Anda di halaman 1dari 14

JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA

p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774


http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

POLARIMETER
A. Ainur Fadilla1, Astriyani Nur2, Fadel3 , Nurfalah Miseldi4 , Selvi Sewang5 , Serli
Yuniar6

Jurusan Fisika, Fakultas A,2Fakultas Sains dan Teknologi,3Universitas Islam Negeri


1

Alauddin Makassar

email: andiainurfadilla17@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK

Status artikel: Telah dilakukan percobaan Polarimeter dengan tujuan untuk


Diterima: memahami teori dan rumus yang berhubungan dengan praktikum
Disetujui: polarimeter, untuk mengetahui nama dan kegunaan alat-alat yang
Tersedia online: digunakan pada percobaan polarimeter, untuk menghitung daya
putar spesifik dari suatu larutan optik aktif, dan menarik
Keywords: Cahaya, kesimpulan dari keseluruhan percobaan polarimeter. Metode yang
Polarisasi, Sifat Optik digunakan pada percobaan ini adalah pengambilan data secara
Aktif dan Sudut Putar. langsung di laboratorium optik dengan menggunakan alat dan
bahan yaitu polarimeter, sumber cahaya monokromatis (lampu
natrium berwarna kuning), tabung pemutar, gelas ukur, neraca
digital, tissue (lap halus), spatula, piper tetes, gula pasir dan
aquades. Hasil data yang diperoleh yaitu pertama dilakukan
pengambilan data pola gelap terang gelap (GTG) dengan masing-
masing konsentrasi 0,01 gr/ml; 0,05 gr/ml dan 0,1 gr/ml sehingga
diperoleh rata-rata sudut putar untuk masing-masing konsentrasi
sebesar 4,352°; 5,700° dan 7,049° dan menghasilkan daya putar
spesifik masing-masing sebesar 0,0218°; 0,1425° dan 0,3524°.
Adapun pada percobaaan kedua dilakukan pengambilan data pola
terang gelap terang (TGT) dengan masing-masing konsentrasi 0,01
gr/ml; 0,05 gr/ml dan 0,1 gr/ml sehingga diperoleh rata-rata sudut
putar untuk masing-masing konsentrasi sebesar 4,779°; 8,063° dan
1,3175° dan menghasilkan daya putar spesifik masing-masing
sebesar 0,0239°; 0,2015° dan 1,3175°. Berdasarkan data hasil yang
diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar
konsentrasi suatu larutan maka semakin besar pula sudut putar dan
daya putar spesifiknya.

JFT | 1
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman

1. PENDAHULUAN
Cahaya adalah rambat gelombang elektromagnetik yang menjalar kesegala arah
yang dibedakan oleh panjang gelombang dan frekuensi dengan gelombang elektromagnetik
lainnya. Kehidupan manusia sangat bergantung pada cahaya karena cahaya merupakan
bagian mutlak dari kehidupan dan tanpa cahaya kehidupan di atas bumi tidak dapat
berkembang. Pencahayaan didalam ruangan merupakan hal mutlak untuk menghadirkan
rumah sehat dan setiap warna memiliki potensi untuk memberikan faktor refleksi yang
berbeda-beda. Interferometer Michelson adalah salah satu jenis dari interferometer, yaitu
suamu alat yang digunakan untuk menghasilkan suamu pola interfernsi (Giancoli, 2001).
Polarimeter banyak digunakan dalam mengukur besarnya putaran optik yang
dihasilkan oleh suatu zat yang bersifat optis aktif yang terdapat dalam larutan. Jadi
polarimeter ini merupakan alat yang didesain khusus untuk mempolarisasi cahaya oleh
suatu senyawa optis aktif. Polarisasi adalah terserapnya sebagian arah getar cahaya. Cahaya
yang sebagian arah getarnya terserap disebut cahaya terpolarisasi. Dan jika cahaya hanya
memiliki satu arah getar maka disebut sebagai cahaya terpolarisasi linear. Interferensi dan
fraksi dapat terjadi pada semua jenis gelombang, misalnya gelombang bunyi, gelombang
tali, gelombang pada permukaan cairan ataupun gelombang cahaya. Polarisasi hanya dapat
diamati pada gelombang transversal yang terdapat pada gelombang tali dan cahaya tidak
terdapat pada gelombang bunyi, karena gelombang bunyi termasuk gelombang logitudinal
(Tim Dosen, 2012).
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mengalami sesuatu yang secara tidak
sadar hal tersebut ternyata berhubungan langsung dalam prinsip dasar dalam ilmu Fisika.
Sebagai contoh, ketika kita menggunakan sun glasses atau kacamata yang biasa kita
gunakan untuk melindungi mata kita dari silaunya cahaya/sinar matahari secara langsung.
Cahaya matahari yang menuju bumi merupakan cahaya yang arah rambat getarnya bebas.

JFT | 2
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

Namun setelah cahaya tersebut mengenai sub glasses, maka cahaya tersebut akan memiliki
arah rambat getar yang searah. Penyearahan rambat getar gelombang cahaya tersebut
dinamakan dengan polarisasi (Pramono, 2011).
Cahaya putih merupakan cahaya polikromatik yang terdiri dari berbagai panjang
gelombang yang dapat bervibrasi ke segala arah. Cahaya putih dapat diubah menjadi
cahaya monokromatik (hanya terdiri dari satu panjang gelombang) dengan menggunakan
suatu filter atau sumber cahaya yang khusus. Cahaya monokromatik ini disebut cahaya
terpolarisasi.
Secara garis besar, polarisasi berarti suatu peristiwa perubahan arah rambat getar
gelombang cahaya, yang acak menjadi satu arah rambat sumber getar. Polarisasi hanya
dapat terjadi pada gelombang transversal. Karena polarisasi dapat terjadi pada cahaya,
maka hal tersebut memperjelas bahwa cahaya merupakan gelombang transversal bukan
longitudional. Pada umumnya, gelombang cahaya memiliki banyak arah rambat getar.
Sesuatu yang memiliki banyak arah rambat getar (gelombang) disebut sebagai gelombang
tak terpolarisasi. Sedangkan gelombang yang memiliki arah rambat getar yang searah
dinamakan dengan gelombang terpolarisasi (Pramono, 2011).
Polarimeter merupakan suatu alat yang tersusun atas polarisator dan analisator.
Polarimeter adalah polaroid yang dapat menganalisa/mempolarisasikan cahaya. Peristiwa
polarisasi merupakan suatu peristiwa penyearahan arah getar suatu gelombang menjadi
sama dengan arah getar Polaroid dengan cara menyerap gelombang yang memiliki arah
getar yang berbeda dan meneruskan gelombang dengan arah getar yang sama dengan
Polaroid. Polarimeter juga dapat digunakan untuk mengukur besar sudut putar jenis suatu
larutan optik aktif (Zaki, 2010).
Menurut Sumarna (1990), Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya
putar optis  suatu zat yang menimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir.
Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir  oleh senyawa optis aktif ada 2 macam, yaitu :
1. Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum jam.
2. Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan putaran jarum jam.

JFT | 3
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman

Menurut (Zaelani, 2006) komponen-komponen pada polarimeter:


1. Sumber cahaya monokromatis, yaitu sinar yang dapat memancarkan sinar
monokromatis.Sumber cahaya nya yaitu lampu Natrium dengan panjang gelombang
589,3 nm dan lampu UAP raksasa dengan panjang gelombang 546 nm
2. Polisator dan analisator, Fungsi Polisator untuk menghasilkan sinar terpolarisir.Fungsi
analisator untuk menganalisa sudut yang terpolarisasi.Yang digunakan ialah prisma
nikol.
3. Prisma setengah nikol, Alat untuk menghasilkan bayangan setengah yaitu bayangan
gelap dangelap terang .
4. Skala lingkar, yaitu Skala yang bentuknya melingkar.
5. Wadah sampel, yaitu Berbentuk silinder yang terbuat dari kaca yang tertutup.Kedua
ujungnya berukuran besar dan yang lain berukuran kecil.biasanya 0,5;1;2 dm.Wadah
harus dibersihkan secara hati-hati dan tidak boleh ada gelembung udara yang
terperangkap di dalamnya.
6. Detector,yaitu pada polarimeter manual yang menjadi detector yaitu mata,sedangkan di
polarimeter lain dapat digunakan detector fotoeletrik.

Polarisasi adalah peristiwa perubahan arah getar gelombang cahaya yang acak
menjadi satu arah getar. Misalnya, sering radars mempertimbangkan polarisasi gelombang
di pos pengolahan untuk meningkatkan pemeranan dari target. Dalam hal ini, polarimetri
dapat digunakan untuk memperkirakan tekstur halus dari bahan, membantu menyelesaikan
orientasi struktur kecil di sasaran, dan apabila circularly-polarized antena yang digunakan,
jumlah tersebut bouncing dari sinyal yang diterima (yang chirality dari circularly polarized
dengan gelombang alternates setiap refleksi). Dalam hubungan dengan Polarimeter cahaya,
maka cahaya dinyatakan sebagai gelombang elektromagnetik tang transversal (tegak lurus
dengan arah rambatnya). Cahaya umumnya mempunyai bermacammacam panjang
gelombang, di mana bila dibiaskan melalui prisma kaca akan terurai menjadi beberapa
warna cahaya yang dikenal sebagai spectrum. Itu tiap-tiap warna cahaya disebut sebagai
cahaya monokromatik. Dalam alat Polarimeter ini cahaya monokromatik dihasilkan dengan

JFT | 2
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

menggunakan sodium lamp (lampu natrium) di mana gas natrium pijar akan menghasilkan
lampu warna kuning (Triya, 2011).

Polarisasi cahaya adalah peristiwa penyerapan arah bidang getar gelombang. Gejala
polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja. Bila cahaya terpolarisasi
linear jatuh pada bahan optis aktif , maka cahaya yang keluar akan tetap terpolarisasi linear
dengan arah getar terputar terhadap arah getar semula. Beberapa bahan tertentu
menghasilkan perputaran bidang getar (arah getar komponen medan listrik gelombang
elektromagnetik) searah jarum jam. Tetapi ada bahan-bahan yang menghasilkan perputaran
komponen medan listrik berlawanan arah jarum jam. Yang dimaksud dengan sifat optis
aktif adalah memutar bidang polarisasi dari gelombang elektromagnetik yang melewatinya
(Nuranisa, 2013). Untuk mengetahui tingkat kualitas suatu bahan dengan metode polarisasi
sebelumnya telah dilakukan penelitian yang menunjukkan bahwa larutan gula dapat
memutar bidang polarisasi dan nilai perubahan sudut yang linier terhadap konsentrasinya
(Ade, dkk., 2011)

Bila cahaya terpolarisasi dilewatkan ke dalam suatu zat optis aktif seperti gula,
maka cahaya itu akan dibelokkan. Kalau cahaya tersebut dilewatkan ke dalam air murni
kita melihat cahaya tersebut diteruskan, artinya air tidak dapat memutar bidang cahaya
terpolarisasi. Zat optis aktif ditandai oleh adanya atom karbon tak setangkap (asimetri-tak
simetri) atau kiral di dalam senyawa organik. Besarnya sudut perputaran cahaya
terpolarisasi dapat diukur dengan polarimeter dan harganya dipengaruhi oleh konsentrasi
zat optis aktif. Dengan  merupakan perputaran (rotasi) jenis pada suhu (T) dan panjang
gelombang (l) tertentu, α menyatakan panjang larutan yang dilewati cahaya, dan c
menyatakan konsentrasi. Dari rumusan ini kita peroleh jenis dan jumlah zat optis aktif
(Sumarna, 1990).

Metode polarisasi merupakan salah satu metode sederhana yang menggunakan


perubahan sudut polarisasi sebagai parameter dari pengujian karena menerapkan prinsip
Hukum Malus yang memanfaatkan sifat optis aktif dari minyak goreng. Metode ini
digunakan oleh untuk mempelajari pengaruh medan radio frekuensi pada minyak goreng

JFT | 5
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman

yang belum digunakan dan minyak goreng yang telah dipakai beberapa kali. Dari penelitian
tersebut diketahui bahwa minyak goreng bersifat optis aktif. Namun nilai perubahan sudut
polarisasi yang didapatkan masih relatif kecil (Firdausi, dkk., 2008).

Rotasi spesifik didefinisikan sebagai  , dimana α adalah sudut pada bidang cahaya
terpolarisasi dirotasi oleh larutan dengan konsentrasi c gram zat  terlarut per mL larutan.
Pada suatu bejana dengan panjang d desimeter. Panjang gelombang yang umumnya
dispesifikkan adalah 590 nm, berupa garis spectrum natrium. Beberapa zat mempunyai
kemampuan memutar bidang polarisasi cahaya. Zat-zat yang mempunyai kemampuan
memutar bidang polarisasi ialah zat-zat yang demikian disebut zat optis aktif (Tim Dosen
Kimia Analitik, 2010). Molekul yang mempunyai atom C asimetris atau atom C kiral yang
dapat memutar bidang polarisasi ke kanan diberi tanda d aau + dan ke kiri diberi tanda l
atau -. Mengetahui d dan l atau + dan – adalah melalui percobaan menggunakan alat
polarimeter (Matsjeh, 1983).

Cahaya terpolarisasi linier yang mengenai bahan optis aktif akan diteruskan
terpolarisasi linier namun dengan arah rotasi yang berbeda. Sifat optis aktif dari suatu
bahan dapat diukur menggunakan dua polarisator linier yang dipasang dengan perbedaan
sudut transmisi 90˚ (saling berpotongan) yang secara teori, sesuai dengan Hukum Malus,
tidak akan ada cahaya yang diteruskan. Namun ketika bahan optis aktif diletakkan di antara
dua polarisator tersebut, maka akan ada cahaya yang diteruskan. Untuk mengetahui
perubahan sudut rotasi akibat adanya bahan optis aktif tersebut, analisator diputar hingga
tidak ada cahaya yang diteruskan (L. J. Morris, 1965).

Sebuah berkas cahaya yang terpolarisasi linier zat yang bersifat optik aktif, maka
berkas cahaya dengan bidang terpolarimeter tersebut akan berputar sebesar sudut tertentu.
Pengaruh besar sudut tergantung oleh konsentrasi larutan, panjang gelombang sinar dan
panjang larutan. Pada saat mengamati besar sudut θ maka digunakan alat yang disebut
polarimeter. Polarimeter ini terdiri atas polarimeter satu set, lempeng ½ , analisator dan
dan lengkap dengan tabung pemutar dengan panjang tertentu (Tim Penyusun, 2020).

JFT | 2
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

Sifat optis aktif suatu bahan banyak manfaatnya, selain berguna untuk analisis
struktur polimer, juga dapat digunakan dalam pembuatan berbagai divais optik. Identifikasi
sifat optis aktif dapat menggunakan hukum Malus, dan dapat diukur menggunakan dua
buah polarisator. Polarisator pertama berfungsi mengubah cahaya tak terpolarisasi menjadi
cahaya terpolarisasi, sedangkan polarisator kedua disebut sebagai analisator karena
berfungsi untuk menganalisa intensitas cahaya terpolarisasi yang dibentuk oleh polarisator
pertama (Silvia, dkk., 2008).

Berdasarkan uraian di atas, maka percobaan ini bertujuan agar mengetahui teori dan
rumus yang berhubungan dengan praktikum polarimeter, nama dan kegunaan alat-alat yang
digunakan pada percobaan polarimeter, cara menghitung daya putar spesifik dari suatu
larutan optik aktif, kesimpulan dari keseluruhan percobaan polarimeter.

2. METODE PENELITIAN
Praktikum eksperimen Polarimeter dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Oktober 2022,
pada pukul 09.00 – 10.30 WITA, bertempat di Laboratorium Fisika Optik, Jurusan Fisika,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu polarimeter, sumber
cahaya monokromatis (lampu natrium berwarna kuning), tabung pemutar, gelas ukur,
neraca digital, tissue (lap halus), spatula, piper tetes, gula pasir dan aquades.

Gambar 3. Gula Gambar 4. Aquades Gambar 5. Pipet Tetes

JFT | 7
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman

Gambar 6. Spatula Gambar 7. Neraca Digital Gambar 8. Tisue

Gambar 9. Tabung Pemutar Gambar 10. Gelas Ukur Gambar 11. Polarimeter

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini, yaitu pertama
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Setelah alat dan bahan sudah siap,
selanjutnya membuat larutan gula dengan konsentrasi 0,006 gr/ml; 0,06 gr/ml dan 0,6 gr/ml
dengan masing-masing massa sebesar 0,3 gr; 3 gr dan 30 gr. Untuk membuat larutan gula
tersebut kita menimbang massa gula sesuai dengan konsentrasi yang dibutuhkan dan
melarutkan gula dengan volume pelarut (aquades) sebesar 50 ml. Apabila semua larutan
gula sudah siap, selanjutnya memasukkan larutan gula sesuai dengan konsentrasi yang
sudah ditentukan kedalam tabung pemutar dengan ukuran 20 cm yang sudah dibersihkan.
Kemudian melihat dengan teliti tabung pemutar yang sudah di isi dengan larutan agar tidak
adanya gelembung apabila tabung pemutar tersebut di bolak balikkan, jika sudah tidak ada
gelembung maka selanjutnya memasukkan tabung pemutar kedalam polarimeter. Setelah
itu, menentukan titik setimbang polarimeter dengan pola terang gelap terang dan gelap
terang gelap. Kemudian, memutar-mutarkan analisator sehingga mendapatkan kedudukan
setimbang. Lalu mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan dan mengulangi
pengamatan tersebut sebanyak 3 kali dalam 1 data dengan pengambilan data 3 kali masing-

JFT | 2
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

masing pola terang gelap terang dan gelap terang gelap. Jika semuanya sudah selesai
diamati maka alat dan bahan yang digunakan dibersihkan dengan baik dan menyimpannya
ke tempat semula.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh data sebagai
besikut :
Tabel 1. Pengamatan Gelap Terang Gelap (GTG)
L = 20 cm = 1 dm
Sudut Putar Sudut Daya
No Volume Konsentras
Massa Putar Putar
. (ml) i (gr/ml) θ1 θ2 θ3 Rata-Rata Spesifik

1 0,5 50 0,01 5,019 4,021 4,021 4,352 0,0218

2 2,5 50 0,05 5,030 6,035 6,037 5,700 0,1425

3 5 50 0,1 7,047 7,049 7,051 7,049 0,3524

Gambar 1. Hasil Pola Gelap Terang Gelap (GTG)


Tabel. 2 : Pengamatan Terang Gelap Terang (TGT)
Sudut Putar Sudut Daya
Volum Konsentras
No. Massa Putar Putar
e (ml) i (gr/ml) θ1 θ2 θ3 Rata-Rata Spesifik

1 0,5 50 0,01 4,005 5,162 5,172 4,779 0,0239

2 2,5 50 0,05 7,175 8,008 9,006 8,063 0,2015

3 5 50 0,1 9,010 8,174 9,173 26,36 1,3175

JFT | 9
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman

Gambar 2. Hasil Pola Terang Gelap Terang (TGT)

Analisis Data
1. Menghitung Massa
Massa = Konsentrasi × Volume
= 0,01 gr/ml × 50 ml
= 0,5 gr
2. Menghitung sudut putar rata rata
θ1+θ 2+θ 3
θ=
3
Untuk Gelap Terang Gelap (GTG)
5,019+ 4,021+4,018
θ=
3
θ = 4,352 o

Untuk Terang Gelap Terang (TGT)


4,005+5,162+5,172
θ=
3
θ = 4,779 o

3. Menghitung daya putar spesifik


θ = α .l . k
θ
α=
l. k
Dimana:
θ = Sudut Putar Larutan (o)
l = Panjang Tabung (dm)
k = Konsentrasi Larutan (gr/ml)
Untuk Gelap Terang Gelap (GTG) pada Konsetrasi 0,01 M

JFT | 2
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

4,352
α=
2 x 0,01
α = 0,0218 o
Untuk Terang Gelap Terang (TGT) pada Konsentrasi 0,01 M
4,779
α=
2 x 0,01
α = 0,0239 0

Grafik
1. Gelap Terang Gelap (GTG)
Daya Putar Spesifik Rata-rata

Hubungan konsentrasi (k) dengan Daya Putar Rata-


rata (𝛼) untuk data Gelap Terang Gelap (GTG)
0.4 0.3524

0.3

0.2 0.1425
0.1
0.0218
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi (gr/ml)

Gambar 4. Hubungan Konsentrasi (gr/ml) dengan Daya Putar Rata-Rata (°) untuk data Terang
Gelap Terang
Daya Putar Spesifik Rata-rata

Hubungan konsentrasi (k) dengan Daya Putar Rata-


rata (𝛼) untuk data Terang Gelap Terang (TGT)
1.3175
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4 0.2015
0.2 0.0239
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi (gr/ml)

Gambar 5. Hubungan Konsentrasi (gr/ml) dengan Daya Putas Rata-Rata (°) untuk data

JFT | 11
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman

Gelap Terang Gelap


3.2 Pembahasan

Polarimeter merupakan suatu alat yang tersusun atas polarisator dan analisator.
Polarimeter adalah polaroid yang dapat menganalisa/mempolarisasikan cahaya. Peristiwa
polarisasi merupakan suatu peristiwa penyearahan arah getar suatu gelombang menjadi
sama dengan arah getar Polaroid dengan cara menyerap gelombang yang memiliki arah
getar yang berbeda dan meneruskan gelombang dengan arah getar yang sama dengan
Polaroid. Polarimeter juga dapat digunakan untuk mengukur besar sudut putar jenis suatu
larutan optik aktif (Zaki, 2010).
Pada percobaan polarimeter larutan yang dilakukan dengan mengukur sudut pada
masing - masing konsentrasi larutan yaitu 0,01 gr/ml, 0,05 gr/ml dan 0,1 gr/ml dengan dua
kondisi cahaya polarisasi yaitu, gelap terang gelap (GTG) dan terang gelap terang (TGT).
Pengukuran pertama adalah kondisi polarisasi gelap terang gelap (GTG) diperoleh rata-rata
sudut putar spesifik pada masing-masing konsentrasi yaitu 4,352o pada konsentrasi 0,01
gr/ml, 5,7000 pada konsentrasi 0,05 gr/ml, dan 7,0490 pada konsentrasi 0,1 gr/ml.
Pengukuran kedua pada kondisi polarisasi terang gelap terang (TGT) diperoleh rata-rata
sudut putar spesifik yaitu 4,7790 pada konsentrasi 0,01 gr/ml, 8,0630 pada konsentrasi 0,05
gr/ml dan 26,360 pada konsentrasi 0,1 gr/ml.
Berdasarkan hasil analisa pengukuran sudut rata-rata spesifik maka diperoleh hasil
besar daya putar spesifik pada kondisi polarisasi gelap terang gelap (GTG) diperoleh daya
putar spesifik pada masing-masing konsentrasi yaitu 0,0218o pada konsentrasi 0,01 gr/ml,
0,14250 pada konsentrasi 0,05 gr/ml, dan 0,35240 pada konsentrasi 0,1 gr/ml. Pengukuran
kedua pada kondisi polarisasi gelap terang gelap (TGT) diperoleh rata-rata daya putar
spesifik yaitu 0,02390 pada konsentrasi 0,01 gr/ml, 0,20150 pada konsentrasi 0,05 gr/ml dan
1,31750 pada konsentrasi 0,1 gr/ml.
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsentrasi dan jenis
larutan akan mempengaruhi sudut putar tergantung dari besarnya sudut putar jenis larutan
tersebut. Pada saat konsentrasi gula semakin tinggi, maka cahaya yang terlihat di analisator
menjadi lebih redup. Sehingga sudut putar jenisnya pun menjadi semakin besar. Ini

JFT | 2
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

menendakan larutan gula dapat membelokan arah getar cahaya. Hal ini sesuai dengan data
pada pengukuran pola gelap terang gelap (GTG), namun pada pola terang gelap terang data
yang diperoleh kurang sesuai dengan toeri yang ada dikarenakan cahaya yang terlihat pada
analisator lebih terang.

4. SIMPULAN
Kesimpulan pada percobaan ini adalah konsentrasi dan jenis larutan akan
mempengaruhi sudut putar tergantung dari besarnya sudut putar jenis larutan tersebut. Pada
saat konsentrasi gula semakin tinggi, maka cahaya yang terlihat di analisator menjadi lebih
redup. Sehingga sudut putar jenisnya menjadi semakin besar. Hal tersebut menandakan
larutan gula dapat membelokan arah getar cahaya. Hal ini sesuai dengan data pada
pengukuran pola gelap terang gelap (GTG), namun pada pola terang gelap terang data yang
diperoleh kurang sesuai dengan toeri yang ada dikarenakan cahaya yang terlihat pada
analisator lebih terang.

Saran yang dapat disampaikan pada percobaan ini adalah sebaiknya pada praktikum
selanjutnya menggunakan lebih dari satu larutan yang bersifat optik aktif agar sudut
putarnya dapat dibandingkan.
5. DAFTAR PUSTAKA
A. Y. Asy. Syifa, dkk,. 2013. ”Pemanfaatan Sifat Optis Aktif AlamiUntuk Kendali Mutu
Minyak Goreng Menggunakan Lampu Pijar”. Berkala Fisika,Vol. 16, No. 2, hal 33
– 40.
Giancoli. 2001. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.
K. S. Firdausi, Istianah, dan I. Marhaendrajaya. 2008. “Studi Pengaruh Medan Radio
Frekuensi (Rf) Pada Minyak Goreng,”. Berkala Fisika, vol. 11, no. 1, hal. 1–4.
L. J. Morris.1965. “The Detection of Optical Activity in Natural Asimmetric Trigliceries,”
Biochem. Biophys. Res. Commun., vol. 20, no. 3, hal. 340–345.
Matsjeh, Sabirin. 1983. Kimia Organik II. Jogjakarta : UNJ.
Nuraniza, dkk. 2013. “Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut
Polarisasi Cahaya Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter” . PRISMA
FISIKA, Vol. I, No. 2, Hal. 87 – 91.
Pramono., dkk. 2011. Polarimeter. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Silvia Ioan, Andreea irina Cosutchi, Dana-Ortansa Dorohoi. 2008. “Optical Rotary
Dispersion For Polymers, Rom”. Journ Phys., Vol. 53, Nos. 1– 2, P. 85–90.

JFT | 13
Penulis Pertama, dkk. / Jurnal Fisika dan Terapannya (Tahun Terbit) Vol. X (Nomor): halaman - halaman

Sumarna, dkk. 1990. Kimia Analitik Instrumen.IKIP Semarang Press: Semarang.


Tim Dosen, 2012. Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar. Laboraturium Dasar Universitas
Islam Riau: Riau.
Triya & Yusuf. 2011. Polarisasi Cahaya. UNESA: Surabaya.
Zaelani, Ahmad dkk. 2006. Polarimetri. Yrama Widya: Bandung.
Zaki, Khorfid Vazriz. 2010. Polarimeter. Laporan Hasil Percobaan. Jurusan
Fisika.Universitas Negeri Semarang.

JFT | 2

Anda mungkin juga menyukai