Anda di halaman 1dari 14

Studi Literatur: Analisis Pencemaran Daerah Aliran Sungai

(DAS) Deli akibat Limbah Domestik di kota Medan

Partanu Ardi Aksa1 & Lathifa Rohmani2


Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang 45363
Partanu.a.aksa@gmail.com1, Thifa.ifa@gmail.com2

Abstract. Studi ini mengkaji penelitian mengenai kualitas air dari Daerah Aliran Sungai (DAS) di kota
Medan pada DAS Deli. Uji sampelnya diambil dari empat sub DAS pada bagian tengah sungai. Sampel
parameter berupa air sungai dari empat sub DAS yang dibagi menjadi empat stasiun yaitu stasiun IA dan IB
berasal dari sub DAS Sei Kambing, sedangkan stasiun IIA dan IIB berasal dari sub DAS Babura, stasiun
IIIA dan IIIB berasal dari sub DAS Deli, sedangkan stasiun IVA dan IVB berasal dari sub DAS kwala
Bekala. Parameter fisika yang diuji adalah suhu, konduktivitas, salinitas, dan kekeruhan. Metode yang
digunakan adalah survei lapangan. Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah analisis pencemaran
DAS akibat limbah domestik/rumah tangga. Diharapkan analisis menjadi informasi bagi masyarakat agar
menggunakan air sungai dengan waspada untuk aktivitas sehari-hari.
Keywords: Daerah Aliran Sungai (DAS), pencemaran air sungai, suhu, salinitas, konduktivitas, kekeruhan.

I. PENDAHULUAN
Kota Medan memiliki tiga daerah aliran sungai (DAS) yaitu DAS Deli, DAS Belawan dan DAS
Percut. DAS Deli dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu daerah hulu, tengah dan hilir. Daerah tengah
terdiri dari sub DAS Sei Kambing, sub DAS Babura, sub DAS Deli dan sub DAS Kwala Bekala. Daerah
aliran sungai di kota medan masih menjadi wadah masyarakat untuk mencari nafkah, sebagai tempat
untuk mencari kepah, tak jarang juga digunakan untuk mandi dan mencuci. Selain itu, masyarakat pun
masih membuang sampah ke daerah aliran sungai. Padahal sungai di kota Medan sudah banyak tercemar
oleh limbah industry, limbah domestic, dan juga limbah pertanian. Limbah domestik adalah limbah yang
berasal dari kegiatan pemukiman penduduk (rumah tangga) jenisnya meliputi air bekas mandi dan cuci,
buangan manusia, sisa makanan, kertas, kaleng, plastic, dan air sabun.
Pencemaran dari limbah domestik tentu berbahaya bagi kesehatan karena banyak zat-zat yang dapat
merusak tubuh manusia jika terus-menerus air dari sungai tersebut digunakan untuk kehidupan sehari-
hari. Salah satu bahaya penggunaan air tercemar adalah penyakit kulit. Penyakit ini merupakan penyakit
umum yang dierita masyarakat pengguna air tercemar. Ciri utama yang terjadi adalah kulit kering dan
gatal. Hal ini disebabkan oleh kandungan mineral yang beracun untuk kulit manusia. Penelitian
mengenai zat pencemar daerah aliran sungai ini diperlukan masyarakat untuk memberikan informasi
tentang bahaya penggunaan air tercemar.
Pada tulisan ini, parameter berpusat pada parameter fisika daerah aliran sungai (suhu, konduktivitas,
salinitas dan kekeruhan). Hasil analisis pencemaran di DAS Deli ini dapat digunakan sebagai suatu
informasi bagi masyarakat agar tidak menggunakan air dari sungai tercemar untuk keperluan sehari-hari.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan
yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan,
sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke
laut atau danau. Artikel Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air (2006) menyebutkan
bahwa “A watershed is a geographic conserve soil and maximize the utilization of surface and
subsurface water for crop production, and a watershed is also an area with administrative and property
regimes, and farmers whose actions may affect each other’s interests”.
Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme
dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat
keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi.
Dalam mempelajari ekosistem DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.
DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan.
DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu
setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk
perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran airnya.
Dengan perkataan lain ekosistem DAS, bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap
keseluruhan DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh karenanya pengelolaan
DAS hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu dan hilir
mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi (Asdak, 2002).

Gambar 2.1. Daerah Aliran Sungai (Watershed). Di ketinggian disebut hulu, kemudian menuju daratan
disebut tengah, sampai ke ujung sungai menuju laut disebut hilir.
Pencemaran Daerah Aliran Sungai
Untuk menjamin keamanan bagi kesehatan manusia maupun hewan yang menggunakan air, maka
dalam pemanfaatannya harus diperhatikan zat-zat yang terkandung dalam air itu sendiri, tiap-tiap unsur
dipertimbangkan untuk memenuhi kelayakan untuk berbagai kegunaannya terutama air yang terindikasi
pencemaran. Pencemaran sungai dapat terjadi karena pengaruh kualitas air limbah yang melebihi baku
mutu air limbah, di samping itu juga ditentukan oleh debit air limbah yang dihasilkan. Indikator
pencemaran sungai selain secara fisik dan kimia juga dapat secara biologis, seperti kehidupan plankton.
Organisme plnakton yang hidup diperairan terdiri atas fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton
mempunyai bakteri, sedangkan zooplankton mempunyai karakteristik seperti hewan termasuk
diantaranya adalah organisme yang tergolong protozoa, cladocerans, dan copepoda. Fitoplankton
menghasilkan energi melalui proses fotosintesis menggunakan bahan organik dengan bantuan sinar
matahari. Zooplankton adalah konsumen pertama yang memperoleh energi dan makanan dari
fitoplankton. Plankton merupakan salah satu indikator terhadap kualitas air akibat pencemaran (Azwir
2006).
Berdasarkan definisinya pencemaran air yang diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Di dalam
peraturan Pemerintah Republik Indanesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian
pencemaran air disebutkan bahwa mutu air telah diklasifikasikan menjadi 4 kelas yang dapat dilihat pada
Tabel 1, dimana pengklasifikasiannya terdiri dari :

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan untuk
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan tersebut.
2. Kelas dua, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk prasarna/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan peruntukan lain yang persyaratan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat, air yang diperuntukannya lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

TABEL 2.1. Parameter air bersih (PP No.82 tahun 2001).


Kelas Air
Parameter Air
I II III IV
DO Min 6 Mg/L Min 4 Mg/L Min 3 Mg/L Min 0
BOD Max 2 Mg/L Max 3 Mg/L Max 6 Mg/L Min 12 Mg/L
COD Max 10 Mg/L Max 25 Mg/L Max 50 Mg/L Min 100 Mg/L
NH3-N Max 0.5 Mg/L Max 0.5 Mg/L Max 0.5 Mg/L Max 0.5 Mg/L
TSS Max 50 Mg/L Max 50 Mg/L Max 400 Mg/L Max 400 Mg/L
pH 6-9 6-9 6-9 6-9

Pencemaran air merupakan segala pengotoran atau penambahan organisme atau zat-zat lain ke dalam
air, sehingga mencapai tingkat yang mengganggu penggunaan dan pemanfaatan serta kelestarian perairan
tersebut. Masalah pencemaran air berhubungan erat dengan kualitas air. Data atau parameter kualitas air
dibutuhkan dalam manajemen sungai sebagai dasar untuk penentu karakteristik air, paremeter tersebut
dapat berupa parameter kimia dan fisika.
Parameter Fisika

a. Suhu
Menurut Effendi (2003), suhu dari suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude),
ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta
kedalaman badan air. Suhu adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme,
karena suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme dan pengembangbiakkan dari organisme-
organisme tersebut.
b. Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air,
tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap. Padatan tersuspensi terdiri dan partikel-partikel yang
ukuran maupun beratnya lebih kecil dari pada sedimen, seperti bahan-bahan organik tertentu, tanah
liat dan lainnya. Partikel menurunkan intensitas cahaya yang tersuspensi dalam air umumnya terdiri
dari fitoplankton, zooplankton, kotoran hewan, sisa tanaman dan hewan, kotoran manusia dan limbah
industri.
c. Konduktivitas
Menurut APHA, AWWA (1992) dalam Effendi (2003) diketahui bahwa pengukuran DHL
berguna dalam hal sebagai berikut :
 Menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi dari air destilasi.
 Memperkirakan efek total dari konsentrasi ion.
 Mengevaluasi pengolahan yang cocok dengan kondisi mineral air.
 Memperkirakan jumlah zat padat terlarut dalam air.
 Menentukan air layak dikonsumsi atau tidak.
d. Total Dissolved Solid (TDS)
Total Dissolved Solid atau padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran
lebih kecil dari padatan tersuspensi. Bahan-bahan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik,
akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat
penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis di
perairan.

Parameter Kimia

a. DO (Dissolved Oxygen)
Yang dimaksud dengan DO adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari
udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup
di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Agar
ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per
million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan
oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.
b. BOD (Biochemical Oxygent Demand)
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses mikrobiologis
yang benar -benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis. Dengan tes
BOD kita akan mengetahui kebutuhan oksigen biokima yang menunjukkan jumlah oksigen yang
digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga makin banyak bahan organik dalam air,
makin besar B.O.D nya sedangkan D.O akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang B.O.D nya
kurang dari 1 mg/l atau 1ppm, jika B.O.D nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar.
c. Deterjen
Deterjen adalah juga bahan pembersih sepeti halnya sabun, akan tetapi dibuat dari senyawa
petrokimia. Deterjen mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sabun, karena dapat bekerja pada
air sadah. Bahan deterjen yang umum digunakan adalah dedocylbenzensulfonat. Deterjen dalam air
akan mengalami ionisassi membentuk komponen bipolar aktif yang akan mengikat ion Ca dan/atau
ion Mg pada air sadah. Komponen bipolar aktif terbentuk pada ujung dodecylbenzen-sulfonat.
d. Klorida
Klorida terdapat di alam dengan konsentrasi yang beragam. Kadar klorida umumnya meningkat
seiring dengan meningkatnya kadar mineral. Kadar klorida yang tinggi, yang diikuti oleh kadar
kalsium dan magnesium yang juga tinggi, dapat meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini
mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan logam. Kadar klorida > 250 mg/l dapat memberikan
rasa asin pada air karena nilai tersebut merupakan batas klorida untuk suplai air, yaitu sebesar 250
mg/l. Perairan yang diperuntukkan bagi keperulan domestik, termasuk air minum, pertanian, dan
industri, sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100 mg/liter. Keberadaan klorida di dalam
air menunjukkan bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran atau mendapatkan rembesan dari
air laut.
e. Nitrit (NO2-) dan Nitrat (NO3-)
Nitrit mempunyai sifat racun bagi ikan. Pada darah yang banyak mengandung nitrit akan
bereaksi dengan haemoglobin membentuk methemoglobin sebagai penyakit darah coklat. Nitrit
terbentuk dari hasil reduksi nitrat oleh bakteri anaerob dalam dasar perairan. Di perairan nitrit dapat
bersifat racun bila konsentrasi lebih dari 5 mg/l NO2ˉ – N. Untuk mengatasi tingkat keracunan nitrit
dapat ditambahkan calsium dan klorida pada perairan tersebut.

III. METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan di sub DAS yang berasal dari DAS Deli yaitu sub DAS Seikambing, sub DAS
Deli, sub DAS Kwala Bekala dan sub DAS Babura. Sampel yang diambil berasal dari air sungai yang
tercemar limbah rumah tangga. Dilakukan pengujian di laboratorium Fisika Unimed dan BTKL-PP kelas
I Medan. Pembahasan pada tulisan ini hanya mencakup parameter fisika dan kimia.
IV. PEMBAHASAN

Parameter Fisika

Parameter Fisika berupa suhu, kekeruhan, konduktivitas dan salinitas yang pengujiannya dilakukan di
Laboratorium Fisika Bumi Unmed.
TABEL 4.1. Hasil Parameter Fisika

Suhu

Nilai suhu yang didapatkan menggunakan thermometer infrared antara stasiun satu dengan stasiun
yang lainnya terjadi perbedaan, tetapi tidak terlalu signifikan. Variasi disebabkan karena perbedaan
waktu pengambilan dan perbedaan kondisi lingkungan setiap stasiun.

Gambar 4.1. Kontur suhu di DAS Deli

Kekeruhan

Nilai kekeruhan yang tinggi terdapat pada stasiun IIA, IIB dan IIIA. Nilai kekeruhan tertinggi ada
pada stasiun IIIA yaitu 22,16. Kondisi nilai kekeruhan ini digambarkan pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.2. Kontur kekeruhan DAS Deli

Nilai kekeruhan yang tinggi disebabkan karena pengambilan sampel diambil dari daerah aliran sunga
tempat banyak pembuangan sampah. Kekeruhan pada umumnya disebabkan oleh partikel-partikel
tersuspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan organic terlarut, bakteri, plankton dan organisme lainnya.
Kekeruhan menggambarkan sifat optic yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan
dipancarkan oleh bahan yang terdapat dalam air.

Salinitas

Salinitas adalah jumlah total material yang terlarut. Berdasarkan sampel, salinitas paling tinggi adalah
pada stasiun IA dan IB yaitu 65,2 ppm dan 65,5 ppm. Berdasarkan data terlihat stasiun IB memiliki
salinitas tertinggi yang disebabkan oleh kemungkinan dari pembuangan limbah rumah tangga secara
langsung. Stasiun IB berada dibelakang pemukiman penduduk.
Gambar 4.3. Kontur Salinitas DAS Deli

Konduktivitas

Konduktivitas tertinggi ada pada stasiun IA dan IB yaitu 131 µS/cm dan 130,5 µS/cm. Nilai
konduktivitas berbanding lurus dengan salinitas di stasiun IA dan IB, digambarkan dalam kontur berikut.
Semakin tinggi nilai konduktivitas pada daerah aliran sungai, semakin banyak pula mineral yang terlarut
di dalamnya.

Gambar 4.4. Kontur Konduktivitas DAS Deli


Parameter Kimia

Parameter Kimia berupa DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biologycal Oxygen Demand), Nitrat, Nitrit,
Detergen, dan Klorida yang diuji di BTKLPPM.

TABEL 4.1. Hasil Parameter Fisika

DO (Dissolved Oxygen)

Hasil DO yang didapatkan di DAS Deli adalah stasiun IA, IIIA, dan IIIB dikategorikan sebagai
tercemar berat. Untuk Stasiun IB dikategorikan tercemar sedang. Stasiun IIA dan IVA dikategorikan
tercemar ringa. Sedangkan untuk IIB dan IVB dikategorikan belum tercemar. Semakin rendah nilai DO
maka semakin tinggi tingkat pencemaran.

Grafik 4.1. Tingkat pencemaran dengan parameter DO tiap stasiun.

BOD (Biological Oxygen Demand)

Hasil BOD di DAS Deli adalah untuk stasiun IA mempunyai kriteria tercemar berat. Untuk stasiun
IIA, IIB dan IVA, masuk pada kriteria tercemar sedang. Kemudian untuk stasiun IIA, IIB dan IVA pada
kriteria tercemar ringan sedangkan stasiun IIB dan IVB tidak tercemar.
Grafik 4.2. Tingkat pencemaran dengan parameter BOD tiap stasiun.

Deterjen

Hasil uji menunjukkan bahwa di DAS Deli telah tercemar oleh deterjen dengan tingkat oencemaran
tertinggi yaitu stasiun IB karena daerah tersebut banyak digunakan oleh masyarakat untuk kehidupan
sehari-hari. Deterjen merupakan salah satu jenis limbah rumah tangga yang paling umum.

Grafik 4.3. Tingkat pencemaran dengan parameter Deterjen tiap stasiun.

Klorida

Hasil uji menunjukkan bahwa stasiun IA dan IIIA paling banyak mengandung unsur klorida. Hal ini
dapat disebabkan oleh limbah rumah tangga seperti sisa makanan yang mengandung unsur klorida.
Perairan yang diperuntukkan bagi keperulan domestik, termasuk air minum, pertanian, dan industri,
sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100 mg/liter. Keberadaan klorida di dalam air
menunjukkan bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran atau mendapatkan rembesan dari air laut.

Grafik 4.4. Tingkat konsentrasi klorida tiap stasiun.

Nitrat

Berdasarkan hasil uji lab bahwa stasiun IB adalah yang tertinggi tercemar nitrat.

Grafik 4.5. Tingkat konsentrasi Nitrat tiap stasiun.


Nitrit

Hasil uji nitrit menunjukkan bahwa stasiun yang paling tinggi tercemar nitrit adalah stasiun IB.
Berdasarkan baku mutu sungai golongan II untuk air bersih jumlah maksimum nitrit adalah 0.06 mg/l,
sedangkan hasil dari beberapa stasiun sudah melewati batas maksimumnya. Hanya stasiun IA yaitu
0.0033 dan IIB yaitu 0.0517 dibawah angka 0.06 mg/l.

Grafik 4.5. Tingkat konsentrasi Nitrit tiap stasiun.

V. KESIMPULAN

Dari studi ini, pencemaran daerah aliran sungai yang dikaji meliputi aspek suhu, konduktivitas,
salinitas dan kekeruhan. Hasil analisis penelitian memberikan data bahwa pada daerah pemukiman
penduduk parameter kualitas air secara fisika kurang layak untuk digunakan, mengingat nilai salinitas
yang tinggi. Salinitas tinggi memberikan arti bahwa air mengandung zat mineral yang berada pada
kualitas air yang rendah untuk digunakan penduduk setempat sehingga nilai konduktivitas nya tinggi.
Suhu berbanding lurus dengan kekeruhan, karena zat terapung yang larut alam aliran sungai (bahan
organik terlarut, limbah domestik, organisme mikro, dll.) yang terdapat cukup banyak sehingga
meningkatkan suhu air sungai tersebut.
Parameter Fisika yang dibahas akan sangat erat hubungannya dengan parameter lain seperti parameter
kimia (kandungan deterjen, klorida, nitrat-nitrit, DO dan BOD). Parameter kimia menunjukkan bahwa
daerah yang lebih dipadati penduduk memiliki tingkat pencemaran yang lebih daripada yang jarang
penduduk berdasarkan nilai yang tertera pada pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA

1. M. Yeni, “Menganalisis Pencemaran Daerah Aliran Sungai (DAS) akibat Limbah Domestik di kota
Medan”, Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan Vol.2 No.2 April 2016.
2. Gabriel, J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.
3. Ahsan S. 2005. Effect of Temperature on Wastewater Treatment with Natural and Waste Materials
[Original Paper]. Clean Technology Enviroment Policy. 7:198-202.
4. Alaerts, G., S.S. Santika. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional, Surabaya
5. Clair N. Sawyer, Perry L. McCarty. 1978. Chemistry for Environmental Engineering (4th ed.).
McGraw-Hill. New York.
6. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius, Yogyakarta.
7. Lenore S. Clescerl, Arnold E. Greenberg, Andrew D. Eaton. 1999. Standard Methods for Examination
of Water & Wastewater (20th ed.). American Public Health Association. Washington, DC.

Anda mungkin juga menyukai