Praktikan : Ahmad Syahputra Asisten : Lalu Shoulhan Firdaus
Praktikum Mineral Optik, Laboratorium Petrografi, Departemen Teknik Geologi,
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
ABSTRAK
Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang
memiliki bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami. Mineral ini diidentifikasi tidak hanya secara megaskopis tetapi dengan cara mikroskopis pula. Dalam mengamati sayatan mineral, dibutuhkan mikroskop polarisasi. Dilakukanlah Praktikum Pengenalan Mikroskop ini untuk mengetahui bagian-bagian dari mikroskop polarisasi dan fungsi tiap bagiannya. Praktkum dilakukan dengan cara mengamati langsung mikroskop polarisasi kemudian menggambarkannya. Dapat diketahui mikroskop polarisasi secara umum terbagi atas tiga bagian yaitu tubus atas, tubus tengah, tubus bawah.
I. PENDAHULUAN 1. Batuan beku yang bertekstur
afanitik atau batuan asal 1.1 Latar Belakang gunungapi Analisis sayatan tipis batuan 2. Batuan sedimen klastika dilakukan karena sifat-sifat fisik, berukuran halus, seperti seperti tekstur, komposisi dan batugamping, batupasir, perilaku mineral-mineral penyusun napal, lanau, fragmen batuan batuan tersebut tidak dapat dan lain-lain dideskripsi secara megaskopis di 3. Batuan metamorf: sekis, filit, lapangan. gneis dan lain-lain Contoh batuan-batuan tersebut Jadi mineralogi optis atau petrografi adalah: adalah suatu metode yang sangat mendasar yang berfungsi untuk yaitu agar mahasiswa dapat mendukung analisis data geologi. mempelajari mikroskop polarisasi Untuk dapat melakukan pengamatan secara langsung dan melihat bagian- secara optis atau petrografi bagiannya secara langsung. diperlukan alat yang disebut 1.2.2 Tujuan mikroskop polarisasi. Hal itu berhubungan dengan teknik Adapun tujuan diadakannya pembacaan data yang dilakukan praktikum Pengenalan Mikroskop ini melalui lensa yang mempolarisasi yaitu sebagai berikut : obyek pengamatan. Hasil polarisasi 1. Mengetahui apa itu mikroskop obyek tersebut selanjutnya dikirim polarisasi melalui lensa obyektif dan lensa 2. Mampu menunjukkan bagian- okuler ke mata (pengamat). bagian mikroskop polarisasi 3. Mengetahui manfaat dari 1.2 Maksud dan Tujuan mikroskop polarisasi khusunya dalam bidang geologi 1.2.1 Maksud
Maksud diadakannya praktikum Pengenalan Mikroskop ini
II. TINJAUAN PUSTAKA mikroskop berdasarkan pada
kenampakan obyek yang diamati, Mikroskop ialah alat yang yaitu mikroskop dua dimensi digunakan untuk memperbesar benda (mikroskop cahaya) dan mikroskop yang tidak dapat dilihat dengan mata tiga dimensi (mikroskop stereo). telanjang. Mikroskop memungkinkan Sedangkan berdasarkan sumber kita dapat mengamati obyek yang cahayanya, mikroskop dibedakan berukuran sangat kecil. Hal ini menjadi mikroskop cahaya dan membantu memecahkan persoalan mikroskop elektron. manusia tentang organisme yang Mikroskop yang sering berukuran kecil. Ada dua jenis dipergunakan dalam pembelajaran untuk mahasiswa diperguruan tinggi mengarahkan cahaya dari luar adalah mikroskop cahaya. Mikroskop kedalam kondensor. Pada mikroskop ini mempunyai perbesaran modern sudah dilengkapi lampu maksimum 1000 kali. Mikroskop sebagai pengganti sumber cahaya mempunyai kaki yang berat dan matahari. kokoh dengan tujuan agar dapat Cara Menggunakan Mikroskop berdiri dengan stabil. Mikroskop Polarisasi Sebelum melakukan cahaya memiliki tiga sistem lensa, praktikum dengan menggunakan yaitu lensa obyektif, lensa okuler, dan mikroskop cahaya maka perhatikan kondensor. Lensa obyektif dan lensa langkah-langkah berikut okuler terletak pada kedua ujung 1. Letakkan mikroskop di atas meja tabung mikroskop. Lensa okuler pada dengan cara memegang lengan mikroskop bisa berbentuk lensa mikroskop sedemikian rupa tunggal (monokuler) atau ganda sehingga mikroskop berada (binokuler). Pada ujung bawah persis di hadapan pemakai ! mikroskop terdapat tempat dudukan 2. Putar revolver sehingga lensa lensa obyektif yang bisa dipasangi obyektif dengan perbesaran tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung lemah berada pada posisi satu mikroskop terdapat meja mikroskop poros denganlensa okuler yang yang merupakan tempat preparat. ditandai bunyi klik pada revolver Sistem lensa yang ketiga adalah 3. Mengatur cermin dan diafragma kondensor. Kondensor berperan untuk melihat kekuatan cahaya untuk menerangi obyek dan lensa- masuk,hingga dari lensa okuler lensa mikroskop yang lain. tampak terang berbentuk bulat Pada mikroskop konvensional, (lapang pandang) sumber cahaya masih berasal dari 4. Tempatkan preparat pada meja sinar matahari yang dipantulkan benda tepat pada lubang preparat dengan suatu cermin datar ataupun dan jepit dengan penjepit cekung yang terdapat dibawah obyek/benda! kondensor. Cermin ini akan 5. Aturlah fokus untuk memperjelas obyektif dengan ukuran dari 10 gambar obyek dengan cara X,40 X atau 100 X, dengan cara memutar pemutar kasar, sambil memutar revolver hingga bunyi dilihat darilensa okuler. Untuk klik. mempertajam putarlah pemutar 7. Apabila telah selesai halus ! menggunakan, bersihkan 6. Apabila bayangan obyek sudah mikroskop dan simpan pada ditemukan, maka untuk tempat yang tidak lembab. memperbesar gantilah lensa
III. Metode Penelitian 5. Melakukan praktikum, dimana
mengamati mikroskop polarisasi Adapun metode penelitian pada kemudian melakukan praktikum kali ini yaitu: penggambaran serta menunjuk 1. Melakukan asistensi acara untuk bagian-bagian mikroskop. membahasa apa saja yang akan Setelah praktikum dikumpul dilakukan pada saat praktikum lembar kerja praktikum 2. Mengerjakan tugas pendahuluan 6. Setelah praktikum, pengolahan yang telah diberikan pada saat data dan menyusun jurnal asistensi acara praktikum serta dilakukan 3. Mengumpulkan tugas asistensi untuk penyusunan pendahuluan pada hari praktikum jurnal sebelum memulai praktikum 7. Setelah asistensi dan telah 4. Sebelum mulai praktikum, diterima oleh asistensi, jurnal diadakan respon sebagai syarat dikumpul ke laboratorium untuk mengikuti praktikum 6) Skala analisator, berfungsi untuk menunjukkan nilai kedudukan analisator 7) Skala nonius analisator, berfungsi untuk menunjukkan nilai kedudukan analisator secara IV. PEMBAHASAN detail Praktikum ini dilakukan untuk 8) Pengunci skala analisator, mengamati secara langsung berfungsi untuk mengunci mikroskop polarisasai dan kedudukan analisator mengetahui bagian-bagiannya. 9) Kompensator, berfungsi pada Adapun bagian-bagian dari penentuan WI maksimum, bias mikroskop polarisasi yaitu : rangkap dan TRO, pada kompensator juga terdapat 3 Tubus atas bagian yang terdiri atas keping 1) Eye piece, berfungsi sebagai gips, keping mika, dan baji tempat untuk meletakkan mata kuarsa pada saat pengamatan 10) Keping gips (530 nm), berfungsi 2) Dioptring, untuk memperjelas untuk menentukan tambahan dan bayangan benda dalam pengurangan warna interferensi pengamatan mikroskop dan yang mempunyai harga 530 nm mengatur posisi lensa okuler 11) Baji kuarsa, berfungsi untuk 3) Lensa okuler, berfungsi untuk menentukan penambahan dan melihat objek yang akan di teliti pengurangan warna interferensi 4) Eye piece tube, tabung tempat yang mempunyai harga 0,009 terdapat eye piece mm 5) Analisator, berfungsi pada saat 12) Keping mika (1/4 50 nm), pengamatan nikol silang, dimana berfungsi untuk menentukan untuk mendapatkan warna harga bias rangkap dan warna absorbs maksimum interferensi yang tinggi pada Kristal yang mempunyai harga 21) Penjepit preparat berfungsi untuk 50 nm menjepit preparat saat 13) Lensa Amici Bertrand berfungsi pengamatan untuk memperbesar gambar 22) Meja objek berfungsi sebagai interferensi bagian dalam tempat tempat meletakkan objek 14) Pin hole, mengatur gelap atau preparat pada saat terangnya lensa amici Bertrand pengamatan dan digunakan dalam 23) Lubang meja objek berfungsi pengamatan konoskop sebagai lubang yang meneruskan 15) Pengunci tubus atas, berfungsi cahaya dari kondensator ke untuk mengunci tubus bagian preparat atas 24) Kondensor berfungsi untuk menampilkan sinar sehingga Tubus Tengah preparat dapat terlihat dengan 16) Revolver berfungsi untuk jelas mengatur kedudukan lensa 25) Skala absis menunjukkan nilai objektif sumbu x 17) Lensa objektif perbesaran 4x 26) Skala ordinat menunjukkan nilai berfungsi untuk memperbesar 5x sumbu y kenampakan objek 27) Skala nonuis absis menunjukkan 18) Lensa objektif perbesaran 10x nilai sumbu x secara detail berfungsi untuk memperbesar 5x 28) Skala nonius ordinat kenampakan objek menunjukkan nilai sumbu y 19) Lensa objektif perbesaran 100x secara detail berfungsi untuk memperbesar 29) Skala meja objek berfungsi 100x kenampakan objek sebagai penunjuk kedudukan 20) Lengan mikroskop, berfungsi meja objek sebagai penyangga tubus atas dan 30) Skala nonius meja objek tubus tengah serta sebagai berfungsi sebagai penunjuk nilai pegangan pada saat mikroskop kedudukan meja objek secara diangkat detail 31) Diafragma berfungsi untuk 38) Sekrup pengatur kesenteringan mengatur jumlah cahaya yang subtage unit masuk pada kondensor 39) Pengarah vertical substage unit 32) Bukaan diafragma berfungsi berfungsi untuk mengarahkan mengatur caahaya yang akan kedudukan substage unit secara masuk ke diafragma, dapat vertikal dilihat dari skala bukaannya 40) Pengarah horizontal substtrage 33) Diapolarizer berfungsi untuk berfungsi untuk mengarahkan menyerap cahaya secara kedudukan substage unit secara mengutub dan kuat sehingga horizontal bergetar hanya pada satu arah 34) Skala bukaan diafragma Tubus Bawah berfungsi untuk menunjukkan 41) Pengarah halus, berfungsi untuk nilai kedudukan bukaan mengatur kedudukan meja objek diafragma Pengunci meja objek dalam skala kecil berfungsi untuk mengunci meja 42) Pengarah kasar, berfungsi untuk objek mengatur kedudukan meja objek 35) Pengarah sumbu absis berfungsi dalam skala besar untuk mengarahkan kedudukan 43) Skala pengarah halus sebagai sumbu x penunjuk kedudukan pengarah 36) Pengarah sumbu ordinat halus berfungsi untuk mengarahkan 44) Skala pengarah kasar sebagai kedudukan sumbu y penunjuk kedudukan pengarah 37) Subtage unit merupakan bagian kasar dimana terdapat diafragma, 45) Illuminator berfungsi untuk kondensor, pengarah vertical menangkap dan meneruskan subtage unit, pengarah horizontal sinar yang dating dari sumber subtage unit, skala bukaan cahaya (lamp socket) diafragma, pengunci substage 46) Pengarah illuminator berfungsi unit, dan diapolarizer untuk mengatur banyaknya cahaya masuk ke illuminator 47) Selubung illuminator berfungsi 50) Lamp socket, berfungsi sebagai sebagai pelindung illuminator sumber cahaya pada mikroskop 48) Tombol ON/OFF, berfungsi polarisasi sebgai tombol pengaktif dan 51) Kabel penghubung untuk pengnonaktif mikroskop mengalirkan arus listrik ke 49) Brightness control dial untuk mikroskop mengatur terang gelapnya cahaya 52) Kaki mikroskop berfungsi lampu menyangga mikroskop
V. Kesimpulan - pengunci tubus atas
- analisator Adapun kesimpulan dari - pengunci skala analisator praktikum pengenalan mikroskop - skala analisator polarisasi ini yaitu sebagai berikut : - skala nonius analisator 1. Mikroskop Polarisasi adalah - kompensator sebuah mikroskop yang - keeping gips menggunakan cahaya lampu - baji kuarsa sebagai pengganti cahaya - keping mika matahari sebagaimana yang - pengunci tubus atas digunakan pada mikroskop Tubus Tengah: konvensional. Mikroskop - Lengan mikroskop polarisasi menggunakan cahaya - pengarah halus terpolarisasi guna menganalisa - pengarah kasar struktur yang birefringent. - skala pengarah halus 2. Bagian-bagian mikroskop - skala pengarah kasar polarisasi yaitu: - Revolver Tubus Atas : - lensa objektif (pembesaran - Eye piece 4x, 10 x, 100 x) - Lensa okuler - meja objek - dioptering - lubang meja objek - pin hole - penjepit preparat - lensa amici betrand - skala meja objek - Lamp socket - skala nonius meja objek - Iluminator - pengunci meja objek - Pengarah iluminator - pengarah sumbu absis, - Kabel penghubung - pengarah sumbu ordinat - skala absis 3. Manfaat dari mikroskop polarisasi - skala ordinat khusunya dalam bidang geologi yaitu - skala nonius absis digunakan untuk mengamati batuan - skala nonius ordinat atau mineral secara mikroskopis, - subtage unit dalam bentuk sayatan tipis maupun - pengarah vertikal dan sayatan poles horizontal subtage unit. Tubus Bawah
DAFTAR PUSTAKA Judith, Bean dkk. 1981. Diktat
Kuliah Mineral Optik. Danisworo, dkk. 1999. Buku Yogyakarta: Pusat Penerbitan Kristalografi Mineralogi. Fakultas Teknik Universitas Yogyakarta: UPN Veteran Gadjah Mada Yogyakarta Zoltai, T., Stout, J.H., 1985, F. Kerr, Paul, Optical Mineralogy, Mineralogy ; Conceps and 3rd Edition, 1959, McGraw-Hill Principle, Burgess Publishing Book Company, New York- Company, Minneapolis, hal. Toronto-London, Colombia 19-68 University. Graha, Doddy S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Penerbit Nova. Isbandi, Djoko. 1986. Mineralogi. Yogyakarta: Nur Cahaya. LAMPIRAN