Oleh
PERCOBAAN III
POLARIMETER
KELOMPOK : I
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena berkat rahmat dan
Gusti Putu Ardiana selaku asisten praktikum yang telah memberikan bimbingan
dalam penulisan laporan ini. Selanjutnya penulis juga berterima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi kritik dan masukan terhadap penyajian laporan
praktikum ini.
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan
kerendahan hati penulis menerima adanya kritik dan saran yang membangun dari
pihak manapun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis
ucapkan selamat membaca. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan khususnya
Wassalamu’alaikum wr,wb.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
5.1. Kesimpulan......................................................................................... 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
gelombang transversal.
Peristiwa polarisasi tidak dapat diamati secara langsung oleh mata manusia,
sehingga diperlukan suatu alat yang dapat membantu untuk menunjukan gejala
itu melalui alat ini dapat dilihat pula bagaimana larutan optis aktif seperti larutan
dipolarisasi.
1
1.3 Alat dan bahan
1. Polarimeter 1 set
4. Aquades secukupnya
5. Gulaku secukupnya
8. Tisu secukupnya
9. Neraca digital
2
BAB II
POLARIMETER
putaran berkas cahaya terpolarisasi oleh suatu zat optis aktif. Zat yang bersifat
optis aktif adalah zat yang memiliki struktur transparan dan tidak simetris
sehingga mampu memutar bidang polarisasi radiasi. Materi yang bersifat optis
aktif contohnya adalah kuarsa, gula, dan sebagainya. Pemutaran dapat berupa
dextrorotatory (+) bila arahnya sesuai dengan arah putar jarum jam ataupun
didefinisikan sebagai:
θ
[α20
D
=
LC
Keterangan:
1. Struktur molekul
2. Temperatur
3. Panjang gelombang
3
4. Konsentrasi
7. Pelarut
gelap. Pada saat ini sumbu prisma dari prisma pemolarisasi dan
prisma penganalisis tegak lurus satu dengan lainnya. Sekarang sampel diletakkan
pada tabung sampel. Jika zat bersifat inaktif (tidak aktif) optis (optically inactive),
tidak ada perubahan yang terjadi. Bidang pandang tetap gelap. Akan tetapi, jika
zat bersifat aktif optis (optical active) diletakkan pada tabung, zat memutar bidang
Dengan memutar prisma penganalisis searah jarum jam atau berlawanan jarum
jam, pengamat akan sekali lagi menghalangi cahaya dan mengembalikan medan
yang gelap.
telah melalui perjalanan atau telah tercermin, refracted, atau diffracted oleh
4
1. Lensa kolimator, berfungsi mensejajarkan sinar dari lampu natrium atau
panjang 0.5 ; 1 ; 2 dm
saat dianalisis
5
lampu D Natrium dengan panjang gelombang 589.3 nm. Selain itu juga
dapat digunakan lampu uap raksa dengan panjang gelombang 546 nm.
baur – baur
acak menjadi satu arah getar, sedangkan polarisasi optik adalah salah satu
sifatcahaya yakni jika cahaya itu bergerak berosilasi dengan arah tertentu. Terjadi
lurus.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
Eksperimen Murni
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada percobaan ini
7
BAB IV
1. Aquades Murni
1 1 115
2 2 108
3 3 100
1 1 103
2 2 85
3 3 84
1 1 35
2 2 119
3 3 100
8
4. 20 ml aqudes + 2 gram gula
1 1 106
2 2 84
3 3 101
Aquades = 2 x 10-5 m3
9
4.2. Analisa Data
1. Konsentrasi Larutan
𝑚2 1𝑥10−3
𝑘2 = = = 50 𝑘𝑔/𝑚3
𝑉2 2𝑥10−5
𝑚3 2𝑥10−3
𝑘3 = = = 100 𝑘𝑔/𝑚3
𝑉3 2𝑥10−5
𝑚4 3𝑥10−3
𝑘4 = = = 150 𝑘𝑔/𝑚3
𝑉4 2𝑥10−5
Perlakuan I
𝜃 103
𝛼1 = = = 11,77 𝑚2 /𝑘𝑔
𝑙 𝑘2 1,75𝑥10−1 𝑥 50
Perlakuan II
𝜃 85
𝛼2 = = = 9,71 𝑚2 /𝑘𝑔
𝑙 𝑘2 1,75𝑥10−1 𝑥 50
Perlakuan III
𝜃 84
𝛼3 = = = 9,60 𝑚2 /𝑘𝑔
𝑙 𝑘2 1,75𝑥10−1 𝑥 50
Perlakuan I
10
𝜃 35
𝛼1 = = = 2,00 𝑚2 /𝑘𝑔
𝑙 𝑘3 1,75𝑥10−1 𝑥 100
Perlakuan II
𝜃 119
𝛼2 = = = 6,80 𝑚2 /𝑘𝑔
𝑙 𝑘3 1,75𝑥10−1 𝑥 100
Perlakuan III
𝜃 100
𝛼3 = = = 5,71 𝑚2 /𝑘𝑔
𝑙 𝑘3 1,75𝑥10−1 𝑥 100
Perlakuan I
𝜃 106
𝛼1 = = = 4,04 𝑚2 /𝑘𝑔
𝑙 𝑘4 1,75𝑥10−1 𝑥 150
Perlakuan II
𝜃 84
𝛼2 = = = 3,20 𝑚2 /𝑘𝑔
𝑙 𝑘4 1,75𝑥10−1 𝑥 150
Perlakuan III
𝜃 101
𝛼3 = = −1
= 3,85 𝑚2 /𝑘𝑔
𝑙 𝑘4 1,75𝑥10 𝑥 150
11
4.2.2. Perhitungan Ralat
1. Konsentrasi Gula
𝜕𝑘 𝜕𝑘
Δ𝑘 = |𝜕𝑚| |∆𝑚| + |𝜕𝑉| |∆𝑉|
1 𝑚
∆𝑘 = |𝑉| |∆𝑚| + |𝑉 2 | |∆𝑉|
1 1𝑥10−3
∆𝑘2 = |2𝑥10−5 | |1𝑥10−5 | + |(2𝑥10−5 )2 | |5𝑥10−6 |
∆𝑘2 13,0
𝐾𝑇𝑃𝑟 = 𝑥100% = 𝑥100 = 26%
𝑘2 50
13,0
𝐴𝐵 = 1 − 𝑙𝑜𝑔 = 2 𝐴𝐵
50
𝑘𝑔
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 = (𝑘2 ± ∆𝑘2 ) = (5, 0 ± 1,3)101 𝑘𝑔/𝑚3
𝑚3
1 −5 |
2𝑥10−3
∆𝑘3 = | −5
| |1𝑥10 +| −5 2
| |5𝑥10−6 |
2𝑥10 (2𝑥10 )
12
∆𝑘3 25,5
𝐾𝑇𝑃𝑟 = 𝑥100% = 𝑥100 = 26%
𝑘3 100
25,5
𝐴𝐵 = 1 − 𝑙𝑜𝑔 = 1,59 ≈ 2 𝐴𝐵
100
𝑘𝑔
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 = (𝑘3 ± ∆𝑘3 ) = (1, 0 ± 0,26)102 𝑘𝑔/𝑚3
𝑚3
1 −5 |
3𝑥10−3
∆𝑘4 = | | |1𝑥10 + | | |5𝑥10−6 |
2𝑥10−5 (2𝑥10−5 )2
∆𝑘4 38,0
𝐾𝑇𝑃𝑟 = 𝑥100% = 𝑥100 = 25%
𝑘4 150
38,0
𝐴𝐵 = 1 − 𝑙𝑜𝑔 = 1,59 ≈ 2𝐴𝐵
150
𝑘𝑔
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 = (𝑘4 ± ∆𝑘4 ) = (1,5 ± 0,38)102 𝑘𝑔/𝑚3
𝑚3
𝜕𝛼 𝜕𝛼 𝜕𝛼
∆𝛼 = | | |∆𝜃| + | | |∆𝑙| + | | |∆𝑘|
𝜕𝜃 𝜕𝑙 𝜕𝑘
1 𝜃 𝜃
∆𝛼 = | | |∆𝜃| + | 2 | |∆𝑙| + | 2 | |∆𝑘|
𝑙𝑘 𝑙 𝑘 𝑙𝑘
13
1) Larutan 1 gram gula + 20 ml aquades
Perlakuan I
1 103
∆𝛼1 = |1,75𝑥10−1 𝑥 50| |8,75𝑥10−4 | + |(1,75𝑥10−1 )2 𝑥50|
103
|1𝑥10−3 | + | | |13|
1,75𝑥10−1 𝑥502
𝑚2
∆𝛼1 = 3,13
𝑘𝑔
𝑚2
𝐾𝑇𝑃𝑚 = ∆𝛼1 = 3,13 𝑘𝑔
∆𝛼1 3,13
𝐾𝑇𝑃𝑟 = 𝑥100% = 11,77 𝑥100% = 26,57%
𝛼1
3,13
𝐴𝐵 = 1 − 𝑙𝑜𝑔 11,77 = 1,58 ≈ 2𝐴𝐵
𝑚2 𝑚2
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 = (𝛼1 ± ∆𝛼1 ) = (1,2 ± 0,31)𝑥10
𝑘𝑔 𝑘𝑔
Perlakuan II
1 85
∆𝛼2 = |1,75𝑥10−1 𝑥 50| |8,75𝑥10−4 | + |(1,75𝑥10−1 )2 𝑥50|
85
|1𝑥10−3 | + | | |13|
1,75𝑥10−1 𝑥502
𝑚2
∆𝛼2 = 2,58 𝑘𝑔
𝑚2
𝐾𝑇𝑃𝑚 = ∆𝛼2 = 2,58
𝑘𝑔
∆𝛼2 2,58
𝐾𝑇𝑃𝑟 = 𝑥100% = 9,71 𝑥100% = 26,57%
𝛼2
2,58
𝐴𝐵 = 1 − 𝑙𝑜𝑔 9,71 = 1,58 ≈ 2𝐴𝐵
𝑚2 𝑚2
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 = (𝛼2 ± ∆𝛼2 ) = (9,1 ± 2,3)
𝑘𝑔 𝑘𝑔
14
Perlakuan III
1 84
∆𝛼3 = |1,75𝑥10−1 𝑥 50| |8,75𝑥10−4 | + |(1,75𝑥10−1 )2 𝑥50|
84
|1𝑥10−3 | + | | |13|
1,75𝑥10−1 𝑥502
𝑚2
∆𝛼3 = 2,55 𝑘𝑔
𝑚2
𝐾𝑇𝑃𝑚 = ∆𝛼3 = 2,55 𝑘𝑔
∆𝛼3 2,55
𝐾𝑇𝑃𝑟 = 𝑥100% = 𝑥100% = 26,57%
𝛼3 9,6
2,55
𝐴𝐵 = 1 − 𝑙𝑜𝑔 = 1,58 ≈ 2𝐴𝐵
9,6
𝑚2 𝑚2
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 = (𝛼3 ± ∆𝛼3 ) = (9,6 ± 2,6)
𝑘𝑔 𝑘𝑔
Perlakuan I
1 35
∆𝛼1 = |1,75𝑥10−1 𝑥 100| |8,75𝑥10−4 | + |(1,75𝑥10−1 )2 𝑥100|
35
|1𝑥10−3 | + | | |25,5|
1,75𝑥10−1 𝑥1002
𝑚2
∆𝛼1 = 0,52 𝑘𝑔
𝑚2
𝐾𝑇𝑃𝑚 = ∆𝛼1 = 0,52
𝑘𝑔
∆𝛼1 0,52
𝐾𝑇𝑃𝑟 = 𝑥100% = 𝑥100% = 26,07%
𝛼1 2,0
0,52
𝐴𝐵 = 1 − 𝑙𝑜𝑔 = 1,58 ≈ 2𝐴𝐵
2,0
𝑚2 𝑚2
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 = (𝛼1 ± ∆𝛼1 ) = (2, 0 ± 0,52)
𝑘𝑔 𝑘𝑔
15
Perlakuan II
1 119
∆𝛼2 = |1,75𝑥10−1 𝑥 100| |8,75𝑥10−4 | + |(1,75𝑥10−1 )2 𝑥100|
119
|1𝑥10−3 | + | | |25,5|
1,75𝑥10−1 𝑥1002
𝑚2
∆𝛼2 = 1,77 𝑘𝑔
𝑚2
𝐾𝑇𝑃𝑚 = ∆𝛼2 = 1,77 𝑘𝑔
∆𝛼2 1,77
𝐾𝑇𝑃𝑟 = 𝑥100% = 𝑥100% = 26,07%
𝛼2 6,8
1,77
𝐴𝐵 = 1 − 𝑙𝑜𝑔 = 1,58 ≈ 2𝐴𝐵
6,8
𝑚2 𝑚2
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 = (𝛼2 ± ∆𝛼2 ) = (6,8 ± 1,8)
𝑘𝑔 𝑘𝑔
Perlakuan III
1 100
∆𝛼3 = |1,75𝑥10−1 𝑥 100| |8,75𝑥10−4 | + |(1,75𝑥10−1 )2 𝑥100|
100
|1𝑥10−3 | + | | |25,5|
1,75𝑥10−1 𝑥1002
𝑚2
∆𝛼3 = 1,49 𝑘𝑔
𝑚2
𝐾𝑇𝑃𝑚 = ∆𝛼3 = 1,49 𝑘𝑔
∆𝛼3 1,49
𝐾𝑇𝑃𝑟 = 𝑥100% = 5,71 𝑥100% = 26,57%
𝛼3
1,49
𝐴𝐵 = 1 − 𝑙𝑜𝑔 5,71 = 1,58 ≈ 2𝐴𝐵
𝑚2 𝑚2
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 = (𝛼3 ± ∆𝛼3 ) = (5,7 ± 1,5)
𝑘𝑔 𝑘𝑔
16
3) Larutan 3 gram gula + 20 ml aquades
Perlakuan I
1 106
∆𝛼1 = |1,75𝑥10−1 𝑥 150| |8,75𝑥10−4 | + |(1,75𝑥10−1 )2 𝑥150|
106
|1𝑥10−3 | + | | |38|
1,75𝑥10−1 𝑥1502
𝑚2
∆𝛼1 = 1,05
𝑘𝑔
𝑚2
𝐾𝑇𝑃𝑚 = ∆𝛼1 = 1,05 𝑘𝑔
∆𝛼1 1,05
𝐾𝑇𝑃𝑟 = 𝑥100% = 4,04 𝑥100% = 25,91%
𝛼1
1,05
𝐴𝐵 = 1 − 𝑙𝑜𝑔 4,04 = 1,59 ≈ 2𝐴𝐵
𝑚2 𝑚2
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 = (𝛼1 ± ∆𝛼1 ) = (4, 0 ± 1,1)
𝑘𝑔 𝑘𝑔
Perlakuan II
1 84
∆𝛼2 = |1,75𝑥10−1 𝑥 150| |8,75𝑥10−4 | + |(1,75𝑥10−1 )2 𝑥150|
84
|1𝑥10−3 | + | | |38|
1,75𝑥10−1 𝑥1502
𝑚2
∆𝛼2 = 0,83 𝑘𝑔
𝑚2
𝐾𝑇𝑃𝑚 = ∆𝛼2 = 0,83
𝑘𝑔
∆𝛼2 0,83
𝐾𝑇𝑃𝑟 = 𝑥100% = 𝑥100% = 25,91%
𝛼2 3,2
0,83
𝐴𝐵 = 1 − 𝑙𝑜𝑔 = 1,59 ≈ 2𝐴𝐵
3,2
𝑚2 𝑚2
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 = (𝛼2 ± ∆𝛼2 ) = (3,2 ± 0,83)
𝑘𝑔 𝑘𝑔
17
Perlakuan III
1 101
∆𝛼3 = |1,75𝑥10−1 𝑥 150| |8,75𝑥10−4 | + |(1,75𝑥10−1 )2 𝑥150|
101
|1𝑥10−3 | + | | |38|
1,75𝑥10−1 𝑥1502
𝑚2
∆𝛼3 = 1,00 𝑘𝑔
𝑚2
𝐾𝑇𝑃𝑚 = ∆𝛼3 = 1,00 𝑘𝑔
∆𝛼3 1,00
𝐾𝑇𝑃𝑟 = 𝑥100% = 3,85 𝑥100% = 25,91%
𝛼3
1,00
𝐴𝐵 = 1 − 𝑙𝑜𝑔 3,85 = 1,59 ≈ 2𝐴𝐵
𝑚2 𝑚2
𝑃𝑒𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 = (𝛼3 ± ∆𝛼3 ) = (3,9 ± 1, 0)
𝑘𝑔 𝑘𝑔
18
4.3. Pembahasan
pada pengukuran daya putaran optis dari suatu larutan. Daya putaran optis adalah
kemampuan suatu zat untuk memutar bidang getar sinar terpolarisir. Sinar
terpolarisir merupakan suatu sinar yang mempunyai satu arah bidang getar dan
polarimeter, dan menghitung daya putar dari larutan gulaku dengan menggunakan
Adapun fungsi alat dan bahan yang digunakan yaitu polarimeter yang terdiri
untuk menganalisa sudut yang terpolarisasi, skala lingkar yaitu skala yang
pengamatan tepat baur-baur. Tabung polarimeter terbuat dari kaca yang tertutup
dikedua ujungnya berukuran besar, tidak boleh ada gelembung udara yang
indikator yang digunakan untuk mengamati sudut putar. Gula digunakan karena
larutan gula dapat memutar bidang polarisasi cahaya. Pipet tetes digunakan untuk
19
memindahkan larutan ke dalam tabung pemutar. Neraca digital digunakaan untuk
tabung pemutar.
tombol power pada posisi on. Dalam alat Polarimeter ini cahaya monokromatik
dihasilkan dengan menggunakan lampu natrium di mana gas natrium pijar akan
yang merupakan gelombang yang bergetar pada satu bidang getar saja sehingga
searah dengan arah vektor medan listrik. Sedangkan jika menggunakan cahaya
polikromatis misalnya cahaya dari lampu pijar berasal dari pancaran cahaya oleh
Adapun prinsip kerja dari alat polarimeter yaitu cahaya dari sumber
cahaya terpolarisasi kemudian melewati senyawa optis aktif (larutan gula) yang
akan memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan arah tertentu. Prisma Nicol ke
dua yang disebut analisator akan membuat cahaya dapat melalui celah secara
maksimum.
20
Melaui percobaan ini diketahui bahwa ketika cahaya melalui larutan gula,
Pada penentuan sudut putar suatu sampel, selalu mulai dengan menentukan
keadaan nol dengan mengisi tabung sampel dengan aquades. Keadaan nol ini
sampel harus dibersihkan sebelum digunakan agar larutan yang diisikan tidak
sampel yang berisi larutan atau pelarut dengan penuh. Saat menutup tabung
sampel, harus dilakukan hati-hati agar di dalam tabung tidak terdapat gelembung
berpengaruh pada besarnya sudut putar suatu sampel. Kemudian mencari posisi
sudut yang ditunjukan analisator setelah menemukan sinar yang paling terang
tersebut yang dinamakan sudut putar. Kemudian mencatat besar rotasi optik yang
Pada percobaan ini terdapat tiga buah sampel senyawa optik yang telah
diamati dan diukur skalanya yaitu larutan gula dari 1 gram gula ditambah 20 mL
aqudes maka konsentrasi larutan tersebut adalah 50 kg/m3 diperoleh nilai sudut
putarnya yaitu 103°, 85o dan 84o. Larutan gula dari 2 gram gula ditambah 20 mL
aqudes maka konsentrasi larutan tersebut adalah 100 kg/m3 diperoleh nilai sudut
putarnya yaitu 35°, 119o dan 100o. Kemudian larutan gula dari 3 gram gula
21
ditambah 20 mL aqudes maka konsentrasi larutan tersebut adalah 150 kg/m3
Hasil tersebut, jika dibandingkan dengan sudut putar larutan gula murni
berdasarkan literatur adalah 66.60° . Nilai ini berbeda dengan pengamatan yang
telah dilakukan, karena dapat disebabkan oleh jumlah atau kadar senyawa yang
berada dalam tabung, panjang jalan yang dilalui oleh cahaya, panjang gelombang
dari lampu yang digunakan ataupun karena kurangnya ketelitian praktikan dalam
besarnya sudut putar dari larutan. Berdasarkan hasil percobaan tersebut, diketahui
bahwa semakin tinggi konsentrasi gula, sudut putar jenisnyapun menjadi semakin
besar pula. Hal ini menandakan larutan gula dapat membelokan arah getar cahaya.
Pada analisa data juga dilakukan perhitungan daya putar spesifik larutan.
Berdasarkan hasil perhitungan, untuk konsentrasi larutan 50 kg/m3, 100 kg/m3 dan
150 kg/m3 diperoleh rata-rata daya putarnya berturut-turut yaitu 10,36 m2/kg ;
4,83 m2/kg; dan 3,69 m2/kg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar
konsentrasi larutan gula, maka semakin kecil nilai daya putar yang diperoleh.
Adapun ketidaktelitian pada percobaan ini dapat dilihat pada analisa data
nilai KTPr yang diperoleh yaitu sekitar 25-26%. Persentase tersebut menandakan
adanya ketidaktelitian pada saat pengambilan data dimana besar sudut yang
perlakuan.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
gula
arah getar yang sama dengan arah polarisator. Sudut putar jenis
3. Daya putar spesifik dari larutan gula yang diperoleh pada percobaan
2) 𝛼2 = 9,71 𝑚2 /𝑘𝑔
2) 𝛼2 = 6,80 𝑚2 /𝑘𝑔
2) 𝛼2 = 3,20 𝑚2 /𝑘𝑔
23
5.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
2016]
Tim Penyusun. 2016. Modul Praktikum Gelombang dan Optik. Palu : Universitas
Tadulako
25