Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS MATERIAL

( POLARIMETER )
Disusun oleh : Nama NIM Kelompok : Sukma Wahyu Fitriani : 115090301111010 : A-1

Tgl. Praktikum : 22 November 2013 Nama Asisten : Yunita Dwi H.

LABORATORIUM MATERIAL
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Cahaya merupakan gelombang elektromganetik yang terdiri dari getaran elektrik dan getaran magnetik yang saling tegak lurus. Sinar biasa secara umum dapat dikatakan gelombang elektromagnetik yang vector-vektor medan listrik dan medan magnetnya bergetar kesemua arah pada bidang tegak lurus arah rambatannya dan disebut sinar tak terpolarisasi. Interaksi cahaya tak terpolarisasi dengan suatu bahan dapat diamati dengan poarimeter. Hal yang bisa diamati dengan manggunakan polarimeter ini antara lain adalah rotasi optik, konsentrasi, dan komposisi isomer optis. Pada polarimeter terdapat polarisator, analisator. Polarisator adalah polaroid yang dapat mempolarisasi cahaya, sedangkan analisator adalah polaroid yang dapat menganalisa atau mempolarisasikan cahaya. 1.2 Tujuan Tujuan dari percobaan polarimeter ini adalah menentukan sudut putar jenis (rotasi spesifik) larutan optik aktif dengan menggunakan polarimeter.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zat Optik Aktif Suatu molekul yang memiliki atom pusat asimetris disebut molekul kiral. Molekul seperti ini dapat merespon dan memutar cahaya sebagaimana lensa. Kemampuan untuk memutar cahaya ini disebut sifat optis aktif. Senyawa optis aktif memiliki isomer yang disebut enantiomer dimana senyawa-senyawa enantiomer memutar cahaya dengan sudut yang sama besar tetapi dengan arah yang berlawanan. Derajat sudut perputaran cahaya dapat digunakan untuk : 1. 2. 3. Analisis kualitatif Menentukan kemurnian enantiomer dari senyawa Menentukan konsentrasi larutan zat optis aktif

Untuk mengamati perputaran cahaya, maka cahaya yang melewati larutan harus terpolarisasi bidang. Cahaya biasa memiliki gelombang yang terorientasi ke segala arah (cahaya tidak terpolarisasi). Cahaya terpolarisasi bidang dibuat dari gelombang yang berorientasi parallel terhadap bidang tertentu. Ketika cahaya terpolarisasi bidang melewati larutan optis aktif maka cahaya tersebut akan mengalami perputaran (Matsjeh, 1983) Berbagai struktur transparan tidak simetris memutar bidang polarisasi radiasi. Materi tersebut dikenal sebagai zat optik aktif, misalkan kuarsa, gula, dan sebagainya. Pemutaran dapat berupa dextro-rotary (+) bila arahnya sesuai dengan arah jarum jam atau levo-rotary (-) bila arahnya berlawanan dengan jarum jam. Derajat rotasi bergantung pada berbagai parameter seperti jumlah molekul pada lintasan radiasi, konsentrasi, panjangnya pipa polarimeter, panjangnya gelombang radiasi dan juga temperatur. Rotasi spesifik didefinisikan sebagai =

di mana adalah sudut bidang cahaya terpolarisasi dirotasi oleh suatu larutan dengan konsentrasi c gram zat terlarut per mL larutan, pada suatu bejana dengan panjang l desimeter. Panjang gelombang yang umumnya dispesifikkan adalah 590 nm, berupa garis spektrum natrium (Khopkhar, 2008).

Sukrosa (gula) dapat terhidrolisis karena pengaruh asam atau enzim invertase, membentuk glukosa dan fruktosa. Pada hidrolisis sukrosa terjadi pembalikan sedut (inversi) dari pemutaran kanan menjadi pemutaran kiri. Sukrosa adalah pemutaran kanan (putaran jenis +66,53), glukosa juga pemutaran kanan putaran jenis +52,7), tetapi fruktosa adalah pemutaran kiri (putaran jenis -92,4), daya pemutaran kiri fruktosa ternyata lebih besar dari daya pemutaran kanan glukosa (Chang, 2003) 2.2 Polarimeter Polarimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya putaran optik yang dihasilkan oleh suatu zat yang bersifat optis aktif yang terdapat dalam larutan. Jadi polarimeter ini merupakan alat yang didesain khusus untuk mempolarisasi cahaya oleh suatu senyawa optis aktif. Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dpat memutar bidang

polarisasi, sedangkan yang dimaksud dengan polarisasi adalah pembatasan arah getaran (vibrasi) dalam sinar atau radiasi elektromagnetik yang lain. Untuk mengetahui besarnya polarisasi cahaya oleh suatu senyawa optis aktif, maka besarnya perputaran itu bergantung pada beberapa faktor yakni struktur molekul, temperatur, panjang gelombag, banyaknya molekul pada jalan cahaya, jenis zat, ketebalan, konsentrasi dan juga pelarut ( Anonim, 2012). Polarimeter paling awal, yang tanggal kembali ke tahun 1830-an, yang dibutuhkan pengguna dengan memutar analyzer, dan detektornya yaitu mata . Sudut ditandai pada skala yang mengelilingi analyzer tersebut. Desain dasar masih digunakan dalam polarimeter sederhana. Polarimeter generasi selanjutnya yaitu polarimeter semi-otomatis, yang membutuhkan deteksi visual tetapi tetap menggunakan tombol untuk memutar analisa dan menawarkan tampilan digital. Dan polarimeter generasi selanjutnya merupakan polarimeter yang paling modern yang sepenuhnya otomatis dan hanya memerlukan user untuk menekan tombol dan menunggu pembacaan digital. Polarimeter dapat dikalibrasi - atau setidaknya diverifikasi - dengan mengukur piring kuarsa, yang dibangun untuk selalu membaca di sudut rotasi tertentu biasanya 34 , tetapi +17 dan 8,5 adalah juga populer tergantung pada sampel (Anonim, 2012). Polarisasi adalah proses dimana getaran-getaran suatu gerak gelombang dibatasi menurut pola tertentu. Jenis-jenis polarisasi meliputi :

Polarisasi dengan absorpsi selektif: Yaitu dengan menggunakan bahan yang akan melewatkan (meneruskan) gelombang yang vektor medan listriknya sejajar dengan arah tertentu dan menyerap hampir semua arah polarisasi yang lain Polarisasi akibat pemantulan : Yaitu jika berkas cahaya tak terpolarisasi dipantulkan oleh suatu permukaan, berkas cahya terpanyul dapat berupa cahaya tak terpolarisasi, terpolarisasi sebagian, atau bahkan terpolarisasi sempurna. Polarisasi akibat pembiasan ganda: Yaitu dimana cahaya yang melintasi medium isotropik (misalnya air). Mempunyai kecepatan rambat sama kesegala arah. Sifat bahan isotropik yang demikian dinyatakan oleh indeks biasnya yang berharga tunggal untuk panjang gelombang tertentu. Pada kristal kristal tertentu misalnya kalsit dan kuartz, kecepatan cahaya didalamnya tidak sama kesegala arah. Bahan yang demikian disebut bahan anisotropik ( tidak isotropik). Sifat anisotropik ini dinyatakan dengan indeks bias ganda untuk panjang gelombang tertentu. Sehingga bahan anisotropik juga disebut bahan pembias ganda (Anonnim, 2012). Komponen-komponen alat polarimeter meliputi sumber cahaya monokromatis, polarisator, analisator, prisma setengah nikol, skala lingkar, wadah sampel, detector. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah lampu D Natrium dengan panjang gelombang 589,3 nm. Selain itu juga dapat digunakan lampu uap raksa dengan panjang gelombang 546 nm. Polarisator berfungsi untuk menghasilkan sinar terpolarisir. Sedangkan analisator berfungsi untuk menganalisa sudut yang terpolarisasi. Yang digunakan sebagai polarisator dan analisator adalah prisma nikol. Prisma setengah nikol merupakan alat untuk menghasilkan bayangan setengah yaitu bayangan terang gelap dan gelap terang. Skala lingkar merupakan skala yang bentuknya melingkar dan pembacaan skalanya dilakukan jika telah didapatkan pengamatan tepat baur-baur. Wadah sampel ( tabung polarimeter ). Wadah sampel ini berbentuk silinder yang terbuat dari kaca yang tertutup dikedua ujungnya berukuran besar dan yang lain berukuran kecil, biasanya mempunyai ukuran panjang 0,5 ; 1 ; 2 dm. Wadah sampel ini harus dibersihkan secara hati-hati dan tidak bileh ada gelembung udara yang terperangkap didalamnya. Detektor pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detektor adalah mata, sedangkan polarimeter lain dapat digunakan detektor fotoelektrik (Anonim, 2012).

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan Bahan yang digunakan adalah gula halus dan aquades. Sedangkan alat-alat yang digunakan antara lain adalah timbangan digital, gelas ukur, pengaduk larutan, tabung pengamat, lampu D natrium 589,3 nm dan polarimeter. 3.2 Tata Laksana Percobaan Percobaan ini dilakukan dengan konsentrasi larutan gula yang berbeda-beda, oleh karaena itu hal pertama yang dilakukan adalah menimbang sejumlah massa gula yang diperlukan yaitu 3 g, 6 g, dan 9 g. selanjutnya gula tersebut dilarutkan dengan aquades sebanyak 50 ml untuk dibuat larutan gula. Larutan yang sudah jadi kemudian dimasukkan ke dalam tabung pengamat. Diusahakan agar tidak terdapat gelembung uadara dalam tabung tersebut. Tabung ini kemudian diletakkan dalam polarimeter dan diamati pola gelap terang seperti pada gambar 3.1 (setengah gelap setengah terang) dengan keadaan lampu yang menyala pada ujung polarisator. Sudut terbentuknya pola gelap terang diamati sebanyak dua kali, jadi setelah menemukan pola pada sudut pertama pemutaran analisator duteruskan dalam arah yang sama hingga diperoleh pola yang sama kembali. Sudut terbentuknya pola tersebut kemudian dicatat. Hal yang sama dilakukan untuk sampel 6 g dan 9 g. Panjang tabung dan temperature ruangan juga dicatat.

Gambar 3.1 pola gelap terang yang terbentuk dalam polarimeter

3.3 Gambar Alat Polarimeter

Gambar 3.2 Polarimeter

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan Massa gula (g) 3 6 9 4.2 Pengolahan Data Konsentrasi larutan(g/ml) 0,06 0,12 0,18 Rotasi optis 1 12,4 14,2 20,2 2 147 149 155 Rotasi Spesifik 1 210,88 120,75 114,51 2 2500 1267 878,68 Volume aquades (ml) 50 50 50 Sudut terbentuk gelap terang 1 12,4 14,2 20,2 2 147 149 155

Larutan konsentrasi 0,06g/ml Rotasi optis 1

=
=

= 210,88
Rotasi optis 2

= =
= 2500

Larutan konsentrasi 0,12g/ml Rotasi optis 1

= =
=120,75

Rotasi optis 2

= =
= 1267

Larutan konsentrasi 0,18g/ml Rotasi optis 1

= =
= 114,51

Rotasi optis 2

= =
= 878,68

4.3 Analisa Prosedur Alat dan bahan yang digunakan pada perrcobaan Polarimeter memiliki fungsi yang berbeda-beda. Gula berfungsi sebagai bahan yang akan dilarutkan. Aquades berfungsi sebagai pelarut. Larutan gula yang merupakan larutan optic aktif digunakan sebagai sampel yang akan dicari sudut putar jenisnya. Timbangan digital digunakan untuk menimbang gula. Gelas ukur digunakan untuk mengukur aquades. Pengaduk larutan digunakan untuk mengaduk larutan gula hingga tercampur. Tabung pengamat polarisasi digunakan sebagai tempat sampel (larutan gula) saat pengamatan. Lampu D natrium 589,3 nm digunakan sebgagai sumber cahaya yang dimanfaatkan sifat polarisasinya. Polarimeter digunakan untuk mengamati sudut putar jenis larutan gula. Percobaan ini diawali dengan membuat larutan gula dengan tiga konsentrasi yang berbeda untuk mengamati pengaruh konsentrasi terhadap sudut putar jenisnya. Konsentrasi gula dibuat berbeda dari pembuatan larutan dengan massa gula yang digunakan berbeda dan volume aquades tetap. Gula ditimbang menggunakan timbangan digital mengingat massa yang digunakan dalam orde gram. Aquades yang digunakan diukur menggunakan gelas ukur karena gelas ukur memiliki ketelitian yang cukup tinggi sehingga volumenya sesuai dengan yang ditentukan. Selanjutnya larutan yang sudah jadi diberi label sesuai dengan

konsentrasinya agar tidak tertukar satu sama lain. Kemudian dimasukkan pada tabung pengamat polarisasi hingga penuh agar tidak ada udara didalam tabung tersebut. Setelah itu

tabung pengamat polarisator yang sudah berisi larutan dimasukkan pada polarimeter dan lampu dihidupkan. Dilakukan pengamatan hingga terlihat pola gelap terang pertama dan sudut yang terbaca dicatat, dilanjutkan dengan pola gelap terang selanjutnya dengan arah putaran analisator yang searah agar besar sudutnya dalam orde yang sama. Setelah itu, dilakukan juga pengamatan untuk dua konsentrasi gula lainnya dengan langkah yang sama. 4.4 Analisa Hasil Dari data yang diperoleh didapatkan konsentantrasi gula yaitu 0,06 g/ml , 0,12 g/ml , 0,18 g/ml. Nilai rotasi optis masing-masing konsentrasi yang dimiliki larutan gula berbedabeda. Nilai rotasi optis tertinggi pada larutan gula dengan konsentrasi 0,18 g/ml kemudian larutan gula dengan konsentrasi 0,12 g/ml dan yang paling kecil larutan gula dengan konsentrasi 0,06 g/ml. Dengan demikian, semakin besar konsentrasi gulanya maka besar rotasi optisnya semakin besar pula. Dengan mengetahui konsentrasi larutan gula, panjang tabung pengamat polarisator dan rotasi optis makan rotasi spesifik dapat ditentukan menggunakan persamaan = dimana, = rotasi optis c = konsentrasi larutan l = panjang tabung pengamat Didapatkan nilai rotasi spesifik tertinggi untuk larutan gula dengan konsentrasi 0,06 g/ml, kemudian larutan gula dengan konsentrasi 0,12 g/ml dan yang terkecil larutan gula dengan konsentrasi 0,18 g/ml. Jika konsentrasi gula semakin besar maka rotasi spesifik akan bernilai kecil dan jika konsentrasi gula semakin kecil maka rotasi spesifik bernilai besar. Jadi, rotasi spesifik sebanding dengan rotasi optis dan berbanding terbalik dengan konsentrasi gula atau rotasi spesifik berbanding terbalik dengan rotasi optis sesuai dengan persamaan 1.4, (4.1)

Hal tersebut berlaku untuk putaran pertama dan kedua, dimana nilai rotasi optis putaran kedua nilainya lebih besar untuk semua konsentrasi sehinggga nilai rotasi spesifik pada putaran kedua nilainya lebih besar. Sinar monokromtis dari sumber cahaya (lampu natrium) akan melewati lensa kolimator sehingga berkas sinar yang dihasilkan akan disejajarkan arah rambatnya. Dari lensa terus ke

polarisator untuk mendapatkan berkas cahaya yang terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi ini akan terus ke prisma setengah nikol untuk mendapatkan bayangan gelap dan terang, kemudian melewati larutan senyawa optik aktif yang berada dalam tabung polarimeter dan meuju analisator (gambar 4.1). Polarisator tidak dapat diputar-putar sedangkan analisator dapat diatur atau di putar sesuai keinginan. Bila polarisator dan analisator saling tegak lurus (bidang polarisasinya juga tega lurus), maka sinar tidak ada yang ditransmisikan melalui medium diantara prisma polarisasi. Pristiwa ini disebut tidak optis aktif. Bila cahaya terpolarisasi dilewatkan ke dalam suatu zat optis aktif seperti gula, maka cahaya itu akan dibelokkan. Kalau cahaya tersebut dilewatkan ke dalam air murni kita melihat cahaya tersebut diteruskan, artinya air tidak dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi. Zat optis aktif ditandai oleh adanya atom karbon tak setangkap (asimetri-tak simetri) atau kiral di dalam senyawa organik. Besarnya sudut perputaran cahaya terpolarisasi dapat diukur dengan polarimeter dan harganya dipengaruhi oleh konsentrasi zat optis aktif. Putaran optik adalah sudut yang dilalui analisator ketika diputar dari posisi silang ke posisi baru yang intensitasnya semakin berkurang hingga nol. sulit dilakukan Untuk menentukan posisi yang tepat digunakan posisi setengah bayangan (bayangan redup). Untuk mancapai kondisi ini, polarisator diatur sedemikian rupa, sehingga setengah bidang polarisasi membentuk sudut sekecil mungkin dengan setengah bidang polarisasi lainnya. Akibatnya memberikan pemadaman pada kedua sisi lain, sedangkan ditengah terang. Bila analsator diputar terus setengah dari medan menjadi lebih terang dan yang lainnya redup. Posisi putaran diantara terjadinya pemadaman dan terang tersebut, adalah posisi yang tepat dimana pada saat itu intensitas kedua medan sama. Jika zat yang bersifat optis aktif ditempatkan diantara polarisator dan analisator maka bidang polarisasi akan berputar sehingga posisi menjadi berubah. Untuk mengembalikan ke posisi semula, analisator dapat diputar sebesar sudut putaran dari sampel.

(Supadi, 2012)
Gambar 4.1 Prinsip kerja polarimeter

Kebanyakan polarimeter digunakan untuk penelitian pada bidang industr i atau badan penelitian. Beberapa aplikasinya yaitu untuk meng isolasi dan mengidentifikasi berbagai pelarut terkristalkan yangb e l u m d i k e t a h u i a t a u dipisahkan dengan High Performance L i q u i d Chromatography (HPLC),

mengevaluasi dan karakterisasi senyawa optis aktif dengan mengukur rotasi khususnya dan membandingkan nilai ini dengan nilai -nilai teoritisditemukan dalam literature, investigasi reaksi kinetik dengan mengukur rotasi optik sebagai fungsi dari waktu, pemantauan perubahan konsentrasi komponen optik aktif

d a l a m campuran reaksi seperti dalam belahan enzimatik, m e n g a n a l i s i s s t r u k t u r molekul dengan memetakan dalam bentuk kurva perputaran dispersi optik atas

berbagai panjang gelombang dan membedakan antara beberapa isomer optic (Chinta, 2013).

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Polarimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya rotasi optik yang dihasilkan oleh suatu zat yang bersifat optis aktif yang terdapat dalam larutan. Dengan mengetahui rotasi optic, konsentrasi larutan dan panjang tabung pengamatan polarimeter rotasi spesifik dapat diketahui. Rotasi spesifik untuk setiap larutan yang memiliki konsentrasi berbeda nilai berbeda pula yakni sebanding dengan rotasi optis dan berbanding terbalik dengan konsentrasi gula. 5.2 Saran Sebaiknya hati-hati dalam menimbang gula dan pengukuran volume aquades agar massa gula dan volume yang didapatkan sesuai dengan ketentuan. Selain itu, ketelitian dalam melihat skala sangat diperlukan. Lebih baik lebih dari satu orang yang membaca skala supaya bias salin mengoreksi dan didapatkan nilai dengan ketepatan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA Anonim.2013.Polarimeter. http://more102.wordpress.com/2013/05/31/polarimeter/ Diakses pada tanggal 27 November 2013 Anonim.2012.Medical Analysis. http://instrumentanalis.blogspot.com/2012/10/polarimeter_30.html Diakses pada tanggal 27 November 2013 Anonnim.2012.Polarimeter.http://polarimeter-farmasi.blogspot.com/2012/12/.html, Diakses pada tanggal 27 November 2013 Anonim.2012.Chemicalliberty. http://chemicalliberty.blogspot.com/, Diakses pada tanggal 27 November 2013 Chang, Reymond.2003.Kimia Dasar Jilid 1.Jakarta:Erlangga Chinnta.2013.Polarimeter. http://www.scribd.com/doc/47415895/chinta-3-polarimeter, Diakses pada tanggal 27 November 2013 Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press. Matsjeh, Sabirin. 1983. Kimia Organik II. Jogjakarta : UNJ. Supadi.2013.Prinsip Kerja Polarimeter.http://www-supadi.blogspot.com/2012/06/v.html, Diakses pada tanggal 27 November 2013

Anda mungkin juga menyukai