Anda di halaman 1dari 5

A.

JUDUL PERCOBAAN
Polarimeter

B. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan percobaan dalam praktikum kali ini yaitu:
1. Mengetahui prinsip dasar dan prinsip kerja polarimeter.
2. Mengetahui kemampuan larutan fruktosa dan sukrosa memutar bidang
polarisasi cahaya dengan menggunakan alat polarimeter.
3. Menentukan konsentrasi dari larutan fruktosa dan sukrosa.

C. LANDASAN TEORI

Polarimeter adalah perangkat untuk analisa yang didasari oleh pengukuran


sudut putaran sinar monokromatis karena cahaya itu terpolarisasi linier oleh bahan
bening yang bersifat optis aktif. Sinar monokromatis tersebut mempunyai
sejumlah bidang getar yang banyak sekali. Adapun yang dimaksud cahaya
terpolarisasi adalah cahaya yang mempunyai satu arah getar dan arah getar itu
berada tegak lurus terhadap arah rambatnya. Bahan optis aktif merupakan bahan
yang bila dijatuhi cahaya maka bidang polarisasi dapat terputar. Zat yang
memiliki sifat optis aktif ditandai dengan adanya kandungan atom karbon simetris
atau susunan atom C berupa kristal dan berada di dalam senyawa organik. Contoh
bahan optis aktif yang biasanya digunakan dalam eksperimen adalah larutan gula,
dan terjadi pada beragam variasi konsentrasi (Wibowo, dkk. 2016: 29)
Berbagai struktur transparan tidak simetris memutar bidang polarisasi
radiasi. Materi tersebut dikenal sebagai zat optis aktif, misalkan kuarsa, gula dan
sebagainya. Pemutaran dapat berupa dextro-rotary (+) bila arahnya sesuai dengan
arah putar jarum jam, ataupun Levo-rotary (-) bila arah berlawanan arah jarum
jam. Derajat disosiasi bergantung pada berbagai parameter seperti jumlah molekul
pada lintasan radiasi, konsentrasi, panjangnya pipa polarimeter, panjang
gelombang radiasi dan juga temperature. Rotasi spesifik didefenisikan sebagai
= , dimana adalah sudut pada bidang cahaya terpolarisasi dirotasi oleh
suatu larutan dengan konsentrasi c gram zat terlarut per mL larutan, pada suatu
bejana dengan panjang d decimeter. Panjang gelombang yang umumnya adalah
590 nm, berupa garis spektrum natrium. Beberapa nilai rotasi spesifik untuk
beberapa senyawa optis aktif terlihat pada tabel berikut.
Senyawa Senyawa

d-Glukosa +52,7 Sukrosa +66,5

d-Fruktosa -92,4 Asam tartarat +14,1

Maltosa +130,4 (Semua senyawa ukur dalam air)

(Khopkar, 1990: 302).


Molekul kiral disebut aktif optis karena kemampuannya untuk memutar
bidang polarisasi cahaya yang terpolarisasi ketika cahaya tersebut melewatinya.
Tidak seperti cahaya biasa yang bergetar kesegala arah, cahaya terpolarisasi
bidang hanya bergetar pada bidang tertentu. Untuk memepelajari interkasi anatara
cahaya terpolarisasi-bidang dan isomer optis kita menggunakan polarimeter.
pertama-tama berkas cahaya tidak terpolarisasi melewati suatu lembar polaroid,
yang disebut polarisator dan kemudian melalui tabung sampel yang berisi larutan
senyawa kiral. Ketika cahaya terpolarisasi melewati tabung sampel, bidang
polarisasinya terputar kekanan atau ke kiri. Putaran ini dapat diukur secara
langsung dengan dengan memutar penganalisis pada arah yang sesuai hingga
tercapai transmisi cahaya yang minimal (Chang, 2005: 357).
Besarnya putaran optik diukur dengan polarimeter, yang mana komponen
utama dari alat ini adalah dua buah prisma nicol dimana diantara kedua prisma ini
sampel ditempatkan (Tim Dosen Kimia Analisis Instrumen, 2017: 26).
Kerja suatu polarimeter yaitu awalnya tabung diisi dengan senyawa akiral.
Penganalisis kemudian diputar sedemikian rupa sehingga bidang polarisasinya
tegak lurus terhadap bidang polarisator. Pada keadaan ini, tidak ada cahaya yang
mencapai pengamat. Kemudian senyawa kiral ditempatkan dalam tabung yang
disebut dengan kuvet. Bidang polarisasi dari cahaya terpolarisasi berputar selama
cahaya merambat melalui tabung sedemikian rupa sehingga sebahagian cahaya
mengenai pengamat. Dengan memutar penganalisis (ke kiri atau ke kanan) hingga
tidak ada lagi cahaya yang mencapai pengamat akan memungkinkan pengukuran
sudut putar optis (Chang, 2004: 358).
Konversi glukosa ditentukan berdasarkan konsentrasi glukosa yang tersisa
dari reaksi isomerisasi. Penentuan konsentrasi tersebut dilakukan pada larutan
glukosa diperoleh dari reaksi isomerisasi pada masing-masing variasi suhu dan
jenis katalis dalam setiap waktu menggunakan polarimeter. Hasil pengukuran
menggunakan polarimeter diperoleh besarnya sudut putar bidang polarisasi
glukosa. Dengan nilai sudut putar bidang polarisasi (αobs), nilai αsg dan nilai αsf
dapat ditentukan dengan menggunakan konsentrasi glukosa yang tersisa.
Selanjutnya nilai yang digunakan untuk menghitung konversi glukosa masing-
masing reaksi (Pamungkas, 2015: 84).
Pasangan isomer optis suatu molekul yang merupakan benda dan
bayangan cerminnya yang tidak saling bersetangkup atau tidak dapat saling
diimpitkan yang disebut dengan enantiomer. Enantiomer berasal dari kata latin
yaitu enantio = berlawanan dan meros = bagian. Tangan kiri dan tangan kanan
diibaratkan sebagai sepasang enantiomer. Pasangan enantiomer mempunyai sifat
fisika dan kimia yang sama, kecuali yang membedakan adalah arah perputaran
optisnya. (Sumardjo, 2006: 53).
Isomer optik adalah isomerisasi yang disebabkan olehperbedaan
pemutaran bidang cahaya terpolarisasi. Dalam hal ini, isomerisme mempunyai
sifat sama, demikian pula harga pemutaran bidang cahaya terpolarisasi, hanya
arahnya atau tandanya berlawanan. Jadi, isomerisme optik berkaitan dengan sifat-
sifat kemampuan memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan sudut putar sama
besar tetapi dengan arah yang berlawanan. Alat yang dipakai untuk menentukan
sifat optis aktif suatu zat disebut polarimeter (Saputro, 2015: 130-131).
Sebuah teknik polarimetri spektral diusulkan untuk ekstraksi perbedaan
fase antara komponen polarisasi TM dan TE dari berkas cahaya yang dipantulkan
di bawah SPR. Pengaturan diajukan untuk melibatkan penambahan hanya satu
polarizer ke pengaturan spektroskopi konvensional. Teknik yang diusulkan sangat
mudah dengan hanya menggunakan tiga pengukuran dari spektrum intensitas,
pada tiga orientasi yang berbeda dari polarizer / analyzer, tanpa perlu menyimpan
intensitas referensi, dan hanya diperlukan hitungan kasar intensitas (Watad dkk.
2017: 7).
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.

Watad, Ibrahim, Member, IEEE, dan Ibrahim Abdullahim. 2017.


Spectopolarimetric Surface Plasmon Resonance Sensor and The
Selection of The Best Polarimetric Fuction. IEEE Journal of Selected
Topic in Quantum Electronics. Vol. 23. No. 2.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-PRESS.

Pamungkas, Dwi Putri W., Suci Amalia, Ahmad Abtokhi, Susi Nurul Khalifah.
2015. Utilization of Natural Zeolite Catalyst Impregnated Sn Metal in
Glucose Isomerization With Temperature Variations. Alchemy, Vol. 4 No.
1.

Saputro, Agung Nugroho Catur. 2015. Konsep Dasar Kimia Koordinasi.


Yogyakarta: Deepublish.

Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.

Tim Dosen Kimia. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumen.


Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Wibowo, Bagus Arief., Muhammad Rivai dan Tasripan. 2016. Alat Uji Kualitas
Madu menggunakan Polarimeter dan Sensor Warna. Jurnal Teknik ITS.
Vol. 5 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai