“ POLARIMETRI “
GURU PEMBIMBING
DARMAS PURBA
DISUSUN OLEH
IRNANDA YOGI PRATAMA
( XI APL 1 )
PENDAHULUAN
Daya putaran optis adalah kemampuan suatu zat untuk memutar bidang getar sinar
terpolarisir. Sinar terpolarisir merupakan suatu sinar yang mempunyai satu arah bidang getar dan
arahtersebut tegak lurus terhadap arah rambatannya. Senyawa optis aktif adalah senyawa yang
dapat memutar bidang getar sinar terpolarisir.
Zat yang optis ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau atom C kiral
dalamsenyawa organik, contoh : kuarsa ( SiO2) dan fruktosa.Polarimeter dapat digunakan
untuk ; menganalisa zat yang optisaktif, mengukur kadar gula, dan penentuan antibiotik dan
enzim.
Terdapat beberapa syarat senyawa yang dapat dianalisis dengan polarimetri,
adalah;memiliki struktur bidang kristal tertentu (dijumpai pada zat padat); memilikistruktur
molekul tertentu atau biasanya dijumpai pada zat cair. Struktur molekul adalah struktur yang
asimetris, seperti pada glukosa.
Menenutukan sudut putar jenis larutan optik aktif dengan menggunakan polarimeter
Menentukan konsentrasi dari larutan sampel gula (Cx)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bila cahaya polikromatik dilewatkan pada prisma Nicol akan diperoleh suatu
cahaya monokromatik dan cahaya ini disebut cahaya terpolarisasi. Suatu isomer
optis aktif dapat berinteraksi dengan cahaya terpolarisasi dan memutar bidang
cahaya terpolarisasi dengan suatu sudut yang dilambangkan dengan α dan disebut
rotasi optik.Alat yang digunakan untuk mengukur besaran α adalah polarimeter.
Isomer optis merupakan senyawa-senyawa dengan rumus molekul sama tetapi
tatanan atom-atomnya dalam ruang berbeda. Isomer-isomer optis dapat
mengalami reaksi yang sama, mempunyai sifat fisika yang mirip, perbedaan
isomer-isomer tersebut terletak pada interaksinya dengan bidang cahaya
terpolarisasi. Bila cahaya terpolarisasi dilewatkan pada larutan isomer optis, maka
isomer aktif ini akan memutar bidang cahaya terpolarisasi dengan arah tertentu.
Isomer optis mengandung atom karbon asimetris (atom karbon yang mengikat
empat atom/gugus yang berbeda) dalam strukturnya.
Molekul dengan satu atom karbon asimetris merupakan molekul kiral (tidak
simetris), molekul demikian dapat memutar bidang cahaya
terpolarisasi.Molekul/senyawa tersebut dinamakan senyawa/isomer optis
aktif.Molekul dengan dua atau lebih atom karbon asimetris, tidak selalu
membentuk molekul kiral.
OH
H3C C* COOH
Atom C dengan tanda * adalah atom karbon asimetris, atom karbon tersebut
mengikat empat atom/gugus yang berbeda (H, CH3, OH, dan COOH).
Rotasi optis yang diamati/diukur dari suatu larutan bergantung kepada jumlah
senyawa dalam tabung sampel, panjang jalan/larutan yang dilalui cahaya,
temperatur pengukuran, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan.Untuk
mengukur rotasi optik, diperlukan suatu besaran yang disebut rotasi spesifik yang
diartikan suatu rotasi optik yang terjadi bila cahaya terpolarisasi melewati larutan
dengan konsentrasi 1 gram per mililiter sepanjang 1 desimeter. Rotasi spesifik
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
a
[α]tλ = c.l
Ket :
t = temperatur (oC).
Menurut Kolthoff, I.M., (1958), polarimeter adalah alat untuk mengukur besarnya
putaran berkas cahaya terpolarisasi oleh suatu zat optis aktif. Zat yang bersifat optis aktif adalah
zat yang memiliki struktur transparan dan tidak simetris sehingga mampu memutar bidang
polarisasi radiasi. Materi yang bersifat optisaktif contohnya adalah kuarsa, gula, dan sebagainya.
Pemutaran dapat berupa dextrorotatory (+) bila arahnya sesuai dengan arah putar jarum jam
ataupun levo-rotatory bila arahnya berlawanan dengan jarum jam.
Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang polarisasi,sedangkan
yang dimaksud dengan polarisasi adalah pembatasan arah getaran (vibrasi) dalam sinar atau
radiasi elektromagnetik yang lain. Untuk mengetahui besarnya polarisasi cahaya oleh suatu
senyawa optis aktif, maka besarnya perputaran itu bergantung pada beberapa faktor yakni:
struktur molekul
temperatur
panjang gelombang
molekul pada jalan cahaya
jenis zat
ketebalan
konsentrasi dan juga pelarut.
Polarisasi bidang dilakukan dengan melewatkan cahaya biasa menembus sepasang kristal
kalsit atau menembus suatu lensa polarisasi. Jika cahaya terpolarisasi-bidang dilewatkan suatu
larutan yang mengandung suatu enantiomer tunggal maka bidang polarisasi itu diputar kekanan
atau kekiri. Perputaran cahaya terpolarisasi-bidan gini disebut rotasi optis. Suatu senyawa yang
memutar bidang polarisasi suatu senyawater polarisasi-bidang dikatakan bersifat aktif optis.
Karena inilah maka enantimer-enantiomer kadang-kadang disebut isomer optis.
Prinsip kerja alat polarimeter adalah sebagai berikut, sinar yang datang
dari sumbercahaya (misalnya lampu natrium) akan dilewatkan melalui prisma
terpolarisasi (polarizer),kemudian diteruskan ke sel yang berisi larutan. Dan
akhirnya menuju prisma terpolarisasi kedua(analizer).
Pristiwa ini disebut tidak optis aktif. Jika zat yang bersifat optis aktif
ditempatkan pada sel dan ditempatkandiantara prisma terpolarisasi maka sinar
akan ditransmisikan. Putaran optik adalah sudut yangdilalui analizer ketika
diputar dari posisi silang ke posisi baru yang intensitasnya semakinberkurang
hingga nol. Untuk menentukan posisi yang tepat sulit dilakukan, karena itu
digunakanapa yang disebut “setengah bayangan” (bayangan redup).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.Alat
Polarimeter
C.Cara kerja
(V x C)pekat = (V x C)encer
Untuk 2%
25 mL x 2%
V= =2 mL
25 %
Untuk 4%
25 mL x 4 %
V= =4 mL
25 %
Untuk 8%
25 mL x 8 %
V= =8 mL
25 %
Untuk 12%
25 x 12 %
V= =12mL
25 %
Untuk 20%
25 mL x 20 %
V= =20 mL
25 %
4%
a1 = 120,8 dan a2 = 68,4
(120,8 )+(68,4)
a= =119,35
2
8%
a1 = 138,4 dan a2 = 145,1
(138,4 ) +(145,1)
a= =141,75
2
12%
a1 = 142,4 dan a2 = 150,2
(142,4 ) +(150,2)
a= =145,3
2
20%
a1 = 154,8 dan a2 = 160,8
(154,8 )+(160,8)
a= =157,8
2
120
100
Series2
80 Linear (Series2)
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25
konsentrasi
y = a + bx
110,275 = a + 43,737589
a = 110,275- 43,73758
= 66,537411
Persamaan reqrensi :
y = a + bx
y = 66,53711 + 5,704903 x
y = 5,704903 x + 66,53711
1570,75024
r=
√ ( 275,332 ) (12745,9636 )
1570,75024
¿
1873,33578
= 0,838477
1570,75024
b=
275,3332
= 5,704906
Y = 66,53711 + 5,704903 x
= 66,53711
Y = 66,53711 + 5,7049903 x
= 66,53711 + 11,409806
= 77,946916
Y = 66,53711 + 5,7049903 x
= 66,53711 + 22,819612
= 89,356722
Y = 66,53711 + 5,7049903 x
= 66,53711 + 45,639224
= 112,176334
Y = 66,53711 + 5,7049903 x
= 66,53711 + 22,819612
= 89,356722
Y = 66,53711 + 5,7049903 x
= 66,53711 + 45,639224
= 112,176334
Y = 66,53711 + 5,7049903 x
= 66,53711 + 68,458836
= 134,995946
Y = 66,53711 + 5,7049903 x
= 66,53711 + 114,09806
= 180,63517
untuk Cx → 144,15
y = 5,7049x + 66,537
X = 77,613
5,7049
X = 13,6046%
Pada percobaan mengukur sudut putaran optis dari larutan sukrosa maka
dapat diketahui nilai sudut putaran optis dari senyawa optis aktif ini adalah
13,85002 % besaran ini didapatkan dari pengukuran gelap-terang ke baur-baur
(a1) dan dari terang-gelap ke baur-baur (a2).
Dari percobaan yang dilakukan dan melihat kurva kalibrasi standar maka
dapat diketahui bahwa konsentrasi dan jenis larutan akan mempengaruhi sudut
putar. Semakin tinggi konsentrasi maka sudut putar dari senyawa optis aktif atau
larutan sukrosa akan semakin tinggi pula, namun pengukuran yang didapatkan
tidak begitu linear itu berarti bahwa pengukuran yang dilakukan kurang teliti.
1. KESIMPULAN
2. SARAN
Tim Dosen Kimia Analisis Instrumen. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Analisis
Instrumen. Makassar: Laboratorium Kimia FMIPA UNM.
WWW.scribd.com/polarimetri/05/2015/17:03
Zemansky, Sears. 1994. Fisika untuk Universitas 3 Optika. Jakarta: Bina cipta.