Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 31 Oktober 2014
M1O-03
Abstrak
Lokasi penelitian terletak di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Secara geografis daerah
penelitian berada pada posisi 1856LU 1165411BT. Kota Balikpapan adalah kota terbesar
kedua di Kalimantan Timur dengan jumlah penduduk sekitar 675.258 jiwa. Dilihat dari
topografinya, Kota Balikpapan memiliki kemiringan dan ketinggian permukaan tanah dari
permukaan air laut yang sangat beragam. Mulai yang terendah dari wilayah pantai dengan
ketinggian 0 mdpl sampai dengan wilayah berbukit dengan ketinggian 100 mdpl. Dominasi
wilayah berbukit membuat sebagian besar wilayah, yaitu 42,33% mempunyai kelas kemiringan
15% - 40% yang rawan tanah longsor. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, kondisi
sebagian besar batuan daerah telitian terdiri dari batupasir unconsolidated dengan bentuk butir subrounded rounded, nilai berat isi batuan adalah 1,478 gr/cm3 - 1,892 gr/cm3, nilai berat isi batuan
kering adalah 1,023 gr/cm3 - 1,412 gr/cm3, nilai kadar airnya adalah 37,48 % - 45,64 %, nilai berat
jenis adalah 2,59 gr/cm3 - 2,68 gr/cm3. Pada analisa uji geser langsung yang bertujuan untuk
mendapatkan sifat mekanik batuan diperoleh nilai kohesi yaitu 0,2 - 0,6, dan sudut geser dalamnya
yaitu 25o - 38o. Dari hasil analisis Faktor Keamanan yang diperoleh menurut Bowles (1984),
didapatkan kriteria Kritis (1,07 < FK < 1,25) berada pada gerakan tanah bertipe Subsidence,
sedangkan kriteria Labil (FK < 1,07) berada pada gerakan tanah bertipe Debris Slide. Faktor
faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng di daerah telitian antara lain adalah sifat fisik dan
mekanik batuan, litologi, struktur geologi, kemiringan lereng dan morfologi, vegetasi, dan curah
hujan. Cara penanggulangan ketidakstabilan lereng di daerah telitian dapat dilakukan dengan cara
modifikasi lereng, cara injeksi, dan pengendalian air permukaan.
Kata Kunci: Investigasi geologi, Longsor
Pendahuluan
Tanah longsor yang merupakan faktor utama dalam proses geomorfologi akan terjadi
dimana saja dan kapan saja diatas permukaan bumi, terutama permukaan relief
pegunungan yang berlereng terjal, maupun permukaan lereng bawah laut. Tanah longsor
didefinisikan sebagai tanah diatas lereng permukaan kearah bawah lereng bumi disebabkan
oleh gravitasi/gaya berat (Nelson, S, A., 2004). Di daerah yang beriklim tropis, ketika air
hujan jatuh ketas permukaan tanah memicu pergerakan material yang ada diatas
permukaan. Material berupa tanah atau campuran tanah dan rombakan batuan akan
bergerak ke arah bawah lereng dengan cara meresapnya air kedalam celah pori batuan atau
tanah, sehingga menambah beban material permukaan lereng dan menekan material tanah
dan bongkah-bongkah perombakan batuan, selanjutnya memicu lepas dan bergeraknya
material bersama-sama dengan air (Karnawaty, D., 2005).
116
Kota Balikpapan merupakan kota industri sebagai pintu gerbang Kalimantan Timur,
seiring terus berkembangnya Kota Balikpapan sebagai kota industri, maka kepadatan
penduduk pun akan semakin bertambah (Tabel 1), dengan semakin bertambahnya
kepadatan penduduk maka tata guna lahan kota pun dibutuhkan. Kondisi geomorfologi
kota Balikpapan yang terdiri dari pantai, dataran rendah, hingga bukit-bukit bergelombang
(Gambar 2) memungkinkan terjadinya pergerakan tanah atau longsor ditambah dengan
batuan penyusun regional kota Balikpapan terdiri dari Formasi Balikpapan yang
berkarakteristik pasir kuarsa lepas dimana secara umur geologi berumur miosen dan telah
mengalami tingkat pelapukan yang sangat tinggi dan mudah jenuh oleh air, dan Formasi
Kampung Baru yang juga berkarakteristik pasir kuarsa dengan sisipan lempung lignit dan
lanau yang berumur pliosen yang dimana satuan batuan ini juga memiliki tingkat
pelapukan yang sangat tinggi dan mudah mengalami erosi (Gambar 3). Tingkat curah
hujan yang tinggi pada setiap tahunnya di kota Balikpapan (Tabel 2) juga dapat memicu
kerawanan akan pergerakan tanah ataupun tanah longsor karena kondisi batuan yang
mudah jenuh akan air dan telah terlapukkan. Dengan latar belakang hal tersebut, maka
penelitian tentang kestabilan lereng menjadi sangat penting untuk memberikan informasi
mengenai lokasi yang berpotensi terjadinya pergerakan tanah dengan kenampakan alam
yang ada sehingga kita bisa melakukan berbagai macam pencegahan sebelum gerakan
tanah menjadi bencana yang tidak kita harapkan. Daerah penelitian kami terletak pada
Kelurahan Prapatan, Balikpapan Selatan, Kalimantan Timur (Gambar 1). Tujuan yang
ingin dicapai adalah untuk :
Mengetahui sifat fisik dan mekanik batuan daerah telitian.
Mengetahui tingkat kestabilan lereng pada daerah telitian.
Memberikan rancangan lereng yang aman dengan mengubah geometri lereng.
Mendapatkan hasil perhitungan faktor keamanan dari metode Bishop.
Mengetahui penyebaran longsor pada daerah telitian. (Gambar 10)
Metodologi
Adapun metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dimulai dari studi
literatur, studi singkapan, pengujian laboratorium, pengolahan data, serta analisis faktor
keamanan lereng dengan menggunakan metode Bishop dan software geoteknik. Dalam
pelaksanakan penelitian ini, data yang berhubungan dengan analisa didapatkan dengan dua
cara, yaitu melakukan penelitian langsung dilapangan sebagai data primer dan studi
literatur sebagai data sekunder. Berikut merupakan data yang diperoleh selama melakukan
penelitian:
Penelitian di lapangan
Penelitian di lapangan bertujuan mendapatkan data primer yaitu geometri lereng,
arah kemiringan lereng, tata guna lahan, susunan litologi, dan aktivitas manusia
pada daerah sekitar. Pengukuran lereng dilakukan berdasarkan kondisi sebenarnya
di lapangan dengan cara mengukur slope dan tinggi lereng serta mendeskripsikan
material pada lapisan pembentuk lereng.
Studi literatur dan pengumpulan data sekunder
Dari hasil studi literatur dan pengumpulan data sekunder diperoleh data peta
geologi, peta kepadatan penduduk, peta tata guna lahan dan curah hujan Kota
Balikpapan per tahunnya.
Peralatan yang digunakan adalah kompas geologi, palu geologi, meteran, kantong
sampel, clipboard, dan form deskripsi batuan. Kondisi material pada lokasi
penelitian berjenis batuan. Sampel batuan yang diambil, selanjutnya dianalisis di
laboratorium untuk dapat dipakai dalam melakukan analisa. Analisa dilakukan
117
Stopsite 4
Tinggi lereng
= 7.5 m
Slope
= 300
Lebar lereng
= 12 m
Material penyusun lapisan = Pasir Kuarsa
Kohesi
= 0.32 kg/cm2
Berat Jenis Batuan
= 2.68 gr/cm3
Sudut Geser Dalam () = 240
FK
= 1,08
Simple Slope Model (Gambar 8)
Stopsite 3
Tinggi lereng
=6m
Slope
= 430
Lebar lereng
= 25 m
Material penyusun lapisan = Pasir Kuarsa
Kohesi
= 0.47 kg/cm2
Berat Jenis Batuan
= 2.63 gr/cm3
Sudut Geser Dalam () = 290
FK
= 1,04
Simple Slope Model (Gambar 7)
Stopsite 5
Tinggi lereng
=9m
Slope
= 430
Lebar lereng
=9m
Material penyusun lapisan = Pasir Kuarsa
Kohesi
= 0.49 kg/cm2
Berat Jenis Batuan
= 2.62 gr/cm3
Sudut Geser Dalam () = 330
FK
= 1,08
Simple Slope Model (Gambar 9)
faktor keamanan lereng dalam keadaan jenuh tidak stabil karena di bawah standar nilai
faktor keamanan yang diterapkan oleh Bowles yaitu FK < 1,25.
Parameter yang digunakan untuk mengukur suatu lereng stabil atau tidak adalah nilai
dari Faktor Keamanannya. Perbandingan kejadian-kejadian gerakan tanah di tempat yang
berbeda adalah kurang tepat untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan banyak variabel dari
parameter yang ada dan proses-proses yang terjadi dialam, seperti kemiringan lereng,
perlapisan tanah/batuan, serta faktor-faktor pemicunya. Dalam upaya mitigasi bencana
pada umumnya perlu tindakan untuk meningkatkan kestablian lereng, salah satunya
dengan pengurangan sudut kemiringan lereng.
merupakan zona lemah, yang merupakan salah satu jalan masuknya air kedalam tanah,
akibat adanya zona lemah akan menyebabkan berkurangnya kekuatan geser batuan
dalam menahan gerakan serta penjenuhan air dalam tanah/batuan yang dapat
meningkatkan atau memicu kenaikan tekanan air pori dalam masa tanah/batuan, dan
akhirnya mendorong massa tersebut untuk bergerak longsor.
4. Faktor Curah Hujan
Curah hujan sebagai salah satu komponen iklim, akan mempengaruhi kadar air dan
kejenuhan air. Hujan dapat meningkatkan kadar air dalam tanah lebih jauh akan
menyebabkan kondisi fisik tubuh lereng berubah-ubah. Kenaikan kadar air akan
memperlemah sifat fisik mekanik batuan, sehingga mempengaruhi kondisi internal
tubuh lereng dan menurunkan faktor keamanan lereng.
Pengaruh air saat terjadi hujan lebat akan menyebabkan perubahan terhadap sifat fisik
batuan, yaitu menurunnya harga kohesi batuan, sehingga kekuatan geser batuan
berkurang, sedangkan bobot masa batuan bertambah. Seiring dengan meningkatnya
bobot masa batuan maka kuat geser batuannya akan menurun.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAPPEDA Kota Balikpapan, 2013. Balikpapan Dalam Angka.
Cepeda, J., Smebye, H., Vangelsten, B., Nadim, F. dan Muslim, D., 2010, Landslide Risk
in Indonesia, Indonesia: Global Assesment Report on Disaster Risk Reduction.
Paimin. Sukresno. Pramono, I.B., 2009. Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor.
Tropenbos International Indonesia Programme, Balikpapan.
Shirley, LH., 2000. Geoteknik dan Mekanika Tanah. Penerbit Nova, Bandung.
Wesley, Laurence D., 2012. Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan & Residu, Penerbit
ANDI, Yogyakara.
120
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Balikpapan tahun 2001-2013 (Bappeda Kota Balikpapan)
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Total Penduduk
472.641
482.573
486.580
495.314
524.406
545.120
562.529
587.963
2009
2010
2011
2012
2013
600.525
623.577
634.579
653.988
675.258
Tabel 2. Tingkat Kecepatan Angin, Curah Hujan, dan Intensitas Penyinaran Matahari Kota
Balikpapan 2001-2013 (BMKG Kota Balikpapan)
Tahun
Curah Hujan
(mm)
Intensitas
Penyinaran
Matahari (%)
2001
2002
2003
2004
2005
6,0
6,0
7,0
5,8
5,3
2.888,0
2.412,2
3.207,6
2.458,3
2.384,4
48,0
61,0
44,0
44,4
47,0
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
6,3
5,1
5,0
5,0
6,0
4,8
5,2
6,3
2.887,1
2.823,1
3.785,0
2.212,8
2.998,0
2.953,0
3.026,8
3.257,2
46,9
40,0
38,0
47,7
52,5
45,83
43,65
48,4
121
FK < 1,07
FK > 1,25
Tabel 4. Pembagian Kelas Lereng dan Ketinggian Kota Balikpapan (Bappeda Kota
Balikpapan)
122
124
125
126
127