Acara
010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam ilmu geologi analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifatsifat fisik, seperti tekstur, komposisi dan perilaku mineral-mineral penyusun
batuan tersebut tidak dapat dideskripsi secara megaskopis di lapangan.
Mineralogi optis adalah suatu metode yang sangat mendasar yang berfungsi
untuk mendukung analisis data geologi. Untuk dapat melakukan pengamatan
secara optis atau petrografi diperlukan alat yang disebut mikroskop polarisasi.
Hal itu berhubungan dengan teknik pembacaan data yang dilakukan melalui
lensa yang mempolarisasi obyek pengamatan. Hasil polarisasi obyek selanjutnya
dikirim melalui lensa obyektif dan lensa okuler ke mata (pengamat). Terkait
dengan peranan mikroskop polarisasi dalam identifikasi sifat optik suatu mineral
maka dianggap perlu untuk mampu menggunakan mikroskop tersebut. Mineral
adalah suatu bahan atau unsur kimia, gabungan kimia atau suatu campuran dari
gabungan-gabungan kimia anorganis, sebagai hasil dari proses-proses fisis dan
kimia khusus secara alami. Mineral merupakan suatu bahan yang homogen dan
mempunyai susunan atau rumus kimia tertentu. Bila kondisi memungkinkan,
mendapat suatu struktur yang sesuai, di mana ditentukan bentuknya dari kristal
dan sifat-sifat fisiknya. Bumi tersusun dari beberapa jenis batuan dan batuan
terdiri dari mineral-mineral dan sejumlah kecil bahan lain seperti bahan organik.
Mineral sendiri terdiri dari unsur-unsur yang bersenyawa. Unsur dalam hal ini
adalah benda yang tak dapat lagi dipisahkan secara kimia. Atom adalah partikel
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
terkecil dari suatu unsur yang memiliki sifat-sifat unsur tersebut dan terlalu kecil
untuk dapat dilihat meskipun menggunakan mikroskop.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum petrografi acara pengamatan konoskop adalah
untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan mata kuliah ini di semester
5. \
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu :
1. Menentukan sifat-sifat optik mineral dalam pengamatan konoskop.
2. Menentukan tanda optik mineral sumbu satu dan tanda optik mineral
sumbu dua
3. Menentukan sudut 2V.
1.3 Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam dalam praktikum petrografi
acara pengamatn nikol silang dan nikol sejajar dapat dilihat pada tabel 1.1
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
1. Meletakkan preparat di meja objek, kemudian jepit dengan penjepit
preparat
2. Sentringkan/Memusatkan mineral
3. Menentukkan perbesaran lensa objektif, okuler, perbesaran total,
bilangan skala dan kedudukan mineral
4. Mengukur ukuran mineral
5. Melakukan pendeskripsian melalui pengamatan konoskop denagn
menentukan sumbu optik, tanda optik, gambar interferensi, isogir, gelang
warna, sudut 2v.
6. Menentukkan nama mineral
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
BAB 2
LANDASAN TEORI
Petrografi dan mineralogi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi
yang mempelajari karakteristik mineral dengan batuan mikroskop. Petrografi
adalah ilmu untuk mengamati mineral pembentuk batuan yang mempunyai sifat
fisik dapat ditembus cahaya dan sedikit ditembus cahaya (mineral transparan
dan semi-opak), sedangkan mineragralogi adalah ilmu untuk mengamati mineral
bijih, yang umumnya adalah mineral logam yang tidak dapat ditembus cahaya
(opak
mineral transparan
menggunakan
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
bentuk, belahan, dan pecahan. Semua sifat tersebut juga dapat diamati baik
dengan mikroskop binokular yang tidak memakai cahaya yang terpolarisir,
maupun pada contoh setangan dengan mata biasa.
b. Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan sumbu-sumbu
sinar/sumbu optik pada kristal yaitu misal: index bias, relief, warna, dan
pleokroisme. Perlu diperhatikan bahwa kejadian-kejadian dari sifat-sifat
tersebut yang nampak di bawah ortoskop pada posisi meja objek tertentu
adalah kejadian dari sinar atau komponen sinar yang pada posisi tersebut
bergetar searah dengan polarisator. Sifat-sifat ini harus diamati dengan
cahaya terpolarisir.
Dalam ilmu Geologi analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena
sifatsifat fisik, seperti tekstur, komposisi dan perilaku mineral-mineral penyusun
batuan tersebut tidak dapat dideskripsi secara megaskopis di lapangan.
Mineralogi optis adalah suatu metode yang sangat mendasar yang berfungsi
untuk mendukung analisis data geologi. Untuk dapat melakukan pengamatan
secara optis atau petrografi diperlukan alat yang disebut mikroskop polarisasi.
Hal itu berhubungan dengan teknik pembacaan data yang dilakukan melalui
lensa yang mempolarisasi obyek pengamatan. Hasil polarisasi obyek selanjutnya
dikirim melalui lensa obyektif dan lensa okuler ke mata (pengamat). Terkait
dengan peranan mikroskop polarisasi dalam identifikasi sifat optik suatu mineral
maka dianggap perlu untuk mampu menggunakan mikroskop tersebut.
Hal-hal yang perlu dideskripsi untuk mengidentifikasi mineral pada
pengamatan nikol sejajar antara lain, ketembusan cahaya, ukuran mineral,
bentuk, belahan pecahan, relief, warna, pleokroisme, inklusi, indeks bias, serta
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
sketsa mineral yang diteliti. Dengan mengidentifikasi hal-hal tersebut, kita akan
dapat mengetahui nama mineral.
Sifat optis mineral yang dapat diamati dalam posisi nikol sejajar yakni :
1. Warna
Warna merupakan pencerminan dari kenampakkan daya serap atau
absorpsi panjang gelombang dari cahaya yang masuk pada mineral anisotropik.
Pengamatan warna mineral secara megaskopis dengan contoh setangan sangat
berbeda dengan pengamatan warna secara mikroskopis. Hanya saja suatu
pendekatan teoritis bahwa pada umumnya mineral yang berwarna pucat
sampai putih dalam contoh setangan cenderung akan nampak tidak berwarna
atau transparan di dalam sayatan tipis, sebaliknya mineral mineral yang
berwarna gelap atau hitam secara megaskopis akan nampak berbagai variasi
warna dalam sayatan tipis. Sedangkan mineral yang kedap cahaya atau
mineral yang tidak tembus cahaya, akan berwarna gelap atau hitam.
2. Pleokrisme
Yaitu sifat penyusupan mineral anisotropic dalam menyerap sinar.
Ditunjukkan oleh beberapa kali perubahan warna kristal setelah diputar
hingga 3600, pada posisi nikol sejajar/silang.
.
Gambar 2.1 Warna absobsi biotit sejajar sumbu C dan pleokroismenya pada
sudut putaran 900
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
3. Bentuk Mineral
Bentuk mineral ditentukan dengan orientasi tepiannya. Bentuk mineral
yang tidak beraturan pada seluruh sisinya disebut Anhedral . Jika sebagian sisi
mineral yang tidak beraturan disebut subhedral. Jika seluruh sisi mineral
beraturan disebut euhedral.
4. Indeks Bias
Indeks bias mineral dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta)
yang menunjukkan perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias
atau refraksi (r). Berdasarkan pengertian tersebut, maka indeks bias (n) juga
merupakan fungsi dari perjalanan sinar di dalam medium yang berbeda.
5. Belahan dan Pecahan
Setiap mineral mempunyai kemampuan dan kecenderungan untuk
terpisah
menjadi bagian yang lebih kecil. Apabila bidang bidang tersebut berbentuk
lurus dengan arah tertentu sesuai dengan bentuk kristalnya, bidang tersebut
adalah bidang belahan (cleavage). Jika bidang bidang kecil dari mineral
tidak lurus dengan arah yang tidak teratur dan terkontrol oleh struktur
atomnya, maka bidang tersebut adalah pecahan (fracture).
6. Relief dan intensitas
Relief suatu mineral dapat diartikan sebagai kenampakkan yang timbul
akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada di
sekitarnya. Relief selalu berbanding lurus denga intensitas.
7. Ketembusan Cahaya
Berdasarkan atas sifat-sifat mineral terhadap cahaya, mineral-mineral
dibagi menjadi dua golongan yaitu, mineral tembus cahaya (transparent) dan
mineral yang tidak tembus cahaya yang sering disebut mineral opak atau mineral
kedap cahaya. Dibawah mikroskop polarisasi, mineral opak akan nampak
sebagai butir yang hitam/ gelap walaupun diamati dengan cahaya maksimal
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
sehingga harus dipelajari lebih lanjut menggunakan mikroskop pantulan.
Mineral tranparent dibagi menjadi dua yaitu mineral isotropik dan mineral
anisotropik. Mineral isotropik adalah mineral yang tidak mengalami perubahan
sifat saat meja objek diputar, sedangkan mineral anisotropik akan mengalami
perubahan sifat optik tergantung pada sinar dan komponennya serta jenis
sayatannya.
Kecepatan sinar ordiner dan ekstraordiner pada kristal unixial adalah tidak sama.
Pada mineral tertentu, sinar ekstraordiner lebih cepat dari sianr ordiner, tetapi
pada mineral lain terjadi sebaliknya, sinar ordiner lebih cepat dari sinar
ekstraordiner. Untuk mempermudah pembahasan dari kergaman tersebut dibuat
kesepakatan bahwa mineral unixial yang mempunyai
Tanda optik positif (+), jika sinar ordiner lebih cepat dari sinar ekstraordiner.
Tanda optik negatif (-), jika sinar ekstraordiner lebih cepat dari sinar ordiner.
Tanda Optik Mineral Sumbu Dua (Biaxial)
Perbedaan antara mineral unixial dan biaxial adalah kedududkan dari sinar
X, sinar Y dan sinar Z yang membentuk garis bagi sudut sumbu optik.
Tanda optik positif, jika sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan garis bagi
sudut lancip (BSI) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan garis bagi
sudut tumpul (BSt).
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
Tanda Optik negatif, jika sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan garis
bagi sudut tumpul (BSt) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan garis
bagi sudut lancip (BSI).
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
Gambar 2.2 Biaxial Negative
Sudut Sumbu Optik (2V)
Sudut 2V adalah sudut yang dibentuk oleh dua sumbu optic, oleh sebab itu
sudut sumbu optik hanya didapatkan pada mineral yang bersumbu optik dua.
Pada sayatan tertentu, dengan memperhatikan gambar interferensi yang
terbentuk, dapat dihitung besar sudut sumbu optik.
A. Gambar Interferensi Pusat
Kenampakan gambar interferensi terpusat adalah dapat dilihat dengan
adanyaSayatan yang dipotong tegak lurus sumbu optiknya (sayatan isotropik).
Memperlihatkan isogir dengan empat lengan serta melatop terletak ditengah.
Kemudian memperlihatkan gelang warna (isofase). Banyaknya gelang warna
sangat tergantung pada harga bias rangkap masing-masing mineral. Makin
banyak gelang warnanya. Apabila meja objek diputar 360, gambar interferensi
tersebut tidak berubah. Kemudian Umtuk gambar interferensi tak terpusat yaitu
terjadi pada sayatan yang dipotong miring terhadap sumbu optic dan melatop
dapat terlihat tetapi tidak berada ditengah dan dapat pula tidak terlihat.
Penentuan tanda optik sama dengan penentuan tanda optik pada gambar
interferensi terpusat, tetapi harus ditentukan dulu posisi setiap kuadrannya.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
maka isogir akan pecah dan bergerak secara diagonal searah sumbu optiknya.
Penentuan tanda optik sama dengan sayatan yang lain, tetapi harus ditentukan
dulu atah sumbu optiknya.
B. Gambar interferensi Kristal Biaxial dan Penentuan Tanda Optiknya
Terjadinya isogir dan gelang warna pada kristal uniaxial sama dengan
biaxial.
Perbedaannya karena ada dua sumbu optik, maka kenampakan gambar
interferensinya akan lebih banyak. Berdasarkan arah sayatan, pada kristal biaxial
terdapat lima jenis gambar interferensi yaitu :
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
mempunyai Sumbu Optik Satu (Uniaxial). Sedangkan pada mineral-mineral
yang bersistim kristal orthorombik, nonoklin dan triklin terdapat tiga macam
sumbu indikatrik, yaitu sumbu indikatrik sinar X (paling cepat), sinar Y
(intermediet) dan sinar Z (palinglambat). pada mineral-mineral ini, ada dua
kemungkinan arah sayatan, dimana sinar yang terbias bergetar ke segala arah
dengan kecepatan sama. Oleh karena itu mineral-mineral yang bersistem kristal
demikian mempunyai Sumbu Optik Dua (Biaxial).
2. Tanda Optik
Tanda Optik Mineral Sumbu Satu
Kecepatan sinar ordiner dan ekstra ordiner pada kristal sumbu satu
(uniaxial) adalah tidak sama. Pada mineral tertentu sinar ekstra ordiner
lebih cepat dari sinar ordiner, tetapi pada mineral lain sinar ordiner bisa
lebih cepat dari sinar ekstra ordiner. Untuk mempermudah pembahasan
dari keragaman tersebut dibuat kesepakatan bahwa mineral uniaxial yang
mempunyai sinar ekstra ordiner lebih cepat dari sinar ordiner diberi Tanda
Optik Negatif. Sebaliknya untuk mineral uniaxial yang mempunyai sinar
ordiner lebih cepat dari sinar ekstra ordiner diberi Tanda Optik Posltif
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
sinar tersebut dikaitkan dengan Garis Bagi Sudut Sumbu Optik. Mineral
sumbu dua dikatakan nempunyai Tanda Optik Positif, jika sumbu
indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut Lancip (BSl) atau
Centred Acute Bisectrix (Bxa) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit
dengan Garis Bagi Sudut Tumpul (BSt) atau Centred Obtuse Bisectrix
(Bxo). Sebaliknya jika sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis
Bagi Sudut Tumpul (BSt) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan
Garis Bagi sudut Lancip (BSl), maka mineral tersebut mempunyai Tanda
Optik Negatif.
3. Sudut Sumbu Optik (2V)
Sudut Sumbu Optik (2V) adalah sudut yang dibentuk oleh dua sumbu
optik. oleh karena itu sudut sumbu optik hanya didapatkan pada mineral sumbu
dua. pada sayatan tertentu, dengan memperhatikan gambar lnterferensinya, dapat
dihitung besarnya sudut sumbu optik.
4. Gambar Interferensi Kristal Sumbu Satu (Uniaxial) dan Penentuan Tanda
Optiknya.
Ada beberapa kenampakkan gambar interferensi pada kristal sumbu
satu. Kenampakkannya ini sangat bergantung pada arah sayatan terhadap sumbu
optik.
Gambar Interferensi Terpusat
Terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus sumbu optiknya
(sayatan isotropik).
Memperlihatkan isogire dengan empat lengan, serta melatop persis di
tengah.
Memperilhatkan gelang-gelang warna (isofase), banyaknya gelanggelang ini sangat bergantung pada harga bias rangkap masing-masing
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
mineral. Makin besar harga bias rangkapnya, makin banyak gelanggelang warnanya.
Bila meja obyek diputar 360, gambar interferensi tidak berubah sama
sekali.
Cara Penentuan Tanda Optik Gambar Interferensi Terpusat
Komponen sinar luar biasa selalu bergetar di dalam bidang yang
memotong bidang pandangan sebagai jari-jari.
Untuk mengetahui apakah sinar luar biasa merupakan sinar lambat atau
Terdapat pada sayatan yang dipotong tegak lurus sb optik .Tanya nampak
satu lengan isogir. Tergerakkan isogir berlawanan dengan pergerakan meja
objek. Gambar interferensi ini paling baik untuk menentukan sudut sumbu optik
( 2V ).
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
Penentuan Tanda Optik Gambar Interferensi Sumbu Optik
Pada mineral sumbu dua berlaku ketentuan bahwa tanda optik positif
jika sinar yang berimpit dengan Bsl adalah sinar Z, dan tanda optic
negatif jika sinar yang berimpit dengan Bsl adalah sinar X (Bst berimpit
dengan sinar Z).
Arah getar sinar Y selalu tegak lurus dengan bidang sumbu optik (Bso).
Maka pada gambar interferensi sumbu optik arah getar sinar Y
merupakan garis singgung dari isogir.
Sinar yang bergetar adalah sinar Y dan sinar yang berimpit dengan Bst (
karena pada sayatan ini Bst membentuk sudut kurang dari 45 terhadap
sayatan putar meja obyek sehingga kedudukan isogir diagonal
Masukkan komparator dan amati perubahan warna interferensi pada sisi
cembung isogir.
Jika terjadi gejala adisi maka sinar Y adalah sinar yang lebih cepat,
berarti sinar lain yang bergetar tegak lurus terhadapnya adalah sinar
yang lebih lambat yaitu sinar Z
Dengan demikian sinar Z berimpit dengan Bst, maka tanda optiknya
adalah negatif.
Sebaliknya jika terjadi gejala subtraksi, maka tanda optiknya positif
Pengaturan yang paling penting adalah memusatkan perputaran meja
objek/centering, pengaturan arah getaran polarisator sejajar dengan salah satu
benang silang, dan pengaturan arah getar analisator agar tegak lurus arah getar
polarisator. Centering penting dilakukan agar pada saat pengamatan dengan
menggunakan perputaran meja objek, mineral yang kita amati tetap berada pada
medan pandangan (tidak keluar dari medan pandangan). Pengaturan arah getar
polarisator harus dilakukan agar kita tahu persis arah getaran sinar biasa dan luar
biasa yang diteruskan oleh polarisator searah dengan salah satu arah benang
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
silang, apakah benang tegak (N-S) atau benang horisontal (E-W), sehingga
memudahkan dalam penentuan sifat-sifat optik yang berhubungan dengan
sumbu-sumbu kristalografi dan sumbu-sumbu sinarnya. Pengaturan arah getar
analisator harus dilakukan agar benar-benar tegak lurus arah getar polarisator,
caranya adalah dengan memasang kedua bagian tanpa menggunakan peraga.
Apabila arah getar kedua nikol sudah saling tegak lurus (membentuk sudut 90o)
maka yang teramati pada okuler adalah keadaan gelap sama sekali karena
cahaya yang tadinya terpilih oleh polarisator sehingga hanya yang bergetar pada
satu arah saja kemudian terserap oleh analisator seluruhnya. Dengan demikian
apabila kenampakannya belum gelap sama sekali, berarti kedudukan analisator
belum tegak lurus polarisator dan harus memutar analisator hingga kedudukan
gelap maksimum.
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
No. Urut
:1
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
No. Peraga
:1
Perbesaran objektif
: 10 x
Perbesaran okuler
:5x
Perbesaran total
: 50 x
Perbesaran diafragma
: 0.10
Bilangan skala
Kedudukan
Sumbu optik
Tanda optik
Gambar interferensi
- Isogir
- Gelang warna
- Sudut 2v
: 0,02
: x,y = 12,18
: Biaxial
: Substraksi
Nama mineral
: Olivin ((MgFe)2SiO4)
Isogir
3.2
: : ada (ungu)
:-
Gelang Warna
Pembahasan
Petrografi merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari cara
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
Dimana praktikum ini menjelaskan mengenai pengamatan konoskop pada
kenampakan gambar interferensi yang terdiri dari isogir, isofase (gelang warna),
dan melatop.
Pengamatan konoskop pada praktikum ini menggunakan perbesaran
objektif 100x dan perbesaran okuler 5x sehingga Perbesaran totalnhya adalah
hasil perkalian antara perbesaran okuler 10x dan perbesaran objektif 5x sehingga
hasil yang diperoleh ialah 50x. Ketentuan bukaan diafragma ialah 0,10 mm
dengan bilangan skala dari hasil seperperbesaran total yaitu 0,02 mm.
pengamatan yang dilakukan pada mineral ini memiliki kedudukan dibawah
mikroskop adalah nilai x- 12 dan nilai y= 18 sehingga kedudukanya x,y =
12,18. Pada penentuan sumbu optik arah sayatan dimana sinar yang terbias
merambat kesegalah arah sehingga dikatakan memiliki dua sumbu optik atau
disebut dengan biaxial. Tanda optik yang dihasilkan pada pengamatan ini adalah
substraksi, dikarenakan sumbu indikatrik sinar Z mineral tegak lurus dengan
sumbu indikatrik sinar Z komparator sehingga adanya gejala yang menampakan
pengurangan warna interferensi yang diakibatkan berkurangnya retardasi.
Gambar interferensi pada pengamatan ini adalah hijau. Pada pengamatan
mineral ini terdapat gelang warna ungu dan
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
kedudukan dari sinar x, sinar y, dan sinar z, yang membtuk garis bagi sudut
sumbu optik. Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui nama mineralnya
adalah Olivin (MgFe)2SiO4. Mineral olivin terbentuk pada lingkungan batuan
beku asam dan ultrabasa.
Kebanyakan mineral olivin ditemukan dipermukaaan bumi, pada batuan
bekuyang berwarna gelap. Olivin merupakan mineral pertama yang mengkristal
dari magma. Mineral ini biasanya mengkristal bersamaan dengan mineral
plagioklas dengan piroksin dengan membentuk batu gabro mupun basalt.
Mineral olivin terbentuk pada lingkungan btuan beku, khususnya dalam
lingkungan batuan beku basa dan ultrabasa. Dapat menjadi penyusun utama
dalam batuan beku ultrabasa yaitu Dunit.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum pengamatan konskop adalah
sebagai berikut :
1. Penentuan sumbu optik mineral yaitu dilihat berdasarkan garis tegak lurus
dengan arah sayatan mineral, dimana apabila terdapat dua sumbu optik maka
disebut dengan biaxial dan jika hanya satu sumbu optik maka disebut dengan
uniaxial.
2. Dalam menentukan tanda optik mineral sumbu satu yaitu tanda optic positif
jika sinar ordiner lebih cepat dari pada sinar ekstraordiner sedangkan dalam
mentukan tanda optik mineral sumbu dau adalah jika sumbu indikatrik sinar
Z berimpit dengan garis sudut lancip dan sumbu katrik sinar X berimpit
dengan garis bagi suu tumpul
3. Untuk mmentukan sudt 2V adalah kedua bagian isogir tetap kelihatan dalam
medan pandang. Besar sudtb 2V dapat ditentukan berdasrkan perbandingan
model isogir berdasarkan metode kamb.
4.2 Saran
Saran saya adalah agar perlengkapan laboratorium dilengkapi lagi.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Acara
010
DAFTAR PUSTAKA
Chaerul, Muh.2014.Petrografi. Universitas Halu Oleo.Kendari
Daniswworo,dkk,1999. Kristalografi dan Mineralogy. Yogyakarta:UPN Veteran
yogayakarta.
Graha Doddy S.1987.Batuan Dan Mineral. Bandung.
Selverstone, Jane, 2013.Otikal Mineralogy in a Nutshel.University of New
Mexico.