyaris sem ua orang sepanjang evolusi m anusia sam pai belum lam a
ini, dan m asih terjadi seperti dem ikian di banyak ba gian dunia kini.
Saya sering menjumpai luktuasi semacam itu selama kerja lapangan
saya di antara orang-orang Papua yang m asih bertahan hidup dengan
bercocok-tanam dan berburu. Misalnya, dalam satu kejadian tak
terlupakan, saya m em pekerjakan selusin laki-laki untuk m engangkut
peralatan berat sepanajng hari m enaiki lereng curam m enuju sebuah
situs perkem ahan di gunung. Kam i tiba di perkem ahan tepat sebelum
m atahari terbenam , berharap di sana bertem u dengan sekelom pok
portir lain yang m em bawa m akanan, dan m alah m en dapati bahwa
m ereka belum tiba gara-gara suatu kesalahpaham an. Ber hadapan
dengan sekelom pok orang yang kelaparan dan kelelahan tanpa ada
m akanan, saya siap-siap diganyang. Tapi para portir saya hanya
tertawa dan berkata, “Orait, i nogat kaikai, i sam ting nating, yum i slip
nating, enap yum i kaikai tum ora” (”Ya sudahlah, tidak ada m akanan,
bukan m asalah besar, kita tidur saja dengan perut kosong m alam ini,
dan tunggu sam pai besok untuk bisa m akan”). Sem entara itu, pada
kesem patan-kesem patan lain ketika babi-babi dijagal, tem an-tem an
Papua saya berjam u foya-foya selam a beberapa hari, ketika konsum si
m akanan m ereka bahkan m engejutkan saya (padahal saya dulu dijuluki
tem an-tem an sebagai perut karet) dan sejum lah orang m enjadi sakit
http://facebook.com/indonesiapustaka

gawat gara-gara m akan berlebihan.

Tabe l 11.2 . Co n to h -co n to h fo ya-fo ya ke tika m akan an te rs e d ia s e cara


m e lim p ah

Daniel Everett (Don’t Sleep, There Are Snakes, halaman 76–77). “Mereka [orang-
orang Indian Piraha di Am erika Selatan] m enikm ati m akan. Setiap kali ada m akan-
an tersedia di desa mereka, mereka akan menyantapnya sampai habis... [Namun]
MANFAAT-MANFAAT GEN PEMICU DIABETES ● 553

kele wat an satu atau dua waktu m akan, atau bahkan tidak m akan seharian, dianggap
biasa saja. Saya pernah m elihat orang-orang m enari-nari selam a tiga hari hanya di-
selingi istirahat singkat... Orang-orang Piraha [yang m engunjungi] kota untuk per-
tam a kalinya selalu terkejut oleh kebiasaan m akan Barat, terutam a adat m akan tiga
kali sehari. Untuk waktu m akan pertam a m ereka di luar desa, sebagian besar Piraha
m akan dengan rakus—protein dan pati dalam jum lah besar. Untuk waktu m a kan
kedua m ereka m akan seperti itu juga. Pada saat waktu m akan ketiga m ereka m ulai
tampak frustrasi. Mereka terlihat bingung. Sering kali mereka bertanya, “Memang-
nya kita m au m akan lagi?” Praktik m ereka sendiri yaitu m enyantap m akanan ketika
tersedia sam pai habis jadi bertabrakan dengan situasi ketika m akanan selalu ter-
sedia dan tidak pernah habis. Sering kali setelah berkunjung ke kota selam a tiga
sam pai enam bulan, seorang Piraha [yang tadinya berbobot antara 50 dan 72,5 kilo]
akan pulang de ngan kelebihan berat sam pai 15 kilo ke desanya, dengan gulungan
lem ak di perut dan paha.”

Allan Holm berg (Nomads of the Long Bow, halam an 89). “Kuantitas m akanan yang
disantap pada saat-saat tertentu [oleh orang-orang Indian Siriono di Bolivia] sung-
guh m engerikan. Bukan hal langka kalau em pat orang m enghabiskan 30 kg daging
peccary dalam se kali m akan. Ketika daging sedang m elim pah, satu orang m ungkin
m engonsum si sam pai 15 kg dalam 24 jam . Dalam satu kesem patan, ketika saya ada,
dua laki-laki m e nyantap enam m onyet laba-laba, yang m asing-m asing seberat 5
sam pai 7,5 kg, da lam sehari, tapi m asih m engeluh lapar pada m alam itu juga.”

Lidio Cipriani (The Andaman Islanders, halaman 54). “Membersihkan diri, bagi
orang-orang Onge [di Kepulauan Andam an di Sam udra Hindia], berarti m engecat
tubuh m ereka sendiri guna m engusir roh jahat dan m enyingkirkan, m enurut
m ereka, bau lem ak babi setelah pesta-pora kolosal yang berlangsung setelah
perburuan yang sangat berhasil, ketika bahkan bagi m ereka bau itu berlebihan.
Pesta-pora ini, yang m em buat m ereka sakit pencernaan berat selam a berhari-hari,
diikuti oleh variasi diet m ereka yang tam paknya m engikuti naluri, berupa m akanan
sayur-sayuran m en tah atau dim asak. Pada tiga kesem patan dari 1952 sam pai 1954,
saya hadir pada salah satu pesta-pora babi dan m adu yang khidm at itu. Orang-
orang Onge m akan sam pai m ereka nyaris m eletus, dan kem udian, m eskipun susah
bergerak, bebersih dengan acara m engecat tubuh ram ai-ram ai.”

Cipriani, halam an 117. “Seiring turunnya pasang, kawanan [ikan yang disebut
pilchard] ditangkap di terum bu-terum bu yang m erentang ke laut di sekeliling
pulau itu dan orang-orang Onge m eninggalkan segala sesuatu untuk m engayuh
sam pan-sam pan dari kolam ke kolam dan m engisi sam pan-sam pan itu sam pai
http://facebook.com/indonesiapustaka

m eruah. Air nyaris ter isi penuh oleh ikan, dan orang-orang Onge terus saja
m enangkap ikan sam pai m e reka tidak punya apa-apa lagi untuk m enam pung
hasil tangkapan m ereka. Tidak ada tem pat lain di dunia di m ana saya pernah
m elihat penjagalan besar-besaran se m a cam ini. Ikan-ikan pilchard di Kepulauan
Andam an agak lebih besar daripada biasa, sebagian di antaranya berbobot sam pai
setengah kilogram atau lebih... Laki-laki, perem puan, dan anak-anak bekerja bagai
kesetanan, m encelupkan tangan m e reka ke dalam kawanan ikan yang m elim pah
sam pai-sam pai m ereka bau ikan se la m a berhari-hari... Sem ua orang m em asak dan
554 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

bersantap pada waktu yang sam a sam pai m ereka (untuk sem entara) tidak m am pu
m akan lebih banyak, ketika sisa hasil tangkapan diletakkan di atas rak-rak seadanya
dengan api kayu bakar hijau m enghasilkan api di bawahnya. Ketika, beberapa
hari kem udian, sem uanya habis, m e m ancing pun dim ulai lagi. Dan kehidupan
pun berlanjut seperti itu selam a beberapa m inggu, sam pai kawanan ikan itu telah
m elewati kepulauan tersebut.”

Anekdot-anekdot itu m enggam barkan bagaim ana orang-orang


m engako m odasi m asa-m asa pesta-pora dan kelaparan yang sering silih
berganti nam un tidak secara teratur sepanjang sejarah evolusioner
kita. Dalam Bab 8 saya m erangkum alasan-alasan m engapa kelaparan
sering terjadi dalam kondisi-kondisi hidup tradisional: kekurangan
m akanan yang berkaitan dengan variasi harian dalam hal keberhasilan
per buruan, cuaca buruk dalam waktu singkat, variasi m usim an yang
terperkirakan dalam hal kelim pahan m akanan dalam setahun, dan
variasi tahunan yang tak terperkirakan dalam hal cuaca; banyak
m asyarakat hanya m em iliki sedikit kem am puan untuk m enum puk
dan m enyim pan m akanan berlebihan, atau bahkan tidak bisa sam a
sekali; dan ketiadaan pem erintahan negara atau cara lain untuk m eng-
organisasi dan m engintegrasikan penyim panan, pengangkutan, dan
pertukaran m a kanan di wilayah yang luas. Tabe l 11.2 m engum pulkan
sejum lah anekdot m engenai sikap rakus di berbagai belahan dunia
pada waktu-waktu tersedianya m akanan dalam jum lah m elim pah bagi
m asyarakat-m asyarakat tradisional.
Dalam kondisi-kondisi tradisional berupa kehidupan dengan ke-
laparan dan pesta-pora berselang-seling, individu-individu dengan
geno tipe hem at akan m em iliki keunggulan, karena m ereka bisa m e-
nyim pan lebih banyak lem ak pada m asa kelim pahan m akanan, m em -
bakar lebih sedikit kalori pada m asa paceklik, sehingga bisa lebih
bertahan m elalui kelaparan. Bagi kebanyakan m anusia sam pai belum
lam a ini, rasa takut Barat m odern kita terhadap obesitas dan klinik diet
kita akan tam pak konyol, kebalikan akal sehat tra disional. Gen-gen
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang kini m em buat kita cenderung m engidap dia betes m ungkin dulu
m em bantu kita m elalui kelaparan. Serupa de ngan itu, "kegem aran"
kita akan m akanan yang m anis atau berlem ak, seperti juga kegem aran
kita akan garam , m em buat kita cenderung m engidap diabetes dan
hipertensi karena kini kegem aran kita itu bisa dipenuhi dengan m udah,
nam un dulu m em andu kita m encari nutrien-nutrien langka yang
berharga. Perhatikan lagi, seperti juga yang kita lihat bagi hipertensi,
MANFAAT-MANFAAT GEN PEMICU DIABETES ● 555

ironi evolusioner di dalam nya. Orang-orang yang nenek m oyangnya


paling hebat dalam m elalui kelaparan di sabana-sabana Afrika puluhan
ribu tahun lalu kini m enjadi orang-orang yang berisiko paling tinggi
m eninggal akibat diabetes yang terkait de ngan kelim pahan m akanan.
Dengan dem ikian, gaya hidup kelaparan dan pesta-pora berselang-
seling yang secara tradisional dialam i oleh sem ua populasi m anusia
m e nim bulkan seleksi alam terhadap gen-gen yang m engunggulkan
genotipe hem at yang berfaedah bagi kita dalam kondisi-kondisi ke-
laparan dan pesta-pora itu. Namun genotipe itu kini menyebabkan
sem ua populasi berkecenderungan terserang diabetes dalam kondisi-
kondisi Barat m odern berupa kelim pahan m akanan yang tiada putus.
Namun mengapa, melalui penalaran itu, orang-orang Indian Pima
dan Nauru bersifat tidak biasa dalam hal prevalensi diabetes mereka
yang m em ecahkan rekor dunia? Saya pikir itu karena m ereka pada
m asa lalu yang belum lam a m engalam i seleksi paling kuat sedunia
yang m engunggulkan genotipe hem at. Orang-orang Pim a tadinya se-
perti Penduduk Asli Am erika lainnya terpapar kelaparan secara ber-
kala. Mereka kemudian mengalami serangan kelaparan dan seleksi
lebih lanjut yang lam a pada abad ke-19, ketika para pem ukim kulit
putih m enghan curkan tanam an pangan m ereka dengan m em otong
sum ber-sum ber air irigasi m ereka. Orang-orang Pim a yang bertahan
adalah individu-individu yang secara genetis teradaptasi bahkan lebih
baik lagi daripada Pen du duk Asli Am erika lainnya untuk m elalui
kelaparan dengan m e nyim pan lem ak kapan pun m akanan tersedia.
Sedangkan bagi orang-orang Nauru, mereka menderita dua periode
ekstrem seleksi alam yang m engunggulkan gen-gen hem at, diikuti oleh
periode ekstrem coca-colanisasi. Pertam a-tam a, seperti para Penduduk
Kepulauan Pasiik lainnya, namun tidak seperti penghuni wilayah-
wilayah daratan, po pulasi m ereka didirikan oleh orang-orang yang
m elangsungkan pe layaran antarpulau dengan sam pan selam a beberapa
m inggu. Dalam berbagai contoh teruji dari pelayaran-pelayaran
panjang sem acam itu, banyak atau sebagian besar penum pang sam pan
http://facebook.com/indonesiapustaka

m ati kelaparan, dan hanya yang tadinya paling gem uk-lah yang
bertahan. Inilah mengapa secara umum Penduduk Kepulauan Pasiik
cenderung bertubuh gemuk. Kedua, orang-orang Nauru semakin
berbeda bahkan dari sebagian besar Penduduk Kepulauan Pasiik
lainnya akibat kelaparan dan tingkat kem atian ekstrem selam a Perang
Dunia II, m enyisakan populasi yang barangkali m em iliki frekuensi
gen kerentanan terhadap diabetes yang se m akin tinggi saja. Setelah
556 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

perang, kem akm uran baru m ereka yang didasarkan pada royalti fosfat,
m akanan m ereka yang m elim pah, dan ber ku rangnya keharusan m ereka
beraktivitas isik, menimbulkan obesitas yang luar biasa.
Tiga m acam bukti dari m anusia dan dua hewan m odel m enyokong
hipotesis gen hemat Neel. Orang-orang Nauru, Indian Pima, Afrika-
Am erika, dan Aborigin Australia yang tidak m engidap dia betes m e-
m iliki kadar insulin plasm a pasca-prandia (sebagai tanggapan ter-
hadap pem berian glukosa m elalui m ulut) beberapa kali lipat lebih
tinggi daripada orang-orang Eropa. Penduduk Dataran Tinggi Papua,
Aborigin Australia, orang-orang suku Maasai di Kenya, dan masya-
rakat-m asyarakat lain de ngan gaya hidup tradisional m em iliki kadar
glukosa darah yang jauh di bawah orang-orang kulit putih Am erika.
Bila diberi m akanan yang m en cukupi, populasi-populasi Penduduk
Kepulauan Pasiik, Penduduk Asli Amerika, dan Aborigin Australia
yang rentan diabetes m em ang m enunjukkan kecenderungan lebih
besar m engalam i obesitas daripada orang-orang Eropa: pertam a-
tam a berat tubuh m ereka naik, kem udian m ereka terserang diabetes.
Sedangkan m engenai hewan m odel, tikus-tikus laboratorium yang
m em bawa gen-gen yang m em buat m ereka cen derung m engidap
diabetes dan obesitas, bertahan m elalui kelaparan secara lebih baik
daripada tikus norm al. Itu m enunjukkan keunggulan gen-gen tersebut
dalam kondisi-kondisi kelaparan yang terkadang ter jadi. Tikus pasir
Israel, yang beradaptasi dengan lingkungan gurun de ngan kelangkaan
m akanan yang sering terjadi, m enjadi m em iliki kadar insulin yang
tinggi, m engalam i penolakan insulin, obesitas, dan dia betes ketika
dipelihara di laboratorium dengan diberi "diet tikus ter westernisasi"
dengan makanan yang berlimpah. Namun gejala-gejala itu membaik
ketika m akanan tikus pasir itu dibatasi. Oleh karena itu tikus-tikus
laboratorium yang rentan diabetes dan tikus-tikus pasir Israel berperan
sebagai m odel m anfaat gen-gen hem at sekaligus pe lepasan insulin yang
m udah terpicu dalam "kondisi tikus tra disional" berupa kelaparan dan
pesta-pora, dan kerugian-kerugian yang ditim bulkan gen-gen itu dalam
http://facebook.com/indonesiapustaka

"kondisi tikus superm arket".

Me n gap a d iabe te s re n d ah d i an tara o ran g-o ran g Ero p a?


Ahli-ahli diabetologi biasa menunjuk orang-orang Pima dan Nauru
se bagai kekecualian m encolok dalam hal prevalensi diabetes yang
tinggi, m e nonjol di antara orang-orang sedunia, sem entara prevalensi
diabetes yang relatif rendah di kalangan orang-orang Eropa dianggap
MENGAPA DIABETES RENDAH DI ANTARA ORANG-ORANG EROPA? ● 557

sebagai hal yang normal. Namun informasi yang menjadi tersedia


dalam beberapa dasawarsa belakangan m enunjukkan bahwa justru
orang-orang Eropa-lah yang m erupakan kekecualian karena prevalensi
diabetes m ereka yang rendah, kontras dengan prevalensi tinggi yang
terjadi di populasi-populasi terwesternisasi lainnya. Orang-orang
Pima dan Nauru "hanyalah" yang paling tinggi dari prevalensi lazim
yang tinggi itu, diikuti oleh sejum lah kelom pok Aborigin Australia
dan Papua. Untuk setiap pengelom pokan populasi non-Eropa besar
yang telah dipelajari, kita kini m engetahui sejum lah subkelom pok
terwesternisasi dengan prevalensi di atas 11%, biasanya di atas 15%:
Penduduk Asli Am e rika, orang-orang Afrika Utara, orang-orang Afrika
sub-Sahara yang berkulit hitam , orang-orang Tim ur Tengah, India,
Asia Timur, Papua, Aborigin Australia, Mikronesia, dan Polinesia.
Dibandingkan de ngan kelazim an itu, orang-orang Eropa, dan orang-
orang Eropa se berang lautan di Australia, Kanada, Selandia Baru, dan
AS bersifat unik di antara populasi-populasi dunia m odern karena
prevalensi diabetes m e reka yang relatif rendah. Ke-41 nilai nasional
Eropa bagi prevalensi diabetes (Tabel 11.1, baris pertam a) terletak di
antara 2% dan 10 %, de ngan nilai rerata hanya 6%.
Itu m encengangkan, bila kita renungkan bahwa orang-orang Eropa
di benua itu sendiri dan di seberang lautan adalah m asyarakat paling
kaya dan paling tercukupi m akannya di dunia, dan m erupakan sum ber
asal gaya hidup Barat. Kita sebut cara hidup m alas, kegem ukan, dan
tergantung superm arket itu cara hidup Barat ya karena kem unculan
awalnya m em ang di antara orang-orang Eropa dan kulit putih Am erika,
dan baru sekarang disebarkan ke m asyarakat-m asyarakat lain. Bagai-
mana kita bisa menjelaskan paradoks ini? Mengapa sekarang bukan
orang-orang Eropa yang m em iliki prevalensi diabetes tertinggi, m alah
terendah?
Sejum lah pakar dalam penelitian diabetes telah m engatakan ke-
pada saya secara inform al bahwa barangkali orang-orang Eropa se cara
tradisional tidak banyak terpapar kelaparan, sehingga m ereka pastilah
http://facebook.com/indonesiapustaka

hanya m enjalani sedikit seleksi yang m engunggulkan genotipe he m at.


Tapi sebenarnya sejarah m enyediakan banyak dokum entasi m engenai
kelaparan yang m enyebabkan tingkat kem atian tinggi yang tersebar
luas di Eropa zam an pertengahan, Renaisans, dan sebelum nya lagi.
Kelaparan yang berulang-ulang itu seharusnya telah m enyeleksi dengan
m engunggulkan gen-gen hem at di Eropa, se per ti juga di bagian-bagian
lain dunia. Ada hipotesis yang lebih m enjanjikan, didasarkan kepada
558 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

sejarah m akanan Eropa pada zam an setelah Renaisans. Kelaparan


berkala yang tersebar luas dan berlangsung lam a yang tadinya kerap
m enghantam Eropa, seperti juga bagian-bagian lain dunia, hilang
antara sekitar 1650 dan 190 0 pada waktu yang berbeda-beda di
berbagai bagian Eropa, dim ulai pada akhir 160 0 -an di Britania dan
Belanda, dan berlanjut sam pai akhir 180 0 -an di Prancis selatan dan
Italia selatan. Dengan satu kekecualian ter kenal, kelaparan Eropa
diakhiri oleh kom binasi em pat faktor: cam pur tangan pem erintah
yang semakin eisien dalam mengedarkan kelebihan padi-padian
secara cepat ke daerah-daerah yang dilanda kelaparan; pengangkutan
makanan yang semakin eisien melalui darat dan terutama melalui
laut; sem akin beranekaragam nya agrikultur Eropa setelah pelayaran
Kolombus pada 1492 M, berkat para pelaut Eropa yang membawa
pulang banyak tanam an pangan dari Dunia Baru (seperti kentang dan
jagung); dan, terakhir, tidak dian dalkannya agrikultur irigasi (seperti di
banyak daerah berpenduduk ram ai di luar Eropa) m elainkan agrikultur
tadah-hujan di Eropa, yang m engurangi risiko kegagalan panen yang
terlalu tersebar luas untuk dipecahkan m elalui pengangkutan m akanan
di dalam Eropa.
Kekecualian terkenal bagi berakhirnya kelaparan di Eropa tentu
saja adalah kelaparan akibat gagal panen kentang Irlandia pada 1840 -
an. Sebenarnya, peristiwa itu adalah kekecualian yang m em buktikan
apa yang seharusnya terjadi, dengan m enunjukkan apa yang terjadi
bahkan di Eropa ketika tiga faktor pertam a yang disebutkan di atas,
yang m engakhiri kelaparan di tem pat-tem pat lain di Eropa, tidak be-
kerja. Kelaparan akibat gagal panen kentang di Irlandia disebabkan
oleh penyakit yang m enyerang satu galur tunggal kentang dalam eko-
nom i agrikultural yang tidak biasa di Eropa karena m engandalkan
satu tanam an pangan itu sem ata. Kelaparan itu terjadi di satu pulau
(Irlandia) yang diperintah oleh negara etnis berbeda di pulau lain
(Britania) dan kondang karena ketidakeisienan atau ketiadaan moti-
vasi untuk m enanggapi kelaparan di Irlandia itu.
http://facebook.com/indonesiapustaka

Fakta-fakta dalam sejarah m akanan Eropa m enyebabkan saya m e-


nawarkan spekulasi berikut. Beberapa abad sebelum berkem bangnya
kedokteran modern, orang-orang Eropa, seperti orang-orang Nauru
m odern, m ungkin telah m engalam i epidem i diabetes yang diakibatkan
oleh pasokan m akanan m encukupi yang telah bisa diandalkan, dan
m e lenyapkan sebagian besar pem bawa genotipe hem at yang rentan
diabetes, sehingga Eropa pun kini m em iliki prevalensi diabetes yang
MENGAPA DIABETES RENDAH DI ANTARA ORANG-ORANG EROPA? ● 559

rendah. Para pem bawa gen itu m ungkin telah tersisih di Eropa selam a
berabad-abad, sebagai akibat banyaknya bayi yang dikandung ibu
pengidap diabetes yang m ati saat dilahirkan, orang-orang dewasa
pengidap diabetes yang m eninggal lebih m uda daripada orang dewasa
lainnya, dan anak-anak serta cucu para pengidap diabetes dewasa
itu yang m eninggal karena diabaikan atau kekurangan sokongan
m ateri. Tapi, pastilah ada perbedaan-perbedaan besar antara epidem i
tersem bunyi yang dianggap terjadi sebelum nya di Eropa dan epidem i
modern yang terdokumentasi baik di antara orang-orang Nauru dan
sedem ikian banyak m asyarakat sekarang ini. Dalam epidem i m odern,
m akanan yang m elim pah dan terus-m enerus bisa diandalkan tiba
secara m endadak—dalam waktu satu dasawarsa bagi orang-orang
Nauru, dan dalam waktu sebulan saja bagi orang-orang Yahudi Yaman.
Akibatnya adalah lonjakan prevalensi diabetes yang m em uncak
tajam m enjadi 20 %– 50 % yang terjadi tepat di depan m ata ahli-ahli
diabetologi m odern. Peningkatan-peningkatan itu barangkali akan
m em udar de ngan cepat (seperti yang telah teram ati di antara orang-
orang Nauru), seiring tersingkirkannya individu-individu pemilik
genotipe hem at oleh seleksi alam dalam satu atau dua generasi saja.
Sem entara itu, ke lim pahan m akanan Eropa m eningkat secara bertahap
selam a waktu be berapa abad. Akibatnya adalah peningkatan prevalensi
diabetes di Eropa secara am at lam bat, antara 140 0 -an dan 170 0 -
an, lam a sebelum ada ahli diabetologi yang bisa m encatatnya. Pada
dasarnya, orang-orang Pima, Nauru, Wanigela, India perkotaan yang
terdidik, dan warga negara-negara Arab m akm ur penghasil m inyak
m em adatkan perubahan-perubahan gaya hidup dan naik-turunnya
diabetes yang diakibatkannya ke dalam satu generasi, sem entara itu
terjadi selam a berabad-abad di Eropa.
Barangkali salah satu korban epidem i tersem bunyi dia betes yang
saya anggap terjadi di Eropa adalah kom ponis J ohann Sebastian Bach
(terlahir pada 1685, meninggal pada 1750). Meskipun riwayat ke-
sehatan Bach terdokum entasikan terlalu buruk untuk m e nge tahui
http://facebook.com/indonesiapustaka

secara pasti penyebab kem atiannya, gem uknya wajah dan ta ngan
Bach dalam satu-satunya potret dirinya yang diakui asli (Gam bar
28), tuturan tentang m em buruknya penglihatannya pada usia senja,
dan tam pak sem akin m em buruknya tulisan tangannya, barangkali
disebabkan akibat bawaan penglihatannya yang m em buruk dan/ atau
kerusakan saraf, konsisten dengan diagnosis diabetes. Penyakit itu
560 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

jelas ada di J erm an pada m asa hidup Bach, dikenal di sana sebagai
honigsüsse Harnruhr ("penyakit kencing m anis-m adu").

Mas a d e p an p e n yakit-p e n yakit tid ak m e n u lar


Di bab ini saya telah m em bahas hanya dua di antara banyak penyakit
tidak menular (NCD) yang kini mewabah dan terkait dengan gaya
hidup Barat: hipertensi dan akibat-akibatnya, dan diabetes Tipe-2.
Penyakit-penyakit tidak m enular utam a lain yang saya tidak sem pat
bahas, namun dibahas S. Boyd Eaton, Melvin Konner, dan Marjorie
Shostak, antara lain adalah penyakit arteri koroner dan penyakit-
penyakit jantung lainnya, arteriosklerosis, penyakit-penyakit pem buluh
tepi, beraneka ragam penyakit ginjal, encok, dan beraneka ragam
kanker term asuk kanker paru-paru, lam bung, payudara, dan prostat.
Saya baru m em bahas beberapa faktor risiko saja dalam gaya hidup
Barat—terutam a garam , gula, asupan kalori yang tinggi, obesitas, dan
kekurangaktifan. Faktor-faktor risiko penting lain yang hanya saya
singgung dengan singkat m encakup m erokok, konsum si alkohol tinggi,
kolesterol, trigliserida, lem ak jenuh, dan lem ak trans.
Kita telah lihat bahwa NCD merupakan penyebab sangat banyak
kem atian di m asyarakat-m asyarakat yang terwesternisasi, dan seba-
gian besar pem baca ini berasal dari m asyarakat sem acam itu. Ini
bukan berarti Anda akan m enjalani hidup sehat yang indah dan bebas
kekhawatiran sampai Anda mendadak meninggal akibat NCD pada
usia 78 sam pai 81 (rentang hidup rata-rata di m asyarakat Ba rat yang
hidup panjang): NCD juga merupakan penyebab-penyebab utama
kesehatan yang m erosot dan penurunan kualitas kehidupan sela-
m a bertahun-tahun atau berdasawarsa-dasawarsa sebelum akhirnya
merenggut nyawa Anda. Namun penyakit-penyakit tidak menular
yang sam a tam paknya tidak ada dalam m asyarakat-m a sya rakat
tradisional. Bukti lebih jelas seperti apa lagi yang m ungkin ada bah-
wa kita bisa m em pelajari banyak hal, yang bernilai hidup-dan-m ati,
dari m asyarakat-m asyarakat tradisional? Tapi, yang harus m e reka
http://facebook.com/indonesiapustaka

ajarkan kepada kita bukanlah sekadar m asalah "hidup secara tra di-
sional". Ada banyak aspek kehidupan tradisional yang jelas tidak ingin
kita tiru, seperti daur kekerasan, risiko kelaparan yang kerap m enim pa,
dan rentang hidup singkat akibat penyakit-penyakit m enular. Kita
perlu mencari tahu komponen-komponen spesiik apa dalam gaya
hidup tradisional yang m elindungi m ereka yang m enjalankan gaya
hidup tersebut dari penyakit tidak m enular. Sejum lah kom ponen yang
MASA DEPAN PENYAKIT-PENYAKIT TIDAK MENULAR ● 561

diangga[ baik sudah jelas (m isalnya berolahraga secara teratur, m e-


ngu rangi asupan gula), sem entara yang lain belum jelas dan m asih di-
perdebatkan (m isalnya, kadar optim al lem ak dalam m akanan).
Epidem i penyakit tidak m enular yang terjadi sekarang akan
sem akin m em buruk sebelum akhirnya m em baik. Sayangnya, epidem i
tersebut telah mencapai puncak pada orang-orang Pima dan Nauru.
Yang m enjadi kekhawatiran utam a sekarang adalah negara-negara
berpen du duk banyak dengan standar kehidupan yang m eningkat cepat.
Epidem i itu m ungkin paling nyaris m encapai puncaknya di negara-
ne gara Arab penghasil m inyak yang kaya, disusul oleh Afrika Utara,
dan m asih ber langsung nam un akan m enjadi jauh lebih buruk di
Tiongkok dan India. Negara-negara berpenduduk banyak lain di mana
epidemi itu telah mulai melesat antara lain Bangladesh, Brazil, Mesir,
Indonesia, Iran, Meksiko, Pakistan, Filipina, Rusia, Afrika Selatan, dan
Turki. Negara-negara dengan populasi lebih sedikit di mana epidemi itu
juga tengah berlangsung m encakup sem ua negara Am erika Latin dan
Asia Tenggara. Epidem i itu baru berm ula di antara orang-orang Afrika
sub-Sahara yang berjum lah nyaris 1 m iliar orang. Bila kita renungkan
prospek-pros pek itu, m udah m erasa depresi karenanya.
Namun kita bukan berarti pasti menjadi pihak yang kalah dalam
per gelutan kita m elawan penyakit tidak m enular. Kita sendirilah
yang m enciptakan gaya hidup baru kita, sehingga kita berkuasa
sepenuhnya untuk m engubahnya. Akan ada bantuan yang diberikan
oleh penelitian biologi m olekuler, yang bertujuan m enautkan risiko-
risiko tertentu dengan gen-gen tertentu, sehingga mengidentiikasi
bagi m asing-m asing orang bahaya-bahaya tertentu yang kita cenderung
idap gara-gara gen-gen tertentu yang kita m iliki. Tapi, m asyarakat se-
cara keseluruhan tidak harus m enanti penelitian sem acam itu, atau
pil ajaib, atau ditem ukannya kentang goreng rendah kalori. Sudah
jelas perubahan-perubahan apa yang akan m em inim alkan banyak
(walaupun tidak sem ua) risiko bagi sebagian besar orang. Perubahan-
per ubah an itu m encakup: tidak m erokok; berolahraga secara teratur;
http://facebook.com/indonesiapustaka

m em batasi asupan kalori total, alkohol, garam dan m akanan asin, gula
dan m inum an ringan bergula, lem ak jenuh dan trans, m akanan olahan,
m entega, krim , dan daging m erah; serta m eningkatkan asupan serat,
buah dan sayuran, kalsium , dan karbohidrat kom pleks. Satu lagi per-
ubahan sederhana adalah m akan secara lam bat. Secara paradoks, se-
m a kin cepat kita m elahap m akanan, sem akin banyak kita m akan dan
kare nanya sem akin naik berat badan kita, karena m akan dengan cepat
562 ● GARAM, GULA, LEMAK, DAN PEMALAS

tidak m em berikan cukup waktu bagi pelepasan horm on-horm on yang


m engham bat nafsu m akan. Orang-orang Italia ram ping bukan ha-
nya karena kom posisi diet m ereka, m elainkan juga karena m ereka
m akan sam bil berlam a-lam a m engobrol. Sem ua perubahan itu dapat
m enyelam atkan m iliaran orang di seluruh dunia dari nasib yang telah
menimpa orang-orang Pima dan Nauru.
Nasihat ini sedemikian sering diulang-ulang sehingga memalukan
untuk mengulanginya. Namun ada baiknya mengulangi kebenaran: kita
sudah tahu cukup banyak sehingga kita seharusnya m erasa optim is,
bukan depresi. Pengulangan hanyalah m enegaskan kem bali bahwa hi-
pertensi, kem atian bergelim ang m anis-m anis akibat diabetes, dan
pem bunuh-pem bunuh terkem uka lain pada abad ke-20 hanya akan
m em bunuh kita dengan seizin kita sendiri.
http://facebook.com/indonesiapustaka
PE N U T UP

Di Bandara Lain

Dari rimba ke 405 ▪ Keunggulan dunia modern ▪ Keunggulan dunia


tradisional ▪ Apa yang bisa kita pelajari?

D ari rim ba ke 4 0 5
Pada akhir satu ekspedisi yang berlangsung selam a beberapa bulan
ke Papua, yang dihabiskan bersam a orang-orang Papua di situs-
situs perkem ahan di rim ba, transisi em osional saya kem bali ke dunia
industri modern tidak dimulai di bandara Port Moresby di Papua
Nugini, yang saya gunakan sebagai Pembukaan buku ini. Itu karena,
dalam penerbangan panjang dari Papua kem bali ke Los Angeles, saya
m em anfaatkan waktu untuk m erapikan catatan-catatan la pangan saya,
m engingat-ingat lagi peristiwa sehari-hari selam a ber bulan-bulan di
rim ba, dan secara m ental tetap berada di Papua. Transisi em osional
itu dim ulai di area pengam bilan bagasi di ban dara Los Angeles, dan
http://facebook.com/indonesiapustaka

berlanjut seiring reuni dengan ke luarga saya yang m enanti di luar


tem pat pengam bilan bagasi, berkendara pulang di sepanjang J alan
Bebas Ham batan 40 5, dan berhadapan de ngan tum pukan surat dan
surat elektronik di m eja saya. Beralih dari dunia tra disio nal Papua ke
Los Angeles m enghantam saya dengan pe ra saan cam pur-aduk yang
saling bertentangan. Apa sajakah itu?
564 ● DI BANDARA LAIN

Yang pertam a dan paling utam a adalah rasa senang dan lega karena
kem bali bersam a istri dan anak-anak saya. AS adalah rum ah saya, ne-
gara saya. Saya lahir dan besar di sini. Di antara orang-orang Am erika
ada tem an-tem an yang telah saya kenal selam a 60 atau 70 tahun, yang
m em iliki kesam aan dengan saya serta m em aham i riwayat hidup saya,
kebudayaan saya, dan banyak m inat saya. Saya selalu berbicara bahasa
Inggris secara lebih baik daripada bahasa lain m ana pun. Saya selalu
m em aham i orang Am erika secara lebih baik daripada orang-orang
Papua. AS m em iliki keunggulan-keunggulan besar sebagai tem pat
hidup. Saya bisa m engharapkan punya cukup m akanan, m enikm ati ke-
nyamanan dan keamanan isik, dan hidup hampir dua kali lipat lebih
lam a daripada rata-rata orang Papua tradisional. J auh lebih m udah
m e m uaskan rasa cinta saya terhadap m usik Barat, dan m engejar karier
saya sebagai penulis dan ahli geograi di universitas, di AS daripada di
Papua. Sem ua itu adalah alasan m engapa saya m em ilih untuk hidup
di AS. Meskipun saya sangat mencintai Papua dan orang-orang Papua,
saya tidak pernah m em pertim bangkan untuk pindah ke sana.
Em osi yang berbeda m enghantam saya sewaktu saya keluar dari
ban dara Los Angeles m enuju J alan Bebas Ham batan 40 5. Bentang
alam di sekitar saya di jalan bebas ham batan sepenuhnya terdiri atas
jalur-jalur jalanan berlapis aspal, bangunan, dan kendaraan berm otor.
Bunyi lingkungan adalah kebisingan lalu-lintas. Terkadang nam un
tidak selalu, Pegunungan Santa Monica, menjulang 16 kilometer di
sebelah utara bandara, terlihat m eskipun kabur di antara kabut asap.
Kontras sekali dengan udara m urni yang bersih, hijau dalam berbagai
nuansa di rim ba yang lebat, dan ratusan kicauan burung yang m enarik
di Papua. Secara releks, saya menurunkan kenop-kenop volume di
indera-indera dan kondisi-kondisi em osional saya, dan saya tahu
bahwa kenop-kenop itu akan tetap turun selam a sebagian besar
waktu dalam se tahun berikutnya dalam perjalanan saya berikutnya
ke Papua. Tentu saja kita tidak bisa m enggeneralisasi perbedaan-
perbedaan antara dunia tradisional dan dunia industri sem ata dengan
http://facebook.com/indonesiapustaka

m em bandingkan rim ba Papua dengan J alan Bebas Ham batan 40 5.


Keunggulan berupa keindahan dan keterbukaan em osional akan
terbalik bila saya m alah baru kem bali setelah berbulan-bulan di
Port Moresby (salah satu kota paling berbahaya di dunia) ke rumah
musim panas kami di Lembah Bitterroot yang cantik di Montana,
yang dinaungi puncak-puncak ber hutan berpucuk salju di Continental
Divide, Am erika Utara. Terlepas dari itu, ada alasan-alasan kuat
DARI RIMBA KE 405 ● 565

m engapa saya m em ilih Los Angeles sebagai pangkalan saya, dan


m engapa saya m em ilih rim ba Papua dan Lem bah Bitterroot sebagai
tempat tujuan perjalanan saja. Namun keunggulan-keunggulan LA
berbiaya m ahal.
Kem bali ke kehidupan perkotaan di AS berarti kem bali ke desakan
waktu, jadwal, dan stres. Memikirkan soal itu saja membuat detak jan-
tung dan tekanan darah saya naik. Di rim ba Papua tidak ada desakan
waktu, tidak ada jadwal. Bila tidak hujan, saya berjalan keluar dari
per kem ahan setiap hari sebelum fajar untuk m endengarkan kicauan-
kicauan burung m alam terakhir dan kicauan-kicauan burung pagi
pertam a—nam un bila hujan, saya duduk di perkem ahan, m enanti
hujan ber henti; tidak ada yang tahu kapan hal itu terjadi. Seorang
Papua da ri desa terdekat m ungkin berjanji kepada saya kem arin bahwa
dia akan m engunjungi perkem ahan "besok" guna m engajari saya nam a-
na m a burung dalam bahasa lokalnya: nam un dia tidak punya arloji dan
tidak bisa m em beritahu saya kapan dia akan datang, dan barangkali dia
m a lah akan datang lain hari. Sem entara di Los Angeles hidup sangat
ter jadwal. Buku harian saku saya m em beritahu saya apa yang akan
saya la kukan pada jam sekian hari apa, dengan banyak catatan untuk
berbulan-bulan atau bahkan setahun kem udian. Surat elektronik dan
panggilan telepon m em banjir m asuk sepanjang hari setiap hari, dan
ha rus terus-m enerus ditata m enjadi tum pukan atau daftar bernom or
untuk dibalas.
Sekembalinya ke Los Angeles, saya perlahan-lahan menanggalkan
kewaspadaan kesehatan yang saya jalankan sebagai releks di Papua.
Saya tidak lagi menutup mulut saya rapat-rapat sewaktu mandi, su-
pa ya tidak tertular disentri gara-gara menjilat beberapa tetes air yang
tercemar di bibir saya secara tidak sengaja. Saya tidak lagi harus se-
demikian cermat mencuci tangan saya sering-sering, maupun meng-
awasi ba gaimana piring dan sendok di perkemahan dicuci atau siapa
yang menyentuhnya. Saya tidak perlu lagi mengawasi setiap goresan di
kulit saya agar tidak berkembang menjadi bisul tropis. Saya berhenti
http://facebook.com/indonesiapustaka

meminum pil anti-malaria setiap minggu dan tidak lagi terus-menerus


mem bawa botol-botol berisi tiga macam antibiotika. (Tidak, semua ke-
was padaan itu bu kan lah sikap paranoid: ada akibat-akibat gawat bila
lalai melakukan yang mana pun.) Saya tidak lagi harus bertanya-tanya
apa kah rasa me lilit di perut saya mungin merupakan radang usus buntu,
di lokasi rim ba yang tidak memungkinkan saya mencapai rumah sakit
te pat pada waktunya.
566 ● DI BANDARA LAIN

Pulang ke Los Angeles dari rim ba Papua m em bawa perubahan-per-


ubahan besar bagi saya di lingkungan sosial saya: lebih sedikit in teraksi
yang terus-m enerus, langsung, dan intens dengan orang lain. Se lam a
terjaga di rim ba Papua, saya nyaris selalu berada dalam jarak be-
berapa m eter dari orang-orang Papua dan siap bercakap-cakap dengan
m ereka, entah saat kam i duduk-duduk di perkem ahan atau sedang
m e ne lusuri jalur dem i m encari burung. Sewaktu m engobrol, kam i
saling m em perhatikan dengan penuh: tidak ada yang perhatiannya
teralih karena menulis SMS atau memeriksa surat elektronik di
telepon genggam . Percakapan di perkem ahan cenderung bergonta-
ganti an ta ra beberapa bahasa, tergantung siapa yang sedang ada di
per ke m ahan saat itu, dan saya harus tahu setidaknya nam a-nam a
burung dalam setiap bahasa itu m eskipun saya tidak bisa m enuturkan
bahasanya. Sem entara itu, dalam m asyarakat yang terwesternisasi, kita
m enghabiskan lebih sedikit waktu dalam percakapan langsung ber-
hadap-hadapan dengan orang lain. Diperkirakan bahwa rata-rata orang
Am erika m alah m enghabiskan delapan jam per hari di depan layar
(kom puter, TV, atau gawai genggam ). Dari waktu yang m em ang kita
gu nakan untuk berinteraksi dengan orang-orang lain, sebagian besar
interaksi itu bersifat tidak langsung: m elalui surat elektronik, telepon,
SMS, atau surat (yang semakin tidak populer). Sebagian besar interaksi
saya di AS dilangsungkan secara m onolingual dalam bahasa Inggris:
saya anggap diri saya beruntung bila saya bisa bercakap-cakap dalam
ba hasa lain apa pun selam a beberapa jam per m inggu. Tentu saja,
perbedaan-perbedaan itu tidak berarti saya terus-m enerus m enghargai
lingungan sosial yang langsung, intens, selalu ada, berperhatian penuh,
dan m ultilingual di Papua: orang-orang Papua bisa m em buat frustrasi
m au pun m em bahagiakan, sam a saja seperti orang-orang Am erika.
Setelah 50 tahun bolak-balik antara AS dan Papua, saya telah ber-
hasil berkompromi dan menemukan kedamaian. Secara isik, saya
m enghabiskan sekitar 93% waktu saya di AS dan terkadang di negara-
ne gara industri lain, dan sekitar 7% waktu saya di Papua. Secara em o-
http://facebook.com/indonesiapustaka

sio nal, saya tetap m enghabiskan banyak waktu dan pikiran saya di
Papua, meskipun secara isik saya berada di AS. Intensitas Papua sulit
disingkirkan m eskipun saya ingin m elakukannya, nam un saya tidak
ingin. Berada di Papua bagaikan secara singkat m elihat dunia dalam
warna-warni yang cerah, sem entara seisi dunia lainnya abu-abu bila di-
ban dingkan.
KEUNGGULAN DUNIA MODERN ● 567

Ke u n ggu lan d u n ia m o d e rn
Karena sebagian besar sisa bab ini akan m em bahas tentang ciri-ciri
kehidupan tradisional yang bisa kita pelajari dan petik hikm ahnya,
m aka m arilah m ulai dengan m engingatkan diri akan satu kesim pulan
yang jelas. Kehidupan tradisional tidak boleh dirom antisasi: dunia
m odern m em ang m enawarkan keunggulan-keunggulan besar. Bu-
kan artinya warga negara m asyarakat terwesternisasi harus kabur ber-
bondong-bondong dari perkakas baja, kesehatan, kenyam anan m a-
terial, dan perdam aian yang diberikan oleh negara, dan m encoba
kem bali ke gaya hidup pem buru-pengum pul yang indah-sem purna.
J ustru arah perubahan terbesar adalah pem buru-pengum pul dan
petani berskala kecil yang m engetahui gaya hidup tradisional m ereka,
na m un juga m enyaksikan gaya hidup terwesternisasi, berupaya
m asuk ke dunia m odern. Alasan-alasan m ereka sungguh kuat, dan
m encakup kenyam anan-kenyam anan m odern seperti benda-benda
yang m enjadikan hidup lebih m udah dan lebih nyam an; kesem patan
m em peroleh pendidikan form al dan pekerjaan; kesehatan yang baik,
obat-obatan yang efektif, dokter, dan rum ah sakit; keam anan pribadi,
lebih sedikit kekerasan, dan lebih sedikit bahaya dari orang lain dan
dari lingkungan; keam anan m akanan; hidup yang jauh lebih pan jang;
dan fre kuensi kem atian anak-anak yang jauh lebih rendah (m isalnya,
se kitar dua pertiga anak-anak Fayu tradisional m eninggal pada m asa
kanak-kanak). Tentu, bukan artinya setiap desa tradisional yang m e-
m odernisasi diri, dan setiap penduduk desa yang pindah ke kota, ber-
hasil meraih semua keunggulan yang diharapkan itu. Namun sebagian
di antaranya berhasil, dan kebanyakan penduduk desa dapat m e lihat
bahwa orang-orang lain m enikm ati keunggulan-keunggulan ini, dan
banyak penduduk desa ingin m enjadi seperti m ereka.
Misalnya, perempuan-perempuan Pigmi Aka yang diwawancarai
Bonnie Hewlett m enyebutkan alasan-alasan berikut sebagai penyebab
m e reka m eninggalkan gaya hidup pem buru-pengum pul tradisional
m e reka di hutan untuk berm ukim bersam a petani desa: benda-
http://facebook.com/indonesiapustaka

benda seperti garam , lada, m inyak sawit, kuali dan panci, golok, tem -
pat tidur, dan lentera; pakaian dan sepatu yang bagus; kehidupan
yang lebih sehat; kesem patan m em asukkan anak-anak ke sekolah;
lebih m udah m engum pulkan m akanan nabati dari ladang daripada
m engum pulkannya di hutan; lebih m udah, lebih am an, dan lebih
cepat berburu hewan dengan senjata api daripada m em buat jala dan
m enangkap hewan yang m enendang, m engiggit, dan m encakar setelah
568 ● DI BANDARA LAIN

terperangkap dalam jala. Orang-orang Indian Ache yang diwawancarai


oleh Kim Hill dan A. Magdalena Hurtado menyebutkan motif-motif
m ereka m eninggalkan kehidupan di hutan dan berpindah ke pem u-
kim an reservasi: m em peroleh senapan, radio, dan pakaian baru;
m enjaga diri dan anak-anak m ereka tetap cukup m a kan dan sehat;
hidup lebih lam a; dan punya banyak anak yang bertahan hidup sam -
pai dewasa. Benda-benda Barat yang tem an-tem an Papua saya nilai
tinggi m encakup, terutam a, korek api, kapak baja, pakaian, kasur, dan
payung. (Guna m em aham i nilai payung, ingatlah bahwa curah hujan
di Papua berkisar sam pai 50 0 cm per tahun atau lebih tinggi.) Orang-
orang Papua juga m enghargai m anfaat-m anfaat non-m ateri seperti
perawatan m edis, sekolah untuk anak-anak, dan ber akhir nya perang
suku. Ishi, Indian Yahi di California Utara yang m e ninggalkan gaya
hidup pem buru-pengum pul pada sekitar usia 50 dan m enghabiskan
tahun-tahun terakhirnya di San Francisco, pada awalnya m engagum i
korek api dan lem m elebihi segala tem uan Eropa lainnya, dan lam a-
kelam aan juga m enyenangi rum ah, perabot, toilet guyur, air ledeng,
lam pu listrik, kom por gas, dan kereta api. Saudari Sabine Kuegler,
J udith, sewaktu pindah selam a setahun dari rum ah ke luarganya di
rim ba Papua ke J erm an, terkesim a oleh segala m erk coklat batangan
yang tersedia di superm arket J erm an.
Sem ua itu adalah sebagian dari banyak keunggulan jelas dan nyata
gaya hidup Barat yang disebutkan oleh orang-orang yang tum buh di
antara ketidakam anan, bahaya, dan ketidaknya m anan m asyarakat-
m asyarakat tradisional. Keunggulan-keunggulan lain yang lebih halus
disebutkan oleh tem an-tem an Papua saya yang terdidik, dengan
kebutuhan untuk hidup yang sudah terpenuhi di desa Papua tem pat
m ereka tinggal, dan yang m engagum i hal-hal lain m e nge nai kehidupan
di Amerika Serikat. Mereka menyebutkan akses ke informasi, akses ke
beraneka ragam orang, dan lebih banyak hak bagi kaum perem puan di
AS daripada di Papua. Seorang Papua te m an saya m engejutkan saya
dengan m em beritahu saya bahwa hal yang pa ling dia sukai m engenai
http://facebook.com/indonesiapustaka

kehidupan di AS adalah "anonim itas". Dia m enjelaskan bahwa ano-


nim itas baginya berarti kebebasan untuk m en jauhi ikatan-ikatan sosial
yang m enjadikan kehidupan di Papua sarat secara em osional, nam un
juga m em batasi. Bagi tem an saya, anonim itas m encakup kebebasan
untuk sendirian, berjalan sendirian, m em iliki privasi, m engekspresikan
diri, berdebat secara terbuka, m em iliki pandangan yang tidak um um ,
lebih kebal terhadap tekanan sesam a, dan bisa bertindak tanpa selalu
KEUNGGULAN DUNIA TRADISIONAL ● 569

dikritik dan dibahas. Anonim itas berarti ke be basan untuk duduk di


kafe di jalan yang ram ai dan m em baca surat kabar dengan tenang,
tanpa dikepung oleh kenalan-kenalan yang m e m inta tolong untuk
m engatasi m asalah-m asalah m ereka. Anonim itas ber arti kebebasan
bagi orang-orang Am erika untuk m em ajukan diri sen diri sebagai
individu, dengan lebih sedikit kewajiban untuk berbagi pen dapatan
m ereka dengan sem ua kerabat seperti yang terjadi di Papua.

Ke u n ggu lan d u n ia trad is io n al


Sekarang, m ari kita dengar sisi lain cerita ini. Apa yang dinilai tinggi
oleh orang-orang yang pernah tinggal di m asyarakat tradisional m au-
pun m asyarakat WEIRD, yang ada di m asyarakat yang pertam a nam un
tidak ada pada m asyarakat yang kedua?
Hasil pengam atan yang paling sering dan paling penting m eli-
bat kan ikatan sosial sepanjang hayat. Kesepian bukan m asalah dalam
m a sya rakat tradisional. Orang-orang m enghabiskan hidup m ereka
di atau de kat tem pat m ereka lahir, dan m ereka selalu dikelilingi oleh
kera bat dan tem an-tem an m asa kecil. Dalam m asyarakat-m asya-
rakat tradisional yang lebih kecil (suku dan kawanan yang terdiri atas
beberapa ratus orang saja atau kurang), tidak ada seorang pun yang
asing. Meskipun anak perempuan atau anak laki-laki (di sebagian
besar m asyarakat tra disional, anak perem puan) pindah dari kelom -
pok tem pat m ereka lahir saat m enikah, perpindahan itu biasanya ber-
langsung dalam jarak yang cukup pendek sehingga m ereka bisa tetap
m engunjungi kerabat sedarah m ereka.
Sem entara itu, risiko kesepian adalah m asalah kronis pada m asya-
rakat-m asyarakat industri yang berpenduduk banyak. Ungkapan "m e-
rasa kesepian di ruang yang ram ai" bukan hanya frase sastrawi: itu
adalah kenyataan bagi banyak orang Am erika dan Eropa yang hidup
di kota-kota besar, dan bekerja di antara orang-orang yang nyaris
tidak m ereka kenali. Orang-orang di m asyarakat Barat sering ber-
pindah m enem puh jarak yang jauh, anak-anak dan tem an-tem an
http://facebook.com/indonesiapustaka

m ereka juga berpindah sendiri-sendiri m enem puh jarak yang jauh, dan
m ereka m ungkin akhirnya hidup jauh dari kerabat-kerabat terdekat
dan tem an-tem an m asa kanak-kanak m ereka. Kebanyakan orang yang
kita jum pai adalah orang asing dan akan tetap m enjadi orang asing
bagi kita. Anak-anak biasa m eninggalkan rum ah orangtua m ereka dan
m en dirikan rum ah tangga sendiri dengan cara m enikah atau m enjadi
m andiri secara ekonom i. Seperti yang dirangkum salah seorang tem an
570 ● DI BANDARA LAIN

Am erika saya yang m enghabiskan banyak waktu di Afrika, “Kehidupan


di Afrika m iskin secara m ateri dan kaya secara sosial/ em osional, se-
m en tara kehidupan di AS kaya secara m ateri dan m iskin secara sosial/
em osional.” Pengam atan-pengam atan lain yang kerap diperoleh adalah
desakan waktu, cekikan jadwal, tingkat stres, dan persaingan yang lebih
besar di m asyarakat-m asyarakat Barat daripada m asyarakat-m asya-
rakat tradisional. Saya tegaskan sekali lagi bahwa ada segi-segi di
m ana ciri-ciri dunia tradisional tetap ada di banyak bagian m asyarakat
industri m odern, m isalnya daerah-daerah perdesaan, di m ana setiap
orang saling m engenal dan sebagian besar orang m enghabiskan hidup
m ereka di dekat tem pat kelahiran m ereka.
Guna m em berikan sentuhan personal terhadap generalisasi-
generalisasi ini, saya akan kutip sejum lah hasil pengam atan m enyentuh
oleh anak-anak pebisnis atau m isionaris Am erika yang tum buh di
Papua, Filipina, atau Kenya dan kemudian pindah ke Amerika Serikat
sewaktu rem aja dan bercerita kepada saya m engenai pengalam an-
pengalam an m ereka:
“Anak laki-laki Am erika m acho, berbicara m acho, dan m em ukuli
anak lain. Anak-anak baik tidak bagus nasibnya di AS.”
“Setelah bertum buh besar dengan anak-anak di Papua, hal pertam a
yang bagi saya berbeda di AS adalah anak-anak m asuk ke dalam rum ah,
m enutup pintu, berm ain perm ainan video, dan m eninggalkan rum ah
m ereka lagi untuk pergi ke sekolah. Di Papua, kam i anak-anak selalu
ada di luar rum ah, berm ain bersam a.”
“Anak-anak Afrika bersam a orang lain sepanjang waktu. Kam i anak-
anak ada di dalam ruangan hanya kalau tidur. Kam i boleh m asuk ke
rumah mana pun, tahu kami akan disambut di sana. Namun anak-anak
Am erika sering kali tidak bersam a anak-anak lain. Sekarang, dengan
adanya perm ainan video, m asalah tinggal di rum ah sendiri sem akin bu-
ruk saja di AS daripada ketika saya bertum buh besar dan hanya ada TV
tapi tidak ada perm ainan video.”
“Di Filipina, anak-anak m em anggil sem ua orang dewasa ‘pam an’
http://facebook.com/indonesiapustaka

dan ‘bibi’. Kam i keluar-m asuk rum ah m ana pun di desa. Ketika wak-
tu m akan m alam , kam i m akan di rum ah m ana pun di m ana kam i
kebetulan sedang berada, dengan anak-anak lain.”
“Anak-anak Am erika tidak bergaul sebanyak anak-anak Papua.
Di Papua, saya biasa tersenyum dan m enyapa siapa pun yang saya
lewati, dan mulai bercakap-cakap. Namun anak-anak Amerika berjalan
cepat m elewati satu sam a lain atau m elewati orang asing, tidak
KEUNGGULAN DUNIA TRADISIONAL ● 571

m em ulai percakapan, dan tidak m enyapa. Sewaktu saya tersenyum


dan m enyapa, barulah m ereka m enanggapi, tapi m ereka sendiri tidak
m em ulainya.”
“Di AS, orang-orang harus dihibur, dan m ereka tidak tahu bagai-
m ana m enghibur diri sendiri.”
“Di Afrika, bila perlu sesuatu, kita buat benda itu sendiri, dan se-
bagai akibatnya kita tahu bagaim ana m em buatnya dan bagaim ana cara
kerjanya. Di AS, jika perlu sesuatu, kita pergi m em belinya, dan kita
tidak tahu bagaim ana benda itu dibuat.”
“Anak-anak Am erika kalah kreatif daripada anak-anak Papua, se-
bab segala sesuatu tersedia jadi bagi m ereka [Gam bar 17, 18]. Di Papua,
bila kita m elihat pesawat dan ingin punya m odel pesawat itu, kita buat
sen diri pesawat m odel dari kayu atau ranting. Kita kem udian berm ain
dengan pesawat-pesawatan itu, m elayangkannya dan m em buat
bebunyian. Saya dan saudara saya m eniru terbangnya pesawat secara
terperinci dengan pesawat-pesawatan yang kam i buat sendiri. Tapi
anak-anak Am erika m em peroleh m ainan pesawat yang sudah jadi dan
tidak m eniru terbangnya secara terperinci.”
“Di Afrika, kita berbagi. Misalnya, sewaktu bersekolah, saya mem-
per oleh ban dalam warna m erah dari karet. Karet berharga untuk m em -
buat ketapel. Untuk waktu lam a, saya berbagi potongan-potongan ban
dalam m erah saya yang berharga dengan anak-anak lain agar m ereka
bisa membuat ketapel. Namun di AS, bila memperoleh sesuatu yang
berharga, kita sim pan benda itu untuk diri sendiri dan tidak kita bagi
dengan orang lain. Sebagai tam bahan, di AS tidak ada yang tahu ban
dalam itu bisa diapakan.”
“Penyesuaian terbesar yang harus saya lakukan sewaktu berpindah
dari Papua ke AS adalah berkurangnya kebebasan saya. Anak-anak
punya lebih banyak kebebasan di Papua. Di AS saya tidak dibolehkan
m e m anjat pohon. Saya selalu m em anjat pohon di Papua; saya m asih
suka m em anjat pohon. Ketika saya dan saudara laki-laki saya pulang ke
California dan pindah ke rum ah kam i di sana, salah satu hal pertam a
http://facebook.com/indonesiapustaka

yang kam i lakukan adalah m em anjat pohon dan m em bangun rum ah


po hon; keluarga-keluarga lain pikir hal itu aneh. Di AS ada begitu ba-
nyak aturan dan larangan, karena takut dituntut, sehingga anak-anak
m enanggalkan kesem patan untuk eksplorasi pribadi. Kolam harus
dipagari agar tidak m enjadi ‘gangguan yang m enarik’. Kebanyakan
orang Papua tidak punya kolam , nam un sungai-sungai yang ka m i
datangi tidak diberi tanda ‘Tanggung sendiri akibatnya kalau m e-
572 ● DI BANDARA LAIN

lompat’, karena hal itu kan jelas. Memangnya saya mau melompat
kalau tidak tahu akibatnya? Tanggung jawab di AS telah direnggut dari
orang yang bertindak dan ditem patkan pada pem ilik tanah atau pem -
bangun rum ah. Kebanyakan orang Am erika ingin m enyalahkan orang
lain daripada diri sendiri sebisa m ungkin. Di Papua, saya bisa tum buh,
berm ain secara kreatif, dan m engeksplorasi luar ruang dan alam secara
bebas, dengan unsur risiko yang pasti ada, na m un dikelola dengan
baik, yang tidak ada dalam m asa kanak-kanak Am erika rata-rata yang
m enghindari risiko. Saya m em iliki m asa kanak-kanak paling kaya yang
m ungkin ada, m asa kanak-kanak yang tak ter ba yangkan oleh orang-
orang Am erika.”
“Yang bikin frustrasi di AS sini adalah tekanan terus-m enerus
untuk bekerja. Bila kita duduk-duduk santai m enikm ati secangkir kopi
di sore hari, kita harus m erasa bersalah karena artinya ada kesem patan
mengejar uang yang terbuang. Namun bila kita adalah salah seorang
yang m engejar uang bukannya m enikm ati secangkir kopi, kita tidak
m e nyim pan kelebihan uang yang kita peroleh, kita hanya m enjalani
hidup yang lebih m ahal sehingga kita harus bekerja lebih dan lebih. AS
telah ke hilangan (sebagian besar) kem am puannya untuk m enem ukan
kese im bangan antara kerja dan berm ain atau bersantai. Di Papua, toko-
toko tutup pada tengah hari dan buka lagi pada petang hari. Itu sangat
tidak Am erika.”
“Saya syok karena tidak adanya pegangan m oral tem an-tem an se-
um uran saya di As. Dalam m asyarakat se-pluralistik Am erika, hanya
bisa ada sedikit dasar untuk m enegakkan apa yang m enurut kita benar
dan hakiki. Di Papua, tentunya kebenaran ditafsirkan dan diterapkan
se turut budaya, nam un kebenaran diakui ada dan bisa diketahui.”
“Anak-anak di AS sini, dan barangkali orang-orang Am erika secara
um um , terobsesi m ateri. Terakhir kali kam i pulang ke California, kam i
ter kesan dengan tren terbaru atau ‘wajib-punya’, dalam kasus ini TV
plasm a layar-datar besar. Enam bulan lagi apa lagi trennya?”
“Sem ua orang di AS sini berada dalam kotak sem pit m ereka
http://facebook.com/indonesiapustaka

sendiri. Pem uda-pem uda Afrika yang saya kenal sangat berm inat
pada apa yang terjadi di bagian-bagian lain dunia dan melek geograi.
Salah satu pengisi waktu luang kam i adalah saling m enanyai tentang
letak ber bagai negara, nam a para pem im pin dunia dan atlet terkenal.
Tentu saja m ereka tahu nam a-nam a pem ain sepakbola nasional dan
pe lari jarak jauh Kenya, nam un m ereka juga sam a akrabnya dengan
bintang-bintang Amerika, Britania, Jerman, dan Brazil. Mereka pernah
APA YANG BISA KITA PELAJARI? ● 573

mendengar soal Lone Ranger, Wilt Chamberlain, dan Muhammad


Ali dan terus-m enerus m enanyai saya tentang seperti apa kehidupan
di AS. Se waktu saya pertam a tiba di AS, saya m enduga akan ditanyai
m engenai ke hidupan di Afrika, nam un dengan segera m enyadari
bahwa sedikit sekali orang yang berm inat pada apa pun selain yang
m em pengaruhi m ereka secara langsung sehari-hari. Gaya hidup, adat-
istiadat, dan peristiwa-peristiwa di tem pat lain m ana pun di dunia
tidak terlalu m e narik bagi m ereka, dan saya belajar untuk berhenti
m em bicarakan soal Afrika. Banyak orang di AS telah m em peroleh
banyak benda, nam un tetap m iskin dari segi pengetahuan dan
pemahaman mengenai bagian-bagian lain dunia. Mereka tampak
terkungkung dengan nyam an di da lam dinding-dinding pengabaian
selektif yang dibangun dengan hati-hati.”

Ap a yan g bis a kita p e lajari?


Dunia kem arin m em bentuk gen, kebudayaan, dan perlaku kita untuk
se bagian besar sejarah Homo sapiens yang berperilaku m odern,
yang m uncul sekitar 60 .0 0 0 dan 10 0 .0 0 0 tahun silam . Seperti yang
disim pulkan dari catatan arkeologis, perubahan gaya hidup dan
teknologi ber langsung secara teram at lam bat sam pai keduanya m ulai
bertam bah cepat seiring kem unculan awal agrikultur sekitar 11.0 0 0
tahun silam di Bulan Sabit Subur. Pem erintahan negara tertua baru
m uncul, lagi-lagi di Bulan Sabit Subur, sekitar 5.40 0 tahun silam . Itu
berarti nenek m oyang sem ua orang yang m asih hidup sekarang, hidup
dalam dunia ke m arin sam pai sekitar 11.0 0 0 tahun silam , dan nenek
m oyang banyak orang m asih m elakukan hal yang sam a sam pai belum
lam a ini. Kontak langsung dengan dunia luar baru dim ulai dalam
beberapa generasi ter akhir di daerah-daerah berpenduduk padat di
Papua, dan kontak langsung dengan dunia luar dan pem erintahan
negara m asih belum m engham piri segelintir kelom pok yang tersisa di
Papua dan Am azonia.
Tentu saja, banyak segi dunia kem arin yang m asih hidup ber-
http://facebook.com/indonesiapustaka

sam a kita hari ini, bahkan di daerah-daerah berpopulasi paling padat


di negara-negara industri m odern. Kehidupan di daerah-daerah
perdesaan berpopulasi jarang di dunia Barat m asih m elestarikan
banyak aspek m a syarakat tradisional. Terlepas dari itu, ada perbedaan-
perbedaan besar antara dunia tradisional dan m asyarakat WEIRD
(Western, educated, industrial, rich, and democratic) m odern kita.
Masyarakat-masyarakat tradisional telah secara tidak sadar melakukan
574 ● DI BANDARA LAIN

ribuan percobaan m e nge nai bagaim ana m enjalankan m asyarakat m a-


nusia. Kita tidak bisa m engulang sem ua percobaan itu secara sengaja
dalam kondisi-kondisi terkontrol guna m elihat apa yang terjadi.
Namun kita masih bisa belajar dari apa yang memang telah terjadi.
Sebagian yang diajarkan dunia kem arin kepada kita adalah untuk
ber syukur atas m asyarakat-m asyarakat m odern kita, dan tidak
menjelek-jelekkannya secara hantam-kromo. Nyaris kita semua lega
karena tak ada lagi peperangan kronis, infantisida, dan pengabaian ter-
hadap orang lansia. Kita paham m engapa m asyarakat-m asyarakat ber-
skala kecil sering kali harus m elakukan hal-hal kejam itu, atau terjebak
m elaku kannya. Tapi, untungnya, dengan adanya pem erintahan ne gara
kita tidak lantas terperangkap siklus perang, dan dengan gaya hidup
tak banyak gerak serta m akanan berlebih kita tidak dipaksa m e lakukan
infantisida dan pengabaian orang lansia. Kita juga lega karena tidak
perlu m encekik janda, ataupun kekejam an-kekejam an lain yang di-
praktikkan m asyarakat-m asyarakat tradisional tertentu sebagai ke jang-
galan budaya, walaupun tidak ada m asalah apa pun dalam lingkungan
atau cara bertahan hidup m ereka yang m em aksa m ereka m e la ku-
kannya.
Namun ada ciri-ciri lain dunia kemarin yang, bukannya membuat
kita ngeri, m ungkin m enarik m inat banyak pem baca buku ini. Sejum lah
ciri tersebut—m isalnya tidak m enaburkan garam ke m akanan kita—
adalah yang bisa dengan m udah kita terapkan dalam kehidupan
sendiri, terlepas dari apakah seluruh m asyarakat di sekeliling kita juga
m enerapkannya ataupun tidak. Ciri-ciri lain yang kita kagum i akan
lebih sulit untuk kita terapkan secara individual bila m asyarakat di
sekeliling kita tidak turut berubah: sulit m em besarkan anak-anak kita
seperti anak-anak Papua bila anak-anak lain di sekeliling m ereka di-
be sarkan seperti anak-anak Am erika m odern. Keputusan-keputusan
lain untuk m enerapkan ciri-ciri m asyarakat tradisional m em butuhkan
tin dakan oleh m asyarakat kita secara keseluruhan. Dengan m enyadari
bahwa m enerapkan ciri-ciri dunia kem arin yang kita kagum i karenanya
http://facebook.com/indonesiapustaka

m em butuhkan cam puran antara keputusan individual dan keputusan


m asyarakat, hal-hal apa yang bisa kita lakukan?
Diet dan kebiasaan m akan tergolong ke dalam area di m ana kita
bisa m elakukan banyak hal sebagai individu guna m enolong diri kita
sendiri. Pikirkanlah lagi m engenai fakta m engejutkan bahwa nyaris
tidak ada orang Papua tradisional yang m eninggal gara-gara stroke,
dia betes, atau serangan jantung. Itu bukan berarti Anda harus kem -
APA YANG BISA KITA PELAJARI? ● 575

bali m elaksanakan peperangan antarsuku dan m enjalankan diet yang


terdiri atas 90 % ubi bila Anda juga ingin m enghindari m eninggal
gara-gara penyakit-penyakit itu. Anda tetap bisa kok m enikm ati se-
jum lah m asakan terlezat di dunia dan hidup dengan dam ai dan m eng-
hindari penyakit-penyakit itu, dengan m enggabungkan tiga ke biasaan
m enyenangkan ke dalam hidup Anda: berolahraga; m akan dengan
perlahan dan berbincang-bincang dengan tem an seraya m akan, bukan
m elahap m akanan Anda sendirian; dan m em ilih m akanan sehat seperti
buah segar, sayuran, daging rendah lem ak, ikan, kacang-kacangan,
dan padi-padian, seraya m enghindari m akanan dengan label yang
m enunjukkan bahwa m akanan tersebut kaya garam , lem ak trans, dan
gula sederhana. Ini juga suatu area di m ana m asyarakat (alias pe m ilih,
pem erintah, dan pem buat m akanan) dapat m em perm udah sem ua itu
bagi kita, dengan m enerapkan standar-standar yang lebih sehat bagi
olahan m akanan, seperti yang selam a ini telah dilakukan Finlandia dan
negara-negara lain.
Satu hal lain yang bisa kita lakukan secara individual atau se ba-
gai pasangan, tanpa m enanti m asyarakat untuk berubah secara m e-
nyeluruh, adalah m em besarkan anak-anak kita sebagai bilingual atau
m ultilingual, seperti sedem ikian banyak anak di m asyarakat tra di-
sional. Banyak orang Am erika dapat m elakukan itu nam un m e nahan
diri, karena m ereka diberitahu bahwa m em besarkan anak dengan
dua bahasa m em buat anak-anak bingung. Kita tahu bahwa, bukannya
m em bingungkan anak-anak, m em besarkan anak dengan cara itu m em -
berikan m anfaat-m anfaat seum ur-hidup terhadap pem ikiran m e -
reka, se kaligus m em perkaya hidup m ereka. Banyak pasangan Am e-
rika m enge tahui lebih daripada satu bahasa: setiap orangtua dapat
m enuturkan m asing-m asing satu bahasa ke anak-anak m ereka dan
m em besarkan anak-anak sebagai "crib bilingual". Pasangan-pasang-
an im igran bisa m e nu turkan bahasa asli m ereka ke anak-anak, bukan
m encegah anak-anak m ereka m endengar bahasa asli orangtua: anak
toh akan de ngan segera m em pelajari bahasa Inggris dari anak-anak
http://facebook.com/indonesiapustaka

lain. Saya ka takan ini kepada kita sem ua (term asuk saya) yang telah
bergelut m em pelajari bahasa-bahasa lain di sekolah atau sebagai orang
dewasa, m enghabiskan ribuan jam m em pelajari buku tata bahasa,
m engingat-ingat kosakata, dan m endengarkan kaset pelajaran bahasa,
dan tetap saja akhirnya berbicara bahasa asing dengan logat dan
dengan tidak fasih: kita padahal seharusnya tidak perlu repot-repot
begitu, dan bisa berbicara dengan fasih dan tanpa logat, seandainya
576 ● DI BANDARA LAIN

saja orangtua kita telah m em besarkan kita sebagai bilingual. Kita


harus pikirkan soal itu sewaktu kita m e nim bang-nim bang bagaim ana
m em besarkan anak-cucu kita.
Selain m ultilingualism e, cara m em besarkan anak oleh m asyarakat-
m asyarakat tradisional m enawarkan banyak pilihan m odel lain yang
bisa kita pilih. Sem ua calon orangtua harus m enanyai diri sendiri
m ana di antara pilihan-pilihan berikut ini yang m asuk akal bagi
m ereka: m enyusui sem au bayi selam a itu prak tis, penyapihan yang
lambat, mempertahankan kontak isik antara bayi dan orang dewasa,
tidur bersam a (beli kasur yang kukuh atau tem pat tidur bayi untuk
ditem patkan di kam ar tidur Anda, dan dis kusikan dengan dokter anak
Anda!), m enggendong anak secara vertikal dan m enghadap ke depan,
peran besar orangtua-dam ping, m enanggapi dengan cepat tangisan
anak, menghindari hukuman isik, memberi anak Anda kebebasan
untuk bereksplorasi (dengan diawasi se pan tasnya!), kelom pok berm ain
m ulti-usia (berharga bagi anak yang lebih kecil m aupun yang sudah
lebih besar), dan m em bantu anak-anak Anda belajar m em buat hiburan
sendiri daripada m encekik m ereka de ngan "m ainan m endidik" buatan
pabrik, perm ainan video, dan ber bagai bentuk hiburan langsung jadi
lainnya. Anda m ungkin m endapati pe ne rapan individual sejum lah
tindakan tersebut sulit untuk dilakukan bila lingkungan atau m asya-
rakat lokal Anda tidak berubah secara ke se lu ruhan: ketika sem ua
anak se-RT punya perm ainan video dan hanya rum ah Anda yang tidak
punya, Anda m ungkin m endapati anak Anda ingin m enghabiskan selu-
ruh waktunya di rumah anak lain. Namun pilihan-pilihan ini pantas
dipertim bangkan secara serius: kem erdekaan, keam anan, dan kede-
wasaan sosial anak-anak di m asyarakat tradisional m em buat terkesan
sem ua pengunjung yang m enjadi m engenal m ereka.
Satu lagi hal lain yang bisa kita lakukan secara individual adalah
m engkaji secara realistis bahaya-bahaya yang m erupakan bagian gaya
hidup kita, dan m enerapkan paranoia konstruktif ala Papua se ca ra
selektif. Tem an-tem an saya di Papua belajar untuk tidak tidur di bawah
http://facebook.com/indonesiapustaka

pohon m ati di rim ba, dan m em perhatikan tongkat-tongkat patah yang


tam paknya tidak berbahaya di tanah—walaupun m e reka m ungkin
bisa tidur berm alam -m alam di bawah pohon m ati dan m engabaikan
lusinan tongkat yang tam pak tidak m encurigakan tanpa m e nem ui
masalah. Namun mereka tahu bahwa, bila mereka menerapkan praktik-
praktik yang tidak berhati-hati itu sebanyak ratusan kali, kem ungkinan
terburuk pun pada akhirnya akan m enim pa m e reka. Bagi kita orang-
APA YANG BISA KITA PELAJARI? ● 577

orang Barat, bahaya-bahaya utam a kehidupan bukanlah pohon m ati


atau tongkat di tanah, nam un juga bukan teroris, reaktor nuklir,
pesawat jatuh, dan bahaya-bahaya spektakular nam un se cara realistis
tidak signiikan lainnya yang sungguh kita takuti. Statistika kecelakaan
justru m enunjukkan bahwa sebagian besar orang se harusnya paranoid
konstruktif terhadap m obil (yang kita kendarai sendiri ataupun oleh
orang-orang lain), alkohol (dikonsum si oleh kita sen diri ataupun oleh
orang lain), dan (terutam a saat kita bertam bah usia) tangga lipat dan
terpeleset di kam ar m andi. Bagi setiap orang, ada risiko-risiko lain yang
juga harus kita pikirkan, tergantung gaya hidup kita m asing-m asing.
Agam a (atau ketiadaan agam a) kita adalah satu lagi pilihan yang
kita buat sebagai individual. Banyak di antara kita yang m elalui m asa-
m asa sulit dalam kehidupan ketika kita m engkaji ulang kepercayaan-
ke percayaan religius kita. Pada saat-saat sem acam itu, sebaiknya kita
ingat bahwa pilihan agam a kita m erupakan perm asalahan yang lebih
luas dan lebih kom pleks daripada sekadar m enganut kepercayaan-
kepercayaan metaisis yang kita percaya sebagai benar, atau menolak
kepercayaan-kepercayaan yang kita putuskan sebagai palsu. Selagi
m e nuliskan baris-baris ini, saya m erenungkan pilihan-pilihan ber-
beda yang diam bil oleh tiga kawan yang telah saya kena selam a
berdasawarsa-dasawarsa: yang pertam a, seorang penganut Unitarian
sejak lahir dengan gereja sebagai fokus sentral dalam kehidupannya
sela m a ini; kedua, seorang Yahudi sejak lahir yang agam anya dan
pergelutannya dengan hubungannya dengan Israel m enjadi inti
identitasnya; dan ketiga, seorang kawan dari J erm an yang dibesarkan
sebagai seorang Katolik, yang hidup di daerah yang didom inasi Katolik
di J erm an, dan belum lam a ini m em buat saya terperanjat de ngan
berpindah ke agam a Protestan pada usia 40 tahun. Dalam ketiga kasus
itu, keputusan-keputusan kawan-kawan saya untuk m em per tahankan
atau m engubah agam a m ereka bergantung pada peran-peran agam a
selain sebagai sum ber kepercayaan. Beraneka peran itu telah m e-
m uncak dan m erosot pada waktu-waktu berbeda bagi kawan-kawan
http://facebook.com/indonesiapustaka

saya dalam kehidupan m ereka, seperti juga peran-peran itu telah m e-


m un cak dan m erosot dalam periode-periode sejarah yang berbeda
bagi berbagai m asyarakat selam a beribu-ribu tahun. Peran-peran
itu m encakup pencarian bagi penjelasan yang m em uaskan terhadap
pertanyaan-pertanyaan m endasar m engenai dunia lahiriah; m engatasi
situasi-situasi m encem askan dan m em buat stres; m em aknai kem atian
orang yang terkasih, prospek kem atian diri sendiri, dan peristiwa-peris-
578 ● DI BANDARA LAIN

tiwa memedihkan lainnya; menjustiikasi asas-asas moral dalam peri-


laku, serta kepatuhan atau pem bangkangan ter hadap pihak berwenang;
dan mengidentiikasi diri sendiri sebagai salah seorang anggota dari
suatu kelom pok yang gagasan-gagasan idealnya sam a dengan orang
tersebut. Bagi kita yang m engalam i pe riode pergolakan batin m engenai
agam a, barangkali bisa m em bantu m en jernihkan pikiran kita bila kita
ingat bahwa agam a telah berarti berbeda-beda bagi m asyarakat yang
berbeda-beda, dan jujur kepada diri sendiri m engenai apa sesung-
guhnya atau apa mungkin arti agama secara spesiik bagi kita.
Marilah kini berpaling kepada ciri-ciri mengagumkan masyarakat-
m asyarakat tradisional yang penerapannya m em butuhkan tindakan
in dividual m aupun tindakan m asyarakat. Saya sudah sebutkan satu
contoh: pengurangan asupan garam dalam m akanan, tujuan yang bisa
kita dekati sebagai individu, nam un yang m em butuhkan tindakan oleh
pe m erintah dan pem buat m akanan bila kita juga ingin m engurangi
asupan garam tersem bunyi dalam m akanan olahan. Kita juga dapat
m engurangi risiko diabetes individual dengan berolahraga dan ber diet
dengan benar, nam un pem erintah juga dapat bersum bangsih dalam
cara-cara seperti kam panye kesadaran m asyarakat dan m engatur pen-
jualan makanan penggemuk di kantin-kantin sekolah negeri. Me-
ngenai bagaim ana m asyarakat (dan bukan hanya orangtua bilingual
yang m em iliki bayi) dapat m em bina m ultilingualism e dan m elawan ke-
punahan bahasa, sejum lah pem erintah (m isalnya Swiss) bekerja keras
untuk m elestarikan keanekaragam an bahasa m ereka; pem erintah-
pem e rintah lain (m isalnya AS) baru belakangan ini berhenti bekerja
keras m enghapus keanekaragam an bahasa asli negara m ereka; se-
m entara pem erintahan-pem erintahan lain lagi (m isalnya Prancis di
wilayah Bretagne) terus m enentang usaha m em pertahankan bahasa
asli.
Status orang lanjut usia juga bergantung kepada keputusan indi-
vidual m aupun m asyarakat. Sem akin banyak orang lanjut usia yang
m en jadikan diri m ereka berguna dalam cara-cara yang baru, m em -
http://facebook.com/indonesiapustaka

per m udah hidup anak-anak m ereka yang sudah dewasa dan bekerja,
serta m em perkaya kehidupan cucu-cucu dan diri m ereka sendiri, de-
ngan m enyediakan perawatan anak berkualitas tinggi kepada cucu-
cucu m ereka. Kita yang m erupakan orangtua yang ber usia antara 30
dan 60 m ungkin m ulai bertanya-tanya kualitas hidup m a cam apa
yang akan kita nikm ati, dan bagaim ana anak-anak kita akan m em -
perlakukan kita, sewaktu kita m encapai usia lanjut. Kita ha rus ingat
APA YANG BISA KITA PELAJARI? ● 579

bahwa anak-anak kita sekarang m engam ati bagaim ana kita m erawat
orangtua kita sendiri yang sudah lanjut usia: sewaktu tiba m asanya
bagi kita untuk m enerim a pera watan, anak-anak kita akan ingat dan
dipengaruhi oleh contoh kita. Masyarakat dapat memperkaya kehi-
dup an orang lanjut usia sebagai satu kelom pok, dan sebaliknya tin-
dakan itu dapat m em perkaya m asyarakat, dengan tidak m ewajibkan
pen siun pada suatu usia m anasuka bagi orang-orang yang m am pu
dan ingin terus bekerja. Kebijakan pesiun wajib sudah se m akin tidak
populer di Am erika Serikat dalam dasawarsa-dasawarsa be la kangan,
tidak m enyebabkan orang-orang lanjut usia yang sudah tidak m am -
pu m alah terus bertahan dengan pekerjaan m ereka seperti yang awal-
nya ditakutkan, dan justru m alah m em pertahankan kelanjutan jasa
anggota-anggota masyarakat kami yang paling berpengalaman. Namun
terlalu banyak lem baga Eropa yang m ewajibkan pegawai pada puncak
pro duktivitas m ereka untuk pensiun, sem ata karena m ereka telah m en-
ca pai suatu usia m anasuka pada kisaran usia yang secara absurd ren-
dah, antara 60 dan 65 tahun.
Berbeda dengan m akan perlahan-lahan dan m enyediakan crib
bilingualism , yang dapat kita lakukan sendiri tanpa m enanti per ubah-
an m a syarakat secara keseluruhan, m engom binasikan keunggulan-
keunggulan peradilan tradisional dengan keunggulan-ke unggulan per-
adilan negara akan sangat m em butuhkan keputusan m a sya rakat. Dua
m ekanism e yang saya bahas adalah peradilan restoratif dan m ediasi.
Tak satu pun yang m erupakan obat sapujagad, ke dua nya tam pak ber-
m anfaat dalam kondisi-kondisi tertentu nam un tidak berm anfaat
dalam kondisi-kondisi lain, dan keduanya m em bu tuh kan keputusan
kebijakan oleh sistem pengadilan kita. Bila Anda m elihat bahwa pilih-
an-pilihan ini bernilai baik, peran Anda seba gai individu adalah ber-
gabung dengan gerakan-gerakan yang m em pro m osikan m ekanism e-
m ekanism e itu di pengadilan; Anda tidak bisa m enerapkannya sen-
dirian. Namun Anda mungkin mampu menggunakan bagi diri sendiri
penekanan Papua terhadap m ediasi inform al, usaha m e legakan em osi,
http://facebook.com/indonesiapustaka

dan pem antapan kem bali hubungan (atau ketiadaan-hu bungan) dalam
persengketaan kali berikutnya Anda m endapati diri ber ada dalam
persengketaan pribadi yang diwarnai em osi.
Masyarakat-masyarakat yang anggotanya menjadi sebagian besar
pembaca buku ini mewakili irisan sempit keanekaragaman manusia.
Masyarakat-masyarakat dalam irisan itu mencapai dominansi dunia
bu kan karena su perioritas yang um um , m elainkan karena alasan-alas-
580 ● DI BANDARA LAIN

an spesiik: keunggulan-keunggulan di bidang teknologi, politik, dan


m iliter yang bercikal-bakal dari terlebih dahulu m ulai bercocok-tanam ,
yang sendirinya disebabkan oleh keberadaan spesies tum buhan dan
hewan liar setem pat yang produktif dan bisa didom estikasi. Ter lepas
dari keunggulan-keunggulan tertentu itu, m asyarakat-m asya rakat in-
dustri m odern tidak serta-m erta juga m engem bangkan pende katan-
pendekatan su perior dalam m em besarkan anak, m em perlakukan orang
lanjut usia, m e nye lesaikan perselisihan, m enghindari penyakit tak
m e nular, dan ber bagai m asalah m asyarakat lainnya. Ribuan m asya-
ra kat tradisional m engem bangkan banyak sekali pendekatan berbe da
terhadap m asalah-m asalah itu. Cara saya m em andang hidup sendiri
telah diubah dan diperkaya oleh tahun-tahun yang saya habiskan
di antara se per angkat m asyarakat tradisional, yaitu yang berada di
Papua. Saya harap bahwa para pem baca sebagai individual, dan m a -
sya rakat m odern kita sebagai keseluruhan, akan secara serupa m e ne -
m u kan banyak hal un tuk dinikm ati dan diterapkan dari kisaran luas
pengalam an m anusia tra disional.
http://facebook.com/indonesiapustaka
U CA PA N T E R I MA KAS I H

Saya dengan senang hati m enyatakan bahwa saya berutang budi kepada
banyak rekan dan kawan atas bantuan m ereka dalam penyusunan buku
ini. Saya terutam a berterim a kasih sekali kepada delapan kawan yang
m engkritik keseluruhan m anuskrip dan m encurahkan waktu dan upaya
guna memberikan saran-saran untuk memperbaikinya: istri saya Marie
Cohen, Tim othy Earle, Paul Ehrlich, Alan Grinnell, Barry Helwett,
Melvin Konner, Michael Shermer, dan Meg Taylor. Rasa terima kasih
yang sam a dan lebih lagi harus saya haturkan kepada editor-editor
saya Wendy Wolf di Viking Penguin (New York) dan Stefan McGrath di
Penguin Group (London), dan kepada agen saya J ohn Brockm an, yang
bukan hanya m em baca keseluruhan m anuskrip m elainkan juga m em -
http://facebook.com/indonesiapustaka

bantu dalam cara yang tak terhitung banyaknya pada setiap tahap sejak
ide m engenai buku ini tercetuskan dan terus m elalui sem ua tahap pem -
buat annya.
Michelle Fisher-Casey mengetik dan mengetik ulang keseluruhan
naskah, berulang-ulang. Boratha Yeang melacak sumber-sumber. Ruth
Mandel melacak foto-foto, sementara Matt Zebrowski mempersiapkan
peta-peta.
582 ● DI BANDARA LAIN

Saya m enyajikan banyak m ateri buku ini kepada kelas-kelas S1


saya di University of California Los Angeles, di m ana saya m engajar
di Departemen Geograi. Mahasiswa-mahasiswa itu terus-menerus
m e nan tang saya dengan pandangan yang segar dan m enggugah. Para
dosen dan staf departem en tersebut m enyediakan lingkungan yang se-
nan tiasa m endukung saya. Dalam satu lokakarya yang saya dan J am es
Robinson adakan bersam a-sam a di Harvard University, para peserta
bertukar pendapat m engenai banyak topik dalam buku ini.
Versi-versi terdahulu sebagian paragraf atau m ateri beberapa bab
m uncul sebagai artikel dalam m ajalah Natural History, Discover,
Nature, New York Review of Books, dan The New Yorker.
Selama setengah abad terakhir, ribuan orang Papua Nugini, Indo-
nesia, dan Kepulauan Solom on berbagi wawasan, kisah hidup, dan pan -
dangan dunia m ereka dengan saya, dan bersam a saya m elalui peng-
alam an-pengalam an yang saya tuturkan dalam buku ini. Sungguh
besar utang budi saya kepada m ereka yang telah m em perkaya hidup
saya. Saya m em persem bahkan buku ini untuk salah seorang kawan se-
macam itu, Meg Taylor (Dame Meg Taylor), yang terlahir di Lembah
Wahgi di Papua dan bertumbuh besar di Dataran Tinggi Papua Nugini.
Ibunya adalah Yermia Manamp Masi dari klan Baiman Tsenglap, se-
m entara ayahnya adalah perwira patroli Australia J am es Taylor, pe-
m im pin patroli Bena ke Hagen yang terkenal pada 1933 dan patroli
Hagen ke Sepik pada 1938– 1939. Setelah kuliah hukum di University
of Papua New Guinea dan Melbourne University (Australia), Meg men-
jadi sekretaris pribadi Menteri Utama pertama dan kemudian Per-
dana Menteri Papua Nugini, Sir Michael Somare, ketika negara itu
bertransisi dari pemerintahan diri menjadi merdeka pada 1975. Meg
berpraktik hukum di Papua Nugini, berperan sebagai anggota Komisi
Reform asi Hukum , dan m enuntut ilm u hukum lebih lanjut di Harvard
sebagai seorang Cendekiawan Fulbright. Meg adalah Duta Besar Papua
Nugini untuk Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada sejak 1989 sampai
1994. Dia telah terlibat dalam dewan berbagai organisasi konservasi
http://facebook.com/indonesiapustaka

dan penelitian internasional; perusahaan-perusahaan Papua Nugini


di sektor-sektor sumber daya alam, inansial, dan agrikultural; serta
perusahaan-perusahaan yang tercantum di Bursa Saham Australia.
Pada 1999 Meg terpilih menjabat Wakil Presiden Penasihat Kepatuhan/
Ombudsman Grup Bank Dunia. Meg merupakan ibu seorang putri
bernam a Taim il, dan bibi bagi banyak anggota keluarga m uda di
APA YANG BISA KITA PELAJARI? ● 583

Dataran Tinggi Papua. Dia akan pulang setelah m enuntaskan tugasnya


saat ini di World Bank di Washington, D.C.
Banyak kawan dan kolega yang dengan m urah hati m em bantu saya
dalam kaitannya dengan bab-bab individual, dengan m engirim i saya
artikel dan acuan, m enuturkan kepada saya berbagai pengalam an dan
ke sim pulan m ereka sendiri, m engobrolkan soal berbagai gagasan, dan
mengkritik naskah bab saya. Mereka mencakup: Gregory Anderson,
Stephen Beckerm an, Ellen Bialystok, David Bishop, Daniel Carper,
Elizabeth Cashdan, Barbara Dean, Daniel Dennett, J oel Deutsch,
Michael Goran, Mark Grady, K. David Harrison, Kristen Hawkes, Karl
Heider, Dan Henry, Bonnie Hewlett, William Irons, Francine Kaufm an,
Neal Kaufman, Laurel Kearns, Philip Klemmer, Russell Korobkin,
Ágnes Kovács, Michael Krauss, Sabine Kuegler, David Laitin, Francesca
Leardini, Steven LeBlanc, Graham Mac-Gregor, Robert McKinley,
Angella Meierzag, Kenneth Mesplay, Richard Mills, Viswanatha Mohan,
Elizabeth Nabel, Gary Nabel, Claire Panosian Joseph Peckham, Lloyd
Peckham , Dale Price, David Price, Sam uel Price, Lynda Resnick, J erom e
Rotter, Roger Sant, Richard Shweder, Charles Taylor, Minna Taylor,
Eugene Volokh, Douglas White, Polly Wiessner, David Sloan Wilson,
Lana Wilson, Bruce Winterhalder, Richard Wrangham , dan Paul
Zim m et.
Sokongan bagi penelitian-penelitian ini dengan m urah hati disedia-
kan oleh National Geographic Society, Conservation International,
Skip dan Heather Brittenham , Lynda dan Stewart Resnick, the Sum m it
Foundation, dan the Eve and Harvey Masonek and Samuel F. Heyman
and Eve Gruber Heym an 1981 Trust Undergraduate Research Scholars
Fund.
Kepada segenap orang dan organisasi ini, saya m enghaturkan te-
rim a kasih dari hati yang terdalam .
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka
BACA A N LE BI H L A NJU T

Saran-saran berupa sejum lah acuan terpilih ini ditujukan bagi orang-
orang yang berm inat m em baca lebih lanjut. Daripada m encantum kan
daftar pustaka yang panjang-lebar, saya m em ilih m engacu publikasi-
pu blikasi terbaru yang m e nyediakan daftar pustaka panjang-lebar ber-
isi literatur yang lebih tua. Sebagai tam bahan, saya m engacu se jum lah
buku dan artikel kunci yang lebih tua, yang saya pikir m ungkin di-
m inati secara khusus oleh para pem baca, atau yang saya kutip secara
spesiik dalam naskah saya. Judul jurnal (dicetak miring) diikuti oleh
no m or volum e, diikuti setelah titik dua oleh nom or halam an per tam a
dan terakhirnya, dan kem udian oleh tahun penerbitan dalam tanda
ku rung. Oleh karena buku ini ditujukan bagi pem baca yang luas, saya
http://facebook.com/indonesiapustaka

tidak m em berikan catatan kaki bagi pernyataan-pernyataan individual


dalam teks, dan daftar acuan justru dirancang untuk m elengkapi topik-
topik in dividual dan bab-bab secara m enyeluruh. Guna m engurangi
biaya pem buatan buku ini, di sini saya hanya cetak daftar acuan yang
m e m iliki re le vansi paling um um : bagi keseluruhan buku, dan bagi
Pem bu kaan. Daftar acuan sisanya, bagi Bab 1– 11 dan bagi Penutup,
586 ● DI BANDARA LAIN

diha dir kan daring di situs Web yang tersedia secara gratis (http:/ / www.
jareddiam ondbooks.com )

Acu an -acu an yan g be rlaku bagi s e lu ru h bu ku in i


Di sini saya sediakan tiga perangkat acuan atau kom entar: acuan ke be-
berapa buku yang sangat berguna bagi tujuan-tujuan buku ini, se bab
m enyediakan inform asi pem bandingan eksplisit atas banyak m a sya ra-
kat; penjelasan acuan un tuk nam a-nam a individu yang saya tem ui; dan
acuan bagi 39 m asyarakat tra disio nal di seluruh dunia yang kerap saya
ja dikan conoth dalam buku saya.

Acu an p e rban d in gan u m u m . Sati studi perbandingan m a sya -


rakat m a nusia di seluruh dunia yang sangat cocok bagi para pem baca
buku saya adalah Allen J ohnson dan Tim othy Earle, The Evolution of
Human Societies: From Foraging Group to Agrarian State, ed. ke-2
(Stanford: Stanford University Press, 20 0 0 ). Buku ini m em bandingkan
banyak aspek m asyarakat m anusia pa da berbagai tingkat organisasi,
m erangkum studi kasus terhadap 19 m a sya rakat, m enyediakan banyak
acuan literatur m e nge nai m asing-m asing m asyarakat itu, dan m eng-
gunakan klasiikasi masyarakat yang lebih terbagi-bagi lagi daripada
klasiikasi empat tingkat yang saya gunakan, yaitu kawanan, suku,
kedatuan, dan negara. Studi perbandingan lain yang sam a bagus-
nya atas m asyarakat-m asyarakat Aborigin Australia adalah Ian
Keen, Aboriginal Economy and Society: Australia at the Threshold
of Colonisation (South Melbourne: Oxford University Press, 2004).
Seperti juga yang dilakukan J ohnson dan Earle bagi m asyarakat
seluruh dunia, Keen m enyediakan tujuh studi kasus yang m engam bil
sampel dari beraneka geograi, lingkungan, dan organisasi sosial Pen-
duduk Asli Australia. Ketiga buku yang secara spesiik mensurvei ma-
syarakat pem buru-pengum pul di seluruh dunia adalah Richard Lee
dan Irven DeVore, eds., Man the Hunter (Chicago: Aldine, 1968);
Frances Dahlberg, ed., Woman the Gatherer (New Haven: Yale Uni-
http://facebook.com/indonesiapustaka

versity Press, 1981); dan Richard Lee dan Richard Daly, eds., The
Cambridge Encyclopedia of Hunters and Gatherers (Cam bridge: Cam -
bridge University Press, 1999). Satu survei lintas-budaya yang ber -
harga dan kerap kali dijadikan rujukan oleh para ahli antropologi bu-
daya adalah proyek Cross-Cultural Cum ulative Coding Center yang
didirikan di University of Pittsburgh di bawah arahan George Murdock.
Bagi ratusan m asyarakat pra-industri di seluruh du nia, proyek ter sebut
ACUAN-ACUAN YANG BERLAKU BAGI SELURUH BUKU INI ● 587

m encatat lebih daripada seribu variabel bu daya. Tabulasi datanya an-


tara lain George Murdock, Etnographic Atlas (Pittsburgh: University
of Pittsburgh Press, 1967); Herbert Barry III dan Alice Schlegel, Cross-
Cultural Samples and Codes (Pittsburgh: University of Pittsburgh
Press, 1980 ); dan situs Web http:/ / www.yale.edu/ hraf, http:/ /
ehrafworldcultures.yale.edu, dan http:/ / ehrafarchaeology.yale.edu.

N am a-n am a o ran g Pap u a. Naskah saya mencakup banyak anekdot


per cakapan atau peristiwa yang terjadi sewaktu saya m elakukan peng-
am atan bu rung atau m engobrol dengan tem an-tem an Papua saya.
Meskipun satu anekdot saja tidak bisa dijadikan satu-satunya dasar
m enyatakan sesua tu, anekdot bisa m enjadi cara berguna untuk m eng-
ilustrasikan, dan m e m a nu sia kan, suatu poin um um . Ada lah praktik
standar di kalangan jurnalis untuk m em berikan na m a asli, m eng-
identiikasi perincian, dan lokasi individu-individu yang disebutkan,
sehingga orang lain bisa m enghubungi dan m enanyai lebih lan jut in-
dividu dim aksud dan karenanya m em peroleh pengetahuan baru. Hal
itu juga tadinya diprak tikkan di kalangan ahli antropologi, dan juga
oleh saya di m asa lalu.
Tapi kini ahli antropologi m enyadari bahwa inform an-inform an
m e reka m ungkin rentan dan m enghadapi bahaya bila perilaku dan pan-
dangan m ereka diketahui luas. Kesalahpaham an budaya dapat tim bul
dengan m udah, m isalnya ketika seorang penduduk desa Papua tahu-
tahu dihubungi oleh seorang asing yang tidak punya hubungan apa-
apa dengan si orang Papua, dan yang m otif ser ta penjelasannya tidak
jelas, dan yang m ungkin m enyesatkan atau m e m anfaatkan si orang
Papua. Oleh karena itu kini adalah praktik di bidang antro pologi dan
sosiologi untuk mengubah (memiksikan) atau menutupi nama-na-
ma lokasi dan informan yang dipelajari. Dalam penelitian etnograi
m ana pun kini kita diharapkan untuk m enghindari pengungkapan
perincian yang memungkinkan orang lain melacak sumber spesiik
data sosial. Seperti yang seorang ahli antropologi kawan saya jelaskan
http://facebook.com/indonesiapustaka

kepada saya, “Gagasan di balik praktik ini adalah m elindungi inform an


dari orang-orang lain yang m ungkin ingin m e ne m u kan m ereka atau
m em bahayakan m ereka untuk berbagai alasan.” Kode etik Am e rican
Anthropological Association kini m enyatakan, “Para peneliti antro-
pologi m em iliki kewajiban etik paling utam a kepada m asyarakat... yang
bekerja bersam a m ereka. Kewajiban-kewajiban ini dapat m engalah-
kan tujuan m encari pengetahuan baru.” Untuk alasan-alasan ini, di
588 ● DI BANDARA LAIN

sepanjang buku ini saya telah m engikuti praktik antropologi m asa kini,
dan saya secara konsisten m em buang atau m engubah nam a-nam a dan
rincian pengidentiikasi sewaktu saya menuturkan kembali kisah atau
peristiwa dalam kehidupan tem an-tem an Papua saya.

Pe n e litian -p e n e litian yan g ke rap d iacu . Untuk alasan-alasan


yang saya je laskan dalam Pem bukaan, saya telah berulang-ulang
m enga cu ke penelitian-penelitian atas sam pel berupa 39 m asyarakat
tra disional di seluruh dunia, se hingga para pem baca dapat m em aknai
bagaim ana berbagai aspek m asyarakat tertentu m em bentuk satu
kesa tuan. Saya m engelom pokkan di sini sejum lah acuan bagi tuturan
m enge nai m asyarakat-m asyarakat ini, bukan m enyediakan acuan
satu per satu bagi setiap bab di m ana saya pertam a kali m enyebutkan
m asyarakat bersangkutan. Ke-39 m asyarakat itu m encakup 10 dari
Papua dan pulau-pulau tetangganya, 7 dari Australia, m asing-m asing 5
dari Erasia, Afrika, dan Am erika Selatan, serta 7 dari Am erika Utara.
Pa p u a . Dani: buku-buku karya J ohan Broekhuijse, Karl Heider,
Robert Gardner, dan Peter Matthiessen, dengan perincian diberikan
di bawah Bacaan Lebih Lanjut untuk Bab 3. Daribi: Roy Wagner, The
Curse of Souw: Principles of Daribi Clan Deinition and Alliance in
New Guinea (Chicago: University of Chicago Press, 1967) dan Habu:
The Innovation of Meaning in Daribi Religion (Chicago: University of
Chicago Press, 1972). Enga: Polly Wiessner dan Akii Tum u, Historical
Vines: Enga Networks of Exchange, Ritual, and Warfare in Papua
New Guinea (Washington, DC: Sm ithsonian Institution Press, 1998);
ditam bah acuan dalam J ohnson dan Earle (20 0 0 : lihat atas), terutam a
buku-buku dan makalah oleh Mervyn Meggitt. Fayu: Sabine Kuegler,
Dschungelkind (München: Droemer, 2005). Kutipan-kutipan dari buku
itu diam bil dari edisi J erm an tersebut; terjem ahan bahasa Inggrisnya
yang diperpendek sedikit diterbitkan sebagai Sabine Kuegler, Child
of the Jungle (New York: Warner Books, 2005). Dua buku lain oleh
Kuegler yang m em bahas orang-orang Fayu adalah Sabine Kuegler,
http://facebook.com/indonesiapustaka

Ruf des Dschungels (München: Droemer, 2006) dan Sabine Kuegler,


Jagerin und Gejagte (München: Droemer, 2009). Fore: Ronald
Berndt, Excess and Restraint: Social Control Among a New Guinea
Mountain People (Chicago: University of Chicago Press, 1962).
Hinihon: Angella Meinerzag, Being Mande: Personhood, Land, and
Naming System Among the Hinihon in the Adelbert Range/Papua
New Guinea (disertasi Ph.D, University of Heidelberg, 20 0 7). Kaulong:
ACUAN-ACUAN YANG BERLAKU BAGI SELURUH BUKU INI ● 589

J ane Goodale (jangan kelirukan dengan prim atolog J ane Goodall),


To Sing with Pigs Is Human: the Concept of Person in Papua New
Guinea (Seattle: University of Washington Press, 1995). Mailu Island:
Bronislaw Malinowski, Natives of Mailu (Adelaide: Royal Society of
South Australia, 1915). Kepulauan Trobriand: lihat daftar pustaka oleh
Johnson dan Earle (2000, atas). Tsembaga Maring: Roy Rappaport,
Pigs for the Ancestors: Ritual in the Ecology of a New Guinea People,
ed. ke-2. (Long Grove, IL: Waveland Press, 1984); ditam bah daftar
pustaka oleh J ohnson dan Earle (20 0 0 , atas).
Au s t r a lia . Ian Keen (20 0 4, atas) m em berikan daftar pustaka
bagi tujuh masyarakat: orang-orang Ngarinyin di Barat Laut, Yolngu
di Arnhem Land, Sandbeach di Cape York, Yuwaaliyaay di pedalam an
New South Wales, Kunai di tenggara, Pitjantjatjara di Gurun Barat, dan
Wiil dan Minong di Barat Daya.
Er a s ia . Agta di Filipina: Thom as Headland, Why Foragers Do
Not Become Farmers: A Historical Study of a Changing Ecosystem
and Its Effect on a Negrito Hunter-Gatherer Group in the Philippines
(disertasi Ph.D., University of Hawaii, 1986); J ohn Early dan Thom as
Headland, Population Dynamics of a Philippine Rain Forest People:
The San Ildefonso Agta (Gainesville: University Press of Florida, 1998).
Ainu di J epang: Hitoshi Watanabe, The Ainu Ecosystem: Environment
and Group Structure (Seattle: University of Washington Press, 1973).
Penduduk Kepulauan Andam an di Teluk Bengal: A. R. Radcliffe-
Brown, The Andaman Islanders (Glencoe, IL: Free Press, 1948); Lidio
Cipriani, The Andaman Islanders (New York: Praeger, 1966). Kirghiz di
Afghanistan dan Nganasan di Siberia: lihat daftar pustaka oleh Johnson
dan Earle (20 0 0 , atas).
Afr ik a . Hadza di Tanzania: Frank Marlowe, The Hadza: Hunter-
Gatherers of Tanzania (Berkeley: University of California Press, 20 10 );
Kristen Hawkes, James O’Connell, dan Nicholas Blurton Jones, “Hadza
children’s foraging: juvenile dependency, social arrangem ents and
m obility am ong hunter-gatherers,” Current Anthropology 36: 688– 70 0
http://facebook.com/indonesiapustaka

(1995), “Hadza wom en’s tim e allocation, off spring provisioning and
the evolution of post-m enopausal lifespans,” Current Anthropology
38: 551– 577 (1997), dan “Hunting and nuclear fam ilies: som e lessons
from the Hadza about m en’s work,” Current Anthropology 42: 681–
709 (2001). !Kung dari Afrika barat daya: Nancy Howell, Dem ography
of the Dobe !Kung, 2nd ed. (New York: Aldine de Gruiter, 2000) dan
Life Histories of the !Kung: Food, Fatness, and Well-being over the
590 ● DI BANDARA LAIN

Life span (Berkeley: University of California Press, 20 10 ); Richard


Lee, The !Kung San: Men, Women, and Work in a Foraging Society
(Cambridge: Cambridge University Press, 1979); Lorna Marshall,
The !Kung of Nyae Nyae (Cambridge, MA: Harvard University Press,
1976); Marjorie Shostak, Nisa: The Life and Words of a !Kung Woman
(Cambridge, MA: Harvard University Press, 1981); Elizabeth Marshall
Thom as, The Harmless People, ed. rev. (New York: Vintage Books,
1989). Nuer di Sudan: E. E. Evans-Pritchard, The Nuer of the Sudan:
A Description of the Modes of Livelihood and Political Institutions of a
Nilotic People (Oxford: Oxford University Press, 1940). Pigmi di Afrika
Tengah (sebenarnya terdiri atas setidaknya 15 kelompok etnograik
yang terdiri atas para pelanja hutan Afrika): Colin Turnbull, The Forest
People (New York: Touchstone, 1962), untuk kelompok Mbuti; Luigi
Luca Cavalli-Sforza, ed., African Pygmies (Orlando: Academ ic Press,
1986); Barry Hewlett, Intimate Fathers: Thee Nature and Context of
Aka Pygmy Paternal Infant Care (Ann Arbor: University of Michigan
Press, 1991) dan Bonnie Hewlett, Listen, Here Is a Story: Ethnographic
Life Narratives from Aka and Ngandu Women of the Congo Basin
(New York: Oxford University Press, 2012), untuk kelompok Aka; dan
Barry Hewlett dan J ason Fancher, “Central Africa hunter-gatherer
research traditions,” dalam Vicki Cum m ings et al., eds., Oxford Hand-
book of the Archaeology and Anthropology of Hunter-Gatherers
(Oxford: Oxford University Press, sedang dicetak), untuk daftar pustaka
beranotasi. Turkana di Kenya: lihat daftar pustaka oleh J ohnson dan
Earle (20 0 0 , atas).
Am e r ik a U t a r a . Calusa di Florida: Randolph Widm er, The
Evolution of the Calusa: A Nonagricultural Chiefdom on the Southwest
Florida Coast (Tuscaloosa: University of Alabam a Press, 1988).
Chum ash di California daratan: Lynn Gam ble, The Chumash World
at European Contact: Power, Trade, and Feasting among Complex
Hunter- Gatherers (Berkeley: University of California Press, 20 0 8).
Chum ash di kepulauan California: Douglas Kennett, The Island
http://facebook.com/indonesiapustaka

Chumash: Behavioral Ecology of a Maritime Society (Berkeley:


University of California Press, 20 0 5). Iñupiat di Alaska barat laut:
Ernest Burch J r., The World System of the Inupiaq Eskimos: Alliance
and Conlict (Lincoln: University of Nebraska Press, 2005). Inuit North
Slope Alaska, Shoshone Great Basin, dan Indian Pesisir Barat Laut:
lihat daftar pustaka oleh J ohnson dan Earle (20 0 0 , atas).
ACUAN-ACUAN YANG BERLAKU BAGI SELURUH BUKU INI ● 591

Am e r ik a Se la t a n . Ache di Paraguay: Kim Hill dan A. Magdalena


Hurtado, Ache Life History: The Ecology and Demography of a
Foraging People (New York: Aldine de Gruyter, 1996). Machiguenga
di Peru: lihat daftar pustaka oleh J ohnson dan Earle (20 0 0 , atas).
Piraha di Brazil: Daniel Everett, Don’t Sleep, There Are Snakes:
Life and Language in the Amazonian Jungle (New York: Pantagon,
20 0 8). Siriono di Bolivia: Allan Holm berg, Nomads of the Long Bow:
The Siriono of Eastern Bolivia (Garden City, NY: Natural History
Press, 1969). Yanomamo di Brazil dan Venezuela: Napoleon Chagnon,
Yanomamo, ed. ke-5. (New York: Wadsworth, 1997); dan daftar
pustaka oleh J ohnson dan Earle (20 0 0 , atas).

D aftar acu an u n tu k Pe m bu kaan : D i Ban d ara


Gavin Souter, New Guinea: The Last Unknown (Sydney: Angus and
Robertson, 1964) m enyediakan tuturan yang bagus m engenai pen je-
lajahan awal Papua, dalam buku yang berakhir lusinan tahun sebe-
lum Papua Nugini merdeka. Acuan-acuan daring saya untuk Bab 1
m em berikan rujukan bagi buku-buku yang m enjabarka ndan m eng-
ilustrasikan kontak-kontak pertam a antara orang-orang Australia dan
Penduduk Dataran tinggi Papua.
Sem entara soal m engapa m asyarakat Barat, terdidik, terindus-
trialisasi, kaya, dan dem okratik bersifat WEIRD (aneh) bagi standar
m asyarakat-m asyarakat yang lebih tradisional di bagian-bagian lain
dunia, Joseph Henrich, Steven Heine, dan Ara Norenzayan menje-
laskan alasan-alasannya secara singkat dalam ‘Most people are not
WEIRD’, Nature 466: 29 (20 10 ), dan secara lebih panjang dalam ‘The
Weirdest people in the world?’, Behavioral and Brain Sciences 33: 61-
135 (20 10 ).
Bab 14 buku saya Bedil, Kuman, dan Baja (J akarta: Kepustakaan
Po puler Gramedia, 20 14) membahas evolusi masyarakat dari kawanan
menjadi negara menurut klasiikasi yang digunakan dalam buku saya
ini, sementara J ohnson dan Earle (20 0 0 , diacu di atas) membahas
http://facebook.com/indonesiapustaka

transisi-transisi tersebut secara lebih terperinci dan dengan klasiikasi


masyarakat yang lebih tajam lagi. Tuturan-tuturan klasik mengenai
klasiikasi masyarakat manusia antara lain dua buku oleh Elman Service:
Primitive Social Organization (New York: Random House, 1962) dan
Origins of the State and Civilization (New York: Norton, 1975).
Sejum lah buku antropologi klasik yang m enyediakan contoh-
contoh dari pendekatan-pendekatan berbeda yang disebutkan dalam
592 ● DI BANDARA LAIN

naskah saya untuk m en jelaskan perbedaan-perbedaan anta ra m asya-


rakat-m asyarakat m anusia ada lah sebagai berikut: J ohn Bodley, The
Power of Scale: A Global History Approach (London: Sharpe, 20 0 3);
Tim othy Earle, Bronze Age Economics: The Beginnings of Political
Economies (Boulder, CO: Westview, 20 0 2); Tim othy Earle, ed.,
Chiefdoms: Power, Economy, and Ideology (Cam bridge: Cam bridge
University Press, 1991); Marvin Harris, Cultural Materialism: The
Struggle for a Science of Culture (New York: Random House, 1979);
Marshall Sahlins, Culture and Practical Reason (Chicago: University
of Chicago Press, 1976); Clifford Geertz, The Interpretation of Cultures
(New York: Basic Books, 1973); Michel Foucault, The Archaeology of
Know ledge (New York: Pantheon Books, 1972); Marshall Sahlins, Stone
Age Economics (Chicago: Aldine, 1972); Marvin Harris, The Rise of
Anthropological Theory: A History of Theories of Culture (New York:
Crowell, 1968); Claude Leví-Strauss, Structural Anthropology (New
York: Doubleday, 1963); J ulian Steward, Theory of Culture Change
(Urbana: University of Illinois Press, 1955); Alfred Kroeber, The Nature
of Culture (Chicago: University of Chicago Press, 1952).
Kim Hill et al., “Co-residence patterns in hunter-gatherer societies
show unique hum an social structure,” Science 331: 1286– 1289 (20 11)
m enganalisis pola-pola m engenai siapa sebenarnya berkerabat dengan
siapa dalam 32 ka wan an pelanja m asa kini.
Kutipan di halam an 477, m engenai sulitnya m enafsirkan hasil-hasil
pengam atan lapangan terhadap m asyarakat-m asyarakat tradisional
m odern, berasal dari halam an 15 buku Ian Keen terbitan 20 0 4 yang
diacu di atas.
Penelitian-penelitian perintis m engenai sejarah lisan yang kuat se-
cara m e to dologis adalah dua buku oleh J an Vansina: Oral Tradition: a
Study in Historical Methodology (London: Routledge and Kegan Paul,
1965) dan Oral Tradition as History (London: J am es Currey, 1985).
Bagi pem baca yang ber m inat m endalam i sejum lah aspek m enarik
tentang variasi m asyarakat yang tidak saya bahas, sehingga pasti
http://facebook.com/indonesiapustaka

m em buat pem baca saya bersyukur karena m e ngu rangi tebal buku ini
yang sudah tebal sekali, salah satu yang saya saran kan adalah Richard
Nisbett, The Geography of Thought: How Asians and Westerners
Think Differently... and Why (New York: Free Press, 2003). Di
halaman 43 bukunya, Nisbett secara ringkas membahas perbedaan-
per bedaan kognitif antara pem buru-pengum pul, m asyarakat petani
tra disional, dan m a sya ra kat industri. J oseph Henrich et al., eds.,
ACUAN-ACUAN YANG BERLAKU BAGI SELURUH BUKU INI ● 593

Foundations of Human Sociality: Economic Experiments and Ethno-


graphic Evidence from Fifteen Small-Scale Societies (Oxford: Oxford
University Press, 20 0 4) m em bahas perbedaan-perbedaan antara m a-
syarakat-m asyarakat tradisional dan industri dalam segi sikap adil,
tim bal-balik, dan pengejaran kepen tingan pribadi.
Untuk studi kasus terperinci yang m engilustrasikan sulitnya m en-
transfer praktik-praktik dan pelajaran-pelajaran dari satu m asyarakat
ke m asyarakat lain, lihat Elizabeth Watson, Living Terraces in
Ethiopia: Konso Landscape, Culture, and Development (Woodbridge,
UK: J am es Currey, 20 0 9).

Su m be r-s u m be r p e n ge tah u an m e n ge n ai m as yarakat-m as ya-


rakat trad is io n al
Di halam an 23– 24 saya secara ringkas m erangkum keem pat sum -
ber inform asi kita, yang saling berbaur de ngan keunggulan dan keku-
rangannya sendiri, m engenai m asyarakat-m a sya ra kat tradisional. Bagi
pem baca (terutam a cendekiawan) yang berm inat m em pe lajari lebih
lanjut m engenai berbagai sum ber ini, kini saya m enyediakan pem -
bahasan yang lebih panjang.
Metode yang paling jelas, dan sumber sebagian besar informasi da-
lam buku ini, adalah m engirim kan ilm uwan sosial atau biologi terlatih
untuk m engun jungi atau hidup bersam a m asyarakat tradisional, dan
melakukan penelitian yang berfokus suatu topik yang spesiik. Para
ilmuwan ini mengidentiikasi diri mereka sendiri sebagai praktisi ber-
bagai bidang ilm u, antara lain ahli antropologi, ahli biologi, ahli eko-
nomi, ahli etnograi, ahli genetika, ahli sejarah, ahli linguistik, dok-
ter, ahli ilm u politik, ahli psikologi, dan ahli sosiologi. Para peneliti
ter sebut m enerbitkan hasil-hasil yang m ereka peroleh sebagai arti-
kel atau buku sains, sering kali m em bingkai penelitian m ereka sejak
awal dengan suatu per ta nyaan atau hipotesis tertentu untuk diuji,
dan sering kali (terutam a seka rang ini) m engum pulkan data kuan -
titatif untuk disajikan sebagai tabel-tabel angka. Seperti yang dite-
http://facebook.com/indonesiapustaka

rap kan kepada m asyarakat-m asyarakat m anusia tra disio nal, inilah
pendekatan saintiik yang telah dikembangkan selama berabad-abad
sebagai pendekatan terbaik dem i m em peroleh pengetahuan yang
dapat diandalkan m engenai dunia nyata, entah itu dunia m asyarakat
m anusia, atau pun dunia bakteri, m olekul, bebatuan, dan galaksi.
Dua jenis utam a kesulitan telah m uncul dalam m enerapkan pen-
dekatan ini untuk m em pelajari m asyarakat-m asyarakat tradisional
594 ● DI BANDARA LAIN

m anusia. Sewajarnya, kesulitan-kesulitan itu bukan berarti penelitian-


penelitian itu m enjadi tidak sahih; kesulitan-kesulitan tersebut hanya
perlu diingat ketika m enafsirkan kesim pulan-kesim pulannya, dan
m en jelaskan m engapa kita juga harus m engandalkan sum ber-sum ber
inform asi lain. Ahli antropologi Australia, Ian Keen, m em buka buku-
nya m engenai m asyarakat-m asyarakat Aborigin Australia de ngan m e-
rangkum kesulitan-kesulitan itu sebagai berikut: “Masalah-masalah
uta m a penafsiran yang m uncul dari karya ahli antropologi yang terlatih
secara pro fe sional adalah m ereka berada di ujung jalur kolonial/ pasca-
kolonial, dan paradigm a-paradigm a tertentu sangat m em bentuk (dan
m em batasi) tafsir m ereka. Tapi, dalam bidang-bidang ilm unya, karya-
karya ini cenderung yang paling lengkap dan sistem atik.”
Peringatan Keen m engenai penelitian-penelitian yang berada di
ujung jalur kolonial/ pasca-kolonial m engacu kepada dilem a yang m e-
rupakan bawaan da lam antropologi budaya, sepadan dengan Asas
Ketidakpastian Heisenberg dalam isika. Asas itu menyatakan bahwa
pada dasarnya pengukuran isik apa pun pasti mengganggu sistem
yang sedang dipelajari dan karenanya m e nim bulkan ketidakpastian
ke dalam nilai sebenarnya yang terjadi seandainya sistem itu tidak
diganggu. (Terutama dalam isika partikel, asas itu menyatakan bah-
wa m ustahil m engukur secara bersam aan nilai pasti posisi zarah m au-
pun ke cepatannya.) Agar bisa m em aham i dilem a yang sam a dalam
antropologi budaya, ingatlah lagi penelitian-penelitian antropologi
m o dern terhadap orang-orang Aborigin Australia dim ulai pada abad
ke-20, dan catatan-catatan etnograi dimulai pada abad ke-19, sebelum
kem unculan antropologi profesional m odern. Tapi orang-orang Eropa
telah m endarat di Australia pada 1616 dan m en dirikan pem ukim an per-
tama pada 1788, sementara orang-orang Makassar (pelaut Indonesia)
telah secara teratur m engunjungi Australia utara selam a ber abad-abad
sebelum kedatangan orang Eropa, dan orang-orang Austro nesia yang
tidak berhasil diidentiikasi dari Indonesia entah bagaimana mem-
perkenalkan anjing (dingo) dan barangkali bentuk-bentuk ke hidupan
http://facebook.com/indonesiapustaka

lain serta teknologi ke Australia beberapa ribu tahun lalu.


Oleh karena itu, penelitian-penelitian m odern terhadap orang-
orang Aborigin Australia dilangsungkan terhadap m asyarakat-m asya-
rakat yang telah berubah secara radikal dari kondisinya sebelum
kedatangan orang-orang Eropa dan orang-orang Makassar, sebab
sebagian besar populasi itu telah tewas akibat penyakit-penyakit yang
dibawa oleh orang-orang Eropa dan juga barangkali oleh orang-orang
ACUAN-ACUAN YANG BERLAKU BAGI SELURUH BUKU INI ● 595

Makassar, ditaklukkan dan dikendalikan oleh pemerintahan negara


Eropa-Australia, dicegah dari m elaksanakan pengelolaan kebakaran
se cara tradisional (alias m elalui pem bakaran) terhadap bentang alam
m ereka, diusir dari tanah-tanah berkualitas bagus yang diincar untuk
per m ukim an Ero pa, dan dilenyapkan sebagian dasar pertahanan
hidup nya akibat dam pak-dam pak terhadap hewan dan tum buhan asli
Australia yang ditim bulkan oleh kucing, rubah, dom ba, dan sapi yang
dibawa orang-orang Eropa dan dingo yang dibawa orang-orang Austro-
nesia. Serupa dengan itu, m eskipun orang-orang !Kung dari Gurun
Kalahari sering dijadikan m odel pem buru-pengum pul, pene litian-
penelitian terperinci m engenai orang-orang !Kung yang dim ulai pada
1960 -an, dan yang sering saya rujuk dalam buku ini, dilangsungkan
terhadap orang-orang yang telah m enggantikan m ata panah tradisional
m ereka yang ter buat dari tulang dengan m ata panah logam , telah
berhenti saling m enyerbu, be la kangan ini telah berniaga dan didekati
oleh penggem bala-penggem bala Bantu, dan entah bagaim ana pastilah
telah terpengaruhi oleh para penggem bala Bantu lainnya yang m en-
capai Afrika sebelah selatan nyaris 2.0 0 0 tahun silam .
Secara lebih um um , sem ua penelitian abad ke-20 terhadap pem -
buru-pengum pul dilangsungkan terhadap m asyarakat-m asyarakat yang
betul-betul atau pun berpotensi berkontak dengan produsen m akanan
(petani dan/ atau penggem bala). Tapi, sam pai sekitar 11.0 0 0 tahun
silam , sem ua m a syarakat m a nusia m erupakan pem buru-pe ngum pul,
sehingga pem buru-pengum pul ha nya berkontak dengan se sam a pem -
buru-pengum pul lain. Hanya di be berapa gelintir bagian dunia, sem isal
Australia, Artik,a dan Am erika Utara se belah barat, penjelajah Barat
bukan-ilm uwan pertam a berjum pa dengan pem buru-pengum pul yang
m asih hidup dalam dunia pem buru-pengum pul. Fakta-fakta ini m e-
m icu perdebatan sengit m engenai relevansi penelitian m odern ter-
hadap m asyarakat m asa lalu: apakah pem buru-pengum pul m odern
ter lalu berbeda dari pem buru-pengum pul m asa lalu sehingga tidak ada
re levansinya dalam m em aham i m ereka? Pandangan itu jelaslah terlalu
http://facebook.com/indonesiapustaka

ekstrem: seperti yang dinyatakan oleh ahli antropologi Melvin Konner,


bila suatu hari kita bisa m em bawa sekelom pok orang Barat dan
m encam pakkan m ereka dalam keadaan telanjang dan tanpa perkakas
di suatu tem pat terpencil di sabana Afrika, dalam dua generasi m ereka
sem ua bakalan m ati atau secara m andiri m enem ukan kem bali banyak
ciri-ciri yang teram ati di m asyarakat-m asyarakat pem buru-pengum pul.
Namun setidaknya, kita harus menyadari bahwa masyarakat-masya-
596 ● DI BANDARA LAIN

ra kat tradisional m odern bukanlah m odel tanpa perubahan dari m asa


lalu yang jauh.
Sedangkan soal peringatan lain Ian Keen, dalam sains m ana pun
pada waktu ter tentu ada bidang-bidang penelitian yang lebih disukai
untuk studi sistem atik dan pendanaan, dan bidang-bidang lain yang
tetap terabaikan. Misalnya, sampai belum lama ini hanya segelintir
ahli antropologi yang m elaksanakan pene litian yang berfokus secara
spesiik pada masa kanak-kanak atau lanjut usia di antara masyarakat-
m asyarakat tradisional. Para pengam at lapangan disu rut kan niatnya
untuk pergi "tamasya memancing" saintiik dan merekam segala se-
sua tu yang m ereka am ati; m ereka diharapkan m enghasilkan buku dan
artikel mengenai suatu subjek yang spesiik. Pada waktu kapan pun,
juga ada tafsiran dan fenom ena tertentu yang cenderung lebih disukai,
sementara yang lainnya dianggap tidak pantas dicerna. Misalnya, ada
kontroversi hebat mengenai apakah ahli antropologi terkenal Margaret
Mead membengkokkan penjabaran-penjabarannya mengenai perilaku
seksual penghuni Kepulauan Pasiik agar sesuai dengan dugaan awal
yang saat itu dipercaya oleh m azhab antro po logi; dan m asih ada
pandangan-pandangan kuat bahwa m asyarakat-m a sya rakat tradisional
tidak gem ar berperang, atau kalaupun m ereka gem ar ber perang itu
adalah karena kontak dengan orang-orang Eropa, atau kalau m e reka
betul-betul gem ar berperang, kita tidak boleh m enjabarkan perang
m ereka karena akan m em bahayakan secara politis.
Sum ber pengetahuan kedua m engenai m asyarakat-m asyarakat
tra disional m en coba m engupas sejum lah perubahan terbaru dalam
m a sya rakat-m asya rakat tra disional m odern, dengan m ewawancarai
orang-orang tuna-aksara yang m a sih hidup m engenai sejarah m ereka
yang dite ruskan secara lisan, dan dengan m ere konstruksi sejarah m e-
reka dengan cara itu selam a beberapa generasi. Tentu nya m etode-
m etode ini m em iliki m asalah-m asalahnya sendiri, dan para praktisinya
telah m em peroleh banyak pengalam an m engenai teknik-tek nik (yang
terutam a dirintis oleh J an Vansina) untuk m engecek silang dan m e-
http://facebook.com/indonesiapustaka

m as tikan keterandalan inform asi yang diperoleh.


Misalnya, ahli antropologi Amerika Polly Wiessner dan seniman
Enga, Akii Tum u, bekerjasam a m em pelajari sejarah lisan orang-orang
Enga, kelompok bahasa terbesar di Dataran Tinggi Papua Nugini.
Meskipun sejarah tertulis dimulai bagi orang-orang Enga baru ketika
orang-orang Eropa yang m elek aksara tiba pada 1930 -an, orang-orang
Enga adalah kekecualian di antara orang-orang Papua karena m erekam
ACUAN-ACUAN YANG BERLAKU BAGI SELURUH BUKU INI ● 597

peristiwa-peristiwa sejarah m elalui sekum pulan tradisi sejarah (disebut


atone pii) yang m ereka bedakan dari m itos (diistilahkan tindi pii), dan
yang m erentang sejak 8 sam pai 10 generasi sebe lum nya (250 sam pai
40 0 tahun). Antara 1985 dan 1998, Wiessner dan Tum u m ewawancarai
para tetua pada 110 suku Enga. Mereka menguji ketepatan hasil
wawancara dengan m en cari konsistensi antara tuturan yang diberikan
oleh klan yang berbeda-beda, dan oleh suku yang berbeda-beda; de-
ngan m engkaji kecocokan antara tuturan m e nge nai perang dan m igrasi
yang diberikan oleh keturunan orang-orang yang am bil bagian dalam
pihak-pihak yang berseberangan dalam perang atau m igrasi, dan
yang diberikan oleh kelom pok-kelom pok bertetangga; dan dengan
m enguji apakah inform asi yang ditawarkan m engenai satu bidang
kehidupan (m isalnya pertukaran babi serem onial) sesuai dengan
inform asi yang ditawarkan m engenai bidang-bidang lain kehidupan
(misalnya penggunaan tanah dan produksi agrikultural). Mereka juga
m enguji tuturan-tuturan lisan itu terhadap dua peristiwa yang saling
terlepas dan ada data tentangnya, yang m em pengaruhi sem ua kelom -
pok Dataran Tinggi di Papua Nugini, termasuk orang-orang Enga.
Peristiwa pertam a adalah letusan besar gunung berapi di Long Island di
dekat situ pada abad ke-17, yang m en depositkan sela pis abu yang bisa
diidentiikasi secara kimiawi (tefra) di seluruh Dataran Tinggi timur,
dan yang m engenainya ada tradisi lisan orang-orang Enga dan para
Penduduk Dataran tinggi lainnya. Dalam tradisi lisan itu, dikenal "m asa
kegelapan", ketika abu menggelapkan Matahari selama beberapa hari.
Peristiwa satu lagi adalah tibanya ubi, yang m engubah agrikultur dan
m asyarakat Dataran Tinggi antara 250 dan 40 0 tahun silam . Dengan
m etode-m etode pengecekan-silang dan penanggalan-silang, Wiessner
dan Tum u m am pu m erekonstruksi se ja rah terperinci m engenai per se-
baran suku, per tum buhan populasi, ukuran po pulasi, kondisi-kon disi
lingkungan, m ata pencaharian bercocok-tanam , ta nam an pangan yang
dibudidayakan, perda gangan, kepem im pinan, organisasi so sial, perang,
m igrasi, dan perkem bangan upacara dan kultus selam a dela pan ge ne-
http://facebook.com/indonesiapustaka

rasi Enga terakhir, lam a sebelum orang-orang Eropa tiba di Dataran


Tinggi Papua.
Metode rekonstruksi lisan ini hanya bisa diterapkan pada beberapa
m a sya rakat tradisional, barangkali hanya sebagian kecil, sebab banyak
atau sebagian besar m asyarakat tidak m em pertahankan pengetahuan
lisan terperinci yang m erentang sam pai beberapa generasi sebelum nya.
Itu bergantung kepada faktor-faktor seperti organisasi sosial m ereka,
598 ● DI BANDARA LAIN

seberapa be sar m ereka m enghargai pengalam an langsung, siapa yang


m enuturkan kisah, konteks tuturan kisah, dan tingkat keikutsertaan
oleh pendengar dalam penuturan kisah. Misalnya, ahli linguistik
m isio naris Daniel Everett m enem ukan bahwa orang-orang Indian
Piraha di Brazil m enolak m em bahas apa pun yang tidak m ereka lihat
dengan m ata sendiri, sehingga m ereka m encela upaya-upaya Everett
memberitahukan riwayat Yesus kepada mereka: “Memangnya kamu
lihat dia sendiri? Kalau tidak, kok bisa-bisanya kam u percaya?” Serupa
dengan itu, banyak penelitian yang dilakukan di antara orang-orang
!Kung sejak 1960 -an telah gagal m em peroleh inform asi terperinci
m engenai peristiwa-peris tiwa atau kondisi-kondisi kehidupan !Kung
lebih daripada beberapa generasi lalu. Di sisi lain, di antara orang-
orang Enga, kisah-kisah historis dituturkan ulang di rum ah para laki-
laki, para pendengar berkom entar dan m em betulkan ke sa lahan dalam
kisah-kisah itu, dan individu-individu yang berkuasa tidak diizinkan
m elencengkan sejarah dem i kepentingan sendiri.
Pendekatan ketiga untuk m em pelajari tentang m asyarakat-m asya-
rakat tra disional m em iliki tujuan-tujuan yang sam a dengan re kon-
struksi lisan, yaitu ber usaha m em andang m asyarakat-m asyarakat itu
sebelum mereka dikunjungi oleh ilmuwan-ilmuwan modern. Mes-
kipun ilm uwan tergolong ke dalam orang-orang luar pertam a yang
m engalam i kontak dengan sejum lah m asyarakat tradisional—m isal-
nya "ditem ukannya" orang-orang Dani Lem bah Baliem oleh Eks pe -
disi Archbold Ketiga dari American Museum of Natural History pa-
da 1938—lebih se ring ilm uwan didahului oleh patroli pem erintah,
peda gang, ahli linguistik m isionaris, atau penjelajah. Itu berlaku
bagi m ayoritas sangat besar m asyarakat tra disional di Dunia Baru,
Afrika, Australia, dan kepulauan Pasiik, sebab mereka "ditemukan"
oleh orang-orang Eropa sejak 1492 M sampai awal abad ke-20, sebe-
lum antro pologi m odern dikukuhkan m enjadi bidang ilm u yang m e-
lakukan kerja lapangan. Bahkan kontak-kontak pertam a yang terjadi
de ngan suku-suku Papua dan Am azonia sejak 1930 -an sam pai kini
http://facebook.com/indonesiapustaka

biasanya tidak dilakukan oleh ilm uwan, m engingat sum ber daya yang
dibutuhkan dan bahaya-bahaya yang terlibat. Pada saat ilm uwan-
ilm uwan tiba, kebudayaan tribal te lah m ulai berubah akibat kontak.
Namun kita masih bisa mempelajari banyak hal dari penjabaran-
penja baran anekdotal yang ditinggalkan oleh para pengunjung pertam a
yang tidak terlatih secara saintiik. Kekurangan yang jelas adalah
tuturan-tuturan m ereka ku rang sistem atik, kurang kuantitatif, dan
ACUAN-ACUAN YANG BERLAKU BAGI SELURUH BUKU INI ● 599

kurang inform asi m engenai m e tode ketat dan kum pulan pengetahuan
yang sudah ada m engenai suku-suku lain. Satu keunggulan jelas yang
m engom pensasi kekurangan itu adalah in for m asi yang dihasilkan m e-
rujuk kepada m asyarakat tribal yang belum terlalu ba nyak term o-
diikasi seperti yang nantinya dijumpai oleh para ilmuwan. Satu ke-
unggulan yang tidak terlalu gam blang adalah sifat tidak sistem atik
dan tidak saintiik dari pengamatan-pengamatan pertama itu justru
sebenarnya bisa m en jadi kekuatan. Para pengunjung yang tidak terlatih
kerap kali m enjabarkan se cara luas apa pun yang m enarik perhatian
m ereka, dan karenanya m ungkin m em bahas segi-segi m asyarakat yang
akan diabaikan oleh ilm uwan yang dikirim kan dengan sokongan dana
penelitian untuk m em pelajari suatu fenom ena tertentu.
Salah satu contohnya adalah buku m enakjubkan (Dschungelkind)
m e nge nai orang-orang Fayu di Papua Indonesia, ditulis oleh seorang
perem puan J erm an ber nam a Sabine Kuegler. Selam a kunjungan per-
tam a saya ke Papua Indonesia pa da 1979, pilot helikopter saya m en-
ceritakan tentang kunjungan m enakutkan yang baru saja dia lakukan
ke kelom pok nom aden Fayu yang baru saja dite m ukan, untuk m ewakili
sepasang m isionaris, Klaus dan Doris Kuegler. Atas un dangan orang-
orang Fayu itu, keluarga Kuegler kem udian m em bawa tiga anak m e reka
yang m asih kecil-kecil untuk hidup di antara orang-orang Fayu dan
m e ru pakan orang-orang luar pertam a yang dilihat oleh sebagian besar
orang Fayu. Putri tengah keluarga Kuegler, Sabine, tum buh di antara
orang-orang Fayu sejak usia 7 sam pai 17, pada m asa ketika m asih be-
lum ada orang luar lain di sana selain keluarga Kuegler. Sewaktu
pindah ke Eropa guna m enuntut pendidikan Eropa dan m enjadi orang
Eropa, Sabine pada 20 0 5 m e ner bit kan buku tentang pengalam an dan
hasil pengam atannya.
Buku Sabine tidak m em iliki tabel data, uji hipotesis rival, dan
rangkum an kon disi terkini suatu sub-bidang antropologi. Para pem -
baca bukunya akan m em peroleh gam baran jelas m engenai kehidupan
Fayu tepat setelah kon tak pertam a, term asuk anak panah yang m elesat
http://facebook.com/indonesiapustaka

m enem bus udara, bahaya, ke celakaan, dan kem atian. Oleh karena
tem an-tem an berm ain Sabine adalah anak-anak Fayu dan dia tum buh
sebagian sebagai orang Fayu juga, bukunya dapat dianggap otobiograi
seorang Fayu, nam un yang diberi perspektif ganda seabgai seorang
Fayu sekaligus seorang Barat. Sabine karenanya m am pu m enyadari
ciri-ciri Fayu—m isalnya pem aham an m ereka akan waktu, kesulitan-
kesulitan isik dalam kehidupan Fayu, dan psikologi menjadi seorang
600 ● DI BANDARA LAIN

Fayu—yang akan dianggap sebagai hal yang wajar oleh seorang Fayu
dan tidak akan repot-repot dia bicarakan. Yang sam a m enyentuh ada-
lah tuturan Sabine ten tang kem bali ke Eropa, dan m em andang m asya-
rakat Eropa m elalui m atanya yang sebagian Fayu, yang m e m ungkinkan
dia m enyadari ciri-ciri kehidupan Ero pa (m isalnya m asalah-m asalah
tentang berurusan dengan orang asing, dan bahaya m enyeberangi
jalan) yang diterim a orang Eropa sebagai hal yang wajar. Barangkali,
suatu hari nanti, seorang ilm uwan akan m engunjungi orang-orang
Fayu dan menjabarkan suatu aspek masyarakat mereka. Namun, pada
saat itu, orang-orang Fayu akan m enjadi orang-orang yang sangat
berbeda dari yang dijum pai oleh keluarga Kuegler pada 1979. Tidak
akan ada ilm uwan yang bisa m engulangi pengalam an Sabine, dan
m enjabarkan seperti apa rasanya tum buh bersam a dan berpikir serta
m erasa sebagai seorang Fayu yang nyaris tradisional.
Metode terakhir untuk mempelajari masyarakat tradisional, dan
satu-sa tu nya sum ber inform asi m engenai m asyarakat m asa lalu yang
tidak m em iliki tu lis an dan yang tidak berkontak dengan pengam at yang
m elek aksara, ada lah arkeologi, yang keunggulan dan kekurangannya
berkebalikan dari yang dikaitkan dengan para pengam at m odern.
Dengan m enggali dan m engukur usia radiokarbon suatu situs, ahli
arkeologi dapat m erekonstruksi suatu kebudayaan sam pai puluhan
ribu tahun sebelum kebudayaan itu dikontak dan diubah oleh dunia
m odern. Dengan dem ikian, kekhawatiran-kekhawatiran m enge nai
efek-efek m engganggu kontak m odern dan ahli sosiologi yang m e-
ne tap dalam suatu m a syarakat pun hilang sepenuhnya. Itu m eru pa-
kan keunggulan yang besar. Kerugiannya adalah kehilangan rincian
halus, m isalnya peris tiwa sehari-hari serta nam a, m otif, dan kata-
kata orang. Ahli arkeologi juga m enghadapi kekurangan berupa ke-
tidak pastian yang lebih besar dan upaya lebih besar yang diper lu-
kan dalam m engekstraksi kesim pulan-ke sim pulan sosial dari per-
wujudan-perwujudan isik mereka yang awet dalam situs arkeologis.
Misalnya, ahli arkeologi berupaya menyimpulkan ketidaksetaraan in-
http://facebook.com/indonesiapustaka

dividual dalam hal status sosial dan kekayaan secara tidak langsung
berdasarkan perbedaan-perbedaan bekal kubur dan ukuran nisan di
pem akm aan-pem a kam an yang digali dengan telaten selam a beberapa
musim kerja lapangan. Seorang ahli etnograi modern dapat mengamati
ketidakse taraan sem acam itu secara langsung dalam satu hari kerja
lapangan—nam un ha silnya bakal berlaku bagi suatu m asyarakat yang
berubah pada tingkat yang tidak diketahui akibat kontak m odern.
ACUAN-ACUAN YANG BERLAKU BAGI SELURUH BUKU INI ● 601

Dengan dem ikian, keem pat m etode kita untuk m em aham i m asya-
rakat tra disional berbeda dalam hal kekuatan dan kelem ahan m asing-
m asing. Kita da pat m em peroleh kesim pulan-kesim pulan dengan
tingkat kepercayaan yang le bih tinggi bila keem pat m etode itu dapat
diterapkan dan memberkan hasil-hasil yang serupa. Misalnya, kita
punya inform asi m engenai peperangan suku dari pengam atan-peng-
amatan saintiik modern (misalnya tuturan terperinci Jan Broekhuijse
dan Karl Heider m engenai peperangan Dani yang dijabarkan di Bab
3), dari rekonstruksi lisan (seperti yang dilakukan oleh Polly Wiessner
dan Akii Tum u), dari tuturan-tuturan anekdotal (m isalnya tuturan
Sabine Kuegler yang hidup di antara orang-orang Fayu), dan dari
bukti arkeologis (m isalnya hasil ekskavasi berupa baju zirah tem pur
dan tengkorak yang pecah gara-gara kapak). Bila keem pat pendekatan
itu berbeda-beda kesim pulannya, kita harus m en cari tahu m engapa:
barangkali m asyarakat itu berubah seiring waktu atau se telah kontak.
http://facebook.com/indonesiapustaka
KR E D I T I LU STR AS I

Gambar 1: Carlo Ottaviano Casana; Gambar 2: © Marka/SuperStock;


Gambar 3: Jacob Maentz/jacobimages.com; Gambar 4: Olivier Blaise;
Gambar 5: Brian M. Wood; Gambar 6: Romas Vysniauskas; Gambar
7: Henrik Stabell; Gambar 8: Bonnie Hewlett; Gambar 9: © 20 12 J eff
Schultz/ AlaskaStock.com; Gambar 10 : Kim Hill; Gambar 11: Toninho
Muricy; Gambar 12: © Art Wolfe/www.artwolfe.com; Gambar 13:
Gambar oleh Michael Clark Rockefeller. Seizin Peabody Museum of
Archaeology and Ethnology, Harvard University, 20 0 6.12.178.10 .;
Gambar 14: J ames Tourtellotte, U.S. Customs & Border Patrol; Gambar
15: © Eye Ubiquitous/SuperStock; Gambar 16: J. Miles Cary, Knoxville
News Sentinel; Gambar 17: Afonso Santos; Gambar 18: Gambar oleh
Carole A. Kosakowski; Gambar 19: Russell D. Greaves dan Karen
http://facebook.com/indonesiapustaka

Kramer; Gambar 20: Bonnie Hewlett; Gambar 21: Brian M. Wood;


Gambar 22: Karen Kramer; Gambar 23: Sun Xinming/ ImagineChina;
Gambar 24: Sheryl Dawson/Spot-On Marketing, seizin Starish
Resources, LLC.; Gambar 25: Sisse Brimberg/National Geographic
Stock; Gambar 26: Bruno Zanzottera/ Parallelozero; Gambar 27:
PunchStock; Gambar 28: Stadtgeschichtliches Museum Leipzig; Gambar
29: Seizin Phoebe A. Hearst Museum of Anthropology and the Regents
ACUAN-ACUAN YANG BERLAKU BAGI SELURUH BUKU INI ● 603

of the University of California. (Catalogue No. 15-5910.); Gambar 30:


Gambar oleh Michael Leahy, dari First Contact oleh Bob Connolly dan
Robin Anderson (Viking, New York, 1987) seizin pemegang kuasa
Ny. Jeannette Leahy; Gambar 31: Gambar oleh Michael Leahy, dari
First Contact oleh Bob Connolly dan Robin Anderson (Viking, New
York, 1987) seizin pemegang kuasa Ny. Jeannette Leahy; Gambar
32: Peter Hallinan; Gambar 33: Blend Images/ PunchStock; Gambar
34: REUTERS/Yuri Maltsev; Gambar 35: AP Photo/George Nikitin;
Gambar 36: Photograph by Karl G. Heider. Seizin Peabody Museum
of Archaeology and Ethnology, Harvard University. 20 0 6.17.1.89.2;
Gambar 37: Difoto oleh Masami Oki. “Materi yang disediakan oleh
Hidetsugu Aihara,” disumbangkan oleh Peace Museum of Saitama. Seizin
Hiroshima Peace Memorial Museum; Gambar 38: Russel D. Greaves
dan Karen Kramer; Gambar 39: Phil Ramey, Ramey Pix; Gambar 40:
© Super-Stock; Gambar 41: The Harvard Theatre Collection, Harvard
University; Gambar 42: USAID; Gambar 43: Dr. J ames Garza; Gambar
44: REUTERS/Kyodo News Agency; Gambar 45: © Sarah M. J. Welch/
The Harvard Crimson; Gambar 46: Robert R. Leahey, State Archives
of Florida, Florida memory, http://l oridamemory.com/items/
show/ 10 9768; Gambar 47: AP Photo/ Don Adams.
http://facebook.com/indonesiapustaka
T EN TA NG PE N U LI S

Jared Diamond ialah profesor geograi di UCLA. Anugerah yang pernah


dia dapatkan antara lain National Medal of Science, Tyler Prize for
Environmental Achievement, Cosmos Prize (J epang), Fellowship dari
MacArthur Foundation, dan Lewis Thomas Prize honoring the Scientist
as Poet yang diberikan oleh Rockefeller University. Buku-bukunya yang
terdahulu antara lain Why Is Sex Fun? (terjemahan bahasa Indonesia
diterbitkan KPG dengan judul Mengapa Seks itu Asyik, 20 0 7), The
Third Chimpanzee, Collapse (terjemahan bahasa Indonesia diterbitkan
KPG, 20 14), dan Guns, Germs and Steel (terjemahan bahasa Indonesia
berjudul Bedil, Kuman, dan Baja diterbitkan KPG, 20 13)
http://facebook.com/indonesiapustaka
Guns, Germs & Steel karya Jared Diamond menjelaskan sejarah perkembangan
http://facebook.com/indonesiapustaka

masyarakat manusia dari sejak kemunculan spesies manusia modern, penyebaran


manusia ke seluruh dunia, dan evolusi peradaban.

Guns, Germs & Steel telah diterjemahkan dan diterbitkan oleh KPG sejak 2013.
Harga: Rp95.000,00
Setelah Guns, Germs & Steel, Jared Diamond menulis Collapse, tentang
http://facebook.com/indonesiapustaka

bagaimana kerusakan lingkungan, perubahan iklim, ledakan populasi,


dan kerusuhan politik menyebabkan runtuhnya peradaban.

Collapse telah diterjemahkan dan diterbitkan oleh KPG


sejak 2014.
Harga: Rp135.000,00
http://facebook.com/indonesiapustaka
The World until Yesterday
(DUN IA H I NGGA KEMARI N)

Apa yang Dapat Kita Pelajari dari Masyarakat Tradisional?

Dunia modern yang kita alami sekarang baru berlangsung sebentar dalam sejarah
manusia. Sebelumnya, selama jutaan tahun, manusia hidup dalam “dunia kemarin”
yang kini masih tersisa di masyarakat-masyarakat tradisional. Setelah membahas
bangkitnya peradaban dalam Guns, Germs & Steel, lalu runtuhnya peradaban dalam
Collapse, Jared Diamond mengajak kita menjelajahi kehidupan masyarakat masa
lalu dan tradisional guna mencari pelajaran untuk masa depan. Contoh-contoh
yang ditampilkan antara lain masyarakat !Kung Afrika, Indian Amerika, Aborigin
Australia, serta berbagai suku Papua yang diakrabi Jared Diamond dalam penelitian
lapangannya selama puluhan tahun di sana.

Masyarakat tradisional dan cara hidupnya merupakan ribuan percobaan alami yang
dilakukan untuk menjawab berbagai permasalahan manusia. Meski masyarakat
modern punya keunggulan seperti harapan hidup lebih panjang dan berkurangnya
kekerasan, hasil percobaan-percobaan alami itu bisa menawarkan cara lebih baik
untuk membesarkan anak, berpikir jernih tentang bahaya, menghindari penyakit
modern, dan lain-lain

The World until Yesterday memberikan gambaran mengenai seperti apa masyarakat
manusia sebelum kita semua memasuki zaman modern, masa lalu yang nyaris hilang
namun masih terasa bahkan dalam peradaban masa kini. Perbedaan antara dunia
hari ini dan dunia kemarin membuat kita lebih menghargai peradaban modern,
sekaligus menunjukkan lagi cara-cara bijak yang ditemukan masyarakat tradisional
namun telah kita lupakan.

Jared Diamond ialah profesor geograi di UCLA. Anugerah yang pernah dia dapatkan antara lain
National Medal of Science, Tyler Prize for Environmental Achievement, Cosmos Prize (Jepang),
Fellowship dari MacArthur Foundation, dan Lewis Thomas Prize honoring the Scientist as Poet
yang diberikan oleh Rockefeller University. Buku-bukunya yang terdahulu antara lain Why Is
Sex Fun? (terjemahan bahasa Indonesia diterbitkan KPG dengan judul Mengapa Seks itu Asyik,
2007), The Third Chimpanzee, Collapse (terjemahan bahasa Indonesia diterbitkan KPG, 2014),
dan Guns, Germs and Steel (terjemahan bahasa Indonesia berjudul Bedil, Kuman, dan Baja
http://facebook.com/indonesiapustaka

diterbitkan KPG, 2013)

SEJARAH
ISBN: 978-979-91-0875-3
KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA)
Gedung Kompas Gramedia, Blok 1 Lt. 3
Jl. Palmerah Barat 29-37, Jakarta 10270
Telp. 021-53650110, 53650111 ext. 3351, 3364
Fax. 53698044, www.penerbitkpg.com
redaksi.kpg@gramediapublishers.com KPG: 59 15 00989
Facebook: Penerbit KPG; Twitter: @penerbitkpg

Anda mungkin juga menyukai