Anda di halaman 1dari 20

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Biokimia dengan judul percobaan “Empedu”


disusun oleh:
nama : Rezky Esa Putri Pra R
NIM : 1513040015
kelas : Pendidikan Kimia A
kelompok :I
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
laporan ini dinyatakan telah diterima.

Makassar, November 2017


Koordinator Asisten Asisten

Abudzar Al-Ghifari Khairunnisa M.


NIM. 1413440014 NIM. 1413440025

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Muhammad Syahrir, S.Pd, M.Si


NIP. 19740907 200501 1 004
A. JUDUL PERCOBAAN
Empedu

B. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Mengetahui bentuk, warna, bau, keasaman, dan massa jenis empedu.
2. Mengetahui kandungan musin dan senyawa anorganik dalam empedu.
3. Mengetahui pigmen empedu melalui uji Gmelin dan uji Smith.
4. Mengetahui kandungan asam dalam empedu.

C. LANDASAN TEORI
Hati atau hepar merupakan salah satu organ terbesar tubuh yang berperan
penting dalam pengaturan biokimiawi di dalam tubuh, yaitu membentuk dan
menyimpan serta membongkar glukosa, protein dan lemak, fungsi detoksifikasi
dan fungsi ekskresi (pembuangan zat zat tubuh). Fungsi ekskresi hati misalnya
mengalirkan obat, bilirubin dan cairan empedu.

(Cahyono, 2009: 21-22).


Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau
kekuningan karena mengandung pigmen bilirubin, biliverdin, dan urobilin, yang
sekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Setiap harinya
cairan empedu disekresikan oleh hati sebanyak 500 – 1000 cc dimana sekresinya
berjalan terus menerus, jumlah yang disekresikan akan meningkat jika mencerna
lemak. Empedu mengandung ion bikarbonat, kolesterol, fosfolipid, pigmen
empedu, sejumlah limbah organik dan yang paling pentinh kelompok zat kolektif
disebut garam empedu (Sumbono, 2009: 20).
Empedu adalah cairan berwarna kuning kehijauan yang diproduksi oleh
hati secara teratur dan dikeluarkan melalui saluran empedu. Dalam sehari, hati
memproduksi 600-1000 mL cairan empedu. Sekitar 30-60 mL empedu disimpan
di kandung empedu, dan selebihnya dikeluarkan ke duodenum. Komposisi cairan
empedu sendiri terutama terdiri atas air. Zat-zat lainnya yaitu terutama garam
empedu 70% (terutama asam kolat dan asam kenodeoksikolat) fosfolipid 22%
(terutama lesitin), kolesterol 4%, protein 3% dan bilirubin 0,3%. Garam empedu
sendiri terdiri atas empat macam asam empedu, yaitu asam kolat, asam
kenodeoksikolat, asam deoksikolat dan asam litikolik. Asam–asam empedu ini
dibedakan menjadi dua menurut tempat pembentukannya. Asam empedu primer
dibentuk di hati, terdiri atas asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Sementara,
asam empedu sekunder dibentuk di usus besar, meluputi asam deosikolat dan
asam litokolat (Cahyono, 2009: 25-26).
Kandung empedu yaitu organ berbentuk seperti kantong yang menyerupai
buah terong. Kandung empedu menyimpan cairan/getah empedu berwarna kuning
kehijau-hijauan. Cairan empedu dihasilkan oleh hati pada saat sel darah merah
diuraikan dan didaur ulang. Fungsi kandung empedu adalah sebagai berikut : (1)
sebagai tempat penyimpanan dan persediaan cairan empedu (2) mengalirkan
cairan empedu ke usus 12 jari sesuai dengan kebutuhan pencernaan (terutama
pencernaan lemak) akan merangsang kontraksi kandung empedu sehingga cairan
empedu akan dikeluarkan ke usus 12 jari melalui saluran empedu di dinding usus
12 jari (3) membantu menyerap lemak dari makanan (Djing, 2006: 67).
Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu. Selain
itu juga melakukan fungsi penting yaitu getah mepedu yang tersimpan didalamnya
dibuat pekat. Didalam waktu setengah jam setelah makanan masuk, segera
sesudah sfinkter Oddi mengendor untuk mengizinkan getah empedu masuk
duodenum, kandung empedu berkontraksi. Demikianlah maka aliran getah
empedu tidak kontinyu, tetapi sesuai dengan selang pencernaan bila makanan
masuk deodenum (Pearce, 1979: 207).
Zat yang diekskresikan oleh hati adalah bilirubin dan cairan empedu.
Ekskresi bilirubin yaitu pada sel darah merah atau eritrosit merupakan bagian dari
alat transportasi tubuh. Eritrosit memiliki fungsi khusus membawa oksigen untuk
dikirim ke setiap sel tubuh. Oksigen ini digunakan sebagai bahan pembakar
pembentuk energi tubuh. Sel darah merah didalam tubuh berumur 120 hari.
Setelah masa tugasnya habis, sel darah merah akan dipecah menjadi bilirubin.
Bilirubin ini akan dikirim ke hati untuk diubah dari bilirubin yang tidak larut
dalam air (bilirubin tidak terkonjugasi) menjadi bilirubin yang dapat larut dalam
air (bilirubin .terkonjugasi). Proses pengubahan ini bertujuan agar bilirubin dapat
dibuang dengan mudah ke dalam usus (bilirubin memberi warna tinja menjadi
kuning kecoklatan) dan sebagian lagi dibuang melalui ginjal setelah diubah
bentuknya menjadi urobilin (Cahyono, 2009: 23-24).
Getah empedu adalah cairan alkali yang disekretkan oleh sel hati.
Sekresinya berjalan terus menerus tetapi jumlah produksi dipercepat sewaktu
pencernaan khususnya sewaktu pencernaan lemak. Delapan puluh persen dari
getah empedu terdiri dari air, garam empedu, pigmen empedu, kholesterol, musin
dan zat lainnya. Fumgsi kholeretik menambah sekresi empedu. Fungsi kholagogi
menyebabkan kandung empedu mengosongkan diri (Pearce, 1979: 207).
Cairan empedu berfungsi membantu pencernaan lemak di dalam
duodenum. Seperti kita ketahui, air dan lemak tidak dapat bersatu. Di dalam tubuh
kita lemak sangat dierlukan tubuh. Tubuh memiliki berbagai jenis lemak, seperti
kolesterol, trigliserida, asam lemak, lesitin, dan sebagainya. Kolesterol akan
digunakan sebagai bahan baku pembentuk hormon tubuh (hormon estrogen,
testosteron, steroid, dan sebagainya) sementara trigliserida dimanfaatkan sebagai
cadangan bagi tubuh. Agar lemak dapat diserap di dalam usus, lemak tersebut
harus dapat dibawa dan diolah terlebih dahulu. Agar lemak dapat diolah maka
lemak tersebut harus disatukan dengan air. Dalam hal inilah empedu berperan
yaitu menyatukan air dan lemak, yang dinamakan sebagai misel (micilles). Jadi
misel sebenarnya adalah campuran garam empedu dan lemak (kolesterol, lesitin)
yang bersifat larut dalam air. Dalam bentuk ini, kolesterol dan lemak lainnya
mudah diserap di dalam usus (Cahyono, 2009: 26).
Empedu mengandung senyawa senyawa yang penting, diantaranya garam
empedu, zat warna empedu, lesitin, kolesterol dan garam garam anorganik. Garam
empedu berperan dalam absorsi lemak dan vitamin vitamin A, D, E, dan K yang
larut dalam lemak. Garam empedu merendahkan tegangan permukaan dan
memperbesar daya pengemulsi lemak. Dengan demikian akan memudahkan kerja
lipase. Lebih lanjut garam empedu bereaksi dengan asam lemak menghasilkan
senyawa kompleks yang lebih mudah larut dan mudah terabsorbsi sebagai hasil
dari proses lipolisis (Tim Dosen Biokimia, 2017: 10).
Fungsi penting garam empedu adalah sebagai fasilitator untuk digesti
lemak, absorbsi lemak, cholesterol, karatine (pra vitamin A) dan yang terlarut
dalam lemak (vit D dan K). Enzim tripsin dan empedu diperlukan bersamaan agar
sumbat badan stiedia mengalami deegradasi dan selanjutnya sporozoit keluar
melalui pintu yang terbentuk dari degradasi tersebut. Sebagian herbivora
(mamalia) mempunyai dihidroksi garam empedu yang terkonjugasi dengan taurin
menjadi tausenodeoksikolat yang sangat penting (Sunanjak, 2004: 7).
Garam-garam empedu, yaitu natrium glikolat dan natrium taurokolat yang
masuk dalam usus halus mempunyai 2 peran. Pertama, membantu mengemulsikan
butir-butir lemak sehingga butir-butir lemak ini dengan mudah dicerna oleh enzim
lipase. Kedua, membentuk misel dengan asam lemak dan monosakarida hasil
pencernaan sehingga mudah larut. Karena mudah larut, bentuk ini akan mudah
diabsorbsi (Sumardjo, 2009: 19).
Garam empedu dibentuk dari kolesterol melalui reaksi hidroksilasi,
reduksi ikatan rangkap 4,5 dan oksidasi rantai sisi. Dihasilkan dua kumpulan
garam empedu, satu dengan gugus α-hidroksil di posisi 3 dan 7 dan yang lain
dengan gugus hidroksil di posisi 3, 7 dan 12. pK asam empedu adalah sekitar 6.
Dengan demikian di dalam isi lumen usus yang normalnya memiliki pH 6 terdapat
sekitar separuh molekul dalam bentuk terprotonasi dan separuh terionisasi, yang
membentuk garam empedu. Istilah garam empedu dan asam empedu sering
dipertukarkan, tetapi garam empedu sebenarnya mengacu kepada bentuk
terionisasi. Senyawa-senyawa ini memiliki pK sekitar 4, sehingga apabila
dibandingkan dengan bentuk tidak terkonjugasinya, terdapat lebih banyak
molekul dalam bentuk terionisasi pada pH usus. Konjugat taurin, asam
taurokenokolat dan taurokolat memiliki pK sekitar 2. Dengan demikian
dibandingkan dengan glikonjugatnya, lebih banyak lagi molekul konjugat ini
terionisasi di dalam lumen usus (Marks, 1996: 527).
Kecernaan lemak membutuhkan garam-garam empedu untuk membantu
dalam absorbsi lemak, garam empedu dibentuk oleh kolesterol. Kecernaan lemak
yang sama pada semua perlakuan menunjukkan juga kebutuhan garam empedu
yang sama, sehingga kolesterol yang dibentuk mungkin sama. Saponin merupakan
senyawa surfaktan yang memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan
permukaan sel dan dapat meningkatkan produksi asam empedu yang disintesis
dari kolesterol di hati sehingga kolesterol plasma menurun (Citrawidi, 2012: 537).
Zat warna empedu berasal dari pemecahan hemoglobin pada butir darah
merah. Beberapa zat warna itu adalah biliverdin (berwarna hijau) dan bilirubin
(berwarna orange-kuning coklat). Gmelin test untuk empedu berdasarkan atas
reaksi asam nitrat yang dengan zat warna menghasilkan serangkaian warna hasil
oksidasi. Test Smith juga dilakukan untuk memeriksa zat warna yang terdapat
pada empedu (Tim Dosen Biokimia, 2017: 11).
Batu empedu komposisinya terdiri atas berbagai unsur, yaitu kolesterol,
pigmen empedu, kalsium, urat, fosfat dan oksalat. Namun unsur pembentuk batu
yang utama sebenarnya adalah kolesterol dan kalsium. Lebih dari 90% batu
empedu adalah batu kolesterol (komposisi kolesterol > 50%) atau bentuk
campuran (20-50 % berunsurkan kolesterol) dan sisanya 10% adalah batu pigmen
(unsur kalsium dominan dan kolesterol < 20%) (Cahyono, 2009: 27).
Kecepatan pencernaan terbesar pada ayam terdapat pada bagian anterior
usus halus. Sebagian besar organ pencernaan ayam bersifat asam, dengan pH
berkisar antara 3-4, dan mengandung garam empedu, sehingga mikrobia yang
digunakan sebagai probiotik harus tahan terhadap kondisi asam dan garam
empedu. Potensial reduksi oksidasi akan berpengaruh pad ketersediaan oksigen,
sehingga akan turut menentukan jenis bakteri yang mampu hidup, jenis aerob
maupun anaerob (Manin, 2010: 224).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gelas ukur 10 mL 2 buah
b. Gelas ukur 25 mL 1 buah
c. Gelas ukur 50 mL 1 buah
d. Gelas kimia 250 mL 1 buah
e. Gelas kimia 100 mL 2 buah
f. Gelas kimia 50 mL 1 buah
g. Eksikator 1 buah
h. Rak tabung reaksi 1 buah
i. Pipet tetes 7 buah
j. Botol semprot 1 buah
k. Corong biasa 1 buah
l. Tabung reaksi 10 buah
m. Piknometer 25 mL 1 buah
n. Neraca analitik 1 buah
o. Spatula 1 buah
p. Pinset 2 buah
q. Klem kayu 1 buah
r. Lap kasar 1 buah
s. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Empedu ayam
b. Ammonium molibdat ((NH4)2Mo7O24) 5%
c. Barium klorida (BaCl2) %
d. Asam nitrat (HNO3) pekat
e. Asam asetat (CH3COOH) 10%
f. Perak nitrat (AgNO3) 5%
g. Pereaksi Molisch
h. Asam sulfat (H2SO4) pekat
i. Larutan iodida (I2) dalam alkohol 0,5%
j. Sukrosa (C12H22O11)
k. Aquades (H2O)
l. Indikator universal
m. Tisu
n. Label
o. Sunlight

E. PROSEDUR KERJA
1. Tes keadaan fisik empedu
a. Periksa warna
1) Empedu diletakkan di atas tisu
2) Empedu diamati warnanya.
b. Periksa bau
1) Empedu diambil dan diangkat dengan menggunakan pinset
2) Bau empedu dicium
c. Keadaan wujudnya
1) Empedu diletakkan diletakkan di atas tisu
2) Empedu diamati wujudnya
d. Derajat keasaman
1) Empedu dipecah dan cairannya dimasukkan ke dalam gelas kimia
2) Indikator universal dicelupkan kedalam gelas kimia yang berisi cairan empedu.
3) pH ditentukan berdasarkan perubahan warna pada indikator universal
e. Penentuan massa jenis
1) Piknometer dicuci dan dikeringkan
2) Piknometer kosong dimasukkan ke dalam eksikator
3) Piknometer kosong ditimbang dengan menggunakan neraca analitik.
4) Langkah 1 sampai 2 diulangi hingga diperoleh berat konstan (3 kali
penimbangan)
5) Cairan empedu dimasukkan ke dalam piknometer
6) Piknometer berisi cairan empedu ditimbang dengan menggunakan neraca
analitik, penimbangan piknometer berisi cairan empedu dilakukan sebanyak 3
kali.
7) Massa jenis empedu dihitung dengan cara rata-rata berat massa piknometer
berisi di kurang rata-rata massa piknometer kosong dibagi volume cairan
empedu.
2. Test kandungan Musin dan senyawa anorganik pada empedu
a. 10 mL cairan empedu diencerkan dengan 15 mL aquades.
b. 25 mL empedu encer diasamkan dengan menambahan 3 mL asam asetat 10%
c. Larutan disaring dengan menggunakan corong biasa dan kertas saring, untuk
dipisahkan antara endapan dan filtratnya.
d. Filtrat yang terbentuk di bagi menjadi 3 bagian dalam tabung reaksi dengan
volume masing-masing 1 mL.
e. Filtrat pada tabung 1 diuji kandungan Cl-, dengan 1 mL filtrat ditambahkan
dengan 30 tetes perak nitrat.
f. Filtrat pada tabung 2 diuji kandungan sulfatnya, dengan 1 mL filtrat
ditambahkan dengan 30 tetes barium klorida.
g. Filtrat pada tabung 3 diuji kandungan phospatnya, dengan 1 mL filtrat
ditmbahkan dengan 30 tetes amonium molibdat.
h. Larutan pada ke tiga tabung reaksi di amati.
3. Tes pigmen empedu
a. Uji Smith
1) Sebanyak 1 mL empedu di encerkan dengan 5 mL aquades
2) Sebanyak 3 mL empedu encer ditambahkan dengan 3 mL I2 dalam alkohol
0,5% .
3) Perubahan yang terjadi diamati
b. Uji Gmelin
1) Sebanyak 3 mL HNO3 pekat ditambahkan dengan 3 mL empedu
2) Perubahan yang terjadi diamati
3) Pengujian kandungan asam dalam empedu
a. Pengujian sukrosa
1) Sebanyak 1 mL empedu diencerkan dengan 5 mL aquades.
2) Sebanyak 3 mL empedu encer ditambahkan kristal sukrosa.
3) Sebayak 1 mL H2SO4 pekat ditambahkan kedalam campuran tersebut secara
perlahan-lahan.
4) Saat penambahan H2SO4 pekat tabung dimiringkan sehingga asam terdapat
pada bagian bawah.
5) Perubahan yang terjadi diamati
b. Pengujian molisch
1) Sebanyak 3 mL empedu encer ditambahkan dengan 5 tetes pereaksi molisch
2) Sebanyak 1 mL H2SO4 pekat dimasukkan kedalam campuran tersebut secara
perlahan-lahan.
3) Perubahan yang terjadi diamati.

F. HASIL PENGAMATAN
1. Mengetahui bentuk, warna, bau, keasaman, dan massa jenis empedu
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Warna Hijau kekuningan
2. Bentuk Oval
3. Wujud Cair
4. pH 6
5. Bau Amis
6. Massa jenis
- Massa piknometer kosong setelah di 17,2882 gram
eksikator (I)
- Massa piknometer kosong setelah di 17,2891 gram
eksikator (II)
- Massa piknometer kosong setelah di 17,2893 gram
eksikator (III)
Massa piknometer kosong rata-rata 17,2882 + 17,2891 + 17,2893
3
= 17, 2887 gram
- Massa piknometer + empedu (I) 43,2398 gram
- Massa piknometer + empedu (II) 43,2391 gram
- Massa piknometer + empedu (III) 43,2383 gram
Massa piknometer + empedu rata-rata 43,2390 gram
 Massa empedu 25,9503 gram
25,9503gram
 Massa jenis empedu 25 mL
= 1,0380 gram/mL

2. Test Kandungan Musin dan Senyawa Anorganik


No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. 10 mL empedu + 15 mL H2O → Larutan berwarna hijau
(hijau) (bening)
2. 25 mL empedu encer + 3 mL
CH3COOH → Larutan berwarna hijau keruh
3. Larutan hijau keruh dibagi menjadi 3
a. 1 mL empedu + 40 tetes AgNO3 Terbentuk endapan putih
5% →
b. 1 mL empedu + 40 tetes BaCl3 Larutan berwarna hijau
5% →
c. 1 mL empedu + 40 tetes Larutan berwarna hijau
(NH4)2Mo7O24 5% →

3. Tes Pigmen Empedu


No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Uji Smith
- 1 mL empedu + 5 mL H2O → Larutan berwarna hijau
- 3 mL empedu encer + 3 mL I2 dalam Larutan berwarna hijau
alkohol 0,5%→ kekuningan
2. Uji Gmelin Terbentuk cincin merah
3 mL HNO3 pekat + 3 mL empedu→ diantara dua lapisan
- Lapisan atas : coklat
- Lapisan bawah : kuning
- Lapisan tengah : cincin
merah

4. Pengujian Kandungan Asam dalam Empedu


No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. - 1 mL empedu + 5 mL H2O → Larutan berwarna hijau
2. - 3 mL empedu encer + ½ sendok Larutan berwarna hijau dan
kristal sukrosa→ terbentuk gelembung
- Larutan hijau + 1 mL H2SO4 pekat→ Terbentuk endapan merah
bata dan berwarna hijau
3. - 3 mL empedu encer + 5 tetes Terbentuk dua lapisan
pereaksi Molisch→ - Lapisan atas : coklat
- Lapisan bawah : hijau tua
- Larutan + 1 mL H2SO4 pekat Terbentuk cincin ungu

G. ANALISIS DATA
Dik : Berat piknometer kosong : m1 =17,2882 g
m2 = 17,2891 g
m3 = 17,2893 g
Berat piknometer isi : m1 = 43,2398 g
m2 = 43,2391 g
m3 = 43,2383 g
Dit :ρ empedu = …?

Penyelesaian :
massa 1 + massa 2 + massa 3
Massa piknometer kosong rata-rata =
3
17,2882 g + 17,2891 g + 17,2893 g
=
3
= 17,2887 g
massa 1 + massa 2 + massa 3
Massa piknometer isi rata-rata =
3
43,2398 g + 43,2391 g + 43,2383 g
=
3
= 43,2390 g
Massa empedu = Massa piknometer berisi – massa piknometer kosong
= 43,2390 g – 17,2887 g
= 25,9503 g
Massa empedu
Massa jenis empedu =
Volume empedu
25,9503 g
=
25 mL
= 1,0380 g/mL

H. PEMBAHASAN
Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau
kekuningan karena mengandung pigmen bilirubin, biliverdin, dan urobilin, yang
sekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Setiap harinya
cairan empedu disekresikan oleh hati sebanyak 500 – 1000 cc dimana sekresinya
berjalan terus menerus, jumlah yang disekresikan akan meningkat jika mencerna
lemak. Empedu mengandung ion bikarbonat, kolesterol, fosfolipid, pigmen
empedu, sejumlah limbah organik dan yang paling pentinh kelompok zat kolektif
disebut garam empedu (Sumbono, 2009: 20).
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan wujud empedu yaitu
warna, bau, derajat keasaman, dan massa jenis empedu. Selain itu untuk
mengetahui kandungan musin dan senyawa anorganik dalam empedu, mengetahui
pigmen empedu melalui uji Gmelin dan uji Smith serta mengetahui kandungan
asam dalam empedu.
1. Tes Keadaan Fisik Empedu
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik empedu yaitu
warna, bau, derajat keasaman, dan massa jenisnya. Empedu yang digunakan ialah
empedu ayam. Cairan empedu mengandung kolesterol, fosfolifid, lesitin serta
pigmen empedu (Pratikno, 2010: 43). Empedu merupakan cairan berwarna
kehijauan dan terasa pahit. Empedu memiliki pH antara 6,9 sampai 7,7. Empedu
berbentuk oval dan berbau amis, bau ini disebabkan karena di dalam hati terjadi
pemecahan hemoglobin dan kemudian dialirkan ke hati. Bau juga disebabkan
adanya kolesterol di dalam empedu. Warna hijau tua dari empedu adalah
merupakan perpaduan zat warna biliverdin yang berwarna hijau dan bilirubin
yang berwarna orange (kuning kecoklatan).
Percobaan yang telah dilakukan ini diperoleh empedu berwarna hijau tua,
berbentuk cairan (kental) dan bentuknya lonjong serta memiliki bau yang amis.
Adapun pH empedu yang diperoleh yaitu 7. Hal ini menunjukkan sesuai dengan
teori dimana menurut Poedjadi (1994: 244) menyatakan bahwa empedu
merupakan cairan berwarna hijau kental dan mempunyai rasa pahit serta memiliki
pH antara 6,9 sampai 7,7.
Penentuan massa jenis empedu dilakukan dengan menggunakan
piknometer. Piknometer merupakan alat untuk mengukur bobot jenis suatu zat
cair dan padat dengan kapasitas volume antara 10 – 50 mL. Prinsip dari
piknometer didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang pada
suatu larutan. Langkah awal yang dilakukan adalah mencuci piknometer dengan
air agar terbebas dari zat pengotor. Selanjutnya dibilas dengan alkohol
menghilangkan zat zat yang masih terdapat dalam piknometer. Lalu ditimbang
dan diisi dengan cairan empedu. Berdasarkan analisis perhitungan, diperoleh
massa jenis empedu adalah 1,0380 g/mL. Hal ini menunjukkan bahwa massa
empedu dalam 1 mL adalah 1,0380 gram.
2. Tes Musin dan Senyawa Anorganik Empedu
Tes musin bertujuan untuk mengendapkan musin yang terdapat dalam
empedu dan mengetahui adanya senyawa anorganik pada empedu. Langkah awal
yang dilakukan adalah mengencerkan empedu dengan aquades untuk
memudahkan pengamatan dalam analisis kandungan empedu. Selanjutnya
ditambahkan CH3COOH untuk mengendapkan musin sehingga menghasilkan
garam-garam empedu. Lalu disaring untuk memisahkan cairan empedu dari
kotoran kotoran yang tertinggal. Filtrat yang diperoleh dibagi tiga untuk dilakukan
pengujian senyawa anorganik yaitu klorida, sulfat, dan fosfat.
a. Uji klorida
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya ion klorida dalam
empedu. Empedu direaksikan dengan AgNO3. Penambahan AgNO3 berfungsi
mengikat ion klorida pada empedu. Hasil pengamatan menunjukkan terbentuknya
endapan putih. Hal ini sesuai dengan teori menurut Poedjiadi (1994) yang
menyatakan bahwa empedu mengandung ion klorida. Adapun reaksi yang terjadi :
Cl- + AgNO3  AgCl  + NO3
(endapan putih)
b. Uji sulfat
Pengujian adanya ion sulfat dalam empedu dilakukan dengan penambahan
BaCl2 yang berfungsi untuk mengikat SO42- yang terdapat dalam empedu dan
membentuk suatu endapan BaSO4 yang berwarna putih. Berdasarkan hasil
percobaan diperoleh larutan berwarna hijau tua dan tidak terbentuk endapan putih.
Hal ini menunjukkan bahwa empedu tidak mengandung sulfat. Hal ini sesuai
dengan teori menurut Poedjiadi (1994: 244) yang menyatakan bahwa empedu
tidak mengandung ion sulfat. Menurut Svehla (1979) reaksi yang terjadi adalah :
SO42- + BaCl2  BaSO4  + 2Cl-
(endapan putih)
SO42- + BaCl2

c. Uji posfat
Pengujian adanya ion posfat dalam empedu dilakukan dengan penambahan
larutan ammonium molibdat ((NH4)2Mo7O24). Amonium molibdat ini berfungsi
untuk mengikat fosfat dan membentuk endapan kuning. Hasil percobaan
menunjukkan tidak terbentuknya endapan kuning dan menghasilkan larutan
berwarna hijau. Hal ini sesuai dengan teori menurut Poedjiadi (1994: 244) yang
menyatakan bahwa empedu tidak mengandung ion sulfat. Menurut Svehla (1979)
reaksi yang terjadi adalah :
2PO43- + 3(NH4)2Mo7O24  2(NH4)3PO4  + 3Mo7O24-
(endapan kuning)
PO42- (aq) + (NH4)2Mo7O24 (aq)
3. Tes Zat Warna Empedu
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui zat warna dalam empedu yang
dilakukan melalui tes Gmelin dan tes Smith. Tes Gmelin dilakukan untuk menguji
adanya bilirubin dalam empedu. Sedangkan tes Smith dilakukan untuk
mengetahui senyawa biliverdin dalam empedu.
a. Tes Gmelin
Langkah awal yang dilakukan adalah ditambahkan memasukkan HNO3
pekat setetes demi setetes untuk mengidentifikasi zat warna pada empedu lalu
ditambahkan empedu yang telah diencerkan. Hasil percobaan menunjukkan
terbentuknya tiga lapisan. Lapisan atas berwarna coklat, lapisan tengah berwarna
orange dan lapisan bawah berwarna kuning. Larutan berwarna orange tersebut
merupakan warna bilirubin di dalam empedu. Hasil yang diperoleh belum sesuai
dengan teori, dimana menurut Cahyono (2010: 142) bilirubin berwarna kuning
dan menurut Manuaba (2003: 125) bahwa biliverdin berwarna hijau. Hal ini
dikarenakan kesalahan dalam penambahan HNO3. Reaksi yang terjadi adalah:

C2H5 SH C2H5 SH

H2C C COOH HNO3 H2C C COOH NO3-

NH2 NH3

Empedu Asam nitrat Orange-kuning coklat Nitrat

b. Tes Smith
Perlakuan pertama yang dilakukan adalah menambahkan larutan I2 dalam
alkohol ke empedu encer. Penambahan larutan I2 berfungsi untuk
mengidentifikasikan adanya zat warna biliverdin di dalam empedu. Hasil
percobaan menunjukkan larutan berwarna hijau kekuningan. Hal ini menunjukkan
uji positif bahwa empedu mengandung biliverdin yang berwarna hijau. Hasil ini
telah sesuai dengan teori bahwa bilirubin berwarna kuning (Cahyono, 2010: 142).
Sedangkan biliverdin memiliki warna hijau (Manuaba, 2003: 125). Reaksi yang
terjadi adalah :

C2H5 SH C2H5 SH

H2C C COOH I2 H2C C COOH I-

NH2 NH2I
Empedu Iod Kuning kehijauan Iodida

4. Tes Asam Empedu


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan asam empedu yang
dilakukan dengan pengujian menggunakan sukrosa dan pereaksi Molisch.
Langkah awal yang dilakukan adalah mengencerkan empedu dengan aquades
untuk memudahkan proses pengamatan. Selanjutnya ditambahkan kristal sukrosa
untuk meningkatkan tegangan permukaan. Kemudian ditambahkan H2SO4 pekat
setetes demi setetes melalui dinding tabung untuk mempercepat terjadinya reaksi.
H2SO4 berfungsi sebagai pereaksi yang akan menghidrolisis ikatan glikolisis.
Hasil percobaan menunjukkan larutan berwarna hijau dengan endapan merah bata.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa adanya asam dalam empedu
menghasilkan warna merah kecoklatan.
Pengujian selanjutnya yaitu uji Molisch, empedu encer ditambahkan
pereaksi molisch yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan empedu dalam
penyerapan lemak. Setelah penambahan asam sulfat pekat setetes demi setetes
melalui dinding tabung untuk mempercepat terjadinya reaksi menunjukkan
terbentuknya tiga lapisan. Lapisan atas berwarna coklat, lapisan tengah berwarna
ungu dan lapisan bawah berwarna coklat pekat. Hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa uji positifnya menghasilkan cincin furfural berwarna ungu.
Cincin ungu juga menandakan bahwa dalam suatu larutan mengandung
karbohidrat dan juga terdapat senyawa – senyawa yang dapat didehidrasi oleh
asam pekat menjadi senyawa furfural. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :
O
OH
H2SO4 CH
Karbohidrat HC
C C C CH2 C
HOH2C O

HO3S SO3H
OH

Cincin fulfural ungu

I. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
a. Empedu merupakan cairan berwarna hijau kekuningan, berbau amis, berbentuk
cairan (kental) dan lonjong memiliki pH 6, dan massa jenis jenis 1,0380 g/mL.
b. Empedu mengandung musin dan senyawa anorganik berupa Cl- (klorida) dan
tidak mengandung SO42- (sulfat) dan PO43- (fosfat).
c. Empedu mengandung zat warna biliverdin (hijau kekuningan) melalui tes
Smith dan zat warna bilirubin (orange - kuning coklat) melalui tes Gmelin.
d. Empedu mengandung asam yang mampu menghidrolisis sukrosa dan
membentuk cincin ungu bila direaksikan dengan pereaksi Molisch.
2. Saran
Untuk praktikan selanjutnya agar teliti dalam mereaksikan setiap bahan
yang akan ditambahkan dalam empedu agar diperoleh hasil pengamatan yang
sesuai.
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Biokimia dengan judul percobaan “Empedu”


disusun oleh:
nama : Rezky Esa Putri Pra R
NIM : 1513040015
kelas : Pendidikan Kimia A
kelompok :I
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
laporan ini dinyatakan telah diterima.

Makassar, November 2017


Koordinator Asisten Asisten

Abudzar Al-Ghifari Khairunnisa M.


NIM. 1413440014 NIM. 1413440025

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Muhammad Syahrir, S.Pd, M.Si


NIP. 19740907 200501 1 004
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, J.B. Suharjo B. 2009. Batu Empedu. Yogyakarta: Kanisius.

Cahyono, J.B. Suharjo B. 2010. Hepatitis B. Yogyakarta: Kanisius.

Citrawidi, T.A., W. Murningsih dan V. D. Y. B. Ismadi. 2012. Pengaruh


Pemeraman Ransum Dengan Sari Daun Pepaya Terhadap Kolesterol Darah
dan Lemak Total Ayam Broiler. Animal Agriculture Journal. Vol. 1. No. 1.

Djing, Oei Gin. 2006. Terapi Pijat Telinga. Jakarta: Penebar Swadaya.

Manin, Fahmida. 2010. Potensi Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus


Fermentum dari Saluran Pencernaan Ayam Buras Asal Lahan Gambut
sebagai Sumber Probiotik. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. Vol. 13,
No. 5.

Manuaba, I. B. G., Chandranita Manuaba, dan Fajar Manuaba. 2003. Pengantar


Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Mark, Dawn B., Allan D Marks dan Colleen M. Smith. 1996. Biokimia
Kedokteran Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pearce, Evelyn C. 1979. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia.

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penenrbit
Buku Kedokteran EGC.

Sumbono, Aung. 2009. Biokimia Pangan Dasar. Jakarta: Penerbit Buku


Pendidikan Deepublish.

Sunandjak dan Joko. 2004. Penggunaan Cairan Empedu Sapi untuk Produksi
Sporozoit Eimeria tenella melalui Eksitasi In Vitro. Jurnal Sains Vet. Vol.
XXII. No. 1.

Tim Dosen Biokimia. 2017. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar: Universitas


Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai