BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TEORI DASAR
Menurut Kolthoff, I.M., (1958), polarimeter adalah alat untuk mengukur
besarnya putaran berkas cahaya terpolarisasi oleh suatu zat optis aktif. Zat yang
bersifat optis aktif adalah zat yang memiliki struktur transparan dan tidak simetris
sehingga mampu memutar bidang polarisasi radiasi. Materi yang bersifat optis
aktif contohnya adalah kuarsa, gula, dan sebagainya. Pemutaran dapat berupa
dextrorotatory (+) bila arahnya sesuai dengan arah putar jarum jam ataupun
levo-rotatory bila arahnya
didefinisikan sebagai:
Keterangan:
= Sudut pada bidang cahaya terpolarisasi
C
1. Struktur molekul
2. Temperatur
3. Panjang gelombang
4. Konsentrasi
5. Panjang tabung polarimeter
6. Banyaknya molekul pada jalan cahaya
7. Pelarut
(http://www.scribe.com/doc/5006057/4-BAB)
Skema kerja polarimeter adalah cahaya dinyalakan dan tabung sampel
kosong, prisma penganalisis diputar sehingga berkas cahaya yang terpolarisasi
oleh prisma pemolarisasi benar-benar terhalangi dan bidang pandang menjadi
gelap.
Pada
saat
ini
sumbu
prisma
dari
prisma
pemolarisasi
dan
prisma penganalisis tegak lurus satu dengan lainnya. Sekarang sampel diletakkan
pada tabung sampel. Jika zat bersifat inaktif (tidak aktif) optis (optically inactive),
tidak ada perubahan yang terjadi. Bidang pandang tetap gelap. Akan tetapi, jika
zat bersifat aktif optis (optical active) diletakkan pada tabung, zat memutar bidang
polarisasi, dan sebagian cahaya akan melewati penganalisis ke arah pengamat.
Dengan memutar prisma penganalisis searah jarum jam atau berlawanan jarum
jam, pengamat akan sekali lagi menghalangi cahaya dan mengembalikan medan
yang gelap (Hart, H. dan E. Craine, 2003).
Polarimetri adalah pengukuran dan interpretasi dari polarisasi dari garis
gelombang, terutama electromagnetic gelombang, seperti gelombang radio atau
cahaya. Polarimetry biasanya dilakukan pada gelombang electromagnetic yang
telah melalui perjalanan atau telah tercermin, refracted, atau diffracted oleh
beberapa bahan untuk menggambarkan bahwa objek (Safru, U., 2009).
Menurut Anonim (2012), komponen-komponen alat polarimeter beserta
gambarnya adalah:
1.
Lensa kolimator, berfungsi mensejajarkan sinar dari lampu natrium atau dari
sumber cahaya sebelum masuk ke polarisator.
2.
4.
berukuran
biasanya
berukuran
mempunyai
ukuran
panjang 0.5 ; 1 ; 2 dm
5.
6.
7.
8.
acak menjadi satu arah getar, sedangkan polarisasi optik adalah salah satu
sifatcahaya yakni jika cahaya itu bergerak beroscillasi dengan arah tertentu.
Terjadi akibat peristiwa berikut :
1.
2.
3.
Polarimeter adalah salah satu instrumen analisis yang dapat dipergunakan untuk
menganalisis keaktifan optik suatu molekul. Pada polarimeter yang diukur adalah
besarnya sudut pemutaran bidang cahaya terpolarisasi setelah melewati molekul
kiral.
Dalam praktikum ini, bertujuan untuk menentukan sudut putar jenis larutan optik
aktif dengan menngunakan polarimeter dan menentukan konsentrasi larutan optik
aktif dengan menggunakan polarimeter. Alat polarimeter, terdapat beberapa
komponen yaitu, wadah untuk lampu natrium, tempat kolom, analisator, lensa
pengamatan, skala, dan kolom tempat sampel. Komponen alat tersebut memiliki
satu kesatuan fungsi yang saling berkaitan.
Adapun prinsip kerja dari komponen polarisasi tersebut, sebagai berikut :
Cahaya dari lampu sumber (lampu natrium), terpolarisasi setelah melewati prisma
nicol pertama yang disebut polarisator. Cahaya terpolarisasi kemudian melewati
senyawa optis aktif yang akan memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan arah
tertentu. Prisma Nicol ke dua yang disebut analisator akan membuat cahaya dapat
melalui celah secara maksimum.
Dalam praktikum yang telah dilakukan, cara pengoperasian alat polarimeter
tersebut pertama-tama adalah untuk memulai penggunaan polarimeter pastikan
tombol power pada posisi on dan biarkan selama 5-10 menit agar lampu
natriumnya siap digunakan. Disini digunakan lampu natrium dengan panjang
gelombang 589.3 nm agar menghasilkan cahaya monokromatik, dimana gas
natrium pijar akan menghasilkan lampu warna kuning. Selain lampu natrium
dapat pula digunakan lampu lain seperti lampu uap raksa dengan panjang
gelombang 546 nm karena dapat menghasilkan cahaya monokromatik.
Pada penentuan sudut putar suatu sampel, selalu mulai dengan menentukan
keadaan nol (zero point) dengan mengisi tabung sampel dengan air suling saja.
Keadaan nol ini perlu untuk mengkoreksi pembacaan atau pengamatan rotasi
optik. Tabung sampel harus dibersihkan sebelum digunakan agar larutan yang
diisikan tidak terkontaminasi zat lain. Pembacaan atau pengamatan bergantung
kepada tabung sampel yang berisi larutan atau pelarut dengan penuh. Perhatikan
saat menutup tabung sampel, harus dilakukan hati-hati agar di dalam tabung tidak
terdapat gelembung udara, karena adanya gelembung udara dapat mengganggu
polarisasi. Bila sebelum tabung diisi larutan didapat keadaan terang, maka setelah
tabung diisi larutan putarlah analisator sampai didapat keadaan terang kembali.
Sebaliknya bila awalnya keadaan gelap harus kembali kekeadaan gelap.
Kemudian catatlah besar rotasi optik yang dapat terbaca pada skala.
Rotasi optis yang diamati atau diukur dari suatu larutan bergantung kepada jumlah
senyawa dalam tabung sampel, panjang jalan atau larutan yang dilalui cahaya,
temperatur pengukuran, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Untuk
mengukur rotasi optik, diperlukan suatu besaran yang disebut rotasi spesifik yang
diartikan suatu rotasi optik yang terjadi bila cahaya terpolarisasi melewati larutan
dengan konsentrasi 1 gram per mililiter sepanjang 1 desimeter. Rotasi spesifik
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Keterangan:
= Sudut pada bidang cahaya terpolarisasi
C
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
C.Mutarotasi
1.Melakukan percobaan 1 s.d 3 pada prosedur B
2.Memasukkan tabung 10cm kedalam polarimeter
3.Melakukan percobaan 2 s.d 6 pada prosedur A selama satu jam setiap 5 menit
4.Menentukan sudut putar larutan
5.Melakukan percobaan 1 s.d 4 untuk tabung 15 dan 20 cm
BAB IV
DATA dan ANALISA
L = 10 Cm
a
75.8
32.25
67.1
L = 15 Cm
b
137.0
143.4
143.6
a
47.4
55.3
40.5
b
141.6
144.4
143.5
L = 10 Cm
a
58.6
54.4
46.0
L = 15 Cm
b
146.0
141.0
146.6
Percobaan 3 Mutarotasi
t
5
10
15
t
5
10
15
L = 10 Cm
a
52.6
35.75
59.2
b
155.25
148.8
152.2
L = 15 Cm
a
46.9
42.2
46.6
b
131.8
134.6
136.7
a
44.5
58.3
46.3
b
143.0
138.4
141.1
NO
a
47.2
36.6
40.6
1
2
3
b
149.8
163.2
146.1
o ( ( a ) (b ) ) (180 ( a ) )
Dimana pada percobaan ini didapat :
0 = ( 137.0-75.8 ) ( 180 137.0 )
= 18.2
Dari sini juga dapat dicari nilaitebaik dari titik nol :
n
i 1
Sehingga dengan rumus yang sama akan didapatkan hasil sebagai berikut :
Untuk air suling
L = 10 cm
a
75.8
32.25
67.1
137
163.4
164.6
b - a
(g)
61.2
131.15
97.5
180 - b
0 (terbaik)
43
16.6
15.4
18.2
114.55
82.1
71.61666667
L = 15 cm
a
47.4
141.6
b - a
(g)
94.2
180 - b
38.4
55.8
0
(terbaik)
58.6
55.3
40.5
144.4
143.5
89.1
103
35.6
36.5
53.5
66.5
58.6
54.4
46
146
141
146.6
b - a
(g)
87.4
86.6
100.6
180 b
34
39
33.4
0
(terbaik)
53.4
47.6
67.2
56.066667
b - a
(g)
98.5
80.1
94.8
180 b
37
41.6
38.9
0
(terbaik)
61.5
38.5
55.9
51.966667
b - a
(g)
102.65
113.05
93
180 b
24.75
31.2
27.8
L = 15 cm
a
44.5
58.3
46.3
143
138.4
141.1
Mutarotasi
L = 10 cm
t
5
10
15
52.6 155.25
35.75 148.8
59.2 152.2
(t)/0
0
(terbaik)
77.9
81.85
65.2
74.983333
L = 15 cm
t
5
10
15
46.9
42.2
46.6
131.8
134.6
136.7
b - a
(g)
84.9
92.4
90.1
180 b
48.2
45.4
43.3
(t)/0
0
(terbaik)
36.7
47
46.8
43.5
47.2
36.6
40.6
149.8
163.2
146.1
b - a
(g)
102.6
126.6
105.5
180 b
30.2
16.8
33.9
0
(terbaik)
72.4
109.8
71.6
84.6
2. Menghitung sudut putaran glukosa dan sudut putaran khas glukosa dan
sesatannya
Untuk menentukan sudut putaran Glukosa (), menggunakan rumus :
g o
Dimana untuk mendapatkan nilai terbaik dari sudut putar bisa didapatkan dengan
merata-ratakan nilai sudut putar yang didpat, contoh :
Kita akan mencari nilai sudut putaran khas glukosa dan sudut putaran glukosa
terbaik dengan menggunakan rumus :
Cl
m glukosa ( gr )
m glukosa ( gr ) mair ( gr )
Contoh penyelesaiannya pada percobaan kali ini adalah sebagai berikut dan nilai
konsentrasinya 0,1M :
Sehingga dengan metode yang sama akan didapatkan nilai sebagai berikut :
panjang a=10 cm
glu
34
glu (best)
35.4667
glu
20.97105589
C.l
1
34
(best)
35.4667
39
33.4
39
33.4
panjang b=15 cm
glu
37
41.6
38.9
glu (best)
glu
C.l
39.1667
23.26823459
1.5
(best)
24.666667
27.733333 26.1111
25.933333
Untuk L = 10cm
t
5
10
15
glu
24.75
31.2
27.8
52.6 155.25
35.75 148.8
59.2 152.2
b - a
(g)
102.65
113.05
93
180 b
24.75
31.2
27.8
glu (best)
glu
C.l
27.9167
17.1090024
(t)/0
0
(terbaik)
77.9
81.85
65.2
74.983333
24.75
31.2
27.8
(best)
27.9167
Untuk L = 15cm
t
5
10
15
46.9
42.2
46.6
131.8
134.6
136.7
glu
glu (best)
b - a
(g)
84.9
92.4
90.1
glu
180 b
48.2
45.4
43.3
(t)/0
0
(terbaik)
36.7
47
46.8
43.5
C.l
(best)
48.2
45.4
43.3
45.6333
25.63408466
32.133333
30.266667 30.4222
28.866667
1.5
Axis Title
80
y = -1.27x + 87.683
R = 0.5328
60
Series1
40
Linear (Series1)
20
0
0
10
15
20
Axis Title
Analisa Grafik
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa semakin nilai t besar maka sudut
putarnya semakin kecil, ini disimpulkan dari garis regresi yang terlihat menurun
meskipun dari data diatas tampak data percobaan di menit ke 10 memiliki nilai
tertinggi. Hal ini disebabkan Karena ada kesalahan pengukuran dan kesulitan
mengambil data yang dikarenakan oleh alat praktikum yang kondisinya kurang
baik sehingga mengurangi akurasi pengukuran.
Glukosa panjang tabung A = 15Cm
(t)
40
y = 1.01x + 33.4
R = 0.7352
30
(t)
Linear ((t))
20
10
0
0
10
15
20
Analisa Grafik
Dari grafik diatas ini dapat dilihat bahwa ada perbedaan dari data di
tabung 10cm dan 15cm ini. Di data grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin besar t maka semakin besar nilai sudut putarnya, dan ini jelas bertolak
belakang dengan hasil analisa di grafik tabung 10cm. Dimungkinkan karena data
percobaan yang kurang banyak sehingga tidak jelas terlihat hubungan sebenarnya
antara sudut putar dengan waktu.
5. Menghitung sudut putar tak hingga dan sudut putaran khasnya
Rumus yang digunakan sama dengan sebelum-sebelumnya, yaitu untuk
sudut putar tak hingga :
(~) = (b a) (180 b)
Untuk panjang L = 15cm
a
47.2
36.6
40.6
149.8
163.2
146.1
b - a
(g)
102.6
126.6
105.5
180 b
30.2
16.8
33.9
(~)
0
(terbaik)
72.4
109.8
71.6
84.6
Cl
glu (best)
glu
C.l
26.9667
15.50217428
1.5
(best)
20.133333
11.2
17.9778
22.6
Axis Title
150
100
y = -0.08x + 85.4
R = 0.0003
(~)
50
Linear ((~))
0
0
10
15
20
Axis Title
Analisa Grafik
Grafik sudut putar tak hingga terhadap waktu terlihat sama dengan
teorinya yaitu berbanding terbalik meskipun di data percobaan yang kedua seperti
di grafik diatas terlihat jauh dari ekspektasi. Pada waktu awal sudut putar larutan
bernilai maksimum dari sudut putar yang lain sedangkan setelah lamakelamaan
sudut putarnya berkurang karena pergeseran cahaya yang masuk ke polarimeter.
V.3 ANALISA PRAKTIKUM
Rotasi optis yang diamati atau diukur dari suatu larutan bergantung kepada
jumlah senyawa dalam tabung sampel, panjang jalan atau larutan yang dilalui
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 KESIMPULAN
Dari percobaan ini kita dapat memahami prinsip dan fungsi setiap
komponen alat Polarimeter dan Fakta bahwa cahaya mengalami polarisasi
menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang transversal. Cahaya dapat
terpolarisasi karena peristiwa pemantulan, peristiwa pembiasan dan pemantulan,
peristiwa bias kembar, peristiwa absorbsi selektif, dan peristiwa hamburan.
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno 1979. Seri Fisika , Fisika Dasar, Gelombang dan Optik. Jilid 3. Penerbit
ITB
Zemansky, Sears. 1991. Fisika Untuk Univertsitas 3 : Optika. Fisika Modern.
Jakarta : Trimitra Mandiri
Stockey, Corinne. Oxlade, Chris. Wertheim, Jane. Kamus Fisika Bergambar.
Penerbit Erlangga.