Anda di halaman 1dari 161

GEOLOGI UMUM

i
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta, sebagaimana yang telah diatur dan diubah dari Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002, bagwa:

Kutipan Pasal 113


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam pasala 9 ayat (1) hurif i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000,-(seratus juta rupiah
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta mek=lakukan pelanggaran hak ekonomi Pencpta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau
huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,- (satu miliyar rupiah)
4. Setiap Prang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan , dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/auatu pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,- (empat miliyar rupiah)

ii
GEOLOGI UMUM

Khairul Zikri

Penerbit
GEOGRAFI UNP

iii
Geologi Umum
Edisi Terbatas
Copyright ©2018

Katalog Dalam Terbitan ( KDT )


Kode DOC-GEO1.82.1002
13,5 x 20,5 cm
xii 200 hlm
Cetakan Pertama, 2018

Penulis
Khairul Zikri

Desain Sampul
Khairul Zikri

Tata Letak
Khairul Zikri

Penerbit
GEOGRAFI UNP
Jl. Prof.Dr.Hamka Kompleks Universitas Negeri Padang
Air Tawar, Padang Indonesia

Jurusan Geografi
Universitas Negeri Padang
2018

Hak Cipta dilindungi Undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa
izin tertulis dari penenrbit

iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’aalamin,segala puji dan rasa syukur penulis sampaikan
kepada Allah SWT Karena berkat Rahmad dan Karunia-Nya Buku Geologi Umum ini
terselesaikan tepat waktu mengingat tugas dan kewajiban penulis sebagai seorang
mahasiswa yang bersamaan hadir. Penulis benar-benar merasa tertantang untuk
mewujudkan buku ini sebagai bagian untuk mempertahankan slogan pribadi
Berkarya,Menulis dan Bermanfaat.

Buku ini ditulis berdasarkan keinginan penulis karena sebagai seorang mahasiswa
sering kewalahan mencari buku sumber. Kebanyakan buku yang tersedia bercerita
tentang geologi dalam bahasa Inggris dan tidak sesuai dengan Kurikulum yang Berlaku
diJurusan Geografi Universitas Ngeri Padang. Buku ini menyajikan materi-materi
mengenai Bumi sebagai Objek utama Kajian Geologi serta proses-proses yang
berlangsung didalamnya serta buku ini juga telah sesuai dengan Silabus Rencana
Pembelajaran Semester Mata Kuliah Geologi Umum di Jurusan Geografi Universitas
Negeri Padang.

Terselesaikannya penulisan buku ini juga tidak terlepas dari bantuan beberapa
pihak. Karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Drs. Helfia Edial, M.T
sebagai dosen pengampuh mata kuliah Geologi Umum di Geografi UNP dan Teman-
teman se-Angkatan Program Studi Geografi 2017 yang sangat mendukung secara moril
dalam penulisan buku ini. Kerana dengan bantuan tersebut, penulisan buku yang sempat
tertunda selama setahun ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis berkeyakinan bahwa
dapat mendukung penulis dalam upaya meningkatkan kualitas diri dan karya untuk waktu
yang akan datang.

Selain itu, meskipun telah berusaha untuk menghindarkan kesalahan, penulis


menyadari juga bahwa buku ini masih mempunyai kelemahan sebagai kekurangannya.
Karena itu, penulis berharap agar pembaca berkenan menyampaikan kritikan. Dengan
segala pengharapan dan keterbukaan, penulis menyampaikan rasa terimakasih dengan
setulus-tulusnya. Krtik merupakan perhatian agar dapat menuju kesempurnaan.Akhir
kata, penulis berharap agar buku ini dapat membawa manfaat kepada pembaca. Secara
khusus, penulis berharap semoga buku ini dapat menginspirasi generasi bangsa ini agar
dapat menjadi generasi yang tanggap dan tangguh. Jadilah generasi yang bermartabat,
kreatif dan mandiri.

Padang, September 2018

Penulis

v
vi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………… v
Daftar Isi……………………………………………………………………………… vii

BAB 1 Konsep Dasar Geologi……………………………………………………………1


A. Pengertian Geologi………………………………………………………………..2
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Geologi……………………………………………...3
C. Ruang Lingkup Geologi…………………………………………………………...4
D. Objek Kajian Geologi……………………………………………………………...5
E. Cabang-Cabang Geologi…………………………………………………………6
F. Penerapan Geologi………………………………………………………………...7
BAB 2 Planet Bumi Sebagai Objek Kajian Geologi……………………………………
A. Teori-Teori Proses Pembentukan Bumi…………………………………………….
B. Perkiraan Umur Bumi………………………………………………………………
C. Struktur Lapisan Dalam Bumi………………………………………………………
BAB 3 Fosil dan Skala Waktu Geologi…………………………………………………...
A. Pengantar Paleontologi……………………………………………………………...
B. Fosil…………………………………………………………………………………
C. Skala Waktu Geologi………………………………………………………………..
BAB 4 Bentuk-Beetuk Perubahan Permukaan Bumi…………………………………...
A. Tenaga Pembentuk Muka Bumi…………………………………………………….
B. Teori Perubahan Bentuk Muka Bumi……………………………………………….
C. Deformasi Tektonik…………………………………………………………………
D. Struktur Geologi……………………………………………………………………
BAB 5 Batuan Sebagai Elemen Kulit Bumi……………………………………………...
A. Pengertian Batuan…………………………………………………………………...
B. Klasifikasi Batuan…………………………………………………………………..
C. Siklus Batuan………………………………………………………………………..
D. Tingkat Kekerasan Batuan………………………………………………………….
BAB 6 Batuan Beku…………………………………...…………………………………..
A. Pengertian Batuan Beku…………………………………………………………….
B. Proses Terbentunya Batuan Beku…………………………………………………...
C. Ciri-Ciri Dan Karakteristik Batuan Beku…………………………………………...
D. Klasifikasi Batuan Beku…………………………………………………………….
BAB 7 Batuan Sedimen………………………………………...………………………..
A. Pengertian Batuan Sedimen…………………………………………………………
B. Proses Terbentuknya Batuan Sedimen
C. Ciri-Ciri Dan Karakteristik Batuan Sedimen……………………………………….
D. Klasifikasi Batuan Sedimen………………………………………………………...
E. Sistem Penamaan Batuan Sedimen…………………………………………………

BAB 8 Batuan Metamorf ( Malihan )………………………………………..…………...


A. Pengertian Batuan Metamorf………………………………………………………..

vii
B. Proses Terbentuknya Batuan Metamorf…………………………………………….
C. Ciri-Ciri dan Karakteristik Batuan Metamorf………………………………………
D. Klasifikasi Batuan Metamorft………………………………………………………
E. Dampak Dari Proses Metamorfosis Batuan………………………………………..
BAB 9 Mineralogi………………………………………….………………………………
A. Pengertian Umum Mineralogi………………………………………………………
B. Proses Terbentuknya Mineral……………………………………………………….
C. Unsur Utama Persenyawaan Mineral Pada Batuan Dikerak Bumi…………………
D. Nama-Nma Mineral Yang Umum Terdapat Pada Batuan…………………………..
E. Sifat-Sifat Fisik Mineral…………………………………………………………….
F. Jenis-Jenis Mineral Dan Klasifikasinya…………………………………………….
BAB 10 Kristalografi……………………….…………………………………………….
A. Pengertian Umum Kristalografi…………………………………………………….
B. Komposisi Kimia Kristal……………………………………………………………
C. Proses Pembentukan Kristal………………………………………………………...
D. Bentuk-Bentuk Fisis Kristal………………………………………………………...
E. Unsur- Unsur Kristal………………………………………………………………..
F. Daya Ikat Dalam Sebuah Kristal……………………………………………………
G. Sistem Kristalografi…………………………………………………………………
H. Aplikasi Kristalografi Dalam Bidang Geologi……………………………………..
I. Tujuan Mempelajari Kristalografi…………………………………………………..
BAB 11 Bencana Geologi : Vulkanisme……………………………...…………………..
A. Vulkanologi Sebagai Ilmu Tentang Gunung Api…………………………………..
B. Klasifikasi Vulkanisme……………………………………………………………..
C. Gejala ( Tanda- Tanda ) Terjadinya Vulkanisme…………………………………...
D. Proses Terjaninya Vulkanisme……………………………………………………...
E. Tipe-Tipe Gunung Api……………………………………………………………...
F. Dampak Terjadinya Vulkanisme……………………………………………………
BAB 12 Bencana Geologi : Seisme……………………...………………………………...
A. Pengertian Gempa Bumi……………………………………………………………
B. Penyebab Terjadinaya Gempa Bumi………………………………………………..
C. Teori-Teori Tentang Gempa Bumi………………………………………………….
D. Proses Terjadinya Gempa Bumi…………………………………………………….
E. Jenis-Jenis Gempa Bumi……………………………………………………………
F. Karakteristik Dan Istilah-Istilah Dalam Gempa Bumi……………………………...
G. Kekuatan Gempa Bumi……………………………………………………………..
H. Dampak Dan Mitigasi Bencana Gempa Bumi……………………………………...
BAB 13 Praktikum Geologi Umum………………………………………………………
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….

viii
BAB 1
KONSEP DASAR GEOLOGI

Kompetensi Dasar
Menganalisis Konsep, Sejarah, dan Hubungan Geologi dengan Disiplin Ilmu
Lainnya

BAB 1
KONSEP DASAR GEOLOGI

1
A.PENGERTIAN GEOLOGI

Geologi sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni “ge” yang artinya bumi dan
logos yang artinya adalah alasan. Dengan kata lain, geologi adalah ilmu yang
mempelajari terbentuknya bumi. Istilah geologi dipergunakan pertama kali oleh Ricardh
de Bury pada tahun 1473. Ricardh menggunakan kata geologi ini untuk ilmu kebumian.
Meskipun begitu, bapak geologi modern yang terkenal hingga sekarang adalah James
Hutton. Hal tersebut dikarenakan buku Theory of the Earth yang dikeluarkannya pada
tahun 1979.
Berikut beberapa defenisi Geologi menurut Para Ahli :
1.Bates dan Jackson (1990)
geologi merupakan ilmu pengetahuan yang memang dikhususkan untuk
mempelajari planet bumi, terutama bahan penyusunnya, proses terjadi dan
terbentuknya, hasil daripada proses tersebut, sejarah planet beserta dengan kehidupan
yang ada di atas bumi semenjak planet ini terbentuk.

2.Written Brooks (1972)


Geologi merupakan ilmu tentang kebumian yang mencakup sejarah, asal,
komposisi, struktur, proses terbentuknya bumi dari dulu hingga sekarang termasuk
dengan perkembangan kehidupan hingga saat ini.

3.Munir (1996)
Geologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mem mempelajari tentang
segala sesuatu yang berkaitan dengan keberadaan bumi, pembentukan bumi termasuk
dengan fenomena alam yang terjadi pada bumi. Fenomena alam yang terjadi pada bumi
diantaranya adalah sinklinal, antiklinal, gempa bumi dan lain sebagainya.

4.Noer Aziz M., dkk (2002)


Geologi merupakan ilmu tentang bumi yang berkaitan dengan struktur, sejarah,
komposisi, asal, proses alami terbentuknya dan perkembangan kehidupan di bumi baik
sebelum terbentuk, yang sedang berlangsung dan juga saat ini.

Jadi, dapat di simpulkan bahwa geologi adalah suatu ilmu pengetahuan kebumian
yang mempelajari semua tentang planet bumi beserta isinya. Yaitu kelompok ilmu yang
mengupas mengenai berbagai sifat dan bahan yang membentuk planet bumi, strukturnya,
maupun proses yang sedang berjalan didalam dan diatas permukaan planet bumi.Ilmu
geologi mempelajari dari benda yang ukurannya sangat kecil seperti atom, sampai benda
yang ukurannya besar seperti samudra, benua, pulau, pegunungan dan lain-lain.

Orang yang ahli di bidang geologi disebut dengan geologist, dia bertugas untuk
melakukan penelitian untuk mengungkap misteri-misteri yang masih belum terpecahkan
yang menyelimuti proses-proses yang berkaitan dengan material-material yang
membentuk planet bumi ini, gerakan-gerakan maupun perubahan yang terjadi misalnya
seperti gempa bumi, meletusnya gunung berapi, serta mencari dan menemukan bahan
tambang yang bisa diambil di dalam perut bumi seperti minyak bumi, gas, dan bahan
tambang lainnya. Tugas dari seorang ahli geologi juga mempelajari berbagai sifat
bencana alam diantaranya seperti banjir, longsor, gempa bumi, gunung berapi dan lain
sebagainya. Ahli geologi juga dapat meramalkan atau memperkirakan bagaimana cara
untuk menghindari bencana alam tersebut.

2
B.SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU GEOLOGI

Pemahaman tentang sifat dan material penyusun bumi serta proses-proses yang
berlangsung di permukaan buli telah dipelajari sejak zaman dahulu. Terutama oleh bangsa
Yunani (2300th yang lalu) telah menghasilkan tulisan mengenai fosil dan batu permata,
gempa bumi dan gunungapi. Tokoh yang paling menonjol pada masa itu adalah
Aristoteles. Namun penjelasan yang ia utarakan kebanyakan berupa pernyataan subyektif
dan tidak berdasarkan tinjauan langsung (observasi) di lapangan, ya karena ia seorang
filosof.

Beberapa pendapat Aristoteles yaitu:


- Batuan terbentuk akibat pengaruh bintang-bintang
- Gempa bumi terjadi karena meledaknya udara yang padat di bumi, dan ini karena
pemanasan oleh pusat api.

Memang pada masa itu penjelasan tersebut cukup memadai, namun karena ia
seorang filosof yang disegani, pendapatnya lebih banyak diterima dibandingkan pendapat
yang berdasarkan observasi dan percobaan. Sehingga kemajuan ilmu geologi belum
berkembang cepat pada masa itu. Namun setelah itu muncul beberapa doktrin yang
revolusioner, yaitu Catastrophism (Katastropik) yang menjelaskan bahwa bentuk
permukaan bumi dan segala kehidupan diatasnya terbentuk dan musnah dalam sesaat
akibat suatu bencana yang besar. Padahal terbentuknya gunung, lembah, bukit terjal dan
bentuk lainnya itu memerlukan waktu yang sangat lama untuk terbentuk (hingga jutaan
tahun). Teori ini berkembang di abad 17-18.

Pada akhir abad 18, muncul lagi teori yang fenomenal


dan revolusioner hingga dianggap sebagai awal perkembangan
geologi moderen, yaitu teori Uniformitarianism. Oleh James
Hutton, yang sampai saat ini dianggap sebagai Bapak Geologi
modern, memiliki latar ahli fisika Skotlandia. Pada tahun 1795,
ia menerbitkan buku yang berjudul "Theory of The Earth" dan
didalam buku inilah konsep Uniformitarianism itu dicetuskan.

Didalam konsep Uniformitarianism dinyatakan


bahwa, Hukum-hukum fisika, kimia dan biologi yang
berlangsung pada saat ini juga berlangsung pada masa
James Hutton lampau.

Hal ini dapat diartikan bahwa, segala proses-proses yang berlangsung dalam
pembentukan permukaan bumi seperti saat ini, telah berlangsung sejak awal terbentuknya
bumi. Konsep ini juga memiliki slogan,The Present is the key to the Past. Sejak kala itu,
orang-orang mulai menyadari bahwa bumi selalu mengalami perubahan. Dengan
demikian sangat jelas bahwa geologi sangat berhubungan dengan waktu.Selanjutnya
muncul banyak teori yang membuat ilmu geologi berkembang cepat. Salah satunya teori
tektonik lempeng oleh Alfred Wagener (1912). Namun pada saat itu masih sebagai bahan
tertawaan, dan baru diketahui kebenarannya pada tahun 1960.Bahwa bumi itu selalu
mengalami perubahan baik perubahan kecil maupun besar, baik sangat lambat hingga
dalam sekejap, baik sempit maupun luas. Bumi itu dinamis, tidak statis/tidak hanya diam.

3
C.RUANG LINGKUP ILMU GEOLOGI

Geologi dibagi menjadi 2 macam yaitu geologi fisik dan geologi dinamis. Berikut
di bawah ini penjelasannya:
1.Geologi fisik
ilmu yang menkhususkan untuk mempelajari berbagai sifat fisik dari planet bumi,
misalnya seperti susunan dan komposisi dari material-material yang membentuk bumi,
selaput udara yang menyelubungi bumi, khususnya bagian yang melekat dan berinteraksi
dengan planet bumi, lalu selaput air atau disebut dengan hidosfir, serta berbagai proses
yang bekerja diatas permukaan planet bumi yang di picu oleh energi matahari dan tarikan
gaya berat planet bumi. Proses tersebut dapat disebut dengan pelapukan, pengikisan,
pemindahan serta pengendapan. Itulah definisi dari geologi fisik.

2.Geologi dinamis
ilmu geologi yang mempelajari serta membahas mengenai sifat-sifat dinamika
bumi. Sisi ini berkaitan dengan berbagai perubahan yang ada pada bagian bumi,
diakibatkan oleh gaya yang dipicu energi yang bersumber dari perut bumi, misalnya
seperti kegiatan magma yang dapat menghasilkan vulkanisme, gerak litosfir yang
diakibatkan oleh adanya arus konveksi, gempa bumi dan gerak pembentukan cekungan
pengendapan dan juga pegunungan. Itulah definisi dari geologi dinamis.

D.OBJEK KAJIAN ILMU GEOLOGI


Karena Bumi tersusun oleh batuan, pengetahuan mengenai komposisi,
pembentukan, dan sejarahnya merupakan hal utama dalam memahami sejarah bumi.
Dengan kata lain batuan merupakan objek utama yang dipelajari dalam geologi.
Secara keseluruhan bumi ini terdiri dari beberapa lapisan yaitu :

1. Atmosfer, yaitu lapisan udara yang menyelubungi Bumi


2. Hidrosfer, yaitu lapisan air yang berada di permukaan Bumi
3. Biosfer, yaitu Lapisan tempat makhluk hidup
4. Lithosfer, yaitu lapisan batuan penyusun Bumi

Ruang lingkup pembelajaran geologi yaitu lithosfer yang merupakan lapisan batuan
penyusun bumi dari permukaan sampai inti bumi. Geologi juga mempelajari benda-benda
luar angkasa, dan bukan tak mugkin suatu saat nanti kita dapat mengetahui keadaan
geologi bulan misalnya.

Objek kajian geologi dapat lebih di spesifikasi sebagai berikut:


1. Asal-usul dan Sejarah perkembangan bumi
2. Materi penyusun dan Struktur
3. Proses-proses yang terjadi baik itu masa lampau, sedang, dan akan terjadi
4. Mahluk hidup yang pernah hidup pada waktu lampau geologi
Ruang lingkup ilmu geologi meliputi susunan bumi secara umum, yang terdiri dari
lapisan-lapisan penyusun bumi yaitu inti bumi (core), mantel (mantle), kerak bumi
(crust).

4
Gambar 2.1 Permukaan Bumi
1. Inti bumi (core)
Terletak mulai dari kedalaman 2.883 km sampai ke pusat bumi. Densitasnya berkisar
dari 9,5 gr/cc di dekat mantel dan membesar ke arah pusat hingga 14,5 gr/cc.
Berdasarkan besarnya densitas ini, inti bumi diperkirakan memiliki campuran dari
unsur-unsur yang memiliki densitas besar, yaitu nikel (Ni) dan besi (Fe). Oleh karena
itu, inti bumi juga sering disebut sebagai lapisan NiFe.
a. Inti dalam (inner core) mempunyai kedalaman 5.140- 6.371 km. Berfasa padat,
berat, dan sangat panas.
b. Inti luar (outer core) mempunyai kedalaman 2.883-5.140 km. Berfasa cair dan
sangat panas.

2. Mantel (mantle)
Merupakan lapisan yang menyelubungi inti bumi. Merupakan bagian terbesar dari
bumi, 82.3 % dari volume bumi dan 67.8 % dari massa bumi. Ketebalannya 2.883 km.
Densitasnya berkisar dari 5.7 gr/cc di dekat inti dan 3.3 gr/cc di dekat kerak bumi.

3.Kerak bumi (crust)


Merupakan lapisan terluar yang tipis, terdiri batuan yang lebih ringan dibandingkan
dengan batuan mantel di bawahnya. Densitas rata-rata 2.7 gr/cc. Ketebalannya tidak
merata, perbedaan ketebalan ini menimbulkan perbedaan elevasi antara benua dan
samudra. Pada daerah pegunungan ketebalannya lebih dari 50 km dan dan beberapa
samudra kurang dari 5 km. Berdasarkan data kegempaan dan komposisi material
pembentuknya, para ahli membagi menjadi kerak benua dan kerak samudra.
a.Kerak benua, terdiri dari batuan granitik, ketebalan rata-rata 45 km, berkisar antara
30–50 km. Kaya akan unsur Si (Silikon) dan Al (Aluminium), maka disebut juga
sebagai lapisan SiAl.
b.Kerak samudra, terdiri dari batuan basaltik, tebalnya sekitar 7 km. Kaya akan unsur
Si (Silikon) dan Mg (Magnesium), maka disebut juga sebagai lapisan SiMa.
(Anonim, 2016)

5
E.CABANG-CABANG ILMU GEOLOGI
Ilmu geologi terus berkembang dan terbagi lagi menjadi ilmu-ilmu yang menjadi
dasar geologi. Cabang-cabang ilmu geologi tersebut diantaranya:
1.Mineralogi
Ilmu yang mempelajari mineral, komposisi, bagaimana terjadinya, struktur kristal,
sifat-sifat dan ciri-ciri fisik mineral yang terdapat dalam bumi, manfaatnya bagi
manusia serta dampaknya terhadap sifat dan ciri tanah.

2.Petrologi
Ilmu yang mempelajari batuan, asal mula kejadiannya, struktur, tekstur, sifat-sifat
batuan penyusun, manfaatnya, dan klasifikasi atau pengelompokkan berbagai macam
batuan yang terdapat di atas permukaan bumi.

3.Stratigrafi
Ilmu yang mendeskripsikan dan mempelajari lapisan-lapisan bebatuan baik dari
penyebarannya, komposisi, ketebalan, umur, keseragaman, sifat lapisan maupun
proses terjadinya lapisan.

4.Paleontologi
Ilmu yang mempelajari tentang keadaan fosil-fosil dan sisa-sisa dari jejak
kehidupan di masa lalu yang terkandung dalam batuan yang dapat mengungkap
sejarah masa lalu. Tujuan pengetahuan ini yaitu pengenalan fosil

` Berdasarkan jenis dan ukuran fosil, paleontologi dapat dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu :
a. Makropaleontologi
Ilmu yang mempelajari sisa atau jejak kehidupan dengan cara megaskopis, yaitu
dengan mata telanjang tanpa bantuan alat.
b. Mikropaleontologi
Ilmu yang mempelajari sisa-sisa atau jejak kehidupan masa lampau dengan cara
pengamatan mikroskopis, yaitu dengan bantuan alat mikroskop sebagai alat
pembesar. Objeknya berupa fosil-fosil yang berukuran mikro.

5.Vulkanologi
Ilmu yang mempelajari tentang sifat, ciri, pembentukan gunung api, serta
pengaruhnya terhadap kehidupan.

6.Seismologi
Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat gerakan kerak bumi berupa gempa bumi
serta dampaknya terhadap susunan kerak bumi dan bentuk permukaan bumi.

7.Sedimentologi
Ilmu yang mempelajari tentang seluk-beluk batuan endapan (batuan sedimen),
meliputi klasifikasi, jenis dan macamnya, serta pembentukannya.

8.Geologi Struktur
Ilmu yang mempelajari bentuk dan konfigurasi batuan di kerak bumi yang
terdeformasi, dimana lapisan batuan terpatahkan, tergeser, atau terlipat menjadi

6
pegunungan lipatan, serta hubungannya dengan jenis-jenis batuan yang terbentuk di
kerak bumi. Deformasi itu sendiri adalah perubahan bentuk, dimensi, dan posisi dari
suatu materi baik merupakan bagian dari alam ataupun buatan manusia dalam skala
waktu dan ruang.

9.Geologi Pertambangan
Ilmu yang mempelajari tentang kandungan mineral atau bahan-bahan tambang
yang memungkinkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri atau keperluan
lainnya.

10. Geomorfologi
Ilmu yang mempelajari bentuk muka bumi dan proses-proses alam yang
membentuknya, menganalisis dan menginterpretasi sejarah bentang alamnya, serta
pengaruhnya terhadap kondisi setempat.

11. Geologi Minyak


Ilmu yang mempelajari tentang kemungkinan adanya bahan fosil yang dapat
dipergunakan sebagai bahan bakar (sumber energi) seperti halnya minyak dan gas
bumi.

12. Geofisika
Ilmu yang mempelajari tentang pembentukan keadaan permukaan bumi dan
atmosfer seperti perubahan iklim dan beberapa sifat-sifat fisik bumi secara
keseluruhan termasuk gempa, gaya berat, gaya magnet, gradien suhu, dan sebagainya
yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.

13. Geokimia
Ilmu yang mempelajari komposisi (kimia) dalam bumi, keberadaan unsur-unsur
isotop di bumi, penyebaran unsur-unsur tertentu di berbagai tempat, sistem penyusun
bumi yang dilihat dari aspek kimia seperti kelarutan dan karakteristik unsur dalam
tanah.

14. Geologi Sejarah


Ilmu yang mempelajari tentang evolusi kehidupan di permukaan bumi yang
meliputi peradaban manusia di permukaan bumi dan pengaruhnya terhadap
lingkungan.

15. Geologi Ekonomi


Ilmu yang mempelajari adanya penyebaran dan terjadinya mineral-mineral
ekonomis, menghitung cadangan serta nilai ekonomis cebakan mineral.

16. Geologi Teknik


Ilmu yang mempelajari tentang keadaan permukaan bumi yang dikaitkan dengan
kekuatan tanah untuk menopang konstruksi bangunan seperti jembatan, terowongan,
dll.

7
F.PENERAPAN ILMU GEOLOGI

Aplikasi dari ilmu geologi merupakan hal yang penting pada beberapa bidang yang
lainnya. Pemanfaatan ilmu geologi ini semakin berkembang dan semakin di perlukan saat
ini, dan berikut ini contoh bidang yang memerlukan aplikasi dari ilmu geologi:

1. Petroleoum geology (Perminyakan) yaitu digunakan untuk mengetahui jebakan-


jebakan minyak bumi dan gas bumi.
2. Miming geology (Pertambangan) yaitu untuk mengetahui proses pembentukan
endapan mineral yang sifatnya ekonarris, yang sangat diperlukan oleh manusia.
3. Hydrogeology (Hidrogeologi) yaitu untuk mempelajari tentang kejadian
pemanfaatan air tanah.
4. Environment geology (Geologi lingkungan) yaitu geologi sangat dibutuhkan
untuk mengevaluasi interaksi antar manusia dengan lingkungannya.
5. Engineering geology (Geologi tekhnik) yaitu untuk mempelajari hubungan antar
ilmu geologi dengan berbagai problem ketekhnikan.

8
BAB 2
PLANET BUMI SEBAGAI OBJEK
UTAMA GEOLOGI
Kompetensi Dasar
Menganalisis Konsep, Sejarah, dan Hubungan Geologi dengan Disiplin Ilmu
Lainnya

9
A.TEORI – TEORI PROSES PEMBENTUKAN BUMI
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Sebagai
tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan
material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan,
perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang
termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam seperti apa yang kita
perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan
bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya.

Terdapat berbagai ilmuan yang meneliti serta menyimpulkan berbagai peristiwa


asal usul terbentuknya bumi dengan berbagai teori dan hipotesis mereka. Berikut adalah
teori-teori asal usul pembentukan bumi menurut para ilmuan :
1.Teori Kabut Kant-Laplace
Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah banyak berfikir dan melakukan
analisis terhadap gejala-gejala alam. Mulai abad ke 18 para ahli telah memikirkan proses
terjadinya Bumi.yaitu tentang teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel
Kant (1755) dan Piere de Laplace (1796)? Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-
Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian
berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk
kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran
yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat
(karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet
dalam tata surya.

2.Teori Planetesimal
Seabad sesudah teori kabut tersebut, muncul teori Planetesimal yang dikemukakan
oleh Chamberlin dan Moulton pada tahun 1905. Teori ini mengungkapkan bahwa pada
mulanya telah terdapat matahari asal. Pada suatu ketika, matahari asal ini didekati oleh
sebuah bintang besar, yang menyebabkan terjadinya penarikan pada bagian matahari.
Akibat tenaga penarikan matahari asal tadi, terjadilah ledakan-ledakan yang hebat. Gas
yang meledak ini keluar dari atmosfer matahari, kemudian mengembun dan membeku
sebagai benda-benda yang padat, dan disebut planetesimal. Planetesimal ini dalam
perkembangannya menjadi planet-planet, dan salah satunya adalah planet Bumi kita.

3.Teori Pasang Surut Gas / Tidal

Gambar 2.1 Teori Pasang Suru

10
Dua orang ilmuwan Inggris, James Jeans dan Harold Jeffreys, pada tahun 1918
mengemukakan teori tidal. Mereka mengatakan pada saat bintang melintas di dekat
matahari, sebagian massa matahari tertarik ke luar sehingga membentuk semacam cerutu.
Bagian yang membentuk cerutu ini akan mengalami pendinginan dan membentuk planet
– planet, yaitu merkurius, venus, bumi, mars, yupiter, saturnus, uranus, plato.

4.Teori Awan Debu ( Proto Planet )


Teori ini dikemukakan oleh Carl von Weizsaecker kemudian disempurnakan oleh
Gerard P.Kuiper pada tahun 1950.Teori proto planet menyatakan bahwa tata surya
terbentuk oleh gumpalan awan gas dan yang jumlahnya sangat banyak.Suatu gumpalan
mengalami pemampatan dan menarik partikel-partikel debu membentuk gumpalan
bola.Pada saat itulah terjadi pilinan yang membuat gumpalan bola menjadi pipih
menyerupai cakram (tebal bagian tengah dan pipih di bagian tepi).Karena bagian tengah
berpilin lambat mengakibatkan terjadi tekanan yang menimbulkan panas dan
cahaya(Matahari).Bagian tepi cakram berpilin lebih cepat sehingga terpecah menjadi
gumpalan yang lebih kecil.Gumpalan itu kemudian membeku menjadi planet dan satelit.

5.Teori Bintang Kembar


Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton tahun 1956.
Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang
meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak
mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang
tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak. Bintang yang tidak meledak itu adalah
matahari, sedangkan pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang
mengelilinginya

Gambar 2.3 Teori Awan Debu dan Teori Bintang Kmebar

6. Teori Bing-Bang (Dentuman Besar)

Teori ini dimunculkan pada tahun 1927 oleh George Lemaire (Belgium) yang
disempurnakan Edwin Hubble (Amerika Serikat).Teori ini menyatakan bhw alam
semestaini berasal dari ledakan besar (bing-bang) sekitar 13.7 milyar tahun lalu. Semua
materi danenergi yg kini ada di alam terkumpul dlm satu titik yg tidak berdimensi dan
berkerapatan tak terhingga. Dalam teori ini diterangkan bhw alam semesta bermula dari
ledakan mahadasyat.Seiring dg berjalannya waktu, ruang angkasa mengembang, dan
ruang yg memisahkanantara benda- benda langit jg mengembang.

11
Beberapa pendapat ahli astronomi pndukung teori ini adalah:
 Vesto Sliper(1932): meneliti bhw garis-garis spektrum galaksi-galaksi semakin
menjauh dan bergeser ke arah merah.Artinya: galaksi-galaksi di sekitar kita semua
bergerak saling menjauhi.
 Alan Guth (1980): berhasil menghitung adanya hubungan antara pergeseran
spektrumgalaksi berwarna merah dg kecepatan menjauhnya.

Gambar 2.4 Teori Bing Bang

B.PERKIRAAN UMUR BUMI


1.Pemikiran Modern Tentang Umur Bumi
a. James Hutton (1726 – 1797), ahli geologi dari skotlandia menerbitkan sebuah
prinsip dasar “ Perbedaan lapisan batuan sebagaimana tampak pada jurang-jurang
dan tebing adalah rekaman masa lalu yg dapat dilihat “menggunakan prinsip
Keseragaman”

b. Sir Charles Lyell (1797-1875), Ahli Geologi Inggris yg membenarkan prinsip


keseragaman dlm buku “Principle of Geology, (1830)” menyatakan; Penampakan-
penampakan geologi yg paling dramatis dpt diterangkan oleh perubahan yg
bertahap dalam periode yg sangat lama, misalnya aksi gelombang dan cuaca,
letusan gunung api yg berkala dsb.

c. Charles Darwin (1809-1882) pakar biologi. Mengungkapkan “Setelah periode yg


panjang, perubahan-perubahan disetiap generasi makhluk hidup telah
memungkinkan evolusi hewan-hewan yg ada saat ini”, setelah ini banyak muncul
tokoh-tokoh pro darwin dan Pro lyell.

d. Lord Kelvin mengatakan; bumi membutuhkan waktu 20 s/d 40 juta tahun untuk
mendingin dari bentuk bola batuan yg meleleh, asumsi permulaan bumi, perkiraan
umur bumi tidak mencukupi untuk berlangsungnya evolusi secara biologi, atau
pengendapan pasir dan lumpur secara berangsur-angsur utk membentuk batuan yg
tebal dan yg membangun dataran-dataran pegunungan.

e. Penemuan radioaktif pada abad ke 20 membuktikan bahwa perhitungan Kelvin


salah besar. “proses radioaktif di bumi terbukti membangkitkan panas yg sangat
besar, sehingga mencegah planet dari pendinginan secara cepat”.“Radiometri
dapat menunjukkan dengan kuat bahwa umur bumi ratusan juta tahun yg dapat
memungkinkan terjadinya pengendapan sedimen yg berasal dari pasir lereng
pegunungan dan lumpur yang ditemui pada permukaan”, sehingga bumi
diperkirakan berumur 4,6 milyar tahun. “ Suhu bumi dimasa lampau sangat
berbeda dengan masa sekarang”.
12
f. Pandangan bahwa bumi meleleh di awal terciptanya; “matahari dan plenet-
planet tercipta dari debu panas yg bergumpal”

g. Padangan bahwa bumi statis. Pandangan pakar kebumian sampai tahun 1960an
menganggab bahwa bumi statis.

h. Pandangan Bumi Dinamis; “Kita hidup diatas mozaik benua yg bergeser secara
konstan dan dikelilingi oleh lautan yg bersifat sementara. Didukung oleh
pemikiran medan Magnet bumi yg memberikan gambaran struktur planet bumi yg
tersembunyi, ditambah dg eksplorasi lantai samudera yg menemukan bahwa bumi
tidak pernah diam.

i. Penentuan umur batuan dilakukan dengan periode dan waktu geologi yang
bersifat relatif, karena sulit mengetahui umur absolut secara pasti. Penentuan
umur menggunakan atom-atom Isotop. (C14)

2.Teori Tentang Umur Bumi


Ada beberapa teori yang digunakan untuk menentukan umur bumi :
a. Teori Sedimen
Menghitung umur bumi dengan mengukur tebalnya lapisan sedimen yang
membentuk batuan. Cara perhitungan dengan mengukur endapan batuan pada
muara sungai dalam setahun. Laju endapan pertahun dan tebalnya endapat
eksisting dapat memperkirakan umur bumi kira-kira 500 juta tahun.

b. Teori Kaddar Garam


Pada awal pembentukannya samudera dalam kondisi tawar. Penguapan terus-
menerus dan penambahan mineral dan garam yang masuk dalam laut/samudera
akan menaikkan kadar garam. Dengan mengukur kadar garam dan laju kenaikan
kadar garam setahun maka dapat diketahui umur samudera/bumi, yaitu lebih dari
1000 juta tahun.

c. Teori termal
Bumi pada awal pembentukannya panas sekali, makin lama makin berkurang dan
dicapai suhu seperti sekarang ini. Menurut Elfin, ahli fisika Inggris, proses
pendinginan telah berlangsung 20 juta tahun.

d. Teori Peluruhan Radioaktif


Radioaktif yang berada di bumi akan mengalami peluruhan mengikuti fungsi
eksponensial menurun. Dengan rumus ini dapat diketahui umur bumi antara 5000
juta hingga 7000 juta tahun.

Dari teori-teori diatas, berbeda unsur yang diteliti, berbeda pula umur yang
didapatkan. Saat ini, umur bumi yang dipercaya adalah sekitar 4.54 yang ditentukan
melalui penanggalan radiometric meteorit dan sesuai dengan usia bebatuan tertua yang
pernah ditemukan dan sampel dari bulan.

C.STRUKTUR DALAM BUMI


1.Komposisi Penyusun Bumi

13
Keadaan dalam bumi selama ini hanya dikemukakan berdasarkan hipotesis-
hipotesis. Penyelidikan tentang isi bumi sebenarnya hanya meliputi daerah dengan
kedalaman tidak lebih dari dalamnya terowongan tempat pengeboran atau kedalaman
sungai bawah tanah.

Gambar 2.5 Lapisan Dalam Kulit Bumi

Massa bumi kira-kira adalah 5,98×1024 kg. Kandungan utamanya adalah besi
(32,1%), oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), sulfur (2,9%), nikel
(1,8%), kalsium (1,5%), and aluminium (1,4%); dan 1,2% selebihnya terdiri dari
berbagai unsur-unsur langka. Karena proses pemisahan massa, bagian inti bumi
dipercaya memiliki kandungan utama besi (88,8%) dan sedikit nikel (5,8%), sulfur
(4,5%) dan selebihnya kurang dari 1% unsur langka.[10]

Ahli geokimia F. W. Clarke memperhitungkan bahwa sekitar 47% kerak bumi


terdiri dari oksigen. Batuan-batuan paling umum yang terdapat di kerak bumi hampir
semuanya adalah oksida (oxides); klorin, sulfur dan florin adalah kekecualian dan
jumlahnya di dalam batuan biasanya kurang dari 1%. Oksida-oksida utama adalah
silika, alumina, oksida besi, kapur, magnesia, potas dan soda. Fungsi utama silika
adalah sebagai asam, yang membentuk silikat. Ini adalah sifat dasar dari berbagai
mineral batuan beku yang paling umum. Berdasarkan perhitungan dari 1,672 analisa
berbagai jenis batuan, Clarke menyimpulkan bahwa 99,22% batuan terdiri dari 11
oksida . Konstituen lainnya hanya terjadi dalam jumlah yang kecil.

Gambar 2.6 Tabek Kerak Oksida F.W Clarke

14
Salah seorang ahli yang yang pertama kali mengemukakan pendapatnya tentang
materi dan bentuk dalam bumi adalah Plato. Menurutnya, bumi terdiri dari masa cair
yang pijar dan dikelilingi oleh lapisan batuan yang keras yang disebut kerak bumi.
Masa cair yang pijar itu berasal dari dalam bumi dan kadang-kadang ke luar mencapai
permukaan bumi dalam bentuk lava melalui pipa-pipa gunung api.

Namun, penyelidikan tentang gempa bumi (seismologi) memberikan pandangan


yang lain tentang keadaan dalam bumi. Berdasarkan penyelidikan seismologi diketahui
bahwa perambatan geolombang gempa dipengaruhi oleh zat-zat penyusun bumi.
Penyelidikan seismologi juga membuktikan bahwa bumi terdiri dari lapisan-lapisan
yang dibatasi oleh lapisan yang tidak bersambung (diskontinu).

2.Lapisan Dalam Bumi


Berbagai kajian dan penelitian geofisika telah membuktikan bahwa bumi
terbentuk dari 7 lapisan tertentu dari dalam ke luar dengan susunan sebagai berikut:

Gambar 2.7 Ketebalan Lapisan Dalam Bumi

Secara umum struktur bumi dibagi menjadi 3 lapisan utama, yaitu kerak bumi
(crush), selimut (mantle), dan inti (core). Struktur bumi seperti itu mirip dengan telur,
yaitu cangkangnya sebagai kerak, putihnya sebagai selimut, dan kuningnya sebagai inti
bumi.
a.Kerak Bumi (Crush)

Gambar 2.8 Komposisi Kimia Lapisan Kerak Bumi

Kerak bumi merupakan lapisan kulit bumi paling luar (permukaan bumi). Kerak
bumi terdiri dari dua jenis, yaitu kerak benua dan kerak samudra. Lapisan kerak bumi

15
tebalnya mencapai 70 km dan tersusun atas batuan-batuan basa dan masam. Namun,
tebal lapisan ini berbeda antara di darat dan di dasar laut. Di darat tebal lapisan kerak
bumi mencapai 20-70 km, sedangkan di dasar laut mencapai sekitar 10-12 km.
Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh makhluk hidup. Suhu di bagian
bawah kerak bumi mencapai 1.100°C.

Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan 5-80
km. kerak dengan mantel dibatasi oleh Mohorovivic Discontinuity. Kerak bumi
dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat lainnya. Kerak bumi dibedakan
menjadi dua jenis yaitu :
 Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg yang disebut
sima. Ketebalan kerak samudra berkisar antara 5-15 km (Condie, 1982)dengan
berat jenis rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya disebut lapisan basaltis
karena batuan penyusunnya terutama berkomposisi basalt.
 Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya
di sebut sial. Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km (Condie !982)
rata-rata 35 km dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc. kerak benua
biasanya disebut sebagai lapisan granitis karena batuan penyusunya terutama
terdiri dari batuan yang berkomposisi granit.

Disamping perbedaan ketebalan dan berat jenis, umur kerak benua biasanya
lebih tua dari kerak samudra. Batuan kerak benua yang diketahui sekitar 200 juta
tahun atau Jura. Umur ini sangat muda bila dibandingkan dengan kerak benua yang
tertua yaitu sekitar 3800 juta tahun. Tabel Skala waktu geologi dapat dilihat di Skala
Waktu Geologi.

b.Selimut Bumi (Mantle)


Selimut atau selubung bumi merupakan lapisan yang letaknya di bawah lapisan
kerak bumi. Sesuai dengan namanya, lapisan ini berfungsi untuk melindungi bagian
dalam bumi.Selimut bumi tebalnya mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan
yang padat yang mengandung silikat dan magnesium. Suhu di bagian bawah selimut
mencapai 3.000 °C, tetapi tekananannya belum mempengaruhi kepadatan batuan.

Inti bumi dibungkus oleh mantel yang berkomposisi kaya magnesium. Inti dan
mantel dibatasi oleh Gutenberg Discontinuity. Mantel bumi terbagi menjadi dua yaitu
mantel atas yang bersifat plastis sampai semiplastis memiliki kedalaman sampai 400
km. Mantel bawah bersifat padat dan memiliki kedalaman sampai 2900 km.

Mantel atas bagian atas yang mengalasi kerak bersifat padat dan bersama dengan
kerak membentuk satu kesatuan yang dinamakan litosfer. Mantel atas bagian bawah
yang bersifat plastis atau semiplastis disebut sebagi asthenosfer.

Selimut bumi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu litosfer, astenosfer, dan mesosfer.
1)Litosfer merupakan lapisan terluar dari selimut bumi dan tersusun atas materi-
materi padat terutama batuan. Lapisan litosfer tebalnya mencapai 50-100 km.
Bersama-sama dengan kerak bumi, kedua lapisan ini disebut lempeng litosfer.
Litosfer tersusun atas dua lapisan utama, yaitu lapisan sial (silisium dan
aluminium) serta lapisan sima (silisium dan magnesium).
a)Lapisan sial adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silisium dan
alumunium. Senyawa dari kedua logam tersebut adalah SiO2 dan Al2O3. Batuan

16
yang terdapat dalam lapisan sial antara lain batuan sedimen, granit, andesit, dan
metamorf.
b)Lapisan sima adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silisium dan
magnesium. Senyawa dari kedua logam tersrsebut adalah SiO2 dan MgO. Berat
jenis lapisan sima lebih besar jika dibandingkan dengan berat jenis lapisan sial.
Hal itu karena lapisan sima mengandung besi dan magnesium.
2)Astenosfer merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan litosfer. Lapisan yang
tebalnya 100-400 km ini diduga sebagai tempat formasi magma (magma induk).
3)Mesosfer merpakan lapisan yang terletak di bawah lapisan astenosfer. Lapisan ini
tebalnya 2.400-2.700 km dan tersusun dari campuran batuan basa dan besi.

c. Inti Bumi (Core)


Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman 2900-6371 km. Terbagi menjadi
dua macam yaitu inti luar dan inti dalam. Inti luar berupa zat cair yang memiliki
kedalaman 2900-5100 km dan inti dalam berupa zat padat yang berkedalaman 5100-
6371 km. Inti luar dan inti dalam dipisahkan oleh Lehman Discontinuity.

Dari data Geofisika material inti bumi memiliki berat jenis yang sama dengan
berat jenis meteorit logam yang terdiri dari besi dan nikel. Atas dasar ini para ahli
percaya bahwa inti bumi tersusun oleh senyawa besi dan nikel.

Inti bumi merupakan lapisan paling dalam dari struktur bumi. Lapisan inti
dibedakan menjadi 2, yaitu lapisan inti luar (outer core) dan inti dalam (inner core).
 Inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya
mencapai 2.200 °C.
 Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar
2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi (NiFe) yang suhunya
mencapai 4500 derajat celcius.

17
18
BAB 3
FOSIL DAN SKALA WAKTU GEOLOI

Kompetensi Dasar
Menganalisis Konsep, Sejarah, dan Hubungan Geologi dengan Disiplin Ilmu
Lainnya

19
A. PENGANTAR PALEONTOLOGI
1. Pengertian Paleontologi
Paleontologi berasal dari bahasa yunani, yaitu paleo yang berarti tua atau yang
berkaitan dengan masa lalu ontos berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu atau
pembelajaran, atau di pihak lain menyebutkan bahwa paleontology adalah juga
paleobiologi ( paleon = tua, bios = hidup, logos = ilmu ). Jadi paleontologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang sejarah kehidupan di bumi termasuk hewan dan tumbuhan
zaman lampau yang telah menjadi fosil.

2. Sejarah dan Tokoh Paleontologi


Tokoh dan teori pencetus Paleontologi.
 Shrock &Twen hofel (1952) Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
kehidupan masa lampau dalam skala umur geologi.Studi Paleontologi dibatasi
oleh skala waktu geologi yaitu umur termuda adalah Kala Holosen (0,01 jt. th.
yang lalu).
 Strabo (58 SM-25 M) Melihat kenampakan seperti beras pada batu gamping yang
digunakan untuk membangun piramid. Fosil tersebut kemudian dikenal sebagai
Numm ulites.
 Abbe Giraud de Saulave (1777) Law of Faunal Succession (Hukum Urut-urutan
fauna).Jenis-jenis fosil itu berada sesuai dengan umurnya. Fosil pada formasi
terbawah tidak serupa dengan formasi yang di atasnya
 Chevalier de Lamarck (1774 - 1829) Pencetus Hipotesa Evolusi .Organisme
melakukan perubahan diri untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
 Baron Cuvier (1769 - 1832) Penyusun sistematika Paleontologi (Taksonomi)
 William Smith (1769 - 1834) Law of Strata Identified by Fossils (Hukum
Mengenali Lapisan Dengan Fosil Kemenerusan suatu lapisan batuan dapat
dikenali dari kandungan fosilnya.
 Charles Robert Darwin (1809 - 1882) Perubahan makhluk hidup disebabkan oleh
adanya faktor seleksi alam
 Pada abad ke 18 dan 19, seorang ahli geologi berkebangsaan Inggris William
Smith dan ahli paleontologi Georges Cuvier dan Alexandre Brongniart dari
Perancis.
Menemukan batuan-batuan yang berumur sama serta mengandung fosil yang
sama pula, walaupun batuan-batuan tersebut letaknya terpisah cukup jauh

3. Penerapan dan Kegunaan Paleontologi


 Menentukan Umur Relatif Batuan, Kemunculan fosil dari zaman ke zaman selalu
berbeda, sehingga fosil dapat digunakan untuk menentukan umur relatif suatu
batuan sedimen. Fosil Indeks: fosil yang kemunculannya sangat spesifik mewakili
suatu zaman, contoh: Ammonit pada Trias. Syarat-syarat fosil indeks: Memiliki
penyebaran lateral yang luas, kisaran umurnya pendek dan mudah dikenali.
 Melakukan Korelasi-Korelasi, menghubungkan dua atau lebih satuan batuan
berdasarkan kesamaan umur. Biostratigrafi adalah menyusun suatu satuan batuan
berdasarkan kesamaan kandungan fosilnya. Dalam perkembangannya satuan
biostratigrafi sering identik dengan umur dari batuan itu sendiri.
 Menentukan Lingkungan Pengendapan, Organisme dalam hidupnya dibatasi oleh
suatu lingkungan, dimana organisme tersebut dapat beradaptasi. Dengan demikian
fosil dapat dipergunakan untuk menentukan lingkungan pengendapan. Syarat:
fosil terendapkan pada lingkungan dimana dia hidup (bioconoese), lingkungan

20
hidupnya sempit dan mudah dikenali. Lingkungan Pengendapan : Darat, meliputi
gurun, sungai, danau, dan sebagainya. Sedangkan laut, meliputi: pantai, rawa, laut
dangkal (neritik) dsb.
 Mengetahui Paleoklimatologi, Selain lingkungan hidup, organisme juga
dipengaruhi oleh iklim sebagai salah satu unsur lingkungan. Contoh: Koral
biasanya hidup pada iklim tropis - sub tropis.

4.Ruang Lingkup Paleontologi


Secara umum paleontologi dapat digolongkan menjadi dua yaitu Paleobotani
(tumbuhan) dan Paleozoologi (hewan)
a.Paleobotani (tumbuhan)
Paleobotani adalah ilmu paleontologi yang mempelajari fosil-fosil yang banyak
berhubungan dengan tumbuhan. Kajian Paleobotani meliputi aspek-aspek fosil
tumbuhan, rekonstruksi taksa, dan sejarah evolusi tumbuhan itu sendiri.
Adapun tujuan dalam mempelajari Paleobotani adalah:
 Untuk rekonstruksi sejarah dunia tumbuhan. Hal ini dapat dilakukan karena fosil
tumbuhan dari suatu kolom geologis tertentu berbeda dengan yang terdapat pada
kolom geologis lainnya. Dengan demikian dapat diketahui jenis tumbuhan yang
ada dari waktu ke waktu, atau dengan kata lain dapat diketahui sejarahnya,
khususnya mengenai kapan kelompok tumbuhan tersebut mulai muncul di muka
bumi, kapan perkembangan maksimalnya, dan kapan kelompok tumbuhan
tersebut punah.
 Untuk keperluan analisa pola dan suksesi vegetasi dari waktu ke waktu.
 Untuk analisa endapan dari masa karbon ( khususnya yang mengandung sisa
tumbuhan ), yang berpotensi dalam presiksi sifat- sifat batubara. Dengan demikian
dapat diketahui macam batubara serta dari tumbuhan apa batubara tersebut
berasal.
 Untuk dapat melakukan dedukasi mengenai aspek-aspek perubahan iklim. Dengan
cara ini maka dimungkinkan untuk merekonstruksi lingkungan masa lampau
beserta perubahan-perubahan yang terjadi, dan juga untuk mempelajari hubungan
antara tumbuhan dengan hewan yang menghuni lingkungan tersebut. Salah satu
perubahan iklim yang seringkali dapat diungkap dengan pendekatan ini adalah
perubahan ternperatur rata-rata.

b. Paleozoology (hewan vertebrata dan invertebrata)


Paleozoologi merupakan ilmu paleontologi yang ditujukan untuk mempelajari
fosil-fosil yang berhubungan dengan hewan. Kajian ilmu ini mulai dari hewan
vertebrata hingga invertebrata.
Tujuan dari mempelajari ilmu paleozoology ini, antara lain :
 Rekonstruksi sejarah kehidupan pada masa lampau baik di bidang hewan dan
perkembangan manusia. Proses rekonstruksi kehidupan dilakukan melalui
rekonstruksi fosil karena fosil ditemukan dalam lapisan/strata geologis yang
berlainan sehingga dapat diketahui perkiraan waktu munculnya dan kehidupan
makhluk yang telah memfosil tersebut.
 Analisa pola dan suksesi suatu vegetasi dari waktu ke waktu. Kehidupan pada
masa purba di mana kondisi bumi masih belum stabil sangat memungkinkan
terjadinya perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim sehingga mempengaruhi
kehidupan spesies dan vegetasi tanaman

21
 Analisa mengenai aspek – aspek perubahan iklim yang terjadi. Cara ini
bermanfaat untuk merekonstruksi dampak perubahan iklim pada lingkungan,
mempelajari bagaimana hubungan antara hewan dan tumbuhan yang hidup pada
lingkungan tersebut
 Analisa kehidupan biokultural manusia sejak manusia muncul di bumi, proses
evolusinya melalui masa dan wilayah distribusinya seluas dan selama mungkin
 Analisa proses adaptif yang dilakukan makhluk hidup terhadap perubahan kondisi
lingkungan, makhluk yang mampu beradapatasi akan terus bertahan walaupun
peiode waktu geologis terus berjalan sedangkan yang tidak mampu beradaptasi
akan punah. Proses adaptasi membuka zona adaptif yang baru yaitu suatu
kumpulan kondisi hidup dan sumber daya baru yang memberikan banyak
kesempatan yang sebelumnya tidak dimanfaatkan.

Tidak hanya hewan dan tumbuhan, sekarang ini ilmu paleontologi telah
berkembang sebagai ilmu yang juga meneliti tentang protista di masa lalu. "Protista" ini
mengacu pada eukariota yang bukan tanaman, hewan, atau jamur. Kebanyakan protista
uniseluler, sementara yang lain multiseluler atau bahkan multinukleat (inti banyak dalam
satu sel). Protista ini dapat memiliki berbagai kelompok ukuran, bentuk, siklus hidup,
habitat, serta makanan dan teknik reproduksi.

Bakteri juga dapat dipelajari dengan ilmu paleontologi. Bakteri merupakan


organisme uniseluler yang memiliki dinding sel, organel, dan DNA, seperti halnya
eukariota. Namun, tidak seperti eukariota, DNA organel mereka dan tidak terkandung
dalam selaput terpisah di dalam sel. Cyanobacteria, atau "bakteri biru-hijau," telah
ditemukan di batuan dari Archean, 3,5 miliar tahun lalu. Cyanobacteria (bersama dengan
bakteri lainnya) juga membentuk tikar dan gundukan dikenal sebagai stromatolites, yang
ada di bumi dari lapisan prakambrium sampai hari ini. Fosil terkecil yang pernah
ditemukan milik magnetobacteria, yang membentuk nanometer ukuran kristal-dari
mineral magnetit di dalam sel mereka.

Jenis-jenis jamur yang kita makan atau yang ada juga mulai dipelajari dalam ilmu
ini. Jamur ini kebanyakan tidak membuat makanan mereka sendiri, seperti yang tanaman
lain lakukan. Beberapa cara seperti parasitisme dan beberapa bentuk simbiosis yang lain
untuk dapat berhubungan dengan ganggang atau tanaman disekitarnya untuk
mendapatkan nutrisi. Mereka dapat ditemukan di tanah atau pada organisme lain sebagi
parasit, dapat juga dalam lingkungan perairan. Selain itu mereka juga merupakan
dekomposer pokok organik material di Bumi. Untuk ukuran beberapa jamur dapat
tumbuh sangat besar (misalnya, jamur dan puffballs), yang lain bersel tunggal (ragi),
tetapi kebanyakan multiselular. Meskipun jamur sering dianggap terlalu rapuh untuk fosil
atau terlalu sulit untuk diidentifikasi sebagai fosil, catatan fosil mereka akan membawa
kita kembali ke masa Prakambrium, dan mereka sering ditemukan di Devon Bawah
Rhynie Rijang Skotlandia.

Pada dasarnya ruang lingkup paleontology berkisar tentang segala sesuatu yang
telah hidup di masa lalu atau bisa dikatakan organisme purba (baik hewan, tumbuhan,
protista, jamur maupun bakteri) yang hingga kini sudah punah dan hanya tertinggal fosil-
fosil, jejak peradaban, lingkungannya dan peninggalan-peninggalan lainnya. Sehingga
kita hanya meneliti dari jejak-jejak yang tertinggal.

22
5.Kaitan Paleontologi dengan Ilmu Lainnya
a. Biostratigrafi
Biostratigrafi merupakan ilmu penentuan umur batuan dengan menggunakan fosil
yang terkandung didalamnya. Biasanya bertujuan untuk korelasi, yaitu menunjukkan
bahwa horizon tertentu dalam suatu bagian geologi mewakili periode waktu yang
sama dengan horizon lain pada beberapa bagian lain. Fosil berguna karena sedimen
yang berumur sama dapat terlihat sama sekali berbeda dikarenakan variasi lokal
lingkungan sedimentasi. Sebagai contoh, suatu bagian dapat tersusun atas lempung
dan napal sementara yang lainnya lebih bersifat batu gamping kapuran, tetapi apabila
kandungan spesies fosilnya serupa, kedua sedimen tersebut kemungkinan telah
diendapkan pada waktu yang sama.
Amonit, graptolit dan trilobit merupakan fosil indeks yang banyak digunakan
dalam biostratigrafi. Mikrofosil seperti acritarchs, chitinozoa, conodonts, kista
dinoflagelata, serbuk sari, sapura dan foraminifera juga sering digunakan. Fosil
berbeda dapat berfungsi dengan baik pada sedimen yang berumur berbeda; misalnya
trilobit, terutama berguna untuk sedimen yang berumur Kambrium. Untuk dapat
berfungsi dengan baik, fosil yang digunakan harus tersebar luas secara geografis,
sehingga dapat berada pada bebagai tempat berbeda. Mereka juga harus berumur
pendek sebagai spesies, sehingga periode waktu dimana mereka dapat tergabung
dalam sedimen relatif sempit, Semakin lama waktu hidup spesies, semakin tidak
akurat korelasinya, sehingga fosil yang berevolusi dengan cepat, seperti amonit, lebih
dipilih daripada bentuk yang berevolusi jauh lebih lambat, seperti nautoloid.

b.Kronostratigrafi
Kronostratigrafi merupakan cabang dari stratigrafi yang mempelajari umur strata
batuan dalam hubungannya dengan waktu. Tujuan utama dari kronostratigrafi adalah
untuk menyusun urutan pengendapan dan waktu pengendapan dari seluruh batuan
didalam suatu wilayah geologi, dan pada akhirnya, seluruh rekaman geologi Bumi.
Tata nama stratigrafi standar adalah sebuah sistem kronostratigrafi yang berdasarkan
interval waktu paleontologi yang didefinisikan oleh kumpulan fosil yang dikenali
(biostratigrafi). Tujuan kronostratigrafi adalah untuk memberikan suatu penentuan
umur yang berarti untuk interval kumpulan fosil ini.

c.Paleobotani
Paleobotani atau palaeobotani (dari bahasa Yunani paleon berarti tua dan botany
yang berarti ilmu tentang tumbuhan), adalah cabang dari paleontologi yang khusus
mempelajari tentang tumbuhan pada masa lampau.

d.Paleozoologi
Paleozoologi atau palaeozoology (bahasa Yunani: παλαιον, paleon = tua dan
ζωον, zoon = hewan) adalah adalah cabang dari paleontologi atau paleobiologi, yang
bertujuan untuk menemukan dan mengindentifikasi fosil hewan bersel banyak dari
sistem geologi atau arkeologi, untuk menggunakan fosil tersebut dalam rekonstruksi
lingkungan dan ekologi prasejarah.

e.Palinologi
Palinologi merupakan ilmu yang mempelajari polinomorf yang ada saat ini dan
fosilnya, diantaranya serbuk sari, sepura, dinoflagelata, kista, acritarchs, chitinozoa,
dan scolecodont, bersama dengan partikel material organik dan kerogen yang terdapat
pada sedimen dan batuan sedimen. Istilah palinologi diperkenalkan oleh Hyde dan

23
Williams pada tahun 1944, berdasarkan surat-menyurat dengan ahli geologi Swedia
yang bernama Antevs, dalam Pollen Analysis Circular (salah satu jurnal yang
mengkhususkan pada analisa pollen, yang diproduksi oleh Paul Sears di Amerika
Utara). Hyde dan Williams memilih palinologi berdasarkan kata dalam Bahasa
Yunani paluno yang berarti 'memercikan' dan pale yang berarti 'debu' (sehingga mirip
dengan kata dalam Bahasa Latin pollen).

f.Zoologi
Zoologi dengan berbagai cabang keilmuannya seperti mammalogi dan primatologi
membantu dalam menganalisis fosil hewan yang ditemukan,sangat berkaitan dengan
paleozoologi.

g.Morfologi
Morfologi dibutuhkan sejak proses preparasi / perbaikan fosil yang ditemukan dan
rekonstruksi fosil sampai ke tingkat individu.

h.Fisiologi dan Biokimia


Fisiologi dan Biokimia, ilmu ini penting untuk analisa nutrisi yang dimanfaatkan
oleh manusia dan makhluk hidup zaman purba ( paleonutrisi ), proses dan siklus
reproduksi,jarak imunologis serta identifikasi biokimiawi.

i.Arkeologi
Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari kebudayaan ( manusia ) pada masa
lampau melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditemukan. Peninggalan
arkeologis ini sering disebut artefak yaitu alat yang dipakai manusia untuk
mengeksploitasi lingkungan. Ilmu ini sangat berkaitan dengan paleontologi karena
bermanfaat untuk mempelajari kebudayaan dan mengenali alat yang dipakai oleh
manusia purba.

j.Geologi
Geologi, ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang lapisan pembentuk bumi,
proses pembentukannya yang menjadi acuan penentuan umur relatif suatu fosil atau
artefak peninggalan manusia purba. Penentuan umur relatif berdasar skala waktu
geologis dengan urutan sejarah yang konsisten dan terdiri dari empat zaman yaitu
Prakambrium, Paleozoikum, Mesozoikum dan Senozoikum.

j.Radiologi
Radiologi, ilmu ini berguna dalam metode penentuan umur radiometrik yang
dipakai untuk menentukan umur batuan dan fosil dalam skala waktu absolut /
sebenarnya. Metode ini berdasarkan kandungan isotop suatu unsur dalam fosil yang
terkumpul saat organisme masih hidup.

6. Pengelompokan Paleontologi
Paleontology adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari kehidupan masa
lampau yang didasarkan atas fosil tanaman atau hewan yang terbagi atas:
a. Makropalenteologi yaitu mempelajari fosil-fosil dengan ukuran relatif besar
sehingga mempelajarinya tidak menggunakan alat bantu seperti loupe dan
mikroskop.

24
b. Mikropalenteologi yaitu mempelajari fosil-fosil yang berukuran relatif kecil
sehingga dalam pengamatan menggunakan alat bantu seperti mikroskop binokuler
, mikroskop elektron.

B.FOSIL
1. Pengertian Fosil
Fosil, dari bahasa Latin fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah”.
Fosil adalah semua sisa, jejak, ataupun cetakan dari manusia, binatang, dan tumbuh-
tumbuhan yang telah terawetkan dalam suatu endapan batuan dari masa geologis atau
prasejarah yang telah berlalu. Fosil mahluk hidup terbentuk ketika mahluk hidup pada
zaman dahulu (lebih dari 11.000 tahun) terjebak dalam lumpur atau pasir dan
kemudian jasadnya tertutup oleh endapan lumpur. Endapan lumpur tersebut akan
mengeras menjadi batu di sekeliling mahluk hidup yang terkubur tersebut. Dari fosil
yang ditemukan, yang paling banyak jumlahnya adalah yang sangat lembut ukurannya
seperti serbuk sari, misalnnya foraminifera, ostracoda dan radiolarian. Sedangkan,
hewan yang besar biasanya hancur bercerai-cerai dan bagian tertentu yang ditemukan
sebagai fosil. Fosil adalah sisa-sisa organisme yang pernah hidup di waktu silam, yang
diawetkan oleh alam. Karena terawetkan sejak 3,5 miliar tahun yang lalu fosil menjadi
petunjuk penting mengenai sejarah bumi. Bagian ilmu geologi yang menguraikan
penyelidikan dan interpretasi fosil adalah paleontologi. Untuk memahami lebih detail
lagi tentang pengertian Fosil, maka kita perlu mengetahui syarat-syarat terbentuknya
fosil yaitu :

1. Mempunyai bagian yang keras


2. Segera terhindar dari proses kimia (oksidasi dan reduksi)
3. Tidak dimangsa binatang lain
4. Terdapat pada batuan yang berbutir halus
5. Terawetkan pada batuan sedimen
6. Berumur lebih dari 11.000 tahun yang lalu

2. Jenis-jenis Fosil
Berdasarkan cara pengawetannya, fosil dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
fosil yaitu :
a.Fosil tidak berubah
Yaitu semua bagian fosil terawetkan dan tidak berubah baik bagian-bagian
yang lunak maupun bagian-bagian yang keras dari fosil trsebut.
Contoh: fosil serangga yang trawetkan di dalam getah damar, dan fosil mammoth
yang terawetkan di dalam es di Siberia.

Gambar 3.1 Fosil Serangga Dalam Getah Damar

25
b.Fosil yang mengalami perubahan
Dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
 Permineralisasi Yaitu fosil yang terawetkan karena masuknya mineral sekunder
yang mengisi pori-pori atau ruang antar sel pada bagian fosil yang keras.
Contoh: Sebagian tulang-tulang vertebrata dan cangkang-cangkang invertebrata
terawetkan dalam bentuk permineralisasi.

Gambar 3.2 contoh fosil jenis permineralisa

 Replacement (Penggantian) Yaitu folsil yang terawetkan karena mineral sekunder


yang mengganti semua material fosil asli, sehingga bentuknya hampir sempurna
seperti jiplakan asli.

 Rekristalisasi Yaitu fosil yang terawetkan karena adanya perubahan di sebagian


atau seluruh material fosil akibat P (tekanan) dan T (suhu) yang sangat tinggi,
sehingga molekul-molekul dari tubuh fosil (non-kristalin) akan mengikat agregat
tubuh fosil itu sendiri menjadi kristalin

c.Fosil yang berupa fragmen


Yaitu fosil yang berupa fragmen dalam batuan sedimen yang dapat berubah
ataupun tidak dapat berubah.

Gambar 3.2 contoh fosil yang berupa fragmen

d.Fosil yang berupa jejak atau bekas


Fosil tidak hanya dianggap sebagai sisa oganisme tetapi juga termasuk dengan
adanya jejak organisme sebagai bukti adanya kehidupan. Dalam hal ini, jejak
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
 Mold, Cash, Imprint
Mold adalah bekas organisme yang berupa cetakan dari fosil, kalau yang
tercetak adalah bagian luar disebut Eksternal Mold sedangkan kalau yang
tercetak adalah bagian dalam disebut Internal Mold.

26
Gambar 3.3 contoh fosil yang berbentuk mold

Cast adalah Mold yang terisi mineral sekunder membentuk jiplakan fosil aslinya
secara kasar, bagian luar disebut Eksternal Cast sedangkan bagian dalam disebut
Internal Cast.
Imprint adalah jejak dimana suatu organisme terjebak di dalam sedimen halus tapi
kemudian organisme tersebut dapat meloloskan diri.
 Track, Trail dan Burrow
Track merupakan jejak perpindahan organisme di atas permukaan sedimen-sedimen
lunak yang berupa tapak (kenanpakan kasar).Trail merupakan jejak perpindahan
organisme di atas permukaan sedimen-sedimen lunak yang berupa seretan
(kenampakan halus). Burrow adalah jejak yang berupa sisa penggalian lubang suatu
organisme.
 Coprolite
Coprolite adalah jejak berupa berupa kotoran hewan yang telah terfosilkan. Kotoran
ini dapat digunakan untuk mengetahui tempat hidupnya, makanannya, dan ukuran
relatifnya.
 Fosil Kimia
Fosil kimia merupakan jejak asam organik yang tersimpan didalam batuan
prakambium. Zat asam organik ini berasal dari organisme yang terserap oleh batuan
tersebut sehingga dapat ditemukan sebuah bukti kehidupan.

3. Kegunaan Fosil
a. Untuk mengidentifikasi unit-unit stratigrafi permukaan bumi, atau untuk
mengidentifikasi umur relatif clan posisi relatif batuan yang mengandung fosil.
Identifikasi ini dapat dilakukan dengan mempelajari fosil indeks. Persyaratan bagi
sutau fosil untuk dapat dikategorikan sebagai fosil indeks adalah : (a). terdapat
dalam jumlah yang melimpah dan mudah diidentifikasi; dan (b). memiliki distribusi
horizontal yang luas, tetapi dengan distribusi vertikal yang relatif pendek (kurang
lebih 1 juta tahun).
b. Menjadi dasar dalam mempelajari paleoekologi dan paleoklimatologi. Struktur dan
distribusi fosil diasumsikan dapat mencerminkan kondisi lingkungan tempat
tumbuhan tersebut tumbuh dan bereproduksi.
c. Untuk mempelajari paleofloristik, atau kumpulan fosil tumbuhan dalam dimensi
ruang dan waktu tertentu. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai distribusi
populasi tumbuhan dan migrasinya, sebagai respon terhadap perubahan yang terjadi
pada lingkungan masa lampau.
d. Menjadi dasar dalam mempelajari evolusi tumbuhan, yaitu dengan cara mempelajari
perubahan suksesional tumbuhan dalam kurun waktu geologi.

27
e. Untuk korelasi. Kemampuan kita untuk mengetahui sedimentasi batuan sangat
terbatas. Dengan membandingkan fosil yang terdapat di suatu tempat dengan tempat
lain, kita dapat mengadakan korelasi. Fosil yang terdapat di suatu tempat karena
kesamaan-kesamaan, terpaksa dan harus dipersamakan dengan fosil yang terdapat di
tempat lain.
f. Menentukan lingkungan pengendapan. Fosil hanya dijumpai pada batuan sedimen,
baik sedimen kontinen maupun marin. Suatu kehidupan akan diendapkan pada
batuan tertentu bila batuan tersebut mengalami pelapukan dan tererosi, maka fosil
yang berasal dari kontinen mungkin tertransport dan menjadi endapan marin, jadi
dengan melihat fosil yang dikandung suatu sedimen, kita dapat mengetahui
lingkungan pengendapan batuan tersebut.
g. Mengetahui evolusi (perkembangan) kehidupan. Kehidupan yang berjalan dari masa
ke masa akan mengalami perkembangan dan perubahan yang meliputi perubahan ke
arah generasi dan perubahan ke arah penyempurnaan. Suatu kehidupan pada
mulanya kurang sempurna akan berubah ke arah yang lebih sempurna. Perubahan
ini akan sangat dipengaruhi oleh keadaan tempat dan lingkungan hidup.
Terdapatnya fosil-fosil menunjukkan adanya pemusnahan kehidupan, sedangkan
kehidupan yang pertama tidak diketahui dari fosil-fosilnya dan dari mana asalnya.
Kemudian muncul lagi kehidupan baru yang diketahui dari fosil-fosilnya yang muda
umur geologinya, serta lebih sempurna dari kehidupn sebelumnya.

4. Aplikasi Fosil Dalam Disiplin Ilmu


a. Fosil Sebagai Indikator Lingkungan Pengendapan. Dalam menentukan lingkungan
pengendapan, fosil sangat berperan penting yang mana fosil dapat menunjukan
lingkungan atau keadaan tempat pengendapan fosil tersebut ditemukan. Fosil tidak
mungkin terbentuk di sembarang tempat. Fosil dapat menunjukkan lingkungan
pengendapan baik asam maupun basa.
b. Fosil Sebagai Indikator Paleogeografi.Fosil berguna dalam mempelajari bentuk
fisik suatu daerah di masa lampau. Fosil dapat merekonstruksi suatu daerah ke
zaman umur fosil ditemukan. Dengan ditemukannya fosil tersebut, geolog dapat
mengetahui bentuk daerah tersebut di masa lampau.
c. Fosil Sebagai Indikator Umur Geologi. Penentuan umur geologi dapat dilakukan
dengan meneliti fosil. Lapisan yang mana fosil ditemukan dapat menjadi indikator
umur fosil. Dengan mengetahui umur fosil, geolog dapat memperkirakan umur
suatu batuan maupun lapisan.
d. Fosil Sebagai Indikator Proses Sejarah Geologi. Fosil dapat menunjukkan proses
geologi suatu wilayah. Ditemukannya fosil dapat mengidentifikasi aktivitas
tektonik lempeng daerah tesebut maupun proses geologi lainnya yang mengubah
bentuk fisik daerah tersebut. Penemuan fosil akan mengidentifikasi jika fosil
tersebut telah tertransport ataupun telah berpindah ke lapisan lainnya, sehingga
geolog dapat mengetahui proses geologi yang telah terjadi.
e. Fosil Sebagai Indikator Evolusi dan Migrasi. Fosil yang ditemukan di suatu
daerah tidak selalu fosil organisme native (asli) yang menduduki daerah tersebut.
Terkadang ditemukan fosil organisme yang bukan merupakan organisme yang
berhabitat di daerah itu. Ini menunjukkan bahwa adanya migrasi suatu organisme.
Disamping itu fosil juga dapat menunjukkan ada atau tidaknya evolusi yang
terjadi di daerah ditemukannya fosil tersebut.

28
f. Fosil Sebagai Indikator Tektonik.Fosil akan ditemukan di lapisan-lapisan tertentu.
Fosil dapat dijadikan indikator pergerakan lempeng tektonik. Ditemukannya fosil
di lapisan yang tidak semestinya dapat menjadi indikasi adanya pergerakan
lempeng tektonik yang membuat lapisan fosil berubah (terangkat maupun turun)
ataupun mentransport fosil ke lapisan yang tidak semetinya (jika disesuaikan
dengan umur fosil).
g. Fosil Sebagai Indikator Iklim. Fosil dapat dijadikan sebagai penentu iklim di masa
lampau. Fosil yang ditemukan di lapisan tertentu akan menunjukkan iklim yang
pernah terjadi di masa lampau.
h. Fosil Sebagai Sumber Energi dan Berharga. Fosil merupakan bahan yang akan
menjadi minyak bumi. Sumber energi yang kita dapat
dari bahan bakar fosil sangatlah penting untuk menunjang kehidupan manusia.
Fosil merupakan kotak hitam yang dapat membawa kita ke masa lalu, hal ini yang
menjadikan fosil sangatlah berharga

Gambar 3.4 Contoh Berbagai Fosil Hewan dan Tumbuhan

D. SKALA WAKTU GEOLOGI


Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama dikenal sebagai masa Pra-
Kambrium.Apa saja yg dipercaya oleh ahli geologi, apa yg terjadi dengan mahluk hidup
pada masa-masa itu.

1. Arkeozpoikum artinya Masa Kehidupan Purba


Masa Arkeozoikum (Arkean) merupakan masa awal pembentukan batuan kerak
bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Batuan masa ini ditemukan di
beberapa bagian dunia yang lazim disebut kraton/perisai benua. Coba perhatikan, masa
ini adalah masa pembentukan kerakbumi. Jadi kerakbumi terbentuk setelah pendinginan
bagian tepi dari “balon bumi” (bakal calon bumi). Plate tectonic / Lempeng tektonik yang
menyebabkan gempa itu terbentuk pada masa ini. Lingkungan hidup mas itu tentunya
mirip dengan lingkungan disekitar mata-air panas. Batuan tertua tercatat berumur kira-
kira 3.800.000.000 tahun. Masa ini juga merupakan awal terbentuknya Indrosfer dan
Atmosfer serta awal muncul kehidupan primitif di dalam samudera berupa mikro-
organisma (bakteri dan ganggang). Fosil tertua yang telah ditemukan adalah fosil
Stromatolit dan Cyanobacteria dengan umur kira-kira 3.500.000.000 tahun.

29
2. Masa Proterozoikum (2,5 milyar – 290 juta tahun lalu)
Proterozoikum artinya masa kehidupan awal. Masa Proterozoikum merupakan
awal terbentuknya hidrosfer dan atmosfer. Pada masa ini kehidupan mulai berkembang
dari organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes dan prokaryotes).
Kalau istilah-istilah ini dipelajari di ilmu biologi, mestinya di SMP sudah diajari kan ?
Enkaryotes ini bakal menjadi tumbuhan dan prokaryotes nantinya bakal menjadi
binatang.
Menjelang akhir masa ini organisme lebih kompleks, jenis invertebrata bertubuh
lunak seperti ubur-ubur, cacing dan koral mulai muncul di laut-laut dangkal, yang bukti-
buktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama. Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum
bersama-sama dikenal sebagai masa Pra-Kambrium.

3. Jaman Kambrium (590-500 juta tahun lalu)


Kambrium berasal dari kata “Cambria” nama latin untuk daerah Wales di Inggeris
sana, dimana batuan berumur kambrium pertama kali dipelajari. Banyak hewan
invertebrata mulai muncul pada zaman Kambrium. Hampir seluruh kehidupan berada di
lautan. Hewan zaman ini mempunyai kerangka luar dan cangkang sebagai pelindung.
Fosil yang umum dijumpai dan penyebarannya luas adalah, Alga, Cacing, Sepon, Koral,
Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda dan Artropoda (Trilobit). Sebuah daratan yang
disebut Gondwana (sebelumnya pannotia) merupakan cikal bakal Antartika, Afrika, India,
Australia, sebagian Asia dan Amerika Selatan. Sedangkan Eropa, Amerika Utara, dan
Tanah Hijau masih berupa benua-benua kecil yang terpisah.

4. Jaman Ordovisium (500 – 440 juta tahun lalu)


Zaman Ordovisium dicirikan oleh munculnya ikan tanpa rahang (hewan bertulang
belakang paling tua) dan beberapa hewan bertulang belakang yang muncul pertama kali
seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid (Landak Laut), Asteroid (Bintang Laut), Krinoid
(Lili Laut) dan Bryozona. Koral dan Alaga berkembang membentuk karang, dimana
trilobit dan Brakiopoda mencari mangsa. Graptolit dan Trilobit melimpah, sedangkan
Ekinodermata dan Brakiopoda mulai menyebar. Meluapnya Samudra dari Zaman Es
merupakan bagian peristiwa dari zaman ini. Gondwana dan benua-benua lainnya mulai
menutup celah samudera yang berada di antaranya.

5. Jaman Silur (440 – 410 juta tahun lalu)


Zaman silur merupakan waktu peralihan kehidupan dari air ke darat. Tumbuhan
darat mulai muncul pertama kalinya termasuk Pteridofita (tumbuhan paku). Sedangkan
Kalajengking raksasa (Eurypterid) hidup berburu di dalam laut. Ikan berahang mulai
muncul pada zaman ini dan banyak ikan mempunyai perisai tulang sebagai pelindung.
Selama zaman Silur, deretan pegunungan mulai terbentuk melintasi Skandinavia,
Skotlandia dan Pantai Amerika Utara.

6. Jaman Devon (410-360 juta tahun lalu)


Zaman Devon merupakan zaman perkembangan besar-besaran jenis ikan dan
tumbuhan darat. Ikan berahang dan ikan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di dalam
lautan. Serbuan ke daratan masih terus berlanjut selama zaman ini. Hewan Amfibi
berkembang dan beranjak menuju daratan. Tumbuhan darat semakin umum dan muncul
serangga untuk pertama kalinya. Samudera menyempit sementara, benua Gondwana
menutupi Eropa, Amerika Utara dan Tanah Hijau (Green Land).

30
7. Jaman Karbon (360 – 290 juta tahun lalu)
Reptilia muncul pertama kalinya dan dapat meletakkan telurnya di luar air.
Serangga raksasa muncul dan ampibi meningkat dalam jumlahnya. Pohon pertama
muncul, jamur Klab, tumbuhan ferm dan paku ekor kuda tumbuh di rawa-rawa
pembentuk batubara.Pada zaman ini benua-benua di muka bumi menyatu membentuk
satu masa daratan yang disebut Pangea, mengalami perubahan lingkungan untuk berbagai
bentuk kehidupan. Di belahan bumi utara, iklim tropis menghasilkan secara besar-
besaran, rawa-rawa yang berisi dan sekarang tersimpan sebagai batubara.

8.Jaman Perm (290 -250 juta tahun lalu)


“Perm” adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural, Rusia.Reptilia
meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga tumbuhan konifer dan Grikgo
primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang begitu berperan. Zaman perm diakhiri dengan
kepunahan micsa dalam skala besar, Tribolit, banyak koral dan ikan menjadi punah.
Benua Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan, Lapisan es
menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung air dan
menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir mulai terbentuk
di bagian utara bumi.

9. Jaman Trias (250-210 juta tahun lalu)


Gastropoda dan Bivalvia meningkat jumlahnya, sementara amonit menjadi umum.
Dinosaurus dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul pertama kalinya selama zaman
ini. Reptilia menyerupai mamalia pemakan daging yang disebut Cynodont mulai
berkembang. Mamalia pertamapun mulai muncul saat ini. Dan ada banyak jenis reptilia
yang hidup di air, termasuk penyu dan kura-kura. Tumbuhan sikada mirip palem
berkembang dan Konifer menyebar. Benua Pangea bergerak ke utara dan gurun
terbentuk. Lembaran es di bagian selatan mencair dan celah-celah mulai terbentuk di
Pangea.

10. Jaman Jura (210-140 juta tahun lalu)


Pada zaman ini, Amonit dan Belemnit sangat umum. Reptilia meningkat
jumlahnya. Dinosaurus menguasai daratan, Ichtiyosaurus berburu di dalam lautan dan
Pterosaurus merajai angkasa. Banyak dinosaurus tumbuh dalam ukuran yang luar biasa.
Burung sejati pertama (Archeopterya) berevolusi dan banyak jenis buaya berkembang.
Tumbuhan Konifer menjadi umum, sementara Bennefit dan Sequola melimpah pada
waktu ini.Pangea terpecah dimana Amerika Utara memisahkan diri dari Afrika sedangkan
Amerika Selatan melepaskan diri dari Antartika dan Australia.Jaman ini merupakan
jaman yang paling menarik anak-anak setelah difilmkannya Jurrasic Park.

11. Jaman Kapur (140-65 juta tahun lalu)


Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang hidup pada zaman ini.Mamalia
berari-ari muncul pertama kalinya. Pada akhir zaman ini Dinosaurus, Ichtiyosaurus,
Pterosaurus, Plesiosaurus, Amonit dan Belemnit punah. Mamalia dan tumbuhan berbunga
mulai berkembang menjadi banyak bentuk yang berlainan. Iklim sedang mulai muncul.
India terlepas jauh dari Afrika menuju Asia. Jaman ini adalah jaman akhir dari kehidupan
biantang-binatang raksasa.

31
12. Zaman Tersier (65 – 1,7 juta tahun lalu)
Pada zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti munculnya
primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta, sedangkan
fauna laut sepert ikan, moluska dan echinodermata sangat mirip dengan fauna laut yang
hidup sekarang. Tumbuhan berbunga pada zaman Tersier terus berevolusi menghasilkan
banyak variasi tumbuhan, seperti semak belukar, tumbuhan merambat dan rumput.
Pada zaman Tersier – Kuarter, pemunculan dan kepunahan hewan dan tumbuhan saling
berganti seiring dengan perubahan cuaca secara global.

13. Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu – sekarang)


Zaman Kuarter terdiri dari kala Plistosen dan Kala Holosen. Kala Plistosen mulai
sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000 tahun yang lalu. Kemudian
diikuti oleh Kala Holosen yang berlangsung sampai sekarang. Pada Kala Plistosen paling
sedikit terjadi 5 kali jaman es (jaman glasial). Pada jaman glasial sebagian besar Eropa,
Amerika utara dan Asia bagian utara ditutupi es, begitu pula Pegunungan Alpen,
Pegunungan Cherpatia dan Pegunungan Himalaya Di antara 4 jaman es ini terdapat jaman
Intra Glasial, dimana iklim bumi lebih hangat. Manusia purba jawa (Homo erectus yang
dulu disebut Pithecanthropus erectus) muncul pada Kala Plistosen. Manusia Modern yang
mempunyai peradaban baru muncul pada Kala Holosen. Flora dan fauna yang hidup pada
Kala Plistosen sangat mirip dengan flora dan fauna yang hidup sekarang. Perhatikan bumi
terbentuk 4 milyar tahun lalu. Tetapi kehidupan baru muncul semilyar tahun lalu. Bahkan
"manusia purba" adanya baru 2 juta tahun lalu .

D.SKALA WAKTU GEOLOGI

Mulai, juta
MASA KURUN ZAMAN KALA Peristiwa utama
tahun lalu

Akhir zaman es (glasial) dan kebangkitan peradaban


K 0.011430 ± 0.00013
manusia.
Holosen
U
A
Berkembangnya dan selanjutnya punahnya banyak
R mamalia besar (mega fauna Pleistosen). Evolusi 1.806 ± 0.005 *
Pleistosen manusia modern secara anatomis. Awal dari Zaman Es.
T
K
E
Iklim dingin dan kering di seluruh bumi.
E R Pliosen Australopitheca; banyak mamalia dan moluska yang 5.332 ± 0.005 *
saat ini ada mulai muncul. Homo habilis muncul.
N

O N

E
Z
Iklim moderat; Orogeny di belahan utara. Mamalia dan
O
O familia burung modern dikenali. Berbagai kuda dan
Miosen 23.03 ± 0.05 *
mastodon berkembang. Rumput tumbuh di mana-mana.
G
Kera pertama muncul.
I
E
F K
N
A U
Iklim hangat; Evolusi dan keaneka ragaman pada fauna
N M Oligosen pesat, terutama mamalia. Evolusi dan penyebaran utama 33.9±0.1 *
berbagai jenis tumbuhan berbunga modern.

32
E P

A
Mamalia purba (seperti: Creodont, Condylarth,
R Eosen Uintatheriidael) berkembang. Munculnya beberapa 55.8±0.2 *
L keluarga mamalia "modern". Paus primitif
O terdiversifikasi. Rumput pertama. Ice cap berkembang
E di Antarktika.
Z O

O G

E Iklim tropis. Tumbuhan modern muncul; Mamalia


I Paleosen terdiversikasi menjadi beberapa garis keturunan 65.5±0.3 *
N primitif menyusul kepunahan dinosaurus. Mamalia
besar pertama (sampai seukuran beruang atau kuda nil
K kecil).

U
Atas 99.6±0.9 *
M
K
Tumbuhan berbunga berkembang, bersamaan dengan
munculnya jenis-jenis baru insekta. Ikan bertulang sejati
A (Teleostei) modern mulai bermunculan. Ammonita,
Belemnoidea, Bivalvia rudist, Echinoidea dan Porifera
P umum ditemukan. Banyak jenis baru dinosaurus (seperti
Tyrannosauridae, Titanosauridae, Hadrosauridae, dan
U Ceratopsidae) berkembang, juga Buaya (Crocodilia)
Bawah 145.5 ± 4.0
modern; mosasaurus dan Hiu modern muncul di laut.
R Burung primitif perlahan menggantikan pterosaurus.
Mamalia monotremata, marsupialia dan eutheria
bermunculan. Benua Gondwana terpecah.

S
161.2 ± 4.0
J Atas
O Gymnospermae (terutama tumbuhan runjung,
U Bennettitales dan sikas) dan tumbuhan paku-pakuan
Z umum ditemukan. Banyak jenis dinosaurus, seperti
sauropoda, carnosaurus, dan stegosaurus. Mamalia kecil
R 175.6 ± 2.0 *
umum ditemukan. Burung pertama dan hewan melata
O Tengah bersisik (Squamata). Ichthyosaurus dan plesiosaurus
A berkembang. Bivalvia, ammonita dan Belemnoidea juga
I banyak dijumpai. Bulu babi sangat umum, juga lili laut,
bintang laut, Porifera, Brachiopoda, Terebratulida, dan
K Rhynchonellida. Terpecahnya Pangaea menjadi 199.6 ± 0.6
Bawah Gondwana dan Laurasia.

M 228.0 ± 2.0
T Atas Pada zaman Trias, binatang Dinosaurus mendominasi:
Archosaurus di daratan, Ichthyosaurus dan Nothosaurus
R di lautan, dan Pterosaurus di udara. Cynodonta menjadi
lebih kecil dan lebih menyerupai mamalia; mamalia dan
I crocodilia pertama muncul. Dicrodium merupakan flora 245.0 ± 1.5
Tengah umum di daratan. Banyak terdapat binatang amfibi
A Temnospondylus. Ammonites sangat umum. Kerang
(coral) modern dan ikan bertulang sejati (Teleostei)
S muncul, dan juga banyak dijumpai insekta.
Bawah 251.0 ± 0.4 *

Lopingian
Daratan bergabung menjadi superbenua Pangaea, 260.4 ± 0.7 *
pembentukan pegunungan Appalachia. Akhir glasiasi

33
zaman Permo-Carbon. Populasi Reptilia Synapsida
(Pelycosaurus dan Therapsida) melimpah, sementara 270.6 ± 0.7 *
parareptilia dan binatang amfibi Temnospondylia masih
P P Guadalupian umum ditemukan. Pada zaman Perm pertengahan, flora
zaman Karbon mulai digantikan oleh tumbuhan runjung
E (tumbuhan berbiji sejati pertama) dan tumbuhan lumut
A
sejati pertama. Kumbang dan serangga bersayap dua
R mengalami evolusi. Keanekaragaman hayati laut
L berkembang terutama di bagian terumbu dangkal yang
M hangat; Brachiopoda (Productida dan Spiriferida),
E Cisuralian Bivalva, Foraminifera, dan amonit Orthocerida 299.0 ± 0.8 *
melimpah. Kepunahan massal antara zaman Perm dan
O Trias terjadi 251 juta tahun yang lalu: 95 % dari
kehidupan di bumi, termasuk seluruh trilobite,
graptolite, dan Blastoidea punah.
Z

O
306.5 ± 1.0
I Atas

K
C 311.7 ± 1.1
U
Tengah
A
M Populasi serangga bersayap berkembang baik; beberapa
R diantaranya seperti Protodonata dan Palaeodictyoptera
cukup banyak dijumpai. Binatang amfibi sangat umum
B dan tersebar. Reptil pertama dan tumbuhan hutan
(pohon scale, ferns, club, kuda berkuku raksasa dsb).
O Meningkatnya oksigen. Goniatites, brachiopoda,
Bawah bryozoa, bivalves, and corals plentiful di lautan. 318.1 ± 1.3 *
N Cangkang foraminefera mengalami perkembangannya.

Pennsyl
vanian

326.4 ± 1.6
C
Atas Pohon primitif raksasa, munculnya vertebrata daratan,
A binatang amfibi dan sea-scorpions. Pembentukan
batubara di rawa-rawa. Rhizodonts merupakan predator
air tawar terbesar. Di lautan, ikan hiu sangat umum
R 345.3 ± 2.1
dijumpai dengan jenis yang beraneka ragam;
Tengah echinoderms (khususnya crinoide dan blastoide)
B
berlimpah. Corals, bryozoa, goniatites dan brachiopoda
(Productida, Spiriferida, dsb) sangat umum. Tetapi
O trilobites dan nautiloide menurun populasinya. Terjadi
glasiasi di Gondwana bagian timur.
N Bawah 359.2 ± 2.5 *

Mississippian

385.3 ± 2.6 *
Munculnya pertama kali clubmosses, horsetails and
D Atas
ferns, sebagaimana juga dengan tumbuhan seed-bearing
plants (progymnosperms), first trees (the tree-fern
E Archaeopteris), dan serangga tanpa sayap.
Strophomenid dan atrypid brachiopoda, rugose dan
V 397.5 ± 2.7 *
tabulate corals, serta crinoide berlimpah di lautan.
Tengah Goniatite ammonoide berlimpah, sedangkan coleoide
O yang menyerupai cumi-cumi berkembang baik. Trilobite
and armoured agnaths menurun, sedangkan jawed fishes
N (placoderms, lobe-finned , ray-finned fish) dan awal dari
Bawah hiu yang menguasasi kehidupan laut. Awal dari 416.0 ± 2.8 *
binatang amfibi di lingkungan air. "Old Red Continent"
dari Euramerica.

34
418.7 ± 2.7 *
Pridoli

S Permulaan dari tumbuhan vascular, awal dari millipedes


dan arthropleurids di daratan. Awal dari munculnya 422.9 ± 2.5 *
I Atas ikan jawed fishes, seperti juga banyak ikan lainnya yang
(Ludlow) berpopulasi di laut armoured jawless fish, Sea-
L scorpions mencapai ukuran yang besar. Tabulate, rugose
corals, brachiopoda(Pentamerids, Rhynchonellids), dan
U crinoide dijumpai melimpah. Trilobites dan moluska
mengalami keanekaragaman; graptolites tidak 428.2 ± 2.3 *
R Wenlock berkembang secara baik.

443.7 ± 1.5 *
Bawah
(Llandovery)

Terjadinya keanekaragaman Invertebrates dalam banyak 460.9 ± 1.6 *


O Atas tipe-tipe baru seperti cephalopoda yang berbentuk
R panjang dan lurus. Permulaan kehidupan corals, puncak
D dari brachiopoda (Orthida, Strophomenida, etc.),
O bivalves, nautiloide, trilobite, ostracoda, bryozoa,
V berbagai tipe dari echinoderms (crinoide, cystoide, 471.8 ± 1.6
I Tengah starfish, dll.), famili graptolites, dan taxon lainnya
S banyak dijumpai. Conodonts (awal kemunculan
I planktonic vertebrata). Awal dari tumbuhan hijau (green
U plants) dan jamur (fungi) di daratan. Akhir periode dari
M umur es. 488.3 ± 1.7 *
Bawah

501.0 ± 2.0 *
C Atas Pada zaman Kambrium terjadi keanekaragaman
(Furongian) kehidupan dari berbagai jenis organisme yang sangat
A besar dan dikenal sebagai: Kambrium Explosion.
Banyak dijumpai fosil, munculnya binatang modern
M Phyla. Chordates pertama muncul, dan diikuti dengan
punahnya sejumlah binatang phyla. Terumbu yang 513.0 ± 2.0
B Tengah terbentuk dari Archaeocyatha berlimpah dan tak lama
kemudian punah. Trilobites, priapulid worms, sponges,
R tidak terartikulasi brachiopoda, dan banyak binatang
lainnya. Anomalocarids merupakan predator raksasa,
I sedangkan banyak fauna Ediacaran mati. Prokaryotes,
protists (contoh: forams), fungi dan algae berlanjut
Bawah hingga hari ini. Benua Gondwana muncul. 542.0 ± 0.3 *
U

P P

R R NEO Fosil binatang multi sel. Fauna Ediacaran atau Vendobionta tersebar
PROTERO di lautan. Jejak fosil yang menyerupai Trichophycus. Awal dari 630
A O ZOIKUM Ediacaran sponges dan trilobitomorphs. Bentuk Enigmatic termasuk oval-shaped
Dickinsonia, bentuk depan Charniodiscus, dan banyak soft-jellied +5/-30 *
creatures.
K T
A E
M R

35
B O
R Z
I O
U I
M
K

Kemungkinan dari periode "snowball Earth". Fosil masih jarang


Cryogenian 850
dijumpai. Daratan Rodinia mulai pecah (terbagi bagi).
Superbenua Rodinia terbentuk. Jejak fosil multisel sederhana (Trace
Tonian fossils) eukaryotes. Penyebaran pertama dari dinoflagellate yang 1000
menyerupai acritarchs.
Jalur metamorfosa derajat tinggi yang terjadi akibat orogenesa
MESO Stenian 1200
pembentukan superbenua Rodinia.
PROTERO
ZOIKUM Tergenangnya daratan terus berlanjut dan semakin meluas. Koloni
Ectasian 1400
ganggang hijau (Green algae) di lautan.
Calymmian Meluasnya daratan yang tergenang. 1600
Awal dari kehidupan organisme bersel tunggal: protists dengan nuclei.
Statherian 1800
Columbia sebagai superbenua yang primordial.
PALEO Meningkatnya kadar oksigen di atmosfer. Dampak dari Vredefort dan
PROTERO Orosirian 2050
Sudbury Basin asteroid. Banyak terjadi orogenesa.
ZOIKUM
Rhyacian Terbentuknya Bushveld Formation. Glasiasi Huronian . 2300
Katatrofisme oksigen (Oxygen Catastrophe): menghasilkan
Siderian 2500
pembentukan perlapisan besi (banded iron formations).
A
R
K
E Neoarkean Hampir semua kraton modern stabil; Diperkirakan terjadinya perlipatan mantel bumi. 2800
A
N

Kemunculan pertama stromatolites (kemungkinan colonial cyanobacteria).


Mesoarkean 3200
macrofossils tertua.
Paleoarkean Petama kali bacteri penghasil oksigen. Kepastian microfossils tertua. 3600
Awal dari munculnya organisme bersel tunggal, kemungkinan bacteria dan
Eoarkean 3800
kemungkinan juga archaea). Kemungkinan microfossils tertua.
H
A
D
Pembentukan bumi (4570 jtl). Zircon, mineral tertua yang diketahui (4400 jtl). c.4570
E
A
N

36
BAB 4
BENTUK-BENTUK PERUBAHAN
PERMUKAAN BUMI
Kompetensi Dasar
Menganalisis Konsep, Sejarah, dan Hubungan Geologi dengan Disiplin Ilmu
Lainnya

37
A.TENAGA PEMBENTUK MUKA BUMI

Bentuk muka bumi terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan
tersebut disebabkan oleh tenaga pembentuk muka bumi yang disebut juga tenaga geologi.
Terdapat dua macam tenaga pembentuk muka bumi yakni tenaga endogen dan tenaga
eksogen.
1.Tenaga Endogen
Endogen berasal dari kata endos yang artinya dalam, dan genos yang berarti asal.
Sehingga yang dimaksud dengan tenaga endogen adalah tenaga atau kekuatan yang
berasal dari dalam bumi. Tenaga endogen dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

a.Tektonisme
Tektonisme adalah peristiwa yang menyebabkan perubahan bentuk kulit bumi.
Tenaga pembentuknya disebut tenaga tektonik yang terdiri dari 2 jenis yakni gerak
epirogenetik dan gerak orogenetik.
 Gerak epirogenetik
Merupakan gerak yang yang relatif lambat dan meliputi daerah yang luas sehingga
menyebabkan naik- turunnya daratan. Contoh dari gerak epirogenetik adalah
turunnya pulau- pulau Indonesia bagian timur seperti Kepulauan Maluku.
 Gerak orogenetik
Adalah gerak yang menyebabkan terjadinya gunung, tanah retak dan pergeseran
lapisan bumi. Gerak orogenetik relatif lebih cepat dari pada gerak epirogenetik.
Gerak ini juga menyebabkan tekanan secara vertikal dan horizontal di kulit bumi
sehingga menyebabkan dislokasi atau perpindahan letak lapisan kulit bumi.
Dislokasi tersebut mengakibatkan lipatan bumi yang membentuk relief- relief muka
bumi berupa pegunungan.Contohnya, pembentukan Pegunungan Mediterania yang
dimulai dari Pegunungan Atlas, Alpen, Balkan, Asia Muka, Himalaya, Hindia
Belakang, Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara sampai Maluku. Selain mengakibatkan
lipatan bumi, tekanan horizontal dan vertikal juga menimbulkan patahan atau
retakan kulit bumi, yakni berupa tanah turun (graben), tanah naik (horst), dan tanah
bungkuk (fleksur).

b.Vulkasnisme
Vulkanisme merupakan peristiwa yang berhubungan dengan gunung berapi yakni
berupa naiknya magma dari dalam perut bumi. Di dalam lapisan bumi yang disebut
litosfer, magma menempati dapur magma (batholit). Magma dapat berbentuk gas, padat
dan cair. Aktivitas magma dalam batholit disebabkan tingginya suhu magma dan
banyaknya gas yang terkandung di dalamnya.
Selain batholit, gunung berapi terdiri dari beberapa bagian yaitu diaterma (gang /
pipa kawah), lubang kepundan atau kawah, dan sumber kawah. Gunung berapi juga
mempunyai beberapa jenis, diantaranya adalah gunung api tameng atau perisai, gunung
api kaldera, gunung api maar dan gunung api strato. Beberapa contoh gunung api di
Indonesia yakni Gunung Merapi, Gunung Kelud, Gunung Agung dan Gunung Ijen.

c.Seisme ( Gempa Bumi )


Seisme atau gempa bumi adalah getaran permukaan bumi yang disebabkan oleh
kekuatan- kekuatan dari dalam bumi dan merambat sampai ke permukaan bumi.
Menurut sebab terjadinya, gempa dikelompokkan menjadi 3 macam yakni gempa
guguran, gempa vulkais dan gempa tektonik.

38
 Gempa guguran disebut juga gempa runtuhan yaitu gempa yang terjadi karena
runtuhnya tanah yang biasanya terjadi di daerah tambang yang berbentuk
terowongan dan tanah kapur.
 Gempa vulkanis adalah gempa yang terjadi karena meletusnya gunung api.
 Gempa tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh gerak orogenetik dan terjadi di
daerah pegunungan lipatan muda yaitu daerah rangkaian Pegunungan Mediterania
dan Sirkum Pasifik. Indonesia merupakan negara yang terletak di antara
Pegunungan Mediterania dan Sirkum Pasifik sehingga banyak terjadi gempa bumi
di berbagai daerah di Indonesia. Gempa jenis tektonik termasuk gempa dengan
bahaya yang sangat besar karena dapat menyebabkan retakan dan pergeseran tanah.
Untuk itu, masyarakat perlu mengetahui cara melakukan mitigasi gempa bumi untuk
mengurangi dampak akibat gempa bumi.

2.Tenaga Eksogen
Tenaga eksogen adalah tenaga pembentuk muka bumi yang berasal dari luar yakni
berupa tenaga angin, air, sinar matahari dan tenaga dari makhluk hidup.
Tenaga endogen diklasifikasikan menjadi 4 yaitu :
a. Pelapukan
Pelapukan merupakan proses hancurnya batuan dari bongkahan besar menjadi
bagian yang lebih kecil yang disebabkan oleh keadaan cuaca. Pelapukan batuan ini akan
mengakibatkan terbentuknya tanah. Jenis jenis pelapukan diataranya yakni pelapukan
mekanik (fisis), pelapukan kimia dan pelapukan biologis (organik).
 Pelapukan mekanik yakni melapuknya batuan tanpa disertai perubahan struktur
kimia. Penyebab dari pelapukan ini diantaranya adalah pengaruh sinar matahari,
pengaruh suhu, daya erosi dan gelombang laut yang memukul pantai.
 Pelapukan kimia adalah pelapukan batuan yang disertai dengan perubahan struktur
zat dari mineral batuan induk.
 Pelapukan biologis merupakan pelapukan batuan yang disebabkan oleh organisme
seperti tumbuhan, hewan dan manusia.

b. Pengikisan (erosi)
Pengikisan adalah proses terlepasnya partikel batuan dari induknya yang
melibatkan pergerakan suatu media seperti air, es, angin dan gelombang air laut. Erosi
diklasifikasikan menjadi 4 yakni erosi air, erosi es (gletser), erosi angin, dan erosi
gelombang air laut.
 Erosi oleh air disebut juga korasi. Peristiwa gesekan pada korasi tergantung pada
kecepatan gerak & daya angkut air serta keadaan permukaan.
 Erosi oleh es disebut juga erosi glasial yakni pengikisan yang terjadi di daerah
pegunungan tinggi yang sering terdapat salju abadi atau es.
 Erosi oleh angin adalah peristiwa pengikisan yang disebabkan oleh pergerakan
angin. Pengikisan tanah oleh angin ini dapat membentuk lubang- lubang kecil di
batuan.
 Erosi oleh gelombang laut disebut juga abrasi pantai atau erosi pantai. Besar
kecilnya gelombang atau kecepatan angin laut dapat menyebabkan perubahan di
sepanjang bentuk pantai. Bentangan alam akibat erosi meliputi cliff (pantai terjal
berdinding curam), relung (cekungan pada dinding cliff), morena (massa batuan
yang berukuran besar maupun kecil), ngarai (lembah dalam) dan batu jamur (batu
yang disebabkan erosi angin).

39
c. Pengendapan (sedimentasi)
Sedimentasi adalah proses pengendapan massa batuan atau tanah. Menurut tempat
pengendapannya, ada 3 jenis proses sedimentasi yaitu sedimentasi fluvial, elois dan
marine.
 Sedimentasi fluvial terjadi di sepanjang aliran sungai sehingga menghasilkan
bentangan alam berupa delta, bantaran sungai dan tanggul.
 Sedimentasi elois terjadi karena angin sehingga menghasilkan bentangan alam
berupa gumuk pasir (sand dunes).
 Sedimentasi marine terjadi karena abrasi sehingga menghasilkan bentangan alam
berupa :
o Beach, kumpulan puing batuan karang di sekitar cliff
o Tombolo, endapan pasir yang menghubungkan 2 pulau
o Spit, pasir berbentuk memanjang dengan satu ujung menyambung daratan dan
ujung lainnya terdapat di laut
o Bar, punggung pasir yang mengendap di seberang teluk

d. Amblesan ( Mass wasting )


Amblesan merupakan suatu pergeseran tempat atau perpindahan material secara
perlahan ke arah bawah tanpa adanya permukaan bebas sehingga tidak menimbulkan
pergeseran secara horizontal.

B.TEORI PERUBAHAN BENTUK BUKA BUMI


1. Teori Kontraksi

Gambar 4.1 Teori Kontraksi

Teori kontraksi (Contraction Theory /Theory of a Shrinking Earth) dikemuka kan


oleh James Dana di AS tahun 1847 dan Elie de Baumant di Eropa tahun 1852. Mereka
berpendapat bahwa kerak bumi mengalami pengerutan karena terj-adinya pendinginan di
bagian dalam bumi akibat konduksi panas. Pengerutan- Peng erutan itu mengakibatkan
bumi manjadi tidak rata. Keadaan itu dianggap sama seperti buah apel, yaitu jika bagian
dal- amnya mengering kulitnya akan mengerut.

Teori yang dikemukakan oleh kedua ahli itu mendapat banyak kritikan. Kritikan itu
antara lain menyatakan bahwa bumi tidak akan mengalami penurunan suhu yang sangat
irastis sehingga mengakibatkan terbentuknya oegunungan tinggi dan lembah-lembah di
permukaan bumi. Di dalam bumi juga terdapat banyak unsur radioaktif yang selalu
memancarkan panasnya sehingga ada tambahan nanas bumi. Selain itu, reaksi-reaksi
kimia antarmineral di dalam bumi dan pergeseran- pergeseran kerak bumi akan
menimbulkan panas.

40
2. Teori Laurasia-Gondwana
Eduard Zuess dalam bukunya The Face of the Earth (1884) dan Frank B. Taylor
(1910) menge mukakan teorinya bahwa pada mula nya terdapat dua benua di kedua
kutub bumi. Benua-benua tersebut diberi nama Laurentia (Laurasia) dan Gondwana.
Kedua benua itu kemudian bergerak secara perlahan ke arah ekuator sehingga terpecah-
pecah membentuk benua-benua seperti sekarang.

Gambar 4.2 Teori Laurasia-Gondwana

Amerika Selatan, Afrika, dan Australia dahulu menyatu dalam Gondwanaland,


sedangkan benua- benua lainnya menyatu dalam Laurasia. Teori Laurasia-Gondwana
diyakini oleh banyak ahli karena bentuk pecahan-pecahan benua tersebut apabila
digabungkan dapat tersambung dengan tepat. Namun, penyebab pecahnya benua-benua
tersebut belum dapat ditemukan.

3. Teori Apungan Benua (Continental Drift Theory)

Gambar 4.3 Teori Apungan Benua

Teori apungan benua dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener tahun 1912
dalam bukunya TheOrigin of the Continent’s and Oceans. Wegener mengemu kakan
teori tentang perkembangan bentuk permukaan bumi berhubungan dengan pergeseran
benua. Menurut Wegener, di permukaan bumi pada awalnya hanya terdapat sebuah benua
besar yang disebut Pangea (dalam bahasa Yunani berarti keseluruhan bumi), serta sebuah
samudra bernama Panthalasa. Benua tersebut kemudian bergeser secara perlahan ke arah
ekuator dan barat mencapai posisi seperti sekarang.

41
Teori apungan benua diperkuat dengan adanya kesamaan garis pantai antara
Amerika Selatan dan Afrika, serta kesamaan lapisan batuan dan fosil-fosil pada lapisan
di kedua daerah tersebut.Gerakan tersebut menurut Wegener disebabkan oleh adanya
rotasi bumi yang menghasilkan gaya sentrifugal sehingga gerakan cenderung ke arah
ekuator, sedangkan adanya gaya tarik-menarik antara bumi dan bulan menghasilkan
gerak ke arah barat. Gerakan ke arah barat tersebut terjadi seperti halnya pada saat
terjadinya gelombang pasang, yaitu akibat revolusi bulan yang bergerak dari arah barat
ke timur. Akan tetapi, sekitar tahun 1960-an muncul kritik terhadap teori itu yang
mempertanyakan kemungkinan massa benua yang sangat besar dan berat dapat bergeser
di atas lautan yang keras.

4. Teori Konveksi

Gambar 4.4 Teori Konveksi

Teori konveksi mengemukakan bahwa terjadi aliran konveksi ke arah vertikal di


dalam lapisan astenosfer yang agak kental. Aliran tersebut berpengaruh sampai ke kerak
bumi yang ada di atasnya. Aliran konveksi yang merambat ke dalam kerak bumi
menyebabkan batuan kerak bumi menjadi lunak. Gerak aliran dari dalam
mengakibatkan permukaan bumi menjadi tidak rata.

Salah seorang pengikut teori konveksi adalah Harry H. Hess dari Princenton
University. Pada tahun 1962 dalam bukunya History of the Ocean Basin,
Hess mengemukakan pendapatnya tentang aliran konveksi yang sampai ke permukaan
bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah laut). Di puncak mid oceanic
ridgetersebut lava mengalir terus dari dalam kemudian tersebar ke kedua sisinya dan
membeku membentuk kerak bumi baru.

5. Teori Pergeseran Dasar Laut

Gambar 4.5 Teori Pergeseran Dasar Laut


42
Robert Diesz, seorang Ahli Geologi dasar laut Amerika Serikat mengembangkan
teori konveksi yang dikemukakan Hess. Penelitian topografi dasar laut yang dilakukannya
menemukan bukti-bukti baru tentang terjadinya pergeseran dasar laut dari arah punggung
dasar laut ke kedua sisinya.

Penyelidikan umur sedimen dasar laut Tiendukung teori tersebut, yaitu makin jauh
dari punggung dasar laut umurnya makin tua. Hal itu rerarti ada gerakan yang arahnya
dari punggung dasar laut. Beberapa contoh punggung dasar laut adalah cost Pacific Rise,
Mid Atlantic Ridge, Atlantic Indian Ridge, dan Pacific Atlantic Ridge.

6. Teori Lempeng Tektonik

Gambar 4.6 Teori Lempeng Tektonik

Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli geofisika Inggris, Me Kenzie


dan Robert Parker.Kedua ahli itu menyampaikan teori yang menyempurnakan teori-
teori sebelumnya,seperti pergeseran benua, pergeseran dasar laut, dan teori konveksi
sebagai satu kesatuan konsep yang sangat berharga dan diterima oleh para ahli geologi.

Kerak bumi dan litosfer yang mengapung di atas lapisan astenosfer dianggap satu
lempeng yang saling berhubungan. Aliran konveksi yang keluar dari punggung laut
menyebar ke kedua sisinya, sedangkan di bagian lain akan masuk kembali ke lapisan
dalam dan bercampur dengan materi di lapisan itu. Daerah tempat masuknya materi
tersebut merupakan patahan (transform fault) yang ditandai dengan adanya palung laut
dan pulau vulkanis.

Pada saat ini di permukaan bumi terdapat enam lempeng utama.


 Lempeng Eurasia, wilayahnya meliputi Eropa, Asia, dan daerah pinggirannya
termasuk Indonesia.
 Lempeng Amerika, wilayahnya meliputi Amerika Utara, Amerika Selatan, dan
setengah bagian barat Lautan Adantik.
 Lempeng Afrika, wilayahnya meliputi Afrika, setengah bagian timur Lautan
Atlantik, dan bagian barat Lautan Hindia.
 Lempeng Pasifik, wilayahnya meliputi seluruh lempeng di Lautan Pasifik.
 Lempeng India-Australia, wilayahnya meliputi lempeng Lautan Hindia serta
subkontinen India di- Australia bagian barat.
 Lempeng Antartika, wilayahnya meliputi kontinen Antartika dan lempeng Lautan
Antartika.

43
Pergerakan lempeng tektonik dapat menimbulkan bentukan-bentukan di
permukaan bumi yang berbeda-beda. Keragaman bentukan tersebut dipengaruhi oleh
arah dan kekuatan gerak lempeng. Ada 3 kemungkinan kekutan pergerakan 2 lempeng,
yaitu sama-sama kuat, sama-sama lemah, dan yang satu kuat, sedangkan yang lain
lemah.Batas lempeng-lempeng tektonik ditandai oleh adanya bentukan-bentukan alam
akibat aktivitas lempeng itu sendiri. Batas lempeng tektonik dapat dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu batas konvergen, batas divergen, dan batas sesar mendatar.

C.DEFORMASI TEKTONIK
1.Pengertian Deformasi
Deformasi adalah perubahan posisi, bentuk, dan ukuran materi (Kuang, 1996).
Bekerjanya beban atau gaya berat yang disertai pengaruh gaya berat dari suatu materi di
sekitarnya dalam selang waktu tertentu mempengaruhi bentuk geometri materi
tersebut.Berdasarkan definisi deformasi dapat diartikan sebagai perubahan kedudukan
atau pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun relatif. Dikatakan
titik bergerak absolut apabila dikaji dari perilaku gerakan titik itu sendiri dan dikatakan
relatif apabila gerakan itu dikaji dari titik yang lain. Perubahan kedudukan atau
pergerakan suatu titik pada umumnya mengacu kepada suatu sitem kerangka referensi
(absolut atau relatif).

Deformasi terjadi pada suatu materi memiliki 2 sifat, yaitu :


a. Sifat elastis; materi mengalami deformasi akan kembali ke bentuk semula setelah
gaya deformasinya tidak bekerja pada materi tersebut.
b.Sifat plastik; materi yang mengalami deformasi tidak akan kembali ke bentuk awal
setelah adanya deformasi karena efek-efek yang terjadi menempel pada materi
terdeformasi.

Sedangkan berdasarkan jenisnya, deformasi yang terjadi pada suatu benda dapat
dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu :
a. Translasi materi yang bersifat kaku, yaitu perpindahan materi tanpa mengalami
perubahan bentuk sesuai acuan.
b.Rotasi, yaitu perubahan posisi materi tanpa mengalami perubahan bentuk yang
membentuk perubahan sudut terhadap koordinat acuan.
c. Regangan normal, yaitu perbandingan perubahan panjang terhadap panjang asalnya.
d.Regangan geser/regangan menyilang, yaitu perubahan sudut dalam benda padat
ketika terdeformasi.

Adapun faktor-faktor yang mengontrol terjadinya deformasi suatu materi adalah :


a. Temperatur dan tekanan ke semua arah; pada temperatur dan tekanan yang rendah
akan lebih cepat terjadi patahan, pada temperatur dan tekanan yang tinggi akan terjadi
lenturan atau bahkan lelehan.
b.Kecepatan gerakan yang disebabkan oleh gaya yang diberikan; gerakan yang cepat
dapat menyebabkan patahan, sedangkan gerakan yang lambat dapat menimbulkan
lenturan, tergantung dari bahan yang bersangkutan dan dari keadaan-keadaan lain.
c. Sifat material, yang bisa lebih rapuh atau lebih lentur.Tekanan merupakan gaya yang
diberikan atau dikenakan pada suatu medan atau area. Tekanan terbagi menjadi
tekanan seragam (uniform stress) yaitu gaya yang bekerja pada suatu materi sama atau
seragam di semua arah, dan tekanan diferensial atau tekanan dengan gaya yang
bekerja tidak sama di setiap arah. Tekanan diferensial terbagi menjadi tensional
stress, compressional stress, danshear stress.

44
2.Tahapan Deformasi
Ketika suatu batuan dikenakan tekanan dengan besar tertentu, maka batuan itu
akan mengalami tiga tahap deformasi, yaitu :
a. Elastic deformation
Elastic deformation adalah deformasi batuan yang bersifat sementara atau tidak
permanen. jadi ketika tekanan yang diberikan pada batuan tersebut dihilangkan, maka
bentuk batuan tersebut akan kembali seperti semula. Elastisitas ini memiliki batas
yang disebut elastic limit. Apabila batas elastisitas ini dilampaui, maka bentuk batuan
tidak akan kembali seperti semula.
b.Ductile deformation
Ductile deformation merupakan tahapan deformasi setelah elastic limit dilampaui
dan perubahan bentuk dan volume batuan tidak kembali.
c. Fracture deformation
Fracture deformation merupakan tahapan deformasi yang tejadi setelah batas atau
limit elastic deformation dan ductile deformation dilampaui

3.Deformasi Kerak Bumi


Perubahan permukaan bumi ini yang mengakibatkan adanya batas – batas
lempeng tektonik di masing – masing lapisan bumi. Pergerakan yang berasal dari tenaga
endogen ini mengakibatkan sebuah siklus batuan dalam peroses pergeseran lempeng.
Lempeng tektonik merupakan sebuah siklus batuan di bumi yang terjadi dalam skala
waktu geologi. Siklus batuan tersebut terjadi dari pergerakan lempeng bumi yang
bersifat dinamis.

Dengan pergerakan lempeng tektonik yang terjadi mampu membentuk muka bumi
serta menimbulkan gejala – gejala atau kejadian – kejadian alam seperti gempa
tektonik, letusan gunung api, dan tsunami. Pergerakan lempeng tektonik di bumi
digolongkan dalam tiga macam batas pergerakan lempeng, yaitu konvergen, divergen,
dan transform (pergeseran).
a. Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each
other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling
memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar
ubahan-bentuk (transform fault).
b. Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memisah (break apart).
Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah,
membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan
pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses
ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah
antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut. Pematang Tengah-Atlantik
(Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling terkenal,
membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua
Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.
c. Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi,
yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip
beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah
lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman
(subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa.

45
Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga
terbentuk di wilayah ini.Contohnya lempeng India-Australia yang mendesak
lempeng Eurasia, tercermin pada sesar Sumatra. Gerakannya tidak teramati tetapi
hasilnya berupa Bukit-barisan dan seringnya terjadi gempa-bumi didaerah ini.

4 .Jenis Gaya yang Menyebabkan Deformasi


a. Tekanan Litostatik
Tekanan yang terjadi pada suatu benda yang berada di dalam air dikenal sebagai
tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik yang dialami oleh suatu benda yang berada
di dalam air adalah berbanding lurus dengan berat volume air yang bergerak ke atas
atau volume air yang dipindahkannya.
Sebagaimana tekanan hidrostatik suatu benda yang berada di dalam air, maka
batuan yang terdapat di dalam bumi juga mendapat tekanan yang sama seperti benda
yang berada dalam air, akan tetapi tekanannya jauh lebih besar ketimbang benda yang
ada di dalam air, dan hal ini disebabkan karena batuan yang berada di dalam bumi
mendapat tekanan yang sangat besar yang dikenal dengan tekanan litostatik. Tekanan
litostatik ini menekan kesegala arah dan akan meningkat ke arah dalam bumi.

b. Tegasan (Stress Forces)


Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu
benda. Tegasan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terjadi pada
batuan sebagai respon dari gaya-gaya yang berasal dari luar.
Penyebab deformasi pada batuan adalah gaya tegasan (gaya/satuan luas). Oleh
karena itu untuk memahami deformasi yang terjadi pada batuan, maka kita harus
memahami konsep tentang gaya yang bekerja pada batuan. Tegasan (stress) dan
tegasan tarik (strain stress) adalah gaya gaya yang bekerja di seluruh tempat dimuka
bumi.
Salah satu jenis tegasan yang biasa kita kenal adalah tegasan yang bersifat
seragam (uniform-stress) dan dikenal sebagai tekanan (pressure). Tegasan seragam
adalah suatu gaya yang bekerja secara seimbang kesemua arah. Tekanan yang terjadi
di bumi yang berkaitan dengan beban yang menutupi batuan adalah tegasan yang
bersifat seragam. Jika tegasan kesegala arah tidak sama (tidak seragam) maka tegasan
yang demikian dikenal sebagai tegasan diferensial.
Tegasan diferensial dapat dikelompokaan menjadi 3 jenis, yaitu:
 Tegasan tensional, adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan mengalami
peregangan atau mengencang.
 Tegasan kompresional, adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan
mengalami penekanan.
 Tegasan geser, adalah tegasan yang dapat berakibat pada tergesernya dan
berpindahnya batuan.

c. Gaya Tarikan (Tensional Forces)


Gaya tarikan merupakan gaya yang dihasilkan oleh tegasan, dan melibatkan
perubahan panjang, bentuk (distortion) atau dilatasi (dilation) atau ketiga-tiganya.
Bila terdapat perubahan tekanan litostatik, suatu benda (homogen) akan berubah
volumenya (dilatasi) tetapi bukan bentuknya. Misalnya, batuan gabro akan
mengembang bila gaya hidrostatiknya diturunkan. Perubahan bentuk biasanya terjadi
pada saat gaya terpusat pada suatu benda. Bila suatu benda dikenai gaya, maka
biasanya akan dilampaui ketiga fasa, yaitu fasa elastisitas, fasa plastisitas, dan fasa
pecah.

46
Setiap batuan mempunyai kekuatan yang berbeda-beda, walaupun terdiri dari
jenis yang sama. Hal ini dikarenakan kondisi pembentukannya juga berbeda-beda.
Bahan yang rapuh biasanya pecah sebelum fase plastisitas dilampaui, sementara
bahan yang plastis akan mempunyai selang yang besar antara sifat elastis dan sifat
untuk pecah. Hubungan ini dalam mekanika batuan ditunjukkan oleh tegasan dan
tarikan. Kekuatan batuan biasanya mengacu pada gaya yang diperlukan untuk pecah
pada suhu dan tekanan permukaan tertentu.

Batuan yang terdapat di Bumi merupakan subyek yang secara terus menerus
mendapat gaya yang berakibat tubuh batuan dapat mengalami pelengkungan atau
keretakan. Ketika tubuh batuan melengkung atau retak, maka kita menyebutnya
batuan tersebut terdeformasi (berubah bentuk dan ukurannya).

D.STRUKTUR GEOLOGI

Struktur geologi adalah gambaran bentuk dan hubungan dari keadaan batuan di
kerak bumi. Berdasarkan kejadiannya dapat dibedakan :
 Struktur primer terbentuk pada saat pembentukan batuan berlangsung (struktur
sedimen, kekar akibat pendinginan, dan struktur perlapisan )
 Struktur sekunder terbentuk akibat pengaruh deformasi batuan oleh gaya
tektonik yang bekerja pada batuan tersebut. Struktur geologi yang penting untuk
diketahui adalah lipatan (fold), kekar (joint), dan sesar (fault).

Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai produk
dari gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu :
1. Kekar / Dislokasi ( Joint )

Gambar 4.7 Kekar yang terjadi akibat tegangan dari bawah

Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya
yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran.
Secara umum dicirikan oleh:
 Pemotongan bidang perlapisan batuan;
 Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb;
 kenampakan breksiasi.

Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter


retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang
umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:

47
a. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola saling
berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear
joint umumnya bersifat tertutup.
b. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya
utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
c. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak lurus
dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

2. Sesar / Patahan ( Fault )


Sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya
disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb.
Adapun di lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui :
 Gawir sesar atau bidang sesar;
 Breksiasi, gouge, milonit, ;
 Deretan mata air;
 Sumber air panas;
 Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan;
 Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.

Gambar 4.8 Macam- Macam Patahan

Berdasarkan pergeserannya, struktur sesar dalam geologi dikenal ada 3 jenis


yaitu:
a.Sesar Mendatar (Strike Slip Fault)
sesar yang pergerakannya sejajar, blok bagian kiri relatif bergeser kearah yang
berlawanan dengan blok bagian kanannya. Berdasarkan arah pergerakan sesarnya,
sesar mendatar dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis sesar, yaitu:
 Sesar Mendatar Dextral (sesar mendatar menganan) Sesar Mendatar Dextral
adalah sesar yang arah pergerakannya searah dengan arah perputaran jarum jam
 Sesar Mendatar Sinistral (sesar mendatar mengiri).Sesar Mendatar Sinistral adalah
sesar yang arah pergeserannya berlawanan arah dengan arah perputaran jarum
jam.
Pergeseran pada sesar mendatar dapat sejajar dengan permukaan sesar
atau pergeseran sesarnya dapat membentuk sudut (dip-slip / oblique). Sedangkan
bidang sesarnya sendiri dapat tegak lurus maupun menyudut dengan bidang
horisontal.

48
b.Sesar Naik (Thrust Fault)
sesar dimana salah satu blok batuan bergeser ke arah atas dan blok bagian
lainnya bergeser ke arah bawah disepanjang bidang sesarnya. Pada umumnya
bidang sesar naik mempunyai kemiringan lebih kecil dari 450.

c.Sesar Turun (Normal fault)


sesar yang terjadi karena pergeseran blok batuan akibat pengaruh gaya gravitasi.
Secara umum, sesar normal terjadi sebagai akibat dari hilangnya pengaruh gaya
sehingga batuan menuju ke posisi seimbang (isostasi). Sesar normal dapat terjadi
dari kekar tension, release maupun kekar gerus.
3.Lipatan ( Fold )
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan
sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengk ungan.
Berdasarkan bentuk lengkungan nya lipatan dapat dibagi dua, yaitu :
 Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas
 Lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas

Gambar 4.9 Macam-Macam Lipatan

Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat


dikelompokkan menjadi :
a. Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
b.Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
c. Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau
tidaknya sumbu utama.
d.Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya
e. Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar
f. Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar
g.Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan
planar.

Disamping lipatan tersebut diatas, dijumpai juga berbagai jenis lipatan,


sepertiLipatan Seretan (Drag folds) adalah lipatan yang terbentuk sebagai akibat
seretan suatu sesar.

49
50
BAB 5
BATUAN SEBAGAI ELEMEN
KULIT BUMI
Kompetensi Dasar
Menganalisis Konsep, Sejarah, dan Hubungan Geologi dengan Disiplin Ilmu
Lainnya

51
A.PENGERTIAN BATUAN

Batuan merupakan kumpulan mineral yang telah membeku. Batuan juga


merupakan elemen kulit bumi yang menyediakan mineral-mineral anorganik melalui
proses pelapukan dan menghasilkan tanah. Batuan mempunyai komposisi mineral,
sifat-sifat fisik, dan umur yang bermacam-macam. Umumnya batuan merupakan
gabungan dari dua mineral atau lebih. Mineral adalah suatu zat anorganik yang
mempunyai komposisi kimia dan struktur atom tertentu. Jumlah mineral sangat
banyak jenisnya ditambah dengan jenis kombinasinya.

B.KLASIFIKASI BATUAN
Menurut asal usulnya, Batuan dibagi menjadi 3 yaitu :
1.Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk karena adanya pembentukan
magma dan lava yang membeku. Magma merupakan batuan cair dan sangat panas
yang berada di perut bumi sedangkan lava merupakan magma yang mencapai
permukaan bumi.

2.Batuan Sedimen
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena pengendapan hasil
pelapukan dan pengikisan batuan yang hanyut oleh air atau terbawa oleh tiupan angin.
Endapan ini menjadi keras akibat tekanan atau terdapat zat-zat yang merekat pada
bagian-bagian endapan tersebut.

3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf atau batuan malihan merupakan batuan yang berasal dari batuan
sedimen atau batuan beku yang mengalami perubahan karena panas dan tekanan.

C.SIKLUS BATUAN

Gambar 5.1 Siklus Batuan

Siklus batuan merupakan sebuah siklus yang menggambarkan batuan dari awal
atau sebelum terbentu (berupa magma), kemudian mengalami modifikasi, kemudian
transportasi, dekomposisi, hingga berupah menjadi jenis batuan lain dan kembali
berubah menjadi magma kembali, dan begitu seterusnya.
Seperti layaknya proses terjadinya hujan, batu pun juga demikian. Setidaknya
ada beberapa proses dari siklus batuan ini. Proses atau siklus ini melibatkan tiga pokok
jenis batuan, yakni batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Ketiga jenis
batuan ini ternyata terjadi dalam satu siklus yang sama, dengan kata lain ketiga batuan
ini terbentuk saling beriringan. Berikut ini dijelaskan mengenai proses siklus batuan.
52
1.Magma mengalami kristalisasi
Terjadinya batuan pertama kali diawali oleh adanya magma. Magma ini
merupakan bahan pokok pembentuk batuan. Terbentuknya batuan pertama kali karena
diawali oleh adanya magma yang mengalami proses kristalisasi. Magma ini tidak
terdapat di semua area bumi, sebagian besar magma terbentuk di sepanjang batas
lempeng bumi. Kemudian magma yang yang membeku akan membentuk sebuh kristal
atau mineral (hal ini dinamakan kristalisasi). Magma yang membentuk kristal ini sma
seperti air yang didinginkan menjadi es. Magma yang mengkristal ini akan banyak
ditemukan pada gunung berapi yang mengalami erupsi. Magma yang keluar dari dalam
gunung akan membeku setelah sampai ke permukaan bumi .

Magma yang membeku ini akan membentuk sebuah jenis batuan, yakni batuan
beku. Magma yang membekunya setelah sampai di permukaa bumi akan membentuk
batuan beku yang jenisnya ekstrusif. Sementara magma yang membeku namun belum
sampai ke permukaan bumi ini membentuk sebuah batuan jenis intrusif. Namun,
semua batuan yang dibentuk karena adanya pembekuan magma disebut dengan batuan
beku.

2.Mengalami pengangkatan dan pelapukan


` Kemudian batuan- batuan beku yang telah terbentuk tadi lama- kelamaan akan
mengalami proses pelapukan. Batuan yang mengalami proses pelapukan paling cepat
terutama adalah batuan yang membeku di permukaan bumi (batuan ekstrusif). Batuan
ini lebih cepat mengalami proses pelapukan karena terpapar secara langsung oleh
cuaca di bumi dan juga atmosfer bumi, sehingga pelapukannya lebih cepat daripada
yang berada di bawah permukaan bumi.

Meskipun demikian, bukan berarti batuan yang berada di permukaan bumi ini
tidak bisa mengalami pelapukan. Batuan yang berada di bawah permukaan tanah tetap
bisa mengalami pelapukan, namun harus mengalami proses pengangkatan ke
permukaan tanah terlebih dahulu. Batuan yang berada di bawah permukaan bumi harus
terangkat ke permukaan bumi melalui proses tektonik, kemudian lapisan batuan yang
berada di atasnya harus hilang terlebih dahulu oleh proses erosi. Setelah berada di
permukaan bumi inilah proses pelapukan batuan dimulai.

Pelapukan yang terjadi pada batuan ini dapat terjadi karena adanya beberapa
reaksi fisik dan kimia yang dapat disebabkan oleh interaksi udara, air, maupun
organisme tertentu. Setelah batuan menjadi lapuk karena angin, air, es, gletser ataupun
yang lainnya, maka akan menjadi material sedimen melalui sebuah proses yang disebut
erosi.

3.Mengalami erosi
Setelah mengalami proses pengangkatan dan pelapukan, maka proses yang
selanjutnya adalah erosi. Dalam proses erosi ini yang paling banyak berperan adalah
air. Air yang mengalir misalnya dari sungai merupakan salah satu hal yang paling
sepat menyebabkan proses erosi ini terjadi. Arus dari air ini pula yang akan
mengangkut material- baterial pelapukan batu menuju ke tempat lain. Selain air, ada
pula yang mengangkut meterial- material lainnya yakni angin ataupun gletser.

53
4.Pengendapan dan pembentukan batuan sedimen
Material- material dari pelapukan batuan beku yang telah terangkut oleh air,
angin, ataupun gletser, lama kelamaan akan mengendap di suatu tempat dan kan
berjumlah semakin banyak. Karena semakin banyak batuan yang mengendap ini,
akibatnya semakin lama akan semakin mengeras dan mengeras . Karena proses
pengerasan inilah membentuk terjadinya batuan yang disebut dengan batuan sedimen.
Penjelasan yang ilmiah mengenai pembentukan batuan sedimen yang lebih ilmiah,
dalam material sedimen muda akan mengubur endapan yang lebih lama (tua).
Kemudian tekanan yang dihasilkan akan membuat endapan lama ini menjadi kompak.
Ketika air bergerak dan masuk ke dalam material sedimen, maka mineral kalsit dan
silika yang terlarut akan terendap dan mengisi rongga antar butir yang bertindak
sebagai semen yakni merekatkan butiran sedimen antar satu dengan yang lainnya.

5.Batuan sedimen berubah menjadi batuan metamorf


Batuan sedimen banyak terdapat di bawah permukaan bumi. Batuan beku intrusif
juga berada di bawah permukaan bumi. Ketika batu yang berada di di bawah
permukaan bumi ini tidak tersingkap ke atas permukaan bumi ketika proses
pengangkatan, maka batuan tersebut akan terkubur lebih dalam lagi. Semakin dalam
terkubur, maka akan semakin besar kemungkinan untuk terpapar suhu dan juga
tekanan tinggi yang dihasilkan oleh kompresi tektonik dan energi panas yang berasal
dari dalam bumi, yang pada akhirnya dapat mengubah batuan tersebut. Batuan yang
telah berubah di bawah permukaan bumi akibat paparan suhu, tekanan, dan juga
kontak magma ini disebut dengan batuan metamorf atau malihan.

6.Batuan metamorf atau malihan berubah lagi menjadi magma


Setelah batuan menjadi batuan malihan atau metamorf, lama kelamaan batuan
metamorf atau malihan ini akan berubah menjadi magma kemballi. Dan dari magma
inilah proses terjadinya batu bisa terjadi kembali.Itulah proses atau siklus batuan yang
menggambarkan terjadinya batuan dari awal hingga batuan tersebut lapuk, membentuk
batuan baru dan akhirnya menjadi magma dan kembali menjadi batuan.

D.TINGKAT KEKERASAN BATUAN


Kekerasan suatu benda diukur berdasarkan skala tertentu. Saat ini, skala yang
paling umum digunakan ialah Skala Kekerasan Mohs (Mohs Hardness Scale). Skala
ini disusun pada tahun 1812 oleh Friedrich Mohs, seorang mineralogis asal Jerman.
Prinsip dasarnya ialah dengan menggoreskan benda yang akan diukur kekerasannya
dengan benda lain yang lebih keras. Skala pengukurannya mulai dari 1 hingga 10
dengan intan sebagai benda terkeras dan talk sebagai yang terlunak (lihat tabel 1).

Gambar 5.2 Tabel Skala Mohs

54
Sebagai tambahan, perlu diketahui bahwa kekerasan kuku jari kita sekitar 2-2,5
sedangkan gigi kita kekerasannya sekitar 5 pada skala Mohs. Pisau baja kekerasannya
hanya sedikit di atas 5, bahkan tidak lebih kuat daripada kaca (kekerasan 5,5). Namun,
baja yang bermutu tinggi kekerasannya dapat mencapai 6,5.

Dari perbandingan kekerasan pada Skala Mohs ini, dapat kita lihat bahwa bagian
terkeras dari tubuh kita hanya bernilai 5. Besi/baja terbaik sekalipun kekerasannya
hanya mencapai 6,5 atau mungkin 7, sangat jauh lebih lunak dibandingkan intan.
Sebab sekalipun hanya berbeda 1 tingkat, kekerasan sesungguhnya antara intan dan
korundum sangat berbeda jauh. Intan memiliki nilai kekerasan absolut 1500 sedangkan
korundum hanya 400. Permata moissanite yang dalam Skala Mohs kekerasannya 9,25
pun hanya memiliki nilai absolut 500, walaupun moissanite lebih tahan panas
dibandingkan intan.
.
Untuk mengetahui beberapa hal tentang mineral-mineral kunci dalam Skala Mohs
tersebut, berikut dilampirkan deskripsi singkat kesepuluh mineral tersebut:

Gambar 5.3 Talk (1), Gipsum (2), Kalsit (3)


1. Talk (talc)
Berwarna putih, kelabu, atau kecoklatan, tak pernah ditemukan dalam bentuk
kristal, merupakan produk alterasi magnesium silikat pada batuan ultramafik dan
metasomatisme pada marmer dolomitik. Talk dipakai pada industri kertas, cat, karet,
kosmetik, tekstil dan bubuk talk.
2. Gipsum (gypsum)
Berwarna putih, tak berwarna, hingga kekuningan, dapat larut dalam HCL dan air
panas, terbentuk dari presipitasi mataair panas, air asin, atau sublimasi dari fumarol,
terkadang berpendar jika terkena sinar ultraviolet, banyak digunakan untuk membuat
plester Paris dan juga campuran dalam membuat semen.
3. Kalsit (calcite)
Warnanya bervariasi, terdapat dalam gua kapur sebagai stalaktit dan stalakmit atau
pada urat hidrotermal temperatur rendah yang berasosiasi dengan sulfida, merupakan
penyusun utama batu kapur dan marmer, terbentuk dari evaporasi larutan kalsium
bikarbonat atau air laut, dan dari sisa-sisa organisme yang bersifat gampingan.

Gambar 5.4 Flourit (1), Apatit (2), Feldspar (3)

55
4. Fluorit (fluorite)
Berbentuk kubik, warnanya sangat bervariasi mulai dari tidak berwarna hingga
hitam, tidak larut dalam air, jika terkena sinar ultraviolet akan menimbulkan
fluorescent, dapat ditemukan pada urat hidrotermal temperatur sedang hingga tinggi
atau hasil dari sublimasi batuan vulkanik.
5. Apatit (apatite)
Tak berwarna hingga berwarna kuning, hijau dan coklat, beberapa jenis apatit bisa
kehilangan warnanya jika dipanaskan, dan ada pula yang berpendar jika terkena sinar
ultraviolet. Terdapat di semua jenis batuan, stabil hampir di setiap lingkungan, banyak
ditambang untuk pupuk, serta merupakan penyusun utama pada gigi.
6. Feldspar (feldspars)
Merupakan kelompok mineral yang terdiri dari plagioklas, potasium feldspar, dan
feldspatoid dengan masing-masing anggotanya. Plagioklas merupakan feldspar yang
mengandung Kalsium dan Natrium. Potasium feldspar merupakan feldspar yang
mengandung Kalium. Sedangkan feldspatoid merupakan feldspar yang kekurangan
silika. Terbentuk langsung dari kristalisasi magma, merupakan salah satu komponen
mineral yang paling penting dalam menentukan nama batuan beku, serta dalam
menentukan derajat pelapukan dan tingkat alterasi batuan.

Gambar 5.5 Kuarsa (1), Topaz (2), Korundum (3), Intan (4)

7. Kuarsa (quartz)
Salah satu mineral paling umum di Bumi. Dalam kondisi murni, kuarsa tidak
berwarna, tetapi dapat beraneka warna tergantung pengotornya. Kuarsa berwarna ungu
disebut ametist (kecubung), warna kuning disebut citrine, warna merah muda disebut
rose, warna putih disebut milky quartz sedangkan warna hitam disebut smoky quartz.
Terbentuk langsung dari kristalisasi magma atau dari sisa organisme tertentu. Stabil di
berbagai lingkungan dan paling tahan terhadap pelapukan.
8. Topaz (topaz)
Terbentuk pada suhu yang tinggi dan memiliki beragam warna, tergantung pada
jumlah fluorin yang ada ketika mineral ini terbentuk. Dapat ditemukan pada pegmatit,
granit, riolit dan beberapa urat hidrotermal temperatur tinggi. Banyak digunakan
sebagai permata.
9. Korundum (corundum)
Umumnya berwarna abu-abu atau coklat, yang berwarna merah dinamakan rubi
sedangkan yang berwarna biru disebut safir. Dapat dibuat menjadi alat ampelas yang
bagus atau batu permata yang sangat mahal, terbentuk pada batuan metamorf derajat
tinggi, kaya aluminium, dan sedikit silika.
10. Intan (diamond)
Hanya terdiri dari karbon (carbon) seperti grafit tetapi memiliki ikatan yang sangat
kuat, warnanya bisa bermacam-macam, mulai dari tak berwarna hingga berwarna
hitam. Dapat ditemukan pada batuan ultramafik khususnya kimberlit, atau pada
material endapan sungai.

56
BAB 6
BATUAN BEKU

Kompetensi Dasar
Menganalisis Konsep, Sejarah, dan Hubungan Geologi dengan Disiplin Ilmu
Lainnya

57
A. PENGERTIAN BATUAN BEKU

Batuan beku atau batuan igneous (dari Bahasa Latin: ignis, “api”) termasuk jenis
batuan yang terbentuk dari magma. Magma akan mendingin dan mengalami
pengerasan. Proses pengerasan ini dilalui dengan atau tanpa kristalisasi, baik di dalam
lapisan bumi sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik).

B.PROSES TERBENTUKNYA BATUAN BEKU

Batuan beku ini terbentuk karena adanya magma yang mengeras atau mengalami
pembekuan. Magma ini berasal dari batuan setengah cair ataupun oleh batuan yang
sudah ada sebelumnya, baik yang berada di mantel maupun di kerak bumi. Secara
umum, proses pelelehan tersebut terjadi pada salah satu proses dari kenaikan
temperatur, penurunan tekanan, ataupun perubahan komposisi. Selanjutnya untuk
proses pembentukan batuan beku ini juga terkadang tergantung pada jenis batuan
bekunya masing- masing.

Beberapa jenis batuan beku dan proses pembentukannya ( Genetis ) antara lain:
1.Pluton atau Intrusi

Gambar 6.1 Psoses terbentuknya batuan

Terbentuk dalam lingkungan yang jauh di dalam perut bumi dalam kondisi
tekanan tinggi. Bentuk intrusi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a).Bentuk Konkordan adalah tubuh batuan yang mempunyai hubungan struktur batuan
intrusi imni dengan batuan sekelilingnya sedemikian rupa sehingga batas/bidang
kontaknya sejajar dengan bidang perlapisan batuan sekelilingnya. Macamnya : sill,
laccolith, phacolith, lopolith.
 Sill merupakan Intrusi yang melembar sejajar dengan lapisan batuan
sekitarnya dengan ketebalan beberapa milimeter hingga beberapa kilometer.
 Laccolith merupakan Sill dengan bentuk kubah (plankonvex).
 Lopolith adalah bentuk lain dari sill dengan ketebalan 1/10 sampai 1/12 dari
lebar tubuhnya dengan bentuk seperti lensa dimana bagian tengahnya
melengkun ke arah bawah karena batuan di bawahnya lentur.
 Phacolith adalah masa intrusi yang melensa yang terletak pada sumbu
lipatan.
58
b).Bentuk Diskordan adalah tubuh batuan yang mempunyai hubungan struktur yang
memotong (tidak sejajar) dengan batuan induk yang diterobosnya. Macamnya :
dike, batolith, stock.
 Dike : Intrusi yang berbentuk tabular yang memotong lapisan batuan
sekitarnya.
 Batholith : intrusi yang tersingkap di permukaan, berukuran >100 km
persegi, bentuk takberaturan dan tidak diketahui dasarnya.
 Stock : intrusi mirip dengan batholith, dengan ukuran yang tersingkap di
permukaan <100 km persegi, terbentuk pada lingkungan yang tidak jauh dari
permukaan bumi.
c).Volkanik, terbentuk dipermukaan bumi dalam kondisi tekanan rendah.

2. Batuan beku ekstrusif


adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi.
Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang memberi
petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur
ini diantaranya:
a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat
seragam.
b.Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal
seperti batang pensil.
d.Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal
ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
e. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku.
Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain
seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.
g.Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral
pada arah tertentu akibat aliran

C.CIRI-CIRI DAN KARAKTERISTIK BATUAN BEKU


1.Warna Batuan Beku
Warna batuan beku bervariasi dari hitam, abu-abu dan putih cerah. Warna ini
sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusun batuan beku ini. Pencampuran
warna mineral merupakan faktor utama pewarnaan batuan beku. Contohnya ketika
terjadi pencampuran mineral hitam pekat dengan putih maka biasanya akan terbentuk
batuan beku hitam berbintik putih.

2.Tekstur Batuan Beku


Tekstur dari batuan juga terggantung kepada jenis mineralnya. Komposisi dari
mineral tersebut akan berhubungan dengan ukuran butir, tingkat kristalilasi, dan
bentuk kristal.

3.Tingkat Keseragaman Butir


a. Equigranular, apabila kristal penyusunnya berukuran relatif seragam. Butir-butir
penyusun batu tersebut ukurannya hampir sama antara yang satu dengan lainnya.
b. Inequigranular, jika ukuran butir kristal penyusunnya tidak sama.

59
4.Bentuk Kristal
a. Euhedral, jika kristal berbentuk sempurna, dengan dibatasi oleh bidang kristal
yang ideal (tegas, jelas teratur).
b. Subhedral, kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak begitu jelas,
sebagian teratur, sebagian tidak.
c. Anhedral, kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak teratur.

5.Visualisasi Granularitas
Berdasarkan pengamatan dengan mata telanjang atau dengan kaca pembesar,
batuan beku memiliki 2 jenis granulitas, yaitu :
 Afanitik, batuan beku berbutir sangat halus, sehingga mineral atau kristal
penyusunnya tidak dapat diamati dengan mata telanjang atau kaca pembesar.
 Fenerik, batuan beku yang dapat diamati mineral penyusunnya, baik itu dalam
bentuk kristal, ukuran butir, atau hubungan antar butir.

6.Tingkat Kristalisasi / kristalinitas


 Holokristalin, batuan tersusun semuanya oleh kristal.
 Holohialin, batuan seluruhnya tersusun oleh gelas atau kaca.
 Hipokristalin, tersusun oleh sebagiannya kaca dan sebagiannya lagi oleh kristal.

D. KLASIFIKASI BATUAN BEKU


1. Batuan Beku Berdasarkan Tempat Terbentuknya
a. Batuan Beku Dalam
Batuan beku dalam adalah batuan beku yang terbentuk di dalam perut bumi,
bahkan beberapa terbentuk dekat dengan dapur magma. Ini terjadi karena proses
pendingan yang sangat cepat dan magma yang sangat kental. Batuan ini sering juga
disebut dengan batuan plutonik atau deep seated rock. Contohnya batuan granit.
b. Batuan Beku Korok
Batuan beku korok merupakan batuan beku yang terbentuk pada celah-celah
litosfer (kerak bumi) atau lereng gunung. Batuan ini biasanya terbentuk di dekat
permukaan bumi. Batuan ini juga sering disebut dengan batuan beku dike rock.
Contohnya batu diorit.
c.Batuan Beku Luar
Batuan Beku Luar merupakan jenis batuan beku yang terbentuk di permukaan
bumi. Biasanya berlangsung karena proses pembekuan berlangsung lambat,
sehingga magma sudah menjadi lava (sudah keluar dari gunung).

2. Batuan Beku berdasarkan kandungan SiO2 (silikat dioksida)


a. Batuan Beku Asam, merupakan jenis batuan beku yang kandungan silikatnya
lebih dari 66%.
b.Batuan Beku Intermediate, merupakan jenis batuan beku yang kandungan
silikatnya antara 52-66%.
c. Batuan Beku Basa, merupakan jenis batuan beku yang kandungan silikatnya
antara 45% sampai 52%.
d.Batuan Beku Ultrabasa, merupakan jenis batuan beku yang kandungan silikatnya
kurang dari 45%.

60
3. Batuan Beku berdasarkan Indeks Warnanya
Ada dua pendapat, yaitu
a. Pendapat dari S.J Shand
 Leucoctaris Rock, merupakan batuan beku dengan kadar mineral mafik kurang
dari 30%.
 Mesococtik Rock, merupakan batuan beku dengan kadar mineral mafik antara
30 – 60%.
 Melanocractik Rock, merupakan batuan beku dengan kadar mineral mafik lebih
dari 60%.

b. Pendapat S.J. Ellis


 Holofelsic, merupakan batuan beku yang indeks warnanya kurang dari 10%.
 Felsic, merupakan batuan beku yang indeks warnanya 10-40%.
 Mafelsic, merupakan batuan beku dengan indeks warna 40-70%.
 Mafic, merupakan batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.

5. Batuan Beku Berdasarkan Jenisnya

Gambar 6.2 Batu Apung (1), Batu Oksidian (2), Batu Granit (3)

a. Batu Apung
Batu apung merupakan batu berwarna keabu-abuan, berpori-pori,
bergelembung, ringan, dan terapung dalam air. Batu apung terbentuk dari
pendinginan magma yang berupa gelembung-gelembung gas. Batu apung berfungsi
untuk mengamplas atau menghaluskan kayu. Di bidang industri, batu apung
digunakan sebagai bahan pengisi (filler), isolator temperatur tinggi, dan kegunaan-
kegunaan lain.
b. Batu Obsidian
Batu obsidian merupakan batu yang berbentuk seperti kaca dan tidak terdapat
kristal-kristal. Batu ini terbentuk dari lava permukaan yang mendingin dengan
cepat. Batu ini berfungsi sebagai alat pemotong atau ujung tombak (pada zaman
dahulu) dan bisa dijadikan sebagai kerajinan.
c. Batu Granit
Batu granit merupakan batu yang terdiri dari kristal-kristal kasar, berwarna
putih sampai abu-abu, dan ada beberapa yang berwarna jingga, Batuan ini banyak
di temukan di pinggiran pantai atau sungai besar, atau bisa juga di dasar sungai.
Batu ini terbentuk dari pendinginan magma yang terjadi secara perlahan di bawah
permukaan bumi. Batu ini dapat digunakan sebagai ubin lantai.

61
Gambar 6.3 Batu Basalt (1), Batu Diorit (2), Batu Andesit (3)

d. Batu Basalt
Batu basalt merupakan batuan yang terdiri dari kristal-kristal yang sangat
kecil, berwarna hijau keabu-abuan dan terdapat banyak lubang-lubang kecil. Batu
basalt terbentuk dari pendinginan lava yanng mengandung gas akan tetapi gasnya
telah menguap. Batu basalt ini berfungsi sebagai bahan baku dalam industri poles,
bahan bangunan, poondasi bangunan atau jalan, dan lain sebagainya.
e. Batu Diorit
Batu diorit merupakan batu yang umumnya berwarna kelabu bercampur putih
atau hitam bercampur putih. Batu diorit terbentuk dari hasil peleburan lantai
samudera. Batu diorit berfungsi sebagai ornamen dinding atau pun lantai
bangunan gedung. Bisa pula digunakan sebagai bahan bangunan.
f. Batu Andesit
Batu andesit merupakan batuan yang bertekstur halus, berwarna abu-abu hijau
atau sering pula merah serta jingga. Batu andesit terbentuk dari lelehan lava
gunung merapi yang meletus, kemudian membeku tatkala suhu lava yang meleleh
turun antara 900 sampai dengan 1.100 Derajat Celcius. Batu andesit berfungsi
sebagai ornamen pengindah dinding rumah, pagar.
f. Batu Gabro

Gambar 6.4 Batu Gabro

Batu gabro merupakan batuan yang berwarna hitam, hijau, atau abu-abu gelap,
tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-retakan di dalamnya.
Mineral-mineralnya terlihat secara jelas dan mineral yang besar menunjukkan
bahwa mineral tersebut terbentuk pada suhu pembekuan yang relatif lambat
sehingga bentuk mineralnya tampak besar-besar. Batuan ini terbentuk dari magma
yang membeku di dalam gunung. Batuan ini berfungsi sebagai bahan pelapis
dinding.

62
BAB 7
BATUAN SEDIMEN

Kompetensi Dasar
Menganalisis Konsep, Sejarah, dan Hubungan Geologi dengan Disiplin Ilmu
Lainnya

63
A.PENGERTIAN BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan
yang berupa bahan lepas. Menurut ( Pettijohn, 1975 ) batuan sedimen adalah batuan
yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada
sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi
lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan. Menurut Tucker
(1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu
hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat
luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.

B.PROSES TERBENTUKNYA BATUAN SEDIMEN

Proses terbentuknya batuan sedimen dimulai dari adanya pengikisan terhadap


batuan beku. Pengikisan ini dapat disebabkan karena pergerakan air, angin, es atau
aktivitas makhluk hidup. Partikel-partikel yang terkikis akan bergerak mengikuti media
pengikutnya. Kemudian pada suatu titik akan berhenti dan terkumpul di suatu tempat.
Kemudian kumpulan partikel ini akan mengalami proses pengendapan (Sedimentasi).
Sedimentasi merupakan proses pengendapan material batuan secara gravitasi yang
dapat terjadi di daratan, garis pantai ataupun di dasar laut. Setelah mengendap,
selanjutnya partikel-partikel tersebut akan memadat membentuk batuan sedimen.

C.CIRI – CIRI DAN KARAKTERISTIK BATUAN SEDIMEN


1. Warna Batuan Sedimen
Kebanyakan batuan sedimen yang dijumpai berwarna terang, seperti putih, kuning,
atau abu-abu terang. Tetapi ada juga yang dijumpai berwarna gelap seperti hitam,
merah dan coklat. Warna dari batuan sedimen sangat bervariasi tergantung kepada
komposisi mineral penyusunnya.
2. Kekompakan Batuan Sedimen
Proses pemadatan atau pengompakan dari batuan sedimen disebut diagenesa.
Proses ini dapat terjadi pada suhu dan tekanan normal hingga suhu 300 derajat celcius
dan tekanan 2 kilobar. Proses tersebut berlangsung mulai sedimen mengalami
penguburan hingga terangkat kembali ke permukaan. Berdasarkan prosesnya terdapat
3 jenis diagenesa, yaitu
 Diagenesa Eogenik, diagenesa awal pada sedimen di bawah permukaan air.
 Diagenesa Mesogenik, diagenesi pada waktu sedimen mengalami penguburan yang
lebih dalam.
 Diagenesa Teogenik, yaitu diagenesa yang terjadi ketika batuan sedimen tersingkap
kembali ke permukaan

Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat kekompakan batuan


sedimen juga sangat bervariasi, yakni :
 Bahan lepas (loose materials, masih berupa endapan atau sedimen)
 Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada kondisi kering,
tetapi akan terurai bila dimasukkan ke dalam air.
 Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen yang dapat
dilepas dengan tangan atau kuku.
 Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas dengan tangan/kuku.
 Sangat kompak (sangat keras, biasanya sudah mengalami rekristalisasi).

64
3. Bentuk Butir Batuan Sedimen
Berdasarkan perbandingan dimensi Tinggi, Panjang dan Lebarnya, terdapat 4 jenis
bentuk batuan sedimen, yaitu :
 Oblate, bila ukuran tinggi sama dengan panjangnya tetapi tidak sama dengan
lebarnya.
 Equant, bila ukuran tinggi, panjang dan lebarnya hampir sama.
 Bladed, bila ukuran tinggi, panjang dan lebarnya berbeda-beda.
 Prolate, bila ukuran panjang dan lebarnya sama, tetapi ukuran tingginya berbeda.

4. Kebundaran Batuan Sedimen


Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dan
kawan-kawan (1987) membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan
ditunjukkan dengan pembulatan rendah dan tinggi. Keenam kategori kebundaran
tersebut yaitu:
 Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
 Meruncing (menyudut) (angular)
 Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
 Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
 Membundar (membulat (rounded)
 Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

Gambar 7.1 Kebundaran Batuan Sedimen

5. Ukuran Butir Batuan Sedimen


Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik.
Ukuran butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa
ada butir seperti pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat
halus dan lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada lanau, dan
bila diberi air akan terasa sangat licin.
Umumnya penilaian ukuran butir batuan sedimen mengikuti Skala Wentworth.
Ukuran Nama Butiran Nama batuan
butir (mm)
Æ > 256 Boulder / block (bongkah) Breksi
64 – 256 Cobble (kerakal) bentuk / kebundaran butiran meruncing
4 – 64 Pebble Konglomerat
2–4 Granule (kerikil) bentuk / kebundaran butiran membulat
1/16 – 2 Sandstone (pasir) Batupasir
1/16 – 1/256 Silt (lanau) Batulanau
Æ < 1/256 Clay (lempung) Batulempung

65
6.Porositas
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori di
dalam batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu
banyak dijumpai lubang (vesicles) atau pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan
mempunyai porositas rendah apabila kenampakannya kompak, padat atau tersemen
dengan baik sehingga sedikit sekali atau bahkan tidak mempunyai pori-pori.

Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan batuan meluluskan air (zat


cair).Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air, yaitu :
a. Bahan lepas, atau terkompakkan lemah, biasanya berbutir pasir atau lebih kasar.
b. Batuan dengan porositas tinggi, lubang-lubangnya saling berhubungan.
c. Batuan mempunyai pemilahan baik, kemas tertutup, dan ukuran butir pasir atau
lebih kasar.
d. Batuan yang pecah-pecah atau mempunyai banyak retakan / rekahan.

Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air, yaitu :
a. Batuan berporositas tinggi, tetapi lubang-lubangnya tidak saling berhubungan.
b. Batuan mempunyai pemilahan buruk, kemas terbuka, ukuran butir lanau –
lempung. Material lanau dan lempung itu yang menutup pori-pori antar butir.
c. Batuan bertekstur non klastika atau kristalin, masif, kompak dan tidak ada rekahan.

Secara praktis megaskopis, suatu batuan mempunyai tingkat kelulusan tinggi


apabila di permukaannya diteteskan air maka air itu segera habis meresap ke dalam
batuan. Sebaliknya, batuan mempunyai kelulusan rendah atau bahkan tidak lulus air
bila di permukaannya diteteskan air maka air itu tidak segera meresap ke dalam
batuan atau tetap di permukaan batuan.
7.Struktur Sedimen
a.Struktur di dalam batuan (features within strata) :
 Struktur perlapisan (planar atau stratifikasi). Jika tebal perlapisan < 1 cm disebut
struktur laminasi.
 Struktur perlapisan silang-siur (cross bedding / cross lamination.
 Struktur perlapisan pilihan (graded bedding)
 Normal, jika butiran besar di bawah dan ke atas semakin halus.
 Terbalik (inverse), jika butiran halus di bawah dan ke atas semakin kasar.
b.Struktur permukaan (surface features)
 Ripples (gelembur gelombang atau current ripple marks)
 Cetakan kaki binatang (footprints of various walking animals.
 Cetakan jejak binatang melata (tracks and trails of crowling animals)
 Rekahan lumpur (mud cracks, polygonal cracks)
 Gumuk pasir (dunes, antidunes)
c. Struktur erosi (erosional sedimentary structures)
 Alur/galur (flute marks, groove marks,linear ridges)
 Impact marks (bekas tertimpa butiran fragmen batuan atau fosil)
 Saluran dan cekungan gerusan (channels and scours)
 Cekungan gerusan dan pengisian (scours & fills)

66
D.KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN
1.Berdasarkan Pembentukannya
a. Batuan Sedimen Klastis
meruapakan jenis batuan yang terbentuk di alam melalui suatu proses
pengendapan dari material-material yang bervariasi, mulai dari ukuran lempung
sampai dengan bongkah batuan.
Batuan sedimen klastis ini terbentuk karena suatu pelapukan atau erosi pada
pecahan batuan atau mineral, sehingga batuan menjadi hancur atau pecah dan
lalu mengendap di tempat tertentu dan menjadi keras. Susunan kimia dan warna
batuan ini biasanya sama dengan batuan asalnya.Contohnya : batuan sedimen klastis
antara lain yaitu batu konglomerat, batu breksi, dan batu pasir.
b. Batuan Sedimen Kimiawi
Batuan sedimen kimiawi adalah batuan yang terbentuk karena adanya
pengendapan melalui suatu proses kimia pada mineral-mineral tertentu. Misalnya,
pada batu kapur yang larut oleh air kemudian mengendap dan membentuk sebuah
stalaktit dan stalagmit di gua kapur.Contohnya : batuan sedimen kimiawi lainnya
yaitu batuan anhidrit dan batu garam.
c. Batuan Sedimen Organik
Batuan sedimen organik atau batuan sedimen biogenik merupakan batuan yang
terbentuk karena adanya sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami pengendapan di
tempat tertentu.Contohnya : pada batu karang yang terbentuk dari terumbu karang
yang mati dan fosfat yang terbentuk dari kotoran kelelawar serta batu gamping.
d. Batuan Volkanoklastik
Batuan sedimen yang berasal dari hasil aktivitas gunung api, seperti debu yang
diendapkan kembali.contohnya: Pasir tuff (tuff gunung api), Aglomerat.

2. Berdasarkan Jenisnya

Gambar 7.2 Batu Konglomerat (1), Batu Pasir (2), Batu Serpih (3)
a. Batu Konglomerat
Batu konglomerat merupakan batuan yang terbentuk dari material kerikil-kerikil
bulat, batu-batu dan pasir yang merekat satu sama lainnya. Batu konglomerat
terbentuk dari bahan-bahan yang lepas karena gaya beratnya kemudian menjadi
padat dan saling terikat. Batu konglomerat berfungsi sebagai bahan pendukung
bangunan (bukan bahan utama).
b. Batu Pasir
Batu pasir merupakan batuan yang tersusun dari butiran-butiran pasir, umumnya
berwarna abu-abu, kuning, atau pun merah. Batu pasir terbentuk dari bahan-bahan
yang lepas karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan menjadi saling terikat.
Batu pasir dapat berfungsi sebagai material penyusun gelas/kaca atau pun sebagai
kontruksi bangunan.
c. Batu Serpih
Batu serpih merupakan batu yang berbau seperti tanah liat, berbutir-butir halus,
berwarna hijau, hitam, kuning, merah, atau pun abu-abu. Batu serpih terbentuk dari
bahan-bahan yang lepas dan halus karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan
saling terikat. Batu ini dapat digunakan sebagai bahan bangunan.
67
Gambar 7.3 Batu Gamping (1), Batu Breksi (2), Stalaktit dan Stalagmit (3), Batu
Lempung (4)
d. Batu Gamping
Batu gamping merupakan batu yang agak lunak, berwarna putih keabu-abuan,
dan dapat membentuk gas karbon dioksida apabila ditetesi asam. Batu ini terbentuk
dari cangkang binatang lunak seperti siput, kerang, dan binatang-binatang laut
lainnya yang telah mati. Rangkanya yang terbuat dari kapur tidak akan musnah, akan
tapi memadat dan membentuk batu kapur. Batu ini digunakan sebagai bahan baku
semen.
e. Batu Breksi
Batu breksi merupakan batuan yang terbentuk dari gabungan pecahan-pecahan
yang berasal dari letusan gunung berapi. Batu ini terbentuk karena bahan-bahan ini
terlempar tinggi ke udara dan mengendap di suatu tempat. Batu ini berfungsi sebagai
bahan kerajinan atau pun bahan bangunan.
f. Stalaktit dan Stalagmit
Stalaktit dan stalagmite merupakan endapan-endapan yang terdapat pada gua,
yang umumnya berwarna kuning, coklat, krem, keemasan, atau pun putih. Stalaktit
dan stalagmite terbentuk dari air yang larut dan turun ke gua dan menetes-netes dari
atap gua ke dasar gua. Tetesan-tetesan air yang mengandung kapur tersebut lama
kelamaan kapurnya membeku dan menumpuk sedikit demi sedikit sehingga menjadi
batuan kapur yang berbentuk runcing-runcing. Stalaktit dan stalagmit dapat berfungsi
sebagai panorama indah bagi pengunjung wisatawan yang mengunjungi gua.
g. Batu Lempung
Batu lempung merupakan batuan yang umumnya berwarna coklat, keemasan,
merah, atau abu-abu. Batuan ini umumnya terbentuk karena proses pelapukan batuan
beku yang menghasilkan material lempung dan umumnya ditemukan disekitar
batuan induknya. Kemudian material lempung ini mengalami proses pengendapan
sehingga membentuk batu lempung. Batu lempung cocok dijadikan sabagai bahan
kerajinan.

E.SISTEM PENAMAAN BATUAN SEDIMEN

Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian (data
deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian batuan
sedimen silisiklastika umumnya berdasar ukuran butir, ditambah dengan bentuk butir,
struktur dan komposisi (Tabel 3.9), yaitu :
1.Rudit (f > 2 mm), termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen
membulat). Apabila komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati,
maka penamaaan tambahan dapat diberikan berdasarkan komposisi utama fragmen
batuan tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi batuapung, konglomerat kuarsa.
2.Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir ini
dapat ditambahkan berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir berlapis,
batupasir silangsiur), atau komposisi penyusun utamanya, misal batupasir kuarsa.

68
3.Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir
lempung, batulanau tersusun oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih
adalah batulempung atau batulanau berstruktur laminasi.

Tabel 3.9 Penamaan batuan sedimen klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Tekstur/Struktur Komposisi Nama batuan Ciri-ciri khas
mineral/fragmen
Rudit Komposisi sejenis atau Konglomerat Fragmen
(2 – 256 mm) campuran, terutama umumnya bulat
dengan rijang, kuarsa, atau agak
granit, kuarsit, membulat
batugamping dll.
Breksi Fragmen umumnya
runcing, dan menyudut

Fanglomerat Kipas aluvial yang


mengalami pembatuan

Pecahan batuan Tillit Umumnya tidak


bercapur dengan terpisah. Fragmen
semen batuan terdapat
bekas goresan
Arenit Terutama kuarsa 25%, Arenit atau Pemilahan baik
(1/16 – 2 mm) felspar kalium atau batupasir kuarsa dan bersih
plagioklas 10-25%.
Pecahan batuan: basal,
riolit, batusabak dll.
Mineral mika, serisit,
klorit, bijih besi.

Arkose Pemilahan jelek, warna


abu-abu kemerahan

Batupasir felspatik Lebih dewasa dari


Graywacke arkose antara
Subgraywacke graywacke dan arenit
Lutit Umumnya mineral Batulanau Antara batupasir
(1/16 – 1/256 mm) lempung, kuarsa, opal, dan serpih
kalsedon, klorit dan
bijih besi.
Serpih Mudah membelah, tidak
Batulumpur plastis, bila dipanasi
Batulempung menjadi plastis

Untuk batuan karbonat bertekstur klastika :


1. Kalsirudit, adalah breksi atau konglomerat dengan fragmen batugamping.
2. Kalkarenit, adalah batupasir yang tersusun oleh mineral karbonat.
3. Kalsilutit, adalah batugamping klastis berbutir halus (lanau – lempung).

69
Untuk batugamping bertekstur non klastika, cukup diberi nama batugamping non
klastika. Apabila di dalam batugamping banyak mengandung fosil maka dapat
disebut batugamping berfosil. Sedangkan batuan karbonat yang sudah tersusun oleh
kristal kalsit atau dolomit disebut batugamping kristalin. Napal adalah terminologi
untuk batuan sedimen berbutir lanau dan lempung, tersusun oleh bahan silisiklastika dan
karbonat (Tabel 3.10 dan Tabel 3.11).Untuk batuan klastika gunungapi, tata namanya
mengikuti batuan piroklastika yang telah dijelaskan pada acara analisis batuan beku, yaitu
terdiri dari tuf (halus dan kasar), batulapili, breksi gunungapi dan aglomerat (Gambar
3.8). Dalam beberapa hal, secara megaskopik, warna yang sangat khas dapat ditambahkan
untuk penamaan batuan, contoh tuf hijau, batupasir merah, batulempung hitam dsb.

Tabel 3.10 Penamaan batuan sedimen non klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Tekstur/Struktur Komposisi Nama batuan Ciri-ciri khas
mineral/fragmen
Rapat, afanitik, Terutama kalsit Batugamping Breaksi dengan
berbutir kasar, HCl, mengandung
kristalin, porus, organik,
oolit dan mosaic bioklastika,
Terutama dolomit Dolomit Tidak segera
bereaksi dengan
HCl, jarang
mengandung
fosil, berbutir
sedang
Berbutir halus Kristal halus Kapur Putih – abu-abu
dengan terang, sangat
mikroorganisme rapuh, mengandung
fosil
Karbonat dan Napal Abu-abu terang,
lempung rapuh, pecahan
konkoidal
Rapat dan berlapis Campuran silika, Rijang Warna beragam,
opal dan kalsedon keras, kilap non
dll. logam, konkoidal
Terutama gips Gips Evaporit, tidak
Anhidrit sendiri melainkan
Terutama malit berasosiasi
dengan
mineral/batuan
lain.
Dijumpai kristal
yang
mengelompok
Masif atau berlapis Mineral fosfat dan Fosforit Diperlukan
fragmen tulang penentuan kadar
P 2 O3
Amorf, berlapis, Humus, tumbuhan Batubara, lignit Warna coklat,
tebal pecahan prismatic

70
Genesis
Berdasar data pemerian batuan sedimen tersebut di atas, maka secara genesa dapat diinterpretasikan mengenai :
1. Asal-usul atau sumber batuan sedimen (provenance)
2. Energi pengangkut (angin, air, es, longsoran, letusan gunungapi atau kombinasi di antaranya), jaraknya dengan sumber dan proses
transportasinya.
3. Lingkungan pengendapan, di darat kering, darat berair tawar (danau, sungai), di pantai atau di laut (dangkal atau dalam).
4. Diagenesa dan lain-lain.

Tabel 3.11 Sifat – sifat batuan sedimen yang harus dilakukan pemerian.
Nama Campuran/ Fragmen/mineral Warna Besar Pemilahan Bentuk Mineral Porositas Kekompaka
Batuan semen/matrix pembentuk x) butir butir Kemas sedikit n

Breksi X X X X X X X X X X
Konglomerat X X X X X X X X X X
Tufa X X X X X X – X X X
Batupasir X X X X X X – X X X
Batulanau X – X – – – – X – X
Serpih X – X – – – – X – X
Lempung
Lempung X – X – – – X X – X
Napal X – X – – – X X – X
Gamping X X X X X X – X X X
Dolomit X X X X X X – X X X
Batubara X X X – – – – – – X
Rijang X – X – – – – – – X
Anhidrit X – X – – – – – – X
Fosfat, dll X X X X – – – – – X
X = Sifat yang dimiliki
– = Sifat yang tidak dimiliki
x) Termasuk jenis mineral lempng

71
72
BAB 8
BATUAN METAMORFT (MALIHAN)

Kompetensi Dasar
Menganalisis Konsep, Sejarah, dan Hubungan Geologi dengan Disiplin Ilmu
Lainnya

73
A.PENGERTIAN BATUAN METAMORF

Secara bahasa kata metamorf berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang
artinya berubah dan “Morph” yang artinya bentuk. Sesuai dengan namanya batuan
metamorf merupakan batuan hasil transformasi atau perubahan dari suatu tipe batu yang
telah ada sebelumnya. Proses terbentuknya batuan metamorf disebut dengan
metamorfisme. Melalui pengamatan batuan metamorf, ilmuwan telah memperoleh
informasi tentang suhu dan tekanan di dalam permukaan bumi. Batuan asal yang
berubah menjadi batuan metamorf disebut protolith. Protolith ini merupakan batuan
panas dengan suhu lebih dari 150 derajat celcius dan tekanan yang sangat tinggi.

B. PROSES TERBENTUKNYA BATUAN METAMORF (MALIHAN)

Proses terbentuknya batuan metamorf dipengaruhi oleh perubahan-perubahan


tekanan, temperatur, dan aktivitas kimia yang berhubungan dengan batu yang sudah
ada. Berikut adalah penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya
batuan metamorf.
1.Perubahan Temperatur
Perubahan suhu atau temperatur bisa terjadi karena intrusi magma atau perubahan
gradient geothermal. Atau juga dapat terjadi karena gesekan antar massa batuan.

2.Perubahan Tekanan
Penyebab dapat terjadinya perubahan tekanan biasanya juga karena aktivitas
vulkanik dan tektonik.Perubahan tekanan juga dapat terjadi karena bertumpuknya
endapan dari jenis batuan yang sudah ada.

3. Aktivitas kimia
Aktivitas kimia baik fluida atau gas pada jaringan batuan yang sudah ada dapat
menjadi penyebab terbentuknya batuan metamorf karena berperan dalam perubahan
komposisi kimianya. Fluida dan gas aktif yang banyak ditemukan adalah air,
karbondioksida, asam hidroklorik, dan hidroflorik. Biasanya zat kimia ini berperan
sebagai katalis yang membentuk dan menyeimbangkan reaksi kimia.

4. Proses Perubahan Batuan Metamorf dari batuan asal


Batuan metamorf dapat terbentuk dari perubahan yang terjadi kepada batuan beku
atau batuan sedimen, berikut adalah prosesnya :
Magma mengalami pendingan sehingga membeku membentuk batuan beku. Kemudian
batuan beku mengalami pelapukan dan erosi sehingga partikel-partikelnya dibawa ke
tempat lain oleh air, angin, atau es. Nah partikel yang tertumpuk disuatu tempat ini akan
mengalami sedimentasi (pengendapan) sehingga membentuk batuan sedimen (beberapa
batuan beku langsung menjadi batuan metamorf). Lalu batuan sedimen tadi mengalami
perubahan menjadi batuan metamorf karena adanya peningkatan suhu, tekanan atau
aktivitas kimi. Batuan metamorf kemudian mendekati astenosfer dan berubah lagi
menjadi magma baru. Siklusnya kemudian kembali ke proses terbentuknya batuan
beku.

74
C. CIRI – CIRI DAN KARAKTERISTIK BATUAN METAMORF (MALIHAN)
1. Warna Batuan Metamorf
Warna batuan metamorf sangat bervariasi, tergantung kepada batuan sebelumnya
serta penyebab perubahannya, berdasarkan warnanya ada beberapa batuan metamorf,
yaitu :
a. Kwarsa, berwarna putih jernih atau putih susu, tidak memiliki belahan.
b.Mika, memiliki belahan, apabila berwarna puti diberi nama muskovit, bila berwarna
hitam diberi nama biotit.
c. Feldspar, memiliki belahan dengan ciri tertentu, bila belahannya tegak lurus dan
berwarna merah daging disebut ortoklas, sedangkan bila belahannya seperti kristal
kembar berwarna putih atau abu-abu disebut plagioklas.

2. Tekstur Batuan Metamorf


Penilaian tekstur batuan metamorf berhubungan dengan ukuran, bentuk, dan
susunan butir mineral batuan tersebut. Tekstur umum yang paling sering dijumpai
adalah
a. Tekstur Relic (sisa)
Tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa tekstur batuan asalnya.
Penamaannya dengan memberi awalan blasto (kemudian disambung dengan nama
tekstur sisa), misalnya: tekstur Blastoporfiritik. Penamaan lainnya dengan memberi
awalan ”meta”, misalnya Metasedimen, Metagraywacke, Metavulkanik, dsb.
b. Tekstur Kristaloblastik
Tekstur kristoblastik adalah setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa.
Penamaannya dengan memberi akhiran blastik. Penamaan ini dipakai untuk
memberikan nama tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses metamorphosis.
Misalnya, tekstur porfiroblastik, yaitu batuan metamorf yang memperlihatkan
tekstur mirip porfiritik pada batuan beku, tapi tekstur ini betul-betul akibat
rekristalisasi metamorfosis.

3. Struktur Batuan Metamorf


a. BerFoliasi, Foliasi adalah lapisan-lapisan pada batuan metamorf yang berbentuk
seperti belahan. Merupakan penjajaran dari komposisi mineralnya.
Keterangan:

Gambar 8.1 Batuan Metamorft Berfoliasi

75
 Slaty cleavage. Struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu
sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate (batutulis).
 Phylitic. Rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan lebih mengkilap
daripada batusabak (mulai banyak mineral mika), mulai terjadi pemisahan mineral
pipih dan mineral granular meskipun belum begitu jelas/belum sempurna,
batuannya disebut Phyllite (Filit).
 Sekisose. Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral
pipih orientasinya menerus/tidak terputus, sering disebut dengan close Sekisosity,
batuannya disebut Sekis.
 Gneisose. Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral
pipih orientasinya tidak menerus/terputus, sering disebut dengan open Sekisosity,
batuannya disebut Gneis.
b.Non-Foliasi, merupakan batuan metamorf yang tidak memiliki lapisan-lapisan
sehingga tidak terlihat penjajaran mineral-mineral penyusun batuan tersebut.
Keterangan:

Gambar 8.2 Batuan Metamorft Non-Foliasi

 Granulose, struktur nonfoliasi yang terdiri dari mineral-mineral granular.


 Hornfelsik, struktur nonfoliasi yang dibentuk oleh mineral-mineral
equidimensional dan equigranular, tidak terorientasi, khusus akibat metamorfosa
termal, batuannya disebut Hornfels.
 Cataclastic, struktur nonfoliasi yang dibentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau
mineral berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi, terjadi
akibat metamorfosa kataklastik, batuannya disebut Cataclasite (Kataklasit).
 Mylonitic, struktur nonfoliasi yang dibentuk oleh adanya penggerusan mekanik
pada metamorfosa kataklastik, menunjukan goresan-goresan akibat penggerusan
yang kuat dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer, batuannya
disebut Mylonite (Milonit).
 Phyllonitic, gejala dan kenampakan sama dengan milonitik tetapi butirannya
halus, sudah terjadi rekristalisasi, menunjukan kilap silky, batuannya disebut
Phyllonite (Filonit).

4. Komposisi Mineral Pembentuk Batuan Metamorf


Mineral pembentuk batuan metamorf disebut mineral metamorfik. Mineral ini
hanya terbentuk pada suhu dan tekanan yang tinggi. Beberapa mineral yang pasti
terlibat dalam proses metamorfisme disebut mineral indeks, antara lain termasuk
silimanit, kyanit, stauroli, andalusi, dan beberapa garnet. Mineral lainnya yang dapat
ditemukan dalam batuan metamorf tetapi belum tentu terlibat dalam proses
metamorfisme adalah olivin, piroksen, amphibol, mika, dan kwarsa.

76
5. Bentuk Kristal Batuan Metamorf
a. Euhedral, jika kristal berbentuk sempurna, dengan dibatasi oleh bidang kristal yang
ideal (tegas, jelas teratur).
b.Subhedral, kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak begitu jelas,
sebagian teratur, sebagian tidak.
c. Anhedral, kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak teratur.

Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
a. Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.
b.Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk
anhedral.

6. Ukuran Butir Kristal


Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:
a. Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
b.Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

7.Bentuk Mineral
Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
a. Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.
b.Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
c. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya bersifat tidak teratur dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
d.Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya bersifat lebih teratur dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

D.KLASIFIKASI BATUAN METAMORF


1.Berdasarkan Metamorfisme ( Proses Pembentukannya)
a.Batuan metamorf kontak (Thermal)

Gambar 8.3 Batuan Metamorft Kontak

Jenis batuan metamorf yang pertama akan kita bahas adalah jenis batuan
metamorf kontak. Batuan metamorf kontak merupakan jenis batuan metamorf yang
mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi atau
sebagai akibat dari adanya aktivitas magma. Ada yang menyatakan pula bahwa
batuan metamorf kontak ini adalah batuan yang terbentuk karena adanya pengaruh

77
intrusi magma pada suhu yang sangat tinggi. Adanya suhu yang sangat tinggi yang
berasal dari aktivitas magma ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk maupun
perubahan warna batuan. Suhu yang tinggi ini juga karena letaknya dekat dengan
magma. Contoh dari batuan metamorf kontak ini adalah batu kapur atau gamping
menjadi batu marmer, kemudian batuan batolit, batuan lakolit, dan juga batuan sill.
Satu hal yang perlu kita ketahui tentang batuan jenis ini, yakni batuan jenis ini
dipengaruhi oleh letak instrusinya, dimana semakin jauh letaknya dari intrusinya
maka derajat metamorfosisnya akan semakin berkurang.

b.Batuan metamorf dynamo (Tekanan)

Gambar 8.4 Batuan Metamorft Dinamo

Jenis batuan metamorf yang kedua adalah batuan metamorf dinamo. Batuan
metamorf dinamo merupakan jenis batuan yang mengalami metamorfose sebagai
akibat adanya tekanan yang tinggi yang berasal dari tenaga endogen dalam waktu
yang lama, serta dihasilkan dalam proses pembentukan kulit bumi karena adanya
tenaga endogen.
Batuan metamorf dinamo ini biasanya terjadi atau ada di bagian atas kerak
bumi. Adanya tekanan dengan arah berlawanan mengekibatkan terjadinya
perubahan butiran- butiran mineral ada yang berbentuk pipih dan ada pula yang
kembali menjadi bentuk kristal. Beberapa jenis batuan metamorf ini berubah
menjadi batuan hablur. Contohnya adalah batuan serbuk dan juga serpih. Contoh
lain dari batuan metamorf dinamo ialah batu lumpur atau mud stone menjadi batu
tulis atau slate. Batuan jenis ini banyak dijumpai di daerah- daerah patahan ataupun
lipatan.

c.Batuan metamorf kontak pneumatolistis

Gambar 8.5 Bantuan Pneumatolistik

78
Jenis dari batuan metamorf selanjutnya adalah batuan metamorf kontak
pneumatolistis. Jenis batuan ini merupakan batuan yang mengalami proses
metamorfose sebagai akibat dari adanya pengaruh dari gas- gas yang ada pada
magma. Pengaruh dari gas yang panas ini menyebabkan perubahan komposisi
kimiawi mineral dari batuan ini. Contoh dari batuan metamorf kontak pneumatolistis
ialah batu kuarsa dengan gas borium berubah menjadi turmalin atau sejenis batu
permata. Contoh lain dari jenis batu ini yaitu batu kuarsa dengan gas florium dan
berumah menjadi topas.

Selain Tiga di Atas,Ada juga jenis – jenis Batuan Metamorf yang lain ,Yaitu :
a.Metamorfosis Termal
Metamorfosis termal ini juga disebut dengan metamorfosis sentuh, dimana
metamorfosis jenis ini merupakan metamorfosis yang terjadi saat batu- batuan
mengalami sentuhan oleh magma panas di sekitar dapur magma atau tubuh batuan
intrusive. Contoh dari metamorfosis termal atau sentuh ini adalah batu gamping
yang berubah menjadi batu marmer.

b.Metamorfosis Dinamo
Jenis dari metamorfosis yang selanjutnya adalah metamorfosis dinamo atau
yang juga sering disebut dengan metamorfosis tekanan. Metamorfosis jenis ini
merupakan metamorfosis yang terjadi dimana ada batuan yang terkena tekanan yang
berasal dari peristiwa tetonik (pada kulit bumi hanya terjadi di bagian atas) sehingga
akan mengalami metamorfosis. Contoh dari metamorfosis jenis ini adalah pada
bidang patahan akan terbentuk sebuah cermin gesekan atau tepung milonit.

c.Metamorfosis Regional
Jenis metamorfosis selanjutnya adalah metamorfosis regional. Metamorfisi
regional juga dikenal dengan nama metamorfosis dinamik. Metamorfosis regional
merupakan metamorfosis yang mengenai daerah sangat luas yang terjadi di bagian
bawah kerak bumi akibat dari tekanan seluruh terbentuk yakni skis, mika, filit, dan
gneiss. Batuan dapat mengalami metamorfosis hanya dengan atau apabila berada di
kedalaman besar di bawah permukaan bumi, mengalami suhu yang tinggi, dan juga
mengalami tekanan yang besar yang disebabkan oleh berat yang sangat besar dari
lapisan- lapisan batuan yang berada di atasnya dan akan mengganggu struktur bumi.
Metamorfosis regional ini cenderung membuat batuan menjadi lebih keras, dan pada
saat yang bersamaan menyebabkan terbentuknya tekstur foliasi, skistos, atau gneiss
yang etrdiri dari susunan palanar mineral. Sehingga memnyebakan mineral- mineral
lempeng atau prismatik seperti halnya mika dan hornblende memiliki sumbu-
sumbu terpanjang yang bentuknya sejajar satu sama lain. Ciri utama dari batuan
metamorf yang mengalami metamorfosis jenis ini adalah adanya warna yang
mengkilat dan juga tidak berfosil.

c.Metamorfosis Kataklastik
Selanjutnya ada jenis metamorfosis kataklastik. Metamorfosis kataklastik ini
terjadi sebagai akibat drai deformasi mekanis, seperti contoh ketika dua tubuh
batuan bergeser melewati satu dengan lainnya sepanjang zona sesar. Gesekan yang
terjadi di sepanjang zona geser akan menghasilkan panas, dan batuan terdeformasi
secara mekanik. Batuan tersebut kemudian hancur dan tertumbuk akibat pergeseran
tersebut. Metamorfosis jenis ini tidak umum terjadi terbatas zona sempit dimana
sesar mendatar akan terjadi.

79
d.Metamorfosis Hidrotermal
Selanjutnya ada metamorfosis hidrotermal. Metamorfosis hidrotermal terjadi
ketika ada batuan yang terubah pada suhu tinggi dan tekanan sedang akibat cairan
hidrotermal. Hal tesebut berarti bahwa batuan tersebut sedang mengalami
metamorfosis hidritermal. Hal ini biasa terjadi dalam tbatuan basaltik yang pada
umumnya kekurangan mineral- mineral hidrat. Metamorfosis hidrotermal ini
menyebabkan alterasi menjadi mineral- mineral hidray yang kaya akan Mg – Fe
seperti talk, klorit, serpenting, aktinolit, tremolit, zeolit, dan juga mineral lempung
endapan kaya bijih juga seringkali terbentuk sebagai akibat dari metamorfosis
hidrotermal.

e.Metamorfosis Tindihan
Selanjutnya ada jenis metamorfosis lagi yakni metamorphosis tindihan
metamorfosis tindihan akan terjadi ketika batuan sedimen terkubur hingga
kedalaman beberapa ratus meter, dan suhu yang lebih besar dari 300 derajat celcius
dapat berkembang dengan tanpa adanya stres diferensial. Mineral baru tumbuh,
namun batuan tidak tampak sedag bermetamorfosis, mineral utama yang biasanya
dihasilkan dari proses ini adalah zeolit. Metamorfosis tindihan ini merupakan
metamorfosis tindihan tumpang tindih dengan diagnesis sampai denganbatas
tertentu. dan metamorfosis inilah yang dapat berubah menjadi metamorfosis
regional seiring dengan meningkatnya suhu dan juga tekanan.

2.Batuan Metamorf Berdasarkan Jenisnya

Gambar 8.6 Batu Marmer (1), Batu Sabak (2)

a.Batu Pualam atau Batu Marmer


Batu pualam atau marmer merupakan batu yang berasal dari batu gamping / batu
kapur dan memiliki campuran warna yang berbeda-beda, mempunyai pita-pita warna,
kristal-kristalnya sedang sampai kasar, Apabila ditetesi asam akan mengeluarkan bunyi
mendesah. Batu ini akan menjadi keras dan mengkilap jika dipoles. Batu ini terbentuk
karena batu kapur mengalami perubahan suhu dan tekanan tinggi. Batu ini bisa
digunakan sebagai bahan ubin.
b.Batu Sabak
Batu sabak merupakan batu yang berasal dari batu serpih, umumnya berwarna
abu-abu kehijau-hijauan dan hitam, dapat dibelah-belah menjadi lempeng-lempeng
tipis. Batu ini terbentuk apabila batu serpih terkena suhu dan tekanan tinggi. Batu ini
bisa dijadikan sebagai bahan kerajinan atau bahan bangunan.

80
c.Batu Gneiss (Ganes)
Batu gneiss atau ganes merupakan batu yang umumnya berwarna putih keabu-
abuan, terdapat goresan-goresan yang tersusun atas mineral-mineral, mempunyai
bentuk bentuk jajaran yang tipis dan terlipat pada sejumlah lapisan dan terlihat urat-urat
tebal yang terdiri dari butiran-butiran mineral. Batu ini terbentuk pada saat batuan
sedimen atau batuan beku yang terpendam pada tempat yang dalam mendapatkan
tekanan dan temperatur yang tinggi. Batu ini bisa dijadikan sebagai kerajinan.

d.Batu Sekis
Batu sekis merupakan batu yang umumnya berwarna hitam, hijau dan ungu,
mineralnya umumnya terpisah menjadi berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan
dengan kristal yang berkilau. Batuan ini terbentuk dari perubahan batuan-batuan yang
berubah bentuk pada taraf menengah. Batu ini dapat digunakan sebagai sumber mika
yang utama (komponen penting dalam industri elektronika).

Gambar 8.7 Batu Gneiss (1), Batu Sekis (2)

e.Batu Kuarsit
Batu kuarsit merupakan batu yang umumnya berwarna abu-abu, kekuningan,
coklat, atau merah, sering berlapis-lapis dan dapat mengandung fosil. Batu ini
merupakan perubahan dari batuan pasir yang mendapatkan suhu yang tinggi. Batu ini
dapat digunakan sebagai bahan kerajinan atau pun kontruksi jalan raya.

f.Batu Milonit
Batu milonit merupakan batuan yang terdapat butir-butir halus, dapat dibelah,
berwarna abu-abu, kehitaman, coklat, atau pun biru. Batu ini terbentuk oleh
terbentuknya mineral-mineral yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir
batuan awal. Batu ini dapat digunakan sebagai bahan kerajinan.

Gambar 8.8 Batu Kuarsit (1), Batu Milonit (2)

81
E.DAMPAK DARI PROSES METAMORFOSIS BATUAN

1. Ketika material dari luar bumi, seperti jenis jenis sistem tata surya seperti meteorit
atau komet yang jatuh ke bumi, atau apabilah terjadi ledakan gunung berapi yang
sangat besar, tekanan yang sangat tinggi dapat terjadi pada batuan- batuan yang
terkena dampaknya.
2. Tekanan- tekanan yang sangat tinggi tersebut menghasilkan mineral yang hanya bisa
stabil pada tekanan yang sangat tinggi, seperti halnya polimorf SiO2 seperti koesit
dan juga stishofit.
3. Selain itu mereka ini juga dapat menghasilkan terkstur yang dikenal sebagai shock
lamellae di buturan- butiran mineral dan juga tekstur seperti atau menyerupai kerucut
pecah dai batuan yang berdampak.

82
BAB 9
MINERALOGI

Kompetensi Dasar
Menganalisis Konsep, Sejarah, dan Hubungan Geologi dengan Disiplin Ilmu
Lainnya

83
A.PENGERTIAN UMUM MINERALOGI

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya
dan kegunaannya. Minerologi terdiri dari kata mineral dan logos, dimana mengenai arti
mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan dikacaukan dikalangan awam.
Sering diartikan sebagai bahan bukan organik (anorganik). Maka pengertian yang jelas
dari batasan mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui walaupun dari
kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya (Danisworo,
1994).

Definisi mineral menurut beberapa ahli:


1.L.G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai
atom-atom yang tersusun secara teratur.

2.D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972


Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.

3.A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977


Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia
tertentu atau dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan
bukan hasil suatu kehidupan

4.UU Republika Indonesia Nomor 4 Tahun 2009


Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik
dan kimia tertentu, serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk
batuan, baik dalam bentuk lepas ataupun dalam bentuk yang padu.

Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan anomali atau suatu
pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut mineral, walaupun tidak termasuk
didalam suatu definisi. Sehingga sebenarnya dapat dibuat suatu definisi baru atau
definisi kompilasi. Dimana definisi kompilasi tidak menghilangkan suatu ketentuan
umum bahwa mineral itu mempunyai sifat sebagai: bahan alam, mempunyai sifat fisis
dan kimia tetap dan berupa unsur tunggal atau senyawa.Definisi mineral kompilasi:
mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisis dan kimia tetap dapat
berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik,
homogen, dapat berupa padat, cair dan gas .

Mineral adalah zat-zat hablur yang ada dalam kerak bumi serta bersifat homogen,
fisik maupun kimiawi. Mineral itu merupakan persenyewaan anorganik asli, serta
mempunyai susunan kimia yang tetap. Yang dimaksud dengan persenyawaan kimia asli
adalah bahwa mineral itu harus terbentuk dalam alam, karena banyak zat-zat yang
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan mineral, dapat dibuat didalam laboratorium.
Sebuah zat yang banyak sekali terdapat dalam bumi adalah SiO2 dan dalam ilmu
mineralogi, mineral itu disebut kuarsa. Sebaliknya zat inipun dapat dibuat secara kimia
akan tetapi dalam hal ini tidak disebut mineral melainkan zat Silisium dioksida.

84
B.PROSES TERBENTUKNYA MINERAL

Proses pembentukan endapan mineral dapat diklasifikasikan menjadi dua macam,


yaitu proses internal atau endogen dan proses eksternal atau eksogen. Endapan mineral
yang berasal dari kegiatan magma atau dipengaruhi oleh faktor endogen disebut dengan
endapan mineral primer. Sedangkan endapan endapan mineral yang dipengaruhi faktor
eksogen seperti proses weathering, inorganic sedimentasion, dan organic
sedimentation disebut dengan endapan sekunder, membentuk endapan plaser, residual,
supergene enrichment, evaporasi/presipitasi, mineral-energi (minyak&gas bumi dan
batubara dan gambut).

1.Proses Internal
Proses internal atau endogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:
a. Kristalisasi dan segregrasi magma: Kristalisasi magma merupakan proses utama dari
pembentukan batuan vulkanik dan plutonik.
b.Hydrothermal: Larutan hydrothermal ini dipercaya sebagai salah satu fluida pembawa
bijih utama yang kemudian terendapkan dalam beberapa fase dan tipe endapan.
c. Lateral secretion: erupakan proses dari pembentukan lensa-lensa dan urat kuarsa pada
batuan metamorf.
d.Metamorphic Processes: umumnya merupakan hasil dari contact dan regional
metamorphism.
e. Volcanic exhalative (= sedimentary exhalative); Exhalations dari larutan
hydrothermal pada permukaan, yang terjadi pada kondisi bawah permukaan air laut
dan umumnya menghasilkan tubuh bijih yang berbentuk stratiform.

2.Proses Eksternal
Proses eksternal atau eksogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:
a. Mechanical Accumulation; Konsentrasi dari mineral berat dan lepas menjadi endapan
placer (placer deposit).
b.Sedimentary precipitates; Presipitasi elemen-elemen tertentu pada lingkungan
tertentu, dengan atau tanpa bantuan organisme biologi.
c. Residual processes: Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu pada batuan
meninggalkan konsentrasi elemen-elemen yang tidak mobile dalam material sisa.
d.Secondary or supergene enrichment; Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu dari
bagian atas suatu endapan mineral dan kemudian presipitasi pada kedalaman
menghasilkan endapan dengan konsentrasi yang lebih tinggi.

C.UNSUR UTAMA PERSENYAWAAN MINERAL PADA BATUAN DI KERAK


BUMI

Terdapat 8 unsur utama penyusun persenyawaan mineral pada batuan di kerak


bumi yaitu :
1.Olivine
Dikenal karena warna nya yang “olive” berat jenis berkisar antara 3.27 – 3.37,
tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang sempurna.

2.Pyroxene
Mereka berbagai struktur umum yang terdiri dari rantai tunggal tetrahedral silica
dan mereka mengkristal dalam system monoklin dan ortorombik. Pyroxenes memiliki
rumus XY umum (Si, Al) 2O6 ( di mana X mewakili kalsium, natrium, besi dan

85
magnesium +2 dan lebih jarang seng, mangan dan lithium iondan Y merupakan ukuran
yang lebih kecil, seperti kromium, aluminium, besi +3 , magnesium, mangan,
skandium, titanium, vanadium dan bahkan besi +2 ). Meskipun pengganti aluminium
luas untuk silikon dalam silikat seperti feldspars dan amphiboles, substitusi terjadi
hanya secara terbatas di pyroxenes paling.

3.Amphibole
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal
yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe),
Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O).
Hornblende tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak
dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.
a. mica,
Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang bervariasi,
dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon (Si) dan air
(H2O).
b. clay minerals,
Clay mineral adalah pelapukan umum (termasuk pelapukan feldspar) dan
rendah suhu produk alterasi hidrotermal.Clays Mineral yang sangat umum
dalam batuan sedimen berbutir halus seperti serpih, batulumpur, dan
batulanau dan batu tulis metamorf berbutirhalus dan phyllite.
c. feldspar
feldspar adalah anggota dari mineral feldspar. Seperti halnya plagioclase feldspar,
potassium feldspars adalah mineral silicate yang mengandung unsur Kalium dan
bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna merah daging hingga putih.
d. quartz,
Quartz adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada kerak bumi.
Mineral ini tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih, kilap kaca dan
belahan (cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.

4.Calcite
Mineral Calcite tersusun dari calcium carbonate (CaCO3). Umumnya berwarna
putih transparan dan mudah digores dengan pisau. Kebanyakan dari binatang laut
terbuat dari calcite atau mineral yang berhubungan dengan 'lime' dari batu gamping.

D.NAMA – NAMA MINERAL YANG UMUM TERDAPAT PADA BATUAN

Berdasarkan mineralogi,beberapa mineral yang terdapat pada batuan adalah


sebagai berikut:
1.Batuan beku asam
Batuan ini berwarna cerah, kandungan silika tinggi, 65 – 75 % SiO2, yang
dicirikan terutama oleh kehadiran mineral berwarna cerah : kuarsadan K-feldspar, dan
mineral berwarna gelap:biotit.Termasuk kategori ini antara lain adalah Granit dan
Riolit.

2.Batuan beku basa


Batuan ini berwarna gelap, hitam, kandungan silikanya rendah, 45 – 52 %, yang
dicirikan oleh kehadiran mineral cerah plagioklas basa (Ca-plagioklas), dan mineral
berwarna gelap yang dominan piroksen. Termasuk kategori ini antara lain
adalah Gabro dan Basalt.

86
3.Batuan beku ultrabasa
Batuan ini berwarna gelap, hijau gelap, kandungan silikanya sangat rendah, < 45
%, yang dicirikan terutama oleh kehadiran mineral berwarna gelap olivin dan piroksin,
dan tanpa mineral berwarna cerah. Termasuk kategoti ini adalah Peridotit, Dunite,
Piroksenit.
4.Batuan beku menengah
Batuan ini berwarna abu-abu sampai abu-abu gelap, mengandung silika menengah
,52–65 %,yang dicirikan oleh kehadiran mineral-mineral cerahnya plagioklas menengah
(Ca-Na plagioklas) yang dominan, dan mineral berwarna gelap yang utama
adalah hornblende. Termasuk kategori ini antara lain adalah Andesit dan Diorit.

E.SIFAT – SIFAT FISIK MINERAL


1.Warna
Warna adalah kemampuan mineral untuk menyerap cahaya. Warna mineral dapat
dibedakan menjadi:
a. Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsu (CaSO4.H2O), Milky
Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)
b. Kuning : Belerang (S)
c. Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema(Au)
d. Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)),Malasit (Cu CO3Cu(OH)2)
e. Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2(Si6O18))
f. Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
g. Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
h. Abu-abu : Galena (PbS)
i. Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)),Grafit (C), Augit

2.Kilap (Luster)
Kilap adalah kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral
saat terkena cahaya. Kilap secara garis besar dibedakan atas:
a.Kilap Logam (Metallic luster)
bila mineral tersebut mempunyai kilap atau kilapan seperti logam. Contoh mineral
yang mempunyai kilap logam :
 Galena
 Pirit
 Magnetik
 Kalkopirit
 Grafit
 Hematite
b.Kilap Bukan Logam (Non metallic luster) : Dibagi atas :
 Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
 Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
 Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya terdapat
pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan
gips.
 Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada
spharelit.
 Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada
serpentin,opal dan nepelin.

87
 Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan
limonit.

3.Cerat (Streak)
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau
membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Contohnya :
a. Pirit,Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada platporselin akan meninggal-
kan jejak berwarna hitam
b. Hematit,Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan meninggal-
kan jejak berwarna merah kecoklatan
c. Augite, Ceratnya abu-abu kehijauan
d. Biotite, Ceratnya tidak berwarna
e. Orthoklase, Ceratnya putih
Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara keseluruhan,
sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral.

4.Kekerasan (Hardness)
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif sifat
fisik ini di tentukan menggunakan skala mosh. Berikut urutan kekerasan berdasarkan
skala mohs:
Tabel Kekerasan Mineral
Skala Nama Mineral Rumus Kimia
1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gipsum CaSO4. 2H2O
3 Kalsit CaCO3
4 Fluorit CaF2
5 Apatit CaF2Ca3 (PO4)2
6 Ortoklas K Al Si3 O8
7 Kuarsa SiO2
8 Topas Al2SiO3O8
9 Korondum Al2O3
10 Intan C

Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan kekerasan
dari alat penguji standar :

Alat Penguji Derajat Kekerasan Mohs


Kuku manusia 2,5
Kawat Tembaga 3
Paku 5,5
Pecahan Kaca 5,5 – 6
Pisau Baja 5,5 – 6
Kikir Baja 6,5 – 7

Kuarsa 7

88
5.Bentuk Kristal (Crystal form)
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan
oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal
disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas disebut
amorf (tidak berbentuk kristal). Bentuk kristal bermacam – macam, antara lain :
a. Isometrik / kubus : Florit, octahedron, pirit, galena
b. Tetragonal / balok : Wulfenit, apophilit
c. Heksagonal : Kalsit, vanadinit, kuarsa
d. Ortorombik : Topas, barit, staurolit
e. Monoklin : Gipsum, mika
f. Triklin : Microcline

6.Belahan (Cleavage)
Belahan adalah kecenderungan suatu mineral untuk mengalami disintegrasi
sepanjang bidang lemahnya. Belahan dapat dibagi menjadi:
a. 1 arah : Mika, muskovit
b. 2 arah : Ortoklas, amphibole
c. 3 arah : Halit, kalsit
d. 4 arah : Fluorit

7.Pecahan (Fracture)
Pecahan adalah kecenderungan suatu mineral untuk mengalami disintegrasi tidak
pada bidang lemahnya. Pecahan dapat dibagi menjadi:
a. Konkoidal : Permukaan halus dan melengkung seperti kenampakan kerang atau
pecahan botol. Contoh : Kuarsa
b. Splintery: Permukaan seperti serat atau abon. Contoh : Asbes, augit, hipersten
c. Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus,
contohnya pada kelompok mineral lempung yaitu limonit.
d. Uneven: Permukaan kasar dan tidak teratur. Contoh : Pirit, kalkopirit, garnet,
hematit, magnetit
e. Hackly: Permukaan kasar, tidak teratur dan runcing – runcing. Contoh: Emas, perak,
tembaga

8.Berat Jenis (Specific gravity)


Berat jenis adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral.
Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral
tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi
dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan
di dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama
dengan volume butir mineral tersebut. Contohnya galena (SG : 7,5), perak (SG : 10 –
12)

9.Sifat Dalam (Tenacity)


Sifat dalam adalah kemampuan suatu mineral untuk pecah. Tenacity ini dapat dibagi
menjadi :
a. Brittle : Bisa dipotong dan hancur menjadi pecahan runcing. Contoh : Kuarsa
b. Malleable : Dapat ditempa menjadi lapisan pipih dan tanpa pecah.Contoh : Emas,
tembaga murni
c. Sectile : Dapat dipotong dengan pisau menjadi keping – keping tipis. Contoh :
Gipsum

89
d. Flexible : Dapat dibentuk, tapi tidak dapat dikembalikan kembali jika gaya
ditiadakan. Contoh : Talc, selenit
e. Elastic : Dapat dibentuk dan dapat dikembalikan kembali seperti semula. Contoh :
Muskovit

10.Diaphanety
Diaphanety adalah kemampuan mineral untuk meneruskan cahaya. Diaphanety
dapat dibagi menjadi :
a. Transparent : Benda dapat tampak jika dipandang melalui suatu mineral. Contoh :
Kuarsa, kalsit, biotit
b.Translucent: Cahaya dapat diteruskan oleh mineral, namun bendadibalik mineral ini
tidak tampak jelas. Contoh : Gipsum
c. Opaque: Tidak ada cahaya yang diteruskan walaupun pada keping yang tertipis.
Contoh : Magnetit, pirit

11.Special Properties
Special properties disini antara lain :
a. Rasa
 Asin : halit
 Pahit : epsomit
b.Feel
 Soapy / seperti sabun : talk, bentonit
 Greasy / berminyak : grafit
c. Bau
 Berbau bawang putih : mineral As
 Berbau lobak : mineral – mineral Se
 Berbau belerang :S
 Berbau arang : batubara, lignit
 Berbau tanah : kaolin basah
d.Kelistrikan
 Bermuatan listrik jika digosok dengan kain,, contoh : intan, topas, turmalin
 Bermuatan listrik jika dipanasi, contoh : turmalin, kuarsa
 Bermuatan listrik jika ditekan, contoh : kuarsa
 Berdaya hantar listrik, contoh : Cu, Fe
e. Kemagnetan
 Bersifat magnetik : magnetit, pirotit,ferroplantin
 Serbuknya tetarik magnet : magnetit, pirotit
f. Daya hantar panas
 Konduktor : Cu, Fe
 Isolator : asbes, mika
g.Keradioaktifan
Mineral bersifat radioaktif, contoh : uranitit, pitchblende
h.Fosforisensi
Dapat bercahaya atau bersinar, setelah tidak kena cahaya matahari, contoh : barium
sulfida, kalsium sulfide
i. Fluorisensi
Dapat bercahaya apabila mineral terkena cahaya, contoh : fluorit, barium, platina
sianida, willemite.

90
F.JENIS-JENIS MINERAL DAN KLASIFIKASINYA
1.Berdasarkan Pembentuk Batuan
a. Mineral Utama (Essential minerals)
Pada dasarnya sebagian besar (99%) batuan beku hanya terdiri dari unsur utama
yaitu oksigen, silikon, alumunium, besi, kalsium, sodium, potasium, dan magnesium,
unsur ini membentuk mineral yang tergolong mineral utama yaitu:
 Kuarsa
 Plagioklas
 Ortoklas
 Olivin
 Piroksin
 Amfibol
 Mikafelpatora
b.Mineral Ikutan / Tambahan (Accessory minerals)
Adalah mineral-mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma, terdapat dalam
jumlah yang sedikit (kurang dari 5%). kehadirannya tidak menentukan nama batuan.
Contoh dari mineral tambahan ini antara laian : Zirkon, Magnesit, Hematit, Pyrit,
Rutil Apatit, Ganit, Sphen.
c. Mineral Sekunder (Secondary mineral)
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil
pelapukan, reaksi hidrotermal maupun hasil metamorfosisme terhadap mineral utama.
contoh dari mineral sekunder antara lain : Serpentit, kalsit, serisit, kalkopirit, kaolin,
klorit, pirit.

2.Berdasarkan Susunan Senyawa Kimiawi


a.Mineral Silikat
Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur
metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri
dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km
dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu
sedimen, batuan beku maupun batuan malihan. Silikat pembentuk batuan yang umum
adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-
ferromagnesium.
Tabel Kelompok Mineral Silikat

MINERAL RUMUS KIMIA

Olivine (Mg,Fe)2SiO4
Pyroxene (Mg,Fe)SiO3
Amphibole (Ca2Mg5)Si8O22(OH)2
Muscovite KAl3Si3O10(OH)2
Mica Biotite K(Mg,Fe)3Si3O10(OH)2
Orthoclase K Al Si3 O8
Feldspar Plagioclase (Ca,Na)AlSi3O8
Quartz SiO2

91
 Mineral ferromagnesium:
Umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis yang besar.
 Olivine: dikenal karena warnanya yang “olive”. Berat jenis berkisar antara 3.27 –
3.37, tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang
sempurna.
 Augitit: warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. BD berkisar antara 3.2 – 3.4
dengan bidang belah yang berpotongan hampir tegak lurus. Bidang belah ini sangat
penting untuk membedakannya dengan mineral hornblende.
 Hornblende: warnanya hijau hingga hitam; BD. 3.2 dan mempunyai bidang belah
yang berpotongan dengan sudut kira-kira 56° dan 124° yang sangat membantu
dalam cara mengenalnya.
 Biotite: adalah mineral “mika” bentuknya pipih yang dengan mudah dapat
dikelupas. Dalam keadaan tebal, warnanya hijau tua hingga coklat-hitam; BD 2.8 –
3.2.
 Mineral non-ferromagnesium.
 Muskovit: Disebut mika putih karena warnanya yang terang, kuning muda, coklat
,hijau atau merah. BD. berkisar antara 2.8 – 3.1.
 Felspar: Merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak . Namanya
juga mencerminkan bahwa mineral ini dijumpai hampir disetiap lapangan. “Feld”
dalam bahasa Jerman adalah lapangan (Field). Jumlahnya didalam kerak Bumi
hampir 54 %. Nama-nama yang diberikan kepada felspar adalah “plagioklas” dan
“orthoklas”. Plagioklas kemudian juga dapat dibagi dua, “albit” dan “anorthit”.
Orthoklas adalah yang mengandung Kalium, albit mengandung Natrium dan
Anorthit mengandung Kalsium.
 Orthoklas: mempunyai warna yang khas yakni putih abu-abu atau merah jambu.
BD. 2.57.
 Kuarsa: Kadang disebut “silika”. Adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan
yang terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan
warna seperti asap atau “smooky”, disebut juga “smooky quartz”. Kadang-kadang
juga dengan warna ungu atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang
demikian disebut “amethyst”, merah massip atau merah-muda, kuning hingga
coklat. Warna yang bermacam-macam ini disebabkan karena adanya unsur-unsur
lain yang tidak bersih.
b.Mineral Oksida
Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu.
Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras
dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida.
Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, Chroom, mangan, timah dan
aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah “es” (H2O), korondum
(Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
c.Mineral Sulfida
Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan sulfur
(belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri. Beberapa dari
mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai ekonomis, atau bijih,
seperti “pirit” (FeS3), “chalcocite” (Cu2S), “galena” (PbS), dan “sphalerit” (ZnS).
d.Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”, umpamanya
persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal
sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk
batuan sedimen.

92
Gambar 9.1 Contoh Pecahan Mineral

Tabel Kelompok Mineral Non-Silikat

KELOMPOK ANGGOTA SENYAWA KIMIA

Hematite Fe2O3
Magnetite Fe3O4
Oxides Corrundum Al2O3
Chromite FeCr2O4
Ilmenite FeTiO3
Galena PbS
Sphalerite ZnS
Sulfides Pyrite FeS2
Chalcopyrite CuFeS2
Bornite Cu5FeS4
Cannabar HgS
Gypsum CaSO4,2H2O
Sulfates Anhydrite CaSO4
Barite BaSO4

Gold Au
Cooper Cu
Native Elements Diamond C
Sulfur S
Graphite C
Silver Ag
Platinum Pt
Halite NaCl
Halides Flourite CaF2
Sylvite KCl
Calcite aCO3
Carbonates Dolomite CaMg(CO3)2
Malachite Cu2(OH)2CO3
Azurite Cu3(OH)2(CO3)2
Limonite FeO(OH).nH2O
Hydroxides Bauxite Al(OH)3.nH2O
Apatite Ca5(F,Cl,OH)PO4
Phosphates Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8

93
94
BAB 10
KRISTALOGRAFI

Kompetensi Dasar
Menganalisis Konsep, Sejarah, dan Hubungan Geologi dengan Disiplin Ilmu
Lainnya

95
A.PENGERTIAN UMUM KRISTALOGRAFI

Kristalografi adalah suatu ilmu pengetahuan kristal yang dikembangkan untuk


mempelajari perkembangan dan pertumbuhan kristal, termasuk bentuk, struktur dalam
dan sifat-sifat fisiknya. Dahulu, Kristalografi merupakan bagian dari Mineralogi.
Tetapi karena bentuk-bentuk kristal cukup rumit dan bentuk tersebut merefleksikan
susunan unsur-unsur penyusunnya dan bersifat tetap untuk tiap mineral yang
dibentuknya., maka pada akhir abad XIX, Kristalografi dikembangkan menjadi ilmu
pengetahuan tersendiri.

Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang
dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan
pendapat para ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan
tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-
bidangnya memenuhi hukum geometri.

Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal
tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya
tertentu. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-
bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini disebut
sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling
berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka itu baik letak
maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal.

Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang
menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan
panjang yang disebut sebagai parameter.

Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung
pengertian sebagai berikut :

1.Bahan padat homogen


biasanya anisotrop dan tembus cahaya :
a. tidak termasuk didalamnya cair dan gas
b. tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika
c. terbentuknya oleh proses alam

2.Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti


sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum geometri :
a. jumlah bidang suatu kristal selalu tetap
b. macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap
c. sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.

Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti
hukum-hukum diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses
alam (dibentuk secara laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut
sebagai kristal.

96
B.KOMPOSISI KIMIA KRISTAL

Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, beberapa
sifat-sifat mineral / kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/kristal tidak hanya
tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari atom-atom
penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun kristal / mineral.
Komposisi kimia kerak bumi :
a. Kerak
b. Mantel, dan
c. Isi bumi

Ketebalan kerak bumi di bawah kerak benua sekitar 36 km dan di bawah kerak
samudra berkisar antara 10 sampai 13 km. Batas antara kerak dengan mantel dikenal
dengan Mohorovicic discontinuity.Kimia kristal Sejak penemuan sinar X, penyelidikan
kristalografi sinar X telah mengembangkan pengertian kita tentang hubungan antara
kimia dan struktur. Tujuannya adalah:
 Untuk mengetahui hubungan antara susunan atom dan komposisi kimia dari suatu
jenis kristal.
 Dalam bidang geokimia tujuan mempelajari kimia kristal adalah untuk memprediksi
struktur kristal dari komposisi kimia dengan diberikan temperatur dan tekanan.

Perubahan energi yang dihasilkan oleh ikatan kimia yang terbentuk oleh dua
macam ikatan yaitu ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen.
1.Isomorfisme
Isomorfisme adalah suatu substansi yang mempunyai rumus analog serta
keamanan dari pada kristalografi dalam merefleksikan struktur dari dalamnya.

2.Polimorfisme
Polimorfisme adalah kemampuan unsur atom untuk membentuk lebih satu macam
kristal. perbedaan dari sifat fisik kristal akan membentuk substansi polimerfic sebagai
morfic, trimorficdan seharusnya. Polimorfisme menunjukan bahwa struktur kristal
tidak hanya ditentukan oleh unsur kimia saja akan tetapi dapat disebabkan juga oleh
unsur dari susunan atom yang dibangaun kristal.
 Enantriotrop yaitu suatu proses timbal balik
 Monotropisme yaitu merupakan suatu proses yang tidak timbal balik
Contoh : Markasit menjadi pyrite

3.Pseudomorfisme
Mineral dapat mengalami perubahan mineral lain tanpa merubah ikatan kimianya
proses ini dikenal sebagai proses pseudomorfisme.
Pseudomorfisme ini terbagi menjadi dua yaitu :
a. Tidak terjadi perubahan unsur kimianya, akan tetapi terjadi perubahan sistem dari
pada kristalografinya.
b.Unsur lama diganti unsur baru.Pseudomorfisme disebabkan mineral lama tidak stabil
dalam lingkungan yang baru.

97
C.PROSES PEMBENTUKAN KRISTAL

Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses
yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut.
Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat dimana
kristal tersebut terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada
pembentukan kristal :
1.Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas
dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar
pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya
dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.
2.Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase
cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka
(skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang
memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari
aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan temperature.
3.Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh
tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya,
sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal
yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang berubah
secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur
fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak adanya
faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.

D.BENTUK – BEMTUK FISIS KRISTAL

Bentuk fisik kristal atau biasa disebut crystal habit adalah bentuk mineralyang
dipengaruhi keadaan dimana kristal itu tumbuh. Bentuk fisik ini merupakanbentuk yang
identik yang dimiliki setiap kristal. Bentuk fisik kristal dibagi menjaditiga, diantaranya:
1.Bentuk Fisik Memanjang
Bentuk fisik ini juga memiliki macamnya. Ada yang meniang, berserat,menjarum,
membenang, dan bahkan menyerupai bintang.

Gambar 10.1 Bnetuk Fisik Memanjang Kristal

98
2.Bentuk Fisik Membulat
Bentuk fisik membulat contohnya seperti kristal atau mineral yangberbentuk
butiran bulat atau biasa disebut colloform.Lalu ada yang berbentukmembutir dinamakan
granular seperti olivine, kriolit dan kordrit.

3.Bentuk Fisik Memipih


Bentuk memipih ini biasanya memiliki macam seperti bladed atau berbentuk
seperti sayatan silet. Lalu ada juga yang berbentuk seperti papanbiasa disebut tabular.

Gambar 10.2 Bnetuk Fisik Mmebukat dan Memipih Kristal

E.UNSUR – UNSUR KRISTAL

Kristal yang memiliki karakteristik berbentuk simetris memiliki unsur-


unsursebagai berikut:
1.Pencerminan
Bidang pencerminan adalah bidang yang seolah-olah jika kristal dibelahsetengah
menjadi dua bagian pada bagian tengahnya, maka kristal yang terbagidua tersebut
memiliki bentuk yang sama. Seolah-olah kristal satu merupakanpencerminan kristal
yang lainnya.
2.Rotasi
Rotasi merupakan sumbu atau poros yang terbentuk dari garis bayanganyang
menembus kristal melewati titik pusat kristal. Jika kristal diputar hingga360° pada
poros tersebut, maka akan mendapatkan beberapa kali tampilankristal yang sama.
3.Invers
Bidang invers merupakan bidang yang terlihat terbalik dari bidang mukakristal
ketika kristal diputar penuh sampai 360°

99
F.DAYA IKAT DALAM SEBUAH KRISTAL

Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat pada kristalin adalah
bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengansifat-sifat fisik
dan kimia dari mineral. Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas
termal, dan koefisien ekspansi termal berhubungan secara langsung terhadap daya ikat.

Secara umum, ikatan kuat memiliki kekerasan yang lebih tinggi, titik leleh yang
lebih tinggi dan koefisien ekspansi termal yang lebih rendah. Ikatan kimia dari suatu
kristal dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu: ionik, kovalen, logam dan van der Waals.

1.Ikatan ionik
a. Terjadi akibat ikatan ionik antara ion-ion dalam zat padat.
b. Ikatan ionik terjadi karena gaya tarik elektrostatik antara ion positif dan ion negatif.
c. Pada kristal ionik, tiap ion dikelilingi oleh ion-ion yang lain.
Contoh : kristal NaCl

Ikatan natrium dan klorin terjadi karena


adanya serah terima elektron, natrium
merupakan logam dengan reaktivitas
tinggi karena mudah melepas elektron
dengan energi ionisasi rendah sedangkan
klorin merupakan nonlogam dengan
afinitas atau daya penagkapan elektron
yang tinggi. Apabila terjadi reaksi antara
natrium dan klorin maka atom klorin
akan menarik satu elektron natrium.
Akibatnya natrium menjadi ion positif
dan klorin menjadi ion negatif. Adanya
ion positif dan negatif memungkinkan
terjadinya gaya tarik antara atom
sehingga terbentuk natrium klorida.
Gambar 10.3 Ikatan Ionik
2.Ikatan Kovalen
Ikatan yang terjadi karena adanya pemakaian bersama elektron-elektron dari
atom-atom yang bersangkutan.Ikatan kovalen disebut juga sebagai patungan elektron
valensi dari kedua atom.

Gambar 10.4 Ikatan Kovalen

100
3. Ikatan Hidrogen
Ikatan ini merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain yang
mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang sama.
4.Ikatan Van Der Waals
Ikatan Van Der Waals ialah ikatan yang erupa tarik menarik molekul-molekul
yang berdekatan. Ikatan ini terjadi pada gas dimana mempunyal sifat bentuk dan
volumenya dapat berubah sesuai tempatnya. Jarak antara molekul-molekul gas relatif
jauh dan gaya tarik menariknya sangat lemah. Pada penurunan suhu, fasa gas dapat
berubah menjadi fasa cair atau padat sehingga pada keadaan ini jarak antara molekul-
molekulnya menjadi lebih dekat dan gaya tarik menariknya relatif lebih kuat.

Gambar 10.5 Ikatan Van Der Waals


5.Ikatan logam
Ikatan logam ialah ikatan antara atom-atom logam dalam kristal logam. Pada
logam elektron-elektron yang menyebabkan terjadinya ikatan di antara atom-atom
logam tidak hanya menjadi milik sepasang atom saja, tetapi menjadi milik semua atom
logam, sehingga elektron-elektron dapat bergerak bebas. Karena itulah maka logam-
logam dapat menghantarkan arus listrik.

Gambar 10.6 Ikatan Logam

G.SISTEM KRISTALOGRAFI

Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu diadakan
pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada perbangdingan
panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan sumbu
simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal,
Trigonal, Orthorhombik, Monoklin dan Triklin.

Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal.


Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal
tersebut. Sistem Isometrik terdiri dari lima kelas, sistem Tetragonal mempunyai tujuh
kelas, sistem Orthorhombik memiliki tiga kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal
lima kelas. Selanjutnya Monoklin mempunyai tiga kelas dan Triklin dua kelas.

101
1.Sumbu, Sudut dan Bidang Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan
bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan
didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi
tiga, yaitu : gire, giroide, dan sumbu inversi putar.Sudut simetri adalah sudut antar
sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah kristal. Sudut-sudut ini berpangkal (dimulai)
pada titik persilangan sumbu-sumbu utama pada kristal yang akan sangat berpengaruh
pada bentuk dari kristal itu sendiri.Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat
membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan
pencerminan (refleksi) dari bagian yang lainnya. Bidang simetri ini dapat dibagi
menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri menengah. Bidang simetri
aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal).

2,Proyeksi Orthogonal
Proyeksi orthogonal adalah salah satu metode proyeksi yang digunakan untuk
mempermudah penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat diaplikasikan hamper
pada semua penggambaran yang berdasarkan hukum-hukum geometri. Contohnya
pada bidang penggambaran teknik, arsitektur, dan juga kristalografi. Pada proyeksi
orthogonal, cara penggambaran adalah dengan menggambarkan atau membuat
persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu a,b,c dan seterusnya dengan
menggunakan sudut-sudut persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada akhirnya
akan membentuk gambar tiga dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan membentuk
bidang-bidang muka kristal.

1.Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu
dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing
sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b
dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal
ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama
lain (90˚).
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi
orthogonal, sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b
: c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1,
pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga
ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap
sumbu bˉ.
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :
 Tetaoidal
 Gyroida
 Diploida
 Hextetrahedral
 Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite,
galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)

102
2.Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang
sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih
pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama
dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki
sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini,
semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain
(90˚).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal


Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar
sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚
terhadap sumbu bˉ.
Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:
 Piramid
 Bipiramid
 Bisfenoid
 Trapezohedral
 Ditetragonal Piramid
 Skalenohedral
 Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)

3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚
terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang
c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut
α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi
orthogonal, sistem Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b :
c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1,
pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis
dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap
sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 7:
 Hexagonal Piramid

103
 Hexagonal Bipramid
 Dihexagonal Piramid
 Dihexagonal Bipiramid
 Trigonal Bipiramid
 Ditrigonal Bipiramid
 Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,
corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)

4.Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal
Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada
sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian
dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang
melewati satu titik sudutnya.

Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio


(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu
a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak
sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α =
β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β
saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal


Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar
sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap
sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
 Trigonal piramid
 Trigonal Trapezohedral
 Ditrigonal Piramid
 Ditrigonal Skalenohedral
 Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan
cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)

5.Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal
yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang berbeda.

104
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang
sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β
= γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).
Gambar 5 Sistem Orthorhombik

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi


orthogonal, sistem Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a
: b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi
ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut
antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:


 Bisfenoid
 Piramid
 Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite,
chrysoberyl, aragonite danwitherite (Pellant, chris. 1992)

6.Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu
c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b paling pendek.

Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial


ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang
sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu
sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ.
Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus
(90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal


Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
 Sfenoid
 Doma
 Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini
adalah azurite, malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)

105
7.Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang
atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal
ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya.

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi


orthogonal, Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c =
sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran
panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar
sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ
membentuk sudut 80˚ terhadap c+.

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:


 Pedial
 Pinakoidal

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite,
labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992).

H.APLIKASI KRISTALOGRAFI DALAM BIDANG GEOLOGI

Pada bidang Geologi, mempelajari kristalografi sangatlah penting. Karena untuk


mempelajari ilmu Geologi, kite tentunya juga harus mengetahui komposisi dasar dari
Bumi ini, yaitu batuan. Dan batuan sendiri terbentuk dari susunan mineral-mineral yang
tebentuk oleh proses alam. Dan pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang
pengertian mineral yang dibentuk kristal-kristal.

Dengan mempelajari kristalografi, kita juga dapat mengetahui berbagai macam


bahan-bahan dasar pembentuk Bumi ini, dari yang ada disekitar kita hingga jauh didasar
Bumi. Ilmu kristalografi juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat berbagai
macam mineral yang paling dicari oleh manusia. Dengan alasan untuk digunakan
sebagai perhiasan karena nilai estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu sendiri.
Jadi, pada dasarnya, kristalografi digunakan sebagai dasar untuk mempelajari ilmu
Geologi itu sendiri. Dengan alasan utama kristal adalah sebagai pembentuk Bumi yang
akan dipelajari.

I.TUJUAN MEMPELAJARI KRISTALOGRAFI


1. Untuk mengidentifikasi mineral, penentuan morfologi, komposisi dan sifat-sifat
fisiknya.
Metode analisis yang biasa digunakan adalah:
a. Mineralogi optik menggunakan mikroskop polarisasi
b. Difraksi Sinar-X (XRD)
c. Scanning Electron Microscope Metode ini dilakukan khusus untuk mineral
yang berukuran sangat kecil seperti mineral lempung.

106
2. Eksplorasi endapan mineral dan bijih.
3. Mineralogi industri (mineral untuk semen dan zeolith),zeolit yang mempunyai
banyak manfaat
4. Industri gemologi (batu permat)
5. Aspek mineralogi ilmu material, ex keramik
Biomineralogi
6. Mineralogi sebagai bencana kesehatan, ex asbes (mineralogi modis)

Gambar 10.7 Manfaat Mempelajari Mineralogi

107
BAB 11
BENCANA GEOLOGI : VULKANISME

Kompetensi Dasar
Menganalisis Konsep, Sejarah, dan Hubungan Geologi dengan Disiplin Ilmu
Lainnya

108
A.VULKANOLOGI SEBAGAI ILMU TENTANG GUNUNG API

Vulkanisme adalah peristiwa keluarnya


magma (lelehan panas bebatuan) dari litosfer
(lapisan dibawah permukaan bumi) ke
permukaan bumi. Magma yang mampu
mencapai permukaan bumi disebut lava. Magma
mampu meraih permukaan bumi karena suhu
yang tinggi dan adanya sejumlah gas yang
mampu mendorong magma untuk bergerak naik.
Vulkanisme termasuk salah satu jenis tenaga
endogen karena dapat membuat perubahan pada
relief permukaan bumi akibat tenaga dari dalam
bumi.
Gambar 11.1 Letusan Gunung Api
B.KLASIFIKASI VULKANISME

Jenis-jenis vulkanisme dapat dibedakan berdasarkan tempat terjadinya.


Berdasarkan tempat terjadinya vulkanisme, jenis-jenis vulkanisme terbagi menjadi:
1.Vulkanisme pada zona divergen
Vulkanisme pada zona ini berupa keluarnya magma bersuhu tinggi secara meleleh
tanpa letusan dahsyat.

2.Vulkanisme pada zona konvergen


Vulkanisme pada zona konvergen berupa letusan dahsyat yang mengeluarkan
magma cair kental, magma padat, dan gas.

3.Vulkanisme pada zona tengah


Vulkanisme pada zona tengah berupa melelehnya magma tanpa letusan dahsyat.
Penjelasan lebih lanjut mengenai ketiga jenis ini terdapat pada poin “Proses terjadinya
vulkanisme”.

C.TANDA-TANDA TERJADINYA VULKANISME


1.Gejala di Luar Perut Bumi
Gunung api yang sedang mengalami aktivitas magma menimbulka tanda-tanda
yang dapat dilihat atau dirasakan manusia. Gejala tersebut diantaranya:
a.Terjadinya gempa bumi
Gunung berapi yang sedang mengalami aktivitas magma sering menyebabkan
gemoa vulkanik yang dapat dirasakan di sekitar gunung api.
b.Turunnya hewan
Hewan mampu menyadari gelaja vulkanisme. Mereka biasanya akan turun secara
berkelompok menghindari puncak gunung api.
c.Keluarnya awan panas
Awan panas keluar seiring proses vulkanisme. Awan ini sering disertai abu vulkanik
yang sangat panas. Awan ini sebaiknya dijauhi karena berbahaya dan beracun.

2.Gejala di Dalam Perut Bumi


Selain di luar permukaan bumi, terdapat juga gejala di dalam permukaan bumi.
Gejala tersebut diantaranya:

109
a.Dapur magma terbentuk di lapisan-lapisan kulit bumi.
b.Terjadi intrusi magma.
Intrusi magma adalah aktivitas magma yang menerobos melalui celah, retakan,
atau patahan yang terbentuk di lapisan atas dapur magma namun tidak sampai
menembus permukaan bumi. Hasil bentukan dari intrusi magma berupa:

Gambar 11.2 Bagian Gunung Api

 Batolit merupakan batuan beku dalam yang membeku di dekat atau di dalam
dapur magma.
 Lakolit adalah batuan beku dalam yang membeku diantara dua lapisan litosfer.
Bentuk alasnya datar dan bagian atasnya cembung.
 Sills adalah batuan beku dalam yang membeku diantara dua lapisan. Batuan ini
berbentuk tipis, pipih dan lebar.
 Dikes adalah batuan beku dalam yang memotong lapisan litosfer. Batuan ini
berbentuk miring atau tegak dan pipih.
 Apifosa adalah batuan beku dalam yang terbentuk pada cabang-cabang yang
berukuran kecil.
 Batuan beku korok adalah batuan beku yang membeku di pipa kawah.
c.Terjadi ekstrusi magma.
Ekstrusi magma adalah aktivitas magma yang mencapai permukaan bumi.
Ekstrusi bisa menyebabkan terjadinya erupsi. Erupsi terbagi menjadi:
 Erupsi eksplosif adalah letusan luar biasa yang diakibatkan tekanan gas yang
sangat kuat.
 Erupsi epusif adalah letusan karena tekanan gas magmatik yang tidak terlalu kuat
sehinga magma kental keluar dari kepundan.

Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan namun juga di lautan. Oleh
karena itu, gunung berapi juga terdapat di dalam lautan. Secara umum, ekstrusi
magma terbagi menjadi:
 Ekstrusi linear,terjadi apabila magma keluar melalui celah-celah retakan atau
patahan memanjang sehungga membentuk deretan gunung berapi.
 Ekstrusi areal,terjadi apabila magma dekat dengan permukaan bumi sehingga
magma keluar dan meleleh di beberapa tempat di area tertentu.
 Ekstrusi sentral,terjadi apabila magma keluar melalui sebuah lubang dan
membentuk gunung-gunung yang terpisahkan.

110
Beberapa material yang dikeluarkan dari aktivitas ekstrusi magma antara lain
adalah:
 Lava, yakni magma yang keluar sampai ke permukaan Bumi dan mengalir hingga
ke permukaan Bumi.
 Lahar, yaitu material campuran antara lava dan juga materi- materi yang terdapat
di permukaan Bumi berupa pasir, kerikil atau bahkan debu dengan air sehingga
membentuk lumpur.
 Eflata dan piroklastika, yakni material padat berupa bom, lapili, kerikil, dan juga
debu vulkanik.
 Ekhalasi atau gas, yakni material berupa gas asam arang, seperti fumarol yakni
uap air dan zat lemas), solfatar atau sumber gas belerang, dan mofet gas asam
arang.

3. Gejala Pasca Erupsi


Gejala ini terjadi setelah aktivitas vulkanik di dalam gunung api berhenti. Gejala
tersebut diantaranya:
a.Terbentuk sumber air panas
Setelah proses vulkanisme, sering muncul sumber air panas yang keluar dari
retakan-retakan panas akibat erupsi dari gunung api. Air dari sumber-sumber ini
mengandung banyak sulfur dan belerang.
b.Terbentuk sumber air mineral
Sumber air mineral sering muncul di sekitar gunung yang telah mengalami erupsi.
Air ini banyak mengandung mineral sehingga baik untuk dikonsumsi.
c.Terbentuk sumber gas
Sumber gas juga muncul di sela-sela tanah hasil erupsi gunung. Sumber-sumber
gas tersebut sering mengeluarkan gas uap air (N2) yang disebut dengan fumarole
dan sumber gas asam arang (CO2 atau CO) yang disebut dengan mofet.

D. PROSES TERJADINYA VULKANISME

Proses terjadinya vulkanisme dibedakan berdasarkan zona-zona dalam tempat


terjadinya. Zona-zona terjadinya vulkanisme yaitu zona divergen, zona konvergen, dan
zona tengah.
1.Vulkanisme pada Zona Divergen
Zona divergen merupakan gunung api yang muncul di jalur rengkahan antar
lempeng kerak bumi. Magma berasal dari lapisan astenosfer (lapisan yang terletak di
bawah litosfer dan di atas mantel atas bumi) yang cair dan keluar ke permukaan
bumi.melalui rengkahan tersebut. Magma sangat cair, bersuhu tinggi dan keluar secara
meleleh tanpa letusan dahsyat. Gunung api kemudian terbentuk berupa igir yang
memanjang atau dataran lava yang sangat luas. Apabila terjadi di dasar laut, maka
terbentulkan igir tengah samudera (mid oceanic ridge). Contohnya seperti di tengah
Samudera Atlantik, Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik bagian selatan. Contoh
yang di daratan seperti deretan gunung api di Afrika Timur dan daratan di Pulau
Islandia.

2.Vulkanisme pada Zona Konvergen


Zona konvergen adalah gunung-gunung api yang muncul di jalur pertemuan dua
lempeng kerak bumi. Magma terbentuk dari hasil pencairan endapan laut yang berasal
dari darat ketika subduksi (menyusup) ke bawah lempeng daratan atau benua. Endapan

111
yang mencair bertambah volumenya sehingga mendesak mencari jalan keluar melalui
retakan-retakan yang terdapat di atasnya. Di zona konvergen ini, terjadilah letusan
dahsyat yang menyemburkan campuran magma cair kental (efusiva), magma padat
(eflata), dan gas (ekshalasi). Gunung api yang dibentuk umumnya kerucut dan berlapis-
lapis atau strato. Contohnya seperti Gunung Kelud, Gunung Gamalama, Gunung
Krakatau 1883, Gunung Merapi, Gunung Visuvius, Gunung St. Helena dan Gunung
Fuji.

3.Vulkanisme pada Zona Tengah


Zona tengah adalah gunung api yang muncul di tengah lempeng kerak bumi tanpa
ada retakan. Magma berasal dari mencairnya astenosfer dan kerak bumi di bagian
bawah karena penumpukan mineral radioaktif. Pencairan tersebut menyebabkan kerak
bumi tipis dan mudah ditembusi oleh magma yang terbentuk. Magma yang terbentuk
meleleh tanpa adanya letusan yang dahsyat. Gunung api yang dihasilkan biasanya
berbentuk perisai dengan lunang kawah yang terbuka lebar. Contohnya adalah gunung-
gunung api Manuaola di Kepulauan Hawaii (lempeng Samudera Pasifik).

E.TIPE – TIPE GUNUNG API

Tipe-tipe gunung api bisa dibedakan berdasarkan beberapa hal berikut:


1.Berdasarkan Bentuk
Berdasarkan bentuknya, tipe-tipe gunung api antara lain:
a.Gunung Api Perisai
Gunung Api Perisai berbentuk kerucut, lerengnya
landai, dan aliran lavanya panas dari saluran tengah.
Magma menyebar secara luas. Proses pendinginan
dan pembekuan lava berjalan lamban.
b.Gunung Api Kubah
Gunung Api Kubah berbentuk kerucut cembung
dengan lereng curam. Lava kental mengalir dari
saluran pusat sehingga mengakibatkan aliran lava
berjalan lambat dan membentuk lapisan yang tebal.
Proses pendinginan dan pembekuan lava berlangsung
cepat. Banyak lava yang yang membeku pada saluran
sehingga saluran menjadi tertutup. Jika tekanan dari
dalam bumi terseumbat, letusan yang sangat keras
bisa saja terjadi. Seluruh bagian puncak gunung api
bisa hancur dalam sekejap.
c.Gunung Api Strato
Gunung Api Strato berbentuk kerucut, lerengnya
curam dan luas, serta terdapat banyak lapisan lava.
Lapisan lava tersebut terbentuk dari aliran suatu lava
yang berulang-ulang. Lava bisa mengalir melalui sisi
kerucut. Letusan jenis ini bersifat keras.
d.Gunung Api Lava Pijar
Gunung Api Lava Pijar berbentuk kerucut
simetris dengan lereng cekung yang landai.
Bahan/emisi berupa asap, debu lembut, dan bau
sulfur yang menyengat. Letusan bersifat sedang.
Gambar 11.3 Tipe-Tipe Gunung Api

112
2.Berdasarkan Letusan
Berdasarkan letusannya, tipe-tipe gunung api antara lain:

Gambar 11.4 Gunung Api Berdasarkan Letusan


a.Tipe Hawaii
Tipe Hawaii dapat ditandai dengan adanya lava yang cair dan tipis serta dalam
perkembangannya akan membentuk suatu tipe gunung api perisai. Contoh gunung
berapi dengan tipe letusan Hawaii antara lain: Gunung Maona Loa, Maona Kea, dan
Kilauea di Hawaii.
b.Tipe Stromboli
Tipe Stromboli memiliki magma yang sangat cair. Magma yang menuju
permukaan sering mengalami letusan pendek dilanjutkan ledakan. Bahan-bahan yang
dikeluarkan berupa abu, bom, lapili, dan setengah padatan bongkah lava. Contoh,
Gunung Vesuvius di Italia, Gunung Raung di Jawa.
c.Tipe Vulkano
Tipe Vulkano memiliki ciri khusus yaitu pembentukan awan debu berbentuk
bunga kol. Gas yang ditembakkan ke atas meluas hingga jauh di atas kawah. Pada
tipe ini, tekanan gas sedang dan lava tidak terlalu cair. Berdasarkan kekuatan
letusannya, tipe vulkano dapat dibedakan menjadi tipe vulkano kuat (Gunung
Velvusius dan Gunung Etna), tipe vulkano lemah (Gunung Bromo dan Gunung
Raung), dan tipe peralihan (Gunung Kelud dan Anak Gunung Bromo).
d.Tipe Merapi
Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat mulut kawah.
Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat dan memecahkan sumbatan
lava. Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas dan akhirnya terlempar keluar.
Material ini menuruni lereng gunung sebagai ladu atau gloedlawine.Selain itu, terjadi
pula awan panas (gloedwolk) atau sering disebut wedhus gembel.Letusan tipe merapi
sangat berbahaya bagi penduduk di sekitarnya.
e.Tipe Perret/Plinian
Pada Tipe Perret, letusan gunung api mengeluarkan suatu lava cair dengan
tekanan gas tinggi. Terkadang lubang pada lubang tersumbat sehingga gas dan uap
terkumpul dalam tubuh bumi. Akibatnya, sering terdapat getaran sebelum terjadinya
letusan. Setelah meletus, material-material yang keluar adalah abu, lapili, dan bom
terlempar dahsyat ke angkasa. Contoh, letusan Gunung Krakatau pada tahun
1883 dan St. Helens yang meletus pada tanggal 18 Mei 1980merupakan tipe perret
113
yang letusannya paling kuat dengan fase gas setinggi 50 km. Karena letusannya
sangat hebat, menyebabkan puncak gunung menjadi tenggelam dan merosotnya
dinding kawah, kemudian membentuk sebuah kaldera.
f.Tipe Pelee
Letusan tipe ini biasa terjadi jika terdapat penyumbatan kawah di puncak gunung
api yang bentuknya seperti jarum,sehingga menyebabkan tekanan gas menjadi
bertambah besar.Apabila penyumbatan kawah tidak kuat, gunung tersebut meletus.
Contohnya Gunung Rinjani.
g.Tipe Sint Vincent
Letusan tipe ini menyebabkan air danau kawah akan tumpah bersama
lava.Letusan ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung tersebut akan diterjang
lahar panas yang sangat berbahaya.Contoh: Gunung Kelud yang meletus pada tahun
1919 dan Gunung Sint Vincent yang meletus pada tahun 1902.

3.Berdasarkan Siklus Kehidupan


a. Active Vulcano adalah gunung api yang sering mengalami erupsi.
b.Dorman Vulcano adalah gunung api yang tidak ada kegiatan dalam waktu lama,
namun sesekali sempat berpotensi meletus.
c. Ezetint Vulkano adalah gunung api yang tidak akan bererupsi karena gunung
tersebut sudah mati.
d.Destructive Vulkano adalah gunung api yang mengalami erosi (pengikisan) dan
meninggalkan bekas-bekas seperti sumbat lava.

F. DAMPAK DARI VULKANISME


1.Keuntungan dari Keberadaan Gunung Api
a. Abu vulkanis dari gunung api dapat menyuburkan tanah pertanian karena banyak
mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
b.Material yang dikeluarkan gunung api yang berupa pasir, kerikil, dan batu-batu besar
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
c. Magma yang keluar ke permukaan bumi membawa banyak mineral logam dan
barang tambang yang dapat dimanfaatkan dalam industry pertambangan.
d.Gunung api yang tinggi menyebabkan terjadi hujan orografis sehingga daerah
sekitarnya menjadi daerah yang banyak hujan.
e. Daerah gunung api biasanya merupakan daerah yang tinggi sehingga bisa menjadi
area hutan lindung, perkebunan atau daerah pariwisata.

2.Kerugian dari Keberadaan Gunung Api


a. Mengeluarkan lava pijar yang sangat berbahaya.
b.Mengeluarkan gas yang sangat panas.
c. Lava pijar akan bercampur dengan air danau kawah sehingga membentuk lahar panas
yang sangat berbahaya.
d.Lahar dingin yang merupakan campuran lava dan air hujan membentuk aliran bati,
kerikil, dan pasir jenuh meluncur ke bawah menuruni lereng.
e. Letusan gunung api bawah laut dapat menimbulkan tsunami.
f. Abu vulkanis dapat mengganggu penerbangan dan juga dapat merusak tanaman.

114
BAB 12
BENCANA GEOLOGI : SEISME

Kompetensi Dasar
Menganalisis Konsep, Sejarah, dan Hubungan Geologi dengan Disiplin Ilmu
Lainnya

115
A.PENGERTIAN GEMPA BUMI

Gambar 12.1 Gempa Bumi

Gempa bumi (Seisme ) adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan
bumi. Besarnya kekuatan gempa bumi diukur dengan alat pencatat gempa yang disebut
dengan seismograf. Seismograf mengukur kekuatan gempa yang terjadi dengan mencatat
semua getaran gempa dan cepat rambat gempa. Gempa bumi termasuk salah satu jenis
tenaga endogen (dalam bumi) karena dapat membuat perubahan pada permukaan bumi
akibat tenaga dari dalam bumi.
B. PENYEBAB TERJADINYA GEMPA BUMI

Umumnya gempa bumi disebabkan pelepasan energi yang dihasilkan tekanan oleh
lempeng bumi yang bergerak. Semakin lama tekanan tersebut membesar dan mencapai
keadaan dimana keadaan tersebut tidak dapat tertahan lagi oleh pinggiran lempengan.
Saat itulah gempa bumi terjadi.
Gempa bumi seringnya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan. Gempa bumi
juga dapat terjadi karena pergerakan magma dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti
itu bisa menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Gempa bumi juga bisa
terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam. Beberapa gempa
juga dapat terjadi karena injeksi cairan dari/ke permukaan bumi. Gempa juga bisa
disebabkan ledakan bahan peledak.

C. TEORI-TEORI TENTANG GEMPA BUMI

Secara umum gempa bumi terjadi karena adanya tenaga dari dalam bumi yang
memberikan tekanan dari dalam sehingga terjadi pergerakan yang mendadak. Akan tetapi
disini terdapat dua teori tentang proses terjadinya gempa bumi, teori tersebut adalah teori
elastisitas dan teori sesar.
1. Teori Elastisitas
Teori elastisitas atau sering disebut sebagai teori kekenyalan elastis adalah teori
yang menjelaskan tentang proses energi yang menyebar pada saat terjadinya gempa bumi.
Harry Fielding Reid seorang ahli geofisika asal Amerika telah melakukan observasi
tentang peristiwa gempa yang terjadi di beberapa tempat. Ia menyatakan bahwa terjadinya
guncangan gempa diakibatkan karena kekenyalan elastis dari energi yang sebelumnya
terkumpul dari batuan sehingga akan terdeformasi secara elastis. Adapun akumulasi
tegangan yang terjadi akan mengakibatkan terjadinya pelepasan energi dari bebatuan.

116
2. Teori Sesar
Sesar adalah suatu celah yang terdapat pada kerak bumi yang berada di perbatasan
antara dua lempeng tektonik. Menurut teori sesar, gempa bumi terjadi karena dipengaruhi
oleh pergerakan batuan dan lempeng pada sesar bumi ini. Apabila batuan yang tertumpu
jatuh ke bawah karena batuan penumpu di kedua sisinya bergerak saling menjauh, maka
sesar ini dinamakan sebagai sesar normal (normal fault).
Apabila batuan yang tertumpu terangkat ke atas karena batuan penumpu di kedua sisinya
bergerak saling mendorong, maka sesar ini dinamakan sebagai sesar terbalik (reverse
fault). Lalu apabila kedua batuan pada sesar bergerak saling berjatuhan, maka sesar ini
dinamakan sebagai sesar geseran-jurus (strike-slip fault). Pada sesar normal dan sesar
terbalik, keduanya akan menghasilkan perpindahan vertikal (vertical displacement),
sedangkan pada sesar geseran-jurus akan menghasilkan perpindahan horizontal
(horizontal displacement).

D. PROSES TERJADINYA GEMPA BUMI

Gambar 12.2 Proses Terjadinya Gempa

Gempa bumi terjadi karena batuan di kerak bumi mengalami tekanan dahsyat oleg
pergerakan lempeng yang menjadi landasan benua. Seringnya terjadi karena dua
lempengan di kerak bumi bergesekan. Pada saat dua lempeng bergesekan menghasilkan
gelombang kejut yang kita rasakan sebagai gempa bumi. Proses terjadinya gempa bumi
bisa dilihat pada sketsa berikut.
Lempeng samudera yang massa jenisnya lebih rapat akan bergerak menyusup ke
bawah ketika bertabrakan dengan lempeng samudera. Di sekitar area tersebut terjadi
tekanan, tarikan, dan gesekan. Ketika batas elastisitas lempeng terlewati, terjadilah
patahan batuan yang diikuti lepasnya energi secara cepat. Di sekitar daerah patahan itulah
gempa bumi terasa.

Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa


lempeng tektonik besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang
mengapung diatas astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng
tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Daerah
perbatasan lempeng-lempeng tektonik, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi
tektonik yang aktif, yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan
dataran tinggi. Teori lempeng tektonik merupakan kombinasi dari teori sebelumnya yaitu:
Teori Pergerakan Benua (Continental Drift) dan Pemekaran Dasar Samudra (Sea Floor
Spreading).

117
Lapisan paling atas bumi, yaitu litosfir, merupakan batuan yang relatif dingin dan
bagian paling atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah lapisan ini terdapat
batuan yang jauh lebih panas yang disebut mantel. Lapisan ini sedemikian panasnya
sehingga senantiasa dalam keadaan tidak kaku, sehingga dapat bergerak sesuai dengan
proses pendistribusian panas yang kita kenal sebagai aliran konveksi. Lempeng tektonik
yang merupakan bagian dari litosfir padat dan terapung di atas mantel ikut bergerak satu
sama lainnya. Ada tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap
lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading), saling
mendekati(collision) dan saling geser (transform).

Gambar 12.3 Lempeng Tektonik


Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling
menjauhi, saling mendekati atau saling bergeser. Umumnya, gerakan ini berlangsung
lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun.
Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga terjadi
pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng
tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan
mendadak yang kita kenal sebagai gempa bumi

Gambar 12.4 Peta Jalur Gempa Di Dunia

118
E. JENIS – JENIS GEMPA BUMI
1. Berdasarkan Penyebab Terjadinya
a.Gempa Tektonik
Gempa bumi Tektonik adalah bergeraknya lempeng-lempeng atau kerak bumi.
Tiap tiap lapisan memiliki kekerasan dan massa jenis yang berbeda satu sama lain.
Lapisan kulit bumi tersebut mengalami pergeseran akibat arus konveksi yang terjadi di
dalam bumi. Karena gesekan antar lempengan ini menyebabkan gempa, ini yang paling
sering terjadi selama ini.

Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena
pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan
dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai
kecacatan tektonik.

b.Gempa Vulkanik
Sesuai dengan namanya gempa vulkanik atau gempa gunung api merupakan
peristiwa gempa bumi yang disebabkan oleh gerakan atau aktifitas magma dalam gunung
berapi. Gempa ini dapat terjadi sebelum dan saat letusan gunung api. Getarannya kadang-
kadang dapat dirasakan oleh manusia dan hewan sekitar gunung berapi itu berada.
Perkiraaan meletusnya gunung berapi salah satunya ditandai dengan sering terjadinya
getaran-getaran gempa vulkanik.

Gempa bumi gunung berapi terjadi berdekatan dengan gunung berapi dan
mempunyai bentuk keretakan memanjang yang sama dengan gempa bumi tektonik.
Gempa bumi gunung berapi disebabkan oleh pergerakan magma ke atas dalam gunung
berapi, di mana geseran pada batu-batuan menghasilkan gempa bumi. Ketika magma
bergerak ke permukaan gunung berapi, ia bergerak dan memecahkan batu-batuan serta
mengakibatkan getaran berkepanjangan yang dapat bertahan dari beberapa jam hingga
beberapa hari. Gempa bumi gunung berapi terjadi di kawasan yang berdekatan dengan
gunung berapi, seperti Pegunungan Cascade di barat Laut Pasifik, Jepang, Dataran Tinggi
Islandia, and titik merah gunung berapi seperti Hawaii.

c.Gempa Runtuhan
Gempa runtuhan atau terban merupakan gempa bumi yang terjadi karena adanya
runtuhan tanah atau batuan. Lereng gunung atau pantai yang curam memiliki energi
potensial yang besar untuk runtuh, juga terjadi di kawasan tambang akibat runtuhnya
dinding atau terowongan pada tambang-tambang bawah tanah sehingga dapat
menimbulkan getaran di sekitar daerah runtuhan, namun dampaknya tidak begitu
membahayakan. Justru dampak yang berbahaya adalah akibat timbunan batuan atau tanah
longsor itu sendiri.

d.Gempa Jatuhan
Bumi merupakan salah satu planet yang ada dalam susunan tata surya. Dalam tata
surya kita terdapat ribuan meteor atau batuan yang bertebaran mengelilingi orbit bumi.
Sewaktu-waktu meteor tersebut jatuh ke atmosfir bumi dan kadang-kadang sampai ke
permukaan bumi. Meteor yang jatuh ini akan menimbulkan getaran bumi jika massa
meteor cukup besar. Getaran ini disebut gempa jatuhan, namun gempa ini jarang sekali
terjadi. kawah terletak dekat Flagstaff, Arizona, sepanjang 1,13 km akibat kejatuhan
meteorite 50.000 tahun yang lalu dengan diameter 50 m.

119
e.Gempa Buatan
Suatu percobaan peledakan nuklir bawah tanah atau laut dapat menimbulkan
getaran bumi yang dapat tercatat oleh seismograph seluruh permukaan bumi tergantung
dengan kekuatan ledakan, sedangkan ledakan dinamit di bawah permukaan bumi juga
dapat menimbulkan getaran namun efek getarannya sangat lokal.Salah satu manfaat
getaran gempa buatan ini adalah pemanfaatannya dalam eksplorasi minyak dengan
teknik yang disebut seismik eksplorasi.

2.Berdasarkan Kedalaman Episenternya


a.Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300
km di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi dalam pada umumnya
tidak terlalu berbahaya.

b.Gempa bumi menengah


Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60
km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya
menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
c.Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60
km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.

3.Berdasarkan Gelombang / Getaran Gempa


a.Gelombang Primer
Gelombang primer (gelombang lungitudinal) adalah gelombang atau getaran yang
merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal
dari hiposentrum.

b.Gelombang Sekunder
Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang
merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4-7
km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.

F. KARAKTERISTIK DAN ISTILAH – ISTILAH DALAM GEMPA BUMI


1.Karakteristik Gempa Bumi
 Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
 Lokasi kejadian tertentu
 Akibatnya dapat menimbulkan bencana
 Berpotensi terulang lagi
 Belum dapat diprediksi
 Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi

2.Istilah-Istilah Dalam Gempa Bumi


Adapun istilah-istilah yang berkaitan dengan peristiwa gempa bumi antara lain
adalah:
 Hiposentrum – Hiposentrum adalah pusat titik gempa yang terletak di dalam
bumi
 Episentrum – Episentrum adalah pusat gempa yang ada di permukaan ataupun
dasar laut

120
 Seismograf – Seismograf adalah alat yang digunakan untuk mencatat gempa
 Seismogram – Seismogram adalah gambaran dari getaran bumi yang dicatat oleh
seismograf dalam bentuk garis patah-patah. Apabila getarannya semakin kuat,
maka semakin lebar pula penyimpangan garis patah-patahnya, lalu apabila
semakin lama getarannya sampai di tempat, maka semakin panjang pula pita dari
seismogram menggambarkan seismogram.
 Pleistoseista – Pleistoseista adalah garis batas daerah yang mengalami kerusakan
terberat akibat gempa bumi yang terletak di daerah sekitar episentrum.
 Isoseita – Isoseita adalah garis pada permukaan muka bumi yang menghubungkan
tempat-tempat yang terjadi kerusakan fisik
 Homoseista – Homoseista adalah garis permukaan muka bumi yang mencatat
gelombang gempa promer pada waktu yang sama dan terdapat garis elips.

G.KEKUATAN GEMPA BUMI


1.Skala Gempa
Dalam penentuan besarnya kekuatan gempa bumi, ada 2 skala yang digunakan
a.Skala Mercalli
Skala Mercalli diambil dari nama seorang pakar sains gunung berapi berbangsa
Itali bernama Giuseppe Mercalli, untuk mengukur kekuatan gempa bumi, pada tahun
1902. Skala Mercalli terbagi dalam 12 skala dengan mengidentifikasi mereka yang
selamat dan juga dengan melihat dan membandingkan tahap kerusakan yang ditimbulkan
gempa bumi tersebut.
Oleh itu skala Mercalli dianggap sangat subjektif dan kurang tepat dibandingkan
dengan skala Richter. Oleh karena itu, pada masa sekarang skala Richter lebih meluas
digunakan untuk untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Tetapi skala Mercalli yang
sudah disesuaikan, masih boleh digunakan jika tidak terdapat peralatan mesin seismograf
untuk mengukur kekuatan gempa bumi di tempat kejadian.
Skala Intensitas Mercalli mengukur kekuatan gempa bumi melalui tahap
kerusakan yang terjadi yang disebabkan oleh gempa bumi itu. Skala Intensitas Mercalli
adalah seperti di bawah :

 Tidak terasa
 Terasa oleh orang yang berada di bangunan tinggi
 Getaran dirasakan seperti ada kereta api yang melintas.
 Getaran dirasakan seperti ada benda berat yang menabrak dinding rumah, benda
yang tergantung bergoyang.
 Dapat dirasakan di luar rumah, hiasan dinding bergerak, benda kecil di atas rak
dapat jatuh.
 Terasa oleh hampir semua orang, dinding rumah rusak.
 Dinding pagar jatuh/rusak, orang tidak dapat berjalan/berdiri.
 Bangunan mengalami kerosakan ringan.
 Bangunan mengalami kerosakan berat.
 Jembatan, dan sarana umum lainnya rusak, terjadi tanah runtuh.
 Rel kereta api hancur.
 Seluruh bangunan hancur/luluh lantak.

121
b.Skala Richter
Skala Richter diambil dari nama Charles F. Richter. Charles F. Richter merupakan
seorang pakar seismologi yang terkenal. Charles F. Richter dilahirkan di Ohio, Amerika
Serikat pada 26 April 1900. Charles F. Richter mempelajari bidang seismologi di
"University of Southern California" dan Universitas Stanford. Pada tahun 1927, Charles
F. Richter mulai bekerja di laboratorium seismologi di Pasadena California dan setahun
kemudian Charles F. Richter telah berhasil mendapat ijazah doktor dalam bidang theori
fisika di Universitas CalTech pada tahun 1928.

Pada tahun 1935, Charles F. Richter telah mengembangkan satu sistem untuk
mengukur kekuatan gempa bumi yang dikenali sebagai skala Richter dan pada mulanya
hanyalah digunakan di California. Skala Richter yang dikembangkannya merupakan
turunan matematika untuk membesarkan suatu kekuatan gempa bumi dan diterima pakai
secara meluas setelah disesuaikan. Kekuatan gempa bumi ditetapkan dengan penggunaan
logaritma turunan (amplitude) gelombang yang direkam oleh mesin seismograf.

Tahap angka skala Richter meliputi variasi jarak antara seismograf yang berbagai
dengan pusat gempa (episentrum). Menurut skala Richter, kekuatan gempa bumi
digambarkan dengan angka desimal. Sebagai contoh, gempa dengan kekuatan 2.0 atau
lebih kecil dianggap gempa mikro, biasanya tidak dapat dirasakan oleh manusia dan
hanya direkam di mesin seismograf setempat. Gempa bumi dengan kekuatan 4.5 mampu
direkam di mesin seismograf di seluruh dunia. Kekuatan 5.3 digolongkan sebagai gempa
bumi menengah dan kekuatan 6.3 digolongkan sebagai gempa bumi yang besar. Oleh
karena skala Richter menggunakan turunan logaritma, setiap angka mewakili kekuatan
yang 10 kali lebih kuat berbanding angka sebelumnya.Gempa bumi besar seperti yang
terjadi di Alaska tahun 1964, memiliki magnitude 8,0 atau lebih. Rata-rata satu gempa
bumi yang berukuran seperti itu terjadi setiap tahun.

2.Alat Pencatat Gempa Bumi (Seismometer/seismograf)


Seismometer (bahasa Yunani: seismos: gempa bumi dan metero: mengukur) atau
lebih dikenal dengan nama “seismograf” adalah alat atau sensor getaran, yang bisaanya
dipergunakan untuk mendeteksi gempa bumi atau getaran pada permukaan tanah. Hasil
rekaman dari alat ini disebut seismogram (rekaman gerakan tanah, atau grafik aktifitas
gempa bumi sebagai fungsi waktu yang dihasilkan oleh seismometer).

Prototip dari alat ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 132 SM oleh
matematikawan dari Dinasti Han yang bernama Chang Heng. Dengan alat ini orang pada
masa tersebut bisa menentukan dari arah mana gempa bumi terjadi. Dengan
perkembangan teknologi dewasa ini maka kemampuan seismometer dapat ditingkatkan,
sehingga bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup lebar. Alat seperti
ini disebut seismometer broadband.Seismograf yaitu alat atau sensor getaran, yang
biasanya dipergunakan untuk mendeteksi gempa bumi atau getaran pada permukaan
tanah. Hasil rekaman dari alat ini disebut seismogram. Ada dua macam yaitu seismograf
vertikal dan horizontal.Seismograf memiliki instrumen sensitif yang dapat
mendeteksi gelombang seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi. Gelombang
seismik yang terjadi selama gempa tergambar sebagai garis bergelombang
pada seismogram. Seismologistmengukur garis-garis ini dan menghitung besaran gempa.

122
Dahulu, seismograf hanya dapat mendeteksi gerakan horizontal, tetapi saat ini
seismograf sudah dapat merekam gerakan-gerakan vertikal dan lateral. Seismograf
menggunakan dua gerakan mekanik dan elektromagnetik seismographer. Kedua jenis
gerakan mekanikal tersebut dapat mendeteksi baik gerakan vertikal maupun gerakan
horizontal tergantung dari pendular yang digunakan apakah vertikal atau horizontal.
Seismograf modern menggunakan elektromagnetik seismographer untuk
memindahkan volatilitas sistem kawat tarik ke suatu daerah magnetis. Peristiwa-peristiwa
yang menimbulkan getaran kemudian dideteksi melalui spejlgalvanometerseismograf.

G. DAMPAK DAN MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI

Ada beberapa dampak yang terjadi akibat gempa yang secara garis besar bisa
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu dampak fisik dan dampak sosial.
1.Dampak Yang Di Timbulkan Gempa Bumi
a. Dampak Fisik
Contoh-contoh dampak fisik yang terjadi akibat gempa adalah:
 Banyak bangunan roboh.
 Tanah longsor akibat gerakan gempa.
 Jatuh korban jiwa.
 Rusaknya fasilitas umum.
 Permukaan tanah merekat, retak, dan beberapa jalan bisa putus.
 Banjir apabila terdapat kerusakan tanggul.
 Apabila kekuatan gempa besar, dapat menimbulkan tsunami.

b. Dampak Sosial
Contoh-contoh dampak sosial yang terjadi setelah gempa adalah sebagai berikut:
 Kemiskinan.
 Kelaparan.
 Banyak korban terserang penyakit.
 Bila pada skala besar, bisa menimbulkan kekacauan sistem ekonomi dan politik.

2.Mitigasi Bencana Gempa Bumi


a. Sebelum gempa
 Merancang bangunan/rumah tahan gempa seperti konstruksi ceker ayam.
 Bila perlu buatlah ruang khusus bawah tanah untuk perlindungan sementara.
 Mendesain pintu keluar dari setiap ruangan rumah agar mudah keluar ketika
gempa terjadi.
 Menyiapkan tenda darurat berukuran besar di setiap RT/RW atau desa untuk jaga-
jaga ketika gempa terjadi.

b. Saat gempa terjadi


 Jangan panik dan cari jalan keluar dengan hati-hati.
 Segera menuju lapangan jika sudah keluar rumah.
 Jika tidak sempat keluar, berlindunglah di bawah bangku atau meja yang kuat.
 Jika berada dekat pantai, segera jauhi pantai dan menuju daerah yang lebih tinggi.
 Jika rumah berada di pegunungan, jauhi lereng yang rawan longsor dan banyak
batu.

123
c. Setelah gempa
 Periksalah badan apakah terdapat luka kemudian hubungi petugas bencana
setempat untuk menolong korban yang terjebak.
 Periksa kondisi rumah apakah ada ancaman bencana lain seperti korsleting listrik
atau kebocoran gas elpiji.
 Bantu tetangga yang memerlukan bantuan, dahulukan membantu orang tua dan
anak-anak.
 Tetap siaga berada di luar rumah sampai keadaan aman dan buatlah ronda malam
untuk menjaga-jaga dari orang jahat yang memanfaatkan situasi kepanikan.
 Bersihkan puing-puing rumah secara gtotong royong setelah situasi dirasa aman
namun tetap waspada terhadap gempa susulan.

124
BAB 13
PRAKTIKUM GEOLOGI UMUM

Kompetensi Dasar
Melakukan Pengamatan Objek-Kajian Geologi di Lapangan dan Mengidentifikasi
di Laboratorium serta Membuat Laporan sebagai Hasil Akhr

Kegiatan Praktikum
1. Pengenalan Alat-Alat Lab Praktikum Geologi Umum
2. Menganalisis Video Geologi Mengenai Lapisan-Lapisan Dalam Bumi
3. Menganalisis Digram Blok Mengenai Pergerakan Lempeng Tektonik
4. Mengidentifikasi Batuab Beku
5. Mengidentifikasi Batuab Sedimen
6. Mengidentfikasi Batuan Metamorft
7. Mengukur Kekerasan dan Massa Jenis Batuan
8. Mengidentifikasi Sifat Fisik dan Kimia Mineral dan Kristal
9. Mengidentifikasi Fosil Paleontologi
10. Membaca dan Menafsirkan Peta Geologi

125
Praktikum 1
Mengenal Alta Praktikum Geologi
Dalam bidang pengenalan alat diperlukan alat-alat dan bahan pengumpul data
penelitian dan bahan yang ingin diamati. Perkembangan alat dan bahan untuk suatu
masalah telah mengalami perkembangan alat dan bahan untuk suatu masalah telah
mengalami perkembangan yang cepat dan hampir tidak ada seperti kristal batuan,sempel
batuan,tiruan fosil maka perlu jga alat yang berguna untuk meneliti.
Ala-alat geologi sebagai alat ukur fenomena geologi dan media pembelajaran dan
menjunjung kemampuan pemahaman dan keterampilan mahasiswa tentang konsep
geologi.
1. Peta Geologi
Bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah/wilayah/ kawasan
dengan tingkat kualitas yang tergantung pada skala peta yang digunakan dan
menggambarkan informasi sebaran, jenis dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur,
tektonika, fisiografi dan potensi sumber daya mineral serta energi yang disajikan dalam
bentuk gambar dengan warna, simbol dan corak atau gabungan Ketiganya.(Keputusan
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral, Nomor 1452 K/10/MEM/2000. 2000)

2. Sampel batuan
Sampel batuan digunakan untuk mengetahui jenis batuan di bumi

3. Soil Teskid
Soil Teskid digunakan untuk mengetahui kandungan-kandungan organik, kapur
pada tanah, serta tingkat drainase tanah di suatu tempat.

4.Kompas Geologi
GeologiAlat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis
yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat, serta
mengukur kemiringan lereng. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga
sangat membantu dalam bidang navigasi. Dikenal beberapa macam/tipe kompas geologi,
antara lain tipe Kompas Brunton, yang dilengkapi dengan pengukur sudut vertical yang
disebut sebagai clinometer

Gambar 13.1 Kompas Geologi

126
fungsi kompas tersebut dilengkap antara lain dengan :
 Compass needle (Jarum Magnet)
 Graduate Circle (Lingkaran pembagian derajat)
 Valve yang dilengkapi dengan Cermin dan jendela intip (Sighting windows)
dan axial line, Folding sight,
 Sighting arm, Peep sight,
 Clinometer
 Bull’s eyes dan clinometer level.

Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum kompas tersebut
adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan arah utara sebenarnya

5.Hand Level
Alat ini digunakan untuk menentukan besar kemiringan suatu lereng dan
ketinggian suatu objek yang dinyatakan dalam skala derajat maupun persen.

Gambar 13.2 Hand Level

6.Palu geologi :

Gambar 13.4 Palu Geologi

Alat ini digunakan untuk menentukan kekerasan dan tingkat kelapukan batuan.
Palu geologi terbagi menjadi dua jenis yaitu palu “ pick point “ dan palu “ chisel point “
(batuan sedimen) cocok digunakan untuk batuan yang sudah di tentukan sesuai dengan
peruntukannya.
a. Palu “ pick point “
Merupakan tipe palu yang mana memiliki salah satu bagian yang runcing. Fungsinya
digunakan untuk tipe batuan yang keras atau padat (massif) misalnya pada batuan
beku dan batuan metamorf.

127
b. Palu “ chisel point “ (batuan sedimen)
Merupakan tipe palu yang mana memiliki salah satu bagian yang pipih. Fungsinya di
gunakan untuk mengait perlapisan pada batuan untuk mengait perlapisan pada
batuan. Palu tipe ini biasanya di gunakan untuk tipe yang lunak misalnya pada
batuan sedimen.
7.Pnetrometer

Gambar 13.5 Pnetrometer

Alat ini digunakan untuk mengukur daya dukung tanah, biasanya digunakan
dalam menentukan lahan yang akan dibangun gedung-gedung besar. Alat ini terdiri dari
dua jenis yaitu dinamik penetrometer dan static penetrometer. Penetrometer (Dynamic
Cone Penetrometer) pertama kali ditemukan dan telah dikembangkan oleh almarhum
Prof.George F.Penabur pada tahun 1959,alat ini menggunakan bahan bahan yang terbuat
dari baja yang kira kira beratnya sebesar 6,8 kg panjangnya sebesar 153 cm, Dan
memiliki kemampuan untuk melakukan penetrasi kedalam tanah kira kira sebesar 3,8 cm
dan memiliki diameter dari kerucutnya sebesar 450.Selain tu ada juga jenis Penetrometer
(Static Cone Penetrometer), Alat ini pertama kali ditemukan di Belanda, alat ini memiliki
diameter kerucutnya sebesar 600 dan untuk mengukur lahan dengan luas 1,5 cm2 dan dari
masa ke masa peralatan ini semakin berkembang dan semakin canggih. Alat ini dapat
dibagi menjadi tiga kelompok utama, Yaitu
- Penetrometer kerucut mekanis
- Penetrometer kerucut elektris
- Piezocone Penetrometer

Alat ini mempunyai kekuatan/gaya dorong dari 20 sampai 200 Kn. Suatu
penetrometer terdiri dari suatu kerucut baja tahan karat lingkar dengan besar sudut
sebesar 30 derajat, Suatu poros penggerak dan suatu alat pengukur tekanan. Penetrometer
pada umumnya terdiri dari dua jenis ukuran kerucut, satu dengan suatu garis tengah dasar
0.798 ( 3/4) inci untuk lahan yang lembut dan satu lagi dengan suatu garis tengah dasar
0.505 ( 1/2) inci untuk lahan yang sulit/keras. Ujung/Persenan ukurannya lebih luas
dibanding poros penggerak untuk membatasi friksi batang dengan lahan Poros penggerak
pada umumnya lulus tiap-tiap 3 inci untuk mengijinkan penentuan kedalaman
compaction. Alat pengukur tekanan menandakan adanya tekanan di dalam tanah yang
memiliki satuan inci.
128
8. Timbangan analisis
Untuk mengukur berat tanah dan batuan dan untuk menimbang bermacam-macam
bahan dengan ketelitian sampai beberapa angka dibelakang koma (minimal 0,1)

9.Tiruan fosil
Fungsinya untuk mengenal berbaga macam fosil yang ada dibumi. Bagian-
bagiannya adalah fosil hewan, fosil tumbuhan, dan fosil manusia.

10.Kristal batuan
Kristal Batuan di gunakan untuk untuk mengetahui batuan Kristal yang ada
dibumi.

Gambar 13.6 Kristal Batuan

129
Praktikum 2
Menganalisis Video Geologi
Dalam bumi terdiri atas perlapisan-perlapisan,yang setiap lapisan memiliki sifat
karakteristiktersendiri,khisusnya untuk perlapisan palingdalam memiliki sifat latin
magmatis(cair,gas,dan pijar) yang disebut magma.Magma didalam bumi selalu
dinamis(bergolak) sehingga dapat menyebabkan dinamika perlapisan bagian atas yang
bersifat”soil rigid” menjadi retak membentuk lempeng-lempeng, pergerakan lapisan bumi
ini dapat menyebabkan proses-proses Geologi seperti:lipatan,patahan,retakan ,dll. Yang
pada hakekatnya disebut Diastropisme,proses-proses geologi ini secara global dapat
digolongkan sebagai:proses volkanime ,tektonime ,dan seisme.

Di dalam kerak bumi secara terpisah dalam kantong-kantong tertentu terdapat


magma. Magama dalam arti luas adalah lelehan batuan yang pijar dalam wujub yang
mengandung gas, terdapat secara alamiah di dalam bumi. Oleh proses alamiah (proses
fisikokimia) magma sebagian ada yang menyususp antara perlapisanbatuan di dalam
kerak bumi (intrusi magma), dan sebagian lagi dapat menerobos keprmukaan bumi
melalui rekehan atau sesar perlapisan batuan (disebut : ekstrusi magma). Erupsi volkan
(gunung api) adalah suatu kegiatan penerobosan magma ke permukaan bumi. Bila di
sertai tekanan gas yang kuat, terjadilah suatu letusan atau ledakan yang dinamakan
dengan erupsi eksplosif

130
Praktikum 3
Diagram Blok
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental
drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi dalam
bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan
bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak
menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es'
dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih
padat.[7][8] Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang
dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti
yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut
dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog
Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan
ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi
adalah kekuatan penggeraknya
Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua
lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting)
yang aktif adalah contoh batas divergen
Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua
lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika
salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental
collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya
berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak
bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan
terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan
aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika
Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).

Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer


samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah
didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng tektonik.
Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa
kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona
subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempengan.

131
Praktikum 4
Mengidentikasi Batuan Beku
Batuan yang terbentuk akibat adanya pembekuan magma didalam bumi atau
pembekuan lava di atas permukaan bumi. Magma adalah larutan silikat pijar yang
terbentuk secara alamiah, Bersifat mobile, bersuhu tinggi (900-1200ºC) dan berasal
dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bagian atas. Penyebaran batuan beku di
permukaan bumi mencapai 60 % dari total batuan penyusun muka bumi.
Struktur batuan beku sebagian hanya dapat dilihat di lapangan saja seperti struktur pillow
lava dan columnar joint, dan hanya sedikit yang dapat diamati pada hand speciement
sample.
1.Struktur batuan beku:
 Masif yaitu jika tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam
dalam tubuhnya.
 Vesicular yaitu suatu struktur batuan yang ditandai adanya lubang- lubang dengan
arah teratur. Lubang-lubang ini terbentuk akibat keluarnya gas dari dalam batuan
akibat adanya proses pembekuan.
 Scoria yaitu struktur seperti vesicular tapi arah lubangnya tidak teratur.
 Pillow lava yaitu struktur yang dinyatakan pada batuan ekstruksi Tertentu
ukurannya antara 10 cm – 6 m dan jaraknya berdekatan.
 Joint yaitu struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tegak lurus arah aliran.
Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar joint
 Amigdaloidal yaitu struktur dimana lubang-lubang tempat keluarnya gas terisi
oleh mineral-mineral sekunder (zeolit, karbonat, silika).
 Xenolith yaitu struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang
masuk/tertanam didalam batuan beku akibat peleburan tidak sempurna suatu
batuan samping di dalam magma yang menerobos.
 Autobreccia yaitu struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari
lava itu sendiri.
2.Tekstur Batuan Beku
Tekstur batuan beku : merupakan sebagai hubungan antara massa mineral dengan
massa gelas yang membentuk massa yang merata dari batuan.
a.Derajat Kristalisasi
Merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dengan massa gelas dalam
batuan.
 Holokristalin : batuan seluruhnya terdiri atas massa kristal.
 Hipokristalin : batuan tersusun oleh massa kristal dan gelas.
 Holohyalin : batuan tersusun oleh massa gelas seluruhnya.
Contoh : Obsidian = volcanic glass
b.Granularitas
Merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat halus dan tidak
dapat dikenal meskipun dengan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar.
 Afanitic ukuran butir halus (< 1 mm); menunjukkan pembekuan yang cepat
 Fanerik ukuran butir kasar (1->30 mm); menunjukkan pembekuan yang lambat.
 Porphyritic campuran ukuran butir yang bermacam-macam. Menunjukkan proses
pembekuan yang bercampur. Umumnya pembekuan berjalan lambat baru
kemudian pembekuan berjalan cepat.
c.Bentuk Kristal
132
 1. Euhedral : Bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal
sempurna.
 Subhedral : Bentuk kristal dan butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang
kristal yang sempurna.
 Anhedral : Bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal tidak
sempurna.
d.Hubungan antar kristal
 Equigranular : Bila secara relatif ukuran kristalnya mempunyai ukuran sama
besar.
 Inequigranular : Bila secara relatif ukuran kristalnya mempunyai ukuran sama
besar

3.Komposisi Mineral
Dalam magma terdapat bahan-bahan yang larut yang bersifat volatile (gas) dan
nonvolatile. Bahan-bahan non volatile, terutama yang berupa oksida-oksida dalam
kombinasi tertentu merupakan bahan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam
batuan beku. Pada saat berlangsungnya penurunan suhu magma, terjadi proses
pengabluran (pembentukan mineral-mineral).
Berdasarkan warnanya, mineral penyusun batuan beku dapat dibedakan menjadi dua :
a.Mineral Felsik
Mineral-mineral berwarna terang, terutama dari mineral kuarsa, feldspar
(ex : orthoklas, plagioklas,albit) feldspatoid dan muskovit.
b.Mineral Mafik
Mineral-mineral berwarna gelap, terutama biotit, amphibol, piroksen dan
olivine.
c.Mineral Sekunder
Mineral yg terbentuk pd kristalisasi magma, umumnya jumlahnya sedikit. Dalam
jumlah banyak dapat bernilai ekonomis tetapi tidak mempengaruhi penamaan batuan
spt hematit, kromit, muscovit, zeolit.

Oleh Bowen disusun seri penghabluran mineral-mineral silikat yang dikenal dengan
Bowen’s Reaction Series.
 Deret sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik yang bersifat discontinuous
series (mineral-mineral yang terbentuk diawal deret tidak akan terbentuk lagi pada
deret selanjutnya).
 Deret sebelah kanan adalah mineral felsik (kelompok plagioklas) yang bersifat
continuous series (mineral-mineral yang terbentuk diawal deret tetap dapat
terbentuk lagi pada deret selanjutnya).
 Kedua deret bertemu pada kelompok mineral stabil yang tidak mudah terubah
menjadi mineral lain (Orthoklas – Quartz)

4.Klasifikasi Batuan
Pengklasifikasian batuan beku dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Cara
yang paling umum adalah berdasarkan lokasi pembentukkannya dan berdasarkan
komposisi mineralnya.
Berdasarkan tempat pembekuan :
a. Batuan Beku Dalam (Abysis/Plutonis)
Tempat pemekuan jauh di dalam kulit bumi. Berstruktur holokristakin/granites,
semua bagian dari batuan terdiri dari kristal-kristal (besar-besar dan kasar).
Contoh : Granit, Diorit, Gabro, Syenit dll.
133
b. Batuan Beku Gang
Tempat pembekuan pada sela-sela lapisan batuan / pada corong diatrema.
Berstruktur porfiris-fenokrist pengkristalan sempurna, ada sebagian yang Besar dan
kasar adapula yang halus.
Contoh : Porfir granit, porfirit, porfir syenit, porfir gabro.
c. Batuan Beku Luar
Tempat pembekuan di permukaan bumi (lava). Berstruktur amorf : kristal
terberbentuk, sangat halus.
Contoh : Rhyolit, Andesit, Trachit, Basalt, Obsidian, dll

134
Praktikum 5
Mengidentifikasi Batuan Sedimen
Batuan yang terbentuk akibat lithifikasi dari hancuran batuan induk. Lithifikasi
batuan meliputi proses kompaksi autigenik dan diagenesa (proses terubahnya material-
material lepas menjadi batuan yang kompak).
Batuan sedimen sangat banyak jenisnya dan tersebar luas dengan ketebalan dari beberapa
cm sampai beberapa km. Secara lateral penyebaran batuan sedimen mencapai 70 % dari
batuan yang ada dipermukaan akan tetapi batuan sedimen hanya merupakan 5 % dari
batuan yang ada di bumi.
Secara umum batuan sedimen terbagi atas dua kelompok besar yaitu :
1. Batuan Sedimen Silisiklastik
 Batuan sedimen silisiklastik merupakan batuan ekstrabasinal yang
pembentukannya melibatkan proses epigen dari batuan sumber atau pre-existing
rock.
 Batuan silisiklastik berdasarkan besar butirnya dikelompokkan menjadi kelompok
mudrock, batupasir dan konglomerat atau breksi.
 Fragmen rombakan bisa jadi terdiri dari fragmen batuan tetapi pada umumnya
tersusun atas mineral kuarsa yang merupakan mineral paling stabil dan felspar
sedangkan butiran yang berukuran halus akan menjadi batulanau, batulempung
maupun sebagai matrik dalam batuapasir, breksi dan konglomerat.
 Butir-butiran klastik pada batuan ini terbentuk setelah mengalami proses-proses
pelapukan mekanik atau kimiawi maupun keduanya, proses transportasi serta
pengendapan.
 Transportasi sedimen dapat terjadi oleh adanya air, angin, es, arus pasang-surut
dan arus turbidit.
 Kenampakan umum yang sangat penting dalam batuan silisiklastik adalah struktur
sedimen dan tekstur terutama yang terbentuk selama proses pengendapan, post
depositional atau saat diagenesis.

2. Batuan karbonat
 Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang
dominan (>50 %) terdiri dari garam-garam karbonat yang secara umum meliputi
batugamping dan dolomit.
 Batuan karbonat merupakan batuan intrabasinal yang pembentukannya tidak
mengalami erosi dan transportasi tetapi butiran-butiran karbonat mencerminkan
produktivitas organik.
 Proses pembentukannya dapat terjadi secara insitu yang berasal dari larutan yang
mengalami proses kimiawi maupun biokimia pada proses tersebut organisme turut
berperan, dapat pula terjadi dari butiran rombakan yang telah mengalami
transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain dan
pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat
yang lain seperti dalam proses dolomitisasi dimana kalsit berubah menjadi
dolomit.
Sedangkan berdasarkan proses pembentukkannya batuan sediment terbagi atas:
1. Sedimen Klastik
2. Sedimen non klastik
a. Sedimen kimiawi
b. Sedimen biologic

135
Sedimen klastik
Mengalami transportasi dengan media fluida (air, angin, gletser) sehingga
pengendapannya tidak pada tempat terdapatnya batuan induk.
Contoh : Batupasir, konglomerat

Sedimen non klastik


Umumnya insitu atau tidak mengalami transportasi sehingga pengendapannya relative
dekat dengan batuan induk.

a.Sedimen organik
Batuan sedimen yang dihasilkan oleh aktivitas organisme, terdapat sebagai sisa
organisme yang biasanya tetap tinggal di tempatnya.
Contoh : Batugamping terumbu, batubara

b.Sedimen kimia
Batuan sedimen yang dihasilkan oleh proses penguapan, terutama di daerah aride.
Batuan ini umumnya hanya tersusun atas satu komposisi mineral dengan kilap yang
umumnya non-metalik.
Contoh : Gipsum

1.Komposisi Batuan Sedimen


Komposisi batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
a. Fragmen → Butiran pembentuk batuan yang berukuran paling besar. Fragmen
dapat berupa butiran mineral, batuan atau fosil.
b. Matrik → Bagian dari butiran pembentuk batuan yang berukuran lebih kecil dari
fragmen. Biasanya berkomposisi sama dengan fragmen.
c. Semen → Bahan pengikat antara fragmen dengan matrik.

Dalam sediment klastik dikenal 3 macam semen yaitu :


a. Karbonat : Kalsit, dolomite
b. Silikat : Kalsedon, Kuarsa
c. Oksida Besi : Hematit, limoni

a.Silisiklastik
 Komposisi batuan silisiklastik terdiri atas fragmen, matrik dan semen.
 Batuan sedimen klastik tersusun oleh butiran-butiran hasil rombakan atau detrital
grains sebagai pembentuk kerangka utama batuan sedimen.
 Matriks yang terdiri dari butiran halus menempati ruang antar butiran, sedangkan
mineral autogenic dan semen terbentuk pada saat diagenesa.
 Komposisi mineral yang dominan pada batuan silisiklastik adalah mineral-mineral
stabil yang tahan terhadap proses pelapukan dan transportasi.
 Mineral yang sering dijumpai pada batuan sedimen silisiklastik diantaranya
adalah kuarsa sebagai mineral paling stabil, feldspar yang berasal dari batuan
induk yang sama dengan kwarsa, mika dan mineral lempung.
 Butiran-butiran tersebut selanjutnya akan diikat oleh semen yang dapat berupa
semen silika, semen karbonat dan oksida besi.

136
b.Karbonat
 Pada dasarnya komposisi batuan karbonat sangat bervariasi tetapi secara umum
dapat dikelompokkan menjadi non skeletal grains, skeletal components, micrite
dan cement.
 Butiran tersebut merupakan butiran karbonat dan bagian dari sisa organisme yang
dibagi berdasarkan bentuk butir dan ukuran butirnya.
 Karena lingkungan pembentukan batuan karbonat yang sangat khas maka detritus
asal darat sangat sedikit bahkan tidak ada dalam batuan karbonat.

2.Tekstur Batuan Sedimen


Menurut Pettijohn (1975) tekstur adalah “suatu kenampakan yang berhubungan
dengan ukuran dan bentuk butir serta susunannya”. Secara umum tekstur batuan sedimen
mencerminkan proses-proses yang terjadi pada saat pengendapan.
a.Tekstur batuan sedimen Klastik
 Ukuran butir
Ukuran butir pada batuan sediment klastik menggunakan skala wenthworth sebagai
parameternya.
Tabel 1. Skala wenthworth
Wentworth Size Scale

Boulder >256 mm Conglomerate

Cobble 64-256 mm

Pebble 2-64 mm

Sand 1/16-2 mm Sandstone

Silt 1/256-1/16 mm Siltstone

Clay <1/256 mm Shale

1.Derajat pemilahan (sortasi)


Merupakan gambaran tingkat keseragaman dari butiran pembentuk batuan
sedimentt.
 Pemilahan baik (well sorted)
 Pemilahan sedang (moderately sorted)
 Pemilahan buruk (poorly sorted)
2.Derajat Pembundaran (Roundness)
 Menyudut (angular)
 Menyudut tanggung (sub-angular)
 Membulat tanggung (sub rounded)
 Membulat (rounded)
 Membulat baik (well rounded)

137
3.Kemas
Menunjukkan hubungan kerapatan antara butiran penyusun dalam batuan sediment.
 Kemas terbuka : kerapatan antar butiran kecil/renggang
 Kemas tertutup : kerapatan antar butiran besar/rapat

Kesimpulan :
 Pada batuan silisiklastik butirannya akan dibedakan berdasarkan ukurannya yaitu
mulai dari ukuran yang paling halus hingga paling kasar.
 Pada umumnya pembagian ukuran butir pada sedimen klastik menggunakan skala
Wentworth yang selanjutnya akan menjadi dasar penamaan batuan sedimen
silisiklastik seperti : batupasir, batulempung, batulanau dan sebagainya.
 Ukuran butir pada batuan silisiklastik akan berhubungan langsung dengan
porositas dan permebilitas batuan karena butiran-butiran tersebut yang
membentuk rongga-rongga pori.
 klasifikasinya menggunakan parameter tekstur seperti ukuran butir, bentuk butir,
sortasi dan kemas.
 Tekstur terutama ukuran butir dalam batuan sedimen silisiklastik akan
menunjukkan tingkat kedewasaan dari sedimen tersebut dan menggambarkan
dinamika transportasi sedimen.

Nonklastik
a. Sedimen Organik
 Pada batuan karbonat klasifikasi yang digunakan berhubungan dengan matrik dan
partikel yang menyusun batuan yang dikenal dengan istilah Allochem, mikrit dan
sparit.
 Bentuk butir dalam batuan karbonat akan sangat khas jika merupakan unsur dari
organisme seperti cangkang dan fragmen kerangka.
 Bentuk butir dalam batuan karbonat akan menunjukkan energi dalam lingkungan
pengendapannya.
 Pada batuan karbonat partikel-partikel karbonat dibagi menjadi dua yaitu butiran
(>0,02 mm) dan lime mud (<0,02 mm).
 Karena sifatnya yang mudah larut ukuran butir pada batuan karbonat tidak
berhubungan langsung dengan besarnya porositas dan permeabilitas batuan.
 Pada batuan karbonat tekstur akan menunjukkan unsur-unsur organik sebagai
komponen karbonat yang terdeposisi.
 Unsur-unsur organik yang menyusun batuan karbonat dapat terdiri dari komponen
organisme dengan ukuran kecil hingga besar yang dapat pula menjadi indikasi
kedewasaan suatu batuan karbonat.

b. Sedimen Kimiawi
Pemerian sediment kimiawi meliputi :
 Warna batuan
 Komposisi
 Kilap
 Ukuran butir
 Mineral

138
Teksturnya :
 Kristalin
 Amorf
 Gelas
 Fibrous

3.Struktur Batuan Sedimen


Struktur batuan sedimen (struktur primer) umumnya tidak banyak yang dapat
diamati di laboratorium karena umumnya mempunyai skala yang cukup besar. Struktur
batuan sediment diantaranya Struktur perlapisan Merupakan struktur utama batuan
sedimen klastik yang menunjukkan adanya bidang-bidang perlapisan sebagai hasil proses
pengendapan.

Faktor-faktor yang menyebabkan adanya struktur perlapisan :


 Perbedaan warna
 Perbedaan ukuran butir
 Perubahan struktur sediment
 Perbedaan komposisi mineral
 Perbedaan kekompakan
 Perubahan macam batuan

Dalam klasifikasinya batuan sedimen mengacu pada proses pembentukannya, apakah


termasuk dalam sediment klastik ataupun sedimen non klastik.
Klasifikasi batuan sediment klastik umumnya lebih sederhana karena penamaannya dapat
didasarkan pada ukuran butirnya.Sedangkan untuk batuan non klastik masih harus dilihat
komposisinya secara menyeluruh.

139
Praktikum 6
Mengidentifikasi Batuan Metamorft
Batuan metamorf adalah batuan ( beku maupun sedimen) yang telah mengalami
perubahan sifat dan kondisi aslnya. Sifat utama batuan ini adalah karena proses
rekristalisasi dikedalaman kerak bumi 3-20 km yang keseluruhan atau sebagian besar
terjadi dalam keadaan padat (tanpa melalui fase cair),sehingga terbentuk struktur
minerologi baru yang sesuai dengan lingkungan fisik baru ( tekanan dan tenperatur).

Proses metamorfisme Batuan mengalami penambahan tekanan (P) atau


temperature (T) atau kenaikan P dan T secara bersamaaan sehingga mengalami perubahan
susunan mineraloginya (susunan kimianya tetap) yang berlangsung dari fase padat ke fase
padat tanpa mengalami fase cair.

1.Tipe-tipe Metamorfisme :

 Thermal/kontak => T mengalami kenaikan


 Dinamo/dislokasi/kataklastik => P mengalami kenaikan
 Regional => P & T naik secara bersamaan

2.Klasifikasi dan Penamaan Jenis Batuan Metamorf


Secara umum batuan metamorf dibagi dalam dua kelompok yang didasarkan
atas strukturnya, yaitu:
 Foliasi/Banded Mempunyai kenampakan seperti perlapisan akibat adanya
penjajaran mineral
 Non-Foliasi Tidak mempunyai kenampakan seperti perlapisan akibat adanya
penjajaran mineral

Tabel 1. Kondisi foliasi dan non foliasi pada batuan metamorf


FOLIASI NON FOLIASI
Komposisi mineralnya bermacam- Komposisi mineralnya sederhana, hanya terdiri
macam,/kompleks dari beberapa mineral seperti calcite atau kuarsa.
Banyak mineral baru yang terbentuk akibat mineral baru yang terbentuk akibat perubahan T
perubahan T dan/atau P. dan/atau P.
Teksturnya berlapis, foliasi, liniasi, banded. Teksturnya granular dan equi- dimensional.
Mineral mempunyai orientasi yang relatif Mineral tidak mempunyai orientasi.
sama.
Banyak batuan dengan komposisi yang Batuan dalam jumlah terbatas dengan mineral
beragam sederhana.
Contohnya:
kuarsa-Quartzite
batugamping-Marble
lanau – Hornfels

140
3.Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur pada batuan metamorf diantaranya :
a. Kristaloblastik
Tekstur yang terjadi pada saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan
asalnya tidak tampak lagi).
 Lepidoblastik Tekstur yang didominasi mineral-mineral pipih yang
memperlihatkan orientasi sejajar (biotit, muskovit).
 Nematoblastik Mineral-mineral berbentuk jarum yang memperlihatkan orientasi
sejajar (amphibol, piroksen)
 Granoblastik Mineral berbentuk butiran dengan sisi kristal yang bergerigi (kuarsa,
kalsit)
 Porfiroblastik Suatu kristal besar (fenokris) tertanam dalam massa dasar yang
lebih halus.
 Idioblastik Bentuk mineral-mineral penyusunnya euhedral.
 Xenoblastik Bentuk mineral-mineral penyusunnya anhedral.

b. Palimpsest (tekstur sisa)


 Blastoporfiritik Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik
 Blastoopitik Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur opitik.

4.Struktur Batuan Metamorf


a. Foliasi : mempunyai kenampakan seperti perlapisan akibat adanya penjajaran mineral
 Slatycleavage Struktur batuan sabak (slate), seperti schistose tetapi tidak ada
perlapisan akibat pemisahan dari macam-macam mineral (segregation bending).
Contoh: Slate ---> batulempung yang mengalami metamorfosa derajat rendah.
 Philithic Struktur pada batuan filit, tingkatnya lebih tinggi dari slate, sudah ada
segregation bending tapi tidak sebagusbatuan berstruktur schistose (foliasi
diperlihatkan oleh kepingan halus mika). Contoh : Philit
 Schistose Foliasi nampak secara jelas pada kepingan-kepingan mika, membentuk
belahan yang tidak putus-putus. Contoh : Schist
 Gneissic Foliasi oleh mineral-mineral granular dan memperlihatkan belahan-
belahan yang tidak rata. Contoh : gneiss
b.Non Foliasi : tidak nampak adanya penjajaran mineral
 Hornfelsik Struktur khas pada batuan hornfels (metamorf thermal) dimana
butirannnya tidak menunjukkan adanya pengarahan.
 Kataklastik Struktur yang terdiri dari pecahan-pecahan atau fragmen-fragmen
batuan maupun mineral.
 Milonitik Sama dengan kataklastik tetapi butirannnya lebih halus dan dapat
dibelah-belah seperti schistose.

141
Praktikum 7
Mengukur Kekerasan Batuan dan Massa Jenis Batuan
1.Kekerasan (hardness)
Merupakan sifat ketahanan mineral terhadap goresan. Parameter yang biasa
digunakan adalah Skala Mohs. Untuk standar kekerasan biasa digunakan 10 pembagian
skala dimana skala 1 adalah mineral paling lunak dan skala 10 adalah mineral paling
keras.
a.Batuan beku umumnya memiliki sifat dan kekerasan dan massa jenis yang berbeda.
b.Batuan sedimen umumnya memiliki kekerasan batuan yang rendah/kecil dan
massa jenis yang bervariasi.
c.Batuan metamorf umumnya memiliki sifat kekerasan dan massa jenis yang lebih tinggi
dari sifat batuan asalnya.
Untuk menentukan tingkat kekerasn batuan dengan memakai acuan ”Mohs
Scale”(skalamosh) yang dibagiatas10 tingkat:

Tabel 2. Skala Mohs


Nama Mineral Rumus Kimia Kekerasan Keterangan
Talk Mg3Si4O10(OH)2 1 Ditekan jari
Gypsum CaSO42H2O 2 Digores kuku
Kalsit CaCO3 3 Menggores kuku
Flourit CaF2 4 Perunggu
Apatit Ca5(FCl)(PO4)3 5 Pisau baja
Ortoklas/Felspar KAlSi3O8 6 Kikir
Kuarsa SiO2 7 Baja
Topaz (Al2F)2SiO4 8 Baja dapat digores
Corundum Al2O3 9 Baja dapat igores
Diamond C 10 Semua benda dapat digores

Catatan : 1 – 2 dapat digores dengan kuku


3 – 5 dapat digores dengan paku
6 – 9 dapat digores dengan kaca
10 dapat menggores semua benda
2.Berat jenis
Cara pengukuran berat jenis mineral ada bermacam-macam, diantaranya dengan
menimbang mineral tersebut dan memperbandingkannya dengan volume.
ρ = m/v
ρ = massa jenis
m = berat (gr)
v = volume (cm3)
Tabel 3. berat jenis mineral
Massa Jenis Klasifikasi Contoh
< 2,7 Ringan Kuarsa
2,7 – 3,0 Sedang Mika
3,1 – 3,3 Berat Tourmalin
3,4 – 4,0 Amat berat Olivin
> 4,0 Teramat berat Zircon

142
Prakktikum 8
Mengidentifikasi Sifat Fisik dan Kimia Mineral dan Kristal
A. MINERALOGI
Definisi mineral didasarkan pada 5 ketentuan umum yaitu :
1. merupakan mineral alami.
2. umumnya anorganik.
3. mempunyai sifat fisis dan kimia tetap
4. berupa unsure tunggal atau persenyawaan yang tetap
5. homogen (tidak dapat diurai dengan proses fisis)
6. Dapat berupa padat, cair (HgS, H2O) dan gas (H2S, CO2, CH4)

mineral adalah elemen atau komponen kimiawi yang umumnya kristalin dan terbentuk
sebagai hasil dari proses geologi (Nickel, E. H., 1995).

Mineral adalah bahan alam yang umumnya anorganik dengan komposisi kimia dan
kondisi fisik yang tertentu (O' Donoghue, 1990).

Benda padat homogen terdapat di alam terbetun secara anorganik, mempunyai


komposisi kimia tertentu & mempunyai susunan atom yg teratur (L.G. Berry & B. Mason,
1959)
Bahan padat dgn struktur homogen mempunyai kompisisi kimia tertentu, dibentuk oleh
proses alam yg anorganik (Whitten & J.R.V. Brooks, 1972)
zat atau bahan yg homogen mempunyai komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-
sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan (A.W.R. Potter & H.
Robinson, 1977)

Secara umum mineral adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya
bersifat padat serta tersusun atas komposisi kimia tertentu. Mineral pada umumnya
anorganik.

klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari Dana, yang mendasarkan
pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya, yaitu:
1.Unsur (native element)
hanya memiliki satu unsur kimia, sifat dalam umumnya mudah ditempa
dan/atau dapat dipintal, seperti emas, perak, tembaga, arsenik, bismuth, belerang, intan,
dan grafit.
 Mineral sulfida atau sulfosalt, merupakan kombinasi antara logam atau semi-
logam dengan belerang (S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2), proustit
(Ag3AsS3), dll
 Oksida dan hidroksida, merupakan kombinasi antara oksigen atau hidroksil/air
dengan satu atau lebih macam logam, misalnya magnetit (Fe3O4), goethit
(FeOOH).
 Haloid, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang elektronegatif,
seperti Cl, Br, F, dan I. Contoh mineralnya: halit (NaCl), silvit (KCl), dan Fluorit
(CaF2).

143
 Nitrat, karbonat dan borat, merupakan kombinasi antara logam/semilogam dengan
anion komplek, CO3 atau nitrat, NO3 atau borat (BO3). Contohnya: kalsit
(CaCO3), niter (NaNO3), dan borak (Na2B4O5(OH)4 . 8H2O).
 Sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat, dicirikan oleh kombinasi logam dengan
anion sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat. Contohnya: barit (BaSO4), wolframit
((Fe,Mn)Wo4)
 Fosfat, arsenat, dan vanadat, contohnya apatit (CaF(PO4)3), vanadinit
(Pb5Cl(PO4)3)
 Silikat, merupakan mineral yang jumlah meliputi 25% dari keseluruhan mineral
yang dikenal atau 40% dari mineral yang umum dijumpai. Kelompok mineral ini
mengandung ikatan antara Si dan O. Contohnya: kuarsa (SiO2), zeolit-Na
(Na6[(AlO2)6(SiO2)30] . 24H2O).

2.Warna Mineral
Adalah kesan mineral jika terkena cahaya.
Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua:
a.Idiokromatik
bila warna mineral selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang
tidak tembus cahaya (opak)
Sulfur ---------à kuning
Magnetit ------à hitam
Pirit -----------à kuning loyang

b.Alokromatik
bila warna mineral tidak tetap dapat berubah-ubah, tergantung dari material
pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti
kuarsa, kalsit.
Halite ---------à abu-abu, biru, kuning, coklat
Kuarsa ---------à violet (amethyst), merah muda, coklat-hitam

Faktor yang mempengaruhi warna :


a. Kompiosisi kimia
Chlorite -à hijau
Albite ---à Putih
b. Struktur kristal dan ikatan atom
Intan -à tak berwarna --à Isometric
Graphite --à hitam --à hexagonal
c. Pengotoran dari mineral
Silika --à tak berwarna --à Jasper -à merah
Chalsedon à kecoklatan

3.Belahan (Cleavage)
Adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui bidang-
bidang belahan yang rata dan licin.
Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.
Kecenderungan mineral untuk memebelah diri pada satu arah tertentu atau lebih dan
membentuk bidang belahan.

144
Belahan dibagi berdasarkan bagus tidaknya permukaan bidang belahan, yaitu :
 Sempurna (perfect), bila bidang belahan sangat rata, bila pecah tidak melalui
bidang belahan agak sukar (kalsit, galena, halite)
 Baik (good), bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik yang sempurna, masih dapat
pecah pada arah lain (felspar, diopsit)
 Jelas (distinct), bidang belahan jelas, tetapi tidak begitu rata, dapat dipecah pada
arah lain dengan mudah (hornblende, staurolite)
 Tidak jelas (indistinct), dimana kemungkinanuntuk membentuk belahan dan
pecahan akibat adanya tekanan adalah sama besar (Platina, emas)
 Tidak sempurna (imperfect), dimana bidang belahan sangat tidak rata, sehingga
kemungkinan untuk membentuk belahan sangat kecil daripada untuk membentuk
pecahan (apatit, casiterit).

Contoh :
 Muscovit dan biotit, mempunyai kecenderungan untuk membelah diri
satu arah, dimana dapat terbelah menjadi lempeng-lempeng tipis.
 Augite, mempunyai belahan dua arah tegak lurus
 Hornblende, mempunyai belahan dua arah membentuk sudut 124.
 Kalsit, mempunyai belahan tiga arah yang saling tidak tegak lurus.

4.Pecahan (Fracture)
Adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan tidak
teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi:
a. pecahan konkoidal, bila memperlihatkan gelombang yang melengkung di
permukaan atau seperti botol atau kulit bawang. (kuarsa, obsidian)
b. pecahan berserat/fibrus(splintery), bila menunjukkan kenampakan seperti serat,
contohnya asbes, augit;
c. pecahan tidak rata (uneven), bila memperlihatkan permukaan yang tidak teratur
dan kasar, misalnya pada garnet;
d. pecahan rata (Even), bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya: mineral
lempung;
e. pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing-
runcing, contohnya mineral kelompok logam murni;
f. tanah(earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.

5.Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)


Daya Tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkokan, penghancuran dan
pemecahan. Macamnya :
a. Brittle, mineral mudah hancur menjadi tepung halus (kalsit, kuarsa, hematit)
b. Sectile, mineral mudah terpotong pisau tapi tidak berkurang menjadi tepung
(gypsum)
c. Malleable, mineral jika ditempa palu menjadi pipih (Au, Ag)
d. Ductile, mineral jika ditarik tambah panjang dan jika dilepaskan tidak kembali
seperti semula (copper, olivine)
e. Flexible, mineral dapat dilengkungkan dengan mudah (Talk, mika)
f. Elastic, mineral merenggang jika ditarik dan jika dilepaskan kembali seperti
semula (muscovite, hematite tipis)

145
6.Gores (streak)
Merupakan warna asli dari mineral apabila mineral ditumbuk sampai halus.
Merupakan warna mineral dalam bentuk serbuk yaitu dengan menggoreskan mineral pada
keping porselen kasar.
Contoh :
· Warna kuning pada Pirit bila diasah memberi gores warna hitam
· Warna kehitaman pada Hematit bila diasah memberi gores warna merah hati
· Gores tidak berwarna pada Biotit
· Gores berwarna putih pada orthoklas

7.Sifat Kemagnetan
Semua mineral menunjukkan sifat magnetis meskipun untuk mengukurnya
membutuhkan alat yang khusus.
Terbagi atas :
a. Paramagnetit (magnetit), mineral mempunyai gaya tarik terhadap magnet
(magnetit, pyrotit)
b. Diamagnetit (nonmagnetit), mineral mempunyai gaya tolak terhadap magnet

8.Derajat Ketransparanan
Sifat ini tergantung pada kemempuan mineral mentransmisikan cahaya.
Dibedakan atas :
Opaque mineral, mineral tdk tembus cahaya meskipun dalam bentuk helaian yang tipis
(logam mulia, belerang)
a. Transparent mineral, mineral tembus pandang seperti kaca biasa (batu-batu
kirstal)
b. Translucent mineral, tembus cahaya taoi tidak tembus pandang (kalsdon, gypsum,
opal)
c. Mineral-mineral tidak tembus pandang dalam bentuk pecahan tetapi tembus
cahaya pada lapisan tipis (feldspar, karbonat, silica)

146
B. KRISTALOGRAFI
Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari sIstem-
sistem kristal. Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial
mempunyai pola difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002).

Kristal adalah Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta
menuruti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hokum
geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.
Bahan padat homogen :

 Tidak termasuk didalamnya cair dan gas


 Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dengan proses
fisika

1.Geometri kristalografi
· Sumbu Kristalografi : Suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.
· Kristal mempunyai bentuk 3D (panjang, lebar dan tinggi)

Sudut Kristalografi :

 Sudut ά > yang dibentuk antara sb b dan sb c


 Sudut β > yang dibentuk sb a dan sb c
 Sudut γ > yang dibentuk antara sb b dan sb a

Gambar. Prinsip letak bidang kristal terhadap sumbu

2.Sistem kristalografi
Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem didasarkan pada :
 Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografi
 Letak atau posisi sumbu-sumbu kristalografi
 Jumlah sumbu kristalografi
 Nilai sumbu C atau Sb Vertika

Sistem Kristal :
a.Sistem Regulair/isometric/ kubus/kubik/tesseral

* Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
* Masing-masing sumbu sama panjangnya.(sb a = b = c) -à Disebut jg sb a
* sudut α = β = γ

b.Sistem tetragonal/Quadratic

 Sb a = b ≠ c
Sb a = b --à sb a
Sb c lebih panjang --àcolumnar/panjang
Sb c lebih pendek --à stout/gemuk
147
sudut α = β = γ = 90º

c.Sistem rombic/ orthorombis/ prismatic /trimetric


Sb a ≠ b ≠ c
Sb a = b --à sb a
Sb c adalah sumbu terpanjang (sb basal/vertical)
Sb b adalah sb macro
Sb a adalah sumbu terpendek (sb brachy)
sudut α = β = γ = 90º

d.Sistem heksagonal
Sb a = b = d ≠ c
Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal
· sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu yang lain.
· Sumbu a, b, dan d masing-masing saling membentuk sudut 120º satu
terhadap yang lain
· Sumbu a, b, dan d mempunyai panjang yang sama.
· Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek
(umumnya lebih panjang).

e.Sistem trigonal/rhombohedral
 Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal
 Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
 Perbedaannya bila pada trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk
segienam kemudian dibuat segitiga degan menghubungkan dua titik sudut yang
melewati satu titik sudutnya.

f.Sistem monoklin/oblique/clinorombic
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya.
 Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b;
 b tegak lurus terhadap c,
 tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a.
 Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama,
 umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek.

Sb a ≠ b ≠ c
Sb a = b --à sb a
Sb a = sb clino
Sb cb = sb ortho
sudut α = γ = 90º
β ≠ 90º

g.Sistem triklin
Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak
lurus. 
sudut α ≠ β ≠ γ ≠ 90º
Sb a ≠ b ≠ c
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
148
Praktikum 9
Mengidentifikasikan Fosil Paleontologi

Paleo : masa lampau/kuno


Onthos : Kehidupan
Logos : Ilmu
Ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau → fosil
secara singkat definisi dari fosil harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Sisa-sisa organisme.
2. Terawetkan secara alamiah.
3. Pada umumnya padat/kompak/keras.
4. Berumur lebih dari 11.000 tahun

Cara Hidup :
1.Benthos (di dasar laut)
-Secyl : menempel pada benda mati & tidak berpindah-pindah
-Vagyl : di dasar laut & berpindah-pindah
2.Pelagos (melayang-layang)
-Planktonik : bergerak pasif mengikuti arus
-Nektonik : bergerak aktif di permukaan

@ PLANKTON
1. Formanifera plankton
Ø Susunan kamar pada foraminifera plankton daoat dibagi:
 Planispera sifat terputar pada satu bidang,semua kamar terlipat,pandanngan serta
jumlah kamar vertal dan dorsal sama.Contoh:Hastigenera.
 Trochospiral,sifat terputar tidak oada satu bidanng,tidak semua kamar
terlipat,pandangan serta jumlah kamar vertal dan dorsal
tidak sama.Contoh:Glbigerina.
 Streptospiral,sifat mula-mula trochospiral,kemudian planispiral sehingga menutupi
sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh:Pulleniatina
Ø Apartur
Apartur adalah lubang utama dari test forminiferayang terletak pada kamar
terakhir.Khusus foraminifera plankton bentuk apaerture maupun variasinya lebih
sederhana.Umumnyamempunyai bentuk Aperture utama interiomarginal yanng terletak
pada dasar( tepi) kamar akhir (septal face) dan melekuk kedalam,terlihat pada bagian
ventral (perut).

2. Pengenalan Genus dan Spesies Foraminifera plankton


 Famili Globigeriniidae,Famili ini pada umumnya mempunyai bentuk test spherical
atau hemispherical,bentuk kamar globural dan susunan kamar trochhospiral rendah
atau tinggi.
 Famili Globorotaliidae,bentuk kamar subglobular atau agular conical, susunan
kamar trochospiral.
 Famili Hantkeniidae,yang merupakan kamar hannya yang punya spine jika tidak ya
tidak.

149
@ BENTHOS
1. Formanifera Benthos
Ø Susunan Kamar formanifera Benthos
 Monothalamus,adalah susunan dan bentuk-bentuk kamar akhir foraminifera yang
hannya terjadi dari satu kamar
 Aperture Foraminifera Benthos,golongan benthos memiliki bentuk aparture yang
bervariasi.Dan aperture itu sendiri merupakan bagian penting dari test
foraminifera,karena merupakan lubang tempat proto plasma organisme tersebut
bergerak keluar dn masuk.
 Pengenalan genus dan spesies foraminifera Benthos

150
Praktikum 10
Membaca dan Menafsirkan Peta Geologi

Peta Geologi merupakan Peta Tematik yang berisi informasi tentang berbagai
kondisi geologis, seperti : formasi batuan, proses-proses geologis (misalnya :
patahan/sesar, lipatan, depresi, dan lainya),penampang melintang suatu formasi (formasi
batuan tertentu), informasi-informasi mengenai material batuan, umur formasi, ketebalan
lapisan dan lain-lainya).
Peta geologi dapat dibedakan atas peta geologi sistematik dan peta geologi tematik:

 Peta geologi sistematik adalah peta yang menyajikan data geologi pada peta dasar
topografi atau batimetri dengan nama dan nomor lembar peta yang mengacu pada SK
Ketua Bakosurtanal No. 019.2.2/1/1975 atau SK penggantinya.
 Peta geologi tematik adalah peta yang menyajikan informasi geologi dan/atau potensi
sumber daya mineral dan/atau energi untuk tujuan tertentu.

Pemetaan geologi adalah pekerjaan atau kegiatan pengumpulan data geologi, baik
darat maupun laut, dengan berbagai metoda. Sumber daya geologi adalah sumber daya
alam yang meliputi sumber daya mineral, energi, air tanah, bentang alam dan kerawanan
bencana alam geologi.

Persyaratan teknis penyusunan peta geologi meliputi simbol peta, istilah, keterangan
peta, penyajian peta, penerbitan, spesifikasi dan ukuran lembar peta, yang sesuai dengan
hasil pembakuan SNI No. 13-4691-1998 dan SNI 13-5015-1998.
1. Simbol Peta
Simbol peta dipakai untuk menggambarkan suatu informasi pada peta
berupa
a. singkatan huruf, tata warna, corak dan simbol geologi atau gabungannya.
Singkatan huruf digunakan untuk menunjukkan satuan litostratigrafi dan
kronostratigrafi pada peta.
b. Tata warna digunakan untuk membedakan satuan peta geologi berdasarkan jenis
dan umur satuan batuan serta satuan geokronologi. Corak geologi dipakai untuk
membedakan jenis litologi pada peta. Simbol geologi digunakan untuk
membedakan fenomena geologi pada peta.
2. Istilah
Peristilahan yang digunakan pada peta geologi mengacu pada Glossary of
Geology (American Geological Institute, 1972), Peristilahan Geologi dan Ilmu
Berhubungan (M.M. Purbohadiwidjojo, 1975) dan Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
3. Keterangan Peta
Keterangan peta ditulis dalam Bahasa Indonesia dan terjemahannya dalam
Bahasa Inggris yang dicetak dengan huruf miring.
4. Penyajian Peta
Penyajian peta meliputi tata letak, korelasi satuan peta dan uraian singkat
setiap satuan peta.
5. Lampiran Peta
Peta geologi dapat disertai lampiran yang berisi uraian data dan informasi
daerah yang bersangkutan yang tidak dapat diuraikan di dalam peta karena
keterbatasan tempat.

151
6. Penerbitan Peta
Peta geologi diterbitkan dengan menggunakan bahan baku dan ukuran
kertas yang sudah ditentukan.
7. Spesifikasi Peta
Spesifikasi peta meliputi penggunaan peta dasar topografi atau batimetri,
sistem proyeksi yang digunakan dan ketentuan pencantuman penampang geologi.
8. Ukuran Lembar Peta
Ukuran dan batas koordinat lembar peta geologi sistematik mengacu pada
Surat Keputusan Ketua Bakosurtanal Nomor 019.2.2/1/1975 atau Surat Keputusan
penggantinya, sedangkan peta geologi tematik disesuaikan dengan tujuan dan
kepentingannya.

UNSUR TAMBAHAN UTAMA

Unsur tambahan utama meliputi penyusunan peta, mutu, pengemasan dan


pendokumentasian peta, yang sesuai dengan hasil pembakuan yang tercantum pada SNI
Nomor 13- 4691-1998.
 Tahapan Penyusunan Peta
Tahapan penyusunan peta meliputi kegiatan persiapan, penyelidikan lapangan,
kegiatan laboratorium dan studio (penyiapan dan penelaahan peta) dan pelaporan.
 Mutu
Mutu peta ditentukan oleh akurasi data, kelengkapan informasi yang disajikan
serta proses kartografi.
 Pengemasan
Peta geologi dilipat sedemikian rupa sehingga memudahkan pemakai melihat
judul dan nomor lembar peta
 Pendokumentasian
Laporan terbuka yang menyertai peta geologi disimpan di perpustakaan instansi
yang menerbitkan dan terbuka untuk umum.

152
DAFTAR PUSTAKA

Edial, Helfia.2016.Geologi Dasar.Padang : UNP Press


Drs.Sriyanto .2004. Geologi umum.Semarang :UNNES.
Graha,Doody Stia. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung:ITB Press.
Katili, JA dan P.Marks. 1960. Geologi. Jakarta:Dep. Urusan Research Nasional.
Sukandarrumidi.1994. Geologi Sejarah. Yogyakarta: Gajah Mada University
Sutoto. 1999.Diklat Kuliah Geologi. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.
Anjayani Eni, dkk,2009, Geografi untuk Kelas X SMA/MA, Jakarta, Pusat Perbukuan
Dapartemen Pendidikan Nasional.
Mulyo Nianto Bambang, dkk, 2007, Kompetensi Dasar Geografi 1, Solo, PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Keller, A. E. 1978. Environmental Geology.Colombus Ohio: Charles E. Merril Publishing
Company Colombus Ohi
Sukandarrumidi, 2009. Bahan Galian Industri. UGM Press Yogyakarta.
Yani Sri Astuti, 2008. Pengantar Geologi. Universitas Siliwangi.

Daftar Website / Internet

http://tambangunp.blogspot.com/2013/05/komposisi-dan-lapisan-bumi-struktur.html/
http://tambangunp.blogspot.com/2013/05/kompGeologi ekonomi/
http://id.wikipedia.org/wiki/geologi.ekonomi.sejarah.html/
http://duniabaca.com/proses-pembentukan-bumi.html/
http://id.wikipedia.org/wiki/Bumi/
http://argakencana.blogspot.com/2010/07/proses-pembentukan-bumi.html/
http//:umichan-chirigaku.blogspot.com/Geologi Lingkungan dan Sumber Daya
http://id.wikipedia.org/wiki/geologi lingkungan dan sumberdaya
http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi, Oktober 2013 Gempa Bumi
http://adelnriripunya.blogspot.com/2010/02/jenis-jenis-gempa-bumi.html/
http://zahrosofie.wordpress.com/2010/03/19/morfologi-patahan-lipatan/
http://belajarilmugeografi.blogspot.com/2013/04/mengurai-proses-terjadinya-gempa-
bumi.html/
http://xferka-universe.blogspot.com/2013/06/skala-omari.html/
http://afha34musdalifa.blogspot.com/2012/03/dampak-dampak-gempa-bumi-unsur-
abiotik.html/

153

Anda mungkin juga menyukai