DASAR TEORI
II.1. Pengenalan Alat
Setiap mineral memiliki system kristalnya masing masing dan setiap
system kristal memiliki sumbu kristal walaupun sudut yang dibentuk oleh masingmasing sumbu kristal antara system kristal yang satu dan yang lain berbeda.
Untuk itu setiap mineral memiliki sifat optis tertentu yang dapat diamati pada
pengamatan nikol sejajar dan nikol silang atau diagonal terhadap sumbu
panjangnya (sumbu c). Analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat-sifat
fisik, seperti tekstur, komposisi dan perilaku mineral-mineral penyusun batuan
tersebut tidak dapat dideskripsi secara megaskopis di lapangan. Contoh batuanbatuan tersebut adalah:
1.
2.
3.
Jadi mineralogi optis adalah suatu metode yang sangat mendasar yang berfungsi
untuk mendukung analisis data geologi.
II.1.1. Definisi mikroskop polarisasi
Mikroskop polarisasi adalah alat yang digunakan untuk dapat
melakukan pengamatan secara optis atau petrografi analisis sayatan tipis
batuan-batuan yang dilakukan karena sifat-sifat fisik seperti tekstur,
komposisi dan perilaku mineral-mineral penyusun batuan tersebut tidak
dapat dideskripsikan secara megaskopis di lapangan. Ada beberapa jenis
mikroskop polarisasi yaitu binokuler dan triokuler baik nondigital maupun
yang digital.
II.1.2. Fungsi dan bagian-bagian mikroskop polarisasi
Untuk dapat melakukan pengamatan secara optis atau petrografi
diperlukan alat yang disebut mikroskop polarisasi. Hal itu berhubungan
Gambar 3. Mikroskop digital dengan layar video; data pengamatan sayatan tipis
dikirim ke layar LCD dan dapat disimpan di dalam hard disk
Gambar 4. Mikroskup polarisasi binokuler digital dengan layar video yang lain
dijumpai
benang
silang,
berbentuk
jaring
laba-laba
dan
Lensa okuler
lensa obyektif
Gambar 6. Lensa okuler dan lensa obyektif pada mikroskop polarisasi.
10
2.
Prisma Nikol
Jika polarizer dipindahkan dari mikroskop dan sinar direfleksikan
11
12
Benan
g
silang
Gambar 9. Benang silang yang terdapat pada lensa okuler dalam mikroskup polarisasi.
7. Lensa Obyektif
Lensa Objektif diklasifikaskan berdasarkan nilai perbesarannya.
Untuk obyektif yang memiliki power rendah, maka focal length-nya di
atas 13 mm dan perbesarannya kurang dari 15 x; untuk power menengah
focal length antara 12- 5 mm dan perbesarannya 40 x; dan power tinggi
focal length kurang dari 4,5 mm dan perbesarannya mencapai 40 x.
Lensa obyektif yang sering digunakan adalah yang berukuran 3 dan 7
mm . Dalam satu sayatan tipis sering terdiri atas suatu seri bidang yang
saling menumpang, dan hanya salah satunya saja yang dapat diamati.
Dalam lensa obyektif low-power, dapat dilihat obyek yang menumpang
bidang yang berbeda lainnya, tetapi dengan lensa high-power hal itu
tidak mungkin dilakukan. Tingkat kecerahan (brightness) dari image
akan meningkat jika hitungan aperturenya dapat diketahui dalam luasan
pesegi.
8. Resolving Power
13
Gambar 10. Tabel warna interference yang digunakan bersama-sama dengan keping
gips untuk mengetahui warna birefringence.
10. Mikrometer
14
mm
dalam
suatu
divisi
kristal.
Agar
familier
dalam
Adjustment screw
Gambar 11. Adjustment screw, mikrometer dan prisma nikol
15
Pencahayaan mikroskop sangat baik jika berasal dari arah utara; jika
tidak mampu dari timur. Jangan menggunakan sinar matahari langsung.
Meja (bangku) harus kuat, dan pengamat harus nyaman menggunakannya.
Mikroskop harus terletak tepat di depan pengamat, kedua tangan leluasa
mengoperasikannya. Jangan menutup mata sebelah, mata yang tidak dipakai
untuk mengamati dibiarkan terbuka, agar tidak jereng atau mudah lelah.
Pencahayaan harus cukup mampu menerangi pengamatan paralel nikol dan
silang nikol. Agar mata tidak sakit, praktikan disarankan memfokuskan
pengamatan dengan menaikkan power, dari pada menurunkannya --- agar
dapat
menghindari
kalau-kalau
lensa
menyentuh
preparat
dan
16
Gambar 12.Contoh diorit yang telah dipotong berukuran 10-15x10x2,5 cm, pemotongan
bertujuan untuk menghilangkan bagian yang lapuk.
17
Maksud dari sampel adalah objek yang telah di sayat dengan sayatan
tipis dan siap untuk di amati di bawah mikroskop dengan ketebalan, 0,03.
b. Kanada Balsam
Kanada balsam adalah lem yang merekatkan sayatan tipis dengan
preparat, agar tak lepas pada saat melakukan pengamatan biasayna
kanada balsam berwujud seperti air dan tak memiliki warna dengan kata
lain bewarna bening.
II.2. Cara pengambilan sampel dilapangan
Pengambilan sampel dilapangan dilakukan agar praktikan bias melakukan
pengambilan sampel dengan benar sesuai dengan tujuan dari pengambila sampel.
Pemgambilan sampel ini dilakukan dengan teknik yang benar agar sampel yang
diambil benar dan bisa dianaliasis sifat optis mineral, komposisi, dan sifat dari
batuan tersebut.
II.2.1. Tujuan pengambilan sampel
Tujuan pengambilan sampel supaya sample yang diambil dapat
memberikan informasi yang cukup untuk dapat mengestimasi jumlah
populasinya. Sebelum mengambil sampel, ada beberapa hal yang perlu
diketahui, yaitu :
1. Populasi Sasaran (Target Populasi)
Populasi yang sasaran pengamatannya berupa suatu keterangan
seperti efek jajanan pinggir jalan pada anak-anak sekolahan.Yang
menjadi sasarannya adalah anak-anak sekolah yang di sekitar sekolah
terdapat penjual jajanan.
2. Kerangka
Sampel (Sampling Frame) Suatu daftar unit-unit dari sebuah
populasi yang sampelnya akan diambil.
3. Unit Sampel(Sampling Unit)
Sebuah unit terkecil dari sebuah populasi yang akan diambil
sampelnya.
4. Rancangan Sampel
18
19
20
jika
pengamatan
ditujukan
untuk
mikrotektonik.
Jika
E) dan arah
21
22
23
relief tinggi
relief rendah
Gambar 16. Sifat optis relief tinggi pada mineral olivin (atas) dan relief rendah (bawah)
yang diamati pada posisi nikol sejajar
B. Pleokroisme
24
menyerap
sinar
mengikuti
sistem
kristalografinya.
C. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah bentuk suatu kristal mineral mengikuti
pertumbuhan / tata aturan pertumbuhan kristal. Bentuk kristal yang
ideal pasti mengikuti susunan atom dan pertumbuhan atom-atom
tersebut, atau dapat pula mengikuti arah belahannya. Sebagian besar
mineral yang terbentuk oleh proses pembekuan magma di luar,
menunjukkan
bentuk
kristal
yang
tidak
sempurna,
karena
25
mineral-mineral
penyusun
batuan
gunung
api
yang
Gambar 18. bentuk kristal euhedral, subhedral dan anhedral pada mineral
piroksen (HBL: horenblenda dan Px: piroksen).
D. Bentuk mineral
Bentuk mineral tidak harus sama dengan bentuk kristal.
Bentuk mineral adalah bentuk secara fisik, seperti takteratur
(irregular), memanjang, prismatik, fibrous, membulat dan lain-lain
bentuk-bentuk mineral tersebut tidak berhubungan dengan tingkat
kristalisasinya. Bentuk mineral secara sempurna dapat mengikuti
bentuk pertumbuhan kristalnya, namun tidak dapat digunakan
sebagai parameter tingkat kristalisasi.
26
acicular
anhedral/irregular
bladed
blocky
elongate
euhedral
fibrous
prismatic
rounded
tabular
Gambar 19. Bentuk-bentuk Mineral blocky, irregular, dan euhedral
E. Belahan
Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan dengan
sistem kristalnya juga. Pada umumnya, suatu mineral memiliki
bentuk kristal dari suatu sistem kristal tertentu, sesuai dengan
pertumbuhan kristalnya. Pertumbuhan kristal sendiri dibentuk /
dibangun oleh susunan atom di dalamnya. Dengan demikian, sisi-sisi
susunan atom-atom tersebut menjadi lebih lemah dibandingkan
dengan ikatannya.
Hal itu berpengaruh pada tingkat kerapuhannya. Saat mineral
mengalami benturan / terdeformasi, maka pecahannya akan lebih
mudah mengikuti arah belahannya. Belahan lebih mudah diamati
pada posisi nikol sejajar tetapi beberapa mineral juga dapat diamati
27
pada posisi nikol silang. Tidak semua belahan mineral dapat diamati
di bawah mikroskup, sebagai contoh adalah kuarsa dan olivin.
Tetapi, sebenarnya keduanya memiliki pecahan yang jelas.
Kuarsa, secara megaskopis memiliki pecahan konkoidal (seperti
kaca) akibat bentuk kristalnya yang bipiramidal, namun di bawah
mikroskup belahan konkoidal-bipiramidal sulit dapat diamati. Olivin
kadang-kadang menunjukkan belahan dua arah miring, namun
karena bentuknya yang membotol, jadi sulit diamati juga di bawah
mikroskop.
Gambar 20. kanan: Contoh mineral dengan susunan acak (belahan tidak jelas)
atau tanpa belahan: olivin; kiri: Contoh mineral kuarsa tanpa belahan
28
29
30
31
Gambar 22. Warna interferene maksimum yang dapat dilihat setelah lensa Bertrand
(keping/prisma gips) dipasang
32
dua atau lebih bagian-bagian (bayangan kembar, sumbu rotasi). Macammacam kembaran:
1. Refleksi (berbentuk bidang kembar); Ct: model kembaran gypsum fishtail, 102 dan 108
2. Rotasi dengan memutar meja obyektif (biasanya 180o) memiliki bentuk
kembaran sumbu: normal parallel. Ct: kembaran carlsbad, model 103
3. Inversi (kembaran ke pusat)
4. Kembaran Multiple (> 2 segmen memiliki kesamaan sifat optis yang
terulang) .
5. Kembaran Cyclic - kembaran berulang yang bidang-bidang kembarannya
tidak parallel; ct: kembaran polisintetik Albite pada plagiokla.
Jenis-jenis kembaran lain yang umum dijumpai dalam beberapa mineral
adalah sebagai berikut:
1. Kembaran Albit : terbentuk oleh pertumbuhan bersama feldspar
plagioklas dengan sistem kristal: Triclinic; merupakan kembaran yang
umum dijumpai pada plagioklas pada 010.
33
34
35
Gambar 27. Kembaran sederhana Carlsbad, Polisintetik albit dan Pericline pada Plagioklas
36
mineral dan kedudukan vibrasi mineral. Nilai sudut pemadaman masingmasing mineral bervariasi mengikuti arah orientasi butirannya.
Adapun Tipe Pemadaman adalah sebagai berikut:
1. Pemadaman Parallel; Mineral menjadi gelap ketika belahannya atau
sumbu panjang searah terhadap salah satu benang silangnya. Sudut
pemadaman (EA) = 0; contoh: Orthopiroksen dan Biotite
2. Pemadaman Miring; mineral gelap ketika belahan membentuk sudut
dengan benang silang, (EA) > 0 ; contoh:
Klinopiroksen dan
Horenblenda
3. Pemadaman Simetri; mineral menunjukkan belahan 2 arah atau dua
perbedaan muka kristal memungkinkan untuk mengukur dua sudut
gelapan antara masing-masing belahan atau muka dan kedudukan
vibrasi. Jika 2 sudut sama maka akan dijumpai pemadaman simetri,
(EA1 = EA2); contoh: Amfibol dan Kalsit
4. Tanpa
belahan:
mineral
yang
tidak
memanjang
atau
tidak
37
c=Z
n
n
a=X
b=Y
38
Pemadaman orthopiroksen
PPL
XN
Sudut pemadaman
Klinopiroksen
Pemadaman Klinopiroksen
Gambar 30. Contoh mineral dengan pemadaman paralel pada ortopiroksen (atas) dan
pemadaman miring pada klinopiroksen (bawah)
Sifat-Sifat Umum
a. Rumus kimia: (Na,Ca)(Si,Al)4O8
b. Berat molekul = 270,77 gram
Sodium
4,25 %
Na 5,72 % Na2O
Calcium
7,40 %
Ca 10,36 % CaO
Aluminum
9,96 %
Al 18,83 % Al2O3
Silicon
31,12 %
Si
66,57 % SiO2
Oxygen
47,27 %
00,00
100,00 %
c. Rumus empiris: Na 0,5Ca 0,5Si 3AlO8
39
40
albit
albit
anorthite
andesine
labradorit
bitownite
oligoclase
oligoclase
Gambar 31. Sifat-sifat fisik mineral plagioklas dari anorthit hingga albit
(www.webminerals.com/specimens
3. Sifat-Sifat Optis
a. NCalc= 1,56 - dari Gladstone-Dale hubungannya (KC = 0,2101),
Ncalc=Dmeas*KC+1
b. Plagioclase * (Na,Ca)(Si,Al)4O8 C1 1
c. Albite NaAlSi3O8 C1 1
d. Oligoclase (Na,Ca)(Si,Al)4O8 C1 1
e. Andesine* (Na,Ca)(Si,Al)4O8 C1 1
f. Labradorite* (Ca,Na)(Si,Al)4O8 C1 1
g. Bytownite* (Ca,Na)(Si,Al)4O8 C1 1
h. Anorthite CaAl2Si2O8 P1,I1 1
41
Gambar 32. Kenampakan plagioklas dalam sayatan tipis nikol silang; identifikasi mineral
plagioklas lebih mudah dilakukan pada posisi nikol silang
Metode Michel-Levy
2.
1.
Metode Michel-Levy
Ditentukan dengan berdasarkan besarnya sudut pemadaman yang
(membentuk sudut dengan sb. C), maka akan nampak bergerak dari
sisi yang satu ke sisi yang lain, seakan-akan pada bidang/bagian
sayatan yang lain.
b. Selanjutnya putar kembali bidang kembaran ke arah utara-selatan.
42
Gambar 33. Kembaran polisintetik albit pada plagioklas yang akan digunakan
sebagai dasar untuk mengetahui jenis plagioklasnya menggunakan metode
Michel-Levy
43
1. Pada Gambar meja obyektif telah diputar berlawanan arah dengan jarum
jam, sehingga nampak kembaran polisintetik albit. Sudut kembaran
didapatkan 24,9o.
2. Pada gambar kanan nampak kristal yang sama setelah diputar searah
jarum jam hingga lamelae gelap maksimum, didapatkan sudut gelapan
26,2o.
3. Diketahui, bahwa selisih dari kedua data sudut gelapan adalah 2 o,
sehingga dapat menggunakan metode Michel-Levy untuk mengetahui
jenis plagioklasnya. Sudut pemadaman rata-rata 25,55o.
4. Plot besarnya sudut pemadaman tersebut pada sumbu vertikal diagram
Michel-Levy, dan ketahui nama mineralnya dengan menarik secara
lateralnya hingga memotong garis lengkung. Didapatkan nilai An-44,
sehingga nama mineralnya andesin.
Untuk batuan vulkanik, berlaku kurva suhu tinggi (garis putusputus), didapatkan angka An-38: Andesin
Albit (An-0-10)
Oligoklas (An-10-30)
Andesin (An-30-50)
Labradorit (An-50-70)
44
Gambar 35. Kembaran Carlsbad pada mineral plagioklas; sisi kanan garis kuning
memiliki kembaran polisintetik dan sisi kiri kembaran sederhana Carlsbad.
45
46
a. Reverse zoning
c. Sektor zoning
Gambar 37. Beberapa contoh struktur zoning pada mineral plagioklas
47
: K2(Mg,Fe)2AlSi3O10(OH,O,F)2
Indeks refraksi
: n = 1.522 - 1.625
n = 1.548 - 1.672
n = 1.549 - 1.696
Relief
Birefringence
Warna
Pleokroisme
Orientasi Optis
48
Gambar 39. Sifat optis biotit (warna interference) tegak lurus sumbu C (atas) dan sejajar
sumbu C (bawah) pada sayatan tipis.
49
Indeks refraksi
: n = 1.552 - 1.580
n = 1.582 - 1.620
n = 1.587 - 1.623
Relief
: Positif sedang
Birefringence
: 0.036-0.049
Colour
Pleokroisme
: tidak pleokroisme
50
Warna Interference
Bentuk
Belahan
Orientasi Optis
Pemadaman Muskovit
51
a.
Microcline - Triclinic
b.
Orthoclase - Monoclinic
c.
Sanidine - Monoclinic
Gambar 43. Klasifikasi mineral feldspar didasarkan pada kandungan unsur kalium
dan posisi K-feldspar dari mineral-mineral feldspar lainnya.
n = 1.514 - 1.526
2.
n = 1.518 - 1.530
3.
n = 1.521 - 1.533
4.
b. Sifat-sifat optis
1. Semuanya tak-berwarna dan non-pleochroic
2. Birefringence rendah, warna interference maksimal putih orde 1
3. Semuanya biaxial negatif, variabel 2V
52
c. Limpahan:
1. Microcline melimpah pada batuan plutonik: granitik, granodiorit,
syenit; tidak dijumpai dalam batuan vulkanik
2. Orthoclase melimpah pada batuan beku plutonik granitik, biasanya
pada batuan intrusi dangkal
3. Sanidin banyak dijumpai dalam batuan vulkanik riolitik dan
trakitik
d.
Forsterite = Mg2SiO4
Fayalite = Fe2SiO4
Sifat-Sifat Fisik:
a.
53
b.
c.
d.
e.
Luster Vitreous
f.
Belahan
2,1
3,1-
membentuk
sudut
90
pecahan:Conchoidal
g.
Pecahan Brittle
54
55
Gambar 45. Olivin dalam sayatan tipis pada posisi nikol silang dan warna BF-nya
(Anonim)
Indeks refraksi:
Forsterit
Fayalit
1.636
1.827
1.651
1.869
1.669
1.872
Tidak berwarna
b.
Pleokroisme
c.
Berbutir membantal
d.
e.
X = Z = kuning
f.
Gambar 46. Fayalit dalam sayatan tipis pada posisi nikol silang dan warna BF-nya
(Anonim)
56
Sifat umum
1.
2.
Memiliki
dua
kelompok
besar,
yaitu
Orthopiroksen
Gambar 47. Diagram klasifikasi mineral piroksen berdasarkan kandungan Ca, Fe dan Mg
(Anonim)
Orthopiroksen -OPX
1.
2. Di alam, opx adalah campuran dari dua variabel komposisi sifat optis:
Birefringence bervariasi 0,007 sampai 0,020 dan Indeks bias:
En
OFs
57
1,649
1,768
1,653
1,770
1,657
1,788
Bentuk Kristal
a.
b.
c.
58
2.
3.
59
2.
Memotong sumbu c
Memotong sumbu a
Memotong sumbu b
60
negatif.
Terdiri
Ca2Mg5Si8O22(OH)2
Horenblenda
dari
dua
- Actinolite
kelompok:
Tremolite
Ca2Fe5Si8O22(OH)2
(Ca2(Mg,Fe,Al)5Si8O22(OH)2).
dan
Keanekaragaman
61
ne = 1.553
9. Bentuk tak beraturan, dalam batuan umumnya anhedral, terkandung
di dalam betuan metamorf dan beku
10. Tidak punya belahan
11. Gelapan bergelombang
12. Warna interferensi abu-abu orde1
13. TO sumbu I (+)
14. Orientasi optic: sumbu optik terletak pada sumbu c, perpanjangan
kristal memotong ujung-ujung sumbu yang berlengan pendek.
15. Komposisi: kandungan dasarnya berupa SiO2, meskipun bekas
kandungan mineral dari Ti, Fe, Mn, Al, kemungkinan dapat
ditemukan di kemudian hari.
16. Proses terjadinya : salah satu mineral yang dapat ditemukan di bumi
dalam jumlah yang melimpah, ditemukan di kemudian hari pada
lingkungan yang beraneka ragam.
17. Sifatnya tidak mudah terubah dan sangat stabil pada lingkungan yang
mudah mengalami pelapukan
62
fragmen-fragmen
organisme
ataupun
hasil
aktifitas
63
kelompok yaitu yang berasal dari organisme atau skeletal dan yang berasal
dari non-organisme atau non-skeletal.
a. Skeletal
Skeletal adalah komponen batuan karbonat yang berasal dari
organisme baik dalam bentuk utuh maupun berupa fragmental.
Komponen tersebut merupakan penyusun batuan karbonat yang umum
dijumpai. Komponen ini dapat berupa organisme utuh (dikenal dengan
fosil) atau sebagai fragmen-fragmen organisme. Jenis organisme yang
bertindak sebagai komponen skeletal dalam batuan karbonat bervariasi
sepanjang sejarah geologi. Penyusun batuan karbonat dalam hal ini
diambil referensi adalah terumbu mulai dari kala Paleozoikum hingga
Kenozoikum.
Pada umumnya untuk batuan berumur Tersier, terutama pada kala
Neogen maka komponen skeletalnya atau fosilnya hampir sama dengan
yang hidup sekarang ini. Ada tiga kelompok utama penyusun batuan
karbonat pada kala Tersier yaitu Algae, Koral dan Foraminifera.
b. Non-Skeletal
Komponen Non-skeletal adalah material penyusun batuan karbonat
yang berasal dari non organisme. Material tersebut terakumulasi pada
suatu cekungan atau lingkungan pengendapan dengan proses yang
berbeda-beda. Komponen-komponen tersebut adalah lithoklas (intraklas
dan ekstraklas), ooids, peloids dan coated grain. Sedangkan yang berasal
dari organisme dengan proses tertentu misalnya onkoliths, rhodoliths.
64
Gambar 52. Jenis-jenis skeletal yang umum dijumpai pada batuan karbonat. Sketsa
organisme yang hidup sekarang berupa algae (A), koral (B), dan Sponge (C).
1) Lithoklas.
Lithoklas dalam beberapa literatur dikenal sebagai limeclast atau intraclast. Dalam buku ini peristilahan lithoklas diambil
dari Tucker & Wright (1990) yang mencakup intraklas &
ekstraklas. Intraklas adalah komponen karbonat yang merupakan
hasil rombakan batuan karbonat dalam lingkungan pengendapan
yang sama, sedangkan ekstraklas adalah komponen karbonat hasil
rombakan dari batuan karbonat yang telah ada di luar lingkungan
pengendapannya.
2) Ooid (oolit)
Ooid (atau oolite) adalah butiran yang berbentuk bulat,
lonjong dan memperlihatkan struktur dalam baik secara konsentris
maupun tangensial dengan suatu inti (nuclei) yang komposisinya
bervariasi. Cortex tersebut adalah halus dan terlaminasi secara rata
pada bagian luarnya, tetapi laminae individu mungkin lebih tipis
pada titik-titik sudut tajam intinya. Bentuk nucleus tersebut tipikal
spheroid atau elipsoid dengan derajat sphericity meningkat kearah
luar.
65
Gambar 54. Fotograf dari ooid (bulat putih bersih) dan mineral
terrigenous (kuarsa) warna bening (A), ooid dalam bentuk sayatan
tipis yang memperlihatkan struktur dalam dan beberapa ooid intinya
telah melarut (B). (Sumber: An Overview of Carbonates, Kendall,
2005).
3) Peloid (Pellet)
Peloid merupakan suatu komponen karbonat berukuran pasir,
dengan ukuran rata-rata 100-500m yang tersusun oleh kristal-kristal
karbonat. Peloid umumnya berbentuk rounded subrounded, spherical,
ellipsoid hingga tak beraturan dan tidak mempunyai struktur dalam. Istilah
tersebut murni deskriptif yang dikemukakan oleh McKee & Gutschick
(1969). Istilah Pellet juga umum digunakan tetapi mempunyai konotasi
untuk peloid yang berasal dari aktifitas organisme atau faecal pellet.
2. Matriks
66
II.4. Petrografi
67
Petrografi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang
analisis batuan secara mikroskopis dan merupakan suatu metode yang sangat
mendasar untuk mendukng pembelajaran dalam menganalisis data geologi.
Dalam mempelajari petrografi mahasiswa dapat mengetahui dan memerikan
batuan beku, batuan gunungapai (vulkanik), batuan sedimen dan batuan
metamorf. Dan untuk memahami asosiasi mineral, proses pembentukan dan
petrogenesis limpahamnya pada batuan beku (asam, intermediet dan basah),
batuan gunungapai (vulkanik), batuan sedimen dan batuan metamorf.
II.4.1. Dasar teori petrografi
Petrografi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
tentang analisis batuan secara mikroskopis dan merupakan suatu metode
yang sangat mendasar untuk mendukng pembelajaran dalam menganalisis
data geologi. Dalam mempelajari petrografi mahasiswa dapat mengetahui
dan memerikan batuan beku, batuan gunungapai (vulkanik), batuan sedimen
dan batuan metamorf. Dan untuk memahami asosiasi mineral, proses
pembentukan dan petrogenesis limpahamnya pada batuan beku (asam,
intermediet dan basah), batuan gunungapai (vulkanik), batuan sedimen dan
batuan metamorf.
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan
silikat cair, pijar, yang dikenal dengan magma. Penggolongan batuan beku
dapat didasarkan pada ketiga patokan utama yaitu berdasarkan genetik
batuan, senyawa kimia yang terkandung, dan susunan mineraloginya.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat lithifikasi
bahan rombakan asal, maupun hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun
hasil kegiatan organisme. Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan
tersebar sangat luas dengan ketebalan dari beberapa centimeter sampai
kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan
beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen.
Dibanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan
kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya merupakan 5% dari seluruh
68
69
2.
3.
70
pengendapan
mineral-mineral
tertentu
yang
sesuai
dengan
71
sedangkan
albite
adalah
Plahioklas
kaya
Na
(Sodic
72
mikroskopis lagi. Batuan beku hasil intrusi dangkal seperti korok gunung api
(stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya memiliki tekstur
halus karena sangat dekat dengan permukaan.
Jenis dan sifat batuan beku ditentukan dari tipe magmanya. Tipe
magma tergantung dari komposisi kimia magma. Komposisi kimia magma
dikontrol dari limpahan unsur-unsur dalam bumi, yaitu Si, Al, Fe, Ca, Mg,
K, Na, H, dan O yang mencapai hingga 99,9%. Semua unsur yang
berhubungan dengan oksigen (O) disebut sebagai oksida, SiO2 adalah salah
satunya. Sifat dan jenis batuan beku dapat ditentukan dengan didasarkan
pada kandungan SiO2 (Tabel 1).
Tabel 1. Tipe batuan beku dan sifat-sifatnya (Nelson, 2003)
Tipe
Batuan
Batuan
Komposisi
Suhu
Kimia
Kekentalan
Kandungan
Gas
SiO2 45-55 %:
Basaltic
Basalt
Gabbro
Fe, Mg, Ca
1000 -
tinggi,
1200 oC
Rendah
Rendah
K dan Na rendah
SiO2 55-65 %,
Andesitic Andesit Diorit
800 - 1000
o
K sedang
Intermediat Intermediat
SiO2 65-75 %,
Fe, Mg, Ca
Rhyolitic Rhyolit
Granit
rendah,
K dan Na tinggi
650 - 800
o
Tinggi
Tinggi
73
Gambar 55. Macam-macam morfometri intrusi batuan beku, yaitu batholith, stock, sill
dan dike
Keterdapatannya
Asam
Intermediet Basa
Plutonik (intrusi)
Granit, Syenit
Diorit
intrusi dangkal
Dasit - Riodasit
Andesit
Gabro
Basaltikandesitik
Vulkanik:
Busur magmatik
Riolitik
Andesitik
Basaltik
Dengan
Belakang busur
Trakitik
Trakitik
Basalt trakitik
Tatanan
Mid oceanic
tektonik
ridges
Lava basalt
74
1. Masif
2. Skoria
3. Vesikuler
75
rongga
rongga
rongga
rongga
rongga
rongga
Gambar 57. Struktur batuan beku skoria
B.
76
Tabel 3. Tekstur batuan beku pada batuan beku intrusi dalam, intrusi dangkal dan
ekstrusi dan pada batuan vulkanik
Jenis batuan
Intrusi dalam
(plutonik)
Fabrik
Equigranular
Inequigranular
Inequigranular
Bentuk kristal
Euhedral-anhedral
Subhedralanhedral
Subhedral-anhedral
Ukuran kristal
Halus-sedang
Halus-kasar
Tekstur
Tekstur khusus
Derajad
Kristalisasi
Holokristalin
Tekstur khusus
1.
Vitroverik-Porfiritik: Asamintermediet
Hipokristalin
Hipokristalin
Holokristalin
Holokristalin
Perthit-perlitik
Tekstur trakitik
Dicirikan oleh susunan tekstur batuan beku dengan kenampakan
77
2.
Tekstur Interserta
Tekstur Interserta yaitu tekstur batuan beku yang ditunjukkan oleh
3. Tekstur Porfiritik
Tekstur Porfiritik yaitu tekstur batuan yang dicirikan oleh
adanya kristal besar (fenokris) yang dikelilingi oleh massa dasar
kristal yang lebih halus dan gelas. Jika massa dasar seluruhnya
gelas disebut tekstur vitrophyric. Jika fenokris yang berkelompok
dan tumbuh bersama,maka membentuk tekstur glomeroporphyritic.
78
Gambar 60. Kiri: Tekstur porfiritik pada basalt olivin, kanan: basalt
olivin porfirik
4. Tekstur Ofitik
Tekstur Ofitik yaitu tekstur batuan beku yang dibentuk oleh
mineral plagioklas yang tersusun secara acak dikelilingi oleh
mineral piroksen atau olivin. Jika plagioklasnya lebih besar dan
dililingi oleh mineral ferromagnesian, maka membentuk tekstur
subofitic . Dalam suatu batuan yang sama kadang-kadang dijumpai
kedua tekstur tersebut secara bersamaan.
Secara gradasi, kadang-kadang terjadi perubahan tektur batuan
dari intergranular menjadi subofitik dan ofitik. Perubahan tektur
tersebut banyak dijumpai dalam batuan beku basa-ultra basa,
contoh basalt. Perubahan tekstur dari intergranular ke subofitic
dalam basalt dihasilkan oleh pendinginan yang sangat cepat,
dengan proses nukleasi kristal yang lebih lambat. Perubahan terstur
tersebut banyak dijumpai pada inti batuan diabasik atau doleritik
(dike basaltik). Jika pendinginannya lebih cepat lagi, maka akan
terjadi tekstur interstitial latit antara plagioclase menjadi gelas
membentuk tekstur intersertal.
79
Gambar 61. Tekstur ofitik pada doleritik (basal); mineral plagioklas dikelilingi oleh
mineral olivin dan piroksen klino
Gambar 62. Tekstur subofitik pada basal; mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral
feromagnesian yang juga menunjukkan tekstur poikilitik
C.
Tabel 4. Nama-nama batuan beku baik intrusi, ekstrusi dan batuan gunung api yang
didasarkan atas kandungan mineral mafik dan felsiknya
80
Nama batuan
Felsik
Asam
<1/3
>2/3
Intermediet
1/3-2/3
1/3-2/3
Diorit
Basa
>2/3
<1/3
Intrusif
Ekstrusif
Vulkanik
Basalt
Andesit,
Andesit,
trakit
trakit
Riolit, trakit
Tabel 5. Tiga tipe seri magmatik batuan beku dengan limpahan mineral penunjuknya
NORMS
SERI MAGMATIK
Tipe Toleeitik
Tipe Kalk-alkalin
Tipe Alkalin
Ortopiroksen
Ortopiroksen
Tanpa Ortopiroksen
Sebagai fenokris
Jarang
Terbentuk di awal
Bervariasi
Piroksen
Sebagai fenokris
rendah Ca
Magnetit
Terbentuk di akhir
Oksida FeTi
Amfibol
Sifat kimia
MOR
Biasanya ilmenit
Magnetit dan
ilmenit
Bervariasi
Melimpah, kecuali
Dijumpai di semua
diferensiasi silika
augit, amfibol,
pd CPX, amfibol,
titanit)
aegirin, dll)
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Busur
kepulauan/
busur
magmatik
Gunung api
81
di belakang
busur
magmatik
Tabel 6. Beberapa tipe magma dari batuan gunung api berdasarkan kandungan silika dan
keterdapatannya dari tatanan tektoniknya
SiO2
Tipe magma
(%)
Tatanan tektoniknya
gunung api
< 50
Basa / mafik
50-65
Intermediet / Andesit
menengah
magmatik dangkal
rendah Si
kaya Si
lempeng
65-70
>70
Basal
benua
dengan
dapur
82
83
Gambar 63. Klasifikasi batuan beku basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik;
sumber IUGS classification)
Jika
dalam
batuan
beku
tersebut
telah
84
Gambar 64. Klasifikasi batuan beku bertekstur kasar yang memiliki persentasi
kuarsa, alkali feldspar, plagioklas dan feldspathoid lebih dari 10 % (sumber
IUGS classification)
2. Kelompok batuan beku luar
Kelompok batuan ini menempati lebih dari 70% batuan
beku yang tersingkap di Indonesia, bahkan di dunia. Limpahan
batuannya dapat dijumpai di sepanjang busur vulkanisme, baik
pada busur kepulauan masa kini, jaman Tersier maupun busur
gunung api yang lebih tua. Kelompok batuan ini juga dapat
dikelompokkan sebagai batuan asal gunung api. Batuan ini secara
megaskopis dicirikan oleh tekstur halus (afanitik) dan banyak
mengandung gelas gunung api. Didasarkan atas kandungan
mineralnya, kelompok batuan ini dapat dikelompokkan lagi
menjadi tiga tipe, yaitu kelompok dasit-riolit-riodasit, kelompok
andesit-trakiandesit dan kelompok fonolit.
85
86
A.
pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat
berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. Fragmentasi batuan
asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara kimiawi,
kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
87
88
Nama butir
Bongkah
256-64
Brakal
64-4
Krakal
4-2
2-1
Pasir sedang
1-1/2
Pasir halus
1 2
1 4
Lanau
1/16-1/256
Lempung
1/256
/ -1/4
/ -1/8
b. Bentuk Butir
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingya butiran
dimana sifat ini hanya bisa diamati pada batuan sedimen klasik
kasar. Kebundaran dapat dilihat dari bentuk batuan yang terdapat
dalam batuan tersebut. Tentunya terdapat banyak sekali variasi dari
bentuk batuan, akan tetapi untuk mudahnya dipakai perbandingan
sebagai berikut:
1) Well rounded (membulat baik) : semua permukaan
konveks hampir equidimensional, spheroidal.
2) Rounded : pada umumnya permukaan-permukaan bundar,
ujung-ujung dan tepi-tepi butiran bundar.
3) Subrounded : permukaan umumnya datar dengan ujungujung yang membundar.
89
2)
3)
Semen
hematite, siderite).
oksida
besi
(limonit,
90
B.
a. Kristalin
Terdiri dari kristal-kristal interlocking yaitu kristal-kristalnya
saling mengunci satu sama lain. Pemerian dapat memakai skala
Wentworth dengan modifikasi sebagai berikut :
Tabel 8. Kristalin Di Dasarkan Pada Skala Wentworth (1922).
Nama butir
Berbutir kasar
91
Berbutir sedang
1/16-2
Berbutir halus
1/256-1/16
< 1/256
b. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau
amorf (non kristalin).
3. Komposisi Mineral Batuan Sedimen Non-Klastik
Komposisi mineral batuan sedimen non klastik cukup penting dalam
menentukan penamaan batuan. Pada batuan sedimen jenis non klastik
biasanya komposisi mineralnya sederhana yaitu bisa terdiri dari satu atau
dua macam mineral. Sebagai contoh :
C.
a. Batugamping
: kalsit, dolomite
b. Chert
: kalsedon
c. Gypsum
: mineral gypsum
d. Anhidrit
: mineral anhidrit
92
Gambar 67. Foto sayatan tipis batugamping kalkarenit pada nikol silang
Gambar 68. Foto sayatan tipis batugamping Ooid pada nikol silang
93
Gambar 70. Foto sayatan tipis batupasir kuarsa pada nikol sejajar (kiri) dan nikol silang
(kanan)
94
Gambar 71. Foto sayatan tipis Ooid (kiri) dan ilustrasinya (kanan)
95
jika
berada
pada
kedalaman
yang
sangat
tinggi.
Sebagaimana
96
Metamorfosa ini terjadi pada kulit bumi bagian dalam dan faktor
yang berpengaruh adalah temperatur dan tekanan yang sangat
tinggi. Secara geografis dan genetik penyebaran batuan metamorf
ini sangat erat kaitannya dengan aktivitas orogenesa atau proses
pembentukan pegununganlipatan gunung api, meliputi daerah yang
luas dan selalu dalam bentuk sabuk pegunungan yakni dalam
daerah geosinklin.
b. Metamorfosa beban/Burial
Batuan metamorf ini terbentuk oleh proses pembebanan suatu
massa sedimentasi yang sangat tebal pada suatu cekungan yang
sangat luas atau dikenal dengan sebutan cekungan geosinklin.
Proses kejadiannya hampir tidak berkaitan sama sekali dengan
aktivitas orogenesa maupun intrusi tetapi lebih merupakan suatu
yang bersifat regional atau lebih dikenal dengan proses
epirogenesa.
A.
kasar.
Derajat
metamorfosa
lebih
tinggi
dari
97
Struktur
ini
biasanya
dihasilkan
oleh
proses
mineral-mineral
yang
bersifat
serabut.
Derajat
98
99
100
101
g. Tekstur
Granoblastik:
massive,
tak-terfoliasi,
tekstur
102
103
104
105
d. Kalsit
e. Koordierit
Selain mineral stress dan anti stress, ada juga mineral yang khas
dijumpai pada batuan metamorf antara lain :
a.Mineral khas dari metamorfisme regional : silimanit, Andalusit, Talk dll.
b. Mineral khas dari metamorfisme termal : Korundum, Grafit.
c.Mineral khas yang dihasilkan dari efek larutan kimia : Epidut, Chlorite dan
Wollastonite.
C. Klasifikasi Batuan Metamorf
1. Batuan dalam Derajad Metamorfisme
a. Serpih terbentuk pada derajad metamorfik rendah, ditandai
dengan pembentukan mineral klorit dan lempung. Orientasi
lembaran silikat menyebabkan batuan mudah hancur di
sepanjang bidang parallel yang disebut belahan menyerpih
(slatey cleavage), slatey cleavage berkembang pada sudut
perlapisan asal.
Gambar 79. Foliasi menyerpih pada tingkat metamorfisme rendah (Nelson, 2003)
kuarsa
dan
feldspar
tidak
menunjukkan
106
107
b.
c.
108
Lebih dari 80% permukaan bumi, baik di dasar laut hingga daratan
tersusun atas batuan gunung api. Di Indonesia saja, terdapat 128 gunung api
aktif yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dan sebanyak 84 di
antaranya menunjukkan aktivitas eksplosifnya sejak 100 tahun terakhir. Di
samping itu, batuan gunung api berumur Tersier atau yang lebih tua juga
samgat melimpah di permukaan, bahkan jauh lebih banyak dari pada batuan
sedimen dan metamorf.
Didasarkan atas komposisi materialnya, endapan piroklastika terdiri
dari tefra (pumis dan abu gunung api, skoria, Pele's tears dan Pele's hair,
bom dan blok gunung api, accretionary lapilli, breksi vulkanik dan fragmen
litik), endapan jatuhan piroklastika, endapan aliran piroklastika, tuf
terelaskan
dan
endapan
seruakan
piroklastika.
Aliran
piroklastika
berkonsentrasi
partikel
tinggi.
Mekanisme
transportasi
dan
109
Gambar 82. Klasifikasi batuan gunung api fragmental menurut Pettijohn (1975; kiri) dan
Fisher (1966; kanan)
A.
1.
mirip dengan batuan sedimen klastik pada ummnya. Hanya unsurunsur tersebut tergantung tenaga
letusan,
penguapan
tegangan
110
1.
Fisher, 1984 dan Williams, 1982 mengelompokkan materialmaterial penyusun batuan-batuan piroklastik sebagai berikut :
a. Kelompok Juvenil (Essential), Bila material penyusun
dikeluarkan langsung dari magma, terdiri dari padatan, atau
partikel tertekan dari suatu cairan yang mendingin dan kristal
(pyrogenic crystal).
b. Kelompok Cognate (Accessory), Bila material penyusun dari
material hamburan yang berasal dari letusan sebelumnya, dan
gunung api yang sama atau tubuh vulkanik yang lebih tua
dari dinding kawah.
c. Kelompok
Accidental
(bahan
asing),
Bila
material
111
b. Mineral-mineral
Ferromagnesic,
merupakan
kelompok
Ukuran
(mm)
64
Sebutan
(piroklastik)
Tak terkonsolidasi
Terkonsolidasi
Bomb, block
Aglomerat, breksi
Lapillus
Tephra lapilli
piroklastik
Batu lapilli
1/16
Debu kasar
Debu kasar
1/256
Debu halus
Debu halus
112
3.
4.
113
114
4. Weled tuff, Adalah batuan piroklastik hasil dari piroklastik aliran yang
telah terlithifikasi dan merupakan bagian dari ignimbrite.
115
tersusun atas fragmen litik, gelas shards, dan atau hancuran mineral
sehingga membentuk tekstur piroklastika
plagioklas
Litik teralterasi
plagioklas
Litik teralterasi
Gambar 83. Batuan tuf gunung api dalam sayatan tipis (kiri: nikol silang dan kanan: nikol
sejajar). Dalam sayatan menunjukkan adanya fragmen litik dan kristal dengan sifat
kembaran pada hancuran plagioklas, dan klastik litik teralterasi berukuran halus.
2)
Lapili: adalah batuan gunung api (vulkanik) yang memiliki ukuran butir
antara 2-64 mm; biasanya dihasilkan dari letusan eksplosif (letusan kaldera)
berasosiasi dengan tuf gunung api. Lapili tersebut kalau telah mengalami
konsolidasi dan pembatuan disebut dengan batu lapili. Komposisi batu lapili
terdiri atas fragmen pumis dan (kadang-kadang) litik yang tertanam dalam
massa dasar gelas atau tuf gunung api atau kristal mineral. Gambar IX.3
adalah batu lapili yang tersusun atas fragmen pumis dan kuarsa yang
tertanam dalam massa dasar tuf.
Gambar 84. Breksi pumis (batu lapili) yang hadir bersama dengan kristal kuarsa dan
tertanam dalam massa dasar tuf halus..
116
3)
Gambar 85. Tuf tak-terelaskan dari letusan Gunung Krakatau tahun 1883 dengan glass
shards yang sedikit terkompaksi.
117
Gambar 86. Tuf Rattlesnake, berasal dari Oregon pusat, menampakkan shards yang
sedikit memipih dan gelembung gelas yang telah hancur membentuk garis-garis oval .
4) Batuan gunung api yang terelaskan (welded ignimbrite): yaitu gelas shards dan
pumis yang mengalami kompaksi dan pengelasan saat lontaran balistik hingga
pengendapannya. Biasanya pumis dan gelas tersebut mengalami deformasi
akibat jatuh bebas, yang secara petrografi dapat terlihat dengan: (1) bentuk Y
pada shards dan rongga-rongga bekas gelembung-gelembung gas / gelas, arah
jatuhnya pada bagian bawah Y, (2) arah sumbu memanjang kristal dan
fragmen litik, (3) lipatan shards di sekitar fragmen litik dan kristal, dan (4)
jatuhnya fragmen pumis yang memipih ke dalam massa gelasan lenticular
yang disebut fiamme. Derajad pengelasan dalam batuan gunung api dapat
diketahui dari warnanya yang kemerahan akibat proses oksidasi Fe. Pada
kondisi pengelasan tingkat lanjut, massa yang terelaskan hampir mirip dengan
obsidian. Batuan ini sering berasosiasi dengan shards memipih yang
mengelilingi fragmen litik dan kristal.
118
a.
b.
c.
Gambar 87. a. Tuf terelaskan dari Idaho, b. Tuf terelaskan dari Valles, Mexiko utara, c.
tuf terelaskan dengan cetakan-cetakan fragmen kristal