Acara
Nim
: F1G1 14 070
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Petrografi merupakan disiplin ilmu di dalam pendeskripsian batuan
berdasarkan tekstur, mineralogi dan susunan kimia dengan bantuan mikroskop.
Dengan demikian petrologi merupakan ilmu batuan secara luas meliputi petrografi
dan petrogenesa. Batuan adalah bagian dari kerak bumi sebagai agregat mineralmineral yang membangun bumi. Pengetahuan tentang batuan sangat penting
dalam mempelajari cabang-cabang geologi yang lain. Kerak bumi bersifat dinamis
dan merupakan tempat berlangsungnya proses pembentukan batuan. Karena
sifatnya yang dinamis tersebutlah banyak proses-proses lain yang mempengaruhi
batuan tersebut sehingga suatu batuan dapat berubah menjadi batuan lain atau
merupakan suatu siklus yang berkesinambungan yang prosesnya masih
berlangsung hingga sampai saat ini. Dengan kemampuan mata manusia yang
terbatas maka untuk pengamatan mineral penyusun batuan lebih lanjut harus
menggunakan alat yaitu mikroskop.
Yang dimaksud di sini adalah mikroskop polarisasi yang berbeda dengan
mikroskop biasa, dimana mikroskop biasa hanya memperbesar benda yang
diamati. Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya yang dibelokkan atau terbias,
bukan cahaya terpantul. Selain itu, perbedaannya pada beberapa komponen
khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara lain keping analisator,
polarisator, kompensator dan lensa amici bertrand. Jenis tipe dari mikroskop ini
cukup beragam, ada beberapa tipe yang biasa digunakan misalnya tipe Olympus,
Bausch & Lomb, dan Reichert.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
koordinat
y dari
titik
tersebut.
Untuk
mendefinisikan koordinat diperlukan dua garis berarah yang tegak lurus satu
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
sama lain (sumbu x dan sumbu y), dan panjang unit, yang dibuat tanda-tanda pada
kedua sumbu tersebut.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
Kegunaan
Kertas A4
Pensil 2B
pengamatan
Sebagai alat penulis
Mistar ukuran 30 cm
Penghapus
Pensil Warna
Mikroskop Polarisasi
Kamera digital
maupun
mikroskop
Sebagai alat
sketsa
gambar
pengamatan
mineral
secara mikroskopis
Sebagai alat pengambilan gambar
sampel mineral untuk nikol sejajar dan
nikol silang
Sebagai bahan penentuan pengamatan
Sampel Mineral
Diameter
9
Medan
Pandang
dan
Lembar Kerja
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: F1G1 14 070
Nim
: F1G1 14 070
kristal akan nampak jelas sekali. Salah satu faktor yang paling penting adalah
warna dari setiap mineral, karena setiap mineral mempunyai warna yang khusus.
Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka
perlu difahami benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian. Setiap
bagian adalah sangat peka dan karenanya haruslah dijaga baik-baik. Kalau
mikroskop tidak dipergunakan sebaiknya ditutup dengan kerudung plastik.
Bagian-bagian optik haruslah selalu dilindungi dari debu, minyak dan kotoran
lainnya. Perlu kiranya diingat bahwa buttr debu yang betapapun kecilnya akan
dapat dibesarkan berlipat ganda sehingga akan mengganggu jalannya pengamatan.
Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat benda-benda
yang berukuran kecil atau mikro, sehingga apabila benda-benda mikro tersebut
dilihat menggunakan mikroskop akan terlihat besar. Dalam studi geologi,
digunakan alat yang bernama mikroskop polarisasi. Mikroskop polarisasi
adalah mikroskop yang digunakan dalam pembelajaran spesimen geologi,
khususnya pada pengamatan sayatan tipis dari batuan. Jenis mikroskop polarisasi
memiliki bentuk yang hampir sama dengan mikroskop pada umumnya, namun
fungsinya tidak hanya memperbesar benda-benda mikro dan menggunakan cahaya
biasa, pada mikroskop polarisasi cahaya yang digunakan adalah cahaya
terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi terpusat pada satu arah, sedangkan cahaya biasa
bergerak dalam arah gerakan acak.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
Dengan cahaya terpolarisasi ini kita dapat melihat ciri-ciri atau sifat-sifat dari
kristal dan mineral secara jelas, terutama dari segi warna, karena setiap mineral
memiliki warna tersendiri. Selain itu yang membedakan antara mikroskop
konvensional dengan mikroskop polarisasi adalah adanya beberapa komponen
tambahan pada mikroskop polarisasi, seperti keping analisator, kompensator,
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
Kaki Mikroskop
Kaki mikroskop berfungsi sebagai penyangga atau tumpuan mikroskop
Nim
: F1G1 14 070
c. Meja Objek
Meja objek merupakan suatu penampang yang berlubang di bagian
tengahnya sebagai jalan masuknya cahaya. Pada meja objek terdapat pula
sepasang penjepit untuk menjepit kaca preparat. Meja objek ini dapat berputar
pada sumbu vertikal, dilengkapi dengan skala 0 hingga 360. Pada bagian tepi
meja objek terdapat tiga sekrup yang berfungsi sebagai pemusat putaran meja
Tubus Mikroskop
Tubus mikroskop merupakan bagian besar dari suatu mikroskop yang
terletak di atas meja objek. Tubus mikroskop berfungsi sebagai unit teropong.
Tubus mikroskop ini secara lebih detail terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
a. Lensa Objektif
Lensa objektif berfungsi sebagai penangkap dan pembesar bayangan
sayatan mineral dari meja objek. Lensa objektif terletak pada bagian paling bawah
tubus dan biasanya terdapat tiga buah lensa objektif dengan perbesaran yang
berbeda, mulai dari 4x, 10x dan 40x. Ada pula yang memiliki perbesaran hingga
100x.
Nim
: F1G1 14 070
a. Analisator
Analisator ini memiliki fungsi yang hampir sama dengan polarisator dan
terbuat dari bahan yang sama juga, namun arah getarannya bisa dibuat searah
getaran polarisator untuk nikol sejajar atau tegak lurus arah getaran polarisator
untuk nikol bersilang.
b. Lensa Amici-Bertrand
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
Lengan Mikroskop
Lengan mikroskop merupakan bagian yang berfungsi sebagai pegangan
pada saat kita ingin memindahkan mikroskop. Selain itu juga sebagai penghubung
antara bagian tubus dengan kaki mikroskop. Lengan mikroskop sangatlah
bermanfaat untuk menyuguhkan bentuk dari mikroskop agar tegak.
-
Cermin
Cermin pada mikroskop polarisator biasanya terdiri dari cermin datar dan
cermin cekung berfungsi sebagai penangkap dan penerus cahaya menuju sistem
optik dalam mikroskop. Cermin cekung berfungsi sebagai pemusat cahaya
dengan hasil yang tidak simetris (assymetrical cone of illumination), dan cermin
datar berfungsi sebagai pemantul cahaya yang sesuai cahaya yang diterima.
Dalam pemeliharaan mikroskop , beberapa tips yang dapat dilakukan yakni :
a. Mikroskop harus disimpan ditempat sejuk, kering, bebas debu, bebas dari
uap asam-basa. Tempat penyimpanan yang sesuai adalah kotak mikroskop
yang dilengkapi silica gel, yang bersifat higroskopis sehingga lingkungan
mikroskop tidak lembab. Selain itu dapat pula dalam almari yang diberi
lampu.
b. Bagian mikroskop non-optik dapat dibersihkan dengan kain flanel. Untuk
membersihkan debu yang terselip dapat dengan kuas kecil atau kuas lensa
kamera, serta alat semprot atau kuas lembut.
c. Bersihkan kotoran, berkas jari, minyak dan lain-lain pada lensa dengan
menggunakan kain lensa, tissue atau kain lembut yang dibasahi sedikit
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah
mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa
atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan
tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan
untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain.
Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari batuan,
pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam
pengamatan biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang
dipergunakan harus sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari
kristal akan nampak jelas sekali. Salah satu faktor yang paling penting adalah
warna dari setiap mineral, karena setiap mineral mempunyai warna yang khusus.
(Bean Judith , 1981 )
Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka
perlu difahami benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian. Setiap
bagian adalah sangat peka dan karenanya haruslah dijaga baik-baik. Kalau
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
4. Menghitung nilai setiap skala dengan cara jumlah skala lensa yang termuat
dalam setiap mm kertas grafik. Nilai setiap bilangan skala, ditentukan
dengan rumus
5. Menghitung diameter medan pandang, harus dilakukan 2 langkah yaitu
sebagai berikut:
a. Menentukan panjang benang horizontal yang berskala.
b. Menentukan panjang benang horizontal yang tidak berskala
2.3 Analisator dan Polarisator
Cara menentukan Analisator dan polarisator adalah sebagai berikut :
1. Sinar yang masuk kedalam medan pandang harus merata dengan cara
menghidupkan lampu yang tersedia di mikroskop.
2. Mikroskop harus dalam keadaan terpusat yang dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut:
a. Letakkan sayatan tipis pada meja objek.
b. Pilih satu titik kecil.
c. Putar meja objek hingga kedudukan yang terjauh.
d. Kembalikan setengah jarak ke arah pusat.
e. Ulang hingga titik tidak bergerak dari pusat.
f. Ulangi langkah tersebut setiap pergantian lensa objektif.
3. Untuk menguji apakah analisator tegak lurus terhadap salah satu benang
silang, digunakan mineral biotit dan turmalin.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
4. Uji posisi polarisator dan analisator tegak lurus terhadap salah satiu
benang silang dengan menggunakan mineral biotit :
a. Lensa analisator dipasang
b. Lensa okuler terletak pada kedudukannya
c. Putar meja objek hingga mendapatkan warna absorpsi maksimum,
untuk menandai mineral biotit sudah sejajar dengan benang silang
d. Gerakkan pengatur tangkai pengatur polarisator, sampai biotit
memperlihatkan warna absopsi maksimum. Pada keadaan ini berarti
arah gerah polarisator sudah sejajar dengan salah satu benang silang
5. Uji posisi polarisator dan analisator tegak lurus terhadap salah satiu
benang silang dengan menggunakan mineral turmalin :
a. Mineral turmalin memperlihatkan warna maksimum jika sejajar
dengan polarisator.
b. Mineral turmalin memperlihatkan warna minimum jika sejajar arah
getar polarisator
c. Mineral turmalin memperlihatkan warna absorpsi maksimum jika
sumbu panjang kristalografi tegak lurus arah getar polarisator.
6. Arah getar polarisator harus tegak lurus dengan arah analisator
a. Polarisator sejajar dengan salah satu benang silang.
b. Polarisator dan analisator dipasang dengan tanpa sayatan tipis.
c. Bila medan pandang tampak gelap berarti polarisator sudah tegak
lurus analisator, jika tidak maka analisator harus diputar hingga
mendapatkan kenampakan gelap maksimum. ( Nurhaq I. , 2013 )
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
BAB III
: F1G1 14 070
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
: 4 mm
Perbesaran Okuler
: 10 mm
Perbesaran Total
40 mm
Bukaan Diafragma
: 0,10 mm
Bilangan Skala
0,025 mm
Ukuran Medan Pandang :
1
Perbesaran Total
1
40
: 100 mm
Nilai Pinggir
: 7 5 mm
DMP1
0,025 100
2 ,5 mm
: Bilangan Skala Nilai Pinggir
DMP2
0,025 75
1,875 mm
: DMP1+ DMP2
DMP Total
2,5+1,875
4,375 mm
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
Nilai Pinggir
: F1G1 14 070
: 4 mm
Perbesaran Okuler
: 10 mm
Perbesaran Total
4 mm 10 mm
4 0 mm
Bukaan Diafragma
: 0,1 0 mm
Bilangan Skala
1
Perbesaran Total
1
40
0,025 mm
Kedudukan Mineral
Ukuran mineral
25 BS=25 0,025
Daya Absorpsi
Warna
0, 0,625 mm
: Hitam
Belahan
:PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
: Biotit
Nim
: F1G1 14 070
Kedudukan Mineral
Ukuran mineral
25 BS=25 0,025
Daya Absorpsi
Warna
0, 0,625 mm
: Coklat
Belahan
:-
Nama Mineral
: Biotit
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
3.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum petrografi yang telah dilakukan pada acara
pengenalan mikroskop polarisasi, diameter medan pandang dan analisator
Nim
: F1G1 14 070
dari hasil penjumlahan DMP1 + DMP2 sehingga diperoleh hasil sebesar 3,3 mm.
Pada item praktikum pengamatan mengenai analisator dan polarisator terdapat
beberapa tahap pengamatan ,di antaranya seperti pembesaran objektif,
pembesaran okuler, pembesaran total, bukaan diafragma, bilangan skala, posisi
mineral, ukuran mineral, daya absorbsi, warna belahan dan nama mineral. Dari
dua jenis pengamatan yakni pengamatan analisator dan pengamatan polarisator
memiliki tahapan yang sama. Seperti untuk penentuan pembesaran lensa, bukaan
diafragma, bilangan skala, posisi mineral, ukuran mineral, belahan dan nama
mineral.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan diketahui nilai dari
pembesaran objektifnya ialah 4 x pembesarn, pembesaran okulernya ialah 10 x
pembesaran, sehingga pembesaran totalnya ialah 40 x. Adapun bukaan
diafragmanya ialah 0,10 mm dan bilangan skalanya sebesar 0,025 mm. Adapun
untuk posisi mineral yakni 4, 12 ( x , y ) dengan ukuran mineral 0,5 mm, tidak
memiliki belahan dengan nama mineral adalah biotit. Perbedaan terjadi pada daya
absorbsi pengamatan analisator dan polarisator. Pada pengamatan polarisator,
daya absorbsinya tingkatan tinggi dengan waran hitam sedangkan pada
pengamatan analisator, daya absorbsinya tingkatan sedang dengan warna coklat.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
Pada setiap item yang dilakukan pada praktikum kali ini sangatlah
berhubungan antara satu dan lainnya. Misalnya dalam pengenalan mikroskop
polarisasi, dibutuhkan agar praktikan dapat memahami dari setiap bagian-bagian
mikroskop sehingga akan memudahkan kegiatan pengamatan diameter medan
pandang dimana dalam pengamatan medan pandang akan dilakukan pengaturan
pada iris diafragma, lensa okuler, maupun lensa objektif. Sehingga untuk
menunjang kelancaran praktikum ini maka semua komponen-komponen dari
mikroskop polarisasi mesti diketahui, dipahami dan dikuasai. Begitu pula untuk
pengamatan pada analisator dan polarisator sangat dibutuhkan dari hasil
pengamatan diameter medan pandang seperti nilai dari pembesaran total, posisi
mineral, ukuran mineral dan bilangan skalanya.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
Nim
: F1G1 14 070
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum petrografi acara pengenalan mikroskop,
diameter medan pandang serta analisator dan polalisator adalah sebagai berikut :
pada
pengamatan
mineral
agar
didapatkan
Nim
: F1G1 14 070
DAFTAR PUSTAKA
Judith, Bean dkk. 1981. Diktat Kuliah Mineral Optik. Yogyakarta: Pusat
Penerbitan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Koesmadji Wirjosoemarto, dkk., 2009 . Tth. Teknik Laboratorium. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Nurhaq . I., 2013 . Laporan Mineral Optik. http://globorotalia.blogspot.com /
2013/ 05/ laporan mineral optik acara dmp dan.html ( diakses : minggu, 09
oktober 2016 ; pukul 19 :23 WITA )