Anda di halaman 1dari 13

NIKOL SILANG DAN NIKOL SEJAJAR

Dinda Mulia Aditama1, Dewi Purnama 2


1
, Praktikan Praktikum Mineral Optik dan Petrogragi, Laboratorium Petrografi,
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
2
, Asisten Praktikum Mineral Optik dan Petrografi, Laboratorium Petrografi,
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Mineral Optik merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang
sifat optis mineral. Mineralogi Optik bertujuan untuk mendeskripsikan mineral secara lebih
akurat menggunakan mikroskop. Adapun Maksud dari praktikum ini yaitu agar praktikan
dapat mengetahui sifat-sifat optis suatu mineral , dapat mengetahui cara mendeskripsikan
sifat sifat optis mineral melalui pengamatan nikol silang dan nikol sejajar serta dapat
mengetahui nama mineral yang diamati. Adapun tujuan praktikum ini yaitu praktikan
mengetahui sifat sifat optis suatu mineral, mengetahu cara mendeskripsikan sifat sifat optis
mineral melalui pengamatan nikol silang dan nikol sejajar, serta mengetahui nama mineral
yang diamati. Adapun nama mineral yang telah kita amati dan deskripsi yaitu mineral Biotit
dan

Kata kunci : Mineral optik, Nikol silang, Nikol sejajar.

I. Pendahuluan batuan dan bahan lain yang ada di

Geologi, berasal dari kata geo dan sekitar kita, proses yang

logo bahasa Yunani, didefinisikan menghasilkan atau pembentukan

sebagai studi tentang Bumi, tetapi bahan-bahan itu, aliran air di atas dan

sekarang juga mencakup studi tentang di bawah permukaan tanah,

planet dan bulan di tata surya kita. perubahan-perubahan yang telah

Dalam arti luasnya, geologi adalah terjadi selama sepanjang waktu

studi tentang Bumi, baik di bagian geologis, dan perubahan yang dapat

dalamnya dan permukaan luarnya, kita antisipasi akan terjadi dalam


waktu dekat. Terdapat beberapa pengamatan nikol silang dan nikol

cabang ilmu geologi yang saat ini sejajar serta dapat mengetahui nama

banyak digunakan dalam mineral yang diamati. Adapun Tujuan

penyelidikan, salah satunya yaitu praktikum ini yaitu praktikan

mineral optik dan petrografi. mengetahui sifat sifat optis suatu

Mineralogi Optik merupakan mineral, mengetahu icara

salah satu cabang ilmu geologi yang mendeskripsikan sifat sifat optis

mempelajaritentang sifat optis mineral melalui pengamatan nikol

mineral. Mineralogi Optik bertujuan silang dan nikol sejajar, serta

untuk mendeskripsikanmineral secara mengetahui nama mineral yang

lebih akurat menggunakan diamati.

mikroskop. Alat yang digunakan II Tinjauan Pustaka


2.1. Nikol sejajar
dalam pengamatan mineral secara
Mineral adalah bahan padat
mikroskopis adalah mikroskop
anorganik yang terdapat secara
polarisas iuntuk mengamati sayatan
alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur
mineral.
kimiawi dalam perbandingan tertentu,
Maksud dari praktikum ini yaitu
dimana atom-atom didalamnya
agar mahasiswa (praktikan) Maksud
tersusun mengikuti suatu pola yang
dari praktikum kali ini yaitu agar
sistimatis (bentuk kristal yang
praktikan dapat mengetahui sifat sifat
teratur). (Djauhari, 2012)
optis suatu mineral , dapat
1. Warna
mengetahui cara mendeskripsikan
Warna merupakan pencerminan
sifat sifat optis mineral melalui
dari kenampakan daya serap atau
absorpsi panjang gelombang dari 2) Trikroik (trichroic), bila terjadi

cahaya yang masuk pada mineral perubahan tiga warna yang

anisotropic. mineral-mineral yang berbeda. Terjadi pada mineral

berwama gelap atau hitam secara dengan sistem kristal ortorombik,

megaskopis akan nampak. berbagai monoklin dan triklin. (Chaerul,

variasi wama dalam sayatan tipis. 2014)

Sedangkan mineral yang kedap 3. Bentuk Mineral

cahaya atau mineral yang tidak Pengamatan bentuk mineral

tembus cahaya, akan berwarna gelap secara optik dilakukan dengan

atau hitam.(Chaerul, 2014) melihat bentuk mineral dalam kondisi

2. Pleikroisme dua dimensi.Bentuk-bentuk mineral

Gejala perubahan warna mineral dapat dibagi kedalam tiga bagian,

pada ortoskop tanpa nikol atau nikol yaitu:

sejajar bila meja objek diputar hingga 1) Euhedral, bila kristal dibatasi oleh

90º, disebut dengan pleokroisme. bidang kristalnya sendiri.

Jenis-jenis pleokroisme mineral dapat 2) Subhedral, bila kristal dibatasi

dibagi kedalam 2 (dua) golongan, hanya sebagian bidang kristalnya

yaitu: sendiri.

1) Dwikroik (dichroic), bila terjadi 3) Anhedral, bila kristal sama sekali

perubahan dua warna yang tidak dibatasi oleh bidang-bidang

berbeda, contoh pada mineral kristalnya sendiri. (Chaerul,

bersistem kristalhexagonal dan 2014)

tetragonal.
Gambar 2.2 Belahan pada Mineral
Gambar 2.1 Bentuk-bentuk mineral

4. Belahan dan Pecahan 5. Indeks Bias

Apabila bidang-bidang tersebut Setiap jenis mineral mempunyai

berbentuk lurus dengan arah tertentu indeks bias tertentu dan umumnya

sesuai dengan bentuk kristalnya, merupakan salah satu ciri yang khas

bidang tersebut adalah belahan dalam suatu mineral Pengukuran

(cleavage). Belahan mineral dalam indeks bias dapat dilakukan secara

sayatan tipis terdiri atas beberapa relatif, misalnya dengan

macam, diantaranya, sebagai berikut: menggunakan metode garis "Becke"

1) Belahan satu arah, dan metode illuminasi miring.

2) Belahan dua arah Metode illuminasi miring dilakukan

3) Belahan tiga arah dengan memakai bahan yang tidak

4) Belahan empat arah tembus cahaya, misalnya karton

Jika bidang-bidang kecil dari prosedur kerjanya sebagai berikut :

mineral tidak lurus dengan arah yang 1) Dilakukan penutupan sebagian

tidak teratur dan tidak dikontrol oleh jalannya sinar yang masuk ke

struktur atomnya, maka bidang dalam mineral dengan

tersebut adalah pecahan (fracture). menggunakan benda yang tidak

(Chaerul, 2014) tembus sinar,


2) Pada bagian ini akan terlihat dua yang ada di sekitarnya. Pada sayatan

jenis yang berbeda, yaitu apabila batuan, relief dapat terlihat pada batas

bayangan gelap nampak pada sentuhan antara kristal-kristal. Relief

posisi yang berlawanan dengan mineral dibagi menjadi 3 yaitu : relief

arah posisi penutupnya, maka tinggi, relief sedang dan relief rendah.

nmin <ncb Semakin kecil perbedaan indeks bias

3) Sebaliknya jika terlihat bayangan mineral akan semakin rendah pula

gelap nampak pada posisi yang relief mineral tersebut. Makin besar

searah dengan arah penutupan perbedaan indeks bias, maka akan

jalannya sinar, maka nmin > ncb. semakin jelas bidang batas antara dua

media atau mineral. Sebaliknya

makin kecil harga perbedaan indeks

bias dari kedua media atau mineral

tersebut, maka akan nampak semakin

kabur bidang batas dari kedua mineral

tersebut. Apabila dua jenis mineral

mempunyai harga indeks bias yang


Gambar 2.3 metode garis becke sama, maka bidang batas tidak akan
(Chaerul, 2014)
nampak sama sekali. (Chaerul, 2014)
6. Relief Mineral
2.2. Nikol Silang
Relief suatu mineral dapat
Identifikasi mineral secara optik
diartikan sebagai suatu kenampakan
dengan ortoskop nikol silang,
yang timbul akibat adanya perbedaan
menggunakan lensa polarisator dan
indeks bias mineral dengan media
analisator. Dengan ketentuan bahwa bidang yang saling tegak lurus. Harga

arah getar polarisator harus tegak bias rangkap merupakan selisih

lurus. terhadap arah getar analisator. maksimum kedua indeks bias sinar

1. Warna Inteferensi yang bergetar dalam suatu mineral.

Warna interferensi adalah warna Cara menentukan warna intefrensi

yang dihasilkan dari cahaya. yang yaitu membandingkan warna mineral

diteruskan melalui analisator kepada tersebut dengan warna pada tabel

mata pengamat. Wama interferensi Michel - Levy. (Chaerul, 2014)

terjadi pada mineral anisotrop karena 3. Sudut Pemadaman dan Jenis

adanya selisih harga indeks bias sinar Pemadaman

ordiner dan sinar ekstraordiner. Sudut pemadaman adalah sudut

Rangkaian warna interferensi terbagi yang dibentuk oleh sumbu panjang

menjadi beberapa orde, mulai dari kristalografi (sb-c) dengan sumbu

orde pertama hingga orde keempat. indikatrik mineral, baik sinar cepat

Makin tinggi ordenya maka akan maupun sinar lambat (c^X atau c^Z).

makin cerah (terang) warnanya, Terdapat beberapa jenis gelapan yang

misalnya kuning orde II lebih terang merupakan ciri optik yang khusus

dibandingkan kuning orde 1 (Chaerul, dari berbagai jenis mineral

2014) 1) Gelapan sejajar (paralel), terjadi

2. Bias Rangkap (Birefringence) bila pemadaman berada pada

Cahaya yang masuk dalam media posisi dimana sumbu panjang

anisotrop akan dibiaskan menjadi dua ataupun belahani mineralnya

sinar, yang bergetar dalam dua sejajar sumbu-c dan sejajar pula
dengan benang silang (c^XZ = 0° sampai rekristalisasi secara

atau c ^X,Z= 90°. Gelapan ini sempurna, umumnya pada pada

umumnya terjadi pada sistem kuarsa..

heksagonal, trigonal.dan 5) Gelapan bintik, kenampakan jenis

ortorombik. kristal tetragonal, gelapan ini adalah pada posisi

2) Gelapan simetris, terjadi bila gelap maksimum tidak seluruh

pemadaman pada posisi simetris kristal menjadi gelap, dimana

^X, Z= 45%). Umumnya pada sebagian terdapat bintik-bintik

sayatan mineral system terang. (Chaerul, 2014)

orthorombik, monoklin, misalnya 4. Kembaran

pada jenis mineral piroksin dan Pada kenampakan mikroskopis,

amphibol. kembaran nampak sebagai lembar-

3) Gelapan miring, gelapan jenis ini lembar yang memperlihatkan warna

merupakan pemadaman yang interferensi dan pemadaman yang

terjadi pada posisi dimana sumbu berbeda. Kenampakan tersebut dapat

panjang kristal (belahan yang disebabkan karena terjadi gangguan

sejajar sumbu-c) membentuk pada waktu proses kristalisasi yang

sudut dengan arah getar analisator menyebabkan kembaran tumbuh.

dan polarisator (c^X,Z = 1° - 44°). Dapat juga terjadi karena adanya

4) Gelapan bergelombang, gelapan proses deformasi pada waktu kristal

jenis ini terjadi karena tersebut sudah terbentuk (kembaran

keseluruhan mineral telah deformasi). (Chaerul, 2014)

mengalami tekanan namun belum


III. Metode Praktikum 2.2 Tahap Analisis Data

Persiapan Tahap ini dilakukan pengamatan

bagian-bagian mikroskop yang

kemudian disketsa pada lembar kerja


Analisis Data
praktikan, kemudian dilanjutkan

dengan pengamatan diameter medan

pandang serta anapol. Data tersebut


Pengerjaan Jurnal
kemudian dicatat dalam Lembar

Kerja Praktikan. LKP ini kemudian

Jurnal menjadi bentuk laporan sementara

Gambar 3.1. Diagram Alir dalam praktikumnya.


Metode Praktikum
2.3 Tahap Pengerjaan Jurnal
Adapun metode praktikum yang
Data yang diambil saat
digunakan adalah sebagai berikut:
praktikum kemudian dituangkan
2.1 Tahap Persiapan
dalam sebuah jurnal terstruktur yang
Pada tahap ini, persiapan berupa
akan melalui beberapa proses revisi
alat dan bahan praktikum dilengkapi
agar isinya bisa sesuai. Data sampel
untuk kemudian dipakai saat
juga akan diperbaiki serta
praktikum. Alat dan bahan akan
disesuaikan dengan kondisi dan
sangat menunjang kecerhasilan serta
bentuk aslinya.
kelancaran pengambilan data sampel
3.4 Jurnal
saat berada di laboratorium.
Jurnal yang telah disempurnakan

kemudian siap dipublikasikan secara


zluas untuk memberi informasi dan termasuk jenis pemadaman

sekaligus ilmu bagi pembaca. Taget simetris, tidak terdapat kembaran,

utamanya tentu para penggiat ilmu sistem kristal monoklin, T.R.O

Mineral Optik dan Petrografi. termasuk dalam Adisi, komposisi

IV.Pembahasan kimianya yaitu K(Mg,Fe)2 dan nama


4.1. Sampel 1 dengan DMP 1
mineral yaitu Biotit.
Pada sampel mineral pertama,

dengan no peraga HR 002 digunakan

perbesaran lensa okuler sebesar 10x

dan perbesaran lensa objektif sebesar

4x, dengan perbesaran total yaitu 40x.


Gambar 4.1 Sampel 1 DMP 1 (Nikol
Didapatkan nilai bilangan skala yaitu sejajar)

0,025. Kedudukan mineralnya yaitu

(13,00) (10,6). Warna absorbsi tidak

berwarna, dengan relief rendah dan

intensitas tinggi. Indeks bias


Gambar 4.2 Sampel 1 DMP 1 (Nikol
nmin<ncb, tidak memiliki
silang)
pleokroisme karena hanya memiliki

satu warna, belahan tidak ada dan

pecahan uneven atau tidak rata. Tidak

terdapat inklusi. Ukuran mineralnya

yaitu 0,5 mm. Warna interferensi max Gambar 4.3 Sampe 1 DMP 1(T.R.O)

kuning kecoklatan, bias rangkap orde

ketiga, sudut pemadaman sebesar 47


4.2 Sampel 1 dengan DMP 2

Pada sampel mineral pertama,

dengan no peraga HR 002 digunakan

perbesaran lensa okuler sebesar 10x dan

perbesaran lensa objektif sebesar 4x,

dengan perbesaran total yaitu 40x. Gambar 4.4 Sampel 1 DMP 2 (Nikol
sejajar)
Didapatkan nilai bilangan skala yaitu

0,025. Kedudukan mineralnya yaitu

(13,2) (10,5). Warna absorbsi tidak

berwarna, dengan relief rendah dan

intensitas tinggi. Indeks bias nmin<ncb,

tidak memiliki pleokroisme atau hanya

memiliki satu warna, belahan tidak ada Gambar 4.5 Sampel 1 DMP 2 (Nikol
Silang)
dan pecahan uneven. Tidak terdapat

inklusi. Ukuran mineralnya yaitu 0,75

mm. Warna interferensi kuning dan

termasuk dalam bias rangkap orde ketiga,

sudut pemadaman sebesar 30 dan

termasuk jenis pemadaman miring,


Gambar 4.6 Sampel 1 DMP 2 (T.R.0)
sistem kristal monoklin, T.R.O nya yaitu

adisi, komposisi kimianya yaitu K(Mg, 4.3 Sampel 2 dengan DMP 1


Pada sampel mineral kedua, dengan
Fe)2 dan nama mineral yaitu Biotit.
no peraga 12 digunakan perbesaran lensa

okuler sebesar 10x dan perbesaran lensa

objektif sebesar 4x, dengan perbesaran

total yaitu 40x. Didapatkan nilai bilangan


skala yaitu 0,025. Kedudukan

mineralnya yaitu (13,00) (10,6). Warna

absorbsi abu-abu, dengan relief tinggi

dan intensitas sedang. Indeks bias

nmin<ncb, pleokroisme dwikroik, tidak

memiliki belahan dan pecahan tidak rata. Gambar 4.8 Sampel 2 DMP 1 (Nikol
Silang)
Tidak terdapat inklusi. Ukuran

mineralnya yaitu 0,25 mm. Warna

interferensi coklat kekuningan, bias

rangkap termasuk orde kedua sudut

pemadaman 29° dengan jenis

pemadaman miring, tidak terdapat


Gambar 4.9 Sampel 2 DMP 1 (T.R.O)
kembaran, sistem kristal hexagonal
4.4 Sampel 2 dengan DMP 2
prismatic pendek, T.R.O nya yaitu adisi,
Pada sampel mineral kedua, dengan
komposisi kimianya yaitu (Na,K)
no peraga 12 digunakan perbesaran lensa
(Al,Si)2O4 dan nama mineral yaitu
okuler sebesar 10x dan perbesaran lensa
Nepheline.
objektif sebesar 4x, dengan perbesaran

total yaitu 40x. Didapatkan nilai bilangan

skala yaitu 0,025. Kedudukan

mineralnya yaitu (9,1, 10,6). Warna

absorbs tidak, dengan relief sedang dan

intensitas rendah. Indeks bias nmin<ncb,


Gambar 4.7 Sampel 2 DMP 1 (Nikol
Sejajar) pleokroisme dwikroik, belahan tidak ada

dan pecahan tidak rata. Tidak terdapat

inklusi. Ukuran mineralnya yaitu 0,75


mm. Warna interferensi abu kecoklatan,

bias indeks orde pertama sudut

pemadaman 49, tidak terdapat kembaran,

sistem kristal hexagonal prismatik,

T.R.O nya yaitu Adisi, (Na,K)

(Al,Si)2O4 dan nama mineral yaitu Gambar 4.5 DMP 2 pada sampel 1

g,Fe)2 dan nama mineral Nepheline. (T.R.O)

V. Penutup
5.1 Kesmipulan

Kesimpulan dari praktikum

acara dua kali ini yaitu dalam

Gambar 4.3 Sampel 2 DMP 2 (Nikol mengamati mineral secara optis


sejajar)
dapat menggunakan mikroskop

polarisasi dengan 2 pengamatan

yaitu nikol silang dan nikol sejajar.

Pada nikol sejajar, sifat optis yang

dapat diamati yaitu ketembusan

Gambar 4.4 DMP 2 pada sampel 1 cahaya, inklusi, ukuran, bentuk,

(Nikol silang) belahan dan pecahan, indeks bias

dan relief, warna, dan pleokroisme.

Sedangkan pada nikol silang, Sifat

yang dapat diamati adalah sifat optik

yang berhubungan dengan

kedudukan dan jumlah sumbu optik,


antara lain warna interferensi,

gelapan dan kedudukan gelapan

serta kembaran. Adapun nama

mineral yang telah kita amati dan

deskripsi yaitu mineral Biotit dan

Nepheline.

DAFTAR PUSTAKA

Chaerul, Muhammad. 2014. Mineral


Optik dan Petrografi. Penerbit
YCAB : Jakarta.
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar
Geologi Edisi kedua. Bogor :
Universitas Pakuan.

Anda mungkin juga menyukai