Anda di halaman 1dari 119

KARAKTERISTIK MASA DAN

DISKONTINUITAS BATUAN

Dr. Ir. Didiek Djarwadi. M.Eng

Kuliah ke 4,MataKuliah Pilihan,Aplikasi Geoteknik pada Tambang Terbuka,S2Geoteknik


Sekolah Pasca Sarjana InstituteTeknologi Bandung
SKALA WAKTU & STRUKTUR GEOLOGI BUMI
SKALA WAKTU GEOLOGI

Ilmu Geologi mengestimasikan umur bumi setidaknya telah mencapai 4.600 juta
tahun. Skala waktu geologi akan dirinci ke dalam EONS, ERAS & PERIODS.
Saat ini kita berada pada eons phanerozoic, era cenozoic, serta periode
quarterary yang dimulai sekitar 10.000 tahun yang lalu.
STRUKTUR GEOLOGI BUMI

Ilmu geologi membagi bumi yang berbentuk hampir bulat terdiri dari 3
lapisan yaitu: crust; lapisan paling luar dengan tebal sekitar 100 km,
mantle; lapisan bawah crust sampai dengan kedalaman 2.900 km, dan
core; lapisan paling dalam sampai dngan titk pusat bumi.
JENIS DAN SIKLUS PEMBENTUKAN BATUAN

Batuan di bumi dapat digolongkan dalam 3 kelompok yaitu:

- Batuan beku (igneous rock)


- Batuan sedimen (sedimentary rock)
- Batuan malihan (metamorphic rock)

Batuan beku terbentuk dari magma yang membeku. Batuan beku sesuai
dengan proses terbentuknya terdiri dari 2 (dua) grup yaitu: intrusive
dan extrusive. Batuan beku intrusif mengalami pembekuan di dalam
kerak bumi (crust) dan oleh karena terjadi erosi pada permukaan bumi,
maka batuan beku intrusive dapat muncul di permukaan bumi. Batuan
beku extrusive mengalami pembekuan di luar permukaan bumi, seperti
lahar atau magma yang keluar dari kawah gunung api.
SIKLUS PEMBENTUKAN BATUAN

Siklus pembentukan batuan


JENIS DAN SIKLUS PEMBENTUKAN BATUAN

Batuan beku terbentuk dari magma yang membeku. Batuan beku sesuai
dengan proses terbentuknya terdiri dari 2 (dua) grup yaitu intrusive
dan extrusive.

batuan beku extrusive batuan beku intrusive


CONTOH BATUAN BEKU EXTRUSIVE
CONTOH BATUAN BEKU INTRUSIVE
CONTOH NAMA BATUAN BEKU

ANDESITE BASALT TUFF

GRANITE DIORITE PUMICE


BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari batuan beku yang
mengalami pelapukan oleh erosi angin, gletser, dan air dan terendapkan
dalam bentuk sedimen. Apabila sedimen tersebut mengalami pemadatan
oleh tekanan dan tersementasi, maka dalam kurun waktu yang sangat
lama akan terbentuk batuan sedimen. Batuan sedimen terbagi menjadi 2
(dua) grup yaitu clastic dan carbonate (non clastic)
CONTOH NAMA BATUAN SEDIMEN

BREKSI KONGLOMERATE LIMESTONE

SANDSTONE SHALE SILTSTONE


BATUAN MALIHAN
Batuan malihan (metamorphic rock) adalah batuan sedimen yang
mengalami metamorfosa (perubahan bentuk) oleh karena mengalami
pemanasan dan tekanan, sehingga mengalami perubahan dari batuan
aslinya. Karena berasal dari batuan sedimen clastic dan carbonate,
maka batuan malihan
CONTOH NAMA BATUAN malihan

AMPHIBOLITE GNEISS HORNFERLS

MARBLE QUARTZITE PHYLLITE


PROSES GEOLOGI

Proses geologi adalah semua aktivitas yang terjadi di bumi, baik yang
berasal dari dalam bumi (endogen), maupun dari luar bumi (extrogen).
Proses endogen adalah proses yang terjadi oleh karena gaya dari dalam
bumi yang dapat berupa:
Pergerakan lempeng tektonik (tectonic plate),
Aktivitas gunung api (vulcanism)
Proses tersebut akan dapat menyebabkan terjadinya gempa, pemben-
tukan pegunungan dan lainnya. Dari proses tersebut, batuan dapat
mengalami pelipatan (folding), bidang pelapisan (bedding plane), kekar
(jont), zona rekahan (shear zone) dan sesar (faults).
Proses extrogen adalah proses yang terjadi oleh karena gaya dari luar
bumi, seperti pelapukan, baik pelapukan oleh proses mekanis, kimia
maupun organis, erosi pada permukaan bumi baik oleh air, angin maupun
gletser, tanah longsor (mass wasting), maupun pengendapan
(sedimentasi)
PROSES PERGERAKAN LEMPENG TEKTONIK

Di bumi terdapat banyak lempeng tektonik. Lempeng yang berbatasan


akan saling tumbuk. Hal ini yang diyakini sebagai penyebab terjadinya
gempa bumi tektonik. Tumbukan lempeng tektonik dapat disamaikan
dalam 3 (tiga) jenis yaitu: tumbukan antar lempeng benua, tumbukan
lempeng benua dan samudra, dan tumbukan antar lempeng samudra
PROSES PERGERAKAN LEMPENG TEKTONIK

Tumbukan antar
lempeng benua

Tumbukan lempeng
benua-samudra

Tumbukan lempeng
samudra-samudra
PROSES PELIPATAN (FOLDS)

Pergerakan kerak bumi oleh karena gaya endogen dapat menyebabkan


terjadinya lipatan (folds) pada formasi batuan. Proses pelipatan batuan
dan hasil atau pola lipatan disampaikan dalam ilustrasi berikut ini.
Pelipatan batuan akan berbentuk gelombang, dengan variasi yang sangat
besar. Pada pelipatan dengan energi yang lemah, batuan akan
membentuk syncline, dimana batuan terlipat kebawah dan anticline,
dimana formasi batuan terlipat keatas. Pada pelipatan dengan energi
yang lebih besar, bentuk lipatan menjadi tidak simetris.
ANTICLINE

Anticline adalah puncak pelipatan batuan oleh proses geologi


SYNCLINE

Syncline adalah dasar pelipatan batuan oleh proses geologi


PELIPATAN BATUAN DENGAN ENERGI BESAR
PROSES PATAHAN BATUAN

Patahan atau fault pada batuan terjadi oleh karena adanya gaya tekan,
gaya geser atau tarik yang melampaui kekuatan batuan. Gaya yang
dapat mematahkan batuan tersebut biasanya berlangsung cepat seperti
gempa. Skema bentuk patahan disampaikan sebagai berikut:
NORMAL FAULT
REVERSE FAULT
STRIKE-SLIP FAULT
OBLIQUE-SLIP FAULT
BIDANG PERLAPISAN (BEDDING PLANE)

Bidang perlapisan (bedding plane) adalah sifat utama pada batuan


sedimen sebagai hasil dari proses pengendapan yang menghasilkan
bidang bidang batas satuan sedimentasi. Batuan sedimen mendominasi
permukaan bumi, dengan sekitar 75% permukaan bumi tertutup oleh
batuan sedimen. Lapisan adalah satuan stratigrafi terkecil dari
milimeter sampai meter yang terdiri dari satu jenis batuan sedimen
yang homogin, dibatasi bagian atas dan bawah oleh bidang perlapisan.
Umur geologi batuan sedimen akan membedakan sifat sifat batuan
tersebut, dimana umumnya pada batuan yang lebih tua dalam kondisi
fresh mempunyai sifat yang lebih baik dibandingkan dengan batuan yang
lebih muda umurnya.
KEKAR (JOINT)

Retakan pada batuan dapat terjadi apabila terdapat gaya tarik, gaya
tekan atau gaya tekuk yang bekerja pada batuan tersebut, sehingga
batuan mengalami retak, meskipun masih tersambung dalam masa
batuan.
KEKAR (JOINT)

Columnar joints
KEKAR (JOINT)

Thin sheet joints


KEKAR (JOINT)

Blocky joints
KEKAR (JOINT)

Complex joints
ZONA REKAHAN (SHEAR ZONE)

Zona rekahan (shear zone) terjadi pada formasi batuan yang rapuh
(brittle), yang mengalami deformasi akibat gaya geser oleh proses
geologi, seperti subduksi. Zona rekahan dapat berupa suatu bidang yang
sifat batuannya mempunyai regangan yang lebih besar dari batuan
sekitarnya. Pada zona rekahan sifat dan parameter teknis batuan labih
rendah dari batuan sekitarnya. Pada aplikasi mekanika batuan,
seringkali zona rekahan menjadi bidang perlemahan dari masa batuan.
ZONA REKAHAN (SHEAR ZONE)

Variasi zona rekahan


PROSES PELAPUKAN (WEATHERING)

Proses pelapukan pada batuan


adalah suatu kerusakan pada
batuan oleh karena cuaca (suhu,
hujan, kelembaban atau angin).
Produk pelapukan adalah
degradasi batuan dari bentuk
awal menjadi fragmen yang lebih
kecil. Pelapukan pada batuan
dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
yaitu: pelapukan mekanis, kimiawi
maupun biologis. Secara umum
proses pelapukan suatu batuan
(beku dan sedimen) dapat
digambarkan sbb:
PELAPUKAN BATUAN SECARA MEKANIS

Pelapukan batuan mekanis (mechanical weathering) atau pelapukan fisis


adalah proses penghancuran batuan secara fisis tanpa mengalami
perubahan kimiawi. Proses ini dapat disebabkan oleh perubahan suhu
yang ekstrim secara terus menerus, pemuaian, atau pembekuan.
PELAPUKAN BATUAN SECARA MEKANIS
PELAPUKAN BATUAN SECARA KIMIAWI

Pelapukan batuan secara kimiawi adalah pelapukan batuan yang terjadi


sebagai akibat proses kimiawi pada permukaan batuan. Sebagai agent
atau perantara proses pelapukan ini adalah air yang bersifat asam atau
basa, dan angin yang dapat membawa senyawa kimia seperti garam
dalam bentuk debu yang dapat menempel pada permukaan batuan dan
kemudian terjadi reaksi kimia.
PELAPUKAN BATUAN SECARA KIMIAWI
PELAPUKAN BATUAN SECARA BIOLOGIS

Pelapukan batuan secara biologis atau atau pelapukan organis adalah


pelapukan batuan yang dilakukan oleh makluk hidup aitu manusia, hewan
atau tumbuhan.
PELAPUKAN BATUAN SECARA BIOLOGIS
EROSI OLEH AIR

Erosi oleh air pada batuan dapat terjadi apabila energi yang
ditimbulkan oleh air baik arus yang deras maupun ombak dapat mengikis
formasi batuan, sehingga terjadi perubahan bentuk autau kerusakan,
keruntuhan pada batuan tersebut.
EROSI OLEH AIR
EROSI OLEH ANGIN

Erosi oleh angin umumnya terjadi pada daerah beriklim kering, dimana
angin membawa partikel yang dapat mengikis formasi batuan. Apabila
kejadian ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama, maka batuan
akan mengalami erosi dan berubah bentuk dari kondisi awalnya.
EROSI OLEH ANGIN
EROSI OLEH ES (GLACIER)

Erosi oleh es (glacier) terjadi oleh karena gesekan antara aliran gletser
dengan batuan disekitarnya. Oleh karena gesekan ini berlangsung dalam
jangka waktu yang lama, maka permukaan batuan dapat mengalami erosi
dan berubah bentuk dari kondisi awalnya.
EROSI OLEH ES (GLACIER)
KLASIFIKASI MASA BATUAN
KLASIFIKASI MASA BATUAN

If you study about soil mechanics, you study about the strength of the
soil, but if you study about rock mechanics, you study about the weakness
of the rocks.
(David Muir Wood)
KLASIFIKASI MASA BATUAN

Dalam ISRM (international Society of Rock Mechanics) dikenal 2 istilah


di dalam mengenali sifat sifat batuan yaitu classify dan
characterize.
Di dalam praktek, tidak banyak perbedaan dalam melakukan klasifikasi
masa batuan dan karakterisasi masa batuan.
Klasifikasi masa batuan dilakukan untuk merencanakan atau menggolong-
kan sifat sifat batuan kedalam suatu kelas atau kelompok yang meng-
ikuti suatu sistim tertentu.
Karakterisasi masa batuan dilakukan untuk menetapkan jenis batuan
berdasarkan warna, bentuk, genesa, berat dan sifat sifat lainnya.
Saat ini telah banyak klasifikasi dan karakterisasi masa batuan yang
disampaikan oleh beberapa peneliti sejak Terzaghi (1946) sampai
dengan Palmstom (1995), serta modifikasi dari beberapa sistim yang
telah ada.
KLASIFIKASI MASA BATUAN
KLASIFIKASI MASA BATUAN
KLASIFIKASI MASA BATUAN
KLASIFIKASI MASA BATUAN
KLASIFIKASI MASA BATUAN oleh TERZAGHI (1946)
ROCK QUALITY DESIGNATION (DEERE et al, 1966)
ROCK QUALITY DESIGNATION (DEERE et al, 1966)
ROCK QUALITY DESIGNATION (DEERE et al, 1966)
RQD vs TUNNEL (Merrit, 1972)
KUAT GESER PADA BIDANG DISKONTINUITAS

Semua masa batuan akan mempunyai bidang diskontinuitas (ketidak-


menerusan) yang berbeda intensitasnya oleh karena proses geologi yang
dialami atau terjadi pada masa batuan tersebut.
Jenis ketidak-menerusan pada batuan meliputi bidang perlapisan
(bedding plane), kekar (joint), zona rekahan (shear zone) dan sesar
(fault).
Longsor pada batuan, kecuali pada intact rock akan terjadi pada bidang
ketidak-menerusan, sehingga longsor pada batuan secara umum
dikontrol oleh kuat geser pada bidang ketidak-menerusan tersebut.
JOINT (KEKAR) dan BLOCK

A
JOINT (KEKAR) & BLOK

A
ESTIMASI NILAI JRC

Koefisien kekasaran kekar


(Joint roughness coefficient =
JRC) adalah nilai yang dapat
diperkirakan dengan memban-
dingkan kondisi asli bidang ke-
kasaran kekar dengan profil
yang disampaikan oleh Barton
& Chaubey (1977)

A
ESTIMASI NILAI JRC

Cara lain untuk memperkirakan


nilai JRC adalah cara yang
disampaikan oleh Barton & Bandis
(1982)

A
ESTIMASI NILAI JCS

JCS adalah joint compressive


strength, yang di lapangan dapat
ditetapkan dari hasil pukulan
dengan Schmidt Hammer pada
permukaan kekar (Deere & Miller,
1966).

A
Q SYSTEM RATING FOR ROCK MASSES
(Barton, Lien & Lunde, 1974)
Q SYSTEM RATING FOR ROCK MASSES
(Barton, Lien & Lunde, 1974)

Berdasarkan evaluasi data galian batuan dibawah permukaan tanah


dalam jumlah yang banyak, Barton et al (1974) dari Norwegian
Geotechnical Institute (NGI) merencanakan Rock Mass Quality (Q)
untuk menetapkan sifat masa batuan dan keperluan penyangga (support)
dari terowongan (tunnel). Nilai indeks Q berkisar antara 0,001 sampai
dengan 1000 yang diperoleh dari persamaan berikut ini:

dengan Q : rock mass quality


RQD : rock quality designation
Jn : joint set number
Jr : joint roughness number
Ja : joint alteration number
Jw : joint water reduction number
SRF : stress reduction factor
Q SYSTEM RATING FOR ROCK MASSES
(Barton, Lien & Lunde, 1974)

Nilai parameter dalam


hitungan Rock Mass
Quality (Q)
Q SYSTEM RATING FOR ROCK MASSES
(Barton, Lien & Lunde, 1974)

Q system yang disampaikan oleh Barton et al (1974), digunakan dalam


desain perkuatan suatu terowongan. Untuk memperoleh parameter
desain yang disyaratkan, masih diperlukan tambahan satu parameter
lain yang disebut dengan De (equivalent dimension), Nilai De dapat
diperoleh dengan persamaan:

Sedangkan nilai ESR ditetapkan sebagai berikut:


Q SYSTEM RATING FOR ROCK MASSES
(Barton, Lien & Lunde, 1974)

Dengan menggunakan parameter hasil hitungan yaitu nilai Q dan De,


maka Barton et al (1974) menggunakan suatu Tabel untuk menetapkan
beberapa parameter untuk hitungan suatu terowongan yaitu:

- Kondisi batuan,
- Zona katagori perkuatan (zona 1 sampai 9) yang membedakan jenis
perkuatan pada terowongan,
- Jenis perkuatan pada terowongan yang disarankan (bolt, shotcrete,
steel rib atau concrete lining)
- Jarak antar bolt,
-Tebal shotcrete atau concrete lining.
Q SYSTEM RATING FOR ROCK MASSES
(Barton, Lien & Lunde, 1974)

Penetapan jenis perkuatan terowongan oleh Barton et al (1974)


Q SYSTEM RATING FOR ROCK MASSES
(Barton, Lien & Lunde, 1974)
Q SYSTEM RATING FOR ROCK MASSES
(Barton, Lien & Lunde, 1974)
Q SYSTEM RATING FOR ROCK MASSES
(Barton, Lien & Lunde, 1974)

Dengan nilai Q sebesar32,50 dan De sebesar 20, maka dengan Tabel


berikut akan diperoleh:

Kondisi batuan dinyatakan sebagai good rock


- Zona perkuatan termasuk dalam zona 4
- Diperlukan shotcrete tanpa tulangan setebal 50 mm,
- Diperlukan rock bolt dengan jarak 2,50 m
- Panjang rock bolt akan dihitung secara terpisah
DEVELOPMENT Q SYSTEM RATING FOR ROCK MASSES
(Barton, Lien & Lunde, 1974)

Q sistem terus dikembang-


kan, umumnya di negara
Skandinavia (Norwegia),
dan beberapa pengembang
an disampaikan sbb:
ROCK MASS RATING (RMR)
BIENIAWSKI, 1976, 1989
ROCK MASS RATING (RMR)
BIENIAWSKI, 1976, 1989

Bieniawski (1976, 1989) menyampaikan klasifikasi masa batuan yang


disebut dengan Geomechanic Classification atau Rock Mass Rating
(RMR). Sampai sekarang RMR masih digunakan di dalam memberikan
nilai kondisi masa batuan. Beberapa kali Bieniawski melakukan koreksi
dan yang terbaru disampaikan pada tahun 1989. Enam parameter yang
digunakan oleh Bieniawski (1976, 1989) untuk menilai kondisi batuan
adalah:

- Uniaxial compressive strength,


- rock qiuality designation (RQD)
- jarak antar discontinuities,
- kondisi discontinuities,
- kondisi air di dalam masa batuan,
- orientasi discontinuities
ROCK MASS RATING (RMR)
BIENIAWSKI, 1976, 1989

Tabel nilai parameter untuk


hitungan nilai RMR
(Bieniawski, 1976, 1989)
ROCK MASS RATING (RMR)
BIENIAWSKI, 1976, 1989

Nilai parameter untuk


hitungan RMR secara
grafis (Bieniawski,
1976 1989)
ROCK MASS RATING (RMR)
BIENIAWSKI, 1976, 1989

Dalam menggunakan sistim klasifikasi batuan RMR untuk suatu desain


terowongan, batuan harus dibagi menjadi zona yang menunjukkan jenis
atau satuan batuan, atau produk dari proses geologi (sesar, kerapatan
joint) dan lain lainnya. Dalam beberapa kasus terjadi perbedaan kondisi
geologi pada satuan batuan yang sama yang dinyatakan dari hasil uji
lapangan atau laboratorium. Untuk kondisi ini perlu dibuat zona yang
lebih rapat guna memperoleh nilai RMR yang lebih akurat. Nilai RMR
diperoleh dari penjumlahan enam parameter tersebut.

Contoh:
Sebuah terowongan dibuat dengan melewati satuan batuan granite yang
telah mengalami sedikit pelapukan. Arah kekar adalah 60 berlawanan
dengan arah terowongan. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa
Point Load Index sebesar 8 MPa, RQD rerata 70%, permukaan kekar
agak kasar dengan jarak kekar sekitar 300 mm, sedangkan bukaan
kekar < 1 mm, diprediksi terowongan dalam kondisi basah.
Hitung nilai RMR dan rekomendasi terhadap pelaksanaan terowongan
tersebut.
ROCK MASS RATING (RMR)
BIENIAWSKI, 1976, 1989

Hasil hitungan dari Tabel RMR (Bieniawski 1976, 1989) adalah sebagai
berikut:
ROCK MASS RATING (RMR)
BIENIAWSKI, 1976, 1989

Bieniawski (1989) menyampaikan interpretasi hasil hitungan RMR dalam


tabel berikut:
ROCK MASS RATING (RMR)
BIENIAWSKI, 1976, 1989

Dari contoh tersebut dan hitungan berdasarkan Tabel RMR dari


Bieniawski (1976, 1989), maka diperoleh data desain terowongan
sebagai berikut:

- Nilai RMR sebesar 62 mencerminkan bahwa kondisi batuan masuk


dalam kelompok II yaitu good rock,
- Metoda penggalian yang disarankan: full face, dengan kemajuan setiap
1 sampai 1,5 meter. Perkuatan terowongan harus diselesaikan secara
penuh pada jarak 20 m dari ujung progres terowongan
- Perkuatan dengan menggunakan rock bolt dengan diameter 20 mm,
dipasang dengan cara fully grouted pada atap terowongan dengan jarak
antar rock bolt 2,50 m, dan panjang rock bolt 3,00 m
- Penggunaan shotcrete setebal 5 mm pada atap terowongan secara
selectif apabila diperlukan
- Tidak diperlukan steel rib.
ROCK MASS RATING (RMR) VS Q (Bieniawski 1976)
ROCK MASS RATING (RMR) VS Q (Bieniawski, 1984)
ROCK MASS RATING (RMR) VS Q (Bieniawski 1989)
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Kriteria keruntuhan batuan oleh Hoek-Brown diperkenalkan pertama kali
pada tahun 1980 dan telah dimodifikasi beberapa kali hingga tahun
2002.

Beberapa istilah yang perlu dipahami dalam hal Hoek-Brown Criteria


adalah:

- Updated Hoek-Brown Criteria (1988),


- Modified Hoek-Brown Criteria (Hoek et al, 1992)
- Generalized Hoek-Brown Criteria (Hoek et al, 1995)
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Original Hoek-Brown Criterion
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Perumusan umum pada Original Hoek-Brown Criterion dapat disampaikan
dengan persamaan berikut:

dengan 1 : major principal stress


3 : minor principal stress
ci : uniaxial compressive strength
m, s : konstanta
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Konstanta m dan s untuk
kriteria keruntuhan
Hoek & Brown (1980)
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Perumusan umum pada Modified Hoek-Brown Criterion (1992) dapat
disampaikan dengan persamaan berikut:

Untuk intact rock

Untuk jointed rock mass

dengan 1 : effective major principal stress


3 : effective minor principal stress
ci : uniaxial compressive strength
mi : konstanta untuk intact rock
mb, a : konstanta untuk jointed rock mass
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Konstanta mb dan a
untuk Modified
Hoek- Brown
Criteria (1992)
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Kelas unconfined compressive strength dalam Hoek-Brown Criteria
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Nilai mi untuk Modified Hoek-Brown Criteria (Hoek et al, 1992)
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Perumusan umum pada Generalized Hoek-Brown Criterion (1995) dapat
disampaikan dengan persamaan berikut:

Untuk intact rock

Untuk jointed rock mass

dengan 1 : effective major principal stress


3 : effective minor principal stress
ci : uniaxial compressive strength
mi : konstanta untuk intact rock
mb, a : konstanta untuk jointed rock mass
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Nilai mi untuk Modified
Hoek-Brown Criteria
(Hoek et al, 1995)
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Nilai konstanta untuk
jointed rock pada
Modified Hoek-Brown
Criteria (Hoek et al,
1995)
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Simplified
Characterization of rock,
Hoek-Brown Criteria
(Hoek et al 1997)
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Estimasi nilai GSI (Geological
Strength Index), Hoek-Brown
Criteria (Hoek et al 1997)
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Nilai mi untuk Generalized
Hoek-Brown Criteria
(Hoek & Karzulovic, 2001)
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)

Hubungan konstanta mb, s dan a dengan GSI

Setelah nilai GSI suatu masa batuan dapat ditetapkan, maka konstanta
mb, s dan a dapat diperoleh dengan persamaan:
GSI 100
mb mi exp
28
Untuk batuan dengan kualitas baik dengan nilai GSI > 25, parameter s
dan a dapat diperoleh dengan persamaan:
GSI 100
s exp dan a = 0,50
9
Untuk batuan dengan kualitas baik dengan nilai GSI < 25, parameter s
dan a dapat diperoleh dengan persamaan:
GSI
s = 0 dan a 0,65
200
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Estimasi nilai GSI
(Geological Strength
Index), untuk blocky rock
mass (Hoek & Karzulovic
2001)
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Estimasi nilai GSI
(Geological Strength
Index), untuk
metamorphic rock mass
(Hoek & Karzulovic 2001)
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Hoek et al (2002) telah mempertimbangkan faktor kerusakan oleh
karena getaran peledakan (blasting) pada permukaan masa batuan
untuk berbagai macam konstruksi seperti terowongan, pekerjaaan sipil,
dan tambang, sehingga konstanta mb, s dan a dapat diperoleh dengan
persamaan:
GSI 100
mb mi exp
28 14 D

GSI 100
s exp
9 3 D
1 1 15
GSI 20

a e e 3
2 6
dengan D : faktor reduksi yang tergantung pada derajat gangguan
oleh getaran peledakan pada permukaan masa batuan seperti
disampaikan pada Gambar berikut (Hoek et al, 2002).
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Parameter D untuk
faktor reduksi nilai
konstanta mb, s dan a
oleh karena metoda
pelaksanaan
KRITERIA KERUNTUHAN BATUAN oleh
HOEK-BROWN (1980)
Hitungan parameter kuat geser batuan (=sudut gesek dalam) dan
kohesi (c) yang diperoleh dari nilai mi dan GSI
KRITERIA KERUNTUHAN
HOEK-BROWN (1980)

Kriteria Keruntuhan Batuan


Hoek-Brown (1980)

Geological strength index (GSI)


untuk weak rock
KRITERIA KERUNTUHAN HOEK-
BROWN (1980)

Kriteria Keruntuhan Batuan


Hoek-Brown (1980)

Geological strength index (GSI)


untuk blocky jointed rock
KRITERIA KERUNTUHAN HOEK-BROWN (1980)

Kriteria Keruntuhan Batuan


Hoek-Brown (1980)

Geological strength index (GSI)


heterogenous rock
KRITERIA KERUNTUHAN
HOEK-BROWN (1980)

Kriteria Keruntuhan Batuan


Hoek-Brown (1980)

Geological strength index (GSI)


untuk granite
KRITERIA KERUNTUHAN
HOEK-BROWN (1980)

Kriteria Keruntuhan Batuan


Hoek-Brown (1980)

Geological strength index (GSI)


untuk gneiss
KRITERIA KERUNTUHAN HOEK-
BROWN (1980)

Kriteria Keruntuhan Batuan


Hoek-Brown (1980)

Geological strength index (GSI)


untuk batuan ophiolite
KRITERIA KERUNTUHAN HOEK-
BROWN (1980)

Kriteria Keruntuhan Batuan


Hoek-Brown (1980)

Geological strength index (GSI)


untuk claystone, siltstone
dan shale
KRITERIA KERUNTUHAN
HOEK-BROWN (1980)

Kriteria Keruntuhan Batuan


Hoek-Brown (1980)

Geological strength index (GSI)


untuk sandstone
KRITERIA KERUNTUHAN
HOEK-BROWN (1980)

Kriteria Keruntuhan Batuan


Hoek-Brown (1980)

Geological strength index (GSI)


untuk limestone
KRITERIA KERUNTUHAN
HOEK-BROWN (1980)

Kriteria Keruntuhan Batuan


Hoek-Brown (1980)

Geological strength index (GSI)


untuk schistose metamorphic rock
KRITERIA KERUNTUHAN HOEK-
BROWN (1980)

Kriteria Keruntuhan Batuan


Hoek-Brown (1980)

Geological strength index (GSI)


untuk batuan schist

Anda mungkin juga menyukai