Anda di halaman 1dari 16

JURNAL

PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI ACARA II :


ORTOSKOP NIKOL SEJAJAR DAN NIKOL SILANG

OLEH:
MAEGA DIORENNA PABONTONG
D061221003

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2024
ORTOSKOP SILANG DAN NIKOL SEJAJAR
Maega D. Pabontong1, Naufal Syahrid Panrita 2
1Praktikan Praktikum Mineral Optik dan Petrografi, Laboratorium Petrografi
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
2Asisten Praktikum Mineral Optik dan Petrografi, Laboratorium Petrografi,
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

ABSTRAK
Mineral optik adalah cabang ilmu yang mempelajari karakteristik optik dari mineral,
yang dapat dianalisis menggunakan mikroskop polarisasi cahaya. Penggunaan mikroskop
polarisasi cahaya sangat vital dalam analisis mineral dan petrografi. Dengan menggunakan
mikroskop ini, pengamat dapat membedakan dengan lebih jelas antara berbagai sifat fisik
mineral yang terdapat dalam batuan. Hal ini memungkinkan untuk mendapatkan informasi atau
data pengamatan yang lebih akurat Tujuan dari praktikum ini adalah guna mengetahui mineral
pada nikol silang, nikol silang, nikol sejajar, dan T.R.O. Praktikum ini dilakukan dengan metode
pengamatan langsung di laboratorium dengan tahapan pendahuluan, praktikum, analisis data,
dan pembuatan jurnal. Pada pengamatan nikol sejajar yang diamati berupa warna absorpsi, relief,
intensitas, indeks bias, pleokroisme, belahan, pecahan, bentuk dan inklusi. Pada masing-masing
sampel didapatkan hasil pengamatan yang berbeda-beda. Pada pengamatan nikol sejajar yang
diamati adalah ukuran mineral, warna interferensi maksimum, bias rangkap, sudut pemadaman,
jenis pemadaman, dan kembaran. Pada pengamatan ini juga didapatkan perbedaan hasil pada
masing-masing sampel. Pada pengamatan T.R.O, digunakan keping gips untuk mengetahui
T.R.O Pada pengamatan ini didapatkan mineral biotit, olivin, dan plagioklas.
Kata kunci: Mineral Optik, Petrografi, Ortoskop

I. Pendahuluan tersebut tidak dapat dideskripsi


secara megaskopis di lapangan.
1.1. Latar Belakang
Mineral optik adalah suatu ilmu
Batuan adalah komponen utama mineralogi yang menggunakan
penyusun kerak bumi yang sangat metode mendasar yang berfungsi
erat kaitannya dengan penelitian ilmu untuk mendukung analisis data
geologi. Dalam ilmu Geologi analisis geologi. Untuk dapat melakukan
sayatan tipis batuan dilakukan karena pengamatan secara optis atau
ada bebereapa sifat-sifat fisik, seperti petrografi diperlukan alat yang
tekstur, komposisi dan perilaku disebut mikroskop polarisasi.
mineral-mineral penyusun batuan Mikroskop polarisasi cahaya
adalah alat yang digunakan untuk Adapun tujuan dari praktikum ini
mengamati mineral dan batuan adalah sebagai berikut:
melalui sifat optik mineral yang 1. Dapat menganalisis mineral
ditampilkan melalui mikroskop dengan menggunakan nikol
polarisasi cahaya. Penggunaan sejajar.
mikroskop polarisasi cahaya dalam 2. Dapat menganalisis mineral
analisis mineral dan petrografi sangat dengan menggunakan nikol
penting karena dapat memberikan silang.
memberikan informasi yang akurat 3. Dapat menganalisis mineral
dan detail tentang mineral dan batuan dengan T.R.O.
yang diamati. 1.3 Alat dan Bahan
Terkait dengan peranan
Adapun alat dan bahan
mikroskop polarisasi dalam
yang digunakan dalam praktikum
identifikasi sifat optik suatu mineral
kali ini adalah :
maka dianggap perlu untuk mampu
1. ATK
menggunakan mikroskop tersebut.
Dalam penggunaan mikroskop 2. HVS
terdapat pengamatan nikol silang dan
3. Mikroskop polarisasi
nikol sejajar.
4. Lap kasar dan halus
Oleh karena itu diadakanlah
praktikum untuk pengamatan pada 5. Peraga sayatan
nikol sejajar dan nikol silang dalam
6. Pensil warna
acara pengamatan nikol silang dan
7. Penuntun
nikol sejajar.
8. Diagram Michael-Levy
1.2 Maksud dan Tujuan
9. LKP
Adapun maksud dari praktikum
ini adalah guna mengetahui cara II. Tinjauan Pustaka
menganalisis mineral dengan 2.1 Pengertian Mineral
menggunakan mikroskop polarisator
Mineral adalah zat padat
pada nikol silang dan nikol sejajar.
anorganik yang terbentuk secara
alami dan memiliki struktur kristal polarisasi cahaya, cahaya, dan
teratur. Mineral terdiri dari satu dari warna. Suatu mineral dapat
satu jenis unsur atau lebih, yang membelokkan atau membiaskan
diatur secara teratur dalam bentuk cahaya, dan kemampuan ini dapat
kristal. Sifat fisik, kimia, dan optik digunakan untuk mengidentifikasi
yang khas dari mineral membedakan mineral. Beberapa mineral juga
satu mineral dengan mineral lainnya memperlihatkan suatu fenomena
dan memungkinkan agar mineral polarisasi cahaya, yang dimana
diidentifikasi dan juga dapat cahaya yang dipancarkan oleh
diklasifikasikan (Campbell,2002). mineral akan dipolarisasi. Warna
Mineral memiliki sifat mineral dapat bervariasi dari yang
fisik yang khas, termasuk kekerasan, sangat terang seperti halnya kuarsa
belahan, kilap, dan berat jenis. hingga yang sangat gelap seperti
Kekerasan mineral diukur dengan halnya magnetit (Judith, Bean dkk.
skala kekerasan Mohs yang berisi 10 1981).
mineral standar dengan kekerasan 2.2 Mikroskop
yang meningkat. Belahan mineral
Mikroskop adalah alat
dapat berupa belahan sejajar, belahan
optik yang digunakan untuk
tak sejajar, atau tidak memiliki
melihat objek yang sangat kecil
belahan sama sekali. Kilap mineral
yang tidak dapat dilihat dengan
mineral dapat berupa kilap logam,
mata telanjang. Mikroskop
kilap adamantine, kilap resin, atau
memanfaatkan sifat optik cahaya,
kilap matt. Berat jenis mineral
yaitu kemampuan Cahaya untuk
berkisar dari yang sangat ringan
membelok saat melewati benda
seperti batuan piroksen hingga yang
yang memiliki memiliki indeks
sangat berat seperti batu bara. Sifat
bias yang berbeda.
kimia mineral mencakup komposisi
Mikroskop modern
kimia dan reaktivitas terhadap asam
memiliki dua lensa khusus yang
(Tim Unpad, 2008).
terletak di antara sampel dan mata
Sementara itu, sifat optik
pengamat, yaitu lensa objektif
mineral meliputi pembiasan cahaya,
objektif dan lensa okuler. Lensa
objektif memperbesar sampel dan Mikroskop polarisasi, juga
membentuk gambar nyata entuk dikenal sebagai mikroskop
gambar nyata di antara lensa polarimeter, adalah jenis
objektif dan lensa okuler. Lensa mikroskop mikroskop optik yang
okuler kemudian memper- dirancang untuk menganalisis sifat
besar gambar sehingga dapat dilihat analisis sifat polarisasi cahaya
oleh mata pengamat (Ulva Ria yang dipantulkan atau dipancarkan
Irfan, 2014). oleh benda uji (Ulva Ria Irfan,
Mikroskop juga memiliki 2014).
berbagai jenis, seperti mikroskop Cahaya polarisasi dibuat
cahaya, mikroskop elektron, dan dengan melewati sampel melalui
mikroskop fluoresensi. Mikroskop filter polarisasi yang dapat
cahaya adalah jenis mikroskop yang menghasilkan polarisasi linier,
menggunakan sumber cahaya. sirkular, atau eliptis. Sampel
Mikroskop elektron menggunakan kemudian diamati dengan
elektron sebagai sumber cahaya dan menggunakan mikroskop
dapat memperbesar gambar sampai polarisasi yang dilengkapi dengan
jutaan kali lebih besar dari filter polarisasi tambahan
mikroskop cahaya. Mikroskop tambahan dan piringan polarisasi.
fluoresensi digunakan untuk melihat Mikroskop ini digunakan dalam
benda yang memiliki sifat berbagai bidang, salah satunya Di
fluoresensi, di mana benda tersebut bidang geologi, mikroskop
tersebut dapat menyerap menyerap polarisasi digunakan untuk
energi cahaya dan memancarkan mempelajari mineral dan batuan,
kembali energi dalam bentuk serta untuk menganalisis tekstur
cahaya. Mikroskop digunakan dan orientasi kristal (Ulva Ria
dalam berbagai bidang, seperti Irfan, 2014).
biologi, ilmu material, dan geologi Keuntungan dari mikroskop
(Bima, 2005). polarisasi yaitu kemampuannya
memberikan informasi tambahan
2.3 Mikroskop Polarisasi
tentang sifat material tidak dapat
dilihat dengan mikroskop pengamatan dengan tidak
konvensional. Juga mikroskop menggunakan analisator atau
polarisasi dapat membantu analisator sejajar arah polarisator.
mengidentifikasi mineral yang Artinya kita mengamati cahaya
serupa tetapi memiliki sifat polarisasi polarisasi yang merambat melewati
yang berbeda (Ulva Ria Irfan, 2014). kristal, tetapi hanya pada satu
Selain itu, mikroskop bidang getar yang sejajar dengan
polarisasi dapat memberikan arah getar polarisator. Sifat optik
informasi tentang orientasi kristal yang dapat diamati antara lain
dan distribusi dalam mineral dan warna absorbsi, pleokrisme, index
batuan, yang dapat membantu bias, relief dan juga bentuk
dalam memahami proses geologi belahan/pecahan, serta ukuran butir
dan mineralogi (Ulva Ria Irfan, (Sutarto, dkk., 2019).
2014).
2.5 Sifat Optik Mineral Pada
2.4 Ortoskop Nikol Sejajar dan Posisi Nikol Sejajar
Nikol Silang
1. Warna
Untuk melakukan pengamatan Warna mineral dipengaruhi
sifat-sifat optik mineral diperlukan oleh kemampuannya untuk
beberapa tahapan, yaitu dari ortoskop menyerap atau memantulkan
nikol sejajar, ortoskop nikol silang cahaya. Pada mineral anisotropik,
dan konoskop. Berdasarkan warna dapat berubah tergantung
ketembusan terhadap cahaya, mineral pada arah pandangnya. Ketika
dibagi menjadi mineral opak dan melihat mineral dengan mata
mineral transparan. Mineral opak telanjang atau menggunakan alat
adalah mineral yang tidak tembus megaskopis seperti setangan,
cahaya, sedangkan mineral transparan warna dapat tampak berbeda
adalah mineral yang tembus Cahaya dibandingkan dengan pengamatan
(Sutarto, dkk.., 2019). mikroskopis pada sayatan tipis.
Pengamatan mikroskop Mineral yang berwarna pucat
polarisasi nikol sejajar adalah hingga putih dalam contoh
setangan cenderung tampak tidak untuk memahami bagaimana
berwarna atau transparan dalam cahaya berperilaku ketika
sayatan tipis, sedangkan mineral melewati mineral.
yang berwarna gelap secara 5. Belahan dan Pecahan
megaskopis dapat menunjukkan Mineral memiliki
berbagai variasi warna dalam kemampuan untuk terpisah
sayatan tipis. menjadi bagian yang lebih kecil.
2. Pleokrisme Belahan terjadi ketika mineral
Ini adalah sifat di mana terpisah menjadi bidang-bidang
mineral anisotropik menunjukkan yang lurus sesuai dengan struktur
perubahan warna saat diputar pada kristalnya, sementara pecahan
posisi nikol sejajar atau silang. Hal terjadi ketika bidang-bidang
ini disebabkan oleh perbedaan tersebut tidak lurus dan tidak
dalam penyerapan cahaya di teratur.
berbagai arah kristal. 6. Relief dan Intensitas
3. Bentuk Mineral Relief adalah perbedaan
Bentuk mineral ditentukan dalam kenampakan antara
oleh orientasi tepiannya. Mineral mineral dan medium sekitarnya
dapat memiliki bentuk anhedral karena perbedaan dalam indeks
(tidak beraturan pada seluruh bias. Intensitas relief selalu
sisinya), subhedral (sebagian sisi berhubungan dengan perbedaan
tidak beraturan), atau euhedral indeks bias tersebut, yang dapat
(seluruh sisi beraturan). memberikan petunjuk tentang
4. Indeks Bias komposisi mineral dan struktur
Indeks bias adalah nilai yang kristalnya (Hakim, 2019).
menunjukkan seberapa banyak
2.6 Sifat Optik Mineral Pada
cahaya dibiaskan saat melewati
Posisi Nikol Silang
mineral. Indeks bias ini bergantung
pada perbandingan sinus sudut 1. Warna Interferensi
datang dan sinus sudut bias atau Warna interferensi adalah
refraksi. Ini memungkinkan kita kenampakan warna sebagai
manifestasi dari perbedaan panjang mineral. Selisih maksimum sinar
gelombang dua vektor cahaya yang yang bergetar atau bias rangkap
bergetar saling tegak lurus yang mineral adalah jika sinar yang
melewati lintasan sayatan tipis kristal bergetar adalah sinar yang
dengan kecepatan yang berbeda yang mempunyai indeks bias maksimum
diteruskan melalui lensa analisator dan indeks bias minimum (Sutarto,
kepada mata pengamat. Warna dkk., 2019).
interferensi adalah harga retardasi
dari cahaya yang dibiaskan dan 3. Orientasi Optik
merambat melewati kristal.Semakin Orientasi optik merupakan
tebal sayatan tipis mineral, maka hubungan antara sumbu panjang
akan semakin besar harga kristalografi mineral dengan sumbu
retardasinya.Sebagai contoh, jika indikatriknya (arah getar sinar).
mineral kuarsa dengan sayatan Pada umumnya sumbu panjang
standar tebal 0,03 mm mempunyai kristalografi pada mineral
harga retardasi sekitar 250 nm yang merupakan sumbu kristalografi-c.
dimanifestasikan sebagai warna abu- Tetapi pada kelompok filosilikat
abu, maka ketika tebal sayatan umumnya sumbu kristalografi-c
mineral kuarsa 0,04 nm, harga merupakan sumbu terpendek,
retardasi kuarsa akan menjadi sekitar sedang yang paling panjang adalah
350 nm, dan akan memperlihatkan sumbu a kritalografi. Untuk
warna interferensi kuning (Sutarto, mempermudah pemahaman dalam
dkk., 2019). pembahasan lebih lanjut, kita
2. Bias Rangkap anggap bahwa sumbu panjang
Cahaya yang masuk dalam kristalografi adalah sumbu
media optis anisotrop akan dibiaskan kristalografi-c. Tetapi anggapan ini
menjadi 2 sinar, yang bergetar dalam tidak berlaku untuk perkecualian
dua bidang yang saling tegak lurus. seperti pada filosilikat (Sutarto,
Harga bias rangkap merupakan dkk., 2019).
selisih maksimum kedua indeks bias 4. Pemadaman
sinar yang bergetar melewati suatu Pemadaman adalah gejala
dimana mineral memperlihatkan mineralogi merujuk pada
kenampakan gelap maksimum, hal ini karakteristik spesifik dari refleksi
terjadi apabila sumbu indikatrik (arah cahaya oleh mineral yang dapat
getar sinar) mineral sejajar dengan diukur menggunakan
arah getar polarisator atau analisator. spektroskopi optik. Tanda rentang
Pada pengamatan mineral anisotrop, optik ini sangat penting dalam
apabila meja obyek diputar 360°, identifikasi dan analisis mineral
maka akan terjadi gelap maksimum karena setiap mineral memiliki
empat kali. Tidak semua mineral pola refleksi cahaya yang unik.
memperlihatkan pemadaman yang Pola ini dapat diukur
sempurna, ada yang pemadamannya menggunakan berbagai teknik
bintik-bintik (misal pada biotit) dan spektroskopi, termasuk Total
ada yang pemadamannya Reflectance Optical (TRO), yang
bergelombang (misal pada kuarsa) merupakan salah satu metode
(Sutarto, dkk., 2019). yang paling umum digunakan.
5. Kembaran Tanda rentang optik mencakup:
Pada kenampakan secara 1. Intensitas Refleksi: Ini
mikroskopis kembaran nampak adalah tingkat kecerahan cahaya
sebagai lembar-lembar yang yang dikembalikan oleh mineral
memperlihatkan warna interferensi setelah melewati sampel.
dan pemadaman yang berbeda. Intensitas refleksi dapat
Kenampakan tersebut dapat memberikan informasi tentang
disebabkan karena pada waktu proses ketebalan dan kepadatan mineral
kristalisasi terganggu (kembaran dalam sampel.
tumbuh) atau karena adanya proses 2. Posisi dan Lebar Band:
deformasi pada waktu kristal tersebut Setiap mineral memiliki
sudah terbentuk (kembaran serangkaian band refleksi yang
deformasi) (Sutarto, dkk., 2019). unik, yang ditentukan oleh
perbedaan dalam atom dan
2.7 Tanda Rentang Optik
molekul dalam struktur mineral.

Tanda rentang optik dalam Posisi dan lebar band ini dapat
memberikan informasi tentang jenis Pada tahap ini dilakukan
mineral dan kondisi fisiknya. pencatatan data mineral pada
3. Kompleksitas Pola Refleksi: mikroskop dengan ortoskop nikol
Beberapa mineral memiliki pola sejajar. Adapun yang dideskripsi
refleksi yang sangat kompleks, yang adalah warna absorpsi,
mencakup berbagai band refleksi pleokroisme, belahan, pecahan,
dengan intensitas yang berbeda. indeks bias, relief, dan ukuran
Analisis ini dapat memberikan mineral.
wawasan mendalam tentang struktur 3.2.2 Nikol Silang
kristal dan kimia mineral.
Pada tahap ini dilakukan
III METODOLOGI
pencatatan data mineral pada
Metode yang digunakan dalam mikroskop dengan ortoskop nikol
praktikum ini adalah pengamatan silang. Adapun yang dideskripsi
langsung di laboratorium dengan adalah warna interferensi, jenis
melakukan deskripsi. pemadaman, sudut pemadaman,
Adapun tahapan-tahapan pada bias rangkap, dan kembaran. Pada
praktikum ini, diantaranya: tahap ini juga dilakukan analisis
3.1 Tahapan Pendahuluan menggunakan keping gips (T.R.O).

Pada tahapan awal, dilaksanakan 3.3 Tahapan Analisis Data


asistensi acara mengenai materi yang Pada tahapan ini, data yang
akan dipraktikumkan, yaitu ortoskop telah diperoleh di laboratorium
nikol silang dan nikol sejajar.
kemudian di analisis dengan
3.2 Tahapan Praktikum memperhatikan konsep-konsep dan

Kegiatan praktikum ini dilakukan sumber-sumber yang ada sehingga

di Laboratorium Petrografi, tidak terjadi kesalahan. Selain itu,


Departemen Teknik Geologi, dilakukan pula asistensi bersama
Universitas Hasanuddin. Praktikum asisten guna memperkuat data yang
dilakukan sebagai berikut: telah diperoleh. Data yang

3.2.1 Nikol Sejajar dianalisis berupa data pencatatan


pada ortoskop nikol silang dan nikol skala 0,025mm. Sampel yang
sejajar. diamati memiliki kedudukan
(15,3),(18,7). Sampel ini berwarna
3.4 Pembuatan Jurnal
absorpsi Cokelat Kehitaman
Setelah memperoleh analisis data
dengan relief rendah dan intensitas
yang benar berdasarkan hasil
rendah. Adapun indeks bias
asistensi dari asisten, dilanjutkan
Nmin>Ncb. Sampel ini memiliki
dengan penyusunan jurnal sesuai
pleokroisme Dwikroik dan tidak
dengan format laporan yang telah
memiliki belahan dengan pecahan
ditentukan.
even serta memiliki bentuk
subhedral. Sampel ini tidak
memiliki inklusi.
Pada pengamatan, diketahui
ukuran mineral 1mm dengan warna
interferensi maksimum Cokelat
kehitaman pada orde I. Memiliki
sudut pemadaman 50° dengan jenis
pemadaman Paralel dan tidak
memiliki kembaran. Adapun sistem
kristalnya monoklin. Berdasarkan
pengamatan T.R.O didapatkan
Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan
Praktikum. substraksi lenght slow. Komposisi

IV HASIL DAN mineral ini adalah K(Mg,Fe) 3

PEMBAHASAN (AlSi 3 O 10 )(F,OH) 2. Mineral ini

4.1 Sampel 1 bernama Biotit.

Pada sampel dengan nomor


urut 1 dan nomor peraga
Y1K/034/BB, diamati dengan
menggunakan perbesaran okuler 10x
dan perbesaran objektif 4x sehingga
perbesaran total 40x dengan bilangan
4.2 Sampel 2
Pada sampel dengan nomor
urut 2 dan nomor peraga
Y1K/034/BB, diamati dengan
menggunakan perbesaran okuler
10x dan perbesaran objektif 4x
sehingga perbesaran total 40x
dengan bilangan skala 0,025mm.
Gambar 4.1 Nikol sejajar sampel 1
Sampel yang diamati memiliki
kedudukan (5,9),(12,21). Sampel
ini berwarna absorpsi Colorless
dengan relief rendah dan intensitas
tinggi. Adapun indeks bias
Nmin>Ncb. Sampel ini memiliki
pleokroisme Dwikroik dan
memiliki belahan 1 arah dengan
pecahan even serta memiliki
bentuk subhedral-anhedral. Sampel
ini tidak memiliki inklusi.
Pada pengamatan, diketahui
ukuran mineral 0,5 mm dengan
warna interferensi maksimum pada
Gambar 4.2 Nikol silang sampel 1
orde II merah kecoklatan. Memiliki
sudut pemadaman 39° dengan jenis
pemadaman miring dan tidak
memiliki kembaran. Adapun sistem
kristalnya monoklin. Berdasarkan
pengamatan T.R.O didapatkan
substraksi lenght slow. Komposisi

Gambar 4.3 T.R.O. sampel 1 mineral ini adalah (A)2SiO4


Mineral ini Bernama Olivin.
Sampel yang diamati memiliki
kedudukan (2,9),(11,9). Sampel ini
berwarna absorpsi Colorless
dengan relief rendah dan intensitas
rendah. Adapun indeks bias
Ncb>Nmin. Sampel ini memiliki
pleokroisme monokroik dan tidak
Gambar 4.4 Nikol sejajar sampel 2 memiliki belahan dengan pecahan
even serta memiliki bentuk
Subhedral. Sampel ini tidak
memiliki inklusi.
Pada pengamatan, diketahui
ukuran mineral 1,55 mm dengan
warna interferensi maksimum abu-
abu cokelat pada orde I. Memiliki
Gambar 4.5 Nikol silang sampel 2 sudut pemadaman 40° dengan jenis
pemadaman miring dan memiliki
kembaran carlsbad. Adapun sistem
kristalnya triklin. Berdasarkan
pengamatan T.R.O didapatkan
adisi lenght fast. Komposisi
mineral ini adalah NaAlSi3O8 .

Mineral ini bernama Plagioklas.


Gambar 4.6 T.R.O. sampel 2
4.2 Sampel 3
Pada sampel dengan nomor
urut 3 dan nomor peraga ST 600
Pundri, diamati dengan menggunakan
perbesaran okuler 10x dan perbesaran
objektif 4x sehingga perbesaran total
40x dengan bilangan skala 0,025mm.
Gambar 4.7 Nikol sejajar sampel 3 pengamatan yang berbeda-
beda..
2. Pada pengamatan nikol
sejajar yang diamati adalah
ukuran mineral, warna
interferensi maksimum, bias
rangkap, sudut pemadaman,
jenis pemadaman, dan
Gambar 4.8 Nikol silang sampel 3 kembaran. Pada pengamatan
ini juga didapatkan
perbedaan hasil pada masing-
masing sampel.
3. Pada pengamatan T.R.O,
digunakan keping gips untuk
mengetahui T.R.O Pada
pengamatan ini didapatkan
Gambar 4.9 T.R.O. sampel 3 hasil berupa
I. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Berdasarkan hasil
pengamatan laboratorium, dapat 5.2.1 Saran untuk
ditarik beberapa kesimpulan, antara Laboratorium
lain sebagai berikut: 1. Memperbaiki alat yang
1. Pada pengamatan nikol sejajar rusak
yang diamati berupa warna 2. Menambah peraga sampel
absorpsi, relief, intensitas, 3. Menambah alat pengamat
indeks bias, pleokroisme,
5.2.2 Saran untuk Asisten
belahan, pecahan, bentuk dan
inklusi. Pada masing-masing 1. Memastikan praktikan
sampel didapatkan hasil memahami materi
2. Mempertahankan metode
penjelasan materi
3. Tetap ramah terhadap
praktikan

DAFTAR PUSTAKA
Bima. 2005. Mikroskop dan
Penggunaanya. Bogor. IPB

Campbell, Neil A. 2002.


Biology. Jakarta: Erlangga

Hakim, A. Y. A. 2019. Mineralogi.


Bandung: ITB Press.

Hartosuwarno, Sutarto, Humbarsono,


AY., Suharwanto. Mineralogi
Optik. Universitas
Pembangunan Nasional
“Veteran”, Yogyakarta

Judith, Bean dkk. 1981. Diktat


Kuliah Mineral Optik.
Yogyakarta: Pusat Penerbitan
Fakultas Teknik

Ria, Ulva. 2014. Mineral Optik.


Makassar. Laboratorium
Mineral Optik Teknik Geologi
Universitas Hasanuddin

Universitas Gadjah Mada. Tim Dosen


Unpad: 2008. Pengenalan
Mikroskop. Bandung:
Universitas Padjajaran

Anda mungkin juga menyukai