Anda di halaman 1dari 192

Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Lecture Note

PETROGRAFI

Oleh :

Agus Hendratno, MT.

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA

I-0
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Yogyakarta, 2005

I-1
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. PENGERTIAN DAN DEFINISI PETROGRAFI


Petrologi :

Merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai asal usul,


keterdapatan dan sejarah dari batuan.

Petrografi Batuan :

Merupakan bagian dari ilmu petrologi yang mempelajari tentang deskripsi dan
klasifikasi batuan dengan menggunakan bantuan mikroskopi polarisasi.
Deskripsi batuan secara petrografis, hal yang penting diperhatikan adalah
identifikasi komposisi mineral dan tekstur batuan. Pengelompokkan atau
pengklasifikasian batuan didasarkan pada hasil pengamatan tekstur dan
komposisi mineralogi utama (rock forming minerals).

I.2. REVIEW MINERAL OPTIK


Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari batuan,
pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam
pengamatan biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang
dipergunakan harus sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat
dari kristal akan nampak jelas sekali. Salah satu faktor yang paling penting
adalah warna dari setiap mineral, karena setiap mineral mempunyai warna
yang khusus.
I-0
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka
perlu difahami benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian.
Setiap bagian adalah sangat peka dan karenanya haruslah dijaga baik-baik.
Kalau mikroskop tidak dipergunakan sebaiknya ditutup dengan kerudung
plastik. Bagian-bagian optik haruslah selalu dilindungi dari debu, minyak dan
kotoran lainnya. Perlu kiranya diingat bahwa buttr debu yang betapapun
kecilnya akan dapat dibesarkan berlipat ganda sehingga akan mengganggu
jalannya pengamatan.

Mikroskop polarisasi ada beberapa model yang beredar, tetapi unsur-unsur


utamanya menunjukkan persamaan, salah satu contoh mikroskop polarisasi
seperti terlihat pada gambar 3.1. Bagian-bagian mikroskop harus diketahui
secara benar dan fungsi dari bagian tersebut adalah :

1. Kaki mikroskop, berbentuk tapal kuda (Leitz) atau bulat (Carl Zeiss).

2. Gigi mikroskop, berbentuk melengkung (Carl Zeiss) atau miring/tegak


(Leitz). Pada waktu pengamatan, ada yang gigimya berada di pihak
penelitian dan ada pula yang di seberang. Antara gigir dan kaki
mikroskop pada tipe Leitz dipasang sebuah kolom, sehingga gigir
mikroskop dapat diatur miring atau tegak sesuai dengan keinginan
sipemakai.

I-1
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Gigir

Tromol pengatur kasar dan halus


Cermin

Kaki mikroskop

Gambar I. 1. Mikroskop Polarisasi tipe Leitz.

3. Tromol pengatur kasar dan halus yang umumnya terpisah. Gunanya


untuk mengatur jarak objektif dan preparat. Tromol pengatur yang halus
acapkali memiliki pembagian skala dan gunanya untuk mengukur selisih
ketinggian kedudukan obyektif.

4. Meja yang berbentuk piring dengan lubang di tengah-nya yaitu untuk


jalan cahaya yang masuk. Piring ini dapat diputar-putar pada porosnya
yang tegak, pada tepi meja mempunyai pembagian skala dari 0 sampai
360, dan disertai pula dengan nonius. Ada beberapa lubang sekrup pada
meja tersebut, di antaranya untuk menempatkan penjiepit preparat (dua
buah) dan lubang-lubang untuk mendudukkan "mechanical stage" yaitu

I-2
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

suatu alat untuk menggerak-kan preparat pada dua arah yang saling
tegak lnrus.

5. Sekrup pemusat gunanya untuk mengatur agar sumbu putaran meja


tepat benar pada potongan salib rambut (cross hairs). Biasanya sekrup
pemusat merupakan bagian dari obyektif.

6. Tubus, yaitu bagian yang umumnya dengan pertolongan tromol


pengatur dapat diturun-naikkan. Tetapi pada mikroskop model Carls
Zeiss bila tromol pengatur diputar yang bergerak adalah mejanya,
sedangkan tubus tetap pada tempatnya. Sekalipun demikian efeknya
tetap sama, karena menurunkan meja sama dengan mengangkat tubus.

7. Cermm yang selalu terdiri dari cermin datar dan konvek. Masing-masing
gunanya untuk mendapatkan pantulan sinar sejajar dan sinar konvergen.
Pada beberapa jenis mikroskop tempat kedudukan cer'min ini digantikan
oleh sumber cahaya (lampu) yang memakai filter gelas biru.

8. Kondensor, yaitu bagian yang terdiri dari lensa cem-bung untuk


memberikan cahaya yang konvergen.

9. Diafragma iris, yaitu merupakan bagian untuk menga-tur jarak cahaya


yang masuk dengan jalan mengurangi atau menambah besamya
apetumya.

10. Merupakan bagian vital yang dibuat dari polaroid atau prisma nicol.
Arah getaran biasanya N S, tetapi pada mikroskop model Carl Zeiss
justru E W.

11. Obyektif juga merupakan bagian vital, biasanya paling sedikit disediakan
5 buah obyektif atau lebih yang pembesarannya berlainan.

I-3
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Pada beberapa model mikroskop penggantian obyektif dapat dilakukan


dengan cepat berkat adanya sebuah revolver yang mudah diputar. Pada
revolver ini setiap obyektif didudukkan dalam keadaan siaga.

12. Lubang tempat komparator, yaitu lubang gepeng dimana komparator


dapat diselipkan dengan arah NW - ES.

13. Analisator, yaitu suatu bagian yang vital terbuat dari polaroid atau
prisma nicol. Arah getarannya selalu tegak lurus pada arah getaran
polarisator. Sekalipun demikian pada mikroskop penelitian arah getaran
analisator dapat diatur sekehendak kita. Bila arah getaran analisator dan
polarisator saling tegak lurus, maka disebut kedudukan nicol bersilang.

14. Lensa Bertrand merupakan lensa yang dapat dikeluar-masukkan pula.

15. Okuler, yaitu bagian mikroskop darimana mata kita melihat medan
bayangan. Ada okuler yang memakai pembagian skala (okuler
mikrometer) dan ada pula satu, dua atau lebih okuler tanpa pembagian
skala tetapi dengan pembesaran yang berbeda-beda.

I-4
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tabel I. 1. Petrological Analysis Checklist


Technique Preferred Sample : nature and size Laboratory turn around in working Helpful Information for the laboratory
days

Petrography Unweathered hand-specimen (>50 mm), or 15 (sample preparation) 5 (petrography) 5 Sample type, ie outcrop, float, colluvial, depth in
Standard thin-section, or Polished thin-section (combined petrography and mineragraphy) drill-hole. Spatial relation of samples to each other.
Comments on local geology.
Mineragraphy Unweathered hand-specimen (>50 mm), or 10 (sample preparation) 5 (mineragraphy) As above. Geochemical data.
Polished thin-section, or Polished fluid
inclusion plate
XRD Analyses Unweathered hand-specimen, or Crushed 2 (sample preparation) 3 (qualitative) 5 Whether analysis of clays or other minerals required.
sample (> 1g) (semi-quantitiative) Comments on local geology.
Fluid Inclusion Analyses Clear secondary vuggy quartz crystals 10 (sample preparation) 5 (fluid-inclusion Where two or more veins are present, cross-cutting
Secondary calcite, anhydrite, barite, fluorite analysis) relationships should be noted for determination of
and adularia crystals if optically clear paragenesis. Sample location including elevation.
Sphalerite crystals
Microprobe Analyses and Unweathered hand-specimen, or Polished thin- 10 (sample preparation) 5 (microprobe Quantitative or semi-quantitative analysis required.
SEM-EDAX section or mount analysis) Degree of alteration determined by thin-section
examination. Comments on local geology.
XRF or NA Analysis Hand-specimen. Bulk crushed powder 20-30 Purpose of analysis.
(> 2g)
Mineral Stable Isotope Hand-specimen.) Individual mineral crushed 50 Purpose of analysis. Paragenetic relationships.
Analyses powder (> lOOg)
Radiometric Dating Unweathered hand-specimen. Individual Radiocarbon dating: 90 (standard) 20 Degree of alteration determined by thin-section
mineral crushed powder (> 250g) (express service) K/Ar, U/Pb and Rb/Sr examination. Purpose of analysis.
dating: 30 to 50 days
Heavy Mineral Separation Sand or pan concentrate (> Ig) 10 Regional geology. Purpose of analysis.
Fission Track Dating Unweathered hand-specimen (> 1kg) 60-90 Geological setting. Purpose of analysis.
Note: Sample sizes are minimum sizes. Hand specimens should be at least 2 x 2 cm

Tabel I. 2. Petrological Analysis Information


I-5
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Technique Information Obtained Purpose


Petrography Rock type/primary texture. Alteration and vein mineralogy. Tcxtural Primary lithology/history. Chemistry and temperature of alteration and
relations eg brecciation, veinlng. mineralising fluids. Geological and alteration history, evidence of ore
deposition, eg boiling.
Mineragraphy Opaque mineral identification. Ganguc mineral identification. Ore paragcnesis. Mineral pathfinders. Metallurgy.
Tcxtural/mineralogical relations.
XRD Analyses Crystal structure. Clay/zcolite/carbonate/sulphatc/feldspar Mineral identification. Chemistry and temperatures of alteration and
identification. Semi-quantative mineral identification. mineralising fluids. Comparative abundance of clays indicating alteration.

Fluid Inclusion Analyses Homogcnisalion temperature. Homogenisation behaviour. Freezing Temperature of fluid entrapment. Gas type and determination of boiling.
temperature. Daughter minerals. Degree of fill. Salinity of fluid. Fluid composition. Entrapment environment.

Microprobc Analyses and Chemical composition (elements heavier than 0) for: Single point Quantitative analysis of single mineral. Semi-quantitative analysis of mineral
SEM-EDAX analyses. Scanning analyses. Microtcxtural relations. distribution/zoning Micro-paragcnesis.

XRF or NA Analysis Bulk composition of rocks or minerals. Path-finder for trace elements. Help to interpret regional geology.

Mineral Stable Isotope Isotope ratios of sulphur, carbon, hydrogen, oxygen anu strontium. Temperature of fluids and fluid genesis, ie magmatic or meteoric.
Analyses
Radiometric Dating Radiocarbon dates (max. 75,000 years) K/Ar dates (min. 10,000 Active hydrothcnnal system dating. Date of solidificalion of igneous rock,
years) from biotitc, feldspars, illite, alunitc, hornblende, rock U/Pb or date of alteration: suited to hydrothermal deposits, volcanic or plutonic
dates (typical min. 50,000,000 years) from plutonic minerals -zircon, rocks. Date of solidification of igenous rock, or date of alteration: suited
monazlle Rb/Sr dates (min. 30,000,000 years) from micas, to older plutonic and mctamorphic rocks.
feldspars, and whole rocks. Date of solidification of igneous rock, or date of alteration: suited to older
plutonic and mctamorphic rocks.

Heavy Mineral Separation Percentage and type of heavy mineral present in sample. Identification and distribution of minerals. Fingerprints regional geology.

Fission Track Dating Ratio of spontaneous fission-track density to induced fission-tracks Date of cooling of igneous rocks; burial/uplift history of mctamorphic or
(min. 20 years, max. 1,400,000,000 years). sedimentary rocks.

I-6
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

BAB II
BATUAN BEKU

II.1. MAGMA DAN KRISTALISASI MAGMA


Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara
alamiah, bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 900oC 1.100oC
dan berasal atau terbentu pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung
bagian atas.

Pembentukan magma merupakan serangkaian proses kompleks yang


meliputi proses pemisahan (differentiation), percampuran (assimilation),
anateksis dan hibridisasi serta metamorfisma regional. Komposisi magma
ditentukan oleh komposisi bahan yang meleleh, derajat fraksinasi dan
jumlah pengotoran dalam magma oleh batuan samping (parent rock).

Senyawa kimiawi magma yang dianalisa melalui hasil konsolidasinya


dipermukaan dalam bentuk batuan gunungapi, dapat dikelompokkan
menjadi ;

a. Senyawa-senyawa volatil, yang terutama terdiri dari fraksi gas


seperti CH4, CO2 HCl, H2S, SO2, NH3 dan sebaginya. Komponen volatil
ini akan mempengaruhi magma, antara lain :

Kandungan volatil, khususnya H2O akan menyebabkan pecahnya


ikatan Si O Si yang akan mempengaruhi inti kristal. Apabila
nilai viskositas magma rendah maka difusi akan bertambah dan
pertumbuhan kristal pun terjadi.

Kandungan volatil khususnya H2O akan mempengaruhi suhu


kristalisasi sebagian besar fasa mineral. Pada beberapa jenis magma,

II-1
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

fasa mineral yang menghablur akan berubah sehingga terjadi


penyimpangan terhadap reaksi Bowen.

Volatil dalam magma menentukan besarnya tekanan selama proses


kenaikan magma tersebut ke permukaan.

Unsur-unsur volatil tersebut akan mempengaruhi jenis kegiatan


gunungapi seperti terbentuknya piroklastik, awanpanas, dan
sebagainya disamping tekstur dan bentuk kristal seperti lubang-
lubang gas (vesicles) dan glass-shard.

Unsur-unsur volatil akan mempengaruhi proses pemisahan unsur-


unsur tersebut dari magma. Apabila tekanan total (P L) lebih besar
dari tekanan uap air (PH2O) dalam magma, maka uap air atau gas
tidak akan terbentuk, sedangkan apabila tekanan total lebih besar
dari tekanan cairan atau fluida (PF) maka tidak akan terbentuk fasa
gas dan semua volatil berupa larutan.

b. Senyawa-senyawa yang bersifat non volatil dan merupakan


unsur-unsur oksida dalam magma. Jumlahnya yang mencapai 99% isi,
sehingga merupakan major element, terdiri dari oksida-oksida SiO2,
Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, TiO2 dan P2O5.

c. Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace


element)dan merupakan minor element seperti Rubidium (Rb), Barium
(Ba), Stronsium (Sr), Nikel (Ni), Cobalt (Co), Vanadium (V), Crom (Cr),
Lithium (Li), Sulphur (S) dan Plumbum (Pb).

Menurut beberapa ahli magma dapat terbagi menjadi beberapa jenis


berdasarkan dari kriteria-kriteria tertentu, diantaranya :

II-2
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Berdasarkan kriteria kandungan SiO2 atau derajat keasaman (acidity)

JENIS MAGMA KANDUNGAN SiO2 (% berat)


Magma asam > 66
Magma menengah 52 66
Magma basa 45 52
Magma sangat basa < 45

Berdasarkan kriteria harga alkalilina index () menurut Peacock (1931)

JENIS MAGMA HARGA TIPE MAGMA


Alkalic 51
Atlantik
Alkali calcic 51 56
Calc alkalic 56 61
Pasifik
Calcic 61

Mekanisme evolusi magma dapat dikelompokkan menjadi pengertian


diferensiasi, asimilasi dan pencampuran magma. Diferensiasi magmatik
adalah meliputi semua proses yang mengubah magma dari asalnya yang
homogen dan dalam ukuran yang sangat besar menjadi massa batuan beku
dengan bermacam-macam komposisi.

Para ahli sepeti Bowen, Fenner, Niggli dan lainnya telah melakukan
penelitian dan membahas mengenai kristalisasi cairan silikat. Adapun hasil
penelitian mereka antara lain :

1. Kristalisasi adalah proses isotermik, dimana selama proses


pembekuan berlangsung akan dilepaskan sejumlah tenaga panas.

2. Pelelehan kristal merupakan proses endodermik, dimana proses


penyerapan panas digunakan untuk melelehkan kristal pada suhu
tetap. Jumlah panas yang dibutuhkan untuk mengubah 1 gram
mineral padat menjadi lelehan pada suhu tetap disebut latent heat

II-3
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

fusion. dan harga latent heat fusion sama dengan jumlah panas yang
dikeluarkan apabila mineral tersebut menghablur.

3. Pada suhu dan waktu tertentu, akan terjadi kristalisasi secara spontan
dari dua komponen yang mempunyai perbandingan tertentu, kondisi
ini disebut titik eutektik. Contoh percampuran antara 58% diopsid
dengan 42% anortit.

4. Beberapa mineral akan meleleh pada suhu tertentu secara inconcruent,


yaitu memisah lalu membentuk dua mineral yang berbeda.

Contoh, pada suhu 1.557oC akan terjadi pemisahan enstatit menjadi


olivin dan silika.

2MgSiO3 = MgSiO4 + SiO2


(silika) (olivin) (silika)

5. Pembekuan yang cepat tidak akan menghasilkan kristal sehingga


keadaan super cooled akan membentuk kaca. Suatu kristal dapat
berkembang dan tumbuh dengan baik didalam magma encer. Cairan
magma yang mempunyai viskositas tinggi akan mengkristal secara
lambat, sehingga magma basa pada umumnya akan membentuk
batuan bertekstur kristalin ; sedangkan magma asam pada kondisi
rate of cooling asam dapat saja super cooled dan membentuk kaca.

Pada proses pembekuan magma, terjadi beberapa perubahan seperti


penurunan suhu, perubahan viskositas, kristalisasi yang sesuai dengan
tahapannya, keluarnya gas dari magma dan perubahan tekanan gas.

II-4
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

II.2. EVALUASI MAGMA

a. Proses asimilasi
Proses percampuran/pengotoran dalam magma karena penekanan pada
dinding. Proses ini terutama terjadi pada country rocks batuan beku atau
batuan lainnya.

Kondisi :

a. Bila magma granitis (mineral alkali feldspar dan hornblende), sedang


dindingnya gabro (mineral augit dan labradorit) maka magma tidak
akan mampu mencerna dinding tersebut.

b. Bila magma penerobos lebih basa dari dinding reservoir, maka


magma akan mampu mencerna hingga terbentuklah batuan hybrid.

Contoh : magma dioritis berasimilasi dengan dinding gabro atau


limestone.

b. Mingling magma
Proses terbentuknya hybrid rocks (campuran batuan) dapat pula
terbentuk dari hasil pemisahan sebagian magma yang mengkristal.

Urutan terbentuknya kristal

Awal terjadi mineral anhidrous (tanpa OH-) karena terbentuk pada


T tinggi, disebut pyrogenetic.

Selanjutnya T menurun, terbentuklah komponen gas dan mineral


yang mengandung gugus hidroksil, disebut hydratogenetic.

Pyrogenetic :

Seluruh limestone kaya plagioklas


Seluruh piroksen kecuali aegirite
Olivin

II-5
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Nepheline
Leucite
Mellinite
Magnesium
Ilmenite
Pyroksen
Hydratogenetic

Kuarsa
Ortoklas
Seluruh amphibol
Garnet
Aegirit
Sodolite
Concrinite
Analcime

II.3. GEOKIMIA MAGMA DAN POSISI TEKTONIK

Diagram perbandingan persentase berat Na2O + K2O dengan persentase


berat SiO2 oleh A. Harker bermanfaat menggambarkan komposisi batuan
volkanik daratan dan penamaannya. Diagram ini dasarnya yaitu Cox et al.
(1979), dan sesuai dengan apa yang dikeluarkan oleh subkomisi IUGS
mengenai sistematik batuan beku (Le Bas et al. 1986, dalam Wilson 1991).
Diagram yang sederhana seperti ini bermanfaat dalam mengklasifikasikan
batuan beku dan secara langsung dapat menentukan komposisi kimia
utama, yang dapat dilihat dari persen berat oksida-oksidanya.

Gambar 2.1. menunjukkan penamaan yang bisa digunakan pada deskripsi


batuan plutonik dan gambar 2.2. untuk batuan volkanik. Ini sesuai dengan
klasifikasi QAPF, yang didasarkan pada proporsi modal dari mineral-

II-6
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

mineralnya (Streckeisen, 1976, dalam Wilson 1991). Gambar 2.1. hanya bisa
digunakan untuk mengklasifikasikan batuan volkanik yang tidak potasik,
sedangkan yang agak potasik menggunakan tabel II.1. Jelasnya gambar 2.a.
hanya bisa digunakan untuk mengklasifikasi batuan volkanik yang tidak
termetasomatismekan dalam keadaan segar.

Berdasarkan gambar 2.1, batuan volkanik dibagi ke dalam dua seri magma
besar, yaitu alkali dan sub-alkali. Keduanya dipisahkan dengan garis tebal
pada diagram tersebut. Tiap-tiap seri magma ini terdiri dari batuan-batuan
dengan komposisi basa hingga asam, dan meskipun batas keduanya ditandai
dengan garis yang tebal tetapi kenyataannya ada gradasi. Komposisi batuan-
batuan volkanik yang ditunjukkan pada diagram ini merupakan akibat dari
dua proses yang mendasar yang ditunjukkan oleh panah, pelelehan parsial
dan kristalisasi fraksi, atau dengan dominasi salah satunya saja.

Gambar II. 1. Penamaan batuan beku (non-potassic) (Cox et al. 1979, dalam
Wilson 1991)

Potassic Normal
leucitophyte phonolite

K-trachyte trachyte

II-7
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

K-rhyolite rhyolite
tristanite benmoreite
latite trachyandesite
leucitite nephelinite
leucite basanite basanite
leucite tephrite taplirite
absarokite ~i basalt
shosonite

Tabel II 1. Kesamaan antara batuan nonnal dengan batuan yang memiliki


nilai K yang tinggi (Wilson, 1991)

Diagram persentase berat Na20 + K2O dengan persentase berat SiO2 bisa juga
digunakan untuk menentukan deferensiasi antara anggota basalt dari seri
alkali dan subalkali (Middlemost, 1975, dalam Wilson 1991). Pada saat
contoh-contoh diplotkan dalam diagram dan terletak di daerah alkali dan
daerah subalkali maka contoh-contoh inilah yang disebut dengan basalt
transisi. Pada gambar 3, basalt sub-alkali bisa dibagi ke dalam jenis normal
dan rendah K.

II-8
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Gambar II. 2. Klasifikasi dari alkali basalt dan subalkali dangan parameter (a)
persen berat K2O Terhadap SiO2 (b) persen berat Na2O
Terhadap SiO2 (Middlemost, 1975, dalam Wilson 1991)

Secara umum, magma seri subalkali dapat dibagi ke dalam seri alumina
tinggi atau kalk alkali dan toleiit rendah K, Anggota dari seri basalt ini secara
berturut-turut yaitu subalkali dan subalkali rendah K. Dua seri ini dapat
dipisahkan berdasarkan diagram AFM (Gambar II.3), dengan trend yang
besar maka toleiitik kaya akan besi pada awal pemisahannya, sedangkan seri
kalk alkali trendnya memotong diagram karena penumpukan besi pada saat
kristalisasi pertama oksida Fe-Ti. Perbedaan kimia yang utama dari seri
toleiitik dengan kalk alkali adalah kandungan Al 2O3, basalt kalk alkali dan
andesit mengandung 16-29%, sedangkan toleiitiknya hanya mengandung 12-
16% Al2O3. Basalt kalk alkali dibagi lagi menjadi basalt kalk alkali rendah K,

II-9
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

sedang, dan tinggi berdasarkan pada diagram perbandingan K 2O dengan


SiO2 di atas.

Gambar II. 3. Diagram AFM yang menunjukkan jenis toelitik dan kalk-alkali
(Wilson, 1991)

Batuan-batuan dari seri magma alkali dibagi ke dalam jenis sodik, potasik,
dan K-tinggi pada pengeplotan K2O dengan Na2O. Anggota dari seri K-
tinggi mengandung sedikit silika dengan variasi nama absarokite, leusit
basalt, leusit basanit, dan leusit. Semuanya terdeferansiasi untuk membentuk
seri magma yang kaya K-tinggi pada beberapa kasus.
Tectonic setting Plate margin Within plate
Convergent Divergent Iiitra-oceanic Intra-continental
(destructive) (constructive)
volcanic feature island arc, mid oceanic oceanic islands continental rift
active ridges, back-arc zone, continental
continental spreading centres flood basalt
margin provinces
characteristic tholeiitic tholeiitic tholeiitic tholeiitic
magma series calc-alkaline - - -
alkaline - alkaline alkaline
SiO2 range basalts and basalts basalts and basalts and
differentiates differentiates differentiates
Tabel II 2. Karakteristik seri magma yang berhubungan dengan tatanan
tektonik tertentu (Wilson, 1991)

II-10
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tabel II. 2 menunjukkan karakteristik seri magma didasarkan atas klasifikasi


yang berhubungan dengan tiap lingkungan tektoniknya. Basalt subalkali
mempakan jenis yang paling umum dari batuan volkanik yang ditemukan
pada daratan dan cekungan samudera. Basalt subalkali rendah K atau basalt
toleiitik, merupakan magma dominan yang dihasilkan pada punggungan
tengah samudera dan pada beberapa wilayah aliran basalt (flood basalt
province). Dibandingkan tipe basalt yang lainnya basalt-basalt ini
mengandung K tinggi dan kation-kation lain seperti Rb, Ba, U, Th, Pb, Zr,
dan sedikit REE.

Analisis batuan volkanik dari lantai samudera menunjukkan komposisi yang


sangat beragam. Meskipun basalt toleiitik lebih dominan, transisi dan jenis
alkali juga terdapat di beberapa daerah, khususnya pada pemekaran
samudera yang lambat seperti Atlantik. Karakteristik kimia punggungan
tengah samudera (MOR) kelihatan bervariasi sebagai fungsi dari kecepatan
pemekaran dan elevasi punggungan kerak. Pemekaran lantai samudera juga
terjadi pada cekungan belakang busur {back arc basin) yang berhubungan
dengan subduksi, dan tekait dengan busur volkanik. Secara umum, erupsi
basalt sebanding dengan MOR dengan syarat karaktersitik unsur utama dari
unsur jejaknya berbeda.

Sekarang ini, magma seri kalk alkali seluruhnya dibatasi pada posisinya
yang berhubungan dengan subduksi. Akibatnya, pengenalan terhadap
karakteristik kalk alkali pada sikuen volkanik masa lalu merupakan
petunjuk yang sangat penting dalam petrogenesis. Produk-produk dari
volkanisme pada busur volkanik bervariasi sesuai dengan evolusi dari
busur, dalam beberapa hal, lateral sepanjang busur. Batuan volkanik bisa
dibagi ke dalam jenis toleiitk, kalk alkali, dan alkali yang semuanya
bergradasi. Jenis magma toleiitik bisanya terbentuk pada busur muda,
sedangkan magma kalk alkali pada busur yang lebih tua dan batas benua
aktif. Karakteristik kimia dari batuan-batuan busur volkanik lebih bervariasi

II-11
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

dibandingkan dengan MOR. Proporsi lavanya yang kaya SiO 2 lebih besar,
khususnya pada sen kalk alkali dangan andesit yang lebih dominan.

Alkali basalt dan deferensiasinya umum dijumpai pada tatanan tektonik


antar lempeng seperti kepulauan samudera dan rekahan lempeng antar
benua dan jarang dijumpai pada beberapa subduksi. Kepulauan samudera
basalt (OIB) memiliki komposisi yang mungkin bervariasi mulai dari toleiitik
(Hawai, Iceland, dan Galapagos, alkali sodik (Pulau Canary dan St. Halena)
hingga alkali potasik (Tristan da Cunha dan Gough). Umumnya evolusi
magma lebih berkembang dibandingkan basalt, seringpula berupa kesatuan
basalt-trasit atau ponolit.

Basalt daratan sangat terbatas saat ini, dan dominasinya yaitu alkali pada
tahap awal dari pemekaran daratan. Meskipun begitu, pada wilayah kerak
dengan gaya tarik yang besar, umunya akan terdapat transisi dan toleiitik.
Wilayah aliran basalt toleiitik daratan mungkin sangat berarti di masa lalu,
berhubungan dengan fase utama pemekaran benua yang sempurna dan
pembentukan dari cekungan yang bam. Magma Kimberlit dan ultrapotasik
yang berasal dari magma alkali daratan yang sangat berbeda terbentuk pada
tatanan tektonik yang lebih luas.

II.4. MINERAL PEMBENTUK BATUAN

a. Mineral pembentuk batuan dengan indeks refraksi rendah


Name Formula
Quartz
Tridymit SiO2
Kristobalit
Sanidine
Ortoklas (K,Na)AlSi3O8
FELDSPAR Mikroline
Albite NaAl Si3O8
Anortit CaAl2Si2O8
II-12
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Nepheline (Na,K)AlSiO4

FELDSPATOID Kalsilite (K,Na)AlSiO4


Leusit KAlSi2O6
Sodalite Na8Al6Si6O24Cl2
Analcite NaAlSi2O6H2O
Scapolite (Na,Ca,K)4Al3(Al,Si)3Si6O24(Cl,CO3SO4,OH)
Cordierite (Mg,Fe)2Al4Si5O18

b. Mineral pembentuk batuan dengan indeks refraksi tinggi


Name Formula
Forsterite Mg2SiO4
OLIVIN Fayalite Fe2SiO4
Monticellite CaMgSiO4

ORTOPIROKSEN Enstatite Mg2Si2O6


Ferrosilite Fe2Si2O6
Diopside CaMgSi2O6
Hedenbergite CaFeSi2O6
KLINOPIROKSEN Augite (Ca,Mg,Fe,Al)2(Si,Al)2O6
Pigeonite (Mg,Fe,Ca)(Mg,Fe)Si2O6
Aegirine NaFe+3 Si2O6
Jadelite NaAlSi2O6

Wollastonite CaSiO3

Anthophylite (Mg,Fe)7Si8O22(OH,F)2
Gedrite (Mg,Fe)5Al2(Al2Si6)O22(OH,F)2
Cummingtonite (Mg,Fe)7Si8O22(OH,F)2
Tremolit-actinolit Ca2(Mg,Fe)7Si8O22(OH,F)2
AMPHIBOL
Hornblende Ca2(Mg,Fe,Al)5(SiAl)8O22(OH,F)2
Riebeckite Na2Fe3+2Fe2+3 Si8O22(OH,F)2
Glaucophane Na2Mg3Al2Si8O22(OH,F)2

Biotit K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH,F)2

MICA Muscovite KAl2(AlSi3O10)(OH,F)2


Paragonite NaAl2(AlSi3O10)(OH,F)2

II-13
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Pyrophyllite Al2Si4O10(OH)8
Talc Mg3Si4O10(OH)2
Chlorite (Mg,Al,Fe)6(Al,Si)4O10(OH)8
Serpentine Mg6Si4O10(OH)8

Pyrope Mg3Al2Si3O12
Almandine Fe3Al2Si3O12
GARNET Spessartine Mn3Al2Si3O12
Grossular Ca3Al2Si3O12
Andradite Ca3 (Fe+3,Ti)2Si3O12
Vesuvianite Ca19(Mg,Fe,Al)13Si18(O,OH,F)76

Andalusite
Kyanite Al2SiO5
Sillimanite
Mullite 3Al2O3.2SiO2
Staurolite Fe2Al9Si3,75O22(OH)2
Chloritoid (Fe+2,Mg,Mn)2(Al,Fe+3)Al3O2(SiO4)2(OH)4
Epidote
Ca2Fe+3Al2O(S2O7)(SiO4(OH)
Clinozoisite Ca2AlAl2O(Si2O7)(SiO4(OH)
Lawsonite CaAl2(OH)2Si2O7H2O
Gehlenite Ca2MgSi2O7
MELILITE Akermanite Ca2MgSi2O7
Soda melilite NaCaAlSi2O7
Calcite CaCO3
Dolomite CaMg(CO3)2

c. Mineral accesori
Name Formula
Apatite Ca5(PO4)3(OH,F,Cl)
Zircon ZrSiO4
Sphene CaTiSiO5
Perovskite CaTiO3
Tourmalin Na(Mg,Fe,Al)3Al6Si6O18(BO3)3(OH,F)4
Corundum Al2O3
Rutile TiO2
Hematite Fe2O3
Ilmenite FeTiO3

II-14
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Ulvospinel Fe2TiO4
Magnetit Fe3O4
SPINEL Chromite FeCr2O4
Spinel MgAl2O4
Hercynite FeAl2O4
Fluorite CaF2
Pyrite FES2
Pyrrhotite Fe7S8 FeS
Chalcopyrite CuFeS2
Sphalerite ZnS
Anhydrite CaSO4
Gypsum CaSO4.2H2O
Barite BaSO4
Beryl Be3Al2[Si6O18]

II.5. TEKSTUR BATUAN BEKU


Tekstur adalah cerminan hubungan antara komponen dari batuan yang
merefleksikan sejarah kejadian/petrogenesa.

a. Deskripsi Tekstur

Dalam mempelajari dan menginterpretasikan batuan beku hal yang


penting harus diperhatikan adalah membedakan mineral-mineral primer

II-15
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

(mineral yang terbentuk langsung dari magma) dari mineral-mineral


sekunder (mineral yang terbentuk dari hasil alterasi atau pelapukan),
karena dalam pengklasifikasian batuan beku didasarkan atas mineral-
mineral primer bukan mieral-mineral sekunder. Juga dijelaskan dalam
diskripsi bahwa mineral-mineral tertentu sudah mengalami perubahan
menjadi mineral sekunder. Prosentase mineral yang dipakai dalam
penentuan nama batuan adalah prosentase dari mineral-mineral primer
sebelum terjadi perubahan.

b. Tingkat Kristalinitas (crystalinite)

Holokristalin

terdiri dari kristal-kristal seluruhnya.

Hipokristalin/hypohyalin/merokristalin

terdiri atas sebagian kristal-kristal dan sebagian gelas.

Holohyalin

didominasi atas gelas

Gelas terbentuk karena :

Pendinginan cepat.

Viskositas tinggi.

Gas keluar dengan sangat cepat. Gas keluar akibat dari viskositas
tinggi sehingga terbentuk masa dasar gelas.

II-16
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

c. Ukuran Kristal

Macam macam ukuran kristal batuan beku:


> 3 cm......: very coarse grain
................. PLUTONIC
...........................................................................
(deep seated intrusion)

5 mm 3 cm..............................................................................................:
coarse grain..............................................................................................
PLUTONIC
1 mm 5 mm ............................................................................................:
medium grain...........................................................................................
PLUTONIC
< 1 mm ...................................................................................................:
fine grained...............................................................................................
VOLCANIC ROCK
(0,5 1) mm...............................................................................................:
fine grained...............................................................................................
HYPABYSSAL
(0,010,2) mm............................................................................................:
microcrystaline
< 0,01 mm..................................................................................................:
cryptocrystaline

Ditinjau dari ukuran butir mineral, tektur dapat dibedakan menjadi :

1. Mikrokristalin..................................................................................

Kristal-kristalnya dapat dibedakan dengan menggunakan


mikroskop.

2. Kriptokristalin

Kristal-kristalnya sangat halus, sulit dibedakan dengan mikroskop (


< 0,01 mm)

3. Equigranular

Kristal-kristalnya berukuran relatif seragam/sama besar.

II-17
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

4. Inequigranular

Kristal-kristalnya berukuran tidak seragam/sama (terdapat fenokris


dan masa dasar)

d. Bentuk Kristal

Bentuk-bentuk individu kristal :

1. Euhedral/idiomorf

Kristal-kristal mempunyai bentuk lengkap/baik, dan dibatasi oleh


bidang batas yang jelas.

2. Subhedral/hypidiomorf

Kristal-kristal mempunyai bentuk kurang baik dan dibatasi oleh


bidang batas yang tidak jelas.

3. Anhedral/fenomorf

Kristal-kristal mempunyai bentuk sendiri yang jelas.

Berdasarkan dari fabrik/kemasnya, tekstur equigranular dapat dibedakan


menjadi :

1. Idiomorfik granular :

Semua/hampir semua mineral berbentuk euhedral dengan ukuran


butir relatif sama dan mempunyai batas-batas yang jelas.

2. Hypidiomorfik granular :

Terdiri atas mineral-mineral yang subhedral (dominan) dengan besar


butir yang relatif sama.

3. Allotriomorfik granular :

Terdiri atas mineral-mineral yang berbentuk anhedral (dominan).

II-18
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

e. Macam macam tekstur

1. Tekstur Glassy-Afanitik
Tekstur Trakhitik

Paralel mikrolit-mikrolit (plagioklas dan mikro-kripto kristalin)

Tekstur Pilotasitik

Sub-paralel mikrolit-mikrolit (plagioklas dan mikro-kripto kristalin)

Terbentuk akibat aliran magma dalam batuan volkanik

Tekstur Trachytoidal

Paralel kristal feldspar dalam batuan plutonik

2. Tekstur Porfiritik
Terdiri atas fenokris-fenokris yang tertanam dalam masa dasar halus
yang kristalin.

Kenampakan tekstur batuan beku dimana terdapat fenokris-fenokris


yang tertanam dalam masa dasar/matrik halus kristalin.

Merupakan tekstur penciri pada batuan beku intrusif dan ekstrusif.


Contohnya :

(a). Riolit, Dasit

(b). Andesit

(c). Basalt Nepelin

II-19
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

3. Tekstur Tumbuh Bersama (Intergrowth)


Pertumbuhan bersama antara 2 mineral, umumnya adalah mineral
feldspar dengan kuarsa, dapat juga plagioklas dengan kuarsa, piroksen
dan plagioklas.

Tekstur Cumulus

Batuan beku yang tersusun atas kristal-kristal (satu atau lebih


mineral) yang terbentuk pada awal kristalisasi magma, pada proses
segregasi atau konsentrasi. Sering dijumpai pada batuan beku
ultramafik.

Tekstur Intergranular

Agregasi dari butir-butir mineral mafik yang euhedral (mineral-


mineral piroksen dan atau olivin) yang dijumpai diantara mineral-
mineral plagioklas yang memanjang secara random. Sering dijumpai
pada diabas dan basalt hypabisal.

II-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tekstur Intersertal

Seperti tekstur intergranular, tetapi diantara mineral-mineral


plagioklas yang memanjang secara random terisi oleh gelas atau
altersi gelas.

Sering dijumpai pada basalt

4. Tekstur Reaksi atau Corona (KELYPHITIC RIM)


Tekstur reaksi merupakan pembungkusan mineral dalam batuan beku,
olivine, mineral yang pertama terbentuk dalam deret diskontnue mungkin
dikelilingi oleh mineral yang terbentuk kemudian (piroksen atau
hornblende). Tekstur ini dapat pula terbentuk karena reaksi post
magmatig atau dapat terjadi akibat metamorfosa derajat rendah.

Tekstur Perthitic

Kristal-kristal kecil yang tertanam secara acak dalam kristal yang


lebih besar

II-21
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tekstur Antiperthitic

Kristal-kristal piroksen tertanam secara acak dalam kristal plagioklas.


Disamping macam-macam tekstur diatas, dalam batuan beku juga
ditemukan beberapa tekstur khusus, antara lain :

a. Tekstur Poikilitik

Kristal-kristal kecil yang tertanam secara acak dalam kristal yang


lebih besar

b. Tekstur Ophitic

II-22
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Kristal-kristal plagioklas tertanam secara acak dalam kristal yang


lebih besar olivin atau piroksen. Dijumpai pada gabro (b) dan basalt

c. Tekstur Sub-ophitic

Kristal-kristal plagioklas dan kristal olivin atau piroksen, tumbuh


bersama, Seperti tekstur ophitik, tetapi ukuran kirstal relatif sama
Dijumpai pada diabas (c)

II-23
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

d. Mikroporfiritik

Porfiritik terlihat di bawah mikroskop.

e. Vitrofirik

Fenokris tertanam dalam masa dasar gelas.

f. Felsofirik

Bila masa dasar terdiri atas intergrowth kuarsa dengan feldspar.

g. Poikilitik

Adanya inklusi-inklusi mineral secara random dalam suatu mineral


besar.

h. Hyalopilitik

Mikrolit-mikrolit plagioklas dijumpai bersama-sama dengan


mikrokristalin piroksen dengan arah yang random dalam masa
dasar gelas.

II-24
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

i. Pilotasitik

Mikrolit-mikrolit plagioklas menunjukkan kesejajaran (sub-paralel)


dan dijumpai bersama-sama dengan mineral-mineral mikrokristalin
atau kriptokristalin.

j. Felled texture

Apabila masa dasar terdiri dari mikrolit-mikrolit yang tidak


beraturan

k. Vesicular

Biasa dijumpai pada lava, merupakan lubang-lubang bekas gas

l. Amydaloid

Biasa dijumpai pada lava, merupakan bekas lubang gas yang telah
diisi oleh mineral-mineral sekunder seperti zeolit, opal, kalsedon,
klorit, kalsit dan lain-lain.

m. Tekstur Sperulit dalam Riolit

Bentuk radial dari kristal fibrus di dalam matrik gelas.


Kemungkinan komposisi sperulit alkali felsdpar dan polymorf SiO2

n. Tekstur Graphic

kristal-kristal kuarsal yang tertanam secara acak dalam kristal K-


feldspar

o. Tekstur Mrymekite

Seperti tekstur graphic dimana bentuk kuarsa menyerupai cacing


dengan letak tak teratur

II.6. STRUKTUR BATUAN BEKU

II-25
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Macam-macam struktur batuan beku, yaitu:

A. Intrusive (Blatt & Ehler 1980)


Memotong perlapisan batuan sedimen, menunjukkan batuan beku
terbentuk pd kurun waktu lebih muda

Batuan sedimen yg berada di dasar & di bagian atasnya terpanggang


> Contac Effect

Tidak mengandung gelembung gas/fragmentasi pada bagian


atasnya

Fragmen-fragmen batuan beku tidak dijumpai pd sedimen diatasnya

Pelengkungan batuan sedimen diatasnya kerap kali lebih besar bila


dibandingkan dgn sudut maksimal lereng pengendapannya

Dijumpai inklusi

B. Ekstrusive
Umumnya bagian bawah tempat lava mengalir berbentuk tidak
teratur seperti hasil erosi

Kontaknya dapat paralel terhadap perlapisan / foliasi dari batuan yg


lebih tua (concordance)/bersudut (discordance)

Bagian atas batuan yang ditumpangi oleh batuan ekstrusif akan


memperlihatkan hasil proses pelapukan yang terjadi sebelum batuan
ekstrusif terbentuk diatasnya. Misal berupa soil (tanah) hasil
oksidasi / hidrasi

Dijumpai material asing di dalam batuan beku yang biasa disebut


inklusi (xenolith 1 xenocryst), bersifat minor biasanya disertai dengan
efek panggang (baking effect)

Bagian permukaan atas lava yang tertimbun sedimen berbentuk tidak


teratur seperti hasil proses erosi

II-26
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Beberapa lava mempunyai permukaan tidak teratur yg terbentuk


selama lava mengalir. Kontak dengan batuan sedimen dibawahnya
berupa hubungan discordance

Bagian atas suatu tubuh lava yang tertimbun sedimen dapat


menunjukkan lubang gas (kecil/medium). Struktur Vesiculer biasa
dijumpai

Erosi pada bagian atas lava dapat terjadi sebelum pengendapan


sedimen diatasnya. Lapisan soil dapat dijumpai sebagai hasil
dekomposisi lanjut (extremely weathered) > bukti hubungan
ketidakselarasan/unconformity

Macam Macam Bentuk Tubuh Batuan Intrusif


Batuan Intrusif membeku di dalam batuan yang sudah ada lebih dahulu di
bawah permukaan bumi. Kontak umumnya berupa Concordance/discordance.
Jika batuan yang diterobos rapuh maka akan disertai terjadinya pemecahan
dan penyesaran. Kontak semacam ini biasanya terjadi pada tempat yang
dangkal. Di daerah yang lebih dalam beberapa km batuan yang diterobos
bersifat plastis/lentur. Hingga lapis/foliasinya cenderung tertekan paralel
terhadap pluton yag menerobosnya. Type intrusinya disebut diapirik dan
masa batuan/lelehan yang bergerak ke atas disebut diapir. Kontak
concordance dapat dijumpai pada tempat yang dangkal bila magma
menerobos membentuk kubah, atau kekuatan magma tidak menyebabkan
pemecahan batuan yang diterobos. Banyak intrusi terlihat concordance pada
singkapan yang terisolasi, yang merupakan fungsi skala pengamatan.

Beberapa intrusi yang terbentuk pada kedalaman > 100 km dan


mengandung fragmen-fragmen misalnya intan yang dibawa oleh sumber
magma/induk magma.

II-27
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tipe-Tipe Intrusi
a. SILL
Concordance, tubuh tabular

Tipis, menerobos ditempat yang dangkal, pada tempat yang relatif


tidak terlipat

derajat keenceran (viscosity) magma tinggi hingga menghasilkan


bentuk seperti lempengan.

Sifat keasaman basic intermediate

Sebagian besar berkomposisi basaltic

Biasanya kristal awal yang terbentuk termasuk mineral lebih berat


turun (settlement) di dasar hingga komposisinya bervariasi ke arah
atas membentuk perlapisan semu (pseudc stratification)

Ketebalannya beberapa - ratusan meter. Sill di Palisades (New


York) berumur Trias ketebalan 300 meter tersingkap sepanjang 800
km & lebar 2 km.

Sill Peneplain di Antartika berumur Jura berupa Diabase ketebalan


400 m luas singkapan 20.000 km2.

2. LACCOLITH
Bersifat concordance

Bentuknya seperti jamur, diameter sekitar 1-8 km, ketebalan maks


1000 meter

Terbentuk di dalam sedimen yang tidak terganggu di tempat yang


dangkal. Lacolite terbentuk sewaktu magma bergerak ke atas
menembus lapisan yang mendatar di dalam kerak bumi yang

II-28
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

bersifat lebih tahan/resistance hingga magma tersebar secara


lateral membentuk kubah di dalam lapisan yang berada di atasnya.
Jika berjumpa lapisan yang ketahanannya rendah untuk menyebar,
maka lacolith berkembang menjadi sill

Sebagian besar lacolith berkomposisi silisic atau intermediate

Contoh : lacolith diUtah (USA)

3. LOPOLITHS
Berbentuk lenticular yang besar, bagian tengahnya melesak,
umumnya concordance suatu masa intrusi berbentuk cerobong
asap / cekungan

Sebagian besar dijumpai di daerah terlipat / sedikit terlipat

1 1
Tebal: dari lebarnya
10 20

Diameternya bervariasi dari puluhan - ratusan km dengan


ketebalan berkembang sampai ribuan meter

Umumnya kandungan min mafik-ultramafik, beberapa diantaranya


terdiferensiasi di bagian atasnya menjadi lebih silisic

Contoh : Ontario, Afrika Selatan

4. PHACOLITHS
Tubuh intrusi yang concordance berasosiasi dengan batuan terlipat
Bila terbentuk di dalam antiklin akan terjad! cembung double ke
arah atas. Sebaliknya bila di dalam sinklin akan terbentuk cembung
double ke arah bawah. Hal ini menunjukkan bahwa phacolith
merupakan intrusi yang pasif, magma mengisi daerah terbuka di
puncak dan di lembah antiklin & sinklin.

Intrusi berjalan di daerah bertekanan rendah, berkembang karena


pelengseran lapisan incompetent diantara lapisan yang lebih

II-29
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

competent atau pelengseran satu lapisan competent terhadap


lapisan competent yang lain

Pacolith umumnya terbentuk di daerah dalam & mempunyai batas


yang tajam, mengalami gradasi. Bila terjadi foliasi akan
paralel/hampir paralel terhadap sumbu lipatan

Komposisi batuannya bervariasi, meliputi daerah yang luas


mencapai puluhan km

5. DIKE & VEINS


Dike merupakan terobosan yang tabular & discordance memotong
foliasi/perlapisan country rocks. Intrusi ini dapat beralih tempat ke
dalam sistem kekar yang sudah ada terlebih dahulu, dapat
tunggal / majemuk

Pada beberapa daerah Dike berhub erat dg volcanic necks/intrusi


dangkal (hypabyssal) & terbentuk secara radial

Banyak Dike bersifat lebih resistance terhadap erosi dibandingkan


dengan batuan yg diterobosnya

Kadang menerobos vertikal/miring membentuk lempengan,


kerucut tersebar bentuk oval/melingkar. Hal ini berkaitan dengan
proses pemecahan kubah tubuh

terobosan & hilangnya tekanan intrusi yang diikuti oleh


melesahnya country rocks bagian alas sehingga dapur magma
kosong

Vein adalah pengisian mineral/batuan di dalam pecahan host rocks


berbentuk tabular kecil/lempengan, kerapkali berasosiasi
dengan replacement host rocks

II-30
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

6. BATHOLITHS

Suatu tubuh pluton intrusif yang besar dengan dinding yang terjal
tanpa dasar yang dikenal

Umumnya berkomposisi silisik


Berukuran 100 - ribuan km2


Banyak batholith yang concordance terhadap struktur regional,
padahal bila dipetakan otete//sangat discordance

Pluton silisik yang besar kerap kali granit (deskripsi lapangan)
meskipun komposisinya kerap kati granodiorite atau monzonite
kuarsa

Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar.
Seperti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), lava bongkah,
struktur aliran dan lain-lainnya. Suatu bentuk dari struktur batuan sangat
erat sekali dengan waktu terbentuknya.

a. Struktur Bantal.
Struktur bantal (pillow structure) adalah struktur yang dinyatakan pada
batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa yang berbentuk bantal.
Dimana ukuran dari bentuk lava ini pada umumnya antara 30 60 cm.
Biasanya jarak antara bantal berdekatan dan terisi oleh bahan-bahan yang
berkomposisi sama dengan bantal tersebut, dan juga oleh sedimen-
sedimen klastik. Karena adanya sedimen-sedimen klastik ini maka
struktur bantal dapat dianggap terbentuk dalam air dan umumnya
terbentuk di laut dalam.

b. Struktur Vesikular.
Di dalam lava banyak terkandung gas-gas yang segera dilepaskan setelah
tekanan menurun, ini disebabkan perjalanan magma ke permukaan
II-31
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

bumi. Keluamya gas-gas dari lava akan menghasilkan lubang-lubang


yang berbentuk bulat, clip, silinder ataupun tidak beraturan. Terak
(scoria) adalah lava yang sebagian besar terdiri dari lubang-lubang yang
tidak beraturan, hal ini disebabkan lava tersebut sebagian besar
mengandung gas-gas sehingga sewaktu lava tersebut membeku
membentuk rongga-rongga yang dulu ditempati oleh gas.

Biasanya pada dasar dari aliran lava terdapat gelembung-gelembung


berbentuk silinder yang tegak lurus aliran lava. Hal ini disebabkan gas-
gas yang dilepaskan dari batuan sedimen yang berada di bawahnya
karena proses pemanasan dari lava itu.

c. Struktur Aliran.
Lava yang disemburkan tidak ada yang dalam keadaan homogen. Dalam
perjalanannya menuju ke permukaan selalu terjadi perubahan seperti
komposisi, kadar gas, kekentalan, derajat kristalisasi. Ketidak homogenan
lava menyebabkan terbentuknya struktur aliran, hal ini dicer -minkan
dengan adanya goresan berupa garis-garis yang sejajar, perbedaan wama
dan tekstur.

Struktur aliran juga dijumpai pada batuan dimana perlapisan-perlapisan


digambarkan dengan perbedaan-perbedaan dalam komposisi atau
tekstur mineralnya. Struktur aliran dapat pula berbentuk sangat halus
dan disebut tekstur aliran. Dan untuk dapat melihatnya diperlukan
mikroskop, foto 8 lembar 5 memperlihatkan tekstur aliran pada batuan
yang berupa pengarahan dari mineral-mineral tertentu seperti plagioklas.

Bentuk mineral-mineral dalam batuan yang mempu-nyai bentuk


memanjang atau pipih akan condong untuk mengarah menjadi sejajar
dengan arah aliran lava pada waktu itu.

II-32
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

d. Struktur Kekar.
Kekar adalah bidang-bidang pemisah yang terdapat dalam semua jenis
batuan. Kekar biasanya disebabkan oleh proses pendinginan, tetapi ada
pula retakan-retakan yang disebabkan oleh gerakan-gerakan dalam bumi
yang

berlaku sesudah batuan itu membeku. Kenampakan di lapangan


menunjukkan bahwa kekar-kekar itu tersusun dalam sistem tertentu
yang berpotongan satu dengan yang lainnya.

Retakan-retakan ada yang memotong sejajar dengan permukaan bumi,


dan menghasilkan struktur periapisan, sedangkan yang tegak lurus
dengan permukaan bumi akan menghasilkan struktur bpngkah.
Perlapisan ini pada umumnya akan makin tipis pada bagian yang
mendekati permukaan bumi.

Retakan-retakan dapat pula membentuk kolom-kolom yang dikenal


dengan struktur kekar meniang (columnar jointing). Struktur ini
disebabkan karena adanya pendinginan dan penyusutan yang merata
dalam magma dan dicirikan oleh perkembangan empat, lima atau enam
sisi prisma, kemungkinan juga dipotong oleh retakan yang melintang.
Bentuk seperti tiang ini umumnya terdapat pada batuan basal, tetapi
kadang-kadang juga terdapat pada batuan beku jenis lainnya. Kolom-
kolom ini berkembang tegak lurus pada permukaan pendinginan,
sehingga pada sil atau lava aliran tersebut akan berdiri vertikal
sedangkan pada dike kurang lebih akan horizontal.

II.7. KLASIFIKASI BATUAN BEKU


Pengklasifikasian batuan beku diperoleh dengan berdasarkan pada :

1. Komposisi mineral, hal ini dapat menunjukkan kondisi magma pada


saat kristalisasi dan menggambarkan komposisi kimia.

II-33
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

2. Tekstur, hal ini dapat menunjukkan keadaan yang mempengaruhi


proses pembekuan, waktu/tempat pembekuan

Misal :

Granular
=> plutonik lambat

Porfiritik
=> ekstrusif cepat

Glassy
=> effusif cepat sekali

3. Komposisi kimia, hal ini dapat menunjukkan hubungan dan tipe


magma asal, kehadiran/tidaknya mineral tertentu.

Kombinasi antara komposisi mineral dan tekstur, dapat dibedakan :

Jumlah relatif antara mineral mafiks dan felsik

Kuarsa

Unsaturated minerals

Macam mineral mafiks

II-34
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Gambar II. 4. Comparison Chart For Visual Percentage Estimation (After


Terry and Chilingar, 1955).

II-35
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tabel II 3. General character and organization of principal igneous rocks (Wiiliam, Turner, & Gilbert, 1982)

Acid Intermediete Basic Ultrabasic

Chapter 5 Chapter 4 Chapter 3 Chapter 8


Oversaturated rocks; Cl 0 to 40 Saturated rocks; Cl 0 to 40 Saturated and undersaturated; undersaturated;
Alkali plagioklas Alkali plagioklas Cl usually > 40 Cl 90 to 100
feldspar An 10-30 feldspar An 30-50 plagioklas An 50-100 plagioklas 0-10%
'
Quartz > 20%
Feldspatic peridotite
Alkali Gabbro
Tonalite

granite adamellite Norite


Grano- Syenite Monzonite Diorite Troctolite
Plutonic

Quartz 5-20%diorite Anorthosite


Mg and CaMg pyroxenites
Quartz Quartz Quartz Alkaline gabbro
syenite monzonite diorite

Thoelitic basalts and diabases


Volkanic

Rhyolite Dacite Trachyte Latite Andesite Alkali olvine basalts


Hawaiite
mugearite

Chapter 7 Chapter 8
Feldspatoidal rocks; Cl low to medium Feldspatoidal rocks; Cl low to high
Plutonic

Alkali feldspar Plagioklas feldspar


lacking

Feldspatoidal syenite Feldspatoidal gabbros


Essxite Ijolite
Volcanic

Nepheline syenite shonkinite Theralite Alkaline pyroxenite


Sodalite syenit Analcime diabase

Trachyandesite
Trachybasalt
Tephrite Basanites
Phonolite Leucities

Nephelinite
Wyomingite Limburgite

Chapter 8
Lamprophyres
Biotite and hornblende
Volcanic or

lamprophyres
Camptonite
Monchiquite

Melilite-rich rocks
Melilite
quasi-volcanic

Alonoite
Carbonatite
Kimberlite

Nonfeldspathic peridotite (plutonic)


Komatitite

II-36
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

II.8. Klasifikasi Kimia


Pembagian klasifikasi batuan beku berdasarkan kimiawi:

a. SiO2 (keasaman)
Asam> 66 %
Intermediet(52 56) %
Basa(45 52) %
Ultrabasa< 45 %
b. Kejenuhan terhadap silika beku
Saturated rocks
Saturated rocks
Under saturated rocks
c. Kandungan alumina dalam batuan beku
Al 2 O3
Per alumina 1
K 2 O Na 2 O CaO
Metaluminous .............................................................................................
Al 2 O3 Al 2 O3
1
K 2 O Na 2 O K 2 O Na 2 O CaO
Al 2 O3
Sub aluminous 1
K 2 O Na 2 O
Al 2 O3
Per Alkaline 1
K 2 O Na 2 O
d. Kandungan Fe, Mg mafic
Leucocratic rocks< 30 %
Mesocratic rocks(30 60) %
Melanocratic rocks(60-90) %
Hypermelanic rocks> 90%

II.9. KLASIFIKASI MODE

a. Batuan Ultrabasa dan Basa (plutonik & volkanik)


Berdasarkan Komposisi Mineral

Gabro (Gabbro)
III-1
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Plagioklas, diopsidic augite, olivin, hornblende

Norit (Norite)

Plagioklas, hipersten (orto- Px), augit (tidak melimpah), olivin (tidak


melimpah)

Tractolit (Tractolite)

Dominan plagioklas dan olivin

Anorthosit (Anorthisite)

Kaya plagioklas (dominan), minor hipersten dan augit (sering dijumpai)

Piroksenit (Magnesian-Calcmagnesian Pyroxenite)

Mg-orto Piroksen dan atau Clino- Piroksen

Gambar II. 5. IUGS clasification of phaneritic (plutonic) rocks

III-2
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Gambar II. 6. Klasifikasi batuan beku plutonik mafik (IUGS)

III-3
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

b. Batuan Beku Intermediate (jenuh silika)

TIPE VOLKANIK :

Andesit
Tekstur : porfiritik, pilotasitik, fenokris plagioklas dan mineral-mineral
mafik ;olivine, augit, hipersten, hornblende dan biotit,
andesit olivin (olivine andesite) andesit basaltik (basaltic andesite)
Transisi basalt tholeiitik, komposisi mineralogi penciri ; olivin dan
labradorit
andesit piroksen (pyroxene andesite)
Dominan mineral mafik piroksen ; hipersten, augit melimpah zoning
plagioklas,
andesit hornblende dan andesit biotit
hornblende and biotit andesite

Latit (latite = trachyandesite)

Tekstur : porfiritik, pilotasitik,

fenokris plagioklas (andesin atau oligoklas), sering dijumpai sanidin


atau anorthoklas menyelimuti plagioklas

piroksen ; diopsidic augite , aigerin-augit menyertai augit dalam tipe


alkali.

Trakhit (trachyte)

Tekstur trakhitik (trachytic texture), alkali felsdpart > 80 % (modal) ;


sanidin atau anorthoklas plagioklas (oligoklas atau andesin) olivin (fayalit),
clino-piroksen, amfobol dan biotit

trakhit piroksen (pyroxene trachyte)

III-4
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

dominan mineral mafik piroksen ; diopsidic px atau aegerin-augit,


sanidin dominan, plagioklas (andesin atau oligoklas), andesit
hornblende dan andesit biotit

hornblende and biotit trachyte

trakhit melimpah sanidin dan sedikit oligoklas, hornblende, biotit dan


diopsid

trakhit peralkalin (peralkaline trachyte)

trakhit dominan mineral mafik ; aegerin, reibekit, arfvedsonit (atau


cossyrit) dan sedikit fayalit

keratophyres

plagioklas ; albit-oligoklas, reibekit/aegerin, clorit, epidot, uralit

TIPE PLUTONIK :

Diorit

Tekstur : tekstur granitik (hypidiomorfic granular), poikilitik dan kadang


porfiritik, fenokris plagioklas ; andesin atau oligoklas dan mineral-mineral
mafik utama ; hornblende dan biotit

diorit porfir (diorite porphyries)

tekstur porfiritik dengan fenokris zoning plagioklas,hornblende, biotit,


kadang-kadang quartz dalam masa dasar anhedral-
granular.

mafic diorit (meladiorites, IUGS)

CI tipikal diorit, tetapi mengandung hornblende dan plagioklas ;


andesit atau oligoklas, Komposisi SiO2 (45 %)

hornblendite

diorit dengan kendungan hornblende tinggi

Monzonit = syenodiorit

III-5
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tekstur : tekstur granitik (hypidiomorfic granular), myrmekite, poikilitik


dan kadang porfiritik, 1/3 Ftot< KF<2/3 Ftot, Qz < 5 %, fenokris plagioklas;
andesin atau oligoklas dan mineral-mineral mafik utama ; hornblende, biotit
dan augit (jarang)

monzonit porfir (maonzonite porphyries)

tekstur porfiritik dengan fenokris zoning plagioklas, orthoklas, perhite,


mineral mafik jarang, .............................................................................masa
dasar integrowthsodic plagioklas dan orthoklas, hornblende, augit,
biotit, apatit, spene

Syenit

Tekstur : tekstur granitik (hypidiomorfic granular), poikilitik dan kadang


porfiritik KF > 2/3 Ftot,`Qz < 5 %, fenokris plagioklas ; andesin atau
oligoklas dan mineral-mineral mafik utama ; hornblende dan biotit,
aegerin-augit, aegerin spene, apatit, zircon

alkali syenit (porfir)

KF tinggi =< 95 % Ftot, Qz < 5 %, orthoklas, mikroklin, albit atau


oligoklas, micro-perhite Qz, Foid , minor.

alkali lime syenit

high sodic plagioclase (5 - 30) % modal feldspar mineral mafik;


hornblende, biotit, diopsidik augit.

c. Batuan Beku Asam (lewat jenuh silika)

high modal Qz > 20 %

Alkali feldspar

Tipe Plutonik

Tipe Volkanik

< 10 % FtotTonalitDasit

III-6
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

10 - 35 % FtotGranodiorit

> 35 % FtotGranit
Riolit

III-7
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Gambar II. 7. Klasifikasi batuan beku plutonik

TIPE PLUTONIK : GRANIT, GRANODIORIT, TONALIT

Tekstur : tekstur granitik, subhedrl granular (hypidiomorfic granular), graphic


(micrographic), granophyre, myrmekite, porphyry high modal Qz > 20 % (anhedral)
orthoklas, mikroklin, plagioklas, muskovite

Granit

Komposisi mineralogi ; orthoklas dan mikroklin, Qz, calkalkalin granit


mengandung biotit, hornblende, piroksen jarang

alkali granit mengandung amphibol ; hastingsit, riebeckit dan arfvedsonit


-------(anhedral)

adamelit ------- Alkali Feld. 35 - 65 % Ftot

granophyre ---------- granophric tekxture

mineral mafik hedenbergite, fayalite dan dlm batuanperalkalin dijumpai


reibeckit

GRANODIORIT dan TONALIT


III-8
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Qz > 20 %

KF < 10 % Ftot (Tonalit)

KF 10 - 35 % Ftot (Granodiorit)

mineral-mineral mafik biotit, hornblende

Felsik Tonalit = trondhjemite

plagioklas (andesin aatau oligoklas), Qz, dan KF dan biotit


kelimpahan sedikit

TIPE VOLKANIK : Dasit dan Riolit (batuan volkanik asam)

Tekstur : porfiritik, afanitik atau glassy , aphrik, hylophitik

Komposisi mineral : Qz ( tridimit, kristobalit) fenokris plagioklas radialy


fibrus spherulites

dasit

fenokris ; plagioklas (lab- olig), Qz, sanidin, beberapa mineral mafik


piroksen, hornblende (cumingtonit), biotit masa dasar glas................

riolit

potassic type

Sanidin, bipiramidal Qz, biotit, hornblende, diopsidic augit

sodic/peralkaline type

Sanidin, anarthoklas, albit , bipiramidal Qz

III-9
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Gambar II. 8. Diagram Fase dari batuan beku asam (lewat jenuh silika)

d. Batuan Beku mafik felspathoid basa dan ultrabasa

e. Batuan Beku mafik & felsik feldspatoid

III-10
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

f. Batuan beku basa non-feldspathoid


Klasifikasi basalt normativ (yodar & tilley, 1962)

1. tholeiit

(a). thileiit lewat jenuh (oversaturated tholeiite) normativ quartz dan


hipersten

(b). tholeiit jenuh (saturated tholeiite) normativ hipersten

2. tholeiit olivin tak jenuh (undersaturated olivine tholeiite)

normativ hipersten dan olivin

3. tholeiit olivin (olivine tholeiite)/ basalt olivin (olivine basalt)

normativ olivin

4. basalt olivine alkali (alkali olivine basalt)

normativ olivine dan nefelin

5. Basanit (basanite)

normatif olivin dan nefelin

III-11
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Gambar II. 9. Klasifikasi batuan beku basal tetrahedon (Yoder & Tilley, 1962)

III-12
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Gambar II. 10. Reaksi seri bowen

III-13
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Gambar II. 11. Klasifikasi batuan beku IUGS

III-14
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar II. 12. Rhyolitic Pitchstones dengan Microlites dan Crystallites

A. Isle of Arran, Scotland. Diam. 1 mm. Phenocrysts of quartz, augite, and magnetite in a
glassy matrix crowded with arborescent microlites of green hornblende, around which the
glass is clear.
B. Meissen, Saxony. Diam. 2 mm. Phenocrysts of quartz with corroded outlines and conchoidal
fractures, in a matrix of glass showing perlitic cracks. Trains of spherical crystallites
emphasize the fluidal banding.
C. Turtle Mountains, California. Diam. 1 mm. Hornblende and sanidine phen-ocrysts lie in a
matrix of glass rich in spherical and hairlike crystallites.

A B C

Gambar II. 13. Tekstur batuan Beku

A. Subhedral granular texture in granodiorite. Diam. 3 mm. Benton Range, Mono County,
California. Euhedral and subhedral crystals of green hornblende and brown biotite, the
.latter containing inclusions of apatite and secondary sphene. Subhedral crystals of
plagioclase, and more poorly formed crystals of partially altered onhoclase (stippled), with
clear, anhedral, interstitial patches of quartz.

III-15
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

B. Porphyritic texture in mica lamprophyre. Diam. 2 mm. Boundary Butte, Navajo Reservation,
Utah. Euhedral prisms of diopside and flakes of zoned biotite, in a matrix of altered sanidine
microlites, opaque oxides, and calcite.
C. Anhedral granular texture in granite aplite. Diam. 3 mm. Near Wellington, Nevada.
Interlocking anhedral grains of quartz, microcline, orthoclase, and albite, with accessory
hornblende and magnetite.

A B C
Gambar II. 14. Igneous Textures

A. Poikilitic texture in hornblende peridotite, Odenwald, Germany. Diam. 3 mm. A single


crystal of hornblende encloses rounded granules ofserpentin-ized olivine and subhedral
prisms of fresh diopside.
B. Ophitic texture in basalt, Kauai, Hawaiian Islands. Diam. 3 mm. Large plates of pigeonite
partly enclosing laths of labradorite, and granules of olivine marginally altered to iddingsice.
C. Subophitic texture in basalt, Medicine Lake, California. Diam. 2 mm. Crystals of augite
partly enveloping some of the feldspars and partly interstitial between them. One
phenocryst and abundant small granules of olivine.

A B C

Gambar II. 15. Tekstur batuan Beku

A. Micrographic texture in granophyre, Rosskopf, Vosges, Germany. Diain. 2 mm. Cuneiform


intergrowth of quartz and altered orthoclase. In lower part of section are granules of
magnetite and flakes of hematite and lithium mica.

III-16
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

B. Kelyphitic rims around green spinel in troccolite, Quebec. Diam. 2 mm. In upper part of
section, green spinel is included in pyrope garnet; in lower part, the spinel is enveloped by
a rim of anthophyllite and pale phlogopite, surrounded in turn by a radiating fibrous
intergrowth of tremolite and actin-olite. These rims result from reaction between the spinel
and the labradorite that makes up the rest of the section.
C. Kelyphitic rim around olivine in gabbro, Quebec. Diam. 2 mm. The olivine is enclosed by a
shell ofhypersthene, around which is a second shell composed of actinolite and green
spinel. The rest of the section consists of labradorite.

A B C
Gambar II. 16. Tekstur batuan Beku

A. Intergranular texture in picrite basalt, Kilauea, Hawaii. Diam. 2.5 mm. Corroded
phenocrysts of olivine rimmed with magnetite and hematite in an intergranular matrix
composed of laths of labrodorite and interstitial grains of augite and pigeonite.
B. Intersertal texture in tholeiitic diabase, Northumberland, England. Diam. 2 mm. Augite and
labradorite occur in ophitic intergrowth; between them are irregular pools of dark-brown
glass.
C. Hyaloophitic texture in basalt, Pedregal, Mexico. Diam. 2 mm. Olivine, green diopsidic
augite, and laths of labradorite lie in a matrix of dark, iron-rich glass.

III-17
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar II. 17. Tekstur batuan Beku

A. Trachytic texture in trachyte, Castello d'lschia, Italy. Diam. 2 mm. Pheno-crysts of sanidine
and of golden-yellow, oxidized aegirine-augite, in a fluidal groundmass of subparallel
sanidine laths with intergranular aegirine-augite, aegirite, and iron oxides, plus accessory
apatite and sphene. Many triangular and polygonal spaces between the sanidine laths are
occupied in interserial fashion by analcite or sodalile.
B. Pilotaxitic texture in hypersthene andesite. Mount Rainier, Washington. Diam. 2 mm.
Phenocrysts of hypersthene and labradorke, in a groundmass of andesine microlites with
interstitial cryptocrystalline material and specks ofaugite and iron oxides. The nuidal
banding is much less pronounced than in rocks of trachytic texture.
C. Hyalopilitic texture in pyroxene dacite, Weiselberg, northern Germany. Diam. 2 mm.
Phenocrysts of labradorke, together with microlites of andesine-oligoclase and slender
prisms ofpigeonite of random orientation, in a matrix of clear brown glass.

A B C

Gambar II. 18. Basalts and Basaltic Andesite

A. Basaltic andesite, Paricutin, Mexico. Diam. 2.5 mm. Phenocrysts of olivine, some elongated
parallel to the base, and microlites oflabradorite in a vesicular matrix of black glass.

III-18
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

B. Glomeroporphyritic olivine-augite basalt, Copco Dam, northern California. Diam. 2.5 mm. A
cluster of bytownite and olivine phenocrysts lies in a groundmass of labradorite laths,
granular augite, and interstitial black glass.
C. Olivine-augite basalt. Craters of the Moon, Idaho. Diam. 2 mm. From the vesicular, glass-
rich crust of a recent pahoehoe flow. Small crystals of olivine, augite, and labradorite,
accompanied by abundant granular opaque iron oxides, in a base of clear, brown glass

A B C

Gambar II. 19. Diabases

A. Tholeiitic diabase. West Rock, New Haven, Connecticut. Diam. 2 mm. Colorless pigeonite,
marginally altered to serpentine; fresh ophitic plates of pale-brown augite; laths of
labradorite; granules of opaque minerals; and interstitial chloride material. Not shown in
this section, but found elsewhere in the sill from which this specimen came, are a little
interstitial biotite and mici;o-pegmatite. \
B. Alkali olivine diabase, Pigeon Point, Minnesota. Diam. 3 mm. Laths of calcic labradorite;
olivine; ophitic, purplish augite; opaque minerals; reddish-brown biotite; and chlorite.
C. Tholeiitic diabase, Pwllheli, North Wales. Diam. 3 mm. A single plate of subcalcic augite (2V
== 40) ophitically encloses calcic plagioclase, which is almost entirely altered to calcite
and prehnite and heavily stippled with granular leucoxene. The opaque grains close to the
edge of the section are composed ofexsolution intergrowths ofilmenite and magnetite; near
the center are two round patches of talc and serpentine after olivine; near the lower edge is
an area of calcite.

III-19
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar II. 20. Differensiasi dalam Tholeiitic Diabase Sill, New Jersey

A. Specimen 3 m above the base. Diam. 3 mm. Composed of labradorile, cli-nopyroKenes, and
a little hypersthene, ilmenite, and bioiite.
B. Olivine-rich specimen, 15 m above the base. Diam. 3mm. Consists ofolivine, ophitic
pigeonite, labradorite laths, ilmenite, and, close together, accessory biotite and
micropegmatiie.
C. Specimen from upper part of sill. Diam. 3 mm. The chief constituents are pyroxene, altered
labradorite, and iron-titanium oxides. Deuteric hornblende and biotite border the pyroxene
and oxides; patches of interstitial micropegmatite near center and right edge of section;
prism of apatite adjoins upper-right edge.

A B

Gambar II. 21. Basalts

A. Mugearite, Isle of Skye, Scotland. Diam. 3 mm. Essentially composed of olivine, oligoclase,
and iron oxide, with accessory augite, apatite, and orthoclase. The smaller olivines are
elongated along [100], the larger ones, terminated by domes, are elongated along [001].
B. Picrile basalt, Kauai, Hawaiian Islands. Diam. 3 mm. Abundant large grains ofolivine,
rimmed with iddingsite and magnetite, in an intergranular matrix ot labradorite laths,
subhedral augite, and magnetite.

III-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar II. 22. Batuan Spilitic

A. Spililic diabase, Weilburg, Lahn, Germany. Diam. 2 mm. Cloudy laths of oligoclase in an
intersertal matrix composed of chlorite, calcite, granular ilmenite, and leucoxene.
B. Amygdaloidal basalt. Coast Ranges, California. Diam. 2mm. Laths of cloudy oligoclase and a
few of albite, with relic granules of augite, in a matrix of chlorite, calcite, ilmenite, and
leucoxene. Amygdules filled by calcite and chlorite.
C. Variolitic basalt, Mount Tamalpais, California. Diam. 2 mm. Specimen from a pillow sill.
Subradiating laths of albite and slender prisms of augite, in a groundmass of calcite,
chlorite, and leucoxene. Amygdules of calcite and chlorite.

A B C
Gambar II. 23. Gabbros dan Troctolite

A. Gabbro, Volpersdorf, Saxony. Diam. 3 mm. Labradorite and diallage are the chief primary
minerals; the latter shows kelyphitic fringes of tremolite. The remainder consists of
serpentine and talc.
B. Gabbro, Glen More ring dike, Mull, Scotland. Diam. 3 mm. Chiefly composed of labradorue
and augite ophitically intergrown. Accessory constituents include serpentinized olivine,
needles of apatite, flakes of biotite bordering plates of ilmenite, and, in the upper-left
portion, a micrographic patch of quartz and K-feldspar.
C. Troctolite, Volpersdorf, Saxony. Diam. 6 mm. Essentially an olivine-labra-dorite rock. The
olivine is almost entirely converted to serpentine, and the surrounding feldspar is criss-
III-21
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

crossed by expansion cracks. Accessory augite is partly embedded in the feldspar and also
forms fringes around the olivine.

A B C
Gambar II. 24. Norites dan Ferrogabbro

A. Olivine norite, Aberdeen, Scotland. Diam. 3 mm. All the visible hypersthene is optically
continuous; it encloses grains of olivine and is intergrown ophit-ically with calcic labradorite.
Iron ore and biotite are accessory constituents.
B. Ferrogabbro, Iron Mine Hill, Rhode Island. Composed of labradorite, iron-rich olivine, and
opaque oxides containing specks of green spinel. The opaque grains are exsolution
intergrowths of magnetite and ilmenite.
C. Quartz norite, Sudbury, Ontario. Diam. 3 mm. Around the large hypersthene crystals are
reaction rims of green hornblende and brown biotite. Biotite also envelops accessory iron
oxides. The rest of the rock is composed ofsubhedral laths of labradorite and anhedral
quartz. Elsewhere, but not shown here, bluish-green arfvedsonite forms fringes around
some of the hornblende.

III-22
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B

Gambar II. 25. Tipe Adirondack Anorthosite

A. Anorthosite, Frontenac County, Quebec. Diam. 1 cm. An anhedral granular intergrowth of


labradorite and accessory green hornblende.
B. Andesine anorthosite from same locality. Diam. 1 cm. Interlocking anhedra of calcic
andesine; large crystal of corundum fringed with iron oxide, green spinel, talc, and
clinozoisite.

A B C

Gambar II. 26. Andesites

A. Pyroxene andesite, Crater Lake, Oregon. Diam. 3 rnm. Phenocrysts of zoned. labradorite-
andesine, with inclusions of glass and ofhypersthene and augite, in a groundmass
composed of oligoclase microlites, specks of opaque oxide and pyroxene, and interstitial
cryptocrystalline material.
B. Hornblende andesite. Black Butte, Mount Shasta, California. Diam. 3 mm. Phenocrysts of
oxyhornblende, pleochroic from gold to russet, fringed with granular magnetite; also
phenocrysts of zoned labradorite. Pilotaxitic groundmass of microlitic andesine and
interstitial cryptocrystalline material stippled with magnetite and fumarolic hematite.

III-23
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

C. Hornblende andesite, Stenzelberg, Siebengebirge, Germany. Diam. 3 mm. The hornblende


phenocrysts are completely replaced by granular opaque oxides and augite. These, together
with phenocrysts of diopsidic augite and calcic andesine, lie in a cryptocrystalline
groundmass.

A B C

Gambar II. 27. Diorite-Tonalite Spectrum

A. Hornblende diorite, near Stockholm, Sweden. Diam. 3 mm. Roughly equant subhedral
crystals ofandesine-oligoclase; a little microcline, hornblende, and biotite; accessory iron
oxides, apatite, and sphene.
B. Felsic tonalite (trondhjemite), Castle Towers batholith, British Columbia. Diam. 2.5 mm.
Main constituent is oligoclase showing oscillatory zoning and borders of myrmekile; next in
abundance is quartz, then orthoclase. Accessory constituents are biotite, apatite, iron
oxides, and sphene.
C. Tonalite, Adamello, Italy. Diam. 2.5 mm. Subhedral and euhedral zoned crystals
ofandesine-oligoclase, locally rimmed with orthoclase; anhedral patches of quartz; green
hornblende and brown biotite; allanite partly fringed with epidote (lower right); accessory
magnetite, apatite, and sphene.

III-24
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar II. 28. Monzonites and Plagioclase-Rich Granite (Adamellite)

A. Monzonite, Monzoni, Tyrol, diam. 2.5 mm. Euhedral laths of andesine; anhedral, turbid
sodic orthoclase, and a little interstitial quartz. Diopsidic augite, partly bordered by green
hornblende and brown biotite. Accessory minerals are opaque oxides, apatite, and sphene.
B. Quartz-bearing hornblende monzonite, Pine Nut Range, Nevada. Diam. 2.5 mm. Euhedral
crystals of andesine, large anhedra of altered orthoclase, and smaller ones of quartz. Dark
constituents are hornblende, sphene, ahd opaque oxides. Accessory needles of apatite.
C. Granite (adamellite), Shap Fell, Westmorland, England. Diam. 2.5 mm. Euhedral, altered
crystals of oligoclase; anhedral quartz and slightly altered orthoclase. The Hakes of biotite
show alteration to chlorite with liberation of secondary sphene. Accessory constituents are
primary sphene, apatite, Huor-ite (near center), and allanite (near bottom).

A B C

Gambar II. 29. Syenites

A. Quartz-bearing syenite (nordmarkite), Oslo, Norway. Diam. 2.5 mm. Large crystals of
microperthite, locally veined and fringed with albite; a little quartz and biotite; accessory
opaque oxides, zircon, and sphene.

III-25
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

B. Syenite, Ymir, British Columbia. Diam. 3 mm. The main constituents are biotite, uralitized
augite and altered orthoclase. Minor constituents are small euhedral andesines and apatite.
C. Alkali syenite, Cilaor, Reunion Island. Diam. 2.5 mm. The feldspar is altered perthite; and
there is a little interstitial quartz. The mafic minerals are aegi-rine-augite (palest), aegirine
(darkest), and barkevikitic hornblende,

A B C

Gambar II. 30. Porphyries

A. Pneumatolyzed granite porphyry, Cornwall, England. Diam. 5 mm. Euhedral phenocrysts of


quartz and altered perthite in a microgranular groundmass of tlie same minerals
accompanied by abundant muscovite, topaz (near top), fluorite (right edge), and two
generations of tourmaline.
B. Granodiorite porphyry, Paiyenssu, northwestern Yunnan, China. Diam. 3 mm. Large crystals
of quartz and calcic oligoclase, with smaller ones of hornblende and biotile, in a
microgranular matrix of quartz and alkali feldspar with accessory sphene and epidote.
C. Hornblende diorite porphyry, Carrizo Mountain laccolith, northeastern Arizona. Diam. 3 mm.
Phenocrysts ofandesine, partly altered to calcite and clay minerals, and of green
hornblende, some of which are twinned on the front pinacoid. The groundmass consists
chiefly of microgranular feldspar with minor quartz and accessory grains of apatite and
zircon. This rock might also be called and/site porphyry.

III-26
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar II. 31. Granites

A. Hornblende "granite," Plauen, near Dresden, Saxony. Diam. 3 mm. Composed of green
hornblende, orthoclase, oligoclase, and quartz, with accessory magnetite, apatite, sphene,
and allanite. Note that some of the oligoclase is enclosed poikilitically by hornblende and
orthoclase, and, left of center, there is a little myrmekite at the contact between two
orthoclase crystals. With decreasing quartz, the rock grades into syenite.
B. Biotite granite, Rockport, Maine. Diam. 3 mm. Euhedral and subhedral crystals of
niicrocline-perthite; strained anhedral crystals of quartz. Two generations of biotite; the
earlier in large flakes; the later in radiating tufts occupying cracks and veins. The later
biotite is darker and richer in iron and is associated with pneumatolytic fluorite.
C. Peralkaline riebeckite-aegirine granite, Quincy, Massachusetts. Diam. 3 mm. Euhedral and
subhedral crystals ofmicroperthile, and anhedral quartz; dark constituents are riebeckite,
aegirine, and allanite.

A B
Gambar II. 32. Peralkaline Granite Porphyry

A. Riebeckite granite porphyry, Lake Brunner, New Zealand. Diam. 3 mm. Phenocrysts of
quartz and sodic orthoclase (latter not shown), in a graphic groundmass of the same two
minerals accompanied by acicular riebeckite.

III-27
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

B. Riebeckite granite porphyry, Ailsa Craig, Scotland. Diam. 2 mm. Essentially composed of
sodic orthoclase with interstitial riebeckite and quartz.

A B C

Gambar II. 33. Pneumatolyzed Granites

A. Tourmalinized granite, Cornwall, England. Diam. 3 mm. Clusters of radiating blusih-green


tourmaline needles, some of them bordering a corroded phenocryst of primary brown
tourmaline. The remainder of the rock consists of microperthite and quartz, the latter
invading the former. At the upper right are several tourmaline needles that terminate
against a ghost boundary which marks the edge of a vanished quartz or feldspar crystal.
B. Greisen, Geyer, Erzgebirge, Germany. Diam. 5 mm. Composed of topaz, lithium mica, and
dusty quartz.
C. Greisen, Grainsgill, Cumberland, England. Diam. 3 mm. Composed essentially of quartz and
muscovite, with accessory rutile, apatite, and arsenopyrite. The large flakes of muscovite
are relics from the original granite; the plumose muscovite is secondary after orthoclase;
the minute, densely packed scales of muscovite are secondary after plagioclase. Other
accessory minerals in this rock, not shown, are tourmaline and molybdenite.

III-28
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar II. 34. Granite and Granodiorites

A. Biotite granite, Conway, New Hampshire. Diam. 3 mm. The feldspars are micropenhite and
altered oligoclase; quartz is anhedral. Dark minerals are biotite, allanite, and a little
magnetite. Two crystals of apatite near center.
B. Hornblende-biotite granodiorite, Yosemite, California. Diam. 3 mm. Approximately half the
rock consists of normally zoned plagioclase (Anso-zo), and a quarter of quartz. The
remainder is composed ofperthite, hornblende, and biotite, with accessory magnetite.
C. Basic inclusion in granodiorite from the same locality. Diam. 3 mm. Richer in hornblende,
biotite, plagioclase, sphene, and apatite, but poorer in quartz and potassic feldspar than the
enclosing rock.

A B
Gambar II. 35. Tonalites

A. Tonalite, Adamello, Italy. Diam. 2.5 mm. Subhedral and euhedral zoned crystals of
andesine-oligoclase, locally rimmed with orthoclase; anhedral patches of quartz; green
hornblende and brown biotite; allanite partly fringed with epidote (lower right); accessory
magnetite, apatite, and sphene.
B. Felsic tonalite (trondhjemite). Castle Towers batholith, British Columbia. Diam. 2.5 mm.
Main constituent is oligoclase showing oscillatory zoning and borders of myrmekite; next in
abundance is quartz, then orthoclase. Accessory constituents are biotite, apatite, iron oxide,
and sphene.

III-29
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar II. 36. Granite Pegmatites

A. Garnetiferous fine-grained pegmatite, Pala, California. Diam. 2 mm. Composed


ofspessartine, lithium mica, albite, microcline, quartz, and a little deep-blue tourmaline.
B. Tourmaline pegmatite, Pala, California. Diam. 2 mm. Large crystals of colorless elbaite,
scattered in a matrix of lithium mica, albite, and quartz.
C. Tourmalinized pegmatite, Tuolumne Canyon, Yosemite, California. Diam. 2 mm. Large
crystal of zoned blue tourmaline; abundant granulated quartz and strained microcline;
accessory muscovite and spessartine.

A B C D
Gambar II. 37. Granite-Gabbro Reaction Series, Lake Manapouri, New Zealand

A. Granite, diam. 3 mm. Composed mainly of microcline-perthite, quartz, albite, and biotite.
The dark clot is a gabbro relic now composed of biotite, sphene-rimmed opaque oxide, and
acicular apatite.
B. Transitional rock. Diam. 3 mm. The constituents, in order of abundance, are oligoclase,
biotite, orthoclase, hornblende, quartz, sphene, apatite, epidote, and iron oxide. In this
specimen most of the hornblende of the original gabbro has been replaced by biotite.
C. Transitional rock, nearer the gabbro contact. Diam. 3 mm. ChieHy andesine and
hornblende, the latter in process of replacement by biotite. Iron oxide partly replaced by
sphene, abundant apatite, and a little quartz and epidote.
III-30
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

D. Metagabbro. Diam. 3 mm. Least-altered material. Only difference from unaltered gabbro is
the presence of a little introduced quartz. Bulk of rock consists of andesine and hornblende,
with accessory epidote, sphene, while mica, chlorite, and opaque oxide.

A B C

Gambar II. 38. Dacites

A. Hyalodacite, near Lassen Peak, California. Diam. 3 mm. Phenocrysts of glass-charged,


zoned andesine, quartz, green hornblende, biotke, and hyper-sthene, in a glassy
groundmass stippled with crystallites.
B. Basic inclusion in dacite, Lassen Peak, California. Diam. 3 mm. Laths of labradorite and
calcic andesine, and prisms of reddish-brown oxyhornblende largely replaced by magnetite
and hematite. Interstitial colorless glass and cristobalite; some of the latter also occurs in
spheroids.
C. Pumiceous dacite obsidian. Rock Mesa, near Three Sisters, Oregon Cascades. Diam. 2 mm.
Microphenocrysts ofhypersthene and corroded, glass-charged andesine, in a matrix of
colorless vesicular glass.

A B C

III-31
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Gambar II. 39. Rhyolite and Dacites

A. Rhyolite, Climax, Colorado, diam. 4 mm. Phenocrysts of quartz, orthoclase, oligoclase, and
biotite, in a cryptocrystalline base stippled with minute flakes of white mica, larger, spongy
granules of topaz, and (lower right) grains of fluorite and pink garnet.
B. Dacite, Sidewinder Mountain, near Barstow, California. Diam. 3 mm. Corroded phenocryst
of quartz; other phenocrysts of andesine and of resorbed biotite and hornblende.
Groundmass composed chiefly of quartz and K-feld-spar (microfelsite). The feldspar is
partly altered; piedmontite clusters occur inside the porphyritic andesine; and smaller
specks are visible inside the hornblende and biotite crystals as well as in the felsitic
groundmass.
C. Tridymiie-rich hypersthene dacite. Crater Lake, Oregon. Diam. 3 mm. Phenocrysts of
hypersthene rimmed with magnetite and hematite resulting from fumarolic oxidation; also
phenocrysts of andesine. Cryptocrystalline ground-mass stippled with hematite dust;
irregular patches of tridymite with characteristic fan-shaped twins.

III-32
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar II. 40. Rhyolites

A. Rhyolite pitchstone, near Shoshone, California. Diam. 2.5 mm. Phenocrysts of brownish-
green hornblende and of andesine, in a base of banded glass showing perlilic cracks and
abundant curved crystallites.
B. Spherulitic biotite rhyolite, Apati, Hungary. Diam. 3 mm. Phenocrysis of quartz, sanidine,
andesine, and reddish-brown biotite in a devitrified spher-ulitic groundmass containing
amygdules of opal and radiating chalcedony.
C. Sodic rhyolite (pantellerite), Santa Rosa, California. Diam. 2 mm. Phenocrysts of sodic
sanidine or anorthoclase, corroded quartz, and deep-brown enig-matite. Groundmass of
quartz and sanidine with needles and mosslike patches of arfvedsonite, subordinate needles
of aegirine, and anhedral specks of enigmatite. In other specimens from this locality the
rhyolite contains abundant opal and tridymile lining pores.

A B C
Gambar II. 41. Phonolites

A. Mafic pseudoleucite phonolite, Bearpaw Mountains, Montana. Diam. 3 nini. Phenocrysts of


pseudoleucite composed of sanidine, cloudy zeolites, and a little nepheline; also of biotite
and diopsidic augite, the latter partly fringed with aegirine. Groundmass consists chiefly of
aegirine needles, biotite, and anhedral sanidine.
III-33
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

B. Nosean phonolite, Wolf Rock, Cornwall, England. Diam. 2 mm. Phenocrysts of sanidine and
zoned nosean, in a groundmass of euhedral nepheline, aci-cular aegirine, a few sanidine
microlites, and a little interstitial turbid anal-cinie.
C. Aegirine phonolite. Lead, South Dakota. Diam. 2 mm. Kuhedral neplielines and poikilitic
patches of aegirine, in a matrix composed mainly of sanidine microlites.

A B C

Gambar II. 42. Ultramafic Rocks

A. Melilitite, Ellioll County, Kentucky. Diam. 3 nun. Partly serpeiilini/ed phen-ocrysisofolivine,


flakes of pale-brown phlogopite, plates of melilite with clear rims that polarize in ultra-blue,
granules of perovskite and chromite, and, near top of section, a grain of pyrope garnet with
a reaction rim. The dense matrix consists of iron oxide, perovskite, antigorite, and calcite,
some of which is coarse grained and fills irregular pores.
B. Lherzolite, Haute Garrronne, France. Diam. 3 mm. Diallage (at bottom), bron-zite, and
granular olivine, with accessory green spinel (upper right) and picotite (lower right).
C. Pyroxenite, Hope, British Columbia. Diam. 3 mm. Approximately equal amounts of ortho
pyroxene and diopsidic augite. Some of the former contains lamellar inclusions of
clinopyroxene. A little poikilitic hornblende (near lop of section) and pyrrhotke.

III-34
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

BAB III
BATUAN PIROKLASTIK

III.1. TEKTONIK DAN PEMBENTUKAN GUNUNGAPI


Proses pembentukan gunungapi awalnya terjadi dari suatu tumbukan antar
lempeng terutama untuk lempeng benua dengan lempeng samudera dan
lempeng samudera dengan lempeng samudera, daerah pemekaran dan hot spot.

Pada umumnya proses pembentukan gunungapi dapat dibedakan dari


kedudukan tektonik lempengannya, yaitu:

1. Daerah pemekaran

Daerah pemekaran yang disebut juga sebagai daerah divergen disebabkan


karena adanya aktifitas tektonik yang menghasilkan pemekaran pada
lempeng samudera. Magma keluar melalui celah pada daerah lemah dan
membentuk punggungan.

Pemekaran ini menghasilkan sifat magma berupa umafik hingga ultramafik.


Sifat magma yang cenderung basa dikarenakan mantel dari lempeng
samudera sendiribersifat basa hingga ultrabasa. Tipe batuan yang
dihasilkan bersifat basa. Pada kerak kontinen juga dapat terjadi proses
pemekaran dan menghasilkan tipe batuan dengan sifat batuan dengan sifat
basa sama dengan magma yang keluar dari pemekaran kerak samudera.

2. Daerah penunjaman

Daerah ini terjadi penunjaman salah satu lempeng atau dengan sebutan
daerah konvergen. Umumnya lempeng samudera menyusup dibawah
lempeng samudera mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada berat
jenis lempeng benua. Daerah ini dapat menghasilkan sifat magma yang
beragam mulai dari asam hingga basa. Variasi sifat magma ini dipengaruhi

III-35
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

dari sudut penunjaman saat proses tumbukan lempeng samudera dengan


lempeng benua. Semakin kecil sudut penunjaman maka akan menghasilkan
magma yang bersifat asam sementara semakin besar sudut penunjaman
maka akan menghasilkan magma yang bersifat basa.

3. Hot spot (Intraplate volcanism)

Pembentukan gunungapi dari aktifitas hot spot dikarenakan adanya


terobosan magma dari atmosfer menuju ke lithosfer dan pada bagian bawah
kerak lithosfer magma ini melewati celah yang mempunyai kedudukan
lateral. Komposisi magma bila keluar di lempeng samudera akan bersifat
basa, hal ini sama dengan produk magma yang keluar dari pemekaran
lempeng samudera, bila magma keluar di kontinen maka sangat
berpotensial menjadi magma yang bersifat sama.

Pembentukan gunungapi daerah ini berbeda dengan proses pemebntukan


daerah subduksi dan pemekaran, karena daerah ini mempunyai pusat
magma yang tetap.

III-36
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Volcanisme pada setiap tatanan


tektonik

Volcanisme Pada Volcanic Arc batas volcanisme pada intraplit


kontinental aktif (hotspot)

volcanime pada zona subduksi busur volcanime pada pusat pemekaran


kepulauan tengah samudera

Gambar III. 1. Proses tektonik dan vulkanisme

III-37
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

III.2. PRODUK ERUPSI GUNUNGAPI


Batuann piroklastik merupakan batuan yang dihasilkan oleh erupsi gunung api
dengan ciri-ciri yang khas. Untuk mempelajari material piroklastik, terlebih
dulu kita harus memahami tentang aktivitas vulkanisne baik proses maupun
produknya. Pemahanan itu secara umum meliputi pemahaman tentang :

1. Erupsi gunung api.

2. Material hasil aktivitas gunung api.

Gambar III. 2. Produks erupsi vulkanik

1. Erupsi Gunung Api


Menurut Muzil Anwar, 1981 erupsi gunung api adalah suatu manifestasi gejala
vulkanisme ke arah permukaan atau suatu aspek kimiawi dari perpindahan
energi ke arah permukaan yang tergantung pada kandungan energi dalam
dapur magma yang mencakup panas sewaktu pendinginan magma dan
tekanan gas selama pembekuan/ pendinginan.

III-38
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Sehingga dapat disimpulkan bahwa erupsi gunung api merupakan gejala awal
munculnya gunung api baru atau aktifnya gunung api lama.

Sifat erupsi gunung api dapat terjadi karena adanya tekanan dari dalam bumi
yang cukup besar sehingga mampu mengalahkan tekanan beban diatasnya.
Berdasrkan sumber kejadiannya erupsi vulkanik dibedakan (Fisher, 1984) :

1. Erupsi piroklastik

Erupsi yang terjadi akibat kegiatan magma itu sendiri. Jadi prosesnya
berkisar dari pemisahan gas (degassing) dari fase magma, naiknya
tekanan ruang magma hingga melebihi tekanan beban sumbat
gunungapi sampai terjadi ledakan/erupsi.

2. Erupsi hidrovulkanik

Erupsi ini lebih kompleks dari erupsi piroklastik. Eruspsi hidrovolkanik


sistem magmatik berinteraksi erat dengan lingkungan sehingga
menghasilkan suatu rangkaian proses yang rumit dan terjadi dalam
waktu yang relatif sangat singkat.

Erupsi hidrovulkanik secara umum didefinisikan sebagai erupsi yang


terjadi karena kontak antara air dan magrna. namun demikian, adanya
kontak antara air dan magma belum tentu menimbulkan letusan. Dalam hal
ini ada beberapa syarat agar adanya kontak antara air dengan magma
tersebut menghasilkan letusan, yaitu :

Proses Superheating

Yaitu proses pemanasan air oleh magma atau sumber panas lain seperti
aliran lava, aliran piroklastik dan sebagainya. Superheating
menyebabkan pondidihan air yang menghasilkan penguapan total di
seluruh bagian air yang terpanaskan. Penguapan ini disertai ekepansi
gelombang gas, sehingga tekanan gas naik dengan cepat.

III-39
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Hasil akhir dari rangkaian proses ini adalah kenaikan tekanan yang
dapat menimbulkan ledakan sebagai reaksi keseluruhan sistem untuk
mencapai kesetimbangan.

Lapisan Penahan.

Proses superheating akan menghasilkan tekanan tinggi bila kenalkan


suhu berada pada kondisi isovolume. Kondisi semacam ini bisa dicapai
bila air berada pada tempat dengan volume ruang yang konstan, Di
alam tempat tersebut terjadi bila air berada dalam lapisan porous
impermeabel. Bila tekanan yang dihasilkan melampaui besamya tekanan
litostatis lapisan penahan maka akan terjadi letusan.

Perbandingan Air dengan Magma.

Timbulnya lotuean hidrovulkanik dikontrol oleh perbandingan air dan


magma. Yang berpengaruh pada jumlah pemanasan dan derajat
fragmentasi yang dihasilkan oleh peralihan energi. Perbandingan air
dengan magma terlalu besar menyebabkan superheating tidak
berlangsung sempurna sehingga hanya diperoleh energi yang kecil.

III-40
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Gambar III. 3. Sketsa mekanisme erupsi hidrovolkanik (Djoko, 1985)

2. Material hasil aktifitas gunungapi


Secara umum produk dari erupsi gunungapi bisa dibedakan atas:

a. Gas Volkanik

Pada waktu erupsi gas dikeluarkan dalam jumlah besar dengan gaya yang
kuat. Gas-gas tersebut dihasilkan oleh proses degassing sebelum terjadi
erupsi. Menurut "Volcanoes" gas-gas yang dikeluarkan oleh erupsi gunung
api biasanya berupa campuran uap air, hidrogen, karbonmonooksida,
karbondioksida, hidrogen sulfida, sulfur dioksida, sulfur trioksida, klorin

III-41
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

dan asam klorida, dalam berbagai proporsi. Untuk mengidentifikasi gas-gas


yang dikeluarkan suatu gunung api saat erupsi sangat sulit dilakukan,
karena biasanya gas-gas tersebut telah bereaksi dengan udara. Namun dari
baunya dapat diperkirakan gas-gas yang dominan keluar saat erupsi adalah
gas-gas belerang seperti SO2 dan H2S.

b. Aliran Lava.

Lava adalah magma yang keluar dari permukaan bumi. Tingkat keenceran
lava akan mempengaruhi morfologi dari aliran lava yang dibentuknya.
Lava dengan viskositas rendah akan meleleh dengan pelamparan luas tapi
tidak tebal. Sedang lava yang agak kental maka pemekarannya berjalan
lambat dengan penyebaran tidak begitu luas tapi sangat tebal. Lava kental
akan membentuk morfologi "volcanic dome" yaitu penimbunan ke atas dari
celah ke sisi tebing. Dan jika magmanya sangat kental akan membentuk
"plug dome".

Aliran lava bisa terjadi jika lava yang keluar saat erupsi adalah lava encer
atau sangat encer. Kadang-kadang pada aliran lava dijumpai suatu lapisan-
lapisan yang dibentuk oleh adanya perbedaan fase pembekuan lava
tersebut.

Bantuk-bentuk dan struktur hasil penbekuan lava memiliki ciri-ciri berbeda


tergantung sifat-sifat lavanya. Untuk lava yang membeku didarat, bentuk
dan strukturnya dipengaruhi oleh jarak aliran dan viskositasnya, antara
lain:

Lava Pahoe-hoe.

Dicirikan oleh bentuk yang terlipat-lipat pada permukaar.ya. Bentuk inl


terjadi oleh adanya aliran atau gerak lava di bawah bagian yang
membeku. Biasanya terjadi pada lava basalt dengan viskositas rendah.

Lava AA

III-42
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Dicirikan oleh permukaan yang tidak teratur, runcing-runcing dan


permukaan kasar. Permukaan runcing ini terbentuk oleh pecahan
permukaan lava saat pembekuan. Lava AA bisa terbentuk dari
kelanjutan pembentukan lava pahoe hoe atau tanpa melalui fase lava
pahoe hoe.

Lava Blok.

Dibedakan dari lava AA karena bentuk yang sudah lebih teratur dan
mempunyai permukaan yang halus. Pembetukan blok-blok pada jenis
ini juga dipengaruhi oleh pemecahan permukaan lava yang sedang
membeku pada aliran lava (autobreksiasi).

Komposisi lava ini adalah lebih silikaan dan lebih kental dari komposisi
yang membentuk lava AA, sehingga hasil autobreksiasinya lebih teratur
dan halus permukaannya dalam bentuk blok-blok.

Untuk aliran lava bawah laut dibatasi oleh tekanan air sehingga
keenceran lava dapat terpelihara yang mengakibatkan aliran lebih jauh
dan lebih tipis dibanding aliran lava darat.

c. Volkaniklastik

Merupakan seluruh material lepas yang dibentuk oleh proses


fragmentasi, dihamburkan oleh berbagai macam agen transportasi,
diendapkan pada berbagai lingkungan atau tercampur dengan fragmen
non volkanik.

III-43
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

VOLCANIC
ERUPTION

3 4

EFFUSIVE EXPLOSIF

Mass flow traction suspension


Lava flows
(Syn-Volcanic
Pyroclastic Pyroclastic Pyroclastic
flow deposit surge deposit fall deposit

Welded Welded
Coherent lava Autoclastic Non welded Non welded Non welded
(or intrusion) deposit

RESEDIMENTATION

Mass flow traction suspension

Resedimended (syn-eruption) volcaniclastic deposits

WEATHERING, EROSION,
REWORKING AND (POST-ERUPTIVE) RESEDIMENTATION

Mass flow traction suspension

Encircled number:
relevant part of guide
Boxes: process Volcanogenic sedimentary deposits
Italics: deposit

Gambar III. 4. Proses vulkanisme

III-44
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

III.3. ENDAPAN KLASTIKA GUNUNGAPI


Berdasarkan pengertian tersebut maka istilah vulkaniklastik mencakup
bermacam-macam batuan vulkanik, yaitu:

a. Material Piroklastik

Akumulasi material piroklastik atau sering pula disebut sebagai tephra


merupakan hasil banyak proses yang berhubungan dengan erupsi vulkanik
tanpa memandang penyebab erupsi dan asal dari materialnya. Fisher, 1984
menyatakan bahwa fragmen piroklastik merupakan fragmen "seketika"
yang terbentuk secara langsung dari proses erupsi vulkanik. Material
piroklastik saat dierupsikan gunung api memiliki sifat fragmental, dapat
berujud cair maupun padat. Dan setelah menjadi massa padat material
tersebut disebut sebagai batuan piroklastik.

b. Material Hidroklastik

Material ini dihasilkan oleb suatu erupsi hidrovulkanik yakni erupsi yang
terjadi karena kontak air dengan magma.

Berdasarkan cara transportasi sebelum diendapkan, akumulasi material


hidroklastik dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

- Endapan Hidroklastik Jatuhan

Endapan hidroklastik jatuhan adalah endapan yang terjadi dari


akumulasi material hidroklastik yang dilemparkan dari pusat erupsi
ke udara dan kemudian jatuh di tempat pengendapannya. Cara
transportasi material hidroklastik jatuhan dapat dibedakan menjadi 2
yaitu transportasi gerak peluru (trajectory) dan turbulensi awan
erupsi.

III-45
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

- Endapan Hidroklastik Aliran.

Endapan ini terjadi dari akumulasi material hidroklastik yang


terlempar dari pusat erupsi, kemudian bergerak sepanjang
permukaan bumi menuju tempat pengendapannya.

c. Material Autoklastik

Material ini di alam dijumpai sebagai breksi vulkanik autoklastik yaitu


bentuk fragmentasi padat karena letusan gas-gas yang ada di dalamnya
karena oleh penghancuran lava (Wright, 1963 vide Willard, 1968). Jadi
material ini merupakan gesekan oleh penghancuran lava sebagai hasil dari
perkembangan lanjut dari pembekuan.

d. Material Alloklastik

Material ini sering disebut sebagai breksi vulkanik alloklastik yaitu breksi
yang dibenbuk oleh fragmentasi dari beberapa batuan "preexisting" oleh
proses vulkanik bawah permukaan (Wright; 1963 vide Willard; 1968). Jadi
proses breksiasi dari batuan ini terjadi di dalam gunung api baru kemudian
ekstrusion sebagai aliran breksi. Breksiasi inl mungkin dihasilkan oleh
pengembangan gas atau oleh runtuhnya gunung api yang kemudian
terbentuk rongga-rongga dan akhirnya diikuti erupsi. Aliran breksi pada
tipe ini terjadi pada derajat kemiringan dan bergerak dari gunung api
dengan media air menjadi lahar. Proses yang seperti ini mengakibatkan
batuan ini sukar dibedakan dengan breksi laharik. Ciri dari breksi ini
adalah ketebalannya yang besar dan tidak berlapis, material penyusunnya
sangat kasar dan tidak tersortasi. Fragmen mempunyai ukuran beraneka
ragam, heterolitologi. Fragmen pumis, skoria dan batuan afanitik jarang
dijumpai.

III-46
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

e. Material Epiklastik.

Material ini merupakan hasil dari pelapukan dan erosi dari batuan
vulkanlk dan umumnya bukan merupakan hasil vulkanisme yang seumur.
Karena endapan epiklastik ini merupakan hasil proses rework dan telah
mengalami transportasi maka pada umumnya fragmen-fragmennya lebih
rounded dan material piroklastik maupun hidroklastik. Fragmen-fragmen
tersebut; dapat terbentuk oleh proses-proses non vulkanik atau proses
epigenik sehingga membentuk modifikasi butiran yang agak membulat.
Material epiklastik di alam sering dijumpai sebagai breksi laharik.

III.4. TIPE ENDAPAN PIROKLASTIK


Endapan piroklastik menurut Mc Phie et al (1993) adalah endapan
volkaniklastik primer yang tersusun oleh partikel (piroklas) terbentuk oleh
empsi yang eksplosif dan terendapkan oleh proses volkanik primer (jatuhan,
aliran, surge). Proses erupsi ekplosif yang terlibat dalam pembentukan endapan
piroklastik meliputi tiga tipe utama yaitu : erupsi letusan magmatik, erupsi
freatik dan erupsi freatomagmatik. Ketiga tipe erupsi ini mampu menghasilkan
piroklas yang melimpah yang berkisar dari abu halus (< 1/16 mm) hingga blok
dengan panjang beberapa meter. Termasuk dalam tipe endapan piroklastik
meliputi:

1. Piroklastik aliran.

2. Piroklastik jatuhan.

3. Piroklastik surge.

1. Piroklastik Aliran
Piroklastik aliran adalah aliran panas dengan konsentrasi tinggi, dekat
permukaan, mudah bergerak, berupa gas dan partikel terdispersi yang
dihasilkan oleh erupsi volkanik (Wright et al 1981, vide Mc Phie et al 1993).
Fisher & Schmincke (1984) menyebutkan bahwa piroklastik aliran adalah

III-47
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

aliran densitas partikel-partikel dan gas dalam keadaan panas yang


dihasilkan oleh aktifitas volkanik. Aliran piroklastik melibatkan semua aliran
pekat yang dihasilkan oleh letusan atau guguran lava baik besar maupun
kecil.

2. Piroklastik Jatuhan
Piroklastik yang dilontarkan secara ledakan ke udara sementara akan
tersuspensi, yang selanjutnya jatuh ke bawah dan terakumulasi membentuk
endapan piroklastik jatuhan. Endapan merupakan produk dari jatuhan
baiistik dan konveksi turbulen pada erupsi kolom (Lajoie, 1984).
Karakteristik dari endapan dapat yang diamati antara lapisan piroklastik
jatuhan dan piroklastik aliran dapat dilihat pada tabel III.1.

Tabel III. 1. Perbedaan yang dapat diamati dari lapisan antara endapan
piroklastik jatuhan dan piroklastik aliran (Lajoie, 1984)

Piroklastik Jatuhan Piroklastik aliran

Sortasi Sortasi baik (well sorted) Sortasi buruk (poorly sorted)

Ketebalan Teratur dan mengikuti Tidak teratur, menipis pada


lapisan permukaan yang ditutupi tinggian, menebal pada
(mantle bedding) cekungan, menipis secara
lateral terhadap batas saiuran

Gradasi dan Lapisan massif jarang; Lapisan massif. Gradasi


laminasi gradasi normal Jarang, tapi terbalik umum pada endapan
dapat hadir, tidak ada yang terakumulasi dari
struktur traksi yang tegas suspensi laminar (aliran debris
seperti laminasi parallel dan butiran). Gradasi normai
dan laminasi ob!ique, tetapi banyak dijumpai pada endapan
crude strait umum. yang berasal dari suspensi
turbulen dan itu umumnya
ditemukan mendasari atau
menutupi bagian laminasi.

Struktur primer Bomb - surge dan acretionary Acretionary lapilli dihasilkan pada
yang lain lapilli umum dijumpai pada lapisan atas pada beberapa
endapan subaerial atau shallow subaerial nuees ardentes. Jarang
water. Lubang/pipa gas-escape atau tidak ada pada
III-48
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

tidak ada. endapan subagueous.

Sekuen struktur Tidak ada Lubang/pipa gas-escape


primer. (Phmary umum dijumpai Umum, dan
sructure umumnya itu jarang teramati
seguence) pada sedimen transportasi
massa (mass-transported
sediments) yang lain.

3. Piroklastik Surge
Piroklastik surge adalah ground hugging, dilute (rasio partikel gas rendah),
aliran purticulate yang diangkut secara lateral di dalam gas turbulen (Fisher
1979 vide Mc Phie e/ al 1993). Piroklastik surge dibentuk secara langsung
oleh erupsi freatomagmatik maupun freatik (base surge) dan asosiasinya
dengan piroklastik aliran {ash cloud surge dan ground surge).

Tempat yang dilalui oleh pengendapan lapisan sangat tipis atau laminasi
biasanya disebut sebagai bed set.

III-49
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Piroklastik Jatuhan
Piroklast terlontar ke athmosfir dan jatuh ke bawah
Aliran Piroklastik
Konsentrasi partikel relatif tinggi yang bergerak di dasar/lereng volkan
Gelombang Piroklastik
Konsentrasi partikel relatif rendah yang bergerak menuruni dasar/lereng
volkan.

Gambar III. 5. Jenis endapan piroklastik

III-50
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Gambar III. 6. Karakteristik endapan yang berasal dari erupsi eksplosif


(endapan piroklastik primer) Mc Phie et al, 1983.

III-51
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

III.5. KLASIFIKASI
Pembuatan klasifikasi batuan piroklastik sudah banyak dibuat oleh para ahli,
tetapi masih terjadi kekurangan maupun perbedaan tentang batuan piroklastik.

Klasifikasi berdasarkan perkembangan terbentuknya batuan piroklastik sangat


sulit, sedangkan saat ini klasifikasi didasarkan pada:

Asal usul fragmen

Ukuran fragmen

Komposisi fragmen

a. Klasifikasi berdasarkan asal usul fragmen


Batuan piroklastik yang merupakan hasil endapan bahan volkanik dari letusan
tipe eksplosif maka Johnson dan Levis (1885), lihat Mac Donald (1972)
membuat klasifikasi sebagai berikut:

- Essential fragmen berasal langsung dari pembekuan magma


: segar
- Accessor fragmen berasal dari lava atau piroklastik yang
: terdapat pada kerucut volkanik
- Accidental fragmen yang berasal dari batuan lain yang tidak
: menunjukkan gejala pembekuan, metamorfisme
Klasifikasi berdasarkan ukuran dari fragmen. Klasifikasi ini dibuat pertama kali
oleh Grabau (1924) dalam Carozzi (1975) :

- > 2,5 mm Rudyte


:
- 2,5 0,5 mm Arenyte
:
- < 0,5 mm Lutyte
:

III-52
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Klasifikasi batuan piroklastik dari Wenworth dan Williams (1932) dalam


Pettijohn banyak dipakai, tetapi kisaran yang dipakai tidak sama antara batuan
sedimen dan piroklastik :

- Breksi volkanik : Tersusun dari fragmen-fragmen diameter > 32 mm,


bentuk fragmen meruncing
- Aglomerat : Fragmen berupa bom-bom dengan ukuran > 32 mm
- Lapili/tuf lapili: Fragmen tersusun atas Lapili yang berukuran antara 4
mm 32 mm
- Tuf kasar : Fragmen-fragmen tersusun atas abu kasar dengan
ukuran butir terletak antara 0,25 mm 4 mm
- Tuf halus : Fragmen-fragmen tersusun atas abu halus dengan
ukuran < 0,25 mm

b. Klasifikasi berdasarkan komposisi fragmen


Klasifikasi yang telah dibuat digunakan untuk tuf, yaitu

0,25 4 mm : tuf kasar

< 0,25 mm : tuf halus

Menurut Williams, Turner dan Gilbert (1954), tuf dapat diklasifikasikan


menjadi :

1. Vitric Tuff tuf dengan penyusun utama terdiri dari gelas


:
2. Lithic Tuff tuf dengan penyusun utama terdiri dari fragmen batuan
:
3. Crystal Tuff tuf dengan penyusun utama kristal dan pecahan pecahan
: kristal

III-53
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Pettijohn (1975) membuat klasifikasi tuf, dengan membandingkan prosentase


gelas dengan kristal, yaitu:

1. Vitric Tuff:

Tuf mengandung gelas antara 75% - 100% dan kristal 0% - 25%.

2. Vitric crystal tuff:

Tuf mengandung gelas antara 50% - 75% dan kristal 25% - 50%.

3. Crystal vitric tuff:

Tuf mengandung gelas antara 25% - 50% dan kristal 50% - 75%.

4. Crystal tuff :

Tuf mengandung gelas antara 0% - 25% dan kristal 75% - 100%.

III-54
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tabel III. 2. Grain size-based genetic nomenclature for common types of


volcaniclastic deposits. Modified from Fisher(1961)&Schmidt (1981)
GRAIN VOLCANICLASTIC AUTOCLASTIC DEPOSITS
DEPOSITS IN
SIZE RESEDIMENTED AUTOCLASTIC
GENERAL and
Hyaloclastite Autobrec Mixture or DEPOSITS
VOLCANOGENIC
cia uncertain
SEDIMENTARY
origin
DEPOSITS

<1/16 fine autoclastic resedimented fine hyaloclastite,


volcanic mudstone
mm hyaloclastite mudstone resedimented autoclastic mudstone
?
resedimented hyaloclasiite
1/16-2 hyaloclastite autoclastic
volcanic sandstone sandstone, resedimented autoclastic
mm sandstone sandstone
sandstone
resedimented granular hyaloclastite,
granular granular
2-4 granular resedimented granular autobreccia,
autobrec autoclastic
mm hyaloclastite resedimented granular autoclastic
cia breccia
breccia
4-64 volcanic resedimented hyaloclastite breccia,
conglomerate, hyaloclastite autobrec autoclastic
mm resedimented autobreccia,
volcanic breccia breccia cia breccia
resedimented autoclastic breccia

resedimented coarse hyaloclastite


coarse coarse coarse
> 64 breccia, resedimented coarse
hyaloclastite autobrec autoclastic
mm autobreccia, resedimented coarse
breccia cia breccia
autoclastic breccia

PYROCLASTIC DEPOSITS PYROCLAST-RICH DEPOSITS


GRAIN
SIZE Unconsolidated Consolidated RESEDIMENTED SYN- Post-eruptive resedimented or
tephra pyroclastic ERUPTIVE reworked, or uncertain origin
rock

<1/16 resedimented ash-rich


fine ash fine tuff tuffaceous mudstone
mm mudstone

1/16-2 resedimented ash-rich


coarse ash coarse tuff tuffaceous sandstone
mm sandstone

resedimented pyroclast-rich
lapillistone (or lapillistone, resedimented
2-64 tuffaceous conglomerate,
lapilli tephra lapilli tuff or pumice lapillistone,
mm tuffaceous breccia
tuff-breccia) resedimented pumice and
lithic lapillistone

agglomerate resedimented pyroclast-rich


bomb (fluidal
(bombs breccia, resedimented
>64 shape) tephra,
present), pumice breccia,
mm block (angular)
pyroclastic resedimented pumice and
tephra
breccia lithic breccia

III-55
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tabel III. 3. Terms to be used for mixed pyroclastic-epiclastic rocks (after Schmid ,
1981,).

Average clast size Tuffites (mixed Epiclastic (volcanic and/or


Pyroclastic
in mm. pyroclastic-epiclastic) nonvolcanic)
Agglomerate, Tuffaceous conglomerate,
> 64 Conglomerate, breccia
pyroclastic breccia tuffaceous breccia
64 - 2 Lapilli tuff
2 - 1/16 coarse Tuffaceous sandstone Sandstone
1/16 - 1/256 fine Tuffaceous siltstone Siltstone
Tuffaceous mudstone,
< 1/256 Mudstone, shale
shale
Amount pyroclastic
100% to 75% 75% to 25% 25% to 0%
material

Gambar III. 7. Klasifikasi tuff (after, Schmid, 1981)

III-56
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tabel III. 4. Classification and nomenclature of pyroclasts and well-sorted pyroclastic deposits
based on clast size (after Schmid, 1981).

Pyroclastic deposit
Clast size in
Pyroclast Mainly consolidated
mm Mainly unconsolidated tephra
pyroclastic rock
agglomerate bed of blocks oragglomerate pyroclastic
> 64 bomb, block
bomb, block tephra breccia
layer, bed of lapilli or lapilli
64 to 2 lapillus lapilli tuff
tephra
coarse ash
2 to 1/16 coarse ash coarse (ash) tuff
grain
< 1/16 fine ash grain fine ash (dust) fine (ash) tuff

Gambar III. 8. Klasifikasi batuan piroklastik (Fisher, 1986)

Heinrich (1956) selama pengendapan tuf bisa bercampur dengan material


sedimen yang bermacam-macam. Material sedimen yang paling banyak dapat

III-57
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

dipakai untuk pemberian nama tuf. Misal serpihan atau mengandung gamping,
tuf gampingan dan sebagainya.

Batuan sedimen non volkanik, bisa tercampuri oleh tuf hasil letusan gunung
berapi, sehingga membentuk campuran dua bahan pembentuk batuan yang
mempunyai sumber dan proses pembentukan yang tidak sama. Pettijohn
(1975), adanya tuf di dalam batuan sedimen bisa dipergunakan untuk pemerian
tambahan. Sehingga akan diperoleh penamaan seperti batupasir tufa, serpih
tufan dan lainnya.

Klasifikasi berdasarkan komposisi sangat penting untuk analisa tuf. Batuan


yang berdasarkan ukuran fragmen dengan mudah dan sederhana dapat
dimasukkan ke dalam kelompok tuf ini, ternyata mempunyai komposisi yang
cukup berariasi. Variasi komposisi tersebut dikelompokan lagi.

Vitric Tuff
Menurut Heinrich (1956), penyusun utama terdiri atas gelas. Tuf vitrik
merupakan hasil endapan primer material letusan gunungapi. Komposisi
umumnya bersifat riolitik, meskipun juga dijumpai berkomposisi dasitik,
trasitik, andesitik dan basaltik.

Kepingan gelas umumnya mempunyai bentuk meruncing. Inklusi-inklusi


magnetit banyak dijumpai dalam gelas. Gelas biasanya tidak berwarna,
tetapi apabila berkomposisi basaltik berwarna kuning sampai coklat.

Fragmen-fragmen berupa kristal dan fosil terkadang dijumpai, walaupun


dalam prosentase yang kecil. Mineral-mineral bisa berupa mineral
penyusun riolit, andesit dan lain-lain. Mineral skunder yang hadir antara
lain kalsit, opal, kalsedon, kuarsa, oksida-oksida besi dan lain-lain.
Beberapa tuf vitrik yang mengendap dalam tubuh air tersemen oleh kalsit,
Heinrich (1956).

Tuf vitrik umumnya bertekstur vitroclastic, yaitu kepingan-kepingan gelas


terletak dalam matrik yang berupa abu gelas yang sangat halus, Williams,
Turner dan Gilbert (1954).
III-58
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Macam-macam tuf vitrik:

Tuf palagonit

Penyusun utama gelas basa, dengan warna kuning kehijauan sampai


coklat tua. Tuf palagonit umumnya mengandung kristal-kristal
plagioklas, olivin, piroksen dan bijih besi, lubang-lubang banyak
terisi kalsit atau zeolit, Heinrich (1956).

Porselanit atau batu cina

Penyusun berupa abu gelas yang sangat halus, sering disebut tuf
lempungan.

Welded tuff atau ignimbrit

Penyusun terdiri atas kepingan-kepingan gelas yang terelaskan,


Heinrich (1956).

Tuf pisolit

Penyusun terdiri atas pisolit-pisolit abu gelas yang sangat halus,


Williams, Turner dan Gilbert (1954).

Crystal tuff
Komposisi dominan terdiri atas kristal, sedangkan gelas dijumpai
berjumlah sedikit.

Tuf kristal riolitik, yaitu kristal kuarsa, sanidin, biotit, hornblende, lain yang
terkadang dijumpai seperti augit. Tuf kristal yang mengandung tridimit.

Tuf kristal dasitik, yaitu kristal hornblende, hipersten, andesin, magnetit


dan augit banyak dijumpai pada trasit. Sedangkan pada tuf kristal basaltik,
tersusun atas olivin, augit, magnetit dan labradorit.

Lithic tuff
Penyusun dominan berupa fragmen-fragmen batuan. Gelas dijumpai dalam
jumlah yang relatif sedikit. Fragmen tersebut biasanya berupa fragmen
batuapung, skoria, obsidian, andesit, basalt, granofir, batuan beku hipo-
III-59
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

abisik bertekstur porfiritik atau halus. Kadang terdapat fragmen batuan


plutonik, metamorfik maupun sedimen, Heinrich (1956).

Bahan piroklastik yang dikeluarkan dari ventral volkan, sebelum


terendapkan mengalami berbagai proses, baik cara terangkuntnya dan
media transportasi, maupun material yang terendapkan.

III-60
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

III.6. PETROGRAFI
Ignimbrit/endapan aliran pumis (ignimbrites : pumice-flow deposit)
IGNIMBRIT - endapan aliran piroklastik didominasi pumis.

Unwelded ignimbrite - ignimbrit tak terelaskan welded ignimbrite - ignimbrite terelaskan

Gambar III. 9. Kenampakan ignimbrit di lapangan

Tekstur mikroskopi ignimbrit (nonwelded texture)

III-61
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Nonwelded tuff dengan kenampakan Nonwelded tuff dengan kenampakan


glass shards unbroken glass bubbles

Tekstur mikroskopi ignimbrit (welded texture)

(a). Welded tuffs dari SE Idaho

(b). Welded tuffs dari Vales, N.Mex-nampak penjajaran kristal denan glas shards

(c). Nampak kompaksi yang kuat dan perlipatan yang berlawanan dengan arah kristal

III-62
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tekstur mikroskopi ignimbrit (welded texture)

(a). Kristal welded tuffs


(b). Fragmen batu welded tuffs yang lebih tua, dikungkung oleh ignimbrit yang
lebih muda

III-63
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar III. 10. Feldspathoidal Lavas

A. Nephelinite, Mikeno, East Africa. Diam. 1 mm. Microphenocrysts of green augite and
nepheline, in a matrix of dark-brown glass with granules of iron oxide, and slender
microlites of sanidine.
B. Leucite basanite, Vesuvius, Italy. Diam. 3 mm. Phenocrysts of olivine, green diopsidic
augite, and leucite, in an intergranular matrix of labradorile laths, iron oxide, and augite.
Locally there are minute interstitial grains of sanidine.
C. Hauynophyre, Tahiti. Diam. 1 mm. Microphenocrysts of deep-sky-blue hauyne with webs
ofrutile; slender prisms of pale-green diopsidic augite and euhedral granules of iron oxide, in
a matrix of pale glass.

A B C
Gambar III. 11. Volcanic Ashes

A. Andesitic crystal ash erupted from the volcano Santa Maria, Guatemala, in 1902. Diam. 2
mm. Broken crystals of plagioclase, dark-green hornblende, paler-green pyroxenes, rounded
bioiite Hakes, magnetite, and a few lithic chips, of andesile.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

B. Dacilic vilric ash showing pumiceous texture. Uiam. 2 mm. Product of the culminating
explosions of Mount Mazama, which led to the formation of Crater Lake, Oregon. Shredded
and cellular bits of pumiceous glass accompanied by fewer broken chips of plagioclase and
small prisms of hypersthene.
C. Basaltic ash (Pele's Hair), Kilauea, Hawaii. Diam, 2 mm. Threads of brown basaltic glass
containing bubbles of gas. Material discharged by lava fountains in the form of spray.

A B C

Gambar III. 12. Tuffs

A. Rhyolilic vitric tuff, Shasta Valley, California. Diarri. 2 mni. Shows typical vitroclastic texture.
Arcuate shards of glass lie in a matrix of almost impalpable glass dust.
B. Rhyolitic crystal tuff, Etsch valley, Italy. Diam. 2 mm. Broken crystals ofquail/. and sodic
plagioclase, together with small Hakes ofbiotile, in a matrix of glass dust and pumice
fragments.
C. Andesitic lithic tuff, near Managua, Nicaragua. Diam. 2 mm. Fragments of various kinds
ofandesite predominate; between these lies a matrix made up of plagioclase and pyroxene
crystals and pale-brown glass dusi.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar III. 13. Rhyolitic Pumice and Ignimbrite

A. Rhvolitic pumice, Lipari Island, Italy. Diani. 3 mm. Entirely composed of extremely vesicular
glass.
B. Incipiently welded ignimbrile, near Bishop, California. Diam. 3 mm. Specimen from the
unwelded top of an ignimbrite. Crystals of quartz and sanidine, in a matrix of undeformed
glass shards and dust, with well-'preserved vitro-clastic texture.
C. Welded tuff, from same locality. Diam. 3 mm. Specimen from the welded interior portion of
the same ignimbrite. Constituents as in B, but here the glass shards are deformed and
flattened.

A B C
Gambar III. 14. Basaltic Tuffs

A. Palagonite luff, Oamaru, New Zealand. Diam. 4 mm. Fragments of palagon-ile, pale buff
within and deep gold at the margins, including crystals of olivine and labradorite. Between
these fragments is a matrix of calcite.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

B. Palagonite,tuff, Oahu, Hawaiian Islands. Diam. 4 mm. The cores of the vesicular fragments
consist of fresh pale-buff palagonite including crystal's of olivine; the rims of the fragments
are fibrous and birefringent and largely composed of smectite. Between the fragments is a
matrix of zeolites.
C. Hornblende andesite scoria, product of the last ash flows from Mount Mazama (Crater lake),
Oregon. Diam. 4 mm. Phenocrysts of hornblende and labradorite, embedded in extremely
vesicular, brown-to-black andesitic glass.

A B

Gambar III. 15. Volcanic Sandstones

A. Volcanic wacke (Eocene), Tyee Formation, Umpqua River, Oregon: Diam. 1.2 mm. Poorly
sorted angular and subangular grains of coarse silt and sand tightly packed in an
argillaceous matrix colored green by chloritic material. About half of the grains are particles
of volcanic rocks, chiefly andesite; about 30% are plagioclase, chiefly andesine (lightly
stippled, with cleavage); and about 20% are quartz (clear).
B. Miocene arenite, 3700 m below surface, south of Lost Hills, California. Diam. 1.2 mm.
Loosely packed, subangular grains of andesite, plagioclase (lightly stippled, with cleavage),
and quartz firmly cemented by coarse calcite (stippled, with two cleavages). Single calcite
crystal in center encloses many sand grains.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

BAB IV
BATUAN SEDIMEN KLASTIK

IV.1. PENGERTIAN BATUAN SEDIMEN KLASTIK


Asal mula mula batuan sedimen klastik adalah akibat dari proses-proses yang
menyangkut siklus sedimentasi (pelapukan erosi - transport - sedimentasi -
diagenesa).

Dalam batuan sedimen kelompok mineral penyusunnya adalah :

a. Mineral autigenic

Terbentuk di daerah sedimentasi dan langsung diendapkan

Contoh : gipsum, kalsit, anhidrit, halit

b. Mineral allogenic

Tidak terbentuk pada daerah sedimentasi/pada saat sedimentasi.

Telah mengalami transportasi dan kemudian diendapkan di daerah


sedimentasi

Syarat :

Tahan pelapukan

Tahan pengikisan selama transportasi sampai pengendapan

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Stabilitas mineral dalam batuan sedimen :

1. Mineral tak stabil


Merupakan mineral yang berada pada transportasi, tetapi jarang sampai
pada pengendapan.
a. Mineral yang umumnya allogenic (jarang sekali/tidak pernah authigenic)

Olivin
Piroksen
Plagioklas basa
Hornblende
Plagioklas asam
Epidot Makin stabil
Andalusit
Staurolit
Kianit
Silimanit
Magnetit
Ilmenit
Garnet
Spinel

b. Mineral yang umumnya authigenic

Gypsum
Karbonat Makin stabil
Glaukonit
Plagioklas asam
K. Feldspar

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

2. Mineral stabil
Mineral yang tetap ada mulai dari transportasi sampai dengan
pengendapan.
Lempung (clay mineral)
Kuarsa
Chert
Muskovit
Tourmalin
Zirkon
Rutile
Brookit
Anatase

IV.2. PROSES PEMBENTUKAN BATUAN SEDIMEN KLASTIK


Dalam pembentukan batuan sedimen klastik ada 2 fase proses yaitu :

1. Fase pembentukan endapan

2. Fase pembentukan batuan sedimen klastik

1. Fase pembentukan endapan


Fase ini meliputi :
Proses pelapukan
Proses erosi
Proses transportasi
Proses pengendapan

2. Fase pembentukan batuan sedimen klastik


Fase ini sedimen yang telah terendapkan akan mengalami beberapa proses
yaitu:

Sementasi, endapan tersemenkan oleh larutan kimia (karbonat, silika,


oksida besi)

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Pemadatan (compaction), memadatnya massa endapan karena


pengisian semen

Pemampatan (desication), keluarnya air dari rongga-rongga batuan

Pembatuan (litification), membatunya endapan yang telah kompak

Berdasarkan proses yang terjadi dalam pembentukan batuan sedimen maka


dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Batuan sedimen hasil proses mekanis, dengan media air, angin dan es.
Dicirikan oleh banyaknya mineral allogenik, mineralnya detritus,
bertekstur klastik, dibedakan :

berbutir kasar, misalnya: breksi, konglomerat

berbutir sedang, misalnya batupasir

berbutir halus, misalnya batulempung, batulanau

2. Batuan sedimen hasil proses kimia, banyak mengandung mineral


autogenik, komposisi material non detritus, teksturnya non klastik,
dibedakan :

sedimen evaporasi, misalnya gipsum, anhidrit, garam

sedimen karbonat, misalnya batugamping, dolomit

3. Batuan sedimen yang dihasilkan akibat aktifitas jasad kehidupan (proses


organis), misal batubara, diatome, batugamping terumbu.

Cara pengendapan :

Secara mekanis, ini menghasilkan sedimen detritus (sedimen klastik)

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Secara kimia, dengan reaksi anorganik (langsung) ataupun dengan reaksi


organik (dibantu oleh organisme)

Lingkungan pengendapan adalah direfleksikan oleh mineral mineral


dalam batuan.

Untuk menghasilkan batuan sedimen, tergantung pada:

1. Litologi batuan asal

2. Stabilitas dari mineral mineral yang ada

3. Kecepatan erosi : merupakan banyaknya materal sedimen yang


dapat diangkut / ditransport, sehingga turut menentukan
banyaknya material yang dapat/akan diendapkan.

Transport akan menghasilkan :

Sorting/pemilahan

Roundness/kebundaran, yaitu ukuran butiran menjadi


kecil/lebih kecil

Proses diagenesa :
Dapat mengubah tekstur batuan sedimen
Dapat mengakibatkan rekristalisasi

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

IV.3. KOMPONEN DASAR KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN KLASTIK


Komponen komposisi pada batuan sedimen terbagi atas:
1. Komposisi kimia
2. Komposisi mineral

Faktor yang mempengaruhi susunan komposisi batuan sedimen :

a. Besar butir

Serpih/lempung (Al2O3, K3O, FeO)

Pasir halus > SiO2

b. Tingkat maturity/kedewasaan

Keadaan batuan sedimen dibandingkan dengan batuan induknya

Tingkatan :
Super mature
Mature
Sub mature
Immature

Tingkatan tersebut dilihat berdasarkan :


Tekstur
Mineral
komposisi

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Makin tinggi tingkat maturitynya maka makin banyak mineral stabil yang
dikandungnya.

Mineral-mineral yang umum adalah sebagai berikut:

1. Mineral Utama

Mineral yang terbentuk sebagai penyusun batuan sedimen

Kuarsa
Feldspar
Mika
Lempung
Karbonat
2. Mineral ikutan/tambahan

Jumlahnya sedikit

Zirkon
Garnet
Magnetit
Tourmalin
Piroksen
Manfaat dari komposisi mineral:

Menunjukkan komposisi batuan induk

Memberi nama batuan

Mengetahui proses pembentukannya

Mengetahui lingkungan sedimentasinya (environment)

Kepentingan ekonomi

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

IV.4. TEKSTUR DAN STRUKTUR BATUAN SEDIMEN KLASTIK

a. Tekstur batuan klastik


Batuan sedimen yang terbentuknya berasal dari hancuran batuan lain,
kemudian tertranportasi dan terdeposisi, selanjutnya mengalami diagenesa,
sehingga terbentuk batuan tersebut, misalnya : batupasir.

Khusus batuan sedimen klastik untuk penelitian harus diperhatikan mengenai


ukurannya, bentuk (shape), kebundaran (roundness), tekstur permukaan,
orientasi dan komposisi mineralnya.

Shape adalah bentuk daripada butiran tersebut, dapat dibedakan menjadi 4


macam, yaitu:

Golongan I ...................................................................................

oblate/tabular
Golongan II...................................................................................

equent/equiaxial
Golongan III.................................................................................

bladed/triaxial
Golongan IV.................................................................................

prolate/rod shape
Sphericity, pengukurannya dengan cara membandingkan luas permukaan bola
yang berisi obyek yang volumenya sama dengan volume bola tersebut.

Roundness yaitu derajat kebulatan dari butiran tersebut atau bisa juga disebut
dengan keruncingan dari bola tersebut.

Bentuk dari pada sedimen sangat dipengaruhi oleh bentuk semula, struktur,
daya tahan, media transportasi, jarak transportasi dan lama tertransport.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Orientasi butir adalah susunan dari pada butiran tersebut, yang mencerminkan
proses pengendapannya.

Tekstur permukaan yaitu morfologi dari butiran akibat pengaruh media


transportasi dan proses setelah transportasi.

Maturity yaitu derajat kedewasaan diketahui dengan membandingkan


komposisi mineral pada suatu tempat dengan mineral yang terdapat pada
batuan asalnya.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Gambar IV. 1. Derajat kebundaran

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

b. Struktur batuan sedimen


Struktur batuan sedimen klastik terbagi atas :
1. Struktur Syngenetik (terjadi bersamaan dengan terjadinya sedimentasi)

a. Proses fisik

Eksternal struktur yaitu kelihatan dari luar

Misal ukuran dan bentuk dari tubuh sedimen.

Contoh : bentuk lembaran (sheet), lensa, lidah, delta dan shoestring.

Ada juga yang hubungannya berupa konkresi, interfingering dan


intertongue.

Internal struktur yang tercermin pada batuan sedimen itu tersendiri

Perlapisan dan laminasi (bedding dan lamination)

o Normal current bedding yaitu perlapisan karena arus normal,


misal: perlapisan sejajar. Berdasarkan ukurannya dibedakan
menjadi :

- laminasi, bila tebal lapisan < 1 cm

- stratum, bila tebal lapisan lebih dari 1 cm

- bed, kumpulan dari beberapa laminer dan straith

o cross bedding (perlapisan silang siur) yang terjadi akibat adanya


perubahan arah arus.

o Graded bedding (perlapisan tersusun), yang terjadi karena


adanya pemilahan ukuran butir halus ke kesar atau sebaliknya

Freature of bedding planes yaitu bentuk dari permukaan lapisan


selama proses sedimentasi.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

- Ripplemark yaitu bentuk permukaan bergelombang karena


adanya proses arus satu arah

- Mud crack yaitu bentuk retak-retak pada lapisan lumpur,


biasanya berbentuk segi lima.

- Rain drops prints yaitu bekas titik-titik air hujan pada permukaan
batuan

- Swash and riil marks yaitu jejak binatang pada permukaan lapisan

- Flute cast yaitu bentuk gerusan pada permukaan lapisan yang


bentuknya seperti seruling

- Load cast yaitu lekukan pada batas perlapisan yang diakibatkan


oleh gaya tekan dari muatan yang ada diatasnya.

Deformational structure

Yaitu terjadinya perubahan struktur batuan pada saat sedimen


terendapkan karena adanya tekanan.

o Post deposisional slump feature

Yaitu struktur luncuran yang terjadi akibat adanya desakan


yang tinggi

o Intraformationalkonglomerat

Yaitu struktur hancuran yang menyerupai konglomerat karena


adanya pergerakan pada sedimen sebelum mengalami litifikasi

b. Struktur sedimen yang terbentuk akibat proses biologi

External structure

Biostromes

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Bioherm

Keterangan menurut Cuming (1932) Bioherm adalah merupakan


panggul bukit, lensa atau yang serupa yang mempunyai penyebaran
terbatas, terdiri atas kerangka organisme yang belum tertransportasi
dan dikelilingi oleh litologi yang berbeda.

Biostromes menurut Cuming (1932) berupa struktur batugamping


yang berlapis sebagaimana shellbed , cronoid, coral bed, yang berupa
akumulasi sisa organisme yang belum tertransport dan tidak
menunjukkan pembengkaan seperti tanggul bukit atau lensa.

Biostromes menurut Lingk (1950) merupakan batugamping yang


berlapis dan terdiri dari organisme yang merambat dan membentuk
lapisan keras.

Internal structure

Misal fosil dalam batuan

2. Struktur epigenetik terjadi setelah batuan tersebut terbentuk)

a. Karena proses fisik (mekanis)

External structure

Batas antara tiap lapisan

o Batas tegas atau gradual

o Batas selaras atau tak selaras

Lipatan dan sesar

Internal structure

Clastic dike yaitu terjadi karena adanya tekanan hidrostatika yang


kuat sehingga material seperti diinjeksikan
VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

b. Karena proses kimia atau organisme

Corroion zone

Concretions

Stilolites

Cone in cone

Cristal mold and cast

Seins and dike

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

IV.5. KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN KLASTIK

Sand
cobbles Mud (clay and fine silt)

Sandy
mudstone

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Gambar IV. 2. Classification of Sandstones

Figure modified after Dolt, journal of Sedimentary Petrology, vol. 34 (1964): p. 629.
Three mineral components of sandquartz [Q), feldspar (F), and lithic grains
(L)and represented by the three apices of the triangles; points within the
triangles represent relative proportions of these three components. Percentage
of argillaceous matrix is represented by a vector extending toward [he rear of
the diagram. The term arenite is restricted to sandstones that are essentially free
of matrix material; all others are argillaceous (muddy) sandstone, or wacke.

IV.6. PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN KLASTIK

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B
Gambar IV. 3. Recent Sands as Seen in Thin Section

A. Firm beach sand, Point Reyes, California. Impregnated with plastic before collection in order
to preserve texture. Diam. 3 mm. Uncompacted sub-rounded grains very well sorted;
porosity very highabout 30%. This is a lithic sand with high feldspar content; it contains
abundant chert grains (heavily stippled), quartz (lightly stippled), feldspar (shown with
cleavage lines), and various rock fragments.
B. Sand from channel of jacalitos Creek, Coalinga, California. Impregnated with plastic before
collection in order to preserve texture. Diam. 3 mm. Uncompacted subangular grains fairly
well sorted; porosity very high; finer-grained layer at bottom. This is a lithic sand derived
from a mixed sedimentary terrane including volcanic sandstones; it contains about 40%
chips of andesite, argillite, shale, chert, and serpentine, 35% quartz, and 25% feldspar.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B

Gambar IV. 4. Uncemented Sandstones as Seen in Thin Section

A. St. Peter Sandstone (Ordovician), Beloit, Wisconsin. Diam. 2.5 mm. Very well-sorted
sandstone consisting of subrounded quartz grains, a quartz arenite. The texture is very
porous, but grains have been compacted until they are in close contact. Compare texture in
Figure 114A.
B. Temblor arkosic sandstone (Miocene), 2500 m below surface, Kettleman Hills, California.
Diam. 2.5 mm. Moderately sorted sandstone consisting of abundant subangular grains of
quartz and feldspar (with cleavage), together with fewer biotite flakes (lined) and rock
particles (heavily stippled). Texture very porous, but deep burial has caused rearrangement
and compaction of grains. Compare the texture in Figure 114B. Note deformed biotite
pinched between compacted grains.

A B C
Gambar IV. 5. Cements in Sandstones

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A. Lithic arenite (Miocene, Temblor Formation), 2500 m below surface, Kettle-man Hills,
California. Diam. 1 mm. Lithic grains, quartz, and plagioclase enclosed in and cemented by a
single barite crystal. Note uniformly oriented right-angle cleavages in barite.
B. Volcanic arenite (Miocene, Temblor formation), 1000 m below surface, Jacal-itos Field,
California. Diam. 1 mm. Cement is chlorite. A micronbrous fringe rims each grain, but in the
centers of pores the chlorite appears microgranular.
C. Arkose (Miocene, Topanga Formation), Santa Monica Mountains, California. Diam. 1 mm.
Calcile replacing plagioclase, irregular patches of uniformly oriented feldspar being enclosed
within a single calcite crystal. An adjacent quartz-feldspar grain (upper left) is not replaced.

A B C

Gambar IV. 6. Cements in Sandstones

A. Pennsylvanian sandstone, Zuni Mountains, New Mexico. Diam. 1.5 mm. Quartz and turbid
rock particles coated with ferric oxide (black), locally covered in turn by clear euhedral
overgrowths of quartz, and the whole cemented by calcite (stippled). Note trains of globular
opaque inclusions in quartz grains.
B. Cretaceous arkosic arenite, Gualala, California. Diam. 0.5 mm. Local clear euhedral
overgrowths of authigenic quartz on detrital quartz (center, lower right, and left). Quartz
overgrowths covered and remaining pores filled by the zeolite laumontite (cleavage lines but
no stippling).
C. Lithic sandstone (Miocene, Temblor Formation), Reef Ridge, California. Diam. 0.75 mm. An
incomplete cement of uniformly oriented calcite (stippled, with cleavage lines); voids fringed
with microfibrous chlorite covering both calcite and detrital grains alike; chloritic fringe
covered with opal (blank).

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C
Gambar IV. 7. Graywacke

A. Ordovician lithic graywacke (Fortune Formation), Lawrence Harbor, Newfoundland. Diam.


1.5 mm. An unsorted aggregate of angular grains of sand and coarse silt set in an abundant
argillaceous matrix. Grains are quartz (clear or lightly stippled), feldspar (chiefly plagioclase,
shown with cleavage), a few shreds of mica, and particles of phyllite, argillite, chert, and
andesite or basalt. Long dimensions of most grains lie roughly parallel to bedding plane
which is nearly normal to the section.
B. Franciscan graywacke, Mendocino County, California. Diam. 1.5 mm. Generally similar to A,
but shows less orientation of grains, slightly less matrix, and more grains of feldspar and
basalt. This specimen is typical of many Franciscan sandstones thai fall near the boundary
between lithic and feld-spathic types.
C. Precambrian feldspathic graywacke, Hurley, Wisconsin. Diam. 1.3 mm. Texturally like B,
except that the margins of the grains are corroded. Quartz grains are very abundant,
feldspar is common, and rock chips are sparse. This is a well-known chemically analyzed
graywacke (U.S. Geological Survey Bulletin, vol. 150 (1898): pp. 84-87).

A B C
Gambar IV. 8. Arkosic Sandstones

A. Arkose (Tertiary), Lake Manapouri, New Zealand. Diarn. 2.5 mm. Unsorted angular grains of
orthoclase and oligoclase (with cleavage) and of quartz (clear), accompanied by large and
VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

small unoriented flakes of biotite and a grain of sphene (upper left), all bound together by a
mortar of silty clay slightly stained with limonite. Essentially residual, resting on granitic rock
from which it was derived.
B. Arkose (Pennsylvanian, Fountain Formation), Boulder, Colorado. Diam. 2.5 mm. Poorly
sorted angular grains of quartz, turbid oligoclase, and microdine (both feldspars stippled and
showing cleavage), and accessory flakes of muscovite, all bound together by a matrix of
silty clay stained red by ferric oxides. The deposit has been transported but suggests a near-
by granitic source.
C. Torridonian arkose (Precambrian), Loch Assynt, Scotland. Diam. 2.5 mm. Poorly sorted
subangular grains of quartz (clear and very slightly stippled) and of microcline, orthoclase,
and oligoclase, firmly bonded in a matrix of micaceous clay. Feldspars are in part fresh
(shown with cleavage) and in part very turbid (stippled). A few rock fragments (schist) are
not shown.

A B C
Gambar IV. 9.Arkosic Sandstones

A. Miocene arkosic arenite, or arkose, 3000 m below surface, near Simmler, California. Diam. 2
mm. Very tightly packed angular and subangular grains: not well sorted, but free from clay.
Consolidated by compaction without cement. Plagioclase, orthoclase, and microcline (all
lightly stippled) and quartz (blank) are about equally abundant; grains ofcalcite (heavily,
stippled) and biotite are accessory. Note pinched and contorted mica.
B. Micaceous arkosic arenite, or arkose (Triassic), Portland, Connecticut. Diam. 2 mm. Fairly
well-sorted angular to subangular grains of feldspar (lightly stippled) and quartz (blank);
abundant parallel oriented flakes of muscovite and chloritized biotite, larger than other
grains, lie parallel to the bedding. The rock is lightly cemented by scattered grains of calcite
(heavily stippled and showing cleavage) and secondary quartz overgrowths (separated from
detrital quartz by dotted lines). Porosity high. A few schist particles, not shown in this field.
C. Red arkosic wacke, or arkose (Triassic), Mt. Tom, Massachusetts. Diam. 3 mm. Unsorted
angular-to-subangular grains of quartz and turbid feldspar, in a very abundant matrix of
ferruginous clay.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar IV. 10. Lithic Arenite and Lithic Graywacke

A. Calcareous lithic arenite (Miocene Modelo Formation), Santa Monica Mountains, California.
Diam. 2.5 mm. Fairly well-sorted sandstone consisting of subangular and subrounded slate
and schist fragments and smaller angular grains of quartz and feldspar (trace only)
cemented with fine-grained calcite.
B. Bragdon lithic graywacke (Mississippian), Trinity County, California. Diam. 2.5 mm. An
unsorted aggregate of angular grains set in a dark argillaceous matrix. Less matrix than in
graywackes of Figure 13-5. Grains are largely chert and devitrified rhyolites (stippled),
andesile, and slate; there are fewer angular quartz grains (clear) and a trace of plagioclase
(with cleavage). No preferred orientation of grains is visible.
C. Volcanic graywacke (Triassic), southern New Zealand. Diam. 2.5 mm. An unsorted
aggregate of angular and subangular grains in a matrix containing much microcrystalline
chlorite. Grains are chiefly fragments of andesilic or basaltic rocks; plagioclase grains (with
cleavage) are common; and quartz (clear) is subordinate.

A B C
Gambar IV. 11. Miscellaneous Lithic Sandstones

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A. Andesite arenite (Upper Miocene, Neroly Formation), Mount Diablo, California. Diam. 2.5
mm. Well-sorted, loosely packed, subangular grains of andesite rock, andesine (clear, with
cleavage), hypersthene (center and top), and hornblende (lower left and right). Each grain
enclosed in a thin fibrous rim of smectite. Hypersthene and hornblende are euhedral, but
hypersthene has been etched by intrastratal solutions after development of smectite rims.
This is an epiclastic arenite, not a tuff or a tuffaceous arenite.
B. Calcareous tuffaceous sandstone (Oligocene, Tunnel Point Formation), Coos Bay, Oregon.
Diam. 3 mm. A mixture of pyroclastic and epiclastic material deposited in a marine
environment, where it was mixed with glauconite and cemented with very fine-grained
calcite (stippled). Curved glass shards and detrital quartz and feldspar are clear; turbid
fragments of meta-andesite and phyllite, and spheroidal pellets of glauconite, are darkly
stippled.
C. Calcareous serpentine arenite (Eocene), southeastern Monterey County, California. Diam. 3
mm. Angular and subangular grains of serpentine (line pattern), together with
microcrystalline carbonate pellets (stippled), firmly cemented with finely granular calcite.
Note two unbroken foraminifers.

A B C
Gambar IV. 12. Lithic Arenites

A. Triassic sandstone, Boonton, New Jersey. Diam. 2 mm. Not well soned, but contains little or
no clay. Composed of angular and subangular grains derived from sedimentary and low-
grade metamorphic rocks. Rock fragments of shale, slate, argillite, and limestone (lower left
and right); also ragged grains of quartz and very few of feldspar.
B. Chico Sandstone (Cretaceous), near Chico, California. Diam. 1 mm. Finegrained, well-sorted
arenite consisting of subangular grains; poorly consolidated and very porous. Rock
fragments are slate and Hne schist, with a littlt-chert; quartz (clear or slightly stippled) is
abundant, and feldspar (with cleavage), both fresh and cloudy, is common; hornblende and
epidote (darkly stippled, with cleavage, in upper left and at bottom) are present in every
thin section; a bent flake ofbiotite in upper left.
C. Triassic sandstone (Keuper), Stuttgart, Germany. Diam. 1 mm. Tightly packed subangular
grains; porosity relatively low. Abundant schist and micro-granular rock particles (lined and
stippled); abundant quart/, and feldspar (lightly stippled with cleavage), both orthoclase and
plagioclase; some mica flakes. Grains of mica schist are commonly oriented parallel to
bedding and give the rock a very micaceous aspect in hand specimen.
VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

BAB V
BATUAN SEDIMEN KARBONAT

V.1. PENGERTIAN BATUAN SEDIMEN KARBONAT


Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material
karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang
tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers & Hs,
1986). Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan
yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan
lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping, menurut definisi Reijers & Hs (1986)
adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga
tidak semua batuan karbonat merupakan batugamping.

V.2. KARAKTERISTIK KOMPONEN BATUAN KARBONAT


MIKROFASIES
Menurut Tucker (1991) komponen penyusun batugamping dibedakan atas non
skeletal grain, skeletal grain, matrix, dan cement.

1). Non Skeletal Grain, terdiri dari :


a. Ooid dan Pisolid

Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang
mempunyai satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan
mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat atau butiran
kuarsa. Ooid memliki ukuran butir < 2 mm dan apabila memiliki ukuran >
2 mm disebut pisoid.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

b. Peloid

Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau


meruncing yang tersusun oleh micrite dan tanpa struktur internal.
Ukuran dari peloid antara 0,1 0,5 mm.

c. Pellet

Pellet merupakan partikel berukuran < 1mm berbentuk spheris atau elips
dengan komposisi CaCO3. Secara genetis pellet merupakan kotoran dari
organisme.

d. Agregat dan Intraklas


VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat


yang tersemen bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung
akibat material organik. Sedangkan intraklas ialah fragmen dari sedimen
yang sudah terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang terjadi akibat
pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut/tidal flat.

2). Skeletal Grain.................................................................................................


Merupakan butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari
seluruh mikrofosil, butiran fosil ataupun pecahan dari fosil-fosil makro.
Cangkang ini merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam
batugamping.

3). Lumpur Karbonat dan Micrite.


Micrite adalah matriks yang biasanya berwarna gelap. Pada batugamping
hadir sebagai butir yang sangat halus. Micrite memilliki ukuran butir kurang
dari 4 um. Micrite dapat mengalamai alterasi dan dapat tergantikan oleh
mosaik mikrospar yang kasar.

4). Semen
Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan
mengisi rongga pori yang terendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen
dapat berupa kalsit, silika, sulfat atau oksida besi.

V.3. KLASIFIKASI BATUAN KARBONAT


Dalam praktikum ini digunakan 4 macam klasifikasi yaitu klasifikasi untuk
batugamping yaitu klasifikasi Dunham (1962) yang kemudian dikembangkan
menjadi klasifikasi Embry & Klovan (1971), klasifikasi Folk (1959) dan
klasifikasi untuk batuan campuran silisiklastik-karbonat yaitu Klasifikasi Mount
(1985).

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

a. Klasifikasi Dunham (1962) dan Embry & Klovan (1971).........................


Klasifikasi Dunham (1962) didasarkan pada tekstur deposisi dari
batugamping. Karena menurut Dunham, dalam sayatan tipis, tekstur
deposisional merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur
deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).

Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah
fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud supported diinterpretasikan
terbentuk pada energi rendah karena Dunham beranggapan lumpur
karbonat hanya terbentuk pada lingkungan yang berarus tenang. Sebaliknya
Dunham berpendapat bahwa batuan dengan fabrik grain supported terbentuk
pada energi gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat
mengendap.

Batugamping dengan kandungan beberapa butir (< 10 %) di dalam matrikss


lumpur karbonat disebut mudstone, dan bila mudstone tersebut mengandung
butiran tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya bila
antar butirannya saling bersinggungan disebut packstone atau grainstone;
packstone mempunyai tekstur grain-supported dan biasanya memiliki matriks
mud. Dunham memakai istilah boundstone untuk batugamping dengan
fabrik yang mengindikasikan asal-usul komponen-komponennya yang
direkatkan bersama selama proses deposisi (misalnya : pengendapan
lingkungan terumbu). Dalam hal ini boundstone ekuivalen dengan istilah
biolithite dari Folk.

Klasifikasi Dunham (1962) memiliki kemudahan dan kesulitan.


Kemudahannya adalah tidak perlunya menentukan jenis butiran dengan
detail karena tidak menentukan dasar nama batuan. Kesulitan adalah di
dalam sayatan petrografi, fabrik yang menjadi dasar klasifikasi kadang tidak
selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan
VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

dua dimensi, oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk tiga
dimensi batuannya agar tidak salah dalam penafsirannya.

Embry dan Klovan (1971) mengembangkan klasifikasi Dunham (1962)


dengan membagi batugamping menjadi dua kelompok besar yaitu
autochtonous limestone dan allochtonous limestone berupa batugamping yang
komponen-komponen penyusunnya tidak terikat secara organis selama
proses deposisi.

Pembagian allochtonous dan autochtonous limestone oleh Embry dan Klovan


(1971) telah dilakukan oleh Dunham (1962) hanya saja tidak terperinci.
Dunham hanya memakainya sebagai dasar penglasifikasiannya saja antara
batugamping yang tidak terikat (packstone, mudstone, wackestone, grainstone)
dan terikat (boundstone) ditegaskan. Sedangkan Embry dan Klovan (1971)
membagi lagi boundstone menjadi tiga kelompok yaitu framestone,
bindstone,dan bafflestone, berdasarkan atas komponen utama terumbu yang
berfungsi sebagai perangkap sedimen. Selain itu juga ditambahkan nama
kelompok batuan yang mengandung komponen berukuran lebih besar dari
2 cm > 10 %. Nama yang mereka berikan adalah rudstone untuk component-
supported dan floatstone untuk matrix supported. Klasifikasi Embry & Klovan
(1971) dapat dilihat pada Gambar V.1.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tabel V. 1. Klasifikasi Embry & Klovan (Reijers & Hs, 1986)

Kelebihan yang lain dari klasifikasi Dunham (1962) adalah dapat dipakai
untuk menentukan tingkat diagenesis karena apabila sparit dideskripsi
maka hal ini bertujuan untuk menentukan tingkat diagenesis.

Tabel V. 2. Klasifikasi Dunham (1962)


b. Klasifikasi Folk (1959)
Dasar klasifikasi Folk (1959) yang dipakai dalam membuat klasifikasi ini
adalah bahwa proses pengendapan pada batuan karbonat sebanding dengan
batupasir, begitu juga dengan komponen-komponen penyusun batuannya,
yaitu :

a. Allochem

Analog dengan pasir atau gravel pada batupasir. Ada empat macam
allochem yang umum dijumpai yaitu intraklas, oolit, fosil dan pellet

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

b. Microcrystalline calcite ooze

Analog dengan matrik pada batupasir. Disebut juga micrite (mikrit) yang
tersusun oleh butiran berukuran 1- 4 m.

c. Sparry calcite (sparit)

Analog sebagai semen. Pada umumnya dibedakan dengan mikrit karena


kenampakannya yang sangat jernih. Merupakan pengisi rongga antar
pori.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tabel V. 3. Klasifikasi Folk (1959)

c. Klasifikasi Mount (1985)


Klasifikasi Mount (1985) merupakan klasifikasi deskriptif. Menurutnya
sedimen campuran memiliki empat komponen :

(1) Silisiclastic sand (kuarsa, feldspar yang berukuran pasir),

(2) Mud campuran silt dan clay),

(3) Allochem butiran karbonat seperti pelloid, ooid, bioklas, dan


intraklas yang berukuran >20 m), dan lumpur karbonat atau mikrit
(berukuran <20 m).

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Komponen-komponen tersebut suatu tetrahedral yang memiliki pembagian


delapan kelas umum dari sedimen campuran. Nama-nama tiap kelas
menggambarkan baik tipe butir dominan maupun komponen antitetik
yang melimpah sebagai contoh : batuan yang mengandung material
silisiklastik >50 % berukuran pasir dengan sedikit allochem maka disebut
allochemical sandstone. Diagram klasifikasi Mount (1985) dapat dilihat pada
Gambar V. 3.

SILISICLASTIC > SAND > ALLOCHEMS >


NAME
CARBONATE ? MUD ? MICRITE ?
yes allochemical sandstone
yes
no micrite sandstone
yes
yes allochemical mudrock
no
no micrite mudrock

yes sandy allochem limestone


yes
no sandy micrite
no
yes muddy allochem limestone
no
no muddy micrite

Tabel V. 4. Klasifikasi Mount untuk penamaan batuan campuran silisiklastik-


karbonat (Mount,1985)

V.4. TIPE-TIPE POROSITAS/PERMEABILITAS

Ada beberapa ahli geologi yang mencoba memberikan klasifikasi mengenai


tipe-tipe porositas tersebut. Salah satu di antaranya adalah Choquette & Pray
(1970) dalam Reeckmann & Sanders (1981). Klasifikasi ini mencoba
menghubungkan ukuran pori, bentuk dengan kemas dari batuan tersebut.
Adapun klasifikasi dari Choquette & Pray (1970) adalah sebagai berikut :

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

1. Porositas pada batuan karbonat, sepenuhnya dikontrol oleh kemas


batuan yang disebut sebagai fabric selective dan dibagi menjadi:

a. Interparticle :

Bisa termasuk dalam porositas primer yaitu merupakan pori pori yang
terdapat di antara partikel atau intergranular, dan biasanya tidak
mengalami sementasi. Porositas ini bervariasi tergantung pada sortasi,
kemas, dan ukuran butiran.

b. Intraparticle :

Poripori yang terdapat di dalam butiran, bisa terbentuk sebagai


porositas primer atau bisa terbentuk pada awal diagenesis, oleh proses
yang dikenal sebagai maceration, dimana material organik yang ada,
dibusukkan di antara skeletal. Jenis porositas ini juga bisa disebabkan
oleh proses perpindahan dari interior butiran yang tidak terlalu
mengalami kalsitifikasi. Melalui proses ini tertinggal bagian cortex-nya
saja.

c. Intercrystalline :

Merupakan poripori yang terdapat diantara kristalkristal yang relatif


sama ukurannya, yang tumbuh karena adanya proses rekristalisasi atau
dolomitisasi. .

d. Mouldic :

Suatu rongga yang terbentuk karena proses pelarutan fragmen dalam


batuan. Porositas ini termasuk porositas sekunder dan termasuk dalam
fabric selective. Untuk membentuk tipe porositas ini, dibutuhkan
perbedaan tingkat kelarutan antara butiran dan struktur yang ada.
Terbentuk dalam batuan monomineralik berhubungan dengan

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

perbedaan kristalinitas, ukuran kristal, inklusi organik, porositas primer


dan lain-lain.

e. Fenestral :

Merupakan variasi dari interparticle porosity yang terbentuk pada


lingkungan yang khusus, seperti supratidal levee. Terbentuk sebagai
akibat hilangnya beberapa butir pembentuk batuan sehingga terbentuk
ronggarongga yang besar.

f. Shelter :

Merupakan variasi dari interparticle porosity, dimana adanya butiran


yang berbentuk lempeng, menjadi semacam payung bagi area di
bawahnya, untuk melindungi dari pengisian sedimen yang mengendap.

g. Growth framework :

Pertumbuhan kerangka seperti kerangka koral, yang mengakibatkan


rongga yang diisi oleh koral, menjadi terbuka.

2. Porositas batuan karbonat tersebut tidak dipengaruhi atau dikontrol oleh


kemas (fabric) batuan, disebut sebagai not fabric selective, yaitu
porositas:

a. Fracture :

Rongga yang berbentuk rekahan, yang terbentuk akibat adanya tekanan


luar, dan biasanya terjadi setelah pengendapan, serta berasosiasi dengan
proses perlipatan, pensesaran ataupun salt doming. Terjadi pada batuan
karbonat yang relatif brittle, biasanya homogen, seperti kapur dan
dolomit.

b. Channel :

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Saluran antar rongga yang terbentuk akibat pelarutan.

c. Vug :

Lubang yang terbentuk sebagai akibat proses pelarutan, seperti


gerowong.

d. Cavern :

Pelarutan lubang yang bisa membesar, sehingga dapat dimasuki


manusia.

Tabel V. 5.

3. Porositas batuan karbonat yang dapat bersifat sebagai keduaduanya,


disebut sebagai fabric selective or not. Tipe porositas ini antara lain :

Breccia :

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Terbentuk karena adanya proses retakan yang menyebabkan batuan


hancur menjadi bongkah-bongkah kecil dan terbentuklah pori-pori yang
berada di antaranya.

Boring :

Pori-pori yang terbentuk karena adanya aktivitas pemboran oleh


organisme.

Burrow :

Porositas yang terbentuk karena penggalian organisme.

Shrinkage :

Penciutan, dimana sedimen yang telah diendapkan, menjadi kering dan


menciut, sehingga terjadi rekahan-rekahan yang dapat menimbulkan
pori.

V.5. DIAGENESA BATUAN KARBONAT


a. Lingkungan Diagenesis

Diagenesis di bawah air laut : laut dangkal, bagian laut dalam

Meteoric diagenesisfreshwater diagenesis : diatas muka air tanah, di bawah


muka air tanah

b. Lingkup dan proses diagenesis

Lingkup diagenesis : pengisian pori, lithifikasi, neomorphisme dan


pelarutan

Proses diagenesis

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

1. Pengisian pori dengan mikrit/lumpur karbonat

2. Mikritisasi oleh ganggang

3. Pelarutan

4. Sementasi

5. Polimorfisme

6. Rekristaliasi

7. Pengubahan/penggantian

8. Dolomitisasi

9. Slisifikasi

Sementasi : proses perekatan antar butir batuan akibat adanya proses


pelarutan dan pembatuan

V.6. TEKSTUR BATUAN SEDIMEN KARBONAT


Pada umumnya batuan terdiri dari mineral mineral authigenic. Batuan
memperlihatkan gejala diagenesa pada tekanan (P) dan temperatur (T) tertentu,
maka porositas batuan menjadi sangat rendah atau hilang.

Batuan karbonat dicirikan oleh porositas yang rendah dan ditandai oleh tekstur
mozaic. Contoh : batugamping

Terdiri dari kristal kristal kalsit dan tidak memperlihatkan porositas /


porositas rendah. Butiran butiran kalsit dapat berupa polygon polygon atau
bergerigi. Butiran kalsit yang bergerigi menunjukkan adanya rekristalisasi yang
terjadi pada saat diagenesa. Sebelum rekristalisasi, ada pori sehingga menjadi
ada porositas. Pada non klastik kadang - kadang ada butiran butiran yang
amorf :
VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

o Kalsedon
Sebagai semen
o Opal

Ciri yang penting pada batuan karbonat, butiran butiran yang mula mula
halus, pada diagenesa akan menjadi bertambah besar.

Ada 3 unsur tekstur :

Butiran (grain)

Butiran klastik (yang tertransport), disebut sebagai fragmen

Massa dasar (matrix)

Lebih halus dari butiran/fragmen, diendapkan bersama-sama dengan


fragmen

Semen (cement)

Berukuran halus, merekat butiran/fragmen dan matriks : diendapkan


kemudian (setelah fragmen dan massa dasar)

Sorting/pemilahan

Sorting baik

Besar butir merata (matriks hanya sedikit/tidak ada)

Sorting buruk

Besar butir tak merata dan matriks cukup banyak

Rounding/kebundaran

Merupakan sifat permukaan dari pada butiran

Disebabkan oleh pengaruh transport terhadap butiran yang akibatnya


menjadi butiran membundar

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Terbagi atas :

- Angular (menyudut)

- Sub angular (menyudut tanggung)

- Sub rounded (membulat tanggung)

- Rounded (bulat)

- Well rounded (sangat bulat)

V.7. FAMILI BATUGAMPING


Ada tiga tipe famili batugamping, yaitu:

1. Sparry allochemical rocks/mud-free allochems

Batugamping tipe ini merupakan batugamping yang tersaring dan identik


dengan konglomerat dan batupasir yang well rounded dan pada umumnya
terbentuk pada kondisi pengendapan yang dipengaruhi oleh arus yang
mempunyai tenaga yang penuh. Daerah pengendapanseperti itu misalnya
daerah pantai, bar ataupun daerah submarin yang dangkal.

Tapi biarpun demikian dapat juga sparry allochemical rocks terbentuk pada
lingkungan dengan arus yang lebih lemah.

2. Microcrystalline allochemical rocks

Batugamping tipe ini identik dengan batupasir lempungan ataupun


konglomerat dan terbentuk pada lingkungan pengendapan yang dipengaruhi
oleh arus yang tidak begitu kuat dan begitu cepat.

3. Microcrystalline rocks

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Batugamping tipe ini identik dengan batulempung dan terbentuk pada


lingkungan yang tidak dipengaruhi oleh arus yang kuat.

Daerah pengendapannya pada laut amat dangkal, dengan laguna yang


terlindunglereng yang landai dan terendam serta mempunyai tingkat
kedalaman yang sedang. Disamping pada daerah-daerah tersebut diatas
Microcrystalline rocks dapat juga terbentuk di dalam daerah lepas pantai yang
lebih dalam dari daerah-daerah diatas.

Dari semua partikel alkimia, intraklast adalah paling penting karena


terbentuk di air dangkal, dibawah garis gelombang, atau mencirikan
kemungkinan adanya pengangkatan tektonik.

Akan tetapi tidaklah dapat dipungkiri bahwa satuhal dapat terjadi diantara
banyak kemungkinan yang merupakan suatu kelainan. Kelainan-kelainan
tersebut misalnya, mikrit dapat terbentuk di dalam zone energi yang tinggi
jika lumpur karbonat tersebut terperangkap oleh algae yang kotor (penuh
lumpur) dan diangkut dengan keras oleh gelombang.

Sedangkan sparit mungkin saja terjadi pada suatu lingkungan air yang
tenang apabila disitu terjadi suatu akumulasi fragmen-fragmen fossil, dan zat
kimia yang terdapat pada lingkungan tersebut tidak bercampur dengan
lumpur karbonat. Sparit tersebut dapat terbentuk oleh pretipitasi kimiawi
ataupun oleh peristiwa abrasi dalam lingkungan yang tenang tersebut.

Mikrit atau diamikrit adalah analog dengan lempung/serpih yang terbentuk


di tengah-tengah dari sebagian besar laguna ataupun terentuk di dalam air
laut lepas pantai.

Batuan yang tersaring dari lumpur karbonat ataupun tersaring dari alokimia
merupakan transisi biomikrit ke biosparit dan identik dengan immature
sandstone.
VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Batuan tersebut dapat terbentuk apabila gelombang atau arus tidak begitu
kuat. Bila kegiatan arus tersebut berlangsung dengan sporadis maka semua
mikrit tidak akan dapat dikikis ataupun diangkut.

Biosparite, intrasparite dan sebagainya adalah identik dengan super mature


sandstone.

Satu hal yang dipandang penting di dalam pembagian lingkungan


pengendapan batugamping adalah adanya matriks lumpur gampingan dan
semen sparry calsite yang diakibatkan oleh adanya pembagian antara kegiatan
gelombang dan arus. Arus turbulen akan mempercepat proses pencucian
lumpur gampingan dan lumpur gampingan tersebut kemudian bercampur
satu sama lain hingga menjadi suatu suspensi lumpur karbonat. Suspensi
lumpur karbonat tersebut kemudian diangkut ke dalam zone energi rendah.

Proses tersebut merupakan garis pemisah antara tingkat mature dan sub
mature dalam batupasir dan antara mikrit dan sparit dalam klasifikasi
pertama Folk (1959).

Derajat sortasi/pemilahan

Derajat sortasi untuk pertama kalinya ditulis oleh Dunham, R.J. dan seperti
halnya dalam batupasir derajat sortasi dalam batugamping merupakan fungsi
dari mean grain size.

Sebagai contoh, bila semua material alokimia terdiri dari fossil, sehingga hanya
mempuyai satu sifat saja, maka sortasinya akan bagus. Derajat sortasi tersebut
tetap bagus walaupun pengaruh arus kuat, karena ukuran dari binatang-
binatang tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain dalam arti kata
lain mempunyai ukuran yang mendekati seragam.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Penyaringan, pemilahan dan pembundaran dalam karbonat

Penyaringan dari matriks lumpur karbonat terjadi pada tingkat energi yang
rendah karena lumpur karbonat mempunyai diameter yang begitu sangat
halusnya dan mempunyai sifat mudah diangkut atau dipindahkan ke tempat
lain. Batuan yang yang di dalam proses pembentukkannya tidak mengalami
penyaringan (winnowing) akan tercirikan oleh melimpahnya kandungan lumpur
karbonat (seperti biomikrit), pada umumnya mempunyai indikasi diendapkan
pada lingkungan dengan energi yang rendah.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C
Gambar V. 1. Allochemical Limestones

a. Foraminiferal biomicrite (Eocene), Italy. Diam. 3 mm. Abundant foraminifers in a matrix of


microcrystalline calcite (stippled). Orbitoids predominate, but a variety of other forms is
included.
b. Gastropod biomicrite (Miocene), Ulm, Germany. Diam. 3 mm. Fresh-water limestone
containing abundant whole and broken Planorbis shells. Matrixes turbid microcrystalline
calcite (dark stippling) containing patches of clear coarser calcite. Larger shells were partly
filled with carbonate mud at the time of deposition. Voids remaining within shells, and also
cavities under shell fragments, were later filled with coarser spar as a result of authigenic
precipitation. The filling within several shells is an example of geopetal structure; contact
between microcrystalline calcite and sparry calcite within shells is the bedding surface and is
shown right side up.
c. Trilobite sparite (Silurian), Asker, Norway. Diam. 3 mm. Very abundant carapaces of the
trilobite Olenus enclosed in sparry calcite cement in which crudely columnar crystals stand
approximately normal to the shell surfaces.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C
Gambar V. 2. Allochemical Limestones

A. Biomicrite, Twin Creek Limestone (Jurassic), near Jackson, Wyoming. Diarn. 2.7 mm. Poorly
sorted, ragged organic fragments enclosed in a matrix of calcite mud (stippled). Most larger
fragments are fibrous calcite and may be bits of brachiopod or of certain molluscan shells;
two coarse calcite fragments are bits of echinoids. Ragged, disoriented character of the
organic fragments suggests bioturbation.
B. Crinoidal limestone, Trenton Limestone (Ordovician). Trenton Falls, New York. Diam. 3 mm.
Medium-grained limestone composed of tightly interlocking crinoid fragments. Pressure
solution along grain boundaries has produced microstylolites between the grains. One
phosphate shell fragment in lower part of diagram. '
C. Cephalopod biomicrite (Silurian), Chuohle, Bohemia. Diam. 4 mm. Casts of the nautiloid
cephalopod Orthoceras (circular cross-sections) composed of medium-grained sparry calcite
are embedded in a matrix of microcrystalline calcite and small shell fragments. Absence of
any trace of shell in the large casts suggests that the original shells were removed by
solution and the resulting molds later filled with calcite spar,

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C
Gambar V. 3. Oolitic Limestones

A. Pleistocene ooids. Great Salt Lake, Utah. Diam. 3 mm. Ooids consist of sub-angular detrital
quartz grains enclosed by aragonite having both concentric and radial fibrous structure.
Incipient cement.
B. Oomicrite, Volksen, Deister Mountains, Germany. Diam. 3 mrp. Loosely packed ooids consist
of nuclei encased by microcrystalline calcite (dark stippling); nuclei are shell fragments,
some of which have been recrystallized to calcite mosaics. Ooids occur in a micrite matrix
that has been partially recrystallized; note patches of neomorphic microspar and fine-
grained spar. The allochems are called ooids, because nuclei are visible and also because
vague relics of concentric structure are visible in some (not illustrated); they have probably
been micritized.
C. Composite ooids (Pleistocene), Pyramid Lake, Nevada. Diam. 6 mm. Large ooids consisting
of microcrystalline (stippled) and radial fibrous (clear) concentric layers. Nuclei are
fragments of broken ooids, clusters of tiny ooids (right and center), and bits of granular
carbonate (lower right). Incipient cementation as in A.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar V. 4. Oolitic Limestones

A. Oolitic biosparite (Jurassic), Bath, England. Diam. 2.5 mm. Radial fibrous calcite ooids
(upper right), microgranular calcite pellets (heavily stippled, at bottom), and abraded shell
fragments, all cemented with fine-grained calcite. Cement fabric consists of bladed calcite
crystals rimming each carbonate fragment, with coarse calcite crystals (lightly stippled, near
bottom) occupying the centers of original pores. Some shell fragments are original fibrous
calcite; some are abraded single crystals, probably from echinoids (right and left); some are
recrystallized granular calcite and were probably aragonite originally. Micrite envelopes on
most allochems.
B. Recent ooids, coast of southern Florida. Diam. 2.5 mm. Dark microcrystalline ooids having
distinct concentric structure. Nuclei are microcrystalline pellets; concentric carbonate is
aragonite. Partly cemented with fine-grained calcite, which probably formed in the vadose
environment. Remaining pores are blank.
C. Oosparite, St. Louis Limestone (Mississippian), Bowling Green, Kentucky. Diam. 2.5 mm.
Ooids consisting of radial fibrous calcite, but with distinct concentric banding, tightly packed
and firmly cemented by fine-grained clear calcite. Nuclei in ooids are mostly microcrystalline
calcite pellets, but a few appear organic (right edge and lower right). Compare the looser
packing in B.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar V. 5..Dolomitized Limestones

A. Dolomitized Devonian coral. Bear River Range, northern Utah. Diam. 8 mm. Limestone
matrix and septa of coral replaced by very fine-grained dolomite; coarser dolomite has filled
in between septa in coral; dolomite euhedra near the center are enclosed in a single large
calcite crystal.
B. Dolomitized crinoidal limestone (Silurian), Niagara River, \New York. Diam. 6 mm. Coarse
calcite crystals (stippled) are remnants of crinoid plates and stem segments enclosed and
marginally replaced by a fine-grained mosaic of subhedral dolomite crystals.
C. Dolomitized Devonian coral {Cyathophyllum}, Eifel, Germany. Diam. 3 mm. Coral structure
cut longitudinally. Septa consist of cross-oriented prismatic dolomite; dolomite mosaic
between septa is composed of interlocking larger anhedral grains, generally elongated
parallel to septa.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar V. 6. Dolomites

A. Lone Mountain Dolomite (Silurian), 3000 m below surface, near Eureka, Nevada. Diam. 2.5
mm. Mosaic of dolomite anhedra, not visibly different from some recrystallized calcite
mosaics.
B. Glauconitic Bonneterre Dolomite (Cambrian), near St. Louis, Missouri. Diam. 2.5 mm.
Inequigranular dolomite mosaic, with patches of microcrystalline glauconite between
dolomite grains. Local ferric oxide (black), Compare pellet form of glauconite (stippled) in C.
Relict ovoid in large dolomite grain at right may be organic. The rock contains some detrital
quartz grains (not shown in this field) and is perhaps a dolomitized glauconitic calcarenite.
C. Sandy glauconitic dolomite (Cambrian, Sawatch Formation), Ute Pass, El 1'aso County,
Colorado. Subrounded quartz grains and glauconite pellets Healing in a dolomite mosaic;
probably a dolomitized calcarenite. Compare the non-porous mosaic of anhedral dolomite
grains at the bottom with porous aggregate of dolomite rhombs in upper part of figure.
Local ferric oxide stain (black).

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar V. 7. Cherts

A. Cherty portion of Madison Limestone (Mississippian), Bear River Range, northern Utah.
Diam. 2.5 mm. Dolomite rhombohedra and detrital quartz sporadic grains (blank and
irregular) set in a matrix of microcrystalline quartz. Chert bands like that in center parallel
the bedding and alternate with others, like that at bottom, composed almost entirely of
dolomite. Opaque lamina in dolomite is probably organic material. Secondary veinlet of
chalcedony.
B. Foraminiferal chert (Upper Miocene, McLure Formation), Reef Ridge, California. Diam. 2
mm. In lower half, well-preserved calcite tests, infilled partly with coarse calcite (two
cleavages) and partly with chalcedony (blank), are set in a matrix of opal (stippled). In
upper half, matrix is clear chalcedony (blank), and calcite tests (without distinct outlines)
have been largely replaced by chalcedony.
C. Chert in Helderberg Limestone (Devonian), Genesee County, New York. Diam. 2.5 mm. An
irregular patch of uniformly oriented calcite (dark stippling plus cleavage) is enclosed and
seemingly replaced by microcrystalline quartz (light stippling). Dolomite euhedra, some of
which are zoned, are scattered through both chert and calcite.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar V. 8. Ironstones

A. Frodingham Ironstone (Lias), Scunthrope, Lincolnshire, England. Diam. 2 mm. Ovoid


limonite ooids in a shelly limestone. Ooids are brown, concentrically banded, and translucent
in thin section. The matrix is finely granular calcite, containing a variety of abraded shell
fragments, some of which are granular and some fibrous. Cavities in three shell fragments
(center and lower part) are filled with green chamosite (stippled).
B. Northampton Sand Ironstone (Lias), Corby, Northamptonshire, England. Diam. 2 mm.
Sideritic limestone containing numerous chamosite ooids (stippled lightly) and also shell
fragments and grains of detrital quartz (blank). One ooid has quartz nucleus. An abraded
phosphate shell fragment (stippled) in lower center, two fibrous shell fragments marginally
replaced by siderite.
C. Northampton Sand Ironstone (Lias), Irthlingborough, Northamptonshire, England. Diam. 2
mm. Chamosite ooids in a matrix of chamosite mud. Both matrix and ooids partly replaced
by patches of granular siderite.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

BAB VI
BATUAN METAMORF

VI.1. PENGERTIAN BATUAN METAMORF


Metamorfosa adalah suatu proses pengubahan batuan akibat perubahan P
(tekanan), T (temperatur) atau kedua-duanya.

Proses metamorfosa merupakan proses isokimia yang tidak terjadi penambahan


unsur-unsur kimia. Temperatur yang dibutuhkan berkisar antara 200 0 C -
8000C. Proses metamorfosa berjalan tanpa melalui fase cair.

Akibat metamorfosa adalah batuan keluar dari kondisi kesetimbangan lama dan
memasuki kondisi kesetimbangan yang baru.

Perubahan yang terjadi pada tekstur dan assosiasi mineral, sedangkan yang
tetap komposisi kimia, fase padat (tanpa melalui fase cair).

Berdasarkan perubahan P dan T, dikelompokan atas:

a. Progresive metamorfosa, merupakan perubahan dari P dan T rendah ke P


dan T tinggi.

b. Retrogresive metamorfosa, merupakan perubahan dari P dan T tinggi ke P


dan T rendah.

Kondisi fisik yang mengontrol metamorfosa/mempengaruhi rekristalisasi dan


tekstur.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A. Tekanan

Tekanan hidrostatik

Tekanan searah (stress)

Kelompok mineral yang dikenal, yaitu :

o Stress mineral yaitu mineral-mineral yang tahan terhadap


tekanan.

Contoh: Staurolit, kianit

o Anti stress mineral yaitu mineral-mineral yang jarang dijumpai


pada batuan yang mengalami stress.

Contoh: olivin, andalusit.

B. Temperatur
Pada umumnya perubahan temperatur jauh lebih efektif dari pada
perubahan tekanan dalam hal pengaruhnya bagi perubahan mineralogi.

Katalisator berfungsi mempercepat reaksi, terutama pada metamorfosa


bertemperatur rendah.

Hal-hal yang mempercepat reaksi :

a. Adanya larutan-larutan kimia yang berjalan antar ruang butiran.

b. Deformasi batuan, yaitu batuan yang pecah-pecah menjadi fragmen-


fragmen kecil sehingga memudahkan kontak antara larutan kimia
dengan fragmen-fragmen.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

C. Komposisi
Type metamorfosa

a. Metamorfosa termal :

Disebut juga metamorfosa dinamo atau metamorfosa kontak

Terjadi akibat perubahan temperatur (kenaikan temperatur)

Biasa dijumpai disekitar intrusi/batuan plutonik

b. Metamorfosa regional

Terjadi akibat perubahan (kenaikan) P dan T bersama-sama

Meliputi daerah yang luas, misalnya pada geosinklin yang


mengalami sedimentasi kemudian terlipat

Tekanan yang berpengaruh adalah P hidrostatis & P stress

c. Metamorfosa kataklastik

Disebut juga metamorfosa kinematik atau metamorfosa dislokasi

Adanya penghancuran batuan oleh sesar dsb, kemudian diikuti


dengan rekristalisasi .. (kenaikan P stress)

Struktur-struktur pada metamorfosa kataklastik :


struktur kataklastik :
Apabila penghancuran tidak begitu kuat (butiran masih kasar)
struktur milonitik :
Apabila penghancuran cukup kuat (butiran sedang)
struktur filonitik :
Apabila penghancuran kuat sekali (butiran halus sekali)

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

VI.2. TEKSTUR DAN STRUKTUR

1. Sifat pertumbuhan kristal


Rekristalisai terjadi dalam keadaan padat, maka setiap kristal yang
tumbuh harus mempunyai daya desak/daya tumbuh yang tinggi

Tekstur sangat khas disebabkan oleh P dan T tinggi

Setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa disebut tekstur


kristaloblastik

Dpl adalah tekstur dari kristal-kristal yang dihasilkan oleh proses


metamorfosa

Tekstur sisa (yang terbentuk sebelum metamorfosa) diberi awalan


blasto, contoh: Blastoporfiritik

2. Urutan kristalisasi (Crystaloblastic series)


Mineral yang tersusun menurut kemampuan mendesak dari mineral
terhadap mineral di sekitarnya

Jika kuat cenderung untuk tumbuh sempurna (euhedral)

Golongan 1 rutile titanit magnetit


Golongan 2 turmalin kyanit sataurolit garnet
Golongan epidot zolsit forsierit
Golongan 4 piroksin ampibol wollastonit
Golongan 5 mika klorit talk
Golongan 6 kalsit dolomit
Golongan 7 kordierit skapelit feldspar
Golongan 8 kuarsa
Kuarsa umumnya dijumpai dalam bentuk anhedral

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

3. Bentuk individul kristal


Idioblast mineral berbentuk euhedral

Hypidioblast/xenoblastikmineral berbentuk enhedral

4. Tekstur
Lepidoblastikterdiri dari mineral-mineral tabular

Nematoblastikterdiri dari mineral-mineral prismatik

Granoblastik terdiri dari mineral - mineral yang


equidimensional (granular) dengan batas-batas
yang satured (tak teratur). Mineral-mineral
mempunyai bentuk anhedral

Granuloblastik terdiri dari mineral - mineral yang


equidimensional (granular) dengan batas-batas
yang unsatured (lebih teratur). Mineral-mineral
mempunyai bentuk anhedral

Homeoblastik apabila batuan terdiri dari satu tekstur

Contoh: Lebidoblastik saja ataupun Nematoblastik saja

Heteroblastik apabila batuan terdiri atas lebih dari satu


tekstur

Contoh: Lebidoblastik dan Granoblastik

Ada beberapa mineral yang ditemukan dengan ukuran yang lebih besar dari
pada yang lain, dikenal sebagai tekstur porfiroblastik. Mineral-mineral
tersebut ditemukan pada deret atas dari urutan rekristalisasi (Crystalloblastic
series).
VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Mineral-mineral tersebut adalah :

Garnet
Kyanit
Andalusit
Kordierit
Staurolit
Tekstur relict merupakan tekstur sisa yang dapat menunjukkan batuan
asal sebelum mengalami proses metamorfose

Contohnya :

Blastoporfiritikbatuan asal bertekstur porfiritik

Blastofitikbatuan asal bertekstur ofitik

Tekstur lain yang biasa dijumpai


Granoblastik polygonal
Decussate
Sama dengan granoblastik polygonal, hanya bentuk
individu kristal lebih euhedral dan rapat sekali
Web tekstur
Khas untuk metamorfose thermal
Mortar tekstur
Merupakan hasil crushing/pemecahan sehingga hancur
Sacaroidal
Seperti gula pasir

5. Struktur batuan metamorf


Secara umum struktur batuan metamorf terdiri atas foliasi dan non foliasi.

a. Foliasi (schistosity)

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Merupakan struktur paralel yang ditimbulkan oleh mineral-mineral


pipih sebagai akibat proses metamorfosa.

Foliasi ini meskipun tak sempurna, dapat diperlihatkan oleh mineral-


mineral prismatik yang menunjukan orientasi tertentu.

Mineral pipih ..................................................................................


biotit

Mineral prismatik............................................................................
hornblende, piroksen

b. Non foliasi

Merupakan struktur yang dibentuk oleh mineral yang equidimensional


sehingga terdiri atas butiran butiran (granular), dapat dijumpai pada
batuan hornfels.

Foliasi dihasilkan oleh metamorfosa regional dan metamorfosa


kataklastik

Non foliasi dihasilkan metamorfosa termal.......................................

Struktur struktur yang biasa dikenal:

1. Slaty cleavage
Merupakan struktur foliasi planar yang
dijumpai sebagai bidang-bidang belah pada
batu sabak

2. Granulose/hornfelsic
Tidak menunjukkan cleavage

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Merupakan mozaic yang terdiri dari mineral-


mineral yang equidimensional
Merupakan hasil dari metamorfosa termal
3. Filitik
Terlihat rekristalisasi yang lebih kasar dari
pada slaty cleavage
Batuan mempunyai kilap yang lebih
mengkilap daripada batu sabak
Sudah mulai terjadi pemisahan mineral
pipih dengan mineral granular, tetapi masih
belum jelas/belum sempurna
Gejala segregation / pemisahan tersebut
disebut juga diferensiasi metamorfosa
4. Schistose
Struktur akibat perulangan dari mineral
pipih dengan mineral
equigranular/equidimensional
Mineral pipih orientasinya tidak terputus-
putus (menerus)
Disebut juga close schistosity
5. Gneissose
Struktur akibat perulangan mineral pipih
dengan mineral equidimensional atau
granular
Orientasi mineral pipih terputus-putus
(tidak menerus) oleh mineral-mineral
granular
Disebut juga open schistosity
6. Milonitik
Berbutir halus

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Menunjukkan goresan-goresan akibat


granulation (penggerusan) yang kuat
7. Filonitik
Gejala dan kenampakan sama dengan
milonitik
Disini sudah terjadi rekristalisasi
Menunjukkan kilap silky

VI.3. KLASIFIKASI
Klasifikasi batuan metamorf dapat terbagi berdasarkan komposisi kimia dan
tekstur.

1. Klasifikasi berdasarkan komposisi kimia batuan metamorf


a. Batuan metamorf sekis pelitik
Merupakan batuan sekis yang banyak mengandung Al

Di darat berasal dari : lempung, serpih, mudstone

b. Batuan metamorf kuarso-feldspatik


merupakan Batuan metamorf yang banyak mengandung kuarsa
dan feldspar

dapat berasal dari batupasir greywacke

c. Batuan metamorf yang kalkareous


merupakan Batuan metamorf yang banyak mengandung Ca

dapat berasal dari batugamping, dolomit

d. Batuan metamorf yang basic


Batuan metamorf dengan kadar Fe dan Mg tinggi

Dapat berasal dari tuff

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

e. Batuan magnesian
Batuan metamorf yang kaya Mg saja

Dapat berasal dari batuan sedimen yang kaya akan Mg

2. Klasifikasi berdasarkan Struktur


a. Hornfels/granulose
Batuan metamorf yang terdiri dari mozaic butir-butir yang
equidimensional (mineral yang granular/interlocking) dan tidak
menunjukkan pengarahan/orientasi/foliasi
Tidak menunjukkan schistosity
Tekstur granoblastik
Struktur granular/hornfelsik
Hasil metamorfosa thermal / metamorfose kontak
b. Slate (batusabak)
Batuan metamorf berbutir halus
Struktur : slaty cleavage (memperlihatkan foliasi yang jelas, tetapi
tanpa agregation banding (selang seling mineral pipih dan granular)
Sebagai hasil metamorfosa regional dari mudstone, siltstone,
claystone dan lain-lain
Catatan: makin tinggi derajat metamorfosa, semakin terlihat
segregation banding
c. Phyllite
Batuan metamorf berbutir halus
Memperlihatkan schistosity
Mulai terlihat segregation banding (meskipun kurang baik, terlihat
rekristalisasi yang lebih kasar dibanding slate, sudah mulai terjadi
pemisahan mineral pipih dengan mineral granular
Memperlihatkan kilap karena timbulnya mineral muskovit dan
klorit
Butiran lebih halus daripada batusabak
d. Sekis
Batuan metamorf yang sangat schistose,
Butiran butiran cukup kasar sehingga mineral - mineralnya dapat
dibedakan satu sama lain
segregation banding baik sekali
terdiri dari perulangan mineral mineral pipih / tabular dengan
mineral granular, orientasi mineral pipih terputus-putus oleh
mineral granular (open schistocity)
VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Struktur close schistose


Sebagai hasil metamorfosa regional
e. Amphibolite
Batuan metamorf yang berbutir sedang kasar
Terdiri atas mineral hornblende dan plagioklas saja, kadang-kadang
ada biotit dan minera penyerta
Schistosity timbul akibat orientasi dari mineral mineral prismatik
(hornblende)
Schistosity tidak sebaik batuan sekis
Hasil metamorfosa regional berderajat medium-tinggi
f. Gneiss
Batuan metamorf berbutir kasar
Schistosity tidak baik karena terpotong oleh mineral-mineral
equidimensional (kuarsa dan feldspar)
Struktur : open schistose
Hasil metamorfose regional
g. Granulite
Batuan metamorf tanpa mika / ampibol (sedikit)
Tidak ada schistosity
Terdiri atas mineral mineral equidimensional dan prismatik
Tekstur : granoblastik
Kadang kadang ada orientasi yang diperlihatkan oleh mineral
kuarsa atau feldspar atau kedua duanya sehingga sebagai lensa-
lensa pipih
Hasil metamorfose regional fasies granulite
h. Marble
Batuan metamorfose yang terdiri dari karbonat (kalsit atau dolomit)
Tekstur granoblastik
Schistosity tidak ada, kalaupun ada sangat buruk dan hanyalah
berupa orientasi dari lensa-lensa kalsit
i. Milonit
Batuan metamorf berbutir halus
Sebagai hasil penggerusan yang kuat
Terlihat goresan-goresan ataupun lensa-lensa dari batuan asal yang
tidak hancur, berbentuk seperti mata
Sebagai hasil metamorfose kataklastik
j. Kataklastik
Butiran lebih kasar dari pada milonit
Penggerusan kurang kuat

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tidak ada rekonstitusi kimia


k. Filonit
Gejala dan kenampakan sama dengan milonit
Disini sudah terjadi rekristalisasi
Menunjukkan kilap silky, karena adanya mineral mika
Sebagai hasil penggerusan (granulation) yang kuat sekali
Butiran halus sekali

VI. 4. FASIES METAMORFOSE DAN TEKTONIK LEMPENG


Fasies metamorfose adalah kelompok batuan metamorfose yang menunjukkan
suatu kondisi fisik tertentu yang dicirikan oleh asosiasi mineral yang tetap.

Dalam menentukan fasies metamorfose, perlu diingat 2 hal yang penting, yaitu:

Komposisi mineral batuan metamorf

Kondisi fisik (temperatur dan tekanan)

Harus diingat bahwa asosiasi mineral tidak akan menyimpang dari komposisi
kimia batuan asal.

Fasies-fasies yang dikenal dalam batuan metamorf:

1. Fasies metamorf kontak


a. Fasies albite-epidot-hornfels

b. Fasies Hornblende-hornfels

c. Fasies Piroksen-hornfels

- Temperatur tinggi

- Tekanan sedang

- Metamorfose thermal

d. Fasies sanidinit

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

2. Fasies Metamorfose regional derajad rendah


a. Fasies zeolit

b. Fasies pumpelit

c. Fasies Lawsonit-albit-clorit

d. Fasies Skis Biru (blueschist) atau Skis-mika (glaucophane-schist)

e. Fasies Skis Hijau (green-schist)

3. Fasies Metamorfose regional derajat tinggi


a. Fasies amphibolite

Silimanit almandit sub fasies (Tekanan dan temperatur tinggi)

Staurolit kianit sub fasies (Tekanan dan temperatur rendah)

Kordierit antofilit sub fasies (Tekanan dan temperatur sedang)

b. Fasies granulite

c. Fasies eklogit (Lebih tinggi dari granulite fasies)

VI. 5. PRODUK METAMORFOSA KONTAK DAN MEKANIK


Pelitik Hornfels : melimpah mineral mengandung oksida Al 2O3 (andalusit atau
cordierit atau keduanya) porfiroblastik, matrik granoblastik
berbutri halus : kuarst, felsdpar, mika atau grafit.

Fasies Piroksin Homfels : orthoklas atau mikroklin hadir


bersama andalusit atau silimanit tanpa muskovit. Fasies
Sanidinit: Batuan basaltik mengandung xenolit kaya alumma-
homfds

Buchite : Xenolit, pada partial melting yang menghasilkan batuan


transisi antara batuan beku dan metamorf
VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Pelitic buchite ; cordierit, spinel, alumunium silikat mulit


(temperatur tinggi) jarang, dan glas.

Pelitic Spoted schist : Bagian luar kontak aureole yang berkembang pada batuan
tekstur slaty atau filitik yang akan menghasilkan batuan
metamorf tekstur foliasi; schistosic. Asal batuan mengandung
oksida K2O tinggi atau sedimen pelitik kandungan biotit atau
muskovit tinggi.

Kuarts-Feldspatik hornfels : Kuarst, plagioklas dan K-feldspar dari batupasir


atau siliceous volcanic rocks (riolit, dasit)

Tekstur ; mosaik kuarts dan feldspart

Marmer (Marble): hasil metamorfisme kontak tingkat tinggi, kontak dengan


batuan karbonat dan dolomit, Granoblastik, mosaik butiran
kalsit yang seragam.

Cals-Silicate Hornfels dan Skarn : matamorfik kontak calcium-bearing silicates.


Skarn metamorfik pada argillaceons limestones

Basic Hornfels : Metamorfisme kontak tingkat tinggi pada famili basalt dan
andesit. Granobalstik, mosaik labradorit, diopsid, hipersten
dan asesirus magnetit, apatit dan spinel. Pada batuan asal
sangat basa, dijumpai olivin

Magnesian Hornfels : hornfels kasar dengan komposisi magnesian amphibol


seperti antopilit atau cummingtonit, cordierit dan biotit,
almandin, gamet.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tabel VI. 1. Some Characteristic Mineral Assemblages (Accessory Phases Omitted) in Common Rocks on Contact Aureoles
Rock Group Hornblende-Hornfels Facies Pyroxene-hornfels Facies
Pelitic Muscovite-biotite With quartz Plus biotite
Andalusite'-muscovite-biotite Plus anyor all of quarts K-feldspar-sillimanite''-cordierite (and
Andalusite'-cordierite-muscovite-biotite plagioclase K-feldspar K-feldsparsillimanite'' plagioclase)
Staurolite-biotite andalusite" Without quartz.
Staurolite-cordierite-muscovite Plus any or all biotite,
Cordierite-corundum-spinel K-feldspar, plagioclase
Cordierite-corundum-sillimanite''
Calcite-tremolite (-quartz) Calcite-wollastonite (-diopside)
Calcareous
1. Calcic marbles' Calcite-diopside (-quartz) Calcite-diopside (-forsterite)
Calcite-tremolite-diopside Calcite-wollastonite-diopside-grossular
Calcite-diopside-grossular
2. Magnesian marbles Calcite-dolomite-tremolite-clinohumite Calcite-forstente-periclase Calcite- Clinohumitc possible
(metadolomites)' Calcite-dolomite-forsterite forsterite-monticellite Cakite-forsterite- additional phase
Calcite-dolomite-forsterite-phlogopite spinel Calcite-forsterite-diopside
3. Calc-silicate rocks Diopside-epidote-hornblende
Diopside-grossular-epidote Diopside-wollastonite-grossular-vesuvianite
Diopside-vesuvianite-grossular-wollastonite Diopside-grossular-anorthite (or calcic plagioclase)
Diopside and grossular, commonly with significant iron
Basic Hornblende-plagiocalse (-biotite, -almandine) Diopside-hypersthene-plagioclase
Hornblende-plagioclase-diopside Diopside-olivine-plagioclase
Magnesian
1. Metaserpenites
Antigorite-forsterite-tremolite Forsterite-enstatite-spinel (-diopside)
Forsterite-talc-tremolite
Forsterite-anthophyllite-tremolite
Anthophyllite-talc

2. Alumious types Cordierite anthophyllite (-biotite) Anthophyllite-curnmingtonite-biotite Hypersthene-cordierite (-biotite)


'Or sillimanite.
'"Or andalusite. < K-feldspar or plagioclase, or both, possible minor phase.

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

VI. 6. PRODUK METAMORFOSA REGIONAL DERAJAD RENDAH


1. Metamorfisme sangat rendah Immature product

Metapelitik : Batuan induk shale, pada fase awal terkena metamorfisme


(montmonlonit, illit, pyrophyllite)
Metagraywacke
Metabasalt
Fasies Zeolit dan Pumpellyite
2. Metamorfisme pada tekanan sedang Mature Product

Slate dan Filit : Asal sedimen berbutir halus, komposisi utania mica,
clorit kuarts dan grafit. Asesoris : tourmalin, rutil,
epidot-, spinel, magnetit dan pirit.
Pelitik Skis Mika : komposisi dominan ; muskovit, dorit, kuarts serta
albit, epidot atau clinozoisit, dolomit (atau kalsit).
Asesoris ; spinel, tourmalin, apatit dan magnetit, sering
pula gamet, grafit dan rutil.
Kuarts-Feldphatic Skis Mika : Skis mika turunan asal dari graywacke
dengan kuarts dan felsdpart melimpah.
Low-Grade Calc-Schists : tekstur skistosik komposisi kalsit, dolomit,
dan sedikit kuarts ,albit, muskovit, clorit, clonozoisit,
spinel dan gafit.
Skis hijau (Greenschists): metmorfisme temperatur rendah pada batuan
basa-semibasa. Melimpah mineral clorit, epidot dan
aktinolit.
Magnesian Schists : metamorfisme pada batuan peridotit pada
metamorfisme asosiasi dengan hidrotermal dan
metamorfisme burial
Fasies Skis Hijau (Greenschist)
3. Metamorfisme pada tekanan tinggi mature product (tekanan diatas 10-
12 kb)

Fasies Skis Biru (Blueschist)

VI-20
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tabel VI. 2. Low-grade mineral paragenesis in relation to facies of regional metamorphism (selected mineral assemblages)
Rock type Zeolite and pumpellyite facies Greenschist facies Blueschist facies
Metapelites Montmorrillonite-illite-quartz-alkali feldspar Muscovite (phengitic)-chlorite-quartz-albite- Muscovite (phengitic)- paragonite-
+ pyrophyllite epidote + stilpnomelane orbital chloritoid lawsonite-chlorite-glaucophane-
Same as above plus biotite + almandine; quartz-albite-sphene
stilpnomelane rare
Metagraywacke Quartz-heulandite + analcime Quartz-albite-epidote-muscovite-chlorite + Quartz-jedelite-muscovite-chloite-
Quartz-albite-laumontite-prehnite-chlorite + stilpnomelane lawsonite-glaucophane-sphene
stilpnomelane Same as above with biotite + almandine; Same as above + almandine + epidote
Quartz-albite-prehnite-pumpellyite-chlorite stilpnomelane absent
+ stilpnomelane
metacherts Quartz + iron oxides Quartz + iron oxides Quartz-stilpnomelane-spessatine
Quartz-piedmontite-muscovite-spessartine- Quartz-crossite-aegirine + lawsonite
stilpnomelane
Calcareous Calcite + quartz Calcite-quartz + tremolite orbital talc Argonite + lawsonite + glaucophane
Calcite-dolomites + tremolite orbital talc Calcite + relict aragonite
Calcite-zoisite-grossular (andraditic)
Calcite-albite-epidote
Metabasalt Sphilitic assemblages\; albite-chlorite- Albite-chlorite-epidote + stilpnomelane Albite-lawsonite-pumpellyite-
epidote orbital pumpellyte + relict augite Albite-actinolite-epidote-chlorite + calcite + glaucophane-chlorite-stilpnomelane-
biotite sphene
Albite-epidote-glaucophane-
omphasite-chlorite-actinolite
Albite-lawsonite-clinozoisite-chlorite +
hornblende + almadine
Serpentinites and Chrysotile and/orbital lizardite + brucite Calcite-quartz + tremolite Antigorite + tremolite + talc
derivative magnesite Antigorite-calcite-talc
rocks Antigorite-diopside-forsterite
Talc-magnesite + tremolite

VI-22
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

VI. 7. PRODUK METAMORFOSA REGIONAL DERAJAT TINGGI


Hydrous Rocks :

High-Grade Skis Pelitik

Kuarts-Feldspart Skis dan Gneis

Granitik dan Granodioritik Gneis

Amphibolit : batuan metamorfik foliasi dengan komposisi utama


homblende dan plagioklas

High-Grade Magnesian Skis : progresif

Anhydrous Rocks :

Kuartsit

High-grade Marbles dan Calc-granulits

Granulit: kuarts-Feldspart Granulit, Piroksen Granulit

Ecklogit

VI-22
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

Tabel VI. 3. High-Grade Mineral Paragenesis in Relation to Facies of Regional Metamorphism (Selected Mineral
Assemblages)
Rock Type Amphibolite Facies Granulite Facies Eclogite Facies
Metapelite (micas Muscovite-biotite-quartz-plagioclase Quartz- K- feldspar-plagioclase-
predominant) and quartzo- orthoclasea-almandine staurolite kyanite or sillimanile (or kyanite)-almandine-
feldspathic rocks (quarts sillimanite chlorite epidote phlogopite
and feldspars Same as above, with cordierite and andalusite as Same plus cordierile (kyanile
predominant) Al2SiO3 potymorphb excluded)c
Granitic Quartz-plagioclase-orthoclase (or microcline)- Quartz-orthoclase (or microcline)- Quartz-jadeite-phengile-zosite-
biotite hornblende or muscovite plagioclase-hypersthene-augite- pyrope-rutile
almandine
Metacherts Quartz-diopside Quartz-hedenbergite-fayalite-
(hedenbergitic)-hypersthene-garnet magnetite
Quartz-diopside-hedenbergite-cummingtonite-
garnet
Calcareous Calcite-tremolite-quartz Calcite-diopside-quartz Calcite-dolomite-forsterite spinel Garnet (magnesian grossular)-
Calcite-diopside-tremolite Calcite-dolomite- Calcite-diopside-wollastonite' omphacite kyanite
forsterite Diopside-scapolite-bytownite-
clinohumite grossular-andradite
Calcite-tremolite-forsterite-phlogopite
Zoisite-scapolite-quartz
Calcite-plagioclase (An>20)
Diopside-zoisite-plagioclase hornblende
Metabasalt and metagabbros Hornblende-plagiocklase + biotite + alamandite Plagiocklase diopside-hyperstene- Omphacite-pyrope-almandite-
Hornblende-plagiocklase + diopside + almandine rutile + olivine + spinel + rutile + kyanite +
Hornblende-plagiocklase epidote + quartz sapphirine amphibolite
Magnesian schist and Antigorite-forsterite-tremolite Forsterite-enstatite-diopside + spinel Forsterite-enstatite-diopside-
granulite Forsterite-talc-tremolite pyrope-spinel
Forsterite-anthophyllite-tremolite
Forsterite-enstatite-tremolite + spinel
Magnesit-anthophyllite (or enstatite)-tremolite
Cordierite-anthophyllite

VI-22
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C
Gambar VI. 1. Metamorphic Textures

A. Porphyroblastic texture in garnei-mica-quartz schist, Perthshire, Scotland. Diam. 5 mm.


Porphyroblasis of garnet enclose curved trains of graphite inclusions, the arrangement of
which indicates counterclockwise rotation of the growing porphyroblasts.
B. Granoblastic texture in garnet-hypersthene-plagioclase granulite, Hart-mannsdorf.
Saxony. Diam. 2 mm. The two largest crystals are of almandine garnet.
C. Poikiloblastic (sieve) texture in skarn, Doubtful Sound, New Zealand. Diam. 1 mm. On
the right, pink andradite garnet; on the left, part of a large crystal of epidote enclosing
quartz and calcite.

A B C

Gambar VI. 2. Pelitic Hornfelses and Spotted Slates

A. Ctiiastolite slate, Fichtelgebirge, Bavaria. Diam. 3 mm. A porphyroblast of chiastolite


(now converted to a mat of indeterminate colorless micaceous minerals), cut at right
angles to the z (c) axis, shows geometrically arranged graphite inclusions. The
groundmass consists of finely crystalline, colorless micas, pale-brown biotite, and minor
quartz and graphite. Note how the slaty cleavage (horizontal) and the cross-cutting
strain-slip cleavage (steeply inclined) have been destroyed in the vicinity of the growing
porphyroblast.

VI-23
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

B. Chiastolite slate, near Mariposa, Sierra Nevada, California. Diam. 7 mm. Section cut
parallel to slaty cleavage. Porphyroblasts of altered chiastolite are enclosed in a matrix
of biotite, graphite, and quartz. Note tlie unaltered core, which has survived in the upper
part of the central porphyroblast.
C. Andalusite hornfels, near Andlau, Germany. Diam. 3 mm. Spongy andalusite, biotite,
muscovite, and iron oxides in a matrix of quartz.

A B C

Gambar VI. 3. Skarns

A. Scapolite-aciinolite-phlogopite marble, Germany. Diam. 2.5 mm. The three colorless


idioblastic crystals with relatively low refractive index are of scapo-lite.
B. Skarn, Donegal, Ireland. Diam. 2.5 mm. Vesuvianite enveloping green diop-sidic
pyroxene (in lower half). Grossular (upper right) and vesuvianite (upper edge), both
enclosing granular epidote-clinozoisite.
C. Skarn, Aberdeenshire, Scotland. Diam. 2 mm. Large prismatic crystal of vesuvianite (at
left) and darker grains of grossular-andradite with irregular fracture, enclosed in
colorless, radially prismatic prehnite.

VI-24
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C

Gambar VI. 4. Basic Hornfelses

A. Diopsicle-plagioclase-biotite hornfels, near Cisco, Sierra Nevada, California. Uiani. 3 nun.


Diopside shown stippled; a few grains of magnetite.
B. Hornblende-plagioclase hornfels, near Cisco, Sierra Nevada, California. Diam. 3 mm.
Relict phenocrysts of plagioclase retaining zonary structure indicate igneous origin.
C. "Beerbachite," Odenwald, Germany. Diam 3 mm. Hypersthene, diopside, plagioclase,
and magnetite; pyroxenes show retrograde alteration to fibrous pale-green amphibole;
olivine (not shown) is also present.

A B C

Gambar VI. 5. Magnesian Contact Marbles

A. Chondrodite-spinel marble. Amity, New York. Diani. 3 mm. Pale-yellow chon-drodite and
deep-green pleonaste in a matrix of calcite. A single crystal of pyrite (right) and a
ragged Hake of graphite (lower left). Addition of fluorine and sulfur is indicated by
presence of chondrodite and pyriie.
B. Ludwigite-forsterite-spinel marble, Twin Lakes, Sierra Nevada, California. Diani. 2 mm.
Calcite encloses round grains of forsterite and green pleonaste and slender prisms of the
VI-25
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

magnesium-iron borate ludwigite ("y == dark brown; a = dark green; refractive index
1.85-2.0; elongation parallel to "y). Presence of ludwigite indicates addition of boron
and iron.
C. Brucite marble (predazzite), Predazzo, Italy. Diam. 2 mm. Colorless clear areas are of
brucite, pseudomorphous after periclase; under crossed polarizers they show a complex,
concentric arrangement of deformational kinks in the brucite crystals. A few round
granules of forsterite are also present.

A B C
Gambar VI. 6. Mylonites

A. San Gabriel Mountains, California. Diam. 5 mm. Strained and broken coarse crystals
("porphyroclasts") of feldspar and a train of garnet granules set in a fine-grained
schistose matrix of quartz and feldspar veined with granoblastic quartz.
B. Granite mylonite, San Gabriel Mountains, California. Diam. 5 mm. Coarse, strained,
partially granulated crystals are of plagioclase, microcline, and quartz. The granular
matrix is composed of quartz, feldspar, and biotite.
C. Mylonitic augen gneiss, Deadman Lake, British Columbia. Diam. 6 mm. Ovoid relict
crystals of plagioclase and of K-feldspar, in a matrix of muscovite, chlorite, and quartz,
traversed by swarms of stringers of later undeformed quartz.

VI-26
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

A B C
Gambar VI. 7. High-Grade Politic Schists

A. Almandine-biotite-plagioclase schist, sillimanite zone, Scottish Highlands. Diain. 4.5 mm.


B. Staurolite-biotite-muscovite-quartz schist, near Innsbruck, Austria. Diam. 4.5 mm. The
central porphyroblast of golden staurolite is marginally altered to finely divided white
mica (retrograde metamorphism involving introduction of potassium).
C. Kyanite-staurolite-almandine-muscovite schist with minor biotite and quartz, Gassets,
Vermont. Diam. 3 mm. Pale-pink almandine at right and top left margins; golden
siaurolite, lacking cleavage, at top right and lower right; kyanite prisms have well-
developed cleavage (the crystal at lower left is cut parallel to {100} and shows a nearly
centered negative bisectrix figure; extinction is at 30 to the cleavage).

A B
Gambar VI. 8. Eclogites

A. Kyanite eclogite, Suiztal, Tyrol. Diam. 3 mm. Pink pyrope, colorless ompha-cite, and
kyanite, with accessory rutile. Crystals ofkyanite (with closely spaced cleavage cracks)
show strong preferred orientation.
B. Eclogite, closely associated with serpentinite, near Healdsburg, Coast Ranges, California.
Diam. 3 mm. Idioblastic pink garnets rimmed with chlorite; abundant colorless
omphacite; deep-brown rutile rimmed with granular sphene. Sphene and chlorite (and in
other sections glaucophane) are products of incipient retrograde metamorphism.

VI-27
Lecture Note : Petrografi, Agus Hendratno Geologi UGM

VI-28
DAFTAR PUSTAKA
Akiho M., 1978, Metamorphism and Metamorphic Belts, George Aleen & Unwin.
The Gresham Press. London.
Boggs, S., Jr., 1987, Principles of Sedimentology und Stratigraphy, Mc Hill
Publishing Company, Ohio.
Cas, R.A.F. & Wright, J.V., 1987, Volcanic Successions : Modern and Ancient,
Allen and Unwin (Publisher) Ltd., London UK.
Ernest G. E., and Blatt H., 1982, Petrology of Igneous, Sedimentary, and
Metamophic Rodes, W. H. Freeman and Company, San Fransisco.
Fisher, R.V. & H.-U., Schmince, 1984, Pyroclastic Rocks, Springer-Verlag,
Berlin.
Flugel,. E, 1982, Microfacies Analysis of Limestones, Springer-Verlag, New
York.
Gilbert., C, M,. Turner., F.J., and Williams., H, 1982, Petrography; An
introduction to the Study of Rocks in Thin Section.
Groves, D., I, and Muller., D., 1997, Potassic Igneous Rocks and Associated
Gold-Copper Mineralization, Springer .
Hekinian, R., 1982, Petrology of Ocean Floor, Elsevier Scientific Publishing.
Company, Asterdam,
Hyndman, Donald., W., 1972, Petrology of Igneous and Metamorphic Rocks,
Mc.Graw-Hill, Inc,
Macdonald., G., A, 1972, Volcanoes, University of Hawaii, Prentise-Hall, Inc,
New Jersey.
Mc. Phie., J., Doyle,. And Allen, 1993, Volcanic Texture, Centre for Ore
Deposit and Exploration Studies, University Tasmania.
Pettijohn., F. J, 1957, Sedimentary Rocks, Harper and Brother, New York.
Philpotts., Anthony., R, 1989, Petrography of Igneous and Metamorphic
Rocks, Prentice Hall. Inc.
Rollinson, H., 1993, Using Geochemical Data : Evaluation, Presentation,
Interpretation, Longman Group, United Kingdom.
Rusdi, Irianto, 2003, Endapan Volkaniklastik pada Lingkungan Laut, Fakultas
Teknik, Jurusan Teknik Geologi, (tidak dipublikasikan)
Sorensen., H, 1979, The Alkaline Rocks, Universitetets Mineralogiske-
Geoloske Instituter, Copenhagen, John Wiley & Sons.
Travis, R. B., 1955, Classification of Rocks, Quarterly of Colorado School of
Mines.
Williams, H. & McBirney, A. 1979, Volcanology, Freeman Cooper and
Company, San Francisco,
Wilson, M.,1991, Igneous Petrogenesis : A Global Tectonic Approach,
Publisher, London

Df-1
Contoh Format Deskripsi Batuan

LOKASI SATUAN
LABORATORIUM
PETROGRAFI TUGU Batugamping Bioklastik
Analisa sayatan tipis batuan No. Lokasi No. Peraga Bagian
Pemeriksa :
Jenis batuan : Nama Lapangan :
Perbesaran 40 x
Deskripsi Sayatan Tipis
Nikol Paralel
a b c d e f g h I

10

Nikol bersilang
a b c d e f g h I

10

Df-2
LEMBAR DATA PETROGRAFI
IDENTIFIKASI CONTOH
Kedalaman
Lokasi
TIPE BATUAN DAN TEKSTUR
Nama Batuan Batupasir Sorting Poorly sorted
Klasifikasi Quarzarenite Roundness Angular sub angular
Range ukuran butir 0,04 0,3 mm Hubungan antar butir PC >< mengambang
Mean ukuran butir 0,12 mm (very fine sand Struktur
Butiran terrigenous % Matriks % %
Butiran karbonat
Monocrystalline quartz 76.25 Lempung detrital 16 Buitiran skeletal
Straight extenction Carbonate mud Foraminiferals
Undulose extenction Pseudomatrix Arenaceous forams
Pseudomatrix Planktonic forams
Feldspars Vulcanic glass Small benth.
forams
Potash feldspar Indeterminate Large forams
Plagioclase feldspar 1.5
Microline 0.5 CEMENTS % Mollucas
Lithic fragments Silica Pellecypoda
Igneous Pyrite Gastropoda
Acid Chlorite Ostracoda
Basic Kaolinite
Metamorphic Illite Algals
Polycristalline 3 Zeolites Red algae
quartz
Low grade Indeterminate clays Green algae
Mod. Grade Calcite spar Blue green algae
High grade Dolomite
Sedimentary Siderite Echinoderms
Chert Ferroan calcite Brachiopod
Claystone Ferroan dolomite Bryozoan
Siltstone Pylloid algae
Sandstone REPLACEMENT % Corals
Calcite spar Indeterminate
bioclast
Accessory minerals Dolomite
Micas 0.5 Siderite Non skeletal grains
Glauconite Kaolinite Intraclast
Heavy minerals Chlorite Oolites
Carbonacous mat Pyrite Pisolites
Opaque minerals Indeterminate clays Oncolites

Df-3
Df-4

Anda mungkin juga menyukai