Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah mempolarisasikan cahaya yang merupakan gelombang
transversal?
2. Bagaimanakah cara kerja alat polarimeter?
3. Bagaimanakah menentukan daya putar spesifik dari larutan gula tebu
dengan menggunakan cahaya yang dipolarisasi?

1.2 Tujuan Percobaan
1. Memahami bahwa cahaya adalah gelombang transversal sehingga dapat
dipolarisasi.
2. Memahami cara kerja alat polarimeter.
3. Menghitung daya putar spesifik dari larutan gula tebu dengan
menggunakan cahaya yang dipolarisasi.

1.3 Tinjauan Pustaka
Polarimeter adalah salah satu instrumen analisis yang dapat
dipergunakan untuk menganalisis keaktifan optik suatu molekul. Polarimetri
adalah suatu metoda analisa yang berdasarkan pada pengukuran daya putaran
optis dari suatu larutan. Daya putaran optis adalah kemampuan suatu zat
untuk memutar bidang getar sinar terpolarisir. Sinar terpolarisir merupakan
suatu sinar yang mempunyai satu arah bidang getar dan arah tersebut tegak
lurus terhadap arah rambatannya. Senyawa optis aktif adalah senyawa yang
dapat memutar bidang getar sinar terpolarisir. Zat yang optis ditandai dengan
adanya atom karbon asimetris atau atom C kiral dalam senyawa organik,
contoh : kuarsa ( SiO2 ) dan fruktosa.
Polarimeter dapat digunakan untuk ; menganalisa zat yang optis aktif,
mengukur kadar gula, dan penentuan antibiotik dan enzim. Terdapat beberapa
syarat senyawa yang dapat dianalisis dengan polarimetri, adalah; memiliki
2
struktur bidang kristal tertentu (dijumpai pada zat padat); memiliki struktur
molekul tertentu atau biasanya dijumpai pada zat cair. Struktur molekul
adalah struktur yang asimetris, seperti pada glukosa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka praktikum polarimeter
penting dilakukan.
Menurut Kolthoff, I.M., (1958), polarimeter adalah alat untuk
mengukur besarnya putaran berkas cahaya terpolarisasi oleh suatu zat optis
aktif. Zat yang bersifat optis aktif adalah zat yang memiliki struktur
transparan dan tidak simetris sehingga mampu memutar bidang polarisasi
radiasi. Materi yang bersifat optis aktif contohnya adalah kuarsa, gula, dan
sebagainya. Pemutaran dapat berupa dextrorotatory (+) bila arahnya sesuai
dengan arah putar jarum jam ataupun levo-rotatory bila arahnya berlawanan
dengan jarum jam. Rotasi spesifik didefinisikan sebagai:



Keterangan:
= Sudut pada bidang cahaya terpolarisasi
= Konsentrasi larutan yang digunakan (gram zat terlarut per mL larutan)
= Panjang tabung yang digunakan (cm)

= Rotasi spesifik
Derajat rotasi perputaran bidang polarisasi bergantung pada :
1. Struktur molekul
2. Temperatur
3. Panjang gelombang
4. Konsentrasi
5. Panjang tabung polarimeter
6. Banyaknya molekul pada jalan cahaya
7. Pelarut
(http://www.scribe.com/doc/5006057/4-BAB)
Skema kerja polarimeter adalah cahaya dinyalakan dan tabung sampel
kosong, prisma penganalisis diputar sehingga berkas cahaya yang terpolarisasi
3
oleh prisma pemolarisasi benar-benar terhalangi dan bidang pandang menjadi
gelap. Pada saat ini sumbu prisma dari prisma pemolarisasi dan prisma
penganalisis tegak lurus satu dengan lainnya. Sekarang sampel diletakkan pada
tabung sampel. Jika zat bersifat inaktif (tidak aktif) optis (optically inactive), tidak
ada perubahan yang terjadi. Bidang pandang tetap gelap. Akan tetapi, jika zat
bersifat aktif optis (optical active) diletakkan pada tabung, zat memutar bidang
polarisasi, dan sebagian cahaya akan melewati penganalisis ke arah pengamat.
Dengan memutar prisma penganalisis searah jarum jam atau berlawanan jarum
jam, pengamat akan sekali lagi menghalangi cahaya dan mengembalikan medan
yang gelap (Hart, H. dan E. Craine, 2003).
Polarimetri adalah pengukuran dan interpretasi dari polarisasi dari garis
gelombang, terutama electromagnetic gelombang, seperti gelombang radio atau
cahaya. Polarimetry biasanya dilakukan pada gelombang electromagnetic yang
telah melalui perjalanan atau telah tercermin, refracted, atau diffracted oleh
beberapa bahan untuk menggambarkan bahwa objek (Safru, U., 2009).
Menurut Anonim (2012), komponen-komponen alat polarimeter beserta
gambarnya adalah:


1. Lensa kolimator, berfungsi mensejajarkan sinar dari lampu natrium atau dari
sumber cahaya sebelum masuk ke polarisator.
4
2. Analisator, berfungsi untuk menganalisa sudut yang terpolarisasi. Analisator
dapat diputar-putar untuk menentukan sudut terpolarisasi
3. Tombol On, berfungsi untuk menghidupkan polarisator
4. Wadah sampel (tabung polarimeter), wadah sampel ini berbentuk silinder yang
terbuat dari kaca yang tertutup dikedua ujungnya berukuran besar dan yang
lain berukuran kecil, biasanya mempunyai ukuran panjang 0.5 ; 1 ; 2 dm
5. Tempat tabung/kolom, berfungsi untuk memasukkan kolom/tabung pada saat
dianalisis
6. Polarisator, berfungsi untuk menghasilkan sinar terpolarisir
7. Sumber Cahaya monokromatis. yaitu sinar yang dapat memancarkan sinar
monokromatis. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah lampu D
Natrium dengan panjang gelombang 589.3 nm. Selain itu juga dapat digunakan
lampu uap raksa dengan panjang gelombang 546 nm.
8. Skala lingkar, merupakan skala yang bentuknya melingkar dan pembacaan
skalanya dilakukan jika telah didapatkan pengamatan tepat baur - baur

Polarisasi adalah peristiwa perubahan arah getar gelombang cahaya
yang acak menjadi satu arah getar, sedangkan polarisasi optik adalah salah satu
sifatcahaya yakni jika cahaya itu bergerak beroscillasi dengan arah tertentu.
Terjadi akibat peristiwa berikut :
1. Polarisasi dapat diakibatkan oleh pemantulan Brewster
2. Polarisator karena penyerapan selektif
3. Polarisasi karena pembiasan ganda, terjadi pada hablur kolkspat (CaCO3),
kuarsa, mike, kristal gula, topaz, dan es.
Polarisasi cahaya adalah penguraian cahaya, gambar arah cahayanya
merambat lurus (Anonim, 2009).




5
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni yang dilakukan melalui
praktikum di laboratorium dengan mengambil data dari hasil pengamatan
langsung. Eksperimen murni adalah eksperimen yang dilakukan dengan
melakukan pengendalian secara ketat variabel-variabel yang tidak
dikehendaki pengaruhnya (yang merupakan sumber invaliditas) terhadap
variabel terikat. Adapun metode yang digunakan yaitu :
a. Metode pengukuran
Dalam metode ini di lakukan langkah-langkah dengan cara
mengambil data berdasarkan hasil eksperimen langsung dan identifikasi
atau mengukur langsung dilokasi penelitian yang dilakukan di
laboratorium dengan memperoleh data-data hasil pengamatan dan
kemudian menyusunya dalam sebuah hasil pengamatan dalam bentuk
laporan pertanggung jawaban.
b. Metode Observasi
Dalam metode ini dilakukan dengan cara meninjau langsung
keadaan pada saat melakukan eksperimen dan pengamatan pada
penelitian dan mengamati objek yang diamati secara langsung.

2.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada hari selasa 24
juni 2014 pukul 08.00 s/d selesai. Adapun penelitian ini dilaksanakan di
laboratorium Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.




6
2.3 Alat dan Bahan
1. Polarimeter.
2. Tabung pemutar.
3. Sumber cahaya natrium (polikromatik).
4. Gelas ukur.
5. Neraca digital.
6. Gula pasir (Gulaku).
7. Aquades.
8. Pengaduk.
9. Mistar

2.1 Prosedur Penelitian
Adapun prosedur pelaksanaan penelitian yang digunakan dalam adalah
sebagai berikut :
Untuk Air Murni (aquades)
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan ini
2. Mencuci tabung pemutar dan gelas ukur hingga bersih
3. Mengukur panjang tabung pemutar
4. Mengisi tabung pemutar dengan aquades (air murni) hingga penuh
dan tutup tabung tersebut rapat-rapat (usahakan jangan samapai
terdapat gelembung udara dalam tabung tersebut)
5. Memasukkan tabung pemutar yang sudah terisi dengan aquades (air
murni) ke dalam polarimeter, kemudian menghubungkan sumber
cahaya ke PLN dan nyalakan

Gambar: Polarimeter
7
6. Mengamati tabung yang berisi aquades (air murni) yang sudah
disinari sumber cahaya, melalui mikroskop yang terdapat di
polarimeter dan memutar-mutar analisator hingga mendapatkan
cahaya yang paling redup, kemudian mencatat besarnya sudut yang
terlihat pada skala lingkar.
7. Mengulangi pengamatan ini sebanyak 2 kali.
8. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.

Untuk Larutan Gula
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan ini
2. Mengukur panjang tabung pemutar
3. Mencuci tabung pemutar dan gelas ukur hingga bersih
4. Menyiapkan air sebanyak 21 ml dalam gelas ukur
5. Menimbang gula dengan menggunakan neraca digital sebanyak1 gram
6. Melarutkan gula tersebut ke dalam gelas ukur yang sudah berisi air
(aquades) dan aduk hingga gula benar-benar larut. (anggap sebagai
larutan pertama)
7. Memasukkan larutan tersebut ke dalam tabung pemutar dan tutup
tabung hingga rapat (usahakan jangan sampai terdapat gelembung
udara dalam tabung tersebut)
8. Memasukan tabung pemutar yang berisi larutan gula ke dalam
polarimeter, kemudian menghubungkan sumber cahaya ke PLN dan
nyalakan

Gambar: Polarimeter
9. Mengamati larutan gula sudah disinari sumber cahaya, melalui
mikroskop yang terdapat di polarimeter dan memutar-mutar
8
analisator hingga mendapatkan cahaya yang paling redup, kemudian
mencatat besarnya sudut yang terlihat pada skala lingkar.
10. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.
11. Mengulangi langkah 3-10 dengan menggunakan gula sebanyak 2 gram
dan 7 gram. (untuk larutan kedua dan ketiga)


























9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Daya putar spesifik larutan gula (

)
Panjang tabung
konsentrasi larutan

1. Tabel Pengamatan
a. Aquades
Larutan


Aquades

b. Gula
Konsentrasi



NST polarimeter
NST gelas ukur
NST neraca digital
NST mistar
Volume air murni
Gula
Panjang tabung

: 10 ml
: 0,01 g
: 0,1 cm
: 21 ml
: 1 g, 2 g, dan 7 g
: 20 cm



10
3.2 Hasil Perhitungan
Daya putar spesifik
a. Daya putar spesifik untuk larutan pertama
No. Sudut Analisator () Daya putar spesifik (


1 17
o
17,00
o

2 38
o
19,00
o

3 69
o
10,45
o


b. Daya putar spesifik untuk larutan kedua
No. Sudut Analisator () Daya putar spesifik (


1 38
o
26,00
o
12,63
2 42
o
21,00
o

3 87
o
10,06
o


c. Daya putar spesifik untuk larutan ketiga
No. Sudut Analisator () Daya putar spesifik (


1 54
o
54,00
o
37,90
2 87
o
43,50
o
15,35
3 112
o
16,96
o














11
3.2 Pembahasan
Polarimeter adalah salah satu instrumen analisis yang dapat
dipergunakan untuk menganalisis keaktifan optik suatu molekul. Pada
polarimeter yang diukur adalah besarnya sudut pemutaran bidang cahaya
terpolarisasi setelah melewati molekul kiral. Dalam praktikum ini, bertujuan
untuk mengetahui cara kerja polarimeter dan menghitung daya putar spesifik
dari larutan gula dengan menggunakan cahaya yang dipolarisasi dengan
menggunakan polarimeter.
Alat polarimeter, terdapat beberapa komponen yaitu, wadah untuk
lampu natrium, tempat kolom, analisator, lensa pengamatan, skala, dan kolom
tempat sampel yang akan diamati. Komponen alat tersebut memiliki satu
kesatuan fungsi yang saling berkaitan.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui sudut putar jenis larutan
optik aktif dan konsentrasi larutan optik aktif dengan menggunakan suatu
alat yaitu polarimeter. Adapun prinsip kerja dari komponen polarisasi
tersebut, sebagai berikut :

Cahaya dari lampu sumber (lampu natrium), terpolarisasi setelah
melewati prisma nicol pertama yang disebut polarisator. Cahaya terpolarisasi
kemudian melewati senyawa optis aktif yang akan memutar bidang cahaya
terpolarisasi dengan arah tertentu. Prisma Nicol ke dua yang disebut
analisator akan membuat cahaya dapat melalui celah secara maksimum.
Pada penentuan sudut putar dari sampel yang digunakan, dimulai
dengan menentukan keadaan nol (zero point) dengan mengisi tabung sampel
dengan air murni (aquades) saja. Keadaan nol ini perlu untuk mengkoreksi
12
pembacaan atau pengamatan rotasi optik. Tabung sampel harus dibersihkan
sebelum digunakan agar larutan yang diisikan tidak terkontaminasi zat lain.
Pembacaan atau pengamatan bergantung kepada tabung sampel yang berisi
larutan atau pelarut dengan penuh . Perhatikan saat menutup tabung sampel,
harus dilakukan hati-hati agar di dalam tabung tidak terdapat gelembung
udara, karena adanya gelembung udara dapat membentuk cekungan pada
larutan sehingga dapat mempengaruhi intensitas cahaya yang terpolarisasi.
Bila sebelum tabung diisi larutan didapat keadaan terang, maka setelah
tabung diisi larutan dan analisator di putar sampai didapat keadaan terang
kembali. Sebaliknya bila awalnya keadaan gelap harus kembali kekeadaan
gelap.
Pada percobaan ini dilakukan empat perlakuan yaitu, mengamati dua
jenis sampel yaitu air murni (aquades) dan air dengan gula yang sudah
dilarutkan yang berbeda-beda konsentrasinya yaitu 1 gram, 2 gram dan 7
gram. Pada air murni yang diamati, bahwa air dalam tabung terlihat begitu
terang. Pada kondisi ini pemutar analisator menunnjukkan sudut putar 6
o
, 17
o
,
dan 45
o
. Untuk mencari kondisi yang paling redup sangatlah sulit Sehingga,
dapat dikatakan bahwa air murni (aquades) tidak dapat mempolarisasikan
cahaya karena air murni tidak mengandung senyawa optis aktif.
Untuk perlakuan kedua yaitu menggunakan larutan gula 1 gram,
terlihat bahwa larutan dalam tabung diperoleh kondisi yang redup pada saat
rotasi optiknya menunjukkan sudut 17
o
, 38
o
, dan 69
o
. Untuk larutan gula 2
gram, rotasi optiknya menunjukkan sudut 38
o
, 42
o
, dan 87
o
dengan keadaaan
yang lebih redup dari sebelumnya. Sedangkan untuk larutan 7 gram, rotasi
optiknya menunjukkan sudut 54
o
, 87
o
, dan 112
o
dengan keadaan yang lebih
redup lagi dari konsentrasi larutan-larutan sebelumnya. Pada pengamatan ini
terlihat bahwa jika kadar gula yang digunakan semakin besar, maka sudut
rotasi optik yang terbentuk semakin besar pula.
Rotasi optis yang diamati atau diukur dari suatu larutan bergantung
kepada jumlah senyawa dalam tabung sampel, panjang jalan atau larutan yang
dilalui cahaya, temperatur pengukuran, dan panjang gelombang cahaya yang
13
digunakan. Untuk mengukur rotasi optik, diperlukan suatu besaran yang
disebut rotasi spesifik yang diartikan suatu rotasi optik yang terjadi bila
cahaya terpolarisasi melewati larutan dengan konsentrasi 1 gram per mililiter.
Alasan mengapa dalam praktikum ini dugunakan gula yang dilarutka
dalam air adalah, karena larutan gula merupakan larutan optis aktif yang
berfungsi untuk membelokkan cahaya yang telah melalui polarisator. Dan
glukosa yang terkandung dalam gula merupakan suatu senyawa optis aktif
karena dapat memutar bidang getar yang terpolarisir.
Sementara itu, dari hasil perhitungan diperoleh ketidakpastian relatif
rata-rata dari daya putar spesifik yaitu 31,12%, sedangkan ketelitiannya
mencapai 68,87%. Disini dapat diketahui bahwa dalam percobaaan/praktikum
yang dilakukan masih terdapat kesalahan-kesalahan mendasar. Hal ini bisa
disebabkan karena ketidaksesuaian jumlah atau kadar senyawa yang berada
dalam tabung, panjang jalan atau larutan yang dilalui oleh cahaya, temperatur
pengukuran ataupun panjang gelombang dari lampu yang digunakan.
















14
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil praktikum dan pengolahan data yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan yaitu :
1. Cahaya putih dapat terpolarisasi. Gelombang cahaya putih yang memiliki
arah getar disebut gelombang terpolarisasi. Jadi, polarisasi adalah terserapnya
sebagaian arah getar gelombang sehingga gelombang hanya memiliki satu
arah getar. Cahaya mengalami polarisasi menunjukkan bahwa cahaya
merupakan gelombang transversal. Cahaya dapat terpolarisasi karena
peristiwa pemantulan, peristiwa pembiasan dan pemantulan, peristiwa bias
kembar, peristiwa absorbsi selektif, dan peristiwa hamburan.
2. Prinsip kerja polarimeter adalah meneruskan sinar yang mempunyai arah
getar yang sama dengan arah polarisator. Sudut putar jenis bergantung pada
konsentrasi dan jenis larutannya.
3. Sudut putar jenis larutan gula adalah untuk konsentrasi pertama adalah 17
o
,
38
o
, dan 69
o
, untuk nilai sudut putar untuk konsentrasi kedua adalah 38
o
,
42
o
, dan 87
o
dan untuk nilai sudut putar untuk konsentrasi ketiga adalah 54
o
,
87
o
, dan 112
o
, dengan kesalahan relatif percobaan rata-rata 31,12

% , dan
ketelitiannya adalah 68,87%.











15
DAFTAR PUSTAKA

http://catatanfifin.blogspot.com/2013/03/laporan-praktikum-polarimatri.html, ,
Diakses pada 05 Juli 2014.

http://himka1polban.wordpress.com/laporan/spektrofotometri/laporan-polarimetri/
Diakses pada 05 Juli 2014.

http://www.scribe.com/doc/5006057/4-BAB, Diunduh pada 05 Juli 2014.

https://www.academia.edu/5525898/Laporan_anmat_POLARIMETER_2013_Ah
mad_Zainollah_115090300111006, Diakses pada 05 Juli 2014.
Tim Dosen. 2012. Penuntun Praktikum Gelombang dan Optik. Program Studi
Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan MIPA FKIP. Universitas
Tadulako.
















16



















17
Lampiran 1
Analisa Data
a. Perhitungan Umum
1. Kosentrasi gula



2. Daya Putar Spesifik




Air murni (aquades)


Larutan gula (air 20 ml + 1 gram gula)



Larutan gula (air 20 ml + 2 gram gula)


18



Larutan gula (air 20 ml + 7 gram gula)



b. Perhitungan Ralat
1. Kosentarsi gula
|

| || |

| ||
|

| || |

| ||



k
1
= konsentrasi gula 1 g

| |

| |

| ||

| || |

| ||
|||

| ||||
|

| |


19

(



k
2
= konsentrasi gula 2 g

| || |

| ||

| |

| |

| ||
|||

| ||||
|

| |







20
k
3
= konsentrasi gula 7 g

| || |

| ||

| |

| |

| ||
|||

| ||||
|

| |



2. Daya Putar Spesifik

| || |

| || |

| ||


| || |

| || |

| ||







21
Air Murni (aquades)

| || |

| || |

| ||

| || |

| |

| |

| |

|
|||| |||

| |||

|
|| |

| ||


| || |

| || |

| ||

| || |

| |

| |

| |

|
|||| |||

| |||

|
|| |

| ||



22



| || |

| || |

| ||

| || |

| |

| |

| |

|
|||| |||

| |||

|
|

| |

| ||





Larutan gula (air 21 ml + 1 gram gula)

| || |

| || |

| ||

| || |

| |

| |

| |

|
|||| |||

| |||

|
|| |

| ||

23

| || |

| || |

| ||

| || |

| |

| |

| |

|
|||| |||

| |

||

|
|| |

| |


(1,90 0,29)

24

| || |

| || |

| ||

| || |

| |

| |

| |

|
|||| |||

| |||

|
|

| |

| ||



(1,0 0,047)

Larutan gula (air 21 ml + 2 gram gula)

| || |

| || |

| ||

| || |

| |

| |

| |

|
|||| |||

| |

||

|
|| |

| ||
12,63



25

| || |

| || |

| ||

| || |

| |

| |

| |

|
|||| |||

| |

||

|
|| |

| ||



= (2,10 0,52)

| || |

| || |

| ||

| || |

| |

| |

| |

|
|||| |||

| |||

|
|| |

| ||


26


(1,0 0,082)

Larutan gula (air 21 ml + 7 gram gula)

| || |

| || |

| ||

| || |

| |

| |

| |

|
|||| |||

| |

||

|
|| || ||
37,90




27

| || |

| || |

| ||

| || |

| |

| |

| |

|
|||| |||

| |

||

|
|| || ||

15,35

| || |

| || |

| ||

| || |

| |

| |

| |

|
|||| |||

| |||

|
|

| |

| ||




28





















29
Lampiran 2
Laporan Sementara
PERCOBAAN IV
POLARIMETER

A. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah mempolarisasikan cahaya yang merupakan gelombang
transversal
2. Bagaimana cara kerja alat polarimeter
3. Bagaimana menentukan daya putar spesifik dari larutan gula tebu dengan
menggunakan cahaya yang dipolarisasi

B. Tujuan
1. Memahami bahwa cahaya adalah gelombang transversal sehingga dapat
dipolarisasi.
2. Memahami cara kerja alat polarimeter.
3. Menghitung daya putar spesifik dari larutan gula tebu dengan
menggunakan cahaya yang dipolarisasi.

C. Alat dan bahan
1. Polarimeter.
2. Tabung pemutar.
3. Sumber cahaya natrium (polikromatik).
4. Gelas ukur.
5. Neraca digital.
6. Gula pasir (Gulaku).
7. Aquades.
8. Pengaduk.
9. Mistar

30
D. Hasil pengamatan

Daya putar spesifik larutan gula (

)
Panjang tabung
konsentrasi larutan

Tabel Pengamatan
1. Aquades
Larutan


Aquades

2. Gula
Konsentrasi












NST polarimeter
NST gelas ukur
NST neraca digital
NST mistar
Volume air murni
Gula
Panjang tabung

: 10 ml
: 0,01 g
: 0,1 cm
: 21 ml
: 1 g, 2 g, dan 7 g
: 20 cm




31
Nama Kelompok IV :
1. Muhammad Ilham Munir
2. Agus Salim
3. Rahmaniar H
4. Grace Anasstasia Tunde
5. Siti Arbaiyah
6. Hisdamayanti DJ
7. Husaemah Yusuf
8. Ni Wayan Apriani P.


Palu, Juni 2014
Koordinator Asisten


Eko Muchtar, S.Pd Ni Made Wiwik Astuti, S.Pd

Anda mungkin juga menyukai